SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  77
Télécharger pour lire hors ligne
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
HUBUNGAN KERAPATAN TAJUK DAN
PENGGUNAAN LAHAN BERDASARKAN ANALISIS CITRA
SATELIT DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER
(Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan
dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL)
Hasil Penelitian
Oleh :
Julia Rahmi
051201019/Manajemen Hutan
DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : Hubungan Kerapatan Tajuk dan Penggunaan Lahan
Berdasarkan Analisis Citra Satelit dan Sistem Informai
Geografis di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL)
Nama Mahasiswa : Julia Rahmi
NIM : 051201019
Program Studi : Manajemen Hutan
Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing :
Pindi Patana, S.Hut.,M.Sc
Ketua Anggota
Achmad Siddik Thoha S. Hut., M.Si
Megetahui,
Ketua Departemen Kehutanan
NIP. 19641228 20001 21001
Dr.Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
ABSTRACT
Every activity around Gunung Leuser National Park (GLNP) have
changed the condition of land use and level of vegetation index (NDVI) which
surround the area, especially Leuser Ecosystem. This damaging condition is
caused by illegal logging, opening new area for agricultural, especially oil palm
and rubber plantation. Based on this situation, to detect changing of land use and
NDVI quickly and accurately, it is used remote sensing and geographic
information system (GIS)
The purpose of this study is to find out briefly the density level of vegetation
(NDVI) in every land use in 2002 and 2007 and to find out the correlation of
vegetation density level with land use and also the changing of land use in 2002
and 2007.
The research found that the range of NDVI in every land use in 2002 and
2007 are varied between -0.375 – 0.577, which is far vegetation, average
vegetation and close vegetation in 2002, and in 2007 the range of NVDI between
–0.115 – 0.646. The correlation between NVDI and land use in 2002 and 2007 is
strongly related, where the correlation of coefficient value in 2002 is 0.855 and
correlation of coefficient value in 2002 is 0.903. In period 2002 until 2007 level of
changing area has occured increasingly to secondary forest which is 19150.37 ha
atau 19.80 %, Whereas the kind of using area are greatly decrease is primary
forest which is 21099.17 ha or 22 %.
Key words : GLNP, NDVI, Land Use, GIS
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
ABSTRAK
Berbagai kegiatan yang ada di sekitar kawasan Taman Nasional Gunung
Leuser (TNGL) telah mengubah kondisi penggunaan lahan dan tingkat indeks
vegetasi (NDVI) yang ada di sekitar kawasan tersebut khususnya Kawasan
Ekosistem Leuser (KEL). Penyebab kerusakan kawasan ini antara lain disebabkan
oleh illegal logging, pembukaan lahan untuk kepentingan tanaman pertanian dan
umumnya untuk penanaman sawit dan karet. Berdasarkan hal ini, Untuk
mendeteksi perubahan penggunaan lahan dan NDVI dengan cepat dan akurat
maka digunakan teknologi penginderaan jarak jauh dan sistem informasi geografis
(SIG).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kerapatan vegetasi
(NDVI) diberbagai penggunaan lahan tahun 2002 dan 2007 dan mengetahui
hubungan kerapatan vegetasi dengan penggunaan lahan serta mengetahui
perubahan penggunaan lahan tahun 2002 dan 2007.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kisaran NDVI di berbagai
penggunaan lahan tahun 2002 dan 2007 bervariasi antara -0.375 – 0.577 yaitu
berupa vegetasi jarang, vegetasi sedang dan vegetasi rapat untuk tahun 2002
sedangkan untuk tahun 2007 kisaran nilai NDVI antara -0.115 – 0.646. Hubungan
(korelasi) antara NDVI dan penggunaan lahan tahun 2002 dan tahun 2007 sangat
kuat, dimana nilai koefisien korelasi untuk citra tahun 2002 adalah 0.855 dan
untuk citra tahun 2007 sebesar 0.903. Pada periode tahun 2002 sampai tahun 2007
telah terjadi perubahan luasan penggunana lahan yaitu jenis pengggunaan lahan
yang mengalami kenaikan luas penggunaan lahan terjadi pada hutan sekunder
sebesar sebesar 19150.37 ha atau 19.80 %, Sedangkan jenis penggunaan lahan
yang mengalami penurunan luas adalah tipe hutan primer yaitu sebesar 21099.17
ha atau 22 %.
Kata Kunci: TNGL, NDVI, Penggunaan Lahan, SIG
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Meureudu pada tanggal 13 juli 1988, dari ayah
Muhammad. S dan ibu Ainol Mardiah. Penulis merupakan putri ke-dua dari empat
bersaudara.
Tahun 1999 penulis lulus dari SD Negeri 1 Meureudu, pada tahun 2002
lulus dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Meureudu. Tahun 2005
lulus dari Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 1 Meureudu dan pada tahun
2005 lulus seleksi masuk USU melalui jalur Pemanduan Minat dan Prestasi
(PMP). Penulis memilih Program Studi Manajemen Hutan, Departemen
Kehutanan, Fakultas Pertanian.
Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di HPHTI PT. Riau
Andalan Pulp and Paper (RAPP) Estate Baserah, Riau selama 2 (dua) bulan yaitu
sejak 05 Januari sampai dengan 05 Maret 2009.
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
segala Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini
dapat selesai sebagai mana mestinya. Skripsi ini berjudul “ Hubungan Kerapatan
Tajuk dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit dan Sistem
Informasi Geografis di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) “. Skripsi ini
merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Departemen
Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Selama melaksanakan penelitian hingga penyusunan skripsi ini selesai,
banyak bantuan yang telah diberikan oleh berbagai pihak kepada penulis. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak tersebut
terutama kepada :
1. Bapak Pindi Patana, S.Hut, MSc selaku Ketua Komisi Pembimbing
(Dosen Pembimbing I).
2. Bapak Achmad Siddik Thoha, S.Hut, M.Si selaku Anggota Komisi
Pembimbing (Dosen Pembimbing II).
3. Bapak Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS selaku Ketua Departemen
Kehutanan Universitas Sumatera Utara.
4. Staf pengajar dan para pegawai di Departemen Kehutanan USU.
5. Kedua orangtua tercinta Ayahanda Muhammad. S dan Ibunda Ainol
Mardiah, sumber kekuatan dan pemberi semangat sepanjang hidupku.
6. Saudara-Saudariku tercinta yakni Desi Adriani, Rahma Wati dan Maini
Rizki yang selalu memberikan dukungan dan semangat selama ini.
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
7. FFI (Fauna and Flora Internasional) yang telah membantu memfasilitasi
dan mensponsori penelitian baik selama di lapangan maupun dalam
penyelesaian skripsi.
8. Staf dan pegawai Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL)
dan Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) yang telah memberikan
bantuan baik data maupun peralatan lapangan.
9. Seluruh pihak yang telah membantu dalam pengambilan data selama
dilapangan yaitu Pak Edy, Wak Dolah, bang Supri dan bang Ucok.
10. Bapak Ronal dari Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) dan kak
Dwi dari Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL) yang
telah membantu dalam mendapatkan data penelitian.
11. Para sahabatku dari jurusan MNH dan BDH yaitu Pepi, Najmi, Zihan,
Gian, Nina dan Mala yang selalu memberikan dukungan dan semangat.
Semoga Allah SWT memberikan Rahmat-Nya atas jasa-jasa yang telah
diberikan kepada penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang Kehutanan.
Medan, Agustus 2009
Penulis
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ........................................................................................... i
ABSTRAK.............................................................................................. ii
RIWAYAT HIDUP................................................................................ iii
KATA PENGANTAR............................................................................ iv
DAFTAR TABEL .................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... x
PENDAHULUAN
Latar Belakang................................................................................ 1
Perumusan Masalah ....................................................................... 3
Tujuan............................................................................................. 3
Manfaat Penelitian .......................................................................... 3
Kerangka Pemikiran........................................................................ 4
TINJAUAN PUSTAKA
Taman Nasional Gunung Lauser...................................................... 5
Sekilas Tentang TNGL.................................................................... 5
Flora dan Fauna................................................................................ 6
Penggunaan Lahan........................................................................... 7
Kerapatan Tajuk .............................................................................. 9
Penginderaan Jauh.......................................................................... 10
Sistem Informasi Geografis ............................................................. 11
Aplikasi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis untuk
Pemetaan Penggunaan Lahan........................................................... 12
Citra Landsat ................................................................................... 14
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................... 17
Bahan dan Alat ................................................................................ 17
Bahan......................................................................................... 17
Alat............................................................................................ 17
Metode ............................................................................................ 18
Prosedur Kerja ........................................................................... 18
Pengumpulan Data ..................................................................... 18
Persiapan Data ........................................................................... 18
Pengolahan Awal (Pre-processing) data inderaja........................ 19
Koreksi Geometrik .............................................................. 20
Pengolahan Citra........................................................................ 22
Analisis Kualitatif ...................................................................... 23
Analisis Kuantitatif (Digital Image Processing) ......................... 23
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
Penajaman Citra (image enhancement)................................ 23
Principle Component Analisis .............................................. 23
Klasifikasi Terbimbing (supervised classification)
dengan MLC ........................................................................ 23
Analisis Tingkat Kerapatan Vegetasi/Tajuk.......................... 23
Menghitung Luas Masing-masing Penutupan ............................. 24
Survey Lapangan........................................................................ 24
Analisis Perubahan Penggunaan Lahan ...................................... 25
Uji Statistik dengan Analisis Korelasi ........................................ 26
KONDISI UMUM.................................................................................. 29
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi penggunaan lahan dilokasi penelitian................................... 33
Klasifikasi penggunaan lahan ........................................................... 36
Penggunaan lahan tahun 2002 ...................................................... 36
Penggunaan lahan tahun 2007 ...................................................... 38
Indeks Vegetasi (NDVI) .................................................................. 40
Hubungan kerapatan tajuk dan penggunaan lahan............................ 44
Perubahan penggunaan lahan periode tahun 1999 dan tahun 2006.... 48
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ...................................................................................... 56
Saran ................................................................................................ 57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Karakteristik sensor Landsat TM....................................................... 14
2. Penggunaan lahan tahun 2002............................................................ 37
3. Penggunaan lahan tahun 2007............................................................ 38
4. Kisaran nilai NDVI citra Landsat TM tahun 2002.............................. 41
5. Kisaran nilai NDVI citra Landsat TM tahun 2007.............................. 42
6. Hasil analisis korelasi antara NDVI dan penggunaan lahan................
tahun 2002 ........................................................................................ 45
7. Hasil analisis korelasi antara NDVI dan penggunaan lahan
tahun 2007 ........................................................................................ 45
8. Hasil uji t sampel berpasangan antara NDVI tahun 2007 ................... 46
dan tahun 2007
9. Perubahan Penggunaan lahan periode tahun 2002 dan tahun 2007........ 48
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kondisi penggunaan lahan.................................................................. 35
2. Peta penggunaan lahan di Taman Nasional Gunung Leuser tahun
2002.................................................................................................... 38
3. Peta penggunaan lahan di Taman Nasional Gunung Leuser tahun
2007.................................................................................................... 40
4. Peta sebaran NDVI tahun 2002........................................................... 43
5. Peta sebaran NDVI tahun 2007........................................................... 43
6. Perubahan luas penggunaan lahan TNGL tahun 2002 – 2007.............. 50
7. Areal bekas illegal logging................................................................. 52
8. Peta perubahan luas penggunaan lahan TNGL tahun 2002 – 2007 ...... 54
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
DAFTAR LAMPIRAN
1. Data Nilai NDVI tahun 2002 dan 2007 untuk analisis uji t............. 57
2. Data NDVI dan skor penggunaan lahan untuk analisis Korelasi
Tahun 2002 ................................................................................... 59
3. Data NDVI dan skor penggunaan lahan untuk analisis Korelasi
Tahun 2007 ................................................................................... 61
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin meningkat, maka
kebutuhan lahan untuk dijadikan pemukiman dan lahan pertanian serta
perkebunan dirasakan semakin meningkat pula. Hal terebut menyebabkan
terjadinya konversi-konversi lahan, baik dari lahan pertanian menjadi daerah
pemukiman maupun dari lahan hutan menjadi lahan perkebunan dan pertanian.
Dengan berubahnya penggunaan lahan maka kondisi penutupan vegetasi di setiap
kelas penggunaan lahan juga akan berubah.
Berbagai kegiatan yang ada di sekitar kawasan Taman Nasional Gunung
Lauser (TNGL) Sektor Besitang telah mengubah kondisi penggunaan lahan dan
indeks vegetasi yang ada disekitar kawasan tersebut. Fenomana tersebut
memerlukan penanganan sejak dini dan terintegrasi dari berbagai aspek yang
berkaitan dengan pengelolaan TNGL.
Dalam kasus TNGL di Sei Lepan, kondisi open access telah terjadi
beberapa beberapa tahun yang lalu, sehingga pendudukan, perambahan dan
spekulasi lahan menjadi suatu keniscayaan. Pada awal tahun 2000, terjadi
gelombang pengungsi dari Aceh Timur, yang semula hanya 6 kepala keluarga
(KK). Ketika tidak dilakukan penyelesaian secara tuntas maka jumlah pengungsi
telah mencapai 555 KK. Hal ini menyebabkan terjadinya perambahan ribuan
hektar lahan TNGL dan dijadikan perkebunan sawit. Tidak kurang dari 10.000 Ha
kawasan hutan hujan tropis dataran rendah di Resort Sekoci, Besitang telah
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
hancur. Pembakaran yang berulang untuk penanaman sawit telah menghentikan
proses suksesi alami di wilayah ini (Kepala Balai TNGL, 2007).
Kegiatan ini juga terjadi di Tangkahan Kecamatan Batang Serangan seluas
450 ha telah rusak dibuka menjadi perkebunan kelapa sawit. Kerusakan hutan di
Tangkahan telah terjadi sejak tahun 2000 sampai 2003 yaitu terjadinya
perambahan dan kegiatan penebangan liar. Sehingga menyebabkan perubahan
penggunaan lahan di kawasan ini (Hasibuan, 2003).
Identifikasi penggunaan lahan di sekitar TNGL penting dilakukan untuk
mengetahui apakah penggunaan lahan yang dilakukan oleh aktivitas manusia
sesuai dengan potensi ataupun daya dukungnya dan juga untuk mengetahui berapa
besar perubahan penggunaan lahan yang terjadi. Integrasi teknologi penginderaan
jauh merupakan salah satu bentuk yang potensial dalam penyusunan arahan fungsi
penggunaan lahan. Dasar penggunaan lahan dapat dikembangkan untuk berbagai
kepentingan penelitian, perencanaan, dan pengembangan wilayah.
Pemanfaatan teknologi penginderaan jarak jauh dan Sistem Informasi
Geografis merupakan salah satu cara yang dapat digunakan dalam mendekteksi
perubahan penggunaan lahan dari tahun ke tahun dengan cepat dan akurat
sehingga menghasilkan suatu informasi mengenai sebaran (distribusi) penggunaan
lahan dan tingkat penutupan vegetasi permanen di setiap kelas pengunaan lahan di
Besitang dan Tangkahan.
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Berapa besar tingkat kerapatan tajuk di kawasan TNGL Resort Tangkahan
Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser?
2. Bagaimanakah hubungan antara kerapatan tajuk dengan penggunaan lahan
di kawasan TNGL Resort Tangkahan Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan
Ekosistem Leuser?
3. Berapa persen Perubahan penggunaan lahan dari tahun 2002 sampai 2007
di kawasan TNGL Resort Tangkahan Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan
Ekosistem Leuser?
Tujuan
1. Mengetahui tingkat kerapatan tajuk di kawasan TNGL Resort Tangkahan
Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser.
2. Menentukan hubungan kerapatan tajuk dengan penggunaan lahan di
kawasan TNGL Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan
Ekosistem Leuser.
3. Mengetahui perubahan penggunaan lahan dan tingkat kerapatan tajuk di
kawasan TNGL Resort Tangkahan Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan
Ekosistem Leuser.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai sumber informasi dan bahan
pertimbangan bagi seluruh pihak pengelola Taman Nasional Gunung Leuser
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
dalam menentukan tindakan pengelolaan secara internal (TNGL) dan eksternal
(pengelolaan masyarakat).
Kerangka Pemikiran
Kerangka penelitian dapat dilihat pada gambar berikut
Ancaman terhadap
TNGL
Potensi
perubahan
penggunaan lahan
Analisis
perubahan
penggunaan lahan
& kerapatan tajuk
Citra satelit
& SIG
Perbandingan
perubahan
penggunaan lahan &
tingkat kerapatan
Tahun 2007Tahun 2002
Illegal
Logging
perkebunan pertanian Pemukiman
Penduduk
(pengungsi
)
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
TINJAUAN PUSTAKA
Taman Nasional Gunung Leuser
Sekilas Tentang Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL)
Taman Nasional merupakan salah satu bentuk kawasan konservasi yang
mempunyai fungsi dan peranan sebagai perlindungan sistem penyangga
kehidupan, pengawetan serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati
dan ekosistemnya (Ahmad, 1999). TNGL merupakan panorama alam dan paru-
paru dunia yang telah ditetapkan oleh pemerintah indonesia sebagai cagar alam
nasional sejak tahun 1980 dan ditetapkan sebagai warisan dunia (cagar biosfer)
oleh UNESCO pada tahun 2004.
Indonesia dan Malaysia juga bekerja sama menetapkan TNGL dan Taman
Negara National di Malaysia sebagai ’sister park’. Cagar Biosfer didefinisikan
sebagai kawasan ekosistem dataran atau pesisir yang diakui oleh Program MAB-
UNESCO untuk mempromosikan keseimbangan hubungan antara manusia
dengan alam. Sedangkan Warisan Dunia adalah Warisan yang terdiri dari (1)
Warisan Alam dan Warisan Budaya, (2) Melestarikan Warisan yang tidak dapat
di gantikan dan warisan yang memiliki “Nilai Universal Istimewa”, (3). Perlu
melindungi warisan yang tidak dapat dipindahkan ,dan (4). Menjadi tanggung
jawab kesadaran dan Kerjasama Kolektif internasional (UNESCO (2004) dalam
Dephut (2008).
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
Flora dan Fauna
TNGL merupakan suaka tropis terbesar dan terkaya didunia. TNGL
merupakan habitat dari sejumlah besar spesies fauna mulai dari mamalia, burung,
reptil, ampibi, ikan, dan invertebrate. Kawasan ini memiliki daftar spesies burug
yang panjang, dimana dari 380 spesies burung yang ada (65% dari total jumlah
spesies burung diseluruh pulau Sumatera), 350 diantaranya tinggal di kawasan ini.
Di TNGL juga terdapat 36 dari 50 jenis burung endemik di Sundaland. Hampir
65% atau 129 spesies mamalia dari 205 spesies (mamalia besar dan kecil) di
Sumatera tercatat tinggal di taman nasional ini (Wiratno, 2006).
Keunikan kawasan ini yang tidak dimiliki taman nasional lain adalah,
memiliki empat jenis satwa yang tergolong paling langka yaitu gajah sumatera
(Elephas maximus), badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), harimau
sumatera (Panthera tigris sumatrae), dan orang utan sumatera (Pongo pygmaeus
abelii). Selain itu, TNGL juga merupakan surga bagi beragam jenis mamalia
penting lain seperti serudung (Hylobates lar), siamang (Hylobates syndactilus),
kera (Macaca fascicularis), beruk (Macaca nemestriana), kedih (Presbytis
thomasi), macan dahan (Neofelis nebulosa), beruang (Helarctos malayanus), dan
kambing hutan (Capricornis sumatrensis) (Ari, 2008).
Pentingnya kawasan ini dibuktikan dengan ekspedisi Van Steenis tahun
1937, dan dilanjutkan dengan ekspedisi-ekspedisi lainnya, membuktikan kayanya
keragaman hayati taman nasional ini. Tidak kurang dari 4.000 spesies tumbuhan
dapat dijumpai, termasuk yang paling fenomenal adalah ditemukannya 3 dari 15
tanaman parasit yang terkenal yaitu jenis Refflesia seperti yaitu Raflesia
rchussenii, Raflesia micropylora, dan Raflesia arnoldi. TNGL juga habitat jenis
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
bunga tertinggi didunia yaitu Amorphophalus titanum. Komposisi vegetasinya
tersebar dalam beberapa zonasi (menurut ketinggian dari permukaan laut), yaitu
Coastal vegetation, Tropical zone (0-1000m), Colline Sub-Zone, (500-1000 m),
Montane zone (1500-2400 m), Subalpine Zone (2400-3400 m), Mountain Blang
Vegetation (2600-3000 m), dan Anthropogenic Vegetation. Selain itu, taman
nasional ini juga tempat yang penting sebagai habitat tumbuhan obat
(Wiratno, 2006).
Taman Nasional Gunung Lauser telah menjadi bagian dari pembangunan
kehutanan nasional, dengan visi TNGL guna peningkatan kualitas mutu
kehidupan masyarakat dan lingkungan. Sedangkan fungsi kawasan TNGL
meliputi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman
jenis dan ekosistemnya, serta pemanfaatan secara lestari (Balai TNGL, 2001).
Penggunaan Lahan
Pemetaan penggunaan lahan dan penutup lahan sangat berhubungan
dengan studi vegetasi, tanaman pertanian dan tanah dari biosfer. Karena data
penggunaan lahan dan penutup lahan paling penting untuk planner yang harus
membuat keputusan yang berhubungan dengan pengelolaan sumberdaya lahan,
maka data ini sangat bersifat ekonomi (Lo, 1995).
Penggunaan lahan merupakan aktivitas manusia pada dan kaitannya
dengan lahan, yang biasanya tidak secara langsung tampak dari citra. Penggunaan
lahan telah dikaji dari beberapa sudut pandang yang berlainan, sehingga tidak ada
satu definisi yang benar-benar tepat (Purbowaseso, 1995). Penggunaan lahan
berhubungan dengan kegiatan manusia pada sebidang lahan, sedangkan penutup
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
lahan lebih merupakan perwujudan fisik obyek-obyek yang menutupi lahan tanpa
mempersoalkan kegiatan manusia terhadap obyek-obyek tersebut. Satuan – satuan
penutup lahan kadang-kadang juga bersifat penutup lahan alami
(Lillesand dan Kiefer, 1994 ).
Klasifikasi penutup lahan/penggunaan lahan adalah upaya pengelompokan
berbagai jenis penutup lahan/penggunaan lahan ke dalam suatu kesamaan sesuai
dengan sistem tertentu. Klasifikasi penutup lahan/penggunaan lahan digunakan
sebagai pedoman atau acuan dalam proses interpretasi citra penginderaan jauh
unutk tujuan pemetaan penutup lahan/penggunaan lahan. Banyak sistem klasifikasi
penutup/penggunaan lahan yang telah dikembangkan, yang dilatarbelakangi oleh
kepentingan tertentu atau pada waktu tertentu (Sitorus, dkk, 2006).
Parameter penutupan lahan menggambarkan kondisi penutupan lahan
berdasarkan persentasi tutupan tajuk pohon. Data yang bisa menggambarkan
tutupan lahan Secara menyeluruh (sinoptik) adalah data hasil perekaman
penginderaan jauh. Dengan demikian untuk menilai prosentase tutupan tajuk suatu
lahan dibutuhkan foto udara atau citra satelit. Data penginderaan jauh ini
kemudian diinterpretasi mengenai kondisi penutupan lahannya. Satuan pemetaan
dari parameter penutupan lahan ini adalah satuan penutupan lahan/penggunaan
lahan yang homogen. Parameter vegetasi permanen pada dasarnya juga sama
dengan parameter penutupan lahan yaitu dinilai berdasarkan persentasi tutupan
tajuk pohon. Dengan demikian satuan pemetaan dari parameter vegetasi permanen
ini adalah satuan penutupan/penggunaan lahan. Perbedaan keduanya adalah pada
saat proses skoring dan pengkelasan prosentase tutupan tajuk.
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
Penggunaan lahan termasuk dalam komponen sosial budaya karena
penggunaan lahan mencerminkan hasil kegiatan manusia atas lahan serta
statusnya (Bakosurtanal, 2007). Adanya aktifitas manusia dalam menjalankan
kehidupan ekonomi, sosial dan budaya sehari-hari berdampak pada perubahan
penutup/penggunaan lahan. Diperkotaan, perubahan umumnya mempunyai pola
yang relatif sama, yaitu bergantinya penggunaan lahan lain menjadi lahan urban
Perubahan penggunaan lahan yang pesat terjadi apabila adanya investasi dibidang
pertanian atau perkebunan. Dalam kondisisi ini akan terjadi perubahan lahan
hutan, semak, ataupun alang-alang menjadi lahan perkebunan. Perubahan yang
dilakukan oleh masyarakat terjadi dalam skala kecil (Sitorus, dkk, 2006).
Kerapatan Tajuk
Kerapatan vegetasi/tajuk dapat didekati dengan pengenalan manual atau
dengan cara digital. Pengenalan manual dapat menghasilkan kerapatan secara
kualitatif atau kuantitatif dengan tingkat ketelitian yang rendah. Kerapatan tajuk
dapat diketahui dengan cara digital. Dasar pengenalan kerapatan tajuk dengan cara
digital adalah nilai pantulan spektral hijau daun. Berdasarkan tinggi rendahnya
intensitas pantulan hijau daun dapat dikelaskan sebagai indikasi tingkat kerapatan
tajuk (BPDAS, 2006).
Klasifikasi kerapatan tajuk ini dilakukan dengan menggunakan program
pengolah data citra (image processing), dimana di dalamnya tersedia modul untuk
menghitung nilai intensitas pantulan spektral hijau daun. Sesuai dengan
karakteristiknya, saluran merah dan infra merah sangat sesuai dengan kepekaan
terhadap pantulan hijau dari kandungan klorofil daun. Oleh sebab itu, kedua
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
saluran tersebut digunakan untuk mengidentifikasi pantulan hijau daun dengan
menggunakan formula NDVI (Normalized Defference Vegetation Index)
(BPDAS, 2006).
NDVI (Normalized Defference Vegetation Index) adalah salah satu cara
yang efektif dan sederhana untuk mengidentifikasi kondisi vegetasi di suatu
wilayah, dan metode ini cukup berguna dan sudah sering digunakan dalam
menghitung indeks kanopi tanaman hijau pada data multispectral penginderaan
jauh. Secara definisi matematis, dengan menggunakan NDVI, maka suatu wilayah
dengan kondisi vegetasi yang rapat akan memiliki nilai NDVI yang positif.
Sedangkan nilai NDVI perairan bebas akan cenderung bernilai negatif.
Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan
informasi mengenai obyek dan lingkungannya dari jarak jauh tanpa sentuhan fisik.
Tujuan utama penginderaan jauh adalah untuk mengumpulkan data sumberdaya
alam dan lingkungan. Biasanya teknik ini menghasilkan beberapa bentuk citra
yang selanjutnya diproses dan diinterpretasi guna membuahkan data yang
bermanfaat untuk aplikasi di bidang pertanian, arkeologi, kehutanan, geografi,
geologi, perencanaan, dan bidang-bidang lainnya (Lo, 1995).
Saat ini sistem satelit sebagai salah satu sistem penhinderaan jauh menjadi
perhaitan utama dikarenakan kemampuannya dalam mengatasi kendala dalam
keterbatasan dan lamanya operasi dari sistem penginderaan jauh. Penggunaan
pesawat luar angkasa yang mengorbit secara teratur mengelilingi bumi dari
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
ketinggian beberapa ratus kilometer menghasilkan pengamatan bumi yang teratur
dengan alat-alat penginderaan jauh yang sesuai (Lo, 1995).
Menurut Lillesand dan Kiefer (1993) dalam Wijaya (2005) penginderaan
jauh meliputi dua proses utama yaitu pengumpulan data dan analisis data. Elemen
proses pengumpulan data meliputi : a) sumber energi, b) perjalanan energi melalui
atmosfer, c) interaksi antara energi dengan kenampakan di muka bumi, d) sensor
wahana pesawat terbang dan/atau satelit, e) hasil pembentukan data dalam bentuk
piktoral dan/atau bentuk numerik. Singkatnya, kita menggunakan sensor untuk
merekam berbagai variasi pancaran dan pantulan energi elektromagnetik oleh
kenampakan di muka bumi. Proses analisis data meliputi pengujian data dengan
menggunakan alat interpretasi dan alat pengamamatan untuk menganalisis data
piktoral, dan komputer untuk menganalisis data sensor numerik dengan dibantu
oleh data rujukan tentang sumberdaya yang dipelajari.
Sistem Informasi Geografis (SIG)
Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah suatu sistem informasi yang
dirancang untuk bekerja dengan data yang berreferensi spasial atau berkoordinat
geografi. SIG dapat diasosiasikan sebagai peta yang berorde tinggi yang juga
mengoperasikan dan menyimpan data non spasial (Star dan Estes, 1990 dalam
Barus dan Wiradisastra, 2000). Disebutkan juga SIG telah terbukti kehandalannya
untuk mengumpulkan, menyimpan, mengelola, menganalisa dan menampilkan
data spasial baik biofisik maupun sosial ekonomi. Star dan Estes mengemukakan
bahwa secara umum SIG menyediakan fasilitas-fasilitas untuk mengambil,
mengelola, memanipulasi dan manganalisa data serta menyediakan hasil baik
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
dalam bentuk grafik maupun dalam bentuk tabel, namun demikian fungsi
utamanya adalah untuk mengelola data spasial.
Keuntungan GIS adalah kemampuan untuk menyertakan data dari sumber
berbeda untuk aplikasi deteksi perubahan. Walaupun, penggabungan sumber data
dengan perbedaan akurasi sering mempengaruhi hasil deteksi perubahan. Lo dan
Shipman (1990) dalam Sitorus dkk (2006) menggunakan pendekatan GIS untuk
menghitung dampak pengembangan kota baru di Hong Kong, melalui integrasi
data multi-temporal foto udara pada land use dan menemukan bahwa overlay citra
dengan teknik masking biner bermanfaat dalam menyatakan secara kuantitatif
dinamika perubahan pada masing-masing kategori land use.
Di tahun terakhir, pemakaian data multi-sumber (misal: foto udara, TM.
SPOT dan peta thematik sebelumnya) sudah menjadi metoda penting untuk
deteksi perubahan land-use and land-cover ( LULC) ( Mouat dan Lancaster 1996,
Salami 1999, salami et al. 1999, Reil et al. 2000, Dan Lambin 2001. Chen 2002,
Weng 2002) dalam Sitorus dkk (2006), khususnya apabila deteksi perubahan
merupakan periode interval yang panjang dihubungkan dengan sumber data yang
berbeda, format dan ketelitian atau analysis perubahan landcover multi-scale
(Petit dan Lambin 2001 dalam Sitorus dkk, 2006).
Aplikasi Penginderaan Jauh dan Sistem Inforamsi Geografis untuk
Pemetaan Penggunaan Lahan
Kebutuhan teknologi penginderaan jauh yang dipadukan dengan Sistem
Informasi Geografi (SIG) untuk tujuan inventarisasi dan pemantauan sangat
penting terutama bila dikaitkan dengan pengumpulan data yang cepat dan akurat.
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
Disamping itu pengumpulan data dengan teknologi penginderaan jauh dapat
mengurangi bahkan menghilangkan pengaruh subyektivitas. Mengingat luasnya
dan banyaknya variasi wilayah Indonesia, sejalan dengan kemajuan teknologi
informasi, maka aplikasi penginderaan jauh dan SIG sangat tepat. Kedua
teknologi tersebut dapat dipadukan untuk meningkatkan kemampuannya dalam
hal pengumpulan data, manipulasi data, analisis data serta menyediakan informasi
spasial secara terpadu (Wahyunto, 2007).
Banyak pendekatan aplikasi GIS terdahulu untuk deteksi perubahan yang
difokuskan pada daerah urban. Ini mungkin karena metoda deteksi perubahan
tradisional sering menghasilkan deteksi perubahan yang tidak betul karena
kompleksitas landscape urban dan model tradisional tidak bisa digunakan secara
efektif menganalisa data multi-sumber. Sehingga, kekuatan fungsi GIS
memberikan alat yang menyenangkan untuk pengolahan data multi-sumber dan
efektif dalam menangani analisa deteksi perubahan yang menggunakan data
multi-sumber. Banyak penelitian difokuskan pada integrasi GIS dan teknik
penginderaan jauh yang diperlukan untuk analisis deteksi perubahan yang lebih
akurat (Sitorus dkk, 2006).
Aplikasi penginderaan jauh digunakan untuk mendapatkan informasi yang
berkaitan dengan kondisi penutupan vegetasi dan atau penggunaan lahan saat ini
(present land use/land cover), yang didapatkan dengan cara interpretasi citra
satelit. Dari proses tersebut didapatkan informasi mengenai sebaran (distribusi)
dan kondisi penutupan lahan dan vegetasi permanen. Penginderaan jauh
merupakan teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk menyediakan peta yang
mutakhir dengan waktu, tenaga dan biaya yang relatif lebih kecil untuk kawasan
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
yang sangat luas. Salah satu data penginderaan jauh merupakan data digital
sehingga memerlukan pengelohannya untuk memperoleh informasi yang disajikan
dalam peta tematik (Sulistyo, 2004).
Citra Landsat
Dari sekian banyak satelit penginderaan jauh, yang sering digunakan untuk
pemetaan penutupan lahan adalah Landsat (Land Satellite). Seri Landsat yang
dikenal pertama kali adalah Earth Resources Technology Satellite (ERTS).
Penggunaan nama Land Satellite yang kemudian disingkat menjadi Landsat ini
dimulai sejak satelit ini digunakan untuk mempelajari lautan dan daerah pesisir
(Butler et al, 1988). Seri satelit ini terdiri dari dua generasi yaitu generasi pertama
yang terdiri dari Landsat 1, Landsat 2 dan Landsat 3; dan generasi kedua yang
terdiri dari Landsat 4 dan Landsat 5. Landsat generasi kedua mempunyai orbit
polar sunsynchronous yaitu orbitnya akan melewati tempat-tempat yang terletak
pada lintang yang sama dan dalam waktu lokal yang sama pula. Periode orbitnya
98.5 menit dengan sudut inklinasi 98.5°. Salah satu sensor dari Landsat adalah
Thematic Mapper (TM). Karakteristik Landsat TM dapat dilihat pada Tabel
1. Karakteristik sensor Landsat TM (Butler et al, dalam BAKOSURTANAL,
2003)
Panjang gelombang
Kanal 1 : 0.45 - 0.52 μm (Ungu)
Kanal 2 : 0.52 - 0.60 μm (Hijau)
Kanal 3 : 0.63 . 0.69 μm (Merah)
Kanal 4 : 0.76 - 0.90 μm (IR dekat)
Kanal 5 : 1.55 - 1.75 μm (IR menengah)
Kanal 6 : 10.4 - 12.5 μm (IR thermal jauh)
Kanal 7 : 2.08 . 2.35 μm (IR menengah)
IFOV 0.043 mrad (kecuali kanal 6 : 0.170 mrad)
Lebar sapuan 185 km
Resolusi spasial 30 m x 30 m (kecuali kanal 6 : 120 m x 120 m)
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
Sensor TM masing-masing kanal mempunyai fungsi sebagai berikut
(Lillesand dan Kiefer (1990) :
1. Kanal 1 dirancang untuk pemetaan perairan daerah pesisir, penetrasi ke dalam
tubuh air dan untuk mendukung analisis sifat khas penggunaan lahan, tanah
dan vegetasi.
2. Kanal 2 terutama dirancang untuk mengindera puncak pantulan vegetasi pada
spektrum hijau yang terletak antara dua kanal spektral serapan klorofil.
Respons pada kanal ini dimaksudkan untuk menekankan perbedaan vegetasi
dan penilaian kesuburan.
3. Kanal 3 merupakan kanal terpenting untuk memisahkan vegetasi. Kanal ini
berada dalam salah satu bagian serapan klorofil dan memperkuat kontras
kenampakan antara vegetasi serta menajamkan kontras antara kelas vegetasi
(membedakan antara lahan terbuka dengan lahan bervegetasi).
4. Kanal 4 dipilih karena respons yang tinggi terhadap sejumlah biomassa
vegetasi yang terdapat pada daerah yang dikaji. Respon yang tinggi ini akan
membantu identifikasi tanaman dan memperkuat kontras antara tanaman-tanah
dan lahan-air.
5. Kanal 5 adalah kanal yang digunakan dalam penentuan jenis tanaman,
kandungan air pada tanaman dan kondisi kelembaban tanah.
6. Kanal 6 digunakan untuk pemisahan formasi batuan.
7. Kanal 7 merupakan saluran infra merah panas dan bermanfaat dalam
klasifikasi vegetasi, analisis gangguan vegetasi, pemisahan kelembaban tanah
dan gejala-gejala lain yang berhubungan dengan panas.
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
Citra landsat TM terpilih untuk rancangan ini karena memiliki spasial dan
resolusi spektral yang bagus disajikan oleh sensor ini. Sebagai pengetahuan yang
baik , Lansat TM meliputi informasi spektral dari kenampakan (tiga band yaitu
biru, hijau dan panjang gelombang merah) (Riano, et al, 2002). Pemetaan dan
inventarisasi sumberdaya lahan suatu daerah melalui tutupan lahan dengan
menggunakan Data Citra Satelit dilakukan untuk membantu perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian program pembangunan melalui basis data potensi
tutupan lahannya dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya lahan secara
optimal (Rahmad, 2002).
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2009 di
Laboratorium Perencanaan Hutan, Departemen Kehutanan – Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara dan kawasan hutan Taman Nasional Gunung Leuser
di Resort Tangkahan, Cinta Raja dan Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser
(KEL) – Kab. Langkat, Sumatera Utara.
Bahan dan Alat
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data spasial
penutupan lahan sektor Besitang dan Tangkahan – Kab. Langkat antara lain :
a. Citra Landsat TM 5 Taman Nasional Gunung Leuser tahun 2002 dan tahun
2007 dari Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH)
b. Peta Dasar : peta Batas TNGL, peta administrasi, dan peta geologi
c. Data - data kependudukan wilayah TNGL.
Alat
Peralatan yang digunakan adalah :
a. Komputer (PC atau Work Stasion) beserta pelengkapnya.
b. Perangkat lunak, pengolahan citra, dan GIS (ERDAS Imagine 8.5 dan
ArcView GIS 3.2).
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
c. GPS
d. Kamera Digital.
e. Alat tulis
Metode
Prosedur Kerja
Prosedur kerja dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan yaitu :
Pengumpulan data
Data yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dari Dinas
Kehutanan, Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL), Balai
Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH), Balai Pusat Statistik, Kantor Bupati
Daerah Langkat dan internet.
Persiapan Data
a. Data Spasial
Data spasial merupakan data yang bersifat keruangan yang terdiri dari data
citra satelit Landsat TM 5 peta Digital Batas Taman Nasional Gunung Leuser,
peta administrasi, dan peta geologi.
Data Ground Control Points (GCP) merupakan data yang menyatakan
posisi keberadaan sesuatu di permukaan bumi dalam bentuk menemukan titik
koordinat. Data tersebut dipeorleh dengan melakukan survei langsung ke
lapangan, dan data GCP ini digunakan sebagai alah salah satu bahan dalam
interpretasi citra satelit Landsat TM 5 dengan klasifikasi terbimbing (Supervised
Classifacation).
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
b. Data Atribut
Data atribut merupakan data yang berbentuk tulisan maupun angka-angka.
Data tersebut diantaranya adalah data kependudukan (demografi) dan sosial
ekonomi masyarakat Kabupaten Langkat. Data tersebut diperoleh dari Biro Pusat
Statistik (BPS) Kabupaten Langkat, Pemda Kabupaten Langkat dan BAPPEDA
Kabupaten Langkat.
Pengolahan Awal (Pre-processing) Data Inderaja
Pengolahan awal (Pre-processing) data inderaja yang meliputi koreksi
radiometrik dan koreksi geometris (rektifikasi) dengan referensi peta topografi
dan pengukuran GPS (Global Positioning System). Koreksi geometris seluruh data
inderaja diharapkan mempunyai RMS Error (kesalahan rektifikasi) kurang dari 1
pixel (BAKOSURTANAL, 2003).
Metode rektifikasi yang digunakan adalah dengan menggunakan sejumlah
GCP (Groound Control Points) yang tampak pada citra, yang selanjutnya dibuat
persamaan yang akan mentrasformasikan posisi-posisi pixel pada data asli (belum
terkoreksi) kepada koordinat pasangannya yang telah mempunyai proyeksi
standar, seperti UTM (united Transverse Mercator) (Wijaya, 2005)
Pengolahan Citra
Data Landsat – TM yang telah dikoreksi dalam CD diimport kedalam
program ERDAS, setelah itu dilakukan pengkombinasian data citra pada band
5,4,2 yang akan menghasilkan tampilan true color atau warna sebenarnya.
Penafsiran penggunaan lahan pada data Landsat – TM menggunakan dua cara
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
analisis yaitu analisi digital dan visual untuk mendapatkan hasil yang lebih
maksimal.
Pada analisis visual, pengelompokan pixel kedalam suatu kelas
penggunaan lahan, dilakukan secara manual berdasarkan warna dari pixel yang
bersangkutan. Sedangkan analisis digital mengelompokkan piksel ke dalam kelas
berdasarkan nilai reflektansi.
Analisis Kualitatif
Analisis visual (interpretasi citra) dilakukan untuk mendeteksi dan
mengidentifikasi objek-objek permukaan bumi yang tampak pada citra satelit.
Identifikasi tersebut dilakukan berdasarkan karakteristik spasial dan spectral.
Pada klasifikasi visual atau manual, pengelompokan pixel ke dalam suatu
kelas yang telah ditetapkan dilakukan secara manual berdasarkan kunci-kunci
interpretasi (rona, warna, pola, bentuk, terkstur, bentuk, ukuran, lokasi dan
asosiasi) objek pada citra. Pendekatan ini bersifat subjektif, kualitas hasilnya
sangat dipengaruhi oleh pengalaman dan keahlian interpreter.
Analisis Kuantitatif (Digital Image Processing)
Pada teknik ini informasi diperoleh dari DN setiap pixel dengan bantuan
komputer. Proses-proses tersebut meliputi :
Klasifikasi Terbimbing (supervised classification) dengan MLC
Klasifikasi ini bertujuan untuk mengetahui tipe, distribusi, dan luasan
penggunaan/liputan lahan (land use cover) pada kawasan hutan dengan
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
menggunakan peluang maximum (Maximum Likelinood Classification). Analisis
awal ini dibantu dengan referensi peta kerja kawasan hutan maupun peta-peta lain.
Pengelompokan (klasifikasi) dilakukan secara otomatis berdasarkan training area
yang dipilih oleh interpreter. Pemilihan training area ini dilakukan berdasarkan
peta pengambilan contoh dilapangan yang dilakukan pada tempat-tempat yang
telah diketahui. Pengambilan pixel contoh perkelas pada prakteknya dianjurkan 10
kali jumlah band (N) atau 10 N atau bahkan 100 N
(Swain dan Davis, 1978 dalam Thoha, 2006).
Analisis Tingkat Kerapatan Vegetasi/Tajuk
Prinsip kerja analisis NDVI adalah dengan mengukur tingkat intensitas
kehijauan. Intensitas kehijauan pada citra landsat berkorelasi dengan tingkat
kerapatan tajuk vegetasi dan untuk deteksi tingkat kehijauan pada citra landsat
yang berkorelasi dengan kandungan klorofil daun, maka saluran yang baik
digunakan adalah saluran infra merah dan merah. Oleh sebab itu, dalam formula
NDVI digunakan kedua saluran tersebut. Persamaan yang digunakan untuk
menghitung NDVI adalah :
NDVI =
RIR
RIR
+
−
Dimana : IR = nilai reflektansi kanal infra merah (kanal 4)
R = nilai reflektansi kanal merah (kanal 3)
Kerapatan tajuk merupakan parameter penting yang dapat diketahui dari
data citra satelit untuk penentuan tingkat kekritisan hutan. Pada hal ini, kerapatan
tajuk memiliki bobot nilai 35 dengan cara skoring sebagai berikut:
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
a) Skor 3 : Kerapatan tajuk lebat (70–100% atau 0,43 ≤ NDVI ≤ 1,00)
b) Skor 2 : Kerapatan tajuk sedang (50–69% atau 0,33 ≤ NDVI ≤ 0,42)
c) Skor 1 : Kerapatan tajuk jarang (< 50% atau -1,0 ≤ NDVI ≤ 0,32)
(BPDAS, 2006).
Penggabungan hasil klasifikasi terbimbing dengan analisis indeks vegetasi
dilakukan dengan cara superimpos secara digital kedua hasil analisis tersebut
guna mengetahui tingkat kerapatan vegetasi pada setiap jenis penggunaan/liputan
lahan (land use cover).
Menghitung Luas Masing-masing Penutupan
Perhitungan luas tiap-tiap kelas tipe penutupan lahan (land use cover) pada
kawasan hutan dengan cara klasifikasi dan tabulasi silang antara hasil analisis
NDVI dan MLC (Maximum Likelihood Classification).
Survey Lapangan
Survey lapangan dilakukan untuk melengkapi hasil interpretasi citra satelit
apabila dalam interpretasi ada obyek yang meragukan/perlu dibuktikan
kebenarannya dan pengumpulan data pendukung/data sekunder. Survey lapangan
juga melakukan pengukuran mengenai posisi obyek dengan menggunakan alat
GPS (Global Positioning System) yang berfungsi untuk menentukan keberadaan
lokasi contoh tersebut kemudian hasil pencatatan koordinat pada GPS
dioverlaykan dan tumpang susun dengan peta hasil interpretasi untuk melihat
kesesuaian hasil pengecekan di lapangan dengan hasil interpretasi dari citra satelit.
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
Kegiatan survei lapangan ini meliputi berbagai kegiatan, baik pengukuran
GCP, pengecekan hasil analisis data satelit maupun pengumpulan data lapangan
seperti kandungan pirit maupun kondisi lapangan secara umum. Secara garis besar
kegiatan-kegiatan di lapangan tersebut, antara lain meliputi:
• Pengukuran koordinat titik kontrol dengan menggunakan alat GPS guna
mengetahui posisi lokasi pembuatan training area di lapangan.
• Pengecekan kebenaran klasifikasi dan analisis indeks vegetasi dari
beberapa kelas sampel dan hasil analisis yang meragukan.
Analisis Perubahan Penggunaan Lahan
Analisis perubahan penggunaan lahan dilakukan dengan membandingkan
peta penggunaan lahan tahun 2000 dengan peta penutupan lahan 2006. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan yang terjadi pada tahun
2000 sampai 2006. Laju perubahan penggunaan lahan disajikan dalam bentuk
persen dengan persamaan berikut:
V = N2 – N1 / N
Keterangan :
V = Laju perubahan penggunaan lahan
N2 = Luas penggunaan lahan tahun kedua
N = Luas Total (Hamidy, 2003)
Hasil interpretasi citra landsat TM 5 pada tahun 2000 dan tahun 2006
kemudian dioverlaykan (tumpang susun) sehingga menghasilkan peta perubahan
penggunaan lahan.
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
Uji Statistik dengan Analisis Korelasi
Korelasi merupakan teknik analisis yang termasuk dalam salah satu teknik
pengukuran asosiasi / hubungan (measures of association). Pengukuran asosiasi
merupakan istilah umum yang mengacu pada sekelompok teknik dalam statistik
bivariat yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel.
Dalam penelitian ini, analisis kolerasi digunakan untuk menentukan
hubungan kerapatan tajuk dengan penggunaan lahan. Analisis ini dapat ditentukan
dengan persamaaan :
(Supranto, 2001)
Dimana : r = koefisien korelasi
x = nilai NDVI
y = Penggunaan lahan
Untuk nilai penggunaan lahan didapat dari hasil skoring berdasarkan penggunaan
lahan, nilai skoringnya sebagai berikut :
a) Skor 3 : Hutan (kawasan hutan)
b) Skor 2 : perkebunan, semak belukar
c) Skor 1 : Pemukiman, industri, sawah dan tanah kosong, perairan.
Untuk memudahkan melakukan interpretasi mengenai kekuatan hubungan
antara dua variabel dapat kita lihat dari kriteria sebagai berikut :
• 0 : Tidak ada korelasi antara dua variable
• 0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah
• 0,25 – 0,5 : Korelasi cukup
• 0,5 – 0,75 : Korelasi kuat
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
• 0,75 – 0,99 : Korelasi sangat kuat
• 1 : Korelasi Sempurna (Sarwono, 2006).
Untuk mengetahui apakah terjadi perbedaan atau perubahan NDVI dan
penggunaan lahan tahun 2000 dan 2006 maka dilakukan uji t pada sampel
berpasangan (t-test paired sample).
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
Berikut ini adalah kerangka kegiatan penelitian :
Analisis statistik (uji Korelasi)
Citra
Landsat TM
Koreksi
Radiometrik
Koreksi Geometrik
Pengolahan Citra
• Analisis kualitatif
• Analisis kuantitatif
-Analisis kerapatan tajuk
S
U
R
V
E
y
Peta Land use NDVI
Data Tabulasi
Pengolahan
awal citra
Hubungan kerapatan
tajuk & penggunaan
lahan
Peta kerapatan
tajuk &
penggunaan lahan
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
Kawasan Ekosistem Leuser
Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) pertama kali diperkenalkan melalui
Surat Keputusan (SK) Menteri Kehutanan No.227/Kpts-II/1995 tahun 1995 yang
kemudian dikuatkan dengan Keputusan Presiden (Keppres) No.33 Tahun 1998.
Kawasan Ekosistem Leuser merupakan bentang alam yang terletak antara
Danau Laut Tawar di Propinsi Aceh dan danau Toba di Propinsi Sumatera Utara.
Ada 11 kabupaten yang tercakup di dalamnya yaitu, Aceh Tenggara, Aceh
Selatan, Aceh Utara, Aceh Timur, Aceh Barat, Aceh Singkil, Aceh Tengah, Aceh
Tenggara, Deli Serdang, Langkat, Tanah Karo, dan Dairi.
Luas keseluruhannya mencapai lebih kurang 2,5 juta hektar. Kawasan ini
terletak pada posisi geografis 2,250
- 4,950
Lintang Utara dan 96,350
– 98,550
Bujur Timur dengan curah hujan rata-rata 2.544 mm per tahun dan suhu hariannya
rata-rata 260
Celsius pada siang hari dan 210
pada malam hari. Kawasan
Ekosistem Leuser terdiri dari Taman Nasional Gunung Leuser, Suaka
Margasatwa, Hutan Lindung, Cagar Alam, dan lain-lain (Sembiring, 2005).
Resort Tangkahan dan Cinta Raja
1. Letak kawasan dan Aksesibilitas
Tangkahan dan cinta raja merupakan sebuah kawasan diperbatasan Taman
Nasional Gunung Leuser di sisi Sumatera Utara. Secara geografis kawasan
Tangkahan berada pada LU 030
41’01”, BT 980
4’28,2”. Sedangkan secara
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
administrasi kawasan Tangkahan dan cinta raja termasuk kedalam Desa Namo
Sialang dan Desa Sei.Serdang ,Kecamatan Batang Serangan, Kabupaten Langkat,
Propinsi Sumatera Utara.
2. Suhu dan kelembapan udara
Suhu udara rata-rata di kawasan ini antara 21,1 0
C – 27.5 0
C dengan
kelembaban nisbi berkisar antara 80 – 100%. Musim hujan di daerah ini
berlangsung merata sepanjang tahun tanpa musim kering yang berarti. Curah
hujan rata-rata 200 – 320 mm pertahun.
3. Topografi
Topografi kawasan berupa kawasan landai, berbukit dengan kemiringan
yang bervariasi (45 – 900
).
4 . Kesuburan Tanah
Jenis tanah diklasifikasikan terdiri dari jenis tanah Podsolik dan Litosol.
Podsolik ádalah termasuk jenis tanah yang telah mengalami tingkat perkembangan
agak lanjut, umumnya terbentuk dari batu liat ( serpih ), napal dan batu pasir atau
pada beberapa bahagian telah tercampur dengan bahan vulkanis. ;Penampang
tanah dengan kedalaman sedang mempunyai sifat kurang baik dan peka terhadap
erosi.Litosol ádalah jenis tanah tanpa perkembangan profil, merupakan batuan
kukuh dengan lapisan tanah Sangat tipis diatasnya. Pada wilayah yang curam,
terdapat batuan tanpa lapisan tanah. Bahan induk meliputi batu kapur bertufa dan
batuan volkan.
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
5. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk dari Desa Namo Sialang pada tahun 2002 adalah 5037
jiwa yang terdiri dari 2477 laki-laki dan 2560 perempuan dan tersebar pada 15
dusun. Mata pencaharian penduduk kebanyakan adalah pekerja perkebunan,
pegawai negeri, sebagian ada yang melakukan aktivitas pertanian, beternak dan
mengusahakan perikanan. Sumber energi desa, 95% berasal dari kayu dan 5%
minyak. Sedangkan penggunaan listrik berkisar hingga 80%. Sumber air desa
berasal dari mata air sungai dan hujan.
Penduduk Desa Sei Serdang berjumlah 3120 yang terdiri dari 1531 laki-
laki dan 1589 perempuan. Mata pencaharian penduduk, hampir sama dengan mata
pencaharian Desa Namo Sialang yaitu pekerja perkebunan (baik kebun milik
pribadi maupun milik investor yang berupa jeruk manis, dan karet ataupun kelapa
sawit), pegawai negeri, bertani dan beternak. Sumber energi desa adalah 90%
berasal dari kayu api, 10% dari minyak dan 100% menggunakan sumber listrik.
6. Sektor Unggulan potensial
a. Sektor Pertanian
Sektor Pertanian komoditas yang diunggulkan adalah ; Karet, Jeruk Nipis, Jeruk
Manis, Kelapa Sawit, Durian, Pisang dan lain-lain
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
b. Sektor Peternakan
Sektor Peternakan yang diunggulkan adalah di wilayah ini adalah; Ternak sapi,
Kambing dan Babi. Walaupun didalam pelaksanaannya masih menggunakan pola
konvensional dan belum intensif.
c. Sektor Perikanan Darat
Sektor Perikanan air tawar di wilayah ini belum dioptimalkan, walaupun
kesediaan lahan basah tersedia optimalkan untuk dikembangkan menjadi petakan-
petakan kolam. Dan selama ini kebutuhan masyarakat akan ikan air tawar didapat
dan dihasilkan dari Sungai.dan khusus untuk Ikan mas yang merupakan perangkat
adat istiadat masih di datangkan dari luar daerah
d. Sektor Pariwisata
Sektor Pariwisata saat ini merupakan sektor unggulan yang telah memberikan
konstribusi secara langsung maupun tidak langsung kepada penduduk desa Namo
Sialang dan Desa Sungai Serdang, terutama dalam hal pelestarian kawasan hutan
TNGL dan pelestarian sungai Batang Serangan dari kegiatan peracunan dan
perusakan ekosistem daerah aliran sungai.
Resort Sei Lepan
Sei Lepan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Langkat Sumatera Utara
yang ibukotanya terletak di Alur Durian dengan luas 654,04 km2
, jumlah
penduduk 50.068, kepadatan 76 jiwa/ km2
dan memiliki 15 desa.
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Penggunaan Lahan di Lokasi Penelitian
Berdasarkan survei yang dilakukan dilapangan maka di dapatkan beberapa
tipe penggunaan lahan di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) dan Kawasan
Ekosistem Leuser (KEL) khususnya Resort Tangkahan, Cinta Raja dan Sei Lepan
yaitu :
1. Hutan primer merupakan hutan yang memiliki struktur tajuk yang rapat
sehingga matahari tidak dapat lantai hutan dengan baik, hutan primer dapat
teridentifikasi dengan baik dan banyak terdapat di Resort Tangkahan dan
Cinta Raja, sedangkan di Resort Sei Lepan kondisi hutan Primernya sudah
sedikit.
2. Hutan sekunder merupakan hutan yang telah mengalami suksesi, hutan
sekunder merupakan tipe penutupan lahan yang paling dominan di kawasan
TNGL.
3. Lahan perkebunan dapat diartikan sebagai lahan yang penggunaannya
terutama diperuntukkan untuk tanaman perkebunan. Penggunaan lahan yang
di jumpai di Resort Tangkahan, Cinta Raja dan Sei lepan antara lain di
pergunakan untuk Tanaman Sawit dan Karet. Penggunaan lahan tersebut di
kelola oleh masyarakat dan juga oleh PT. Perkebunan Nusantara, seperti
kebun sawit.
4. Agroforestri merupakan tipe penggunaan lahan yang memiliki strata tajuk
yang ditumbuhi oleh berbagai jenis tanaman kehutanan (kayu) dan tanaman
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
pertanian. Agroforestri yang ada di Resort Tangkahan, Cnta Raja dan Sei
Lepan biasanya berdekatan dengan pemukiman dan kebun karet.
5. Penggunaan lahan yang didominasi oleh tanaman perdu dan rumput-rumput,
yang keberadaannya tidak dikelola oleh manusia dapat digolongkan dalam tipe
semak. Lahan-lahan pertanian yang tidak lagi dimanfaatkan sebagaimana
mestinya dalam waktu yang cukup lama, biasanya akan berubah menjadi
rumput dan semak. Selain itu semak juga banyak terdapat di hutan yang telah
mengalami gangguan (kegiatan illegal logging) dan lahan terbuka yang
dibiarkan dalam jangka waktu yang lama juga dapat mendorong tumbuhnya
semak.
6. Lahan terbuka merupakan salah satu tipe penggunaan lahan yang berupa tanah
kosong yang tidak di tumbuhi oleh vegetasi apapun.
7. Kategori lahan yang termasuk kedalam tipe badan air (sungai) tidak dapat
terklasifikasi (tidak ada data) karena tertutup oleh awan.
Tampilan kondisi penggunaan lahan hasil groundcheck dapat dilihat pada gambar
1. berikut
A B
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
Gambar 1. Kondisi Penggunaan Lahan (a) Agroforesrti, (b) Hutan Primer, (c)
Kebun Sawit, (d) Semak, (e) Lahan Terbuka, (f) Kebun Karet,
(g) Hutan Sekunder
G
E F
DC
D
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
Klasifikasi Penggunaan lahan
Hasil klasifikasi citra landsat TM 2002 dan 2007 dengan menggunakan
kombinasi band 543 dengan format RGB (Reed, Green, Blue) dengan
menggunakan klasifikasi terbimbing (supervised classification) dan menggunakan
metode maximum likelihood mampu membedakan pengggunaan lahan yang ada
di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (Resort Tangkahan, Cinta Raja, dan
Sei Lepan ) serta di sekitar Kawasan Ekosistem Leuser menjadi 7 tipe
penggunaan lahan di Taman Nasional Gunung Leuser khususnya di Resort
Tangkahan, Cinta Raja dan Sei Lepan serta Kawasan Ekosistem Leuser (KEL)
terdapat 7 macam yaitu hutan primer, hutan sekunder, kebun sawit, kebun karet,
agroforestri, semak, lahan terbuka, dan awan
Dalam klasifikasi penggunaan lahan pada penelitian ini terdapat kesulitan
yang cukup berarti. hal ini disebabkan karena hasil perekaman satelit untuk daerah
penelitian tahun 2002 perekaman ditutupi awan. Sehingga klasifikasi citra
berdasarkan tingkat keabuannya mengalami kesulitan, hal ini disebabkan oleh
tingkat keabuan obyek yang sama mempunyai derajat keabuan yang berbeda.
Penggunaan Lahan Tahun 2002
Kegiatan interpretasi yang dilakukan terhadap citra landsat TM 2002
mengghasilkan penggunaan lahan yang ada di TNGL khususnya di Resort
Tangkahan, Cinta Raja dan Sei Lepan serta Kawasan Ekosistem Leuser menjadi 5
tipe penggunaan lahan yaitu : hutan primer, hutan sekunder, kebun sawit, kebun
karet, dan semak. Data mengenai luas berbagai tipe penggunaan lahan dapat di
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
TNGL (Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem
Leuser) pada tahun 2002 yang di hasilkan dari proses klasifikasi citra Landsat TM
tahun 2002 adalah sebagai berikut
Tabel 2. Penggunaan lahan di Taman Nasional Gunung Leuser Tahun 2002
Penggunaan Lahan Luas (ha) Persen (%)
Hutan primer 42463.94 43.90
Hutan sekunder 12974.52 13.40
Kebun karet 3799.30 3.93
Awan 29579.15 30.60
Semak 1839.60 1.90
Kebun sawit 6017.75 6.22
Total 96674.26 100
Berdasarkan data citra landsat TM tahun 2002, tipe penggunaan lahan
yang memiliki wilayah yang paling luas adalah hutan primer. Hutan primer
memiliki luas mencapai 42463.94 Ha yang menempati 43.90 % dari luas total.
Hutan primer memiliki pola berkelompok dan banyak terdapat di Resort
Tangkahan. Hutan sekunder mempunyai luas 12974.52 Ha yang menempati
13.40 % dari luas total ke tiga resort di TNGL. Hutan sekunder banyak terdapat
pada Resort Sei Lepan seperti yang nampak pada citra Landsat TM tahun 2002.
Selanjutnya tipe penggunaan lahan yang memiliki wilayah terluas ketiga
adalah kebun sawit yaitu 6017.75 Ha atau 6.22 % dari seluruh total resort di
TNGL. Kebun sawit banyak ditemukan dikawasan Ekosistem Leuser dan Resort
Sei Lepan. Kebun karet mempunyai luas 12974.52 Ha atau 3.93 %. Untuk tipe
semak mempunyai luas sebesar 1839.60 Ha atau 1.90 % dari total keseluruhan
Resort.
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
Peta Penggunaan Lahan Taman Nasional Gunung Leuser tahun 2002 dapat
dilihat pada gambar 2 berikut
Gambar 2. Peta Penggunaan Lahan di Taman Nasional Gunung Leuser Tahun
2002
Penggunaan Lahan tahun 2007
Penggunaan lahan tahun 2007 banyak mengalami perubahan luasan. Tipe
penggunaan lahan yang teridentifikasi dapat di bagi menjadi 7 macam tipe
penggunaan lahan yaitu: hutan primer, hutan sekunder, kebun sawit, kebun karet,
agroforestri, semak dan lahan terbuka. Penafsiran terhadap citra Landsat TM
tahun 2007 menunjukkan banyaknya perubahan yang terjadi pada setiap tipe
penggunaan lahan maupun penyebarannya. Hutan primer pada tahun 2007 telah
mengalami pengurangan luas pada beberapa resort. Pada Resort Tangkahan
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
sampai Resort Cinta Raja perubahan terjadi sebagai akibat penebangan liar, yang
mengakibatkan hutan primer berubah menjadi hutan sekunder. Data mengenai
luasan tiap penggunaan lahan dapat di lihat pada tabel 3. berikut.
Tabel 3. Penggunaan lahan di Taman Nasional Gunung Leuser tahun 2007
Penggunaan lahan Luas (Ha) Persen (%)
Hutan Primer 21364.77 22.10
Hutan Sekunder 32124.90 33.20
Semak 3384.73 3.50
Kebun Karet 4213.30 4.36
Lahan Terbuka 6.20 0.01
Awan 29579.16 30.60
Kebun Sawit 5994.66 6.20
Agroforestri 6.54 0.01
Total 96674.26 100
Berdasarkan hasil penafsiran citra Landsat TM tahun 2007, hutan sekunder
merupakan tipe penggunaan lahan yang memiliki luasan yang paling besar yaitu
32124.90 ha atau 33.22 %. selanjutnya tipe penggunaan lahan hutan primer
dengan luas 21364.77 ha atau 22.10 %. Kebun sawit mempunyai luas 5994.66 ha
atau 6.20 % , kebun karet dengan luas 4213.30 ha atau 4.36 %, semak
mempunyai luas 3384.73 ha atau 3.50 % , lahan terbuka mempunyai luas 6.20 ha
atau 0.01 % , dan agroforestri mempunyai luas 6.54 ha atau 0.01 % .
Peta Penggunaan Lahan Taman Nasional Gunung Leuser tahun 2007 dapat
dilihat pada gambar 3 berikut
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
Gambar 3. Peta Penggunaan Lahan di Taman Nasional Gunung Leuser Tahun
2007
Indeks Vegetasi (NDVI)
Keberadaan vegetasi pada suatu lahan dapat digunakan sebagai salah satu
indikator tingkat kekritisan lahan. Untuk mendapatkan kerapatan vegetasi yang
menutupi lahan dibuat suatu citra yang mempresentasikan keberadaan vegetasi
pada lahan tersebut yang disebut dengan citra NDVI (Normalized Difference
VegetationIndex) (Rahmad, 2002). Menurut Rahman dkk, (2009) NDVI merupakan
suatu persamaan yang paling umum digunakan untuk mencari nilai Indeks Vegatasi
dimana NDVI memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap perubahan tajuk vegetasi
dibandingkan indeks vegetasi lainnya. Persamaan NDVI sangat cocok digunakan
pada daerah bervegetasi rapat.
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
Proses penghitungan Normalized Difference Vegetation index (NDVI)
menghasilkan dua peta NDVI Taman Nasional Gunung Leuser masing-masing
untuk tahun 2002 dan tahun 2007 (gambar 4 dan gambar 5). Nilai NDVI yang
dihasilkan , bervariasi antara -0.375 – 0.577 yaitu berupa vegetasi jarang, vegetasi
sedang dan vegetasi rapat untuk tahun 2002 sedangkan untuk tahun 2007 kisaran
nilai NDVI antara -0.115 – 0.646. Nilai NDVI citra Landsat TM tahun 2002 pada
setiap penggunaan lahan dapat dilihat pada tabel 4 berikut
Tabel 4.Kisaran nilai NDVI pada berbagai Penggunaan Lahan Tahun 2002
Penggunaan Lahan NDVI Tingkat Kerapatan
Awan -0.375 - 0.101 vegetasi jarang
Semak -0.018 - 0.101 vegetasi jarang
Kebun sawit 0.101 - 0.339 vegetasi sedang
Kebun karet 0.101 - 0.339 vegetasi sedang
Hutan sekunder 0.339 - 0.458 vegetasi rapat
Hutan primer 0.458 - 0.577 vegetasi rapat
Hasil transformasi NDVI untuk setiap kelas penggunaan lahan diperoleh
nilai digital kelas kerapatan vegetasi jarang dengan kisaran -0.375 – 0.101,
kerapatan vegetasi sedang dengan kisaran 0,101 - 0,339 dan kerapatan vegetasi
rapat dengan kisaran 0.339 – 0.577. Nilai digital tersebut ditentukan berdasarkan
kriteria kerapatan vegetasi. Kisaran nilai 0.339 – 0.577 terdapat pada kelas
penggunaan lahan yaitu hutan primer dan hutan sekunder, sedangkan untuk
kisaran nilai 0.101 – 0.339 terdapat pada kelas penggunaan lahan yaitu kebun
karet, dan kebun sawit ini menunjukkan bahwa kondisi kerapatan vegetasi masih
sangat baik. Untuk kisaran nilai -0.018 – 0.101 terdapat pada kelas penggunaan
lahan yaitu semak, sedangkan kisaran nilai NDVI antara - 0.375 – 0.101 terdapat
pada kelas awan.
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
Kisaran Nilai NDVI citra landsat TM tahun 2007 di sajikan pada tabel 5
berikut.
Tabel 5.Kisaran nilai NDVI pada berbagai Penggunaan Lahan tahun 2007
Penggunaan Lahan NDVI Tingkat Kerapatan
Awan -0.115 - -0.006 vegetasi jarang
Lahan Terbuka -0.006 - 0.102 vegetasi jarang
Semak 0.102 - 0.320 vegetasi jarang
Kebun Sawit 0.320 - 0.428 vegetasi sedang
Agroforestri 0.320 - 0.428 vegetasi sedang
Kebun Karet 0.320 - 0.428 vegetasi sedang
Hutan Sekunder 0.428 - 0.537 vegetasi lebat
Hutan Primer 0.537 - 0.646 vegetasi lebat
Nilai NDVI yang dihasilkan citra Landsat TM tahun 2002 berbeda dengan
nilai NDVI citra Landsat TM tahun 2007. Pada tabel terlihat bahwa kerapatan
vegetasi berkisar antara -0.115 – 0.646. Kerapatan vegetasi jarang mempunyai
kisaran nilai -0.006 – 0.102 yaitu terdapat pada lahan terbuka dan semak
mempunyai nilai kisaran NDVI sebesar 0.102 – 0.320. Kerapatan vegetasi sedang
mempunyai kisaran nilai NDVI antara 0.320 – 0.428 pada kelas kebun sawit,
kebun karet dan agroforestri. Sedangkan untuk vegetasi rapat mempunyai kisaran
nilai NDVI sebesar 0.428 – 0.646 yaitu terdapat pada kelas penggunaan lahan
hutan primer dan hutan sekunder. Kondisi NDVI pada setiap kelas penggunaan
lahan tahun 2002 dan 2007 dapat dilihat pada gambar berikut.
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
Gambar. 4 Peta Sebaran NDVI tahun 2002
Gambar. 5 Peta Sebaran NDVI tahun 2007
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
Perbedaan area tutupan awan pada tahun 2002 dan 2007 menimbulkan
kesulitan untuk dapat membandingkan distribusi kerapatan vegetasi secara tepat,
walaupun dapat diketahui bahwa sebagian besar area dengan kisaran NDVI -0.375
- 0.577 di tahun 2002 berubah menjadi kisaran -0.115 – 0.646 di tahun 2007
direkam dalam dua musim yang berbeda dan tidak dilakukan kalibrasi terhadap
faktor-faktor atmosfer dan musim. Oleh karena itu, maka nilai NDVI yang
dihasilkan ikut terpengaruh oleh faktor-faktor tersebut. Perbedaan musim pada
waktu perekaman menimbulkan penyimpangan dalam penghitungan nilai NDVI.
Penyimpangan ini terjadi bukan akibat adanya perubahan tutupan lahan,
melainkan lebih diakibatkan oleh perbedaan kandungan air pada vegetasi. Faktor
lain yang menyebabkan penyimpangan nilai NDVI adalah kabut, yang
mengakibatkan nilai NDVI menjadi lebih rendah dari keadaan sebenarnya
(Widayati, dkk, 2005).
Hubungan Kerapatan Tajuk dan Penggunaan Lahan
Berdasarkan data yang ada dapat diasumsikan kondisi vegetasi di lokasi
penelitian cukup baik dengan nilai rasio maksimum 0.646 , karena rasio nilai
NDVI -1 sampai dengan 1, semakin tinggi nilai maksimal maka kondisi vegetasi
di TNGL semakin baik. Nilai NDVI memiliki hubungan terhadap keberadaan
vegetasi dipermukaan bumi dan dapat digunakan untuk menunjukkan kondisi
vegetasi. Nilai NDVI berkisar antara -1 hingga +1. Nilai NDVI yang rendah
(negatif) menunjukkan tingkat vegetasi yang rendah seperti awan, air, tanah
kosong, bangunan, dan unsur non-vegetasi lainnya. Sedangkan nilai NDVI yang
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
tinggi (positif) menunjukkan tingkat vegetasi hijau yang tinggi. Jadi, nilai indeks
yang lebih besar dihubungkan dengan semakin tingginya tingkat kesuburan
penutupan vegetasi.
Hubungan antara NDVI dengan penggunaan lahan dapat diketahui
dengan menggunakan persamaan Korelasi. Nilai NDVI yang digunakan adalah
berkisar antara -0.375 – 0,577 untuk citra tahun 2002 dan -0.115 – 0.646 utuk
citra tahun 2007 berupa vegetasi. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 6 dan tabel
7
Tabel 6. Hasil analisi korelasi antara NDVI dan penggunaan lahan tahun 2002
Correlations
NDVI Land use
NDVI Pearson
Correlation
1 .855(**)
Sig. (2-tailed) . .000
N 50 50
Land use Pearson
Correlation
.855(**) 1
Sig. (2-tailed) .000 .
N 50 50
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Tabel 7. Hasil analisi korelasi antara NDVI dan penggunaan lahan tahun 2007
Correlations
NDVI Landuse
NDVI Pearson
Correlation
1 .903(**)
Sig. (2-tailed) . .000
N 50 50
Land Use Pearson
Correlation
.903(**) 1
Sig. (2-tailed) .000 .
N 50 50
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
Persamaan diatas, menunjukkan bahwa korelasi (hubungan) antara
penggunaan lahan dan NDVI sangat kuat, di mana nilai koefisien korelasi untuk
citra tahun 2002 adalah sebesar 0.855 dan untuk citra tahun 2007 koefisien
korelasinya sebesar 0.903. Nilai ini menunjukkan bahwa hubungan antara NDVI
dan penggunaan lahan terdapat korelasi positif yang signifikan (nilai sig 0.000 <
0.05) dengan koefisien korelasi sebesar 0.902 untuk tahun 2002, dan untuk tahun
2007 koefisien korelasinya sebesar 0.855 artinya semakin tinggi nilai NDVI maka
kondisi penutupan vegetasi di setiap kelas penggunaan lahan semakin baik
(semakin rapat).
Hal ini didukung oleh pernyataan Thoha (2006) yang menyatakan bahwa
semakin tinggi nilai NDVI maka tutupan lahan lahan menempati kawasan yang
bervegetasi semakin rapat. Nilai NDVI yang makin rendah ditunjukkan oleh
tutupan lahan yang berkurang kerapatan vegetasinya dan bahkan tidak
bervegetasi.
Untuk mengetahui apakah terjadi perbedaan atau perubahan NDVI dan
penggunaan lahan tahun 2002 dan 2007 maka dilakukan uji t pada sampel
berpasangan. Hasil analisis uji t dapat dilihat pada table 9 berikut
Tabel 8. Hasil Uji t Sampel berpasangan antara NDVI tahun 2002 dan Tahun
2007
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation
Std. Error
Mean
Pair 1 NDVI2002 .28332 50 .158325 .022391
NDVI2007 .44164 50 .187490 .026515
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 NDVI2002 &
NDVI2007
50 .024 .868
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
Paired Samples Test
Paired Differences t df
Sig. (2-
tailed)
Mean Std. Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 NDVI2002 -
NDVI2007
-.158320 .242469 .034290 -.227229 -.089411 -4.617 49 .000
Berdasarkan uji t dengan program SPSS 12, dari 50 titik NDVI maka
diperoleh nilai NDVI antara tahun 2002 dan 2007 berbeda nyata pada tingkat
kepercayaan 95 %. Pada tabel terlihat bahwa nilai rata-rata NDVI tahun 2002
adalah 0.28332 sedangkan nilai rata-rata NDVI tahun 2006 adalah 0.44164
Korelasi (hubungan) nilai NDVI tahun 2002 dan tahun 2007 adalah 0.244. dengan
nilai probabilitas 0.000 (<0.05), ini menunjukkan bahwa korelasi (hubungan)
antara NDVI tahun 2002 dan NDVI tahun 2007 adalah signifikan atau erat. Hasil
analisis dengan menggunakan uji t menunjukkan bahwa telah terjadinya
peningkatan tingkat kehijauan pada areal hutan ini, sehingga dapat kita simpulkan
bahwa telah terjadinya peningkatan penggunaan lahan dengan vegetasi antara
tahun 2002 – 2007 di kawasan TNGL. Hal ini didukung oleh penelitian Thoha
(2006) bahwa telah terjadi peningkatan nilai NDVI antara tahun 2002 – 2004
yaitu perubahan NDVI yang cenderung menggambarkan peningkatan tutupan
lahan dengan vegetasi di Kabupaten Bengkalis.
Peningkatan nilai NDVI pada tahun 2007 diduga terjadi karena
bertambahnya luasan hutan sekunder pada tahun 2007 (lihat tabel 9), sehingga
menyebabkan tingkat indeks vegetasi menjadi bertambah. Perubahan penggunaan
lahan hutan primer menjadi lahan hutan sekunder dengan luasan yang cukup besar
yaitu dari 12974.52 ha pada tahun 2002 menjadi 32124.89 ha pada tahun 2007
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
atau meningkat sebesar 19150.37 ha (19,80 %). Hal ini juga dapat dilihat dari
nilai NDVI masing-masing tahun, yaitu pada tahun 2002 nilai NDVI berkisar
antara -0.375 – 0.577 kemudian pada tahun 2007 telah mengalami peningkatan
nilai NDVI yaitu kisarannya menjadi -0.115 – 0.646. Dugaan lainnya yang
menyebabkan meningkatnya nilai NDVI adalah karena berkurangnya aktifitas-
aktifitas manusia (seperti pembukaan lahan) di dalam hutan sehingga kondisi
hutan sekunder pada tahun 2007 semakin baik.
Perubahan Penggunaan Lahan Periode Tahun 2002 dan Tahun 2007
Berdasarkan hasil penafsiran citra satelit Landsat TM tahun 2002 dan
2007, kawasan hutan telah mengalami perubahan penggunaan lahan. Penggunaan
lahan tersebut telah menunjukkan kenaikan maupun penurunan luas penggunaan
lahan. Perubahan penggunaan lahan tersebut terjadi pada semua jenis penggunaan
lahan yang ada yaitu hutan primer, hutan sekunder, kebun karet, kebun sawit,
semak, dan lahan terbuka serta agroforestri.
Tabel 9. Perubahan Penggunaan Lahan Periode Tahun 2002 dan Tahun 2007
Penggunaan Lahan
Tahun
Perubahan2002 2007
Luas (Ha)
Persen
(%)
Luas
(Ha)
Persen
(%)
Luas
(Ha)
Persen
(%)
Hutan Primer 42463.94 43.90 21364.77 22.10 -21099.17 -22.00
Hutan Sekunder 12974.52 13.40 32124.89 33.20 19150.37 19.80
Semak 1839.60 1.90 3384.73 3.50 1545.13 1.60
Kebun Karet 3799.3 3.93 4213.30 4.36 414.00 0.43
Lahan Terbuka - - 6.20 0.01 6.20 0.01
Kebun Sawit 6017.75 6.22 5994.67 6.20 -23.08 -0.02
Agroforestri - - 6.54 0.01 6.54 0.01
Awan 29579.16 30.60 29579.16 30.60 0 0
Total 96674.26 100 96674.26 100
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
Berdasarkan tabel diatas tipe penggunaan lahan yang cenderung
bertambah adalah hutan sekunder, kebun karet, lahan terbuka, dan semak.
Sedangkan tipe penggunaan lahan yang mengalami kecendrungan untuk
berkurang adalah hutan primer dan kebun sawit. Perubahan penggunaan lahan
terbesar terjadi pada hutan primer adalah berupa peningkatan luas wilayah hutan
sekunder yaitu dari 12974.52 ha menjadi 32124.89 ha atau penambahan luas
mencapai 19150.37 ha atau 19.80 %. Peningkatan luas hutan sekunder terjadi
karena adanya kegiatan eksploitasi penebangan pohon di hutan primer.
Tipe penggunaan lahan lain yang mengalami peningkatan luas adalah
kebun karet yaitu dari 3799.30 ha menjadi 4213.30 ha atau telah terjadi
penambahan luas sebesar 414.00 ha atau 0.43 %. Besarnya perubahan
penggunaan lahan ini diakibatkan oleh adanya kegiatan manusia pada kawasan
ini, dimana selama periode 2002 dan 2007 terjadi penambahan jumlah penduduk
di sekitar kawasan hutan ini, ini dapat dilihat dari adanya penambahan luas
kawasan perkebunan khususnya karet. Adanya penambahan jumlah penduduk
menyebabkan terjadinya pembukaan lahan oleh masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan mereka. Masyarakat yang berada di kawasan penelitian
menggantungkan pendapatan pada tanaman perkebunan seperti karet.
Tipe penggunaan lahan lain yang mengalami peningkatan luas dalam
jumlah yang besar adalah semak. Penggunaan lahan semak mengalami
peningkatan luas sebesar 1545.13 ha atau 1.60 % atau peningkatannya hampir
dua kali dari luas semak pada tahun 2002. Peningkatan luas semak ini
kemungkinan terjadi karena lahan-lahan terbuka dan lahan budidaya yang tidak
lagi dikelola, sehingga menyebabkan tumbuhnya tumbuhan semak belukar pada
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
areal hutan tersebut. Selain itu penebangan pohon dihutan primer juga
mendorong tumbuhnya semak belukar pada areal hutan tersebut.
Pada tahun 2007 terdapat lahan terbuka dengan luas yaitu 6.20 ha atau
0.01 %. Hal ini diduga berasal dari menurunnya luas hutan akibat konversi lahan
menjadi areal budidaya seperti perkebunan. pada tahun 2007 terjadi penambahan
satu kelas penggunaan lahan berupa agroforestri yaitu sebesar 6.54 ha atau 0.01
%.
Penggunaan lahan yang mengalami penurunan luas adalah hutan primer
dan kebun sawit. Hutan primer mengalami penurunan luas sebesar 21099.17 ha
atau 22.00 %. Penurunan luas ini disebabakan oleh terjadinya perambahan akibat
perkebunan, perlandangan berpindah, dan penebangan liar. Hutan primer banyak
berubah menjadi hutan sekunder, semak dan lahan perkebunan.
Kebun sawit mengalami penurunan luas sebesar 23.08 ha atau 0.02 %.
Meskipun kebun sawit mengalami penurunan luas, akan tetapi luas kebun sawit
masih mendominasi dari kebun karet pada tahun 2007. Berikut ini adalah grafik
perubahan penggunaan lahan periode tahun 2002 - 2007.
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
Gambar 6. Perubahan Luas Penggunaan Lahan Taman Nasional Gunung Leuser
Tahun 2002 – 2007
Berdasarkan gambar diatas, penggunaan lahan tahun 2002 dan tahun 2007
hutan primer mengalami perubahan menjadi hutan sekunder. Perubahan lahan ini
disebabkan adanya penebangan liar dan penyerobotan lahan (Barata, 2008).
Perubahan hutan primer menjadi hutan sekunder, perkebunan dan semak terlihat
cukup jelas pada kawasan hutan tersebut. Selain itu faktor yang menyebabkan
penurunan luas hutan primer disebabkan oleh pembukaan lahan untuk pemukiman
pengungsi.
Hasil pengamatan dilapangan bahwa aktivitas penebangan liar terjadi
hampir di semua lokasi hutan dalam kawasan TNGL SPTN VI Besitang.
Kemungkinan ini terjadi akibat kualitas kayu yang ada di dalam kawasan tersebut
cukup baik. Berikut ini adalah gambar bekas illegal logging dari hasil pengamatan
di lapangan
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
40000
45000
hutanprimer
hutansekunder
semakkebunkaretlahanterbukakebunsawitagroforestri
awan
2002
2007
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
Gambar 7. Areal Bekas illegal logging di Resort Sei Lepan
Kerusakan hutan yang besar terjadi di Resort Sei lepan dan di Kawasan
Ekosistem Leuser (KEL), dimana banyak lahan TNGL yang di rambah untuk di
jadikan kebun karet, kebun sawit dan untuk pemukiman pengungsi yang berasal
dari aceh. Kawasan hutan di Resort Tangkahan telah mengalami penambahan luas
yaitu kawasan hutan sekunder. Dulunya Resort Tangkahan juga mengalami
kerusakan akan tetapi pada 2001, digelar Kongres Desa yang berhasil
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
menyepakati Peraturan Desa untuk melarang setiap aktivitas eksploitasi hutan dan
satwa secara illegal, sekaligus melahirkan lembaga yang mengatur pengelolaan
ekowisata, yaitu Lembaga Pariwisata Tangkahan (LPT). Tangkahan sekarang
menjadi kawasan konservasi karena masyarakatnya ikut menjaga kelestarian
hutan.
Berbeda halnya dengan Resort Sei Lepan dan Kawasan Ekosisten Leuser
(KEL), kawasan ini telah mengalami kerusakan (penurunan luas kawasan hutan).
Berdasarkan keterangan dari masyarakat, kerusakan kawasan hutan ini disebabkan
oleh illegal logging atau aktivitas perekonomian lainnya seperti pembukaan
untuk lahan perkebunan. Ratusan kepala keluarga (KK) pengungsi Aceh juga ikut
merambah kawasan ini. Pengungsi tersebut juga membuka kebun sawit dan kebun
karet di kawasan ini sehingga menyebabkan peningkatan luas lahan perkebunan
tersebut (Harian Global, 2007). Hasil pemantauan tim CRU tahun 2007 juga
menunjukkan bahwa telah terjadi kegiatan illegal logging di kawasan TNGL
(Resort Sekoci dan Sei Lepan) sehingga menyebabkan penyusutan luas kawasan
hutan.
Pertambahan jumlah penduduk yang ada di kawasan TNGL menyebabkan
pembukaan atau konversi kawasan hutan menjadi awasan perkebunan dan
pemukiman. Hal ini sesuai dengan pendapat Arifin (2001), bahwa pembukaan
atau konversi kawasan hutan menjadi lahan perkebunan memang tidak
terhindarkan lagi karena kebutuhan masyarakat yang terus meningkat.
Penambahan jumlah pengungsi yang ada di kawasan Sei Lepan secara umum
dapat mempengaruhi kebutuhan penduduk terhadap lahan untuk dijadikan tempat
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
tinggal dan dan lahan perkebunan sehingga menyebabkan terjadinya konversi
berbagai tutupan lahan untuk menjadi lahan pemukiman.
Berdasarkan tabel 11, terlihat bahwa selama kurun waktu tahun 2002 –
tahun 2007 telah terjadi telah terjadi perubahan penggunaan lahan hutan primer
menjadi penutupan/penggunaan lahan lainnya (hutan sekunder, semak dan
perkebunan) (deforestasi) di kawasan TNGL. Deforestasi merupakan sebuah
istilah yang menggambarkan hilangnya hutan secara permanen maupun sementara
menjadi lahan untuk tujuan lain (Wijaya dalam Grainger, 2003). Pada gambar 7
dapat dilihat perubahan penutupan lahan hutan primer menjadi
penutupan/penggunaan lahan lainnya (perkebunan, semak dan pemukiman)
selama kurun waktu 2002 – 2007
Gambar 8. Peta Perubahan Penggunaan Lahan TNGL Tahun 2002 – 2007
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
Berdasarkan hasil penafsiran citra Landsat TM tahun 2002 – 2007,
wilayah Resort Sei Lepan teridentifikasi sebagai wilayah yang mengalami
deforestasi yang besar. Menurut Barata (2008), Penyebab kerusakan/terbukanya
kawasan hutan hujan tropis dataran rendah ini disebabkan oleh illegal logging,
pembukaan lahan untuk kepentingan tanaman pertanian dan umumnya untuk
penanaman sawit dan karet, dan perambahan oleh pengusaha sawit dan
masyarakat sekitar. Hasil analisis tim Balai TNGL luas kerusakan mencapai 8.470
ha dan pada tahun 2002 meluas lagi sampai 21.130 ha. Dengan demikian, pada
periode 7 tahun tersebut telah terjadi kerusakan seluas 1.832 ha/tahun, setara
dengan 152 ha/bulan atau 5 ha/perhari.
Masyarakat memanfaatkan lahan perkebunan ini untuk memenuhi
kebutuhan/pendapatan mereka. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamidy dalam
Soeratmo, 2003 menyatakan bahwa interaksi antara masyarakat sekitar dengan
kawasan hutan yang mengarah pada kerusakan kawasan hutan antara lain
disebabkan oleh : (1) tingkat pendapatan masyarakat sekitar relatif rendah, (2)
terbatasnya lapangan pekerjaan dan sulit mencari tambahan penghasilan, (3)
kebutuhan hasil hutan yang tidak terpenuhi karena tidak terbeli atau terbatasnya
dipasaran, (4) adanya tukang tadah hasil curian, dan (5) kurangnya patroli
keamanan kawasan. Selain itu tingkat pendidikan yang rendah, ketidaktahuan
masyarakat akan arti dan fungsi kawasan konservasi dan adanya persepsi
masyarakat yang menggarap hutan sebagai sumberdaya yang bebas dimiliki dan
dipergunakan semakin mendorong masyarakat sekitar hutan untuk melakukan
tindakan yang tidak menduung kelestarian hutan.
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
Alternatif penanganan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
kerusakan hutan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun adalah memberikan
sosialisai kepada masyarakat akan besarnya manfaat hutan untuk meningkatkan
daya dukung lingkungan, sehingga nilai kesadaran terhadap lingkungan
bertambah, dan memberikan ketegasan hukum bagi oknum yang melanggar
peraturan. Selain itu masyarakat juga harus menjadi salah satu aktor utama dalam
proses penyelesaian persoalan yang dihadapi TNGL. Peran serta masyarakat dan
pembangunan kapasitas harus menjadi aktivitas penting dalam upaya mengurangi
permasalahan yang ada. Peran serta masyarakat dalam keseluruhan proses
pembangunan merupakan syarat mutlak yang harus diperhatikan oleh semua
penentu kebijakan dan penyelenggara pembangunan disegala bidang, termasuk
bidang kehutanan.
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Tingkat kerapatan tajuk (NDVI) yang dihasilkan di kawasan TNGL
khususnya Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan
Ekosistem Leuser bervariasi antara -0.375 – 0.577 yaitu berupa vegetasi
jarang, vegetasi sedang dan vegetasi rapat untuk tahun 2002 sedangkan
untuk tahun 2007 kisaran nilai NDVI antara -0.115 – 0.646.
2. Hubungan (korelasi) antara NDVI dan penggunaan lahan tahun 2002 dan
tahun 2007 sangat kuat, dimana nilai koefisien korelasi untuk citra tahun
2002 adalah 0.855 dan untuk citra tahun 2007 sebesar 0.903, nilai ini
menunjukkan bahwa hubungan antara NDVI dan penggunaan lahan adalah
signifikan artinya semakin besar nilai NDVI maka kondisi penutupan
vegetasi di setiap kelas penggunaan lahan semakin baik (semakin rapat).
3. Pada periode tahun 2002 sampai tahun 2007 telah terjadi perubahan luasan
penggunaana lahan dan tingkat kerapatan tajuk yaitu jenis pengggunaan
lahan yang mengalami kenaikan luas penggunaan lahan terjadi pada hutan
sekunder sebesar 19150.37 ha atau 19.80 %, Sedangkan jenis penggunaan
lahan yang mengalami penurunan luas adalah tipe hutan primer yaitu sebesar
sebesar 21099.17 ha atau 22.00 %.Hasil analisis juga menunjukkan telah
terjadi perubahan nilai NDVI antara tahun 2002 dan 2007 yaitu berupa
peningkatan tingkat kerapatan tajuk (nilai NDVI) pada kelas penggunaan
lahan.
Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan
Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort
Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009.
Saran
1. Perlu dilakukan pemantauan perubahan penggunaan lahan di kawasan
Taman Nasional Gunung Leuser menggunakan Sistem Informasi
Geografis (SIG) dan Penginderaan Jarak Jauh secara periodik agar
perubahan yang terjadi dapat terpantau dengan baik.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan citra satelit
terbaru untuk memperoleh kondisi aktual perubahan penggunaan lahan
sehingga tindakan preventif dalam rangka pengelolaan hutan dapat lebih
dini dilakukan dalam kaitannya dengan kelestarian fungsi hutan.
TNGL_NDVI
TNGL_NDVI
TNGL_NDVI
TNGL_NDVI
TNGL_NDVI
TNGL_NDVI
TNGL_NDVI
TNGL_NDVI
TNGL_NDVI

Contenu connexe

Similaire à TNGL_NDVI

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Studi K...
ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Studi K...ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Studi K...
ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Studi K...Hanifah Nurhayati
 
jbi,+05+N303+225-234.pdf
jbi,+05+N303+225-234.pdfjbi,+05+N303+225-234.pdf
jbi,+05+N303+225-234.pdfNovrySaputra1
 
8204-ID-analisis-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-debit-sungai-mamasa.pdf
8204-ID-analisis-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-debit-sungai-mamasa.pdf8204-ID-analisis-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-debit-sungai-mamasa.pdf
8204-ID-analisis-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-debit-sungai-mamasa.pdfFriscaZofanoraPramah1
 
PENERAPAN TEKNIK PEROLEHAN DATA TUTUPAN KANOPI (CANOPY COVER) MENGGUNAKAN PE...
PENERAPAN TEKNIK PEROLEHAN DATA TUTUPAN  KANOPI (CANOPY COVER) MENGGUNAKAN PE...PENERAPAN TEKNIK PEROLEHAN DATA TUTUPAN  KANOPI (CANOPY COVER) MENGGUNAKAN PE...
PENERAPAN TEKNIK PEROLEHAN DATA TUTUPAN KANOPI (CANOPY COVER) MENGGUNAKAN PE...bramantiyo marjuki
 
minggu 4_ Kel. 2_ Kelas A_08191045_08191059_08191065_08191075.pptx
minggu 4_ Kel. 2_ Kelas A_08191045_08191059_08191065_08191075.pptxminggu 4_ Kel. 2_ Kelas A_08191045_08191059_08191065_08191075.pptx
minggu 4_ Kel. 2_ Kelas A_08191045_08191059_08191065_08191075.pptxRestyAnnisaKusnadi
 
42-59 (1).pdf
42-59 (1).pdf42-59 (1).pdf
42-59 (1).pdfGTLink
 
Analisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaian
Analisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaianAnalisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaian
Analisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaianjufrikarim
 
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK  MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK  MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...bramantiyo marjuki
 

Similaire à TNGL_NDVI (9)

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Studi K...
ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Studi K...ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Studi K...
ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Studi K...
 
jbi,+05+N303+225-234.pdf
jbi,+05+N303+225-234.pdfjbi,+05+N303+225-234.pdf
jbi,+05+N303+225-234.pdf
 
8204-ID-analisis-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-debit-sungai-mamasa.pdf
8204-ID-analisis-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-debit-sungai-mamasa.pdf8204-ID-analisis-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-debit-sungai-mamasa.pdf
8204-ID-analisis-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-debit-sungai-mamasa.pdf
 
Dinaaaaaaa
DinaaaaaaaDinaaaaaaa
Dinaaaaaaa
 
PENERAPAN TEKNIK PEROLEHAN DATA TUTUPAN KANOPI (CANOPY COVER) MENGGUNAKAN PE...
PENERAPAN TEKNIK PEROLEHAN DATA TUTUPAN  KANOPI (CANOPY COVER) MENGGUNAKAN PE...PENERAPAN TEKNIK PEROLEHAN DATA TUTUPAN  KANOPI (CANOPY COVER) MENGGUNAKAN PE...
PENERAPAN TEKNIK PEROLEHAN DATA TUTUPAN KANOPI (CANOPY COVER) MENGGUNAKAN PE...
 
minggu 4_ Kel. 2_ Kelas A_08191045_08191059_08191065_08191075.pptx
minggu 4_ Kel. 2_ Kelas A_08191045_08191059_08191065_08191075.pptxminggu 4_ Kel. 2_ Kelas A_08191045_08191059_08191065_08191075.pptx
minggu 4_ Kel. 2_ Kelas A_08191045_08191059_08191065_08191075.pptx
 
42-59 (1).pdf
42-59 (1).pdf42-59 (1).pdf
42-59 (1).pdf
 
Analisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaian
Analisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaianAnalisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaian
Analisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaian
 
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK  MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK  MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...
 

Dernier

PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfGugunGunawan93
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdfsandi625870
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaEzraCalva
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPCMBANDUNGANKabSemar
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSyudi_alfian
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 

Dernier (20)

PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 

TNGL_NDVI

  • 1. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. HUBUNGAN KERAPATAN TAJUK DAN PENGGUNAAN LAHAN BERDASARKAN ANALISIS CITRA SATELIT DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) Hasil Penelitian Oleh : Julia Rahmi 051201019/Manajemen Hutan DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
  • 2. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. LEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Kerapatan Tajuk dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit dan Sistem Informai Geografis di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) Nama Mahasiswa : Julia Rahmi NIM : 051201019 Program Studi : Manajemen Hutan Disetujui Oleh Komisi Pembimbing : Pindi Patana, S.Hut.,M.Sc Ketua Anggota Achmad Siddik Thoha S. Hut., M.Si Megetahui, Ketua Departemen Kehutanan NIP. 19641228 20001 21001 Dr.Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS
  • 3. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. ABSTRACT Every activity around Gunung Leuser National Park (GLNP) have changed the condition of land use and level of vegetation index (NDVI) which surround the area, especially Leuser Ecosystem. This damaging condition is caused by illegal logging, opening new area for agricultural, especially oil palm and rubber plantation. Based on this situation, to detect changing of land use and NDVI quickly and accurately, it is used remote sensing and geographic information system (GIS) The purpose of this study is to find out briefly the density level of vegetation (NDVI) in every land use in 2002 and 2007 and to find out the correlation of vegetation density level with land use and also the changing of land use in 2002 and 2007. The research found that the range of NDVI in every land use in 2002 and 2007 are varied between -0.375 – 0.577, which is far vegetation, average vegetation and close vegetation in 2002, and in 2007 the range of NVDI between –0.115 – 0.646. The correlation between NVDI and land use in 2002 and 2007 is strongly related, where the correlation of coefficient value in 2002 is 0.855 and correlation of coefficient value in 2002 is 0.903. In period 2002 until 2007 level of changing area has occured increasingly to secondary forest which is 19150.37 ha atau 19.80 %, Whereas the kind of using area are greatly decrease is primary forest which is 21099.17 ha or 22 %. Key words : GLNP, NDVI, Land Use, GIS
  • 4. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. ABSTRAK Berbagai kegiatan yang ada di sekitar kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) telah mengubah kondisi penggunaan lahan dan tingkat indeks vegetasi (NDVI) yang ada di sekitar kawasan tersebut khususnya Kawasan Ekosistem Leuser (KEL). Penyebab kerusakan kawasan ini antara lain disebabkan oleh illegal logging, pembukaan lahan untuk kepentingan tanaman pertanian dan umumnya untuk penanaman sawit dan karet. Berdasarkan hal ini, Untuk mendeteksi perubahan penggunaan lahan dan NDVI dengan cepat dan akurat maka digunakan teknologi penginderaan jarak jauh dan sistem informasi geografis (SIG). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kerapatan vegetasi (NDVI) diberbagai penggunaan lahan tahun 2002 dan 2007 dan mengetahui hubungan kerapatan vegetasi dengan penggunaan lahan serta mengetahui perubahan penggunaan lahan tahun 2002 dan 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kisaran NDVI di berbagai penggunaan lahan tahun 2002 dan 2007 bervariasi antara -0.375 – 0.577 yaitu berupa vegetasi jarang, vegetasi sedang dan vegetasi rapat untuk tahun 2002 sedangkan untuk tahun 2007 kisaran nilai NDVI antara -0.115 – 0.646. Hubungan (korelasi) antara NDVI dan penggunaan lahan tahun 2002 dan tahun 2007 sangat kuat, dimana nilai koefisien korelasi untuk citra tahun 2002 adalah 0.855 dan untuk citra tahun 2007 sebesar 0.903. Pada periode tahun 2002 sampai tahun 2007 telah terjadi perubahan luasan penggunana lahan yaitu jenis pengggunaan lahan yang mengalami kenaikan luas penggunaan lahan terjadi pada hutan sekunder sebesar sebesar 19150.37 ha atau 19.80 %, Sedangkan jenis penggunaan lahan yang mengalami penurunan luas adalah tipe hutan primer yaitu sebesar 21099.17 ha atau 22 %. Kata Kunci: TNGL, NDVI, Penggunaan Lahan, SIG
  • 5. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Meureudu pada tanggal 13 juli 1988, dari ayah Muhammad. S dan ibu Ainol Mardiah. Penulis merupakan putri ke-dua dari empat bersaudara. Tahun 1999 penulis lulus dari SD Negeri 1 Meureudu, pada tahun 2002 lulus dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Meureudu. Tahun 2005 lulus dari Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 1 Meureudu dan pada tahun 2005 lulus seleksi masuk USU melalui jalur Pemanduan Minat dan Prestasi (PMP). Penulis memilih Program Studi Manajemen Hutan, Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian. Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di HPHTI PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) Estate Baserah, Riau selama 2 (dua) bulan yaitu sejak 05 Januari sampai dengan 05 Maret 2009.
  • 6. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan segala Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai sebagai mana mestinya. Skripsi ini berjudul “ Hubungan Kerapatan Tajuk dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit dan Sistem Informasi Geografis di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) “. Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Selama melaksanakan penelitian hingga penyusunan skripsi ini selesai, banyak bantuan yang telah diberikan oleh berbagai pihak kepada penulis. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak tersebut terutama kepada : 1. Bapak Pindi Patana, S.Hut, MSc selaku Ketua Komisi Pembimbing (Dosen Pembimbing I). 2. Bapak Achmad Siddik Thoha, S.Hut, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing (Dosen Pembimbing II). 3. Bapak Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS selaku Ketua Departemen Kehutanan Universitas Sumatera Utara. 4. Staf pengajar dan para pegawai di Departemen Kehutanan USU. 5. Kedua orangtua tercinta Ayahanda Muhammad. S dan Ibunda Ainol Mardiah, sumber kekuatan dan pemberi semangat sepanjang hidupku. 6. Saudara-Saudariku tercinta yakni Desi Adriani, Rahma Wati dan Maini Rizki yang selalu memberikan dukungan dan semangat selama ini.
  • 7. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. 7. FFI (Fauna and Flora Internasional) yang telah membantu memfasilitasi dan mensponsori penelitian baik selama di lapangan maupun dalam penyelesaian skripsi. 8. Staf dan pegawai Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL) dan Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) yang telah memberikan bantuan baik data maupun peralatan lapangan. 9. Seluruh pihak yang telah membantu dalam pengambilan data selama dilapangan yaitu Pak Edy, Wak Dolah, bang Supri dan bang Ucok. 10. Bapak Ronal dari Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) dan kak Dwi dari Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL) yang telah membantu dalam mendapatkan data penelitian. 11. Para sahabatku dari jurusan MNH dan BDH yaitu Pepi, Najmi, Zihan, Gian, Nina dan Mala yang selalu memberikan dukungan dan semangat. Semoga Allah SWT memberikan Rahmat-Nya atas jasa-jasa yang telah diberikan kepada penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang Kehutanan. Medan, Agustus 2009 Penulis
  • 8. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. DAFTAR ISI Halaman ABSTRACT ........................................................................................... i ABSTRAK.............................................................................................. ii RIWAYAT HIDUP................................................................................ iii KATA PENGANTAR............................................................................ iv DAFTAR TABEL .................................................................................. vii DAFTAR GAMBAR.............................................................................. xi DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... x PENDAHULUAN Latar Belakang................................................................................ 1 Perumusan Masalah ....................................................................... 3 Tujuan............................................................................................. 3 Manfaat Penelitian .......................................................................... 3 Kerangka Pemikiran........................................................................ 4 TINJAUAN PUSTAKA Taman Nasional Gunung Lauser...................................................... 5 Sekilas Tentang TNGL.................................................................... 5 Flora dan Fauna................................................................................ 6 Penggunaan Lahan........................................................................... 7 Kerapatan Tajuk .............................................................................. 9 Penginderaan Jauh.......................................................................... 10 Sistem Informasi Geografis ............................................................. 11 Aplikasi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis untuk Pemetaan Penggunaan Lahan........................................................... 12 Citra Landsat ................................................................................... 14 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................... 17 Bahan dan Alat ................................................................................ 17 Bahan......................................................................................... 17 Alat............................................................................................ 17 Metode ............................................................................................ 18 Prosedur Kerja ........................................................................... 18 Pengumpulan Data ..................................................................... 18 Persiapan Data ........................................................................... 18 Pengolahan Awal (Pre-processing) data inderaja........................ 19 Koreksi Geometrik .............................................................. 20 Pengolahan Citra........................................................................ 22 Analisis Kualitatif ...................................................................... 23 Analisis Kuantitatif (Digital Image Processing) ......................... 23
  • 9. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. Penajaman Citra (image enhancement)................................ 23 Principle Component Analisis .............................................. 23 Klasifikasi Terbimbing (supervised classification) dengan MLC ........................................................................ 23 Analisis Tingkat Kerapatan Vegetasi/Tajuk.......................... 23 Menghitung Luas Masing-masing Penutupan ............................. 24 Survey Lapangan........................................................................ 24 Analisis Perubahan Penggunaan Lahan ...................................... 25 Uji Statistik dengan Analisis Korelasi ........................................ 26 KONDISI UMUM.................................................................................. 29 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi penggunaan lahan dilokasi penelitian................................... 33 Klasifikasi penggunaan lahan ........................................................... 36 Penggunaan lahan tahun 2002 ...................................................... 36 Penggunaan lahan tahun 2007 ...................................................... 38 Indeks Vegetasi (NDVI) .................................................................. 40 Hubungan kerapatan tajuk dan penggunaan lahan............................ 44 Perubahan penggunaan lahan periode tahun 1999 dan tahun 2006.... 48 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ...................................................................................... 56 Saran ................................................................................................ 57 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
  • 10. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. DAFTAR TABEL Halaman 1. Karakteristik sensor Landsat TM....................................................... 14 2. Penggunaan lahan tahun 2002............................................................ 37 3. Penggunaan lahan tahun 2007............................................................ 38 4. Kisaran nilai NDVI citra Landsat TM tahun 2002.............................. 41 5. Kisaran nilai NDVI citra Landsat TM tahun 2007.............................. 42 6. Hasil analisis korelasi antara NDVI dan penggunaan lahan................ tahun 2002 ........................................................................................ 45 7. Hasil analisis korelasi antara NDVI dan penggunaan lahan tahun 2007 ........................................................................................ 45 8. Hasil uji t sampel berpasangan antara NDVI tahun 2007 ................... 46 dan tahun 2007 9. Perubahan Penggunaan lahan periode tahun 2002 dan tahun 2007........ 48
  • 11. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Kondisi penggunaan lahan.................................................................. 35 2. Peta penggunaan lahan di Taman Nasional Gunung Leuser tahun 2002.................................................................................................... 38 3. Peta penggunaan lahan di Taman Nasional Gunung Leuser tahun 2007.................................................................................................... 40 4. Peta sebaran NDVI tahun 2002........................................................... 43 5. Peta sebaran NDVI tahun 2007........................................................... 43 6. Perubahan luas penggunaan lahan TNGL tahun 2002 – 2007.............. 50 7. Areal bekas illegal logging................................................................. 52 8. Peta perubahan luas penggunaan lahan TNGL tahun 2002 – 2007 ...... 54
  • 12. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. DAFTAR LAMPIRAN 1. Data Nilai NDVI tahun 2002 dan 2007 untuk analisis uji t............. 57 2. Data NDVI dan skor penggunaan lahan untuk analisis Korelasi Tahun 2002 ................................................................................... 59 3. Data NDVI dan skor penggunaan lahan untuk analisis Korelasi Tahun 2007 ................................................................................... 61
  • 13. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. PENDAHULUAN Latar Belakang Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin meningkat, maka kebutuhan lahan untuk dijadikan pemukiman dan lahan pertanian serta perkebunan dirasakan semakin meningkat pula. Hal terebut menyebabkan terjadinya konversi-konversi lahan, baik dari lahan pertanian menjadi daerah pemukiman maupun dari lahan hutan menjadi lahan perkebunan dan pertanian. Dengan berubahnya penggunaan lahan maka kondisi penutupan vegetasi di setiap kelas penggunaan lahan juga akan berubah. Berbagai kegiatan yang ada di sekitar kawasan Taman Nasional Gunung Lauser (TNGL) Sektor Besitang telah mengubah kondisi penggunaan lahan dan indeks vegetasi yang ada disekitar kawasan tersebut. Fenomana tersebut memerlukan penanganan sejak dini dan terintegrasi dari berbagai aspek yang berkaitan dengan pengelolaan TNGL. Dalam kasus TNGL di Sei Lepan, kondisi open access telah terjadi beberapa beberapa tahun yang lalu, sehingga pendudukan, perambahan dan spekulasi lahan menjadi suatu keniscayaan. Pada awal tahun 2000, terjadi gelombang pengungsi dari Aceh Timur, yang semula hanya 6 kepala keluarga (KK). Ketika tidak dilakukan penyelesaian secara tuntas maka jumlah pengungsi telah mencapai 555 KK. Hal ini menyebabkan terjadinya perambahan ribuan hektar lahan TNGL dan dijadikan perkebunan sawit. Tidak kurang dari 10.000 Ha kawasan hutan hujan tropis dataran rendah di Resort Sekoci, Besitang telah
  • 14. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. hancur. Pembakaran yang berulang untuk penanaman sawit telah menghentikan proses suksesi alami di wilayah ini (Kepala Balai TNGL, 2007). Kegiatan ini juga terjadi di Tangkahan Kecamatan Batang Serangan seluas 450 ha telah rusak dibuka menjadi perkebunan kelapa sawit. Kerusakan hutan di Tangkahan telah terjadi sejak tahun 2000 sampai 2003 yaitu terjadinya perambahan dan kegiatan penebangan liar. Sehingga menyebabkan perubahan penggunaan lahan di kawasan ini (Hasibuan, 2003). Identifikasi penggunaan lahan di sekitar TNGL penting dilakukan untuk mengetahui apakah penggunaan lahan yang dilakukan oleh aktivitas manusia sesuai dengan potensi ataupun daya dukungnya dan juga untuk mengetahui berapa besar perubahan penggunaan lahan yang terjadi. Integrasi teknologi penginderaan jauh merupakan salah satu bentuk yang potensial dalam penyusunan arahan fungsi penggunaan lahan. Dasar penggunaan lahan dapat dikembangkan untuk berbagai kepentingan penelitian, perencanaan, dan pengembangan wilayah. Pemanfaatan teknologi penginderaan jarak jauh dan Sistem Informasi Geografis merupakan salah satu cara yang dapat digunakan dalam mendekteksi perubahan penggunaan lahan dari tahun ke tahun dengan cepat dan akurat sehingga menghasilkan suatu informasi mengenai sebaran (distribusi) penggunaan lahan dan tingkat penutupan vegetasi permanen di setiap kelas pengunaan lahan di Besitang dan Tangkahan.
  • 15. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. Perumusan Masalah Adapun perumusan masalah dari penelitian ini adalah: 1. Berapa besar tingkat kerapatan tajuk di kawasan TNGL Resort Tangkahan Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser? 2. Bagaimanakah hubungan antara kerapatan tajuk dengan penggunaan lahan di kawasan TNGL Resort Tangkahan Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser? 3. Berapa persen Perubahan penggunaan lahan dari tahun 2002 sampai 2007 di kawasan TNGL Resort Tangkahan Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser? Tujuan 1. Mengetahui tingkat kerapatan tajuk di kawasan TNGL Resort Tangkahan Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser. 2. Menentukan hubungan kerapatan tajuk dengan penggunaan lahan di kawasan TNGL Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser. 3. Mengetahui perubahan penggunaan lahan dan tingkat kerapatan tajuk di kawasan TNGL Resort Tangkahan Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai sumber informasi dan bahan pertimbangan bagi seluruh pihak pengelola Taman Nasional Gunung Leuser
  • 16. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. dalam menentukan tindakan pengelolaan secara internal (TNGL) dan eksternal (pengelolaan masyarakat). Kerangka Pemikiran Kerangka penelitian dapat dilihat pada gambar berikut Ancaman terhadap TNGL Potensi perubahan penggunaan lahan Analisis perubahan penggunaan lahan & kerapatan tajuk Citra satelit & SIG Perbandingan perubahan penggunaan lahan & tingkat kerapatan Tahun 2007Tahun 2002 Illegal Logging perkebunan pertanian Pemukiman Penduduk (pengungsi )
  • 17. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. TINJAUAN PUSTAKA Taman Nasional Gunung Leuser Sekilas Tentang Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) Taman Nasional merupakan salah satu bentuk kawasan konservasi yang mempunyai fungsi dan peranan sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya (Ahmad, 1999). TNGL merupakan panorama alam dan paru- paru dunia yang telah ditetapkan oleh pemerintah indonesia sebagai cagar alam nasional sejak tahun 1980 dan ditetapkan sebagai warisan dunia (cagar biosfer) oleh UNESCO pada tahun 2004. Indonesia dan Malaysia juga bekerja sama menetapkan TNGL dan Taman Negara National di Malaysia sebagai ’sister park’. Cagar Biosfer didefinisikan sebagai kawasan ekosistem dataran atau pesisir yang diakui oleh Program MAB- UNESCO untuk mempromosikan keseimbangan hubungan antara manusia dengan alam. Sedangkan Warisan Dunia adalah Warisan yang terdiri dari (1) Warisan Alam dan Warisan Budaya, (2) Melestarikan Warisan yang tidak dapat di gantikan dan warisan yang memiliki “Nilai Universal Istimewa”, (3). Perlu melindungi warisan yang tidak dapat dipindahkan ,dan (4). Menjadi tanggung jawab kesadaran dan Kerjasama Kolektif internasional (UNESCO (2004) dalam Dephut (2008).
  • 18. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. Flora dan Fauna TNGL merupakan suaka tropis terbesar dan terkaya didunia. TNGL merupakan habitat dari sejumlah besar spesies fauna mulai dari mamalia, burung, reptil, ampibi, ikan, dan invertebrate. Kawasan ini memiliki daftar spesies burug yang panjang, dimana dari 380 spesies burung yang ada (65% dari total jumlah spesies burung diseluruh pulau Sumatera), 350 diantaranya tinggal di kawasan ini. Di TNGL juga terdapat 36 dari 50 jenis burung endemik di Sundaland. Hampir 65% atau 129 spesies mamalia dari 205 spesies (mamalia besar dan kecil) di Sumatera tercatat tinggal di taman nasional ini (Wiratno, 2006). Keunikan kawasan ini yang tidak dimiliki taman nasional lain adalah, memiliki empat jenis satwa yang tergolong paling langka yaitu gajah sumatera (Elephas maximus), badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), dan orang utan sumatera (Pongo pygmaeus abelii). Selain itu, TNGL juga merupakan surga bagi beragam jenis mamalia penting lain seperti serudung (Hylobates lar), siamang (Hylobates syndactilus), kera (Macaca fascicularis), beruk (Macaca nemestriana), kedih (Presbytis thomasi), macan dahan (Neofelis nebulosa), beruang (Helarctos malayanus), dan kambing hutan (Capricornis sumatrensis) (Ari, 2008). Pentingnya kawasan ini dibuktikan dengan ekspedisi Van Steenis tahun 1937, dan dilanjutkan dengan ekspedisi-ekspedisi lainnya, membuktikan kayanya keragaman hayati taman nasional ini. Tidak kurang dari 4.000 spesies tumbuhan dapat dijumpai, termasuk yang paling fenomenal adalah ditemukannya 3 dari 15 tanaman parasit yang terkenal yaitu jenis Refflesia seperti yaitu Raflesia rchussenii, Raflesia micropylora, dan Raflesia arnoldi. TNGL juga habitat jenis
  • 19. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. bunga tertinggi didunia yaitu Amorphophalus titanum. Komposisi vegetasinya tersebar dalam beberapa zonasi (menurut ketinggian dari permukaan laut), yaitu Coastal vegetation, Tropical zone (0-1000m), Colline Sub-Zone, (500-1000 m), Montane zone (1500-2400 m), Subalpine Zone (2400-3400 m), Mountain Blang Vegetation (2600-3000 m), dan Anthropogenic Vegetation. Selain itu, taman nasional ini juga tempat yang penting sebagai habitat tumbuhan obat (Wiratno, 2006). Taman Nasional Gunung Lauser telah menjadi bagian dari pembangunan kehutanan nasional, dengan visi TNGL guna peningkatan kualitas mutu kehidupan masyarakat dan lingkungan. Sedangkan fungsi kawasan TNGL meliputi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis dan ekosistemnya, serta pemanfaatan secara lestari (Balai TNGL, 2001). Penggunaan Lahan Pemetaan penggunaan lahan dan penutup lahan sangat berhubungan dengan studi vegetasi, tanaman pertanian dan tanah dari biosfer. Karena data penggunaan lahan dan penutup lahan paling penting untuk planner yang harus membuat keputusan yang berhubungan dengan pengelolaan sumberdaya lahan, maka data ini sangat bersifat ekonomi (Lo, 1995). Penggunaan lahan merupakan aktivitas manusia pada dan kaitannya dengan lahan, yang biasanya tidak secara langsung tampak dari citra. Penggunaan lahan telah dikaji dari beberapa sudut pandang yang berlainan, sehingga tidak ada satu definisi yang benar-benar tepat (Purbowaseso, 1995). Penggunaan lahan berhubungan dengan kegiatan manusia pada sebidang lahan, sedangkan penutup
  • 20. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. lahan lebih merupakan perwujudan fisik obyek-obyek yang menutupi lahan tanpa mempersoalkan kegiatan manusia terhadap obyek-obyek tersebut. Satuan – satuan penutup lahan kadang-kadang juga bersifat penutup lahan alami (Lillesand dan Kiefer, 1994 ). Klasifikasi penutup lahan/penggunaan lahan adalah upaya pengelompokan berbagai jenis penutup lahan/penggunaan lahan ke dalam suatu kesamaan sesuai dengan sistem tertentu. Klasifikasi penutup lahan/penggunaan lahan digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam proses interpretasi citra penginderaan jauh unutk tujuan pemetaan penutup lahan/penggunaan lahan. Banyak sistem klasifikasi penutup/penggunaan lahan yang telah dikembangkan, yang dilatarbelakangi oleh kepentingan tertentu atau pada waktu tertentu (Sitorus, dkk, 2006). Parameter penutupan lahan menggambarkan kondisi penutupan lahan berdasarkan persentasi tutupan tajuk pohon. Data yang bisa menggambarkan tutupan lahan Secara menyeluruh (sinoptik) adalah data hasil perekaman penginderaan jauh. Dengan demikian untuk menilai prosentase tutupan tajuk suatu lahan dibutuhkan foto udara atau citra satelit. Data penginderaan jauh ini kemudian diinterpretasi mengenai kondisi penutupan lahannya. Satuan pemetaan dari parameter penutupan lahan ini adalah satuan penutupan lahan/penggunaan lahan yang homogen. Parameter vegetasi permanen pada dasarnya juga sama dengan parameter penutupan lahan yaitu dinilai berdasarkan persentasi tutupan tajuk pohon. Dengan demikian satuan pemetaan dari parameter vegetasi permanen ini adalah satuan penutupan/penggunaan lahan. Perbedaan keduanya adalah pada saat proses skoring dan pengkelasan prosentase tutupan tajuk.
  • 21. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. Penggunaan lahan termasuk dalam komponen sosial budaya karena penggunaan lahan mencerminkan hasil kegiatan manusia atas lahan serta statusnya (Bakosurtanal, 2007). Adanya aktifitas manusia dalam menjalankan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya sehari-hari berdampak pada perubahan penutup/penggunaan lahan. Diperkotaan, perubahan umumnya mempunyai pola yang relatif sama, yaitu bergantinya penggunaan lahan lain menjadi lahan urban Perubahan penggunaan lahan yang pesat terjadi apabila adanya investasi dibidang pertanian atau perkebunan. Dalam kondisisi ini akan terjadi perubahan lahan hutan, semak, ataupun alang-alang menjadi lahan perkebunan. Perubahan yang dilakukan oleh masyarakat terjadi dalam skala kecil (Sitorus, dkk, 2006). Kerapatan Tajuk Kerapatan vegetasi/tajuk dapat didekati dengan pengenalan manual atau dengan cara digital. Pengenalan manual dapat menghasilkan kerapatan secara kualitatif atau kuantitatif dengan tingkat ketelitian yang rendah. Kerapatan tajuk dapat diketahui dengan cara digital. Dasar pengenalan kerapatan tajuk dengan cara digital adalah nilai pantulan spektral hijau daun. Berdasarkan tinggi rendahnya intensitas pantulan hijau daun dapat dikelaskan sebagai indikasi tingkat kerapatan tajuk (BPDAS, 2006). Klasifikasi kerapatan tajuk ini dilakukan dengan menggunakan program pengolah data citra (image processing), dimana di dalamnya tersedia modul untuk menghitung nilai intensitas pantulan spektral hijau daun. Sesuai dengan karakteristiknya, saluran merah dan infra merah sangat sesuai dengan kepekaan terhadap pantulan hijau dari kandungan klorofil daun. Oleh sebab itu, kedua
  • 22. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. saluran tersebut digunakan untuk mengidentifikasi pantulan hijau daun dengan menggunakan formula NDVI (Normalized Defference Vegetation Index) (BPDAS, 2006). NDVI (Normalized Defference Vegetation Index) adalah salah satu cara yang efektif dan sederhana untuk mengidentifikasi kondisi vegetasi di suatu wilayah, dan metode ini cukup berguna dan sudah sering digunakan dalam menghitung indeks kanopi tanaman hijau pada data multispectral penginderaan jauh. Secara definisi matematis, dengan menggunakan NDVI, maka suatu wilayah dengan kondisi vegetasi yang rapat akan memiliki nilai NDVI yang positif. Sedangkan nilai NDVI perairan bebas akan cenderung bernilai negatif. Penginderaan Jauh Penginderaan jauh merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan informasi mengenai obyek dan lingkungannya dari jarak jauh tanpa sentuhan fisik. Tujuan utama penginderaan jauh adalah untuk mengumpulkan data sumberdaya alam dan lingkungan. Biasanya teknik ini menghasilkan beberapa bentuk citra yang selanjutnya diproses dan diinterpretasi guna membuahkan data yang bermanfaat untuk aplikasi di bidang pertanian, arkeologi, kehutanan, geografi, geologi, perencanaan, dan bidang-bidang lainnya (Lo, 1995). Saat ini sistem satelit sebagai salah satu sistem penhinderaan jauh menjadi perhaitan utama dikarenakan kemampuannya dalam mengatasi kendala dalam keterbatasan dan lamanya operasi dari sistem penginderaan jauh. Penggunaan pesawat luar angkasa yang mengorbit secara teratur mengelilingi bumi dari
  • 23. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. ketinggian beberapa ratus kilometer menghasilkan pengamatan bumi yang teratur dengan alat-alat penginderaan jauh yang sesuai (Lo, 1995). Menurut Lillesand dan Kiefer (1993) dalam Wijaya (2005) penginderaan jauh meliputi dua proses utama yaitu pengumpulan data dan analisis data. Elemen proses pengumpulan data meliputi : a) sumber energi, b) perjalanan energi melalui atmosfer, c) interaksi antara energi dengan kenampakan di muka bumi, d) sensor wahana pesawat terbang dan/atau satelit, e) hasil pembentukan data dalam bentuk piktoral dan/atau bentuk numerik. Singkatnya, kita menggunakan sensor untuk merekam berbagai variasi pancaran dan pantulan energi elektromagnetik oleh kenampakan di muka bumi. Proses analisis data meliputi pengujian data dengan menggunakan alat interpretasi dan alat pengamamatan untuk menganalisis data piktoral, dan komputer untuk menganalisis data sensor numerik dengan dibantu oleh data rujukan tentang sumberdaya yang dipelajari. Sistem Informasi Geografis (SIG) Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah suatu sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang berreferensi spasial atau berkoordinat geografi. SIG dapat diasosiasikan sebagai peta yang berorde tinggi yang juga mengoperasikan dan menyimpan data non spasial (Star dan Estes, 1990 dalam Barus dan Wiradisastra, 2000). Disebutkan juga SIG telah terbukti kehandalannya untuk mengumpulkan, menyimpan, mengelola, menganalisa dan menampilkan data spasial baik biofisik maupun sosial ekonomi. Star dan Estes mengemukakan bahwa secara umum SIG menyediakan fasilitas-fasilitas untuk mengambil, mengelola, memanipulasi dan manganalisa data serta menyediakan hasil baik
  • 24. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. dalam bentuk grafik maupun dalam bentuk tabel, namun demikian fungsi utamanya adalah untuk mengelola data spasial. Keuntungan GIS adalah kemampuan untuk menyertakan data dari sumber berbeda untuk aplikasi deteksi perubahan. Walaupun, penggabungan sumber data dengan perbedaan akurasi sering mempengaruhi hasil deteksi perubahan. Lo dan Shipman (1990) dalam Sitorus dkk (2006) menggunakan pendekatan GIS untuk menghitung dampak pengembangan kota baru di Hong Kong, melalui integrasi data multi-temporal foto udara pada land use dan menemukan bahwa overlay citra dengan teknik masking biner bermanfaat dalam menyatakan secara kuantitatif dinamika perubahan pada masing-masing kategori land use. Di tahun terakhir, pemakaian data multi-sumber (misal: foto udara, TM. SPOT dan peta thematik sebelumnya) sudah menjadi metoda penting untuk deteksi perubahan land-use and land-cover ( LULC) ( Mouat dan Lancaster 1996, Salami 1999, salami et al. 1999, Reil et al. 2000, Dan Lambin 2001. Chen 2002, Weng 2002) dalam Sitorus dkk (2006), khususnya apabila deteksi perubahan merupakan periode interval yang panjang dihubungkan dengan sumber data yang berbeda, format dan ketelitian atau analysis perubahan landcover multi-scale (Petit dan Lambin 2001 dalam Sitorus dkk, 2006). Aplikasi Penginderaan Jauh dan Sistem Inforamsi Geografis untuk Pemetaan Penggunaan Lahan Kebutuhan teknologi penginderaan jauh yang dipadukan dengan Sistem Informasi Geografi (SIG) untuk tujuan inventarisasi dan pemantauan sangat penting terutama bila dikaitkan dengan pengumpulan data yang cepat dan akurat.
  • 25. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. Disamping itu pengumpulan data dengan teknologi penginderaan jauh dapat mengurangi bahkan menghilangkan pengaruh subyektivitas. Mengingat luasnya dan banyaknya variasi wilayah Indonesia, sejalan dengan kemajuan teknologi informasi, maka aplikasi penginderaan jauh dan SIG sangat tepat. Kedua teknologi tersebut dapat dipadukan untuk meningkatkan kemampuannya dalam hal pengumpulan data, manipulasi data, analisis data serta menyediakan informasi spasial secara terpadu (Wahyunto, 2007). Banyak pendekatan aplikasi GIS terdahulu untuk deteksi perubahan yang difokuskan pada daerah urban. Ini mungkin karena metoda deteksi perubahan tradisional sering menghasilkan deteksi perubahan yang tidak betul karena kompleksitas landscape urban dan model tradisional tidak bisa digunakan secara efektif menganalisa data multi-sumber. Sehingga, kekuatan fungsi GIS memberikan alat yang menyenangkan untuk pengolahan data multi-sumber dan efektif dalam menangani analisa deteksi perubahan yang menggunakan data multi-sumber. Banyak penelitian difokuskan pada integrasi GIS dan teknik penginderaan jauh yang diperlukan untuk analisis deteksi perubahan yang lebih akurat (Sitorus dkk, 2006). Aplikasi penginderaan jauh digunakan untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan kondisi penutupan vegetasi dan atau penggunaan lahan saat ini (present land use/land cover), yang didapatkan dengan cara interpretasi citra satelit. Dari proses tersebut didapatkan informasi mengenai sebaran (distribusi) dan kondisi penutupan lahan dan vegetasi permanen. Penginderaan jauh merupakan teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk menyediakan peta yang mutakhir dengan waktu, tenaga dan biaya yang relatif lebih kecil untuk kawasan
  • 26. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. yang sangat luas. Salah satu data penginderaan jauh merupakan data digital sehingga memerlukan pengelohannya untuk memperoleh informasi yang disajikan dalam peta tematik (Sulistyo, 2004). Citra Landsat Dari sekian banyak satelit penginderaan jauh, yang sering digunakan untuk pemetaan penutupan lahan adalah Landsat (Land Satellite). Seri Landsat yang dikenal pertama kali adalah Earth Resources Technology Satellite (ERTS). Penggunaan nama Land Satellite yang kemudian disingkat menjadi Landsat ini dimulai sejak satelit ini digunakan untuk mempelajari lautan dan daerah pesisir (Butler et al, 1988). Seri satelit ini terdiri dari dua generasi yaitu generasi pertama yang terdiri dari Landsat 1, Landsat 2 dan Landsat 3; dan generasi kedua yang terdiri dari Landsat 4 dan Landsat 5. Landsat generasi kedua mempunyai orbit polar sunsynchronous yaitu orbitnya akan melewati tempat-tempat yang terletak pada lintang yang sama dan dalam waktu lokal yang sama pula. Periode orbitnya 98.5 menit dengan sudut inklinasi 98.5°. Salah satu sensor dari Landsat adalah Thematic Mapper (TM). Karakteristik Landsat TM dapat dilihat pada Tabel 1. Karakteristik sensor Landsat TM (Butler et al, dalam BAKOSURTANAL, 2003) Panjang gelombang Kanal 1 : 0.45 - 0.52 μm (Ungu) Kanal 2 : 0.52 - 0.60 μm (Hijau) Kanal 3 : 0.63 . 0.69 μm (Merah) Kanal 4 : 0.76 - 0.90 μm (IR dekat) Kanal 5 : 1.55 - 1.75 μm (IR menengah) Kanal 6 : 10.4 - 12.5 μm (IR thermal jauh) Kanal 7 : 2.08 . 2.35 μm (IR menengah) IFOV 0.043 mrad (kecuali kanal 6 : 0.170 mrad) Lebar sapuan 185 km Resolusi spasial 30 m x 30 m (kecuali kanal 6 : 120 m x 120 m)
  • 27. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. Sensor TM masing-masing kanal mempunyai fungsi sebagai berikut (Lillesand dan Kiefer (1990) : 1. Kanal 1 dirancang untuk pemetaan perairan daerah pesisir, penetrasi ke dalam tubuh air dan untuk mendukung analisis sifat khas penggunaan lahan, tanah dan vegetasi. 2. Kanal 2 terutama dirancang untuk mengindera puncak pantulan vegetasi pada spektrum hijau yang terletak antara dua kanal spektral serapan klorofil. Respons pada kanal ini dimaksudkan untuk menekankan perbedaan vegetasi dan penilaian kesuburan. 3. Kanal 3 merupakan kanal terpenting untuk memisahkan vegetasi. Kanal ini berada dalam salah satu bagian serapan klorofil dan memperkuat kontras kenampakan antara vegetasi serta menajamkan kontras antara kelas vegetasi (membedakan antara lahan terbuka dengan lahan bervegetasi). 4. Kanal 4 dipilih karena respons yang tinggi terhadap sejumlah biomassa vegetasi yang terdapat pada daerah yang dikaji. Respon yang tinggi ini akan membantu identifikasi tanaman dan memperkuat kontras antara tanaman-tanah dan lahan-air. 5. Kanal 5 adalah kanal yang digunakan dalam penentuan jenis tanaman, kandungan air pada tanaman dan kondisi kelembaban tanah. 6. Kanal 6 digunakan untuk pemisahan formasi batuan. 7. Kanal 7 merupakan saluran infra merah panas dan bermanfaat dalam klasifikasi vegetasi, analisis gangguan vegetasi, pemisahan kelembaban tanah dan gejala-gejala lain yang berhubungan dengan panas.
  • 28. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. Citra landsat TM terpilih untuk rancangan ini karena memiliki spasial dan resolusi spektral yang bagus disajikan oleh sensor ini. Sebagai pengetahuan yang baik , Lansat TM meliputi informasi spektral dari kenampakan (tiga band yaitu biru, hijau dan panjang gelombang merah) (Riano, et al, 2002). Pemetaan dan inventarisasi sumberdaya lahan suatu daerah melalui tutupan lahan dengan menggunakan Data Citra Satelit dilakukan untuk membantu perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian program pembangunan melalui basis data potensi tutupan lahannya dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya lahan secara optimal (Rahmad, 2002).
  • 29. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2009 di Laboratorium Perencanaan Hutan, Departemen Kehutanan – Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan kawasan hutan Taman Nasional Gunung Leuser di Resort Tangkahan, Cinta Raja dan Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) – Kab. Langkat, Sumatera Utara. Bahan dan Alat Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data spasial penutupan lahan sektor Besitang dan Tangkahan – Kab. Langkat antara lain : a. Citra Landsat TM 5 Taman Nasional Gunung Leuser tahun 2002 dan tahun 2007 dari Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) b. Peta Dasar : peta Batas TNGL, peta administrasi, dan peta geologi c. Data - data kependudukan wilayah TNGL. Alat Peralatan yang digunakan adalah : a. Komputer (PC atau Work Stasion) beserta pelengkapnya. b. Perangkat lunak, pengolahan citra, dan GIS (ERDAS Imagine 8.5 dan ArcView GIS 3.2).
  • 30. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. c. GPS d. Kamera Digital. e. Alat tulis Metode Prosedur Kerja Prosedur kerja dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan yaitu : Pengumpulan data Data yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dari Dinas Kehutanan, Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL), Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH), Balai Pusat Statistik, Kantor Bupati Daerah Langkat dan internet. Persiapan Data a. Data Spasial Data spasial merupakan data yang bersifat keruangan yang terdiri dari data citra satelit Landsat TM 5 peta Digital Batas Taman Nasional Gunung Leuser, peta administrasi, dan peta geologi. Data Ground Control Points (GCP) merupakan data yang menyatakan posisi keberadaan sesuatu di permukaan bumi dalam bentuk menemukan titik koordinat. Data tersebut dipeorleh dengan melakukan survei langsung ke lapangan, dan data GCP ini digunakan sebagai alah salah satu bahan dalam interpretasi citra satelit Landsat TM 5 dengan klasifikasi terbimbing (Supervised Classifacation).
  • 31. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. b. Data Atribut Data atribut merupakan data yang berbentuk tulisan maupun angka-angka. Data tersebut diantaranya adalah data kependudukan (demografi) dan sosial ekonomi masyarakat Kabupaten Langkat. Data tersebut diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Langkat, Pemda Kabupaten Langkat dan BAPPEDA Kabupaten Langkat. Pengolahan Awal (Pre-processing) Data Inderaja Pengolahan awal (Pre-processing) data inderaja yang meliputi koreksi radiometrik dan koreksi geometris (rektifikasi) dengan referensi peta topografi dan pengukuran GPS (Global Positioning System). Koreksi geometris seluruh data inderaja diharapkan mempunyai RMS Error (kesalahan rektifikasi) kurang dari 1 pixel (BAKOSURTANAL, 2003). Metode rektifikasi yang digunakan adalah dengan menggunakan sejumlah GCP (Groound Control Points) yang tampak pada citra, yang selanjutnya dibuat persamaan yang akan mentrasformasikan posisi-posisi pixel pada data asli (belum terkoreksi) kepada koordinat pasangannya yang telah mempunyai proyeksi standar, seperti UTM (united Transverse Mercator) (Wijaya, 2005) Pengolahan Citra Data Landsat – TM yang telah dikoreksi dalam CD diimport kedalam program ERDAS, setelah itu dilakukan pengkombinasian data citra pada band 5,4,2 yang akan menghasilkan tampilan true color atau warna sebenarnya. Penafsiran penggunaan lahan pada data Landsat – TM menggunakan dua cara
  • 32. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. analisis yaitu analisi digital dan visual untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal. Pada analisis visual, pengelompokan pixel kedalam suatu kelas penggunaan lahan, dilakukan secara manual berdasarkan warna dari pixel yang bersangkutan. Sedangkan analisis digital mengelompokkan piksel ke dalam kelas berdasarkan nilai reflektansi. Analisis Kualitatif Analisis visual (interpretasi citra) dilakukan untuk mendeteksi dan mengidentifikasi objek-objek permukaan bumi yang tampak pada citra satelit. Identifikasi tersebut dilakukan berdasarkan karakteristik spasial dan spectral. Pada klasifikasi visual atau manual, pengelompokan pixel ke dalam suatu kelas yang telah ditetapkan dilakukan secara manual berdasarkan kunci-kunci interpretasi (rona, warna, pola, bentuk, terkstur, bentuk, ukuran, lokasi dan asosiasi) objek pada citra. Pendekatan ini bersifat subjektif, kualitas hasilnya sangat dipengaruhi oleh pengalaman dan keahlian interpreter. Analisis Kuantitatif (Digital Image Processing) Pada teknik ini informasi diperoleh dari DN setiap pixel dengan bantuan komputer. Proses-proses tersebut meliputi : Klasifikasi Terbimbing (supervised classification) dengan MLC Klasifikasi ini bertujuan untuk mengetahui tipe, distribusi, dan luasan penggunaan/liputan lahan (land use cover) pada kawasan hutan dengan
  • 33. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. menggunakan peluang maximum (Maximum Likelinood Classification). Analisis awal ini dibantu dengan referensi peta kerja kawasan hutan maupun peta-peta lain. Pengelompokan (klasifikasi) dilakukan secara otomatis berdasarkan training area yang dipilih oleh interpreter. Pemilihan training area ini dilakukan berdasarkan peta pengambilan contoh dilapangan yang dilakukan pada tempat-tempat yang telah diketahui. Pengambilan pixel contoh perkelas pada prakteknya dianjurkan 10 kali jumlah band (N) atau 10 N atau bahkan 100 N (Swain dan Davis, 1978 dalam Thoha, 2006). Analisis Tingkat Kerapatan Vegetasi/Tajuk Prinsip kerja analisis NDVI adalah dengan mengukur tingkat intensitas kehijauan. Intensitas kehijauan pada citra landsat berkorelasi dengan tingkat kerapatan tajuk vegetasi dan untuk deteksi tingkat kehijauan pada citra landsat yang berkorelasi dengan kandungan klorofil daun, maka saluran yang baik digunakan adalah saluran infra merah dan merah. Oleh sebab itu, dalam formula NDVI digunakan kedua saluran tersebut. Persamaan yang digunakan untuk menghitung NDVI adalah : NDVI = RIR RIR + − Dimana : IR = nilai reflektansi kanal infra merah (kanal 4) R = nilai reflektansi kanal merah (kanal 3) Kerapatan tajuk merupakan parameter penting yang dapat diketahui dari data citra satelit untuk penentuan tingkat kekritisan hutan. Pada hal ini, kerapatan tajuk memiliki bobot nilai 35 dengan cara skoring sebagai berikut:
  • 34. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. a) Skor 3 : Kerapatan tajuk lebat (70–100% atau 0,43 ≤ NDVI ≤ 1,00) b) Skor 2 : Kerapatan tajuk sedang (50–69% atau 0,33 ≤ NDVI ≤ 0,42) c) Skor 1 : Kerapatan tajuk jarang (< 50% atau -1,0 ≤ NDVI ≤ 0,32) (BPDAS, 2006). Penggabungan hasil klasifikasi terbimbing dengan analisis indeks vegetasi dilakukan dengan cara superimpos secara digital kedua hasil analisis tersebut guna mengetahui tingkat kerapatan vegetasi pada setiap jenis penggunaan/liputan lahan (land use cover). Menghitung Luas Masing-masing Penutupan Perhitungan luas tiap-tiap kelas tipe penutupan lahan (land use cover) pada kawasan hutan dengan cara klasifikasi dan tabulasi silang antara hasil analisis NDVI dan MLC (Maximum Likelihood Classification). Survey Lapangan Survey lapangan dilakukan untuk melengkapi hasil interpretasi citra satelit apabila dalam interpretasi ada obyek yang meragukan/perlu dibuktikan kebenarannya dan pengumpulan data pendukung/data sekunder. Survey lapangan juga melakukan pengukuran mengenai posisi obyek dengan menggunakan alat GPS (Global Positioning System) yang berfungsi untuk menentukan keberadaan lokasi contoh tersebut kemudian hasil pencatatan koordinat pada GPS dioverlaykan dan tumpang susun dengan peta hasil interpretasi untuk melihat kesesuaian hasil pengecekan di lapangan dengan hasil interpretasi dari citra satelit.
  • 35. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. Kegiatan survei lapangan ini meliputi berbagai kegiatan, baik pengukuran GCP, pengecekan hasil analisis data satelit maupun pengumpulan data lapangan seperti kandungan pirit maupun kondisi lapangan secara umum. Secara garis besar kegiatan-kegiatan di lapangan tersebut, antara lain meliputi: • Pengukuran koordinat titik kontrol dengan menggunakan alat GPS guna mengetahui posisi lokasi pembuatan training area di lapangan. • Pengecekan kebenaran klasifikasi dan analisis indeks vegetasi dari beberapa kelas sampel dan hasil analisis yang meragukan. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Analisis perubahan penggunaan lahan dilakukan dengan membandingkan peta penggunaan lahan tahun 2000 dengan peta penutupan lahan 2006. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan yang terjadi pada tahun 2000 sampai 2006. Laju perubahan penggunaan lahan disajikan dalam bentuk persen dengan persamaan berikut: V = N2 – N1 / N Keterangan : V = Laju perubahan penggunaan lahan N2 = Luas penggunaan lahan tahun kedua N = Luas Total (Hamidy, 2003) Hasil interpretasi citra landsat TM 5 pada tahun 2000 dan tahun 2006 kemudian dioverlaykan (tumpang susun) sehingga menghasilkan peta perubahan penggunaan lahan.
  • 36. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. Uji Statistik dengan Analisis Korelasi Korelasi merupakan teknik analisis yang termasuk dalam salah satu teknik pengukuran asosiasi / hubungan (measures of association). Pengukuran asosiasi merupakan istilah umum yang mengacu pada sekelompok teknik dalam statistik bivariat yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel. Dalam penelitian ini, analisis kolerasi digunakan untuk menentukan hubungan kerapatan tajuk dengan penggunaan lahan. Analisis ini dapat ditentukan dengan persamaaan : (Supranto, 2001) Dimana : r = koefisien korelasi x = nilai NDVI y = Penggunaan lahan Untuk nilai penggunaan lahan didapat dari hasil skoring berdasarkan penggunaan lahan, nilai skoringnya sebagai berikut : a) Skor 3 : Hutan (kawasan hutan) b) Skor 2 : perkebunan, semak belukar c) Skor 1 : Pemukiman, industri, sawah dan tanah kosong, perairan. Untuk memudahkan melakukan interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua variabel dapat kita lihat dari kriteria sebagai berikut : • 0 : Tidak ada korelasi antara dua variable • 0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah • 0,25 – 0,5 : Korelasi cukup • 0,5 – 0,75 : Korelasi kuat
  • 37. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. • 0,75 – 0,99 : Korelasi sangat kuat • 1 : Korelasi Sempurna (Sarwono, 2006). Untuk mengetahui apakah terjadi perbedaan atau perubahan NDVI dan penggunaan lahan tahun 2000 dan 2006 maka dilakukan uji t pada sampel berpasangan (t-test paired sample).
  • 38. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. Berikut ini adalah kerangka kegiatan penelitian : Analisis statistik (uji Korelasi) Citra Landsat TM Koreksi Radiometrik Koreksi Geometrik Pengolahan Citra • Analisis kualitatif • Analisis kuantitatif -Analisis kerapatan tajuk S U R V E y Peta Land use NDVI Data Tabulasi Pengolahan awal citra Hubungan kerapatan tajuk & penggunaan lahan Peta kerapatan tajuk & penggunaan lahan
  • 39. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kawasan Ekosistem Leuser Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) pertama kali diperkenalkan melalui Surat Keputusan (SK) Menteri Kehutanan No.227/Kpts-II/1995 tahun 1995 yang kemudian dikuatkan dengan Keputusan Presiden (Keppres) No.33 Tahun 1998. Kawasan Ekosistem Leuser merupakan bentang alam yang terletak antara Danau Laut Tawar di Propinsi Aceh dan danau Toba di Propinsi Sumatera Utara. Ada 11 kabupaten yang tercakup di dalamnya yaitu, Aceh Tenggara, Aceh Selatan, Aceh Utara, Aceh Timur, Aceh Barat, Aceh Singkil, Aceh Tengah, Aceh Tenggara, Deli Serdang, Langkat, Tanah Karo, dan Dairi. Luas keseluruhannya mencapai lebih kurang 2,5 juta hektar. Kawasan ini terletak pada posisi geografis 2,250 - 4,950 Lintang Utara dan 96,350 – 98,550 Bujur Timur dengan curah hujan rata-rata 2.544 mm per tahun dan suhu hariannya rata-rata 260 Celsius pada siang hari dan 210 pada malam hari. Kawasan Ekosistem Leuser terdiri dari Taman Nasional Gunung Leuser, Suaka Margasatwa, Hutan Lindung, Cagar Alam, dan lain-lain (Sembiring, 2005). Resort Tangkahan dan Cinta Raja 1. Letak kawasan dan Aksesibilitas Tangkahan dan cinta raja merupakan sebuah kawasan diperbatasan Taman Nasional Gunung Leuser di sisi Sumatera Utara. Secara geografis kawasan Tangkahan berada pada LU 030 41’01”, BT 980 4’28,2”. Sedangkan secara
  • 40. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. administrasi kawasan Tangkahan dan cinta raja termasuk kedalam Desa Namo Sialang dan Desa Sei.Serdang ,Kecamatan Batang Serangan, Kabupaten Langkat, Propinsi Sumatera Utara. 2. Suhu dan kelembapan udara Suhu udara rata-rata di kawasan ini antara 21,1 0 C – 27.5 0 C dengan kelembaban nisbi berkisar antara 80 – 100%. Musim hujan di daerah ini berlangsung merata sepanjang tahun tanpa musim kering yang berarti. Curah hujan rata-rata 200 – 320 mm pertahun. 3. Topografi Topografi kawasan berupa kawasan landai, berbukit dengan kemiringan yang bervariasi (45 – 900 ). 4 . Kesuburan Tanah Jenis tanah diklasifikasikan terdiri dari jenis tanah Podsolik dan Litosol. Podsolik ádalah termasuk jenis tanah yang telah mengalami tingkat perkembangan agak lanjut, umumnya terbentuk dari batu liat ( serpih ), napal dan batu pasir atau pada beberapa bahagian telah tercampur dengan bahan vulkanis. ;Penampang tanah dengan kedalaman sedang mempunyai sifat kurang baik dan peka terhadap erosi.Litosol ádalah jenis tanah tanpa perkembangan profil, merupakan batuan kukuh dengan lapisan tanah Sangat tipis diatasnya. Pada wilayah yang curam, terdapat batuan tanpa lapisan tanah. Bahan induk meliputi batu kapur bertufa dan batuan volkan.
  • 41. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. 5. Jumlah Penduduk Jumlah penduduk dari Desa Namo Sialang pada tahun 2002 adalah 5037 jiwa yang terdiri dari 2477 laki-laki dan 2560 perempuan dan tersebar pada 15 dusun. Mata pencaharian penduduk kebanyakan adalah pekerja perkebunan, pegawai negeri, sebagian ada yang melakukan aktivitas pertanian, beternak dan mengusahakan perikanan. Sumber energi desa, 95% berasal dari kayu dan 5% minyak. Sedangkan penggunaan listrik berkisar hingga 80%. Sumber air desa berasal dari mata air sungai dan hujan. Penduduk Desa Sei Serdang berjumlah 3120 yang terdiri dari 1531 laki- laki dan 1589 perempuan. Mata pencaharian penduduk, hampir sama dengan mata pencaharian Desa Namo Sialang yaitu pekerja perkebunan (baik kebun milik pribadi maupun milik investor yang berupa jeruk manis, dan karet ataupun kelapa sawit), pegawai negeri, bertani dan beternak. Sumber energi desa adalah 90% berasal dari kayu api, 10% dari minyak dan 100% menggunakan sumber listrik. 6. Sektor Unggulan potensial a. Sektor Pertanian Sektor Pertanian komoditas yang diunggulkan adalah ; Karet, Jeruk Nipis, Jeruk Manis, Kelapa Sawit, Durian, Pisang dan lain-lain
  • 42. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. b. Sektor Peternakan Sektor Peternakan yang diunggulkan adalah di wilayah ini adalah; Ternak sapi, Kambing dan Babi. Walaupun didalam pelaksanaannya masih menggunakan pola konvensional dan belum intensif. c. Sektor Perikanan Darat Sektor Perikanan air tawar di wilayah ini belum dioptimalkan, walaupun kesediaan lahan basah tersedia optimalkan untuk dikembangkan menjadi petakan- petakan kolam. Dan selama ini kebutuhan masyarakat akan ikan air tawar didapat dan dihasilkan dari Sungai.dan khusus untuk Ikan mas yang merupakan perangkat adat istiadat masih di datangkan dari luar daerah d. Sektor Pariwisata Sektor Pariwisata saat ini merupakan sektor unggulan yang telah memberikan konstribusi secara langsung maupun tidak langsung kepada penduduk desa Namo Sialang dan Desa Sungai Serdang, terutama dalam hal pelestarian kawasan hutan TNGL dan pelestarian sungai Batang Serangan dari kegiatan peracunan dan perusakan ekosistem daerah aliran sungai. Resort Sei Lepan Sei Lepan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Langkat Sumatera Utara yang ibukotanya terletak di Alur Durian dengan luas 654,04 km2 , jumlah penduduk 50.068, kepadatan 76 jiwa/ km2 dan memiliki 15 desa.
  • 43. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Penggunaan Lahan di Lokasi Penelitian Berdasarkan survei yang dilakukan dilapangan maka di dapatkan beberapa tipe penggunaan lahan di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) khususnya Resort Tangkahan, Cinta Raja dan Sei Lepan yaitu : 1. Hutan primer merupakan hutan yang memiliki struktur tajuk yang rapat sehingga matahari tidak dapat lantai hutan dengan baik, hutan primer dapat teridentifikasi dengan baik dan banyak terdapat di Resort Tangkahan dan Cinta Raja, sedangkan di Resort Sei Lepan kondisi hutan Primernya sudah sedikit. 2. Hutan sekunder merupakan hutan yang telah mengalami suksesi, hutan sekunder merupakan tipe penutupan lahan yang paling dominan di kawasan TNGL. 3. Lahan perkebunan dapat diartikan sebagai lahan yang penggunaannya terutama diperuntukkan untuk tanaman perkebunan. Penggunaan lahan yang di jumpai di Resort Tangkahan, Cinta Raja dan Sei lepan antara lain di pergunakan untuk Tanaman Sawit dan Karet. Penggunaan lahan tersebut di kelola oleh masyarakat dan juga oleh PT. Perkebunan Nusantara, seperti kebun sawit. 4. Agroforestri merupakan tipe penggunaan lahan yang memiliki strata tajuk yang ditumbuhi oleh berbagai jenis tanaman kehutanan (kayu) dan tanaman
  • 44. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. pertanian. Agroforestri yang ada di Resort Tangkahan, Cnta Raja dan Sei Lepan biasanya berdekatan dengan pemukiman dan kebun karet. 5. Penggunaan lahan yang didominasi oleh tanaman perdu dan rumput-rumput, yang keberadaannya tidak dikelola oleh manusia dapat digolongkan dalam tipe semak. Lahan-lahan pertanian yang tidak lagi dimanfaatkan sebagaimana mestinya dalam waktu yang cukup lama, biasanya akan berubah menjadi rumput dan semak. Selain itu semak juga banyak terdapat di hutan yang telah mengalami gangguan (kegiatan illegal logging) dan lahan terbuka yang dibiarkan dalam jangka waktu yang lama juga dapat mendorong tumbuhnya semak. 6. Lahan terbuka merupakan salah satu tipe penggunaan lahan yang berupa tanah kosong yang tidak di tumbuhi oleh vegetasi apapun. 7. Kategori lahan yang termasuk kedalam tipe badan air (sungai) tidak dapat terklasifikasi (tidak ada data) karena tertutup oleh awan. Tampilan kondisi penggunaan lahan hasil groundcheck dapat dilihat pada gambar 1. berikut A B
  • 45. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. Gambar 1. Kondisi Penggunaan Lahan (a) Agroforesrti, (b) Hutan Primer, (c) Kebun Sawit, (d) Semak, (e) Lahan Terbuka, (f) Kebun Karet, (g) Hutan Sekunder G E F DC D
  • 46. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. Klasifikasi Penggunaan lahan Hasil klasifikasi citra landsat TM 2002 dan 2007 dengan menggunakan kombinasi band 543 dengan format RGB (Reed, Green, Blue) dengan menggunakan klasifikasi terbimbing (supervised classification) dan menggunakan metode maximum likelihood mampu membedakan pengggunaan lahan yang ada di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (Resort Tangkahan, Cinta Raja, dan Sei Lepan ) serta di sekitar Kawasan Ekosistem Leuser menjadi 7 tipe penggunaan lahan di Taman Nasional Gunung Leuser khususnya di Resort Tangkahan, Cinta Raja dan Sei Lepan serta Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) terdapat 7 macam yaitu hutan primer, hutan sekunder, kebun sawit, kebun karet, agroforestri, semak, lahan terbuka, dan awan Dalam klasifikasi penggunaan lahan pada penelitian ini terdapat kesulitan yang cukup berarti. hal ini disebabkan karena hasil perekaman satelit untuk daerah penelitian tahun 2002 perekaman ditutupi awan. Sehingga klasifikasi citra berdasarkan tingkat keabuannya mengalami kesulitan, hal ini disebabkan oleh tingkat keabuan obyek yang sama mempunyai derajat keabuan yang berbeda. Penggunaan Lahan Tahun 2002 Kegiatan interpretasi yang dilakukan terhadap citra landsat TM 2002 mengghasilkan penggunaan lahan yang ada di TNGL khususnya di Resort Tangkahan, Cinta Raja dan Sei Lepan serta Kawasan Ekosistem Leuser menjadi 5 tipe penggunaan lahan yaitu : hutan primer, hutan sekunder, kebun sawit, kebun karet, dan semak. Data mengenai luas berbagai tipe penggunaan lahan dapat di
  • 47. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. TNGL (Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser) pada tahun 2002 yang di hasilkan dari proses klasifikasi citra Landsat TM tahun 2002 adalah sebagai berikut Tabel 2. Penggunaan lahan di Taman Nasional Gunung Leuser Tahun 2002 Penggunaan Lahan Luas (ha) Persen (%) Hutan primer 42463.94 43.90 Hutan sekunder 12974.52 13.40 Kebun karet 3799.30 3.93 Awan 29579.15 30.60 Semak 1839.60 1.90 Kebun sawit 6017.75 6.22 Total 96674.26 100 Berdasarkan data citra landsat TM tahun 2002, tipe penggunaan lahan yang memiliki wilayah yang paling luas adalah hutan primer. Hutan primer memiliki luas mencapai 42463.94 Ha yang menempati 43.90 % dari luas total. Hutan primer memiliki pola berkelompok dan banyak terdapat di Resort Tangkahan. Hutan sekunder mempunyai luas 12974.52 Ha yang menempati 13.40 % dari luas total ke tiga resort di TNGL. Hutan sekunder banyak terdapat pada Resort Sei Lepan seperti yang nampak pada citra Landsat TM tahun 2002. Selanjutnya tipe penggunaan lahan yang memiliki wilayah terluas ketiga adalah kebun sawit yaitu 6017.75 Ha atau 6.22 % dari seluruh total resort di TNGL. Kebun sawit banyak ditemukan dikawasan Ekosistem Leuser dan Resort Sei Lepan. Kebun karet mempunyai luas 12974.52 Ha atau 3.93 %. Untuk tipe semak mempunyai luas sebesar 1839.60 Ha atau 1.90 % dari total keseluruhan Resort.
  • 48. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. Peta Penggunaan Lahan Taman Nasional Gunung Leuser tahun 2002 dapat dilihat pada gambar 2 berikut Gambar 2. Peta Penggunaan Lahan di Taman Nasional Gunung Leuser Tahun 2002 Penggunaan Lahan tahun 2007 Penggunaan lahan tahun 2007 banyak mengalami perubahan luasan. Tipe penggunaan lahan yang teridentifikasi dapat di bagi menjadi 7 macam tipe penggunaan lahan yaitu: hutan primer, hutan sekunder, kebun sawit, kebun karet, agroforestri, semak dan lahan terbuka. Penafsiran terhadap citra Landsat TM tahun 2007 menunjukkan banyaknya perubahan yang terjadi pada setiap tipe penggunaan lahan maupun penyebarannya. Hutan primer pada tahun 2007 telah mengalami pengurangan luas pada beberapa resort. Pada Resort Tangkahan
  • 49. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. sampai Resort Cinta Raja perubahan terjadi sebagai akibat penebangan liar, yang mengakibatkan hutan primer berubah menjadi hutan sekunder. Data mengenai luasan tiap penggunaan lahan dapat di lihat pada tabel 3. berikut. Tabel 3. Penggunaan lahan di Taman Nasional Gunung Leuser tahun 2007 Penggunaan lahan Luas (Ha) Persen (%) Hutan Primer 21364.77 22.10 Hutan Sekunder 32124.90 33.20 Semak 3384.73 3.50 Kebun Karet 4213.30 4.36 Lahan Terbuka 6.20 0.01 Awan 29579.16 30.60 Kebun Sawit 5994.66 6.20 Agroforestri 6.54 0.01 Total 96674.26 100 Berdasarkan hasil penafsiran citra Landsat TM tahun 2007, hutan sekunder merupakan tipe penggunaan lahan yang memiliki luasan yang paling besar yaitu 32124.90 ha atau 33.22 %. selanjutnya tipe penggunaan lahan hutan primer dengan luas 21364.77 ha atau 22.10 %. Kebun sawit mempunyai luas 5994.66 ha atau 6.20 % , kebun karet dengan luas 4213.30 ha atau 4.36 %, semak mempunyai luas 3384.73 ha atau 3.50 % , lahan terbuka mempunyai luas 6.20 ha atau 0.01 % , dan agroforestri mempunyai luas 6.54 ha atau 0.01 % . Peta Penggunaan Lahan Taman Nasional Gunung Leuser tahun 2007 dapat dilihat pada gambar 3 berikut
  • 50. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. Gambar 3. Peta Penggunaan Lahan di Taman Nasional Gunung Leuser Tahun 2007 Indeks Vegetasi (NDVI) Keberadaan vegetasi pada suatu lahan dapat digunakan sebagai salah satu indikator tingkat kekritisan lahan. Untuk mendapatkan kerapatan vegetasi yang menutupi lahan dibuat suatu citra yang mempresentasikan keberadaan vegetasi pada lahan tersebut yang disebut dengan citra NDVI (Normalized Difference VegetationIndex) (Rahmad, 2002). Menurut Rahman dkk, (2009) NDVI merupakan suatu persamaan yang paling umum digunakan untuk mencari nilai Indeks Vegatasi dimana NDVI memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap perubahan tajuk vegetasi dibandingkan indeks vegetasi lainnya. Persamaan NDVI sangat cocok digunakan pada daerah bervegetasi rapat.
  • 51. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. Proses penghitungan Normalized Difference Vegetation index (NDVI) menghasilkan dua peta NDVI Taman Nasional Gunung Leuser masing-masing untuk tahun 2002 dan tahun 2007 (gambar 4 dan gambar 5). Nilai NDVI yang dihasilkan , bervariasi antara -0.375 – 0.577 yaitu berupa vegetasi jarang, vegetasi sedang dan vegetasi rapat untuk tahun 2002 sedangkan untuk tahun 2007 kisaran nilai NDVI antara -0.115 – 0.646. Nilai NDVI citra Landsat TM tahun 2002 pada setiap penggunaan lahan dapat dilihat pada tabel 4 berikut Tabel 4.Kisaran nilai NDVI pada berbagai Penggunaan Lahan Tahun 2002 Penggunaan Lahan NDVI Tingkat Kerapatan Awan -0.375 - 0.101 vegetasi jarang Semak -0.018 - 0.101 vegetasi jarang Kebun sawit 0.101 - 0.339 vegetasi sedang Kebun karet 0.101 - 0.339 vegetasi sedang Hutan sekunder 0.339 - 0.458 vegetasi rapat Hutan primer 0.458 - 0.577 vegetasi rapat Hasil transformasi NDVI untuk setiap kelas penggunaan lahan diperoleh nilai digital kelas kerapatan vegetasi jarang dengan kisaran -0.375 – 0.101, kerapatan vegetasi sedang dengan kisaran 0,101 - 0,339 dan kerapatan vegetasi rapat dengan kisaran 0.339 – 0.577. Nilai digital tersebut ditentukan berdasarkan kriteria kerapatan vegetasi. Kisaran nilai 0.339 – 0.577 terdapat pada kelas penggunaan lahan yaitu hutan primer dan hutan sekunder, sedangkan untuk kisaran nilai 0.101 – 0.339 terdapat pada kelas penggunaan lahan yaitu kebun karet, dan kebun sawit ini menunjukkan bahwa kondisi kerapatan vegetasi masih sangat baik. Untuk kisaran nilai -0.018 – 0.101 terdapat pada kelas penggunaan lahan yaitu semak, sedangkan kisaran nilai NDVI antara - 0.375 – 0.101 terdapat pada kelas awan.
  • 52. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. Kisaran Nilai NDVI citra landsat TM tahun 2007 di sajikan pada tabel 5 berikut. Tabel 5.Kisaran nilai NDVI pada berbagai Penggunaan Lahan tahun 2007 Penggunaan Lahan NDVI Tingkat Kerapatan Awan -0.115 - -0.006 vegetasi jarang Lahan Terbuka -0.006 - 0.102 vegetasi jarang Semak 0.102 - 0.320 vegetasi jarang Kebun Sawit 0.320 - 0.428 vegetasi sedang Agroforestri 0.320 - 0.428 vegetasi sedang Kebun Karet 0.320 - 0.428 vegetasi sedang Hutan Sekunder 0.428 - 0.537 vegetasi lebat Hutan Primer 0.537 - 0.646 vegetasi lebat Nilai NDVI yang dihasilkan citra Landsat TM tahun 2002 berbeda dengan nilai NDVI citra Landsat TM tahun 2007. Pada tabel terlihat bahwa kerapatan vegetasi berkisar antara -0.115 – 0.646. Kerapatan vegetasi jarang mempunyai kisaran nilai -0.006 – 0.102 yaitu terdapat pada lahan terbuka dan semak mempunyai nilai kisaran NDVI sebesar 0.102 – 0.320. Kerapatan vegetasi sedang mempunyai kisaran nilai NDVI antara 0.320 – 0.428 pada kelas kebun sawit, kebun karet dan agroforestri. Sedangkan untuk vegetasi rapat mempunyai kisaran nilai NDVI sebesar 0.428 – 0.646 yaitu terdapat pada kelas penggunaan lahan hutan primer dan hutan sekunder. Kondisi NDVI pada setiap kelas penggunaan lahan tahun 2002 dan 2007 dapat dilihat pada gambar berikut.
  • 53. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. Gambar. 4 Peta Sebaran NDVI tahun 2002 Gambar. 5 Peta Sebaran NDVI tahun 2007
  • 54. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. Perbedaan area tutupan awan pada tahun 2002 dan 2007 menimbulkan kesulitan untuk dapat membandingkan distribusi kerapatan vegetasi secara tepat, walaupun dapat diketahui bahwa sebagian besar area dengan kisaran NDVI -0.375 - 0.577 di tahun 2002 berubah menjadi kisaran -0.115 – 0.646 di tahun 2007 direkam dalam dua musim yang berbeda dan tidak dilakukan kalibrasi terhadap faktor-faktor atmosfer dan musim. Oleh karena itu, maka nilai NDVI yang dihasilkan ikut terpengaruh oleh faktor-faktor tersebut. Perbedaan musim pada waktu perekaman menimbulkan penyimpangan dalam penghitungan nilai NDVI. Penyimpangan ini terjadi bukan akibat adanya perubahan tutupan lahan, melainkan lebih diakibatkan oleh perbedaan kandungan air pada vegetasi. Faktor lain yang menyebabkan penyimpangan nilai NDVI adalah kabut, yang mengakibatkan nilai NDVI menjadi lebih rendah dari keadaan sebenarnya (Widayati, dkk, 2005). Hubungan Kerapatan Tajuk dan Penggunaan Lahan Berdasarkan data yang ada dapat diasumsikan kondisi vegetasi di lokasi penelitian cukup baik dengan nilai rasio maksimum 0.646 , karena rasio nilai NDVI -1 sampai dengan 1, semakin tinggi nilai maksimal maka kondisi vegetasi di TNGL semakin baik. Nilai NDVI memiliki hubungan terhadap keberadaan vegetasi dipermukaan bumi dan dapat digunakan untuk menunjukkan kondisi vegetasi. Nilai NDVI berkisar antara -1 hingga +1. Nilai NDVI yang rendah (negatif) menunjukkan tingkat vegetasi yang rendah seperti awan, air, tanah kosong, bangunan, dan unsur non-vegetasi lainnya. Sedangkan nilai NDVI yang
  • 55. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. tinggi (positif) menunjukkan tingkat vegetasi hijau yang tinggi. Jadi, nilai indeks yang lebih besar dihubungkan dengan semakin tingginya tingkat kesuburan penutupan vegetasi. Hubungan antara NDVI dengan penggunaan lahan dapat diketahui dengan menggunakan persamaan Korelasi. Nilai NDVI yang digunakan adalah berkisar antara -0.375 – 0,577 untuk citra tahun 2002 dan -0.115 – 0.646 utuk citra tahun 2007 berupa vegetasi. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 6 dan tabel 7 Tabel 6. Hasil analisi korelasi antara NDVI dan penggunaan lahan tahun 2002 Correlations NDVI Land use NDVI Pearson Correlation 1 .855(**) Sig. (2-tailed) . .000 N 50 50 Land use Pearson Correlation .855(**) 1 Sig. (2-tailed) .000 . N 50 50 ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Tabel 7. Hasil analisi korelasi antara NDVI dan penggunaan lahan tahun 2007 Correlations NDVI Landuse NDVI Pearson Correlation 1 .903(**) Sig. (2-tailed) . .000 N 50 50 Land Use Pearson Correlation .903(**) 1 Sig. (2-tailed) .000 . N 50 50 ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
  • 56. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. Persamaan diatas, menunjukkan bahwa korelasi (hubungan) antara penggunaan lahan dan NDVI sangat kuat, di mana nilai koefisien korelasi untuk citra tahun 2002 adalah sebesar 0.855 dan untuk citra tahun 2007 koefisien korelasinya sebesar 0.903. Nilai ini menunjukkan bahwa hubungan antara NDVI dan penggunaan lahan terdapat korelasi positif yang signifikan (nilai sig 0.000 < 0.05) dengan koefisien korelasi sebesar 0.902 untuk tahun 2002, dan untuk tahun 2007 koefisien korelasinya sebesar 0.855 artinya semakin tinggi nilai NDVI maka kondisi penutupan vegetasi di setiap kelas penggunaan lahan semakin baik (semakin rapat). Hal ini didukung oleh pernyataan Thoha (2006) yang menyatakan bahwa semakin tinggi nilai NDVI maka tutupan lahan lahan menempati kawasan yang bervegetasi semakin rapat. Nilai NDVI yang makin rendah ditunjukkan oleh tutupan lahan yang berkurang kerapatan vegetasinya dan bahkan tidak bervegetasi. Untuk mengetahui apakah terjadi perbedaan atau perubahan NDVI dan penggunaan lahan tahun 2002 dan 2007 maka dilakukan uji t pada sampel berpasangan. Hasil analisis uji t dapat dilihat pada table 9 berikut Tabel 8. Hasil Uji t Sampel berpasangan antara NDVI tahun 2002 dan Tahun 2007 Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 NDVI2002 .28332 50 .158325 .022391 NDVI2007 .44164 50 .187490 .026515 Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 NDVI2002 & NDVI2007 50 .024 .868
  • 57. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. Paired Samples Test Paired Differences t df Sig. (2- tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 NDVI2002 - NDVI2007 -.158320 .242469 .034290 -.227229 -.089411 -4.617 49 .000 Berdasarkan uji t dengan program SPSS 12, dari 50 titik NDVI maka diperoleh nilai NDVI antara tahun 2002 dan 2007 berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95 %. Pada tabel terlihat bahwa nilai rata-rata NDVI tahun 2002 adalah 0.28332 sedangkan nilai rata-rata NDVI tahun 2006 adalah 0.44164 Korelasi (hubungan) nilai NDVI tahun 2002 dan tahun 2007 adalah 0.244. dengan nilai probabilitas 0.000 (<0.05), ini menunjukkan bahwa korelasi (hubungan) antara NDVI tahun 2002 dan NDVI tahun 2007 adalah signifikan atau erat. Hasil analisis dengan menggunakan uji t menunjukkan bahwa telah terjadinya peningkatan tingkat kehijauan pada areal hutan ini, sehingga dapat kita simpulkan bahwa telah terjadinya peningkatan penggunaan lahan dengan vegetasi antara tahun 2002 – 2007 di kawasan TNGL. Hal ini didukung oleh penelitian Thoha (2006) bahwa telah terjadi peningkatan nilai NDVI antara tahun 2002 – 2004 yaitu perubahan NDVI yang cenderung menggambarkan peningkatan tutupan lahan dengan vegetasi di Kabupaten Bengkalis. Peningkatan nilai NDVI pada tahun 2007 diduga terjadi karena bertambahnya luasan hutan sekunder pada tahun 2007 (lihat tabel 9), sehingga menyebabkan tingkat indeks vegetasi menjadi bertambah. Perubahan penggunaan lahan hutan primer menjadi lahan hutan sekunder dengan luasan yang cukup besar yaitu dari 12974.52 ha pada tahun 2002 menjadi 32124.89 ha pada tahun 2007
  • 58. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. atau meningkat sebesar 19150.37 ha (19,80 %). Hal ini juga dapat dilihat dari nilai NDVI masing-masing tahun, yaitu pada tahun 2002 nilai NDVI berkisar antara -0.375 – 0.577 kemudian pada tahun 2007 telah mengalami peningkatan nilai NDVI yaitu kisarannya menjadi -0.115 – 0.646. Dugaan lainnya yang menyebabkan meningkatnya nilai NDVI adalah karena berkurangnya aktifitas- aktifitas manusia (seperti pembukaan lahan) di dalam hutan sehingga kondisi hutan sekunder pada tahun 2007 semakin baik. Perubahan Penggunaan Lahan Periode Tahun 2002 dan Tahun 2007 Berdasarkan hasil penafsiran citra satelit Landsat TM tahun 2002 dan 2007, kawasan hutan telah mengalami perubahan penggunaan lahan. Penggunaan lahan tersebut telah menunjukkan kenaikan maupun penurunan luas penggunaan lahan. Perubahan penggunaan lahan tersebut terjadi pada semua jenis penggunaan lahan yang ada yaitu hutan primer, hutan sekunder, kebun karet, kebun sawit, semak, dan lahan terbuka serta agroforestri. Tabel 9. Perubahan Penggunaan Lahan Periode Tahun 2002 dan Tahun 2007 Penggunaan Lahan Tahun Perubahan2002 2007 Luas (Ha) Persen (%) Luas (Ha) Persen (%) Luas (Ha) Persen (%) Hutan Primer 42463.94 43.90 21364.77 22.10 -21099.17 -22.00 Hutan Sekunder 12974.52 13.40 32124.89 33.20 19150.37 19.80 Semak 1839.60 1.90 3384.73 3.50 1545.13 1.60 Kebun Karet 3799.3 3.93 4213.30 4.36 414.00 0.43 Lahan Terbuka - - 6.20 0.01 6.20 0.01 Kebun Sawit 6017.75 6.22 5994.67 6.20 -23.08 -0.02 Agroforestri - - 6.54 0.01 6.54 0.01 Awan 29579.16 30.60 29579.16 30.60 0 0 Total 96674.26 100 96674.26 100
  • 59. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. Berdasarkan tabel diatas tipe penggunaan lahan yang cenderung bertambah adalah hutan sekunder, kebun karet, lahan terbuka, dan semak. Sedangkan tipe penggunaan lahan yang mengalami kecendrungan untuk berkurang adalah hutan primer dan kebun sawit. Perubahan penggunaan lahan terbesar terjadi pada hutan primer adalah berupa peningkatan luas wilayah hutan sekunder yaitu dari 12974.52 ha menjadi 32124.89 ha atau penambahan luas mencapai 19150.37 ha atau 19.80 %. Peningkatan luas hutan sekunder terjadi karena adanya kegiatan eksploitasi penebangan pohon di hutan primer. Tipe penggunaan lahan lain yang mengalami peningkatan luas adalah kebun karet yaitu dari 3799.30 ha menjadi 4213.30 ha atau telah terjadi penambahan luas sebesar 414.00 ha atau 0.43 %. Besarnya perubahan penggunaan lahan ini diakibatkan oleh adanya kegiatan manusia pada kawasan ini, dimana selama periode 2002 dan 2007 terjadi penambahan jumlah penduduk di sekitar kawasan hutan ini, ini dapat dilihat dari adanya penambahan luas kawasan perkebunan khususnya karet. Adanya penambahan jumlah penduduk menyebabkan terjadinya pembukaan lahan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mereka. Masyarakat yang berada di kawasan penelitian menggantungkan pendapatan pada tanaman perkebunan seperti karet. Tipe penggunaan lahan lain yang mengalami peningkatan luas dalam jumlah yang besar adalah semak. Penggunaan lahan semak mengalami peningkatan luas sebesar 1545.13 ha atau 1.60 % atau peningkatannya hampir dua kali dari luas semak pada tahun 2002. Peningkatan luas semak ini kemungkinan terjadi karena lahan-lahan terbuka dan lahan budidaya yang tidak lagi dikelola, sehingga menyebabkan tumbuhnya tumbuhan semak belukar pada
  • 60. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. areal hutan tersebut. Selain itu penebangan pohon dihutan primer juga mendorong tumbuhnya semak belukar pada areal hutan tersebut. Pada tahun 2007 terdapat lahan terbuka dengan luas yaitu 6.20 ha atau 0.01 %. Hal ini diduga berasal dari menurunnya luas hutan akibat konversi lahan menjadi areal budidaya seperti perkebunan. pada tahun 2007 terjadi penambahan satu kelas penggunaan lahan berupa agroforestri yaitu sebesar 6.54 ha atau 0.01 %. Penggunaan lahan yang mengalami penurunan luas adalah hutan primer dan kebun sawit. Hutan primer mengalami penurunan luas sebesar 21099.17 ha atau 22.00 %. Penurunan luas ini disebabakan oleh terjadinya perambahan akibat perkebunan, perlandangan berpindah, dan penebangan liar. Hutan primer banyak berubah menjadi hutan sekunder, semak dan lahan perkebunan. Kebun sawit mengalami penurunan luas sebesar 23.08 ha atau 0.02 %. Meskipun kebun sawit mengalami penurunan luas, akan tetapi luas kebun sawit masih mendominasi dari kebun karet pada tahun 2007. Berikut ini adalah grafik perubahan penggunaan lahan periode tahun 2002 - 2007.
  • 61. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. Gambar 6. Perubahan Luas Penggunaan Lahan Taman Nasional Gunung Leuser Tahun 2002 – 2007 Berdasarkan gambar diatas, penggunaan lahan tahun 2002 dan tahun 2007 hutan primer mengalami perubahan menjadi hutan sekunder. Perubahan lahan ini disebabkan adanya penebangan liar dan penyerobotan lahan (Barata, 2008). Perubahan hutan primer menjadi hutan sekunder, perkebunan dan semak terlihat cukup jelas pada kawasan hutan tersebut. Selain itu faktor yang menyebabkan penurunan luas hutan primer disebabkan oleh pembukaan lahan untuk pemukiman pengungsi. Hasil pengamatan dilapangan bahwa aktivitas penebangan liar terjadi hampir di semua lokasi hutan dalam kawasan TNGL SPTN VI Besitang. Kemungkinan ini terjadi akibat kualitas kayu yang ada di dalam kawasan tersebut cukup baik. Berikut ini adalah gambar bekas illegal logging dari hasil pengamatan di lapangan 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000 hutanprimer hutansekunder semakkebunkaretlahanterbukakebunsawitagroforestri awan 2002 2007
  • 62. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. Gambar 7. Areal Bekas illegal logging di Resort Sei Lepan Kerusakan hutan yang besar terjadi di Resort Sei lepan dan di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), dimana banyak lahan TNGL yang di rambah untuk di jadikan kebun karet, kebun sawit dan untuk pemukiman pengungsi yang berasal dari aceh. Kawasan hutan di Resort Tangkahan telah mengalami penambahan luas yaitu kawasan hutan sekunder. Dulunya Resort Tangkahan juga mengalami kerusakan akan tetapi pada 2001, digelar Kongres Desa yang berhasil
  • 63. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. menyepakati Peraturan Desa untuk melarang setiap aktivitas eksploitasi hutan dan satwa secara illegal, sekaligus melahirkan lembaga yang mengatur pengelolaan ekowisata, yaitu Lembaga Pariwisata Tangkahan (LPT). Tangkahan sekarang menjadi kawasan konservasi karena masyarakatnya ikut menjaga kelestarian hutan. Berbeda halnya dengan Resort Sei Lepan dan Kawasan Ekosisten Leuser (KEL), kawasan ini telah mengalami kerusakan (penurunan luas kawasan hutan). Berdasarkan keterangan dari masyarakat, kerusakan kawasan hutan ini disebabkan oleh illegal logging atau aktivitas perekonomian lainnya seperti pembukaan untuk lahan perkebunan. Ratusan kepala keluarga (KK) pengungsi Aceh juga ikut merambah kawasan ini. Pengungsi tersebut juga membuka kebun sawit dan kebun karet di kawasan ini sehingga menyebabkan peningkatan luas lahan perkebunan tersebut (Harian Global, 2007). Hasil pemantauan tim CRU tahun 2007 juga menunjukkan bahwa telah terjadi kegiatan illegal logging di kawasan TNGL (Resort Sekoci dan Sei Lepan) sehingga menyebabkan penyusutan luas kawasan hutan. Pertambahan jumlah penduduk yang ada di kawasan TNGL menyebabkan pembukaan atau konversi kawasan hutan menjadi awasan perkebunan dan pemukiman. Hal ini sesuai dengan pendapat Arifin (2001), bahwa pembukaan atau konversi kawasan hutan menjadi lahan perkebunan memang tidak terhindarkan lagi karena kebutuhan masyarakat yang terus meningkat. Penambahan jumlah pengungsi yang ada di kawasan Sei Lepan secara umum dapat mempengaruhi kebutuhan penduduk terhadap lahan untuk dijadikan tempat
  • 64. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. tinggal dan dan lahan perkebunan sehingga menyebabkan terjadinya konversi berbagai tutupan lahan untuk menjadi lahan pemukiman. Berdasarkan tabel 11, terlihat bahwa selama kurun waktu tahun 2002 – tahun 2007 telah terjadi telah terjadi perubahan penggunaan lahan hutan primer menjadi penutupan/penggunaan lahan lainnya (hutan sekunder, semak dan perkebunan) (deforestasi) di kawasan TNGL. Deforestasi merupakan sebuah istilah yang menggambarkan hilangnya hutan secara permanen maupun sementara menjadi lahan untuk tujuan lain (Wijaya dalam Grainger, 2003). Pada gambar 7 dapat dilihat perubahan penutupan lahan hutan primer menjadi penutupan/penggunaan lahan lainnya (perkebunan, semak dan pemukiman) selama kurun waktu 2002 – 2007 Gambar 8. Peta Perubahan Penggunaan Lahan TNGL Tahun 2002 – 2007
  • 65. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. Berdasarkan hasil penafsiran citra Landsat TM tahun 2002 – 2007, wilayah Resort Sei Lepan teridentifikasi sebagai wilayah yang mengalami deforestasi yang besar. Menurut Barata (2008), Penyebab kerusakan/terbukanya kawasan hutan hujan tropis dataran rendah ini disebabkan oleh illegal logging, pembukaan lahan untuk kepentingan tanaman pertanian dan umumnya untuk penanaman sawit dan karet, dan perambahan oleh pengusaha sawit dan masyarakat sekitar. Hasil analisis tim Balai TNGL luas kerusakan mencapai 8.470 ha dan pada tahun 2002 meluas lagi sampai 21.130 ha. Dengan demikian, pada periode 7 tahun tersebut telah terjadi kerusakan seluas 1.832 ha/tahun, setara dengan 152 ha/bulan atau 5 ha/perhari. Masyarakat memanfaatkan lahan perkebunan ini untuk memenuhi kebutuhan/pendapatan mereka. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamidy dalam Soeratmo, 2003 menyatakan bahwa interaksi antara masyarakat sekitar dengan kawasan hutan yang mengarah pada kerusakan kawasan hutan antara lain disebabkan oleh : (1) tingkat pendapatan masyarakat sekitar relatif rendah, (2) terbatasnya lapangan pekerjaan dan sulit mencari tambahan penghasilan, (3) kebutuhan hasil hutan yang tidak terpenuhi karena tidak terbeli atau terbatasnya dipasaran, (4) adanya tukang tadah hasil curian, dan (5) kurangnya patroli keamanan kawasan. Selain itu tingkat pendidikan yang rendah, ketidaktahuan masyarakat akan arti dan fungsi kawasan konservasi dan adanya persepsi masyarakat yang menggarap hutan sebagai sumberdaya yang bebas dimiliki dan dipergunakan semakin mendorong masyarakat sekitar hutan untuk melakukan tindakan yang tidak menduung kelestarian hutan.
  • 66. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. Alternatif penanganan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan hutan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun adalah memberikan sosialisai kepada masyarakat akan besarnya manfaat hutan untuk meningkatkan daya dukung lingkungan, sehingga nilai kesadaran terhadap lingkungan bertambah, dan memberikan ketegasan hukum bagi oknum yang melanggar peraturan. Selain itu masyarakat juga harus menjadi salah satu aktor utama dalam proses penyelesaian persoalan yang dihadapi TNGL. Peran serta masyarakat dan pembangunan kapasitas harus menjadi aktivitas penting dalam upaya mengurangi permasalahan yang ada. Peran serta masyarakat dalam keseluruhan proses pembangunan merupakan syarat mutlak yang harus diperhatikan oleh semua penentu kebijakan dan penyelenggara pembangunan disegala bidang, termasuk bidang kehutanan.
  • 67. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Tingkat kerapatan tajuk (NDVI) yang dihasilkan di kawasan TNGL khususnya Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser bervariasi antara -0.375 – 0.577 yaitu berupa vegetasi jarang, vegetasi sedang dan vegetasi rapat untuk tahun 2002 sedangkan untuk tahun 2007 kisaran nilai NDVI antara -0.115 – 0.646. 2. Hubungan (korelasi) antara NDVI dan penggunaan lahan tahun 2002 dan tahun 2007 sangat kuat, dimana nilai koefisien korelasi untuk citra tahun 2002 adalah 0.855 dan untuk citra tahun 2007 sebesar 0.903, nilai ini menunjukkan bahwa hubungan antara NDVI dan penggunaan lahan adalah signifikan artinya semakin besar nilai NDVI maka kondisi penutupan vegetasi di setiap kelas penggunaan lahan semakin baik (semakin rapat). 3. Pada periode tahun 2002 sampai tahun 2007 telah terjadi perubahan luasan penggunaana lahan dan tingkat kerapatan tajuk yaitu jenis pengggunaan lahan yang mengalami kenaikan luas penggunaan lahan terjadi pada hutan sekunder sebesar 19150.37 ha atau 19.80 %, Sedangkan jenis penggunaan lahan yang mengalami penurunan luas adalah tipe hutan primer yaitu sebesar sebesar 21099.17 ha atau 22.00 %.Hasil analisis juga menunjukkan telah terjadi perubahan nilai NDVI antara tahun 2002 dan 2007 yaitu berupa peningkatan tingkat kerapatan tajuk (nilai NDVI) pada kelas penggunaan lahan.
  • 68. Julia Rahmi : Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), 2009. Saran 1. Perlu dilakukan pemantauan perubahan penggunaan lahan di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Penginderaan Jarak Jauh secara periodik agar perubahan yang terjadi dapat terpantau dengan baik. 2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan citra satelit terbaru untuk memperoleh kondisi aktual perubahan penggunaan lahan sehingga tindakan preventif dalam rangka pengelolaan hutan dapat lebih dini dilakukan dalam kaitannya dengan kelestarian fungsi hutan.