1. LAPORAN PENDAHULUAN
ASuhan KEPerawatan KLIEN DENGAN
Penyakit Paru Obstruktif kronik
1.
a.
Pengertian
PPOK Merujuk pada sejumlah gangguan yang mempengaruhi pergerakan udara dari dan
keluar Paru. Gangguan yang penting adalah Bronkhitis Obstruktif, Emphysema dan Asthma
Bronkiale.(Black. J. M. & Matassarin,.E. J. 1993).
b.
Suatu kondisi dimana aliran udara pada paru tersumbat secara terus menerus. Proses penyakit
ini adalah seringkali kombinasi dari 2 atau 3 kondisi berikut ini (Bronkhitis Obstruktif Kronis,
Emphysema dan Asthma Bronkiale) dengan suatu penyebab primer dan yang lain adalah
komplikasi dari penyakit primer.(Enggram, B. 1996).
Bronkhitis Kronis
Gangguan klinis yang ditandai dengan pembentukan mucus yang berlebihan dalam bronkus dan
termanifestasikan dalam bentuk batuk kronis dan pembentuk sputum selama 3 bulan dalam
setahun, paling sedikit 2 tahun berturut – turut.
Emphysema
Perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai pelebaran dinding alveolus, duktus alveolaris
dan destruksi dinding alveolar
Asthma Bronkiale
Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang meningkat dari trachea dan bronkus
terhadap berbagai macam rangsangan dengan manifestasi berupa kesukaran bernafas yang
disebabkan oleh peyempitan yang menyeluruh dari saluran nafas.
1.
2.
Asthma dibedakan menjadi 2 :
Asthma Bronkiale Alergenik
Asthma Bronkiale Non Alergenik
Asthma tidak dibahas disini karena gejala dan tanda lebih spesifik dan ada pembahasan khusus
mengenai penyakit asma
3.
a.
Penyebab PPOK
Bronkitis Kronis
2. 1)
2)
3)
4)
Faktor tak diketahui
Merokok
Polusi Udara
Iklim
b.
1)
2)
3)
4)
Emphysema
Faktor tak diketahui
Predisposisi genetic
Merokok
Polusi udara
c.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Asthma Bronkiale
Faktor Prediasposisi nya adalah :
Alergen (debu, bulu binatang, kulit dll)
Infeksi saluran nafas
Stress
Olahraga (kegiatan jasmani berat )
obat-obatan
Polusi udara
lingkungan kerja
Lain-lain, (iklim, bumbu masak, bahan pengawet dll)
4.
a.
Gambaran Klinis
Asthma Bronkiale
Selama serangan klien mengalami dispnea dan tanda kesulitan bernafas.Permulaan tanda
serangan terdapat sensasi kontriksi dada (dada terasa berat), Whezing, batuk non produktif, takhi
kardi dan takipnea.
b.
Manifestasi klinis Emphysema dan bronkhitis kronis
Gambaran
Emphysema
Mulai timbul
Usia 30 – 40 tahun
Sputum
Dispne
Rasio V/Q
Bnetuk Tubuh
Diameter AP dada
Minimal
Dispnea relatif dini
Ketidakseimbangan minimal
Kurus dan ramping
Dada seperti tong
Bronkhitis
20 – 30 tahun batuk akibat
merokok (cacat pada usia
pertengahan)
Banyak sekali
Lambat
Ketidakseimbangan nyata
Gizi cukup
Tidak membesar
3. Gambaran respirasi
Volume Paru
Pa O2
Sa O 2
Polisitemia
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Norml/rendah
Normal
Normal
Sianosis
1)
Hyperventilasi
FEV 1 rendah
TLC dan RV meningkat
Jarang
hypoventilasi
FEV 1 rendah
TLC normal RV meningkat
moderat
Meningkat
Desaturasi
Hb dan Hematokrit
meningkat
sering
Managemen Medis
Intervensi medis bertujuan untuk :
Memelihara kepatenan jalan nafas dengan menurunkan spasme bronkus dan membersihkan
secret yang berlebihan
Memelihara keefektifan pertukaran gas
Mencegah dan mengobati infeksi saluran pernafasan
Meningkatkan toleransi latihan.
Mencegah adanya komplikasi (gagal nafas akut dan status asmatikus)
Mencegah allergen/iritasi jalan nafas
Membebaskan adanya ansietas dan mengobati depresi yang sering menyertai adanya obstruksi
jalan nafas kronis.
Managemen medis yang diberikan berupa
1)
Pharmacologic management
a)
Anti inflamasi ( kortikosteroid, sodium kromolin dll)
b)
Bronkodilator
Adrenergik
: efedrin, epineprin, beta adrenergik agonis selektif
Non adrenergik
: aminophilin, tefilin
c)
Antihistamin
d)
Steroid
e)
Antibiotic
f)
Ekspektoran
Oksigen digunakan 3 l/m dengan cannula nasal.
2)
Hygiene Paru.
Bertujuan untuk membersihkan sekret dari paru-paru dan kemudian meningkatkan kerja silia dan
menurunkan resiko infeksi.
Dilaksanakan dengan nebulizer, fisioterapi dada, postural drainase
3)
Exercise
Bertujuan untuk mempertinggi kebugaran dan melatih fungsi otot skeletal agar lebih efektif.
Dilaksanakan dengan jalan sehat.
4. 4)
Menghindari bahan iritans
Penyebab iritans jalan nafas harus dihindari seperti asap rokok dan perlu juga mencegah adanya
alergen yang masuk tubuh.
5)
Diet
Klien sering mengalami kesulitan makan karena adanya dipsnea.Pemberian porsi yang kecil
namun sering lebih baik daripada makan langsung banyak.
1.
2.
3.
a.
·
·
Management Keperawatan
Pengkajian :
Riwayat atau faktor penunjang :
Merokok merupakan faktor penyebab utama.
Tinggal atau bekerja di area dengan polusi udara berat.
Riwayat alergi pada keluarga
Riwayat Asthma pada anak-anak.
Riwayat atau adanya faktor pencetus eksaserbasi :
Alergen.
Stress emosional.
Aktivitas fisik yang berlebihan.
Polusi udara.
Infeksi saluran nafas.
Pemeriksaan fisik :
Manifestasi klinik Penyakit Paru Obstruktif Kronik :
Peningkatan dispnea.
Penggunaan otot-otot aksesori pernafasan (retraksi otot-otot abdominal, mengangkat bahu
saat inspirasi, nafas cuping hidung).
·
Penurunan bunyi nafas.
·
Takipnea.
b.
Gejala yang menetap pada penyakit dasar
Ø Asthma
v Batuk (mungkin produktif atau non produktif), dan perasaan dada seperti terikat.
v Mengi saat inspirasi maupun ekspirasi yang dapat terdengar tanpa stetoskop.
v Pernafasan cuping hidung.
v Ketakutan dan diaforesis.
5. Ø Bronkhitis
v Batuk produktif dengan sputum berwarna putih keabu-abuan, yang biasanya terjadi pada pagi hari.
v Inspirasi ronkhi kasar dan whezzing.
v Sesak nafas
Ø Bronkhitis (tahap lanjut)
v Penampilan sianosis
v Pembengkakan umum atau “blue bloaters” (disebabkan oleh edema asistemik yang terjadi sebagai
akibat dari kor pulmunal).
Ø Emphysema
v Penampilan fisik kurus dengan dada “barrel chest” (diameter thoraks anterior posterior meningkat
sebagai akibat hiperinflasi paru-paru).
v Fase ekspirasi memanjang.
Ø Emphysema (tahap lanjut)
v Hipoksemia dan hiperkapnia.
v Penampilan sebagai “pink puffers”
v Jari-jari tabuh.
4.
Pemeriksaan diagnostik
§ Test faal paru
1)
Kapasitas inspirasi menurun
2)
Volume residu : meningkat pada emphysema, bronkhitis dan asthma
3)
FEV1 selalu menurun = derajat obstruksi progresif Penyakit Paru Obstruktif Kronik
4)
FVC awal normal ® menurun pada bronchitis dan astma.
5)
TLC normal sampai meningkat sedang (predominan pada emphysema).
§ Transfer gas (kapasitas difusi).
Pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik Transfer gas relatif baik.
Pada emphysema : area permukaan gas menurun.
¯
Transfer gas (kapasitas difusi).menurun
§ Darah :
Hb dan Hematokrit meningkat pada polisitemia sekunder.
6. Jumlah darah merah meningkat
Eo dan total IgE serum meningkat.
Analisa Gas Darah ® gagal nafas kronis.
Pulse oksimetri ® SaO2 oksigenasi menurun.
Elektrolit menurun oleh karena pemakaian deuritika pada cor pulmunale.
§ Analisa Gas Darah
PaO2 menurun, PCO2 meningkat, sering menurun pada astma.PH normal asidosis, alkalosis
respiratorik ringan sekunder.
§ Sputum :
Pemeriksaan gram kuman/kultur adanya infeksi campuran.
Kuman patogen >> :
Streptococcus pneumoniae.
Hemophylus influenzae.
Moraxella catarrhalis.
§ Radiologi :
Thorax foto (AP dan lateral).
Hiperinflasi paru-paru, pembesaran jantung dan bendungan area paru-paru.
Ø
Ø
Ø
Ø
§
Pada emphysema paru :
Distensi >
Diafragma letak rendah dan mendatar.
Ruang udara retrosternal > (foto lateral).
Jantung tampak memanjang dan menyempit.
Bronkogram : menunjukkan dilatasi bronkus, kolap bronkhiale pada ekspirasi kuat.
§ EKG.
Kelainan EKG yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung.Bila sudah terdapat Kor
Pulmonal terdapat deviasi aksis ke kanan dan P- pulmonal pada hantaran II, III dan aVF.Voltase
QRS rendah.Di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan di V6 V1 rasio R/S kurang dari 1.Sering terdapat
RBBB inkomplet.
5.
Lain-lain perlu dikaji Berat badan, rata-rata intake cairan dan diet harian.
Aktivitas dan
Istirahat
Gejala
Keletihan, kelelahan, malaise
7. Tanda
Sirkulasi
Gejala
Tanda
Integritas ego
Gejala/tanda
Makanan/cairan
Gejala
Tanda
Hygiene
Gejala
Tanda
Pernafasan
Gejala
Tanda
Seksualitas
Interaksi sosial
Gejala
tanda
Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit
bernafas. Perlu tidur dalam posisi duduk cukup tingi. Dispnea
pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
Kelelahan, gelisah, insomnia, kelemahan umum/kehilangan masa
otot
Pembengkakan pada ekstremitas bawah
Peningkatan tekanan darah. Peningkatan frekuensi jantung
Distensi vena leher, sianosis perifer
Ansietas, ketakutan dan peka rangsang
Mual/muntah, Nafsu makan menurun, ketidakmampuan makan
karena distress pernafasan
Penurunanan BB menetap (empisema) dan peningkatan BB
karena edema (Bronkitis)
Turgor kulit buruk, edema, berkeringat, penurunan BB,
penurunan massa otot
Penurunan Kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan
melakukan aktivitas tubuh
Kebersihan buruk, bau badan
Nafas pendek, khususnya pada saat kerja, cuaca atau episode
serangan asthma, rasa dada tertekan/ketidakmampuan untuk
bernafas. Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari
selama 3 bulan berturut-turut selam 3 tahun sedikitnya 2 tahun.
Sputum hijau, putih, kuning dengan jumlah banyak (bronchitis)
Episode batuk hilang timbul dan tidak produktif (empisema),
Riwayat Pneumonia, riwayat keluarga defisiensi alfa antitripsin
Respirasi cepat dangkal, biasa melambat, fas ekspirasi
memanjang dengan mendengkur, nafas bibir (empisema)
Pengguanaan otot Bantu pernafasan, Dada barell chest, gerakan
diafragma minimal. Bunyi nafas, Ronki, wheezing, redup
Perkusi hypersonor pada area paru (udara terjebak, dan dapat
juga redup/pekak karena adanya cairan).
Kesulitan bicara 94 – 5 kalimat 0
Sianosis bibir dan dasar kuku, jari tabuh.
Libido menurun
Hubungan ketergantungan, kurang sisitem pendukung
Keterbatasan mobilitas fisik
Kelalaian hubungan antar keluarga
8. 1.
2.
3.
4.
Diagnosa keperawatan
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pembatasan jalan nafas, kelelahan otot
pernafasan, peningkatan produksi mukus atau spasme bronkus.
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan batuk, peningkatan
produksi mukus/peningkatan sekresi lendir
Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakadekuatan intake nutrisi sekunder terhadap peningkatan kerja pernafasan atau kesulitan
masukan oral sekunder dari anoreksia.
Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
Perencanaan
Perencanaan meliputi penyusunan prioritas, tujuan dan kriteria hasil dari masing-masing masalah
yang ditemukan.
·
·
·
·
1.
Tujuan Penatalaksanaan
Mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup.
Pemeliharaan fungsi paru yang optimal dalam waktu singkat dan panjang.
Pencegahan dan penanganan eksaserbasi.
Mengurangi perburukan fungsi paru setiap tahunnya.
Kriteria Keberhasilan :
·
Berkurangnya gejala sesak nafas.
·
Berkurangnya frekuensi dan lamanya eksaserbasi.
·
Membaiknya faal paru.
·
Menurunnya gejala psikologik (depresi, kecemasan).
·
Memperbaiki kualitas hidup.
·
Dapat melakukan aktifitas sehari-hari.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Gangguan pertukaran gas Klien mampu menunjukkan
1.
berhubungan dengan
perbaikan oksigenasi.
pembatasan jalan nafas,
Kriteria hasil
kelelahan otot pernafasan, 1.
Gas arteri dalam batas normal
2.
peningkatan produksi
2.
Warna kulit perifer membaik
mukus atau spasme
(tidak cianosis)
3.
bronkus.
3.
RR : 12 – 24 x /menit
4.
Bunyi nafas bersih
4.
5.
Batuk (-)
6.
Ketidaknyamanan dada (–)
7.
Nadi 60 – 100 x/menit
5.
8.
Dyspnea (–)
6.
Rencana tindakan
Observasi status pernafasan, hasil1.
gas darah arteri, nadi dan nilai
oksimetri
Awasi perkembangan membran 2.
mukosa / kulit (warna)
Observasi tanda vital dan status 3.
kesdaran.
Evaluasi toleransi aktivitas dan 4.
batasi aktivitas klien
Berikan oksigenasi yang telah 5.
dilembabkan
Pertahankan posisi fowler dengan6.
Rasional
Memant
kegawatan
Ganggua
tampak cian
Menentu
kesadaran
Mengura
berlebihan
Okigen
Memenu
Meningk
9. 7.
a.
b.
2.
Bersihan jalan nafas
tidak efektif berhubungan
dengan ketidakadekuatan
batuk, peningkatan produksi
1.
mukus/peningkatan sekresi
lendir
2.
Klien dapat mening-katkan
1.
bersihan jalan nafas
Kriteria hasil
Mampu mendemonstrasikan a.
batuk terkontrol
b.
Intake cairan adekuat
c.
2.
3.
4.
5.
a.
b.
c.
3.
Gangguan kebutuhan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
ketidakadekuatan intake a.
nutrisi sekunder terhadap
peningkatan kerja
b.
pernafasan, kesulitan
masukan oral sekunder dari
c.
anoreksia
d.
e.
f.
g.
Klien akan menunjukkan
1.
kemajuan/peningkatan status
nutrisi
Kriteria hasil
Klien tidak mengalami
kehilangan BB lebih lanjut
2.
Masukan makanan dan cairan
meningkat
Urine tidak pekat
Output urine meningkat.
3.
Membran mukosa lembab
Kulit tidak kering
4.
Tonus otot membaik
tangan abduksi dan disokong dengan
bantal atau duduk condong ke depan
dengan ditahan meja.
Kolaborasi untuk
Berikan obat yang telah diresepkan
7.
Berikan obat depresan saraf dengan
hati-hati (sedatif/narkotik).
oksiegn
Kaji kemampuan klien untuk
1.
memobilisasi sekresi, jika tidak
mampu :
Ajarkan metode batuk terkontrol
Gunakan suction (jika perlu untuk
mengeluarkan sekret)
Lakukan fisioterapi dada
Secara rutin tiap 8 jam lakukan
auskultasi dada untuk mengetahui 2.
kualitas suara nafas dan kemajuannya.
Berikan obat sesuai dengan resep;
mukolitik, ekspektorans
Anjurkan minum kurang lebih 2 3.
liter per hari bila tidak ada kontra
indikasi
4.
Anjurkan klien mencegah infeksi /
stressor
Cegah ruangan yang ramai
5.
pengunjung atau kontak dengan
individu yang menderita influenza
Mencegah iritasi : asap rokok
Imunisasi : vaksinasi Influensa.
Memant
nafas dan m
klien meraw
membersihk
nafas
Kaji kebiasaan diit. Catat derajat 1.
kesulitan makan/masukan. Evaluasi
BB
Pasien d
anoreksia. D
pola makan
cenderung B
kebersih
bakteri pen
eningkatkan
menimb
meningkatk
Menu ha
relaksasi sp
shg respon
menegah
menurunka
Menentu
2.
Berikan perawaatan oral
3.
Hindari makanan penghasil gas dan
4.
minuman karbont
Sajikan menu dalam keadaan
hangat
5.
6.
Obat dep
system pern
gagal nafas
Memant
nafas
Mengenc
dikeluarkan
mengenc
Menghin
menyebabk
10. 5.
6.
4.
Cemas berhubungan
dengan kurangnya
pengetahuan tentang
penyakitnya.
1.
2.
3.
4.
Tujuan : rasa cemas
1.
berkurang/hilang.
Kriteria Hasil :
Klien mengungkapkan bahwa
ia tidak cemas.
Ekspresi wajah rileks.
2.
RR : 12 – 24 X / menit.
N : 60 - 100 X / menit
3.
4.
5.
6.
7.
Anjurkan makan sedikit tapi sering
Kolaborasi tim nutrisi untuk
menentukan diit
perhitungan
Kaji tingkat kecemasan yang
dialami oleh pasien.
1.
Untuk m
kecemasan
sehingga pe
intervensi y
Beri kesempatan pada pasien untuk
2.
mengungkapkan rasa cemasnya.
Lakukan pendekatan kepada klien
dengan tenang dan meyakinkan dan 3.
hindari pemberian informasi atau
instruksi yang bertele-tele dan terus
menerus.
Berikan penjelasan yang sederhana
dan singkat tentang tujuan intervensi4.
dan pemeriksaan diagnostik serta
anjurkan kepada klien untuk ikut serta
dalam tindakan keperawatan.
Dapat m
pasien.
Berikan keyakinan pada pasien
bahwa perawat, dokter, dan tim
5.
kesehatan lain selalu berusaha
memberikan pertolongan yang terbaik
dan seoptimal mungkin.
Berikan kesempatan pada keluarga
untuk mendampingi pasien secara 6.
bergantian.
Ciptakan lingkungan yang tenang7.
dan nyaman.
Agar ter
antar peraw
kooperatif d
keperawata
Penjelas
singkat tent
pemeriksaa
kepada klie
tindakan ke
mengurang
Sikap po
membantu
yang dirasa
Pasien a
ada anggota
Lingkun
dapat memb
cemas pasie
11. daftar pustaka
Alsagaff Hood, Abdul Mukty, (1995). Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University
Press. Surabaya.
Amin muhammad, Hood Alsagaff. (1989). Pengantar Ilmu Penyakit Paru.Airlangga University Press.
Surabaya.
Blac,MJ Jacob. (1993). l.uckman & Sorensen’s Medical surgical Nursing A Phsycopsicologyc Approach.
W.B. Saunders Company. Philapidelpia.
Barbara Engram. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.Vol. 1. Penerbit EGC. Jakarta.
Marylin E doengoes.(2000). Rencana Asuhan keperawatan Pedoman untuk Perencnaan
/pendokumentasian Perawatan Pasien.EGC.Jakarta.
Soeparman, Sarwono Waspadji. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Sylvia Anderson Price, Lorraine McCarty Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses
Penyakit.EGC. Jakarta.
Yunus Faisal. (1992). Pulmonologi Klinik.Bagian Pulmonologi FKUI. Jakarta.
12. ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. “Q”
DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)
DI RUANG KEPERAWATAN IRNA III RSUD KOTA MATARAM
1.
2.
Tanggal MRS
: 31 januari 2013
Ruang
:
RM
:
Pengkajian
: 6 februari 2013
I.
Pengkajian
Identitas klien
Nama
:
Umur
:
Jenis Kelamin
:
Suku/Bangsa
:
Agama
:
Status Marietal
:
Pekerjaan
:
Pendidikan
:Alamat
:
Identitas penanggung jawab
Nama
:
Hub. Dengan klien
:
Alamat
:
Pekerjaan
:
Pendidikan
:Jenis kelamin
:
3.
a.
Riwayat kesehatan
Keluhan utama
sesak
b.
c.
d.
Riwayat penyakit sekarang
klien masuk melalui IGD dengan keluhan sesak, sering kambuh, nyeri uluh hati, tidur harus ½
duduk.
Riwayat penyakit dahulu
klien mengatakan bahwa klien mempunyai riwayat asma sejak kecil.
Riwayat penyakit keluarga
Orang tua dan saudarah dari klien ada juga yang menderita penyakit seperti yang diderita klien
saat ini.
13. 4.
Genogram
Keterangan :
: laki-laki / perempuan
: meninggal
: garis pernikahan
: garis keturunan
: pasien
5.
(1)
(2)
Pola aktivitas sehari-hari
Pola Persepsi Dan Tata Laksana Hidup Sehatan
Pada klien dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik terjadi perubahan persepsi dan tata laksana
hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak Penyakit Paru Obstruktif Kronik
sehingga menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak
mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama, oleh karena itu perlu adanya
penjelasan yang benar dan mudah dimengerti pasien.
Pola Nutrisi dan Metabolisme
14. Akibat mual/muntah, nafsu makan menurun, ketidakmampuan makan karena distress pernafasan
maka berat badan menurun dan mudah lelah.Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya
gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan penderita.
(3)
Pola Eliminasi
Jumlah urine 1200 cc/24 jam, warna urine kuning muda.
Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.Klien buang air besar 1 X/hari.
(4)
Pola tidur dan Istirahat
Perlu tidur dalam posisi duduk cukup tinggi.Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap
aktivitas atau latihan.
Tanda : gelisah, insomnia.
(5)
Pola Aktivitas dan latihan
Keletihan, kelelahan, malaise.Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit
bernafas.Kelelahan, kelemahan umum/kehilangan masa otot.
(6)
Pola Hubungan dan Peran
Hubungan ketergantungan, kurang sisitem pendukung.
Keterbatasan mobilitas fisik.
Kelalaian hubungan antar keluarga.
(7)
Pola Sensori dan Kognitif
Klien mampu melihat dan mendengar dengan baik, klien tidak mengalami disorientasi.
(8)
Pola Persepsi Dan Konsep Diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita mengalami gangguan
pada gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan
menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga (self
esteem).Klien mengalami cemas karena Kurangnya pengetahuan tentang sifat penyakit,
pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan.
(9)
Pola Seksual dan Reproduksi
Libido menurun, gangguan potensi seksual, gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi
dampak pada proses ejakulasi serta orgasme. Selama dirawat di rumah sakir klien tidak dapat
melakukan hubungan seksual seperti biasanya.
(10)
Pola mekanisme/Penanggulangan Stress dan koping
15. Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak berdaya karena
ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa kecemasan (Ansietas),
ketakutan dan peka rangsang, mudah tersinggung dan marah, dapat menyebabkan penderita tidak
mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif / adaptif.
(11)
Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh berupa PPOM tidak
menghambat klien dalam melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah klien.
Personal Higiene
Penurunan Kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas
tubuh ® Kebersihan buruk, bau badan.
Ketergantungan
Klien tidak mempunyai kebiasaan minum-minuman yang mengandung alkohol.
Aspek Psikologis
Klien terkesan takut akan penyakitnya, merasa terasing dan sedikit stress menghadapi tindakan
yang diprogramkan.
Aspek Sosial/Interaksi
Hubungan ketergantungan, kurang sisitem pendukung.
Keterbatasan mobilitas fisik.Kelalaian hubungan antar keluarga.
Aspek Spiritual
Klien dan keluarganya sejak kecil memeluk agama Islam, ajaran agama dijalankan
setiap saat.Klien sangat aktif menjalankan ibadah dan aktif mengikuti kegiatan agama yang
diselenggarakan oleh mesjid di sekitar rumah tempat tinggalnya maupun oleh masyarakat
setempat.
Saat ini klien merasa tergangguan pemenuhan kebutuhan spiritualnya
6.
1)
2)
Pemeriksaan fisk
Keadaan Umum
Kesadaran
3)
Suhu
Tanda-tanda vital
: 36,5 0C
: baik
: composmetis
16. Nadi
: 94 x/menit
Tekanan darah : 110/70 mmHg.
Respirasi
: 28 x/menit
4)
(1)
Body Systems
Pernafasan (B 1 : Breathing)
Pernafasan melalui hidung.Frekuensi 28 x/menit.Nafas pendek, khususnya pada saat kerja atau
pada saat sesak nafas kambuh, rasa dada tertekan/ketidakmampuan untuk bernafas.
(2)
Cardiovascular (B 2 : Bleeding)
Nadi 94 x/menit kuat dan teratur, tekanan darah 110/70 mmHg, Suhu 36,5 0C.
(3)
Persyarafan (B 3 : Brain)
Tingkat kesadaran (GCS) Membuka mata : Spontan (4)
Verbal : Orientasi baik (5)
Motorik
: Menurut perintah (6)
Compos Mentis : Pasien sadar baik.
Persepsi Sensori
: Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Pendengaran
: Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Penciuman
: Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Pengecapan
: Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Penglihatan
: Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Perabaan
: Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
(4)
Perkemihan-Eliminasi Uri (B.4 : Bladder)
Jumlah urine 1200 cc/24 jam, warna urine kuning muda.
(5)
Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)
Mulut dan tenggorokan normal, Abdomen normal, Peristaltik normal, tidak kembung, tidak
terdapat obstipasi maupun diare, klien buang air besar 1 x/hari.
(6)
Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
Kemampuan pergerakan sendi
bebas/terbatas
Ekstrimitas
: Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Atas
: Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Bawah
: Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Tulang Belakang
: Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Warna kulit
: Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Akral
: Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
17. Turgor
: Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Tidak terdapat kontraktur maupun dikubitus.
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
8.
7.
Furosemid 3 x 1 amp
Cefotaxim 3 x 1 g
Ciprofloxacin 2 x 200 mg
Ranitidine 2 x 1 amp
Metyl 2 x 62,5
Infuse RL 1 flash/hari
Nebu combivent /8jam
Ambroxol 3 x 1
Pemeriksaan penunjang
Hasil Laboratorium
Tanggal
Jam
31 januari 2013
11:08
1 februari 2013
07:23
1 februari 2013
11:11
Terapi
PLT
31
48
49
Result
10³/µL
10³/µL
10³/µL
Limit
150 - 400
150 - 400
150 - 400
18. ANALISA DAN SINTESA DATA
NO
DATA
ETIOLOGI
1.
DS :
peningkatan produksi
Klien mengatalakn sesak mukus.
nafas. rasa dada
tertekan/ketidakmampuan
untuk bernafas.
DO :
1.
Warna kulit perifer
cianosis.
2.
RR : 32 x /menit.
3.
Nafas pendek.
4.
Pengguanaan otot
bantu pernafasan
5.
Sianosis bibir dan
dasar kuku, jari tabuh.
3.
DO :
Intake makanan yang
Klien hanya makan
kurang.
beberapa sendok dari
makanan yang disajikan.
DS :
MASALAH
Gangguan pertukaran
gas
Gangguan pemenuhan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Klien mengeluh sesak
nafas pada waktu makan
4.
DO :
DS :
Klien mengatalakn cemas
karena Kurangnya
pengetahuan tentang sifat
penyakit, pemeriksaan
diagnostik dan tujuan
tindakan yang
diprogramkan.
Lamanya perawatan,
banyaknya biaya
perawatan dan
pengobatan dan gangguan
peran pada keluarga (self
esteem).
Kurangnya pengetahuan Cemas
tentang penyakitnya.
4.
DO :
DS :
Klien mengatakan kurang
mengetahui tentang
proses penyakit,
Kurangnya informasi.
Kurangnya
pengetahuan tentang
proses penyakit, diet,
perawatan dan
pengobatan
19. perawatan maupun
pengobatan serta
kurangnya pengetahuan
tentang diet.
1.
2.
3.
4.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan produksi mukus.
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Intake
makanan yang kurang.
Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
20. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1.
Gangguan
pertukaran gas
berhubungan dengan
peningkatan produksi
mukus.
HARI/TANGGAL
TINDAKAN KEPERAWATAN
Rabu, 6 Februari 1.
2013
2.
Mengobservasi status pernafasan, nadi dan tekanan darah.
Mengawasi perkembangan membran mukosa / kulit
(warna).
Mengobservasi tanda vital dan status kesadaran.
Mengevaluasi toleransi aktivitas dan batasi aktivitas
klien.
Memberikan oksigenasi yang telah dilembabkan.
Mempertahankan posisi fowler dengan tangan abduksi
dan disokong dengan bantal atau duduk condong ke
depan dengan ditahan meja.
Mengkolaborasikan untuk pemberian obat yang telah
diresepkan.
3.
4.
5.
6.
7.
2.
3.
Gangguan
pemenuhan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
intake makanan yang
kurang.
Rabu, 6 Februari 1.
2013
2.
Cemas
berhubungan dengan
kurangnya
pengetahuan tentang
penyakitnya.
Kamis,7 Februari 1.
2013
2.
3.
4.
5.
3.
4.
5.
6.
7.
Mengkaji status nutrisi dan kebiasaan makan.
Menganjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah
diprogramkan.
Menimbang berat badan setiap seminggu sekali.
Mengidentifikasi perubahan pola makan.
Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian
diet Tinggi Kalori Tinggi Protein.
Mengkaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.
Memberi kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan
rasa cemasnya.
Menggunakan komunikasi terapeutik.
Memberi informasi yang akurat tentang proses penyakit
dan menganjurkan pasien untuk ikut serta dalam tindakan
keperawatan.
Memberikan keyakinan pada pasien bahwa perawat,
dokter, dan tim kesehatan lain selalu berusaha
memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal
mungkin.
Memberikan kesempatan pada keluarga untuk
mendampingi pasien secara bergantian.
Menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
21. 4.
Kurangnya
pengetahuan tentang
proses penyakit, diet,
perawatan, dan
pengobatan
berhubungan dengan
kurangnya informasi.
Kamis, 7 Februari1.
2013
2.
3.
4.
Mengkaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang
penyakit PPOM.
Mengkaji latar belakang pendidikan pasien.
Menjelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan
pengobatan pada pasien dengan bahasa dan kata-kata
yang mudah dimengerti.
Menjelasakan prosedur yang akan dilakukan, manfaatnya
bagi klien dan libatkan klien didalamnya.
22. 1.
2.
3.
4.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Gangguan pertukaran
gas berhubungan dengan
peningkatan produksi
mukus.
Gangguan pemenuhan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
intake makanan yang
kurang.
Cemas berhubungan
dengan kurangnya
pengetahuan tentang
penyakitnya.
Kurangnya
pengetahuan tentang
proses penyakit, diet,
perawatan, dan
pengobatan berhubungan
dengan kurangnya
informasi.
HARI/TANGGAL
EVALUASI (SOAP)
Rabu, 6 Februari
2013
S
Rabu, 6 Februari
2013
S:
O : Pasien mematuhi dietnya.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
1.
Warna kulit perifer membaik (tidak
cianosis)
2.
RR : 26 x /menit
3.
Ketidaknyamanan dada (–)
4.
Nadi 95 x/menit.
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Kamis, 7 Februari S :
2013
O:
1.
Pasien dapat mengidentifikasikan sebab
kecemasan.
2.
Emosi stabil., pasien tenang.
3.
Istirahat cukup.
A : masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Kamis, 7 Februari S :
2013
O:
1. Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet,
perawatan dan pengobatannya dan dapat
menjelaskan kembali bila ditanya.
2. Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri
berdasarkan pengetahuan yang diperoleh.
A : masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan