SlideShare a Scribd company logo
1 of 29
SOSIALISASI:
REGULASI
PERLINDUNGAN/PEMANFAATAN HIU
DI INDONESIA
SIBOLGA, 14 Agustus 2014
DIDI SADILI
Kasubdit Konservasi Jenis Ikan
10 NEGARA PENGHASIL HIU TERBESAR DUNIA
DIREKTORAT KONSERVASI KAWASAN DAN JENIS IKAN
DITJEN KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL, KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
0
INDONESIA
88,790 ton/th
12.31 %
TAIWAN
29,310 ton/th
4.07 %
MALAYSIA
22,297 ton/th
3.09 %
INDIA
79,193 ton/th
10.98 %
ARGENTINA
39,952 ton/th
5.54 %
BRAZIL
21,009 ton/th
2.91 %
MEXICO
30,305 ton/th
4.20 %
USA
37,069 ton/th
5.14 %
SPAIN
62,157 ton/th
8.62 %
FRANC
19,498 ton/th
2.70 %
TOTAL PRODUKSI HIU DUNIA
721,011 ton/th
SENTRA PRODUKSI PERIKANAN HIU DI INDONESIA
Muara Baru &
Muara Angke - Jakarta
Sibolga
Sumatera Utara
Pelabuhan Ratu
Jawa Barat
Cilacap
Jawa Tengah
Prigi
Jawa Timur
Surabaya
Jawa Timur
Benoa
Bali
Tanjung Luar
NTB Kupang
NTT
PRODUKSI IKAN HIU DI SETIAP WPP-RI (2005-2010)
PASAR EKSPOR SIRIP HIU ASAL INDONESIA
2005
Japan
57%
Hong
Kong
28%
Korea
0.8%
Malaysia
2%
Taiwan
3%
Jordan
1%
Singapore
8%
2006
Hong
Kong
34.7%
Singapore
11.4%
Japan
45.2%
Taiwan
0.6%
Sri Lanka
1.2%
Australia
0.7%
China
4.5%
Malaysia
1.7%
JALUR PERDAGANGAN SIRIP HIU ASAL INDONESIA
KERAGAMAN HIU DAN PARI DI INDONESIA
 Jumlah spesies hiu yang ada
di Indonesia sebanyak 116
spesies (Fahmi dan Dharmadi,
2010),
 Jumlah hiu yang dilindungi
secara penuh sebanyak 1
spesies (HIU PAUS),
 Jumlah hiu yang dilarang
ditangkap berdasarkan
Resolusi IOTC (3 spesies);
 Jumlah hiu yang diatur
perdagangan internasionalnya
sebanyak 4 spesies
 Jumlah pari yang ada di
perairan Indonesia sebanyak
98 spesies (Fahmi dan
Dharmadi 2010)
 Jumlah pari yang dilindungi
secara penuh sebanyak 3
spesies,
HIU
PARI
ISU TENTANG PERIKANAN HIU DAN PARI
1. Penangkapan berlebih (Over eksploitasi);
2. Penangkapan anakan;
3. Kepentingan ekonomi;
4. By-Catch pengoperasian gillnet dan rawai; dan
5. Cara penangkapan ikan hiu yg dianggap kejam
Regulasi
Nasional
Regulasi
RFMO
Regulasi
CITES
Regulasi Terkait Perikanan Hiu dan Pari
HIU DAN PARI YANG DILINDUNGI
BERDASARKAN REGULASI NASIONAL
REGULASI NASIONAL
PP No.7/99  Pengawetan Tumbuhan dan Satwa
HIU GERGAJI
Pristis microdon
STATUS
PERLINDUNGAN
PENUH
TIDAK BOLEH
DIMANFAATKAN
REGULASI NASIONAL
Kep. MenKP No. 18/2013
Penetapan Status Perlindungan Ikan Hiu Paus (Rhyncodon typus)
 Berukuran Besar (18 M)
 Berumur panjang (100 – 150 Tahun)
 Jumlah anakan sedikit
 Melakukan migrasi jarak jauh
 Lambat mencapai matang kelamin
(30 Tahun)
 Pertumbuhannya lambat
Nama Ilmiah Manta alfredi
Nama Inggris Reef Manta Ray
Nama Indonesia Pari Manta
Inf. Biologi
Usia dewasa  6 – 15 tahun; Ukuran anakan  182 – 192 cm
Ukuran dewasa  270 – 300 cm; Ukuran maksimum  500
cm; Usia maksimum  40 tahun; Periode pemijahan  2 – 5
tahun; Periode kehamilan  12 – 13 bulan; fekunditas 
umumnya 1 anakan, terkadang 2 anakan;
DILINDUNGI BERDASARKAN KEPMENKP NO.4/2014
1
Nama Ilmiah Manta birostris
Nama Inggris Oceanic manta ray, Giant manta ray, Devil ray
Nama Indonesia
Indonesia  Pari Manta; Lombok  Pari Kerbau; Jawa 
Cawang Kalung.
Inf. Biologi
Usia dewasa  6 – 15 tahun; Ukuran anakan  122 – 127 cm
Ukuran dewasa  360 - 380 cm; Ukuran maksimum  670 -
910 cm; Usia maksimum  estimasi 40 tahun; Periode
pemijahan  2 – 5 tahun; Periode kehamilan  12 – 13 bulan;
fekunditas  umumnya 1 anakan, terkadang 2 anakan;
2
DILINDUNGI BERDASARKAN KEPMENKP NO.4/2014
KETENTUAN SANKSI
Barang siapa dengan sengaja
melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1)
dan ayat (2) serta Pasal 33 ayat
(3) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan denda paling banyak
Rp. 100.000.000,00 (seratus juta
rupiah)
UU No.5/1990
Pasal 40 ayat (2) Setiap orang yang melanggar
ketentuan sebagaimana yang
ditetapkan dalam Pasal 7 ayat (2)
dipidana dengan pidana denda
paling banyak Rp 250.000,-
Pasal 100C
Dalam hal tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (2) dilakukan oleh
nelayan kecil dan/atau
pembudi daya-ikan kecil dipidana
dengan pidana denda
paling banyak Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah)
UU No.45/2009
Pasal 100 dan 100C
HIU YANG DILARANG DITANGKAP
BERDASARKAN KETENTUAN
RFMOs (Regional Fisheries Management Organisations)
IOTC (Indian Ocean Tuna Commission), Resolusi 5/5
DIREKTORAT KONSERVASI KAWASAN DAN JENIS IKAN
DITJEN KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
INDONESIA GAGAL MENOLAK MASUKNYA 4 SPESIES HIU
DAN 2 SPESIES PARI DALAM APPENDIK II CITES
Manta birostris
Manta alfredi
STATUS PERLINDUNGAN HIU DI RFMO
RFMO-IOTC (Indian Ocean Tuna Commission) :
1) Resolusi 05/05 ;
a. Setiap Contracting Party wajib melaporkan tangkapan
sharks;
b. Setiap kapal dilarang untuk menyimpan diatas kapal,
memindahkan dari/ke kapal lain atau mendaratkan
tangkapan sirip hiu (sharks) yang bertentangan dengan
Resolusi 05/05;
c. Setiap Negara wajib melepaskan tangkapan hiu yang
hidup terutama juvenile dan hiu yang sedang hamil;
d. Setiap Negara wajib melakukan penelitian terhadap alat
tangkap yang selektif.
KEPUTUSAN MEN-KP No. PER.26/MEN/2013
Perubahan atas PermenKP No. PER.30/MEN/2012
TENTANG
Usaha Perikanan Tangkap di WPP-RI
P
A
S
A
L
7
3
(1) Setiap kapal penangkap ikan yang memiliki SIPI di WPP-NRI wajib
melakukan tindakan konservasi terhadap jenis spesies tertentu yang
terkait secara ekologi dengan tuna, yang ditetapkan oleh Regional
Fisheries Management Organization;
(2) Jenis spesies tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa :
a. Ikan hasil tangkapan sampingan (bycatch) berupa hiu
monyet (Thresher shark), penyu laut, dan mamalia laut
termasuk paus; atau
b. Non-ikan yang tertangkap secara tidak sengaja (accidental catch)
berupa burung laut.
(3) Tindakan konservasi terhadap ikan hasil tangkapan sampingan
(bycatch) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf (a) meliputi :
a. Melepaskan ikan yang tertangkap jika masih dalam kondisi hidup;
b. Melakukan penanganan dan/atau menyiangi ikan yang tertangkap
dalam keadaan mati dan mendaratkannya dalam keadaan utuh;
c. Melakukan pencatatan jenis ikan yang tertangkap dalam keadaan
mati, dan melaorkan kepada Direktur Jenderal melalui kepala
Pelabuhan Pangkalan sebagaimana tercantum dalam SIPI.
KEPUTUSAN MEN-KP No. PER.26/MEN/2013
Perubahan atas PermenKP No. PER.30/MEN/2012
TENTANG
Usaha Perikanan Tangkap di WPP-RI
P
A
S
A
L
7
3
(4) Tindakan konservasi terhadap non-ikan yang tertangkap secara tidak
sengaja (incidental catch) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
(b) meliputi :
a. Melepaskan spesies non-ikan yang tertangkap jika masih dalam
kondisi hidup;
b. Melakukan pencatatan spesies non-ikan yang tertangkap dalam
keadaan mati dan melaporkan kepada Direktur Jenderal melalui
kepala Pelabuhan Pangkalan sebagaimana tercantum dalam SIPI.
(5) Terhadap penangkap ikan yang melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) dikenakan SANKSI ADMINISTRATIF
berupa  PENCABUTAN SIPI
(6) Bentuk dan format laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf
c dan ayat (4) huruf b, sebagaimana tercantum dalam Lampiran XVIII
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini
PERMEN-KP . PER.12/MEN/2012
USAHA PERIKANAN TANGKAP DI LAUT LEPAS
Pasal 43
(1) Hasil tangkapan sampingan (bycatch) yang yang secara ekologis terkait
dengan (ecologically related species) perikanan tuna sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 39 berupa hiu monyet dengan ketentuan harus dilepaskan
dalam keadaan hidup;
(2) Dalam hal hiu monyet yang tanpa sengaja tertangkap dalam keadaan mati,
nakhoda harus melaporkan kepada kepala pelabuhan pangkalan untuk
dibuat surat keterangan guna dilaporkan kepada Direktur Jenderal;
(3) Setiap kapal penangkap ikan yang menangkap, memindahkan, mendaratkan,
menyimpan, dan/atau menjual hiu monyet (thresher sharks) dari semua family
Alopiidae baik utuh maupun bagiannya dikenakan sanksi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2);
HIU YANG DIATUR PERDAGANGAN INTERNASIONALNYA
BERDASARKAN KETENTUAN
CITES (Convention on International Trade in Endangered
Species of Wild Flora and Fauna)
1 2
34
ATURAN PEMANFAATAN APPENDIK II CITES
Penangkapan ikan hiu (4 spesies) dan pari manta (2 spesies) untuk
tujuan ekspor MASIH DIPERBOLEHKAN, namun harus dengan
PENGATURAN YANG KETAT;
Ekspor hanya boleh dilakukan apabila ada SURAT IJIN yang dikeluarkan
oleh MANAGEMENT AUTHORITY;
MANAGENET AUTHORITY dapat mengeluarkan ijin apabila ada
PERSETUJUAN / REKOMENDASI ILMIAH dari SCIENTIFIC AUTHORITY
(LIPI);
Rekomendasi ilmiah bisa dikelurkan apabila penangkapan ikan hiu menerapkan
prinsip NON DETRIMENTAL FINDING (NDF)  UPAYA YANG TERENCANA AGAR
PENANGKAPAN IKAN HIU / PARI TIDAK AKAN MENYEBABKAN KEPUNAHAN DI
HABITAT ALAM
Ketentuan akan mulai diberlakukan sejak SEPTEMBER 2014.
DAMPAK KETENTUAN CITES TERHADAP LAYANAN
PERIJINAN PERIKANAN HIU DAN PARI DI INDONESIA
PERMENKP No.4/2010
1. Negara pembeli / importir hanya akan menerima produk ikan hiu dan pari
apabila dilengkapi dengan SURAT ANGKUT JENIS IKAN LUAR NEGERI (SAJI-LN)
yang dikeluarkan oleh MANAGENET AUTHORITY;
2. SAJI-LN hanya diberikan kepada PERUSAHAAN / EKSPORTIR yang mempunyai
IJIN EKSPOR HIU DAN PARI;
3. Eksportir hanya diperbolehkan menerima produk hiu yang dilengkapi dengan
SURAT ANGKUT JENIS IKAN DALAM NEGERI (SAJI-DN);
4. SAJI-DN hanya diberikan kepada PEDAGANG PENGUMPUL / PERUSAHAAN
PENGUMPUL yang mempunyai IJIN PENGUMPUL IKAN HIU DAN PARI;
5. Pedagang Pengumpul hanya diperbolehkan menerima ikan hiu dan pari yang
ditangkap oleh NELAYAN yang memiliki IJIN PENANGKAPAN IKAN HIU dan PARI;
KESIMPULAN
1. Jenis hiu yang telah diberikan status dilindungi secara
nasional adalah hiu paus
2. Empat jenis hiu yang telah masuk Apendiks CITES, sedang
dalam proses pemberian status perlindungannya
3. Untuk jenis hiu yang telah masuk Appendiks CITES, perlu
diantisipasi terhadap regulasi CITES dalam perdagangannya
secara Internasional
terima kasih

More Related Content

What's hot

Fisiologi hewan air
Fisiologi hewan air Fisiologi hewan air
Fisiologi hewan air
Aguss Aja
 
Ppt mesin dan alat bantu (2013)
Ppt mesin dan alat bantu (2013)Ppt mesin dan alat bantu (2013)
Ppt mesin dan alat bantu (2013)
Badiuzzaman
 
Kualitas air dalam budidaya
Kualitas air dalam budidayaKualitas air dalam budidaya
Kualitas air dalam budidaya
padree_box
 
Terumbu karang
Terumbu karangTerumbu karang
Terumbu karang
Deena dep
 

What's hot (20)

Biota laut dilindungi
Biota laut dilindungiBiota laut dilindungi
Biota laut dilindungi
 
Peraturan terkait biota laut yang dilindungi
Peraturan terkait biota laut yang dilindungiPeraturan terkait biota laut yang dilindungi
Peraturan terkait biota laut yang dilindungi
 
Bioper chapter 5 Fekunditas
Bioper chapter 5 FekunditasBioper chapter 5 Fekunditas
Bioper chapter 5 Fekunditas
 
Fisiologi hewan air
Fisiologi hewan air Fisiologi hewan air
Fisiologi hewan air
 
Pengantar limnologi
Pengantar limnologiPengantar limnologi
Pengantar limnologi
 
Pengantar oceanografi up welling
Pengantar oceanografi up wellingPengantar oceanografi up welling
Pengantar oceanografi up welling
 
Sistem perikanan budidaya
Sistem perikanan budidayaSistem perikanan budidaya
Sistem perikanan budidaya
 
Ppt mesin dan alat bantu (2013)
Ppt mesin dan alat bantu (2013)Ppt mesin dan alat bantu (2013)
Ppt mesin dan alat bantu (2013)
 
EKOLOGI LAUT
EKOLOGI LAUTEKOLOGI LAUT
EKOLOGI LAUT
 
Kualitas air dalam budidaya
Kualitas air dalam budidayaKualitas air dalam budidaya
Kualitas air dalam budidaya
 
ALAT TANGKAP AKTIF, PASIF DAN STATIS
ALAT TANGKAP AKTIF, PASIF DAN STATISALAT TANGKAP AKTIF, PASIF DAN STATIS
ALAT TANGKAP AKTIF, PASIF DAN STATIS
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun  Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
 
AVERTEBRATA AIR..1.pptx
AVERTEBRATA AIR..1.pptxAVERTEBRATA AIR..1.pptx
AVERTEBRATA AIR..1.pptx
 
Ekologi perairan
Ekologi perairan Ekologi perairan
Ekologi perairan
 
Romi novriadi pengendalian hama dan penyakit ikan
Romi novriadi pengendalian hama dan penyakit ikanRomi novriadi pengendalian hama dan penyakit ikan
Romi novriadi pengendalian hama dan penyakit ikan
 
Sistem teknologi bdp
Sistem teknologi bdpSistem teknologi bdp
Sistem teknologi bdp
 
Terumbu karang
Terumbu karangTerumbu karang
Terumbu karang
 
Pemilihan spesies
Pemilihan spesiesPemilihan spesies
Pemilihan spesies
 
Teknologi hasil perikanan
Teknologi hasil perikananTeknologi hasil perikanan
Teknologi hasil perikanan
 
Tugas pengkajian stok ikan
Tugas pengkajian stok ikanTugas pengkajian stok ikan
Tugas pengkajian stok ikan
 

Similar to Aturan, Regulasi: Perlindungan dan Pemanfaatan Hiu di Indonesia

Teknologi penangkapan ikan
Teknologi penangkapan ikanTeknologi penangkapan ikan
Teknologi penangkapan ikan
shihatin
 
2023.12.12_Peran PSDKP Dalam Mengawal PIT_SEDIMENTASI_FINNALES_FIX.pptx
2023.12.12_Peran PSDKP Dalam Mengawal PIT_SEDIMENTASI_FINNALES_FIX.pptx2023.12.12_Peran PSDKP Dalam Mengawal PIT_SEDIMENTASI_FINNALES_FIX.pptx
2023.12.12_Peran PSDKP Dalam Mengawal PIT_SEDIMENTASI_FINNALES_FIX.pptx
udebitung
 
Beberapa ketentuan kuota untuk jenis ikan yang dilindungi seperti hiu, napoleon
Beberapa ketentuan kuota untuk jenis ikan yang dilindungi seperti hiu, napoleonBeberapa ketentuan kuota untuk jenis ikan yang dilindungi seperti hiu, napoleon
Beberapa ketentuan kuota untuk jenis ikan yang dilindungi seperti hiu, napoleon
Didi Sadili
 

Similar to Aturan, Regulasi: Perlindungan dan Pemanfaatan Hiu di Indonesia (20)

Sosialisasi dan Konsultasi Publik Status Perlindungan Ikan Hiu dan Pari
Sosialisasi dan Konsultasi Publik Status Perlindungan Ikan Hiu dan PariSosialisasi dan Konsultasi Publik Status Perlindungan Ikan Hiu dan Pari
Sosialisasi dan Konsultasi Publik Status Perlindungan Ikan Hiu dan Pari
 
Perlindungan dan Pelestarian Jenis Ikan Terancam Punah (penyu, hiu, pari, dan...
Perlindungan dan Pelestarian Jenis Ikan Terancam Punah (penyu, hiu, pari, dan...Perlindungan dan Pelestarian Jenis Ikan Terancam Punah (penyu, hiu, pari, dan...
Perlindungan dan Pelestarian Jenis Ikan Terancam Punah (penyu, hiu, pari, dan...
 
Penyusunan NDF dan KUOTA Perdagangan HIU apendiks II CITES
Penyusunan NDF dan KUOTA Perdagangan HIU apendiks II CITESPenyusunan NDF dan KUOTA Perdagangan HIU apendiks II CITES
Penyusunan NDF dan KUOTA Perdagangan HIU apendiks II CITES
 
Kebutuhan litbang untuk mendukung program konservasi dan arah kebijakan konse...
Kebutuhan litbang untuk mendukung program konservasi dan arah kebijakan konse...Kebutuhan litbang untuk mendukung program konservasi dan arah kebijakan konse...
Kebutuhan litbang untuk mendukung program konservasi dan arah kebijakan konse...
 
Bahan Masukan Naskah Akademik Rancangan PERDA Prov DKI Jakarta tentang Penge...
Bahan Masukan Naskah Akademik Rancangan PERDA  Prov DKI Jakarta tentang Penge...Bahan Masukan Naskah Akademik Rancangan PERDA  Prov DKI Jakarta tentang Penge...
Bahan Masukan Naskah Akademik Rancangan PERDA Prov DKI Jakarta tentang Penge...
 
Konservasi Hiu Paus
Konservasi Hiu PausKonservasi Hiu Paus
Konservasi Hiu Paus
 
Lagi, 2 Jenis Hiu Mako, 7 Jenis Pari, dan Teripang Telah Masuk Daftar /Listin...
Lagi, 2 Jenis Hiu Mako, 7 Jenis Pari, dan Teripang Telah Masuk Daftar /Listin...Lagi, 2 Jenis Hiu Mako, 7 Jenis Pari, dan Teripang Telah Masuk Daftar /Listin...
Lagi, 2 Jenis Hiu Mako, 7 Jenis Pari, dan Teripang Telah Masuk Daftar /Listin...
 
Program Pengelolaan Penyu di Indonesia
Program Pengelolaan Penyu di IndonesiaProgram Pengelolaan Penyu di Indonesia
Program Pengelolaan Penyu di Indonesia
 
Pengajuan SIPJI 10 Februari 2021 (1).pdf
Pengajuan SIPJI 10 Februari 2021 (1).pdfPengajuan SIPJI 10 Februari 2021 (1).pdf
Pengajuan SIPJI 10 Februari 2021 (1).pdf
 
Teknologi penangkapan ikan
Teknologi penangkapan ikanTeknologi penangkapan ikan
Teknologi penangkapan ikan
 
2023.12.12_Peran PSDKP Dalam Mengawal PIT_SEDIMENTASI_FINNALES_FIX.pptx
2023.12.12_Peran PSDKP Dalam Mengawal PIT_SEDIMENTASI_FINNALES_FIX.pptx2023.12.12_Peran PSDKP Dalam Mengawal PIT_SEDIMENTASI_FINNALES_FIX.pptx
2023.12.12_Peran PSDKP Dalam Mengawal PIT_SEDIMENTASI_FINNALES_FIX.pptx
 
Ikan Napoleon Berstatus Dilindungi
Ikan Napoleon Berstatus DilindungiIkan Napoleon Berstatus Dilindungi
Ikan Napoleon Berstatus Dilindungi
 
Per 02 men 2011
Per 02 men 2011Per 02 men 2011
Per 02 men 2011
 
86 kepmen-kp-2016-ttg-produktivitas-kapal....
86 kepmen-kp-2016-ttg-produktivitas-kapal....86 kepmen-kp-2016-ttg-produktivitas-kapal....
86 kepmen-kp-2016-ttg-produktivitas-kapal....
 
Menjaga Keberlanjutan Ekonomi Lobster
Menjaga Keberlanjutan Ekonomi LobsterMenjaga Keberlanjutan Ekonomi Lobster
Menjaga Keberlanjutan Ekonomi Lobster
 
71 PERMEN-KP 2016.pdf
71 PERMEN-KP 2016.pdf71 PERMEN-KP 2016.pdf
71 PERMEN-KP 2016.pdf
 
Beberapa ketentuan kuota untuk jenis ikan yang dilindungi seperti hiu, napoleon
Beberapa ketentuan kuota untuk jenis ikan yang dilindungi seperti hiu, napoleonBeberapa ketentuan kuota untuk jenis ikan yang dilindungi seperti hiu, napoleon
Beberapa ketentuan kuota untuk jenis ikan yang dilindungi seperti hiu, napoleon
 
04. Tugas dan Tanggungjawab Observer_Ed.pdf
04. Tugas dan Tanggungjawab Observer_Ed.pdf04. Tugas dan Tanggungjawab Observer_Ed.pdf
04. Tugas dan Tanggungjawab Observer_Ed.pdf
 
Ilegal fishing edit
Ilegal fishing editIlegal fishing edit
Ilegal fishing edit
 
Hari Haryanto | Karantina ikan
Hari Haryanto | Karantina ikanHari Haryanto | Karantina ikan
Hari Haryanto | Karantina ikan
 

More from Didi Sadili

More from Didi Sadili (20)

Hasil Diskusi Reklamasi Nasional. Jakarta 16 September 2019
Hasil Diskusi Reklamasi Nasional. Jakarta 16 September 2019Hasil Diskusi Reklamasi Nasional. Jakarta 16 September 2019
Hasil Diskusi Reklamasi Nasional. Jakarta 16 September 2019
 
Paparan Pelaksanaan Proyek Reklamasi Pulau C dan D di Teluk Jakarta
Paparan Pelaksanaan Proyek Reklamasi Pulau C dan D di Teluk JakartaPaparan Pelaksanaan Proyek Reklamasi Pulau C dan D di Teluk Jakarta
Paparan Pelaksanaan Proyek Reklamasi Pulau C dan D di Teluk Jakarta
 
Teluk Jakarta: Reklamasi atau Retorasi ?
Teluk Jakarta: Reklamasi atau Retorasi ?Teluk Jakarta: Reklamasi atau Retorasi ?
Teluk Jakarta: Reklamasi atau Retorasi ?
 
Kebijakan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil
Kebijakan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau KecilKebijakan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil
Kebijakan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil
 
Izin lokasi dan izin pengelolaan perairan di wilayah pesisir dan pulau pulau ...
Izin lokasi dan izin pengelolaan perairan di wilayah pesisir dan pulau pulau ...Izin lokasi dan izin pengelolaan perairan di wilayah pesisir dan pulau pulau ...
Izin lokasi dan izin pengelolaan perairan di wilayah pesisir dan pulau pulau ...
 
Mekanismr Identifikasi Jenis Hiu dan Pari untuk Perdagangan Ekspornya
Mekanismr Identifikasi Jenis Hiu dan Pari untuk Perdagangan EkspornyaMekanismr Identifikasi Jenis Hiu dan Pari untuk Perdagangan Ekspornya
Mekanismr Identifikasi Jenis Hiu dan Pari untuk Perdagangan Ekspornya
 
Prosedur Pengajuan dan Pembayaran Kegiatan Lanjutan APBN sesuai PMK no. 243 t...
Prosedur Pengajuan dan Pembayaran Kegiatan Lanjutan APBN sesuai PMK no. 243 t...Prosedur Pengajuan dan Pembayaran Kegiatan Lanjutan APBN sesuai PMK no. 243 t...
Prosedur Pengajuan dan Pembayaran Kegiatan Lanjutan APBN sesuai PMK no. 243 t...
 
Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP dari Pemanfaatan Kawasan Konse...
Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP dari Pemanfaatan Kawasan Konse...Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP dari Pemanfaatan Kawasan Konse...
Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP dari Pemanfaatan Kawasan Konse...
 
Mengakhiri Pelaksanaan Proyek CCDP - IFAD, Pembangunan Masyarakat Pesisir
Mengakhiri Pelaksanaan Proyek CCDP - IFAD, Pembangunan Masyarakat PesisirMengakhiri Pelaksanaan Proyek CCDP - IFAD, Pembangunan Masyarakat Pesisir
Mengakhiri Pelaksanaan Proyek CCDP - IFAD, Pembangunan Masyarakat Pesisir
 
Pengelompokan Pulau-Pulau Kecil Berdasarkan Letak Geografis dan Status Perunt...
Pengelompokan Pulau-Pulau Kecil Berdasarkan Letak Geografis dan Status Perunt...Pengelompokan Pulau-Pulau Kecil Berdasarkan Letak Geografis dan Status Perunt...
Pengelompokan Pulau-Pulau Kecil Berdasarkan Letak Geografis dan Status Perunt...
 
Penerimaan Negara Bukan Pajak, PNBP di Kawasan Konservasi Perairan
Penerimaan Negara Bukan Pajak, PNBP di Kawasan Konservasi PerairanPenerimaan Negara Bukan Pajak, PNBP di Kawasan Konservasi Perairan
Penerimaan Negara Bukan Pajak, PNBP di Kawasan Konservasi Perairan
 
Rencana Pengembangan Ekowisata Berbasis Pendidikan di Pulau Cemara Besar di K...
Rencana Pengembangan Ekowisata Berbasis Pendidikan di Pulau Cemara Besar di K...Rencana Pengembangan Ekowisata Berbasis Pendidikan di Pulau Cemara Besar di K...
Rencana Pengembangan Ekowisata Berbasis Pendidikan di Pulau Cemara Besar di K...
 
Penerimaan Negara Bukan Pajak, PNBP dari Kegian Ekonomi di Kawasan Konservasi...
Penerimaan Negara Bukan Pajak, PNBP dari Kegian Ekonomi di Kawasan Konservasi...Penerimaan Negara Bukan Pajak, PNBP dari Kegian Ekonomi di Kawasan Konservasi...
Penerimaan Negara Bukan Pajak, PNBP dari Kegian Ekonomi di Kawasan Konservasi...
 
Penerimaan Negara Bukan Pajak, PNBP Dari Wisata Bahari
Penerimaan Negara Bukan Pajak, PNBP Dari Wisata BahariPenerimaan Negara Bukan Pajak, PNBP Dari Wisata Bahari
Penerimaan Negara Bukan Pajak, PNBP Dari Wisata Bahari
 
Implementasi Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan Untuk Masyarakat Lokal
Implementasi Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan Untuk Masyarakat LokalImplementasi Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan Untuk Masyarakat Lokal
Implementasi Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan Untuk Masyarakat Lokal
 
Strategi Pencapaian Luasan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia 20 juta Ha p...
Strategi Pencapaian Luasan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia 20 juta Ha p...Strategi Pencapaian Luasan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia 20 juta Ha p...
Strategi Pencapaian Luasan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia 20 juta Ha p...
 
Pengantar pedoman umum RBFM di kawasan konservasi perairan
Pengantar pedoman umum RBFM di kawasan konservasi perairanPengantar pedoman umum RBFM di kawasan konservasi perairan
Pengantar pedoman umum RBFM di kawasan konservasi perairan
 
Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological pe...
Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological pe...Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological pe...
Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological pe...
 
Ancaman dan pemanfaatan dugong di indonesia
Ancaman dan pemanfaatan dugong di indonesiaAncaman dan pemanfaatan dugong di indonesia
Ancaman dan pemanfaatan dugong di indonesia
 
Status and conservation of dugong in indonesia
Status and conservation of dugong in indonesiaStatus and conservation of dugong in indonesia
Status and conservation of dugong in indonesia
 

Aturan, Regulasi: Perlindungan dan Pemanfaatan Hiu di Indonesia

  • 1. SOSIALISASI: REGULASI PERLINDUNGAN/PEMANFAATAN HIU DI INDONESIA SIBOLGA, 14 Agustus 2014 DIDI SADILI Kasubdit Konservasi Jenis Ikan
  • 2. 10 NEGARA PENGHASIL HIU TERBESAR DUNIA DIREKTORAT KONSERVASI KAWASAN DAN JENIS IKAN DITJEN KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL, KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 INDONESIA 88,790 ton/th 12.31 % TAIWAN 29,310 ton/th 4.07 % MALAYSIA 22,297 ton/th 3.09 % INDIA 79,193 ton/th 10.98 % ARGENTINA 39,952 ton/th 5.54 % BRAZIL 21,009 ton/th 2.91 % MEXICO 30,305 ton/th 4.20 % USA 37,069 ton/th 5.14 % SPAIN 62,157 ton/th 8.62 % FRANC 19,498 ton/th 2.70 % TOTAL PRODUKSI HIU DUNIA 721,011 ton/th
  • 3. SENTRA PRODUKSI PERIKANAN HIU DI INDONESIA Muara Baru & Muara Angke - Jakarta Sibolga Sumatera Utara Pelabuhan Ratu Jawa Barat Cilacap Jawa Tengah Prigi Jawa Timur Surabaya Jawa Timur Benoa Bali Tanjung Luar NTB Kupang NTT
  • 4. PRODUKSI IKAN HIU DI SETIAP WPP-RI (2005-2010)
  • 5. PASAR EKSPOR SIRIP HIU ASAL INDONESIA 2005 Japan 57% Hong Kong 28% Korea 0.8% Malaysia 2% Taiwan 3% Jordan 1% Singapore 8% 2006 Hong Kong 34.7% Singapore 11.4% Japan 45.2% Taiwan 0.6% Sri Lanka 1.2% Australia 0.7% China 4.5% Malaysia 1.7%
  • 6. JALUR PERDAGANGAN SIRIP HIU ASAL INDONESIA
  • 7. KERAGAMAN HIU DAN PARI DI INDONESIA  Jumlah spesies hiu yang ada di Indonesia sebanyak 116 spesies (Fahmi dan Dharmadi, 2010),  Jumlah hiu yang dilindungi secara penuh sebanyak 1 spesies (HIU PAUS),  Jumlah hiu yang dilarang ditangkap berdasarkan Resolusi IOTC (3 spesies);  Jumlah hiu yang diatur perdagangan internasionalnya sebanyak 4 spesies  Jumlah pari yang ada di perairan Indonesia sebanyak 98 spesies (Fahmi dan Dharmadi 2010)  Jumlah pari yang dilindungi secara penuh sebanyak 3 spesies, HIU PARI
  • 8. ISU TENTANG PERIKANAN HIU DAN PARI 1. Penangkapan berlebih (Over eksploitasi); 2. Penangkapan anakan; 3. Kepentingan ekonomi; 4. By-Catch pengoperasian gillnet dan rawai; dan 5. Cara penangkapan ikan hiu yg dianggap kejam
  • 10. HIU DAN PARI YANG DILINDUNGI BERDASARKAN REGULASI NASIONAL
  • 11. REGULASI NASIONAL PP No.7/99  Pengawetan Tumbuhan dan Satwa HIU GERGAJI Pristis microdon STATUS PERLINDUNGAN PENUH TIDAK BOLEH DIMANFAATKAN
  • 12. REGULASI NASIONAL Kep. MenKP No. 18/2013 Penetapan Status Perlindungan Ikan Hiu Paus (Rhyncodon typus)  Berukuran Besar (18 M)  Berumur panjang (100 – 150 Tahun)  Jumlah anakan sedikit  Melakukan migrasi jarak jauh  Lambat mencapai matang kelamin (30 Tahun)  Pertumbuhannya lambat
  • 13. Nama Ilmiah Manta alfredi Nama Inggris Reef Manta Ray Nama Indonesia Pari Manta Inf. Biologi Usia dewasa  6 – 15 tahun; Ukuran anakan  182 – 192 cm Ukuran dewasa  270 – 300 cm; Ukuran maksimum  500 cm; Usia maksimum  40 tahun; Periode pemijahan  2 – 5 tahun; Periode kehamilan  12 – 13 bulan; fekunditas  umumnya 1 anakan, terkadang 2 anakan; DILINDUNGI BERDASARKAN KEPMENKP NO.4/2014 1
  • 14. Nama Ilmiah Manta birostris Nama Inggris Oceanic manta ray, Giant manta ray, Devil ray Nama Indonesia Indonesia  Pari Manta; Lombok  Pari Kerbau; Jawa  Cawang Kalung. Inf. Biologi Usia dewasa  6 – 15 tahun; Ukuran anakan  122 – 127 cm Ukuran dewasa  360 - 380 cm; Ukuran maksimum  670 - 910 cm; Usia maksimum  estimasi 40 tahun; Periode pemijahan  2 – 5 tahun; Periode kehamilan  12 – 13 bulan; fekunditas  umumnya 1 anakan, terkadang 2 anakan; 2 DILINDUNGI BERDASARKAN KEPMENKP NO.4/2014
  • 15. KETENTUAN SANKSI Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) UU No.5/1990 Pasal 40 ayat (2) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal 7 ayat (2) dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp 250.000,- Pasal 100C Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) dilakukan oleh nelayan kecil dan/atau pembudi daya-ikan kecil dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) UU No.45/2009 Pasal 100 dan 100C
  • 16. HIU YANG DILARANG DITANGKAP BERDASARKAN KETENTUAN RFMOs (Regional Fisheries Management Organisations) IOTC (Indian Ocean Tuna Commission), Resolusi 5/5
  • 17. DIREKTORAT KONSERVASI KAWASAN DAN JENIS IKAN DITJEN KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN INDONESIA GAGAL MENOLAK MASUKNYA 4 SPESIES HIU DAN 2 SPESIES PARI DALAM APPENDIK II CITES Manta birostris Manta alfredi
  • 18. STATUS PERLINDUNGAN HIU DI RFMO RFMO-IOTC (Indian Ocean Tuna Commission) : 1) Resolusi 05/05 ; a. Setiap Contracting Party wajib melaporkan tangkapan sharks; b. Setiap kapal dilarang untuk menyimpan diatas kapal, memindahkan dari/ke kapal lain atau mendaratkan tangkapan sirip hiu (sharks) yang bertentangan dengan Resolusi 05/05; c. Setiap Negara wajib melepaskan tangkapan hiu yang hidup terutama juvenile dan hiu yang sedang hamil; d. Setiap Negara wajib melakukan penelitian terhadap alat tangkap yang selektif.
  • 19. KEPUTUSAN MEN-KP No. PER.26/MEN/2013 Perubahan atas PermenKP No. PER.30/MEN/2012 TENTANG Usaha Perikanan Tangkap di WPP-RI P A S A L 7 3 (1) Setiap kapal penangkap ikan yang memiliki SIPI di WPP-NRI wajib melakukan tindakan konservasi terhadap jenis spesies tertentu yang terkait secara ekologi dengan tuna, yang ditetapkan oleh Regional Fisheries Management Organization; (2) Jenis spesies tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa : a. Ikan hasil tangkapan sampingan (bycatch) berupa hiu monyet (Thresher shark), penyu laut, dan mamalia laut termasuk paus; atau b. Non-ikan yang tertangkap secara tidak sengaja (accidental catch) berupa burung laut. (3) Tindakan konservasi terhadap ikan hasil tangkapan sampingan (bycatch) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf (a) meliputi : a. Melepaskan ikan yang tertangkap jika masih dalam kondisi hidup; b. Melakukan penanganan dan/atau menyiangi ikan yang tertangkap dalam keadaan mati dan mendaratkannya dalam keadaan utuh; c. Melakukan pencatatan jenis ikan yang tertangkap dalam keadaan mati, dan melaorkan kepada Direktur Jenderal melalui kepala Pelabuhan Pangkalan sebagaimana tercantum dalam SIPI.
  • 20. KEPUTUSAN MEN-KP No. PER.26/MEN/2013 Perubahan atas PermenKP No. PER.30/MEN/2012 TENTANG Usaha Perikanan Tangkap di WPP-RI P A S A L 7 3 (4) Tindakan konservasi terhadap non-ikan yang tertangkap secara tidak sengaja (incidental catch) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf (b) meliputi : a. Melepaskan spesies non-ikan yang tertangkap jika masih dalam kondisi hidup; b. Melakukan pencatatan spesies non-ikan yang tertangkap dalam keadaan mati dan melaporkan kepada Direktur Jenderal melalui kepala Pelabuhan Pangkalan sebagaimana tercantum dalam SIPI. (5) Terhadap penangkap ikan yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) dikenakan SANKSI ADMINISTRATIF berupa  PENCABUTAN SIPI (6) Bentuk dan format laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c dan ayat (4) huruf b, sebagaimana tercantum dalam Lampiran XVIII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini
  • 21. PERMEN-KP . PER.12/MEN/2012 USAHA PERIKANAN TANGKAP DI LAUT LEPAS Pasal 43 (1) Hasil tangkapan sampingan (bycatch) yang yang secara ekologis terkait dengan (ecologically related species) perikanan tuna sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 berupa hiu monyet dengan ketentuan harus dilepaskan dalam keadaan hidup; (2) Dalam hal hiu monyet yang tanpa sengaja tertangkap dalam keadaan mati, nakhoda harus melaporkan kepada kepala pelabuhan pangkalan untuk dibuat surat keterangan guna dilaporkan kepada Direktur Jenderal; (3) Setiap kapal penangkap ikan yang menangkap, memindahkan, mendaratkan, menyimpan, dan/atau menjual hiu monyet (thresher sharks) dari semua family Alopiidae baik utuh maupun bagiannya dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2);
  • 22.
  • 23. HIU YANG DIATUR PERDAGANGAN INTERNASIONALNYA BERDASARKAN KETENTUAN CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna)
  • 25. ATURAN PEMANFAATAN APPENDIK II CITES Penangkapan ikan hiu (4 spesies) dan pari manta (2 spesies) untuk tujuan ekspor MASIH DIPERBOLEHKAN, namun harus dengan PENGATURAN YANG KETAT; Ekspor hanya boleh dilakukan apabila ada SURAT IJIN yang dikeluarkan oleh MANAGEMENT AUTHORITY; MANAGENET AUTHORITY dapat mengeluarkan ijin apabila ada PERSETUJUAN / REKOMENDASI ILMIAH dari SCIENTIFIC AUTHORITY (LIPI); Rekomendasi ilmiah bisa dikelurkan apabila penangkapan ikan hiu menerapkan prinsip NON DETRIMENTAL FINDING (NDF)  UPAYA YANG TERENCANA AGAR PENANGKAPAN IKAN HIU / PARI TIDAK AKAN MENYEBABKAN KEPUNAHAN DI HABITAT ALAM Ketentuan akan mulai diberlakukan sejak SEPTEMBER 2014.
  • 26. DAMPAK KETENTUAN CITES TERHADAP LAYANAN PERIJINAN PERIKANAN HIU DAN PARI DI INDONESIA PERMENKP No.4/2010 1. Negara pembeli / importir hanya akan menerima produk ikan hiu dan pari apabila dilengkapi dengan SURAT ANGKUT JENIS IKAN LUAR NEGERI (SAJI-LN) yang dikeluarkan oleh MANAGENET AUTHORITY; 2. SAJI-LN hanya diberikan kepada PERUSAHAAN / EKSPORTIR yang mempunyai IJIN EKSPOR HIU DAN PARI; 3. Eksportir hanya diperbolehkan menerima produk hiu yang dilengkapi dengan SURAT ANGKUT JENIS IKAN DALAM NEGERI (SAJI-DN); 4. SAJI-DN hanya diberikan kepada PEDAGANG PENGUMPUL / PERUSAHAAN PENGUMPUL yang mempunyai IJIN PENGUMPUL IKAN HIU DAN PARI; 5. Pedagang Pengumpul hanya diperbolehkan menerima ikan hiu dan pari yang ditangkap oleh NELAYAN yang memiliki IJIN PENANGKAPAN IKAN HIU dan PARI;
  • 27.
  • 28. KESIMPULAN 1. Jenis hiu yang telah diberikan status dilindungi secara nasional adalah hiu paus 2. Empat jenis hiu yang telah masuk Apendiks CITES, sedang dalam proses pemberian status perlindungannya 3. Untuk jenis hiu yang telah masuk Appendiks CITES, perlu diantisipasi terhadap regulasi CITES dalam perdagangannya secara Internasional