SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  69
Télécharger pour lire hors ligne
Pedoman
 Analisis
    Data
Daftar akronim, istilah, singkatan
Ad-hoc            Sementara; jangka pendek
Akademik          Ilmiah; terkait dengan penelitian sebagai proses menemukan
                  pengetahuan
Analisis          Proses sistematik penyimpulan dari data dengan menggunakan
                  logika/ teori tertentu
Asfiksia          Gangguan suplai oksigen sehingga terjadi kesulitan bernafas
BBLR              Bayi berat lahir rendah
Bumil             Ibu hamil
Bulin             Ibu bersalin
Bufas             Ibu nifas; kurun waktu dalam 40 hari setelah persalinan
Data              Sekumpulan nilai pengamatan/ pengukuran pada sampel
Deduktif          Penyimpulan dari hal umum ke hal yang lebih spesifik
Denominator       Populasi sasaran; dalam rate atau persentase, pembilang disebut
                  numerator dan penyebut disebut denominator
Diare             Mencret; buang air besar lebih dari 3 kali per hari dengan feses
                  cair atau lembek
Disabilitas       Tidak mampu melakukan kegiatan fisik yang normal
DTPS              District Team Problem Solving; Pendekatan Tim dalam pemecahan
                  masalah di tingkat kabupaten; sebagai alat bantu dalam proses
                  perencanaan kesehatan
Efektif           Berhasil guna; suatu program disebut efektif apabila program
                  tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan
Efektivitas       Keberhasilan suatu program
Eklamsia          Komplikasi kehamilan/ persalinan/ nifas yang ditandai dengan
                  hipertensi (tekanan darah tinggi), edema (pembengkakan) tungkai,
                  dan kejang
Emerjensi         Gawat-darurat; situasi yang mengancam jiwa
Empirik           Pengalaman; berdasar fakta atau data
Fatalitas         Kematian kasus; angka fatalitas kasus (case fatality rate) penyakit
                  D adalah jumlah kematian di antara jumlah kasus penyakit D.
HIV/AIDS          Human Immuno Defficiency Virus adalah virus perusak sistem
                  kekebalan tubuh, sedangkan Acquired Immuno Defficiency Syndroms
                  adalah penyakit akibat hilangnya kekebalan tubuh
Hipotermia        Keadaan dengan temperatur tubuh kurang dari 37º Celsius
HSP               Health Services Program; Program kesehatan ibu, bayi baru lahir dan
                  anak yang tahun 2005-2008 yang didanai USAID
Ibu maternal      Ibu hamil, bersalin dan nifas
Immpact           Organisasi internasional penelitian kematian ibu yang
                  berkedudukan di University of Abeerden, United Kingdom
Induktif          Penyimpulan dari hal-hal yang spesifik menjadi suatu hal yang lebih
                  umum
Infeksi           Masuknya kuman dalam tubuh manusia
Inferensial       Estimasi terhadap nilai dalam populasi (parameter) berdasarkan
                  nilai dalam sampel (statistik atau data)


                                                                                    i
Informasi         Hasil pengolahan data menjadi fakta yang relevan dengan
                  kebutuhan
Infra-struktur    Sarana dan pra-sarana
Insidensi         Insidensi suatu penyakit didefinisikan sebagai jumlah kasus baru
                  penyakit tersebut dalam suatu kurun waktu tertentu. Rate
                  insidensi merupakan insidensi per population at risk-nya, yaitu
                  jumlah lama waktu "sehat" dalam tahun yang dijalani bersama oleh
                  semua anggota penduduk dari awal sampai akhir kurun waktu
                  pengamatan. Dalam praktek, population at risk diperkirakan
                  dengan jumlah penduduk tengah-kurun waktu.
Institusi         (lihat : Kelembagaan)
Ispa              Infeksi Saluran Pernafasan Akut; penyakit/infeksi pada saluran nafas
                  karena bakteri dengan gejala batuk, demam, dan sesak nafas
Kelembagaan       Institusi; sistem; menyangku banyak sistem; hubungan antar sistem
K1                Kunjungan pelayanan antenatal minimal sekali triwulan pertama
K4                Kunjungan pelayanan antenatal minimal sekali triwulan pertama,
                  minimal sekali triwulan kedua, dan minimal dua kali triwulan ketiga
KB                Keluarga Berencana
KIA               Kesehatan Ibu dan Anak
KIBBLA            Kesehatan Ibu, Bayu baru lahir, dan Anak
KN1               Kunjungan pelayanan neonatal yang pertama
Konfiden          Yakin; percaya diri
Kontrasepsi       Pencegahan konsepsi/ kehamilan
Kos-efektivitas   hasil yang diperoleh sepadan dengan biaya yang dikeluarkan
Kredibilitas      Dapat dipercaya
Juklak            Petunjuk pelaksanaan
Juknis            Petunjuk teknis
Legal             Resmi, mempunyai dasar hukum
Logistik          perbekalan
Mampu-laksana     Dapat dilaksanakan dalam situasi nyata
Misi              Tugas strategik yang harus dikerjakan untuk mencapai visi
Morbiditas        Data kesakitan
MS-Excell         Microsoft excel untuk mengolah data
Nakes             Tenaga kesehatan
Neonatal          Bayi baru lahir umur 0 sampai dengan 28 hari
Numerator         pembilang
Obstetri          Ilmu kebidanan
Operasi Cesar     Persalinan dengan pembedahan
Opsi              Pilihan
Optimal           Maksimal dalam konteks keterbatasan
Parameter         ukuran
Perinatal         Masa dari janin usia 28 minggu sampai bayi baru lahir umur 1
                  minggu
PONED             Pelayanan obstetri neonatal emerjensi dasar
PONEK             Pelayanan obstetri neonatal emerjensi komprehensif
Populasi          Jumlah dan struktur penduduk


                                                                                    ii
Praktis              Mudah atau dapat diukur sesuai dengan keterbatasan sumber daya yang
                    ada (tidak meninggalkan unsur penting yang legal).
Pre-eklamsi         Tanda awal keracunan kehamilan
Premis mayor        Pernyataan pokok yang dianggap benar
Premis minor        Pernyataan turunan yang dianggap benar
Prevalensi          Prevalensi "point" merupakan suatu ukuran sensus atau survei, yaitu
                    frekuensi suatu penyakit pada suatu saat tertentu. Rate prevalen
                    "point" suatu penyakit merupakan proporsi penduduk yang pada saat
                    itu menderita penyakit. Pembilang adalah semua orang yang
                    menderita penyakit tanpa memandang kapan penyakit dimulai, dan
                    penyebut adalah semua penduduk baik yang menderita maupun yang
                    tidak menderita penyakit.
                    Prevalensi "period" merupakan suatu ukuran yang menunjukkan
                    jumlah kasus penyakit baik lama maupun baru selama kurun waktu
                    tertentu. Prevalensi "period" merupakan jumlah antara prevalensi
                    "point" (jumlah kasus saat awal kurun waktu) dan insidensi (jumlah
                    kasus baru selam kurun waktu tersebut).
Pro-empirik         Mengandalkan pada data/ angka
Pro-fenomenologis   Mengandalkan pada sifat
Proporsi            Besaran bagian yang diukur terhadap keseluruhannya.
Puska-UI            Pusat penelitian kesejahteraan keluarga Universitas Indonesia
PWS-KIA             Pemantauan Wilayah Setempat-Kesehatan Ibu dan Anak
Rate                Perbandingan suatu keadaan dengan konstanta tertentu
Realistik           Sesuai dengan dunia nyata
Relevan             cocok
Reliabel            Konsisten, hasil pengukuran tidak berbeda walaupun dikerjakan
                    oleh orang lain atau pada waktu yang berbeda
Sampel              Jenis dan jumlah tertentu yang mewakili suatu populasi
SDKI                Survei Demografi Kesehatan Indonesia
SKDN                Indikator yang dipakai untuk program Peningkatan Gizi
                    Masyarakat: S=jumlah seluruh Balita; K=jumlah KMS yang
                    diberikan pada balita; D=jumlah balita yang datang untuk ditimbang
                    dalam bulan bersangkutan; N=jumlah balita yang naik berat
                    badannya dalam bulan bersangkutan.
Silogismus          Pola berfikir dalam penalaran deduktif
SP2RS               Sistem Pencatatan dan Pelaporan Rumah Sakit
SK                  Surat Keputusan
SP2TP               Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas
Sistem              Suatu mekanisme proses mengolah ’input’ menjadi ’output’
Stakeholder         Pemangku Kebijakan
Statistik           Data pada sampel
Susenas             Survei Sosial Ekonomi Nasional
Strategik           Efektif dan dapat dilaksanakan dalam situasi nyata
Surveilans          Pengamatan yang menggunakan kaidah epidemiologi untuk
                    mendeteksi perubahan yang terjadi


                                                                                       iii
SWOT           Strengths, weaknesses, opportunities, threats; analisis yang menilai
               kekuatan dan kelemahan dari penyelenggaraan pelayanan dan
               peluang dan tantangan yang ada di dalam masyarakat penerima
               pelayanan
Template       Model petunjuk sebagai acuan
TT1            Pemberian tetanus toxoid pertama
TT2            Pemberian tetanus toxoid kedua
TT3            Pemberian tetanus toxoid ketiga
Transformasi   Perubahan bentuk
Tupoksi        Tugas pokok dan fungsi
UNFPA          United Nations Funds for Population Activities; Dana persatuan
               bangsa-bangsa untuk program kependudukan
Valid          Sahih
Visi           Gambaran keadaan yang ingin dicapai




                                                                                      iv
Daftar Isi

                                                                          halaman
Daftar Akronim/ istilah/ singkatan
Kata Pengantar
Pendahuluan                                                                    1
       0.1 Latar belakang                                                      1
       0.2 Tujuan                                                              2
       0.3 Sasaran                                                             2
       0.4 Lingkup                                                             2
Bagian 1. Konsep dasar                                                         3
       1.1 Data sebagai fondasi kebijakan                                      3
              Pengertian data                                                  3
              Cara pengumpulan/ sumber data                                    5
              Pengolahan data                                                  6
              Penyajian data                                                   7
              Indikator                                                        7
                       Memilih Indikator                                       8
                       Keterbatasan Indikator                                  9
              Analisis Data                                                    9
                       Cara analisis                                           9
                       Analisis kuantitatif                                    9
                       Analisis kualitatif                                    10
       1.2 Memahami fungsi pokok Organisasi Kesehatan                         11
              Fungsi pokok 1 : Asesmen                                        12
              Fungsi pokok 2 : Pengembangan kebijakan                         13
              Fungsi pokok 3 : Jaminan kualitas pelaksanaan kebijakan         13
Bagian 2. Analisis Data dalam Kontks Kebijakan                                14
       2.1 Identifikasi masalah prioritas                                     14
              Pengertian masalah prioritas                                    14
                       Masalah Kesehatan Ibu                                  15
                       Masalah Kesehatan Bayi Baru Lahir                      15
                       Masalah Kesehatan Bayi dan Anak                        16
                       Masalah Program KB                                     16
              Parameter masalah prioritas                                     16
              Metode identifikasi masalah prioritas                           17
                       Analisis situasi                                       17
                       Analisis besaran dan tren masalah kesehatan            18
                       Analisis diferensial masalah kesehatan                 20
       2.2 Pengembangan solusi                                                21
              Efektifitas suatu solusi                                        21
                       Analisis masalah                                       22
              Kemampu-laksanaan suatu solusi                                  25
       2.3 Pelaksanaan solusi                                                 25
              Jaminan kualitas pelaksanaan                                    25


                                                                                    v
Monitoring dan evaluasi                                         26
Bagian 3. Contoh analisis data                                               27
             Contoh analisis besaran : Cakupan pemeriksaan ibu hamil         28
             dan persalinan
             Contoh analisis besaran dan tren : Penolong dan tempat
             persalinan                                                      29
             Contoh analisis besaran dan diferensial : Perilaku menyusui     30
             Contoh analisis besaran dan diferensial : akses pelayanan
             KIA dan perilaku mencuci tangan pakai sabun                     31
             Contoh analisis besaran, tren dan diferensial: akses
             pelayanan obstetri emerjensi                                    32
             Contoh analisis diferensial : distribusi bidan di desa          33

Daftar tabel
   1.1 Rumusan indikator                                                      8
   1.2 Kriteria pemilihan inikator : akademik vs praktis                      9
   1.3 Kekuatan dankelemahan analisis kuantitatif                            10
   2.1 Contoh masalah prioritas dalam program KIA-KB                         15
   2.2 Pertanyaan pokok dalam analisis situasi                               18
   2.3 Template analisis besaran dan tren status KIA                         19
   2.4 Template analisis besaran dan tren akses dan kualitas pelayanan
   KIA                                                                       19
   2.5 Template analisis besaran dan tren akses pelayanan gizi               20
   2.6 Template analisis besaran dan tren akses dan kualitas pelayanan
   KB                                                                        20
   2.7 Template analisis diferensial                                         21
   2.8 Solusi efektif masalah kematian ibu menurut bukti hasil kajian        22
   2.9 Solusi efektif masalah kematian bayi baru lahir menurut bukti hasil
   kajian                                                                    22
   3.1 Menyusui dan pemberian dini makanan kepada bayi menurut
   propinsi                                                                  30
   3.2 Akses pelayanan KIA menurut kota-desa dan pendidikan                  30




                                                                                  vi
Lampiran 1
• Cakupan kunjungan K1                                                35
• Cakupan kunjungan K4                                                36
• Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Linakes)                  37
• Ibu hamil resiko tinggi / komplikasi yang tertangani                38
• Neonatus resiko tinggi / komplikasi yang tertangani                 39
• Cakupan Kunjungan Neonatus (KN1)                                    40
• Cakupan Kunjungan Bayi                                              41
• SKDN                                                                42
• Cakupan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) yang ditangani               43
• Cakupan Bayi dan Balita Mendapat Kapsul Vitamin A Sebanyak 2 kali
  per tahun                                                           44
• Cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet Fe                             45
• Bayi yang Mendapat ASI Eksklusif                                    46
• Vitamin A Nifas                                                     47
• Cakupan Peserta KB Aktif                                            48
• Komplikasi KB                                                       49
• Kegagalan KB                                                        50
• Cakupan Pelayanan KB pasca salin                                    51

Lampiran 2 Contoh Pengolahan Data PWS-KIA dengan program
Komputer Excel                                                        52




                                                                       vii
Kata Pengantar

Puji dan syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, telah berhasil disusun Pedoman Analisis
Data yang diharapkan dapat membantu para penanggung jawab dan pengelola program
Kesehatan dalam upaya perbaikan pelayanan. Sejalan dengan desentralisasi kesehatan,
kebutuhan analisis data terutama yang berhubungan kesehatan ibu dan anak semakin
diharapkan. Analisis data diperlukan untuk membantu mengenali masalah prioritas bidang
kesehatan, merencanakan suatu pendekatan program yang sesuai, memonitor kemajuan
program, dan mengevaluasi manfaat dan dampak program tersebut bagi kesehatan ibu dan
anak.

Buku ini dirancang sebagai pelengkap Buku Pedoman DTPS (District Team Problem Solving)
dalam membantu Kabupaten/ Kota merencanakan program kesehatan ibu dan anak.
Kegiatan analisis data terutama diperlukan dalam mengenali masalah prioritas kesehatan.

Walaupun ditujukan kepada para penanggung jawab dan pengelola program kesehatan ibu
dan anak di kabupaten/ kota, buku ini dapat juga digunakan oleh penanggung jawab
program di semua tingkatan. Upaya untuk membuat buku pedoman yang praktis telah
dilakukan, tetapi beberapa istilah teknis dan konsep analisis tidak dapat dihindari. Dengan
demikian, saran dan masukan masih diperlukan untuk perbaikan Buku Pedoman.

                                                           Jakarta, September 2007

                                                           Penyusun.
Pendahuluan
0.1    Latar-belakang
       Data dan informasi adalah fondasi bagi kebijakan, perencanaan, dan program, dan
juga bukti akuntabilitas. Data yang relevan, akurat dan tepat waktu merupakan kebutuhan
penyelenggara pelayanan serta masyarakat. dan tidak hanya ahli statistik dan penentu
kebijakan saja.
        Dalam era desentralisasi, pemerintah pusat dan daerah semakin membutuhkan data
dan sekaligus kemampuan menggunakan data dalam pengambilan keputusan-keputusan
strategik pembangunan. Data diperlukan untuk menilai situasi masalah, menentukan
masalah prioritas, mengembangkan kebijakan penanganan masalah, melaksanakan dan
memantau pelaksanaan kebijakan, serta mengevaluasi dampak kebijakan terhadap perbaikan
kesehatan.
       Di samping penyediaan berbagai jenis pelayanan, sistem kesehatan mencakup pula
sistem data, termasuk :
          •   Sistem Informasi Puskesmas,
          •   Sistem Informasi Rumah Sakit;
              keduanya mencatat dan melaporkan secara berjenjang data rutin pelayanan
              dari tempat pelayanan ke tingkat birokrasi yang lebih tinggi di kabupaten,
              propinsi dan pusat.
       Sumber data kesehatan lain, mencakup berbagai survei, termasuk :
          •   Survei Demografi-Kesehatan Indonesia (SDKI) yang dilakukan lima tahun
              sekali sejak tahun 1987,
          •   Survei Sosial-Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan setiap tahun
              (kecuali tahun dilakukan SDKI) oleh Badan Pusat Statistik,
          •   Survei Kesehatan Rumah Tangga yang dilakukan beberapa kali oleh
              Departemen Kesehatan melalui Badan Penelitian dan Pengembangan
              Kesehatan yang mengumpulkan data pelayanan kesehatan, termasuk
              kesakitan dan kematian.
        Sementara data kesehatan semakin tersedia dan kebutuhan terhadap data semakin
meningkat, penggunaan dan pemanfaatan data masih terbatas.             Belum optimalnya
penggunaan data ini sering dikaitkan dengan masih belum memadainya kualitas data yang
tersedia. Data kesehatan di kota/ kabupaten sering kali tidak lengkap, cakupan terbatas
(tidak semua fasilitas pelayanan melapor teratur), dan data yang dilaporkan sering kurang
akurat. Di pihak lain, penggunaan data belum menjadi budaya perencanaan dan manajemen
kebijakan dan program.
       Situasi belum optimalnya penggunaan data dipengaruhi banyak faktor, diantaranya :
          •   penyajian data kurang komunikatif
          •   pengguna tidak tahu cara terbaik menggunakan data.




                                                                                           1
Kemampuan menggunakan data perlu ditingkatkan untuk menumbuh-kembangkan
budaya penggunaan data, yang kemudian diharapkan dapat mendorong perbaikan
pencatatan dan pelaporan data, sehingga menghasilkan data dengan kualitas yang lebih baik.
Sebaliknya, peningkatan kualitas data akan pula menumbuhkan budaya penggunaan data.
         Dalam upaya meningkatkan penggunaan data dalam perencanaan dan manajemen
program, para penanggung jawab dan pengelola program perlu mempunyai kemampuan
analisis data, disamping juga pemahaman secara komprehensif terhadap tujuan, strategi dan
masalah program kesehatan.
        Di Indonesia, kesehatan ibu dan anak merupakan masalah kesehatan prioritas,
sekaligus masalah strategik pembangunan kesehatan.
      Atas dasar latar-belakang di atas, buku ini dirancang sebagai pedoman analisis data
bagi penanggung-jawab dan pengelola program kesehatan dalam merencanakan dan
mengelola Program Kesehatan Ibu dan Anak dan Keluarga Berencana.

0.2      Tujuan
       Menyediakan pedoman analisis dan penggunaan data bagi penanggung-jawab dan
pengelola program kesehatan dalam pengembangan dan perbaikan kebijakan kesehatan ibu
dan anak dan keluarga berencana. Lebih spesifik, pedoman ini bertujuan membantu
penanggung-jawab dan pengelola program kesehatan dalam:
      1. Mengolah dan menyajikan data kesehatan ibu dan anak dan keluarga berencana
         melalui serangkaian indikator yang telah ditetapkan menurut waktu, geografis, dan
         pengelompokan sosial ekonomi.
      2. Memberikan interpretasi dan makna informasi besaran, tren dan distribusi masalah
         dalam konteks identifikasi masalah prioritas, pengembangan strategi pemecahan
         masalah, dan perbaikan kebijakan dan program kesehatan ibu dan anak.

0.3      Sasaran
        Sasaran Buku Pedoman ini adalah penanggung-jawab dan pengelola Program
Kesehatan Ibu-Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB) di Kabupaten/Kota dan Propinsi,
selain dapat dimanfaatkan pula oleh pengambil kebijakan kesehatan di pusat dan mereka
yang berkepentingan terhadap masalah kesehatan.

0.4      Lingkup
         Bahasan buku ini membatasi pada serangkaian ukuran atau indikator yang telah
disepakati dalam mengukur kemajuan program KIA dan KB. Kesehatan ibu mencakup
kesehatan ibu hamil, bersalin, dan nifas; sedangkan kesehatan anak mencakup bayi baru
lahir, bayi dan anak usia di bawah lima tahun.
        Isi Buku Pedoman terdiri atas dua bagian. Bagian pertama menjelaskan konsep
dasar, dan bagian kedua menjelaskan prinsip dan langkah analisis data dalam pengembangan
kebijakan dan program. Untuk membantu pemahaman, disertakan contoh-contoh analisis
data.




                                                                                        2
Bagian 1: Konsep dasar
1.1       Data sebagai fondasi kebijakan

Pengertian data
        Data didefinisikan sebagai suatu kumpulan nilai pengamatan pada sampel. Data
merupakan ‘informasi faktual’ (ukuran statistik) sebagai dasar perhitungan indikator, dasar
penjelasan dan pembahasan. Supaya penggunaan optimal, data perlu relevan, tepat waktu,
tidak bias, akurat, dan jelas definisinya.
      •   Relevan berarti sesuai tujuan dan kebutuhan.
      •   Tepat waktu menggambarkan situasi terkini.
      •   Tidak bias dalam arti mewakili parameter populasi.
      •   Data yang akurat berarti valid dan reliabel.
      •   Valid apabila data mengukur sasaran konsep, dan
      •   Reliabel apabila data tetap konsisten mengukur konsep yang sama.
Supaya tidak mendua maka sebagai suatu ukuran perlu ketepatan dan kejelasan definisi
data.
        Data hasil pengamatan/ pengukuran perlu diolah menjadi fakta yang relevan/ sesuai
kebutuhan yang disebut ‘informasi’, sedangkan hubungan antara berbagai fakta dan
informasi yang membentuk suatu ’pengertian’ yang disebut ’pengetahuan’. Proses
menjadikan data sebagai informasi dan kemudian menyimpulkan sebagai suatu pengetahuan
ini disebut analisis.



               DATA, INFORMASI, PENGETAHUAN

                       Data                 Informasi                Pengetahuan
                  ‘bahan mentah’
                     ‘observasi’
                       ‘fakta’               ‘observasi
                                                                      ‘Hubungan
                    Sekumpulan                 relevan’
                                                                     antara fakta’
                        nilai                                        ‘pengertian’
                    pengamatan             ‘fakta relevan’




               Induksi: penyimpulan dari fakta-fakta yang lebih spesifik ke lebih umum
                Inferensi: penyimpulan dari statistik (sampel) ke parameter (populasi)




       Analisis data menggunakan cara penyimpulan ‘induktif’ dari kasus-kasus individual
nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum, dan penyimpulan melalui teknik statistik


                                                                                         3
‘inferensial’ dari gambaran data/ statistik pada sampel menjadi parameter/gambaran di
‘populasi’.

        Contoh logika induktif
        Kambing mempunyai mata, gajah mempunyai mata, demikian juga singa, kucing
        dan binatang lain. Dari fakta-fakta ini dapat ditarik kesimpulan yang bersifat
        umum, yaitu semua binatang mempunyai mata.               Dengan logika induktif,
        kehidupan beraneka ragam dengan berbagai corak dapat direduksi menjadi
        beberapa pernyataan. Pengetahuan yang dikumpulkan manusia bukanlah koleksi
        berbagai fakta, tetapi esensi dari fakta-fakta tersebut.
        Kesimpulan yang bersifat umum mempunyai dua keuntungan:
            (1) bersifat ekonomis
            (2) dimungkinkannya penyimpulan lanjut, baik induktif maupun deduktif.


        Contoh logika deduktif
        Penyimpulan deduktif mempergunakan pola berfikir: silogismus, yang disusun dari
        dua buah pernyataan (premis mayor dan premis minor), dan sebuah ’kesimpulan’.
               Semua mahluk mempunyai mata (Premis mayor)
               Si Polan adalah seorang mahluk (Premis minor)
               Jadi si Polan mempunyai mata (Kesimpulan)
        Benar tidaknya kesimpulan tergantung kepada kebenaran premis yang
        mendahuluinya dan keabsahan cara penarikan kesimpulan.



       Ketiganya (informasi, pengetahuan, dan tujuan) bersamaan melandasi suatu
keputusan/ kebijakan :
    o Informasi dengan sifat empirik mendasari kebijakan yang realistik/ praktis,
    o Pengetahuan dengan sifat ‘generik’ dan logik mendasari kebijakan yang
      ‘komprehensif’ dan rasional
    o Tujuan dengan sifat ‘direksi’ membuat kebijakan yang sesuai kebutuhan, bermanfaat,
      efektif.
Suatu kebijakan ‘strategik’ adalah suatu kebijakan yang sesuai kebutuhan, efektif, dan
sekaligus mampu-laksana.
        Suatu kebijakan dapat terlaksana dan berdampak di masyarakat (berhasil,
bermanfaat) apabila tersedia ’instruksi’ yang jelas dan mengikat seperti SK, Peraturan,
Tupoksi, Pedoman, Juklak, Juknis dan dukungan ’sumber daya’ (tenaga, biaya, sarana/
prasarana) yang dibutuhkan. Kebijakan ini biasanya dirumuskan dalam bentuk ‘strategi’ dan
dijabarkan dalam bentuk ‘perencanaan’.
        Supaya suatu kebijakan berjalan sesuai dengan rencana, perlu dilakukan jaminan
kualitas pelaksanaan. Jaminan ini perlu mencakup :


                                                                                           4
•   aspek legal (termasuk UU, peraturan),
   •   aspek kelembagaan (termasuk berbagai sistem seperti ketenagaan, pendidikan dan
       pelatihan, logistik, infra-struktur, dsb.),
   •   dukungan/ partisipasi masyarakat dan stakeholder lain.

                                   INFORMASI, PENGETAHUAN
                                   sebagai dasar KEBIJAKAN

              Empirik/ realistik
                                        Generik/ holistik        Arah/ direksi


          INFORMASI                   PENGETAHUAN              TUJUAN




                                      KEPUTUSAN/
                                                            Strategik
                                      KEBIJAKAN




                                          KEPUTUSAN/        Perencanaan
                                          KEBIJAKAN
                     KELEMBAGAAN                            INSTRUKSI
                     SUMBER DAYA
         Asesmen




                                             EKSEKUSI       Jaminan kualitas
                                              Program       pelaksanaan
                      Dari                   (PROSES)       •Legal
                                                            •Kelembagaan
                      KEPUTUSAN                             •partisipasi
                                               HASIL
                      menuju                 (OUTPUT)          M&E

                      EFEK
                                               EFEK
                                            (OUTCOME)




Cara pengumpulan /sumber data
       Ada dua macam data menurut cara pengumpulan, yaitu:
       Data tidak rutin (ad hoc), misalnya data pengetahuan dan perilaku kesehatan
yang dikumpulkan sewaktu, biasanya melalui survei rumah tangga. Survei ini biasanya
dilakukan periodik sekali setahun atau beberapa tahun tergantung kebutuhan dan dinamika
program.
        Data rutin, misalnya data pelayanan yang dikumpulkan rutin/ terus menerus di
unit-unit pelayanan kesehatan, termasuk RS dan puskesmas. Data ini biasanya dicatat pada
kartu status medik pasien rawat jalan atau rawat inap.
       Sumber data kesehatan di Indonesia dapat dikelompokkan sebagai berikut:




                                                                                      5
•   Sistem Informasi Pelayanan. Sistem ini mencakup Sistem Informasi Rumah
       Sakit, termasuk SP2RS (Sistem Pencatatan & Pelaporan Rumah Sakit) dan dan
       Sistem Informasi Puskesmas, termasuk SP2TP (Sistem Pencatatan & Pelaporan
       Terpadu Puskesmas) atau SP3 (Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas).
       Untuk pengumpulan data kesehatan ibu dan anak di tingkat masyarakat, pada
       tingkat puskesmas diterapkan sistem PWS-KIA (Pemantauan Wilayah Setempat –
       Kesehatan Ibu dan Anak). Sistem ini mencakup tidak hanya pelayanan di gedung
       puskesmas tetapi juga pelayanan Bidan Praktek Swasta dan Klinik/ Rumah Bersalin
       di wilayah kerja puskesmas tersebut.
   •   Sistem surveilans. Sistem ini memantau dan mendeteksi penyakit-penyakit
       khusus melalui survei teratur prevalensi atau insidensi atau faktor-faktor yang
       terkait dengan penyakit-penyakit tersebut.         Sebagai contoh, surveilans gizi,
       surveilans polio, surveilans HIV/AIDS, surveilans demam berdarah.

Pengolahan data
       Pengolahan data merupakan salah satu bagian dari rangkaian proses transformasi
data menjadi informasi. Data yang terkumpul perlu diolah dan dianalisis menjadi informasi
untuk dasar perencanaan, monitoring, dan evaluasi. Proses transformasi data menjadi
informasi dapat digambarkan melalui skema langkah di bawah ini: pengumpulan data,
pengolahan data, penyajian data, dan analisis data.



                                  Penyajian
                                    Data

                                                      Analisis
               Pengolahan                              Data
                  Data




                                                                 INFORMASI

       Pengumpulan
           Data




                                                                 Pemanfaatan :

                                                                 •   Kebijakan
                                                                 •   Strategi
                                                                 •   Perencanaan
         DATA                                                    •   Manajemen




       Skema 1: Proses Transformasi Data


       Pada prinsipnya pengolahan data adalah proses meringkas data, dari banyak data
yang sudah dikumpulkan, diringkas menjadi serangkaian ukuran atau indikator dan disajikan



                                                                                        6
melalui tabel atau grafik ringkas yang mudah dimengerti. Proses ini sering memerlukan
perhitungan matematika seperti penjumlahan, perkalian, atau pembagian.
         Pengolahan data dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai paling sederhana
dengan cara manual atau bantuan kalkulator sampai perhitungan dengan bantuan perangkat
lunak komputer. Contoh perhitungan melalui perangkat lunak komputer (MsExcel) dapat
dilihat pada lampiran.

Penyajian data
        Sebagai bagian dalam proses analisis, data perlu dibedah dan disajikan dalam bentuk
indikator-indikator. Penyajian data perlu dirancang sehingga:
            •   Sesuai konteks (misal: kesehatan ibu dan anak) dan lingkup (misal: keluarga
                miskin),
            •   Mampu bercerita, misal: perubahan menurut waktu, perbandingan antar
                daerah,
            •   Menampilkan data, ukuran atau indikator dalam berbagai bentuk sesuai
                tujuan, misal: persentase, estimasi, proyeksi, perbandingan.
        Banyak cara penyajian, tetapi pilih yang paling sesuai atau paling efektif, dalam arti
pesan mudah dimengerti oleh audien atau pengguna. Penyajian dapat berbagai bentuk:
teks, grafik, gambar, dan tabel. Periksa elemen baik dan buruk setiap opsi penyajian, dan
pilih opsi yang paling sesuai.
       Dalam merancang penyajian data, serangkaian pertanyaan berikut dapat membantu:
            •   Apa yang ingin anda katakan?
            •   Apakah data membantu bercerita?
            •   Apakah data akurat, tepat waktu?
            •   Kepada siapa anda ingin berkata?
            •   Mengapa anda ingin mengatakan hal tersebut?
        Penyajian data melalui ’teks’ atau ’narasi’ perlu selektif, dengan memilih data pokok,
dan buat sederhana mungkin. Penyajian angka persen perlu dibulatkan, misal angka 35,62%
dibulatkan menjadi 36%. Deskripsi angka dibuat sederhana, misal: 1 dalam 3; hampir 1
dalam 5; lebih dari 10,000; .. kurang dari separuh.

Indikator
        Data biasanya disajikan dalam bentuk indikator atau ukuran. Indikator merupakan
suatu ukuran tidak langsung, dalam bentuk angka, indeks atau tanda, terhadap suatu
kondisi, keadaan, atau peristiwa. Indikator sering pula diartikan sebagai suatu variabel
untuk mengukur suatu perubahan atau mengevaluasi suatu keadaan.
       Indikator mempunyai banyak kegunaan, antara lain:
   •   Memberi gambaran seberapa jauh tujuan program dan sasaran tercapai;




                                                                                            7
•     Memberi motivasi kepada penanggung jawab dan pengelola program atau seseorang
          untuk bertindak;
    •     Membantu dalam menetapkan prioritas tindakan; dan
    •     Membantu dalam menguji asumsi strategi dan sasaran program sehingga dapat
          ditemukan strategi yang paling sesuai.
       Indikator dapat dirumuskan dalam bentuk ’jumlah’, ’rate’, ’rasio’, ’proporsi’ atau
’persentase’. Bentuk mana yang dipakai tergantung kepada tujuan pengukuran dan sifat
dari konsep atau kondisi yang diukur.

Tabel 1.1. Rumusan indikator

  Rumusan                     Penjelasan                                    Contoh
 Jumlah             Angka absolut, sebagai ukuran paling   Jumlah kabupaten yang melaporkan peningkatan
                    sederhana                              alokasi anggaran KIBBLA Tahun 2005-2007

 Rate               Mengukur frekuensi peristiwa per       Angka kematian bayi Tahun 2006
                    satuan waktu
 Rasio              Membandingkan antara dua angka         Rasio jenis kelamin bayi baru lahir

 Proporsi           Membandingkan sebagian terhadap        Proporsi jumlah anak balita terhadap jumlah
                    keseluruhan                            penduduk

 Persentase         Suatu proporsi dikalikan 100           Persentase persalinan yang ditolong Nakes



       Suatu indikator perlu kejelasan definisi tentang numerator dan denominator;
rujukan waktu; dan cakupan geografis. sehingga mempunyai makna dan dapat dibandingkan
menurut waktu, tempat dan pengelompokan lainnya,

Memilih indikator
        Memilih indikator merupakan sebuah keputusan kompromistik antara pertimbangan
akademik yang ideal di satu pihak dan pertimbangan praktis pengukuran atau mendapatkan
data di pihak yang lain. Pertimbangan akademik mencakup validitas, obyektivitas,
sensitivitas, dan spesifisitas dari indikator; sedangkan pertimbangan praktis menyangkut
kemudahan atau kemampu-laksanaan mengukur.




                                                                                                          8
Tabel 1.2. Kriteria pemilihan indikator: akademik vs. praktis

                    Pertimbangan akademik                                 Pertimbangan praktis

        Validitas.
        Relevan (logis) dengan ’kondisi’/’konsep’ yang diukur;

        Obyektivitas.                                                   Di pihak lain, indikator juga perlu
        Hasil pengukuran konsisten walaupun diukur oleh orang atau      realistik atau praktis dalam arti
        dalam waktu yang berbeda;                                       mudah atau dapat diukur sesuai
                                                                        dengan keterbatasan sumber daya
        Sensitivitas.                                                   yang ada.
        Berubah sesuai perubahan kondisi yang diukur;

        Spesifisitas.
        Berubah apabila hanya kondisi spesifik (yang diukur) berubah,
        bukan kondisi yang lain.

Keterbatasan indikator
        Indikator mempunyai keterbatasan, antara lain, hanya menunjukkan besaran atau
arah perubahan menurut waktu, tetapi tidak menjelaskan ’mengapa’ terjadi perubahan
(kalau ada perubahan). Penjelasan mengapa terjadi perubahan memerlukan dukungan studi
kualitatif.
        Karena sifat ‘komprehensif’ suatu konsep/ kondisi yang diukur di satu pihak, dan
sifat ‘parsial’ suatu indikator di pihak yang lain, pengukuran terhadap suatu ‘perubahan’
umumnya memerlukan lebih dari satu indikator (beberapa indikator). Namun perlu dicatat
bahwa penggunaan terlalu banyak indikator dapat merepotkan dan membingungkan.

Analisis data
       Analisis data merupakan suatu proses sistematik penggunaan teknik statistik dan
penalaran (penggunaan logika) dalam meringkaskan, membandingkan, menjelaskan dan
memaknai serangkaian data.

Cara analisis
       Dilihat dari jenis data yang digunakan, analisis perlu menggabung pendekatan
kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Analisis kuantitatif mendasarkan pada data dalam
bentuk angka atau angka transformasi, sedangkan analisis kualitatif mendasarkan pada data
non-numerik.
    •      Analisis kuantitatif menjawab pertanyaan Apa, dan pro-empirik (fakta)?
    •      Analisis kualitatif menjawab pertanyaan Mengapa, dan pro-fenomenologis?

Analisis kuantitatif
Analisis kuantitatif digunakan pada berbagai situasi berikut:
           Pada situasi di mana variabel-variabel dapat diisolasi, dan dapat didefinisikan dengan
           jelas, baik konseptual maupun operasional.


                                                                                                              9
Pada situasi di mana variabel-variabel dapat dihubungkan melalui melalui satu atau
         beberapa hipotesis.
         Bilamana isu yang akan diteliti atau dianalisis diketahui, sederhana, dan arti tidak
         mendua.
         Apabila diperlukan informasi faktual.
         Apabila kita ingin mengetahui secara umum tentang opini, sikap, kepercayaan,
         dan/atau preferensi suatu masyarakat.
         Apabila jumlah responden banyak.
         Pada situasi yang memerlukan generalisasi.


Tabel 1.3 Kekuatan dan kelemahan analisis kuantitatif

                      Kekuatan                                        Kelemahan

          Objektif: nilai tidak dipengaruhi peneliti       Kualitas data berkurang karena sampel besar
          Konfiden: kredibilitas meningkat                 Kurang informasi tentang alasan dibalik hasil
                                                           pengukuran
          Waktu: data besar dapat dianalisis dalam waktu
          relatif cepat                                    Terlalu banyak data dapat membingungkan
          Presentasi: tabel & grafik dapat digunakan       Manipulasi kategori bisa kompleks
          sebagai cara efektif penyajian




Sebagai contoh, analisis kuantitatif digunakan untuk menjawab bentuk pertanyaan berikut:
             •     Bagaimana distribusinya?
             •     Berapa nilai rata-ratanya?
             •     Bagaimana peserta menilai tingkat penggunaan dan relevansi dari intervensi?
             •     Bagaimana hubungan antara program dan ukuran perubahan perilaku?
             •     Seberapa kuat hubungan tersebut?
             •     Apakah hasilnya bermakna secara statistik?

Analisis kualitatif
         Analisis kualitatif biasanya digunakan pada situasi berikut:
             •     Memahami fenomena sosial;
             •     Menganalisis masalah dengan fokus pada makna, ide, dan pengalaman;
             •     Menelaah topik baru; mengurai suatu isu yang kompleks;
             •     Melakukan pendekatan holistik;
             •     Meneliti kelompok marjinal; dan



                                                                                                           10
•   Menggunakan peneliti sebagai instrumen.
          Analisis kualitatif membantu kita melihat masalah dari kaca mata masyarakat/ yang
diteliti, bukan peneliti. Sebagai contoh, analisis kualitatif digunakan untuk menjawab bentuk
pertanyaan berikut.
Contoh:
           •   Bagaimana masyarakat mengartikan Narkoba? Mengapa sebagian korban/
               penyalah-guna Narkoba datang berobat dan yang lain tidak?
           •   Mengapa sebagian korban penyalah-guna Narkoba mengikuti rekomendasi
               dokter dan yang lain tidak?
       Analisis kualitatif juga cocok dipakai pada situasi dimana kita memerlukan
pemahaman mendalam tentang suatu program intervensi. Sebagai contoh, analisis kualitatif
digunakan untuk menjawab pertanyaan berikut:
           •   Apakah intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana?
           •   Kesulitan apa saja yang dihadapi staf?
           •   Mengapa beberapa peserta drop out sejak awal?
           •   Pengalaman seperti apa yang dikehendaki peserta?
           •   Apakah ada dampak tak terduga pada keluarga dan masyarakat?

1.2    Memahami fungsi pokok Organisasi Kesehatan
       Organisasi Kesehatan Masyarakat, termasuk Dinas Kesehatan, mempunyai visi dan
misi umum berikut:
           •   Visi umum: ’penduduk sehat yang hidup di lingkungan sehat’, dan
           •   Misi ‘umum’:
                  o promosi kesehatan fisik dan mental;
                  o pencegahan penyakit, kecelakaan, dan disabilitas, pengobatan
                    penyakit, dan rehabilitasi penderita penyakit.
        Untuk menjalankan misi ini, setiap organisasi kesehatan perlu menjalankan tiga
fungsi pokok berikut:



                        Tiga fungsi pokok Organisasi Kesehatan
                           1. Asesmen
                           2. Pengembangan kebijakan
                           3. Jaminan kualitas pelaksanaan kebijakan




                                                                                          11
3 Fungsi pokok organisasi kesmas

                                 ASESMEN                      Pengembangan
                                 •Analisis situasi            Kebijakan
                                 •Monitoring &                •Strategi
                                 evaluasi                     •Perencanaan

                                              Jaminan kualitas
                                              pelaksanaan
                                              •Legal
                                              •Kelembagaan
                                              •Partisipasi masyarakat




Fungsi pokok 1: Asesmen
         Dalam memenuhi fungsi pokok pertama ’asesmen’, Dinas Kesehatan perlu teratur
dan sistematik mengumpulkan, mengelola, menganalisis, dan menyiapkan data/ informasi
situasi kesehatan (masyarakat).
Fungsi ini dilakukan dengan melaksanakan kewajiban berikut:
           •   Memonitor status kesehatan
           •   Menyelidiki dan mendiagnosis masalah/ ancaman/ bahaya kesehatan
           •   Mengevaluasi efektivitas, aksesibilitas, dan kualitas pelayanan kesehatan
        Supaya fungsi asesmen dapat berjalan baik, maka organisasi kesehatan perlu
membangun Sistem Informasi Kesehatan, yang mencakup Sistem Informasi Rutin Pelayanan
(basis Rumah Sakit, basis Puskesmas), survelans, survei dan studi kesehatan dan penyakit.
       Situasi kesehatan masyarakat mencakup status kesehatan (kematian, kesakitan,
kecelakaan, disabilitas, gizi), perilaku kesehatan (pencarian pelayanan, perilaku ‘berisiko’),
akses dan kualitas pelayanan, kualitas lingkungan hidup, sistem kesehatan, dan kebijakan
kesehatan. Muara: status kesehatan
        Ukuran status kesehatan mencakup kematian, gizi, morbiditas/ disabilitas. Akses/
kualitas pelayanan, perilaku masyarakat dan lingkungan hidup saling terkait mempengaruhi
status kesehatan. Sedangkan aspek legal dan kelembagaan/ sistem menentukan keberhasilan
program pelayanan dalam memperbaiki akse dan kualitas pelayanan. Faktor sosial-ekonomi
dan budaya melatar-belakangi situasi kesehatan masyarakat.




                                                                                           12
Situasi kesehatan
              ks  d
            te -bu
           n k
         Ko ose                   Legal/ Kebijakan
           S
                                      Sistem/
                                   kelembagaan
                                                        Perilaku masyarakat
           Akses & kualitas                             •Pencarian pelayanan
           pelayanan                                    •Perilaku ‘berisiko’



                                              Status kesehatan
                    Lingkungan hidup          •Kematian, gizi, morbiditas/
                                              disabilitas




Fungsi pokok 2: Pengembangan kebijakan
       Upaya perbaikan status kesehatan dirancang melalui fungsi pokok kedua
‘pengembangan kebijakan’.
Kebijakan kesehatan perlu:
          •   Mendasarkan pada pengetahuan/ ilmiah dan bukti/ data/ fakta
          •   Komprehensif mempertimbangkan semua aspek penting terkait, dan
          •   Berorientasi pada kepentingan publik/ manfaat bagi masyarakat banyak.
        Pengembangan kebijakan perlu mendasarkan pada pengetahuan dan bukti supaya
lahir suatu kebijakan yang relevan dan berorientasi pemecahan masalah. Suatu kebijakan
perlu pula komprehensif mempertimbangkan semua aspek penting terkait sehingga
kebijakan tersebut dapat dilaksanakan melalui kelembagaan yang ada dan diterima
masyarakat. Suatu kebijakan perlu beorientasi pada kepentingan publik dan memberi
manfaat bagi masyarakat banyak sehingga efektif. Pengembangan kebijakan/ strategi/
perencanaan yang mendasarkan pada ’data’ dan melalui pendekatan tim yang mewakili
stakeholder terkait merupakan esensi pendekatan DTPS (District Team Problem Solving).

Fungsi pokok 3: Jaminan kualitas pelaksanaan kebijakan
        Selanjutnya, fungsi pokok ketiga ‘jaminan kualitas pelaksanaan kebijakan’
diperlukan supaya kebijakan/ strategi/ perencanaan kesehatan yang telah dikembangkan
dapat diterjemahkan menjadi program rutin pelayanan yang berdampak terhadap perbaikan
status kesehatan. Seperti telah disebut di bagian awal, jaminan kualitas pelaksanaan ini
mencakup aspek legal (UU, peraturan), kelembagaan/ sistem yang memadai, dan dukungan/
partisipasi masyarakat.




                                                                                      13
Bagian 2: Analisis Data dalam Konteks Kebijakan
      Analisis data dalam konteks kebijakan merupakan suatu proses sistematik
menggunakan data dengan tujuan bertahap, masing-masing dengan jenis analisis tersendiri:
             1. Identifikasi masalah prioritas
             2. Pengembangan solusi masalah yang dianggap efektif dan kos-efektif.
             3. Uji solusi.
       Identifikasi masalah prioritas dilakukan melalui analisis situasi, termasuk besaran,
tren dan diferensial; pengembangan solusi melalui analisis masalah dan kelembagaan;
sedangkan uji solusi dilakukan melalui monitoring dan evaluasi. Solusi dimaksudkan sebagai
kebijakan, strategi atau perencanaan.

       Analisis data dalam konteks kebijakan
                                      Analisis             Hasil
           Tujuan
                                 Analisis situasi:      Prioritas
      Identikasi masalah
            prioritas
                                  besaran, tren,        masalah
                                   diferensial


                                •Analisis masalah      Solusi efektif,
      Pengembangan                  •Analisis         mampu laksana
          solusi                  kelembagaan


                                                      Pembelajaran,
         Uji solusi              Monitoring &        perbaikan solusi
                                  evaluasi




2.1     Identifikasi masalah prioritas
Pengertian masalah prioritas
        Masalah prioritas yang dimaksudkan sebagai hal atau kondisi spesifik yang
mengancam atau membahayakan kesehatan, termasuk antara lain: penyakit, gangguan,
komplikasi, kecelakaan, polusi, dan sebagainya yang perlu ditanggulangi, dalam arti
dihilangkan atau dikurangi. Di dalam program, masalah prioritas merupakan masalah yang
perlu dihilangkan/ dikurangi besaran dan/ atau fatalitasnya.
Berikut sebagai contoh masalah prioritas dalam program KIA-KB:




                                                                                        14
Tabel 2.1 Contoh masalah prioritas dalam program KIA-KB

    Ibu Maternal             Bayi Baru Lahir           Bayi dan Anak            KB
     Perdarahan              Bayi berat lahir rendah   Ispa/ Pnemonia      Kehamilan tidak
                                                                           diinginkan
     Infeksi                 Asfiksia                  Diare
     Eklamsia                Hipotermia                Gizi
     Aborsi tak-aman




Masalah kesehatan ibu
       Pada contoh di atas, masalah prioritas kesehatan ibu mencakup fatalitas kasus
komplikasi perdarahan, infeksi dan kemudian eklamsia. Sekitar 10% sampai 15% bumil,
bulin dan bufas akan mengalami komplikasi maternal, termasuk perdarahan, infeksi atau
eklamsia. Mereka dengan komplikasi ini akan meninggal apabila tidak tepat waktu
menerima pelayanan obstetri emerjensi yang berkualitas di rumah sakit.
        Supaya kasus komplikasi maternal terselamatkan, sistem pelayanan kesehatan ibu
perlu mampu tepat waktu memberikan pelayanan obstetri emerjensi yang berkualitas
kepada semua ibu dengan komplikasi maternal. Sesuai dengan sistem pelayanan kesehatan
di Indonesia yang berjenjang, maka penurunan atau penghindaran kematian ibu hanya dapat
terjadi apabila:
               •   Sistem pelayanan kesehatan di desa/ masyarakat mampu mendeteksi dini
                   setiap kasus komplikasi maternal yang timbul;
               •   Sistem rujukan pelayanan mampu merujuk aman tepat waktu setiap kasus
                   komplikasi maternal dari desa ke rumah sakit;
               •   Sistem pelayanan obstetri emerjensi di rumah sakit mampu menangani tepat
                   waktu dan adekuat setiap kasus komplikasi maternal.
       Berdasarkan ketiga sistem diatas maka tantangan program penyelamatan ibu hamil,
bulin dan bufas adalah bagaimana membuat ketiga sistem tersebut berjalan optimal.
Distribusi dan kompetensi bidan di desa dan Puskesmas menentukan optimasi sistem
deteksi dini kasus komplikasi maternal di desa/ masyarakat dan sistem rujukan kasus
komplikasi ke rumah sakit. Sebagian Puskesmas perlu mampu menyediakan pelayanan
obstetri neonatal emerjensi dasar (PONED). Distribusi rumah sakit yang siap 24 jam
dengan PONEK (pelayanan obstetri neonatal emerjensi komprehensif) menjamin pelayanan
adekuat tepat waktu. Setiap kabupaten diharapkan mempunyai paling sedikit satu PONEK
dan empat PONED.

Masalah kesehatan bayi baru lahir
       Masalah prioritas kesehatan bayi baru lahir di Indonesia adalah bayi berat lahir
rendah (BBLR), asfiksia, dan hipotermia. Ketiganya sebagai penyebab utama kematian bayi
baru lahir. Dengan demikian strategi program kesehatan bayi baru lahir perlu diarahkan
supaya mampu mencegah kejadian dan/ atau mengurangi fatalitas kasus tersebut.
Tantangan program kesehatan bayi baru lahir adalah upaya mengembangkan strategi


                                                                                             15
pencegahan kasus dan penurunan fatalitas kasus BBLR, asfiksia dan hipotermia yang cocok
dengan situasi setempat.

Masalah kesehatan bayi dan anak
       Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dan diare masih sebagai penyebab utama
kematian bayi dan anak. Kasus dan fatalitas kedua penyakit ini meningkat dengan semakin
memburuknya status gizi. Strategi program kesehatan anak perlu diarahkan untuk
mencegah dan/ atau menurunkan fatalitas Ispa, diare dan gangguan gizi. Kejadian Campak
sering terkait dengan Ispa. Tantangan program adalah upaya mengembangkan strategi
pencegahan dan penanggulangan Ispa dan diare yang cocok dengan situasi setempat.

Masalah program KB
       Kehamilan yang tidak diinginkan sebagai masalah prioritas kesehatan reproduksi.
Salah satu pesan kunci kesehatan reproduksi adalah setiap kehamilan diinginkan. Supaya
kehamilan sehat, proses reproduksi harus sehat dan kehamilan diinginkan oleh ibu yang
bersangkutan.
        Ibu dengan kehamilan tidak diinginkan cenderung tidak merawat kehamilannya dan
sebagian dari mereka tidak jarang berupaya menghentikan kehamilannya (melalui aborsi
sengaja). Aborsi sengaja tanpa alasan medis merupakan tindakan melanggar hukum,
sehingga aborsi umumnya dilakukan dengan sembunyi, dengan cara tidak aman oleh tenaga
tidak trampil. Aborsi tidak aman ini berisiko kesakitan dan bahkan kematian.
        Program KB membantu perempuan usia reproduksi mengatur kehamilannya,
sehingga setiap kehamilan aman fisik dan psikis. Kehamilan perlu persiapan dan kesiapan
fisik dan mental. Strategi program KB diarahkan supaya kontrasepsi yang sesuai
menjangkau dan terjangkau oleh ibu/ perempuan yang berpotensi hamil tetapi tidak ingin
hamil. Perempuan/ ibu yang berpotensi hamil tetapi tidak menggunakan kontrasepsi
berpeluang mengalami kehamilan tidak diinginkan.

Parameter masalah prioritas
      Prioritas suatu masalah umumnya ditentukan melalui serangkaian parameter, yang
mencakup antara lain:
          •   Besaran masalah,
          •   Fatalitas dan implikasi masalah,
          •   Kemudahan penanganan masalah.
        Besaran ini menunjukkan seberapa banyak/ besar anggota masyarakat yang
tersangkut masalah ini. Semakin besar/ luas suatu masalah semakin tinggi prioritas masalah
tersebut.     Tidak hanya besaran, tetapi fatalitas/ implikasi negatif dan kemudahan
penanganan dari masalah menentukan prioritas tidaknya suatu masalah. Semakin besar
besaran, semakin besar fatalitas/ implikasi negatif dan semakin mudah penanganan, semakin
tinggi prioritas suatu masalah.




                                                                                       16
Besaran masalah diukur melalui ukuran prevalensi atau insidensi. Prevalansi untuk
penyakit/ peristiwa berdurasi panjang, sedangkan insidensi untuk penyakit/ peristiwa
berdurasi pendek. Ukuran prevalensi atau insidensi dapat berbentuk rate atau proporsi.
       Fatalitas suatu kasus diukur melalui angka fatalitas kasus (case fatality rate) yang
menunjukkan jumlah kasus yang meninggal per jumlah kasus/ penderita. Sebagai contoh,
misal angka fatalitas kasus komplikasi perdarahan pasca-persalinan di rumah sakit A
dilaporkan 10%, berarti dari semua kasus komplikasi pasca persalinan di rumah sakit
tersebut 10% di antaranya meninggal. Sedangkan implikasi suatu masalah dapat mencakup
implikasi negatif sosial, ekonomi dan kesehatan. Semakin besar implikasi suatu masalah
semakin tinggi prioritas. Semakin mudah penanganan, dalam arti terjangkau oleh sumber
daya dan teknologi yang tersedia semakin prioritas masalah tersebut.

Metode identifikasi masalah prioritas
       Proses identifikasi masalah prioritas seyogyanya dilakukan melalui analisis situasi
masalah oleh Tim Perencanaan/ Tim DTPS Kabupaten. Supaya Tim berperan dan berfungsi
optimal, keanggotaan Tim perlu mewakili berbagai sektor terkait, dan setiap anggota
memahami konsep kebijakan kesehatan dan memahami peran dan tanggung jawab masing-
masing sektor yang diwakilinya dalam pengembangan dan pelaksanaan kebijakan kesehatan.

Analisis situasi
       Analisis situasi berupaya memetakan situasi masalah yang mencakup besaran, tren,
dan diferensial dalam status kesehatan, perilaku kesehatan, akses dan kualitas pelayanan,
dan faktor terkait yang melatar-belakangi. Analisis perlu menjawab serangkaian pertanyaan
pokok situasi masalah kesehatan.        Dalam menjawab pertanyaan tersebut, analisis
memadukan kedua pendekatan berikut:
    •    Menggunakan kerangka teori/ konsep analisis program yang relevan sebagai dasar
         logika/ rasionalitas penyimpulan; dan
    •    Memanfaatkan data yang relevan dari berbagai sumber, termasuk sistem informasi
         pelayanan, survei rumah tangga, dan sumber lain.
       Kerangka teori/konsep analisis program menjelaskan esensi tujuan dan strategi
kebijakan/ program serta ukuran-ukuran keberhasilan program. Data perlu diolah dan
disapkan dalam bentuk indikator atau ukuran yang baku, yang disajikan bentuk tabel atau
gambar/ grafik yang komunikatif.
       Analisis bukan membaca data, tetapi menjawab pertanyaan program dengan
menggunakan konsep dan data yang relevan sebagai dasar jawaban. Alur analisis jangan
terjebak dari satu data ke data lainnya yang sifatnya ‘parsial’, tetapi dikemas tematik sesuai
dengan tujuan dan strategi program. Data-data/ indikator-indikator dikelompokkan
menurut tema, dan data-data yang terkait dalam satu tema masuk dalam kelompok yang
sama.




                                                                                           17
Tabel 2.2. Pertanyaan pokok dalam analisis situasi

          Analisis                                       Pertanyaan pokok

   Besaran dan tren masalah           Bagaimana besaran masalah tersebut, perilaku terkait, akses dan kualitas
                                      pelayanan terkait? Apakah tren masalah tersebut membaik, menetap, atau
                                      memburuk? Faktor apa saja yang melatar-belakangi?

   Diferensial/ ketimpangan           Bagaimana distribusi/ perbedaan masalah tersebut menurut: gender, kota-
   masalah                            pedesaan, geografis/ administratif, kaya-miskin? Faktor apa saja yang
                                      melatar-belakangi?




Analisis besaran dan tren masalah kesehatan
       Analisis besaran dan tren masalah dilakukan sebagai bagian dari analisis situasi
masalah kesehatan. Analisis berupaya menjawab serangkaian pertanyaan seperti contoh
berikut:


          Pertanyaan dalam analisis besaran dan tren masalah
               •    Masalah kesehatan apa (yang mana) yang kita hadapi?
               •    Seberapa besar masalah kesehatan tersebut? Seberapa beda dengan besaran
                    nasional/ daerah lain?
               •    Bagaimana tren masalah tersebut dalam lima tahun terakhir? Apakah
                    membaik, menetap atau memburuk?
               •    Mengapa angka-angka masalah tersebut membaik, menetap atau memburuk?
               •    Faktor apa saja yang melatar-belakangi besaran, tren dan diferensial masalah
                    tersebut?




       Masalah KIA-KB diukur melalui serangkaian indikator sesuai kebutuhan (Lihat
Daftar dan definisi indikator pada Lampiran). Indikator lain dapat dikembangkan sesuai
kebutuhan dan kondisi lokal. Indikator perlu disiapkan dan disajikan ringkas melalui tabel
dan/ atau grafik sesuai kebutuhan analisis. Berikut Template penyiapan data/ indikator
untuk analisis besaran dan tren (Lihat Tabel 2.3; 2.4; 2.5 dan 2.6). Analisis menilai besaran
dan tren masalah KIA dan KB dari waktu ke waktu (dari Tahun X-3, X-2, X-1, sampai X).
      Tabel 2.3 merupakan template penyiapan indikator status kesehatan ibu dan anak
menurut waktu. Status kesehatan diukur melalui tingkat kematian, status gizi, dan
morbiditas/ kesakitan.




                                                                                                            18
Tabel 2.3 Template analisis besaran dan tren status KIA
Indikator                                                      Th X-3    Th X-2    Th X-1    Th X
Jumlah kematian ibu/ bayi baru lahir/ bayi/ balita
Jumlah kematian ibu/ bayi baru lahir/ bayi/ balita menurut
penyebab kematian
Jumlah Bumil dengan KEK
Data SKDN

    •    D/S x 100%
    •    N/D x 100%
    •    N/D x 100%

%BBLR
% persalinan dgn komplikasi di RS




       Tabel 2.4 merupakan template penyiapan indikator akses dan kualitas pelayanan
kesehatan ibu dan anak menurut waktu. Akses dan kualitas pelayanan diukur melalui
cakupan pelayanan, jumlah tenga dan kompetensi.


Tabel 2.4. Template analisis besaran dan tren akses dan kualitas pelayanan KIA
                        Indikator                               Th X-3    Th X-2    Th X-1    Th X
    • Jumlah dan distribusi tenaga kesehatan (bidan, dokter,
      SpOG, SpA)
    • Jumlah dan distribusi sarana kesehatan (Polindes,
      Poskesdes, PONED, PONEK)
    • Jumlah peralatan (Bidan kit, PONED kit, Bank Darah,
      OK)
    • Jumlah dukun (terlatih / tidak)
    • Jumlah kader
    • Jumlah desa dengan BdD tinggal di desa
    • Jumlah & sumber anggaran KIA-KB
    • Kualitas tenaga kesehatan (“Uji kompetensi”,
      Standarisasi KB, LSS, PONED)
    • % ibu dengan Imunisasi TT
    • % ibu dengan Imunisasi HBO
    •% K 1
    •% K 4
    • % Linakes
    • % K Nifas
    • % K Neonatal
    • % Penanganan Komplikasi Obstetri
    • % Penanganan Komplikasi Neonatal
    • % persalinan dengan operasi Cesar




                                                                                                    19
Tabel 2.5 merupakan template penyiapan indikator akses pelayanan gizi menurut
waktu. Akses pelayanan gizi diukur melalui cakupan suplementasi vitamin A, zat besi, dan
ASI. Indikator yang lain dapat saja dikembangkan sesuai kebutuhan dan ketersediaan data.
Tabel 2.5. Template analisis besaran dan tren akses pelayanan gizi
                    Indikator                  Th X-3      Th X-2       Th X-1      Th X
     • % Vit A Nifas
     • % Vit A Bayi & Balita
     • % Fe Bumil
     • % bayi menerima ASI s/d 6 bulan



       Tabel 2.6 merupakan template penyiapan indikator akses dan kualitas pelayanan KB
menurut waktu. Akses pelayanan dan kualitas pelayanan KB diukur melalui angka perseta
KB aktif, angka kegagalan, angka cakupan pelayanan KB pasca-salin.


Tabel 2.6. Template analisis besaran dan tren akses dan kualitas pelayanan KB
                    Indikator                  Th X-3      Th X-2       Th X-1      Th X
     • % Peserta KB Aktif (CPR)
     • % Komplikasi KB
     • % Kegagalan KB
     • % Cakupan pelayanan KB pasca salin




Analisis diferensial masalah kesehatan
        Analisis diferensial bertujuan menilai ketimpangan masalah kesehatan menurut
sosial-ekonomi, termasuk gender, daerah, kota-pedesaan, pendidikan, dan kaya-miskin.
Berikut contoh pertanyaan-pertanyaan yang dapat dikembangkan dan perlu dijawab dalam
analisis diferensial. Template penyiapan data untuk analisis diferensial adalah sebagai
berikut (Lihat Tabel 2.7).




      Pertanyaan dalam analisis diferensial
           •   Bagaimana perbedaan/ distribusi masalah kesehatan menurut gender,
               daerah, kota-desa, dan kaya-miskin?
           •   Masalah kesehatan yang mana yang paling timpang distribusinya?
               Variabel mana yang paling menentukan diferensial?
           •    Apa makna/implikasi diferensial-diferensial tersebut terhadap program?




                                                                                           20
Tabel 2.7. Template analisis diferensial
                                                        Indikator*
 Faktor diferensial              Status kesehatan   Perilaku kesehatan          Akses dan kualitas
                                                                                   pelayanan
Jenis kelamin
      •   Laki-laki
      •   Perempuan
Pendidikan ayah/ibu
      •   Rendah
      •   Tinggi
Tempat tinggal
      •   Kota
      •   Pedesaan
Kaya-miskin
      •   Kuintil 1
      •   Kuintil 2
      •   Kuintil 3
      •   Kuintil 4
      •   Kuintil 5
*Lihat daftar indikator KIA-KB

2.2      Pengembangan solusi
       Setelah masalah prioritas teridentifkasi, langkah berikut proses perencanaan adalah
pengembangan solusi. Pengembangan ini dilakukan melalui analisis masalah berupaya
menemukan berbagai solusi alternatif yang strategik. Suatu solusi strategik mempunyai
karakteristik efektif dan mampu-laksana.
              •    Efektif, berarti mampu menghilangkan atau mereduksi masalah prioritas
              •    Mampu laksana, berarti arti kos-efektif sekaligus praktis.
       Kos-efektif dimaksudkan hasil sepadan dengan biaya yang dikeluarkan. Sedangkan
mampu-laksana berarti dapat dilaksanakan dalam konteks kapasitas kelembagaan
penyelenggara pelayanan (termasuk sumber-daya dan teknologi) dan dapat diterima
masyarakat atau sesuai dengan sosial-ekonomi dan budaya masyarakat.

Efektivitas suatu solusi
       Efektivitas suatu solusi dapat dinilai melalui bukti (evidence) yang ditunjukkan
berbagai penelitian/ kajian dan/ atau pengalaman sebelumnya. Bukti-bukti ini sebisa
mungkin dicari dari kajian di daerah/ negara kita atau paling tidak di negara lain dengan
karakteristik seperti negara kita. Tabel 2.8 berikut menyajikan solusi alternatif yang efektif
berdasarkan hasil penelitian.




                                                                                                21
Tabel 2.8. Solusi efektif masalah kematian ibu menurut bukti hasil kajian
                 Penyebab kematian ibu                            Intervensi strategik berdasar bukti
   Perdarahan berat 24%                                         Manajemen aktif kala tiga
   Eklampsia                                                    MgSO4
                                                                Tetanus toxoid
   Infeksi 15%                                                  Persalinan bersih
                                                                Imunisasi
                                                                Suplemen besi
   Penyebab penyebab tidak langsung 20%                         Pemeriksaan intermiten &
                                                                pengobatan malaria
                                                                Terapi antiretroviral HIV/AIDS
   Penyebab penyebab langsung lainnya 8%                        Manajemen kehamilan ektopik
                                                                Emboli; anestesi ber hubungan dengan kematian
   Persalinan terhambat 8%                                      partogram
   Aborsi tidak aman 13%                                        KB dan perawatan pasca aborsi
Sumber: Marjorie Koblinsky, Current realities in Safe Motherhood – Improving Maternal and Newborn Health: Strategies and
Issues



Tabel 2.9. Solusi efektif masalah kesehatan bayi baru lahir menurut bukti hasil kajian
    penyebab utama kematian                               Intervensi strategik berdasar bukti
           neonatal
   Infeksi32%                                  Tetanus toxoid, immunization pada ibu, persalinan bersih,
     Tetanus, sepsis, infeksi                  perawatan mata, pemberian asi dini, antibiotika
     pernapasan, diare
   Asfixia saat lahir and injury 29%           Warming and resusitasi
   Congenital abnormaliti10%                   Pengendalian sifilis, suplementasi folat
   Komplikasi permatur 24%                     Pencegahan prematur dg penjarangan kehamilan, nutrisi
                                               maternal, malaria control, kangaroo care
   Lain lain 5%                                BBLR adalah kontributor bermakna terhadap kematian neonatal
                                               40-70%




Analisis masalah
        Selanjutnya analisis masalah dilakukan untuk menentukan lebih spesifik masalah
mana dan di tingkat apa solusi atau intervensi akan diterapkan. Masalah-masalah hasil
analisis situasi ini perlu dikemas/ diposisikan melalui suatu diagram pohon masalah
sedemikian rupa sehingga tampak mana masalah pokok/ prioritas, dan mana masalah akibat
dan mana masalah penyebab. Diagram pohon masalah membantu mengidentifikasi masalah
prioritas yang perlu dihilangkan atau dihindari, dan masalah-masalah strategik yang layak
intervensi. Suatu masalah dianggap strategik bilamana masalah tersebut relatif mudah
dintervensi dan dampak intervensi bermuara terhadap pemecahan masalah prioritas.




                                                                                                                     22
CONTOH : DIAGRAM MASALAH ATAU POHON MASALAH


AKIBAT                               MORBIDITAS
                                                          MORBIDITAS
              INFERTILITAS             KRONIS
                                                          MATERNAL
                                     MATERNAL




                                     ABORSI TIDAK
                                        AMAN




                                                      TIDAK PAKAI
                        ABORSI
                                                     KONTRASEPSI
                       DILARANG
                                                       MODERN



                                           KONTRASEPSI          KEPERCAYAAN
                                           MODERN TIDAK          TRADISIONAL
                                             TERSEDIA         MENENTANG PENG-
                                                             GUNAAN KONTRASEPSI
                                                                   MODERN
SEBAB




         CONTOH : DIAGRAM UNTUK MENCAPAI TUJUAN

                                                                         HASIL
                     MORBIDITAS
 PERBAIKAN                                  MORBIDITAS
                       KRONIS
 FERTILITAS                                 MATERNAL
                     MATERNAL
WANITA MUDA                                  MENURUN
                      MENURUN



                     ABORSI TIDAK
                        AMAN
                      BERKURANG




      ABORSI LEGAL                     KONTRASEPSI
      PADA KEADAAN                       MODERN
        TERTENTU                        DIGUNAKAN



                             KONTRASEPSI            BERKURANGNYA
                               MODERN                KEPERCAYAAN
                              TERSEDIA          TRADISIONAL MENENTANG
                                               PENGGUNAAN KONTRASEPSI   PROGRAM
                                                        MODERN




                                                                                  23
Contoh Analisis Masalah


                                               Kematian ibu
                                                 maternal



                                                                             PONED/
                       Deteksi dini               Kasus                       PONEK
                    tanda perdarahan
                      belum optimal
                                                perdarahan                     belum
                                                                              optimal




                                               Rujukanberjalan
                                                 kurang baik


  Masalah yang
berdasarkan bukti
   dan strategis




                                                                                             Masalah yang
                                                                                           berdasarkan bukti
                                                                                              dan strategis



                                                Masalah yang
                                        berdasarkan bukti dan strategis




                            Contoh Analisis Masalah


                                                Kematian
                                                pnemonia



                                                                          Rumah Sakit/
                    MTBS belum                    Kasus                   Pusk-Rujukan
                      optimal                   pnemonia                     belum
                                                                            optimal




                                              Rujukan berjalan
                                                kurang baik


  Masalah yang
berdasarkan bukti
   dan strategis




                                                                                           Masalah yang
                                                                                         berdasarkan bukti
                                                                                            dan strategis



                                               Masalah yang
                                       berdasarkan bukti dan strategis




                                                                                                               24
Kemampu-laksanaan suatu solusi
         Kemampu-laksanaan atau kepraktisan berbagai solusi alternatif dapat dinilai melalui
analisis kelembagaan. Analisis ini yang sering disebut dengan analisis SWOT (strengths =
kekuatan, weaknesses = kelemahan, opportunities = peluang, dan threats= ancaman) menilai
sejauh mana kapasitas suatu lembaga dalam menyelenggarakan pelayanan dan penerimaan
masyarakat dalam menyambut pelayanan.
Analisis kelembagaan berfokus pada dua hal:
           •   Kekuatan dan kelemahan penyelenggaraan program kesehatan yang
               mencakup kebijakan dan berbagai sistem penting kesehatan, termasuk
               fasilitas pelayanan, ketenagaan, logistik, data, sarana dan pra-sarana, dan
               seterusnya;
           •   Peluang dan ancaman di masyarakat dalam konteks sosial-ekonomi dan
               budaya, termasuk pendidikan.

2.3    Pelaksanaan solusi
       Setelah solusi dikembangkan, langkah berikutnya adalah melaksanakan atau menguji
solusi tersebut di lapangan. Solusi yang mau dilaksanakan dijabarkan dalam bentuk
perencanaan atau rencana tindakan. Sebagai suatu dokumen, perencanaan suatu program
memuat tujuan di berbagai tingkatan, strategi pencapaian masing-masing tujuan, kegiatan-
kegiatan pokok sebagai penjabaran strategi, mekanisme jaminan kualitas pelaksanaan, dan
ukuran atau indikator kemajuan dan keberhasilan program, termasuk mekanisme
monitoring dan evaluasi.

Jaminan kualitas pelaksanaan
       Mekanisme jaminan kualitas pelaksanaan merupakan hal penting guna menjamin
bahwa strategi dan kegiatan berjalan sesuai rencana. Supaya suatu program dapat berjalan
sesuai rencana diperlukan dukungan di semua tingkatan, termasuk aspek legal dan
kebijakan, kapasitas kelembagaan, dan partisipasi masyarakat.
        Dukungan legal termasuk undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan daerah,
surat keputusan, dan/ atau aturan lain yang mengikat dan dapat diterima stakeholders
terkait. Kapasitas kelembagaan yang memadai diperlukan supaya suatu kebijakan dan
perencanaan dapat diterjemahkan menjadi program rutin yang bersentuhan langsung
dengan masyarakat sasaran. Kapasitas kelembagaan ini termasuk kejelasan penanggung
jawab program, kepemimpinan, dan berbagai sistem terkait, termasuk ketenagaan, logistik
komoditas esensial, dan infra-struktur. Supaya program efektif mencapai tujuan, masyarakat
sebagai sasaran program perlu menyambut pelayanan. Komunikasi teratur tentang program
kepada masyarakat perlu dilakukan.




                                                                                         25
Monitoring dan evaluasi
       Monitoring dan evaluasi merupakan serangkaian kegiatan:
       (1) mencari cara memperbaiki output dan dampak program,
       (2) menggunakan pengalaman sebagai dasar perbaikan program mendatang.
Monitoring dan evaluasi membantu pengelola dan penanggung jawab program
menggunakan informasi sebagai dasar dalam meningkatkan efektivitas dan kos-efektivitas
program.
Monitoring dapat didefinisikan sebagai kegiatan pengumpulan dan analisis periodik
sekumpulan indikator terpilih dengan tujuan:
       (a) Menilai sejauh mana rencana kegiatan pokok dilaksanakan, dan
       (b) Menilai sejauh mana kegiatan tersebut berpengaruh terhadap kelompok sasaran.
       Sedangkan evaluasi merupakan keluasan monitoring yang memanfaatkan pula data
dari berbagai sumber di luar program dan bertujuan menilai dampak dan kelangsungan
suatu program.
       Nilai monitoring dan evaluasi adalah penggunaan sekumpulan indikator dalam
mengenali masalah, melakukan tindakan koreksi, mengukur pencapaian target, dan menilai
tren situasi. Kesemua ini diperlukan sebagai dasar perencanaan program mendatang.
Karakteristik utama monitoring dan evaluasi adalah sebagai berikut:
       Sebagai bagian tidak terpisahkan dari suatu program,
       Suatu proses teratur, sistematik menilai pencapaian tujuan umum dan tujuan khusus
       program,
       Sebagai alat pendukung, tidak hanya memonitor pencapaian, tetapi juga menjaga
       supaya kegiatan program tetap berorientasi manfaat bagi masyarakat sasaran,
       Membantu mengenali strategi mana yang efektif dan yang mana yang tidak.




                                                                                     26
Bagian 3. Contoh analisis data

       Berikut merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam analisis data:




            Tip analisis data
                Terus mengajukan pertanyaan tentang kebijakan dan program: apa,
                siapa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana?
                Menentukan hal-hal penting yang ditunjukkan oleh data.
                Mengidentifikasi tema-tema atau isu-isu analisis. Pilah data menurut
                tema sehingga suatu tema didukung data-data yang saling terkait.
                Tuliskan pernyataan singkat untuk setiap tema.
                Menentukan pola atau tren masalah. Berikan makna dan penjelasan.
                Membandingkan dan mengontraskan berbagai data dari berbagai
                sumber: sistem informasi manajemen pelayanan, survei, laporan/
                dokumen, dan sektor lain.
                Kembangkan suatu peta konsepsi masalah.
                Telaah, periksa dan tarik makna keterkaitan berbagai data.
                Periksa apakah hasil berbeda dengan yang diharapkan? Jelaskan!
                Berikan indikasi aksi atau tindakan apa yang dapat dilakukan.




Contoh analisis besaran :cakupan pemeriksaan ibu hamil dan persalinan

Pemeriksaan ibu hamil sangat berperan dalam menjaga kesehatan ibu sejak dari awal
kehamilan sampai pada masa persalinan dan juga menjamin kesehatan janin serta bayi yang
akan dilahirkan. Tercapainya kesehatan yang optimal pada ibu hamil akan memperbesar
kemungkinan bayi lahir dengan berat badan normal dan memperkecil risiko komplikasi
kehamilan dan persalinan, termasuk juga gangguan pertumbuhan janin.

Contoh indikator indikator berikut temasuk : %K1 dan K4, %TT2, %Fe3 dan %persalinan -
nakes jumlah kematian ibu. Dalam hal ini kualitas program kesehatan diukur berdasarkan
cakupan pemeriksaan ibu hamil dan pertolongan persalinan.

Berdasarkan data dibawah ini kualitas pelayanan ibu hamil di suatu kabupaten belum
memuaskan. Data cakupan pelayanan pada tahun yang bersangkutan menunjukkan bahwa
tidak ada kesesuaian antara pencatatan pada hasil pemeriksaan ibu hamil (K4) dengan
cakupan imunisasi TT. Begitu juga antara K4 dengan hasil pemberian tablet Tambah darah


                                                                                       27
(Fe3). Selain itu cakupan persalinan nakes yang lebih tinggi dari cakupan pemeriksaan ibu
hamil (K4).

Dalam melakukan analisis kita dapat mengajukan pertanyaan :
• Darimana sumber data diperoleh?
• Siapa saja yang terlibat dalam menghimpun data tersebut?
• Apa yang menjadi dasar untuk perhitungan denominator (penyebut) ?
• Apakah data yang tersedia dapat dipergunakan?
• Apakah penerapan kebijakan kesehatan ibu dalam pemeriksaan ibu hamil (K4 :1-1-2)
   sudah mencakup TT dan Fe?
• Apakah data persalinan nakes merupakan persalinan oleh bidan yang sudah dilatih
   APN?
• Apakah yang menjadi latarbelakang %persalinan nakes menjadi lebih tinggi dari %K4?
   Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sebagian ibu hamil yang memeriksa kehamilan
   tidak melakukan persalinan pada nakes.
• Apakah distribusi tablet besi lancar?
• Bagaimana koordinasi antar program?
(masih banyak pertanyaan yang bisa diajukan untuk menganalisis data dibawah ini)

                       Tabel 1. b: Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu , Bayi Baru Lahir, Bayi dan Balita

                              INDIKATOR            PENCAPAIAN        PENCAPAIAN              KET
                                                     Tahun 2005        Tahun 2006
                                      1                  2                 3                   4
                       a. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru lahir:
                       - ANC:                     33500 (64,31 %)
                       -K1                                          35476 (68,4 %)
                       -K4                        29764 (57,14 %) 31303 (60,3 %)
                       - TT 1                     37338 (71,68 %) 35782 (69,1 %)
                       - TT 2 / TT Ulang          33955 (65,18 %) 33454 (64,6 %)
                       - Fe 1                     35229 (67,63 %) 35804 (69,1 %)
                       - Persalinan Nakes         24270 (46,59 %) 26040 (79,3 %)
                       - Fe 3                     29902 (57,40 %) 27067 (52,2 %)
                       - N 1 ( KN 1)              31045 (63,85 %) 30181 (73,4 %)
                       - N 2 ( KN 2)              29459 (60,59%)    29207 (70,9 %)
                       - Kapsul Vit A Nifas       26397 (52,42 %) 27568 (59,3 %)
                       - Bumil Risti di Rujuk     82    (1,32 %)    376    (6,8 %)
                       - Bumil Risti Diteksi      6251 (11,96 %) 5515
                       - Bumil Risti di rujuk dan 121 (0,23 %)      240     (0,5 %)
                         ditangani
                       - Neonatal Risti diteksi        478               1338
                       - Neonatal Risti Dirujuk        31    (6,49 %)    171    (12,8 %)
                       - Neonatal Risti di Rujuk dan   478   (16,32 %)   1273   (95,1 %)
                         ditangani




                                                                                                        28
Contoh analisis besaran dan tren: Penolong dan tempat persalinan
         Persalinan di tempat yang higienis oleh tenaga trampil merupakan situasi harapan
dalam program penyelamatan ibu hamil, bersalin, dan nifas. Contoh penyajian berikut
menunjukkan besaran dan tren % persalinan menurut penolong (trampil, tidak trampil) di
rumah dan di fasilitas pelayanan dari tahun 1996 ke 1999 di Indonesia. Persentase
persalinan oleh tenaga kesehatan meningkat, walaupun masih banyak persalinan ditolong
oleh tenaga tak trampil. Pertanyaan dalam analisis adalah seberapa jauh tenaga kesehatan
ini (bidan di desa dan yang lain) ini dapat dianggap ’trampil’.
       Perlu dicatat bahwa dampak peningkatan Linakes terhadap penurunan kematian ibu
akan optimum apabila tempat persalinan dijamin higienis dan pertolongan persalinan oleh
tenaga yang betul-betul trampil. Tampak pula sebagian besar jumlah persalinan (lebih dari
80%) terjadi di rumah, bukan di fasilitas pelayanan. Dalam analisis kita bisa mengajukan
pertanyaan apakah memang kebijakan kesehatan ibu menganjurkan persalinan di rumah
atau persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan. Apakah persalinan di rumah ibu menjamin
kondisi higienis tempat persalinan? Beberapa penelitian menunjukkan sebagian besar
rumah-rumah ibu kurang higienis, dan sering kali tindakan obstetri yang benar kurang bisa
optimum dijalankan di rumah-rumah ibu, karena peralatan kebidanan terlupa terbawa dan
juga pengaruh ’orang tua’ di rumah tangga.

         % persalinan menurut penolong dan tempat,
                         Indonesia

  100
   80
   60                                            Tak trampil
                                                 Trampil (lain)
   40
                                                 Trampil (BdD)
   20
     0
          1996     1999     1996      1999

             Rumah             Fasilitas




                                                                                      29
Contoh analisis besaran dan diferensial: Perilaku menyusui
        Menyusui dan pemberian dini makanan kepada bayi menentukan kesehatan serta
gizi bayi dan anak disamping juga menentukan kelangsungan hidup,. Contoh melalui Tabel
3.1 berikut menyajikan gambaran besaran dan diferensial perilaku menyusui atau
pemberian dini makanan kepada bayi menurut daerah. Data ini bersumber pada survei
dasar kesehatan rumah tangga tahun 2006 yang dilakukan HSP.
       Hasil survei menunjukkan hampir semua ibu di Indonesia menyusui bayinya, dan
sebagian besar masih menyusui sampai bayi berusia 12 bulan, tetapi praktek menyusui dan
pemberian dini makanan belum optimum. Persentase ibu yang menyusui segera dalam satu
jam setelah setelah lahir masih sangat rendah, 1% di NAD dan Sumut, dan 5 sampai 15% di
Jawa, padahal DepKes menganjurkan ibu menyusui segera bayinya dalam 30 menit setelah
lahir. Lebih separuh bayi menerima makanan prelaktal padahal makanan ini tidak perlu,
bahkan mungkin merugikan karena potensi kontaminasi bakteri dan infeksi.
       Survei menunjukkan bahwa susu formula merupakan jenis makanan prelaktal
terbanyak. Gambaran bahwa susu formula sebagai jenis makanan prelaktal yang banyak
ditemui mengindikasikan begitu kuatnya pengaruh iklan susu formula yang gencar di
masyarakat, termasuk penggunaan tenaga kesehatan atau rumah bersalin sebagai medium
komunikasi susu formula. Pertanyaannya adalah bagaimana implikasi hasil survei ini
terhadap kebijakan ASI?

Tabel 3.1. Menyusui dan pemberian dini makanan kepada bayi menurut propinsi
                                      Semua     NAD     Sumut Banten Jakarta    Jabar   Jatim

Jumlah ibui-bayi                        7137    1185       940    721    720     1893    1678

Pernah menyusui                          97.2    94.6     96.0   97.2    96.6    98.3    96.0
Masih menyusui sampai umur 12 bulan      85.4    85.7     85.3   90.8    73.5    91.0    81.6
Kontak pertama menyusui
    Dalam 1 jam                           9.3     0.5      1.0    6.9     7.0     9.5    17.1
    Dalam 24 jam                         73.6    67.5     47.8   53.2    85.0    78.0    77.4
Menerima makanan prelaktal (3 hari
pertama)                                 60.7    54.2     78.4   65.1    62.2    53.7    62.7
Jenis makanan prelaktal
    Formula bayi                         73.2    43.0     93.8   63.7    86.6    53.8    88.4
    Air putih                            12.6    42.3      9.8    4.8     7.4    25.0     1.5
    Larutan gula                          2.5    14.6      0.9    3.0     1.0     3.6     2.2
    Air beras                             0.5     1.3      2.2    0.5     0.9     0.0     0.0
    Madu                                 15.2     7.4      2.1   21.8    10.8    25.5     5.7
    Pisang                                6.6    26.5      1.3   11.3     7.3     6.1     6.3
Hanya ASI dalam 6 bulan pertama          15.1    31.1     12.1   29.0     7.7    15.4    15.4
Sumber: HSP, BHS Baseline survey 2005/2006.




                                                                                                30
Contoh analisis besaran dan diferensial: akses pelayanan KIA dan perilaku mencuci
tangan pakai sabun
        Contoh Tabel 3.2 menyajikan perbedaan data antara kota dan desa dan menurut
tingkat pendidikan dalam dua tema yang berbeda: (1) cakupan pelayanan kesehatan ibu dan
anak; dan (2) perilaku mencuci tangan pakai sabun. Tampak bahwa angka-angka cakupan
pelayanan KIA dan perilaku mencuci tangan pakai sabun lebih baik kota dibanding di desa,
dan membaik dengan semakin tingginya tingkat pendidikan.
       Karena pendidikan penduduk umumnya lebih tinggi dibanding di kota dibanding di
desa, pertanyaan analisis mungkin saja menyelidiki apakah perbedaan angka-angka tersebut
antara kota dan desa oleh karena perbedaan pendidikan. Untuk menjawab ini analisis perlu
mengontrol pengaruh variabel pendidikan. Selanjutnya analisis memaknai perbedaan angka-
angka ini dalam konteks pengembangan kebijakan.
Table 3.2 Akses pelayanan kesehatan ibu-anak menurut kota-desa dan pendidikan
                                          Kota       Desa     <SD     SLTP    SLTA+

 % ibu dengan 4+ kunjungan antenatal          93.1    82.5     78.5    91.4      95.9
 % linakes                                    75.2    44.5     42.5    62.7      77.0
 % ibu dengan 1+ kunjungan neonatal 7
                                              63.1    42.9     41.5    57.2      62.2
 hari pertama
 % anak 12 bulan dengan imunisasi
                                              62.3    55.0     47.8    62.2      69.8
 lengkap
 % ibu mencuci tangan pakai sabun pada
                                              21.4    22.4     15.8    24.3      28.3
 satu dari 5 waktu kritis
 % ibu mencuci tangan pakai sabun pada
                                               3.0     2.5      1.4     3.0       4.3
 setiap waktu kritis
Sumber: HSP, BHS Baseline survey 2005/2006.




                                                                                        31
Contoh analisis besaran, tren dan diferensial: akses pelayanan obstetri emerjensi
       Pelayanan operasi Caesar merupakan salah satu pelayanan obstetri emerjensi.
Pelayanan ini penting bagi penyelamatan jiwa ibu dengan komplikasi maternal, terutama
yang terkait dengan perdarahan dan eklamsia. Contoh gambar berikut menyajikan tren
dan diferensial angka operasi Caesar menurut kuintil status kekayaan dari tahun 1991,
1994, 1997 sampai tahun 2002/3 (Sumber data: Survei Demografi Kesehatan Indonesia,
Biro Pusat Statistik). Rumah tangga dibedakan dalam 5 kuintil status kekayaan, 20%
termiskin pada balok paling kiri dan 20% terkaya pada balok paling kanan.
       Dari awal 1990-an sampai awal 2000-an, angka operasi Cesar cenderung
meninbgkat, tetapi perbedaan angka tersebut menurut kuintil status kekayaan tetap
mencolok. Angka operasi Caesar yang optimum diharapkan sekitar 4 sampai 5%, tetapi
angka tersebut pada kelompok miskin masih di bawah 1%, sedangkan pada kelompok
terkaya pada tahun 1997 dan 2002 sudah melewati 6%.
       Angka operasi Caesar di bawah 4% menunjukkan bahwa pelayanan obstetri
emerjensi belum menjangkau atau terjangkau oleh masyarakat. Di pihak lain, angka operasi
Caesar yang jauh di atas 5% menunjukkan bahwa sebagian operasi Caesar sebenarnya tidak
perlu dilakukan. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa pelayanan obstetri emerjensi
belum menjangkau atau terjangkau oleh masyarakat miskin. Analisis perlu membahas
makna angka-angka tersebut dalam pengembangan kebijakan kesehatan ibu.


                                                                 Tren operasi Sesar menurut indeks status kekayaan
                                                         12.0%



                                                         10.0%
         Persen p ersalin an d en g an o p erasi Sesar




                                                         8.0%



                                                         6.0%



                                                         4.0%



                                                         2.0%



                                                         0.0%
                                                                 1991             1994                       1997    2002

                                                                                         1   2   3   4   5




                                                                                                                            32
Contoh analisis diferensial: distribusi bidan di desa
        Di Indonesia, bidan di desa sebagai tenaga terdepan pelayanan kesehatan ibu. Bidan
di desa diharapkan mempunyai kompetensi menyediakan pelayanan profesional persalinan
normal, deteksi dini komplikasi maternal, fasilitas rujukan aman tepat-waktu kasus
komplikasi maternal dari desa ke rumah sakit. Kebijakan program bidan di desa adalah
ditempatkannya minimal satu bidan di desa di setiap desa. Bidan di desa berarti bidan yang
tinggal di desa. Contoh berikut menyajikan distribusi bidan di desa menurut desa di
Kabupaten Pandeglang, Banten, tahun 2006.
         Data menunjukkan bahwa dari semua desa, sekitar separuh terutama yang jauh dari
fasilitas kesehatan tidak mempunyai bidan tinggal di desa, padahal desa-desa yang jauh dari
fasilitas kesehatan ini lebih membutuhkan bidan di desa. Dibandingkan dengan keseluruhan
jumlah penduduk, densitas bidan di desa mencukupi, tetapi sebagian besar bidan di desa
bertempat tinggal di daerah yang dekat (kurang dari 30 km) dari pusat layanan kesehatan.
Apa makna/ implikasi gambaran ini terhadap program kesehatan ibu?



              DAERAH PENELI TI AN I M M PACT

              B id a n
                      Tida k a d a
                      Ada
                      D an au
                      H uta n




                                                                                                          N


                                                                                                  W              E

                                                                                                           S
                                                                                    10   0   10       20 Kilometers




              S um be r da ta : D ink es S erang & D in ke s P an deg la ng 20 04
              S um be r pe ta : B iro P us at S tatistik




                                                                                                                      33
LAMPIRAN




Indikator Pelayanan :

   1.    Cakupan kunjungan K1
   2.    Cakupan kunjungan K4
   3.    Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Linakes)
   4.    Ibu hamil resiko tinggi / komplikasi yang tertangani
   5.    Neonatus resiko tinggi / komplikasi yang tertangani
   6.    Cakupan Kunjungan Neonatus (KN1)
   7.    Cakupan Kunjungan Bayi
   8.    SKDN
   9.    Cakupan Bayi Berat Lahir Rendah/BBLR yang ditangani
   10.   Cakupan Bayi dan Balita Mendapat Kapsul Vitamin A Sebanyak 2 kali per tahun
   11.   Cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet Fe
   12.   Bayi yang Mendapat ASI Eksklusif
   13.   Vitamin A Nifas
   14.   Cakupan Peserta KB Aktif
   15.   Komplikasi KB
   16.   Kegagalan KB
   17.   Cakupan Pelayanan KB pasca salin




                                                                                       34
25656481 Pedoman Analisis Data
25656481 Pedoman Analisis Data
25656481 Pedoman Analisis Data
25656481 Pedoman Analisis Data
25656481 Pedoman Analisis Data
25656481 Pedoman Analisis Data
25656481 Pedoman Analisis Data
25656481 Pedoman Analisis Data
25656481 Pedoman Analisis Data
25656481 Pedoman Analisis Data
25656481 Pedoman Analisis Data
25656481 Pedoman Analisis Data
25656481 Pedoman Analisis Data
25656481 Pedoman Analisis Data
25656481 Pedoman Analisis Data
25656481 Pedoman Analisis Data
25656481 Pedoman Analisis Data
25656481 Pedoman Analisis Data
25656481 Pedoman Analisis Data
25656481 Pedoman Analisis Data
25656481 Pedoman Analisis Data
25656481 Pedoman Analisis Data
25656481 Pedoman Analisis Data
25656481 Pedoman Analisis Data
25656481 Pedoman Analisis Data
25656481 Pedoman Analisis Data

Contenu connexe

En vedette

Modelo De Calidad De Desarrollo De Software Cmmi
Modelo De Calidad De Desarrollo De Software CmmiModelo De Calidad De Desarrollo De Software Cmmi
Modelo De Calidad De Desarrollo De Software Cmmi
guest1969e6
 
Comparación de un Casette con un Reproductor Digital MP4
Comparación de un Casette con un Reproductor Digital MP4Comparación de un Casette con un Reproductor Digital MP4
Comparación de un Casette con un Reproductor Digital MP4
Mariela
 
Atayurdu
AtayurduAtayurdu
Atayurdu
sungurs
 
մեր մոլորակը Milena
մեր մոլորակը Milenaմեր մոլորակը Milena
մեր մոլորակը Milena
harutyunyananahit
 

En vedette (6)

Modelo De Calidad De Desarrollo De Software Cmmi
Modelo De Calidad De Desarrollo De Software CmmiModelo De Calidad De Desarrollo De Software Cmmi
Modelo De Calidad De Desarrollo De Software Cmmi
 
Comparación de un Casette con un Reproductor Digital MP4
Comparación de un Casette con un Reproductor Digital MP4Comparación de un Casette con un Reproductor Digital MP4
Comparación de un Casette con un Reproductor Digital MP4
 
Images for my magazine
Images for my magazineImages for my magazine
Images for my magazine
 
Atayurdu
AtayurduAtayurdu
Atayurdu
 
Needs Assessment Approach To Product Bundling In Banking Enterprise
Needs Assessment Approach To Product Bundling In Banking  EnterpriseNeeds Assessment Approach To Product Bundling In Banking  Enterprise
Needs Assessment Approach To Product Bundling In Banking Enterprise
 
մեր մոլորակը Milena
մեր մոլորակը Milenaմեր մոլորակը Milena
մեր մոլորակը Milena
 

Similaire à 25656481 Pedoman Analisis Data

Pengantar epidemiologi
Pengantar epidemiologiPengantar epidemiologi
Pengantar epidemiologi
Nova Ci Necis
 
PPT-UEU-Epidemiologi-Lingkungan-Pertemuan-6.ppt
PPT-UEU-Epidemiologi-Lingkungan-Pertemuan-6.pptPPT-UEU-Epidemiologi-Lingkungan-Pertemuan-6.ppt
PPT-UEU-Epidemiologi-Lingkungan-Pertemuan-6.ppt
JoniSiahaan
 
Penguatan TIM TGC PKM_RS.pptx
Penguatan TIM TGC PKM_RS.pptxPenguatan TIM TGC PKM_RS.pptx
Penguatan TIM TGC PKM_RS.pptx
NirwansahEka2
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
NezaPurna
 

Similaire à 25656481 Pedoman Analisis Data (20)

Dasar_Epid_TM_3_19032020.pptx
Dasar_Epid_TM_3_19032020.pptxDasar_Epid_TM_3_19032020.pptx
Dasar_Epid_TM_3_19032020.pptx
 
Epidemiologi HAIS.pptx
Epidemiologi HAIS.pptxEpidemiologi HAIS.pptx
Epidemiologi HAIS.pptx
 
Dasar surveilans
Dasar surveilansDasar surveilans
Dasar surveilans
 
MPI 1 Surveilans Penyakit Menular Potensial KLB - Wabah
MPI 1 Surveilans Penyakit Menular Potensial KLB - Wabah MPI 1 Surveilans Penyakit Menular Potensial KLB - Wabah
MPI 1 Surveilans Penyakit Menular Potensial KLB - Wabah
 
IKU(1).pdf
IKU(1).pdfIKU(1).pdf
IKU(1).pdf
 
pengantar epidemilogi
pengantar epidemilogipengantar epidemilogi
pengantar epidemilogi
 
Pencatatan dan pelaporan pelaksanaan program imunisasi (ns)
Pencatatan dan pelaporan pelaksanaan program imunisasi (ns)Pencatatan dan pelaporan pelaksanaan program imunisasi (ns)
Pencatatan dan pelaporan pelaksanaan program imunisasi (ns)
 
2 epidemiologi ikm
2 epidemiologi ikm2 epidemiologi ikm
2 epidemiologi ikm
 
Pengantar epidemiologi
Pengantar epidemiologiPengantar epidemiologi
Pengantar epidemiologi
 
PPT-UEU-Epidemiologi-Lingkungan-Pertemuan-6.ppt
PPT-UEU-Epidemiologi-Lingkungan-Pertemuan-6.pptPPT-UEU-Epidemiologi-Lingkungan-Pertemuan-6.ppt
PPT-UEU-Epidemiologi-Lingkungan-Pertemuan-6.ppt
 
Epidemiologi dalam kesehatan reproduksi
Epidemiologi dalam kesehatan reproduksiEpidemiologi dalam kesehatan reproduksi
Epidemiologi dalam kesehatan reproduksi
 
V2_Dir. PKP_Peran FKTP dalam Penanggulangan PTM (1).pdf
V2_Dir. PKP_Peran FKTP dalam Penanggulangan PTM (1).pdfV2_Dir. PKP_Peran FKTP dalam Penanggulangan PTM (1).pdf
V2_Dir. PKP_Peran FKTP dalam Penanggulangan PTM (1).pdf
 
Penguatan TIM TGC PKM_RS.pptx
Penguatan TIM TGC PKM_RS.pptxPenguatan TIM TGC PKM_RS.pptx
Penguatan TIM TGC PKM_RS.pptx
 
Indikator derajat kesehatan ilmu kesehatan lingkungan
Indikator derajat kesehatan ilmu kesehatan lingkunganIndikator derajat kesehatan ilmu kesehatan lingkungan
Indikator derajat kesehatan ilmu kesehatan lingkungan
 
epidemiologi surveilance
epidemiologi surveilanceepidemiologi surveilance
epidemiologi surveilance
 
Kompetensi Bidan
Kompetensi BidanKompetensi Bidan
Kompetensi Bidan
 
KESEHATAN MASYARAKAT AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO
KESEHATAN MASYARAKAT AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGOKESEHATAN MASYARAKAT AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO
KESEHATAN MASYARAKAT AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
 
Bab viii surveilans epid
Bab viii surveilans epidBab viii surveilans epid
Bab viii surveilans epid
 
Pencatatan dan pelaporan pelaksanaan program imunisasi (ns)
Pencatatan dan pelaporan pelaksanaan program imunisasi (ns)Pencatatan dan pelaporan pelaksanaan program imunisasi (ns)
Pencatatan dan pelaporan pelaksanaan program imunisasi (ns)
 

Plus de WARGA SALAPAN

Program memphoto-diri-anda
Program memphoto-diri-andaProgram memphoto-diri-anda
Program memphoto-diri-anda
WARGA SALAPAN
 
For sons-and-daughters
For sons-and-daughtersFor sons-and-daughters
For sons-and-daughters
WARGA SALAPAN
 
Burung dengan-sebelah-sayap
Burung dengan-sebelah-sayapBurung dengan-sebelah-sayap
Burung dengan-sebelah-sayap
WARGA SALAPAN
 
Soal ulangan akhir semester gasal2011 2012
Soal ulangan akhir semester gasal2011 2012Soal ulangan akhir semester gasal2011 2012
Soal ulangan akhir semester gasal2011 2012
WARGA SALAPAN
 
Salinan P E R M E N No 46 Th 2010
Salinan  P E R M E N No 46 Th 2010Salinan  P E R M E N No 46 Th 2010
Salinan P E R M E N No 46 Th 2010
WARGA SALAPAN
 
Pengembangan Komite Sekolah
Pengembangan Komite SekolahPengembangan Komite Sekolah
Pengembangan Komite Sekolah
WARGA SALAPAN
 
D Esain Pembelajaran
D Esain PembelajaranD Esain Pembelajaran
D Esain Pembelajaran
WARGA SALAPAN
 
Kurikulumoperasional
KurikulumoperasionalKurikulumoperasional
Kurikulumoperasional
WARGA SALAPAN
 
Perencanaan Berdasarkan Kurikulum
Perencanaan Berdasarkan KurikulumPerencanaan Berdasarkan Kurikulum
Perencanaan Berdasarkan Kurikulum
WARGA SALAPAN
 
Pengembangan Perpustakaan
Pengembangan PerpustakaanPengembangan Perpustakaan
Pengembangan Perpustakaan
WARGA SALAPAN
 
Contoh Manajemen Sekolah
Contoh Manajemen SekolahContoh Manajemen Sekolah
Contoh Manajemen Sekolah
WARGA SALAPAN
 
Pemanfaatan Lingkungan Belajar
Pemanfaatan Lingkungan BelajarPemanfaatan Lingkungan Belajar
Pemanfaatan Lingkungan Belajar
WARGA SALAPAN
 
Pelaksanaan Kegiatan Mgmp
Pelaksanaan Kegiatan MgmpPelaksanaan Kegiatan Mgmp
Pelaksanaan Kegiatan Mgmp
WARGA SALAPAN
 

Plus de WARGA SALAPAN (20)

Berakhirnya Masa Orde Baru
Berakhirnya Masa Orde BaruBerakhirnya Masa Orde Baru
Berakhirnya Masa Orde Baru
 
Program memphoto-diri-anda
Program memphoto-diri-andaProgram memphoto-diri-anda
Program memphoto-diri-anda
 
For sons-and-daughters
For sons-and-daughtersFor sons-and-daughters
For sons-and-daughters
 
The pencil-parable
The pencil-parableThe pencil-parable
The pencil-parable
 
Burung dengan-sebelah-sayap
Burung dengan-sebelah-sayapBurung dengan-sebelah-sayap
Burung dengan-sebelah-sayap
 
Soal ulangan akhir semester gasal2011 2012
Soal ulangan akhir semester gasal2011 2012Soal ulangan akhir semester gasal2011 2012
Soal ulangan akhir semester gasal2011 2012
 
Salinan P E R M E N No 46 Th 2010
Salinan  P E R M E N No 46 Th 2010Salinan  P E R M E N No 46 Th 2010
Salinan P E R M E N No 46 Th 2010
 
Salinan P E R M E N No 46 Th 2010
Salinan  P E R M E N No 46 Th 2010Salinan  P E R M E N No 46 Th 2010
Salinan P E R M E N No 46 Th 2010
 
Lampiran Permendiknas No 46 Th 20101
Lampiran  Permendiknas  No 46 Th 20101Lampiran  Permendiknas  No 46 Th 20101
Lampiran Permendiknas No 46 Th 20101
 
Kompos
KomposKompos
Kompos
 
Pengembangan Komite Sekolah
Pengembangan Komite SekolahPengembangan Komite Sekolah
Pengembangan Komite Sekolah
 
Jurnal Belajar
Jurnal BelajarJurnal Belajar
Jurnal Belajar
 
Pakem Dalam Praktik
Pakem Dalam PraktikPakem Dalam Praktik
Pakem Dalam Praktik
 
D Esain Pembelajaran
D Esain PembelajaranD Esain Pembelajaran
D Esain Pembelajaran
 
Kurikulumoperasional
KurikulumoperasionalKurikulumoperasional
Kurikulumoperasional
 
Perencanaan Berdasarkan Kurikulum
Perencanaan Berdasarkan KurikulumPerencanaan Berdasarkan Kurikulum
Perencanaan Berdasarkan Kurikulum
 
Pengembangan Perpustakaan
Pengembangan PerpustakaanPengembangan Perpustakaan
Pengembangan Perpustakaan
 
Contoh Manajemen Sekolah
Contoh Manajemen SekolahContoh Manajemen Sekolah
Contoh Manajemen Sekolah
 
Pemanfaatan Lingkungan Belajar
Pemanfaatan Lingkungan BelajarPemanfaatan Lingkungan Belajar
Pemanfaatan Lingkungan Belajar
 
Pelaksanaan Kegiatan Mgmp
Pelaksanaan Kegiatan MgmpPelaksanaan Kegiatan Mgmp
Pelaksanaan Kegiatan Mgmp
 

25656481 Pedoman Analisis Data

  • 2. Daftar akronim, istilah, singkatan Ad-hoc Sementara; jangka pendek Akademik Ilmiah; terkait dengan penelitian sebagai proses menemukan pengetahuan Analisis Proses sistematik penyimpulan dari data dengan menggunakan logika/ teori tertentu Asfiksia Gangguan suplai oksigen sehingga terjadi kesulitan bernafas BBLR Bayi berat lahir rendah Bumil Ibu hamil Bulin Ibu bersalin Bufas Ibu nifas; kurun waktu dalam 40 hari setelah persalinan Data Sekumpulan nilai pengamatan/ pengukuran pada sampel Deduktif Penyimpulan dari hal umum ke hal yang lebih spesifik Denominator Populasi sasaran; dalam rate atau persentase, pembilang disebut numerator dan penyebut disebut denominator Diare Mencret; buang air besar lebih dari 3 kali per hari dengan feses cair atau lembek Disabilitas Tidak mampu melakukan kegiatan fisik yang normal DTPS District Team Problem Solving; Pendekatan Tim dalam pemecahan masalah di tingkat kabupaten; sebagai alat bantu dalam proses perencanaan kesehatan Efektif Berhasil guna; suatu program disebut efektif apabila program tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan Efektivitas Keberhasilan suatu program Eklamsia Komplikasi kehamilan/ persalinan/ nifas yang ditandai dengan hipertensi (tekanan darah tinggi), edema (pembengkakan) tungkai, dan kejang Emerjensi Gawat-darurat; situasi yang mengancam jiwa Empirik Pengalaman; berdasar fakta atau data Fatalitas Kematian kasus; angka fatalitas kasus (case fatality rate) penyakit D adalah jumlah kematian di antara jumlah kasus penyakit D. HIV/AIDS Human Immuno Defficiency Virus adalah virus perusak sistem kekebalan tubuh, sedangkan Acquired Immuno Defficiency Syndroms adalah penyakit akibat hilangnya kekebalan tubuh Hipotermia Keadaan dengan temperatur tubuh kurang dari 37º Celsius HSP Health Services Program; Program kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak yang tahun 2005-2008 yang didanai USAID Ibu maternal Ibu hamil, bersalin dan nifas Immpact Organisasi internasional penelitian kematian ibu yang berkedudukan di University of Abeerden, United Kingdom Induktif Penyimpulan dari hal-hal yang spesifik menjadi suatu hal yang lebih umum Infeksi Masuknya kuman dalam tubuh manusia Inferensial Estimasi terhadap nilai dalam populasi (parameter) berdasarkan nilai dalam sampel (statistik atau data) i
  • 3. Informasi Hasil pengolahan data menjadi fakta yang relevan dengan kebutuhan Infra-struktur Sarana dan pra-sarana Insidensi Insidensi suatu penyakit didefinisikan sebagai jumlah kasus baru penyakit tersebut dalam suatu kurun waktu tertentu. Rate insidensi merupakan insidensi per population at risk-nya, yaitu jumlah lama waktu "sehat" dalam tahun yang dijalani bersama oleh semua anggota penduduk dari awal sampai akhir kurun waktu pengamatan. Dalam praktek, population at risk diperkirakan dengan jumlah penduduk tengah-kurun waktu. Institusi (lihat : Kelembagaan) Ispa Infeksi Saluran Pernafasan Akut; penyakit/infeksi pada saluran nafas karena bakteri dengan gejala batuk, demam, dan sesak nafas Kelembagaan Institusi; sistem; menyangku banyak sistem; hubungan antar sistem K1 Kunjungan pelayanan antenatal minimal sekali triwulan pertama K4 Kunjungan pelayanan antenatal minimal sekali triwulan pertama, minimal sekali triwulan kedua, dan minimal dua kali triwulan ketiga KB Keluarga Berencana KIA Kesehatan Ibu dan Anak KIBBLA Kesehatan Ibu, Bayu baru lahir, dan Anak KN1 Kunjungan pelayanan neonatal yang pertama Konfiden Yakin; percaya diri Kontrasepsi Pencegahan konsepsi/ kehamilan Kos-efektivitas hasil yang diperoleh sepadan dengan biaya yang dikeluarkan Kredibilitas Dapat dipercaya Juklak Petunjuk pelaksanaan Juknis Petunjuk teknis Legal Resmi, mempunyai dasar hukum Logistik perbekalan Mampu-laksana Dapat dilaksanakan dalam situasi nyata Misi Tugas strategik yang harus dikerjakan untuk mencapai visi Morbiditas Data kesakitan MS-Excell Microsoft excel untuk mengolah data Nakes Tenaga kesehatan Neonatal Bayi baru lahir umur 0 sampai dengan 28 hari Numerator pembilang Obstetri Ilmu kebidanan Operasi Cesar Persalinan dengan pembedahan Opsi Pilihan Optimal Maksimal dalam konteks keterbatasan Parameter ukuran Perinatal Masa dari janin usia 28 minggu sampai bayi baru lahir umur 1 minggu PONED Pelayanan obstetri neonatal emerjensi dasar PONEK Pelayanan obstetri neonatal emerjensi komprehensif Populasi Jumlah dan struktur penduduk ii
  • 4. Praktis Mudah atau dapat diukur sesuai dengan keterbatasan sumber daya yang ada (tidak meninggalkan unsur penting yang legal). Pre-eklamsi Tanda awal keracunan kehamilan Premis mayor Pernyataan pokok yang dianggap benar Premis minor Pernyataan turunan yang dianggap benar Prevalensi Prevalensi "point" merupakan suatu ukuran sensus atau survei, yaitu frekuensi suatu penyakit pada suatu saat tertentu. Rate prevalen "point" suatu penyakit merupakan proporsi penduduk yang pada saat itu menderita penyakit. Pembilang adalah semua orang yang menderita penyakit tanpa memandang kapan penyakit dimulai, dan penyebut adalah semua penduduk baik yang menderita maupun yang tidak menderita penyakit. Prevalensi "period" merupakan suatu ukuran yang menunjukkan jumlah kasus penyakit baik lama maupun baru selama kurun waktu tertentu. Prevalensi "period" merupakan jumlah antara prevalensi "point" (jumlah kasus saat awal kurun waktu) dan insidensi (jumlah kasus baru selam kurun waktu tersebut). Pro-empirik Mengandalkan pada data/ angka Pro-fenomenologis Mengandalkan pada sifat Proporsi Besaran bagian yang diukur terhadap keseluruhannya. Puska-UI Pusat penelitian kesejahteraan keluarga Universitas Indonesia PWS-KIA Pemantauan Wilayah Setempat-Kesehatan Ibu dan Anak Rate Perbandingan suatu keadaan dengan konstanta tertentu Realistik Sesuai dengan dunia nyata Relevan cocok Reliabel Konsisten, hasil pengukuran tidak berbeda walaupun dikerjakan oleh orang lain atau pada waktu yang berbeda Sampel Jenis dan jumlah tertentu yang mewakili suatu populasi SDKI Survei Demografi Kesehatan Indonesia SKDN Indikator yang dipakai untuk program Peningkatan Gizi Masyarakat: S=jumlah seluruh Balita; K=jumlah KMS yang diberikan pada balita; D=jumlah balita yang datang untuk ditimbang dalam bulan bersangkutan; N=jumlah balita yang naik berat badannya dalam bulan bersangkutan. Silogismus Pola berfikir dalam penalaran deduktif SP2RS Sistem Pencatatan dan Pelaporan Rumah Sakit SK Surat Keputusan SP2TP Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas Sistem Suatu mekanisme proses mengolah ’input’ menjadi ’output’ Stakeholder Pemangku Kebijakan Statistik Data pada sampel Susenas Survei Sosial Ekonomi Nasional Strategik Efektif dan dapat dilaksanakan dalam situasi nyata Surveilans Pengamatan yang menggunakan kaidah epidemiologi untuk mendeteksi perubahan yang terjadi iii
  • 5. SWOT Strengths, weaknesses, opportunities, threats; analisis yang menilai kekuatan dan kelemahan dari penyelenggaraan pelayanan dan peluang dan tantangan yang ada di dalam masyarakat penerima pelayanan Template Model petunjuk sebagai acuan TT1 Pemberian tetanus toxoid pertama TT2 Pemberian tetanus toxoid kedua TT3 Pemberian tetanus toxoid ketiga Transformasi Perubahan bentuk Tupoksi Tugas pokok dan fungsi UNFPA United Nations Funds for Population Activities; Dana persatuan bangsa-bangsa untuk program kependudukan Valid Sahih Visi Gambaran keadaan yang ingin dicapai iv
  • 6. Daftar Isi halaman Daftar Akronim/ istilah/ singkatan Kata Pengantar Pendahuluan 1 0.1 Latar belakang 1 0.2 Tujuan 2 0.3 Sasaran 2 0.4 Lingkup 2 Bagian 1. Konsep dasar 3 1.1 Data sebagai fondasi kebijakan 3 Pengertian data 3 Cara pengumpulan/ sumber data 5 Pengolahan data 6 Penyajian data 7 Indikator 7 Memilih Indikator 8 Keterbatasan Indikator 9 Analisis Data 9 Cara analisis 9 Analisis kuantitatif 9 Analisis kualitatif 10 1.2 Memahami fungsi pokok Organisasi Kesehatan 11 Fungsi pokok 1 : Asesmen 12 Fungsi pokok 2 : Pengembangan kebijakan 13 Fungsi pokok 3 : Jaminan kualitas pelaksanaan kebijakan 13 Bagian 2. Analisis Data dalam Kontks Kebijakan 14 2.1 Identifikasi masalah prioritas 14 Pengertian masalah prioritas 14 Masalah Kesehatan Ibu 15 Masalah Kesehatan Bayi Baru Lahir 15 Masalah Kesehatan Bayi dan Anak 16 Masalah Program KB 16 Parameter masalah prioritas 16 Metode identifikasi masalah prioritas 17 Analisis situasi 17 Analisis besaran dan tren masalah kesehatan 18 Analisis diferensial masalah kesehatan 20 2.2 Pengembangan solusi 21 Efektifitas suatu solusi 21 Analisis masalah 22 Kemampu-laksanaan suatu solusi 25 2.3 Pelaksanaan solusi 25 Jaminan kualitas pelaksanaan 25 v
  • 7. Monitoring dan evaluasi 26 Bagian 3. Contoh analisis data 27 Contoh analisis besaran : Cakupan pemeriksaan ibu hamil 28 dan persalinan Contoh analisis besaran dan tren : Penolong dan tempat persalinan 29 Contoh analisis besaran dan diferensial : Perilaku menyusui 30 Contoh analisis besaran dan diferensial : akses pelayanan KIA dan perilaku mencuci tangan pakai sabun 31 Contoh analisis besaran, tren dan diferensial: akses pelayanan obstetri emerjensi 32 Contoh analisis diferensial : distribusi bidan di desa 33 Daftar tabel 1.1 Rumusan indikator 8 1.2 Kriteria pemilihan inikator : akademik vs praktis 9 1.3 Kekuatan dankelemahan analisis kuantitatif 10 2.1 Contoh masalah prioritas dalam program KIA-KB 15 2.2 Pertanyaan pokok dalam analisis situasi 18 2.3 Template analisis besaran dan tren status KIA 19 2.4 Template analisis besaran dan tren akses dan kualitas pelayanan KIA 19 2.5 Template analisis besaran dan tren akses pelayanan gizi 20 2.6 Template analisis besaran dan tren akses dan kualitas pelayanan KB 20 2.7 Template analisis diferensial 21 2.8 Solusi efektif masalah kematian ibu menurut bukti hasil kajian 22 2.9 Solusi efektif masalah kematian bayi baru lahir menurut bukti hasil kajian 22 3.1 Menyusui dan pemberian dini makanan kepada bayi menurut propinsi 30 3.2 Akses pelayanan KIA menurut kota-desa dan pendidikan 30 vi
  • 8. Lampiran 1 • Cakupan kunjungan K1 35 • Cakupan kunjungan K4 36 • Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Linakes) 37 • Ibu hamil resiko tinggi / komplikasi yang tertangani 38 • Neonatus resiko tinggi / komplikasi yang tertangani 39 • Cakupan Kunjungan Neonatus (KN1) 40 • Cakupan Kunjungan Bayi 41 • SKDN 42 • Cakupan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) yang ditangani 43 • Cakupan Bayi dan Balita Mendapat Kapsul Vitamin A Sebanyak 2 kali per tahun 44 • Cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet Fe 45 • Bayi yang Mendapat ASI Eksklusif 46 • Vitamin A Nifas 47 • Cakupan Peserta KB Aktif 48 • Komplikasi KB 49 • Kegagalan KB 50 • Cakupan Pelayanan KB pasca salin 51 Lampiran 2 Contoh Pengolahan Data PWS-KIA dengan program Komputer Excel 52 vii
  • 9. Kata Pengantar Puji dan syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, telah berhasil disusun Pedoman Analisis Data yang diharapkan dapat membantu para penanggung jawab dan pengelola program Kesehatan dalam upaya perbaikan pelayanan. Sejalan dengan desentralisasi kesehatan, kebutuhan analisis data terutama yang berhubungan kesehatan ibu dan anak semakin diharapkan. Analisis data diperlukan untuk membantu mengenali masalah prioritas bidang kesehatan, merencanakan suatu pendekatan program yang sesuai, memonitor kemajuan program, dan mengevaluasi manfaat dan dampak program tersebut bagi kesehatan ibu dan anak. Buku ini dirancang sebagai pelengkap Buku Pedoman DTPS (District Team Problem Solving) dalam membantu Kabupaten/ Kota merencanakan program kesehatan ibu dan anak. Kegiatan analisis data terutama diperlukan dalam mengenali masalah prioritas kesehatan. Walaupun ditujukan kepada para penanggung jawab dan pengelola program kesehatan ibu dan anak di kabupaten/ kota, buku ini dapat juga digunakan oleh penanggung jawab program di semua tingkatan. Upaya untuk membuat buku pedoman yang praktis telah dilakukan, tetapi beberapa istilah teknis dan konsep analisis tidak dapat dihindari. Dengan demikian, saran dan masukan masih diperlukan untuk perbaikan Buku Pedoman. Jakarta, September 2007 Penyusun.
  • 10. Pendahuluan 0.1 Latar-belakang Data dan informasi adalah fondasi bagi kebijakan, perencanaan, dan program, dan juga bukti akuntabilitas. Data yang relevan, akurat dan tepat waktu merupakan kebutuhan penyelenggara pelayanan serta masyarakat. dan tidak hanya ahli statistik dan penentu kebijakan saja. Dalam era desentralisasi, pemerintah pusat dan daerah semakin membutuhkan data dan sekaligus kemampuan menggunakan data dalam pengambilan keputusan-keputusan strategik pembangunan. Data diperlukan untuk menilai situasi masalah, menentukan masalah prioritas, mengembangkan kebijakan penanganan masalah, melaksanakan dan memantau pelaksanaan kebijakan, serta mengevaluasi dampak kebijakan terhadap perbaikan kesehatan. Di samping penyediaan berbagai jenis pelayanan, sistem kesehatan mencakup pula sistem data, termasuk : • Sistem Informasi Puskesmas, • Sistem Informasi Rumah Sakit; keduanya mencatat dan melaporkan secara berjenjang data rutin pelayanan dari tempat pelayanan ke tingkat birokrasi yang lebih tinggi di kabupaten, propinsi dan pusat. Sumber data kesehatan lain, mencakup berbagai survei, termasuk : • Survei Demografi-Kesehatan Indonesia (SDKI) yang dilakukan lima tahun sekali sejak tahun 1987, • Survei Sosial-Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan setiap tahun (kecuali tahun dilakukan SDKI) oleh Badan Pusat Statistik, • Survei Kesehatan Rumah Tangga yang dilakukan beberapa kali oleh Departemen Kesehatan melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan yang mengumpulkan data pelayanan kesehatan, termasuk kesakitan dan kematian. Sementara data kesehatan semakin tersedia dan kebutuhan terhadap data semakin meningkat, penggunaan dan pemanfaatan data masih terbatas. Belum optimalnya penggunaan data ini sering dikaitkan dengan masih belum memadainya kualitas data yang tersedia. Data kesehatan di kota/ kabupaten sering kali tidak lengkap, cakupan terbatas (tidak semua fasilitas pelayanan melapor teratur), dan data yang dilaporkan sering kurang akurat. Di pihak lain, penggunaan data belum menjadi budaya perencanaan dan manajemen kebijakan dan program. Situasi belum optimalnya penggunaan data dipengaruhi banyak faktor, diantaranya : • penyajian data kurang komunikatif • pengguna tidak tahu cara terbaik menggunakan data. 1
  • 11. Kemampuan menggunakan data perlu ditingkatkan untuk menumbuh-kembangkan budaya penggunaan data, yang kemudian diharapkan dapat mendorong perbaikan pencatatan dan pelaporan data, sehingga menghasilkan data dengan kualitas yang lebih baik. Sebaliknya, peningkatan kualitas data akan pula menumbuhkan budaya penggunaan data. Dalam upaya meningkatkan penggunaan data dalam perencanaan dan manajemen program, para penanggung jawab dan pengelola program perlu mempunyai kemampuan analisis data, disamping juga pemahaman secara komprehensif terhadap tujuan, strategi dan masalah program kesehatan. Di Indonesia, kesehatan ibu dan anak merupakan masalah kesehatan prioritas, sekaligus masalah strategik pembangunan kesehatan. Atas dasar latar-belakang di atas, buku ini dirancang sebagai pedoman analisis data bagi penanggung-jawab dan pengelola program kesehatan dalam merencanakan dan mengelola Program Kesehatan Ibu dan Anak dan Keluarga Berencana. 0.2 Tujuan Menyediakan pedoman analisis dan penggunaan data bagi penanggung-jawab dan pengelola program kesehatan dalam pengembangan dan perbaikan kebijakan kesehatan ibu dan anak dan keluarga berencana. Lebih spesifik, pedoman ini bertujuan membantu penanggung-jawab dan pengelola program kesehatan dalam: 1. Mengolah dan menyajikan data kesehatan ibu dan anak dan keluarga berencana melalui serangkaian indikator yang telah ditetapkan menurut waktu, geografis, dan pengelompokan sosial ekonomi. 2. Memberikan interpretasi dan makna informasi besaran, tren dan distribusi masalah dalam konteks identifikasi masalah prioritas, pengembangan strategi pemecahan masalah, dan perbaikan kebijakan dan program kesehatan ibu dan anak. 0.3 Sasaran Sasaran Buku Pedoman ini adalah penanggung-jawab dan pengelola Program Kesehatan Ibu-Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB) di Kabupaten/Kota dan Propinsi, selain dapat dimanfaatkan pula oleh pengambil kebijakan kesehatan di pusat dan mereka yang berkepentingan terhadap masalah kesehatan. 0.4 Lingkup Bahasan buku ini membatasi pada serangkaian ukuran atau indikator yang telah disepakati dalam mengukur kemajuan program KIA dan KB. Kesehatan ibu mencakup kesehatan ibu hamil, bersalin, dan nifas; sedangkan kesehatan anak mencakup bayi baru lahir, bayi dan anak usia di bawah lima tahun. Isi Buku Pedoman terdiri atas dua bagian. Bagian pertama menjelaskan konsep dasar, dan bagian kedua menjelaskan prinsip dan langkah analisis data dalam pengembangan kebijakan dan program. Untuk membantu pemahaman, disertakan contoh-contoh analisis data. 2
  • 12. Bagian 1: Konsep dasar 1.1 Data sebagai fondasi kebijakan Pengertian data Data didefinisikan sebagai suatu kumpulan nilai pengamatan pada sampel. Data merupakan ‘informasi faktual’ (ukuran statistik) sebagai dasar perhitungan indikator, dasar penjelasan dan pembahasan. Supaya penggunaan optimal, data perlu relevan, tepat waktu, tidak bias, akurat, dan jelas definisinya. • Relevan berarti sesuai tujuan dan kebutuhan. • Tepat waktu menggambarkan situasi terkini. • Tidak bias dalam arti mewakili parameter populasi. • Data yang akurat berarti valid dan reliabel. • Valid apabila data mengukur sasaran konsep, dan • Reliabel apabila data tetap konsisten mengukur konsep yang sama. Supaya tidak mendua maka sebagai suatu ukuran perlu ketepatan dan kejelasan definisi data. Data hasil pengamatan/ pengukuran perlu diolah menjadi fakta yang relevan/ sesuai kebutuhan yang disebut ‘informasi’, sedangkan hubungan antara berbagai fakta dan informasi yang membentuk suatu ’pengertian’ yang disebut ’pengetahuan’. Proses menjadikan data sebagai informasi dan kemudian menyimpulkan sebagai suatu pengetahuan ini disebut analisis. DATA, INFORMASI, PENGETAHUAN Data Informasi Pengetahuan ‘bahan mentah’ ‘observasi’ ‘fakta’ ‘observasi ‘Hubungan Sekumpulan relevan’ antara fakta’ nilai ‘pengertian’ pengamatan ‘fakta relevan’ Induksi: penyimpulan dari fakta-fakta yang lebih spesifik ke lebih umum Inferensi: penyimpulan dari statistik (sampel) ke parameter (populasi) Analisis data menggunakan cara penyimpulan ‘induktif’ dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum, dan penyimpulan melalui teknik statistik 3
  • 13. ‘inferensial’ dari gambaran data/ statistik pada sampel menjadi parameter/gambaran di ‘populasi’. Contoh logika induktif Kambing mempunyai mata, gajah mempunyai mata, demikian juga singa, kucing dan binatang lain. Dari fakta-fakta ini dapat ditarik kesimpulan yang bersifat umum, yaitu semua binatang mempunyai mata. Dengan logika induktif, kehidupan beraneka ragam dengan berbagai corak dapat direduksi menjadi beberapa pernyataan. Pengetahuan yang dikumpulkan manusia bukanlah koleksi berbagai fakta, tetapi esensi dari fakta-fakta tersebut. Kesimpulan yang bersifat umum mempunyai dua keuntungan: (1) bersifat ekonomis (2) dimungkinkannya penyimpulan lanjut, baik induktif maupun deduktif. Contoh logika deduktif Penyimpulan deduktif mempergunakan pola berfikir: silogismus, yang disusun dari dua buah pernyataan (premis mayor dan premis minor), dan sebuah ’kesimpulan’. Semua mahluk mempunyai mata (Premis mayor) Si Polan adalah seorang mahluk (Premis minor) Jadi si Polan mempunyai mata (Kesimpulan) Benar tidaknya kesimpulan tergantung kepada kebenaran premis yang mendahuluinya dan keabsahan cara penarikan kesimpulan. Ketiganya (informasi, pengetahuan, dan tujuan) bersamaan melandasi suatu keputusan/ kebijakan : o Informasi dengan sifat empirik mendasari kebijakan yang realistik/ praktis, o Pengetahuan dengan sifat ‘generik’ dan logik mendasari kebijakan yang ‘komprehensif’ dan rasional o Tujuan dengan sifat ‘direksi’ membuat kebijakan yang sesuai kebutuhan, bermanfaat, efektif. Suatu kebijakan ‘strategik’ adalah suatu kebijakan yang sesuai kebutuhan, efektif, dan sekaligus mampu-laksana. Suatu kebijakan dapat terlaksana dan berdampak di masyarakat (berhasil, bermanfaat) apabila tersedia ’instruksi’ yang jelas dan mengikat seperti SK, Peraturan, Tupoksi, Pedoman, Juklak, Juknis dan dukungan ’sumber daya’ (tenaga, biaya, sarana/ prasarana) yang dibutuhkan. Kebijakan ini biasanya dirumuskan dalam bentuk ‘strategi’ dan dijabarkan dalam bentuk ‘perencanaan’. Supaya suatu kebijakan berjalan sesuai dengan rencana, perlu dilakukan jaminan kualitas pelaksanaan. Jaminan ini perlu mencakup : 4
  • 14. aspek legal (termasuk UU, peraturan), • aspek kelembagaan (termasuk berbagai sistem seperti ketenagaan, pendidikan dan pelatihan, logistik, infra-struktur, dsb.), • dukungan/ partisipasi masyarakat dan stakeholder lain. INFORMASI, PENGETAHUAN sebagai dasar KEBIJAKAN Empirik/ realistik Generik/ holistik Arah/ direksi INFORMASI PENGETAHUAN TUJUAN KEPUTUSAN/ Strategik KEBIJAKAN KEPUTUSAN/ Perencanaan KEBIJAKAN KELEMBAGAAN INSTRUKSI SUMBER DAYA Asesmen EKSEKUSI Jaminan kualitas Program pelaksanaan Dari (PROSES) •Legal •Kelembagaan KEPUTUSAN •partisipasi HASIL menuju (OUTPUT) M&E EFEK EFEK (OUTCOME) Cara pengumpulan /sumber data Ada dua macam data menurut cara pengumpulan, yaitu: Data tidak rutin (ad hoc), misalnya data pengetahuan dan perilaku kesehatan yang dikumpulkan sewaktu, biasanya melalui survei rumah tangga. Survei ini biasanya dilakukan periodik sekali setahun atau beberapa tahun tergantung kebutuhan dan dinamika program. Data rutin, misalnya data pelayanan yang dikumpulkan rutin/ terus menerus di unit-unit pelayanan kesehatan, termasuk RS dan puskesmas. Data ini biasanya dicatat pada kartu status medik pasien rawat jalan atau rawat inap. Sumber data kesehatan di Indonesia dapat dikelompokkan sebagai berikut: 5
  • 15. Sistem Informasi Pelayanan. Sistem ini mencakup Sistem Informasi Rumah Sakit, termasuk SP2RS (Sistem Pencatatan & Pelaporan Rumah Sakit) dan dan Sistem Informasi Puskesmas, termasuk SP2TP (Sistem Pencatatan & Pelaporan Terpadu Puskesmas) atau SP3 (Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas). Untuk pengumpulan data kesehatan ibu dan anak di tingkat masyarakat, pada tingkat puskesmas diterapkan sistem PWS-KIA (Pemantauan Wilayah Setempat – Kesehatan Ibu dan Anak). Sistem ini mencakup tidak hanya pelayanan di gedung puskesmas tetapi juga pelayanan Bidan Praktek Swasta dan Klinik/ Rumah Bersalin di wilayah kerja puskesmas tersebut. • Sistem surveilans. Sistem ini memantau dan mendeteksi penyakit-penyakit khusus melalui survei teratur prevalensi atau insidensi atau faktor-faktor yang terkait dengan penyakit-penyakit tersebut. Sebagai contoh, surveilans gizi, surveilans polio, surveilans HIV/AIDS, surveilans demam berdarah. Pengolahan data Pengolahan data merupakan salah satu bagian dari rangkaian proses transformasi data menjadi informasi. Data yang terkumpul perlu diolah dan dianalisis menjadi informasi untuk dasar perencanaan, monitoring, dan evaluasi. Proses transformasi data menjadi informasi dapat digambarkan melalui skema langkah di bawah ini: pengumpulan data, pengolahan data, penyajian data, dan analisis data. Penyajian Data Analisis Pengolahan Data Data INFORMASI Pengumpulan Data Pemanfaatan : • Kebijakan • Strategi • Perencanaan DATA • Manajemen Skema 1: Proses Transformasi Data Pada prinsipnya pengolahan data adalah proses meringkas data, dari banyak data yang sudah dikumpulkan, diringkas menjadi serangkaian ukuran atau indikator dan disajikan 6
  • 16. melalui tabel atau grafik ringkas yang mudah dimengerti. Proses ini sering memerlukan perhitungan matematika seperti penjumlahan, perkalian, atau pembagian. Pengolahan data dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai paling sederhana dengan cara manual atau bantuan kalkulator sampai perhitungan dengan bantuan perangkat lunak komputer. Contoh perhitungan melalui perangkat lunak komputer (MsExcel) dapat dilihat pada lampiran. Penyajian data Sebagai bagian dalam proses analisis, data perlu dibedah dan disajikan dalam bentuk indikator-indikator. Penyajian data perlu dirancang sehingga: • Sesuai konteks (misal: kesehatan ibu dan anak) dan lingkup (misal: keluarga miskin), • Mampu bercerita, misal: perubahan menurut waktu, perbandingan antar daerah, • Menampilkan data, ukuran atau indikator dalam berbagai bentuk sesuai tujuan, misal: persentase, estimasi, proyeksi, perbandingan. Banyak cara penyajian, tetapi pilih yang paling sesuai atau paling efektif, dalam arti pesan mudah dimengerti oleh audien atau pengguna. Penyajian dapat berbagai bentuk: teks, grafik, gambar, dan tabel. Periksa elemen baik dan buruk setiap opsi penyajian, dan pilih opsi yang paling sesuai. Dalam merancang penyajian data, serangkaian pertanyaan berikut dapat membantu: • Apa yang ingin anda katakan? • Apakah data membantu bercerita? • Apakah data akurat, tepat waktu? • Kepada siapa anda ingin berkata? • Mengapa anda ingin mengatakan hal tersebut? Penyajian data melalui ’teks’ atau ’narasi’ perlu selektif, dengan memilih data pokok, dan buat sederhana mungkin. Penyajian angka persen perlu dibulatkan, misal angka 35,62% dibulatkan menjadi 36%. Deskripsi angka dibuat sederhana, misal: 1 dalam 3; hampir 1 dalam 5; lebih dari 10,000; .. kurang dari separuh. Indikator Data biasanya disajikan dalam bentuk indikator atau ukuran. Indikator merupakan suatu ukuran tidak langsung, dalam bentuk angka, indeks atau tanda, terhadap suatu kondisi, keadaan, atau peristiwa. Indikator sering pula diartikan sebagai suatu variabel untuk mengukur suatu perubahan atau mengevaluasi suatu keadaan. Indikator mempunyai banyak kegunaan, antara lain: • Memberi gambaran seberapa jauh tujuan program dan sasaran tercapai; 7
  • 17. Memberi motivasi kepada penanggung jawab dan pengelola program atau seseorang untuk bertindak; • Membantu dalam menetapkan prioritas tindakan; dan • Membantu dalam menguji asumsi strategi dan sasaran program sehingga dapat ditemukan strategi yang paling sesuai. Indikator dapat dirumuskan dalam bentuk ’jumlah’, ’rate’, ’rasio’, ’proporsi’ atau ’persentase’. Bentuk mana yang dipakai tergantung kepada tujuan pengukuran dan sifat dari konsep atau kondisi yang diukur. Tabel 1.1. Rumusan indikator Rumusan Penjelasan Contoh Jumlah Angka absolut, sebagai ukuran paling Jumlah kabupaten yang melaporkan peningkatan sederhana alokasi anggaran KIBBLA Tahun 2005-2007 Rate Mengukur frekuensi peristiwa per Angka kematian bayi Tahun 2006 satuan waktu Rasio Membandingkan antara dua angka Rasio jenis kelamin bayi baru lahir Proporsi Membandingkan sebagian terhadap Proporsi jumlah anak balita terhadap jumlah keseluruhan penduduk Persentase Suatu proporsi dikalikan 100 Persentase persalinan yang ditolong Nakes Suatu indikator perlu kejelasan definisi tentang numerator dan denominator; rujukan waktu; dan cakupan geografis. sehingga mempunyai makna dan dapat dibandingkan menurut waktu, tempat dan pengelompokan lainnya, Memilih indikator Memilih indikator merupakan sebuah keputusan kompromistik antara pertimbangan akademik yang ideal di satu pihak dan pertimbangan praktis pengukuran atau mendapatkan data di pihak yang lain. Pertimbangan akademik mencakup validitas, obyektivitas, sensitivitas, dan spesifisitas dari indikator; sedangkan pertimbangan praktis menyangkut kemudahan atau kemampu-laksanaan mengukur. 8
  • 18. Tabel 1.2. Kriteria pemilihan indikator: akademik vs. praktis Pertimbangan akademik Pertimbangan praktis Validitas. Relevan (logis) dengan ’kondisi’/’konsep’ yang diukur; Obyektivitas. Di pihak lain, indikator juga perlu Hasil pengukuran konsisten walaupun diukur oleh orang atau realistik atau praktis dalam arti dalam waktu yang berbeda; mudah atau dapat diukur sesuai dengan keterbatasan sumber daya Sensitivitas. yang ada. Berubah sesuai perubahan kondisi yang diukur; Spesifisitas. Berubah apabila hanya kondisi spesifik (yang diukur) berubah, bukan kondisi yang lain. Keterbatasan indikator Indikator mempunyai keterbatasan, antara lain, hanya menunjukkan besaran atau arah perubahan menurut waktu, tetapi tidak menjelaskan ’mengapa’ terjadi perubahan (kalau ada perubahan). Penjelasan mengapa terjadi perubahan memerlukan dukungan studi kualitatif. Karena sifat ‘komprehensif’ suatu konsep/ kondisi yang diukur di satu pihak, dan sifat ‘parsial’ suatu indikator di pihak yang lain, pengukuran terhadap suatu ‘perubahan’ umumnya memerlukan lebih dari satu indikator (beberapa indikator). Namun perlu dicatat bahwa penggunaan terlalu banyak indikator dapat merepotkan dan membingungkan. Analisis data Analisis data merupakan suatu proses sistematik penggunaan teknik statistik dan penalaran (penggunaan logika) dalam meringkaskan, membandingkan, menjelaskan dan memaknai serangkaian data. Cara analisis Dilihat dari jenis data yang digunakan, analisis perlu menggabung pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Analisis kuantitatif mendasarkan pada data dalam bentuk angka atau angka transformasi, sedangkan analisis kualitatif mendasarkan pada data non-numerik. • Analisis kuantitatif menjawab pertanyaan Apa, dan pro-empirik (fakta)? • Analisis kualitatif menjawab pertanyaan Mengapa, dan pro-fenomenologis? Analisis kuantitatif Analisis kuantitatif digunakan pada berbagai situasi berikut: Pada situasi di mana variabel-variabel dapat diisolasi, dan dapat didefinisikan dengan jelas, baik konseptual maupun operasional. 9
  • 19. Pada situasi di mana variabel-variabel dapat dihubungkan melalui melalui satu atau beberapa hipotesis. Bilamana isu yang akan diteliti atau dianalisis diketahui, sederhana, dan arti tidak mendua. Apabila diperlukan informasi faktual. Apabila kita ingin mengetahui secara umum tentang opini, sikap, kepercayaan, dan/atau preferensi suatu masyarakat. Apabila jumlah responden banyak. Pada situasi yang memerlukan generalisasi. Tabel 1.3 Kekuatan dan kelemahan analisis kuantitatif Kekuatan Kelemahan Objektif: nilai tidak dipengaruhi peneliti Kualitas data berkurang karena sampel besar Konfiden: kredibilitas meningkat Kurang informasi tentang alasan dibalik hasil pengukuran Waktu: data besar dapat dianalisis dalam waktu relatif cepat Terlalu banyak data dapat membingungkan Presentasi: tabel & grafik dapat digunakan Manipulasi kategori bisa kompleks sebagai cara efektif penyajian Sebagai contoh, analisis kuantitatif digunakan untuk menjawab bentuk pertanyaan berikut: • Bagaimana distribusinya? • Berapa nilai rata-ratanya? • Bagaimana peserta menilai tingkat penggunaan dan relevansi dari intervensi? • Bagaimana hubungan antara program dan ukuran perubahan perilaku? • Seberapa kuat hubungan tersebut? • Apakah hasilnya bermakna secara statistik? Analisis kualitatif Analisis kualitatif biasanya digunakan pada situasi berikut: • Memahami fenomena sosial; • Menganalisis masalah dengan fokus pada makna, ide, dan pengalaman; • Menelaah topik baru; mengurai suatu isu yang kompleks; • Melakukan pendekatan holistik; • Meneliti kelompok marjinal; dan 10
  • 20. Menggunakan peneliti sebagai instrumen. Analisis kualitatif membantu kita melihat masalah dari kaca mata masyarakat/ yang diteliti, bukan peneliti. Sebagai contoh, analisis kualitatif digunakan untuk menjawab bentuk pertanyaan berikut. Contoh: • Bagaimana masyarakat mengartikan Narkoba? Mengapa sebagian korban/ penyalah-guna Narkoba datang berobat dan yang lain tidak? • Mengapa sebagian korban penyalah-guna Narkoba mengikuti rekomendasi dokter dan yang lain tidak? Analisis kualitatif juga cocok dipakai pada situasi dimana kita memerlukan pemahaman mendalam tentang suatu program intervensi. Sebagai contoh, analisis kualitatif digunakan untuk menjawab pertanyaan berikut: • Apakah intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana? • Kesulitan apa saja yang dihadapi staf? • Mengapa beberapa peserta drop out sejak awal? • Pengalaman seperti apa yang dikehendaki peserta? • Apakah ada dampak tak terduga pada keluarga dan masyarakat? 1.2 Memahami fungsi pokok Organisasi Kesehatan Organisasi Kesehatan Masyarakat, termasuk Dinas Kesehatan, mempunyai visi dan misi umum berikut: • Visi umum: ’penduduk sehat yang hidup di lingkungan sehat’, dan • Misi ‘umum’: o promosi kesehatan fisik dan mental; o pencegahan penyakit, kecelakaan, dan disabilitas, pengobatan penyakit, dan rehabilitasi penderita penyakit. Untuk menjalankan misi ini, setiap organisasi kesehatan perlu menjalankan tiga fungsi pokok berikut: Tiga fungsi pokok Organisasi Kesehatan 1. Asesmen 2. Pengembangan kebijakan 3. Jaminan kualitas pelaksanaan kebijakan 11
  • 21. 3 Fungsi pokok organisasi kesmas ASESMEN Pengembangan •Analisis situasi Kebijakan •Monitoring & •Strategi evaluasi •Perencanaan Jaminan kualitas pelaksanaan •Legal •Kelembagaan •Partisipasi masyarakat Fungsi pokok 1: Asesmen Dalam memenuhi fungsi pokok pertama ’asesmen’, Dinas Kesehatan perlu teratur dan sistematik mengumpulkan, mengelola, menganalisis, dan menyiapkan data/ informasi situasi kesehatan (masyarakat). Fungsi ini dilakukan dengan melaksanakan kewajiban berikut: • Memonitor status kesehatan • Menyelidiki dan mendiagnosis masalah/ ancaman/ bahaya kesehatan • Mengevaluasi efektivitas, aksesibilitas, dan kualitas pelayanan kesehatan Supaya fungsi asesmen dapat berjalan baik, maka organisasi kesehatan perlu membangun Sistem Informasi Kesehatan, yang mencakup Sistem Informasi Rutin Pelayanan (basis Rumah Sakit, basis Puskesmas), survelans, survei dan studi kesehatan dan penyakit. Situasi kesehatan masyarakat mencakup status kesehatan (kematian, kesakitan, kecelakaan, disabilitas, gizi), perilaku kesehatan (pencarian pelayanan, perilaku ‘berisiko’), akses dan kualitas pelayanan, kualitas lingkungan hidup, sistem kesehatan, dan kebijakan kesehatan. Muara: status kesehatan Ukuran status kesehatan mencakup kematian, gizi, morbiditas/ disabilitas. Akses/ kualitas pelayanan, perilaku masyarakat dan lingkungan hidup saling terkait mempengaruhi status kesehatan. Sedangkan aspek legal dan kelembagaan/ sistem menentukan keberhasilan program pelayanan dalam memperbaiki akse dan kualitas pelayanan. Faktor sosial-ekonomi dan budaya melatar-belakangi situasi kesehatan masyarakat. 12
  • 22. Situasi kesehatan ks d te -bu n k Ko ose Legal/ Kebijakan S Sistem/ kelembagaan Perilaku masyarakat Akses & kualitas •Pencarian pelayanan pelayanan •Perilaku ‘berisiko’ Status kesehatan Lingkungan hidup •Kematian, gizi, morbiditas/ disabilitas Fungsi pokok 2: Pengembangan kebijakan Upaya perbaikan status kesehatan dirancang melalui fungsi pokok kedua ‘pengembangan kebijakan’. Kebijakan kesehatan perlu: • Mendasarkan pada pengetahuan/ ilmiah dan bukti/ data/ fakta • Komprehensif mempertimbangkan semua aspek penting terkait, dan • Berorientasi pada kepentingan publik/ manfaat bagi masyarakat banyak. Pengembangan kebijakan perlu mendasarkan pada pengetahuan dan bukti supaya lahir suatu kebijakan yang relevan dan berorientasi pemecahan masalah. Suatu kebijakan perlu pula komprehensif mempertimbangkan semua aspek penting terkait sehingga kebijakan tersebut dapat dilaksanakan melalui kelembagaan yang ada dan diterima masyarakat. Suatu kebijakan perlu beorientasi pada kepentingan publik dan memberi manfaat bagi masyarakat banyak sehingga efektif. Pengembangan kebijakan/ strategi/ perencanaan yang mendasarkan pada ’data’ dan melalui pendekatan tim yang mewakili stakeholder terkait merupakan esensi pendekatan DTPS (District Team Problem Solving). Fungsi pokok 3: Jaminan kualitas pelaksanaan kebijakan Selanjutnya, fungsi pokok ketiga ‘jaminan kualitas pelaksanaan kebijakan’ diperlukan supaya kebijakan/ strategi/ perencanaan kesehatan yang telah dikembangkan dapat diterjemahkan menjadi program rutin pelayanan yang berdampak terhadap perbaikan status kesehatan. Seperti telah disebut di bagian awal, jaminan kualitas pelaksanaan ini mencakup aspek legal (UU, peraturan), kelembagaan/ sistem yang memadai, dan dukungan/ partisipasi masyarakat. 13
  • 23. Bagian 2: Analisis Data dalam Konteks Kebijakan Analisis data dalam konteks kebijakan merupakan suatu proses sistematik menggunakan data dengan tujuan bertahap, masing-masing dengan jenis analisis tersendiri: 1. Identifikasi masalah prioritas 2. Pengembangan solusi masalah yang dianggap efektif dan kos-efektif. 3. Uji solusi. Identifikasi masalah prioritas dilakukan melalui analisis situasi, termasuk besaran, tren dan diferensial; pengembangan solusi melalui analisis masalah dan kelembagaan; sedangkan uji solusi dilakukan melalui monitoring dan evaluasi. Solusi dimaksudkan sebagai kebijakan, strategi atau perencanaan. Analisis data dalam konteks kebijakan Analisis Hasil Tujuan Analisis situasi: Prioritas Identikasi masalah prioritas besaran, tren, masalah diferensial •Analisis masalah Solusi efektif, Pengembangan •Analisis mampu laksana solusi kelembagaan Pembelajaran, Uji solusi Monitoring & perbaikan solusi evaluasi 2.1 Identifikasi masalah prioritas Pengertian masalah prioritas Masalah prioritas yang dimaksudkan sebagai hal atau kondisi spesifik yang mengancam atau membahayakan kesehatan, termasuk antara lain: penyakit, gangguan, komplikasi, kecelakaan, polusi, dan sebagainya yang perlu ditanggulangi, dalam arti dihilangkan atau dikurangi. Di dalam program, masalah prioritas merupakan masalah yang perlu dihilangkan/ dikurangi besaran dan/ atau fatalitasnya. Berikut sebagai contoh masalah prioritas dalam program KIA-KB: 14
  • 24. Tabel 2.1 Contoh masalah prioritas dalam program KIA-KB Ibu Maternal Bayi Baru Lahir Bayi dan Anak KB Perdarahan Bayi berat lahir rendah Ispa/ Pnemonia Kehamilan tidak diinginkan Infeksi Asfiksia Diare Eklamsia Hipotermia Gizi Aborsi tak-aman Masalah kesehatan ibu Pada contoh di atas, masalah prioritas kesehatan ibu mencakup fatalitas kasus komplikasi perdarahan, infeksi dan kemudian eklamsia. Sekitar 10% sampai 15% bumil, bulin dan bufas akan mengalami komplikasi maternal, termasuk perdarahan, infeksi atau eklamsia. Mereka dengan komplikasi ini akan meninggal apabila tidak tepat waktu menerima pelayanan obstetri emerjensi yang berkualitas di rumah sakit. Supaya kasus komplikasi maternal terselamatkan, sistem pelayanan kesehatan ibu perlu mampu tepat waktu memberikan pelayanan obstetri emerjensi yang berkualitas kepada semua ibu dengan komplikasi maternal. Sesuai dengan sistem pelayanan kesehatan di Indonesia yang berjenjang, maka penurunan atau penghindaran kematian ibu hanya dapat terjadi apabila: • Sistem pelayanan kesehatan di desa/ masyarakat mampu mendeteksi dini setiap kasus komplikasi maternal yang timbul; • Sistem rujukan pelayanan mampu merujuk aman tepat waktu setiap kasus komplikasi maternal dari desa ke rumah sakit; • Sistem pelayanan obstetri emerjensi di rumah sakit mampu menangani tepat waktu dan adekuat setiap kasus komplikasi maternal. Berdasarkan ketiga sistem diatas maka tantangan program penyelamatan ibu hamil, bulin dan bufas adalah bagaimana membuat ketiga sistem tersebut berjalan optimal. Distribusi dan kompetensi bidan di desa dan Puskesmas menentukan optimasi sistem deteksi dini kasus komplikasi maternal di desa/ masyarakat dan sistem rujukan kasus komplikasi ke rumah sakit. Sebagian Puskesmas perlu mampu menyediakan pelayanan obstetri neonatal emerjensi dasar (PONED). Distribusi rumah sakit yang siap 24 jam dengan PONEK (pelayanan obstetri neonatal emerjensi komprehensif) menjamin pelayanan adekuat tepat waktu. Setiap kabupaten diharapkan mempunyai paling sedikit satu PONEK dan empat PONED. Masalah kesehatan bayi baru lahir Masalah prioritas kesehatan bayi baru lahir di Indonesia adalah bayi berat lahir rendah (BBLR), asfiksia, dan hipotermia. Ketiganya sebagai penyebab utama kematian bayi baru lahir. Dengan demikian strategi program kesehatan bayi baru lahir perlu diarahkan supaya mampu mencegah kejadian dan/ atau mengurangi fatalitas kasus tersebut. Tantangan program kesehatan bayi baru lahir adalah upaya mengembangkan strategi 15
  • 25. pencegahan kasus dan penurunan fatalitas kasus BBLR, asfiksia dan hipotermia yang cocok dengan situasi setempat. Masalah kesehatan bayi dan anak Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dan diare masih sebagai penyebab utama kematian bayi dan anak. Kasus dan fatalitas kedua penyakit ini meningkat dengan semakin memburuknya status gizi. Strategi program kesehatan anak perlu diarahkan untuk mencegah dan/ atau menurunkan fatalitas Ispa, diare dan gangguan gizi. Kejadian Campak sering terkait dengan Ispa. Tantangan program adalah upaya mengembangkan strategi pencegahan dan penanggulangan Ispa dan diare yang cocok dengan situasi setempat. Masalah program KB Kehamilan yang tidak diinginkan sebagai masalah prioritas kesehatan reproduksi. Salah satu pesan kunci kesehatan reproduksi adalah setiap kehamilan diinginkan. Supaya kehamilan sehat, proses reproduksi harus sehat dan kehamilan diinginkan oleh ibu yang bersangkutan. Ibu dengan kehamilan tidak diinginkan cenderung tidak merawat kehamilannya dan sebagian dari mereka tidak jarang berupaya menghentikan kehamilannya (melalui aborsi sengaja). Aborsi sengaja tanpa alasan medis merupakan tindakan melanggar hukum, sehingga aborsi umumnya dilakukan dengan sembunyi, dengan cara tidak aman oleh tenaga tidak trampil. Aborsi tidak aman ini berisiko kesakitan dan bahkan kematian. Program KB membantu perempuan usia reproduksi mengatur kehamilannya, sehingga setiap kehamilan aman fisik dan psikis. Kehamilan perlu persiapan dan kesiapan fisik dan mental. Strategi program KB diarahkan supaya kontrasepsi yang sesuai menjangkau dan terjangkau oleh ibu/ perempuan yang berpotensi hamil tetapi tidak ingin hamil. Perempuan/ ibu yang berpotensi hamil tetapi tidak menggunakan kontrasepsi berpeluang mengalami kehamilan tidak diinginkan. Parameter masalah prioritas Prioritas suatu masalah umumnya ditentukan melalui serangkaian parameter, yang mencakup antara lain: • Besaran masalah, • Fatalitas dan implikasi masalah, • Kemudahan penanganan masalah. Besaran ini menunjukkan seberapa banyak/ besar anggota masyarakat yang tersangkut masalah ini. Semakin besar/ luas suatu masalah semakin tinggi prioritas masalah tersebut. Tidak hanya besaran, tetapi fatalitas/ implikasi negatif dan kemudahan penanganan dari masalah menentukan prioritas tidaknya suatu masalah. Semakin besar besaran, semakin besar fatalitas/ implikasi negatif dan semakin mudah penanganan, semakin tinggi prioritas suatu masalah. 16
  • 26. Besaran masalah diukur melalui ukuran prevalensi atau insidensi. Prevalansi untuk penyakit/ peristiwa berdurasi panjang, sedangkan insidensi untuk penyakit/ peristiwa berdurasi pendek. Ukuran prevalensi atau insidensi dapat berbentuk rate atau proporsi. Fatalitas suatu kasus diukur melalui angka fatalitas kasus (case fatality rate) yang menunjukkan jumlah kasus yang meninggal per jumlah kasus/ penderita. Sebagai contoh, misal angka fatalitas kasus komplikasi perdarahan pasca-persalinan di rumah sakit A dilaporkan 10%, berarti dari semua kasus komplikasi pasca persalinan di rumah sakit tersebut 10% di antaranya meninggal. Sedangkan implikasi suatu masalah dapat mencakup implikasi negatif sosial, ekonomi dan kesehatan. Semakin besar implikasi suatu masalah semakin tinggi prioritas. Semakin mudah penanganan, dalam arti terjangkau oleh sumber daya dan teknologi yang tersedia semakin prioritas masalah tersebut. Metode identifikasi masalah prioritas Proses identifikasi masalah prioritas seyogyanya dilakukan melalui analisis situasi masalah oleh Tim Perencanaan/ Tim DTPS Kabupaten. Supaya Tim berperan dan berfungsi optimal, keanggotaan Tim perlu mewakili berbagai sektor terkait, dan setiap anggota memahami konsep kebijakan kesehatan dan memahami peran dan tanggung jawab masing- masing sektor yang diwakilinya dalam pengembangan dan pelaksanaan kebijakan kesehatan. Analisis situasi Analisis situasi berupaya memetakan situasi masalah yang mencakup besaran, tren, dan diferensial dalam status kesehatan, perilaku kesehatan, akses dan kualitas pelayanan, dan faktor terkait yang melatar-belakangi. Analisis perlu menjawab serangkaian pertanyaan pokok situasi masalah kesehatan. Dalam menjawab pertanyaan tersebut, analisis memadukan kedua pendekatan berikut: • Menggunakan kerangka teori/ konsep analisis program yang relevan sebagai dasar logika/ rasionalitas penyimpulan; dan • Memanfaatkan data yang relevan dari berbagai sumber, termasuk sistem informasi pelayanan, survei rumah tangga, dan sumber lain. Kerangka teori/konsep analisis program menjelaskan esensi tujuan dan strategi kebijakan/ program serta ukuran-ukuran keberhasilan program. Data perlu diolah dan disapkan dalam bentuk indikator atau ukuran yang baku, yang disajikan bentuk tabel atau gambar/ grafik yang komunikatif. Analisis bukan membaca data, tetapi menjawab pertanyaan program dengan menggunakan konsep dan data yang relevan sebagai dasar jawaban. Alur analisis jangan terjebak dari satu data ke data lainnya yang sifatnya ‘parsial’, tetapi dikemas tematik sesuai dengan tujuan dan strategi program. Data-data/ indikator-indikator dikelompokkan menurut tema, dan data-data yang terkait dalam satu tema masuk dalam kelompok yang sama. 17
  • 27. Tabel 2.2. Pertanyaan pokok dalam analisis situasi Analisis Pertanyaan pokok Besaran dan tren masalah Bagaimana besaran masalah tersebut, perilaku terkait, akses dan kualitas pelayanan terkait? Apakah tren masalah tersebut membaik, menetap, atau memburuk? Faktor apa saja yang melatar-belakangi? Diferensial/ ketimpangan Bagaimana distribusi/ perbedaan masalah tersebut menurut: gender, kota- masalah pedesaan, geografis/ administratif, kaya-miskin? Faktor apa saja yang melatar-belakangi? Analisis besaran dan tren masalah kesehatan Analisis besaran dan tren masalah dilakukan sebagai bagian dari analisis situasi masalah kesehatan. Analisis berupaya menjawab serangkaian pertanyaan seperti contoh berikut: Pertanyaan dalam analisis besaran dan tren masalah • Masalah kesehatan apa (yang mana) yang kita hadapi? • Seberapa besar masalah kesehatan tersebut? Seberapa beda dengan besaran nasional/ daerah lain? • Bagaimana tren masalah tersebut dalam lima tahun terakhir? Apakah membaik, menetap atau memburuk? • Mengapa angka-angka masalah tersebut membaik, menetap atau memburuk? • Faktor apa saja yang melatar-belakangi besaran, tren dan diferensial masalah tersebut? Masalah KIA-KB diukur melalui serangkaian indikator sesuai kebutuhan (Lihat Daftar dan definisi indikator pada Lampiran). Indikator lain dapat dikembangkan sesuai kebutuhan dan kondisi lokal. Indikator perlu disiapkan dan disajikan ringkas melalui tabel dan/ atau grafik sesuai kebutuhan analisis. Berikut Template penyiapan data/ indikator untuk analisis besaran dan tren (Lihat Tabel 2.3; 2.4; 2.5 dan 2.6). Analisis menilai besaran dan tren masalah KIA dan KB dari waktu ke waktu (dari Tahun X-3, X-2, X-1, sampai X). Tabel 2.3 merupakan template penyiapan indikator status kesehatan ibu dan anak menurut waktu. Status kesehatan diukur melalui tingkat kematian, status gizi, dan morbiditas/ kesakitan. 18
  • 28. Tabel 2.3 Template analisis besaran dan tren status KIA Indikator Th X-3 Th X-2 Th X-1 Th X Jumlah kematian ibu/ bayi baru lahir/ bayi/ balita Jumlah kematian ibu/ bayi baru lahir/ bayi/ balita menurut penyebab kematian Jumlah Bumil dengan KEK Data SKDN • D/S x 100% • N/D x 100% • N/D x 100% %BBLR % persalinan dgn komplikasi di RS Tabel 2.4 merupakan template penyiapan indikator akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak menurut waktu. Akses dan kualitas pelayanan diukur melalui cakupan pelayanan, jumlah tenga dan kompetensi. Tabel 2.4. Template analisis besaran dan tren akses dan kualitas pelayanan KIA Indikator Th X-3 Th X-2 Th X-1 Th X • Jumlah dan distribusi tenaga kesehatan (bidan, dokter, SpOG, SpA) • Jumlah dan distribusi sarana kesehatan (Polindes, Poskesdes, PONED, PONEK) • Jumlah peralatan (Bidan kit, PONED kit, Bank Darah, OK) • Jumlah dukun (terlatih / tidak) • Jumlah kader • Jumlah desa dengan BdD tinggal di desa • Jumlah & sumber anggaran KIA-KB • Kualitas tenaga kesehatan (“Uji kompetensi”, Standarisasi KB, LSS, PONED) • % ibu dengan Imunisasi TT • % ibu dengan Imunisasi HBO •% K 1 •% K 4 • % Linakes • % K Nifas • % K Neonatal • % Penanganan Komplikasi Obstetri • % Penanganan Komplikasi Neonatal • % persalinan dengan operasi Cesar 19
  • 29. Tabel 2.5 merupakan template penyiapan indikator akses pelayanan gizi menurut waktu. Akses pelayanan gizi diukur melalui cakupan suplementasi vitamin A, zat besi, dan ASI. Indikator yang lain dapat saja dikembangkan sesuai kebutuhan dan ketersediaan data. Tabel 2.5. Template analisis besaran dan tren akses pelayanan gizi Indikator Th X-3 Th X-2 Th X-1 Th X • % Vit A Nifas • % Vit A Bayi & Balita • % Fe Bumil • % bayi menerima ASI s/d 6 bulan Tabel 2.6 merupakan template penyiapan indikator akses dan kualitas pelayanan KB menurut waktu. Akses pelayanan dan kualitas pelayanan KB diukur melalui angka perseta KB aktif, angka kegagalan, angka cakupan pelayanan KB pasca-salin. Tabel 2.6. Template analisis besaran dan tren akses dan kualitas pelayanan KB Indikator Th X-3 Th X-2 Th X-1 Th X • % Peserta KB Aktif (CPR) • % Komplikasi KB • % Kegagalan KB • % Cakupan pelayanan KB pasca salin Analisis diferensial masalah kesehatan Analisis diferensial bertujuan menilai ketimpangan masalah kesehatan menurut sosial-ekonomi, termasuk gender, daerah, kota-pedesaan, pendidikan, dan kaya-miskin. Berikut contoh pertanyaan-pertanyaan yang dapat dikembangkan dan perlu dijawab dalam analisis diferensial. Template penyiapan data untuk analisis diferensial adalah sebagai berikut (Lihat Tabel 2.7). Pertanyaan dalam analisis diferensial • Bagaimana perbedaan/ distribusi masalah kesehatan menurut gender, daerah, kota-desa, dan kaya-miskin? • Masalah kesehatan yang mana yang paling timpang distribusinya? Variabel mana yang paling menentukan diferensial? • Apa makna/implikasi diferensial-diferensial tersebut terhadap program? 20
  • 30. Tabel 2.7. Template analisis diferensial Indikator* Faktor diferensial Status kesehatan Perilaku kesehatan Akses dan kualitas pelayanan Jenis kelamin • Laki-laki • Perempuan Pendidikan ayah/ibu • Rendah • Tinggi Tempat tinggal • Kota • Pedesaan Kaya-miskin • Kuintil 1 • Kuintil 2 • Kuintil 3 • Kuintil 4 • Kuintil 5 *Lihat daftar indikator KIA-KB 2.2 Pengembangan solusi Setelah masalah prioritas teridentifkasi, langkah berikut proses perencanaan adalah pengembangan solusi. Pengembangan ini dilakukan melalui analisis masalah berupaya menemukan berbagai solusi alternatif yang strategik. Suatu solusi strategik mempunyai karakteristik efektif dan mampu-laksana. • Efektif, berarti mampu menghilangkan atau mereduksi masalah prioritas • Mampu laksana, berarti arti kos-efektif sekaligus praktis. Kos-efektif dimaksudkan hasil sepadan dengan biaya yang dikeluarkan. Sedangkan mampu-laksana berarti dapat dilaksanakan dalam konteks kapasitas kelembagaan penyelenggara pelayanan (termasuk sumber-daya dan teknologi) dan dapat diterima masyarakat atau sesuai dengan sosial-ekonomi dan budaya masyarakat. Efektivitas suatu solusi Efektivitas suatu solusi dapat dinilai melalui bukti (evidence) yang ditunjukkan berbagai penelitian/ kajian dan/ atau pengalaman sebelumnya. Bukti-bukti ini sebisa mungkin dicari dari kajian di daerah/ negara kita atau paling tidak di negara lain dengan karakteristik seperti negara kita. Tabel 2.8 berikut menyajikan solusi alternatif yang efektif berdasarkan hasil penelitian. 21
  • 31. Tabel 2.8. Solusi efektif masalah kematian ibu menurut bukti hasil kajian Penyebab kematian ibu Intervensi strategik berdasar bukti Perdarahan berat 24% Manajemen aktif kala tiga Eklampsia MgSO4 Tetanus toxoid Infeksi 15% Persalinan bersih Imunisasi Suplemen besi Penyebab penyebab tidak langsung 20% Pemeriksaan intermiten & pengobatan malaria Terapi antiretroviral HIV/AIDS Penyebab penyebab langsung lainnya 8% Manajemen kehamilan ektopik Emboli; anestesi ber hubungan dengan kematian Persalinan terhambat 8% partogram Aborsi tidak aman 13% KB dan perawatan pasca aborsi Sumber: Marjorie Koblinsky, Current realities in Safe Motherhood – Improving Maternal and Newborn Health: Strategies and Issues Tabel 2.9. Solusi efektif masalah kesehatan bayi baru lahir menurut bukti hasil kajian penyebab utama kematian Intervensi strategik berdasar bukti neonatal Infeksi32% Tetanus toxoid, immunization pada ibu, persalinan bersih, Tetanus, sepsis, infeksi perawatan mata, pemberian asi dini, antibiotika pernapasan, diare Asfixia saat lahir and injury 29% Warming and resusitasi Congenital abnormaliti10% Pengendalian sifilis, suplementasi folat Komplikasi permatur 24% Pencegahan prematur dg penjarangan kehamilan, nutrisi maternal, malaria control, kangaroo care Lain lain 5% BBLR adalah kontributor bermakna terhadap kematian neonatal 40-70% Analisis masalah Selanjutnya analisis masalah dilakukan untuk menentukan lebih spesifik masalah mana dan di tingkat apa solusi atau intervensi akan diterapkan. Masalah-masalah hasil analisis situasi ini perlu dikemas/ diposisikan melalui suatu diagram pohon masalah sedemikian rupa sehingga tampak mana masalah pokok/ prioritas, dan mana masalah akibat dan mana masalah penyebab. Diagram pohon masalah membantu mengidentifikasi masalah prioritas yang perlu dihilangkan atau dihindari, dan masalah-masalah strategik yang layak intervensi. Suatu masalah dianggap strategik bilamana masalah tersebut relatif mudah dintervensi dan dampak intervensi bermuara terhadap pemecahan masalah prioritas. 22
  • 32. CONTOH : DIAGRAM MASALAH ATAU POHON MASALAH AKIBAT MORBIDITAS MORBIDITAS INFERTILITAS KRONIS MATERNAL MATERNAL ABORSI TIDAK AMAN TIDAK PAKAI ABORSI KONTRASEPSI DILARANG MODERN KONTRASEPSI KEPERCAYAAN MODERN TIDAK TRADISIONAL TERSEDIA MENENTANG PENG- GUNAAN KONTRASEPSI MODERN SEBAB CONTOH : DIAGRAM UNTUK MENCAPAI TUJUAN HASIL MORBIDITAS PERBAIKAN MORBIDITAS KRONIS FERTILITAS MATERNAL MATERNAL WANITA MUDA MENURUN MENURUN ABORSI TIDAK AMAN BERKURANG ABORSI LEGAL KONTRASEPSI PADA KEADAAN MODERN TERTENTU DIGUNAKAN KONTRASEPSI BERKURANGNYA MODERN KEPERCAYAAN TERSEDIA TRADISIONAL MENENTANG PENGGUNAAN KONTRASEPSI PROGRAM MODERN 23
  • 33. Contoh Analisis Masalah Kematian ibu maternal PONED/ Deteksi dini Kasus PONEK tanda perdarahan belum optimal perdarahan belum optimal Rujukanberjalan kurang baik Masalah yang berdasarkan bukti dan strategis Masalah yang berdasarkan bukti dan strategis Masalah yang berdasarkan bukti dan strategis Contoh Analisis Masalah Kematian pnemonia Rumah Sakit/ MTBS belum Kasus Pusk-Rujukan optimal pnemonia belum optimal Rujukan berjalan kurang baik Masalah yang berdasarkan bukti dan strategis Masalah yang berdasarkan bukti dan strategis Masalah yang berdasarkan bukti dan strategis 24
  • 34. Kemampu-laksanaan suatu solusi Kemampu-laksanaan atau kepraktisan berbagai solusi alternatif dapat dinilai melalui analisis kelembagaan. Analisis ini yang sering disebut dengan analisis SWOT (strengths = kekuatan, weaknesses = kelemahan, opportunities = peluang, dan threats= ancaman) menilai sejauh mana kapasitas suatu lembaga dalam menyelenggarakan pelayanan dan penerimaan masyarakat dalam menyambut pelayanan. Analisis kelembagaan berfokus pada dua hal: • Kekuatan dan kelemahan penyelenggaraan program kesehatan yang mencakup kebijakan dan berbagai sistem penting kesehatan, termasuk fasilitas pelayanan, ketenagaan, logistik, data, sarana dan pra-sarana, dan seterusnya; • Peluang dan ancaman di masyarakat dalam konteks sosial-ekonomi dan budaya, termasuk pendidikan. 2.3 Pelaksanaan solusi Setelah solusi dikembangkan, langkah berikutnya adalah melaksanakan atau menguji solusi tersebut di lapangan. Solusi yang mau dilaksanakan dijabarkan dalam bentuk perencanaan atau rencana tindakan. Sebagai suatu dokumen, perencanaan suatu program memuat tujuan di berbagai tingkatan, strategi pencapaian masing-masing tujuan, kegiatan- kegiatan pokok sebagai penjabaran strategi, mekanisme jaminan kualitas pelaksanaan, dan ukuran atau indikator kemajuan dan keberhasilan program, termasuk mekanisme monitoring dan evaluasi. Jaminan kualitas pelaksanaan Mekanisme jaminan kualitas pelaksanaan merupakan hal penting guna menjamin bahwa strategi dan kegiatan berjalan sesuai rencana. Supaya suatu program dapat berjalan sesuai rencana diperlukan dukungan di semua tingkatan, termasuk aspek legal dan kebijakan, kapasitas kelembagaan, dan partisipasi masyarakat. Dukungan legal termasuk undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan daerah, surat keputusan, dan/ atau aturan lain yang mengikat dan dapat diterima stakeholders terkait. Kapasitas kelembagaan yang memadai diperlukan supaya suatu kebijakan dan perencanaan dapat diterjemahkan menjadi program rutin yang bersentuhan langsung dengan masyarakat sasaran. Kapasitas kelembagaan ini termasuk kejelasan penanggung jawab program, kepemimpinan, dan berbagai sistem terkait, termasuk ketenagaan, logistik komoditas esensial, dan infra-struktur. Supaya program efektif mencapai tujuan, masyarakat sebagai sasaran program perlu menyambut pelayanan. Komunikasi teratur tentang program kepada masyarakat perlu dilakukan. 25
  • 35. Monitoring dan evaluasi Monitoring dan evaluasi merupakan serangkaian kegiatan: (1) mencari cara memperbaiki output dan dampak program, (2) menggunakan pengalaman sebagai dasar perbaikan program mendatang. Monitoring dan evaluasi membantu pengelola dan penanggung jawab program menggunakan informasi sebagai dasar dalam meningkatkan efektivitas dan kos-efektivitas program. Monitoring dapat didefinisikan sebagai kegiatan pengumpulan dan analisis periodik sekumpulan indikator terpilih dengan tujuan: (a) Menilai sejauh mana rencana kegiatan pokok dilaksanakan, dan (b) Menilai sejauh mana kegiatan tersebut berpengaruh terhadap kelompok sasaran. Sedangkan evaluasi merupakan keluasan monitoring yang memanfaatkan pula data dari berbagai sumber di luar program dan bertujuan menilai dampak dan kelangsungan suatu program. Nilai monitoring dan evaluasi adalah penggunaan sekumpulan indikator dalam mengenali masalah, melakukan tindakan koreksi, mengukur pencapaian target, dan menilai tren situasi. Kesemua ini diperlukan sebagai dasar perencanaan program mendatang. Karakteristik utama monitoring dan evaluasi adalah sebagai berikut: Sebagai bagian tidak terpisahkan dari suatu program, Suatu proses teratur, sistematik menilai pencapaian tujuan umum dan tujuan khusus program, Sebagai alat pendukung, tidak hanya memonitor pencapaian, tetapi juga menjaga supaya kegiatan program tetap berorientasi manfaat bagi masyarakat sasaran, Membantu mengenali strategi mana yang efektif dan yang mana yang tidak. 26
  • 36. Bagian 3. Contoh analisis data Berikut merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam analisis data: Tip analisis data Terus mengajukan pertanyaan tentang kebijakan dan program: apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana? Menentukan hal-hal penting yang ditunjukkan oleh data. Mengidentifikasi tema-tema atau isu-isu analisis. Pilah data menurut tema sehingga suatu tema didukung data-data yang saling terkait. Tuliskan pernyataan singkat untuk setiap tema. Menentukan pola atau tren masalah. Berikan makna dan penjelasan. Membandingkan dan mengontraskan berbagai data dari berbagai sumber: sistem informasi manajemen pelayanan, survei, laporan/ dokumen, dan sektor lain. Kembangkan suatu peta konsepsi masalah. Telaah, periksa dan tarik makna keterkaitan berbagai data. Periksa apakah hasil berbeda dengan yang diharapkan? Jelaskan! Berikan indikasi aksi atau tindakan apa yang dapat dilakukan. Contoh analisis besaran :cakupan pemeriksaan ibu hamil dan persalinan Pemeriksaan ibu hamil sangat berperan dalam menjaga kesehatan ibu sejak dari awal kehamilan sampai pada masa persalinan dan juga menjamin kesehatan janin serta bayi yang akan dilahirkan. Tercapainya kesehatan yang optimal pada ibu hamil akan memperbesar kemungkinan bayi lahir dengan berat badan normal dan memperkecil risiko komplikasi kehamilan dan persalinan, termasuk juga gangguan pertumbuhan janin. Contoh indikator indikator berikut temasuk : %K1 dan K4, %TT2, %Fe3 dan %persalinan - nakes jumlah kematian ibu. Dalam hal ini kualitas program kesehatan diukur berdasarkan cakupan pemeriksaan ibu hamil dan pertolongan persalinan. Berdasarkan data dibawah ini kualitas pelayanan ibu hamil di suatu kabupaten belum memuaskan. Data cakupan pelayanan pada tahun yang bersangkutan menunjukkan bahwa tidak ada kesesuaian antara pencatatan pada hasil pemeriksaan ibu hamil (K4) dengan cakupan imunisasi TT. Begitu juga antara K4 dengan hasil pemberian tablet Tambah darah 27
  • 37. (Fe3). Selain itu cakupan persalinan nakes yang lebih tinggi dari cakupan pemeriksaan ibu hamil (K4). Dalam melakukan analisis kita dapat mengajukan pertanyaan : • Darimana sumber data diperoleh? • Siapa saja yang terlibat dalam menghimpun data tersebut? • Apa yang menjadi dasar untuk perhitungan denominator (penyebut) ? • Apakah data yang tersedia dapat dipergunakan? • Apakah penerapan kebijakan kesehatan ibu dalam pemeriksaan ibu hamil (K4 :1-1-2) sudah mencakup TT dan Fe? • Apakah data persalinan nakes merupakan persalinan oleh bidan yang sudah dilatih APN? • Apakah yang menjadi latarbelakang %persalinan nakes menjadi lebih tinggi dari %K4? Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sebagian ibu hamil yang memeriksa kehamilan tidak melakukan persalinan pada nakes. • Apakah distribusi tablet besi lancar? • Bagaimana koordinasi antar program? (masih banyak pertanyaan yang bisa diajukan untuk menganalisis data dibawah ini) Tabel 1. b: Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu , Bayi Baru Lahir, Bayi dan Balita INDIKATOR PENCAPAIAN PENCAPAIAN KET Tahun 2005 Tahun 2006 1 2 3 4 a. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru lahir: - ANC: 33500 (64,31 %) -K1 35476 (68,4 %) -K4 29764 (57,14 %) 31303 (60,3 %) - TT 1 37338 (71,68 %) 35782 (69,1 %) - TT 2 / TT Ulang 33955 (65,18 %) 33454 (64,6 %) - Fe 1 35229 (67,63 %) 35804 (69,1 %) - Persalinan Nakes 24270 (46,59 %) 26040 (79,3 %) - Fe 3 29902 (57,40 %) 27067 (52,2 %) - N 1 ( KN 1) 31045 (63,85 %) 30181 (73,4 %) - N 2 ( KN 2) 29459 (60,59%) 29207 (70,9 %) - Kapsul Vit A Nifas 26397 (52,42 %) 27568 (59,3 %) - Bumil Risti di Rujuk 82 (1,32 %) 376 (6,8 %) - Bumil Risti Diteksi 6251 (11,96 %) 5515 - Bumil Risti di rujuk dan 121 (0,23 %) 240 (0,5 %) ditangani - Neonatal Risti diteksi 478 1338 - Neonatal Risti Dirujuk 31 (6,49 %) 171 (12,8 %) - Neonatal Risti di Rujuk dan 478 (16,32 %) 1273 (95,1 %) ditangani 28
  • 38. Contoh analisis besaran dan tren: Penolong dan tempat persalinan Persalinan di tempat yang higienis oleh tenaga trampil merupakan situasi harapan dalam program penyelamatan ibu hamil, bersalin, dan nifas. Contoh penyajian berikut menunjukkan besaran dan tren % persalinan menurut penolong (trampil, tidak trampil) di rumah dan di fasilitas pelayanan dari tahun 1996 ke 1999 di Indonesia. Persentase persalinan oleh tenaga kesehatan meningkat, walaupun masih banyak persalinan ditolong oleh tenaga tak trampil. Pertanyaan dalam analisis adalah seberapa jauh tenaga kesehatan ini (bidan di desa dan yang lain) ini dapat dianggap ’trampil’. Perlu dicatat bahwa dampak peningkatan Linakes terhadap penurunan kematian ibu akan optimum apabila tempat persalinan dijamin higienis dan pertolongan persalinan oleh tenaga yang betul-betul trampil. Tampak pula sebagian besar jumlah persalinan (lebih dari 80%) terjadi di rumah, bukan di fasilitas pelayanan. Dalam analisis kita bisa mengajukan pertanyaan apakah memang kebijakan kesehatan ibu menganjurkan persalinan di rumah atau persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan. Apakah persalinan di rumah ibu menjamin kondisi higienis tempat persalinan? Beberapa penelitian menunjukkan sebagian besar rumah-rumah ibu kurang higienis, dan sering kali tindakan obstetri yang benar kurang bisa optimum dijalankan di rumah-rumah ibu, karena peralatan kebidanan terlupa terbawa dan juga pengaruh ’orang tua’ di rumah tangga. % persalinan menurut penolong dan tempat, Indonesia 100 80 60 Tak trampil Trampil (lain) 40 Trampil (BdD) 20 0 1996 1999 1996 1999 Rumah Fasilitas 29
  • 39. Contoh analisis besaran dan diferensial: Perilaku menyusui Menyusui dan pemberian dini makanan kepada bayi menentukan kesehatan serta gizi bayi dan anak disamping juga menentukan kelangsungan hidup,. Contoh melalui Tabel 3.1 berikut menyajikan gambaran besaran dan diferensial perilaku menyusui atau pemberian dini makanan kepada bayi menurut daerah. Data ini bersumber pada survei dasar kesehatan rumah tangga tahun 2006 yang dilakukan HSP. Hasil survei menunjukkan hampir semua ibu di Indonesia menyusui bayinya, dan sebagian besar masih menyusui sampai bayi berusia 12 bulan, tetapi praktek menyusui dan pemberian dini makanan belum optimum. Persentase ibu yang menyusui segera dalam satu jam setelah setelah lahir masih sangat rendah, 1% di NAD dan Sumut, dan 5 sampai 15% di Jawa, padahal DepKes menganjurkan ibu menyusui segera bayinya dalam 30 menit setelah lahir. Lebih separuh bayi menerima makanan prelaktal padahal makanan ini tidak perlu, bahkan mungkin merugikan karena potensi kontaminasi bakteri dan infeksi. Survei menunjukkan bahwa susu formula merupakan jenis makanan prelaktal terbanyak. Gambaran bahwa susu formula sebagai jenis makanan prelaktal yang banyak ditemui mengindikasikan begitu kuatnya pengaruh iklan susu formula yang gencar di masyarakat, termasuk penggunaan tenaga kesehatan atau rumah bersalin sebagai medium komunikasi susu formula. Pertanyaannya adalah bagaimana implikasi hasil survei ini terhadap kebijakan ASI? Tabel 3.1. Menyusui dan pemberian dini makanan kepada bayi menurut propinsi Semua NAD Sumut Banten Jakarta Jabar Jatim Jumlah ibui-bayi 7137 1185 940 721 720 1893 1678 Pernah menyusui 97.2 94.6 96.0 97.2 96.6 98.3 96.0 Masih menyusui sampai umur 12 bulan 85.4 85.7 85.3 90.8 73.5 91.0 81.6 Kontak pertama menyusui Dalam 1 jam 9.3 0.5 1.0 6.9 7.0 9.5 17.1 Dalam 24 jam 73.6 67.5 47.8 53.2 85.0 78.0 77.4 Menerima makanan prelaktal (3 hari pertama) 60.7 54.2 78.4 65.1 62.2 53.7 62.7 Jenis makanan prelaktal Formula bayi 73.2 43.0 93.8 63.7 86.6 53.8 88.4 Air putih 12.6 42.3 9.8 4.8 7.4 25.0 1.5 Larutan gula 2.5 14.6 0.9 3.0 1.0 3.6 2.2 Air beras 0.5 1.3 2.2 0.5 0.9 0.0 0.0 Madu 15.2 7.4 2.1 21.8 10.8 25.5 5.7 Pisang 6.6 26.5 1.3 11.3 7.3 6.1 6.3 Hanya ASI dalam 6 bulan pertama 15.1 31.1 12.1 29.0 7.7 15.4 15.4 Sumber: HSP, BHS Baseline survey 2005/2006. 30
  • 40. Contoh analisis besaran dan diferensial: akses pelayanan KIA dan perilaku mencuci tangan pakai sabun Contoh Tabel 3.2 menyajikan perbedaan data antara kota dan desa dan menurut tingkat pendidikan dalam dua tema yang berbeda: (1) cakupan pelayanan kesehatan ibu dan anak; dan (2) perilaku mencuci tangan pakai sabun. Tampak bahwa angka-angka cakupan pelayanan KIA dan perilaku mencuci tangan pakai sabun lebih baik kota dibanding di desa, dan membaik dengan semakin tingginya tingkat pendidikan. Karena pendidikan penduduk umumnya lebih tinggi dibanding di kota dibanding di desa, pertanyaan analisis mungkin saja menyelidiki apakah perbedaan angka-angka tersebut antara kota dan desa oleh karena perbedaan pendidikan. Untuk menjawab ini analisis perlu mengontrol pengaruh variabel pendidikan. Selanjutnya analisis memaknai perbedaan angka- angka ini dalam konteks pengembangan kebijakan. Table 3.2 Akses pelayanan kesehatan ibu-anak menurut kota-desa dan pendidikan Kota Desa <SD SLTP SLTA+ % ibu dengan 4+ kunjungan antenatal 93.1 82.5 78.5 91.4 95.9 % linakes 75.2 44.5 42.5 62.7 77.0 % ibu dengan 1+ kunjungan neonatal 7 63.1 42.9 41.5 57.2 62.2 hari pertama % anak 12 bulan dengan imunisasi 62.3 55.0 47.8 62.2 69.8 lengkap % ibu mencuci tangan pakai sabun pada 21.4 22.4 15.8 24.3 28.3 satu dari 5 waktu kritis % ibu mencuci tangan pakai sabun pada 3.0 2.5 1.4 3.0 4.3 setiap waktu kritis Sumber: HSP, BHS Baseline survey 2005/2006. 31
  • 41. Contoh analisis besaran, tren dan diferensial: akses pelayanan obstetri emerjensi Pelayanan operasi Caesar merupakan salah satu pelayanan obstetri emerjensi. Pelayanan ini penting bagi penyelamatan jiwa ibu dengan komplikasi maternal, terutama yang terkait dengan perdarahan dan eklamsia. Contoh gambar berikut menyajikan tren dan diferensial angka operasi Caesar menurut kuintil status kekayaan dari tahun 1991, 1994, 1997 sampai tahun 2002/3 (Sumber data: Survei Demografi Kesehatan Indonesia, Biro Pusat Statistik). Rumah tangga dibedakan dalam 5 kuintil status kekayaan, 20% termiskin pada balok paling kiri dan 20% terkaya pada balok paling kanan. Dari awal 1990-an sampai awal 2000-an, angka operasi Cesar cenderung meninbgkat, tetapi perbedaan angka tersebut menurut kuintil status kekayaan tetap mencolok. Angka operasi Caesar yang optimum diharapkan sekitar 4 sampai 5%, tetapi angka tersebut pada kelompok miskin masih di bawah 1%, sedangkan pada kelompok terkaya pada tahun 1997 dan 2002 sudah melewati 6%. Angka operasi Caesar di bawah 4% menunjukkan bahwa pelayanan obstetri emerjensi belum menjangkau atau terjangkau oleh masyarakat. Di pihak lain, angka operasi Caesar yang jauh di atas 5% menunjukkan bahwa sebagian operasi Caesar sebenarnya tidak perlu dilakukan. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa pelayanan obstetri emerjensi belum menjangkau atau terjangkau oleh masyarakat miskin. Analisis perlu membahas makna angka-angka tersebut dalam pengembangan kebijakan kesehatan ibu. Tren operasi Sesar menurut indeks status kekayaan 12.0% 10.0% Persen p ersalin an d en g an o p erasi Sesar 8.0% 6.0% 4.0% 2.0% 0.0% 1991 1994 1997 2002 1 2 3 4 5 32
  • 42. Contoh analisis diferensial: distribusi bidan di desa Di Indonesia, bidan di desa sebagai tenaga terdepan pelayanan kesehatan ibu. Bidan di desa diharapkan mempunyai kompetensi menyediakan pelayanan profesional persalinan normal, deteksi dini komplikasi maternal, fasilitas rujukan aman tepat-waktu kasus komplikasi maternal dari desa ke rumah sakit. Kebijakan program bidan di desa adalah ditempatkannya minimal satu bidan di desa di setiap desa. Bidan di desa berarti bidan yang tinggal di desa. Contoh berikut menyajikan distribusi bidan di desa menurut desa di Kabupaten Pandeglang, Banten, tahun 2006. Data menunjukkan bahwa dari semua desa, sekitar separuh terutama yang jauh dari fasilitas kesehatan tidak mempunyai bidan tinggal di desa, padahal desa-desa yang jauh dari fasilitas kesehatan ini lebih membutuhkan bidan di desa. Dibandingkan dengan keseluruhan jumlah penduduk, densitas bidan di desa mencukupi, tetapi sebagian besar bidan di desa bertempat tinggal di daerah yang dekat (kurang dari 30 km) dari pusat layanan kesehatan. Apa makna/ implikasi gambaran ini terhadap program kesehatan ibu? DAERAH PENELI TI AN I M M PACT B id a n Tida k a d a Ada D an au H uta n N W E S 10 0 10 20 Kilometers S um be r da ta : D ink es S erang & D in ke s P an deg la ng 20 04 S um be r pe ta : B iro P us at S tatistik 33
  • 43. LAMPIRAN Indikator Pelayanan : 1. Cakupan kunjungan K1 2. Cakupan kunjungan K4 3. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Linakes) 4. Ibu hamil resiko tinggi / komplikasi yang tertangani 5. Neonatus resiko tinggi / komplikasi yang tertangani 6. Cakupan Kunjungan Neonatus (KN1) 7. Cakupan Kunjungan Bayi 8. SKDN 9. Cakupan Bayi Berat Lahir Rendah/BBLR yang ditangani 10. Cakupan Bayi dan Balita Mendapat Kapsul Vitamin A Sebanyak 2 kali per tahun 11. Cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet Fe 12. Bayi yang Mendapat ASI Eksklusif 13. Vitamin A Nifas 14. Cakupan Peserta KB Aktif 15. Komplikasi KB 16. Kegagalan KB 17. Cakupan Pelayanan KB pasca salin 34