SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  24
Universitas Pendidikan Indonesia
         Sekolah Pasca Sarjana
 Program Studi Administrasi Pendidikan




                Tugas Makalah:
             “Proposal Kebijakan
         E-learning Perguruan Tinggi
  dalam Strategi Manajemen Pendidikan”
Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901)
       Dosen: Prof.Dr.H. Nanang Fattah, M.PD.
         Mahasiswa: Djadja Sardjana - 0907904



                                                04 Desember 2009
Proposal Kebijakan
                                E-learning Perguruan Tinggi
                         dalam Strategi Manajemen Pendidikan


A. Pendahuluan
       E-learning atau electronic learning kini semakin dikenal sebagai salah satu cara untuk
mengatasi masalah pendidikan, baik di negara-negara maju maupun di negara yang sedang
berkembang. Banyak orang menggunakan istilah yang berbeda-beda dengan e-learning, namun
pada prinsipnya e-learning adalah pembelajaran yang menggunakan jasa elektronika sebagai
alat bantunya.
       E-learning memang merupakan suatu teknologi pembelajaran yang yang relatif baru di
Indonesia. Untuk menyederhanakan istilah, maka electronic learning disingkat menjadi e-
learning. Kata ini terdiri dari dua bagian, yaitu ‘e’ yang merupakan singkatan dari ‘electronica’
dan ‘learning’ yang berarti ‘pembelajaran’. Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan
menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika. Jadi dalam pelaksanaannya e-learning
menggunakan jasa audio, video atau perangkat komputer atau kombinasi dari ketiganya.
       Dalam berbagai literatur, e-learning didefinisikan sebagai berikut:
“e-learning is a generic term for all technologically supported learning using an array of
teaching and learning tools as phone bridging, audio and videotapes, teleconferencing, satellite
transmissions, and the more recognized web-based training or computer aided instruction also
commonly referred to as online courses” (Soekartawi, Haryono dan Librero, 2002). Dengan
demikian maka e-learning adalah pembelajaran yang pelaksanaannya didukung oleh jasa
teknologi seperti telepon, audio, vidiotape, transmisi satellite atau komputer.
       Indonesia yang terletak diantara 6º LU sampai 11º LS dan 95º BT sampai 141º BT adalah
negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak diantara dua benua, Asia dan Australia
dengan jumlah kepulauan 17.000 lebih yang membentang sepanjang kurang lebih 3.200 mil
dari Timur ke Barat serta 1.100 mil dari Utara ke Selatan. Kondisi geografi ini sedikit banyaknya
menjadi kendala dalam penyebarluasan layanan pendidikan dan pelatihan yang menggunakan
metode konvensional (tatap muka) kepada seluruh warga negara.
       Wahana utama dalam pengembangan sumber daya manusia adalah pendidikan dan
pelatihan. Namun bila memperhatikan keadaan geografi, sosial-ekonomi dan beragamnya
kebudayaan Indonesia, maka jelaslah bahwa sudah tidak memadai lagi (tidak praktis) apabila

Tugas Makalah: “Proposal Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi”
Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901)                                               Hal 2
hanya mengandalkan cara-cara pemecahan tradisional semata. Karena itu, berbagai strategi
alternatif yang berkaitan dengan permasalahan perlu dijajagi, dikaji dan diterapkan.
Dalam era global seperti sekarang ini, setuju atau tidak, mau atau tidak mau, harus
berhubungan dengan teknologi khususnya teknologi informasi. Hal ini disebabkan karena
teknologi tersebut telah mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari. Oleh karena itu, kita
sebaiknya tidak ‘gagap’ teknologi. Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa siapa yang
terlambat menguasai informasi, maka terlambat pulalah memperoleh kesempatan-kesempatan
untuk maju.
       Informasi sudah merupakan ‘komoditi’ sebagai layaknya barang ekonomi yang lain.
Peran informasi menjadi kian besar dan nyata dalam dunia modern seperti sekarang ini. Hal ini
bisa dimengerti karena masyarakat sekarang menuju pada era masyarakat informasi
(information age) atau masyarakat ilmu pengetahuan (knowledge society). Oleh karena itu
tidak mengherankan kalau ada perguruan tinggi yang menawarkan jurusan informasi atau
teknologi informasi, maka perguruan tinggi tersebut berkembang menjadi pesat.
Kecepatan yang diiringi dengan tuntutan kebutuhan dapat memberikan sumbangan potensial
pada sektor pendidikan dan pelatihan. Potensi positif yang dimiliki teknologi tidak saja
meningkatkan efesiensi dan efektifitas serta keluwesan proses pembelajaran, tetapi juga
berdampak pada pengembangan materi, pergeseran peran guru/pelatih dan semakin
berkembangnya otonomi peserta didik.
       Tujuan penulisan makalah adalah untuk mendeskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan
pembelajaran berbasis e-learning yang meliputi: (1) Model Pembelajaran Berbasis e-learning
dalam Pendidikan, (2) Peranan E-Learning Pada Strategi Manajemen Pendidikan, (3) Kebijakan
E-learning Perguruan Tinggi dalam Strategi Manajemen Pendidikan, dan (4) Kesimpulan.


B. Model Pembelajaran Berbasis e-learning dalam Pendidikan
       Dunia pendidikan terimbas pula oleh pesatnya perkembangan jagat maya. Sekolah
lewat internet menjadi sesuatu hal yang memungkinkan. e-learning, sebuah alternatif media
pendidikan yang tidak mengenal ruang dan waktu. Model sekolah lewat internet seharusnya
ideal buat negeri kita.
       Pemanfaatan e-learning tidak terlepas dari jasa internet. Karena teknik pembelajaran
yang tersedia di internet begitu lengkap, maka hal ini akan berpengaruhi terhadap tugas guru
dalam proses pembelajaran. Dahulu, proses belajar mengajar didominasi oleh peran guru


Tugas Makalah: “Proposal Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi”
Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901)                                           Hal 3
disebut “the era of teacher”, sementara siswa hanya mendengar penjelasan guru.
Kemudian, proses belajar dan mengajar didominasi oleh peran guru dan buku (the era of
teacher and book) dan pada saat ini proses belajar dan mengajar didominasi oleh peran guru,
buku dan teknologi (the era of teacher, book and technology).
       Teknologi internet pada hakekatnya merupakan perkembangan dari teknologi
komunikasi generasi sebelumnya. Media seperti radio, televisi, video, multi media, dan media
lainnya telah digunakan dan dapat membantu meningkatkan mutu pendidikan. Apalagi media
internet yang memiliki sifat interaktif, bisa sebagai media massa dan interpersonal, dan sumber
informasi dari berbagai penjuru dunia, sangat dimungkinkan menjadi media pendidikan lebih
unggul dari generasi sebelumnya. Oleh karena itu Khoe Yao Tung (2000) mengatakan bahwa
setelah kehadiran guru dalam arti sebenarnya, internet akan menjadi suplemen dan
komplemen dalam menjadikan wakil guru yang mewakili sumber belajar yang penting di dunia.
       Dengan fasilitas yang dimilikinya, internet menurut Onno W. Purbo (1998) paling tidak,
ada tiga hal dampak positif penggunaan internet dalam pendidikan yaitu:
   a) Peserta didik dapat dengan mudah mengambil mata kuliah dimanapun di seluruh dunia
       tanpa batas institusi atau batas negara.
   b) Peserta didik dapat dengan mudah berguru pada para ahli di bidang yang diminatinya.
   c) Kuliah/belajar dapat dengan mudah diambil di berbagai penjuru dunia tanpa
       bergantung pada universitas/sekolah tempat si mahasiswa belajar. Di samping itu saat
       ini hadir pula perpustakan internet yang lebih dinamis dan bisa digunakan di seluruh
       jagat raya.


       Pendapat ini hampir senada dengan Budi Rahardjo (2002). Menurutnya, manfaat
internet bagi pendidikan adalah dapat menjadi akses kepada sumber informasi, akses kepada
nara sumber, dan sebagai media kerjasama. Akses kepada sumber informasi yaitu sebagai
perpustakaan on-line, sumber literatur, akses hasil-hasil penelitian, dan akses kepada materi
kuliah. Akses kepada nara sumber bisa dilakukan komunikasi tanpa harus bertemu secara fisik.
Sedangkan sebagai media kerjasama internet bisa menjadi media untuk melakukan penelitian
bersama atau membuat semacam makalah bersama.
       Penelitian di Amerika Serikat tentang pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi
untuk keperluan pendidikan diketahui memberikan dampak positif (Pavlik, 1963). Studi lainya
dilakukan oleh Center for Applied Special Technology (CAST), “bahwa pemanfaatan internet
sebagai media pendidikan menunjukan positif terhadap hasil belajar peserta didik4)”.
Tugas Makalah: “Proposal Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi”
Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901)                                             Hal 4
Walaupun masih banyak kendalanya, terlebih di Indonesia, kesenjangan mutu
pendidikan antar-daerah seperti itu setidaknya bisa dijembatani dengan model sekolah lewat
internet, e-learning. Syaratnya, mengubah paradigma teaching menjadi learning. Pembelajaran
(learning) berbeda dengan pengajaran (teaching). Banyak definisi, redefinisi, atau kutipan
mengenai learning. Intinya, belajar itu menyangkut perubahan terhadap diri-sendiri, mengubah
perilaku, melakukan discovery (menguak apa yang semula tertutup). Pendeknya, belajar
mengubah seseorang menjadi cerdas, bukan sekadar pintar. "Pintar" dan "cerdas" berbeda
yang digambarkan dengan: “Smart people know from repetition of others. Intelligent people
can figure it out by themselves”.
       Profil peserta e-Learning adalah seseorang yang (1) mempunyai motivasi belajar
mandiri yang tinggi dan memiliki komitmen untuk belajar secara sungguh-sungguh karena
tanggung jawab belajar sepenuhnya berada pada diri peserta belajar itu sendiri (Loftus, 2001),
(2) senang belajar dan melakukan kajian-kajian, gemar membaca demi pengembangan diri
secara terus-menerus, dan yang menyenangi kebebasan, (3) mengalami kegagalan dalam mata
pelajaran tertentu di sekolah konvensional dan membutuhkan penggantinya, atau yang
membutuhkan materi pelajaran tertentu yang tidak disajikan oleh sekolah konvensional
setempat maupun yang ingin mempercepat kelulusannya sehingga mengambil beberapa mata
pelajaran lainnya melalui e-Learning, serta yang terpaksa tidak dapat meninggalkan rumah
karena berbagai pertimbangan (Tucker, 2000).
       Sedangkan dalam pengajaran guru atau instruktur memberikan waktu, energi, dan
usaha untuk menyiapkan murid atau anak didik sesuai dengan tujuan instruksional. Guru
memberi, murid menerima. Namun, orang yang diajar oleh guru atau melalui komputer belum
tentu belajar, karena hasil belajar mensyaratkan adanya perubahan terhadap diri-sendiri.
       Pengembangan pembelajaran berbasis e-learning perlu dirancang secara cermat sesuai
tujuan yang diinginkan. Jika kita setuju bahwa e-learning di dalamnya juga termasuk
pembelajaran berbasis internet, maka pendapat Haughey (1998) perlu dipertimbangkan dalam
pengembangan e-learning. Menurutnya ada tiga kemungkinan dalam pengembangan sistem
pembelajaran berbasis internet, yaitu “web course, web centric course, dan web enhanced
course”.
       “Web course” adalah penggunaan internet untuk keperluan pendidikan, yang mana
peserta didik dan pengajar sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan adanya tatap muka.
Seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, ujian, dan kegiatan pembelajaran


Tugas Makalah: “Proposal Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi”
Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901)                                              Hal 5
lainnya sepenuhnya disampaikan melalui internet. Dengan kata lain model ini menggunakan
sistem jarak jauh.
       “Web centric course” adalah penggunaan internet yang memadukan antara belajar
tanpa tatap muka (jarak jauh) dan tatap muka (konvensional). Sebagian materi disampaikan
melalui internet, dan sebagian lagi melalui tatap muka. Fungsinya saling melengkapi. Dalam
model ini pengajar bisa memberikan petunjuk pada siswa untuk mempelajari materi pelajaran
melalui web yang telah dibuatnya. Siswa juga diberikan arahan untuk mencari sumber lain dari
situs-situs yang relevan. Dalam tatap muka, peserta didik dan pengajar lebih banyak diskusi
tentang temuan materi yang telah dipelajari melalui internet tersebut.
       Hasil penelitian yang menguji penggunaan teknologi pembelajaran bagi siswa (dengan
mengakses website yang merujuk pada tampilan powerpoint untuk catatan dan persiapan
ujian) dan metode belajar yang relatif lebih tradisional (membaca buku teks dan mencatat di
kelas dari buku), serta pengaruh strategi belajar terhadap nilai ujian mereka dan kehadiran di
kelas, menunjukkan siswa yang digolongkan tinggi pada penggunaan teknologi dan metode
belajar tradisional menunjukkan prestasi dan kehadiran yang lebih tinggi daripada siswa yang
digolongkan rendah dalam penggunaan kedua metode belajar yang menggunakan teknologi
dan metode belajar tradisional. (Kathleen Debevec, 2006).
       Model “web enhanced course” adalah pemanfaatan internet untuk menunjang
peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Fungsi internet adalah untuk
memberikan pengayaan dan komunikasi antara peserta didik dengan pengajar, sesama peserta
didik, anggota kelompok, atau peserta didik dengan nara sumber lain. Oleh karena itu peran
pengajar dalam hal ini dituntut untuk menguasai teknik mencari informasi di internet,
membimbing mahasiswa mencari dan menemukan situs-situs yang relevan dengan bahan
pembelajaran, menyajikan materi melalui web yang menarik dan diminati, melayani bimbingan
dan komunikasi melalui internet, dan kecakapan lain yang diperlukan.
       Pengembangan e-learning tidak semata-mata hanya menyajikan materi pelajaran secara
on-line saja, namun harus komunikatif dan menarik. Materi pelajaran didesain seolah peserta
didik belajar dihadapan pengajar melalui layar komputer yang dihubungkan melalui jaringan
internet. Untuk dapat menghasilkan e-learning yang menarik dan diminati, Onno W. Purbo
(2002) mensyaratkan tiga hal yang wajib dipenuhi dalam merancang e-learning, yaitu
“sederhana, personal, dan cepat”. Sistem yang sederhana akan memudahkan peserta didik
dalam memanfaatkan teknologi dan menu yang ada , dengan kemudahan pada panel yang
disediakan, akan mengurangi pengenalan sistem e-learning itu sendiri, sehingga waktu belajar
Tugas Makalah: “Proposal Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi”
Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901)                                            Hal 6
peserta dapat diefisienkan untuk proses belajar itu sendiri dan bukan pada belajar
menggunakan sistem e-learning-nya.
       Syarat personal berarti pengajar dapat berinteraksi dengan baik seperti layaknya
seorang guru yang berkomunikasi dengan murid di depan kelas. Dengan pendekatan dan
interaksi yang lebih personal, peserta didik diperhatikan kemajuannya, serta dibantu segala
persoalan yang dihadapinya. Hal ini akan membuat peserta didik betah berlama-lama di depan
layar komputernya.
Kemudian layanan ini ditunjang dengan kecepatan, respon yang cepat terhadap keluhan dan
kebutuhan peserta didik lainnya. Dengan demikian perbaikan pembelajaran dapat dilakukan
secepat mungkin oleh pengajar atau pengelola.
       Secara ringkas, e-learning perlu diciptakan seolah-olah peserta didik belajar secara
konvensional, hanya saja dipindahkan ke dalam sistem digital melalui internet. Oleh karena itu
e-learning perlu mengadaptasi unsur-unsur yang biasa dilakukan dalam sistem pembelajaran
konvensional. Misalnya dimulai dari perumusan tujuan yang operasional dan dapat diukur, ada
persepsi atau pre test, membangkitkan motivasi, menggunakan bahasa yang komunikatif,
uraian materi yang jelas, contoh-contoh kongkrit, problem solving, tanya jawab, diskusi, post
test, sampai penugasan dan kegiatan tindak lanjutnya. Oleh karena itu merancang e-learning
perlu melibatkan pihak terkait, antara lain: pengajar, ahli materi, ahli komunikasi, programmer,
seniman, dan sebagainya.


C. Peranan E-Learning Pada Strategi Manajemen Pendidikan
       Observasi para ahli sebagaimana telah dikemukakan di atas mengisyaratkan bahwa
pendidikan di masa depan cenderung menjadi multidisipliner, jaringan yang terpadu, terkait
pada produktivitas tepat waktu, pluralistik, lebih dialogis/sinkronis,lebih terbuka dan mudah
diakses serta lebih bersaing secara alami. Pada tahun 1989, Bishop G. telah meramalkan bahwa
pendidikan di masa depan cenderung menjadi luwes, terbuka, beraneka ragam, terjangkau oleh
siapapun yang ingin belajar tanpa mengenal usia, jenis kelamin, pengalaman belajar
sebelumnya, dan sebagainya.
       Dengan kemajuan teknologi komunikasi yang baru, model penyampaian melalui banyak
jalur berbasis multimedia terus berkembang sebagai suatu alat yang sangat handal.
Kemampuan untuk menggabungkan teks, diagram, dan gambar dengan video dan suara sangat
menunjang kemampuan mentransmisikan informasi yang bermakna dan pembangunan
teknologi yang bersifat maya (virtual), dapat meningkatkan efektivitas pendekatan tersebut,
Tugas Makalah: “Proposal Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi”
Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901)                                              Hal 7
bahkan lebih dari itu. Banyak siswa, bahkan sekalipun mereka belum mengerti betul komputer
berharap memperoleh kemudahan dengan materi tersebut.
       Internet memiliki potensi luar biasa sepanjang infrastruktur sistem telepon yang ada
dapat diandalkan disertai peralatan yang telah tersedia, yang telah mendorong orang untuk
menyadarinya dan telah dilatih untuk penggunaannya. Bila hal ini dilihat sebagai suatu jawaban
yang menyeluruh terhadap masalah-masalah pendidikan massa, maka kenyataan yang ada
seperti ini sering diabaikan. Namun akan menjadi sangat bermakna jika dipandang sebagai
sistem yang diterpkan secara bertahap dan kumulatif, di mana infrastruktur yang telah tersedia
digunakan untuk kebutuhan-kebutuhan yang jelas dan khusus.
       Rosenberg (2001) menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi
internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan. Bahkan Onno W. Purbo (2002) menjelaskan bahwa istilah “e” atau singkatan dari
elektronik dalam e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan
untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik internet.
Secara lebih rinci Rosenberg (2001) mengkategorikan tiga kriteria dasar yang ada dalam e-
learning, yaitu:
   a) E-learning bersifat jaringan, yang membuatnya mampu memperbaiki secara cepat,
       menyimpan atau memunculkan kembali, mendistribusikan, dan sharing pembelajaran
       dan informasi. Persyaratan ini sangatlah penting dalam e-learning, sehingga Rosenberg
       menyebutnya sebagai persyaratan absolut.
   b) E-learning dikirimkan kepada pengguna melalui komputer dengan menggunakan
       standar teknologi internet. CD ROM, Web TV, Web Cell Phones, pagers, dan alat bantu
       digital personal lainnya walaupun bisa menyiapkan pesan pembelajaran tetapi tidak
       bisa digolongkan sebagai e-learning.
   c) E-learning terfokus pada pandangan pembelajaran yang paling luas, solusi pembelajaran
       yang menggungguli paradigma tradisional dalam pelatihan.


       Uraian di atas menunjukan bahwa sebagai dasar dari e-learning adalah pemanfaatan
teknologi internet. e-learning merupakan bentuk pembelajaran konvensional yang dituangkan
dalam format digital melalui teknologi internet. Oleh karena itu e-learning dapat digunakan
dalam sistem pendidikan jarak jauh dan juga sistem pendidikan konvensional. Dalam
pendidikan konvensional fungsi e-learning bukan untuk mengganti, melainkan memperkuat


Tugas Makalah: “Proposal Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi”
Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901)                                            Hal 8
model pembelajaran konvensional. Dalam hal ini Cisco (2001) menjelaskan filosofis e-learning
sebagai berikut:
   a) E-learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan
       secara on-line.
   b) E-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara
       konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku teks, CD-ROM, dan
       pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan
       globalisasi.
   c) E-learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi
       memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content dan pengembangan
       teknologi pendidikan.


       Kapasitas siswa amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara penyampaiannya.
Makin baik keselarasan antar conten dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan lebih
baik kapasitas siswa yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik.
       Guru atau instruktur dapat menugaskan peserta didik untuk bekerja dalam beberapa
kelompok untuk mengembangkan dan mempresentasikan tugas yang diberikan. Peserta didik
yang menggarap tugas kelompok ini dapat bekerjasama melalui fasilitas homepage atau web.
Selain itu, peserta didik sendiri dapat saling berkontribusi secara individual atau melalui diskusi
kelompok dengan menggunakan e-mail (Website kudos, 2002).
       Concord        Consortium   (2002)   (http://www.govhs.org/)     mengemukakan        bahwa
pengalaman belajar melalui media elektronik semakin diperkaya ketika peserta didik dapat
merasakan bahwa mereka masing-masing adalah bagian dari suatu masyarakat peserta didik,
yang berada dalam suatu lingkungan bersama. Dengan mengembangkan suatu komunitas dan
hidup di dalamnya, peserta didik menjadi tidak lagi merasakan terisolasi di dalam media
elektronik. Bahkan, mereka bekerja saling bahu-membahu untuk mendukung satu sama lain
demi keberhasilan kelompok.
       Lebih jauh dikemukakan bahwa di dalam kegiatan e-Learning, para guru dan peserta
belajar mengungkapkan bahwa mereka justru lebih banyak mengenal satu sama lainnya. Para
peserta belajar sendiri mengakui bahwa mereka lebih mengenal para gurunya yang membina
mereka belajar melalui kegiatan e-Learning. Di samping itu, para guru e-Learning ini juga aktif
melakukan pembicaraan (komunikasi) dengan orangtua peserta didik melalui telepon dan email


Tugas Makalah: “Proposal Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi”
Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901)                                                 Hal 9
karena para orangtua ini merupakan mitra kerja dalam kegiatan e-Learning. Demikian juga
halnya dengan komunikasi antara sesama para peserta e-Learning.


       Pada dasarnya cara penyampaian atau cara pemberian (delivery system) dari e-learning,
dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
   1. One way communication (komunikasi satu arah); dan
   2. Two way communication (komunikasi dua arah).
Komunikasi atau interaksi antara guru dan murid memang sebaiknya melalui sistem dua arah.
Dalam e-learning, sistem dua arah ini juga bisa diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
   1. Dilaksanakan melalui cara langsung (synchronous). Artinya pada saat instruktur
       memberikan pelajaran, murid dapat langsung mendengarkan; dan
   2. Dilaksanakan melalaui cara tidak langsung (a-synchronous). Misalnya pesan dari
       instruktur direkam dahulu sebelum digunakan.


       Paradigma masa depan di dalam kecenderungan yang menyeluruh (Roll, R. 1997) adalah
sebuah dorongan pasar multimedia. Dampak kuat dari lahirnya globalisasi akan menghasilkan
perubahan dalam Strategi Manajemen pendidikan dan pelatihan. Untuk itulah diperlukan ilmu
pendidikan dan metode-metode pembelajaran yang baru. Struktur ketrampilan kejuruan dan
pengetahuan mengalami perubahan guna mendukung kegiatan belajar seumur hidup dan
belajar berkelanjutan yang berfungsi untuk mempersiapkan para pekerja memenuhi tuntutan
atau kepentingan industri.
       Yang perlu digaris bawahi dari pernyataan Roll adalah “Teknologi tinggi hendaknya
untuk menjangkau yang tidak terjangkau, dan ketepatan teknologi tinggi adalah apabila
infrastrukturnya digunakan secara bijak. Dengan keadaan yang demikianlah, belajar jarak jauh
dan pendidikan terbuka/jarak jauh akan menjadi pelopor memasuki dekade baru”.


D. Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi dalam Strategi Manajemen Pendidikan
   1. Proses Pembuatan Kebijakan Publik
               Menurut Hoogerwerf (1988, 66) pada hakekatnya pengertian kebijakan adalah
       semacam jawaban terhadap suatu masalah, merupakan upaya untuk memecahkan,
       mengurangi, mencegah suatu masalah dengan cara tertentu, yaitu dengan tindakan
       yang terarah. James E. Anderson (1978, 33), memberikan rumusan kebijakan sebagai


Tugas Makalah: “Proposal Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi”
Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901)                                          Hal 10
perilaku dari sejumlah aktor (pejabat, kelompok, instansi pemerintah) atau serangkaian
       aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu.
              Dari beberapa pengertian tentang kebijakan yang telah dikemukakan oleh para
       ilmuwan tersebut, kiranya dapatlah ditarik kesimpulan bahwa pada hakekatnya studi
       tentang policy (kebijakan) mencakup pertanyaan : what, why, who, where, dan how.
       Semua pertanyaan itu menyangkut tentang masalah yang dihadapi lembaga-lembaga
       yang mengambil keputusan yang menyangkut; isi, cara atau prosedur yang ditentukan,
       strategi, waktu keputusan itu diambil dan dilaksanakan. Disamping kesimpulan tentang
       pengertian kebijakan dimaksud, pada dewasa ini istilah kebijakan lebih sering dan
       secara luas dipergunakan dalam kaitannya dengan tindakan-tindakan pemerintah serta
       perilaku negara pada umumnya (Charles O. Jones,1991, 166)
              Dari definisi ini, maka kebijakan publik meliputi segala sesuatu yang dinyatakan
       dan dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah. Disamping itu kebijakan publik
       adalah juga kebijakan-kebijakan yang dikembangkan/dibuat oleh badan-badan dan
       pejabat-pejabat pemerintah (James E. Anderson, 1979:3). Implikasi pengertian dari
       pandangan ini adalah bahwa kebijakan publik :
       a. Lebih merupakan tindakan yang mengarah pada tujuan daripada sebagai perilaku
          atau tindakan yang kebetulan;
       b. Pada hakekatnya terdiri atas tindakan-tindakan yang saling terkait;
       c. Bersangkutan dengan apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah dalam
          bidang tertentu atau bahkan merupakan apa yang pemerintah maksud atau
          melakukan sesuatu atau menyatakan melakukan sesuatu;
       d. Bisa bersifat positif yang berarti merupakan beberapa bentuk tindakan (langkah)
          pemerintah mengenai masalah tertentu, dan bersifat negatip yang berarti
          merupakan keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu;
       e. Kebijakan publik setidak-tidaknya dalam arti positip didasarkan atau selalu
          dilandaskan pada peraturan/undang-undang yang bersifat memaksa (otoratif).


              Dalam studi kebijakan publik, perlu dilakukan implementasi kebijakan yang
       bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik ke dalam
       prosedur-prosedur rutin melalui saluran-saluran birokrasi, masalah konflik, keputusan,
       dan siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan. Oleh karena itu tidaklah terlalu


Tugas Makalah: “Proposal Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi”
Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901)                                           Hal 11
salah jika dikatakan bahwa implementasi kebijakan merupakan aspek yang sangat
       penting dalam keseluruhan proses kebijakan.
              Pengertian yang sangat sederhana tentang implementasi kebijakan adalah
       sebagaimana yang diungkapkan oleh Charles O. Jones (1991), dimana implementasi
       diartikan sebagai "getting the job done" dan "doing it". Tetapi di balik kesederhanaan
       rumusan yang demikian berarti bahwa implementasi kebijakan merupakan suatu proses
       kebijakan yang dapat dilakukan dengan mudah. Namun pelaksanaannya, menurut
       Jones, menuntut adanya syarat yang antara lain: adanya orang atau pelaksana, uang
       dan kemampuan organisasi atau yang sering disebut dengan resources, Lebih lanjut
       Jones merumuskan batasan implementasi sebagai proses penerimaan sumber daya
       tambahan, sehingga dapat mempertimbangkan apa yang harus dilakukan.
              Hal ini dikemukakan berdasarkan pada kenyataan bahwa proses implementasi
       ini akan dipengaruhi oleh dimensi-dimensi kebijakan semacam itu. Dalam artian bahwa
       implementasi kebanyakan akan berhasil apabila perubahan yang dikehendaki relatif
       sedikit, sementara kesepakatan terhadap tujuan, terutama dari mereka yang
       mengoperasikan program di lapangan, relatif tinggi. Dari uraian diatas, dapat dipahami
       bahwa keberhasilan impelementasi kebijakan sangat dipengaruhi oleh bernagai variabel
       atau faktor yang pada gilrannya akan mempengaruhi keberhasilan implementasi
       kebijakan itu sendiri.
              Untuk itulah dibutuhkan Analisis Kebijakan E-learning pada Perguruan Tinggi
       sehingga perlu dilakukan suatu kajian untuk mereview terhadap kebijakan tersebut.
       Mengetahui seberapa baik kebijakan yang dipilih dapat membantu tercapainya tujuan
       dan untuk mengetahui apakah terdapat dampak-dampak lainnya yang mungkin
       ditimbulkan oleh kebijakan tersebut. Dan juga untuk mengetahui masalah apa yang
       ingin diselesaikan oleh pemerintah, seberapa jauh tingkat keberhasilan kebijakan
       tersebut dalam memecahkan masalah (mencapai sasaran), serta apakah kebijakan
       tersebut mengakibatkan dampak lain yang tidak diinginkan, tidak diperhitungkan
       sebelumnya, atau yang merupakan ancaman risiko bagi pemerintah.
              William N. Dunn (2008) mengemukakan bahwa analisis kebijakan adalah suatu
       disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagai macam metode penelitian dan
       argumen untuk menghasilkan dan memindahkan informasi yang relevan dengan
       kebijakan, sehingga dapat dimanfaatkan di tingkat politik dalam rangka memecahkan
       masalah-masalah kebijakan. Weimer and Vining, (1998:1): “The product of policy
Tugas Makalah: “Proposal Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi”
Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901)                                          Hal 12
analysis is advice. Specifically, it is advice that inform some public policy decision”. Jadi
       analisis kebijakan publik lebih merupakan nasehat atau bahan pertimbangan pembuat
       kebijakan publik yang berisi tentang masalah yang dihadapi, tugas yang mesti dilakukan
       oleh organisasi publik berkaitan dengan masalah tersebut, dan juga berbagai alternatif
       kebijakan yang mungkin bisa diambil dengan berbagai penilaiannya berdasarkan tujuan
       kebijakan.
              Setelah masalah kebijakan diformulasikan, maka kini saatnya masalah tersebut
       dicarikan solusi berupa kebijakan publik apa yang akan diambil. Dalam proses desain
       kebijakan tersebut terdapat tujuh tahap sebagai berikut:


       1) Tahap pengkajian persoalan. Tahap ini bertujuan untuk menemukan dan memahami
          hakikat permasalahan yang berhasil diidentifikasi yang dihadapi oleh organisasi;
          merumuskan masalah yang dihadapi organisasi ; serta menunjukkan hubungan
          kausal dari permasalahan yang berhasil diidentifikasi.
       2) Penetapan tujuan dan sasaran kebijakan. Penetapan tujuan dan sasaran kebijakan
          diperlukan sebagai dasar pijakan dalam merumuskan alternatif intervensi yang
          diperlukan serta menjadi pijakan standar penilaian apakah langkah intervensi
          tersebut bisa disebut “gagal” atau “berhasil”.
       3) Penyusunan model. Beberapa alternatif kebijakan intervensi dituangkan dalam
          bentuk hubungan kausalitas antar masalah yang dihadapi organisasi dan
          dirumuskan secara sederhana. Hubungan kausalitas ini disebut sebagai model.
          Model tersebut bisa berupa diagram alur (flow chart) maupun diagram panah
          (arrow chart). Tujuan penyusunan model tersebut dimaksudkan untuk memudahkan
          analisis sekaligus memilih alternatif kebijakan intervensi mana yang harus dipilih.
       4) Perumusan alternatif kebijakan. Alternatif kebijakan merupakan sejumlah alat dan
          cara yang dipakai untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditentukan baik
          secara langsung atau tidak. Rumusan alternatif tersebut diawali dengan penjelasan
          kerangka logika yang terkait dengan berbagai kemungkinan yang muncul dalam
          kerangka intervensi masalah. Kemungkinan tersebut berdampak baik positif
          maupun negatif. Setelah alternatif diidentifikasi, maka tiba saatnya untuk memilih
          alternatif yang paling berpeluang untuk mencapai tujuan dan sasaran yang
          ditetapkan sebelumnya.


Tugas Makalah: “Proposal Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi”
Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901)                                                Hal 13
5) Penentuan kriteria pemilihan alternatif kebijakan. Kriteria dan parameter yang bisa
          dimanfaatkan untuk memilih alternatif kebijakan antara lain adalah a) technical
          feasibility, yang menekankan pada aspek efektifitas langkah intervensi dalam
          mencapai tujuan dan sasaran; b) economic and financial feasibility, yang
          menekankan aspek efisiensi yakni biaya dan keuntungan yang diperoleh dengan
          menggunakan teknik cost and benefit analysis; c) political viability, yang melihat
          dampak politik yang ditimbulkan berupa tingkat aksebilitas (acceptability),
          kecocokan      dengan     nilai   masyarakat     (appropriateness),     responsifitas
          (responsiveness), kesesuaian dengan perundangan (legal suitability), serta
          pemerataan (equity); d) administrative operability yang melihat dari dimensi
          otoritas instansi pelaksana, komitmen kelembagaan, kapabilitas staf dan dana serta
          dukungan organisasi.
       6) Penilaian alternatif kebijakan. Melalui penilaian ini akan ditemukan alternatif
          intervensi yang paling efektif, efisien, dan visibel dalam memecahkan masalah yang
          dihadapi. Oleh karena itu alternatif intervensi yang dipilih paling tidak harus yang
          efektif dalam mencapai tujuan dan sasaran, yang paling efisien dalam sisi biaya dan
          keuntungan, yang paling bisa diterima oleh stakeholder, dan secara kelembagaan
          dapat dilaksanakan serta memenuhi syarat administratif. Selain itu perlu
          dipertimbangkan aspek etika dan filsafat sehingga alternatif tersebut tidak
          melanggar nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat.
       7) Perumusan rekomendasi kebijakan. Rekomendasi kebijakan dibuat berdasar
          perolehan skor beberapa alternatif intervensi, dimana alternatif ini dinilai visibel
          untuk mencapai tujuan dan sasaran, memakan biaya yang optimal dengan
          keuntungan maksimal, diterima oleh seluruh pemangku kepentingan serta sesuai
          dengan etika dan nilai yang berlaku dalam masyarakat dan peraturan perundangan,
          dan secara kelembagaan bisa dilaksanakan. Selian itu, alternatif intervensi tersebut
          juga dipertimbangkan secara lebih komprehensif, holistik, integratif serta prospektif
          sebelum dipilih. Setelah itu, alternatif intervensi yang direkomendasikan ditetapkan
          dan disahkan sehingga memiliki kekuatan hukum.




Tugas Makalah: “Proposal Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi”
Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901)                                           Hal 14
2. Kebijakan E-learning pada Perguruan Tinggi Saat Ini
               Kebijakan perihal e-learning pada Rencana Strategis Pendidikan dari
       Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS) 2009-2014 sebagai bagian Peningkatan
       Mutu,    Relevansi,   dan   Daya    Saing     disebutkan   sebagai   berikut:   “Dengan
       mempertimbangkan pesatnya perkembangan pemanfaatan ICT dalam berbagai sektor
       kehidupan, pemerintah akan terus mengembangkan pemanfaatan ICT untuk sistem
       informasi persekolahan dan pembelajaran termasuk pengembangan pembelajaran
       secara elektronik (e-learning). Hingga tahun 2009, langkah-langkah yang akan dilakukan
       adalah (a) merancang sistem jaringan yang mencakup jaringan internet, yang
       menghubungkan sekolah-sekolah dengan pusat data dan aplikasi, serta jaringan
       intranet sebagai sarana dan media komunikasi, dan informasi intern sekolah; (b)
       merancang dan membuat aplikasi database, yang menyimpan dan mengolah data dan
       informasi persekolahan, manajemen persekolahan, konten-konten pembelajaran; (c)
       merancang dan membuat aplikasi pembelajaran berbasis portal, web, multimedia
       interaktif, yang terdiri atas aplikasi tutorial dan learning tool; (d) mengoptimalkan
       pemanfaatan TV edukasi sebagai materi pengayaan dalam rangka menunjang
       peningkatan mutu pendidikan; dan (e) mengimplementasikan pemanfaatan TIK secara
       bertahap untuk memudahkan manajemen pendidikan pada SMP dan sekaligus untuk
       mendukung proses pembelajaran di seluruh wilayah Indonesia”. Pada bagian lain
       disebutkan pula usaha-usaha yang yang telah dilakukan sebagai berikut: “Dengan
       mempertimbangkan pesatnya perkembangan pemanfaatan TIK dalam berbagai sektor
       kehidupan, pemerintah akan terus mengembangkan pemanfaatan TIK untuk sistem
       informasi persekolahan dan pembelajaran termasuk pengembangan e-Learning. Hingga
       tahun 2009, langkah-langkah yang akan dilakukan adalah (a) merancang dan membuat
       aplikasi database, yang menyimpan dan mengolah data dan informasi persekolahan,
       manajemen persekolahan, muatan (content) pembelajaran; (b) merancang dan
       membuat aplikasi pembelajaran berbasis portal, web, multimedia interaktif, yang terdiri
       atas aplikasi tutorial dan learning tool; (c) mengoptimalkan pemanfaatan TV edukasi
       sebagai materi pengayaan dalam rangka menunjang peningkatan mutu pendidikan; dan
       (d) mengimplementasikan pemanfaatan TIK secara bertahap untuk memudahkan
       manajemen pendidikan pada SMA dan SMK dan sekaligus untuk mendukung proses
       pembelajaran di seluruh wilayah Indonesia.”


Tugas Makalah: “Proposal Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi”
Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901)                                            Hal 15
Khusus untuk perguruan tinggi, kebijakan e-learning sesuai Rencana Strategis
       Pendidikan dari Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS) 2009-2014 adalah:
       “Pengembangan pembelajaran jarak jauh (distance learning) di perguruan tinggi,
       dengan proyek percontohan pada beberapa perguruan tinggi dan pusat pelatihan
       hingga tahun 2009, yaitu ITB, ITS, UGM, IPB, UI, UNRI, UNDANA, UNHAS, PENS, dan
       POLMAL. Diseminasi proyek ini akan dikembangkan pada UNLAM, UM, UNY, UNP,
       UNHALU, UNCEN dan PT-PT lainnya.” Sedangkan target yang ditetapkan adalah: “ICT
       literacy (kemampuan akses, memanfaatkan dan menggunakan radio, televisi, komputer
       dan internet) 80% untuk kalangan mahasiswa dan dosen” dengan Penguatan Tata
       Kelola, Akuntabilitas, dan Citra Publik di bidang: “Peningkatan kapasitas satuan
       perguruan tinggi dilakukan melalui berbagai program hibah kompetisi yang
       diselenggarakan oleh pemerintah, seperti program hibah kompetisi, program
       kemitraan, hibah penelitian, pusat pengembangan pendidikan dan aktivitas
       instruksional (P3AI). Peningkatan kapasitas pengelolaan juga akan ditunjang dengan
       penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), seperti pengembangan sistem
       informasi pendidikan tinggi”.
              Adapun secara operasional kebijakan e-learning dituangkan pada dokumen
       akreditasi (BUKU IIIB) point 6.4.1 (Sistem Informasi) sebagai berikut: “Jelaskan sistem
       informasi manajemen dan fasilitas ICT (Information and Communication Technology)
       yang digunakan Fakultas/Sekolah Tinggi untuk proses penyelenggaraan akademik dan
       administrasi (misalkan SIAKAD, SIMKEU, SIMAWA, SIMFA, SIMPEG dan sejenisnya),
       termasuk distance/e-learning. Jelaskan pemanfaatannya dalam proses pengambilan
       keputusan dalam pengembangan institusi.”            Pada BUKU VI-MATRIKS PENILAIAN
       INSTRUMEN AKREDITASI PROGRAM STUDI SARJANA juga secara mendetail dijelaskan
       kebijakan “Akses dan pendayagunaan sistem informasi dalam pengelolaan data dan
       informasi tentang penyelenggaraan program akademik di program studi”, termasuk
       juga e-learning, yang bisa dilihat pada tabel berikut ini:




Tugas Makalah: “Proposal Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi”
Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901)                                           Hal 16
3. Proposal Kebijakan E-learning pada Perguruan Tinggi Masa Datang
          Pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau e-learning juga tidak terlepas dari
   berbagai kekurangan. Berbagai kritik (Bullen, 2001, Beam, 1997), antara lain dapat
   disebutkan sbb:
       a) Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri.
          Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses
          belajar dan mengajar;
       b) Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya
          mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial;
       c) Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan;
       d) Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran
          konvensional,    kini   juga   dituntut   mengetahui    teknik   pembelajaran    yang
          menggunakan ICT;
       e) Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal;
       f) Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan
          masalah tersedianya listrik, telepon ataupun komputer);

Tugas Makalah: “Proposal Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi”
Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901)                                             Hal 17
g) Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki ketrampilan soal-soal internet;
             dan
          h) Kurangnya penguasaan bahasa komputer.


              Dari hal di atas penyusun menyarankan Proposal      Kebijakan    E-learning      pada
    Perguruan Tinggi Masa Datang memakai kerangka kerja (framework) dari Gellman-Danley
    and Fetzner (1998) sebagai beikut:

             Policy Area                                    Key Issues


 Academic                         Calendar, Course integrity, Transferability, Transcripts,
                                  Student/Course evaluation, Admission standards,
                                  Curriculum/Course approval, Accreditation, Class
                                  cancellations , Course/Program/Degree availability,
                                  Recruiting/Marketing


 Governance/Administration/       Tuition rate, Technology fee, FTE’s, Administration cost,
                                  State fiscal regulations, Tuition disbursement, Space, Single
 Fiscal                           versus multiple board oversight, Staffing


 Faculty                          Compensation and workload, Development incentives,
                                  Faculty training, Congruence with existing union contracts,
                                  Class monitoring, Faculty support, Faculty evaluation


 Legal                            Intellectual property, Faculty, Student and institutional
                                  liability


 Student Support Services         Advisement, Counseling, Library access, Materials delivery,
                                  Student training, Test proctoring, Videotaping, Computer
                                  accounts, Registration, Financial aid, Labs


 Technical                        Systems reliability, Connectivity/access, Hardware/software,
                                  Setup concerns, Infrastructure, Technical support (staffing),
                                  Scheduling, Costs


 Cultural                         Adoption of innovations, Acceptance of on-line/distance
                                  teaching, Understanding of distance education (what works
                                  at a distance), Organizational values


Tugas Makalah: “Proposal Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi”
Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901)                                                 Hal 18
Sedangkan “Policy Analysis Framework”           untuk      hirarki kebijakannya dapat
menggunakan model sebagai berikut:

                 Policy Area                                      Description


 Faculty (including Continuing Education and    Rewards (e.g., stipends, promotion and
 Cooperative Extension)                         tenure, merit increases, etc.); Support (e.g.,
                                                student help, technical assistance, training,
                                                etc.); Opportunities to learn about
                                                technology and new applications (e.g.,
                                                release time, training, etc.); Intellectual
                                                property (e.g. ownership of materials,
                                                copyright, etc.)


 Students/Participants                          Support (e.g., access to technology, library
                                                resources, registration, advising, financial aid,
                                                etc.); Requirements and records (e.g.,
                                                residency requirements, acceptance of
                                                courses from other places, transfer of credit,
                                                continuing education, etc.)


 Management and Organization                    Tuition and fee structure; Funding formula;

                                                Collaboration (e.g., with other Departments,
                                                units, institutions, consortia, intra-and inter-
                                                institutional, service areas, etc.); Resources
                                                (e.g., financial resources to support distance
                                                education, equipment, new technologies,
                                                etc.); Curricula/individual courses (e.g.,
                                                delivery modes, course/program selection,
                                                plans to develop, individual sequences,
                                                course development, entire program
                                                delivery, interactivity requirements, test
                                                requirements, contact hour definitions, etc.)




Tugas Makalah: “Proposal Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi”
Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901)                                              Hal 19
E. Kesimpulan
       E-Learning akan dimanfaatkan atau tidak sangat tergantung Kebijakan Pemerintah di
bidang pendidikan dan bagaimana pengguna memandang atau menilai e-learning tersebut.
Namun umumnya digunakannya teknologi tersebut tergantung dari: (1). Apakah teknologi itu
memang sudah merupakan kebutuhan (2). Apakah fasilitas pendukungnya yang memadai, (3).
Apakah didukung oleh dana yang memadai dan (4). Apakah ada dukungan dari pembuat
kebijakan.
       Banyak kalangan sering mencoba memulai e-learning ini tanpa pertimbangan yang
matang serta menggunakannya agar kelihatan bergengsi tanpa Kebijakan dan Strategi
Manajemen Pendidikan yang jelas. Oleh karena itu satu hal yang perlu diperhatikan sebelum
memanfaatkan internet untuk pembelajaran, yaitu melakukan analisis kebijakan untuk
menjawab apakah memang memerlukan e-learning. Dalam analisis ini tentunya sudah
termasuk apakah secara teknis dan non-teknis e-learning bisa dilaksanakan Analisis ini
menyangkut tersedianya hard-ware khususnya komputer (dengan network-nya), listrik, telepon
dan perangkat lunaknya; khususnya tersedianya tenaga, bahan ajar yang siap di-online-kan dan
“management course tools” yang akan dipakai. Juga apakah secara ekonomis penggunaan
internet ini menguntungkan (economically profitable). Analisis ekonomi seperti Benefit per
Cost (B/C) ratio, Internal Rate of Return (IRR), Net Present Value (NPV) atau Return on
Investment (ROI) bisa dipakai sebagai alat ukur. Selanjutnya apakah secara sosial, penggunaan
e-learning itu diterima oleh masyarakat (socially acceptable). Sebab kadang-kadang walaupun
pengunaan e-learning untuk pembelajaran telah disiapkan secara baik dan kualitas
penyelenggaraannya juga baik, masyarakat belum bisa menerimanya karena mereka
menganggap cara-cara pendidikan konvensional dianggap lebih baik. Untuk itu harap
diperhatikan masalah akuntabilitas dalam menggunakan teknologi informasi tersebut.
       Satu hal yang perlu ditekankan dan dipahami adalah bahwa e-Learning tidak dapat
sepenuhnya menggantikan kegiatan pembelajaran konvensional di kelas. Tetapi, e-Learning
dapat menjadi partner atau saling melengkapi dengan pembelajaran konvensional di kelas. e-
Learning, Belajar mandiri merupakan “basic thrust” kegiatan pembelajaran elektronik, namun
jenis kegiatan pembelajaran ini masih membutuhkan interaksi yang memadai sebagai upaya
untuk mempertahankan kualitasnya.




Tugas Makalah: “Proposal Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi”
Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901)                                          Hal 20
DAFTAR PUSTAKA
Cisco, (2001). e-Learning: Combines Communication, Education, Information, and Training.
http://ww.cisco.com/warp/public/10/wwtraining/elearning.
Cuban, L. (1996). Techno-reformers and classroom teachers, Educational Week on the Web.
http://www.edweek.org/ew/vol-16/o6cuban (Nopember 2000).
Hartanto, A.A. dan Purbo, O.W. (2002), Teknologi e-Learning Berbasis PHP dan MySQL, Elex
Media Komputindo, Jakarta.
Jatmiko, R. (1997), Enhancing Learning Experiences through the Use of Internet. Paper
presented at the International Symposium on Distance Education and Open Learning organized
by MONE Indonesia, IDLN, SEAMOLEC, ICDE, UNDP and UNESCO, Tuban, Bali, Indonesia, 17-20
November 1997.
Koran, Jaya Kumar C. (2002), Aplikasi E-Learning dalam Pengajaran dan pembelajaran di
Sekolah Malasyia. (8 November 2002).
www.moe.edu.my/smartshool/neweb/Seminar/kkerja8.htm.
Lawanto, Oemardi. (2000). Pembelajaran Berbasis Web sebagai Metoda Komplemen Kegiatan
pendidikan dan Pelatihan. Makalah Video Conference; Bandung-Suarabaya: Depdiknas.
Mason Robin. 1994 Using Communications Media in Open and Fleksible Learning. London:
Kogan PageLtd.
Mukhopadhyay, M. (1995) “Shifting Paradigms in Open ang distance Education (Paper
Presented before the IDLN Fisrt International Symposium in Yogyakarta). Jakarta IDLN-
Pustekkom.
Purbo, Onno W. dan Antonius AH. (2002). Teknologi e-Learning Berbasis PHP dan MySQL:
Merencanakan dan Mengimplementasikan Sistem e-Learning. Jakarta: Gramedia.
Purbo,   Onno      W.   (2001)   Masyarakat   Pengguna   Internet   di   Indonesia.   Available,
http://www.geocities.com/inrecent/project.html. (4 November 2002).
Pavlik, John V. (1996). New Media Technology. Cultur and Commercial Perspectives. Singapore:
Allyn and Bacon.
Rahardjo, Budi. (2001). Pergolakan Informasi di Indonesia akan Sia-sia?. Artikel Majalah Tempo.
Jakarta: November 2001.
Romiszowski, Alexander J. and Robin Mason. (1996) Computer Mediated Communication in
Handbook of Research for Educational Communications Technology. New York: AECT,
Macmillan Library Reference USA.


Tugas Makalah: “Proposal Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi”
Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901)                                            Hal 21
Roll Reider (1997) SEAMOLEC_IDLN Regional Symposium on Future Vision: Distance Education
and Open Learnin. Bali Pustekkom.
Robinson, ET. (2001). Knowlarge as Commodity: How do e-commerce a e-learning Relate.
Available, http://www.elearningmag.co
Rosenberg, Marc J. (2001), e-Learning; Strategies for Delivering Knowledge in the Digital. New
York: McGraw Hill.
Tung, Khoe Yao. (2000). Pendidikan dan Riset di Internet. Jakarta: Dinastindo.
Soekartawi    (2002b),   e-Learning:   Konsep    dan    Aplikasinya.   Bahan-Ceramah/Makalah
disampaikan pada Seminar yang diselenggarakan oleh Balitbang Depdiknas, Jakarta, 18
Desember 2002.
Soekartawi (2002c), The Role of Regional Organization for Mass Education. Invited paper
presented at the International Conference on Lifelong Learning organized by Asian European
Institute, Kuala Lumpur, 13-15 May 2002.
Soekartawi (2003). Prinsip Dasar e-Learning: Teori dan Aplikasinya di Indosnesia. Jurnal
Teknodik Edisi 12.
Beam, P. (1997), Breaking the Sprinter’s Wrist: Achieving Cost-Effectiveness in Online Learning.
Paper presented at the International Symposium on Distance Education and Open Learning,
organized by MONE Indonesia, IDLN, SEAMOLEC, ICDE, UNDP and UNESCO Tuban, Bali,
Indonesia.
Bullen, M. (2001), e-learning and the Internationalization Education, Malaysian Journal of
Educational Technology 1(1), 37-46.
Elangovan, T. (1997), Internet Based On-line Teaching Application with Learning Space. Paper
presented at the International Symposium on Distance Education and Open Learning organized
by MONE Indonesia, IDLN, SEAMOLEC, ICDE, UNDP and UNESCO, Tuban, Bali, Indonesia, 17-20
November 1997.
Hartanto, A.A. dan Purbo, O.W. (2002), Teknologi e-learning Berbasis PHP dan MySQL, Elex
Media Komputindo, Jakarta.
Hashim, Y. and Razmah. Bt. Man (2001), An Overview of Instructional Design and Development
Models for Electronic Instruction and Learning, Malaysian Journal of Educational Technology
1(1), 1-7.
Ishaq, A. (2001), On the Global Digital Divide, Finance and Development, September 2001, 44-
7.


Tugas Makalah: “Proposal Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi”
Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901)                                            Hal 22
Mulvihill, R.P. (1997), Technology Application to Distance Education. Paper presented at the
International Symposium on Distance Education and Open Learning organized by MONE
Indonesia, IDLN, SEAMOLEC, ICDE, UNDP and UNESCO, Tuban, Bali, Indonesia, 17-20 November
1997.
Munaf, D.R. (2001), Cultural Threats on Development of ICT as a Tool for Open and Distance
Learning. Speech delivered at the 7th International Symposium on Distance Education and
Open Learning at Yogyakarta, November 2001.
Soekartawi (1995), Monitoring dan Evaluasi Proyek Pendidikan, PT Rajawali Press, Jakarta.
Soekartawi (2002a). Prospek Pembelajaran Melalui Internet. Makalah disampaikan pada
Seminar Nasional ‘Teknologi Kependidikan’ yang diselenggarakan oleh UT-Pustekkom dan
IPTPI, Jakarta, 18-19 Juli 2002.
Soekartawi (2002b), e-learning: Konsep dan Aplikasinya. Bahan-Ceramah/Makalah disampaikan
pada Seminar yang diselenggarakan oleh Balitbang Depdiknas, Jakarta, 18 Desember 2002.
Soekartawi (2002c), The Role of Regional Organization for Mass Education. Invited paper
presented at the International Conference on Lifelong Learning organized by Asian European
Institute, Kuala Lumpur, 13-15 May 2002.
Soekartawi (2003). Prospects and Challenges e-learning: A Review. Makalah disampaikan di
seminar internasional di UPSI, Tanjong Malim, 24-25 September 2003.
Soekartawi, A. Haryono dan F. Librero (2002), Greater Learning Opportunities Through Distance
Education: Experiences in Indonesia and the Philippines. Southeast Journal of Education
(December 2002)
Soekartawi, Suhardjono, T. Hartono dan A. Ansjarullah (1999), Rancangan Instruksional, PT
Rajawali Press, Jakarta.
Soekartawi (2003). E-learning di Indonesia dan Prospeknya di Masa Mendatang. Makalah
disampaikan di seminar nasional di Universitas Petra, Surabaya, 3 Februari 2003.
Williams, B. (1999). The Internet for Teachers. IDG Books Worldwide.Inc., New York.
Departemen Pendidikan Nasional (2008). Rencana Strategis Pendidikan Departemen
Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS) 2009-2014
BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI, (2008). BUKU IIIB-BORANG INSTITUSI
YANG DIISI OLEH FAKULTAS/SEKOLAH TINGGI.
BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI, (2008). BUKU VI-MATRIKS PENILAIAN
INSTRUMEN AKREDITASI PROGRAM STUDI SARJANA.
Bates, A.W. 2000. Managing Technological Change. San Francisco: Jossey-Bass.
Tugas Makalah: “Proposal Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi”
Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901)                                           Hal 23
Berge, Z.L. 1998. Barriers to Online Teaching in Post-Secondary Institutions: Can Policy Changes
Fix It? Online Journal of Distance Learning Administration. 1(2).(2/24/99)
Davenport, T.H. 1997. Information Ecology. New York: Oxford.
Epper, R.M. 1999. Excerpts from State Policies for Distance Education; A Survey of the States.
State Higher Education Executive Officers (SHEEO). (http://www.sheeo.org/sheeo/pubs-
excerpts-from-technology-survey.html). (3/31/99)
Frantz. G. and King, J.W. 2000. The Distance Education Learning systems Model (DEL).
Educational Technology. 40(3): 33-40.
Freeman, R. 1997. Managing Open Systems. London: Kogan.
Gellman-Danley, B. and Fetzner, M.J. 1998. Asking the Really Tough Questions: Policy Issues for
Distance Learning. Online Journal of Distance Learning Administration. 1(1). ( (2/24/99)
Gustafson, K.L. and Branch, R. M. 1997. Survey of Instructional Development Models. Syracuse
Univ., Syracuse, NY: Clearinghouse on Information and Technology.
Iansiti, M. and MacCormack, A. 1997 (Sept.-Oct.). Developing Products on Internet Time.
Harvard Business Review.108-117.
King, J.W., Lacy,D., McMillian, J., Bartels, K. and Freddolino, M. 1998. The Policy Perspective in
Distance Education: A Futures Landscape/Panorama. Invited paper presented at the 1998
Nebraska Distance Education Conference. Lincoln, NE (September 28-29, 1998) ( (2/24/99)
King, J.W., Nugent, G.C., Russell, E. B., and Lacy, D. 1999. Distance Education Policy in Post-
Secondary Education: Nebraska as a Case Study. In Proceedings: 15th Annual Conference on
Distance Teaching and Learning. University of Wisconsin, Madision. 275-281.
McLendon, E. and Cronk, P. 1999. Rethinking Academic Management Practices: A case of
meeting new challenges in online delivery. Online Journal of Distance Learning Administration.
2(1). ( http:www.westga.edu/~distance/mclendon21.html) (5/25/99)
Nardi, B.A. and O’Day, V.L. 1999. Information Ecologies. Cambridge, MA: MIT.
Rocheleau, B. 1996 (Fall). Structures, Plans, and Policies: Do they make a difference? An initial
assessment. CAUSE/EFFECT. 35-39.
Strauss, R. 1997. Managing Multimedia Projects. Boston: Focal.




Tugas Makalah: “Proposal Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi”
Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901)                                              Hal 24

Contenu connexe

Tendances

Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pengajaran: Survei pada ...
Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pengajaran:  Survei pada ...Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pengajaran:  Survei pada ...
Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pengajaran: Survei pada ...Setiawan Wibowo
 
Peran internet dalam proses pembelajaran
Peran internet dalam proses pembelajaranPeran internet dalam proses pembelajaran
Peran internet dalam proses pembelajarantaufiq hafizh
 
Seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi tersebut
Seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi tersebutSeiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi tersebut
Seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi tersebutdianseptian09
 
Peranan teknologi dalam pengajaran
Peranan teknologi dalam pengajaranPeranan teknologi dalam pengajaran
Peranan teknologi dalam pengajaranZaini Nie
 
Contoh jurnal-pendidikan-peningkatan-tik-guru
Contoh jurnal-pendidikan-peningkatan-tik-guruContoh jurnal-pendidikan-peningkatan-tik-guru
Contoh jurnal-pendidikan-peningkatan-tik-guruFrey Krasic
 
Ulasan Jurnal KPT6044
Ulasan Jurnal KPT6044Ulasan Jurnal KPT6044
Ulasan Jurnal KPT6044NorZie Ali
 
Esei teknologi (jenis alat bantuan dan kepentingannya)
Esei teknologi (jenis alat bantuan dan kepentingannya)Esei teknologi (jenis alat bantuan dan kepentingannya)
Esei teknologi (jenis alat bantuan dan kepentingannya)rabiatulnazari
 
Ulasan jurnal kpt6044 m20141000701 norziah ali
Ulasan jurnal kpt6044 m20141000701 norziah aliUlasan jurnal kpt6044 m20141000701 norziah ali
Ulasan jurnal kpt6044 m20141000701 norziah aliNorZie Ali
 
Teknologi dalam pendidikan
Teknologi dalam pendidikanTeknologi dalam pendidikan
Teknologi dalam pendidikanMunirah Sobri
 
Aplikasi Teknologi Untuk Pelajar Masalah Pembelajaran
Aplikasi Teknologi Untuk Pelajar Masalah PembelajaranAplikasi Teknologi Untuk Pelajar Masalah Pembelajaran
Aplikasi Teknologi Untuk Pelajar Masalah PembelajaranFarah Liyana Sholehhuddin
 
isu semasa teknologi maklumat
isu semasa teknologi maklumatisu semasa teknologi maklumat
isu semasa teknologi maklumatJus Oren
 

Tendances (17)

Tugasan 3
Tugasan 3Tugasan 3
Tugasan 3
 
Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pengajaran: Survei pada ...
Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pengajaran:  Survei pada ...Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pengajaran:  Survei pada ...
Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pengajaran: Survei pada ...
 
Peran internet dalam proses pembelajaran
Peran internet dalam proses pembelajaranPeran internet dalam proses pembelajaran
Peran internet dalam proses pembelajaran
 
Pendidikan dan IPTEK
Pendidikan dan IPTEKPendidikan dan IPTEK
Pendidikan dan IPTEK
 
Seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi tersebut
Seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi tersebutSeiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi tersebut
Seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi tersebut
 
Peranan teknologi dalam pengajaran
Peranan teknologi dalam pengajaranPeranan teknologi dalam pengajaran
Peranan teknologi dalam pengajaran
 
Contoh jurnal-pendidikan-peningkatan-tik-guru
Contoh jurnal-pendidikan-peningkatan-tik-guruContoh jurnal-pendidikan-peningkatan-tik-guru
Contoh jurnal-pendidikan-peningkatan-tik-guru
 
Ulasan Jurnal KPT6044
Ulasan Jurnal KPT6044Ulasan Jurnal KPT6044
Ulasan Jurnal KPT6044
 
Esei teknologi (jenis alat bantuan dan kepentingannya)
Esei teknologi (jenis alat bantuan dan kepentingannya)Esei teknologi (jenis alat bantuan dan kepentingannya)
Esei teknologi (jenis alat bantuan dan kepentingannya)
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
ICT
ICTICT
ICT
 
Ulasan jurnal kpt6044 m20141000701 norziah ali
Ulasan jurnal kpt6044 m20141000701 norziah aliUlasan jurnal kpt6044 m20141000701 norziah ali
Ulasan jurnal kpt6044 m20141000701 norziah ali
 
Asimen hbef233
Asimen hbef233Asimen hbef233
Asimen hbef233
 
Jurnal masrina turnip
Jurnal masrina turnipJurnal masrina turnip
Jurnal masrina turnip
 
Teknologi dalam pendidikan
Teknologi dalam pendidikanTeknologi dalam pendidikan
Teknologi dalam pendidikan
 
Aplikasi Teknologi Untuk Pelajar Masalah Pembelajaran
Aplikasi Teknologi Untuk Pelajar Masalah PembelajaranAplikasi Teknologi Untuk Pelajar Masalah Pembelajaran
Aplikasi Teknologi Untuk Pelajar Masalah Pembelajaran
 
isu semasa teknologi maklumat
isu semasa teknologi maklumatisu semasa teknologi maklumat
isu semasa teknologi maklumat
 

Similaire à E-LEARNING

Sim nur putriana, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma pengenalan e learning.pdf
Sim nur putriana, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma pengenalan e learning.pdfSim nur putriana, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma pengenalan e learning.pdf
Sim nur putriana, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma pengenalan e learning.pdfNur Putriana
 
Sim, nurfanida putri hikmalia, hapzi ali, e learning, universitas mercu buana...
Sim, nurfanida putri hikmalia, hapzi ali, e learning, universitas mercu buana...Sim, nurfanida putri hikmalia, hapzi ali, e learning, universitas mercu buana...
Sim, nurfanida putri hikmalia, hapzi ali, e learning, universitas mercu buana...Nurfanida Hikmalia
 
Tugas sistem informasi manajemen feliks 43218110078 (14)
Tugas sistem informasi manajemen feliks 43218110078 (14)Tugas sistem informasi manajemen feliks 43218110078 (14)
Tugas sistem informasi manajemen feliks 43218110078 (14)felikstevanus
 
85 116-361-tugas diklat
85 116-361-tugas diklat85 116-361-tugas diklat
85 116-361-tugas diklatrafnis kampai
 
KAJIAN TINJAUAN PENGGUNAAN PORTAL MYGURU2 (UPSI) KPT 6044 (14DIS2013)
KAJIAN TINJAUAN PENGGUNAAN PORTAL MYGURU2 (UPSI) KPT 6044 (14DIS2013)KAJIAN TINJAUAN PENGGUNAAN PORTAL MYGURU2 (UPSI) KPT 6044 (14DIS2013)
KAJIAN TINJAUAN PENGGUNAAN PORTAL MYGURU2 (UPSI) KPT 6044 (14DIS2013)Wak Sekawi
 
Azzahro, N. S. (2022, June 23). Indonesian student perceptions on face-to-fac...
Azzahro, N. S. (2022, June 23). Indonesian student perceptions on face-to-fac...Azzahro, N. S. (2022, June 23). Indonesian student perceptions on face-to-fac...
Azzahro, N. S. (2022, June 23). Indonesian student perceptions on face-to-fac...FaizalRisdianto1
 
Teknologi Terhadap Pendidikan
Teknologi Terhadap PendidikanTeknologi Terhadap Pendidikan
Teknologi Terhadap PendidikanAndi Aryauri
 
MAKALAH MODEL-MODEL PEMBELAJARANn.docx
MAKALAH MODEL-MODEL PEMBELAJARANn.docxMAKALAH MODEL-MODEL PEMBELAJARANn.docx
MAKALAH MODEL-MODEL PEMBELAJARANn.docxManEdyMan2
 
Ulasan dapatan jurnalkrp6044 norziah binti md ali(m20141000701)
Ulasan dapatan jurnalkrp6044 norziah binti md ali(m20141000701)Ulasan dapatan jurnalkrp6044 norziah binti md ali(m20141000701)
Ulasan dapatan jurnalkrp6044 norziah binti md ali(m20141000701)NorZie Ali
 
Indah herlina, hapzi ali, e learning dan manfaat sistem pembelajaran e-learni...
Indah herlina, hapzi ali, e learning dan manfaat sistem pembelajaran e-learni...Indah herlina, hapzi ali, e learning dan manfaat sistem pembelajaran e-learni...
Indah herlina, hapzi ali, e learning dan manfaat sistem pembelajaran e-learni...Indah Herlina
 
Pemanfaatan tik dalam pembelajaran
Pemanfaatan tik dalam pembelajaranPemanfaatan tik dalam pembelajaran
Pemanfaatan tik dalam pembelajaranJerry Makawimbang
 
Jurnal jacka aditama 5215083403
Jurnal jacka aditama 5215083403Jurnal jacka aditama 5215083403
Jurnal jacka aditama 5215083403Jack_Adhiethama
 
Modul awal pembelajaran_jarak_jauh[1]
Modul awal pembelajaran_jarak_jauh[1]Modul awal pembelajaran_jarak_jauh[1]
Modul awal pembelajaran_jarak_jauh[1]awalalazhar1
 
Modul awal pembelajaran jarak jauh
Modul awal pembelajaran jarak jauhModul awal pembelajaran jarak jauh
Modul awal pembelajaran jarak jauhnuning nuning
 
Jurnal jacka aditama 5215083403
Jurnal jacka aditama 5215083403Jurnal jacka aditama 5215083403
Jurnal jacka aditama 5215083403Jacka Adhiethama
 

Similaire à E-LEARNING (20)

tugas sim
tugas simtugas sim
tugas sim
 
Oumh1103
Oumh1103Oumh1103
Oumh1103
 
Oumh1103
Oumh1103Oumh1103
Oumh1103
 
Tugas ict 2
Tugas ict 2Tugas ict 2
Tugas ict 2
 
Sim nur putriana, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma pengenalan e learning.pdf
Sim nur putriana, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma pengenalan e learning.pdfSim nur putriana, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma pengenalan e learning.pdf
Sim nur putriana, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma pengenalan e learning.pdf
 
Sim, nurfanida putri hikmalia, hapzi ali, e learning, universitas mercu buana...
Sim, nurfanida putri hikmalia, hapzi ali, e learning, universitas mercu buana...Sim, nurfanida putri hikmalia, hapzi ali, e learning, universitas mercu buana...
Sim, nurfanida putri hikmalia, hapzi ali, e learning, universitas mercu buana...
 
Tugas sistem informasi manajemen feliks 43218110078 (14)
Tugas sistem informasi manajemen feliks 43218110078 (14)Tugas sistem informasi manajemen feliks 43218110078 (14)
Tugas sistem informasi manajemen feliks 43218110078 (14)
 
85 116-361-tugas diklat
85 116-361-tugas diklat85 116-361-tugas diklat
85 116-361-tugas diklat
 
KAJIAN TINJAUAN PENGGUNAAN PORTAL MYGURU2 (UPSI) KPT 6044 (14DIS2013)
KAJIAN TINJAUAN PENGGUNAAN PORTAL MYGURU2 (UPSI) KPT 6044 (14DIS2013)KAJIAN TINJAUAN PENGGUNAAN PORTAL MYGURU2 (UPSI) KPT 6044 (14DIS2013)
KAJIAN TINJAUAN PENGGUNAAN PORTAL MYGURU2 (UPSI) KPT 6044 (14DIS2013)
 
Azzahro, N. S. (2022, June 23). Indonesian student perceptions on face-to-fac...
Azzahro, N. S. (2022, June 23). Indonesian student perceptions on face-to-fac...Azzahro, N. S. (2022, June 23). Indonesian student perceptions on face-to-fac...
Azzahro, N. S. (2022, June 23). Indonesian student perceptions on face-to-fac...
 
Teknologi Terhadap Pendidikan
Teknologi Terhadap PendidikanTeknologi Terhadap Pendidikan
Teknologi Terhadap Pendidikan
 
MAKALAH MODEL-MODEL PEMBELAJARANn.docx
MAKALAH MODEL-MODEL PEMBELAJARANn.docxMAKALAH MODEL-MODEL PEMBELAJARANn.docx
MAKALAH MODEL-MODEL PEMBELAJARANn.docx
 
Ulasan dapatan jurnalkrp6044 norziah binti md ali(m20141000701)
Ulasan dapatan jurnalkrp6044 norziah binti md ali(m20141000701)Ulasan dapatan jurnalkrp6044 norziah binti md ali(m20141000701)
Ulasan dapatan jurnalkrp6044 norziah binti md ali(m20141000701)
 
Indah herlina, hapzi ali, e learning dan manfaat sistem pembelajaran e-learni...
Indah herlina, hapzi ali, e learning dan manfaat sistem pembelajaran e-learni...Indah herlina, hapzi ali, e learning dan manfaat sistem pembelajaran e-learni...
Indah herlina, hapzi ali, e learning dan manfaat sistem pembelajaran e-learni...
 
Pemanfaatan tik dalam pembelajaran
Pemanfaatan tik dalam pembelajaranPemanfaatan tik dalam pembelajaran
Pemanfaatan tik dalam pembelajaran
 
Jurnal jacka aditama 5215083403
Jurnal jacka aditama 5215083403Jurnal jacka aditama 5215083403
Jurnal jacka aditama 5215083403
 
Modul awal pembelajaran_jarak_jauh[1]
Modul awal pembelajaran_jarak_jauh[1]Modul awal pembelajaran_jarak_jauh[1]
Modul awal pembelajaran_jarak_jauh[1]
 
Musriani
MusrianiMusriani
Musriani
 
Modul awal pembelajaran jarak jauh
Modul awal pembelajaran jarak jauhModul awal pembelajaran jarak jauh
Modul awal pembelajaran jarak jauh
 
Jurnal jacka aditama 5215083403
Jurnal jacka aditama 5215083403Jurnal jacka aditama 5215083403
Jurnal jacka aditama 5215083403
 

Plus de Djadja Sardjana

Perancangan Diklat/Training Berbasis e-Learning di Perusahaan
Perancangan Diklat/Training Berbasis e-Learning di PerusahaanPerancangan Diklat/Training Berbasis e-Learning di Perusahaan
Perancangan Diklat/Training Berbasis e-Learning di PerusahaanDjadja Sardjana
 
Organisasi dan Tata Kelola e-Learning di Perusahaan
Organisasi dan Tata Kelola e-Learning di PerusahaanOrganisasi dan Tata Kelola e-Learning di Perusahaan
Organisasi dan Tata Kelola e-Learning di PerusahaanDjadja Sardjana
 
Pengembangan SDM Pertanian Berbasis TIK Dalam Rangka Mengantisipasi MEA (Masy...
Pengembangan SDM Pertanian Berbasis TIK Dalam Rangka Mengantisipasi MEA (Masy...Pengembangan SDM Pertanian Berbasis TIK Dalam Rangka Mengantisipasi MEA (Masy...
Pengembangan SDM Pertanian Berbasis TIK Dalam Rangka Mengantisipasi MEA (Masy...Djadja Sardjana
 
Digitalization of Learning and Knowledge Management on Corporate
Digitalization of Learning and  Knowledge Management on Corporate  Digitalization of Learning and  Knowledge Management on Corporate
Digitalization of Learning and Knowledge Management on Corporate Djadja Sardjana
 
Konsep, Model dan Pengembangan Knowledge Management & e-Learning di Perusahaan
Konsep, Model dan Pengembangan Knowledge Management & e-Learning di PerusahaanKonsep, Model dan Pengembangan Knowledge Management & e-Learning di Perusahaan
Konsep, Model dan Pengembangan Knowledge Management & e-Learning di PerusahaanDjadja Sardjana
 
Corporate Learning Toward Corporate University (Pembelajaran Menuju Universit...
Corporate Learning Toward Corporate University (Pembelajaran Menuju Universit...Corporate Learning Toward Corporate University (Pembelajaran Menuju Universit...
Corporate Learning Toward Corporate University (Pembelajaran Menuju Universit...Djadja Sardjana
 
Peningkatan Kemampuan Mahasiswa Muslim Dalam Menghadapi Era Globalisasi
Peningkatan Kemampuan Mahasiswa Muslim Dalam Menghadapi Era GlobalisasiPeningkatan Kemampuan Mahasiswa Muslim Dalam Menghadapi Era Globalisasi
Peningkatan Kemampuan Mahasiswa Muslim Dalam Menghadapi Era GlobalisasiDjadja Sardjana
 
TechnoEduPreneur 30 Mei 2013 Higher Education 21st Century Learning
TechnoEduPreneur 30 Mei 2013 Higher Education 21st Century Learning TechnoEduPreneur 30 Mei 2013 Higher Education 21st Century Learning
TechnoEduPreneur 30 Mei 2013 Higher Education 21st Century Learning Djadja Sardjana
 
Seminar TechnoEduPreneur 1 Juni 2013: "Tantangan dan Kesempatan Yang Kita Had...
Seminar TechnoEduPreneur 1 Juni 2013: "Tantangan dan Kesempatan Yang Kita Had...Seminar TechnoEduPreneur 1 Juni 2013: "Tantangan dan Kesempatan Yang Kita Had...
Seminar TechnoEduPreneur 1 Juni 2013: "Tantangan dan Kesempatan Yang Kita Had...Djadja Sardjana
 
Teknik Kreatif Menjalankan Usaha
Teknik Kreatif Menjalankan UsahaTeknik Kreatif Menjalankan Usaha
Teknik Kreatif Menjalankan UsahaDjadja Sardjana
 
Human Capital Development & Future Learning for BCA
Human Capital Development & Future Learning for BCAHuman Capital Development & Future Learning for BCA
Human Capital Development & Future Learning for BCADjadja Sardjana
 
Corporate Ethics and Social Responsibility
Corporate Ethics and Social ResponsibilityCorporate Ethics and Social Responsibility
Corporate Ethics and Social ResponsibilityDjadja Sardjana
 
Basic Concept of Strategy & Strategic Management
Basic Concept of Strategy & Strategic Management Basic Concept of Strategy & Strategic Management
Basic Concept of Strategy & Strategic Management Djadja Sardjana
 
Manajemen Stratejik dan Manajemen Mutu Terpadu Bapinger University
Manajemen Stratejik dan Manajemen Mutu Terpadu Bapinger UniversityManajemen Stratejik dan Manajemen Mutu Terpadu Bapinger University
Manajemen Stratejik dan Manajemen Mutu Terpadu Bapinger UniversityDjadja Sardjana
 
Policy Making and Decision Making in Education
Policy Making and Decision Making in EducationPolicy Making and Decision Making in Education
Policy Making and Decision Making in EducationDjadja Sardjana
 
Kebijakan Pembelajaran Dengan e-Learning di Lembaga Pendidikan
Kebijakan Pembelajaran Dengan e-Learning di Lembaga PendidikanKebijakan Pembelajaran Dengan e-Learning di Lembaga Pendidikan
Kebijakan Pembelajaran Dengan e-Learning di Lembaga PendidikanDjadja Sardjana
 
ICBEM2012: Knowledge Management for Small and Medium Enterprises to Win the C...
ICBEM2012: Knowledge Management for Small and Medium Enterprises to Win the C...ICBEM2012: Knowledge Management for Small and Medium Enterprises to Win the C...
ICBEM2012: Knowledge Management for Small and Medium Enterprises to Win the C...Djadja Sardjana
 
Management Creativity and Its Form: Lecture on Corporate Creativity
Management Creativity and Its Form: Lecture on Corporate CreativityManagement Creativity and Its Form: Lecture on Corporate Creativity
Management Creativity and Its Form: Lecture on Corporate CreativityDjadja Sardjana
 
Process of Creative Regeneration: Lecture on Corporate Creativity
Process of Creative Regeneration: Lecture on Corporate CreativityProcess of Creative Regeneration: Lecture on Corporate Creativity
Process of Creative Regeneration: Lecture on Corporate CreativityDjadja Sardjana
 
Creative Management: Lecture on Corporate Creativity
Creative Management: Lecture on Corporate CreativityCreative Management: Lecture on Corporate Creativity
Creative Management: Lecture on Corporate CreativityDjadja Sardjana
 

Plus de Djadja Sardjana (20)

Perancangan Diklat/Training Berbasis e-Learning di Perusahaan
Perancangan Diklat/Training Berbasis e-Learning di PerusahaanPerancangan Diklat/Training Berbasis e-Learning di Perusahaan
Perancangan Diklat/Training Berbasis e-Learning di Perusahaan
 
Organisasi dan Tata Kelola e-Learning di Perusahaan
Organisasi dan Tata Kelola e-Learning di PerusahaanOrganisasi dan Tata Kelola e-Learning di Perusahaan
Organisasi dan Tata Kelola e-Learning di Perusahaan
 
Pengembangan SDM Pertanian Berbasis TIK Dalam Rangka Mengantisipasi MEA (Masy...
Pengembangan SDM Pertanian Berbasis TIK Dalam Rangka Mengantisipasi MEA (Masy...Pengembangan SDM Pertanian Berbasis TIK Dalam Rangka Mengantisipasi MEA (Masy...
Pengembangan SDM Pertanian Berbasis TIK Dalam Rangka Mengantisipasi MEA (Masy...
 
Digitalization of Learning and Knowledge Management on Corporate
Digitalization of Learning and  Knowledge Management on Corporate  Digitalization of Learning and  Knowledge Management on Corporate
Digitalization of Learning and Knowledge Management on Corporate
 
Konsep, Model dan Pengembangan Knowledge Management & e-Learning di Perusahaan
Konsep, Model dan Pengembangan Knowledge Management & e-Learning di PerusahaanKonsep, Model dan Pengembangan Knowledge Management & e-Learning di Perusahaan
Konsep, Model dan Pengembangan Knowledge Management & e-Learning di Perusahaan
 
Corporate Learning Toward Corporate University (Pembelajaran Menuju Universit...
Corporate Learning Toward Corporate University (Pembelajaran Menuju Universit...Corporate Learning Toward Corporate University (Pembelajaran Menuju Universit...
Corporate Learning Toward Corporate University (Pembelajaran Menuju Universit...
 
Peningkatan Kemampuan Mahasiswa Muslim Dalam Menghadapi Era Globalisasi
Peningkatan Kemampuan Mahasiswa Muslim Dalam Menghadapi Era GlobalisasiPeningkatan Kemampuan Mahasiswa Muslim Dalam Menghadapi Era Globalisasi
Peningkatan Kemampuan Mahasiswa Muslim Dalam Menghadapi Era Globalisasi
 
TechnoEduPreneur 30 Mei 2013 Higher Education 21st Century Learning
TechnoEduPreneur 30 Mei 2013 Higher Education 21st Century Learning TechnoEduPreneur 30 Mei 2013 Higher Education 21st Century Learning
TechnoEduPreneur 30 Mei 2013 Higher Education 21st Century Learning
 
Seminar TechnoEduPreneur 1 Juni 2013: "Tantangan dan Kesempatan Yang Kita Had...
Seminar TechnoEduPreneur 1 Juni 2013: "Tantangan dan Kesempatan Yang Kita Had...Seminar TechnoEduPreneur 1 Juni 2013: "Tantangan dan Kesempatan Yang Kita Had...
Seminar TechnoEduPreneur 1 Juni 2013: "Tantangan dan Kesempatan Yang Kita Had...
 
Teknik Kreatif Menjalankan Usaha
Teknik Kreatif Menjalankan UsahaTeknik Kreatif Menjalankan Usaha
Teknik Kreatif Menjalankan Usaha
 
Human Capital Development & Future Learning for BCA
Human Capital Development & Future Learning for BCAHuman Capital Development & Future Learning for BCA
Human Capital Development & Future Learning for BCA
 
Corporate Ethics and Social Responsibility
Corporate Ethics and Social ResponsibilityCorporate Ethics and Social Responsibility
Corporate Ethics and Social Responsibility
 
Basic Concept of Strategy & Strategic Management
Basic Concept of Strategy & Strategic Management Basic Concept of Strategy & Strategic Management
Basic Concept of Strategy & Strategic Management
 
Manajemen Stratejik dan Manajemen Mutu Terpadu Bapinger University
Manajemen Stratejik dan Manajemen Mutu Terpadu Bapinger UniversityManajemen Stratejik dan Manajemen Mutu Terpadu Bapinger University
Manajemen Stratejik dan Manajemen Mutu Terpadu Bapinger University
 
Policy Making and Decision Making in Education
Policy Making and Decision Making in EducationPolicy Making and Decision Making in Education
Policy Making and Decision Making in Education
 
Kebijakan Pembelajaran Dengan e-Learning di Lembaga Pendidikan
Kebijakan Pembelajaran Dengan e-Learning di Lembaga PendidikanKebijakan Pembelajaran Dengan e-Learning di Lembaga Pendidikan
Kebijakan Pembelajaran Dengan e-Learning di Lembaga Pendidikan
 
ICBEM2012: Knowledge Management for Small and Medium Enterprises to Win the C...
ICBEM2012: Knowledge Management for Small and Medium Enterprises to Win the C...ICBEM2012: Knowledge Management for Small and Medium Enterprises to Win the C...
ICBEM2012: Knowledge Management for Small and Medium Enterprises to Win the C...
 
Management Creativity and Its Form: Lecture on Corporate Creativity
Management Creativity and Its Form: Lecture on Corporate CreativityManagement Creativity and Its Form: Lecture on Corporate Creativity
Management Creativity and Its Form: Lecture on Corporate Creativity
 
Process of Creative Regeneration: Lecture on Corporate Creativity
Process of Creative Regeneration: Lecture on Corporate CreativityProcess of Creative Regeneration: Lecture on Corporate Creativity
Process of Creative Regeneration: Lecture on Corporate Creativity
 
Creative Management: Lecture on Corporate Creativity
Creative Management: Lecture on Corporate CreativityCreative Management: Lecture on Corporate Creativity
Creative Management: Lecture on Corporate Creativity
 

Dernier

Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...NiswatuzZahroh
 
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptxppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptxUlyaSaadah
 
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfJaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfHendroGunawan8
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasihssuserfcb9e3
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxHeriyantoHeriyanto44
 
Diagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran BerdifferensiasiDiagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran BerdifferensiasiOviLarassaty1
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...Riyan Hidayatullah
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]Abdiera
 
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamuAdab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamuKarticha
 
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdfPPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdfSBMNessyaPutriPaulan
 
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin LimAsi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin LimNodd Nittong
 
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaruSilvanaAyu
 
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docxRPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docxSyifaDzikron
 
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaAbdiera
 
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxUNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxFranxisca Kurniawati
 
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdfEstetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdfHendroGunawan8
 
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfPelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfEmeldaSpd
 
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlinePPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlineMMario4
 

Dernier (20)

Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
 
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptxppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
 
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfJaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
 
Diagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran BerdifferensiasiDiagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
 
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamuAdab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
 
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdfPPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
 
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin LimAsi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
 
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
 
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docxRPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
 
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxUNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
 
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdfEstetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
 
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfPelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
 
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlinePPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
 

E-LEARNING

  • 1. Universitas Pendidikan Indonesia Sekolah Pasca Sarjana Program Studi Administrasi Pendidikan Tugas Makalah: “Proposal Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi dalam Strategi Manajemen Pendidikan” Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901) Dosen: Prof.Dr.H. Nanang Fattah, M.PD. Mahasiswa: Djadja Sardjana - 0907904 04 Desember 2009
  • 2. Proposal Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi dalam Strategi Manajemen Pendidikan A. Pendahuluan E-learning atau electronic learning kini semakin dikenal sebagai salah satu cara untuk mengatasi masalah pendidikan, baik di negara-negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Banyak orang menggunakan istilah yang berbeda-beda dengan e-learning, namun pada prinsipnya e-learning adalah pembelajaran yang menggunakan jasa elektronika sebagai alat bantunya. E-learning memang merupakan suatu teknologi pembelajaran yang yang relatif baru di Indonesia. Untuk menyederhanakan istilah, maka electronic learning disingkat menjadi e- learning. Kata ini terdiri dari dua bagian, yaitu ‘e’ yang merupakan singkatan dari ‘electronica’ dan ‘learning’ yang berarti ‘pembelajaran’. Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika. Jadi dalam pelaksanaannya e-learning menggunakan jasa audio, video atau perangkat komputer atau kombinasi dari ketiganya. Dalam berbagai literatur, e-learning didefinisikan sebagai berikut: “e-learning is a generic term for all technologically supported learning using an array of teaching and learning tools as phone bridging, audio and videotapes, teleconferencing, satellite transmissions, and the more recognized web-based training or computer aided instruction also commonly referred to as online courses” (Soekartawi, Haryono dan Librero, 2002). Dengan demikian maka e-learning adalah pembelajaran yang pelaksanaannya didukung oleh jasa teknologi seperti telepon, audio, vidiotape, transmisi satellite atau komputer. Indonesia yang terletak diantara 6º LU sampai 11º LS dan 95º BT sampai 141º BT adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak diantara dua benua, Asia dan Australia dengan jumlah kepulauan 17.000 lebih yang membentang sepanjang kurang lebih 3.200 mil dari Timur ke Barat serta 1.100 mil dari Utara ke Selatan. Kondisi geografi ini sedikit banyaknya menjadi kendala dalam penyebarluasan layanan pendidikan dan pelatihan yang menggunakan metode konvensional (tatap muka) kepada seluruh warga negara. Wahana utama dalam pengembangan sumber daya manusia adalah pendidikan dan pelatihan. Namun bila memperhatikan keadaan geografi, sosial-ekonomi dan beragamnya kebudayaan Indonesia, maka jelaslah bahwa sudah tidak memadai lagi (tidak praktis) apabila Tugas Makalah: “Proposal Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi” Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901) Hal 2
  • 3. hanya mengandalkan cara-cara pemecahan tradisional semata. Karena itu, berbagai strategi alternatif yang berkaitan dengan permasalahan perlu dijajagi, dikaji dan diterapkan. Dalam era global seperti sekarang ini, setuju atau tidak, mau atau tidak mau, harus berhubungan dengan teknologi khususnya teknologi informasi. Hal ini disebabkan karena teknologi tersebut telah mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari. Oleh karena itu, kita sebaiknya tidak ‘gagap’ teknologi. Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa siapa yang terlambat menguasai informasi, maka terlambat pulalah memperoleh kesempatan-kesempatan untuk maju. Informasi sudah merupakan ‘komoditi’ sebagai layaknya barang ekonomi yang lain. Peran informasi menjadi kian besar dan nyata dalam dunia modern seperti sekarang ini. Hal ini bisa dimengerti karena masyarakat sekarang menuju pada era masyarakat informasi (information age) atau masyarakat ilmu pengetahuan (knowledge society). Oleh karena itu tidak mengherankan kalau ada perguruan tinggi yang menawarkan jurusan informasi atau teknologi informasi, maka perguruan tinggi tersebut berkembang menjadi pesat. Kecepatan yang diiringi dengan tuntutan kebutuhan dapat memberikan sumbangan potensial pada sektor pendidikan dan pelatihan. Potensi positif yang dimiliki teknologi tidak saja meningkatkan efesiensi dan efektifitas serta keluwesan proses pembelajaran, tetapi juga berdampak pada pengembangan materi, pergeseran peran guru/pelatih dan semakin berkembangnya otonomi peserta didik. Tujuan penulisan makalah adalah untuk mendeskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran berbasis e-learning yang meliputi: (1) Model Pembelajaran Berbasis e-learning dalam Pendidikan, (2) Peranan E-Learning Pada Strategi Manajemen Pendidikan, (3) Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi dalam Strategi Manajemen Pendidikan, dan (4) Kesimpulan. B. Model Pembelajaran Berbasis e-learning dalam Pendidikan Dunia pendidikan terimbas pula oleh pesatnya perkembangan jagat maya. Sekolah lewat internet menjadi sesuatu hal yang memungkinkan. e-learning, sebuah alternatif media pendidikan yang tidak mengenal ruang dan waktu. Model sekolah lewat internet seharusnya ideal buat negeri kita. Pemanfaatan e-learning tidak terlepas dari jasa internet. Karena teknik pembelajaran yang tersedia di internet begitu lengkap, maka hal ini akan berpengaruhi terhadap tugas guru dalam proses pembelajaran. Dahulu, proses belajar mengajar didominasi oleh peran guru Tugas Makalah: “Proposal Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi” Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901) Hal 3
  • 4. disebut “the era of teacher”, sementara siswa hanya mendengar penjelasan guru. Kemudian, proses belajar dan mengajar didominasi oleh peran guru dan buku (the era of teacher and book) dan pada saat ini proses belajar dan mengajar didominasi oleh peran guru, buku dan teknologi (the era of teacher, book and technology). Teknologi internet pada hakekatnya merupakan perkembangan dari teknologi komunikasi generasi sebelumnya. Media seperti radio, televisi, video, multi media, dan media lainnya telah digunakan dan dapat membantu meningkatkan mutu pendidikan. Apalagi media internet yang memiliki sifat interaktif, bisa sebagai media massa dan interpersonal, dan sumber informasi dari berbagai penjuru dunia, sangat dimungkinkan menjadi media pendidikan lebih unggul dari generasi sebelumnya. Oleh karena itu Khoe Yao Tung (2000) mengatakan bahwa setelah kehadiran guru dalam arti sebenarnya, internet akan menjadi suplemen dan komplemen dalam menjadikan wakil guru yang mewakili sumber belajar yang penting di dunia. Dengan fasilitas yang dimilikinya, internet menurut Onno W. Purbo (1998) paling tidak, ada tiga hal dampak positif penggunaan internet dalam pendidikan yaitu: a) Peserta didik dapat dengan mudah mengambil mata kuliah dimanapun di seluruh dunia tanpa batas institusi atau batas negara. b) Peserta didik dapat dengan mudah berguru pada para ahli di bidang yang diminatinya. c) Kuliah/belajar dapat dengan mudah diambil di berbagai penjuru dunia tanpa bergantung pada universitas/sekolah tempat si mahasiswa belajar. Di samping itu saat ini hadir pula perpustakan internet yang lebih dinamis dan bisa digunakan di seluruh jagat raya. Pendapat ini hampir senada dengan Budi Rahardjo (2002). Menurutnya, manfaat internet bagi pendidikan adalah dapat menjadi akses kepada sumber informasi, akses kepada nara sumber, dan sebagai media kerjasama. Akses kepada sumber informasi yaitu sebagai perpustakaan on-line, sumber literatur, akses hasil-hasil penelitian, dan akses kepada materi kuliah. Akses kepada nara sumber bisa dilakukan komunikasi tanpa harus bertemu secara fisik. Sedangkan sebagai media kerjasama internet bisa menjadi media untuk melakukan penelitian bersama atau membuat semacam makalah bersama. Penelitian di Amerika Serikat tentang pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi untuk keperluan pendidikan diketahui memberikan dampak positif (Pavlik, 1963). Studi lainya dilakukan oleh Center for Applied Special Technology (CAST), “bahwa pemanfaatan internet sebagai media pendidikan menunjukan positif terhadap hasil belajar peserta didik4)”. Tugas Makalah: “Proposal Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi” Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901) Hal 4
  • 5. Walaupun masih banyak kendalanya, terlebih di Indonesia, kesenjangan mutu pendidikan antar-daerah seperti itu setidaknya bisa dijembatani dengan model sekolah lewat internet, e-learning. Syaratnya, mengubah paradigma teaching menjadi learning. Pembelajaran (learning) berbeda dengan pengajaran (teaching). Banyak definisi, redefinisi, atau kutipan mengenai learning. Intinya, belajar itu menyangkut perubahan terhadap diri-sendiri, mengubah perilaku, melakukan discovery (menguak apa yang semula tertutup). Pendeknya, belajar mengubah seseorang menjadi cerdas, bukan sekadar pintar. "Pintar" dan "cerdas" berbeda yang digambarkan dengan: “Smart people know from repetition of others. Intelligent people can figure it out by themselves”. Profil peserta e-Learning adalah seseorang yang (1) mempunyai motivasi belajar mandiri yang tinggi dan memiliki komitmen untuk belajar secara sungguh-sungguh karena tanggung jawab belajar sepenuhnya berada pada diri peserta belajar itu sendiri (Loftus, 2001), (2) senang belajar dan melakukan kajian-kajian, gemar membaca demi pengembangan diri secara terus-menerus, dan yang menyenangi kebebasan, (3) mengalami kegagalan dalam mata pelajaran tertentu di sekolah konvensional dan membutuhkan penggantinya, atau yang membutuhkan materi pelajaran tertentu yang tidak disajikan oleh sekolah konvensional setempat maupun yang ingin mempercepat kelulusannya sehingga mengambil beberapa mata pelajaran lainnya melalui e-Learning, serta yang terpaksa tidak dapat meninggalkan rumah karena berbagai pertimbangan (Tucker, 2000). Sedangkan dalam pengajaran guru atau instruktur memberikan waktu, energi, dan usaha untuk menyiapkan murid atau anak didik sesuai dengan tujuan instruksional. Guru memberi, murid menerima. Namun, orang yang diajar oleh guru atau melalui komputer belum tentu belajar, karena hasil belajar mensyaratkan adanya perubahan terhadap diri-sendiri. Pengembangan pembelajaran berbasis e-learning perlu dirancang secara cermat sesuai tujuan yang diinginkan. Jika kita setuju bahwa e-learning di dalamnya juga termasuk pembelajaran berbasis internet, maka pendapat Haughey (1998) perlu dipertimbangkan dalam pengembangan e-learning. Menurutnya ada tiga kemungkinan dalam pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet, yaitu “web course, web centric course, dan web enhanced course”. “Web course” adalah penggunaan internet untuk keperluan pendidikan, yang mana peserta didik dan pengajar sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan adanya tatap muka. Seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, ujian, dan kegiatan pembelajaran Tugas Makalah: “Proposal Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi” Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901) Hal 5
  • 6. lainnya sepenuhnya disampaikan melalui internet. Dengan kata lain model ini menggunakan sistem jarak jauh. “Web centric course” adalah penggunaan internet yang memadukan antara belajar tanpa tatap muka (jarak jauh) dan tatap muka (konvensional). Sebagian materi disampaikan melalui internet, dan sebagian lagi melalui tatap muka. Fungsinya saling melengkapi. Dalam model ini pengajar bisa memberikan petunjuk pada siswa untuk mempelajari materi pelajaran melalui web yang telah dibuatnya. Siswa juga diberikan arahan untuk mencari sumber lain dari situs-situs yang relevan. Dalam tatap muka, peserta didik dan pengajar lebih banyak diskusi tentang temuan materi yang telah dipelajari melalui internet tersebut. Hasil penelitian yang menguji penggunaan teknologi pembelajaran bagi siswa (dengan mengakses website yang merujuk pada tampilan powerpoint untuk catatan dan persiapan ujian) dan metode belajar yang relatif lebih tradisional (membaca buku teks dan mencatat di kelas dari buku), serta pengaruh strategi belajar terhadap nilai ujian mereka dan kehadiran di kelas, menunjukkan siswa yang digolongkan tinggi pada penggunaan teknologi dan metode belajar tradisional menunjukkan prestasi dan kehadiran yang lebih tinggi daripada siswa yang digolongkan rendah dalam penggunaan kedua metode belajar yang menggunakan teknologi dan metode belajar tradisional. (Kathleen Debevec, 2006). Model “web enhanced course” adalah pemanfaatan internet untuk menunjang peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Fungsi internet adalah untuk memberikan pengayaan dan komunikasi antara peserta didik dengan pengajar, sesama peserta didik, anggota kelompok, atau peserta didik dengan nara sumber lain. Oleh karena itu peran pengajar dalam hal ini dituntut untuk menguasai teknik mencari informasi di internet, membimbing mahasiswa mencari dan menemukan situs-situs yang relevan dengan bahan pembelajaran, menyajikan materi melalui web yang menarik dan diminati, melayani bimbingan dan komunikasi melalui internet, dan kecakapan lain yang diperlukan. Pengembangan e-learning tidak semata-mata hanya menyajikan materi pelajaran secara on-line saja, namun harus komunikatif dan menarik. Materi pelajaran didesain seolah peserta didik belajar dihadapan pengajar melalui layar komputer yang dihubungkan melalui jaringan internet. Untuk dapat menghasilkan e-learning yang menarik dan diminati, Onno W. Purbo (2002) mensyaratkan tiga hal yang wajib dipenuhi dalam merancang e-learning, yaitu “sederhana, personal, dan cepat”. Sistem yang sederhana akan memudahkan peserta didik dalam memanfaatkan teknologi dan menu yang ada , dengan kemudahan pada panel yang disediakan, akan mengurangi pengenalan sistem e-learning itu sendiri, sehingga waktu belajar Tugas Makalah: “Proposal Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi” Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901) Hal 6
  • 7. peserta dapat diefisienkan untuk proses belajar itu sendiri dan bukan pada belajar menggunakan sistem e-learning-nya. Syarat personal berarti pengajar dapat berinteraksi dengan baik seperti layaknya seorang guru yang berkomunikasi dengan murid di depan kelas. Dengan pendekatan dan interaksi yang lebih personal, peserta didik diperhatikan kemajuannya, serta dibantu segala persoalan yang dihadapinya. Hal ini akan membuat peserta didik betah berlama-lama di depan layar komputernya. Kemudian layanan ini ditunjang dengan kecepatan, respon yang cepat terhadap keluhan dan kebutuhan peserta didik lainnya. Dengan demikian perbaikan pembelajaran dapat dilakukan secepat mungkin oleh pengajar atau pengelola. Secara ringkas, e-learning perlu diciptakan seolah-olah peserta didik belajar secara konvensional, hanya saja dipindahkan ke dalam sistem digital melalui internet. Oleh karena itu e-learning perlu mengadaptasi unsur-unsur yang biasa dilakukan dalam sistem pembelajaran konvensional. Misalnya dimulai dari perumusan tujuan yang operasional dan dapat diukur, ada persepsi atau pre test, membangkitkan motivasi, menggunakan bahasa yang komunikatif, uraian materi yang jelas, contoh-contoh kongkrit, problem solving, tanya jawab, diskusi, post test, sampai penugasan dan kegiatan tindak lanjutnya. Oleh karena itu merancang e-learning perlu melibatkan pihak terkait, antara lain: pengajar, ahli materi, ahli komunikasi, programmer, seniman, dan sebagainya. C. Peranan E-Learning Pada Strategi Manajemen Pendidikan Observasi para ahli sebagaimana telah dikemukakan di atas mengisyaratkan bahwa pendidikan di masa depan cenderung menjadi multidisipliner, jaringan yang terpadu, terkait pada produktivitas tepat waktu, pluralistik, lebih dialogis/sinkronis,lebih terbuka dan mudah diakses serta lebih bersaing secara alami. Pada tahun 1989, Bishop G. telah meramalkan bahwa pendidikan di masa depan cenderung menjadi luwes, terbuka, beraneka ragam, terjangkau oleh siapapun yang ingin belajar tanpa mengenal usia, jenis kelamin, pengalaman belajar sebelumnya, dan sebagainya. Dengan kemajuan teknologi komunikasi yang baru, model penyampaian melalui banyak jalur berbasis multimedia terus berkembang sebagai suatu alat yang sangat handal. Kemampuan untuk menggabungkan teks, diagram, dan gambar dengan video dan suara sangat menunjang kemampuan mentransmisikan informasi yang bermakna dan pembangunan teknologi yang bersifat maya (virtual), dapat meningkatkan efektivitas pendekatan tersebut, Tugas Makalah: “Proposal Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi” Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901) Hal 7
  • 8. bahkan lebih dari itu. Banyak siswa, bahkan sekalipun mereka belum mengerti betul komputer berharap memperoleh kemudahan dengan materi tersebut. Internet memiliki potensi luar biasa sepanjang infrastruktur sistem telepon yang ada dapat diandalkan disertai peralatan yang telah tersedia, yang telah mendorong orang untuk menyadarinya dan telah dilatih untuk penggunaannya. Bila hal ini dilihat sebagai suatu jawaban yang menyeluruh terhadap masalah-masalah pendidikan massa, maka kenyataan yang ada seperti ini sering diabaikan. Namun akan menjadi sangat bermakna jika dipandang sebagai sistem yang diterpkan secara bertahap dan kumulatif, di mana infrastruktur yang telah tersedia digunakan untuk kebutuhan-kebutuhan yang jelas dan khusus. Rosenberg (2001) menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Bahkan Onno W. Purbo (2002) menjelaskan bahwa istilah “e” atau singkatan dari elektronik dalam e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik internet. Secara lebih rinci Rosenberg (2001) mengkategorikan tiga kriteria dasar yang ada dalam e- learning, yaitu: a) E-learning bersifat jaringan, yang membuatnya mampu memperbaiki secara cepat, menyimpan atau memunculkan kembali, mendistribusikan, dan sharing pembelajaran dan informasi. Persyaratan ini sangatlah penting dalam e-learning, sehingga Rosenberg menyebutnya sebagai persyaratan absolut. b) E-learning dikirimkan kepada pengguna melalui komputer dengan menggunakan standar teknologi internet. CD ROM, Web TV, Web Cell Phones, pagers, dan alat bantu digital personal lainnya walaupun bisa menyiapkan pesan pembelajaran tetapi tidak bisa digolongkan sebagai e-learning. c) E-learning terfokus pada pandangan pembelajaran yang paling luas, solusi pembelajaran yang menggungguli paradigma tradisional dalam pelatihan. Uraian di atas menunjukan bahwa sebagai dasar dari e-learning adalah pemanfaatan teknologi internet. e-learning merupakan bentuk pembelajaran konvensional yang dituangkan dalam format digital melalui teknologi internet. Oleh karena itu e-learning dapat digunakan dalam sistem pendidikan jarak jauh dan juga sistem pendidikan konvensional. Dalam pendidikan konvensional fungsi e-learning bukan untuk mengganti, melainkan memperkuat Tugas Makalah: “Proposal Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi” Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901) Hal 8
  • 9. model pembelajaran konvensional. Dalam hal ini Cisco (2001) menjelaskan filosofis e-learning sebagai berikut: a) E-learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan secara on-line. b) E-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku teks, CD-ROM, dan pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi. c) E-learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content dan pengembangan teknologi pendidikan. Kapasitas siswa amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara penyampaiannya. Makin baik keselarasan antar conten dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan lebih baik kapasitas siswa yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik. Guru atau instruktur dapat menugaskan peserta didik untuk bekerja dalam beberapa kelompok untuk mengembangkan dan mempresentasikan tugas yang diberikan. Peserta didik yang menggarap tugas kelompok ini dapat bekerjasama melalui fasilitas homepage atau web. Selain itu, peserta didik sendiri dapat saling berkontribusi secara individual atau melalui diskusi kelompok dengan menggunakan e-mail (Website kudos, 2002). Concord Consortium (2002) (http://www.govhs.org/) mengemukakan bahwa pengalaman belajar melalui media elektronik semakin diperkaya ketika peserta didik dapat merasakan bahwa mereka masing-masing adalah bagian dari suatu masyarakat peserta didik, yang berada dalam suatu lingkungan bersama. Dengan mengembangkan suatu komunitas dan hidup di dalamnya, peserta didik menjadi tidak lagi merasakan terisolasi di dalam media elektronik. Bahkan, mereka bekerja saling bahu-membahu untuk mendukung satu sama lain demi keberhasilan kelompok. Lebih jauh dikemukakan bahwa di dalam kegiatan e-Learning, para guru dan peserta belajar mengungkapkan bahwa mereka justru lebih banyak mengenal satu sama lainnya. Para peserta belajar sendiri mengakui bahwa mereka lebih mengenal para gurunya yang membina mereka belajar melalui kegiatan e-Learning. Di samping itu, para guru e-Learning ini juga aktif melakukan pembicaraan (komunikasi) dengan orangtua peserta didik melalui telepon dan email Tugas Makalah: “Proposal Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi” Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901) Hal 9
  • 10. karena para orangtua ini merupakan mitra kerja dalam kegiatan e-Learning. Demikian juga halnya dengan komunikasi antara sesama para peserta e-Learning. Pada dasarnya cara penyampaian atau cara pemberian (delivery system) dari e-learning, dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: 1. One way communication (komunikasi satu arah); dan 2. Two way communication (komunikasi dua arah). Komunikasi atau interaksi antara guru dan murid memang sebaiknya melalui sistem dua arah. Dalam e-learning, sistem dua arah ini juga bisa diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: 1. Dilaksanakan melalui cara langsung (synchronous). Artinya pada saat instruktur memberikan pelajaran, murid dapat langsung mendengarkan; dan 2. Dilaksanakan melalaui cara tidak langsung (a-synchronous). Misalnya pesan dari instruktur direkam dahulu sebelum digunakan. Paradigma masa depan di dalam kecenderungan yang menyeluruh (Roll, R. 1997) adalah sebuah dorongan pasar multimedia. Dampak kuat dari lahirnya globalisasi akan menghasilkan perubahan dalam Strategi Manajemen pendidikan dan pelatihan. Untuk itulah diperlukan ilmu pendidikan dan metode-metode pembelajaran yang baru. Struktur ketrampilan kejuruan dan pengetahuan mengalami perubahan guna mendukung kegiatan belajar seumur hidup dan belajar berkelanjutan yang berfungsi untuk mempersiapkan para pekerja memenuhi tuntutan atau kepentingan industri. Yang perlu digaris bawahi dari pernyataan Roll adalah “Teknologi tinggi hendaknya untuk menjangkau yang tidak terjangkau, dan ketepatan teknologi tinggi adalah apabila infrastrukturnya digunakan secara bijak. Dengan keadaan yang demikianlah, belajar jarak jauh dan pendidikan terbuka/jarak jauh akan menjadi pelopor memasuki dekade baru”. D. Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi dalam Strategi Manajemen Pendidikan 1. Proses Pembuatan Kebijakan Publik Menurut Hoogerwerf (1988, 66) pada hakekatnya pengertian kebijakan adalah semacam jawaban terhadap suatu masalah, merupakan upaya untuk memecahkan, mengurangi, mencegah suatu masalah dengan cara tertentu, yaitu dengan tindakan yang terarah. James E. Anderson (1978, 33), memberikan rumusan kebijakan sebagai Tugas Makalah: “Proposal Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi” Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901) Hal 10
  • 11. perilaku dari sejumlah aktor (pejabat, kelompok, instansi pemerintah) atau serangkaian aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu. Dari beberapa pengertian tentang kebijakan yang telah dikemukakan oleh para ilmuwan tersebut, kiranya dapatlah ditarik kesimpulan bahwa pada hakekatnya studi tentang policy (kebijakan) mencakup pertanyaan : what, why, who, where, dan how. Semua pertanyaan itu menyangkut tentang masalah yang dihadapi lembaga-lembaga yang mengambil keputusan yang menyangkut; isi, cara atau prosedur yang ditentukan, strategi, waktu keputusan itu diambil dan dilaksanakan. Disamping kesimpulan tentang pengertian kebijakan dimaksud, pada dewasa ini istilah kebijakan lebih sering dan secara luas dipergunakan dalam kaitannya dengan tindakan-tindakan pemerintah serta perilaku negara pada umumnya (Charles O. Jones,1991, 166) Dari definisi ini, maka kebijakan publik meliputi segala sesuatu yang dinyatakan dan dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah. Disamping itu kebijakan publik adalah juga kebijakan-kebijakan yang dikembangkan/dibuat oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah (James E. Anderson, 1979:3). Implikasi pengertian dari pandangan ini adalah bahwa kebijakan publik : a. Lebih merupakan tindakan yang mengarah pada tujuan daripada sebagai perilaku atau tindakan yang kebetulan; b. Pada hakekatnya terdiri atas tindakan-tindakan yang saling terkait; c. Bersangkutan dengan apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah dalam bidang tertentu atau bahkan merupakan apa yang pemerintah maksud atau melakukan sesuatu atau menyatakan melakukan sesuatu; d. Bisa bersifat positif yang berarti merupakan beberapa bentuk tindakan (langkah) pemerintah mengenai masalah tertentu, dan bersifat negatip yang berarti merupakan keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu; e. Kebijakan publik setidak-tidaknya dalam arti positip didasarkan atau selalu dilandaskan pada peraturan/undang-undang yang bersifat memaksa (otoratif). Dalam studi kebijakan publik, perlu dilakukan implementasi kebijakan yang bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik ke dalam prosedur-prosedur rutin melalui saluran-saluran birokrasi, masalah konflik, keputusan, dan siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan. Oleh karena itu tidaklah terlalu Tugas Makalah: “Proposal Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi” Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901) Hal 11
  • 12. salah jika dikatakan bahwa implementasi kebijakan merupakan aspek yang sangat penting dalam keseluruhan proses kebijakan. Pengertian yang sangat sederhana tentang implementasi kebijakan adalah sebagaimana yang diungkapkan oleh Charles O. Jones (1991), dimana implementasi diartikan sebagai "getting the job done" dan "doing it". Tetapi di balik kesederhanaan rumusan yang demikian berarti bahwa implementasi kebijakan merupakan suatu proses kebijakan yang dapat dilakukan dengan mudah. Namun pelaksanaannya, menurut Jones, menuntut adanya syarat yang antara lain: adanya orang atau pelaksana, uang dan kemampuan organisasi atau yang sering disebut dengan resources, Lebih lanjut Jones merumuskan batasan implementasi sebagai proses penerimaan sumber daya tambahan, sehingga dapat mempertimbangkan apa yang harus dilakukan. Hal ini dikemukakan berdasarkan pada kenyataan bahwa proses implementasi ini akan dipengaruhi oleh dimensi-dimensi kebijakan semacam itu. Dalam artian bahwa implementasi kebanyakan akan berhasil apabila perubahan yang dikehendaki relatif sedikit, sementara kesepakatan terhadap tujuan, terutama dari mereka yang mengoperasikan program di lapangan, relatif tinggi. Dari uraian diatas, dapat dipahami bahwa keberhasilan impelementasi kebijakan sangat dipengaruhi oleh bernagai variabel atau faktor yang pada gilrannya akan mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan itu sendiri. Untuk itulah dibutuhkan Analisis Kebijakan E-learning pada Perguruan Tinggi sehingga perlu dilakukan suatu kajian untuk mereview terhadap kebijakan tersebut. Mengetahui seberapa baik kebijakan yang dipilih dapat membantu tercapainya tujuan dan untuk mengetahui apakah terdapat dampak-dampak lainnya yang mungkin ditimbulkan oleh kebijakan tersebut. Dan juga untuk mengetahui masalah apa yang ingin diselesaikan oleh pemerintah, seberapa jauh tingkat keberhasilan kebijakan tersebut dalam memecahkan masalah (mencapai sasaran), serta apakah kebijakan tersebut mengakibatkan dampak lain yang tidak diinginkan, tidak diperhitungkan sebelumnya, atau yang merupakan ancaman risiko bagi pemerintah. William N. Dunn (2008) mengemukakan bahwa analisis kebijakan adalah suatu disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagai macam metode penelitian dan argumen untuk menghasilkan dan memindahkan informasi yang relevan dengan kebijakan, sehingga dapat dimanfaatkan di tingkat politik dalam rangka memecahkan masalah-masalah kebijakan. Weimer and Vining, (1998:1): “The product of policy Tugas Makalah: “Proposal Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi” Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901) Hal 12
  • 13. analysis is advice. Specifically, it is advice that inform some public policy decision”. Jadi analisis kebijakan publik lebih merupakan nasehat atau bahan pertimbangan pembuat kebijakan publik yang berisi tentang masalah yang dihadapi, tugas yang mesti dilakukan oleh organisasi publik berkaitan dengan masalah tersebut, dan juga berbagai alternatif kebijakan yang mungkin bisa diambil dengan berbagai penilaiannya berdasarkan tujuan kebijakan. Setelah masalah kebijakan diformulasikan, maka kini saatnya masalah tersebut dicarikan solusi berupa kebijakan publik apa yang akan diambil. Dalam proses desain kebijakan tersebut terdapat tujuh tahap sebagai berikut: 1) Tahap pengkajian persoalan. Tahap ini bertujuan untuk menemukan dan memahami hakikat permasalahan yang berhasil diidentifikasi yang dihadapi oleh organisasi; merumuskan masalah yang dihadapi organisasi ; serta menunjukkan hubungan kausal dari permasalahan yang berhasil diidentifikasi. 2) Penetapan tujuan dan sasaran kebijakan. Penetapan tujuan dan sasaran kebijakan diperlukan sebagai dasar pijakan dalam merumuskan alternatif intervensi yang diperlukan serta menjadi pijakan standar penilaian apakah langkah intervensi tersebut bisa disebut “gagal” atau “berhasil”. 3) Penyusunan model. Beberapa alternatif kebijakan intervensi dituangkan dalam bentuk hubungan kausalitas antar masalah yang dihadapi organisasi dan dirumuskan secara sederhana. Hubungan kausalitas ini disebut sebagai model. Model tersebut bisa berupa diagram alur (flow chart) maupun diagram panah (arrow chart). Tujuan penyusunan model tersebut dimaksudkan untuk memudahkan analisis sekaligus memilih alternatif kebijakan intervensi mana yang harus dipilih. 4) Perumusan alternatif kebijakan. Alternatif kebijakan merupakan sejumlah alat dan cara yang dipakai untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditentukan baik secara langsung atau tidak. Rumusan alternatif tersebut diawali dengan penjelasan kerangka logika yang terkait dengan berbagai kemungkinan yang muncul dalam kerangka intervensi masalah. Kemungkinan tersebut berdampak baik positif maupun negatif. Setelah alternatif diidentifikasi, maka tiba saatnya untuk memilih alternatif yang paling berpeluang untuk mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan sebelumnya. Tugas Makalah: “Proposal Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi” Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901) Hal 13
  • 14. 5) Penentuan kriteria pemilihan alternatif kebijakan. Kriteria dan parameter yang bisa dimanfaatkan untuk memilih alternatif kebijakan antara lain adalah a) technical feasibility, yang menekankan pada aspek efektifitas langkah intervensi dalam mencapai tujuan dan sasaran; b) economic and financial feasibility, yang menekankan aspek efisiensi yakni biaya dan keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan teknik cost and benefit analysis; c) political viability, yang melihat dampak politik yang ditimbulkan berupa tingkat aksebilitas (acceptability), kecocokan dengan nilai masyarakat (appropriateness), responsifitas (responsiveness), kesesuaian dengan perundangan (legal suitability), serta pemerataan (equity); d) administrative operability yang melihat dari dimensi otoritas instansi pelaksana, komitmen kelembagaan, kapabilitas staf dan dana serta dukungan organisasi. 6) Penilaian alternatif kebijakan. Melalui penilaian ini akan ditemukan alternatif intervensi yang paling efektif, efisien, dan visibel dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Oleh karena itu alternatif intervensi yang dipilih paling tidak harus yang efektif dalam mencapai tujuan dan sasaran, yang paling efisien dalam sisi biaya dan keuntungan, yang paling bisa diterima oleh stakeholder, dan secara kelembagaan dapat dilaksanakan serta memenuhi syarat administratif. Selain itu perlu dipertimbangkan aspek etika dan filsafat sehingga alternatif tersebut tidak melanggar nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. 7) Perumusan rekomendasi kebijakan. Rekomendasi kebijakan dibuat berdasar perolehan skor beberapa alternatif intervensi, dimana alternatif ini dinilai visibel untuk mencapai tujuan dan sasaran, memakan biaya yang optimal dengan keuntungan maksimal, diterima oleh seluruh pemangku kepentingan serta sesuai dengan etika dan nilai yang berlaku dalam masyarakat dan peraturan perundangan, dan secara kelembagaan bisa dilaksanakan. Selian itu, alternatif intervensi tersebut juga dipertimbangkan secara lebih komprehensif, holistik, integratif serta prospektif sebelum dipilih. Setelah itu, alternatif intervensi yang direkomendasikan ditetapkan dan disahkan sehingga memiliki kekuatan hukum. Tugas Makalah: “Proposal Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi” Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901) Hal 14
  • 15. 2. Kebijakan E-learning pada Perguruan Tinggi Saat Ini Kebijakan perihal e-learning pada Rencana Strategis Pendidikan dari Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS) 2009-2014 sebagai bagian Peningkatan Mutu, Relevansi, dan Daya Saing disebutkan sebagai berikut: “Dengan mempertimbangkan pesatnya perkembangan pemanfaatan ICT dalam berbagai sektor kehidupan, pemerintah akan terus mengembangkan pemanfaatan ICT untuk sistem informasi persekolahan dan pembelajaran termasuk pengembangan pembelajaran secara elektronik (e-learning). Hingga tahun 2009, langkah-langkah yang akan dilakukan adalah (a) merancang sistem jaringan yang mencakup jaringan internet, yang menghubungkan sekolah-sekolah dengan pusat data dan aplikasi, serta jaringan intranet sebagai sarana dan media komunikasi, dan informasi intern sekolah; (b) merancang dan membuat aplikasi database, yang menyimpan dan mengolah data dan informasi persekolahan, manajemen persekolahan, konten-konten pembelajaran; (c) merancang dan membuat aplikasi pembelajaran berbasis portal, web, multimedia interaktif, yang terdiri atas aplikasi tutorial dan learning tool; (d) mengoptimalkan pemanfaatan TV edukasi sebagai materi pengayaan dalam rangka menunjang peningkatan mutu pendidikan; dan (e) mengimplementasikan pemanfaatan TIK secara bertahap untuk memudahkan manajemen pendidikan pada SMP dan sekaligus untuk mendukung proses pembelajaran di seluruh wilayah Indonesia”. Pada bagian lain disebutkan pula usaha-usaha yang yang telah dilakukan sebagai berikut: “Dengan mempertimbangkan pesatnya perkembangan pemanfaatan TIK dalam berbagai sektor kehidupan, pemerintah akan terus mengembangkan pemanfaatan TIK untuk sistem informasi persekolahan dan pembelajaran termasuk pengembangan e-Learning. Hingga tahun 2009, langkah-langkah yang akan dilakukan adalah (a) merancang dan membuat aplikasi database, yang menyimpan dan mengolah data dan informasi persekolahan, manajemen persekolahan, muatan (content) pembelajaran; (b) merancang dan membuat aplikasi pembelajaran berbasis portal, web, multimedia interaktif, yang terdiri atas aplikasi tutorial dan learning tool; (c) mengoptimalkan pemanfaatan TV edukasi sebagai materi pengayaan dalam rangka menunjang peningkatan mutu pendidikan; dan (d) mengimplementasikan pemanfaatan TIK secara bertahap untuk memudahkan manajemen pendidikan pada SMA dan SMK dan sekaligus untuk mendukung proses pembelajaran di seluruh wilayah Indonesia.” Tugas Makalah: “Proposal Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi” Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901) Hal 15
  • 16. Khusus untuk perguruan tinggi, kebijakan e-learning sesuai Rencana Strategis Pendidikan dari Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS) 2009-2014 adalah: “Pengembangan pembelajaran jarak jauh (distance learning) di perguruan tinggi, dengan proyek percontohan pada beberapa perguruan tinggi dan pusat pelatihan hingga tahun 2009, yaitu ITB, ITS, UGM, IPB, UI, UNRI, UNDANA, UNHAS, PENS, dan POLMAL. Diseminasi proyek ini akan dikembangkan pada UNLAM, UM, UNY, UNP, UNHALU, UNCEN dan PT-PT lainnya.” Sedangkan target yang ditetapkan adalah: “ICT literacy (kemampuan akses, memanfaatkan dan menggunakan radio, televisi, komputer dan internet) 80% untuk kalangan mahasiswa dan dosen” dengan Penguatan Tata Kelola, Akuntabilitas, dan Citra Publik di bidang: “Peningkatan kapasitas satuan perguruan tinggi dilakukan melalui berbagai program hibah kompetisi yang diselenggarakan oleh pemerintah, seperti program hibah kompetisi, program kemitraan, hibah penelitian, pusat pengembangan pendidikan dan aktivitas instruksional (P3AI). Peningkatan kapasitas pengelolaan juga akan ditunjang dengan penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), seperti pengembangan sistem informasi pendidikan tinggi”. Adapun secara operasional kebijakan e-learning dituangkan pada dokumen akreditasi (BUKU IIIB) point 6.4.1 (Sistem Informasi) sebagai berikut: “Jelaskan sistem informasi manajemen dan fasilitas ICT (Information and Communication Technology) yang digunakan Fakultas/Sekolah Tinggi untuk proses penyelenggaraan akademik dan administrasi (misalkan SIAKAD, SIMKEU, SIMAWA, SIMFA, SIMPEG dan sejenisnya), termasuk distance/e-learning. Jelaskan pemanfaatannya dalam proses pengambilan keputusan dalam pengembangan institusi.” Pada BUKU VI-MATRIKS PENILAIAN INSTRUMEN AKREDITASI PROGRAM STUDI SARJANA juga secara mendetail dijelaskan kebijakan “Akses dan pendayagunaan sistem informasi dalam pengelolaan data dan informasi tentang penyelenggaraan program akademik di program studi”, termasuk juga e-learning, yang bisa dilihat pada tabel berikut ini: Tugas Makalah: “Proposal Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi” Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901) Hal 16
  • 17. 3. Proposal Kebijakan E-learning pada Perguruan Tinggi Masa Datang Pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau e-learning juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Berbagai kritik (Bullen, 2001, Beam, 1997), antara lain dapat disebutkan sbb: a) Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar dan mengajar; b) Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial; c) Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan; d) Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT; e) Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal; f) Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon ataupun komputer); Tugas Makalah: “Proposal Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi” Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901) Hal 17
  • 18. g) Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki ketrampilan soal-soal internet; dan h) Kurangnya penguasaan bahasa komputer. Dari hal di atas penyusun menyarankan Proposal Kebijakan E-learning pada Perguruan Tinggi Masa Datang memakai kerangka kerja (framework) dari Gellman-Danley and Fetzner (1998) sebagai beikut: Policy Area Key Issues Academic Calendar, Course integrity, Transferability, Transcripts, Student/Course evaluation, Admission standards, Curriculum/Course approval, Accreditation, Class cancellations , Course/Program/Degree availability, Recruiting/Marketing Governance/Administration/ Tuition rate, Technology fee, FTE’s, Administration cost, State fiscal regulations, Tuition disbursement, Space, Single Fiscal versus multiple board oversight, Staffing Faculty Compensation and workload, Development incentives, Faculty training, Congruence with existing union contracts, Class monitoring, Faculty support, Faculty evaluation Legal Intellectual property, Faculty, Student and institutional liability Student Support Services Advisement, Counseling, Library access, Materials delivery, Student training, Test proctoring, Videotaping, Computer accounts, Registration, Financial aid, Labs Technical Systems reliability, Connectivity/access, Hardware/software, Setup concerns, Infrastructure, Technical support (staffing), Scheduling, Costs Cultural Adoption of innovations, Acceptance of on-line/distance teaching, Understanding of distance education (what works at a distance), Organizational values Tugas Makalah: “Proposal Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi” Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901) Hal 18
  • 19. Sedangkan “Policy Analysis Framework” untuk hirarki kebijakannya dapat menggunakan model sebagai berikut: Policy Area Description Faculty (including Continuing Education and Rewards (e.g., stipends, promotion and Cooperative Extension) tenure, merit increases, etc.); Support (e.g., student help, technical assistance, training, etc.); Opportunities to learn about technology and new applications (e.g., release time, training, etc.); Intellectual property (e.g. ownership of materials, copyright, etc.) Students/Participants Support (e.g., access to technology, library resources, registration, advising, financial aid, etc.); Requirements and records (e.g., residency requirements, acceptance of courses from other places, transfer of credit, continuing education, etc.) Management and Organization Tuition and fee structure; Funding formula; Collaboration (e.g., with other Departments, units, institutions, consortia, intra-and inter- institutional, service areas, etc.); Resources (e.g., financial resources to support distance education, equipment, new technologies, etc.); Curricula/individual courses (e.g., delivery modes, course/program selection, plans to develop, individual sequences, course development, entire program delivery, interactivity requirements, test requirements, contact hour definitions, etc.) Tugas Makalah: “Proposal Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi” Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901) Hal 19
  • 20. E. Kesimpulan E-Learning akan dimanfaatkan atau tidak sangat tergantung Kebijakan Pemerintah di bidang pendidikan dan bagaimana pengguna memandang atau menilai e-learning tersebut. Namun umumnya digunakannya teknologi tersebut tergantung dari: (1). Apakah teknologi itu memang sudah merupakan kebutuhan (2). Apakah fasilitas pendukungnya yang memadai, (3). Apakah didukung oleh dana yang memadai dan (4). Apakah ada dukungan dari pembuat kebijakan. Banyak kalangan sering mencoba memulai e-learning ini tanpa pertimbangan yang matang serta menggunakannya agar kelihatan bergengsi tanpa Kebijakan dan Strategi Manajemen Pendidikan yang jelas. Oleh karena itu satu hal yang perlu diperhatikan sebelum memanfaatkan internet untuk pembelajaran, yaitu melakukan analisis kebijakan untuk menjawab apakah memang memerlukan e-learning. Dalam analisis ini tentunya sudah termasuk apakah secara teknis dan non-teknis e-learning bisa dilaksanakan Analisis ini menyangkut tersedianya hard-ware khususnya komputer (dengan network-nya), listrik, telepon dan perangkat lunaknya; khususnya tersedianya tenaga, bahan ajar yang siap di-online-kan dan “management course tools” yang akan dipakai. Juga apakah secara ekonomis penggunaan internet ini menguntungkan (economically profitable). Analisis ekonomi seperti Benefit per Cost (B/C) ratio, Internal Rate of Return (IRR), Net Present Value (NPV) atau Return on Investment (ROI) bisa dipakai sebagai alat ukur. Selanjutnya apakah secara sosial, penggunaan e-learning itu diterima oleh masyarakat (socially acceptable). Sebab kadang-kadang walaupun pengunaan e-learning untuk pembelajaran telah disiapkan secara baik dan kualitas penyelenggaraannya juga baik, masyarakat belum bisa menerimanya karena mereka menganggap cara-cara pendidikan konvensional dianggap lebih baik. Untuk itu harap diperhatikan masalah akuntabilitas dalam menggunakan teknologi informasi tersebut. Satu hal yang perlu ditekankan dan dipahami adalah bahwa e-Learning tidak dapat sepenuhnya menggantikan kegiatan pembelajaran konvensional di kelas. Tetapi, e-Learning dapat menjadi partner atau saling melengkapi dengan pembelajaran konvensional di kelas. e- Learning, Belajar mandiri merupakan “basic thrust” kegiatan pembelajaran elektronik, namun jenis kegiatan pembelajaran ini masih membutuhkan interaksi yang memadai sebagai upaya untuk mempertahankan kualitasnya. Tugas Makalah: “Proposal Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi” Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901) Hal 20
  • 21. DAFTAR PUSTAKA Cisco, (2001). e-Learning: Combines Communication, Education, Information, and Training. http://ww.cisco.com/warp/public/10/wwtraining/elearning. Cuban, L. (1996). Techno-reformers and classroom teachers, Educational Week on the Web. http://www.edweek.org/ew/vol-16/o6cuban (Nopember 2000). Hartanto, A.A. dan Purbo, O.W. (2002), Teknologi e-Learning Berbasis PHP dan MySQL, Elex Media Komputindo, Jakarta. Jatmiko, R. (1997), Enhancing Learning Experiences through the Use of Internet. Paper presented at the International Symposium on Distance Education and Open Learning organized by MONE Indonesia, IDLN, SEAMOLEC, ICDE, UNDP and UNESCO, Tuban, Bali, Indonesia, 17-20 November 1997. Koran, Jaya Kumar C. (2002), Aplikasi E-Learning dalam Pengajaran dan pembelajaran di Sekolah Malasyia. (8 November 2002). www.moe.edu.my/smartshool/neweb/Seminar/kkerja8.htm. Lawanto, Oemardi. (2000). Pembelajaran Berbasis Web sebagai Metoda Komplemen Kegiatan pendidikan dan Pelatihan. Makalah Video Conference; Bandung-Suarabaya: Depdiknas. Mason Robin. 1994 Using Communications Media in Open and Fleksible Learning. London: Kogan PageLtd. Mukhopadhyay, M. (1995) “Shifting Paradigms in Open ang distance Education (Paper Presented before the IDLN Fisrt International Symposium in Yogyakarta). Jakarta IDLN- Pustekkom. Purbo, Onno W. dan Antonius AH. (2002). Teknologi e-Learning Berbasis PHP dan MySQL: Merencanakan dan Mengimplementasikan Sistem e-Learning. Jakarta: Gramedia. Purbo, Onno W. (2001) Masyarakat Pengguna Internet di Indonesia. Available, http://www.geocities.com/inrecent/project.html. (4 November 2002). Pavlik, John V. (1996). New Media Technology. Cultur and Commercial Perspectives. Singapore: Allyn and Bacon. Rahardjo, Budi. (2001). Pergolakan Informasi di Indonesia akan Sia-sia?. Artikel Majalah Tempo. Jakarta: November 2001. Romiszowski, Alexander J. and Robin Mason. (1996) Computer Mediated Communication in Handbook of Research for Educational Communications Technology. New York: AECT, Macmillan Library Reference USA. Tugas Makalah: “Proposal Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi” Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901) Hal 21
  • 22. Roll Reider (1997) SEAMOLEC_IDLN Regional Symposium on Future Vision: Distance Education and Open Learnin. Bali Pustekkom. Robinson, ET. (2001). Knowlarge as Commodity: How do e-commerce a e-learning Relate. Available, http://www.elearningmag.co Rosenberg, Marc J. (2001), e-Learning; Strategies for Delivering Knowledge in the Digital. New York: McGraw Hill. Tung, Khoe Yao. (2000). Pendidikan dan Riset di Internet. Jakarta: Dinastindo. Soekartawi (2002b), e-Learning: Konsep dan Aplikasinya. Bahan-Ceramah/Makalah disampaikan pada Seminar yang diselenggarakan oleh Balitbang Depdiknas, Jakarta, 18 Desember 2002. Soekartawi (2002c), The Role of Regional Organization for Mass Education. Invited paper presented at the International Conference on Lifelong Learning organized by Asian European Institute, Kuala Lumpur, 13-15 May 2002. Soekartawi (2003). Prinsip Dasar e-Learning: Teori dan Aplikasinya di Indosnesia. Jurnal Teknodik Edisi 12. Beam, P. (1997), Breaking the Sprinter’s Wrist: Achieving Cost-Effectiveness in Online Learning. Paper presented at the International Symposium on Distance Education and Open Learning, organized by MONE Indonesia, IDLN, SEAMOLEC, ICDE, UNDP and UNESCO Tuban, Bali, Indonesia. Bullen, M. (2001), e-learning and the Internationalization Education, Malaysian Journal of Educational Technology 1(1), 37-46. Elangovan, T. (1997), Internet Based On-line Teaching Application with Learning Space. Paper presented at the International Symposium on Distance Education and Open Learning organized by MONE Indonesia, IDLN, SEAMOLEC, ICDE, UNDP and UNESCO, Tuban, Bali, Indonesia, 17-20 November 1997. Hartanto, A.A. dan Purbo, O.W. (2002), Teknologi e-learning Berbasis PHP dan MySQL, Elex Media Komputindo, Jakarta. Hashim, Y. and Razmah. Bt. Man (2001), An Overview of Instructional Design and Development Models for Electronic Instruction and Learning, Malaysian Journal of Educational Technology 1(1), 1-7. Ishaq, A. (2001), On the Global Digital Divide, Finance and Development, September 2001, 44- 7. Tugas Makalah: “Proposal Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi” Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901) Hal 22
  • 23. Mulvihill, R.P. (1997), Technology Application to Distance Education. Paper presented at the International Symposium on Distance Education and Open Learning organized by MONE Indonesia, IDLN, SEAMOLEC, ICDE, UNDP and UNESCO, Tuban, Bali, Indonesia, 17-20 November 1997. Munaf, D.R. (2001), Cultural Threats on Development of ICT as a Tool for Open and Distance Learning. Speech delivered at the 7th International Symposium on Distance Education and Open Learning at Yogyakarta, November 2001. Soekartawi (1995), Monitoring dan Evaluasi Proyek Pendidikan, PT Rajawali Press, Jakarta. Soekartawi (2002a). Prospek Pembelajaran Melalui Internet. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional ‘Teknologi Kependidikan’ yang diselenggarakan oleh UT-Pustekkom dan IPTPI, Jakarta, 18-19 Juli 2002. Soekartawi (2002b), e-learning: Konsep dan Aplikasinya. Bahan-Ceramah/Makalah disampaikan pada Seminar yang diselenggarakan oleh Balitbang Depdiknas, Jakarta, 18 Desember 2002. Soekartawi (2002c), The Role of Regional Organization for Mass Education. Invited paper presented at the International Conference on Lifelong Learning organized by Asian European Institute, Kuala Lumpur, 13-15 May 2002. Soekartawi (2003). Prospects and Challenges e-learning: A Review. Makalah disampaikan di seminar internasional di UPSI, Tanjong Malim, 24-25 September 2003. Soekartawi, A. Haryono dan F. Librero (2002), Greater Learning Opportunities Through Distance Education: Experiences in Indonesia and the Philippines. Southeast Journal of Education (December 2002) Soekartawi, Suhardjono, T. Hartono dan A. Ansjarullah (1999), Rancangan Instruksional, PT Rajawali Press, Jakarta. Soekartawi (2003). E-learning di Indonesia dan Prospeknya di Masa Mendatang. Makalah disampaikan di seminar nasional di Universitas Petra, Surabaya, 3 Februari 2003. Williams, B. (1999). The Internet for Teachers. IDG Books Worldwide.Inc., New York. Departemen Pendidikan Nasional (2008). Rencana Strategis Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS) 2009-2014 BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI, (2008). BUKU IIIB-BORANG INSTITUSI YANG DIISI OLEH FAKULTAS/SEKOLAH TINGGI. BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI, (2008). BUKU VI-MATRIKS PENILAIAN INSTRUMEN AKREDITASI PROGRAM STUDI SARJANA. Bates, A.W. 2000. Managing Technological Change. San Francisco: Jossey-Bass. Tugas Makalah: “Proposal Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi” Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901) Hal 23
  • 24. Berge, Z.L. 1998. Barriers to Online Teaching in Post-Secondary Institutions: Can Policy Changes Fix It? Online Journal of Distance Learning Administration. 1(2).(2/24/99) Davenport, T.H. 1997. Information Ecology. New York: Oxford. Epper, R.M. 1999. Excerpts from State Policies for Distance Education; A Survey of the States. State Higher Education Executive Officers (SHEEO). (http://www.sheeo.org/sheeo/pubs- excerpts-from-technology-survey.html). (3/31/99) Frantz. G. and King, J.W. 2000. The Distance Education Learning systems Model (DEL). Educational Technology. 40(3): 33-40. Freeman, R. 1997. Managing Open Systems. London: Kogan. Gellman-Danley, B. and Fetzner, M.J. 1998. Asking the Really Tough Questions: Policy Issues for Distance Learning. Online Journal of Distance Learning Administration. 1(1). ( (2/24/99) Gustafson, K.L. and Branch, R. M. 1997. Survey of Instructional Development Models. Syracuse Univ., Syracuse, NY: Clearinghouse on Information and Technology. Iansiti, M. and MacCormack, A. 1997 (Sept.-Oct.). Developing Products on Internet Time. Harvard Business Review.108-117. King, J.W., Lacy,D., McMillian, J., Bartels, K. and Freddolino, M. 1998. The Policy Perspective in Distance Education: A Futures Landscape/Panorama. Invited paper presented at the 1998 Nebraska Distance Education Conference. Lincoln, NE (September 28-29, 1998) ( (2/24/99) King, J.W., Nugent, G.C., Russell, E. B., and Lacy, D. 1999. Distance Education Policy in Post- Secondary Education: Nebraska as a Case Study. In Proceedings: 15th Annual Conference on Distance Teaching and Learning. University of Wisconsin, Madision. 275-281. McLendon, E. and Cronk, P. 1999. Rethinking Academic Management Practices: A case of meeting new challenges in online delivery. Online Journal of Distance Learning Administration. 2(1). ( http:www.westga.edu/~distance/mclendon21.html) (5/25/99) Nardi, B.A. and O’Day, V.L. 1999. Information Ecologies. Cambridge, MA: MIT. Rocheleau, B. 1996 (Fall). Structures, Plans, and Policies: Do they make a difference? An initial assessment. CAUSE/EFFECT. 35-39. Strauss, R. 1997. Managing Multimedia Projects. Boston: Focal. Tugas Makalah: “Proposal Kebijakan E-learning Perguruan Tinggi” Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901) Hal 24