SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  60
BAB 1 ETIKA


Pengertian Etika
     Etika (ethics) menurut pengertian yang sebenarnya adalah filsafat tentang moral.
Jadi, etika merupakan ilmu yang membahas dan mengkaji nilai dan norma moral. Etika
merupakan refleksi kritis dan rasional mengenai (a) nilai dan norma yang menyangkut
bagaimana manusia, sebagai manusia, harus hidup baik, dan (b) masalah-masalah
kehidupan manusia dengan mendasarkan pada nilai dan norma-norma moral yang umum
diterima.
    Etika dalam pengertian yang lebih luas adalah keseluruhan norma dan penilaian
yang dipergunakan oleh masyarakat untuk mengetahui bagaimana manusia seharusnya
menjalankan kehidupannya.
    Etika dalam pengertian yang lebih sempit, sering diacu sebagai seperangkat nilai
atau prinsip moral yang berfungsi sebagai panduan untuk berbuat, bertindak, atau
berperilaku.
   Jadi, dapat disimpulkan bahwa etika berkaitan dengan bagaimana manusia
menjalankan kehidupannya, dan menaruh perhatian pada bagaimana (berperilaku untuk)
mencapai kehidupan yang baik dan lebih baik.


Profesionalisme dan Etika
     Istilah profesional mengandung makna kualitas yang sangat tinggi (baik),
sedangkan profesi memiliki pengertian pekerjaan yang ditekuni dan menjadi tumpuan
hidup, atau dapat juga berarti bidang pekerjaan yang dilandasi oleh pendidikan keahlian
tertentu.
    Profesi sering dibedakan menjadi dua jenis, yaitu profesi biasa dan profesi luhur.
Suatu profesi dibanun di atas landasan moral karena seorang profesional memang
dituntut untuk menghasilkan kinerja berstandar kualitas tinggi dan mengutamakan
kepentingan publik.
    Profesional (seorang profesional) adalah orang yang menjalani suatu profesi, dan
karenanya, mempunyai tanggung jawab yang tinggi untuk berkarya dengan standar
kualitas tinggi dilandasi dengan komitmen moral yang tinggi pula.
     Etika profesi atau etika profesional merupakan pembeda utama antara para
profesional dan orang-orang yang hanya sekadar ahli di bidang yang mereka pilih untuk
ditekuni.


Peranan Etika dalam Profesi Akuntansi
Profesi akuntansi mengandung karakteristik pokok suatu profesi, diantaranya adalah
jasa yang sangat penting bagi masyarakat, pengabdian bangsa kepada masyarakat, dan
komitmen moral yang tinggi.
    Masyarakat menuntut untuk memperoleh jasa para akuntan dengan standar kualitas
yang tinggi, dan menuntut mereka untuk bersedia mengorbankan diri. Itulah sebabnya
profesi akuntansi menetapkan standar teknis atau standar etika yang harus dijadikan
sebagai panduan oleh para akuntan, utamanya yang secara resmi menjadi anggota
profesi, dalam melaksanakan tugas-tugas profesionalnya.
    Jadi, standar etika diperlukan bagi profesi akuntansi karena akuntan memiliki posisi
sebagai orang kepercayaan dan menghadapi kemungkinan benturan-benturan
kepentingan. Kode etik atau aturan etika profesi akuntansi menyediakan panduan bagi
para akuntan profesional dalam mempertahankan diri dari godaan dan dalam mengambil
keputusan-keputusan sulit.


Etika Profesi dan Etika Kerja
     Etika profesi atau etika profesional merupakan suatu bidang etika (sosial) terapan.
Etika profesi berkaitan dengan kewajiban etis mereka yang menduduki posisi yang
disebut profesional. Etika profesi berfungsi sebagai panduan bagi para profesional
dalam menjalani kewajiban mereka memberikan dan mempertahankan jasa kepada
masyarakat yang berstandar tinggi. Dalam kaitannya dengan profesi, etika meliputi
norma-norma yang mentransformasikan nilai-nilai atau cita-cita (luhur) ke dalam
praktik sehari-hari para profesional dalam menjalankan profesi mereka. Norma-norma
ini biasanya dikodifikasikan secara formal ke dalam bentuk kode etik atau kode perilaku
profesi yang bersangkutan.
     Etika profesi biasanya dibedakan dari etika kerja yang mengatur praktek, hak, dan
kewajiban bagi mereka yang bekerja di bidang yang tidak disebut profesi (non-
profesional). Non-profesional adalah pegawai atau pekerja biasa dan dianggap kurang
memiliki otonomi dan kekuasaan atau kemampuan profesional. Namun demikian, ada
sejumlah pendapat yang menyatakan bahwa tidak ada alasan moral untuk mengeluarkan
etika kerja dari kajian etika profesional karena keduanya tidak terlalu berbeda jenisnya
kecuali yang menyangkut besarnya bayaran yang diterima dari pekerjaan mereka.
Masyarakat tidak mencemaskan pengambilalihan pekerjaan, tetapi masyarakat
mencemaskan penyalahgunaan kekuasaan/keahlian.
     Pembedaan antara etika profesi dan etika kerja lazimnya dilakukan mengingat
aktivitas para profesional seperti dokter, pengacara, dan akuntan, adalah berbeda dengan
pekerja lain umumnya. Para profesional memiliki karakteristik khusus dari segi
pendidikan atau pelatihan, pengetahuan, pengalaman, dan hubungan dengan klien, yang
membedakannya dari dari pekerja non-profesional.


Lingkungan Etika Akuntan Profesional
-   Pentingnya Pemahaman Lingkungan Etika
        Lingkungan etika adalah arena bagi para akuntan profesional menjalani tugas-tugas
     profesionalnya. Lingkungan etika ini meliputi organisasi bisnis dan nonbisnis yang
     merupakan sasaran jasa profesional para akuntan, lingkungan bagi organisasi bisnis dan
     nonbisnis tersebut, dan masyarakat secara umum, serta organisasi atau kantor yang
     mempekerjakan mereka.
        Akuntan profesional yang berfungsi menjembatani kepentingan-kepentingan yang
     sering berlawanan tersebut harus menyadari dan memahami harapan publik terhadap
     bisnis dan organisasi-organisasi lain yang menjadi sasaran jasa profesionalnya aar setiap
     akuntan profesional dapat menemukan bagaimana seharusnya menafsirkan aturan-aturan
     profesi mereka dan memadukan kearifan intelektual dan kearifan tindakan yang sesuai
     dengan standar etika.


 -   Celah Kredibilitas dan Harapan
         Pemahaman akan perkembangan dan tuntutan lingkungan memungkinkan para
     akuntan profesional mengidentifikasi ada tidaknya celah harapan publik (expectation
     gap) dan celah kredibilitas (credibility gap), yang selanjutnya memungkinkan mereka
     untuk menutup celah tersebut.
         Berbagai kasus skandal bisnis dan keuangan yang melibatkan para akuntan
     profesional mulai terkuak. Kasus-kasus tersebut dapat mengindikasikan bahwa adanya
     pengingkaran oleh sejumlah akuntan terhadap kepercayaan tinggi yang diberikan oleh
     masyarakat kepada profesi akuntansi. Ini merupakan ancaman bagi para akuntan yang
     bersangkutan dan profesi akintan secara keseluruhan, yang harus disadari sepenuhnya
     dan ditanggapi sungguh-sungguh dengan meningkatkan kepatuhan terhadap standar
     teknis maupun standar etika yang berlaku.


 -    Etika Bisnis dan Akuntan Profesional
          Etika bisnis berarti menemukan dan bertindakdengan cara yang tepat dalam setiap
     situasi bisnis. Di dalamnya terdapat dua isu yang berpengaruh dengan etika bisnis,
     pertama, sulitnya menentukan tindakan yang benar-benar tepat dari satu situasi ke
     situasi lainnya. kedua, keberanian dan keteguhan untuk melaksanakan tindakan yang etis
     tersebut.
          Ada beberapa alasan tentang betapa pentingnya dari sebuah etika bisnis, yaitu,
     pelanggan menuntut perilaku beretika dari bisnis, etika menjadikan iklim kerja lebih
     baik, dan pegawai yang makin diberdayakan memerlukan panduan yang lebih jelas.
         Faktor pendorong dari peningkatan tuntutan etis, a. globalisasi, b. kompetisi, c.
     teknologi, dan d. masalah-masalah lingkungan.
Hukum dan Etika dalam bisnis
Sejumlah pihak meyakini bahwa hukum, bukan etika, ialah satu-satunya panduan
    relevan dengan alasan hukum dan etika mengatur dua realitas yang berbeda serta hukum
    tidak lain adalah etika bisnis itu sendiri. Tetapi bagi seorang manajer, jika hanya
    berpanduan pada hukum saja tidak cukup karena dapat membahayakan, berikut alasan-
    alasan dalam mempertimbangkan suatu keputusan, antara lain:
    1. Hukum tidak memadai untuk mengatur aspek-aspek tertentu dari aktivitas bisnis
    2. Di bidang-bidang baru, hukum sering lamban berkembang
    3. Hukum itu sendiri sering menggunakan konsep-konsep moral yang tidak
        sepenuhnya didefinisikan
    4. Hukum sering tidak tuntas karena memerlukan pengadilan sebagai pengambil
       keputusan
    5. Suatu alasan pragmatis bahwa hukum merupakan instrument yang tidak begitu
       efisien dan semata-mata mendasarkan diri pada hukum mengundang legislasi dan
       litigasi yang tidak diperlukan.
        Pemahaman akan etika bisnis ini sangat penting bagi seorang akuntan professional
    karena bisnis merupakan salah satu bindang penting bagi para akuntan professional
    dalam mengerjakan tugasnya. Pemahaman etersebut akan membantu para akuntan
    dalam menanggapi dan menangani masalah-masalah etis yang berkaitan dengan
    praktik-praktik bisnis yang menjadi sasaran pengkajiandan penilaian mereka.
        Prinsip- prinsip yang berlaku dalam etika bisnis ini hampir sama pada prinsip-
    prinsip dari etika secara umum.


-   Etika Pelayanan Publik dan Akuntan Profesional
         Tuntutan akan efisiensi dan efektivitas organisasi, profesionalisme, dan standar
    perilaku yang tinggi kini juga ditujukan pada birokrasi atau administrasi publik yang
    bertanggung jawab terhadap pelayanan publik. Aparatur birokrasi semakin dituntut
    untuk secara profesional menunujukkan kinerjanya yang berkualitas tinggi, dengan cara-
    cara yang menjunjung tinggi prinsip-prinsip etika.
         Bagi akuntan profesional, perhatian terhadap praktik-praktik birokrasi serta isu-isu
    etikanya dan perubahan-perubahan yang berlangsung adalah sangat penting dalam
    rangka memperoleh pemahaman yang baik mengenai bagaimana akuntan profesional
    seharusnya menafsirkan aturan-aturan profesi mereka sehingga dapat menempatkan diri
    mereka secara tepat.
    Etika Akuntan Profesional
           Menurut pasal 4 ayat 1 Undang-Undang nomor 43 tahun 1999 tentang
    Perubahan atas Undang-undang nomor 17 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
    Kepegawaian dijelaskan bahwa pegawai negeri adalah unsur aparatur negara yanag
bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat secara professional, jujur, adil dan
merata dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan.
       Jika dilihat dari pengertian tersebut, maka tak heran bila kerap kali profesi
pegawai negeri dikaitkan dengan profesionalitas dan etika. Profesionalitas merujuk pada
kompetensi teknis pekerjaan itu sendiri yang menuntut hasil dengan standar tinggi.
Sedangkan etika lebih kepada kualifikasi perilaku moral bagi pegawai pelayan publik.
Urgensi kedua hal tersebut adalah untuk menjamin bahwa kebijakan-kebijakan publik
diimplementasikan dan menjadi realitas.
Sikap yang diperlukan :
    1. Mempelajari dan menguasai pekerjaan Anda di bidang administrasi publik;
    2. Menjadi pakar di bidang spesialisasi yang Anda pilih;
    3. Menjadi teladan dalam berperilaku;
    4. Memelihara pengetahuan dan keterampilan pada tingkat yang tinggi,
        menghindari benturan kepentingan dengan menempatkan nilai pengabdian
        kepada kepentingan publik di atas kepentingan pribadi;
    5. Mendisiplinkan pelaku kesalahan dan anggota lainnya yang diyakini merusak
        reputasi profesi;
    6. Mengungkapkan kecurangan dan malpraktik;
    7. Secara umum meningkatkan kemampuan Anda melalui berbagai upaya
        pengembangan diri, termasuk penelitian, percobaan dan inovasi.
    Profesionalisme dalam pelayanan publik memang membutuhkan komitmen yang
tinggi mengingat perilaku pelayan publik adalah terbuka sepanjang waktu dan menjadi
sasaran penilaian publik jika seorang pelayan publik gagal menjalankan tugasnya. Oleh
sebab itu, sebagai pegawai negeri yang bekecimpung dalam pelayanan publik sudah
sepantasnya menjunjung tinggi nilai-nilai profesionalisme yang bersesuaian dengan
nilai-nilai etika sebagai acuan perilaku dalam melayani publik.
1.    Memberikan Manfaat Publik
      Tujuan sosial yang harus dipenuhi meniadakan dorongan untuk mementingkan diri
sendiridan memperkaya birokrasi serta berusaha menjauhakan diri dari tindakan yang
merugikan dan harus menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan universal seperti
kebebasan HAM.
2.    Menegakkan Aturan Hukum
      Aturan hukum memberikan perlindungan terhadap penyalahgunaan kekuasaan dan
jabatan juga merupakan prinsip pertama pemerintahan yang demokratis.
3.    Menjamin Adanya Tanggung Jawab dan Akuntabilitas Publik
      Nilai ini menuntut pegawai negeri untuk menjadi pelindung kepentingan publik,
bersikap jujur, selalu memutakhirkan informasi dan tanggap.
4.    Menjadi Teladan
      Profesional dalam pelayanan publik berarti memiliki komitmen pengabdian
terhadap publik, pelaksana yang baik, memajukan kepentingan public dan memperbaiki
kondisi kehidupan tanpa mengharap imbalan.
5.    Meningkatkan Kinerja
         Profesional di lingkungan pelayanan publik (birokrasi) mungkin kurang memiliki
   otonomi dan independensi, namun demikian Anda harus selalu berusaha meningkatkan
   kinerja Anda dalam berbagai bidang tanggung jawab.
   6.    Memajukan Demokrasi
        Profesional di lingkungan pelayanan publik harus mengadopsi sejumlah nilai baru
   yang beberapa di antaranya mungkin berbenturan dan memerlukan priorotisasi.
        Selain hal-hal yang telah disebutkan di atas, pegawai negeri juga dituntut untuk
   berpegang pada netralitas birokrasi, artinya birokrasi memberikan pelayanan
   berdasarkan profesionalisme, bukan berdasarkan kepentingan politik. Birokrasi yang
   netral, tidak memihak dan objektif diperlukan agar pelayanan dapat diberikan kepada
   seluruh masyarakat tanpa memihak pada pihak tertentu.




                                            BAB 2
                              TEORI DAN KONSEP ETIKA
   Dalam bab ini akan menguraikan 3 teori etika, yaitu:
1. Teori Teleologi
           Sering disebut teori konsekuensialis, menyatakan bahwa nilai moral suatu
   tindakan atau praktik ditentukan semata- mata oleh konsekuensi dari tindakan atau
   praktik tersebut. Benar atau salahnya tindakan dan praktek ditentukan oleh akibat yang
   ditimbulkan oleh tindakan dan praktik tersebut.
          Ada beberapa jenis teori teleologi, namun yang paling populer karena dipandang
   paling realistik adalah teori utilitirian (utilitarianisme) yang benar atau salahnya suatu
   tindakan ditentukan oleh baik atau buruknya konsekuensi bagi setiap orang yang
   dipengaruhi oleh tindakan tersebut.
          Sejalan denga pendirian utilitirianisme, pengambilan keputusan etis meliputi
   langkah – langkah berikut:
a. Menentukan alternatif tindakan yang tersedia pada setiap situasi keputusan
b. Menaksir biaya dan manfaaat dari masing – masing alternatif tindakan bagi setiap orang
   yang dipengaruhi oleh tindakan tersebut
c. Memilih alternatif tindakan yang menghasilkan jumlah terbesar manfaat atau jumlah
   terkecil biaya.
2. Teori Deontologi
Teori ini menolak pendirian bahwa konsekuensi merupakan faktor relevan untuk
   menentukan apa yang seharusnya kita perbuat. Menurut deontologi, tindakan atau
   perbuatan tertentu adalah benar bukan karena manfaat bagi kita sendiri atau orang lain
   tetapi karena sifat atau hakikat perbuatan itu sendiri atau kaidah yang diikuti untuk
   berbuat.
       Tujuh kewajiban moral adalah
a. Kewajiban menepati janji atau kesetiaan (fidelity)
b. Kewajiban ganti rugi (reparation)
c. Kewajiban terima kasih (gratitude)
d. Kewajiban keadilan (justice)
e. Kewajban berbuat baik (beneficence)
f. Kewajiban mengembangkan diri (self improvement)
g. Kewajiban untuk tidak merugikan (non-malificence)
3. Teori Etika Keutamaan
           3 hal yang mencirikan keutamaan, yaitu:
a. Disposisi artinya keutamaan merupakan suatu kencenderungan tetap
b. Berkaitan dengan kemauan atau kehendak, artinya keutamaan adalah kecenderungan
   tetap yang menyebabkan kehendak tetap pada arah tertentu.
c. Pembiasaan diri, artinya keutamaan tidak dimiliki manusia sejak lahir tetapi diperoleh
   dengan cara membiasakan diri atau berlatih.
   HAK
   Ada beberapa jenis hak yang dapat dibedakan, yaitu
1. Hak legal dan hak moral
   Hak legal adalah hak yang diakui dan ditegakkan sebagai bagian dari sistem hukum,
   sedangkan hak moral adalah hak yang berasal dari suatu sistem norma moral yang tidak
   bergantung kepada adanya sistem hukum.
2. Hak khusus dan hak umum
   Hak khusus berkaitan denga individu – individu tertentu, sedangkan hak umum adalah
   hak yang melibatkan klaim terhadap setiap orang atau kemanusiaan secara umum.
3. Hak negatif dan hak positif
Umumnya hak negatif berkorelasi dengan kewajiban pada pihak lain untuk tidak
    bertindak terhadap kita. Di pihak lain, hak positif adalah hak yang mewajibkan orang
    lain bertindak untuk kita.
    KEADILAN
    Menurut Aristoteles ada 3 jenis keadilan khusus, yaitu:
1. Keadilan distributif
    Adalah keadilan dalam distribusi manfaat dan beban. Keadilan ini umumnya bersifat
    perbandingan .
2. Keadilan kompensasi
    Keadilan yang menyangkut masalah pemberian imbalan atau penggantian kepada
    seseorang karena kekeliruan atau kesalahan yang menimpa dan merugikannya.
3. Keadilan retributif
    Berkaitan dengan pemberian hukuman terhadap pelaku kesalahan
    KEPEDULIAN
    Salah satu karateristik pokok sudut pandang etika adalah objektivitas atau ketidak
    berpihakan. Ini berarti bahwa setiap hubungan khusus yang kita miliki dengan orang
    tertentu (keluarga, teman atau pegawai) harus dikesampingkan ketika menentukan apa
    yang seharusnya kita lakukan.




                                            BAB 3
                            PROFESIONALISME AKUNTANSI
    Pengertian Dan Ciri-Siri Profesi
    Profesi merupakan suatu kombinasi dari suatu sejumlah karekteristik yang memmbentuk
    struktur profesi,tanggung jawab, dan hak-hak yang disatupadukan oleh seperangkat
    nilai, yakni nilai-nilai yang menentukan bagaimana keputusan diambil dan bagaimana
    tindakan ditempuh.
    Lima profesi karakreristik yang umumnya dapat yang umumnya dapat di jumpai pada
    setiap professi

•   Bidang pengetahuan khusus yang diajarkan secara formaldan bersertifikat /berijasah

•   Komitmen terhadap tujuan sosial yang menjadi alasan bagi keberadaan profesi
•   Kapasitas untuk mengatur diri sendiri, seringkali degan sanksi hukum bagi mereka yang
    melanggar norma-norma prilaku yang di sepakati

•   Ijin dari pihak berwenang untuk berpraktik sebagai profesional

•   Kedudukan dan prestise yang relatif lebih tinggi di masyarakat
    Bidang pengetahuaan khusus dan pendidikan formal/profesional
    Komitmen terhadap tujuan sosial
    Seorang profesional tidak menuntut keistimewaanprofesional agar dapat
    memaksimalkan keberuntunganya, dan lebih dari itu, tanggung jawab profesionalnyayag
    utama bukan kepada diri sendiri,majikan atau klien,melainkan masyarakat
    Sistem pengaturan diri
    Untuk memberikan jasa dengan kualitas tinggi. Suatu profesi mengorganisasikan diri
    dalam suatu wadah asosiasi yang selanjutnyamenentukan tidak hanya standar teknis
    tetapi juga standar etika
    Pengawasan dan /atau perijinan oleh pemerintah dan asosiasi profesi
    karena jasanya sanggat penting bagi masyarakat , biasanya pemerintah berkepentingan
    untuk melakukan pengaturan tertentu, khususnya dalam hal pengawasan, antara lain
    melalui perizinan dan pemantauan.
    Status dan Prestise yang relatif lebih tinggi di masyarakat
    Karakteristik ini sebenarnya merupakan akibat dari empat karakteristik sebelumnya,
    yaitu sebutan Profesional dan prestise diatas rata-rata di dalam masyarakat.Profesional
    menghadapi tuntutan yang sangat tinggi tidak hanya dari luar tetapi juga dari dalam diri
    sendiri. Tuntutan ini menyang kut tidak hanya keahlian ,tetapi juga komitmen moral.
    Suatu profesi dapat diibaratkan sebagai bangunan; pondasi ,kerangka,dan atap.
    Fondasi, mendasari setiap profesi haruslah fondasi yang kokoh, berupa pengetahuan
    yang di akui yang sangat penting dan esensial bagi kemakmran masyarakat
    Kerangka, ini meliputi tiga unsur yaitu (1) proses pendidikan ;(2)Proses ujian dan
    sertifikasi;(3)tanggung jawab terhadap masyarakat.
    Atap,meliputi unsur-unsur(1)asosiasi profesional,(2)kode etik,(3)standar teknis
    Kewajiban Profesi dan Sifat Hubungan antara profesional dan Klien
    Secara umum tanggung jawab yang di harapkan dari suatu profesional meliputi;

•   Kompetensi di bidang keahliaanya

•   Objektivitas dalam menawarkan atau memberikan jasa
•   Intregritas dalam bertransaksi dengan klien

•   Kerahasiaan dalam hubunganya urusan-urusan klien

•   Penegakandisiplin kepada para anggota
    Profesi sebagai komunitas
    Komunitas ini tidak menempati suatu lokasi fisik, melainkan didefinisikan oleh aktivitas
    yang dijalani oleh para anggota dan nilai-nilai yang di anut. Selain mewajibkan para
    anggota untuk mematuhi stadar teknis dan memutahirkan kecakapan atau kompetensi
    teknis selain itu juga standar etika.
    Sumber-sumber Panduan Etika
    1. Kode Etik/ Aturan Perilaku
      -    Ditetapkan oleh asosiasi profesi dan perusahaan atau organisasi tempat kerja.
    2. Hukum dan jurisprudensi
    Akuntansi sebagai Profesi
    Akuntansi telah memenuhi lima unsur pokok yang mencirikan suatu profesi. Untuk
    menjadi akuntan, seseorang harus belajar lama dan keras, menyelesaikan pelajaran
    (mata kuliah) akuntansi dan bisnis dalam suatu jumlah minimum yang ditetapkan, lulus
    ujian yang panjang dan sulit, memiliki acuan karakter, memperoleh pengalaman
    profesional dalam jangka waktu yang cukup, dan mampu menjalani tugas-tugas khusus
    secara tuntas dan efisien agar diakui secara khusus. Selain itu, seorang akuntan juga
    diharuskan untuk memenuhi persyaratan pendidikan berkelanjutan untuk
    memutakhirkan kecakapan dalam rangka mempertahankan status profesionalnya.
    Tanggung jawab profesional para akuntan yang utama bukan pada diri sendiri, majikan
    (organisasi yang mengarahkan mereka), atau bahkan klien, melainkan kepada
    masyarakat.
    Komponen-komponen yang membentuk struktur profesi dapat dipengaruhi oleh
    akuntansi.
    Harapan Publik akan Profesionalisme Akuntan
           Konsekuensi dari pengakuan atas profesionalismenya sebagai seorang akuntan
    adalah seorang akuntan profesional harus memiliki kompetensi atau kemahiran khusus
    dalam teknis akuntansi dan memiliki pemahaman yang lebih tinggi daripada
    pemahaman orang awam mengenai bidang-bidang yang terkait dengan akuntansi seperti
    pengendalian manajemen, perpajakan, dan sistem akuntansi.
            Selain itu, para profesional juga diharapkan mematuhi tanggung jawab dan nilai-
    nilai profesionalisme pada umumnya, dan mematuhi norma-norma khusus (aturan etika)
    yang ditetapkan oleh organisasi profesi tempat mereka bernaung. Penyimpangan dari
norma-norma yang diharapkan ini dapat menyebabkan hilangnya kredibilitas mereka
        atau bahkan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap profesi secara keseluruhan.
        Karakteristik pokok profesi akuntansi:
-   Penyediaan jasa kepercayaan yang penting bagi masyarakat
-   Keharusan memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus yang mendalam
-   Pengawasan melalui sistem pengaturan diri dan keanggotaan
-   Akuntabilitas kepada otoritas pemerintah
        Kewajiban pokok dalam kaitannya dengan hubungan kepercayaan
    -   Perhatian terus-menerus terhadap kebutuhan klien dan pihak-pihak lain yang
        berkepentingan (stakeholders)
-   Pengembangan dan pemeliharaan pengetahuan dan keahlian yang dipersyaratkan
-   Pemeliharaan reputasi kepatutan sebagai pribadi
-   Pemeliharaan reputasi kredibilitas sebagai anggota profesi
    Hak-hak yang dapat diperoleh
    -   Kemampuan untuk menyandang sebutan profesional dan menjalankan praktik
        profesional
    -   Kemampuan atau keikutsertaan dalam menentukan standar masuk dan menguji calon
        anggota profesi
-   Partisipasi dalam pengembangan praktik akuntansi dan audit
-   Akses terhadap beberapa atau semua bidang kegiatan akuntansi dan audit
        Nilai-nilai yang diperlukan untuk menunaikan kewajiban dan mempertahankan hak
-   Kejujuran
-   Integritas
-   Objektivitas
-   Kehati-hatian
-   Kompetensi
-   Kerahasiaan
    -   Komitmen untuk mendahulukan kepentingan publik, klien, profesi, dan organisasi atau
        perusahaan daripada kepentingan pribadi
BAB 4
                    PANDUAN ETIKA BAGI PROFESI AKUNTANSI
   Pentingnya Etika Profesi bagi Akuntan
   Alasan yang mendasari setiap profesi menuntut para anggotanya (para profesional)
   bertindak atau menjalankan kewajiban profesinya dengan standar etika yang tinggi
   adalah kebutuhan akan kepercayaan masyarakat sehubungan dengan kualitas jasa yang
   diberikan, terlepas dari individu yang melaksanakannya.
   Kerangka Dasar Etika Profesi
   Agar efektif, kode etik perlu mengkombinasikan prinsip – prinsip dengan sejumlah
   terbatas aturan khusus. Jika kode etik disusun untuk mencakup semua masalah, maka
   kode etik tersebut akan terlalu besar. Dengan landasan pemikiran semacam ini, maka
   kode etik profesi umumnya meliputi unsur – unsur berikut ini:
1. Pendahuluan dan Tujuan
2. Prinsip dan Standart Pokok
   Umumnya kode etik profesi meliputi prinsip dan standar pokok berupa kewajiban bagi
   para anggota profesi untuk:
a. Mempertahankan reputasi dan kemampuan dalam memenuhi kepentingan publik
b. Melaksanakan tanggung jawab dengan integritas, objektivitas, independensi, kompetensi
   profesional, kehati hatian, menjaga kerahasiaan
c. Tidak terkait dengan informasi yang menyesatkan atau salah saji
3. Aturan Umum
4. Aturan Khusus
5. Disiplin
6. Interpretasi Aturan
   Kode Etik Akuntan Publik AS (AICPA)
   Kode etik AICPA meliputi 4 komponen, yaitu
1. Prinsip –prinsip etika
   Merupakan standar ideal perilaku etis yang dinyatakan secara filosofis. Komponen ini
   tidak mengikat.
2. Aturan perilaku
    Merupakan standar minimum yang dinyatakan sebagai aturan khusus. Komponen ini
    mengikat.
3. Interpretasi aturan perilaku
    Komponen ini tidak mengikat tetapi penyimpangannya harus ada alasan yang dapat
    diterima.
4. Pengaturan etis
    Meliputi penjelasan dan jawaban yang dipublikasikan atas pertanyaan aturan perilaku
    yang diajukan oleh para anggota.
    Kode Etik Akuntan Manajemen AS (IMA)
    Standar etika ini terdiri dari empat kategori perilaku atau tanggung jawab etis, yaitu:
1. Kompetensi
2. Kerahasiaan
3. Integritas
4. Objektivitas
    Kode Etik Akuntan Indonesia
    Prinsip – prinsip etika dalam kode etik IAI yaitu:
1. Tanggung jawab profesi
2. Kepentingan umum
3. Integritas
4. Objektivitas
5. Kompetensi dan kehati hatian profesional
6. Kerahasiaan
7. Perilaku profesional
8. Standar teknis
    Lampiran 4-A
    Prinsip Etika Ikatan Akuntan Indonesia

•   Mukadinah
1. Keanggotaan dalam Ikatan Akuntan Indonesia bersifat sukarela. Dengan menjadi
   anggota, seseorang akuntan mempunyai kewajiban untuk menjaga disiplin diri di atas
   dan melebihi yang disyaratkan oleh hokum dan peraturan.
2. Prinsip Etika Profesi dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indoensia menyatakan pengakuan
   profesi akan tanggung-jawabnya kepada public, pemakai jasa akuntan, dan rekan.

•  Prinsip Pertama – Tanggung Jawab Profesi
   Dalam melaksanakan tanggung-jawabnya sebagai professional, setiap anggota harus
   senatiasa menggunakan pertimbangan moral dan professional dalam semua kegiatan
   yang dilakukannya.
1. Sebagai professional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Anggota
   harus selalu bertanggung jawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk
   mengembangkan profesi akuntansi,memelihara kepercayaan masyarakat, dan
   menjalankan tanggung jawab profesi dalam dalam mengatur dirinya sendiri.

•    Prinsip Kedua – Kepentingan Umum (Publik)
     Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan
     kepada public, menghormati kepercayaan public, dan menunjukkan komitmen atas
     profesionalisme.
1.   Satu ciri utama dari profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada public. Profesi
     akuntan memegang peranan yang penting di masyarakat, di mana public dari profesi
     akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai,
     investor, dunia bisnis dan keuangan,dan pihak lainnya bergantung pada objektivitas dan
     integritas akuntan dalam menjaga berjalannya fungsi bisnis secara tertib.
2.   Profesi akuntan dapat tetap berada pada posisi yang penting ini hanya dengan terus
     menerus memberikan jasa yang unik ini pada tingkat yang menunjukkan bahwa
     kepercayaan masyarakat dipegang teguh.
3.   Dalam memmenuhi tanggung jawab profesionalnya, anggota mungkin mengahadapi
     tekanan yang saling berbenturan dengan pihak-pihak yang berkepentingan.
4.   Mereka yang memperoleh pelayanan dari anggota mengharapkan anggota memenuhi
     tanggung jawabnya dengan integritas, objektivitas, keseksamaan professional, dan
     kepentingan untuk melayani public.
5.   Semua anggota mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan public.
6.   Tanggung jawab seorang akuntan tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan klien
     individual atau pemberi kerja. Dalam melaksanakan tugasnya seorang akuntan harus
     mengikuti standar profesi yang dititikberatkan pada kepentingan public, misalnya:
    Auditor independen membantu memelihara integritas dan efisiensi dari laporan
     keuangan yang disajikan pada lembaga keuangan.
    Eksekutif keuangan bekerja di berbagai bidang akuntansi manajemen dalam organisasi
     dan memberikan kontribusi terhadap efisiensi dan efektivitas dari pengguna sumberdaya
     organisasi.
    Auditor intern memberikan keyakinan tentang system pengendalian internal yang baik
     untuk meningkatkan keandalan informasi keuangan dari pemberi kerja kepada pihak
     luar.
    Ahli pajak membanu membangun kepercayaan dan efisiensi serta penerapan yang adil
     dari system pajak
 Konsultan manajemen mempunyai tanggung jawab terhadap kepentingan umum.

•    Prinsip Ketiga – Integritas
     Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan public, setiap anggota harus
     memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
1.   Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan
     professional;
2.   Integritas mengharuskan seorang anggota untuk , antara lain, bersikap jujur dan berterus
     terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa.
3.   Integritas diukur dalam bentuk apa yang benar dan adil.
4.   Integritas juga mengharuskan anggota untuk mengikuti prinsip objektivitas dan kehati-
     hatian professional.

•    Prinsip Keempat – Objektivitas
     Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan
     dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
1.   Objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan
     anggota. Prinsip objektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur
     secara intelektual, tidak berprasangka atau bias.
2.   Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan
     objektivitas mereka dalam berbagai situasi.
3.   Dalam menghadapi situasi dan praktik yang secara spesifik berhubungan dengan aturan
     etika sehubungan dengan objektivitas pertimbangan yang cukup harus diberikan
     terhadap factor-faktor berikut:
a.   Adakalanya anggota dihadapkan pada situasi yang memungkinkan mereka menerima
     tekanan-tekanan yang diberikan padanya.
b.   Adakalanya tidak praktis untuk menyatakan dan menggambarkan semua situasi dimana

•  Prinsip kelima- kompetensi dan kehati-hatian profesional
   Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati-hatian,
   kompetensu dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan
   pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk
   memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memproleh manfaat dari jasa profesional
   yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legalisasi dan teknik yang paling
   muktahir
1. Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk memenuhi tanggung jawab
   profesionalnya dengan kompetensi dan ketekunan. Hal ini berarti bahwa anggota
   mempunyai kewajiban untuk menggunakan keahliannya dengan sebaik-baiknya
2. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Angggota seyongyanya
   tidak menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau pengalaman yang tidak mereka
   punyai.
 Pencapaian Kompetensi Profesional
   Pencapaian kompetensi profesional pada awalnya memerlukan standar pendidikan
   umum yang tinggi, diikuti oleh pendidikan khusus, pelatihan dan ujian profesional
   dalam subyek-subyek yang relevan, dan pengalaman kerja. Hal ini harus menjadi
   pengembangan yang normal untuk anggota
 Pemeeliharaan Kompetesi Profesional
   Kompetensi profesional harus dipelihara dan dijaga melalui komitmen untuk belajar dan
   melakukan peningkatan profesional secara berkesinambungan selama kehidupan
   profesional anggrota
3. Kompetensi menunjukan terdapatnya pencapaian dan pemahaman dan pengetahuan
   yang memungkinkan seorang anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan
   kecerdikan.
4. Anggota harus tekun dalam memenuhi tanggung-jawabnya kepada penerima jasa dan
   publik. Ketekunan mengandung arti pemenuhan tanggung-jawab untuk memberikan jasa
   dengan segera dan berhati-hati, sempurna dan mematuhi standar teknis etika yang
   berlaku
5. Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk merencanakan dan mengwasi
   secara seksama kegiatan profesional yang menjadi tanggung jawabnya.

•    Prinsi Keenam-Kerahasian
     Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama
     melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi
     tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum
     untuk mengungkapkannya
1.   Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi tentang klien
     atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya.
     Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antara anggota dan klien
     berakhir
2.   Kerahasisaan harus dijaga oleh anggota kecuali jika persetujuan khusu telah diberikan
     atau terdapat kewajiban legal atau profesional untuk mengungkapkan informasi
3.   Anggota mem[punyai kewajiban untuk memastikan bahwa staf dibawah pengawasannya
     menghormati prinsi p kerahasiaan
4.   Anggota tidaklah semata-maat masalah pengungkapan informasi. Kerahasiaan juga
     mengharuskan anggota yang memperoleh informasi selama melakukan jasa profesional
     tidak menggunakan informasi tersebut untuk keuntungan pribadi
5.   Anggota yang mempunyai akses terhadap informasi tentang rahasian penerima jasa
     tidak boleh mengungkapkannya ke publik
6.   Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang berhubungan
     dengan kerahasiaan didefenisikan dan bahwa terdapat panduan mengenai sifat dan luas
     kewajiban kerahsiaan mengenai berbagai keasaan dimana informasi yang diperoleh
     selama melakukan jasa profesional dapat atau perllu diungkapkan
7.   Berikut ini adalah conto-contoh hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan
     sejauh mana informasi rahsian dapat diungkapkan.
    Apabila pengungkapan diizinkan
    Pengungkapan diharuskan oleh hukum
    Ketika ada kewajiban atau hak profesional untuk mengungkapkan

•    Prinsip ketujuh- Prilaku Profesional
     Stiap anggota harus berprilaku profesional yang konsisten dengan reputasi profesi yang
     baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
1. Kewajiban untuk menjauhhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus
   dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa,
   pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.

•  Prinsi Kedelapan- Standar Teknis
   Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan
   standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan kehati-hatian,
   anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa
   selama penugasan tersebut sejalan dengan integritas dan objektivitas
1. Standar teknis dan standar profesional yang harus ditaati anggota adalah standar teknis
   yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia , Intenational federation of
   Accountans, badan pengatur, dan peraturan perundang-undangan yang relevan.

    Lampiran 4-B
    Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik

    KETERTERAPAN (APPLICABILITY)
    Aturan Etika ini harus diterapkan oleh anggota Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen
    Akuntan Publik (IAI-KAP) dan staf profesional.

    DEFINISI
    Klien adalah orang atau badan yang memepekerjakan seseorang atau lebih anggota IAI-
    KAP atau KAP tempat anggota bekerja untuk melaksanakan jasa profesional.
    Laporan keuangan adalah suatu penyajian data keuangan termasuk catatan yang
    menyertainya, bila ada, yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber daya
    ekonomi (aktiva) dan/atau kewajiban suatu entitas pada saat tertentu atas perubahan
    atasnya selama satu periode tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
    umumatau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum.
    Data keuangan lainnya yang digunakan untuk mendukung rekomendasi kepada klien
    atau yang terdapat dalam dokumen untuk suatu pelaporan yang diatur dalam standar
    atestasi.
    Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akutan publik yang
    memperoleh ijin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berusaha di bidang
    pemberian jasa profesional dalam praktik akuntan publik.
    Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah wadah organisasi profesional akuntan Indonesia
    yang diakui pemerintah.
    Ikatan Akuntan Indonesia-Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP) adalah wadah
    organisasi para akuntan Indonesia yang menjalankan profesi sebagai akutan publik atau
    bekerja di kantor akutan publik.
    Anggota adalahsemua anggota IAI-KAP.
    Anggota KAP adalah anggota IAI-KAP dan staf profesional yang bekerja pada satu
    KAP.
    Akuntan publik adalah akuntan yang memiliki izin dari Menteri Keuangan atau pejabat
    yang berwenang lainnya untuk menjalankan praktik akuntan publik.
    Praktik akuntan publik adalah pemberian jasa profesional kepada klien yang dilakukan
    oleh anggota IAI-KAP yang dapat berupa jasa audit, jasa atestasi, jasa akuntansi dan
review, perpajakan, perencanaan keuangn perorangn, jasa pendukung litigasi, dan jasa
     lainnya yang diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik.

     INDEPENDENSI, INTEGRITAS DAN OBJEKTIVITAS (100)
     Independensi (101)
     Independen dalam fakta (in fact) maupun dalam penampilan (in appearance).
     Integritas dan Objektivitas (102)
     Bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak boleh membiarkan
     faktor salah saji material (material misstatement) atau mengalihkan
     (mensubordinasikan) pertimbangannya kepada pihak lain.

     STANDAR UMUM DAN PRINSIP AKUNTANSI (200)
     Standar Umum (201)
1)   Kompetensi profesional
     Anggota KAP hanya boleh melakukan pemberian jasa profesional yang secara layak
     (reasonable) diharapkan dapat diselesaikan dengan kompetensi profesional.
2)   Kecermatan dan keseksamaan profesional
     Anggota KAP wajib melakukan pemberian jasa profesional dengan kecermatan dan
     keseksamaan profesional.
3)   Perencanaan dan supervisi
     Anggota KAP wajib merencanakan dan mensupervisi secara memadai setiap
     pelaksanaan pemberian jasa profesional.
4)   Data relevan yang memadai
     Anggota KAP wajib memperoleh data relevan yang memadai untuk menjadi dasar yan
     layak bagi simpulan atau rekomendasi sehubungan dengan pelaksanaan jasa
     profesionalnya.
     Kepatuhan terhadap Standar (202)
     Anggota KAP yang melaksanakan penugasan jasa auditin, atestasi, review kompilasi,
     konsultasi manajemen, perpajakan, atau jasa profesional lainnya wajib mematuhi
     standar yang dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan oleh IAI.
     Prinsip-prinsip Akuntansi (203)
     Anggota KAP tidak diperkenankan:
1)   Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa laporan keuangan lain suatu
     entitas disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2)   Menyatakan bahwa tidak menemukan perlunya modifikasi material yang harus
     dilakukan terhadap laporan atau data tersebut agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang
     berlaku.

     TANGGUNG JAWAB KEPADA KLIEN (300)
     Informasi Klien yang Rahasia (301)
     Anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang rahasia, tanpa
     persetujuan dari klien. Ketentuan ini tidak dimaksudkan untuk :
1)   Membebaskan anggota KAP dari kewajiban profesionalnya
2)   Mempengaruhi kewajiban anggota KAP
3)   Melarang review praktek profesional seorang Anggota sesuai dengan kewenangan IAI
4)   Menghalangi Anggota dari pengajuan pengaduan keluhan
Fee Profesioal (302)
1) Besaran Fee
   Besarnya fee anggota dapat bervariasi tergantung:
• Risiko penugasan
• Kompleksitas jasa yang diberikan
• Tingkat keahlian
• Struktur biaya KAP
2) Fee Kontinjen
   Adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan jasa profesional tanpa fee yang
   dibebankan. Fee dianggap tidak kontinjen jika ditetapkan oleh pengadilan. Anggota
   KAP tidak diperkenankan untuk menetapkan fee kontinjen apabila mengurangi
   independensi.

   TANGGUNG JAWAB KEPADA REKAN SEPROFESI (400)
   Tanggung Jawab kepada Rekan Seprofesi (401)
   Anggota wajib memelihara citran profesi, dengan tidak melakukan perkataan dan
   perbuatan yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi.
   Komunikasi antar akuntan Publik (402)
   Anggota wajib berkomunikasi tertulis dengan akuntan publik pendulu bila mengadakan
   perikatan.
   Perikatan Atestasi (403)
   Akuntan publik tidak diperkenankan mengadakan perikatan Atestasi yang jenisnya
   sama dengan yang lebih dahulu.
   TANGGUNG JAWAB DAN PRAKTEK LAIN (500)
   Perbuatan dan Perkataan yang Mendiskreditkan (501)
   Anggota tidak diperkenankan melakukan tindakan yang mencemarkan profesi.
   Iklan, Promosi, dan Kegiatan Pemasaran lainnya (502)
   Anggota diperkenankan mencari klien melalui pemasangan iklan dan promosi asal tidak
   merendahkan citra profesi.
   KOMISI DAN FEE REFERAL (503)
1) Komisi
   Komisi adalah imbalan dalam bentuk uang atau barang untuk memperoleh perikatan
2) Fee Referal (rujukan)
   Adalah imbalan yang dibayarkan kepada sesama penyedia jasa profesional akuntan
   publik.
   Bentuk Organisasi dan KAP (504)
   Anggota hanya dapat berpraktik akuntan publik dalam bentuk organisasi yang diizinkan
   oleh peraturan perundang undangan yang berlaku.
Kerangka Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia

             Tanggung Jawab Profesi
                Kepentingan Umum
                           Integritas
                         Objektivitas                                                        IAI Pusat
                                                        Prinsip Etika
                         Kompetensi
            Kehati hatian Profesional
                         Kerahasiaan
                Perilaku Profesional
                    Standard Teknis




                                                        Aturan Etika                          IAI KAP




   Independensi        Standard           Tanggung       Tanggung              Tanggung      RAPAT
     Integritas      umum prinsip       jawab kepada   jawab kepada           jawab dan     ANGGOTA
    objektivitas      akuntansi             klien          rekan             praktek lain     K
                                                                                              KAP




                                                                                            Pengurus IAI
                                                       Interpretasi aturan                     KAP
                                                              etika



                                                       Tanya dan Jawab                       Dewan Staf
BAB 5
             INTEGRITAS, OBJEKTIVITAS, DAN INDEPENDENSI


Pengertian Integritas, Objektivitas, dan Independensi
       Integritas, mengacu pada kepatuhan yang konsisten terhadap prinsip-prinsip
moral, intelektual, profesional atau keindahan meskipun ada godaan ubtuk
meninggalkan prinsip-prinsip tersebut. Secara singkat integritas ini dapat disimpulkan
sebagai keteguhan hati yang tidak mudah tergoyahkan dan menunjukkan bahwa setiap
apa yang telah fisanggupinya dilaksanakan sesuai prosedur tanpa dipengaruhi oleh orang
lain.
        Ojektivitas, ialah suatu unsur karakter yang menunjukkan kemampuan seseorang
untuk menyatakan segala sesuatu apa adanya, terlepas dari kepentingan pribadi maupun
pihak lain. Prinsip objektivitas ini mengharuskab untuk bersikap adil, tidak memihak,
jujur secara intelektual, tidak berprasangka, serta bebas dari kepentingan pihak lain.
        Independensi, secara umum didefinisikan dengan mengacu pada kebebasan dari
hubungan yang merusak atau tampaknya merusak kemampuan akuntan untuk
menerapkan objektivitas. Kebebasan dari hubungan ini masih terlalu sempit sehungga
independensi dapat di artikan juga sebagai kemampuan untuk bertindak dengan
integritas dan objektivitas.
Independensi dan Profesionalisme
        Profesional, merupakan bntuk dari pengalaman dan kemampuan mengenali/
memahami suatu bidang tertentu, seorang profesional tidak akan mensubordinasikan
dirinya kepada orang lain. Setiap tindakan harus disertai dengan independensi sehingga
secara total tindakan itu akan mencapai hasil yang maksimal tetapi dalam kenyataan
tidak semua independensi ini dapat diterapkan dengan mudah, sehingga independensi ini
akan secara maksmal dilaksanakan jika didampingi dengan sebuah profesinalisme.
Independensi dan Akuntan Publik
Secara tradisional para akuntan telah memandang independensi menjadi tiga
  tataran, antara lain:
1. agar menggunakan sudut pandang yangtidak bias, seorang auditor harus memiliki
   keutamaan-keutamaan berupa kejujuran, objetivitas, dan tanggung jawab.
  2. independensi mengacu kepada hubungan antara akuntan dengan klien.
3. independensi berarti akuntan publik harus menghindari setiap hubungan yang dapat
   menyebabkan seorang pemerhati patut menduga adanya benturan kepentingan.
    Dengan demikian terlihat bahwa padavtataran pertama dan kedua independensi
  adalah suatu kondisi mental dan karakter profesional, yang disebut sebagai integritas
  dan objektivitas. Untuk tataran ketiga buka pada seorang profesional melainkan
  pandangan ke pada seorang prifesional.
  Independensi dalam kenyataan
         Independensi dalam kenyataans merupakan norma dalam kehidupan sehari-hari
  seorang profesional. Sehingga sangat sulit untuk menerapkan independensi ini.
  Independensi dalam penampilan
          Untuk independensi dalam penampilan ini, independensi dilihat dari sisi
  pengguna atau pihak luar, sehingga seorabg berlaku seindependen mungkjn untuk
  meyakinkan bahwa seorang auditor tidak berpihak, walaupun demikian masih saja pihak
  luar atau pemeriksa masih meragukan hal tersebut.
  Beberapa isu Independesi dalam penampilan
  1. kompetensi di antara kantor-kantor akuntan;
  2. makin besarnya peran jasa konsultasi yang ditawarkan oleh auditor;
  3. besar dan tumbuhnya ukuran kantor akuntan;
  4. lamanya sebuah kantor akuntan publik telah mengaudit klien tertentu.
  Independensi dalam Kode Etik Akuntan Indonesia
         Sesuai aturan etika no. 100, independensi auditor memiliki dua dimensi yaitu
  independensi dalam kenyataan (in fact) dan i.dependensi dalam penampilan (in
  appearance).
  Independensi dan Akuntan Manajemen (Intern)
         Audito intern atau akuntan manajemen ini harus berintegritas dan objektif dalam
  melaksanakab tugas-tugas profesionalnya. untuk mengawasi bekerjanya akuntan
  manajemen, di Indonesia telah membentuk badan berupa Satuan Pengawasan Intern aau
  SPI. Lazimnya seorang auditor intern independen dengan apa yang ia audit atau tidak
  bersangkutan dengan yang diauditnya.
BAB 6
                 BENTURAN KEPENTINGAN DAN KERAHASIAAN
  Pengertian Umum Benturan Kepentingan
           Dalam pengertiannya, benturan kepentingan tidak semata-mata suatu benturan
  antara kepentingan yang berlawanan, meskipun sebenarnya hal ini terkait juga. Secara
  lebih tegas, benturan kepentingan merupakan suatu benturan yang terjadi apabila
  kepentingan pribadi sesorang mempengaruhi rindakannya untuk memenuhi kepentingan
  pihak lain ketika orang tersebut kerkewajiban untuk bertindak demi kepentingan pihak
  lain itu.
  Klasifikasi Benturan Kepentingan
         Semua situasi benturan kepentingan adalah kecurigaan dari segi moral, namun
  beberapa diantaranya lebih serius daripada yang lain. Terdapat tig carq untuk
  membedakan benturan kepentingan, antara lain:
1. Benturan kepentingan aktual dan potensial
       Aktual di sini apabila kepentinan pribadi menyebabkan seseorang bertindak
  bertentangan denan pihak lain yang seharusnya dipenuhi opeh orang tersebut. Potensial
  apabila terdapat kemungkinan bahwa seseorang akan tidak mampu memenuhi
  kewajiban untuk berttindak memenuhi kepentingan pihak lain, sekalipun orang tersebut
  belum melakukannya.
  2. Benturan kepentingan pribadi dan non-pribadi
       Jika seorang akuntan yang kepentingan pribadinya berbenturan dengan kepentingan
  klien disebut benturan kepentingan pribadi, sedangkan saat seorang akuntan
  memberikan jasanya, maka disbut benturan kepentingan non-pribadi.
  3. Benturan kepentingan individu dan organisasi
      Dalam hubungan keagenan, lazimnya adalah seorang yang bertindak demi
  kepentingan prinsipal. Prinsipal ini bisa individu atau organisasi. Akan tetapi, organisasi
  juga dapat bertindak sebagai agen dan karenanya jua bisa merupakan pihak yang
  kepentingannya berbenturan.
  Bentuk-bentuk Benturan Kepentingan
  a. Pertimbangan yang bias
      Benturan ini biasanya berupa pertimbangan akuntan yang mementingkan
  kepentingan pribadinya sehingga mengabaikan kepentingan klien.
b. Kompetisi langsung
       Ini dapat berupa benturan dalam pekerjaan seorang pegawai dengan perusahaannya
   di mana sama-sama memiliki kepentingan.
   c. Penyalahgunaan kedudukan/posisi
        Biasanya dengan kedudukan benturan yang terjadi berupa nepotisme atau
   mengedepankan keluarga dengan jabatannya daripada seseorang yang mungkin lebih
   ahli yang bukan keluarganya.
   d. Pelanggaran kerahasiaan
      Pelanggaran ini biasanya untuk mendapatkan kepentingan pribadinya dengan
   mengungkapkan rahasia yang merugikan pihak lain.
   Benturan Kepentingan dan Akuntan Profesional
          Benturan yang terjadi pada Akuntan profesional yaitu kepentingan atau
   hubungan yang membuat pertimbangan-pertimbangan seorang akuntan dapat goyah,
   sehingga seorang akuntan harus tetap menjag integritas, objektivitas dan independensi
   nya terhadap setiap kepentinan dan hubungan.
   Jenis-jenis Benturan Kepentingan bagi Akuntan Profesional
1. kepentingan pribadi seorang akuntan berbenturan dengan kepentingan stakeholder atau
   orang lain.
2. kepentingan pribadi akuntan dan beberapa stakeholder berenturan dengan stakeholder
   lainnya.
3. kepentingan satu klien diutamakan daripada kepentingan klien lainnya.
4. kepentingan satu atau beberapa stakeholder berbenturan dengan satu atau beberapa
   stakeholder lainnya.

   Kerahasiaan dan Akuntan
          Dari sudut pandang etika, kerahasiaan dapat dibenarkan menurut teori utilitarian
   maupun deontologi atau teori kewajiban. Dalam perspektif deontologi mempunyai dua
   aspek yang dapat dirunut ke kewajiban prima facie yaitu kita mempunyai kewajiban
   untuk menepati janji dan kita mempunyai kewajiban untuk tidak merugikan orang lain
   khususnya klien dan pihak yang bergantung dengan kita.
   Kerahasiaan dan Akuntan Publik
          Secara singkat, menjaga kerahasiaan informasi klien merupakan salah satu jenis
   tanggung jawab akuntan publik terhadap klien selain tanggung jawab untuk menjaga
   mutu pekerjaannya.
          Kewajiban menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh selama pelaksanaan
   tugas profesional ini merupakan kewajiban tidak hanya akuntan publik, tetapi juga
   semua staf dan karyawan yang bekerja di kantor akuntan publik. Dalam hal ini, akuntan
publik bertanggungjawab atas dipatuhinya ketentuan ini oleh staf dan karyawan yang
    bekerja di kantornya. Namun demikian, aturan yang melarang auditor untuk
    mengungkapkan informasi rahasia tidak berlaku mutlak. Larangan tersebut tidak dapat
    digunakan untuk :
1. Membebaskan anggota darikewajibannya memenuhi standar teknis yang ditetapkan oleh
   profesi sesuai dengan etika.
2. Mempengaruhi kewajiban anggota untuk mematuhi peraturan peundang-undangan yang
   berlaku seperti panggilan resmi untuk penyidikan ileh pejabat pengusut atau melarang
   kepatuhan anggota terhadap ketentuan peraturan yang berlaku.
3. menghambat penelaahan praktik profesional anggota berdasarkan kewenangan dari
   organisasi profesi.
4. Mengesampingkan anggota mengajukan keberatan terhadap atau menjawab setiap
   pertanyaan yang diajukan oleh badan investigasi atau badan penegakan disiplin yang
   diakui atau sah.




                                             BAB 7
       KERANGKA ANALISIS ETIKA DAN ISU-ISU ETIKA DALAM PRAKTIK
                             AKUNTANSI
    Apabila dalam rangka pelaksanaan tugasnya seorang pegawai atau seorang profesional
    menghadapi masalah etika, maka panduan pertama yang harus digunakan untuk
    menyelesaikan adalah kode etik (atau aturan perilaku) organisasi atau kode etik profesi.
    Untuk memberikan pemahaman yang baik tehadap masalah-masalah etika, bab ini juga
    memberikan beberapa contoh masalah etika yang banyak dijumpai oleh akuntan
    profesional dalam menjalankan pekerjaannya.
    Pentingnya Kepekaan Etis
    Tak diragukan lagi, sebagian besar dari kita berkeinginan menjadi orang yang beretika
    dan bahkan kita beranggapan bahwa kita adalah orang yang berperilaku etis seetis, atau
    bahkan lebih etis daripada orang lain. Namun hal ini sering melemahkan kepekaan kita
    terhadap isu-isu etis, terutama yang pada mulanya tampak sepele.
    Beragam masalah etis berkaitan dengan pekerjaan akuntan profesional dalam berbagai
    perannya. Oleh sebab itu, pengetahuan akan tanda-tanda peringatan adanya masalah
    etika akan memberikan peluang untuk melindungi diri sendiri dan pada saat yang sama,
    membangun suasana etis di lingkungan kerja.
    Di antara masalah-masalah etika yang dapat dijumpai oleh akuntan meliputi permintaan
    atau tekanan untuk:
•   Melaksanakan tugas-tugas yang bukan merupakan kompetensinya,
•   Mengungkapkan informasi rahasia,
•   Mengompromikan integritasnya dengan melakukan pemalsuan, penggelapan, penyuapan
    dan sebagainya,
•   Mendistorsi objektivitas dengan menerbitkan laporan-laporan yang menyesatkan atau
    tidak lengkap.

    Seorang akuntan profesional haruslah memiliki kesadaran dan kepekaan etis yang
    tinggi; mampu mengenali situasi-situasi yang mengandung isu-isu etis sehingga
    memungkinkannya untuk mengambil keputusan atau tindakan yang tepat. Perlu selalu
    diingat, bahwa beberapa isu atau dilema etis adalah sederhana dan mudah diselesaikan.
    Namun banyak di antara isu-isu tersebut kompleks dan solusinya samar-samar.
    Kerangka Analisis Etika
    Etika dalam pengertian ilmu atau cabang filsafat tidak memberitahukan kepada kita
    mengenai apa yang harus kita lakukan, melainkan mengemukakan suatu kerangka yang
    dapat digunakan untuk mengkaji dimensi-dimensi etika pada berbagai isu.

•   Penalaran Moral dan Pendekatan Standar Moral
    Seseorang melakukan penalaran moral ketika Ia menemukan fakta tertentu, kemudian
    membandingkannya dengan standar moral yang relevan dan menentukan apakah fakta
    tersebut sesuai atau tidak sesuai dengan standar moral tadi. Dalam hal ini, manfaat
    (utilitarian), hak (right), keadilan (justice) dan kepedulian (care) merupakan standar
    moral yang banyak digunakan, khusunya di lingkungan bisnis.
    Masing-masing standar tersebut dapat digunakan sendiri sendiri. Namun dalam banyak
    situasi keputusan, keempat standar tersebut umumnya harus dipenuhi agar suatu
    tindakan atau keputusan dapat dikatakan beretika atau bermoral.
    Pendekatan Standar Moral untuk Pengambilan Keputusan Etis

               STANDAR MORAL                      PERTANYAAN ATAS KEPUTUSAN
    Utilitarian (manfaat):                       Apakah tindakan/keputusan itu
    Memaksimalkan manfaat neto bagi              memaksimalkan manfaat sosial dan
    masyarakat secara keseluruhan.               meminimalkan kerugian sosial?
    Hak Individu :                               Apakah tindakan/keputusan itu konsisten
    Menghormati dan melindungi hak-hak           dengan hak-hak masing-masing orang?
    individu.
    Keadilan:                                    Akankah tindakan/keputusan itu
    Distribusi yang adil atas manfaat dan        menghasilkan distribusi yang adil atas
    beban.                                       manfaat dan beban?
    Kepedulian:                                  Apakah tindakan/keputusan itu konsisten
    Konsintensi dengan tanggung jawab            dengan tanggung jawab terhadap masing-
    terhadap semua pihak, khususnya yang         masing pihak, khususnya yang memiliki
    memiliki hubungan khusus atau                hubungan khusus?
    ketergantungan.


•   Analisis Dampak Stakeholder
Dalam analisis dampak stakeholder, seorang pengambil keputusan diminta untuk
    memertimbangkan sekelompok pihak yang memiliki kepentingan terhadap organisasi,
    yang merupakan pihak-pihak yang akan dipengaruhi oleh keputusan.
    Langkah-langkah analisis berikut ini dapat kita terapkan dalam pengambilan keputusan
    etis.
1. Mengenali isu atau dilema etis.
    Langkah pertama adalah mengetahui kapan kita menghadapi suatu masalah. Untuk
    dapat melakukan ini, kita harus membangun etika pribadi, kesadaran etika atau hati
    nurani.
2. Mengidentifikasi dan menganalisis unsur-unsur pokok situasi.
    Dengan berorientasi pada stakeholder, pertanyaan-pertanyaan berikut membantu kita
    untuk mengenali dan memahami berbagai unsur dalam situasi atau isu yang perlu kita
    selesaikan:
•   Siapa sajakah pihak-pihak yang dapat dipengaruhi secara menguntungkan dan
    merugikan?
•   Hak-hak atau kepentingan apa saja yang dilanggar?
•   Kepentingan-kepentingan apa sajakah yang berbenturan?
•   Apa yang menjadi tanggung jawab dan kewajiban kita (saya)?

3. Mengidentifikasi alternatif-alternatif pemecahan/penyelesaian
    Dalam akuntansi, misalnya, sejumlah metode tersedia untuk mengukur, mencatat dan
    melaporkan transaksi. Metode-metode ini merupakan alternatif-alternatif yang dapat
    diambil untuk menyelesaikan masalah.
4. Mengevaluasi alternatif-alternatif pemecahan/penyelesaian.
    Dalam hal ini, kita menimbang dampak masing-masing alternatif terhadap berbagai
    stakeholder dan menentukan stakeholder mana yang paling diuntungkan atau dirugikan.
5. Memutuskan.
    Langkah terakhir adalah memutuskan, yaitu memilih alternatif terbaik atau yang paling
    etis, dengan memertimbangkan semua keadaan dan konsekuensi sebagaimana ditimbang
    atau diukur dalam tahap keempat.
    Contoh Kasus Etika dalam Praktik Akuntansi
    Berikut ini adalah beberapa contoh kasus yang berguna untuk mengingatkan kita jika
    suatu saat menghadapi kasus serupa.

•   Klasifikasi akun laporan keuangan
    Misalkan, sebuah perusahaan memiliki beberapa piutang wesel yang di neracanya
    merupakan aktiva lancar. Ketertagihan wesel ini dapat dipastikan, namun kemungkinan
akan mengalami penundaan lebih dari satu tahun. Karena keadaan ini, akuntan
    perusahaan berkeinginan untuk mereklasifikasikan piutang wesel tersebut menjadi tak-
    lancar. Sementara itu, atasan akuntan tersebut menyadari akan terjadinya penundaan
    tersebut, tetapi tidak setuju dengan reklasifikasi karena akan mengakibatkan rasio lancar
    turun dari 1,5 menjadi 0,8, dan penurunan ini akan berakibat buruk terhadap masa depan
    perusahaan karena akan mempengaruhi pandangan kreditor mengenai kemampuan
    perusahaan untuk mengamankan pelunasan pinjaman.
    Sesuai dengan standar akuntansi, aktiva lancar adalah aktiva yang akan menjadi kas
    dalam satu tahun, maka dengan adanya indikasi penundaan tertagihnya piutang lebih
    dari satu tahun, jelas bahwa piutang tersebut tidak dapat lagi diklasifikasikan sebagai
    lancar, sehingga sudah seharusnya akuntan mereklasifikasinya menjadi piutang tak-
    lancar.
    Jika atasan akuntan tersebut tetap menginginkan untuk tidak mereklasifikasi piutang
    tersebut, berarti terjadi benturan etis antara akuntan dan atasannya, maka akuntan yang
    bersangkutan harus memutuskan untuk menerima atau tidak keputusan atasannya itu.

•   Pilihan metode pengungkapan
    Seorang akuntan (A) dan asistennya (AA) sedang menyusun laporan keuangan. Asisten
    akuntan (AA) ingin megungkapkan harga perolehan sekuritas yang tersedia untuk dijual
    (available-for-sale securities) dalam tanda kurung di neraca. Sementara itu, akuntan (A),
    yang mempertimbangkan penurunan nilai pasar terhadap harga perolehan sekuritas ini,
    tidak ingin mengundang perhatian pemakai laporan keuangan terhadap penurunan
    tersebut. Ia (A) ingin “menimbun” informasi harga perolehan ini dalam catatan atas
    laporan keuangan.
    Pilihan A akan menguntungkan manajemen karena hasilnya akan memberikan kesan
    adanya kestabilan atau bahkan perbaikan kondisi keuangan. Di pihak lain, pemegang
    saham, calon investor, dan kreditor akan memperoleh manfaat dari pengungkapan yang
    jelas, akurat dan mudah diakses (pilihan AA). Kedua metode ini diperkenankan oleh
    standar akuntansi yang berlaku, sehingga perusahaan dapat memilih salah satu metode
    yang mana pun dapat dibenarkan. Akan tetapi, yang mengusik adalah sikap akuntan (A).
    karena akuntan seharusnya berusaha demi kejelasan dan meghindari ambiguitas dalam
    pelaporan, maka untuk kasus ini, pengungkapan dalam tanda kurung di neraca adalah
    metode yang lebih baik, sehingga metode itulah yang seharusnya dipilih, bukan
    menyembunyikan informasi di dalam catatan atas laporan keuangan.

•   Penggeseran pengakuan pendapatan.
    Manajer yang kompensasinya didasarkan pada laba yang dicapai mungkin membukukan
    penjualan yang belum terjadi agar mendongkrak laba bersih yang akan dilaporkannya.
    Pengakuan dini atas pendapatan ini biasanya terjadi sebelum tahun buku berakhir.
    Manajemen mungkin merasionalisasi pengakuan pendapatan semacam ini karena
    perusahaan akan merealisasikan penjualan tersebut pada bulan Januari (awal tahun buku
    berikutnya); praktik ini hanya menggeser pendapatan tahun yang akan datang ke tahun
    sekarang.
Sesuai dengan standar akuntansi, penggeseran tersebut tidak dapat dibenarkan karena
    tidak memenuhi kriteria pengakuan pendapatan. Praktik semacam ini melanggar standar
    akuntansi dan sekaligus tidak etis karena mengelabui pemakai laporan keuangan demi
    menguntungkan diri sendiri. Praktik ini membuka peluang bagi perusahaan dituduh
    melakukan kecurangan dalam melaporkan kinerjanya.

•   “Slack’ dalam Penganggaran.
    Isu-isu etis serius dapat timbul dalam hal suatu anggaran dijadikan basis untuk
    memberikan penghargaan kepada para manajer. Misalnya, manajemen puncak sebuah
    divisi akan memberikan bonus 10% dari jumlah laba divisi diatas anggaran. Hal ini
    dapat menciptakan insentif bagi manajer divisi untuk, misalnya, “membantali” atau
    menciptakan “slack” dalam anggaran laba divisi. Bantalan tersebut akan menyebabkan
    anggara lebih mudah dicapai, sehingga meningkatkan peluang bagi manajer yang
    bersangkutan memeroleh bonus. Orang-orang tertentu mungkin memanfaatkan insentif
    semacam itu karena salah satu alasan berikut: (1) mereka akan mendapatkan bagian
    bonus, atau (2) mereka merasakan tekanan dari para manajer yang akan memeroleh
    bonus.
    Membantali anggaran atau memanipulasi data realisasi anggaran dengan maksud
    memaksimalkan keuntungan pribadi atau orang lain merupakan pelanggaran etika yang
    serius. Bagi akuntan manajemen, tindakan tersebut melanggar standar kompetensi,
    objektivitas dan integritas.

•   Pemberian oleh pihak luar
    Seorang pemasok yang sedang mengajukan penawaran kontrak baru, menawari akuntan
    manajemen di bagian pembelian perusahaan berupa tiket gratis menonton sepak bola.
    Pemasok tersebut tidak memberitahukan tentang kontrak baru ketika memberikan tiket.
    Akuntan tadi bukan teman si pemasok. Ia mengetahui bahwa masalah biaya adalah kritis
    dalam hubungannya dengan persetujuan kontrak baru dan khawatir bahwa pemasok
    tersebut akan menanyakan rincian tentang penawaran yang diajukan oleh pemasok lain
    yang menjadi pesaingnya.
    Isu-isu etis tidak selalu jelas hitam-putih. Dalam kasus ini si pemasok mungkin tidak
    bermaksud untuk mengangkat masalah penawaran yang diajukan. Akan tetapi,
    munculnya benturan kepentingan dalam kasus ini cukup bagi perusahaan-perusahaan
    untuk melarang para pegawainya menerima pemberian dari para pemasok. Sesuai
    dengan kode etik, akuntan dalam kasus ini seharusnya membahas pemberian pemasok
    tersebut dengan atasan langsungnya. Jika hal itu disetujui, pemasok harus diberitahu
    bahwa ajakan menonton tersebut secara resmi telah disetujui oleh perusahaan dengan
    syarat mematuhi semua kebijakan perusahaan




                                BAB 8: ETIKA DAN BISNIS
Tidak dapat disangkal bahwa bisnis telah memberikan sumbangan penting bagi
peningkatan kualitas kehidupan ini. Mengingat besarnya pengaruh yang dapat
ditimbulkan oleh bisnis, maka makin besar pula tuntutan terhadap bisnis untuk
berperilaku etis agar masyarakat secara keseluruhan dapat dipertahankan
keteraturannya.


Pentingnya Etika dalam Bisnis
        Ada banyak alasan mengapa bisnis menekankan pentingnya perilaku etis.
Alasan-alasan tersebut adalah: (1) pelanggan menuntut perilaku beretika dalam bisnis,
(2) etika menjadikan iklim kerja lebih baik, dan (3) pegawai yang makin diberdayakan
memerlukan panduan yang jelas.
Pertama, bisnis harus memahami dan memenuhi harapan-harapan etis pelanggannya.
Pelanggan menghendaki tindakan etis dan makin mendukung bisnis yang berusaha
menjadi warga perusahaan yang baik. Para pelanggan ini kemungkinan sekali akan
berpaling dan beralih ke perusahaan lain, kapan saja hal itu dapat dilakukan.
Kedua, standar dan arahan etika yang jelas mendorong terciptanya iklim kerja yang
lebih menguntungkan dan menjanjikan. Dengan standar etika yang jelas, para pegawai
tahu apa yang diharapkan dari mereka; mereka tahu apa yang akan dan tidak akan
diterima atau disetujui.
Alasan ketiga, satu alasan yang cukup penting, menjelaskan mengapa saat ini bisnis
sedemikian kuat menekankan pentingnya perilaku etis. Ketika organisasi bisnis makin
ramping, makin besar kewenangan mengambil keputusan dan kebijakan diserahkan
kepada pegawai. Pada saat yang sama, makin sedikit manajer yang secara langsung
melakukan pengendalian. Ini berarti perusahaan harus makin percaya dan mengandalkan
pegawainya untuk berperilaku etis dari kesadaran sendiri.
Pengertian Etika Bisnis
Dalam praktik, ada dua isu penting yang terkait dengan etika bisnis. Yang pertama
adalah sulitnya menentukan tindakan yang benar-benar tepat dari suatu situasi ke situasi
lain, sedangkan yang kedua adalah keberanian dan keteguhan untuk melaksanakan
tindakan yang etis tersebut.
Tidak dapat dipungkiri, bahwa kebanyakan orang yang bernalar mengetahui perbedaan
antara benar dan salah. Lebih dari itu, berperilaku benar sebagaimana yang kita ketahui
tampaknya mudah. Akan tetapi, dalam kenyataannya, menentukan apa yang patut
seringkali cukup rumit. Oleh sebab itu, makin besarnya perhatian dan penekanan pada
pentingnya etika merupakan sesuatu yang wajar.


Faktor-faktor Pendorong Peningkatan Tuntutan Etis
Sejumlah perkembangan lingkungan bisnis telah secara objektif menyebabkan bisnis
atau manajemen bisnis perlu memfokuskan diri pada isu-isu etika, lebih daripada yang
pernah ada sebelumnya. Perkembangan-perkembangan ini meliputi, antara lain:
globalisasi, teknologi, kompetisi, dan persepsi dan harapan masyarakat terhadap
perilaku bisnis.
Pertama, globalisasi, yakni pergerakan menuju dunia sebagai sebuah kampung, diakui
atau tidak, merupakan suatu kenyataan. Secara objektif, perkembangan ini menuntut
setiap pelaku bisnis menuntut setiap pelaku bisnis untuk memiliki kearifan dan
kompetensi etis yang makin tinggi.
Kedua, teknologi, sebagaimana dapat disaksikan dengan jelas, mengalami
perkembangan amat pesat. Kemampuan teknologi ini menyulitkan para pelaku bisnis
untuk menyembunyikan hal-hal tak patut.
Ketiga,kompetisi bisnis yang makin ketat telah menimbulkan tekanan-tekanan tambahan
bagi para pelaku bisnis untuk menempuh jalan pintas ketika berusaha untuk menemukan
cara-cara baru untuk memeroleh keunggulan.
Keempat, masalah-masalah lingkungan, yang sebagian dapat dikaitkan dengan operasi
perusahaan-perusahaan, dan terjadinya skandal-skandal keuangan (yang sebagian
melibatkan akuntan profesional) merupakan beberapa di antara faktor-faktor yang
meningkatkan sinisme masyarakat terhadap perilaku bisnis (dan profesi terkait,
termasuk akuntan) dan sekaligus menyebabkan makin tingginya tuntutan dan harapan
publik terhadap perilaku bisnis dan profesi yang beretika.
Secara ringkas, keempat faktor tersebut menunjukkan adanya harapan yang makin tinggi
terhadap perilaku etis dari bisnis, dan pada saat yang sama perusahaan-perusahaan
menghadapi sanksi-sanksi ekonomi dan hukum atas kegiatan dan usaha-usaha mereka
yang terbukti tidak etis.


Hukum dan Etika dalam Bisnis
Aktivitas bisnis berlangsung dalam suatu sistem hukum, dan sejumlah pihak
berpendapat bahwa hukum merupakan satu-satunya aturan yang berlaku pada aktivitas
bisnis. Ada dua alasan dominan yang mereka gunakan untuk mendasari pendapat
mereka tersebut.


Pertama, hukum dan etika mengatur dua realitas yang berbeda. Hukum berlaku dalam
kehidupan publik, sedangkan etika adalah urusan pribadi (privat). Hukum adalah
seperangkat aturan yang didefinisikan secara tegas dan dapat dipaksakan yang berlaku
bagi setiap orang, sedangkan etika adalah urusan pendapat pribadi yang mencerminkan
bagaimana kita memilih untuk mengarahkan kehidupan kita sendiri.
Kedua, hukum tidak lain adalah etika bisnis. Menurut pendapat ini, ada aturan-aturan
etika yang berlaku untuk bisnis, dan aturan-aturan tersebut telah dipertimbangkan oleh
legislator ke dalam hukum, yang dapat dipaksakan oleh hakim dalam pengadilan.


Terlepas dari perbedaan-perbedaannya, kedua pendirian ini memiliki implikasi yang
sama: dalam mengambil keputusan, para manajer hanya perlu mempertimbangkan
hukum. Implikasi ini tidak hanya keliru tetapi juga berbahaya. Dengan demikian secara
praktis, para manajer perlu mempertimbangkan baik aspek etika maupun aspek hukum
dalam pengambilan keputusan mereka karena sejumlah alasan, antara lain, berikut ini.


Pertama, hukum tidak memadai untuk mengatur aspek-aspek tertentu dari aktivitas
bisnis. Tidak semua yang tidak bermoral adalah tidak legal. Beberapa isu etika dalam
bisnis berkaitan dengan hubungan antar-individu di lingkungan pekerjaan atau
hubungan di antara para pesaing, yang sulit diatur dengan hukum.


Kedua, di bidang-bidang baru, hukum sering lamban berkembang. Sejumlah pihak
menyatakan bahwa hukum biasanya bersifat reaktif, menanggapi masalah-masalah yang
oleh orang-orang di dunia bisnis dapat diantisipasi dan ditangani sebelum menjadi
perhatian publik.


Ketiga, hukum itu sendiri sering menggunakan konsep-konsep moral yang tidak
sepenuhnya didefinisikan, sehingga dalam keadaan-keadaan tertentu tidak mungkin
memahami ketentuan hukum tanpa mempertimbangkan moralitas.


Keempat, erat kaitannya dengan alasan ketiga, adalah bahwa hukum itu sendiri sering
tidak tuntas, sehingga untuk menentukan apakah suatu tindakan itu legal atau tidak
harus diputuskan melalui pengadilan. Jika ada keraguan mengenai apakah sesuatu itu
legal atau tidak, maka moralitas merupakan penaksir yang baik mengenai bagaimana
pengadilan akan memutuskan.


Kelima, suatu alasan pragmatis adalah bahwa hukum merupakan instrument yang agak
tidak efisien, dan semata-mata mendasarkan diri pada hukum mengundang legislasi dan
litigasi yang tidak diperlukan. Pemberlakuan sejumlah undang-undang dan peraturan
lainnya, misalnya tentang lingkungan hidup dan tentang lingkungan dan keselamatan
kerja, merupakan tanggapan terhadap tuntutan publik dalam kaitannya dengan
kegagalan bisnis untuk bertindak secara bertanggung jawab.
BAB IX
                   PRINSIP-PRINSIP ETIKA DALAM BISNIS
Etika bisnis merupakan suatu bentuk etika terapan (applied ethics) yang memfokuskan
pada perilaku yang benar atau salah di ranah bisnis dan bagaimana prinsip-prinsip moral
diterapkan oleh para perilaku bisnis pada situasi-situasi yang terjadi dalm kehidupan
sehari-hari mereka di lingkungan pekerjaan.
Empat prinsip umum yang dipandang sangat relevan dalam pengambilan
keputusan bisnis:
1. Manfaat (utilitarianisme)
  Berkaitan dengan bagaimana memanfaatkan sumberdaya yang terbatas sebaik
mungkin (secara optimal untuk mencapai tujuan yang ditetapkan). Bisnis harus
mempertimbangkan apakah keputusan-keputusannya akan sejauh mungkin
memaksimalkan manfaat sosial dan meminimalkan biaya atau kerugian sosial.
2. Hak
   Berkaitan dengan apakah tindakan dan kebijakan yang diambil oleh bisnis
menghormati hak-hak dasar individu-individu yang terlibat dan apakah konsisten
dengan kesepakatan dan kewajiban-kewajiban khusus bisnis. Oleh karena itu, tindakan
atau kebijakan bisnis harus konsisten dengan hak-hak moral dari mereka yang akan
dipengaruhi.
3. Keadilan
   Prinsip ini menuntut agar tidak ada pihak yang dirugikan, dan setiap pihak
diperlakukan sesuai dengan standar atau kriteria yang objektif dan dapat
dipertanggungjawabkan (diperlakukan secara adil, termasuk pesaing).
4. Kepedulian
   Prinsip ini menuntut agar tindakan, keputusan, atau kebijakan bisnis menunjukkan
kepedulian yang selayaknya terhadap kesejahteraan mereka yang memiliki hubungan
erat atau ketergantungan, seperti para pegawai.
Prinsip-Prinsip Umum Lainnya
1. Otonomi (Autonomy)
   Merujuk kepada sikap dan kemampuan seseorang untuk memutuskan dan bertindak
berdasarkan kesadarannya sendiri tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.
Otonomi mengacu kepada adanya kesadaran akan kewajiban, kebebasan untuk
mengambil keputusan, dan tindakan berdasarkan apa yang diyakini baik, dan kesediaan
untuk mempertanggungjawabkan keputusan dan tindakan tersebut.
2. Integritas Moral (Integrity)
   Berarti bahwa seseorang bertindak sesuai dengan kesadaran akan kebenaran atau hati
nurani pada semua situasi.
3. Kejujuran (Honesty)
  Mensyaratkan niat baik dan tulus untuk menyampaikan kebenaran.
4. Keandalan (Reliability)
   Berarti bahwa perusahaan secara maksimal dan masuk akal dalam memenuhi
komitmen. Prinsip ini menuntut bisnis untuk menjunjung tinggi kejujuran, integritas,
kesungguhan dan kesetiaan, tidak menipu, menyesatkan atau memperdayai pihak lain.
5. Kesetiaan (Loyalty)
  Merupakan suatu tanggung jawab untuk menjunjung tinggi dan melindungi
kepentingan orang-orang tertentu dan organisasi. Kesetiaan merupakan kewajiban untuk
memenuhi janji.
6. Rasa Hormat atau Menghargai (Respect)
   Meliputi gagasan-gagasan seperti keadaban, sopan santun, keluhuran, toleransi
(tenggang rasa), dan kesediaan menerima. Orang yang memiliki rasa hormat
memperlakukan orang lain sebagai berharga dan menerima perbedaan individual serta
yakin tanpa prasangka. Sejalan dengan deontologi Kantian, prinsip ini menuntut bisnis
untuk menghargai martabat manusia, bukan memperalat atau mengeksploitasi untuk
mencapai tujuan bisnis, tetapi menjadikannya sebagai tujuan itu sendiri
7. Tanggung jawab (Responsibility)
   Berarti bahwa seseorang bertanggung jawab terhadap tindakan-tindakannya dan
melaksanakan pengendalian diri. Tanggung jawab juga berarti berusaha mengejar atau
mencapai hasil prima dan memimpin dengan teladan, termasuk memiliki kegigihan dan
berusaha melakukan perbaikan secara terus menerus.
8. Kewarga(negara)an (citizenship)
    Mencakup kepatuhan kepada hukum dan partisipasi sesuai dengan kemampuan agar
kehidupan bermasyarakat berjalan. Setiap bisnis dituntut untuk menjadi gool corporate
citizen, warga perusahaan yang baik, yang memiliki komitmen dan mempraktikkan
tanggung jawab sosial perusahaan.
Berdasarkan etika kewajiban W. D. Ross, ada tujuh prinsip etika yang dapat
diberlakukan dalam kehidupan sosial, termasuk kehidupan bisnis. Tujuh prinsip
tersebut adalah kewajiban untuk:
1. Menepati janji atau kesetiaan (fidelity)
Perusahaan harus menepati janji, baik eksplisit maupun implisit, yang dibuat dengan
bebas, dan mengatakan kebenaran.
2. Mengganti kerugian (reparation)
   Perusahaan harus memberikan ganti rugi atau kompensasi kepada pihak yang
mengalami kerugian karena tindakan perusahaan yang salah, perusahaan harus melunasi
hutang moril dan materiil.
3. Berterima kasih (gratitude)
  Perusahaan harus berterima kasih kepada pihak-pihak yang berbuat baik atau
memberikan sumbangan terhadap keberhasilan kepada perusahaan.
4. Keadilan (justice)
  Perusahaan harus memastikan bahwa manfaat atau keuntungan dibagikan sesuai
dengan jasa pihak-pihak yang terkait dan berhak.
5. Berbuat baik (beneficence)
   Perusahaan harus membantu pihak-pihak yang membutuhkan bantuan, berbuat apa
saja yang mampu diperbuat untuk memperbaiki keadaan masyarakat atau pihak lain.
6. Pengembangan diri (self-improvement)
   Perusahaan harus terus berusaha mengembangkan dan meningkatkan diri di berbagai
bidang keutamaan, termasuk operasinya, agar makin sukses dan mampu memenuhi
kewajiban-kewajiban baik ekonomi, hukum, maupun moral.
7. Tidak merugikan (non-maleficence)
   Perusahaan dilarang untuk mengambil keputusan atau tindakan yang merugikan
pihak lain atau masyarakat.


Dua isu penting yang harus diperhatikan sehubungan dengan makin tingginya tuntutan
terhadap organisasi-organisasi bisnis untuk meningkatkan kemampuan kompetitifnya
dan pada saat yang sama harus menjunjung tinggi standar moral atau etika sebagai
akibat dari perkembangan lingkungan:
1. Tanggung jawab sosial
   Bisnis adalah organisasi ekonomi dengan tujuan menghasilkan laba, namun harus
dijalankan tidak hanya berdasarkan ketentuan-ketentuan hukum tetapi juga berdasarkan
kaidah-kaidah etika. Jadi, bisnis tidak semata-mata bertujuan menghasilkan laba.
Perusahaan dituntut untuk mempertegas dan memperbarui komitmennya terhadap nilai-
nilai etika dengan mempertimbangkan tanggung jawab sosial dalam strategi dan operasi
bisnisnya.
2. Pendekatan Stakeholder
     Berkembangnya tanggung jawab kepada stakeholder menyebabkan para eksekutif
  harus akuntabel tidak hanya kepada pemegang saham (stockholders), tetapi juga kepada
  seluruh stakeholder lainnya. Para eksekutif perusahaan harus memastikan bahwa
  keputusan-keputusan mereka mencerminkan nilai-nilai etis yang ditetapkan bagi
  perusahaan dan tidak mengesampingkan pertimbangan hak-hak stakeholder mana pun.
  Jadi, dalam mengambil keputusan, para eksekutif harus mempertimbangkan
  kemungkinan dampaknya terhadap hak-hak semua stakeholder.


  ETOS BISNIS
  Etos bisnis mengacu kepada suasana atau ciri khas yang menandai bisnis, etos bisnis
  mengacu kepada suatu kebiasaan atau budaya etis menyangkut kegiatan bisnis yang
  dianut dalam suatu perusahaan dari waktu ke waktu. Terbangunnya perilaku etis di
  lingkungan organisasi atau perusahaan ditentukan, antara lain, oleh adanya etos bisnis
  ini.
  Langkah suatu perusahaan atau organisasi memiliki etos bisnis:
1. Para pemimpin (bisnis) harus menetapkan nilai-nilai moral yang jelas bagi perusahaan,
   meniadakan sebanyak mungkin keraguan menyangkut pendirian perusahaan terhadap
   nilai-nilai moral kunci.
2. Mengikuti secara logis langkah pertama. Para pemimpin harus memberikan contoh
   perilaku etis yang diharapkan. Apabila para pemimpin atau pejabat memperlihatkan
   bahwa mereka memprioritaskan dan memelihara standar etika yang tinggi, maka hal
   tersebut mengirimkan pesan yang sangat kuat kepada para pegawai lainnya.
3. Perusahaan harus mendukung dan terus-menerus mendorong para pegawai mematuhi
   nilai-nilai etika. Hal ini paling jelas ditunjukkan oleh cara perusahaan memberikan
   penghargaan kepada para pegawai. Jika perusahaan secara konsisten memberikan
   penghargaan kepada mereka yang berperilaku etis dan memberikan sanksi kepada
   mereka yang berperilaku tidak etis, para pegawai akan mengetahui dan menyadari
   betapa pentingnya nilai-nilai etika bagi perusahaan.


ETIKA DALAM BISNIS INTERNASIONAL
  Aspek-aspek penting yang biasanya menjadi fokus perdebatan tentang universalitas atau
  relativitas etis meliputi empat hal:
  1. Universalitas dan Relativitas Etis
    Paham atau aliran universalitas (kemutlakan) etis berpendirian bahwa dari segi
  kebutuhan biologis dan psikologis, sifat manusia adalah sama di mana pun. Oleh karena
itu, aturan-aturan etis bersifat lintas budaya karena perilaku yang memenuhi kebutuhan
  dasar seharusnya sama di mana pun.
     Paham relativitas etis berpendapat bahwa walaupun biologi manusia adalah sama di
  mana pun, pengalaman kultural menciptakan nilai-nilai yang sangat berbeda, termasuk
  nilai-nilai etis. Nilai-nilai etis bersifat subjektif, tidak ada cara yang objektif untuk
  membuktikannya sebagai benar atau salah seperti pada fakta-fakta ilmiah. Suatu
  masyarakat tidak bisa tahu bahwa etikanya adalah lebih unggul, sehingga keliru bagi
  suatu bangsa untuk memberlakukan standarnya bagi bangsa lain.
2. Empat Pertimbangan
  Perdebatan antara kemutlakan dan kerelatifan etis berkisar pada empat hal:
  a. Perbedaan-perbedaan yang secara moral relevan
     Beberapa kondisi di negara-negara lain, khususnya di negara-negara terbelakang,
  adalah berbeda dan secara moral relevan. Oleh karena itu, standar yang berbeda secara
  moral diperkenankan, bahkan diharuskan.
     b.   Keragaman sudut pandang etis
    Pandangan universalitas atau kemutlakan etis mengasumsikan bahwa standar suatu
  negara adalah benar dan harus diberlakukan di mana pun. Pandangan ini sesungguhnya
  menafikan adanya keragaman cara pandang di dunia ini, dengan demikian bertentangan
  dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip moral itu sendiri.
     c.   Hak untuk memutuskan
     Pandangan kemutlakan etis menolak hak orang-orang yang dipengaruhi untuk
  memutuskan masalah-masalah penting dalam berbisnis. Tanggung jawab untuk
  menentukan norma atau standar terletak pada pemerintah dan masyarakat tempat bisnis
  beroperasi. Argumen hak untuk memutuskan ini bukan bentuk dari relativitas etis,
  melainkan semacam pernyataan sikap yang menghormati hak-hak orang untuk
  mengurus kepentingannya sendiri. Hanya karena orang menyetujui praktik tertentu tidak
  menyebabkan praktik tersebut benar. Memberlakukan standar-standar negara maju
  (dunia pertama) pada negara-negara terbelakang (dunia ketiga) dianggap sebagai
  imperialisme etis.
     d.   Kondisi yang diperlukan untuk berbisnis
     Beberapa praktik dibenarkan apabila kondisi setempat mengharuskan perusahaan
  melakukannya sebagai syarat dalam berbisnis. Pendapat ini didasarkan pada pandangan
  bahwa orang boleh saja tidak setuju terhadap apa yang berlaku di suatu tempat, tetapi
  mereka mendapati bahwa melakukan segala sesuatu menurut tata cara di tempat itu
  adalah diperlakukan.
  3. Panduan Umum bagi Perusahaan Multinasional
Dengan tumbuhnya aktivitas ekonomi internasional belakangan ini, bangsa-bangsa,
   kelmpok-kelompok, dan blok-blok perdagangan telah sering berusaha menerapkan kode
   etik bisnis formal lalu lintas batas-batas nasional. Usaha ini tidak terlalu sukses. Budaya
   nasional tetap menjadi fakor kuat yang mempengaruhi perilaku dalam hubungan-
   hubungan bisnis.Namun, sulit dipungkiri bahwa abstraksi pada tingkat yang tinggi, cita-
   cita etis semua budaya mengerucut menuju kesamaan dasar.
           Dengan mempertimbangkan kesamaan-kesamaan dasar tersebut, paling tidak ada
   tiga prinsip etis yang dapat diajukan sebagai pedoman bagi perusahaan-perusahaan yang
   berbisnis di banyak negara, yaitu hak (asasi manusia), keadilan, dan kesejahteraan.
   Perusahaan multinasional berkewajiban untuk menghormati hak-hak asasi manusia,
   menghindari praktik-praktik yang tidak adil atau melanggar hukum, dan memberikan
   sumbangan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat negara tuan rumah, bukan
   sebaliknya, melakukan perusakan dan merugikan masyarakat negara tuan rumah.




                                            BAB X
                          ISU-ISU UMUM ETIKA DALAM BISNIS


          Bisnis melibatkan hubungan ekonomi diantara banyak kelompok orang yang
   disebut dengan stakeholder yaitu; pelanggan, pegawai, pemegang saham, pemasok,
   pesaing, masyarakat, dan pemerintah.
      Dalam hubungan bisnis yang kompleks ini, banyak sekali isu atau masalah etika
   yang muncul dan harus dihadapi oleh pelaku bisnis. Isu-isu ini melibatkan hubungan
   moral di antara orang-orang (pelaku bisnis). Masalah-masalah atau isu-isu bisnis yang
   mungkin di alami oleh para pelaku bisnis baik dalm kehidupan pribadi maupun dalam
   kehidupan profesi/kariernya dapat dikelompokan dalam 5 (lima) jenis, yaitu;
1. Penyuapan (bribery)
2. Koersi atau kekerasan (coercion)
3. Penipuan (deception)
4. Pencurian (theft)
5. Diskriminasi tidak adil /tidak wajar(unfair discrimination)
1. Penyuapan (bribery)
  Suap digunakan untuk memanipulasi orang dengan memberi pengaruh. Penyuapan
  sudah di definisikan sebagaipenawaran, pemberian, penerimaan, atau permintaan
  sesuatu yang berharga dengan maksut mempengaruhi tindakan pejabat dalam
  menunaikan tugas-tugas publik atau legal. Barang-barang berharga dalam definisi ini
  dapat berupa pembayaran langsung sejumlah uang atau barang.
2. Koersi
  Koersi atau kekerasan berarti mengendalikan orang dengan pemaksaan atau ancaman.
  Koersi biasanya didefinisikan sebagai tekanan, hambatan, pemaksaan dengan kekeutan
  atau senjata atau ancaman. Koersi bisa tersurat (aktual) , langsung atau positif juga bisa
  tersirat legal, atau konstruktif.
3. Penipuan
  Penipuan manipulasi orang dan organisasi dengan menyesatkan. Penipuan adalah
  tindakan mengelabuhi atau membohongi ,penyesatan yang disengaja dengan kata-kata
  atau tulisan palsu (bohong), sengaja membuat pernyataan palsu,tersurat atau
  tersirat,berkenaan denga fakta saat ini atau masa lalu.


4. Pencurian (theft)
  Pencurin teradi apabila seseorang mengambil (untuk memiliki) sesuatu yang bukan
  miliknya.,tanpa diketahui oleh si pemilik. Definisi ini tidak berlaku untuk barang yang
  hilang karena kompetisi yang sesuai dengan kaidah ekonomi dan budaya.
5. Diskriminasi tidak adil
  Diskriminasi tidak adil (unfair discrimination) didefinisikan sebagai perilaku tidak adil
  (tidak wajar)atau penolakan keistimewa normal terhadap seseorang karena suku, usia,
  kelamin, bangsa, atau agama. Diskriminasi tidak adil berarti memperlakukannya semua
  orang secara sama padahal tidak ada perbedaa yang pantas di antara yang mereka yang
  diuntugkan dan mereka yang dirugikan.
  PERILAKU TIDAK ETIS DAN DAMPAKNYA



  Perilaku                       Dampak bagi pelaku       Kumungkinan       akibat
                                                          perilaku
  Penyuapan                  •   Memeper oleh keuntungan• Peningkatan biaya
                                 pribadi    yang      tak• Penurunan mutu produk/
                                 semestinya                jasa
                             •   Mengubah         pilihan
keputusan
    Koersi                    •   Takut akan bahaya        •    Peningkatan biaya
                              •   Mangubah          pilihan•    Penurunan mutu produk/
                                  keputusan                     jasa

    Penipuan                  •   Mengubah           pilihan•   Peningkatan biaya
                                  keputusan                 •   Penurunan mutu produk/
                                                                jasa

    Pencurian                     Hilangnya sumberdaya     •    Peningkatan biaya

                                                           •    Hilangnya produk/jasa

    Diskriminasi tak-adil     •   Membeli jasa mutu rendah
                                                         Peningkatan biaya
                              •   Menjual dibawah harga  Penurunan       semu        atas
                                  pasar yanh wajar       permintaan




                                  BAB XI
                      TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN


           Tanggung jawab sosial pada dasarnya berkaitan dengan kepedulian atau
    tanggung jawab perusahaan terhadap kemakmuran masyarakat secara keseluruhan.
           Tanggung jawab ini meliputi kewajiban perusahaan untuk menyelesaikan
    masalah dan mengambil tindakan untuk kepentingan perusahaan sendiri dan
    kepentingan masyarakat.
            Dengan demikian tanggung jawab ini terdiri dari kewajiban-kewajiban di luar
    kewajiban hukum atau perjanjian-perjanjian khusus, seperti perjanjian peruburuhan dan
    sejenisnya.


    PENTINGNYA TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
•   Lingkungan yang lebih baik bagi bisnis
•   Penghindaran regulasi tambahan dari pemerintah
•   Pemanfaatan yang lebih baik sumberdaya perusahaan.
•   Perbaikan citra perusahaan.
TANTANGAN TERHADAP TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
   Milton Friedman:
          Berpendapat bahwa gagasan tanggung jawab sosial ini adalah subsversif
   terhadap doktrin pasar bebas. Menurutnya para eksekutif perusahaan adalah agen,
   penerima amanat dari para pemegang saham.
          Karena itu, mereka berkewajiban untuk mengambil keputusan yang sejalan
   dengan kepentingan pemegang saham, yang tidak lain adalah atas mereka. Tidak
   selayaknya para eksekutif ini menggunakan sumberdaya perusaan untuk kkepentingan
   masyarakat umum.
          Dia juga mengatakan bahwa para eksekutif tidak dibekali dengan kemampuan
   untuk memecahkan masalah-masalah sosial, dan perusahaan sebenarnya telah
   membayar pajak kepada pemerintah, jadi tanggung jawab sosial seharusnya merupakan
   tanggung jawab pemerintah.


   RUANG LINGKUP TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
           Tanggung jawab sosial melibatkan pemilihan tujuan perusahaan dan penilaian
   hasil-hasil berdasarkan tidak semata-mata kriteria keuntungan dan kemakmuran
   organisasi, melainkan juga berdasarkan standar-standar etis atau pertimbangan
   kelayakan sosial.
          Dalam membicarakan tanggung jawab sosial ada tiga (3) pangdangan:
1. Konsep Laba
   Konsep Laba ini argumentasi yang diungkapkan oleh Milton Friedman. Yaitu
   perusahaan semata-mata hanya bertanggung jawab untuk memperoleh laba.


2. Konsep Stakeholder
   Konsep Stakeholder, meliputi semua pihak yang secara langsung atau tidak langsung
   dipengaruhi oleh keputusan-keputusan perusahaan.


3. Konsep kekuasaan sosial/tanggung jawab sosial
   Sebagai organisasi, perusahaan berinteraksi dengan beragam konstituen di dalam
   lingkungannya. Masing-masing konstituen ini bisa dipengaruhi oleh tindakan organisasi
   dan konstituen tersebut juga bisa mengambil tindakan yang akan mempengaruhi
   organisasi.
Tiga pandangan yang berbeda tersebut dapat diikhtisarkan sebagai berikut:

       •   Organisasi harus berusaha memperolah laba tetapi dengan cara-cara yang sesuai
           dengan aturan main; jika perusahaan tidak mematuhi aturan, mereka akan
           dihukum.

       •   Organisasi harus memenuhi kepentingan para stakeholder-nya.

       •   Karena kekuasaan sosial yang dimilikinya maka perusahaan memiliki tanggung
           jawab sosial.


   BEBERAPA KESEPAKATAN                  UMUM         TANGGUNG       JAWAB       SOSIAL
   PERUSAHAAN
           Walaupun masih terdapat perbedaan tentang makna dan ruang lingkup tgjwb
   sosial perusahaan, namun berikut beberapa kesepakatan umum atas tanggungjawab
   sosial;

   •   Memilih beroperasi pada tingkatan etis yang lebih tinggi daripada yang
       dipersyaratkan oleh ketentuan umum.

   •   Memberikan sumbangan kepada masyarakat dan organisasi-organisasi sosial/amal
       dan oraganisasi-organisasi non-laba.

   •   Memberikan tunjangan-tunjangan bagi pegawai dan meningkatkan kualitas
       kehidupan di lingkungan kerja melebihi persyaratan ekonomi dan hukum.

   •   Memanfaatkan kesempatan ekonomi yang dinilai kurang menguntungkan tetapi
       lebih bertanggung jawab sosial dibandingkan dengan alternatif-alternatif lainnya.

   •   Memanfaatkan sumberdaya perusahaan untuk menjalankan program-program yang
       ditujukan untuk mengatasi masalah-masalah sosial yang utama.




                                          BAB XII
                        BIROKRASI, PELAYANAN, DAN ETIKA


   Bab ini akan mengemukakan uraian mengenai 4 hal:
1. Pengertian birokrasi dan fungsi pelayanan publik
2. Pengertian etika pelayanan publik
3. Relevansi dan makin pentingnya etika dalam pelayanan publik
4. Sumber-sumber panduan etika bagi birokrasi


   PENGERTIAN BIROKRASI
     Birokrasi. Sebagaimana digagas sosiolog Jerman, Max Weber, adalah satu tipe atau
   model organisasi yang sangat menekankan pada rasionalitas, ketertiban dan efisiensi,
   yang dianggap tepat untuk organisasi besar seperti pemerintahan. Tipe ideal birokrasi
   menurut Max Weber mempunyai ciri-ciri berikut:
1. Secara pribadi, pegawai dan pejabat adalah bebas, tetapi dibatasi oleh jabatannya,
2. Jabatan disusun secara hierarkis dari atas ke bawah dan ke samping.
3. Tugas dan fungsi masing-masing jabatan dalam hierarki secara spesifik berbeda antara
   satu dan lainnya.
4. Para pejabat diangkat berdasarkan kontrak.
5. Setiap pejabat dipilih berdasarkan kualifikasi profesional
6. Setiap pejabat memperoleh gaji termasuk hak untuk memperoleh pensiun sesusai
   dengan tingkatan hierarkinya.
7. Terdapat struktur pengembangan karir yang jelas dengan promosi berdasarkan senioritas
   dan merit sesuai dengan pertimbangan yang objektif.
8. Setiap pejabat sama sekali tidak dibenarkan menjalankan jabatannya dan sumber daya
   instansinya untuk kepentingan pribadi dan keluarganya.
9. Setiap pejabat berada di bawah pengendalian dan pengawasn suatu sistem yang
   dijalankan secara disipilin.
     Masyarakat menganggap birokrasi sebagai sesuatu yang panjang, berbelit-belit, dan
   mahal.


   FUNGSI PELAYANAN PUBLIK
      Ada dua fungsi pokok pemerintahan negara yang pelaksanaannya diserahkan kepada
   birokrasi:
1. Fungsi pengaturan pada dasarnya mengandung tujuan pokok pemeliharaan sistem,
   yakni mewujudkan ketertiban sosial.
2. Fungsi pelayanan oleh birokrasi mengacu kepada konsepsi negara kesejahteraan,
   bahwa pemerintahan negara bertanggung jawab untuk meningkatkan kesejahteraan
   hidup seluruh rakyatnya.
Pejabat birokrasi biasanya disebut birokrat. Birokrat berbeda dengan pejabat publik
    yang diangkat melalui pemilihan umum. Birokrat dipilih karena prestasi atau kinerja
    mereka, sedangkan pejabat publik dipilih oleh mekanisme pemilihan umum. Birokrat
    adalah mereka yang menduduki jabatan eselon I ke bawah di kementrian atau lembaga-
    lembaga non-departemen.
      Pegawai negeri yang membentuk pelayanan publik di Indonesia meliputi PNS,
    anggota TNI atau POLRI, dan pegawai BUMN/D.


    PENGERTIAN ETIKA PELAYANAN PUBLIK
       Birokrasi pemerintahan mempunyai fungsi pokok berupa pelayanan publik.
    Pelayanan publik ini dilakukan oleh pegawai pemerintahan. Etika pelayanan publik
    merupakan etika terapan atau etika praktis. Fokus utamanya adalah apakah pegawai
    pemerintahan sudah melaksanakan tugasnya sesuai dengan sudut pandang etika. Secara
    khusus, perhatian pada isu-isu etika dalam pelayanan publik bermuara pada tujuan untuk
    mewujudkan integritas dalam pelayanan publik. Dalam konteks pelayanan publik,
    integritas berarti bahwa:

•   Perilaku aparatur pemerintahan sebagai pelayan publik adalah sejalan dengan misi
    pelayanan publik dari instansi dimana mereka bekerja.

•   Pelaksanaan pelayanan publik sehari-hari dapat diandalkan.

•   Warga negara memperoleh perlakuan “tanpa pandang bulu” sesuai dengan ketentuan
    hukum dan keadilan.

•   Sumber daya publik digunakan secara tepat, efisien, dan efektif.

•   Prosedur pengambilan keputusan adalah transparan bagi publik, dan tersedia saran bagi
    publik untuk melakukan penyelidikan dan pemberian tanggapan.


    RELEVANSI ETIKA DALAM PELAYANAN PUBLIK
       Ada dua aspek penting yang umumnya diyakini sebagai penentu kinerja prima, yaitu
    profesionalisme dan etika. Sama halnya dengan sektor bisnis, sektor publik juga
    menuntut kinerja prima dengan menjunjung keunggulan teknis (profesionalisme) dan
    keunggulan moral (etika).




    ETIKA DAN KEHIDUPAN YANG BAIK
       Etika berkaitan dengan perilaku moral, yaitu produk dari standar moral dan
    pertimbangan/keputusan moral. Jadi etika berkaitan dengan “bagaimana seharusnya kita
hidup”. Konsep etika tidak lain adalah sejumlah asumsi dasar yang melandasi hampir
semua hubungan dan transaksi di dalam masyarakat. Etika dapat diartikan secara luas
sebagai “keseluruhan norma dan penilaian yang dipergunakan oleh masyarakat untuk
mengetahui bagaimana seharusnya menjalankan kehidupannya”. Pelayanan publik
merupakan bidang kehidupan penting yang ditujukan untuk kebaikan masyarakat,
bangsa, dan negara.




KEKUASAAN BIROKRASI
   Dalam menjalankan fungsinya, birokrasi berkewenangan untuk membuat kebijakan
dan melaksanakan kebijakan tersebut. Lalu timbul pertanyaan apakah birokrasi
menjalankan kekuasaan atau kewenangannya tersebut dengan benar? Etika diperlukan
sebagai panduan dalam pengambilan keputusan dan sekaligus sebagai kriteria untuk
menilai baik atau buruknya keputusan tersebut.


KEWIBAWAAN PEMERINTAH
  Pemerintah yang bersih dan berwibawa merupakan dambaan penyelenggara
pemerintahan sendiri dan masyarakat secara umum. Kebersihan dan kewibawaan ini
pada dasarnya hanya dapat diperoleh jika birokrasi dan pelaksananya bebas dari perilaku
negatif atau tercela. Kewibawaan pemerintah dinilai bukan dari kekuasaannya, tapi dari
kualitas pengabdian mereka terhadap masyarakat, bangsa, dan negara.


HAK DAN KEPATUHAN WARGA NEGARA
   Setiap warga negara berhak untuk memperoleh pelayanan dari pemerintah. Hak ini
makin nyata karena negara berkewengan dalam pengaturan dan pengaturan ini
menyebabkan setiap warga negara berkewajiban untuk mematuhinya. Setiap warga
negara, setiap individu tidak bisa menghindar untuk meminta pelayanan ketika memiliki
kepentingan tertentu. Etika diperlukan untuk memandu dan menjadi kriteria apakah
birokrasi telah menjalankan fungsi pelayanannya sesuai dengan standar teknis dan etis
sebagaimana diharapkan oleh warga negara.


CELAH HARAPAN MASYARAKAT
  Sudah menjadi rahasia umum bahwa kinerja pelayanan publik oleh birokrasi kita
masih buruk. Isu KKN sudah sangat khas yang lazim dikaitkan dengan birokrasi kita.
ETIKA PROFESI
ETIKA PROFESI
ETIKA PROFESI
ETIKA PROFESI
ETIKA PROFESI
ETIKA PROFESI
ETIKA PROFESI
ETIKA PROFESI
ETIKA PROFESI
ETIKA PROFESI
ETIKA PROFESI
ETIKA PROFESI
ETIKA PROFESI
ETIKA PROFESI
ETIKA PROFESI

Contenu connexe

Tendances

C 14 indo INTERMEDIATE 2
C 14 indo INTERMEDIATE 2C 14 indo INTERMEDIATE 2
C 14 indo INTERMEDIATE 2rohima _yesung
 
Bab 1 Materi Persekutuan (Akuntansi Keuangan Lanjutan)
Bab 1 Materi Persekutuan (Akuntansi Keuangan Lanjutan)Bab 1 Materi Persekutuan (Akuntansi Keuangan Lanjutan)
Bab 1 Materi Persekutuan (Akuntansi Keuangan Lanjutan)Fajar Sandy
 
AKUTANSI PERSEROAN TERBATAS
AKUTANSI PERSEROAN TERBATASAKUTANSI PERSEROAN TERBATAS
AKUTANSI PERSEROAN TERBATASPuja Lestari
 
Akuntansi Aset Tetap dan KDP
Akuntansi Aset Tetap dan KDPAkuntansi Aset Tetap dan KDP
Akuntansi Aset Tetap dan KDPSujatmiko Wibowo
 
Manajemen keuangan part 5 of 5
Manajemen keuangan part 5 of 5Manajemen keuangan part 5 of 5
Manajemen keuangan part 5 of 5Judianto Nugroho
 
BMP EKMA4414 Manajemen Strategik
BMP EKMA4414 Manajemen StrategikBMP EKMA4414 Manajemen Strategik
BMP EKMA4414 Manajemen StrategikMang Engkus
 
2. transaksi & jurnal umum
2. transaksi & jurnal umum2. transaksi & jurnal umum
2. transaksi & jurnal umumSyawal S.Pd
 
Analisis sumber dan penggunaan dana (1)
Analisis sumber dan penggunaan dana (1)Analisis sumber dan penggunaan dana (1)
Analisis sumber dan penggunaan dana (1)radhi abdul halim
 
Revenue ( Pengakuan Pendapatan ) Bag 2
Revenue ( Pengakuan Pendapatan ) Bag 2Revenue ( Pengakuan Pendapatan ) Bag 2
Revenue ( Pengakuan Pendapatan ) Bag 2iyandri tiluk wahyono
 
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah - 2
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah - 2Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah - 2
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah - 2Sujatmiko Wibowo
 
Memahami Logika Laporan Arus Kas
Memahami Logika Laporan Arus KasMemahami Logika Laporan Arus Kas
Memahami Logika Laporan Arus KasAli Wafa
 
Audit berbasis resiko
Audit berbasis resikoAudit berbasis resiko
Audit berbasis resikoBelqis Oraya
 
Materi AKM 2 Utang Jangka Panjang
Materi AKM 2 Utang Jangka PanjangMateri AKM 2 Utang Jangka Panjang
Materi AKM 2 Utang Jangka PanjangRyan Gamof
 
penganggaran sektor publik
penganggaran sektor publikpenganggaran sektor publik
penganggaran sektor publikAry Efendi
 
Sistem informasi akuntansi teknik dan dokumentasi sistem informasi
Sistem informasi akuntansi   teknik dan dokumentasi sistem informasiSistem informasi akuntansi   teknik dan dokumentasi sistem informasi
Sistem informasi akuntansi teknik dan dokumentasi sistem informasiUlmi_Kalsum
 

Tendances (20)

C 14 indo INTERMEDIATE 2
C 14 indo INTERMEDIATE 2C 14 indo INTERMEDIATE 2
C 14 indo INTERMEDIATE 2
 
Bab 1 Materi Persekutuan (Akuntansi Keuangan Lanjutan)
Bab 1 Materi Persekutuan (Akuntansi Keuangan Lanjutan)Bab 1 Materi Persekutuan (Akuntansi Keuangan Lanjutan)
Bab 1 Materi Persekutuan (Akuntansi Keuangan Lanjutan)
 
AKUTANSI PERSEROAN TERBATAS
AKUTANSI PERSEROAN TERBATASAKUTANSI PERSEROAN TERBATAS
AKUTANSI PERSEROAN TERBATAS
 
Akuntansi Aset Tetap dan KDP
Akuntansi Aset Tetap dan KDPAkuntansi Aset Tetap dan KDP
Akuntansi Aset Tetap dan KDP
 
Manajemen keuangan part 5 of 5
Manajemen keuangan part 5 of 5Manajemen keuangan part 5 of 5
Manajemen keuangan part 5 of 5
 
Laporan Keuangan Publik
Laporan Keuangan PublikLaporan Keuangan Publik
Laporan Keuangan Publik
 
BMP EKMA4414 Manajemen Strategik
BMP EKMA4414 Manajemen StrategikBMP EKMA4414 Manajemen Strategik
BMP EKMA4414 Manajemen Strategik
 
2. transaksi & jurnal umum
2. transaksi & jurnal umum2. transaksi & jurnal umum
2. transaksi & jurnal umum
 
Analisis sumber dan penggunaan dana (1)
Analisis sumber dan penggunaan dana (1)Analisis sumber dan penggunaan dana (1)
Analisis sumber dan penggunaan dana (1)
 
Revenue ( Pengakuan Pendapatan ) Bag 2
Revenue ( Pengakuan Pendapatan ) Bag 2Revenue ( Pengakuan Pendapatan ) Bag 2
Revenue ( Pengakuan Pendapatan ) Bag 2
 
PPh Pasal 22
PPh Pasal 22PPh Pasal 22
PPh Pasal 22
 
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah - 2
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah - 2Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah - 2
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah - 2
 
Memahami Logika Laporan Arus Kas
Memahami Logika Laporan Arus KasMemahami Logika Laporan Arus Kas
Memahami Logika Laporan Arus Kas
 
Audit berbasis resiko
Audit berbasis resikoAudit berbasis resiko
Audit berbasis resiko
 
Materi kuliah Saham
Materi kuliah SahamMateri kuliah Saham
Materi kuliah Saham
 
PPh 23
PPh 23PPh 23
PPh 23
 
Materi AKM 2 Utang Jangka Panjang
Materi AKM 2 Utang Jangka PanjangMateri AKM 2 Utang Jangka Panjang
Materi AKM 2 Utang Jangka Panjang
 
penganggaran sektor publik
penganggaran sektor publikpenganggaran sektor publik
penganggaran sektor publik
 
Ekuitas modal disetor
Ekuitas modal disetorEkuitas modal disetor
Ekuitas modal disetor
 
Sistem informasi akuntansi teknik dan dokumentasi sistem informasi
Sistem informasi akuntansi   teknik dan dokumentasi sistem informasiSistem informasi akuntansi   teknik dan dokumentasi sistem informasi
Sistem informasi akuntansi teknik dan dokumentasi sistem informasi
 

Similaire à ETIKA PROFESI

Be & gg ; fikri aulawi, prof. dr. hapzi ali, artikel etika binis, mercu buan...
Be & gg ;  fikri aulawi, prof. dr. hapzi ali, artikel etika binis, mercu buan...Be & gg ;  fikri aulawi, prof. dr. hapzi ali, artikel etika binis, mercu buan...
Be & gg ; fikri aulawi, prof. dr. hapzi ali, artikel etika binis, mercu buan...FIkri Aulawi Rusmahafi
 
Be & gg, fikri aulawi, prof. dr. hapzi ali, artikel etika binis, mercu buana,...
Be & gg, fikri aulawi, prof. dr. hapzi ali, artikel etika binis, mercu buana,...Be & gg, fikri aulawi, prof. dr. hapzi ali, artikel etika binis, mercu buana,...
Be & gg, fikri aulawi, prof. dr. hapzi ali, artikel etika binis, mercu buana,...FIkri Aulawi Rusmahafi
 
Tugas softskill 1 etika bisnis
Tugas softskill 1   etika bisnisTugas softskill 1   etika bisnis
Tugas softskill 1 etika bisnisyayu13
 
Pert 2. pengertian profesi dan profesionalisme
Pert 2. pengertian profesi dan profesionalismePert 2. pengertian profesi dan profesionalisme
Pert 2. pengertian profesi dan profesionalismeTri Sugihartono
 
2, be & gg, novita dewi purnama, hapzi ali, ethics and business concept a...
2, be & gg, novita dewi purnama, hapzi ali, ethics and business concept a...2, be & gg, novita dewi purnama, hapzi ali, ethics and business concept a...
2, be & gg, novita dewi purnama, hapzi ali, ethics and business concept a...Imam Arifin
 
BE & GG, Alim Suciana, Hapzi Ali, ETHIC BUSINESS MENUJU PROFESIONAL, Mercu Bu...
BE & GG, Alim Suciana, Hapzi Ali, ETHIC BUSINESS MENUJU PROFESIONAL, Mercu Bu...BE & GG, Alim Suciana, Hapzi Ali, ETHIC BUSINESS MENUJU PROFESIONAL, Mercu Bu...
BE & GG, Alim Suciana, Hapzi Ali, ETHIC BUSINESS MENUJU PROFESIONAL, Mercu Bu...Alimsuciana
 
Begg, rian saputro, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, business ethic telkom i...
Begg, rian saputro, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, business ethic telkom i...Begg, rian saputro, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, business ethic telkom i...
Begg, rian saputro, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, business ethic telkom i...riansaputro1991
 
BE & GG, sonya arista, hapzi ali, etika bisnis pt. samsung electronic, univer...
BE & GG, sonya arista, hapzi ali, etika bisnis pt. samsung electronic, univer...BE & GG, sonya arista, hapzi ali, etika bisnis pt. samsung electronic, univer...
BE & GG, sonya arista, hapzi ali, etika bisnis pt. samsung electronic, univer...Sonya Arista
 
Legal Liability and Professional Ethics
Legal Liability and Professional EthicsLegal Liability and Professional Ethics
Legal Liability and Professional EthicsRianiDewiAstuty
 
Pertemuan 1 2 etika bisnis
Pertemuan 1 2 etika bisnisPertemuan 1 2 etika bisnis
Pertemuan 1 2 etika bisnisINDAHMAWARNI1
 
Materi Etika Profesi ( SMK KELAS X)
Materi Etika Profesi ( SMK KELAS X)Materi Etika Profesi ( SMK KELAS X)
Materi Etika Profesi ( SMK KELAS X)Amelia Febiani
 
Be & gg, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, busin...
Be & gg, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, busin...Be & gg, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, busin...
Be & gg, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, busin...Nadiatur Rakhma
 
1, be & ge, teguh budi santoso, hapzi ali, introduction to be & gg, universit...
1, be & ge, teguh budi santoso, hapzi ali, introduction to be & gg, universit...1, be & ge, teguh budi santoso, hapzi ali, introduction to be & gg, universit...
1, be & ge, teguh budi santoso, hapzi ali, introduction to be & gg, universit...TeguhBudiSantoso9
 
Uas etika profesi
Uas etika profesiUas etika profesi
Uas etika profesimayumizetaa
 
Tugas 2 BE & GG,edo fitriansyah,hapzi ali, etika bisnis di perusahaan,univers...
Tugas 2 BE & GG,edo fitriansyah,hapzi ali, etika bisnis di perusahaan,univers...Tugas 2 BE & GG,edo fitriansyah,hapzi ali, etika bisnis di perusahaan,univers...
Tugas 2 BE & GG,edo fitriansyah,hapzi ali, etika bisnis di perusahaan,univers...Edo Fitriansyah
 
Chap 01 ethics and business
Chap 01 ethics and businessChap 01 ethics and business
Chap 01 ethics and businessRegen Said
 
1, be & gg, teguh budi santoso, hapzi ali, introduction to be & gg, unive...
1, be & gg, teguh budi santoso, hapzi ali, introduction to be & gg, unive...1, be & gg, teguh budi santoso, hapzi ali, introduction to be & gg, unive...
1, be & gg, teguh budi santoso, hapzi ali, introduction to be & gg, unive...TeguhBudiSantoso9
 
1, be & gg, teguh budi santoso, hapzi ali, introduction to be & gg, unive...
1, be & gg, teguh budi santoso, hapzi ali, introduction to be & gg, unive...1, be & gg, teguh budi santoso, hapzi ali, introduction to be & gg, unive...
1, be & gg, teguh budi santoso, hapzi ali, introduction to be & gg, unive...TeguhBudiSantoso9
 

Similaire à ETIKA PROFESI (20)

Be & gg ; fikri aulawi, prof. dr. hapzi ali, artikel etika binis, mercu buan...
Be & gg ;  fikri aulawi, prof. dr. hapzi ali, artikel etika binis, mercu buan...Be & gg ;  fikri aulawi, prof. dr. hapzi ali, artikel etika binis, mercu buan...
Be & gg ; fikri aulawi, prof. dr. hapzi ali, artikel etika binis, mercu buan...
 
Be & gg, fikri aulawi, prof. dr. hapzi ali, artikel etika binis, mercu buana,...
Be & gg, fikri aulawi, prof. dr. hapzi ali, artikel etika binis, mercu buana,...Be & gg, fikri aulawi, prof. dr. hapzi ali, artikel etika binis, mercu buana,...
Be & gg, fikri aulawi, prof. dr. hapzi ali, artikel etika binis, mercu buana,...
 
Tugas softskill 1 etika bisnis
Tugas softskill 1   etika bisnisTugas softskill 1   etika bisnis
Tugas softskill 1 etika bisnis
 
Pert 2. pengertian profesi dan profesionalisme
Pert 2. pengertian profesi dan profesionalismePert 2. pengertian profesi dan profesionalisme
Pert 2. pengertian profesi dan profesionalisme
 
Etika profesional audit
Etika profesional   auditEtika profesional   audit
Etika profesional audit
 
2, be & gg, novita dewi purnama, hapzi ali, ethics and business concept a...
2, be & gg, novita dewi purnama, hapzi ali, ethics and business concept a...2, be & gg, novita dewi purnama, hapzi ali, ethics and business concept a...
2, be & gg, novita dewi purnama, hapzi ali, ethics and business concept a...
 
BE & GG, Alim Suciana, Hapzi Ali, ETHIC BUSINESS MENUJU PROFESIONAL, Mercu Bu...
BE & GG, Alim Suciana, Hapzi Ali, ETHIC BUSINESS MENUJU PROFESIONAL, Mercu Bu...BE & GG, Alim Suciana, Hapzi Ali, ETHIC BUSINESS MENUJU PROFESIONAL, Mercu Bu...
BE & GG, Alim Suciana, Hapzi Ali, ETHIC BUSINESS MENUJU PROFESIONAL, Mercu Bu...
 
Begg, rian saputro, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, business ethic telkom i...
Begg, rian saputro, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, business ethic telkom i...Begg, rian saputro, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, business ethic telkom i...
Begg, rian saputro, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, business ethic telkom i...
 
BE & GG, sonya arista, hapzi ali, etika bisnis pt. samsung electronic, univer...
BE & GG, sonya arista, hapzi ali, etika bisnis pt. samsung electronic, univer...BE & GG, sonya arista, hapzi ali, etika bisnis pt. samsung electronic, univer...
BE & GG, sonya arista, hapzi ali, etika bisnis pt. samsung electronic, univer...
 
Legal Liability and Professional Ethics
Legal Liability and Professional EthicsLegal Liability and Professional Ethics
Legal Liability and Professional Ethics
 
Pertemuan 1 2 etika bisnis
Pertemuan 1 2 etika bisnisPertemuan 1 2 etika bisnis
Pertemuan 1 2 etika bisnis
 
Materi Etika Profesi ( SMK KELAS X)
Materi Etika Profesi ( SMK KELAS X)Materi Etika Profesi ( SMK KELAS X)
Materi Etika Profesi ( SMK KELAS X)
 
Be & gg, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, busin...
Be & gg, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, busin...Be & gg, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, busin...
Be & gg, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, busin...
 
Bab 3 etika_profesional
Bab 3 etika_profesionalBab 3 etika_profesional
Bab 3 etika_profesional
 
1, be & ge, teguh budi santoso, hapzi ali, introduction to be & gg, universit...
1, be & ge, teguh budi santoso, hapzi ali, introduction to be & gg, universit...1, be & ge, teguh budi santoso, hapzi ali, introduction to be & gg, universit...
1, be & ge, teguh budi santoso, hapzi ali, introduction to be & gg, universit...
 
Uas etika profesi
Uas etika profesiUas etika profesi
Uas etika profesi
 
Tugas 2 BE & GG,edo fitriansyah,hapzi ali, etika bisnis di perusahaan,univers...
Tugas 2 BE & GG,edo fitriansyah,hapzi ali, etika bisnis di perusahaan,univers...Tugas 2 BE & GG,edo fitriansyah,hapzi ali, etika bisnis di perusahaan,univers...
Tugas 2 BE & GG,edo fitriansyah,hapzi ali, etika bisnis di perusahaan,univers...
 
Chap 01 ethics and business
Chap 01 ethics and businessChap 01 ethics and business
Chap 01 ethics and business
 
1, be & gg, teguh budi santoso, hapzi ali, introduction to be & gg, unive...
1, be & gg, teguh budi santoso, hapzi ali, introduction to be & gg, unive...1, be & gg, teguh budi santoso, hapzi ali, introduction to be & gg, unive...
1, be & gg, teguh budi santoso, hapzi ali, introduction to be & gg, unive...
 
1, be & gg, teguh budi santoso, hapzi ali, introduction to be & gg, unive...
1, be & gg, teguh budi santoso, hapzi ali, introduction to be & gg, unive...1, be & gg, teguh budi santoso, hapzi ali, introduction to be & gg, unive...
1, be & gg, teguh budi santoso, hapzi ali, introduction to be & gg, unive...
 

Plus de yufendriansyah auriga

Plus de yufendriansyah auriga (10)

Audit efisiensi
Audit efisiensiAudit efisiensi
Audit efisiensi
 
review psak 14: persediaan
review psak 14: persediaanreview psak 14: persediaan
review psak 14: persediaan
 
Sistem pengendalian intern pemerintah
Sistem pengendalian intern pemerintahSistem pengendalian intern pemerintah
Sistem pengendalian intern pemerintah
 
Bahasa masyarakat tionghoa
Bahasa masyarakat tionghoaBahasa masyarakat tionghoa
Bahasa masyarakat tionghoa
 
review psak 23 - pendapatan
review psak 23 -  pendapatanreview psak 23 -  pendapatan
review psak 23 - pendapatan
 
review PSAK 57 Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontijensi, dan Aktiva Kontije...
review PSAK 57 Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontijensi, dan Aktiva Kontije...review PSAK 57 Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontijensi, dan Aktiva Kontije...
review PSAK 57 Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontijensi, dan Aktiva Kontije...
 
review PSAK 17penyusutan
review PSAK 17penyusutanreview PSAK 17penyusutan
review PSAK 17penyusutan
 
Aturan etika kompartemen akuntan publik
Aturan etika kompartemen akuntan publikAturan etika kompartemen akuntan publik
Aturan etika kompartemen akuntan publik
 
Kode etik bpk
Kode etik bpkKode etik bpk
Kode etik bpk
 
Tradisi, makanan dan efek samping
Tradisi, makanan dan efek sampingTradisi, makanan dan efek samping
Tradisi, makanan dan efek samping
 

ETIKA PROFESI

  • 1. BAB 1 ETIKA Pengertian Etika Etika (ethics) menurut pengertian yang sebenarnya adalah filsafat tentang moral. Jadi, etika merupakan ilmu yang membahas dan mengkaji nilai dan norma moral. Etika merupakan refleksi kritis dan rasional mengenai (a) nilai dan norma yang menyangkut bagaimana manusia, sebagai manusia, harus hidup baik, dan (b) masalah-masalah kehidupan manusia dengan mendasarkan pada nilai dan norma-norma moral yang umum diterima. Etika dalam pengertian yang lebih luas adalah keseluruhan norma dan penilaian yang dipergunakan oleh masyarakat untuk mengetahui bagaimana manusia seharusnya menjalankan kehidupannya. Etika dalam pengertian yang lebih sempit, sering diacu sebagai seperangkat nilai atau prinsip moral yang berfungsi sebagai panduan untuk berbuat, bertindak, atau berperilaku. Jadi, dapat disimpulkan bahwa etika berkaitan dengan bagaimana manusia menjalankan kehidupannya, dan menaruh perhatian pada bagaimana (berperilaku untuk) mencapai kehidupan yang baik dan lebih baik. Profesionalisme dan Etika Istilah profesional mengandung makna kualitas yang sangat tinggi (baik), sedangkan profesi memiliki pengertian pekerjaan yang ditekuni dan menjadi tumpuan hidup, atau dapat juga berarti bidang pekerjaan yang dilandasi oleh pendidikan keahlian tertentu. Profesi sering dibedakan menjadi dua jenis, yaitu profesi biasa dan profesi luhur. Suatu profesi dibanun di atas landasan moral karena seorang profesional memang dituntut untuk menghasilkan kinerja berstandar kualitas tinggi dan mengutamakan kepentingan publik. Profesional (seorang profesional) adalah orang yang menjalani suatu profesi, dan karenanya, mempunyai tanggung jawab yang tinggi untuk berkarya dengan standar kualitas tinggi dilandasi dengan komitmen moral yang tinggi pula. Etika profesi atau etika profesional merupakan pembeda utama antara para profesional dan orang-orang yang hanya sekadar ahli di bidang yang mereka pilih untuk ditekuni. Peranan Etika dalam Profesi Akuntansi
  • 2. Profesi akuntansi mengandung karakteristik pokok suatu profesi, diantaranya adalah jasa yang sangat penting bagi masyarakat, pengabdian bangsa kepada masyarakat, dan komitmen moral yang tinggi. Masyarakat menuntut untuk memperoleh jasa para akuntan dengan standar kualitas yang tinggi, dan menuntut mereka untuk bersedia mengorbankan diri. Itulah sebabnya profesi akuntansi menetapkan standar teknis atau standar etika yang harus dijadikan sebagai panduan oleh para akuntan, utamanya yang secara resmi menjadi anggota profesi, dalam melaksanakan tugas-tugas profesionalnya. Jadi, standar etika diperlukan bagi profesi akuntansi karena akuntan memiliki posisi sebagai orang kepercayaan dan menghadapi kemungkinan benturan-benturan kepentingan. Kode etik atau aturan etika profesi akuntansi menyediakan panduan bagi para akuntan profesional dalam mempertahankan diri dari godaan dan dalam mengambil keputusan-keputusan sulit. Etika Profesi dan Etika Kerja Etika profesi atau etika profesional merupakan suatu bidang etika (sosial) terapan. Etika profesi berkaitan dengan kewajiban etis mereka yang menduduki posisi yang disebut profesional. Etika profesi berfungsi sebagai panduan bagi para profesional dalam menjalani kewajiban mereka memberikan dan mempertahankan jasa kepada masyarakat yang berstandar tinggi. Dalam kaitannya dengan profesi, etika meliputi norma-norma yang mentransformasikan nilai-nilai atau cita-cita (luhur) ke dalam praktik sehari-hari para profesional dalam menjalankan profesi mereka. Norma-norma ini biasanya dikodifikasikan secara formal ke dalam bentuk kode etik atau kode perilaku profesi yang bersangkutan. Etika profesi biasanya dibedakan dari etika kerja yang mengatur praktek, hak, dan kewajiban bagi mereka yang bekerja di bidang yang tidak disebut profesi (non- profesional). Non-profesional adalah pegawai atau pekerja biasa dan dianggap kurang memiliki otonomi dan kekuasaan atau kemampuan profesional. Namun demikian, ada sejumlah pendapat yang menyatakan bahwa tidak ada alasan moral untuk mengeluarkan etika kerja dari kajian etika profesional karena keduanya tidak terlalu berbeda jenisnya kecuali yang menyangkut besarnya bayaran yang diterima dari pekerjaan mereka. Masyarakat tidak mencemaskan pengambilalihan pekerjaan, tetapi masyarakat mencemaskan penyalahgunaan kekuasaan/keahlian. Pembedaan antara etika profesi dan etika kerja lazimnya dilakukan mengingat aktivitas para profesional seperti dokter, pengacara, dan akuntan, adalah berbeda dengan pekerja lain umumnya. Para profesional memiliki karakteristik khusus dari segi pendidikan atau pelatihan, pengetahuan, pengalaman, dan hubungan dengan klien, yang membedakannya dari dari pekerja non-profesional. Lingkungan Etika Akuntan Profesional
  • 3. - Pentingnya Pemahaman Lingkungan Etika Lingkungan etika adalah arena bagi para akuntan profesional menjalani tugas-tugas profesionalnya. Lingkungan etika ini meliputi organisasi bisnis dan nonbisnis yang merupakan sasaran jasa profesional para akuntan, lingkungan bagi organisasi bisnis dan nonbisnis tersebut, dan masyarakat secara umum, serta organisasi atau kantor yang mempekerjakan mereka. Akuntan profesional yang berfungsi menjembatani kepentingan-kepentingan yang sering berlawanan tersebut harus menyadari dan memahami harapan publik terhadap bisnis dan organisasi-organisasi lain yang menjadi sasaran jasa profesionalnya aar setiap akuntan profesional dapat menemukan bagaimana seharusnya menafsirkan aturan-aturan profesi mereka dan memadukan kearifan intelektual dan kearifan tindakan yang sesuai dengan standar etika. - Celah Kredibilitas dan Harapan Pemahaman akan perkembangan dan tuntutan lingkungan memungkinkan para akuntan profesional mengidentifikasi ada tidaknya celah harapan publik (expectation gap) dan celah kredibilitas (credibility gap), yang selanjutnya memungkinkan mereka untuk menutup celah tersebut. Berbagai kasus skandal bisnis dan keuangan yang melibatkan para akuntan profesional mulai terkuak. Kasus-kasus tersebut dapat mengindikasikan bahwa adanya pengingkaran oleh sejumlah akuntan terhadap kepercayaan tinggi yang diberikan oleh masyarakat kepada profesi akuntansi. Ini merupakan ancaman bagi para akuntan yang bersangkutan dan profesi akintan secara keseluruhan, yang harus disadari sepenuhnya dan ditanggapi sungguh-sungguh dengan meningkatkan kepatuhan terhadap standar teknis maupun standar etika yang berlaku. - Etika Bisnis dan Akuntan Profesional Etika bisnis berarti menemukan dan bertindakdengan cara yang tepat dalam setiap situasi bisnis. Di dalamnya terdapat dua isu yang berpengaruh dengan etika bisnis, pertama, sulitnya menentukan tindakan yang benar-benar tepat dari satu situasi ke situasi lainnya. kedua, keberanian dan keteguhan untuk melaksanakan tindakan yang etis tersebut. Ada beberapa alasan tentang betapa pentingnya dari sebuah etika bisnis, yaitu, pelanggan menuntut perilaku beretika dari bisnis, etika menjadikan iklim kerja lebih baik, dan pegawai yang makin diberdayakan memerlukan panduan yang lebih jelas. Faktor pendorong dari peningkatan tuntutan etis, a. globalisasi, b. kompetisi, c. teknologi, dan d. masalah-masalah lingkungan. Hukum dan Etika dalam bisnis
  • 4. Sejumlah pihak meyakini bahwa hukum, bukan etika, ialah satu-satunya panduan relevan dengan alasan hukum dan etika mengatur dua realitas yang berbeda serta hukum tidak lain adalah etika bisnis itu sendiri. Tetapi bagi seorang manajer, jika hanya berpanduan pada hukum saja tidak cukup karena dapat membahayakan, berikut alasan- alasan dalam mempertimbangkan suatu keputusan, antara lain: 1. Hukum tidak memadai untuk mengatur aspek-aspek tertentu dari aktivitas bisnis 2. Di bidang-bidang baru, hukum sering lamban berkembang 3. Hukum itu sendiri sering menggunakan konsep-konsep moral yang tidak sepenuhnya didefinisikan 4. Hukum sering tidak tuntas karena memerlukan pengadilan sebagai pengambil keputusan 5. Suatu alasan pragmatis bahwa hukum merupakan instrument yang tidak begitu efisien dan semata-mata mendasarkan diri pada hukum mengundang legislasi dan litigasi yang tidak diperlukan. Pemahaman akan etika bisnis ini sangat penting bagi seorang akuntan professional karena bisnis merupakan salah satu bindang penting bagi para akuntan professional dalam mengerjakan tugasnya. Pemahaman etersebut akan membantu para akuntan dalam menanggapi dan menangani masalah-masalah etis yang berkaitan dengan praktik-praktik bisnis yang menjadi sasaran pengkajiandan penilaian mereka. Prinsip- prinsip yang berlaku dalam etika bisnis ini hampir sama pada prinsip- prinsip dari etika secara umum. - Etika Pelayanan Publik dan Akuntan Profesional Tuntutan akan efisiensi dan efektivitas organisasi, profesionalisme, dan standar perilaku yang tinggi kini juga ditujukan pada birokrasi atau administrasi publik yang bertanggung jawab terhadap pelayanan publik. Aparatur birokrasi semakin dituntut untuk secara profesional menunujukkan kinerjanya yang berkualitas tinggi, dengan cara- cara yang menjunjung tinggi prinsip-prinsip etika. Bagi akuntan profesional, perhatian terhadap praktik-praktik birokrasi serta isu-isu etikanya dan perubahan-perubahan yang berlangsung adalah sangat penting dalam rangka memperoleh pemahaman yang baik mengenai bagaimana akuntan profesional seharusnya menafsirkan aturan-aturan profesi mereka sehingga dapat menempatkan diri mereka secara tepat. Etika Akuntan Profesional Menurut pasal 4 ayat 1 Undang-Undang nomor 43 tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-undang nomor 17 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian dijelaskan bahwa pegawai negeri adalah unsur aparatur negara yanag
  • 5. bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat secara professional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan. Jika dilihat dari pengertian tersebut, maka tak heran bila kerap kali profesi pegawai negeri dikaitkan dengan profesionalitas dan etika. Profesionalitas merujuk pada kompetensi teknis pekerjaan itu sendiri yang menuntut hasil dengan standar tinggi. Sedangkan etika lebih kepada kualifikasi perilaku moral bagi pegawai pelayan publik. Urgensi kedua hal tersebut adalah untuk menjamin bahwa kebijakan-kebijakan publik diimplementasikan dan menjadi realitas. Sikap yang diperlukan : 1. Mempelajari dan menguasai pekerjaan Anda di bidang administrasi publik; 2. Menjadi pakar di bidang spesialisasi yang Anda pilih; 3. Menjadi teladan dalam berperilaku; 4. Memelihara pengetahuan dan keterampilan pada tingkat yang tinggi, menghindari benturan kepentingan dengan menempatkan nilai pengabdian kepada kepentingan publik di atas kepentingan pribadi; 5. Mendisiplinkan pelaku kesalahan dan anggota lainnya yang diyakini merusak reputasi profesi; 6. Mengungkapkan kecurangan dan malpraktik; 7. Secara umum meningkatkan kemampuan Anda melalui berbagai upaya pengembangan diri, termasuk penelitian, percobaan dan inovasi. Profesionalisme dalam pelayanan publik memang membutuhkan komitmen yang tinggi mengingat perilaku pelayan publik adalah terbuka sepanjang waktu dan menjadi sasaran penilaian publik jika seorang pelayan publik gagal menjalankan tugasnya. Oleh sebab itu, sebagai pegawai negeri yang bekecimpung dalam pelayanan publik sudah sepantasnya menjunjung tinggi nilai-nilai profesionalisme yang bersesuaian dengan nilai-nilai etika sebagai acuan perilaku dalam melayani publik. 1. Memberikan Manfaat Publik Tujuan sosial yang harus dipenuhi meniadakan dorongan untuk mementingkan diri sendiridan memperkaya birokrasi serta berusaha menjauhakan diri dari tindakan yang merugikan dan harus menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan universal seperti kebebasan HAM. 2. Menegakkan Aturan Hukum Aturan hukum memberikan perlindungan terhadap penyalahgunaan kekuasaan dan jabatan juga merupakan prinsip pertama pemerintahan yang demokratis. 3. Menjamin Adanya Tanggung Jawab dan Akuntabilitas Publik Nilai ini menuntut pegawai negeri untuk menjadi pelindung kepentingan publik, bersikap jujur, selalu memutakhirkan informasi dan tanggap. 4. Menjadi Teladan Profesional dalam pelayanan publik berarti memiliki komitmen pengabdian terhadap publik, pelaksana yang baik, memajukan kepentingan public dan memperbaiki kondisi kehidupan tanpa mengharap imbalan.
  • 6. 5. Meningkatkan Kinerja Profesional di lingkungan pelayanan publik (birokrasi) mungkin kurang memiliki otonomi dan independensi, namun demikian Anda harus selalu berusaha meningkatkan kinerja Anda dalam berbagai bidang tanggung jawab. 6. Memajukan Demokrasi Profesional di lingkungan pelayanan publik harus mengadopsi sejumlah nilai baru yang beberapa di antaranya mungkin berbenturan dan memerlukan priorotisasi. Selain hal-hal yang telah disebutkan di atas, pegawai negeri juga dituntut untuk berpegang pada netralitas birokrasi, artinya birokrasi memberikan pelayanan berdasarkan profesionalisme, bukan berdasarkan kepentingan politik. Birokrasi yang netral, tidak memihak dan objektif diperlukan agar pelayanan dapat diberikan kepada seluruh masyarakat tanpa memihak pada pihak tertentu. BAB 2 TEORI DAN KONSEP ETIKA Dalam bab ini akan menguraikan 3 teori etika, yaitu: 1. Teori Teleologi Sering disebut teori konsekuensialis, menyatakan bahwa nilai moral suatu tindakan atau praktik ditentukan semata- mata oleh konsekuensi dari tindakan atau praktik tersebut. Benar atau salahnya tindakan dan praktek ditentukan oleh akibat yang ditimbulkan oleh tindakan dan praktik tersebut. Ada beberapa jenis teori teleologi, namun yang paling populer karena dipandang paling realistik adalah teori utilitirian (utilitarianisme) yang benar atau salahnya suatu tindakan ditentukan oleh baik atau buruknya konsekuensi bagi setiap orang yang dipengaruhi oleh tindakan tersebut. Sejalan denga pendirian utilitirianisme, pengambilan keputusan etis meliputi langkah – langkah berikut: a. Menentukan alternatif tindakan yang tersedia pada setiap situasi keputusan b. Menaksir biaya dan manfaaat dari masing – masing alternatif tindakan bagi setiap orang yang dipengaruhi oleh tindakan tersebut c. Memilih alternatif tindakan yang menghasilkan jumlah terbesar manfaat atau jumlah terkecil biaya. 2. Teori Deontologi
  • 7. Teori ini menolak pendirian bahwa konsekuensi merupakan faktor relevan untuk menentukan apa yang seharusnya kita perbuat. Menurut deontologi, tindakan atau perbuatan tertentu adalah benar bukan karena manfaat bagi kita sendiri atau orang lain tetapi karena sifat atau hakikat perbuatan itu sendiri atau kaidah yang diikuti untuk berbuat. Tujuh kewajiban moral adalah a. Kewajiban menepati janji atau kesetiaan (fidelity) b. Kewajiban ganti rugi (reparation) c. Kewajiban terima kasih (gratitude) d. Kewajiban keadilan (justice) e. Kewajban berbuat baik (beneficence) f. Kewajiban mengembangkan diri (self improvement) g. Kewajiban untuk tidak merugikan (non-malificence) 3. Teori Etika Keutamaan 3 hal yang mencirikan keutamaan, yaitu: a. Disposisi artinya keutamaan merupakan suatu kencenderungan tetap b. Berkaitan dengan kemauan atau kehendak, artinya keutamaan adalah kecenderungan tetap yang menyebabkan kehendak tetap pada arah tertentu. c. Pembiasaan diri, artinya keutamaan tidak dimiliki manusia sejak lahir tetapi diperoleh dengan cara membiasakan diri atau berlatih. HAK Ada beberapa jenis hak yang dapat dibedakan, yaitu 1. Hak legal dan hak moral Hak legal adalah hak yang diakui dan ditegakkan sebagai bagian dari sistem hukum, sedangkan hak moral adalah hak yang berasal dari suatu sistem norma moral yang tidak bergantung kepada adanya sistem hukum. 2. Hak khusus dan hak umum Hak khusus berkaitan denga individu – individu tertentu, sedangkan hak umum adalah hak yang melibatkan klaim terhadap setiap orang atau kemanusiaan secara umum. 3. Hak negatif dan hak positif
  • 8. Umumnya hak negatif berkorelasi dengan kewajiban pada pihak lain untuk tidak bertindak terhadap kita. Di pihak lain, hak positif adalah hak yang mewajibkan orang lain bertindak untuk kita. KEADILAN Menurut Aristoteles ada 3 jenis keadilan khusus, yaitu: 1. Keadilan distributif Adalah keadilan dalam distribusi manfaat dan beban. Keadilan ini umumnya bersifat perbandingan . 2. Keadilan kompensasi Keadilan yang menyangkut masalah pemberian imbalan atau penggantian kepada seseorang karena kekeliruan atau kesalahan yang menimpa dan merugikannya. 3. Keadilan retributif Berkaitan dengan pemberian hukuman terhadap pelaku kesalahan KEPEDULIAN Salah satu karateristik pokok sudut pandang etika adalah objektivitas atau ketidak berpihakan. Ini berarti bahwa setiap hubungan khusus yang kita miliki dengan orang tertentu (keluarga, teman atau pegawai) harus dikesampingkan ketika menentukan apa yang seharusnya kita lakukan. BAB 3 PROFESIONALISME AKUNTANSI Pengertian Dan Ciri-Siri Profesi Profesi merupakan suatu kombinasi dari suatu sejumlah karekteristik yang memmbentuk struktur profesi,tanggung jawab, dan hak-hak yang disatupadukan oleh seperangkat nilai, yakni nilai-nilai yang menentukan bagaimana keputusan diambil dan bagaimana tindakan ditempuh. Lima profesi karakreristik yang umumnya dapat yang umumnya dapat di jumpai pada setiap professi • Bidang pengetahuan khusus yang diajarkan secara formaldan bersertifikat /berijasah • Komitmen terhadap tujuan sosial yang menjadi alasan bagi keberadaan profesi
  • 9. Kapasitas untuk mengatur diri sendiri, seringkali degan sanksi hukum bagi mereka yang melanggar norma-norma prilaku yang di sepakati • Ijin dari pihak berwenang untuk berpraktik sebagai profesional • Kedudukan dan prestise yang relatif lebih tinggi di masyarakat Bidang pengetahuaan khusus dan pendidikan formal/profesional Komitmen terhadap tujuan sosial Seorang profesional tidak menuntut keistimewaanprofesional agar dapat memaksimalkan keberuntunganya, dan lebih dari itu, tanggung jawab profesionalnyayag utama bukan kepada diri sendiri,majikan atau klien,melainkan masyarakat Sistem pengaturan diri Untuk memberikan jasa dengan kualitas tinggi. Suatu profesi mengorganisasikan diri dalam suatu wadah asosiasi yang selanjutnyamenentukan tidak hanya standar teknis tetapi juga standar etika Pengawasan dan /atau perijinan oleh pemerintah dan asosiasi profesi karena jasanya sanggat penting bagi masyarakat , biasanya pemerintah berkepentingan untuk melakukan pengaturan tertentu, khususnya dalam hal pengawasan, antara lain melalui perizinan dan pemantauan. Status dan Prestise yang relatif lebih tinggi di masyarakat Karakteristik ini sebenarnya merupakan akibat dari empat karakteristik sebelumnya, yaitu sebutan Profesional dan prestise diatas rata-rata di dalam masyarakat.Profesional menghadapi tuntutan yang sangat tinggi tidak hanya dari luar tetapi juga dari dalam diri sendiri. Tuntutan ini menyang kut tidak hanya keahlian ,tetapi juga komitmen moral. Suatu profesi dapat diibaratkan sebagai bangunan; pondasi ,kerangka,dan atap. Fondasi, mendasari setiap profesi haruslah fondasi yang kokoh, berupa pengetahuan yang di akui yang sangat penting dan esensial bagi kemakmran masyarakat Kerangka, ini meliputi tiga unsur yaitu (1) proses pendidikan ;(2)Proses ujian dan sertifikasi;(3)tanggung jawab terhadap masyarakat. Atap,meliputi unsur-unsur(1)asosiasi profesional,(2)kode etik,(3)standar teknis Kewajiban Profesi dan Sifat Hubungan antara profesional dan Klien Secara umum tanggung jawab yang di harapkan dari suatu profesional meliputi; • Kompetensi di bidang keahliaanya • Objektivitas dalam menawarkan atau memberikan jasa
  • 10. Intregritas dalam bertransaksi dengan klien • Kerahasiaan dalam hubunganya urusan-urusan klien • Penegakandisiplin kepada para anggota Profesi sebagai komunitas Komunitas ini tidak menempati suatu lokasi fisik, melainkan didefinisikan oleh aktivitas yang dijalani oleh para anggota dan nilai-nilai yang di anut. Selain mewajibkan para anggota untuk mematuhi stadar teknis dan memutahirkan kecakapan atau kompetensi teknis selain itu juga standar etika. Sumber-sumber Panduan Etika 1. Kode Etik/ Aturan Perilaku - Ditetapkan oleh asosiasi profesi dan perusahaan atau organisasi tempat kerja. 2. Hukum dan jurisprudensi Akuntansi sebagai Profesi Akuntansi telah memenuhi lima unsur pokok yang mencirikan suatu profesi. Untuk menjadi akuntan, seseorang harus belajar lama dan keras, menyelesaikan pelajaran (mata kuliah) akuntansi dan bisnis dalam suatu jumlah minimum yang ditetapkan, lulus ujian yang panjang dan sulit, memiliki acuan karakter, memperoleh pengalaman profesional dalam jangka waktu yang cukup, dan mampu menjalani tugas-tugas khusus secara tuntas dan efisien agar diakui secara khusus. Selain itu, seorang akuntan juga diharuskan untuk memenuhi persyaratan pendidikan berkelanjutan untuk memutakhirkan kecakapan dalam rangka mempertahankan status profesionalnya. Tanggung jawab profesional para akuntan yang utama bukan pada diri sendiri, majikan (organisasi yang mengarahkan mereka), atau bahkan klien, melainkan kepada masyarakat. Komponen-komponen yang membentuk struktur profesi dapat dipengaruhi oleh akuntansi. Harapan Publik akan Profesionalisme Akuntan Konsekuensi dari pengakuan atas profesionalismenya sebagai seorang akuntan adalah seorang akuntan profesional harus memiliki kompetensi atau kemahiran khusus dalam teknis akuntansi dan memiliki pemahaman yang lebih tinggi daripada pemahaman orang awam mengenai bidang-bidang yang terkait dengan akuntansi seperti pengendalian manajemen, perpajakan, dan sistem akuntansi. Selain itu, para profesional juga diharapkan mematuhi tanggung jawab dan nilai- nilai profesionalisme pada umumnya, dan mematuhi norma-norma khusus (aturan etika) yang ditetapkan oleh organisasi profesi tempat mereka bernaung. Penyimpangan dari
  • 11. norma-norma yang diharapkan ini dapat menyebabkan hilangnya kredibilitas mereka atau bahkan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap profesi secara keseluruhan. Karakteristik pokok profesi akuntansi: - Penyediaan jasa kepercayaan yang penting bagi masyarakat - Keharusan memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus yang mendalam - Pengawasan melalui sistem pengaturan diri dan keanggotaan - Akuntabilitas kepada otoritas pemerintah Kewajiban pokok dalam kaitannya dengan hubungan kepercayaan - Perhatian terus-menerus terhadap kebutuhan klien dan pihak-pihak lain yang berkepentingan (stakeholders) - Pengembangan dan pemeliharaan pengetahuan dan keahlian yang dipersyaratkan - Pemeliharaan reputasi kepatutan sebagai pribadi - Pemeliharaan reputasi kredibilitas sebagai anggota profesi Hak-hak yang dapat diperoleh - Kemampuan untuk menyandang sebutan profesional dan menjalankan praktik profesional - Kemampuan atau keikutsertaan dalam menentukan standar masuk dan menguji calon anggota profesi - Partisipasi dalam pengembangan praktik akuntansi dan audit - Akses terhadap beberapa atau semua bidang kegiatan akuntansi dan audit Nilai-nilai yang diperlukan untuk menunaikan kewajiban dan mempertahankan hak - Kejujuran - Integritas - Objektivitas - Kehati-hatian - Kompetensi - Kerahasiaan - Komitmen untuk mendahulukan kepentingan publik, klien, profesi, dan organisasi atau perusahaan daripada kepentingan pribadi
  • 12. BAB 4 PANDUAN ETIKA BAGI PROFESI AKUNTANSI Pentingnya Etika Profesi bagi Akuntan Alasan yang mendasari setiap profesi menuntut para anggotanya (para profesional) bertindak atau menjalankan kewajiban profesinya dengan standar etika yang tinggi adalah kebutuhan akan kepercayaan masyarakat sehubungan dengan kualitas jasa yang diberikan, terlepas dari individu yang melaksanakannya. Kerangka Dasar Etika Profesi Agar efektif, kode etik perlu mengkombinasikan prinsip – prinsip dengan sejumlah terbatas aturan khusus. Jika kode etik disusun untuk mencakup semua masalah, maka kode etik tersebut akan terlalu besar. Dengan landasan pemikiran semacam ini, maka kode etik profesi umumnya meliputi unsur – unsur berikut ini: 1. Pendahuluan dan Tujuan 2. Prinsip dan Standart Pokok Umumnya kode etik profesi meliputi prinsip dan standar pokok berupa kewajiban bagi para anggota profesi untuk: a. Mempertahankan reputasi dan kemampuan dalam memenuhi kepentingan publik b. Melaksanakan tanggung jawab dengan integritas, objektivitas, independensi, kompetensi profesional, kehati hatian, menjaga kerahasiaan c. Tidak terkait dengan informasi yang menyesatkan atau salah saji 3. Aturan Umum 4. Aturan Khusus 5. Disiplin 6. Interpretasi Aturan Kode Etik Akuntan Publik AS (AICPA) Kode etik AICPA meliputi 4 komponen, yaitu 1. Prinsip –prinsip etika Merupakan standar ideal perilaku etis yang dinyatakan secara filosofis. Komponen ini tidak mengikat.
  • 13. 2. Aturan perilaku Merupakan standar minimum yang dinyatakan sebagai aturan khusus. Komponen ini mengikat. 3. Interpretasi aturan perilaku Komponen ini tidak mengikat tetapi penyimpangannya harus ada alasan yang dapat diterima. 4. Pengaturan etis Meliputi penjelasan dan jawaban yang dipublikasikan atas pertanyaan aturan perilaku yang diajukan oleh para anggota. Kode Etik Akuntan Manajemen AS (IMA) Standar etika ini terdiri dari empat kategori perilaku atau tanggung jawab etis, yaitu: 1. Kompetensi 2. Kerahasiaan 3. Integritas 4. Objektivitas Kode Etik Akuntan Indonesia Prinsip – prinsip etika dalam kode etik IAI yaitu: 1. Tanggung jawab profesi 2. Kepentingan umum 3. Integritas 4. Objektivitas 5. Kompetensi dan kehati hatian profesional 6. Kerahasiaan 7. Perilaku profesional 8. Standar teknis Lampiran 4-A Prinsip Etika Ikatan Akuntan Indonesia • Mukadinah
  • 14. 1. Keanggotaan dalam Ikatan Akuntan Indonesia bersifat sukarela. Dengan menjadi anggota, seseorang akuntan mempunyai kewajiban untuk menjaga disiplin diri di atas dan melebihi yang disyaratkan oleh hokum dan peraturan. 2. Prinsip Etika Profesi dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indoensia menyatakan pengakuan profesi akan tanggung-jawabnya kepada public, pemakai jasa akuntan, dan rekan. • Prinsip Pertama – Tanggung Jawab Profesi Dalam melaksanakan tanggung-jawabnya sebagai professional, setiap anggota harus senatiasa menggunakan pertimbangan moral dan professional dalam semua kegiatan yang dilakukannya. 1. Sebagai professional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Anggota harus selalu bertanggung jawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi,memelihara kepercayaan masyarakat, dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam dalam mengatur dirinya sendiri. • Prinsip Kedua – Kepentingan Umum (Publik) Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada public, menghormati kepercayaan public, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme. 1. Satu ciri utama dari profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada public. Profesi akuntan memegang peranan yang penting di masyarakat, di mana public dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan,dan pihak lainnya bergantung pada objektivitas dan integritas akuntan dalam menjaga berjalannya fungsi bisnis secara tertib. 2. Profesi akuntan dapat tetap berada pada posisi yang penting ini hanya dengan terus menerus memberikan jasa yang unik ini pada tingkat yang menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat dipegang teguh. 3. Dalam memmenuhi tanggung jawab profesionalnya, anggota mungkin mengahadapi tekanan yang saling berbenturan dengan pihak-pihak yang berkepentingan. 4. Mereka yang memperoleh pelayanan dari anggota mengharapkan anggota memenuhi tanggung jawabnya dengan integritas, objektivitas, keseksamaan professional, dan kepentingan untuk melayani public. 5. Semua anggota mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan public. 6. Tanggung jawab seorang akuntan tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan klien individual atau pemberi kerja. Dalam melaksanakan tugasnya seorang akuntan harus mengikuti standar profesi yang dititikberatkan pada kepentingan public, misalnya:  Auditor independen membantu memelihara integritas dan efisiensi dari laporan keuangan yang disajikan pada lembaga keuangan.  Eksekutif keuangan bekerja di berbagai bidang akuntansi manajemen dalam organisasi dan memberikan kontribusi terhadap efisiensi dan efektivitas dari pengguna sumberdaya organisasi.  Auditor intern memberikan keyakinan tentang system pengendalian internal yang baik untuk meningkatkan keandalan informasi keuangan dari pemberi kerja kepada pihak luar.  Ahli pajak membanu membangun kepercayaan dan efisiensi serta penerapan yang adil dari system pajak
  • 15.  Konsultan manajemen mempunyai tanggung jawab terhadap kepentingan umum. • Prinsip Ketiga – Integritas Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan public, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin. 1. Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan professional; 2. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk , antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. 3. Integritas diukur dalam bentuk apa yang benar dan adil. 4. Integritas juga mengharuskan anggota untuk mengikuti prinsip objektivitas dan kehati- hatian professional. • Prinsip Keempat – Objektivitas Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. 1. Objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip objektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias. 2. Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan objektivitas mereka dalam berbagai situasi. 3. Dalam menghadapi situasi dan praktik yang secara spesifik berhubungan dengan aturan etika sehubungan dengan objektivitas pertimbangan yang cukup harus diberikan terhadap factor-faktor berikut: a. Adakalanya anggota dihadapkan pada situasi yang memungkinkan mereka menerima tekanan-tekanan yang diberikan padanya. b. Adakalanya tidak praktis untuk menyatakan dan menggambarkan semua situasi dimana • Prinsip kelima- kompetensi dan kehati-hatian profesional Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati-hatian, kompetensu dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memproleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legalisasi dan teknik yang paling muktahir 1. Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan kompetensi dan ketekunan. Hal ini berarti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk menggunakan keahliannya dengan sebaik-baiknya 2. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Angggota seyongyanya tidak menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau pengalaman yang tidak mereka punyai.  Pencapaian Kompetensi Profesional Pencapaian kompetensi profesional pada awalnya memerlukan standar pendidikan umum yang tinggi, diikuti oleh pendidikan khusus, pelatihan dan ujian profesional dalam subyek-subyek yang relevan, dan pengalaman kerja. Hal ini harus menjadi pengembangan yang normal untuk anggota
  • 16.  Pemeeliharaan Kompetesi Profesional Kompetensi profesional harus dipelihara dan dijaga melalui komitmen untuk belajar dan melakukan peningkatan profesional secara berkesinambungan selama kehidupan profesional anggrota 3. Kompetensi menunjukan terdapatnya pencapaian dan pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. 4. Anggota harus tekun dalam memenuhi tanggung-jawabnya kepada penerima jasa dan publik. Ketekunan mengandung arti pemenuhan tanggung-jawab untuk memberikan jasa dengan segera dan berhati-hati, sempurna dan mematuhi standar teknis etika yang berlaku 5. Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk merencanakan dan mengwasi secara seksama kegiatan profesional yang menjadi tanggung jawabnya. • Prinsi Keenam-Kerahasian Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya 1. Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antara anggota dan klien berakhir 2. Kerahasisaan harus dijaga oleh anggota kecuali jika persetujuan khusu telah diberikan atau terdapat kewajiban legal atau profesional untuk mengungkapkan informasi 3. Anggota mem[punyai kewajiban untuk memastikan bahwa staf dibawah pengawasannya menghormati prinsi p kerahasiaan 4. Anggota tidaklah semata-maat masalah pengungkapan informasi. Kerahasiaan juga mengharuskan anggota yang memperoleh informasi selama melakukan jasa profesional tidak menggunakan informasi tersebut untuk keuntungan pribadi 5. Anggota yang mempunyai akses terhadap informasi tentang rahasian penerima jasa tidak boleh mengungkapkannya ke publik 6. Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang berhubungan dengan kerahasiaan didefenisikan dan bahwa terdapat panduan mengenai sifat dan luas kewajiban kerahsiaan mengenai berbagai keasaan dimana informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dapat atau perllu diungkapkan 7. Berikut ini adalah conto-contoh hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan sejauh mana informasi rahsian dapat diungkapkan.  Apabila pengungkapan diizinkan  Pengungkapan diharuskan oleh hukum  Ketika ada kewajiban atau hak profesional untuk mengungkapkan • Prinsip ketujuh- Prilaku Profesional Stiap anggota harus berprilaku profesional yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
  • 17. 1. Kewajiban untuk menjauhhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum. • Prinsi Kedelapan- Standar Teknis Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan kehati-hatian, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan integritas dan objektivitas 1. Standar teknis dan standar profesional yang harus ditaati anggota adalah standar teknis yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia , Intenational federation of Accountans, badan pengatur, dan peraturan perundang-undangan yang relevan. Lampiran 4-B Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik KETERTERAPAN (APPLICABILITY) Aturan Etika ini harus diterapkan oleh anggota Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP) dan staf profesional. DEFINISI Klien adalah orang atau badan yang memepekerjakan seseorang atau lebih anggota IAI- KAP atau KAP tempat anggota bekerja untuk melaksanakan jasa profesional. Laporan keuangan adalah suatu penyajian data keuangan termasuk catatan yang menyertainya, bila ada, yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber daya ekonomi (aktiva) dan/atau kewajiban suatu entitas pada saat tertentu atas perubahan atasnya selama satu periode tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umumatau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum. Data keuangan lainnya yang digunakan untuk mendukung rekomendasi kepada klien atau yang terdapat dalam dokumen untuk suatu pelaporan yang diatur dalam standar atestasi. Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akutan publik yang memperoleh ijin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berusaha di bidang pemberian jasa profesional dalam praktik akuntan publik. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah wadah organisasi profesional akuntan Indonesia yang diakui pemerintah. Ikatan Akuntan Indonesia-Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP) adalah wadah organisasi para akuntan Indonesia yang menjalankan profesi sebagai akutan publik atau bekerja di kantor akutan publik. Anggota adalahsemua anggota IAI-KAP. Anggota KAP adalah anggota IAI-KAP dan staf profesional yang bekerja pada satu KAP. Akuntan publik adalah akuntan yang memiliki izin dari Menteri Keuangan atau pejabat yang berwenang lainnya untuk menjalankan praktik akuntan publik. Praktik akuntan publik adalah pemberian jasa profesional kepada klien yang dilakukan oleh anggota IAI-KAP yang dapat berupa jasa audit, jasa atestasi, jasa akuntansi dan
  • 18. review, perpajakan, perencanaan keuangn perorangn, jasa pendukung litigasi, dan jasa lainnya yang diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik. INDEPENDENSI, INTEGRITAS DAN OBJEKTIVITAS (100) Independensi (101) Independen dalam fakta (in fact) maupun dalam penampilan (in appearance). Integritas dan Objektivitas (102) Bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) atau mengalihkan (mensubordinasikan) pertimbangannya kepada pihak lain. STANDAR UMUM DAN PRINSIP AKUNTANSI (200) Standar Umum (201) 1) Kompetensi profesional Anggota KAP hanya boleh melakukan pemberian jasa profesional yang secara layak (reasonable) diharapkan dapat diselesaikan dengan kompetensi profesional. 2) Kecermatan dan keseksamaan profesional Anggota KAP wajib melakukan pemberian jasa profesional dengan kecermatan dan keseksamaan profesional. 3) Perencanaan dan supervisi Anggota KAP wajib merencanakan dan mensupervisi secara memadai setiap pelaksanaan pemberian jasa profesional. 4) Data relevan yang memadai Anggota KAP wajib memperoleh data relevan yang memadai untuk menjadi dasar yan layak bagi simpulan atau rekomendasi sehubungan dengan pelaksanaan jasa profesionalnya. Kepatuhan terhadap Standar (202) Anggota KAP yang melaksanakan penugasan jasa auditin, atestasi, review kompilasi, konsultasi manajemen, perpajakan, atau jasa profesional lainnya wajib mematuhi standar yang dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan oleh IAI. Prinsip-prinsip Akuntansi (203) Anggota KAP tidak diperkenankan: 1) Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa laporan keuangan lain suatu entitas disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. 2) Menyatakan bahwa tidak menemukan perlunya modifikasi material yang harus dilakukan terhadap laporan atau data tersebut agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku. TANGGUNG JAWAB KEPADA KLIEN (300) Informasi Klien yang Rahasia (301) Anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang rahasia, tanpa persetujuan dari klien. Ketentuan ini tidak dimaksudkan untuk : 1) Membebaskan anggota KAP dari kewajiban profesionalnya 2) Mempengaruhi kewajiban anggota KAP 3) Melarang review praktek profesional seorang Anggota sesuai dengan kewenangan IAI 4) Menghalangi Anggota dari pengajuan pengaduan keluhan
  • 19. Fee Profesioal (302) 1) Besaran Fee Besarnya fee anggota dapat bervariasi tergantung: • Risiko penugasan • Kompleksitas jasa yang diberikan • Tingkat keahlian • Struktur biaya KAP 2) Fee Kontinjen Adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan jasa profesional tanpa fee yang dibebankan. Fee dianggap tidak kontinjen jika ditetapkan oleh pengadilan. Anggota KAP tidak diperkenankan untuk menetapkan fee kontinjen apabila mengurangi independensi. TANGGUNG JAWAB KEPADA REKAN SEPROFESI (400) Tanggung Jawab kepada Rekan Seprofesi (401) Anggota wajib memelihara citran profesi, dengan tidak melakukan perkataan dan perbuatan yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi. Komunikasi antar akuntan Publik (402) Anggota wajib berkomunikasi tertulis dengan akuntan publik pendulu bila mengadakan perikatan. Perikatan Atestasi (403) Akuntan publik tidak diperkenankan mengadakan perikatan Atestasi yang jenisnya sama dengan yang lebih dahulu. TANGGUNG JAWAB DAN PRAKTEK LAIN (500) Perbuatan dan Perkataan yang Mendiskreditkan (501) Anggota tidak diperkenankan melakukan tindakan yang mencemarkan profesi. Iklan, Promosi, dan Kegiatan Pemasaran lainnya (502) Anggota diperkenankan mencari klien melalui pemasangan iklan dan promosi asal tidak merendahkan citra profesi. KOMISI DAN FEE REFERAL (503) 1) Komisi Komisi adalah imbalan dalam bentuk uang atau barang untuk memperoleh perikatan 2) Fee Referal (rujukan) Adalah imbalan yang dibayarkan kepada sesama penyedia jasa profesional akuntan publik. Bentuk Organisasi dan KAP (504) Anggota hanya dapat berpraktik akuntan publik dalam bentuk organisasi yang diizinkan oleh peraturan perundang undangan yang berlaku.
  • 20. Kerangka Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia Tanggung Jawab Profesi Kepentingan Umum Integritas Objektivitas IAI Pusat Prinsip Etika Kompetensi Kehati hatian Profesional Kerahasiaan Perilaku Profesional Standard Teknis Aturan Etika IAI KAP Independensi Standard Tanggung Tanggung Tanggung RAPAT Integritas umum prinsip jawab kepada jawab kepada jawab dan ANGGOTA objektivitas akuntansi klien rekan praktek lain K KAP Pengurus IAI Interpretasi aturan KAP etika Tanya dan Jawab Dewan Staf
  • 21. BAB 5 INTEGRITAS, OBJEKTIVITAS, DAN INDEPENDENSI Pengertian Integritas, Objektivitas, dan Independensi Integritas, mengacu pada kepatuhan yang konsisten terhadap prinsip-prinsip moral, intelektual, profesional atau keindahan meskipun ada godaan ubtuk meninggalkan prinsip-prinsip tersebut. Secara singkat integritas ini dapat disimpulkan sebagai keteguhan hati yang tidak mudah tergoyahkan dan menunjukkan bahwa setiap apa yang telah fisanggupinya dilaksanakan sesuai prosedur tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Ojektivitas, ialah suatu unsur karakter yang menunjukkan kemampuan seseorang untuk menyatakan segala sesuatu apa adanya, terlepas dari kepentingan pribadi maupun pihak lain. Prinsip objektivitas ini mengharuskab untuk bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka, serta bebas dari kepentingan pihak lain. Independensi, secara umum didefinisikan dengan mengacu pada kebebasan dari hubungan yang merusak atau tampaknya merusak kemampuan akuntan untuk menerapkan objektivitas. Kebebasan dari hubungan ini masih terlalu sempit sehungga independensi dapat di artikan juga sebagai kemampuan untuk bertindak dengan integritas dan objektivitas. Independensi dan Profesionalisme Profesional, merupakan bntuk dari pengalaman dan kemampuan mengenali/ memahami suatu bidang tertentu, seorang profesional tidak akan mensubordinasikan dirinya kepada orang lain. Setiap tindakan harus disertai dengan independensi sehingga secara total tindakan itu akan mencapai hasil yang maksimal tetapi dalam kenyataan tidak semua independensi ini dapat diterapkan dengan mudah, sehingga independensi ini akan secara maksmal dilaksanakan jika didampingi dengan sebuah profesinalisme. Independensi dan Akuntan Publik
  • 22. Secara tradisional para akuntan telah memandang independensi menjadi tiga tataran, antara lain: 1. agar menggunakan sudut pandang yangtidak bias, seorang auditor harus memiliki keutamaan-keutamaan berupa kejujuran, objetivitas, dan tanggung jawab. 2. independensi mengacu kepada hubungan antara akuntan dengan klien. 3. independensi berarti akuntan publik harus menghindari setiap hubungan yang dapat menyebabkan seorang pemerhati patut menduga adanya benturan kepentingan. Dengan demikian terlihat bahwa padavtataran pertama dan kedua independensi adalah suatu kondisi mental dan karakter profesional, yang disebut sebagai integritas dan objektivitas. Untuk tataran ketiga buka pada seorang profesional melainkan pandangan ke pada seorang prifesional. Independensi dalam kenyataan Independensi dalam kenyataans merupakan norma dalam kehidupan sehari-hari seorang profesional. Sehingga sangat sulit untuk menerapkan independensi ini. Independensi dalam penampilan Untuk independensi dalam penampilan ini, independensi dilihat dari sisi pengguna atau pihak luar, sehingga seorabg berlaku seindependen mungkjn untuk meyakinkan bahwa seorang auditor tidak berpihak, walaupun demikian masih saja pihak luar atau pemeriksa masih meragukan hal tersebut. Beberapa isu Independesi dalam penampilan 1. kompetensi di antara kantor-kantor akuntan; 2. makin besarnya peran jasa konsultasi yang ditawarkan oleh auditor; 3. besar dan tumbuhnya ukuran kantor akuntan; 4. lamanya sebuah kantor akuntan publik telah mengaudit klien tertentu. Independensi dalam Kode Etik Akuntan Indonesia Sesuai aturan etika no. 100, independensi auditor memiliki dua dimensi yaitu independensi dalam kenyataan (in fact) dan i.dependensi dalam penampilan (in appearance). Independensi dan Akuntan Manajemen (Intern) Audito intern atau akuntan manajemen ini harus berintegritas dan objektif dalam melaksanakab tugas-tugas profesionalnya. untuk mengawasi bekerjanya akuntan manajemen, di Indonesia telah membentuk badan berupa Satuan Pengawasan Intern aau SPI. Lazimnya seorang auditor intern independen dengan apa yang ia audit atau tidak bersangkutan dengan yang diauditnya.
  • 23. BAB 6 BENTURAN KEPENTINGAN DAN KERAHASIAAN Pengertian Umum Benturan Kepentingan Dalam pengertiannya, benturan kepentingan tidak semata-mata suatu benturan antara kepentingan yang berlawanan, meskipun sebenarnya hal ini terkait juga. Secara lebih tegas, benturan kepentingan merupakan suatu benturan yang terjadi apabila kepentingan pribadi sesorang mempengaruhi rindakannya untuk memenuhi kepentingan pihak lain ketika orang tersebut kerkewajiban untuk bertindak demi kepentingan pihak lain itu. Klasifikasi Benturan Kepentingan Semua situasi benturan kepentingan adalah kecurigaan dari segi moral, namun beberapa diantaranya lebih serius daripada yang lain. Terdapat tig carq untuk membedakan benturan kepentingan, antara lain: 1. Benturan kepentingan aktual dan potensial Aktual di sini apabila kepentinan pribadi menyebabkan seseorang bertindak bertentangan denan pihak lain yang seharusnya dipenuhi opeh orang tersebut. Potensial apabila terdapat kemungkinan bahwa seseorang akan tidak mampu memenuhi kewajiban untuk berttindak memenuhi kepentingan pihak lain, sekalipun orang tersebut belum melakukannya. 2. Benturan kepentingan pribadi dan non-pribadi Jika seorang akuntan yang kepentingan pribadinya berbenturan dengan kepentingan klien disebut benturan kepentingan pribadi, sedangkan saat seorang akuntan memberikan jasanya, maka disbut benturan kepentingan non-pribadi. 3. Benturan kepentingan individu dan organisasi Dalam hubungan keagenan, lazimnya adalah seorang yang bertindak demi kepentingan prinsipal. Prinsipal ini bisa individu atau organisasi. Akan tetapi, organisasi juga dapat bertindak sebagai agen dan karenanya jua bisa merupakan pihak yang kepentingannya berbenturan. Bentuk-bentuk Benturan Kepentingan a. Pertimbangan yang bias Benturan ini biasanya berupa pertimbangan akuntan yang mementingkan kepentingan pribadinya sehingga mengabaikan kepentingan klien.
  • 24. b. Kompetisi langsung Ini dapat berupa benturan dalam pekerjaan seorang pegawai dengan perusahaannya di mana sama-sama memiliki kepentingan. c. Penyalahgunaan kedudukan/posisi Biasanya dengan kedudukan benturan yang terjadi berupa nepotisme atau mengedepankan keluarga dengan jabatannya daripada seseorang yang mungkin lebih ahli yang bukan keluarganya. d. Pelanggaran kerahasiaan Pelanggaran ini biasanya untuk mendapatkan kepentingan pribadinya dengan mengungkapkan rahasia yang merugikan pihak lain. Benturan Kepentingan dan Akuntan Profesional Benturan yang terjadi pada Akuntan profesional yaitu kepentingan atau hubungan yang membuat pertimbangan-pertimbangan seorang akuntan dapat goyah, sehingga seorang akuntan harus tetap menjag integritas, objektivitas dan independensi nya terhadap setiap kepentinan dan hubungan. Jenis-jenis Benturan Kepentingan bagi Akuntan Profesional 1. kepentingan pribadi seorang akuntan berbenturan dengan kepentingan stakeholder atau orang lain. 2. kepentingan pribadi akuntan dan beberapa stakeholder berenturan dengan stakeholder lainnya. 3. kepentingan satu klien diutamakan daripada kepentingan klien lainnya. 4. kepentingan satu atau beberapa stakeholder berbenturan dengan satu atau beberapa stakeholder lainnya. Kerahasiaan dan Akuntan Dari sudut pandang etika, kerahasiaan dapat dibenarkan menurut teori utilitarian maupun deontologi atau teori kewajiban. Dalam perspektif deontologi mempunyai dua aspek yang dapat dirunut ke kewajiban prima facie yaitu kita mempunyai kewajiban untuk menepati janji dan kita mempunyai kewajiban untuk tidak merugikan orang lain khususnya klien dan pihak yang bergantung dengan kita. Kerahasiaan dan Akuntan Publik Secara singkat, menjaga kerahasiaan informasi klien merupakan salah satu jenis tanggung jawab akuntan publik terhadap klien selain tanggung jawab untuk menjaga mutu pekerjaannya. Kewajiban menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh selama pelaksanaan tugas profesional ini merupakan kewajiban tidak hanya akuntan publik, tetapi juga semua staf dan karyawan yang bekerja di kantor akuntan publik. Dalam hal ini, akuntan
  • 25. publik bertanggungjawab atas dipatuhinya ketentuan ini oleh staf dan karyawan yang bekerja di kantornya. Namun demikian, aturan yang melarang auditor untuk mengungkapkan informasi rahasia tidak berlaku mutlak. Larangan tersebut tidak dapat digunakan untuk : 1. Membebaskan anggota darikewajibannya memenuhi standar teknis yang ditetapkan oleh profesi sesuai dengan etika. 2. Mempengaruhi kewajiban anggota untuk mematuhi peraturan peundang-undangan yang berlaku seperti panggilan resmi untuk penyidikan ileh pejabat pengusut atau melarang kepatuhan anggota terhadap ketentuan peraturan yang berlaku. 3. menghambat penelaahan praktik profesional anggota berdasarkan kewenangan dari organisasi profesi. 4. Mengesampingkan anggota mengajukan keberatan terhadap atau menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh badan investigasi atau badan penegakan disiplin yang diakui atau sah. BAB 7 KERANGKA ANALISIS ETIKA DAN ISU-ISU ETIKA DALAM PRAKTIK AKUNTANSI Apabila dalam rangka pelaksanaan tugasnya seorang pegawai atau seorang profesional menghadapi masalah etika, maka panduan pertama yang harus digunakan untuk menyelesaikan adalah kode etik (atau aturan perilaku) organisasi atau kode etik profesi. Untuk memberikan pemahaman yang baik tehadap masalah-masalah etika, bab ini juga memberikan beberapa contoh masalah etika yang banyak dijumpai oleh akuntan profesional dalam menjalankan pekerjaannya. Pentingnya Kepekaan Etis Tak diragukan lagi, sebagian besar dari kita berkeinginan menjadi orang yang beretika dan bahkan kita beranggapan bahwa kita adalah orang yang berperilaku etis seetis, atau bahkan lebih etis daripada orang lain. Namun hal ini sering melemahkan kepekaan kita terhadap isu-isu etis, terutama yang pada mulanya tampak sepele. Beragam masalah etis berkaitan dengan pekerjaan akuntan profesional dalam berbagai perannya. Oleh sebab itu, pengetahuan akan tanda-tanda peringatan adanya masalah etika akan memberikan peluang untuk melindungi diri sendiri dan pada saat yang sama, membangun suasana etis di lingkungan kerja. Di antara masalah-masalah etika yang dapat dijumpai oleh akuntan meliputi permintaan atau tekanan untuk: • Melaksanakan tugas-tugas yang bukan merupakan kompetensinya, • Mengungkapkan informasi rahasia, • Mengompromikan integritasnya dengan melakukan pemalsuan, penggelapan, penyuapan dan sebagainya,
  • 26. Mendistorsi objektivitas dengan menerbitkan laporan-laporan yang menyesatkan atau tidak lengkap. Seorang akuntan profesional haruslah memiliki kesadaran dan kepekaan etis yang tinggi; mampu mengenali situasi-situasi yang mengandung isu-isu etis sehingga memungkinkannya untuk mengambil keputusan atau tindakan yang tepat. Perlu selalu diingat, bahwa beberapa isu atau dilema etis adalah sederhana dan mudah diselesaikan. Namun banyak di antara isu-isu tersebut kompleks dan solusinya samar-samar. Kerangka Analisis Etika Etika dalam pengertian ilmu atau cabang filsafat tidak memberitahukan kepada kita mengenai apa yang harus kita lakukan, melainkan mengemukakan suatu kerangka yang dapat digunakan untuk mengkaji dimensi-dimensi etika pada berbagai isu. • Penalaran Moral dan Pendekatan Standar Moral Seseorang melakukan penalaran moral ketika Ia menemukan fakta tertentu, kemudian membandingkannya dengan standar moral yang relevan dan menentukan apakah fakta tersebut sesuai atau tidak sesuai dengan standar moral tadi. Dalam hal ini, manfaat (utilitarian), hak (right), keadilan (justice) dan kepedulian (care) merupakan standar moral yang banyak digunakan, khusunya di lingkungan bisnis. Masing-masing standar tersebut dapat digunakan sendiri sendiri. Namun dalam banyak situasi keputusan, keempat standar tersebut umumnya harus dipenuhi agar suatu tindakan atau keputusan dapat dikatakan beretika atau bermoral. Pendekatan Standar Moral untuk Pengambilan Keputusan Etis STANDAR MORAL PERTANYAAN ATAS KEPUTUSAN Utilitarian (manfaat): Apakah tindakan/keputusan itu Memaksimalkan manfaat neto bagi memaksimalkan manfaat sosial dan masyarakat secara keseluruhan. meminimalkan kerugian sosial? Hak Individu : Apakah tindakan/keputusan itu konsisten Menghormati dan melindungi hak-hak dengan hak-hak masing-masing orang? individu. Keadilan: Akankah tindakan/keputusan itu Distribusi yang adil atas manfaat dan menghasilkan distribusi yang adil atas beban. manfaat dan beban? Kepedulian: Apakah tindakan/keputusan itu konsisten Konsintensi dengan tanggung jawab dengan tanggung jawab terhadap masing- terhadap semua pihak, khususnya yang masing pihak, khususnya yang memiliki memiliki hubungan khusus atau hubungan khusus? ketergantungan. • Analisis Dampak Stakeholder
  • 27. Dalam analisis dampak stakeholder, seorang pengambil keputusan diminta untuk memertimbangkan sekelompok pihak yang memiliki kepentingan terhadap organisasi, yang merupakan pihak-pihak yang akan dipengaruhi oleh keputusan. Langkah-langkah analisis berikut ini dapat kita terapkan dalam pengambilan keputusan etis. 1. Mengenali isu atau dilema etis. Langkah pertama adalah mengetahui kapan kita menghadapi suatu masalah. Untuk dapat melakukan ini, kita harus membangun etika pribadi, kesadaran etika atau hati nurani. 2. Mengidentifikasi dan menganalisis unsur-unsur pokok situasi. Dengan berorientasi pada stakeholder, pertanyaan-pertanyaan berikut membantu kita untuk mengenali dan memahami berbagai unsur dalam situasi atau isu yang perlu kita selesaikan: • Siapa sajakah pihak-pihak yang dapat dipengaruhi secara menguntungkan dan merugikan? • Hak-hak atau kepentingan apa saja yang dilanggar? • Kepentingan-kepentingan apa sajakah yang berbenturan? • Apa yang menjadi tanggung jawab dan kewajiban kita (saya)? 3. Mengidentifikasi alternatif-alternatif pemecahan/penyelesaian Dalam akuntansi, misalnya, sejumlah metode tersedia untuk mengukur, mencatat dan melaporkan transaksi. Metode-metode ini merupakan alternatif-alternatif yang dapat diambil untuk menyelesaikan masalah. 4. Mengevaluasi alternatif-alternatif pemecahan/penyelesaian. Dalam hal ini, kita menimbang dampak masing-masing alternatif terhadap berbagai stakeholder dan menentukan stakeholder mana yang paling diuntungkan atau dirugikan. 5. Memutuskan. Langkah terakhir adalah memutuskan, yaitu memilih alternatif terbaik atau yang paling etis, dengan memertimbangkan semua keadaan dan konsekuensi sebagaimana ditimbang atau diukur dalam tahap keempat. Contoh Kasus Etika dalam Praktik Akuntansi Berikut ini adalah beberapa contoh kasus yang berguna untuk mengingatkan kita jika suatu saat menghadapi kasus serupa. • Klasifikasi akun laporan keuangan Misalkan, sebuah perusahaan memiliki beberapa piutang wesel yang di neracanya merupakan aktiva lancar. Ketertagihan wesel ini dapat dipastikan, namun kemungkinan
  • 28. akan mengalami penundaan lebih dari satu tahun. Karena keadaan ini, akuntan perusahaan berkeinginan untuk mereklasifikasikan piutang wesel tersebut menjadi tak- lancar. Sementara itu, atasan akuntan tersebut menyadari akan terjadinya penundaan tersebut, tetapi tidak setuju dengan reklasifikasi karena akan mengakibatkan rasio lancar turun dari 1,5 menjadi 0,8, dan penurunan ini akan berakibat buruk terhadap masa depan perusahaan karena akan mempengaruhi pandangan kreditor mengenai kemampuan perusahaan untuk mengamankan pelunasan pinjaman. Sesuai dengan standar akuntansi, aktiva lancar adalah aktiva yang akan menjadi kas dalam satu tahun, maka dengan adanya indikasi penundaan tertagihnya piutang lebih dari satu tahun, jelas bahwa piutang tersebut tidak dapat lagi diklasifikasikan sebagai lancar, sehingga sudah seharusnya akuntan mereklasifikasinya menjadi piutang tak- lancar. Jika atasan akuntan tersebut tetap menginginkan untuk tidak mereklasifikasi piutang tersebut, berarti terjadi benturan etis antara akuntan dan atasannya, maka akuntan yang bersangkutan harus memutuskan untuk menerima atau tidak keputusan atasannya itu. • Pilihan metode pengungkapan Seorang akuntan (A) dan asistennya (AA) sedang menyusun laporan keuangan. Asisten akuntan (AA) ingin megungkapkan harga perolehan sekuritas yang tersedia untuk dijual (available-for-sale securities) dalam tanda kurung di neraca. Sementara itu, akuntan (A), yang mempertimbangkan penurunan nilai pasar terhadap harga perolehan sekuritas ini, tidak ingin mengundang perhatian pemakai laporan keuangan terhadap penurunan tersebut. Ia (A) ingin “menimbun” informasi harga perolehan ini dalam catatan atas laporan keuangan. Pilihan A akan menguntungkan manajemen karena hasilnya akan memberikan kesan adanya kestabilan atau bahkan perbaikan kondisi keuangan. Di pihak lain, pemegang saham, calon investor, dan kreditor akan memperoleh manfaat dari pengungkapan yang jelas, akurat dan mudah diakses (pilihan AA). Kedua metode ini diperkenankan oleh standar akuntansi yang berlaku, sehingga perusahaan dapat memilih salah satu metode yang mana pun dapat dibenarkan. Akan tetapi, yang mengusik adalah sikap akuntan (A). karena akuntan seharusnya berusaha demi kejelasan dan meghindari ambiguitas dalam pelaporan, maka untuk kasus ini, pengungkapan dalam tanda kurung di neraca adalah metode yang lebih baik, sehingga metode itulah yang seharusnya dipilih, bukan menyembunyikan informasi di dalam catatan atas laporan keuangan. • Penggeseran pengakuan pendapatan. Manajer yang kompensasinya didasarkan pada laba yang dicapai mungkin membukukan penjualan yang belum terjadi agar mendongkrak laba bersih yang akan dilaporkannya. Pengakuan dini atas pendapatan ini biasanya terjadi sebelum tahun buku berakhir. Manajemen mungkin merasionalisasi pengakuan pendapatan semacam ini karena perusahaan akan merealisasikan penjualan tersebut pada bulan Januari (awal tahun buku berikutnya); praktik ini hanya menggeser pendapatan tahun yang akan datang ke tahun sekarang.
  • 29. Sesuai dengan standar akuntansi, penggeseran tersebut tidak dapat dibenarkan karena tidak memenuhi kriteria pengakuan pendapatan. Praktik semacam ini melanggar standar akuntansi dan sekaligus tidak etis karena mengelabui pemakai laporan keuangan demi menguntungkan diri sendiri. Praktik ini membuka peluang bagi perusahaan dituduh melakukan kecurangan dalam melaporkan kinerjanya. • “Slack’ dalam Penganggaran. Isu-isu etis serius dapat timbul dalam hal suatu anggaran dijadikan basis untuk memberikan penghargaan kepada para manajer. Misalnya, manajemen puncak sebuah divisi akan memberikan bonus 10% dari jumlah laba divisi diatas anggaran. Hal ini dapat menciptakan insentif bagi manajer divisi untuk, misalnya, “membantali” atau menciptakan “slack” dalam anggaran laba divisi. Bantalan tersebut akan menyebabkan anggara lebih mudah dicapai, sehingga meningkatkan peluang bagi manajer yang bersangkutan memeroleh bonus. Orang-orang tertentu mungkin memanfaatkan insentif semacam itu karena salah satu alasan berikut: (1) mereka akan mendapatkan bagian bonus, atau (2) mereka merasakan tekanan dari para manajer yang akan memeroleh bonus. Membantali anggaran atau memanipulasi data realisasi anggaran dengan maksud memaksimalkan keuntungan pribadi atau orang lain merupakan pelanggaran etika yang serius. Bagi akuntan manajemen, tindakan tersebut melanggar standar kompetensi, objektivitas dan integritas. • Pemberian oleh pihak luar Seorang pemasok yang sedang mengajukan penawaran kontrak baru, menawari akuntan manajemen di bagian pembelian perusahaan berupa tiket gratis menonton sepak bola. Pemasok tersebut tidak memberitahukan tentang kontrak baru ketika memberikan tiket. Akuntan tadi bukan teman si pemasok. Ia mengetahui bahwa masalah biaya adalah kritis dalam hubungannya dengan persetujuan kontrak baru dan khawatir bahwa pemasok tersebut akan menanyakan rincian tentang penawaran yang diajukan oleh pemasok lain yang menjadi pesaingnya. Isu-isu etis tidak selalu jelas hitam-putih. Dalam kasus ini si pemasok mungkin tidak bermaksud untuk mengangkat masalah penawaran yang diajukan. Akan tetapi, munculnya benturan kepentingan dalam kasus ini cukup bagi perusahaan-perusahaan untuk melarang para pegawainya menerima pemberian dari para pemasok. Sesuai dengan kode etik, akuntan dalam kasus ini seharusnya membahas pemberian pemasok tersebut dengan atasan langsungnya. Jika hal itu disetujui, pemasok harus diberitahu bahwa ajakan menonton tersebut secara resmi telah disetujui oleh perusahaan dengan syarat mematuhi semua kebijakan perusahaan BAB 8: ETIKA DAN BISNIS
  • 30. Tidak dapat disangkal bahwa bisnis telah memberikan sumbangan penting bagi peningkatan kualitas kehidupan ini. Mengingat besarnya pengaruh yang dapat ditimbulkan oleh bisnis, maka makin besar pula tuntutan terhadap bisnis untuk berperilaku etis agar masyarakat secara keseluruhan dapat dipertahankan keteraturannya. Pentingnya Etika dalam Bisnis Ada banyak alasan mengapa bisnis menekankan pentingnya perilaku etis. Alasan-alasan tersebut adalah: (1) pelanggan menuntut perilaku beretika dalam bisnis, (2) etika menjadikan iklim kerja lebih baik, dan (3) pegawai yang makin diberdayakan memerlukan panduan yang jelas. Pertama, bisnis harus memahami dan memenuhi harapan-harapan etis pelanggannya. Pelanggan menghendaki tindakan etis dan makin mendukung bisnis yang berusaha menjadi warga perusahaan yang baik. Para pelanggan ini kemungkinan sekali akan berpaling dan beralih ke perusahaan lain, kapan saja hal itu dapat dilakukan. Kedua, standar dan arahan etika yang jelas mendorong terciptanya iklim kerja yang lebih menguntungkan dan menjanjikan. Dengan standar etika yang jelas, para pegawai tahu apa yang diharapkan dari mereka; mereka tahu apa yang akan dan tidak akan diterima atau disetujui. Alasan ketiga, satu alasan yang cukup penting, menjelaskan mengapa saat ini bisnis sedemikian kuat menekankan pentingnya perilaku etis. Ketika organisasi bisnis makin ramping, makin besar kewenangan mengambil keputusan dan kebijakan diserahkan kepada pegawai. Pada saat yang sama, makin sedikit manajer yang secara langsung melakukan pengendalian. Ini berarti perusahaan harus makin percaya dan mengandalkan pegawainya untuk berperilaku etis dari kesadaran sendiri. Pengertian Etika Bisnis Dalam praktik, ada dua isu penting yang terkait dengan etika bisnis. Yang pertama adalah sulitnya menentukan tindakan yang benar-benar tepat dari suatu situasi ke situasi lain, sedangkan yang kedua adalah keberanian dan keteguhan untuk melaksanakan tindakan yang etis tersebut. Tidak dapat dipungkiri, bahwa kebanyakan orang yang bernalar mengetahui perbedaan antara benar dan salah. Lebih dari itu, berperilaku benar sebagaimana yang kita ketahui tampaknya mudah. Akan tetapi, dalam kenyataannya, menentukan apa yang patut seringkali cukup rumit. Oleh sebab itu, makin besarnya perhatian dan penekanan pada pentingnya etika merupakan sesuatu yang wajar. Faktor-faktor Pendorong Peningkatan Tuntutan Etis
  • 31. Sejumlah perkembangan lingkungan bisnis telah secara objektif menyebabkan bisnis atau manajemen bisnis perlu memfokuskan diri pada isu-isu etika, lebih daripada yang pernah ada sebelumnya. Perkembangan-perkembangan ini meliputi, antara lain: globalisasi, teknologi, kompetisi, dan persepsi dan harapan masyarakat terhadap perilaku bisnis. Pertama, globalisasi, yakni pergerakan menuju dunia sebagai sebuah kampung, diakui atau tidak, merupakan suatu kenyataan. Secara objektif, perkembangan ini menuntut setiap pelaku bisnis menuntut setiap pelaku bisnis untuk memiliki kearifan dan kompetensi etis yang makin tinggi. Kedua, teknologi, sebagaimana dapat disaksikan dengan jelas, mengalami perkembangan amat pesat. Kemampuan teknologi ini menyulitkan para pelaku bisnis untuk menyembunyikan hal-hal tak patut. Ketiga,kompetisi bisnis yang makin ketat telah menimbulkan tekanan-tekanan tambahan bagi para pelaku bisnis untuk menempuh jalan pintas ketika berusaha untuk menemukan cara-cara baru untuk memeroleh keunggulan. Keempat, masalah-masalah lingkungan, yang sebagian dapat dikaitkan dengan operasi perusahaan-perusahaan, dan terjadinya skandal-skandal keuangan (yang sebagian melibatkan akuntan profesional) merupakan beberapa di antara faktor-faktor yang meningkatkan sinisme masyarakat terhadap perilaku bisnis (dan profesi terkait, termasuk akuntan) dan sekaligus menyebabkan makin tingginya tuntutan dan harapan publik terhadap perilaku bisnis dan profesi yang beretika. Secara ringkas, keempat faktor tersebut menunjukkan adanya harapan yang makin tinggi terhadap perilaku etis dari bisnis, dan pada saat yang sama perusahaan-perusahaan menghadapi sanksi-sanksi ekonomi dan hukum atas kegiatan dan usaha-usaha mereka yang terbukti tidak etis. Hukum dan Etika dalam Bisnis Aktivitas bisnis berlangsung dalam suatu sistem hukum, dan sejumlah pihak berpendapat bahwa hukum merupakan satu-satunya aturan yang berlaku pada aktivitas bisnis. Ada dua alasan dominan yang mereka gunakan untuk mendasari pendapat mereka tersebut. Pertama, hukum dan etika mengatur dua realitas yang berbeda. Hukum berlaku dalam kehidupan publik, sedangkan etika adalah urusan pribadi (privat). Hukum adalah seperangkat aturan yang didefinisikan secara tegas dan dapat dipaksakan yang berlaku bagi setiap orang, sedangkan etika adalah urusan pendapat pribadi yang mencerminkan bagaimana kita memilih untuk mengarahkan kehidupan kita sendiri.
  • 32. Kedua, hukum tidak lain adalah etika bisnis. Menurut pendapat ini, ada aturan-aturan etika yang berlaku untuk bisnis, dan aturan-aturan tersebut telah dipertimbangkan oleh legislator ke dalam hukum, yang dapat dipaksakan oleh hakim dalam pengadilan. Terlepas dari perbedaan-perbedaannya, kedua pendirian ini memiliki implikasi yang sama: dalam mengambil keputusan, para manajer hanya perlu mempertimbangkan hukum. Implikasi ini tidak hanya keliru tetapi juga berbahaya. Dengan demikian secara praktis, para manajer perlu mempertimbangkan baik aspek etika maupun aspek hukum dalam pengambilan keputusan mereka karena sejumlah alasan, antara lain, berikut ini. Pertama, hukum tidak memadai untuk mengatur aspek-aspek tertentu dari aktivitas bisnis. Tidak semua yang tidak bermoral adalah tidak legal. Beberapa isu etika dalam bisnis berkaitan dengan hubungan antar-individu di lingkungan pekerjaan atau hubungan di antara para pesaing, yang sulit diatur dengan hukum. Kedua, di bidang-bidang baru, hukum sering lamban berkembang. Sejumlah pihak menyatakan bahwa hukum biasanya bersifat reaktif, menanggapi masalah-masalah yang oleh orang-orang di dunia bisnis dapat diantisipasi dan ditangani sebelum menjadi perhatian publik. Ketiga, hukum itu sendiri sering menggunakan konsep-konsep moral yang tidak sepenuhnya didefinisikan, sehingga dalam keadaan-keadaan tertentu tidak mungkin memahami ketentuan hukum tanpa mempertimbangkan moralitas. Keempat, erat kaitannya dengan alasan ketiga, adalah bahwa hukum itu sendiri sering tidak tuntas, sehingga untuk menentukan apakah suatu tindakan itu legal atau tidak harus diputuskan melalui pengadilan. Jika ada keraguan mengenai apakah sesuatu itu legal atau tidak, maka moralitas merupakan penaksir yang baik mengenai bagaimana pengadilan akan memutuskan. Kelima, suatu alasan pragmatis adalah bahwa hukum merupakan instrument yang agak tidak efisien, dan semata-mata mendasarkan diri pada hukum mengundang legislasi dan litigasi yang tidak diperlukan. Pemberlakuan sejumlah undang-undang dan peraturan lainnya, misalnya tentang lingkungan hidup dan tentang lingkungan dan keselamatan kerja, merupakan tanggapan terhadap tuntutan publik dalam kaitannya dengan kegagalan bisnis untuk bertindak secara bertanggung jawab.
  • 33. BAB IX PRINSIP-PRINSIP ETIKA DALAM BISNIS Etika bisnis merupakan suatu bentuk etika terapan (applied ethics) yang memfokuskan pada perilaku yang benar atau salah di ranah bisnis dan bagaimana prinsip-prinsip moral diterapkan oleh para perilaku bisnis pada situasi-situasi yang terjadi dalm kehidupan sehari-hari mereka di lingkungan pekerjaan. Empat prinsip umum yang dipandang sangat relevan dalam pengambilan keputusan bisnis: 1. Manfaat (utilitarianisme) Berkaitan dengan bagaimana memanfaatkan sumberdaya yang terbatas sebaik mungkin (secara optimal untuk mencapai tujuan yang ditetapkan). Bisnis harus mempertimbangkan apakah keputusan-keputusannya akan sejauh mungkin memaksimalkan manfaat sosial dan meminimalkan biaya atau kerugian sosial. 2. Hak Berkaitan dengan apakah tindakan dan kebijakan yang diambil oleh bisnis menghormati hak-hak dasar individu-individu yang terlibat dan apakah konsisten dengan kesepakatan dan kewajiban-kewajiban khusus bisnis. Oleh karena itu, tindakan atau kebijakan bisnis harus konsisten dengan hak-hak moral dari mereka yang akan dipengaruhi. 3. Keadilan Prinsip ini menuntut agar tidak ada pihak yang dirugikan, dan setiap pihak diperlakukan sesuai dengan standar atau kriteria yang objektif dan dapat dipertanggungjawabkan (diperlakukan secara adil, termasuk pesaing). 4. Kepedulian Prinsip ini menuntut agar tindakan, keputusan, atau kebijakan bisnis menunjukkan kepedulian yang selayaknya terhadap kesejahteraan mereka yang memiliki hubungan erat atau ketergantungan, seperti para pegawai. Prinsip-Prinsip Umum Lainnya 1. Otonomi (Autonomy) Merujuk kepada sikap dan kemampuan seseorang untuk memutuskan dan bertindak berdasarkan kesadarannya sendiri tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan. Otonomi mengacu kepada adanya kesadaran akan kewajiban, kebebasan untuk mengambil keputusan, dan tindakan berdasarkan apa yang diyakini baik, dan kesediaan untuk mempertanggungjawabkan keputusan dan tindakan tersebut.
  • 34. 2. Integritas Moral (Integrity) Berarti bahwa seseorang bertindak sesuai dengan kesadaran akan kebenaran atau hati nurani pada semua situasi. 3. Kejujuran (Honesty) Mensyaratkan niat baik dan tulus untuk menyampaikan kebenaran. 4. Keandalan (Reliability) Berarti bahwa perusahaan secara maksimal dan masuk akal dalam memenuhi komitmen. Prinsip ini menuntut bisnis untuk menjunjung tinggi kejujuran, integritas, kesungguhan dan kesetiaan, tidak menipu, menyesatkan atau memperdayai pihak lain. 5. Kesetiaan (Loyalty) Merupakan suatu tanggung jawab untuk menjunjung tinggi dan melindungi kepentingan orang-orang tertentu dan organisasi. Kesetiaan merupakan kewajiban untuk memenuhi janji. 6. Rasa Hormat atau Menghargai (Respect) Meliputi gagasan-gagasan seperti keadaban, sopan santun, keluhuran, toleransi (tenggang rasa), dan kesediaan menerima. Orang yang memiliki rasa hormat memperlakukan orang lain sebagai berharga dan menerima perbedaan individual serta yakin tanpa prasangka. Sejalan dengan deontologi Kantian, prinsip ini menuntut bisnis untuk menghargai martabat manusia, bukan memperalat atau mengeksploitasi untuk mencapai tujuan bisnis, tetapi menjadikannya sebagai tujuan itu sendiri 7. Tanggung jawab (Responsibility) Berarti bahwa seseorang bertanggung jawab terhadap tindakan-tindakannya dan melaksanakan pengendalian diri. Tanggung jawab juga berarti berusaha mengejar atau mencapai hasil prima dan memimpin dengan teladan, termasuk memiliki kegigihan dan berusaha melakukan perbaikan secara terus menerus. 8. Kewarga(negara)an (citizenship) Mencakup kepatuhan kepada hukum dan partisipasi sesuai dengan kemampuan agar kehidupan bermasyarakat berjalan. Setiap bisnis dituntut untuk menjadi gool corporate citizen, warga perusahaan yang baik, yang memiliki komitmen dan mempraktikkan tanggung jawab sosial perusahaan. Berdasarkan etika kewajiban W. D. Ross, ada tujuh prinsip etika yang dapat diberlakukan dalam kehidupan sosial, termasuk kehidupan bisnis. Tujuh prinsip tersebut adalah kewajiban untuk: 1. Menepati janji atau kesetiaan (fidelity)
  • 35. Perusahaan harus menepati janji, baik eksplisit maupun implisit, yang dibuat dengan bebas, dan mengatakan kebenaran. 2. Mengganti kerugian (reparation) Perusahaan harus memberikan ganti rugi atau kompensasi kepada pihak yang mengalami kerugian karena tindakan perusahaan yang salah, perusahaan harus melunasi hutang moril dan materiil. 3. Berterima kasih (gratitude) Perusahaan harus berterima kasih kepada pihak-pihak yang berbuat baik atau memberikan sumbangan terhadap keberhasilan kepada perusahaan. 4. Keadilan (justice) Perusahaan harus memastikan bahwa manfaat atau keuntungan dibagikan sesuai dengan jasa pihak-pihak yang terkait dan berhak. 5. Berbuat baik (beneficence) Perusahaan harus membantu pihak-pihak yang membutuhkan bantuan, berbuat apa saja yang mampu diperbuat untuk memperbaiki keadaan masyarakat atau pihak lain. 6. Pengembangan diri (self-improvement) Perusahaan harus terus berusaha mengembangkan dan meningkatkan diri di berbagai bidang keutamaan, termasuk operasinya, agar makin sukses dan mampu memenuhi kewajiban-kewajiban baik ekonomi, hukum, maupun moral. 7. Tidak merugikan (non-maleficence) Perusahaan dilarang untuk mengambil keputusan atau tindakan yang merugikan pihak lain atau masyarakat. Dua isu penting yang harus diperhatikan sehubungan dengan makin tingginya tuntutan terhadap organisasi-organisasi bisnis untuk meningkatkan kemampuan kompetitifnya dan pada saat yang sama harus menjunjung tinggi standar moral atau etika sebagai akibat dari perkembangan lingkungan: 1. Tanggung jawab sosial Bisnis adalah organisasi ekonomi dengan tujuan menghasilkan laba, namun harus dijalankan tidak hanya berdasarkan ketentuan-ketentuan hukum tetapi juga berdasarkan kaidah-kaidah etika. Jadi, bisnis tidak semata-mata bertujuan menghasilkan laba. Perusahaan dituntut untuk mempertegas dan memperbarui komitmennya terhadap nilai- nilai etika dengan mempertimbangkan tanggung jawab sosial dalam strategi dan operasi bisnisnya.
  • 36. 2. Pendekatan Stakeholder Berkembangnya tanggung jawab kepada stakeholder menyebabkan para eksekutif harus akuntabel tidak hanya kepada pemegang saham (stockholders), tetapi juga kepada seluruh stakeholder lainnya. Para eksekutif perusahaan harus memastikan bahwa keputusan-keputusan mereka mencerminkan nilai-nilai etis yang ditetapkan bagi perusahaan dan tidak mengesampingkan pertimbangan hak-hak stakeholder mana pun. Jadi, dalam mengambil keputusan, para eksekutif harus mempertimbangkan kemungkinan dampaknya terhadap hak-hak semua stakeholder. ETOS BISNIS Etos bisnis mengacu kepada suasana atau ciri khas yang menandai bisnis, etos bisnis mengacu kepada suatu kebiasaan atau budaya etis menyangkut kegiatan bisnis yang dianut dalam suatu perusahaan dari waktu ke waktu. Terbangunnya perilaku etis di lingkungan organisasi atau perusahaan ditentukan, antara lain, oleh adanya etos bisnis ini. Langkah suatu perusahaan atau organisasi memiliki etos bisnis: 1. Para pemimpin (bisnis) harus menetapkan nilai-nilai moral yang jelas bagi perusahaan, meniadakan sebanyak mungkin keraguan menyangkut pendirian perusahaan terhadap nilai-nilai moral kunci. 2. Mengikuti secara logis langkah pertama. Para pemimpin harus memberikan contoh perilaku etis yang diharapkan. Apabila para pemimpin atau pejabat memperlihatkan bahwa mereka memprioritaskan dan memelihara standar etika yang tinggi, maka hal tersebut mengirimkan pesan yang sangat kuat kepada para pegawai lainnya. 3. Perusahaan harus mendukung dan terus-menerus mendorong para pegawai mematuhi nilai-nilai etika. Hal ini paling jelas ditunjukkan oleh cara perusahaan memberikan penghargaan kepada para pegawai. Jika perusahaan secara konsisten memberikan penghargaan kepada mereka yang berperilaku etis dan memberikan sanksi kepada mereka yang berperilaku tidak etis, para pegawai akan mengetahui dan menyadari betapa pentingnya nilai-nilai etika bagi perusahaan. ETIKA DALAM BISNIS INTERNASIONAL Aspek-aspek penting yang biasanya menjadi fokus perdebatan tentang universalitas atau relativitas etis meliputi empat hal: 1. Universalitas dan Relativitas Etis Paham atau aliran universalitas (kemutlakan) etis berpendirian bahwa dari segi kebutuhan biologis dan psikologis, sifat manusia adalah sama di mana pun. Oleh karena
  • 37. itu, aturan-aturan etis bersifat lintas budaya karena perilaku yang memenuhi kebutuhan dasar seharusnya sama di mana pun. Paham relativitas etis berpendapat bahwa walaupun biologi manusia adalah sama di mana pun, pengalaman kultural menciptakan nilai-nilai yang sangat berbeda, termasuk nilai-nilai etis. Nilai-nilai etis bersifat subjektif, tidak ada cara yang objektif untuk membuktikannya sebagai benar atau salah seperti pada fakta-fakta ilmiah. Suatu masyarakat tidak bisa tahu bahwa etikanya adalah lebih unggul, sehingga keliru bagi suatu bangsa untuk memberlakukan standarnya bagi bangsa lain. 2. Empat Pertimbangan Perdebatan antara kemutlakan dan kerelatifan etis berkisar pada empat hal: a. Perbedaan-perbedaan yang secara moral relevan Beberapa kondisi di negara-negara lain, khususnya di negara-negara terbelakang, adalah berbeda dan secara moral relevan. Oleh karena itu, standar yang berbeda secara moral diperkenankan, bahkan diharuskan. b. Keragaman sudut pandang etis Pandangan universalitas atau kemutlakan etis mengasumsikan bahwa standar suatu negara adalah benar dan harus diberlakukan di mana pun. Pandangan ini sesungguhnya menafikan adanya keragaman cara pandang di dunia ini, dengan demikian bertentangan dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip moral itu sendiri. c. Hak untuk memutuskan Pandangan kemutlakan etis menolak hak orang-orang yang dipengaruhi untuk memutuskan masalah-masalah penting dalam berbisnis. Tanggung jawab untuk menentukan norma atau standar terletak pada pemerintah dan masyarakat tempat bisnis beroperasi. Argumen hak untuk memutuskan ini bukan bentuk dari relativitas etis, melainkan semacam pernyataan sikap yang menghormati hak-hak orang untuk mengurus kepentingannya sendiri. Hanya karena orang menyetujui praktik tertentu tidak menyebabkan praktik tersebut benar. Memberlakukan standar-standar negara maju (dunia pertama) pada negara-negara terbelakang (dunia ketiga) dianggap sebagai imperialisme etis. d. Kondisi yang diperlukan untuk berbisnis Beberapa praktik dibenarkan apabila kondisi setempat mengharuskan perusahaan melakukannya sebagai syarat dalam berbisnis. Pendapat ini didasarkan pada pandangan bahwa orang boleh saja tidak setuju terhadap apa yang berlaku di suatu tempat, tetapi mereka mendapati bahwa melakukan segala sesuatu menurut tata cara di tempat itu adalah diperlakukan. 3. Panduan Umum bagi Perusahaan Multinasional
  • 38. Dengan tumbuhnya aktivitas ekonomi internasional belakangan ini, bangsa-bangsa, kelmpok-kelompok, dan blok-blok perdagangan telah sering berusaha menerapkan kode etik bisnis formal lalu lintas batas-batas nasional. Usaha ini tidak terlalu sukses. Budaya nasional tetap menjadi fakor kuat yang mempengaruhi perilaku dalam hubungan- hubungan bisnis.Namun, sulit dipungkiri bahwa abstraksi pada tingkat yang tinggi, cita- cita etis semua budaya mengerucut menuju kesamaan dasar. Dengan mempertimbangkan kesamaan-kesamaan dasar tersebut, paling tidak ada tiga prinsip etis yang dapat diajukan sebagai pedoman bagi perusahaan-perusahaan yang berbisnis di banyak negara, yaitu hak (asasi manusia), keadilan, dan kesejahteraan. Perusahaan multinasional berkewajiban untuk menghormati hak-hak asasi manusia, menghindari praktik-praktik yang tidak adil atau melanggar hukum, dan memberikan sumbangan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat negara tuan rumah, bukan sebaliknya, melakukan perusakan dan merugikan masyarakat negara tuan rumah. BAB X ISU-ISU UMUM ETIKA DALAM BISNIS Bisnis melibatkan hubungan ekonomi diantara banyak kelompok orang yang disebut dengan stakeholder yaitu; pelanggan, pegawai, pemegang saham, pemasok, pesaing, masyarakat, dan pemerintah. Dalam hubungan bisnis yang kompleks ini, banyak sekali isu atau masalah etika yang muncul dan harus dihadapi oleh pelaku bisnis. Isu-isu ini melibatkan hubungan moral di antara orang-orang (pelaku bisnis). Masalah-masalah atau isu-isu bisnis yang mungkin di alami oleh para pelaku bisnis baik dalm kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan profesi/kariernya dapat dikelompokan dalam 5 (lima) jenis, yaitu; 1. Penyuapan (bribery) 2. Koersi atau kekerasan (coercion) 3. Penipuan (deception) 4. Pencurian (theft) 5. Diskriminasi tidak adil /tidak wajar(unfair discrimination)
  • 39. 1. Penyuapan (bribery) Suap digunakan untuk memanipulasi orang dengan memberi pengaruh. Penyuapan sudah di definisikan sebagaipenawaran, pemberian, penerimaan, atau permintaan sesuatu yang berharga dengan maksut mempengaruhi tindakan pejabat dalam menunaikan tugas-tugas publik atau legal. Barang-barang berharga dalam definisi ini dapat berupa pembayaran langsung sejumlah uang atau barang. 2. Koersi Koersi atau kekerasan berarti mengendalikan orang dengan pemaksaan atau ancaman. Koersi biasanya didefinisikan sebagai tekanan, hambatan, pemaksaan dengan kekeutan atau senjata atau ancaman. Koersi bisa tersurat (aktual) , langsung atau positif juga bisa tersirat legal, atau konstruktif. 3. Penipuan Penipuan manipulasi orang dan organisasi dengan menyesatkan. Penipuan adalah tindakan mengelabuhi atau membohongi ,penyesatan yang disengaja dengan kata-kata atau tulisan palsu (bohong), sengaja membuat pernyataan palsu,tersurat atau tersirat,berkenaan denga fakta saat ini atau masa lalu. 4. Pencurian (theft) Pencurin teradi apabila seseorang mengambil (untuk memiliki) sesuatu yang bukan miliknya.,tanpa diketahui oleh si pemilik. Definisi ini tidak berlaku untuk barang yang hilang karena kompetisi yang sesuai dengan kaidah ekonomi dan budaya. 5. Diskriminasi tidak adil Diskriminasi tidak adil (unfair discrimination) didefinisikan sebagai perilaku tidak adil (tidak wajar)atau penolakan keistimewa normal terhadap seseorang karena suku, usia, kelamin, bangsa, atau agama. Diskriminasi tidak adil berarti memperlakukannya semua orang secara sama padahal tidak ada perbedaa yang pantas di antara yang mereka yang diuntugkan dan mereka yang dirugikan. PERILAKU TIDAK ETIS DAN DAMPAKNYA Perilaku Dampak bagi pelaku Kumungkinan akibat perilaku Penyuapan • Memeper oleh keuntungan• Peningkatan biaya pribadi yang tak• Penurunan mutu produk/ semestinya jasa • Mengubah pilihan
  • 40. keputusan Koersi • Takut akan bahaya • Peningkatan biaya • Mangubah pilihan• Penurunan mutu produk/ keputusan jasa Penipuan • Mengubah pilihan• Peningkatan biaya keputusan • Penurunan mutu produk/ jasa Pencurian Hilangnya sumberdaya • Peningkatan biaya • Hilangnya produk/jasa Diskriminasi tak-adil • Membeli jasa mutu rendah Peningkatan biaya • Menjual dibawah harga Penurunan semu atas pasar yanh wajar permintaan BAB XI TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN Tanggung jawab sosial pada dasarnya berkaitan dengan kepedulian atau tanggung jawab perusahaan terhadap kemakmuran masyarakat secara keseluruhan. Tanggung jawab ini meliputi kewajiban perusahaan untuk menyelesaikan masalah dan mengambil tindakan untuk kepentingan perusahaan sendiri dan kepentingan masyarakat. Dengan demikian tanggung jawab ini terdiri dari kewajiban-kewajiban di luar kewajiban hukum atau perjanjian-perjanjian khusus, seperti perjanjian peruburuhan dan sejenisnya. PENTINGNYA TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN • Lingkungan yang lebih baik bagi bisnis • Penghindaran regulasi tambahan dari pemerintah • Pemanfaatan yang lebih baik sumberdaya perusahaan. • Perbaikan citra perusahaan.
  • 41. TANTANGAN TERHADAP TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN Milton Friedman: Berpendapat bahwa gagasan tanggung jawab sosial ini adalah subsversif terhadap doktrin pasar bebas. Menurutnya para eksekutif perusahaan adalah agen, penerima amanat dari para pemegang saham. Karena itu, mereka berkewajiban untuk mengambil keputusan yang sejalan dengan kepentingan pemegang saham, yang tidak lain adalah atas mereka. Tidak selayaknya para eksekutif ini menggunakan sumberdaya perusaan untuk kkepentingan masyarakat umum. Dia juga mengatakan bahwa para eksekutif tidak dibekali dengan kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah sosial, dan perusahaan sebenarnya telah membayar pajak kepada pemerintah, jadi tanggung jawab sosial seharusnya merupakan tanggung jawab pemerintah. RUANG LINGKUP TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN Tanggung jawab sosial melibatkan pemilihan tujuan perusahaan dan penilaian hasil-hasil berdasarkan tidak semata-mata kriteria keuntungan dan kemakmuran organisasi, melainkan juga berdasarkan standar-standar etis atau pertimbangan kelayakan sosial. Dalam membicarakan tanggung jawab sosial ada tiga (3) pangdangan: 1. Konsep Laba Konsep Laba ini argumentasi yang diungkapkan oleh Milton Friedman. Yaitu perusahaan semata-mata hanya bertanggung jawab untuk memperoleh laba. 2. Konsep Stakeholder Konsep Stakeholder, meliputi semua pihak yang secara langsung atau tidak langsung dipengaruhi oleh keputusan-keputusan perusahaan. 3. Konsep kekuasaan sosial/tanggung jawab sosial Sebagai organisasi, perusahaan berinteraksi dengan beragam konstituen di dalam lingkungannya. Masing-masing konstituen ini bisa dipengaruhi oleh tindakan organisasi dan konstituen tersebut juga bisa mengambil tindakan yang akan mempengaruhi organisasi.
  • 42. Tiga pandangan yang berbeda tersebut dapat diikhtisarkan sebagai berikut: • Organisasi harus berusaha memperolah laba tetapi dengan cara-cara yang sesuai dengan aturan main; jika perusahaan tidak mematuhi aturan, mereka akan dihukum. • Organisasi harus memenuhi kepentingan para stakeholder-nya. • Karena kekuasaan sosial yang dimilikinya maka perusahaan memiliki tanggung jawab sosial. BEBERAPA KESEPAKATAN UMUM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN Walaupun masih terdapat perbedaan tentang makna dan ruang lingkup tgjwb sosial perusahaan, namun berikut beberapa kesepakatan umum atas tanggungjawab sosial; • Memilih beroperasi pada tingkatan etis yang lebih tinggi daripada yang dipersyaratkan oleh ketentuan umum. • Memberikan sumbangan kepada masyarakat dan organisasi-organisasi sosial/amal dan oraganisasi-organisasi non-laba. • Memberikan tunjangan-tunjangan bagi pegawai dan meningkatkan kualitas kehidupan di lingkungan kerja melebihi persyaratan ekonomi dan hukum. • Memanfaatkan kesempatan ekonomi yang dinilai kurang menguntungkan tetapi lebih bertanggung jawab sosial dibandingkan dengan alternatif-alternatif lainnya. • Memanfaatkan sumberdaya perusahaan untuk menjalankan program-program yang ditujukan untuk mengatasi masalah-masalah sosial yang utama. BAB XII BIROKRASI, PELAYANAN, DAN ETIKA Bab ini akan mengemukakan uraian mengenai 4 hal: 1. Pengertian birokrasi dan fungsi pelayanan publik 2. Pengertian etika pelayanan publik
  • 43. 3. Relevansi dan makin pentingnya etika dalam pelayanan publik 4. Sumber-sumber panduan etika bagi birokrasi PENGERTIAN BIROKRASI Birokrasi. Sebagaimana digagas sosiolog Jerman, Max Weber, adalah satu tipe atau model organisasi yang sangat menekankan pada rasionalitas, ketertiban dan efisiensi, yang dianggap tepat untuk organisasi besar seperti pemerintahan. Tipe ideal birokrasi menurut Max Weber mempunyai ciri-ciri berikut: 1. Secara pribadi, pegawai dan pejabat adalah bebas, tetapi dibatasi oleh jabatannya, 2. Jabatan disusun secara hierarkis dari atas ke bawah dan ke samping. 3. Tugas dan fungsi masing-masing jabatan dalam hierarki secara spesifik berbeda antara satu dan lainnya. 4. Para pejabat diangkat berdasarkan kontrak. 5. Setiap pejabat dipilih berdasarkan kualifikasi profesional 6. Setiap pejabat memperoleh gaji termasuk hak untuk memperoleh pensiun sesusai dengan tingkatan hierarkinya. 7. Terdapat struktur pengembangan karir yang jelas dengan promosi berdasarkan senioritas dan merit sesuai dengan pertimbangan yang objektif. 8. Setiap pejabat sama sekali tidak dibenarkan menjalankan jabatannya dan sumber daya instansinya untuk kepentingan pribadi dan keluarganya. 9. Setiap pejabat berada di bawah pengendalian dan pengawasn suatu sistem yang dijalankan secara disipilin. Masyarakat menganggap birokrasi sebagai sesuatu yang panjang, berbelit-belit, dan mahal. FUNGSI PELAYANAN PUBLIK Ada dua fungsi pokok pemerintahan negara yang pelaksanaannya diserahkan kepada birokrasi: 1. Fungsi pengaturan pada dasarnya mengandung tujuan pokok pemeliharaan sistem, yakni mewujudkan ketertiban sosial. 2. Fungsi pelayanan oleh birokrasi mengacu kepada konsepsi negara kesejahteraan, bahwa pemerintahan negara bertanggung jawab untuk meningkatkan kesejahteraan hidup seluruh rakyatnya.
  • 44. Pejabat birokrasi biasanya disebut birokrat. Birokrat berbeda dengan pejabat publik yang diangkat melalui pemilihan umum. Birokrat dipilih karena prestasi atau kinerja mereka, sedangkan pejabat publik dipilih oleh mekanisme pemilihan umum. Birokrat adalah mereka yang menduduki jabatan eselon I ke bawah di kementrian atau lembaga- lembaga non-departemen. Pegawai negeri yang membentuk pelayanan publik di Indonesia meliputi PNS, anggota TNI atau POLRI, dan pegawai BUMN/D. PENGERTIAN ETIKA PELAYANAN PUBLIK Birokrasi pemerintahan mempunyai fungsi pokok berupa pelayanan publik. Pelayanan publik ini dilakukan oleh pegawai pemerintahan. Etika pelayanan publik merupakan etika terapan atau etika praktis. Fokus utamanya adalah apakah pegawai pemerintahan sudah melaksanakan tugasnya sesuai dengan sudut pandang etika. Secara khusus, perhatian pada isu-isu etika dalam pelayanan publik bermuara pada tujuan untuk mewujudkan integritas dalam pelayanan publik. Dalam konteks pelayanan publik, integritas berarti bahwa: • Perilaku aparatur pemerintahan sebagai pelayan publik adalah sejalan dengan misi pelayanan publik dari instansi dimana mereka bekerja. • Pelaksanaan pelayanan publik sehari-hari dapat diandalkan. • Warga negara memperoleh perlakuan “tanpa pandang bulu” sesuai dengan ketentuan hukum dan keadilan. • Sumber daya publik digunakan secara tepat, efisien, dan efektif. • Prosedur pengambilan keputusan adalah transparan bagi publik, dan tersedia saran bagi publik untuk melakukan penyelidikan dan pemberian tanggapan. RELEVANSI ETIKA DALAM PELAYANAN PUBLIK Ada dua aspek penting yang umumnya diyakini sebagai penentu kinerja prima, yaitu profesionalisme dan etika. Sama halnya dengan sektor bisnis, sektor publik juga menuntut kinerja prima dengan menjunjung keunggulan teknis (profesionalisme) dan keunggulan moral (etika). ETIKA DAN KEHIDUPAN YANG BAIK Etika berkaitan dengan perilaku moral, yaitu produk dari standar moral dan pertimbangan/keputusan moral. Jadi etika berkaitan dengan “bagaimana seharusnya kita
  • 45. hidup”. Konsep etika tidak lain adalah sejumlah asumsi dasar yang melandasi hampir semua hubungan dan transaksi di dalam masyarakat. Etika dapat diartikan secara luas sebagai “keseluruhan norma dan penilaian yang dipergunakan oleh masyarakat untuk mengetahui bagaimana seharusnya menjalankan kehidupannya”. Pelayanan publik merupakan bidang kehidupan penting yang ditujukan untuk kebaikan masyarakat, bangsa, dan negara. KEKUASAAN BIROKRASI Dalam menjalankan fungsinya, birokrasi berkewenangan untuk membuat kebijakan dan melaksanakan kebijakan tersebut. Lalu timbul pertanyaan apakah birokrasi menjalankan kekuasaan atau kewenangannya tersebut dengan benar? Etika diperlukan sebagai panduan dalam pengambilan keputusan dan sekaligus sebagai kriteria untuk menilai baik atau buruknya keputusan tersebut. KEWIBAWAAN PEMERINTAH Pemerintah yang bersih dan berwibawa merupakan dambaan penyelenggara pemerintahan sendiri dan masyarakat secara umum. Kebersihan dan kewibawaan ini pada dasarnya hanya dapat diperoleh jika birokrasi dan pelaksananya bebas dari perilaku negatif atau tercela. Kewibawaan pemerintah dinilai bukan dari kekuasaannya, tapi dari kualitas pengabdian mereka terhadap masyarakat, bangsa, dan negara. HAK DAN KEPATUHAN WARGA NEGARA Setiap warga negara berhak untuk memperoleh pelayanan dari pemerintah. Hak ini makin nyata karena negara berkewengan dalam pengaturan dan pengaturan ini menyebabkan setiap warga negara berkewajiban untuk mematuhinya. Setiap warga negara, setiap individu tidak bisa menghindar untuk meminta pelayanan ketika memiliki kepentingan tertentu. Etika diperlukan untuk memandu dan menjadi kriteria apakah birokrasi telah menjalankan fungsi pelayanannya sesuai dengan standar teknis dan etis sebagaimana diharapkan oleh warga negara. CELAH HARAPAN MASYARAKAT Sudah menjadi rahasia umum bahwa kinerja pelayanan publik oleh birokrasi kita masih buruk. Isu KKN sudah sangat khas yang lazim dikaitkan dengan birokrasi kita.