SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  44
Bimbingan dan Konseling 
29 f 2008 pada 3:27 pm (Bimbingan dan Konseling) 
Tags: Pendidikan 
LATAR BELAKANG 
Bimbingan dan penyuluhan di sekolah sangatlah di butuhkan, karena tidak dapat di 
pungkiri seiring dengan derasnya informasi dan tranformasi Global yang masuk 
menyebabkan terjadinya berfikir dalam masyarakat, terutama kalangan anak -anak 
yang berada dalam keadaan tumbuh dan berkembang sehingga para siswa sangat 
membutuhkan segala bentuk bimbingan dan nasehat agar tidak terjerumus dalam 
pergaulan yang salah. 
Dengan adanya bimbingan dan penyuluhan tersebut kiranya perlu juga dikaji tentang 
aspek aspek yang melatar belakangi adanya BP yaitu; 
1. Aspek Kultural 
Perkembangan zaman terutama zaman yang serba canggih banyak menimbulkan 
modernisasi di segala bidang kehidupan manusia dan tentunya lembaga pendidikan 
tidak terlepas dari fungsi sebagai kehidupan masyarak at , dalam meni festasinya 
mampu membantu manusia (siswa) agar bisa mencarikan pemecahannya dari berbagai 
problem yang ada akibat dari modernisasi yang mengglobal akan tetapi lembaga 
pendidikan hendaknya membantu secara individu maupun secara kelompok di 
sekolah. 
2. Aspek pendidikan 
Secara makro pendidikan di artikan sebagai suatu proses bantuan yang diberikan 
bantuan oleh orang dewasa kepada anak didik yang belum dewasa. Dimana suatu 
kegiatan yang baik dan ideal hendaknya mencakup tiga aspek yaitu pengajara n 
kurikuler , kepemimpinan dan pembinaan peserta didik untuk menghindari kesulitan 
belajar sekeci l mungkin karena layanan bimbingan sangat menentukan keberhasi lan 
siswa dalam proses belajar mengajar. Sehingga pada proses selanjutnya siswa dapat 
belajar semaksimal mungkin dan menuju keberhasi lan yang telah di cita-citakan. 
3. Aspek psikologis 
Aspek psikologis ini sangat berkaitan sekali dengan persoalan siswa dimana siswa 
tersebut di tuntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, artinya tidak ada 
kecenderungan untuk mengabaikan kegiatan sekolah, tidak membuat gaduh dikelas, 
tidak selalu menyendiri dan respek terhadap persoalan-persoalan yang berkembang di 
sekolah. 
Kita ketahui bahwa tidak semua siswa mampu menjadi seorang siswa, artinya banyak 
siswa yang membutuhkan penanganan secara serius terkait dengan kenakalan. maka 
untuk mengatasi hal itu di butuhkan penaganan khusus yakni berupa bimbingan dan 
penyuluhan. 
4. Aspek lingkungan 
Karena siswa tidak apat terpantau secara langsung maka kemungkinan –kemungkinan 
terjadi kenakalan, ada penyelewengan di luar sekolah sangat mungkin sekali . Untuk 
itulah dibutuhkan semacam bimbingan secara khusus untuk membekali siswa setelah 
pulang kerumahnya masing-masing. 
PENGERTIAN BIMBINGAN 
Secara Etimologis kata bimbingan me rupakan te rjemahan dari kata “Gudance ” be rasal 
dari kata “togui de ” yang mempunyai arti “me nunjukkan, membimbi ng, me nuntun, 
ataupun membantu,” se suai de ngan i sti lahnya, maka se cara umum bimbi ngan dapat 
di artikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan. Namun, meskipun demikian tidak 
berarti semua bentuk bantuan atau tuntunan adalah bimbingan, bantuan dalam 
pengetian bimbingan menurut terminologi bimbingan dan konseling haruslah 
memenuhi syarat-syarat tertentu sebagaimana di kemukakan di bawah ini : 
Definisi bimbingan yang pertama dikemukakan dalam years book of education
1955,yang menyatakan: 
Bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk 
menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan 
pribadi dan kemanfaatan sosial. 
Stoops dan walquist mendefinisikan: 
Bimbingan adalah proses yang terus menerus dalam membantu pekembangan individu 
untuk mencapai kemampuannya secara maksimum dalam mengarahkan manfaat yang 
sebesar-besarnya baik bagi diri sendiri maupun bagi masyarakat. 
Menurut Arthur J.Jones sepeti yang dikutip oleh Dr.Tohari musnamar (1985:4) 
Bimbingan sebagai pertolongan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain dalam 
hal membuat pi lihan–pi lihan penyesuaian diri dalam pemecahan problem-problem. 
Tujuan bimbingan ialah membantu orang tersebut untuk tumbuh dalam hal 
kemandirian dan kemampuan bertanggung jawab bagi dirinya sendiri . 
Berdasarkan definisi bimbingan yang telah dikemukakan para ahli diatas serta prinsip-prinsip 
yang terkandung di dalam pengertian bimbingan maka dapat disimpulkan 
bahwa Bimbingan adalah merupakan proses pemberian bantuan yang terus menerus 
dari seorang pembimbing yang telah dipersiapkan kepada individu yang 
membutuhkannya dalam rangka mengembangkan seluruh potensi yang dimi liki secara 
optimal dengan menggunakan berbagai macam media dan tehnik bimbingan dalam 
suasana asuhan yang Normative agar tercapai kemandirian sehingga individu dapat 
bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun bagi lingkungannya. 
TUJUAN BIMBINGAN 
Tujuan bimbingan adalah membe ri kan pe layanan bimbi ngan ke pada si swa “dalam 
rangka upaya agar siswa dapat menemukan pribadi , mengenal lingkungan dan 
me re ncanakan masa de pan”. (Prayi tno 1997:23). 
Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi ,di maksudkan agar peserta didik 
mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serta menerimanya secara positi f 
dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut , sebagai manusia yang 
normal di dalam setiap diri individu selain memi liki hal hal yang positi f tentu ada yang 
negati f. Pribadi yang sehat adalah apabi la ia mampu menerima dirinya sebagaimana 
adanya dan mampu mewujudkan hal-hal positi f sehubungan dengan penerimaan 
dirinya itu, jika seorang peserta didik mengenal diri kurang berprestasi dibandingkan 
dengan kawan-kawannya, maka hendaknya dia tidak menjadi putus asa, rendah diri 
dan lain sebagainya, melainkan justru lebih bersemangat lagi mengejar 
ketertinggalannya dalam meraih prestasi pada bidang yang diminatinya. 
Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan di maksudkan agar peserta didi k 
mengenal lingkungan secara obyektf, baik lingkungan sosial dan ekonomi , lingkungan 
budaya yang sangat erat dengan ni lai -ni lai dengan norma-norma maupun lingkungan 
fisik dan menerima berbagai kondisi lingkungan itu secara positi f dan dinamis pula. 
Pengenalan lingkungan meliputi keluaraga, sekolah, lingkungan alam dan masyarakat 
sekitar lingkungan yang lebih luas di harapkan dapat menunjang proses penyesuaian 
diri peserta didik dengan lingkungan dimana ia berada dan dapat memanfaatkan 
kondisi lingkungan secara optimal untuk mengembangkan diri secara mantap dan 
berkelanjutan. 
Sedangkan bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan di maksudkan agar 
peserta didik mampu mempertimbangkan dan mengambi l keputusan tentang masa 
depan dirinya baik yang menyangkut bidang pendidikan, bidang karier maupun bidang 
budaya, keluarga dan masyarakat. 
LAYANAN BIMBINGAN SISWA 
Setiap individu atau siswa tidak terlapas dari kegiatan–kegiatan yang dalam hal itu 
tidak terlepas pula dari dari berbagai masalah atau hambatan dalam 
perkembangannya. Siswa yang mengalami kesulitan itu merupakan manusia yang
berada dalam kondisi tidak mampu memahami dirinya sendiri dan lingkungannya, 
sehingga mengalami mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kenyataan-kenyataan 
obyekti f yang dihadapinya, dipihak lain kesulitan dapat terjadi karena 
lingkungan terutama orang tua yang tidak dapat memahami perkembangan anaknya di 
sekolah dan masyarakat, sehingga memunculkan tuntutan-tuntutan yang berat dan 
tidak dapat di penuhi oleh siswa. 
JENIS MASALAH 
a. Masalah belajar 
Masalah belajar merupakan salah satu jenis masalah yang di anggap serius karena 
belajar merupakan inti dari pendidikan. Dalam hal ini masalah belajar menyangkut 
motivasi belajar siswa yang dapat mempengaruhi kemajuan belajar peserta didik, oleh 
karena itu di sekolah perlu adanya layanan bimbingan yang membantu mengatasi 
masalah yang dihadapi siswa maka pembimbing betul-betul memberikan bimbingan 
yang sesuai dengan keadaan anak. 
b. Masalah keluarga 
Dalam memberikan layanan bimbingan kepada klien tidak terlepas dari lingkungan 
keluarga klien tiu sendiri . Dalam pembimbing harus mengetahui latar belakang klien 
yang bersangkutan, oleh sebab itu pembimbing perlu mengadakan kunjungan ke 
rumah klien untuk menjalin keakraban klien tersebut, sehingga pembimbing 
memperoleh titik terang tentang permasalahan kliennya. 
c. Pengisian waktu luang 
Seorang pembimbing juga di anggap perlu mengetahui pemanfaatan dan pengisian 
waktu luang kliennya di luar lingkungan sekolah, kegiatan apa saja yang di lakukan 
dalam mengisi waktu luang di lingkungan rumah, apakah klien tersebut dapat 
membagi antara waktu bermain dengan waktu belajar semua itu harus di kontrol oleh 
seorang pembimbing, sehingga dapat memberikan layanan sesuai dengan latar 
belakang permasalahan siswa yang bersangkutan. 
d. Pergaulan dengan teman sebaya 
Pergaulan di lingkungan bermain dapat mempengaruhi perkembangan moral seorang 
anak yang sangat besar pengaruhnya terhadap pola sikap dan kepribadian seorang 
anak, oleh karena itu untuk melakukan bimbingan seorang. 
Pembimbing tidak terlepas dari lingkungan teman bermain kliennya. 
SIFAT MASALAH 
a. Masalah belajar 
Masalah belajar adalah salah satu masalah yang di anggap serius, karena itu perlu 
adanya solusi untuk memecahkan masalah ini . Adapun solusi yang kami berikan 
adalah memberikan bimbingan dan dorongan tentang jangkauan masa depan, maka di 
perlukan adanya motivasi untuk meningkatkan prestasinya serta giat membaca agar 
terbiasa dan terlatih yang pada ahirnya mudah memahami isi bacaan. 
b. Masalah kepribadian 
Masalah kepribadian solusinya adalah dengan memberikan dorongan untuk 
mengintrospeksi diri dari sikapnya selama ini terhadap teman-temannya, guru dan 
keluarganya. Dan memberi masukan bagaimana sikap yang baik terhadap orang yang 
ada di sekitar kita. 
c. Masalah keluarga 
Keluarga merupakan pendidik yang pertama dan utama bagi seorang anak, maka kami 
memberikan solusi terhadap masalah keluarga yang di alami klien ini . Solusinya 
adalah berusaha menjalin keakraban dengan keluarga terutama masalah belajar di 
sekolah. 
d. Konfidental 
Konselor adalah seorang yang mempunyai tugas dan kewajiban membantu 
memecahkan masalah yang sedang di alami oleh siswa secara individu atau kelompok
untuk mencapai kesejahteraan dalam hidupnya. Untuk menjadi konselor yang baik 
tidak mudah melainkan harus mempunyai / memenuhi persyaratan-persyaratan, baik 
persyaratan pendidikan atau persyaratan kepribadian. Hal ini di sebabkan karena 
konselor sebelum memberikan bantuan atau treatment yaitu berusaha untuk 
mendapat informasi yang berhubungan dengan kasus yang di hadapi dan untuk 
memperoleh data yang baik dalam arti data tersebut dapat dipercaya atau dapat di 
pertanggung jawabkan. 
e. Identitas klien 
Salah satu yang di peroleh konselor adalah mengenai identitas klien. 
PENENTUAN DAN PENDUKUNG SUBYEK KASUS 
Seorang konselor sebelum membantu memecahkan masalah klien, langkah-langkah 
yang di perlukan adalah: 
a) Penentuan kasus 
b) Penentuan subyek pendukung kasus 
Untuk dapat menentukan seorang siswa itu mempunyai kasus atau tidak dapat di lihat 
dari pengumpuan data yang diperoleh. 
1. Penentuan Kasus 
Dalam membantu masalah klien, konselor harus membatasi diri pada dua macam data 
yaitu: 
a. Kuesioner (angket tertulis) 
Kuesioner untuk keperluan bimbingan merupakan suatu daftar kumpulan pertanyaan 
tertulis yang harus di jawab secara tertulis juga. 
b. Interview (wawancara) 
Interview (wawancara) informasi adalah merupakan suatu alat untuk memperoleh data 
/ informasi secara lisan, dengan tujuan mendapatkan data yang diperlukan untuk 
bimbingan. (winkel, 1983:59) 
Sehubungan dengan hal di atas, praktikan mengangkat kasus yang sedang dialami 
klien, yaitu: 
1. Kurang lancar dalam hal membaca. Suka bercanda dan berbicara waktu pelajaran 
berlangsung. 
2. Kurang memanfaatkan waktu luang untuk kegiatan yang bermanfaat. 
Itulah kasus yang dialami oleh klien, sedangkan untuk menyelesaikannya dibahas 
lebih lanjut. 
2. Penentuan subyek pendukung kasus 
Untuk memperjelas kasus diatas kegiatan penentuan subyek pendukung di lakukan 
oleh konselor karena semakin jelas kasus yang dialami klien, maka konselor dapat 
menentukan rencana yang akan di laksanakan dalam membantu memecahkan masalah 
klien. 
Adapun pendukung kasus tersebut adalah adanya pendekatan serta motivasi klien. 
3. Analisa 
Analisa adalah suatu usaha untuk menganalisa data-data yang telah terkumpul, 
ternyata klien mempunyai salah satu masalah yang cukup serius pula, kasus yang 
dominan dalam hal ini adalah kurangnya perhatian dalam mengikuti proses 
pembelajaran, kadang apa yang diterangkan oleh guru belum dipahami , tetapi ti dak 
ada motivasi untuk bertanya. Selain itu aktivitas-aktivitas dan kegiatan-kegiatan dalam 
pemanfaatan waktu luang kurang di manfaatkan dengan baik, hal ini disebabkan 
karena keadaan lingkungan yang kurang memperhatikannya, meskipun keluarga dari 
klien sendiri rata-rata orang berpendidikan. 
4. Treatment (usaha Bantuan) 
Setelah langkah-langkah identifikasi kasus, mengumpulkan dan menganalisa masalah 
yang ada, maka langkah selanjutnya adalah memberikan bantuan kepada klien untuk 
memecahkan masalah yaitu: 
1. Memberikan bimbingan di dalam menghadapi dan mengatasi kesulitan kesulitan
dalam belajarnya dan juga menyarankan kepada siswa tersebut untuk membuat 
jadwal belajarnya, sehingga waktu yang ada tidak terbuang sia-sia. 
2. Bahwa belajar kelompok itu lebih baik, disamping bisa diskusi dengan teman-temannya 
hal ini juga bisa menambah keakraban antara sesama teman, sehingga 
apabi la ada permasalahan bisa saling terbuka. 
3. Memberikan motivasi untuk selalu akti f bertanya apabi la tidak mengerti dalam 
mengikuti pelajaran yang terkait dengan keinginannya. 
4. Memberi masukan secara teoritik dan praktek berupa jangkauan cita -cita 
mendorong untuk belajar lebih baik dan mendorong untuk menggunakan kegiatan 
yang bermanfaat. 
5. Memberikan dorongan untuk introspeksi diri dengan cara belajarnya, 
kepribadiannya dan ibadah yang telah di lakukan. 
Untuk itu konselor memberikan bimbingan kepada siswa untuk tidak terpengaruh 
kepada lingkungan sekitar yang tidak mendukung lingkungan belajarnya dan agar 
siswa lebih di siplin lagi dalam segala hal, yaitu tidak menuruti perasaan malas untuk 
belajar. 
5. Follow Up (Tindak Lanjut) 
Dalam tahapan ini , konselor diharuskan untuk selalu mengetahui dari perkembangan 
siswa tersebut, setelah mendapat solusi pemecahan tindakan dalam tahap ini harus 
di lakukan secara kontinyu sehingga akan mengetahui seberapa jauh keberhasi lan 
yang telah dicapai oleh konselor. 
DAFTAR PUSTAKA 
Dra.Hallen A, M.Pd, Bimbingan Dan Konseling Penerbit Ciputat Pers,Jakarta 2002. 
Andi Mapiare, Drs. Pengantar bimbingan Dan Konseling Di Sekolah. Penerbit Usaha 
Nasional Surabaya,1984. 
Bimo Walgito, Drs Bimbingan Dan Penyuluhan Di Sekolah, Yayasan penerbit Fakultas 
UGM. Yogyakarta, 1986. 
Dewa Ketut Sukardi , Drs. Bimbingan Dan Penyuluhan Belajar Di Sekolah. Penerbit 
Ranika Cipta , Jakarta , 1990. 
————————–, Pedoman Praktis Bimbingan Dan Penyluhan Di Sekolah. Penerbit 
Ranika Cipta , Jakarta , 1990 
Hadari Nawawi , H.Drs, Administrasi Dan Organisasi Bimbingan Penyuluhan, Penerbit 
Ghalia Usaha, Jakarta, 1983. 
Koestor Parto wisastro, S Psy, Bimbingan Dan Penyluhan Di Sekolah. Ji lid 3, Penerbit 
Erlangga Jakarta, 1984. 
2 Komentar 
Perkembangan pada Anak 
10 f 2008 pada 6:08 am (Bimbingan dan Konseling) 
Tags: Pendidikan 
Rasulullah Saw Bersabda : 
Artinya: “Sesungguhgnya orang mukmin yang paling dicintai oleh ALLAH ialah orang 
yang senantiasa tegak taat kepadanya.dan memberikan nasehat kepada 
hambanya, semua akal dan fikirannya serta menasehati pula akan dirinya 
sendiri; menaruhperhatian dan mengamalkan ajarannya selama hayatnya, 
maka beruntung dan memperoleh kemenangan pulahlah ia.( Hadits dari ibnu 
Abbas).
Sabda Nabi Muhammad tersebut diatas memberikan petunjuk kepada kita 
bahwa bimbingan dan konseling di samping perlu di lakukan terhadap orang lain 
karena memang di mungkinkan keberhasi lannya, juga demikian di pandang sebagai 
salah satu ciri dari jiwa orang beriman. 
Bimbingan konseling agama adalah segala kegiatan yang di lakukan oleh seseorang 
dalam rangka memberikanbantuan terhadap orang lainyang me ngalami kesulitan-kesulitan 
rohaniah dalam lingkungan hidupnya agar supaya orang tersebut mampu 
mengatasinya sendiri karena timbul kesadaran atau poenyerahan diri terhadap 
kekuasan Tuhan yang maha esa. 
Jadi jelasnya bahwa bimbingan dan konselingagama di laksanakan maka sasarannya 
sudahbarang tentu memberikan kecerahanbatin sesuai dengan jiwa ajaran Agama 
Baimbingan Islami adalah proses pemberian bantuan yang terarah, kontiniu dan 
sistematis pada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitra h 
beragam yang dimi likinya secara optimal dengan cara menginernalisasikan ni lai -ni lai 
yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan Hadi ts ke dalam di ri . Se hi ngga i a dapat hi di p 
selaras dan sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan Hadits. 
Konseling islami adalah suatu usaha membantu individu dalam menanggulangi 
penyimpangan perkembangan fitrah beragama yang di mi likinya, sehigga ia menyadari 
peranannya sebagai kholi fdah di muka bumi . 
PERKEMBANGAN KEJIWAAN PADA ANAK 
Guru Agama dalam menjalankan tugasnya sebagai konselor/ pembimbing Agama 
disamping perlu menyadari langkah-langkahnya dengan sumber ajaran Agama juga 
dalam proses kounseling perlu memperhatikan perkembangan jiwa keagamaan pada 
anak bimbing. 
Oleh karena itu tugas pengamatan yang pertama-tama harus di lakukan oleh guru 
Agama saebagai kounselor ialah pengamatan langsung pada situasi dan sikap Agama 
pada keluarga serta lingkungan hidup anak bimbing yang selanjutnya di jadikan bahan 
dasar pengartian di dalam melaksanakan tugas sesuai dengan metode mana yang 
hendak dipakai dalam proses bimbingan dan konselingagama itu. 
 Perkembangan Hidup Pada Anak Tingkat Sekolah Dasar. 
a. Pada usia 6 tahun penertiannya terhadap Agama menjadi makin kuat, 
apalagi bi lamana praktek ibadah selalu di berikan kepada mereka, 
hubungan dengan tuhan sangat bersi fat pribadi atau personal mereka, 
senang berdoa dengan sepenuh hati . 
b. Usia 7 sampai 10 tahun mereka mulai memperoleh sikap yang lebih matang 
terhadap aghama. Mereka lebih ingin mengetahui tentang tuhan dan 
banyak mengajukan pertanyaan tentang hal tersebut. 
Oleh sementara ahli didik, periode usia ini lah duianggap merupan masa-masa 
peka terhadap penidikan agama, oleh karenanya sangat mudah 
untuk di pengaruhi oleh guru Agama.
c. Usia 10 sampai 12 tahun anak telah benar-benar dapat menghayati cerita 
serta peristiwa- peristiwa yang mengandung kegiatan (spiritual) seperti 
kematian dsb. 
Dalam periode ini lah guru agama sebagai konselor dapat melakukan 
bimbingan dan konseling melalui pendekatan situasional (kematian , 
bencana alam dll). 
Perasaan itu perlu dikembangkan melalui partisipasi dalam kegiatan 
keagamaan seperti sembahyang berjamah, panitia hari besar agama serta 
organisasi dan kegiatan- kegiatan keagamaan lainnya. 
 Perkembangn Hidup Keagamaan Pada Anak Tingkat SLTP. 
Anak pada tingkat pendidikan sltp telah memasuki masa pubertas yang oleh 
para ahli psikologi di anggap masa usia dimana peasaamn keagamaan mul;ai 
terbentuk dalam pribadinya. Masa pubertas tersebut dialami oleh mereka 
sebagai permulaan timbulnya kegoncangan batin yang sangat meme rlukan 
tempat perlindungan jiwa, yang mampu memberikan pengarahan positi f dalam 
perkembangan hidup selanjutnya. 
Kekosongan batin dalam kegoncangan jiwa sangat terbuka kepada pengaruh 
ni lai- ni lai keagamaan yang di bimbing oleh konselor yang me3njadikan dirinya 
sebagai pelindung atau penyelamat baginya. 
 Perkembangan Keagamaan Pada Anak Tingkat SLTA 
Demikian pula pada anak tingkat pendidikan SLTA sering terjadi konflik batin 
yang tidak mereka ketahui jalan keluarnya, dan konflik demekian memerlukan 
bantuan pencerahan atau penyelesaian dari konselor yang meletakkan dirinya 
sebagai petunjuk jalan keluar. 
Penyaluran nafsu-nafsu yang berejolak dalam pribadi mereka perlu diarahkan 
kepada kegiatan-kegiatan yang bersi fat sublimati f sepeti kegiatan olahraga, 
seni budaya dan organisasi yang terkendalikan. 
METODE BIMBINGAN DAN KONSELING YANG DAPAT DITERAPKAN DALAM 
KEAGAMAAN 
Para pembimbing keagamaan memerlukan beberapa metode yang dapat menghampiri 
sasaran tugasnya antara lain: 
 Metode Interview (wawancara) 
Interview adalah suatu metode untuk mendapatkan data dengan 
mengadakan wawancara secara langsung. 
 Metode kelompok 
Yaitu metode yang diakukan di luar kelas atau jam pelajaran 
yangmeliputi karya wisata, diskusi kelompok, osis, dan sosio drama. Dengan
menggunakan kelompok, pembimbing dapat menggembangkan sikap sosial 
(relasi sosial) 
 Metode Non Directif (Tidak Mengarahkan) 
Dalam metode ini terdapat dasar pandangan bahwa klient sebagai 
mahluk yang bulat yang memi li i kemampuan berkembang sendiri dan sebagai 
pencari kemantapan diri sendiri . 
Dr. Wi llam E. Hulme metode ini sangat cocok di gunakan oleh penyuluh 
Agama, karena kondelor akan lebih memahami kenyataan penderitaaan klient 
yang biasanya bersumber pada perasaan dosa yang banyak menimbulkan 
perasaan cemas, konflik kejiwaan dan gangguan jiwa lainya. 
 Metode directive conseling 
Directive conseling merupakan bentuk psikoterapi yang paling 
sederhana, karena counselor dapat secara langsung memberikan jawaban 
terhadap problem yang o;eh klient disadari menjadi sumber kecemasannya. 
 Metode educatif (pencerahan) 
Metode educati f adalah pemberian pencerahan terhadap unsur -unsur 
kejiwaan yang menjadi sumber konflik seseorrang dan selanjutnya koonselor 
menganali isa fakta kejiwaan klient untuk penyembuuan. 
Dalam hubungan dengan penggunaan metode tersebut di atas guru 
agama sebagai orang yang hrus melakukan bimbingan dan konseling dalam 
agama perlun juga menjiwai langkah- langkahnya dengan sumber – sumber 
petunjuk aghama misalnya : 
“Maka di se babkan Rahmat dari Allah kamu be rlaku lemah lembut 
terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar tentulah 
mereka menjauhkan diri dari sekeli lingmu. Karena itu maafkan mereka dan 
bermusyawarqahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabbi la 
kamu telah membulatkan tekad, maka bertakwalah kepada Allah. 
Sesungguhnya Allaah menyukai mereka bertawakkal kepadanya.. ( Qs Ali 
imron 159)” 
Disamping itu prinsip pendekatan yang telah diajarkan nabi kepada 
Abbu musa Al- Asyaary dan Muadz bin–Jabal ketika hendak beerangkat ke 
Yaman untuk menunaikan misi khusus : 
“‘Pe rmudahlah jangan mempe rsukar dan gembi ralah ( bbbe sarkan 
jiwanya) dan jangaan melakukan tindakan yang menyebbabbbkan mereka lari 
pada-Mu” (Al Hadi tst). 
GURU AGAMA SEBAGAI PENDIDIK DAN PEMBIMBING 
Tugas dan fungsi guru dalam proses kependidikan disekolah (Madrasah) tidak hanya 
sebagai pengajar i lmu pengetahuan semata-mata melainkan juga betugas sebagai 
pendidik dan pembimbing atau konselor.
Menurut beberapa ahli bahwa bimbingan dan pendidikan tidak dapat dipisahkan 
dalam proses, terutama yang berkegiatan dalam rangka mencapai tujuan hidupnya. 
Pada umumnya para ahli memandang bahwa konselor agama menempuh berbagai 
jalan atau cara yang lebih sulit dari pada menjadi konselor dibidang lain yang non 
agama; karena konselor agama harus memi liki beberapa persyaratan khusus, antara 
lain kematangan jiwa dan keimanan yang tangguh serta berkemampuan menjadi 
uswatun hasanah (contoh teladan) sesuai norma-norma ajaran agamanya, baik 
di lingkungan sekolah naupun di luar sekolah. 
Di lihat dari segi missioner, jabatan guru agama dapat dikatakan sebagai reeping 
(panggi lan tuhan) untuk berbakti kepada tuhan dengan fungsinya yang amat penting 
bagi pembinaan iman melalui proses kependidikan individual manusia. 
Dalam pandangan islam, seseorang iman atau ulama secara bui lt-in (melekat), juga di 
pandang oleh para pengikutnya, selain sebagai guru agama dan pendidik juga sebagai 
penyuluh atau konselor agama yang tugasnya menjadi guru penerang, pemberi , 
petunjuk jalan arah kebenaran, juru pengingat, juru penghibur hati duka, serta 
muballig yang peri laku sehari -harinya mencerminkan uswatun hasanah di tengah 
ummatnya. Sebagaimana halnya fungsi nabi Muhammad SAW yang di utus menjadi 
mu’allim (guru) dan pe ndi di k akhlak al-karimah. Sebagaimana sabda beliau yang 
arti nya: “aku diutus untuk me njadi guru” dan sabdanya lagi :”‘ saya diutus untuk 
menyempurnakan akhlak yang mullia“ 
PROGRAM KHUSUS BIMBINGAN AGAMA BAGI PENANGGULANGAN KENAKALAN 
REMAJA 
 Kenakalan Remaja Sebagai Suatu Problema. 
Dalam melihat masslah ini kita perlu membedakan manakah yang kita 
kategorikan kenakalan dengan bukan kenakalan. 
Kenakalan remaja adalah tingkah laku atau perbuatan yang 
berlawanan dengan hokum-hukum yang berlaku yang di lakukan oleh anak-anak 
dari antara umur 10 tahun sampai dengan 18 tahun. Perbuatan yang 
di lakukan oleh anak-anak dibawah usia 10 tahun dan diatas 18 tahun dengan 
se ndi ri nya ti dak di kate gori kan dalam apa yang ki ta se but “ke nakalan” 
Tingkah laku anak remaja yang dipandang kenakalan karena 
a. Mengangu tertib sosial dan hokum 
b. Merugikan perkembangan generasi muda itu sendiri 
c. Menggangu jalanya perkembangan sosial paedegogis, ekonomi , dan 
kebudayaan dan sebagainya 
 Faktor- faktor yang Mengakibatkan Kenakalan Remaja 
a. Faktor lingkungan
1. Keadaan ekonomi masyrakat 
2. Masa daerah peralihan 
3. Keretakan hidup keluarga 
4. Praktek mengasuh anak 
5. Pengaruh teman sebaya 
6. Pengaruh pelaksanaan hokum (kurang dapat di pertanggung jawabkan) 
b. Faktor Kepribadian 
1. Penyakit syraf 
2. Dorongan nafsu 
3. Peni laian yang tidak tepat kepada diri sendiri dan orang lain (buta moral) 
4. Pandangan terhadap diri sendiri yang negati f. 
dalam hubungannya dengan kkenakalan remaja yang telah di uraikan 
diatas maka pendidik agama sebagai konselor di samping perlu memahami 
berbagai faktor penyebabnya perlu pula mengambi l langkah-langkkah 
prreventi f (mencegah) dan kurati f (mengobati ) yang meli iputi prinsip-prinsip 
sebagai berikut: 
1. Di lingkungan sekolah hendaknya bekerja sama dengan guru d bidang lain 
2. Berusaha membina kerjasama dengan Biro konsultasi remaja yang ada, 
dan pejabat peradi lan anak atau kepolisian bidang pengawasan anak. 
3. Bi la mana terjadi kenakalan didalam limgkungan tanggung jawabnya, 
maka berusahalah melakukan pendekatan kepada remaja yang 
bersangkutan. 
4. Hendaknya mempolakan rencana program pencegahan di lingkungan 
sekolah dengan kegiatan diskusi . 
5. Berusaha membina hubungan kkerja sama dengan orang tua murid yang 
sebaik-baiknya. 
6. Dalam rangka pencegahan, hendaknya konselor agama berusaha mengisi 
acaara koonseling di pusat-pusat kegiatan remaja. Misal: karang taruna 
dalam organisasi remaja. 
7. Berusaha menghindarkan remaja dari pengaruh mass media yang 
mengandung unsur mmerusak moral. Missal: majalah porno.
Akan tetapi yang penting perlu di ingat konselor agama senantiasa 
menanamkan pengeertian kepada remaja bahhwa kaum reemajapun dapat 
beriman yang teguh dan beraagama yang taat, sebagaimana di lukiskan oleh 
allah dalam firmannya tentang pemuda al-kahfi : 
Artinya: “Sesungguhnya meereka adalah kaum remaja yang teguh 
beriman dan aku tambah kepada mereka petunjuk. (QS Al-kahfi:13). 
Tinggalkan Sebuah Komentar 
PRINSIP – PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING 
15 f 2008 pada 2:03 pm (Bimbingan dan Konseling) 
Tags: Pendidikan 
PENDAHULUAN 
Manusia adalah mahluk fi losofis, artinya manusia mepunyai 
pengetahuan dan berpikir, mausia juga memi liki si fat yang unik, berbeda 
dengan mahluk lain dalam pekembanganya. Implikasi dari kergaman ini ialah 
bahwa individu memi liki kebebasan dan kemerdekaan untuk memi lih dan 
megembangkan diri sesuai dengan keunikan ataua tiap – tiap pontensi tanpa 
menimbulkan konflik dengan lingkungannya. Dari sisi keunikan dan 
keragaman idividu, maka diperlukanlah bimbingan untuk membantu setiap 
individu mencapai perkembangan yang sehat didalam lingkungannya ( Nur 
Ihsan, 2006 : 1) 
Pada dasarnya bimbingan dan konseling juga merupakan upaya 
bantuan untuk menunjukan perkembangan manusia secara optimal baik 
secara kelompok maupun idividu sesuia dengan hakekat kemanusiannya 
dengan berbagai potensi , kelebihan dan kekurangan, kelemhan serta 
permaslahanya. 
Adapun dalam dunia pendidikan, bimbingan dan konseling juga sangat 
dipelukan karena dengan adanya bimbingan dan konseling dapat 
mengantarkan peserta didik pada pencapai Standar dan kemampuan 
profesional dan Akademis, serta perkembangan dini yang sehat dan produkti f 
dan didalam bimbinganya dan konseling selian ada pelyanan juga ada Prinsip – 
prinsipnya. 
PEMBAHASAN 
PRINSIP – PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING 
A. Pengertian Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling 
Prinsip yang berasal dari asal kata ” PRINSIPRA” yang artinya permulan 
dengan sautu cara tertentu melhirkan hal –hal lain , yang keberadaanya 
tergantung dari pemula itu, prisip ini merupakam hasi l perpaduan antara 
kajian teori itik dan teori lapangan yang terarah yang digunakan sebagai 
pedoman dalam pelaksanaan yanh dimaksudkan.( Halaen,2002,: 63 )
Prinsip bimbingan dan Konseling memnguraikan tentang pokok – pokok 
dasar pemikiran yang di jadikan pedoman program pelaksanaan atau aturan 
main yanh harus di ikuti dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan 
dan dapat juga di jadikan sebagai seperangkat landassan praktis atau aturan 
main yang harus di ikuti dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan 
konseling di sekolah. 
Prayitno mengatakan : ” Bahwa prinsip merupaka hasi l kajian 
teoritik dan telaah lapangan yanh digunakan sebgai pedoman pelaksanaan 
se suatu yang dimaksudkan” jadi dari pe ndapat di atas dapat di simpulkan 
bahwa prinsip – prinsip bimbingan dan konseling merupakan pemaduan hasi l – 
hasi l teori dan praktek yang dirumuskan dan di jadikan pedoman sekaligus 
dasar bagi peyelengaran pelayanan. 
A. Macam – macam prinsip bimbingan dan konseling 
Dalam pelayanan bimbuingasn dan konseling prisip yang digunakan 
bersumber dari kajian fi losofis hasi l dari penelitian dan pengalama praktis 
tentang hakikat manusia, perkembangan dan kehidupan manusia dalam 
konteks sosial budayanya, pegertian, tujuan, fungsi , dan proseses, 
penyelenggaraan bimbingan dan konseling. 
Ada beberapa prinsip pelaksanaan bimbingan dan konseling diantaranya 
: 
a. Bimbingan adalah suatu proses membantu individu agar mereka dapat 
membantu dirinya sendiri dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. 
b. Hendaknya bimbingan bertitik tolak (berfokus) pada individu yang dibimbing 
c. Bimbingan diarahkan pada individu dan tiap individu memi liki karakteristik 
tersendiri . 
d. Masalah yang dapat diselesaikan oleh tim pembimbing di lingkungan 
lembaga hendaknya diserahkan kepada ahli atau lembaga yang berwenang 
menyelesaikannya. 
e. Bimbingan dimulai dengan identi fikasi kebutuhan yang dirasakan oleh 
individu yang akan dibimbing. 
f. Bimbingan harus luwes dan fleksibel sesuai dengan kebutuhan individu dan 
masyarakat. 
g. Program bimbingan di lingkungan lembaga pendidikan tertentu harus sesuai 
dengan program pendidikan pada lembaga yang bersangkutan. 
h. Hendaknya pelaksanaan program bimbingan dikelola oleh orang yang 
memi liki keahlian dalam bidang bimbingan, dapat bekerja sama dan 
menggunakan sumber-sumber yang relevan yang berada di dalam ataupun 
di luar lembaga penyelenggara pendidikan.
i. Hendaknya melaksanakan program bimbingan di evaluasi untuk mengetahui 
hasi l dan pelaksanaan program (Nur Ihsan, 2006 : 9) 
Rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya ialah 
berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah klien, tujuan dan proses 
penanganan masalah, program pelayanan, penyelenggaraan pelayanan. 
Diantara prinsip-prinsip tersebut adalah : 
1. Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran pelayanan 
Sasaran pelayanan bimbingan dan konseling adalah indivi du-individu 
baik secara perorangan aupun kelompok yang menjadi sasaran 
pelayanan pada umumnya adalah perkembangan dan perikehidupan 
individu, namun secara lebih nyata dan langsung adalah sikap dan tingkah 
lakunya yang dipengaruhi oleh aspek-aspek kepribadian dan kondisi 
sendiri , serta kondisi lingkungannya, sikap dan tingkah laku dalam 
perkembangan dan kehidupannya itu mendorong dirumuskannya prinsip-prinsip 
bimbingan dan konseling sebagai berikut : 
1. 
a. BK melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, 
agama dan status sosial ekonomi . 
b. BK berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan 
dinamis. 
c. BK memperhatikan sepenuhnya tahap-tahap dan berbagai apek 
perkembangan individu. 
d. BK memberikan perhatian utama kepada perbedaan individual yang 
menjadi orientasi pokok pelayanannya. 
2. Prinsip-prinsip berkenaan dengan masalah individu 
Berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan dan kehidupan 
individu tidaklah selalu positi f, namun faktor-faktor negati f pasti ada yang 
berpengaruh dan dapat menimbulkan hambatan-hambatan terhadap 
kelangsungan perkembangan dan kehidupan individu yang berupa masalah. 
Pelayanan BK hanya mampu menangani masalah klien secara terbatas yang 
berkenaan dengan : 
1. 
a. BK berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental 
atau fisik individu terhadap penyesuaian dirinya dirumah, disekolah serta 
dalam kaitannya dengan kontak sosial dan pekerjaan, dan sebaliknya 
pengaruh lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik individu. 
b. Kesenjangan sosial, ekonomi dan kebudayaan merupakan faktor timbulnya 
masalah pada invidu yang kesemuanya menjadi perhatian utama 
pelayanan BK. 
3. Prinsip-prinsip berkenaan dengan program pelayanan 
Adapun prinsip-prinsip yang berkenaan dengan pelayanan layanan 
BK itu adalah sebgaai berikut :
1. 
a. BK merupakan bagian integrasi dari proses pendidikan dan pengembangan, 
oleh karena itu BK harus diselaraskan dan dipadukan dengan program 
pendidikan serta pengembangan peserta didik. 
b. Program BK harus fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan indivi du, 
masyarakat dan kondisi lembaga. 
c. Program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari 
jenjang pendidikan terendah sampai tertinggi . 
4. Prinsip-prinsip berkenaan dengan pelaksanaan pelayanan 
Pelaksanaan pelayanan BK baik yang bersi fat inside ntal maupun 
terprogram, dimulai dengan pemahaman tentang tujuan layanan, dan 
tujuan ini akan diwujudkan melalui proses tertentu yang di laksanakan oleh 
tenaga ahli dalam bidangnya, yaitu konselor profesional. 
Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan hal tersebut adalah : 
1. 
a. BK harus diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu 
membimbing diri sendiri dalm menghadapi permasalahannya. 
b. Dalam proses BK keputusan yang diambi l dan akan di lakukan oleh 
individu hendaknya atas kemauan individu itu sendi ri bukan karena 
kemauan atau desakan dari pihak lain. 
c. Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang 
relevan dengan permasalahan yang dihadapi . 
d. Kerja sama antara guru pembimbing, guru-guru lain dan orang tua anak 
amat menentukan hasi l pelayanan bimbingan. 
e. Pengembangan program pelayanan BK ditempuh melalui pemanfaatan yang 
maksimal dari hasi l pengukuran dan peni laian terhadap individu yang 
terlibat dalam proses pelayanan dan program bimbingan dan konseling itu 
sendiri (Hanen, 2002). 
5. Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling disekolah dalam lapangan 
operasional bimbingan dan konseling. 
Sekolah merupakan lembaga yang wajah dan sosoknya sangat jelas. 
Di sekolah pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan dapat tumbuh 
dan berkembang dengan amat baik mengingat sekolah merupakan lahan 
yang secara potensial sangat subur, sekolah memi liki kondisi dasar yang 
justru menuntut adanya pelayanan ini pada kadar yang tinggi . Pelayanan 
BK secara resmi memang ada disekolah, tetapi keberadaannya belum 
seperti dikehendaki . Dalam kaitan ini Belkin (dalam Prayitno 1994) 
menegaskan enam prinsip untuk menumbuh kembangkan pelayanan BK 
disekolah. 
KESIMPULAN 
Prinsip-prinsip BK merupakan pemanduan hasi l-hasi l teori dan praktek yang 
dirumuskan dan di jadikan pedoman dan dasar bagi penyelenggaraan pelayanan.
a. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan : 
(1) Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur 
jenis kelamin, suku, agama dan status sosial ekonomi . 
(2) Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu 
dan memperhatikan tahap-tahap atau berbagai aspek perkembangan individu, 
serta memberikan perhatian utama kepada perbedaan invidual yang menjadi 
orientasi pokok pelayanan. 
b. Prinsip yang berkenaan dengan permasalahan individu 
Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh 
kondisi mental atau fisus individu terhadap penyesuaian dirinya dirumah maupun 
disekolah, dan yang menjadi faktor timbulnya masalah pada individu adalah 
kesenjangan sosial, ekonomi dan kebudayaan. 
c. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program pelayanan 
- Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari upaya pendidikan dan 
pengembangan individu; 
- Program bimbingan dan konseling harus fleksibel disesuaikan dngan kebutuhan 
individu, masyarakat dan kondisi lembaga serta disusun secara berkelanjutan 
dari jenjang pendidikan terendah sampai tertinggi . 
d. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan tujuan pelaksanaan pelayanan 
- Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk mengembangkan invidu 
sehingga keputusan yang diambi l dan akan di lakukan oleh individu hendaknya 
atas kemauan individu itu sendiri . 
- Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang 
relevan dengan permasalahan yang dihadapi . 
e. Prinsip bimbingan dan konseling disekolah 
Prinsip BK disekolah menegaskan bahwa penegakan dan penumbuh kembangan 
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah hanya mungkin di lakukan oleh 
konselor profesional yang sadar akan profesinya, dan mampu menerjemahkan ke 
dalam program dan hubungan dengan sejawat dan personal sekolah lainnya, memi liki 
komitmen dan keterampi lan untuk membantu siswa dengan segenap variasinya 
disekolah, dan mampu bekerja sama serta membina hubungan yang harmonis-dinamis 
dengan kepala sekolah. 
DAFTAR PUSTAKA 
Hallen, 2002. Bimbingan dan Konseling. Liputan Press : Jakarta
Nurihsan Juntika. 2006. Bimbingan dan Koseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. PT 
RFIKA ADITAMA : Bandung 
Prayitno dan Erman Amfi . 1995. Dasar-dasar Bimbingan Konseling. Reneka Cipta : 
Jakarta 
3 Komentar 
Bimbingan dan Konseling di sekolah 
15 f 2008 pada 2:00 pm (Bimbingan dan Konseling) 
Tags: Pendidikan 
PENDAHULUAN 
Bimbingan dan konseling pengembangan seluruh aspek kepribadian siswa, 
pencegahan terhadap timbulnya masalah yang akan menghambat perkembangannya, 
dan menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya, baik sekarang maupun masa 
yang akan dating. Sehubungan dengan target populasi layanan bimbingan dan 
konseling, layanan ini tidak terbatas pada individu yang bermasalah saja, tetapi 
meliputi seluruh siswa. (Nurihsan, 2006: 42) 
Sejalan dengan visi tersebut, maka misi bimbingan dan konseling harus membantu 
memudahkan siswa mengembangkan seluruh aspek kepribadiannya seoptimal 
mungkin, sehingga terwujud siswa yang tangguh menghadapi masa kini dan masa 
mendatang. 
Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian yang integral dari keseluruhan 
proses pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, pelaksanaan bimbingan dan konseling 
di sekolah menjadi tanggung jawab bersama antara personel sekolah, yaitu kepala 
sekolah, guru, konselor, dan pengawas. Kegiatan bimbingan dan konseling mencakup 
banyak spek dan saling kait mengkait, sehingga tidak memungkinkan jika layanan 
bimbingan dan konseling hanya menjadi tanggung jawab konselor saja. (Soetjipto, 
2004: 99) 
PEMBAHASAN 
2.1. Personel Pelaksana Pelayanan Bimbingan dan Konseling 
Di bawah ini di jelaskan tugas-tugas personel sekolah yang berkaitan dengan kegiatan 
layanan bimbingan dan konseling di sekolah. 
2.1.1. Kepala Sekolah 
Kepala sekolah adalah penanggung jawab pelaksanaan teknis bimbingan dan konseling 
di sekolah. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya kepala sekolah dibantu oleh waki l 
kepala sekolah. 
Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara 
berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi , yang dapat di lakukan 
melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara 
langsung, terutama dalam pemi lihan dan penggunaan metode, media yang digunakan 
dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.
Kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah secara otomatis memimpin sekolah, 
sekaligus menyusun dan mengatur program bimbingan dan konseling sedemikian rupa 
agar program tersebut dapat besatu dan terlaksana bersamaan dengan program 
pendidikan. (Umar, 2001: 114) 
Sebagai penanggung jawab kegiatan pendidikan secara menyeluruh di sekolah, tugas 
kepala sekolah adalah: 
a. Mengkoordinasikan segenap kegiatan yang diprogramkan di sekolah 
b. Menyediakan sarana prasarana, tenaga, dan berbagai kemudahan bagi 
terlaksananya bimbingan dan konseling yang efekti f dan efisien 
c. Melaksanakan pengawasan dan pembinaan terhadap program layanan 
bimbingan dan konseling 
d. Mempertanggung jawabkan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di 
sekolah kepada Kanwi l yang menjadi atasannya 
e. Mengadakan hubungan dengan pihak atau lembaga lain, seperti dokter, 
psikiater, dan sebagainya. (Sukardi , 2002: 56) 
Kegiatan konselor (guru pembimbing) yang perlu diketahui oleh kepala sekolah antara 
lain: 
a. Melaporkan kegiatan bimbingan dan konseling sebulan sekali 
b. Laporan tentang kelengkapan data. 
2.1.2. Konselor 
Konselor adalah pelaksana utama yang mengkoordinasi semua kegiatan yang terkait 
dalam pelaksana bimbingan dan koseling di sekolah. 
Konselor dituntut untuk bertindak secara bi jaksana, ramah, bisa menghargai , dan 
memeriksa keadaan orang lain, serta berkepribadian baik, karena konselor itu 
nantinya akan berhubungan dengan siswa khususnya dan juga pihak lain yang 
sekiranya bermasalah. Konselor juga mengadakan kerja sama dengan guru-guru lain, 
sehingga guru-guru dapat meningkatkan mutu pelayanan dan pengetahuannya demi 
suksesnya program bimbingan dan konseling. (Umar, 2001: 118) 
Masalah-masalah perkembangan peserta didik yang dihadapi guru pada saat 
pembelajaran dirujuk kepada konselor untuk penanganannya. Demikian pula, 
masalah-masalah peserta didik yang ditangani konselor terkait dengan proses 
pembelajaran bidang studi dirujuk kepada guru untuk menindaklanjutinya. 
Sebagai pelaksana utama, tenaga inti , dan ahli , konselor (guru pembimbing) bertugas: 
a. Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling 
b. Merencanakan program bimbingan dan konseling 
c. Melaksanakan segenap pelayanan bimbingan dan konseling 
d. Melakaksanakan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling 
e. Meni lai proses dan hasi l layanan bimbingan dan konseling 
f. Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasi l peni laian 
g. Mengadministrasikan layanan program bimbingan dan konseling
h. Mempertanggung jawabkan tugas dan kegiatan bimbingan dan konseling 
tersebut. (Sukardi , 2002: 56) 
Konselor disamping bertugas memberikan layanan kepada siswa, juga sebagai sumber 
data yang meliputi : 
a. kartu akademis 
b. catatan konseling 
c. data psikotes 
d. catatan konperensi kasus. 
2.1.3. Guru 
Guru adalah pelaksana pengajaran serta bertanggung jawab memberikan informasi 
tentang siswa untuk kepentingan bimbingan dan konseling. 
Di sekolah salah satu tugas utama guru adalah mengajar. Dalam kesempatan mengjar 
siswa, guru mengenal tingkah laku, si fat-si fat, kelebihan dan kelemahan tiap-tiap 
siswa. Dengan demikian, disamping bertugas sebagai pengajar, guru juga dapat 
bertugas dan berperan dalam bimbingan antara siswa dengan siswa, siswa dengan 
guru, maupun guru dengan orang tua. Sebagai pembimbing, guru merupakan tangan 
pertama dalam usaha membantu memecahkan kesulitan-kesulitan siswa. (Umar, 
2001: 117) 
Sebagai tenaga ahli pengajaran dalam mata pelajaran atau program pelatihan tertentu, 
dan sebagai personel yang sehari -hari langsung berhubungan dengan siswa, peranan 
guru dalam layanan bimbingan adalah: 
a. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa 
b. Membantu koselor mengidenti fikasikan siswa yang memerlukan layanan 
bimbingan dan konseling 
c. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling 
kepada konselor 
d. Membantu mengembangkan suasana kelas 
e. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan 
layanan bimbingan dan konseling 
f. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa 
g. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka peni laian 
bimbingan dan konseling dalam upaya tindak lanjut 
Guru juga membantu memberikan informasi tentang data siswa yang meliputi : 
a. Dafatar ni lai siswa 
b. Observasi 
c. Catatan anekdot (Sukardi , 2002: 52-58) 
Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan dan konseling di 
sekolah akan lebih efekti f bi la guru dapat bekerja sama dengan konselor dalam proses 
pembelajaran. Adanya keterbatasan-keterbatasan dari kedua belah pihak (guru dan 
konselor) menuntut adanya kerja sama tersebut.
2.1.4. Pengawas atau Supervisor 
Supervisi adalah pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka 
dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar 
yang lebih baik. (Burhanuddin, 2005: 99). 
Supervisi adalah bantuan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah untuk 
mengembangkan situasi belajar mengajar yang baik. (Sukardi , 2002: 240) . 
Untuk menjamin teerlaksananya pelayanan bimbingan dan konseling secara tepat 
diperlukan kegiatan pengawasan bimbingan dan konseling baik secara teknik maupun 
secara administrasi . Fungsi kepengawasan layangan bimbingan dan konseling antara 
lain memantau, meni lai , memperbaiki , meningkatkan dan mengembangkan kegiatan 
layanan bimbingan dan konseling. Pengawasan tersebut ada pada setiap Kanwi l. 
(Sukardi , 2002:65). 
Selain mengawasi perkembangan dan pelaksanaan pendidikan di sekolah, pengawas 
juga melihat perkembangan pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah tersebut. 
Pengawas sekolah juga berfungsi sebagai konsultan bagi kepala sekolah, guru, 
maupun konselor untuk membicarakan upaya-upaya lain dalam rangka memajukan 
bimbingan dan konseling. 
Pengawas juga harus dapat mengupayakan langkah-langkah yang bisa ditempuh 
untuk memajukan dan menambah pengetahuan kepala sekolah, guru, dan konselor, 
misalnya melalui penataran, seminar, latihan-latihan demi memajukan program 
bimbingan dan konseling. (Umar, 2001: 119). 
Adapun manfaat supervisi dalam program bimbingan dan konseling adalah: 
a. Mengontrol kegiatan-kegiatan dari para personel bimbingan dan konseling, yaitu 
bagaimana pelaksanaan tugas dan tanggung jawab mereka masing-masing 
b. Mengontrol adanya kemungkinan hambatan-hambatan yang ditemui oleh para 
personel bimbingan dalam melaksanakan tugasnya masing-masing 
c. Memungkinkan dicarinya jalan keluar terhadap hambatan-hambatan yang 
ditemui 
d. Memungkinkan terlaksananya program bimbingan secara lancar kearah 
pencapaian tujuan sebagai mana yang telah ditetapkan. (Nurihsan, 2006: 68) 
2.2. Fasilitas atau Sarana Prasarana Bimbingan dan Konseling 
Agar layanan dasar bimbingan dan konseling, renponsi f, perencanaan individual, dan 
dukungan sistem berfungsi efekti f diperlukan cara baru dalam mengatur fasi litas - 
fasi litas program bimbingan dan konseling. (Nurihsan, 2006: 63) 
Sarana dan prasarana yang diperlukan antara lain sebagai berikut: 
2.2.1. Sarana
a. Alat pengumpul data,seperti format-format, pedoman observasi , pedoman 
wawancara, angket, catatan harian, daftar ni lai prestasi belajar, dan kartu 
konsultasi . 
b. Alat penyimpanan data, seperti kartu pribadi , buku pribadi , map, dan 
sebagainya. 
c. Perlengkapan teknis, seperti buku pedoman, buku informasi , paket bimbingan, 
blongko surat, alat-alat tulis, dan sebagainya. 
2.2.2. Prasarana 
a. Ruangan bimbingan dan konseling, seperti ruang tamu, ruang konsultasi , ruang 
diskusi , ruang dokumentasi dan sebainya. 
b. Anggaran biaya untuk menunjang kegiatan layanan, seperti anggaran untuk 
surat manyurat, transportasi , penataran, pembelian alat-alat, dan sebagainnya. 
(Sukardi , 2002: 63) 
Fasi litas dan pembiayaan merupakan aspek yang sangat penting yang harus 
diperhatikan dalam suatu program bimbingan dan konseling. Adapun aspek 
pembiayaan memerlukan perhatian yang lebih serius karena dalam kenyataannya 
aspek tersebut merupakan salah satu factor penghambat proses pelaksanaan 
bimbingan dan konseling. (Nurihsan, 2006: 59). 
KESIMPULAN 
Personel pelaksana bimbingan dan konseling di sekolah antara lain: 
1. Kepala sekolah adalah penanggung jawab pelaksanaan teknis bimbingan dan 
konseling di sekolah. 
2. Konselor adalah pelaksana utama yang mengkoordinasi semua kegiatan yang 
terkait dalam pelaksana bimbingan dan koseling di sekolah. 
3. Guru sebagai pengajar, guru juga dapat bertugas dan berperan dalam bimbingan 
antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, maupun guru dengan orang tua. 
Sebagai pembimbing, guru merupakan tangan pertama dalam usaha membantu 
memecahkan kesulitan-kesulitan siswa. 
4. Pengawas bertugas mengawasi perkembangan dan pelaksanaan pendidikan di 
sekolah, melihat perkembangan pelaksanaan bimbingan dan konse ling, dan juga 
berfungsi sebagai konsultan bagi kepala sekolah, guru, maupun konselor. 
Sarana dan prasarana bimbingan dan konseling antara lain: 
1. Alat pengumpul data 
2. Alat penyimpanan data 
3. Perlengkapan teknis 
4. Ruangan bimbingan dan konseling 
5. Anggaran biaya 
DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin, yusak. 2005. Administrasi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia 
Nurihsan, A. Juntika. 2006. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar 
Kehidupan. Bandung: Refika Aditama 
Soetjipto dan Raflis Kosasi . 2004. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta 
Sukardi , Dewa ketut. 2002. Pengantar Pelaksana Program Bimbingan dan Konseling di 
Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta 
Umar dan sartono. 2001. Bimbingan dan Penyuluhan. Bandung: Pustaka Setia 
http://akhmadsudrajat.wordpress.com 
Tinggalkan Sebuah Komentar 
Pemecahan Study Kasus Bimbingan dan Konseling 
13 f 2008 pada 8:30 am (Bimbingan dan Konseling) 
Tags: Pendidikan 
PENDAHULUAN 
Dalam perkembangan dan kehidupan setiap manusia sangat mungkin 
timbul berbagai permasalahan. Baik yang dialami secara individual, kelompok, 
dalam keluarga, lembaga tertentu atau bahkan bagian masyarakat secara lebih 
luas. Untuk itu ditentukan adanya bimbingan sebagai suatu usaha pemberian 
bantuan yang diberikan baik kepada individu maupun kelompok dalam rangka 
memecahkan masalah yang dihadapi . Salah satu hal penting yang perlu 
diperhatikan alam memberikan bimbingan adalah memahami individu (dalam hal 
ini peserta didik)secara keseluruhan, baik masalah yang dihadapinya maupun latar 
belakangnya. Sehingga peserta didik diharapakan dapat memperoleh bimbingan 
yang tepat dan terarah. 
Untuk dapat memahami peserta didik secara lebih mendalam, maka 
seorang pembimbing maupun konselor perlu mengumpulkan berbagai keterangan 
atau data tentang peserta didik yang meliputi berbagai aspek, seperti : aspek sosial 
kultural, perkembangan individu, perbedaan individu, adaptasi , masalah belajar 
dan sebagainya. Dalam rangka mencari informasi tentang sebab-sebab timbulnya 
masalah serta untuk menentukan langkah-langkah penanganan masalah tersebut 
maka diperlukan adanya suatu tehnik atau metode pengumpulan data atau fakta - 
fakta yang terkait dengan permasalahan yang ada. Salah satu tehnik atau metode 
pengumpulan data atau fakta adalah studi kasus. 
Pada praktiknya studi kasus diselenggarakan melalui cara-cara yang 
bervariasi , seperti analisis laporan sesaat (anecdotal report), otobiografi klien, 
deskripsi tentang tingkah laku, perkembangan klien dari waktu ke waktu (case 
history), himpunan data (cumulative records), konperensi kasus (case conference) 
seperti yang diungkapkan Jones, 1951; Mc Daniels, 1957; Tolbert, 1959; 
Bernard&Fulmer, 1969; Patterson, 1978; Fisher, 1978 (dalam Prayitno, 1999; 38) 
PEMBAHASAN
1. Tinjauan Awal Tentang Kasus 
Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata kasus dapat berarti soal atau 
perkara dapat juga berarti keadaan atau kondisi khusus yang berhubungan dengan 
seseorang atau suatu hal. Jika isti lah kasus itu dihubungk an dengan seseorang, 
maka ini dapat berarti bahwa pada orang yang dimaksudkan terdapat 
“soal”atau”pe rkara”te rte ntu. Namun dalam hal i ni yang pe rlu di gari sbawahi 
pemakaian istilah kasus dalam dalam bimbingan dan konseling tidaklah mengarah 
pada pengertian-pengertian tentang soal-soal ataupun perkara-perkara yang 
berkaitan dengan tindak kriminal, perdata ataupun urusan polisi dan urusan-urusan 
lain yang bersangkut paut dengan pihak-pihak yang berwajib, melainkan 
lebih di fokuskan pada kasus dalam pembelajaran pada suatu instansi lembaga 
pendidikan maupun sekolah. 
Isti lah “Kasus”dalam bimbi ngan dan konse li ng di gunakan se ke dar untuk 
menunjukkan bahwa ada permasalahan tertentu pada diri seseorang yang perlu 
mendapatkan perhatian dan pemecahan demi kebaikan orang tersebut. Misalnya 
kasus seorang mahasiswi bernama Dewi . Kasus Dewi menyangkut prestasi 
akademiknya yang merosot, sering datang terlambat dikelas, kurang bersosialisasi 
dengan teman-temannya, dan sebagainya. Jika tidak segera ditangani 
permasalahannya, dikhawatirkan akan berdampak negati f pada Dewi sendiri . 
Kasus Dewi ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan tindakan kriminal, 
polisi maupun hukum. 
Namun kasus ini harus segera ditangani dengan melibatkan Dewi sendiri 
dan orang lain yang dapat memberikan kontribusi dalam pemecahan masalahnya 
keterlibatan orang lain dalam hal ini bukanlah sebagai saksi seperti dalam kasus 
kriminal dan hal inipun harus sepengetahuan dan seizing dari Dewi . Langkah ini 
ditempuh agar Dewi tidak merasa bahwa dia tengah dihakimi , dicela ataupun 
privasinya dibuka didepan orang banyak dsb. Sebaliknya pembicaraan mengenai 
permasalahan yang dihadapinya dimaksudkan untuk memahami permasalahannya 
dzn untuk mendapatkan jalan keluar tepat dan berhasi l, sehingga ia dapat kembali 
pada keadaan yang menyenangkan dan membahagiakannya. 
2. Pemahaman Terhadap Kasus 
Untuk mengetahui seluk beluk sebuah kasus lebih jauh maka konselor 
tidak mengerti permasalahan atas dasar deskripsi yang telah dikemukakan pada 
awal pengenalan kasus semata-mata. Namun diperlukan pemahaman yang lebih 
mendalam. Karena bisa jadi permasalahan yang terkandung dalam sebuah kasus 
seperti fenomena gunung es yang terapung di lautan, dimana yang tampak di 
permukaan air hanya sedikit saja, padahal bagian yang berada di permukaan laut 
besarnya sukar diukur. 
Dalam rangka mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai 
sebuah kasus perlu di lakukan penjelajahan yang luas dan intensi f misalnya 
melalui wawancara dengan siswa tersebut (wawancara konseling), memeriksa 
kumpulan data (commulati f record) yang ada disekolah, ataupun kunjungan 
rumah. Dari penjelajahan yang luas dan intensi f akan terungkap berbagai hal yang 
akan memberikan gambaran dan pemahaman yang lebih luas dan komprehensi f 
tentang kasus itu. Baik permasalahan yang menyangkut individualitas, sosialitas, 
moralitas, maupun Religiusitasnya.
Kemudian terdapat hal lain yang dapat menjadi bekal bagi pengembangan 
pemahaman terhadap suatu kasus ialah bagaimana memprediksi berbagai 
kemungkinan yang bersangkut paut dengan kasus itu di l ihat dari rincian 
permasalahannya, penyebabnya dan kemungkinan akibat-akibat yang akan 
muncul. Seorang konselor perlu mengembangkan konsep atau ide -ide mengenai 
rincian masalah, kemungkinan sebab dan juga kemungkinan akibatnya. Karena 
hal itu merupakan bekal dan ancangan bagi konselor untuk memperoleh 
pemahaman yang mantap mengenai kasus yang sedang ditangani . Sekali lagi 
ditekankan bahwa ide-ide itu sebaiknya tidak boleh menjadi alasan yang menutup 
kemungkinan terungkapnya fakta-fakta baru dalam proses penjelajahan masalah 
secara lebih intensi f, konselor tidak boleh terikat dan secara kaku berpegang pada 
ide-idenya, karena bisa jadi ide -ide yang dikembangkan itu tidak sesuai atau 
bahkan bertentangan dengan kenyataan yang diperoleh melalui pendalaman 
masalah (Prayitno: 1999) 
3. Penanganan Terhadap Kasus 
Penanganan kasus adalah keseluruhan perhatian dan tindakan seseorang 
terhadap kasus (yang dialami oleh seseorang) yang dihadapkan kepadanya sejak 
awal sampai dengan akhirnya perhatian atau tindakan tersebut (i bid: 77) 
Dalam menangani sebuah kasus, seorang konselor melakukan tindakan-tindakan 
sebagai berikut: 
1.) Pengenalan awal tentang kasus (dimulai sejak awal kasus itu dihadapkan); 
2.) Pengembangan ide-ide tentang rincian masalah yang terkandung didalam kasus 
itu; 
3.) Penjelajahan lebih lanjut tentang segala seluk beluk kasus tersebut; 
4.) Mengusahakan upaya-upaya kasus untuk mengatasi atau memecahkan sumber 
pokok permasalahan. 
Penanganan sebuah kasus dapat dipandang sebagai upaya-upaya khusus 
untuk secara langsung menangani sumber pokok permasalahan dengan tujuan 
utama teratasinya permasalahan yang dimaksudkan. Penanganan kasus dalam 
pengertian yang khusus, menghendaki strategi dan tehnik -tehnik yang si fatnya 
khas sesuai dengan pokok permasalahan yang akan ditangani . Disini lah keahlian 
konselor diperlukan untuk menjelajahi masalah, penetapan masalah pokok yang 
menjadi sumber permasalahan secara umum, pemi lihan strategi dan tehnik 
penanganan masalah pokok itu, serta penerapan strategi dan tehnik yang 
dipi lihnya itu. 
Berikut ini salah satu contoh kasus beserta urutan penanganannya: 
“Dimas, se orang si swa SMA ke las III IPS; me nunjukkan ge jala jarang masuk 
sekolah, sering melangggar tata tertib sekolah dan prestasi belajarnya rendah. Dia 
sering membolos terutama jika akan menghadpai mata pelajaran Matematika. Pada 
akhir tahun lalu, dia termasuk salah satu siswa yang dipermasalahkan kenaikan 
kelasnya. Dirumah dia tidak mempunyai tempat belajar sendiri dan dia belajar 
ditempat tidurnya. Ia banyak membantu kegiatan keluarga sehinga sering 
terlambat masuk sekolah. Sedangkan data lain menunjukkan bahwa siswa tersebut 
adalah anak keenam dari sebelas bersaudara. Tiga saudaranya sudah berada di
perguruan tinggi , dan salah seorang adiknya juga dikelas III IPA disekolah yang 
sama. Dia sebenarnya kurang berminat terhadap bidang studi IPA. Dalam 
menyelesaikan salah satu tugas rumahnya pernah terjadi bentrok dengan salah 
se orang gurunya”. 
Dari contoh kasus diatas, kita dapat membayangkan berbagai 
permasalahan yang dialami oleh Dimas, dan kita dapat mengenalinya melalui : 
1.) Deskripsi Awal Kasus 
Deskripsi awal kasus menunjukkan bahwa dari dimensi individualitas, 
Dimas memi liki prestasi belajar rendah dan kurang berminat pada IPA; dimensi 
sosialitas menunjukkan dia pernah bentrok dengan guru; dimensi moralitas 
menunjukkan dia suka melanggar tata tertib, membolos dan sering terlambat 
masuk sekolah. 
2.) Ide-ide tentang rincian permasalahan; kemungkinan sebab dan akibat dari 
permasalahan, misalnya prestasi belajar rendah 
a. Gambaran yang lebih rinci : 
- ni lai raport banyak merahnya 
- ni lai tugas, ulangan dan ujian rendah 
- peringkat dibawah rata-rata, dsb 
b. Kemungkinan sebab: 
- intelegensi dibawah rata-rata 
- malas belajar 
- kurang minat dan perhatian, dll 
c. Kemungkinan akibat: 
- minat belajar semakin berkurang 
- tidak naik kelas 
- dikeluarkan dari sekolah, dsb 
3.) upaya dan hasi l penjelajahan lebih lanjut terhadap setiap permasalahan yang 
terkandung dalam kasus yang dimaksud. 
Penjelajahan masalah atau studi kasus yang lebih menyeluruh dan 
lengkap dapat ditempuh melalui berbagai cara seperti wawancara, analisis 
terhadap laporan sesaat (anecdotal report), perkembangan anak atau klien dari 
waktu ke waktu (case history), himpunan data (cumulative record), cerita 
tentang anak atau klien (otobiografi ), konferensi kasus (case conference)
4.) upaya penanganan secara khusus terhadap permasalahan pokok yang menjadi 
sumber permasalahan pada umumnya 
Penanganan sebuah kasus bukanlah hal yang mudah. Partisipasi akti f 
dari orang yang mengalami masalah serta orang-orang yang amat besar 
pengaruhnya kepada orang yang mengalami masalah seperti orang tua, guru 
dan orang lain yang amat dekat hubungannya mutlak diperlukan. Tanpa 
partisipasi akti f dari orang yang bermasalah serta orang-orang dekat 
disekitarnya, keberhasi lan upaya bimbingan dan konseling amat diragukan 
atau bahkan gagal sama sekali , sehingga masalah tidak terpecahkan. 
Selain itu, pihak lain yang perlu di libatkan adalah berbagai unsur yang 
terdapat di lingkungan orang yang mengalami masalah baik lingkungan sosial, 
fisik, maupun lingkungan budaya. Termasuk dalam kategori ini adalah para 
ahli bidang-bidang tertentu, seperti dokter, psikiater, ahli hukum dan lain-lain 
(Prayitno; 1999: 81) 
Kaitannya dengan pihak-pihak yang terlibat dalam upaya bimbingan 
dan konseling, terdapat beberapa hal yag perlu diperhatikan, yaitu: 
a. Perlibatan pihak-pihak, sumber dan unsur-unsur lain di luar diri orang yang 
mengalami masalah: 
1.) harus sepengetahuan dan seizin orang yang mengalami masalah 
2.) bersi fat suka rela dan tidak merugikan pihak-pihak yang di libatkan 
b. pihak-pihak yang di libatkan, dipi lih secara seksama: 
1.) agar dapat bermanfaat secara efekti f dan efisien 
2.) agar dapat disinkronisasi , dipantau dan dikontrol 
3.) sesuai dengan azas-azas bimbingan dan konseling 
c. ada penjelasan rinci tentang peranan masing-masing pihak yang di libatkan 
terhadap pihak yang di libatkan dan bagi orang yang mengalami masalah itu 
sendiri . 
4. Penyikapan Terhadap Kasus 
Penyikapan terhadap sebuah kasus berlangsung sejak awal penerimaan 
kasus untuk ditangani sampai dengan berakhirnya keterlibatan perhatian dan 
tindakan konselor terhadap kasus tersebut. Penyikapan pada umumnya 
mengandung unsur-unsur kognisi , afeksi dan perlakuan terhadap obyek yang 
disikapinya. 
Unsur-unsur kognisi yang mendasari penyikapan terhadap kasus pada 
garis besarnya adalah sebagai berikut:
1.) Keyakinan dan penghayatan bahwa manusia ditakdirkan sebagai mahluk yang 
paling indah dan berderajat paling tinggi . Hal itu terwujud dalam bentuk 
kesenangan dan kebahagiaan hidup didunia dan di akhirat 
2.) Pemahaman dan penghayatan bahwa untuk menuju perwujudan manusia 
seutuhnya empat dimensi kemanusiaan harus dikembangkan secara serempak 
dan optimal 
3.) Pemahaman ddan penghayatan setiap orang dapat mengalami permasalahan 
dalam hidupnya dan dapat mengganggu perkembangan keempat dimensi 
kemanusiaannya 
4.) Pemahaman dan penghayatan bahwa faktor-faktor lingkungan sangat 
berpengaruh terhadap pengembangan dimensi -dimensi kemanusiaan disatu sisi 
dan di sisi lain juga mempengaruhi timbulnya permasalahan 
5.) Pemahaman dan penghayatan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling 
mampu memberikan bantuan kepada orang-orang dalam rangka mengatasi 
masalah yang dihadapinya 
6.) Pemahaman dan penghayatan bahwa orang yang sedang mengalami masalah 
tidak dianggap sebagai orang yang terlibat tindak kriminal ataupun orang yang 
sakit. Tetapi dianggap sebagai orang yang normal dan sehat 
7.) Pemahaman dan penghayatan bahwa perlu upaya pendalaman lebih lanjut demi 
mencapai pemahaman yang lengkap dan mantap berkaitan dengan 
permasalahan yang dihadapi 
8.) Pemahaman dan penghayatan diperlukan tehnik dan strategi dalam mengatasi 
masalah yang dialami seseorang 
9.) Pemahaman dan penghayatan bhawa dalam menangani permasalahan 
seseorang perlu melibatkan berbagai pihak, sumber dan unsur untuk secara 
efekti f dan efisien mengatasi permasalahan. 
Selanjutnya unsur-unsur kogniti f tersebut diatas dapat diwujudkan dalam 
bentuk tingkah laku yang mencerminkan kecenderungan efekti f, seperti : 
1.) memberi penghargaan dan penghormatan yan setinggi -tingginya terhadap 
kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun kelompok. 
2.) Konselor berupaya ikut mengembangkan empat dimensi kemanusiaan secara 
serasi dan seimbang menuju perwujudan manusia seutuhnya. 
3.) Merasa prihatin dan menaruh simpai kepada orang-orang yang mengalami 
permasalahan 
4.) Berusaha seoptimal mungkin menerapkan keahlian yang dimi liki untuk 
membantu menyelesaikan permasalahan seseorang dengan cepat dan tepat 
5.) Bersikap positi f terhadap orang-orang yang mengalami masalah
6.) Bertindak hati -hati , teliti , tekun dan bertanggung jawab dalam menangani 
permasalahan seseorang 
7.) Mengembangkan wawasan, ide, strategi dan teknik serta menerapkannya 
dengan tepat 
8.) Tidak menyelesaikan permasalahan seseorang sendirian saja, namun harus 
melibatkan pihak dan sumber yang dimungkinkan dapat memberi bantuan 
dalam penyelesaian seseorang 
9.) Tidak menutup kemungkinan untuk mengalihtangankan penanganan masalah 
kepada pihak lain yang lebih ahli 
Kemudian pemahaman dan penghayatan yang diwarnai oleh kecenderungan 
efeksi itu dapat secara nyata diwujudkan dalam bentuk perlakuan terhadap kasus 
dan upaya penanganannya. Perlakuan itu antara lain dapat berbentuk: 
1) Menerima kasus yang dipercayakan kepadanya dengan penuh rasa tanggung 
jawab 
2) Mengembangkan wawasan tentang kasus itu secara lebih rinci , baik mengenai 
sebab timbulnya permasalahan maupun akibatnya jika permasalahan tidak 
ditangani 
3) Mengembangkan strategi dan menerapkan teknik-teknik yang tepat untuk 
mengatasi sumber-sumber pokok permasalahan 
4) Melibatkan berbagai pihak, sumber dan unsur jika diyakini hal -hal tersebut 
akan membantu pemecahan masalah 
5) Mengkaji upaya pemecahan masalah sampai seberapa jauh upaya tersebut 
menampakkan hasi l. 
Unsur kognisi , afeksi dan perlakuan setidaknya menjadi dasar penyikapan 
seseorang (konselor) terhadap kasus yang dipercayakan kepadanya. Dan hal itu 
menjadi wujud nyata dalam proses pelayanan bimbingan dan konseling di samping 
itu kepribadian dan keahlian konselor juga ikut memberi kontribusi dalam proses 
pelayanan bimbingan dan konseling 
KESIMPULAN 
Kasus adalah kesatuan kondisi yang mengindikasikan satu atau sejumlah 
masalah yang dialami oleh seorang individu. Masalah-masalah tersebut dapat 
berkenaan dengan keempat dimensi kemanusiaan kasus-kasus itu dihadapkan 
pada konselor agar permasalahan itu bisa diatasi dan individu terbebas dari 
permasalahan yang meli litnya. 
Seorang konselor harus memi liki wawasan, pemahaman dan penyikapan 
terhadap kasus pada umumnya, serta pemahaman dan cara-cara penanganan 
masalah-masalah yang terkandung dalam setiap kasus.
Hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang konselor dari sebuah 
kasus adalah bahwa kasus yang ditanganinya tidak ada kaitannya dengan perkara 
criminal ataupun perdata, dan konselor tidak menangani kasus-kasus berkenaan 
dengan keadaan sakit ataupun ketidaknormalan secara fisik, konselor juga tidak 
boleh memandang suatu kasus dari berat ringannya, tetapi kasus itu hendaknya 
ditangani secara professional dan bertanggung jawab. 
Konselor harus memi liki wawasan yang luas tentang berbagai masalah yang 
terkandung dalam sebuah kasus. Wawasan itu tercakup konsep-konsep atau ide-ide 
tentang rincian setiap masalah serta kemungkinan sebab-sebab dan akibat-akibatnya 
sedapat mungkin dikuasai oleh konselor. 
Konsep atau ide itu akan memberikan arahan awal untuk melakukan 
pendalaman masalah melalui berbagai cara, seperti wawancara langsung dengan 
individu penyandang kasus, analisis otobiografi , tingkah laku, perkembangan, 
kumpulan data, konferensi kasus. 
Penjelajahan dan penanganan masalah di lakukan dengan mengakti fkan 
berbagai pihak dan sumber yang terkait dengan kasus yang sedang ditangani . 
Penyikapan konselor terhadap setiap kasus yang ditangani konselor sejak awal 
menerima kasus sampai dengan selesainya penanganan kasus tersebut. Unsur - 
unsur kognisi , afeksi, dan perlakuan terkait langsung dengan penyikapan konselor 
terhadap suatu kasus. 
Tinggalkan Sebuah Komentar 
Landasan Bimbingan dan Konseling 
12 f 2008 pada 8:14 am (Bimbingan dan Konseling) 
Tags: Pendidikan 
PENDAHULUAN 
1. Latar Belakang Permasalahan 
Setelah memahami pengertian bimbingan dan konseling pada materi 
sebelumnya, kami dalam makalah ini akan menguraikan berbagai hal yang menjadi 
landasan pelayanan bimbingan dan konseling. Landasan tersebut meliputi 
landasan fi losofis, religius, psikologis, sosial budaya, pedagogis. 
Paparan tentang landasan fi losofis membahas tentang hakikat manusia. 
Uraian landasan fi losofis menyangkut empat dimensi kemanusiaan dan berbagai 
pemikiran tentang evolusi perkembangan manusia, tinjauan psikologis tentang 
manusia, serta hakikat tentang tujuan dan tugas kehidupan manusia. Landasan 
religius masih berbicara tentang manusia, tetapi khusus dikaitkan pada aspek-aspek 
keagamaan. Pemuliaan kemanusiaan manusia sebagai makhluk Tuhan 
menjadi focus pembahasan. 
Uraian tentang landasan psikologis mengemukakan berbagai hal pokok 
yang amat besar pengaruhnya terhadap pelayanan bimbingan dan konseling, yaitu 
tentang tingkah laku, moti f dan motivasi , pembawaan dan lingkungan, 
perkembangan dan tugas-tugas perkembangan, belajar dan penguatan dan 
kepribadian. Sedangkan tentang landasan sosial budaya dibahas pengaruh sosial
budaya terhadap individu, hambatan-hambatan komunikasi dan penyesuaian diri 
sebagai dampak perbedaan antar budaya serta pengaruh perbedaan antar budaya 
itu terhadap layanan bimbingan dan konseling. Tentang landasan i lmiah dan 
teknologis dibahas secara garis besar kei lmuan bimbingan dan konseling, Peranan 
i lmu-i lmu lain dan teknologi, serta peranan penelitian dalam pengembangan 
bimbingan dan konseling. 
Terakhir di bahas tentang peranan secara hakiki pendidikan terhadap 
pelayanan bimbingan dan konseling. 
2. Rumusun Masalah 
- Apa saja landasan yang digunakan dalam bimbingan dan konseling? 
- Bagaimanakah implikasi landasan-landasan tersebut dalam bimbingan dan 
konseling? 
3. Tujuan 
- Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman/ 
pengetahuan tentang landasan-landasan apa saja yang digunakan dalam 
bimbingan dan konseling dan implikasinya terhadap penerapan BK itu sendiri . 
4. Manfaat 
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: 
a. Mahasiswa dapat mengetahui tentang landasan-landasan yang digunakan 
dalam bimbingan konseling. 
b. Dapat memberi sumbangsih pengetahuan dalam pembelajaran mata kuliah 
bimbingan dan konseling. 
PEMBAHASAN 
A. LANDASAN DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING 
1. LANDASAN FILOSOFIS 
1.1 Makna dan Fungsi Prinsip-prinsip Filosofis Bimbingan Konseling 
Kata fi losofis atau fi lsafat berasal dari bahasa Yunani : Phi los berarti 
cinta dan sophos berarti bi jaksana, jadi fi losofis berarti kecintaan terhadap 
ke bi jaksanaan. Si kun pri badi me ngarti kan fi lsafat se bagai suatu “usaha 
manusia untuk memperoleh pandangan atau konsepsi tentang segala yang 
ada, dan apa makna hi dup manusi a di alam seme sta i ni ”.[1] 
Fi lsafat mempunyai fungsi dalam kehidupan manusia, yaitu bahwa :
1) Setiap manusia harus mengambi l keputusan atau tindakan, 
2) Keputusan yang diambi l adalah keputusan diri sendiri 
3) Dengan berfi lsafat dapat mengurangi salah paham dan konflik, dan 
4) Untuk menghadapi banyak kesimpangsiuran dan dunia yang selalu 
berubah. 
Dengan berfi lsafat seseorang akan memperoleh wawasan atau 
cakrawala pemikiran yang luas sehingga dapat mengambi l keputusan yang 
tepat John J. Pietrofesa et. al. (1980) mengemukakan pendapat James Cribin 
tentang prinsip-prinsip fi losofis dalam bimbingan sebagai berikut: 
a. Bimbingan hendaknya didasarkan kepada pengakuan akan kemuliaan dan 
harga diri individu dan hak-haknya untuk mendapat bantuannya. 
b. Bimbingan merupakan proses yang berkeseimbangan 
c. Bimbingan harus Respek terhadap hak-hak klien 
d. Bimbingan bukan prerogati f kelompok khusus profesi kesehatan mental 
e. Fokus bimbingan adalah membantu individu dalam merealisasikan potensi 
dirinya 
f. Bimbingan merupakan bagian dari pendidikan yang bersi fat individualisasi 
dan sosialisasi 
1.2 Hakikat Manusia 
a. B.F Skinner dan Watsan (Gerold Corey, Terjemahan E. Koeswara, 1988). 
Mengemukakan tentang hakekat manusia: 
- Manusia dipandang memi liki kecenderungan-kecenderungan positi f dan 
negati f yang sama 
- Manusia pada dasarnya dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial 
budaya 
- Segenap tingkah laku manusia itu dipelajari 
- Manusia tidak memi liki kemampuan untuk membentuk nasibnya sendiri 
b.Virginia Satir (Dalam Thompson dan Rodolph, 1983). Memandang bahwa 
manusia pada hakekatnya positi f, Satir berkesimpulan bahwa pada setiap 
saat, dalam suasana apapun juga, manusia dalam keadaan terbaik untuk 
menjadi sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu.
Upaya-upaya bimbingan dan konseling perlu didasarkan pada 
pemahaman tentang hakekat manusia agar upaya-upaya tersebut dapat 
lebih efekti f. 
1.3 Tugas dan Tujuan Kehidupan 
Witner dan Sweeney (dalam Prayitno dan Erman Anti , 2002) 
mengemukakan bahwa ciri -ciri hidup sehat ditandai dengan 5 kategori , yaitu: 
- Spiritualitas ~ agama sebagai sumber inti dari hidup sehat. 
- Pengaturan diri ~ seseorang yang mengamalkan hidup sehat pada dirinya 
terdapat ciri -ciri 1. rasa diri berguna, 2. pengendalian diri , 3.pandangan 
realistik, 4. spontanitas dan kepekaan emosional, 5. kemampuan rekayasa 
intelektual, 6. pemecahan masalah, 7. kreati f, 8. kemampuan berhumor 
dan, 9. kebugaran jasmani dan kebiasaan hidup sehat. 
- Bekerja ~ untuk memperoleh keuntungan ekonomis, psikologis dan sosial 
- Persahabatan ~ persahabatan memberikan 3 keutamaan dalam hidup yaitu 
1. dukungan emosional 2. dukungan material 3. dukungan informasi . 
- Cinta ~ penelitian flanagan 1978 (dalam Prayitno dan Erman Anti , 2006) 
menemukan bahwa pasangan hidup suami istri , anak dan teman 
merupakan tiga pi lar utama bagi keseluruhan pencipta kebahagiaan 
manusia. 
Paparan tentang hakikat, tujuan dan tugas kehidupan manusia diatas 
mempunyai implikasi kepada layanan bimbingan dan konseling. 
B. Landasan Historis 
1. Sekilas tentang sejarah bimbingan dan konseling 
Secara umum, konsep bimbingan dan konseling telah lama dikenal 
manusia melalui sejarah. Sejarah tentang pengembangan potensi individu 
dapat ditelusuri dari masyarakat yunani kono. Mereka menekankan upaya - 
upaya untuk mengembangkan dan menguatkan individu melalui pendidikan. 
Plato dipandang sebagan koselor Yunani Kuno karena di a telah menaruh 
perhatian besar terhadap masalah-masalah pemahaman psikologis individu 
seperti menyangkut aspek isu-isu moral, pendidikan, hubungan dalam 
masyarakat dan teologis. 
1. Perkembangan Layanan Bimbingan di Amerika 
Sampai awal abad ke-20 belum ada konselor disekolah. Pada saat itu 
pekerjaan-pekerjaan konselor masih ditangani oleh para guru. 
Gerakan bimbingan disekolah mulai berkembang sebagai dampak dari 
revolusi industri dan keragaman latar belakang para siswa yang masuk 
kesekolah-sekolah negeri . Tahun 1898 Jesse B. Davis, seorang konselor di
Detroit mulai memberikan layanan konseling pendidikan dan pekerjaan di SMA. 
Pada tahun 1907 dia memasukkan program bimbingan di sekolah tersebut. 
Pada waktu yang sama para ahli yang juga mengembangkan program 
bimbingan ini diantaranya; Eli Weaper, Frank Parson, E.G Wi ll Amson, Carlr. 
Rogers. 
- Eli We ape r pada tahun 1906 me ne rbi tkan buku te ntang “memi lih suatu kari r” 
dan membentuk komite guru pembimbing disetiap sekolah menengah di 
New York. Kamite tersebut berge rak untuk membantu para pemuda dalam 
menemukan kemampuan-kemampuan dan belajar tentang bimbingan 
menggunakan kemampuan-kemampuan tersebut dalam rangka menjadi 
seorang pekerja yang produkti f. 
- Frank Parson di ke nal se bagai “Father of The Guedance Movement in American 
Education”. Me ndi ri kan bi ro pe ke rjaan tahun 1908 di Boston 
Massachussets, yang bertujuan membantu pemuda dalam memi lih karir 
uang didasarkan atas proses seleksi secara i lmiyah dan melatih guru untuk 
memberikan pelayanan sebagai koselor. 
Bradley (John J.Pie Trafesa et. al., 1980) menambah satu tahapan dari 
tiga tahapan tentang sejarah bimbingan menurut Sti ller, yaitu sebagai berikut: 
1) Vocational exploration : Tahapan yang menekankan tentang analisis 
individual dan pasaran kerja 
2) Metting Individual Needs : Tahapan yang menekankan membantu individu 
agar meeting memperoleh kepuasan 
kebutuhan hidupnya. Perkembangan BK 
pada tahapan ini dipengaruhi oleh diri 
dan memecahkan masalahnya sendiri . 
3) Transisional Professionalism : Tahapan yang memfokuskan perhatian 
kepada upaya profesionalisasi konselor 
4) Situasional Diagnosis : Tahapan sebagai periode perubahan dan inovasi 
pada tahapan ini memfokuskan pada 
analisis lingkungan dalam proses 
bimbingan dan gerakan cara-cara yang 
hanya terpusat pada individu. 
1. Perkembangan Layanan Bimbingan Di Indonesia 
Layanan BK di industri Indonesia telah mulai dibicarakan sejak tahun 
1962. ditandai dengan adanya perubahan sistem pendidikan di SMA yakni 
dengan adanya program penjurusan, program penjurusan merupakan respon 
akan kebutuhan untuk menyalurkan siswa kejurusan yang tepat bagi dirinya 
secara perorangan. Puncak dari usaha ini didirikan jurusan Bimbingan dan 
penyuluhan di Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Negeri , salah satu yang membuka 
jurusan tersebut adalah IKIP Bandung (sekrang berganti nama Universitas 
Pendidikan Indonesia).
Dengan adanya gagasan sekolah pembangunan pada tahun 1970/1971, 
peranan bimbingan kembali mendapat perhatian. Gagasan sekolah 
pembangunan ini dituangkan dalam program sekolah menengah pembangunan 
persiapan, yang berupa proyek percobaan dan peralihan dari sistem 
persekolahan Cuma menjadi sekolah pembangunan. 
Sistem sekolah pembangunan tersebut di laksanakan melalui proyek 
pembaharuan pendidikan yang dinamai PPSP (Proyek Perintis Sekolah 
Pembangunan) yang diujicobakan di 8 IKIP. Badan pengembangan pendidikan 
berhasi l menyusun 2 naskah penting yakni dengan pola dasar rencana-rencana 
pembangunan program Bimbingan dan penyuluhan melalui proyek -proyek 
perintis sekolah pembangunan dan pedoman operasional pelayanan bimbingan 
pada PPSP. 
Secara resmi BK di programkan disekolah sejak diberlakukan kurikulum 
1975, tahun 1975 berdiri ikatan petugas bimbingan Indonesia (IPBI) di Malang. 
Penyempurnaan kurikulum 1975 ke kurikulum 1984 dengan 
memasukkan bimbingan karir di dalamnya. Selanjutnya UU No. 0/1989 
tentang Sisdiknas membuat mantap posisi bimbingan dan konseling yang kian 
diperkuat dengan PP No. 20 Bab X Pasal 25/1990 dan PP No. 29 Bab X Pal 
27/1990 yang me nyatakan bahwa “Bimbi ngan me rupakan bantuan yang 
diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi , mengenal 
lingkungan dan merencanakan masa depan. 
Perkembangan BK di Indonesia semakin mantap dengan berubahnya 1 
PBI menjadi ABKIN (Asuransi Bimbingan dan Konseling Indonesia) tapa tahun 
2001. 
C. Landasan Religius 
Dalam landasan religius BK diperlukan penekanan pada 3 hal pokok: 
a. Keyakinan bahwa mnusia dan seluruh alam adalah mahluk tuhan 
b. Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan 
kearah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama 
c. Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal 
suasana dan perangkat budaya serta kemasyarakatan yang sesuai dengan 
kaidah-kaidah agama untuk membentuk perkembangan dan pemecahan 
masalah individu 
Landasan Religius berkenaan dengan : 
1. Manusia sebagai Mahluk Tuhan 
Manusia adalah mahluk Tuhan yang memi liki sisi -sisi kemanusiaan. 
Sisi-sisi kemanusiaan tersebut tdiak boleh dibiarkan agar tidak mengarah pada 
hal-hal negati f. Perlu adanya bimbingan yang akan mengarahkan sisi -sisi 
kemanusiaan tersebut pada hal-hal positi f.
1. Sikap Keberagamaan 
Agama yang menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat 
menjadi isi dari sikap keberagamaan. Sikap keberagamaan tersebut pertama 
di fokuskan pada agama itu sendiri , agama harus dipandang sebagai pedoman 
penting dalam hidup, ni lai -ni lainya harus diresapi dan diamalkan. Kedua, 
menyikapi peningkatan iptek sebagai upaya lanjut dari penyeimbang kehidupan 
dunia dan akhirat. 
1. Peranan Agama 
Pemanfaatan unsur-unsur agama hendaknya di lakukan secara wajar, 
tidak dipaksakan dan tepat menempatkan klien sebagai seorang yang bebas 
dan berhak mengambi l keputusan sendiri sehingga agama dapat berperan 
positi f dalam konseling yang di lakukan agama sebagai pedoman hidup ia 
memi liki fungsi : 
a. Memelihara fitrah 
b. Memelihara jiwa 
c. Memelihara akal 
d. Memelihara keturunan 
D. Landasan Psikologis 
Landasan prikologis dalam BK memberikan pemahaman tentang tingkah 
laku individu yang menajadi sasaran (klien). Hal ini sangat penting karena bidang 
garapan bimbingan dan konseling adalah tingkah laku klien, yaitu tingkah laku 
yang perlu diubah atau dikembangkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi 
Untuk keperluan bimbingan dan konseling sejumlah daerah kajian dalam 
bidang psikologi perlu dikuasai , yaitu tentang: 
1. Moti f dan motivasi 
2. Pembawaan dasar dan lingkungan 
3. Perkembangan individu 
4. Belajar, balikan dan penguatan 
5. Kepribadian 
E. Landasan Sosial Budaya 
Kebudayaan akan bimbingan timbul karena terdapat faktor yang menambah 
rumitnya keadaan masyarakat dimana individu itu hidup. Faktor-faktor tersebut 
seperti perubahan kontelasi keuangan, perkembagan pendidikan, dunia -dunia
kerja, perkembangan komunikasi dll (Jonh), Pietrofesa dkk, 1980; M. Surya & 
Rochman N, 1986; dan Rocman N, 1987) 
1. Individu sebagai Produk Lingkungan Sosial Budaya 
MC Daniel memandang setiap anak, sejak lahirnya harus memenuhi 
tidak hanya tuntutan biologisnya, tepapi juga tuntutan budaya ditempat ia 
hidup, tuntutan Budaya itu menghendaki agar ia mengembangkan tingkah 
lakunya sehingga sesuai dengan pola-pola yang dapat diterima dalam budaya 
tersebut.[2] 
Tolbert memandang bahwa organisasi sosial, lembaga keagamaan, 
kemasyarakatan, pribadi , dan keluarga, politik dan masyarakat secara 
menyeluruh memberikan pengaruh yang kuat terhadap sikap, kesempatan dan 
pola hidup warganya. Unsur-unsur budaya yang ditawarkan oleh organisasi 
dan budaya lembaga-lembaga tersebut mempengaruhi apa yang di lakukan dan 
dipikirkan oleh individu, tingkat pendidikan yang ingin dicapainya, tujuan-tujuan 
dan jenis-jenis pekerjaan yang dipi lihnya, rekreasinya dan kelompok - 
kelompok yang dimasukinya.[3] 
Bimbingan konseling harus mempertimbangkan aspek sosial budaya 
dalam pelayanannya agar menghasi lkan pelayanan yang lebih efekti f. 
1. Bimbingan dan Konseling Antara Budaya 
Menurut Pedersen, dkk ada 5 macam sumber hambatan yang mungkin 
timbul dalam komunikasi non verbal, stereotip, kecenderungan meni lai , dan 
kecemasan[4]. 
Perbedaan dalam latar belakang ras atau etnik, kelas sosial ekonomi dan 
pola bahasa menimbulkan masalah dalam hubungan konseling. 
Beberapa Hipotesis yang dikemukakan Pedersen dkk (1976) tentang 
berbagai aspek konseling budaya antara lain: 
- Makin besar kesamaan harapan tentang tujuan konseling antara budaya pada 
diri konselor dan klien maka konseling akan berhasi l 
- Makin besar kesamaan pemohonan tentang ketergantungan, komunikasi 
terbuka, maka makin efekti f konseling tersebut 
- Makin sederhana harapan yang di inginkan oleh klien maka makin berhasi l 
konseling tersebut 
- Makin bersi fat personal, penuh suasana emosional suasana konseling antar 
budaya makin memudahkan konselor memahami klien. 
- Keefekti fan konseling antara budaya tergantung pada kesensiti fan konselor 
terhadap proses komunikasi
- Keefekti fan konseling akan meningkat jika ada latihan khusus serta 
pemahaman terhadap permasalahan hidup yang sesuai dengan budaya 
tersebut. 
- Makin klien kurang memahami proses konseling makin perlu konselor 
/program konseling antara budaya memberikan pengarahan tentang proses 
ketrampi lan berkomunikasi , pengambi lan keputusan dan transfer. 
F. Landasan ilmiah dan Teknologis 
Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan professional yang 
memi liki dasar-dasar kei lmuan, baik yang menyangkut teori -teorinya, pelaksanaan 
kegiatannya, maupun pengembangan-pengembangan layanan itu secara 
berkelanjutan. 
1. Keilmuan Bimbingan dan Konseling 
Ilmu bimbingan dan konseling adalah berbagai pengetahuan tentang 
bimbingan dan konseling yang tersusun secara logis dan sistematik. Sebagai 
layaknya i lmu-i lmu yang lain, i lmu bimbingan dankonseling mempunyai obyek 
kajiannya sendiri , metode pengalihan pengetahuan yang menjadi ruang 
lingkupnya, dan sistematika pemaparannya. 
Obyek kajian bimbingan dan konseling ialah upaya bantuan yang 
diberikan kepada individu yang mangacu pada ke -4 fungsi pelayanan yakni 
fungsi pemahaman, pencegahan, pengentasan dan pemeliharaan/ 
pengembangan. Dalam menjabarkan tentang bimbingan dan konseling dapat 
digunakan berbagai cara/ metode, seperti pengamatan, wawancara, analisis 
document (Riwayat hidup, laporan perkembangan), prosedur teks penelitian, 
buku teks, dan tulisan-tulisan i lmiah lainnya mengenai obyek kajian bimbingan 
dan konseling merupakan wujud dari kei lmuan bimbingan dan konseling. 
2. Peran Ilmu Lain dan Teknologi dalam Bimbingan dan Konseling 
Bimbingan dan konseling merupakan i lmu yang bersi fat 
multireferensial, artinya i lmu dengan rujukan berbagai i lmu yang lain. Misalnya 
i lmu statistik dan evaluasi memberikan pemahaman dan tehnik-tehnik. 
Pengukuran dan evaluasi karakteristik individu; biologi memberikan 
pemahaman tentang kehidupan kejasmanian individu. Hal itu sangat penting 
bagi teori dan praktek bimbingan dan konseling. 
3. Pengembangan Bimbingan Konseling Melalui Penelitian 
Pengembangan teori dan pendekatan bimbingan dan konseling boleh 
jadi dapat dikembangkan melalui proses pemikiran dan perenungan, namun 
pengembangan yang lebih lengkap dan teruji didalam praktek adalah apabi la 
pemikiran dan perenungan itu memperhatikan pula hasi l-hasi l penelitian 
di lapangan. Melalui penelitian suatu teori dan praktek bimbingan dan 
konseling menemukan pembuktian tentang ketepatan/ keefekti fan di lapangan. 
Layanan bimbingan dan konseling akan semakin berkembangan dan maju jika 
dilakukan penelitian secara terus menerus terhadap berbagai aspek yang 
berhubungan dengan BK.
G. Landasan Pedagogis 
Pendidikan itu merupakan salah satu lembaga sosial yang universal dan 
berfungsi sebagai sarana reproduksi sosial ( Budi Santoso, 1992) 
1. Pendidikan sebagai upaya pengembangan Individu: Bimbingan merupakan 
bentuk upaya pendidikan. 
Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Seorang bagi 
manusia hanya akan dapat menjadi manusia sesuai dengan tuntutan budaya 
hanya melalui pendidikan. Tanpa pendidikan, bagi manusia yang telah lahir itu 
tidak akan mampu memperkembangkan dimensi keindividualannya, 
kesosialisasinya, kesosi laanya dan keberagamaanya. 
Undang-Undang No. 2 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional 
menetapkan pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk 
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik 
secara akti f mengembangkan potensi dirinya untuk memi liki kekuatan spiritual 
keagamaan, pengendalian diri , kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta 
ketrampi lan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. 
2. Pendidikan sebagai inti Proses Bimbingan Konseling. 
Bimbingan dan konseling mengembangkan proses belajar yang di jalani 
oleh klien-kliennya. Kesadaran ini telah tampi l sejak pengembangan gerakan 
Bimbingan dan Konseling secara meluas di Amerika Serikat . pada tahun 1953, 
Gistod telah menegaskan Bahwa Bimbingan dan Konseling adalah proses yang 
be rori e ntasi pada be lajar……, be lajar untuk memahami le bi h jauh te ntang di ri 
sendiri , belajar untuk mengembangkan dan merupakan secara efekti f berbagai 
pemahaman.. (dalam Belkin, 1975). Lebih jauh, Nugent (1981) mengemukakan 
bahwa dalam konseling klien mempelajari ketrampi lan dalam pengambi lan 
keputusan. Pemecahan masalah, tingkah laku, tindakan, serta sikap-sikap 
baru . Dengan belajar itulah klien memperoleh berbagai hal yang baru bagi 
dirinya; dengan memperoleh hal-hal baru itulah klien berkembang. 
3. Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan Bimbingan tujuan dan konseling 
Tujuan Bimbingan dan Konseling disamping memperkuat tujuan-tujuan 
pendidikan, juga menunjang proses pendidikan pada umumnya. Hal itu dapat 
dimengerti karena program-program bimbingan dan konseling meliputi aspek-aspek 
tugas perkembangan individu, khususnya yang menyangkut kawasan 
kematangan pendidikan karier, Kematangan personal dan emosional, serta 
kematangan sosial, semuanya untuk peserta didik pada jenjang pendidikan 
dasar (SD dan SLTP) dan pendidikan menengah (Borders dan Drury, 1992). 
Hasi l-hasi l bimbingan dan konseling pada kawasan itu menunjang keberhasilan 
pendidikan pada umumnya. 
PENUTUP 
A. Kesimpulan.
Dari pembahasan yang diuraikan didepan dapat ditarik kesimpulan 
bahwa pelayanan bimbingan dan konseling memerlukan berbagai landasan, 
diantaranya: 
1. Landasan Fi losofis: Landasan fi losofis memberikan pemikiran-pemikiran tentang 
hakikat dan tujuan hidup manusia dipandang dari perspekti f fi lsafat untuk 
menemukan hakikat manusia secara utuh mengingat bimbingan konseling 
akan selalu berkaitan dengan manusia sebagai objeknya. 
2. Landasan Historis: Landasan histories menjelaskan alur/ sejarah kemunculan 
bimbingan konseling pertama kali , yang menjadi titik awal lahirnya Bimbingan 
konseling untuk di jadikan refleksi bagi bimbingan dan konseling kedepan 
dalam rangka menghasi lkan pelayanan yang lebih baik lagi. 
3. Landasan Religius: Landasan religius menggambarkan sisi-sisi agama yang perlu 
dikorek, diaplikasikan kedalam pelayanan bimbingan dan konseling karena 
bimbingan dan konseling tidak akan lepas dari manusi a sebagai objeknya dan 
realitas bahwa manusia merupakan makhluk religius. 
4. Landasan Psikologis: Landasan psikologis menggambarkan sisi -sisi psikis 
individu, sisi psikis tersebut berkenaan dengan moti f, motivasi , pembawaan dan 
lingkungan, perkembangan individu, belajar, balikan dan penguatan dari 
kepribadian. Mengingat klien memi liki psikis yang berbeda maka konselor 
harus memahami tentang landasan psikologis 
5. Landasan Sosial Budaya: Landasan social budaya menunjukkan pentingnya 
gambaran aspek-aspek social budaya yang mewarnai kehidupan seseorang. 
Aspek social budaya ini lah yang membentuk individu selain factor pembawaan, 
tepatlah jika landasan ini menjadi bahan pertimbangan dalam memberikan 
pelayanan bimbingan konseling. 
6. Landasan Ilmiah dan Teknologi: Landasan i lmiah dan teknologi membicarakan 
tentang si fat-si fat kei lmuan bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling 
sebagai i lmu yang multireferensial menerima sumbangan dari i lmu-i lmu lain 
dan teknologi, penelitian dalam bimbingan dan konseling memberikan masukan 
penting bagi pengembangan kei lmuan Bimbingan konseling. 
7. Landasan Pedagogis: Landasan pedagogis mengemukakan bahwa bimbingan 
merupakan salah satu bagian dari pendidikan yang amat penting dalam upaya 
untuk memberikan bantuan (pemecahan-pemecahan masalah) motivasi agar 
peserta didik dapat mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. 
DAFTAR PUSTAKA 
W.S, Winkel, 1991, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Jakarta : PT 
Grasindo. 
Yusuf, Syamsu dan Nurishan, A. Juntika, 2006, Landasan Bimbingan dan Konseling, 
Bandung : Remaja Rosdakarya
Prayitno dan Amti , Erman, 2004, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta : 
Rineka Cipta. 
[1] Syamsul Yusuf, A. Juntika Narihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling 
(Bandung: Remaja ERasdakarnya, 2006), hal. 106 
[2] Prayitno. Erman Amti , Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Rineka 
Cipta, 2004), Hal. 170 
[3] – Ibid. 
[4] – Ibid. Hal 172. 
4 Komentar 
PERSONEL DALAM PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING 
12 f 2008 pada 4:27 am (Bimbingan dan Konseling) 
Tags: Pendidikan 
PENDAHULUAN 
Bimbingan dan konseling pengembangan seluruh aspek kepribadian siswa, 
pencegahan terhadap timbulnya masalah yang akan menghambat perkembangannya, 
dan menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya, baik sekarang maupun masa 
yang akan dating. Sehubungan dengan target populasi layanan bimbingan dan 
konseling, layanan ini tidak terbatas pada individu yang bermasalah saja, tetapi 
meliputi seluruh siswa. (Nurihsan, 2006: 42) 
Sejalan dengan visi tersebut, maka misi bimbingan dan konseling harus membantu 
memudahkan siswa mengembangkan seluruh aspek kepribadiannya seoptimal 
mungkin, sehingga terwujud siswa yang tangguh menghadapi masa kini dan masa 
mendatang. 
Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian yang integral dari keseluruhan 
proses pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, pelaksanaan bimbingan dan konseling 
di sekolah menjadi tanggung jawab bersama antara personel sekolah, yaitu kepala 
sekolah, guru, konselor, dan pengawas. Kegiatan bimbingan dan konseling mencakup 
banyak spek dan saling kait mengkait, sehingga tidak memungkinkan jika layanan 
bimbingan dan konseling hanya menjadi tanggung jawab konselor saja. (Soetjipto, 
2004: 99) 
PEMBAHASAN 
2.1. Personel Pelaksana Pelayanan Bimbingan dan Konseling 
Di bawah ini di jelaskan tugas-tugas personel sekolah yang berkaitan dengan kegiatan 
layanan bimbingan dan konseling di sekolah. 
2.1.1. Kepala Sekolah
Kepala sekolah adalah penanggung jawab pelaksanaan teknis bimbingan dan konseling 
di sekolah. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya kepala sekolah dibantu oleh waki l 
kepala sekolah. 
Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara 
berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi , yang dapat di lakukan 
melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara 
langsung, terutama dalam pemi lihan dan penggunaan metode, media yang digunakan 
dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. 
Kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah secara otomatis memimpin sekolah, 
sekaligus menyusun dan mengatur program bimbingan dan konsel ing sedemikian rupa 
agar program tersebut dapat besatu dan terlaksana bersamaan dengan program 
pendidikan. (Umar, 2001: 114) 
Sebagai penanggung jawab kegiatan pendidikan secara menyeluruh di sekolah, tugas 
kepala sekolah adalah: 
a. Mengkoordinasikan segenap kegiatan yang diprogramkan di sekolah 
b. Menyediakan sarana prasarana, tenaga, dan berbagai kemudahan bagi 
terlaksananya bimbingan dan konseling yang efekti f dan efisien 
c. Melaksanakan pengawasan dan pembinaan terhadap program layanan 
bimbingan dan konseling 
d. Mempertanggung jawabkan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di 
sekolah kepada Kanwi l yang menjadi atasannya 
e. Mengadakan hubungan dengan pihak atau lembaga lain, seperti dokter, 
psikiater, dan sebagainya. (Sukardi , 2002: 56) 
Kegiatan konselor (guru pembimbing) yang perlu diketahui oleh kepala sekolah antara 
lain: 
a. Melaporkan kegiatan bimbingan dan konseling sebulan sekali 
b. Laporan tentang kelengkapan data. 
2.1.2. Konselor 
Konselor adalah pelaksana utama yang mengkoordinasi semua kegiatan yang terkait 
dalam pelaksana bimbingan dan koseling di sekolah. 
Konselor dituntut untuk bertindak secara bi jaksana, ramah, bisa menghargai , dan 
memeriksa keadaan orang lain, serta berkepribadian baik, karena konselor itu 
nantinya akan berhubungan dengan siswa khususnya dan juga pihak lain yang 
sekiranya bermasalah. Konselor juga mengadakan kerja sama dengan guru-guru lain, 
sehingga guru-guru dapat meningkatkan mutu pelayanan dan pengetahuannya demi 
suksesnya program bimbingan dan konseling. (Umar, 2001: 118) 
Masalah-masalah perkembangan peserta didik yang dihadapi guru pada saat 
pembelajaran dirujuk kepada konselor untuk penanganannya. Demikian pula, 
masalah-masalah peserta didik yang ditangani konselor terkait dengan proses 
pembelajaran bidang studi dirujuk kepada guru untuk menindaklanjutinya.
Sebagai pelaksana utama, tenaga inti , dan ahli , konselor (guru pembimbing) bertugas: 
a. Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling 
b. Merencanakan program bimbingan dan konseling 
c. Melaksanakan segenap pelayanan bimbingan dan konseling 
d. Melakaksanakan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling 
e. Meni lai proses dan hasi l layanan bimbingan dan konseling 
f. Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasi l peni laian 
g. Mengadministrasikan layanan program bimbingan dan konseling 
h. Mempertanggung jawabkan tugas dan kegiatan bimbingan dan konseling 
tersebut. (Sukardi , 2002: 56) 
Konselor disamping bertugas memberikan layanan kepada siswa, juga sebagai sumber 
data yang meliputi : 
a. kartu akademis 
b. catatan konseling 
c. data psikotes 
d. catatan konperensi kasus. 
2.1.3. Guru 
Guru adalah pelaksana pengajaran serta bertanggung jawab memberikan informasi 
tentang siswa untuk kepentingan bimbingan dan konseling. 
Di sekolah salah satu tugas utama guru adalah mengajar. Dalam kesempatan mengjar 
siswa, guru mengenal tingkah laku, si fat-si fat, kelebihan dan kelemahan tiap-tiap 
siswa. Dengan demikian, disamping bertugas sebagai pengajar, guru juga dapat 
bertugas dan berperan dalam bimbingan antara siswa dengan siswa, siswa dengan 
guru, maupun guru dengan orang tua. Sebagai pembimbing, guru merupakan tangan 
pertama dalam usaha membantu memecahkan kesulitan-kesulitan siswa. (Umar, 
2001: 117) 
Sebagai tenaga ahli pengajaran dalam mata pelajaran atau program pelatihan tertentu, 
dan sebagai personel yang sehari -hari langsung berhubungan dengan siswa, peranan 
guru dalam layanan bimbingan adalah: 
a. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa 
b. Membantu koselor mengidenti fikasikan siswa yang memerlukan layanan 
bimbingan dan konseling 
c. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling 
kepada konselor 
d. Membantu mengembangkan suasana kelas 
e. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan 
layanan bimbingan dan konseling 
f. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa 
g. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka peni laian 
bimbingan dan konseling dalam upaya tindak lanjut 
Guru juga membantu memberikan informasi tentang data siswa yang meliputi : 
a. Dafatar ni lai siswa
b. Observasi 
c. Catatan anekdot (Sukardi , 2002: 52-58) 
Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan dan konseling di 
sekolah akan lebih efekti f bi la guru dapat bekerja sama dengan konselor dalam proses 
pembelajaran. Adanya keterbatasan-keterbatasan dari kedua belah pihak (guru dan 
konselor) menuntut adanya kerja sama tersebut. 
2.1.4. Pengawas atau Supervisor 
Supervisi adalah pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka 
dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar 
yang lebih baik. (Burhanuddin, 2005: 99). 
Supervisi adalah bantuan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah untuk 
mengembangkan situasi belajar mengajar yang baik. (Sukardi , 2002: 240) . 
Untuk menjamin teerlaksananya pelayanan bimbingan dan konseling secara tepat 
diperlukan kegiatan pengawasan bimbingan dan konseling baik secara teknik maupun 
secara administrasi . Fungsi kepengawasan layangan bimbingan dan konseling antara 
lain memantau, meni lai , memperbaiki , meningkatkan dan mengembangkan kegiatan 
layanan bimbingan dan konseling. Pengawasan tersebut ada pada setiap Kanwi l. 
(Sukardi , 2002:65). 
Selain mengawasi perkembangan dan pelaksanaan pendidikan di sekolah, pengawas 
juga melihat perkembangan pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah tersebut. 
Pengawas sekolah juga berfungsi sebagai konsultan bagi kepala sekolah, guru, 
maupun konselor untuk membicarakan upaya-upaya lain dalam rangka memajukan 
bimbingan dan konseling. 
Pengawas juga harus dapat mengupayakan langkah-langkah yang bisa ditempuh 
untuk memajukan dan menambah pengetahuan kepala sekolah, guru, dan konselor, 
misalnya melalui penataran, seminar, latihan-latihan demi memajukan program 
bimbingan dan konseling. (Umar, 2001: 119). 
Adapun manfaat supervisi dalam program bimbingan dan konseling adalah: 
a. Mengontrol kegiatan-kegiatan dari para personel bimbingan dan konseling, yaitu 
bagaimana pelaksanaan tugas dan tanggung jawab mereka masing-masing 
b. Mengontrol adanya kemungkinan hambatan-hambatan yang ditemui oleh para 
personel bimbingan dalam melaksanakan tugasnya masing-masing 
c. Memungkinkan dicarinya jalan keluar terhadap hambatan-hambatan yang 
ditemui 
d. Memungkinkan terlaksananya program bimbingan secara lancar kearah 
pencapaian tujuan sebagai mana yang telah ditetapkan. (Nurihsan, 2006: 68) 
2.2. Fasilitas atau Sarana Prasarana Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling
Bimbingan dan konseling

Contenu connexe

Tendances

psikologi konseling
psikologi konselingpsikologi konseling
psikologi konselingBoyolali
 
Jenis-jenis masalah siswa di sekolah menengah
Jenis-jenis masalah siswa di sekolah menengahJenis-jenis masalah siswa di sekolah menengah
Jenis-jenis masalah siswa di sekolah menengahMawar Defi Anggraini
 
Upaya guru bimbingan dan konseling dalam memberikan pemahaman positif siswa t...
Upaya guru bimbingan dan konseling dalam memberikan pemahaman positif siswa t...Upaya guru bimbingan dan konseling dalam memberikan pemahaman positif siswa t...
Upaya guru bimbingan dan konseling dalam memberikan pemahaman positif siswa t...SMPN 4 Kerinci
 
Pengertian, Tujuan dan fungsi bimbingan konseling di sekolah
Pengertian, Tujuan dan fungsi bimbingan konseling di sekolahPengertian, Tujuan dan fungsi bimbingan konseling di sekolah
Pengertian, Tujuan dan fungsi bimbingan konseling di sekolahNurul Khotimah
 
makalah bimbingan dan konseling
makalah bimbingan dan konselingmakalah bimbingan dan konseling
makalah bimbingan dan konselingSanti Susanti
 
Bimbingan dan kaunseling merupakan dua perkara yang mempunyai maksud yang ham...
Bimbingan dan kaunseling merupakan dua perkara yang mempunyai maksud yang ham...Bimbingan dan kaunseling merupakan dua perkara yang mempunyai maksud yang ham...
Bimbingan dan kaunseling merupakan dua perkara yang mempunyai maksud yang ham...kennedy alip
 
Guru sebagai-pembimbing
Guru sebagai-pembimbingGuru sebagai-pembimbing
Guru sebagai-pembimbingsreedewi
 
Tugas makalah bimbingan dan konseling
Tugas makalah bimbingan dan konselingTugas makalah bimbingan dan konseling
Tugas makalah bimbingan dan konselingMara Sutan Siregar
 
Latar belakang perlunya bk di sekolah
Latar belakang perlunya bk di sekolahLatar belakang perlunya bk di sekolah
Latar belakang perlunya bk di sekolahmustazie
 
BK kepribadian sosial
BK kepribadian sosialBK kepribadian sosial
BK kepribadian sosialriyakhoiriyah
 
TUJUAN DAN KAITANYA DENGAN ASPEK KONSELING AGAMA
TUJUAN DAN KAITANYA DENGAN ASPEK KONSELING AGAMATUJUAN DAN KAITANYA DENGAN ASPEK KONSELING AGAMA
TUJUAN DAN KAITANYA DENGAN ASPEK KONSELING AGAMArina_nurjanah96
 
8 bimbingan dalam pendidikan(1)
8 bimbingan dalam pendidikan(1)8 bimbingan dalam pendidikan(1)
8 bimbingan dalam pendidikan(1)Herney Aqilah Kay
 
Makalah bentuk dan layanan bk untuk aud
Makalah bentuk dan layanan bk untuk audMakalah bentuk dan layanan bk untuk aud
Makalah bentuk dan layanan bk untuk audandreanapulu
 

Tendances (20)

BK PRIBADI SOSIAL
BK PRIBADI SOSIALBK PRIBADI SOSIAL
BK PRIBADI SOSIAL
 
psikologi konseling
psikologi konselingpsikologi konseling
psikologi konseling
 
makalah binbingan konseling anak
makalah binbingan konseling anakmakalah binbingan konseling anak
makalah binbingan konseling anak
 
Jenis-jenis masalah siswa di sekolah menengah
Jenis-jenis masalah siswa di sekolah menengahJenis-jenis masalah siswa di sekolah menengah
Jenis-jenis masalah siswa di sekolah menengah
 
Upaya guru bimbingan dan konseling dalam memberikan pemahaman positif siswa t...
Upaya guru bimbingan dan konseling dalam memberikan pemahaman positif siswa t...Upaya guru bimbingan dan konseling dalam memberikan pemahaman positif siswa t...
Upaya guru bimbingan dan konseling dalam memberikan pemahaman positif siswa t...
 
Pengertian, Tujuan dan fungsi bimbingan konseling di sekolah
Pengertian, Tujuan dan fungsi bimbingan konseling di sekolahPengertian, Tujuan dan fungsi bimbingan konseling di sekolah
Pengertian, Tujuan dan fungsi bimbingan konseling di sekolah
 
Makalah bk sosial
Makalah bk sosialMakalah bk sosial
Makalah bk sosial
 
makalah bimbingan dan konseling
makalah bimbingan dan konselingmakalah bimbingan dan konseling
makalah bimbingan dan konseling
 
Bimbingan dan kaunseling merupakan dua perkara yang mempunyai maksud yang ham...
Bimbingan dan kaunseling merupakan dua perkara yang mempunyai maksud yang ham...Bimbingan dan kaunseling merupakan dua perkara yang mempunyai maksud yang ham...
Bimbingan dan kaunseling merupakan dua perkara yang mempunyai maksud yang ham...
 
Guru sebagai-pembimbing
Guru sebagai-pembimbingGuru sebagai-pembimbing
Guru sebagai-pembimbing
 
Sejarah perkembangan bimbingan konseling
Sejarah perkembangan bimbingan konselingSejarah perkembangan bimbingan konseling
Sejarah perkembangan bimbingan konseling
 
Tugas makalah bimbingan dan konseling
Tugas makalah bimbingan dan konselingTugas makalah bimbingan dan konseling
Tugas makalah bimbingan dan konseling
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Latar belakang perlunya bk di sekolah
Latar belakang perlunya bk di sekolahLatar belakang perlunya bk di sekolah
Latar belakang perlunya bk di sekolah
 
BK kepribadian sosial
BK kepribadian sosialBK kepribadian sosial
BK kepribadian sosial
 
TUJUAN DAN KAITANYA DENGAN ASPEK KONSELING AGAMA
TUJUAN DAN KAITANYA DENGAN ASPEK KONSELING AGAMATUJUAN DAN KAITANYA DENGAN ASPEK KONSELING AGAMA
TUJUAN DAN KAITANYA DENGAN ASPEK KONSELING AGAMA
 
8 bimbingan dalam pendidikan(1)
8 bimbingan dalam pendidikan(1)8 bimbingan dalam pendidikan(1)
8 bimbingan dalam pendidikan(1)
 
Teknik menangani masalah pribadi sosial
Teknik menangani masalah pribadi sosialTeknik menangani masalah pribadi sosial
Teknik menangani masalah pribadi sosial
 
Makalah bentuk dan layanan bk untuk aud
Makalah bentuk dan layanan bk untuk audMakalah bentuk dan layanan bk untuk aud
Makalah bentuk dan layanan bk untuk aud
 
BIMBINGAN KONSELING DI SEKOLAH
BIMBINGAN KONSELING DI SEKOLAHBIMBINGAN KONSELING DI SEKOLAH
BIMBINGAN KONSELING DI SEKOLAH
 

Similaire à Bimbingan dan konseling

Pentingnya Bimbingan Konseling Untuk Anak Sekolah Dasar
Pentingnya Bimbingan Konseling Untuk Anak Sekolah DasarPentingnya Bimbingan Konseling Untuk Anak Sekolah Dasar
Pentingnya Bimbingan Konseling Untuk Anak Sekolah DasarIntan Irawati
 
Peranan guru bimbingan dan kaunseling dalam menangani masalah disiplin pelaja...
Peranan guru bimbingan dan kaunseling dalam menangani masalah disiplin pelaja...Peranan guru bimbingan dan kaunseling dalam menangani masalah disiplin pelaja...
Peranan guru bimbingan dan kaunseling dalam menangani masalah disiplin pelaja...murugan muruga
 
Bk format power point
Bk format power pointBk format power point
Bk format power pointImam Sutisna
 
Bimbingan & kons1
Bimbingan & kons1Bimbingan & kons1
Bimbingan & kons1Pena Bangsa
 
Bimbingan & Konseling
Bimbingan & KonselingBimbingan & Konseling
Bimbingan & KonselingMuhamad Yogi
 
Bimbingan & kons1
Bimbingan & kons1Bimbingan & kons1
Bimbingan & kons1agusindro
 
Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan KonselingBimbingan dan Konseling
Bimbingan dan Konselinghusnulks
 
Bimbingan dan Konseling dalam Profesi pendidikan.pptx
Bimbingan dan Konseling dalam Profesi pendidikan.pptxBimbingan dan Konseling dalam Profesi pendidikan.pptx
Bimbingan dan Konseling dalam Profesi pendidikan.pptxMutiahWinarno1
 
PPT-UEU-Bimbingan-dan-Konseling-Pertemuan-4.ppt
PPT-UEU-Bimbingan-dan-Konseling-Pertemuan-4.pptPPT-UEU-Bimbingan-dan-Konseling-Pertemuan-4.ppt
PPT-UEU-Bimbingan-dan-Konseling-Pertemuan-4.pptadizfkr45
 
Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakat
Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakatPendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakat
Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakattuti Oktaviani
 
rancangan layanan bimbingan dan konseling pribadi sosial
rancangan layanan bimbingan dan konseling pribadi sosialrancangan layanan bimbingan dan konseling pribadi sosial
rancangan layanan bimbingan dan konseling pribadi sosialpelipusirenius2021
 
Bimbingan Konseling ABK tm 2.pptx
Bimbingan Konseling ABK tm 2.pptxBimbingan Konseling ABK tm 2.pptx
Bimbingan Konseling ABK tm 2.pptxAllyaSuarnihatiW
 
357604315 dokumen-tips-progfoitulkutoram-bimbingan-konseling-di-sekolah-dasar...
357604315 dokumen-tips-progfoitulkutoram-bimbingan-konseling-di-sekolah-dasar...357604315 dokumen-tips-progfoitulkutoram-bimbingan-konseling-di-sekolah-dasar...
357604315 dokumen-tips-progfoitulkutoram-bimbingan-konseling-di-sekolah-dasar...AgungSetiaBudi16
 
nyokaptoto slot gacor terbaik dan terpercaya.pdf
nyokaptoto slot gacor terbaik dan terpercaya.pdfnyokaptoto slot gacor terbaik dan terpercaya.pdf
nyokaptoto slot gacor terbaik dan terpercaya.pdfNyokap Toto
 
TOPIK 1 MERDEKA MENGAJAR.pptx
TOPIK 1  MERDEKA MENGAJAR.pptxTOPIK 1  MERDEKA MENGAJAR.pptx
TOPIK 1 MERDEKA MENGAJAR.pptxDADANGTRIYANTO
 
Program bimbingan-dan-konseling
Program bimbingan-dan-konselingProgram bimbingan-dan-konseling
Program bimbingan-dan-konselingMozanni Tia
 

Similaire à Bimbingan dan konseling (20)

Pentingnya Bimbingan Konseling Untuk Anak Sekolah Dasar
Pentingnya Bimbingan Konseling Untuk Anak Sekolah DasarPentingnya Bimbingan Konseling Untuk Anak Sekolah Dasar
Pentingnya Bimbingan Konseling Untuk Anak Sekolah Dasar
 
Layanan bk di sekolah dasar
Layanan bk di sekolah dasarLayanan bk di sekolah dasar
Layanan bk di sekolah dasar
 
Hakikat BK
Hakikat BKHakikat BK
Hakikat BK
 
Peranan guru bimbingan dan kaunseling dalam menangani masalah disiplin pelaja...
Peranan guru bimbingan dan kaunseling dalam menangani masalah disiplin pelaja...Peranan guru bimbingan dan kaunseling dalam menangani masalah disiplin pelaja...
Peranan guru bimbingan dan kaunseling dalam menangani masalah disiplin pelaja...
 
Bk format power point
Bk format power pointBk format power point
Bk format power point
 
Bimbingan & kons1
Bimbingan & kons1Bimbingan & kons1
Bimbingan & kons1
 
Bimbingan Konsling
Bimbingan KonslingBimbingan Konsling
Bimbingan Konsling
 
Bimbingan & Konseling
Bimbingan & KonselingBimbingan & Konseling
Bimbingan & Konseling
 
Bimbingan & kons1
Bimbingan & kons1Bimbingan & kons1
Bimbingan & kons1
 
Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan KonselingBimbingan dan Konseling
Bimbingan dan Konseling
 
Bimbingan dan Konseling dalam Profesi pendidikan.pptx
Bimbingan dan Konseling dalam Profesi pendidikan.pptxBimbingan dan Konseling dalam Profesi pendidikan.pptx
Bimbingan dan Konseling dalam Profesi pendidikan.pptx
 
PPT-UEU-Bimbingan-dan-Konseling-Pertemuan-4.ppt
PPT-UEU-Bimbingan-dan-Konseling-Pertemuan-4.pptPPT-UEU-Bimbingan-dan-Konseling-Pertemuan-4.ppt
PPT-UEU-Bimbingan-dan-Konseling-Pertemuan-4.ppt
 
Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakat
Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakatPendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakat
Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakat
 
Bimbingan & konseling
Bimbingan & konselingBimbingan & konseling
Bimbingan & konseling
 
rancangan layanan bimbingan dan konseling pribadi sosial
rancangan layanan bimbingan dan konseling pribadi sosialrancangan layanan bimbingan dan konseling pribadi sosial
rancangan layanan bimbingan dan konseling pribadi sosial
 
Bimbingan Konseling ABK tm 2.pptx
Bimbingan Konseling ABK tm 2.pptxBimbingan Konseling ABK tm 2.pptx
Bimbingan Konseling ABK tm 2.pptx
 
357604315 dokumen-tips-progfoitulkutoram-bimbingan-konseling-di-sekolah-dasar...
357604315 dokumen-tips-progfoitulkutoram-bimbingan-konseling-di-sekolah-dasar...357604315 dokumen-tips-progfoitulkutoram-bimbingan-konseling-di-sekolah-dasar...
357604315 dokumen-tips-progfoitulkutoram-bimbingan-konseling-di-sekolah-dasar...
 
nyokaptoto slot gacor terbaik dan terpercaya.pdf
nyokaptoto slot gacor terbaik dan terpercaya.pdfnyokaptoto slot gacor terbaik dan terpercaya.pdf
nyokaptoto slot gacor terbaik dan terpercaya.pdf
 
TOPIK 1 MERDEKA MENGAJAR.pptx
TOPIK 1  MERDEKA MENGAJAR.pptxTOPIK 1  MERDEKA MENGAJAR.pptx
TOPIK 1 MERDEKA MENGAJAR.pptx
 
Program bimbingan-dan-konseling
Program bimbingan-dan-konselingProgram bimbingan-dan-konseling
Program bimbingan-dan-konseling
 

Bimbingan dan konseling

  • 1. Bimbingan dan Konseling 29 f 2008 pada 3:27 pm (Bimbingan dan Konseling) Tags: Pendidikan LATAR BELAKANG Bimbingan dan penyuluhan di sekolah sangatlah di butuhkan, karena tidak dapat di pungkiri seiring dengan derasnya informasi dan tranformasi Global yang masuk menyebabkan terjadinya berfikir dalam masyarakat, terutama kalangan anak -anak yang berada dalam keadaan tumbuh dan berkembang sehingga para siswa sangat membutuhkan segala bentuk bimbingan dan nasehat agar tidak terjerumus dalam pergaulan yang salah. Dengan adanya bimbingan dan penyuluhan tersebut kiranya perlu juga dikaji tentang aspek aspek yang melatar belakangi adanya BP yaitu; 1. Aspek Kultural Perkembangan zaman terutama zaman yang serba canggih banyak menimbulkan modernisasi di segala bidang kehidupan manusia dan tentunya lembaga pendidikan tidak terlepas dari fungsi sebagai kehidupan masyarak at , dalam meni festasinya mampu membantu manusia (siswa) agar bisa mencarikan pemecahannya dari berbagai problem yang ada akibat dari modernisasi yang mengglobal akan tetapi lembaga pendidikan hendaknya membantu secara individu maupun secara kelompok di sekolah. 2. Aspek pendidikan Secara makro pendidikan di artikan sebagai suatu proses bantuan yang diberikan bantuan oleh orang dewasa kepada anak didik yang belum dewasa. Dimana suatu kegiatan yang baik dan ideal hendaknya mencakup tiga aspek yaitu pengajara n kurikuler , kepemimpinan dan pembinaan peserta didik untuk menghindari kesulitan belajar sekeci l mungkin karena layanan bimbingan sangat menentukan keberhasi lan siswa dalam proses belajar mengajar. Sehingga pada proses selanjutnya siswa dapat belajar semaksimal mungkin dan menuju keberhasi lan yang telah di cita-citakan. 3. Aspek psikologis Aspek psikologis ini sangat berkaitan sekali dengan persoalan siswa dimana siswa tersebut di tuntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, artinya tidak ada kecenderungan untuk mengabaikan kegiatan sekolah, tidak membuat gaduh dikelas, tidak selalu menyendiri dan respek terhadap persoalan-persoalan yang berkembang di sekolah. Kita ketahui bahwa tidak semua siswa mampu menjadi seorang siswa, artinya banyak siswa yang membutuhkan penanganan secara serius terkait dengan kenakalan. maka untuk mengatasi hal itu di butuhkan penaganan khusus yakni berupa bimbingan dan penyuluhan. 4. Aspek lingkungan Karena siswa tidak apat terpantau secara langsung maka kemungkinan –kemungkinan terjadi kenakalan, ada penyelewengan di luar sekolah sangat mungkin sekali . Untuk itulah dibutuhkan semacam bimbingan secara khusus untuk membekali siswa setelah pulang kerumahnya masing-masing. PENGERTIAN BIMBINGAN Secara Etimologis kata bimbingan me rupakan te rjemahan dari kata “Gudance ” be rasal dari kata “togui de ” yang mempunyai arti “me nunjukkan, membimbi ng, me nuntun, ataupun membantu,” se suai de ngan i sti lahnya, maka se cara umum bimbi ngan dapat di artikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan. Namun, meskipun demikian tidak berarti semua bentuk bantuan atau tuntunan adalah bimbingan, bantuan dalam pengetian bimbingan menurut terminologi bimbingan dan konseling haruslah memenuhi syarat-syarat tertentu sebagaimana di kemukakan di bawah ini : Definisi bimbingan yang pertama dikemukakan dalam years book of education
  • 2. 1955,yang menyatakan: Bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial. Stoops dan walquist mendefinisikan: Bimbingan adalah proses yang terus menerus dalam membantu pekembangan individu untuk mencapai kemampuannya secara maksimum dalam mengarahkan manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi diri sendiri maupun bagi masyarakat. Menurut Arthur J.Jones sepeti yang dikutip oleh Dr.Tohari musnamar (1985:4) Bimbingan sebagai pertolongan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain dalam hal membuat pi lihan–pi lihan penyesuaian diri dalam pemecahan problem-problem. Tujuan bimbingan ialah membantu orang tersebut untuk tumbuh dalam hal kemandirian dan kemampuan bertanggung jawab bagi dirinya sendiri . Berdasarkan definisi bimbingan yang telah dikemukakan para ahli diatas serta prinsip-prinsip yang terkandung di dalam pengertian bimbingan maka dapat disimpulkan bahwa Bimbingan adalah merupakan proses pemberian bantuan yang terus menerus dari seorang pembimbing yang telah dipersiapkan kepada individu yang membutuhkannya dalam rangka mengembangkan seluruh potensi yang dimi liki secara optimal dengan menggunakan berbagai macam media dan tehnik bimbingan dalam suasana asuhan yang Normative agar tercapai kemandirian sehingga individu dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun bagi lingkungannya. TUJUAN BIMBINGAN Tujuan bimbingan adalah membe ri kan pe layanan bimbi ngan ke pada si swa “dalam rangka upaya agar siswa dapat menemukan pribadi , mengenal lingkungan dan me re ncanakan masa de pan”. (Prayi tno 1997:23). Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi ,di maksudkan agar peserta didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serta menerimanya secara positi f dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut , sebagai manusia yang normal di dalam setiap diri individu selain memi liki hal hal yang positi f tentu ada yang negati f. Pribadi yang sehat adalah apabi la ia mampu menerima dirinya sebagaimana adanya dan mampu mewujudkan hal-hal positi f sehubungan dengan penerimaan dirinya itu, jika seorang peserta didik mengenal diri kurang berprestasi dibandingkan dengan kawan-kawannya, maka hendaknya dia tidak menjadi putus asa, rendah diri dan lain sebagainya, melainkan justru lebih bersemangat lagi mengejar ketertinggalannya dalam meraih prestasi pada bidang yang diminatinya. Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan di maksudkan agar peserta didi k mengenal lingkungan secara obyektf, baik lingkungan sosial dan ekonomi , lingkungan budaya yang sangat erat dengan ni lai -ni lai dengan norma-norma maupun lingkungan fisik dan menerima berbagai kondisi lingkungan itu secara positi f dan dinamis pula. Pengenalan lingkungan meliputi keluaraga, sekolah, lingkungan alam dan masyarakat sekitar lingkungan yang lebih luas di harapkan dapat menunjang proses penyesuaian diri peserta didik dengan lingkungan dimana ia berada dan dapat memanfaatkan kondisi lingkungan secara optimal untuk mengembangkan diri secara mantap dan berkelanjutan. Sedangkan bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan di maksudkan agar peserta didik mampu mempertimbangkan dan mengambi l keputusan tentang masa depan dirinya baik yang menyangkut bidang pendidikan, bidang karier maupun bidang budaya, keluarga dan masyarakat. LAYANAN BIMBINGAN SISWA Setiap individu atau siswa tidak terlapas dari kegiatan–kegiatan yang dalam hal itu tidak terlepas pula dari dari berbagai masalah atau hambatan dalam perkembangannya. Siswa yang mengalami kesulitan itu merupakan manusia yang
  • 3. berada dalam kondisi tidak mampu memahami dirinya sendiri dan lingkungannya, sehingga mengalami mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kenyataan-kenyataan obyekti f yang dihadapinya, dipihak lain kesulitan dapat terjadi karena lingkungan terutama orang tua yang tidak dapat memahami perkembangan anaknya di sekolah dan masyarakat, sehingga memunculkan tuntutan-tuntutan yang berat dan tidak dapat di penuhi oleh siswa. JENIS MASALAH a. Masalah belajar Masalah belajar merupakan salah satu jenis masalah yang di anggap serius karena belajar merupakan inti dari pendidikan. Dalam hal ini masalah belajar menyangkut motivasi belajar siswa yang dapat mempengaruhi kemajuan belajar peserta didik, oleh karena itu di sekolah perlu adanya layanan bimbingan yang membantu mengatasi masalah yang dihadapi siswa maka pembimbing betul-betul memberikan bimbingan yang sesuai dengan keadaan anak. b. Masalah keluarga Dalam memberikan layanan bimbingan kepada klien tidak terlepas dari lingkungan keluarga klien tiu sendiri . Dalam pembimbing harus mengetahui latar belakang klien yang bersangkutan, oleh sebab itu pembimbing perlu mengadakan kunjungan ke rumah klien untuk menjalin keakraban klien tersebut, sehingga pembimbing memperoleh titik terang tentang permasalahan kliennya. c. Pengisian waktu luang Seorang pembimbing juga di anggap perlu mengetahui pemanfaatan dan pengisian waktu luang kliennya di luar lingkungan sekolah, kegiatan apa saja yang di lakukan dalam mengisi waktu luang di lingkungan rumah, apakah klien tersebut dapat membagi antara waktu bermain dengan waktu belajar semua itu harus di kontrol oleh seorang pembimbing, sehingga dapat memberikan layanan sesuai dengan latar belakang permasalahan siswa yang bersangkutan. d. Pergaulan dengan teman sebaya Pergaulan di lingkungan bermain dapat mempengaruhi perkembangan moral seorang anak yang sangat besar pengaruhnya terhadap pola sikap dan kepribadian seorang anak, oleh karena itu untuk melakukan bimbingan seorang. Pembimbing tidak terlepas dari lingkungan teman bermain kliennya. SIFAT MASALAH a. Masalah belajar Masalah belajar adalah salah satu masalah yang di anggap serius, karena itu perlu adanya solusi untuk memecahkan masalah ini . Adapun solusi yang kami berikan adalah memberikan bimbingan dan dorongan tentang jangkauan masa depan, maka di perlukan adanya motivasi untuk meningkatkan prestasinya serta giat membaca agar terbiasa dan terlatih yang pada ahirnya mudah memahami isi bacaan. b. Masalah kepribadian Masalah kepribadian solusinya adalah dengan memberikan dorongan untuk mengintrospeksi diri dari sikapnya selama ini terhadap teman-temannya, guru dan keluarganya. Dan memberi masukan bagaimana sikap yang baik terhadap orang yang ada di sekitar kita. c. Masalah keluarga Keluarga merupakan pendidik yang pertama dan utama bagi seorang anak, maka kami memberikan solusi terhadap masalah keluarga yang di alami klien ini . Solusinya adalah berusaha menjalin keakraban dengan keluarga terutama masalah belajar di sekolah. d. Konfidental Konselor adalah seorang yang mempunyai tugas dan kewajiban membantu memecahkan masalah yang sedang di alami oleh siswa secara individu atau kelompok
  • 4. untuk mencapai kesejahteraan dalam hidupnya. Untuk menjadi konselor yang baik tidak mudah melainkan harus mempunyai / memenuhi persyaratan-persyaratan, baik persyaratan pendidikan atau persyaratan kepribadian. Hal ini di sebabkan karena konselor sebelum memberikan bantuan atau treatment yaitu berusaha untuk mendapat informasi yang berhubungan dengan kasus yang di hadapi dan untuk memperoleh data yang baik dalam arti data tersebut dapat dipercaya atau dapat di pertanggung jawabkan. e. Identitas klien Salah satu yang di peroleh konselor adalah mengenai identitas klien. PENENTUAN DAN PENDUKUNG SUBYEK KASUS Seorang konselor sebelum membantu memecahkan masalah klien, langkah-langkah yang di perlukan adalah: a) Penentuan kasus b) Penentuan subyek pendukung kasus Untuk dapat menentukan seorang siswa itu mempunyai kasus atau tidak dapat di lihat dari pengumpuan data yang diperoleh. 1. Penentuan Kasus Dalam membantu masalah klien, konselor harus membatasi diri pada dua macam data yaitu: a. Kuesioner (angket tertulis) Kuesioner untuk keperluan bimbingan merupakan suatu daftar kumpulan pertanyaan tertulis yang harus di jawab secara tertulis juga. b. Interview (wawancara) Interview (wawancara) informasi adalah merupakan suatu alat untuk memperoleh data / informasi secara lisan, dengan tujuan mendapatkan data yang diperlukan untuk bimbingan. (winkel, 1983:59) Sehubungan dengan hal di atas, praktikan mengangkat kasus yang sedang dialami klien, yaitu: 1. Kurang lancar dalam hal membaca. Suka bercanda dan berbicara waktu pelajaran berlangsung. 2. Kurang memanfaatkan waktu luang untuk kegiatan yang bermanfaat. Itulah kasus yang dialami oleh klien, sedangkan untuk menyelesaikannya dibahas lebih lanjut. 2. Penentuan subyek pendukung kasus Untuk memperjelas kasus diatas kegiatan penentuan subyek pendukung di lakukan oleh konselor karena semakin jelas kasus yang dialami klien, maka konselor dapat menentukan rencana yang akan di laksanakan dalam membantu memecahkan masalah klien. Adapun pendukung kasus tersebut adalah adanya pendekatan serta motivasi klien. 3. Analisa Analisa adalah suatu usaha untuk menganalisa data-data yang telah terkumpul, ternyata klien mempunyai salah satu masalah yang cukup serius pula, kasus yang dominan dalam hal ini adalah kurangnya perhatian dalam mengikuti proses pembelajaran, kadang apa yang diterangkan oleh guru belum dipahami , tetapi ti dak ada motivasi untuk bertanya. Selain itu aktivitas-aktivitas dan kegiatan-kegiatan dalam pemanfaatan waktu luang kurang di manfaatkan dengan baik, hal ini disebabkan karena keadaan lingkungan yang kurang memperhatikannya, meskipun keluarga dari klien sendiri rata-rata orang berpendidikan. 4. Treatment (usaha Bantuan) Setelah langkah-langkah identifikasi kasus, mengumpulkan dan menganalisa masalah yang ada, maka langkah selanjutnya adalah memberikan bantuan kepada klien untuk memecahkan masalah yaitu: 1. Memberikan bimbingan di dalam menghadapi dan mengatasi kesulitan kesulitan
  • 5. dalam belajarnya dan juga menyarankan kepada siswa tersebut untuk membuat jadwal belajarnya, sehingga waktu yang ada tidak terbuang sia-sia. 2. Bahwa belajar kelompok itu lebih baik, disamping bisa diskusi dengan teman-temannya hal ini juga bisa menambah keakraban antara sesama teman, sehingga apabi la ada permasalahan bisa saling terbuka. 3. Memberikan motivasi untuk selalu akti f bertanya apabi la tidak mengerti dalam mengikuti pelajaran yang terkait dengan keinginannya. 4. Memberi masukan secara teoritik dan praktek berupa jangkauan cita -cita mendorong untuk belajar lebih baik dan mendorong untuk menggunakan kegiatan yang bermanfaat. 5. Memberikan dorongan untuk introspeksi diri dengan cara belajarnya, kepribadiannya dan ibadah yang telah di lakukan. Untuk itu konselor memberikan bimbingan kepada siswa untuk tidak terpengaruh kepada lingkungan sekitar yang tidak mendukung lingkungan belajarnya dan agar siswa lebih di siplin lagi dalam segala hal, yaitu tidak menuruti perasaan malas untuk belajar. 5. Follow Up (Tindak Lanjut) Dalam tahapan ini , konselor diharuskan untuk selalu mengetahui dari perkembangan siswa tersebut, setelah mendapat solusi pemecahan tindakan dalam tahap ini harus di lakukan secara kontinyu sehingga akan mengetahui seberapa jauh keberhasi lan yang telah dicapai oleh konselor. DAFTAR PUSTAKA Dra.Hallen A, M.Pd, Bimbingan Dan Konseling Penerbit Ciputat Pers,Jakarta 2002. Andi Mapiare, Drs. Pengantar bimbingan Dan Konseling Di Sekolah. Penerbit Usaha Nasional Surabaya,1984. Bimo Walgito, Drs Bimbingan Dan Penyuluhan Di Sekolah, Yayasan penerbit Fakultas UGM. Yogyakarta, 1986. Dewa Ketut Sukardi , Drs. Bimbingan Dan Penyuluhan Belajar Di Sekolah. Penerbit Ranika Cipta , Jakarta , 1990. ————————–, Pedoman Praktis Bimbingan Dan Penyluhan Di Sekolah. Penerbit Ranika Cipta , Jakarta , 1990 Hadari Nawawi , H.Drs, Administrasi Dan Organisasi Bimbingan Penyuluhan, Penerbit Ghalia Usaha, Jakarta, 1983. Koestor Parto wisastro, S Psy, Bimbingan Dan Penyluhan Di Sekolah. Ji lid 3, Penerbit Erlangga Jakarta, 1984. 2 Komentar Perkembangan pada Anak 10 f 2008 pada 6:08 am (Bimbingan dan Konseling) Tags: Pendidikan Rasulullah Saw Bersabda : Artinya: “Sesungguhgnya orang mukmin yang paling dicintai oleh ALLAH ialah orang yang senantiasa tegak taat kepadanya.dan memberikan nasehat kepada hambanya, semua akal dan fikirannya serta menasehati pula akan dirinya sendiri; menaruhperhatian dan mengamalkan ajarannya selama hayatnya, maka beruntung dan memperoleh kemenangan pulahlah ia.( Hadits dari ibnu Abbas).
  • 6. Sabda Nabi Muhammad tersebut diatas memberikan petunjuk kepada kita bahwa bimbingan dan konseling di samping perlu di lakukan terhadap orang lain karena memang di mungkinkan keberhasi lannya, juga demikian di pandang sebagai salah satu ciri dari jiwa orang beriman. Bimbingan konseling agama adalah segala kegiatan yang di lakukan oleh seseorang dalam rangka memberikanbantuan terhadap orang lainyang me ngalami kesulitan-kesulitan rohaniah dalam lingkungan hidupnya agar supaya orang tersebut mampu mengatasinya sendiri karena timbul kesadaran atau poenyerahan diri terhadap kekuasan Tuhan yang maha esa. Jadi jelasnya bahwa bimbingan dan konselingagama di laksanakan maka sasarannya sudahbarang tentu memberikan kecerahanbatin sesuai dengan jiwa ajaran Agama Baimbingan Islami adalah proses pemberian bantuan yang terarah, kontiniu dan sistematis pada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitra h beragam yang dimi likinya secara optimal dengan cara menginernalisasikan ni lai -ni lai yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan Hadi ts ke dalam di ri . Se hi ngga i a dapat hi di p selaras dan sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan Hadits. Konseling islami adalah suatu usaha membantu individu dalam menanggulangi penyimpangan perkembangan fitrah beragama yang di mi likinya, sehigga ia menyadari peranannya sebagai kholi fdah di muka bumi . PERKEMBANGAN KEJIWAAN PADA ANAK Guru Agama dalam menjalankan tugasnya sebagai konselor/ pembimbing Agama disamping perlu menyadari langkah-langkahnya dengan sumber ajaran Agama juga dalam proses kounseling perlu memperhatikan perkembangan jiwa keagamaan pada anak bimbing. Oleh karena itu tugas pengamatan yang pertama-tama harus di lakukan oleh guru Agama saebagai kounselor ialah pengamatan langsung pada situasi dan sikap Agama pada keluarga serta lingkungan hidup anak bimbing yang selanjutnya di jadikan bahan dasar pengartian di dalam melaksanakan tugas sesuai dengan metode mana yang hendak dipakai dalam proses bimbingan dan konselingagama itu.  Perkembangan Hidup Pada Anak Tingkat Sekolah Dasar. a. Pada usia 6 tahun penertiannya terhadap Agama menjadi makin kuat, apalagi bi lamana praktek ibadah selalu di berikan kepada mereka, hubungan dengan tuhan sangat bersi fat pribadi atau personal mereka, senang berdoa dengan sepenuh hati . b. Usia 7 sampai 10 tahun mereka mulai memperoleh sikap yang lebih matang terhadap aghama. Mereka lebih ingin mengetahui tentang tuhan dan banyak mengajukan pertanyaan tentang hal tersebut. Oleh sementara ahli didik, periode usia ini lah duianggap merupan masa-masa peka terhadap penidikan agama, oleh karenanya sangat mudah untuk di pengaruhi oleh guru Agama.
  • 7. c. Usia 10 sampai 12 tahun anak telah benar-benar dapat menghayati cerita serta peristiwa- peristiwa yang mengandung kegiatan (spiritual) seperti kematian dsb. Dalam periode ini lah guru agama sebagai konselor dapat melakukan bimbingan dan konseling melalui pendekatan situasional (kematian , bencana alam dll). Perasaan itu perlu dikembangkan melalui partisipasi dalam kegiatan keagamaan seperti sembahyang berjamah, panitia hari besar agama serta organisasi dan kegiatan- kegiatan keagamaan lainnya.  Perkembangn Hidup Keagamaan Pada Anak Tingkat SLTP. Anak pada tingkat pendidikan sltp telah memasuki masa pubertas yang oleh para ahli psikologi di anggap masa usia dimana peasaamn keagamaan mul;ai terbentuk dalam pribadinya. Masa pubertas tersebut dialami oleh mereka sebagai permulaan timbulnya kegoncangan batin yang sangat meme rlukan tempat perlindungan jiwa, yang mampu memberikan pengarahan positi f dalam perkembangan hidup selanjutnya. Kekosongan batin dalam kegoncangan jiwa sangat terbuka kepada pengaruh ni lai- ni lai keagamaan yang di bimbing oleh konselor yang me3njadikan dirinya sebagai pelindung atau penyelamat baginya.  Perkembangan Keagamaan Pada Anak Tingkat SLTA Demikian pula pada anak tingkat pendidikan SLTA sering terjadi konflik batin yang tidak mereka ketahui jalan keluarnya, dan konflik demekian memerlukan bantuan pencerahan atau penyelesaian dari konselor yang meletakkan dirinya sebagai petunjuk jalan keluar. Penyaluran nafsu-nafsu yang berejolak dalam pribadi mereka perlu diarahkan kepada kegiatan-kegiatan yang bersi fat sublimati f sepeti kegiatan olahraga, seni budaya dan organisasi yang terkendalikan. METODE BIMBINGAN DAN KONSELING YANG DAPAT DITERAPKAN DALAM KEAGAMAAN Para pembimbing keagamaan memerlukan beberapa metode yang dapat menghampiri sasaran tugasnya antara lain:  Metode Interview (wawancara) Interview adalah suatu metode untuk mendapatkan data dengan mengadakan wawancara secara langsung.  Metode kelompok Yaitu metode yang diakukan di luar kelas atau jam pelajaran yangmeliputi karya wisata, diskusi kelompok, osis, dan sosio drama. Dengan
  • 8. menggunakan kelompok, pembimbing dapat menggembangkan sikap sosial (relasi sosial)  Metode Non Directif (Tidak Mengarahkan) Dalam metode ini terdapat dasar pandangan bahwa klient sebagai mahluk yang bulat yang memi li i kemampuan berkembang sendiri dan sebagai pencari kemantapan diri sendiri . Dr. Wi llam E. Hulme metode ini sangat cocok di gunakan oleh penyuluh Agama, karena kondelor akan lebih memahami kenyataan penderitaaan klient yang biasanya bersumber pada perasaan dosa yang banyak menimbulkan perasaan cemas, konflik kejiwaan dan gangguan jiwa lainya.  Metode directive conseling Directive conseling merupakan bentuk psikoterapi yang paling sederhana, karena counselor dapat secara langsung memberikan jawaban terhadap problem yang o;eh klient disadari menjadi sumber kecemasannya.  Metode educatif (pencerahan) Metode educati f adalah pemberian pencerahan terhadap unsur -unsur kejiwaan yang menjadi sumber konflik seseorrang dan selanjutnya koonselor menganali isa fakta kejiwaan klient untuk penyembuuan. Dalam hubungan dengan penggunaan metode tersebut di atas guru agama sebagai orang yang hrus melakukan bimbingan dan konseling dalam agama perlun juga menjiwai langkah- langkahnya dengan sumber – sumber petunjuk aghama misalnya : “Maka di se babkan Rahmat dari Allah kamu be rlaku lemah lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekeli lingmu. Karena itu maafkan mereka dan bermusyawarqahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabbi la kamu telah membulatkan tekad, maka bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allaah menyukai mereka bertawakkal kepadanya.. ( Qs Ali imron 159)” Disamping itu prinsip pendekatan yang telah diajarkan nabi kepada Abbu musa Al- Asyaary dan Muadz bin–Jabal ketika hendak beerangkat ke Yaman untuk menunaikan misi khusus : “‘Pe rmudahlah jangan mempe rsukar dan gembi ralah ( bbbe sarkan jiwanya) dan jangaan melakukan tindakan yang menyebbabbbkan mereka lari pada-Mu” (Al Hadi tst). GURU AGAMA SEBAGAI PENDIDIK DAN PEMBIMBING Tugas dan fungsi guru dalam proses kependidikan disekolah (Madrasah) tidak hanya sebagai pengajar i lmu pengetahuan semata-mata melainkan juga betugas sebagai pendidik dan pembimbing atau konselor.
  • 9. Menurut beberapa ahli bahwa bimbingan dan pendidikan tidak dapat dipisahkan dalam proses, terutama yang berkegiatan dalam rangka mencapai tujuan hidupnya. Pada umumnya para ahli memandang bahwa konselor agama menempuh berbagai jalan atau cara yang lebih sulit dari pada menjadi konselor dibidang lain yang non agama; karena konselor agama harus memi liki beberapa persyaratan khusus, antara lain kematangan jiwa dan keimanan yang tangguh serta berkemampuan menjadi uswatun hasanah (contoh teladan) sesuai norma-norma ajaran agamanya, baik di lingkungan sekolah naupun di luar sekolah. Di lihat dari segi missioner, jabatan guru agama dapat dikatakan sebagai reeping (panggi lan tuhan) untuk berbakti kepada tuhan dengan fungsinya yang amat penting bagi pembinaan iman melalui proses kependidikan individual manusia. Dalam pandangan islam, seseorang iman atau ulama secara bui lt-in (melekat), juga di pandang oleh para pengikutnya, selain sebagai guru agama dan pendidik juga sebagai penyuluh atau konselor agama yang tugasnya menjadi guru penerang, pemberi , petunjuk jalan arah kebenaran, juru pengingat, juru penghibur hati duka, serta muballig yang peri laku sehari -harinya mencerminkan uswatun hasanah di tengah ummatnya. Sebagaimana halnya fungsi nabi Muhammad SAW yang di utus menjadi mu’allim (guru) dan pe ndi di k akhlak al-karimah. Sebagaimana sabda beliau yang arti nya: “aku diutus untuk me njadi guru” dan sabdanya lagi :”‘ saya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mullia“ PROGRAM KHUSUS BIMBINGAN AGAMA BAGI PENANGGULANGAN KENAKALAN REMAJA  Kenakalan Remaja Sebagai Suatu Problema. Dalam melihat masslah ini kita perlu membedakan manakah yang kita kategorikan kenakalan dengan bukan kenakalan. Kenakalan remaja adalah tingkah laku atau perbuatan yang berlawanan dengan hokum-hukum yang berlaku yang di lakukan oleh anak-anak dari antara umur 10 tahun sampai dengan 18 tahun. Perbuatan yang di lakukan oleh anak-anak dibawah usia 10 tahun dan diatas 18 tahun dengan se ndi ri nya ti dak di kate gori kan dalam apa yang ki ta se but “ke nakalan” Tingkah laku anak remaja yang dipandang kenakalan karena a. Mengangu tertib sosial dan hokum b. Merugikan perkembangan generasi muda itu sendiri c. Menggangu jalanya perkembangan sosial paedegogis, ekonomi , dan kebudayaan dan sebagainya  Faktor- faktor yang Mengakibatkan Kenakalan Remaja a. Faktor lingkungan
  • 10. 1. Keadaan ekonomi masyrakat 2. Masa daerah peralihan 3. Keretakan hidup keluarga 4. Praktek mengasuh anak 5. Pengaruh teman sebaya 6. Pengaruh pelaksanaan hokum (kurang dapat di pertanggung jawabkan) b. Faktor Kepribadian 1. Penyakit syraf 2. Dorongan nafsu 3. Peni laian yang tidak tepat kepada diri sendiri dan orang lain (buta moral) 4. Pandangan terhadap diri sendiri yang negati f. dalam hubungannya dengan kkenakalan remaja yang telah di uraikan diatas maka pendidik agama sebagai konselor di samping perlu memahami berbagai faktor penyebabnya perlu pula mengambi l langkah-langkkah prreventi f (mencegah) dan kurati f (mengobati ) yang meli iputi prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Di lingkungan sekolah hendaknya bekerja sama dengan guru d bidang lain 2. Berusaha membina kerjasama dengan Biro konsultasi remaja yang ada, dan pejabat peradi lan anak atau kepolisian bidang pengawasan anak. 3. Bi la mana terjadi kenakalan didalam limgkungan tanggung jawabnya, maka berusahalah melakukan pendekatan kepada remaja yang bersangkutan. 4. Hendaknya mempolakan rencana program pencegahan di lingkungan sekolah dengan kegiatan diskusi . 5. Berusaha membina hubungan kkerja sama dengan orang tua murid yang sebaik-baiknya. 6. Dalam rangka pencegahan, hendaknya konselor agama berusaha mengisi acaara koonseling di pusat-pusat kegiatan remaja. Misal: karang taruna dalam organisasi remaja. 7. Berusaha menghindarkan remaja dari pengaruh mass media yang mengandung unsur mmerusak moral. Missal: majalah porno.
  • 11. Akan tetapi yang penting perlu di ingat konselor agama senantiasa menanamkan pengeertian kepada remaja bahhwa kaum reemajapun dapat beriman yang teguh dan beraagama yang taat, sebagaimana di lukiskan oleh allah dalam firmannya tentang pemuda al-kahfi : Artinya: “Sesungguhnya meereka adalah kaum remaja yang teguh beriman dan aku tambah kepada mereka petunjuk. (QS Al-kahfi:13). Tinggalkan Sebuah Komentar PRINSIP – PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING 15 f 2008 pada 2:03 pm (Bimbingan dan Konseling) Tags: Pendidikan PENDAHULUAN Manusia adalah mahluk fi losofis, artinya manusia mepunyai pengetahuan dan berpikir, mausia juga memi liki si fat yang unik, berbeda dengan mahluk lain dalam pekembanganya. Implikasi dari kergaman ini ialah bahwa individu memi liki kebebasan dan kemerdekaan untuk memi lih dan megembangkan diri sesuai dengan keunikan ataua tiap – tiap pontensi tanpa menimbulkan konflik dengan lingkungannya. Dari sisi keunikan dan keragaman idividu, maka diperlukanlah bimbingan untuk membantu setiap individu mencapai perkembangan yang sehat didalam lingkungannya ( Nur Ihsan, 2006 : 1) Pada dasarnya bimbingan dan konseling juga merupakan upaya bantuan untuk menunjukan perkembangan manusia secara optimal baik secara kelompok maupun idividu sesuia dengan hakekat kemanusiannya dengan berbagai potensi , kelebihan dan kekurangan, kelemhan serta permaslahanya. Adapun dalam dunia pendidikan, bimbingan dan konseling juga sangat dipelukan karena dengan adanya bimbingan dan konseling dapat mengantarkan peserta didik pada pencapai Standar dan kemampuan profesional dan Akademis, serta perkembangan dini yang sehat dan produkti f dan didalam bimbinganya dan konseling selian ada pelyanan juga ada Prinsip – prinsipnya. PEMBAHASAN PRINSIP – PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING A. Pengertian Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling Prinsip yang berasal dari asal kata ” PRINSIPRA” yang artinya permulan dengan sautu cara tertentu melhirkan hal –hal lain , yang keberadaanya tergantung dari pemula itu, prisip ini merupakam hasi l perpaduan antara kajian teori itik dan teori lapangan yang terarah yang digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan yanh dimaksudkan.( Halaen,2002,: 63 )
  • 12. Prinsip bimbingan dan Konseling memnguraikan tentang pokok – pokok dasar pemikiran yang di jadikan pedoman program pelaksanaan atau aturan main yanh harus di ikuti dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan dapat juga di jadikan sebagai seperangkat landassan praktis atau aturan main yang harus di ikuti dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Prayitno mengatakan : ” Bahwa prinsip merupaka hasi l kajian teoritik dan telaah lapangan yanh digunakan sebgai pedoman pelaksanaan se suatu yang dimaksudkan” jadi dari pe ndapat di atas dapat di simpulkan bahwa prinsip – prinsip bimbingan dan konseling merupakan pemaduan hasi l – hasi l teori dan praktek yang dirumuskan dan di jadikan pedoman sekaligus dasar bagi peyelengaran pelayanan. A. Macam – macam prinsip bimbingan dan konseling Dalam pelayanan bimbuingasn dan konseling prisip yang digunakan bersumber dari kajian fi losofis hasi l dari penelitian dan pengalama praktis tentang hakikat manusia, perkembangan dan kehidupan manusia dalam konteks sosial budayanya, pegertian, tujuan, fungsi , dan proseses, penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Ada beberapa prinsip pelaksanaan bimbingan dan konseling diantaranya : a. Bimbingan adalah suatu proses membantu individu agar mereka dapat membantu dirinya sendiri dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. b. Hendaknya bimbingan bertitik tolak (berfokus) pada individu yang dibimbing c. Bimbingan diarahkan pada individu dan tiap individu memi liki karakteristik tersendiri . d. Masalah yang dapat diselesaikan oleh tim pembimbing di lingkungan lembaga hendaknya diserahkan kepada ahli atau lembaga yang berwenang menyelesaikannya. e. Bimbingan dimulai dengan identi fikasi kebutuhan yang dirasakan oleh individu yang akan dibimbing. f. Bimbingan harus luwes dan fleksibel sesuai dengan kebutuhan individu dan masyarakat. g. Program bimbingan di lingkungan lembaga pendidikan tertentu harus sesuai dengan program pendidikan pada lembaga yang bersangkutan. h. Hendaknya pelaksanaan program bimbingan dikelola oleh orang yang memi liki keahlian dalam bidang bimbingan, dapat bekerja sama dan menggunakan sumber-sumber yang relevan yang berada di dalam ataupun di luar lembaga penyelenggara pendidikan.
  • 13. i. Hendaknya melaksanakan program bimbingan di evaluasi untuk mengetahui hasi l dan pelaksanaan program (Nur Ihsan, 2006 : 9) Rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya ialah berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah klien, tujuan dan proses penanganan masalah, program pelayanan, penyelenggaraan pelayanan. Diantara prinsip-prinsip tersebut adalah : 1. Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran pelayanan Sasaran pelayanan bimbingan dan konseling adalah indivi du-individu baik secara perorangan aupun kelompok yang menjadi sasaran pelayanan pada umumnya adalah perkembangan dan perikehidupan individu, namun secara lebih nyata dan langsung adalah sikap dan tingkah lakunya yang dipengaruhi oleh aspek-aspek kepribadian dan kondisi sendiri , serta kondisi lingkungannya, sikap dan tingkah laku dalam perkembangan dan kehidupannya itu mendorong dirumuskannya prinsip-prinsip bimbingan dan konseling sebagai berikut : 1. a. BK melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, agama dan status sosial ekonomi . b. BK berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan dinamis. c. BK memperhatikan sepenuhnya tahap-tahap dan berbagai apek perkembangan individu. d. BK memberikan perhatian utama kepada perbedaan individual yang menjadi orientasi pokok pelayanannya. 2. Prinsip-prinsip berkenaan dengan masalah individu Berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan dan kehidupan individu tidaklah selalu positi f, namun faktor-faktor negati f pasti ada yang berpengaruh dan dapat menimbulkan hambatan-hambatan terhadap kelangsungan perkembangan dan kehidupan individu yang berupa masalah. Pelayanan BK hanya mampu menangani masalah klien secara terbatas yang berkenaan dengan : 1. a. BK berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental atau fisik individu terhadap penyesuaian dirinya dirumah, disekolah serta dalam kaitannya dengan kontak sosial dan pekerjaan, dan sebaliknya pengaruh lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik individu. b. Kesenjangan sosial, ekonomi dan kebudayaan merupakan faktor timbulnya masalah pada invidu yang kesemuanya menjadi perhatian utama pelayanan BK. 3. Prinsip-prinsip berkenaan dengan program pelayanan Adapun prinsip-prinsip yang berkenaan dengan pelayanan layanan BK itu adalah sebgaai berikut :
  • 14. 1. a. BK merupakan bagian integrasi dari proses pendidikan dan pengembangan, oleh karena itu BK harus diselaraskan dan dipadukan dengan program pendidikan serta pengembangan peserta didik. b. Program BK harus fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan indivi du, masyarakat dan kondisi lembaga. c. Program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidikan terendah sampai tertinggi . 4. Prinsip-prinsip berkenaan dengan pelaksanaan pelayanan Pelaksanaan pelayanan BK baik yang bersi fat inside ntal maupun terprogram, dimulai dengan pemahaman tentang tujuan layanan, dan tujuan ini akan diwujudkan melalui proses tertentu yang di laksanakan oleh tenaga ahli dalam bidangnya, yaitu konselor profesional. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan hal tersebut adalah : 1. a. BK harus diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalm menghadapi permasalahannya. b. Dalam proses BK keputusan yang diambi l dan akan di lakukan oleh individu hendaknya atas kemauan individu itu sendi ri bukan karena kemauan atau desakan dari pihak lain. c. Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi . d. Kerja sama antara guru pembimbing, guru-guru lain dan orang tua anak amat menentukan hasi l pelayanan bimbingan. e. Pengembangan program pelayanan BK ditempuh melalui pemanfaatan yang maksimal dari hasi l pengukuran dan peni laian terhadap individu yang terlibat dalam proses pelayanan dan program bimbingan dan konseling itu sendiri (Hanen, 2002). 5. Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling disekolah dalam lapangan operasional bimbingan dan konseling. Sekolah merupakan lembaga yang wajah dan sosoknya sangat jelas. Di sekolah pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan dapat tumbuh dan berkembang dengan amat baik mengingat sekolah merupakan lahan yang secara potensial sangat subur, sekolah memi liki kondisi dasar yang justru menuntut adanya pelayanan ini pada kadar yang tinggi . Pelayanan BK secara resmi memang ada disekolah, tetapi keberadaannya belum seperti dikehendaki . Dalam kaitan ini Belkin (dalam Prayitno 1994) menegaskan enam prinsip untuk menumbuh kembangkan pelayanan BK disekolah. KESIMPULAN Prinsip-prinsip BK merupakan pemanduan hasi l-hasi l teori dan praktek yang dirumuskan dan di jadikan pedoman dan dasar bagi penyelenggaraan pelayanan.
  • 15. a. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan : (1) Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur jenis kelamin, suku, agama dan status sosial ekonomi . (2) Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu dan memperhatikan tahap-tahap atau berbagai aspek perkembangan individu, serta memberikan perhatian utama kepada perbedaan invidual yang menjadi orientasi pokok pelayanan. b. Prinsip yang berkenaan dengan permasalahan individu Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental atau fisus individu terhadap penyesuaian dirinya dirumah maupun disekolah, dan yang menjadi faktor timbulnya masalah pada individu adalah kesenjangan sosial, ekonomi dan kebudayaan. c. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program pelayanan - Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari upaya pendidikan dan pengembangan individu; - Program bimbingan dan konseling harus fleksibel disesuaikan dngan kebutuhan individu, masyarakat dan kondisi lembaga serta disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidikan terendah sampai tertinggi . d. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan tujuan pelaksanaan pelayanan - Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk mengembangkan invidu sehingga keputusan yang diambi l dan akan di lakukan oleh individu hendaknya atas kemauan individu itu sendiri . - Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi . e. Prinsip bimbingan dan konseling disekolah Prinsip BK disekolah menegaskan bahwa penegakan dan penumbuh kembangan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah hanya mungkin di lakukan oleh konselor profesional yang sadar akan profesinya, dan mampu menerjemahkan ke dalam program dan hubungan dengan sejawat dan personal sekolah lainnya, memi liki komitmen dan keterampi lan untuk membantu siswa dengan segenap variasinya disekolah, dan mampu bekerja sama serta membina hubungan yang harmonis-dinamis dengan kepala sekolah. DAFTAR PUSTAKA Hallen, 2002. Bimbingan dan Konseling. Liputan Press : Jakarta
  • 16. Nurihsan Juntika. 2006. Bimbingan dan Koseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. PT RFIKA ADITAMA : Bandung Prayitno dan Erman Amfi . 1995. Dasar-dasar Bimbingan Konseling. Reneka Cipta : Jakarta 3 Komentar Bimbingan dan Konseling di sekolah 15 f 2008 pada 2:00 pm (Bimbingan dan Konseling) Tags: Pendidikan PENDAHULUAN Bimbingan dan konseling pengembangan seluruh aspek kepribadian siswa, pencegahan terhadap timbulnya masalah yang akan menghambat perkembangannya, dan menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya, baik sekarang maupun masa yang akan dating. Sehubungan dengan target populasi layanan bimbingan dan konseling, layanan ini tidak terbatas pada individu yang bermasalah saja, tetapi meliputi seluruh siswa. (Nurihsan, 2006: 42) Sejalan dengan visi tersebut, maka misi bimbingan dan konseling harus membantu memudahkan siswa mengembangkan seluruh aspek kepribadiannya seoptimal mungkin, sehingga terwujud siswa yang tangguh menghadapi masa kini dan masa mendatang. Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian yang integral dari keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah menjadi tanggung jawab bersama antara personel sekolah, yaitu kepala sekolah, guru, konselor, dan pengawas. Kegiatan bimbingan dan konseling mencakup banyak spek dan saling kait mengkait, sehingga tidak memungkinkan jika layanan bimbingan dan konseling hanya menjadi tanggung jawab konselor saja. (Soetjipto, 2004: 99) PEMBAHASAN 2.1. Personel Pelaksana Pelayanan Bimbingan dan Konseling Di bawah ini di jelaskan tugas-tugas personel sekolah yang berkaitan dengan kegiatan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. 2.1.1. Kepala Sekolah Kepala sekolah adalah penanggung jawab pelaksanaan teknis bimbingan dan konseling di sekolah. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya kepala sekolah dibantu oleh waki l kepala sekolah. Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi , yang dapat di lakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemi lihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.
  • 17. Kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah secara otomatis memimpin sekolah, sekaligus menyusun dan mengatur program bimbingan dan konseling sedemikian rupa agar program tersebut dapat besatu dan terlaksana bersamaan dengan program pendidikan. (Umar, 2001: 114) Sebagai penanggung jawab kegiatan pendidikan secara menyeluruh di sekolah, tugas kepala sekolah adalah: a. Mengkoordinasikan segenap kegiatan yang diprogramkan di sekolah b. Menyediakan sarana prasarana, tenaga, dan berbagai kemudahan bagi terlaksananya bimbingan dan konseling yang efekti f dan efisien c. Melaksanakan pengawasan dan pembinaan terhadap program layanan bimbingan dan konseling d. Mempertanggung jawabkan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah kepada Kanwi l yang menjadi atasannya e. Mengadakan hubungan dengan pihak atau lembaga lain, seperti dokter, psikiater, dan sebagainya. (Sukardi , 2002: 56) Kegiatan konselor (guru pembimbing) yang perlu diketahui oleh kepala sekolah antara lain: a. Melaporkan kegiatan bimbingan dan konseling sebulan sekali b. Laporan tentang kelengkapan data. 2.1.2. Konselor Konselor adalah pelaksana utama yang mengkoordinasi semua kegiatan yang terkait dalam pelaksana bimbingan dan koseling di sekolah. Konselor dituntut untuk bertindak secara bi jaksana, ramah, bisa menghargai , dan memeriksa keadaan orang lain, serta berkepribadian baik, karena konselor itu nantinya akan berhubungan dengan siswa khususnya dan juga pihak lain yang sekiranya bermasalah. Konselor juga mengadakan kerja sama dengan guru-guru lain, sehingga guru-guru dapat meningkatkan mutu pelayanan dan pengetahuannya demi suksesnya program bimbingan dan konseling. (Umar, 2001: 118) Masalah-masalah perkembangan peserta didik yang dihadapi guru pada saat pembelajaran dirujuk kepada konselor untuk penanganannya. Demikian pula, masalah-masalah peserta didik yang ditangani konselor terkait dengan proses pembelajaran bidang studi dirujuk kepada guru untuk menindaklanjutinya. Sebagai pelaksana utama, tenaga inti , dan ahli , konselor (guru pembimbing) bertugas: a. Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling b. Merencanakan program bimbingan dan konseling c. Melaksanakan segenap pelayanan bimbingan dan konseling d. Melakaksanakan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling e. Meni lai proses dan hasi l layanan bimbingan dan konseling f. Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasi l peni laian g. Mengadministrasikan layanan program bimbingan dan konseling
  • 18. h. Mempertanggung jawabkan tugas dan kegiatan bimbingan dan konseling tersebut. (Sukardi , 2002: 56) Konselor disamping bertugas memberikan layanan kepada siswa, juga sebagai sumber data yang meliputi : a. kartu akademis b. catatan konseling c. data psikotes d. catatan konperensi kasus. 2.1.3. Guru Guru adalah pelaksana pengajaran serta bertanggung jawab memberikan informasi tentang siswa untuk kepentingan bimbingan dan konseling. Di sekolah salah satu tugas utama guru adalah mengajar. Dalam kesempatan mengjar siswa, guru mengenal tingkah laku, si fat-si fat, kelebihan dan kelemahan tiap-tiap siswa. Dengan demikian, disamping bertugas sebagai pengajar, guru juga dapat bertugas dan berperan dalam bimbingan antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, maupun guru dengan orang tua. Sebagai pembimbing, guru merupakan tangan pertama dalam usaha membantu memecahkan kesulitan-kesulitan siswa. (Umar, 2001: 117) Sebagai tenaga ahli pengajaran dalam mata pelajaran atau program pelatihan tertentu, dan sebagai personel yang sehari -hari langsung berhubungan dengan siswa, peranan guru dalam layanan bimbingan adalah: a. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa b. Membantu koselor mengidenti fikasikan siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling c. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling kepada konselor d. Membantu mengembangkan suasana kelas e. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling f. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa g. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka peni laian bimbingan dan konseling dalam upaya tindak lanjut Guru juga membantu memberikan informasi tentang data siswa yang meliputi : a. Dafatar ni lai siswa b. Observasi c. Catatan anekdot (Sukardi , 2002: 52-58) Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan dan konseling di sekolah akan lebih efekti f bi la guru dapat bekerja sama dengan konselor dalam proses pembelajaran. Adanya keterbatasan-keterbatasan dari kedua belah pihak (guru dan konselor) menuntut adanya kerja sama tersebut.
  • 19. 2.1.4. Pengawas atau Supervisor Supervisi adalah pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik. (Burhanuddin, 2005: 99). Supervisi adalah bantuan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang baik. (Sukardi , 2002: 240) . Untuk menjamin teerlaksananya pelayanan bimbingan dan konseling secara tepat diperlukan kegiatan pengawasan bimbingan dan konseling baik secara teknik maupun secara administrasi . Fungsi kepengawasan layangan bimbingan dan konseling antara lain memantau, meni lai , memperbaiki , meningkatkan dan mengembangkan kegiatan layanan bimbingan dan konseling. Pengawasan tersebut ada pada setiap Kanwi l. (Sukardi , 2002:65). Selain mengawasi perkembangan dan pelaksanaan pendidikan di sekolah, pengawas juga melihat perkembangan pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah tersebut. Pengawas sekolah juga berfungsi sebagai konsultan bagi kepala sekolah, guru, maupun konselor untuk membicarakan upaya-upaya lain dalam rangka memajukan bimbingan dan konseling. Pengawas juga harus dapat mengupayakan langkah-langkah yang bisa ditempuh untuk memajukan dan menambah pengetahuan kepala sekolah, guru, dan konselor, misalnya melalui penataran, seminar, latihan-latihan demi memajukan program bimbingan dan konseling. (Umar, 2001: 119). Adapun manfaat supervisi dalam program bimbingan dan konseling adalah: a. Mengontrol kegiatan-kegiatan dari para personel bimbingan dan konseling, yaitu bagaimana pelaksanaan tugas dan tanggung jawab mereka masing-masing b. Mengontrol adanya kemungkinan hambatan-hambatan yang ditemui oleh para personel bimbingan dalam melaksanakan tugasnya masing-masing c. Memungkinkan dicarinya jalan keluar terhadap hambatan-hambatan yang ditemui d. Memungkinkan terlaksananya program bimbingan secara lancar kearah pencapaian tujuan sebagai mana yang telah ditetapkan. (Nurihsan, 2006: 68) 2.2. Fasilitas atau Sarana Prasarana Bimbingan dan Konseling Agar layanan dasar bimbingan dan konseling, renponsi f, perencanaan individual, dan dukungan sistem berfungsi efekti f diperlukan cara baru dalam mengatur fasi litas - fasi litas program bimbingan dan konseling. (Nurihsan, 2006: 63) Sarana dan prasarana yang diperlukan antara lain sebagai berikut: 2.2.1. Sarana
  • 20. a. Alat pengumpul data,seperti format-format, pedoman observasi , pedoman wawancara, angket, catatan harian, daftar ni lai prestasi belajar, dan kartu konsultasi . b. Alat penyimpanan data, seperti kartu pribadi , buku pribadi , map, dan sebagainya. c. Perlengkapan teknis, seperti buku pedoman, buku informasi , paket bimbingan, blongko surat, alat-alat tulis, dan sebagainya. 2.2.2. Prasarana a. Ruangan bimbingan dan konseling, seperti ruang tamu, ruang konsultasi , ruang diskusi , ruang dokumentasi dan sebainya. b. Anggaran biaya untuk menunjang kegiatan layanan, seperti anggaran untuk surat manyurat, transportasi , penataran, pembelian alat-alat, dan sebagainnya. (Sukardi , 2002: 63) Fasi litas dan pembiayaan merupakan aspek yang sangat penting yang harus diperhatikan dalam suatu program bimbingan dan konseling. Adapun aspek pembiayaan memerlukan perhatian yang lebih serius karena dalam kenyataannya aspek tersebut merupakan salah satu factor penghambat proses pelaksanaan bimbingan dan konseling. (Nurihsan, 2006: 59). KESIMPULAN Personel pelaksana bimbingan dan konseling di sekolah antara lain: 1. Kepala sekolah adalah penanggung jawab pelaksanaan teknis bimbingan dan konseling di sekolah. 2. Konselor adalah pelaksana utama yang mengkoordinasi semua kegiatan yang terkait dalam pelaksana bimbingan dan koseling di sekolah. 3. Guru sebagai pengajar, guru juga dapat bertugas dan berperan dalam bimbingan antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, maupun guru dengan orang tua. Sebagai pembimbing, guru merupakan tangan pertama dalam usaha membantu memecahkan kesulitan-kesulitan siswa. 4. Pengawas bertugas mengawasi perkembangan dan pelaksanaan pendidikan di sekolah, melihat perkembangan pelaksanaan bimbingan dan konse ling, dan juga berfungsi sebagai konsultan bagi kepala sekolah, guru, maupun konselor. Sarana dan prasarana bimbingan dan konseling antara lain: 1. Alat pengumpul data 2. Alat penyimpanan data 3. Perlengkapan teknis 4. Ruangan bimbingan dan konseling 5. Anggaran biaya DAFTAR PUSTAKA
  • 21. Burhanuddin, yusak. 2005. Administrasi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia Nurihsan, A. Juntika. 2006. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: Refika Aditama Soetjipto dan Raflis Kosasi . 2004. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta Sukardi , Dewa ketut. 2002. Pengantar Pelaksana Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta Umar dan sartono. 2001. Bimbingan dan Penyuluhan. Bandung: Pustaka Setia http://akhmadsudrajat.wordpress.com Tinggalkan Sebuah Komentar Pemecahan Study Kasus Bimbingan dan Konseling 13 f 2008 pada 8:30 am (Bimbingan dan Konseling) Tags: Pendidikan PENDAHULUAN Dalam perkembangan dan kehidupan setiap manusia sangat mungkin timbul berbagai permasalahan. Baik yang dialami secara individual, kelompok, dalam keluarga, lembaga tertentu atau bahkan bagian masyarakat secara lebih luas. Untuk itu ditentukan adanya bimbingan sebagai suatu usaha pemberian bantuan yang diberikan baik kepada individu maupun kelompok dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi . Salah satu hal penting yang perlu diperhatikan alam memberikan bimbingan adalah memahami individu (dalam hal ini peserta didik)secara keseluruhan, baik masalah yang dihadapinya maupun latar belakangnya. Sehingga peserta didik diharapakan dapat memperoleh bimbingan yang tepat dan terarah. Untuk dapat memahami peserta didik secara lebih mendalam, maka seorang pembimbing maupun konselor perlu mengumpulkan berbagai keterangan atau data tentang peserta didik yang meliputi berbagai aspek, seperti : aspek sosial kultural, perkembangan individu, perbedaan individu, adaptasi , masalah belajar dan sebagainya. Dalam rangka mencari informasi tentang sebab-sebab timbulnya masalah serta untuk menentukan langkah-langkah penanganan masalah tersebut maka diperlukan adanya suatu tehnik atau metode pengumpulan data atau fakta - fakta yang terkait dengan permasalahan yang ada. Salah satu tehnik atau metode pengumpulan data atau fakta adalah studi kasus. Pada praktiknya studi kasus diselenggarakan melalui cara-cara yang bervariasi , seperti analisis laporan sesaat (anecdotal report), otobiografi klien, deskripsi tentang tingkah laku, perkembangan klien dari waktu ke waktu (case history), himpunan data (cumulative records), konperensi kasus (case conference) seperti yang diungkapkan Jones, 1951; Mc Daniels, 1957; Tolbert, 1959; Bernard&Fulmer, 1969; Patterson, 1978; Fisher, 1978 (dalam Prayitno, 1999; 38) PEMBAHASAN
  • 22. 1. Tinjauan Awal Tentang Kasus Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata kasus dapat berarti soal atau perkara dapat juga berarti keadaan atau kondisi khusus yang berhubungan dengan seseorang atau suatu hal. Jika isti lah kasus itu dihubungk an dengan seseorang, maka ini dapat berarti bahwa pada orang yang dimaksudkan terdapat “soal”atau”pe rkara”te rte ntu. Namun dalam hal i ni yang pe rlu di gari sbawahi pemakaian istilah kasus dalam dalam bimbingan dan konseling tidaklah mengarah pada pengertian-pengertian tentang soal-soal ataupun perkara-perkara yang berkaitan dengan tindak kriminal, perdata ataupun urusan polisi dan urusan-urusan lain yang bersangkut paut dengan pihak-pihak yang berwajib, melainkan lebih di fokuskan pada kasus dalam pembelajaran pada suatu instansi lembaga pendidikan maupun sekolah. Isti lah “Kasus”dalam bimbi ngan dan konse li ng di gunakan se ke dar untuk menunjukkan bahwa ada permasalahan tertentu pada diri seseorang yang perlu mendapatkan perhatian dan pemecahan demi kebaikan orang tersebut. Misalnya kasus seorang mahasiswi bernama Dewi . Kasus Dewi menyangkut prestasi akademiknya yang merosot, sering datang terlambat dikelas, kurang bersosialisasi dengan teman-temannya, dan sebagainya. Jika tidak segera ditangani permasalahannya, dikhawatirkan akan berdampak negati f pada Dewi sendiri . Kasus Dewi ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan tindakan kriminal, polisi maupun hukum. Namun kasus ini harus segera ditangani dengan melibatkan Dewi sendiri dan orang lain yang dapat memberikan kontribusi dalam pemecahan masalahnya keterlibatan orang lain dalam hal ini bukanlah sebagai saksi seperti dalam kasus kriminal dan hal inipun harus sepengetahuan dan seizing dari Dewi . Langkah ini ditempuh agar Dewi tidak merasa bahwa dia tengah dihakimi , dicela ataupun privasinya dibuka didepan orang banyak dsb. Sebaliknya pembicaraan mengenai permasalahan yang dihadapinya dimaksudkan untuk memahami permasalahannya dzn untuk mendapatkan jalan keluar tepat dan berhasi l, sehingga ia dapat kembali pada keadaan yang menyenangkan dan membahagiakannya. 2. Pemahaman Terhadap Kasus Untuk mengetahui seluk beluk sebuah kasus lebih jauh maka konselor tidak mengerti permasalahan atas dasar deskripsi yang telah dikemukakan pada awal pengenalan kasus semata-mata. Namun diperlukan pemahaman yang lebih mendalam. Karena bisa jadi permasalahan yang terkandung dalam sebuah kasus seperti fenomena gunung es yang terapung di lautan, dimana yang tampak di permukaan air hanya sedikit saja, padahal bagian yang berada di permukaan laut besarnya sukar diukur. Dalam rangka mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai sebuah kasus perlu di lakukan penjelajahan yang luas dan intensi f misalnya melalui wawancara dengan siswa tersebut (wawancara konseling), memeriksa kumpulan data (commulati f record) yang ada disekolah, ataupun kunjungan rumah. Dari penjelajahan yang luas dan intensi f akan terungkap berbagai hal yang akan memberikan gambaran dan pemahaman yang lebih luas dan komprehensi f tentang kasus itu. Baik permasalahan yang menyangkut individualitas, sosialitas, moralitas, maupun Religiusitasnya.
  • 23. Kemudian terdapat hal lain yang dapat menjadi bekal bagi pengembangan pemahaman terhadap suatu kasus ialah bagaimana memprediksi berbagai kemungkinan yang bersangkut paut dengan kasus itu di l ihat dari rincian permasalahannya, penyebabnya dan kemungkinan akibat-akibat yang akan muncul. Seorang konselor perlu mengembangkan konsep atau ide -ide mengenai rincian masalah, kemungkinan sebab dan juga kemungkinan akibatnya. Karena hal itu merupakan bekal dan ancangan bagi konselor untuk memperoleh pemahaman yang mantap mengenai kasus yang sedang ditangani . Sekali lagi ditekankan bahwa ide-ide itu sebaiknya tidak boleh menjadi alasan yang menutup kemungkinan terungkapnya fakta-fakta baru dalam proses penjelajahan masalah secara lebih intensi f, konselor tidak boleh terikat dan secara kaku berpegang pada ide-idenya, karena bisa jadi ide -ide yang dikembangkan itu tidak sesuai atau bahkan bertentangan dengan kenyataan yang diperoleh melalui pendalaman masalah (Prayitno: 1999) 3. Penanganan Terhadap Kasus Penanganan kasus adalah keseluruhan perhatian dan tindakan seseorang terhadap kasus (yang dialami oleh seseorang) yang dihadapkan kepadanya sejak awal sampai dengan akhirnya perhatian atau tindakan tersebut (i bid: 77) Dalam menangani sebuah kasus, seorang konselor melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut: 1.) Pengenalan awal tentang kasus (dimulai sejak awal kasus itu dihadapkan); 2.) Pengembangan ide-ide tentang rincian masalah yang terkandung didalam kasus itu; 3.) Penjelajahan lebih lanjut tentang segala seluk beluk kasus tersebut; 4.) Mengusahakan upaya-upaya kasus untuk mengatasi atau memecahkan sumber pokok permasalahan. Penanganan sebuah kasus dapat dipandang sebagai upaya-upaya khusus untuk secara langsung menangani sumber pokok permasalahan dengan tujuan utama teratasinya permasalahan yang dimaksudkan. Penanganan kasus dalam pengertian yang khusus, menghendaki strategi dan tehnik -tehnik yang si fatnya khas sesuai dengan pokok permasalahan yang akan ditangani . Disini lah keahlian konselor diperlukan untuk menjelajahi masalah, penetapan masalah pokok yang menjadi sumber permasalahan secara umum, pemi lihan strategi dan tehnik penanganan masalah pokok itu, serta penerapan strategi dan tehnik yang dipi lihnya itu. Berikut ini salah satu contoh kasus beserta urutan penanganannya: “Dimas, se orang si swa SMA ke las III IPS; me nunjukkan ge jala jarang masuk sekolah, sering melangggar tata tertib sekolah dan prestasi belajarnya rendah. Dia sering membolos terutama jika akan menghadpai mata pelajaran Matematika. Pada akhir tahun lalu, dia termasuk salah satu siswa yang dipermasalahkan kenaikan kelasnya. Dirumah dia tidak mempunyai tempat belajar sendiri dan dia belajar ditempat tidurnya. Ia banyak membantu kegiatan keluarga sehinga sering terlambat masuk sekolah. Sedangkan data lain menunjukkan bahwa siswa tersebut adalah anak keenam dari sebelas bersaudara. Tiga saudaranya sudah berada di
  • 24. perguruan tinggi , dan salah seorang adiknya juga dikelas III IPA disekolah yang sama. Dia sebenarnya kurang berminat terhadap bidang studi IPA. Dalam menyelesaikan salah satu tugas rumahnya pernah terjadi bentrok dengan salah se orang gurunya”. Dari contoh kasus diatas, kita dapat membayangkan berbagai permasalahan yang dialami oleh Dimas, dan kita dapat mengenalinya melalui : 1.) Deskripsi Awal Kasus Deskripsi awal kasus menunjukkan bahwa dari dimensi individualitas, Dimas memi liki prestasi belajar rendah dan kurang berminat pada IPA; dimensi sosialitas menunjukkan dia pernah bentrok dengan guru; dimensi moralitas menunjukkan dia suka melanggar tata tertib, membolos dan sering terlambat masuk sekolah. 2.) Ide-ide tentang rincian permasalahan; kemungkinan sebab dan akibat dari permasalahan, misalnya prestasi belajar rendah a. Gambaran yang lebih rinci : - ni lai raport banyak merahnya - ni lai tugas, ulangan dan ujian rendah - peringkat dibawah rata-rata, dsb b. Kemungkinan sebab: - intelegensi dibawah rata-rata - malas belajar - kurang minat dan perhatian, dll c. Kemungkinan akibat: - minat belajar semakin berkurang - tidak naik kelas - dikeluarkan dari sekolah, dsb 3.) upaya dan hasi l penjelajahan lebih lanjut terhadap setiap permasalahan yang terkandung dalam kasus yang dimaksud. Penjelajahan masalah atau studi kasus yang lebih menyeluruh dan lengkap dapat ditempuh melalui berbagai cara seperti wawancara, analisis terhadap laporan sesaat (anecdotal report), perkembangan anak atau klien dari waktu ke waktu (case history), himpunan data (cumulative record), cerita tentang anak atau klien (otobiografi ), konferensi kasus (case conference)
  • 25. 4.) upaya penanganan secara khusus terhadap permasalahan pokok yang menjadi sumber permasalahan pada umumnya Penanganan sebuah kasus bukanlah hal yang mudah. Partisipasi akti f dari orang yang mengalami masalah serta orang-orang yang amat besar pengaruhnya kepada orang yang mengalami masalah seperti orang tua, guru dan orang lain yang amat dekat hubungannya mutlak diperlukan. Tanpa partisipasi akti f dari orang yang bermasalah serta orang-orang dekat disekitarnya, keberhasi lan upaya bimbingan dan konseling amat diragukan atau bahkan gagal sama sekali , sehingga masalah tidak terpecahkan. Selain itu, pihak lain yang perlu di libatkan adalah berbagai unsur yang terdapat di lingkungan orang yang mengalami masalah baik lingkungan sosial, fisik, maupun lingkungan budaya. Termasuk dalam kategori ini adalah para ahli bidang-bidang tertentu, seperti dokter, psikiater, ahli hukum dan lain-lain (Prayitno; 1999: 81) Kaitannya dengan pihak-pihak yang terlibat dalam upaya bimbingan dan konseling, terdapat beberapa hal yag perlu diperhatikan, yaitu: a. Perlibatan pihak-pihak, sumber dan unsur-unsur lain di luar diri orang yang mengalami masalah: 1.) harus sepengetahuan dan seizin orang yang mengalami masalah 2.) bersi fat suka rela dan tidak merugikan pihak-pihak yang di libatkan b. pihak-pihak yang di libatkan, dipi lih secara seksama: 1.) agar dapat bermanfaat secara efekti f dan efisien 2.) agar dapat disinkronisasi , dipantau dan dikontrol 3.) sesuai dengan azas-azas bimbingan dan konseling c. ada penjelasan rinci tentang peranan masing-masing pihak yang di libatkan terhadap pihak yang di libatkan dan bagi orang yang mengalami masalah itu sendiri . 4. Penyikapan Terhadap Kasus Penyikapan terhadap sebuah kasus berlangsung sejak awal penerimaan kasus untuk ditangani sampai dengan berakhirnya keterlibatan perhatian dan tindakan konselor terhadap kasus tersebut. Penyikapan pada umumnya mengandung unsur-unsur kognisi , afeksi dan perlakuan terhadap obyek yang disikapinya. Unsur-unsur kognisi yang mendasari penyikapan terhadap kasus pada garis besarnya adalah sebagai berikut:
  • 26. 1.) Keyakinan dan penghayatan bahwa manusia ditakdirkan sebagai mahluk yang paling indah dan berderajat paling tinggi . Hal itu terwujud dalam bentuk kesenangan dan kebahagiaan hidup didunia dan di akhirat 2.) Pemahaman dan penghayatan bahwa untuk menuju perwujudan manusia seutuhnya empat dimensi kemanusiaan harus dikembangkan secara serempak dan optimal 3.) Pemahaman ddan penghayatan setiap orang dapat mengalami permasalahan dalam hidupnya dan dapat mengganggu perkembangan keempat dimensi kemanusiaannya 4.) Pemahaman dan penghayatan bahwa faktor-faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap pengembangan dimensi -dimensi kemanusiaan disatu sisi dan di sisi lain juga mempengaruhi timbulnya permasalahan 5.) Pemahaman dan penghayatan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling mampu memberikan bantuan kepada orang-orang dalam rangka mengatasi masalah yang dihadapinya 6.) Pemahaman dan penghayatan bahwa orang yang sedang mengalami masalah tidak dianggap sebagai orang yang terlibat tindak kriminal ataupun orang yang sakit. Tetapi dianggap sebagai orang yang normal dan sehat 7.) Pemahaman dan penghayatan bahwa perlu upaya pendalaman lebih lanjut demi mencapai pemahaman yang lengkap dan mantap berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi 8.) Pemahaman dan penghayatan diperlukan tehnik dan strategi dalam mengatasi masalah yang dialami seseorang 9.) Pemahaman dan penghayatan bhawa dalam menangani permasalahan seseorang perlu melibatkan berbagai pihak, sumber dan unsur untuk secara efekti f dan efisien mengatasi permasalahan. Selanjutnya unsur-unsur kogniti f tersebut diatas dapat diwujudkan dalam bentuk tingkah laku yang mencerminkan kecenderungan efekti f, seperti : 1.) memberi penghargaan dan penghormatan yan setinggi -tingginya terhadap kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun kelompok. 2.) Konselor berupaya ikut mengembangkan empat dimensi kemanusiaan secara serasi dan seimbang menuju perwujudan manusia seutuhnya. 3.) Merasa prihatin dan menaruh simpai kepada orang-orang yang mengalami permasalahan 4.) Berusaha seoptimal mungkin menerapkan keahlian yang dimi liki untuk membantu menyelesaikan permasalahan seseorang dengan cepat dan tepat 5.) Bersikap positi f terhadap orang-orang yang mengalami masalah
  • 27. 6.) Bertindak hati -hati , teliti , tekun dan bertanggung jawab dalam menangani permasalahan seseorang 7.) Mengembangkan wawasan, ide, strategi dan teknik serta menerapkannya dengan tepat 8.) Tidak menyelesaikan permasalahan seseorang sendirian saja, namun harus melibatkan pihak dan sumber yang dimungkinkan dapat memberi bantuan dalam penyelesaian seseorang 9.) Tidak menutup kemungkinan untuk mengalihtangankan penanganan masalah kepada pihak lain yang lebih ahli Kemudian pemahaman dan penghayatan yang diwarnai oleh kecenderungan efeksi itu dapat secara nyata diwujudkan dalam bentuk perlakuan terhadap kasus dan upaya penanganannya. Perlakuan itu antara lain dapat berbentuk: 1) Menerima kasus yang dipercayakan kepadanya dengan penuh rasa tanggung jawab 2) Mengembangkan wawasan tentang kasus itu secara lebih rinci , baik mengenai sebab timbulnya permasalahan maupun akibatnya jika permasalahan tidak ditangani 3) Mengembangkan strategi dan menerapkan teknik-teknik yang tepat untuk mengatasi sumber-sumber pokok permasalahan 4) Melibatkan berbagai pihak, sumber dan unsur jika diyakini hal -hal tersebut akan membantu pemecahan masalah 5) Mengkaji upaya pemecahan masalah sampai seberapa jauh upaya tersebut menampakkan hasi l. Unsur kognisi , afeksi dan perlakuan setidaknya menjadi dasar penyikapan seseorang (konselor) terhadap kasus yang dipercayakan kepadanya. Dan hal itu menjadi wujud nyata dalam proses pelayanan bimbingan dan konseling di samping itu kepribadian dan keahlian konselor juga ikut memberi kontribusi dalam proses pelayanan bimbingan dan konseling KESIMPULAN Kasus adalah kesatuan kondisi yang mengindikasikan satu atau sejumlah masalah yang dialami oleh seorang individu. Masalah-masalah tersebut dapat berkenaan dengan keempat dimensi kemanusiaan kasus-kasus itu dihadapkan pada konselor agar permasalahan itu bisa diatasi dan individu terbebas dari permasalahan yang meli litnya. Seorang konselor harus memi liki wawasan, pemahaman dan penyikapan terhadap kasus pada umumnya, serta pemahaman dan cara-cara penanganan masalah-masalah yang terkandung dalam setiap kasus.
  • 28. Hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang konselor dari sebuah kasus adalah bahwa kasus yang ditanganinya tidak ada kaitannya dengan perkara criminal ataupun perdata, dan konselor tidak menangani kasus-kasus berkenaan dengan keadaan sakit ataupun ketidaknormalan secara fisik, konselor juga tidak boleh memandang suatu kasus dari berat ringannya, tetapi kasus itu hendaknya ditangani secara professional dan bertanggung jawab. Konselor harus memi liki wawasan yang luas tentang berbagai masalah yang terkandung dalam sebuah kasus. Wawasan itu tercakup konsep-konsep atau ide-ide tentang rincian setiap masalah serta kemungkinan sebab-sebab dan akibat-akibatnya sedapat mungkin dikuasai oleh konselor. Konsep atau ide itu akan memberikan arahan awal untuk melakukan pendalaman masalah melalui berbagai cara, seperti wawancara langsung dengan individu penyandang kasus, analisis otobiografi , tingkah laku, perkembangan, kumpulan data, konferensi kasus. Penjelajahan dan penanganan masalah di lakukan dengan mengakti fkan berbagai pihak dan sumber yang terkait dengan kasus yang sedang ditangani . Penyikapan konselor terhadap setiap kasus yang ditangani konselor sejak awal menerima kasus sampai dengan selesainya penanganan kasus tersebut. Unsur - unsur kognisi , afeksi, dan perlakuan terkait langsung dengan penyikapan konselor terhadap suatu kasus. Tinggalkan Sebuah Komentar Landasan Bimbingan dan Konseling 12 f 2008 pada 8:14 am (Bimbingan dan Konseling) Tags: Pendidikan PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Setelah memahami pengertian bimbingan dan konseling pada materi sebelumnya, kami dalam makalah ini akan menguraikan berbagai hal yang menjadi landasan pelayanan bimbingan dan konseling. Landasan tersebut meliputi landasan fi losofis, religius, psikologis, sosial budaya, pedagogis. Paparan tentang landasan fi losofis membahas tentang hakikat manusia. Uraian landasan fi losofis menyangkut empat dimensi kemanusiaan dan berbagai pemikiran tentang evolusi perkembangan manusia, tinjauan psikologis tentang manusia, serta hakikat tentang tujuan dan tugas kehidupan manusia. Landasan religius masih berbicara tentang manusia, tetapi khusus dikaitkan pada aspek-aspek keagamaan. Pemuliaan kemanusiaan manusia sebagai makhluk Tuhan menjadi focus pembahasan. Uraian tentang landasan psikologis mengemukakan berbagai hal pokok yang amat besar pengaruhnya terhadap pelayanan bimbingan dan konseling, yaitu tentang tingkah laku, moti f dan motivasi , pembawaan dan lingkungan, perkembangan dan tugas-tugas perkembangan, belajar dan penguatan dan kepribadian. Sedangkan tentang landasan sosial budaya dibahas pengaruh sosial
  • 29. budaya terhadap individu, hambatan-hambatan komunikasi dan penyesuaian diri sebagai dampak perbedaan antar budaya serta pengaruh perbedaan antar budaya itu terhadap layanan bimbingan dan konseling. Tentang landasan i lmiah dan teknologis dibahas secara garis besar kei lmuan bimbingan dan konseling, Peranan i lmu-i lmu lain dan teknologi, serta peranan penelitian dalam pengembangan bimbingan dan konseling. Terakhir di bahas tentang peranan secara hakiki pendidikan terhadap pelayanan bimbingan dan konseling. 2. Rumusun Masalah - Apa saja landasan yang digunakan dalam bimbingan dan konseling? - Bagaimanakah implikasi landasan-landasan tersebut dalam bimbingan dan konseling? 3. Tujuan - Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman/ pengetahuan tentang landasan-landasan apa saja yang digunakan dalam bimbingan dan konseling dan implikasinya terhadap penerapan BK itu sendiri . 4. Manfaat Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: a. Mahasiswa dapat mengetahui tentang landasan-landasan yang digunakan dalam bimbingan konseling. b. Dapat memberi sumbangsih pengetahuan dalam pembelajaran mata kuliah bimbingan dan konseling. PEMBAHASAN A. LANDASAN DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING 1. LANDASAN FILOSOFIS 1.1 Makna dan Fungsi Prinsip-prinsip Filosofis Bimbingan Konseling Kata fi losofis atau fi lsafat berasal dari bahasa Yunani : Phi los berarti cinta dan sophos berarti bi jaksana, jadi fi losofis berarti kecintaan terhadap ke bi jaksanaan. Si kun pri badi me ngarti kan fi lsafat se bagai suatu “usaha manusia untuk memperoleh pandangan atau konsepsi tentang segala yang ada, dan apa makna hi dup manusi a di alam seme sta i ni ”.[1] Fi lsafat mempunyai fungsi dalam kehidupan manusia, yaitu bahwa :
  • 30. 1) Setiap manusia harus mengambi l keputusan atau tindakan, 2) Keputusan yang diambi l adalah keputusan diri sendiri 3) Dengan berfi lsafat dapat mengurangi salah paham dan konflik, dan 4) Untuk menghadapi banyak kesimpangsiuran dan dunia yang selalu berubah. Dengan berfi lsafat seseorang akan memperoleh wawasan atau cakrawala pemikiran yang luas sehingga dapat mengambi l keputusan yang tepat John J. Pietrofesa et. al. (1980) mengemukakan pendapat James Cribin tentang prinsip-prinsip fi losofis dalam bimbingan sebagai berikut: a. Bimbingan hendaknya didasarkan kepada pengakuan akan kemuliaan dan harga diri individu dan hak-haknya untuk mendapat bantuannya. b. Bimbingan merupakan proses yang berkeseimbangan c. Bimbingan harus Respek terhadap hak-hak klien d. Bimbingan bukan prerogati f kelompok khusus profesi kesehatan mental e. Fokus bimbingan adalah membantu individu dalam merealisasikan potensi dirinya f. Bimbingan merupakan bagian dari pendidikan yang bersi fat individualisasi dan sosialisasi 1.2 Hakikat Manusia a. B.F Skinner dan Watsan (Gerold Corey, Terjemahan E. Koeswara, 1988). Mengemukakan tentang hakekat manusia: - Manusia dipandang memi liki kecenderungan-kecenderungan positi f dan negati f yang sama - Manusia pada dasarnya dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial budaya - Segenap tingkah laku manusia itu dipelajari - Manusia tidak memi liki kemampuan untuk membentuk nasibnya sendiri b.Virginia Satir (Dalam Thompson dan Rodolph, 1983). Memandang bahwa manusia pada hakekatnya positi f, Satir berkesimpulan bahwa pada setiap saat, dalam suasana apapun juga, manusia dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu.
  • 31. Upaya-upaya bimbingan dan konseling perlu didasarkan pada pemahaman tentang hakekat manusia agar upaya-upaya tersebut dapat lebih efekti f. 1.3 Tugas dan Tujuan Kehidupan Witner dan Sweeney (dalam Prayitno dan Erman Anti , 2002) mengemukakan bahwa ciri -ciri hidup sehat ditandai dengan 5 kategori , yaitu: - Spiritualitas ~ agama sebagai sumber inti dari hidup sehat. - Pengaturan diri ~ seseorang yang mengamalkan hidup sehat pada dirinya terdapat ciri -ciri 1. rasa diri berguna, 2. pengendalian diri , 3.pandangan realistik, 4. spontanitas dan kepekaan emosional, 5. kemampuan rekayasa intelektual, 6. pemecahan masalah, 7. kreati f, 8. kemampuan berhumor dan, 9. kebugaran jasmani dan kebiasaan hidup sehat. - Bekerja ~ untuk memperoleh keuntungan ekonomis, psikologis dan sosial - Persahabatan ~ persahabatan memberikan 3 keutamaan dalam hidup yaitu 1. dukungan emosional 2. dukungan material 3. dukungan informasi . - Cinta ~ penelitian flanagan 1978 (dalam Prayitno dan Erman Anti , 2006) menemukan bahwa pasangan hidup suami istri , anak dan teman merupakan tiga pi lar utama bagi keseluruhan pencipta kebahagiaan manusia. Paparan tentang hakikat, tujuan dan tugas kehidupan manusia diatas mempunyai implikasi kepada layanan bimbingan dan konseling. B. Landasan Historis 1. Sekilas tentang sejarah bimbingan dan konseling Secara umum, konsep bimbingan dan konseling telah lama dikenal manusia melalui sejarah. Sejarah tentang pengembangan potensi individu dapat ditelusuri dari masyarakat yunani kono. Mereka menekankan upaya - upaya untuk mengembangkan dan menguatkan individu melalui pendidikan. Plato dipandang sebagan koselor Yunani Kuno karena di a telah menaruh perhatian besar terhadap masalah-masalah pemahaman psikologis individu seperti menyangkut aspek isu-isu moral, pendidikan, hubungan dalam masyarakat dan teologis. 1. Perkembangan Layanan Bimbingan di Amerika Sampai awal abad ke-20 belum ada konselor disekolah. Pada saat itu pekerjaan-pekerjaan konselor masih ditangani oleh para guru. Gerakan bimbingan disekolah mulai berkembang sebagai dampak dari revolusi industri dan keragaman latar belakang para siswa yang masuk kesekolah-sekolah negeri . Tahun 1898 Jesse B. Davis, seorang konselor di
  • 32. Detroit mulai memberikan layanan konseling pendidikan dan pekerjaan di SMA. Pada tahun 1907 dia memasukkan program bimbingan di sekolah tersebut. Pada waktu yang sama para ahli yang juga mengembangkan program bimbingan ini diantaranya; Eli Weaper, Frank Parson, E.G Wi ll Amson, Carlr. Rogers. - Eli We ape r pada tahun 1906 me ne rbi tkan buku te ntang “memi lih suatu kari r” dan membentuk komite guru pembimbing disetiap sekolah menengah di New York. Kamite tersebut berge rak untuk membantu para pemuda dalam menemukan kemampuan-kemampuan dan belajar tentang bimbingan menggunakan kemampuan-kemampuan tersebut dalam rangka menjadi seorang pekerja yang produkti f. - Frank Parson di ke nal se bagai “Father of The Guedance Movement in American Education”. Me ndi ri kan bi ro pe ke rjaan tahun 1908 di Boston Massachussets, yang bertujuan membantu pemuda dalam memi lih karir uang didasarkan atas proses seleksi secara i lmiyah dan melatih guru untuk memberikan pelayanan sebagai koselor. Bradley (John J.Pie Trafesa et. al., 1980) menambah satu tahapan dari tiga tahapan tentang sejarah bimbingan menurut Sti ller, yaitu sebagai berikut: 1) Vocational exploration : Tahapan yang menekankan tentang analisis individual dan pasaran kerja 2) Metting Individual Needs : Tahapan yang menekankan membantu individu agar meeting memperoleh kepuasan kebutuhan hidupnya. Perkembangan BK pada tahapan ini dipengaruhi oleh diri dan memecahkan masalahnya sendiri . 3) Transisional Professionalism : Tahapan yang memfokuskan perhatian kepada upaya profesionalisasi konselor 4) Situasional Diagnosis : Tahapan sebagai periode perubahan dan inovasi pada tahapan ini memfokuskan pada analisis lingkungan dalam proses bimbingan dan gerakan cara-cara yang hanya terpusat pada individu. 1. Perkembangan Layanan Bimbingan Di Indonesia Layanan BK di industri Indonesia telah mulai dibicarakan sejak tahun 1962. ditandai dengan adanya perubahan sistem pendidikan di SMA yakni dengan adanya program penjurusan, program penjurusan merupakan respon akan kebutuhan untuk menyalurkan siswa kejurusan yang tepat bagi dirinya secara perorangan. Puncak dari usaha ini didirikan jurusan Bimbingan dan penyuluhan di Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Negeri , salah satu yang membuka jurusan tersebut adalah IKIP Bandung (sekrang berganti nama Universitas Pendidikan Indonesia).
  • 33. Dengan adanya gagasan sekolah pembangunan pada tahun 1970/1971, peranan bimbingan kembali mendapat perhatian. Gagasan sekolah pembangunan ini dituangkan dalam program sekolah menengah pembangunan persiapan, yang berupa proyek percobaan dan peralihan dari sistem persekolahan Cuma menjadi sekolah pembangunan. Sistem sekolah pembangunan tersebut di laksanakan melalui proyek pembaharuan pendidikan yang dinamai PPSP (Proyek Perintis Sekolah Pembangunan) yang diujicobakan di 8 IKIP. Badan pengembangan pendidikan berhasi l menyusun 2 naskah penting yakni dengan pola dasar rencana-rencana pembangunan program Bimbingan dan penyuluhan melalui proyek -proyek perintis sekolah pembangunan dan pedoman operasional pelayanan bimbingan pada PPSP. Secara resmi BK di programkan disekolah sejak diberlakukan kurikulum 1975, tahun 1975 berdiri ikatan petugas bimbingan Indonesia (IPBI) di Malang. Penyempurnaan kurikulum 1975 ke kurikulum 1984 dengan memasukkan bimbingan karir di dalamnya. Selanjutnya UU No. 0/1989 tentang Sisdiknas membuat mantap posisi bimbingan dan konseling yang kian diperkuat dengan PP No. 20 Bab X Pasal 25/1990 dan PP No. 29 Bab X Pal 27/1990 yang me nyatakan bahwa “Bimbi ngan me rupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi , mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan. Perkembangan BK di Indonesia semakin mantap dengan berubahnya 1 PBI menjadi ABKIN (Asuransi Bimbingan dan Konseling Indonesia) tapa tahun 2001. C. Landasan Religius Dalam landasan religius BK diperlukan penekanan pada 3 hal pokok: a. Keyakinan bahwa mnusia dan seluruh alam adalah mahluk tuhan b. Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan kearah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama c. Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan perangkat budaya serta kemasyarakatan yang sesuai dengan kaidah-kaidah agama untuk membentuk perkembangan dan pemecahan masalah individu Landasan Religius berkenaan dengan : 1. Manusia sebagai Mahluk Tuhan Manusia adalah mahluk Tuhan yang memi liki sisi -sisi kemanusiaan. Sisi-sisi kemanusiaan tersebut tdiak boleh dibiarkan agar tidak mengarah pada hal-hal negati f. Perlu adanya bimbingan yang akan mengarahkan sisi -sisi kemanusiaan tersebut pada hal-hal positi f.
  • 34. 1. Sikap Keberagamaan Agama yang menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat menjadi isi dari sikap keberagamaan. Sikap keberagamaan tersebut pertama di fokuskan pada agama itu sendiri , agama harus dipandang sebagai pedoman penting dalam hidup, ni lai -ni lainya harus diresapi dan diamalkan. Kedua, menyikapi peningkatan iptek sebagai upaya lanjut dari penyeimbang kehidupan dunia dan akhirat. 1. Peranan Agama Pemanfaatan unsur-unsur agama hendaknya di lakukan secara wajar, tidak dipaksakan dan tepat menempatkan klien sebagai seorang yang bebas dan berhak mengambi l keputusan sendiri sehingga agama dapat berperan positi f dalam konseling yang di lakukan agama sebagai pedoman hidup ia memi liki fungsi : a. Memelihara fitrah b. Memelihara jiwa c. Memelihara akal d. Memelihara keturunan D. Landasan Psikologis Landasan prikologis dalam BK memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang menajadi sasaran (klien). Hal ini sangat penting karena bidang garapan bimbingan dan konseling adalah tingkah laku klien, yaitu tingkah laku yang perlu diubah atau dikembangkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi Untuk keperluan bimbingan dan konseling sejumlah daerah kajian dalam bidang psikologi perlu dikuasai , yaitu tentang: 1. Moti f dan motivasi 2. Pembawaan dasar dan lingkungan 3. Perkembangan individu 4. Belajar, balikan dan penguatan 5. Kepribadian E. Landasan Sosial Budaya Kebudayaan akan bimbingan timbul karena terdapat faktor yang menambah rumitnya keadaan masyarakat dimana individu itu hidup. Faktor-faktor tersebut seperti perubahan kontelasi keuangan, perkembagan pendidikan, dunia -dunia
  • 35. kerja, perkembangan komunikasi dll (Jonh), Pietrofesa dkk, 1980; M. Surya & Rochman N, 1986; dan Rocman N, 1987) 1. Individu sebagai Produk Lingkungan Sosial Budaya MC Daniel memandang setiap anak, sejak lahirnya harus memenuhi tidak hanya tuntutan biologisnya, tepapi juga tuntutan budaya ditempat ia hidup, tuntutan Budaya itu menghendaki agar ia mengembangkan tingkah lakunya sehingga sesuai dengan pola-pola yang dapat diterima dalam budaya tersebut.[2] Tolbert memandang bahwa organisasi sosial, lembaga keagamaan, kemasyarakatan, pribadi , dan keluarga, politik dan masyarakat secara menyeluruh memberikan pengaruh yang kuat terhadap sikap, kesempatan dan pola hidup warganya. Unsur-unsur budaya yang ditawarkan oleh organisasi dan budaya lembaga-lembaga tersebut mempengaruhi apa yang di lakukan dan dipikirkan oleh individu, tingkat pendidikan yang ingin dicapainya, tujuan-tujuan dan jenis-jenis pekerjaan yang dipi lihnya, rekreasinya dan kelompok - kelompok yang dimasukinya.[3] Bimbingan konseling harus mempertimbangkan aspek sosial budaya dalam pelayanannya agar menghasi lkan pelayanan yang lebih efekti f. 1. Bimbingan dan Konseling Antara Budaya Menurut Pedersen, dkk ada 5 macam sumber hambatan yang mungkin timbul dalam komunikasi non verbal, stereotip, kecenderungan meni lai , dan kecemasan[4]. Perbedaan dalam latar belakang ras atau etnik, kelas sosial ekonomi dan pola bahasa menimbulkan masalah dalam hubungan konseling. Beberapa Hipotesis yang dikemukakan Pedersen dkk (1976) tentang berbagai aspek konseling budaya antara lain: - Makin besar kesamaan harapan tentang tujuan konseling antara budaya pada diri konselor dan klien maka konseling akan berhasi l - Makin besar kesamaan pemohonan tentang ketergantungan, komunikasi terbuka, maka makin efekti f konseling tersebut - Makin sederhana harapan yang di inginkan oleh klien maka makin berhasi l konseling tersebut - Makin bersi fat personal, penuh suasana emosional suasana konseling antar budaya makin memudahkan konselor memahami klien. - Keefekti fan konseling antara budaya tergantung pada kesensiti fan konselor terhadap proses komunikasi
  • 36. - Keefekti fan konseling akan meningkat jika ada latihan khusus serta pemahaman terhadap permasalahan hidup yang sesuai dengan budaya tersebut. - Makin klien kurang memahami proses konseling makin perlu konselor /program konseling antara budaya memberikan pengarahan tentang proses ketrampi lan berkomunikasi , pengambi lan keputusan dan transfer. F. Landasan ilmiah dan Teknologis Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan professional yang memi liki dasar-dasar kei lmuan, baik yang menyangkut teori -teorinya, pelaksanaan kegiatannya, maupun pengembangan-pengembangan layanan itu secara berkelanjutan. 1. Keilmuan Bimbingan dan Konseling Ilmu bimbingan dan konseling adalah berbagai pengetahuan tentang bimbingan dan konseling yang tersusun secara logis dan sistematik. Sebagai layaknya i lmu-i lmu yang lain, i lmu bimbingan dankonseling mempunyai obyek kajiannya sendiri , metode pengalihan pengetahuan yang menjadi ruang lingkupnya, dan sistematika pemaparannya. Obyek kajian bimbingan dan konseling ialah upaya bantuan yang diberikan kepada individu yang mangacu pada ke -4 fungsi pelayanan yakni fungsi pemahaman, pencegahan, pengentasan dan pemeliharaan/ pengembangan. Dalam menjabarkan tentang bimbingan dan konseling dapat digunakan berbagai cara/ metode, seperti pengamatan, wawancara, analisis document (Riwayat hidup, laporan perkembangan), prosedur teks penelitian, buku teks, dan tulisan-tulisan i lmiah lainnya mengenai obyek kajian bimbingan dan konseling merupakan wujud dari kei lmuan bimbingan dan konseling. 2. Peran Ilmu Lain dan Teknologi dalam Bimbingan dan Konseling Bimbingan dan konseling merupakan i lmu yang bersi fat multireferensial, artinya i lmu dengan rujukan berbagai i lmu yang lain. Misalnya i lmu statistik dan evaluasi memberikan pemahaman dan tehnik-tehnik. Pengukuran dan evaluasi karakteristik individu; biologi memberikan pemahaman tentang kehidupan kejasmanian individu. Hal itu sangat penting bagi teori dan praktek bimbingan dan konseling. 3. Pengembangan Bimbingan Konseling Melalui Penelitian Pengembangan teori dan pendekatan bimbingan dan konseling boleh jadi dapat dikembangkan melalui proses pemikiran dan perenungan, namun pengembangan yang lebih lengkap dan teruji didalam praktek adalah apabi la pemikiran dan perenungan itu memperhatikan pula hasi l-hasi l penelitian di lapangan. Melalui penelitian suatu teori dan praktek bimbingan dan konseling menemukan pembuktian tentang ketepatan/ keefekti fan di lapangan. Layanan bimbingan dan konseling akan semakin berkembangan dan maju jika dilakukan penelitian secara terus menerus terhadap berbagai aspek yang berhubungan dengan BK.
  • 37. G. Landasan Pedagogis Pendidikan itu merupakan salah satu lembaga sosial yang universal dan berfungsi sebagai sarana reproduksi sosial ( Budi Santoso, 1992) 1. Pendidikan sebagai upaya pengembangan Individu: Bimbingan merupakan bentuk upaya pendidikan. Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Seorang bagi manusia hanya akan dapat menjadi manusia sesuai dengan tuntutan budaya hanya melalui pendidikan. Tanpa pendidikan, bagi manusia yang telah lahir itu tidak akan mampu memperkembangkan dimensi keindividualannya, kesosialisasinya, kesosi laanya dan keberagamaanya. Undang-Undang No. 2 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menetapkan pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara akti f mengembangkan potensi dirinya untuk memi liki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri , kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta ketrampi lan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. 2. Pendidikan sebagai inti Proses Bimbingan Konseling. Bimbingan dan konseling mengembangkan proses belajar yang di jalani oleh klien-kliennya. Kesadaran ini telah tampi l sejak pengembangan gerakan Bimbingan dan Konseling secara meluas di Amerika Serikat . pada tahun 1953, Gistod telah menegaskan Bahwa Bimbingan dan Konseling adalah proses yang be rori e ntasi pada be lajar……, be lajar untuk memahami le bi h jauh te ntang di ri sendiri , belajar untuk mengembangkan dan merupakan secara efekti f berbagai pemahaman.. (dalam Belkin, 1975). Lebih jauh, Nugent (1981) mengemukakan bahwa dalam konseling klien mempelajari ketrampi lan dalam pengambi lan keputusan. Pemecahan masalah, tingkah laku, tindakan, serta sikap-sikap baru . Dengan belajar itulah klien memperoleh berbagai hal yang baru bagi dirinya; dengan memperoleh hal-hal baru itulah klien berkembang. 3. Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan Bimbingan tujuan dan konseling Tujuan Bimbingan dan Konseling disamping memperkuat tujuan-tujuan pendidikan, juga menunjang proses pendidikan pada umumnya. Hal itu dapat dimengerti karena program-program bimbingan dan konseling meliputi aspek-aspek tugas perkembangan individu, khususnya yang menyangkut kawasan kematangan pendidikan karier, Kematangan personal dan emosional, serta kematangan sosial, semuanya untuk peserta didik pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SLTP) dan pendidikan menengah (Borders dan Drury, 1992). Hasi l-hasi l bimbingan dan konseling pada kawasan itu menunjang keberhasilan pendidikan pada umumnya. PENUTUP A. Kesimpulan.
  • 38. Dari pembahasan yang diuraikan didepan dapat ditarik kesimpulan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling memerlukan berbagai landasan, diantaranya: 1. Landasan Fi losofis: Landasan fi losofis memberikan pemikiran-pemikiran tentang hakikat dan tujuan hidup manusia dipandang dari perspekti f fi lsafat untuk menemukan hakikat manusia secara utuh mengingat bimbingan konseling akan selalu berkaitan dengan manusia sebagai objeknya. 2. Landasan Historis: Landasan histories menjelaskan alur/ sejarah kemunculan bimbingan konseling pertama kali , yang menjadi titik awal lahirnya Bimbingan konseling untuk di jadikan refleksi bagi bimbingan dan konseling kedepan dalam rangka menghasi lkan pelayanan yang lebih baik lagi. 3. Landasan Religius: Landasan religius menggambarkan sisi-sisi agama yang perlu dikorek, diaplikasikan kedalam pelayanan bimbingan dan konseling karena bimbingan dan konseling tidak akan lepas dari manusi a sebagai objeknya dan realitas bahwa manusia merupakan makhluk religius. 4. Landasan Psikologis: Landasan psikologis menggambarkan sisi -sisi psikis individu, sisi psikis tersebut berkenaan dengan moti f, motivasi , pembawaan dan lingkungan, perkembangan individu, belajar, balikan dan penguatan dari kepribadian. Mengingat klien memi liki psikis yang berbeda maka konselor harus memahami tentang landasan psikologis 5. Landasan Sosial Budaya: Landasan social budaya menunjukkan pentingnya gambaran aspek-aspek social budaya yang mewarnai kehidupan seseorang. Aspek social budaya ini lah yang membentuk individu selain factor pembawaan, tepatlah jika landasan ini menjadi bahan pertimbangan dalam memberikan pelayanan bimbingan konseling. 6. Landasan Ilmiah dan Teknologi: Landasan i lmiah dan teknologi membicarakan tentang si fat-si fat kei lmuan bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling sebagai i lmu yang multireferensial menerima sumbangan dari i lmu-i lmu lain dan teknologi, penelitian dalam bimbingan dan konseling memberikan masukan penting bagi pengembangan kei lmuan Bimbingan konseling. 7. Landasan Pedagogis: Landasan pedagogis mengemukakan bahwa bimbingan merupakan salah satu bagian dari pendidikan yang amat penting dalam upaya untuk memberikan bantuan (pemecahan-pemecahan masalah) motivasi agar peserta didik dapat mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. DAFTAR PUSTAKA W.S, Winkel, 1991, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Jakarta : PT Grasindo. Yusuf, Syamsu dan Nurishan, A. Juntika, 2006, Landasan Bimbingan dan Konseling, Bandung : Remaja Rosdakarya
  • 39. Prayitno dan Amti , Erman, 2004, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta : Rineka Cipta. [1] Syamsul Yusuf, A. Juntika Narihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling (Bandung: Remaja ERasdakarnya, 2006), hal. 106 [2] Prayitno. Erman Amti , Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Hal. 170 [3] – Ibid. [4] – Ibid. Hal 172. 4 Komentar PERSONEL DALAM PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING 12 f 2008 pada 4:27 am (Bimbingan dan Konseling) Tags: Pendidikan PENDAHULUAN Bimbingan dan konseling pengembangan seluruh aspek kepribadian siswa, pencegahan terhadap timbulnya masalah yang akan menghambat perkembangannya, dan menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya, baik sekarang maupun masa yang akan dating. Sehubungan dengan target populasi layanan bimbingan dan konseling, layanan ini tidak terbatas pada individu yang bermasalah saja, tetapi meliputi seluruh siswa. (Nurihsan, 2006: 42) Sejalan dengan visi tersebut, maka misi bimbingan dan konseling harus membantu memudahkan siswa mengembangkan seluruh aspek kepribadiannya seoptimal mungkin, sehingga terwujud siswa yang tangguh menghadapi masa kini dan masa mendatang. Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian yang integral dari keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah menjadi tanggung jawab bersama antara personel sekolah, yaitu kepala sekolah, guru, konselor, dan pengawas. Kegiatan bimbingan dan konseling mencakup banyak spek dan saling kait mengkait, sehingga tidak memungkinkan jika layanan bimbingan dan konseling hanya menjadi tanggung jawab konselor saja. (Soetjipto, 2004: 99) PEMBAHASAN 2.1. Personel Pelaksana Pelayanan Bimbingan dan Konseling Di bawah ini di jelaskan tugas-tugas personel sekolah yang berkaitan dengan kegiatan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. 2.1.1. Kepala Sekolah
  • 40. Kepala sekolah adalah penanggung jawab pelaksanaan teknis bimbingan dan konseling di sekolah. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya kepala sekolah dibantu oleh waki l kepala sekolah. Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi , yang dapat di lakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemi lihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah secara otomatis memimpin sekolah, sekaligus menyusun dan mengatur program bimbingan dan konsel ing sedemikian rupa agar program tersebut dapat besatu dan terlaksana bersamaan dengan program pendidikan. (Umar, 2001: 114) Sebagai penanggung jawab kegiatan pendidikan secara menyeluruh di sekolah, tugas kepala sekolah adalah: a. Mengkoordinasikan segenap kegiatan yang diprogramkan di sekolah b. Menyediakan sarana prasarana, tenaga, dan berbagai kemudahan bagi terlaksananya bimbingan dan konseling yang efekti f dan efisien c. Melaksanakan pengawasan dan pembinaan terhadap program layanan bimbingan dan konseling d. Mempertanggung jawabkan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah kepada Kanwi l yang menjadi atasannya e. Mengadakan hubungan dengan pihak atau lembaga lain, seperti dokter, psikiater, dan sebagainya. (Sukardi , 2002: 56) Kegiatan konselor (guru pembimbing) yang perlu diketahui oleh kepala sekolah antara lain: a. Melaporkan kegiatan bimbingan dan konseling sebulan sekali b. Laporan tentang kelengkapan data. 2.1.2. Konselor Konselor adalah pelaksana utama yang mengkoordinasi semua kegiatan yang terkait dalam pelaksana bimbingan dan koseling di sekolah. Konselor dituntut untuk bertindak secara bi jaksana, ramah, bisa menghargai , dan memeriksa keadaan orang lain, serta berkepribadian baik, karena konselor itu nantinya akan berhubungan dengan siswa khususnya dan juga pihak lain yang sekiranya bermasalah. Konselor juga mengadakan kerja sama dengan guru-guru lain, sehingga guru-guru dapat meningkatkan mutu pelayanan dan pengetahuannya demi suksesnya program bimbingan dan konseling. (Umar, 2001: 118) Masalah-masalah perkembangan peserta didik yang dihadapi guru pada saat pembelajaran dirujuk kepada konselor untuk penanganannya. Demikian pula, masalah-masalah peserta didik yang ditangani konselor terkait dengan proses pembelajaran bidang studi dirujuk kepada guru untuk menindaklanjutinya.
  • 41. Sebagai pelaksana utama, tenaga inti , dan ahli , konselor (guru pembimbing) bertugas: a. Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling b. Merencanakan program bimbingan dan konseling c. Melaksanakan segenap pelayanan bimbingan dan konseling d. Melakaksanakan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling e. Meni lai proses dan hasi l layanan bimbingan dan konseling f. Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasi l peni laian g. Mengadministrasikan layanan program bimbingan dan konseling h. Mempertanggung jawabkan tugas dan kegiatan bimbingan dan konseling tersebut. (Sukardi , 2002: 56) Konselor disamping bertugas memberikan layanan kepada siswa, juga sebagai sumber data yang meliputi : a. kartu akademis b. catatan konseling c. data psikotes d. catatan konperensi kasus. 2.1.3. Guru Guru adalah pelaksana pengajaran serta bertanggung jawab memberikan informasi tentang siswa untuk kepentingan bimbingan dan konseling. Di sekolah salah satu tugas utama guru adalah mengajar. Dalam kesempatan mengjar siswa, guru mengenal tingkah laku, si fat-si fat, kelebihan dan kelemahan tiap-tiap siswa. Dengan demikian, disamping bertugas sebagai pengajar, guru juga dapat bertugas dan berperan dalam bimbingan antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, maupun guru dengan orang tua. Sebagai pembimbing, guru merupakan tangan pertama dalam usaha membantu memecahkan kesulitan-kesulitan siswa. (Umar, 2001: 117) Sebagai tenaga ahli pengajaran dalam mata pelajaran atau program pelatihan tertentu, dan sebagai personel yang sehari -hari langsung berhubungan dengan siswa, peranan guru dalam layanan bimbingan adalah: a. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa b. Membantu koselor mengidenti fikasikan siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling c. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling kepada konselor d. Membantu mengembangkan suasana kelas e. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling f. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa g. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka peni laian bimbingan dan konseling dalam upaya tindak lanjut Guru juga membantu memberikan informasi tentang data siswa yang meliputi : a. Dafatar ni lai siswa
  • 42. b. Observasi c. Catatan anekdot (Sukardi , 2002: 52-58) Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan dan konseling di sekolah akan lebih efekti f bi la guru dapat bekerja sama dengan konselor dalam proses pembelajaran. Adanya keterbatasan-keterbatasan dari kedua belah pihak (guru dan konselor) menuntut adanya kerja sama tersebut. 2.1.4. Pengawas atau Supervisor Supervisi adalah pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik. (Burhanuddin, 2005: 99). Supervisi adalah bantuan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang baik. (Sukardi , 2002: 240) . Untuk menjamin teerlaksananya pelayanan bimbingan dan konseling secara tepat diperlukan kegiatan pengawasan bimbingan dan konseling baik secara teknik maupun secara administrasi . Fungsi kepengawasan layangan bimbingan dan konseling antara lain memantau, meni lai , memperbaiki , meningkatkan dan mengembangkan kegiatan layanan bimbingan dan konseling. Pengawasan tersebut ada pada setiap Kanwi l. (Sukardi , 2002:65). Selain mengawasi perkembangan dan pelaksanaan pendidikan di sekolah, pengawas juga melihat perkembangan pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah tersebut. Pengawas sekolah juga berfungsi sebagai konsultan bagi kepala sekolah, guru, maupun konselor untuk membicarakan upaya-upaya lain dalam rangka memajukan bimbingan dan konseling. Pengawas juga harus dapat mengupayakan langkah-langkah yang bisa ditempuh untuk memajukan dan menambah pengetahuan kepala sekolah, guru, dan konselor, misalnya melalui penataran, seminar, latihan-latihan demi memajukan program bimbingan dan konseling. (Umar, 2001: 119). Adapun manfaat supervisi dalam program bimbingan dan konseling adalah: a. Mengontrol kegiatan-kegiatan dari para personel bimbingan dan konseling, yaitu bagaimana pelaksanaan tugas dan tanggung jawab mereka masing-masing b. Mengontrol adanya kemungkinan hambatan-hambatan yang ditemui oleh para personel bimbingan dalam melaksanakan tugasnya masing-masing c. Memungkinkan dicarinya jalan keluar terhadap hambatan-hambatan yang ditemui d. Memungkinkan terlaksananya program bimbingan secara lancar kearah pencapaian tujuan sebagai mana yang telah ditetapkan. (Nurihsan, 2006: 68) 2.2. Fasilitas atau Sarana Prasarana Bimbingan dan Konseling