Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas latar belakang dan tujuan bimbingan siswa di sekolah, jenis masalah yang sering dihadapi siswa seperti masalah belajar dan keluarga, serta pendekatan yang ditempuh konselor dalam memberikan bantuan kepada siswa.
1. Bimbingan dan Konseling
29 f 2008 pada 3:27 pm (Bimbingan dan Konseling)
Tags: Pendidikan
LATAR BELAKANG
Bimbingan dan penyuluhan di sekolah sangatlah di butuhkan, karena tidak dapat di
pungkiri seiring dengan derasnya informasi dan tranformasi Global yang masuk
menyebabkan terjadinya berfikir dalam masyarakat, terutama kalangan anak -anak
yang berada dalam keadaan tumbuh dan berkembang sehingga para siswa sangat
membutuhkan segala bentuk bimbingan dan nasehat agar tidak terjerumus dalam
pergaulan yang salah.
Dengan adanya bimbingan dan penyuluhan tersebut kiranya perlu juga dikaji tentang
aspek aspek yang melatar belakangi adanya BP yaitu;
1. Aspek Kultural
Perkembangan zaman terutama zaman yang serba canggih banyak menimbulkan
modernisasi di segala bidang kehidupan manusia dan tentunya lembaga pendidikan
tidak terlepas dari fungsi sebagai kehidupan masyarak at , dalam meni festasinya
mampu membantu manusia (siswa) agar bisa mencarikan pemecahannya dari berbagai
problem yang ada akibat dari modernisasi yang mengglobal akan tetapi lembaga
pendidikan hendaknya membantu secara individu maupun secara kelompok di
sekolah.
2. Aspek pendidikan
Secara makro pendidikan di artikan sebagai suatu proses bantuan yang diberikan
bantuan oleh orang dewasa kepada anak didik yang belum dewasa. Dimana suatu
kegiatan yang baik dan ideal hendaknya mencakup tiga aspek yaitu pengajara n
kurikuler , kepemimpinan dan pembinaan peserta didik untuk menghindari kesulitan
belajar sekeci l mungkin karena layanan bimbingan sangat menentukan keberhasi lan
siswa dalam proses belajar mengajar. Sehingga pada proses selanjutnya siswa dapat
belajar semaksimal mungkin dan menuju keberhasi lan yang telah di cita-citakan.
3. Aspek psikologis
Aspek psikologis ini sangat berkaitan sekali dengan persoalan siswa dimana siswa
tersebut di tuntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, artinya tidak ada
kecenderungan untuk mengabaikan kegiatan sekolah, tidak membuat gaduh dikelas,
tidak selalu menyendiri dan respek terhadap persoalan-persoalan yang berkembang di
sekolah.
Kita ketahui bahwa tidak semua siswa mampu menjadi seorang siswa, artinya banyak
siswa yang membutuhkan penanganan secara serius terkait dengan kenakalan. maka
untuk mengatasi hal itu di butuhkan penaganan khusus yakni berupa bimbingan dan
penyuluhan.
4. Aspek lingkungan
Karena siswa tidak apat terpantau secara langsung maka kemungkinan –kemungkinan
terjadi kenakalan, ada penyelewengan di luar sekolah sangat mungkin sekali . Untuk
itulah dibutuhkan semacam bimbingan secara khusus untuk membekali siswa setelah
pulang kerumahnya masing-masing.
PENGERTIAN BIMBINGAN
Secara Etimologis kata bimbingan me rupakan te rjemahan dari kata “Gudance ” be rasal
dari kata “togui de ” yang mempunyai arti “me nunjukkan, membimbi ng, me nuntun,
ataupun membantu,” se suai de ngan i sti lahnya, maka se cara umum bimbi ngan dapat
di artikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan. Namun, meskipun demikian tidak
berarti semua bentuk bantuan atau tuntunan adalah bimbingan, bantuan dalam
pengetian bimbingan menurut terminologi bimbingan dan konseling haruslah
memenuhi syarat-syarat tertentu sebagaimana di kemukakan di bawah ini :
Definisi bimbingan yang pertama dikemukakan dalam years book of education
2. 1955,yang menyatakan:
Bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk
menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan
pribadi dan kemanfaatan sosial.
Stoops dan walquist mendefinisikan:
Bimbingan adalah proses yang terus menerus dalam membantu pekembangan individu
untuk mencapai kemampuannya secara maksimum dalam mengarahkan manfaat yang
sebesar-besarnya baik bagi diri sendiri maupun bagi masyarakat.
Menurut Arthur J.Jones sepeti yang dikutip oleh Dr.Tohari musnamar (1985:4)
Bimbingan sebagai pertolongan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain dalam
hal membuat pi lihan–pi lihan penyesuaian diri dalam pemecahan problem-problem.
Tujuan bimbingan ialah membantu orang tersebut untuk tumbuh dalam hal
kemandirian dan kemampuan bertanggung jawab bagi dirinya sendiri .
Berdasarkan definisi bimbingan yang telah dikemukakan para ahli diatas serta prinsip-prinsip
yang terkandung di dalam pengertian bimbingan maka dapat disimpulkan
bahwa Bimbingan adalah merupakan proses pemberian bantuan yang terus menerus
dari seorang pembimbing yang telah dipersiapkan kepada individu yang
membutuhkannya dalam rangka mengembangkan seluruh potensi yang dimi liki secara
optimal dengan menggunakan berbagai macam media dan tehnik bimbingan dalam
suasana asuhan yang Normative agar tercapai kemandirian sehingga individu dapat
bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun bagi lingkungannya.
TUJUAN BIMBINGAN
Tujuan bimbingan adalah membe ri kan pe layanan bimbi ngan ke pada si swa “dalam
rangka upaya agar siswa dapat menemukan pribadi , mengenal lingkungan dan
me re ncanakan masa de pan”. (Prayi tno 1997:23).
Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi ,di maksudkan agar peserta didik
mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serta menerimanya secara positi f
dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut , sebagai manusia yang
normal di dalam setiap diri individu selain memi liki hal hal yang positi f tentu ada yang
negati f. Pribadi yang sehat adalah apabi la ia mampu menerima dirinya sebagaimana
adanya dan mampu mewujudkan hal-hal positi f sehubungan dengan penerimaan
dirinya itu, jika seorang peserta didik mengenal diri kurang berprestasi dibandingkan
dengan kawan-kawannya, maka hendaknya dia tidak menjadi putus asa, rendah diri
dan lain sebagainya, melainkan justru lebih bersemangat lagi mengejar
ketertinggalannya dalam meraih prestasi pada bidang yang diminatinya.
Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan di maksudkan agar peserta didi k
mengenal lingkungan secara obyektf, baik lingkungan sosial dan ekonomi , lingkungan
budaya yang sangat erat dengan ni lai -ni lai dengan norma-norma maupun lingkungan
fisik dan menerima berbagai kondisi lingkungan itu secara positi f dan dinamis pula.
Pengenalan lingkungan meliputi keluaraga, sekolah, lingkungan alam dan masyarakat
sekitar lingkungan yang lebih luas di harapkan dapat menunjang proses penyesuaian
diri peserta didik dengan lingkungan dimana ia berada dan dapat memanfaatkan
kondisi lingkungan secara optimal untuk mengembangkan diri secara mantap dan
berkelanjutan.
Sedangkan bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan di maksudkan agar
peserta didik mampu mempertimbangkan dan mengambi l keputusan tentang masa
depan dirinya baik yang menyangkut bidang pendidikan, bidang karier maupun bidang
budaya, keluarga dan masyarakat.
LAYANAN BIMBINGAN SISWA
Setiap individu atau siswa tidak terlapas dari kegiatan–kegiatan yang dalam hal itu
tidak terlepas pula dari dari berbagai masalah atau hambatan dalam
perkembangannya. Siswa yang mengalami kesulitan itu merupakan manusia yang
3. berada dalam kondisi tidak mampu memahami dirinya sendiri dan lingkungannya,
sehingga mengalami mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kenyataan-kenyataan
obyekti f yang dihadapinya, dipihak lain kesulitan dapat terjadi karena
lingkungan terutama orang tua yang tidak dapat memahami perkembangan anaknya di
sekolah dan masyarakat, sehingga memunculkan tuntutan-tuntutan yang berat dan
tidak dapat di penuhi oleh siswa.
JENIS MASALAH
a. Masalah belajar
Masalah belajar merupakan salah satu jenis masalah yang di anggap serius karena
belajar merupakan inti dari pendidikan. Dalam hal ini masalah belajar menyangkut
motivasi belajar siswa yang dapat mempengaruhi kemajuan belajar peserta didik, oleh
karena itu di sekolah perlu adanya layanan bimbingan yang membantu mengatasi
masalah yang dihadapi siswa maka pembimbing betul-betul memberikan bimbingan
yang sesuai dengan keadaan anak.
b. Masalah keluarga
Dalam memberikan layanan bimbingan kepada klien tidak terlepas dari lingkungan
keluarga klien tiu sendiri . Dalam pembimbing harus mengetahui latar belakang klien
yang bersangkutan, oleh sebab itu pembimbing perlu mengadakan kunjungan ke
rumah klien untuk menjalin keakraban klien tersebut, sehingga pembimbing
memperoleh titik terang tentang permasalahan kliennya.
c. Pengisian waktu luang
Seorang pembimbing juga di anggap perlu mengetahui pemanfaatan dan pengisian
waktu luang kliennya di luar lingkungan sekolah, kegiatan apa saja yang di lakukan
dalam mengisi waktu luang di lingkungan rumah, apakah klien tersebut dapat
membagi antara waktu bermain dengan waktu belajar semua itu harus di kontrol oleh
seorang pembimbing, sehingga dapat memberikan layanan sesuai dengan latar
belakang permasalahan siswa yang bersangkutan.
d. Pergaulan dengan teman sebaya
Pergaulan di lingkungan bermain dapat mempengaruhi perkembangan moral seorang
anak yang sangat besar pengaruhnya terhadap pola sikap dan kepribadian seorang
anak, oleh karena itu untuk melakukan bimbingan seorang.
Pembimbing tidak terlepas dari lingkungan teman bermain kliennya.
SIFAT MASALAH
a. Masalah belajar
Masalah belajar adalah salah satu masalah yang di anggap serius, karena itu perlu
adanya solusi untuk memecahkan masalah ini . Adapun solusi yang kami berikan
adalah memberikan bimbingan dan dorongan tentang jangkauan masa depan, maka di
perlukan adanya motivasi untuk meningkatkan prestasinya serta giat membaca agar
terbiasa dan terlatih yang pada ahirnya mudah memahami isi bacaan.
b. Masalah kepribadian
Masalah kepribadian solusinya adalah dengan memberikan dorongan untuk
mengintrospeksi diri dari sikapnya selama ini terhadap teman-temannya, guru dan
keluarganya. Dan memberi masukan bagaimana sikap yang baik terhadap orang yang
ada di sekitar kita.
c. Masalah keluarga
Keluarga merupakan pendidik yang pertama dan utama bagi seorang anak, maka kami
memberikan solusi terhadap masalah keluarga yang di alami klien ini . Solusinya
adalah berusaha menjalin keakraban dengan keluarga terutama masalah belajar di
sekolah.
d. Konfidental
Konselor adalah seorang yang mempunyai tugas dan kewajiban membantu
memecahkan masalah yang sedang di alami oleh siswa secara individu atau kelompok
4. untuk mencapai kesejahteraan dalam hidupnya. Untuk menjadi konselor yang baik
tidak mudah melainkan harus mempunyai / memenuhi persyaratan-persyaratan, baik
persyaratan pendidikan atau persyaratan kepribadian. Hal ini di sebabkan karena
konselor sebelum memberikan bantuan atau treatment yaitu berusaha untuk
mendapat informasi yang berhubungan dengan kasus yang di hadapi dan untuk
memperoleh data yang baik dalam arti data tersebut dapat dipercaya atau dapat di
pertanggung jawabkan.
e. Identitas klien
Salah satu yang di peroleh konselor adalah mengenai identitas klien.
PENENTUAN DAN PENDUKUNG SUBYEK KASUS
Seorang konselor sebelum membantu memecahkan masalah klien, langkah-langkah
yang di perlukan adalah:
a) Penentuan kasus
b) Penentuan subyek pendukung kasus
Untuk dapat menentukan seorang siswa itu mempunyai kasus atau tidak dapat di lihat
dari pengumpuan data yang diperoleh.
1. Penentuan Kasus
Dalam membantu masalah klien, konselor harus membatasi diri pada dua macam data
yaitu:
a. Kuesioner (angket tertulis)
Kuesioner untuk keperluan bimbingan merupakan suatu daftar kumpulan pertanyaan
tertulis yang harus di jawab secara tertulis juga.
b. Interview (wawancara)
Interview (wawancara) informasi adalah merupakan suatu alat untuk memperoleh data
/ informasi secara lisan, dengan tujuan mendapatkan data yang diperlukan untuk
bimbingan. (winkel, 1983:59)
Sehubungan dengan hal di atas, praktikan mengangkat kasus yang sedang dialami
klien, yaitu:
1. Kurang lancar dalam hal membaca. Suka bercanda dan berbicara waktu pelajaran
berlangsung.
2. Kurang memanfaatkan waktu luang untuk kegiatan yang bermanfaat.
Itulah kasus yang dialami oleh klien, sedangkan untuk menyelesaikannya dibahas
lebih lanjut.
2. Penentuan subyek pendukung kasus
Untuk memperjelas kasus diatas kegiatan penentuan subyek pendukung di lakukan
oleh konselor karena semakin jelas kasus yang dialami klien, maka konselor dapat
menentukan rencana yang akan di laksanakan dalam membantu memecahkan masalah
klien.
Adapun pendukung kasus tersebut adalah adanya pendekatan serta motivasi klien.
3. Analisa
Analisa adalah suatu usaha untuk menganalisa data-data yang telah terkumpul,
ternyata klien mempunyai salah satu masalah yang cukup serius pula, kasus yang
dominan dalam hal ini adalah kurangnya perhatian dalam mengikuti proses
pembelajaran, kadang apa yang diterangkan oleh guru belum dipahami , tetapi ti dak
ada motivasi untuk bertanya. Selain itu aktivitas-aktivitas dan kegiatan-kegiatan dalam
pemanfaatan waktu luang kurang di manfaatkan dengan baik, hal ini disebabkan
karena keadaan lingkungan yang kurang memperhatikannya, meskipun keluarga dari
klien sendiri rata-rata orang berpendidikan.
4. Treatment (usaha Bantuan)
Setelah langkah-langkah identifikasi kasus, mengumpulkan dan menganalisa masalah
yang ada, maka langkah selanjutnya adalah memberikan bantuan kepada klien untuk
memecahkan masalah yaitu:
1. Memberikan bimbingan di dalam menghadapi dan mengatasi kesulitan kesulitan
5. dalam belajarnya dan juga menyarankan kepada siswa tersebut untuk membuat
jadwal belajarnya, sehingga waktu yang ada tidak terbuang sia-sia.
2. Bahwa belajar kelompok itu lebih baik, disamping bisa diskusi dengan teman-temannya
hal ini juga bisa menambah keakraban antara sesama teman, sehingga
apabi la ada permasalahan bisa saling terbuka.
3. Memberikan motivasi untuk selalu akti f bertanya apabi la tidak mengerti dalam
mengikuti pelajaran yang terkait dengan keinginannya.
4. Memberi masukan secara teoritik dan praktek berupa jangkauan cita -cita
mendorong untuk belajar lebih baik dan mendorong untuk menggunakan kegiatan
yang bermanfaat.
5. Memberikan dorongan untuk introspeksi diri dengan cara belajarnya,
kepribadiannya dan ibadah yang telah di lakukan.
Untuk itu konselor memberikan bimbingan kepada siswa untuk tidak terpengaruh
kepada lingkungan sekitar yang tidak mendukung lingkungan belajarnya dan agar
siswa lebih di siplin lagi dalam segala hal, yaitu tidak menuruti perasaan malas untuk
belajar.
5. Follow Up (Tindak Lanjut)
Dalam tahapan ini , konselor diharuskan untuk selalu mengetahui dari perkembangan
siswa tersebut, setelah mendapat solusi pemecahan tindakan dalam tahap ini harus
di lakukan secara kontinyu sehingga akan mengetahui seberapa jauh keberhasi lan
yang telah dicapai oleh konselor.
DAFTAR PUSTAKA
Dra.Hallen A, M.Pd, Bimbingan Dan Konseling Penerbit Ciputat Pers,Jakarta 2002.
Andi Mapiare, Drs. Pengantar bimbingan Dan Konseling Di Sekolah. Penerbit Usaha
Nasional Surabaya,1984.
Bimo Walgito, Drs Bimbingan Dan Penyuluhan Di Sekolah, Yayasan penerbit Fakultas
UGM. Yogyakarta, 1986.
Dewa Ketut Sukardi , Drs. Bimbingan Dan Penyuluhan Belajar Di Sekolah. Penerbit
Ranika Cipta , Jakarta , 1990.
————————–, Pedoman Praktis Bimbingan Dan Penyluhan Di Sekolah. Penerbit
Ranika Cipta , Jakarta , 1990
Hadari Nawawi , H.Drs, Administrasi Dan Organisasi Bimbingan Penyuluhan, Penerbit
Ghalia Usaha, Jakarta, 1983.
Koestor Parto wisastro, S Psy, Bimbingan Dan Penyluhan Di Sekolah. Ji lid 3, Penerbit
Erlangga Jakarta, 1984.
2 Komentar
Perkembangan pada Anak
10 f 2008 pada 6:08 am (Bimbingan dan Konseling)
Tags: Pendidikan
Rasulullah Saw Bersabda :
Artinya: “Sesungguhgnya orang mukmin yang paling dicintai oleh ALLAH ialah orang
yang senantiasa tegak taat kepadanya.dan memberikan nasehat kepada
hambanya, semua akal dan fikirannya serta menasehati pula akan dirinya
sendiri; menaruhperhatian dan mengamalkan ajarannya selama hayatnya,
maka beruntung dan memperoleh kemenangan pulahlah ia.( Hadits dari ibnu
Abbas).
6. Sabda Nabi Muhammad tersebut diatas memberikan petunjuk kepada kita
bahwa bimbingan dan konseling di samping perlu di lakukan terhadap orang lain
karena memang di mungkinkan keberhasi lannya, juga demikian di pandang sebagai
salah satu ciri dari jiwa orang beriman.
Bimbingan konseling agama adalah segala kegiatan yang di lakukan oleh seseorang
dalam rangka memberikanbantuan terhadap orang lainyang me ngalami kesulitan-kesulitan
rohaniah dalam lingkungan hidupnya agar supaya orang tersebut mampu
mengatasinya sendiri karena timbul kesadaran atau poenyerahan diri terhadap
kekuasan Tuhan yang maha esa.
Jadi jelasnya bahwa bimbingan dan konselingagama di laksanakan maka sasarannya
sudahbarang tentu memberikan kecerahanbatin sesuai dengan jiwa ajaran Agama
Baimbingan Islami adalah proses pemberian bantuan yang terarah, kontiniu dan
sistematis pada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitra h
beragam yang dimi likinya secara optimal dengan cara menginernalisasikan ni lai -ni lai
yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan Hadi ts ke dalam di ri . Se hi ngga i a dapat hi di p
selaras dan sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan Hadits.
Konseling islami adalah suatu usaha membantu individu dalam menanggulangi
penyimpangan perkembangan fitrah beragama yang di mi likinya, sehigga ia menyadari
peranannya sebagai kholi fdah di muka bumi .
PERKEMBANGAN KEJIWAAN PADA ANAK
Guru Agama dalam menjalankan tugasnya sebagai konselor/ pembimbing Agama
disamping perlu menyadari langkah-langkahnya dengan sumber ajaran Agama juga
dalam proses kounseling perlu memperhatikan perkembangan jiwa keagamaan pada
anak bimbing.
Oleh karena itu tugas pengamatan yang pertama-tama harus di lakukan oleh guru
Agama saebagai kounselor ialah pengamatan langsung pada situasi dan sikap Agama
pada keluarga serta lingkungan hidup anak bimbing yang selanjutnya di jadikan bahan
dasar pengartian di dalam melaksanakan tugas sesuai dengan metode mana yang
hendak dipakai dalam proses bimbingan dan konselingagama itu.
Perkembangan Hidup Pada Anak Tingkat Sekolah Dasar.
a. Pada usia 6 tahun penertiannya terhadap Agama menjadi makin kuat,
apalagi bi lamana praktek ibadah selalu di berikan kepada mereka,
hubungan dengan tuhan sangat bersi fat pribadi atau personal mereka,
senang berdoa dengan sepenuh hati .
b. Usia 7 sampai 10 tahun mereka mulai memperoleh sikap yang lebih matang
terhadap aghama. Mereka lebih ingin mengetahui tentang tuhan dan
banyak mengajukan pertanyaan tentang hal tersebut.
Oleh sementara ahli didik, periode usia ini lah duianggap merupan masa-masa
peka terhadap penidikan agama, oleh karenanya sangat mudah
untuk di pengaruhi oleh guru Agama.
7. c. Usia 10 sampai 12 tahun anak telah benar-benar dapat menghayati cerita
serta peristiwa- peristiwa yang mengandung kegiatan (spiritual) seperti
kematian dsb.
Dalam periode ini lah guru agama sebagai konselor dapat melakukan
bimbingan dan konseling melalui pendekatan situasional (kematian ,
bencana alam dll).
Perasaan itu perlu dikembangkan melalui partisipasi dalam kegiatan
keagamaan seperti sembahyang berjamah, panitia hari besar agama serta
organisasi dan kegiatan- kegiatan keagamaan lainnya.
Perkembangn Hidup Keagamaan Pada Anak Tingkat SLTP.
Anak pada tingkat pendidikan sltp telah memasuki masa pubertas yang oleh
para ahli psikologi di anggap masa usia dimana peasaamn keagamaan mul;ai
terbentuk dalam pribadinya. Masa pubertas tersebut dialami oleh mereka
sebagai permulaan timbulnya kegoncangan batin yang sangat meme rlukan
tempat perlindungan jiwa, yang mampu memberikan pengarahan positi f dalam
perkembangan hidup selanjutnya.
Kekosongan batin dalam kegoncangan jiwa sangat terbuka kepada pengaruh
ni lai- ni lai keagamaan yang di bimbing oleh konselor yang me3njadikan dirinya
sebagai pelindung atau penyelamat baginya.
Perkembangan Keagamaan Pada Anak Tingkat SLTA
Demikian pula pada anak tingkat pendidikan SLTA sering terjadi konflik batin
yang tidak mereka ketahui jalan keluarnya, dan konflik demekian memerlukan
bantuan pencerahan atau penyelesaian dari konselor yang meletakkan dirinya
sebagai petunjuk jalan keluar.
Penyaluran nafsu-nafsu yang berejolak dalam pribadi mereka perlu diarahkan
kepada kegiatan-kegiatan yang bersi fat sublimati f sepeti kegiatan olahraga,
seni budaya dan organisasi yang terkendalikan.
METODE BIMBINGAN DAN KONSELING YANG DAPAT DITERAPKAN DALAM
KEAGAMAAN
Para pembimbing keagamaan memerlukan beberapa metode yang dapat menghampiri
sasaran tugasnya antara lain:
Metode Interview (wawancara)
Interview adalah suatu metode untuk mendapatkan data dengan
mengadakan wawancara secara langsung.
Metode kelompok
Yaitu metode yang diakukan di luar kelas atau jam pelajaran
yangmeliputi karya wisata, diskusi kelompok, osis, dan sosio drama. Dengan
8. menggunakan kelompok, pembimbing dapat menggembangkan sikap sosial
(relasi sosial)
Metode Non Directif (Tidak Mengarahkan)
Dalam metode ini terdapat dasar pandangan bahwa klient sebagai
mahluk yang bulat yang memi li i kemampuan berkembang sendiri dan sebagai
pencari kemantapan diri sendiri .
Dr. Wi llam E. Hulme metode ini sangat cocok di gunakan oleh penyuluh
Agama, karena kondelor akan lebih memahami kenyataan penderitaaan klient
yang biasanya bersumber pada perasaan dosa yang banyak menimbulkan
perasaan cemas, konflik kejiwaan dan gangguan jiwa lainya.
Metode directive conseling
Directive conseling merupakan bentuk psikoterapi yang paling
sederhana, karena counselor dapat secara langsung memberikan jawaban
terhadap problem yang o;eh klient disadari menjadi sumber kecemasannya.
Metode educatif (pencerahan)
Metode educati f adalah pemberian pencerahan terhadap unsur -unsur
kejiwaan yang menjadi sumber konflik seseorrang dan selanjutnya koonselor
menganali isa fakta kejiwaan klient untuk penyembuuan.
Dalam hubungan dengan penggunaan metode tersebut di atas guru
agama sebagai orang yang hrus melakukan bimbingan dan konseling dalam
agama perlun juga menjiwai langkah- langkahnya dengan sumber – sumber
petunjuk aghama misalnya :
“Maka di se babkan Rahmat dari Allah kamu be rlaku lemah lembut
terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekeli lingmu. Karena itu maafkan mereka dan
bermusyawarqahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabbi la
kamu telah membulatkan tekad, maka bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allaah menyukai mereka bertawakkal kepadanya.. ( Qs Ali
imron 159)”
Disamping itu prinsip pendekatan yang telah diajarkan nabi kepada
Abbu musa Al- Asyaary dan Muadz bin–Jabal ketika hendak beerangkat ke
Yaman untuk menunaikan misi khusus :
“‘Pe rmudahlah jangan mempe rsukar dan gembi ralah ( bbbe sarkan
jiwanya) dan jangaan melakukan tindakan yang menyebbabbbkan mereka lari
pada-Mu” (Al Hadi tst).
GURU AGAMA SEBAGAI PENDIDIK DAN PEMBIMBING
Tugas dan fungsi guru dalam proses kependidikan disekolah (Madrasah) tidak hanya
sebagai pengajar i lmu pengetahuan semata-mata melainkan juga betugas sebagai
pendidik dan pembimbing atau konselor.
9. Menurut beberapa ahli bahwa bimbingan dan pendidikan tidak dapat dipisahkan
dalam proses, terutama yang berkegiatan dalam rangka mencapai tujuan hidupnya.
Pada umumnya para ahli memandang bahwa konselor agama menempuh berbagai
jalan atau cara yang lebih sulit dari pada menjadi konselor dibidang lain yang non
agama; karena konselor agama harus memi liki beberapa persyaratan khusus, antara
lain kematangan jiwa dan keimanan yang tangguh serta berkemampuan menjadi
uswatun hasanah (contoh teladan) sesuai norma-norma ajaran agamanya, baik
di lingkungan sekolah naupun di luar sekolah.
Di lihat dari segi missioner, jabatan guru agama dapat dikatakan sebagai reeping
(panggi lan tuhan) untuk berbakti kepada tuhan dengan fungsinya yang amat penting
bagi pembinaan iman melalui proses kependidikan individual manusia.
Dalam pandangan islam, seseorang iman atau ulama secara bui lt-in (melekat), juga di
pandang oleh para pengikutnya, selain sebagai guru agama dan pendidik juga sebagai
penyuluh atau konselor agama yang tugasnya menjadi guru penerang, pemberi ,
petunjuk jalan arah kebenaran, juru pengingat, juru penghibur hati duka, serta
muballig yang peri laku sehari -harinya mencerminkan uswatun hasanah di tengah
ummatnya. Sebagaimana halnya fungsi nabi Muhammad SAW yang di utus menjadi
mu’allim (guru) dan pe ndi di k akhlak al-karimah. Sebagaimana sabda beliau yang
arti nya: “aku diutus untuk me njadi guru” dan sabdanya lagi :”‘ saya diutus untuk
menyempurnakan akhlak yang mullia“
PROGRAM KHUSUS BIMBINGAN AGAMA BAGI PENANGGULANGAN KENAKALAN
REMAJA
Kenakalan Remaja Sebagai Suatu Problema.
Dalam melihat masslah ini kita perlu membedakan manakah yang kita
kategorikan kenakalan dengan bukan kenakalan.
Kenakalan remaja adalah tingkah laku atau perbuatan yang
berlawanan dengan hokum-hukum yang berlaku yang di lakukan oleh anak-anak
dari antara umur 10 tahun sampai dengan 18 tahun. Perbuatan yang
di lakukan oleh anak-anak dibawah usia 10 tahun dan diatas 18 tahun dengan
se ndi ri nya ti dak di kate gori kan dalam apa yang ki ta se but “ke nakalan”
Tingkah laku anak remaja yang dipandang kenakalan karena
a. Mengangu tertib sosial dan hokum
b. Merugikan perkembangan generasi muda itu sendiri
c. Menggangu jalanya perkembangan sosial paedegogis, ekonomi , dan
kebudayaan dan sebagainya
Faktor- faktor yang Mengakibatkan Kenakalan Remaja
a. Faktor lingkungan
10. 1. Keadaan ekonomi masyrakat
2. Masa daerah peralihan
3. Keretakan hidup keluarga
4. Praktek mengasuh anak
5. Pengaruh teman sebaya
6. Pengaruh pelaksanaan hokum (kurang dapat di pertanggung jawabkan)
b. Faktor Kepribadian
1. Penyakit syraf
2. Dorongan nafsu
3. Peni laian yang tidak tepat kepada diri sendiri dan orang lain (buta moral)
4. Pandangan terhadap diri sendiri yang negati f.
dalam hubungannya dengan kkenakalan remaja yang telah di uraikan
diatas maka pendidik agama sebagai konselor di samping perlu memahami
berbagai faktor penyebabnya perlu pula mengambi l langkah-langkkah
prreventi f (mencegah) dan kurati f (mengobati ) yang meli iputi prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1. Di lingkungan sekolah hendaknya bekerja sama dengan guru d bidang lain
2. Berusaha membina kerjasama dengan Biro konsultasi remaja yang ada,
dan pejabat peradi lan anak atau kepolisian bidang pengawasan anak.
3. Bi la mana terjadi kenakalan didalam limgkungan tanggung jawabnya,
maka berusahalah melakukan pendekatan kepada remaja yang
bersangkutan.
4. Hendaknya mempolakan rencana program pencegahan di lingkungan
sekolah dengan kegiatan diskusi .
5. Berusaha membina hubungan kkerja sama dengan orang tua murid yang
sebaik-baiknya.
6. Dalam rangka pencegahan, hendaknya konselor agama berusaha mengisi
acaara koonseling di pusat-pusat kegiatan remaja. Misal: karang taruna
dalam organisasi remaja.
7. Berusaha menghindarkan remaja dari pengaruh mass media yang
mengandung unsur mmerusak moral. Missal: majalah porno.
11. Akan tetapi yang penting perlu di ingat konselor agama senantiasa
menanamkan pengeertian kepada remaja bahhwa kaum reemajapun dapat
beriman yang teguh dan beraagama yang taat, sebagaimana di lukiskan oleh
allah dalam firmannya tentang pemuda al-kahfi :
Artinya: “Sesungguhnya meereka adalah kaum remaja yang teguh
beriman dan aku tambah kepada mereka petunjuk. (QS Al-kahfi:13).
Tinggalkan Sebuah Komentar
PRINSIP – PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING
15 f 2008 pada 2:03 pm (Bimbingan dan Konseling)
Tags: Pendidikan
PENDAHULUAN
Manusia adalah mahluk fi losofis, artinya manusia mepunyai
pengetahuan dan berpikir, mausia juga memi liki si fat yang unik, berbeda
dengan mahluk lain dalam pekembanganya. Implikasi dari kergaman ini ialah
bahwa individu memi liki kebebasan dan kemerdekaan untuk memi lih dan
megembangkan diri sesuai dengan keunikan ataua tiap – tiap pontensi tanpa
menimbulkan konflik dengan lingkungannya. Dari sisi keunikan dan
keragaman idividu, maka diperlukanlah bimbingan untuk membantu setiap
individu mencapai perkembangan yang sehat didalam lingkungannya ( Nur
Ihsan, 2006 : 1)
Pada dasarnya bimbingan dan konseling juga merupakan upaya
bantuan untuk menunjukan perkembangan manusia secara optimal baik
secara kelompok maupun idividu sesuia dengan hakekat kemanusiannya
dengan berbagai potensi , kelebihan dan kekurangan, kelemhan serta
permaslahanya.
Adapun dalam dunia pendidikan, bimbingan dan konseling juga sangat
dipelukan karena dengan adanya bimbingan dan konseling dapat
mengantarkan peserta didik pada pencapai Standar dan kemampuan
profesional dan Akademis, serta perkembangan dini yang sehat dan produkti f
dan didalam bimbinganya dan konseling selian ada pelyanan juga ada Prinsip –
prinsipnya.
PEMBAHASAN
PRINSIP – PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Pengertian Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling
Prinsip yang berasal dari asal kata ” PRINSIPRA” yang artinya permulan
dengan sautu cara tertentu melhirkan hal –hal lain , yang keberadaanya
tergantung dari pemula itu, prisip ini merupakam hasi l perpaduan antara
kajian teori itik dan teori lapangan yang terarah yang digunakan sebagai
pedoman dalam pelaksanaan yanh dimaksudkan.( Halaen,2002,: 63 )
12. Prinsip bimbingan dan Konseling memnguraikan tentang pokok – pokok
dasar pemikiran yang di jadikan pedoman program pelaksanaan atau aturan
main yanh harus di ikuti dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan
dan dapat juga di jadikan sebagai seperangkat landassan praktis atau aturan
main yang harus di ikuti dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah.
Prayitno mengatakan : ” Bahwa prinsip merupaka hasi l kajian
teoritik dan telaah lapangan yanh digunakan sebgai pedoman pelaksanaan
se suatu yang dimaksudkan” jadi dari pe ndapat di atas dapat di simpulkan
bahwa prinsip – prinsip bimbingan dan konseling merupakan pemaduan hasi l –
hasi l teori dan praktek yang dirumuskan dan di jadikan pedoman sekaligus
dasar bagi peyelengaran pelayanan.
A. Macam – macam prinsip bimbingan dan konseling
Dalam pelayanan bimbuingasn dan konseling prisip yang digunakan
bersumber dari kajian fi losofis hasi l dari penelitian dan pengalama praktis
tentang hakikat manusia, perkembangan dan kehidupan manusia dalam
konteks sosial budayanya, pegertian, tujuan, fungsi , dan proseses,
penyelenggaraan bimbingan dan konseling.
Ada beberapa prinsip pelaksanaan bimbingan dan konseling diantaranya
:
a. Bimbingan adalah suatu proses membantu individu agar mereka dapat
membantu dirinya sendiri dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
b. Hendaknya bimbingan bertitik tolak (berfokus) pada individu yang dibimbing
c. Bimbingan diarahkan pada individu dan tiap individu memi liki karakteristik
tersendiri .
d. Masalah yang dapat diselesaikan oleh tim pembimbing di lingkungan
lembaga hendaknya diserahkan kepada ahli atau lembaga yang berwenang
menyelesaikannya.
e. Bimbingan dimulai dengan identi fikasi kebutuhan yang dirasakan oleh
individu yang akan dibimbing.
f. Bimbingan harus luwes dan fleksibel sesuai dengan kebutuhan individu dan
masyarakat.
g. Program bimbingan di lingkungan lembaga pendidikan tertentu harus sesuai
dengan program pendidikan pada lembaga yang bersangkutan.
h. Hendaknya pelaksanaan program bimbingan dikelola oleh orang yang
memi liki keahlian dalam bidang bimbingan, dapat bekerja sama dan
menggunakan sumber-sumber yang relevan yang berada di dalam ataupun
di luar lembaga penyelenggara pendidikan.
13. i. Hendaknya melaksanakan program bimbingan di evaluasi untuk mengetahui
hasi l dan pelaksanaan program (Nur Ihsan, 2006 : 9)
Rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya ialah
berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah klien, tujuan dan proses
penanganan masalah, program pelayanan, penyelenggaraan pelayanan.
Diantara prinsip-prinsip tersebut adalah :
1. Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran pelayanan
Sasaran pelayanan bimbingan dan konseling adalah indivi du-individu
baik secara perorangan aupun kelompok yang menjadi sasaran
pelayanan pada umumnya adalah perkembangan dan perikehidupan
individu, namun secara lebih nyata dan langsung adalah sikap dan tingkah
lakunya yang dipengaruhi oleh aspek-aspek kepribadian dan kondisi
sendiri , serta kondisi lingkungannya, sikap dan tingkah laku dalam
perkembangan dan kehidupannya itu mendorong dirumuskannya prinsip-prinsip
bimbingan dan konseling sebagai berikut :
1.
a. BK melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku,
agama dan status sosial ekonomi .
b. BK berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan
dinamis.
c. BK memperhatikan sepenuhnya tahap-tahap dan berbagai apek
perkembangan individu.
d. BK memberikan perhatian utama kepada perbedaan individual yang
menjadi orientasi pokok pelayanannya.
2. Prinsip-prinsip berkenaan dengan masalah individu
Berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan dan kehidupan
individu tidaklah selalu positi f, namun faktor-faktor negati f pasti ada yang
berpengaruh dan dapat menimbulkan hambatan-hambatan terhadap
kelangsungan perkembangan dan kehidupan individu yang berupa masalah.
Pelayanan BK hanya mampu menangani masalah klien secara terbatas yang
berkenaan dengan :
1.
a. BK berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental
atau fisik individu terhadap penyesuaian dirinya dirumah, disekolah serta
dalam kaitannya dengan kontak sosial dan pekerjaan, dan sebaliknya
pengaruh lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik individu.
b. Kesenjangan sosial, ekonomi dan kebudayaan merupakan faktor timbulnya
masalah pada invidu yang kesemuanya menjadi perhatian utama
pelayanan BK.
3. Prinsip-prinsip berkenaan dengan program pelayanan
Adapun prinsip-prinsip yang berkenaan dengan pelayanan layanan
BK itu adalah sebgaai berikut :
14. 1.
a. BK merupakan bagian integrasi dari proses pendidikan dan pengembangan,
oleh karena itu BK harus diselaraskan dan dipadukan dengan program
pendidikan serta pengembangan peserta didik.
b. Program BK harus fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan indivi du,
masyarakat dan kondisi lembaga.
c. Program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari
jenjang pendidikan terendah sampai tertinggi .
4. Prinsip-prinsip berkenaan dengan pelaksanaan pelayanan
Pelaksanaan pelayanan BK baik yang bersi fat inside ntal maupun
terprogram, dimulai dengan pemahaman tentang tujuan layanan, dan
tujuan ini akan diwujudkan melalui proses tertentu yang di laksanakan oleh
tenaga ahli dalam bidangnya, yaitu konselor profesional.
Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan hal tersebut adalah :
1.
a. BK harus diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu
membimbing diri sendiri dalm menghadapi permasalahannya.
b. Dalam proses BK keputusan yang diambi l dan akan di lakukan oleh
individu hendaknya atas kemauan individu itu sendi ri bukan karena
kemauan atau desakan dari pihak lain.
c. Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang
relevan dengan permasalahan yang dihadapi .
d. Kerja sama antara guru pembimbing, guru-guru lain dan orang tua anak
amat menentukan hasi l pelayanan bimbingan.
e. Pengembangan program pelayanan BK ditempuh melalui pemanfaatan yang
maksimal dari hasi l pengukuran dan peni laian terhadap individu yang
terlibat dalam proses pelayanan dan program bimbingan dan konseling itu
sendiri (Hanen, 2002).
5. Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling disekolah dalam lapangan
operasional bimbingan dan konseling.
Sekolah merupakan lembaga yang wajah dan sosoknya sangat jelas.
Di sekolah pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan dapat tumbuh
dan berkembang dengan amat baik mengingat sekolah merupakan lahan
yang secara potensial sangat subur, sekolah memi liki kondisi dasar yang
justru menuntut adanya pelayanan ini pada kadar yang tinggi . Pelayanan
BK secara resmi memang ada disekolah, tetapi keberadaannya belum
seperti dikehendaki . Dalam kaitan ini Belkin (dalam Prayitno 1994)
menegaskan enam prinsip untuk menumbuh kembangkan pelayanan BK
disekolah.
KESIMPULAN
Prinsip-prinsip BK merupakan pemanduan hasi l-hasi l teori dan praktek yang
dirumuskan dan di jadikan pedoman dan dasar bagi penyelenggaraan pelayanan.
15. a. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan :
(1) Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur
jenis kelamin, suku, agama dan status sosial ekonomi .
(2) Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu
dan memperhatikan tahap-tahap atau berbagai aspek perkembangan individu,
serta memberikan perhatian utama kepada perbedaan invidual yang menjadi
orientasi pokok pelayanan.
b. Prinsip yang berkenaan dengan permasalahan individu
Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh
kondisi mental atau fisus individu terhadap penyesuaian dirinya dirumah maupun
disekolah, dan yang menjadi faktor timbulnya masalah pada individu adalah
kesenjangan sosial, ekonomi dan kebudayaan.
c. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program pelayanan
- Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari upaya pendidikan dan
pengembangan individu;
- Program bimbingan dan konseling harus fleksibel disesuaikan dngan kebutuhan
individu, masyarakat dan kondisi lembaga serta disusun secara berkelanjutan
dari jenjang pendidikan terendah sampai tertinggi .
d. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan tujuan pelaksanaan pelayanan
- Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk mengembangkan invidu
sehingga keputusan yang diambi l dan akan di lakukan oleh individu hendaknya
atas kemauan individu itu sendiri .
- Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang
relevan dengan permasalahan yang dihadapi .
e. Prinsip bimbingan dan konseling disekolah
Prinsip BK disekolah menegaskan bahwa penegakan dan penumbuh kembangan
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah hanya mungkin di lakukan oleh
konselor profesional yang sadar akan profesinya, dan mampu menerjemahkan ke
dalam program dan hubungan dengan sejawat dan personal sekolah lainnya, memi liki
komitmen dan keterampi lan untuk membantu siswa dengan segenap variasinya
disekolah, dan mampu bekerja sama serta membina hubungan yang harmonis-dinamis
dengan kepala sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Hallen, 2002. Bimbingan dan Konseling. Liputan Press : Jakarta
16. Nurihsan Juntika. 2006. Bimbingan dan Koseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. PT
RFIKA ADITAMA : Bandung
Prayitno dan Erman Amfi . 1995. Dasar-dasar Bimbingan Konseling. Reneka Cipta :
Jakarta
3 Komentar
Bimbingan dan Konseling di sekolah
15 f 2008 pada 2:00 pm (Bimbingan dan Konseling)
Tags: Pendidikan
PENDAHULUAN
Bimbingan dan konseling pengembangan seluruh aspek kepribadian siswa,
pencegahan terhadap timbulnya masalah yang akan menghambat perkembangannya,
dan menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya, baik sekarang maupun masa
yang akan dating. Sehubungan dengan target populasi layanan bimbingan dan
konseling, layanan ini tidak terbatas pada individu yang bermasalah saja, tetapi
meliputi seluruh siswa. (Nurihsan, 2006: 42)
Sejalan dengan visi tersebut, maka misi bimbingan dan konseling harus membantu
memudahkan siswa mengembangkan seluruh aspek kepribadiannya seoptimal
mungkin, sehingga terwujud siswa yang tangguh menghadapi masa kini dan masa
mendatang.
Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian yang integral dari keseluruhan
proses pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, pelaksanaan bimbingan dan konseling
di sekolah menjadi tanggung jawab bersama antara personel sekolah, yaitu kepala
sekolah, guru, konselor, dan pengawas. Kegiatan bimbingan dan konseling mencakup
banyak spek dan saling kait mengkait, sehingga tidak memungkinkan jika layanan
bimbingan dan konseling hanya menjadi tanggung jawab konselor saja. (Soetjipto,
2004: 99)
PEMBAHASAN
2.1. Personel Pelaksana Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Di bawah ini di jelaskan tugas-tugas personel sekolah yang berkaitan dengan kegiatan
layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
2.1.1. Kepala Sekolah
Kepala sekolah adalah penanggung jawab pelaksanaan teknis bimbingan dan konseling
di sekolah. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya kepala sekolah dibantu oleh waki l
kepala sekolah.
Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara
berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi , yang dapat di lakukan
melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara
langsung, terutama dalam pemi lihan dan penggunaan metode, media yang digunakan
dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.
17. Kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah secara otomatis memimpin sekolah,
sekaligus menyusun dan mengatur program bimbingan dan konseling sedemikian rupa
agar program tersebut dapat besatu dan terlaksana bersamaan dengan program
pendidikan. (Umar, 2001: 114)
Sebagai penanggung jawab kegiatan pendidikan secara menyeluruh di sekolah, tugas
kepala sekolah adalah:
a. Mengkoordinasikan segenap kegiatan yang diprogramkan di sekolah
b. Menyediakan sarana prasarana, tenaga, dan berbagai kemudahan bagi
terlaksananya bimbingan dan konseling yang efekti f dan efisien
c. Melaksanakan pengawasan dan pembinaan terhadap program layanan
bimbingan dan konseling
d. Mempertanggung jawabkan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di
sekolah kepada Kanwi l yang menjadi atasannya
e. Mengadakan hubungan dengan pihak atau lembaga lain, seperti dokter,
psikiater, dan sebagainya. (Sukardi , 2002: 56)
Kegiatan konselor (guru pembimbing) yang perlu diketahui oleh kepala sekolah antara
lain:
a. Melaporkan kegiatan bimbingan dan konseling sebulan sekali
b. Laporan tentang kelengkapan data.
2.1.2. Konselor
Konselor adalah pelaksana utama yang mengkoordinasi semua kegiatan yang terkait
dalam pelaksana bimbingan dan koseling di sekolah.
Konselor dituntut untuk bertindak secara bi jaksana, ramah, bisa menghargai , dan
memeriksa keadaan orang lain, serta berkepribadian baik, karena konselor itu
nantinya akan berhubungan dengan siswa khususnya dan juga pihak lain yang
sekiranya bermasalah. Konselor juga mengadakan kerja sama dengan guru-guru lain,
sehingga guru-guru dapat meningkatkan mutu pelayanan dan pengetahuannya demi
suksesnya program bimbingan dan konseling. (Umar, 2001: 118)
Masalah-masalah perkembangan peserta didik yang dihadapi guru pada saat
pembelajaran dirujuk kepada konselor untuk penanganannya. Demikian pula,
masalah-masalah peserta didik yang ditangani konselor terkait dengan proses
pembelajaran bidang studi dirujuk kepada guru untuk menindaklanjutinya.
Sebagai pelaksana utama, tenaga inti , dan ahli , konselor (guru pembimbing) bertugas:
a. Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling
b. Merencanakan program bimbingan dan konseling
c. Melaksanakan segenap pelayanan bimbingan dan konseling
d. Melakaksanakan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling
e. Meni lai proses dan hasi l layanan bimbingan dan konseling
f. Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasi l peni laian
g. Mengadministrasikan layanan program bimbingan dan konseling
18. h. Mempertanggung jawabkan tugas dan kegiatan bimbingan dan konseling
tersebut. (Sukardi , 2002: 56)
Konselor disamping bertugas memberikan layanan kepada siswa, juga sebagai sumber
data yang meliputi :
a. kartu akademis
b. catatan konseling
c. data psikotes
d. catatan konperensi kasus.
2.1.3. Guru
Guru adalah pelaksana pengajaran serta bertanggung jawab memberikan informasi
tentang siswa untuk kepentingan bimbingan dan konseling.
Di sekolah salah satu tugas utama guru adalah mengajar. Dalam kesempatan mengjar
siswa, guru mengenal tingkah laku, si fat-si fat, kelebihan dan kelemahan tiap-tiap
siswa. Dengan demikian, disamping bertugas sebagai pengajar, guru juga dapat
bertugas dan berperan dalam bimbingan antara siswa dengan siswa, siswa dengan
guru, maupun guru dengan orang tua. Sebagai pembimbing, guru merupakan tangan
pertama dalam usaha membantu memecahkan kesulitan-kesulitan siswa. (Umar,
2001: 117)
Sebagai tenaga ahli pengajaran dalam mata pelajaran atau program pelatihan tertentu,
dan sebagai personel yang sehari -hari langsung berhubungan dengan siswa, peranan
guru dalam layanan bimbingan adalah:
a. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa
b. Membantu koselor mengidenti fikasikan siswa yang memerlukan layanan
bimbingan dan konseling
c. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling
kepada konselor
d. Membantu mengembangkan suasana kelas
e. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan
layanan bimbingan dan konseling
f. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa
g. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka peni laian
bimbingan dan konseling dalam upaya tindak lanjut
Guru juga membantu memberikan informasi tentang data siswa yang meliputi :
a. Dafatar ni lai siswa
b. Observasi
c. Catatan anekdot (Sukardi , 2002: 52-58)
Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan dan konseling di
sekolah akan lebih efekti f bi la guru dapat bekerja sama dengan konselor dalam proses
pembelajaran. Adanya keterbatasan-keterbatasan dari kedua belah pihak (guru dan
konselor) menuntut adanya kerja sama tersebut.
19. 2.1.4. Pengawas atau Supervisor
Supervisi adalah pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka
dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar
yang lebih baik. (Burhanuddin, 2005: 99).
Supervisi adalah bantuan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah untuk
mengembangkan situasi belajar mengajar yang baik. (Sukardi , 2002: 240) .
Untuk menjamin teerlaksananya pelayanan bimbingan dan konseling secara tepat
diperlukan kegiatan pengawasan bimbingan dan konseling baik secara teknik maupun
secara administrasi . Fungsi kepengawasan layangan bimbingan dan konseling antara
lain memantau, meni lai , memperbaiki , meningkatkan dan mengembangkan kegiatan
layanan bimbingan dan konseling. Pengawasan tersebut ada pada setiap Kanwi l.
(Sukardi , 2002:65).
Selain mengawasi perkembangan dan pelaksanaan pendidikan di sekolah, pengawas
juga melihat perkembangan pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah tersebut.
Pengawas sekolah juga berfungsi sebagai konsultan bagi kepala sekolah, guru,
maupun konselor untuk membicarakan upaya-upaya lain dalam rangka memajukan
bimbingan dan konseling.
Pengawas juga harus dapat mengupayakan langkah-langkah yang bisa ditempuh
untuk memajukan dan menambah pengetahuan kepala sekolah, guru, dan konselor,
misalnya melalui penataran, seminar, latihan-latihan demi memajukan program
bimbingan dan konseling. (Umar, 2001: 119).
Adapun manfaat supervisi dalam program bimbingan dan konseling adalah:
a. Mengontrol kegiatan-kegiatan dari para personel bimbingan dan konseling, yaitu
bagaimana pelaksanaan tugas dan tanggung jawab mereka masing-masing
b. Mengontrol adanya kemungkinan hambatan-hambatan yang ditemui oleh para
personel bimbingan dalam melaksanakan tugasnya masing-masing
c. Memungkinkan dicarinya jalan keluar terhadap hambatan-hambatan yang
ditemui
d. Memungkinkan terlaksananya program bimbingan secara lancar kearah
pencapaian tujuan sebagai mana yang telah ditetapkan. (Nurihsan, 2006: 68)
2.2. Fasilitas atau Sarana Prasarana Bimbingan dan Konseling
Agar layanan dasar bimbingan dan konseling, renponsi f, perencanaan individual, dan
dukungan sistem berfungsi efekti f diperlukan cara baru dalam mengatur fasi litas -
fasi litas program bimbingan dan konseling. (Nurihsan, 2006: 63)
Sarana dan prasarana yang diperlukan antara lain sebagai berikut:
2.2.1. Sarana
20. a. Alat pengumpul data,seperti format-format, pedoman observasi , pedoman
wawancara, angket, catatan harian, daftar ni lai prestasi belajar, dan kartu
konsultasi .
b. Alat penyimpanan data, seperti kartu pribadi , buku pribadi , map, dan
sebagainya.
c. Perlengkapan teknis, seperti buku pedoman, buku informasi , paket bimbingan,
blongko surat, alat-alat tulis, dan sebagainya.
2.2.2. Prasarana
a. Ruangan bimbingan dan konseling, seperti ruang tamu, ruang konsultasi , ruang
diskusi , ruang dokumentasi dan sebainya.
b. Anggaran biaya untuk menunjang kegiatan layanan, seperti anggaran untuk
surat manyurat, transportasi , penataran, pembelian alat-alat, dan sebagainnya.
(Sukardi , 2002: 63)
Fasi litas dan pembiayaan merupakan aspek yang sangat penting yang harus
diperhatikan dalam suatu program bimbingan dan konseling. Adapun aspek
pembiayaan memerlukan perhatian yang lebih serius karena dalam kenyataannya
aspek tersebut merupakan salah satu factor penghambat proses pelaksanaan
bimbingan dan konseling. (Nurihsan, 2006: 59).
KESIMPULAN
Personel pelaksana bimbingan dan konseling di sekolah antara lain:
1. Kepala sekolah adalah penanggung jawab pelaksanaan teknis bimbingan dan
konseling di sekolah.
2. Konselor adalah pelaksana utama yang mengkoordinasi semua kegiatan yang
terkait dalam pelaksana bimbingan dan koseling di sekolah.
3. Guru sebagai pengajar, guru juga dapat bertugas dan berperan dalam bimbingan
antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, maupun guru dengan orang tua.
Sebagai pembimbing, guru merupakan tangan pertama dalam usaha membantu
memecahkan kesulitan-kesulitan siswa.
4. Pengawas bertugas mengawasi perkembangan dan pelaksanaan pendidikan di
sekolah, melihat perkembangan pelaksanaan bimbingan dan konse ling, dan juga
berfungsi sebagai konsultan bagi kepala sekolah, guru, maupun konselor.
Sarana dan prasarana bimbingan dan konseling antara lain:
1. Alat pengumpul data
2. Alat penyimpanan data
3. Perlengkapan teknis
4. Ruangan bimbingan dan konseling
5. Anggaran biaya
DAFTAR PUSTAKA
21. Burhanuddin, yusak. 2005. Administrasi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia
Nurihsan, A. Juntika. 2006. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar
Kehidupan. Bandung: Refika Aditama
Soetjipto dan Raflis Kosasi . 2004. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta
Sukardi , Dewa ketut. 2002. Pengantar Pelaksana Program Bimbingan dan Konseling di
Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
Umar dan sartono. 2001. Bimbingan dan Penyuluhan. Bandung: Pustaka Setia
http://akhmadsudrajat.wordpress.com
Tinggalkan Sebuah Komentar
Pemecahan Study Kasus Bimbingan dan Konseling
13 f 2008 pada 8:30 am (Bimbingan dan Konseling)
Tags: Pendidikan
PENDAHULUAN
Dalam perkembangan dan kehidupan setiap manusia sangat mungkin
timbul berbagai permasalahan. Baik yang dialami secara individual, kelompok,
dalam keluarga, lembaga tertentu atau bahkan bagian masyarakat secara lebih
luas. Untuk itu ditentukan adanya bimbingan sebagai suatu usaha pemberian
bantuan yang diberikan baik kepada individu maupun kelompok dalam rangka
memecahkan masalah yang dihadapi . Salah satu hal penting yang perlu
diperhatikan alam memberikan bimbingan adalah memahami individu (dalam hal
ini peserta didik)secara keseluruhan, baik masalah yang dihadapinya maupun latar
belakangnya. Sehingga peserta didik diharapakan dapat memperoleh bimbingan
yang tepat dan terarah.
Untuk dapat memahami peserta didik secara lebih mendalam, maka
seorang pembimbing maupun konselor perlu mengumpulkan berbagai keterangan
atau data tentang peserta didik yang meliputi berbagai aspek, seperti : aspek sosial
kultural, perkembangan individu, perbedaan individu, adaptasi , masalah belajar
dan sebagainya. Dalam rangka mencari informasi tentang sebab-sebab timbulnya
masalah serta untuk menentukan langkah-langkah penanganan masalah tersebut
maka diperlukan adanya suatu tehnik atau metode pengumpulan data atau fakta -
fakta yang terkait dengan permasalahan yang ada. Salah satu tehnik atau metode
pengumpulan data atau fakta adalah studi kasus.
Pada praktiknya studi kasus diselenggarakan melalui cara-cara yang
bervariasi , seperti analisis laporan sesaat (anecdotal report), otobiografi klien,
deskripsi tentang tingkah laku, perkembangan klien dari waktu ke waktu (case
history), himpunan data (cumulative records), konperensi kasus (case conference)
seperti yang diungkapkan Jones, 1951; Mc Daniels, 1957; Tolbert, 1959;
Bernard&Fulmer, 1969; Patterson, 1978; Fisher, 1978 (dalam Prayitno, 1999; 38)
PEMBAHASAN
22. 1. Tinjauan Awal Tentang Kasus
Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata kasus dapat berarti soal atau
perkara dapat juga berarti keadaan atau kondisi khusus yang berhubungan dengan
seseorang atau suatu hal. Jika isti lah kasus itu dihubungk an dengan seseorang,
maka ini dapat berarti bahwa pada orang yang dimaksudkan terdapat
“soal”atau”pe rkara”te rte ntu. Namun dalam hal i ni yang pe rlu di gari sbawahi
pemakaian istilah kasus dalam dalam bimbingan dan konseling tidaklah mengarah
pada pengertian-pengertian tentang soal-soal ataupun perkara-perkara yang
berkaitan dengan tindak kriminal, perdata ataupun urusan polisi dan urusan-urusan
lain yang bersangkut paut dengan pihak-pihak yang berwajib, melainkan
lebih di fokuskan pada kasus dalam pembelajaran pada suatu instansi lembaga
pendidikan maupun sekolah.
Isti lah “Kasus”dalam bimbi ngan dan konse li ng di gunakan se ke dar untuk
menunjukkan bahwa ada permasalahan tertentu pada diri seseorang yang perlu
mendapatkan perhatian dan pemecahan demi kebaikan orang tersebut. Misalnya
kasus seorang mahasiswi bernama Dewi . Kasus Dewi menyangkut prestasi
akademiknya yang merosot, sering datang terlambat dikelas, kurang bersosialisasi
dengan teman-temannya, dan sebagainya. Jika tidak segera ditangani
permasalahannya, dikhawatirkan akan berdampak negati f pada Dewi sendiri .
Kasus Dewi ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan tindakan kriminal,
polisi maupun hukum.
Namun kasus ini harus segera ditangani dengan melibatkan Dewi sendiri
dan orang lain yang dapat memberikan kontribusi dalam pemecahan masalahnya
keterlibatan orang lain dalam hal ini bukanlah sebagai saksi seperti dalam kasus
kriminal dan hal inipun harus sepengetahuan dan seizing dari Dewi . Langkah ini
ditempuh agar Dewi tidak merasa bahwa dia tengah dihakimi , dicela ataupun
privasinya dibuka didepan orang banyak dsb. Sebaliknya pembicaraan mengenai
permasalahan yang dihadapinya dimaksudkan untuk memahami permasalahannya
dzn untuk mendapatkan jalan keluar tepat dan berhasi l, sehingga ia dapat kembali
pada keadaan yang menyenangkan dan membahagiakannya.
2. Pemahaman Terhadap Kasus
Untuk mengetahui seluk beluk sebuah kasus lebih jauh maka konselor
tidak mengerti permasalahan atas dasar deskripsi yang telah dikemukakan pada
awal pengenalan kasus semata-mata. Namun diperlukan pemahaman yang lebih
mendalam. Karena bisa jadi permasalahan yang terkandung dalam sebuah kasus
seperti fenomena gunung es yang terapung di lautan, dimana yang tampak di
permukaan air hanya sedikit saja, padahal bagian yang berada di permukaan laut
besarnya sukar diukur.
Dalam rangka mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai
sebuah kasus perlu di lakukan penjelajahan yang luas dan intensi f misalnya
melalui wawancara dengan siswa tersebut (wawancara konseling), memeriksa
kumpulan data (commulati f record) yang ada disekolah, ataupun kunjungan
rumah. Dari penjelajahan yang luas dan intensi f akan terungkap berbagai hal yang
akan memberikan gambaran dan pemahaman yang lebih luas dan komprehensi f
tentang kasus itu. Baik permasalahan yang menyangkut individualitas, sosialitas,
moralitas, maupun Religiusitasnya.
23. Kemudian terdapat hal lain yang dapat menjadi bekal bagi pengembangan
pemahaman terhadap suatu kasus ialah bagaimana memprediksi berbagai
kemungkinan yang bersangkut paut dengan kasus itu di l ihat dari rincian
permasalahannya, penyebabnya dan kemungkinan akibat-akibat yang akan
muncul. Seorang konselor perlu mengembangkan konsep atau ide -ide mengenai
rincian masalah, kemungkinan sebab dan juga kemungkinan akibatnya. Karena
hal itu merupakan bekal dan ancangan bagi konselor untuk memperoleh
pemahaman yang mantap mengenai kasus yang sedang ditangani . Sekali lagi
ditekankan bahwa ide-ide itu sebaiknya tidak boleh menjadi alasan yang menutup
kemungkinan terungkapnya fakta-fakta baru dalam proses penjelajahan masalah
secara lebih intensi f, konselor tidak boleh terikat dan secara kaku berpegang pada
ide-idenya, karena bisa jadi ide -ide yang dikembangkan itu tidak sesuai atau
bahkan bertentangan dengan kenyataan yang diperoleh melalui pendalaman
masalah (Prayitno: 1999)
3. Penanganan Terhadap Kasus
Penanganan kasus adalah keseluruhan perhatian dan tindakan seseorang
terhadap kasus (yang dialami oleh seseorang) yang dihadapkan kepadanya sejak
awal sampai dengan akhirnya perhatian atau tindakan tersebut (i bid: 77)
Dalam menangani sebuah kasus, seorang konselor melakukan tindakan-tindakan
sebagai berikut:
1.) Pengenalan awal tentang kasus (dimulai sejak awal kasus itu dihadapkan);
2.) Pengembangan ide-ide tentang rincian masalah yang terkandung didalam kasus
itu;
3.) Penjelajahan lebih lanjut tentang segala seluk beluk kasus tersebut;
4.) Mengusahakan upaya-upaya kasus untuk mengatasi atau memecahkan sumber
pokok permasalahan.
Penanganan sebuah kasus dapat dipandang sebagai upaya-upaya khusus
untuk secara langsung menangani sumber pokok permasalahan dengan tujuan
utama teratasinya permasalahan yang dimaksudkan. Penanganan kasus dalam
pengertian yang khusus, menghendaki strategi dan tehnik -tehnik yang si fatnya
khas sesuai dengan pokok permasalahan yang akan ditangani . Disini lah keahlian
konselor diperlukan untuk menjelajahi masalah, penetapan masalah pokok yang
menjadi sumber permasalahan secara umum, pemi lihan strategi dan tehnik
penanganan masalah pokok itu, serta penerapan strategi dan tehnik yang
dipi lihnya itu.
Berikut ini salah satu contoh kasus beserta urutan penanganannya:
“Dimas, se orang si swa SMA ke las III IPS; me nunjukkan ge jala jarang masuk
sekolah, sering melangggar tata tertib sekolah dan prestasi belajarnya rendah. Dia
sering membolos terutama jika akan menghadpai mata pelajaran Matematika. Pada
akhir tahun lalu, dia termasuk salah satu siswa yang dipermasalahkan kenaikan
kelasnya. Dirumah dia tidak mempunyai tempat belajar sendiri dan dia belajar
ditempat tidurnya. Ia banyak membantu kegiatan keluarga sehinga sering
terlambat masuk sekolah. Sedangkan data lain menunjukkan bahwa siswa tersebut
adalah anak keenam dari sebelas bersaudara. Tiga saudaranya sudah berada di
24. perguruan tinggi , dan salah seorang adiknya juga dikelas III IPA disekolah yang
sama. Dia sebenarnya kurang berminat terhadap bidang studi IPA. Dalam
menyelesaikan salah satu tugas rumahnya pernah terjadi bentrok dengan salah
se orang gurunya”.
Dari contoh kasus diatas, kita dapat membayangkan berbagai
permasalahan yang dialami oleh Dimas, dan kita dapat mengenalinya melalui :
1.) Deskripsi Awal Kasus
Deskripsi awal kasus menunjukkan bahwa dari dimensi individualitas,
Dimas memi liki prestasi belajar rendah dan kurang berminat pada IPA; dimensi
sosialitas menunjukkan dia pernah bentrok dengan guru; dimensi moralitas
menunjukkan dia suka melanggar tata tertib, membolos dan sering terlambat
masuk sekolah.
2.) Ide-ide tentang rincian permasalahan; kemungkinan sebab dan akibat dari
permasalahan, misalnya prestasi belajar rendah
a. Gambaran yang lebih rinci :
- ni lai raport banyak merahnya
- ni lai tugas, ulangan dan ujian rendah
- peringkat dibawah rata-rata, dsb
b. Kemungkinan sebab:
- intelegensi dibawah rata-rata
- malas belajar
- kurang minat dan perhatian, dll
c. Kemungkinan akibat:
- minat belajar semakin berkurang
- tidak naik kelas
- dikeluarkan dari sekolah, dsb
3.) upaya dan hasi l penjelajahan lebih lanjut terhadap setiap permasalahan yang
terkandung dalam kasus yang dimaksud.
Penjelajahan masalah atau studi kasus yang lebih menyeluruh dan
lengkap dapat ditempuh melalui berbagai cara seperti wawancara, analisis
terhadap laporan sesaat (anecdotal report), perkembangan anak atau klien dari
waktu ke waktu (case history), himpunan data (cumulative record), cerita
tentang anak atau klien (otobiografi ), konferensi kasus (case conference)
25. 4.) upaya penanganan secara khusus terhadap permasalahan pokok yang menjadi
sumber permasalahan pada umumnya
Penanganan sebuah kasus bukanlah hal yang mudah. Partisipasi akti f
dari orang yang mengalami masalah serta orang-orang yang amat besar
pengaruhnya kepada orang yang mengalami masalah seperti orang tua, guru
dan orang lain yang amat dekat hubungannya mutlak diperlukan. Tanpa
partisipasi akti f dari orang yang bermasalah serta orang-orang dekat
disekitarnya, keberhasi lan upaya bimbingan dan konseling amat diragukan
atau bahkan gagal sama sekali , sehingga masalah tidak terpecahkan.
Selain itu, pihak lain yang perlu di libatkan adalah berbagai unsur yang
terdapat di lingkungan orang yang mengalami masalah baik lingkungan sosial,
fisik, maupun lingkungan budaya. Termasuk dalam kategori ini adalah para
ahli bidang-bidang tertentu, seperti dokter, psikiater, ahli hukum dan lain-lain
(Prayitno; 1999: 81)
Kaitannya dengan pihak-pihak yang terlibat dalam upaya bimbingan
dan konseling, terdapat beberapa hal yag perlu diperhatikan, yaitu:
a. Perlibatan pihak-pihak, sumber dan unsur-unsur lain di luar diri orang yang
mengalami masalah:
1.) harus sepengetahuan dan seizin orang yang mengalami masalah
2.) bersi fat suka rela dan tidak merugikan pihak-pihak yang di libatkan
b. pihak-pihak yang di libatkan, dipi lih secara seksama:
1.) agar dapat bermanfaat secara efekti f dan efisien
2.) agar dapat disinkronisasi , dipantau dan dikontrol
3.) sesuai dengan azas-azas bimbingan dan konseling
c. ada penjelasan rinci tentang peranan masing-masing pihak yang di libatkan
terhadap pihak yang di libatkan dan bagi orang yang mengalami masalah itu
sendiri .
4. Penyikapan Terhadap Kasus
Penyikapan terhadap sebuah kasus berlangsung sejak awal penerimaan
kasus untuk ditangani sampai dengan berakhirnya keterlibatan perhatian dan
tindakan konselor terhadap kasus tersebut. Penyikapan pada umumnya
mengandung unsur-unsur kognisi , afeksi dan perlakuan terhadap obyek yang
disikapinya.
Unsur-unsur kognisi yang mendasari penyikapan terhadap kasus pada
garis besarnya adalah sebagai berikut:
26. 1.) Keyakinan dan penghayatan bahwa manusia ditakdirkan sebagai mahluk yang
paling indah dan berderajat paling tinggi . Hal itu terwujud dalam bentuk
kesenangan dan kebahagiaan hidup didunia dan di akhirat
2.) Pemahaman dan penghayatan bahwa untuk menuju perwujudan manusia
seutuhnya empat dimensi kemanusiaan harus dikembangkan secara serempak
dan optimal
3.) Pemahaman ddan penghayatan setiap orang dapat mengalami permasalahan
dalam hidupnya dan dapat mengganggu perkembangan keempat dimensi
kemanusiaannya
4.) Pemahaman dan penghayatan bahwa faktor-faktor lingkungan sangat
berpengaruh terhadap pengembangan dimensi -dimensi kemanusiaan disatu sisi
dan di sisi lain juga mempengaruhi timbulnya permasalahan
5.) Pemahaman dan penghayatan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling
mampu memberikan bantuan kepada orang-orang dalam rangka mengatasi
masalah yang dihadapinya
6.) Pemahaman dan penghayatan bahwa orang yang sedang mengalami masalah
tidak dianggap sebagai orang yang terlibat tindak kriminal ataupun orang yang
sakit. Tetapi dianggap sebagai orang yang normal dan sehat
7.) Pemahaman dan penghayatan bahwa perlu upaya pendalaman lebih lanjut demi
mencapai pemahaman yang lengkap dan mantap berkaitan dengan
permasalahan yang dihadapi
8.) Pemahaman dan penghayatan diperlukan tehnik dan strategi dalam mengatasi
masalah yang dialami seseorang
9.) Pemahaman dan penghayatan bhawa dalam menangani permasalahan
seseorang perlu melibatkan berbagai pihak, sumber dan unsur untuk secara
efekti f dan efisien mengatasi permasalahan.
Selanjutnya unsur-unsur kogniti f tersebut diatas dapat diwujudkan dalam
bentuk tingkah laku yang mencerminkan kecenderungan efekti f, seperti :
1.) memberi penghargaan dan penghormatan yan setinggi -tingginya terhadap
kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun kelompok.
2.) Konselor berupaya ikut mengembangkan empat dimensi kemanusiaan secara
serasi dan seimbang menuju perwujudan manusia seutuhnya.
3.) Merasa prihatin dan menaruh simpai kepada orang-orang yang mengalami
permasalahan
4.) Berusaha seoptimal mungkin menerapkan keahlian yang dimi liki untuk
membantu menyelesaikan permasalahan seseorang dengan cepat dan tepat
5.) Bersikap positi f terhadap orang-orang yang mengalami masalah
27. 6.) Bertindak hati -hati , teliti , tekun dan bertanggung jawab dalam menangani
permasalahan seseorang
7.) Mengembangkan wawasan, ide, strategi dan teknik serta menerapkannya
dengan tepat
8.) Tidak menyelesaikan permasalahan seseorang sendirian saja, namun harus
melibatkan pihak dan sumber yang dimungkinkan dapat memberi bantuan
dalam penyelesaian seseorang
9.) Tidak menutup kemungkinan untuk mengalihtangankan penanganan masalah
kepada pihak lain yang lebih ahli
Kemudian pemahaman dan penghayatan yang diwarnai oleh kecenderungan
efeksi itu dapat secara nyata diwujudkan dalam bentuk perlakuan terhadap kasus
dan upaya penanganannya. Perlakuan itu antara lain dapat berbentuk:
1) Menerima kasus yang dipercayakan kepadanya dengan penuh rasa tanggung
jawab
2) Mengembangkan wawasan tentang kasus itu secara lebih rinci , baik mengenai
sebab timbulnya permasalahan maupun akibatnya jika permasalahan tidak
ditangani
3) Mengembangkan strategi dan menerapkan teknik-teknik yang tepat untuk
mengatasi sumber-sumber pokok permasalahan
4) Melibatkan berbagai pihak, sumber dan unsur jika diyakini hal -hal tersebut
akan membantu pemecahan masalah
5) Mengkaji upaya pemecahan masalah sampai seberapa jauh upaya tersebut
menampakkan hasi l.
Unsur kognisi , afeksi dan perlakuan setidaknya menjadi dasar penyikapan
seseorang (konselor) terhadap kasus yang dipercayakan kepadanya. Dan hal itu
menjadi wujud nyata dalam proses pelayanan bimbingan dan konseling di samping
itu kepribadian dan keahlian konselor juga ikut memberi kontribusi dalam proses
pelayanan bimbingan dan konseling
KESIMPULAN
Kasus adalah kesatuan kondisi yang mengindikasikan satu atau sejumlah
masalah yang dialami oleh seorang individu. Masalah-masalah tersebut dapat
berkenaan dengan keempat dimensi kemanusiaan kasus-kasus itu dihadapkan
pada konselor agar permasalahan itu bisa diatasi dan individu terbebas dari
permasalahan yang meli litnya.
Seorang konselor harus memi liki wawasan, pemahaman dan penyikapan
terhadap kasus pada umumnya, serta pemahaman dan cara-cara penanganan
masalah-masalah yang terkandung dalam setiap kasus.
28. Hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang konselor dari sebuah
kasus adalah bahwa kasus yang ditanganinya tidak ada kaitannya dengan perkara
criminal ataupun perdata, dan konselor tidak menangani kasus-kasus berkenaan
dengan keadaan sakit ataupun ketidaknormalan secara fisik, konselor juga tidak
boleh memandang suatu kasus dari berat ringannya, tetapi kasus itu hendaknya
ditangani secara professional dan bertanggung jawab.
Konselor harus memi liki wawasan yang luas tentang berbagai masalah yang
terkandung dalam sebuah kasus. Wawasan itu tercakup konsep-konsep atau ide-ide
tentang rincian setiap masalah serta kemungkinan sebab-sebab dan akibat-akibatnya
sedapat mungkin dikuasai oleh konselor.
Konsep atau ide itu akan memberikan arahan awal untuk melakukan
pendalaman masalah melalui berbagai cara, seperti wawancara langsung dengan
individu penyandang kasus, analisis otobiografi , tingkah laku, perkembangan,
kumpulan data, konferensi kasus.
Penjelajahan dan penanganan masalah di lakukan dengan mengakti fkan
berbagai pihak dan sumber yang terkait dengan kasus yang sedang ditangani .
Penyikapan konselor terhadap setiap kasus yang ditangani konselor sejak awal
menerima kasus sampai dengan selesainya penanganan kasus tersebut. Unsur -
unsur kognisi , afeksi, dan perlakuan terkait langsung dengan penyikapan konselor
terhadap suatu kasus.
Tinggalkan Sebuah Komentar
Landasan Bimbingan dan Konseling
12 f 2008 pada 8:14 am (Bimbingan dan Konseling)
Tags: Pendidikan
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Permasalahan
Setelah memahami pengertian bimbingan dan konseling pada materi
sebelumnya, kami dalam makalah ini akan menguraikan berbagai hal yang menjadi
landasan pelayanan bimbingan dan konseling. Landasan tersebut meliputi
landasan fi losofis, religius, psikologis, sosial budaya, pedagogis.
Paparan tentang landasan fi losofis membahas tentang hakikat manusia.
Uraian landasan fi losofis menyangkut empat dimensi kemanusiaan dan berbagai
pemikiran tentang evolusi perkembangan manusia, tinjauan psikologis tentang
manusia, serta hakikat tentang tujuan dan tugas kehidupan manusia. Landasan
religius masih berbicara tentang manusia, tetapi khusus dikaitkan pada aspek-aspek
keagamaan. Pemuliaan kemanusiaan manusia sebagai makhluk Tuhan
menjadi focus pembahasan.
Uraian tentang landasan psikologis mengemukakan berbagai hal pokok
yang amat besar pengaruhnya terhadap pelayanan bimbingan dan konseling, yaitu
tentang tingkah laku, moti f dan motivasi , pembawaan dan lingkungan,
perkembangan dan tugas-tugas perkembangan, belajar dan penguatan dan
kepribadian. Sedangkan tentang landasan sosial budaya dibahas pengaruh sosial
29. budaya terhadap individu, hambatan-hambatan komunikasi dan penyesuaian diri
sebagai dampak perbedaan antar budaya serta pengaruh perbedaan antar budaya
itu terhadap layanan bimbingan dan konseling. Tentang landasan i lmiah dan
teknologis dibahas secara garis besar kei lmuan bimbingan dan konseling, Peranan
i lmu-i lmu lain dan teknologi, serta peranan penelitian dalam pengembangan
bimbingan dan konseling.
Terakhir di bahas tentang peranan secara hakiki pendidikan terhadap
pelayanan bimbingan dan konseling.
2. Rumusun Masalah
- Apa saja landasan yang digunakan dalam bimbingan dan konseling?
- Bagaimanakah implikasi landasan-landasan tersebut dalam bimbingan dan
konseling?
3. Tujuan
- Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman/
pengetahuan tentang landasan-landasan apa saja yang digunakan dalam
bimbingan dan konseling dan implikasinya terhadap penerapan BK itu sendiri .
4. Manfaat
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
a. Mahasiswa dapat mengetahui tentang landasan-landasan yang digunakan
dalam bimbingan konseling.
b. Dapat memberi sumbangsih pengetahuan dalam pembelajaran mata kuliah
bimbingan dan konseling.
PEMBAHASAN
A. LANDASAN DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING
1. LANDASAN FILOSOFIS
1.1 Makna dan Fungsi Prinsip-prinsip Filosofis Bimbingan Konseling
Kata fi losofis atau fi lsafat berasal dari bahasa Yunani : Phi los berarti
cinta dan sophos berarti bi jaksana, jadi fi losofis berarti kecintaan terhadap
ke bi jaksanaan. Si kun pri badi me ngarti kan fi lsafat se bagai suatu “usaha
manusia untuk memperoleh pandangan atau konsepsi tentang segala yang
ada, dan apa makna hi dup manusi a di alam seme sta i ni ”.[1]
Fi lsafat mempunyai fungsi dalam kehidupan manusia, yaitu bahwa :
30. 1) Setiap manusia harus mengambi l keputusan atau tindakan,
2) Keputusan yang diambi l adalah keputusan diri sendiri
3) Dengan berfi lsafat dapat mengurangi salah paham dan konflik, dan
4) Untuk menghadapi banyak kesimpangsiuran dan dunia yang selalu
berubah.
Dengan berfi lsafat seseorang akan memperoleh wawasan atau
cakrawala pemikiran yang luas sehingga dapat mengambi l keputusan yang
tepat John J. Pietrofesa et. al. (1980) mengemukakan pendapat James Cribin
tentang prinsip-prinsip fi losofis dalam bimbingan sebagai berikut:
a. Bimbingan hendaknya didasarkan kepada pengakuan akan kemuliaan dan
harga diri individu dan hak-haknya untuk mendapat bantuannya.
b. Bimbingan merupakan proses yang berkeseimbangan
c. Bimbingan harus Respek terhadap hak-hak klien
d. Bimbingan bukan prerogati f kelompok khusus profesi kesehatan mental
e. Fokus bimbingan adalah membantu individu dalam merealisasikan potensi
dirinya
f. Bimbingan merupakan bagian dari pendidikan yang bersi fat individualisasi
dan sosialisasi
1.2 Hakikat Manusia
a. B.F Skinner dan Watsan (Gerold Corey, Terjemahan E. Koeswara, 1988).
Mengemukakan tentang hakekat manusia:
- Manusia dipandang memi liki kecenderungan-kecenderungan positi f dan
negati f yang sama
- Manusia pada dasarnya dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial
budaya
- Segenap tingkah laku manusia itu dipelajari
- Manusia tidak memi liki kemampuan untuk membentuk nasibnya sendiri
b.Virginia Satir (Dalam Thompson dan Rodolph, 1983). Memandang bahwa
manusia pada hakekatnya positi f, Satir berkesimpulan bahwa pada setiap
saat, dalam suasana apapun juga, manusia dalam keadaan terbaik untuk
menjadi sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu.
31. Upaya-upaya bimbingan dan konseling perlu didasarkan pada
pemahaman tentang hakekat manusia agar upaya-upaya tersebut dapat
lebih efekti f.
1.3 Tugas dan Tujuan Kehidupan
Witner dan Sweeney (dalam Prayitno dan Erman Anti , 2002)
mengemukakan bahwa ciri -ciri hidup sehat ditandai dengan 5 kategori , yaitu:
- Spiritualitas ~ agama sebagai sumber inti dari hidup sehat.
- Pengaturan diri ~ seseorang yang mengamalkan hidup sehat pada dirinya
terdapat ciri -ciri 1. rasa diri berguna, 2. pengendalian diri , 3.pandangan
realistik, 4. spontanitas dan kepekaan emosional, 5. kemampuan rekayasa
intelektual, 6. pemecahan masalah, 7. kreati f, 8. kemampuan berhumor
dan, 9. kebugaran jasmani dan kebiasaan hidup sehat.
- Bekerja ~ untuk memperoleh keuntungan ekonomis, psikologis dan sosial
- Persahabatan ~ persahabatan memberikan 3 keutamaan dalam hidup yaitu
1. dukungan emosional 2. dukungan material 3. dukungan informasi .
- Cinta ~ penelitian flanagan 1978 (dalam Prayitno dan Erman Anti , 2006)
menemukan bahwa pasangan hidup suami istri , anak dan teman
merupakan tiga pi lar utama bagi keseluruhan pencipta kebahagiaan
manusia.
Paparan tentang hakikat, tujuan dan tugas kehidupan manusia diatas
mempunyai implikasi kepada layanan bimbingan dan konseling.
B. Landasan Historis
1. Sekilas tentang sejarah bimbingan dan konseling
Secara umum, konsep bimbingan dan konseling telah lama dikenal
manusia melalui sejarah. Sejarah tentang pengembangan potensi individu
dapat ditelusuri dari masyarakat yunani kono. Mereka menekankan upaya -
upaya untuk mengembangkan dan menguatkan individu melalui pendidikan.
Plato dipandang sebagan koselor Yunani Kuno karena di a telah menaruh
perhatian besar terhadap masalah-masalah pemahaman psikologis individu
seperti menyangkut aspek isu-isu moral, pendidikan, hubungan dalam
masyarakat dan teologis.
1. Perkembangan Layanan Bimbingan di Amerika
Sampai awal abad ke-20 belum ada konselor disekolah. Pada saat itu
pekerjaan-pekerjaan konselor masih ditangani oleh para guru.
Gerakan bimbingan disekolah mulai berkembang sebagai dampak dari
revolusi industri dan keragaman latar belakang para siswa yang masuk
kesekolah-sekolah negeri . Tahun 1898 Jesse B. Davis, seorang konselor di
32. Detroit mulai memberikan layanan konseling pendidikan dan pekerjaan di SMA.
Pada tahun 1907 dia memasukkan program bimbingan di sekolah tersebut.
Pada waktu yang sama para ahli yang juga mengembangkan program
bimbingan ini diantaranya; Eli Weaper, Frank Parson, E.G Wi ll Amson, Carlr.
Rogers.
- Eli We ape r pada tahun 1906 me ne rbi tkan buku te ntang “memi lih suatu kari r”
dan membentuk komite guru pembimbing disetiap sekolah menengah di
New York. Kamite tersebut berge rak untuk membantu para pemuda dalam
menemukan kemampuan-kemampuan dan belajar tentang bimbingan
menggunakan kemampuan-kemampuan tersebut dalam rangka menjadi
seorang pekerja yang produkti f.
- Frank Parson di ke nal se bagai “Father of The Guedance Movement in American
Education”. Me ndi ri kan bi ro pe ke rjaan tahun 1908 di Boston
Massachussets, yang bertujuan membantu pemuda dalam memi lih karir
uang didasarkan atas proses seleksi secara i lmiyah dan melatih guru untuk
memberikan pelayanan sebagai koselor.
Bradley (John J.Pie Trafesa et. al., 1980) menambah satu tahapan dari
tiga tahapan tentang sejarah bimbingan menurut Sti ller, yaitu sebagai berikut:
1) Vocational exploration : Tahapan yang menekankan tentang analisis
individual dan pasaran kerja
2) Metting Individual Needs : Tahapan yang menekankan membantu individu
agar meeting memperoleh kepuasan
kebutuhan hidupnya. Perkembangan BK
pada tahapan ini dipengaruhi oleh diri
dan memecahkan masalahnya sendiri .
3) Transisional Professionalism : Tahapan yang memfokuskan perhatian
kepada upaya profesionalisasi konselor
4) Situasional Diagnosis : Tahapan sebagai periode perubahan dan inovasi
pada tahapan ini memfokuskan pada
analisis lingkungan dalam proses
bimbingan dan gerakan cara-cara yang
hanya terpusat pada individu.
1. Perkembangan Layanan Bimbingan Di Indonesia
Layanan BK di industri Indonesia telah mulai dibicarakan sejak tahun
1962. ditandai dengan adanya perubahan sistem pendidikan di SMA yakni
dengan adanya program penjurusan, program penjurusan merupakan respon
akan kebutuhan untuk menyalurkan siswa kejurusan yang tepat bagi dirinya
secara perorangan. Puncak dari usaha ini didirikan jurusan Bimbingan dan
penyuluhan di Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Negeri , salah satu yang membuka
jurusan tersebut adalah IKIP Bandung (sekrang berganti nama Universitas
Pendidikan Indonesia).
33. Dengan adanya gagasan sekolah pembangunan pada tahun 1970/1971,
peranan bimbingan kembali mendapat perhatian. Gagasan sekolah
pembangunan ini dituangkan dalam program sekolah menengah pembangunan
persiapan, yang berupa proyek percobaan dan peralihan dari sistem
persekolahan Cuma menjadi sekolah pembangunan.
Sistem sekolah pembangunan tersebut di laksanakan melalui proyek
pembaharuan pendidikan yang dinamai PPSP (Proyek Perintis Sekolah
Pembangunan) yang diujicobakan di 8 IKIP. Badan pengembangan pendidikan
berhasi l menyusun 2 naskah penting yakni dengan pola dasar rencana-rencana
pembangunan program Bimbingan dan penyuluhan melalui proyek -proyek
perintis sekolah pembangunan dan pedoman operasional pelayanan bimbingan
pada PPSP.
Secara resmi BK di programkan disekolah sejak diberlakukan kurikulum
1975, tahun 1975 berdiri ikatan petugas bimbingan Indonesia (IPBI) di Malang.
Penyempurnaan kurikulum 1975 ke kurikulum 1984 dengan
memasukkan bimbingan karir di dalamnya. Selanjutnya UU No. 0/1989
tentang Sisdiknas membuat mantap posisi bimbingan dan konseling yang kian
diperkuat dengan PP No. 20 Bab X Pasal 25/1990 dan PP No. 29 Bab X Pal
27/1990 yang me nyatakan bahwa “Bimbi ngan me rupakan bantuan yang
diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi , mengenal
lingkungan dan merencanakan masa depan.
Perkembangan BK di Indonesia semakin mantap dengan berubahnya 1
PBI menjadi ABKIN (Asuransi Bimbingan dan Konseling Indonesia) tapa tahun
2001.
C. Landasan Religius
Dalam landasan religius BK diperlukan penekanan pada 3 hal pokok:
a. Keyakinan bahwa mnusia dan seluruh alam adalah mahluk tuhan
b. Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan
kearah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama
c. Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal
suasana dan perangkat budaya serta kemasyarakatan yang sesuai dengan
kaidah-kaidah agama untuk membentuk perkembangan dan pemecahan
masalah individu
Landasan Religius berkenaan dengan :
1. Manusia sebagai Mahluk Tuhan
Manusia adalah mahluk Tuhan yang memi liki sisi -sisi kemanusiaan.
Sisi-sisi kemanusiaan tersebut tdiak boleh dibiarkan agar tidak mengarah pada
hal-hal negati f. Perlu adanya bimbingan yang akan mengarahkan sisi -sisi
kemanusiaan tersebut pada hal-hal positi f.
34. 1. Sikap Keberagamaan
Agama yang menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat
menjadi isi dari sikap keberagamaan. Sikap keberagamaan tersebut pertama
di fokuskan pada agama itu sendiri , agama harus dipandang sebagai pedoman
penting dalam hidup, ni lai -ni lainya harus diresapi dan diamalkan. Kedua,
menyikapi peningkatan iptek sebagai upaya lanjut dari penyeimbang kehidupan
dunia dan akhirat.
1. Peranan Agama
Pemanfaatan unsur-unsur agama hendaknya di lakukan secara wajar,
tidak dipaksakan dan tepat menempatkan klien sebagai seorang yang bebas
dan berhak mengambi l keputusan sendiri sehingga agama dapat berperan
positi f dalam konseling yang di lakukan agama sebagai pedoman hidup ia
memi liki fungsi :
a. Memelihara fitrah
b. Memelihara jiwa
c. Memelihara akal
d. Memelihara keturunan
D. Landasan Psikologis
Landasan prikologis dalam BK memberikan pemahaman tentang tingkah
laku individu yang menajadi sasaran (klien). Hal ini sangat penting karena bidang
garapan bimbingan dan konseling adalah tingkah laku klien, yaitu tingkah laku
yang perlu diubah atau dikembangkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi
Untuk keperluan bimbingan dan konseling sejumlah daerah kajian dalam
bidang psikologi perlu dikuasai , yaitu tentang:
1. Moti f dan motivasi
2. Pembawaan dasar dan lingkungan
3. Perkembangan individu
4. Belajar, balikan dan penguatan
5. Kepribadian
E. Landasan Sosial Budaya
Kebudayaan akan bimbingan timbul karena terdapat faktor yang menambah
rumitnya keadaan masyarakat dimana individu itu hidup. Faktor-faktor tersebut
seperti perubahan kontelasi keuangan, perkembagan pendidikan, dunia -dunia
35. kerja, perkembangan komunikasi dll (Jonh), Pietrofesa dkk, 1980; M. Surya &
Rochman N, 1986; dan Rocman N, 1987)
1. Individu sebagai Produk Lingkungan Sosial Budaya
MC Daniel memandang setiap anak, sejak lahirnya harus memenuhi
tidak hanya tuntutan biologisnya, tepapi juga tuntutan budaya ditempat ia
hidup, tuntutan Budaya itu menghendaki agar ia mengembangkan tingkah
lakunya sehingga sesuai dengan pola-pola yang dapat diterima dalam budaya
tersebut.[2]
Tolbert memandang bahwa organisasi sosial, lembaga keagamaan,
kemasyarakatan, pribadi , dan keluarga, politik dan masyarakat secara
menyeluruh memberikan pengaruh yang kuat terhadap sikap, kesempatan dan
pola hidup warganya. Unsur-unsur budaya yang ditawarkan oleh organisasi
dan budaya lembaga-lembaga tersebut mempengaruhi apa yang di lakukan dan
dipikirkan oleh individu, tingkat pendidikan yang ingin dicapainya, tujuan-tujuan
dan jenis-jenis pekerjaan yang dipi lihnya, rekreasinya dan kelompok -
kelompok yang dimasukinya.[3]
Bimbingan konseling harus mempertimbangkan aspek sosial budaya
dalam pelayanannya agar menghasi lkan pelayanan yang lebih efekti f.
1. Bimbingan dan Konseling Antara Budaya
Menurut Pedersen, dkk ada 5 macam sumber hambatan yang mungkin
timbul dalam komunikasi non verbal, stereotip, kecenderungan meni lai , dan
kecemasan[4].
Perbedaan dalam latar belakang ras atau etnik, kelas sosial ekonomi dan
pola bahasa menimbulkan masalah dalam hubungan konseling.
Beberapa Hipotesis yang dikemukakan Pedersen dkk (1976) tentang
berbagai aspek konseling budaya antara lain:
- Makin besar kesamaan harapan tentang tujuan konseling antara budaya pada
diri konselor dan klien maka konseling akan berhasi l
- Makin besar kesamaan pemohonan tentang ketergantungan, komunikasi
terbuka, maka makin efekti f konseling tersebut
- Makin sederhana harapan yang di inginkan oleh klien maka makin berhasi l
konseling tersebut
- Makin bersi fat personal, penuh suasana emosional suasana konseling antar
budaya makin memudahkan konselor memahami klien.
- Keefekti fan konseling antara budaya tergantung pada kesensiti fan konselor
terhadap proses komunikasi
36. - Keefekti fan konseling akan meningkat jika ada latihan khusus serta
pemahaman terhadap permasalahan hidup yang sesuai dengan budaya
tersebut.
- Makin klien kurang memahami proses konseling makin perlu konselor
/program konseling antara budaya memberikan pengarahan tentang proses
ketrampi lan berkomunikasi , pengambi lan keputusan dan transfer.
F. Landasan ilmiah dan Teknologis
Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan professional yang
memi liki dasar-dasar kei lmuan, baik yang menyangkut teori -teorinya, pelaksanaan
kegiatannya, maupun pengembangan-pengembangan layanan itu secara
berkelanjutan.
1. Keilmuan Bimbingan dan Konseling
Ilmu bimbingan dan konseling adalah berbagai pengetahuan tentang
bimbingan dan konseling yang tersusun secara logis dan sistematik. Sebagai
layaknya i lmu-i lmu yang lain, i lmu bimbingan dankonseling mempunyai obyek
kajiannya sendiri , metode pengalihan pengetahuan yang menjadi ruang
lingkupnya, dan sistematika pemaparannya.
Obyek kajian bimbingan dan konseling ialah upaya bantuan yang
diberikan kepada individu yang mangacu pada ke -4 fungsi pelayanan yakni
fungsi pemahaman, pencegahan, pengentasan dan pemeliharaan/
pengembangan. Dalam menjabarkan tentang bimbingan dan konseling dapat
digunakan berbagai cara/ metode, seperti pengamatan, wawancara, analisis
document (Riwayat hidup, laporan perkembangan), prosedur teks penelitian,
buku teks, dan tulisan-tulisan i lmiah lainnya mengenai obyek kajian bimbingan
dan konseling merupakan wujud dari kei lmuan bimbingan dan konseling.
2. Peran Ilmu Lain dan Teknologi dalam Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan i lmu yang bersi fat
multireferensial, artinya i lmu dengan rujukan berbagai i lmu yang lain. Misalnya
i lmu statistik dan evaluasi memberikan pemahaman dan tehnik-tehnik.
Pengukuran dan evaluasi karakteristik individu; biologi memberikan
pemahaman tentang kehidupan kejasmanian individu. Hal itu sangat penting
bagi teori dan praktek bimbingan dan konseling.
3. Pengembangan Bimbingan Konseling Melalui Penelitian
Pengembangan teori dan pendekatan bimbingan dan konseling boleh
jadi dapat dikembangkan melalui proses pemikiran dan perenungan, namun
pengembangan yang lebih lengkap dan teruji didalam praktek adalah apabi la
pemikiran dan perenungan itu memperhatikan pula hasi l-hasi l penelitian
di lapangan. Melalui penelitian suatu teori dan praktek bimbingan dan
konseling menemukan pembuktian tentang ketepatan/ keefekti fan di lapangan.
Layanan bimbingan dan konseling akan semakin berkembangan dan maju jika
dilakukan penelitian secara terus menerus terhadap berbagai aspek yang
berhubungan dengan BK.
37. G. Landasan Pedagogis
Pendidikan itu merupakan salah satu lembaga sosial yang universal dan
berfungsi sebagai sarana reproduksi sosial ( Budi Santoso, 1992)
1. Pendidikan sebagai upaya pengembangan Individu: Bimbingan merupakan
bentuk upaya pendidikan.
Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Seorang bagi
manusia hanya akan dapat menjadi manusia sesuai dengan tuntutan budaya
hanya melalui pendidikan. Tanpa pendidikan, bagi manusia yang telah lahir itu
tidak akan mampu memperkembangkan dimensi keindividualannya,
kesosialisasinya, kesosi laanya dan keberagamaanya.
Undang-Undang No. 2 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
menetapkan pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara akti f mengembangkan potensi dirinya untuk memi liki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri , kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta
ketrampi lan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
2. Pendidikan sebagai inti Proses Bimbingan Konseling.
Bimbingan dan konseling mengembangkan proses belajar yang di jalani
oleh klien-kliennya. Kesadaran ini telah tampi l sejak pengembangan gerakan
Bimbingan dan Konseling secara meluas di Amerika Serikat . pada tahun 1953,
Gistod telah menegaskan Bahwa Bimbingan dan Konseling adalah proses yang
be rori e ntasi pada be lajar……, be lajar untuk memahami le bi h jauh te ntang di ri
sendiri , belajar untuk mengembangkan dan merupakan secara efekti f berbagai
pemahaman.. (dalam Belkin, 1975). Lebih jauh, Nugent (1981) mengemukakan
bahwa dalam konseling klien mempelajari ketrampi lan dalam pengambi lan
keputusan. Pemecahan masalah, tingkah laku, tindakan, serta sikap-sikap
baru . Dengan belajar itulah klien memperoleh berbagai hal yang baru bagi
dirinya; dengan memperoleh hal-hal baru itulah klien berkembang.
3. Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan Bimbingan tujuan dan konseling
Tujuan Bimbingan dan Konseling disamping memperkuat tujuan-tujuan
pendidikan, juga menunjang proses pendidikan pada umumnya. Hal itu dapat
dimengerti karena program-program bimbingan dan konseling meliputi aspek-aspek
tugas perkembangan individu, khususnya yang menyangkut kawasan
kematangan pendidikan karier, Kematangan personal dan emosional, serta
kematangan sosial, semuanya untuk peserta didik pada jenjang pendidikan
dasar (SD dan SLTP) dan pendidikan menengah (Borders dan Drury, 1992).
Hasi l-hasi l bimbingan dan konseling pada kawasan itu menunjang keberhasilan
pendidikan pada umumnya.
PENUTUP
A. Kesimpulan.
38. Dari pembahasan yang diuraikan didepan dapat ditarik kesimpulan
bahwa pelayanan bimbingan dan konseling memerlukan berbagai landasan,
diantaranya:
1. Landasan Fi losofis: Landasan fi losofis memberikan pemikiran-pemikiran tentang
hakikat dan tujuan hidup manusia dipandang dari perspekti f fi lsafat untuk
menemukan hakikat manusia secara utuh mengingat bimbingan konseling
akan selalu berkaitan dengan manusia sebagai objeknya.
2. Landasan Historis: Landasan histories menjelaskan alur/ sejarah kemunculan
bimbingan konseling pertama kali , yang menjadi titik awal lahirnya Bimbingan
konseling untuk di jadikan refleksi bagi bimbingan dan konseling kedepan
dalam rangka menghasi lkan pelayanan yang lebih baik lagi.
3. Landasan Religius: Landasan religius menggambarkan sisi-sisi agama yang perlu
dikorek, diaplikasikan kedalam pelayanan bimbingan dan konseling karena
bimbingan dan konseling tidak akan lepas dari manusi a sebagai objeknya dan
realitas bahwa manusia merupakan makhluk religius.
4. Landasan Psikologis: Landasan psikologis menggambarkan sisi -sisi psikis
individu, sisi psikis tersebut berkenaan dengan moti f, motivasi , pembawaan dan
lingkungan, perkembangan individu, belajar, balikan dan penguatan dari
kepribadian. Mengingat klien memi liki psikis yang berbeda maka konselor
harus memahami tentang landasan psikologis
5. Landasan Sosial Budaya: Landasan social budaya menunjukkan pentingnya
gambaran aspek-aspek social budaya yang mewarnai kehidupan seseorang.
Aspek social budaya ini lah yang membentuk individu selain factor pembawaan,
tepatlah jika landasan ini menjadi bahan pertimbangan dalam memberikan
pelayanan bimbingan konseling.
6. Landasan Ilmiah dan Teknologi: Landasan i lmiah dan teknologi membicarakan
tentang si fat-si fat kei lmuan bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling
sebagai i lmu yang multireferensial menerima sumbangan dari i lmu-i lmu lain
dan teknologi, penelitian dalam bimbingan dan konseling memberikan masukan
penting bagi pengembangan kei lmuan Bimbingan konseling.
7. Landasan Pedagogis: Landasan pedagogis mengemukakan bahwa bimbingan
merupakan salah satu bagian dari pendidikan yang amat penting dalam upaya
untuk memberikan bantuan (pemecahan-pemecahan masalah) motivasi agar
peserta didik dapat mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
W.S, Winkel, 1991, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Jakarta : PT
Grasindo.
Yusuf, Syamsu dan Nurishan, A. Juntika, 2006, Landasan Bimbingan dan Konseling,
Bandung : Remaja Rosdakarya
39. Prayitno dan Amti , Erman, 2004, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta :
Rineka Cipta.
[1] Syamsul Yusuf, A. Juntika Narihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling
(Bandung: Remaja ERasdakarnya, 2006), hal. 106
[2] Prayitno. Erman Amti , Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Rineka
Cipta, 2004), Hal. 170
[3] – Ibid.
[4] – Ibid. Hal 172.
4 Komentar
PERSONEL DALAM PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING
12 f 2008 pada 4:27 am (Bimbingan dan Konseling)
Tags: Pendidikan
PENDAHULUAN
Bimbingan dan konseling pengembangan seluruh aspek kepribadian siswa,
pencegahan terhadap timbulnya masalah yang akan menghambat perkembangannya,
dan menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya, baik sekarang maupun masa
yang akan dating. Sehubungan dengan target populasi layanan bimbingan dan
konseling, layanan ini tidak terbatas pada individu yang bermasalah saja, tetapi
meliputi seluruh siswa. (Nurihsan, 2006: 42)
Sejalan dengan visi tersebut, maka misi bimbingan dan konseling harus membantu
memudahkan siswa mengembangkan seluruh aspek kepribadiannya seoptimal
mungkin, sehingga terwujud siswa yang tangguh menghadapi masa kini dan masa
mendatang.
Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian yang integral dari keseluruhan
proses pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, pelaksanaan bimbingan dan konseling
di sekolah menjadi tanggung jawab bersama antara personel sekolah, yaitu kepala
sekolah, guru, konselor, dan pengawas. Kegiatan bimbingan dan konseling mencakup
banyak spek dan saling kait mengkait, sehingga tidak memungkinkan jika layanan
bimbingan dan konseling hanya menjadi tanggung jawab konselor saja. (Soetjipto,
2004: 99)
PEMBAHASAN
2.1. Personel Pelaksana Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Di bawah ini di jelaskan tugas-tugas personel sekolah yang berkaitan dengan kegiatan
layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
2.1.1. Kepala Sekolah
40. Kepala sekolah adalah penanggung jawab pelaksanaan teknis bimbingan dan konseling
di sekolah. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya kepala sekolah dibantu oleh waki l
kepala sekolah.
Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara
berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi , yang dapat di lakukan
melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara
langsung, terutama dalam pemi lihan dan penggunaan metode, media yang digunakan
dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.
Kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah secara otomatis memimpin sekolah,
sekaligus menyusun dan mengatur program bimbingan dan konsel ing sedemikian rupa
agar program tersebut dapat besatu dan terlaksana bersamaan dengan program
pendidikan. (Umar, 2001: 114)
Sebagai penanggung jawab kegiatan pendidikan secara menyeluruh di sekolah, tugas
kepala sekolah adalah:
a. Mengkoordinasikan segenap kegiatan yang diprogramkan di sekolah
b. Menyediakan sarana prasarana, tenaga, dan berbagai kemudahan bagi
terlaksananya bimbingan dan konseling yang efekti f dan efisien
c. Melaksanakan pengawasan dan pembinaan terhadap program layanan
bimbingan dan konseling
d. Mempertanggung jawabkan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di
sekolah kepada Kanwi l yang menjadi atasannya
e. Mengadakan hubungan dengan pihak atau lembaga lain, seperti dokter,
psikiater, dan sebagainya. (Sukardi , 2002: 56)
Kegiatan konselor (guru pembimbing) yang perlu diketahui oleh kepala sekolah antara
lain:
a. Melaporkan kegiatan bimbingan dan konseling sebulan sekali
b. Laporan tentang kelengkapan data.
2.1.2. Konselor
Konselor adalah pelaksana utama yang mengkoordinasi semua kegiatan yang terkait
dalam pelaksana bimbingan dan koseling di sekolah.
Konselor dituntut untuk bertindak secara bi jaksana, ramah, bisa menghargai , dan
memeriksa keadaan orang lain, serta berkepribadian baik, karena konselor itu
nantinya akan berhubungan dengan siswa khususnya dan juga pihak lain yang
sekiranya bermasalah. Konselor juga mengadakan kerja sama dengan guru-guru lain,
sehingga guru-guru dapat meningkatkan mutu pelayanan dan pengetahuannya demi
suksesnya program bimbingan dan konseling. (Umar, 2001: 118)
Masalah-masalah perkembangan peserta didik yang dihadapi guru pada saat
pembelajaran dirujuk kepada konselor untuk penanganannya. Demikian pula,
masalah-masalah peserta didik yang ditangani konselor terkait dengan proses
pembelajaran bidang studi dirujuk kepada guru untuk menindaklanjutinya.
41. Sebagai pelaksana utama, tenaga inti , dan ahli , konselor (guru pembimbing) bertugas:
a. Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling
b. Merencanakan program bimbingan dan konseling
c. Melaksanakan segenap pelayanan bimbingan dan konseling
d. Melakaksanakan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling
e. Meni lai proses dan hasi l layanan bimbingan dan konseling
f. Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasi l peni laian
g. Mengadministrasikan layanan program bimbingan dan konseling
h. Mempertanggung jawabkan tugas dan kegiatan bimbingan dan konseling
tersebut. (Sukardi , 2002: 56)
Konselor disamping bertugas memberikan layanan kepada siswa, juga sebagai sumber
data yang meliputi :
a. kartu akademis
b. catatan konseling
c. data psikotes
d. catatan konperensi kasus.
2.1.3. Guru
Guru adalah pelaksana pengajaran serta bertanggung jawab memberikan informasi
tentang siswa untuk kepentingan bimbingan dan konseling.
Di sekolah salah satu tugas utama guru adalah mengajar. Dalam kesempatan mengjar
siswa, guru mengenal tingkah laku, si fat-si fat, kelebihan dan kelemahan tiap-tiap
siswa. Dengan demikian, disamping bertugas sebagai pengajar, guru juga dapat
bertugas dan berperan dalam bimbingan antara siswa dengan siswa, siswa dengan
guru, maupun guru dengan orang tua. Sebagai pembimbing, guru merupakan tangan
pertama dalam usaha membantu memecahkan kesulitan-kesulitan siswa. (Umar,
2001: 117)
Sebagai tenaga ahli pengajaran dalam mata pelajaran atau program pelatihan tertentu,
dan sebagai personel yang sehari -hari langsung berhubungan dengan siswa, peranan
guru dalam layanan bimbingan adalah:
a. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa
b. Membantu koselor mengidenti fikasikan siswa yang memerlukan layanan
bimbingan dan konseling
c. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling
kepada konselor
d. Membantu mengembangkan suasana kelas
e. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan
layanan bimbingan dan konseling
f. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa
g. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka peni laian
bimbingan dan konseling dalam upaya tindak lanjut
Guru juga membantu memberikan informasi tentang data siswa yang meliputi :
a. Dafatar ni lai siswa
42. b. Observasi
c. Catatan anekdot (Sukardi , 2002: 52-58)
Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan dan konseling di
sekolah akan lebih efekti f bi la guru dapat bekerja sama dengan konselor dalam proses
pembelajaran. Adanya keterbatasan-keterbatasan dari kedua belah pihak (guru dan
konselor) menuntut adanya kerja sama tersebut.
2.1.4. Pengawas atau Supervisor
Supervisi adalah pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka
dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar
yang lebih baik. (Burhanuddin, 2005: 99).
Supervisi adalah bantuan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah untuk
mengembangkan situasi belajar mengajar yang baik. (Sukardi , 2002: 240) .
Untuk menjamin teerlaksananya pelayanan bimbingan dan konseling secara tepat
diperlukan kegiatan pengawasan bimbingan dan konseling baik secara teknik maupun
secara administrasi . Fungsi kepengawasan layangan bimbingan dan konseling antara
lain memantau, meni lai , memperbaiki , meningkatkan dan mengembangkan kegiatan
layanan bimbingan dan konseling. Pengawasan tersebut ada pada setiap Kanwi l.
(Sukardi , 2002:65).
Selain mengawasi perkembangan dan pelaksanaan pendidikan di sekolah, pengawas
juga melihat perkembangan pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah tersebut.
Pengawas sekolah juga berfungsi sebagai konsultan bagi kepala sekolah, guru,
maupun konselor untuk membicarakan upaya-upaya lain dalam rangka memajukan
bimbingan dan konseling.
Pengawas juga harus dapat mengupayakan langkah-langkah yang bisa ditempuh
untuk memajukan dan menambah pengetahuan kepala sekolah, guru, dan konselor,
misalnya melalui penataran, seminar, latihan-latihan demi memajukan program
bimbingan dan konseling. (Umar, 2001: 119).
Adapun manfaat supervisi dalam program bimbingan dan konseling adalah:
a. Mengontrol kegiatan-kegiatan dari para personel bimbingan dan konseling, yaitu
bagaimana pelaksanaan tugas dan tanggung jawab mereka masing-masing
b. Mengontrol adanya kemungkinan hambatan-hambatan yang ditemui oleh para
personel bimbingan dalam melaksanakan tugasnya masing-masing
c. Memungkinkan dicarinya jalan keluar terhadap hambatan-hambatan yang
ditemui
d. Memungkinkan terlaksananya program bimbingan secara lancar kearah
pencapaian tujuan sebagai mana yang telah ditetapkan. (Nurihsan, 2006: 68)
2.2. Fasilitas atau Sarana Prasarana Bimbingan dan Konseling