SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  20
Télécharger pour lire hors ligne
MAKALAH KIMIA ORGANIK II
SYNTHESIS OF SELECTIVE HISTAMINE H1 ANTAGONIST

Oleh:
Novi Fachrunnisa (201210410311051)
Noviatul Fitriyah (201210410311025)
Dyah Nuri Rahmadiany (201210410311052)
Ester Novianty (201210410311219)

PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2013/2014

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan yang maha kuasa atas segala limpahan rahmat,
inayah, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam mengetahui Synthesis of Selective Histamin H1 Antagonis
Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik lagi.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari
sempurna, baik dari segi penyusunannya, bahasa, ataupun penulisannya. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun,
khususnya dari dosen mata kuliah kimia organik guna menjadi acuan dalam bekal
pengalaman bagi penulis untuk lebih baik dimasa yang akan datang.

Malang, 29 Desember 2013

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 1
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL....................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 5
SINTESIS/ISOLASI .............................................................................................. 6
A. Prosedur Asli .................................................................................................. 6
B. Mekanisme Reaksi .......................................................................................... 6
C. Bahan dan Alat ............................................................................................... 9
D. Cara Kerja ..................................................................................................... 10
E. Skema Kerja .................................................................................................. 12
F. Hasil Reaksi .................................................................................................. 16
PEMBAHASAN ................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20

3
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

Scheme 1. Synthetic pathway for intermediates 4–13. .................................... 5
Scheme 2. Synthetic pathway of cyanoguanidines 14–35. .............................. 6
H1 Reseptor Antagonis .................................................................................... 15
Table 1. Histamine H1 receptor antagonism of cyanoguanidines 14–35......... 15
Struktur dasar AH1 ........................................................................................... 17
Tabel 2 Penggolongan Antihistamin (AH1) dengan masa kerja, bentuk sediaan dan
dosisnya ............................................................................................................ 19

4
PENDAHULUAN

Antihistamin adalah zat yang mampu mencegah penglepasan atau kerja
histamin. Antihistamin ini biasanya digunakan untuk mengobati reaksi alergi yang
disebabkan oleh tanggapan berlebihan tubuh terhadap alergen (penyebab alergi),
seperti serbuk sari tanaman.
Mengantagonis histamin dengan jalan memblok reseptor H1 di otot licin
dari dinding pembuluh, bronkil dan saluran cerna, kandung kemih, dan rahim.
Begitu pula melawan efek histamin di kapiler dan ujung saraf (gatal, flare
reaction). Efeknya adalah simtomatis, antihistamin tidak dapat menghindarkan
timbulnya reaksi alergi. Letak reseptor H1 terdapat di otak, bronkus, gastro
intestinal, genitourinary, system kardiovaskular, adrena medula, sel indotelial.
Contoh obatnya adalah difenhidramina, loratadina, desloratadina, meclizine,
quetiapine, dan prometazina.
Fungsi fisiologis histamin secara umum sebagai neurotransmitter, kontrol
neuroendokrin, regulasi kardiovaskular (terkait kemampuan vasidilatator),
pengaturan suhu, berperan pada sekresi asam lambung, serta berperan dalam
reaksi alergi atau anafilaksis.

5
SINTESIS/ISOLASI

A. Prosedur Asli
B. Mekanisme Reaksi

Scheme 1. Synthetic pathway for intermediates 4–13.

Sianoguanidin (14-35) mula-mula disintesis dari Triamin (4-13) yang mana
dengan mudah dipreparasi dari amina skunder (3a dan 3b) melalui alkilasi dengan
akrilonitril atau -haloalkananitril dari panjang rantai yang berbeda diikuti oleh
reduksi dengan LiAlH4 dalam dietil eter (scheme 1). Amina sekunder (3a dan 3b)
didapat dari alkilasi amina primer (2a dan 2b) dengan etil kloroformat dan
kemudian direduksi dengan LiAlH4 di dalam tetrahidrofuran.Triamin dapat
bereaksi dengan isourea intermediet untuk menghasilkan sianoguanidin.

6
Scheme 2. Synthetic pathway of cyanoguanidines 14–35.

Senyawa dari sianoguanidin menunjukkan aktivitas histamin H1R antagonis pada
usus hewan coba babi dengan nilai pKB dalam rentang 6,8(senyawa 14 ) – 8,6
(senyawa 28,32).walaupun aktifitas meningkat dengan panjang polyethylenspacer
dalam kasus derivatif metoksi diganti bantalan H2 antagonis.Bagian roxatidina
seperti (senyawa 14 vs 16,18 dan 21).kecenderungan umum tidak jelas,baik untuk
analog fluorina ted yang sesuai atau untuk guanidinothyazoles 25-34.H1R
aktivitas antagonis tertinggi tinggal dikelompok 2 senyawa. Meskipun efek
afinitas meningkat tidak jelas, perlu dicatat bahwa interaksi dengan H1R tidak
secara dramatis terpengaruh secara negatif oleh sebagian H2R antagonis.
7
Antagonis H1R paling ampuh mencapai nilai KB dalam

satu digit kisaran

nanomolar sesuai dengan sekitar 30% dari aktifitas mepiramin di usus hewan coba
babi.

8
C. Bahan dan Alat
1. Alat:
a. Alat Refluks
-

Labu Destilasi

-

Erlenmeyer

-

Condensor

-

Corong

b. Batang pengaduk
c. Evaporator
d. pH Indikator Universal
e. Corong pisah

2. Bahan:
a.

2-bromopiridin (109,30 mmol)

b.

Etilendiamin (546 mmol)

c.

NaOH 1N

9
D. Cara Kerja

Sintesis dari amina primer 2a dan 2b
2-bromopiridin (109,30mmol) dan etilendiamin (546mmol) direfluks dalam
piridin selama 3 jam. Kelebihan dari etilen diamin dievaporasi pada tekanan
rendah, tambahkan air, nilai pH adalah >11 menggunakan NaOH (1N), dan 2-(2aminoetilenamino)piridin diekstraksi dengan kloroform [29]. Setelah evaporasi
dari

kloroform,

hasilnya

dimurnikan

dengan

cara

kromatotron

(klorofom/methanol, 97/3, V/V, dalam suasana amoniak), dan digunakan
mengikuti reaksi tanpa pemurnian selanjutnya.
2a 2b disintesis dengan mengendapkan hasil 2-(2-aminoethylamino)pyridine, lalu
ditambah sodium hidrida (terdiri dari 60% suspensi minyak 64,5mmol) dalam
DMSO dalam suasana nitrogen temperatur reaksi sampai 85°C dan dipertahankan
sampai

nitrogen

berhenti

berkembang.untuk

sintesis

dari

2a

2b,4-

methoxsibenzylchloride dan 4-fluorobenzylchloride,khusunya ditambah dan
dicampur sambil diaduk sampai 12jam pada suhu ruangan.selanjutnya itu
ditambah air (15ml),2a dan 2b diekstrak dengan dietil eter sampai ph lebih dari
11,kombinasi ekstrak dikeringkan sampai melebihi kalium carbonat anhidrous dan
pelarut dievaporasi dibawah tekanan yang akan menghasilkan minyak 2a dan
2b,dengan ini digunakan untuk reaksi selanjutnya untuk menyiapkan 3a dan 3b
tanpa pemurnian.
Sintesis dari Amina sekunder 3A dan 3B
Untuk sintesis 3A dan 3B 43,64 mmol dari Amina primer 2A dan 2B yang
dilarutkan dalam dietil eter, NaOH 10% ditambahkan kedalamnya dan larutan
direndam dengan air es. Etil kloroformat ditambahkan sedikit-sedikit kedalam
sistem dua fasa. Setelah reaksi sempurna lapisan dietil eter dipisahkan,
dikeringkan dengan NaSO4, dan di evaporasi dengan suhu rendah yang
menghasilkan produk minyak 3A dan 3B.

10
Prosedur Umum untuk Sintesis Diamin
Seperti yang telah dijelaskan diatas, campuran dari Amina sekunder 3A dan 3B
(10-30 mmol), sejumlah equimolar dari ikatan -halonitril, sejumlah katalis dari
KI dan 100% kelebihan dari Natrium Carbonat diaduk selama dua jam pada suhu
60°C dalam 20ml dari campuran Asetonitril dan dimetilformamida (1:1
Dalam satu

tempat dari kloroasetonitril,

9:1

V/

V

dalam satu

V/

V).

tempat

halonitrilkomolog. Kemudian, tambah air, campuran tersebut diestraksi dengan
toluena, kombinasi estrak dikeringkan dengan Natrium sulfat kemudian di
evaporasi pada suhu rendah menghasilkan minyak Aminonitril yang berhubungan
sebagai intermediete, yang dilarutkan dalam 20ml dari dietil eter anhidrat dan
ditetesi kedalam endapan dingin dari lithium aluminium hidrida (50% berlebih).
Setelah 2 jam di aduk pada temperatur suhu ruangan campuran reaksi dihidrolisis
dengan penambahan air diikuti dengan 3ml dari 10% larutan NaOH encer. Hasil
dari

Diamin

4-13

dimurnikan

secara

kromatografi

eluen:kloroform/metanol, gradien dari 99:1 sampai 90:10

V/

V,

(kromatotron,

suasana amoniak),

dan digunakan pada reaksi berikutnya untuk sintesis sianoguanidin.

Prosedur Umum untuk sintesis Sianoguanidin 14-35
Hubungan dari N-siano O-fenil isoureas (2-4 mmol) A1-D1, pada preparasi
dengan mengaduk dari jumlah ekivalen dari A-D dengan difenil Nsianokarbonimidat selama 2jam, dan sejumlah equimolar dari masing-masing
diamin 4-13 dalam 30ml asetonitril anhidrat, yang dipanaskan dibawah refluks
selama 16jam. Campuran dievaporasi untuk mengeringkan dan sianoguanidin 1435 di isolasi dengan kromatografi (kromatotron, kloroform:metanol, gradien dari
99:1 sampai 90:10 dalam suasana amoniak.

11
E. Skema Kerja

Sintesis dari amina primer 2a dan 2b

Timbang 2-bromopiridin (109,30mmol) dan etilendiamin (546mmol) masukkan
ke dalam labu destilasi selama 3 jam

Kelebihan dari etilendiamine dievaporasi pada tekanan rendah

Tambahkan air

Tambahkan NaOH 1N sampai PH lebih dari 11

Timbang klorofom

Ekstraksikan hasil reaksi dengan penambahan kloroform

Hasil ekstraksi dimurnikan dengan cara penambahan kromatotron
(kloroform/methanol,97/3,v/v,dalam suasana amoniak)

Hasil diendapkan terlebih dahulu

12
Hasil endapan ditambahkan natrium hidrida(terdiri dari 60% suspense minyak
64,5mmol) dalam suasana nitrogen dengan temperatur sampai 85®C dan
diperthankan sampi nitrogen berhenti berkembang

4-methoxsibenzylchloride dan 4-fluorobenzylchloride ditambahkan pada hasil
sintesis sebelumnya dan dicampur sambil di aduk selama 12jam pada suhu
ruangan

Tambahkan air 15mL

Kemudian diekstraksikan dengan dietileter sampai pH>11

Kombinasi ekstrak dikeringkan dengan penambahan kalium carbonat anhidrat

Pelarut dievaporasi dibawah tekanan ,mengahislkan minyak 2a dan 2b

Sintesis amina sekunder 3a dan 3b

Minyak 2a dan 2b dilarutkan dalam dietil eter

Tambahkan NaOH 10%

Rendam larutan dengan air es
13
Tambhkan etil kloroformat sedikit demi sedikit kedalam system 2 fase yang
terbentuk

Setelah reaksi sempurna lapisan dietil eter dipisahkan dengan corong pisah

Keringkan dengan Na2SO4

Dievaporasi dengan suhu rendahmenghasilkan minyak 3a dan 3b

Prosedur umum untuk sintesis diamin

Campuran dari amina sekunder (3a dan 3b), equimolar dari ikatan -halonitril,
katalis KI dan 100% natrium karbonat diaduk selama 2 jam dalam 20mL
campuran asetonitril dan dimetilformamida.

Tambahkan air

Campuran tersebut diekstrasikan dengan toluene

Kombinasi ekstrak dikeringkan dengan natriumsulfat

Kemudian dievaporasi pada suhu rendah menghasilkan minyak aminonitril

14
Larutkan dalam 20mL dietileter anhidrat

Tetesi kedalam endapan dingin dari litiumaluminium hidrida (50% berlebih)

Setelah 2 jam diaduk pada suhu ruangan, campuran reaksi dihidrolisis dengan
penambahan air dan 3mL dari 10% NaOH encer.

Hasil diamin 4-13 dimurnikan secara kromatografi

Prosedur Umum untuk sintesis Sianoguanidin 14-35

Aduk ekivalen dari A-D dengan difenil N-sianokarbonimidat selama 2 jam

Sejumlah equimolar dari masing-masing diamin 4-13 dimasukkan ke dalam 30mL
asetonitril anhidrat

Panaskan dibawah refluks selama 16jam

Campuran dievaporasi

Isolasi hasilnya dengan kromatografi

15
F. Hasil Reaksi

H1 Reseptor Antagonis

Table 1. Histamine H1 receptor antagonism of cyanoguanidines 14–35.

16
UJI KEMURNIAN

Titik leleh tidak dikoreksi dan ditentukan dalam kapiler terbuka dalam alat Buechi
512.
Spektrum

1

H-NMR direkam pada Bruker WC 300 spektrometer dengan

tetrametilsilan (TMS) sebagai standar internal. Sinyal 1H-NMR yang dilaporkan
dalam rangka: multiplisitas (s, tunggal; d , doublet , t , triplet , q , kwintet , m ,
multiplet ; br , luas; * , ditukar oleh D2O ) , jumlah proton , dan konstanta kopling
perkiraan di Hertz .
Analisis unsur dilakukan pada Perkin Elmer - 240B dan instrumen 240C . Analisis
( C , H , N ) ditandai dengan simbol unsur berada dalam ± 0,4 % dari nilai teoritis.
Pemisahan kromatografi dilakukan dengan kromatografi rotasi planar (
kromatografi lapis sentrifugal ) menggunakan Chromatotron Model 7924 (
Harrison Penelitian , Muttenz , Swiss ) dengan lapisan 4 - mm dari silika gel 60
PF254 mengandung gipsum ( Merck ) . Untuk menghindari tailing , suasana
amonia jenuh diproduksi dengan melewati aliran anhidrat amonia gas melalui "
lembam inlet gas " dari Chromatotron .
Spektrum EI - massa dicatat menggunakan Finnigan MAT CH7A ( 70 eV ) ,
Finnigan MAT 711 ( 80 eV ) , atau Kratos MS 25 RF ( 70 eV ) .

17
PEMBAHASAN

Sewaktu diketahui bahwa histamin mempengaruhi banyak proses fa’alan
dan patologik, maka dicarikan obat yang dapat mengantagonis efek histamin.
Epinefrin merupakan antagonis fa’alan pertama yang digunakan. Antara tahun
1937-1972. Antihistamin misalnya antergan, neoantergan, difenhidramin, dan
tripelenamin dalam dosis terapi efektif untuk mengobati udem, eritem dan pruritus
tetapi tidak dapat melawan efek hipersekresi asam lambung akibat histamin.
Antihistamin tersebut di atas digolongkan dalam antihistamin penghambat
reseptor H1 (AH1).
Struktur dasar AH1 adalah sebagai berikut:

Struktur dasar AH1

Dengan Ar = Aril dan X dapat diganti dengan N, C, atau -C-O-. Pada struktur
AH1 ini terdapat gugus etilamin yang juga ditemukan pada rumus bangun
histamin. Secara kimia AH1 dapat dibedakan atas beberapa golongan yang dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.

18
Tabel 2 PENGGOLONGAN ANTIHISTAMIN (AH1) DENGAN MASA KERJA,
BENTUK SEDIAAN DAN DOSISNYA

19
DAFTAR PUSTAKA

Sadek bassem, dkk.2013.Synthesis and Dual Histamine H1 and H2 Reseptor
Antagonist Activity of Cyanoguanidine Derivatives.Molecules.

20

Contenu connexe

Tendances

30435971 farmasi-fisika-kelarutan
30435971 farmasi-fisika-kelarutan30435971 farmasi-fisika-kelarutan
30435971 farmasi-fisika-kelarutanYaumil Fajri
 
laporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftol
laporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftollaporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftol
laporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftolqlp
 
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misellaporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis miselqlp
 
SINTESIS ORANGE II DENGAN REAKSI KOPLING DIAZO
SINTESIS ORANGE II DENGAN REAKSI KOPLING DIAZOSINTESIS ORANGE II DENGAN REAKSI KOPLING DIAZO
SINTESIS ORANGE II DENGAN REAKSI KOPLING DIAZOKania Setianti
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 5 Esterifikasi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 5 EsterifikasiITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 5 Esterifikasi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 5 EsterifikasiFransiska Puteri
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubiITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubiFransiska Puteri
 
Nanoemulsion kel.06 smstr 5 a
Nanoemulsion kel.06 smstr 5 aNanoemulsion kel.06 smstr 5 a
Nanoemulsion kel.06 smstr 5 aRezumProDeta
 
Makalah sejarah
Makalah sejarahMakalah sejarah
Makalah sejarahdini riza
 
Artikel rahayu akin_7 tentang p_h
Artikel rahayu akin_7 tentang p_hArtikel rahayu akin_7 tentang p_h
Artikel rahayu akin_7 tentang p_hrramdan383
 
Farmasi fisika-kelarutan
Farmasi fisika-kelarutanFarmasi fisika-kelarutan
Farmasi fisika-kelarutanuus17F
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi KafeinITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi KafeinFransiska Puteri
 
Farmakoqnosi Terpenoid
Farmakoqnosi TerpenoidFarmakoqnosi Terpenoid
Farmakoqnosi Terpenoiddinana88
 

Tendances (20)

30435971 farmasi-fisika-kelarutan
30435971 farmasi-fisika-kelarutan30435971 farmasi-fisika-kelarutan
30435971 farmasi-fisika-kelarutan
 
Larutan dan Kelarutan
Larutan dan KelarutanLarutan dan Kelarutan
Larutan dan Kelarutan
 
Hhh
HhhHhh
Hhh
 
Bab v kelarutan (Farmasi Fisika)
Bab v kelarutan (Farmasi Fisika)Bab v kelarutan (Farmasi Fisika)
Bab v kelarutan (Farmasi Fisika)
 
laporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftol
laporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftollaporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftol
laporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftol
 
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misellaporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
 
SINTESIS ORANGE II DENGAN REAKSI KOPLING DIAZO
SINTESIS ORANGE II DENGAN REAKSI KOPLING DIAZOSINTESIS ORANGE II DENGAN REAKSI KOPLING DIAZO
SINTESIS ORANGE II DENGAN REAKSI KOPLING DIAZO
 
Kelarutan
KelarutanKelarutan
Kelarutan
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 5 Esterifikasi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 5 EsterifikasiITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 5 Esterifikasi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 5 Esterifikasi
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubiITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubi
 
Bab vi kelarutan (Farmasi Fisika)
Bab vi kelarutan (Farmasi Fisika)Bab vi kelarutan (Farmasi Fisika)
Bab vi kelarutan (Farmasi Fisika)
 
Nanoemulsion kel.06 smstr 5 a
Nanoemulsion kel.06 smstr 5 aNanoemulsion kel.06 smstr 5 a
Nanoemulsion kel.06 smstr 5 a
 
Makalah sejarah
Makalah sejarahMakalah sejarah
Makalah sejarah
 
Artikel rahayu akin_7 tentang p_h
Artikel rahayu akin_7 tentang p_hArtikel rahayu akin_7 tentang p_h
Artikel rahayu akin_7 tentang p_h
 
Bab ii kelarutan
Bab ii kelarutanBab ii kelarutan
Bab ii kelarutan
 
Farmasi fisika-kelarutan
Farmasi fisika-kelarutanFarmasi fisika-kelarutan
Farmasi fisika-kelarutan
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi KafeinITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
 
Sifat Fisis Larutan
Sifat Fisis LarutanSifat Fisis Larutan
Sifat Fisis Larutan
 
9 larutan ideal
9 larutan ideal9 larutan ideal
9 larutan ideal
 
Farmakoqnosi Terpenoid
Farmakoqnosi TerpenoidFarmakoqnosi Terpenoid
Farmakoqnosi Terpenoid
 

Similaire à Makalah kimia organik ii

Neurotransmitter Histamin
Neurotransmitter Histamin Neurotransmitter Histamin
Neurotransmitter Histamin Aisyah Asmara
 
Antihistamin FARMAKOLOGI 2 AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR
Antihistamin  FARMAKOLOGI 2 AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSARAntihistamin  FARMAKOLOGI 2 AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR
Antihistamin FARMAKOLOGI 2 AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSARirmalawai
 
Mechanisms of antihyperuricemic effect of phyllanthus niruri and its lignan
Mechanisms of antihyperuricemic effect of phyllanthus niruri and its lignanMechanisms of antihyperuricemic effect of phyllanthus niruri and its lignan
Mechanisms of antihyperuricemic effect of phyllanthus niruri and its lignanratiharum
 
Ketetapan kesetimbangan
Ketetapan kesetimbangan Ketetapan kesetimbangan
Ketetapan kesetimbangan Dede Suhendra
 
Laporan_Praktikum_Farmasi_Fisika_Disolus.docx
Laporan_Praktikum_Farmasi_Fisika_Disolus.docxLaporan_Praktikum_Farmasi_Fisika_Disolus.docx
Laporan_Praktikum_Farmasi_Fisika_Disolus.docxagusgunawan08091984
 
Relationship between structure and drug activity of peripheral nervous system...
Relationship between structure and drug activity of peripheral nervous system...Relationship between structure and drug activity of peripheral nervous system...
Relationship between structure and drug activity of peripheral nervous system...SofiaNofianti
 
PPT KELOMPOK 7 ANTIHISTAMIN (FIX).pptx
PPT KELOMPOK 7 ANTIHISTAMIN (FIX).pptxPPT KELOMPOK 7 ANTIHISTAMIN (FIX).pptx
PPT KELOMPOK 7 ANTIHISTAMIN (FIX).pptxssuser8cafc5
 
Obat obatan sistem organ lain
Obat obatan sistem organ lainObat obatan sistem organ lain
Obat obatan sistem organ lainPutri Cavaluna
 
PPT Kel 4 Farmakologi.pptx
PPT Kel 4 Farmakologi.pptxPPT Kel 4 Farmakologi.pptx
PPT Kel 4 Farmakologi.pptxAuliaPutri98
 
uji toksisitas
uji toksisitasuji toksisitas
uji toksisitasNana115852
 
Pembelajaran-Termokimia-Entalpi-dan-Perubahan-Entalpi (1).pdf_20231010_151911...
Pembelajaran-Termokimia-Entalpi-dan-Perubahan-Entalpi (1).pdf_20231010_151911...Pembelajaran-Termokimia-Entalpi-dan-Perubahan-Entalpi (1).pdf_20231010_151911...
Pembelajaran-Termokimia-Entalpi-dan-Perubahan-Entalpi (1).pdf_20231010_151911...JhonatanNapitupulu1
 
Laporanenzimkatalase 141115233503-conversion-gate02 (1)
Laporanenzimkatalase 141115233503-conversion-gate02 (1)Laporanenzimkatalase 141115233503-conversion-gate02 (1)
Laporanenzimkatalase 141115233503-conversion-gate02 (1)AstiintanAgnia
 
Praktek Biologi Peran Enzim Katalase, SMAN 1 Dringu, Kab.Probolinggo
Praktek Biologi Peran Enzim Katalase, SMAN 1 Dringu, Kab.ProbolinggoPraktek Biologi Peran Enzim Katalase, SMAN 1 Dringu, Kab.Probolinggo
Praktek Biologi Peran Enzim Katalase, SMAN 1 Dringu, Kab.ProbolinggoSMA Negeri 1 Dringu
 

Similaire à Makalah kimia organik ii (20)

Pengaruh ph
Pengaruh phPengaruh ph
Pengaruh ph
 
Neurotransmitter Histamin
Neurotransmitter Histamin Neurotransmitter Histamin
Neurotransmitter Histamin
 
Antihistamin FARMAKOLOGI 2 AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR
Antihistamin  FARMAKOLOGI 2 AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSARAntihistamin  FARMAKOLOGI 2 AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR
Antihistamin FARMAKOLOGI 2 AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR
 
Uji Xantoprotein
Uji XantoproteinUji Xantoprotein
Uji Xantoprotein
 
Fenomena Distribusi
Fenomena DistribusiFenomena Distribusi
Fenomena Distribusi
 
Mechanisms of antihyperuricemic effect of phyllanthus niruri and its lignan
Mechanisms of antihyperuricemic effect of phyllanthus niruri and its lignanMechanisms of antihyperuricemic effect of phyllanthus niruri and its lignan
Mechanisms of antihyperuricemic effect of phyllanthus niruri and its lignan
 
Ketetapan kesetimbangan
Ketetapan kesetimbangan Ketetapan kesetimbangan
Ketetapan kesetimbangan
 
Laporan_Praktikum_Farmasi_Fisika_Disolus.docx
Laporan_Praktikum_Farmasi_Fisika_Disolus.docxLaporan_Praktikum_Farmasi_Fisika_Disolus.docx
Laporan_Praktikum_Farmasi_Fisika_Disolus.docx
 
Relationship between structure and drug activity of peripheral nervous system...
Relationship between structure and drug activity of peripheral nervous system...Relationship between structure and drug activity of peripheral nervous system...
Relationship between structure and drug activity of peripheral nervous system...
 
PPT KELOMPOK 7 ANTIHISTAMIN (FIX).pptx
PPT KELOMPOK 7 ANTIHISTAMIN (FIX).pptxPPT KELOMPOK 7 ANTIHISTAMIN (FIX).pptx
PPT KELOMPOK 7 ANTIHISTAMIN (FIX).pptx
 
Obat obatan sistem organ lain
Obat obatan sistem organ lainObat obatan sistem organ lain
Obat obatan sistem organ lain
 
PPT Kel 4 Farmakologi.pptx
PPT Kel 4 Farmakologi.pptxPPT Kel 4 Farmakologi.pptx
PPT Kel 4 Farmakologi.pptx
 
Enzim katalase
Enzim katalaseEnzim katalase
Enzim katalase
 
uji toksisitas
uji toksisitasuji toksisitas
uji toksisitas
 
Pembelajaran-Termokimia-Entalpi-dan-Perubahan-Entalpi (1).pdf_20231010_151911...
Pembelajaran-Termokimia-Entalpi-dan-Perubahan-Entalpi (1).pdf_20231010_151911...Pembelajaran-Termokimia-Entalpi-dan-Perubahan-Entalpi (1).pdf_20231010_151911...
Pembelajaran-Termokimia-Entalpi-dan-Perubahan-Entalpi (1).pdf_20231010_151911...
 
Kuliah kimia kuantitatif balai budidaya laut batam (romi novriadi)
Kuliah kimia kuantitatif balai budidaya laut batam (romi novriadi)Kuliah kimia kuantitatif balai budidaya laut batam (romi novriadi)
Kuliah kimia kuantitatif balai budidaya laut batam (romi novriadi)
 
Laporan enzim katalase
Laporan enzim katalaseLaporan enzim katalase
Laporan enzim katalase
 
Laporanenzimkatalase 141115233503-conversion-gate02 (1)
Laporanenzimkatalase 141115233503-conversion-gate02 (1)Laporanenzimkatalase 141115233503-conversion-gate02 (1)
Laporanenzimkatalase 141115233503-conversion-gate02 (1)
 
Dipenhidramin
DipenhidraminDipenhidramin
Dipenhidramin
 
Praktek Biologi Peran Enzim Katalase, SMAN 1 Dringu, Kab.Probolinggo
Praktek Biologi Peran Enzim Katalase, SMAN 1 Dringu, Kab.ProbolinggoPraktek Biologi Peran Enzim Katalase, SMAN 1 Dringu, Kab.Probolinggo
Praktek Biologi Peran Enzim Katalase, SMAN 1 Dringu, Kab.Probolinggo
 

Plus de Novi Fachrunnisa

Brain abscess ec sinusitis
Brain abscess ec sinusitisBrain abscess ec sinusitis
Brain abscess ec sinusitisNovi Fachrunnisa
 
Laporan tetap pratikum Kimia (Penentuan Perubahan Entalpi Reaksi)
Laporan  tetap pratikum  Kimia (Penentuan  Perubahan  Entalpi  Reaksi)Laporan  tetap pratikum  Kimia (Penentuan  Perubahan  Entalpi  Reaksi)
Laporan tetap pratikum Kimia (Penentuan Perubahan Entalpi Reaksi)Novi Fachrunnisa
 
Laporan tetap pratikum Kimia (Larutan Asam Basa)
Laporan  tetap pratikum  Kimia (Larutan Asam Basa)Laporan  tetap pratikum  Kimia (Larutan Asam Basa)
Laporan tetap pratikum Kimia (Larutan Asam Basa)Novi Fachrunnisa
 
Denah Kelas 3A SMP Negeri 1 Dompu, Th 2008/2009
Denah Kelas 3A SMP Negeri 1 Dompu, Th 2008/2009Denah Kelas 3A SMP Negeri 1 Dompu, Th 2008/2009
Denah Kelas 3A SMP Negeri 1 Dompu, Th 2008/2009Novi Fachrunnisa
 
Jadwal Piket Penjualan di Kopsis
Jadwal Piket Penjualan di KopsisJadwal Piket Penjualan di Kopsis
Jadwal Piket Penjualan di KopsisNovi Fachrunnisa
 
Nilai Anggota PIK-KRR Melati
Nilai Anggota PIK-KRR MelatiNilai Anggota PIK-KRR Melati
Nilai Anggota PIK-KRR MelatiNovi Fachrunnisa
 
Makalah Keracunan Bisa Ular
Makalah Keracunan Bisa UlarMakalah Keracunan Bisa Ular
Makalah Keracunan Bisa UlarNovi Fachrunnisa
 
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-C
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-CLaporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-C
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-CNovi Fachrunnisa
 

Plus de Novi Fachrunnisa (20)

Kasus di ICCU
Kasus di ICCUKasus di ICCU
Kasus di ICCU
 
Brain abscess ec sinusitis
Brain abscess ec sinusitisBrain abscess ec sinusitis
Brain abscess ec sinusitis
 
Catatan
CatatanCatatan
Catatan
 
Botani
BotaniBotani
Botani
 
Laporan tetap pratikum Kimia (Penentuan Perubahan Entalpi Reaksi)
Laporan  tetap pratikum  Kimia (Penentuan  Perubahan  Entalpi  Reaksi)Laporan  tetap pratikum  Kimia (Penentuan  Perubahan  Entalpi  Reaksi)
Laporan tetap pratikum Kimia (Penentuan Perubahan Entalpi Reaksi)
 
Laporan tetap pratikum Kimia (Larutan Asam Basa)
Laporan  tetap pratikum  Kimia (Larutan Asam Basa)Laporan  tetap pratikum  Kimia (Larutan Asam Basa)
Laporan tetap pratikum Kimia (Larutan Asam Basa)
 
Denah Kelas 3A SMP Negeri 1 Dompu, Th 2008/2009
Denah Kelas 3A SMP Negeri 1 Dompu, Th 2008/2009Denah Kelas 3A SMP Negeri 1 Dompu, Th 2008/2009
Denah Kelas 3A SMP Negeri 1 Dompu, Th 2008/2009
 
Nama-Nama Paduka FC
Nama-Nama Paduka FCNama-Nama Paduka FC
Nama-Nama Paduka FC
 
Jadwal Piket Penjualan di Kopsis
Jadwal Piket Penjualan di KopsisJadwal Piket Penjualan di Kopsis
Jadwal Piket Penjualan di Kopsis
 
Jacked kelas paduka
Jacked kelas padukaJacked kelas paduka
Jacked kelas paduka
 
Nilai Anggota PIK-KRR Melati
Nilai Anggota PIK-KRR MelatiNilai Anggota PIK-KRR Melati
Nilai Anggota PIK-KRR Melati
 
Daftar Komisaris X2
Daftar Komisaris X2Daftar Komisaris X2
Daftar Komisaris X2
 
Daftar Komisaris
Daftar KomisarisDaftar Komisaris
Daftar Komisaris
 
Baju Kelas Paduka1012
Baju Kelas Paduka1012Baju Kelas Paduka1012
Baju Kelas Paduka1012
 
Absent Siswa Baru 2011
Absent Siswa Baru 2011Absent Siswa Baru 2011
Absent Siswa Baru 2011
 
Tabel Langkah Catur
Tabel Langkah CaturTabel Langkah Catur
Tabel Langkah Catur
 
Keracunan Bisa Ular
Keracunan Bisa UlarKeracunan Bisa Ular
Keracunan Bisa Ular
 
Praktikum Botani Farmasi
Praktikum Botani FarmasiPraktikum Botani Farmasi
Praktikum Botani Farmasi
 
Makalah Keracunan Bisa Ular
Makalah Keracunan Bisa UlarMakalah Keracunan Bisa Ular
Makalah Keracunan Bisa Ular
 
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-C
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-CLaporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-C
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-C
 

Makalah kimia organik ii

  • 1. MAKALAH KIMIA ORGANIK II SYNTHESIS OF SELECTIVE HISTAMINE H1 ANTAGONIST Oleh: Novi Fachrunnisa (201210410311051) Noviatul Fitriyah (201210410311025) Dyah Nuri Rahmadiany (201210410311052) Ester Novianty (201210410311219) PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2013/2014 1
  • 2. KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat tuhan yang maha kuasa atas segala limpahan rahmat, inayah, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam mengetahui Synthesis of Selective Histamin H1 Antagonis Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik lagi. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik dari segi penyusunannya, bahasa, ataupun penulisannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata kuliah kimia organik guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi penulis untuk lebih baik dimasa yang akan datang. Malang, 29 Desember 2013 Penyusun 2
  • 3. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................ 1 DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3 DAFTAR GAMBAR DAN TABEL....................................................................... 4 PENDAHULUAN .................................................................................................. 5 SINTESIS/ISOLASI .............................................................................................. 6 A. Prosedur Asli .................................................................................................. 6 B. Mekanisme Reaksi .......................................................................................... 6 C. Bahan dan Alat ............................................................................................... 9 D. Cara Kerja ..................................................................................................... 10 E. Skema Kerja .................................................................................................. 12 F. Hasil Reaksi .................................................................................................. 16 PEMBAHASAN ................................................................................................... 17 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20 3
  • 4. DAFTAR GAMBAR DAN TABEL Scheme 1. Synthetic pathway for intermediates 4–13. .................................... 5 Scheme 2. Synthetic pathway of cyanoguanidines 14–35. .............................. 6 H1 Reseptor Antagonis .................................................................................... 15 Table 1. Histamine H1 receptor antagonism of cyanoguanidines 14–35......... 15 Struktur dasar AH1 ........................................................................................... 17 Tabel 2 Penggolongan Antihistamin (AH1) dengan masa kerja, bentuk sediaan dan dosisnya ............................................................................................................ 19 4
  • 5. PENDAHULUAN Antihistamin adalah zat yang mampu mencegah penglepasan atau kerja histamin. Antihistamin ini biasanya digunakan untuk mengobati reaksi alergi yang disebabkan oleh tanggapan berlebihan tubuh terhadap alergen (penyebab alergi), seperti serbuk sari tanaman. Mengantagonis histamin dengan jalan memblok reseptor H1 di otot licin dari dinding pembuluh, bronkil dan saluran cerna, kandung kemih, dan rahim. Begitu pula melawan efek histamin di kapiler dan ujung saraf (gatal, flare reaction). Efeknya adalah simtomatis, antihistamin tidak dapat menghindarkan timbulnya reaksi alergi. Letak reseptor H1 terdapat di otak, bronkus, gastro intestinal, genitourinary, system kardiovaskular, adrena medula, sel indotelial. Contoh obatnya adalah difenhidramina, loratadina, desloratadina, meclizine, quetiapine, dan prometazina. Fungsi fisiologis histamin secara umum sebagai neurotransmitter, kontrol neuroendokrin, regulasi kardiovaskular (terkait kemampuan vasidilatator), pengaturan suhu, berperan pada sekresi asam lambung, serta berperan dalam reaksi alergi atau anafilaksis. 5
  • 6. SINTESIS/ISOLASI A. Prosedur Asli B. Mekanisme Reaksi Scheme 1. Synthetic pathway for intermediates 4–13. Sianoguanidin (14-35) mula-mula disintesis dari Triamin (4-13) yang mana dengan mudah dipreparasi dari amina skunder (3a dan 3b) melalui alkilasi dengan akrilonitril atau -haloalkananitril dari panjang rantai yang berbeda diikuti oleh reduksi dengan LiAlH4 dalam dietil eter (scheme 1). Amina sekunder (3a dan 3b) didapat dari alkilasi amina primer (2a dan 2b) dengan etil kloroformat dan kemudian direduksi dengan LiAlH4 di dalam tetrahidrofuran.Triamin dapat bereaksi dengan isourea intermediet untuk menghasilkan sianoguanidin. 6
  • 7. Scheme 2. Synthetic pathway of cyanoguanidines 14–35. Senyawa dari sianoguanidin menunjukkan aktivitas histamin H1R antagonis pada usus hewan coba babi dengan nilai pKB dalam rentang 6,8(senyawa 14 ) – 8,6 (senyawa 28,32).walaupun aktifitas meningkat dengan panjang polyethylenspacer dalam kasus derivatif metoksi diganti bantalan H2 antagonis.Bagian roxatidina seperti (senyawa 14 vs 16,18 dan 21).kecenderungan umum tidak jelas,baik untuk analog fluorina ted yang sesuai atau untuk guanidinothyazoles 25-34.H1R aktivitas antagonis tertinggi tinggal dikelompok 2 senyawa. Meskipun efek afinitas meningkat tidak jelas, perlu dicatat bahwa interaksi dengan H1R tidak secara dramatis terpengaruh secara negatif oleh sebagian H2R antagonis. 7
  • 8. Antagonis H1R paling ampuh mencapai nilai KB dalam satu digit kisaran nanomolar sesuai dengan sekitar 30% dari aktifitas mepiramin di usus hewan coba babi. 8
  • 9. C. Bahan dan Alat 1. Alat: a. Alat Refluks - Labu Destilasi - Erlenmeyer - Condensor - Corong b. Batang pengaduk c. Evaporator d. pH Indikator Universal e. Corong pisah 2. Bahan: a. 2-bromopiridin (109,30 mmol) b. Etilendiamin (546 mmol) c. NaOH 1N 9
  • 10. D. Cara Kerja Sintesis dari amina primer 2a dan 2b 2-bromopiridin (109,30mmol) dan etilendiamin (546mmol) direfluks dalam piridin selama 3 jam. Kelebihan dari etilen diamin dievaporasi pada tekanan rendah, tambahkan air, nilai pH adalah >11 menggunakan NaOH (1N), dan 2-(2aminoetilenamino)piridin diekstraksi dengan kloroform [29]. Setelah evaporasi dari kloroform, hasilnya dimurnikan dengan cara kromatotron (klorofom/methanol, 97/3, V/V, dalam suasana amoniak), dan digunakan mengikuti reaksi tanpa pemurnian selanjutnya. 2a 2b disintesis dengan mengendapkan hasil 2-(2-aminoethylamino)pyridine, lalu ditambah sodium hidrida (terdiri dari 60% suspensi minyak 64,5mmol) dalam DMSO dalam suasana nitrogen temperatur reaksi sampai 85°C dan dipertahankan sampai nitrogen berhenti berkembang.untuk sintesis dari 2a 2b,4- methoxsibenzylchloride dan 4-fluorobenzylchloride,khusunya ditambah dan dicampur sambil diaduk sampai 12jam pada suhu ruangan.selanjutnya itu ditambah air (15ml),2a dan 2b diekstrak dengan dietil eter sampai ph lebih dari 11,kombinasi ekstrak dikeringkan sampai melebihi kalium carbonat anhidrous dan pelarut dievaporasi dibawah tekanan yang akan menghasilkan minyak 2a dan 2b,dengan ini digunakan untuk reaksi selanjutnya untuk menyiapkan 3a dan 3b tanpa pemurnian. Sintesis dari Amina sekunder 3A dan 3B Untuk sintesis 3A dan 3B 43,64 mmol dari Amina primer 2A dan 2B yang dilarutkan dalam dietil eter, NaOH 10% ditambahkan kedalamnya dan larutan direndam dengan air es. Etil kloroformat ditambahkan sedikit-sedikit kedalam sistem dua fasa. Setelah reaksi sempurna lapisan dietil eter dipisahkan, dikeringkan dengan NaSO4, dan di evaporasi dengan suhu rendah yang menghasilkan produk minyak 3A dan 3B. 10
  • 11. Prosedur Umum untuk Sintesis Diamin Seperti yang telah dijelaskan diatas, campuran dari Amina sekunder 3A dan 3B (10-30 mmol), sejumlah equimolar dari ikatan -halonitril, sejumlah katalis dari KI dan 100% kelebihan dari Natrium Carbonat diaduk selama dua jam pada suhu 60°C dalam 20ml dari campuran Asetonitril dan dimetilformamida (1:1 Dalam satu tempat dari kloroasetonitril, 9:1 V/ V dalam satu V/ V). tempat halonitrilkomolog. Kemudian, tambah air, campuran tersebut diestraksi dengan toluena, kombinasi estrak dikeringkan dengan Natrium sulfat kemudian di evaporasi pada suhu rendah menghasilkan minyak Aminonitril yang berhubungan sebagai intermediete, yang dilarutkan dalam 20ml dari dietil eter anhidrat dan ditetesi kedalam endapan dingin dari lithium aluminium hidrida (50% berlebih). Setelah 2 jam di aduk pada temperatur suhu ruangan campuran reaksi dihidrolisis dengan penambahan air diikuti dengan 3ml dari 10% larutan NaOH encer. Hasil dari Diamin 4-13 dimurnikan secara kromatografi eluen:kloroform/metanol, gradien dari 99:1 sampai 90:10 V/ V, (kromatotron, suasana amoniak), dan digunakan pada reaksi berikutnya untuk sintesis sianoguanidin. Prosedur Umum untuk sintesis Sianoguanidin 14-35 Hubungan dari N-siano O-fenil isoureas (2-4 mmol) A1-D1, pada preparasi dengan mengaduk dari jumlah ekivalen dari A-D dengan difenil Nsianokarbonimidat selama 2jam, dan sejumlah equimolar dari masing-masing diamin 4-13 dalam 30ml asetonitril anhidrat, yang dipanaskan dibawah refluks selama 16jam. Campuran dievaporasi untuk mengeringkan dan sianoguanidin 1435 di isolasi dengan kromatografi (kromatotron, kloroform:metanol, gradien dari 99:1 sampai 90:10 dalam suasana amoniak. 11
  • 12. E. Skema Kerja Sintesis dari amina primer 2a dan 2b Timbang 2-bromopiridin (109,30mmol) dan etilendiamin (546mmol) masukkan ke dalam labu destilasi selama 3 jam Kelebihan dari etilendiamine dievaporasi pada tekanan rendah Tambahkan air Tambahkan NaOH 1N sampai PH lebih dari 11 Timbang klorofom Ekstraksikan hasil reaksi dengan penambahan kloroform Hasil ekstraksi dimurnikan dengan cara penambahan kromatotron (kloroform/methanol,97/3,v/v,dalam suasana amoniak) Hasil diendapkan terlebih dahulu 12
  • 13. Hasil endapan ditambahkan natrium hidrida(terdiri dari 60% suspense minyak 64,5mmol) dalam suasana nitrogen dengan temperatur sampai 85®C dan diperthankan sampi nitrogen berhenti berkembang 4-methoxsibenzylchloride dan 4-fluorobenzylchloride ditambahkan pada hasil sintesis sebelumnya dan dicampur sambil di aduk selama 12jam pada suhu ruangan Tambahkan air 15mL Kemudian diekstraksikan dengan dietileter sampai pH>11 Kombinasi ekstrak dikeringkan dengan penambahan kalium carbonat anhidrat Pelarut dievaporasi dibawah tekanan ,mengahislkan minyak 2a dan 2b Sintesis amina sekunder 3a dan 3b Minyak 2a dan 2b dilarutkan dalam dietil eter Tambahkan NaOH 10% Rendam larutan dengan air es 13
  • 14. Tambhkan etil kloroformat sedikit demi sedikit kedalam system 2 fase yang terbentuk Setelah reaksi sempurna lapisan dietil eter dipisahkan dengan corong pisah Keringkan dengan Na2SO4 Dievaporasi dengan suhu rendahmenghasilkan minyak 3a dan 3b Prosedur umum untuk sintesis diamin Campuran dari amina sekunder (3a dan 3b), equimolar dari ikatan -halonitril, katalis KI dan 100% natrium karbonat diaduk selama 2 jam dalam 20mL campuran asetonitril dan dimetilformamida. Tambahkan air Campuran tersebut diekstrasikan dengan toluene Kombinasi ekstrak dikeringkan dengan natriumsulfat Kemudian dievaporasi pada suhu rendah menghasilkan minyak aminonitril 14
  • 15. Larutkan dalam 20mL dietileter anhidrat Tetesi kedalam endapan dingin dari litiumaluminium hidrida (50% berlebih) Setelah 2 jam diaduk pada suhu ruangan, campuran reaksi dihidrolisis dengan penambahan air dan 3mL dari 10% NaOH encer. Hasil diamin 4-13 dimurnikan secara kromatografi Prosedur Umum untuk sintesis Sianoguanidin 14-35 Aduk ekivalen dari A-D dengan difenil N-sianokarbonimidat selama 2 jam Sejumlah equimolar dari masing-masing diamin 4-13 dimasukkan ke dalam 30mL asetonitril anhidrat Panaskan dibawah refluks selama 16jam Campuran dievaporasi Isolasi hasilnya dengan kromatografi 15
  • 16. F. Hasil Reaksi H1 Reseptor Antagonis Table 1. Histamine H1 receptor antagonism of cyanoguanidines 14–35. 16
  • 17. UJI KEMURNIAN Titik leleh tidak dikoreksi dan ditentukan dalam kapiler terbuka dalam alat Buechi 512. Spektrum 1 H-NMR direkam pada Bruker WC 300 spektrometer dengan tetrametilsilan (TMS) sebagai standar internal. Sinyal 1H-NMR yang dilaporkan dalam rangka: multiplisitas (s, tunggal; d , doublet , t , triplet , q , kwintet , m , multiplet ; br , luas; * , ditukar oleh D2O ) , jumlah proton , dan konstanta kopling perkiraan di Hertz . Analisis unsur dilakukan pada Perkin Elmer - 240B dan instrumen 240C . Analisis ( C , H , N ) ditandai dengan simbol unsur berada dalam ± 0,4 % dari nilai teoritis. Pemisahan kromatografi dilakukan dengan kromatografi rotasi planar ( kromatografi lapis sentrifugal ) menggunakan Chromatotron Model 7924 ( Harrison Penelitian , Muttenz , Swiss ) dengan lapisan 4 - mm dari silika gel 60 PF254 mengandung gipsum ( Merck ) . Untuk menghindari tailing , suasana amonia jenuh diproduksi dengan melewati aliran anhidrat amonia gas melalui " lembam inlet gas " dari Chromatotron . Spektrum EI - massa dicatat menggunakan Finnigan MAT CH7A ( 70 eV ) , Finnigan MAT 711 ( 80 eV ) , atau Kratos MS 25 RF ( 70 eV ) . 17
  • 18. PEMBAHASAN Sewaktu diketahui bahwa histamin mempengaruhi banyak proses fa’alan dan patologik, maka dicarikan obat yang dapat mengantagonis efek histamin. Epinefrin merupakan antagonis fa’alan pertama yang digunakan. Antara tahun 1937-1972. Antihistamin misalnya antergan, neoantergan, difenhidramin, dan tripelenamin dalam dosis terapi efektif untuk mengobati udem, eritem dan pruritus tetapi tidak dapat melawan efek hipersekresi asam lambung akibat histamin. Antihistamin tersebut di atas digolongkan dalam antihistamin penghambat reseptor H1 (AH1). Struktur dasar AH1 adalah sebagai berikut: Struktur dasar AH1 Dengan Ar = Aril dan X dapat diganti dengan N, C, atau -C-O-. Pada struktur AH1 ini terdapat gugus etilamin yang juga ditemukan pada rumus bangun histamin. Secara kimia AH1 dapat dibedakan atas beberapa golongan yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 18
  • 19. Tabel 2 PENGGOLONGAN ANTIHISTAMIN (AH1) DENGAN MASA KERJA, BENTUK SEDIAAN DAN DOSISNYA 19
  • 20. DAFTAR PUSTAKA Sadek bassem, dkk.2013.Synthesis and Dual Histamine H1 and H2 Reseptor Antagonist Activity of Cyanoguanidine Derivatives.Molecules. 20