SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  104
Télécharger pour lire hors ligne
■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu  
 

                                                              Kata Pengantar



Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh dan salam sejahtera,
Sebagai upaya untuk meningkatkan relevansi dan efektifitas pembangunan daerah,
Kementrian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS telah memberikan
kepercayaan kepada Universitas Bengkulu untuk melaksanakan Evaluasi Kinerja
Pembangunan Daerah (EKPD) di Provinsi Bengkulu. Pada kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih atas kepercayaan dan kerjasama diantara kita selama ini.
Besar harapan kami semoga kerjasama yang baik ini akan berkesinambungan dan
berkembang dalam ruang lingkup yang lebih luas di masa yang akan datang.

Puji Syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya
sehingga pelaksanaan penelitian dan pembuatan laporan akhir Evaluasi Kinerja
Pembangunan Daerah Provinsi Bengkulu tahun 2009 ini dapat diselesaikan. Meskipun
begitu, minimnya ketersediaan data yang dibutuhkan di dinas dan instansi-instansi terkait
masih merupakan suatu persoalan utama yang menghambat kelancaran pelaksanaan
EKPD pada tahun ini. Kelangkaan data sangat terasa terutama untuk indikator-indikator
yang baru diperkenalkan dan digunakan pada EKPD tahun ini seperti data yang berkaitan
dengan UMKM. Selain sebagai hambatan, kendala dalam ketersediaan data tersebut
diharapkan sebagai tantangan bagi semua pihak terkait untuk diperbaiki di masa yang
akan datang.

Berdasarkan indikator yang digunakan, kinerja pembagunan di Provinsi Bengkulu secara
umum dapat dikatakan telah mempunyai tingkat relevansi dan tingkat efektifitas yang
cukup memadai bila dibandingkan dengan beberapa indikator pembangunan yang sama
di tingkat nasional terutama dalam hal pembangunan SDM. Meskipun begitu,
pertumbuhan ekonomi dari tahun 2007 ke tahun 2008 mengalami penurunan yang cukup
signifikan dan berada di bawah nilai rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional. Tingginya
tingkat ketergantungan pertumbuhan ekonomi terhadap variabel tertentu terutama
konsumsi (C) dan ekspor (X) serta terjadinya krisis keuangan global yang berpengaruh
terhadap harga produk-produk utama yang dihasilkan di Provinsi Bengkulu seperti sawit
dan karet merupakan faktor yang dianggap berpengaruh dan berkontribusi signifikan
terhadap penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut. Kondisi ini memberikan
implikasi bahwa struktur ekonomi Provinsi Bengkulu cenderung masih lemah dan rentan.
Sehubungan dengan itu, kebijakan pembangunan Provinsi Bengkulu di masa mendatang
sebaiknya difokuskan kepada pemberdayaan dan penguatan kemampuan ekonomi lokal.

Selain itu, pendapatan perkapita penduduk Provinsi Bengkulu telah mengalami
peningkatan. Namun kenaikan tersebut belum setara dengan kenaikan pendapatan
perkapita di tingkat nasional. Sehingga pergeseran pendapatan perkapita Provinsi
Bengkulu malah lebih lambat, posisinya jauh dibawah pendapatan perkapita nasional dan
bahkan perubahan absolutnya lebih kecil di banding tahun sebelumnya. Selain
disebabkan oleh menurunnya pertumbuhan PDRB, hasil ini juga mengindikasikan bahwa
tingkat produktifitas di Provinsi Bengkulu cenderung masih lebih rendah bila dibandingkan
dengan produktifitas di tingkat nasional. Oleh karena itu, kebijakan dan program yang
mendorong peningkatan produktifitas seperti peningkatan soft-skills masyarakat dan
transfer teknologi guna meningkatkan nilai tambah (value added) sumberdaya daerah

                                                                                        i
■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu  
 

sebaiknya dapat dijadikan sebagai salah satu agenda utama pembangunan di Provinsi
Bengkulu di masa yang akan datang.

Selama melaksanakan penelitian dan penyusunan laporan ini, Tim telah berkoordinasi
dan bekerja sama dengan berbagai pihak dan instansi terkait. Pada kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan berharap semoga kerjasama
yang baik ini akan terus berkembang di masa mendatang.

Akhirnya kami berharap semoga dokumen laporan EKPD Provinsi Bengkulu tahun 2009
ini bermanfaat bagi berbagai pihak terkait terutama Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu
sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan dan menentukan kebijakan
pembangunan yang lebih relevan dan efektif di masa yang akan datang demi terwujudnya
kesejahteraan bagi segenap masyarakat.

Meskipun terhalang oleh terbatasnya ketersediaan data yang dibutuhkan, kami telah
berusaha untuk mempresentasikan hasil yang terbaik yang bisa dilakukan. Berbagai
keterbatasan tersebut tentunya telah mempengaruhi tingkat kesempurnaan laporan ini.
Oleh karena itu, kami akan mengucapkan banyak terimakasih bila ada masukan yang
konstruktif dari berbagai pihak guna penyempurnaan laporan ini dan demi keberhasilan
pembangunan di Provinsi Bengkulu yang kita cintai ini.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh dan salam sejahtera.


                                              Bengkulu,     Desember 2009
                                              Rektor Universitas Bengkulu




                                              Prof. Ir. Zainal Mukhtamar, M.Sc,Ph.D
                                              NIP.19591110.198403.1.005



                                                          Tim EKPD Provinsi Bengkulu,
                                                      M.Abduh, SE,M.Sc, Ph.D (Ketua)
                                                            Hutapia, SE, ME (Anggota)
                                                       Dr.M.Ridwan, SE,MP. (Anggota)
                                                            Dr.Iskandar.M.Si (Anggota)
                                                           Benardin, SE, MT (Anggota)
                                                         Adi Bastian, SH,MH (Anggota)

 




                                                                                      ii
■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu  
 


                                                                            BAB

                                                                               I

                                                          Pendahuluan
 



1.1. Latar Belakang dan Tujuan

       Pembangunan daerah termasuk di Provinsi Bengkulu merupakan bagian yang tidak
       terpisahkan dari pembangunan nasional. Pada hakekatnya pembangunan daerah
       merupakan serangkaian upaya yang terencana, terstruktur dan sistematis serta
       berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas daerah dalam
       mewujudkan kesejahteraan bagi segenap masyarakat dan menggapai masa depan
       yang lebih baik di masa yang akan datang.

       Meskipun tujuan utama pembangunan hampir relatif sama untuk semua daerah,
       namun setiap daerah mempunyai karakteristik dan potensi yang belum tentu sama
       dengan daerah lain sehingga pemerintah di masing-masing daerah perlu membuat
       kebijakan dan program pembangunan yang sesuai dengan situasi dan kondisi
       daerahnya tetapi harus relevan atau tidak bertentangan dengan kebijakan
       pembangunan di tingkat nasional. Hal ini sejalan dengan amanat UU No. 32 tahun
       2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-
       Undang Nomor 8 Tahun 2005 yang menegaskan bahwa Pemerintah Daerah
       diberikan kewenangan secara luas untuk menentukan kebijakan dan program
       pembangunan di daerah masing-masing.

       Sebagai upaya untuk mencapai tujuan utama pembangunan daerah dan nasional,
       Pemerintah Provinsi Bengkulu telah merencanakan dan mengimplementasikan
       berbagai jenis kebijakan dan program pembangunan di segala bidang secara
       bertahap baik untuk jangka pendek berupa rencana kerja, jangka menengah berupa
       rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) maupun rencana
       pembangunan jangka panjang daerah (RPJPD). Meskipun telah banyak upaya
       pembangunan di berbagai bidang yang telah dilaksanakan, namun hasil

                                                                                   1
■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu  



        pembangunan yang dicapai masih belum optimal karena hingga saat ini Provinsi
        Bengkulu masih dikategorikan sebagai salah satu provinsi tertinggal di Indonesia.
        Oleh karena itu, kinerja pembangunan daerah di Provinsi Bengkulu perlu dievaluasi
        untuk perbaikan kebijakan dan program di masa yang akan datang agar tujuan
        utama pembangunan daerah dapat diwujudkan.

        Sebagaimana di tingkat nasional, Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD)
        2009 di Provinsi Bengkulu dilaksanakan untuk menilai relevansi dan efektivitas
        kinerja pembangunan daerah dalam rentang waktu 2004-2008. Evaluasi ini juga
        dilakukan      untuk      melihat    apakah   pembangunan   daerah     telah   mencapai
        tujuan/sasaran yang diharapkan dan apakah masyarakat mendapatkan manfaat dari
        pembangunan daerah tersebut.

        Secara kuantitatif, evaluasi ini akan memberikan informasi penting yang berguna
        sebagai alat untuk membantu pemangku kepentingan dan pengambil kebijakan
        pembangunan dalam memahami, mengelola dan memperbaiki apa yang telah
        dilakukan sebelumnya.

        Hasil evaluasi digunakan sebagai rekomendasi yang spesifik sesuai kondisi lokal
        Provinsi     Bengkulu         guna   mempertajam   perencanaan   dan     penganggaran
        pembangunan pusat dan daerah pada periode berikutnya, termasuk untuk
        penentuan alokasi Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Dekonsentrasi (DEKON).

1.2. Keluaran

        Keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan EKPD 2009 di Provinsi Bengkulu ini
        meliputi:
        •    Terhimpunnya data dan informasi evaluasi kinerja pembangunan daerah di
             Provinsi Bengkulu
        •    Tersusunnya hasil analisa evaluasi kinerja pembangunan daerah di Provinsi
             Bengkulu


1.3. Metodologi Evaluasi

        Metodologi Evaluasi dan Kerangka Kerja EKPD 2009 di Provinsi Bengkulu mengacu
        kepada panduan yang disediakan oleh BAPPENAS yang meliputi beberapa tahapan
        kegiatan utama yaitu: (1) Penentuan indikator hasil (outcomes) yang memiliki

                                                                                              2
■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu  
 

       pengaruh besar terhadap pencapaian tujuan pembangunan daerah; (2) Pemilihan
       pendekatan dalam melakukan evaluasi; dan (3) Pelaksanaan evaluasi serta
       penyusunan rekomendasi kebijakan, sebagaimana terlihat pada Gambar 1.1. Ketiga
       tahapan tersebut diuraikan sebagai berikut:

       (1) Penentuan Indikator Hasil (outcomes)
       Indikator kinerja dari tujuan/sasaran pembangunan daerah merupakan indikator
       dampak (impacts) yang didukung melalui pencapaian 5 kategori indikator hasil
       (outcomes) terpilih. Pengelompokan indikator hasil serta pemilihan indikator
       pendukungnya, dilakukan dengan memperhatikan kaidah-kaidah sebagai berikut:

       •   Specific, atau indikator dapat diidentifikasi dengan jelas;
       •   Relevant: mencerminkan keterkaitan secara langsung dan logis antara target
           output dalam rangka mencapai target outcome yang ditetapkan; serta antara
           target outcomes dalam rangka mencapai target impact yang ditetapkan;
       •   Measurable: jelas dan dapat diukur dengan skala penilaian tertentu yang
           disepakati, dapat berupa pengukuran secara kuantitas, kualitas dan biaya;
       •   Reliable: indikator yang digunakan akurat dan dapat mengikuti perubahan
           tingkatan kinerja;
       •   Verifiable: memungkinkan proses validasi dalam sistem yang digunakan untuk
           menghasilkan indikator;
       •   Cost-effective: kegunaan indikator sebanding dengan biaya pengumpulan data.


       Pengelompokan 5 kategori indikator hasil (outcomes) yang mencerminkan
       tujuan/sasaran pembangunan daerah meliputi:

       A. Tingkat Pelayanan Publik dan Demokrasi.
       B. Tingkat Kualitas Sumber Daya Manusia.
       C. Tingkat Pembangunan Ekonomi.
       D. Kualitas Pengelolaan Sumber Daya Alam.
       E. Tingkat Kesejahteraan Sosial.




                                                                                         3
■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu  



                                    Gambar 1.1. Kerangka Kerja EKPD




    (2) Pemilihan Pendekatan Dalam Melakukan Evaluasi
         Hubungan antar tingkat indikator dengan pendekatan pengukuran kinerja dapat
         dilihat dalam Gambar 1.2 yaitu:
         •    Relevansi untuk menilai sejauh mana pembangunan yang dijalankan relevan
              terhadap sasaran atau kebutuhan daerah dalam menjawab permasalahannya.
         •    Efektivitas, untuk melihat apakah pembangunan yang dilakukan berkontribusi
              terhadap pencapaian baik tujuan spesifik maupun umum pembangunan
              daerah.
         •    Efisiensi, untuk mengetahui bagaimana masukan (inputs) dirubah menjadi
              keluaran (outputs).
         •    Efektivitas Biaya, untuk menggambarkan hubungan antara input dengan
              outcomes pembangunan.
                                                                                       4
■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu  
 

         •    Kualitas,        yaitu      pengukuran    derajat   kesesuaian   antara    hasil-hasil
              pembangunan dengan kebutuhan dan harapan masyarakat.
         •    Waktu, yaitu ketepatan waktu/periode pencapaian kinerja yang ditetapkan.
         •    Produktivitas, untuk melihat nilai tambah dari setiap tahapan proses
              pembangunan dibandingkan dengan sumber daya yang digunakan.


          Mengingat        keterbatasan      waktu     dan   sumber   daya   yang   tersedia   untuk
          pelaksanaan EKPD 2009, maka pendekatan dalam melakukan evaluasi hanya
          meliputi relevansi dan efektivitas pencapaian.


    Gambar 1.2 . Hubungan antara Indikator dan Pendekatan Dalam Melakukan Evaluasi




                                                                                                  5
■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu  



    (3) Pelaksanaan evaluasi serta penyusunan rekomendasi kebijakan
         Tahapan evaluasi dimulai dengan mengidentifikasi permasalahan dan tantangan
         utama pembangunan daerah serta mengidentifikasi tujuan pembangunan daerah.

         Tahap kedua adalah melengkapi dan mengoreksi Tabel Capaian yang dilanjutkan
         dengan tahap ketiga yaitu melakukan penilaian berkaitan dengan relevansi dan
         efektivitas pencapaian.

         Tahap keempat adalah melakukan identifikasi berbagai alasan atau isu yang
         menyebabkan capaian pembangunan daerah (tidak) relevan dan (tidak) efektif.
         Tim Evaluasi Provinsi menjelaskan “How and Why” berkaitan dengan capaian
         pembangunan daerah.

         Tahap kelima adalah menyusun rekomendasi untuk mempertajam perencanaan
         dan penganggaran pembangunan periode berikutnya.

    (4) Metode Analisis
         Metode yang digunakan untuk menentukan capaian 5 kelompok indikator hasil
         adalah sebagai berikut:

         (1) Indikator hasil (outcomes) disusun dari beberapa indikator pendukung terpilih
              yang memberikan kontribusi besar untuk pencapaian indikator hasil
              (outcomes).
         (2) Pencapaian indikator hasil (outcomes) dihitung dari nilai rata-rata indikator
              pendukung dengan nilai satuan yang digunakan adalah persentase.
         (3) Indikator pendukung yang satuannya bukan berupa persentase maka tidak
              dimasukkan dalam rata-rata, melainkan ditampilkan tersendiri.
         (4) Apabila indikator hasil (outcomes) dalam satuan persentase memiliki makna
              negatif,      maka          sebelum   dirata-ratakan   nilainya   harus   diubah   atau
              dikonversikan terlebih dahulu menjadi (100%) – (persentase pendukung
              indikator negatif).
              Sebagai contoh adalah nilai indikator pendukung persentase kemiskinan
              semakin tinggi, maka kesejahteraan sosialnya semakin rendah.
         (5) Pencapaian indikator hasil adalah jumlah nilai dari penyusun indikator hasil
              dibagi jumlah dari penyusun indikator hasil (indicator pendukungnya). Contoh
              untuk indikator Tingkat Kesejahteraan Sosial disusun oleh:



                                                                                                    6
■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu  
 

               • persentase penduduk miskin
               • tingkat pengangguran terbuka
               • persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak
               • presentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia
               • presentase pelayanan dan rehabilitasi sosial


         Semua penyusun komponen indikator hasil ini bermakna negatif (Lihat No.4).
         Sehingga:

         Indikator kesejahteraan sosial = {(100% - persentase penduduk miskin) + (100%
         - tingkat pengangguran terbuka) + (100% - persentase pelayanan kesejahteraan
         sosial bagi anak) + (100%- persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut
         usia) + (100% - persentase pelayanan dan rehabilitasi sosial}/5

         Untuk menilai kinerja pembangunan daerah, pendekatan yang digunakan adalah
         Relevansi dan Efektivitas.

         Relevansi         digunakan      untuk     menganalisa    sejauh     mana   tujuan/sasaran
         pembangunan             yang     direncanakan     mampu      menjawab           permasalahan
         utama/tantangan. Dalam hal ini, relevansi pembangunan daerah dilihat apakah
         tren capaian pembangunan daerah sejalan atau lebih baik dari capaian
         pembangunan nasional.

         Sedangkan efektivitas digunakan untuk mengukur dan melihat kesesuaian antara
         hasil dan dampak pembangunan terhadap tujuan yang diharapkan. Efektivitas
         pembangunan dapat dilihat dari sejauh mana capaian pembangunan daerah
         membaik dibandingkan dengan tahun sebelumnya.



    (5) Sumber Data
         Dalam mengumpulkan data dan informasi, teknik yang digunakan melalui:
    •    Pengamatan langsung
         Pengamatan           langsung     kepada     masyarakat    sebagai     subjek      dan   objek
         pembangunan            di    daerah,   diantaranya   dalam    bidang     sosial,     ekonomi,
         pemerintahan, politik, lingkungan hidup dan permasalahan lainnya yang terjadi.




                                                                                                     7
■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu  



    •    Pengumpulan Data Primer

         Data primer diperoleh melalui Focus Group Discussion (FGD) dengan pemangku-
         kepentingan pembangunan daerah dan narasumber/informan yang memahami
         topik dalam pembangunan daerah di provinsi Bengkulu. Tim Evaluasi Provinsi
         menjadi fasilitator rapat/diskusi dalam menggali masukan dan tanggapan peserta
         diskusi.

    •    Pengumpulan Data Sekunder

         Data dan informasi yang telah tersedia pada instansi pemerintah seperti BPS
         daerah, Bappeda dan Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait atau dinas-dinas
         terkait seperti: Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan Negeri, Dinas Pendidikan
         Nasional, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Koperasi, Perdagangan dan Industri,
         Dinas Kehutanan, Dinas Kesehatan, Dinas Kelautan dan Perikanan serta KPUD
         serta dari hasil penelitian yang terkait.




                                                                                      8
■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu  
 


                                                                                       BAB

                                                                                         II
 


                                                                     Hasil Evaluasi

Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) 2009 di Provinsi Bengkulu dilaksanakan
dengan menggunakan dan mengacu kepada metode evaluasi yang telah disediakan oleh
BAPPENAS terutama dalam penentuan indikator kinerja, jenis data, teknik pengolahan
data dan presentasi hasil pengolahan data serta analisisnya.

Berdasarkan hasil evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah sejak tahun 2004 sampai
dengan tahun 2008, pemerintah Provinsi Bengkulu telah melakukan berbagai upaya
percepatan pembangunan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
namun demikian upaya yang dilakukan tersebut menghadapi berbagai permasalahan dan
tantangan.

Secara umum permasalahan dan tantangan utama pembangunan daerah Provinsi
Bengkulu antara lain adalah:

•   Seluruh kabupaten termasuk dalam kategori daerah tertinggal (dari 9 kabupaten /
    Kota), hanya kota Bengkulu saja yang tidak termasuk dalam kelompok ini berdasarkan
    klasifikasi dari Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal,
•   Terbatasnya sarana dan prasarana (infrastruktur), yang terdiri dari sarana dan
    prasarana transportasi, listrik dan telekomunikasi, air, irigasi, sarana pendidikan dan
    kesehatan.          Prasarana          transportasi   terutama    jalan   (jalan   Nasional,
    Provinsi/kabupaten/kota) yang ada sebagian besar dalam kondisi rusak. Selain
    Infrastruktur jalan, infrastruktur pelabuhan laut pulau Baai mengalami pendangkalan
    yang sangat mengganggu aktivitas bongkar dan muat.
•   Keterbatasan kemampuan keuangan daerah sehingga membatasi ruang gerak
    pemerintah         daerah      untuk    melaksanakan    pembangunan.      Sumber   keuangan
    pemerintah Provinsi Bengkulu masih sangat tergantung kepada subsidi pemerintah
    pusat melalui Dana Alokasi Umum.
•   Rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) dikarenakan terbatasnya akses
    masyarakat terhadap pendidikan, kesehatan, dan lapangan kerja. Kualitas pendidikan
                                                                                              9
■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu  



    masih rendah, selain itu juga masih terdapat ketimpangan antar satuan pendidikan
    antar daerah dan antar kelompok masyarakat. Penyediaan pelayanan pendidikan
    belum dapat menjangkau seluruh kelompok masyarakat. Sementara itu, kualitas
    pelayanan kesehatan masih rendah dan belum merata. Status kesehatan masyarakat,
    terutama penduduk miskin masih rendah. Kapasitas pelayanan kesehatan masih
    rendah dan jumlah tenaga kesehatan serta pembiayaan kesehatan masih terbatas
    dan pola alokasinya belum optimal.
•   Iklim usaha masih kurang menarik bagi investor, jauh di bawah iklim usaha provinsi
    tetangga. Minat investasi, yang tercermin dari nilai persetujuan PMDN dan PMA, juga
    masih sangat rendah.
•   Jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan dan yang rentan untuk jatuh
    ke bawah garis kemiskinan masih cukup besar. Kemiskinan di Provinsi Bengkulu juga
    diiringi oleh masalah ketimpangan pembangunan antar kabupaten.
•   Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan belum secara optimal ditangani
    dengan baik. Kerusakan sumber daya hutan cenderung meningkat.
•   Pelaksanaan tata pemerintahan yang baik (good governance) belum terlaksana
    secara optimal, hal ini disebabkan karena rendahnya kinerja aparatur pemerintah
    daerah, masih adanya pelanggaran disiplin dan tingginya tingkat penyalahgunaan
    kewenangan dalam bentuk KKN, belum memadainya sistem kelembagaan dan
    ketatalaksanaan birokrasi pemerintah untuk dapat menunjang pelaksanaan tugas-
    tugas pemerintahan dan pembangunan secara efisien dan efektif, dan belum
    optimalnya teknologi informasi dan komunikasi di setiap dinas instansi.

    Hasil pengolahan data evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah beserta analisisnya
    disajikan di bawah ini secara berturut-turut berdasarkan lima kategori indikator hasil
    (outcomes) yang digunakan pada EKPD 2009 ini.



2.1. Tingkat Pelayanan Publik
        2.1.1.   Persentase Jumlah kasus korupsi yang tertangani dibandingkan
                 dengan yang dilaporkan

        Selama periode sejak tahun 2004 hingga 2008, persentase jumlah kasus korupsi
        yang dilaporkan dengan yang ditangani dan ditindaklanjuti di Provinsi Bengkulu
        menunjukkan angka yang berfluktuasi dari tahun ke tahun dengan nilai terendah
        jumlah kasus yang ditangani dan ditindaklanjuti sebesar 30% pada tahun 2007 dan
        nilai tertinggi sebesar 87,5% pada tahun 2006. Sebagaimana terlihat pada tabel 2.1,

                                                                                         10
■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu  
 

      nilai persentase pada tahun 2008 adalah sebesar 42,50% sedikit lebih tinggi dari
      tahun 2007. Alasan utama yang menyebabkan masih banyaknya jumlah kasus
      korupsi yang tidak terselesaikan adalah karena beberapa kasus-kasus korupsi yang
      dilaporkan baik perorangan maupun kelompok tidak dilengkapi dengan bukti-bukti
      yang cukup kuat, sehingga tidak dapat dimasukkan dalam registrasi perkara.

      Selain nilai persentase, jumlah kasus korupsi yang dilaporkan juga berfluktuasi
      dengan nilai terendah sebesar 8 kasus tahun 2004 dan nilai tertinggi sebesar 40
      kasus pada tahun 2008. Meskipun begitu, salah satu kendala yang dihadapi
      dilapangan adalah terbatasnya ketersediaan data yang berasal dari sumber-sumber
      resmi. Apabila dibandingkan dengan informasi yang diberitakan melalui media masa
      lokal, jumlah kasus korupsi yang tercatat di Kajati Provinsi Bengkulu cendrung lebih
      kecil.

               Tabel 2.1. Persentase Jumlah Kasus Korupsi Yang Dilaporkan Dengan Yang
                                      Disidang, Tahun 2004 - 2008
                        Jumlah Kasus            Jumlah Perkara
          Tahun                                                  % Provinsi   % Nasional
                       yang Dilaporkan           Yang disidang
           2004               8                        7           83,33         97,00
           2005              17                       14           82,35         97,00
           2006              24                       21           87,50         94,00
           2007              18                        6           30,00         94,00
           2008              40                       17           42,50         94,00
       Sumber : Kajati Provinsi Bengkulu, 2009



    Relevansi: Sebagaimana terlihat pada Tabel 2.1, persentase jumlah kasus korupsi
    yang ditangani di Provinsi Bengkulu masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan
    persentase yang dicapai di tingkat nasional. Hal ini memberikan implikasi bahwa
    tingkat keseriusan Provinsi Bengkulu untuk memberantas korupsi kelihatannya belum
    setara atau tidak lebih baik dengan upaya dan tekad yang dilakukan di tingkat
    nasional. Implikasi tersebut sekaligus menunjukkan rendahnya tingkat relevansi
    antara hasil capaian (kinerja) di Provinsi Bengkulu dengan kinerja di tingkat nasional.

    Efektivitas: Kinerja Provinsi Bengkulu dalam menangani kasus korupsi sejak dua
    tahun terakhir telah mengalami penurunan yang signifikan atau tidak lebih baik bila
    dibandingkan          dengan          kinerja   pada   tahun-tahun   sebelumnya.     Hasil   ini
    mengindikasikan bahwa kebijakan dan pelaksanaan pemberantasan korupsi dalam
    beberapa tahun terakhir juga mempunyai tingkat efektifitas yang rendah. Rendahnya
    tingkat efektifitas tersebut dapat disebabkan oleh banyak faktor. Meskipun begitu,
    faktor utama yang dijadikan alasan oleh pihak-pihak terkait sehubungan dengan
                                                                                                 11
■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu  



    rendahnya kinerja tersebut adalah ‘tidak lengkapnya barang bukti, sehingga
    penanganan kasus-kasus yang dilaporkan tidak dapat diselesaikan hingga tuntas.
    Sebagaimana kejadian di tingkat nasional dalam beberapa bulan terakhir ini, diduga
    penyebab banyaknya kasus yang dipeti-es-kan adalah karena adanya ‘mafia kasus’ di
    pengadilan. Namun, dugaan seperti itu tidak mudah untuk dibuktikan.

    Rekomendasi:

    Keberhasilan dalam penyelesaian kasus-kasus korupsi dapat dipengaruhi oleh banyak
    faktor, terutama kuatnya komitmen dari berbagai pihak terkait dan tingginya
    konsistensi antara perencanaan dan pelaksanaan dari kebijakan-kebijakan yang
    ditujukan untuk memberantas korupsi. Oleh karena itu, pemerintah baik di daerah
    mauoun di pusat sebaiknya merumuskan strategi yang lebih efektif yang bertujuan
    untuk mendorong peningkatan komitmen pihak-pihak terkait dalam pemeberantasan
    kourpsi termasuk memberikan reward yang istimewa bagi yang berprestasi dan
    memberikan punishment hukuman yang lebih berat bagi aparat yang melanggarnya.
    Selain itu, pada umumnya tingkat pemahaman masyarakat dalam masalah hukum
    masih belum memadai, sehingga tidak sepenuhnya memahami mekanisme pelaporan
    kasus        dan   menyipaklan        barang-barang   bukti   yang   dibutuhkan.   Selanjutnya
    perlindunghan hukum               yang cendrung rendah terutama bagi masyarakat secara
    umum diduga telah berpengaruh terhadap rendahnya partisipasi masyarakat dalam
    upaya penegakan hukum. Oleh karena itu, pendidikan hukum melalui berbagai media
    masa dapat dijadikan sebagai media pembelajaran bagi masyarakat umum serta
    adanya jaminan keamanan bagi masyarakat pelapor kasus korupsi diperkirakan juga
    dapat mendorong terjadinya proses kontrol oleh masyarakat.


        2.1.2.   Persentase Aparat yang Berijazah Minimal S1

        Tingkat pendidikan aparat mempunyai korelasi dengan tingkat pelayanan publik dan
        produktivitas kerja karyawan. Apabila dilihat perbandingan persentase aparat yang
        berijazah minimal S1 di Provinsi Bengkulu dengan rata-rata nasional sejak tahun
        2006 - 2007, menunjukkan bahwa kualitas pendidikan aparat di daerah ini lebih baik
        yakni: 44,15% berbanding 30,6%, namun pada tahun 2008 persentase tersebut
        menurun sedangkan pada tingkat nasional terjadi kenaikan. Tingginya persentase ini
        karena dalam beberapa tahun terakhir dalam proses penerimaan CPNS di Provinsi
        Bengkulu dengan persyaratan pendidikan minimal S1. Sementara itu sejak tahun



                                                                                                12
■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu  
 

     2004 sampai sekarang pemerintah daerah selalu menambah PNS setiap tahunnya
     kurang lebih 4500 orang.
                   Tabel 2.2. Perkembangan Persentase Aparat di Provinsi Bengkulu
                            yang Berijazah Minimal S1, Tahun 2004 -2008

         Aparat yang berijazah minimal S1                 2004      2005        2006    2007    2008
        Bengkulu                                          59,50     29,40       50,19   44,15   39,34
        Nasional                                           29,9        31       31,93    30,6   30,99
     Sumber BPS Provinsi Bengkulu, 2009
             Gambar 2.1. Grafik Perbandingan Perkembangan Persentase Aparat
              di Provinsi Bengkulu yang berijazah minimal S1, Tahun 2004 -2008

                                     59.5
                                60
                                                         50.19
                                50                                  44.15
                                40                                               39.34
                       Persen




                                        29.9   29.431      31.93         30.6       30.99
                                30
                                20
                                10
                                0
                                     2004      2005      2006        2007        2008
                                                         Tahun

                                            Provinsi Bengkulu    Nasional
                                                                                                      


                     Tabel 2.3. Jumlah Aparatur Pemerintah di Provinsi Bengkulu
                     Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin, Tahun 2008
             No                 Tingkat Pendidikan          Laki-laki       Perempuan       Jumlah
               1S D / Primary School                               147               20        167
               2SLTP / Junior High School                          160               34        194
               3S M U / Senior High School                       1.622              878      2.500
               4D-1 / Diploma I                                      8               13         21
               5D-2 / Diploma II                                    27                6         33
               6D-3 / Diploma III                                  374              351        725
               7D-4 / Diploma IV                                     7                5         12
               8S-1 / Strata I                                   1492               685      2177
               9S-2 / Strata II                                    148               41        189
              10S-3 / Strata III                                     2                0          2
                Jumlah                                           3.987            2.033      6.020
           Sumber: BPS Provinsi Bengkulu, 2009




                                                                                                         13
■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu  



                          Gambar 2.2. Grafik Persentase Aparat di Provinsi Bengkulu
                                  yang Berijazah Minimal S1, Tahun 2008
                          1800
                                                         1622
                          1600                                                                                    1492

                          1400
                          1200


                 Jumlah
                          1000                             878
                          800                                                                                          685

                          600
                                                                                           374
                                                                                             351
                          400
                                 147        160                                                                                  148
                          200                  34                               27 6                                                41
                                    20                              8 13                                 7 5                                   2 0
                            0
                                  SD/        SLTP /      SM U /     D-1 /        D-2 /       D-3 /       D-4 /   S-1 / St rata    S-2 /         S-3 /
                                 Primary   Junior High   Senior   Diploma I    Diploma II Diploma III Diploma IV       I         St rata II   Strata III
                                 School      School       High
                                                         School




                                                                              Laki-Laki      Perempuan
                                                                                                                                                            

    Meskipun jumlah aparat yang berijazah minimal S1 sudah melebihi dari rata-rata
    nasional, namun kualitas pelayanan publik masih belum cepat dan efisien. Hal ini
    dapat disebabkan karena penerapan SPM masih terbatas, kurangnya akses terhadap
    teknologi informasi dan komunikasi, masih rendahnya e-literasi aparatur pemerintah
    dan masih adanya prosedur pelayanan yang berbelit-belit.

    Relevansi: Peningkatan dalam jumlah dan persentase aparat yang berijazah S1 di
    Provinsi Bengkulu mencerminkan bahwa kebijakan yang diambil dalam perekrutan
    aparat pemerintah telah sejalan dengan kebijakan di tingkat nasional. Oleh karena itu,
    kinerja yang telah dicapai oleh Provinsi Bengkulu telah sejalan dan relevan dengan
    kebijakan yang sama di tingkat nasional.

    Efektifitas: Bila efektifitas diukur berdasarkan peningkatan jumlah dan persentase
    aparat yang berijazah S1 maka kinerja Provinsi Bengkulu dalam hal perekrutan
    tenaga kerja (aparat) dapat dikatakan telah efektif. Meskipun begitu, hasil pengamatan
    di lapangan menunjukkan bahwa terdapat adanya kecendrungan belum relevannnya
    antara latar belakang pendidikan dan jenis pekerjaan yang diemban oleh
    bersangkutan. Ketidak-cocokan tersebut berpengaruh terhadap kualitas pelayanan
    yang diberikan kepada masyarakat sehingga tidak terlihat adanya perbedaan yang
    signifikan yang ditimbulkan oleh peningkatan jumlah aparat yang berpendidikan
    minimum S1.

    Rekomendasi:
    Dalam rangka meningkatkan pelayanan publik, ada beberapa program dan kegiatan
    yang dapat dilakukan seperti: peningkatan kualitas SDM (aparat) dalam konteks
    profesionalisme termasuk meningkatkan kecocokan (link dan match) antara
                                                                         14
■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu  
 

    konpetensi yang dimiliki aparat dengan penempatannya di bidang pekerjaan tepat
    sehingga the right man on the right place dapat diwujudkan. Selain itu, pada umumnya
    aparat S1 yang baru saja diterima atau direkrut biasanya belum mempunyai
    pengetahuan dan keterampilan khusus dalam hal publik service. Oleh karena itu,
    pelatihan atau training juga perlu dilakukan secara periodik terutama yang berkaitan
    dengan       teknologi      informasi   dan       komunikasi.   guna     meningkatkan   wawasan,
    pemahaman dan keterampilan aparat dalam hal pemberian pelayanan publik yang
    lebih baik dan optimal bagi masyarakat. Sebagai upaya untuk meningkatkan
    profesionalisme aparat, kebijakan rewards dan punishment perlu dirumuskan dan
    dilaksanakan termasuk punishment bagi aparat yang terkait dengan kasus korupsi
    agar terwujud ‘good governance, profesionalisme, transparan, akuntabel, kredibilitas,
    dan bebas dari KKN dalam penentuan pejabat dan penerimaan CPNS di lingkungan
    Pemerintahan Provinsi Bengkulu..

        2.1.3.   Persentase jumlah kabupaten / Kota yang Memiliki Peraturan Daerah
                 Pelayanan Satu Atap

    Di Provinsi Bengkulu hingga saat ini terdapat 10 kabupaten/kota, namun demikian
    belum seluruhnya menerapkan peraturan daerah (Perda) pelayanan satu atap.
    Beberapa penyebab belum diterapkannya peraturan daerah pelayanan satu atap
    karena adanya daerah pemekaran baru (belum terbentuknya DPRD) serta masih ada
    kabupaten yang belum membuat Perda tersebut. Persentase jumlah kabupaten/ kota
    yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap terus meningkat tetapi
    implementasinya masih belum optimal. Meskipun secara persentase meningkat,
    namun jika dibandingkan dengan capaian rata-rata nasional terutama dalam dua
    tahun terakhir jauh tertinggal.

           Tabel 2.4 Persentase Jumlah Kabupaten/Kota Yang Memiliki Perda Pelayanan
                                  Satu Atap, Tahun 2004 - 2008
                    Jumlah         Jumlah Kab.Kota yang Memiliki      Persentase     Persentase
         Tahun
                   Kab.Kota          Perda Pelayanan Satu Atap         Provinsi       Nasional
         2004         9                          3                      33.33           2.05
         2005           9                         3                        33.33        2.05
         2006           9                         4                        44.44       21.59
         2007           9                         5                        55.56       61.29
       2008       10                     6                                 60.00       74.31
     Sumber: BPS Provinsi Bengkulu, 2009
     




                                                                                                  15
■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu  




                    Gambar 2.3. Grafik Persentase Jumlah Kabupaten yang Memiliki
                                     Perda Pelayanan Satu Atap 

                          12                                                                    80
                          10
                                                                                                60




                                                                                                     Persentase
                 Jumlah   8
                          6                                                                     40
                          4
                                                                                                20
                          2
                          0                                                                     0
                               2004          2005           2006          2007           2008

                                      Jumlah Kab.Kota
                                      Jumlah Kab.Kota yang Memiliki Perda Pelayanan Satu Atap
                                      Persentase Provinsi
                                      Persentase Nasional
                                                                                                                   


    Relevansi: Apabila dilihat dari analisis relevansi bahwa tujuan pembangunan dengan
    membuat Perda Pelayanan Satu Atap adalah sudah sejalan dengan keinginan
    pemerintah yaitu untuk mengatasi permasalahan birokrasi yang lambat dan berbelit-
    belit. Dari data dapat dikatakan tren capaian pembangunan daerah sudah sejalan
    namun belum lebih baik dari capaian pembangunan nasional.

    Efektivitas: Sedangkan dilihat dari efektivitas sudah sesuai karena capaian
    pelaksanaan Perda Pelayanan Satu Atap mengalami peningkatan dibandingkan
    dengan tahun sebelumnya.

    Rekomendasi:
    (1) Pemahaman dan Komitment petugas atau aparat
    (2) Mengubah paradigma birokrasi dari peran sebagai penguasa menjadi pelayan
    (3) Peningkatan pengetahuan dan skill petugas
    (4) Penerapan SPM dan SOP dalam pengurusan perizinan dengan waktu yang jelas
    (5) Sosialisasi dan Transparansi




                                                                                                                      16
■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu  
 



       Gambar 2.4. Grafik Capaian Indikator Tingkat Pelayanan Publik Provinsi Bengkulu
                             dan Nasional Tahun 2004 - 2008.  

                                            80.00                                                                  0.80
                Capaian Indikator Outcome




                                                                                                                           Tren Capaian Indikator
                                            70.00                                                                  0.60
                                            60.00
                                                                                                                   0.40




                                                                                                                                 Outcome
                                            50.00
                                            40.00                                                                  0.20
                                            30.00                                                                  0.00
                                            20.00
                                            10.00                                                                  -0.20

                                             0.00                                                                  -0.40
                                                    2004        2005         2006         2007           2008

                                                       Tingkat Pelayanan Publik dan Demokrasi Provinsi Bengkulu
                                                       Tingkat Pelayanan Publik dan Demokrasi Nasional
                                                       Tren Provinsi
                                                       Tren Nasional
                                                                                                                                                      

2.2. Demokrasi
    2.2.1. Gender Development Index (GDI)
    Kondisi Human Development Index ( HDI) atau Indek Pembangunan Manusia (IPM)
    yang terdiri dari: umur harapan hidup, tingkat melek huruf orang dewasa, dan daya
    beli.    Tahun                              1995, UNDP        memasukkan          unsur      gender         dalam      HDI                      dengan
    mengusulkan GDI (Gender Development Index). Ukuran HDI sama dengan GDI,
    tetapi lebih terfokus pada ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan.

    Kondisi GDI Provinsi Bengkulu amat rendah, yaitu 40,31 persen hal ini setara dengan
    tingkat pembangunan gender di Indonesia yang berada pada peringkat 80 dari 156
    negara pada tahun 2008. Berarti secara Nasional GDI ini mengacu antara lain angka
    65.3 persen harapan hidup, angka melek huruf, partisipasi murid sekolah, dan GDP
    riil per kapita pada perempuan, diskriminasi pasar kerja, kepala rumah tangga
    perempuan, rumah tangga miskin (daya beli). GDI Provinsi Bengkulu masih rendah
    dibandingkan dengan GDI Nasional, hal ini disebabkan oleh kondisi keterpurukan
    perempuan Bengkulu dalam bidang sosial, ekonomi, pendidikan dan politik.
    Rendahnya GDI provinsi Bengkulu ini dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai
    berikut. Tahun 2008 bidang pendidikan, perempuan usia 10 tahun keatas yang
    tidak/belum pernah sekolah besarnya dua kali lipat penduduk laki-laki (18,65
    berbanding 4,07 persen). Begitu pula kaum perempuan yang buta huruf masih sekitar
    21,12 persen sedangkan penduduk laki-laki 6,51 persen. Di bidang ekonomi, tingkat


                                                                                                                                                         17
■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu  



    partisipasi angkatan kerja (TPAK) kaum perempuan masih relatif rendah yaitu 17
    persen bila dibandingkan dengan TPAK laki-laki yaitu 83 persen.

    Namun apabila melihat fakta-fakta lainnya, khususnya fakta mengenai perbandingan
    partisipasi antara laki-laki dan perempuan dalam proses pembangunan, peningkatan
    tersebut tidak memiliki arti sama sekali, karena kesetaraan perbandingan keduanya
    sangat jauh selisihnya, yakni berbanding 87,56 (laki-laki) dengan 12,44 (perempuan).
    Disparitas ini menandakan bahwa kesetaraan gender di Provinsi Bengkulu masih
    sangat didominasi oleh kaum laki-laki. Dengan demikian, pengarusutamaan gender
    kaum perempuan harus semakin kuat di dorong dan diperhatikan dengan serius, ini
    agar kaum perempuan tidak menjadi beban dalam Pembangunan Nasional

    Rendahnya partisipasi perempuan dalam pembangunan bukanlah karena Given
    dalam proses kehidupannya. Hal ini lebih disebabkan oleh adanya berbagai bentuk
    diskriminasi serta ketimpangan struktur sosial-budaya masyarakat (budaya Patriaki)
    yang diwarnai penafsiran ajaran yang bias gender dalam mengejar tuntutan hidup.
    Selain itu, tuntutan akan akses layanan kesehatan yang lebih baik, pendidikan yang
    lebih tinggi, keterlibatannya yang setara di ranah politik, kesetaraan memperoleh
    pekerjaan yang luas, dan keterlibatan dalam kegiatan publik yang lebih luas, juga
    masih terbatas dan cenderung mengalami diskriminatif serta sering di zalimi dalam
    kompetisi bidang-bidang tersebut.

    Relevansi: Pembangunan dalam hal pemberdayaan perempuan di Provinsi Bengkulu
    yang diukur dengan indikator GDI (gender development index) hingga saat ini belum
    memperlihatkan kinerja yang cukup signifikan karena masih tingginya ketimpangan
    dalam kesetaraan gender. Hasil ini mengindikasikan bahwa kebijakan dan
    implementasi pemberdayaan perempuan di Provinsi Bengkulu belum menghasilkan
    kinerja yang lebih baik bila dibandingkan dengan kinerja di tingkat nasional dan oleh
    karena itu tingkat relevansi antara kinerja di Provinsi Bengkulu dan di tingkat nasional
    masih sangat rendah.

    Efektifitas:       Hasil     observasi   mencerminkan   bahwa   kebijakan   pemberdayaan
    perempuan, implementasi dan hasilnya di Provinsi Bengkulu belum menunjukkan
    tingkat efektifitas yang belum memadai karena tidak terlihat adanya perubahan kinerja
    yang signifikan dari tahun ke tahun.

    Rekomendasi: beberapa kebijakan dan kegiatan untuk direkomendasikan diuraikan
    pada bagian rekomendasi di bagian GEM di bawah ini.
                                                                                          18
■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu  
 

    2.2.2. Gender Empowerment Meassurement (GEM)
    GEM (Gender Empowerment meassurement) merupakan salah satu paradigma
    pengukuran Index Pembangunan Indonesia (IPM) berdasarkan indikator yang dimensi
    ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan. Ukuran tersebut berdasarkan tiga
    variabel yaitu partisipasi perempuan dan politik (pengambilan keputusan), akses pada
    kesempatan kerja profesional dan daya beli.

    Realitas ketimpangan gender di Indonesia ini, juga berlangsung di Provinsi Bengkulu.
    Hasil laporan Human Development Report Indonesia tentang peran gender di Provinsi
    Bengkulu tahun 2008 menyebutkan bahwa sesuai GDI dan GEM, indeks gender kaum
    perempuan tahun 2004 bernilai 41,22 dan di tahun 2008 bernilai 43,1 persen. Hasil ini
    menandakan bahwa selama 5 tahun perkembangan peranan gender berjalan normal
    dan cenderung meningkat. Namun peningkatan ini juga tidak berarti apabila melihat
    perbandingan partisipasi antara laki-laki dan perempuan dalam proses pembangunan,
    dimana laki-laki jauh lebih dominan, yakni berbanding 89,11 (laki-laki) dengan 10,89
    (perempuan). Disparitas ini menandakan gejala makro tentang pengarusutamaan
    gender di Indonesia, dimana peran dan partisipasi (kuantitas dan kualitas) kaum
    perempuan mesti diberi peluang sebesar mungkin (oleh semua pihak) agar mampu
    mengejar ketinggalannya dalam pembangunan.

    Kondisi rendahnya GEM, GDI Provinsi Bengkulu yaitu dapat dilihat dari kondisi
    partisipasi dan poilitik perempuan. Data Komisi Pemilihan Umum (KPU) tahun 2008
    menunjukkan bahwa keterwakilan perempuan Bengkulu di DPRD dan DPR masih
    rendah, yaitu sekitar 18 persen dan di DPD sekitar 10 persen (hanya satu orang
    perempuan) yang mewakili Provinsi Bengkulu. Selain itu keterlibatan perempuan
    dalam jabatan publik dapat dilihat dari komposisi perempuan dan laki-laki pegawai
    negeri sipil (PNS) yang menduduki jabatan eselon. Menurut data BKN Juni 2008, dari
    sebanyak 4,59 % orang yang menduduki jabatan eselon (eselon I sampai eselon V) di
    Indonesia, hanya 20,16 persen dijabat oleh perempuan, selebihnya 79,84 persen
    dijabat oleh laki-laki. Semakin tinggi jenjang eselon, semakin senjang perbedaan
    komposisi antara laki-laki dan perempuan. Sementara itu, peran perempuan pada
    lembaga yudikatif juga masih rendah, yakni 20 persen dari hakim yang ada dijabat
    oleh perempuan, dan 18 persen sebagai hakim agung pada tahun 2008. Sedangkan
    dari 6.177 jaksa di seluruh Indonesia pada tahun yang sama tersebut, hanya 26,78
    persen dijabat oleh perempuan, sisanya 73,22 persen oleh laki-laki.



                                                                                      19
■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu  



    Melihat gambaran diatas, keterwakilan perempuan di lembaga legislatif pada saat ini
    belum memenuhi amanat undang-undang, sedangkan posisi dan peran perempuan di
    lembaga eksekutif relatif kecil, yang menduduki jabatan publik serta komposisi dan
    peran perempuan di lembaga yudikatif belum mencapai tingkat yang diharapkan.
    Partisipasi politik perempuan dihadapkan pada terbatasnya perempuan yang bersedia
    terjun di kancah politik, sehingga partai politik banyak mengalami kekurangan kader
    perempuan.         Lingkungan         sosial   budaya   kurang   kondusif   dalam   mendukung
    perempuan untuk berpartisipasi dalam politik, selain kurangnya pendidikan dan
    pelatihan politik untuk perempuan. Sedangkan posisi dan peran perempuan dalam
    jabatan publik masih dihadapkan pada otoritas tim dalam badan seleksi yang kurang
    memperhatikan aspek keadilan dan kesetaraan gender.

    Relevansi: Sama dengan GDI, pembangunan dalam hal pemberdayaan perempuan
    di Provinsi Bengkulu yang diukur dengan indikator GEM (gender empowerment
    measure) hingga saat ini belum memperlihatkan kinerja yang cukup signifikan karena
    masih tingginya ketimpangan dalam kesetaraan gender. Hasil ini mengindikasikan
    bahwa kebijakan dan implementasi pemberdayaan perempuan di Provinsi Bengkulu
    belum menghasilkan kinerja yang lebih baik bila dibandingkan dengan kinerja di
    tingkat nasional dan oleh karena itu tingkat relevansi antara kinerja di Provinsi
    Bengkulu dan di tingkat nasional masih sangat rendah.


    Efektifitas:      Hasil     observasi     mencerminkan     bahwa    kebijakan   pemberdayaan
    perempuan, implementasi dan hasilnya di Provinsi Bengkulu belum menunjukkan
    tingkat efektifitas yang belum memadai karena tidak terlihat adanya perubahan kinerja
    yang signifikan dari tahun ke tahun.

    Rekomendasi:
    Masih rendahnya GDI dan GEM baik dari sisi relevansi maupun efektifitas di Provinsi
    Bengkulu mengisyaratkan bahwa Pemerintah Provinsi Bengkulu perlu meningkatkan
    berbagai upaya yang bertujuan untuk mendorong peningkatan peranan perempuan
    dalam pembangunan. Landasan hukum yang menjamin keadilan dan kesetaraan
    gender dirumuskan dalam UUD 1945 pada Bab XA tentang Hak Asasi Manusia, Pasal
    28C ayat 1 yang menyatakan setiap orang berhak mengembangkan diri melalui
    pemenuhan kebutuhan dasarnya, mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat
    dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, meningkatkan mutu hidup dan
    kesejahteraan umat manusia. Landasan hukum lain yang memastikan terciptanya
    kesetaraan dan keadilan gender adalah UU No.7 Tahun 1984 tentang pengesahan
                                                                             20
■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu  
 

    konvensi mengenai penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan,
    dan Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang pengarusutamaan gender dalam
    kebijakan, program, dan kelembagaan.

    Di sisi lain, berbagai kebijakan tidak konsisten dengan kebijakan lain dan kebijakan di
    atasnya seperti UU Perkawinan tahun 1974, UU No. 7 tahun 1984 tentang
    Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi, dan
    Inpres No. 9 Tahun 2000. UU Perkawinan Tahun 1974 pasal 1 menyatakan laki-laki
    sebagai kepala keluarga dan perempuan sebagai ibu rumah tangga. UU ini
    menciptakan kesenjangan gender secara meluas, karena UU tersebut kemudian
    dijadikan rujukan bagi kebijakan lain seperti penentuan upah dan pajak. Kaji ulang
    atau revisi atas UU Perkawinan Tahun 1974 perlu dilakukan agar konsisten dengan
    kebijakan yang lain.

    UU No.7 tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala
    Bentuk Diskriminasi diharapkan mampu mengubah tatanan politik nasional dengan
    melibatkan keterlibatan perempuan dalam menjalankan institusi politik. Perubahan
    yang diharapkan bukan semata pada jumlah perempuan yang terlibat dalam lingkar
    pengambil keputusan, tetapi juga pada representasi kepentingan dan kebutuhan
    perempuan dalam penyelenggaraan politik tersebut. Pelaksanaan Undang-undang
    tersebut sangat lemah karena terbentur pada nilai yang berlaku di Indonesia.
    Penjelasan         dari    UU         tersebut    menyebutkan      bahwa    pelaksanaan     konvensi
    “...disesuaikan dengan tata kehidupan masyarakat yang meliputi nilai-nilai budaya,
    adat-istiadat serta norma-norma keagamaan yang masih berlaku dan diikuti secara
    luas oleh masyarakat Indonesia.” Hal ini berarti bahwa UU tersebut bersifat inferior
    terhadap norma sosial yang berlaku sehingga bertentangan dengan tujuan konvensi.

    Inpres No. 9 Tahun 2000, mendorong pengarusutamaan gender dalam lembaga,
    kebijakan, dan program pemerintahan. Di sisi lain, kebijakan tersebut tidak mampu
    mendorong pelaksanaan pengarusutamaan karena kebijakan itu tidak dalam bentuk
    Keputusan Presiden atau UU. Selain itu, Kementrian Negara Pemberdayaan
    Perempuan          tidak    mempunyai            infrastuktur   daerah   untuk   membantu    proses
    pelaksanaan Inpres tersebut. Kebijakan penyetaraan dan keadilan gender di instansi
    teknis juga tidak efektif karena tidak dilengkapi dengan anggaran. Di masa depan,
    Inpres No. 9 Tahun 2000 perlu diperkuat menjadi Keppres atau undang-undang agar
    efektif untuk mendorong pengarusutamaan gender dalam lembaga, kebijakan, dan
    program pemerintah.
                                                                                                     21
■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu  



    Untuk mencapai sasaran tersebut, kebijakan pemerintah Provinsi Bengkulu dalam
    pembangunan bidang pemberdayaan perempuan di arahkan pada peningkatkan
    keterlibatan perempuan dalam proses politik (pemahaman dan kesadaran serta
    pemantapan aktivitas perempuan untuk cerdas dan terampil dalam politik) dan jabatan
    publik serta meningkatkan taraf pendidikan dan layanan kesehatan serta bidang
    pembangunan lainnya, untuk mempertinggi kualitas hidup dan sumber daya kaum
    perempuan. Selain itu diupayakan menjaga jaringan kerja sama yang telah terbentuk
    seperti Gender Focal Point Network yang terdiri dari Economy Gender Focal Point,
    Fora Gender Focal Point dan program director, sebagai mitra dari IWAPI, LSM, dan
    LIPI, serta pakar gender.

    2.2.3. Tingkat partisipasi politik masyarakat dalam Pemilihan Kepala Daerah
              Provinsi
    Implementasi dari sistim pemilihan langsung untuk memilih Gubernur dan Wakil
    Gubernur        yang      telah       dilaksanakan   menunjukan   bahwa   tingkat   kesadaran
    berdemokrasi masyarakat dalam menggunakan haknya untuk menentukan kebijakan
    publik masih relatif rendah. Ini dapat dilihat dari data jumlah mata pilih yang ada
    sebanyak 1.060.336, yang menggunakan hak pilihnya hanya sebanyak 751.951 suara
    dan yang tidak menggunakan hak pilihnya sebanyak 308.385 suara (29,08%).
    Sementara itu pada putaran kedua pemilihan Gubernur Bengkulu, angka Golput yang
    ada pada pemilihan Kepala Daerah tersebut lebih tinggi lagi mencapai 30 sampai 35
    % (sumber KPUD Provinsi). Meskipun demikian angka tingkat partisipasi masyarakat
    dalam pemilihan kepala daerah lebih tinggi jika dibandingkan dengan pemilihan
    Presiden (Pilpres). Tingginya angka partisipasi ini disebabkan karena adanya
    keterkaitan dan kepentingan langsung masyarakat setempat dengan calon kepala
    daerah yang dipilih, seperti antara lain karena faktor: hubungan kekeluargaan, daerah
    asal, ingin mendapat jabatan dan lain-lain.

    Relevansi: Tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan kepala daerah di
    Provinsi Bengkulu cendrung lebih rendah bila dibandingkan dengan indikator yang
    sama di tingkat nasional. Hal ini memberikan implikasi bahwa tingkat relevansi
    pembangunan kesadaran politik masyarakat di Provinsi Bengkulu juga masih rendah.

    Efektifitas: Data tentang partisipasi masyarakat dalam pemilihan kepala daerah di
    Provinsi Bengkulu tidak lengkap sehingga besar perubahannya tidak dapat dikalkulasi
    secara akurat. Oleh karenan itu tingkat keefektifannya juga tidak dapat diperhitungkan
    secara valid. Meskipun begitu, bila tingkat relevansi dianggap sebagai proxy maka

                                                                                               22
■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu  
 

     kinerja pembangunan dalam hal partisipasi masayarakat mencerminkan bahwa
     kebijakan yang mendorong tingkat partisipasi polotik masyarakat kelihatannya masih
     belum berjalan secara efektif.

     Rekomendasi: Sebagai upaya untuk meningkatkan partisipasi politik masyarakat
     maka beberapa strategi perlu dilakukan termasuk diantaranya pendidikan politik
     dengan tujuan untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat tentang hak-hak
     politiknya. Hal ini dapat dilakukan melalui jalur komunikasi                                  partai politik maupun
     melalui lembaga swadaya masyarakat.

     2.2.4. Tingkat partisipasi politik masyarakat dalam Pemilihan Legislatif
     Pendidikan politik di Provinsi Bengkulu belum mencapai hasil yang memuaskan, baik
     yang dilakukan oleh partai politik maupun yang dilakukan oleh lembaga suprastruktur
     yang ada. Hal ini dapat terlihat dari beberapa peristiwa yang terjadi pada saat setelah
     dilakukannya pemilihan anggota legislatif di beberapa kabupaten terjadi konflik baik
     yang dapat diamati melalui proses pengadilan maupun yang teramati secara langsung
     berupa tindakan anarkis yang dilakukan oleh kelompok masyarakat. Pengetahuan
     politik masyarakat masih sangat rendah sehingga kesadaran untuk berpolitik terbuka
     (langsung) juga masih rendah. Oleh karena itu, diperlukan pendidikan politik kepada
     masyarakat dengan tujuan untuk memberikan pencerahan dan kesiapan kepada
     masyarakat tentang hak-hak politiknya.

             Tabel 2.5. Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat di Provinsi Bengkulu
                              dalam Pemilihan Legislatif, 2004 - 2009
     Tingkat partisipasi politik masyarakat
                                            2004 2005 2006 2007 2008 2009
          dalam Pemilihan Legislatif
     Bengkulu                               70,92      -       -      -       -     78
     Nasional                               75,19      -       -      -       -     71
    Sumber: BPS Provinsi Bengkulu, 2009
                         Grafik 2.5. Grafik Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat
                      di Provinsi Bengkulu dalam Pemilihan Legislatif, 2004 - 2009

                                                                               78
                           78
                                                      75.19
                           76

                           74

                           72               70.92                                        71

                           70

                           68

                           66
                                              2004                             2009

                           Tingkat Partisipasi Politik Provinsi Bengkulu   Tingkat Parisipasi Politik Nasional
                                                                                                                  
                                                                                                                     23
■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu  



    Relevansi: Tingkat partsipasi politik masyarakat dalam pemilihan legislatif di Provinsi
    Bengkulu pada tahun 2004 lebih kecil disbanding tingkat nasional. Namun pada tahun
    2009, kinerja Provinsi Bengkulu mengalami kenaikan hingga menjadi 78% dan lebih
    besar dari indicator yang sama di tingkat nasional. Peningkatan kinerja ini
    mencerminkan adanya tingkat relevansi yang baik antara hasil yang dicapai di
    Provinsi Bengkulu dengan capaian di tingkat nasional.

    Efektifitas: Tingkat relevansi yang erat antara kinerja dalam tingkat partisipasi poiltik
    masyarakat dalam pemilihan legislatif di Provinsi Bengkulu dengan tingkat nasional
    mencerminkan           bahwa                             kebijakan                  yang          diambil            di        Provinsi   Bengkulu   telah
    terimplementasi secara efektif.

    Rekomendasi: Kinerja yang sudah baik dalam hal tingkat partisipasi politik
    masyarakat dalam pemilihan legislatif di Provinsi Bengkulu perlu dipertahankan dan
    ditingkatkan di masa yang akan datang.

    2.2.5. Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pilpres
    Partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan Presiden (PILPRES) sedikit lebih
    rendah dibandingkan dengan pemilihan anggota legislatif maupun pemilihan kepala
    daerah, hal ini dapat terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat dan juga
    masyarakat daerah tidak merasakan langsung, “Siapa saja Presidennya nasip
    masarakat daerah tetap tidak ada perubahan”.
          Tabel 2.6 Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat di Provinsi Bengkulu dalam
                                       PILPRES, 2004 - 2009
           Tingkat Partisipasi Politik
                                           2004   2005     2006     2007    2008    2009
         Masyarakat dalam PILPRES
         Bengkulu                         70,92     -        -        -       -      78
         Nasional                         75,98     -        -        -       -      73


                Grafik 2.6. Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat di Provinsi Bengkulu
                                    dalam PILPRES, 2004 - 2009
                                                                                                                  78
                                                                    78                      75.98
                                      Tingkat Partisipasi Politik




                                                                    76
                                                                                                                              73
                                                                    74
                                                                                   70.92
                                                                    72
                                                                    70
                                                                    68
                                                                    66
                                                                                    2004                          2009
                                                                                                    Tahun


                                                                    Tingkat Partisipasi Provinsi Bengkulu   Tingkat Partisipasi Nasional


                                                                                                                                                           24
■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu  
 

    Relevansi: Sama dengan pemilihan legislative, tingkat partsipasi politik masyarakat
    dalam pemilihan presiden di Provinsi Bengkulu pada tahun 2004 lebih kecil apabila
    dibandingkan dengan tingkat nasional. Namun pada tahun 2009, kinerja Provinsi
    Bengkulu mengalami kenaikan hingga menjadi 78% dan lebih besar dari indikator
    yang sama di tingkat nasional. Peningkatan kinerja ini mencerminkan adanya tingkat
    relevansi yang baik antara hasil yang dicapai di Provinsi Bengkulu dengan capaian di
    tingkat nasional.

    Efektifitas: Tingkat relevansi yang erat antara kinerja dalam tingkat partisipasi poiltik
    masyarakat dalam pemilihan presiden di Provinsi Bengkulu dengan tingkat nasional
    mencerminkan           bahwa          kebijakan   yang   diambil   di   Provinsi   Bengkulu   telah
    terimplementasi secara efektif.

    Rekomendasi: Kinerja yang sudah baik dalam hal tingkat partisipasi politik
    masyarakat dalam pemilihan legislatif di Provinsi Bengkulu perlu dipertahankan dan
    ditingkatkan di masa yang akan datang. Hal ini disebabkan karena dalam era
    reformasi dan demokrasi tingkat partisipasi masyarakat dapat berpengaruh terhadap
    kebijakan-kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah, baik kepala daerah, legislatif
    dan presiden.

2.2. Tingkat Kualitas Sumber Daya Manusia
    Salah satu prioritas pembangunan di Provinsi Bengkulu adalah peningkatan kualitas
    sumberdaya manusia. Berbagai kebijakan dan program telah direncanakan dan
    diimplementasikan terutama dalam peningkatan kinerja sektor pendidikan, sektor
    kesehatan dan sektor perekonomian rakyat melalui melalui penyediaan sarana dan
    prasarana pendidikan, kesehatan, infrastruktur pendudukung kegiatan ekonomi serta
    suasana yang lebih kondusif terhadap tumbuh dan berkembangnya perekonomian
    masyarakat. Kinerja pembangunan daerah dalam membangun dan meningkatkan
    kualitas sumber daya manusia di Provinsi Bengkulu dievaluasi dan diukur dengan
    menggunakan indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

    2.2.1. Indeks Pembangunan Manusia
    Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI)
    merupakan suatu indeks gabungan yang terdiri tiga komponen penilaian yang
    meliputi: tingkat pendidikan, tingkat kesehatan dan standar hidup layak. IPM
    mempunyai nilai yang berkisar dari 0 sampai dengan 100. Jika nilai IPM berkisar 0-

                                                                                                    25
■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu  



    49,9 maka pembangunan manusianya termasuk dalam kategori masih rendah, dan
    jika nilai IPM berkisar 50-79,9 maka pembangunan manusianya sedang, sedangkan
    jika nilai IPM berkisar antara 80-100 maka pembangunan manusianya termasuk
    dalam kategori tinggi.

    2.2.2. Pendidikan
    Indikator yang digunakan untuk menilai kinerja pembangunan dalam bidang
    pendidikan di Provinsi Bengkulu pada EKPD 2009 ini terdiri dari tiga komponen
    penilaian yakni: Angka Partisipasi Murni (APM), Angka Putus Sekolah (APS) dan
    Angka Melek Aksara (AMA).

        2.2.2.1. Angka Partisipasi Murni SD/MI
        Angka Partsipasi Murni (APM) merupakan alat ukur yang menunjukkan besarnya nilai
        (persentase) dari perbandingan antara jumlah anak yang bersekolah dengan jumlah
        seluruh anak yang berusia sekolah sesuai dengan usia dan tingkatan pendidikan.
        Nilai APM sekaligus memberikan informasi tentang persentase anak-anak usia
        sekolah yang tidak bersekolah. Data APM untuk tingkat SD/MI di Provinsi Bengkulu
        di tampilkan pada Tabel 2.7 di bawah ini.

                 Tabel 2.7. Angka Partsipasi Murni (APM) Provinsi Bengkulu dan
                                   Nasional tahun 2004-2008.

          Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI                                2004       2005      2006        2007    2008
          Provinsi Bengkulu                                                  94,72      92,58    93,29        92,02   92,31
          Nasional                                                              93       93,3     93,54       93,75   93,98

                 Grafik 2.7. Angka Partsipasi Murni (APM) Provinsi Bengkulu dan
                                   Nasional tahun 2004-2008.

                                                   95   94.72
                                                                                                      93.98
                          A ngk a P artis ipas i




                                                   94                           93.54       93.75
                                                                        93.3 93.29
                                                            93
                                                   93               92.58
                                 M urni




                                                                                                    92.31
                                                                                         92.02
                                                   92

                                                   91

                                                   90
                                                        2004        2005      2006        2007      2008
                                                                              Tahun

                                                                Provinsi Bengkulu    Nasional



                                                                                                                              26
■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu  
 

    Nilai APM SD/MI selama periode 2004-2008 menunjukkan bahwa sekitar 92% dari
    seluruh jumlah keseluruhan anak yang berusia antara 7-13 tahun telah bersekolah.
    Nilai ini juga menunjukkan bahwa sekitar 8% dari jumlah seluruh anak yang berusia
    antara 7-13 tahun tidak bersekolah. Apabila dibandingkan dengan APM nasional, nilai
    APM SD/MI di Provinsi Bengkulu tersebut masih lebih rendah dari APM nasional.

    Relevansi. Jika dilihat dari segi relevansi pembangunan di bidang peningkatan
    kualitas sumber daya manusia dapat dikatakan bahwa tujuan atau sasaran
    pembangunan peningkatan nilai APM SD/MI belum optimal dan belum dapat
    mengatasi permasalahan dan tantangan dalam peningkatan kualitas sumber daya
    manusia. Hal ini dapat dilihat dari tren capaian nilai APM SD/MI yang tidak mengalami
    peningkatan yang signifikan, karena nilai capaian APM SD/MI tidak lebih baik dari
    rata-rata nasional dalam beberapa tahun terakhir.

    Efektifitas. Bila dilihat dari trend pencapaian dari tahun ke tahun, hasil observasi
    mengindikasikan bahwa pelaksanaan pembangunan dalam upaya peningkatan nilai
    APM SD/MI juga belum efektif karena nilai APM SD/MI tidak menunjukkan
    peningkatan yang signifikan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

    Menurunnya angka APM SD/MI menunjukkan bahwa penyelenggaraan program wajib
    belajar pendidikan dasar 9 tahun di Provinsi Bengkulu belum tuntas. Ada beberapa
    kendala dan permasalahan dalam pelaksanaan program wajib belajar pendidikan
    dasar di daerah ini, antara lain: masih rendahnya akses masyarakat terhadap
    pendidikan terutama didaerah pedesaan karena terbatasnya jumlah sekolah yang ada,
    rendahnya pendapatan orang tua untuk menyekolahkan anaknya dan terbatasnya
    jumlah guru.

    Rekomendasi Kebijakan:
    o    Meningkatkan akses pelayanan pendidikan
    o    Pemerataan dan perluasan pelayanan pendidikan yang memadai, baik melalui
         pendidikan formal maupun pendidikan nonformal.
    o    Menyelenggarakan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun secara gratis
         tanpa pungutan biaya apapun
    o    Menyediakan materi dan peralatan pendidikan, seperti seperti buku pelajaran
         maupun peralatan penunjang belajar mengajar.
    o    Meningkatkan jumlah dan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan lainnya



                                                                                      27
■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu  



    o    Peningkatan anggaran pendidikan hingga mencapai 20 persen dari APBN dan
         APBD
    o    Meningkatkan peran serta masyarakat dan dunia usaha dalam pembangunan
         pendidikan.


    2.2.2.2. Rata-rata Nilai Akhir
    Perkembangan rata-rata nilai akhir ujian nasional siswa SMP/MTs di Provinsi
    Bengkulu maasih lebih baik secara nasional kecuali pada tahun 2004 dibawah rata-
    rata nasional. Sebaliknya pada tingkat SMA/SMK/MA hasil rata-rata nilai akhir ujian
    nasional selama lima tahun terakhir tidak lebih baik dibandingkan dengan rata-rata
    capaian nasional namun perkembangannya selalu mengalami peningkatan dari tahun
    ke tahun.

    Tabel 2.8. Perkembangan Rata-rata Nilai Akhir Ujian Nasional di Provinsi Bengkulu
                   Rata-rata Nilai Akhir                           2004       2005        2006       2007         2008
                 SMP/MTs Bengkulu                                  4,34        5,53       5,53        5,53        6,73
                 Nasional                                          4.80        5.42       5.42        5.42        6.05
                 SMA/SMK/MA                                        4,55        4,72       5,45        5,68        5,70
                 Nasional                                          4.77        5.77       5.94        6.28        6.35


                      Gambar 2.8. Grafik Rata-rata Nilai Akhir Ujian Nasional
                                               8

                                               7

                                               6
                       Rata-rata Nilai Akhir




                                               5

                                               4

                                               3

                                               2

                                               1

                                               0
                                                   2004         2005           2006         2007           2008

                                                      Rata-rata SMP/MTs Provinsi      Rata-rata SMA/MA Provinsi
                                                      Rata-rata SMP/MTs Nasional      Rata-rata SMA/MA Nasional




    Relevansi: Jika dilihat dari segi relevansi pembangunan menunjukkan bahwa
    tujuan/sasaran pembangunan untuk meningkatkan rata-rata nilai akhir ujian nasional
    sudah tercapai dan tren capaian hasil pembangunan sudah sejalan dan lebih baik dari
    capaian pembangunan nasional, khususnya untuk pendidikan dasar, namun untuk
    pendidikan tingkat SMA/SMK/MA masih dibawah rata-rata nasional.
                                                                                                                         28
■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu  
 

    Efektivitas. Dilihat dari segi efektivitas telah menunjukkan kemajuan seperti yang
    diharapkan, karena hasil capaian rata-rata nilai akhir semakin tinggi atau semakin
    membaik dibandingkan dengan capaian tahun sebelumnya.

    Rekomendasi Kebijakan:
    o    Meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan kompetensi tenaga pendidik
         dan peserta didik.
    o    Mengembangkan kurikulum yang berstandar nasional yang disesuaikan dengan
         perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya dan seni serta perkembangan
         global, regional, nasional dan lokal.
    o    Mengembangkan sistem evaluasi, akreditasi dan sertifikasi termasuk sistem
         pengujian dan penilaian pendidikan.
    o    Menyempurnakan manajemen pendidikan dengan meningkatkan otonomi dan
         desentralisasi pengelolaan pendidikan kepada satuan pendidikan.

    2.2.2.3. Angka Putus Sekolah SD, SMP / MTs, Sekolah Menengah
    Angka putus sekolah mencerminkan banyaknya anak-anak usia sekolah yang sudah
    tidak bersekolah lagi atau yang tidak menamatkan suatu jenjang pendidikan tertentu.
    Jumlah anak putus sekolah di Provinsi Bengkulu masih cukup banyak, hal ini lebih
    disebabkan oleh ketidakmampuan orang tua untuk membiayai sekolah karena
    kemiskinan. Jumlah anak yang tidak melanjutkan ke kejenjang pendidikan yang lebih
    tinggi terutama banyak terjadi di daerah pedesaan.

                    Tabel 2.9. Persentase Perbandingan Angka Putus Sekolah
                      di Provinsi Bengkulu dan Nasional, Tahun 2004 – 2008
                  Angka Putus Sekolah            2004   2005   2006   2007   2008
         SD (Prov.Bengkulu)                      2,28   1,92   5,86   2,75   3,20
         Nasional                                2,97   3,17   2,41   1,81   1,81
         SMP/MTs (Prov.Bengkulu)                 6,09   3,17   6,78   7,50   5,89
         Nasional                                2,83   1,97   2,88   3,94   3,94
         Sekolah Menengah (Prov.Bengkulu)        6,92   8,92   2,76   3,11   5,43
         Nasional                                3,14   3,08   3,33   2,68   2,68
        Sumber: BPS Provinsi Bengkulu, 2009
    Tabel 2.9 menunjukkan terjadinya kecenderungan peningkatan angka putus sekolah
    pada jenjang pendidikan yang semakin tinggi. Pada jenjang pendidikan SMA angka
    putus sekolah lebih tinggi dibandingkan pada jenjang pendidikan SD hingga SLTP.
    Rendahnya angka putus sekolah pada jenjang pendidikan SD hingga SLTP
    dikarenakan adanya program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun. Jika



                                                                                    29
■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu  



    dibandingkan dengan angka nasional, angka putus sekolah pada setiap jenjang
    pendidikan di Provinsi Bengkulu menunjukkan angka yang lebih tinggi.

                                Gambar 2.9. Grafik Persentase Angka Putus Sekolah
                               10
                               9
                               8
                               7
                   ersentase


                               6
                               5
                               4
                  P




                               3
                               2
                               1
                               0
                                        2004        2005             2006         2007          2008
                                                                     Tahun


                                          SD Provinsi Bengkulu               SMA/MA Provinsi Bengkulu
                                          SMAP/MTs Provinsi Bengkulu         SD Nasional
                                          SMP/MTs Nasional                   SMA/MA Nasional
                                                                                                           

                                                                  
    Relevansi: Upaya dan kinerja pembangunan dalam bidang pendidikan bervariasi
    untuk masing-masing tingkat pendidikan. Tingginya angka putus sekolah untuk tingkat
    pendidikan SLTP dan sekolah menengah mencerminkan bahwa tingkat relevansi
    pembangunan pendidikan di Provinsi Bengkulu masih rendah.

     Efektivitas:                   Penurunan    nilai     APS       untuk   tingkat       pendidikan   dasar   (SD)
    mengindikasikan                    bahwa     upaya       pembangunan          untuk      mendorong    partisipasi
    masyarakat dan anak-anak yang berusia 7-13 tahun telah cukup efektif. Namun
    sebaliknya, kenaikan nilai APS untuk tingkat pendidikan SLTP dan sekolah menengah
    menunjukkan tingkat efektifitas yang rendah.

    Rekomendasi Kebijakan:
    o    Meningkatkan akses pelayanan pendidikan terutama terhadap penduduk miskin
    o    Pemerataan dan perluasan pelayanan pendidikan yang memadai, terutama di
         daerah pedesaan.
    o    Menyelenggarakan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun secara gratis
         tanpa pungutan biaya apapun
    o    Peningkatan anggaran pendidikan hingga mencapai 20 persen dari APBN dan
         APBD




                                                                                                                  30
■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu  
 

    2.2.2.4. Angka Melek Aksara 15 tahun keatas
    Angka melek aksara di Provinsi Bengkulu mengalami fluktuasi selama lima tahun
    terakhir, dan terendah terjadi pada tahun 2005, namun demikian meningkat lagi pada
    tahun      berikutnya.                     Apabila       dibandingkan                       dengan                   capaian             rata-rata      nasional,
    menunjukkan bahwa angka melek aksara di Provinsi Bengkulu selalu lebih tinggi. Ini
    berarti bahwa program pemberantasan buta huruf tergolong cukup berhasil, namun
    demikian harus terus diupayakan agar angka melek aksara terus meningkat.

                     Tabel 2.10. Angka Melek Aksara penduduk usia 15 tahun keatas
                                 di Provinsi Bengkulu Tahun 2004 – 2008
            Angka Melek Huruf Penduduk                                                          2005              2006               2007           2008 
                                                                            2004
                Usia 15 tahun keatas
           Bengkulu                                                         94,21               94,25              94,50             94,69          94,87
           Nasional                                                         90,40               90,90              91,50             91,87          92,19


          Gambar 2.10. Grafik Angka Melek Aksara penduduk usia 15 tahun keatas
                         di Provinsi Bengkulu, Tahun 2004 - 2008
                                       96
                                                                                                         94.69               94.87
                                       95                    94.25                94.5
                                              94.21
                                       94

                                       93
                        Pers entas e




                                                                                                                                     92.19
                                                                                                                 91.87
                                       92                                                91.5
                                                                     90.9
                                       91             90.4

                                       90

                                       89

                                       88
                                                2004           2005                 2006                    2007                2008
                                                                                    Tahun


                                                              Melek Huruf Provinsi Bengkulu     Melek Huruf Nasional
                                                                                                                                                 

    Relevansi: Upaya dan kinerja pembangunan dalam bidang Angka Melek Huruf
    penduduk usia 15 tahun keatas sudah lebih baik. Tingginya angka ini dari rata-rata
    nasional mencerminkan bahwa tingkat relevansi pembangunan pendidikan di Provinsi
    Bengkulu semakin baik.

     Efektivitas: Peningkatan Angka Melek Huruf penduduk usia 15 tahun keatas
    mengindikasikan bahwa semakin banyak penduduk yang bisa membaca maupun
    menulis, hal ini menunjukkan tingkat efektifitas yang tinggi.

    Rekomendasi Kebijakan:
    o    Peningkatan                        intensifikasi       perluasan                  akses             dan           kualitas            penyelenggaraan
         pendidikan keaksaraan fungsional.
    o    Menyelenggarakan pendidikan non formal yang bermutu secara luas untuk

                                                                                                                                                                  31
■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu  



         memberikan kesempatan kepada warga masyarakat yang tidak mungkin terpenuhi
         kebutuhan pendidikannya melalui jalur formal terutama bagi masyarakat yang
         tidak pernah sekolah atau buta aksara, putus sekolah dan warga masyarakat
         lainnya.
    o    Menyediakan materi dan peralatan pendidikan, seperti seperti buku pelajaran
         maupun peralatan penunjang belajar mengajar.
    o    Meningkatkan peran serta masyarakat dan dunia usaha dalam pembangunan
         pendidikan.

    2.2.2.5. Persentase Jumlah Guru Yang Layak Mengajar
    Persentase jumlah guru yang layak mengajar di provinsi Bengkulu pada saat awal
    pelaksanaan RPJMN lebih baik dari rata-rata nasional, namun demikian terjadi
    sebaliknya dalam dua tahun terakhir, seperti dapat dilihat pada tabel berikut.

                                  Tabel 2.11. Persentase Jumlah Guru Yang Layak Mengajar
              Persentase Jumlah Guru yang
                                                                       2004            2005        2006             2007 
              Layak Mengajar
              SMP/MTs                                                  85,66           85,58        80,2            82,99
              Sekolah Menengah                                         72,97           77,73       83,69            83,96


               Gambar 2.11. Grafik Persentase jumlah guru yang layak mengajar
                           di provinsi Bengkulu, Tahun 2004 - 2007
                                 88
                                              85.66            85.58
                                 86
                                                                               83.69                83.96
                                 84                                                                         82.99

                                 82                                                    80.2
                                 80
                    Persentase




                                                       77.73
                                 78
                                 76
                                 74   72.97
                                 72
                                 70
                                 68
                                 66
                                         2004              2005                   2006                 2007
                                                                       Tahun

                       Guru Layak Mengajar SMA/MA Provinsi Bengkulu    Guru Layak Mengajar SMP/MTs Provinsi Bengkulu
                                                                                                                        

    Relevansi. Upaya dan kinerja pembangunan daerah dalam bidang peningkatan
    jumlah guru yang layak mengajar belum menunjukkan kemajuan yang berarti.
    Rendahnya angka persentase ini dari rata-rata nasional dalam beberapa tahun

                                                                                                                            32
■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu  
 

    terakhir mencerminkan bahwa tingkat relevansi pembangunan pendidikan di Provinsi
    Bengkulu tidak sejalan dengan tujuan pembangunan nasional.

    Efektivitas.       Efektivitas        pembangunan    bidang   pendidikan   khususnya   dalam
    meningkatkan persentase jumlah guru yang layak mengajar tidak mengalami
    kemajuan yang signnifikan, hal ini dapat dilihat dari capaian pembangunan daerah
    menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

    Rekomendasi Kebijakan:
     •    Peningkatan kualitas tenaga pendidik baik melalui penyetaraan pendidikan
          maupun kursus, training dan magang.
     •    Peningkatan jumlah sertifikasi bagi tenaga pendidik.
     •    Peningkatan kesejahteraan dan perlindungan hukum bagi pendidik agar lebih
          mampu mengembangkan kompetensinya dan meningkatkan komitmen mereka
          dalam melaksanakan tugasnya.

    2.2.3. Kesehatan
    2.2.3.1. Umur Harapan Hidup (UHH)
    Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan ditunjukkan dengan
    meningkatnya rata-rata Umur Harapan Hdup (UHH). Umur Harapan hidup masyarakat
    di Provinsi Bengkulu sejak tahun 2004 – 2008 cenderung mengalami peningkatan.
    Pada tahun 2004 Umur Harapan Hidup Penduduk Bengkulu adalah 66,1 tahun dan
    pada tahun berikut meningkat menjadi 66,4 tahun, kemudian menjadi 66,8 pada tahun
    2006. Pada tahun 2008 terjadi penambahan yang signifikan, UHH menjadi sebesar
    68,9. Meskipun terjadi tren peningkatan namun jika dibandingkan dengan capaian
    rata-rata nasional UHH Penduduk Bengkulu masih tergolong rendah.

                Tabel 2.12. Perkembangan Umur Harapan Hidup Provinsi Bengkulu
                                      Tahun 2004 – 2008
            Umur Harapan Hidup (UHH)             2004     2005    2006    2007    2008 
           Bengkulu                               66,1     66,4    66,8   68,28     68,9
           Nasional                               68,6      69     69,4    69,8     70,5
         Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, 2008




                                                                                             33
■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu  



                    Gambar 2.12. Grafik Perkembangan Umur Harapan Hidup
                            Provinsi Bengkulu, Tahun 2004 – 2008
                               71                                                             70.5
                                                                                 69.8
                               70                                    69.4
                                                        69                                68.9
                               69      68.6
                                                                             68.28
                               68


                      Jumlah
                                                               66.8
                               67                66.4
                                    66.1
                               66

                               65

                               64

                               63
                                     2004          2005         2006           2007         2008

                                       Umur Harapan Hidup Provinsi    Umur Harapan Hidup Nasional




    Umur Harapan Hidup dipengaruhi oleh banyak faktor, selain karena faktor ekonomi
    dan sosial, juga dipengaruhi oleh tersedianya fasilitas kesehatan. Dengan adanya
    layanan kesehatan tersebut diharapkan angka kesakitan masyarakat menjadi
    berkurang. Perhatian pemerintah terhadap pembangunan kesehatan penduduk cukup
    besar. Program kesehatan layanan gratis terhadap keluarga miskin melalui Jaring
    Pengaman Sosial (JPS) mencapai 5% dari jumlah penduduk miskin, meningkat pada
    tahun 2004 menjadi 10%, dan pada tahun 2005 telah terlayani 15%. Target layanan
    kesehatan gratis melalui JPS                    yang ingin dicapai pada periode tahun 2006-2010
    secara berturut-turut adalah 20, 25, 30, 35 dan 40%. Berkat peningkatan jumlah,
    kualitas dan pemerataan program layanan kesehatan tersebut, status kesehatan
    masyarakat terus meningkat.

    Perilaku masyarakat kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat, serta
    ketersediaan pembiayaan kesehatan masih rendah, sangat mempengaruhi rendahnya
    tingkat kesehatan masyarakat. Upaya pembinaan lingkungan sehat yang dilakukan
    Dinas Kesehatan telah menunjukkan adanya keberhasilan, terlihat dari beberapa
    indikator lingkungan sehat, seperti jumlah keluarga yang menghuni rumah sehat,
    menggunakan air bersih, dan menggunakan jamban milik sendiri. Pada tahun 2004
    persentase penduduk yang telah menggunakan air bersih mencapai 33,16%, yang
    memiliki jamban sendiri sebanyak 69,22%, dan yang sudah memanfaatkan jaringan
    listrik sebanyak 71,25%, sedangkan rumah yang masih berlantai tanah tinggal
    sebesar 10,14%. Pada tahun-tahun selanjutnya pembinaan lingkungan sehat
    ditargetkan terus meningkat; pada periode tahun 2006-2010 secara berturut-turut
    meningkat menjadi 55, 60, 65, 70 dan 80% keluarga. Pembinaan lingkungan sehat
                                                                                                     34
■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu  
 

    diharapkan juga menciptakan perilaku masyarakat untuk hidup sehat tidak saja di
    dalam keluarga tetapi juga di tempat-tempat umum seperti kantor, hotel, pasar,
    sekolah, sarana ibadah, dsb.

    Jumlah Puskesmas juga menjadi indikator peningkatan kuantitas layanan kesehatan
    kepada penduduk, jika dilihat dari posisi dan rasio jumlah penduduk juga
    menunjukkan adanya peningkatan pemerataan. Pada tahun 2008 jumlah Puskesmas
    di Provinsi Bengkulu berjumlah 147 dengan rasio 0,89 per 10.000 penduduk. Angka
    tersebut mengungkapkan bahwa setiap 10.000 penduduk di Provinsi Bengkulu
    dilayani kurang dari 1 (satu) buah puskesmas. Akan tetapi apabila dibandingkan
    dengan jumlah penduduknya maka jumlah Puskesmas yang terdapat di Provinsi
    Bengkulu masih jauh dari cukup. Kondisi itu terlihat dari masih relatif kecilnya nilai
    rasio Puskesmas terhadap penduduk. Relatif kecilnya rasio Puskemas per 10.000
    penduduk di Provinsi Bengkulu mencerminkan bahwa beban tanggungan setiap
    Puskesmas di Provinsi Bengkulu relatif tinggi. Tingginya beban tanggungan
    Puskesmas akan berdampak negatif terhadap pelayanan kesehatan yaitu tidak
    optimalnya pelayanan kesehatan yang diberikan Puskesmas kepada masyarakat.
    Ketidakoptimalan pelayanan kesehatan di Provinsi Bengkulu akan semakin tinggi bila
    tidak segera dilakukan penambahan atau pembangunan Puskesmas. Sebab di sisi
    lain jumlah penduduk Provinsi Bengkulu dari tahun ke tahun semakin bertambah.
    Selain melalui Puskesmas, pelayanan kesehatan di Provinsi Bengkulu dilakukan
    melalui Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling. Pelayanan kesehatan melalui
    Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling sangat efektif karena dapat melayani
    kesehatan penduduk hingga ke daerah terpencil. Namun dilihat dari jumlahnya,
    Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling yang terdapat di Provinsi Bengkulu
    relatif kurang memadai. Pada tahun 2008 jumlah Puskesmas Pembantu dan
    Puskesmas Keliling di Provinsi Bengkulu masing-masing sebanyak 505 buah dan 164
    buah. Selain itu terdapat 1.720 Posyandu, Klinik/KIA 124 buah dan rumah bersalin 17
    buah.

    Upaya yang dilakukan pemerintah daerah sebagai bentuk dari penjabaran arah
    kebijaksanaan          pembangunan    kesehatan   di   Provinsi   Bengkulu   diantaranya
    meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan melalui pembangunan sarana
    kesehatan baik di daerah perkotaan maupun di daerah daerah terpencil.




                                                                                         35
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009
EKPD Bengkulu 2009

Contenu connexe

Tendances

Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Na...
Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Na...Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Na...
Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Na...Penataan Ruang
 
26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf
26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf
26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdffirmanfds
 
RPJMN II (2010-2014) Buku I
RPJMN II (2010-2014) Buku IRPJMN II (2010-2014) Buku I
RPJMN II (2010-2014) Buku IDadang Solihin
 
Perda no 28_tahun_2007_tentang_pembentukan_organisasi_dinas_pendidikan_nasion...
Perda no 28_tahun_2007_tentang_pembentukan_organisasi_dinas_pendidikan_nasion...Perda no 28_tahun_2007_tentang_pembentukan_organisasi_dinas_pendidikan_nasion...
Perda no 28_tahun_2007_tentang_pembentukan_organisasi_dinas_pendidikan_nasion...RendyTa Zha
 
Rangkuman Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional 2010-2014 bida...
Rangkuman Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional 2010-2014 bida...Rangkuman Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional 2010-2014 bida...
Rangkuman Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional 2010-2014 bida...Oswar Mungkasa
 
Petunjuk Teknis (Juknis) BOS Tahun 2013
Petunjuk Teknis (Juknis) BOS Tahun 2013Petunjuk Teknis (Juknis) BOS Tahun 2013
Petunjuk Teknis (Juknis) BOS Tahun 2013Guss No
 
Juknis DAK Tahun 2013 (SMA-SMK) - Permendikbud No 8 Tahun 2013
Juknis DAK Tahun 2013 (SMA-SMK) - Permendikbud No 8 Tahun 2013Juknis DAK Tahun 2013 (SMA-SMK) - Permendikbud No 8 Tahun 2013
Juknis DAK Tahun 2013 (SMA-SMK) - Permendikbud No 8 Tahun 2013Guss No
 
Permendikbud Nomor 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian
Permendikbud Nomor 66 tahun 2013 tentang Standar PenilaianPermendikbud Nomor 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian
Permendikbud Nomor 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaianalvinnoor
 
Juknis DAK Tahun 2013 (SD-SMP) - Permendikbud No 12 Tahun 2013
Juknis DAK Tahun 2013 (SD-SMP) - Permendikbud No 12 Tahun 2013Juknis DAK Tahun 2013 (SD-SMP) - Permendikbud No 12 Tahun 2013
Juknis DAK Tahun 2013 (SD-SMP) - Permendikbud No 12 Tahun 2013Guss No
 
Peraturan bersama 5 menteri, penataan dan pemerataan guru pegawai negeri sipil
Peraturan bersama 5 menteri, penataan dan pemerataan guru pegawai negeri sipilPeraturan bersama 5 menteri, penataan dan pemerataan guru pegawai negeri sipil
Peraturan bersama 5 menteri, penataan dan pemerataan guru pegawai negeri sipilNandang Sukmara
 
SKB 5 Menteri guru pns
SKB 5 Menteri guru pnsSKB 5 Menteri guru pns
SKB 5 Menteri guru pnsGuru Online
 

Tendances (14)

Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Na...
Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Na...Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Na...
Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Na...
 
26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf
26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf
26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf
 
RPJMN II (2010-2014) Buku I
RPJMN II (2010-2014) Buku IRPJMN II (2010-2014) Buku I
RPJMN II (2010-2014) Buku I
 
Policy Brief 2016 (Peningkatan Kapasitas Desa)
Policy Brief 2016 (Peningkatan Kapasitas Desa)Policy Brief 2016 (Peningkatan Kapasitas Desa)
Policy Brief 2016 (Peningkatan Kapasitas Desa)
 
Perda no 28_tahun_2007_tentang_pembentukan_organisasi_dinas_pendidikan_nasion...
Perda no 28_tahun_2007_tentang_pembentukan_organisasi_dinas_pendidikan_nasion...Perda no 28_tahun_2007_tentang_pembentukan_organisasi_dinas_pendidikan_nasion...
Perda no 28_tahun_2007_tentang_pembentukan_organisasi_dinas_pendidikan_nasion...
 
Rangkuman Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional 2010-2014 bida...
Rangkuman Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional 2010-2014 bida...Rangkuman Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional 2010-2014 bida...
Rangkuman Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional 2010-2014 bida...
 
Petunjuk Teknis (Juknis) BOS Tahun 2013
Petunjuk Teknis (Juknis) BOS Tahun 2013Petunjuk Teknis (Juknis) BOS Tahun 2013
Petunjuk Teknis (Juknis) BOS Tahun 2013
 
Uu252004
Uu252004Uu252004
Uu252004
 
Juknis DAK Tahun 2013 (SMA-SMK) - Permendikbud No 8 Tahun 2013
Juknis DAK Tahun 2013 (SMA-SMK) - Permendikbud No 8 Tahun 2013Juknis DAK Tahun 2013 (SMA-SMK) - Permendikbud No 8 Tahun 2013
Juknis DAK Tahun 2013 (SMA-SMK) - Permendikbud No 8 Tahun 2013
 
Permendikbud Nomor 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian
Permendikbud Nomor 66 tahun 2013 tentang Standar PenilaianPermendikbud Nomor 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian
Permendikbud Nomor 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian
 
Juknis DAK Tahun 2013 (SD-SMP) - Permendikbud No 12 Tahun 2013
Juknis DAK Tahun 2013 (SD-SMP) - Permendikbud No 12 Tahun 2013Juknis DAK Tahun 2013 (SD-SMP) - Permendikbud No 12 Tahun 2013
Juknis DAK Tahun 2013 (SD-SMP) - Permendikbud No 12 Tahun 2013
 
Peraturan bersama 5 menteri, penataan dan pemerataan guru pegawai negeri sipil
Peraturan bersama 5 menteri, penataan dan pemerataan guru pegawai negeri sipilPeraturan bersama 5 menteri, penataan dan pemerataan guru pegawai negeri sipil
Peraturan bersama 5 menteri, penataan dan pemerataan guru pegawai negeri sipil
 
SKB 5 Menteri guru pns
SKB 5 Menteri guru pnsSKB 5 Menteri guru pns
SKB 5 Menteri guru pns
 
Uu 39 2003
Uu 39 2003Uu 39 2003
Uu 39 2003
 

Similaire à EKPD Bengkulu 2009

Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka BelitungLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka BelitungEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan BaratEKPD
 
Executive Summary: LAPORAN STUDI STRATEGIS DALAM NEGERI TENTANG PEMBANGUNAN ...
Executive Summary:  LAPORAN STUDI STRATEGIS DALAM NEGERI TENTANG PEMBANGUNAN ...Executive Summary:  LAPORAN STUDI STRATEGIS DALAM NEGERI TENTANG PEMBANGUNAN ...
Executive Summary: LAPORAN STUDI STRATEGIS DALAM NEGERI TENTANG PEMBANGUNAN ...Dadang Solihin
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua BaratEKPD
 
BUKU I: LAPORAN STUDI STRATEGIS DALAM NEGERI TENTANG PEMBANGUNAN NASIONAL DI ...
BUKU I: LAPORAN STUDI STRATEGIS DALAM NEGERI TENTANG PEMBANGUNAN NASIONAL DI ...BUKU I: LAPORAN STUDI STRATEGIS DALAM NEGERI TENTANG PEMBANGUNAN NASIONAL DI ...
BUKU I: LAPORAN STUDI STRATEGIS DALAM NEGERI TENTANG PEMBANGUNAN NASIONAL DI ...Dadang Solihin
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi PapuaLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi PapuaEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi MalukuLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi MalukuEKPD
 
NASKAH_LA_HAYATI NUPUS_KEPULAUAN BANGKA BELITUNG.pdf
NASKAH_LA_HAYATI NUPUS_KEPULAUAN BANGKA BELITUNG.pdfNASKAH_LA_HAYATI NUPUS_KEPULAUAN BANGKA BELITUNG.pdf
NASKAH_LA_HAYATI NUPUS_KEPULAUAN BANGKA BELITUNG.pdfNurulainiR1112
 
Spirit Soekarno Mewujudkan Bengkulu Zero Poverty
Spirit Soekarno Mewujudkan Bengkulu Zero PovertySpirit Soekarno Mewujudkan Bengkulu Zero Poverty
Spirit Soekarno Mewujudkan Bengkulu Zero PovertyTri Widodo W. UTOMO
 
MAKALAH PERENCANAAN DAERAH DIINSPEKTORAT...Dani 24...BY.ACHMAD AVANDI,SE,MM.....
MAKALAH PERENCANAAN DAERAH DIINSPEKTORAT...Dani 24...BY.ACHMAD AVANDI,SE,MM.....MAKALAH PERENCANAAN DAERAH DIINSPEKTORAT...Dani 24...BY.ACHMAD AVANDI,SE,MM.....
MAKALAH PERENCANAAN DAERAH DIINSPEKTORAT...Dani 24...BY.ACHMAD AVANDI,SE,MM.....ACHMAD AVANDI,SE,MM Alfaqzamta
 
BUKU II: LAPORAN STUDI STRATEGIS DALAM NEGERI TENTANG PEMBANGUNAN NASIONAL DI...
BUKU II: LAPORAN STUDI STRATEGIS DALAM NEGERI TENTANG PEMBANGUNAN NASIONAL DI...BUKU II: LAPORAN STUDI STRATEGIS DALAM NEGERI TENTANG PEMBANGUNAN NASIONAL DI...
BUKU II: LAPORAN STUDI STRATEGIS DALAM NEGERI TENTANG PEMBANGUNAN NASIONAL DI...Dadang Solihin
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Selatan - UNSRI
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Selatan - UNSRILaporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Selatan - UNSRI
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Selatan - UNSRIEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera SelatanEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Bali
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi BaliLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Bali
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi BaliEKPD
 
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi bali
 - Laporan awal ekpd 2011 provinsi bali - Laporan awal ekpd 2011 provinsi bali
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi baliEKPD
 
Manajemen SDM. skb kota sorong
Manajemen SDM. skb kota sorongManajemen SDM. skb kota sorong
Manajemen SDM. skb kota sorongAulia Hamunta
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TenganLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TenganEKPD
 
Lki penyusunan apbd 2016 juli nov 2015
Lki penyusunan apbd 2016 juli   nov 2015Lki penyusunan apbd 2016 juli   nov 2015
Lki penyusunan apbd 2016 juli nov 2015lkibandung
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Banten - UNTIRTA
Laporan Akhir EKPD 2009 Banten - UNTIRTALaporan Akhir EKPD 2009 Banten - UNTIRTA
Laporan Akhir EKPD 2009 Banten - UNTIRTAEKPD
 

Similaire à EKPD Bengkulu 2009 (20)

Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka BelitungLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
 
Executive Summary: LAPORAN STUDI STRATEGIS DALAM NEGERI TENTANG PEMBANGUNAN ...
Executive Summary:  LAPORAN STUDI STRATEGIS DALAM NEGERI TENTANG PEMBANGUNAN ...Executive Summary:  LAPORAN STUDI STRATEGIS DALAM NEGERI TENTANG PEMBANGUNAN ...
Executive Summary: LAPORAN STUDI STRATEGIS DALAM NEGERI TENTANG PEMBANGUNAN ...
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
 
BUKU I: LAPORAN STUDI STRATEGIS DALAM NEGERI TENTANG PEMBANGUNAN NASIONAL DI ...
BUKU I: LAPORAN STUDI STRATEGIS DALAM NEGERI TENTANG PEMBANGUNAN NASIONAL DI ...BUKU I: LAPORAN STUDI STRATEGIS DALAM NEGERI TENTANG PEMBANGUNAN NASIONAL DI ...
BUKU I: LAPORAN STUDI STRATEGIS DALAM NEGERI TENTANG PEMBANGUNAN NASIONAL DI ...
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi PapuaLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi MalukuLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
 
NASKAH_LA_HAYATI NUPUS_KEPULAUAN BANGKA BELITUNG.pdf
NASKAH_LA_HAYATI NUPUS_KEPULAUAN BANGKA BELITUNG.pdfNASKAH_LA_HAYATI NUPUS_KEPULAUAN BANGKA BELITUNG.pdf
NASKAH_LA_HAYATI NUPUS_KEPULAUAN BANGKA BELITUNG.pdf
 
Spirit Soekarno Mewujudkan Bengkulu Zero Poverty
Spirit Soekarno Mewujudkan Bengkulu Zero PovertySpirit Soekarno Mewujudkan Bengkulu Zero Poverty
Spirit Soekarno Mewujudkan Bengkulu Zero Poverty
 
MAKALAH PERENCANAAN DAERAH DIINSPEKTORAT...Dani 24...BY.ACHMAD AVANDI,SE,MM.....
MAKALAH PERENCANAAN DAERAH DIINSPEKTORAT...Dani 24...BY.ACHMAD AVANDI,SE,MM.....MAKALAH PERENCANAAN DAERAH DIINSPEKTORAT...Dani 24...BY.ACHMAD AVANDI,SE,MM.....
MAKALAH PERENCANAAN DAERAH DIINSPEKTORAT...Dani 24...BY.ACHMAD AVANDI,SE,MM.....
 
BUKU II: LAPORAN STUDI STRATEGIS DALAM NEGERI TENTANG PEMBANGUNAN NASIONAL DI...
BUKU II: LAPORAN STUDI STRATEGIS DALAM NEGERI TENTANG PEMBANGUNAN NASIONAL DI...BUKU II: LAPORAN STUDI STRATEGIS DALAM NEGERI TENTANG PEMBANGUNAN NASIONAL DI...
BUKU II: LAPORAN STUDI STRATEGIS DALAM NEGERI TENTANG PEMBANGUNAN NASIONAL DI...
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Selatan - UNSRI
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Selatan - UNSRILaporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Selatan - UNSRI
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Selatan - UNSRI
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Selatan
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Bali
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi BaliLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Bali
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Bali
 
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi bali
 - Laporan awal ekpd 2011 provinsi bali - Laporan awal ekpd 2011 provinsi bali
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi bali
 
Manajemen SDM. skb kota sorong
Manajemen SDM. skb kota sorongManajemen SDM. skb kota sorong
Manajemen SDM. skb kota sorong
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TenganLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
 
Kuliah ke 8
Kuliah ke 8Kuliah ke 8
Kuliah ke 8
 
Lki penyusunan apbd 2016 juli nov 2015
Lki penyusunan apbd 2016 juli   nov 2015Lki penyusunan apbd 2016 juli   nov 2015
Lki penyusunan apbd 2016 juli nov 2015
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Banten - UNTIRTA
Laporan Akhir EKPD 2009 Banten - UNTIRTALaporan Akhir EKPD 2009 Banten - UNTIRTA
Laporan Akhir EKPD 2009 Banten - UNTIRTA
 

Plus de EKPD

Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi RiauLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi RiauEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera UtaraLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera UtaraEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi SelatanEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi BaratEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku UtaraLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku UtaraEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Lampung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi LampungLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Lampung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi LampungEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan RiauLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan RiauEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TimurLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TimurEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan SelatanEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TimurLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TimurEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TengahLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TengahEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jambi
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi JambiLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jambi
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi JambiEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi GorontaloLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi GorontaloEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. Yogyakarta
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. YogyakartaLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. Yogyakarta
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. YogyakartaEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Banten
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi BantenLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Banten
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi BantenEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Aceh
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi AcehLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Aceh
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi AcehEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera BaratEKPD
 
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi aceh
 - Laporan awal ekpd 2011 provinsi aceh - Laporan awal ekpd 2011 provinsi aceh
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi acehEKPD
 

Plus de EKPD (20)

Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi RiauLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Riau
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera UtaraLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Utara
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku UtaraLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Lampung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi LampungLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Lampung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Lampung
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan RiauLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TimurLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TimurLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TengahLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jambi
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi JambiLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jambi
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jambi
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi GorontaloLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. Yogyakarta
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. YogyakartaLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. Yogyakarta
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. Yogyakarta
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Banten
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi BantenLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Banten
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Banten
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Aceh
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi AcehLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Aceh
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Aceh
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Barat
 
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi aceh
 - Laporan awal ekpd 2011 provinsi aceh - Laporan awal ekpd 2011 provinsi aceh
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi aceh
 

Dernier

TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxssuser0239c1
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptAcemediadotkoM1
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSyudi_alfian
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPCMBANDUNGANKabSemar
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 

Dernier (20)

TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 

EKPD Bengkulu 2009

  • 1.
  • 2. ■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu     Kata Pengantar Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh dan salam sejahtera, Sebagai upaya untuk meningkatkan relevansi dan efektifitas pembangunan daerah, Kementrian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS telah memberikan kepercayaan kepada Universitas Bengkulu untuk melaksanakan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) di Provinsi Bengkulu. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih atas kepercayaan dan kerjasama diantara kita selama ini. Besar harapan kami semoga kerjasama yang baik ini akan berkesinambungan dan berkembang dalam ruang lingkup yang lebih luas di masa yang akan datang. Puji Syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga pelaksanaan penelitian dan pembuatan laporan akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Bengkulu tahun 2009 ini dapat diselesaikan. Meskipun begitu, minimnya ketersediaan data yang dibutuhkan di dinas dan instansi-instansi terkait masih merupakan suatu persoalan utama yang menghambat kelancaran pelaksanaan EKPD pada tahun ini. Kelangkaan data sangat terasa terutama untuk indikator-indikator yang baru diperkenalkan dan digunakan pada EKPD tahun ini seperti data yang berkaitan dengan UMKM. Selain sebagai hambatan, kendala dalam ketersediaan data tersebut diharapkan sebagai tantangan bagi semua pihak terkait untuk diperbaiki di masa yang akan datang. Berdasarkan indikator yang digunakan, kinerja pembagunan di Provinsi Bengkulu secara umum dapat dikatakan telah mempunyai tingkat relevansi dan tingkat efektifitas yang cukup memadai bila dibandingkan dengan beberapa indikator pembangunan yang sama di tingkat nasional terutama dalam hal pembangunan SDM. Meskipun begitu, pertumbuhan ekonomi dari tahun 2007 ke tahun 2008 mengalami penurunan yang cukup signifikan dan berada di bawah nilai rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional. Tingginya tingkat ketergantungan pertumbuhan ekonomi terhadap variabel tertentu terutama konsumsi (C) dan ekspor (X) serta terjadinya krisis keuangan global yang berpengaruh terhadap harga produk-produk utama yang dihasilkan di Provinsi Bengkulu seperti sawit dan karet merupakan faktor yang dianggap berpengaruh dan berkontribusi signifikan terhadap penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut. Kondisi ini memberikan implikasi bahwa struktur ekonomi Provinsi Bengkulu cenderung masih lemah dan rentan. Sehubungan dengan itu, kebijakan pembangunan Provinsi Bengkulu di masa mendatang sebaiknya difokuskan kepada pemberdayaan dan penguatan kemampuan ekonomi lokal. Selain itu, pendapatan perkapita penduduk Provinsi Bengkulu telah mengalami peningkatan. Namun kenaikan tersebut belum setara dengan kenaikan pendapatan perkapita di tingkat nasional. Sehingga pergeseran pendapatan perkapita Provinsi Bengkulu malah lebih lambat, posisinya jauh dibawah pendapatan perkapita nasional dan bahkan perubahan absolutnya lebih kecil di banding tahun sebelumnya. Selain disebabkan oleh menurunnya pertumbuhan PDRB, hasil ini juga mengindikasikan bahwa tingkat produktifitas di Provinsi Bengkulu cenderung masih lebih rendah bila dibandingkan dengan produktifitas di tingkat nasional. Oleh karena itu, kebijakan dan program yang mendorong peningkatan produktifitas seperti peningkatan soft-skills masyarakat dan transfer teknologi guna meningkatkan nilai tambah (value added) sumberdaya daerah   i
  • 3. ■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu     sebaiknya dapat dijadikan sebagai salah satu agenda utama pembangunan di Provinsi Bengkulu di masa yang akan datang. Selama melaksanakan penelitian dan penyusunan laporan ini, Tim telah berkoordinasi dan bekerja sama dengan berbagai pihak dan instansi terkait. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan berharap semoga kerjasama yang baik ini akan terus berkembang di masa mendatang. Akhirnya kami berharap semoga dokumen laporan EKPD Provinsi Bengkulu tahun 2009 ini bermanfaat bagi berbagai pihak terkait terutama Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan dan menentukan kebijakan pembangunan yang lebih relevan dan efektif di masa yang akan datang demi terwujudnya kesejahteraan bagi segenap masyarakat. Meskipun terhalang oleh terbatasnya ketersediaan data yang dibutuhkan, kami telah berusaha untuk mempresentasikan hasil yang terbaik yang bisa dilakukan. Berbagai keterbatasan tersebut tentunya telah mempengaruhi tingkat kesempurnaan laporan ini. Oleh karena itu, kami akan mengucapkan banyak terimakasih bila ada masukan yang konstruktif dari berbagai pihak guna penyempurnaan laporan ini dan demi keberhasilan pembangunan di Provinsi Bengkulu yang kita cintai ini. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh dan salam sejahtera. Bengkulu, Desember 2009 Rektor Universitas Bengkulu Prof. Ir. Zainal Mukhtamar, M.Sc,Ph.D NIP.19591110.198403.1.005 Tim EKPD Provinsi Bengkulu, M.Abduh, SE,M.Sc, Ph.D (Ketua) Hutapia, SE, ME (Anggota) Dr.M.Ridwan, SE,MP. (Anggota) Dr.Iskandar.M.Si (Anggota) Benardin, SE, MT (Anggota) Adi Bastian, SH,MH (Anggota)     ii
  • 4. ■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu     BAB I Pendahuluan   1.1. Latar Belakang dan Tujuan Pembangunan daerah termasuk di Provinsi Bengkulu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional. Pada hakekatnya pembangunan daerah merupakan serangkaian upaya yang terencana, terstruktur dan sistematis serta berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas daerah dalam mewujudkan kesejahteraan bagi segenap masyarakat dan menggapai masa depan yang lebih baik di masa yang akan datang. Meskipun tujuan utama pembangunan hampir relatif sama untuk semua daerah, namun setiap daerah mempunyai karakteristik dan potensi yang belum tentu sama dengan daerah lain sehingga pemerintah di masing-masing daerah perlu membuat kebijakan dan program pembangunan yang sesuai dengan situasi dan kondisi daerahnya tetapi harus relevan atau tidak bertentangan dengan kebijakan pembangunan di tingkat nasional. Hal ini sejalan dengan amanat UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 8 Tahun 2005 yang menegaskan bahwa Pemerintah Daerah diberikan kewenangan secara luas untuk menentukan kebijakan dan program pembangunan di daerah masing-masing. Sebagai upaya untuk mencapai tujuan utama pembangunan daerah dan nasional, Pemerintah Provinsi Bengkulu telah merencanakan dan mengimplementasikan berbagai jenis kebijakan dan program pembangunan di segala bidang secara bertahap baik untuk jangka pendek berupa rencana kerja, jangka menengah berupa rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) maupun rencana pembangunan jangka panjang daerah (RPJPD). Meskipun telah banyak upaya pembangunan di berbagai bidang yang telah dilaksanakan, namun hasil 1
  • 5. ■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu   pembangunan yang dicapai masih belum optimal karena hingga saat ini Provinsi Bengkulu masih dikategorikan sebagai salah satu provinsi tertinggal di Indonesia. Oleh karena itu, kinerja pembangunan daerah di Provinsi Bengkulu perlu dievaluasi untuk perbaikan kebijakan dan program di masa yang akan datang agar tujuan utama pembangunan daerah dapat diwujudkan. Sebagaimana di tingkat nasional, Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) 2009 di Provinsi Bengkulu dilaksanakan untuk menilai relevansi dan efektivitas kinerja pembangunan daerah dalam rentang waktu 2004-2008. Evaluasi ini juga dilakukan untuk melihat apakah pembangunan daerah telah mencapai tujuan/sasaran yang diharapkan dan apakah masyarakat mendapatkan manfaat dari pembangunan daerah tersebut. Secara kuantitatif, evaluasi ini akan memberikan informasi penting yang berguna sebagai alat untuk membantu pemangku kepentingan dan pengambil kebijakan pembangunan dalam memahami, mengelola dan memperbaiki apa yang telah dilakukan sebelumnya. Hasil evaluasi digunakan sebagai rekomendasi yang spesifik sesuai kondisi lokal Provinsi Bengkulu guna mempertajam perencanaan dan penganggaran pembangunan pusat dan daerah pada periode berikutnya, termasuk untuk penentuan alokasi Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Dekonsentrasi (DEKON). 1.2. Keluaran Keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan EKPD 2009 di Provinsi Bengkulu ini meliputi: • Terhimpunnya data dan informasi evaluasi kinerja pembangunan daerah di Provinsi Bengkulu • Tersusunnya hasil analisa evaluasi kinerja pembangunan daerah di Provinsi Bengkulu 1.3. Metodologi Evaluasi Metodologi Evaluasi dan Kerangka Kerja EKPD 2009 di Provinsi Bengkulu mengacu kepada panduan yang disediakan oleh BAPPENAS yang meliputi beberapa tahapan kegiatan utama yaitu: (1) Penentuan indikator hasil (outcomes) yang memiliki   2
  • 6. ■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu     pengaruh besar terhadap pencapaian tujuan pembangunan daerah; (2) Pemilihan pendekatan dalam melakukan evaluasi; dan (3) Pelaksanaan evaluasi serta penyusunan rekomendasi kebijakan, sebagaimana terlihat pada Gambar 1.1. Ketiga tahapan tersebut diuraikan sebagai berikut: (1) Penentuan Indikator Hasil (outcomes) Indikator kinerja dari tujuan/sasaran pembangunan daerah merupakan indikator dampak (impacts) yang didukung melalui pencapaian 5 kategori indikator hasil (outcomes) terpilih. Pengelompokan indikator hasil serta pemilihan indikator pendukungnya, dilakukan dengan memperhatikan kaidah-kaidah sebagai berikut: • Specific, atau indikator dapat diidentifikasi dengan jelas; • Relevant: mencerminkan keterkaitan secara langsung dan logis antara target output dalam rangka mencapai target outcome yang ditetapkan; serta antara target outcomes dalam rangka mencapai target impact yang ditetapkan; • Measurable: jelas dan dapat diukur dengan skala penilaian tertentu yang disepakati, dapat berupa pengukuran secara kuantitas, kualitas dan biaya; • Reliable: indikator yang digunakan akurat dan dapat mengikuti perubahan tingkatan kinerja; • Verifiable: memungkinkan proses validasi dalam sistem yang digunakan untuk menghasilkan indikator; • Cost-effective: kegunaan indikator sebanding dengan biaya pengumpulan data. Pengelompokan 5 kategori indikator hasil (outcomes) yang mencerminkan tujuan/sasaran pembangunan daerah meliputi: A. Tingkat Pelayanan Publik dan Demokrasi. B. Tingkat Kualitas Sumber Daya Manusia. C. Tingkat Pembangunan Ekonomi. D. Kualitas Pengelolaan Sumber Daya Alam. E. Tingkat Kesejahteraan Sosial. 3
  • 7. ■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu   Gambar 1.1. Kerangka Kerja EKPD (2) Pemilihan Pendekatan Dalam Melakukan Evaluasi Hubungan antar tingkat indikator dengan pendekatan pengukuran kinerja dapat dilihat dalam Gambar 1.2 yaitu: • Relevansi untuk menilai sejauh mana pembangunan yang dijalankan relevan terhadap sasaran atau kebutuhan daerah dalam menjawab permasalahannya. • Efektivitas, untuk melihat apakah pembangunan yang dilakukan berkontribusi terhadap pencapaian baik tujuan spesifik maupun umum pembangunan daerah. • Efisiensi, untuk mengetahui bagaimana masukan (inputs) dirubah menjadi keluaran (outputs). • Efektivitas Biaya, untuk menggambarkan hubungan antara input dengan outcomes pembangunan.   4
  • 8. ■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu     • Kualitas, yaitu pengukuran derajat kesesuaian antara hasil-hasil pembangunan dengan kebutuhan dan harapan masyarakat. • Waktu, yaitu ketepatan waktu/periode pencapaian kinerja yang ditetapkan. • Produktivitas, untuk melihat nilai tambah dari setiap tahapan proses pembangunan dibandingkan dengan sumber daya yang digunakan. Mengingat keterbatasan waktu dan sumber daya yang tersedia untuk pelaksanaan EKPD 2009, maka pendekatan dalam melakukan evaluasi hanya meliputi relevansi dan efektivitas pencapaian. Gambar 1.2 . Hubungan antara Indikator dan Pendekatan Dalam Melakukan Evaluasi 5
  • 9. ■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu   (3) Pelaksanaan evaluasi serta penyusunan rekomendasi kebijakan Tahapan evaluasi dimulai dengan mengidentifikasi permasalahan dan tantangan utama pembangunan daerah serta mengidentifikasi tujuan pembangunan daerah. Tahap kedua adalah melengkapi dan mengoreksi Tabel Capaian yang dilanjutkan dengan tahap ketiga yaitu melakukan penilaian berkaitan dengan relevansi dan efektivitas pencapaian. Tahap keempat adalah melakukan identifikasi berbagai alasan atau isu yang menyebabkan capaian pembangunan daerah (tidak) relevan dan (tidak) efektif. Tim Evaluasi Provinsi menjelaskan “How and Why” berkaitan dengan capaian pembangunan daerah. Tahap kelima adalah menyusun rekomendasi untuk mempertajam perencanaan dan penganggaran pembangunan periode berikutnya. (4) Metode Analisis Metode yang digunakan untuk menentukan capaian 5 kelompok indikator hasil adalah sebagai berikut: (1) Indikator hasil (outcomes) disusun dari beberapa indikator pendukung terpilih yang memberikan kontribusi besar untuk pencapaian indikator hasil (outcomes). (2) Pencapaian indikator hasil (outcomes) dihitung dari nilai rata-rata indikator pendukung dengan nilai satuan yang digunakan adalah persentase. (3) Indikator pendukung yang satuannya bukan berupa persentase maka tidak dimasukkan dalam rata-rata, melainkan ditampilkan tersendiri. (4) Apabila indikator hasil (outcomes) dalam satuan persentase memiliki makna negatif, maka sebelum dirata-ratakan nilainya harus diubah atau dikonversikan terlebih dahulu menjadi (100%) – (persentase pendukung indikator negatif). Sebagai contoh adalah nilai indikator pendukung persentase kemiskinan semakin tinggi, maka kesejahteraan sosialnya semakin rendah. (5) Pencapaian indikator hasil adalah jumlah nilai dari penyusun indikator hasil dibagi jumlah dari penyusun indikator hasil (indicator pendukungnya). Contoh untuk indikator Tingkat Kesejahteraan Sosial disusun oleh:   6
  • 10. ■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu     • persentase penduduk miskin • tingkat pengangguran terbuka • persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak • presentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia • presentase pelayanan dan rehabilitasi sosial Semua penyusun komponen indikator hasil ini bermakna negatif (Lihat No.4). Sehingga: Indikator kesejahteraan sosial = {(100% - persentase penduduk miskin) + (100% - tingkat pengangguran terbuka) + (100% - persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak) + (100%- persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia) + (100% - persentase pelayanan dan rehabilitasi sosial}/5 Untuk menilai kinerja pembangunan daerah, pendekatan yang digunakan adalah Relevansi dan Efektivitas. Relevansi digunakan untuk menganalisa sejauh mana tujuan/sasaran pembangunan yang direncanakan mampu menjawab permasalahan utama/tantangan. Dalam hal ini, relevansi pembangunan daerah dilihat apakah tren capaian pembangunan daerah sejalan atau lebih baik dari capaian pembangunan nasional. Sedangkan efektivitas digunakan untuk mengukur dan melihat kesesuaian antara hasil dan dampak pembangunan terhadap tujuan yang diharapkan. Efektivitas pembangunan dapat dilihat dari sejauh mana capaian pembangunan daerah membaik dibandingkan dengan tahun sebelumnya. (5) Sumber Data Dalam mengumpulkan data dan informasi, teknik yang digunakan melalui: • Pengamatan langsung Pengamatan langsung kepada masyarakat sebagai subjek dan objek pembangunan di daerah, diantaranya dalam bidang sosial, ekonomi, pemerintahan, politik, lingkungan hidup dan permasalahan lainnya yang terjadi. 7
  • 11. ■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu   • Pengumpulan Data Primer Data primer diperoleh melalui Focus Group Discussion (FGD) dengan pemangku- kepentingan pembangunan daerah dan narasumber/informan yang memahami topik dalam pembangunan daerah di provinsi Bengkulu. Tim Evaluasi Provinsi menjadi fasilitator rapat/diskusi dalam menggali masukan dan tanggapan peserta diskusi. • Pengumpulan Data Sekunder Data dan informasi yang telah tersedia pada instansi pemerintah seperti BPS daerah, Bappeda dan Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait atau dinas-dinas terkait seperti: Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan Negeri, Dinas Pendidikan Nasional, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Koperasi, Perdagangan dan Industri, Dinas Kehutanan, Dinas Kesehatan, Dinas Kelautan dan Perikanan serta KPUD serta dari hasil penelitian yang terkait.   8
  • 12. ■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu     BAB II   Hasil Evaluasi Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) 2009 di Provinsi Bengkulu dilaksanakan dengan menggunakan dan mengacu kepada metode evaluasi yang telah disediakan oleh BAPPENAS terutama dalam penentuan indikator kinerja, jenis data, teknik pengolahan data dan presentasi hasil pengolahan data serta analisisnya. Berdasarkan hasil evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2008, pemerintah Provinsi Bengkulu telah melakukan berbagai upaya percepatan pembangunan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun demikian upaya yang dilakukan tersebut menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan. Secara umum permasalahan dan tantangan utama pembangunan daerah Provinsi Bengkulu antara lain adalah: • Seluruh kabupaten termasuk dalam kategori daerah tertinggal (dari 9 kabupaten / Kota), hanya kota Bengkulu saja yang tidak termasuk dalam kelompok ini berdasarkan klasifikasi dari Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, • Terbatasnya sarana dan prasarana (infrastruktur), yang terdiri dari sarana dan prasarana transportasi, listrik dan telekomunikasi, air, irigasi, sarana pendidikan dan kesehatan. Prasarana transportasi terutama jalan (jalan Nasional, Provinsi/kabupaten/kota) yang ada sebagian besar dalam kondisi rusak. Selain Infrastruktur jalan, infrastruktur pelabuhan laut pulau Baai mengalami pendangkalan yang sangat mengganggu aktivitas bongkar dan muat. • Keterbatasan kemampuan keuangan daerah sehingga membatasi ruang gerak pemerintah daerah untuk melaksanakan pembangunan. Sumber keuangan pemerintah Provinsi Bengkulu masih sangat tergantung kepada subsidi pemerintah pusat melalui Dana Alokasi Umum. • Rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) dikarenakan terbatasnya akses masyarakat terhadap pendidikan, kesehatan, dan lapangan kerja. Kualitas pendidikan 9
  • 13. ■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu   masih rendah, selain itu juga masih terdapat ketimpangan antar satuan pendidikan antar daerah dan antar kelompok masyarakat. Penyediaan pelayanan pendidikan belum dapat menjangkau seluruh kelompok masyarakat. Sementara itu, kualitas pelayanan kesehatan masih rendah dan belum merata. Status kesehatan masyarakat, terutama penduduk miskin masih rendah. Kapasitas pelayanan kesehatan masih rendah dan jumlah tenaga kesehatan serta pembiayaan kesehatan masih terbatas dan pola alokasinya belum optimal. • Iklim usaha masih kurang menarik bagi investor, jauh di bawah iklim usaha provinsi tetangga. Minat investasi, yang tercermin dari nilai persetujuan PMDN dan PMA, juga masih sangat rendah. • Jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan dan yang rentan untuk jatuh ke bawah garis kemiskinan masih cukup besar. Kemiskinan di Provinsi Bengkulu juga diiringi oleh masalah ketimpangan pembangunan antar kabupaten. • Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan belum secara optimal ditangani dengan baik. Kerusakan sumber daya hutan cenderung meningkat. • Pelaksanaan tata pemerintahan yang baik (good governance) belum terlaksana secara optimal, hal ini disebabkan karena rendahnya kinerja aparatur pemerintah daerah, masih adanya pelanggaran disiplin dan tingginya tingkat penyalahgunaan kewenangan dalam bentuk KKN, belum memadainya sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan birokrasi pemerintah untuk dapat menunjang pelaksanaan tugas- tugas pemerintahan dan pembangunan secara efisien dan efektif, dan belum optimalnya teknologi informasi dan komunikasi di setiap dinas instansi. Hasil pengolahan data evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah beserta analisisnya disajikan di bawah ini secara berturut-turut berdasarkan lima kategori indikator hasil (outcomes) yang digunakan pada EKPD 2009 ini. 2.1. Tingkat Pelayanan Publik 2.1.1. Persentase Jumlah kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan yang dilaporkan Selama periode sejak tahun 2004 hingga 2008, persentase jumlah kasus korupsi yang dilaporkan dengan yang ditangani dan ditindaklanjuti di Provinsi Bengkulu menunjukkan angka yang berfluktuasi dari tahun ke tahun dengan nilai terendah jumlah kasus yang ditangani dan ditindaklanjuti sebesar 30% pada tahun 2007 dan nilai tertinggi sebesar 87,5% pada tahun 2006. Sebagaimana terlihat pada tabel 2.1,   10
  • 14. ■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu     nilai persentase pada tahun 2008 adalah sebesar 42,50% sedikit lebih tinggi dari tahun 2007. Alasan utama yang menyebabkan masih banyaknya jumlah kasus korupsi yang tidak terselesaikan adalah karena beberapa kasus-kasus korupsi yang dilaporkan baik perorangan maupun kelompok tidak dilengkapi dengan bukti-bukti yang cukup kuat, sehingga tidak dapat dimasukkan dalam registrasi perkara. Selain nilai persentase, jumlah kasus korupsi yang dilaporkan juga berfluktuasi dengan nilai terendah sebesar 8 kasus tahun 2004 dan nilai tertinggi sebesar 40 kasus pada tahun 2008. Meskipun begitu, salah satu kendala yang dihadapi dilapangan adalah terbatasnya ketersediaan data yang berasal dari sumber-sumber resmi. Apabila dibandingkan dengan informasi yang diberitakan melalui media masa lokal, jumlah kasus korupsi yang tercatat di Kajati Provinsi Bengkulu cendrung lebih kecil. Tabel 2.1. Persentase Jumlah Kasus Korupsi Yang Dilaporkan Dengan Yang Disidang, Tahun 2004 - 2008 Jumlah Kasus Jumlah Perkara Tahun % Provinsi % Nasional yang Dilaporkan Yang disidang 2004 8 7 83,33 97,00 2005 17 14 82,35 97,00 2006 24 21 87,50 94,00 2007 18 6 30,00 94,00 2008 40 17 42,50 94,00 Sumber : Kajati Provinsi Bengkulu, 2009 Relevansi: Sebagaimana terlihat pada Tabel 2.1, persentase jumlah kasus korupsi yang ditangani di Provinsi Bengkulu masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan persentase yang dicapai di tingkat nasional. Hal ini memberikan implikasi bahwa tingkat keseriusan Provinsi Bengkulu untuk memberantas korupsi kelihatannya belum setara atau tidak lebih baik dengan upaya dan tekad yang dilakukan di tingkat nasional. Implikasi tersebut sekaligus menunjukkan rendahnya tingkat relevansi antara hasil capaian (kinerja) di Provinsi Bengkulu dengan kinerja di tingkat nasional. Efektivitas: Kinerja Provinsi Bengkulu dalam menangani kasus korupsi sejak dua tahun terakhir telah mengalami penurunan yang signifikan atau tidak lebih baik bila dibandingkan dengan kinerja pada tahun-tahun sebelumnya. Hasil ini mengindikasikan bahwa kebijakan dan pelaksanaan pemberantasan korupsi dalam beberapa tahun terakhir juga mempunyai tingkat efektifitas yang rendah. Rendahnya tingkat efektifitas tersebut dapat disebabkan oleh banyak faktor. Meskipun begitu, faktor utama yang dijadikan alasan oleh pihak-pihak terkait sehubungan dengan 11
  • 15. ■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu   rendahnya kinerja tersebut adalah ‘tidak lengkapnya barang bukti, sehingga penanganan kasus-kasus yang dilaporkan tidak dapat diselesaikan hingga tuntas. Sebagaimana kejadian di tingkat nasional dalam beberapa bulan terakhir ini, diduga penyebab banyaknya kasus yang dipeti-es-kan adalah karena adanya ‘mafia kasus’ di pengadilan. Namun, dugaan seperti itu tidak mudah untuk dibuktikan. Rekomendasi: Keberhasilan dalam penyelesaian kasus-kasus korupsi dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, terutama kuatnya komitmen dari berbagai pihak terkait dan tingginya konsistensi antara perencanaan dan pelaksanaan dari kebijakan-kebijakan yang ditujukan untuk memberantas korupsi. Oleh karena itu, pemerintah baik di daerah mauoun di pusat sebaiknya merumuskan strategi yang lebih efektif yang bertujuan untuk mendorong peningkatan komitmen pihak-pihak terkait dalam pemeberantasan kourpsi termasuk memberikan reward yang istimewa bagi yang berprestasi dan memberikan punishment hukuman yang lebih berat bagi aparat yang melanggarnya. Selain itu, pada umumnya tingkat pemahaman masyarakat dalam masalah hukum masih belum memadai, sehingga tidak sepenuhnya memahami mekanisme pelaporan kasus dan menyipaklan barang-barang bukti yang dibutuhkan. Selanjutnya perlindunghan hukum yang cendrung rendah terutama bagi masyarakat secara umum diduga telah berpengaruh terhadap rendahnya partisipasi masyarakat dalam upaya penegakan hukum. Oleh karena itu, pendidikan hukum melalui berbagai media masa dapat dijadikan sebagai media pembelajaran bagi masyarakat umum serta adanya jaminan keamanan bagi masyarakat pelapor kasus korupsi diperkirakan juga dapat mendorong terjadinya proses kontrol oleh masyarakat. 2.1.2. Persentase Aparat yang Berijazah Minimal S1 Tingkat pendidikan aparat mempunyai korelasi dengan tingkat pelayanan publik dan produktivitas kerja karyawan. Apabila dilihat perbandingan persentase aparat yang berijazah minimal S1 di Provinsi Bengkulu dengan rata-rata nasional sejak tahun 2006 - 2007, menunjukkan bahwa kualitas pendidikan aparat di daerah ini lebih baik yakni: 44,15% berbanding 30,6%, namun pada tahun 2008 persentase tersebut menurun sedangkan pada tingkat nasional terjadi kenaikan. Tingginya persentase ini karena dalam beberapa tahun terakhir dalam proses penerimaan CPNS di Provinsi Bengkulu dengan persyaratan pendidikan minimal S1. Sementara itu sejak tahun   12
  • 16. ■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu     2004 sampai sekarang pemerintah daerah selalu menambah PNS setiap tahunnya kurang lebih 4500 orang. Tabel 2.2. Perkembangan Persentase Aparat di Provinsi Bengkulu yang Berijazah Minimal S1, Tahun 2004 -2008 Aparat yang berijazah minimal S1 2004 2005 2006 2007 2008 Bengkulu 59,50 29,40 50,19 44,15 39,34 Nasional 29,9 31 31,93 30,6 30,99 Sumber BPS Provinsi Bengkulu, 2009 Gambar 2.1. Grafik Perbandingan Perkembangan Persentase Aparat di Provinsi Bengkulu yang berijazah minimal S1, Tahun 2004 -2008 59.5 60 50.19 50 44.15 40 39.34 Persen 29.9 29.431 31.93 30.6 30.99 30 20 10 0 2004 2005 2006 2007 2008 Tahun Provinsi Bengkulu Nasional   Tabel 2.3. Jumlah Aparatur Pemerintah di Provinsi Bengkulu Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin, Tahun 2008 No Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah 1S D / Primary School 147 20 167 2SLTP / Junior High School 160 34 194 3S M U / Senior High School 1.622 878 2.500 4D-1 / Diploma I 8 13 21 5D-2 / Diploma II 27 6 33 6D-3 / Diploma III 374 351 725 7D-4 / Diploma IV 7 5 12 8S-1 / Strata I 1492 685 2177 9S-2 / Strata II 148 41 189 10S-3 / Strata III 2 0 2 Jumlah 3.987 2.033 6.020 Sumber: BPS Provinsi Bengkulu, 2009 13
  • 17. ■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu   Gambar 2.2. Grafik Persentase Aparat di Provinsi Bengkulu yang Berijazah Minimal S1, Tahun 2008 1800 1622 1600 1492 1400 1200 Jumlah 1000 878 800 685 600 374 351 400 147 160 148 200 34 27 6 41 20 8 13 7 5 2 0 0 SD/ SLTP / SM U / D-1 / D-2 / D-3 / D-4 / S-1 / St rata S-2 / S-3 / Primary Junior High Senior Diploma I Diploma II Diploma III Diploma IV I St rata II Strata III School School High School Laki-Laki Perempuan   Meskipun jumlah aparat yang berijazah minimal S1 sudah melebihi dari rata-rata nasional, namun kualitas pelayanan publik masih belum cepat dan efisien. Hal ini dapat disebabkan karena penerapan SPM masih terbatas, kurangnya akses terhadap teknologi informasi dan komunikasi, masih rendahnya e-literasi aparatur pemerintah dan masih adanya prosedur pelayanan yang berbelit-belit. Relevansi: Peningkatan dalam jumlah dan persentase aparat yang berijazah S1 di Provinsi Bengkulu mencerminkan bahwa kebijakan yang diambil dalam perekrutan aparat pemerintah telah sejalan dengan kebijakan di tingkat nasional. Oleh karena itu, kinerja yang telah dicapai oleh Provinsi Bengkulu telah sejalan dan relevan dengan kebijakan yang sama di tingkat nasional. Efektifitas: Bila efektifitas diukur berdasarkan peningkatan jumlah dan persentase aparat yang berijazah S1 maka kinerja Provinsi Bengkulu dalam hal perekrutan tenaga kerja (aparat) dapat dikatakan telah efektif. Meskipun begitu, hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa terdapat adanya kecendrungan belum relevannnya antara latar belakang pendidikan dan jenis pekerjaan yang diemban oleh bersangkutan. Ketidak-cocokan tersebut berpengaruh terhadap kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat sehingga tidak terlihat adanya perbedaan yang signifikan yang ditimbulkan oleh peningkatan jumlah aparat yang berpendidikan minimum S1. Rekomendasi: Dalam rangka meningkatkan pelayanan publik, ada beberapa program dan kegiatan yang dapat dilakukan seperti: peningkatan kualitas SDM (aparat) dalam konteks profesionalisme termasuk meningkatkan kecocokan (link dan match) antara   14
  • 18. ■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu     konpetensi yang dimiliki aparat dengan penempatannya di bidang pekerjaan tepat sehingga the right man on the right place dapat diwujudkan. Selain itu, pada umumnya aparat S1 yang baru saja diterima atau direkrut biasanya belum mempunyai pengetahuan dan keterampilan khusus dalam hal publik service. Oleh karena itu, pelatihan atau training juga perlu dilakukan secara periodik terutama yang berkaitan dengan teknologi informasi dan komunikasi. guna meningkatkan wawasan, pemahaman dan keterampilan aparat dalam hal pemberian pelayanan publik yang lebih baik dan optimal bagi masyarakat. Sebagai upaya untuk meningkatkan profesionalisme aparat, kebijakan rewards dan punishment perlu dirumuskan dan dilaksanakan termasuk punishment bagi aparat yang terkait dengan kasus korupsi agar terwujud ‘good governance, profesionalisme, transparan, akuntabel, kredibilitas, dan bebas dari KKN dalam penentuan pejabat dan penerimaan CPNS di lingkungan Pemerintahan Provinsi Bengkulu.. 2.1.3. Persentase jumlah kabupaten / Kota yang Memiliki Peraturan Daerah Pelayanan Satu Atap Di Provinsi Bengkulu hingga saat ini terdapat 10 kabupaten/kota, namun demikian belum seluruhnya menerapkan peraturan daerah (Perda) pelayanan satu atap. Beberapa penyebab belum diterapkannya peraturan daerah pelayanan satu atap karena adanya daerah pemekaran baru (belum terbentuknya DPRD) serta masih ada kabupaten yang belum membuat Perda tersebut. Persentase jumlah kabupaten/ kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap terus meningkat tetapi implementasinya masih belum optimal. Meskipun secara persentase meningkat, namun jika dibandingkan dengan capaian rata-rata nasional terutama dalam dua tahun terakhir jauh tertinggal. Tabel 2.4 Persentase Jumlah Kabupaten/Kota Yang Memiliki Perda Pelayanan Satu Atap, Tahun 2004 - 2008 Jumlah Jumlah Kab.Kota yang Memiliki Persentase Persentase Tahun Kab.Kota Perda Pelayanan Satu Atap Provinsi Nasional 2004 9 3 33.33 2.05 2005 9 3 33.33 2.05 2006 9 4 44.44 21.59 2007 9 5 55.56 61.29 2008 10 6 60.00 74.31 Sumber: BPS Provinsi Bengkulu, 2009   15
  • 19. ■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu   Gambar 2.3. Grafik Persentase Jumlah Kabupaten yang Memiliki Perda Pelayanan Satu Atap  12 80 10 60 Persentase Jumlah 8 6 40 4 20 2 0 0 2004 2005 2006 2007 2008 Jumlah Kab.Kota Jumlah Kab.Kota yang Memiliki Perda Pelayanan Satu Atap Persentase Provinsi Persentase Nasional   Relevansi: Apabila dilihat dari analisis relevansi bahwa tujuan pembangunan dengan membuat Perda Pelayanan Satu Atap adalah sudah sejalan dengan keinginan pemerintah yaitu untuk mengatasi permasalahan birokrasi yang lambat dan berbelit- belit. Dari data dapat dikatakan tren capaian pembangunan daerah sudah sejalan namun belum lebih baik dari capaian pembangunan nasional. Efektivitas: Sedangkan dilihat dari efektivitas sudah sesuai karena capaian pelaksanaan Perda Pelayanan Satu Atap mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Rekomendasi: (1) Pemahaman dan Komitment petugas atau aparat (2) Mengubah paradigma birokrasi dari peran sebagai penguasa menjadi pelayan (3) Peningkatan pengetahuan dan skill petugas (4) Penerapan SPM dan SOP dalam pengurusan perizinan dengan waktu yang jelas (5) Sosialisasi dan Transparansi   16
  • 20. ■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu     Gambar 2.4. Grafik Capaian Indikator Tingkat Pelayanan Publik Provinsi Bengkulu dan Nasional Tahun 2004 - 2008.   80.00 0.80 Capaian Indikator Outcome Tren Capaian Indikator 70.00 0.60 60.00 0.40 Outcome 50.00 40.00 0.20 30.00 0.00 20.00 10.00 -0.20 0.00 -0.40 2004 2005 2006 2007 2008 Tingkat Pelayanan Publik dan Demokrasi Provinsi Bengkulu Tingkat Pelayanan Publik dan Demokrasi Nasional Tren Provinsi Tren Nasional   2.2. Demokrasi 2.2.1. Gender Development Index (GDI) Kondisi Human Development Index ( HDI) atau Indek Pembangunan Manusia (IPM) yang terdiri dari: umur harapan hidup, tingkat melek huruf orang dewasa, dan daya beli. Tahun 1995, UNDP memasukkan unsur gender dalam HDI dengan mengusulkan GDI (Gender Development Index). Ukuran HDI sama dengan GDI, tetapi lebih terfokus pada ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan. Kondisi GDI Provinsi Bengkulu amat rendah, yaitu 40,31 persen hal ini setara dengan tingkat pembangunan gender di Indonesia yang berada pada peringkat 80 dari 156 negara pada tahun 2008. Berarti secara Nasional GDI ini mengacu antara lain angka 65.3 persen harapan hidup, angka melek huruf, partisipasi murid sekolah, dan GDP riil per kapita pada perempuan, diskriminasi pasar kerja, kepala rumah tangga perempuan, rumah tangga miskin (daya beli). GDI Provinsi Bengkulu masih rendah dibandingkan dengan GDI Nasional, hal ini disebabkan oleh kondisi keterpurukan perempuan Bengkulu dalam bidang sosial, ekonomi, pendidikan dan politik. Rendahnya GDI provinsi Bengkulu ini dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut. Tahun 2008 bidang pendidikan, perempuan usia 10 tahun keatas yang tidak/belum pernah sekolah besarnya dua kali lipat penduduk laki-laki (18,65 berbanding 4,07 persen). Begitu pula kaum perempuan yang buta huruf masih sekitar 21,12 persen sedangkan penduduk laki-laki 6,51 persen. Di bidang ekonomi, tingkat 17
  • 21. ■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu   partisipasi angkatan kerja (TPAK) kaum perempuan masih relatif rendah yaitu 17 persen bila dibandingkan dengan TPAK laki-laki yaitu 83 persen. Namun apabila melihat fakta-fakta lainnya, khususnya fakta mengenai perbandingan partisipasi antara laki-laki dan perempuan dalam proses pembangunan, peningkatan tersebut tidak memiliki arti sama sekali, karena kesetaraan perbandingan keduanya sangat jauh selisihnya, yakni berbanding 87,56 (laki-laki) dengan 12,44 (perempuan). Disparitas ini menandakan bahwa kesetaraan gender di Provinsi Bengkulu masih sangat didominasi oleh kaum laki-laki. Dengan demikian, pengarusutamaan gender kaum perempuan harus semakin kuat di dorong dan diperhatikan dengan serius, ini agar kaum perempuan tidak menjadi beban dalam Pembangunan Nasional Rendahnya partisipasi perempuan dalam pembangunan bukanlah karena Given dalam proses kehidupannya. Hal ini lebih disebabkan oleh adanya berbagai bentuk diskriminasi serta ketimpangan struktur sosial-budaya masyarakat (budaya Patriaki) yang diwarnai penafsiran ajaran yang bias gender dalam mengejar tuntutan hidup. Selain itu, tuntutan akan akses layanan kesehatan yang lebih baik, pendidikan yang lebih tinggi, keterlibatannya yang setara di ranah politik, kesetaraan memperoleh pekerjaan yang luas, dan keterlibatan dalam kegiatan publik yang lebih luas, juga masih terbatas dan cenderung mengalami diskriminatif serta sering di zalimi dalam kompetisi bidang-bidang tersebut. Relevansi: Pembangunan dalam hal pemberdayaan perempuan di Provinsi Bengkulu yang diukur dengan indikator GDI (gender development index) hingga saat ini belum memperlihatkan kinerja yang cukup signifikan karena masih tingginya ketimpangan dalam kesetaraan gender. Hasil ini mengindikasikan bahwa kebijakan dan implementasi pemberdayaan perempuan di Provinsi Bengkulu belum menghasilkan kinerja yang lebih baik bila dibandingkan dengan kinerja di tingkat nasional dan oleh karena itu tingkat relevansi antara kinerja di Provinsi Bengkulu dan di tingkat nasional masih sangat rendah. Efektifitas: Hasil observasi mencerminkan bahwa kebijakan pemberdayaan perempuan, implementasi dan hasilnya di Provinsi Bengkulu belum menunjukkan tingkat efektifitas yang belum memadai karena tidak terlihat adanya perubahan kinerja yang signifikan dari tahun ke tahun. Rekomendasi: beberapa kebijakan dan kegiatan untuk direkomendasikan diuraikan pada bagian rekomendasi di bagian GEM di bawah ini.   18
  • 22. ■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu     2.2.2. Gender Empowerment Meassurement (GEM) GEM (Gender Empowerment meassurement) merupakan salah satu paradigma pengukuran Index Pembangunan Indonesia (IPM) berdasarkan indikator yang dimensi ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan. Ukuran tersebut berdasarkan tiga variabel yaitu partisipasi perempuan dan politik (pengambilan keputusan), akses pada kesempatan kerja profesional dan daya beli. Realitas ketimpangan gender di Indonesia ini, juga berlangsung di Provinsi Bengkulu. Hasil laporan Human Development Report Indonesia tentang peran gender di Provinsi Bengkulu tahun 2008 menyebutkan bahwa sesuai GDI dan GEM, indeks gender kaum perempuan tahun 2004 bernilai 41,22 dan di tahun 2008 bernilai 43,1 persen. Hasil ini menandakan bahwa selama 5 tahun perkembangan peranan gender berjalan normal dan cenderung meningkat. Namun peningkatan ini juga tidak berarti apabila melihat perbandingan partisipasi antara laki-laki dan perempuan dalam proses pembangunan, dimana laki-laki jauh lebih dominan, yakni berbanding 89,11 (laki-laki) dengan 10,89 (perempuan). Disparitas ini menandakan gejala makro tentang pengarusutamaan gender di Indonesia, dimana peran dan partisipasi (kuantitas dan kualitas) kaum perempuan mesti diberi peluang sebesar mungkin (oleh semua pihak) agar mampu mengejar ketinggalannya dalam pembangunan. Kondisi rendahnya GEM, GDI Provinsi Bengkulu yaitu dapat dilihat dari kondisi partisipasi dan poilitik perempuan. Data Komisi Pemilihan Umum (KPU) tahun 2008 menunjukkan bahwa keterwakilan perempuan Bengkulu di DPRD dan DPR masih rendah, yaitu sekitar 18 persen dan di DPD sekitar 10 persen (hanya satu orang perempuan) yang mewakili Provinsi Bengkulu. Selain itu keterlibatan perempuan dalam jabatan publik dapat dilihat dari komposisi perempuan dan laki-laki pegawai negeri sipil (PNS) yang menduduki jabatan eselon. Menurut data BKN Juni 2008, dari sebanyak 4,59 % orang yang menduduki jabatan eselon (eselon I sampai eselon V) di Indonesia, hanya 20,16 persen dijabat oleh perempuan, selebihnya 79,84 persen dijabat oleh laki-laki. Semakin tinggi jenjang eselon, semakin senjang perbedaan komposisi antara laki-laki dan perempuan. Sementara itu, peran perempuan pada lembaga yudikatif juga masih rendah, yakni 20 persen dari hakim yang ada dijabat oleh perempuan, dan 18 persen sebagai hakim agung pada tahun 2008. Sedangkan dari 6.177 jaksa di seluruh Indonesia pada tahun yang sama tersebut, hanya 26,78 persen dijabat oleh perempuan, sisanya 73,22 persen oleh laki-laki. 19
  • 23. ■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu   Melihat gambaran diatas, keterwakilan perempuan di lembaga legislatif pada saat ini belum memenuhi amanat undang-undang, sedangkan posisi dan peran perempuan di lembaga eksekutif relatif kecil, yang menduduki jabatan publik serta komposisi dan peran perempuan di lembaga yudikatif belum mencapai tingkat yang diharapkan. Partisipasi politik perempuan dihadapkan pada terbatasnya perempuan yang bersedia terjun di kancah politik, sehingga partai politik banyak mengalami kekurangan kader perempuan. Lingkungan sosial budaya kurang kondusif dalam mendukung perempuan untuk berpartisipasi dalam politik, selain kurangnya pendidikan dan pelatihan politik untuk perempuan. Sedangkan posisi dan peran perempuan dalam jabatan publik masih dihadapkan pada otoritas tim dalam badan seleksi yang kurang memperhatikan aspek keadilan dan kesetaraan gender. Relevansi: Sama dengan GDI, pembangunan dalam hal pemberdayaan perempuan di Provinsi Bengkulu yang diukur dengan indikator GEM (gender empowerment measure) hingga saat ini belum memperlihatkan kinerja yang cukup signifikan karena masih tingginya ketimpangan dalam kesetaraan gender. Hasil ini mengindikasikan bahwa kebijakan dan implementasi pemberdayaan perempuan di Provinsi Bengkulu belum menghasilkan kinerja yang lebih baik bila dibandingkan dengan kinerja di tingkat nasional dan oleh karena itu tingkat relevansi antara kinerja di Provinsi Bengkulu dan di tingkat nasional masih sangat rendah. Efektifitas: Hasil observasi mencerminkan bahwa kebijakan pemberdayaan perempuan, implementasi dan hasilnya di Provinsi Bengkulu belum menunjukkan tingkat efektifitas yang belum memadai karena tidak terlihat adanya perubahan kinerja yang signifikan dari tahun ke tahun. Rekomendasi: Masih rendahnya GDI dan GEM baik dari sisi relevansi maupun efektifitas di Provinsi Bengkulu mengisyaratkan bahwa Pemerintah Provinsi Bengkulu perlu meningkatkan berbagai upaya yang bertujuan untuk mendorong peningkatan peranan perempuan dalam pembangunan. Landasan hukum yang menjamin keadilan dan kesetaraan gender dirumuskan dalam UUD 1945 pada Bab XA tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 28C ayat 1 yang menyatakan setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan umat manusia. Landasan hukum lain yang memastikan terciptanya kesetaraan dan keadilan gender adalah UU No.7 Tahun 1984 tentang pengesahan   20
  • 24. ■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu     konvensi mengenai penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan, dan Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang pengarusutamaan gender dalam kebijakan, program, dan kelembagaan. Di sisi lain, berbagai kebijakan tidak konsisten dengan kebijakan lain dan kebijakan di atasnya seperti UU Perkawinan tahun 1974, UU No. 7 tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi, dan Inpres No. 9 Tahun 2000. UU Perkawinan Tahun 1974 pasal 1 menyatakan laki-laki sebagai kepala keluarga dan perempuan sebagai ibu rumah tangga. UU ini menciptakan kesenjangan gender secara meluas, karena UU tersebut kemudian dijadikan rujukan bagi kebijakan lain seperti penentuan upah dan pajak. Kaji ulang atau revisi atas UU Perkawinan Tahun 1974 perlu dilakukan agar konsisten dengan kebijakan yang lain. UU No.7 tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi diharapkan mampu mengubah tatanan politik nasional dengan melibatkan keterlibatan perempuan dalam menjalankan institusi politik. Perubahan yang diharapkan bukan semata pada jumlah perempuan yang terlibat dalam lingkar pengambil keputusan, tetapi juga pada representasi kepentingan dan kebutuhan perempuan dalam penyelenggaraan politik tersebut. Pelaksanaan Undang-undang tersebut sangat lemah karena terbentur pada nilai yang berlaku di Indonesia. Penjelasan dari UU tersebut menyebutkan bahwa pelaksanaan konvensi “...disesuaikan dengan tata kehidupan masyarakat yang meliputi nilai-nilai budaya, adat-istiadat serta norma-norma keagamaan yang masih berlaku dan diikuti secara luas oleh masyarakat Indonesia.” Hal ini berarti bahwa UU tersebut bersifat inferior terhadap norma sosial yang berlaku sehingga bertentangan dengan tujuan konvensi. Inpres No. 9 Tahun 2000, mendorong pengarusutamaan gender dalam lembaga, kebijakan, dan program pemerintahan. Di sisi lain, kebijakan tersebut tidak mampu mendorong pelaksanaan pengarusutamaan karena kebijakan itu tidak dalam bentuk Keputusan Presiden atau UU. Selain itu, Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan tidak mempunyai infrastuktur daerah untuk membantu proses pelaksanaan Inpres tersebut. Kebijakan penyetaraan dan keadilan gender di instansi teknis juga tidak efektif karena tidak dilengkapi dengan anggaran. Di masa depan, Inpres No. 9 Tahun 2000 perlu diperkuat menjadi Keppres atau undang-undang agar efektif untuk mendorong pengarusutamaan gender dalam lembaga, kebijakan, dan program pemerintah. 21
  • 25. ■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu   Untuk mencapai sasaran tersebut, kebijakan pemerintah Provinsi Bengkulu dalam pembangunan bidang pemberdayaan perempuan di arahkan pada peningkatkan keterlibatan perempuan dalam proses politik (pemahaman dan kesadaran serta pemantapan aktivitas perempuan untuk cerdas dan terampil dalam politik) dan jabatan publik serta meningkatkan taraf pendidikan dan layanan kesehatan serta bidang pembangunan lainnya, untuk mempertinggi kualitas hidup dan sumber daya kaum perempuan. Selain itu diupayakan menjaga jaringan kerja sama yang telah terbentuk seperti Gender Focal Point Network yang terdiri dari Economy Gender Focal Point, Fora Gender Focal Point dan program director, sebagai mitra dari IWAPI, LSM, dan LIPI, serta pakar gender. 2.2.3. Tingkat partisipasi politik masyarakat dalam Pemilihan Kepala Daerah Provinsi Implementasi dari sistim pemilihan langsung untuk memilih Gubernur dan Wakil Gubernur yang telah dilaksanakan menunjukan bahwa tingkat kesadaran berdemokrasi masyarakat dalam menggunakan haknya untuk menentukan kebijakan publik masih relatif rendah. Ini dapat dilihat dari data jumlah mata pilih yang ada sebanyak 1.060.336, yang menggunakan hak pilihnya hanya sebanyak 751.951 suara dan yang tidak menggunakan hak pilihnya sebanyak 308.385 suara (29,08%). Sementara itu pada putaran kedua pemilihan Gubernur Bengkulu, angka Golput yang ada pada pemilihan Kepala Daerah tersebut lebih tinggi lagi mencapai 30 sampai 35 % (sumber KPUD Provinsi). Meskipun demikian angka tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilihan kepala daerah lebih tinggi jika dibandingkan dengan pemilihan Presiden (Pilpres). Tingginya angka partisipasi ini disebabkan karena adanya keterkaitan dan kepentingan langsung masyarakat setempat dengan calon kepala daerah yang dipilih, seperti antara lain karena faktor: hubungan kekeluargaan, daerah asal, ingin mendapat jabatan dan lain-lain. Relevansi: Tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan kepala daerah di Provinsi Bengkulu cendrung lebih rendah bila dibandingkan dengan indikator yang sama di tingkat nasional. Hal ini memberikan implikasi bahwa tingkat relevansi pembangunan kesadaran politik masyarakat di Provinsi Bengkulu juga masih rendah. Efektifitas: Data tentang partisipasi masyarakat dalam pemilihan kepala daerah di Provinsi Bengkulu tidak lengkap sehingga besar perubahannya tidak dapat dikalkulasi secara akurat. Oleh karenan itu tingkat keefektifannya juga tidak dapat diperhitungkan secara valid. Meskipun begitu, bila tingkat relevansi dianggap sebagai proxy maka   22
  • 26. ■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu     kinerja pembangunan dalam hal partisipasi masayarakat mencerminkan bahwa kebijakan yang mendorong tingkat partisipasi polotik masyarakat kelihatannya masih belum berjalan secara efektif. Rekomendasi: Sebagai upaya untuk meningkatkan partisipasi politik masyarakat maka beberapa strategi perlu dilakukan termasuk diantaranya pendidikan politik dengan tujuan untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat tentang hak-hak politiknya. Hal ini dapat dilakukan melalui jalur komunikasi partai politik maupun melalui lembaga swadaya masyarakat. 2.2.4. Tingkat partisipasi politik masyarakat dalam Pemilihan Legislatif Pendidikan politik di Provinsi Bengkulu belum mencapai hasil yang memuaskan, baik yang dilakukan oleh partai politik maupun yang dilakukan oleh lembaga suprastruktur yang ada. Hal ini dapat terlihat dari beberapa peristiwa yang terjadi pada saat setelah dilakukannya pemilihan anggota legislatif di beberapa kabupaten terjadi konflik baik yang dapat diamati melalui proses pengadilan maupun yang teramati secara langsung berupa tindakan anarkis yang dilakukan oleh kelompok masyarakat. Pengetahuan politik masyarakat masih sangat rendah sehingga kesadaran untuk berpolitik terbuka (langsung) juga masih rendah. Oleh karena itu, diperlukan pendidikan politik kepada masyarakat dengan tujuan untuk memberikan pencerahan dan kesiapan kepada masyarakat tentang hak-hak politiknya. Tabel 2.5. Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat di Provinsi Bengkulu dalam Pemilihan Legislatif, 2004 - 2009 Tingkat partisipasi politik masyarakat 2004 2005 2006 2007 2008 2009 dalam Pemilihan Legislatif Bengkulu 70,92 - - - - 78 Nasional 75,19 - - - - 71 Sumber: BPS Provinsi Bengkulu, 2009 Grafik 2.5. Grafik Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat di Provinsi Bengkulu dalam Pemilihan Legislatif, 2004 - 2009 78 78 75.19 76 74 72 70.92 71 70 68 66 2004 2009 Tingkat Partisipasi Politik Provinsi Bengkulu Tingkat Parisipasi Politik Nasional   23
  • 27. ■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu   Relevansi: Tingkat partsipasi politik masyarakat dalam pemilihan legislatif di Provinsi Bengkulu pada tahun 2004 lebih kecil disbanding tingkat nasional. Namun pada tahun 2009, kinerja Provinsi Bengkulu mengalami kenaikan hingga menjadi 78% dan lebih besar dari indicator yang sama di tingkat nasional. Peningkatan kinerja ini mencerminkan adanya tingkat relevansi yang baik antara hasil yang dicapai di Provinsi Bengkulu dengan capaian di tingkat nasional. Efektifitas: Tingkat relevansi yang erat antara kinerja dalam tingkat partisipasi poiltik masyarakat dalam pemilihan legislatif di Provinsi Bengkulu dengan tingkat nasional mencerminkan bahwa kebijakan yang diambil di Provinsi Bengkulu telah terimplementasi secara efektif. Rekomendasi: Kinerja yang sudah baik dalam hal tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan legislatif di Provinsi Bengkulu perlu dipertahankan dan ditingkatkan di masa yang akan datang. 2.2.5. Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pilpres Partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan Presiden (PILPRES) sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pemilihan anggota legislatif maupun pemilihan kepala daerah, hal ini dapat terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat dan juga masyarakat daerah tidak merasakan langsung, “Siapa saja Presidennya nasip masarakat daerah tetap tidak ada perubahan”. Tabel 2.6 Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat di Provinsi Bengkulu dalam PILPRES, 2004 - 2009 Tingkat Partisipasi Politik 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Masyarakat dalam PILPRES Bengkulu 70,92 - - - - 78 Nasional 75,98 - - - - 73 Grafik 2.6. Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat di Provinsi Bengkulu dalam PILPRES, 2004 - 2009 78 78 75.98 Tingkat Partisipasi Politik 76 73 74 70.92 72 70 68 66 2004 2009 Tahun Tingkat Partisipasi Provinsi Bengkulu Tingkat Partisipasi Nasional   24
  • 28. ■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu     Relevansi: Sama dengan pemilihan legislative, tingkat partsipasi politik masyarakat dalam pemilihan presiden di Provinsi Bengkulu pada tahun 2004 lebih kecil apabila dibandingkan dengan tingkat nasional. Namun pada tahun 2009, kinerja Provinsi Bengkulu mengalami kenaikan hingga menjadi 78% dan lebih besar dari indikator yang sama di tingkat nasional. Peningkatan kinerja ini mencerminkan adanya tingkat relevansi yang baik antara hasil yang dicapai di Provinsi Bengkulu dengan capaian di tingkat nasional. Efektifitas: Tingkat relevansi yang erat antara kinerja dalam tingkat partisipasi poiltik masyarakat dalam pemilihan presiden di Provinsi Bengkulu dengan tingkat nasional mencerminkan bahwa kebijakan yang diambil di Provinsi Bengkulu telah terimplementasi secara efektif. Rekomendasi: Kinerja yang sudah baik dalam hal tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan legislatif di Provinsi Bengkulu perlu dipertahankan dan ditingkatkan di masa yang akan datang. Hal ini disebabkan karena dalam era reformasi dan demokrasi tingkat partisipasi masyarakat dapat berpengaruh terhadap kebijakan-kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah, baik kepala daerah, legislatif dan presiden. 2.2. Tingkat Kualitas Sumber Daya Manusia Salah satu prioritas pembangunan di Provinsi Bengkulu adalah peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Berbagai kebijakan dan program telah direncanakan dan diimplementasikan terutama dalam peningkatan kinerja sektor pendidikan, sektor kesehatan dan sektor perekonomian rakyat melalui melalui penyediaan sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan, infrastruktur pendudukung kegiatan ekonomi serta suasana yang lebih kondusif terhadap tumbuh dan berkembangnya perekonomian masyarakat. Kinerja pembangunan daerah dalam membangun dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Provinsi Bengkulu dievaluasi dan diukur dengan menggunakan indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM). 2.2.1. Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) merupakan suatu indeks gabungan yang terdiri tiga komponen penilaian yang meliputi: tingkat pendidikan, tingkat kesehatan dan standar hidup layak. IPM mempunyai nilai yang berkisar dari 0 sampai dengan 100. Jika nilai IPM berkisar 0- 25
  • 29. ■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu   49,9 maka pembangunan manusianya termasuk dalam kategori masih rendah, dan jika nilai IPM berkisar 50-79,9 maka pembangunan manusianya sedang, sedangkan jika nilai IPM berkisar antara 80-100 maka pembangunan manusianya termasuk dalam kategori tinggi. 2.2.2. Pendidikan Indikator yang digunakan untuk menilai kinerja pembangunan dalam bidang pendidikan di Provinsi Bengkulu pada EKPD 2009 ini terdiri dari tiga komponen penilaian yakni: Angka Partisipasi Murni (APM), Angka Putus Sekolah (APS) dan Angka Melek Aksara (AMA). 2.2.2.1. Angka Partisipasi Murni SD/MI Angka Partsipasi Murni (APM) merupakan alat ukur yang menunjukkan besarnya nilai (persentase) dari perbandingan antara jumlah anak yang bersekolah dengan jumlah seluruh anak yang berusia sekolah sesuai dengan usia dan tingkatan pendidikan. Nilai APM sekaligus memberikan informasi tentang persentase anak-anak usia sekolah yang tidak bersekolah. Data APM untuk tingkat SD/MI di Provinsi Bengkulu di tampilkan pada Tabel 2.7 di bawah ini. Tabel 2.7. Angka Partsipasi Murni (APM) Provinsi Bengkulu dan Nasional tahun 2004-2008. Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI 2004 2005 2006 2007 2008 Provinsi Bengkulu 94,72 92,58 93,29 92,02 92,31 Nasional 93 93,3 93,54 93,75 93,98 Grafik 2.7. Angka Partsipasi Murni (APM) Provinsi Bengkulu dan Nasional tahun 2004-2008. 95 94.72 93.98 A ngk a P artis ipas i 94 93.54 93.75 93.3 93.29 93 93 92.58 M urni 92.31 92.02 92 91 90 2004 2005 2006 2007 2008 Tahun Provinsi Bengkulu Nasional   26
  • 30. ■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu     Nilai APM SD/MI selama periode 2004-2008 menunjukkan bahwa sekitar 92% dari seluruh jumlah keseluruhan anak yang berusia antara 7-13 tahun telah bersekolah. Nilai ini juga menunjukkan bahwa sekitar 8% dari jumlah seluruh anak yang berusia antara 7-13 tahun tidak bersekolah. Apabila dibandingkan dengan APM nasional, nilai APM SD/MI di Provinsi Bengkulu tersebut masih lebih rendah dari APM nasional. Relevansi. Jika dilihat dari segi relevansi pembangunan di bidang peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat dikatakan bahwa tujuan atau sasaran pembangunan peningkatan nilai APM SD/MI belum optimal dan belum dapat mengatasi permasalahan dan tantangan dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Hal ini dapat dilihat dari tren capaian nilai APM SD/MI yang tidak mengalami peningkatan yang signifikan, karena nilai capaian APM SD/MI tidak lebih baik dari rata-rata nasional dalam beberapa tahun terakhir. Efektifitas. Bila dilihat dari trend pencapaian dari tahun ke tahun, hasil observasi mengindikasikan bahwa pelaksanaan pembangunan dalam upaya peningkatan nilai APM SD/MI juga belum efektif karena nilai APM SD/MI tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Menurunnya angka APM SD/MI menunjukkan bahwa penyelenggaraan program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun di Provinsi Bengkulu belum tuntas. Ada beberapa kendala dan permasalahan dalam pelaksanaan program wajib belajar pendidikan dasar di daerah ini, antara lain: masih rendahnya akses masyarakat terhadap pendidikan terutama didaerah pedesaan karena terbatasnya jumlah sekolah yang ada, rendahnya pendapatan orang tua untuk menyekolahkan anaknya dan terbatasnya jumlah guru. Rekomendasi Kebijakan: o Meningkatkan akses pelayanan pendidikan o Pemerataan dan perluasan pelayanan pendidikan yang memadai, baik melalui pendidikan formal maupun pendidikan nonformal. o Menyelenggarakan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun secara gratis tanpa pungutan biaya apapun o Menyediakan materi dan peralatan pendidikan, seperti seperti buku pelajaran maupun peralatan penunjang belajar mengajar. o Meningkatkan jumlah dan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan lainnya 27
  • 31. ■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu   o Peningkatan anggaran pendidikan hingga mencapai 20 persen dari APBN dan APBD o Meningkatkan peran serta masyarakat dan dunia usaha dalam pembangunan pendidikan. 2.2.2.2. Rata-rata Nilai Akhir Perkembangan rata-rata nilai akhir ujian nasional siswa SMP/MTs di Provinsi Bengkulu maasih lebih baik secara nasional kecuali pada tahun 2004 dibawah rata- rata nasional. Sebaliknya pada tingkat SMA/SMK/MA hasil rata-rata nilai akhir ujian nasional selama lima tahun terakhir tidak lebih baik dibandingkan dengan rata-rata capaian nasional namun perkembangannya selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tabel 2.8. Perkembangan Rata-rata Nilai Akhir Ujian Nasional di Provinsi Bengkulu Rata-rata Nilai Akhir 2004 2005 2006 2007 2008 SMP/MTs Bengkulu 4,34 5,53 5,53 5,53 6,73 Nasional 4.80 5.42 5.42 5.42 6.05 SMA/SMK/MA 4,55 4,72 5,45 5,68 5,70 Nasional 4.77 5.77 5.94 6.28 6.35 Gambar 2.8. Grafik Rata-rata Nilai Akhir Ujian Nasional 8 7 6 Rata-rata Nilai Akhir 5 4 3 2 1 0 2004 2005 2006 2007 2008 Rata-rata SMP/MTs Provinsi Rata-rata SMA/MA Provinsi Rata-rata SMP/MTs Nasional Rata-rata SMA/MA Nasional Relevansi: Jika dilihat dari segi relevansi pembangunan menunjukkan bahwa tujuan/sasaran pembangunan untuk meningkatkan rata-rata nilai akhir ujian nasional sudah tercapai dan tren capaian hasil pembangunan sudah sejalan dan lebih baik dari capaian pembangunan nasional, khususnya untuk pendidikan dasar, namun untuk pendidikan tingkat SMA/SMK/MA masih dibawah rata-rata nasional.   28
  • 32. ■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu     Efektivitas. Dilihat dari segi efektivitas telah menunjukkan kemajuan seperti yang diharapkan, karena hasil capaian rata-rata nilai akhir semakin tinggi atau semakin membaik dibandingkan dengan capaian tahun sebelumnya. Rekomendasi Kebijakan: o Meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan kompetensi tenaga pendidik dan peserta didik. o Mengembangkan kurikulum yang berstandar nasional yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya dan seni serta perkembangan global, regional, nasional dan lokal. o Mengembangkan sistem evaluasi, akreditasi dan sertifikasi termasuk sistem pengujian dan penilaian pendidikan. o Menyempurnakan manajemen pendidikan dengan meningkatkan otonomi dan desentralisasi pengelolaan pendidikan kepada satuan pendidikan. 2.2.2.3. Angka Putus Sekolah SD, SMP / MTs, Sekolah Menengah Angka putus sekolah mencerminkan banyaknya anak-anak usia sekolah yang sudah tidak bersekolah lagi atau yang tidak menamatkan suatu jenjang pendidikan tertentu. Jumlah anak putus sekolah di Provinsi Bengkulu masih cukup banyak, hal ini lebih disebabkan oleh ketidakmampuan orang tua untuk membiayai sekolah karena kemiskinan. Jumlah anak yang tidak melanjutkan ke kejenjang pendidikan yang lebih tinggi terutama banyak terjadi di daerah pedesaan. Tabel 2.9. Persentase Perbandingan Angka Putus Sekolah di Provinsi Bengkulu dan Nasional, Tahun 2004 – 2008 Angka Putus Sekolah 2004 2005 2006 2007 2008 SD (Prov.Bengkulu) 2,28 1,92 5,86 2,75 3,20 Nasional 2,97 3,17 2,41 1,81 1,81 SMP/MTs (Prov.Bengkulu) 6,09 3,17 6,78 7,50 5,89 Nasional 2,83 1,97 2,88 3,94 3,94 Sekolah Menengah (Prov.Bengkulu) 6,92 8,92 2,76 3,11 5,43 Nasional 3,14 3,08 3,33 2,68 2,68 Sumber: BPS Provinsi Bengkulu, 2009 Tabel 2.9 menunjukkan terjadinya kecenderungan peningkatan angka putus sekolah pada jenjang pendidikan yang semakin tinggi. Pada jenjang pendidikan SMA angka putus sekolah lebih tinggi dibandingkan pada jenjang pendidikan SD hingga SLTP. Rendahnya angka putus sekolah pada jenjang pendidikan SD hingga SLTP dikarenakan adanya program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun. Jika 29
  • 33. ■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu   dibandingkan dengan angka nasional, angka putus sekolah pada setiap jenjang pendidikan di Provinsi Bengkulu menunjukkan angka yang lebih tinggi. Gambar 2.9. Grafik Persentase Angka Putus Sekolah 10 9 8 7 ersentase 6 5 4 P 3 2 1 0 2004 2005 2006 2007 2008 Tahun SD Provinsi Bengkulu SMA/MA Provinsi Bengkulu SMAP/MTs Provinsi Bengkulu SD Nasional SMP/MTs Nasional SMA/MA Nasional     Relevansi: Upaya dan kinerja pembangunan dalam bidang pendidikan bervariasi untuk masing-masing tingkat pendidikan. Tingginya angka putus sekolah untuk tingkat pendidikan SLTP dan sekolah menengah mencerminkan bahwa tingkat relevansi pembangunan pendidikan di Provinsi Bengkulu masih rendah. Efektivitas: Penurunan nilai APS untuk tingkat pendidikan dasar (SD) mengindikasikan bahwa upaya pembangunan untuk mendorong partisipasi masyarakat dan anak-anak yang berusia 7-13 tahun telah cukup efektif. Namun sebaliknya, kenaikan nilai APS untuk tingkat pendidikan SLTP dan sekolah menengah menunjukkan tingkat efektifitas yang rendah. Rekomendasi Kebijakan: o Meningkatkan akses pelayanan pendidikan terutama terhadap penduduk miskin o Pemerataan dan perluasan pelayanan pendidikan yang memadai, terutama di daerah pedesaan. o Menyelenggarakan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun secara gratis tanpa pungutan biaya apapun o Peningkatan anggaran pendidikan hingga mencapai 20 persen dari APBN dan APBD   30
  • 34. ■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu     2.2.2.4. Angka Melek Aksara 15 tahun keatas Angka melek aksara di Provinsi Bengkulu mengalami fluktuasi selama lima tahun terakhir, dan terendah terjadi pada tahun 2005, namun demikian meningkat lagi pada tahun berikutnya. Apabila dibandingkan dengan capaian rata-rata nasional, menunjukkan bahwa angka melek aksara di Provinsi Bengkulu selalu lebih tinggi. Ini berarti bahwa program pemberantasan buta huruf tergolong cukup berhasil, namun demikian harus terus diupayakan agar angka melek aksara terus meningkat. Tabel 2.10. Angka Melek Aksara penduduk usia 15 tahun keatas di Provinsi Bengkulu Tahun 2004 – 2008 Angka Melek Huruf Penduduk 2005  2006  2007  2008  2004 Usia 15 tahun keatas Bengkulu 94,21 94,25 94,50 94,69 94,87 Nasional 90,40 90,90 91,50 91,87 92,19 Gambar 2.10. Grafik Angka Melek Aksara penduduk usia 15 tahun keatas di Provinsi Bengkulu, Tahun 2004 - 2008 96 94.69 94.87 95 94.25 94.5 94.21 94 93 Pers entas e 92.19 91.87 92 91.5 90.9 91 90.4 90 89 88 2004 2005 2006 2007 2008 Tahun Melek Huruf Provinsi Bengkulu Melek Huruf Nasional   Relevansi: Upaya dan kinerja pembangunan dalam bidang Angka Melek Huruf penduduk usia 15 tahun keatas sudah lebih baik. Tingginya angka ini dari rata-rata nasional mencerminkan bahwa tingkat relevansi pembangunan pendidikan di Provinsi Bengkulu semakin baik. Efektivitas: Peningkatan Angka Melek Huruf penduduk usia 15 tahun keatas mengindikasikan bahwa semakin banyak penduduk yang bisa membaca maupun menulis, hal ini menunjukkan tingkat efektifitas yang tinggi. Rekomendasi Kebijakan: o Peningkatan intensifikasi perluasan akses dan kualitas penyelenggaraan pendidikan keaksaraan fungsional. o Menyelenggarakan pendidikan non formal yang bermutu secara luas untuk 31
  • 35. ■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu   memberikan kesempatan kepada warga masyarakat yang tidak mungkin terpenuhi kebutuhan pendidikannya melalui jalur formal terutama bagi masyarakat yang tidak pernah sekolah atau buta aksara, putus sekolah dan warga masyarakat lainnya. o Menyediakan materi dan peralatan pendidikan, seperti seperti buku pelajaran maupun peralatan penunjang belajar mengajar. o Meningkatkan peran serta masyarakat dan dunia usaha dalam pembangunan pendidikan. 2.2.2.5. Persentase Jumlah Guru Yang Layak Mengajar Persentase jumlah guru yang layak mengajar di provinsi Bengkulu pada saat awal pelaksanaan RPJMN lebih baik dari rata-rata nasional, namun demikian terjadi sebaliknya dalam dua tahun terakhir, seperti dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.11. Persentase Jumlah Guru Yang Layak Mengajar Persentase Jumlah Guru yang 2004 2005  2006  2007  Layak Mengajar SMP/MTs 85,66 85,58 80,2 82,99 Sekolah Menengah 72,97 77,73 83,69 83,96 Gambar 2.11. Grafik Persentase jumlah guru yang layak mengajar di provinsi Bengkulu, Tahun 2004 - 2007 88 85.66 85.58 86 83.69 83.96 84 82.99 82 80.2 80 Persentase 77.73 78 76 74 72.97 72 70 68 66 2004 2005 2006 2007 Tahun Guru Layak Mengajar SMA/MA Provinsi Bengkulu Guru Layak Mengajar SMP/MTs Provinsi Bengkulu   Relevansi. Upaya dan kinerja pembangunan daerah dalam bidang peningkatan jumlah guru yang layak mengajar belum menunjukkan kemajuan yang berarti. Rendahnya angka persentase ini dari rata-rata nasional dalam beberapa tahun   32
  • 36. ■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu     terakhir mencerminkan bahwa tingkat relevansi pembangunan pendidikan di Provinsi Bengkulu tidak sejalan dengan tujuan pembangunan nasional. Efektivitas. Efektivitas pembangunan bidang pendidikan khususnya dalam meningkatkan persentase jumlah guru yang layak mengajar tidak mengalami kemajuan yang signnifikan, hal ini dapat dilihat dari capaian pembangunan daerah menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Rekomendasi Kebijakan: • Peningkatan kualitas tenaga pendidik baik melalui penyetaraan pendidikan maupun kursus, training dan magang. • Peningkatan jumlah sertifikasi bagi tenaga pendidik. • Peningkatan kesejahteraan dan perlindungan hukum bagi pendidik agar lebih mampu mengembangkan kompetensinya dan meningkatkan komitmen mereka dalam melaksanakan tugasnya. 2.2.3. Kesehatan 2.2.3.1. Umur Harapan Hidup (UHH) Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan ditunjukkan dengan meningkatnya rata-rata Umur Harapan Hdup (UHH). Umur Harapan hidup masyarakat di Provinsi Bengkulu sejak tahun 2004 – 2008 cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2004 Umur Harapan Hidup Penduduk Bengkulu adalah 66,1 tahun dan pada tahun berikut meningkat menjadi 66,4 tahun, kemudian menjadi 66,8 pada tahun 2006. Pada tahun 2008 terjadi penambahan yang signifikan, UHH menjadi sebesar 68,9. Meskipun terjadi tren peningkatan namun jika dibandingkan dengan capaian rata-rata nasional UHH Penduduk Bengkulu masih tergolong rendah. Tabel 2.12. Perkembangan Umur Harapan Hidup Provinsi Bengkulu Tahun 2004 – 2008 Umur Harapan Hidup (UHH) 2004 2005  2006  2007  2008  Bengkulu 66,1 66,4 66,8 68,28 68,9 Nasional 68,6 69 69,4 69,8 70,5 Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, 2008 33
  • 37. ■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu   Gambar 2.12. Grafik Perkembangan Umur Harapan Hidup Provinsi Bengkulu, Tahun 2004 – 2008 71 70.5 69.8 70 69.4 69 68.9 69 68.6 68.28 68 Jumlah 66.8 67 66.4 66.1 66 65 64 63 2004 2005 2006 2007 2008 Umur Harapan Hidup Provinsi Umur Harapan Hidup Nasional Umur Harapan Hidup dipengaruhi oleh banyak faktor, selain karena faktor ekonomi dan sosial, juga dipengaruhi oleh tersedianya fasilitas kesehatan. Dengan adanya layanan kesehatan tersebut diharapkan angka kesakitan masyarakat menjadi berkurang. Perhatian pemerintah terhadap pembangunan kesehatan penduduk cukup besar. Program kesehatan layanan gratis terhadap keluarga miskin melalui Jaring Pengaman Sosial (JPS) mencapai 5% dari jumlah penduduk miskin, meningkat pada tahun 2004 menjadi 10%, dan pada tahun 2005 telah terlayani 15%. Target layanan kesehatan gratis melalui JPS yang ingin dicapai pada periode tahun 2006-2010 secara berturut-turut adalah 20, 25, 30, 35 dan 40%. Berkat peningkatan jumlah, kualitas dan pemerataan program layanan kesehatan tersebut, status kesehatan masyarakat terus meningkat. Perilaku masyarakat kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat, serta ketersediaan pembiayaan kesehatan masih rendah, sangat mempengaruhi rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Upaya pembinaan lingkungan sehat yang dilakukan Dinas Kesehatan telah menunjukkan adanya keberhasilan, terlihat dari beberapa indikator lingkungan sehat, seperti jumlah keluarga yang menghuni rumah sehat, menggunakan air bersih, dan menggunakan jamban milik sendiri. Pada tahun 2004 persentase penduduk yang telah menggunakan air bersih mencapai 33,16%, yang memiliki jamban sendiri sebanyak 69,22%, dan yang sudah memanfaatkan jaringan listrik sebanyak 71,25%, sedangkan rumah yang masih berlantai tanah tinggal sebesar 10,14%. Pada tahun-tahun selanjutnya pembinaan lingkungan sehat ditargetkan terus meningkat; pada periode tahun 2006-2010 secara berturut-turut meningkat menjadi 55, 60, 65, 70 dan 80% keluarga. Pembinaan lingkungan sehat   34
  • 38. ■ Laporan EKPD 2009 Provinsi Bengkulu     diharapkan juga menciptakan perilaku masyarakat untuk hidup sehat tidak saja di dalam keluarga tetapi juga di tempat-tempat umum seperti kantor, hotel, pasar, sekolah, sarana ibadah, dsb. Jumlah Puskesmas juga menjadi indikator peningkatan kuantitas layanan kesehatan kepada penduduk, jika dilihat dari posisi dan rasio jumlah penduduk juga menunjukkan adanya peningkatan pemerataan. Pada tahun 2008 jumlah Puskesmas di Provinsi Bengkulu berjumlah 147 dengan rasio 0,89 per 10.000 penduduk. Angka tersebut mengungkapkan bahwa setiap 10.000 penduduk di Provinsi Bengkulu dilayani kurang dari 1 (satu) buah puskesmas. Akan tetapi apabila dibandingkan dengan jumlah penduduknya maka jumlah Puskesmas yang terdapat di Provinsi Bengkulu masih jauh dari cukup. Kondisi itu terlihat dari masih relatif kecilnya nilai rasio Puskesmas terhadap penduduk. Relatif kecilnya rasio Puskemas per 10.000 penduduk di Provinsi Bengkulu mencerminkan bahwa beban tanggungan setiap Puskesmas di Provinsi Bengkulu relatif tinggi. Tingginya beban tanggungan Puskesmas akan berdampak negatif terhadap pelayanan kesehatan yaitu tidak optimalnya pelayanan kesehatan yang diberikan Puskesmas kepada masyarakat. Ketidakoptimalan pelayanan kesehatan di Provinsi Bengkulu akan semakin tinggi bila tidak segera dilakukan penambahan atau pembangunan Puskesmas. Sebab di sisi lain jumlah penduduk Provinsi Bengkulu dari tahun ke tahun semakin bertambah. Selain melalui Puskesmas, pelayanan kesehatan di Provinsi Bengkulu dilakukan melalui Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling. Pelayanan kesehatan melalui Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling sangat efektif karena dapat melayani kesehatan penduduk hingga ke daerah terpencil. Namun dilihat dari jumlahnya, Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling yang terdapat di Provinsi Bengkulu relatif kurang memadai. Pada tahun 2008 jumlah Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling di Provinsi Bengkulu masing-masing sebanyak 505 buah dan 164 buah. Selain itu terdapat 1.720 Posyandu, Klinik/KIA 124 buah dan rumah bersalin 17 buah. Upaya yang dilakukan pemerintah daerah sebagai bentuk dari penjabaran arah kebijaksanaan pembangunan kesehatan di Provinsi Bengkulu diantaranya meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan melalui pembangunan sarana kesehatan baik di daerah perkotaan maupun di daerah daerah terpencil. 35