Laporan fieldtrip mencakup pengamatan kondisi pertanian berkelanjutan di beberapa lokasi di Desa Tulungrejo. Mahasiswa mengamati karakteristik lansekap, kualitas air, biodiversitas, dan aspek sosioekonomi untuk menilai tingkat keberlanjutan lahan. Hasilnya menunjukkan lansekap yang terfragmentasi dengan campuran hutan, kebun, dan lahan pertanian semusim serta cadangan karbon rendah pada sebagian lahan.
3. BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada dasarnya pertanian berkelanjutan merupakan upaya pemanfaatan sumber daya yang
dapat diperbaharui dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui untuk proses produksi pertanian
dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin. Keberlanjutan yang
dimaksud meliputi : penggunaan sumberdaya, kualitas dan kuantitas produksi, serta kualitas
lingkungannya. Proses produksi pertanian yang berkelanjutan akan lebih mengarah pada
penggunaan produk hayati yang ramah terhadap lingkungan sehingga dalam pelaksanaannya
akan mengarah kepada upaya memperoleh hasil produksi atau produktifitas yang optimal dan
tetap memprioritaskan kelestarian lingkungan. Jadi secara umum, sistem pertanian berlanjut
merupakan sistem pertanian yang layak secara ekonomi dan ramah lingkungan. Pada tingkat
bentang lahan upaya pengelolaannya diarahkan pada upaya menjaga kondisi biofisik yang bagus
yaitu dengan pemanfaatan biodiversitas tanaman pertanian untuk mempertahankan keberadaan
pollinator, untuk pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit dan mengupayakan
kondisi hidrologi (kuantitas dan kualitas air) menjadi baik serta mengurangi emisi karbon.
Serta pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia dilahan secara langsung yang dapat
digunkan sebagai variable untuk mendukung keberlanjutan suatu system pertanian. Seain itu juga
pemanfaatan siklus alam yang tersedia dilahan sebagi contoh pemanfaatan musuh alami sebagai
pengendali hama dan penyakit serta peran mikoorganisme pengurai tanah untuk menjaga dan
menyehatkan kualitas unsur hara tanah. Dari segi keberlanjutan tersebut diharapkan bisa
memperbaiki seluruh system yang ada di lahan. Dan dapat mewujudkan pertanian yang sehat,
berlanjut, alami dan tanpa mengurangi kualitas lahan yang tersedia.
Banyak macam penggunaan lahan yang tersebar di seluruh bentang lahan, yang mana
komposisi dansebarannya beragam tergantung pada beberapa faktor antara lain iklim, topografi,
jenis tanah, vegetasi dan kebiasaan serta adat istiadat masyarakat yang ada disekelilingnya.
Didalam ruang perkuliahan, mahasiswa mempelajari tentang beberapa indicator kegagalan
Pertanian berlanjut baik dari segi biofisik(ekologi), ekonomi dan sosial. Dalam konteks tersebut
perlu adanya pengenalan pengelolaan bentang lahan yang terpadu dibentang lahan sangat perlu
4. dilakukan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap konsep dasar
Pertanian Berlanjut di daerah Tropis dan pelaksanaannyadi tingkat lanskap.
1.2. Maksud dan Tujuan
Memperoleh segala informasi yang berkaitan dengan pertanian berlanjut dari aspek
ekologi, ekonomi, dan sosial.
Untuk memahami macam-macam tutupan lahan, sebaran tutupan lahan dan interaksi
antar tutupan lahan pertanian yang ada di suatu bentang lahan.
1.3 Manfaat
Dengan dilaksanakannya fieldtrip mata kuliah Pertanian Berlanjut,I
manfaat yang
diperoleh antara lain dapat menentukan apakah suatu lansekap yang diamati termasuk dalam
kategori pertanian berlanjut atau tidak. Selain itu, dapat mengaplikasikan dasar teori yang
diperoleh di perkuliahan ruang yang kemudian dapat menilai keberlanjutan suatu lansekap
berdasarkan indikator-indikator pertanian berlanjut melalui pengamatan kondisi karakteristik
lansekap, biodiversitas, kualitas air,dan cadangan karbon.
5. BAB 2
METODOLOGI
2.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
•
Pelaksanaan fieldtrip mata kuliah Pertanian Berlanjut diadakan di tiga tempat berbeda,
yaitu: Dusun Kekep, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.
-
Titik Pengamatan pertama yakni titik pengamatan aspek HPT di lahan Kubis lereng
rendah di Dusun Kekep Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu.
-
Titik pengamatan kedua yakni titik pengamatan aspek Sosial Ekonomi di lahan
Wortel lereng sedang di Dusun Kekep Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota
Batu.
-
Titik pengamatan ketiga yakni titik pengamatan aspek Tanah di sekitar sungai di
Dusun Kekep Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu.
-
Titik pengamatan terakhir yakni titik pengamatan aspek Budidaya di lahan Kubis
lereng rendah di Dusun Kekep Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu.
•
Waktu pelaksanaan fieldtrip mata kuliah Pertanian berlanjut yaitu pada hari Sabtu, 20
Oktober 2012
2.2 Metode Pelaksanaan
2.2.1. Pemahaman Karakteristik Lansekap
a. Menentukan lokasi yang representatif untuk dapat melihat lansekap secara
keseluruhan.
b. Melakukan
pengamatan
secara
menyeluruh
terhadap
berbagai
bentuk
penggunaan lahan yang ada. Isikan pada kolom penggunaan lahan, dokumentasi
dengan foto kamera.
c. Identivikasi jenis vegetasi yang ada, isi hasil identifikasi ke dalam kolom tutupan
lahan.
d. Melakukan
pengamatan
secara
menyeluruh
terhadap
berbagai
kemiringan lereng yang ada serta tingkat tutupan kanopi dan seresahnya.
e.
isi hasil pengamatan pada form.
tingkat
6. 2.2.2. Pengukuran Kualitas Air
•
Pendugaan kualitas air secara fisik (kekeruhan) dilakukan dalam beberapa
langkah:
-
Tuangkan contoh air dalam tabung / botol air mineral samapai ketinggian
45 cm.tabung dapat dibuat dari tiga buah botol air kemasan ukuran 600 ml
yang disatukan.
-
Aduk air secara merata.
-
Masukkan „secchi disc‟ ke dalam tabung yang berisi air secara perlahanlahan dan amati secara tegak lurus sampai warna hitam-putih pada „secchi
disc‟ tidak dapat dibedakan.
-
Baca berapa sentimeter kedalaman “secchi disc‟ tersebut.
-
Masukkan data kedalaman yang diperoleh ke dalam persamaan berikut:
Konsentrasi sedimen (mg/l) = 9,7611e-0,136D
Dimana “D‟ adalah kedalaman “secchi disc‟ dalam cm.
•
Pengamatan suhu air dilakukan dalam beberapa langkah:
-
Catat udara sebelum mengukur suhu dalam air.
-
Masukkan termometer ke dalam air selama 1-2 menit.
-
Baca suhu saat termometer masih dalam air, atau secepatnya setelah
dikeluarkan dari dalam air.
-
Catat pada form pengamatan.
2.2.3. Pengukuran Biodiversitas
2.2.3.1. Aspek Agronomi
Indikator yang digunakan dalam mengukur biodiversitas dari aspek
agronomi adalah populasi dan jenis gulma pada lahan. Metode yang digunakan
adalah:
-
Membuat sebuah kerangka persegi berukuran 1m x 1m dari bahan bambu.
-
kerangka persegi dilempar secara acak ke tempat yang diduga memiliki
populasi gulma yang dapat mewakili keseluruhan lahan.
7. -
Catat jumlah dan jenis gulma yang ditemukan dalam kerangka persegi
tersebut. Untuk mengetahui jenis gulma dapat menggunakan buku Flora.
-
Olah semua data yang telah diperoleh dengan bantuan modul fieldtrip mata
kuliah Pertanian Berlanjut.
Metode yang digunakan untuk mengukur biodiversitas tanaman pangan &
tahunan adalah sebagai berikut:
-
Buatlah jalur transek pada hamparan yang akan dianalisis
-
Tentukan titik pada jalur (transek) yang mewakili masing-masig tutupan
lahan dalam hamparan lanskap
-
Catat karakteristik tanaman budidaya di setiap tutupan lahan yang telah
ditentukan
-
Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel.
2.2.3.2. Aspek Hama Penyakit
-
Membuat jalur transek pada hamparan yang akan dianalisis
-
Menentukan titik-titik pengambilan sampel pada jalur (transek) yang
mewakili mewakili agroekosistem dalam hamparan
-
Tangkap serangga ndengan menggunakan sweep net dengan metode yang
benar pada agroekosistem yang telah ditentukan
-
Kumpulkan semua serangga yang tertangkap sweep net dan masukkan
kedalam kantong plastik yang telah diberi secarik kertas tissue
-
Serangga yang telah terkumpu dibunuh dengan memberikan etil asetat.
-
Semua kantong plastik berisi serangga (sudah mati) dibawa ke
Laboratorium Hama. Apabila belum segera diamati hendaknya semua
serangga tersebut disimpan dilemari pendingin.
-
Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel.
2.2.4. Identifikasi Keberlanjutan Lahan dari Aspek Sosial Ekonomi
Dalam mengevaluasi keberlanjutan dari aspek sosial ekonomi menggunakan
indikator-indikator sebagai berikut (dengan melakukan wawancara terhadap petani):
8. 1. Macam/jenis komoditas yang ditanam
2. Akses terhadap sumber daya pertanian
3. Penguasaan lahan
4. Saprodi
5. Apakah petani mengetahui usahatani yang dilakukan ramah terhadap lingkungan atau
tidak
6. Diversifikasi sumber pendapatan
7. Kepemilikan hewan ternak
8. Pengelolaan produk sampingan.
9. BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.
Hasil
3.1.1. Kondisi Umum Wilayah
Kelerangan: 63% 30°
Macam Lanskap: Fragmanted
No.
Penggunaan
Lahan
1.
Hutan
produksi
2.
Kebun
campuran
3.
4.
Kebun
semusim
Semak
belukar
Tutupan
Lahan
Alpukat,
pisang,
kopi,
mangga,
lamtoro,
rumput,
kayu putih
Apel, jeruk,
kopi,
wortel,
pisang,
rumput
Wortel,
rumput
Rumput/tan
aman lain
Manfaat
Posisi
Lereng
Jumlah
Spesies
Kerapatan
C-Stock
(ton/ha)
Bu, K, Bi, D
Arah: Barat Daya
Posisi: Atas
Tinggi
Tinggi
7
Sedang
150
Bu, A, Bi, D
Arah:Barat daya
Posisi: Tengah
Sedang
Rendah
6
Sedang
50
A, D
Arah: Barat daya
Posisi: Bawah
Sedang
Rendah
2
Sedang
1
Bu, D
Posisi: Atas
Rendah
Rendah
2
Sedang
1
Keterangan: Manfaat: Bu (buah), D (daun), A (akar), Bi (biji), K (kayu)
Tingkat Tutupan
Kanopi Seresah
10. Fieldtrip ini dilaksanakan di Dusun Kekep Desa Tulungrejo Kecamatan Batu Kota Batu. Bagian hulu dusun kekep
merupakan kawasan hutan perhutani dan bagian hilirnya merupakan kawasan pertanian hortikultura yang sangat intensif dan
pemukiman. Dusun ini terletak diwilayah sub DAS mikro bagian DAS sumber Brantas yang dinamai DAS mikro Talun
karena di hulu dusun ini terdapat sebuah tempat wisata air terjun coban talun. DAS mikro ini memiliki luas ± 200 ha yang
terletak 1200-1500 mdpl. Kondisi biofisik DAS mikro talun hampir seluruhnya merupakan perbukitan vulkanik. Sekitar 90%
dari luasan DAS mikro talun adalah kawasan perhutani, sisanya adalah kawasan tahura dibagian hulu dan kawasan milik
masyarakat dibagian hilir. DAS mikro talun bermuara di kali Brantas, sebelah selatan dusun kekep. Di bagian hulu dusun
kekep terdapat beberapa sumber/mata air bersih bagi warga dusun kekep maupun desa-desa di hilirnya. Namun, beberapa
sumber mengalami penurunan debit dan beberapa mata air ada yang mati sejak tahun 2000-an.
Karakteristik lansekap tersebut adalah fragmented, yaitu memiliki ekosistem alami 10-60% dari bentang lanskap. Hal
ini terlihat dari penggunaan lahan disana yang didominasi lahan pertanian, baik semusim maupun agroforestry. Sedangkan
untuk kawasan hutan, sudah merupakan hutan produksi, dimana hanya sebagian kecil saja yang tetinggal dari vegetasi alami.
Terkait dengan pertanian berlanjut, karakteristik fragmented tersebut, menandakan bahwa intensifnya alih fungsi lahan dari
ekosistem alami menjadi lahan pertanian.
3.1.2.4 Cadangan Karbon
1. Hutan
No.
1.
Penggunaan
Lahan
Hutan
Tutupan
Manfaat
Lahan
Alpukat,
Bu, K, Bi, D
pisang, kopi,
mangga,
lamtoro,
rumput,
Posisi
lereng
Arah:
Barat
Daya
Posisi:
Atas
Tingkat Tutupan
Kanopi
Seresah
T
T
Jumlah
Spesies
7
Kerapatan
S
C-Stock
(ton/ha)
150
11. kayu putih
2. Agroforestry
No.
1.
Penggunaan
Lahan
Agroforestry
Tutupan
Lahan
Apel, jeruk,
kopi, wortel,
pisang,
rumput
Manfaat
Posisi
Lereng
Bu, A, Bi,
D
Arah:Barat
daya
Posisi: T
Tingkat Tutupan
Kanopi Seresah
S
Jumlah
Spesies
Kerapatan
C-Stock
(ton/ha)
6
S
50
R
3. Tanaman Semusim
No.
1.
Penggunaan Tutupa
Lahan
n Lahan
Kebun
tanaman
semusim
Manfaa
t
Wortel,
rumput
A, D
Posisi Tingkat Tutupan
lereng Kanopi Seresah
Arah:
Barat
daya
S
R
Posisi:
B
Jumlah
Spesies
Kerapatan
2
C-Stock
(ton/ha)
S
1
4. Tanaman Semusim dan Pemukiman
No.
1.
Penggunaan
Lahan
Keterangan:
Manfaat
Tutupan
Lahan
-
Manfaat
-
Posisi
lereng
-
Tingkat Tutupan
Kanopi Seresah
-
: Bu (buah), D (daun), A (akar), Bi (biji), K (kayu)
Jumlah
Spesies
-
Kerapatan
-
C-Stock
(ton/ha)
-
12. Posisi Lereng : A (atas), T (tengah), B (bawah)
Tingkat tutupan Canopy dan seresah: T (tinggi), S (sedang), R (rendah)
Kerapatan
: T (tinggi), R (rendah), S (sedang)
13. Tabel Nilai C-Stock pada berbagai tenis penggunaan lahan dan kerapatan pohon
No.
Penggunaan Lahan
1.
Hutan
2.
Agroforestry
3.
Tanaman Semusim
Kerapatan pohon
T
S
R
T
S
R
-
Above Ground
C-Stock
250
150
100
80
50
20
1
14. 3.1.2. Indikator Pertanian Berlanjut dari Aspek Biofisik
3.1.2.1.
Kualitas Air
Terdapat tiga jenis pendugaan kualitas air sungai yaitu fisik (suhu, warna, kekeruhan), kimia (meliputi pH, COD,
BOD) dan biologi (dengan memanfaatkan makroinvertebrata). Pendugaan kualitas air sungai ini hanya dilakukan aspek fisik
yaitu dengan mengukur tingkat kekeruhan dan suhu air. Mengukur kekeruhan berarti menghitung banyaknya bahan-bahan
terlarut dalam air misalnya lumpur, alga, detritus, dan kotoran lokal lainnya. Apabila kondisi air semakin keruh, maka
cahaya matahari yang masuk ke air semakin berkurang sehingga mengurangi proses fotosisntesis tumbuhan air. Hal ini
berdampak pada suplai oksigen yang diberikan oleh tumbuhan air juga berkurang sehingga jumlah oksigen terlarut dalam
air juga berkurang. Metode cepat untuk mengukur kekeruhan di lapangan dapat dilakukan dengan menggunakan ‘Secchi
disk’ atau piringan yang berwarna hitam-putih. ‘Secchi disk’ ini digunakan sebagai tanda batas pandangan mata pengamat
ke dalam air, semakin keruh air, batas penglihatan mata semakin dangkal. Berikut hasil pengamatan pada stop 3.
Parameter
Satuan
Plot 1
Ulangan
1
2
3
1
Lokasi pengambilan sampel air
Plot 2
Plot 3
Ulangan
Ulangan
2
3
1
2
3
1
Kelas
(PP no. 82 tahun 2001)
Plot 4
Ulangan
2
3
Kekeruhan
Mg/l
25.61
25.61
25.61
Suhu air
derajat
21
21
21
Suhu
lingkungan
derajat
25
23
22
Pada stop 3 kondisi air tergolong baik karena dari data yang tertera di atas diketahui hasil survey lapang bahwa air
yang berada pada plot tiga (sawah) merupakan air kelas 4 yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
15. pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Hal tersebut
menandakan jika air pada stop tiga tidak tercemar oleh bahan-bahan terlarut. Namun, hal tersebut masih belum menutup
kemungkinan untuk pengaruh pengaplikasian pupuk kimia dan pestisida yang belum dilakukan analisa laboratorium.
Pengukuran suhu merupakan faktor penting dalam keberlangsungan proses biologi dan kimia yang terjadi dalam di
dalam air. Tinggi rendahnya suhu berpengaruh pada kandungan oksigen di dalam air, proses fotosintesis tumbuhan air, laju
metabolisme organisme air dan kepekaan organisme terhadap polusi, parasit dan penyakit. Pada stop tiga memiliki suhu
24˚C. Banyaknya jumlah vegetasi air dan organisme akan berpengaruh pada suhu air yang akan mengakibatkan berubah
pula.
16. 3.1.2.2.
•
Biodiversitas Tanaman dari Aspek Agronomi
Biodiversitas tanaman pangan dan tahunan
Titik
Pengambilan
sample tutupan
lahan
Plot 4
Plot 4
Plot 4
Plot 4
Plot 4
Plot 4
Plot 4
Plot 4
Plot 4
•
Semusim/
tahunan/
campuran
Tahunan (Alpukat)
Tahunan (Alpukat)
Tahunan (Alpukat)
Tahunan (Alpukat)
Tahunan (Alpukat)
Tahunan (Alpukat)
Tahunan (Alpukat)
Tahunan (Pisang)
Semusim (Rumput)
Informasi tutupan lahan dan
tanaman dalam lanskap
Jarak
Luas
Populasi Sebaran
tanam
6,5
16
Sedang
7,5
4,7
9,8
8,0
16,5
14,3
26
Sempit
511
Luas
Identifikasi dan analisis gulma
Nama Lokal
Rumput gajah
Rumput teki
Babadotan
Goletrak beuti
Kelebatan Gulma
Agak lebat
Lebat (> 50%)
Jarang (<25%)
(25%-50%)
35%
65%
10%
5%
Keterangan:
•
Rumput gajah 35%
•
Rumput Teki 65%
•
Ageratum conyzoides L. 10%
•
Richardia brasiliensis Gomez 5%
17. •
Pengamatan Biodiversitas Gulma
Nama Lokal
Rumput Gajah
Rumput Teki
Daun tombak
/babadotan
Goletrak Beuti
•
Nama Ilmiah
Pennisetum purpureum
Cyperus rotundus
Lokasi sample
Stop 1
Stop 1
Jumlah
91
170
Ageratum conyzoides L
Stop 1
8
Obat luka, sakit
mata, demam
Richardia
gomez
Stop 1
14
Tanaman liar
brasiliensis
Fungsi
Tabulasi Data
Kelompok Gulma
Tutupan Lahan
Teki-tekian (65%)
Daun Sempit/rumput
Daun Lebar
Gulma merupakan tumbuhan yang merugikan dan tumbuh pada tempat yang tidak
dikehendaki. Karena sifat merugikan tersebut, maka dimana pun gulma tumbuh selalu
dicabut, disiangi, dan bahkan dibakar. Gulma tidak hanya berfungsi sebagai rumput
liar, akan tetapi bias juga berfungsi sebagai tanaman obat. Selain itu, bis ajuga sebagai
tempat hidup musuh alami sehingga gulma tidak harus disiangi, dibasmi, maupun
dibakar, melainkan perlu dikelola supaya lebih bermanfaat. Apabila gulma dikelola
dengan benar dan optimal, gulma akan memberikan lingkungan pertanaman yang baik
karena dapt menjadi tempat tinggal musuh alami. Pemanfaatan lain dari gulma
diantaranya sisa penyiangan gulma dapat menjadi mulsa atau untuk membuat kompos.
Berdasarkan data pengamatan gulma di lahan, maka gulma yang ada termasuk banyak,
terutama didominasi oleh teki-tekian. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan
tanaman budidaya jika populasinya terlalu banyak, namun tidak perlu disiangi sampai
18. bersih, karena akan mengurangi tutupan lahan. Jika disiangi sampai bersih, maka lahan
akan menjadi terbuka sehingga rentan terhadap erosi maupun longsor, apalagi dengan
kelerengan yang cukup curam. Erosi dapat menyebabkan degradasi lahan sehingga
akan mengganggu keberlanjutan pertanian di lanskap tersebut. Untuk itu, perlu
dilakukan pengelolaan gulma agar tidak mengganggu tanaman budidaya, dan justru
mendukung keberlanjutan lahan pertanian.
19. 3.1.2.3.
Biodiversitas Hama Penyakit
Kondisi lahan brokoli yang dijadikan tempat observasi hama dan penyakit
Dari lahan ini kita melakukan pengamatan/observasi tentang bagaimana hama, penyakit,
musuh alami, dan serangga lain. Untuk tambahan informasi, alat untuk yang digunakan untuk
menangkap hama berukuran besar dan bisa terbang yaitu Swipnet. Sedangkan untuk menangkap
serangga yang berukuran kecil kita menggunakan Respirator. Dari kegiatan yang kami lakukan,
berhasil ditemukan beberapa serangga dengan klasifikasi sebagai berikut.
a)
Laba-Laba
sebagai predator kutu daun, dan wereng.
Bagian tubuh : Kepala, cepalotoraks, kaki, abdomen.
Kingdom : Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Arachnidae
Ordo
: Aroneceae
20. Famili
: Lycosidae
Genus
: Lycosa
Spesies
: Lycosa sp.
Memiliki penglihatan yang tajam, dan 4 pasang tungkai. Tubuhnya terdiri dari caput,
abdomen dan thoraknya termodifikasi dengan kepala. Menyerang mangsa dengan sangat
cepat.
b) Kutu daun (Myzus persicae / Sulz)
kingdom : Animalia
filum
: Arthropoda
kelas
: Insecta
ordo
: Hemiptera
famili
: Aphidhidae
genus
: Aphid
spesies
: Myzus persicae.
Serangga hama ini dikenal dengan kutu daun persik atau tobacco aphid termasuk ordo
Homoptera, famili Aphididae dan mempunyai daerah penyebaran di Indonesia. Nimfa dan
serangga dewasa M persicae menyerang per tanaman kubis dengan cara menghisap cairan
daun kubis. Lamanya daur hidup berkisar 7-10 hari. Daun kubis yang terserang M. persicae
memperlihatkan bercak coklat di sekitar tusukan stiletnya. Bila serangan tinggi akan
menurunkan kualitas brokoli.
c)
Semut Rang-Rang
kingdom : Animalia
filum
: Arthropoda
kelas
: Insekta
ordo
: Heminoptera
famili
: Kamilidae
genus
: Solenopsis
spesies
: Solenopsis sp.
Bagian
: antena, kepala, toraks, abdomen, ekor, kaki
21. Sebagai predator kutu daun.
Morfologi Semut Rang-rang :
Secara umum semut terdiri dari tiga bagian yaitu : kepala, dada, dan perut. Kepalasemut
dilengkapi oleh sepasang antenna , sepasang rahang, dan mata semut.
Dada semut dilengkapi dengan tiga kaki tang kokoh dan sepayang sayap untuk
semutjantan.Sedangkan bagian ujung belakang perut dilengkapi dengan sengat sebagai alat
perlindungan diri.
d) Kumbang Kubah spot M
Kingdom
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Coleoptera
Famili
: Minochilas
Genus
: Menochilussexmaculatus
Spesies
: Menochilussexm aculatus
Ciri-ciri specimen : memiliki panjang tubuh 5-6 mm, warna merah dengan bercak-bercak
hitam putih dan kuning, merupakan predator tungau dan kutu daun, menangkap mangsa
dengan gerak lambat. Mangsa/inang utama : Aphid sp., kutu daun, kebul.
e) Kumbang kubah spot
Kingdom
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Coleoptera
Suku
: Coccilinedae
Genus
: Epilachna
Spesies
: Epilachna sparsa
Peran
: hama
Larva mudanya berwarna kelabu, telur berwarna kuning dan panjang 0,5 cm. Pupanya
bebentuk segi empat, telur diletakkan 20-50 butir di balik daun. Dalam 4-5 hari akan
22. menetas dan keluar larva. Larva ini yang sangat rakus dari pada waktu senja bergerak ke
permukaan daun.
f)
Belalang Hijau
Kingdom
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Orthoptera
Family
: Acrididae MacLeay
Genus
: Oxya Serville
Species
: Oxya chinensis
Peran
: Serangga lain
Fase hidup dari telur, limfa, imago. Gejala serangannya daun berlubang dan sobek, pangkal daun mudah
patah serta terdapat bekas kotoran disekitar tanaman yang terserang.
g) Bekicot
Kingdom
: Animalia
Filum
: Molusca
Kelas
: Gastrhopoda
Ordo
: Pulmonata
Family
: Achatinadae
Genus
: Achatina
Spesies
: Achatina fulica
Peran
: Hama.
Bersifat lunak yang dilindungi oleh cangkang yang keras. Di bagian ineterior dijumpai 2
pasang antena yang masing-masing ujungnya terdapat mata, pada bagian bawah terdapat alat
mulut yang dilengkapi dengan gigi parut. Anus dan lubang pernafasan terdapat di bagian
tepi matel tubuh. Bekicot hidup pada daerah yang memiliki kelembaban tinggi.
23. h) Lebah
Kingdom : Animalia
Phylum
: Arthropoda
Class
: Insecta
Ordo
:Hymenoptera
Family
: Apidae
Genus
: Apis
Species
: Apis Andreniformis
Peran: Polinator (Serangga Lain)
Lebah madu membantu penyerbukan tanaman berbunga dengan cara membawa serbuksari
dari suatu bunga ke bunga yang lainnya yang menempel di kakinya pada waktu mengambil
madu dari bunga tersebut.
•
Form pengamatan biodiversitas serangga
1
2
Lokasi
pengambilan
sampel
PLOT 1
PLOT 1
3
PLOT 1
4
PLOT 1
5
PLOT 1
6
PLOT 1
7
PLOT 1
Laba-laba
Kutu daun
Semut rangrang
Kumbang
Kubah Spot
Kumbang
kubah spot
M
Belalang
hijau
Bekicot
8
PLOT 1
Lebah
No.
•
Jumlah
Fungsi
(H, MA, SL)
Lycosa sp.
Myzus persicae.
2
5
MA
H
Solenopsis sp
3
MA
Coccinella
septempunctata
3
H
Epilachna sparsa
1
MA
Oxya chinensis
2
SL
Achatina fulica
Apis
Andreniformis
1
H
1
SL
Nama lokal
Nama ilmiah
Form tabulasi data
24. No.
1
Lokasi
pengembalian
sampel
PLOT 1
Jumlah individu yang berfungsi
sebagai
Hama
MA
SL
Total
8
7
3
18
Persentase
Hama
44,4%
MA
38,89%
SL
16,67%
Pengamatan untuk faktor hama dilakukan pada waktu pagi. Dari photo lahan terlihat
tanaman brokoli masih segar dan hampir tidak ada kerusakan. Kita berhasil menangkap 8 jenis
serangga yang masing-masing ada yang bertindak sebagai hama, musuh alami dan serangga lain.
Untuk jenis hama kami menemukan kutu daun brokoli (Myzus persicae), dan kumbang kubah
spot (Coccinella septempunctata). Jumlah kutu daun yang terlihat sangat banyak, dan ada juga
serangga seperti ngengat, akan tetapi tidak berhasil kami tangkap. Sedangkan untuk kumbang
kubah spot jumlahnya hanyalah sedikit begitu juga dengan bekicot (Achatina fulica). Secara
keseluruhan bisa dikatakan bahwa intensitas serangan hama pada lahan brokoli yang kami amati
sangatlah rendah. Tidak ditemukannya hama penting pada brokoli seperti ulat grayak, ulat krop,
dan ulat daun diperkirakan karena pemberian pestisida yang diterapkan petani cukup berhasil.
Pembuktiaannya dengan adanya bau pestisida yang menyengat pada lahan tersebut.
Musuh alami yang berhasil kita dapatkan ada 3 spesies dengan jumlah keseluruhan
sebanyak 7 ekor. Terdapat 2 ekor laba-laba (Lycosa sp.) yang memiliki peran sebagai predator
bagi serangga. Disini laba-laba berpotensi memangsa kutu daun yang menyerang tanaman
brokoli. Akan tetapi kami menduga peran laba-laba disini tidaklah optimal karena jumlahnya
yang sedikit. Selain laba-laba kami juga menemukan kumbang kubah M dan dan semut rangrang yang juga memangsa telor dari hama. Secara keseluruhan dapat di analisa bahwa
keberadaan alami pada lahan ini tidak mampu mengendalikan perkembangan hama.
Kami juga menemukan beberapa serangga lain yaitu belalang hijau (Oxya chinensis) dan
lebah (Apis Andreniformis). Belalang kami temukan pada rerumputan yang terdapat disekitar
pematang lahan. Kami menggolongkan belalang hijau sebagai serangga lain karena pada literatur
yang kami temukan tidak terdapat pernyataan yang mengatakan belalang hijau sebagai hama.
Belalang hijau biasanya menyerang tanaman yang memiliki strukur daun jorong (seperti padi,
jagung, rumput, dll). Sedangkan untuk lebah dia memiliki peran sebagai polinator, akan disini
tidakdiperlukan karena yang dipanen adalah brokolinya bukan buahnya.
25. Adapun untuk perbandingan dari masing-masing peran serangga itu dapat diketahui
bahwa persentase hama paling besar diantara lainnya (44,4%), melebihi musuh alami (38,89),
dan serangga lain (16,67). Akan tetapi jumlah serangga yang kami dapat tidak bisa mewakili
kondisi lahan sebenarnya, karena lahan tersebut baru saja dilakukan penyemprotan pestisida
yang membasmi hama penting pada brokoli yaitu ulat grayak. Sehingga untuk kesimpulan
awalnya kami mengatakan bahwa pertumbuhan hama dapat dikendalikan dengan baik
menggunakan pestisida. Peran musuh alami tidak bisa optimal, begitu juga jumlah serangga lain
hanya sedikit. Tingkat biodiversitas lahan rendah sehingga perlu dilakukan konservasi.
26. 3.1.2.4.
Cadangan Karbon
1. Hutan
No.
1.
Penggunaan
Lahan
Hutan
Produksi
Tutupan
Manfaat
Lahan
Alpukat,
pisang, kopi,
mangga,
Bu, K, Bi, D
lamtoro,
rumput,
kayu putih
Posisi
lereng
Tingkat Tutupan
Kanopi
Seresah
Arah:
Barat
Daya
Posisi:
Atas
T
Jumlah
Spesies
Kerapatan
C-Stock
(ton/ha)
7
S
150
T
2. Agroforestry
No.
1.
Penggunaan
Lahan
Agroforestry
Tutupan
Lahan
Apel, jeruk,
kopi, wortel,
pisang,
rumput
Manfaat
Posisi
Lereng
Bu, A, Bi,
D
Arah:Barat
daya
Posisi: T
Tingkat Tutupan
Kanopi Seresah
S
Jumlah
Spesies
Kerapatan
C-Stock
(ton/ha)
6
S
50
R
3. Tanaman Semusim
No.
1.
Penggunaan Tutupa
Lahan
n Lahan
Manfaa
t
Posisi Tingkat Tutupan
lereng Kanopi Seresah
Arah:
Kebun
Barat
Wortel,
tanaman
A, D
daya
S
R
rumput
semusim
Posisi:
B
4. Tanaman Semusim dan Pemukiman
Jumlah
Spesies
2
Kerapatan
S
C-Stock
(ton/ha)
1
28. Tabel Nilai C-Stock pada berbagai tenis penggunaan lahan dan kerapatan pohon
No.
Penggunaan Lahan
1.
Hutan
2.
Agroforestry
3.
Tanaman Semusim
Kerapatan pohon
T
S
R
T
S
R
-
Above Ground
C-Stock
250
150
100
80
50
20
1
Peran lansekap dalam menyimpan cadangan karbon bergantung pada besarnya luasan
tutupan lahan hutan alami dan lahan pertanian berbasis pepohonan baik tipe campuran atau
monokultur. Namun demikian besarnya karbaon tersimpan di lahan bervariasi antar penggunaan
lahan tergantung pada jenis, kerapatan dan umur pohon. Oleh karena itu ada dua parameter yang
diamati pada setiap penggunaan lahan yaitu jenis pohon dan biomassa yang diestimasi dengan
“Above Ground C-Stock”. Ada tiga macam penggunaan lahan. Penggunaan lahan yang pertama
adalah hutan produksi dengan tutpan lahan Alpukat, pisang, kopi, mangga, lamtoro, rumput,
kayu putih. Berdasarkan kondisi tersebut, diketahui bahwa tingkat tutupan kanopi tinggi dan
tingkat tutupan seresah tinggi dan kerapatan sedang, sehingga estimasi C-Stok 150 ton/ha.
Penggunaan lahan yang kedua adalah agroforestry dengan tutupan lahan Apel, jeruk, kopi,
wortel, pisang, rumput. Tingkat tutupan lahan kanopi sedang dan tingkat tutupan seresah rendah,
dan kerapatan sedang, sehingga C-Stok 50 ton/ha. Penggunaan lahan ketiga adalah tanaman
semusim denga ntutupan lahan wortel dan rumput. Tingkat tutupan kanopi sedang dan tingkat
tutupan seresah rendah, kerapatan sedang, dengan nilai C-Stok 1 ton/ha.
Maka dapat diketahui bahwa penggunaan lahan hutan produksi lebih banyak menyimpan
karbon daripada agroforestry, dan tanaman semusim hanya memiliki cadangan karbon 1 ton/ha.
Pepohonan dapat menyimpan karbon dalam jumlah yang lebih banyak sehingga semakin banyak
tutupan lahan berupa tanaman pohon, maka cadangan karbon di lahan tersebut semakin banyak.
Cadangan karbon merupakan indikator pertanian berlanjut
29. 3.1.3
3.1.2.1.
Indikator Pertanian Berlanjut dari Sosial Ekonomi
Economically viable (keberlangsungan secara ekonomi)
Kemampuan masyarakat menghasilkan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari
dari bidang pertanian (perhitungan pendapatan usahatani)!
Untuk komoditas tanaman yang paling dominan adalah tanaman wortel tetapi
petani juga menanam tanaman seladah, gubis, tomat, dan lombok. Modal berasal
dari uang sendiri dan tidak meminjam dibank, untuk bibit dan pupuknya semua
serba beli. Untuk hasil panennya semuanya dijual ketengkulak dengan harga
wortel Rp. 3000 per kilo, untuk komoditas tomat harga perkilonya Rp. 4000 untuk
1 kali panennya mengahsilkan 20ton perhektarnya sedangkan sealdah air, harga 1
iketnya 1 ribu. Harga yang dijual ketengkulak memang rendah karena
komoditasnya sering terkena hama sehingga produksi rendah.
Penghasilan yang didapat masyarakat untuk pengembalian input produksi:
Contoh :
tenaga kerja,
Petani ini tidak memperkerjakan buruh tetapi lahan dikelola sendiri
sehingga petani tidak mengembalikan input produksi
bibit,
Untuk bibitnya petani membeli, dan harga bibit wortel Rp.60.000 per
kalengnya. Untuk 1 ha nya bibit wortel memerlukan 150 kaleng. Penggunaan
bibitnya yaitu dengan cara disebar setelah tanaman sudah tumbuh diambil dan
dialihkan ke lahan dengan penggunaan jarak tanam terserah.
Pupuk
Untuk kebutuhan pupuk tanaman wortel, menggunakan pupuk kandang
dan pupuk kimia dengan cara membeli. Harga pupuk kandang 1 karung Rp.
13.000
3.1.2.2.
Ecologically sound (ramah lingkungan)
Kualitas & kemampuan agroekosistem yang terjadi di lingkungan landscape
(manusia, tanaman, hewan dan organisme tanah) dipertahankan dan ditingkatkan
Berdasarkan hasil wawancara kami dilapang, kemampuan dan kualitas
agroekosistem masih terjaga dengan baik. Dibuktikan dengan masih tetap
produktifnya lahan tersebut dengan ditandai dengan hasil panen yang masih
cukup tinggi mencapai 20 ton/ha. Ini membuktikan bahwa kemampuan dan
kualitas agroekosistem masih terjaga dengan baik. Dan untuk saat ini adalah
perlunya menjaga keadaaan tersebut agar tetap mempunyai kualitas dan
kemampuan yang tinggi di masa yang akan datang.
30. Sistem pertanian berorientasi pada ramah lingkungan & keragaman hayati
(biodiversitas).
Pada petani yang kami wawancarai, menyatakan bahwa dalam
pembudidayaan tanamannya menggunakan pupuk kimia dan pupuk kandang,
serta dalam penanggulangan hama dan penyakit. Dari hal tersebut dapat
diketahui bahwa sistem pertanian yang dilakukan mulai berorientasi pada
ramah lingkungan, namun dari sebagian besar inputnya masih terdiri dari
bahan kimia yang tidak ramah lingkungan. Kemudian dilihat dari pola
tanamnya, bapak tersebut menggunakan monokultur sehingga biodiversitas
rendah.
Pelestarian sumberdaya alam yang dilakukan oleh masyarakat
Petani disana terlalu individualis, bahkan tidak adanya kelembagaan pada
masyarakat setempat, sehingga rendahnya teknologi yang diterima oleh
masyarakat tersebut tidak ada penyuluhan. Hal itu menyebabkan masyarakat
disana kurang peduli pada lingkungan sekitarnya, sehingga mereka tidak
melakukan pelestarian sumber daya alam, mereka hanya terpaku pada
pertanian mereka sendiri tanpa memperdulikan pertanian sekitarnya.
Minimalisasi resiko-resiko alamiah yang mungkin terjadi di lapang
Dilihat dari kondisi lahan yang terdapat pada daerah pengamatan masih
banyaknya masalah-maslah yang timbul seperti halnya banyaknya lahan
terbuka membuat resiko-resiko alami seperti banjir, erosi, dan longsor dapat
terjadi. Namun pembukaan lahan tersebut dilakukan oleh masyarakat atau
petani setempat. Dan mereka kurang menyadari akan bahay-bahaya yang
mungkin terjadi karena pengaruh perlakuan mereka sehingga membuat
minimalisasi resiko-resiko itu sangat kurang.
3.1.2.3.
Socially just (berkeadilan = menganut azas keadilan)
Kebutuhan dasar sebagai pengelola pertanian hak-hak
Penggunaan fungsi lahan pertanian
Kondisi penggunaan fungsi lahan disana kurang sesuai karena para petani
menanam tanaman semusim sedangkan kondisi didaerah tersebut memiliki
kelerengan yang sangat curam sehingga lebih cocok ditanami tanaman tahunan
agar dapat mengendalikan laju erosi dan longsor
Keanekaragaman, kepemilikan& melestarikan keanekaragaman hayati
Keanekaragaman hayati sudah cukup baik karana dalam satu lahan
terdapat beberapa macam tanaman sehingga dapat mengurangi seangan hama
dan penyakit
Pemuliaan & pengembangan
Saling menukar & menjual benih di masyarakat
31. Tidak terjadinya penjualan atau tukar benih kesesama masnyarakat petani
karena petani langsung menjual ketengkulak dari kota
Memperoleh informasi pasar (harga & kuantitas Demand –Supply)
Memiliki karakter yang humanistik (manusiawi), artinya semua bentuk kehidupan
baik tanaman, hewan dan manusia dihargai secara proporsional
Mereka hanya memperhatikan sistem pertanian yang berbasis pada
keuntungan ekonomi dan kurang memperhatikan tentang kesehatan
lingkungan sehingga seakan-akan membuat rasa keadilan terhadap aspek
lingkungan sangatlah kurang.
Martabat dasar semua mahluk hidup dihormati
Dalam ekosistem seluruh makhluk hidup memiliki peran dan fungsi masingmasing, yang semuanya akan menjadi penting dalam suatu rantai kehidupan
oleh karena itu keberadaannya perlu dilestarikan dan dijaga sehingga semua
makhluk hidup memiliki hak untuk dihormati untuk menjalankan peran dan
fungsinya.
3.1.2.4.
Culturally acceptable (berakar pd budaya setempat)
Selaras/sesuai dengan sistem budaya yg berlaku
Karena masyarakat memiliki sifat individualisme yang tinggi mereka tidak
menganut pada sistem budaya yang ada sehingga mereka menetapkan sendiri
peraturan-peraturan untuk mereka, hal ini diperburuk dengan tidak adanya
sosialisasi dari pemerintah setempat.
Hubungan serta institusi yang ada mampu menggabungkan nilai-nilai dasar
kemanusiaan seperti kepercayaan, kejujuran, harga diri, kerja sama dan rasa kasih
sayang.
Adanya hubungan serta intitusi yang ada yaitu sebuah kelompok tani tetapi
kegiatan ini tidak pernah berjalan dikarenakan masyarakat disana individualis
sehingga para petani kurangnya berkomunikasi dan berinteraksi antar
masyarakat petani disana selain itu belum terjadi penyuluhan ke petani
sehingga petani kurang dalam berdiskusi yang menyebabkan sulit untuk
menerapkan teknologi baru pada petani dalam mengolah lahannya.
Fleksibel atau luwes, yang berarti bahwa masyarakat pedesaan mampu
menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi usahatani yang berlangsung terus.
Masyarakat setempat memang mampu menyesuaikan diri dengan kondisi
usaha tani yang terus berlangsung, dapat dilihat dari cara pola tanam mereka
dalam merotasi komoditas di lahan pertanian mereka pada waktu tertentu,
sehingga mampu mencegah degradasi pada lahan pertanian dan dapat
mencegah menurunnya produktivitas yang dihasilkan. Dapat dilihat juga dari
32. banyaknya petani yang memiliki ternak dan pekerjaan sambilan untuk
mengantisipasi kondisi usahatani yang tidak menentu.
Hasil Wawancara
Tanaman yang paling banyak di dusun kekep yaitu wortel, seladah, gubis, tomat,
Lombok. Lahan yang dimilikinya adalah lahan sendiri. Tidak ada lahan yang disewakan.
Digarapnya lahan itu juga digarap oleh pemiliknya sendiri.
Untuk bibitnya petani membeli, harga bibit wortel Rp.60.000 per kalengnya. Untuk 1 ha
nya bibit wortel memerlukan 150 kaleng. Penggunaan bibitnya yaitu dengan cara disebar. Jarak
tanam yang digunakan petani yaitu terserah. Untuk pupuknya menggunakan pupuk kandang dan
pupuk kimia dengan cara membeli. Harga pupuk kandang 1 karung 13 ribu. Hama yang
menyerang tanaman wortel dibasmi dengan menggunakan pestisida setiap 3 hari sekali. Modal
pestisidanya sebesar Rp.500.000 untuk 20 drum. Stelah wortel dipanen, ada sisa-sisa daun yang
nantinya akan dimasukkan kelahan dan di uruk untuk menjadi kompos.
Untuk komoditas tanaman yang paling dominan adalah tanaman wortel. Untuk modalnya
semua milik sendiri, maksutnya tidak pinjam ke bank. Dan untuk bibit dan pupuknya semua
serba beli. Untuk hasil panennya semuanya dijual. Untuk 1 kali panennya mengahsilkan 20ton
perhektarnya. Sedangkan untuk komoditas tomat, harga perkilonya 4 ribu. Harga yang
ditengkulak rendah karena jumlah tanamannya rendah. Untuk sealdah air, harga 1 iketnya 1 ribu.
Komoditasnya sering terkena penyakit.
Untuk masalah yang dihadapi selain terkena hama, penurunan produksi juga ada, itu
terjadi pada musim hujan yang mengakibatkan produksi turun dan harganya pun juga turun.
Semua hasil panennya dijual ke pasar dengan menggunakan mobil. Bapaknya tidak ada lagi
pekerjaan selain petani.
Untuk bencana longsor belum pernah terjadi. Banyak penebangan pohon yg terjadi.
Untuk penyuluhannya tidak ada, kelompok tani ada tapi tidak pernah berjalan, dikarenakan
masyrakat disana sangat individualis. Untuk pengairan menggunakan irigasi secara gentian.
Sumbernya dari sungai berantas.
33. 3.2 Pembahasan Umum
3.2.1
Keberlanjutan Sistem Pertanian di Lokasi Pengamatan
Indikator
Keberhasilan
Plot 1
Plot 2
Plot 3
Produksi
4
2
3
Air
3
3
Karbon
1
2
Hama
3
3
3
Gulma
3
Rerata
Note : v = kurang; vv= sedang; vvv = baik; vvvv = sangat baik.
Plot 4
3
1
2
Plot 1 = Perkebunan Pinus , Plot 2 = Agroforestri,Plot 3 = Tanaman
semusim, Plot 4. Permukiman
Table di atas merupakan tabulasi data dari keempat plot pengamatan, yaitu Plot I, Plot II, Plot III,
dan Plot IV. Dalam data tersebut ada indikator yang digunakan untuk menilai kondisi biofisik di
keempat plot. Indikator tersebut meliputi produksi (ekonomi), kualitas air, karbon, hama
(biodiversitas aspek HPT), dan gulma (biodiversitas aspek agronomi).
Secara umum,
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
LAMPIRAN
Sketsa Penggunaan Lahan di Lokasi Pengamatan
Sketsa Transek
Data-data lapangan lainnya
Hasil Interview