Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Hubungan korea selatan dan amerika serikat
1. Sekilas Hubungan Internasional:
“Negeri Ginseng yang Penting bagi Paman Sam”
Situasi mulai memanas di Semenanjung Korea. Ketegangan terjadi antara Korea Utara
dan Korea Selatan yang melibatkan negara adidaya –Amerika Serikat. Bahkan, Menteri Luar
Negeri Amerika Serikat (AS), John Kerry pada 2 April 2013 menyatakan bahwa negaranya akan
sekuat tenaga membela Seoul dari agresifitas Pyongyang. Pernyataan ini dikemukakan kepada
Menteri Luar Negeri Korea Selatan, Yun Byung-se pada akhir pertemuan kedua negara di
Washington. Sungguh Korea Selatan tampaknya sangat berarti bagi pemerintahan AS.
Respon AS sangat protektif terhadap Korea Selatan mengingat upaya Korea Utara untuk
membuka kembali kompleks senjata nuklirnya. Bahkan, Pentagon telah mengirimkan kapal
perusak anti-misil USS John McCain sebagai tindakan preventif. Mengapa Korea Selatan begitu
penting bagi AS? Terdapat faktor keamanan, ekonomi, dan politik sebagai determinan politik
luar negeri AS.
Pertama, faktor keamanan menentukan keberpihakan AS pada Korea Selatan.
Berdasarkan sejarah, terbaginya semenanjung Korea merupakan hasil dari ‘proxy war’
kepentingan Barat dan Timur. Korea menjadi ajang perebutan pengaruh ideologi antara
Sosialisme-Uni Sovyet dan Demokrasi Liberal-AS. AS bersikeras membantu Seoul ketika pecah
Perang Korea tahun 1950-1953. Pada akhir masa perang tersebut, AS dan Korea Selatan
kemudian membentuk pakta pertahanan dan keamanan untuk saling melindungi dari musuh yang
diyakini berasal dari Utara.
Bagi keduanya, Korea Utara memiliki kapasitas pengembangan senjata nuklir yang
cukup mengkhawatirkan. Tindakan yang dianggap provokatif dan mengancam bagi Pyongyang,
dapat memicu ditembakkannya misil sesuai target yang dikehendaki. Sehingga, AS memperkuat
pangkalan militernya di Korea Selatan dan mengagendakan latihan militer bersama. Bahkan,
pakta pertahanan kedua negara berkembang menjadi Rencana Aliansi Strategis 2015 (SA2015),
di mana dalam keadaan perang pasukan militer Korea Selatan akan berintegrasi dengan pasukan
militer AS menjadi US-Korea Command.
Kedua, faktor ekonomi merupakan salah satu rasionalisasi ‘Paman Sam’ untuk
melindungi ‘Negeri Ginseng’. Berdasarkan strata ekonomi internasional, Korea Selatan
merupakan negara berpenghasilan cukup besar. Hal itu terbukti melalui keanggotaannya dalam
G-20 dan Organisasi untuk Kerja Sama dan Pengembangan Ekonomi (OECD). Pertumbuhan
ekonomi Korea Selatan berkisar 3,9% dengan pendapatan per kapita 30 ribu dollar.
Selain itu, melihat data dari Departemen Perdagangan AS, ketergantungan impor AS
dari Korea Selatan hampir mencapai 59 milyar dollar pada tahun 2012. Korea Selatan menjadi
mitra dagang AS terbesar ketiga di Asia, setelah China dan Jepang. Didukung oleh pelaksanaan
sistem perdagangan bebas kedua negara pada 15 Maret 2012 melalui Korea-US Free Trade
2. Agreement (KORUS FTA), Korea Selatan mampu menduduki peringkat 7 dari 15 mitra dagang
strategis AS saat ini.
Selain itu, kehadiran Korea Selatan di Asia Tenggara juga mendapat sambutan luar
biasa. Korea Selatan mampu mendorong confidence building and mutual understanding pada
komunitas di kawasan ini. ASEAN dan Korea Selatan menyepakati kawasan perdagangan bebas
melalui ‘Joint Declaration on Comprehensive Cooperation Partnership between ASEAN and
Korea, establishing ASEAN-Korea Free Trade Area’ pada tahun 2004 di Laos. ASEAN-Korea
Free Trade Area (AKFTA) adalah komitmen ASEAN dan Korea Selatan untuk mengurangi
hambatan perdagangan. Harapannya, integrasi perdagangan ASEAN-Korea ini dapat
menciptakan pertumbuhan ekonomi, dan mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat kedua
kawasan.
Ketiga, secara politik, hubungan bilateral AS dan Korea selatan telah berlangsung
hampir 60 tahun. Representasi pemerintah AS di Washington, James P. Zumwalt tahun lalu
menyatakan bahwa hubungan kedua negara merupakan kemitraan strategis yang didasarkan pada
kesamaan nilai dan kepentingan. AS dan Korea Selatan berkomitmen terhadap kebebasan,
demokrasi, penegakan hukum, dan kerja sama antar kedua negara. Selain itu, AS dan Korea
Selatan juga berkepentingan untuk menjadi pemain utama dalam percaturan politik dunia.
Tidak dapat dipungkiri bahwa Korea Selatan mulai memimpin dalam berbagai forum
internasional. Korea Selatan telah sukses sebagai tuan rumah dalam penyelenggaraan G-20
Summit 2010, Fourth High-Level Forum on Aid Effectiveness tahun 2011, dan Nuclear Security
Summit tahun 2012. Tidak kalah pentingnya, para atlit dunia juga akan berkompetisi dalam
Olimpiade 2018 mendatang di Korea Selatan. Demokratisasi Korea Selatan bagi AS adalah
prestasi yang membanggakan.
Sehingga, Korea Selatan dapat dianalogikan sebagai pasangan sejati AS. Dengan tingkat
kemajuan ekonomi yang cukup signifikan, 10 tahun mendatang Korea Selatan boleh jadi akan
menggeser posisi China sebagai pemasok utama AS. Dalam konteks keamanan, Korea Selatan
tetap menjadi ‘buffer state’ AS untuk menjaga stabilitas kawasan, terutama dari potensi nuklir
Korea Utara. Demokrasi yang menjadi basic value negeri ginseng, menjadi semangat besar yang
dapat menyinari Asia. Jadi, pertimbangan kepentingan ‘geopolitical strategic’ inilah yang
diprediksi membawa hubungan AS dan Korea Selatan lebih hangat lagi di masa depan.