Teknologi pendidikan merupakan bidang ilmu yang mempelajari penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran. Dokumen ini membahas landasan falsafah, ilmiah, dan berfikir penelitian teknologi pendidikan serta kawasan penelitiannya. Landasan falsafah terdiri atas ontology, epistemology, dan aksiology sedangkan landasan ilmiah berasal dari berbagai disiplin ilmu seperti psikologi, komunikasi, dan rekayasa. Tujuan
Landasan ilmiah dan penelitian teknologi pendidikan
1. 1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Perkembangan teknologi berpengaruh juga terhadap perkembangan pendidikan, sehingga
lahir beberapa hal baru dalam dunia pendidikan. Hal baru tersebut pada awalnya hanya
menfokuskan diri pada bidang media, sehingga dapat memberikan nilai tambah dalam proses,
produk dan struktur atau system. Ketiga hal tersebut di kenal sebagai teknologi pendidikan
(education tecnologi).
Lahirnya ilmu baru menuntuk adanya bidang kajian atau bidang kajian penelitian dengan
segala perangkatnya. Hal ini menjadi pemikiran para ahli bidang teknologi pendidikan yang
dapat digunakan untuk panduan dan pedoman.
Landasan berfikir dalam bidang teknologi pendidikan (education technologi) atau teknologi
pembelajaran (instructional technologi) yang menjadikan bidang garapan baru menjadi
bidang ilmu atau menjadi disiplin ilmu yang baru adalah rangkaian dalil yang dijadikan
sebagai pembenar. Dasar falsafi dasar keilmuan tersebut ada 3 jenis yaitu : ontology,
epistemology dan aksiologi.
Ketiga hal di atas dapat dicapai melalui pendekatan yang memenuhi 4 persyaratan :
pendekatan isometric, pendekatan sistematik, pendekatan sinergistik dan pendekatan
sistemik. Dengan demikian diharapkan falsafah teknologi pendidikan bertujuan agar setiap
orang dapat memperoleh kesempatan belajar, baik sendiri maupun secara organisasi, dan
optimal melalui pendekatan yang ada di atas sehingga sumber belajar dapat dirancang
sedemikian rupa sehingga menjadi efesien, efektif dan selaras dengan perkembangan
masyarakat dan lingkungan, ke arah terbentuknya masyarakat belajar.
Keadaan tersebut menjadi hal yang penting dalam penggarapan bidang teknologi pendidikan
yang telah mengalami perubahan pengertian menjadi teknologi pembelajaran sebagai suatu
bidang ilmu melalui penelitian dan pengembangan teknologi pendidikan atau teknologi
pembelajaran.
Menurut Creswell, Denzin & Lincoln Miaso: di katakan bahwa ada 2 pembagian penelitian
dalam teknologi pendidikan yaitu positivistik dan pascapostivistik atau fenomenologik.
Pendekatan positivistic dilakukan dalam pendekatan ilmu-ilmu eksakta dengan
menggunakan pola statistic, yang didalamnya terdapat variable yang dikontrol, pengacakan
sample, pengujian validitas dan realiabelitas instrument, dan ditujukan pada genaralisasi
sample ke dalam populasi. Sedangkan pendekatan atau penelitian
pascapositivistik/fenomenologi berakar pada penelitian social seperti bidang etnografi, studi
kasus, studi naturalistic, sejarah, biografi, dan teori membumi (grounded theory) dan studi
deskriptif. (Miarso, 2007:209)
1.2. Rumusan Masalah
Dari beberapa hal yang telah diungkapkan dalam latar belakang di atas didapatkan suatu
rumusan masalah
1. Apa saja yang menjadi landasan falsafah dan landasan ilmiah serta landasan berfikir
penelitian teknologi pendidikan
2. 2. Apa saja yang menjadi kawasan Penelitian Teknologi Pendidikan
Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penulisan ini adalah :
1. Dapat memberikan informasi tentang falsafah, landasan ilmiah serta landasan berfikir
penelitian teknologi pendidikan bagi mahasiswa teknologi pendidikan
2. Memberikan informasi dan gambaran kepada mahasiswa khususnya mahasiswa
teknologi pendidikan dan masyarakat umum tentang kawasan penelitian teknologi
pendidikan
3. Memberikan sumbangan tentang tulisan yang berkaitan dengan teknologi pendidikan
karena masih sulitnya mendapat referensi tentang teknologi pendidikan khususnya
bidang falsafaj ilmiah dan landasan berfikir penelitian pendidikan serta kawasannya
dalam pemasyarakatan teknologi pendidikan.
1. 2. Pembahasan
Landasan Falsafah
Landasan Falsafah Penelitian teknologi pendidikan, terdiri atas 3 komponen seperti yang
diungkapkan oleh Suriasumantri dalam Miarso. Ada 3 jenis komponen dalam teknologi
pendidikan yaitu: ontology (apa), epistemology (bagaimana) dan aksiologi (untuk apa).
•
•
•
Ontologi : merupakan bidang kajian ilmu itu apa, jika teknologi pendidikan sebagai
ilmu maka bidang kajiannya itu apa
Estimologi : Pendekatan yang digunakan dalam suatu ilmu
Aksiologi : Menelaah tentang nilai guna, baik secara umum maunpun secara khusus,
baik secara kasad mata maupun secara abstrak.
Yang menjadi kajian dalam penelitian teknologi pendidikan menjadikan beberapa
perkembangan dalam bidang pendidikan seperti yang diungkapkan oleh Ashby yaitu adanya
revolusi dalam bidang pendidikan
•
•
Revolusi I: Pada saat orang tua menyerahkan tanggung jawab pendidikan anakanaknya kepada oran lain. Orang lain tersebut diserahi untuk melaksanakan
pendidikan anak-anaknya. Sebelumnya orang-orang melaksanakan pendidikan anakanaknya sendiri-sendiri atau mengajar anak-anak sendiri tidak memberikan kepada
orang lain, hampir semua keluarga mendidik anak-anaknya dalam keluarga sendiri.
Pendidikan yang dilakukan secara individual.
Revoluasi II : Ada suatu lembaga guru, jadi pada tahapan ini ada lembaga pendidikan
formal. Tidak seperti sebelumnya belum ada lembaga resmi yang ada sehingga
pendidikan dilaksakan orang per orang. Dalam lembaga ada aturan-aturan yang
diberlakukan, contohnya untuk masuk SR usianya 6 tahun dan lain-lain. Dalam
revoluasi ini guru dianggap sangat penting segala sesuatu dianggap diketahui oleh
guru, dan guru dipandang memiliki pengetahuan yang lebih dari orang lain. Sehingga
lembaga ini memiliki kedudukan yang tinggi di masyarakat.
3. •
Revolusi III : Disebabkan oleh ditemukannya mesin cetak, cetak secara manual
dilakukan oleh Cina, dan cetak dengan menggunakan mesin cetak dilakukan oleh
Eropa (Prancis). Dengan mesin cetak maka pengetahuan tidak hanya diperoleh dari
guru tetapi dapat diperoleh dari hasil cetakan seperti: buku, majalah, koran dan lainlain. Pada revolusi ke-3 ini peran guru sudah mengalami pengurangan. Revolusi ke-3
sampai dengan saat ini masih terjadi
•
Revolusi IV : Disebabkan oleh berkembangnya bidang elektronik sepeti telpon, tv,
komputer, internet dimana guru tidak dapat lagi untuk mengontrolnya. Atau minimal
peran guru berkurang, dan guru tidak dapat mengklaim dirinya sebagai.
Sudut pandang yang baru mengenai teknologi pendidikan menggunakan beberapa pendekatan
dengan ciri-ciri:
(1) keseluruhan masalah belajar dan upaya pemecahannya ditelaah secara simultan. Semua
situasi diperhatikan dan dikaji saling kaitannya, dan bukannya dikaji secara terpisah-pisah
(2) Unsur-unsur yang berkempentingan diintegrasikan dalam suatu proses komplek secara
sistemik, yaitu dirancang, dikembangkan, dinilai dan dikelola sebagai satu kesatuan, dan
ditujukan untuk memecahkan masalah
(3) Penggabungan ke dalam proses yang komplek dan perhatian agar gejala secara
menyeluruh, harus mengandung daya lipat atau sinergisme, berbeda dengan hal dimana
masing-masing fungsi berjalan sendiri-sendiri. (Miarso, 2007, h.108)
Ada 6 hal kegunaan yang potensial dalam teknologi pendidikan yaitu:
1)
Meningkatkan peroduktivitas pendidikan dengan jalan
1. memperlaju penahanan belajar
2. membantu guru untuk menggunakan waktunya secara lebih baik
3. mengurangi beban guru dalam penyajian informasi, sehingga guru dapat lebih banyak
membina dan mengembangkan kegairahan belajar anak.
2)
Memberikan kemungkinanan penddikan yang sifatnya lebih individual dengan jalan
1. mengurangi kontrol guru yang kaku dan sederhana
2. memberikan kesempatan anak sesuai kemampuannya
3)
Memberikan dasar pengajaran yang lebih ilmiah dengan halan
1. perencanaan program pengajaran yang lebih sistematik
2. pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi penelitian tentang prilaku
4)
Lebih menerapkan pelajaran, dengan jalan
1. meningkatkan kapasitas manusia dengan berbagai media komunikasi
2. penyajian informasi dan data secara lebih konkrit
4. 5)
Memungkinkan belajar lebih akrab
1. mengurangi jurang pemisah antara pelajaran didalam dan diluar sekolah
2. memberikan pengetahuan tangan pertama
6)
Memungkinkan penyajian pendidikan lebih luas dan merata, terutama dengan jalan
1. pemanfaatan bersama tenaga atau kejadian yang langka
2. penyajian informasi menembus batas geografi
Landasan Ilmiah
Teknologi pendidikan merupakan cabang ilmu yang memiliki obyek forma “belajar” manusia
baik secara pribadi maupun secara kelompok yang memiliki pola pendekatan isomeristik,
sistematik dan sistemik.
Isomeristik: yaitu pendekatan yang menggabungkan berbagai unsure yang saling
berkaitan dan membentuk satu kesatuan yang lebih bermakna
-
Sistematik: yaitu dilakukan secara teratur dan menggunakan pola tertentu dan runtut.
-
Sistemik: Dilakukan secara menyeluruh, holistic atau komprehensif.
Landasan ilmiah yang menunjang keberadaan teknologi pendidikan beserta bidang
penelitiannya ada beberapa paham seperti berikut ini.
(a) A.A Lumsidaine (1964): teknologi pendidikan merupakan aplikasi dari ilmu dan saint
dasar, yaitu:
1)
ilmu fisika
2)
rekayasa mekanik, optic, electro dan elektronik
3)
teknologi komunikasi & telekomunikasi
4)
ilmu perilaku
5)
ilmu komunikasi
6)
ilmu ekonomi
(b) Robert Morgan (1978) berpendapat ada 3 disiplin utama yang menjadi fondasi teknologi
pendidikan
1)
ilmu perilaku
2)
ilmu komunikasi
3)
ilmu manajemen
5. (c) Donald P. Eli (1983) teknologi pendidikan meramu sejumlah disiplin dasar dan bidang
terapannya menjadi suatu prinsip, prosedurdan keterampilan. Disiplin yang memberikan
kontribusi adalah :
1)
basic contributing discipline: komunikasi, psikologi, evaluasi dan menajemen
2)
related contributing field : psikolodi persepsi, prikologi kognisi, psikologi social,
media, system dan penilaian kebutuhan.
(d) Barbara B. Seels & Rita C. Richey (1994): akar intelektual teknologi pembelajaran
berasal dari disiplin lain meliputi:
1)
psikologi
2)
rekayasa
3)
komunikasi
4)
ilmu computer
5)
bisnis
6)
pendidikan
Secara umum perkembangan landasan ilmiah teknologi pendidikan bersifat ekletik, yaitu
berasal dari berbagai sumber dan ditinjau dari berbagai segi atau sudut pandang.
Landasan berfikir
Tujuan dari setiap penelitian pada hakikatnya untuk mengungkapkan kebenaran, baik itu
kebenaran baru maupun untuk memperbaiki sesuatu yang sudah beredar di masyarakat.
Dengan tujuan tersebut maka penelitian terus mengalami perkembangan dan mengalami
kemajuan untuk menjawab tantang yang ada yang bermuara pada kebutuhan dan
kesejahteraan manusia.
Kebenaran yang ada dan berkembang di masyarakat ada beberapa hal yaitu:
•
•
kebenaran lapis dasar / kebenaran inderawi
kebenaran lapis 2 / kebenaran ilmiah
•
kebenaran lapis 3 / kebenaran falsafi
•
kebenaran lapis 4 / kebenaran religi
Gambar 2.1 Tingkatan Kebenaran
•
Kebenaran lapis dasar atau kebenaran inderawi adalah kebenaran yang diperoleh
dari kebenaran inderawi, seperti kebenara yang dilihat oleh mata, kebenaran yang
dirasakan oleh tangan atau di dengar oleh telingan dan lain-lain. Kebenaran seperti ini
dapat dilakukan dan dapat dirasakan oleh siapa saja, sebagai contoh panasnya sinar
6. •
matahari yang dirasakan oleh setiap orang, maka kebenaran ini dapat dirasakan dan
dapat diterima oleh setiap orang.
Kebenaran lapis kedua atau kebenaran ilmiah kebenaran yang diperoleh secara
sistematik, logik oleh orang yang terpelajara.
•
Kebenaran lapis ketiga yaitu kebenaran falsafah adalah kebenaran yang diperoleh
dari pemikiran yang mendalam atau falsafi, biasanya hal ini dapat dilakukan oleh
orang terpelajar hasilnya dapat diterima dan biasa dijadikan rujukan oleh orang lain
dan masyarakat luas.
•
Kebenaran lapis keempat atau kebenaran religi adalah kebenaran yang hakiki,
kebenaran ini berasal dari Tuhan Yang Maha Esa melalui wahyu para nabi. Jenis
kebenaran ini adalah mutlak bagi yang menganutnya dan tidak dapat dibantah maka
seseorang harus memilih satu di antara dua yaitu take it or leave it, kita
mengambilnya dan mematuhinya semua ajaran baik perintah dan larangannya atau
meninggalkannya yaitu tidak menyakini dan mencari kebenaran menurut keyakinan
masing-masing.
2.2. Kebenaran positivistic
Perkembangan akan falsafi atau penalaran akan sehat dapat menyakini suatu keyakinan yang
berasalah dari Tuhan (kebenaran mutlak) menjadikan perkembangan dan memberikan
penafsiran yang berbeda. Demikian juga dalam kebenaran ilmih tentu akan lebih banyak lagi
timbul pertanyaan dari akal sehat (common sense) yang diperoleh secara ilmiah (scientific).
Tidak selamanya kebenaran yang diperoleh melalui penelitian ilmiah mendapat sambutan
benar dari masyarakat seperti yang diungkapkan oleh Yusufhadi:
“Meskipun hampir semua penelitian ilmiah apakah itu ekseperimen, koresional, studi kasus,
evaluasi, histori, biografi, riset tindakan, riset kebijakan dan lain-lain merupakan usaha
investigativ untuk menentukan kebenaran tentang dunia, namun ada perbedaan tentang dunia
tersebut. (Miarso, 2007: 210)
Ada beberapa penafsiran tentang dunia seperti plato dengan paham idealis yang memandang
pengideraan manusia di anggap reliable untuk suatu pengukuran. Sedangkan muridnya
Aristoteles memili pandangan realis, memandang dunia merupakan hukum alam yang tetap
yang dapat diperoleh melalui obeservasi dan pemikiran.
Pada kubu lain yang mempunyai pemahaman kebalikan dari kedua orang di atas adalah
Francis Bacon dan John Locke yang menganut paham empiris, manusia merupakan kunci
untuk mentransfomasikan data mentah menjadi pengetahuan, sedangkan data yang diperoleh
melalui penginderaan dibangun melalui proses induktif dan pengalaman.
Pendapat lain yang diungkapan paham rasionalis, Emanuel Khan dalam bukunya Critique of
Pure Reason mengatakan bahwa pengetahuan dapat dibangun melalui pendekatan deduktif
dan didasarkan pada logica formal dan metematik harus diuji dan dibuktikan secara empiric,
yang diungkapkan oleh Eichelberger (Miarso, 2007: 211)
Pemikiran yang diungkapkan oleh eichelberger memberikan 3 landasan yang didapat
digunakan dalam landasan penelitian baru, yaitu positivistic, fenomelogik dan hermeneutic.
7. Positivistic: landasan ini memberikan gagasan keberadaan besaran yang dapat diukur, dan
penulis hanya sebagai pengamat yang obyektif. Pokok dari paham ini adalah “jika sesuatu itu
ada maka, sesuatu itu dapat diukur”. Penelitian ini misalkan di lakukan secara laboratorik dan
berulang. Dari penelitian ini melahirkan pengajaran terprogram “mesin pengajaran” (teaching
machine). Fakta-fakta yang didapat dalam penelitian ini diuji secara empiric. Misalkan kita
akan melakukan pengukuran tentang motivasi belajar maka dapat dijabarkan ke dalam
indicator variable seperti motivasi belajar, cara belajar, usaha yang dilakukan, persaingan dan
lain-lain. Data-data yang diperoleh harus diubah ke dalam bentuk angka-angka yang dapat
dihitung secara statistic. Paham positivistic saat ini sangat dominan dalam penelitian
khususnya dalam penelitian bidang IPA.
Fenomenologik, dikembangkan oleh matemtikawan Jerman Edmund Husserl (1850 – 1938)
paham ini mengutamakan pada pengalaman dan kesadaran yang disengaja. Jadi pengalaman
bukan saja pada interaksi dengan lingkungan belajar tetapi melainkan pelajaran yang
diperoleh dalam rentang waktu tertentu. Untuk mendapatkan pengalaman diperlukan
pemikiran, perasaan, tanggapan, dan berbagai ungkapan, tanggapan dan berbagai ungkapan
psikologis atau mental.
Paradigma fenomenologik adalah akal sehat (common sense) yang oleh para penganut
positivistic dianggap sebagai sesuatu yang kurang ilmiah. Fenomelogik tidak semata-mata
berpangku pada data dan informasi yang ada tetapi mengadopsi pengalaman khusus menjadi
umum, konkrit menjadi abstrak yang mempunyai sifat holistic. Semua diungkapkan secara
naratif dengan memberikan uraian yang rinci dan mengenai hakikat suatu obyek atau konsep
kebenaran ini syarat dengan nilai.
Hermeneutic dikembangkan oleh filosof Jerman Wilhelm Dithey yang memberikan ciri
bahwa pencarian kebenaran dengan menafsirkan atas gejala yang ada. Sejarawan menafsirkan
legenda, artefak, naskah kuno dengan menggunakan kondisi yang ada saat ini. Demikian juga
para ahli tafsir kitab suci menafsirakan ayat-ayat yang ada dengan keadaan yang tren saat ini.
Ahli hukum juga memberikan tafsiran pada sehingga secara umum pada paham ini memiliki
bebas nilai yang sesuai dengan keadaan baik yang terlihat maupun sesuatu yang tidak terlihat.
Di bawah ini perbandingan antara 3 paham.
Tabel 2.1 Perbandingan Tiga Paham
Positivistik
Fenomenologik
Analitik
Holistik
Nomotetik
Ideografik
Deduktif
Induktif
Laboratorik
Empirik
Pembuktian dengan Pengukuhan
Logika
pengalaman
Kebenaran
Kebenaran bersifat
Universal
unik
Bebas Nilai
Tidak bebas nilai
2.3. Kebenaran Pascapositivistik
Hermeneutic
Sintetik
Interpretatik
Sinkretik
Empatik
Penafsiran yang tidak
memihak
Kebenaran yang diterima
Tidak bebas nilai
8. Kebenaran pascapositivistik akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dan
sedemikian rupa. Dan keadaan ini akan terus mengalami perkembangan sehingga
menemukan hal-hal yang baru yang lebih bersifat inovatif. Pascapositivistik meliputi
paradigma pascamodernis (postmodernism), paradigma kritis (critical paradigm), pendekatan
feminis (feminis approaches) dan perkembangan lainya.
Dalam dunia pendidikan kebenaran pascapositivistik yang terbaru dan terus mengalami
perkembangan adalah masalah model-model pembelajaran seperti model pembelajaran
berkelompok, model pembelajaran langsung dan model pembelajaran kontruktivis.
Perkembangan ini akan terus bertambah seperti quantum learning dan quantum teaching yang
merupakan produk-produk inovatif dalam penelitian teknologi pendidikan.
2.4. Contektual Teaching And Learning
Pendekatakan kontektual, pembelajaran kebermaknaan (meaning full) yang dikembangkan
oleh Bruner (Nur, 2000) merupakan hasil pembelajaran yang menekankan agar keaktifan
siswa. Tujuan dari pembelajaran ini adalah untuk menekankan pada materi yang sulit untuk
diserap dengan mengerjakan secara mandiri dengan penyelaman “dunia nyata” yang secara
umum menggunakan umpan balik, refleksi, evaluasi, dan penyelaman kembali. Ada 7 hal
yang menjadi pendekatan kontekstual (kontekstul teaching and learning) yaitu:
(1)Inquiri
Kegiatan inkuiri dilakukan dengan proses induktif yang diawali dengan pengamatan dalam
rangka memahami suatu konsep. Dalam praktik, proses ini melewati siklus kegiatan
mengamati, bertanya, menganalisis, dan merumuskan teori baik secara induvidul maupun
secara bersama-sama. Penemuan ini bertujuan untuk mengembangkan dan sekaligus
menggunakan keterampilan berfikir pemelajar.
(2) Questioning
Pertanyaan merupakan hal penting agar proses pembelajaran menjadi meningkat, dan
berkembang sehingga guru dapat melakukan dorongan, bimbingan dan menilai kemampuan
berfikir siswa. Pertanyaan dapat dijadikan pemelajar untuk melakukan penemuan.
(3) Contructivism
Pemelajar dapat melakukan pemahaman dan membangun pengetahuannya sendiri dari
pengalaman-pengalaman yang baru berdasarkan pengalaman awal Pengalaman awal selalu
menjadi tumpuan dalam pemahaman baru
(4) Learning society
Salah satu yang membedakan antara cirri dari teknologi pembelajaran modern dan
pembelajaran tradisional adalah adalah learning society, masyarakat belajar. Masyarakat
belajar diharapkan saling mengisi saling memberi, dan tidak terjadi persaingan secara
individu sehingga tidak mengembangkan sikap egoistis.
(5) Autentic assessment
9. Assessment yang merupakan salah satu kawasan teknologi pendidikan, menjadi ciri lain dari
pembelajaran modern, penilaian yang dilakukan tidak hanya dilakukan pada akhir saja tetapi
dilakukan juga pada saat proses. Penilaian ini juga memprasyaratkan penerapan pengetahuan
dan keterampilan.
(6) Reflection
Refleksi adalah merupakan pola dari teknologi dalam belajar, dimana pemejar diharapkan
dapat memberikan revisi, merespon kejadian, melakukan aktivitas, dan pengalaman mereka
setelah proses terjadi. Bentuk aktivitas refleksi adalah diskui, jurnal, karya seni dan lain-lain.
(7) Modelling
Kecerungan dari pemelajar untuk meniru apa-apa yang dilihatkan dan dilakukan oleh dirinya
menjadikan modeling mendapatkan perhatian cukup serius dalam penelitian teknologi
pembelajaran. Dengan modeling diharapkan adanya peningkatan aktivitas, partisipasi dan
keingintahuan pemelajar tentang sesuatu hal.
2.5. Kawasan Penelitian Teknologi Pendidikan
Sebagai cabang ilmu baru maka teknologi pendidikan harus memiliki kawasan tersendiri
dalam penelitian sehingga dapat memperkokoh landasan atau dasar ilmu tersebut. Secara
garis besar penelitian teknologi pendidikan meliput empat komponen seperti yang
diungkapkan oleh Sells dan Richey dalam Miarso:
Dalam definisi ini terdapat 4 komponen yaitu :
1) riset dan teory
2) desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, penilaian dan penelitian
3) proses, sumber dan system
4) belajar
Pada poin kedua di atas merupakan kawasan penelitian pendididikan, dimana hal tersebut
merupakan kawasan penelitian pendidikan.
3. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa ada beberapa hal yang
menjadi landasan dalam penelitian Teknologi Pendidikan yaitu: Kebenaran Inderawi,
Kebenaran Ilmiah dan Kebenaran Religi. Sedangkan paham yaitu ada 2 macam yaitu paham
positivistic dan pascapositivistik.
Paham Positivistik terdiri atas 3 hal yaitu kebenaran positivistic, kebenaran fenomenologik,
dan kebenaran hermeneutic.
Setiap paham atau kebenaran memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing dimana
kebenaran positivistic lebih mengutamakan pengujian melalui uji statistic, bidang ini banyak
10. dilakukan dalam bidang eksakta. Kebenaran fenomenologik adalah kebenaran yang
berdasarkan pada pengalaman, kebenaran ini bersifat akal sehat (common sense). Sedangkan
kebenaran hermeneutic adalah kebenaran yang berdasarkan pada pencarian kebenaran
melalui asumsi dari sesuatu yang ada dengan membandingkan keadaan yang relevan pada
saat ini.
Sedangkan kebenaran pascarppositivistik adalah kebenaran yang berladasan pada
perkembangan yang ada saat ini, kebenaran ini akan terus mengalami perkembangan dan
penyempurnaan, salah satu contoh dari perkembangan pascapositivistik adalah adanya
model-model pembelajaran seperti model pembelajaran langsung, model pembelajaran
kelompok dan model pembelajaran kontruktivis. Model-model yang masih baru dan banyak
digunakan antara lain model pembelajaran Quantum teaching dan Quantum Learning.
Ciri dari teknologi pembelajaran pascapositivistik adalah mengarah pada proses dan aktivitas
pemelajar yang memiliki beberapa cirri antara lain :
Inquiri, Questioning, Contructivism,
Learning society, Autentic assessment, Reflection, Modelling
4. Daftar Pustaka
Depdiknas, 2003. Model-Model Pembelajaran, Materi Pembekalan Instruktur KBK 2004.
Jakarta: Depdiknas.
Eichelberger, Tony R, 1989. Disciplined inquiri: Understanding and Doing Educational
Research. New York: Longman Inc
DePORTER, Bobby, dkk., 2001. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa.
Miarso, Yusufhadi, 2007. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta: Kencana.
Nur, Mohammad, 2000. Strategi-strategi Belajar. Surabaya: University Press-UNESA
Seels, Barbara. B., Teknologi Pembelajaran Definisi dan Kawasannya. Jakarta: Unit
Penerbitan Universitas Negeri Jakarta.