1. TUGAS PAPPER LARUTAN STANDAR
Hari , Tanggal : Selasa, 09 April 2013
Nama : Bobby Putra H
Kelas : X KAB
No. Presensi : 11
2. A. Titrasi Permanganometri
Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium
permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi
antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari
seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi
seperti Fe+
, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion logam yang
tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri seperti:
1. Ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah
endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam oksalat
secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung
banyaknya ion logam yang bersangkutan.
2. Ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah disaring,
dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih. Sebagian
Fe2+
dioksidasi oleh khromat tersebutdan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan
menitrasinya dengan KMnO4.
Prinsip dari titrasi permanganometri adalah berdasarkan reaksi oksidasi dan reduksi.
Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks. Dalam reaksi ini, ion MnO4-
bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4-
akan berubah menjadi ion Mn2+
dalam suasana asam.
Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan kadar oksalat atau besi dalam suatu sample.
Pada permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat. Kalium
permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator kecuali digunakan larutan yang
sangat encer serta telah digunakan secara luas sebagai pereaksi oksidasi selama seratus tahun
lebih. Setetes permanganat memberikan suatu warna merah muda yang jelas kepada volume
larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menunjukkan kelebihan pereaksi.
Kalium Permanganat distandarisasikan dengan menggunakan natrium oksalat atau
sebagai arsen (III) oksida standar-standar primer. Reaksi yang terjadi pada proses pembakuan
kalium permanganat menggunakan natrium oksalat adalah:
5C2O4-
+ 2MnO4-
+ 16H+
→ 10CO2 + 2Mn2+
+ 8H2O
3. Akhir titrasi ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan kelebihan
permanganat.
B. Titrasi Iododimetri
Iodimetri merupakan metoda titrasi atau volumetri yang pada penentuan atau penetapan
berdasar pada jumlah I2 (iodium) yang bereaksi dengan sampel atau terbentuk dari hasil reaksi
antara sampel dengan. Pada iodometri, sampel bersifat oksidator direduksi dengan kalium iodida
berlebih dan akan menghasilkan iodium yang selanjutnya dititrasi dengan larutan baku tiosulfat.
Banyaknya volume tiosulfat yang digunakan sebagai titran setara dengan iod yang dihasilkan dan
setara dengan banyaknya sampel.
Melalui titrasi tak langsung ini, semua oksidator yang akan ditetapkan kadarnya direaksikan
terlebih dahulu dengan ion iodide berlebih (I-
) sehingga I2 dapat dibebaskan. Selanjutnya I2 yang
dibebaskan ini dititrasi dengan larutan baku sekunder Na2S2O3 dengan indikator amilum.
Pada metode iodimetri dan iodometri larutan harus dijaga supaya pH < 8, karena dalam
larutan alkali iodium bereaksi dengan hidroksida (OH-
) menghasilkan ion hipoiodit yang
akhirnya menghasilkan ion iodat menurut, reaksi :
I2 + OH-
→ HI + IO-
3IO-
→ IO3
-
+ 2I-
Sehingga apabila ini terjadi maka potensial oksidasinya lebih besar daripada iodium
akibatnya akan mengoksidasi tiosulfat (S2O3
2-
) yang tidak hanya menghasilkan ion tetrationat
(S4O6
2-
) tapi juga menghasilkan sulfat (SO4
2-
) sehingga menyulitkan perhitungan stokiometri.
Oleh karena itu, pada metode iodometri tidak pernah dilakukan dalam larutan basa kuat.
Larutan natrium tiosulfat biasanya digunakan sebagai larutan standar dalam reaksi
iodometri. Larutan ini tidak stabil dalam jangka waktu lama disebabkan oleh hal-hal sebagai
berikut :
1. Keasaman, larutan ini mudah terurai menjadi ion hydrogen sulfit (HSO3
-
) dan secara
perlahan-lahan terurai membentuk pentationat (S5O6
-
).
4. 2. Oksidasi oleh udara, larutan ini mudah teroksidasi membentuk sulfur.
3. Mikroorganisme, terdapat bakteri dari udara yang menggunakan larutan natrium
tiosulfat sebagai sumber sulfur dalam metabolismenya dan mengoksidasinya menjadi sulfat.
Pada pembakuan larutan natrium tiosulfat dengan standar primer KIO3 terjadi reaksi, sbb :
KIO3 + 5KI + 3H2SO4 → 3I2 + 3K2SO4 + 3H2O
I2 + 2Na2S2O3 → 2NaI + Na2S4O6
Indikator kanji / amilum yang dipergunakan harus ditambahkan mendekati titik akhir
titrasi. Penambahan amilum di awal titrasi akan menyebabkan terbentuknya iod-amilum akan
membentuk kompleks warna biru yang tidak larut dalam air dingin, sehingga akan menyebabkan
titran semakin bertambah untuk memutuskan ikatan kuat senyawa kompleks tersebut dan akan
menganggu penetapan kadar sampel.
Pada penetapan kadar CuSO4.5H2O terjadi reaksi, sbb :
2CuSO4.5H2O + 4KI → 2CuI + I2 + 2K2SO4 + 10H2O
I2 + 2Na2S2O3 → 2NaI + Na2S4O6
Pada reaksi di atas 2 mol CuSO4.5H2O setara dengan 1 mol I2 yang berarti setara dengan
2 elektron, sehingga 2 mol CuSO4.5H2O setara dengan 2 elektron atau disederhanakan 1 mol
CuSO4.5H2O setara dengan 1 elektron, akibatnya BE tembaga sulfat sama dengan BM-nya.