SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  20
Télécharger pour lire hors ligne
MAKALAH PAI
TENTANG
Menghargai Karya Orang Lain dan
Macam-macam Dosa Besar
Disusun oleh:
 Dede Adi Nugraha
(xDLMx_dhansheiA3)
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam
PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA
DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 1 SUKAHAJI
Tahun Pelajaran 2012-2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt karena berkat rahmat-Nya penyusunan
makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah agama yang
membahas tentang Menghargai Karya Orang Lain dan Macam-macam Dosa Besar.
Secara khusus pembahasan dalam makalah ini diatur sedemikian rupa sehingga
materi yang disampaikan sesuai dengan kurikulum yang digunakan disekolah yaitu
KTSP atau kurikulum tingkat satuan pendidikan.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami
hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan
materi/makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua,
sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi. Oleh karena itu kami
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Orang Tua kami yang selalu memberikan fasilitas dan dorongan untuk
bisa membuat makalah ini.
2. Kepada tim/kelompok yang sangat kompak dalam mengumpulkan
referensi yang berkaitan dengan materi sehingga kami sebagai penulis
dapat menyelesaikan makalah.
3. Narasumber terpecaya dalam penelitian ini yang sudah banyak
membantu.
Terima kasih atas semuanya. Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang
masih dalam proses pembelajaran, meminta maaf apabila terdapat kesalahan baik
itu dalam pembahasan materi ataupun isi dari makalah ini. Oleh karena itu kritik
dan saran dari para pembaca sangat diperlukan guna meningkatkan kualitas
makalah penulis selanjutnya. Kebenaran dan kesempurnaan hanya Allah-lah yang
Punya dan Maha Kuasa.
Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini, dapat memberi
kesadaran tersendiri bagi generasi muda Islam yang akan datang, khususnya dalam
bidang Perekonomian.
Penyusun,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Pembatasan Makalah
C. Tujuna Penulisan
D. Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Menghargai Karya Orang Lain
B. Perlindungan terhadap Hak Karya Cipta
C. Penerapan Sikap dan Perilaku Menghargai Karya Orang Lain
D. Menyekutukan Allah SWT
E. Tujuh Macam Dosa Besar
F. Intisasri / Kandungan Hadits
BAB III KESIMPULAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai muslim yang baik dan kehadirannya menadi rahmat bagi seluruh alam, kita tidak
boleh melakukan perbuatan apapun yang sifatnya merendahkan, mengejek dan menghina orang
lain, baik dari segi kepribadiannya, karyanya, postur tubuhnya, maupun keadaan sosialnya.
Karena penghinaan, celaan maupun merendahkan orang lain akan memunculkan perasaan sakit
hati dan dendam. Oleh karena itu, setiap individu muslim hendaknya senantiasa berusaha sekuat
kemampuannya untuk menahan diri dari sikap yang dapat membuat orang lain merasa
direndahkan. Manusia yang terbaik adalah mereka yang selalu memperhatikan dan memberi
pertolongan kepada orang-orang yang tidak mampu atau lemah disekitarnya. Salah satu
kecenderungan atau bahkan kebiasaan orang beriman adalah selalu ingin berbuat baik kepada
orang lain, baik memiliki hubungan kekerabatan atau tidak, yang dikenal maupun yang tidak
dikenal, Apakah berbuat baik dengan harta atau tenaga ataupun hanya dengan memperlihatkan
sikap terpuji yaitu memperlakukan orang lain dengan baik ataupu menghargai perbuatan baik
atau karya orang lain dengan respon atau menanggapi dengan positif. Orang beriman selalu ingin
berbuat baik dan selalu memerhatikan serta memberi pertolongan kepada orang yang tidak
mampu atau lemah di sekitarnya, karena itu merupakan salah satu cara dalam bersyukur kepada
Allah SWT atas kebaikan-kebaikan yang diberikan kepadanya seperti yang telah diceritakan
dalam QS Al-Qasas/28:77 dan sabda Rasulullah s.a.w. :


Artinya :
“Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Kebaikan itu memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Demikian juga halnya dengan
kejahatan dan dosa. Kebaikan apa saja yang mempunyai manfaat besar, maka pahalanya di sisi
Allah akan besar juga. Sedangkan kebaikan yang manfaatnya lebih rendah, maka pahalanya pun
seimbang dengan kebaikan tersebut. Sebaliknya, setiap kejahatan yang mudharatnya lebih besar,
maka ia disebut sebagai dosa-dosa besar yang membinasakan dan siksanya pun sangat berat.
Adapun kejahatan yang mudharatnya lebih rendah dari itu, maka ia tergolong kepada dosa-dosa
kecil yang dapat terhapus dengan jalan menjauhi dosa-dosa besar.
Allah SWT berfirman didalam Al-Qur‟an Surat An-Nisaa‟ 31,

Artinya :
“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu
mengerjakannya, niscaya kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan
kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)”.
Dari ayat di atas, jelas terdapat dua macam dosa, yakni dosa besar dan dosa kecil. Jelas
pula bahwa Allah SWT berjanji bahwa jika seorang hamba menjauhkan diri dari dosa-dosa
besar, maka Allah SWT memaafkan kesalahan/dosa kecil yang pernah dilakukannya. Haruslah
kita ingat bahwa terdapat prasyarat untuk terpenuhinya (janji Allah SWT itu) yakni, semua yang
fardlu (wajib) seperti halnya shalat, zakat, dan puasa, harus tetap dikerjakan dengan tertib dan
teratur, sambil terus berusaha menjauhi dosa-dosa besar, sebab meninggalkan yang fardlu itupun
tergolong melakukan dosa besar. Jadi, jika seorang hamba melaksanakan semua yang diwajibkan
(fardlu) dan meninggalkan perbuatan dosa besar maka Allah SWT akan memaafkan dosa-dosa
kecilnya.
Apakah dosa itu? Apa sajakah dosa-dosa kecil itu? Dan, apa saja pulakah yang tergolong
dosa-dosa besar?
Dosa adalah segala perbuatan yang bertentangan dengan kehendak dan perintah Allah
SWT. Sampai disini belum dibedakan besar kecilnya dosa. Abdullah bin Abbas berkata, “ Setiap
perbuatan menentang ajaran Islam adalah dosa besar.”
Oleh karena itu, jika dosa-dosa kecil dilakukan berulang-ulang, secara sembrono
(serampangan), dan dikerjakan dengan terang-terangan, maka akan terangkum menjadi suatu
dosa besar. Seorang ulama menerangkan pengaruh-pengaruh dosa kecil dan dosa besar dengan
contoh berikut ini. Ia mengibaratkan dengan perbandingan sengatan kalajengking kecil dengan
kalajengking besar. Juga ibarat rasa panas terbakar api kecil dibanding dengan terbakar api yang
besar. Semuanya terasa sangat sakit, namun akibat yang ditimbulkan oleh yang besar
menyisakan luka yang lebih parah. Begitu juga, kedua jenis dosa itu sama berbahayanya, akan
tetapi kerusakan yang diderita akibat dosa besar lebih parah daripada dosa kecil.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan menghargai karya orang lain?
2. Apa yang dimaksud dengan perlindungan terhadap hak karya cipta?
3. Bagaimana penerapan sikap dan perilaku menghargai karya orang lain?
4. Maksud dari Meynekutukan Allah SWT ?
5. Tujuh macam dosa besar ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan menghargai karya orang lain.
2. Untuk mengetahui macam-macam dosa besar.
3. Untuk mengetahui riwayat/hadist mengenai dosa-dosa besar.
4. Menjelaskan tentang macam-macam dosa besar.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis, untuk menambah ilmu pengetahuan Agama.
2. Bagi siswa, makalah ini disusun untuk membantu siswa mengatahui maksud dari
menghargai karya orang lain dan bisa mengetahui macam-macam dosa besar.
3. Bagi guru, makalah ini di susun untuk membantu guru agar mempermudah dalam
menyampaikan materi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Menghargai Karya Orang Lain
Kata „menghargai‟ menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti bermacam-
macam, diantaranya memberi, menentukan, menilai, membubuhi harga, menaksir harga,
memandang penting (bermanfaat, berguna), menghormati. Karya orang lain adalah hasil
perbuatan manusia berupa „suatu karya‟ yang baik (positif) yaitu hasil dari ide, gagasan manusia
seperti seni, karya budaya, cipta lagu, mesin atau sesuatu produk yang bermanfaat atau berguna
bagi orang lain.
Manusia diciptakan dalam kondisi saling ketergantungan antara yang satu dengan yang
lain. Interaksi antara manusia tidak akan berjalan efektif jika tidak ada rasa saling menghargai
antar mereka. Sebenarnya sikap menghargai merupakan sebuah refleksi kejujuran seseorang atas
kelebihan orang lain. Al-Qur'an dan sunah Nabi saw sendiri telah menuntun kita bagaimana
seharusnya bersikap saling menghargai. Banyak petunjuk yang bisa diambil dalam ayat-ayat Al-
Qur'an maupun riwayat hadis mengenai masalah ini. Saling menghargai antar sesama makhluk
Allah akan cepat tumbuh jika masing-masing mampu menghindari akhlak tercela, seperti
berperasangka buruk (su‟uzhzhann), mencari- cari kesalahan orang lain, iri hati, dan lain
sebagainya. Berawal dari iri hati dan berperasangka buruk biasanya akan timbul kebencian yang
pada akhirnya berujung pada permusuhan. Pada saat itulah menghargai hak- hak orang lain akan
menjadi beban yang sangat berat untuk ditunaikan. Untuk itu, tepat jika Nabi saw
memerintahkan kaum muslimin melalui riwayat hadis berikut ini:
Dari Abi Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda, “Jauhilah olehmu prasangka (buruk),
karena berprasangka (buruk) itu adalah kebohongan yang paling besar. Janganlah kalian saling
mencari kesalahan orang lain, saling memata- matai, saling iri hati. Dan jangan saling beradu
punggung, saling memarahi. Jadilah kalian hamba- hamba Allah SWT yang bersaudara. “ (HR.
Bukhari dan Muslim).
Saling mencari aib dan cacat orang lain (tajassus), saling dengki, saling berpaling muka, dan
sejenisnya adalah wujud dari tidak adanya rasa saling menghargai antar individu. Padahal Islam
melarang umatnya untuk melakukan hal- hal yang tidak terpuji tersebut. Oleh karena itu, tidak
dibenarkan jika seseorang bergaul hanya untuk mencari-cari kejelekan atau kelemahan orang
lain. Allah swt berfirman,


Artinya:
“ Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), Karena
sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan
janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan
daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”.
QS. Al- Hujurat/ 49: 12.
Kunci sikap saling menghargai dan saling memahami sekurang- kurangnya ada dua hal,yaitu:
1. Menghormati hak orang lain
Setiap orang menghendaki keberadaannya diakui dan hak- haknya dihormati. Rasa harga
diri sebagai manusia akan terusik jika hak- ¬haknya diabaikan oleh orang lain. Karena harga diri
merupakan identitas manusia yang pada dasarnya memang butuh pengakuan dari pihak lain.
Orang akan bisa berbuat nekad jika harga dirinya dilanggar dan diusik oleh orang lain.
2. Menahan diri
Prinsip ini merupakan kelanjutan dari prinsip pertama. Menyadari bahwa setiap orang itu
memiliki hak individual, maka tidak dibenarkan memaksakan haknya kepada orang lain. Jika
terjadi dua kepentingan yang berbeda di antara kedua belah pihak, harus dicarikan jalan
keluarnya dengan cara musyawarah untuk mencapai titik temu.
Sikap saling menghargai sangat dibutuhkan dalam berteman atau dalam pergaulan secara
umum. Maksudnya agar tidak terjadi salah faham antara individu yang satu dengan individu lain
atau antara kelompok satu dengan kelompok lain. Dengan menghargai dan memahami pihak
lain, kita akan bertambah pengetahuan tentang adat-istiadat dan kebiasaan mereka jika kebetulan
mereka memiliki budaya dan tradisi yang berbeda dengan kita. Di samping itu juga untuk
menghindari saling memaksakan kehendak. Dengan demikian, hubungan dapat berjalan secara
harmonis, karena masing-masing merasa hak-haknya dihormati. Kita tentu tidak mau dipaksa
oleh orang lain, sebagaimana orang lain tidak suka jika kita paksa.
Jika sesama orang mukmin mengembangkan sifat- sifat positif, mulai dari saling menghargai,
toleransi, saling tolong menolong, saling memaafkan, menyambung tali silaturahmi,
mendahulukan kepentingan orang lain di atas kepentingan pribadi, maka sikap solidaritas akan
terjalin kuat. Ketika sesama muslim berselisih, maka segera damaikan antara pihak tersebut.
Karena perselisihan biasanya diakibatkan masing- masing pihak berseteru dan tidak bisa lagi
saling menghargai. Jika perselisihan itu berlangsung terus maka sikap solider antarsesama tidak
akan terwujud. Wajar jika Al- Qur‟an dalam hal solidaritas memberikan perintah sukup tegas
sebagai berikut:

Artinya:
“Orang- orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat
rahmat.” QS. Al- Hujurat/ 49: 10.
Rasulullah saw pernah bersabda, “Akhlak yang baik adalah menyambung tali silaturahmi
kepada orang yang memutuskan hubungan denganmu, engkau memberi kepada orang yang
selama ini tidak suka memberimu, dan engkau memaafkan orang yang pernah menyayangimu.”
Perilaku negatif seperti sombong, enggan menghargai hak orang lain, dan egois yang tertanam
pada diri seseorang akan merusak solidaritas antar sesama manusia.
Adapun bahaya mengabaikan karya orang lain (tidak menghargai orang lain) antara lain sebagai
berikut:
1. Membahayakan Keimanan
Tidak menghargai karya orang lain menunjukan sikap mental yang tidak sehat. Sikap
tersebut akan dapat membawa kita pada sikap iri hati, dengki, hingga suuzan pada orang lain.
Hal ini tentu saja berbahaya bagi keimanan kita kepada-Nya.
2. Membahayakan Akhlak
Seseorang yang terbelit oleh perasaan tamak dan tidak peduli lagi dengan hasil karya
orang lain akan terdorong untuk melakukan tindak pelanggaran dan kejahatan, seperti
pembajakan hak cipta, pembunuhan karakter, dan beragam kejahatan lainnya. Sikap tamak dan
tiadanya rasa penghargaan pada hasil karya orang lain berpotensi menhalalkan segala cara untuk
memenuhi kebutuhannya meskipun melanggar aturan agama.
3. Membahayakan Masyarakat
Apabila sikap tidak menghargai karya orang lain dan sikap tamak bergabung menjadi
satu, lalu dilanjutkan dengan tindakan kejahatan untuk memperkaya diri, maka mulailah dampak
pada masyarakat terjadi. Kita dapat dengan jelas melihat hal ini dalam kejahatan pembajakan
hasil karya. Sebuah buku misalnya.
Untuk itu, Islam sangat mengecam sifat- sifat tercela tersebut. Banyak sekali hikmah yang bisa
diambil dari sifat saling menghargai sesama manusia, di antarnya adalah:
a. Tumbuhnya rasa senasib dan sepenanggungan. Sehingga ketika ada orang yang tertimpa
musibah, yang lain akan segera ikut mengurangi deritanya.
b. Akan terkumpul pada diri seseorang sifat- sifat terpuji. Orang solider cenderung
bijaksana dalam menyelesaikan berbagai permasalahannya.
c. Allah swt akan memberi banyak kemudahan dalam berbagai kebutuhannya.
d. Allah swt akan memberikan pertolongan- Nya
B. Perlindungan terhadap Hak Karya Cipta
Kita pasti pernah mengetahui dan mendengar tentang pembajakan hasil karya, misalnya
pembajakan kaset atau VCD dengan menggandakan yang resmi, kemudian hasil bajakan tersebut
dijual dengan harga yang sangat murah. Perbuatan tersebut membuat rugi perusahaan rekaman
dan berdampak pula kerugian materi terhadap pencipta lagu dan penyanyinya.
Bentuk lain sikap tidak terpuji terhadap hasil karya orang lain adalah menduplikat atau
mencontek desain atau mencuri ide (gagasan) cipta oarang lain untuk kepentingan dirinya guna
mendapatkan keuntungan materi atau popularitas. Dalam kasus tersebut, pemerintah telah
membuat undang-undang tentang perlindungan terhadap hak cipta dalam hukum perdata. Si
pelaku akan mendapat hukuman, sedang perbuatannya merupakan tindakan kriminal.
Islam juga memiliki ajaran tentang hak perlindungan yang berkaitan dengan hak asasi
manusia dan terdapat informasinya dalam Al-Qur‟an dan sunnah rasul, diantaranya firman Allah
SWT. Surah Al-Ma‟idah/5:32
Hadist nabi Muhammad saw, yang disampaikan oleh Abi Amamah juga memberi
penegasan yang disampaikan dalam suatu pertemuan besar internasional, yaitu pada Haji Wada
yang artinya, “Barangsiapa merampas hak seorang muslim, maka dia telah berhak masuk neraka
dan haram masuk surga”. Seorang lelaki bertanya, “Walaupun itu sesuatau yang kecil, wahai
Rasulullah? “Beliau menjawab, “Walaupun hanya sebatang kayu arak.” (HR Muslim).
Dari ayat dan hadis tersebut Islam menjamin atau melindungi hak hidup, dan hak
pemilikan (hasil karya) yang sah. Islam mengharamkan segala bentuk kezaliman termasuk
menduplikat atau menggandakan hasil orang lain atau mencuri atau mengambil tanpa izin konsep
(ide) sebuah gagasan (karya) orang lain untuk kepentingan dirinya atau guna mendapatkan
keuntungan dari harta atau karya orang lain tersebut Allah berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah:
188


Artinya:
“Dan janganlah kamu makan harta diantara kamu dengan jalan yang batil, dan (janganlah)
kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan
sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui”. (Q.S. Al-Baqarah:
188)
Dalam islam, memberi keamanan (perlindungan) kepada orang lain tercermin dalam
jaminan perlindungan mata pencaharian, jiwa dan harta benda termasuk di dalamnya harta
berupahasil karya cipta (QS Quraisy/106:3-4).
Islam tidak hanya menempatkan bekerja atau berkarya sebagai hak dan melindunginya
dalam berkerja berikut hasil karya (perkerjaannya), tetapi juga kewajiban. Bekerja merupakan
kehormatan yang perlu dijamin. Hadis Nabi Muhammad saw yang diceritakan oleh Miqdam ra.
Menyebutkan bahwa, “Tidak ada makanan yang lebih baik yang dimakan seseorang dari pada
makanan yang dihasilkan dari usahanya sendiri.” (HR Bukhari). Islam juga menjamin hak
pekerja (melindungi hak pekerjaannya), seperti terlihat dalam hadis Nabi Muhammad saw, yang
diriwaytakan oleh Abdullah ibn Umar ra. Yang artinya, “Berilah pekerja itu upahnya sebelum
kering keringatnya.” (HR Ibnu Majah).
Beberapa contoh karya-karya yang dilindungi oleh hak cipta adalah sebagai berikut:
1. Buku dan program computer
2. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lainnya yang diwujudkan dengan cara diucapkan
3. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan
4. Ciptaan lagu atau music tanpa teks, termasuk karawitan dan rekaman suara
5. Drama, tari, pewayangan, dan pantomime
6. Karya pertunjukan
7. Karya siaran
8. Seni rupa, dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni
pahat, seni patung, kolase, seni terapan yang berupa seni kerajinan tangan
9. Arsitektur
10. Peta
11. Seni batik
12. Sinematografi
13. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, dan karya-karya lainnya dari hasil perwujudan
cipta dan karya.
Hak-hak yang terkait dengan pemegang hak cipta:
a. Hak ekonomi
Hak untuk mengambil keuntungan dari kegiatan ekonomi terhadap ciptaan tersebut.
Berkaitan dengan hal ini Allah berfirman dalam Q.S. An-Nisa‟: 29


Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas suka sama suka
diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang
kepadamu”. (Q.S. An-Nisa‟(4) : 29)
b. Hak moral adalah :
1) Hak untuk diakui karyanya yaitu hak pencipta untuk dicantumkan namanya atas karyanya,
guna mencegah orang lain mengaku sebagai penciptanya.
2) Hak untuk keutuhan; yaitu hak untuk mengajukan keberatan atas penyimpanan hasil
karyanya atau perubahan lainnya atau tindakan-tindakan yang bisa menurunkan kualitas
dari karya tersebut.
Sanksi pelanggaran hak cipta sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 19 tahun
2002 yang dibuat pemerintah:
a. Mengumumkan atau mempebanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu penjara
maksimal 7 (tujuh) tahun dan/atau denda maksimal Rp. 100.000.000,00
b. Menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual ciptaan atau barang hasil
pelanggaran hak cipta kepada umum; penjara maksimal 5 (lima) tahun dan/atau denda
maksimal Rp. 50.000.000,00.
Tentang sanksi pelanggaran hak cipta, Allah berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah: 188


Artinya:
“Dan janganlah kamu makan harta diantara kamu dengan jalan yang batil, dan (janganlah)
kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan
sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui”. (Q.S. Al-Baqarah:
188)
C. Penerapan Sikap dan Perilaku Menghargai Karya Orang Lain
Upaya menghargai karya cipta orang lain dapat dilatih melalui pembiasaan sikap dan perilaku,
antara lain sebagai berikut:
1. Membeli produk dari tempat atau agen yang resmi untuk menghindari pembelian barang
illegal atau hasil bajakan,
2. Menghormati atau menghargai hasil karya orang lain merupakan bagian dari
menghormati hak-hak orang lain dan merupakan sebuah kebaikan,
3. Penghargaan terhadap suatu hasil karya merupakan salah satu upaya dalam membina
keserasian hidup sehingga terwujud suatu kehidupan masyarakat yang saling
menghormati dan saling menghargai
D. Menyekutukan Allah SWT
1. Riwayat Hadits
‫ﺣﺪﻳﺙﺃﻧﺱﺭﺿﻲﺍﷲﻋﻧﻪﻗﺎﻞﺳﺋﻞﺭﺳﻭﻝﺍﷲﺻﻟﻰﺍﷲﻋﻟﻳﻪﻮﺳﻟﻡﻋﻦﺍﻟﻛﺑﺎﺌﺭﻗﺎﻝ‬‫׃‬
‫ﺍﻠﻮﺍﻟﺪﻳﻥﻭﻗﺗﻝﺍﻟﻧﻔﺱﻭﺷﻬﺎﺪﺓﺍﻟﺯﻭﺮ‬ ‫ﺍﻻﺷﺭﺍﻙﺑﺎﺍﷲﻭﻋﻘﻭﻕ‬.
‫ﺍﺨﺭﺠﻪﺍﻟﺑﺨﺎﺭﻯﻓﻰ‬‫׃‬٥٢‫ـ‬‫ﮐﺘﺎﺏﺍﻟﺷﻬﺎﺪﺍﺕ‬‫׃‬١٠‫ـ‬‫ﺑﺎﺐﻣﺎﻗﻳﻝﻓﻰﺷﻬﺎﺪﺓﺍﻟﺯﻭﺭ‬.
Arti Hadits / ‫الحديث‬ ‫ترجمة‬ :
Hadits Anas ra. Dimana ia berkata: “Rasulullah saw. ditanya tentang dosa-dosa besar,
kemudian beliau menjawab: “Mempersekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua,
membunuh jiwa (manusia), dan saksi palsu.”
Al-Bukhari mentakhrijkan hadits ini dalam “Kitab Persaksian” bab tentang apa yang
dikatakan dalam saksi palsu.
2. Sababul Wurud
Dalam kitab Riyadhus Shalihi dijelaskan, bahwa ketika Nabi menjelaskan tentang dosa
syirik dan durhaka terhadap kedua orang tua, beliau dalam keadaan bersandar, namun kemudian
beliau duduk untuk menunjukan betapa pentingnya masalah yang akan dibahasnya, yaitu tentang
dosa saksi palsu. Beliau terus mengulang-ulanginya, sampai para sahabat berkata, “Semoga
Rasulullah segera diam”.
3. Penjelasan (syarah) Hadits
Dalam hadits di atas diterangkan empat macam dosa besar, yakni menyekutukan Allah,
durhaka kepada orang tua, membunuh jiwa manusia tanpa hak dan menjadi saksi palsu.
a. Musyrik (menyekutukan Allah)
Mempersekutukan Allah atau syirik dikategorikan sebagai dosa yang paling besar yang tidak
akan diampuni oleh Allah SWT. Orang yang syirik diharamkan untuk masuk
surga, sebagaimana firman Allah SWT :


Artinya: “Sesungguhnya orang yang menyekutukan Allah, maka pasti Allah mengharamkan
surga baginya dan ia ditempatkan di dalam neraka.” ( Q.S. Al-Ma‟idah: 72)
Ada beberapa macam bentuk menyekutukan Allah SWT, di antaranya:
 Mengagungkan makhluk layaknya mengagungkan Allah SWT. Sikap seperti ini banyak
dialami oleh sebagian para pembantu, mereka sering mengagungkan seorang pemimpin, atau
para pejabat melebihi pengagungannya kepada Allah SWT – Wal‟iyadzubillah - Perbuatan
ini merupakan syirik terbesar. Hal ini menunjukan apabila seorang pemimpin atau tuan raja
menyuruh sesuatu ketika waktu shalat, maka ia akan berani meninggalkannya. Bahkan
hingga waktu shalat telah habis pula mereka tidak akan peduli.
 Dalam masalah cinta. Seseorang mencintai orang lain sesama makhluk sama besarnya atau
melebihi rasa cintanya kepada Allah SWT. Engkau akan melihat ia sering menuntut agar
dirinya lebih dicintai dari pada Allah SWT. Sikap seperti ini banyak ditemukan di kalangan
orang-orang yang dimabukasmara. Hatinya dipenuhi oleh cinta kepada selain Allah SWT.
 Sesuatu yang tersembunyi, yang termasuk menyekutukan Allah SWT, yaitu riya. Seseorang
yang sedang melaksanakan shalat lalu ia memperbagus shalatnya karena sedang dilihat oleh
si fulan. Ia berpuasa hanya ingin dikatakan ahli ibadah dan rajin berpuasa. Ia bersedekah
hanya ingin dikatakan sebagai orang yang dermawan, semua termasuk riya.
 Bentuk syirik yang tersembunyi yaitu ketika hati dan akal pikiran seseorang dipenuhi oleh
dunia. Akal pikirannya, badan, tidur dan bangun semua hanya untuk dunia, ia selalu berusaha
mencari dunia tidak peduli halal, haram, dusta, karena ia telah diperbudak dunia.
Walhasil, bahwa di antara manusia ada yang menyekutukan Allah Ta‟ala namun orang
tersebut tidak menyadarinya. Wahai saudara-saudara engkau merasakan bahwa dunia telah
menguasai hatimu dan engkau tak lagi memperdulikan hal lain selain itu, maka ketika engkau
bangun dari tidur semuanya akan karena dunia. Maka ketahuilah bahwa hari-hari telah terisi
dengan kesyirikan.
b. Durhaka Kepada Orang Tua
Maksudnya adalah tidak berbakti kepada keduanya. Setiap anak wajib berbakti kepada
kedua orang tuanya sesuai kemampuannya. Ia wajib menaati mereka selama bukan untuk
kemungkaran dan kemaksiatan kepada Allah SWT.
Dalam Al-qur‟an banyak sekali ayat yang menerangkan keharusan berbuat baik terhadap
orang tua. Menurut Ibn Abas, dalam Al-Qur‟an ada tiga hal yang selalu dikaitkan penyebutannya
dengan tiga hal lainnya, sehingga tidak dapat dipisahkan antara yang satu dan lainnya, yaitu taat
kepada Allah dan Rasul-Nya, dirikan shalat dan keluarkan zakat, bersyukur kepada Allah dan
kepada kedua orang tua.
Hal itu menandakan bahwa peran dan kedudukan orang tua sangat tinggi di hadapan Allah
SWT, sehingga Rasulullah SAW. bersabda:


Artinya :
“Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya
Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam
dua tahun[1180]. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-
Kulah kembalimu. [1180] Maksudnya: Selambat-lambat waktu menyapih ialah setelah anak
berumur dua tahun.”
c. Membunuh
Maksud membunuh dalam pembahasan ini adalah membunuh jiwa yang diharamkan tanpa
hak dengan sengaja. Orang yang berbuat seperti itu akan dimasukkan ke neraka jahanam dan
kekal di dalamnya. Sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 93 yang artinya:
“Barang siapa yang membunuh orang yang beriman dengan sengaja, maka balasannya ialah
neraka jahanam, ia kekal di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutuknya serta
menyediakan azab yang besar baginya.”
Dan Nabi SAW. bersabda:
‫ﺇﺬﺍﺍﻟﺘﻘﻰﺍﻟﻤﺴﻟﻤﺎﻦﺑﺴﻴﻔﻴﻬﻤﺎ‬٬‫ﻓﺎﻟﻘﺎﺘﻝﻭﺍﻟﻤﻘﺘﻭﻝﻓﻲﺍﻟﻨﺎﺭ‬٬‫ﻫﺫﺍﺍﻟﻘﺎﺗﻞ‬٬‫ﻓﻣﺎﺒﺎﻞﺍﻟﻣﻘﺗﻭﻞ‬‫؟‬
‫ﻗﺎﻞ‬‫׃‬‫ﻷﻨﻪﻛﺎﻦﺣﺭﻳﺻﺎﻋﻟﻰﻗﺗﻞﺻﺎﺣﺑﻪ‬.
Artinya: “Jika dua orang lelaki Muslim berjumpa membawa pedangnya masing-masing (dengan
tujuan untuk saling membunuh), maka pembunuhnya dan yang terbunuh akan sama-sama masuk
neraka. Lalu beliau ditanya oleh seorang sahabat: Ya Rasulullah, benarlah jika pembunuh ini
masuk neraka, tetapi mengapakah pula orang yang terbunuh itu turut sama masuk neraka? Nabi
SAW. menjawab: Sebab yang terbunuh itu berusaha pula untuk membunuh kawannya yang telah
membunuhnya itu.” (Riwayat Bukhari, Muslim dan Ahmad)
Menurut Imam Abu Sulaiman, cara yang demikian itu jika dalam bentuk saling membunuh
itu perlu kepada penjelasan. Sehingga jika ada dua orang (kelompok) yang saling berusaha untuk
membunuh yang lainnya atas dasar fanatisme atau untuk mendapatkan harta keduniaan dan
berebut pangkat. Adapun orang yang membunuh untuk membela isterinya (keluarganya
diancam), maka orang-orang tersebut tidak termasuk hadits di atas.
d. Saksi Palsu
Imam An-Nawawi di dalam kitabnya Riyadhus Shalihinmencantumkan “Bab Larangan
Memberikan Kesaksian Palsu.” Penulis menjelaskan bahwa kesaksian palsu adalah seseorang
yang memberikan kesaksian suatu peristiwa yang ia ketahui, tetapi bertentangan dengan
kenyataannya. Seseorang memberikan kesaksian sebuah kejadian dan ia tidak mengetahui
kesaksiannya sesuai dengan fakta yang sebenarnya atau justru bertentangan dengan fakta yang
sebenarnya. Seseorang mengetahui bahwa kejadian sebenarnya adalah seperti ini, tetapi ia
memberikan kesaksian yang tidak sesuai dengan kenyataannya. Ketiga macam bentuk persaksian
ini hukumnya haram dan seseorang tidak boleh memberikan kesaksian kecuali sesuai dengan
fakta yang ia ketahui dan dengan cara yang benar.
Dalam riwayat lain menyebutkan bahwa Nabi SAW. sangat memberi perhatian besar pada
persoalan ini. Hal itu ditunjukan dengan sikap beliau yang sebelumnya duduk bersandar ketika
mengucapkan dosa besar syirik dan durhaka kepada kedua orang tua, dan beliau duduk tegak
ketika mengucapkan tentang perkataan dusta atau saksi palsu. Alasan perkara ini mendapat
perhatian khusus adalah karena perkataan dusta atau kesaksian palsu sangat mudah terjadi pada
manusia, serta sering diremehkan oleh kebanyakan orang. Adapun syirik dijauhi oleh hati
seorang muslim, sedangkan durhaka kepada kedua orang tua tidak selaras dengan tabiat.
Sementara kepalsuan itu ditunjang oleh berbagai faktor, seperti permusuhan, dengki dan lain-
lain.
E. Tujuh Macam Dosa Besar
1. Riwayat Hadits
‫ﺣﺪﻳﺙﺍﺒﻰﻫﺭﻴﺭﺓﺭﺿﻰﺍﷲﻋﻧﻪ‬٬‫ﻋﻦﺍﻟﻧﺑﻰﺻﻟﻰﺍﷲﻋﻟﻳﻪﻮﺳﻟﻡﻗﺎﻝ‬‫׃‬‫ﺍﺠﺗﻨﺑﻭﺍﺍﻟﺳﺑﻊﺍﻟﻣﻭﺑﻘﺎﺕ‬٬
‫ﻗﺎﻟﻭﺍﻴﺎﺮﺳﻭﻝﺍﷲﻭﻣﺎﻫﻦ‬‫؟‬‫ﻗﺎﻝ‬‫׃‬‫ﺍﻟﺷﺮﻙﺑﺎﷲ‬٬‫ﻭﺍﻟﺴﺤﺮ‬٬‫ﻭﻗﺗﻝﺍﻟﻨﻔﺲﺍﻟﺗﻰﺤﺮﻡﺍﷲﺍﻻﺑﺎﻟﺤﻕ‬٬‫ﻮﺍﻜﻝﺍﻟﺮﺑﺎ‬٬‫ﻮﺍﻜﻝ‬
‫ﻣﺎﻞﺍﻟﻳﺗﻴﻡ‬٬‫ﻮﺍﻟﺗﻮﻟﻰﻴﻮﻡﺍﻟﺯﺤﻒ‬٬‫ﻮﻗﺫﻑﺍﻟﻤﺤﺻﻨﺎﺖﺍﻟﻤﻮﻤﻨﺎﺖﺍﻟﻐﺎﻓﻼﺕ‬.
‫ﺍﺨﺭﺠﻪﺍﻟﺑﺨﺎﺭﻯﻓﻰ‬‫׃‬٥٥‫ـ‬‫ﮐﺘﺎﺏﺍﻟﻭﺻﺎﻴﺎ‬‫׃‬٢٣‫ـ‬‫ﺑﺎﺏﻗﻭﻝﺍﷲﺗﻌﺎﻟﻰ‬‫׃‬‫ﺍﻟﻴﺘﺎﻤﻰﻈﻟﻤﺎ‬ ‫ﺍﻦﺍﻟﺬﻴﻥﻴﺄﻛﻟﻮﻦﺍﻤﻭﺍﻞ‬.
Arti Hadits / ‫الحديث‬ ‫ترجمة‬ :
Hadits Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. dimana beliau bersabda: “ Jauhilah tujuh macam dosa
yang membinasakan.”Para sahabat bertanya: ”Wahai Rasulullah, apakah ketujuh macam dosa
itu?” Beliau menjawab: “Mempersekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa (manusia) yang
diharamkan oleh Allah kecuali dengan hak, makan riba, makan harta anak yatim, lari pada saat
pertempuran (dalam jihad) dan menuduh (berbuat zina) kepada wanita-wanita yang selalu
menjaga diri, mukminat dan tidak pernah berfikir (untuk berzina).”
Al-Bukhari mentakhrijkan hadits ini dalam “Kitab Wasiat” bab tentang firman Allah SWT (yang
artinya) : “Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim dengan aniaya . . . .“
2. Penjelasan (syarah) Hadits
Kebaikan itu memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Demikian juga halnya dengan
kejahatan dan dosa. Kebaikan apa saja yang mempunyai manfaat besar, maka pahalanya di sisi
Allah akan besar juga. Sedangkan kebaikan yang manfaatnya lebih rendah, maka pahalanya pun
seimbang dengan kebaikan tersebut. Sebaliknya, setiap kejahatan yang mudharatnya lebih besar,
maka ia disebut sebagai dosa-dosa besar yang membinasakan dan siksanya pun sangat berat.
Adapun kejahatan yang mudharatnya lebih rendah dari itu, maka ia tergolong kepada dosa-dosa
kecil yang dapat terhapus dengan jalan menjauhi dosa-dosa besar.
Allah Ta‟ala berfirman,
Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu
mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan
Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga). (QS An-Nisa [4]: 31)
Dalam hadis di atas, Rasulullah Saw menyuruh umatnya agar menjauhi tujuh dosa yang
membinasakan. Tujuh dosa ini bukan berarti pembatasan (hanya tujuh perkara) atas dosa-dosa
yang membinasakan. Tetapi hal ini sebagai peringatan atas dosa-dosa yang lainnya. Ketujuh dosa
yang dimaksudkan dalam hadis di atas, uraiannya adalah sebagai berikut.
1. Musyrik (Mempersekutukan Allah)
Menyekutukan Allah yaitu menyamakan dan mensejajarkan selain Allah dengan Allah
dalam segala hal yang menjadi kekhususan bagi-Nya Yang Maha Suci, Maha Tunggal, Tempat
Bergantung Segala Makhluk, dan Yang Maha Esa.
Menyekutukan Allah SWT merupakan dosa yang paling besar. Bahkan Allah SWT tidak
akan mengampuni dosa musyrik yang terbawa mati. Allah SWT berfirman, (QS An-Nisa [4]: 48)

Artinya :
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa
yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia Telah berbuat dosa yang besar.‟
Ar-Raghib al-Ashfahani menyatakan bahwa kemusyrikan terdiri dari dua bentuk, yaitu:
1) Syirik besar, yaitu menetapkan adanya sekutu bagi Allah SWT. Inilah bentuk dosa yang
paling besar.
2) Syirik kecil, yaitu memperhatikan selain Allah di samping memperhatikan-Nya juga dalam
beberapa urusan. Itulah ria dan nifaq. (Al-Ashfahani, hlm. 266)
Adanya kemusyrikan dalam kategori musyrik kecil bukan karena beban dosanya yang
rendah, tetapi kemusyrikan ini merupakan bentuk kemusyrikan yang seringkali terabaikan atau
tidak terasa dalam perwujudannya. Tentang kemusyrikan ini, Rasulullah Saw bersabda,
“Sesungguhnya perkara yang paling aku khawatirkan menimpa kalian adalah musyrik yang
paling kecil, yakni ria.” (Muttafaq „Alaih)
2. Sihir
Sihir termasuk ke dalam dosa yang besar karena di dalamnya terdapat upaya iltibas
(pencampur-adukan) dan menutupi apa yang sebenarnya. Bahkan sihir ini bisa mengakibatkan
penyesatan aqidah, baik dari sisi penyebabnya maupun dari sisi perolehannya. Para ulama telah
bersepakat atas pengharaman sihir, pembelajaran dan pengajarannya. Bahkan Imam Malik,
Imam Ahmad, dan sekelompok para sahabat dan para tabiin berpendapat bahwa saling berbagi
sihir termasuk bagian kekufuran yang pelakunya harus mendapat hukum eksekusi (dibunuh).
Demikian juga upaya mempelajari dan mengajarkan sihir kepada orang lain, karena hal itu
termasuk wasilah yang akan menjadi jalan terwujudnya sihir tersebut.
Namun di sisi lain, ada juga yang berpendapat bahwa jika mempelajari sihir itu hanya
sekadar ingin mengetahuinya dan sebagai upaya menjaga diri, maka yang demikian itu tidak
termasuk dalam kategori haram. Pernyataan ini dianalogikan kepada orang-orang yang berusaha
mengetahui hakikat aliran-aliran sesat.
3. Membunuh Jiwa
Yang dimaksud membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah SWT dalam hadis di atas
adalah membunuh seorang muslim dengan sengaja, bukan karena suatu hukuman tertentu seperti
qishas atau rajam.
Pembunuhan seperti ini termasuk juga ke dalam bagian dari dosa-dosa besar yang dapat
membinasakan para pelakunya. Melalui upaya pembunuhan, sang pelaku telah menghilangkan
rasa aman di lingkungannya, menebar rasa takut, dan memutuskan ikatan persaudaraan sesama
manusia, khususnya di kalangan kaum muslimin. Bahkan Allah SWT mengisyaratkan bahwa
membunuh satu orang sama kedudukannya dengan membunuh semua orang. Keterangan ini
tercantum dalam ayat berikut.
(QS Al-Maidah [5]: 32)



Artinya :
“Oleh Karena itu kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang
membunuh seorang manusia, bukan Karena orang itu (membunuh) orang lain[411], atau bukan
Karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan dia Telah membunuh manusia
seluruhnya[412]. dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-
olah dia Telah memelihara kehidupan manusia semuanya. dan Sesungguhnya Telah datang
kepada mereka rasul-rasul kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas,
Kemudian banyak diantara mereka sesudah itu[413] sungguh-sungguh melampaui batas dalam
berbuat kerusakan dimuka bumi.”
[411] Yakni: membunuh orang bukan Karena qishaash.
[412] hukum Ini bukanlah mengenai Bani Israil saja, tetapi juga mengenai manusia seluruhnya.
Allah memandang bahwa membunuh seseorang itu adalah sebagai membunuh manusia
seluruhnya, Karena orang seorang itu adalah anggota masyarakat dan Karena membunuh
seseorang berarti juga membunuh keturunannya.
[413] ialah: sesudah kedatangan Rasul membawa keterangan yang nyata.
Hukum ini, walaupun khitab-nya Bani Israil, bukanlah mengenai Bani Israil saja, tetapi
juga mengenai manusia seluruhnya. Allah memandang bahwa membunuh seseorang itu bagaikan
membunuh manusia seluruhnya, karena orang-seorang itu adalah anggota masyarakat dan karena
membunuh seseorang berarti juga membunuh keturunannya.
4. Memakan Riba
Memakan harta riba termasuk kezaliman kepada orang lain. Orang yang memakan harta
riba pada dasarnya telah memerangi Allah dan Rasul-Nya, dan ia lebih pantas untuk mendapat
siksa yang abadi di neraka. Bagaimana tidak demikian, ketika orang lain berada dalam kesulitan,
kefakiran, pailit dalam ekonomi, padahal dalam kondisi apapun seseorang didorong untuk
mengeluarkan shadaqah, sementara pemakan riba demikian asyiknya mempermainkan
kemelaratan orang lain dengan menambah beban pembayaran utang berlipat ganda dan dalam
tempo yang terus-menerus.
Pada hakikatnya, riba itu dapat menghanguskan harta kekayaan, menghilangkan nilai-
nilai keberkahan, dan mencabut rasa kasih sayang dari pribadi para pelakunya. Dengan
demikian, dalam riwayat lain, Rasulullah Saw melaknat praktik riba dengan berbagai faktor
pendorong dan pelakunya, baik yang memakan harta riba, yang menjadi penulis dalam
transaksinya maupun yang menjadi saksi dalam proses transaksi riba tersebut.
Secara umum, Islam melarang keras terhadap seseorang yang dalam usaha mencari
rezekinya (ma„isyah) dengan cara yang haram, sedangkan transaksi ribawi termasuk ke
dalamnya. Rasulullah Saw telah bersabda, “Siapa saja yang daging (di tubuhnya) berkembang
dari usaha yang haram, maka api neraka lebih utama bagi dirinya”. (HR al-Hakim)
5. Memakan Harta Anak Yatim
Ketika seorang anak menjadi yatim, karena ditinggal mati oleh orangtuanya, Islam
menganjurkan agar kaum muslimin, terutama kaum kerabatnya, dapat menjaga dan mengurus
harta mereka yang diperolehnya melalui proses pewarisan. Pengurusan harta anak yatim ini terus
berlangsung sampai usia anak ini menjadi dewasa sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut :



Artinya :
“Dan ujilah[269] anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian jika
menurut pendapatmu mereka Telah cerdas (pandai memelihara harta), Maka serahkanlah
kepada mereka harta-hartanya. dan janganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari batas
kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka dewasa.
barang siapa (di antara pemelihara itu) mampu, Maka hendaklah ia menahan diri (dari
memakan harta anak yatim itu) dan barangsiapa yang miskin, Maka bolehlah ia makan harta itu
menurut yang patut. Kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka, Maka
hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka. dan cukuplah Allah
sebagai Pengawas (atas persaksian itu).” QS An-Nisa [4]: 6)
[269] Yakni: mengadakan penyelidikan terhadap mereka tentang keagamaan, usaha-usaha
mereka, kelakuan dan lain-lain sampai diketahui bahwa anak itu dapat dipercayai.
1. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang[1].
[1] Maksudnya: saya memulai membaca al-Fatihah Ini dengan menyebut nama Allah. setiap
pekerjaan yang baik, hendaknya dimulai dengan menyebut asma Allah, seperti makan, minum,
menyembelih hewan dan sebagainya. Allah ialah nama zat yang Maha suci, yang berhak
disembah dengan sebenar-benarnya, yang tidak membutuhkan makhluk-Nya, tapi makhluk yang
membutuhkan-Nya. Ar Rahmaan (Maha Pemurah): salah satu nama Allah yang memberi
pengertian bahwa Allah melimpahkan karunia-Nya kepada makhluk-Nya, sedang Ar Rahiim
(Maha Penyayang) memberi pengertian bahwa Allah senantiasa bersifat rahmah yang
menyebabkan dia selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada makhluk-Nya.
Tatkala seorang pengurus, terutama bagi mereka yang serba berkecukupan, tidak mampu
menjaga dirinya dari memakan harta anak yatim, maka Allah SWT mengancam mereka dengan
ancaman yang sangat besar sesuai dengan ayat berikut.

Artinya :
“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, Sebenarnya
mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-
nyala (neraka).” (QS An-Nisa [4]: 10)
1. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang[1].
[1] Maksudnya: saya memulai membaca al-Fatihah Ini dengan menyebut nama Allah. setiap
pekerjaan yang baik, hendaknya dimulai dengan menyebut asma Allah, seperti makan, minum,
menyembelih hewan dan sebagainya. Allah ialah nama zat yang Maha suci, yang berhak
disembah dengan sebenar-benarnya, yang tidak membutuhkan makhluk-Nya, tapi makhluk yang
membutuhkan-Nya. Ar Rahmaan (Maha Pemurah): salah satu nama Allah yang memberi
pengertian bahwa Allah melimpahkan karunia-Nya kepada makhluk-Nya, sedang Ar Rahiim
(Maha Penyayang) memberi pengertian bahwa Allah senantiasa bersifat rahmah yang
menyebabkan dia selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada makhluk-Nya.
6. Berpaling dari Barisan Perang
Yaitu seseorang yang melarikan diri ketika kaum muslimin sedang memerangi orang-orang
kafir. Perbuatan ini termasuk dosa besar, termasuk tujuh perbuatan yang akan membinasakan
karena menimbulkan dua bahaya:
a. Akan menghancurkan semangat kaum muslimin
b. Orang-orang kafir semakin berani menekan kaum muslimin
Ketika kaum muslimin sudah mulai terdesak, maka orang-orang kafir akan semakin
berani memerang kaum muslimin.
Barangsiapa yang lari dari medan perang karena dua sebab ini, yaitu untuk bergabung
dengan batalyon lain. Contohnya ketika ada batalyon lain yang sedang dikepung oleh musuh dan
akan sangat berbahaya jika mereka dikuasai oleh musuh. Maka ia bergerak (mundur) untuk
membantunya, maka hal ini tidak apa-apa, karena larinya menuju batalyon tersebut sangat
menguntungkan.
Orang yang lari dari medan perang dengan berbelok untuk (siasat) perang. Contohnya
seperti seorang mujtahid yang lari belok (mundur) untuk memperbaiki senjata atau untuk
memakai baju besinya dan lain-lain yang termasuk dalam kepentingan berperang dan perbuatan
ini tidak apa-apa.
7. Menuduh Berzina
Menuduh berzina kepada wanita yang menjaga kehormatan dan wanita itu adalah orang
yang terjaga keimanannya yaitu menuduh berzina wanita yang baik-baik, yang lurus, yang telah
berkeluarga, yang berstatus merdeka, dan yang beriman. Predikat-predikat tersebut tercakup
dalam pengertian sifat terhormat. Dan pada hakekatnya, seorang wanita itu terhormat karena
Islam, ia menjaga kesucian, menikah, dan berstatus merdeka.
Dalam surat an-Nur Allah melarang menuduh berzina seorang wanita yang baik-baik, dan
menjelaskan sanksi hukuman atas perbuatan ini.
Disebutkan dalam Shahih Muslim dengan Syarah an-Nawawi jilid II halaman 86, seorang
ulama ahli tafsir Imam Abul Hasan al-Wahidiy dan lainnya mengatakan : "Menurut pendapat
yang shahih ; batasan dosa besar itu tidak diketahui secara pasti. Bahkan di dalamsyari’at ada
beberapa jenis perbuatan maksiat yang dijelaskan sebagai dosa-dosa besar, dan ada juga
beberapa jenis perbuatan maksiat yang dijelaskan sebagai dosa-dosa kecil, dan ada beberapa
jenis perbuatan maksiat lainnya tanpa ada penjelasan. Artinya, ini mencakup dosa-dosa besar
maupun dosa-dosa kecil. Hikmah dari tidak adanya penjelasan tersebut ialah, supaya seseorang
tetap menahan diri jangan sampai melakukan semuanya, karena dikhawatirkan jangan-jangan hal
itu termasuk dosa-dosa besar." Menurut mereka, ini sama dengan masalah disembunyikannya
kapan terjadinya lailatul qadar, saat-saat istimewa pada hari jum‟at, saat-saat terkabulnya do‟a
pada malam hari, nama Allah yang agung, dan hal-hal lain yang bersifat samar.
F. Intisasri / Kandungan Hadits
a. Perbuatan dosa yang dapat membinasakan diri dan orang lain harus senantiasa dihindari dan
dijauhi.
b. Manusia dilarang untuk menyekutukan Allah Swt. Dengan sesuatu apapun, karena hal itu
akan membinasakan diri baik dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat.
c. Sihir dan tenung merupakan perbuatan terlarang karena perbuatan tersebut adalah
bersekongkol dan jin dan syetan.
d. Jiwa seseorang apalgi Muslim harus senantiasa dijaga dan haram hukumnya untuk
mengambil nyawa orang lain tanpa alasan yang haq.
e. Kita dilarang untuk memakan harta riba dan harta anak yatim yang ada dalam tanggungan
kita dan berada dalam pengasuhan kita.
f. Setiap umat Islam dicela oleh Allah dan Rasul-Nya bagi siapapun yang melarikan diri dari
peperangan atau ia keluar dari barisan perang karena merasa takut akan kematian.
g. Menuduh berzina kepada seorang muslimah dan mukminah adalah perbuatan yang amat
dilarang oleh baginda Nabi.
h. Setiap perbuatan dosa dan hal-hal yang telah jelas dilarang dalam agama akan
membinasakan kehidupan kita dan akan membawa kita pada jalan kerugian dan peneysalan.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Menghargai Karya Orang Lain
Menghargai hasil karya orang lain merupakan salah satu upaya membina keserasian dan
kerukunan hidup antarmanusia agar terwujud suatu kehidupan masyarakat yang saling
menghormati dan menghargai sesuai dengan harkat dan derajat seseorang sebagai manusia.
Menumbuhkan sikap menghargai hasil karya orang lain merupakan sikap yang terpuji karena
hasil karya tersebut merupakan pencerminan pribadi penciptanya sebagai manusia yang ingin
dihargai.
Kecendrungan manusia secara alamiah adalah keinginan untuk mendapat tanggapan atau
penghargaan atas apa yang dilakukannya. Kebutuhan untuk menuangkan ekspresi diri secara
positif telah mendorong setiap orang untuk terus menghasilkan karya terbaik demi kebaikan
dirinya dan orang lain. Oleh karena itu, upaya dan hasil karya kreatif yang berguna bagi
kemaslahatan orang banyak sudah selayaknya memperoleh penghargaan yang positif pula.
Menghormati dan menghargai karya orang lain harus dilakukan tanpa memandang
derajat, status, warna kulit, atau pekerjaan orang lain tersebut karena hasil karya merupakan
pencerminan dari pribadi seseorang. Berkarya artinya melakukan atau mengerjakan sesuatu
sampai menghasilkan sesuatu yang menimbulkan kegunaan atau memanfaat dan berarti bagi
semua orang. Karya tersebut dapat berupa benda, jasa, atau hal lainnya.
2. Dosa-dosa Besar
Dosa-dosa besar merupakan segala larangan yang berasal dari Allah maupun Rasul-Nya.
Dosa-dosa besar sangat banyak jumlahnya, diantaranya: syirik, durhaka terhadap kedua orang
tua, membunuh jiwa tanpa hak, saksi palsu, sihir, menuduh mukminat berzina, membunuh anak
karena takut miskin, memakan harta anak yatim, memakan harta riba, lari dari medan perang,
berzina dengan istri tentang dan lainnya.
Dosa-dosa besar di atas yang merupakan dosa dan kezhaliman yang paling besar serta
yang paling berat hukumannya, yaitu syirik. Allah telah mengharamkan surga bagi orang yang
menyekutukan-Nya dan telah disiapkan baginya neraka sebagai tempat kembali. Sesungguhnya
tidak ada penolong bagi orang-orang yang zhalim.
Selain itu, durhaka terhadap orang tua juga merupakan dosa besar dan termasuk dosa
yang membinasakan. Sudah sepatutnya kita harus taat terhadap keduanya sesuai dengan syariat
Islam.
Banyak lagi dosa-dosa besar yang harus dihindari, karena berakibat buruk dan dapat
membinasakan diri sendiri juga orang lain selain yang telah disebutkan di atas. Setiap orang
Islam yang beriman wajib menghindarkan diri dari dosa-dosa besar tersebut, agar tidak mendapat
laknat dari-Nya. Karena Allah menjanjikan surga-Nya untuk orang-orang yang menhindarkan
diri dari padanya dan Allah menghadiahkan neraka-Nya untuk orang-orang yang
mengerjakannya.
Muhammad Abdul Aziz al-Khauli mendefinisikan dosa besar sebagai dosa yang memiliki
kemudharatan yang sangat besar dan pengaruh negatifnya di masyarakat sangat besar pula. Hal
demikian disebabkan karena mafsadat dan ancamannya yang sangat besar terhadap dosa-dosa
tersebut. (Al-Khauli, tt: 112)
Jika kita mengacu kepada berbagai definisi di atas, maka yang termasuk dosa-dosa besar
itu sangat banyak jumlahnya. Dengan demikian, tujuh dosa yang membinasakan sesuai dengan
sabda Rasul di atas bukan sebagai pembatas bagi dosa-dosa besar tersebut. Tetapi hal itu
disampaikan oleh Rasulullah sebagai bentuk perhatiannya yang sangat besar terhadap umatnya
agar tidak terjerumus kepada dosa-dosa besar lain yang mafsadat, hukuman, dan ancamannya
seperti ketujuh dosa di atas.
Namun demikian, dari sekian banyak dosa yang tergolong kepada dosa-dosa besar, dosa
musyrik menempati urutan paling atas (yang terbesar) dari dosa-dosa besar lainnya. Adapun
dosa-dosa besar lainnya yang tidak tercantum dalam hadis di atas, tetapi menjadi kriteria dosa
besar dalam hadis yang lain, di antaranya adalah durhaka terhadap orangtua, membunuh anak
karena kekhawatiran menambah kemiskinan, persaksian palsu atau dusta, khianat dalam perkara
ghanimah, zina, mencuri, meminum minuman keras, memisahkan diri dari al-jama‟ah, menebar
fitnah, melanggar bai‟at, dan tidak membersihkan air kencing.
B. Saran
Sebagai umat muslim yang baik, sebaiknya kita harus menjaga silahturahmi antar
sesama, salah satu cara untuk menjalin dan menjaga silaturahmi antar sesama umat manusia
adalah dengan cara menghargai karya orang lain meskipun karya tersebut tidak sebaik menurut
kita.
Para ulama (semoga Allah merahmati mereka) berpendapat, "Melakukan dosa kecil
secara terus menerus dapat mengakibatkannya menjadi dosa besar". Diriwayatkan dari Amru
Ibnul Ash, Abdulah Ibnu Abbas, dan lainnya, "Tidak ada dosa besar sama sekali dengan
(melakukan) istighfar, dan tidak ada dosa kecil sama sekali dengan terus menerus
melakukannya." Artinya, bahwa dosa besar itu bisa terhapus dengan memohon ampunan kepada
Allah U, dan dosa kecil itu bisa berubah menjadi dosa besar jika dilakukan terus menerus tanpa
istighfar.
Ada juga yang berpendapat, "Yang dimaksud dengan terus menerus melakukan dosa
kecil ialah melakukannya secara berulang-ulang, karena orang yang bersangkutan tidak memiliki
rasa kepedulian yang besar terhadap agama."
Adapun al-Imam Abu Amr ash-Shalah dalam fatwa-fatwanya mengatakan : "Dosa besar
itu memiliki tanda-tanda, antara lain ; menuntut pemberlakuan sanksi hukuman atau hadd,
diancam dengan siksa neraka dan lain sebagainya dalam al-Qur‟an maupun as-Sunnah,
sementara orang yang melakukannya disebutfasik."
DAFTAR PUSTAKA
Fathul Bari, Ibnu Hajar Al-„Asqolani, dar As-Salam, Riyadh, cetakan pertama
Tahun 2000 masehi
Al-Minhaj syarh Sohih Muslim, Imam Nawawi, Dar Al-Ma‟rifah
Jami Al-„Ulum wa Al-Hikam, Ibnu Rojab, tahqiq Al-Arnauth
Sittu Duror min Ushuli Ahlil Atsar, Syaikh Abdul Malik Romadhoni, maktabah
Al-Asholah
Tafsir Ibnu Katsir, tahqiq Al-Banna, dar Ibnu Hazm, cetakan pertama
Fawaid Al-Fawaid, Ibnul Qoyyim, tahqiq Syaikh Ali Hasan, Dar Ibnul Jauzi
Al-Ikhlash, Sulaiman Al-Asyqor, dar An-Nafais
Silsilah Al-Ahadits As-Sohihah, Syaikh Al-Albani
Aina Nahnu min Akhlak As-Salaf, Abdul Aziz bin Nasir Al-Jalil, Dar Toibah
Waqofaat ma‟a kalimaat li Ibni Mas‟ud, transkrip dari ceramah Syaikh Sholeh
Alu Syaikh
Tazkiyatun Nufus, Ahmad Farid
Materi Hadits Tentang Islam, Hukum, Ekonomi, Sosial dan Lingkungan., Dra.
Oneng Nurul Badriyah M.Ag
Hadits Web: http://opi110mb.com/
www.google.com
http://www.slideshare.net/dhanshei
www.dhanshei.blogspot.com
http://www.elevensocials2.blogspot.com
Dhan_di@rocketmail.com,

Contenu connexe

Tendances

Kata kerja-operasional-revisi-taksonomi-bloom
Kata kerja-operasional-revisi-taksonomi-bloomKata kerja-operasional-revisi-taksonomi-bloom
Kata kerja-operasional-revisi-taksonomi-bloom
Sukayono Fawwaz
 
Ppt metode pembelajaran yang menyenangkan
Ppt metode pembelajaran yang menyenangkanPpt metode pembelajaran yang menyenangkan
Ppt metode pembelajaran yang menyenangkan
rizka_pratiwi
 
Cara menghadapi ujian.ppt
Cara menghadapi ujian.pptCara menghadapi ujian.ppt
Cara menghadapi ujian.ppt
Wahyu Sutrisno
 

Tendances (20)

Angket kedisiplinan siswa
Angket kedisiplinan siswaAngket kedisiplinan siswa
Angket kedisiplinan siswa
 
Kumpulan 30 puisi tentang wanita
Kumpulan 30 puisi tentang wanitaKumpulan 30 puisi tentang wanita
Kumpulan 30 puisi tentang wanita
 
Yel yel pramuka 2
Yel yel pramuka 2Yel yel pramuka 2
Yel yel pramuka 2
 
Sku siaga
Sku siagaSku siaga
Sku siaga
 
Kata kerja-operasional-revisi-taksonomi-bloom
Kata kerja-operasional-revisi-taksonomi-bloomKata kerja-operasional-revisi-taksonomi-bloom
Kata kerja-operasional-revisi-taksonomi-bloom
 
Ppt metode pembelajaran yang menyenangkan
Ppt metode pembelajaran yang menyenangkanPpt metode pembelajaran yang menyenangkan
Ppt metode pembelajaran yang menyenangkan
 
Pembelajaran Berdiferensiasi.pptx
Pembelajaran Berdiferensiasi.pptxPembelajaran Berdiferensiasi.pptx
Pembelajaran Berdiferensiasi.pptx
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR.pptx.pdf
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR.pptx.pdfAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR.pptx.pdf
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR.pptx.pdf
 
AKSI NYATA 2 MERUMUSKAN PEMAHAMAN BERMAKNA.pptx
AKSI NYATA 2 MERUMUSKAN PEMAHAMAN BERMAKNA.pptxAKSI NYATA 2 MERUMUSKAN PEMAHAMAN BERMAKNA.pptx
AKSI NYATA 2 MERUMUSKAN PEMAHAMAN BERMAKNA.pptx
 
KESEPAKATAN KELAS.pptx
KESEPAKATAN KELAS.pptxKESEPAKATAN KELAS.pptx
KESEPAKATAN KELAS.pptx
 
Makalah kode etik guru
Makalah kode etik guruMakalah kode etik guru
Makalah kode etik guru
 
Materi Bimbingan Konseling Karir1 kelas XII SMA
Materi Bimbingan Konseling Karir1 kelas XII SMAMateri Bimbingan Konseling Karir1 kelas XII SMA
Materi Bimbingan Konseling Karir1 kelas XII SMA
 
Resensi Buku Manajemen Pendidikan
Resensi Buku Manajemen PendidikanResensi Buku Manajemen Pendidikan
Resensi Buku Manajemen Pendidikan
 
PPT Sinkronus Unit Modul Pendidikan yang Memerdekakan-2.pptx
PPT Sinkronus Unit Modul Pendidikan yang Memerdekakan-2.pptxPPT Sinkronus Unit Modul Pendidikan yang Memerdekakan-2.pptx
PPT Sinkronus Unit Modul Pendidikan yang Memerdekakan-2.pptx
 
Konsep dasar profesi keguruan
Konsep dasar profesi keguruanKonsep dasar profesi keguruan
Konsep dasar profesi keguruan
 
Laporan Pengimbasan Narasumber Berbagi Praktik Baik Merdeka Belajar.pptx
Laporan Pengimbasan Narasumber Berbagi Praktik Baik Merdeka Belajar.pptxLaporan Pengimbasan Narasumber Berbagi Praktik Baik Merdeka Belajar.pptx
Laporan Pengimbasan Narasumber Berbagi Praktik Baik Merdeka Belajar.pptx
 
Soal ujian ut pgsd pdgk4205 pembelajaran terpadu di sd
Soal ujian ut pgsd pdgk4205 pembelajaran terpadu di sdSoal ujian ut pgsd pdgk4205 pembelajaran terpadu di sd
Soal ujian ut pgsd pdgk4205 pembelajaran terpadu di sd
 
Cara menghadapi ujian.ppt
Cara menghadapi ujian.pptCara menghadapi ujian.ppt
Cara menghadapi ujian.ppt
 
AKSI NYATA UPLOAD.pdf
AKSI NYATA UPLOAD.pdfAKSI NYATA UPLOAD.pdf
AKSI NYATA UPLOAD.pdf
 
Rpp pramuka penggalang
Rpp pramuka penggalangRpp pramuka penggalang
Rpp pramuka penggalang
 

Similaire à Makalah PAI tentang Menghargai Karya Orang lain dan Dosa dosa Besar

Menjadi manusia yang baik
Menjadi manusia yang baikMenjadi manusia yang baik
Menjadi manusia yang baik
adlanlubis
 
Makalah agama
Makalah agamaMakalah agama
Makalah agama
Rudi Ajip
 
Makalah Akhlak Tasawuf _ Ust.Syarif _ Kel.1.docx
Makalah Akhlak Tasawuf _ Ust.Syarif _ Kel.1.docxMakalah Akhlak Tasawuf _ Ust.Syarif _ Kel.1.docx
Makalah Akhlak Tasawuf _ Ust.Syarif _ Kel.1.docx
Karmila38
 
Makalah pai tentang muamalah (jual beli)
Makalah pai tentang muamalah (jual beli)Makalah pai tentang muamalah (jual beli)
Makalah pai tentang muamalah (jual beli)
Dede Adi Nugraha
 
Bab 4 qana'ah dan tasamuh
Bab 4 qana'ah dan tasamuhBab 4 qana'ah dan tasamuh
Bab 4 qana'ah dan tasamuh
ghozali27
 

Similaire à Makalah PAI tentang Menghargai Karya Orang lain dan Dosa dosa Besar (20)

Makalah agama
Makalah agamaMakalah agama
Makalah agama
 
Paper dogmatika iii bebas dari dosa
Paper dogmatika iii bebas dari dosaPaper dogmatika iii bebas dari dosa
Paper dogmatika iii bebas dari dosa
 
MAKALAH akhlak.docx
MAKALAH akhlak.docxMAKALAH akhlak.docx
MAKALAH akhlak.docx
 
MAKALAH akhlak.docx
MAKALAH akhlak.docxMAKALAH akhlak.docx
MAKALAH akhlak.docx
 
Makalah akida akhlak man 2021
Makalah akida akhlak man 2021Makalah akida akhlak man 2021
Makalah akida akhlak man 2021
 
Urgensi Nilai dan Etika Profesi Pengembangan Masyarakat
Urgensi Nilai dan Etika Profesi Pengembangan MasyarakatUrgensi Nilai dan Etika Profesi Pengembangan Masyarakat
Urgensi Nilai dan Etika Profesi Pengembangan Masyarakat
 
RI dan MR agama
RI dan MR agamaRI dan MR agama
RI dan MR agama
 
Menjadi manusia yang baik
Menjadi manusia yang baikMenjadi manusia yang baik
Menjadi manusia yang baik
 
Makalah agama
Makalah agamaMakalah agama
Makalah agama
 
Makalah Akhlak Tasawuf _ Ust.Syarif _ Kel.1.docx
Makalah Akhlak Tasawuf _ Ust.Syarif _ Kel.1.docxMakalah Akhlak Tasawuf _ Ust.Syarif _ Kel.1.docx
Makalah Akhlak Tasawuf _ Ust.Syarif _ Kel.1.docx
 
Hakikat Martabat dan Tanggung jawab manusia.pdf
Hakikat Martabat dan Tanggung jawab manusia.pdfHakikat Martabat dan Tanggung jawab manusia.pdf
Hakikat Martabat dan Tanggung jawab manusia.pdf
 
Contoh rpp pak kur 2013 baru
Contoh rpp pak kur 2013 baruContoh rpp pak kur 2013 baru
Contoh rpp pak kur 2013 baru
 
Makalah pai tentang muamalah (jual beli)
Makalah pai tentang muamalah (jual beli)Makalah pai tentang muamalah (jual beli)
Makalah pai tentang muamalah (jual beli)
 
Bab 4 qana'ah dan tasamuh
Bab 4 qana'ah dan tasamuhBab 4 qana'ah dan tasamuh
Bab 4 qana'ah dan tasamuh
 
Bab 4 qana'ah dan tasamuh
Bab 4 qana'ah dan tasamuhBab 4 qana'ah dan tasamuh
Bab 4 qana'ah dan tasamuh
 
Bab 4 qana'ah dan tasamuh
Bab 4 qana'ah dan tasamuhBab 4 qana'ah dan tasamuh
Bab 4 qana'ah dan tasamuh
 
Bab 4 qana'ah dan tasamuh
Bab 4 qana'ah dan tasamuhBab 4 qana'ah dan tasamuh
Bab 4 qana'ah dan tasamuh
 
Menghargai Karya Orang Lain
Menghargai Karya Orang LainMenghargai Karya Orang Lain
Menghargai Karya Orang Lain
 
etos kerja
etos kerja etos kerja
etos kerja
 
Akhlak
AkhlakAkhlak
Akhlak
 

Plus de Dede Adi Nugraha

Makalah tentang wewenang, delegasi dan desentralisasi
Makalah tentang wewenang, delegasi dan desentralisasiMakalah tentang wewenang, delegasi dan desentralisasi
Makalah tentang wewenang, delegasi dan desentralisasi
Dede Adi Nugraha
 
Makalah Sejarah tentang Nasionalisme China
Makalah Sejarah tentang Nasionalisme ChinaMakalah Sejarah tentang Nasionalisme China
Makalah Sejarah tentang Nasionalisme China
Dede Adi Nugraha
 
Contoh Karya Tulis Study Tour
Contoh Karya Tulis Study TourContoh Karya Tulis Study Tour
Contoh Karya Tulis Study Tour
Dede Adi Nugraha
 
Makalah tentang Termokimia
Makalah tentang TermokimiaMakalah tentang Termokimia
Makalah tentang Termokimia
Dede Adi Nugraha
 
Makalah ekonomi tentang ketenagakerjaan
Makalah ekonomi tentang ketenagakerjaanMakalah ekonomi tentang ketenagakerjaan
Makalah ekonomi tentang ketenagakerjaan
Dede Adi Nugraha
 
Kliping sejarah kebudayaan Bali
Kliping sejarah kebudayaan BaliKliping sejarah kebudayaan Bali
Kliping sejarah kebudayaan Bali
Dede Adi Nugraha
 

Plus de Dede Adi Nugraha (7)

Makalah tentang wewenang, delegasi dan desentralisasi
Makalah tentang wewenang, delegasi dan desentralisasiMakalah tentang wewenang, delegasi dan desentralisasi
Makalah tentang wewenang, delegasi dan desentralisasi
 
Makalah Sejarah tentang Nasionalisme China
Makalah Sejarah tentang Nasionalisme ChinaMakalah Sejarah tentang Nasionalisme China
Makalah Sejarah tentang Nasionalisme China
 
Contoh Karya Tulis Study Tour
Contoh Karya Tulis Study TourContoh Karya Tulis Study Tour
Contoh Karya Tulis Study Tour
 
Makalah tentang Termokimia
Makalah tentang TermokimiaMakalah tentang Termokimia
Makalah tentang Termokimia
 
Makalah ekonomi tentang ketenagakerjaan
Makalah ekonomi tentang ketenagakerjaanMakalah ekonomi tentang ketenagakerjaan
Makalah ekonomi tentang ketenagakerjaan
 
Kliping sejarah kebudayaan Bali
Kliping sejarah kebudayaan BaliKliping sejarah kebudayaan Bali
Kliping sejarah kebudayaan Bali
 
Makalah sosiologi korupsi
Makalah sosiologi korupsiMakalah sosiologi korupsi
Makalah sosiologi korupsi
 

Makalah PAI tentang Menghargai Karya Orang lain dan Dosa dosa Besar

  • 1. MAKALAH PAI TENTANG Menghargai Karya Orang Lain dan Macam-macam Dosa Besar Disusun oleh:  Dede Adi Nugraha (xDLMx_dhansheiA3) Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Pendidikan Agama Islam PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 1 SUKAHAJI Tahun Pelajaran 2012-2013
  • 2. KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah swt karena berkat rahmat-Nya penyusunan makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah agama yang membahas tentang Menghargai Karya Orang Lain dan Macam-macam Dosa Besar. Secara khusus pembahasan dalam makalah ini diatur sedemikian rupa sehingga materi yang disampaikan sesuai dengan kurikulum yang digunakan disekolah yaitu KTSP atau kurikulum tingkat satuan pendidikan. Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi/makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada : 1. Orang Tua kami yang selalu memberikan fasilitas dan dorongan untuk bisa membuat makalah ini. 2. Kepada tim/kelompok yang sangat kompak dalam mengumpulkan referensi yang berkaitan dengan materi sehingga kami sebagai penulis dapat menyelesaikan makalah. 3. Narasumber terpecaya dalam penelitian ini yang sudah banyak membantu. Terima kasih atas semuanya. Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran, meminta maaf apabila terdapat kesalahan baik itu dalam pembahasan materi ataupun isi dari makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran dari para pembaca sangat diperlukan guna meningkatkan kualitas makalah penulis selanjutnya. Kebenaran dan kesempurnaan hanya Allah-lah yang Punya dan Maha Kuasa. Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini, dapat memberi kesadaran tersendiri bagi generasi muda Islam yang akan datang, khususnya dalam bidang Perekonomian. Penyusun,
  • 3. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Pembatasan Makalah C. Tujuna Penulisan D. Manfaat BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Menghargai Karya Orang Lain B. Perlindungan terhadap Hak Karya Cipta C. Penerapan Sikap dan Perilaku Menghargai Karya Orang Lain D. Menyekutukan Allah SWT E. Tujuh Macam Dosa Besar F. Intisasri / Kandungan Hadits BAB III KESIMPULAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA
  • 4. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai muslim yang baik dan kehadirannya menadi rahmat bagi seluruh alam, kita tidak boleh melakukan perbuatan apapun yang sifatnya merendahkan, mengejek dan menghina orang lain, baik dari segi kepribadiannya, karyanya, postur tubuhnya, maupun keadaan sosialnya. Karena penghinaan, celaan maupun merendahkan orang lain akan memunculkan perasaan sakit hati dan dendam. Oleh karena itu, setiap individu muslim hendaknya senantiasa berusaha sekuat kemampuannya untuk menahan diri dari sikap yang dapat membuat orang lain merasa direndahkan. Manusia yang terbaik adalah mereka yang selalu memperhatikan dan memberi pertolongan kepada orang-orang yang tidak mampu atau lemah disekitarnya. Salah satu kecenderungan atau bahkan kebiasaan orang beriman adalah selalu ingin berbuat baik kepada orang lain, baik memiliki hubungan kekerabatan atau tidak, yang dikenal maupun yang tidak dikenal, Apakah berbuat baik dengan harta atau tenaga ataupun hanya dengan memperlihatkan sikap terpuji yaitu memperlakukan orang lain dengan baik ataupu menghargai perbuatan baik atau karya orang lain dengan respon atau menanggapi dengan positif. Orang beriman selalu ingin berbuat baik dan selalu memerhatikan serta memberi pertolongan kepada orang yang tidak mampu atau lemah di sekitarnya, karena itu merupakan salah satu cara dalam bersyukur kepada Allah SWT atas kebaikan-kebaikan yang diberikan kepadanya seperti yang telah diceritakan dalam QS Al-Qasas/28:77 dan sabda Rasulullah s.a.w. :   Artinya : “Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (H.R. Bukhari dan Muslim) Kebaikan itu memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Demikian juga halnya dengan kejahatan dan dosa. Kebaikan apa saja yang mempunyai manfaat besar, maka pahalanya di sisi Allah akan besar juga. Sedangkan kebaikan yang manfaatnya lebih rendah, maka pahalanya pun seimbang dengan kebaikan tersebut. Sebaliknya, setiap kejahatan yang mudharatnya lebih besar, maka ia disebut sebagai dosa-dosa besar yang membinasakan dan siksanya pun sangat berat. Adapun kejahatan yang mudharatnya lebih rendah dari itu, maka ia tergolong kepada dosa-dosa kecil yang dapat terhapus dengan jalan menjauhi dosa-dosa besar. Allah SWT berfirman didalam Al-Qur‟an Surat An-Nisaa‟ 31,  Artinya : “Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)”.
  • 5. Dari ayat di atas, jelas terdapat dua macam dosa, yakni dosa besar dan dosa kecil. Jelas pula bahwa Allah SWT berjanji bahwa jika seorang hamba menjauhkan diri dari dosa-dosa besar, maka Allah SWT memaafkan kesalahan/dosa kecil yang pernah dilakukannya. Haruslah kita ingat bahwa terdapat prasyarat untuk terpenuhinya (janji Allah SWT itu) yakni, semua yang fardlu (wajib) seperti halnya shalat, zakat, dan puasa, harus tetap dikerjakan dengan tertib dan teratur, sambil terus berusaha menjauhi dosa-dosa besar, sebab meninggalkan yang fardlu itupun tergolong melakukan dosa besar. Jadi, jika seorang hamba melaksanakan semua yang diwajibkan (fardlu) dan meninggalkan perbuatan dosa besar maka Allah SWT akan memaafkan dosa-dosa kecilnya. Apakah dosa itu? Apa sajakah dosa-dosa kecil itu? Dan, apa saja pulakah yang tergolong dosa-dosa besar? Dosa adalah segala perbuatan yang bertentangan dengan kehendak dan perintah Allah SWT. Sampai disini belum dibedakan besar kecilnya dosa. Abdullah bin Abbas berkata, “ Setiap perbuatan menentang ajaran Islam adalah dosa besar.” Oleh karena itu, jika dosa-dosa kecil dilakukan berulang-ulang, secara sembrono (serampangan), dan dikerjakan dengan terang-terangan, maka akan terangkum menjadi suatu dosa besar. Seorang ulama menerangkan pengaruh-pengaruh dosa kecil dan dosa besar dengan contoh berikut ini. Ia mengibaratkan dengan perbandingan sengatan kalajengking kecil dengan kalajengking besar. Juga ibarat rasa panas terbakar api kecil dibanding dengan terbakar api yang besar. Semuanya terasa sangat sakit, namun akibat yang ditimbulkan oleh yang besar menyisakan luka yang lebih parah. Begitu juga, kedua jenis dosa itu sama berbahayanya, akan tetapi kerusakan yang diderita akibat dosa besar lebih parah daripada dosa kecil. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan menghargai karya orang lain? 2. Apa yang dimaksud dengan perlindungan terhadap hak karya cipta? 3. Bagaimana penerapan sikap dan perilaku menghargai karya orang lain? 4. Maksud dari Meynekutukan Allah SWT ? 5. Tujuh macam dosa besar ? C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan dari makalah ini yaitu : 1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan menghargai karya orang lain. 2. Untuk mengetahui macam-macam dosa besar. 3. Untuk mengetahui riwayat/hadist mengenai dosa-dosa besar. 4. Menjelaskan tentang macam-macam dosa besar. D. Manfaat Penulisan 1. Bagi penulis, untuk menambah ilmu pengetahuan Agama. 2. Bagi siswa, makalah ini disusun untuk membantu siswa mengatahui maksud dari menghargai karya orang lain dan bisa mengetahui macam-macam dosa besar. 3. Bagi guru, makalah ini di susun untuk membantu guru agar mempermudah dalam menyampaikan materi.
  • 6. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Menghargai Karya Orang Lain Kata „menghargai‟ menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti bermacam- macam, diantaranya memberi, menentukan, menilai, membubuhi harga, menaksir harga, memandang penting (bermanfaat, berguna), menghormati. Karya orang lain adalah hasil perbuatan manusia berupa „suatu karya‟ yang baik (positif) yaitu hasil dari ide, gagasan manusia seperti seni, karya budaya, cipta lagu, mesin atau sesuatu produk yang bermanfaat atau berguna bagi orang lain. Manusia diciptakan dalam kondisi saling ketergantungan antara yang satu dengan yang lain. Interaksi antara manusia tidak akan berjalan efektif jika tidak ada rasa saling menghargai antar mereka. Sebenarnya sikap menghargai merupakan sebuah refleksi kejujuran seseorang atas kelebihan orang lain. Al-Qur'an dan sunah Nabi saw sendiri telah menuntun kita bagaimana seharusnya bersikap saling menghargai. Banyak petunjuk yang bisa diambil dalam ayat-ayat Al- Qur'an maupun riwayat hadis mengenai masalah ini. Saling menghargai antar sesama makhluk Allah akan cepat tumbuh jika masing-masing mampu menghindari akhlak tercela, seperti berperasangka buruk (su‟uzhzhann), mencari- cari kesalahan orang lain, iri hati, dan lain sebagainya. Berawal dari iri hati dan berperasangka buruk biasanya akan timbul kebencian yang pada akhirnya berujung pada permusuhan. Pada saat itulah menghargai hak- hak orang lain akan menjadi beban yang sangat berat untuk ditunaikan. Untuk itu, tepat jika Nabi saw memerintahkan kaum muslimin melalui riwayat hadis berikut ini: Dari Abi Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda, “Jauhilah olehmu prasangka (buruk), karena berprasangka (buruk) itu adalah kebohongan yang paling besar. Janganlah kalian saling mencari kesalahan orang lain, saling memata- matai, saling iri hati. Dan jangan saling beradu punggung, saling memarahi. Jadilah kalian hamba- hamba Allah SWT yang bersaudara. “ (HR. Bukhari dan Muslim). Saling mencari aib dan cacat orang lain (tajassus), saling dengki, saling berpaling muka, dan sejenisnya adalah wujud dari tidak adanya rasa saling menghargai antar individu. Padahal Islam melarang umatnya untuk melakukan hal- hal yang tidak terpuji tersebut. Oleh karena itu, tidak dibenarkan jika seseorang bergaul hanya untuk mencari-cari kejelekan atau kelemahan orang lain. Allah swt berfirman,   Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), Karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”. QS. Al- Hujurat/ 49: 12.
  • 7. Kunci sikap saling menghargai dan saling memahami sekurang- kurangnya ada dua hal,yaitu: 1. Menghormati hak orang lain Setiap orang menghendaki keberadaannya diakui dan hak- haknya dihormati. Rasa harga diri sebagai manusia akan terusik jika hak- ¬haknya diabaikan oleh orang lain. Karena harga diri merupakan identitas manusia yang pada dasarnya memang butuh pengakuan dari pihak lain. Orang akan bisa berbuat nekad jika harga dirinya dilanggar dan diusik oleh orang lain. 2. Menahan diri Prinsip ini merupakan kelanjutan dari prinsip pertama. Menyadari bahwa setiap orang itu memiliki hak individual, maka tidak dibenarkan memaksakan haknya kepada orang lain. Jika terjadi dua kepentingan yang berbeda di antara kedua belah pihak, harus dicarikan jalan keluarnya dengan cara musyawarah untuk mencapai titik temu. Sikap saling menghargai sangat dibutuhkan dalam berteman atau dalam pergaulan secara umum. Maksudnya agar tidak terjadi salah faham antara individu yang satu dengan individu lain atau antara kelompok satu dengan kelompok lain. Dengan menghargai dan memahami pihak lain, kita akan bertambah pengetahuan tentang adat-istiadat dan kebiasaan mereka jika kebetulan mereka memiliki budaya dan tradisi yang berbeda dengan kita. Di samping itu juga untuk menghindari saling memaksakan kehendak. Dengan demikian, hubungan dapat berjalan secara harmonis, karena masing-masing merasa hak-haknya dihormati. Kita tentu tidak mau dipaksa oleh orang lain, sebagaimana orang lain tidak suka jika kita paksa. Jika sesama orang mukmin mengembangkan sifat- sifat positif, mulai dari saling menghargai, toleransi, saling tolong menolong, saling memaafkan, menyambung tali silaturahmi, mendahulukan kepentingan orang lain di atas kepentingan pribadi, maka sikap solidaritas akan terjalin kuat. Ketika sesama muslim berselisih, maka segera damaikan antara pihak tersebut. Karena perselisihan biasanya diakibatkan masing- masing pihak berseteru dan tidak bisa lagi saling menghargai. Jika perselisihan itu berlangsung terus maka sikap solider antarsesama tidak akan terwujud. Wajar jika Al- Qur‟an dalam hal solidaritas memberikan perintah sukup tegas sebagai berikut:  Artinya: “Orang- orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” QS. Al- Hujurat/ 49: 10. Rasulullah saw pernah bersabda, “Akhlak yang baik adalah menyambung tali silaturahmi kepada orang yang memutuskan hubungan denganmu, engkau memberi kepada orang yang selama ini tidak suka memberimu, dan engkau memaafkan orang yang pernah menyayangimu.” Perilaku negatif seperti sombong, enggan menghargai hak orang lain, dan egois yang tertanam pada diri seseorang akan merusak solidaritas antar sesama manusia. Adapun bahaya mengabaikan karya orang lain (tidak menghargai orang lain) antara lain sebagai berikut: 1. Membahayakan Keimanan Tidak menghargai karya orang lain menunjukan sikap mental yang tidak sehat. Sikap tersebut akan dapat membawa kita pada sikap iri hati, dengki, hingga suuzan pada orang lain. Hal ini tentu saja berbahaya bagi keimanan kita kepada-Nya.
  • 8. 2. Membahayakan Akhlak Seseorang yang terbelit oleh perasaan tamak dan tidak peduli lagi dengan hasil karya orang lain akan terdorong untuk melakukan tindak pelanggaran dan kejahatan, seperti pembajakan hak cipta, pembunuhan karakter, dan beragam kejahatan lainnya. Sikap tamak dan tiadanya rasa penghargaan pada hasil karya orang lain berpotensi menhalalkan segala cara untuk memenuhi kebutuhannya meskipun melanggar aturan agama. 3. Membahayakan Masyarakat Apabila sikap tidak menghargai karya orang lain dan sikap tamak bergabung menjadi satu, lalu dilanjutkan dengan tindakan kejahatan untuk memperkaya diri, maka mulailah dampak pada masyarakat terjadi. Kita dapat dengan jelas melihat hal ini dalam kejahatan pembajakan hasil karya. Sebuah buku misalnya. Untuk itu, Islam sangat mengecam sifat- sifat tercela tersebut. Banyak sekali hikmah yang bisa diambil dari sifat saling menghargai sesama manusia, di antarnya adalah: a. Tumbuhnya rasa senasib dan sepenanggungan. Sehingga ketika ada orang yang tertimpa musibah, yang lain akan segera ikut mengurangi deritanya. b. Akan terkumpul pada diri seseorang sifat- sifat terpuji. Orang solider cenderung bijaksana dalam menyelesaikan berbagai permasalahannya. c. Allah swt akan memberi banyak kemudahan dalam berbagai kebutuhannya. d. Allah swt akan memberikan pertolongan- Nya B. Perlindungan terhadap Hak Karya Cipta Kita pasti pernah mengetahui dan mendengar tentang pembajakan hasil karya, misalnya pembajakan kaset atau VCD dengan menggandakan yang resmi, kemudian hasil bajakan tersebut dijual dengan harga yang sangat murah. Perbuatan tersebut membuat rugi perusahaan rekaman dan berdampak pula kerugian materi terhadap pencipta lagu dan penyanyinya. Bentuk lain sikap tidak terpuji terhadap hasil karya orang lain adalah menduplikat atau mencontek desain atau mencuri ide (gagasan) cipta oarang lain untuk kepentingan dirinya guna mendapatkan keuntungan materi atau popularitas. Dalam kasus tersebut, pemerintah telah membuat undang-undang tentang perlindungan terhadap hak cipta dalam hukum perdata. Si pelaku akan mendapat hukuman, sedang perbuatannya merupakan tindakan kriminal. Islam juga memiliki ajaran tentang hak perlindungan yang berkaitan dengan hak asasi manusia dan terdapat informasinya dalam Al-Qur‟an dan sunnah rasul, diantaranya firman Allah SWT. Surah Al-Ma‟idah/5:32 Hadist nabi Muhammad saw, yang disampaikan oleh Abi Amamah juga memberi penegasan yang disampaikan dalam suatu pertemuan besar internasional, yaitu pada Haji Wada yang artinya, “Barangsiapa merampas hak seorang muslim, maka dia telah berhak masuk neraka dan haram masuk surga”. Seorang lelaki bertanya, “Walaupun itu sesuatau yang kecil, wahai Rasulullah? “Beliau menjawab, “Walaupun hanya sebatang kayu arak.” (HR Muslim). Dari ayat dan hadis tersebut Islam menjamin atau melindungi hak hidup, dan hak pemilikan (hasil karya) yang sah. Islam mengharamkan segala bentuk kezaliman termasuk menduplikat atau menggandakan hasil orang lain atau mencuri atau mengambil tanpa izin konsep (ide) sebuah gagasan (karya) orang lain untuk kepentingan dirinya atau guna mendapatkan keuntungan dari harta atau karya orang lain tersebut Allah berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah: 188
  • 9.   Artinya: “Dan janganlah kamu makan harta diantara kamu dengan jalan yang batil, dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui”. (Q.S. Al-Baqarah: 188) Dalam islam, memberi keamanan (perlindungan) kepada orang lain tercermin dalam jaminan perlindungan mata pencaharian, jiwa dan harta benda termasuk di dalamnya harta berupahasil karya cipta (QS Quraisy/106:3-4). Islam tidak hanya menempatkan bekerja atau berkarya sebagai hak dan melindunginya dalam berkerja berikut hasil karya (perkerjaannya), tetapi juga kewajiban. Bekerja merupakan kehormatan yang perlu dijamin. Hadis Nabi Muhammad saw yang diceritakan oleh Miqdam ra. Menyebutkan bahwa, “Tidak ada makanan yang lebih baik yang dimakan seseorang dari pada makanan yang dihasilkan dari usahanya sendiri.” (HR Bukhari). Islam juga menjamin hak pekerja (melindungi hak pekerjaannya), seperti terlihat dalam hadis Nabi Muhammad saw, yang diriwaytakan oleh Abdullah ibn Umar ra. Yang artinya, “Berilah pekerja itu upahnya sebelum kering keringatnya.” (HR Ibnu Majah). Beberapa contoh karya-karya yang dilindungi oleh hak cipta adalah sebagai berikut: 1. Buku dan program computer 2. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lainnya yang diwujudkan dengan cara diucapkan 3. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan 4. Ciptaan lagu atau music tanpa teks, termasuk karawitan dan rekaman suara 5. Drama, tari, pewayangan, dan pantomime 6. Karya pertunjukan 7. Karya siaran 8. Seni rupa, dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, seni terapan yang berupa seni kerajinan tangan 9. Arsitektur 10. Peta 11. Seni batik 12. Sinematografi 13. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, dan karya-karya lainnya dari hasil perwujudan cipta dan karya. Hak-hak yang terkait dengan pemegang hak cipta: a. Hak ekonomi Hak untuk mengambil keuntungan dari kegiatan ekonomi terhadap ciptaan tersebut. Berkaitan dengan hal ini Allah berfirman dalam Q.S. An-Nisa‟: 29   Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu”. (Q.S. An-Nisa‟(4) : 29)
  • 10. b. Hak moral adalah : 1) Hak untuk diakui karyanya yaitu hak pencipta untuk dicantumkan namanya atas karyanya, guna mencegah orang lain mengaku sebagai penciptanya. 2) Hak untuk keutuhan; yaitu hak untuk mengajukan keberatan atas penyimpanan hasil karyanya atau perubahan lainnya atau tindakan-tindakan yang bisa menurunkan kualitas dari karya tersebut. Sanksi pelanggaran hak cipta sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 19 tahun 2002 yang dibuat pemerintah: a. Mengumumkan atau mempebanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu penjara maksimal 7 (tujuh) tahun dan/atau denda maksimal Rp. 100.000.000,00 b. Menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta kepada umum; penjara maksimal 5 (lima) tahun dan/atau denda maksimal Rp. 50.000.000,00. Tentang sanksi pelanggaran hak cipta, Allah berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah: 188   Artinya: “Dan janganlah kamu makan harta diantara kamu dengan jalan yang batil, dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui”. (Q.S. Al-Baqarah: 188) C. Penerapan Sikap dan Perilaku Menghargai Karya Orang Lain Upaya menghargai karya cipta orang lain dapat dilatih melalui pembiasaan sikap dan perilaku, antara lain sebagai berikut: 1. Membeli produk dari tempat atau agen yang resmi untuk menghindari pembelian barang illegal atau hasil bajakan, 2. Menghormati atau menghargai hasil karya orang lain merupakan bagian dari menghormati hak-hak orang lain dan merupakan sebuah kebaikan, 3. Penghargaan terhadap suatu hasil karya merupakan salah satu upaya dalam membina keserasian hidup sehingga terwujud suatu kehidupan masyarakat yang saling menghormati dan saling menghargai D. Menyekutukan Allah SWT 1. Riwayat Hadits ‫ﺣﺪﻳﺙﺃﻧﺱﺭﺿﻲﺍﷲﻋﻧﻪﻗﺎﻞﺳﺋﻞﺭﺳﻭﻝﺍﷲﺻﻟﻰﺍﷲﻋﻟﻳﻪﻮﺳﻟﻡﻋﻦﺍﻟﻛﺑﺎﺌﺭﻗﺎﻝ‬‫׃‬ ‫ﺍﻠﻮﺍﻟﺪﻳﻥﻭﻗﺗﻝﺍﻟﻧﻔﺱﻭﺷﻬﺎﺪﺓﺍﻟﺯﻭﺮ‬ ‫ﺍﻻﺷﺭﺍﻙﺑﺎﺍﷲﻭﻋﻘﻭﻕ‬. ‫ﺍﺨﺭﺠﻪﺍﻟﺑﺨﺎﺭﻯﻓﻰ‬‫׃‬٥٢‫ـ‬‫ﮐﺘﺎﺏﺍﻟﺷﻬﺎﺪﺍﺕ‬‫׃‬١٠‫ـ‬‫ﺑﺎﺐﻣﺎﻗﻳﻝﻓﻰﺷﻬﺎﺪﺓﺍﻟﺯﻭﺭ‬. Arti Hadits / ‫الحديث‬ ‫ترجمة‬ : Hadits Anas ra. Dimana ia berkata: “Rasulullah saw. ditanya tentang dosa-dosa besar, kemudian beliau menjawab: “Mempersekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh jiwa (manusia), dan saksi palsu.”
  • 11. Al-Bukhari mentakhrijkan hadits ini dalam “Kitab Persaksian” bab tentang apa yang dikatakan dalam saksi palsu. 2. Sababul Wurud Dalam kitab Riyadhus Shalihi dijelaskan, bahwa ketika Nabi menjelaskan tentang dosa syirik dan durhaka terhadap kedua orang tua, beliau dalam keadaan bersandar, namun kemudian beliau duduk untuk menunjukan betapa pentingnya masalah yang akan dibahasnya, yaitu tentang dosa saksi palsu. Beliau terus mengulang-ulanginya, sampai para sahabat berkata, “Semoga Rasulullah segera diam”. 3. Penjelasan (syarah) Hadits Dalam hadits di atas diterangkan empat macam dosa besar, yakni menyekutukan Allah, durhaka kepada orang tua, membunuh jiwa manusia tanpa hak dan menjadi saksi palsu. a. Musyrik (menyekutukan Allah) Mempersekutukan Allah atau syirik dikategorikan sebagai dosa yang paling besar yang tidak akan diampuni oleh Allah SWT. Orang yang syirik diharamkan untuk masuk surga, sebagaimana firman Allah SWT :   Artinya: “Sesungguhnya orang yang menyekutukan Allah, maka pasti Allah mengharamkan surga baginya dan ia ditempatkan di dalam neraka.” ( Q.S. Al-Ma‟idah: 72) Ada beberapa macam bentuk menyekutukan Allah SWT, di antaranya:  Mengagungkan makhluk layaknya mengagungkan Allah SWT. Sikap seperti ini banyak dialami oleh sebagian para pembantu, mereka sering mengagungkan seorang pemimpin, atau para pejabat melebihi pengagungannya kepada Allah SWT – Wal‟iyadzubillah - Perbuatan ini merupakan syirik terbesar. Hal ini menunjukan apabila seorang pemimpin atau tuan raja menyuruh sesuatu ketika waktu shalat, maka ia akan berani meninggalkannya. Bahkan hingga waktu shalat telah habis pula mereka tidak akan peduli.  Dalam masalah cinta. Seseorang mencintai orang lain sesama makhluk sama besarnya atau melebihi rasa cintanya kepada Allah SWT. Engkau akan melihat ia sering menuntut agar dirinya lebih dicintai dari pada Allah SWT. Sikap seperti ini banyak ditemukan di kalangan orang-orang yang dimabukasmara. Hatinya dipenuhi oleh cinta kepada selain Allah SWT.  Sesuatu yang tersembunyi, yang termasuk menyekutukan Allah SWT, yaitu riya. Seseorang yang sedang melaksanakan shalat lalu ia memperbagus shalatnya karena sedang dilihat oleh si fulan. Ia berpuasa hanya ingin dikatakan ahli ibadah dan rajin berpuasa. Ia bersedekah hanya ingin dikatakan sebagai orang yang dermawan, semua termasuk riya.  Bentuk syirik yang tersembunyi yaitu ketika hati dan akal pikiran seseorang dipenuhi oleh dunia. Akal pikirannya, badan, tidur dan bangun semua hanya untuk dunia, ia selalu berusaha mencari dunia tidak peduli halal, haram, dusta, karena ia telah diperbudak dunia. Walhasil, bahwa di antara manusia ada yang menyekutukan Allah Ta‟ala namun orang tersebut tidak menyadarinya. Wahai saudara-saudara engkau merasakan bahwa dunia telah menguasai hatimu dan engkau tak lagi memperdulikan hal lain selain itu, maka ketika engkau bangun dari tidur semuanya akan karena dunia. Maka ketahuilah bahwa hari-hari telah terisi dengan kesyirikan.
  • 12. b. Durhaka Kepada Orang Tua Maksudnya adalah tidak berbakti kepada keduanya. Setiap anak wajib berbakti kepada kedua orang tuanya sesuai kemampuannya. Ia wajib menaati mereka selama bukan untuk kemungkaran dan kemaksiatan kepada Allah SWT. Dalam Al-qur‟an banyak sekali ayat yang menerangkan keharusan berbuat baik terhadap orang tua. Menurut Ibn Abas, dalam Al-Qur‟an ada tiga hal yang selalu dikaitkan penyebutannya dengan tiga hal lainnya, sehingga tidak dapat dipisahkan antara yang satu dan lainnya, yaitu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dirikan shalat dan keluarkan zakat, bersyukur kepada Allah dan kepada kedua orang tua. Hal itu menandakan bahwa peran dan kedudukan orang tua sangat tinggi di hadapan Allah SWT, sehingga Rasulullah SAW. bersabda:   Artinya : “Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1180]. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada- Kulah kembalimu. [1180] Maksudnya: Selambat-lambat waktu menyapih ialah setelah anak berumur dua tahun.” c. Membunuh Maksud membunuh dalam pembahasan ini adalah membunuh jiwa yang diharamkan tanpa hak dengan sengaja. Orang yang berbuat seperti itu akan dimasukkan ke neraka jahanam dan kekal di dalamnya. Sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 93 yang artinya: “Barang siapa yang membunuh orang yang beriman dengan sengaja, maka balasannya ialah neraka jahanam, ia kekal di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutuknya serta menyediakan azab yang besar baginya.” Dan Nabi SAW. bersabda: ‫ﺇﺬﺍﺍﻟﺘﻘﻰﺍﻟﻤﺴﻟﻤﺎﻦﺑﺴﻴﻔﻴﻬﻤﺎ‬٬‫ﻓﺎﻟﻘﺎﺘﻝﻭﺍﻟﻤﻘﺘﻭﻝﻓﻲﺍﻟﻨﺎﺭ‬٬‫ﻫﺫﺍﺍﻟﻘﺎﺗﻞ‬٬‫ﻓﻣﺎﺒﺎﻞﺍﻟﻣﻘﺗﻭﻞ‬‫؟‬ ‫ﻗﺎﻞ‬‫׃‬‫ﻷﻨﻪﻛﺎﻦﺣﺭﻳﺻﺎﻋﻟﻰﻗﺗﻞﺻﺎﺣﺑﻪ‬. Artinya: “Jika dua orang lelaki Muslim berjumpa membawa pedangnya masing-masing (dengan tujuan untuk saling membunuh), maka pembunuhnya dan yang terbunuh akan sama-sama masuk neraka. Lalu beliau ditanya oleh seorang sahabat: Ya Rasulullah, benarlah jika pembunuh ini masuk neraka, tetapi mengapakah pula orang yang terbunuh itu turut sama masuk neraka? Nabi SAW. menjawab: Sebab yang terbunuh itu berusaha pula untuk membunuh kawannya yang telah membunuhnya itu.” (Riwayat Bukhari, Muslim dan Ahmad) Menurut Imam Abu Sulaiman, cara yang demikian itu jika dalam bentuk saling membunuh itu perlu kepada penjelasan. Sehingga jika ada dua orang (kelompok) yang saling berusaha untuk membunuh yang lainnya atas dasar fanatisme atau untuk mendapatkan harta keduniaan dan berebut pangkat. Adapun orang yang membunuh untuk membela isterinya (keluarganya diancam), maka orang-orang tersebut tidak termasuk hadits di atas. d. Saksi Palsu Imam An-Nawawi di dalam kitabnya Riyadhus Shalihinmencantumkan “Bab Larangan Memberikan Kesaksian Palsu.” Penulis menjelaskan bahwa kesaksian palsu adalah seseorang yang memberikan kesaksian suatu peristiwa yang ia ketahui, tetapi bertentangan dengan kenyataannya. Seseorang memberikan kesaksian sebuah kejadian dan ia tidak mengetahui kesaksiannya sesuai dengan fakta yang sebenarnya atau justru bertentangan dengan fakta yang sebenarnya. Seseorang mengetahui bahwa kejadian sebenarnya adalah seperti ini, tetapi ia
  • 13. memberikan kesaksian yang tidak sesuai dengan kenyataannya. Ketiga macam bentuk persaksian ini hukumnya haram dan seseorang tidak boleh memberikan kesaksian kecuali sesuai dengan fakta yang ia ketahui dan dengan cara yang benar. Dalam riwayat lain menyebutkan bahwa Nabi SAW. sangat memberi perhatian besar pada persoalan ini. Hal itu ditunjukan dengan sikap beliau yang sebelumnya duduk bersandar ketika mengucapkan dosa besar syirik dan durhaka kepada kedua orang tua, dan beliau duduk tegak ketika mengucapkan tentang perkataan dusta atau saksi palsu. Alasan perkara ini mendapat perhatian khusus adalah karena perkataan dusta atau kesaksian palsu sangat mudah terjadi pada manusia, serta sering diremehkan oleh kebanyakan orang. Adapun syirik dijauhi oleh hati seorang muslim, sedangkan durhaka kepada kedua orang tua tidak selaras dengan tabiat. Sementara kepalsuan itu ditunjang oleh berbagai faktor, seperti permusuhan, dengki dan lain- lain. E. Tujuh Macam Dosa Besar 1. Riwayat Hadits ‫ﺣﺪﻳﺙﺍﺒﻰﻫﺭﻴﺭﺓﺭﺿﻰﺍﷲﻋﻧﻪ‬٬‫ﻋﻦﺍﻟﻧﺑﻰﺻﻟﻰﺍﷲﻋﻟﻳﻪﻮﺳﻟﻡﻗﺎﻝ‬‫׃‬‫ﺍﺠﺗﻨﺑﻭﺍﺍﻟﺳﺑﻊﺍﻟﻣﻭﺑﻘﺎﺕ‬٬ ‫ﻗﺎﻟﻭﺍﻴﺎﺮﺳﻭﻝﺍﷲﻭﻣﺎﻫﻦ‬‫؟‬‫ﻗﺎﻝ‬‫׃‬‫ﺍﻟﺷﺮﻙﺑﺎﷲ‬٬‫ﻭﺍﻟﺴﺤﺮ‬٬‫ﻭﻗﺗﻝﺍﻟﻨﻔﺲﺍﻟﺗﻰﺤﺮﻡﺍﷲﺍﻻﺑﺎﻟﺤﻕ‬٬‫ﻮﺍﻜﻝﺍﻟﺮﺑﺎ‬٬‫ﻮﺍﻜﻝ‬ ‫ﻣﺎﻞﺍﻟﻳﺗﻴﻡ‬٬‫ﻮﺍﻟﺗﻮﻟﻰﻴﻮﻡﺍﻟﺯﺤﻒ‬٬‫ﻮﻗﺫﻑﺍﻟﻤﺤﺻﻨﺎﺖﺍﻟﻤﻮﻤﻨﺎﺖﺍﻟﻐﺎﻓﻼﺕ‬. ‫ﺍﺨﺭﺠﻪﺍﻟﺑﺨﺎﺭﻯﻓﻰ‬‫׃‬٥٥‫ـ‬‫ﮐﺘﺎﺏﺍﻟﻭﺻﺎﻴﺎ‬‫׃‬٢٣‫ـ‬‫ﺑﺎﺏﻗﻭﻝﺍﷲﺗﻌﺎﻟﻰ‬‫׃‬‫ﺍﻟﻴﺘﺎﻤﻰﻈﻟﻤﺎ‬ ‫ﺍﻦﺍﻟﺬﻴﻥﻴﺄﻛﻟﻮﻦﺍﻤﻭﺍﻞ‬. Arti Hadits / ‫الحديث‬ ‫ترجمة‬ : Hadits Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. dimana beliau bersabda: “ Jauhilah tujuh macam dosa yang membinasakan.”Para sahabat bertanya: ”Wahai Rasulullah, apakah ketujuh macam dosa itu?” Beliau menjawab: “Mempersekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa (manusia) yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan hak, makan riba, makan harta anak yatim, lari pada saat pertempuran (dalam jihad) dan menuduh (berbuat zina) kepada wanita-wanita yang selalu menjaga diri, mukminat dan tidak pernah berfikir (untuk berzina).” Al-Bukhari mentakhrijkan hadits ini dalam “Kitab Wasiat” bab tentang firman Allah SWT (yang artinya) : “Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim dengan aniaya . . . .“ 2. Penjelasan (syarah) Hadits Kebaikan itu memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Demikian juga halnya dengan kejahatan dan dosa. Kebaikan apa saja yang mempunyai manfaat besar, maka pahalanya di sisi Allah akan besar juga. Sedangkan kebaikan yang manfaatnya lebih rendah, maka pahalanya pun seimbang dengan kebaikan tersebut. Sebaliknya, setiap kejahatan yang mudharatnya lebih besar, maka ia disebut sebagai dosa-dosa besar yang membinasakan dan siksanya pun sangat berat. Adapun kejahatan yang mudharatnya lebih rendah dari itu, maka ia tergolong kepada dosa-dosa kecil yang dapat terhapus dengan jalan menjauhi dosa-dosa besar. Allah Ta‟ala berfirman, Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga). (QS An-Nisa [4]: 31) Dalam hadis di atas, Rasulullah Saw menyuruh umatnya agar menjauhi tujuh dosa yang membinasakan. Tujuh dosa ini bukan berarti pembatasan (hanya tujuh perkara) atas dosa-dosa yang membinasakan. Tetapi hal ini sebagai peringatan atas dosa-dosa yang lainnya. Ketujuh dosa yang dimaksudkan dalam hadis di atas, uraiannya adalah sebagai berikut. 1. Musyrik (Mempersekutukan Allah) Menyekutukan Allah yaitu menyamakan dan mensejajarkan selain Allah dengan Allah dalam segala hal yang menjadi kekhususan bagi-Nya Yang Maha Suci, Maha Tunggal, Tempat Bergantung Segala Makhluk, dan Yang Maha Esa. Menyekutukan Allah SWT merupakan dosa yang paling besar. Bahkan Allah SWT tidak akan mengampuni dosa musyrik yang terbawa mati. Allah SWT berfirman, (QS An-Nisa [4]: 48)
  • 14.  Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia Telah berbuat dosa yang besar.‟ Ar-Raghib al-Ashfahani menyatakan bahwa kemusyrikan terdiri dari dua bentuk, yaitu: 1) Syirik besar, yaitu menetapkan adanya sekutu bagi Allah SWT. Inilah bentuk dosa yang paling besar. 2) Syirik kecil, yaitu memperhatikan selain Allah di samping memperhatikan-Nya juga dalam beberapa urusan. Itulah ria dan nifaq. (Al-Ashfahani, hlm. 266) Adanya kemusyrikan dalam kategori musyrik kecil bukan karena beban dosanya yang rendah, tetapi kemusyrikan ini merupakan bentuk kemusyrikan yang seringkali terabaikan atau tidak terasa dalam perwujudannya. Tentang kemusyrikan ini, Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya perkara yang paling aku khawatirkan menimpa kalian adalah musyrik yang paling kecil, yakni ria.” (Muttafaq „Alaih) 2. Sihir Sihir termasuk ke dalam dosa yang besar karena di dalamnya terdapat upaya iltibas (pencampur-adukan) dan menutupi apa yang sebenarnya. Bahkan sihir ini bisa mengakibatkan penyesatan aqidah, baik dari sisi penyebabnya maupun dari sisi perolehannya. Para ulama telah bersepakat atas pengharaman sihir, pembelajaran dan pengajarannya. Bahkan Imam Malik, Imam Ahmad, dan sekelompok para sahabat dan para tabiin berpendapat bahwa saling berbagi sihir termasuk bagian kekufuran yang pelakunya harus mendapat hukum eksekusi (dibunuh). Demikian juga upaya mempelajari dan mengajarkan sihir kepada orang lain, karena hal itu termasuk wasilah yang akan menjadi jalan terwujudnya sihir tersebut. Namun di sisi lain, ada juga yang berpendapat bahwa jika mempelajari sihir itu hanya sekadar ingin mengetahuinya dan sebagai upaya menjaga diri, maka yang demikian itu tidak termasuk dalam kategori haram. Pernyataan ini dianalogikan kepada orang-orang yang berusaha mengetahui hakikat aliran-aliran sesat. 3. Membunuh Jiwa Yang dimaksud membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah SWT dalam hadis di atas adalah membunuh seorang muslim dengan sengaja, bukan karena suatu hukuman tertentu seperti qishas atau rajam. Pembunuhan seperti ini termasuk juga ke dalam bagian dari dosa-dosa besar yang dapat membinasakan para pelakunya. Melalui upaya pembunuhan, sang pelaku telah menghilangkan rasa aman di lingkungannya, menebar rasa takut, dan memutuskan ikatan persaudaraan sesama manusia, khususnya di kalangan kaum muslimin. Bahkan Allah SWT mengisyaratkan bahwa membunuh satu orang sama kedudukannya dengan membunuh semua orang. Keterangan ini tercantum dalam ayat berikut. (QS Al-Maidah [5]: 32)   
  • 15. Artinya : “Oleh Karena itu kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan Karena orang itu (membunuh) orang lain[411], atau bukan Karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan dia Telah membunuh manusia seluruhnya[412]. dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah- olah dia Telah memelihara kehidupan manusia semuanya. dan Sesungguhnya Telah datang kepada mereka rasul-rasul kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, Kemudian banyak diantara mereka sesudah itu[413] sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.” [411] Yakni: membunuh orang bukan Karena qishaash. [412] hukum Ini bukanlah mengenai Bani Israil saja, tetapi juga mengenai manusia seluruhnya. Allah memandang bahwa membunuh seseorang itu adalah sebagai membunuh manusia seluruhnya, Karena orang seorang itu adalah anggota masyarakat dan Karena membunuh seseorang berarti juga membunuh keturunannya. [413] ialah: sesudah kedatangan Rasul membawa keterangan yang nyata. Hukum ini, walaupun khitab-nya Bani Israil, bukanlah mengenai Bani Israil saja, tetapi juga mengenai manusia seluruhnya. Allah memandang bahwa membunuh seseorang itu bagaikan membunuh manusia seluruhnya, karena orang-seorang itu adalah anggota masyarakat dan karena membunuh seseorang berarti juga membunuh keturunannya. 4. Memakan Riba Memakan harta riba termasuk kezaliman kepada orang lain. Orang yang memakan harta riba pada dasarnya telah memerangi Allah dan Rasul-Nya, dan ia lebih pantas untuk mendapat siksa yang abadi di neraka. Bagaimana tidak demikian, ketika orang lain berada dalam kesulitan, kefakiran, pailit dalam ekonomi, padahal dalam kondisi apapun seseorang didorong untuk mengeluarkan shadaqah, sementara pemakan riba demikian asyiknya mempermainkan kemelaratan orang lain dengan menambah beban pembayaran utang berlipat ganda dan dalam tempo yang terus-menerus. Pada hakikatnya, riba itu dapat menghanguskan harta kekayaan, menghilangkan nilai- nilai keberkahan, dan mencabut rasa kasih sayang dari pribadi para pelakunya. Dengan demikian, dalam riwayat lain, Rasulullah Saw melaknat praktik riba dengan berbagai faktor pendorong dan pelakunya, baik yang memakan harta riba, yang menjadi penulis dalam transaksinya maupun yang menjadi saksi dalam proses transaksi riba tersebut. Secara umum, Islam melarang keras terhadap seseorang yang dalam usaha mencari rezekinya (ma„isyah) dengan cara yang haram, sedangkan transaksi ribawi termasuk ke dalamnya. Rasulullah Saw telah bersabda, “Siapa saja yang daging (di tubuhnya) berkembang dari usaha yang haram, maka api neraka lebih utama bagi dirinya”. (HR al-Hakim) 5. Memakan Harta Anak Yatim Ketika seorang anak menjadi yatim, karena ditinggal mati oleh orangtuanya, Islam menganjurkan agar kaum muslimin, terutama kaum kerabatnya, dapat menjaga dan mengurus harta mereka yang diperolehnya melalui proses pewarisan. Pengurusan harta anak yatim ini terus berlangsung sampai usia anak ini menjadi dewasa sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut :   
  • 16. Artinya : “Dan ujilah[269] anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka Telah cerdas (pandai memelihara harta), Maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. dan janganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka dewasa. barang siapa (di antara pemelihara itu) mampu, Maka hendaklah ia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan barangsiapa yang miskin, Maka bolehlah ia makan harta itu menurut yang patut. Kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka, Maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka. dan cukuplah Allah sebagai Pengawas (atas persaksian itu).” QS An-Nisa [4]: 6) [269] Yakni: mengadakan penyelidikan terhadap mereka tentang keagamaan, usaha-usaha mereka, kelakuan dan lain-lain sampai diketahui bahwa anak itu dapat dipercayai. 1. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang[1]. [1] Maksudnya: saya memulai membaca al-Fatihah Ini dengan menyebut nama Allah. setiap pekerjaan yang baik, hendaknya dimulai dengan menyebut asma Allah, seperti makan, minum, menyembelih hewan dan sebagainya. Allah ialah nama zat yang Maha suci, yang berhak disembah dengan sebenar-benarnya, yang tidak membutuhkan makhluk-Nya, tapi makhluk yang membutuhkan-Nya. Ar Rahmaan (Maha Pemurah): salah satu nama Allah yang memberi pengertian bahwa Allah melimpahkan karunia-Nya kepada makhluk-Nya, sedang Ar Rahiim (Maha Penyayang) memberi pengertian bahwa Allah senantiasa bersifat rahmah yang menyebabkan dia selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada makhluk-Nya. Tatkala seorang pengurus, terutama bagi mereka yang serba berkecukupan, tidak mampu menjaga dirinya dari memakan harta anak yatim, maka Allah SWT mengancam mereka dengan ancaman yang sangat besar sesuai dengan ayat berikut.  Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, Sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala- nyala (neraka).” (QS An-Nisa [4]: 10) 1. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang[1]. [1] Maksudnya: saya memulai membaca al-Fatihah Ini dengan menyebut nama Allah. setiap pekerjaan yang baik, hendaknya dimulai dengan menyebut asma Allah, seperti makan, minum, menyembelih hewan dan sebagainya. Allah ialah nama zat yang Maha suci, yang berhak disembah dengan sebenar-benarnya, yang tidak membutuhkan makhluk-Nya, tapi makhluk yang membutuhkan-Nya. Ar Rahmaan (Maha Pemurah): salah satu nama Allah yang memberi pengertian bahwa Allah melimpahkan karunia-Nya kepada makhluk-Nya, sedang Ar Rahiim (Maha Penyayang) memberi pengertian bahwa Allah senantiasa bersifat rahmah yang menyebabkan dia selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada makhluk-Nya. 6. Berpaling dari Barisan Perang Yaitu seseorang yang melarikan diri ketika kaum muslimin sedang memerangi orang-orang kafir. Perbuatan ini termasuk dosa besar, termasuk tujuh perbuatan yang akan membinasakan karena menimbulkan dua bahaya: a. Akan menghancurkan semangat kaum muslimin
  • 17. b. Orang-orang kafir semakin berani menekan kaum muslimin Ketika kaum muslimin sudah mulai terdesak, maka orang-orang kafir akan semakin berani memerang kaum muslimin. Barangsiapa yang lari dari medan perang karena dua sebab ini, yaitu untuk bergabung dengan batalyon lain. Contohnya ketika ada batalyon lain yang sedang dikepung oleh musuh dan akan sangat berbahaya jika mereka dikuasai oleh musuh. Maka ia bergerak (mundur) untuk membantunya, maka hal ini tidak apa-apa, karena larinya menuju batalyon tersebut sangat menguntungkan. Orang yang lari dari medan perang dengan berbelok untuk (siasat) perang. Contohnya seperti seorang mujtahid yang lari belok (mundur) untuk memperbaiki senjata atau untuk memakai baju besinya dan lain-lain yang termasuk dalam kepentingan berperang dan perbuatan ini tidak apa-apa. 7. Menuduh Berzina Menuduh berzina kepada wanita yang menjaga kehormatan dan wanita itu adalah orang yang terjaga keimanannya yaitu menuduh berzina wanita yang baik-baik, yang lurus, yang telah berkeluarga, yang berstatus merdeka, dan yang beriman. Predikat-predikat tersebut tercakup dalam pengertian sifat terhormat. Dan pada hakekatnya, seorang wanita itu terhormat karena Islam, ia menjaga kesucian, menikah, dan berstatus merdeka. Dalam surat an-Nur Allah melarang menuduh berzina seorang wanita yang baik-baik, dan menjelaskan sanksi hukuman atas perbuatan ini. Disebutkan dalam Shahih Muslim dengan Syarah an-Nawawi jilid II halaman 86, seorang ulama ahli tafsir Imam Abul Hasan al-Wahidiy dan lainnya mengatakan : "Menurut pendapat yang shahih ; batasan dosa besar itu tidak diketahui secara pasti. Bahkan di dalamsyari’at ada beberapa jenis perbuatan maksiat yang dijelaskan sebagai dosa-dosa besar, dan ada juga beberapa jenis perbuatan maksiat yang dijelaskan sebagai dosa-dosa kecil, dan ada beberapa jenis perbuatan maksiat lainnya tanpa ada penjelasan. Artinya, ini mencakup dosa-dosa besar maupun dosa-dosa kecil. Hikmah dari tidak adanya penjelasan tersebut ialah, supaya seseorang tetap menahan diri jangan sampai melakukan semuanya, karena dikhawatirkan jangan-jangan hal itu termasuk dosa-dosa besar." Menurut mereka, ini sama dengan masalah disembunyikannya kapan terjadinya lailatul qadar, saat-saat istimewa pada hari jum‟at, saat-saat terkabulnya do‟a pada malam hari, nama Allah yang agung, dan hal-hal lain yang bersifat samar. F. Intisasri / Kandungan Hadits a. Perbuatan dosa yang dapat membinasakan diri dan orang lain harus senantiasa dihindari dan dijauhi. b. Manusia dilarang untuk menyekutukan Allah Swt. Dengan sesuatu apapun, karena hal itu akan membinasakan diri baik dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat. c. Sihir dan tenung merupakan perbuatan terlarang karena perbuatan tersebut adalah bersekongkol dan jin dan syetan. d. Jiwa seseorang apalgi Muslim harus senantiasa dijaga dan haram hukumnya untuk mengambil nyawa orang lain tanpa alasan yang haq. e. Kita dilarang untuk memakan harta riba dan harta anak yatim yang ada dalam tanggungan kita dan berada dalam pengasuhan kita. f. Setiap umat Islam dicela oleh Allah dan Rasul-Nya bagi siapapun yang melarikan diri dari peperangan atau ia keluar dari barisan perang karena merasa takut akan kematian. g. Menuduh berzina kepada seorang muslimah dan mukminah adalah perbuatan yang amat dilarang oleh baginda Nabi. h. Setiap perbuatan dosa dan hal-hal yang telah jelas dilarang dalam agama akan membinasakan kehidupan kita dan akan membawa kita pada jalan kerugian dan peneysalan.
  • 18. BAB III KESIMPULAN A. Kesimpulan 1. Menghargai Karya Orang Lain Menghargai hasil karya orang lain merupakan salah satu upaya membina keserasian dan kerukunan hidup antarmanusia agar terwujud suatu kehidupan masyarakat yang saling menghormati dan menghargai sesuai dengan harkat dan derajat seseorang sebagai manusia. Menumbuhkan sikap menghargai hasil karya orang lain merupakan sikap yang terpuji karena hasil karya tersebut merupakan pencerminan pribadi penciptanya sebagai manusia yang ingin dihargai. Kecendrungan manusia secara alamiah adalah keinginan untuk mendapat tanggapan atau penghargaan atas apa yang dilakukannya. Kebutuhan untuk menuangkan ekspresi diri secara positif telah mendorong setiap orang untuk terus menghasilkan karya terbaik demi kebaikan dirinya dan orang lain. Oleh karena itu, upaya dan hasil karya kreatif yang berguna bagi kemaslahatan orang banyak sudah selayaknya memperoleh penghargaan yang positif pula. Menghormati dan menghargai karya orang lain harus dilakukan tanpa memandang derajat, status, warna kulit, atau pekerjaan orang lain tersebut karena hasil karya merupakan pencerminan dari pribadi seseorang. Berkarya artinya melakukan atau mengerjakan sesuatu sampai menghasilkan sesuatu yang menimbulkan kegunaan atau memanfaat dan berarti bagi semua orang. Karya tersebut dapat berupa benda, jasa, atau hal lainnya. 2. Dosa-dosa Besar Dosa-dosa besar merupakan segala larangan yang berasal dari Allah maupun Rasul-Nya. Dosa-dosa besar sangat banyak jumlahnya, diantaranya: syirik, durhaka terhadap kedua orang tua, membunuh jiwa tanpa hak, saksi palsu, sihir, menuduh mukminat berzina, membunuh anak karena takut miskin, memakan harta anak yatim, memakan harta riba, lari dari medan perang, berzina dengan istri tentang dan lainnya. Dosa-dosa besar di atas yang merupakan dosa dan kezhaliman yang paling besar serta yang paling berat hukumannya, yaitu syirik. Allah telah mengharamkan surga bagi orang yang menyekutukan-Nya dan telah disiapkan baginya neraka sebagai tempat kembali. Sesungguhnya tidak ada penolong bagi orang-orang yang zhalim. Selain itu, durhaka terhadap orang tua juga merupakan dosa besar dan termasuk dosa yang membinasakan. Sudah sepatutnya kita harus taat terhadap keduanya sesuai dengan syariat Islam. Banyak lagi dosa-dosa besar yang harus dihindari, karena berakibat buruk dan dapat membinasakan diri sendiri juga orang lain selain yang telah disebutkan di atas. Setiap orang Islam yang beriman wajib menghindarkan diri dari dosa-dosa besar tersebut, agar tidak mendapat laknat dari-Nya. Karena Allah menjanjikan surga-Nya untuk orang-orang yang menhindarkan diri dari padanya dan Allah menghadiahkan neraka-Nya untuk orang-orang yang mengerjakannya. Muhammad Abdul Aziz al-Khauli mendefinisikan dosa besar sebagai dosa yang memiliki kemudharatan yang sangat besar dan pengaruh negatifnya di masyarakat sangat besar pula. Hal demikian disebabkan karena mafsadat dan ancamannya yang sangat besar terhadap dosa-dosa tersebut. (Al-Khauli, tt: 112) Jika kita mengacu kepada berbagai definisi di atas, maka yang termasuk dosa-dosa besar itu sangat banyak jumlahnya. Dengan demikian, tujuh dosa yang membinasakan sesuai dengan sabda Rasul di atas bukan sebagai pembatas bagi dosa-dosa besar tersebut. Tetapi hal itu disampaikan oleh Rasulullah sebagai bentuk perhatiannya yang sangat besar terhadap umatnya
  • 19. agar tidak terjerumus kepada dosa-dosa besar lain yang mafsadat, hukuman, dan ancamannya seperti ketujuh dosa di atas. Namun demikian, dari sekian banyak dosa yang tergolong kepada dosa-dosa besar, dosa musyrik menempati urutan paling atas (yang terbesar) dari dosa-dosa besar lainnya. Adapun dosa-dosa besar lainnya yang tidak tercantum dalam hadis di atas, tetapi menjadi kriteria dosa besar dalam hadis yang lain, di antaranya adalah durhaka terhadap orangtua, membunuh anak karena kekhawatiran menambah kemiskinan, persaksian palsu atau dusta, khianat dalam perkara ghanimah, zina, mencuri, meminum minuman keras, memisahkan diri dari al-jama‟ah, menebar fitnah, melanggar bai‟at, dan tidak membersihkan air kencing. B. Saran Sebagai umat muslim yang baik, sebaiknya kita harus menjaga silahturahmi antar sesama, salah satu cara untuk menjalin dan menjaga silaturahmi antar sesama umat manusia adalah dengan cara menghargai karya orang lain meskipun karya tersebut tidak sebaik menurut kita. Para ulama (semoga Allah merahmati mereka) berpendapat, "Melakukan dosa kecil secara terus menerus dapat mengakibatkannya menjadi dosa besar". Diriwayatkan dari Amru Ibnul Ash, Abdulah Ibnu Abbas, dan lainnya, "Tidak ada dosa besar sama sekali dengan (melakukan) istighfar, dan tidak ada dosa kecil sama sekali dengan terus menerus melakukannya." Artinya, bahwa dosa besar itu bisa terhapus dengan memohon ampunan kepada Allah U, dan dosa kecil itu bisa berubah menjadi dosa besar jika dilakukan terus menerus tanpa istighfar. Ada juga yang berpendapat, "Yang dimaksud dengan terus menerus melakukan dosa kecil ialah melakukannya secara berulang-ulang, karena orang yang bersangkutan tidak memiliki rasa kepedulian yang besar terhadap agama." Adapun al-Imam Abu Amr ash-Shalah dalam fatwa-fatwanya mengatakan : "Dosa besar itu memiliki tanda-tanda, antara lain ; menuntut pemberlakuan sanksi hukuman atau hadd, diancam dengan siksa neraka dan lain sebagainya dalam al-Qur‟an maupun as-Sunnah, sementara orang yang melakukannya disebutfasik."
  • 20. DAFTAR PUSTAKA Fathul Bari, Ibnu Hajar Al-„Asqolani, dar As-Salam, Riyadh, cetakan pertama Tahun 2000 masehi Al-Minhaj syarh Sohih Muslim, Imam Nawawi, Dar Al-Ma‟rifah Jami Al-„Ulum wa Al-Hikam, Ibnu Rojab, tahqiq Al-Arnauth Sittu Duror min Ushuli Ahlil Atsar, Syaikh Abdul Malik Romadhoni, maktabah Al-Asholah Tafsir Ibnu Katsir, tahqiq Al-Banna, dar Ibnu Hazm, cetakan pertama Fawaid Al-Fawaid, Ibnul Qoyyim, tahqiq Syaikh Ali Hasan, Dar Ibnul Jauzi Al-Ikhlash, Sulaiman Al-Asyqor, dar An-Nafais Silsilah Al-Ahadits As-Sohihah, Syaikh Al-Albani Aina Nahnu min Akhlak As-Salaf, Abdul Aziz bin Nasir Al-Jalil, Dar Toibah Waqofaat ma‟a kalimaat li Ibni Mas‟ud, transkrip dari ceramah Syaikh Sholeh Alu Syaikh Tazkiyatun Nufus, Ahmad Farid Materi Hadits Tentang Islam, Hukum, Ekonomi, Sosial dan Lingkungan., Dra. Oneng Nurul Badriyah M.Ag Hadits Web: http://opi110mb.com/ www.google.com http://www.slideshare.net/dhanshei www.dhanshei.blogspot.com http://www.elevensocials2.blogspot.com Dhan_di@rocketmail.com,