SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  14
BAB I PENDAHULUAN




A. Latar Belakang
   Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan,
   khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang
   semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan
   fisiologis yang menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda.
   Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah.


B. Tujuan
   Untuk    mengetahui     bagai   mana      proses    perkecambahan,   tipe
   perkecambahan,    dan     faktor-faktor   yang     mempengaruhi   proses
   perkecambahan.


C. Rumusan Masalah
      Apakah yang di maksud dengan perkecambahan?
      Bagai mana tahapan – tahapan pada perkecambahan ?
      Apa saja tipe perkecambahan yang terjadi pada tumbuhan ?
      Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan ?




                                   1
BAB II KAJIAN PUSTAKA




A. Deskripsi Teori
   a. Pengertian Perkecambahan
      Ada beberapa pendapat mengenai perkecambahan pada tumbuhan :

               Pada umumnya perkecambahan dapat diartikan sebagai
      proses       munculnya plantula (tanaman kecil) dari dalam biji yang
      merupakan hasil pertumbuhan dan perkembangan embrio. Pada
      perkembangan embrio saat berkecambah, bagian plumula tumbuh
      dan berkembang menjadi batang, sedangkan radikula menjadi akar.


               Perkecambahan benih dapat diartikan sebagai dimulainya
      proses pertumbuhan embrio dari benih yang sudah matang ( Taiz and
      Zeiger 1998). Benih dapat berkecambah bila tersedia faktor-faktor
      pendukung selama terjadinya proses perkecambahan. Perkembangan
      benih dipengaruhi oleh faktor dalam (internal) dan faktor luar
      (eksternal).


               Menurut    Elisa   (2006),   perkecambahan   adalah   proses
      pengaktifan kembali aktivitas pertumbuhan embryonic axis di dalam
      biji yang terhenti untuk kemudian membentuk bibit. Selama proses
      pertumbuhan dan pemasakan biji, embryonic axis juga tumbuh.
      Secara visual dan morfologis, suatu biji yang berkecambah umumnya
      ditandai dengan terlihatnya radikel atau plumula yang menonjol keluar
      dari biji.


               Proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian
      kompleks dari perubahan-perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia.




                                     2
b. Tapan-Tahapan Perkecambahan
     Proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian
  kompleks dari perubahan-perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia.
  Pada tanaman, tahapan dalam perkecambahannya terdiri dari:

     1. Proses penyerapan air (imbibisi)

            Proses   penyerapan        air    atau    imbibisi   berguna     untuk
     melunakkan kulit biji dan menyebabkan pengembangan embrio
     dan endosperma. Hal ini menyebabkan pecah atau robeknya kulit
     biji. Selain itu, air memberikan fasilitas untuk masuknya oksigen
     ke dalam biji. Dinding sel yang kering hampir tidak permeabel
     untuk gas, tetapi apabila dinding sel di-imbibisi oleh air, maka gas
     akan masuk ke dalam sel secara difusi.


            Apabila dinding sel kulit biji dan embrio menyerap air, maka
     suplai     oksigen   meningkat          kepada    sel-sel   hidup    sehingga
     memungkinkan lebih aktifnya pernapasan. Sebaliknya CO2 yang
     dihasilkan oleh pernapasan tersebut lebih mudah mendifusi
     keluar.     Beberapa     faktor         yang    mempengaruhi        kecepatan
     penyerapan air oleh biji yaitu: permeabilitas kulit biji, konsentrasi
     air, suhu, luas permukaan biji yang kontak dengan air, daya
     intermolekuler.

            Biji yang ditempatkan pada suatu lingkungan yang basah
     maka molekul air yang ada di luar akan mulai berdifusi ke dalam
     biji. Ketika molekul itu sudah berhasil melalui selaput pembungkus
     biji    sebagian     diantaranya         ada     yang   diserap      sehingga
     menyebabkan terjadinya peristiwa imbibisi (peristiwa penyerapan
     air ke dalam ruangan antar dinding sel, sehingga dinding selnya
     akan mengembang). Sedangkan molekul air yang lainnya akan
     berpindah melalui membran sitoplasma yang permeabel dengan
     cara osmosis menuju vakuola sel-sel hidup yang ada dalam biji
     sehingga dari sinilah awal biji dapat berkecambah (Ferry and
     Ward, 1959).




                                  3
Perkecambahan merupakan bagian yang sangat penting dari
siklus hidup tumbuhan berbiji. Hasil perkecambahan adalah
pertumbuhan calon akar dan calon tunas. Secara visual dan
morfologis suatu biji yang berkecambah umumnya ditandai
dengan akar dan daun yang menonjol keluar dari biji (Kamil,
1992). Rangkaian proses-proses fisiologis yang berlangsung pada
perkecambahan adalah (1) penyerapan air secara imbibisi dan
osmose, (2) pencernaan atau pemecahan senyawa menjadi
bermolekul lebih kecil, sederhana, larut dalam air dan dapat
diangkut, (3) pengangkutan hasil pencernaan, (4) asimilasi atau
penyusunan kembali senyawa hasil pencernaan, (5) pernafasan
atau respirasi yang merupakan perombakan cadangan makanan,
dan (6) pertumbuhan pada titik-titik tumbuh (Kamil, 1992).


   Proses-proses    perkecambahan          sangat    dipengaruhi    oleh
ketersediaan faktor-faktor lingkungan seperti air, O2, cahaya dan
suhu. Air berperan dalam melunakkan kulit biji, memfasilitasi
masuknya O2, dan alat transportasi makanan. Cahaya merupakan
sumber energi pada perkecambahan yang dapat mempengaruhi
perangsangan dan percepatan proses pertumbuhan kecambah.
Suhu   berperan     pada       tingkat   kecukupan    oksigen      dalam
perkecambahan. Pada suhu tinggi, O2 tidak mencukupi untuk
perkecambahan ketika suhu diturunkan, O2 menjadi tercukupi. O2
dibutuhkan pada proses oksidasi untuk membentuk energi
perkecambahan. Udara di alam yang mengandung 20% O2 sudah
membantu perkecambahan karena proses perkecambahan hanya
butuh 0,3% O2 (Kamil, 1992).

2. Aktivasi enzim


   Aktivasi enzim terjadi setelah benih berimbibisi dengan cukup.
Enzim-enzim yang teraktivasi pada proses perkecambahan ini
adalah enzim hidrolitik seperti α-amilase yang merombak amylase
menjadi glukosa, ribonuklease yang merombak ribonukleotida,
endo-β-glukanase yang merombak senyawa glukan, fosfatase
yang merombak senyawa yang mengandung P, lipase yang



                           4
merombak senyawa lipid, peptidase yang merombak senyawa
protein.

3. Inisiasi pertumbuhan embrio

   Proses ini terjadi setelah semua proses imbibisi, aktivasi
enzim, dan katabolisme cadangan makanan berjalan. Proses ini
ditandai oleh meningkatnya bobot kering embryonic axis,dan
menurunnya bobot kering endosperma.

4. Munculnya radikel


   Munculnya      radikel       adalah   tanda   bahwa     proses
perkecambahan telah sempurna. Proses ini akan diikuti oleh
pemanjangan dan pembelahan sel-sel. Proses pemanjangan sel
ada dua fase yakni; fase 1 (fase lambat) dimana pemanjangan sel
tidak diikuti dengan penambahan bobot kering dan fase 2 (fase
cepat), yang diikuti oleh penambahan bobot segar dan bobot
kering.

5. Pemantapan kecambah


   Kecambah mulai mantap setelah ia dapat menyerap air dan
berfotosintesis (autotrof). Semula, ada masa transisi antara masih
disuplai oleh cadangan makanan sampai mampu autotrof. Saat
autotrof dicapai proses perkecambahan telah sempurna.




                            5
c. Tipe-Tipe Perkecambahan
   Ada dua tipe perkecambhan yang terjadi opada tumbuhan, yaitu :



      Epigeal    yaitu    hipokotil   yang    tumbuh    memanjang     yang
      mengakibatkan kotiledon dan plumula terdorong ke permukaan
      tanah. Epigeal terjadi pada kacang hijau, kacang tanah, dan jarak.


      Hypogeal yaitu terjadi pertumbuhan memanjang dari epikotil yang
      menyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di
      atas tanah dan kotiledon tetap di dalam tanah. Hipogeal terjadi
      pada kacang kapri dan jagung.




d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkecambahan
   Ada beberapa factor yang mempengaruhi perkecambahan biji pada
   tumbuhan, antara lain faktor internal dan faktor eksternal
   1. Faktor internal
      Faktor internal yang mempengaruhi perkecambahan benih antara
      lain                                                               :


      a. Tingkat kemasakan benih


              Benih      yang   dipanen      sebelum   tingkat   kemasakan
      fisiologisnya tercapai tidak mempunyai viabilitas yang tinggi
      karena belum memiliki cadangan makanan yang cukup serta
      pembentukan embrio belum sempurna (Sutopo, 2002). Pada
      umumnya sewaktu kadar air biji menurun dengan cepat sekitar 20
      %, maka benih tersebut juga telah mencapai masak fisiologis atau
      masak fungsional dan pada saat itu benih mencapat berat kering
      maksimum, daya tumbuh maksimum (vigor) dan daya kecambah
      maksimum (viabilitas) atau dengan kata lain benih mempunyai
      mutu tertinggi (Kamil, 1979)




                                  6
b. Ukuran benih


      Benih yang berukuran besar dan berat mengandung
cadangan makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan yang
kecil pada jenis yang sama. Cadangan makanan yang terkandung
dalam jaringan penyimpan digunakan sebagai sumber energi bagi
embrio pada saat perkecambahan (Sutopo, 2002). Berat benih
berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi
karena berat benih menentukan besarnya kecambah pada saat
permulaan dan berat tanaman pada saat dipanen (Blackman,
dalam Sutopo, 2002).

c. Hormon


      Tidak semua hormon tumbuhan (fitohormon) bersifat
mendukung proses perkecambahan, adapula beberapa fitohormon
yang menghambat proses perkecambahan. Fitohormon yang
berfungsi merangsang pertumbuhan perkecambahan antara lain :
Auksin, yang berperan untuk : Mematahkan dormansi biji dan akan
merangsang proses perkecambahan biji. Perendaman biji dengan
auksin dapat membantu menaikkan kuantitas hasil panen serta
dapat memacu proses terbentuknya akar.

   Giberelin, yang berperan dalam mobilisasi bahan makanan
   selama fase perkecambahan. Pertumbuhan embrio selama
   perkecambahan bergantung pada persiapan bahan makanan
   yang   berada   di   dalam   endosperma.   Untuk   keperluan
   kelangsungan hidup embrio maka terjadilah penguraian
   secara enzimatik yaitu terjadi perubahan pati menjadi gula
   yang selanjutnya ditranslokasikan ke embrio sebagai sumber
   energi untuk pertumbuhannya. Peran giberelin diketahui
   mampu meningkatkan aktivitas enzim amilase.
   Sitokinin, yang akan berinteraksi dengan giberelin dan auksin
   untuk mematahkan dormansi biji. Selain itu, sitokinin juga
   mampu memicu pembelahan sel dan pembentukan organ.



                        7
Fitohormon      yang       berfungsi     sebagai      penghambat
   perkecambahan       antara   lain   :   Etilene,   yang    berperan
   menghambat transportasi auksin secara basipetal dan lateral.
   Adanya etilen dapat menyebabkan rendahnya konsentrasi
   auksin dalam jaringan. Meskipun begitu, pada tanaman,
   etilene juga mampu menstimulasi perpanjangan batang,
   koleoptil dan mesokotil. Asam absisat (ABA), yang bersifat
   menghambat perkecambahan dengan menstimulasi dormansi
   benih. Selain itu, asam absisat akan menghambat proses
   pertumbuhan tunas.


d. Dormansi


       Benih    dikatakan     dormansi     apabila    benih   tersebut
sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan
pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi
persyaratan bagi suatu perkecambahan atau juga dapat dikatakan
dormansi benih menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih
sehat (viabel) namun gagal berkecambah ketika berada dalam
kondisi yang secara normal baik untuk berkecambah, seperti
kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya yang sesuai (Lambers
1992, Schmidt 2002).

e. Penghambat perkecambahan


       Menurut Kuswanto (1996), penghambat perkecambahan
benih dapat berupa kehadiran inhibitor baik dalam benih maupun
di permukaan benih, adanya larutan dengan nilai osmotik yang
tinggi serta bahan yang menghambat lintasan metabolik atau
menghambat laju respirasi.




                          8
2. Faktor Eksternal


   Faktor     luar     utama     yang   mempengaruhi     perkecambahan
   diantaranya :

   a. Air


       Penyerapan air oleh benih dipengaruhi oleh sifat benih itu
   sendiri terutama kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia
   pada media di sekitarnya, sedangkan jumlah air yang diperlukan
   bervariasi       tergantung   kepada   jenis   benihnya,   dan   tingkat
   pengambilan air turut dipengaruhi oleh suhu (Sutopo, 2002).
   Perkembangan benih tidak akan dimulai bila air belum terserap
   masuk ke dalam benih hingga 80 sampai 90 % (Darjadi,1972) dan
   umumnya dibutuhkan kadar air benih sekitar 30 sampai 55 %
   (Kamil, 1979). Benih mempunyai kemampuan kecambah pada
   kisaran air tersedia. Pada kondisi media yang terlalu basah akan
   dapat menghambat aerasi dan merangsang timbulnya penyakit
   serta busuknya benih karena cendawan atau bakteri (Sutopo,
   2002).

       Menurut Kamil (1979), kira-kira 70 % berat protoplasma sel
   hidup terdiri dari air dan fungsi air antara lain:


            Untuk melembabkan kulit biji sehingga menjadi pecah atau
            robek agar terjadi pengembangan embrio dan endosperm.
            Untuk memberikan fasilitas masuknya oksigen kedalam
            biji.
            Untuk      mengencerkan       protoplasma   sehingga     dapat
            mengaktifkan berbagai fungsinya.
            Sebagai alat transport larutan makanan dari endosperm
            atau kotiledon ke titik tumbuh, dimana akan terbentuk
            protoplasma baru.




                                 9
b. Temperatur


        Temperatur merupakan syarat penting yang kedua bagi
perkecambahan benih. Tetapi ini tidak bersifat mutlak sama
seperti kebutuhan terhadap air untuk perkecambahan, dimana biji
membutuhkan suatu level hydration minimum yang bersifat
khusus untuk perkecambahan.


        Dalam proses perkecambahan dikenal adanya tiga titik
suhu kritis yang berbeda yang akan dialami oleh benih. Dan tiga
titik suhu kritis tersebut dikenal dengan istilah suhu cardinal yang
terdiri atas pertama, suhu minimum, yakni suhu terkecil dimana
proses perkecambahan biji tidak akan terjadi selama periode
waktu       perkecambahan.     Bagi   kebanyakan   benih   tanaman,
termasuk kisaran suhu minimumnya antara 0 – 5oC. Jika benih
berada di tempat yang bersuhu rendah seperti itu, maka
kemungkinan besar benih akan gagal berkecambah atau tetap
tumbuh namun dalam keadaan yang abnormal.


        Kedua, suhu optimum yakni suhu dimana kecepatan dan
%tase biji yang berkecambah berada pada posisi tertinggi selama
proses perkecambahan berlangsung. Temperatur ini merupakan
temperatur       yang    menguntungkan      bagi    berlangsungnya
perkecambahan benih. Suhu optimum berkisar antara 26,5 –
35oC. Serta yang ketiga adalah suhu maksimum, yakni suhu
tertinggi     dimana    perkecambahan     masih    mungkin     untuk
berlangsung secara normal. Suhu maksimum umumnya berkisar
antara 30 – 40oC. Suhu diatas maksimum biasanya mematikan
biji, karena keadaan tersebut menyebabkan mesin metabolisme
biji menjadi non aktif sehingga biji menjadi busuk dan mati.




                          10
c. Oksigen


       Saat berlangsungnya perkecambahan, proses respirasi
akan meningkat disertai dengan meningkatnya pengambilan
oksigen dan pelepasan CO2, air dan energi panas. Terbatasnya
oksigen    yang    dapat     dipakai    akan       menghambat       proses
perkecambahan benih (Sutopo,              2002).    Kebutuhan oksigen
sebanding dengan laju respirasi dan dipengaruhi oleh suhu, mikro-
organisme yang terdapat dalam benih (Kuswanto. 1996). Menurut
Kamil (1979) umumnya benih akan berkecambah dalam udara
yang mengandung 29 % oksigen dan 0.03 % CO2. Namun untuk
benih yang dorman, perkecambahannya akan terjadi jika oksigen
yang masuk ke dalam benih ditingkatkan sampai 80 %, karena
biasanya oksigen yang masuk ke embrio kurang dari 3 %




d. Cahaya


       Kebutuhan benih akan cahaya untuk perkecambahannya
berfariasi tergantung pada jenis tanaman (Sutopo, 2002). Adapun
besar pengaruh cahanya terhadap perkecambahan tergantung
pada intensitas cahaya, kualitas cahaya, lamanya penyinaran
(Kamil, 1979). Menurut Adriance and Brison dalam Sutopo (2002)
pengaruh cahaya terhadap perkecambahan benih dapat dibagi
atas 4 golongan yaitu golongan yang memerlukan cahaya mutlak,
golongan    yang    memerlukan         cahaya      untuk   mempercepat
perkecambahan, golongan dimana cahaya dapat menghambat
perkecambahan,       serta      golongan       dimana      benih     dapat
berkecambah baik pada tempat gelap maupun ada cahaya.




e. Medium


       Medium      yang    baik   untuk     perkecambahan          haruslah
memiliki sifat fisik yang baik, gembur, mempunyai kemampuan



                           11
menyerap air dan bebas dari organisme penyebab penyakit
terutama cendawan (Sutopo, 2002). Pengujian viabilitas benih
dapat digunakan media antara lain substrat kertas, pasir dan
tanah.




                      12
BAB III PENUTUP




A. Kesimpulan
     Perkecambahan terjadi pada embrio tumbuhan
     Proses perkecambahan di awali dengan imbibisi
     Terdapat dua tipe perkecambahan, yaitu : tipe hypogeal dan epigeal
     Faktor yang mempengaruhi perkecambahan pada tumbuhan adalah
     faktor internal dan eksternal


B. Saran
     Agar perkecambahan belangsung baik kadar air saat proses imbibisi
     harus terjaga
     Sebelum biji dikecambahkan, terlebih dahulu kita harus mematahkan
     masa dormansi dari bijij tersebut.




                                     13
DAFTAR PUSTAKA

http://biologi.blogsome.com/2011/07/30/epigeal-dan-hipogeal/

http://anchamilanisti.blogspot.com/2012/03/epigeal-yaitu-hipokotil-yang-
tumbuh.html

http://www.irwantoshut.net/seed_viability_factor.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Perkecambahan

skp.unair.ac.id/repository/Guru-
Indonesia/Perkecambahan_HeryPurnobasuki_237.pdf

http://task-list.blogspot.com/2011/03/perkecambahan.html




                                       14

Contenu connexe

Tendances

contoh laporan uji benih
contoh laporan uji benihcontoh laporan uji benih
contoh laporan uji benihRiva Anggraeni
 
Laporan identifikasi benih dan kecambah
Laporan identifikasi benih dan kecambahLaporan identifikasi benih dan kecambah
Laporan identifikasi benih dan kecambahTidar University
 
Penyakit Pada Tanaman Kelapa Sawit dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Kelapa Sawit dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Kelapa Sawit dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Kelapa Sawit dan Teknik PengendaliannyaAnkardiansyah Pandu Pradana
 
225366239 laporan-praktiku-uji-vigor-asli
225366239 laporan-praktiku-uji-vigor-asli225366239 laporan-praktiku-uji-vigor-asli
225366239 laporan-praktiku-uji-vigor-asliVanyWardani
 
Gymnospermae (Tumbuhan berbiji terbuka) PPT
Gymnospermae (Tumbuhan berbiji terbuka) PPTGymnospermae (Tumbuhan berbiji terbuka) PPT
Gymnospermae (Tumbuhan berbiji terbuka) PPTLana Karyatna
 
PPT Embriologi Tumbuhan - Mikrosporogenesis dan mikrogametogenesis
PPT Embriologi Tumbuhan - Mikrosporogenesis dan mikrogametogenesisPPT Embriologi Tumbuhan - Mikrosporogenesis dan mikrogametogenesis
PPT Embriologi Tumbuhan - Mikrosporogenesis dan mikrogametogenesisAgustin Dian Kartikasari
 
Penetapan potensial air jaringan
Penetapan potensial air  jaringanPenetapan potensial air  jaringan
Penetapan potensial air jaringanEkal Kurniawan
 
Biologi fusi protoplasma
Biologi fusi protoplasmaBiologi fusi protoplasma
Biologi fusi protoplasmaalivo_9
 
Pengujian vigor benih
Pengujian vigor benihPengujian vigor benih
Pengujian vigor benihUnhy Doel
 
Vigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benihVigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benihUnhy Doel
 
Morfologi tumbuhan pepaya
Morfologi tumbuhan pepayaMorfologi tumbuhan pepaya
Morfologi tumbuhan pepayaWayan Permadi
 
PPT PTERIDOPHYTA (TUMBUHAN PAKU) PAKU PURBA, PAKU KAWAT, PAKU EKOR KUDA DAN P...
PPT PTERIDOPHYTA (TUMBUHAN PAKU) PAKU PURBA, PAKU KAWAT, PAKU EKOR KUDA DAN P...PPT PTERIDOPHYTA (TUMBUHAN PAKU) PAKU PURBA, PAKU KAWAT, PAKU EKOR KUDA DAN P...
PPT PTERIDOPHYTA (TUMBUHAN PAKU) PAKU PURBA, PAKU KAWAT, PAKU EKOR KUDA DAN P...Lana Karyatna
 
Struktur Biji dan Bagian-bagiannya
Struktur Biji dan Bagian-bagiannyaStruktur Biji dan Bagian-bagiannya
Struktur Biji dan Bagian-bagiannyaStella Bakti Lakka
 

Tendances (20)

contoh laporan uji benih
contoh laporan uji benihcontoh laporan uji benih
contoh laporan uji benih
 
Laporan identifikasi benih dan kecambah
Laporan identifikasi benih dan kecambahLaporan identifikasi benih dan kecambah
Laporan identifikasi benih dan kecambah
 
Penyakit Pada Tanaman Kelapa Sawit dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Kelapa Sawit dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Kelapa Sawit dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Kelapa Sawit dan Teknik Pengendaliannya
 
225366239 laporan-praktiku-uji-vigor-asli
225366239 laporan-praktiku-uji-vigor-asli225366239 laporan-praktiku-uji-vigor-asli
225366239 laporan-praktiku-uji-vigor-asli
 
Gymnospermae (Tumbuhan berbiji terbuka) PPT
Gymnospermae (Tumbuhan berbiji terbuka) PPTGymnospermae (Tumbuhan berbiji terbuka) PPT
Gymnospermae (Tumbuhan berbiji terbuka) PPT
 
PPT Embriologi Tumbuhan - Mikrosporogenesis dan mikrogametogenesis
PPT Embriologi Tumbuhan - Mikrosporogenesis dan mikrogametogenesisPPT Embriologi Tumbuhan - Mikrosporogenesis dan mikrogametogenesis
PPT Embriologi Tumbuhan - Mikrosporogenesis dan mikrogametogenesis
 
Presentasi no 6 8_penyimpanan benih rekalsitran
Presentasi no 6 8_penyimpanan benih rekalsitranPresentasi no 6 8_penyimpanan benih rekalsitran
Presentasi no 6 8_penyimpanan benih rekalsitran
 
Penetapan potensial air jaringan
Penetapan potensial air  jaringanPenetapan potensial air  jaringan
Penetapan potensial air jaringan
 
Protozoa volvox globator
Protozoa  volvox globatorProtozoa  volvox globator
Protozoa volvox globator
 
Biologi fusi protoplasma
Biologi fusi protoplasmaBiologi fusi protoplasma
Biologi fusi protoplasma
 
Botani 1 Pendahuluan
Botani 1 PendahuluanBotani 1 Pendahuluan
Botani 1 Pendahuluan
 
Pengujian vigor benih
Pengujian vigor benihPengujian vigor benih
Pengujian vigor benih
 
Vigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benihVigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benih
 
Laporan Praktikum 3 Amphibia
Laporan Praktikum 3 AmphibiaLaporan Praktikum 3 Amphibia
Laporan Praktikum 3 Amphibia
 
Morfologi tumbuhan pepaya
Morfologi tumbuhan pepayaMorfologi tumbuhan pepaya
Morfologi tumbuhan pepaya
 
PPT PTERIDOPHYTA (TUMBUHAN PAKU) PAKU PURBA, PAKU KAWAT, PAKU EKOR KUDA DAN P...
PPT PTERIDOPHYTA (TUMBUHAN PAKU) PAKU PURBA, PAKU KAWAT, PAKU EKOR KUDA DAN P...PPT PTERIDOPHYTA (TUMBUHAN PAKU) PAKU PURBA, PAKU KAWAT, PAKU EKOR KUDA DAN P...
PPT PTERIDOPHYTA (TUMBUHAN PAKU) PAKU PURBA, PAKU KAWAT, PAKU EKOR KUDA DAN P...
 
Struktur Biji dan Bagian-bagiannya
Struktur Biji dan Bagian-bagiannyaStruktur Biji dan Bagian-bagiannya
Struktur Biji dan Bagian-bagiannya
 
Teknologi Enzim
Teknologi EnzimTeknologi Enzim
Teknologi Enzim
 
Makalah tumbuhan paku
Makalah tumbuhan pakuMakalah tumbuhan paku
Makalah tumbuhan paku
 
Jaringan periderm
Jaringan peridermJaringan periderm
Jaringan periderm
 

Similaire à Perkecambahan

Karya ilmiah biologi "pertumbuhan kacang hijau"
Karya ilmiah biologi "pertumbuhan kacang hijau"Karya ilmiah biologi "pertumbuhan kacang hijau"
Karya ilmiah biologi "pertumbuhan kacang hijau"Fitroh NH
 
Modul praktikum-tpb-materi-1
Modul praktikum-tpb-materi-1Modul praktikum-tpb-materi-1
Modul praktikum-tpb-materi-1wiwaha17
 
Kelompok 1(husni .f, ismi .w, m. zainal .i, rini .a, sifa a.f, & siti .a)
Kelompok 1(husni .f, ismi .w, m. zainal .i, rini .a, sifa a.f, & siti .a)Kelompok 1(husni .f, ismi .w, m. zainal .i, rini .a, sifa a.f, & siti .a)
Kelompok 1(husni .f, ismi .w, m. zainal .i, rini .a, sifa a.f, & siti .a)Devia Rahayu
 
Biologi - Percobaan Pertumbuhan Biji Kacang Hijau 2 (Isi)
Biologi - Percobaan Pertumbuhan Biji Kacang Hijau 2 (Isi)Biologi - Percobaan Pertumbuhan Biji Kacang Hijau 2 (Isi)
Biologi - Percobaan Pertumbuhan Biji Kacang Hijau 2 (Isi)Ramadhani Sardiman
 
Pertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan dan perkembanganPertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan dan perkembanganf' yagami
 
BAB 7 PERKECAMBAHAN DALAM DASAR AGRONOMIAN D.pptx
BAB 7 PERKECAMBAHAN DALAM DASAR AGRONOMIAN D.pptxBAB 7 PERKECAMBAHAN DALAM DASAR AGRONOMIAN D.pptx
BAB 7 PERKECAMBAHAN DALAM DASAR AGRONOMIAN D.pptxPutriIndrastianingru
 
Laporan Hasil Penelitian Biologi: Pengaruh jenis media air pada pertumbuhan d...
Laporan Hasil Penelitian Biologi: Pengaruh jenis media air pada pertumbuhan d...Laporan Hasil Penelitian Biologi: Pengaruh jenis media air pada pertumbuhan d...
Laporan Hasil Penelitian Biologi: Pengaruh jenis media air pada pertumbuhan d...Haliza Arumdanya
 
pertumbuhan-dan-perkembangan-tumbuhan-2-smp.ppt
pertumbuhan-dan-perkembangan-tumbuhan-2-smp.pptpertumbuhan-dan-perkembangan-tumbuhan-2-smp.ppt
pertumbuhan-dan-perkembangan-tumbuhan-2-smp.pptAstiKasari4
 
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhanPertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhanNaflah Ariqah
 
Pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan kacang merah
Pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan kacang merahPengaruh cahaya terhadap pertumbuhan kacang merah
Pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan kacang merahLinda Rosita
 
Pertemuan 2 (perkecambahan)
Pertemuan 2 (perkecambahan)Pertemuan 2 (perkecambahan)
Pertemuan 2 (perkecambahan)f' yagami
 
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan materi kelas_12_biologi (1)
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan materi kelas_12_biologi (1)Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan materi kelas_12_biologi (1)
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan materi kelas_12_biologi (1)massonie44
 
Laporan fitum c1
Laporan fitum c1Laporan fitum c1
Laporan fitum c1dwi_alam
 

Similaire à Perkecambahan (20)

Karya ilmiah biologi "pertumbuhan kacang hijau"
Karya ilmiah biologi "pertumbuhan kacang hijau"Karya ilmiah biologi "pertumbuhan kacang hijau"
Karya ilmiah biologi "pertumbuhan kacang hijau"
 
Modul praktikum-tpb-materi-1
Modul praktikum-tpb-materi-1Modul praktikum-tpb-materi-1
Modul praktikum-tpb-materi-1
 
Kelompok 1(husni .f, ismi .w, m. zainal .i, rini .a, sifa a.f, & siti .a)
Kelompok 1(husni .f, ismi .w, m. zainal .i, rini .a, sifa a.f, & siti .a)Kelompok 1(husni .f, ismi .w, m. zainal .i, rini .a, sifa a.f, & siti .a)
Kelompok 1(husni .f, ismi .w, m. zainal .i, rini .a, sifa a.f, & siti .a)
 
Biologi - Percobaan Pertumbuhan Biji Kacang Hijau 2 (Isi)
Biologi - Percobaan Pertumbuhan Biji Kacang Hijau 2 (Isi)Biologi - Percobaan Pertumbuhan Biji Kacang Hijau 2 (Isi)
Biologi - Percobaan Pertumbuhan Biji Kacang Hijau 2 (Isi)
 
Pertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan dan perkembanganPertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan
 
BAB 7 PERKECAMBAHAN DALAM DASAR AGRONOMIAN D.pptx
BAB 7 PERKECAMBAHAN DALAM DASAR AGRONOMIAN D.pptxBAB 7 PERKECAMBAHAN DALAM DASAR AGRONOMIAN D.pptx
BAB 7 PERKECAMBAHAN DALAM DASAR AGRONOMIAN D.pptx
 
Perkecambahan
PerkecambahanPerkecambahan
Perkecambahan
 
Laporan Hasil Penelitian Biologi: Pengaruh jenis media air pada pertumbuhan d...
Laporan Hasil Penelitian Biologi: Pengaruh jenis media air pada pertumbuhan d...Laporan Hasil Penelitian Biologi: Pengaruh jenis media air pada pertumbuhan d...
Laporan Hasil Penelitian Biologi: Pengaruh jenis media air pada pertumbuhan d...
 
Perkecambahan adalah
Perkecambahan adalahPerkecambahan adalah
Perkecambahan adalah
 
pertumbuhan-dan-perkembangan-tumbuhan-2-smp.ppt
pertumbuhan-dan-perkembangan-tumbuhan-2-smp.pptpertumbuhan-dan-perkembangan-tumbuhan-2-smp.ppt
pertumbuhan-dan-perkembangan-tumbuhan-2-smp.ppt
 
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhanPertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
 
Makalah Biologi
Makalah BiologiMakalah Biologi
Makalah Biologi
 
Pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan kacang merah
Pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan kacang merahPengaruh cahaya terhadap pertumbuhan kacang merah
Pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan kacang merah
 
Pertemuan 2 (perkecambahan)
Pertemuan 2 (perkecambahan)Pertemuan 2 (perkecambahan)
Pertemuan 2 (perkecambahan)
 
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan materi kelas_12_biologi (1)
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan materi kelas_12_biologi (1)Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan materi kelas_12_biologi (1)
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan materi kelas_12_biologi (1)
 
Pertumbuhan perkembangan
Pertumbuhan perkembanganPertumbuhan perkembangan
Pertumbuhan perkembangan
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantar
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantar
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Laporan fitum c1
Laporan fitum c1Laporan fitum c1
Laporan fitum c1
 

Plus de f' yagami

Peranan Biologi di bidang pertanian
Peranan Biologi di bidang pertanianPeranan Biologi di bidang pertanian
Peranan Biologi di bidang pertanianf' yagami
 
Pengertian Tanaman Transgenik Lengkap
Pengertian Tanaman Transgenik LengkapPengertian Tanaman Transgenik Lengkap
Pengertian Tanaman Transgenik Lengkapf' yagami
 
Tanaman Transgenik
Tanaman TransgenikTanaman Transgenik
Tanaman Transgenikf' yagami
 
Nutrient of corn (nutrisi dari JAGUNG)
Nutrient of corn (nutrisi dari JAGUNG)Nutrient of corn (nutrisi dari JAGUNG)
Nutrient of corn (nutrisi dari JAGUNG)f' yagami
 
Jamur bersifat saprofit, parasit, simbions
Jamur bersifat saprofit, parasit, simbionsJamur bersifat saprofit, parasit, simbions
Jamur bersifat saprofit, parasit, simbionsf' yagami
 
Reproduksi Fungi
Reproduksi FungiReproduksi Fungi
Reproduksi Fungif' yagami
 
Materi kuliah microteaching
Materi kuliah microteachingMateri kuliah microteaching
Materi kuliah microteachingf' yagami
 
Askep hernia inguinalis
Askep hernia inguinalisAskep hernia inguinalis
Askep hernia inguinalisf' yagami
 
Askep diare anak
Askep diare anakAskep diare anak
Askep diare anakf' yagami
 
Askep trauma thorax
Askep trauma thoraxAskep trauma thorax
Askep trauma thoraxf' yagami
 
Askep gastritis
Askep gastritisAskep gastritis
Askep gastritisf' yagami
 
Askep hemorhoid
Askep hemorhoidAskep hemorhoid
Askep hemorhoidf' yagami
 
sistem alat gerak
sistem alat geraksistem alat gerak
sistem alat gerakf' yagami
 
Contoh Kurikulum Sma kelas X, XI, XII dan Perbedaan kbk dengan ktsp
Contoh Kurikulum Sma kelas X, XI, XII dan Perbedaan kbk dengan ktspContoh Kurikulum Sma kelas X, XI, XII dan Perbedaan kbk dengan ktsp
Contoh Kurikulum Sma kelas X, XI, XII dan Perbedaan kbk dengan ktspf' yagami
 
Larutan elektrolit dan larutan non elektrolit
Larutan elektrolit dan larutan non elektrolitLarutan elektrolit dan larutan non elektrolit
Larutan elektrolit dan larutan non elektrolitf' yagami
 
Sistem reproduksi vertebrata
Sistem reproduksi vertebrataSistem reproduksi vertebrata
Sistem reproduksi vertebrataf' yagami
 
Tutorial pembuatan media pembelajaran dengan menggunakan autoplay
Tutorial pembuatan media pembelajaran dengan menggunakan autoplayTutorial pembuatan media pembelajaran dengan menggunakan autoplay
Tutorial pembuatan media pembelajaran dengan menggunakan autoplayf' yagami
 
Reproduksi pada hewan vertebrata
Reproduksi pada hewan vertebrataReproduksi pada hewan vertebrata
Reproduksi pada hewan vertebrataf' yagami
 

Plus de f' yagami (20)

Jamur
JamurJamur
Jamur
 
Peranan Biologi di bidang pertanian
Peranan Biologi di bidang pertanianPeranan Biologi di bidang pertanian
Peranan Biologi di bidang pertanian
 
Pengertian Tanaman Transgenik Lengkap
Pengertian Tanaman Transgenik LengkapPengertian Tanaman Transgenik Lengkap
Pengertian Tanaman Transgenik Lengkap
 
Tanaman Transgenik
Tanaman TransgenikTanaman Transgenik
Tanaman Transgenik
 
Nutrient of corn (nutrisi dari JAGUNG)
Nutrient of corn (nutrisi dari JAGUNG)Nutrient of corn (nutrisi dari JAGUNG)
Nutrient of corn (nutrisi dari JAGUNG)
 
Jamur bersifat saprofit, parasit, simbions
Jamur bersifat saprofit, parasit, simbionsJamur bersifat saprofit, parasit, simbions
Jamur bersifat saprofit, parasit, simbions
 
Reproduksi Fungi
Reproduksi FungiReproduksi Fungi
Reproduksi Fungi
 
Materi kuliah microteaching
Materi kuliah microteachingMateri kuliah microteaching
Materi kuliah microteaching
 
Askep hernia inguinalis
Askep hernia inguinalisAskep hernia inguinalis
Askep hernia inguinalis
 
Askep tbc
Askep tbcAskep tbc
Askep tbc
 
Askep diare anak
Askep diare anakAskep diare anak
Askep diare anak
 
Askep trauma thorax
Askep trauma thoraxAskep trauma thorax
Askep trauma thorax
 
Askep gastritis
Askep gastritisAskep gastritis
Askep gastritis
 
Askep hemorhoid
Askep hemorhoidAskep hemorhoid
Askep hemorhoid
 
sistem alat gerak
sistem alat geraksistem alat gerak
sistem alat gerak
 
Contoh Kurikulum Sma kelas X, XI, XII dan Perbedaan kbk dengan ktsp
Contoh Kurikulum Sma kelas X, XI, XII dan Perbedaan kbk dengan ktspContoh Kurikulum Sma kelas X, XI, XII dan Perbedaan kbk dengan ktsp
Contoh Kurikulum Sma kelas X, XI, XII dan Perbedaan kbk dengan ktsp
 
Larutan elektrolit dan larutan non elektrolit
Larutan elektrolit dan larutan non elektrolitLarutan elektrolit dan larutan non elektrolit
Larutan elektrolit dan larutan non elektrolit
 
Sistem reproduksi vertebrata
Sistem reproduksi vertebrataSistem reproduksi vertebrata
Sistem reproduksi vertebrata
 
Tutorial pembuatan media pembelajaran dengan menggunakan autoplay
Tutorial pembuatan media pembelajaran dengan menggunakan autoplayTutorial pembuatan media pembelajaran dengan menggunakan autoplay
Tutorial pembuatan media pembelajaran dengan menggunakan autoplay
 
Reproduksi pada hewan vertebrata
Reproduksi pada hewan vertebrataReproduksi pada hewan vertebrata
Reproduksi pada hewan vertebrata
 

Perkecambahan

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah. B. Tujuan Untuk mengetahui bagai mana proses perkecambahan, tipe perkecambahan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses perkecambahan. C. Rumusan Masalah Apakah yang di maksud dengan perkecambahan? Bagai mana tahapan – tahapan pada perkecambahan ? Apa saja tipe perkecambahan yang terjadi pada tumbuhan ? Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan ? 1
  • 2. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori a. Pengertian Perkecambahan Ada beberapa pendapat mengenai perkecambahan pada tumbuhan : Pada umumnya perkecambahan dapat diartikan sebagai proses munculnya plantula (tanaman kecil) dari dalam biji yang merupakan hasil pertumbuhan dan perkembangan embrio. Pada perkembangan embrio saat berkecambah, bagian plumula tumbuh dan berkembang menjadi batang, sedangkan radikula menjadi akar. Perkecambahan benih dapat diartikan sebagai dimulainya proses pertumbuhan embrio dari benih yang sudah matang ( Taiz and Zeiger 1998). Benih dapat berkecambah bila tersedia faktor-faktor pendukung selama terjadinya proses perkecambahan. Perkembangan benih dipengaruhi oleh faktor dalam (internal) dan faktor luar (eksternal). Menurut Elisa (2006), perkecambahan adalah proses pengaktifan kembali aktivitas pertumbuhan embryonic axis di dalam biji yang terhenti untuk kemudian membentuk bibit. Selama proses pertumbuhan dan pemasakan biji, embryonic axis juga tumbuh. Secara visual dan morfologis, suatu biji yang berkecambah umumnya ditandai dengan terlihatnya radikel atau plumula yang menonjol keluar dari biji. Proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian kompleks dari perubahan-perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia. 2
  • 3. b. Tapan-Tahapan Perkecambahan Proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian kompleks dari perubahan-perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia. Pada tanaman, tahapan dalam perkecambahannya terdiri dari: 1. Proses penyerapan air (imbibisi) Proses penyerapan air atau imbibisi berguna untuk melunakkan kulit biji dan menyebabkan pengembangan embrio dan endosperma. Hal ini menyebabkan pecah atau robeknya kulit biji. Selain itu, air memberikan fasilitas untuk masuknya oksigen ke dalam biji. Dinding sel yang kering hampir tidak permeabel untuk gas, tetapi apabila dinding sel di-imbibisi oleh air, maka gas akan masuk ke dalam sel secara difusi. Apabila dinding sel kulit biji dan embrio menyerap air, maka suplai oksigen meningkat kepada sel-sel hidup sehingga memungkinkan lebih aktifnya pernapasan. Sebaliknya CO2 yang dihasilkan oleh pernapasan tersebut lebih mudah mendifusi keluar. Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan penyerapan air oleh biji yaitu: permeabilitas kulit biji, konsentrasi air, suhu, luas permukaan biji yang kontak dengan air, daya intermolekuler. Biji yang ditempatkan pada suatu lingkungan yang basah maka molekul air yang ada di luar akan mulai berdifusi ke dalam biji. Ketika molekul itu sudah berhasil melalui selaput pembungkus biji sebagian diantaranya ada yang diserap sehingga menyebabkan terjadinya peristiwa imbibisi (peristiwa penyerapan air ke dalam ruangan antar dinding sel, sehingga dinding selnya akan mengembang). Sedangkan molekul air yang lainnya akan berpindah melalui membran sitoplasma yang permeabel dengan cara osmosis menuju vakuola sel-sel hidup yang ada dalam biji sehingga dari sinilah awal biji dapat berkecambah (Ferry and Ward, 1959). 3
  • 4. Perkecambahan merupakan bagian yang sangat penting dari siklus hidup tumbuhan berbiji. Hasil perkecambahan adalah pertumbuhan calon akar dan calon tunas. Secara visual dan morfologis suatu biji yang berkecambah umumnya ditandai dengan akar dan daun yang menonjol keluar dari biji (Kamil, 1992). Rangkaian proses-proses fisiologis yang berlangsung pada perkecambahan adalah (1) penyerapan air secara imbibisi dan osmose, (2) pencernaan atau pemecahan senyawa menjadi bermolekul lebih kecil, sederhana, larut dalam air dan dapat diangkut, (3) pengangkutan hasil pencernaan, (4) asimilasi atau penyusunan kembali senyawa hasil pencernaan, (5) pernafasan atau respirasi yang merupakan perombakan cadangan makanan, dan (6) pertumbuhan pada titik-titik tumbuh (Kamil, 1992). Proses-proses perkecambahan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan faktor-faktor lingkungan seperti air, O2, cahaya dan suhu. Air berperan dalam melunakkan kulit biji, memfasilitasi masuknya O2, dan alat transportasi makanan. Cahaya merupakan sumber energi pada perkecambahan yang dapat mempengaruhi perangsangan dan percepatan proses pertumbuhan kecambah. Suhu berperan pada tingkat kecukupan oksigen dalam perkecambahan. Pada suhu tinggi, O2 tidak mencukupi untuk perkecambahan ketika suhu diturunkan, O2 menjadi tercukupi. O2 dibutuhkan pada proses oksidasi untuk membentuk energi perkecambahan. Udara di alam yang mengandung 20% O2 sudah membantu perkecambahan karena proses perkecambahan hanya butuh 0,3% O2 (Kamil, 1992). 2. Aktivasi enzim Aktivasi enzim terjadi setelah benih berimbibisi dengan cukup. Enzim-enzim yang teraktivasi pada proses perkecambahan ini adalah enzim hidrolitik seperti α-amilase yang merombak amylase menjadi glukosa, ribonuklease yang merombak ribonukleotida, endo-β-glukanase yang merombak senyawa glukan, fosfatase yang merombak senyawa yang mengandung P, lipase yang 4
  • 5. merombak senyawa lipid, peptidase yang merombak senyawa protein. 3. Inisiasi pertumbuhan embrio Proses ini terjadi setelah semua proses imbibisi, aktivasi enzim, dan katabolisme cadangan makanan berjalan. Proses ini ditandai oleh meningkatnya bobot kering embryonic axis,dan menurunnya bobot kering endosperma. 4. Munculnya radikel Munculnya radikel adalah tanda bahwa proses perkecambahan telah sempurna. Proses ini akan diikuti oleh pemanjangan dan pembelahan sel-sel. Proses pemanjangan sel ada dua fase yakni; fase 1 (fase lambat) dimana pemanjangan sel tidak diikuti dengan penambahan bobot kering dan fase 2 (fase cepat), yang diikuti oleh penambahan bobot segar dan bobot kering. 5. Pemantapan kecambah Kecambah mulai mantap setelah ia dapat menyerap air dan berfotosintesis (autotrof). Semula, ada masa transisi antara masih disuplai oleh cadangan makanan sampai mampu autotrof. Saat autotrof dicapai proses perkecambahan telah sempurna. 5
  • 6. c. Tipe-Tipe Perkecambahan Ada dua tipe perkecambhan yang terjadi opada tumbuhan, yaitu : Epigeal yaitu hipokotil yang tumbuh memanjang yang mengakibatkan kotiledon dan plumula terdorong ke permukaan tanah. Epigeal terjadi pada kacang hijau, kacang tanah, dan jarak. Hypogeal yaitu terjadi pertumbuhan memanjang dari epikotil yang menyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas tanah dan kotiledon tetap di dalam tanah. Hipogeal terjadi pada kacang kapri dan jagung. d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkecambahan Ada beberapa factor yang mempengaruhi perkecambahan biji pada tumbuhan, antara lain faktor internal dan faktor eksternal 1. Faktor internal Faktor internal yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain : a. Tingkat kemasakan benih Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai tidak mempunyai viabilitas yang tinggi karena belum memiliki cadangan makanan yang cukup serta pembentukan embrio belum sempurna (Sutopo, 2002). Pada umumnya sewaktu kadar air biji menurun dengan cepat sekitar 20 %, maka benih tersebut juga telah mencapai masak fisiologis atau masak fungsional dan pada saat itu benih mencapat berat kering maksimum, daya tumbuh maksimum (vigor) dan daya kecambah maksimum (viabilitas) atau dengan kata lain benih mempunyai mutu tertinggi (Kamil, 1979) 6
  • 7. b. Ukuran benih Benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan yang kecil pada jenis yang sama. Cadangan makanan yang terkandung dalam jaringan penyimpan digunakan sebagai sumber energi bagi embrio pada saat perkecambahan (Sutopo, 2002). Berat benih berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi karena berat benih menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat tanaman pada saat dipanen (Blackman, dalam Sutopo, 2002). c. Hormon Tidak semua hormon tumbuhan (fitohormon) bersifat mendukung proses perkecambahan, adapula beberapa fitohormon yang menghambat proses perkecambahan. Fitohormon yang berfungsi merangsang pertumbuhan perkecambahan antara lain : Auksin, yang berperan untuk : Mematahkan dormansi biji dan akan merangsang proses perkecambahan biji. Perendaman biji dengan auksin dapat membantu menaikkan kuantitas hasil panen serta dapat memacu proses terbentuknya akar. Giberelin, yang berperan dalam mobilisasi bahan makanan selama fase perkecambahan. Pertumbuhan embrio selama perkecambahan bergantung pada persiapan bahan makanan yang berada di dalam endosperma. Untuk keperluan kelangsungan hidup embrio maka terjadilah penguraian secara enzimatik yaitu terjadi perubahan pati menjadi gula yang selanjutnya ditranslokasikan ke embrio sebagai sumber energi untuk pertumbuhannya. Peran giberelin diketahui mampu meningkatkan aktivitas enzim amilase. Sitokinin, yang akan berinteraksi dengan giberelin dan auksin untuk mematahkan dormansi biji. Selain itu, sitokinin juga mampu memicu pembelahan sel dan pembentukan organ. 7
  • 8. Fitohormon yang berfungsi sebagai penghambat perkecambahan antara lain : Etilene, yang berperan menghambat transportasi auksin secara basipetal dan lateral. Adanya etilen dapat menyebabkan rendahnya konsentrasi auksin dalam jaringan. Meskipun begitu, pada tanaman, etilene juga mampu menstimulasi perpanjangan batang, koleoptil dan mesokotil. Asam absisat (ABA), yang bersifat menghambat perkecambahan dengan menstimulasi dormansi benih. Selain itu, asam absisat akan menghambat proses pertumbuhan tunas. d. Dormansi Benih dikatakan dormansi apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan atau juga dapat dikatakan dormansi benih menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih sehat (viabel) namun gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara normal baik untuk berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya yang sesuai (Lambers 1992, Schmidt 2002). e. Penghambat perkecambahan Menurut Kuswanto (1996), penghambat perkecambahan benih dapat berupa kehadiran inhibitor baik dalam benih maupun di permukaan benih, adanya larutan dengan nilai osmotik yang tinggi serta bahan yang menghambat lintasan metabolik atau menghambat laju respirasi. 8
  • 9. 2. Faktor Eksternal Faktor luar utama yang mempengaruhi perkecambahan diantaranya : a. Air Penyerapan air oleh benih dipengaruhi oleh sifat benih itu sendiri terutama kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada media di sekitarnya, sedangkan jumlah air yang diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis benihnya, dan tingkat pengambilan air turut dipengaruhi oleh suhu (Sutopo, 2002). Perkembangan benih tidak akan dimulai bila air belum terserap masuk ke dalam benih hingga 80 sampai 90 % (Darjadi,1972) dan umumnya dibutuhkan kadar air benih sekitar 30 sampai 55 % (Kamil, 1979). Benih mempunyai kemampuan kecambah pada kisaran air tersedia. Pada kondisi media yang terlalu basah akan dapat menghambat aerasi dan merangsang timbulnya penyakit serta busuknya benih karena cendawan atau bakteri (Sutopo, 2002). Menurut Kamil (1979), kira-kira 70 % berat protoplasma sel hidup terdiri dari air dan fungsi air antara lain: Untuk melembabkan kulit biji sehingga menjadi pecah atau robek agar terjadi pengembangan embrio dan endosperm. Untuk memberikan fasilitas masuknya oksigen kedalam biji. Untuk mengencerkan protoplasma sehingga dapat mengaktifkan berbagai fungsinya. Sebagai alat transport larutan makanan dari endosperm atau kotiledon ke titik tumbuh, dimana akan terbentuk protoplasma baru. 9
  • 10. b. Temperatur Temperatur merupakan syarat penting yang kedua bagi perkecambahan benih. Tetapi ini tidak bersifat mutlak sama seperti kebutuhan terhadap air untuk perkecambahan, dimana biji membutuhkan suatu level hydration minimum yang bersifat khusus untuk perkecambahan. Dalam proses perkecambahan dikenal adanya tiga titik suhu kritis yang berbeda yang akan dialami oleh benih. Dan tiga titik suhu kritis tersebut dikenal dengan istilah suhu cardinal yang terdiri atas pertama, suhu minimum, yakni suhu terkecil dimana proses perkecambahan biji tidak akan terjadi selama periode waktu perkecambahan. Bagi kebanyakan benih tanaman, termasuk kisaran suhu minimumnya antara 0 – 5oC. Jika benih berada di tempat yang bersuhu rendah seperti itu, maka kemungkinan besar benih akan gagal berkecambah atau tetap tumbuh namun dalam keadaan yang abnormal. Kedua, suhu optimum yakni suhu dimana kecepatan dan %tase biji yang berkecambah berada pada posisi tertinggi selama proses perkecambahan berlangsung. Temperatur ini merupakan temperatur yang menguntungkan bagi berlangsungnya perkecambahan benih. Suhu optimum berkisar antara 26,5 – 35oC. Serta yang ketiga adalah suhu maksimum, yakni suhu tertinggi dimana perkecambahan masih mungkin untuk berlangsung secara normal. Suhu maksimum umumnya berkisar antara 30 – 40oC. Suhu diatas maksimum biasanya mematikan biji, karena keadaan tersebut menyebabkan mesin metabolisme biji menjadi non aktif sehingga biji menjadi busuk dan mati. 10
  • 11. c. Oksigen Saat berlangsungnya perkecambahan, proses respirasi akan meningkat disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan CO2, air dan energi panas. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan menghambat proses perkecambahan benih (Sutopo, 2002). Kebutuhan oksigen sebanding dengan laju respirasi dan dipengaruhi oleh suhu, mikro- organisme yang terdapat dalam benih (Kuswanto. 1996). Menurut Kamil (1979) umumnya benih akan berkecambah dalam udara yang mengandung 29 % oksigen dan 0.03 % CO2. Namun untuk benih yang dorman, perkecambahannya akan terjadi jika oksigen yang masuk ke dalam benih ditingkatkan sampai 80 %, karena biasanya oksigen yang masuk ke embrio kurang dari 3 % d. Cahaya Kebutuhan benih akan cahaya untuk perkecambahannya berfariasi tergantung pada jenis tanaman (Sutopo, 2002). Adapun besar pengaruh cahanya terhadap perkecambahan tergantung pada intensitas cahaya, kualitas cahaya, lamanya penyinaran (Kamil, 1979). Menurut Adriance and Brison dalam Sutopo (2002) pengaruh cahaya terhadap perkecambahan benih dapat dibagi atas 4 golongan yaitu golongan yang memerlukan cahaya mutlak, golongan yang memerlukan cahaya untuk mempercepat perkecambahan, golongan dimana cahaya dapat menghambat perkecambahan, serta golongan dimana benih dapat berkecambah baik pada tempat gelap maupun ada cahaya. e. Medium Medium yang baik untuk perkecambahan haruslah memiliki sifat fisik yang baik, gembur, mempunyai kemampuan 11
  • 12. menyerap air dan bebas dari organisme penyebab penyakit terutama cendawan (Sutopo, 2002). Pengujian viabilitas benih dapat digunakan media antara lain substrat kertas, pasir dan tanah. 12
  • 13. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Perkecambahan terjadi pada embrio tumbuhan Proses perkecambahan di awali dengan imbibisi Terdapat dua tipe perkecambahan, yaitu : tipe hypogeal dan epigeal Faktor yang mempengaruhi perkecambahan pada tumbuhan adalah faktor internal dan eksternal B. Saran Agar perkecambahan belangsung baik kadar air saat proses imbibisi harus terjaga Sebelum biji dikecambahkan, terlebih dahulu kita harus mematahkan masa dormansi dari bijij tersebut. 13