Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang teknik wawancara jurnalistik dan strategi bertanya, meliputi persiapan wawancara, jenis pertanyaan, catatan, dan penggunaan alat perekam.
2. WAWANCARA
Wawancara merupakan salah satu bagian
terpenting dalam tugas jurnalistik.
Wawancara adalah proses pencarian data
berupa pendapat/pandangan/pengamatan
seseorang yang akan digunakan sebagai
salah satu bahan penulisan karya jurnalistik.
3. TEKNIK WAWANCARA TERDIRI 2 BAGIAN:
1. Teknik verbal: memerlukan alat bantu hard
ware yang diperlukan.
2. Teknik substansial – teknik yang terkait
dengan kemampuan jurnalis dari segi
ketajaman nuraninya dalam menentukan
pilihan tema, tempat dan saat yang tepat
bagi berlangsungnya sebuah wawancara.
Disini perlu adanya ketajaman analisis
sosial.
4. APA YANG HARUS DILAKUKAN KETIKA MEMULAI
WAWANCARA????
1.Pertama-tama tanyakan pada diri Anda. Apa
kegunaan dari wawancara, karena akan
menentukan bentuk pertanyaan.
2.Apakah Anda mencari informasi yang luas, pribadi
dan profesional dari narasumber?
3.Apakah Anda mencari informasi mengenai topik
tertentu dari narasumber?
4.Apakah Anda mencari reaksi atas sebuah berita
yang sedang hangat?
5.Apakah Anda bermaksud membongkar lebih
banyak fakta tentang sebuah berita kontroversial
yang melibatkan narasumber?
5. JENIS-JENIS WAWANCARA:
1. Man in the street interview. Cara ini
dilakukan bila kita ingin mengetahui
pendapat umum masyarakat
terhadap isu/persoalan yang hendak
kita angkat menjadi bahan berita.
2. Casual interview (wawancara
mendadak). Ini adalah jenis
wawancara yang dilakukan tanpa
persiapan/perencanaan sebelumnya.
6. 3. Personality interview, yaitu wawancara
yang dilakukan terhadap figur-figur publik
yang terkenal, atau bisa juga terhadap
orang-orang yang dianggap memiliki
sifat/kebiasaan/prestasi yang unik, yang
menarik untuk diangkat sebagai bahan
berita.
4. News interview, yaitu wawancara dalam
rangka memperoleh informasi dan berita
dari sumber-sumber yang mempunyai
kredibel
7. PERSIAPAN WAWANCARA:
1. Penentuan tema. Mengapa tema itu diangkat?
Dari awal harus sudah jelas peran apa yang
akan anda bawakan – informasi apa yang anda
mau dari narasumber, apakah
perspektifnya, dimana mereka akan anda
posisikan.
2. Menentukan angle. Angle atau sudut pandang
sebuah berita ini dibikin untuk membantu
tulisan supaya terfokus. Kita tidak mungkin
menulis seluruh laporan tentang apa yang kita
lihat, atau menulis seluruh uraian yang
disampaikan oleh narasumber. Tulisan yang
tidak terfokus hanyalah akan membingungkan
8. Untuk menentukan angle, cara yang
termudah adalah membuat sebuah
pertanyaan tunggal tentang apa yang mau
kita tulis, tidak boleh melebar kemana-
mana.
3. Susunlah outline: tema berita, angle, latar
belakang masalah, siapa narasumber dan
daftar pertanyaan
9. TIPS WAWANCARA:
1. Harus memakai kalimat tanya yang bisa
membuahkan jawaban obyektif.
2. Pertanyaan diusahakan menggunakan
kalimat pendek dan mudah dimengerti.
3. Tidak boleh segan-segan mengajukan
pertanyaan ulang atas hal-hal yang belum
jelas untuk dimengerti.
4. Tahu momentum yang tepat. Juga tahu apa
yang layak dan tidak layak untuk ditanyakan,
sekaligus cara bertanya yang pas.
10. 5. Jauhi pertanyaan yang bernada
menggurui.
6. Hindari gaya interogasi (seperti polisi)
7. Hindari pertanyaan yang bersifat menguji
nara sumber.
8. Tumbuhkan sifat empati dalam
wawancara.
9. Hindari kalimat tanya yang bersifat
mengadu domba.
11. Buat pertanyaan yang mampu
menggugah daya nalar, ingatan serta
perspektif narasumber.
12. Jangan membuat jemu narasumber
11. 13. Jaga penampilan
14. Tips ini mungkin akan menjadi jaminan
suksesnya sebuah wawancara. Tetapi,
mungkin juga takkan berguna apa-apa,
jika tidak diimbangi dengan kemampuan
jurnalistik individu yang
mengoperasikannya. Karena itu pula,
seorang jurnalis ”haram” mendatangi nara
sumber dengan kepala kosong.
12. LANGKAH-LANGKAH PENCEGAHAN UNTUK
MENGHINDARI KESALAHAN FAKTA:
1. Tanyakan kembali nama dan nomor telepon
narasumber.
2. Bila informasi nara sumber anda peroleh
dari tangan kedua, harap dicek pada sumber
berita untuk membetulkannya.
3. Bila menggunakan statistik atau data
matematis, reporter harus mengecek angka-
angkanya dan menghitung.
13. WAWANCARA YANG BAIK:
1. Lakukanpersiapan sebelum wawancara.
Persiapan menyangkut outline wawancara,
penguasaan materi wawancara, pengenalan
mengenai sifat/karakter/kebiasaan orang yang
hendak kita wawancarai dan sebagainya.
2. Taatilah peraturan dan norma-norma yang
berlaku di tempat pelaksanaan wawancara
tersebut. Sopan santun, jenis pakaian yang
dikenakan, pengenalan terhadap norma/etika
setempat.
14. 3. Jangan mendebat nara sumber. Tugas
seorang pewawancara adalah mencari
informasi sebanyak-banyaknya dari nara
sumber, bukan berdiskusi. Jika Anda tidak
setuju dengan pendapatnya, biarkan saja.
Jangan didebat. Kalaupun harus
didebat, sampaikan dengan nada
bertanya, alias jangan terkesan membantah.
4. Hindarilah menanyakan sesuatu yang
bersifat umum, dan biasakanlah menanyakan
hal-hal yang khusus. Hal ini akan sangat
membantu untuk memfokuskan jawaban nara
sumber.
15. 5. Ungkapkanlah pertanyaan dengan
kalimat yang sesingkat mungkin dan to the
point. Selain untuk menghemat waktu, hal
ini juga bertujuan agar nara sumber tidak
kebingungan mencerna ucapan si
pewawancara.
6. Hindari pengajuan dua pertanyaan dalam
satu kali bertanya. Hal ini dapat merugikan
kita sendiri, karena nara sumber biasanya
cenderung untuk menjawab hanya
pertanyaan terakhir yang didengarnya.
16. 7. Pewawancara hendaknya pintar
menyesuaikan diri terhadap berbagai
karakter nara sumber. Untuk nara sumber
yang pendiam, pewawancara hendaknya
dapat melontarkan ungkapan-ungkapan
pemancing yang membuat si nara sumber
“buka mulut”. Sedangkan untuk nara
sumber yang doyan
ngomong, pewawancara hendaknya bisa
mengarahkan pembicaraan agar nara
sumber hanya bicara mengenai hal-hal
yang berhubungan dengan materi
wawancara.
17. 8. Pewawancara juga hendaknya bisa menjalin
hubungan personal dengan nara sumber, dengan
cara memanfaatkan waktu luang yang tersedia
sebelum dan sesudah wawancara. Kedua belah
pihak dapat ngobrol mengenai hal-hal yang
bersifat pribadi, atau hal- hal lain yang berguna
untuk mengakrabkan diri. Ini akan sangat
membantu proses wawancara itu sendiri, dan juga
untuk hubungan baik dengan nara sumber di
waktu-waktu yang akan datang.
9. Jika kita mewawancarai seorang tokoh yang
memiliki lawan ataupun musuh
tertentu, bersikaplah seolah-olah kita
memihaknya, walaupun sebenarnya tidak
demikian.
18. 10. Bagi seorang reporter baru, seperti pers
kampus, kendala terbesar dalam proses
wawancara biasanya bukan wawancaranya
itu sendiri, melainkan proses untuk menemui
nara sumber. Agar kita dapat menemui nara
sumber tertentu dengan sukses, diperlukan
perjuangan dan kiat-kiat yang kreatif dan
tanpa menyerah. Salah satu caranya adalah
rajin bertanya kepada orang-orang yang
dekat dengan nara sumber. Koreklah
informasi sebanyak mungkin mengenai nara
sumber tersebut, misalnya nomor
teleponnya, alamat rumahnya, jam berapa
saja dia ada di rumah dan di kantor, di mana
dia suka duduk dan sebagainya.
20. BERTANYA VS MENCATAT
1.Sebagai wartawan pemula anda mungkin melakukan dua
pekerjaan sekaligus : berbincang bincang dan mencatat; tentu
akan sangat merepotkan. Namun hal tersebut jangan sampai
menganggu anda dalam berkosentrasi antara mengajukan
pertanyaan dan menulis jawaban. Bila terlalu cepat, anda bisa
meminta narasumber mengulang pernyataan atau jawaban.
Amblah beberapa informasi yang berguna. Terkadang anda
memang akan mengunakan semua catatan. Tetapi, justru yang
lebih sering, hanya sebagian cacatan yang bisa dipakai.
2.Seorang penulis yang percaya pada kemampuan mengingat
mungkin akan menambahkan rincian atau komentar yang
mereka ingat, tetapi tidak ditulis. Meskipun demkian, cara seperti
ini sebaiknya dilakukan dengan hati hati, khususnya jika
pandangan pandangan yang dikemukakan cenderung
kontradiktif dan berpotensi menciptakan kasus pencemaran
nama baik. Tanpa cacatan atau kaset rekaman,
wartawan/reporter hanya memiliki sedikit pembelaan di
Pengadilan.
21. MENDENGARKAN SECARA AKTIF
Bagaimana menanggapi keinginan seseorang
berbicara? Peran wartawan adalah menyimak
dengan cerdas dan menjaga percakapan agar
tetap jernih dan terfokus pada pertanyaan
pertanyaan.
Menjadi pendengar yang baik atas informasi yang
narasumber berikan juga akan membantu
menciptakan hubungan yang baik kedepannya.
Kemudian manfaatkan peluang untuk mengorek
lebih dalam informasi yang anda perlukan bila si
narasumber telah terlihat enjoy dalam ritme
wawancara yang terjadi.
22. MENCATAT DENGAN EFEKTIF DAN CERDIK
Salah satu keterampilan wartawan yang paling
penting adalah membuat catatan catatan wawancara
dengan efektif. Selama abad ke -19, munculnya
tulisan tangan sebagai keterampilan khusus
jurnalistik mendorong perkembangan gagasan
profesionalisme.
Memang penting bagi setiap wartawan yang
berbakat untuk membuat catatan ringkas dengan
tulisan 100 kata permenitnya. Rasanya tak ada
wartawan yang menyesal mempelajari dan
mengasah keterampilan ini. Pada acara tertentu ada
yang melarang menggunakan alat perekam, seperti :
meliput kegiatan rapat anggota DPR, pengadilan,
atau ruang otopsi, maka steno teknik menulis
cepat, menjadi penting terutama untuk mengatasi
kesalahan kesalahan kecil.
23. MENCATAT DENGAN EFEKTIF DAN CERDIK
ALTERNATIF :
o Tulisan cepat versi sendiri : anda bisa
mengembangkan teknik yang buat sendiri dengan
membuang huruf huruf hidup untuk meringkas catatan
anda. Sebagai contoh : duduk bisa jadi ddk, rumah
jadi rmh, dan lainnya.
oSistem ringkasan yang baru, agiliwriting: easy to
read, easy to write, and easy to learn: mudah
dibaca, ditulis, dipelajari.dalam teknik ini kita harus
membawa komputer/laptop. Keuntungannya wartawan
dapat menulis secara ringkas dan dapat mengubahnya
menjadi tulisan normal secara otomatis. Dengan
demikian, dalam waktu yang tidak terlalu lama dapat
mengirimkan hasilnya ke kantor lewat modem/hotspot
area.
24. MENCATAT DENGAN EFEKTIF DAN CERDIK
ALTERNATIF :
oPenting membuat catatan terpilih. Wartawan yang baik mengerti
kapan hal hal menarik akan diucapkan narasumber. Telinganya
menegang dan seluruh perhatiannya ditumpahkan untuk mendapatkan
fakta fakta yang diucapkan, juga pandangan serta perasaan
narasumber.
oWartawan biasanya tidak mencatat semua kata yang diucapkan
narasumber. Dalam suatu wawancara terkadang narasumber
terganggu dengan kehadiran buku catatan. Dalam menghadapi maslah
ini, wartawan harus mengandalkan ingatannya.
oKerapian. Wartawan biasanya menggunakan buku catatan yang
mudah digunakan, pas d ikantong, dan halamannya mudah dibalikkan.
Sistem penyimpanan catatan yang rapi akan memudahkan anda bila
sewaktu waktu memerlukan rujukan yang pernah ditulis sebelumnya.
25. PRO KONTRA PEREKAM
Kebanyakan wartawan sekarang makin
mengandalkan perekam. Alat alat itu tersedia
dalam bentuk yang sangat kecil dan tidak
mencolok, sehingga sedikit saja orang yang
merasa terganggu dengan penggunaan
perekam tersebut . Jika seorang narasumber
menggugat wartawan tentang kutipan yang
mereka buat tidak ada bukti yang paling baik
selain perekam.
Sebaiknya senantiasa memberitahukan
narasumber bahwa anda menggunakan
perekam.
26. PRO DAN KONTRA PEREKAM
Kaset rekaman mungkin saja hilang, atau anda lupa
menekan tombol perekam, banyak wartawan yang
memiliki pengalaman buruk tentang hal ini. Kemungkinan
baterai yang digunakan sudah lemah;microfon
memasukkan suara yang bising. Jika perekam diletakkan
di tengah meja, bisa jadi tidak mampu menangkap suara
orang yang berbicara di sudut lainnya selam a diskusi
panel. Oleh karena itu biasakan membuat catatan
sebagai pelengkap.
Apabila anda harus menyelesaikan tulisan anda dengan
cepat penggunaan perekam bisa jadi menjengkelkan.
Butuh waktu banyak untuk menemukan kutipan atau
informasi yang diperlukan. Lain hal nya bila anda akan
menulis feature dan profil. Penggunaan perekam akan
lebih menguntungkan bila waktu tersedia untuk membuat
catatan dan mendengarkan seluruh isi rekaman.