Makalah ini membahas tentang partisipasi dalam organisasi. Faktor-faktor yang menentukan tingkat partisipasi antara lain tujuan organisasi, gaya kepemimpinan, perilaku individu dan kelompok, serta budaya organisasi. Pemahaman yang baik terhadap tujuan organisasi dan gaya kepemimpinan partisipatif dapat meningkatkan partisipasi anggota dalam mencapai tujuan organisasi.
1. PARTISIPASI DALAM ORGANISASI
By Nur Hidayat
dayatnursmp@yahoo.co.id.
BAB I
PENDAHULUAN
RASIONALISASI
Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh
beberapa aspek seperti penyatuan visi dan misi, tujuan yang sama,
adanya kepentingan yang sama, bahkan pendidikan dan
pekerjaan/profesi yang sama.
Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai suatu
keterkaitan yang terus menerus. Rasa keterkaitan ini, bukan berarti
keanggotaan seumur hidup. Akan tetapi sebaliknya, organisasi
menghadapi perubahan yang konstan di dalam keanggotaan mereka,
meskipun pada saat mereka menjadi anggota, orang-orang dalam
organisasi berpartisipasi secara relatif teratur (Keith Davis, “Human
Relations at Work”, 1962 :15-19) dalam http
://id.wikipedia.org/wiki/organisasi, download Kamis, 10 Februari 2011,
jam 21.00.
Keberhasilan suatu organisasi banyak ditentukan dan
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti ; perilaku individu dan
kelompok ; perilaku organisasi ; budaya organisasi ; motivasi dalam
berorganisasi ; tipe dan gaya kepemimpinan ; komunikasi dalam
organisasi ; manajemen organisasi ; conflic of interest individu,
kelompok, dan organisasi ; stres dan kreativitas ; budaya kerja ;
kekuasaan dan politik ; lingkungan eksternal maupun internal ; dan
partisipasi dalam berorganisasi.
Semua faktor dan pengaruh tersebut akan menjadi sebuah sistem dalam
prosesnya, dan akan membentuk sinergi organisasi sehingga akan
menentukan kinerja organisasi.
Dari faktor tersebut, yang akan kami coba urai adalah partisipasi dalam
organisasi.
2. Mengapa partiasipasi ? Partisipasi merupakan faktor dominan, karena
akan menentukan hidup matinya suatu organisasi. Kinerja organisasi
diketahui karena partisipasi, produktivitas organisasi diketahui karena
partisipasi, tujuan organisasi dapat tercapai karena partisipasi, dan
masih banyak lagi pengaruh partisipasi terhadap organisasi, yang jelas
eksistensi suatu organisasi tidak dapat terlepas dari partisipasi,
meskipun bukan satu-satunya faktor tetapi membawa pengaruh yang
signifikan pada organisasi.
RUMUSAN MASALAH
Permasalahan yang akan menentukan tingkat partisipasi dalam
organisasi antara lain adalah :
Tujuan, visi, dan misi organisasi
Gaya/tipe kepemimpinan
Perilaku individu, kelompok, dan organisasi
Struktur organisasi
Tipologi dan ciri organisasi
Sistem komunikasi
Personal/ SDM
Motivasi oganisasi
Budaya kerja
SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan makalah ini adalah sebagai berikut ; Bab I
Pendahuluan, yang mencakup rasionalisasi, rumusan masalah, dan
3. sistematika penulisan ; Bab II pembahasan masalah, yang meliputi
pengertian organisasi, faktor-faktor yang menentukan tingkat
partisipasi ; Bab III partisipasi dalam organisasi, yang meliputi
pengertian partisipasi, syarat-syarat partisipasi, kepemimpinan yang
partisipatif ; Bab IV penutup yang mencakup kesimpulan dan
saran/rekomendasi ; dan daftar kepustakaan.
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
Pengertian Organisasi
Organisasi merupakan tempat atau wadah dimana orang-orang
berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana,
terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber
daya (uang, material, mesin, metode, lingkungan), sarana-parasarana,
data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif
untuk mencapai tujuan organisasi.
Khaerul Umam (2010) dalam bukunya “Perilaku Organisasi”
menyebutkan beberapa definisi organisasi yang dikemukakan oleh
para ahli adalah sebagai berikut :
Chester I. Barnard (1938) dalam bukunya “The Executive Functions”,
mengemukakan bahwa, “Organissi adalah sistem kerja sama antara
dua orang atau lebih”
James D. Mooney mengatakan, Organisasi adalah setiap bentuk kerja
sama untuk mencapai tujuan bersama
Menurut Dimock, Ormanisasi adalah perpaduan secara sistematis
bagian-bagian yang saling bergantung/berkaitan untuk membentuk
4. suatu kesatuan yang bulat melalui kewenangan, koordinasi dan
pengawasan dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan
Robbins, S.P., (1986) mengatakan, “Organisasi adalah suatu sistem
yang terdiri dari pola aktivitas kerja sama yang dilakukan secara
teratur dan berulang-ulang oleh sekelompok orang untuk mencapai
suatu tujuan.
Sondang P. Siagian, mengemukakan bahwa organisasi adalah “setiap
bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja
bersama serta secara formal terkait dalam rangka pencapaian suatu
tujuan yang telah ditentukan, dalam ikatan yang di dalamnya
terdapat seorang/beberapa orang yang disebut bawahan”
Prajudi Atmosudirdjo (1976) mengatakan organisasi adalah struktur
tata pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara
sekelompok pemegang posisi yang berkerja sama secara tertentu
untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu.
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa dikatakan
organisasi kalau memenuhi unsur-unsur sbb. :
Organisasi merupakan sistem
Adanya suatu pola aktivitas
Adanya sekelompok orang
Adanya tujuan yang telah ditetapkan (Sopiah, 2008 dalam
Umam.K,et.al, 2010).
Dari perspektif administrasi dan manajemen, dalam organisasi
selalu ada seseorang atau beberapa orang yang bertanggungjawab
untuk mengkoordinasikan sejumlah orang yang bekerja sama dengan
segala aktivitas dan fasilitasnya. Pada tataran organisasi yang lebih
besar, pengertian organisasi menjadi lebih kompleks, strukturnya
menjadi lebih rumit, dan tingkat formalitas menjadi semakin besar.
Semua itu pada akhirnya akan mempengaruhi perilaku setiap orang
yang bekerja sama dalam organisasi.
5. Faktor-faktor yang menentukan tingkat partisipasi dalam organisasi
Ada banyak faktor yang menentukan tingkat partisipasi dalam
organisasi, di mana faktor tersebut tidak berdiri sendiri melainkan
berproses sebagai sebuah sistem. Suatu organisasi itu tetap eksis bahkan
memiliki produktivitas tingga mana kala tingkat partisipasi terhadap
organisasi itu juga tinggi.
Faktor yang menentukan tingkat partisipasi dalam organisasi, antara
lain :
Tujuan, visi, dan misi organisasi
Tujuan, visi, dan misi organisasi merupakan fondamen dan dasar
dibentuknya suatu organisasi, yang akan menentukan arah suatu
organisasi dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
Disamping hal tersebut, hal lain yang berhubungan dengan tujuan,
visi, dan misi organisasi adalah :
Akan menentukan bentuk dan ciri organisasi
Menjadi dasar desain struktur organisasi
Menjadi acuan dalam pembagian tugas/job describtion organisasi
Memberi inspirasi dan motivasi kerja organisasi
Sebagai dasar bekerja sama dan menjalin komunikasi
Pendek kata tujuan, visi, dan misi menjadi jiwa, semangat, dan ruh
suatu organisasi, sehingga menjadi penentu tingkat partisipasi
dalam organisasi. Pemahaman yang baik terhadap tujuan, visi, dan
misi akan meningkatkan partisipasi dalam organisasi, sehingga
akan menentukan kinerja dan produktivitas organisasi.
Gaya/tipe kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah cara atau seni yang dipergunakan
6. pemimpin untuk mempengaruhi bawahan/para pengikutnya.
Gaya kepemimpinan merupakan pola perilaku seseorang pemimpin
yang khas pada saat mempengaruhi anak buahnya, apa yang dipilih
oleh pemimpin untuk dikerjakan, cara pemimpin bertindak dalam
mempengaruhi anggota kelompok membentuk gaya
kepemimpinannya (Mulyasa.E., 2003 : 108).
Menurut Thoha (1995) dalam Mulyasa, et.al., 2003) gaya
kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan
seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi
perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Dalam hal ini usaha
menyelaraskan persepsi diantara orang yang akan mempengaruhi
perilaku dengan yang akan dipengaruhi menjadi amat penting
kedudukannya.
Banyak sekali teori-teori yang mengupas tentang gaya
kepemimpinan, mulai dari pendekatan sifat, pendekatan perilaku,
pendekatan lingkungan, dan pendekatan situasional, di mana
masing teori kepemimpinan akan melahirkan sifat dan gaya
kepemimpinan, namun gaya mana yang terbaik tidak mudah untuk
ditentukan. Paling tidak landasan teoritik tentang gaya
kepemimpinan akan memberikan wawasan, pemahaman yang baik
bagi pemimpin dalam melaksanakan kepemimpinannya.
Permasalahannya sekarang, bagaimana pemimpin itu
dapat meningkatkan partisipasi dalam organisasi ? Fungsi utama
pemimpin adalah menjalankan kepemimpinannya dengan baik dan
benar, artinya kepemimpinan dilaksanakan berdasarkan aturan main
yang telah disepakati dan ditetapkan oleh organisasi.
Menurut Hikmat (2009), dalam bukunya
“Manajemen Pendidikan”, dijelaskan bahwa fungsi utama seorang
pemimpin adalah :
7. Pengelola organisasi atau pengendali utama manajemen
berorganisasi. Pemimpin yang menjalanka fungsi utama adalah
konseptor utama yang merumuskan visi dan misi serta tujuan
organisasi, sehingga mulai perencanaan hingga
pertanggungjawaban diarahkan pada tujuan yang telah
ditetapkan.
Motivator, yaitu orang yang mendorong dan memberikan dukungan
penuh kepada bawahannya untuk bekerja dengan optimal.
Pembuat keputusan yang akan mempengaruhi perkembangan dan
kemajuan organisasi serta kesejahteraan para anggotanya.
Penilai kinerja karyawannya yang akan memberikan penghargaan
bagi seluruh prestasi kerja bawahannya.
Dinamisator dan katalisator organisasi, yaitu orang yang memajukan
organisasi dan mengendalikan situasi dan kondisi yang akan
berpengaruh terhadap kemajuan atau kemunduran organisasi.
Stabilisator, yaitu orang yang memiliki kapabilitas terkuat dalam
mempertahankan eksistensi organisasi.
Supervisor, yaitu yang membina, melatih, mendidik, mengawasi,
menilai, dan memberikan contoh kerja terbaik bagi seluruh
anggota organisasi yang dipimpinnya.
Untuk dapat melaksanakan fungsi utama seperti tersebut di atas,
maka seorang pepimpin harus memiliki ciri-ciri fungsional yang
melekat pada seorang pemimpin, yaitu :
Watak dan kewibawaan seorang pemimpin
Kekuasaan dalam pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahannya
Hierarki kekuasaan struktural
8. Ketegasan pengambilan keputusan
Kecerdasan menganalisis persoalan yang menyangkut kepentingan
umum.
Di samping ciri fungsional, seorang pemimpin harus memiliki sifat-
sifat utama, seperti yang dikemukakan oleh Hikmat, et.al., (2009),
adalah sebagai berikut :
Energik, artinya memiliki semangat yang tinggi dan terbaik
dibandingkan bawahannya;
Emosinya stabil, yaitu telaten dalam melaksanakan tugas-tugasnya;
Mampu membangun relasi dengan seluruh bawahannya dan dengan
lingkungan eksternal organisasinya;
Memiliki motivasi yang kuat di dalam jiwanya untuk memimpin
dengan baik;
Idealis, artinya memiliki gagasan dan cita-cita yang sangat tinggi
untuk dirinya dan organisasinya;
Ahli dalam membimbing da mengarahkan anak buahnya;
Terampil mengendalikan organisasi dan menjalin kerja sama dengan
anak buahnya dan dengan organisasi eksternal;
Ahli membentuk budaya organisasi dan menjalin hubungan sosial;
Rasional dalam memecahkan masalah;
Memiliki moralitas yang patut diteladani oleh anak buahnya;
Inovatif, kreatif, dan konstruktif;
Konseptor yang handal;
Berwawasan luas dan mengedepan;
9. Sehat jasmani dan rohani;
Memiliki keahlian teknis;
Jujur dan amanah;
Berpengalaman;
Penuh rasa tanggung jawab;
Demokratis;
Memahami keadaan dan kemauan anak buahnya;
Ahli berkomunikasi;
Sifat-sifat utama tersebut menurut penulis masih peerlu ditambah
dengan dengan memahami dan menguasai IT/ICT, mengapa ?
karena IT/ICT merupakan sarana/alat dalam mendukung jalannya
organisasi, dan menjadi sangat vital mana kala organisasi itu
tumbuh dan Sifat-sifat utama tersebut menurut penulis masih perlu
ditambah dengan dengan memahami dan menguasai IT/ICT,
mengapa ? karena IT/ICT merupakan sarana/alat dalam mendukung
jalannya organisasi, menjadi tuntutan kebutuhan dan perannya
sangat vital mana kala organisasi itu tumbuh dan berkembang
menjadi besar, dan akan memberikan konstribusi yang besar bagi
peningkatan partisipasi dalam organisasi.
Perilaku individu, kelompok, dan organisasi
Hal yang tidak kalah penting dalam ikut mempengaruhi partisipasi
berorganisasi adalah perilaku individu, kelompok, dan organisasi.
10. Khaerul Umam, et.al, (2010), menjelaskan perilaku didefinisikan
sebagai suatu sikap atau tindakan serta segala sesuatu yang
dilakukan manusia. Perilaku individu dalam organisasi adalah sikap
dan tindakan (tingkah laku) seseorang (individu) dalam organisasi
sebagai ungkapan dari kepribadian, persepsi dan sikap jiwanya,
yang bisa berpengaruh terhadap prestasi (kerja) dirinya dan
organisasi.
Banyak sekali teori-teori yang membahas tentang perilaku individu
dan kepribadian, seperti teori “trait”/perangai dari Gardon W.
Allport, Raymond B. Cattel, dan Hans J. Eysenck ; teori
“psikoanalitik” yang dikemukakan oleh Sigmund Freud ; teori
“need”/kebutuhan dari Maslow dan David Mc. Clelland, yang
kesemuanya itu membuktikan sangat urgennya perilaku individu
dalam organisasi, yang akan mampu memberi warna bagi arah dan
tujuan dibentuknya suatu organisasi. David A.N., Richard
Hackman dan Edward E.L., dalam bukunya “Managing
Organizational Behavior”, dalam Khaerul Umam, et.al (2010),
menjelaskan perbedaan prinsip dasar manusia berperilaku, sebagai
berikut :
Manusia berbeda perilakunya karena kemampuannya tidak sama
Manusia mempunyai kebutuhan yang berbeda
Orang berfikir tentang masa depan dan membuat pilihan tentang
bagaimana bertindak
Seseorang memahami lingkungannya dalam hubungannya dengan
pengalaman masa lalu dan kebutuhannya
Seseorang itu memiliki reaksi-reaksi senang atau tidak senang
Banyak faktor yang menentukan sikap dan perilaku seseorang
Dari uraian tersebut jelaslah bahwa perilaku individu akan dapat
11. mempengaruhi partisipasi dalam berorganisasi. Kembali lagi kepada
peran, tugas dan fungsi pemimpin dalam melaksanakan
kepemimpinannya untuk mampu memahami setiap tindakan
bawahan maupun pegawainya, pemahaman yang baik terhadap teori
perilaku individu akan sangat membantu pemimpin dalam
memahami perilaku bawahan dan pegawainya, sehingga akan
mampu memberikan dampak positif bagi peningkatan partisipasi
dalam organisasi.
Demikian halnya dengan perilaku kelompok juga akan berpengaruh
terhadap peningkatan partisipasi dalam organisasi, mengingat Setiap
kelompok mempunyai norma, budaya, sikap, keyakinan, etika,
tujuan, motivasi, harapan, persepsi, dan yang lain-lain yang
membentuk pola perilaku kelompok yang berbeda. Perbedaan antar
kelompok ini dapat menimbulkan konflik dalam organisasi akibat
adanya sense of crisis, conflic of interest, aspirasi, kepekaan,
kepentingan, dll., yang apabila tidak dikelola dengan baik akan
menimbulkan rendahnya kinerja organisasi, bahkan dapat berakibat
fatal bagi pertumbuhan, perkembangan dan kelangsungan
organisasi.
Begitu juga dengan prilaku organisasi yang akan memberi
dampak secara perorangan, kelompok, dan struktur dalam organisasi
dalam mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan. Perilaku dari
tingkat organisasi dimaksudkan adalah sistem, azas, maupun faham
yang dianut oleh suatu organisasi. Menurut Khaerul Umam (2010),
disebutkan bahwa setiap organisasi memiliki struktur, norma,
budaya, visi, misi, filosofi, tujuan stategi, kebijakan, dan cara
membnangun komunikasi dalam organisasi.
Organisasi yang otoriter akan berbeda perilakunya dengan
organisasi yang demokratis. Organisasi yang menganut faham
sentralisasi akan berbeda perilakunya dengan organisasi yang
berfaham desentralisasi. Perilaku anggota organisasi ditentukan oleh
12. sistem, faham, dan azas yang dianut organisasi tersebut.
Struktur organisasi
Struktur organisasi merupakan alat kelengkapan suatu organisasi,
karena struktur organisasi akan mencerminkan visi, misi, dan tujuan
suatu organisasi, yang pada gilirannya akan membentuk pembagian
tugas/job describtion. Masalah akan muncul persoalan mana kala
penempatan posisi personal dalam mengisi jabatan dalam struktur
organisasi tidak dilakukan dengan baik dan benar, prinsip the right
man on the right place, dedikasi, kapabelitas, kredibelitas,
kemampuan akademik, kemampuan personal, dan kemampuan
sosial akan membantu pemimpin dalam pemilihan dan penempatan
personal. Bila hal ini tidak diperhatikan maka akan berdampak pada
jalannya organisasi dan akan mempengaruhi tingkat partisipasi
dalam organisasi.
Tipologi dan ciri organisasi
Tipologi organisasi
Tipologi organisasi adalah pengelompokkan tipe atau jenis
organisasi menurut kriteria tertentu.
Menurut Khaerul Umam, et.al, (2010 : 26-30) dijelaskan, tipe-
tipe organisasi SBB. :
1). Berdasarkan jumlah orang yang memegang tampuk
pimpinan, maka organisasi dikelompokkan ke dalam :
Bentuk tunggal, yaitu pimpinan organisasi hanya dipegang
oleh satu orang.
13. Bentuk komisi, yaitu pimpinan organisasi merupakan suatu
dewan yang terdiri beberapa orang
2). Berdasarkan lalu lintas kekuasaan
* Bentuk lurus/organisasi lini
* Bentuk lini dan staf
* Bentuk fungsional
3). Berdasarkan sifat hubungan personal
* Organisasi formal, yaitu setiap bentuk kerja sama antara
dua orang atau lebih yang diatur dan dipolakan secara
resmi dalam rangka mencapai tujuan bersama.
* Organisasi informal, yaitu hasil keseluruhan hubungan
pribadi yang terjalin antara individu-individu maupun
anatar kelompok manusia.
4). Berdasarkan tujuan
Organisasi ini dapat dikelompokkan menjadi :
Organisasi profit oriented
* Organisasi non-profit oriented
5). Berdasarkan sektor sosial, dapat dikelompokkan :
* Organisasi pendidikan
* Organisasi kesehatan
* Organisasian pertanian, dll.
6). Berdasarkan fungsi atau tujuan yang dilayani,
* Organisai produksi
* Organisasi yang berorientasi pada tujuan politik
* Organisasi yang ber sifat integratif, yaitu organisasi yang
berupaya mengatasi konflik dan mengembangkan
motivasi dalam rangka mengembangkan organisasi
serikat kerja
* Organisasi pemelihara, berupaya iuntuk mempertahankan
kesinambungan kehidupan masyarakat melalui kegiatan-
kegiatan pendidikan budaya, dan kegiatan-kegiatan lain
bersifat ekspresif
14. 7). Berdasarkan kepatuhan
* Organisasi coercive-alienative, terbentuk karena katakutan
akibat keterasingan
* Organisasi renumerative-instrumental, dibentuk dengan
perhitungan untuk mendapatkan balas jasa
* Organisasi normative-moral, terbentuk karena
pertimbangan keberlakuan norma dan Moral
* Organisasi coercive-instrumental of calculative, terbentuk
dengan dasar rasa takut dan harapan untuk mendapatkan
imbalan
8). Berdasarkan fihak yang memakai manfaat
* Mutual benefit organization, organisasi yang manfaatnya
diutamakan untuk dinikmati para anggotanya sendiri
* Service organization, organisasi yang manfaatnya
diutamakan untuk dinikmati para pelanggan
* Business organization, organisasi yang sasaran utamanya
mencapai laba
* Commenwealth organization, organisasi yang manfaatnya
dapat dinikmati masyarakat umum
Menurut Hikmat, (2009 : 183-186), dijelaskan bentuk-bentuk
organisasi sbb. :
Organisasi garis/line organization
Organisasi staf/Staff Organization
Organisasi lini dan staf/line and staff
Organisasi fungsional
Bentuk komite/panitia.
Ciri-ciri Organisasi
Dari uraian pengertian organisasi tersebut di atas bahwa
organisasi mempunyai tiga unsur utama yaitu :
15. 1. Manusia.
2. Kerjasama.
3. Tujuan bersama-sama.
Dari ketiga unsur tersebut saling terkait dan mempunyai satu
kesatuan. dari berbagai macam teori organisasi yang di
kemukakan oleh para ahli yang satu dengan yang lain saling
melengkapi. Dan secara lebih terperinci, organisasi memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :
1). Menurut (Khaerul Umam, et.al, 2010 : 24), menyebutkan
ciri-ciri organisasi sbb. :
Adanya suatu kelompok orang yang dapat dikenal dan
saling mengenal
Adanya kegiatan berbeda-beda, tetapi sau sama lain saling
berkaitan (interdependent part) yang merupakan
kesatuan kegiatan
Tiap-tiap orang memberikan sumbangan atau kontribusinya
berupa pemikiran, tenaga, dan lain-lain
Adanya kewenangan, koordinasi dan pengawasan
Adanya tujuan yang ingin dicapai
2). Menurut Hikmat dalam bukunya “Manajemen Pendidikan”
(2009), disebutkan ciri-ciri organisasi dapat dibagi menjadi
dua macam, yaitu organisasi formal dan organisasi
informal.
Organisasi formal
Ciri-ciri organisasi yang bersifat formal adalah sbb. :
* Seluruh anggota organisasi diikat oleh suatu persyaratan
formal sebagai bukti keanggotaannya
* Kedudukan, jabatan, dan pangkat yang terdapat dalam
organisasi dibuat secara hierarkis dan piramidal yang
menunjukkan tugas, kedudukan, tanggung jawab, dan
wewenang yang berbeda-beda.
16. * Setiap anggota yang memiliki jabatan tertentu secara
otomatis memiliki wewenang dan tanggung jawab
yang membawahi jabatan anggota di bawahnya.
Dengan demikian, hak memerintah berada bersamaan
dengan hak diperintah, hak melarang bersamaan
dengan hak untuk tidak mengerjakan kegiatan tertentu.
Jabatan-jabatan itu berikut wewenang yang dimilikinya
berhubungan dengan seluruh kinerja bawahannya
* Hak dan kewajiban melekat sepenuhnya pada anggota
organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawabnya
* Pelaksanaan kegiatan diatur menurut jabatannya masing-
masing, tetapi setiap fungsi jabatan dengan tugasnya
saling berhubungan dan melakukan kerja sama.
* Seluruh kegiatan dilaksanakan secara musyawarah
mufakat dengan mengacu pada tujuan yang telah
ditetapkan
* Hubungan kerja sama dilakukan menurut tingkatan
jabatan struktural yang jelas yang berimplikasi secara
langsung pada perbedaan penggajian dan tunjangan
masing-masing anggota organisasi. Hal ini untuk
menghindari overlap dalam melaksanakan kegiatan
lembaga
* Adanya anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
yang merupakann sistem kenerja organisasi.
Organisasi Informal
Secara substansial ciri organisasi formal sama
dengan organisasi informal, yang membedakan adalah
status organisasi dan izin operasional organisasi
17. Difahaminya pengertian, ciri, dan tipologi organisasi adalah
dalam ragka memahami partisipasi dalam organisasi.
Sistem komunikasi
Komunikasi merupakan pola hubungan yang dibangun antar
individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok,
yang bertujuan untuk saling memahami, saling memberi, saling
membagi informasi dan bekerja sama dalam mencapai tujuan yang
telah ditentukan dan disepakati bersama. Dalam komunikasi terjadi
suatu interaksi dengan orang lain dapat berupa percakapan, tukar
pikiran, membujuk, mengajar, mempengaruhi, dan negosiasi.
Dalam organisasi komunikasi mempunyai peranan yang sangat
penting dalam membangun, mengembangkan, dan mencapai
tujuan-tujuan organisasi, sehingga eksistensi organisasi dapat
terjaga. Tanpa komunikasi maka suatu organisasi tak kan ada
artinya, suatu organisasi dibentuk karena adanya komunikasi.
Sistem komunikasi dalam organisasi harus dibangun secara efektif
dan efisien, sehingga mampu memberikan akses yang luas bagi
perkembangan organisasi. Munculnya hambatan dan masalah
dalam organisasi karena tidak memiliki sistem komunikasi yang
efektif dan efisien. Dengan demikian sistem komunikasi akan
berpengaruh terhadap partisipasi dalam organisasi.
Personal/ SDM
Hal yang sangat penting bahkan dominan bagi suatu
organisasi adalah personal/sumber daya manusia, karena
merupakan unsur penting dalam organisasi. Eksis tidaknya suatu
18. organisasi, maju dan mundurnya suatu organisasi sangat ditentukan
oleh manusianya.
Organisasi yang memiliki SDM yang baik/berkualitas, maka
organisasi itu akan cepat berkembang, sebaliknya bila SDM yang
dimiliki suatu organisasi tidak berkualitas, maka sulit bagi
organisasi itu untuk berkembang. Mulai persiapan, perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi, dan pelaporan jalannya suatu organisasi
tidak dapat dilepaskan dari keterlibatan personal/SDM. Begitu
tingginya intensitas personal/SDM dalam suatu organisasi maka
memiliki pengaruh yang kuat terhadap partisipasi dalam organisasi.
Motivasi oganisasi
Motivasi berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak. Artinya
sesuatu yang menggerakkan terjadinya tindakan, atau disebut
dengan niat (Hikmat, et.al, 2009 : 271).
Perbuatan manusia pada dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam
tiga macam, yaitu : (1). Perbuatan yang direncanakan, artinya
digerakkan oleh suatu tujuan yang ingin dicapai ; (2). Perbuatan
yang tidak direncanakan, yang bersifat spontan dan tidak bermotif ;
(3). Perbuatan yang direncanakan dan tidak direncanakan.
Motivasi atau dorongan yang sangat kuat akan menentukan
terwujudnya suatu perbuatan yang direncanakan, dorongan itu
dapat berupa imbalan atau adanya ancaman. Dorongan juga dapat
terjadi sebagai bagian dari kesadaran jiwa yang diimbangi oleh
harapan terhadap sesuatu yang akan dicapai. Selanjutnya masih
menurut Hikmat, et.al, (2009), dijelaskan bahwa motivasi
merupakan dorongan atau rangsangan yang diberikan kepada
seseorang agar memiliki kemauan untuk bertindak. Seorang
19. pemimpin dapat melakukan dorongan ini dengan berbagai cara,
seperti ; meingkatkan upah kerja/gaji, reward, bonus, aturan dan
sangsi bagi para pelanggar, dsb. Pertanyaannya sekarang, untuk apa
motivasi itu dilakukan ? Orang melakukan motivasi karena adanya
beberapa tujuan, antara lain :
Meragsang seseorang untuk bekerja dengan baik
Mendorong seseorang untuk bekerja lebih berprestasi
Mendorong seseorang untuk bekerja dengan penuh tanggung jawab
Meningkatkan kualitas kerja
Mengembangkan produktivitas kerja
Menaati peraturan yang berlaku
Memberikan efek jera bagi pelanggar aturan
Mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan
Mempertahankan prestasi kerja dan bersaing secara sportif.
Dalam suatu organisasi motivasi kerja sangat dibutuhkan demi
menjaga keberadaan organisasi tsb.
Dari uraian di atas jelas bahwa motivasi berpengaruh terhadap
partisipasi dalam organisasi.
Budaya kerja
Khaerul Umam, et.al, (2010), menjelaskan bahwa
keberhasilan suatu pekerjaan berakar pada nilai-nilai yang dimiliki
dan perilaku yang menjadi kebiasaannya. Nilai-nilai tersebut
bermula dari adat kebiasaan, agama, norma, dan kaidah yang
menjadi keyakinannya menjadi kebiasaan dalam perilaku kerja
atau organisasi. Nilai-nilai inilah yang kemudian dinamakan budaya
20. kerja.
Banyak para pakar/ahli yang mengupas tentang budaya kerja,
karena memang pengaruhnya sangat kuat terhadap keberhasilan dan
mutu pekerjaan atau organisasi, lebih-lebih setelah jepang dapat
bangkit dari keterpurukan ekonomi sejak kalah dalam perang dunia
kedua.
Budaya kerja adalah suatu falsafah yang didasari oleh pandangan
hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan, dan
kekuatan pendorong, membudaya dalam kehidupan suatu kelompok
masyarakat atau organisasi, kemudian tercermin dari sikap menjadi
perilaku, kepercayaan, cita-cita, pendapat, dan tindakan yang
terwujud sebagai kerja atau bekerja. Budaya kerja organisasi adalah
manajemen yang meliputi pengembangan, perencanaan, produksi,
dan pelayanan suatu produk yang berkualitas dalam arti optimal,
ekonomi, dan memuaskan.
Melaksanakan budaya kerja mempunyai arti yang sangat
dalam karena akan mengubah sikap dan perilaku SDM untuk
mencapai produktivitas kerja yang lebih tinggi dalam menghadapi
tantangan masa depan. Sehingga dapat diperoleh manfaat, seperti ;
menjamin hasil kerja dengan kualitas yang lebih baik, membuka
seluruh jaringan organisasi, keterbukaan, kebersamaan, kegotong
royongan, kekeluargaan, menemukan dan memperbaiki kesalahan,
penyesuaian diri dengan perkembangan dari luar, laporan yang
akurat, kepuasan kerja, pergaulan yang lebih akrab, disiplin yang
meningkat, berkurangannya pengawasan, berkurangnya
pemborosan, absensi turun, keinginan belajar, dll.
Dari paparan tersebut jelaslah kiranya bahwa budaya organisasi
memiliki pengaruh terhadap partisipasi dalam organisasi.
21. BAB III
PARTISIPASI DALAM ORGANISASI
Dalam berorganisasi setiap individu dapat berinteraksi dengan semua
struktur yang terkait baik itu secara langsung maupun secara tidak langsung
kepada organisasi yang mereka pilih. Agar dapat berinteraksi secara efektif
setiap individu bisa berpartisipasi pada organisasi yang bersangkutan.
Dengan berpartisipasi setiap individu dapat lebih mengetahui hal-hal apa
saja yang harus dilakukan.
Pengertian partisipasi
Partisipasi didefinisikan sebagai keterlibatan mental atau pikiran dan
emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang
mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam
usaha mencapai tujuan.
Keterlibatan aktif dalam berpartisipasi, bukan hanya berarti
keterlibatan jasmaniah semata. Partisipasi dapat diartikan sebagai
keterlibatan mental, pikiran, dan emosi atau perasaan seseorang dalam
situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan
kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung
22. jawab terhadap usaha yang bersangkutan. (Keith Davis, “Human
Relations at Work”, 1962 :15-19) dalam http
://id.wikipedia.org/wiki/organisasi, download Kamis, 10 Februari 2011,
jam 21.00.
Menurut Malayu S.P. Hasibuan, dalam bukunya “Manajemen Dasar,
Pengertian, Dan Masalah, (2007 : 135) dijelaskan, tingkat dedikasi dan
partisipasi bawahan akan menentukan gairah semangat kerja dan
kedisiplinan. Jika dedikasi dan partisipasi bawahan baik, maka rentang
kendali seorang manajer semakin banyak, dan sebaliknya. Organisasi
adalah suatu sistem perserikatan formal, berstruktur dan terkoordinasi
dari sekelompok orang yang bekerja sama dalam mencapai tujuan
tertentu. Salah satu fungsi organisasi adalah pembinaan wewenang,
dimaksudkan untuk mencapai koordinasi yang terstruktur, baik secara
vertikal maupun horizontal di antara posisi yang telah diserahi tugas-
tugas khusus yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
Menurut V.A. Graicunas dalam teorinya “Graicunas theory of
relationships organization”, mengemukakan tiga jenis hubungan
(relationships), yaitu :
Direct single relationships, (hubungan tunggal langsung), yaitu
hubungan langsung antara atasan dengan seorang bawahannya.
Direct group relationships, (hubungan kelompok langsung), yaitu
hubungan langsung antara atasan dengan beberapa orang
bawahannya.
Cross relationships, (hubungan silang), yaitu hubungan antara bawahan
dengan bawahan disaksikan atasan
Syarat-syarat partisipasi
Agar suatu partisipasi dalam organisasi dapat berjalan dengan
efektif, maka dibutuhkan persyaratan-persyaratan yang antara lain
adalah :
1. Waktu.
23. Untuk dapat berpatisipasi diperlukan waktu. Waktu yang dimaksudkan disini
adalah untuk memahamai pesan yang disampaikan oleh pemimpin. Pesan tersebut
mengandung informasi mengenai apa dan bagaimana serta mengapa diperlukan
peran serta
2. Dana,
Bilamana dalam kegiatan partisipasi ini diperlukan dana perangsang, hendaknya
dibatasi seperlunya agar tidak menimbulkan kesan “memanjakan”, yang akan
menimbulkan efek negatif.
3. Subyek partisipasi hendaknya relevan atau berkaitan dengan
organisasi dimana individu yang bersangkutan itu tergabung atau
sesuatau yang menjadi perhatiannnya. 4. Partisipasi harus memiliki
kemampuan untuk berpartisipasi, artinya yang bersangkutan
memiliki pemikiran yang luas dan pengalaman yang sama dengan
komunikator, dan kalaupun belum ada, maka unsur-unsur itu
ditumbuhkan oleh komunikator
4. Partisipasi harus memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi
timbal balik, misalnya menggunakan bahasa yang sama atau yang
sama-sama dipahami, sehingga tercipta pertukaran pikiran yang
efektif atau berhasil.
5. Para pihak yang bersangkutan bebas di dalam melaksanakan peran
serta tersebut sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.
6. Bila partisipasi diadakan untuk menentukan suatu kegiatan
hendaknya didasarkan kepada kebebasan dalam kelompok, artinya
tidak dilakukan pemaksaan atau penekanan yang dapat
menimbulkan ketegangan atau gangguan dalam pikiran atau jiwa
pihak-pihak yang bersangkutan. Hal ini didasarkan kepada prisnsip
bahwa partisipasi adalah bersifat persuasif (Keith Davis, 1962)
dalam http ://id.wikipedia.org/wiki/organisasi, download Kamis, 10
Februari 2011, jam 21.00.
Unsur-unsur partisipasi
Ada tiga unsur penting dalam organisasi, seperti yang dikemukakan
24. oleh Keith David. Unsur tersebur adalah :
Bahwa partisipasi atau keikutsertaan sesungguhnya merupakan suatu
keterlibatan mental dan perasaan, bukan hanaya keterlibatan secara
jasmani semata
Kesediaan memberi sesuatu sumbangan kepada usaha mencapai tujuan
kelompok, ini berarti terdapat rasa senang, kesukarelaan untuk
membantu kelompok
Tanggung jawab, unsur tersebut merupakan segi yang menonjol dari
rasa menjadi anggota, sehingga memiliki “sense of belongingness”
(Keith Davis, 1962) dalam http ://id.wikipedia.org/wiki/organisasi,
download Kamis, 10 Februari 2011, jam 21.00.
Kepemimpinan yang partisipatif
Efektifitas kegiatan manajerial dan pengaruhnya pada kinerja
organisasi, sangat bergantung pada kepekaan pimpinan untuk
menggunakan keterampilan personalnya.
Upaya membangun keterampilan personal tersebut selaras dengan
perkembagan kekinian rumpun kajian Organizational Studies (Teori
Organisasi, Perilaku Organisasi, Manajemen SDM, dan
Kepemimpinan), yang menemukan kontekstualisasinya dalam
semangat pendekatan human relations. Organisasi birokrasi publik pun
idealnya tidak terlepas dari arah perkembangan ini. Dalam hal ini,
paradigma organisasi birokratik yang berkarakter (terlalu) impersonal
dan dingin, mendapatkan tantangan serius dari paradigma post-
birokrasi yang lebih humanis. Dengan demikian, membangun
kompetensi personal menjadi sangat penting, agar seorang pemimpin
dapat menjalankan kepemimpinan yang efektif, dalam konteks
organisasi yang ramah dan humanis. Jadi pemimpin yang baik, yang
melaksanakan kepemimpinannya secara efektif akan memberikan
kontribusi positif bagi peningkatan partisipasi dalam berorganisasi.
25. Upaya membangun efektivitas pemimpin tidak semata-semata terletak
pada pembekalan dimensi keterampilan teknis dan keterampilan
konseptual, tetapi juga keterampilan personal. Karena efektivitas
kegiatan manajerial dan pengaruhnya pada kinerja organisasi, sangat
bergantung pada kepekaan pimpinan untuk menggunakan keterampilan
personalnya.
Keterampilan personal tersebut meliputi kemampuan :
untuk memahami perilaku individu dan perilaku kelompok dalam
kontribusinya membentuk dinamika organisasi,
kemampuan melakukan modifikasi perilaku,
kemampuan memahami dan memberi motivasi,
kemampuan memahami proses persepsi dan pembentukan komunikasi
yang efektif,
kemampuan memahami relasi antar konsep kepemimpinan-kekuasaan-
politik dalam organisasi,
kemampuan memahami genealogi konflik dan negosiasinya,
kemampuan mengkonstruksikan budaya organisasi yang ideal.
26. BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam berorganisasi setiap individu dapat berinteraksi dengan semua
struktur yang terkait baik itu secara langsung maupun secara tidak langsung
kepada organisasi yang mereka pilih. Agar dapat berinteraksi secara efektif
setiap individu bisa berpartisipasi pada organisasi yang bersangkutan.
Dengan berpartisipasi setiap individu dapat lebih mengetahui hal-hal apa
saja yang harus dilakukan.
Partisipasi dalam organisasi menekankan pada pembagian wewenang atau
tugas-tugas dalam melaksanakan kegiatannya dengan maksud
meningkatkan efektif tugas yang diberikan secara terstruktur dan lebih jelas.
Partisipasi harus memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi timbal
balik, misalnya menggunakan bahasa yang sama atau yang sama-sama
dipahami, sehingga tercipta pertukaran pikiran yang efektif atau berhasil.
Demikian apa yang dapat kami paparkan, kami yakin masih banyak
kekurangnnya, untuk itu mohon saran guna perbaikan tugas berikutnya.
REKOMENDASI
Dari paparan di atas dapat ditarik dua hal :
Partisipasi pemimpin
Rekomendasi untuk pemimpin, di samping menguasai
berbagai keterampilan memimpin, akan lebih baik lagi jika seorang
pemimpin menambah bekal diri dengan mengikuti pelatihan EQ ,
SQ , dan motivasi ; membangun manajemen kalbu/cahaya hati ;
menambah wawasan tentang aplikasi IT/ICT.
27. Partisipasi personal/bawahan
Agar partisipasi personal/bawahan dalam organisasi meningkat,
maka yang harus dilakukan adalah :
Menyadari fungsi dan perannya dalam organisasi
Mampu menempatkan diri secara proporsional
Memahami tupoksinya
Membangun komunikasi yang efektif dalam organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan. Malayu.S.P, manajemen Dasar, Pengertian, Dan Masalah,
Jakarta, Bumi Aksara, 2007
http ://id.wikipedia.org/wiki/organisasi, download Kamis, 10 Februari 2011,
jam 21.00.
Hikmat, Manajemen Pendidikan, Bandung, Pustaka Setia, 2009
Umam Khaerul, Perilaku Organisasi, Bandung, pustaka Setia, 2010