SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  15
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANALITIK
SPEKTROFOTOMETRI
Oleh:
KELOMPOK 6
1. Aldila Bunga (H0912002)
2. Antonius Y. (H0912015)
3. Ayu Novia (H0912021)
4. Diah Nur Anggita (H0912038)
5. Farida (H0912049)
6. Fransiska Puteri (H0912056)
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
ACARA IV
SPEKTROFOTOMETRI
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dari praktikum acara IV Spektrofotometri ini adalah untuk:
a. Menentukan panjang gelombang maksimum
b. Membuat kurva standar
c. Menentukan konsentrasi larutan berwarna kuning
B. TINJAUAN PUSTAKA
a. Tinjauan Alat dan Bahan
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau
absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan
pengukuran menggunakan spektrofotometer ini, metoda yang digunakan
sering disebut dengan spektrofotometri.
A = log ( Io / I1 ) = a b c
Keterangan :
Io = Intensitas sinar datang
I1 = Intensitas sinar yang diteruskan
a = Absorptivitas
b = Panjang sel/kuvet
c = konsentrasi (g/l)
A = Absorban
Cahaya/sinar yang masuk dengan intensitas tertentu (I0) akan
berkurang intensitasnya ketika melewati larutan. Berkurangnya intensitas
sinar dikarenakan adanya serapan oleh larutan yang dilewati. Intensitas
cahaya setelah melewati larutan (It) disebut dengan transmitansi (T), dan
biasanya dinyatakan dalam satuan persen tranmitan (%T). Sedangkan
cahaya yang diserap adalah absorbansi (A). % = It I0 x100 -Log T = Log
It I0 = A
Berdasarkan hukum Lambert-Beer, absorbansi dari suatu sampel akan
sebanding dengan ketebalan, konsentrasi sampel dan absorbtifitas molar.
Bila ketebalan benda (b) atau konsentrasi materi (c) yang dilewati
bertambah, maka cahaya akan lebih banyak diserap. Jadi absorbansi
berbanding lurus dengan ketebalan dan konsentrasi. Selain itu, faktor
yang berpengaruh terhadap besar kecilnya absorbansi adalah absorptifitas
molar (ε) dari larutan yang di ukur itu sendiri. Sehingga dari persamaan
diatas dapat dirumuskan sebagai berikut:
A = ε b c
Hubungan antara absorbansi A dengan konsentrasi zat pengabsorbsi
adalah linier. Ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan yang
mengikuti hukum Lambert-Beer, yaitu :
a. Syarat konsentrasi, larutan yang dianalisis harus encer. Pada
konsentrasi tinggi jarak rata-rata di antara zat pengabsorbsi menjadi
kecil sehingga masing-masing zat mempengaruhi distribusi muatan
tetangganya. Interaksi ini dapat mengubah kemampuan untuk
mengabsorbsi cahaya pada panjang gelombang yang diberikan.
b. Syarat kimia, zat pengabsorbsi tidak boleh terdisosiasi atau bereaksi
dengan pelarut menghasilkan suatu produk yang berbeda dari zat yang
dianalisis.
c. Syarat cahaya, hukum Beer berlaku untuk cahaya yang betul-betul
monokromatik (cahaya yang mempunyai satu macam panjang
gelombang).
d. Syarat kejernihan, larutan yang dianalisis harus jernih karena
kekeruhan larutan yang disebabkan oleh partikel-partikel koloid akan
dihamburkan oleh partikel-partikel koloid akibatnya kekuatan cahaya
yang diabsorbsi berkurang dari yang seharusnya
(Nukomarasari, 2010).
Analisa suatu cuplikan dengan spektrofotometri sinar tampak
biasanya meliputi empat tahap pengerjaan, yaitu :
a. Pembentukkan molekul yang dapat menyerap sinar di daerah sinar
tampak (pewarnaan).
b. Pemilihan panjang gelombang.
c. Pembuatan kurva kalibrasi.
d. Pengukuran absorbansi cuplikan.
Karena warna sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah kuning.
Hal ini berarti sampel tersebut menyerap gelombang elektromagnetik pada
daerah komplemen warna kuning, yaitu daerah lembayung (violet) dan/atau
daerah biru. Dapat diduga bahwa sampel ini akan mempunyai serapan di
daerah 400-435 nm (violet) dan/atau 435-480 nm (biru) (Nurul Huda, 2001).
e. Tinjauan Teori
Spektrofotometri merupakan suatu metode analisa yang didasarkan
pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan
berwarna. Pengukuran ini dilakukan pada panjang gelombang spesifik
dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan
tabung foton hampa. Metode spektrofotometri memiliki keuntungan yaitu
dapat digunakan untuk menganalisa suatu zat dalam jumlah kecil
(Harini, dkk, 2012).
Absorbsi energi direkam sebagai absorbans (bukan transmitan
seperti dalam spektra inframerah). Absorbans pada suatu panjang
gelombang tertentu didefinisikan sebagai :
A =
dengan : A = absorban
I0 = intensitas berkas cahaya rujukan
I = intensitas berkas cahaya contoh
Absorban suatu senyawa pada suatu panjang gelombang tertentu
bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami transisi. Oleh
karena itu, absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawanya dan
juga pada kepekatan contoh dan panjangnya sel contoh. Sehingga ahli
kimia menyatakan absorbs energi itu sebagai absorbtivitas molar e dan
bukan sebagai absorbans sebenarnya (Fessenden dan Fessenden, 1982).
Dalam metode spektrometri larutan sampel menyerap radiasi
elektromagnetik dari sumber yang tepat dan jumlah yang diserap
berhubungan dengan konsentrasi analit dalam larutan. Larutan tembaga
berwarna biru karena menyerap warna, kuning, pelengkap dari cahaya
putih dan mengirimkan cahaya biru yang tersisa. Larutan tembaga
terkonsentrasi, cahaya lebih kuning diserap dan lebih dalam warna biru
yang dihasilkan dari solusi. Dalam metode spektrometri jumlah cahaya
kuning ini diserap akan diukur dan terkait dengan konsentrasi. Kita dapat
memperoleh pemahaman yang lebih baik spektrometri serapan dari
pertimbangan spektrum elektromagnetik dan bagaimana molekul
menyerap radiasi (Christian, 1980).
Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu
pemeriksaan visual. Dengan studi lebih mendalam dari absorbsi energi
radiasi oleh macam-macam zat kimia memperkenankan dilakukannya
pengukuran ciri-cirinya serta kuantitatifnya dengan ketelitian lebih besar.
Dalam penggunaan pada masa sekarang, istilah spektrofotometri
mengingatkan pengukuran berapa jauh energi radiasi diserap oleh suatu
sistem sebagai fungsi panjang gelombangdari radiasi, maupun pengukuran
absorpsi terisolasi pada suatu panjang gelombang tertentu. Spektrum
cahaya tampak dan warna-warna komplementer :
Panjang Gelombang
(nm)
Warna Warna Komplementer
400-435 Violet Kuning-hijau
435-480 Biru Kuning
480-490 Hijau-biru Oranye
490-500 Biru-hijau Merah
500-560 Hijau Ungu
560-580 Kuning-hijau Violet
580-595 Kuning Biru
595-610 Oranye Hijau-biru
610-750 Merah Biru-hijau
(Underwood dan Day, 1994).
Faktor-faktor yang mempengaruhi absorbansi meliputi jenis pelarut,
pH, suhu, konsentrasi elektrolit yang tinggi dan adanya zat pengganggu.
Pengaruh-pengaruh ini harus diketahui; kondisi analisis harus dipilih
sedemikian hingga absorbansi tidak akan dipengaruhi sedikitpun.
Kebersihan juga akan mempengaruhi absorbansi termasuk bekas jari pada
dinding tabung harus dibersihkan dengan kertas tisu dan hanya memegang
bagian ujung atas tabung sebelum pengukuran (Hendayana, et al, 1994).
Spektrofotometri terdiri dari mengukur rasio dari dua radiasi energi
pada frekuensi atau panjang gelombang tertentu dan kemudian
mengulanginya pengukuran pada frekuensi atau panjang gelombang lain
sesuai yang diinginkan selama rentang spektral yang penting. Rasio dari
energi radiasi ini dapat ditentukan dengan visual, foto-grafis, atau
fotolistrik. Dalam spektrofotometri visual, bagian fotometri dari instrumen
meliputi bidang fotometri dua bagian dan variasi sarana pencahayaan dari
salah satu bagian sehingga mata hanya digunakan untuk mendeteksi yang
tidak tampak dan akhirnya untuk menilai perbandingan dari dua bagian.
Memvariasikan sarana pencahayaan dari salah satu bagian dikalibrasi,
sehingga nilai sebenarnya dari poin yang sesuai ditentukan oleh sistem
tambahan Fotometri fotografi ini biasanya digunakan ketika spektrograf
konvensional digunakan sebagai media pendispersi (Timma, 1952).
C. Metode
1. Alat dan Bahan
a. Alat:
a.) Labu ukur 100 ml
b.) Beaker Glass
c.) Tabung reaksi dan rak tabung reaksi
d.) Spektrofotometer dan kuvet
b. Bahan
a) Larutan berwarna kuning
b) Aquades
c) Alkohol
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Hasil
Tabel 5.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Menggunakan
Sampel dengan Konsentrasi 2%
No. Panjang Gelombang (nm) Absorbansi (Ả)
1 460 0,951
2 480 0,807
3 500 0,674
4 520 0,548
5 540 0,497
6 560 0,420
7 580 0,408
8 600 0,398
Sumber : Laporan Sementara
Gambar 5.1 Hubungan Antara Panjang Gelombang (nm) dengan
Absorbansi (
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau
absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan
metode pengukuran dengan menggunakan spektrofotometer ini digunakan
sering disebut dengan spektrofotometri. Tiap media akan menyerap cahaya
pada panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawa atau warna
yang terbentuk. Pada titrasi spektrofotometri sinar yang digunakan
merupakan suatu berkas yang panjangnya tidak berbeda banyak antara satu
dengan yang lain. Perbedaan panjang gelombangnya dapat lebih besar.
Dalam hubungan ini dapat disebut juga spektrofotometri absorbsi atomik.
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1
460 480 500 520 540 560 580 600
Absorbansi(A)
Panjang Gelombang (nm)
Prinsip kerja spektrofotometer adalah bila cahaya (monokromatik
maupun campuran) jatuh pada suatu medium homogen, sebagian dari sinar
masuk akan dipantulkan, sebagian di serap dalam medium itu, dan sisanya
diteruskan. Nilai yang keluar dari cahaya yang diteruskan dinyatakan
dalam nilai absorbansi karena memiliki hubungan dengan konsentrasi
sampel. Studi spektrofotometri dianggap sebagai perluasan suatu
pemeriksaan visual yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Hukum
Beer menyatakan absorbansi cahaya berbanding lurus dengan konsentrasi
dan ketebalan bahan/medium.
Larutan standar dibuat dengan maksud untuk membuat kurva standar
atau kurva kalibrasi sehingga nanti akan diperoleh panjang gelombang
maksimum dari larutan standar tersebut. Kenapa panjang gelombang
maksimum yang dipilih, hal ini karena di sekitar panjang gelombang
maksimum tersebut, bentuk kurva serapan adalah datar sehingga hukum
Lambert-Beer akan terpenuhi dengan baik sehingga kesalahan yang
ditimbulkan panjang gelombang maksimum dapat diperkecil.
Prinsip kerja dari percobaan ini adalah menentukan konsentrasi
sampel dengan menggunakan kurva standar yang menghubungkan antara
konsentrasi sampel dengan absorbansinya. Larutan sampel yang digunakan
memiliki lima konsentrasi yang berbeda. Lima konsentrasi tersebut diukur
panjang gelombangnya untuk mengetahui konsentrasi yang sebenarnya.
Digunakan sampel larutan berwarna kuning yang masing-masing memiliki
konsentrasi 0,4% ; 0,8% ; 1,2% ; 1,6% ; 2,0%. Untuk penentuan panjang
gelombang maksimum digunakan sampel dengan konsentrasi 2,0%.
Sampel dipilih karena merupakan sampel dengan konsentrasi tertinggi dari
yang tersedia sehingga sampel dengan dengan konsentrasi lebih rendah
sudah ikut terbaca di dalamnya. Panjang gelombang yang digunakan
berturut-turut adalah sebesar 460 nm, 480 nm, 500 nm, 520 nm, 540 nm,
560 nm, 580 nm, dan 600 nm. Dari praktikum yang dilakukan didapatkan
nilai Absorbansi berturut-turut sebesar 0,951 ; 0,807 ; 0,674 ; 0,548 ;
0,497 ; 0,420 ; 0,408 ; 0,398 . Dari data tersebut diketahui panjang
gelombang maksimum larutan kuning adalah 460 nm. Hal ini sudah sesuai
dengan pernyataan Underwood dan Day (1994) bahwa, panjang
gelombang larutan berwana kuning berada pada range 435-480 nm.
Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan untuk
mengetahui ketika absorbsi mencapai maksimum sehingga meningkatkan
proses absorbsi larutan terhadap sinar (Rohman, 2007). Pemilihan panjang
gelombang maksimum sangat menentukan dalam percobaan karena
apabila terjadi penyimpangan yang kecil selama percobaan akan
mengakibatkan kesalahan yang kecil dalam pengukuran. Jika pemilihan
panjang gelombang memiliki spektrum perubahan besar pada nilai
absorbansi saat panjang gelombang sempit, maka apabila terjadi
penyimpangan kecil pada cahaya yang masuk akan mengakibatkan
kesalahan besar dalam pengukuran. Semakin besar panjang gelombangnya
maka akan semakin kecil nilai absorbansinya. Hal ini dapat diakibatkan
sinar putih pada setiap panjang gelombang dapat terseleksi lebih detail
oleh prisma (Underwood dan Day, 1990).
Tabel 5.2 Pembuatan Kurva Standar Menggunakan Panjang Gelombang
460 nm
No. Konsentrasi Sampel
(%)
Absorbansi ( )
1 0,4 0,188
2 0,8 0,389
3 1,2 0,578
4 1,6 0,755
5 2,0 0,951
Sumber : Laporan Sementara
Gambar 5.2 Grafik Hubungan Antara Konsentrasi (%) dengan Absorbansi
(
Persamaan Regresi : y = 4,6.10-3
+ 0,473x
Pada praktikum kali ini, untuk membuat kurva standar panjang
gelombang yang digunakan adalah panjang gelombang maksimum hasil
praktikum sebelumnya yaitu 460 nm. Sampel yang digunakan memiliki
konsentrasi 0,4% ; 0,8% ; 1,2% ; 1,6% ; 2,0%. Berdasarkan sampel
tersebut, dalam spektrofotometer nilai absorbansi terbaca 0,188 ; 0,389
; 0,578 ; 0,755 ; 0,951 . Nilai absorbansi dari cahaya yang dilewatkan
sebanding dengan konsentrasi larutan dalam kuvet. Dari data tersebut
didapatkan persamaan regresi y = 4,6.10-3
+ 0,473x. Sehingga diketahui
hubungan antara konsentrasi sampel dengan absorbansi adalah berbanding
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1
0.4 0.8 1.2 1.6 2
Absorbansi(A)
Konsentrasi (%)
lurus. Makin tinggi konsentrasi suatu senyawa dalam larutan, makin
banyak sinar yang diserap. Hal ini sesuai dengan hukum Lambert Beer.
Hukum Lambert Beer merupakan gabungan dari hukum Lambert
dan hukum Beer. Hukum Lambert Beer menyatakan bahwa, “bila suatu
cahaya monokromatis atau polikromatis melalui suatu media yang
transparan maka bertambah turunnya intensitas cahaya yang dipancarkan
sebanding dengan bertambahnya kepekatan media”. Menurut Skoog dan
West, 1971 (dalam Triyati, 1985), hukum Lambert Beer menyatakan
bahwa jumlah radiasi cahaya tampak, ultra violet dan cahaya-cahaya lain
yang diserap atau ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu
fungsi eksponen dari konsentrasi zat dan tebal larutan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi absorbansi meliputi jenis pelarut,
pH, suhu, konsentrasi elektrolit yang tinggi dan adanya zat pengganggu
(Hendayana, et al, 1994). Dari praktikum di atas didapatkan nilai r adalah
0,999. Dari sini dapat diketahui bahwa hubungan korelasi antara
konsentrasi dengan absorbansi sangat erat karena mendekati 1. Semakin
tinggi konsentrasi yang diberikan, maka semakin tinggi pula nilai
absorbani larutan tersebut. Selain faktor di tersebut, larutan sampel yang
ada diukur nilai absorbansinya pada setiap panjang gelombang harus
diganti (tidak boleh menggunakan larutan sampel yang sama). Hal ini akan
mengakibatkan ketelitian nilai absorbansinya berkurang, sebab larutan tadi
telah dilewati oleh berkas cahaya monokromatik secara radiasi yang akan
mempengaruhi nilai absorbansi yang sebenarnya.
Selain digunakan untuk menentukan panjang gelombang, metode
spektrofotometri juga dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi
suatu larutan, Untuk menentukan konsentrasi larutan cuplikan, sudah
diketahui nilai absorbansinya sebesar 0,432 . Dari persamaan regresi di
atas, maka konsentrasi larutan cuplikan tersebut dapat diketahui yaitu
sebesar 0,903%.
E. KESIMPULAN
Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah:
a. Panjang gelombang yang digunakan berturut-turut adalah sebesar 460 nm,
480 nm, 500 nm, 520 nm, 540 nm, 560 nm, 580 nm, dan 600 didapatkan
nilai Absorbansi berturut-turut sebesar 0,951 ; 0,807 ; 0,674 ; 0,548 ;
0,497 ; 0,420 ; 0,408 ; 0,398 .
b. Panjang gelombang maksimum larutan kuning adalah 460 nm.
c. Untuk membuat kurva standar sampel yang digunakan memiliki
konsentrasi 0,4% ; 0,8% ; 1,2% ; 1,6% ; 2,0% dan nilai absorbansi yang
terbaca sebesar terbaca 0,188 ; 0,389 ; 0,578 ; 0,755 ; 0,951 .
d. Persamaan regresi y = 4,6.10-3
+ 0,473x.
e. Nilai korelasi antara konsentrasi dengan absorbansi adalah sangat erat
yaitu 0,999 atau mendekati 1.
f. Hubungan antara konsentrasi sampel dengan absorbansi adalah berbanding
lurus, makin tinggi konsentrasi suatu senyawa dalam larutan, makin
banyak sinar yang diserap.
g. Faktor-faktor yang mempengaruhi absorbansi meliputi jenis pelarut, pH,
suhu, konsentrasi elektrolit yang tinggi dan adanya zat pengganggu.
h. Konsentrasi larutan cuplikan yaitu sebesar 0,903%.
DAFTAR PUSTAKA
Christian, Gary D. 1980. Analytical Chemistry. University of Washington, USA.
Fessenden, Ralp J., Joan S. Fessenden. Kimia Organik Edisi Ketiga. Erlangga,
Jakarta.
Harini, Bernadeta Wuri, Rini Dwiastuti, dan Lucia Wiwid Wijayanti. 2012.
Aplikasi Metode Spektrofotometri Visibel untuk Mengukur Kadar
Curcuminoid pada Rimpang Kunyit (Curcuma Domestica). Disampaikan
pada Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi (SNAST)
Periode III. Pada tanggal 3 November 2012 di Yogyakarta.
Hendayana, Semar, Asep Kadarohman, AA Sumarna, Dan Asep Supriatna. 1994.
Kimia Analitik Instrumen. IKIP Semarang Press, Semarang.
Nukomarasari, Risa. 2010. Penentuan Kadar Fe(II) Dalam Sampel Dengan
Menggunakan Spektrofotometer UV-VIS. Universitas Pendidikan Indonesia.
Bandung
Nurul Huda. 2001. Pemeriksaan Kinerja Spektrofotometer Uv-Vis.GBC 911A
Menggunakan Pewarna Tartazine CL 19140. Jurnal Sigma Epsilon ISSN
0853-9013. No 20-21.
Timma, D.L. 1952. Absorption Spectrophotometry. Ohio Journal of Science.
Vol.52, No.3, May 1952 : 117-123.
Underwood, Day R.A. 1980. Analisa Kimia Kuantitatif. Erlangga, Jakarta.
LAMPIRAN
Perhitungan Penentuan Konsentrasi Larutan Cuplikan
Absorbansi = 0,432
y = 4,6.10-3 + 0,473x
0,432 = 4,6.10-3 + 0,473x
0,4274 = 0,473x
x = 0,903%

Contenu connexe

Tendances

Presentasi spektroskopi-inframerah-ppt
Presentasi spektroskopi-inframerah-pptPresentasi spektroskopi-inframerah-ppt
Presentasi spektroskopi-inframerah-pptDaniel Marison
 
Laporan Praktikum Spektrofotometri
Laporan Praktikum SpektrofotometriLaporan Praktikum Spektrofotometri
Laporan Praktikum SpektrofotometriRidha Faturachmi
 
Penentuan kadar ca dan mg serta turbiditas
Penentuan kadar ca dan mg serta turbiditasPenentuan kadar ca dan mg serta turbiditas
Penentuan kadar ca dan mg serta turbiditasUIN Alauddin Makassar
 
Laporan Spektrofotometri UV-Visible
Laporan Spektrofotometri UV-VisibleLaporan Spektrofotometri UV-Visible
Laporan Spektrofotometri UV-VisibleDila Adila
 
Analisis aspirin menggunakan metode titrasi asam-basa
Analisis aspirin menggunakan metode titrasi asam-basaAnalisis aspirin menggunakan metode titrasi asam-basa
Analisis aspirin menggunakan metode titrasi asam-basaMeiseti Awan
 
spektrofotometri uv-vis
spektrofotometri uv-visspektrofotometri uv-vis
spektrofotometri uv-visHafifa Marza
 
Laprak analisis kadar air fix
Laprak analisis kadar air fixLaprak analisis kadar air fix
Laprak analisis kadar air fixbintangdamayanti
 
LaporanTitrasi iodometri Teknik Kimia
LaporanTitrasi iodometri Teknik KimiaLaporanTitrasi iodometri Teknik Kimia
LaporanTitrasi iodometri Teknik KimiaRidha Faturachmi
 
Titrasi iodimetri vitamin c
Titrasi iodimetri vitamin cTitrasi iodimetri vitamin c
Titrasi iodimetri vitamin cqlp
 
Analisis dengan spektrometri serapan atom
Analisis dengan spektrometri serapan atomAnalisis dengan spektrometri serapan atom
Analisis dengan spektrometri serapan atomqlp
 
Kromatografi gas
Kromatografi gasKromatografi gas
Kromatografi gasAam Aam
 
Titrasi Bebas Air
Titrasi Bebas AirTitrasi Bebas Air
Titrasi Bebas Aireruna18
 
Karakteristik kromatografi
Karakteristik kromatografiKarakteristik kromatografi
Karakteristik kromatografiBughis Berkata
 
Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipisKromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipisDwi Andriani
 

Tendances (20)

Uv vis
Uv visUv vis
Uv vis
 
Presentasi spektroskopi-inframerah-ppt
Presentasi spektroskopi-inframerah-pptPresentasi spektroskopi-inframerah-ppt
Presentasi spektroskopi-inframerah-ppt
 
Iodometri
IodometriIodometri
Iodometri
 
Argentometri
ArgentometriArgentometri
Argentometri
 
Laporan Praktikum Spektrofotometri
Laporan Praktikum SpektrofotometriLaporan Praktikum Spektrofotometri
Laporan Praktikum Spektrofotometri
 
Penentuan kadar ca dan mg serta turbiditas
Penentuan kadar ca dan mg serta turbiditasPenentuan kadar ca dan mg serta turbiditas
Penentuan kadar ca dan mg serta turbiditas
 
Kromatografi gas
Kromatografi gasKromatografi gas
Kromatografi gas
 
Laporan Spektrofotometri UV-Visible
Laporan Spektrofotometri UV-VisibleLaporan Spektrofotometri UV-Visible
Laporan Spektrofotometri UV-Visible
 
Kolorimetri
KolorimetriKolorimetri
Kolorimetri
 
Analisis aspirin menggunakan metode titrasi asam-basa
Analisis aspirin menggunakan metode titrasi asam-basaAnalisis aspirin menggunakan metode titrasi asam-basa
Analisis aspirin menggunakan metode titrasi asam-basa
 
spektrofotometri uv-vis
spektrofotometri uv-visspektrofotometri uv-vis
spektrofotometri uv-vis
 
Laprak analisis kadar air fix
Laprak analisis kadar air fixLaprak analisis kadar air fix
Laprak analisis kadar air fix
 
LaporanTitrasi iodometri Teknik Kimia
LaporanTitrasi iodometri Teknik KimiaLaporanTitrasi iodometri Teknik Kimia
LaporanTitrasi iodometri Teknik Kimia
 
Uji Ninhydrin
Uji NinhydrinUji Ninhydrin
Uji Ninhydrin
 
Titrasi iodimetri vitamin c
Titrasi iodimetri vitamin cTitrasi iodimetri vitamin c
Titrasi iodimetri vitamin c
 
Analisis dengan spektrometri serapan atom
Analisis dengan spektrometri serapan atomAnalisis dengan spektrometri serapan atom
Analisis dengan spektrometri serapan atom
 
Kromatografi gas
Kromatografi gasKromatografi gas
Kromatografi gas
 
Titrasi Bebas Air
Titrasi Bebas AirTitrasi Bebas Air
Titrasi Bebas Air
 
Karakteristik kromatografi
Karakteristik kromatografiKarakteristik kromatografi
Karakteristik kromatografi
 
Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipisKromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipis
 

Similaire à Spektrofotometri Kimia

analisis spektroskopi percobaan 1
analisis spektroskopi percobaan 1analisis spektroskopi percobaan 1
analisis spektroskopi percobaan 1mila_indriani
 
laporan anaisis spektroskopi percobaan 2
laporan anaisis spektroskopi percobaan 2  laporan anaisis spektroskopi percobaan 2
laporan anaisis spektroskopi percobaan 2 mila_indriani
 
Bab vi spektro
Bab vi spektroBab vi spektro
Bab vi spektrothia_tiunk
 
Laporan praktikum kimia fisika
Laporan praktikum kimia fisika Laporan praktikum kimia fisika
Laporan praktikum kimia fisika Dede Suhendra
 
laporan analisis spektroskopi percobaan 3
laporan analisis spektroskopi percobaan 3laporan analisis spektroskopi percobaan 3
laporan analisis spektroskopi percobaan 3mila_indriani
 
Kimia analisa instrument
Kimia analisa instrumentKimia analisa instrument
Kimia analisa instrumentFadilah Nur
 
ppt spektrofometri.pptx
ppt spektrofometri.pptxppt spektrofometri.pptx
ppt spektrofometri.pptxRike Adliana
 
SPEKTRO UV-VIS LISNA.pptx
SPEKTRO UV-VIS LISNA.pptxSPEKTRO UV-VIS LISNA.pptx
SPEKTRO UV-VIS LISNA.pptxChyntiaMellyza1
 
Analisis Spektrofotometri UV - Visible
Analisis Spektrofotometri UV - VisibleAnalisis Spektrofotometri UV - Visible
Analisis Spektrofotometri UV - Visiblenoerarifinyusuf
 
Spektrofotometri adalah cabang dari spektroskopi
Spektrofotometri adalah cabang dari spektroskopiSpektrofotometri adalah cabang dari spektroskopi
Spektrofotometri adalah cabang dari spektroskopiFadhly M S
 
Macam spektrofotometri dan perbedaannya
Macam spektrofotometri dan perbedaannyaMacam spektrofotometri dan perbedaannya
Macam spektrofotometri dan perbedaannyaMulky Smaikers
 
Instrumen analitik(1)
Instrumen analitik(1)Instrumen analitik(1)
Instrumen analitik(1)faizul_hisham
 
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRIMakalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRIElvarinna Permata
 
Presentasi spektroskopi uv vis
Presentasi spektroskopi uv visPresentasi spektroskopi uv vis
Presentasi spektroskopi uv viskhairul anwar
 

Similaire à Spektrofotometri Kimia (20)

analisis spektroskopi percobaan 1
analisis spektroskopi percobaan 1analisis spektroskopi percobaan 1
analisis spektroskopi percobaan 1
 
Final acara 3 spektrofotometri
Final acara 3 spektrofotometriFinal acara 3 spektrofotometri
Final acara 3 spektrofotometri
 
laporan anaisis spektroskopi percobaan 2
laporan anaisis spektroskopi percobaan 2  laporan anaisis spektroskopi percobaan 2
laporan anaisis spektroskopi percobaan 2
 
Bab vi spektro
Bab vi spektroBab vi spektro
Bab vi spektro
 
Laporan praktikum kimia fisika
Laporan praktikum kimia fisika Laporan praktikum kimia fisika
Laporan praktikum kimia fisika
 
laporan analisis spektroskopi percobaan 3
laporan analisis spektroskopi percobaan 3laporan analisis spektroskopi percobaan 3
laporan analisis spektroskopi percobaan 3
 
Kimia analisa instrument
Kimia analisa instrumentKimia analisa instrument
Kimia analisa instrument
 
125474737 49535134-laporan-pk1
125474737 49535134-laporan-pk1125474737 49535134-laporan-pk1
125474737 49535134-laporan-pk1
 
ppt spektrofometri.pptx
ppt spektrofometri.pptxppt spektrofometri.pptx
ppt spektrofometri.pptx
 
SPEKTRO UV-VIS LISNA.pptx
SPEKTRO UV-VIS LISNA.pptxSPEKTRO UV-VIS LISNA.pptx
SPEKTRO UV-VIS LISNA.pptx
 
Analisis Spektrofotometri UV - Visible
Analisis Spektrofotometri UV - VisibleAnalisis Spektrofotometri UV - Visible
Analisis Spektrofotometri UV - Visible
 
Spectrofotometer
SpectrofotometerSpectrofotometer
Spectrofotometer
 
Spektrofotometri adalah cabang dari spektroskopi
Spektrofotometri adalah cabang dari spektroskopiSpektrofotometri adalah cabang dari spektroskopi
Spektrofotometri adalah cabang dari spektroskopi
 
Macam spektrofotometri dan perbedaannya
Macam spektrofotometri dan perbedaannyaMacam spektrofotometri dan perbedaannya
Macam spektrofotometri dan perbedaannya
 
Instrumen analitik(1)
Instrumen analitik(1)Instrumen analitik(1)
Instrumen analitik(1)
 
Kd meeting 7
Kd meeting 7Kd meeting 7
Kd meeting 7
 
turbidi dan neflo
turbidi dan nefloturbidi dan neflo
turbidi dan neflo
 
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRIMakalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
 
Presentasi spektroskopi uv vis
Presentasi spektroskopi uv visPresentasi spektroskopi uv vis
Presentasi spektroskopi uv vis
 
Laporan spektronic
Laporan spektronicLaporan spektronic
Laporan spektronic
 

Plus de Fransiska Puteri

Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan PustakaLaporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan PustakaFransiska Puteri
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYALaporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYAFransiska Puteri
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaFransiska Puteri
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaFransiska Puteri
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 EnzimLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 EnzimFransiska Puteri
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWANLaporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWANFransiska Puteri
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 KarbohidratLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 KarbohidratFransiska Puteri
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilaseLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilaseFransiska Puteri
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEINLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEINFransiska Puteri
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan LipaseLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan LipaseFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak proteinITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak proteinFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekonITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekonFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknikITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknikFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknikITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknikFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipmentITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipmentFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaanITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaanFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerjaITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerjaFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomiITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomiFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3Fransiska Puteri
 

Plus de Fransiska Puteri (20)

Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan PustakaLaporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYALaporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 EnzimLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWANLaporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 KarbohidratLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilaseLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEINLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan LipaseLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
 
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak proteinITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
 
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekonITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
 
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknikITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
 
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknikITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipmentITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaanITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerjaITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomiITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
 

Spektrofotometri Kimia

  • 1. LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK SPEKTROFOTOMETRI Oleh: KELOMPOK 6 1. Aldila Bunga (H0912002) 2. Antonius Y. (H0912015) 3. Ayu Novia (H0912021) 4. Diah Nur Anggita (H0912038) 5. Farida (H0912049) 6. Fransiska Puteri (H0912056) PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013
  • 2. ACARA IV SPEKTROFOTOMETRI A. TUJUAN PRAKTIKUM Tujuan dari praktikum acara IV Spektrofotometri ini adalah untuk: a. Menentukan panjang gelombang maksimum b. Membuat kurva standar c. Menentukan konsentrasi larutan berwarna kuning B. TINJAUAN PUSTAKA a. Tinjauan Alat dan Bahan Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri. A = log ( Io / I1 ) = a b c Keterangan : Io = Intensitas sinar datang I1 = Intensitas sinar yang diteruskan a = Absorptivitas b = Panjang sel/kuvet c = konsentrasi (g/l) A = Absorban Cahaya/sinar yang masuk dengan intensitas tertentu (I0) akan berkurang intensitasnya ketika melewati larutan. Berkurangnya intensitas sinar dikarenakan adanya serapan oleh larutan yang dilewati. Intensitas cahaya setelah melewati larutan (It) disebut dengan transmitansi (T), dan biasanya dinyatakan dalam satuan persen tranmitan (%T). Sedangkan cahaya yang diserap adalah absorbansi (A). % = It I0 x100 -Log T = Log It I0 = A
  • 3. Berdasarkan hukum Lambert-Beer, absorbansi dari suatu sampel akan sebanding dengan ketebalan, konsentrasi sampel dan absorbtifitas molar. Bila ketebalan benda (b) atau konsentrasi materi (c) yang dilewati bertambah, maka cahaya akan lebih banyak diserap. Jadi absorbansi berbanding lurus dengan ketebalan dan konsentrasi. Selain itu, faktor yang berpengaruh terhadap besar kecilnya absorbansi adalah absorptifitas molar (ε) dari larutan yang di ukur itu sendiri. Sehingga dari persamaan diatas dapat dirumuskan sebagai berikut: A = ε b c Hubungan antara absorbansi A dengan konsentrasi zat pengabsorbsi adalah linier. Ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan yang mengikuti hukum Lambert-Beer, yaitu : a. Syarat konsentrasi, larutan yang dianalisis harus encer. Pada konsentrasi tinggi jarak rata-rata di antara zat pengabsorbsi menjadi kecil sehingga masing-masing zat mempengaruhi distribusi muatan tetangganya. Interaksi ini dapat mengubah kemampuan untuk mengabsorbsi cahaya pada panjang gelombang yang diberikan. b. Syarat kimia, zat pengabsorbsi tidak boleh terdisosiasi atau bereaksi dengan pelarut menghasilkan suatu produk yang berbeda dari zat yang dianalisis. c. Syarat cahaya, hukum Beer berlaku untuk cahaya yang betul-betul monokromatik (cahaya yang mempunyai satu macam panjang gelombang). d. Syarat kejernihan, larutan yang dianalisis harus jernih karena kekeruhan larutan yang disebabkan oleh partikel-partikel koloid akan dihamburkan oleh partikel-partikel koloid akibatnya kekuatan cahaya yang diabsorbsi berkurang dari yang seharusnya (Nukomarasari, 2010). Analisa suatu cuplikan dengan spektrofotometri sinar tampak biasanya meliputi empat tahap pengerjaan, yaitu :
  • 4. a. Pembentukkan molekul yang dapat menyerap sinar di daerah sinar tampak (pewarnaan). b. Pemilihan panjang gelombang. c. Pembuatan kurva kalibrasi. d. Pengukuran absorbansi cuplikan. Karena warna sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah kuning. Hal ini berarti sampel tersebut menyerap gelombang elektromagnetik pada daerah komplemen warna kuning, yaitu daerah lembayung (violet) dan/atau daerah biru. Dapat diduga bahwa sampel ini akan mempunyai serapan di daerah 400-435 nm (violet) dan/atau 435-480 nm (biru) (Nurul Huda, 2001). e. Tinjauan Teori Spektrofotometri merupakan suatu metode analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna. Pengukuran ini dilakukan pada panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan tabung foton hampa. Metode spektrofotometri memiliki keuntungan yaitu dapat digunakan untuk menganalisa suatu zat dalam jumlah kecil (Harini, dkk, 2012). Absorbsi energi direkam sebagai absorbans (bukan transmitan seperti dalam spektra inframerah). Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan sebagai : A = dengan : A = absorban I0 = intensitas berkas cahaya rujukan I = intensitas berkas cahaya contoh Absorban suatu senyawa pada suatu panjang gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami transisi. Oleh karena itu, absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawanya dan juga pada kepekatan contoh dan panjangnya sel contoh. Sehingga ahli
  • 5. kimia menyatakan absorbs energi itu sebagai absorbtivitas molar e dan bukan sebagai absorbans sebenarnya (Fessenden dan Fessenden, 1982). Dalam metode spektrometri larutan sampel menyerap radiasi elektromagnetik dari sumber yang tepat dan jumlah yang diserap berhubungan dengan konsentrasi analit dalam larutan. Larutan tembaga berwarna biru karena menyerap warna, kuning, pelengkap dari cahaya putih dan mengirimkan cahaya biru yang tersisa. Larutan tembaga terkonsentrasi, cahaya lebih kuning diserap dan lebih dalam warna biru yang dihasilkan dari solusi. Dalam metode spektrometri jumlah cahaya kuning ini diserap akan diukur dan terkait dengan konsentrasi. Kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik spektrometri serapan dari pertimbangan spektrum elektromagnetik dan bagaimana molekul menyerap radiasi (Christian, 1980). Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual. Dengan studi lebih mendalam dari absorbsi energi radiasi oleh macam-macam zat kimia memperkenankan dilakukannya pengukuran ciri-cirinya serta kuantitatifnya dengan ketelitian lebih besar. Dalam penggunaan pada masa sekarang, istilah spektrofotometri mengingatkan pengukuran berapa jauh energi radiasi diserap oleh suatu sistem sebagai fungsi panjang gelombangdari radiasi, maupun pengukuran absorpsi terisolasi pada suatu panjang gelombang tertentu. Spektrum cahaya tampak dan warna-warna komplementer : Panjang Gelombang (nm) Warna Warna Komplementer 400-435 Violet Kuning-hijau 435-480 Biru Kuning 480-490 Hijau-biru Oranye 490-500 Biru-hijau Merah 500-560 Hijau Ungu 560-580 Kuning-hijau Violet 580-595 Kuning Biru 595-610 Oranye Hijau-biru 610-750 Merah Biru-hijau (Underwood dan Day, 1994).
  • 6. Faktor-faktor yang mempengaruhi absorbansi meliputi jenis pelarut, pH, suhu, konsentrasi elektrolit yang tinggi dan adanya zat pengganggu. Pengaruh-pengaruh ini harus diketahui; kondisi analisis harus dipilih sedemikian hingga absorbansi tidak akan dipengaruhi sedikitpun. Kebersihan juga akan mempengaruhi absorbansi termasuk bekas jari pada dinding tabung harus dibersihkan dengan kertas tisu dan hanya memegang bagian ujung atas tabung sebelum pengukuran (Hendayana, et al, 1994). Spektrofotometri terdiri dari mengukur rasio dari dua radiasi energi pada frekuensi atau panjang gelombang tertentu dan kemudian mengulanginya pengukuran pada frekuensi atau panjang gelombang lain sesuai yang diinginkan selama rentang spektral yang penting. Rasio dari energi radiasi ini dapat ditentukan dengan visual, foto-grafis, atau fotolistrik. Dalam spektrofotometri visual, bagian fotometri dari instrumen meliputi bidang fotometri dua bagian dan variasi sarana pencahayaan dari salah satu bagian sehingga mata hanya digunakan untuk mendeteksi yang tidak tampak dan akhirnya untuk menilai perbandingan dari dua bagian. Memvariasikan sarana pencahayaan dari salah satu bagian dikalibrasi, sehingga nilai sebenarnya dari poin yang sesuai ditentukan oleh sistem tambahan Fotometri fotografi ini biasanya digunakan ketika spektrograf konvensional digunakan sebagai media pendispersi (Timma, 1952). C. Metode 1. Alat dan Bahan a. Alat: a.) Labu ukur 100 ml b.) Beaker Glass c.) Tabung reaksi dan rak tabung reaksi d.) Spektrofotometer dan kuvet b. Bahan a) Larutan berwarna kuning b) Aquades c) Alkohol
  • 7. D. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Hasil Tabel 5.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Menggunakan Sampel dengan Konsentrasi 2% No. Panjang Gelombang (nm) Absorbansi (Ả) 1 460 0,951
  • 8. 2 480 0,807 3 500 0,674 4 520 0,548 5 540 0,497 6 560 0,420 7 580 0,408 8 600 0,398 Sumber : Laporan Sementara Gambar 5.1 Hubungan Antara Panjang Gelombang (nm) dengan Absorbansi ( Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan metode pengukuran dengan menggunakan spektrofotometer ini digunakan sering disebut dengan spektrofotometri. Tiap media akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawa atau warna yang terbentuk. Pada titrasi spektrofotometri sinar yang digunakan merupakan suatu berkas yang panjangnya tidak berbeda banyak antara satu dengan yang lain. Perbedaan panjang gelombangnya dapat lebih besar. Dalam hubungan ini dapat disebut juga spektrofotometri absorbsi atomik. 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 460 480 500 520 540 560 580 600 Absorbansi(A) Panjang Gelombang (nm)
  • 9. Prinsip kerja spektrofotometer adalah bila cahaya (monokromatik maupun campuran) jatuh pada suatu medium homogen, sebagian dari sinar masuk akan dipantulkan, sebagian di serap dalam medium itu, dan sisanya diteruskan. Nilai yang keluar dari cahaya yang diteruskan dinyatakan dalam nilai absorbansi karena memiliki hubungan dengan konsentrasi sampel. Studi spektrofotometri dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Hukum Beer menyatakan absorbansi cahaya berbanding lurus dengan konsentrasi dan ketebalan bahan/medium. Larutan standar dibuat dengan maksud untuk membuat kurva standar atau kurva kalibrasi sehingga nanti akan diperoleh panjang gelombang maksimum dari larutan standar tersebut. Kenapa panjang gelombang maksimum yang dipilih, hal ini karena di sekitar panjang gelombang maksimum tersebut, bentuk kurva serapan adalah datar sehingga hukum Lambert-Beer akan terpenuhi dengan baik sehingga kesalahan yang ditimbulkan panjang gelombang maksimum dapat diperkecil. Prinsip kerja dari percobaan ini adalah menentukan konsentrasi sampel dengan menggunakan kurva standar yang menghubungkan antara konsentrasi sampel dengan absorbansinya. Larutan sampel yang digunakan memiliki lima konsentrasi yang berbeda. Lima konsentrasi tersebut diukur panjang gelombangnya untuk mengetahui konsentrasi yang sebenarnya. Digunakan sampel larutan berwarna kuning yang masing-masing memiliki konsentrasi 0,4% ; 0,8% ; 1,2% ; 1,6% ; 2,0%. Untuk penentuan panjang gelombang maksimum digunakan sampel dengan konsentrasi 2,0%. Sampel dipilih karena merupakan sampel dengan konsentrasi tertinggi dari yang tersedia sehingga sampel dengan dengan konsentrasi lebih rendah sudah ikut terbaca di dalamnya. Panjang gelombang yang digunakan berturut-turut adalah sebesar 460 nm, 480 nm, 500 nm, 520 nm, 540 nm, 560 nm, 580 nm, dan 600 nm. Dari praktikum yang dilakukan didapatkan nilai Absorbansi berturut-turut sebesar 0,951 ; 0,807 ; 0,674 ; 0,548 ; 0,497 ; 0,420 ; 0,408 ; 0,398 . Dari data tersebut diketahui panjang
  • 10. gelombang maksimum larutan kuning adalah 460 nm. Hal ini sudah sesuai dengan pernyataan Underwood dan Day (1994) bahwa, panjang gelombang larutan berwana kuning berada pada range 435-480 nm. Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan untuk mengetahui ketika absorbsi mencapai maksimum sehingga meningkatkan proses absorbsi larutan terhadap sinar (Rohman, 2007). Pemilihan panjang gelombang maksimum sangat menentukan dalam percobaan karena apabila terjadi penyimpangan yang kecil selama percobaan akan mengakibatkan kesalahan yang kecil dalam pengukuran. Jika pemilihan panjang gelombang memiliki spektrum perubahan besar pada nilai absorbansi saat panjang gelombang sempit, maka apabila terjadi penyimpangan kecil pada cahaya yang masuk akan mengakibatkan kesalahan besar dalam pengukuran. Semakin besar panjang gelombangnya maka akan semakin kecil nilai absorbansinya. Hal ini dapat diakibatkan sinar putih pada setiap panjang gelombang dapat terseleksi lebih detail oleh prisma (Underwood dan Day, 1990). Tabel 5.2 Pembuatan Kurva Standar Menggunakan Panjang Gelombang 460 nm No. Konsentrasi Sampel (%) Absorbansi ( ) 1 0,4 0,188 2 0,8 0,389 3 1,2 0,578
  • 11. 4 1,6 0,755 5 2,0 0,951 Sumber : Laporan Sementara Gambar 5.2 Grafik Hubungan Antara Konsentrasi (%) dengan Absorbansi ( Persamaan Regresi : y = 4,6.10-3 + 0,473x Pada praktikum kali ini, untuk membuat kurva standar panjang gelombang yang digunakan adalah panjang gelombang maksimum hasil praktikum sebelumnya yaitu 460 nm. Sampel yang digunakan memiliki konsentrasi 0,4% ; 0,8% ; 1,2% ; 1,6% ; 2,0%. Berdasarkan sampel tersebut, dalam spektrofotometer nilai absorbansi terbaca 0,188 ; 0,389 ; 0,578 ; 0,755 ; 0,951 . Nilai absorbansi dari cahaya yang dilewatkan sebanding dengan konsentrasi larutan dalam kuvet. Dari data tersebut didapatkan persamaan regresi y = 4,6.10-3 + 0,473x. Sehingga diketahui hubungan antara konsentrasi sampel dengan absorbansi adalah berbanding 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 0.4 0.8 1.2 1.6 2 Absorbansi(A) Konsentrasi (%)
  • 12. lurus. Makin tinggi konsentrasi suatu senyawa dalam larutan, makin banyak sinar yang diserap. Hal ini sesuai dengan hukum Lambert Beer. Hukum Lambert Beer merupakan gabungan dari hukum Lambert dan hukum Beer. Hukum Lambert Beer menyatakan bahwa, “bila suatu cahaya monokromatis atau polikromatis melalui suatu media yang transparan maka bertambah turunnya intensitas cahaya yang dipancarkan sebanding dengan bertambahnya kepekatan media”. Menurut Skoog dan West, 1971 (dalam Triyati, 1985), hukum Lambert Beer menyatakan bahwa jumlah radiasi cahaya tampak, ultra violet dan cahaya-cahaya lain yang diserap atau ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi eksponen dari konsentrasi zat dan tebal larutan. Faktor-faktor yang mempengaruhi absorbansi meliputi jenis pelarut, pH, suhu, konsentrasi elektrolit yang tinggi dan adanya zat pengganggu (Hendayana, et al, 1994). Dari praktikum di atas didapatkan nilai r adalah 0,999. Dari sini dapat diketahui bahwa hubungan korelasi antara konsentrasi dengan absorbansi sangat erat karena mendekati 1. Semakin tinggi konsentrasi yang diberikan, maka semakin tinggi pula nilai absorbani larutan tersebut. Selain faktor di tersebut, larutan sampel yang ada diukur nilai absorbansinya pada setiap panjang gelombang harus diganti (tidak boleh menggunakan larutan sampel yang sama). Hal ini akan mengakibatkan ketelitian nilai absorbansinya berkurang, sebab larutan tadi telah dilewati oleh berkas cahaya monokromatik secara radiasi yang akan mempengaruhi nilai absorbansi yang sebenarnya. Selain digunakan untuk menentukan panjang gelombang, metode spektrofotometri juga dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu larutan, Untuk menentukan konsentrasi larutan cuplikan, sudah diketahui nilai absorbansinya sebesar 0,432 . Dari persamaan regresi di atas, maka konsentrasi larutan cuplikan tersebut dapat diketahui yaitu sebesar 0,903%.
  • 13. E. KESIMPULAN Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah: a. Panjang gelombang yang digunakan berturut-turut adalah sebesar 460 nm, 480 nm, 500 nm, 520 nm, 540 nm, 560 nm, 580 nm, dan 600 didapatkan nilai Absorbansi berturut-turut sebesar 0,951 ; 0,807 ; 0,674 ; 0,548 ; 0,497 ; 0,420 ; 0,408 ; 0,398 . b. Panjang gelombang maksimum larutan kuning adalah 460 nm. c. Untuk membuat kurva standar sampel yang digunakan memiliki konsentrasi 0,4% ; 0,8% ; 1,2% ; 1,6% ; 2,0% dan nilai absorbansi yang terbaca sebesar terbaca 0,188 ; 0,389 ; 0,578 ; 0,755 ; 0,951 . d. Persamaan regresi y = 4,6.10-3 + 0,473x. e. Nilai korelasi antara konsentrasi dengan absorbansi adalah sangat erat yaitu 0,999 atau mendekati 1. f. Hubungan antara konsentrasi sampel dengan absorbansi adalah berbanding lurus, makin tinggi konsentrasi suatu senyawa dalam larutan, makin banyak sinar yang diserap. g. Faktor-faktor yang mempengaruhi absorbansi meliputi jenis pelarut, pH, suhu, konsentrasi elektrolit yang tinggi dan adanya zat pengganggu. h. Konsentrasi larutan cuplikan yaitu sebesar 0,903%.
  • 14. DAFTAR PUSTAKA Christian, Gary D. 1980. Analytical Chemistry. University of Washington, USA. Fessenden, Ralp J., Joan S. Fessenden. Kimia Organik Edisi Ketiga. Erlangga, Jakarta. Harini, Bernadeta Wuri, Rini Dwiastuti, dan Lucia Wiwid Wijayanti. 2012. Aplikasi Metode Spektrofotometri Visibel untuk Mengukur Kadar Curcuminoid pada Rimpang Kunyit (Curcuma Domestica). Disampaikan pada Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi (SNAST) Periode III. Pada tanggal 3 November 2012 di Yogyakarta. Hendayana, Semar, Asep Kadarohman, AA Sumarna, Dan Asep Supriatna. 1994. Kimia Analitik Instrumen. IKIP Semarang Press, Semarang. Nukomarasari, Risa. 2010. Penentuan Kadar Fe(II) Dalam Sampel Dengan Menggunakan Spektrofotometer UV-VIS. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung Nurul Huda. 2001. Pemeriksaan Kinerja Spektrofotometer Uv-Vis.GBC 911A Menggunakan Pewarna Tartazine CL 19140. Jurnal Sigma Epsilon ISSN 0853-9013. No 20-21. Timma, D.L. 1952. Absorption Spectrophotometry. Ohio Journal of Science. Vol.52, No.3, May 1952 : 117-123. Underwood, Day R.A. 1980. Analisa Kimia Kuantitatif. Erlangga, Jakarta.
  • 15. LAMPIRAN Perhitungan Penentuan Konsentrasi Larutan Cuplikan Absorbansi = 0,432 y = 4,6.10-3 + 0,473x 0,432 = 4,6.10-3 + 0,473x 0,4274 = 0,473x x = 0,903%