1. Penyalahgunaan narkoba merupakan masalah global, regional, dan nasional yang prevalensinya terus meningkat di Indonesia
2. Upaya pemberantasan belum sepenuhnya menurunkan jumlah pengguna sehingga dibutuhkan pendekatan rehabilitasi untuk memutus rantai permintaan dan pasokan narkoba
3. Dekriminalisasi dan depenalisasi pengguna narkoba diharapkan dapat menurunkan prevalensi dengan merehabilitasi bukan menghukum mere
2. PERKEMBANGAN
GLOBAL
LAPORAN UNODC TH 2012
Diperkirakan antara 153 – 300 juta jiwa atau
sebesar 3,4%-6,6% penyalahguna Narkoba
dunia usia 15-64 tahun pernah mengkonsumsi
Narkoba sekali dalam setahun, di mana hampir
12% (15,5 juta jiwa sampai dengan 38,6 juta
jiwa) dari pengguna adalah pecandu berat.
tidak berubahnya global prevalence yang
mencapai 5 %, minimnya akses kepada
treatment dan masih maraknya
penyelundupan.
3. lanjutan
negara di dunia menangani masalah narkoba
melalui pendekatan seimbang antara demand
dan supply, banyak negara yang tidak lagi
menghukum pidana penjara bagi para pengguna
narkoba, mereka memfokuskan diri pada
rehabilitasi dan mencegah warganya agar tidak
menjadi pecandu,
Dari perspektif dampak buruk, penyalahgunaan
Narkoba menduduki rangking ke-20 dunia sebagai
penyebab angka kematian dan menduduki rangking
ke-10 di negara sedang berkembang, termasuk
Indonesia.
4. Secara Regional
Berdasarkan Laporan UNODC Asia Pasifik,
Global Smart Update 2012, sepertiga dari ATS
global dan setengah dari methamfetamin
global yang disita pada tahun 2010 berasal dari
Asia timur dan tenggara.
Maraknya produksi dan peredaran gelap ATS
di kawasan Asia Pasifik mengamcam negara-
negara di kawasan Asia Tenggara, termasuk
Indonesia. Hal ini menyebabkan kawasan
ASEAN menjadi sasaran penyelundupan
narkotika dan bahan-bahan prekursor dari
berbagai jenis dan kemasan.
5. Di ASEAN pada beberapa tahun terakhir,
trend ekstasi sempat menurun, namun ada
kecenderungan meningkat kembali
dikarenakan pengguna menggunakannya
sebagai psychoactive stimulan (upper
stimulan).
Dalam beberapa tahun terakhir, di wilayah
ASEAN muncul beberapa zat pskioaktif
baru.
6. lanjutan
Wilayah Asia Timur dan Tenggara
merupakan target perdagangan besar
kokain
Wilayah ASEANmerupakan jalur
perdagangan narkotika dari Afrika dan
Iran.
Di wilayah ASEAN permintaan terhadap
amfetamin masih tinggi, karena
digunakan sebagai pengobatan medis.
7. Penelitian BNN dan Puslitkes UI ,
prevalensi penyalahguna narkoba
diproyeksikan meningkat tiap tahun :
- 2008 = 1,99 %
- 2011 = 2,32 % = 2,2 % (3,8 Juta)
- 2013 = 2,56 %
- 2015 = 2,80 %
Secara Nasional
PREVALENSI PENYALAHGUNA TINGGI
8. Dalam beberapa tahun terakhir, trend
peredaran gelap narkoba didominasi oleh ATS.
Penggunaan ATS di Indonesia relatif stabil, dan
banyak digunakan oleh kalangan buruh,
mahasiswa, dan PSK.
Penyebaran ATS saat ini menyerang pasar
berkembang dalam beberapa tahun terakhir,
pembuatan ATS berada di pemukiman untuk
mempermudah peredaran ke pengguna.
Di Indonesia, Penggunaan ATS sudah
dilegalkan untuk keperluan medis, namun
dikhawatirkan dapat meningkatkan resiko
pembuatan ATS ilegal.
9. PREVALENSI PENYALAHGUNA NARKOBA SETAHUN TERAKHIR
MENURUT JENIS KELAMIN DAN SEKTOR PEKERJAAN, TAHUN
2012
NO. SEKTOR PEKERJAAN
LAKI-LAKI PEREMPUAN
Jumlah % Jumlah %
1 Pertanian/perkebunan 727 2,8 299 2,0
2 Pertambangan & Penggalian 672 4,8 110 1,8
3 Industri Pengolahan 3.291 5,5 2.122 1,7
4 Listrik, gas dan air 1.114 2,6 555 2,5
5 Konstruksi 668 5,2 134 3,7
6
Perdagangan/rumah
makan/akomodasi
2.905 6,7 2.222 1,9
7 Angkutan, gudang & komunikasi 1.339 4,7 636 1,6
8 Keuangan/real estate/persewaan 2.203 4,6 1.615 2,2
9 Jasa Kemasyarakatan / sosial 1.485 8,4 2.929 8,0
14.404 5,4 10.622 3,6
Call Center : 021-80880011
SMS Center : 081-221-675-
21
10. TAHUN GANJA HEROIN HASHISH KOKAIN EKSTASI SHABU
LAIN-
LAIN
2008 11.580 1.821 6 10 2.947 8.685 19.662
2009 11.998 925 3 2 1.919 10.185 13.373
2010 9.637 773 9 5 1.087 12.463 9.523
2011 7.829 703 3 6 965 15.766 11.460
2012 8.478 565 7 9 1.138 15.109 10.334
JUMLA
H
49.522 4.787 28 32 8.056 62.208 64.352
TERSANGKA NARKOBA
BERDASARKAN JENIS NARKOBA TAHUN 2008 – 2012
Sumber : Dit TPN Bareskrim Polri & BNN, Maret 2013
38
Call Center : 021-80880011
SMS Center : 081-221-675-
675
11. Minimnya tempat rehabilitasi : Sedikitnya
pencandu narkoba yang mendapat layanan
terapi dan rehabilitasi di seluruh Indonesia
(th.2010) = 18.000 (0,47%)
Mind set Masyarakat belum punya budaya
untuk merehabilitasi secara sukarela
12. Terbatasnya tempat rehab,sedikitnya pencandu
narkoba yang mendapat layanan terapi dan
rehabilitasi di seluruh Indonesia (th.2010) = 18.000
(0,47%)
Masyarakat belum punya budaya untuk
merehabilitasi secara sukarela
Bagaimana Permasalahan
Narkoba Di Indonesia ?
Upaya P4GN dg pemberantasan belum sepenuhnya
dapat menurunkan jumlah penyalahguna, shg
diperlukan upaya deman reducyion melalui rehabilitasi
bagi pecandu dan penyalhguna. Harapannya jika
demand diputus maka suply narkoba akan terhenti.
13. Clandestine lab
Sindikat Narkoba telah menebar jaringan
sindikasinya dengan membangun
laboratorium gelap (clandestine laboratory).
Faktor penyebab maraknya peredaran
Narkotika jenis ATS di kota-kota besar
bersumber dari adanya laboratorium gelap
baik berskala rumahan dan pabrikan
karena demand besar dan disparitas harga yg
tinggi,uang berputar di bisnis ini minimal
Rp.17,5 trilyun
14. Narkoba Sintetis jenis baru berkembang
sangat cepat
sindikat narkoba yang
meng create narkoba
jenis baru dengan
menggunakan
ahli farmasi
di dunia ditemukan 251
narkoba jenis baru, dan
di Indonesia telah
dilaporkan sebanyak 26
jenis baru
15. Over capacity lapas Jumlah yg akan dilaks rehab :
estimasi :27000 warga binaan. ( Data dr Menkuham
pertanggal 30/08/2013 ) : Jumlah Napi narkotika : 39.147
dg perincian :
a. Pengguna : 15.215
b. Pengedar : 17.430
c. Bandar : 3.884
d. Penadah : 1.810
e. Produksi : 823
• Jumlah putusan psl 127 : 3.040 orang diseluruh lapas di
indonesia
Lapas belum sebagai tempat rehabilitasi
Permasalahan
18. pengguna Narkoba adalah crime
without victim, yang seharusnya
direhabilitasi
merehabilitasi lebih baik dari pada
menindak
panglima bersama penindakan
dan rehabilitasi dalam rangka
P4GN
20. Roadmap Penyelamatan Penyalah
Guna Narkoba Bidang Rehabilitasi
2014
SUSUN
ANGGARAN
SOSIALISASI
SUSUN NSPK
SUSUN
INSTRUMEN
ASEMEN
TERPADU
PENGUATAN
SDM DAN
FASILITAS DI
BNN
KOMITMEN
LINTAS
PROGRAM/SEKT
OR
KEMNETERIAN
DAN LEMBAGa
2015
PENGEMBANGA
N FASILITAS
BNNP DAN
BNNK/KOTA
PENGUATAN
SDM DI BNNP
DAN BNNK/KOTA
MEMBENTUK
TIM ASESMEN
TERPADU
PELAKSANAAN
REHABILITASI IP
DAN KM SESUAI
TARGET
PENAMBAHAN
FASILITAS
RAKOR LP/LS
2016
PELAKSANAAN
REHABILITASI
SESUAI TARGET
PENAMBAHAN
FASILITAS
REHAB BNN, IP
DAN KM
PENGUATAN
SDM BNNP,
BNNK/KOTA, IP
DAN KM
EVALUASI
PROGRAM
TAMBAH TIM
ASESMEN
TERPADU
RAKOR LP/LS
2017
PELAKSANAAN
REHABILITASI
SESUAI TARGET
PENGEMBANGA
N PROGRAM
SESUAI HASIL
EVALUASI
PENAMBAHAN
FASILITAS
REHAB
PENGUATAN
SDM
TAMBAH TIM
ASESMEN
TERPADU
RAKOR LP/LS
2018
PELAKSANAAN
REHABILITASI
SESUAI TARGET
MAPPING
KEKUATAN
LEMBAGA
REHABILITASI
TAMBAH TIM
ASESMEN
TERAPADU
PENAMBAHAN
FASILITAS REHAB
PENGUATAN SDM
INTERNAL DAN
EKSTERNAL
EVALUASI
PROGRAM 5
TAHUN
PERSIAPAN
RENSTRA 2020 –
2025
RAKOR LP/LS
2019
PELAKSANAAN
REHABILITASI
SESUAI
TARGET
TAMBAH TIM
ASESMEN
TERPADU
PENAMBAHAN
FASILITAS
RTEHABILITASI
PENYUSUNAN
RENSTRA
2020-2025
BERDASAR
HASIL
EVALUASI
PROGRAM
2015 - 2019
21. Kerangka Kerja Normatif
1. Untuk menanggulangi permasalahan narkoba,
langkah pertama adalah menurunkan
Prevalensi dan memutuskan jaringan
peredaran gelap narkoba (menekan demand
dan Supply)
1. Undang – undang narkotika telah mengatur
bagaimana cara menurunkan prevalensi yaitu
melalui pendekatan dekriminalisasi dan
depenalisasi
22. 3. Kerangka kerja dekriminalisasi (menurut
European Monitoring Centre for Drugs and Drug
Addiction)
• Pengguna Narkoba/pecandu adalah
perbuatan yang dilarang oleh Undang –
undang (Ps 127), namun pilihan
hukumannya tidak dihukum pidana,
melainkan direhabilitasi (Ps 103),
• Persyaratannya telah diatur dalam UU
35/2009 dan aturan pelaksanaannya
23. DEKRIMINALISASI
KAITAN DENGAN PENGGUNA
YANG MENGALAMI PROSES HUKUM
Dekriminalisasi penyalah guna narkotika :
penyalah guna narkotika merupakan model
penghukuman nonkriminal sebagai salah
satu paradigma hukum modern, yang
bertujuan menekan suplai narkotika ilegal,
dan diharapkan mempercepat penyelesaian
masalah narkotika di Indonesia
25. 4. Kerangka kerja Depenalisasi :
pengguna narkoba/pecandu narkoba
adalah perbuatan yang dilarang oleh
undang – undang (Ps.127), namun
apabila melaksanakan kewajibannya
untuk melaporkan diri ke IPWL untuk
mendapatkan perawatan, maka apabila
ybs kambuh dan tertangkap sebanyak
2x maka tidak dituntut pidana (Ps.128)
26. DASAR PEMIKIRAN
HASIL SURVEY 2011, JUMLAH PREVALENSI KORBAN PENYALAH
GUNA NARKOBA 2,2% ATAU 3,8 – 4,2 JUTA ORANG :
MENURUT WAKTU PENGGUNAAN
PERNAH PAKAI SELAMA HIDUP 5,9% ATAU 11 JUTA
ORANG
PERNAH PAKAI 1 TAHUN TERAKHIR 2,2% ATAU 4 JUTA
ORANG
MENURUT TINGKAT KETERGANTUNGAN (ADIKSI)
COBA PAKAI 27% ATAU 1,15 JUTA ORANG
TERATUR PAKAI (SITUASIONAL) 45% ATAU 1,89 JUTA
ORANG (5 S.D 49 KALI MENGGUNAKAN DALAM
SETAHUN TERAKHIR)
PECANDU BUKAN SUNTIK 26% ATAU 1,12 JUTA ORANG
PECANDU SUNTIK 2% ATAU 70 RIBU ORANG
27. Kriteria Keparahan Kecanduan
1. Ringan (A) : penggunaan coba-coba,
penggunaan rekreasional, penggunaan
situasional
2. Sedang (B) : penggunaan teratur lebih 2
kali/minggu baik 1 atau lebih jenis
Narkoba
3. Berat (C) : penggunaan setiap hari,
pengguna Narkoba suntik, pengguna
dengan komplikasi medis maupun psikis
28. Program Terapi berdasar
kriteria
• PP no 25 tahun 2011 tentang wajib lapor minimal
rehabilitasi rawat inap 3 bulan dan bisa dilanjutkan
dengan rawat jalan 3 s.d 6 bulan
• BNN memilih 3 model terapi:
• Intervensi singkat, psikoedukasi keluarga,
konseling individu dan IPWL untuk kriteria A
(peran pencegahan dan Kader Narkoba turut
dilibatkan)
• 3 bulan dengan dilanjutkan rawat jalan (untuk
kriteria B)
29. Rencana Kebutuhan Terapi
Penyalah
Guna
Narkoba
Asesmen
Coba Pakai /
Teratur
Pakai (A)
• Wajib Lapor
• Intervensi Singkat
• Konseling individu
• Psikoedukasi keluarga
Pecandu
(suntik dan
non suntik)
B dan C
Rawat Jalan
Rawat Inap
Addiction Severity Index :
Penggunaan bermasalah/ perlu
rehabilitasi bila penggunaan
seminggu 2 kali atau lebih
30. KEBIJAKAN DAN
STRATEGI NASIONAL P4GN
DEPUTI BIDANG REHABILITASI
a. Upaya mengintensifkan Wajib Lapor Pecandu Narkotika;
b. Upaya memberikan pelayanan rehabilitasi medis dan
rehabilitasi sosial kepada penyalahguna, korban
penyalahgunaan, dan pecandu narkoba;
c. Upaya pembangunan kapasitas lembaga rehabilitasi medis
dan rehabilitasi sosial secara prioritas berdasarkan
kerawanan daerah penyalahgunaan narkoba;
d. Upaya pembinaan lanjut kepada mantan penyalahguna,
korban penyalahgunaan, dan pecandu narkoba.
e. Program Dekreminalisasi bagi penyalah guna narkoba yang
sedang menjalani proses Hukum
31. DEPENALISASI
KAITAN DENGAN IPWL
Depenalisasi merupakan perbuatan yang semula diancam
dengan pidana, tetapi kemudian ancaman itu dihilangkan,
namun masih dimungkinkan adanya tuntutan dengan cara
lain.
"Depenalisasi akan lancar kalau wajib lapor berjalan baik,
karena itu perlu ada dorongan kepada instansi/lembaga
untuk mendorong (proses) wajib lapor bisa berjalan baik.
34. Pecandu
Narkotika yang
telah menjalani
lapor diri diberi
kartu pasien
(lapor diri)
setelah asesmen
selesai
dilakukan
Kebijakan Wajib Lapor
Kartu pasien
(lapor diri)
berlaku
sepanjang
pecandu aktif
mengikuti
program
Pecandu
Narkotika
yang sedang
menjalani
perawatan
tetap harus
melakukan
lapor diri di
IPWL terdekat
35. SIMULASI
PENANGANAN PECANDU PASCA WAJIB LAPOR
Tertangkap tangan 1 Tertangkap tangan 2
IPWL assessment
Tingkat
Keparahan
Pamakaian
Kartu Lapor
diri
Rencana
Terapi
Rawat
Inap
Rawat
Jalan
Tempat
Rehab
Selesai
Rawat
Catat
Update
Status
pecandu
bebas
R = 1
R = 2
pecanduPolri/BNN
tangkap
Ajukan
Rawat
Selesai
Rawat
Catat
Update
Status
bebas R= 3
pecanduPolri/BNN
tangkap
Selesai
Rawat
Catat
Update
Status
bebas
SIDIK
Ps. 127 (2) vonis ps.103
SIDIK Ps. 112 (1)/(2)
& ps. 114 (1) / (2)
Ya
TidakBB < SEMA
04/2010
?
RAWAT?
Ya
Tidak
Catat
Update
Status
R = 0
Kartu Lapor diri gugur
BB < SEMA
04/2010
?
SIDIK Ps. 112 (1)/(2)
& ps. 114 (1) / (2)
Tidak
Ya
R = 2
R = 2R = 1
R = 3
R = 1
37. Rehabilitasi Berbasis Layanan Kesehatan
Rawat Inap :
a. Pre Terapi
b. Terapi Putus Zat
(Detoksifikasi)
c. Terapi Kegawat
Daruratan Narkoba
d. Penatalaksanaan
Dual Diagnosis
e. Tahap Rehabilitasi
f. Program Paska
Rehabilitasi
Rawat Jalan :
a. Rawat Jalan
Non Rumatan :
- Simptomatis
- Konseling
b. Rawat Jalan
Rumatan :
- Rumatan
Metadon
38. Rehabilitasi Berbasis Layanan Sosial
Dalam Panti :
a. Tahap pendekatan awal
b. Tahap penerimaan/intake
c. Tahap
pengungkapan/Asesmen
d. Tahap perencanaan
program layanan
e. Tahap pelaksanaan
layanan/intervensi
biopsikososial
f. Tahap paska
layanan/aftercare
Luar Panti (community based
rehabilitation) :
a. Tahap perencanaan
program
b. Tahap pelaksanaan
39. Rehabilitasi BNN
Rehabilitasi Medis:
a. Tahap
penerimaan/
intake
b. Detoksifikasi
c. Tahap
stabilisasi dan
orientasi/entry
unit
Rehabilitasi Sosial:
a. Tahap primary
b. Re-entry
Pasca Rehabilitasi:
a. Rumah
Dampingan
b. Rumah Mandiri
42. Tindak Lanjut Peraturan Bersama
MAHKUMJAPOL, MENKES,MENSOS,BNN
PEMBENTUKAN TIM ASSESMEN TERPADU ( HYKUM DAN
MEDIS ) :
INVENTARISIR SDM : DOKTER, PSIKOLOG DI SETIAP
PROPINSI,KAB/KOTA YG SDH TERLATIH ------ CAPACITY
BUILDING
MEKANISME
PENYEDIAAN TEMPAT REHAB DI PROPINSI,KAB/KOTA UTK
:
SELAMA PROSES HUKUM
PUTUSAN HAKIM
MEKANISME ANGGARAN
43. SEKIAN &
TERIMA KASIH
www.bnn.go.id – E-mail: info@bnn.go.id
Jl. MT. Haryono No. 11 Cawang Jakarta
Timur
Telepon : (62-21) 80871566, 80871567
Faksimili : (62-21) 80885225, 80871591,
80871592
Call Center : 021- 80 88 00 11
SMS : 081-221-675-675
81