Dokumen tersebut membahas rencana pembuatan master plan penanggulangan kebakaran dan bencana lain di DKI Jakarta yang mencakup ruang lingkup pekerjaan, metodologi, pertimbangan dasar, dan variabel-variabel penanggulangan kebakaran yang mempertimbangkan skenario perkembangan kota Jakarta hingga tahun 2025.
Tata Cara Pengembangan Kawasan - Sebuah Pedoman dari Bappenas
Masterplan Penanggulangan Kebakaran & Bencana Lain Provinsi DKI Jakarta
1. PROPINSI DKI JAKARTA
DINAS PEMADAM KEBAKARAN
PembuatanMaster Plan
PenanggulanganKebakaran dan
Bencana Lain
Jakarta, 3 Mei 2006
Ruang Rapat
Dinas Pemadam Kebakaran
2. 17 Mei 2006 2
Ruang Lingkup Pekerjaan
1. Master Plan
Sistem Layanan Penanggulangan Kebakaran dan Bencana Lainnya
Sistem Diklat Penanggulangan Kebakaran dan Bencana Lainnya
Sistem Komunikasi dan Informasi Penanggulangan kebakaran dan
Bencana lainnya
Sistem Pemberdayaan Masyarakat dalam Penanggulangan
Kebakaran dan Bencana Lainnya
2. Detail Plan
Sarana dan Prasarana Penanggulangan Kebakaran dan Bencana
lainnya
Sistem Perawatan Kendaraan Operasional Pemadam Kebakaran
3. 17 Mei 2006 3
Metodologi
(1/3)
1. Metoda, pendekatan dan analisis yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Konsep Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK).
2. Metoda Fire Cover.
3. Pendekatan model STPI.
4. Metoda analisis resiko bahaya kebakaran.
2. Analisis dilakukan terhadap :
1. Prediksi pertumbuhan penduduk,
2. Kesesuaian dengan RTRW,
3. Kebutuhan air untuk pemadaman,
4. Kebutuhan pos pemadam kebakaran di tiap wilayah,
5. Kebutuhan SDM,
6. Kebutuhan prasarana dan sarana yang didasarkan pada skenario pertumbuhan kota
Jakarta menuju 2025 yang berbasis tata ruang sebagaimana diatur dalam RTRW.
3. Dengan menerapkan metoda WMK, dan analisis resiko bahaya kebakaran &
bencana lainnya disusun suatu peta jangkauan layanan di setiap wilayah DKI
Jakarta yang menunjang efektivitas operasi penanggulangan khususnya
dikaitkan dengan waktu tanggap (response time).
4. 17 Mei 2006 4
Metodologi
(2/3)
4. Selanjutnya dihitung kebutuhan air untuk pemadaman, kebutuhan pos pemadam
kebakaran, jumlah personil serta kebutuhan akan prasarana dan sarana lainnya.
5. Dengan metoda fire cover dapat diidentifikasi :
1. Waktu tanggap dan bobot serangan (weight of attack),
2. Ketahanan bangunan dalam pencegahan kebakaran (fire prevention),
3. Penaksiran resiko bahaya kebakaran dan sistem penanganan yang tepat (dilakukan melalui
pembuatan peta bahaya kebakaran dan bencana lainnya di setiap wilayah DKI Jakarta),
4. Peningkatan sistem komunikasi dan informasi emergency, dan
5. Kelengkapan prasarana dan sarana pendukungnya.
6. Melalui pendekatan model STPI (Science Technology and Policy Implementation) dapat
diidentifikasi hal-hal yang menyangkut :
1. Kebijakan (policy),
2. Peraturan dan perundang-undangan,
3. Kelembagaan,
4. Mekanisme operasional dan pranata,
dalam mengantisipasi skenario perkembangan kota Jakarta menuju ke tahun 2025.
7. Selanjutnya disusun program-program pokok peningkatan kinerja berdasarkan jenis
layanan dan pembidangan sesuai struktur organisasi yang berlaku.
5. 17 Mei 2006 5
Metodologi
(3/3)
Permukiman
Pengelompokan
KDB & KLB
Karakteristik Zona/Kawasan
Land Use Industri Klasifikasi Tipologi Tingkat Resiko
Konstruksi Kebakaran & Kebakaran & Bencana Master Plan
Pusat dan Sub Bencana Lain Lain Penanggulangan
Pusat Faktor Bahaya Fire Cover
Bangunan Penyelamatan
Kondisi Jakarta Kawasan Pencegahan
Khusus Response time
WMK
Sumber Air Air permukaan, Penseleksian Ketersediaan Perhitungan Pasokan Detail Plan
Hidran/Tandon kualitas sumber dan kebu tuhan Air Total & Delivery Perlengkapan
air pemadam Rate
Aksesibilitas Jaringan Jalur Arteri dan Tingkat Kecepatan maksimum
Transportasi Kolektor Aksesibilitas kendaraan
Prediksi Perda 6/1999 RTRW Gambaran Tingkat
Perkembangan Jakarta 2010 Resiko Bencana 2025
Pengembangan
Kepmen PU 11/ Ketentuan Teknis Manajemen Sistem Penanggu-
KPTS/2000 Penanggulangan Kebakarandi Perkotaan langan Bencana
Jumlah yang Jumlah yang ideal utk Pengembangan
SK.Gub 9 tahun Organisasi dan SDM saat ini & belum memadai operasional yg Visi & Misi
2002 Tata Kerja DPK permasalahan optimum Pengembangan
Kondisi DPK Organisasi
Kualitas yang Spesialisasi Pengembangan
perlu sesuai dg tututan SDM
ditingkatkan perkembangan
Perda DKI Peraturan pe Organisasi dan
No.3/1992 nanggulangan Tata Kerja DPK Kebutuhan
Kebakaran dan Pengembangan dan
Jenis Bangunan Program Detail
Rencana Detail
Penanggulangan
Terapan Sistem
dalam lingkup
Kodya
Tingkat
kedalaman detail
WMK/Kecamatan
Rincian Hazard
Mapping per
jenis
penggunaan
lahan
6. 17 Mei 2006 6
Pertimbangan Dasar :
Potret Kebakaran dan Bencana Lain :
Frekuensi Kejadian Kebakaran 1981-2000
0
200
400
600
800
1000
1200
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
Pusat Utara Barat Selatan Timur
8. 17 Mei 2006 8
Pertimbangan Dasar :
Potret Kebakaran dan Bencana Lain :
Jumlah Korban dan Victim per Million
0
50
100
150
200
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
Luka-Luka
M ati
5.15
9.27 9.78
6.95
3.95
5.86
4.40
8.68
0
2
4
6
8
10
1997 1998 1999 2000
M ati
Luka-Luka
9. 17 Mei 2006 9
0
50,000,000,000
100,000,000,000
150,000,000,000
200,000,000,000
250,000,000,000
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
Pertimbangan Dasar :
Potret Kebakaran dan Bencana Lain :
Luas Kebakaran dan Jumlah Kerugian
0
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
Luas kebakaran dari tahun 1981-2000 di wilayah
Jakarta(dalam m2)
Jumlahkerugian material kebakaran dari tahun
1981-2000di wilayah Jakarta (milyar rupiah)
10. 17 Mei 2006 10
Pertimbangan Dasar :
Kebijakan Tata Ruang DKI Jakarta Sebagai Landasan
Masterplan Kebakaran dan Bencana Lain
Rencana Garis Besar Tata Ruang Wilayah
(RRTRW) Kecamatan yang ditetapkan
dengan Keputusan Gubernur No.
1516 Tahun 1997.
Kebijakan lain yang relevan,
seperti : studi Rencana Induk
Transportasi Terpadu SITRAMP, dll, yang
mempunyai jangka waktu perencanaan
sampai dengan 2020.
Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) DKI Jakarta 2010 yang
telah disahkan menjadi
Perda 6 tahun 1999.
11. 17 Mei 2006 11
Pertimbangan Dasar :
Dasar Kebijakan Masterplan
Penanggulangan Kebakaran dan Bencana Lain
1. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan
Umum Nomor 11/KPTS/2000 tentang
Ketentuan Teknis Manajemen
Penanggulangan Kebakaran di
Perkotaan
2. Perda Nomor 3 tahun 1992 tentang
Ketentuan Penanggulangan Bahaya
Kebakaran dalam Wilayah DKI Jakarta
12. 17 Mei 2006 12
Pertimbangan Dasar :
Variabel Tata Ruang Kota
Variabel pokok :
1. Penduduk
2. Karakter Land Use
3. Koefisien Dasar
Bangunan (KDB)
4. Koefisien Lantai
Bangunan (KLB)
5. Tingkat aksesibilitas
6. Ketersediaan sumber
air
1. Wilayah Manajemen Kebakaran
(WMK)
2. Angka Resiko Kebakaran
3. Angka Klasifikasi Konstruksi (AKK)
4. Faktor Bahaya (FB)
13. 17 Mei 2006 13
Pertimbangan Dasar :
Variabel Tata Ruang Kota
Variabel Tata Ruang DKI
Perkembangan Tata Ruang DKI Jakarta
No. Variabel Penanggulangan
Jumlah
Penduduk
Karakter
Landuse
KDB-KLB Sumber Air
Tingkat
Aksesibilitas
5 Kotamadya di Provinsi DKI Jakarta
Analisis Resiko Kebakaran/WMK
2005 2010 2015 2020 2025
1 Pemadaman
1 Informasi
2 Evakuasi
3 Pencarian Sumber Api
4 Pemadaman
2 Penyelamatan
1 Bencana Tportasi dan Bangunan
2 Bencana Air dan Ketinggian
3 Bencana B3
4 Pertolongan Darurat
3 Pencegahan
1 Renstra Tindakan Darurat
2 POS/SOP
3 Pelatihan
4 Pemeriksaan dan Pemeliharaan
5 Action Plan
6 Hubungan dg Lingkungan
4 Pemberdayaan/ Koord.
( 3Pilar)
1 Dinas Pemadam Kebakaran
2 Instansi Terkait
3 Masyarakat
C' ' ' '
D D' D' ' D' ' ' D' ' ' '
C C' C' ' C' ' '
A' ' ' A' ' ' '
B B' B' ' B' ' ' B' ' ' '
A A' A' '
14. 17 Mei 2006 14
Variabel Penanggulangan Kebakaran dan Bencana Lain :
Penanggulangan Kebakaran dan Bencana Lain
dalam Kerangka Penataan Kota
1. Manajemen penanggulangan kebakaran (MPK) perkotaan
adalah bagian dari ”Manajemen Perkotaan” untuk
mengupayakan kesiapan instansi pemadam kebakaran,
pengelola, penghuni dan masyarakat terhadap kegiatan
pemadaman kebakaran yang terjadi pada bangunan dan
atau lingkungan di dalam kota.
2. Manajemen penanggulangan kebakaran (MPK) lingkungan
adalah bagian dari ”Manajemen Estat”.
3. Manajemen penanggulangan kebakaran (MPK) bangunan
gedung adalah bagian dari ”Manajemen Bangunan”.
15. 17 Mei 2006 15
Variabel Penanggulangan Kebakaran dan Bencana Lain :
Manajemen Penanggulangan Kebakaran Kota
1. Manajemen Penanggulangan Kebakaran Kota
1) Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK)
2) Sarana dan Prasarana Kebakaran Kota
3) Organisasi Penanggulangan Kebakaran Kota 4) Tata Laksana Operasional
5) Pengendalian Teknis 6) SDM
7) Peran Serta Masyarakat 8) Pembinaan Teknis
2- Manajemen Penanggulangan Kebakaran Lingkungan
1) Wilayah Manajemen Kebakaran Lingkungan
2) Prasarana dan Sarana Penanggulangan Kebakaran Lingkungan
3) Organisasi Penanggulangan Kebakaran Lingkungan
4) Tata Laksana Operasional Lingkungan 5) Sumber Daya Manusia (SDM)
6) Pembinaan dan Pelatihan
3- Manajemen Penanggulangan Kebakaran Bangunan Gedung
1) Proteksi Bahaya Kebakaran dalam Bangunan Gedung
2) Prasarana dan Sarana Penanggulangan Kebakaran dalam Gedung
3) Organisasi Penanggulangan Kebakaran Bangunan Gedung
4) Tata Laksana Operasional 5) Sumber Daya Manusia (SDM)
16. 17 Mei 2006 16
Variabel Penanggulangan Kebakaran dan Bencana Lain :
Skenario Perkembangan Kota
Potret DKI Jakarta
2005
Kondisi Eksisting/Hasil Survey :
Penduduk 7.452.270 jiwa
Land use, KDB-KLB
Program terealisasi (MRT, Monorail)
DKI Jakarta 2010
RTRW DKI Jakarta 2010/Perda 6/’99 :
Penduduk 12.500.000 jiwa & distribusi
Rencana Land use, renc KDB-KLB
Struktur ruang kota (sistem pusat)
Rencana Sistem Transportasi
DKI Jakarta 2020
Interpolasi/Prediksi :
Penduduk melalui analisis trend pertumbuhan
Gambaran Land use, KDB-KLB berdasarkan pola
kecenderungan dan arah perkembangan
Struktur ruang kota (sistem pusat) & terapan pola
ruang modern (superblok, highrise building, dll)
Renc Sistem Transportasi/terapan penuh Sitramp
2020 (sebagai kerangka ruang kota)
DKI Jakarta 2025
Grand Scenario :
Penduduk melalui analisis trend dan asistensi
Bapeda/BPS
Gambaran Optimasi Land use, KDB-KLB
Optimasipengisian struktur ruang kota (sistem
pusat)
Optimasifungsi jaringan transportasi kota
KARAKTER PERKEMBANGAN KOTA
Identifikasi Potensi dan
Permasalahan Sistem
Penanggulangan Kebakaran &
Bencana Lain
Formulasi Sistem dan Program
Penanggulangan Sesuai
Karakter Kota 2010 :
Standar Sistem
Program pokok
Strategi penanggulangan
Formulasi Sistem dan Program
Penanggulangan Sesuai
Karakter Kota 2020 :
Standar Sistem
Program pokok
Strategi penanggulangan
Formulasi Sistem dan Program
Penanggulangan Sesuai
Karakter Kota 2025 :
Standar Sistem
Program pokok
Strategi penanggulangan
TAHAPAN MASTER PLAN
Peta Resiko
Kebakaran 2005
Peta Resiko
Kebakaran 2010
Peta Resiko
Kebakaran 2020
Peta Resiko
Kebakaran 2025
17. 17 Mei 2006 17
Variabel Penanggulangan Kebakaran dan Bencana Lain :
Skenario Perkembangan Kota
Kondisi Eksisting/Hasil Survey :
Penduduk 7.452.270 jiwa
Land use, KDB-KLB
Program terealisasi (MRT, Monorail)
RTRW DKI Jakarta 2010/Perda 6/’99 :
Penduduk 12.500.000 jiwa & distribusi
Rencana Land use, renc KDB-KLB
Struktur ruang kota (sistem pusat)
Rencana Sistem Transportasi
Interpolasi/Prediksi :
Penduduk melalui analisis trend pertumbuhan
Struktur ruang kota (sistem pusat) & terapan pola
ruang modern (superblok, highrise building, dll)
Renc Sistem Transportasi/terapan penuh Sitramp
2020 ( kerangka ruang kota)
DKI Jakarta
2025
Grand Scenario :
Penduduk melalui analisis trend dan asistensi
Bapeda/BPS
Optimasipengisian struktur ruang kota (sistem
pusat)
Optimasifungsi jaringan transportasi kota
KARAKTER PERKEMBANGAN KOTA
Mater Plan Penanggulangan
Bencana :
• Sistem Pencegahan
• Fire cover
• Sistem Penyelamatan
Detail Plan :
• Sumber Daya Manusia
• Perlengkapan
Pengembangan Formulasi Sistem
dan Program Penanggulangan
Sesuai Tipologi dan Tingkat
Resiko Bencana :
Standar Sistem
Program pokok
Strategi penanggulangan
TAHAPAN MASTER PLAN
Peta Resiko
Kebakaran 2005
Tingkat Resiko
Kebakaran 2010
Tingkat Resiko
Kebakaran 2015 -
2020
Tingkat Resiko
Kebakaran 2025
Potret DKI
Jakarta 2005
DKI Jakarta
2015 - 2020
DKI Jakarta
2010
18. 17 Mei 2006 18
Resiko Bahaya Kebakaran
Resiko dalam konteks kebakaran
diartikan sebagai kombinasi antara
kecenderungan terjadinya kebakaran
dan konsekwensi potensi yang
ditimbulkannya
Risk
Kecenderungan
Terjadi
Konsekwensi
Potensial
Data kejadian kebakaran
Penggunaan lahan / land use
Kepadatan penduduk
Stagnasi bisnis / usaha
Kerapatan bangunan
Level proteksi terpasang
Level kesiapan masyarakat
Kerugian materi
Korban luka atau meninggal
19. 17 Mei 2006 19
Central Business District
(CBD)
Central Business District
(CBD)
Kawasan
Kumuh
Kawasan
Kumuh
Analisis Resiko Bahaya dan Gambaran Bahaya :
Area-Area Beresiko Tinggi Terhadap Bahaya Kebakaran
Zona/ Kawasan Industri dan
Pergudangan
Zona/ Kawasan Industri dan
Pergudangan
Lokasi Beresiko
Ancaman
Kematian Tinggi
Lokasi Beresiko
Ancaman
Kematian Tinggi
20. 17 Mei 2006 20
Analisis Resiko Bahaya dan Gambaran Bahaya :
Area-Area Beresiko Tinggi Terhadap Bahaya Kebakaran
1. Central Business District (CBD) :
Kawasan bangunan menengah dan tinggi (sebagai kegiatan perkantoran,
perdagangan, pusat perbelanjaan/Mal, Hotel, dan apartemen)
Bangunan dengan prototipe bangunan campuran ruko dan rukan.
Kawasan tempat hiburan
2. Zona/Kawasan Industri dan
Pergudangan :
1. Jakarta Timur
Industri Barang dari Logam
(21,37%),
Industri Kimia (21,37%), dan
Industri Tekstil Pakaian Jadi dan
Kulit (13,70%).
2. Jakarta Barat
industri karet dan barang dari karet
(17,74%),
industri pakaian jadi (16,60%).
3. Jakarta Utara
industri pakaian jadi (33%), dan
industri konstruksi yang bergerak
dalam pembangunan infrastruktur.
4. Jakarta Selatan
industri pakaian jadi dan kulit
(35%),
industri makanan dan minuman
(18%).
5. Jakarta Pusat
industri pakaian jadi (31,51%),
industri percetakan dan penerbitan
(27,40%).
Central Business District
(CBD)
Central Business District
(CBD)
Zona/ Kawasan Industri dan
Pergudangan
Zona/ Kawasan Industri dan
Pergudangan
21. 17 Mei 2006 21
Analisis Resiko Bahaya dan Gambaran Bahaya :
Area-Area Beresiko Tinggi Terhadap Bahaya Kebakaran
3. Kawasan Kumuh
Kawasan kumuh adalah kawasan yang mempunyai tingkat kepadatan penduduk
dan bangunan yang tinggi, minim infrastruktur, tata letak bangunan tidak
beraturan, konstruksi bangunan bersifat temporer, dan sirkulasi udara
bangunan dan lingkungan yang minim.
4. Lokasi Beresiko Ancaman Kematian Tinggi
Lokasi-lokasi yang beresiko kematian tinggi merupakan tempat-tempat
perawatan, seperti rumah sakit, panti jompo, panti dan asrama anak-anak,
gedung hiburan, dan lain-lain yang sejenis.
Analisis kawasan CBD, kawasan/zona industri dan lokasi/kawasan tertentu ini
akan menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan karakter lingkup
penanganan, pencegahan, dan penanggulangan (fire cover) wilayah-wilayah
tersebut. Tujuannya adalah untuk pemaduan analisis dengan karakter tata guna
lahan lainnya, sehingga dapat ditentukan :
standar operasional upaya pencegahan (prevention),
proses penaksiran resiko bahaya (risk assesment process), dan
sistem penangangan yang tepat (robust measuring system).
Kawasan
Kumuh
Kawasan
Kumuh
Lokasi Beresiko
Ancaman
Kematian Tinggi
Lokasi Beresiko
Ancaman
Kematian Tinggi
22. 17 Mei 2006 22
Analisis Resiko Bahaya dan Gambaran Bahaya :
Karakter dan Jenis Bencana Lain
KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI
DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG
ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS
PEMADAM KEBAKARAN
Bagian Ketujuh : Subdinas
Penyelamatan
Pasal 16, Ayat (1) : Subdinas
Penyelamatan mempunyai tugas
melaksanakanusaha-usaha
penyelamatan (1) transportasi,
bangunan runtuh, (2) penyelamatan
air, (3) ketinggian,(4) penyelamatan
bahan berbahaya serta
(5) pertolongandarurat.
Bencana
Banjir
Bencana
Bangunan
Tinggi
Bencana
Bangunan
Runtuh
Bencana
Transportasi
Jenis
Bencana
Lain
23. 17 Mei 2006 23
Analisis Resiko Bahaya dan Gambaran Bahaya :
Karakter dan Jenis Bencana Lain :
Pemetaan Lokasi Potensial Kejadian Bencana Lain di DKI Jakarta
1. Kawasan bandara / rawan
bencana transportasi udara.
2. Kawasan rawan bencana
bangunan tingi dan arson fire.
3. Kawasan rawan banjir.
4. Kawasan rawan ledakan.
5. Kawasan pelabuhan / rawan
bencana perairan.
6. Kawasan perlintasan / rawan
kecelakaan kereta api.
KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI
DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG
ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS
PEMADAM KEBAKARAN
Bagian Ketujuh : Subdinas
Penyelamatan
Pasal 16, Ayat (1) : Subdinas
Penyelamatan mempunyai tugas
melaksanakanusaha-usaha
penyelamatan(1) transportasi,
bangunan runtuh, (2) penyelamatan
air, (3) ketinggian,(4) penyelamatan
bahan berbahaya serta
(5) pertolongandarurat.
24. 17 Mei 2006 24
Analisis Resiko Bahaya dan Gambaran Bahaya :
Karakter dan Jenis Bencana Lain :
Lokasi Potensial Kejadian Bencana Lain di DKI Jakarta
25. 17 Mei 2006 25
Langkah-langkah Penentuan
WMK, Air, Pos
1. Menentukan kelompok bangunan berdasarkan fungsi yang sama
2. Menentukan angka resiko kebakarannmasing-masing
3. Perhatian khusus pada kelompok bangunan yang mempunyai resiko kebakaran
tertinggi
4. Dari kelompok bangunan tersebut, diambil sebagai obyek adalah satu bangunan
yang paling luas.
5. Dari bangunan tersebut, ditentukan lantai satu yang beresiko paling tinggi untuk
diambil sebagai basis perhitungan kebutuhan air.
6. Asumsi bengunan yang terbakar disesuaikan dengan Angka Resiko Kebakaran
(ARK) dan diambil “X” % dari total luas uji petik yang terbakar yaitu :
ANGKA RESIKO KEBAKARAN (ARK) ASUMSI YANG DIAMBIL (X%)*
7 10
6 25
5 40
4 55
3 70
26. 17 Mei 2006 26
7. Kemudian menentukan kebutuhan air berdasarkan rumus :
PAT = Pasokan Air Total
V = Volume Total Bangunan (3)
ARK = Angka Klasifikasi Resiko Bahaya Kebakaran
AKK = Angka Klasifikasi Konstruksi Resiko
FB = Faktor Barbahaya dari Bangunan Yang Berdekatan
PAT =
V
ARK
x AKK x F
Langkah-langkah Penentuan
WMK, Air, Pos
8. Asumsi bengunan yang terbakar di sesuaikan dengan Angka Resiko Kebakaran
(ARK) dan diambil “X” % dari total luas uji petik yang terbakar yaitu :
PASOKAN AIR TOTAL YANG DIPERLUKAN LAJU PENGALIRAN YANG DIPERLUKAN
(Liter) (Galon) (Liter/Menit) (Galon/Menit)
< 9.459 < 2.499 946 250
9.460 – 37.849 2.500 – 9.999 1.893 500
37.850 – 75.699 10.000 – 19.999 2.839 750
> 75.700 > 20.000 3.785 1.000
27. 17 Mei 2006 27
9. Menentukan laju penerapan air berdasarkan :
(P x L x T) x asumsi % dari luas bangunan yang terbakar
100
= ……. Cu feet
Langkah-langkah Penentuan
WMK, Air, Pos
10. Menentukan jumlah mobil yang dibutuhkanberdasarkan
laju penerapan air, dengan asumsi mobil pemadam kebakaran dapat
mengalirkan air 250 gpm. Asumsi lain adalah setiap lokasi kebakaran dapat
dilayani oleh semua kendaraan yang ada pada WMK tersebut.
11. Setelah itu, menentukan sumber-sumber air yang dapat digunakanuntuk
pemadam kebakaran, dengan mempertimbangkan akses-akses yang ada. Adapun
pasokan air tersebut untuk Jakarta hanya dapat diperoleh dari tangki/tandon air,
mobil tangki dan hidran.
12. Berdasarkan hasil perhitungan jumlah mobil dengan asumsi bahwa 1 pos = 2
mobil, maka dapat diketahui jumlah pos yang dibutuhkan.
13. Penentuan lokasi sub station, dilihat dari kelayakan luasan lahan minimal 400
m2.
28. 17 Mei 2006 28
Kebutuhan Air
V
PAT = X AKK X FB
ARK
PAT : pasokanair total
V : volume total bangunan
ARK : angka klasifiksi resiko bahaya kebakaran
AKK : angka klasifikasi konstruksiresiko
FB : faktor berbahaya dari bangunanyang
berdekatan
Perhitungan Kebutuhan Air
(P x L x T)
Laju = x asumsi % bangunan yg terbakar
100
29. 17 Mei 2006 29
Laju Pengaliran Air
Pasokan Air Total yang diperlukan Laju pengaliran yang diperlukan
(liter) (galon) (liter/menit) (galon/menit)
< 9.456 < 2.499 946 250
9.460-37.849 2.500-9.999 1.893 500
37.850-75.699 10.000-19.999 2.839 750
>75.700 > 20.000 3785 1000
(P x L x T)
Laju = x asumsi % bangunan yg terbakar
100
30. 17 Mei 2006 30
Contoh Perhitungan Kebutuhan Air
Untuk Jakarta Utara – Kecamatan Cilincing
CILINCING ( LUAS KECAMATAN )
perumahan
bangunan umum
industri
jumlah penduduk
jumlah rumah
rata2 luasan
luas bangunan rumah
vol tiap rumah
PAT
application rate
kebutuhan mobil
2010
Luas Kecamatan Area
4,255.00
54.00 22,977,000.00
10.00 4,255,000.00
29.00 12,339,500.00
288,066.00
61,290.64
374.89
2,419.90
31,749.14
6,803.39
31.75
1.00
2015
Luas kecamatan Area
4,255.00
48.50 20,636,750.00
11.20 4,765,600.00
31.90 13,573,450.00
338,356.00
71,990.64
286.66
1,850.39
24,277.17
3,468.17
24.28
1.00
2020
Luas kecamatan Area
4,255.00
43.90 18,679,450.00
11.70 4,978,350.00
34.80 14,807,400.00
397,425.00
84,558.51
220.91
1,425.95
18,708.52
2,672.65
18.71
1.00
2025
Luas kecamatan Area
4,255.00
43.00 18,296,500.00
12.60 5,361,300.00
34.80 14,807,400.00
466,806.00
99,320.43
184.22
1,189.13
15,601.35
2,228.76
15.60
1.00
CILINCING ( LUAS KECAMATAN )
perumahan
bangunan umum
industri
jumlah penduduk
jumlah rumah
rata2 luasan
luas bangunan rumah
vol tiap rumah
PAT
application rate
kebutuhan mobil
2005
Luas Kecamatan Area
4,255.00
26.54 11,292,770.00
12.31 5,237,905.00
39.13 16,649,815.00
245,251.00
52,181.06
216.42
931.31
12,218.81
1,745.54
12.22
1.00
32. 17 Mei 2006 32
Analisis Resiko Bahaya dan Gambaran Bahaya :
Perhitungan Angka Resiko Kebakaran :
Peta Angka Resiko Kebakaran Provinsi DKI Jakarta
2005 2010 2015 2020 2025
1 Kotamadya Johar Baru Perumahan PAT 614.34 1,034.82 1,034.82 1,034.82 1,034.82
Jakarta Application Rate 4.30 4.83 4.83 4.83 4.83
Pusat Kebutuhan Mobil 1 1 1 1 1
Bangunan Umum PAT 1,856.13 2,041.74 2,654.26 3,266.78 3,470.95
Application Rate 51.04 56.15 72.99 89.84 95.45
Kebutuhan Mobil 1 1 1 1 1
Industri PAT - - - - -
Application Rate - - - - -
Kebutuhan Mobil - - - - -
2 Kotamadya Kemayoran Perumahan PAT 842.80 963.09 963.09 963.09 963.09
Jakarta Application Rate 5.90 4.49 4.49 4.49 4.49
Pusat Kebutuhan Mobil 1 1 1 1 1
Bangunan Umum PAT 165,749.87 182,324.85 255,254.79 291,719.76 309,952.25
Application Rate 4,558.12 5,013.93 7,019.51 8,022.29 8,523.69
Kebutuhan Mobil 2 3 3 4 4
Industri PAT 107,012.02 - - - -
Application Rate 2,809.07 - - - -
Kebutuhan Mobil 2 - - - -
No. Aspek
PAT, Application Rate dan Kebutuhan M obilPeruntukan
Lahan
KecamatanKotamadya
33. 17 Mei 2006 33
Analisis Resiko Bahaya dan Gambaran Bahaya :
Perhitungan Angka Resiko Kebakaran :
Peta Angka Resiko Kebakaran Provinsi DKI Jakarta
34. 17 Mei 2006 34
Penerapan Konsep Dalam Sistem
Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK) :
Tipologi Kebakaran (Suprapto, 2000)
Real Fire
Industrial fire
Perumahan
Perkantoran
Perhotelan / Apartmen
Pusat Perbelanjaan
Rumah Sakit
Bangunan Industri
Oil & Gases
Coal / Cement
Textile / Cotton
Electrical Power
Aviasi / Penerbangan
Building fire
Compartment
Fire
Open Fire
Suprapto (2004)
- mostly cellulosic fires
- The danger of flashover
or back draft
- mostly hydrocarbon fires
- danger of explosion, bleve - Smoke cloud / awan asap
- Underground fires (nat.deep seat)Ada unsur kesengajaan
Peat fire
Forest fire
Arson Fire
35. 17 Mei 2006 35
Penerapan Konsep Dalam Sistem
Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK) :
Tipologi Kebakaran
Real Fire
Arson Fire
Kebakaran
Industrial Fire
Building FireCompartment Fire
Subway
Gedung-gedung/ Lokasi Tertentu
Peat Fire
Open Fire
Unsur Sengaja
Tekstil dan Kertas
Kelistrikan
Penerbangan
Basement
Rumah Sakit
Bangunan Industri
Minyak dan Gas
Bahan Bakar dan Semen
Perumahan
Perkantoran
Perhotelan/ Apartemen
Pusat perbelanjaan
36. 17 Mei 2006 36
Penerapan Konsep Dalam Sistem
Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK) :
Matriks Penanggulangan Kebakaran
Informasi
Alarm Tipologi
Tingkat
Bahaya
Respond
Time
Pencegahan
Bobot Serangan Dalam
Upaya Pemadaman
Upaya Pe-
nyelamatan
Matriks
Penanggulangan
Kebakaran Di
Wilayah DKI Jakarta
37. 17 Mei 2006 37
Penerapan Konsep Dalam Sistem
Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK) :
Matriks Penanggulangan Kebakaran
Informasi Alarm Tipologi Tingkat Bahaya
Respond
Time
Gedung dengan tingkat bahaya ringan
(rumah tinggal dengan KDB dan KLB rendah,
hunian usaha/jasa, industri kecil yang tertata
baik)
Gedung dengan tingkat bahaya sedang
Kebakaran (apartemen, perkantoran, pertokoan, gedung
Gedung industri, dll) yang umumnya tidak
memerlukan kekuatan pemadaman dan atau
penyelamatanekstensif
Gedung dengan tingkat bahaya tinggi
(sekolah, RS, gedung perawatan, gedung
tinggi, home industri, hunian kumuh)
memerlukan kekuatan pemadaman dan
penyelamatan ekstensif
Bencana Obyek Kebakaran Gedung atau kawasan dengan tingkat bahaya
Kebakaran Kebakaran Indust ri t inggi (kilang minyak pabrik yang
mengolah bahan mudah meledak, dan
gedung- gedung tertentu yang memiliki
potensi kebakaran tinggi)
Gedung bawah tanah dengan tingkat bahaya
sedang (basement/gudang, bungker, dll)
yang umumnya tidak memerlukan kekuatan
Kebakaran pemadaman dan atau penyelamatan
Bawah ekstensif
Tanah
Lokasi atau ruang bawah tanah dengan
tingkat bahaya t inggi (ruang usaha berlevel
banyak, parkir kendaraan bermotor, labo
ratorium, subway, dll) yang memerlukan
kekuatan pemadaman dan penyelamatan
yang ekstensif
10 menit
15 menit
15 menit
10 menit
10 menit
15 menit
38. 17 Mei 2006 38
Penerapan Konsep Dalam Sistem
Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK) :
Matriks Penanggulangan Kebakaran
Tingkat
Bahaya
Respond
Time
Pencegahan
Bobot Serangan Dalam
Upaya Pemadaman
Upaya Pe-
nyelamatan
Gedung dengan Pemetaan detail karakter Minimal 2 mobil pompa, 1 mobil Informasi jumlah dan
tingkat bahaya permukiman tangga (atau kendaraan kombinasi posisi
ringan (rumah Pembentukan Balakar pada yang memiliki kemampuan korban,Optimasi
tinggal dengan setiap RW setara), 1 chief officer, dan evakuasi ke tempat
KDB dan KLB Sosialisasi pola pencegahan dini kendaraan khusus yang aman,Optimasi
rendah, hunian Pengalokasian peralatan diperlukan, namun tidak kurang fungsi mobil tangga
usaha/jasa, industri pemadam kecil pada tiap dari 12 fire fighter dan 1 chief untuk rescue pada
kecil yang tertata lingkungan perumahan (RW) officer bangunan tinggi
baik)
15 menit
39. 17 Mei 2006 39
Penerapan Konsep Dalam Sistem
Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK) :
Matriks Penanggulangan Kebakaran
Tingkat
Bahaya
Respond
Time
Pencegahan
Bobot Serangan Dalam
Upaya Pemadaman
Upaya Pe-
nyelamatan
Gedung dengan Pemetaan hunian berlantai Minimal 3 mobil pompa, 1 mobil Informasi jumlah dan
tingkat bahaya banyak danbangunan umum tangga (atau kombinasi kendaraan posisi korban,
sedang Pembentukan sistem pemadam pemadam dengan kemampuan koordinasi antar
(apartemen, sendiri/estate setara), 1 chief officer, dan sektor,
perkantoran, Sosialisasi pentingnya kendaraan khusus yang optimasifungsi mobil
pertokoan, gedung jalan/tangga darurat diperlukan namun tidak kurang tangga,
industri, dll) yang Inspeksi rutin perlengkapan self dari 16 fire fighter dan 1 chief penyelamatan jiwa
umumnya tidak protection gedung officer dan harta
memerlukan
kekuatan
pemadaman dan
atau
penyelamatan
ekstensif
15 menit
40. 17 Mei 2006 40
Penerapan Konsep Dalam Sistem
Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK) :
Matriks Penanggulangan Kebakaran
Tingkat
Bahaya
Respond
Time
Pencegahan
Bobot Serangan Dalam
Upaya Pemadaman
Upaya Pe-
nyelamatan
Gedung dengan Pemetaan fasilitas sosial, home Minimal 4 mobil pompa, 2 mobil Informasi jumlah dan
tingkat bahaya industri, kaw kumuh tangga (atau kombinasi kendaraan posisi korban,
tinggi (sekolah, RS, Sosialisasi tata cara yang memiliki kemampuan Koordinasi antar
gedung perawatan, penyelamatan diri setara), 2 chief officers 24 fire sektor, koordinasi
gedung tinggi, Penyusunan SOP gedung fighter, dan kendaraan khusus jalur penyelamatan,
home industri, Membentuk Tim lainnya yang diperlukan untuk optimasi kombinasi
hunian kumuh) Penanggulangan Kebakaran menangani bahan-bahan mudah antara mobil tangga
memerlukan (TPK) terbakar yang terdapat dalam & snorkel,
kekuatan kebakaran pasif bangunan atau lokasi kebakaran, penyelamatan jiwa
pemadaman dan Inspeksi rutin perlengkapan dan harta
penyelamatan self protection gedung
ekstensif
10 menit
41. 17 Mei 2006 41
Penerapan Konsep Dalam Sistem
Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK) :
Matriks Penanggulangan Kebakaran
Tingkat
Bahaya
Respond
Time
Pencegahan
Bobot Serangan Dalam
Upaya Pemadaman
Upaya Pe-
nyelamatan
Gedung atau Pendataan daerah rawan Minimal 4 mobil pompa dengan Informasi jumlah dan
kawasan dengan kebakaran bahan baku pemadaman yang posisi korban, serta
tingkat bahaya Penyusunan Prefire Plan sesuai peruntukan dengan jenis lokasi-lokasi
tinggi (kilang Pengawasan dan bahan yang terbakar, 2 mobil berbahaya (B3,dll),
minyak pabrik yang pengendalian bahan B3 tangga (atau kombinasi yang Koordinasi antar
mengolah bahan Penyiapan dan penyiagaan setara), 2 chief officers 24 fire sektor dan dengan
mudah meledak, tenaga pemadam/penyelamat fighter, kendaaran lainnya untuk sistem pemadaman
dan gedung- penyiapan peralatan teknis menangani bahan-bahan mudah kawasan/estate,
gedung tertentu operasional, bahan pemadam terbakar yang terdapat dalam Evakuasi ke ruang
yang memiliki informasi lapangan dan bangunan atau lokasi kebakaran, terbuka, Koordinasi
potensi kebakaran inspeksi rutin kelengkapan PK dengan RS.
tinggi) Pembinaan Satlakar
Mulai menerapkan program
clean industry
Penerapan secara bertahap
KDB 50%
10 menit
42. 17 Mei 2006 42
Penerapan Konsep Dalam Sistem
Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK) :
Matriks Penanggulangan Kebakaran
Tingkat
Bahaya
Respond
Time
Pencegahan
Bobot Serangan Dalam
Upaya Pemadaman
Upaya Pe-
nyelamatan
Gedung bawah Pemetaan gedung berlantai Minimal 3 mobil pompa, 1 mobil Informasi jumlah dan
tanah dengan bawah tanah tangga (atau kombinasi kendaraan posisi korban,
tingkat bahaya Pembentukan sistem pemadam dengan kemampuan Koordinasi antar
sedang pemadam sendiri/estate setara), kendaraan khusus yang sektor, koordinasi
(basement/gudang, Sosialisasi pentingnya diperlukan, 16 fire fighter dan 1 jalur penyelamatan,
bungker, dll) yang jalan/tangga darurat chief officer. optimasi kombinasi
umumnya tidak Inspeksi rutin perlengkapan antara mobil tangga
memerlukan self protection gedung & snorkel,
kekuatan penyelamatan jiwa
pemadaman dan dan harta
atau penyelamatan
ekstensif.
15 menit
43. 17 Mei 2006 43
Penerapan Konsep Dalam Sistem
Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK) :
Matriks Penanggulangan Kebakaran
Tingkat
Bahaya
Respond
Time
Pencegahan
Bobot Serangan Dalam
Upaya Pemadaman
Upaya Pe-
nyelamatan
Lokasi atau ruang Pendataan daerah rawan Minimal 4 mobil pompa, 2 mobil Informasi jumlah dan
bawah tanah kebakaran tangga (atau kombinasi kendaraan posisi korban, serta
dengan tingkat Penyusunan Prefire Plan yang memiliki kemampuan lokasi sentral kontrol
bahaya tinggi Pengawasan dan setara), 2 chief officers 24 fire mekanik, Koordinasi
(ruang usaha pengendalian operasional fighter, dan kendaraan khusus antar sektor dan
berlevel banyak, kegiatan lainnya yang diperlukan untuk dengan sistem
parkir kendaraan Penyiapan dan penyiagaan menangani bahan-bahan mudah pemadaman
bermotor, labo tenaga pemadam/penyelamat terbakar yang terdapat dalam kawasan/estate,
ratorium, subway, penyiapan peralatan teknis bangunan atau lokasi kebakaran. Evakuasi ke ruang
dll) yang operasional, bahan pemadam terbuka, Optimasi
memerlukan informasi lapangan dan fungsi tabung
kekuatan inspeksi rutin kelengkapan PK oksigen,
pemadaman dan Antisipasi lokasi-lokasi rawan Ambulance
penyelamatan yang kecelakaan
ekstensif.
10 menit
44. 17 Mei 2006 44
Penerapan Konsep Dalam Sistem
Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK) :
Matriks Penanggulangan Kebakaran – Koordinasi Antar Lembaga
Dinas Tata Kota Proses perizinan
Pengawas bangunan Inspeksi bangunan
Bapedalda Amdal
Asosiasi Register dan labeling
Asuransi Kontrak pertanggungan
PLN, PN. Gas Koordinasi pemutusan aliran dan investigasi
Kepolisian Koordinasi pengamanan
DLLAJR Koordinasi pengamanan akses dan kecelakaan
Dinsos Koordinasi bantuan
PMI dan Rumah Sakit Koordinasi evakuasi & pertolongan darurat
Balakar Bantuan pemadaman dan evakuasi
Tim SAR Pencarian korban & evakuasi
MUSPIKA Koordinasi rescue
Kepolisian Pengamanan lokasi
Rumah Sakit Evakuasi & Perawatan korban
45. 17 Mei 2006 45
Penerapan Konsep Dalam Sistem
Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK) :
Matriks Penanggulangan Kebakaran
Informasi Alarm Tipologi Tingkat Bahaya
Respon
Time
Gedung dg tingkat bahaya ringan
(rumah tinggal dg KDB dan KLB rendah,
hunian usaha/jasa, industri kecil yg tertata
baik)
Gedung dg tingkat bahaya sedang (apartemen,
Kebakaran perkantoran, pertokoan, gedung industri, dll) yg
Gedung umumnya tidak memerlukan kekuatan
pemadaman dan atau penyelamatan ekstensif
Gedung dg tingkat bahaya tinggi (sekolah,
RS, gedung perawatan, gedung tinggi, home
industri, hunian kumuh) memerlukan kekuatan
pemadaman dan penyelamatan ekstensif
Bencana Obyek Kebakaran Gedung atau kawasan dg tingkat bahaya
Kebakaran Kebakaran Industri tinggi (kilang minyak pabrik yg mengolah
bahan mudah meledak, dan gedung-gedung
tertentu yg memiliki potensi kebakaran tinggi)
Gedung bawah tanah dg tingkat bahaya
sedang (basement/gudang, bungker, dll) yg
Kebakaran umumnya tidak memerlukan kekuatan
Bawah Tanah pemadaman dan atau penyelamatan ekstensif
Lokasi atau ruang bawah tanah dg tingkat
bahaya tinggi (ruang usaha berlevel banyak,
parkir kendaraan bermotor, laboratorium,
subway, dll) yang memerlukan kekuatan
pemadaman dan penyelamatan yang
ekstensif
15 menit
15 menit
10 menit
10 menit
15 menit
10 menit
Antisipasi lokasi-lokasi rawan kecelakaan
Pengawasan dan pengendalian operasional kegiatan
Penyiapan dan penyiagaan tenaga pemadam/penyelamat
penyiapan peralatan teknis operasional, bahan pemadam
informasi lapangan dan inspeksi rutin kelengkapan PK
Inspeksi rutin perlengkapan self protection gedung
Pendataan daerah rawan kebakaran
Penyusunan Prefire Plan
Pemetaan gedung berlantai bawah tanah
Pembentukan sistem pemadam sendiri/estate
Sosialisasi pentingnya jalan/tangga darurat
informasi lapangan dan inspeksi rutin kelengkapan PK
Pembinaan Satlakar
Mulai menerapkan program clean industry
Penerapan secara bertahap KDB 50%
Penyusunan Prefire Plan
Pengawasan dan pengendalian bahan B3
Penyiapan dan penyiagaan tenaga pemadam/penyelamat
penyiapan peralatan teknis operasional, bahan pemadam
Mulai menggunakan bahan2 kebakaran pasif
Inspeksi rutin perlengkapan self protection gedung
Pendataan daerah rawan kebakaran
Pemetaan fasilitas sosial, home industri, kaw kumuh
Sosialisasi tata cara penyelamatan diri
Penyusunan SOP gedung
Membentuk Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK)
Pencegahan
Pemetaan detail karakter permukiman
Pembentukan Balakar pada setiap RW
Sosialisasi pola pencegahan dini
Pengalokasian peralatan pemadam kecil pada tiap
lingkungan perumahan (RW)
Pemetaan hunian berlantai banyak danbangunan umum
Pembentukan sistem pemadam sendiri/estate
Sosialisasi pentingnya jalan/tangga darurat
Inspeksi rutin perlengkapan self protection gedung
Bobot Serangan Dalam Upaya
Pemadaman
Minimal 2 mobil pompa, 1 mobil tangga (atau
kendaraan kombinasi yang memiliki kemampuan
setara), 1 chief officer, dan kendaraan khusus yang
diperlukan, namun tidak kurang dari 12 fire fighter
dan 1 chief officer
Minimal 3 mobil pompa , 1 mobil tangga (atau
kombinasi kendaraan pemadam dengan kemampuan
setara), 1 chief officer, dan kendaraan khusus yang
diperlukan namun tidak kurang dari 16 fire fighter dan
1 chief officer
Minimal 4 mobil pompa, 2 mobil tangga (atau
kombinasi kendaraan yang memiliki kemampuan
setara), 2 chief officers 24 fire fighter, dan kendaraan
khusus lainnya yang diperlukan untuk menangani
bahan-bahan mudah terbakar yang terdapat dalam
bangunan atau lokasi kebakaran,
Minimal 4 mobil pompa dg bahan baku pemadaman yg
sesuai peruntukan dg jenis bahan yg terbakar, 2 mobil
tangga (atau kombinasi yg setara), 2 cief officers 24
fire fighter, kendaaran lainnya untuk menangani
bahan-bahan mudah terbakar yang terdapat dalam
bangunan atau lokasi kebakaran,
Minimal 3 mobil pompa , 1 mobil tangga (atau
kombinasi kendaraan pemadam dengan kemampuan
setara), kendaraan khusus yang diperlukan,
16 fire fighter dan 1 chief officer
Minimal 4 mobil pompa, 2 mobil tangga (atau
kombinasi kendaraan yang memiliki kemampuan
setara), 2 chief officers 24 fire fighter, dan kendaraan
khusus lainnya yang diperlukan untuk menangani
bahan-bahan mudah terbakar yang terdapat dalam
bangunan atau lokasi kebakaran,
Koordinasi antar lembaga
Rumah Sakit
Balakar
Tim SAR
M USPIKA
Kepolisian
Dinsos
PMI dan Rumah Sakit
PLN, PN. Gas
Kepolisian
DLLAJR
Asuransi
Dinas Tata Kota
Pengawas bangunan
Bapedalda
Asosiasi
Koordinasi pemutusan aliran dan investigasi
Koordinasi pengamanan
Koordinasi pengamanan akses dan kecelakaan
Koordinasi bantuan
Koordinasi evakuasi & pertolongan darurat
Bantuan pemadaman dan evakuasi
Pencarian korban & evakuasi
Koordinasi rescue
Pengamanan lokasi
Evakuasi & Perawatan korban
Kontrak pertanggungan
Proses perizinan
Inspeksi bangunan
Amdal
Register dan labeling
46. 17 Mei 2006 46
Penerapan Konsep Dalam Sistem
Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK) :
Penanggulangan Kebakaran
Tantangan
Penanggulangan
Kebakaran di
Wilayah Provinsi
DKI Jakarta
Gedung dengan
tingkat bahaya sedang
(apartemen,perkantoran,
gedung industri, dan lain-
lain), yang umumnya tidak
memerlukankekuatan
pemadamandan atau
penyelamatanekstensif.
Gedung dengan tingkat
bahaya sedang
(perumahandengan
kepadatansedang,
perkantorandalam
lingkunganperumahan),
yang umumnya tidak
memerlukankekuatan
pemadamandan atau
penyelamatanekstensif.
Gedung dengan tingkat
bahaya sedang
(apartemen,perkantoran,
gedung industri, dan lain-
lain), yang umumnya tidak
memerlukankekauatan
pemadamandan atau
penyelamatanekstensif.
Gedung dengan
tingkat bahaya tinggi
(sekolah, RS, gedung
pertemuan,gedung tinggi,
home industry, hunian
kumuh),yang memerlukan
kekuatanpemadamandan
penyelamatanekstensif.
Gedung atau kawasan
dengan tingkat bahaya
tinggi (kilang minyak,
pabrik yang mengolah
bahanmudah meledak,
dan gedung-gedung
tertentuyang memiliki
potensikebakarantinggi).
47. 17 Mei 2006 47
Penerapan Konsep Dalam Sistem
Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK) :
Penanggulangan Kebakaran
48. 17 Mei 2006 48
Penerapan Konsep Dalam Sistem Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK) :
Prakiraan Realisasi Isu Pembangunan Sarana dan Prasarana Strategis
Kota Jakarta dan Pola Antisipasi Penanggulangan Bencana
No.
Isue
Program
Perkiraan
Pelaksanaan
Karakter Kegiatan Pola Antisipasi
1 Realisasi 7
koridor
Busway
Tahun 2006 Realisasi Koridor IV, V, VI, VII. Bahan
bakar bus menggunakan Gas.
Antisipasi terhadap kemungkinan kebakaran bus atau
kecelakaan yang menyangkut banyak korban.
2 Mono Rail Tahun 2008 Terbagi dalam 2 paket, Blue Line dan
Green line. Transportasi ini banyak
menggunakan tenaga listrik.
Penggunaan tenaga listrik yang cukup besar dapat
menimbulkan kemungkinan bahaya kebakaran dan bencana
lain yang beresiko banyak korban.
3 Menara
Jakarta
Tahun 2010 Bangunan dg tinggi 558 m, puncak
gedung adalah ruang konfrensi utk
10.000 pengunjung, Hotel 200 kamar,
mall, perkantoran, restoran berputar,
geladak observasi, ruang siaran, ruang
serbaguna, dan lain-lain.
Antisipasi terhadap kegiatan yang banyak dan melibatkan
orang banyak pada satu gedung tinggi. Optimasi tindakan
prefentif kebakaran dan pola penyelamatan pada gedung
yang super tinggi. Bandingkan dengan kemampuan mobil
tangga saat ini maksimal 50 meter.
4 Water Front
City
Tahun 2015 Untuk Kota Jakarta berlo kasi di Kodya
jakarta Utara. Pengembangan konsep
ini akan memberikan dam pak positif
terhadap peningkatan kualitas
lingkungan.
Kondisi ini akan mempengaruhi turunnya resiko kebakaran
kawasan ini, tetapi harus di imbangi dengan pola-pola
prefentif dan penyelamatan yang lebih tinggi.
5 Sub Way Tahun 2020 Pengembangan transportasi bawah
tanah sebagai alter natif mengatasi
masalah kepadatan lalulintas di masa
depan.
Antisipasi terhadap kemungkinan penanggulangan kebakaran
bawah tanah dan sistem penyelamatan yang banyak
membutuhkan perlengkapan khusus.
6 Megapolitan Tahun 2020 Wacana ini berkembang untuk
koordinasi pengem bangan secara
optimal bagi wilayah Jabodetabekjur.
Kemungkinan akan ada sistem koordinasi antar Dinas yang
berada dimasing-masing wilayah terkait dengan upaya
penanggulangan kebakaran dan bencana lain.
49. 17 Mei 2006 49
Meningkatnya partisipasi
masyarakat terhadap upa-
ya pencegahan, pemadam-
an, dan penyelamatan dari
kebakaran dan bencana
lain.
Pengembangan Sistem Penanggulangan Selaras Pola Perkembangan Kota :
Pokok-Pokok Program Jangka Pendek
Terwujudnya kualitas
dan kuantitas pegawai
yang memadai sesuai
dengan tuntutan
pekerjaan.
Tersedianya sarana dan
prasarana yang memadai.
Meningkatnya kualitas dan
kuantitas penanggulangan
kebakaran dan bencana
lain.
50. 17 Mei 2006 50
Pengembangan Sistem Penanggulangan Selaras Pola Perkembangan Kota :
Gambaran Program Pokok Dinas Pemadam Kebakaran
Wilayah Sasaran Perkembangan Masa Datang Gambaran Program Pokok DPK
Kotamadya
Jakarta
Pusat
1 Mewujudkan pusat kota jasa terpadu dg
mendorong pembangunan fisik secara vertikal
dan terkendali
1 Mengantisipasi perkembangan fisik secara vertikal dan terkendali dg
gambaran klasifikasi bahaya tinggi dan penyelamatan bencana
bangunan tinggi.
2 Meningkatkan Jakarta Pusat sebagai pusat
pemerintahan, perkantoran perdagangan dan
2 Mengantisipasi perkembangan bahaya pada faktor bencana yang terjadi
pada bangunan umum dan penerapan self protection gedung secara
Kotamadya
Jakarta
Utara
1 Mengembangkan Jakarta Utara sebagai kota
pantai dan kawasan wisata bahari dg menjaga
kelestarian lingkungannya
1 Mengantisipasi perbaikan lingkungan yang dapat menurunkan tingkat
bahaya, dan memusatkan konsentrasi pengembangan pada lokasi-
lokasi kegiatan strategis
2 Mendukung pengembangan kawasan pelabuhan,
industri selektif di bagian timur, pusat niaga
terpadu berskala internasional di bagian tengah
2 Mengantisipasi pola penanggulangan bencana dengan karakter khusus,
dan menganalisis lebih jauh jenis bahaya yang mungkin di timbulkan,
serta menstandarkan pelayanan sesuai standar internasional
Kotamadya
Jakarta
Barat
1 Mengembangkan kawasan permukiman
kepadatan sedang dan tinggi di wilayah bagian
timur
1 Mengantisipasi titik-titik pemicu kebakaran dari dari permukiman
kepadatan tinggi, terutama terhadap kecepatan rambat api yang tinggi
dan kepadatan lingkungan
2 Mewujudkan pusat wisata budaya-sejarah, kota
tua, serta melanjutkan pengembangan Sentra
Primer Baru Barat sebagai pusat kegiatan
2 Mengantisipasi sistem pencegahan bencana pada bangunan-bangunan
tua sebagai bentuk perlindungan dan waspada terhadap bahaya yang
ditimbulkan oleh bangunan tinggi pada pusat kegiatan wilayah.
Kotamadya
Jakarta
Selatan
1 Mempertahankan wilayah bagian selatan sebagai
daerah resapan air
1 Memanfaatkan sumber air yang cukup banyak sebagai bahan baku
pemadaman dan merencanakan sistem distribusi ke wilayah lain yang
masih kurang sumber air
2 Mewujudkan wilayah bagian utara sebagai pusat
niaga terpadu
2 Mengantisipasi jenis bencana pada bangunan tinggi dan tingkat bahaya
tinggi
Kotamadya
Jakarta
Timur
1 Mengembangkan kawasan permukiman dan
mempertahankan kawasan hijau sebagai daerah
resapan
1 Meningkatkan pelayanan penanggulangan bencana pada lingkungan
permukiman dan perubahan resiko kebakaran pada kawasan hijau.
2 Mengembangakan kawasan industri selektif dan
melanjutkan pengembangan Sentra Primer Baru
Timur di Pulo Gebang sebagai pusat kegiatan
wilayah
2 Mengantisipasi jenis kebakaran pada kawasan industri dan Sentra
Primer Baru Timur di Pulo Gebang sebagai pusat kegiatan wilayah.
51. 17 Mei 2006 51
Pengembangan Sistem Penanggulangan Selaras Pola Perkembangan Kota :
Prakiraan Realisasi Isu Strategis Jakarta
dan Antisipasi Penanggulangan Bencana
No.
Isue
Program
Perkiraan
Pelaksanaan
Karakter Kegiatan Pola Antisipasi
1 Realisasi 7
koridor
Busway
Tahun 2006 Realisasi Koridor IV, V, VI, VII. Bahan
bakar bus menggunakan Gas.
Antisipasi terhadap kemungkinan kebakaran bus atau
kecelakaan yang menyangkut banyak korban.
2 Mono Rail Tahun 2008 Terbagi dalam 2 paket, Blue Line dan
Green line. Transportasi ini banyak
menggunakan tenaga listrik.
Penggunaan tenaga listrik yang cukup besar dapat
menimbulkan kemungkinan bahaya kebakaran dan bencana
lain yang beresiko banyak korban.
3 Menara
Jakarta
Tahun 2010 Bangunan dg tinggi 558 m, puncak
gedung adalah ruang konfrensi utk
10.000 pengunjung, Hotel 200 kamar,
mall, perkantoran, restoran berputar,
geladak observasi, ruang siaran, ruang
serbaguna, dan lain-lain.
Antisipasi terhadap kegiatan yang banyak dan melibatkan
orang banyak pada satu gedung tinggi. Optimasi tindakan
prefentif kebakaran dan pola penyelamatan pada gedung yang
super tinggi. Bandingkan dengan kemampuan mobil tangga
saat ini maksimal 50 meter.
4 Water Front
City
Tahun 2015 Untuk Kota Jakarta berlo kasi di Kodya
jakarta Utara. Pengembangan konsep
ini akan memberikan dam pak positif
terhadap peningkatan kualitas
lingkungan.
Kondisi ini akan mempengaruhi turunnya resiko kebakaran
kawasan ini, tetapi harus di imbangi dengan pola-pola prefentif
dan penyelamatan yang lebih tinggi.
5 Sub Way Tahun 2020 Pengembangan transportasi bawah
tanah sebagai alter natif mengatasi
masalah kepadatan lalulintas di masa
depan.
Antisipasi terhadap kemungkinan penanggulangan kebakaran
bawah tanah dan sistem penyelamatan yang banyak
membutuhkan perlengkapan khusus.
6 Megapolitan Tahun 2020 Wacana ini berkembang untuk
koordinasi pengem bangan secara
optimal bagi wilayah Jabodetabekjur.
Kemungkinan akan ada sistem koordinasi antar Dinas yang
berada dimasing-masing wilayah terkait dengan upaya
penanggulangan kebakaran dan bencana lain.
52. 17 Mei 2006 52
Rencana Garis Besar :
Aspek Kelembagaan / Institusi :
Tantangan yang Dihadapi
1. Implementasi visi dan misi Dinas Pemadam Kebakaran ke depan yang
mengemban public services.
2. Penyelenggaraan manajemen yang bersifat transparan dan akuntabel sesuai
dengan prinsip good governance.
3. Penerapan manajemen berbasis sistem informasi.
4. Kebutuhan SDM dengan berbagai kualifikasinya untuk menunjang efektivitas
operasi.
5. Penerapan pola kemitraan dengan institusi terkait.
6. Kebutuhan prasarana dan sarana operasional.
7. Tuntutan penerapan standarisasi dan kelengkapan pendukungnya
(sertifikasi – akreditasi – labelisasi dan penandaan).
8. Arson fire dan ancaman terorisme global.
9. Tuntutan perlindungan hukum bagi implementasi visi dan misi Dinas Pemadam
Kebakaran.
10. Antisipasi terbitnya UU Kebencanaan.
53. 17 Mei 2006 53
Rencana Garis Besar :
Aspek Kelembagaan / Institusi :
Visi, Misi, Nilai Moral dan Nama Lembaga di Mendatang
Visi :
Menjadikan DKI Jakarta, kota berbudaya, aman dan nyaman melalui
sistem penanggulangan kebakaran dan bencana lainnya yang handal
dan berstandar internasional.
Misi :
Mewujudkan kualitas layanan yang profesional klas dunia dalam rangka
menciptakan Jakarta yang aman terhadap bahaya kebakaran dan
Bencana Lainnya.
Nilai moral :
Integritas – profesionalisme – kedisiplinan – keberanian – kepedulian –
kesetiakawanan – kemanusiaan dan kesetiaan.
Nama lembaga :
Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
(Fire Safety dan Rescue)
54. 17 Mei 2006 54
Rencana Garis Besar :
Aspek Kelembagaan / Institusi :
Tujuan dan Strategi
1. Tujuan :
1. Kondisi yang aman
terhadap ancaman
bahaya/bencana.
2. Membina
penyelenggaraan
sistem
penanggulangan
bencana.
3. Melaksanakan
sistem
penanggulangan
bencana secara
efektif dan efisien
dalam pemanfaatan
sumber daya dan
dana.
2. Strategi :
1. Penerapan sistem penanggulangan bencana berbasis
potensi bahaya melalui :
penyusunan peta bahaya (hazards mapping), dan
pengembangan analisis resiko kebakaran (ARK).
2. Penerapan sistem penanggulangan kebakaran berbasis
wilayah melalui konsep Fire Management Area (FMA)
yang menghasilkan jangkauan layanan dan konsep fire
cover yang menghasilkan peta bahaya untuk
operasionalisasi tindakan penanggulangan.
3. Penerapan sistem penanggulangan bencana lain
berbasis pembinaan dan pemberdayaan masyarakat
4. Penerapan administrasi sistem penanggulangan
kebakaran yang berbasis pada teknologi informasi dan
telematika
5. Penerapan tiga elemen proteksi kebakaran meliputi
sistem proteksi aktif – pasif dan Fire Safety Management
dalam analisis kehandalan bangunan dan industri.
55. 17 Mei 2006 55
Rencana Garis Besar :
Aspek Kelembagaan / Institusi :
Tugas Pokok dan Fungsi
Misi Saat
Ini
Misi ke
Depan
Pemadam Kebakaran
Pencegahan
Pembinaan Masyarakat
Penyelamatan Terhadap
Bencana Lainnya
1. Penanganan Benda Berbahaya
(Hazmat)
2. Pengelolaan resources/logistik
3. Pemberdayaan/pembinaan
masyarakat
4. Kemitraan dengan institusi lain
terkait
Implikasi :
1. Reorientasi
Keberadaan
Dinas Pemadam
Kebakaran
2. Peningkatan
Peran dan
Kinerja
3. Pembinaan SDM
4. Pembinaan
Sarana dan
Prasarana
5. Peraturan
Pendukung
56. 17 Mei 2006 56
Rencana Garis Besar :
Aspek Kelembagaan / Institusi :
Tabulasi Perkembangan Organisasi Pemadam Kebakaran
2005
(1) Sesuai Kep.Gub
DKI Nomor 9
Tahun 2002
(2) Ada 6 Sub.Dinas,
Bagian TU, Suku
Dinas, Sektor,
UPTD dan
Kelompok Jabatan
Fungsional
(Jafung)
2025
(1) EMS menjadi
divisi tersendiri
(2) Terbentuknya Fire
Academy
(3) Terbentuknya
Basic Rescue
Training Centre
2020
(1) Penambahan 1
(satu) divisi yakni
Divisi Personel
(2) Dalam divisi baru
ini masuk urusan
mengenai kode
etik, prsonal
services, aspek
kesejahteraan,
kesehatan dan
asuransi
(3) Penyiapan
terbentuknya Fire
Academy dan
Basic Rescue
Training Centre
(4) EMS masih
masuk dalam
divisi Operasi
Rescue
2015
(1) Penambahan 2 (dua)
divisi yakni Divisi
Training dan Divisi
Pemeliharaan
(2) Perubahan /
penambahan pada
beberapa divisi dalam
rangka peningkatan
kinerja
(3) Dalam support
operation division
masuk 2 (dua) sub-
divisi yakni unit
provost dan
pengembangan
teknologi
(4) Dalam divisi rescue
ditambahkan
Community Resource
Planning (CRP)
(5) Divisi Pemeliharaan
mencakup kendaraan,
peralatan, bengkel,
unit aviasi dan pusat
aviasi.
2010
(1) Perubahan dalam tiap sub.divisi /
dinas sesuai dengan perkembangan
(2) Dalam Bina Program muncul
operation research dan hub.
Internasional
(3) Dalam Divisi Prevention masuk
hazardous material (HAZMAT)
(4) Dalam Divisi Pendukung Operasi
(Support Operation) terdapat sub. Div
Hazard Mapping
(5) Terdapat pula dalam sub-sub divisi :
Central Supply base, Resource
Mobilization, Transport Battalion dan
info-communica-tion services yang
bisa bergerak / mobile untuk
membantu daerah lain.
(6) Dalam divisi operasi / pemadaman
terdapat servicesuntuk
menanggulangi kejadian khusus
(7) Divisi Rescue dilengkapi dengan
DART dan Emergency Medical
Services atau EMS
(8) Dalam Bagian tata Usaha
dimasukkan Management
Information Systems (MIS) dan
sub.divisi yang menangani Aspek
Hukum.
57. 17 Mei 2006 57
Rencana Garis Besar :
Aspek Kelembagaan / Institusi :
Tahapan Perkembangan Organisasi Subdinas Pencegahan
2005 2010 2015 2020 2025
Subdinas Subdinas Subdinas Subdinas Subdinas
Pencegahan Pencegahan Pencegahan Pencegahan Pencegahan
Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi
Bintek dan Bina Teknik Bina Teknik Bina Teknik Bina Teknik
Pencegahan
Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi
Rekomendasi Inspeksi Inspeksi Inspeksi Inspeksi
Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi
Sertifikasi Hazmat Hazmat Hazmat Hazmat
Seksi Seksi Seksi Seksi
Fire Investigation Fire Investigation Fire Investigation Fire Investigation
Seksi Seksi Seksi Seksi
Regulation / Code Regulation / Code Regulation / Code Regulation / Code
58. 17 Mei 2006 58
Rencana Garis Besar :
Aspek Kelembagaan / Institusi :
Tahapan Perkembangan Organisasi Subdinas Operasi Penyelamatan
2005 2010 2015 2020 2025
Subdinas Subdinas Subdis Subdis Subdis
Penyelamatan Operasi Operasi Operasi Operasi
Penyelamatan Penyelamatan Penyelamatan Penyelamatan
Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi
Penyelamatan DART DART DART DART
Transportasi dan
Bangunan Runtuh
Seksi Seksi Layanan Seksi Layanan Seksi Layanan Seksi
Penyelematan Air MedisDarurat MedisDarurat MedisDarurat Arson Fire
dan Ketinggian (Emergency (Emergency (Emergency
Medical Unit) Medical Unit) Medical Unit)
Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi
Penyelamatan Industrial Industrial Industrial Industrial
B3 Hazard Hazard Hazard Hazard
Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi
Pertolongan Bangunan Tinggi Bangunan Tinggi Bangunan Tinggi Bangunan Tinggi
Darurat
Seksi Seksi Seksi Seksi
Bangunan Bangunan Bangunan Bangunan
Transport Transport Transport Transport
Seksi Seksi Seksi Seksi
Air dan Ketingian Air dan Ketingian Air dan Ketingian Air dan Ketingian
Seksi Seksi Seksi
Community Community Community
Resources Resources Resources
Planning (CRP) Planning (CRP) Planning (CRP)
59. 17 Mei 2006 59
Rencana Garis Besar :
Aspek Kelembagaan / Institusi :
Tahapan Perkembangan Organisasi Subdinas Dukungan Operasi
2005 2010 2015 2020 2025
Subdinas Subdinas Subdis Subdis Subdis
Sarana Operasi Operation Support Operation Support Operation Support Operation Support
Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi
Pengadaan Hazard Mapping Hazard Mapping Hazard Mapping Hazard Mapping
Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi
Distribusi Central Supply Central Supply Central Supply Central Supply
Base Base Base Base
Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi
Bahan Resource Resource Resource Resource
Pemadam Mobilization Mobilization Mobilization Mobilization
Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi
Inventarisasi Battalion Battalion Battalion Battalion
Transportation Transportation Transportation Transportation
Seksi Seksi Seksi Seksi
Information Information Information Information
Communication Communication Communication Communication
Services Services Services Services
Seksi Seksi Seksi
Provost Provost Provost
Seksi Seksi Seksi
Teknologi Teknologi Teknologi
60. 17 Mei 2006 60
Rencana Garis Besar :
Aspek Kelembagaan / Institusi :
Tahapan Perkembangan Organisasi Subdinas Operasi Pemadaman
2005 2010 2015 2020 2025
Subdinas Subdinas Subdinas Subdinas Subdinas
Operasi Operasi Operasi Operasi Operasi
Pemadaman Pemadaman Pemadaman Pemadaman
Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi
Rencana Kontrol Komando Kontrol Komando Kontrol Komando Kontrol Komando
Operasi
Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi
Komunikasi Manajemen Air Manajemen Air Manajemen Air Manajemen Air
Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi
Pengawasan Koordinasi Koordinasi Koordinasi Koordinasi
Operasi Lapangan Lapangan Lapangan Lapangan
Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi
Penyajian Special Incident Special Incident Special Incident Special Incident
Operasi
Seksi Seksi Seksi Seksi
Komunikasi Komunikasi Komunikasi Komunikasi
Lapangan Lapangan Lapangan Lapangan
Seksi Seksi Seksi Seksi
Dukungan Layanan Dukungan Layanan Dukungan Layanan Dukungan Layanan
- Rumah Sakit - Rumah Sakit - Rumah Sakit - Rumah Sakit
- Konstruksi - Konstruksi - Konstruksi - Konstruksi
61. 17 Mei 2006 61
Rencana Garis Besar :
Aspek Kelembagaan / Institusi :
Tahapan Perkembangan Organisasi Subdinas Perencanaan
2005 2010 2015 2020 2025
Subdinas Subdinas Subdinas Subdinas Subdinas
Bina Program Bina Program Perencanaan Perencanaan Perencanaan
Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi
Pendataan BasisData BasisData BasisData BasisData
Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi
Penyusunan Program Program Program Program
Program
Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi
Pengendalian Evaluasi Kinerja Evaluasi Kinerja Evaluasi Kinerja Evaluasi Kinerja
Program
Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi
Perencanaan dan Operator Operator Operator Operator
Pengembangan Research Research Research Research
SDM
Seksi Seksi Seksi Seksi
Hubungan Hubungan Hubungan Hubungan
Internasional Internasional Internasional Internasional
62. 17 Mei 2006 62
Rencana Garis Besar :
Aspek Kelembagaan / Institusi :
Tahapan Perkembangan Organisasi Subdinas Pembinaan Masyarakat
2005 2010 2015 2020 2025
Subdinas Subdinas Subdinas Subdinas Subdinas
Partisipasi Pembinaan Pembinaan Pembinaan Pembinaan
Masyarakat Masyarakat Masyarakat Masyarakat Masyarakat
Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi
Ketahanan Ketahanan Fire City Fire City Fire City
Kebakaran dan Kebakaran dan Campaign Campaign Campaign
Bencana Bencana Lain
Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi
Publikasi dan Public Relation Public Relation Public Relation Public Relation
Dokumentasi
Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi
Kerjasama Partisipasi Partisipasi Partisipasi Partisipasi
Penanggilangan Masyarakat Masyarakat Masyarakat Masyarakat
Bencana
Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi
Pengaduan Pengaduan Industrial Sector Industrial Sector Industrial Sector
Masyarakat Masyarakat Education Education Education
Seksi Seksi Seksi Seksi
Public Public Public Public
Education Education Education Education
63. 17 Mei 2006 63
Rencana Garis Besar :
Aspek Kelembagaan / Institusi :
Tahapan Perkembangan Organisasi Subdinas Pelatihan
2005 2010 2015 2020 2025
Subdis Subdis Subdis
Pelatihan Pelatihan Pelatihan
Seksi Seksi Seksi
Jenjang Jenjang Jenjang
Seksi Seksi Seksi
Struktural Struktural Struktural
Seksi Seksi Seksi
Modul Modul Modul
Seksi Seksi Seksi
Sarana Sarana Sarana
Seksi Seksi Seksi
Metoda Metoda Metoda
Seksi Seksi Seksi
Kompetensi Kompetensi Kompetensi
64. 17 Mei 2006 64
Rencana Garis Besar :
Aspek Kelembagaan / Institusi :
Tahapan Perkembangan Organisasi Subdinas Pemeliharaan
2005 2010 2015 2020 2025
Subdis Subdis Subdis
Pemeliharaan Pemeliharaan Pemeliharaan
Seksi Seksi Seksi
Kendaraan Kendaraan Kendaraan
Seksi Seksi Seksi
Peralatan Peralatan Peralatan
Seksi Seksi Seksi
Bengkel Bengkel Bengkel
Seksi Seksi Seksi
Unit Aviasi Unit Aviasi Unit Aviasi
Seksi Seksi Seksi
Pusat Aviasi Pusat Aviasi Pusat Aviasi
65. 17 Mei 2006 65
Rencana Garis Besar :
Aspek Kelembagaan / Institusi :
Tahapan Perkembangan Organisasi Subdinas Personalia
2005 2010 2015 2020 2025
Subdis Subdis
Personalia Personalia
Seksi Seksi
Kode Etik Kode Etik
Seksi Seksi
Personal Personal
Services Services
Seksi Seksi
Welfare Welfare
Seksi Seksi
Kesehatan Kesehatan
Seksi Seksi
Asuransi Asuransi
66. 17 Mei 2006 66
Rencana Garis Besar :
Aspek Kelembagaan / Institusi :
Tahapan Perkembangan Organisasi Subdinas Layanan Medis Darurat
2005 2010 2015 2020 2025
Subdis
Layanan Medis
Darurat
Seksi
Administrasi
Layanan Medis
Darurat
Seksi
Pelayanan
Layanan Medis
Darurat
Seksi
Pendidikan
Layanan Medis
Darurat
Seksi
Praarana dan
Sarana
Seksi
Sumber Daya
Layanan Medis
Darurat
67. 17 Mei 2006 67
Rencana Garis Besar :
Aspek Kelembagaan / Institusi : Tahapan Perkembangan Organisasi
Akademi Penanggulangan Bencana Kebakaran dan Bencana Lain
2005 2010 2015 2020 2025
Akedemi Akedemi
Penanggulangan Penanggulangan
Bencana Bencana
Kebakaran dan Kebakaran dan
Bencana Lain Bencana Lain
68. 17 Mei 2006 68
Rencana Garis Besar :
Aspek Kelembagaan / Institusi :
Tahapan Perkembangan Organisasi Pusat Pendidikan dan Latihan
2005 2010 2015 2020 2025
Pusat Pusat
Pendidikan dan Pendidikan dan
Latihan Latihan
69. 17 Mei 2006 69
Rencana Garis Besar :
Aspek Kelembagaan / Institusi :
Susunan Organisasi Menurut Kep. Gub. no 9 Tahun 2002
2005 Kepala Dinas
Wakil Kepala Dinas
Kelompok Bagian
Jabatan Tata Usaha
Fungsional
Subdis Subdis Subdinas Subdinas Subdinas Subdinas
Pencegahan Penyelamatan Sarana Operasi Operasi Bina Program Partisipasi
Masyarakat
Seksi Seksi Penye- Seksi Seksi Seksi Seksi Ketahanan
Bintek dan lamatan Transp. Pengadaan Rencana Pendataan Kebakaran dan
Pencegahan dan Bgn. Runtuh Operasi Bencana
Seksi Seksi Penye- Seksi Seksi Seksi Seksi
Rekomendasi lematan Air Distribusi Komunikasi Penyusunan Publikasi dan
dan Ketinggian Program Dokumentasi
Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Kerjasama
Sertifikasi Penyelamatan Bahan Pengawasan Pengendalian Penanggilangan
B3 Pemadam Operasi Program Bencana Keterangan :
Seksi Seksi Seksi Seksi Perencana- Seksi Unit yang dibentuk
Pertolongan Inventarisasi Penyajian an dan Pengem- Pengaduan berdasarkan SK Gubernur
Darurat Operasi bangan SDM Masyarakat No. 9 Tahun 2002.
Unit yang mengalami
penyesuaian tugas pokok dan
fungsi.
Unit yang telah mengalami
penyesuaian tugas pokok dan
fungsi pada periode
sebelumnya.
Unit Pelaksana Teknis Dinas Task Force baru.
Pemadam Kebakaran Kotamadya
Sektor Pemadam Kebakaran
Subbagian Subbagian Subbagian Subbagian Subbagian
Korps Musik
Unit bentukan baru
PerlengkapanKepegawaianKeuanganUmum
terbentuk sebelumnya.
Task Force yang telah
Suku Dinas Pusdiklat Bengkel Laboratirium
70. 17 Mei 2006 70
Rencana Garis Besar :
Aspek Kelembagaan / Institusi :
Susunan Organisasi Tahun 2010
2010 Kepala Dinas
Wakil Kepala Dinas
Kelompok Bagian
Jabatan Tata Usaha
Fungsional
Subdis Subdis Subdis Subdinas Subdinas Subdis
Pencegahan Operasi Operation Operasi Bina Program Pembinaan
Penyelamatan Support Pemadaman Masyarakat
Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Ketahan-
Bina Teknik DART Hazard Kontrol Basis Data an Kebakaran dan
Mapping Komando Bencana Lain
Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi
Inspeksi Layanan Me- Central Supply Manajemen Air Program Public Relation
dis Darurat Base
Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi
Hazmat Industrial Resource Koordinasi Evaluasi Kinerja Partisipasi
Hazard Mobilization Lapangan Masyarakat Keterangan :
Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Unit yang dibentuk
Fire Bangunan Battalion Special Incident Operator Pengaduan berdasarkan SK Gubernur
Investigation Tinggi Transportation Research Masyarakat No. 9 Tahun 2002.
Seksi Seksi Seksi Layanan Seksi Seksi Seksi Unit yang mengalami
Hukum dan Bangunan Informasi Komunikasi Hubungan Public penyesuaian tugas pokok dan
Peraturan Transport dan Komunikasi Lapangan Internasional Education fungsi.
Seksi Seksi Unit yang telah mengalami
Air dan Dukungan La- penyesuaian tugas pokok dan
Ketinggian yanan RS dan fungsi pada periode
Konstruksi sebelumnya.
Unit Pelaksana Teknis Dinas Task Force baru.
Pemadam Kebakaran Kotamadya
Sektor Pemadam Kebakaran
PerlengkapanKepegawaianKeuanganUmum
Subbagian Subbagian Subbagian Subbagian Subbagian
Korps Musik
Unit bentukan baru
Task Force yang telah
terbentuk sebelumnya.
Suku Dinas Pusdiklat Bengkel Laboratirium
71. 17 Mei 2006 71
Rencana Garis Besar :
Aspek Kelembagaan / Institusi :
Susunan Organisasi Tahun 2015
2015 Kepala Dinas
Wakil Kepala Dinas
Kelompok Bagian
Jabatan Tata Usaha
Fungsional
Subdis Subdis Subdis Subdinas Subdis Subdis Subdis Subdis
Pencegahan Operasi Operation Operasi Perencanan Pembinaan Pelatihan Pemeliharaan
Penyelamatan Support Pemadaman Masyarakat
Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi
Bina Teknik DART Hazard Kontrol Basis Data Fire City Jenjang Kendaraan
Mapping Komando Campaign
Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi
Inspeksi Layanan Me- Central Supply Manajemen Air Program Public Relation Struktural Peralatan
dis Darurat Base
Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi
Hazmat Industrial Resource Koordinasi Evaluasi Kinerja Partisipasi Modul Bengkel
Hazard Mobilization Lapangan Masyarakat Keterangan :
Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Unit yang dibentuk
Fire Bangunan Battalion Special Incident Operator Industrial Sector Sarana Unit Aviasi berdasarkan SK Gubernur
Investigation Tinggi Transportation Research Education No. 9 Tahun 2002.
Seksi Seksi Seksi Layanan Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Unit yang mengalami
Hukum dan Bangunan Informasi Komunikasi Hubungan Public Metoda Pusat Aviasi penyesuaian tugas pokok dan
Peraturan Transport dan Komunikasi Lapangan Internasional Education fungsi.
Seksi Seksi Seksi Seksi Unit yang telah mengalami
Air dan Provost Dukungan La- Kompetensi penyesuaian tugas pokok dan
Ketinggian yanan RS dan fungsi pada periode
Konstruksi sebelumnya.
Community Teknologi Unit Pelaksana Teknis Dinas Task Force baru.
Planning
(CRP) Pemadam Kebakaran Kotamadya
Sektor Pemadam Kebakaran
Seksi Seksi
Subbagian Subbagian Subbagian Subbagian Subbagian
Korps Musik
Unit bentukan baru
Resources
PerlengkapanKepegawaianKeuanganUmum
Task Force yang telah
terbentuk sebelumnya.
Suku Dinas Pusdiklat Bengkel Laboratirium
72. 17 Mei 2006 72
Rencana Garis Besar :
Aspek Kelembagaan / Institusi :
Susunan Organisasi Tahun 2020
2020 Kepala Dinas
Wakil Kepala Dinas
Kelompok Bagian
Jabatan Tata Usaha
Fungsional
Subdis Subdis Subdis Subdinas Subdis Subdis Subdis Subdis Subdis Akedemi Pusat
Pencegahan Operasi Operation Operasi Perencanan Pembinaan Pelatihan Personalia Pemeliharaan Penanggulangan Pendidikan dan
Penyelamatan Support Pemadaman Masyarakat Bencana Latihan
Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Bencana Lain
Bina Teknik DART Hazard Kontrol Basis Data Fire City Jenjang Kode Etik Kendaraan
Mapping Komando Campaign
Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi
Inspeksi Layanan Me- Central Supply Manajemen Air Program Public Relation Struktural Personal Peralatan
dis Darurat Base Services
Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi
Hazmat Industrial Resource Koordinasi Evaluasi Kinerja Partisipasi Modul Welfare Bengkel
Hazard Mobilization Lapangan Masyarakat Keterangan :
Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Unit yang dibentuk
Fire Bangunan Battalion Special Incident Operator Industrial Sector Sarana Kesehatan Unit Aviasi berdasarkan SK Gubernur
Investigation Tinggi Transportation Research Education No. 9 Tahun 2002.
Seksi Seksi Seksi Layanan Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Unit yang mengalami
Hukum dan Bangunan Informasi Komunikasi Hubungan Public Metoda Asuransi Pusat Aviasi penyesuaian tugas pokok dan
Peraturan Transport dan Komunikasi Lapangan Internasional Education fungsi.
Seksi Seksi Seksi Seksi Unit yang telah mengalami
Air dan Provost Dukungan La- Kompetensi penyesuaian tugas pokok dan
Ketinggian yanan RS dan fungsi pada periode
Konstruksi sebelumnya.
Community Teknologi Unit Pelaksana Teknis Dinas Task Force baru.
Planning
(CRP) Pemadam Kebakaran Kotamadya
Sektor Pemadam Kebakaran
Resources
PerlengkapanKepegawaianKeuanganUmum
Kebakaran dan
Seksi Seksi
Subbagian Subbagian Subbagian Subbagian Subbagian
Korps Musik
Unit bentukan baru
Task Force yang telah
terbentuk sebelumnya.
Suku Dinas Pusdiklat Bengkel Laboratirium
73. 17 Mei 2006 73
Rencana Garis Besar :
Aspek Kelembagaan / Institusi :
Susunan Organisasi Tahun 2025
2025 Kepala Dinas
Wakil Kepala Dinas
Kelompok Bagian
Jabatan Tata Usaha
Fungsional
Subdis Subdis Subdis Subdinas Subdis Subdis Subdis Subdis Subdis Subdis Akedemi Pusat
Pencegahan Operasi Operation Operasi Perencanan Pembinaan Pelatihan Personalia Pemeliharaan Layanan Medis Penanggulangan Pendidikan dan
Penyelamatan Support Pemadaman Masyarakat Darurat Bencana Latihan
Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Bencana Lain
Bina Teknik DART Hazard Kontrol Basis Data Fire City Jenjang Kode Etik Kendaraan Administrasi
Mapping Komando Campaign
Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi
Inspeksi Layanan Me- Central Supply Manajemen Air Program Public Relation Struktural Personal Peralatan Pelayanan
dis Darurat Base Services
Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi
Hazmat Industrial Resource Koordinasi Evaluasi Kinerja Partisipasi Modul Welfare Bengkel Pendidikan
Hazard Mobilization Lapangan Masyarakat Keterangan :
Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Unit yang dibentuk
Fire Bangunan Battalion Special Incident Operator Industrial Sector Sarana Kesehatan Unit Aviasi Praarana dan berdasarkan SK Gubernur
Investigation Tinggi Transportation Research Education Sarana No. 9 Tahun 2002.
Seksi Seksi Seksi Layanan Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Unit yang mengalami
Hukum dan Bangunan Informasi Komunikasi Hubungan Public Metoda Asuransi Pusat Aviasi Sumber Daya penyesuaian tugas pokok dan
Peraturan Transport dan Komunikasi Lapangan Internasional Education fungsi.
Seksi Seksi Seksi Seksi Unit yang telah mengalami
Air dan Provost Dukungan La- Kompetensi penyesuaian tugas pokok dan
Ketinggian yanan RS dan fungsi pada periode
Konstruksi sebelumnya.
Community Teknologi Unit Pelaksana Teknis Dinas Task Force baru.
Planning
(CRP) Pemadam Kebakaran Kotamadya
Seksi Sektor Pemadam Kebakaran
Arson Fire
Subbagian
Unit bentukan baru
Kebakaran dan
Seksi Seksi
Subbagian
Korps Musik
Resources
PerlengkapanKepegawaianKeuanganUmum
Subbagian Subbagian Subbagian
Task Force yang telah
terbentuk sebelumnya.
Suku Dinas Pusdiklat Bengkel Laboratirium
74. 17 Mei 2006 74
Rencana Garis Besar :
Aspek Kelembagaan / Institusi :
Susunan Organisasi Fire Station
Kepala
Fire Station
Tata Usaha Pencegahan Operasi Pendukung Pemeliharaan Kete-
Pemadaman dan Operasi rampilan dan Komu-
Penyelamatan nikasi Masyarakat
Administrasi Pemeriksaan Komunkasi Peta B ahaya Pelatihan SDM
Darurat
Keuangan Hazmat Pemadaman Kendaraan Perbaikan Modul
Kepegawaian Pemb. Teknik Penyelamatan Peralatan Perbaika Sarana
Pendataan Bentuk SKLK Medis Darurat Pemeliharaan Penyuluhan Publik
Perencanaan Penerapan Koordinasi SDM Pembinaan
Aturan Lapangan Masyarakat
Kerumah Penerimaan Rencana dan Pengembangan Pemeliharaan Fisik
Tanggaan Pengaduan Evaluasi Kinerja Teknologi dan Mental SDM
75. 17 Mei 2006 75
Rencana Garis Besar :
Struktur Usulan Program
Kelembagaan / Institusi (4)
Peraturan Perundang-Undangan (30)
Mekanisme Operasional (12)
Pencegahan (23)
Operasi Pemadaman (7)
Operasi Penyelamatan (5)
Operasi Layanan Medis Darurat (8)
Peningkatan Kinerja Pengendalian B3 (8)
Pengembangan SDM (18)
Pemberdayaan Masyarakat (9)
Prasarana dan Sarana Sistem Komunikasi dan Informasi (4)
Prasarana dan Sarana Pemadaman, Penyelamatan dan
Layanan Medis Darurat (6)
Prasarana dan Sarana Pengembangan SDM (12)
76. 17 Mei 2006 76
Rencana Garis Besar :
Struktur Usulan Program
1. Kelembagaan / Institusi (4)
2. Peraturan Perundang-Undangan (30)
3. Mekanisme Operasional (12)
4. Pencegahan (23)
5. Operasi Pemadaman (7)
6. Operasi Penyelamatan (5)
7. Operasi Layanan Medis Darurat (8)
8. Peningkatan Kinerja Pengendalian B3 (8)
9. Pengembangan SDM (18)
10. Pemberdayaan Masyarakat (9)
11. Prasarana dan Sarana Sistem Komunikasi
dan Informasi (4)
12. Prasarana dan Sarana Pemadaman,
Penyelamatan dan Layanan Medis Darurat
(6)
13. Prasarana dan Sarana Pengembangan SDM
(12)
1. Program
2. Sasaran
3. Kegiatan
4. Wilayah
5. Sub-Dinas/Unit
Terkait
77. 17 Mei 2006 77
Rencana Garis Besar :
Kelembagaan / Institusi :
Usulan Program
1. Meningkatkan ketahanan Dinas Pemadam Kebakaran melalui Nilai-Nilai Dasar
yang tertanam kokoh
2. Kajian pengembangan kelembagaan (tupoksi, organisasi, sisitem dan prosedur,
SDM, serta prasarana dan sarana) Dinas Pemadam Kebakaran sampai tahun
2025.
3. Pengembangan sistem mutakhir untuk inventarisasi dan pengelolaan aset.
4. Penataan struktur organisasi Dinas Pemadam Kebakaran, untuk periode 2010,
2015, 2020 dan 2025.
78. 17 Mei 2006 78
Rencana Garis Besar :
Peraturan Perundang-Undangan :
Usulan Program (1/4)
1. Peraturan yang memberi kepastian hukum mengenai sistem layanan publik
penanggulangan kebakaran dan bencana lainnya.
2. Peraturan Daerah mengenai pencegahan dan penanggulangan kebakaran dan bencana
lainnya di dalam DKI Jakarta.
3. Peraturan / ketentuan mengenai transportasi bahan B3 di DKI Jakarta.
4. Peraturan mengenai sertifikasi laik fungsi bangunan gedung di DKI Jakarta.
5. Ketentuan mengenai kewajiban melakukan audit keselamatan kebakaran (fire safety
audit) secara berkala.
6. Ketentuan mengenai penyediaan ruang-ruang terbuka hijau sebagai barrier penjalaran
api apabila terjadi kebakaran.
7. Ketentuan mengenai aksesibilitas bagi petugas pemadam kebakaran ke setiap lokasi
bangunan gedung dan industri.
8. Ketentuan pembentukan sistem ketahanan lingkungan kebakaran (SKLK) di setiap
kecamatan dalam wilayah DKI Jakarta.
9. Peraturan mengenai pembangunan dan pengelolaan hidran kota dan sumber-sumber air
untuk pemadaman kebakaran.
79. 17 Mei 2006 79
Rencana Garis Besar :
Peraturan Perundang-Undangan :
Usulan Program (2/4)
11. Ketentuan yang membolehkan pengambilan air dari taman-taman kota (pool) untuk
keperluan pemadaman kebakaran dan bencana lainnya.
12. Ketentuan mengenai izin penggunaan ruangan / bangunan yang memakai bahan insula-
si / lapis penutup dari bahan mudah terbakar seperti di studio, ruang karaoke, stasiun TV
dsb.
13. Ketentuan mengenai keharusan memasang sistem alarm terpadu di lingkungan
kecamatan dalam rangka efektivitas pemadaman secara dini.
14. Ketentuan mengenai kode panggilan Dinas Pemadam Kebakaran dalam kondisi
emergency dan lain-lain.
15. Ketentuan mengenai pembinaan karir / jabatan fungsional di lingkungan Dinas Pemadam
Kebakaran.
16. Sosialisasi peraturan yang memberi kepastian hukum mengenai sistem layanan publik
penanggulangan kebakaran dan bencana lainnya.
17. Sosialisasi Peraturan Daerah mengenai pencegahan dan penanggulangan kebakaran
dan bencana lainnya di dalam Wilayah DKI Jakarta.
80. 17 Mei 2006 80
Rencana Garis Besar :
Peraturan Perundang-Undangan :
Usulan Program (3/4)
18. Sosialisasi Peraturan / ketentuan mengenai transportasi bahan B3 di wilayah DKI
Jakarta.
19. Sosialisasi peraturan mengenai sertifikasi laik fungsi bangunan gedung di wilayah DKI
Jakarta.
20. Sosialisasi ketentuan mengenai kewajiban melakukan audit keselamatan kebakaran
(fire safety audit) secara berkala.
21. Sosialisasi ketentuan mengenai penyediaan ruang-ruang terbuka hijau sebagai barrier
penjalaran api ababila terjadi kebakaran.
22. Sosialisasi ketentuan mengenai aksesibilitas bagi petugas pemadam kebakaran ke
setiap lokasi bangunan gedung dan industri.
23. Sosialisasi ketentuan pembentukan Sistem Ketahanan Lingkungan Kebakaran
(SKLK) di setiap kecamatan dalam wilayah DKI Jakarta.
24. Sosialisasi peraturan mengenai pembangunan dan pengelolaan hidran kota dan sumber-
sumber air untuk pemadaman kebakaran.
81. 17 Mei 2006 81
Rencana Garis Besar :
Peraturan Perundang-Undangan :
Usulan Program (4/4)
25. Sosialisasi ketentuan mengenai penggunaan jalur transportasi bus untuk jalur
pencapaian kendaraan operasional pemadam kebakaran dan bencana lainnya.
26. Sosialisasi ketentuan yang membolehkan pengambilan air dari taman-taman kota (pool)
untuk keperluan pemadaman kebakaran dan bencana lainnya.
27. Sosialisasi ketentuan mengenai izin penggunaan ruangan / bangunan yang memakai
bahan insulasi / lapis penutup dari bahan mudah terbakar seperti di studio, ruang
karaoke, stasiun TV dsb.
28. Sosialisasi ketentuan mengenai keharusan memasang sistem alarm terpadu di
lingkungan kecamatan dalam rangka efektivitas pemadaman secara dini.
29. Sosialisasi ketentuan mengenai kode panggilan Dinas Pemadam Kebakaran dalam
kondisi emergency dan lain-lain.
30. Sosialisasi ketentuan mengenai pembinaan karir / jabatan fungsional di lingkungan
Dinas Pemadam Kebakaran.
82. 17 Mei 2006 82
Rencana Garis Besar :
Mekanisme Operasional :
Usulan Program (1/2)
1. Peningkatan kerjasama antar berbagai instansi di lingkungan Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta yang terkait dengan upaya Penanggulangan Bencana
Kebakaran dan Bencana Lain.
2. Peningkatan kerjasama antar berbagai instansi di tingkat nasional (Batan, Polri,
Kementerian Negara, Departemen, ABRI, dll) yang terkait dengan upaya
Penanggulangan Bencana Kebakaran dan Bencana Lain.
3. Peningkatan kerjasama dengan pihak swasta yang terkait dengan upaya
Penanggulangan Bencana Kebakaran dan Bencana Lain di lingkungan
Pemerintah Provinsi Provinsi DKI Jakarta Jakarta.
4. Peningkatan kerjasama antar daerah di luar Provinsi DKI Jakarta yang
berbatasan, dalam upaya Penanggulangan Bencana Kebakaran dan Bencana
Lain di lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
83. 17 Mei 2006 83
Rencana Garis Besar :
Mekanisme Operasional :
Usulan Program (2/2)
5. Peningkatan kerjasama antar wilayah/kotamadya di dalam Provinsi DKI Jakarta dalam
upaya Penanggulangan Bencana Kebakaran dan Bencana Lain di kecamatan-kecamatan
yang berada di dekat batas kotamadya.
6. Penyusunan SOP menyangkut Penyusunan SOP menyangkut penyelamatan (rescue),
akibat transportasi dan keruntuhan bangunan, penyelamatan air dan ketinggian, bahan
berbahaya dan beracun, serta pertolongan darurat.
7. Penyusunan SOP menyangkut operasi pemadaman.
8. Penyusunan SOP menyangkut pencegahan.
9. Penyusunan Protap koordinasi instansional.
10. Penyusunan Sistem Ketahanan Lingkungan Kebakaran (SKLK).
11. Kajian/pembentukan masyarakat profesi dan forum komunikasi kebakaran dan bencana
lain.
12. Kajian/pembentukan pola kemitraan dengan lembaga terkait kaitan dengan masalah
kebakaran dan bencana lainnya.
13. Kajian/pembentukan fire safety management pada bangunan dan industri.
14. Peningkatan Koordinasi dan Konsolidasi Pusat-Pusat Komunikasi
Emergency
84. 17 Mei 2006 84
Rencana Garis Besar :
Pencegahan :
Usulan Program (1/2)
1. Peningkatan kesiapan Provinsi DKI Jakarta (warga dan instansi terkait) dalam
pencegahan terjadinya Bencana Kebakaran dan Bencana Lain
2. Pencegahan Awal Kebakaran
3. Peningkatan Kesiapan Penanggulangan Kebakaran
4. Pemberdayaan Response Darurat Tahap Awal
5. Kajian dan Penerapan Pengembangan Manajemen Informasi
6. Kajian dan Penerapan Upaya Pencegahan Meluasnya Kebakaran
7. Kajian dan Penerapan Upaya Evakuasi dan Pasca Bencana
8. Kajian dan Penerapan Upaya Inspeksi Sebelum Penggunaan Bangunan, Peralatan Api,
dan Peralatan Listrik
9. Kajian dan Penerapan Pengaturan Pemasangan dan Perawatan Sistem
10. Kajian Penyusunan Panduan Bagi Ahli Perlindungan Kebakaran
11. Kajian Pola Pelaksanaan Inspeksi/Pemeriksa Pencegahan Bencana Kebakaran dan
Bencana Lain
12. Kajian Revisi dan Perumusan Peraturan Kebakaran (Fire Code) dan Pedoman Teknis
85. 17 Mei 2006 85
Rencana Garis Besar :
Pencegahan :
Usulan Program (2/2)
14. Peningkatan pembinaan teknis kepada masyarakat
15. Pelaksanaan pre-fire plan dalam rangka pencegahan Kebakaran
16. Peningkatan pendataan teknis kehandalan bangunan dan lingkungan terhadap bahaya
kebakaran dan Bencana Lainnya
17. Penerapan sistem rekomendasi dan sertifikasi pada bangunan dan lingkungan kaitan
dengan pencegahan dan penanggulangan kebakaran dan bencana lain
18. Revisi dan perumusan peraturan kebakaran (fire code) dan pedoman teknis
19. Peningkatan pembinaan teknis kepada masyarakat
20. Pelaksanaan pre fire plan dalam rangka pencegahan kebakaran
21. Peningkatan pendataan teknis kehandalan bangunan dan lingkungan terhadap bahaya
kebakaran dan Bencana Lainnya
22. Penerapan sistem rekomendasi dan sertifikasi pada bangunan dan lingkungan kaitan
dengan pencegahan dan penanggulangan kebakaran dan
bencana lain
23. Kajian dan Penerapan sistem Keamanan transportasi umum
86. 17 Mei 2006 86
Rencana Garis Besar :
Operasi Pemadaman :
Usulan Program
1. Penerapan sistem pemadaman kebakaran berbasis potensi bahaya
2. Pengembangan sistem komunikasi dan informasi emergency
3. Pengembangan teknik dan strategi menghadapi kebakaran gedung tinggi dan
bangunan-bangunan berukuran besar
4. Pengembangan teknik dan strategi menghadapi kebakaran besar (conflagration)
5. Pengembangan teknik dan strategi menghadapi kebakaran di bangunan bawah
tanah (terowongan, bismen, stasion bawah tanah / metro) dan di laut
6. Pengembangan teknik dan strategi komando lapangan (fire command systems)
7. Peningkatan apresiasi terhadap pemakaian bahan pemadam api ramah
lingkungan
87. 17 Mei 2006 87
Rencana Garis Besar :
Operasi Penyelamatan :
Usulan Program
1. Pengembangan teknik dan strategi penyelamatan akibat bangunan runtuh
2. Pengembangan teknik dan strategi penyelamatan di sektor transportasi
3. Pengembangan teknik dan strategi penyelamatan terkait dengan masalah air
dan tempat ketinggian
4. Pengembangan teknik dan strategi penyelamatan (rescue) akibat bahan
berbahaya dan beracun.
5. Peningkatan kemampuan penanganan
CBRE (Chemical – Biological –
Radiological – Explosive)
88. 17 Mei 2006 88
Rencana Garis Besar :
Operasi Layanan Medis Darurat :
Usulan Program
1. Pengembangan teknik dan strategi penyelamatan dalam kaitannya dengan
pertolongan medis darurat
2. Peningkatan pemahaman mengenai pertolongan medis darurat
3. Peningkatan pemahaman utilitas / instalasi dan kelengkapan pertolongan medis
darurat
4. Kajian sebaran fasilitas pertolongan medis darurat di wilayah DKI Jakarta
5. Penyediaan peralatan teknis untuk pertolongan medis darurat
6. Penyediaan peralatan diklat menghadapi bencana akibat bahan berbahaya dan
beracun
7. Penyelengaraan diklat menghadapi
pertolongan medis darurat
8. Penyusunan SOP
pertolongan medis darurat
89. 17 Mei 2006 89
Rencana Garis Besar :
Peningkatan Kinerja Pengendalian B3 :
Usulan Program
1. Identifikasi pemakaian benda-benda atau bahan berbahaya di dalam bangunan dan
lingkungan dalam wilayah DKI Jakarta
2. Penyusunan pedoman/panduan (SOP) pengendalian benda / bahan berbahaya (B3).
3. Penyusunan pedoman/panduan (SOP) penyelamatan terhadap dampak yang
ditimbulkannya
4. Penyusunan pedoman/panduan (SOP) pengaturan transportasi bahan/benda berbahaya
di wilayah Provinsi DKI Jakarta
5. Penyusunan pedoman/panduan (SOP) kontrol pada Fasilitas B3
6. Penyusunan pedoman/panduan (SOP) keamanan pada Fasilitas B3
7. Penyusunan pedoman/panduan (SOP) kesiapan menghadapi kejadian bencana lain pada
Fasilitas B3
8. Penyusunan pedoman/panduan (SOP) Kesiapan Terhadap Bencana Pada Fasilitas B3
Berskala Besar
9. Penyusunan pedoman/panduan (SOP) Pencegahan Kebakaran dengan Material B3
berjumlah Kecil dan Material Mudah Terbakar
90. 17 Mei 2006 90
Rencana Garis Besar :
Pengembangan SDM :
Usulan Program (1/2)
1. Pengembangan Sistem Diklat Berbasis Kompetensi
2. Peningkatan Kualitas Penyelenggaraan Diklat untuk Memperoleh Akreditasi
Internasional
3. Peningkatan Tenaga-Tenaga Spesialis (Inspektur, Instruktur, Penye-lidik dsb)
melalui Sistem Kemitraan
4. Peningkatan Pembinaan Perilaku Profesional yang mendukung visi dan misi
Dinas Pemadam Kebakaran
5. Peningkatan kemampuan dan kesiapan aparat
6. Peningkatan kemampuan Operasi
7. Penyelenggaraan pelatihan
8. Peningkatan SDM Bidang Komunikasi dan Sistem Informasi
9. Identifikasi pemakaian benda-benda atau bahan berbahaya di dalam
bangunan dan lingkungan di lam wilayah DKI Jakarta
91. 17 Mei 2006 91
Rencana Garis Besar :
Pengembangan SDM :
Usulan Program (2/2)
10. Penyusunan pedoman/ panduan pengendalian benda / bahan berbahaya
termasuk aspek penyelamatan terhadap dampak yang ditimbulkannya
11. Pengaturan transportasi bahan / benda berbahaya di wilayah Provinsi DKI
Jakarta
12. Pengaturan Kontrol pada Fasilitas B3
13. Pengaturan Keamanan pada Fasilitas B3
14. Pengaturan Kesiapan terhadap Kejadian Bencana Lain pada Fasilitas B3
15. Pengaturan Kesiapan Terhadap Bencana Pada Fasilitas B3 Berskala Besar
16. Pengaturan Pencegahan Kebakaran dengan Material B3 berjumlah Kecil dan
Material Mudah Terbakar
17. Pengaturan Kemampuan penanggulangan bencana lain
18. Penyediaan peralatan jenis baru
92. 17 Mei 2006 92
Rencana Garis Besar :
Pemberdayaan Masyarakat :
Usulan Program
1. Pembinaan dan pemantapan pembentukan Sistem Ketahanan Lingkungan Kebakaran
(SKLK) di setiap kecamatan / kelurahan
2. Peningkatan kegiatan sosialisasi penanggulangan bencana kebakaran dan bencana lain
3. Pengembangan pola kemitraan dalam upaya penanggulangan kebakaran dan bencana
umum lainnya
4. Penyelenggaraan Pendidikan Masyarakat
5. Penyelenggaraan Hubungan Masyarakat dan Penyuluhan
6. Penyelenggaraan Kursus perkuliahan
untuk manajer pencegahan kebakaran
7. Penyelenggaraan Kursus Perkuliahan
untuk Teknisi B3
8. Penyelenggaraan Kursus Perkuliahan
untuk Teknisi Perlindungan Kebakaran
9. Penyelenggaraan Kursus Pelatihan untuk
Pegawai Pusat Keselamatan Bangunan
93. 17 Mei 2006 93
Rencana Garis Besar :
Prasarana dan Sarana Sistem Komunikasi dan Informasi :
Usulan Program
1. Pengembangan Pusat Komuni-kasi Pusat atau Sub-Communication Center
Penanggulangan Kebakaran dan Bencana Lainnya
2. Pengembangan dan pemantapan sistem komunikasi radio Dinas Pemadam
Kebakaran
3. Pemantapan Sistem Pelaporan Kebakarandan Emergency Lainnya
4. Pemantapan Proses Komunikasi Internal antan unit di Dinas Pemadam
Kebakaran.
94. 17 Mei 2006 94
Rencana Garis Besar :
Prasarana dan Sarana Pemadaman, Penyelamatan dan Layanan Medis Darurat :
Usulan Program
1. Inventarisasi Resources (Sumber Daya Pemadaman Kebakaran)
yang dimiliki Dinas Pemadam Kebakaran Pada Saat Ini dan
Prediksi Hingga 2025
2. Penerapan sistem logistik sumber daya pemadaman berbasis
pada resiko bahaya
3. Pemenuhan kebutuhan resources sesuai perkembangan
(hingga 2025)
4. Pengembangan teknologi tepat guna mendukung operasi penang-
gulangan kebakaran dan bencana lainnya
5. Penyediaan peralatan jenis baru
6. Penyediaan kapal untuk keperluan simulasi
95. 17 Mei 2006 95
Rencana Garis Besar :
Prasarana dan Sarana Pengembangan SDM :
Usulan Program
1. Pembangunan bangunan diklat yang baru sesuai dengan standar-standar internasional
2. Pemeliharaan bangunan dan fasilitas diklat secara periodik dan intensif
3. Pembinaan perpustakaan di lingkungan Dinas Pemadam Kebakaran dan berlangganan jurnal-
jurnal mengenai fire fighting dan safety
4. Pengembangan rumpun jabatan fungsional penanggulangan kebakaran
5. Penetapan eksistensi jabatan fungsional penanggulangan kebakaran
6. Penyiapan pranata administratif penyelenggaraan jabatan fungsional
7. Penyusunan modul penilaian karya pejabat fungsional
8. Pembentukan tim penilai jabatan fungsional penanggulangan kebakaran
9. Pengembangan public / community education dalam bidang fire safety dan protection
10. Penyusunan modul-modul untuk pendidikan keselamatan terhadap bahaya kebakaran untuk
berbagai lapisan masyarakat
11. Penyusunan modul-modul untuk pendidikan keselamatan terhadap bahaya kebakaran untuk
berbagai usia
12. Penyelenggaraan pendidikan menyangkut fire safety management
96. 17 Mei 2006 96
Rencana Rinci Penyediaan Prasarana dan Sarana :
Kebutuhan Air dan Sumber Penyediaannya :
Besar Sediaan, Kebutuhan dan Penambahan Tandon
No. KOTAMADYA 2005 2010
EKSISTING KEBUTUHAN PENAMBAHAN KEBUTUHAN PENAMBAHAN
I JAKARTA PUSAT
1 Gambir - 19 19 21 2
2 Tanah Abang - 25 25 28 3
3 Sawah Besar - 25 25 34 9
4 Senen - 55 55 60 5
5 Cempaka Putih - 23 23 26 2
6 Johar Baru - 0 0 0 0
7 Kemayoran 1 39 38 43 4
8 Menteng - 7 7 8 1
97. 17 Mei 2006 97
Rencana Rinci Penyediaan Prasarana dan Sarana :
Sarana Penangulangan :
Kegiatan Pemenuhan Kendaraan Mobil Pompa Pemadam Kebakaran
2005 2010 2015 2020 2025
1 Kotamadya Johar Baru Perumahan PAT 614.34 1,034.82 1,034.82 1,034.82 1,034.82
Jakarta Application Rate 4.30 4.83 4.83 4.83 4.83
Pusat Kebutuhan Mobil 1 1 1 1 1
Bangunan Umum PAT 1,856.13 2,041.74 2,654.26 3,266.78 3,470.95
Application Rate 51.04 56.15 72.99 89.84 95.45
Kebutuhan Mobil 1 1 1 1 1
Industri PAT - - - - -
Application Rate - - - - -
Kebutuhan Mobil - - - - -
No. Aspek
PAT, Application Rate dan Kebutuhan MobilPeruntukan
Lahan
KecamatanKotamadya
No. Kotamadya
Sediaan Mobil
Pemadam
Sediaan Pos
Pemadam Sebaran Sediaan Pos dan M obil Pemadam Kebakaran Eksisting
Kebakaran Kebakaran
Eksisting Eksisting
1 Jakarta Johar Baru - - Nomor POS
Pusat Mobil Pemadam Kebak.
Kecamatan /
WMK
Kebutuhan Mobil Pompa Terbanyak
2005 2010 2015 2020 2025
1 Jakarta Pusat Johar Baru 1 1 1 1 1
2 Kemayoran 2 3 3 4 4
3 Cempaka 1 1 2 2 2
4 Senen 2 2 3 3 4
5 Menteng 1 1 1 1 1
6 Gambir 1 1 2 2 2
7 Tanah Abang 1 1 1 2 2
8 Sawah Besar 2 2 3 3 3
No. KecamatanKotamadya
Tahapan Penyediaan Mobil
No. Kotamadya Kecamatan Mobil Pompa
2005 2010 2015 2020 2025
1 Jakarta Pusat Johar Baru 1 - - - -
2 Kemayoran 1 1 - 1 -
3 Cempaka Putih - - 1 - -
4 Senen 1 - 1 - 1
5 Menteng - - - - -
6 Gambir - - 1 - -
7 Tanah Abang - - - 1 -
8 Sawah Besar - - 1 - -
98. 17 Mei 2006 98
Rencana Rinci Penyediaan Prasarana dan Sarana :
Sarana Penangulangan :
Kebutuhan Kendaraan Mobil Pompa Pemadam Kebakaran
99. 17 Mei 2006 99
Rencana Rinci Penyediaan Prasarana dan Sarana :
Penyediaan Mobil dan Peralatan Jenis Lainnya
1. Mobil Pompa Cadangan
2. Ambulan
3. Pendeteksi Biologis
4. Ventilation Vehicle
5. Hazmat Support Vehicle
6. Personnel Decontamination
Vehicle
7. Dry Decontamination
Vacuum Oven
8. PreHospital Care
9. Light Wagon
10. Ventilated High Foam
Generator
11. Movable Loader For High
Foam Generation
12. Chemical Pumper
13. Penyedian Foam Solution
Truck
14. Fire Boat
15. Rescue Boat
16. Articulated Water Tower
17. Helikopter Tanker
100. 17 Mei 2006 100
Rencana Rinci Penyediaan Prasarana dan Sarana :
Standar Penyediaan Mobil dan Peralatan Jenis Lainnya :
Mobil Pompa Cadangan
Mobil Pompa Cadangan
1. Untuk mengantisipasi kasus terjadinya
kerusakan pumper (Mobil Pompa
Pemadam Kebakaran), maka idealnya 1
(satu) mobil pompa cadangan harus
dipersiapkan untuk setiap 8 pumper.
2. Untuk Jakarta, maka diusulkan agar mobil
pompa cadangan ini hanya di sediakan di
kecamatan yang merupakan pusat dari
kotamadya.
3. Jika di suatu kecamatan sudah
tersedia/dibutuhkan 8 (delapan) mobil
pompa atau lebih, maka dimungkinkan
untuk memiliki tambahan 1 mobil pompa
cadangan.
101. 17 Mei 2006 101
Rencana Rinci Penyediaan Prasarana dan Sarana :
Standar Penyediaan Mobil dan Peralatan Jenis Lainnya :
Ambulan
Ambulan
1. Untuk suatu wilayah dengan populasi
penduduk kurang dari 150.000 jiwa,
sebuah ambulans harus ditempatkan
setiap 50.000 jiwa.
2. Untuk wilayah dengan populasi lebih
dari 150.000 jiwa, 3 ambulans dan satu
ambulans ekstra untuk setiap 70.000
jiwa atau lebih. Juga untuk kasus
sekarang, satu ambulans cadangan
harus disediakan untuk setiap 6
ambulans.
3. Untuk Jakarta, pemenuhan ambulan
tidak harus oleh Dinas Pemadam
Kebakaran. Berbagai RS, klinik, atau
instansi lainnya, dimungkinkan untuk
turut berpartisisapi.
102. 17 Mei 2006 102
Rencana Rinci Penyediaan Prasarana dan Sarana :
Standar Penyediaan Mobil dan Peralatan Jenis Lainnya :
Sepeda Motor – Mobil Fire Rescue – Breathing Apparatus Refilling Unit
Sepeda Motor Damkar
Minimal 2 (dua) buah untuk setiap satu pos.
Namun, standar ini fleksibel, tergantung ada
berapa kelompok rangers yang ada di tiap
pos.
Mobil Fire Rescue
1. Ragam mobil ini digunakan untuk
kecelakaan lalu lintas, kecelakaan
tenaga kerja dan lainnya.
2. Mobil ini mempunyai sebuah derek,
generator dan system penerangan yang
fleksibel/dapat digerakkan.
3. Secara umum, penyediaan mobil ini
adalah 1 (satu) untuk tiap kecamatan.
Breathing Apparatus Refilling Unit
1. Mobil ini disediakan maksimal 1 (satu)
untuk kecamatan-kecamatan yang
memiliki potensi bencana kebakaran
dan bencana lain yang berasal
industri/kimia.
2. Penyediaannya disesuaikan dengan
kondisi dan estimasi perkembangan
peruntukan lahan di tiap kecamatan/
WMK.
103. 17 Mei 2006 103
Rencana Rinci Penyediaan Prasarana dan Sarana :
Standar Penyediaan Mobil dan Peralatan Jenis Lainnya :
Mobil Komando
Mobil Komando
1. Kendaraan ini dirancang sebagai
pendukung respon darurat, operasi pusat
komando dan respon untuk area dengan
persetujuan Dinas/Suku DInas Pemadam
Kebakaran, berkaitan dengan pelayanan
pemadaman kebakaran pada area yang
luas.
2. Mobil 4 wd ini memiliki hydraulic concrete
breaker, diamond chain saw/gergaji intan,
dll.
3. Idealnya, minimal 1 (satu) untuk tiap
kecamatan.
104. 17 Mei 2006 104
Rencana Rinci Penyediaan Prasarana dan Sarana :
Standar Penyediaan Mobil dan Peralatan Jenis Lainnya :
Mobil Tangga
Mobil Tangga
1. Satu mobil tangga harus disediakan ketika sebuah pos pemadam meliputi lebih dari 10
bangunan dengan ketinggian 15 m atau lebih dalam area yang dipakai.
2. Ketika terdapat lebih dari 5 bangunan dengan ketinggian 15 m atau lebih dan terbuka
untuk umum (teater, dept. store, hotel, rumah sakit, dll), atau ketika lebih dari 10
bangunan dengan ketinggian 15 m atau lebih di daerah perkotaan, pos pemadam harus
dilengkapi dengan satu mobil tangga.
105. 17 Mei 2006 105
Rencana Rinci Penyediaan Prasarana dan Sarana :
Standar Penyediaan Mobil dan Peralatan Jenis Lainnya :
Pendeteksi Biologis
Pendeteksi Biologis
1. Perlengkapan yang lebih canggih untuk
peralatan deteksi biologis perlu dimiliki
kecamatan-kecamatan tertentu.
2. Peralatan ini akan memungkinkan
diperolehnya hasil awal dalam waktu
15 – 30 menit, dibanding teknik
konvensional yang memakan waktu
sampai 6 – 8 jam.
3. Penyediaannya disesuaikan dengan
kondisi dan estimasi perkembangan
peruntukan lahan di tiap kecamatan/WMK.
106. 17 Mei 2006 106
Rencana Rinci Penyediaan Prasarana dan Sarana :
Standar Penyediaan Mobil dan Peralatan Jenis Lainnya :
Mobil Snorkel
Mobil Snorkel
1. Mobil ini disediakan maksimal 1 (satu)
untuk kecamatan-kecamatan yang
memiliki potensi bencana kebakaran dan
bencana lain yang berasal industri/kimia.
2. Penyediaannya disesuaikan dengan
kondisi dan estimasi perkembangan
peruntukan lahan di tiap kecamatan/WMK.
107. 17 Mei 2006 107
Rencana Rinci Penyediaan Prasarana dan Sarana :
Standar Penyediaan Mobil dan Peralatan Jenis Lainnya :
Mobil Hazmat - Ventilation Vehicle
Mobil Hazmat
1. Dilengkapi dengan detektor CBR (chemical-
biological-radiological), untuk memonitor
zona bencana kebakaran dan bencana lain di
atas permukaan tanah.
2. Alat ini sebaiknya juga terhubungkan de-
ngan kantor pusat Dinas Pemadam Kebakar-
an, melalui Hazmat Decision Support System.
3. Disediakan maksimal 1 (satu) untuk keca-
matan-kecamatan yang memiliki potensi
bencana kebakaran dan bencana lain yang
berasal industri/kimia.
4. Penyediaannya disesuaikan dengan
peruntukan lahan di tiap kecamatan/WMK.
Ventilation Vehicle
1. Merupakan kendaraan pembawa blower
besar, yang berada di atas truk. Mampu
menciptakan katup udara di pintu masuk dari
sebuah struktur tertutup untuk mencegah
keluarnya bahan kimia secara tiba-tiba lewat
pintu masuk.
2. Dilengkapi dengan water-mist system, untuk
melarutkan bahan-bahan kimia yang bocor
bila bahan-bahan itu adalah jenis bahan yang
dapat dilarutkan.
3. Disediakan maksimal 1 untuk kecamat-an
potensial bencana kebakaran dan bencana
lain dari industri/kimia.
4. Penyediaannya disesuaikan dengan
peruntukan lahan di tiap kecamatan/WMK.
108. 17 Mei 2006 108
Rencana Rinci Penyediaan Prasarana dan Sarana :
Standar Penyediaan Mobil dan Peralatan Jenis Lainnya :
Hazmat Support Vehicle
Hazmat Support Vehicle
1. Merupakan pembawa alat penyaring
udara yang dapat dipindahkan, yang akan
diberikan kepada korban yang dalam
keadaan terbaring atau berjalan di zona
yang telah terkontaminasi oleh bencana
kebakaran dan bencana lain, untuk
meningkatkan peluang hidup.
2. Peralatan penyelamatan lain yang dibawa
kendaraan ini termasuk monitor cuaca,
system deteksi gamma dan unit gas
panas untuk peralatan dekontami-nasi
3. Penyediaannya disesuaikan dengan per-
untukan lahan di tiap kecamatan/WMK.
109. 17 Mei 2006 109
Rencana Rinci Penyediaan Prasarana dan Sarana :
Standar Penyediaan Mobil dan Peralatan Jenis Lainnya :
Personnel Decontamination Vehicle
Personnel Decontamination Vehicle
1. Merupakan kendaraan yang dilengkapi
berbagai peralatan kimia-fisika-biologi
untuk menghilangklan racun yang
menempel pada petugas/korban bencana
kebakaran dan bencana lain.
2. Mobil ini disediakan maksimal 1 (satu)
untuk kecamatan-kecamatan yang
memiliki potensi bencana kebakaran dan
bencana lain yang berasal industri/kimia.
Karena itu penyediaannya disesuaikan
dengan kondisi dan estimasi
perkembangan peruntukan lahan di tiap
kecamatan/WMK.
110. 17 Mei 2006 110
Rencana Rinci Penyediaan Prasarana dan Sarana :
Standar Penyediaan Mobil dan Peralatan Jenis Lainnya :
Pre-Hospital Care/SWIFT
Pre-Hospital Care/SWIFT
1. Dalam situasi tertentu FAP (first aid post) perlu dibangun di lokasi bencana, untuk
menangani dan menstabilkan korban-korban, sebelum dipindahkan ke rumah sakit.
2. SWIFT (station with immediate first-aid treatment) adalah kendaraan yang dirancang
menyerupai rumah yang berfungsi seperti FAP yang berjalan.
3. Kendaraan dapat dibuka dan diset dalam waktu 5 menit, memungkinkan tim medis
Dinas/Suku Dinas menangani dan mengoperasi korban secepatnya.
4. Dilengkapi penerangan, unit
pompa penghisap, tabung
oksigen dan air untuk
membersihkan luka.
5. Mobil ini disediakan
maksimal 1 (satu) untuk
kecamatan-kecamatan.
111. 17 Mei 2006 111
Rencana Rinci Penyediaan Prasarana dan Sarana :
Standar Penyediaan Mobil dan Peralatan Jenis Lainnya :
Dry Decontamination Vacuum Oven
Dry Decontamination Vacuum Oven
1. Menggunakan sumber panas dari sinar
infra merah untuk menguapkan zat
kontaminan. Oven dapat
mendekontaminasi peralatan yang
sensitive dan halus yang bisa ter-
kontaminasi ketika terjadi bencana yang
menimbulkan bahan berbahaya. Setelah
pemanasan, dekontaminan yang telah
diuapkan, dikeluarkan dari oven dan
diletakkan di saringan yang akan
menyerapnya.
2. Penyediaannya disesuaikan dengan
peruntukan lahan di tiap kecamatan/WMK.