Laporan praktikum ini mendeskripsikan eksperimen kromatografi lapisan tipis dan kromatografi kertas untuk memisahkan komponen klorofil dalam daun bayam dan campuran warna tinta printer menggunakan tiga pelarut yaitu aseton, metanol, dan Mr. Muscle. Hasilnya menunjukkan klorofil dan komponen tinta dapat terpisah menjadi beberapa warna tergantung pada jenis pelarutnya, dengan nilai Rf yang berbeda
1. LAPORAN PRAKTIKUM
INSTRUMENTASI KIMIA
ACARA :
Thin Layer Chromatography(TLC)
Disusun Oleh :
Nama
: Zulhajji Lubis
NIM
: 011200319
Prodi
: Teknokimia Nuklir
Semester
: III
Kelompok
:D
Teman Kerja
: Puji Astuti
Asisten
: Maria Christina Prihatiningsih
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
YOGYAKARTA
2013
2. A. TUJUAN
a. Mengenal salah satu pemisahan zat dengan kromatografi.
b. Mengidentifikasi klorofil dalam hijau daun bayam dengan kromatografi kertas dan
kromatografi lapisan tipis.
c. Mengidentifikasi komponen penyusun tinta dengan menggunakan kromatografi kertas
dan kromatografi lapisan tipis.
B. DASAR TEORI
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan
pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen
(berupa molekul) yang berada pada larutan. Molekul yang terlarut dalam fase gerak,
akan melewati kolom yang merupakan fase diam. Molekul yang memiliki ikatan yang
kuat dengan kolom akan cenderung bergerak lebih lambat dibanding molekul yang
berikatan lemah. Dengan ini, berbagai macam tipe molekul dapat dipisahkan
berdasarkan pergerakan pada kolom.
Salah satu jenis kromatografi adalah TLC atau kromatografi lapis tipis.
Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu sampel
yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel berdasarkan
perbedaan kepolaran. Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah salah satu metode
pemisahan komponen menggunakan fasa diam berupa plat dengan lapisan bahan
adsorben inert. KLT merupakan salah satu jenis kromatografi analitik. KLT sering
digunakan untuk identifikasi awal, karena banyak keuntungan menggunakan KLT, di
antaranya adalah sederhana dan murah. KLT termasuk dalam kategori kromatografi
planar, selain kromatografi kertas.
Kromatografi lapis tipis menggunakan plat tipis yang dilapisi dengan adsorben
seperti silika gel, aluminium oksida (alumina) maupun selulosa. Adsorben tersebut
berperan sebagai fasa diam. Fasa gerak yang digunakan dalam KLT sering disebut
dengan eluen. Pemilihan eluen didasarkan pada polaritas senyawa dan biasanya
merupakan campuran beberapa cairan yang berbeda polaritas, sehingga didapatkan
perbandingan tertentu. Eluen KLT dipilih dengan cara trial and error.Kepolaran eluen
sangat berpengaruh terhadap Rf (faktor retensi) yang diperoleh.KLT sangat berguna
untuk mengetahui jumlah komponen dalam sampel. Peralatan yang digunakan untuk
KLT adalah chamber (wadah untuk proses KLT) , pinset, plat KLT, dan eluen. Inilah
langkah-langkah memakai KLT:
1. Potong plat sesuai ukuran. Biasanya, untuk satu spot menggunakan plat selebar 1
cm. Berarti jika menguji 3 sampel (3 spot) berarti menggunakan plat selebar 3 cm.
2. Buat garis dasar (base line) di bagian bawah, sekitar 0,5 cm dari ujung bawah plat,
dan garis akhir di bagian atas.
3. Menggunakan pipa kapiler, totolkan sampel cairan yang telah disiapkan sejajar,
tepat di atas base line. Jika sampel padat, larutkan pada pelarut tertentu. Keringkan
totolan.
4. Dengan pipet yang berbeda, masukkan masing-masing eluen ke dalam chamber
dan campurkan.
5. Tempatkan plat pada chamber berisi eluen. Base line jangan sampai tercelup oleh
ulen. Tutuplah chamber.
3. 6. Tunggu eluen mengelusi sampel sampai mencapai garis akhir, di sana pemisahan
akan terlihat.
7. Setelah mencapai garis akhir, angkat plat dengan pinset, keringkan dan ukur jarak
spot. Jika spot tidak kelihatan, amati pada lampu UV. Jika masih tak terlihat,
semprot dengan pewarna tertentu seperti kalium kromat atau ninhidrin.
Kromatografi digunakan untuk memisahkan campuran dari substansinya
menjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk kromatografi bekerja berdasarkan
prinsip yang sama. Seluruh bentuk kromatografi memiliki fase diam (berupa padatan
atau cairan yang didukung pada padatan) dan fase gerak (cairan atau gas). Fase gerak
mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen dari campuran
bersama-sama. Komponen-komponen yang berbeda akan bergerak pada laju yang
berbeda pula. Kromatografi lapis tipis digunakan untuk memisahkan komponenkomponen atas dasar perbedaan adsorpsi atau partisi oleh pase diam dibawah gerakan
pelarut pengembang. Pada dasarnya KLT sangat mirip dengan kromatografi kertas ,
terutama pada cara pelaksanaannya. Perbedaan nyatanya terlihat pada fase diamnya
atau media pemisahnya, yakni digunakan lapisan tipis adsorben sebagai pengganti
kertas. Bahan adsorben sebagai fasa diam dapat digunakan silika gel, alumina dan
serbuk selulosa. Partikel selika gel mengandung gugus hidroksil pada permukaannya
yang akan membentuk ikatan hidrogen dengan molekul polar air. Fase diam untuk
kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat
berpendar flour dalam sinar ultra violet. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran
pelarut yang sesuai.
Pada identifikasi noda atau penampakan noda, jika noda sudah bewarna dapat
langsung diperiksa dan ditentukan harga Rf. Rf merupakan nilai dari Jarak relative
pada pelarut. Harga Rf dihitung sebagai jarak yang ditempuh oleh komponen dibagi
dengan jarak tempuh oleh eluen ( fase gerak ) untuk setiap senyawa berlaku rumus
sebagai berikut:
Faktor retensi (Rf) adalah jarak yang ditempuh oleh komponen dibagi dengan
jarak yang ditempuh oleh eluen. Rumus faktor retensi adalah:
Nilai Rf sangat karakterisitik untuk senyawa tertentu pada eluen tertentu. Hal
tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya perbedaan senyawa dalam
sampel. Senyawa yang mempunyai Rf lebih besar berarti mempunyai kepolaran
yang rendah, begitu juga sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan fasa diam bersifat
polar. Senyawa yang lebih polar akan tertahan kuat pada fasa diam, sehingga
menghasilkan nilai Rf yang rendah.
4. C. ALAT DAN BAHAN
1) Alat
1) Gelas ukur 250 mL
2) Penumbuk porselin
3) Corong pemisah
4) Corang gelas
5) pipet ukur
2) Bahan
1) Bayam
2) metanol
3) aseton
4) dietileter
5) Mr. Muscle
6) Tinta komputer
7) TLC
8) Kertas kromatografi
D. LANGKAH KERJA
1) Ditumbuk bayam dengan menggunakan penumbuk porselin sampai halus.
2) Disaring dengan menggunakan penyaring (kertas saring) untuk mengambil klorofil
dari bayam (air bayam).
3) Dimasukan hasil saringan kedalam corong pemisah dan ditambahkan dietil eter
secukupnya (sampai dietil eter membasahi hasil saringan air bayam).
4) Dikocok samapi tercampur secara merata dan keluarkan gas buangan hasil reaksi
tersebut secara perlahan.
5) Didiamkan hasil ekstraksi di dalam corong pemisah samapi terbentuk perbedaan
fase ekstraksi.
6) Dikleuarkan hasil ekstraksi dari corong pemisah ke wadah kaca arloji.
7) Dipipet dengan menggunakan pendose dan di teteskan pada kromatografi kertas
dan pada kromatografi lapisan tipis. Jangan samapi berlebihan atau (over load).
Ditunggu hingga kering.
8) Dipipet tinta komputer yang disediakan dan diteteskan pada kertas dan pada
kromatografi lapisan tipis. Jangan samapi berlebihan atau (over load). Ditunggu
hingga kering.
9) Disiapkan pelarut yaitu aseton, metanol dan Mr. Muschle di dalam gelas ukur 250
mL secukupnya ± 5 mL.
5. 10) Dimasukan kromatografi kertas dan lapisan tipis kedalam pelrut, dan ditutup
bagian atasnya. Ditunggu samapi titik pelurnya naik keatas dengan maksimal.
E. DATA PERCOBAAN
a. Menggunakan kertas saring.
Pelarut
Sampel
Warna
Jarak sampel
Jarak pelarut
Aseton
Tinta
Merah jambu
8 cm
18,5 cm
Klorofil
Hijau kekuningan
18,5 cm
Merah
6 cm
kuning
9 cm
Kuning kehijauan
10,4 cm
Biru
13,5
ungu
16,4 cm
Klorofil
Kuning kehiauan
15,5 cm
Tinta
Ungu
3,5 cm
Kuning kehijauan
9,4
Biru
12,5
Hijau
12,5 cm
Metanol
Mr. Mucle
16,5 cm
Tinta
Klorofil
12,5 cm
6. b. Kertas TLC
Pelarut
Aseton
Sampel
Warna
Jarak sampel
Tinta
Merah jambu
2,5 cm
Klorofil
Kuning
12 cm
Jarak pelarut
Hijau
14,5 cm
Merah jambu
15,2 cm
Biru
Tinta
16,5 cm
15,6 cm
Hitam
16 cm
17,5 cm
Kuning kehijauan
17,1 cm
Orange
17,4 cm
Merah kekuningan
17,5 cm
Metanol
Klorofil
Kuning kehijuan
9 cm
Hijau kebiruan
11 cm
kuning
11,5 cm
Hijau kekuningan
12,5 cm
Kuning kehijuan
13,5 cm
17,5 cm
7. Hijau kebiruan
Mr. muscle
15 cm
Tinta
Bercampur (coklat)
16,1 cm
Klorofil
Bercampur (coklat)
16,3 cm
15,8 cm
F. PENGOLAHAN DATA
=
=
1) Menggunakan kertas saring.
Pelarut
Warna
Jarak
sampel
Tinta
Aseton
Sampel
Merah jambu
8 cm
Rf
0,43
18,5 cm
18,5 cm
6 cm
0,36
kuning
Tinta
Hijau kekuningan
Merah
Metanol
Klorofil
Jarak
pelarut
1
9 cm
0,54
Kuning kehijauan
10,4 cm
0,63
16,5 cm
Biru
13,5 cm
ungu
16,4 cm
0,99
Klorofil
Kuning kehiauan
15,5 cm
0,93
Tinta
Ungu
3,5 cm
0,28
Kuning kehijauan
9,4 cm
Biru
12,5 cm
Hijau
12,5 cm
Mr.
Mucle
Klorofil
12,5 cm
0,81
0,75
1
1
8. 2) Kertas TLC
Pelarut
Sampel
Warna
Jarak
sampel
Aseton
Klorofil
Merah
jambu
2,5 cm
Kuning
Tinta
12 cm
Jarak
pelarut
Rf
0,15
16,5 cm
0,72
Hijau
14,5 cm
0,87
Merah
jambu
Biru
15,2 cm
0,86
15,6 cm
0,89
Hitam
16 cm
0,91
17,1 cm
17,4 cm
0,99
Merah
kekuningan
Kuning
kehijuan
Metanol
Kuning
kehijauan
Orange
Tinta
17,5 cm
1
17,5 cm
0,97
9 cm
0,51
11 cm
0,62
kuning
11,5 cm
0,65
Hijau
kekuningan
12,5 cm
Kuning
kehijuan
13,5 cm
0,77
Hijau
kebiruan
15 cm
0,85
16,1 cm
0,98
Tinta
Bercampur
(coklat)
15,8 cm
Klorofil
Bercampur
(coklat)
Hijau
kebiruan
Klorofil
Mr.
muscle
17,5 cm
16,3 cm
0,71
0,96
G. PEMBAHASAN
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan
perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan
komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan. dalam praktikum ini
9. digunakan teknik kromatografi lapis tipis dan kromatografi jenis kertas. pada
teknik ini gunakan tiga larutan yaitu aseton metanol dan Mr. Muscle.
Pada percobaan pertama adalah teknik kromatografi menggunakan
kertas saring. Sampel yang digunakan adalah klorofil dan campuran warna
tinta printer yang diteteskan pada kertas saring dan dicelupkan masing masing
pada larutan aseton, metanol dan Mr Muscle. Pada saat digunakan pelarut
aseton, warna klorofil berubah dari warna hijau kemudian menjadi hijau
kekuningan dengan waktu retensi sedangkan tinta dari warna hitam menjadi
merah jambu dengan waktu retensi 0,43. Sedangkan pada saat digunakan
pelarut etanol, warna tinta dapat terpisah menjadi beberapa warna begitu juga
saat digunakan pelarut Mr Muscle warna tinta terpisah menjadi beberapa
warna, sedangkan warna klorofil menjadi hijau kekuningan dengan waktu
retensi sesuai dengan tabel perhitugan waktu retensi di atas. Dari data tersebut
dapat diketahui bahwa jarak yang terbentuk tergantung dari kelarutan sampel
terhadap pelarutnya. Jika sampel tersebut juga merupakan larutan yang polar
maka akan larut sangat baik dalam pelarut etanol yang merupakan pelarut
polar. Jika sampel bukan merupakan larutan yang polar maka pelarut akan
sulit untuk melarutkan sampel dan menarik pelarut sampai pada ¾ bagian
kertas semaksimal mungkin. Semakin besar jarak sampel yang didapatkan
maka nilai Rf akan semakin besar pula. Sesuai dengan teori dari bahwa Rf =
Jarak sampel dari titik awal / jarak pelarut dari titik awal, menunjukkan bahwa
nilai Rf sebanding dengan jarak sampel.
Percobaan kedua adalah kromatografi lapis tipis. Pada teknik ini juga
digunakan tiga pelarut yaitu aseton metanol dan Mr Muscle dengan sample
klorofil dan tinta. dengan perhitungan juga dapat ditentukan waktu retensi
sampel. Dari data perhitungan waktu retensi dapat diketahui bahwa pelarut
metanol lebih efektif jika digunakan untuk teknik kromatografi. Jika
dibandingkan dengan kromatografi lapis, pemisahan warna pada kromatografi
kertas lebih lebih mudah dilihat. dengan demikian kromatografi kertas
mempunyai kemampuan lebih baik dalam pemisahan warna.
10. H. KESIMPULAN
1. Warna yang ditimbulkan oleh setiap pelarut dengan menggunakan kromatografi
kertas maupun dengan menggunakan kromatografi lapisan tipis berbeda tergantung
dengan pelarut yang digunakan.
2. Kromatografi adalah teknik untuk memisahkan campuran menjadi komponennya
dengan bantuan perbedaan sifat fisik masing-masing komponen.
3. Waktu retensi dapat dihitung dengan membandingkan jarak yang ditempuh senyawa
dengan jarak yang ditempuh pelarut.
4. Kromatografi kertas lebih baik digunakan dalam teknik pmisahan warna jika
dibandingkan dengan kromatografi lapis tipis dan pelarut yang paling bagus adalah
metanol
I. DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Kromatografi_lapis_tipis diakses 7 Desember 2013
pukul 18.19 WIB
http://www.ilmukimia.org/2013/05/kromatografi-lapis-tipis-klt.html diakses 7
Desember 2013 pukul 18.19 WIB
http://erlindaadonara.blogspot.com/2013/09/kromatografi-lapis-tipis.html diakses
7 Desember 2013 pukul 18.19 WIB
Asisten
Maria Christina
Yogyakarta, 7 Desember 2013
Praktikan
Zulhajji Lubis