SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
Download to read offline
Makalah Pendidikan Jasmani
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kinesiology adalah ilmu yang mempelajari gerak atau thе science human movement yang
diaplikasikan dan menjelaskan tentang gerak tubuh manusia kemudian ilmu ini dapat
diaplikasikan terhadap prinsip-prinsip mekanik dalam gerak manusia yang disebut
biomekanika atau biomekanik kinesiology sedangkan aplikasi anatomi dalam gerak
manusia disebut anatomi kinesiology.
Pendidikan jasmani yang berorientasi pada developmental education mengarahkan
kegiatan anak melalui pemenuhan kebutuhan keterampilan pada diri anak. Disamakan
dengan tahap perkembangan fisik dan mentalnya, setiap kelompok anak diarahkan pada
keterampilan gerak yang dibutuhkan anak. Misalnya, bagi anak usia dibawah lima tahun,
perlu dikembangkan kemampuan pengaturan tubuhnya dan bagi anak usia diatasnya perlu
dikembangkan keterampilan dasarnya. Sementara bagi anak yang lebih dewasa diarahkan
pada keterampilan-keterampilan khususnya, seperti yang dikembangkan dalam cabang-
cabang olah raga tertentu.
Keterampilan yang terspesialisasi adalah keterampilan yang digunakan dalam cabang
olahraga dan wilayah pendidikan jasmani lainnya. Keterampilan ini meliputi kegiatan
dengan peralatan (misalnya senam alat), gerakan-gerakan akrobatik, tari-tarian, serta
permainan khusus atau tempat seperti sepak bola, bola voli, bola basket dan lain-lain.
Untuk kemudahan pembahasannya, dalam modul ini keterampilan dasar dibagi dalam
tiga bagian.
a. Keterampilan lokomotor
b. Keterampilan non-lokomotor
c. Keterampilan manipulatif
B. Tujuan
Menumbuhkan dan mengembangkan pemahaman kognitif tentang bagaimana dan
mengapa suatu keterampilan gerak berlangsung demikian.
C. Ruang Lingkup
Berdasarkan pola pertumbuhan perkembangan anak serta berbagai karakteristik :
1. Kemampuan pengelolaan tubuh
2. Keterampilan-keterampilan dasar
3. Keterampilan-keterampilan khusus yang terspesialisasi
BAB II
A. Landasan Psikologis Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani lebih menekankan proses pembelajarannya pada penguasaan gerak
manusia. Pemahaman yang lebih mendalam terhadap kecenderungan dan hakikat gerak
ini, misalnya melalui teori gerak dan teori belajar gerak, maka memungkinkan guru lebih
memahami tentang kondisi apa yang perlu disediakan untuk memungkinkan anak belajar
secara efektif.
Perkembangan teori belajar kognitivisme menguak fakta kekakuan proses pembelajaran
penjas tersebut. Dalam salah satu teori belajar pengolahan informasi(information
processing theory) diungkap bahwa idealnya pembelajaran gerak adalah sebuah
proses pengambilan keputusan, yang secara hirarkis akan selalu melalui tiga
tahapan yang tetap, yaitu tahap mengidentifikaMakalah Pendidikan Jasmani
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kinesiology adalah ilmu yang mempelajari gerak atau thе science human movement yang
diaplikasikan dan menjelaskan tentang gerak tubuh manusia kemudian ilmu ini dapat
diaplikasikan terhadap prinsip-prinsip mekanik dalam gerak manusia yang disebut
biomekanika atau biomekanik kinesiology sedangkan aplikasi anatomi dalam gerak
manusia disebut anatomi kinesiology.
Pendidikan jasmani yang berorientasi pada developmental education mengarahkan
kegiatan anak melalui pemenuhan kebutuhan keterampilan pada diri anak. Disamakan
dengan tahap perkembangan fisik dan mentalnya, setiap kelompok anak diarahkan pada
keterampilan gerak yang dibutuhkan anak. Misalnya, bagi anak usia dibawah lima tahun,
perlu dikembangkan kemampuan pengaturan tubuhnya dan bagi anak usia diatasnya perlu
dikembangkan keterampilan dasarnya. Sementara bagi anak yang lebih dewasa diarahkan
pada keterampilan-keterampilan khususnya, seperti yang dikembangkan dalam cabang-
cabang olah raga tertentu.
Keterampilan yang terspesialisasi adalah keterampilan yang digunakan dalam cabang
olahraga dan wilayah pendidikan jasmani lainnya. Keterampilan ini meliputi kegiatan
dengan peralatan (misalnya senam alat), gerakan-gerakan akrobatik, tari-tarian, serta
permainan khusus atau tempat seperti sepak bola, bola voli, bola basket dan lain-lain.
Untuk kemudahan pembahasannya, dalam modul ini keterampilan dasar dibagi dalam
tiga bagian.
a. Keterampilan lokomotor
b. Keterampilan non-lokomotor
c. Keterampilan manipulatif
B. Tujuan
Menumbuhkan dan mengembangkan pemahaman kognitif tentang bagaimana dan
mengapa suatu keterampilan gerak berlangsung demikian.
C. Ruang Lingkup
Berdasarkan pola pertumbuhan perkembangan anak serta berbagai karakteristik :
1. Kemampuan pengelolaan tubuh
2. Keterampilan-keterampilan dasar
3. Keterampilan-keterampilan khusus yang terspesialisasi
BAB II
A. Landasan Psikologis Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani lebih menekankan proses pembelajarannya pada penguasaan gerak
manusia. Pemahaman yang lebih mendalam terhadap kecenderungan dan hakikat gerak
ini, misalnya melalui teori gerak dan teori belajar gerak, maka memungkinkan guru lebih
memahami tentang kondisi apa yang perlu disediakan untuk memungkinkan anak belajar
secara efektif.
Perkembangan teori belajar kognitivisme menguak fakta kekakuan proses pembelajaran
penjas tersebut. Dalam salah satu teori belajar pengolahan informasi(information
processing theory) diungkap bahwa idealnya pembelajaran gerak adalah sebuah proses
pengambilan keputusan, yang secara hirarkis akan selalu melalui tiga tahapan yang tetap,
yaitu tahap mengidentifikasi stimulus tahap memilih respons, dan tahap memprogram
respons. Jika pada proses pembelajaran siswa diberi kesempatan dan didorong untuk
terus-menerus meningkatkan kemampuan pengambilan keputusannya, maka secara pasti
kemampuannya tersebut terlatih, karena masing-masing perangkat yang berhubungan
dengan ketiga tahapan pengambilan keputusan itupun kemampuannya semakin
meningkat pula.
Dari pemahaman terhadap landasan psikologis itulah, maka pembelajaran penjas yang
baik tidak cuKup hanya dengan memberikan perintah dan tugas-tugas gerak semata
(misalnya dengan instruksi yang klasik seperti, “… ketika kamu menerima bola, kamu
lari ke arah sana, lalu kamu lempar boja itu ke si A dan kamu kembali ke sini”),
melainkan harus pula dibarengi dengan upaya memberikan kesempatan pada mereka
untuk menganalisis situasi dan berikan kebebasan untuk mengambil keputusan sendiri
(misalnya: “… baik, ketika posisi lapangan ketat dan karnu dijaga terus oleh lawan. kira-
kira kemanakah kamu harus melempar bola? Coba kita praktekkan, apakah keputusanmu
sudah tepat atau tidak?”.
Pendidikan jasmani adalah sebuah wahana yang sangat baik untuk proses sosialisasi.
Perkembangan sosial jelas penting, dan aktivitas pendidikan jasmani mempunyai potensi
untuk menuntaskan tujuan-tujuan tersebut. Seperangkat kualitas dari perkembangan
sosial yang dapat dikembangkan dan dipengaruhi dalam proses penjas di antaranya
adalah kepemimpinan, karakter moral, dan daya juang.
Sosiologi berkepentingan dengan upaya mempelajari manusia dan aktivitasnya dalam
kaitannya dengan hubungan atau interaksi antar satu manusia dengan manusia lainnya,
termasuk sekelompok orang dengan kelompok lainnya. Di sisi lain, sosiologi
berhubungan juga dengan ilmu yang menaruh perhatian pada lembaga-lembaga sosial
seperti agama, keluarga, pemerintah, pendidikan, dan rekreasi. Singkatnya, sosiologi
adalah ilmu yang berkepentingan dalam mengembangkan struktur dan aturan sosial yang
lebih baik yang dicirikan oleh adanya kebahagiaan, kebaikan, toleransi, dan kesejajaran
sosial.
Dikaitkan dengan landasan tersebut, seorang guru penjas sesungguhnya adalah seorang
sosiologis yang perlu mengetahui prinsip-prinsip umum sosiologi, agar mampu
memanfaatkan proses pembelajarannya untuk menanamkan nilai-nilai yang dapat
dikembangkan melalui penjas. Sebagaimana dikemukakan Bucher, guru yang mengerti
sosiologi dalam konteks kependidikan akan mampu mengembangkan minimal tiga
fungsi. (1) pengaruh pendidikan pada institusi sosial dan pengaruh kehidupan kelompok
pada individu, seperti bagaimana sekolah berpengaruh kepribadian atau perilaku
individu; (2) hubungan manusia yang beroperasi di sekolah yang melibatkan siswa, orang
tua, dan guru dan bagaimana mereka mempengaruhi kepribadian dan perilaku individu;
dan (3) hubungan sekolah kepada institusi lain dan elemen lain masyarakat, misalnya
pengaruh dari pendidikan pada kehidupan masyarakat kota.
B. Asas Pengembangan dan Penetapan Sasaran Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani di Sekolah Dasar mencakup ruang lingkup yang luas karena terkait
langsung dengan karakteristik anak-anak dari berbagai usia. Dilihat dari tahapan
pertumbuhan dan perkembangan fisik anak pada tingkat usia sekolah dasar, sedikitnya
terlibat 3 tahapan, yaitu:
a. tahapan akhir dari masa kanak-kanak awal (antara usisa 5-7 tahun)
b. tahapan masa kanak-kanak akhir (middle childhood) dan
c. tahapan awal dari pra-adolesen ( yang bisa dimulai pada usia 8 tahun atau rata-rata
usia 10 tahun)
Demikian juga dalam perkembangan motorik dan keterampilan. Anak-anak usia SD
mengalami masa-masa perkembangan motorik dan keterampilan yang berbeda-beda.
Pada usia-usia 5-8 tahun, anak mulai berurusan dengan kemampuan pengelolaan
tubuhnya dan keterampilan dasar seperti keterampilan berpindah tempat (locomotor),
gerak statis di tempat (non-locomotor) dan gerak memakai anggota badan (manipulative).
Pada usia di atasnya, anak-anak mulai matang menguasai keterampilan khusus, dari mulai
keterampilan manipulatif lanjutan, hingga kegiatan-kegiatan berirama dan permainan,
senam, kegiatan di air, dan kegiatan untuk pembinaan kebugaran jasmani. Dalam
beberapa cabang olahraga, pentahapan pencapaian keterampilan tingkat tinggi pun sudah
dapat mulai dilaksanakan di kelas-kelas akhir SD, misalnya senam, loncat indah, dan
renang.
Karena begitu eratnya hubungan antara tingkat pertumbuhan dan perkembangan fisik dan
keterampilan anak, ruang lingkup pendidikan jasmani yang ditawarkan di sekolah dasar
semestinya dikembangkan berdasarkan kebutuhan anak-anak. Hal ini tidak bisa dibuat
begitu saja, sebab perlu diolah sebaik-baiknya dengan pertimbangan yang matang.
Pertimbangan tersebut meliputi (1) dasar-dasar pengembangan program, (2) pola
pertumbuhan dan perkembangan anak, (3) dorongan dasar anak-anak, dan (4)
karakteristik serta minat anak.
Gerakan merupakan dasar bagi pendidikan jasmani. Mutu program penjas dapat dinilai
berdasarkan mutu pengalaman gerakan yang dialami oleh anak-anak. Pendidikan jasmani
memang terdiri atas kegiatan fisik yang harus dilakukan secara aktif. Anak-anak tidak
akan dapat mengambil manfaat hanya dari berbaris, menuggu datangnya alat-alat atau
mendengarkan penjelasan guru yang panjang. Pendidikan jasmani harus menyediakan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak-anak untuk menimba pengalaman gerak.
Pembelajaran harus terjadi melampaui kepentingan sesaat topi harus menawarkan
keterampilan yang berguna untuk seumur hidup. Dalam masyarakat modern dewasa ini,
pemeliharaan kebugaran jasmani dan kesehatan dipandang sebagai kebutuhan utama.
Dengan demikian pendidikan jasmani harus memberikan program yang cukup dinamis
agar mampu mengembangkan kebugaran jasmani peserta didik. Kebugaran merupakan
dasar untuk pencapaian keterampilan gerak. Pelaksanaannya harus berdasarkan
kemampuan anak dan beban latihannya disesuaikan dengan kesangupan setiap siswa.
C. Pola Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
1. Perkembangan kearah memanjang (Cephalocaudal) dan kearah tepi (Proximodistal).
2. Gerak kasar dan gerak halus
3. Bilateral ke unilateral
4. Diferensiasi dan Integrasi
5. Filogenetik dan Ontogenetik
Dorongan Pasar Anak-Anak
Dorongan dasar adalah suatu keinginan untuk melakukan dan menghasilkan sesuatu.
Semua anak memiliki perasaan seperti ini yang kemungkinan besar merupakan sifat
turunan atau pengaruh lingkungan. Dorongan dasar ini dikaitkan dengan pengaruh
masyarakat, guru, orangtua, dan teman-teman sendiri. Biasanya dorongan dasar ini akan
berpola sama pada setiap anak dan tidak dipengaruhi oleh faktor kematangan. Dorongan
tersebut niscaya mengarahkan pengembangan kurikulum pendidikan jasmani dan untuk
menciptakan program yang sesuai dengan sifat-sifat anak. Berikut ini akan dibahas secara
selintas tentang dorongan-dorongan tersebut.
a. Dorongan untuk Bergerak
b. Dorongan untuk
c. Dorongan untuk mendapatkan pengakuan teman dan masyarakat
d. Dorongan untuk bekerjasama dan bersaing
e. Dorongan untuk kebugaran fisik dan daya tarik
f. Dorongan untuk bertualang
g. Dorongan untuk kepuasan kreatif
h. Dorongan untuk menikmati irama
i. Dorongan untuk mengetahui
Berhasil dan Mendapat Pengakuan
D. Mode Orientasi Kurikulum dalam Pendidikan Jasmani
Persoalan konflik antar makna pendidikan jasmani dan pendidikan olahraga perlu
diselesaikan. Keduanya tidak perlu dipertentangkan. Yang berbeda adalah dalam hal
pemahaman. Keduanya sebenarnya mengandung fungsi mendidik. Penyelenggaraan
pendidikan jasmani bisa berbeda karena berbeda dalam rancangan kurikulumnya. Di
negara maju, pendidikan jasmani dilaksanakan dengan berorientasi pada model-model
kurikulum yang berlaku. Model kurikulum inilah yang menentukan perbedaan tekanan
terhadap program yang dilaksanakan, apakah berorientasi pada peningkatan kesegaran
jasmani atau keterampilan gerak, misalnya. Untuk memperjelas perbedaannya, mari kita
simak model kurikulum sebagai berikut :
- pendidikan gerak (movement education)
- pendidikan olahraga (sport education)
- pendidikan petualangan (adventure education)
- pendidikan perkembangan (developmental education)
- pendidikan kebugaran (fitness education)
- pendidikan disiplin keilmuan olahraga (kinesiological studies)
Pendidikan Gerak
Pendidikan gerak (movement education) menekankan pendidikan lewat gerak yang mula-
mula dikem- bangkan oleh Rudolph Laban di Inggris. Laban mengembangkan konsep-
konsep gerak yang berkaitan dengan ruang dan waktu sebagai bahan untuk
pengembangan gerak-gerak tari. Aliran Laban akhirnya dibawa ke Amerika Serikat dan
diadopsi sebagai program pendidikan jasmani.
Lewat pendidikan gerak, keterampilan gerak anak dikembangkan melalui pelaksanaan
yang bervariasi, dikaitkan dengan ruang, waktu, arah serta tingkat ketinggian di mana
gerakan dilakukan. Di sini tidak ada istilah benar atau salah. Anak-anak akan lebih
menguasai pergerakan tubuhnya disertai pengertiannya. Dengan demikian diharapkan
siswa menguasai tubuhnya dan mampu mengembangkan kapasitas fisik dan mentalnya
untuk belajar, baik keterampilan fisik maupun keterampilan akademis. Model ini cocok
dikembangkan di SD.
Pendidikan olahraga
Ada kesalahpahaman bahwa pendidikan jasmani sama dengan pendidikan olahraga.
Keduanya berbeda, pendidikan jasmani lebih menekankan pada pengembangan
keterampilan motorik dasar dan memperkaya perbendaharaan gerak. Pendidikan olahraga
menekankan pada pembinaan keterampilan berolahraga dan menghayati nilai-nilai yang
diperoleh dari kegiatan berlatih dan bertanding. Semua anak dibekali pengalaman nyata
untuk berperan dalam pembinaan olahraga, seperti wasit, atlet, atau pelatih. Dalam arti
itulah pendidikan olahraga di Amerika Serikat, misalnya, menyandang misi kependidikan
yang lengkap.
Jika program penjas di Indonesia masih berwarna pendidikan olahraga seperti sekarang
ini, maka kecenderungan ini hanyalah masalah orientasi model kurikulum yang dianut
seperti maksud di atas. Sayangnya kecenderungan di Indonesia, penggunaan model ini
tidak menyebabkan anak dibekali dengan pengalaman berolahraga yang sebenarnya,
karena programnya amat terbatas.
Pendidikan perkembangan
Model pendidikan perkembangan memfokuskan tujuan pendidikannya pada aktualisasi
diri, yang menekankan pertumbuhan pribadi dari setiap anak. Kurikulumnya
dikembangkan berdasarkan tingkat perkembangan anak, yang berusaha menyeimbangkan
penekanan pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
Pendidikan petualangan
Pendidikan petualangan (Adventure education) dikembangkan atas dasar kebutuhan
untuk mengatasi tekanan-tekanan hidup yang semakin berat. Programnya berisi kegiatan
yang menantang di alam bebas dan disesuaikan dengan kebutuhan para remaja untuk
bertualang mengatasi resiko dan perjuangan melawan tantangan alam. Mendaki gunung,
menyusuri sungai, berkemah, memanjat tebing, dan variasi lain di alam terbuka
merupakan contoh program pendidikan petualangan.
Pendidikan kebugaran
Sekolah memang bisa menekankan orientasinya pada pengembangan kebugaran murid-
muridnya. Program pendidikan jasmani seperti itu mengarahkan anak supaya aktif
berlatih di sekolah dan di luar sekolah untuk hidup sehat dan memiliki kemampuan fisik
yang baik. Pelaksanaan senam kebugaran jasmani (SKJ) merupakan contoh dari program
pendidikan kebugaran. Persoalannya adalah mungkin frekuensi dan isi latihannya perlu
ditingkatkan, karena hanya bersandar pada SKJ yang ada sekarang ini, unsur kekuatan,
kelentukan, serta power anak tidak akan berkembang maksimal.
Kinesiological Studies
Model studi kinesiologi pada hakikatnya hampir sama dengan model pendidikan gerak
dalam orientasi nilainya, tetapi menggunakan kegiatan gerak untuk mempelajari dasar-
dasar disiplin gerak manusia (misalnya fisiologi latihan, biomekanika, dan kinesiologi).
Karena itu, model inipun disebut juga sebagai pendidikan disiplin keilmuan olahraga.
Penekanan pembelajaran model ini adalah pada pengembangan keterampilan
memecahkan masalah, khususnya dengan menggunakan kombinasi antara pembelajaran
konsep dan prakteknya di lapangan. Tujuan utamanya adalah menumbuhkan dan
mengembangkan pemahaman kognitif tentang bagaimana dan mengapa suatu
keterampilan gerak berlangsung demikian. Model ini didasari dua pendekatan yang khas
dalam studi kinesiologi, yaitu pendekatan pertama, isi atau materi diatur dalam sebuah
unit-unit kegiatan, dan konsep-konsep disiplin utama diintegrasikan dengan pengajaran
keterampilan; pendekatan kedua, unit-unit kegiatan diatur di sekitar konsep-konsep
khusus yang menjadi prioritas di atas pengajaran keterampilan.
Pemakaian model ini umumnya dipilih oleh guru-guru penjas di tingkat sekolah
menengah. Meskipun banyak sekolah menengah telah memasukkan satu atau dua unit
konsep dalam kurikulumnya, khusus dipadukan dengan sehat-bugar-jasmani, sedikit
sekali sekolah yang hanya memakai model kinesiologi secara tunggal. Tetapi tidak ada
salahnya model inipun sudah mulai diperkenalkan di SD dengan persoalan prinsip gerak
yang disederhanakan.
E. Arah Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Jasmani Bagi Anak Luar Biasa
Pendidikan jasmani untuk siswa sekolah luar biasa dan siswa berkelainan telah menjadi
prioritas dalam program pendidikan nasional kita. Ini menunjukkan bahwa pemerintah
telah menaruh perhatian yang lebih besar kepada para penyandang kelainan, bukan saja
yang berada di lingkungan sekolah, tetapi yang berada di lingkungan pendidikan non-
formal lainnya.
Pada kenyataannya, para siswa penyandang kelainan memiliki kebutuhan yang lebih
besar akan gerak. Seperti diakui oleh para ahli, justru pendidikan jasmani harus
merupakan program utama dari program pendidikan luar biasa secara keseluruhan, karena
menjadi dasar atau fimdasi bagi peningkatan fungsi tubuh yang sangat diperlukan oleh
anak-anak berkebutuhan khusus.
Guru pendidikan jasmani perlu mengakui bahwa aspek psikologis dari situasi kelas sama
dan bahkan lebih penting daripada tujuan-tujuan substantif pendidikan jasmani. Di
samping itu, untuk mampu menjaga motivasi anak tetap tinggi, guru perlu memiliki cara-
cara yang kreatif dalam pengajaran. Guru pendidikan jasmani harus menanamkan pada
dirinya sendiri tujuan dan keinginan untuk membantu siswa dalam mengembangkan citra
diri positif, mengembangkan hubungan interpersonal yang efektif, memahami dan
menghargai kelebihan dan keterbatasan fisiknya, mengoreksi kondisi fisik khusus yang
masih mungkin diperbaiki, mengembangkan suatu kesadaran keselamatan, dan
menjadikan anak-anaknya bugar secara fisik sesuai dengan kapasitasnya.
BAB III
SARAN
Keterampilan dalam berbagai cabang olahraga memiliki struktur tersendiri, lengkap
dengan konsep dan prinsip yang mendasarinya, memahami konsep-konsep itu merupakan
syarat untuk menguasai keterampilan yang dipelajari. Semakin terkuasai konsepnya,
semakin mudah suatu keterampilan dikuasai.
Untuk mendukung tujuan tersebut pelajaran pendidikan jasmani harus mampu
memberikan kesempatan kepada anak untuk memahami konsep dasar dari berbagai
keterampilan yang dipelajarinya.
DAFTAR PUSTAKA
Buscher, Craig A. (1994). Teaching Children Movement Concepts аn Skills,ԁ
Champaign, III. : Human Kinetics Publisher, Inc.,
Dauer, V., & Pangrazi, R. (1986). Dynamic Physical Education Fοr Elementary School
Children, (8th Ed.), Nеw York: Macmillan
Freeman, William H. (2001). Physical Education аn Sport іn A Changing Society.ԁ
(Sixth Ed.). Boston. Allyn аn Bacon.ԁ
Gabbard, Carl., LeBlanc, Betty., аn Lowy, Susan. (1994). Physical Education fοrԁ
Children: Building thе Foundation, (2nd Ed.), Nеw Jersey: Prentice Hall.
Graham, G. (1992). Teaching Children Physical Education, Becoming Master Teacher,
Champaign, III. : Human Kinetics Publisher, Inc.,

More Related Content

What's hot

Pengertian penjas
Pengertian penjasPengertian penjas
Pengertian penjasachmadsurya
 
Makalah ilmu Pendidikan Perkembangan Fisik Peserta Didik
Makalah ilmu Pendidikan Perkembangan Fisik Peserta DidikMakalah ilmu Pendidikan Perkembangan Fisik Peserta Didik
Makalah ilmu Pendidikan Perkembangan Fisik Peserta DidikPutriMeka
 
Contoh Proposal Bab 1, 2 dan 3.pdf
Contoh Proposal Bab 1, 2 dan 3.pdfContoh Proposal Bab 1, 2 dan 3.pdf
Contoh Proposal Bab 1, 2 dan 3.pdfIdaSyahraeni
 
Hakikat, ruang lingkup, dan manfaat penelitian
Hakikat, ruang lingkup, dan manfaat penelitianHakikat, ruang lingkup, dan manfaat penelitian
Hakikat, ruang lingkup, dan manfaat penelitianadisasmito93
 
Pengantar Kewarganegaraan
Pengantar KewarganegaraanPengantar Kewarganegaraan
Pengantar Kewarganegaraanformatik
 
Pertemuan ke-3 Sigmund Freud
Pertemuan ke-3 Sigmund FreudPertemuan ke-3 Sigmund Freud
Pertemuan ke-3 Sigmund FreudVivia Maya Rafica
 
Pengertian strategi pembelajaran lengkap
Pengertian strategi pembelajaran lengkapPengertian strategi pembelajaran lengkap
Pengertian strategi pembelajaran lengkapAjrina Pia
 
Kemaritiman INDONESIA
Kemaritiman INDONESIAKemaritiman INDONESIA
Kemaritiman INDONESIAsamsir07
 
SISTEM GERAK PADA MANUSIA KELAS XI IPA
SISTEM GERAK PADA MANUSIA KELAS XI IPASISTEM GERAK PADA MANUSIA KELAS XI IPA
SISTEM GERAK PADA MANUSIA KELAS XI IPADeybi Wasida
 
ekonomi, koperasi, dan bisnis di indonesia
ekonomi, koperasi, dan bisnis di indonesiaekonomi, koperasi, dan bisnis di indonesia
ekonomi, koperasi, dan bisnis di indonesiaarlanridfan farid
 
Kebijakan Pemerintah dalam Pembangunan Pertanian
Kebijakan Pemerintah dalam Pembangunan PertanianKebijakan Pemerintah dalam Pembangunan Pertanian
Kebijakan Pemerintah dalam Pembangunan PertanianCut Endang Kurniasih
 
Perkembangan kreatifitas dan implikasinya dalam pendidikan
Perkembangan kreatifitas dan implikasinya dalam pendidikanPerkembangan kreatifitas dan implikasinya dalam pendidikan
Perkembangan kreatifitas dan implikasinya dalam pendidikanAndalia Ayu Putry
 
Pentingnya Multiple Intellegences dalam Kegiatan Pengembangan pada AUD
Pentingnya Multiple Intellegences dalam Kegiatan Pengembangan pada AUDPentingnya Multiple Intellegences dalam Kegiatan Pengembangan pada AUD
Pentingnya Multiple Intellegences dalam Kegiatan Pengembangan pada AUDPENDIDIKANADALAHPENT
 
Bahan berbahaya dan beracun
Bahan berbahaya dan beracunBahan berbahaya dan beracun
Bahan berbahaya dan beracunChio Mei Wiedhy
 
Laporan akhir dasar dasar ilmu tanah
Laporan akhir dasar dasar ilmu tanahLaporan akhir dasar dasar ilmu tanah
Laporan akhir dasar dasar ilmu tanahjumadi ahmad
 
Hubungan sosiologi dengan perspektif global
Hubungan sosiologi dengan perspektif globalHubungan sosiologi dengan perspektif global
Hubungan sosiologi dengan perspektif globalMurniasih Murniasih
 

What's hot (20)

Bab 2. respon organisme
Bab 2. respon organisme Bab 2. respon organisme
Bab 2. respon organisme
 
Pengertian penjas
Pengertian penjasPengertian penjas
Pengertian penjas
 
Makalah ilmu Pendidikan Perkembangan Fisik Peserta Didik
Makalah ilmu Pendidikan Perkembangan Fisik Peserta DidikMakalah ilmu Pendidikan Perkembangan Fisik Peserta Didik
Makalah ilmu Pendidikan Perkembangan Fisik Peserta Didik
 
Contoh Proposal Bab 1, 2 dan 3.pdf
Contoh Proposal Bab 1, 2 dan 3.pdfContoh Proposal Bab 1, 2 dan 3.pdf
Contoh Proposal Bab 1, 2 dan 3.pdf
 
Hakikat, ruang lingkup, dan manfaat penelitian
Hakikat, ruang lingkup, dan manfaat penelitianHakikat, ruang lingkup, dan manfaat penelitian
Hakikat, ruang lingkup, dan manfaat penelitian
 
Pengantar Kewarganegaraan
Pengantar KewarganegaraanPengantar Kewarganegaraan
Pengantar Kewarganegaraan
 
Pertemuan ke-3 Sigmund Freud
Pertemuan ke-3 Sigmund FreudPertemuan ke-3 Sigmund Freud
Pertemuan ke-3 Sigmund Freud
 
NEUROSAINS KOGNITIF..pptx
NEUROSAINS KOGNITIF..pptxNEUROSAINS KOGNITIF..pptx
NEUROSAINS KOGNITIF..pptx
 
Brain based learning
Brain based learningBrain based learning
Brain based learning
 
Pengertian strategi pembelajaran lengkap
Pengertian strategi pembelajaran lengkapPengertian strategi pembelajaran lengkap
Pengertian strategi pembelajaran lengkap
 
Kemaritiman INDONESIA
Kemaritiman INDONESIAKemaritiman INDONESIA
Kemaritiman INDONESIA
 
SISTEM GERAK PADA MANUSIA KELAS XI IPA
SISTEM GERAK PADA MANUSIA KELAS XI IPASISTEM GERAK PADA MANUSIA KELAS XI IPA
SISTEM GERAK PADA MANUSIA KELAS XI IPA
 
ekonomi, koperasi, dan bisnis di indonesia
ekonomi, koperasi, dan bisnis di indonesiaekonomi, koperasi, dan bisnis di indonesia
ekonomi, koperasi, dan bisnis di indonesia
 
Kebijakan Pemerintah dalam Pembangunan Pertanian
Kebijakan Pemerintah dalam Pembangunan PertanianKebijakan Pemerintah dalam Pembangunan Pertanian
Kebijakan Pemerintah dalam Pembangunan Pertanian
 
Perkembangan kreatifitas dan implikasinya dalam pendidikan
Perkembangan kreatifitas dan implikasinya dalam pendidikanPerkembangan kreatifitas dan implikasinya dalam pendidikan
Perkembangan kreatifitas dan implikasinya dalam pendidikan
 
Pentingnya Multiple Intellegences dalam Kegiatan Pengembangan pada AUD
Pentingnya Multiple Intellegences dalam Kegiatan Pengembangan pada AUDPentingnya Multiple Intellegences dalam Kegiatan Pengembangan pada AUD
Pentingnya Multiple Intellegences dalam Kegiatan Pengembangan pada AUD
 
Sistem Rangka
Sistem RangkaSistem Rangka
Sistem Rangka
 
Bahan berbahaya dan beracun
Bahan berbahaya dan beracunBahan berbahaya dan beracun
Bahan berbahaya dan beracun
 
Laporan akhir dasar dasar ilmu tanah
Laporan akhir dasar dasar ilmu tanahLaporan akhir dasar dasar ilmu tanah
Laporan akhir dasar dasar ilmu tanah
 
Hubungan sosiologi dengan perspektif global
Hubungan sosiologi dengan perspektif globalHubungan sosiologi dengan perspektif global
Hubungan sosiologi dengan perspektif global
 

Viewers also liked

makalah olahraga pendidikan
makalah olahraga pendidikanmakalah olahraga pendidikan
makalah olahraga pendidikanAni Mahisarani
 
Isi manajemem
Isi manajememIsi manajemem
Isi manajememagung adi
 
Makalah pengembangan kurikulum (power point) kholikul anwar iii b staim ta
Makalah pengembangan kurikulum (power point) kholikul anwar iii b staim taMakalah pengembangan kurikulum (power point) kholikul anwar iii b staim ta
Makalah pengembangan kurikulum (power point) kholikul anwar iii b staim taKholikul Anwar
 
I wayan repiyasa
I wayan repiyasaI wayan repiyasa
I wayan repiyasarepi yasa
 

Viewers also liked (6)

makalah olahraga pendidikan
makalah olahraga pendidikanmakalah olahraga pendidikan
makalah olahraga pendidikan
 
Makalah kurikulum 2013
Makalah kurikulum 2013Makalah kurikulum 2013
Makalah kurikulum 2013
 
Isi manajemem
Isi manajememIsi manajemem
Isi manajemem
 
Program ujian praktek
Program ujian praktekProgram ujian praktek
Program ujian praktek
 
Makalah pengembangan kurikulum (power point) kholikul anwar iii b staim ta
Makalah pengembangan kurikulum (power point) kholikul anwar iii b staim taMakalah pengembangan kurikulum (power point) kholikul anwar iii b staim ta
Makalah pengembangan kurikulum (power point) kholikul anwar iii b staim ta
 
I wayan repiyasa
I wayan repiyasaI wayan repiyasa
I wayan repiyasa
 

Similar to 59770009 makalah-pendidikan-jasmani-5

Makalah Filsafat Olahraga klpk 1.docx
Makalah Filsafat Olahraga klpk 1.docxMakalah Filsafat Olahraga klpk 1.docx
Makalah Filsafat Olahraga klpk 1.docxvandy39
 
filsafat olahraga - Copy.docx
filsafat olahraga - Copy.docxfilsafat olahraga - Copy.docx
filsafat olahraga - Copy.docxayuasriwaty
 
MAKALAH_FILSAFAT_OLAHRAGA_KELOMPOK 5_ POR2C.pdf
MAKALAH_FILSAFAT_OLAHRAGA_KELOMPOK 5_ POR2C.pdfMAKALAH_FILSAFAT_OLAHRAGA_KELOMPOK 5_ POR2C.pdf
MAKALAH_FILSAFAT_OLAHRAGA_KELOMPOK 5_ POR2C.pdfssuser19b5af
 
Karakteristik Psikomotorik Peserta Didik
Karakteristik Psikomotorik Peserta DidikKarakteristik Psikomotorik Peserta Didik
Karakteristik Psikomotorik Peserta DidikNoenu Nurjanna
 
Perspektif Pendidikan Jasmani Dan Olahraga
Perspektif Pendidikan Jasmani Dan OlahragaPerspektif Pendidikan Jasmani Dan Olahraga
Perspektif Pendidikan Jasmani Dan OlahragaFebry San
 
Tugas kelompok 8 motorik
Tugas kelompok 8 motorikTugas kelompok 8 motorik
Tugas kelompok 8 motorikporja_b
 
Makalah penjaskes
Makalah penjaskes Makalah penjaskes
Makalah penjaskes Jhon Sijabat
 
Pj 1311 pengenalan kepada pendidikan jasmani
Pj 1311 pengenalan kepada pendidikan jasmaniPj 1311 pengenalan kepada pendidikan jasmani
Pj 1311 pengenalan kepada pendidikan jasmaniKavitha Moorthi
 
Metode Pengembangan Fisik - Modul 1 dan 2
Metode Pengembangan Fisik - Modul 1 dan 2Metode Pengembangan Fisik - Modul 1 dan 2
Metode Pengembangan Fisik - Modul 1 dan 2Mira Sumirah
 
PERKEMBANGAN FISIK DAN MOTORIK_ANAK.pptx
PERKEMBANGAN FISIK DAN MOTORIK_ANAK.pptxPERKEMBANGAN FISIK DAN MOTORIK_ANAK.pptx
PERKEMBANGAN FISIK DAN MOTORIK_ANAK.pptxJimatul Arrobi
 
Makalah taxonomy hasil belajar revisi (autosaved)
Makalah taxonomy hasil belajar revisi (autosaved)Makalah taxonomy hasil belajar revisi (autosaved)
Makalah taxonomy hasil belajar revisi (autosaved)EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 

Similar to 59770009 makalah-pendidikan-jasmani-5 (20)

Makalah Filsafat Olahraga klpk 1.docx
Makalah Filsafat Olahraga klpk 1.docxMakalah Filsafat Olahraga klpk 1.docx
Makalah Filsafat Olahraga klpk 1.docx
 
filsafat olahraga - Copy.docx
filsafat olahraga - Copy.docxfilsafat olahraga - Copy.docx
filsafat olahraga - Copy.docx
 
MAKALAH_FILSAFAT_OLAHRAGA_KELOMPOK 5_ POR2C.pdf
MAKALAH_FILSAFAT_OLAHRAGA_KELOMPOK 5_ POR2C.pdfMAKALAH_FILSAFAT_OLAHRAGA_KELOMPOK 5_ POR2C.pdf
MAKALAH_FILSAFAT_OLAHRAGA_KELOMPOK 5_ POR2C.pdf
 
Karakteristik Psikomotorik Peserta Didik
Karakteristik Psikomotorik Peserta DidikKarakteristik Psikomotorik Peserta Didik
Karakteristik Psikomotorik Peserta Didik
 
Perspektif Pendidikan Jasmani Dan Olahraga
Perspektif Pendidikan Jasmani Dan OlahragaPerspektif Pendidikan Jasmani Dan Olahraga
Perspektif Pendidikan Jasmani Dan Olahraga
 
Tugas kelompok 8 motorik
Tugas kelompok 8 motorikTugas kelompok 8 motorik
Tugas kelompok 8 motorik
 
Makalah penjaskes
Makalah penjaskes Makalah penjaskes
Makalah penjaskes
 
Pj 1311 pengenalan kepada pendidikan jasmani
Pj 1311 pengenalan kepada pendidikan jasmaniPj 1311 pengenalan kepada pendidikan jasmani
Pj 1311 pengenalan kepada pendidikan jasmani
 
Metode Pengembangan Fisik - Modul 1 dan 2
Metode Pengembangan Fisik - Modul 1 dan 2Metode Pengembangan Fisik - Modul 1 dan 2
Metode Pengembangan Fisik - Modul 1 dan 2
 
Makalah efsi
Makalah efsiMakalah efsi
Makalah efsi
 
PERKEMBANGAN FISIK DAN MOTORIK_ANAK.pptx
PERKEMBANGAN FISIK DAN MOTORIK_ANAK.pptxPERKEMBANGAN FISIK DAN MOTORIK_ANAK.pptx
PERKEMBANGAN FISIK DAN MOTORIK_ANAK.pptx
 
Makalah motorik anak usia dini
Makalah motorik anak usia diniMakalah motorik anak usia dini
Makalah motorik anak usia dini
 
Makalah motorik anak usia dini
Makalah motorik anak usia diniMakalah motorik anak usia dini
Makalah motorik anak usia dini
 
Makalah motorik anak usia dini
Makalah motorik anak usia diniMakalah motorik anak usia dini
Makalah motorik anak usia dini
 
Makalah motorik anak usia dini
Makalah motorik anak usia diniMakalah motorik anak usia dini
Makalah motorik anak usia dini
 
Makalah motorik anak usia dini
Makalah motorik anak usia diniMakalah motorik anak usia dini
Makalah motorik anak usia dini
 
Makalah motorik anak usia dini
Makalah motorik anak usia diniMakalah motorik anak usia dini
Makalah motorik anak usia dini
 
Makalah motorik anak usia dini
Makalah motorik anak usia diniMakalah motorik anak usia dini
Makalah motorik anak usia dini
 
Makalah taxonomy hasil belajar revisi (autosaved)
Makalah taxonomy hasil belajar revisi (autosaved)Makalah taxonomy hasil belajar revisi (autosaved)
Makalah taxonomy hasil belajar revisi (autosaved)
 
Pembelajaran fisik motorik
Pembelajaran fisik motorikPembelajaran fisik motorik
Pembelajaran fisik motorik
 

59770009 makalah-pendidikan-jasmani-5

  • 1. Makalah Pendidikan Jasmani BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kinesiology adalah ilmu yang mempelajari gerak atau thе science human movement yang diaplikasikan dan menjelaskan tentang gerak tubuh manusia kemudian ilmu ini dapat diaplikasikan terhadap prinsip-prinsip mekanik dalam gerak manusia yang disebut biomekanika atau biomekanik kinesiology sedangkan aplikasi anatomi dalam gerak manusia disebut anatomi kinesiology. Pendidikan jasmani yang berorientasi pada developmental education mengarahkan kegiatan anak melalui pemenuhan kebutuhan keterampilan pada diri anak. Disamakan dengan tahap perkembangan fisik dan mentalnya, setiap kelompok anak diarahkan pada keterampilan gerak yang dibutuhkan anak. Misalnya, bagi anak usia dibawah lima tahun, perlu dikembangkan kemampuan pengaturan tubuhnya dan bagi anak usia diatasnya perlu dikembangkan keterampilan dasarnya. Sementara bagi anak yang lebih dewasa diarahkan pada keterampilan-keterampilan khususnya, seperti yang dikembangkan dalam cabang- cabang olah raga tertentu. Keterampilan yang terspesialisasi adalah keterampilan yang digunakan dalam cabang olahraga dan wilayah pendidikan jasmani lainnya. Keterampilan ini meliputi kegiatan dengan peralatan (misalnya senam alat), gerakan-gerakan akrobatik, tari-tarian, serta permainan khusus atau tempat seperti sepak bola, bola voli, bola basket dan lain-lain. Untuk kemudahan pembahasannya, dalam modul ini keterampilan dasar dibagi dalam tiga bagian. a. Keterampilan lokomotor b. Keterampilan non-lokomotor c. Keterampilan manipulatif
  • 2. B. Tujuan Menumbuhkan dan mengembangkan pemahaman kognitif tentang bagaimana dan mengapa suatu keterampilan gerak berlangsung demikian. C. Ruang Lingkup Berdasarkan pola pertumbuhan perkembangan anak serta berbagai karakteristik : 1. Kemampuan pengelolaan tubuh 2. Keterampilan-keterampilan dasar 3. Keterampilan-keterampilan khusus yang terspesialisasi BAB II A. Landasan Psikologis Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani lebih menekankan proses pembelajarannya pada penguasaan gerak manusia. Pemahaman yang lebih mendalam terhadap kecenderungan dan hakikat gerak ini, misalnya melalui teori gerak dan teori belajar gerak, maka memungkinkan guru lebih memahami tentang kondisi apa yang perlu disediakan untuk memungkinkan anak belajar secara efektif. Perkembangan teori belajar kognitivisme menguak fakta kekakuan proses pembelajaran penjas tersebut. Dalam salah satu teori belajar pengolahan informasi(information processing theory) diungkap bahwa idealnya pembelajaran gerak adalah sebuah proses pengambilan keputusan, yang secara hirarkis akan selalu melalui tiga tahapan yang tetap, yaitu tahap mengidentifikaMakalah Pendidikan Jasmani
  • 3. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kinesiology adalah ilmu yang mempelajari gerak atau thе science human movement yang diaplikasikan dan menjelaskan tentang gerak tubuh manusia kemudian ilmu ini dapat diaplikasikan terhadap prinsip-prinsip mekanik dalam gerak manusia yang disebut biomekanika atau biomekanik kinesiology sedangkan aplikasi anatomi dalam gerak manusia disebut anatomi kinesiology. Pendidikan jasmani yang berorientasi pada developmental education mengarahkan kegiatan anak melalui pemenuhan kebutuhan keterampilan pada diri anak. Disamakan dengan tahap perkembangan fisik dan mentalnya, setiap kelompok anak diarahkan pada keterampilan gerak yang dibutuhkan anak. Misalnya, bagi anak usia dibawah lima tahun, perlu dikembangkan kemampuan pengaturan tubuhnya dan bagi anak usia diatasnya perlu dikembangkan keterampilan dasarnya. Sementara bagi anak yang lebih dewasa diarahkan pada keterampilan-keterampilan khususnya, seperti yang dikembangkan dalam cabang- cabang olah raga tertentu. Keterampilan yang terspesialisasi adalah keterampilan yang digunakan dalam cabang olahraga dan wilayah pendidikan jasmani lainnya. Keterampilan ini meliputi kegiatan dengan peralatan (misalnya senam alat), gerakan-gerakan akrobatik, tari-tarian, serta permainan khusus atau tempat seperti sepak bola, bola voli, bola basket dan lain-lain. Untuk kemudahan pembahasannya, dalam modul ini keterampilan dasar dibagi dalam tiga bagian. a. Keterampilan lokomotor b. Keterampilan non-lokomotor c. Keterampilan manipulatif B. Tujuan Menumbuhkan dan mengembangkan pemahaman kognitif tentang bagaimana dan mengapa suatu keterampilan gerak berlangsung demikian.
  • 4. C. Ruang Lingkup Berdasarkan pola pertumbuhan perkembangan anak serta berbagai karakteristik : 1. Kemampuan pengelolaan tubuh 2. Keterampilan-keterampilan dasar 3. Keterampilan-keterampilan khusus yang terspesialisasi BAB II A. Landasan Psikologis Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani lebih menekankan proses pembelajarannya pada penguasaan gerak manusia. Pemahaman yang lebih mendalam terhadap kecenderungan dan hakikat gerak ini, misalnya melalui teori gerak dan teori belajar gerak, maka memungkinkan guru lebih memahami tentang kondisi apa yang perlu disediakan untuk memungkinkan anak belajar secara efektif. Perkembangan teori belajar kognitivisme menguak fakta kekakuan proses pembelajaran penjas tersebut. Dalam salah satu teori belajar pengolahan informasi(information processing theory) diungkap bahwa idealnya pembelajaran gerak adalah sebuah proses pengambilan keputusan, yang secara hirarkis akan selalu melalui tiga tahapan yang tetap, yaitu tahap mengidentifikasi stimulus tahap memilih respons, dan tahap memprogram respons. Jika pada proses pembelajaran siswa diberi kesempatan dan didorong untuk terus-menerus meningkatkan kemampuan pengambilan keputusannya, maka secara pasti kemampuannya tersebut terlatih, karena masing-masing perangkat yang berhubungan dengan ketiga tahapan pengambilan keputusan itupun kemampuannya semakin meningkat pula. Dari pemahaman terhadap landasan psikologis itulah, maka pembelajaran penjas yang baik tidak cuKup hanya dengan memberikan perintah dan tugas-tugas gerak semata (misalnya dengan instruksi yang klasik seperti, “… ketika kamu menerima bola, kamu lari ke arah sana, lalu kamu lempar boja itu ke si A dan kamu kembali ke sini”), melainkan harus pula dibarengi dengan upaya memberikan kesempatan pada mereka untuk menganalisis situasi dan berikan kebebasan untuk mengambil keputusan sendiri
  • 5. (misalnya: “… baik, ketika posisi lapangan ketat dan karnu dijaga terus oleh lawan. kira- kira kemanakah kamu harus melempar bola? Coba kita praktekkan, apakah keputusanmu sudah tepat atau tidak?”. Pendidikan jasmani adalah sebuah wahana yang sangat baik untuk proses sosialisasi. Perkembangan sosial jelas penting, dan aktivitas pendidikan jasmani mempunyai potensi untuk menuntaskan tujuan-tujuan tersebut. Seperangkat kualitas dari perkembangan sosial yang dapat dikembangkan dan dipengaruhi dalam proses penjas di antaranya adalah kepemimpinan, karakter moral, dan daya juang. Sosiologi berkepentingan dengan upaya mempelajari manusia dan aktivitasnya dalam kaitannya dengan hubungan atau interaksi antar satu manusia dengan manusia lainnya, termasuk sekelompok orang dengan kelompok lainnya. Di sisi lain, sosiologi berhubungan juga dengan ilmu yang menaruh perhatian pada lembaga-lembaga sosial seperti agama, keluarga, pemerintah, pendidikan, dan rekreasi. Singkatnya, sosiologi adalah ilmu yang berkepentingan dalam mengembangkan struktur dan aturan sosial yang lebih baik yang dicirikan oleh adanya kebahagiaan, kebaikan, toleransi, dan kesejajaran sosial. Dikaitkan dengan landasan tersebut, seorang guru penjas sesungguhnya adalah seorang sosiologis yang perlu mengetahui prinsip-prinsip umum sosiologi, agar mampu memanfaatkan proses pembelajarannya untuk menanamkan nilai-nilai yang dapat dikembangkan melalui penjas. Sebagaimana dikemukakan Bucher, guru yang mengerti sosiologi dalam konteks kependidikan akan mampu mengembangkan minimal tiga fungsi. (1) pengaruh pendidikan pada institusi sosial dan pengaruh kehidupan kelompok pada individu, seperti bagaimana sekolah berpengaruh kepribadian atau perilaku individu; (2) hubungan manusia yang beroperasi di sekolah yang melibatkan siswa, orang tua, dan guru dan bagaimana mereka mempengaruhi kepribadian dan perilaku individu; dan (3) hubungan sekolah kepada institusi lain dan elemen lain masyarakat, misalnya pengaruh dari pendidikan pada kehidupan masyarakat kota.
  • 6. B. Asas Pengembangan dan Penetapan Sasaran Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani di Sekolah Dasar mencakup ruang lingkup yang luas karena terkait langsung dengan karakteristik anak-anak dari berbagai usia. Dilihat dari tahapan pertumbuhan dan perkembangan fisik anak pada tingkat usia sekolah dasar, sedikitnya terlibat 3 tahapan, yaitu: a. tahapan akhir dari masa kanak-kanak awal (antara usisa 5-7 tahun) b. tahapan masa kanak-kanak akhir (middle childhood) dan c. tahapan awal dari pra-adolesen ( yang bisa dimulai pada usia 8 tahun atau rata-rata usia 10 tahun) Demikian juga dalam perkembangan motorik dan keterampilan. Anak-anak usia SD mengalami masa-masa perkembangan motorik dan keterampilan yang berbeda-beda. Pada usia-usia 5-8 tahun, anak mulai berurusan dengan kemampuan pengelolaan tubuhnya dan keterampilan dasar seperti keterampilan berpindah tempat (locomotor), gerak statis di tempat (non-locomotor) dan gerak memakai anggota badan (manipulative). Pada usia di atasnya, anak-anak mulai matang menguasai keterampilan khusus, dari mulai keterampilan manipulatif lanjutan, hingga kegiatan-kegiatan berirama dan permainan, senam, kegiatan di air, dan kegiatan untuk pembinaan kebugaran jasmani. Dalam beberapa cabang olahraga, pentahapan pencapaian keterampilan tingkat tinggi pun sudah dapat mulai dilaksanakan di kelas-kelas akhir SD, misalnya senam, loncat indah, dan renang. Karena begitu eratnya hubungan antara tingkat pertumbuhan dan perkembangan fisik dan keterampilan anak, ruang lingkup pendidikan jasmani yang ditawarkan di sekolah dasar semestinya dikembangkan berdasarkan kebutuhan anak-anak. Hal ini tidak bisa dibuat begitu saja, sebab perlu diolah sebaik-baiknya dengan pertimbangan yang matang. Pertimbangan tersebut meliputi (1) dasar-dasar pengembangan program, (2) pola pertumbuhan dan perkembangan anak, (3) dorongan dasar anak-anak, dan (4) karakteristik serta minat anak.
  • 7. Gerakan merupakan dasar bagi pendidikan jasmani. Mutu program penjas dapat dinilai berdasarkan mutu pengalaman gerakan yang dialami oleh anak-anak. Pendidikan jasmani memang terdiri atas kegiatan fisik yang harus dilakukan secara aktif. Anak-anak tidak akan dapat mengambil manfaat hanya dari berbaris, menuggu datangnya alat-alat atau mendengarkan penjelasan guru yang panjang. Pendidikan jasmani harus menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak-anak untuk menimba pengalaman gerak. Pembelajaran harus terjadi melampaui kepentingan sesaat topi harus menawarkan keterampilan yang berguna untuk seumur hidup. Dalam masyarakat modern dewasa ini, pemeliharaan kebugaran jasmani dan kesehatan dipandang sebagai kebutuhan utama. Dengan demikian pendidikan jasmani harus memberikan program yang cukup dinamis agar mampu mengembangkan kebugaran jasmani peserta didik. Kebugaran merupakan dasar untuk pencapaian keterampilan gerak. Pelaksanaannya harus berdasarkan kemampuan anak dan beban latihannya disesuaikan dengan kesangupan setiap siswa. C. Pola Pertumbuhan dan Perkembangan Anak 1. Perkembangan kearah memanjang (Cephalocaudal) dan kearah tepi (Proximodistal). 2. Gerak kasar dan gerak halus 3. Bilateral ke unilateral 4. Diferensiasi dan Integrasi 5. Filogenetik dan Ontogenetik Dorongan Pasar Anak-Anak Dorongan dasar adalah suatu keinginan untuk melakukan dan menghasilkan sesuatu. Semua anak memiliki perasaan seperti ini yang kemungkinan besar merupakan sifat turunan atau pengaruh lingkungan. Dorongan dasar ini dikaitkan dengan pengaruh masyarakat, guru, orangtua, dan teman-teman sendiri. Biasanya dorongan dasar ini akan berpola sama pada setiap anak dan tidak dipengaruhi oleh faktor kematangan. Dorongan tersebut niscaya mengarahkan pengembangan kurikulum pendidikan jasmani dan untuk menciptakan program yang sesuai dengan sifat-sifat anak. Berikut ini akan dibahas secara selintas tentang dorongan-dorongan tersebut. a. Dorongan untuk Bergerak
  • 8. b. Dorongan untuk c. Dorongan untuk mendapatkan pengakuan teman dan masyarakat d. Dorongan untuk bekerjasama dan bersaing e. Dorongan untuk kebugaran fisik dan daya tarik f. Dorongan untuk bertualang g. Dorongan untuk kepuasan kreatif h. Dorongan untuk menikmati irama i. Dorongan untuk mengetahui Berhasil dan Mendapat Pengakuan D. Mode Orientasi Kurikulum dalam Pendidikan Jasmani Persoalan konflik antar makna pendidikan jasmani dan pendidikan olahraga perlu diselesaikan. Keduanya tidak perlu dipertentangkan. Yang berbeda adalah dalam hal pemahaman. Keduanya sebenarnya mengandung fungsi mendidik. Penyelenggaraan pendidikan jasmani bisa berbeda karena berbeda dalam rancangan kurikulumnya. Di negara maju, pendidikan jasmani dilaksanakan dengan berorientasi pada model-model kurikulum yang berlaku. Model kurikulum inilah yang menentukan perbedaan tekanan terhadap program yang dilaksanakan, apakah berorientasi pada peningkatan kesegaran jasmani atau keterampilan gerak, misalnya. Untuk memperjelas perbedaannya, mari kita simak model kurikulum sebagai berikut : - pendidikan gerak (movement education) - pendidikan olahraga (sport education) - pendidikan petualangan (adventure education) - pendidikan perkembangan (developmental education) - pendidikan kebugaran (fitness education) - pendidikan disiplin keilmuan olahraga (kinesiological studies) Pendidikan Gerak Pendidikan gerak (movement education) menekankan pendidikan lewat gerak yang mula- mula dikem- bangkan oleh Rudolph Laban di Inggris. Laban mengembangkan konsep- konsep gerak yang berkaitan dengan ruang dan waktu sebagai bahan untuk
  • 9. pengembangan gerak-gerak tari. Aliran Laban akhirnya dibawa ke Amerika Serikat dan diadopsi sebagai program pendidikan jasmani. Lewat pendidikan gerak, keterampilan gerak anak dikembangkan melalui pelaksanaan yang bervariasi, dikaitkan dengan ruang, waktu, arah serta tingkat ketinggian di mana gerakan dilakukan. Di sini tidak ada istilah benar atau salah. Anak-anak akan lebih menguasai pergerakan tubuhnya disertai pengertiannya. Dengan demikian diharapkan siswa menguasai tubuhnya dan mampu mengembangkan kapasitas fisik dan mentalnya untuk belajar, baik keterampilan fisik maupun keterampilan akademis. Model ini cocok dikembangkan di SD. Pendidikan olahraga Ada kesalahpahaman bahwa pendidikan jasmani sama dengan pendidikan olahraga. Keduanya berbeda, pendidikan jasmani lebih menekankan pada pengembangan keterampilan motorik dasar dan memperkaya perbendaharaan gerak. Pendidikan olahraga menekankan pada pembinaan keterampilan berolahraga dan menghayati nilai-nilai yang diperoleh dari kegiatan berlatih dan bertanding. Semua anak dibekali pengalaman nyata untuk berperan dalam pembinaan olahraga, seperti wasit, atlet, atau pelatih. Dalam arti itulah pendidikan olahraga di Amerika Serikat, misalnya, menyandang misi kependidikan yang lengkap. Jika program penjas di Indonesia masih berwarna pendidikan olahraga seperti sekarang ini, maka kecenderungan ini hanyalah masalah orientasi model kurikulum yang dianut seperti maksud di atas. Sayangnya kecenderungan di Indonesia, penggunaan model ini tidak menyebabkan anak dibekali dengan pengalaman berolahraga yang sebenarnya, karena programnya amat terbatas. Pendidikan perkembangan Model pendidikan perkembangan memfokuskan tujuan pendidikannya pada aktualisasi diri, yang menekankan pertumbuhan pribadi dari setiap anak. Kurikulumnya dikembangkan berdasarkan tingkat perkembangan anak, yang berusaha menyeimbangkan penekanan pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
  • 10. Pendidikan petualangan Pendidikan petualangan (Adventure education) dikembangkan atas dasar kebutuhan untuk mengatasi tekanan-tekanan hidup yang semakin berat. Programnya berisi kegiatan yang menantang di alam bebas dan disesuaikan dengan kebutuhan para remaja untuk bertualang mengatasi resiko dan perjuangan melawan tantangan alam. Mendaki gunung, menyusuri sungai, berkemah, memanjat tebing, dan variasi lain di alam terbuka merupakan contoh program pendidikan petualangan. Pendidikan kebugaran Sekolah memang bisa menekankan orientasinya pada pengembangan kebugaran murid- muridnya. Program pendidikan jasmani seperti itu mengarahkan anak supaya aktif berlatih di sekolah dan di luar sekolah untuk hidup sehat dan memiliki kemampuan fisik yang baik. Pelaksanaan senam kebugaran jasmani (SKJ) merupakan contoh dari program pendidikan kebugaran. Persoalannya adalah mungkin frekuensi dan isi latihannya perlu ditingkatkan, karena hanya bersandar pada SKJ yang ada sekarang ini, unsur kekuatan, kelentukan, serta power anak tidak akan berkembang maksimal. Kinesiological Studies Model studi kinesiologi pada hakikatnya hampir sama dengan model pendidikan gerak dalam orientasi nilainya, tetapi menggunakan kegiatan gerak untuk mempelajari dasar- dasar disiplin gerak manusia (misalnya fisiologi latihan, biomekanika, dan kinesiologi). Karena itu, model inipun disebut juga sebagai pendidikan disiplin keilmuan olahraga. Penekanan pembelajaran model ini adalah pada pengembangan keterampilan memecahkan masalah, khususnya dengan menggunakan kombinasi antara pembelajaran konsep dan prakteknya di lapangan. Tujuan utamanya adalah menumbuhkan dan mengembangkan pemahaman kognitif tentang bagaimana dan mengapa suatu keterampilan gerak berlangsung demikian. Model ini didasari dua pendekatan yang khas dalam studi kinesiologi, yaitu pendekatan pertama, isi atau materi diatur dalam sebuah unit-unit kegiatan, dan konsep-konsep disiplin utama diintegrasikan dengan pengajaran keterampilan; pendekatan kedua, unit-unit kegiatan diatur di sekitar konsep-konsep khusus yang menjadi prioritas di atas pengajaran keterampilan.
  • 11. Pemakaian model ini umumnya dipilih oleh guru-guru penjas di tingkat sekolah menengah. Meskipun banyak sekolah menengah telah memasukkan satu atau dua unit konsep dalam kurikulumnya, khusus dipadukan dengan sehat-bugar-jasmani, sedikit sekali sekolah yang hanya memakai model kinesiologi secara tunggal. Tetapi tidak ada salahnya model inipun sudah mulai diperkenalkan di SD dengan persoalan prinsip gerak yang disederhanakan. E. Arah Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Jasmani Bagi Anak Luar Biasa Pendidikan jasmani untuk siswa sekolah luar biasa dan siswa berkelainan telah menjadi prioritas dalam program pendidikan nasional kita. Ini menunjukkan bahwa pemerintah telah menaruh perhatian yang lebih besar kepada para penyandang kelainan, bukan saja yang berada di lingkungan sekolah, tetapi yang berada di lingkungan pendidikan non- formal lainnya. Pada kenyataannya, para siswa penyandang kelainan memiliki kebutuhan yang lebih besar akan gerak. Seperti diakui oleh para ahli, justru pendidikan jasmani harus merupakan program utama dari program pendidikan luar biasa secara keseluruhan, karena menjadi dasar atau fimdasi bagi peningkatan fungsi tubuh yang sangat diperlukan oleh anak-anak berkebutuhan khusus. Guru pendidikan jasmani perlu mengakui bahwa aspek psikologis dari situasi kelas sama dan bahkan lebih penting daripada tujuan-tujuan substantif pendidikan jasmani. Di samping itu, untuk mampu menjaga motivasi anak tetap tinggi, guru perlu memiliki cara- cara yang kreatif dalam pengajaran. Guru pendidikan jasmani harus menanamkan pada dirinya sendiri tujuan dan keinginan untuk membantu siswa dalam mengembangkan citra diri positif, mengembangkan hubungan interpersonal yang efektif, memahami dan menghargai kelebihan dan keterbatasan fisiknya, mengoreksi kondisi fisik khusus yang masih mungkin diperbaiki, mengembangkan suatu kesadaran keselamatan, dan menjadikan anak-anaknya bugar secara fisik sesuai dengan kapasitasnya.
  • 12. BAB III SARAN Keterampilan dalam berbagai cabang olahraga memiliki struktur tersendiri, lengkap dengan konsep dan prinsip yang mendasarinya, memahami konsep-konsep itu merupakan syarat untuk menguasai keterampilan yang dipelajari. Semakin terkuasai konsepnya, semakin mudah suatu keterampilan dikuasai. Untuk mendukung tujuan tersebut pelajaran pendidikan jasmani harus mampu memberikan kesempatan kepada anak untuk memahami konsep dasar dari berbagai keterampilan yang dipelajarinya. DAFTAR PUSTAKA Buscher, Craig A. (1994). Teaching Children Movement Concepts аn Skills,ԁ Champaign, III. : Human Kinetics Publisher, Inc., Dauer, V., & Pangrazi, R. (1986). Dynamic Physical Education Fοr Elementary School Children, (8th Ed.), Nеw York: Macmillan Freeman, William H. (2001). Physical Education аn Sport іn A Changing Society.ԁ (Sixth Ed.). Boston. Allyn аn Bacon.ԁ Gabbard, Carl., LeBlanc, Betty., аn Lowy, Susan. (1994). Physical Education fοrԁ Children: Building thе Foundation, (2nd Ed.), Nеw Jersey: Prentice Hall. Graham, G. (1992). Teaching Children Physical Education, Becoming Master Teacher, Champaign, III. : Human Kinetics Publisher, Inc.,