SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  12
A. SEJARAH
Sebelum Albert Bandura mengemukakan teorinya, sudah ada beberapa penjelasan
tentang bagaimana organisme belajar melalui observasi. Beberapa diantaranya dijelaskan
sebagai berikut.
a. THORNDIKE dan WATSON
Edward L. Thorndike adalah adalah orang pertama yang mencoba mempelajari
perilaku belajar secara observasi melalui eksperimen. Pada tahun 1989, dia melakukan
eksperimen pada kucing. Thorndike membuat sebuah puzzle box, dan mencoba melihat
bagaimana perilaku kucing untuk keluar dari puzzle box tersebut. Ketika dia
menempatkan satu kucing dalam boks, dia menempatkan kucing di boks yang
berdampingan-kucing di boks ini mengobservasi perilaku kucing dalam puzzle box
mencari jalan keluar. Ketika kucing yang mengobservasi kucing dalam puzzle box
ditempatkan pada puzzle box itu sendiri, si kucing tidak dapat langsung menggunakan
cara yang telah dia amati untuk keluar dari puzzle box, tetapi dia melakukan proses
trial-and-error, seperti ketika kucing pertama berusaha untuk keluar dari puzzle box.
Thorndike pun melakukan percobaan yang sama pada ayam dan anjing, dan merekapun
melakukan hal yang sama, bahkan dengan monyet sekalipun. Pada akhirnya, dia
menyimpulkan bahwa hewan tidak memiliki kemampuan untuk belajar melakukan
sesuatu dari mengobservasi hewan lain melakukannya (Hergenhahn dan Olson, 1997).
J. B. Watson melakukan percobaan yang sama seperti yang dilakukan Thordike pada
tahun 1901 dengan menggunakan monyet, dan hasilnya sama seperti percobaan
Thorndike (Hergenhahn dan Olson, 1997).
Pada akhirnya, baik Thorndike maupun Watson menyimpulkan bahwa belajar
merupakan hasil dari pengalaman langsung saja, dan bukan pengalaman mengamati
(Hergenhahn dan Olson, 1997, hal. 326).
b. MILLER dan DOLLARD
Miller dan Dollard berpendapat bahwa bila perilaku meniru diberi penguatan,
perilaku tersebut akan diperkuat, seperti perilaku lainnya. Miller dan Dollard membagi
perilaku menjadi tiga kategori:
1. Perilaku sama, terjadi ketika dua atau lebih individu merespon situasi sama dengan
cara yang sama, seperti ketika kita menyapa, semua orang akan merespon dengan
“hai”.
2. Perilaku meniru, meliputi penuntunan oleh seseorang kepada orang lain, misalnya
seorang instruktur yoga mengajari muridnya posisi yoga. Ketika sang murid dipuji,
dia akan mendapat penguatan atas perilaku itu.
3. Perilaku menyocokkan-dependen, seorang pengamat diberi penguatan untuk meniru
tindakan model. Misalnya ketika seorang kakak mendengar suara langkah kaki
ayahnya pulang, dia berlari ke arah pintu, dan mendapatkan permen dari sang ayah
sebagai penguatan. Adiknya yang ikut berlari juga mendapatkan permen. Karena
mendapat penguatan, hal ini diulangi kembali oleh kedua anak. Namun,
perbedaannya adalah, sang kakak terstimulasi oleh suara langkah kaki, sedangkan
sang adik terstimulasi oleh kakaknya yang berlari. Perilaku adik merupakan perilaku
dependen pada perilaku kakak.
Miller dan Dollard menekankan bahwa perilaku meniru bisa menjadi kebiasaan, dan
menyebut bahwa kecenderungan untuk meniru perilaku pada individu sebagai peniruan
umum (Hergenhahn dan Olson, 1997, hal. 326-327).
B. GAMBARAN TEORI
Bandura berpendapat bahwa belajar melalui observasi (observational learning)
mungkin tidak melibatkan peniruan. Seperti contohnya, ketika kita melihat mobil yang
berjalan di depan kita terantuk lubang di jalan, kita mendapat informasi dan berdasarkan
pengamatan kita, kita akan menghindari lubang tersebut, demi menghindari kerusakan
pada mobil kita.
Pada tahun 1965, Bandura melakukan eksperimen dengan membagi kelompok anak
menjadi tiga. Anak-anak ini menyaksikan perilaku agresif yang dilakukan oleh seseorang
yang memukuli boneka. Anak-anak di kelompok pertama mendapatkan penguatan akan
perilaku agresif tersebut, sedangkan anak-anak di kelompok kedua mendapatkan ancaman
pada perilaku agresif, sementara anak-anak di kelompok ketiga tidak mendapatkan
penguatan maupun ancaman pada perilaku agresif.
Anak-anak tersebut pada akhirnya dihadapkan secara langsung pada boneka tadi.
Seperti yang telah diperkirakan sebalumnya, anak-anak di kelompok pertama
berperilaku agresif pada boneka tersebut, sementara anak-anak di kelompok kedua
kurang agresif pada boneka tersebut, sedangkan anak-anak di kelompok ketiga berada
antara agresif dan kurang agresif.
Anak-anak di kelompok pertama mendapatkan penguatan dari pengamatan
(vicarious reinforcement) dan mereka difasilitasi untuk keagresifan mereka.
Sedangkan anak-anak di kelompok kedua mendapatkan ancaman pengamatan
(vicarious punishment), dan mereka dihalangi perilaku agresifnya. Meskipun anak-
anak tidak mendapatkan pengalaman penguatan maupun ancaman secara langsung,
mereka memodifikasi perilakunya secara sama (Hergenhahn dan Olson, 1997).
C. PENJELASAN TEORI
Prinsip-prinsip umum dari teori Bandura:
1. Orang dapat belajar dengan mengamati perilaku dari orang lain dan hasil dari perilaku
tersebut.
2. Belajar dapat terjadi tanpa perubahan perilaku. Para behavioris mengatakan belajar
harus diwakili oleh perubahan permanen dalam perilaku. Namun dalam teori
pembelajaran sosial dikatakan bahwa orang dapat belajar melalui observasi sendiri,
belajar mereka belum tentu ditampilkan dalam perilaku mereka. Belajar dapat
mengakibatkan perubahan perilaku atau mungkin tidak sama sekali.
3. Kognisi berperan dalam belajar. Selama 30 tahun terakhir teori belajar sosial telah
menjadi semakin mengarah ke pembelajaran kognitif dalam proses belajar. Kesadaran
dan harapan dari penguatan atau ancaman di masa mendatang dapat menimbulkan efek
yang signifikan pada perilaku tampak dari orang-orang.
Teori belajar menurut Albert Bandura:
a. Pemodelan yang Tertunda (Delayed Modelling)
Pemodelan yang tertunda ini adalah suatu momen dimana subyek (pengamat) tidak
menunjukkan hasil belajar dari pengalaman modelling sampai suatu waktu dimana
pengalaman modelling tersebut berhenti.
b. Variabel-variabel yang Mempengaruhi Belajar
1. Attentional Processes (tahap perhatian)
Tahap di mana seseorang mulai berfokus pada satu dari sekian banyak stimulus yang
muncul dihadapannya. Stimulus yang menariklah yang akhirnya lulus seleksi.
2. Retentional Processes (tahap penyimpanan dalam ingatan)
Pada tahap ini stimulus yang menjadi fokus mulai diolah secara kognitif dan hasilnya
disimpan dalam memori. Yang kemudian dicari lebih lanjut informasi lebih detail
berhubungan dengan stimulus tersebut.
3. Behavioral Production Processes (proses produksi perilaku)
Dalam tahap ini informasi yang sebelumnya telah disimpan dalam memori diolah
kembali untuk kemudian diuji. Dalam tahap ini seseorang dituntut untuk tidak hanya
mengerti melainkan juga dituntut untuk lebih memahami.
4. Motivational Processes (tahap motivasi)
Pada tahapan ini seseorang mulai menemukan dorongan sebagai kelanjutan dari
proses. Seseorang mulai mendapat “reward” untuk hasil belajar yang memuaskan,
yang kemudian akan membuatnya bersemangat untuk kembali belajar. Juga ada
pemberian dorongan lebih jika hasil belajarnya dinilai kurang optimal supaya ia
terdorong untuk belajar lebih lagi. Seiring dengan kedua upaya tersebut, ada baiknya
ditunjukan pula bukti-bukti kerugian orang yang tidak menguasai materi tersebut.
c. Determinisme Resiprok (Reciprocal Determinism)
Bandura berpendapat, seseorang berperilaku tertentu karena adanya interaksi antara
orang, lingkungan, dan perilaku orang tersebut, menghasilkan perilaku berikutnya. Dari
konsep ini, bisa dikatakan bahwa perilaku mempengaruhi lingkungan, atau lingkungan
atau orang mempengaruhi perilaku.
d. Perilaku Diatur-Sendiri (Self-Regulated Behavior)
Bandura mengatakan bahwa perilaku manusia sebagian besar merupakan perilaku
yang diatur oleh dirinya sendiri (self-regulated behavior). Manusia belajar suatu standar
performa (performance standards), yang menjadi dasar evaluasi diri. Apabila tindakan
seseorang bisa sesuai atau bahkan melebihi standar performa, maka ia akan dinilai
positif, tetapi sebaliknya, bila dia tidak mampu berperilaku sesuai standar, dengan kata
lain performanya dibawah standar, maka ia akan dinilai negatif.
Selain itu, anggapan mengenai kecakapan diri (perceived self-efficacy) juga berperan
besar dalam perilaku yang diatur sendiri. Anggapan tentang kecakapan diri ini adalah
keyakinan seseorang bahwa dia mampu untuk melakukan sesuatu. Dari anggapan ini,
muncul motivasi orang untuk berprestasi (apabila anggapannya positif) atau bahkan
dismotivasi untuk melakukan suatu hal (apabila anggapannya negatif).
Terkadang, anggapan mengenai kecakapan diri seseorang tidak sesuai dengan
kecakapan diri sesungguhnya (real self-efficacy). Seseorang terlalu yakin dia dapat
melakukan sesuatu, tetapi pada kenyataannya sebenarnya dia tidak mampu. Bila hal ini
terjadi, maka orang akan merasa frustasi dan rendah diri.
e. Tindakan Moral (Moral Conduct)
Seseorang akan mempelajari kode moral (moral code) dari model. Kode moral ini
menentukan perilaku mana yang boleh dilakukan dan perilaku mana yang akan
mendapat sangsi bila dilakukan dan perilaku mana yang tidak. Apabila seseorang
melanggar kode moral, orang tersebut akan mengalami self-contempt
(menyalahkan/jijik pada diri sendiri), yang merupakan pengalaman yang tidak
menyenangkan. Namun dalam perkembangannya, Bandura melihat sebuah mekanisme
dimana seseorang bisa melakukan pelanggaran moral tanpa mengalami self-contempt.
Mekanisme ini seperti dijabarkan oleh Hergenhahn dan Olson (1997) adalah:
- Justifikasi Moral (Moral Justification)
Dalam justifikasi moral, seseorang membenarkan pelanggaran moral karena alasan
yang lebih mulia.
Contohnya, orang yang mencuri mengatakan bahwa dia mencuri untuk menghidupi
keluarganya.
- Pelabelan Eufemistis (Euphemistic Labelling)
Dalam pelabelan eufimistis, seseorang menyebut hal yang tercela sebagai suatu
ungkapan yang halus.
Contohnya, seorang dokter disebut bukan “membunuh pasiennya” tetapi
“menghilangkan penderitaan pasien”.
- Perbandingan yang Menguntungkan (Advantageous Comparison)
Dalam perbandingan yang menguntungkan, seseorang membandingkan perilaku
pelanggaran moral dengan pelanggaran lain yang lebih berat, sehingga orang tersebut
bisa membenarkan diri.
Contohnya, seorang pencuri ayam membandingkan perbuatannya dengan seorang
koruptor, yang “dosanya” lebih besar.
- Pengalihan Tanggung Jawab (Displacement of Responsibility)
Dalam pengalihan tanggung jawab, seseorang membenarkan pelanggaran moral
karena ada perintah dari pihak otoritas yang lebih tinggi.
Contohnya, seorang pembunuh bayaran tidak merasa beralah, karena yang
menyuruhnya adalah sang bos.
- Difusi Tanggung Jawab (Diffusion of Responsibility)
Dalam difusi tanggung jawab, pertanggungjawaban atas suatu pelanggaran moral
memudar (bias) atas pelanggaran moral karena ditanggung bersama-sama.
Sebagai contoh, koruptor tidak merasa bersalah, karena dia melakukan korupsi
bersama-sama dengan rekan-rekan kerjanya.
- Pengabaian atau Distorsi Konsekuensi (Disregard or Distortion of Consequences)
Dalam pengabaian atau distorsi konsekuensi, seseorang mengabaikan bahaya yang
akan ditimbulkan dari perbuatannya.
Contohnya, para teroris yang melakukan pemboman, mereka mungkin mengatakan
bahwa mereka hanya menaruh bom, kemudian bom itu akan hilang ditelan asap.
- Dehumanisasi (Dehumanization)
Dengan menganggap manusia lain sebagai makhluk yang lebih rendah, pelanggaran
moral bisa dilakukan tanpa self-contempt.
Contohnya, pada zaman dahulu, orang kulit putih bisa dengan semena-mena
mempekerjakan dan menyiksa orang kulit hitam karena merasa bahwa orang kulit
hitam memiliki derajat yang lebih rendah dari dirinya.
- Atribusi Kesalahan (Attribution of Blame)
Dalam atribusi kesalahan, seseorang menyalahkan pihak lain atas pelanggaran moral
yang telah diperbuatnya.
Contohnya, pemerkosa tidak merasa bersalah karena korban memakai pakaian dan
berperilaku menggoda.
Determinisme versus kebebasan (Determinism versus Freedom)
Karena manusia bisa mengatur perilakunya sendiri, bukan berarti dia bisa bebas
melakukan apa saja sekehendak hatinya. Bandura mendefinisikan kebebasan (freedom)
sebagai sejumlah pilihan yang tersedia dan kesempatan untuk melakukannya
(Hergenhahn dan Olson, 1997).
Ketidakleluasaan dari pilihan bebas:
1. Inkompetensi (Incompetence)
Pada inkompetensi, orang tidak mampu untuk memanfaatkan kesempatan dan
pilihan-pilihan yang ada di lingkungan.
2. Ketakutan akan ketidakterjaminan (Unwarranted Fears)
Adanya ketakutan bahwa pilihan-pilihan dan kesempatan-kesempatan tidak
menjamin keuntungan bagi diri membuat pilihan bebas seseorang terganggu.
3. Kepastian diri yang berlebihan (Excessive Self-Ensure)
Rasa kepercayaan diri yang berlebihan mengakibatkan seseorang untuk mengambil
pilihan atau kesempatan yang terlalu tinggi, yang tidak sesuai dengan kondisi aktual
dirinya, dan pada akhirnya, dia sendiri tidak mampu untuk menjalankannya.
4. Penghambat Sosial, berupa prasangka dan diskriminasi (Social Inhibitors -
prejudice, discrimination)
Prasangka dan diskriminasi dari masyarakat membuat pilihan bebas seseorang
terbatas.
f. Proses Kognitif yang Salah (Faulty Cognitive Processes)
Sebagaimana manusia telah belajar tentang kode moral, self-efficacy, dan mampu
mengatur perilakunya sendiri, bisa dikatakan bahwa perilaku manusia semuanya
melibatkan proses kognitif. Seseorang bisa membayangkan berbagai hal dalam pikiran
(imagine) dan bisa memperngaruhi perilaku. Sayangnya, proses kognitif yang salah
(faulty cognitive processes) dapat menghambat perilaku atau bahkan bisa memunculkan
perilaku yang salah.
Sebab-sebab munculnya pemrosesan kognitif yang salah:
1. Anak mengevaluasi penampilan
Anak-anak cenderung untuk melihat dari penampilan. Pada perkembangannya,
melihat berdasarkan penampilan ini bisa memunculkan perilaku yang salah.
Misalnya ketika seseorang melihat pria yang kekar, berwajah sangar, dan bertato,
orang tersebut bisa saja berperilaku waspada atau menjauhi, atau bahkan takut,
karena berdasarkan penampilannya, pria tadi tampak seperti preman.
2. Pemikiran keliru karena salah informasi dan bukti yang tidak mencukupi
Seseorang terkadang berperilaku salah karena dia salah mempersepsi suatu hal, bisa
disebabkan oleh informasi yang salah ataupun bukti terhadap suatu hal yang tidak
cukup. Contohnya, kita mendengar gosip bahwa teman sekelas kita adalah seorang
pencuri, kita akan menjauhi teman tersebut, membencinya, atau bahkan
mencurigainya (informasi yang salah). Gosip tersebut juga beredar karena bukti
belum cukup, tapi orang sudah berperilaku mencurigai duluan.
3. Pemrosesan informasi yang keliru
Seseorang terkadang percaya orang lain begini atau begitu, dan itu mempengaruhi
persepsinya terhadap orang lain. Misalnya, seseorang percaya bahwa petani itu
bodoh, maka orang tersebut akan menyimpulkan bahwa setiap petani yang dia temui
adalah bodoh.
D. KASUS KESEHATAN
Contoh aplikasi teori belajar Bandura adalah ketika seorang anak belajar untuk
mengendarai sepeda. Ditahap perhatian, si anak akan tertarik mengamati para pengendara
sepeda dibanding dengan orang yang melakukan aktifitas lain yang dia anggap kurang
menarik. Oleh karena itu, ia akan mengamati bagaimana seseorang mengayuh sepeda.
Selanjutnya pada tahap penyimpanan dalam ingatan si anak akan tersimpan bahwa
bersepeda itu menyenangkan dan suatu saat jika waktunya tepat ia akan meminta ayahnya
(semisal) untuk mengajarinya mengendarai sepeda. Semuanya itu kemudian dilaksanakan
pada tahap reproduksi di mana si anak kemudian benar-benar belajar mengendarai sepeda
bersama sang ayah. Ketika anak itu sudah berhasil, di sinilah tugas sang ayah untuk
memberi reward sebagai bentuk apresiasi atas keberhasilan sang anak sekaligus merupakan
tahap motivasi.
Beberapa contoh lain dijelaskan dalam poin-poin berikut:
• Iklan mie instan, di iklan tersebut diperlihatkan seseorang yang sedang melihat orang
lain makan mie instan dengan nikmatnya, membuatnya pada akhirnya makan mie instan
yang sama.
• Melihat kecelakaan di konser sebuah band nasional yang mengakibatkan seseorang
meninggal, seorang pemudi yang tadinya hendak menonton konser band tersebut di
kotanya menggagalkan niatnya.
• Kejadian perampokan/pembacokan yang baru-baru ini terjadi di depan jalan sebuah
perumahan di Ring Road Utara, memakan korban, membuat orang takut untuk lewat
jalan tersebut, dan memilih melewati jalan lain.
• Iklan sebuah pasta gigi memperlihatkan seorang anak yang meniru kebiasaan ayahnya
makan, ribut sendiri karena menonton bola, dan cara ayahnya menggosok gigi.
• Seorang balita yang kecanduan rokok dan berkata kasar karena lingkungan (orang-orang
dewasa) sekitar terbiasa merokok dan berkata kasar.
• Seorang anak melompat dari lantai 4 sebuah rumah susun dengan menggunakan seprai
setelah melihat film superhero.
• Sosialisasi penggunaan helm dan mengendarai motor yang baik menggunakan suatu
film pendek yang mengilustrasikan seorang pemuda yang naik motor ugal-ugalan dan
tidak memakai helm, berakibat fatal; kaum muda yang melihatnya menggunakan helm
dan berkendara aman tak hanya untuk menghindari ditilang polisi, tetapi untuk
mengamankan dirinya.
• Serangkaian novel yang bercerita tentang percintaan vampir dengan manusia menjadi
bestseller, memacu penulis lain untuk menulis novel-novel yang bercerita tentang
percintaan vampir-manusia.
• Seorang selebritis mulai berkecimpung di dunia politik, menambah kesuksesannya,
selebritis lain juga akhirnya banyak yang terjun ke dunia politik.
• Belakangan ini, ada aktor/aktris yang mencoba peruntungan di dunia tarik suara, dan
cukup sukses. Melihat hal ini banyak aktor/aktris lain yang mulai ikut-ikutan terjun di
dunia tarik suara.
• Sinetron-sinetron yang memiliki high rating saat ini adalah bercerita tentang cinta dan
judul sinetronnya adalah nama sang tokoh utama. Banyak sinetron-sinetron baru yang
bermunculan bertema cinta dan judulnya pun adalah nama sang tokoh utama.
• Di negara yang terkenal dengan sebutan negara adikuasa, mulai booming selebritis yang
terjun ke usaha garmen, diawali dengan segelintir selebritis yang mulai mempunyai
usaha parfum atau clothing brand.
• Memenuhi kebutuhan transportasi anak muda, sebuah perusahaan mobil ternama
mendesain sebuah mobil yang berjiwa muda, dengan ciri mobil kecil (untuk 4 orang)
dan berbentuk kapsul dengan lekukan-lekukan di bodi mobilnya. Melihat jumlah
penjualannya, kini banyak produsen mobil yang memproduksi mobil dengan bentuk
yang mirip.
• Sebuah perusahaan telekomunikasi di sebuah negara yang memiliki jumlah penduduk
terbanyak di Asia memproduksi secara massal ponsel murah dengan tombol QWERTY.
Karena jumlah penjualannya, banyak produsen di negara yang sama, bahkan Indonesia
sendiri memproduksi ponsel dengan bentuk yang sama.
• Seorang anak melihat temannya yang terluka karena terkena petasan, anak itu pun
menghindari main petasan.
• Seorang pemuda melihat kesuksesan seorang bintang sepak bola dunia, memacunya
untuk berlatih sepak bola sebaik mungkin, berharap bisa mengikuti jejak bintang sepak
bola tersebut.
• Seorang remaja melihat sekelompok remaja lain perform dance dengan gemilang,
remaja ini pun mulai belajar dan berlatih dance serupa.
• Ada seorang yang kecopetan ponselnya yang dia taruh di tasnya, mengetahui hal
tersebut, seseorang mengindari menaruh ponsel di tas.
• Seorang anak melihat ibunya makan bakso, dia juga ingin memakannya dan meminta
pada ibunya. Namun, sang ibu menunjukkan ekspresi kepedasan dan akhirnya si anak
tidak mau memakan bakso tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Hergenhahn, B.R., Olson, Matthew H. An Introduction to Theories of Learning, 3rd
edition. New
Jersey: Prentice-Hall International, 1997.
Hergenhahn, B.R., Olson, Matthew H. Theories of Learning (Teori Belajar), edisi ke-7. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2008.
Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta: Grafindo Persada, 2003.
Sumber Video:
Children See, Children Do: www.youtube.com

Contenu connexe

Tendances

Ppt 05. teori social cognitive bandura 1
Ppt 05. teori social cognitive bandura 1Ppt 05. teori social cognitive bandura 1
Ppt 05. teori social cognitive bandura 1elmakrufi
 
Perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatif
Perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatifPerbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatif
Perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatifAnNa Luph Black
 
Psikologi sosial i sikap kelompok 9
Psikologi sosial i sikap kelompok 9Psikologi sosial i sikap kelompok 9
Psikologi sosial i sikap kelompok 9novyaindri29
 
Perspektif Psikologi Dalam Memahami Perkembangan
Perspektif Psikologi Dalam Memahami PerkembanganPerspektif Psikologi Dalam Memahami Perkembangan
Perspektif Psikologi Dalam Memahami PerkembanganFikri Rasyid
 
Studi kasus psikologi sosial
Studi kasus psikologi sosialStudi kasus psikologi sosial
Studi kasus psikologi sosialelmakrufi
 
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)Rima Trianingsih
 
Tahap - Tahap Perkembangan Moral (Psikologi Perkembangan)
Tahap - Tahap Perkembangan Moral (Psikologi Perkembangan)Tahap - Tahap Perkembangan Moral (Psikologi Perkembangan)
Tahap - Tahap Perkembangan Moral (Psikologi Perkembangan)atone_lotus
 
Modifikasi perilaku
Modifikasi perilakuModifikasi perilaku
Modifikasi perilakuAfra Balqis
 
Makalah psikologi perkembangan pada masa bayi
Makalah psikologi perkembangan pada masa bayiMakalah psikologi perkembangan pada masa bayi
Makalah psikologi perkembangan pada masa bayiZulfa Meizanita
 
Perkembangan bahasa pd anak
Perkembangan bahasa pd anakPerkembangan bahasa pd anak
Perkembangan bahasa pd anakRatna Widiastuti
 
Soal dan jawaban UTS MK Pancasila Sem. Ganjil Prodi Komunikasi UNSERA
Soal dan jawaban UTS MK Pancasila Sem. Ganjil Prodi Komunikasi UNSERASoal dan jawaban UTS MK Pancasila Sem. Ganjil Prodi Komunikasi UNSERA
Soal dan jawaban UTS MK Pancasila Sem. Ganjil Prodi Komunikasi UNSERAahmad sururi
 
PPT PSIKOLOGI KOGNITIF (KELOMPOK 1).pptx
PPT PSIKOLOGI KOGNITIF (KELOMPOK 1).pptxPPT PSIKOLOGI KOGNITIF (KELOMPOK 1).pptx
PPT PSIKOLOGI KOGNITIF (KELOMPOK 1).pptxAnchaArdiansyah3
 
Planned Behavior Theory
Planned Behavior TheoryPlanned Behavior Theory
Planned Behavior Theorymankoma2012
 
Contoh dari operant conditioning, classical conditioning, dan belajar kognitif
Contoh dari operant conditioning, classical conditioning, dan belajar kognitifContoh dari operant conditioning, classical conditioning, dan belajar kognitif
Contoh dari operant conditioning, classical conditioning, dan belajar kognitifStevany Sinaga
 

Tendances (20)

Ppt 05. teori social cognitive bandura 1
Ppt 05. teori social cognitive bandura 1Ppt 05. teori social cognitive bandura 1
Ppt 05. teori social cognitive bandura 1
 
psikologi bermain anak
psikologi bermain anakpsikologi bermain anak
psikologi bermain anak
 
Tes kognitif & nonkognitif
Tes kognitif & nonkognitifTes kognitif & nonkognitif
Tes kognitif & nonkognitif
 
Perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatif
Perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatifPerbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatif
Perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatif
 
Psikologi sosial i sikap kelompok 9
Psikologi sosial i sikap kelompok 9Psikologi sosial i sikap kelompok 9
Psikologi sosial i sikap kelompok 9
 
Perspektif Psikologi Dalam Memahami Perkembangan
Perspektif Psikologi Dalam Memahami PerkembanganPerspektif Psikologi Dalam Memahami Perkembangan
Perspektif Psikologi Dalam Memahami Perkembangan
 
Inovasi pendidikan di Indonesia
Inovasi pendidikan di IndonesiaInovasi pendidikan di Indonesia
Inovasi pendidikan di Indonesia
 
Studi kasus psikologi sosial
Studi kasus psikologi sosialStudi kasus psikologi sosial
Studi kasus psikologi sosial
 
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)
 
Tahap - Tahap Perkembangan Moral (Psikologi Perkembangan)
Tahap - Tahap Perkembangan Moral (Psikologi Perkembangan)Tahap - Tahap Perkembangan Moral (Psikologi Perkembangan)
Tahap - Tahap Perkembangan Moral (Psikologi Perkembangan)
 
Modifikasi perilaku
Modifikasi perilakuModifikasi perilaku
Modifikasi perilaku
 
Makalah psikologi perkembangan pada masa bayi
Makalah psikologi perkembangan pada masa bayiMakalah psikologi perkembangan pada masa bayi
Makalah psikologi perkembangan pada masa bayi
 
Perkembangan bahasa pd anak
Perkembangan bahasa pd anakPerkembangan bahasa pd anak
Perkembangan bahasa pd anak
 
Soal dan jawaban UTS MK Pancasila Sem. Ganjil Prodi Komunikasi UNSERA
Soal dan jawaban UTS MK Pancasila Sem. Ganjil Prodi Komunikasi UNSERASoal dan jawaban UTS MK Pancasila Sem. Ganjil Prodi Komunikasi UNSERA
Soal dan jawaban UTS MK Pancasila Sem. Ganjil Prodi Komunikasi UNSERA
 
PPT PSIKOLOGI KOGNITIF (KELOMPOK 1).pptx
PPT PSIKOLOGI KOGNITIF (KELOMPOK 1).pptxPPT PSIKOLOGI KOGNITIF (KELOMPOK 1).pptx
PPT PSIKOLOGI KOGNITIF (KELOMPOK 1).pptx
 
Pendidikan Karakter bagi Anak Usia Dini
Pendidikan Karakter bagi Anak Usia DiniPendidikan Karakter bagi Anak Usia Dini
Pendidikan Karakter bagi Anak Usia Dini
 
Planned Behavior Theory
Planned Behavior TheoryPlanned Behavior Theory
Planned Behavior Theory
 
PPT Pengembangan Kognitif AUD
PPT Pengembangan Kognitif AUD PPT Pengembangan Kognitif AUD
PPT Pengembangan Kognitif AUD
 
Contoh dari operant conditioning, classical conditioning, dan belajar kognitif
Contoh dari operant conditioning, classical conditioning, dan belajar kognitifContoh dari operant conditioning, classical conditioning, dan belajar kognitif
Contoh dari operant conditioning, classical conditioning, dan belajar kognitif
 
Pembelajaran sains anak usia dini
Pembelajaran sains anak usia diniPembelajaran sains anak usia dini
Pembelajaran sains anak usia dini
 

Similaire à teori bandura

Teori pembelajaran ip
Teori pembelajaran    ipTeori pembelajaran    ip
Teori pembelajaran ipChew Ing
 
Teori pembelajaran ip
Teori pembelajaran    ipTeori pembelajaran    ip
Teori pembelajaran ipChew Ing
 
Teori belajar bandura
Teori belajar banduraTeori belajar bandura
Teori belajar banduraJeny Hardiah
 
Social Learning Theory
Social Learning TheorySocial Learning Theory
Social Learning Theorymankoma2012
 
Social Learning Theory
Social Learning TheorySocial Learning Theory
Social Learning Theorymankoma2012
 
Dewi Julaihah_Tokoh Teori Psikologi Perkembangan.pptx
Dewi Julaihah_Tokoh Teori Psikologi Perkembangan.pptxDewi Julaihah_Tokoh Teori Psikologi Perkembangan.pptx
Dewi Julaihah_Tokoh Teori Psikologi Perkembangan.pptxAmaliaJuaddy
 
30.9 pendekatan teori psikologi kanak2
30.9 pendekatan teori psikologi kanak230.9 pendekatan teori psikologi kanak2
30.9 pendekatan teori psikologi kanak2wakzar
 
220120002_AZIZAH AULIA AMMAR_TEORI SOSIAL.pptx
220120002_AZIZAH AULIA AMMAR_TEORI SOSIAL.pptx220120002_AZIZAH AULIA AMMAR_TEORI SOSIAL.pptx
220120002_AZIZAH AULIA AMMAR_TEORI SOSIAL.pptxCecanKuyy
 
Macam macam teori pembelajaran
Macam macam teori pembelajaranMacam macam teori pembelajaran
Macam macam teori pembelajaranDei Al-faroby
 
Social Learning Theory
Social Learning TheorySocial Learning Theory
Social Learning Theorymankoma2013
 
lianiaulia-140508081256-phpapp02.pdf
lianiaulia-140508081256-phpapp02.pdflianiaulia-140508081256-phpapp02.pdf
lianiaulia-140508081256-phpapp02.pdf01669230007
 
Perspektif 2 n 3
Perspektif 2 n 3Perspektif 2 n 3
Perspektif 2 n 3121301016
 
Tugasan penulisan web 2.0
Tugasan penulisan web 2.0Tugasan penulisan web 2.0
Tugasan penulisan web 2.0eida naufal
 
Tugasan penulisan web 2.0
Tugasan penulisan web 2.0Tugasan penulisan web 2.0
Tugasan penulisan web 2.0eida naufal
 
Tugasan penulisan kumpulan web 2.0
Tugasan penulisan kumpulan web 2.0Tugasan penulisan kumpulan web 2.0
Tugasan penulisan kumpulan web 2.0eida naufal
 

Similaire à teori bandura (20)

Teori pembelajaran ip
Teori pembelajaran    ipTeori pembelajaran    ip
Teori pembelajaran ip
 
Teori pembelajaran ip
Teori pembelajaran    ipTeori pembelajaran    ip
Teori pembelajaran ip
 
Teori belajar bandura
Teori belajar banduraTeori belajar bandura
Teori belajar bandura
 
ALBERT BANDURA
ALBERT BANDURAALBERT BANDURA
ALBERT BANDURA
 
Social Learning Theory
Social Learning TheorySocial Learning Theory
Social Learning Theory
 
Social Learning Theory
Social Learning TheorySocial Learning Theory
Social Learning Theory
 
Dewi Julaihah_Tokoh Teori Psikologi Perkembangan.pptx
Dewi Julaihah_Tokoh Teori Psikologi Perkembangan.pptxDewi Julaihah_Tokoh Teori Psikologi Perkembangan.pptx
Dewi Julaihah_Tokoh Teori Psikologi Perkembangan.pptx
 
Ipa modul 1 kb 1
Ipa modul 1 kb 1Ipa modul 1 kb 1
Ipa modul 1 kb 1
 
ipa modul 1 kb 1
ipa modul 1 kb 1ipa modul 1 kb 1
ipa modul 1 kb 1
 
30.9 pendekatan teori psikologi kanak2
30.9 pendekatan teori psikologi kanak230.9 pendekatan teori psikologi kanak2
30.9 pendekatan teori psikologi kanak2
 
Learning 1
Learning 1Learning 1
Learning 1
 
220120002_AZIZAH AULIA AMMAR_TEORI SOSIAL.pptx
220120002_AZIZAH AULIA AMMAR_TEORI SOSIAL.pptx220120002_AZIZAH AULIA AMMAR_TEORI SOSIAL.pptx
220120002_AZIZAH AULIA AMMAR_TEORI SOSIAL.pptx
 
Macam macam teori pembelajaran
Macam macam teori pembelajaranMacam macam teori pembelajaran
Macam macam teori pembelajaran
 
Social Learning Theory
Social Learning TheorySocial Learning Theory
Social Learning Theory
 
lianiaulia-140508081256-phpapp02.pdf
lianiaulia-140508081256-phpapp02.pdflianiaulia-140508081256-phpapp02.pdf
lianiaulia-140508081256-phpapp02.pdf
 
Konsep Belajar.ppt
Konsep Belajar.pptKonsep Belajar.ppt
Konsep Belajar.ppt
 
Perspektif 2 n 3
Perspektif 2 n 3Perspektif 2 n 3
Perspektif 2 n 3
 
Tugasan penulisan web 2.0
Tugasan penulisan web 2.0Tugasan penulisan web 2.0
Tugasan penulisan web 2.0
 
Tugasan penulisan web 2.0
Tugasan penulisan web 2.0Tugasan penulisan web 2.0
Tugasan penulisan web 2.0
 
Tugasan penulisan kumpulan web 2.0
Tugasan penulisan kumpulan web 2.0Tugasan penulisan kumpulan web 2.0
Tugasan penulisan kumpulan web 2.0
 

Dernier

LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...Kanaidi ken
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptxSirlyPutri1
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiaNILAMSARI269850
 

Dernier (20)

LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
 

teori bandura

  • 1. A. SEJARAH Sebelum Albert Bandura mengemukakan teorinya, sudah ada beberapa penjelasan tentang bagaimana organisme belajar melalui observasi. Beberapa diantaranya dijelaskan sebagai berikut. a. THORNDIKE dan WATSON Edward L. Thorndike adalah adalah orang pertama yang mencoba mempelajari perilaku belajar secara observasi melalui eksperimen. Pada tahun 1989, dia melakukan eksperimen pada kucing. Thorndike membuat sebuah puzzle box, dan mencoba melihat bagaimana perilaku kucing untuk keluar dari puzzle box tersebut. Ketika dia menempatkan satu kucing dalam boks, dia menempatkan kucing di boks yang berdampingan-kucing di boks ini mengobservasi perilaku kucing dalam puzzle box mencari jalan keluar. Ketika kucing yang mengobservasi kucing dalam puzzle box ditempatkan pada puzzle box itu sendiri, si kucing tidak dapat langsung menggunakan cara yang telah dia amati untuk keluar dari puzzle box, tetapi dia melakukan proses trial-and-error, seperti ketika kucing pertama berusaha untuk keluar dari puzzle box. Thorndike pun melakukan percobaan yang sama pada ayam dan anjing, dan merekapun melakukan hal yang sama, bahkan dengan monyet sekalipun. Pada akhirnya, dia menyimpulkan bahwa hewan tidak memiliki kemampuan untuk belajar melakukan sesuatu dari mengobservasi hewan lain melakukannya (Hergenhahn dan Olson, 1997). J. B. Watson melakukan percobaan yang sama seperti yang dilakukan Thordike pada tahun 1901 dengan menggunakan monyet, dan hasilnya sama seperti percobaan Thorndike (Hergenhahn dan Olson, 1997). Pada akhirnya, baik Thorndike maupun Watson menyimpulkan bahwa belajar merupakan hasil dari pengalaman langsung saja, dan bukan pengalaman mengamati (Hergenhahn dan Olson, 1997, hal. 326). b. MILLER dan DOLLARD Miller dan Dollard berpendapat bahwa bila perilaku meniru diberi penguatan, perilaku tersebut akan diperkuat, seperti perilaku lainnya. Miller dan Dollard membagi perilaku menjadi tiga kategori:
  • 2. 1. Perilaku sama, terjadi ketika dua atau lebih individu merespon situasi sama dengan cara yang sama, seperti ketika kita menyapa, semua orang akan merespon dengan “hai”. 2. Perilaku meniru, meliputi penuntunan oleh seseorang kepada orang lain, misalnya seorang instruktur yoga mengajari muridnya posisi yoga. Ketika sang murid dipuji, dia akan mendapat penguatan atas perilaku itu. 3. Perilaku menyocokkan-dependen, seorang pengamat diberi penguatan untuk meniru tindakan model. Misalnya ketika seorang kakak mendengar suara langkah kaki ayahnya pulang, dia berlari ke arah pintu, dan mendapatkan permen dari sang ayah sebagai penguatan. Adiknya yang ikut berlari juga mendapatkan permen. Karena mendapat penguatan, hal ini diulangi kembali oleh kedua anak. Namun, perbedaannya adalah, sang kakak terstimulasi oleh suara langkah kaki, sedangkan sang adik terstimulasi oleh kakaknya yang berlari. Perilaku adik merupakan perilaku dependen pada perilaku kakak. Miller dan Dollard menekankan bahwa perilaku meniru bisa menjadi kebiasaan, dan menyebut bahwa kecenderungan untuk meniru perilaku pada individu sebagai peniruan umum (Hergenhahn dan Olson, 1997, hal. 326-327). B. GAMBARAN TEORI Bandura berpendapat bahwa belajar melalui observasi (observational learning) mungkin tidak melibatkan peniruan. Seperti contohnya, ketika kita melihat mobil yang berjalan di depan kita terantuk lubang di jalan, kita mendapat informasi dan berdasarkan pengamatan kita, kita akan menghindari lubang tersebut, demi menghindari kerusakan pada mobil kita. Pada tahun 1965, Bandura melakukan eksperimen dengan membagi kelompok anak menjadi tiga. Anak-anak ini menyaksikan perilaku agresif yang dilakukan oleh seseorang yang memukuli boneka. Anak-anak di kelompok pertama mendapatkan penguatan akan perilaku agresif tersebut, sedangkan anak-anak di kelompok kedua mendapatkan ancaman pada perilaku agresif, sementara anak-anak di kelompok ketiga tidak mendapatkan penguatan maupun ancaman pada perilaku agresif.
  • 3. Anak-anak tersebut pada akhirnya dihadapkan secara langsung pada boneka tadi. Seperti yang telah diperkirakan sebalumnya, anak-anak di kelompok pertama berperilaku agresif pada boneka tersebut, sementara anak-anak di kelompok kedua kurang agresif pada boneka tersebut, sedangkan anak-anak di kelompok ketiga berada antara agresif dan kurang agresif. Anak-anak di kelompok pertama mendapatkan penguatan dari pengamatan (vicarious reinforcement) dan mereka difasilitasi untuk keagresifan mereka. Sedangkan anak-anak di kelompok kedua mendapatkan ancaman pengamatan (vicarious punishment), dan mereka dihalangi perilaku agresifnya. Meskipun anak- anak tidak mendapatkan pengalaman penguatan maupun ancaman secara langsung, mereka memodifikasi perilakunya secara sama (Hergenhahn dan Olson, 1997). C. PENJELASAN TEORI Prinsip-prinsip umum dari teori Bandura: 1. Orang dapat belajar dengan mengamati perilaku dari orang lain dan hasil dari perilaku tersebut. 2. Belajar dapat terjadi tanpa perubahan perilaku. Para behavioris mengatakan belajar harus diwakili oleh perubahan permanen dalam perilaku. Namun dalam teori pembelajaran sosial dikatakan bahwa orang dapat belajar melalui observasi sendiri, belajar mereka belum tentu ditampilkan dalam perilaku mereka. Belajar dapat mengakibatkan perubahan perilaku atau mungkin tidak sama sekali. 3. Kognisi berperan dalam belajar. Selama 30 tahun terakhir teori belajar sosial telah menjadi semakin mengarah ke pembelajaran kognitif dalam proses belajar. Kesadaran dan harapan dari penguatan atau ancaman di masa mendatang dapat menimbulkan efek yang signifikan pada perilaku tampak dari orang-orang. Teori belajar menurut Albert Bandura: a. Pemodelan yang Tertunda (Delayed Modelling) Pemodelan yang tertunda ini adalah suatu momen dimana subyek (pengamat) tidak menunjukkan hasil belajar dari pengalaman modelling sampai suatu waktu dimana pengalaman modelling tersebut berhenti.
  • 4. b. Variabel-variabel yang Mempengaruhi Belajar 1. Attentional Processes (tahap perhatian) Tahap di mana seseorang mulai berfokus pada satu dari sekian banyak stimulus yang muncul dihadapannya. Stimulus yang menariklah yang akhirnya lulus seleksi. 2. Retentional Processes (tahap penyimpanan dalam ingatan) Pada tahap ini stimulus yang menjadi fokus mulai diolah secara kognitif dan hasilnya disimpan dalam memori. Yang kemudian dicari lebih lanjut informasi lebih detail berhubungan dengan stimulus tersebut. 3. Behavioral Production Processes (proses produksi perilaku) Dalam tahap ini informasi yang sebelumnya telah disimpan dalam memori diolah kembali untuk kemudian diuji. Dalam tahap ini seseorang dituntut untuk tidak hanya mengerti melainkan juga dituntut untuk lebih memahami. 4. Motivational Processes (tahap motivasi) Pada tahapan ini seseorang mulai menemukan dorongan sebagai kelanjutan dari proses. Seseorang mulai mendapat “reward” untuk hasil belajar yang memuaskan, yang kemudian akan membuatnya bersemangat untuk kembali belajar. Juga ada pemberian dorongan lebih jika hasil belajarnya dinilai kurang optimal supaya ia terdorong untuk belajar lebih lagi. Seiring dengan kedua upaya tersebut, ada baiknya ditunjukan pula bukti-bukti kerugian orang yang tidak menguasai materi tersebut. c. Determinisme Resiprok (Reciprocal Determinism) Bandura berpendapat, seseorang berperilaku tertentu karena adanya interaksi antara orang, lingkungan, dan perilaku orang tersebut, menghasilkan perilaku berikutnya. Dari konsep ini, bisa dikatakan bahwa perilaku mempengaruhi lingkungan, atau lingkungan atau orang mempengaruhi perilaku.
  • 5. d. Perilaku Diatur-Sendiri (Self-Regulated Behavior) Bandura mengatakan bahwa perilaku manusia sebagian besar merupakan perilaku yang diatur oleh dirinya sendiri (self-regulated behavior). Manusia belajar suatu standar performa (performance standards), yang menjadi dasar evaluasi diri. Apabila tindakan seseorang bisa sesuai atau bahkan melebihi standar performa, maka ia akan dinilai positif, tetapi sebaliknya, bila dia tidak mampu berperilaku sesuai standar, dengan kata lain performanya dibawah standar, maka ia akan dinilai negatif. Selain itu, anggapan mengenai kecakapan diri (perceived self-efficacy) juga berperan besar dalam perilaku yang diatur sendiri. Anggapan tentang kecakapan diri ini adalah keyakinan seseorang bahwa dia mampu untuk melakukan sesuatu. Dari anggapan ini, muncul motivasi orang untuk berprestasi (apabila anggapannya positif) atau bahkan dismotivasi untuk melakukan suatu hal (apabila anggapannya negatif). Terkadang, anggapan mengenai kecakapan diri seseorang tidak sesuai dengan kecakapan diri sesungguhnya (real self-efficacy). Seseorang terlalu yakin dia dapat melakukan sesuatu, tetapi pada kenyataannya sebenarnya dia tidak mampu. Bila hal ini terjadi, maka orang akan merasa frustasi dan rendah diri. e. Tindakan Moral (Moral Conduct) Seseorang akan mempelajari kode moral (moral code) dari model. Kode moral ini menentukan perilaku mana yang boleh dilakukan dan perilaku mana yang akan mendapat sangsi bila dilakukan dan perilaku mana yang tidak. Apabila seseorang melanggar kode moral, orang tersebut akan mengalami self-contempt
  • 6. (menyalahkan/jijik pada diri sendiri), yang merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan. Namun dalam perkembangannya, Bandura melihat sebuah mekanisme dimana seseorang bisa melakukan pelanggaran moral tanpa mengalami self-contempt. Mekanisme ini seperti dijabarkan oleh Hergenhahn dan Olson (1997) adalah: - Justifikasi Moral (Moral Justification) Dalam justifikasi moral, seseorang membenarkan pelanggaran moral karena alasan yang lebih mulia. Contohnya, orang yang mencuri mengatakan bahwa dia mencuri untuk menghidupi keluarganya. - Pelabelan Eufemistis (Euphemistic Labelling) Dalam pelabelan eufimistis, seseorang menyebut hal yang tercela sebagai suatu ungkapan yang halus. Contohnya, seorang dokter disebut bukan “membunuh pasiennya” tetapi “menghilangkan penderitaan pasien”. - Perbandingan yang Menguntungkan (Advantageous Comparison) Dalam perbandingan yang menguntungkan, seseorang membandingkan perilaku pelanggaran moral dengan pelanggaran lain yang lebih berat, sehingga orang tersebut bisa membenarkan diri. Contohnya, seorang pencuri ayam membandingkan perbuatannya dengan seorang koruptor, yang “dosanya” lebih besar. - Pengalihan Tanggung Jawab (Displacement of Responsibility) Dalam pengalihan tanggung jawab, seseorang membenarkan pelanggaran moral karena ada perintah dari pihak otoritas yang lebih tinggi. Contohnya, seorang pembunuh bayaran tidak merasa beralah, karena yang menyuruhnya adalah sang bos. - Difusi Tanggung Jawab (Diffusion of Responsibility) Dalam difusi tanggung jawab, pertanggungjawaban atas suatu pelanggaran moral memudar (bias) atas pelanggaran moral karena ditanggung bersama-sama. Sebagai contoh, koruptor tidak merasa bersalah, karena dia melakukan korupsi bersama-sama dengan rekan-rekan kerjanya. - Pengabaian atau Distorsi Konsekuensi (Disregard or Distortion of Consequences)
  • 7. Dalam pengabaian atau distorsi konsekuensi, seseorang mengabaikan bahaya yang akan ditimbulkan dari perbuatannya. Contohnya, para teroris yang melakukan pemboman, mereka mungkin mengatakan bahwa mereka hanya menaruh bom, kemudian bom itu akan hilang ditelan asap. - Dehumanisasi (Dehumanization) Dengan menganggap manusia lain sebagai makhluk yang lebih rendah, pelanggaran moral bisa dilakukan tanpa self-contempt. Contohnya, pada zaman dahulu, orang kulit putih bisa dengan semena-mena mempekerjakan dan menyiksa orang kulit hitam karena merasa bahwa orang kulit hitam memiliki derajat yang lebih rendah dari dirinya. - Atribusi Kesalahan (Attribution of Blame) Dalam atribusi kesalahan, seseorang menyalahkan pihak lain atas pelanggaran moral yang telah diperbuatnya. Contohnya, pemerkosa tidak merasa bersalah karena korban memakai pakaian dan berperilaku menggoda. Determinisme versus kebebasan (Determinism versus Freedom) Karena manusia bisa mengatur perilakunya sendiri, bukan berarti dia bisa bebas melakukan apa saja sekehendak hatinya. Bandura mendefinisikan kebebasan (freedom) sebagai sejumlah pilihan yang tersedia dan kesempatan untuk melakukannya (Hergenhahn dan Olson, 1997). Ketidakleluasaan dari pilihan bebas: 1. Inkompetensi (Incompetence) Pada inkompetensi, orang tidak mampu untuk memanfaatkan kesempatan dan pilihan-pilihan yang ada di lingkungan. 2. Ketakutan akan ketidakterjaminan (Unwarranted Fears) Adanya ketakutan bahwa pilihan-pilihan dan kesempatan-kesempatan tidak menjamin keuntungan bagi diri membuat pilihan bebas seseorang terganggu. 3. Kepastian diri yang berlebihan (Excessive Self-Ensure)
  • 8. Rasa kepercayaan diri yang berlebihan mengakibatkan seseorang untuk mengambil pilihan atau kesempatan yang terlalu tinggi, yang tidak sesuai dengan kondisi aktual dirinya, dan pada akhirnya, dia sendiri tidak mampu untuk menjalankannya. 4. Penghambat Sosial, berupa prasangka dan diskriminasi (Social Inhibitors - prejudice, discrimination) Prasangka dan diskriminasi dari masyarakat membuat pilihan bebas seseorang terbatas. f. Proses Kognitif yang Salah (Faulty Cognitive Processes) Sebagaimana manusia telah belajar tentang kode moral, self-efficacy, dan mampu mengatur perilakunya sendiri, bisa dikatakan bahwa perilaku manusia semuanya melibatkan proses kognitif. Seseorang bisa membayangkan berbagai hal dalam pikiran (imagine) dan bisa memperngaruhi perilaku. Sayangnya, proses kognitif yang salah (faulty cognitive processes) dapat menghambat perilaku atau bahkan bisa memunculkan perilaku yang salah. Sebab-sebab munculnya pemrosesan kognitif yang salah: 1. Anak mengevaluasi penampilan Anak-anak cenderung untuk melihat dari penampilan. Pada perkembangannya, melihat berdasarkan penampilan ini bisa memunculkan perilaku yang salah. Misalnya ketika seseorang melihat pria yang kekar, berwajah sangar, dan bertato, orang tersebut bisa saja berperilaku waspada atau menjauhi, atau bahkan takut, karena berdasarkan penampilannya, pria tadi tampak seperti preman. 2. Pemikiran keliru karena salah informasi dan bukti yang tidak mencukupi Seseorang terkadang berperilaku salah karena dia salah mempersepsi suatu hal, bisa disebabkan oleh informasi yang salah ataupun bukti terhadap suatu hal yang tidak cukup. Contohnya, kita mendengar gosip bahwa teman sekelas kita adalah seorang pencuri, kita akan menjauhi teman tersebut, membencinya, atau bahkan mencurigainya (informasi yang salah). Gosip tersebut juga beredar karena bukti belum cukup, tapi orang sudah berperilaku mencurigai duluan. 3. Pemrosesan informasi yang keliru
  • 9. Seseorang terkadang percaya orang lain begini atau begitu, dan itu mempengaruhi persepsinya terhadap orang lain. Misalnya, seseorang percaya bahwa petani itu bodoh, maka orang tersebut akan menyimpulkan bahwa setiap petani yang dia temui adalah bodoh. D. KASUS KESEHATAN Contoh aplikasi teori belajar Bandura adalah ketika seorang anak belajar untuk mengendarai sepeda. Ditahap perhatian, si anak akan tertarik mengamati para pengendara sepeda dibanding dengan orang yang melakukan aktifitas lain yang dia anggap kurang menarik. Oleh karena itu, ia akan mengamati bagaimana seseorang mengayuh sepeda. Selanjutnya pada tahap penyimpanan dalam ingatan si anak akan tersimpan bahwa bersepeda itu menyenangkan dan suatu saat jika waktunya tepat ia akan meminta ayahnya (semisal) untuk mengajarinya mengendarai sepeda. Semuanya itu kemudian dilaksanakan pada tahap reproduksi di mana si anak kemudian benar-benar belajar mengendarai sepeda bersama sang ayah. Ketika anak itu sudah berhasil, di sinilah tugas sang ayah untuk memberi reward sebagai bentuk apresiasi atas keberhasilan sang anak sekaligus merupakan tahap motivasi. Beberapa contoh lain dijelaskan dalam poin-poin berikut: • Iklan mie instan, di iklan tersebut diperlihatkan seseorang yang sedang melihat orang lain makan mie instan dengan nikmatnya, membuatnya pada akhirnya makan mie instan yang sama. • Melihat kecelakaan di konser sebuah band nasional yang mengakibatkan seseorang meninggal, seorang pemudi yang tadinya hendak menonton konser band tersebut di kotanya menggagalkan niatnya. • Kejadian perampokan/pembacokan yang baru-baru ini terjadi di depan jalan sebuah perumahan di Ring Road Utara, memakan korban, membuat orang takut untuk lewat jalan tersebut, dan memilih melewati jalan lain. • Iklan sebuah pasta gigi memperlihatkan seorang anak yang meniru kebiasaan ayahnya makan, ribut sendiri karena menonton bola, dan cara ayahnya menggosok gigi. • Seorang balita yang kecanduan rokok dan berkata kasar karena lingkungan (orang-orang dewasa) sekitar terbiasa merokok dan berkata kasar.
  • 10. • Seorang anak melompat dari lantai 4 sebuah rumah susun dengan menggunakan seprai setelah melihat film superhero. • Sosialisasi penggunaan helm dan mengendarai motor yang baik menggunakan suatu film pendek yang mengilustrasikan seorang pemuda yang naik motor ugal-ugalan dan tidak memakai helm, berakibat fatal; kaum muda yang melihatnya menggunakan helm dan berkendara aman tak hanya untuk menghindari ditilang polisi, tetapi untuk mengamankan dirinya. • Serangkaian novel yang bercerita tentang percintaan vampir dengan manusia menjadi bestseller, memacu penulis lain untuk menulis novel-novel yang bercerita tentang percintaan vampir-manusia. • Seorang selebritis mulai berkecimpung di dunia politik, menambah kesuksesannya, selebritis lain juga akhirnya banyak yang terjun ke dunia politik. • Belakangan ini, ada aktor/aktris yang mencoba peruntungan di dunia tarik suara, dan cukup sukses. Melihat hal ini banyak aktor/aktris lain yang mulai ikut-ikutan terjun di dunia tarik suara. • Sinetron-sinetron yang memiliki high rating saat ini adalah bercerita tentang cinta dan judul sinetronnya adalah nama sang tokoh utama. Banyak sinetron-sinetron baru yang bermunculan bertema cinta dan judulnya pun adalah nama sang tokoh utama. • Di negara yang terkenal dengan sebutan negara adikuasa, mulai booming selebritis yang terjun ke usaha garmen, diawali dengan segelintir selebritis yang mulai mempunyai usaha parfum atau clothing brand. • Memenuhi kebutuhan transportasi anak muda, sebuah perusahaan mobil ternama mendesain sebuah mobil yang berjiwa muda, dengan ciri mobil kecil (untuk 4 orang) dan berbentuk kapsul dengan lekukan-lekukan di bodi mobilnya. Melihat jumlah penjualannya, kini banyak produsen mobil yang memproduksi mobil dengan bentuk yang mirip. • Sebuah perusahaan telekomunikasi di sebuah negara yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di Asia memproduksi secara massal ponsel murah dengan tombol QWERTY. Karena jumlah penjualannya, banyak produsen di negara yang sama, bahkan Indonesia sendiri memproduksi ponsel dengan bentuk yang sama.
  • 11. • Seorang anak melihat temannya yang terluka karena terkena petasan, anak itu pun menghindari main petasan. • Seorang pemuda melihat kesuksesan seorang bintang sepak bola dunia, memacunya untuk berlatih sepak bola sebaik mungkin, berharap bisa mengikuti jejak bintang sepak bola tersebut. • Seorang remaja melihat sekelompok remaja lain perform dance dengan gemilang, remaja ini pun mulai belajar dan berlatih dance serupa. • Ada seorang yang kecopetan ponselnya yang dia taruh di tasnya, mengetahui hal tersebut, seseorang mengindari menaruh ponsel di tas. • Seorang anak melihat ibunya makan bakso, dia juga ingin memakannya dan meminta pada ibunya. Namun, sang ibu menunjukkan ekspresi kepedasan dan akhirnya si anak tidak mau memakan bakso tersebut.
  • 12. DAFTAR PUSTAKA Hergenhahn, B.R., Olson, Matthew H. An Introduction to Theories of Learning, 3rd edition. New Jersey: Prentice-Hall International, 1997. Hergenhahn, B.R., Olson, Matthew H. Theories of Learning (Teori Belajar), edisi ke-7. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008. Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta: Grafindo Persada, 2003. Sumber Video: Children See, Children Do: www.youtube.com