SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  9
Télécharger pour lire hors ligne
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN



                    UNDANG – UNDANG OBAT KERAS
                    ( St. No. 419 tgl. 22 Desember 1949 )

                                   PASAL I

Undang – undang obat keras ( St. 1937 No. 541) ditetapkan kembali sebagai
berikut :

                                    Pasal 1

(1)   Yang dimaksud dalam ordonansi ini dengan :
      a. “ Obat-obat keras “ yaitu obat-obatan yang tidak digunakan untuk
         keperluan tehnik, yang mempunyai khasiat mengobati, menguatkan,
         membaguskan, mendesinfeksikan dan lain-lain tubuh manusia, baik
         dalam bungkusan maupun tidak, yang ditetapkan oleh Secretaris Van
         Staat, Hoofd van het Departement van Gesondheid, menurut ketentuan
         pada Pasal 2.

      b. b. “Apoteker “ : Mereka yang sesuai dengan peraturan yang berlaku
         mempunyai wewenang untuk menjalankan praktek peracikan obat di
         Indonesia sebagai seorang Apoteker sambil memimpin sebuah Apotek.

      c. c. “Dokter pemimpin Apotek” : yaitu Dokter-dokter yang memimpin
         Apotek Dokter sesuai dengan Pasal 49 dari “Reglement D.V. G”.

      d. d. “Dokter-dokter” : Mereka yang menjalankan praktek-praktek
         pengobatan dan yang memegang wewenang menurut peraturan-
         peraturan yang berlaku.

      e. e. “Dokter-dokter Gigi” : Mereka yang menjalankan praktek-praktek
         pengobatan Gigi dan yang memegang wewenang menurut peraturan-
         peraturan yang berlaku.

      f. f. “Dokter-dokter Hewan” :
         1. Mereka yang menjalankan pekerjaan Kedokteran Hewan di
            Indonesia dan berijazah Dokter Hewan Belanda.
         2. Mereka yang menjalankan kedokteran Hewan di Indonesia yang
            memegang Ijazah dari Negara lain dan kemudian diberi izin
            menjalankan praktek di tanah Belanda atau dapat diangkat sebagai
            Dokter Hewan pemerintah.
         3. Mereka yang menjalankan pekerjaan Kedokteran Hewan di
            Indonesia dan berijazah Dokter Hewan Bogor.

      g. g. ”Pedagang-pedagang Kecil yang diakui” : Mereka yang bukan
         AApoteker atau Dokter, atau Dokter Hewan yang sesuai dengan Pasal 6
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN



         memperoleh izin dan berwenang untuk menyerahkan obat-obat keras
         tertentu.

    h. h. “Pedagang-pedagang Besar yang diakui” : Mereka yanmg
       bukan Apoteker yang sesuai dengan Pasal 7 berwenang untuk
       menyerahkan segala macam obat-obat keras sesuai dengan Ordonansi
       ini.

    i.   i.   “Menyerahkan”       : Termasuk penjualan, menawarkan untuk
         penjualan dan penjualan keliling.

    j.   j.   “Secretarist van St” : Secretarist van staat, Kepala D.V.D. jakarta

    k. k. “Obat-obatan G” : oabta-obat keras yang oleh Sec. V. St. didaftar
       pada daftar obat-obatan berbahaya (gevaarlijk; daftar G).

    l.   l.   “Obatan-obatan W”         : Obat-obat keras yang oleh Sec.V.St.
         didaftar pada daftar peringatan ( warschuwing; daftar W).

   (1)   (1) Dalam Ordonansi ini nyang dimaksudkan dengan H.P.B. pada
         daerah-daerah tanpa tugas semacam ini, yaitu seorang petugas yang
         ditunjuk oleh Residen.


                                     Pasal 2

(1). Sec. V. St. mempunyai wewenang untuk menetapkan bahan-bahan sebagai
     obat-obat keras.

(2). Penetapan ini dijalankan denganb menempatkan bahan-bahan itu pada
     suatu daftar G ataudaftar W.

(3). Daftar G dan W beserta tambahan-tambahannya diumumkan oleh Sec. V.
     St. dalam Javase-Courant.

(4). Penetapan ini dianggap telah berlaku untuk/Jawa dan madura mulai hari
     yang ke 30 dan untuk daerah-daerah lain di Indonesia mulai hari yang ke
     100 setelah pengumuman dari daftar-daftar dan tambahan-tambahan di
     javase Courant.


                                     Pasal 3

(1). Penyerahan persediaan untuk penyerahan dan penawaran untuk penjualan
     dari bahan-bahan G, demikian pula memiliki bahan-bahan ini dalam jumlah
     sedemikian rupa sehingga secara normal tidak dapat diterima bahwa
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN



    bahan-bahan ini hanya diperuntukkan pemakaian pribadi, adalah dilarang.
    Larangan ini tidak berlaku untuk pedagang-pedagang besar yang diakui,
    Apoteker-apoteker, yang memimpin Apotek dan Dokter Hewan.

(2). Penyerahan dari bahan-bahan G, yang menyimpang dari resep Dokter,
     Dokter Gigi, Dokter Hewan dilarang, larantgan ini tidak berlaku bagi
     penyerahan-penyerahan kepada Pedagang – pedagang Besar yang diakui,
     Apoteker-apoteker, Dokter-dokter Gigi dan Dokter-dokter Hewan demikian
     juga tidak terhadap penyerahan-penyerahan menurut ketentuan pada Pasal
     7 ayat 5.
(3). Larang-larang yang dimaksud pada ayat-ayat tersebut diatas tidak berlaku
     untuk penyerahan obat-obat sebagaimana dimaksudkan Pasal 49 ayat 3
     dan 4 dan Pasal 51 dari “Reglement D.V.D.”.

(4). Sec.V.St. dapat menetapkan bahwa sesuatu peraturan sebagaimana
     dimaksudkan pada ayat 2, jika berhubungan dengan penyerahan obat-
     obata G yang tertentu yang ditunjukan olehnya harus ikut ditandatangani
     oleh seorang petugas khusus yang ditunjuk. Jika tanda tangan petugas ini
     tidak terdapat maka penyerahan obat-obatan G itu dilarang.


                                   Pasal 4

(1). Penyerahan, persediaan untuk penyerahan dan penawaran untuk penjualan
     dan bahan-bahan W, demikian pula memiliki bahan-bahan ini dalam
     jumlah sedemikian rupa sehingga secara normal tidak dapat diterima bahwa
     bahan-bahan ini hanya diperuntukan pemakaian pribadi, adalah dilarang,
     larangan ini tidak berlaku untuk Pedagang-pedagang Besar yang diakui,
     Apoteker-apoteker, Dokter-dokter, yang memimpin Apotek, Dokter hewan
     dan Pedagang kecil yang diakui di dalam daerah mereka yang resmi.

(2). Peraturan larangan ini tidak berlaku terhadap penyerahan obat-obatan
     sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 49 ayat 3 dan 4 Pasal 51 dari
     “Reglement DVG”.

(3). Peraturan larangan ini juga tidak berlaku untuk penyerahan-penyerahan
     berdasarkan Pasal 6 Ayat 6 dan pasal 5 Ayat 3 dari Undang-undang Obat
     Keras ini.


                                   Pasal 5

(1). Pemasukan, Pengeluaran, Pengangkutan, atau suruh mengangkut bahan-
     bahan G dilarang, terkecuali dalam jumlah yang sedemikian rupa sehingga
     secara normal dapat diterima bahwa bahan-bahan ini hanya diperuntukkan
     pemakaian pribadi.
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN




(2). Laranagn ini tidak berlaku jika tindakan ini dijalankan oleh pemerintah atau
     Pedagang-pedagang besar yang diakui atau pengangkutan-pengangkutan
     oleh Apoteker-apoteker, Dokter-dokter yang memimpin Apotek dan Dokter
     Hewan.

(3). Dalam soal-soal khsus, Inspektur Farmasi D.V.G.       di jakarta dapat
     memberikan kelonggaran penuh atau sebagian terhadap larangan ini.


                                    Pasal 6

(1). Mereka yang ingin menjad pedagang kecil diakui harus memasukkan
     permohonan izin tertlis kepada Pemerintah setempat. Baik permintaan
     untuk izin maupun izinnya sendiri dibebaskan dari meterai. Izin ini berisi
     nama yang bersangkutan dan tidak boleh dipindahkan kepada orang lain
     dan hanya berlaku untuk tempat atau daerah yang tertera dalam izin
     tersebut . izin ini batal dengan meninggalnya pemegang izin atau dengan
     kepindahannya dari daerah dimana izin berlaku. Jika izin diberikan kepada
     rechtspersoon, maka izin batal pada saat batalnya rechtspersoon dari
     tempat atau daerah, dimana izin berlaku.
     Sebelum memutuskan permintaan permohonan, pemerintah setempat
     mohon nasehat dari kepala Dinas Kesehatan dari wailayah dimana yang
     bersangktan hendak menjual obat-obat W.

(2). Izin yang dimaksudkan pada Ayat yang pertama dapat ditolak dengan
     diberitahukan alasannya, atau dapat diikat dengan ketentuan-ketentuan
     tertentu atau dapat diberikan untuk hanya beberapa obat-obat W yang
     tertentu.

(3). Izin yang telah diberikan oleh kepala Pemerintah setempat setelah
     diperoleh saran-saran dari kepala Kesehatan dalam ayat 1 dapat dicabut
     dengan suatu keputusan di mana dinyatakan alas an-alasannya, atau dapat
     diikat dengan ketentuan tertentu atau suatu jangka waktu yang tertentu
     atau dapat dibatasi kepada hanya obat-obat W yang tertentu.

(4). Kepala Pemerintahan setempat mengirim kepada Sec.V.St. suatu salinan
     dan semua pemberian izin, pencabutan izin, dan Pembatasan izin.

(5). Sec. V. St. memegang wewenang untuk menetapkan peraturan-peraturan
     umum yang harus ditaati oleh pemegang-pemegang izin sebagai akibat
     pencabutan izin mereka. Peraturan ini berlaku setelah diumumkan dalam
     Javase Courant.

(6). Pada pembatalan, pencabutan atau pembatasan dari izin-izin maka(bekas)
     pemegang izin atau wakil mereka yan berwenang untuk menyerahkan
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN



     obat-obat yang bersangkutan yang masih ada dalam persediaan mereka
     dalam jangka waktu 3 bulan kepada seorang Apoteker, Dokter, Dokter Gigi,
     Dokter Hewan, Pedagang Besar yang diakui atau dalam daerah kerjanya
     kepada seorang Pedagang kecil yang diakui. Jangka waktu tersebut dalam
     keadaan khusus dapat diperpanjang oleh kepala Pemerintah setempat
     dalam Ayat 1.

(7). Setelah jangka waktu yang dimaksudkan dalam ayat 6 obat-obat tersebut
     harus diserahkan untuk dihancurkan kepada seorang petugas yang
     ditentukan oleh Secretaris Van Staat.


                                    Pasal 7

(1). Mereka yang inin menjadi Pedagang Besar yang diakui, harus memasukan
     permohonan tertulis untuk surat kuasa dari Sec. V. St. surat kuasa ini berisi
     nama yang bersangkutan dan tidak boleh dipindahkan kepada orang lain.
     Kuasa ini batal dengan meninggalnya pemegang surat kuasa atau ia
     meninggalkan Indonesia atau jika surat kuasa ini diberikan kepada suatu
     rechtspersoon maka surat kuasapun batal pada saat batalnya
     rechtspersoon atau berpindahnya tempat kedudukan yang sebenarnya dari
     rechtspersoon ke tempat lain di luar Indonesia.

(2). Kuasa yang dimaksudkan pada Ayat 1 dapat ditolak dengan diberikan alas
     an-alasannya.

(3). Kuasa yang telah diberikan dapat dicabut oleh Sec.V.St. jika pemegang
     surat kuasa melanggar ketentuan-ketentuan dari Ordonansi ini atau, tidak
     mentaati sewajarnya syarat-syarat dala Ayat berikut.

(4). Surat kuas berlaku untuk semua bahan-bahan yang ditetapkan oleh
     Ordonansi dan tidak dikenakan pembatasan-pembatasan lain dari pada
     syarat-syarat yang sama untuk semua pemegang surat kuasa yang
     ditentukan oleh Sec.V.St. syarat-syarat ini baru berlaku setelah diumumkan
     dalam Javase Courant.

(5). Pada pembatalan atau pencabtan dari surat-surat kuasa maka bekas
     pemegang izin atau wakil mereka berwenang untuk menyerahkan obat-
     obat yang bersangkutan yang masih ada dalam persediaan mereka dalam
     jangka waktu waktu 3 bulan kepada seorang Apoteker , atau Pedagang
     Besar yang diakui. Jangka waktu tersebut dalam keadaan khusus dapat
     diperpanjang oleh Secretaris Van Staat.

(6). Setelah jangka waktu yang dimaksudkan dalam Ayat 5 maka obat tersebut
     harus diserhkan untuk dihancurkan kepada seorang yang ditentukan oleh
     Secretaris Van Staat.
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN




                                    Pasal 8

(1). Pada penyerahan kepada konsumen dari obat-obat W oleh penjual harus
     diserhkan suatu peringatan tertlis dengan bentuk, warna, etiket, dan cara
     mwenempelkan diatas bungkusan khusus atas petunjuk dari Sec. V. St. dan
     berlainan untuk setiap jenis obat.

(2). Sec.V.St. berwenang untuk menentukan bahwa penyerahan kepada para
     konsumen dari oabta-obat G dan W hanya dapat dilaksanakan dalam
     jumlah yang tertentu.

(3). Peraturan-peraturan yang tersebut pada Ayat 1 dan 2 baru berlaku setelah
     diumumkan dalam Javase Courant.

                                    Pasal 9

(1). Mereka yang mempunyai persediaan bahan G dan W untuk menyerahkan
     pada saat tersebut pada pasal 2 Ayat 4 dan berdasarkan Ordonansi ini tidak
     berwenang atau dinayatakn tidak berwenang untuk penyerahan bahan –
     bahan ini diwajibkan dalam jangka waktu 3 bulan setelah saat tersebut
     memberitahukan persediaan ini kepada Pemerintah setempat di dalam
     resort mana obat-obat ini terdapat bersama daftar jumlah terperinci dari
     obat-obat itu.


(2). Berhubung dengan jumlah yang didaftarkan, maka mereka yang tersebut
     dalam ayat 1 mempunyai wewenang untuk menyerahkan bahan-bahan ini
     dalam jangka waktu 6 bulan setelah saat yang dimaksudkan dalam Pasal 2
     Ayat 4 kepada orang-orang yang berhak menerima penyerahan ini.

(3). Setelah berlakunya jangka waktu dalam Ayat 2 maka bahan-bahan yang
     telah didaftar jika tidak diserahkan sebagaimana yang dimaksudkan dalam
     ayat yang sama, harus diserahkan untuk dihancurkan kepada petugas
     yang ditentukan oleh Secretaris van Staat.

                                   Pasal 10

(1). Ditetapkan suatu “Komisi Obat-obatan”  yang mempunyai tugas
     memberikan keterangan kepada Sec.V.St. mengenai soal-soal yang
     berhubungan dengan Ordonansi ini.

(2). Komisi tersebut terdiri dari setinggi-tingginya 9 orang anggota, termasuk
     Inspektur Farmasi dari D.V.G. di jakarta yang duduk secara fungsi sebagai
     Ketua. Anggota-anggota lain ditetapkan oleh Hoge Vertegenwoordigervan
     de Kroon di Indonesia atas petunjuk Sec. V. St.
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN




                                  Pasal 11

(1). Peraturan-peraturan selanjutnya yang diperlukan untuk melaksanakan
     Ordonansi ini dikeluarkan dengan Verrordening Pemerintah.

(2). Dalam soal-soal khusus Hoge V.V.d.Kr. di Indonesia dapat memberikan
     pembebasan terhadap peraturan-peraturan yang ditetapkan dalam
     Ordonansi ini.

                                  Pasal 12

(1). Hukuman penjara setinggi-tingginya 6 bulan atau denda uang setinggi-
     tingginya 5.000 gulden dikenakan kepada :

    a. a.    Mereka yang melanggar peraturan-peraturan larangan yang
       dimaksudkan dalam Pasal 3, 4 dan 5.
    b. b. Pedagang kecil yang diakui yang berdagang berlawanan dengan
       Ayat-ayat khusus yang ditentukan pada surat izinnya atau bertentangan
       dengan peraturan umum yang dimaksud dalam Pasal 6 Ayat 5.
    c. c. Pedagang Besar yang diakui yang berdagang bertentangan dengan
       syarat-syarat yang dimaksud kan dalam Pasl 7 Ayat 4.
    d. d. Merka yang berdagang bertentangan dengan ketentuan-ketentuan
       pada Pasal 8 Ayat 1.
    e. e. Merka yang berdagang bertentangan dengan Peraturan-peraturan
       yang dikeluarkan oleh Sec.V.St. sesuai dengan Pasal 8 Ayat 2.
    f. f.  Mereka yang tidak mentaati ketentuan-ketentuan dalam Pasal 6
       Ayat 7; Pasal 7 Ayat 6 atau Pasal 9 Ayat 1 dan 3.

(2). Obat-obat keras dengan mana atau terhadap mana dilakukan pelanggaran
     dapat dinyatakan disita.

(3). Jika tindakan-tindakan yang dapat dihukum dijalankan oleh seorang
     Pedagang kecil atau Pedagang Besar yang diakui maka sebagai tambahan
     perdagangan dalam obat keras dapat dilarang untuk jangka waktu setinggi-
     tinggnya 2 tahun.

(4). Tindakan-tindakan yang dapat dihukum dalam Pasal ini dianggap sebagai
     pelanggaran.

                                  Pasal 13

(1). Jika suatu tindakan yang dapat dihukum dalam Ordonansi ini dilakukan oleh
     rechtspersoon maka diadakan penuntutan hukuman dan hukuman
     dijatuhkan kepada anggota-anggota pengurus yang berkedudukan di
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN



    Indonesia atau jika tidak berada ditempat, terhadap wakil-wakil dari
    rechtspersoon tersebut di Indonesia.

(2). Ketentuan kepada ayat 1 berlaku dengan cara yang sama terhadap
     rechtspersoon yang bertindak sebagai pengurus atau wakil dari
     rechtspersoon yang lain.

                                  Pasal 14

(1). Penyelidikan terhadap pelanggaran-pelanggaran dari Ordonansi ini
     terkecuali kepada petugas-petugas yang pada umumnya melakukan
     penyelidikan dari tindakan-tindakan yang dapat dihukum, juga ditugaskan
     kepada pegawai yang diserahkan tugas atas pengawasan dari Kesehatan
     Rakyat, dan kepada pegawai – pegawai dari Jawatan Bea dan Cukai.

                                  Pasal 15

(1). Orang-orang yang diserahkan tugas penyelidikan dari tindakan-tindakan
     yang dapat dihukum menurut Ordonansi ini mempunyai wewenang untuk
     mengadakan pemeriksaan-pemeriksaan rumah, sebagaimana dijelaskan
     dalam pasal 1 dari Ordonansi tanggal 20 Agustus 1865 (St.No. 84),
     ditambah dengan Ordonansi tanggal 9 Agustus 1874 ( St. No. 201) dan
     Ordonansi tanggal 10 Oktober 1876 (St. No. 262) sedangkan juga berlaku
     ketentuan Pasal 2, 3 dan 4 Ordonenasi yang disebut pertama.

(2). Orang-orang yang dimaksudkan dalam Ayat 1, terlepas dari wewenang
     bersama dengan mereka yang menyertai mereka, setiap waktu bebas
     memasuki semua tempat di mana diduga terdapat obat-obat keras yang
     dimaksudkan dengan Ordonansi ini.

(3). Jika mereka ditolak untuk memasuki tempat itu, mereka dapat menjalankan
     tugas mereka dengan banuan alat-alat Pemerintah yang berwajib.

                                  Pasal 16

(1). Ordonansi ini dapat ditunjuk dengan nama “ Undang-Undang (Ordonansi)
     obat-obat keras 1949 “.
     Ordonansi ini juga dapat berlaku terhadap orang-orang di bawah kekuasaan
     Hukum dari Hakim, yang mengadili berdasarkan Ordonansi 18 Pebruari
     1932 (St. No.80).


                                  PASAL II

(1). Obat-obat keras yang ditunjuk, surat-surat kuasa yang diberikan dan
     peraturan-peraturan, syarat-syarat atau tindakan-tindakan lain yang
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN



    ditetapkan oleh Kepala D.v.G. sebelum saat berlakunya Ordonansi ini,
    untuk melaksankan “Ordonansi Obat-obat Keras”, jika belum dicabut atau
    belum batal dianggap telah ditunjuk , diberikan atau ditetapkan oleh Sec. V.
    St. sesuai dengan peraturan-peraturan dari Ordonansi ini.

(2). Mereka yang pada saat berlakunya Ordonansi Obat Keras ini memiliki obat-
     obat keras tanpa wewenang sesuai dengan Pasal 3 dan 4, harus
     menyerahkan obat-obat ini dalam jangka waktu 1 bulan setelah berlakunya
     Ordonansi ini kepada orang-orang yang mempunyai wewenang.

(3). Mereka kepada siapa saat berlakunya Ordonansi ini telah dikirimi obat-obat
     keras, yang menurut Pasal 5 pemasukannya, pengeluarannya,
     pengangkutannya, atau menyuruh mengangkutnya dilarang, dapat
     berhubungan dengan Inspektur Farmasi dari D.V.G. di jakarta, yang
     berwenang untuk mengeluarkan berdasarkan pendangannya suatu izin
     pemasukan khusus (jika telah tiba pengeluaran dari Luar Negeri) atau izin
     untuk pengeluaran atau untuk pengangkutan atau untuk menyuruh
     mengangkutnya di dalam Wilayah Indonesia.


                                   PASAL III

Ordonansi ini mulai berlaku satu hari setelah pengumumannya. Dan agar tidak
ada orang menganggap tidak mengetahuinya, Ordonansi ini akan dimasukkan
dalam St. dari Indonesia.


                                               Dibuatkan di : J A K A R T A
                                               Pada tanggal : 22      Desember
                                               1949.

Contenu connexe

Tendances

Buku coklat reg obat 2011
Buku coklat reg obat 2011Buku coklat reg obat 2011
Buku coklat reg obat 2011kurniabanta
 
Salinan perpres nomor 101 tahun 2021
Salinan perpres nomor 101 tahun 2021Salinan perpres nomor 101 tahun 2021
Salinan perpres nomor 101 tahun 2021CIkumparan
 
Salinan perpres nomor 100 tahun 2021
Salinan perpres nomor 100 tahun 2021Salinan perpres nomor 100 tahun 2021
Salinan perpres nomor 100 tahun 2021CIkumparan
 
Pp no.-72-th-1998-ttg-pengamanan-sediaan-farmasi-dan-alat-kesehatan
Pp no.-72-th-1998-ttg-pengamanan-sediaan-farmasi-dan-alat-kesehatanPp no.-72-th-1998-ttg-pengamanan-sediaan-farmasi-dan-alat-kesehatan
Pp no.-72-th-1998-ttg-pengamanan-sediaan-farmasi-dan-alat-kesehatanNovita Prameswati
 
Pkbpom nomor 8 tahun 2017 pedoman periklanan obat (lengkap)
Pkbpom nomor 8 tahun 2017 pedoman periklanan obat (lengkap)Pkbpom nomor 8 tahun 2017 pedoman periklanan obat (lengkap)
Pkbpom nomor 8 tahun 2017 pedoman periklanan obat (lengkap)AgaricPro Backlink
 
Pp2010 44 prekursor
Pp2010 44 prekursorPp2010 44 prekursor
Pp2010 44 prekursorADIJM
 

Tendances (9)

Persyaratan impor benih
Persyaratan impor benihPersyaratan impor benih
Persyaratan impor benih
 
Buku coklat reg obat 2011
Buku coklat reg obat 2011Buku coklat reg obat 2011
Buku coklat reg obat 2011
 
Salinan perpres nomor 101 tahun 2021
Salinan perpres nomor 101 tahun 2021Salinan perpres nomor 101 tahun 2021
Salinan perpres nomor 101 tahun 2021
 
Salinan perpres nomor 100 tahun 2021
Salinan perpres nomor 100 tahun 2021Salinan perpres nomor 100 tahun 2021
Salinan perpres nomor 100 tahun 2021
 
Pp no.-72-th-1998-ttg-pengamanan-sediaan-farmasi-dan-alat-kesehatan
Pp no.-72-th-1998-ttg-pengamanan-sediaan-farmasi-dan-alat-kesehatanPp no.-72-th-1998-ttg-pengamanan-sediaan-farmasi-dan-alat-kesehatan
Pp no.-72-th-1998-ttg-pengamanan-sediaan-farmasi-dan-alat-kesehatan
 
Pkbpom nomor 8 tahun 2017 pedoman periklanan obat (lengkap)
Pkbpom nomor 8 tahun 2017 pedoman periklanan obat (lengkap)Pkbpom nomor 8 tahun 2017 pedoman periklanan obat (lengkap)
Pkbpom nomor 8 tahun 2017 pedoman periklanan obat (lengkap)
 
Pp2010 44 prekursor
Pp2010 44 prekursorPp2010 44 prekursor
Pp2010 44 prekursor
 
Bahan debat
Bahan debatBahan debat
Bahan debat
 
Tugas makalah oai kel 7
Tugas makalah oai kel 7Tugas makalah oai kel 7
Tugas makalah oai kel 7
 

En vedette

Gestão Tributária - IOB e-Store
Gestão Tributária - IOB e-StoreGestão Tributária - IOB e-Store
Gestão Tributária - IOB e-StoreIOB News
 
Creación de una acl
Creación de una aclCreación de una acl
Creación de una aclfrancisco
 
Hábitos del estudio1.pptxx
Hábitos del estudio1.pptxxHábitos del estudio1.pptxx
Hábitos del estudio1.pptxxjohanna urueta
 
Chiclayo nuestra ciudad nuestro origen-1a
Chiclayo  nuestra ciudad nuestro origen-1aChiclayo  nuestra ciudad nuestro origen-1a
Chiclayo nuestra ciudad nuestro origen-1aCurso de Aleyda Leyva
 
Pasos para crear una red entre dos ordenadores
Pasos para crear una red entre dos ordenadoresPasos para crear una red entre dos ordenadores
Pasos para crear una red entre dos ordenadoresleandros910
 
Administración contrato de trabajo y remuneración laboral
Administración contrato de trabajo y remuneración laboralAdministración contrato de trabajo y remuneración laboral
Administración contrato de trabajo y remuneración laboralChristopher Adrian Cruz Corredor
 
Una situacion comun en nuestro pais
Una situacion comun en nuestro paisUna situacion comun en nuestro pais
Una situacion comun en nuestro paismacs
 
Aitor i Carla
Aitor i CarlaAitor i Carla
Aitor i CarlaVirginia
 
De lo analogo a lo digital..exam
De lo analogo a lo digital..examDe lo analogo a lo digital..exam
De lo analogo a lo digital..examPau Cabralezs
 
Casa de cutura mario quintana
Casa de cutura mario quintanaCasa de cutura mario quintana
Casa de cutura mario quintanaVanessa Pacheco
 
Proceso para registrar una marca
Proceso para registrar una marcaProceso para registrar una marca
Proceso para registrar una marcarul05
 
Biblia x celular
Biblia x celularBiblia x celular
Biblia x celularJNR
 
Lina i Jordi
Lina i JordiLina i Jordi
Lina i JordiVirginia
 

En vedette (20)

Gestão Tributária - IOB e-Store
Gestão Tributária - IOB e-StoreGestão Tributária - IOB e-Store
Gestão Tributária - IOB e-Store
 
Creación de una acl
Creación de una aclCreación de una acl
Creación de una acl
 
Power
PowerPower
Power
 
Tecnologia y sociedad power point
Tecnologia y sociedad power pointTecnologia y sociedad power point
Tecnologia y sociedad power point
 
Hábitos del estudio1.pptxx
Hábitos del estudio1.pptxxHábitos del estudio1.pptxx
Hábitos del estudio1.pptxx
 
Chiclayo nuestra ciudad nuestro origen-1a
Chiclayo  nuestra ciudad nuestro origen-1aChiclayo  nuestra ciudad nuestro origen-1a
Chiclayo nuestra ciudad nuestro origen-1a
 
Pasos para crear una red entre dos ordenadores
Pasos para crear una red entre dos ordenadoresPasos para crear una red entre dos ordenadores
Pasos para crear una red entre dos ordenadores
 
Administración contrato de trabajo y remuneración laboral
Administración contrato de trabajo y remuneración laboralAdministración contrato de trabajo y remuneración laboral
Administración contrato de trabajo y remuneración laboral
 
Una situacion comun en nuestro pais
Una situacion comun en nuestro paisUna situacion comun en nuestro pais
Una situacion comun en nuestro pais
 
Lo mejor de chiclayo 1b
Lo mejor de chiclayo   1bLo mejor de chiclayo   1b
Lo mejor de chiclayo 1b
 
Aitor i Carla
Aitor i CarlaAitor i Carla
Aitor i Carla
 
Espeñol
EspeñolEspeñol
Espeñol
 
De lo analogo a lo digital..exam
De lo analogo a lo digital..examDe lo analogo a lo digital..exam
De lo analogo a lo digital..exam
 
Casa de cutura mario quintana
Casa de cutura mario quintanaCasa de cutura mario quintana
Casa de cutura mario quintana
 
Formalidade e salário mínimo regional
Formalidade e salário mínimo regionalFormalidade e salário mínimo regional
Formalidade e salário mínimo regional
 
T6_U2
T6_U2T6_U2
T6_U2
 
Proceso para registrar una marca
Proceso para registrar una marcaProceso para registrar una marca
Proceso para registrar una marca
 
Calendarização ERA XXI
Calendarização ERA XXICalendarização ERA XXI
Calendarização ERA XXI
 
Biblia x celular
Biblia x celularBiblia x celular
Biblia x celular
 
Lina i Jordi
Lina i JordiLina i Jordi
Lina i Jordi
 

Similaire à OBAT KERAS

PP 512009 EDIT.ppt
PP 512009 EDIT.pptPP 512009 EDIT.ppt
PP 512009 EDIT.pptAprilhm
 
1a. permenkes toko obat 1972
1a. permenkes toko obat 19721a. permenkes toko obat 1972
1a. permenkes toko obat 1972NormanDyanto1
 
Permenkes 1148 2011_tentang_pbf
Permenkes 1148 2011_tentang_pbfPermenkes 1148 2011_tentang_pbf
Permenkes 1148 2011_tentang_pbfADIJM
 
DD4809A8-6A01-4940-B04A-7427B08C8BFC_compressed.pdf
DD4809A8-6A01-4940-B04A-7427B08C8BFC_compressed.pdfDD4809A8-6A01-4940-B04A-7427B08C8BFC_compressed.pdf
DD4809A8-6A01-4940-B04A-7427B08C8BFC_compressed.pdfOktasari13
 
PMK No 007 tentang Registrasi Obat Tradisonal
PMK No 007 tentang Registrasi Obat TradisonalPMK No 007 tentang Registrasi Obat Tradisonal
PMK No 007 tentang Registrasi Obat TradisonalCIkumparan
 
2._PerBPOM_16_2023_.pdf
2._PerBPOM_16_2023_.pdf2._PerBPOM_16_2023_.pdf
2._PerBPOM_16_2023_.pdftulus14
 
UU No. 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika
UU No. 22 Tahun 1997 Tentang NarkotikaUU No. 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika
UU No. 22 Tahun 1997 Tentang NarkotikaINDOGANJA
 
Peraturan BPOM no 26 tahun 2023.pdf
Peraturan BPOM no 26 tahun 2023.pdfPeraturan BPOM no 26 tahun 2023.pdf
Peraturan BPOM no 26 tahun 2023.pdffarmasicigugur
 
Permenkes No. 1148 Tahun 2011 Tentang PBF
Permenkes No. 1148 Tahun 2011 Tentang PBFPermenkes No. 1148 Tahun 2011 Tentang PBF
Permenkes No. 1148 Tahun 2011 Tentang PBFSainal Edi Kamal
 
Undang undang narkotika 1997 AKPER PEMKAB MUNA
Undang undang narkotika 1997 AKPER PEMKAB MUNAUndang undang narkotika 1997 AKPER PEMKAB MUNA
Undang undang narkotika 1997 AKPER PEMKAB MUNAOperator Warnet Vast Raha
 
Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)
Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)
Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)Ida Part II
 
UU-stikes pertemuan 1-2.pptx
UU-stikes pertemuan 1-2.pptxUU-stikes pertemuan 1-2.pptx
UU-stikes pertemuan 1-2.pptxAkhwat83
 
Makalah pekerjaan farmasi dan ham.
Makalah pekerjaan farmasi dan ham.Makalah pekerjaan farmasi dan ham.
Makalah pekerjaan farmasi dan ham.hospital
 
Uu no 36 th 2009
Uu no 36 th 2009Uu no 36 th 2009
Uu no 36 th 2009sintaardila
 
Uu no 36 th 2009
Uu no 36 th 2009Uu no 36 th 2009
Uu no 36 th 2009sintaardila
 

Similaire à OBAT KERAS (20)

PP 512009 EDIT.ppt
PP 512009 EDIT.pptPP 512009 EDIT.ppt
PP 512009 EDIT.ppt
 
1a. permenkes toko obat 1972
1a. permenkes toko obat 19721a. permenkes toko obat 1972
1a. permenkes toko obat 1972
 
Permenkes 1148 2011_tentang_pbf
Permenkes 1148 2011_tentang_pbfPermenkes 1148 2011_tentang_pbf
Permenkes 1148 2011_tentang_pbf
 
DD4809A8-6A01-4940-B04A-7427B08C8BFC_compressed.pdf
DD4809A8-6A01-4940-B04A-7427B08C8BFC_compressed.pdfDD4809A8-6A01-4940-B04A-7427B08C8BFC_compressed.pdf
DD4809A8-6A01-4940-B04A-7427B08C8BFC_compressed.pdf
 
PMK No 007 tentang Registrasi Obat Tradisonal
PMK No 007 tentang Registrasi Obat TradisonalPMK No 007 tentang Registrasi Obat Tradisonal
PMK No 007 tentang Registrasi Obat Tradisonal
 
2._PerBPOM_16_2023_.pdf
2._PerBPOM_16_2023_.pdf2._PerBPOM_16_2023_.pdf
2._PerBPOM_16_2023_.pdf
 
UU No. 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika
UU No. 22 Tahun 1997 Tentang NarkotikaUU No. 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika
UU No. 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika
 
Peraturan BPOM no 26 tahun 2023.pdf
Peraturan BPOM no 26 tahun 2023.pdfPeraturan BPOM no 26 tahun 2023.pdf
Peraturan BPOM no 26 tahun 2023.pdf
 
Permenkes No. 1148 Tahun 2011 Tentang PBF
Permenkes No. 1148 Tahun 2011 Tentang PBFPermenkes No. 1148 Tahun 2011 Tentang PBF
Permenkes No. 1148 Tahun 2011 Tentang PBF
 
Undang undang narkotika 1997 AKPER PEMKAB MUNA
Undang undang narkotika 1997 AKPER PEMKAB MUNAUndang undang narkotika 1997 AKPER PEMKAB MUNA
Undang undang narkotika 1997 AKPER PEMKAB MUNA
 
Undang undang narkotika 1997
Undang undang narkotika 1997Undang undang narkotika 1997
Undang undang narkotika 1997
 
Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)
Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)
Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)
 
Uu 09 1951
Uu 09 1951Uu 09 1951
Uu 09 1951
 
UU-stikes pertemuan 1-2.pptx
UU-stikes pertemuan 1-2.pptxUU-stikes pertemuan 1-2.pptx
UU-stikes pertemuan 1-2.pptx
 
Permenkes 1010 Registrasi Obat 2008
Permenkes 1010   Registrasi Obat 2008Permenkes 1010   Registrasi Obat 2008
Permenkes 1010 Registrasi Obat 2008
 
Makalah pekerjaan farmasi dan ham.
Makalah pekerjaan farmasi dan ham.Makalah pekerjaan farmasi dan ham.
Makalah pekerjaan farmasi dan ham.
 
Penjelasan pkrt
Penjelasan pkrtPenjelasan pkrt
Penjelasan pkrt
 
Pp no. 51_th_2009
Pp no. 51_th_2009Pp no. 51_th_2009
Pp no. 51_th_2009
 
Uu no 36 th 2009
Uu no 36 th 2009Uu no 36 th 2009
Uu no 36 th 2009
 
Uu no 36 th 2009
Uu no 36 th 2009Uu no 36 th 2009
Uu no 36 th 2009
 

OBAT KERAS

  • 1. DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNDANG – UNDANG OBAT KERAS ( St. No. 419 tgl. 22 Desember 1949 ) PASAL I Undang – undang obat keras ( St. 1937 No. 541) ditetapkan kembali sebagai berikut : Pasal 1 (1) Yang dimaksud dalam ordonansi ini dengan : a. “ Obat-obat keras “ yaitu obat-obatan yang tidak digunakan untuk keperluan tehnik, yang mempunyai khasiat mengobati, menguatkan, membaguskan, mendesinfeksikan dan lain-lain tubuh manusia, baik dalam bungkusan maupun tidak, yang ditetapkan oleh Secretaris Van Staat, Hoofd van het Departement van Gesondheid, menurut ketentuan pada Pasal 2. b. b. “Apoteker “ : Mereka yang sesuai dengan peraturan yang berlaku mempunyai wewenang untuk menjalankan praktek peracikan obat di Indonesia sebagai seorang Apoteker sambil memimpin sebuah Apotek. c. c. “Dokter pemimpin Apotek” : yaitu Dokter-dokter yang memimpin Apotek Dokter sesuai dengan Pasal 49 dari “Reglement D.V. G”. d. d. “Dokter-dokter” : Mereka yang menjalankan praktek-praktek pengobatan dan yang memegang wewenang menurut peraturan- peraturan yang berlaku. e. e. “Dokter-dokter Gigi” : Mereka yang menjalankan praktek-praktek pengobatan Gigi dan yang memegang wewenang menurut peraturan- peraturan yang berlaku. f. f. “Dokter-dokter Hewan” : 1. Mereka yang menjalankan pekerjaan Kedokteran Hewan di Indonesia dan berijazah Dokter Hewan Belanda. 2. Mereka yang menjalankan kedokteran Hewan di Indonesia yang memegang Ijazah dari Negara lain dan kemudian diberi izin menjalankan praktek di tanah Belanda atau dapat diangkat sebagai Dokter Hewan pemerintah. 3. Mereka yang menjalankan pekerjaan Kedokteran Hewan di Indonesia dan berijazah Dokter Hewan Bogor. g. g. ”Pedagang-pedagang Kecil yang diakui” : Mereka yang bukan AApoteker atau Dokter, atau Dokter Hewan yang sesuai dengan Pasal 6
  • 2. DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN memperoleh izin dan berwenang untuk menyerahkan obat-obat keras tertentu. h. h. “Pedagang-pedagang Besar yang diakui” : Mereka yanmg bukan Apoteker yang sesuai dengan Pasal 7 berwenang untuk menyerahkan segala macam obat-obat keras sesuai dengan Ordonansi ini. i. i. “Menyerahkan” : Termasuk penjualan, menawarkan untuk penjualan dan penjualan keliling. j. j. “Secretarist van St” : Secretarist van staat, Kepala D.V.D. jakarta k. k. “Obat-obatan G” : oabta-obat keras yang oleh Sec. V. St. didaftar pada daftar obat-obatan berbahaya (gevaarlijk; daftar G). l. l. “Obatan-obatan W” : Obat-obat keras yang oleh Sec.V.St. didaftar pada daftar peringatan ( warschuwing; daftar W). (1) (1) Dalam Ordonansi ini nyang dimaksudkan dengan H.P.B. pada daerah-daerah tanpa tugas semacam ini, yaitu seorang petugas yang ditunjuk oleh Residen. Pasal 2 (1). Sec. V. St. mempunyai wewenang untuk menetapkan bahan-bahan sebagai obat-obat keras. (2). Penetapan ini dijalankan denganb menempatkan bahan-bahan itu pada suatu daftar G ataudaftar W. (3). Daftar G dan W beserta tambahan-tambahannya diumumkan oleh Sec. V. St. dalam Javase-Courant. (4). Penetapan ini dianggap telah berlaku untuk/Jawa dan madura mulai hari yang ke 30 dan untuk daerah-daerah lain di Indonesia mulai hari yang ke 100 setelah pengumuman dari daftar-daftar dan tambahan-tambahan di javase Courant. Pasal 3 (1). Penyerahan persediaan untuk penyerahan dan penawaran untuk penjualan dari bahan-bahan G, demikian pula memiliki bahan-bahan ini dalam jumlah sedemikian rupa sehingga secara normal tidak dapat diterima bahwa
  • 3. DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN bahan-bahan ini hanya diperuntukkan pemakaian pribadi, adalah dilarang. Larangan ini tidak berlaku untuk pedagang-pedagang besar yang diakui, Apoteker-apoteker, yang memimpin Apotek dan Dokter Hewan. (2). Penyerahan dari bahan-bahan G, yang menyimpang dari resep Dokter, Dokter Gigi, Dokter Hewan dilarang, larantgan ini tidak berlaku bagi penyerahan-penyerahan kepada Pedagang – pedagang Besar yang diakui, Apoteker-apoteker, Dokter-dokter Gigi dan Dokter-dokter Hewan demikian juga tidak terhadap penyerahan-penyerahan menurut ketentuan pada Pasal 7 ayat 5. (3). Larang-larang yang dimaksud pada ayat-ayat tersebut diatas tidak berlaku untuk penyerahan obat-obat sebagaimana dimaksudkan Pasal 49 ayat 3 dan 4 dan Pasal 51 dari “Reglement D.V.D.”. (4). Sec.V.St. dapat menetapkan bahwa sesuatu peraturan sebagaimana dimaksudkan pada ayat 2, jika berhubungan dengan penyerahan obat- obata G yang tertentu yang ditunjukan olehnya harus ikut ditandatangani oleh seorang petugas khusus yang ditunjuk. Jika tanda tangan petugas ini tidak terdapat maka penyerahan obat-obatan G itu dilarang. Pasal 4 (1). Penyerahan, persediaan untuk penyerahan dan penawaran untuk penjualan dan bahan-bahan W, demikian pula memiliki bahan-bahan ini dalam jumlah sedemikian rupa sehingga secara normal tidak dapat diterima bahwa bahan-bahan ini hanya diperuntukan pemakaian pribadi, adalah dilarang, larangan ini tidak berlaku untuk Pedagang-pedagang Besar yang diakui, Apoteker-apoteker, Dokter-dokter, yang memimpin Apotek, Dokter hewan dan Pedagang kecil yang diakui di dalam daerah mereka yang resmi. (2). Peraturan larangan ini tidak berlaku terhadap penyerahan obat-obatan sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 49 ayat 3 dan 4 Pasal 51 dari “Reglement DVG”. (3). Peraturan larangan ini juga tidak berlaku untuk penyerahan-penyerahan berdasarkan Pasal 6 Ayat 6 dan pasal 5 Ayat 3 dari Undang-undang Obat Keras ini. Pasal 5 (1). Pemasukan, Pengeluaran, Pengangkutan, atau suruh mengangkut bahan- bahan G dilarang, terkecuali dalam jumlah yang sedemikian rupa sehingga secara normal dapat diterima bahwa bahan-bahan ini hanya diperuntukkan pemakaian pribadi.
  • 4. DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN (2). Laranagn ini tidak berlaku jika tindakan ini dijalankan oleh pemerintah atau Pedagang-pedagang besar yang diakui atau pengangkutan-pengangkutan oleh Apoteker-apoteker, Dokter-dokter yang memimpin Apotek dan Dokter Hewan. (3). Dalam soal-soal khsus, Inspektur Farmasi D.V.G. di jakarta dapat memberikan kelonggaran penuh atau sebagian terhadap larangan ini. Pasal 6 (1). Mereka yang ingin menjad pedagang kecil diakui harus memasukkan permohonan izin tertlis kepada Pemerintah setempat. Baik permintaan untuk izin maupun izinnya sendiri dibebaskan dari meterai. Izin ini berisi nama yang bersangkutan dan tidak boleh dipindahkan kepada orang lain dan hanya berlaku untuk tempat atau daerah yang tertera dalam izin tersebut . izin ini batal dengan meninggalnya pemegang izin atau dengan kepindahannya dari daerah dimana izin berlaku. Jika izin diberikan kepada rechtspersoon, maka izin batal pada saat batalnya rechtspersoon dari tempat atau daerah, dimana izin berlaku. Sebelum memutuskan permintaan permohonan, pemerintah setempat mohon nasehat dari kepala Dinas Kesehatan dari wailayah dimana yang bersangktan hendak menjual obat-obat W. (2). Izin yang dimaksudkan pada Ayat yang pertama dapat ditolak dengan diberitahukan alasannya, atau dapat diikat dengan ketentuan-ketentuan tertentu atau dapat diberikan untuk hanya beberapa obat-obat W yang tertentu. (3). Izin yang telah diberikan oleh kepala Pemerintah setempat setelah diperoleh saran-saran dari kepala Kesehatan dalam ayat 1 dapat dicabut dengan suatu keputusan di mana dinyatakan alas an-alasannya, atau dapat diikat dengan ketentuan tertentu atau suatu jangka waktu yang tertentu atau dapat dibatasi kepada hanya obat-obat W yang tertentu. (4). Kepala Pemerintahan setempat mengirim kepada Sec.V.St. suatu salinan dan semua pemberian izin, pencabutan izin, dan Pembatasan izin. (5). Sec. V. St. memegang wewenang untuk menetapkan peraturan-peraturan umum yang harus ditaati oleh pemegang-pemegang izin sebagai akibat pencabutan izin mereka. Peraturan ini berlaku setelah diumumkan dalam Javase Courant. (6). Pada pembatalan, pencabutan atau pembatasan dari izin-izin maka(bekas) pemegang izin atau wakil mereka yan berwenang untuk menyerahkan
  • 5. DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN obat-obat yang bersangkutan yang masih ada dalam persediaan mereka dalam jangka waktu 3 bulan kepada seorang Apoteker, Dokter, Dokter Gigi, Dokter Hewan, Pedagang Besar yang diakui atau dalam daerah kerjanya kepada seorang Pedagang kecil yang diakui. Jangka waktu tersebut dalam keadaan khusus dapat diperpanjang oleh kepala Pemerintah setempat dalam Ayat 1. (7). Setelah jangka waktu yang dimaksudkan dalam ayat 6 obat-obat tersebut harus diserahkan untuk dihancurkan kepada seorang petugas yang ditentukan oleh Secretaris Van Staat. Pasal 7 (1). Mereka yang inin menjadi Pedagang Besar yang diakui, harus memasukan permohonan tertulis untuk surat kuasa dari Sec. V. St. surat kuasa ini berisi nama yang bersangkutan dan tidak boleh dipindahkan kepada orang lain. Kuasa ini batal dengan meninggalnya pemegang surat kuasa atau ia meninggalkan Indonesia atau jika surat kuasa ini diberikan kepada suatu rechtspersoon maka surat kuasapun batal pada saat batalnya rechtspersoon atau berpindahnya tempat kedudukan yang sebenarnya dari rechtspersoon ke tempat lain di luar Indonesia. (2). Kuasa yang dimaksudkan pada Ayat 1 dapat ditolak dengan diberikan alas an-alasannya. (3). Kuasa yang telah diberikan dapat dicabut oleh Sec.V.St. jika pemegang surat kuasa melanggar ketentuan-ketentuan dari Ordonansi ini atau, tidak mentaati sewajarnya syarat-syarat dala Ayat berikut. (4). Surat kuas berlaku untuk semua bahan-bahan yang ditetapkan oleh Ordonansi dan tidak dikenakan pembatasan-pembatasan lain dari pada syarat-syarat yang sama untuk semua pemegang surat kuasa yang ditentukan oleh Sec.V.St. syarat-syarat ini baru berlaku setelah diumumkan dalam Javase Courant. (5). Pada pembatalan atau pencabtan dari surat-surat kuasa maka bekas pemegang izin atau wakil mereka berwenang untuk menyerahkan obat- obat yang bersangkutan yang masih ada dalam persediaan mereka dalam jangka waktu waktu 3 bulan kepada seorang Apoteker , atau Pedagang Besar yang diakui. Jangka waktu tersebut dalam keadaan khusus dapat diperpanjang oleh Secretaris Van Staat. (6). Setelah jangka waktu yang dimaksudkan dalam Ayat 5 maka obat tersebut harus diserhkan untuk dihancurkan kepada seorang yang ditentukan oleh Secretaris Van Staat.
  • 6. DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN Pasal 8 (1). Pada penyerahan kepada konsumen dari obat-obat W oleh penjual harus diserhkan suatu peringatan tertlis dengan bentuk, warna, etiket, dan cara mwenempelkan diatas bungkusan khusus atas petunjuk dari Sec. V. St. dan berlainan untuk setiap jenis obat. (2). Sec.V.St. berwenang untuk menentukan bahwa penyerahan kepada para konsumen dari oabta-obat G dan W hanya dapat dilaksanakan dalam jumlah yang tertentu. (3). Peraturan-peraturan yang tersebut pada Ayat 1 dan 2 baru berlaku setelah diumumkan dalam Javase Courant. Pasal 9 (1). Mereka yang mempunyai persediaan bahan G dan W untuk menyerahkan pada saat tersebut pada pasal 2 Ayat 4 dan berdasarkan Ordonansi ini tidak berwenang atau dinayatakn tidak berwenang untuk penyerahan bahan – bahan ini diwajibkan dalam jangka waktu 3 bulan setelah saat tersebut memberitahukan persediaan ini kepada Pemerintah setempat di dalam resort mana obat-obat ini terdapat bersama daftar jumlah terperinci dari obat-obat itu. (2). Berhubung dengan jumlah yang didaftarkan, maka mereka yang tersebut dalam ayat 1 mempunyai wewenang untuk menyerahkan bahan-bahan ini dalam jangka waktu 6 bulan setelah saat yang dimaksudkan dalam Pasal 2 Ayat 4 kepada orang-orang yang berhak menerima penyerahan ini. (3). Setelah berlakunya jangka waktu dalam Ayat 2 maka bahan-bahan yang telah didaftar jika tidak diserahkan sebagaimana yang dimaksudkan dalam ayat yang sama, harus diserahkan untuk dihancurkan kepada petugas yang ditentukan oleh Secretaris van Staat. Pasal 10 (1). Ditetapkan suatu “Komisi Obat-obatan” yang mempunyai tugas memberikan keterangan kepada Sec.V.St. mengenai soal-soal yang berhubungan dengan Ordonansi ini. (2). Komisi tersebut terdiri dari setinggi-tingginya 9 orang anggota, termasuk Inspektur Farmasi dari D.V.G. di jakarta yang duduk secara fungsi sebagai Ketua. Anggota-anggota lain ditetapkan oleh Hoge Vertegenwoordigervan de Kroon di Indonesia atas petunjuk Sec. V. St.
  • 7. DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN Pasal 11 (1). Peraturan-peraturan selanjutnya yang diperlukan untuk melaksanakan Ordonansi ini dikeluarkan dengan Verrordening Pemerintah. (2). Dalam soal-soal khusus Hoge V.V.d.Kr. di Indonesia dapat memberikan pembebasan terhadap peraturan-peraturan yang ditetapkan dalam Ordonansi ini. Pasal 12 (1). Hukuman penjara setinggi-tingginya 6 bulan atau denda uang setinggi- tingginya 5.000 gulden dikenakan kepada : a. a. Mereka yang melanggar peraturan-peraturan larangan yang dimaksudkan dalam Pasal 3, 4 dan 5. b. b. Pedagang kecil yang diakui yang berdagang berlawanan dengan Ayat-ayat khusus yang ditentukan pada surat izinnya atau bertentangan dengan peraturan umum yang dimaksud dalam Pasal 6 Ayat 5. c. c. Pedagang Besar yang diakui yang berdagang bertentangan dengan syarat-syarat yang dimaksud kan dalam Pasl 7 Ayat 4. d. d. Merka yang berdagang bertentangan dengan ketentuan-ketentuan pada Pasal 8 Ayat 1. e. e. Merka yang berdagang bertentangan dengan Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Sec.V.St. sesuai dengan Pasal 8 Ayat 2. f. f. Mereka yang tidak mentaati ketentuan-ketentuan dalam Pasal 6 Ayat 7; Pasal 7 Ayat 6 atau Pasal 9 Ayat 1 dan 3. (2). Obat-obat keras dengan mana atau terhadap mana dilakukan pelanggaran dapat dinyatakan disita. (3). Jika tindakan-tindakan yang dapat dihukum dijalankan oleh seorang Pedagang kecil atau Pedagang Besar yang diakui maka sebagai tambahan perdagangan dalam obat keras dapat dilarang untuk jangka waktu setinggi- tinggnya 2 tahun. (4). Tindakan-tindakan yang dapat dihukum dalam Pasal ini dianggap sebagai pelanggaran. Pasal 13 (1). Jika suatu tindakan yang dapat dihukum dalam Ordonansi ini dilakukan oleh rechtspersoon maka diadakan penuntutan hukuman dan hukuman dijatuhkan kepada anggota-anggota pengurus yang berkedudukan di
  • 8. DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN Indonesia atau jika tidak berada ditempat, terhadap wakil-wakil dari rechtspersoon tersebut di Indonesia. (2). Ketentuan kepada ayat 1 berlaku dengan cara yang sama terhadap rechtspersoon yang bertindak sebagai pengurus atau wakil dari rechtspersoon yang lain. Pasal 14 (1). Penyelidikan terhadap pelanggaran-pelanggaran dari Ordonansi ini terkecuali kepada petugas-petugas yang pada umumnya melakukan penyelidikan dari tindakan-tindakan yang dapat dihukum, juga ditugaskan kepada pegawai yang diserahkan tugas atas pengawasan dari Kesehatan Rakyat, dan kepada pegawai – pegawai dari Jawatan Bea dan Cukai. Pasal 15 (1). Orang-orang yang diserahkan tugas penyelidikan dari tindakan-tindakan yang dapat dihukum menurut Ordonansi ini mempunyai wewenang untuk mengadakan pemeriksaan-pemeriksaan rumah, sebagaimana dijelaskan dalam pasal 1 dari Ordonansi tanggal 20 Agustus 1865 (St.No. 84), ditambah dengan Ordonansi tanggal 9 Agustus 1874 ( St. No. 201) dan Ordonansi tanggal 10 Oktober 1876 (St. No. 262) sedangkan juga berlaku ketentuan Pasal 2, 3 dan 4 Ordonenasi yang disebut pertama. (2). Orang-orang yang dimaksudkan dalam Ayat 1, terlepas dari wewenang bersama dengan mereka yang menyertai mereka, setiap waktu bebas memasuki semua tempat di mana diduga terdapat obat-obat keras yang dimaksudkan dengan Ordonansi ini. (3). Jika mereka ditolak untuk memasuki tempat itu, mereka dapat menjalankan tugas mereka dengan banuan alat-alat Pemerintah yang berwajib. Pasal 16 (1). Ordonansi ini dapat ditunjuk dengan nama “ Undang-Undang (Ordonansi) obat-obat keras 1949 “. Ordonansi ini juga dapat berlaku terhadap orang-orang di bawah kekuasaan Hukum dari Hakim, yang mengadili berdasarkan Ordonansi 18 Pebruari 1932 (St. No.80). PASAL II (1). Obat-obat keras yang ditunjuk, surat-surat kuasa yang diberikan dan peraturan-peraturan, syarat-syarat atau tindakan-tindakan lain yang
  • 9. DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN ditetapkan oleh Kepala D.v.G. sebelum saat berlakunya Ordonansi ini, untuk melaksankan “Ordonansi Obat-obat Keras”, jika belum dicabut atau belum batal dianggap telah ditunjuk , diberikan atau ditetapkan oleh Sec. V. St. sesuai dengan peraturan-peraturan dari Ordonansi ini. (2). Mereka yang pada saat berlakunya Ordonansi Obat Keras ini memiliki obat- obat keras tanpa wewenang sesuai dengan Pasal 3 dan 4, harus menyerahkan obat-obat ini dalam jangka waktu 1 bulan setelah berlakunya Ordonansi ini kepada orang-orang yang mempunyai wewenang. (3). Mereka kepada siapa saat berlakunya Ordonansi ini telah dikirimi obat-obat keras, yang menurut Pasal 5 pemasukannya, pengeluarannya, pengangkutannya, atau menyuruh mengangkutnya dilarang, dapat berhubungan dengan Inspektur Farmasi dari D.V.G. di jakarta, yang berwenang untuk mengeluarkan berdasarkan pendangannya suatu izin pemasukan khusus (jika telah tiba pengeluaran dari Luar Negeri) atau izin untuk pengeluaran atau untuk pengangkutan atau untuk menyuruh mengangkutnya di dalam Wilayah Indonesia. PASAL III Ordonansi ini mulai berlaku satu hari setelah pengumumannya. Dan agar tidak ada orang menganggap tidak mengetahuinya, Ordonansi ini akan dimasukkan dalam St. dari Indonesia. Dibuatkan di : J A K A R T A Pada tanggal : 22 Desember 1949.