SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  14
Télécharger pour lire hors ligne
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 24 TAHUN 2012
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 23 TAHUN 2010
TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN
MINERAL DAN BATUBARA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang: a. bahwa dalam rangka menunjang pembangunan industri
dalam negeri perlu penataan kembali perhberian izin usaha
pertambangan untuk mineral bukan logam dan batuan;
b. bahwa dalam rangka memberi kesempatan lebih besar
kepada peserta Indonesia untuk lebih berpartisipasi dalam
kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara, perlu
mewajibkan modal asing untuk mengalihkan sebagian
sahamnya kepada peserta Indonesia;
c. bahwa dalam rangka memberikan kepastian hukum bagi
pemegang
Kontrak
Karya
dan
Perjanjian
Karya
Pengusahaan Pertambangan Batubara yang bermaksud
untuk melakukan perpanjangan dalam bentuk Izin Usaha
Pertambangan,
perlu
diatur
mengenai
tata
cara
permohonan lzin Usaha Pertambangan dimaksud;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan
Peraturan Pemerintah tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara;
Mengingat

1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang
Nomor
4
Tahun
2009
tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959);
3. Peraturan ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-23. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5111);
MEMUTUSKAN:

Menetapkan

PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN ATAS
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 23 TAHUN 2010
TENTANG
PELAKSANAAN
KEGIATAN
USAHA
PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA.

PasalI
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Perrierintah Nomor 23
Tahun
2010
ten tang
Pelaksanaan
Kegiatan
Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 29, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5111), diubah
sebagai berikut:
1. Diantara ayat (3) dan ayat (4) Pasal 6 disisipkan 2 (dua)
ayat yakni ayat (3a) dan ayat (3b), sehingga Pasal 6
berbunyi sebagai berikut:
Pasal6
(1)

IUP diberikan oleh Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh:
a. badan usaha;
b. koperasi; dan
c. perseorangan.

(2)

Badan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dapat berupa badan usaha swasta, BUMN,
atauBUMD.

(3)

Perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c dapat berupa orang perseorangan,
perusahaan firma, atau perusahaan komanditer.
(3a) Badan ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-3 -

(3a) Badan usaha swasta sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) meliputi:
a.

badan usaha swasta dalam rangka penanaman
modal dalam negeri;

b. badan usaha swasta dalam rangka penanaman
modal asing.
(3b) IUP yang diajukan oleh badan usaha swasta dalam
rangka penanaman modal asing sebagaimana
dimaksud pada ayat (3a) huruf b hanya dapat
diberikan oleh Menteri.
(4)

IUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
setelah mendapatkan WIUP.

(5)

Dalam 1 (satu) WIUP dapat diberikan 1 (satu) atau
beberapa IUP.

2. Diantara Pasal 7 dan Pasal 8 disisipkan 2 (dua) Pasal
yakni Pasal 7 A dan Pasal 7B, yang berbunyi sebagai
berikut:
Pasal7A
(1) Pemegang IUP dan IUPK tidak boleh memindahkan IUP
dan IUPK-nya kepada pihak lain.
(2) Pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi bad an usaha yang 51 % (lima puluh satu
persen) atau lebih sahamnya tidak dimiliki oleh
pemegang IUP atau IUPK.
Pasal7B
(1) IUP atau IUPK yang dimiliki oleh BUMN sebagian WIUP
atau WIUPK Operasi Produksinya dapat dialihkan
kepada pihak lain.
(2) Pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi badan usaha yang 51 % (lima puluh satu
persen) atau lebih sahamnya dimiliki oleh BUMN
pemegang IUP atau IUPK.
(3) Pengalihan sebagian WIUP atau WIUPK Operasi
Produksi sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan
dengan persetujuan Menteri.
3. Ketentuan ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-43. Ketentuan ayat (3) Pasal 9 diubah, sehingga Pasal 9
berbunyi sebagai berikut:
Pasa19
(I) Dalam 1 (satu) WUP dapat terdiri atas 1 (satu) atau
beberapa WIUP.
(2) Setiap pemohon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (1) hanya dapat diberikan 1 (satu) WIUP.
(3) Setiap pemohon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (1) dapat diberikan lebih dari 1 (satu) WIUP dalam
hal:
a. badan usaha yang mengajukan permohonan
merupakan badan usaha yang terbuka (go public);
atau
b. untuk WIUP mineral bukan logam dan/ atau WIUP
batuan'
4. Ketentuan Pasal 74 ditambah 2 (dua) ayat, yakni ayat (4)
dan ayat (5) serta ditambah Penjelasan ayat (4) dan ayat
(5), sehingga Pasal 74 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 74
(I) Pemegang IUP sewaktu-waktu dapat mengajukan
permohonan kepada Menteri, gubernur, atau bupati/
walikota sesuai dengan kewenangannya untuk
menciutkan sebagian atau mengembalikan seluruh
WIUP.
(2) Pemegang IUPK sewaktu-waktu dapat mengajukan
permohonan kepada Menteri untuk menciutkan
sebagian atau mengembalikan seluruh WIUPK.
(3) Pemegang IUP atau IUPK dalam melaksanakan
penciutan atau pengembalian WIUP atau WIUPK
sebagaimana dimaksud pada ayat (I) dan ayat (2)
harus menyerahkan:
a. laporan, data dan informasi penciutan atau
pengembalian yang berisikan semua penemuan
teknis dan geologis yang diperoleh pada wilayah
yang akan diciutkan dan alasan penciutan atau
pengembalian serta data lapangan hasil kegiatan;
b. peta ...
PRESIDEN
REPU8L(K INDONESIA

-5b. peta wilayah penciutan atau pengembalian beserta
koordinatnya;
c. bukti pembayaran kewajiban keuangan;
d. laporan kegiatan sesuai status tahapan terakhir;
dan
e. laporan pelaksanaan reklamasi pada wilayah yang
diciutkan atau dilepaskan.
(4) IUP dan IUPK yang telah berakhir termasuk WIUP dan
WIUPK yang diciutkan, wilayahnya dikembalikan
kepada Menteri.
(5) Wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
ditetapkan menjadi wilayah pencadangan negara oleh
Menteri
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan.
5. Penjelasan Pasal 76 ayat (1) huruf b, diubah sehingga
berbunyi
menjadi
sebagaimana
tercantum
dalam
Penjelasan Pasal 76.
6. Ketentuan Pasal 97 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (11)
diubah serta diantara ayat (1) dan ayat (2) disisipkan 1
(satu) ayat yakni ayat (la) dan Penjelasan ayat (1) dihapus
sehingga Pasa197 berbunyi sebagai berikut:
Pasa197
(1)

Pemegang IUP dan IUPK dalam rangka penanaman
modal asing, setelah 5 (lima) tahun sejak berproduksi
wajib
melakukan
divestasi
sahamnya
secara
bertahap, sehingga pada tahun kesepuluh sahamnya
paling sedikit 51 % (lima puluh satu persen) dimiliki
peserta Indonesia.

(la) Kepemilikan
peserta
Indonesia
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dalam setiap tahun setelah
akhir tahun kelima sejak produksi tidak boleh kurang
dari presentase sebagai berikut:
a. tahun keenam 200/0 (dua puluh persen);
b. tahun ketujuh 300/0 (tiga puluh persen);
c. tahun kedelapan 37% (tiga puluh tujuh persen);
d. tahun ...
~Re;SIOEN
~e:PWEH.. IK INDONESIA

-6 d. tahun kesembilan 44% (empat
puluh
empat
persen);
e. tahun kesepuluh 51% (lima puluh satu persen),

dari jumlah seluruh saham.
(2) Oivestasi saham sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan kepada peserta Indonesia yang terdiri atas
Pemerintah,
pemerintah daerah
provinsi,
atau
pemerintah daerah kabupaten/kota, BUMN, BUMO,
atau badan usaha swasta nasional.
(3) Oalam hal Pemerintah tidak bersedia membeli saham
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditawarkan
kepada pemerintah daerah provinsi atau pemerintah
daerah kabupaten/kota.
(4) Apabila pemerintah daerah provinsi atau pemerintah
daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) tidak bersedia membeli saham, ditawarkan
kepada BUMN dan BUMO dilaksanakan dengan cara
lelang.
(5) Apabila BUMN dan BUMO sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) tidak bersedia membeli saham,
ditawarkan kepada badan usaha swasta nasional
dilaksanakan dengan cara lelang.
(6) Penawaran saham sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 90
(sembilan puluh) hari kalender sejak 5 (lima) tahun
dikeluarkannya
'izin
Operasi
Produksi
tahap
penambangan.
(7) Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah
daerah kabupaten/kota, BUMN, dan BUMD harus
menyatakan minatnya dalam jangka waktu paling
lambat 60 (enam puluh) hari kalender setelah tanggal
penawaran.
(8) Dalam hal Pemerintah dan pemerintah daerah provinsi
atau pemerintah daerah kabupaten/kota, BUMN, dan
BUMD tidak berminat untuk membeli divestasi saham
sebagaimana dimaksud pada ayat (7), saham
ditawarkan kepada badan usaha swasta nasional
dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari
kalender.
(9) Badan ...
PRIa:~ICH'tN

~t[PWBL.IK. INOONESIA

- 7 -

(9) Badan usaha swasta nasional harus menyatakan
minatnya dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga
puluh) hari kalender setelah tanggal penawaran.
(10) Pembayaran dan penyerahan saham yang dibeli oleh
peserta Indonesia dilaksanakan dalam jangka waktu
paling lambat 90 (sembilan puluh) hari kalender
setelah tanggal pernyataan minat atau penetapan
pemenang lelang.
(11) Apabila divestasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(la) tidak tercapai, penawaran saham dilakukan pada
tahun berikutnya.
7. Ketentuan Pasal 98 diubah, sehingga Pasal 98 berbunyi
sebagai berikut:
Pasal98
Dalam hal terjadi peningkatan jumlah modal perseroan,
peserta Indonesia sahamnya tidak boleh terdilusi menjadi
lebih kecil dari jumlah saham sesuai kewajiban divestasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasa197ayat (la).
8. Diantara Pasal 112 dan Pasal 113 disisipkan 2 (dua) Pasal
yakni Pasal 112A dan Pasal 112B, yang berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 112A
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku sisa
wilayah kontrak karya dan perjanjian karya pengusahaan
pertambangan batubara yang tidak diakomodir dalam IUP
perpanjangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 112
angka 2, diusulkan untuk ditetapkan menjadi wilayah
pencadangan negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal112B
(1) Perpanjangan Kontrak Karya dan Perjanjian Karya
Pengusahaan Pertambangan Batubara menjadi IUP
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 112 angka 2
diberikan oleh Menteri.
(2) Untuk ...
PR~~IOe;N

~IPWBI..'K INDONESIA

- 8 -

(2) Untuk memperoleh IUP sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), pemegang Kontrak Karya dan Perjanjian Karya
Pengusahaan
Pertambangan
Batubara
harus
mengajukan permohonan kepada Menteri paling eepat
dalam jangka waktu 2 (dua) tahun dan paling lambat
dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sebelum Kontrak
Karya
atau
Perjanjian
Karya
Pengusahaan
Pertambangan Batubara berakhir.
(3) Permohonan IUP sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
paling
sedikit
harus
memenuhi
persyaratan
administratif, teknis, lingkungan dan finansial.
(4) Persyaratan adminstratif sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) meliputi:
a. surat permohonan;
b. susunan direksi dan daftar pemegang saham; dan
c. surat keterangan domisili.
(5) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) meliputi:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

peta dan batas koordinat wilayah;
laporan akhir kegiatan operasi produksi;
laporan pelaksanaan pengelolaan lingkungan;
rencana kerja dan anggaran biaya;
neraca sumber daya dan cadangan;
rene ana reklamasi dan paseatambang;
rencana pembangunan sarana dan prasarana
penunjang kegiatan operasi produksi;
h. tersedianya tenaga ahli pertambangan dan/atau
geologi yang berpengalaman paling sedikit 3 (tiga)
tahun;
(6) Persyaratan lingkungan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) meliputi:
a. pemyataan
kesanggupan
untuk
mematuhi
ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup;

b. persetujuan ...
PH~SIOEN

RltPWBl..IK INt)ONESIA

-9 -

b. persetujuan dokumen lingkungan hidup sesuai
dengan .ketentuan peraturan perundang-undangan
di
bidang
perlindungan
dan
pengelolaan
lingkungan hidup.
(7) Persyaratan finansial sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) meliputi:
a. laporan keuangan 3 (tiga) tahun terakhir yang telah
diaudit oleh akuntan publik;
b. bukti pelunasan iuran tetap dan iuran produksi 3
(tiga) tahun terakhir.
(8) Menteri
dalam
memberikan
IUP
wajib
mempertimbangkan potensi cadangan mineral dan
batubara dari Wilayah Kerja tersebut dan manfaat
yang sebesar-besarnya bagi kepentingan Negara.
(9) Menteri dapat menolak permohonan IUP, apabila
berdasarkan hasil evaluasi, pemegang Kontrak Karya
dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan
Batubara tidak menunjukkan kinerja pengusahaan
pertambangan yang baik.
(10) Penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (9) harus
disampaikan kepada Pemegang Kontrak Karya dan
Perjanjian
Karya
Pengusahaan
Pertambangan
Batubara yang mengajukan permohonan IUP, paling
lambat sebelum berakhirnya Kontrak Karya dan
Perjanjian
Karya
Pengusahaan
Pertambangan
Batubara.
Pasal II
Peraturan Pemerintah
diundangkan.

lnl

mulai

berlaku

pada

tanggal

Agar ...
PRESIDEN
REPU8LIK INDONESIA

- 10 Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
pengundangan
Peraturan
Pemerintah
Inl
dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 21 Februari 2012
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOY()NO
Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 21 Februari 2012
MENTERI HUKUM'DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 45
PRES/DEN
REPU8LIK IIJDONESIA

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 24 TAHUN 2012
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 23 TAHUN 2010
TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN
MINERAL DAN BATUBARA
I. UMUM
Dalam rangka pembangunan nasional khususnya pembangunan industri
dalam negeri, perlu ditunjang ketersediaan mineral bukan logam dan batuan
melalui panataan kembali dalam pemberian Izin Usaha Pertambangan.
Selain itu dalam rangka keberpihakan kepada peserta Indonesia untuk lebih
berpartisipasi di bidang pengus.ahaan pertambangan dan batubara, perlu
mewajibkan modal asing untuk mengalihkan sebagian sahamnya kepada
peserta Indonesia dan mengatur lebih jelas ketentuan mengenai pengalihan
saham.
Selanjutnya dalam rangka memberikan kepastian hukum dan kepastian
berusaha bagi pemegang kontrak karya dan perjanjian karya pengusahaan
pertambangan batubara untuk memperoleh perpanjangan pertama
dan/atau kedua, perlu diatur secara khusus pemberian perpanjangan
kontrak karya dan perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara
dalam bentuk Izin Usaha Pertambangan perpanjangan, dengan mengatur
tata cara permohonan Izin Usaha Pertambangan perpanjangan dimaksud
yang meliputi pejabat yang berwenang menerbitkan Izin Usaha
Pertambangan perpanjangan, batas jangka waktu pengajuan permohonan
Izin Usaha Pertambangan perpanjangan, dan persyaratan permohonan Izin
Usaha Pertambangan perpanjangan.
Berdasarkan pertimbangan di atas, perlu mengubah beberapa ketentuan
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 ten tang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.
II.PASAL DEMI PASAL
PasalI
Angka 1
Pasa16 ...
PRESIDEN
REPU8LIK INDONESIA

-2 -

Pasa16
Cukup jelas.
Angka 2
Pasa17A
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Ketentuan ini dimaksudkan bahwa IUP atau IUPK hanya
dapat dipindahkan kepada badan usaha yang 51 % (lima
puluh satu persen) atau lebih sahamnya dimiliki oleh
pemegang IUP atau IUPK.
Pasa17B
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Pengalihan sebagian wilayah dilakukan secara langsung.
Angka 3
Pasa19
Cukup jelas.
Angka 4
Pasa174
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Hurufa
Cukup jelas.

Hurufb ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 3 -

Hurufb
Cukup jelas.
Hurufc
Yang dimaksud dengan bukti pembayaran kewajiban
keuangan dalam ketentuan ini adalah iuran tetap,
iuran produksi, dan pajak.
Hurufd
Cukup jelas.
Hurufe
Cukup jelas.
Ayat (4)
Termasuk dalam ketentuan ini adalah kontrak karya dan
perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Angka 5
Pasal76
Ayat (1)
Hurufa
Keadaan kahar dalam ketentuan ini an tara lain
meliputi perang, kerusuhan sipil, pemberontakan,
epidemi, gempa bumi, banjir, kebakaran dan lain-lain
bencana alam di luar kemampuan manusia.
Hurufb
Keadaan yang menghalangi dalam ketentuan ini
an tara
lain
meliputi
blockade,
pemogokan,
perselisihan perburuhan di luar kesalahan pemegang
IUP atau IUPK dan ketentuan peraturan perundangundangan yang diterbitkan oleh Pemerintah yang
menghambat kegiatan usaha pertambangan mineral
atau batubara yang sedang berjalan.

Hurufc ...
PRESIDEN
REPU8LIK INDONESIA

- 4 -

Hurufc
Kondisi daya dukung lingkungan dalam ketentuan ini
adalah apabila kondisi daya dukung lingkungan
wilayah tersebut tidak dapat menanggung beban
kegiatan operasi produksi mineral dan/ atau batubara
yang dilakukan diwilayahnya.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Angka 6
Pasal97
Cukup jelas.
Angka 7
Pasa198
Cukup jelas.
Angka 8
Pasal 112A
Cukup jelas.
Pasal 112B
Cukup jelas.
Pasal II
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5282

Contenu connexe

Tendances

Perppu dari Era Sukarno hingga Jokowi
Perppu dari Era Sukarno hingga JokowiPerppu dari Era Sukarno hingga Jokowi
Perppu dari Era Sukarno hingga JokowiSabar Artiyono
 
Perjanjian bagi hasil_(uu_2_thn_1960)_2
Perjanjian bagi hasil_(uu_2_thn_1960)_2Perjanjian bagi hasil_(uu_2_thn_1960)_2
Perjanjian bagi hasil_(uu_2_thn_1960)_2Ilham Mustafa
 
Uu no 2_th_2012 ttg tanah utk kepentingan umum
Uu no 2_th_2012 ttg tanah utk kepentingan umumUu no 2_th_2012 ttg tanah utk kepentingan umum
Uu no 2_th_2012 ttg tanah utk kepentingan umumaghaku
 
UU No, 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentinga...
UU No, 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentinga...UU No, 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentinga...
UU No, 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentinga...Penataan Ruang
 
Permen esdm noomor 34 tahun 2017
Permen esdm noomor 34 tahun 2017Permen esdm noomor 34 tahun 2017
Permen esdm noomor 34 tahun 2017Fahri Januar
 
Poin-Poin Penting Dalam UU Cipta Kerja
Poin-Poin Penting Dalam UU Cipta Kerja Poin-Poin Penting Dalam UU Cipta Kerja
Poin-Poin Penting Dalam UU Cipta Kerja Leks&Co
 
Pp 11 2010 penertiban dan pendayagunaan tanah terlantar
Pp 11 2010 penertiban dan pendayagunaan tanah terlantarPp 11 2010 penertiban dan pendayagunaan tanah terlantar
Pp 11 2010 penertiban dan pendayagunaan tanah terlantarPeople Power
 
eBook Buku Pinter tentang Wakaf v05
eBook Buku Pinter tentang Wakaf v05eBook Buku Pinter tentang Wakaf v05
eBook Buku Pinter tentang Wakaf v05YayasanPinter
 
Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1981 tentang Iuran Pembiayaan Eksploitasi da...
Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1981 tentang Iuran Pembiayaan Eksploitasi da...Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1981 tentang Iuran Pembiayaan Eksploitasi da...
Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1981 tentang Iuran Pembiayaan Eksploitasi da...infosanitasi
 

Tendances (18)

Perppu dari Era Sukarno hingga Jokowi
Perppu dari Era Sukarno hingga JokowiPerppu dari Era Sukarno hingga Jokowi
Perppu dari Era Sukarno hingga Jokowi
 
Uu 32 2000
Uu 32 2000Uu 32 2000
Uu 32 2000
 
Perjanjian bagi hasil_(uu_2_thn_1960)_2
Perjanjian bagi hasil_(uu_2_thn_1960)_2Perjanjian bagi hasil_(uu_2_thn_1960)_2
Perjanjian bagi hasil_(uu_2_thn_1960)_2
 
Uu no 2_th_2012 ttg tanah utk kepentingan umum
Uu no 2_th_2012 ttg tanah utk kepentingan umumUu no 2_th_2012 ttg tanah utk kepentingan umum
Uu no 2_th_2012 ttg tanah utk kepentingan umum
 
Perpres65thn2006pengadaan Tanah
Perpres65thn2006pengadaan TanahPerpres65thn2006pengadaan Tanah
Perpres65thn2006pengadaan Tanah
 
Zakat dan Hibah
Zakat dan HibahZakat dan Hibah
Zakat dan Hibah
 
Perpu 17 1962
Perpu 17 1962Perpu 17 1962
Perpu 17 1962
 
Uu No5 1960pokok Pokokagraria
Uu No5 1960pokok PokokagrariaUu No5 1960pokok Pokokagraria
Uu No5 1960pokok Pokokagraria
 
Pp 25-2020
Pp 25-2020Pp 25-2020
Pp 25-2020
 
UU No, 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentinga...
UU No, 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentinga...UU No, 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentinga...
UU No, 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentinga...
 
Permen esdm noomor 34 tahun 2017
Permen esdm noomor 34 tahun 2017Permen esdm noomor 34 tahun 2017
Permen esdm noomor 34 tahun 2017
 
Angaran dasar puap
Angaran dasar puapAngaran dasar puap
Angaran dasar puap
 
Poin-Poin Penting Dalam UU Cipta Kerja
Poin-Poin Penting Dalam UU Cipta Kerja Poin-Poin Penting Dalam UU Cipta Kerja
Poin-Poin Penting Dalam UU Cipta Kerja
 
Pp 11 2010 penertiban dan pendayagunaan tanah terlantar
Pp 11 2010 penertiban dan pendayagunaan tanah terlantarPp 11 2010 penertiban dan pendayagunaan tanah terlantar
Pp 11 2010 penertiban dan pendayagunaan tanah terlantar
 
eBook Buku Pinter tentang Wakaf v05
eBook Buku Pinter tentang Wakaf v05eBook Buku Pinter tentang Wakaf v05
eBook Buku Pinter tentang Wakaf v05
 
Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1981 tentang Iuran Pembiayaan Eksploitasi da...
Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1981 tentang Iuran Pembiayaan Eksploitasi da...Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1981 tentang Iuran Pembiayaan Eksploitasi da...
Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1981 tentang Iuran Pembiayaan Eksploitasi da...
 
Uu 11 1965
Uu 11 1965Uu 11 1965
Uu 11 1965
 
ilyas
ilyasilyas
ilyas
 

En vedette

Permen ESDM No. 11 tahun 2012
Permen ESDM No. 11 tahun 2012Permen ESDM No. 11 tahun 2012
Permen ESDM No. 11 tahun 2012Fikri Irsyad
 
Perencanaan sistem air conditioning kereta api
Perencanaan sistem air conditioning kereta apiPerencanaan sistem air conditioning kereta api
Perencanaan sistem air conditioning kereta apiaddiinahaqiqi
 
PT KAI menuju perusahaan berkelas
PT KAI menuju perusahaan berkelasPT KAI menuju perusahaan berkelas
PT KAI menuju perusahaan berkelasLeny Ida Rotua
 
Undang-undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
Undang-undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan BatubaraUndang-undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
Undang-undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan BatubaraPenataan Ruang
 
Change management pt.kai
Change management pt.kaiChange management pt.kai
Change management pt.kaiIskandar Muda
 
UU 4 tahun 2009 (UU Minerba)
UU 4 tahun 2009 (UU Minerba)UU 4 tahun 2009 (UU Minerba)
UU 4 tahun 2009 (UU Minerba)Fikri Irsyad
 
Pm no. 60 tahun 2012 tentang persyaratan teknis jalur kereta api
Pm no. 60 tahun 2012 tentang persyaratan teknis jalur kereta apiPm no. 60 tahun 2012 tentang persyaratan teknis jalur kereta api
Pm no. 60 tahun 2012 tentang persyaratan teknis jalur kereta apikuntosenoadji
 

En vedette (13)

Jalan rel-27112010
Jalan rel-27112010Jalan rel-27112010
Jalan rel-27112010
 
Permen ESDM No. 11 tahun 2012
Permen ESDM No. 11 tahun 2012Permen ESDM No. 11 tahun 2012
Permen ESDM No. 11 tahun 2012
 
Kereta
KeretaKereta
Kereta
 
Perencanaan sistem air conditioning kereta api
Perencanaan sistem air conditioning kereta apiPerencanaan sistem air conditioning kereta api
Perencanaan sistem air conditioning kereta api
 
Kereta api
Kereta apiKereta api
Kereta api
 
PT KAI menuju perusahaan berkelas
PT KAI menuju perusahaan berkelasPT KAI menuju perusahaan berkelas
PT KAI menuju perusahaan berkelas
 
Undang-undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
Undang-undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan BatubaraUndang-undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
Undang-undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
 
Tugas akhir
Tugas akhirTugas akhir
Tugas akhir
 
Change management pt.kai
Change management pt.kaiChange management pt.kai
Change management pt.kai
 
Pt kai kelompok 5
Pt kai kelompok 5Pt kai kelompok 5
Pt kai kelompok 5
 
UU 4 tahun 2009 (UU Minerba)
UU 4 tahun 2009 (UU Minerba)UU 4 tahun 2009 (UU Minerba)
UU 4 tahun 2009 (UU Minerba)
 
wesel
weselwesel
wesel
 
Pm no. 60 tahun 2012 tentang persyaratan teknis jalur kereta api
Pm no. 60 tahun 2012 tentang persyaratan teknis jalur kereta apiPm no. 60 tahun 2012 tentang persyaratan teknis jalur kereta api
Pm no. 60 tahun 2012 tentang persyaratan teknis jalur kereta api
 

Similaire à PP 24 tahun 2012

Efradus Apiem Tugas Kebijakan Pertambangan ke 7.pdf
Efradus Apiem Tugas Kebijakan Pertambangan ke 7.pdfEfradus Apiem Tugas Kebijakan Pertambangan ke 7.pdf
Efradus Apiem Tugas Kebijakan Pertambangan ke 7.pdfRasMelanesia1
 
PP-No-40-Tahun-1996-tentang-HGU-HGB-dan-Hak-Pakai_2.pdf
PP-No-40-Tahun-1996-tentang-HGU-HGB-dan-Hak-Pakai_2.pdfPP-No-40-Tahun-1996-tentang-HGU-HGB-dan-Hak-Pakai_2.pdf
PP-No-40-Tahun-1996-tentang-HGU-HGB-dan-Hak-Pakai_2.pdfnesyanurhalimah1
 
uu 12 th 1970.pdf
uu 12 th 1970.pdfuu 12 th 1970.pdf
uu 12 th 1970.pdfmmuchlisin1
 
Permen atr/bpn no 22 tahun 2019 tentang percepatan perizinan pemanfaatan ruang
Permen atr/bpn no 22 tahun 2019 tentang percepatan perizinan pemanfaatan ruangPermen atr/bpn no 22 tahun 2019 tentang percepatan perizinan pemanfaatan ruang
Permen atr/bpn no 22 tahun 2019 tentang percepatan perizinan pemanfaatan ruangAchmad Wahid
 
1. salinan pp nomor 8 tahun 2021
1. salinan pp nomor 8 tahun 20211. salinan pp nomor 8 tahun 2021
1. salinan pp nomor 8 tahun 2021Legal Akses
 
Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2011 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Kh...
Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2011 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Kh...Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2011 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Kh...
Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2011 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Kh...Penataan Ruang
 
Uu no 1_tahun_1967_penanaman_modal_asing
Uu no 1_tahun_1967_penanaman_modal_asingUu no 1_tahun_1967_penanaman_modal_asing
Uu no 1_tahun_1967_penanaman_modal_asingOchä MegaSukma
 
Perpres nomor 3 tahun 2016
Perpres nomor 3 tahun 2016Perpres nomor 3 tahun 2016
Perpres nomor 3 tahun 2016ardiansyah reno
 
Pp no 1 tahun 2008 tentang pedoman pengusaha pertambangan minyak bumi pada su...
Pp no 1 tahun 2008 tentang pedoman pengusaha pertambangan minyak bumi pada su...Pp no 1 tahun 2008 tentang pedoman pengusaha pertambangan minyak bumi pada su...
Pp no 1 tahun 2008 tentang pedoman pengusaha pertambangan minyak bumi pada su...walhiaceh
 
PP No. 34 Tahun 2021 Tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing
PP No. 34 Tahun 2021 Tentang Penggunaan Tenaga Kerja AsingPP No. 34 Tahun 2021 Tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing
PP No. 34 Tahun 2021 Tentang Penggunaan Tenaga Kerja AsingImam Prastio
 
Peraturan bupati-no.-30-ttg-izin-lokasi
Peraturan bupati-no.-30-ttg-izin-lokasiPeraturan bupati-no.-30-ttg-izin-lokasi
Peraturan bupati-no.-30-ttg-izin-lokasippbkab
 
Undang-undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Undang-undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi KhususUndang-undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Undang-undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi KhususPenataan Ruang
 
Permen ESDM No 52 2018 ttg Perubahan Perizinan Migas.pdf
Permen ESDM No 52 2018 ttg Perubahan Perizinan Migas.pdfPermen ESDM No 52 2018 ttg Perubahan Perizinan Migas.pdf
Permen ESDM No 52 2018 ttg Perubahan Perizinan Migas.pdftamihakim
 
Perpu_Nomor_2_Tahun_2022.pdf
Perpu_Nomor_2_Tahun_2022.pdfPerpu_Nomor_2_Tahun_2022.pdf
Perpu_Nomor_2_Tahun_2022.pdfRoyhul Akbar
 
Salinan undang undang nomor 11 tahun 2020 tentang cipta kerja (omnibus law)
Salinan undang undang nomor 11 tahun 2020 tentang cipta kerja (omnibus law)Salinan undang undang nomor 11 tahun 2020 tentang cipta kerja (omnibus law)
Salinan undang undang nomor 11 tahun 2020 tentang cipta kerja (omnibus law)bungfrangki .com
 
Penjelasacxcng 2020.pptx
Penjelasacxcng 2020.pptxPenjelasacxcng 2020.pptx
Penjelasacxcng 2020.pptxraflyfarinda
 

Similaire à PP 24 tahun 2012 (20)

PP 23 tahun 2010
PP 23 tahun 2010PP 23 tahun 2010
PP 23 tahun 2010
 
Pp1 2014bt
Pp1 2014btPp1 2014bt
Pp1 2014bt
 
Efradus Apiem Tugas Kebijakan Pertambangan ke 7.pdf
Efradus Apiem Tugas Kebijakan Pertambangan ke 7.pdfEfradus Apiem Tugas Kebijakan Pertambangan ke 7.pdf
Efradus Apiem Tugas Kebijakan Pertambangan ke 7.pdf
 
PP-No-40-Tahun-1996-tentang-HGU-HGB-dan-Hak-Pakai_2.pdf
PP-No-40-Tahun-1996-tentang-HGU-HGB-dan-Hak-Pakai_2.pdfPP-No-40-Tahun-1996-tentang-HGU-HGB-dan-Hak-Pakai_2.pdf
PP-No-40-Tahun-1996-tentang-HGU-HGB-dan-Hak-Pakai_2.pdf
 
uu 12 th 1970.pdf
uu 12 th 1970.pdfuu 12 th 1970.pdf
uu 12 th 1970.pdf
 
Permen atr/bpn no 22 tahun 2019 tentang percepatan perizinan pemanfaatan ruang
Permen atr/bpn no 22 tahun 2019 tentang percepatan perizinan pemanfaatan ruangPermen atr/bpn no 22 tahun 2019 tentang percepatan perizinan pemanfaatan ruang
Permen atr/bpn no 22 tahun 2019 tentang percepatan perizinan pemanfaatan ruang
 
1. salinan pp nomor 8 tahun 2021
1. salinan pp nomor 8 tahun 20211. salinan pp nomor 8 tahun 2021
1. salinan pp nomor 8 tahun 2021
 
Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2011 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Kh...
Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2011 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Kh...Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2011 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Kh...
Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2011 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Kh...
 
Uu no 1_tahun_1967_penanaman_modal_asing
Uu no 1_tahun_1967_penanaman_modal_asingUu no 1_tahun_1967_penanaman_modal_asing
Uu no 1_tahun_1967_penanaman_modal_asing
 
Perpres nomor 3 tahun 2016
Perpres nomor 3 tahun 2016Perpres nomor 3 tahun 2016
Perpres nomor 3 tahun 2016
 
Uu 12 1970
Uu 12 1970Uu 12 1970
Uu 12 1970
 
Pp no 1 tahun 2008 tentang pedoman pengusaha pertambangan minyak bumi pada su...
Pp no 1 tahun 2008 tentang pedoman pengusaha pertambangan minyak bumi pada su...Pp no 1 tahun 2008 tentang pedoman pengusaha pertambangan minyak bumi pada su...
Pp no 1 tahun 2008 tentang pedoman pengusaha pertambangan minyak bumi pada su...
 
PP No. 34 Tahun 2021 Tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing
PP No. 34 Tahun 2021 Tentang Penggunaan Tenaga Kerja AsingPP No. 34 Tahun 2021 Tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing
PP No. 34 Tahun 2021 Tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing
 
Peraturan bupati-no.-30-ttg-izin-lokasi
Peraturan bupati-no.-30-ttg-izin-lokasiPeraturan bupati-no.-30-ttg-izin-lokasi
Peraturan bupati-no.-30-ttg-izin-lokasi
 
Undang-undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Undang-undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi KhususUndang-undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Undang-undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus
 
Permen ESDM No 52 2018 ttg Perubahan Perizinan Migas.pdf
Permen ESDM No 52 2018 ttg Perubahan Perizinan Migas.pdfPermen ESDM No 52 2018 ttg Perubahan Perizinan Migas.pdf
Permen ESDM No 52 2018 ttg Perubahan Perizinan Migas.pdf
 
Perpu_Nomor_2_Tahun_2022.pdf
Perpu_Nomor_2_Tahun_2022.pdfPerpu_Nomor_2_Tahun_2022.pdf
Perpu_Nomor_2_Tahun_2022.pdf
 
Salinan undang undang nomor 11 tahun 2020 tentang cipta kerja (omnibus law)
Salinan undang undang nomor 11 tahun 2020 tentang cipta kerja (omnibus law)Salinan undang undang nomor 11 tahun 2020 tentang cipta kerja (omnibus law)
Salinan undang undang nomor 11 tahun 2020 tentang cipta kerja (omnibus law)
 
Uu 78 1958
Uu 78 1958Uu 78 1958
Uu 78 1958
 
Penjelasacxcng 2020.pptx
Penjelasacxcng 2020.pptxPenjelasacxcng 2020.pptx
Penjelasacxcng 2020.pptx
 

PP 24 tahun 2012

  • 1. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka menunjang pembangunan industri dalam negeri perlu penataan kembali perhberian izin usaha pertambangan untuk mineral bukan logam dan batuan; b. bahwa dalam rangka memberi kesempatan lebih besar kepada peserta Indonesia untuk lebih berpartisipasi dalam kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara, perlu mewajibkan modal asing untuk mengalihkan sebagian sahamnya kepada peserta Indonesia; c. bahwa dalam rangka memberikan kepastian hukum bagi pemegang Kontrak Karya dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara yang bermaksud untuk melakukan perpanjangan dalam bentuk Izin Usaha Pertambangan, perlu diatur mengenai tata cara permohonan lzin Usaha Pertambangan dimaksud; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara; Mengingat 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959); 3. Peraturan ...
  • 2. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -23. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5111); MEMUTUSKAN: Menetapkan PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA. PasalI Beberapa ketentuan dalam Peraturan Perrierintah Nomor 23 Tahun 2010 ten tang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5111), diubah sebagai berikut: 1. Diantara ayat (3) dan ayat (4) Pasal 6 disisipkan 2 (dua) ayat yakni ayat (3a) dan ayat (3b), sehingga Pasal 6 berbunyi sebagai berikut: Pasal6 (1) IUP diberikan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya berdasarkan permohonan yang diajukan oleh: a. badan usaha; b. koperasi; dan c. perseorangan. (2) Badan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat berupa badan usaha swasta, BUMN, atauBUMD. (3) Perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dapat berupa orang perseorangan, perusahaan firma, atau perusahaan komanditer. (3a) Badan ...
  • 3. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -3 - (3a) Badan usaha swasta sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi: a. badan usaha swasta dalam rangka penanaman modal dalam negeri; b. badan usaha swasta dalam rangka penanaman modal asing. (3b) IUP yang diajukan oleh badan usaha swasta dalam rangka penanaman modal asing sebagaimana dimaksud pada ayat (3a) huruf b hanya dapat diberikan oleh Menteri. (4) IUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah mendapatkan WIUP. (5) Dalam 1 (satu) WIUP dapat diberikan 1 (satu) atau beberapa IUP. 2. Diantara Pasal 7 dan Pasal 8 disisipkan 2 (dua) Pasal yakni Pasal 7 A dan Pasal 7B, yang berbunyi sebagai berikut: Pasal7A (1) Pemegang IUP dan IUPK tidak boleh memindahkan IUP dan IUPK-nya kepada pihak lain. (2) Pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi bad an usaha yang 51 % (lima puluh satu persen) atau lebih sahamnya tidak dimiliki oleh pemegang IUP atau IUPK. Pasal7B (1) IUP atau IUPK yang dimiliki oleh BUMN sebagian WIUP atau WIUPK Operasi Produksinya dapat dialihkan kepada pihak lain. (2) Pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi badan usaha yang 51 % (lima puluh satu persen) atau lebih sahamnya dimiliki oleh BUMN pemegang IUP atau IUPK. (3) Pengalihan sebagian WIUP atau WIUPK Operasi Produksi sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan dengan persetujuan Menteri. 3. Ketentuan ...
  • 4. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -43. Ketentuan ayat (3) Pasal 9 diubah, sehingga Pasal 9 berbunyi sebagai berikut: Pasa19 (I) Dalam 1 (satu) WUP dapat terdiri atas 1 (satu) atau beberapa WIUP. (2) Setiap pemohon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) hanya dapat diberikan 1 (satu) WIUP. (3) Setiap pemohon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dapat diberikan lebih dari 1 (satu) WIUP dalam hal: a. badan usaha yang mengajukan permohonan merupakan badan usaha yang terbuka (go public); atau b. untuk WIUP mineral bukan logam dan/ atau WIUP batuan' 4. Ketentuan Pasal 74 ditambah 2 (dua) ayat, yakni ayat (4) dan ayat (5) serta ditambah Penjelasan ayat (4) dan ayat (5), sehingga Pasal 74 berbunyi sebagai berikut: Pasal 74 (I) Pemegang IUP sewaktu-waktu dapat mengajukan permohonan kepada Menteri, gubernur, atau bupati/ walikota sesuai dengan kewenangannya untuk menciutkan sebagian atau mengembalikan seluruh WIUP. (2) Pemegang IUPK sewaktu-waktu dapat mengajukan permohonan kepada Menteri untuk menciutkan sebagian atau mengembalikan seluruh WIUPK. (3) Pemegang IUP atau IUPK dalam melaksanakan penciutan atau pengembalian WIUP atau WIUPK sebagaimana dimaksud pada ayat (I) dan ayat (2) harus menyerahkan: a. laporan, data dan informasi penciutan atau pengembalian yang berisikan semua penemuan teknis dan geologis yang diperoleh pada wilayah yang akan diciutkan dan alasan penciutan atau pengembalian serta data lapangan hasil kegiatan; b. peta ...
  • 5. PRESIDEN REPU8L(K INDONESIA -5b. peta wilayah penciutan atau pengembalian beserta koordinatnya; c. bukti pembayaran kewajiban keuangan; d. laporan kegiatan sesuai status tahapan terakhir; dan e. laporan pelaksanaan reklamasi pada wilayah yang diciutkan atau dilepaskan. (4) IUP dan IUPK yang telah berakhir termasuk WIUP dan WIUPK yang diciutkan, wilayahnya dikembalikan kepada Menteri. (5) Wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan menjadi wilayah pencadangan negara oleh Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 5. Penjelasan Pasal 76 ayat (1) huruf b, diubah sehingga berbunyi menjadi sebagaimana tercantum dalam Penjelasan Pasal 76. 6. Ketentuan Pasal 97 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (11) diubah serta diantara ayat (1) dan ayat (2) disisipkan 1 (satu) ayat yakni ayat (la) dan Penjelasan ayat (1) dihapus sehingga Pasa197 berbunyi sebagai berikut: Pasa197 (1) Pemegang IUP dan IUPK dalam rangka penanaman modal asing, setelah 5 (lima) tahun sejak berproduksi wajib melakukan divestasi sahamnya secara bertahap, sehingga pada tahun kesepuluh sahamnya paling sedikit 51 % (lima puluh satu persen) dimiliki peserta Indonesia. (la) Kepemilikan peserta Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam setiap tahun setelah akhir tahun kelima sejak produksi tidak boleh kurang dari presentase sebagai berikut: a. tahun keenam 200/0 (dua puluh persen); b. tahun ketujuh 300/0 (tiga puluh persen); c. tahun kedelapan 37% (tiga puluh tujuh persen); d. tahun ...
  • 6. ~Re;SIOEN ~e:PWEH.. IK INDONESIA -6 d. tahun kesembilan 44% (empat puluh empat persen); e. tahun kesepuluh 51% (lima puluh satu persen), dari jumlah seluruh saham. (2) Oivestasi saham sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan kepada peserta Indonesia yang terdiri atas Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, atau pemerintah daerah kabupaten/kota, BUMN, BUMO, atau badan usaha swasta nasional. (3) Oalam hal Pemerintah tidak bersedia membeli saham sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditawarkan kepada pemerintah daerah provinsi atau pemerintah daerah kabupaten/kota. (4) Apabila pemerintah daerah provinsi atau pemerintah daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak bersedia membeli saham, ditawarkan kepada BUMN dan BUMO dilaksanakan dengan cara lelang. (5) Apabila BUMN dan BUMO sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak bersedia membeli saham, ditawarkan kepada badan usaha swasta nasional dilaksanakan dengan cara lelang. (6) Penawaran saham sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 90 (sembilan puluh) hari kalender sejak 5 (lima) tahun dikeluarkannya 'izin Operasi Produksi tahap penambangan. (7) Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, BUMN, dan BUMD harus menyatakan minatnya dalam jangka waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari kalender setelah tanggal penawaran. (8) Dalam hal Pemerintah dan pemerintah daerah provinsi atau pemerintah daerah kabupaten/kota, BUMN, dan BUMD tidak berminat untuk membeli divestasi saham sebagaimana dimaksud pada ayat (7), saham ditawarkan kepada badan usaha swasta nasional dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender. (9) Badan ...
  • 7. PRIa:~ICH'tN ~t[PWBL.IK. INOONESIA - 7 - (9) Badan usaha swasta nasional harus menyatakan minatnya dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender setelah tanggal penawaran. (10) Pembayaran dan penyerahan saham yang dibeli oleh peserta Indonesia dilaksanakan dalam jangka waktu paling lambat 90 (sembilan puluh) hari kalender setelah tanggal pernyataan minat atau penetapan pemenang lelang. (11) Apabila divestasi sebagaimana dimaksud pada ayat (la) tidak tercapai, penawaran saham dilakukan pada tahun berikutnya. 7. Ketentuan Pasal 98 diubah, sehingga Pasal 98 berbunyi sebagai berikut: Pasal98 Dalam hal terjadi peningkatan jumlah modal perseroan, peserta Indonesia sahamnya tidak boleh terdilusi menjadi lebih kecil dari jumlah saham sesuai kewajiban divestasi sebagaimana dimaksud dalam Pasa197ayat (la). 8. Diantara Pasal 112 dan Pasal 113 disisipkan 2 (dua) Pasal yakni Pasal 112A dan Pasal 112B, yang berbunyi sebagai berikut: Pasal 112A Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku sisa wilayah kontrak karya dan perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara yang tidak diakomodir dalam IUP perpanjangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 112 angka 2, diusulkan untuk ditetapkan menjadi wilayah pencadangan negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal112B (1) Perpanjangan Kontrak Karya dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara menjadi IUP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 112 angka 2 diberikan oleh Menteri. (2) Untuk ...
  • 8. PR~~IOe;N ~IPWBI..'K INDONESIA - 8 - (2) Untuk memperoleh IUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemegang Kontrak Karya dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara harus mengajukan permohonan kepada Menteri paling eepat dalam jangka waktu 2 (dua) tahun dan paling lambat dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sebelum Kontrak Karya atau Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara berakhir. (3) Permohonan IUP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit harus memenuhi persyaratan administratif, teknis, lingkungan dan finansial. (4) Persyaratan adminstratif sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi: a. surat permohonan; b. susunan direksi dan daftar pemegang saham; dan c. surat keterangan domisili. (5) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi: a. b. c. d. e. f. g. peta dan batas koordinat wilayah; laporan akhir kegiatan operasi produksi; laporan pelaksanaan pengelolaan lingkungan; rencana kerja dan anggaran biaya; neraca sumber daya dan cadangan; rene ana reklamasi dan paseatambang; rencana pembangunan sarana dan prasarana penunjang kegiatan operasi produksi; h. tersedianya tenaga ahli pertambangan dan/atau geologi yang berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun; (6) Persyaratan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi: a. pemyataan kesanggupan untuk mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; b. persetujuan ...
  • 9. PH~SIOEN RltPWBl..IK INt)ONESIA -9 - b. persetujuan dokumen lingkungan hidup sesuai dengan .ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. (7) Persyaratan finansial sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi: a. laporan keuangan 3 (tiga) tahun terakhir yang telah diaudit oleh akuntan publik; b. bukti pelunasan iuran tetap dan iuran produksi 3 (tiga) tahun terakhir. (8) Menteri dalam memberikan IUP wajib mempertimbangkan potensi cadangan mineral dan batubara dari Wilayah Kerja tersebut dan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan Negara. (9) Menteri dapat menolak permohonan IUP, apabila berdasarkan hasil evaluasi, pemegang Kontrak Karya dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara tidak menunjukkan kinerja pengusahaan pertambangan yang baik. (10) Penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (9) harus disampaikan kepada Pemegang Kontrak Karya dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara yang mengajukan permohonan IUP, paling lambat sebelum berakhirnya Kontrak Karya dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara. Pasal II Peraturan Pemerintah diundangkan. lnl mulai berlaku pada tanggal Agar ...
  • 10. PRESIDEN REPU8LIK INDONESIA - 10 Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah Inl dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 21 Februari 2012 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOY()NO Diundangkan di Jakarta pada tanggal 21 Februari 2012 MENTERI HUKUM'DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. AMIR SYAMSUDIN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 45
  • 11. PRES/DEN REPU8LIK IIJDONESIA PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA I. UMUM Dalam rangka pembangunan nasional khususnya pembangunan industri dalam negeri, perlu ditunjang ketersediaan mineral bukan logam dan batuan melalui panataan kembali dalam pemberian Izin Usaha Pertambangan. Selain itu dalam rangka keberpihakan kepada peserta Indonesia untuk lebih berpartisipasi di bidang pengus.ahaan pertambangan dan batubara, perlu mewajibkan modal asing untuk mengalihkan sebagian sahamnya kepada peserta Indonesia dan mengatur lebih jelas ketentuan mengenai pengalihan saham. Selanjutnya dalam rangka memberikan kepastian hukum dan kepastian berusaha bagi pemegang kontrak karya dan perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara untuk memperoleh perpanjangan pertama dan/atau kedua, perlu diatur secara khusus pemberian perpanjangan kontrak karya dan perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara dalam bentuk Izin Usaha Pertambangan perpanjangan, dengan mengatur tata cara permohonan Izin Usaha Pertambangan perpanjangan dimaksud yang meliputi pejabat yang berwenang menerbitkan Izin Usaha Pertambangan perpanjangan, batas jangka waktu pengajuan permohonan Izin Usaha Pertambangan perpanjangan, dan persyaratan permohonan Izin Usaha Pertambangan perpanjangan. Berdasarkan pertimbangan di atas, perlu mengubah beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 ten tang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. II.PASAL DEMI PASAL PasalI Angka 1 Pasa16 ...
  • 12. PRESIDEN REPU8LIK INDONESIA -2 - Pasa16 Cukup jelas. Angka 2 Pasa17A Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Ketentuan ini dimaksudkan bahwa IUP atau IUPK hanya dapat dipindahkan kepada badan usaha yang 51 % (lima puluh satu persen) atau lebih sahamnya dimiliki oleh pemegang IUP atau IUPK. Pasa17B Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Pengalihan sebagian wilayah dilakukan secara langsung. Angka 3 Pasa19 Cukup jelas. Angka 4 Pasa174 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Hurufa Cukup jelas. Hurufb ...
  • 13. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 3 - Hurufb Cukup jelas. Hurufc Yang dimaksud dengan bukti pembayaran kewajiban keuangan dalam ketentuan ini adalah iuran tetap, iuran produksi, dan pajak. Hurufd Cukup jelas. Hurufe Cukup jelas. Ayat (4) Termasuk dalam ketentuan ini adalah kontrak karya dan perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara. Ayat (5) Cukup jelas. Angka 5 Pasal76 Ayat (1) Hurufa Keadaan kahar dalam ketentuan ini an tara lain meliputi perang, kerusuhan sipil, pemberontakan, epidemi, gempa bumi, banjir, kebakaran dan lain-lain bencana alam di luar kemampuan manusia. Hurufb Keadaan yang menghalangi dalam ketentuan ini an tara lain meliputi blockade, pemogokan, perselisihan perburuhan di luar kesalahan pemegang IUP atau IUPK dan ketentuan peraturan perundangundangan yang diterbitkan oleh Pemerintah yang menghambat kegiatan usaha pertambangan mineral atau batubara yang sedang berjalan. Hurufc ...
  • 14. PRESIDEN REPU8LIK INDONESIA - 4 - Hurufc Kondisi daya dukung lingkungan dalam ketentuan ini adalah apabila kondisi daya dukung lingkungan wilayah tersebut tidak dapat menanggung beban kegiatan operasi produksi mineral dan/ atau batubara yang dilakukan diwilayahnya. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Angka 6 Pasal97 Cukup jelas. Angka 7 Pasa198 Cukup jelas. Angka 8 Pasal 112A Cukup jelas. Pasal 112B Cukup jelas. Pasal II Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5282