SlideShare a Scribd company logo
1 of 62
SUHU DAN KALOR
Disusun oleh :
Fevrianti Silviana Dewi (13)
Kelas XA
2009-2010
PERBEDAAN SUHU DAN KALOR




Menyatakan
                  Diukur
tingkat derajat
                  dengan
panas atau
                  termometer
dinginnya suatu
zat
                          Salah satu bentuk
                          energi yang           Diukur
                          berpindah dari satu   dengan
                          benda ke benda lain   kalorimeter
                          karena perbedaan
                          suhu
MACAM-MACAM TERMOMETER
   Menurut fungsinya :
       Termometer suhu badan
       Termometer udara
       Termometer logam
       Termometer maximum dan minimum
       Termograf untuk terminologi
       Termometer digital




    Termometer udara      Termometer ruang
                                             Termometer digital
SIFAT TERMOMETRIK ZAT
•   Zat cair yang biasanya dipakai untuk mengisi
    termometer adalah air raksa dan alkohol.
•   Kebaikan air raksa dari zat cair lainnya yaitu :
    –   Air raksa dapat cepat mengambil panas benda yang
        diukur sehingga suhunya sama dengan suhu benda
        yang diukur tersebut.
    –   Dapat dipakai untuk mengukur suhu benda dari yang
        rendah sampai yang tinggi, karena air raksa punya
        titik beku –39°C dan titik didih 357°C.
    –   Tidak dapat membasahi dinding tabung, sehingga
        pengukurannya dapat lebih teliti.
    –   Pemuaian dari air raksa adalah teratur.
    –   Mudah dilihat, karena air raksa mengkilat.
•   Sedangkan alkohol:
    –   Alkohol mempunyai titik rendah / beku –114 °C dengan
        titik didih 78°C
SKALA TERMOMETER
 Macam– macam satuan skala
 termometer :
  Celcius → titik didihnya 100 °C dengan titik beku 0 °C.
   Sehingga dari 0°– 100°C, dibagi dalam 100 skala.
  Reamur → titik didihnya 80 °R dengan titik beku 0 °R.
   Sehingga dari 0 ° – 80 °R, dibagi dalam 80 skala.
  Kelvin → titik didihnya 373 °K dengan titik beku 273
   °K. Sehingga dari 273 °K – 373 °K, dibagi dalam 100
   skala.
  Fahrenheit → titik didihnya 212 °F dengan titik beku
   32 °F. Sehingga dari 32 °F – 212 °F, dibagi dalam 180
   skala.
  Rainkin → titik didihnya 672 °Rn dengan titik beku 492
   °Rn. Sehingga dari 492 ° Rn– 672 °Rn, dibagi dalam 180
   skala.
Jadi, pembagian skala – skala tersebut
                                              diatas satu skala dalam derajat Celcius
                                              sama dengan satu skala dalam derajat
                                              Kelvin.
                                              1 skala C = 1 skala K
                                              1 skala C < 1 skala R
                                              1 skala C > 1 skala F
                                              1 skala C > 1 skala Rn

Es yang mencair menurut Celcius dan Reamur
bersuhu 0º, menurut Fahrenheit bersuhu 32º,
menurut Kelvin bersuhu 273º, dan menurut
Rainkin bersuhu 672º




            Perbandingan Pembagian Skala C, R, F, K, Rn
            C : R : F : K : Rn = 100 : 80 : 180 : 100 : 180
                               =5 :4 :9 :5 :9
            C, R, F = 100 : 80 : 180
                       =5 :4 :9
tta = titik tetap atas
                    tta
                                          ttb = titik tetap bawah

  tta                                   tx = skala yang
                                              ditunjukan term X
                                        ty = skala yang
                                              ditunjukan term Y

                                   tY
               tx



 ttb                ttb




Termometer X        Termometer Y
tta
 tta




                                                                ty
             tx

 ttb                                               ttb



Termometer X                                      Termometer Y



 Termometer X memiliki titik tetap     Termometer Y memiliki titik tetap
 atas tta dan titik tetap bawah ttb,   atas tta dan titik tetap bawah ttb,
 pada saat itu skala termometer        pada saat itu skala termometer
 menunjukkan tx                        menunjukkan ty.
Hubungan termometer Celcius dan Kelvin




tta = 100o            tta = 373o
                                            Termometer Celcius dibagi dalam
                                            100 skala (dari 0o – 100o) dan
                                            termometer Kelvin dibagi dalam
                                            100 skala (dari 273o – 373o).
                                            Jadi hubungan antara termometer
ttb = 0o              ttb = 273o            Celcius dan Kevin dapat
                                            dirumuskan :


                                                   to C = (to + 273) K
       Termometer         Termometer
         Celcius            Kelvin
DALAM PERHITUNGAN
   MENJADI :

           5                          4                     9
       °C = R                    °R =   o
                                         C              °F =  C + 32 0
           4                          5                     5
           5                          4                     9
                                                        °F = R + 320
       °C = (F − 32 )            °R = (F − 32 )
                   0                           0

           9                          9                     4

           5                           4                °F = Rn – 4600
       °C = (Rn − 492 )
                     0
                                 °R =    (Rn − 4920 )
           9                           9
                                                              9
       °C = K - 273°                  4                     {( F − 320 )} + 2730
                                                        °F = 5
                                 °R =   ( K – 273° )
                                      5
                                                              9
                             5                           °Rn = °C + 492°
°K = °C + 273°          °K ={ (Rn − 492 )} + 273
                                       0        0             5
                             9                           °Rn = F + 460°
    5
°K = R + 273 o                                                 9
    4                                                    °Rn =( R) + 492
                                                                         0

                                                               4
      5                                                       9
    ( (F − 2730 )} + 32 0
°K ={9                                                   °Rn = (K − 273 ) + 492°
                                                                       0

                                                              5
   Dengan perhitungan diatas dapat disimpulkan
    bahwa perubahan dua termometer mengikuti
    aturan perbandingan sebagai berikut :



 X − TTB X     Y − TTB Y
             =
TTA X − TTB X TTA Y − TTB Y
PEMAHAMAN TENTANG KALOR
   Satu kalori (kal) adalah banyaknya kalor yang
    diperlukan untuk memanaskan 1 gr air sehingga
    suhunya naik 1ºC.




   Syarat terjadinya perpindahan kalorik ini adalah
    adanya sentuhan kedua benda yang berbeda
    suhu. Fluida kalorik ini akan berpindah dari zat
    yang bersuhu tinggi ke zat yang bersuhu rendah,
    hingga tercapai suatu kesamaan suhu antara
    kedua      benda     yang     disebut    dengan
    kesetimbangan termal.
PERCOBAAN JOULE
   Prescot Joule melakukan percobaan untuk
    menghitung besar energi mekanik yang ekuivalen
    dengan kalor sebanyak 1 kalori.
   Percobaan joule adalah dengan menggantung beban
    pada suatu kontrol yang dihubungkan dengan kincir
    yang dapat bergerak manakala beban bergerak.
    Kincir tersebut dimasukkan kedalam air. Akibat
    gerakan kincir tersebut, maka suhu air akan berubah
    naik .
   Penurunan ketinggian beban dapat menunjukkan
    adannya perubahan energi potensial gravitasi pada
    beban. Jika beban turun dengan kecepatan tetap,
    maka dapat dikatakan tidak terdapat perubahan
    energi kinetic pada beban, sehingga seluruh
    perubahan energi potensial dari beban akan berubah
    menjadi energi kalor pada air.
   Berdasarkan teori bahwa terjadi perubahan energi
    potensial gravitasi menjadi energi kalor, maka
    diperoleh suatu nilai tara mekanik kalor, yaitu
    ekuivalensi energi mekanik menjadi energi kalor.



              1 joule = 0,24 kalori
              1 kalori = 4, 18 joule
KAPASITAS KALOR (C) DAN
KALOR JENIS (C)
 Kapasitas kalor adalah jumlah kalor yang
  diperlukan suatu zat untuk menaikkan
  suhu zat sebesar 1°C.
 Jika sejumlah kalor Q menghasilkan
  perubahan suhu sebesar ∆t, maka
  kapasitas kalor dapat dirumuskan:

    Q          Dengan keterangan,
               C : kapasitas kalor (Joule / K atau kal / K)

 C=            Q : kalor pada perubahan suhu tersebut (J atau kal)
               ∆t : perubahan suhu (oK atau °C)

    Δt
 Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang
  diperlukan zat sebesar 1 kg untuk
  mengalami perubahan suhu sebesar 1 oK
  atau 1°C.
 Kalor   jenis merupakan karakteristik
  termal suatu benda, karena tergantung
  dari jenis benda yang dipanaskan atau
  didinginkan.
Dengan persamaan:

           C                      Q
        c=             atau   c=
           m                     m.∆t

Dengan keterangan,
c : kalor jenis (J/kg.K atau J/kg.°C)
C : kapasitas kalor (Joule/K atau kal/K)
Q : kalor pada perubahan suhu tersebut (J atau kal)
∆t : perubahan suhu (K atau °C)
m : massa benda (kg)
TABEL KALOR JENIS BEBERAPA ZAT

           Bahan   C (J/kgK)
     Tembaga          385
     Besi/ Baja       450
     Air             4200
     Es              2100
ASAS BLACK
 Ditemukan oleh seorang ilmuan yang berasal
  dari Inggris yaitu Joseph Black.
 Beliau menyatakan bahwa:

    Jika dua zat yang suhunya berbeda dicampur,
     zat yang suhunya tinggi akan melepaskan
     sejumlah kalor yang akan diserap oleh zat
     yang suhunya lebih rendah.
Jadi
Kalor yang dilepas = kalor yang diserap
         Q (lepas) = Q (serap)
                                      Tandon A berisi zat cair
                                      dengan massa mA, kalor
 mA                            mB     jenis cA dan suhu tA
 cA                            cB     .Tandon B berisi zat cair
 tA                            tB     dengan massa mB, kalor
                                      jenis cB dan suhu tB diman
                                      suhu tA lebih besar dari
                                      suhu tB.
                                      Kedua zat cair dituang
                                      kedalam sebuah wadah
                                      sehingga suhu campuran
                 tC
                                      kedua zat cair menjadi tC
Berdasarkan AzasBlack maka berlaku :
          Q(lepas) = Q (serap)
                QA = Q B
       mA .cA . ∆t = mB . cB . ∆t
  mA .cA . (tA – tC) = mB . cB . (tC – tB))

   (tA – tC) = perubahan suhu zat cair pada
  A
   (tC – tB))= perubahan suhu zat cair pada
  B
 Asas Black merupakan pernyataan lain
 dari hukum kekekalan energi:
   Kalor tidak dapat dihilangkan, tetapi dapat berubah
    bentuknya.
   Kalor dapat berpindah dari satu benda ke benda
    lainnya.
KALORIMETER
   Digunakan untuk mengukur banyaknya kalor
    dan kalor jenis zat.




     Mengukur kalor jenis berbagai logam   Kalorimeter
     menggunakan kalorimeter.
Gambar Kalorimeter
PENGARUH KALOR TERHADAP
SUHU DAN WUJUD ZAT
 Apabila
        suatu benda diberikan kalor,
 maka pada zat tersebut dapat terjadi
 perubahan seperti :
  a. terjadi pemuaian
  b. terjadi perubahan wujud
  c. terjadi kenaikan suhu
a.     PEMUAIAN
   Pemuaian Panjang (Linier)
     Suatu batang panjang mula-mula lo dipanaskan
    hingga bertambah panjang Δl, bila perubahan
    suhunya Δt maka,
    α = 1/lo . Δt/Δl
    Δl = αlo . Δt

α = koefisien muai panjang suatu zat ( per °C )
Sehingga panjang batang suatu logam yang suhunya
dinaikkan sebesar Δt akan menjadi
 

     lt = lo + Δl
  lt = lo ( l + α . Δt )




                           Pemuaian panjang
Tabel Beberapa koefisien Muai Panjang
                Benda

           Benda        α (K−1)
       Besi             1,2x10−5
       Tembaga          1,7x10−5
       Kaca             8,5x10−6
       Kuningan         1,8x10−5
   Pemuaian Bidang ( Luas )
    Suatu bidang luasnya mula-mula Ao , terjadi
    kenaikkan suhu sebesar Δt sehingga bidang
    bertambah luas sebesar ΔA, maka dapat
    dituliskan :
                      β = 1/Ao. ΔA / Δt
                         ΔA = Ao β Δt

β = Koefisien muai luas suatu zat ( per °C ) dimana
  β = 2α
Sehingga luas bidang yang suhunya dinaikkan
sebesar t akan menjadi



                At = Ao + ΔA
             At = Ao ( 1 + β Δt )
dipanaskan




Jika dipanaskan jarak antaratom
      zat akan merenggang
   Pemuaian Ruang ( volume )
     Volume mula-mula suatu benda Vo , kemudian
    dipanaskan sehingga suhunya naik sebesar Δt,
    dan volumenya bertambah sebesar ΔV ini
    dapat ditunjukkan dalam rumus :
    γ = 1/Vo. ΔV/Δt
    ΔV = γ . Vo . Δt

γ = koefisien muai ruang suatu zat ( per °C )
γ =3α
Sehingga persamaan volumenya menjadi :
                     Vt = Vo + Δt
                       Vt = Vo ( 1 + γ . Δt )




          dipanaskan
PEMUAIAN VOLUME ZAT CAIR
   Zat cair yang hanya mempunyai koefisien muai
    volume ( γ ), bila volume mula-mula suatu zat
    cair V0 kemudian zat cair itu dipanaskan
    sehingga suhunya naik sebesar Δt dan
    volumenya bertambah besar ΔV, maka dapat
    ditulis sebagai berikut:
Vtt = γ .. Voo .. Δt
               V = γ V Δt

            dan volumenya sekarang menjadi

                      Vt = Vo + ΔV

                   Vt = Vo ( 1 + γ Δt )


Hal ini tidak berlaku bagi air dibawah 4 °C, ingat anomali air.
PEMUAIAN VOLUME GAS
Khusus untuk gas, pemuaian volume dapat
menggunakan persamaan seperti pemuaian zat
cair:


                                            1
  Vt = Vo ( 1 + γ Δt )   dengan nilai   γ=
                                           273
   Persamaan yang berlaku dalam pemuaian gas
    dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai
    berikut:
     Pada saat tekanan konstan, berlaku hukum Gay
      Lussac :



                   V1 V2
                     =
                   T1 T2
 Pada   saat temperatur konstan, berlaku hukum Boyle :

              P1.V1 = P2.V2
 Pada   saat volume konstan, berlaku hukum Charles:
               P   P2
                1
                  =
               T1  T2
 Pada
     saat kondisi ideal dengan mol konstan, berlaku
 hukum Boyle-Gay Lussac :

  P1V1 P2 V2             dengan keterangan,
      =                  V
                         T
                                = volume (liter atau m3)
                                = temperature (K)
   T1   T2               P      = tekanan (N/m2 atau atm atau Pa)
b.   PERUBAHAN WUJUD
 Ketika sejumlah kalor diterima atau dilepas oleh
  suatu zat, maka ada dua kemungkinan yang
  terjadi pada suatu benda, yaitu benda akan
  mengalami perubahan suhu, atau mengalami
  perubahan wujud.
 Kenaikan suhu suatu benda dapat ditentukan
  dengan menggunakan persamaan yang
  mengkaitkan dengan kalor jenis atau kapasitas
  kalor.
   Sedangkan pada saat benda mengalami
    perubahan wujud, maka tidak terjadi perubahan
    suhu, namun semua kalor saat itu digunakan
    untuk merubah wujud zat, yang dapat
    ditentukan    dengan      persamaan      yang
    mengandung unsur kalor laten.
   Besar kalor laten yang digunakan                           untuk
    mengubah wujud suatu zat dirumuskan :

                        Q = m.L

       Dengan keterangan,
       Q : kalor yang diterima atau dilepas (Joule atau kal)
       m : massa benda (kg atau gram)
       L : kalor laten (J/kg atau kal/gr)
       (kalor uap atau kalor lebur)
TABEL KALOR LEBUR DAN KALOR
  DIDIH BEBERAPA ZAT


Nama Zat   Titik lebur Kalor     lebur Titik   Kalor didih
           (°C)       (J/kg)           didih   (J/kg)

Air (es)   0          3,34.105         100     2,26.105
Raksa      -39        1,18.104         356,6   2,94.105
Alkohol    -115       1,04.104         78,3    8,57.106
Hidrogen   -2599      5,58.104         -252    3,8.105
ANALISIS GRAFIK PERUBAHAN WUJUD PADA ES
YANG DIPANASKAN SAMPAI MENJADI UAP.
DALAM GRAFIK INI DAPAT DILIHAT SEMUA
PERSAMAAN KALOR DIGUNAKAN.
   Keterangan :
        Pada Q1 es mendapat kalor dan digunakan menaikkan
        suhu es, setelah suhu sampai pada 0 C kalor yang diterima
        digunakan untuk melebur (Q2), setelah semua menjadi air
        barulah terjadi kenaikan suhu air (Q3), setelah suhunya
        mencapai suhu 100 C maka kalor yang diterima digunakan
        untuk berubah wujud menjadi uap (Q4), kemudian setelah
        berubah menjadi uap semua maka akan kembali terjadi
        kenaikan suhu kembali (Q5)
Diagram Perubahan Wujud Zat


                           Gas




                                                  mengembun
                                        menguap
               menyublim
menghablur




                            mencair



             Padat                    Cair
                           membeku
   Kalor Laten Lebur :
     → banyaknya kalor yang diserap untuk mengubah 1 kg
    zat dari wujud padat menjadi cair pada titik leburnya.
   Kalor Laten Beku:
     → banyaknya kalor yang dilepaskan untuk mengubah 1
    kg zat dari wujud cair menjadi padat pada titik bekunya.
    Kalor lebur = kalor beku dan titik lebur = titik beku.
   Kalor Laten Didih (Uap) :
    → banyaknya kalor yang diserap untuk mengubah 1 kg
    zat dari wujud cair menjadi uap pada titik didihnya.
   Kalor Laten Embun :
    → banyaknya kalor yang dilepaskan untuk mengubah 1 kg
    zat dari wujud uap menjadi cair pada titk embunnya. Kalor
    didih = kalor embun dan titik didih = titik embun.
c.     PERUBAHAN SUHU
   Terjadi karena adanya perubahan kalor.
ANOMALI AIR
   Kejadian penyusutan wujud zat saat benda
    mengalami kenaikan suhu disebut anomali,
    seperti terjadi pada air. Air saat dipanaskan dari
    suhu 0 °C menjadi 4 °C justru volumenya
    mengecil, dan baru setelah suhunya lebih besar
    dari 4 °C volumenya membesar.
 Peristiwa   anomali air dapat diterangkan dengan
  meninjau bangun kristal es.
 Dari pengamatan kristal es disimpulkan bahwa
  kedudukan molekul-molekul H2O teratur seperti
  bangun kristal es, yang penuh dengan rongga-
  rongga. Sedangkan molekul H2O dalam bentuk
  cair (air) lebih rapat dibandingkan dalam bentuk
  es, oleh karena itu es terapung dalam air. Bila air
  mulai 4 °C didinginkan molekul air mulai
  mengadakan        persiapan   untuk   membentuk
  bangun berongga tersebut. °C.
Volume (V)



                                 0            4    Suhu (t)°C

                                         Grafik
                                     anomali air


Volume air terkecil pada suhu 4 °C, dan pada 0 °C terjadi loncatan volume dari air 0
°C sampai es 0 °C, dimana pada suhu 0 °C volume es > volume air
PERPINDAHAN KALOR




                Konduksi
                                               Radiasi

     Konveksi




                 Tiga macam cara perpindahan energi kalor
KONDUKSI
 Konduksi adalah hantaran kalor yang tidak
  disertai dengan perpindahan partikel
  perantaranya.
 Pada hantaran kalor ini yang berpindah
  hanyalah energinya, tanpa melibatkan partikel
  perantaranya, seperti hantaran kalor pada logam
  yang dipanaskan dari satu ujung ke ujung
  lainnya.
 Saat ujung B dipanaskan, maka ujung A, lama
  kelamaan akan mengalami pemanasan juga, hal
  tersebut dikarenakan energi kalor yang menggetarkan
  molekul-molekul di ujung B turut menggetarkan
  molekul-molekul yang ada disampingnya hingga
  mencapai titik A.
 Energi kalor yang dipindahkan secara konduksi
  sebesar

                          t
               Q = k A ∆t
                          l
   Sedang besar laju aliran kalor dengan konduksi
    dirumuskan,



                     Q k. A.∆t
                   H= =
                     t    l

    H     = laju aliran kalor (J/s atau watt)
    Q     = kalor yang dipindahkan (joule)
    t     = waktu (s)
    k     = konduktivitas termal zat (W/mK)
    A     = luas penampang melintang (m2)
    ∆t    = perubahan suhu (°C atau K)
    l     = tebal penghantar (m)
TABEL KONDUKTIVITAS TERMAL
ZAT (W/MK)

        Bahan         k
         Emas        300
         Besi         80
         Kaca        0.9
         Kayu      0.1 – 0.2
         Beton       0.9
          Air        0.6
         Udara      0.024
       alumunium     240
KONVEKSI
   Konveksi adalah hantaran kalor yang disertai
    dengan perpindahan partikel perantaranya.
    Contoh dari peristiwa konveksi adalah seperti
    perpindahan kalor pada zat cair yang
    dipanaskan, ventilasi kamar, cerobong asap,
    pengaturan katub udara pada kompor, dan kipas
    angin. Umumnya konveksi terjadi pada gas dan
    zat cair.
   Energi kalor yang dipindahkan secara konveksi
    sebesar,
                  Q = k A ∆t . t


   Kecepatan perpindahan kalor di sekitar suatu
    benda dirumuskan :
                            Q
                         H = = h.A.∆t
                            t
   Keterangan :
    H = laju aliran kalor (J/s atau watt)
    Q = kalor yang dipindahkan (joule)
    t = waktu (s)
    h = koefisien konveksi (W/m2K)
    A = luas penampang melintang (m2)
    ∆t= perubahan suhu (°C)
RADIASI
   Radiasi adalah hantaran kalor yang tidak
    memerlukan medium perantara, seperti kalor
    dari matahari yang sampai ke bumi, kalor api
    unggun yang sampai pada orang yang ada di
    sekitarnya, pendingin (pemanas) rumah,
    pengeringan kopi, pembakaran dengan oven dan
    efek rumah kaca.
   Energi kalor yang dipindahkan secara radiasi
    sebesar,
                Q = e σ A T4 t
   Laju aliran kalor tiap satuan waktu dalam
    radiasi dirumuskan :
 
                  Q
               H = = eσ .A. T 4

                  t
   Intensitas radiasi sebesar,


                                       R = e σ T4


    H      = laju aliran kalor tiap satuan waktu (J/s atau watt)
    R      = intensitas radiasi ( W/m2)
    Q      = kalor yang dialirkan (J)
    t      = waktu (s)
    A      = luas (m2), luas permukaan lingkaran = 4.π.r2
    T      = suhu (K)
    e      = emisivitas benda (tanpa satuan)
    (e bernilai 1 untuk benda hitam sempurna, dan
    bernilai 0 untuk benda tidak hitam sama sekali.
    Pengertian benda hitam sempurna disini adalah
    benda yang memiliki kemampuan menyerap
    semua kalor yang tiba padanya, atau mampu
    memancarkan seluruh energi yang dimilikinya).

More Related Content

What's hot

KELAS 9 PPT PARTIKEL PENYUSUN BENDA, SIFAT BAHAN.pptx.pptx
KELAS 9 PPT PARTIKEL PENYUSUN BENDA, SIFAT BAHAN.pptx.pptxKELAS 9 PPT PARTIKEL PENYUSUN BENDA, SIFAT BAHAN.pptx.pptx
KELAS 9 PPT PARTIKEL PENYUSUN BENDA, SIFAT BAHAN.pptx.pptxIbnuUbaidillah17
 
PPT Kesetimbangan Benda Tegar dan Dinamika Rotasi
PPT Kesetimbangan Benda Tegar dan Dinamika RotasiPPT Kesetimbangan Benda Tegar dan Dinamika Rotasi
PPT Kesetimbangan Benda Tegar dan Dinamika RotasiNariaki Adachi
 
Hukum hooke dan elastisitas
Hukum hooke dan elastisitasHukum hooke dan elastisitas
Hukum hooke dan elastisitasAdam Zuhelsya
 
Rpp medan magnetik
Rpp medan magnetikRpp medan magnetik
Rpp medan magnetikJoko Wahyono
 
POWERPOINT MENGENAI HUKUM NEWTON I, II, DAN III
POWERPOINT MENGENAI HUKUM NEWTON I, II, DAN IIIPOWERPOINT MENGENAI HUKUM NEWTON I, II, DAN III
POWERPOINT MENGENAI HUKUM NEWTON I, II, DAN IIIikasaputri
 
Bab 9 Tanah dan Keberlangsungan Kehidupan PPT 2003-2007.pptx
Bab 9 Tanah dan Keberlangsungan Kehidupan PPT 2003-2007.pptxBab 9 Tanah dan Keberlangsungan Kehidupan PPT 2003-2007.pptx
Bab 9 Tanah dan Keberlangsungan Kehidupan PPT 2003-2007.pptxLin Hidayati
 
Modul pembelajaran materi glb glbb sma
Modul pembelajaran materi glb glbb smaModul pembelajaran materi glb glbb sma
Modul pembelajaran materi glb glbb smaAjeng Rizki Rahmawati
 
ppt Materi besaran dan satuan kelas 7 smp
ppt Materi besaran dan satuan kelas 7 smpppt Materi besaran dan satuan kelas 7 smp
ppt Materi besaran dan satuan kelas 7 smpaini01011990
 
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balik
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balikPpt 2 difraksi kristal dan kisi balik
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balikwindyramadhani52
 
RPP GERAK LURUS
RPP GERAK LURUSRPP GERAK LURUS
RPP GERAK LURUSMAFIA '11
 
Difraksi, partikel dalam kotak dan prinsip ketaktentuan
Difraksi, partikel dalam kotak dan prinsip ketaktentuanDifraksi, partikel dalam kotak dan prinsip ketaktentuan
Difraksi, partikel dalam kotak dan prinsip ketaktentuanSMA Negeri 9 KERINCI
 

What's hot (20)

Pemuaian
Pemuaian Pemuaian
Pemuaian
 
KELAS 9 PPT PARTIKEL PENYUSUN BENDA, SIFAT BAHAN.pptx.pptx
KELAS 9 PPT PARTIKEL PENYUSUN BENDA, SIFAT BAHAN.pptx.pptxKELAS 9 PPT PARTIKEL PENYUSUN BENDA, SIFAT BAHAN.pptx.pptx
KELAS 9 PPT PARTIKEL PENYUSUN BENDA, SIFAT BAHAN.pptx.pptx
 
IPA Kelas VII "Pemuaian"
IPA Kelas VII "Pemuaian"IPA Kelas VII "Pemuaian"
IPA Kelas VII "Pemuaian"
 
PPT Kesetimbangan Benda Tegar dan Dinamika Rotasi
PPT Kesetimbangan Benda Tegar dan Dinamika RotasiPPT Kesetimbangan Benda Tegar dan Dinamika Rotasi
PPT Kesetimbangan Benda Tegar dan Dinamika Rotasi
 
Getaran dan Gelombang
Getaran dan Gelombang Getaran dan Gelombang
Getaran dan Gelombang
 
Hukum hooke dan elastisitas
Hukum hooke dan elastisitasHukum hooke dan elastisitas
Hukum hooke dan elastisitas
 
Gaya Dan Penerapannya
Gaya Dan PenerapannyaGaya Dan Penerapannya
Gaya Dan Penerapannya
 
Rpp medan magnetik
Rpp medan magnetikRpp medan magnetik
Rpp medan magnetik
 
Fisika Zat Padat
Fisika Zat PadatFisika Zat Padat
Fisika Zat Padat
 
POWERPOINT MENGENAI HUKUM NEWTON I, II, DAN III
POWERPOINT MENGENAI HUKUM NEWTON I, II, DAN IIIPOWERPOINT MENGENAI HUKUM NEWTON I, II, DAN III
POWERPOINT MENGENAI HUKUM NEWTON I, II, DAN III
 
Bab 9 Tanah dan Keberlangsungan Kehidupan PPT 2003-2007.pptx
Bab 9 Tanah dan Keberlangsungan Kehidupan PPT 2003-2007.pptxBab 9 Tanah dan Keberlangsungan Kehidupan PPT 2003-2007.pptx
Bab 9 Tanah dan Keberlangsungan Kehidupan PPT 2003-2007.pptx
 
Modul pembelajaran materi glb glbb sma
Modul pembelajaran materi glb glbb smaModul pembelajaran materi glb glbb sma
Modul pembelajaran materi glb glbb sma
 
Fisika inti diktat
Fisika inti diktatFisika inti diktat
Fisika inti diktat
 
ppt Materi besaran dan satuan kelas 7 smp
ppt Materi besaran dan satuan kelas 7 smpppt Materi besaran dan satuan kelas 7 smp
ppt Materi besaran dan satuan kelas 7 smp
 
Lkpd rangkaian rlc
Lkpd rangkaian rlcLkpd rangkaian rlc
Lkpd rangkaian rlc
 
Lkpd 3
Lkpd 3Lkpd 3
Lkpd 3
 
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balik
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balikPpt 2 difraksi kristal dan kisi balik
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balik
 
RPP GERAK LURUS
RPP GERAK LURUSRPP GERAK LURUS
RPP GERAK LURUS
 
Fisika Inti
Fisika IntiFisika Inti
Fisika Inti
 
Difraksi, partikel dalam kotak dan prinsip ketaktentuan
Difraksi, partikel dalam kotak dan prinsip ketaktentuanDifraksi, partikel dalam kotak dan prinsip ketaktentuan
Difraksi, partikel dalam kotak dan prinsip ketaktentuan
 

Viewers also liked

Mata kuliah fisika ii
Mata kuliah fisika iiMata kuliah fisika ii
Mata kuliah fisika iiAmeu Sequeira
 
Karya ilmiah fisika
Karya ilmiah fisikaKarya ilmiah fisika
Karya ilmiah fisikaKushina Chan
 
Tekanan dan suhu suatu zat (bom gelembung
Tekanan dan suhu suatu zat (bom gelembungTekanan dan suhu suatu zat (bom gelembung
Tekanan dan suhu suatu zat (bom gelembungFun Learning
 
Suhu dan-kalor ppt kelompok 5
Suhu dan-kalor ppt kelompok 5Suhu dan-kalor ppt kelompok 5
Suhu dan-kalor ppt kelompok 5boim007
 
KARAKTERISTIK AIR
KARAKTERISTIK AIRKARAKTERISTIK AIR
KARAKTERISTIK AIRIrwan Hasan
 
Bab 5 suhu dan kalor
Bab 5 suhu dan kalorBab 5 suhu dan kalor
Bab 5 suhu dan kalorEko Supriyadi
 
Termodinamika 1 lanjutan
Termodinamika 1 lanjutanTermodinamika 1 lanjutan
Termodinamika 1 lanjutanAPRIL
 
Termodinamika1
Termodinamika1Termodinamika1
Termodinamika1APRIL
 
Karya Ilmiah Hukum Kepler I,II Dan III
Karya Ilmiah Hukum Kepler I,II Dan IIIKarya Ilmiah Hukum Kepler I,II Dan III
Karya Ilmiah Hukum Kepler I,II Dan IIICynthia Caroline
 

Viewers also liked (12)

Mata kuliah fisika ii
Mata kuliah fisika iiMata kuliah fisika ii
Mata kuliah fisika ii
 
Karya ilmiah fisika
Karya ilmiah fisikaKarya ilmiah fisika
Karya ilmiah fisika
 
Tekanan dan suhu suatu zat (bom gelembung
Tekanan dan suhu suatu zat (bom gelembungTekanan dan suhu suatu zat (bom gelembung
Tekanan dan suhu suatu zat (bom gelembung
 
Suhu dan-kalor ppt kelompok 5
Suhu dan-kalor ppt kelompok 5Suhu dan-kalor ppt kelompok 5
Suhu dan-kalor ppt kelompok 5
 
KARAKTERISTIK AIR
KARAKTERISTIK AIRKARAKTERISTIK AIR
KARAKTERISTIK AIR
 
Karya ilmiah Fisika [revisi]
Karya ilmiah Fisika [revisi]Karya ilmiah Fisika [revisi]
Karya ilmiah Fisika [revisi]
 
SUHU dan KALOR
SUHU dan KALORSUHU dan KALOR
SUHU dan KALOR
 
Bab 5 suhu dan kalor
Bab 5 suhu dan kalorBab 5 suhu dan kalor
Bab 5 suhu dan kalor
 
Suhu dan Kalor
Suhu dan KalorSuhu dan Kalor
Suhu dan Kalor
 
Termodinamika 1 lanjutan
Termodinamika 1 lanjutanTermodinamika 1 lanjutan
Termodinamika 1 lanjutan
 
Termodinamika1
Termodinamika1Termodinamika1
Termodinamika1
 
Karya Ilmiah Hukum Kepler I,II Dan III
Karya Ilmiah Hukum Kepler I,II Dan IIIKarya Ilmiah Hukum Kepler I,II Dan III
Karya Ilmiah Hukum Kepler I,II Dan III
 

Similar to Suhu dan kalor (20)

Suhu dan kalor
Suhu dan kalorSuhu dan kalor
Suhu dan kalor
 
Suhu dan kalor
Suhu dan kalorSuhu dan kalor
Suhu dan kalor
 
Suhu
SuhuSuhu
Suhu
 
Suhu
SuhuSuhu
Suhu
 
Ppt g7 b suhu dan pengukurannya
Ppt g7 b suhu dan pengukurannyaPpt g7 b suhu dan pengukurannya
Ppt g7 b suhu dan pengukurannya
 
rumus suhu dan kalor fisika
rumus suhu dan kalor fisikarumus suhu dan kalor fisika
rumus suhu dan kalor fisika
 
Materi Suhu.pdf
Materi Suhu.pdfMateri Suhu.pdf
Materi Suhu.pdf
 
Suhu
Suhu Suhu
Suhu
 
Suhu
SuhuSuhu
Suhu
 
Rangkuman Suhu, Kalor, dan Pemuaian.docx
Rangkuman Suhu, Kalor, dan Pemuaian.docxRangkuman Suhu, Kalor, dan Pemuaian.docx
Rangkuman Suhu, Kalor, dan Pemuaian.docx
 
suhu dan pemuaian.pptx
suhu dan pemuaian.pptxsuhu dan pemuaian.pptx
suhu dan pemuaian.pptx
 
Pengukuran Waktu, Berat, Sudut, dan Suhu
Pengukuran Waktu, Berat, Sudut, dan SuhuPengukuran Waktu, Berat, Sudut, dan Suhu
Pengukuran Waktu, Berat, Sudut, dan Suhu
 
Bab 2 suhu dan pengukurannya
Bab 2 suhu dan pengukurannyaBab 2 suhu dan pengukurannya
Bab 2 suhu dan pengukurannya
 
P1 Suhu Syifa
P1 Suhu SyifaP1 Suhu Syifa
P1 Suhu Syifa
 
Rpp fisika smk xi ganji
Rpp fisika smk xi  ganjiRpp fisika smk xi  ganji
Rpp fisika smk xi ganji
 
8. suhu
8. suhu8. suhu
8. suhu
 
Fisika kalor
Fisika kalorFisika kalor
Fisika kalor
 
Fisika
FisikaFisika
Fisika
 
SUHU .pptx
SUHU .pptxSUHU .pptx
SUHU .pptx
 
Suhu dan Kalor
Suhu dan KalorSuhu dan Kalor
Suhu dan Kalor
 

Suhu dan kalor

  • 1. SUHU DAN KALOR Disusun oleh : Fevrianti Silviana Dewi (13) Kelas XA 2009-2010
  • 2. PERBEDAAN SUHU DAN KALOR Menyatakan Diukur tingkat derajat dengan panas atau termometer dinginnya suatu zat Salah satu bentuk energi yang Diukur berpindah dari satu dengan benda ke benda lain kalorimeter karena perbedaan suhu
  • 3. MACAM-MACAM TERMOMETER  Menurut fungsinya :  Termometer suhu badan  Termometer udara  Termometer logam  Termometer maximum dan minimum  Termograf untuk terminologi  Termometer digital Termometer udara Termometer ruang Termometer digital
  • 4. SIFAT TERMOMETRIK ZAT • Zat cair yang biasanya dipakai untuk mengisi termometer adalah air raksa dan alkohol. • Kebaikan air raksa dari zat cair lainnya yaitu : – Air raksa dapat cepat mengambil panas benda yang diukur sehingga suhunya sama dengan suhu benda yang diukur tersebut. – Dapat dipakai untuk mengukur suhu benda dari yang rendah sampai yang tinggi, karena air raksa punya titik beku –39°C dan titik didih 357°C. – Tidak dapat membasahi dinding tabung, sehingga pengukurannya dapat lebih teliti. – Pemuaian dari air raksa adalah teratur. – Mudah dilihat, karena air raksa mengkilat. • Sedangkan alkohol: – Alkohol mempunyai titik rendah / beku –114 °C dengan titik didih 78°C
  • 5. SKALA TERMOMETER  Macam– macam satuan skala termometer :  Celcius → titik didihnya 100 °C dengan titik beku 0 °C. Sehingga dari 0°– 100°C, dibagi dalam 100 skala.  Reamur → titik didihnya 80 °R dengan titik beku 0 °R. Sehingga dari 0 ° – 80 °R, dibagi dalam 80 skala.  Kelvin → titik didihnya 373 °K dengan titik beku 273 °K. Sehingga dari 273 °K – 373 °K, dibagi dalam 100 skala.  Fahrenheit → titik didihnya 212 °F dengan titik beku 32 °F. Sehingga dari 32 °F – 212 °F, dibagi dalam 180 skala.  Rainkin → titik didihnya 672 °Rn dengan titik beku 492 °Rn. Sehingga dari 492 ° Rn– 672 °Rn, dibagi dalam 180 skala.
  • 6. Jadi, pembagian skala – skala tersebut diatas satu skala dalam derajat Celcius sama dengan satu skala dalam derajat Kelvin. 1 skala C = 1 skala K 1 skala C < 1 skala R 1 skala C > 1 skala F 1 skala C > 1 skala Rn Es yang mencair menurut Celcius dan Reamur bersuhu 0º, menurut Fahrenheit bersuhu 32º, menurut Kelvin bersuhu 273º, dan menurut Rainkin bersuhu 672º Perbandingan Pembagian Skala C, R, F, K, Rn C : R : F : K : Rn = 100 : 80 : 180 : 100 : 180 =5 :4 :9 :5 :9 C, R, F = 100 : 80 : 180 =5 :4 :9
  • 7. tta = titik tetap atas tta ttb = titik tetap bawah tta tx = skala yang ditunjukan term X ty = skala yang ditunjukan term Y tY tx ttb ttb Termometer X Termometer Y
  • 8. tta tta ty tx ttb ttb Termometer X Termometer Y Termometer X memiliki titik tetap Termometer Y memiliki titik tetap atas tta dan titik tetap bawah ttb, atas tta dan titik tetap bawah ttb, pada saat itu skala termometer pada saat itu skala termometer menunjukkan tx menunjukkan ty.
  • 9. Hubungan termometer Celcius dan Kelvin tta = 100o tta = 373o Termometer Celcius dibagi dalam 100 skala (dari 0o – 100o) dan termometer Kelvin dibagi dalam 100 skala (dari 273o – 373o). Jadi hubungan antara termometer ttb = 0o ttb = 273o Celcius dan Kevin dapat dirumuskan : to C = (to + 273) K Termometer Termometer Celcius Kelvin
  • 10. DALAM PERHITUNGAN MENJADI : 5 4 9 °C = R °R = o C °F = C + 32 0 4 5 5 5 4 9 °F = R + 320 °C = (F − 32 ) °R = (F − 32 ) 0 0 9 9 4 5 4 °F = Rn – 4600 °C = (Rn − 492 ) 0 °R = (Rn − 4920 ) 9 9 9 °C = K - 273° 4 {( F − 320 )} + 2730 °F = 5 °R = ( K – 273° ) 5 9 5 °Rn = °C + 492° °K = °C + 273° °K ={ (Rn − 492 )} + 273 0 0 5 9 °Rn = F + 460° 5 °K = R + 273 o 9 4 °Rn =( R) + 492 0 4 5 9 ( (F − 2730 )} + 32 0 °K ={9 °Rn = (K − 273 ) + 492° 0 5
  • 11. Dengan perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa perubahan dua termometer mengikuti aturan perbandingan sebagai berikut : X − TTB X Y − TTB Y = TTA X − TTB X TTA Y − TTB Y
  • 12. PEMAHAMAN TENTANG KALOR  Satu kalori (kal) adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk memanaskan 1 gr air sehingga suhunya naik 1ºC.  Syarat terjadinya perpindahan kalorik ini adalah adanya sentuhan kedua benda yang berbeda suhu. Fluida kalorik ini akan berpindah dari zat yang bersuhu tinggi ke zat yang bersuhu rendah, hingga tercapai suatu kesamaan suhu antara kedua benda yang disebut dengan kesetimbangan termal.
  • 13. PERCOBAAN JOULE  Prescot Joule melakukan percobaan untuk menghitung besar energi mekanik yang ekuivalen dengan kalor sebanyak 1 kalori.  Percobaan joule adalah dengan menggantung beban pada suatu kontrol yang dihubungkan dengan kincir yang dapat bergerak manakala beban bergerak. Kincir tersebut dimasukkan kedalam air. Akibat gerakan kincir tersebut, maka suhu air akan berubah naik .  Penurunan ketinggian beban dapat menunjukkan adannya perubahan energi potensial gravitasi pada beban. Jika beban turun dengan kecepatan tetap, maka dapat dikatakan tidak terdapat perubahan energi kinetic pada beban, sehingga seluruh perubahan energi potensial dari beban akan berubah menjadi energi kalor pada air.
  • 14. Berdasarkan teori bahwa terjadi perubahan energi potensial gravitasi menjadi energi kalor, maka diperoleh suatu nilai tara mekanik kalor, yaitu ekuivalensi energi mekanik menjadi energi kalor. 1 joule = 0,24 kalori 1 kalori = 4, 18 joule
  • 15. KAPASITAS KALOR (C) DAN KALOR JENIS (C)  Kapasitas kalor adalah jumlah kalor yang diperlukan suatu zat untuk menaikkan suhu zat sebesar 1°C.  Jika sejumlah kalor Q menghasilkan perubahan suhu sebesar ∆t, maka kapasitas kalor dapat dirumuskan: Q Dengan keterangan, C : kapasitas kalor (Joule / K atau kal / K) C= Q : kalor pada perubahan suhu tersebut (J atau kal) ∆t : perubahan suhu (oK atau °C) Δt
  • 16.  Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang diperlukan zat sebesar 1 kg untuk mengalami perubahan suhu sebesar 1 oK atau 1°C.  Kalor jenis merupakan karakteristik termal suatu benda, karena tergantung dari jenis benda yang dipanaskan atau didinginkan.
  • 17. Dengan persamaan: C Q c= atau c= m m.∆t Dengan keterangan, c : kalor jenis (J/kg.K atau J/kg.°C) C : kapasitas kalor (Joule/K atau kal/K) Q : kalor pada perubahan suhu tersebut (J atau kal) ∆t : perubahan suhu (K atau °C) m : massa benda (kg)
  • 18. TABEL KALOR JENIS BEBERAPA ZAT Bahan C (J/kgK) Tembaga 385 Besi/ Baja 450 Air 4200 Es 2100
  • 19. ASAS BLACK  Ditemukan oleh seorang ilmuan yang berasal dari Inggris yaitu Joseph Black.  Beliau menyatakan bahwa:  Jika dua zat yang suhunya berbeda dicampur, zat yang suhunya tinggi akan melepaskan sejumlah kalor yang akan diserap oleh zat yang suhunya lebih rendah.
  • 20. Jadi Kalor yang dilepas = kalor yang diserap Q (lepas) = Q (serap) Tandon A berisi zat cair dengan massa mA, kalor mA mB jenis cA dan suhu tA cA cB .Tandon B berisi zat cair tA tB dengan massa mB, kalor jenis cB dan suhu tB diman suhu tA lebih besar dari suhu tB. Kedua zat cair dituang kedalam sebuah wadah sehingga suhu campuran tC kedua zat cair menjadi tC
  • 21. Berdasarkan AzasBlack maka berlaku : Q(lepas) = Q (serap) QA = Q B mA .cA . ∆t = mB . cB . ∆t mA .cA . (tA – tC) = mB . cB . (tC – tB)) (tA – tC) = perubahan suhu zat cair pada A (tC – tB))= perubahan suhu zat cair pada B
  • 22.  Asas Black merupakan pernyataan lain dari hukum kekekalan energi:  Kalor tidak dapat dihilangkan, tetapi dapat berubah bentuknya.  Kalor dapat berpindah dari satu benda ke benda lainnya.
  • 23. KALORIMETER  Digunakan untuk mengukur banyaknya kalor dan kalor jenis zat. Mengukur kalor jenis berbagai logam Kalorimeter menggunakan kalorimeter.
  • 25. PENGARUH KALOR TERHADAP SUHU DAN WUJUD ZAT  Apabila suatu benda diberikan kalor, maka pada zat tersebut dapat terjadi perubahan seperti : a. terjadi pemuaian b. terjadi perubahan wujud c. terjadi kenaikan suhu
  • 26. a. PEMUAIAN  Pemuaian Panjang (Linier) Suatu batang panjang mula-mula lo dipanaskan hingga bertambah panjang Δl, bila perubahan suhunya Δt maka, α = 1/lo . Δt/Δl Δl = αlo . Δt α = koefisien muai panjang suatu zat ( per °C )
  • 27. Sehingga panjang batang suatu logam yang suhunya dinaikkan sebesar Δt akan menjadi   lt = lo + Δl lt = lo ( l + α . Δt ) Pemuaian panjang
  • 28. Tabel Beberapa koefisien Muai Panjang Benda Benda α (K−1) Besi 1,2x10−5 Tembaga 1,7x10−5 Kaca 8,5x10−6 Kuningan 1,8x10−5
  • 29. Pemuaian Bidang ( Luas ) Suatu bidang luasnya mula-mula Ao , terjadi kenaikkan suhu sebesar Δt sehingga bidang bertambah luas sebesar ΔA, maka dapat dituliskan : β = 1/Ao. ΔA / Δt ΔA = Ao β Δt β = Koefisien muai luas suatu zat ( per °C ) dimana β = 2α
  • 30. Sehingga luas bidang yang suhunya dinaikkan sebesar t akan menjadi At = Ao + ΔA At = Ao ( 1 + β Δt )
  • 31. dipanaskan Jika dipanaskan jarak antaratom zat akan merenggang
  • 32. Pemuaian Ruang ( volume ) Volume mula-mula suatu benda Vo , kemudian dipanaskan sehingga suhunya naik sebesar Δt, dan volumenya bertambah sebesar ΔV ini dapat ditunjukkan dalam rumus : γ = 1/Vo. ΔV/Δt ΔV = γ . Vo . Δt γ = koefisien muai ruang suatu zat ( per °C ) γ =3α
  • 33. Sehingga persamaan volumenya menjadi : Vt = Vo + Δt Vt = Vo ( 1 + γ . Δt ) dipanaskan
  • 34. PEMUAIAN VOLUME ZAT CAIR  Zat cair yang hanya mempunyai koefisien muai volume ( γ ), bila volume mula-mula suatu zat cair V0 kemudian zat cair itu dipanaskan sehingga suhunya naik sebesar Δt dan volumenya bertambah besar ΔV, maka dapat ditulis sebagai berikut:
  • 35. Vtt = γ .. Voo .. Δt V = γ V Δt dan volumenya sekarang menjadi Vt = Vo + ΔV Vt = Vo ( 1 + γ Δt ) Hal ini tidak berlaku bagi air dibawah 4 °C, ingat anomali air.
  • 36. PEMUAIAN VOLUME GAS Khusus untuk gas, pemuaian volume dapat menggunakan persamaan seperti pemuaian zat cair: 1 Vt = Vo ( 1 + γ Δt ) dengan nilai γ= 273
  • 37. Persamaan yang berlaku dalam pemuaian gas dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:  Pada saat tekanan konstan, berlaku hukum Gay Lussac : V1 V2 = T1 T2
  • 38.  Pada saat temperatur konstan, berlaku hukum Boyle : P1.V1 = P2.V2  Pada saat volume konstan, berlaku hukum Charles: P P2 1 = T1 T2  Pada saat kondisi ideal dengan mol konstan, berlaku hukum Boyle-Gay Lussac : P1V1 P2 V2 dengan keterangan, = V T = volume (liter atau m3) = temperature (K) T1 T2 P = tekanan (N/m2 atau atm atau Pa)
  • 39. b. PERUBAHAN WUJUD  Ketika sejumlah kalor diterima atau dilepas oleh suatu zat, maka ada dua kemungkinan yang terjadi pada suatu benda, yaitu benda akan mengalami perubahan suhu, atau mengalami perubahan wujud.  Kenaikan suhu suatu benda dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan yang mengkaitkan dengan kalor jenis atau kapasitas kalor.
  • 40. Sedangkan pada saat benda mengalami perubahan wujud, maka tidak terjadi perubahan suhu, namun semua kalor saat itu digunakan untuk merubah wujud zat, yang dapat ditentukan dengan persamaan yang mengandung unsur kalor laten.
  • 41. Besar kalor laten yang digunakan untuk mengubah wujud suatu zat dirumuskan : Q = m.L Dengan keterangan, Q : kalor yang diterima atau dilepas (Joule atau kal) m : massa benda (kg atau gram) L : kalor laten (J/kg atau kal/gr) (kalor uap atau kalor lebur)
  • 42. TABEL KALOR LEBUR DAN KALOR DIDIH BEBERAPA ZAT Nama Zat Titik lebur Kalor lebur Titik Kalor didih (°C) (J/kg) didih (J/kg) Air (es) 0 3,34.105 100 2,26.105 Raksa -39 1,18.104 356,6 2,94.105 Alkohol -115 1,04.104 78,3 8,57.106 Hidrogen -2599 5,58.104 -252 3,8.105
  • 43. ANALISIS GRAFIK PERUBAHAN WUJUD PADA ES YANG DIPANASKAN SAMPAI MENJADI UAP. DALAM GRAFIK INI DAPAT DILIHAT SEMUA PERSAMAAN KALOR DIGUNAKAN.
  • 44. Keterangan :  Pada Q1 es mendapat kalor dan digunakan menaikkan suhu es, setelah suhu sampai pada 0 C kalor yang diterima digunakan untuk melebur (Q2), setelah semua menjadi air barulah terjadi kenaikan suhu air (Q3), setelah suhunya mencapai suhu 100 C maka kalor yang diterima digunakan untuk berubah wujud menjadi uap (Q4), kemudian setelah berubah menjadi uap semua maka akan kembali terjadi kenaikan suhu kembali (Q5)
  • 45. Diagram Perubahan Wujud Zat Gas mengembun menguap menyublim menghablur mencair Padat Cair membeku
  • 46. Kalor Laten Lebur : → banyaknya kalor yang diserap untuk mengubah 1 kg zat dari wujud padat menjadi cair pada titik leburnya.  Kalor Laten Beku: → banyaknya kalor yang dilepaskan untuk mengubah 1 kg zat dari wujud cair menjadi padat pada titik bekunya. Kalor lebur = kalor beku dan titik lebur = titik beku.  Kalor Laten Didih (Uap) : → banyaknya kalor yang diserap untuk mengubah 1 kg zat dari wujud cair menjadi uap pada titik didihnya.  Kalor Laten Embun : → banyaknya kalor yang dilepaskan untuk mengubah 1 kg zat dari wujud uap menjadi cair pada titk embunnya. Kalor didih = kalor embun dan titik didih = titik embun.
  • 47. c. PERUBAHAN SUHU  Terjadi karena adanya perubahan kalor.
  • 48. ANOMALI AIR  Kejadian penyusutan wujud zat saat benda mengalami kenaikan suhu disebut anomali, seperti terjadi pada air. Air saat dipanaskan dari suhu 0 °C menjadi 4 °C justru volumenya mengecil, dan baru setelah suhunya lebih besar dari 4 °C volumenya membesar.
  • 49.  Peristiwa anomali air dapat diterangkan dengan meninjau bangun kristal es.  Dari pengamatan kristal es disimpulkan bahwa kedudukan molekul-molekul H2O teratur seperti bangun kristal es, yang penuh dengan rongga- rongga. Sedangkan molekul H2O dalam bentuk cair (air) lebih rapat dibandingkan dalam bentuk es, oleh karena itu es terapung dalam air. Bila air mulai 4 °C didinginkan molekul air mulai mengadakan persiapan untuk membentuk bangun berongga tersebut. °C.
  • 50. Volume (V) 0 4 Suhu (t)°C Grafik anomali air Volume air terkecil pada suhu 4 °C, dan pada 0 °C terjadi loncatan volume dari air 0 °C sampai es 0 °C, dimana pada suhu 0 °C volume es > volume air
  • 51. PERPINDAHAN KALOR Konduksi Radiasi Konveksi Tiga macam cara perpindahan energi kalor
  • 52. KONDUKSI  Konduksi adalah hantaran kalor yang tidak disertai dengan perpindahan partikel perantaranya.  Pada hantaran kalor ini yang berpindah hanyalah energinya, tanpa melibatkan partikel perantaranya, seperti hantaran kalor pada logam yang dipanaskan dari satu ujung ke ujung lainnya.
  • 53.  Saat ujung B dipanaskan, maka ujung A, lama kelamaan akan mengalami pemanasan juga, hal tersebut dikarenakan energi kalor yang menggetarkan molekul-molekul di ujung B turut menggetarkan molekul-molekul yang ada disampingnya hingga mencapai titik A.  Energi kalor yang dipindahkan secara konduksi sebesar t Q = k A ∆t l
  • 54. Sedang besar laju aliran kalor dengan konduksi dirumuskan, Q k. A.∆t H= = t l H = laju aliran kalor (J/s atau watt) Q = kalor yang dipindahkan (joule) t = waktu (s) k = konduktivitas termal zat (W/mK) A = luas penampang melintang (m2) ∆t = perubahan suhu (°C atau K) l = tebal penghantar (m)
  • 55. TABEL KONDUKTIVITAS TERMAL ZAT (W/MK) Bahan k Emas 300 Besi 80 Kaca 0.9 Kayu 0.1 – 0.2 Beton 0.9 Air 0.6 Udara 0.024 alumunium 240
  • 56. KONVEKSI  Konveksi adalah hantaran kalor yang disertai dengan perpindahan partikel perantaranya. Contoh dari peristiwa konveksi adalah seperti perpindahan kalor pada zat cair yang dipanaskan, ventilasi kamar, cerobong asap, pengaturan katub udara pada kompor, dan kipas angin. Umumnya konveksi terjadi pada gas dan zat cair.
  • 57. Energi kalor yang dipindahkan secara konveksi sebesar, Q = k A ∆t . t  Kecepatan perpindahan kalor di sekitar suatu benda dirumuskan : Q H = = h.A.∆t t
  • 58. Keterangan : H = laju aliran kalor (J/s atau watt) Q = kalor yang dipindahkan (joule) t = waktu (s) h = koefisien konveksi (W/m2K) A = luas penampang melintang (m2) ∆t= perubahan suhu (°C)
  • 59. RADIASI  Radiasi adalah hantaran kalor yang tidak memerlukan medium perantara, seperti kalor dari matahari yang sampai ke bumi, kalor api unggun yang sampai pada orang yang ada di sekitarnya, pendingin (pemanas) rumah, pengeringan kopi, pembakaran dengan oven dan efek rumah kaca.
  • 60. Energi kalor yang dipindahkan secara radiasi sebesar, Q = e σ A T4 t  Laju aliran kalor tiap satuan waktu dalam radiasi dirumuskan :   Q H = = eσ .A. T 4 t
  • 61. Intensitas radiasi sebesar, R = e σ T4 H = laju aliran kalor tiap satuan waktu (J/s atau watt) R = intensitas radiasi ( W/m2) Q = kalor yang dialirkan (J) t = waktu (s) A = luas (m2), luas permukaan lingkaran = 4.π.r2 T = suhu (K) e = emisivitas benda (tanpa satuan)
  • 62. (e bernilai 1 untuk benda hitam sempurna, dan bernilai 0 untuk benda tidak hitam sama sekali. Pengertian benda hitam sempurna disini adalah benda yang memiliki kemampuan menyerap semua kalor yang tiba padanya, atau mampu memancarkan seluruh energi yang dimilikinya).