SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  23
ACARA II
LIPIDA DAN LIPASE

A. Tujuan Praktikum
Praktikum acara II “Lipida dan Lipase” ini, bertujuan untuk :
1.

Mengetahui pengaruh perlakuan suhu dingin terhadap kenampakkan
beberapa jenis minyak/lemak.

2.

Mengetahui kualitas minyak dengan uji ketengikan menggunakan metode
Kreiss.

3.

Mengetahui kualitas minyak dengan uji Angka Asam.

4.

Mengetahui adanya aktivitas enzim Lipase dari Kacang Tanah.

B. Tinjauan Pustaka
1.

Tinjauan teori
Berdasarkan strukturnya lemak mempunyai wujud cair dan padat.
Wujud padat dan cairnya lemak dipengaruhi oleh tingkat kejenuhan asam
lemak yang terdapat didalamnya. Lemak yang kandungan asam lemaknya
terutama asam lemak tidak jenuh akan bersifat cair pada suhu kamar dan
biasanya disebut sebagai minyak, sedangkan yang kandungan asam
lemaknya terutama asam lemak jenuh akan berbentuk padat. Minyak
yang berasal dari kelapa sawit mempunyai kadar asam lemak jenuh
sebesar 51% dan asam lemak tak jenuh 49%; sedangkan minyak dari
jagung mempunyai kadar asam lemak jenuh 20% dan asam lemak tak
jenuh 80%. Proses terjadinya ketengikan (rancidity) akan dipercepat
apabila terdapat logam tertentu seperti tembaga, seng, timah dan timbal
dan apabila mendapat panas atau cahaya penerangan. Asam lemak juga
dapat mengalami perubahan karena dimasak pada temperatur tinggi.
Proses pemasakan pada temperatur tinggi ini menyebabkan minyak
mengalami pirolisis, yaitu suatu reaksi dekomposisi karena panas.
Pirolisis menyebabkan terbentuknya akrolein, yaitu senyawa yang
bersifat racun, dan dapat menyebabkan iritasi dengan bau khas lemak
terbakar. Sehingga ketengikkan dapat dijadikan indikator kerusakkan
pada minyak (Edwar, 2011).
Lemak dan minyak adalah trigliserida, atau triasilgliserol, kedua
istilah ini berarti triester dari gliserol. Perbedaan antara suatu lemak dan
suatu minyak bersifat sebarang, pada temperatur kamar lemak bersifat
padat dan minyak bersifat cair. Sebagian gliserida pada hewan adalah
berupa lemak, sedangkan gliserida pada tumbuhan cenderung berupa
minyak, karena itu biasa terdengar ungkapan lemak hewani (lemak babi,
lemak sapi) dan minyak nabati (minyak jagung, minyak bunga matahari)
(Fessenden, 1999).
Minyak dan lemak adalah bagian dari kelompok senyawa dikenal
sebagai ester lemak atau trigliserida, dan hidrolisis mereka dasarnya
melibatkan reaksi dengan air untuk menghasilkan asam lemak yang
berharga gratis dan gliserol. Ada tiga rute utama saat ini digunakan untuk
hidrolisis lemak dan minyak dalam produksi asam lemak ; tekanan tinggi
membelah uap, hidrolisis basa dan enzimatik hidrolisis. Para enzim lipase
yang secara khusus mengkatalisis hidrolisis minyak menjadi asam lemak
bebas dan gliserol pada hubungan antara dua cairan. Trigliserida ini
disebut "lipid", tidak larut dalam fase air, sehingga reaksi harus
mengambil tempat pada antar muka air dan fase lipid (Murty, 2002).
Lemak hewan pada umumnya berupa zat padat pada suhu ruangan,
sedangkan lemak yang berasal dari tumbuhan berupa zat cair. Lemak
mempunyai titik lebur tinggi mengandung asam lemak jenuh, sedangkan
lemak cair disebut minya mengandung asam lemak tidak jenuh. Pada
umumnya lemak apabila dibiarkan lama di udara akan menimbulkan rasa
dan bau yang tidak enak. Hal ini disebabkan oleh proses hidrolisis yang
menghasilkan asam lemak bebas. Di samping itu dapat pula terjadi proses
oksidasi terhadap asam lemak tidak jenuh yang hasilnya akan menambah
bau dan rasa yang tidak enak. Oksidasi asam lemak tidak jenuh akan
menghasilkan peroksida dan selanjutnya akan terbentuk aldehid. Inilah
yang menyebabkan terjadinya bau dan rasa tidak enak atau tengik.
Kelembaban udara, cahaya, suhu tinggi, dan adanya bakteri perusak
adalah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya ketengikan lemak
(Poedjiadi, 1994).
Kerusakan lemak yang utama adalah timbulnya bau dan rasa tengik
yang disebut proses ketengikan (rancidity), ketengikan terjadi karena
asam lemak pada suhu ruang dirombak akibat hidrolisis atau oksidasi
menjadi hidrokarbon, alkanal, atau keton serta sedikit epoksi dan alkohol
(alkanol). Bau yang kurang sedap muncul akibat campuran dari berbagai
produk ini. Selain itu pada suhu kamar, proses ini dapat terjadi selama
proses pengolahan menggunakan suhu tinggi. Hasil oksidasi minyak atau
lemak dalam bahan pangan tidak hanya mengakibatkan rasa dan bau
tidak enak tetapi juga dapat menurunkan nilai gizi karena rusaknya
vitamin (karoten dan tokoferol) dan asam lemak esensial dalam lemak
(Siswati et al., 2008).
Lipida memegang peranan penting dalam struktur dan fungsi sel.
Dua tetes lipida, yang berfungsi untuk menyimpan energi kimia, dapat
dilihat dalam kloroplas. Asam lemak adalah asam organik berantai
panjang yang mempunyai atom karbon dari 4 sampai 24, asam lemak
memiliki gugus karboksil tunggal dan ekor hidrokarbon nonpolar yang
panjang, yang menyebabkan kebanyakan lipida bersifat tidak larut di
dalam air dan tampak berminyak atau berlemak (Thenawidjaja, 1982).
Produk oksidasi lipid di mana-mana dalam makanan, meskipun
banyak variasi di jenisnya dan tingkatannya saat ini. Meskipun tingkat
senyawa ini umumnya rendah, masalah oksidasi lipid sekaligus merusak
kualitas beberapa produk makanan dan membatasi kehidupan yang lain.
Semua makanan yang mengandung lemak, bahkan pada tingkat yang
sangat rendah (<1%), rentan terhadap oksidasi, yang menyebabkan
tengik. Perubahan kerusakan pada makanan yang disebabkan oleh
oksidasi lipid tidak hanya meliputi kehilangan rasa atau tawar, tetapi juga
hilangnya warna, nilai gizi, dan akumulasi senyawa, yang dapat
merugikan kesehatan konsumen (Wasowics et al., 2004).
Asam–asam lemak yang ditemukan di alam, biasanya merupakan
asam–asam monokarboksilat dengan rantai yang tidak bercabang dan
mempunyai jumlah atom karbon genap. Asam–asam lemak yang
ditemukan di alam dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu asam lemak
jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh berbeda
dalam jumlah dan posisi ikatan rangkapnya, dan berbeda dengan asam
lemak jenuh dalam jumlah dan posisi ikatan keseluruhannya. Asam
lemak tak jenuh biasanya terdapat dalam bentuk cis. Karena itu molekul
akan bengkok pada ikatan rangkap, walaupun ada juga asam lemak tidak
jenuh dalam bentuk trans (Winarno, 2008).
2. Tinjauan bahan
Lemak dan minyak merupakan hal yang kita kenal setiap hari.
Lemak yang lazim meliputi mentega, lemak hewan, dan bagian berlemak
dari daging. Minyak terutama berasal dari tumbuhan, termasuk jagung,
biji kapas, zaitu, kacang, dan minyak kedelai. Beberapa lemak dan
minyak terutama menghasilkan satu atau dua asam, dengan sedikit saja
asam lainnya. Contohnya, minyak zaitun menghasilkan 83% asam oleat.
Minyak sawit menghasilkan 43% asam palmita, dan 43% asam oleat
dengan sedikit asam stearat dan asam linoleat (Hart, 2003).
Minyak kelapa dan kelapa sawit sebagai sumber kebutuhan minyak
goreng harus dijaga kualitasnya. Penurunan kualitas minyak sangat
dipengaruhi oleh keberadaan asam lemak yang dikandungnya. Faktor
yang menjadi penyebab utama menurunnya kualitas minyak adalah
ketengikan, yaitu proses oksidasi oleh oksigen dari udara terhadap lemak
yang mengakibatkan minyak menjadi tidak layak dikonsumsi. Minyak
yang rusak akibat oksidasi akan menghasilkan bahan pangan dengan rupa
yang kurang menarik dan cita rasa yang tidak enak, serta kurang baik
untuk kesehatan. Proses kerusakan minyak/lemak di dalam bahan pangan
dapat terjadi selama proses pengolahan, misalnya proses pemanggangan,
penggorengan dengan cara deep frying dan selama penyimpanan.
Kerusakan ini menyebabkan bahan pangan berlemak mempunyai bau dan
rasa yang tidak enak, sehingga dapat menurunkan mutu dan nilai gizi
bahan pangan tersebut (Fanani, 2009).
Kandungan asam lemak jenuh terbesar terdapat pada lemak sapi
sebesar 65.53% dengan rasio (MUFA+PUFA)/SFA 0.35, dan lemak
margarin sebesar 63.89% dengan rasio (MUFA+PUFA)/SFA 0.46,
sedangkan asam lemak tak jenuh terbesar terdapat pada minyak zaitun
sebesar 82.27%, minyak ikan 75.48% dan minyak goreng kemasan
66.19%. Minyak ikan memiliki kandungan asam lemak tak jenuh ganda
terbesar yaitu 30.24%, sedangkan minyak zaitun sebesar 26.14%.
Kandungan asam lemak tak jenuh tunggal terbesar terdapat pada minyak
goreng kemasan sebesar 53.87%, dan minyak goreng curah sebesar
52.77%. Rasio (MUFA+PUFA)/SFA terbesar diperoleh pada minyak
ikan yaitu 5.38%, kemudian minyak zaitun sebesar 3.67% dan lemak sapi
0.35% (Hermanto, 2010).
Lipase (triasilgliserol hidrolase, EC 3.1.1.3) merupakan enzim yang
dapat mengkatalis berbagai macam reaksi yang meliputi hidrolisis, interesterifikasi, alkoholisis, asidolisis, esterifikasi dan aminolisis. Pada
umunya, sumber lipase adalah dari mikiroba dan jamur. Lipase telah
digunakan dalam berbagai keperluan industri antara lain sintesis lipid
terstruktur, industry farmasi dan kosmetik, surfaktan, food flavor,
produksi pulp dan kertas, tekstil, dan bahan bakar biodiesel. Lipase
terdapat juga pada biji dan buah tanaman seperti palma, selada, bekatul,
beras, barley, gandum, oat, kapas, jagung, mentimun dan kacangkacangan (Hidayat et al, 2008).
Minyak sawit, seperti biji minyak lainnya, adalah ester asam lemak
gliserol biasa disebut trigliserida. Ia memiliki tinggi proporsi asam
palmitat jenuh (C16) yang mana mungkin saja disebabkan nilainya dalam
pembuatan sabun. minyak sawit ini juga mengandung lemak tak jenuh
yang tinggi, terutama yang berasal dari asam oleat. Dalam keadaan
aslinya, minyak sawit mengandung karotenoid (0,05-0,2%) yang
memberikan warna merah (Njoku, 2010).
Biji wijen adalah sumber minyak nabati dengan kadar asam lemak
jenuh sebesar 16% sehingga dapat dikonsumsi langsung, dalam bentuk
minyak atau tepung. Wijen baik dalam bentuk biji maupun minyaknya
digunakan dengan intensif sebagai bahan makanan di berbagai negara
(Bailey’s, 1930). Biji wijen mengandung minyak antara 35 – 63 % dan
dengan kandungan protein yang tinggi yaitu 19 – 25%, 7 - 8% serat
kasar, 15% residu bebas nitrogen, dan 4,5 - 6,5% abu. Minyak biji wijen
kaya akan asam lemak tak jenuh, khususnya asam oleat (C18:1) dan
asam linoleat (C18:2, Omega-6), 8-10% asam lemak jenuh, dan sama
sekali tidak mengandung asam linolenat (Rachmadani, 2012).
Menurut Bimbo (dalam Susilawati, 1994), jenis asam lemak tak
jenuh pada minyak ikan hampir sama dengan minyak pada tumbuhan.
Perbedaannya hanya pada kadar asam lemak tertentu. Misalnya, asam
lemak utama pada minyak ikan berkonfigurasi omega-3, sedangkan pada
minyak tumbuhan dan hewan lainnya lebih banyak mengandung asam
lemak berkonfigurasi omega-6. Asam lemak dengan konfigurasi omega-3
adalah asam lemak yang memiliki posisi ikatan rangkap pertama pada
atom karbon nomor 3 dari ujung gugus metilnya. Asam-asam lemak
alami yang termasuk dalam kelompok asam lemak omega-3 adalah asam
linolenat, asam eikosapentaenoat, dan asam dokosa heksaenoat
(Rasyid, 2003).
C. Metodologi
1. Alat
a. Gelas beker 500 ml
b. Tabung reaksi dan rak tabung reaksi
c. Pipet ukur
d. Timbangan
e. Erlenmeyer 100 ml
f. Pendingin Balik
g. Pipet tetes
h. Alat Sentrifugasi
i. Waterbath
j. Stopwatch
k. Buret Titrasi
2. Bahan
a. Minyak ikan
b. Minyak sawit
c. Minyak wijen
d. Minyak zaitun
e. Lemak ayam
f. Minyak bekas
g. Minyak lama
h. Air dingin
i. HCl
j. Phloroglucinol 1%
k. Alkohol netral
l. Indikator fenol fthalein
m. NaOH 0,01 N
n. Kacang tanah
o. NaCl 0,1 M
p. Susu
3. Cara Kerja
Percobaan kenampakkan lipida pada suhu ambien dan suhu dingin
Disiapkan 5 tabung reaksi bersih

10 ml minyak sawit, minyak
ikan, minyak wijen, minyak
zaitun, dan lemak ayam

Dimasukkan pada masing-masing tabung
dan diamati warna, bau, serta kondisinya
pada suhu kamar
Tabung-tabung berisi minyak tersebut
dimasukkan kedalam gelas beaker yang telah
berisi air dingin < 100 C
Setelah ± 10 menit diamati perubahan warna,
bau, serta kondisinya
Diterangkan faktor-faktor perubahan tersebut
Uji ketengikkan dengan metode Kreiss
1 ml minyak baru, miyak
bekas, minyak lama
ditambah air, minyak lama
di kaleng dan 1 ml HCl

Digojog homogen

1 ml phloroglucinol 1%
Ditambahkan dan dibiarkan selama 10
menit
Campuran tersebut divortex selama 5
menit lalu didiamkan selama 15 menit
Bila pada lapisan terjadi warna merah
jambu menunjukkan minyak tersebut
tengik
Uji Angka Asam
5 g minyak baru atau minyak bekas/lama

Ditimbang, dimasukkan kedalam erlenmeyer 100 ml
50 ml alkohol netral
Ditambahkan dan dididihkan 10 menit lalu dipasang
pendingin dengan cepat

5 tetes indikator pp
Ditambahkan

NaOH 0,1 N
Dititrasi sampai warna merah jambu
Dibandingkan jumlah titran yang diperlukan

Uji aktivitas Enzim Lipase
-

Penyiapan larutan enzim
20 g kacang tanah

Ditimbang, dan dihancurkan

100 ml 0,1 M NaCl
Ditambahkan lalu dibiarkan selama 30 menit
Disaring filtratnya dan didapatkan larutan
enzim kasar
-

Cara pengujian
8 ml substrat (susu) atau
blanko (NaCl 0,1 M)

Dimasukkan kedalam erlenmeyer 100 ml
dan diseimbangkan suhunya dalam
waterbath 300 C

2 ml larutan enzim

Ditambahkan dan diinkubasi pada suhu
300 C selama 10 menit

40 ml alkohol

Ditambahkan 5 tetes indikator pp
Dititrasi dengan NaOH 0,01 N sampai
warna tepat merah muda
D. Hasil dan Pembahasan
Tabel 2.1 Perbandingan Kenampakkan Lipida pada Suhu Ambien dan Suhu
Dingin < 100C
Kel

Sampel

1,6

Minyak
Sawit

Suhu Ambien
Warna
Bau
Wujud
Kuning Tidak
Cair
bening berbau

2

Minyak
Ikan

Coklat
tua

3

Minyak
Wijen

Coklat
bening

4

Lemak
Ayam

Coklat
keruh

5

Minyak
Zaitun

Kuning
jernih

Bau
amis
Khas
minyak
wijen
Khas
lemak
ayam
Khas
minyak
zaitun

Cair

Cair

Suhu Dingin < 100C
Warna
Bau
Wujud
Kuning
Tidak
Cair
bening
berbau
Amis tapi
Coklat
tidak terlalu
Cair
tua
menyengat
Khas
Coklat
Lebih
minyak
bening
kental
wijen

Cair

Coklat
keruh

Khas lemak
ayam

Padat

Cair

Kuning
jernih

Khas
minyak
zaitun

Cair

Sumber : Laporan Sementara

Percobaan ini menggunakan empat sampel lipida yaitu minyak sawit,
minyak wijen, minyak ikan dan lemak ayam. Tiap sampel diperlakukan
dengan sama yaitu didinginkan dalam air yang bersuhu dingin < 100C.
Sebelum didinginkan minyak sawit berwarna kuning bening, tidak berbau dan
berwujud cair. Setelah didinginkan sawit tetap kuning bening, tidak berbau
dan berwujud cair. Pada sampel berikutnya yaitu minyak ikan, sebelum
didinginkan minyak ikan berwarna coklat tua, berbau amis, dan berwujud
cair. Setelah didinginkan minyak ikan tersebut tetap berwarna coklat tua,
berbau amis tapi tidak terlalu menyengat dan cair. Minyak wijen sebelum
didinginkan berwarna coklat bening, berbau minyak wijen dan berwujud cair,
setelah didinginkan berwarna coklat bening, berbau minyak wijen dan lebih
kental. Pada lemak ayam sebelum didinginkan berwarna coklat keruh, berbau
lemak ayam dan cair, setelah didinginkan menjadi coklat keruh, tetap berbau
lemak ayam, dan menjadi padat. Pada sampel yang terakhir yaitu minyak
zaitun sebelum didinginkan berwarna kuning jernih, berbau minyak zaitun,
dan berwujud cair. Setelah didinginkan tetap berwarna kuning jernih, berbau
minyak zaitun dan cair.
Asam lemak tak jenuh terbagi menjadi 2 yaitu asam lemak tak jenuh
tunggal dan ganda. Asam lemak tak jenuh tunggal, hanya mempunya satu
ikatan ganda banyak ditemukan pada alpukat, minyak zaitun, kacang, dan
minyak canola. Asam lemak tak jenuh ganda, mempunyai lebih dari satu
ikatan ganda banyak ditemukan pada minyak ikan, EPO, minyak wijen,
minyak kedelai. Asam lemak jenuh, tidak mempunyai ikatan ganda banyak
terdapat pada daging, telur, dan mentega. Sehingga dapat disimpulkan lemak
ayam termasuk mengandung asam lemak jenuh dan Minyak wijen, minyak
zaitun, dan minyak ikan mengandung asam lemak tak jenuh. Sedangkan
minyak sawit termasuk golongan asam lemak agak jenuh.
Winarno (1999) juga menjelaskan minyak sawit mempunyai titik leleh
25-500C, mengandung asam lemak dominan yaitu asam palmitat (lemak
jenuh) 50.46% dan asam oleat (lemak tak jenuh) sebesar 40.35%. Dalam
Edwar (2011) minyak goreng sawit mempunyai asam lemak tidak jenuh
hanya sebesar 48%. Minyak wijen diperoleh dari biji wijen (Sesamum
indicum) yang mengandung minyak sekitar 50 persen. Rantai asam lemak
yang terdapat dalam minyak ikan mempunyai jumlah lebih dari delapan belas
atom karbon dan memiliki lima atau enam ikatan rangkap dalam (Rasyid,
2003).

Minyak

ikan

mengandung asam

lemak

tidak

jenuh

yang

berkonfigurasi omega 3. Kadar omega 3 minyak ikan khususnya minyak ikan
sardin, dapat bervariasi tetapi berkisar antara 4,48% sampai dengan 11,80%.
Secara umum, asam-asam lemak dalam minyak zaitun dibagi menjadi dua
yaitu, asam lemak tak jenuh dengan kadar 70-80% dan asam lemak jenuh
dengan kadar 8-10%. Berdasarkan teori tersebut maka sampel dapat diurutkan
dari yang memiliki kejenuhan yang tinggi ke sampel yang memiliki
kejenuhan rendah yaitu lemak ayam, minyak sawit, minyak wijen, minyak
ikan, dan minyak zaitun.
Pada hasil percobaan minyak wijen mengalami pengentalan sedangkan
minyak sawit tetap cair setelah dilakukan perlakuan, seharusnya minyak
wijen tetap cair karena ikatannya rangkap dan minyak sawit kental karena
merupakan asam lemak agak jenuh. Hal ini mungkin dikarenakan minyak
wijen dan minyak sawit tercampur dengan sampel lainnya, karena
penggunaan pipet ukur yang bergantian dan tidak dibersihkan dahulu
sehingga terjadi kontaminasi dengan sampel jenis lain.
Suhu dingin berpengaruh terhadap minyak/lemak karena menyebabkan
kondisinya lebih padat. Titik lebur suatu lemak atau minyak dipengaruhi oleh
sifat asam lemak, yaitu daya tarik antar asam lemak yang berdekatan dalam
kristal. Gaya ini ditentukan oleh panjang rantai C, jumlah ikatan rangkap, dan
bentuk cis dan trans pada asam lemak tidak jenuh. Makin panjang rantai C,
titik cair akan semakin tinggi dan titik lebur menurun dengan bertambahnya
jumlah ikatan rangkap. Makin banyak ikatan rangkap, ikatan makin lemah,
berarti titik cair akan lebih rendah. Sehingga asam lemak jenuh mempunyai
titik lebur lebih tinggi daripada asam lemak tidak jenuh.
Faktor penyebab terjadinya perubahan yang terjadi pada minyak/lemak
pada suhu dingin adalah jenis ikatan dan struktur minyak/lemak tersebut.
Sesuai teori menurut Edwar (2011) yang mengatakan bahwa, berdasarkan
strukturnya lemak mempunyai wujud cair dan padat. Wujud padat dan
cairnya lemak dipengaruhi oleh tingkat kejenuhan asam lemak yang terdapat
di dalamnya. Lemak yang kandungan asam lemaknya terutama asam lemak
tidak jenuh akan bersifat cair pada suhu kamar dan biasanya disebut sebagai
minyak, sedangkan yang kandungan asam lemaknya terutama asam lemak
jenuh akan berbentuk padat.
Tabel 2.2 Hasil Uji Ketengikkan Minyak dengan metode Kreiss
Kel

Sampel

Sebelum

1

Minyak baru

Terbentuk 3 lapisan :
bening-keruh-bening

2

Minyak bekas

Terbentuk 3 lapisan :
bening-kuning-putih
keruh

3

Minyak lama +
sedikit air

Terbentuk 3 lapisan :
bening-keruh-bening

4

Minyak baru

Terbentuk 3 lapisan :
bening-keruh-bening

5

Minyak bekas

Terbentuk 3 lapisan :
bening-kuning-putih
keruh

6

Minyak lama +
sedikit air

Terbentuk 3 lapisan :
bening-keruh-bening

7

Minyak baru

8

Minyak jelantah

9
10

Minyak +
sedikit air
Minyak lama di
kaleng

11

Minyak baru

12

Minyak jelantah

13

Minyak murni

14
15
16
17
18

Minyak bekas
pakai
Minyak + air
sedikit
Minyak lama
dalam kaleng
Minyak +
sedikit air
Minyak lama
dalam Kaleng

Sumber : Laporan Sementara

Terbentuk lapisan bening
dan kuning
Terbentuk lapisan bening
dan coklat
Bening kekuningan
Kuning bening dan
bening
Terbentuk lapisan bening
dan kuning
Terbentuk lapisan bening
dan coklat
Atas : kuning, Tengah : Bawah : bening
Atas: bening, Tengah :
coklat, Bawah : bening
Atas: bening, Tengah:
kuning, Bawah: bening
Atas: bening, Tengah:
kuning, Bawah: bening
Atas: bening, Tengah:
kuning, Bawah: bening
Atas: putih kemerahmerahan, Tengah : coklat
Bawah: bening

Sesudah
Terbentuk 2 lapisan, atas:
putih keruh, bawah:
bening
Terbentuk 2 lapisan, atas:
jingga keruh, bawah:
putih keruh
Terbentuk 2 lapisan, atas:
putih keruh, bawah:
bening
Terbentuk 2 lapisan, atas:
putih keruh, bawah:
bening
Terbentuk 2 lapisan, atas:
jingga keruh, bawah:
putih keruh
Terbentuk 2 lapisan, atas:
bening, bawah: putih
keruh
Tidak ada lapisan pink
Tidak ada lapisan pink
Tidak ada lapisan pink
Ada lapisan pink
Tidak ada lapisan pink
Tidak ada lapisan pink
Atas: kuning, Tengah:
putih keruh, Bawah:
bening
Atas: bening, Tengah:
coklat, Bawah: bening
Atas: bening, Tengah:
kuning, Bawah: bening
Atas: kuning, Tengah: Bawah: merah muda
Atas: bening, Tengah:
kuning, Bawah: bening
Atas: merah muda,
Tengah: kuning, Bawah:
bening, ada bintik merah
Metode Kreiss merupakan salah satu metode untuk uji ketengikan
minyak. Uji Kreiss berprinsip kepada reaksi kondensasi antara ephydrinaldehida dengan phloroglucinol, sehingga menghasilkan warna merah jambu
(pink). Sampel yang digunakan adalah minyak kelapa sawit yang baru, bekas,
dan yang lama ditambah sedikit air. Langkah awal yang dilakukan adalah
menambah 1 mL HCl 1:1 kedalam 1 mL sampel kemudian digojog supaya
homogen. Fungsi dari HCl 1:1 adalah untuk menghidrasi epyhidrin-aldehid
menjadi furfural. Ke dalam larutan tersebut ditambahkan phloroglucinol,
menurut Anwar (2012) fungsi penambahan phloroglucinol adalah agar
bereaksi dengan furfural membentuk kompleks berwarna merah jambu yang
akan menjadi dasar terhadap analisis ketengikan secara kualitatif.
Selanjutnya, dibiarkan dulu selama 15 menit untuk memberi kesempatan
reaksi terjadi dengan baik dan homogen. Jika larutan berwarna merah muda
maka minyak telah mengalami ketengikan. Semakin tinggi intensitas warna
yang terbentuk maka minyak semakin tengik.
Menurut Tabel 2.2 dapat diketahui bahwa, minyak baru dan minyak
lama yang ditambah sedikit air terbentuk 2 lapisan, atas berwarna putih keruh
dan yang bawah berwarna bening. Hal ini menunjukkan minyak baru dan
minyak lama yang ditambah sedikit air tidak mengalami ketengikan.
Sedangkan pada minyak bekas terjadi 2 lapisan, atas berwarna jingga keruh
dan bawah berwarna putih keruh. Hal ini menunjukkan bahwa pada minyak
bekas telah tengik. Minyak bekas lebih tengik dari pada minyak baru dan
minyak lama yang ditambah sedikit air, hasil ini telah sesuai dengan teori
menurut Edwar (2011) yang menyatakan, kerusakan lemak yang utama
adalah timbulnya bau dan rasa tengik yang disebut proses ketengikan
(rancidity), ketengikan terjadi karena asam lemak pada suhu ruang dirombak
akibat hidrolisis atau oksidasi menjadi hidrokarbon, alkanal, atau keton serta
sedikit epoksi dan alkohol (alkanol). Bau yang kurang sedap muncul akibat
campuran dari berbagai produk. Selain pada suhu kamar, proses ini dapat
terjadi selama proses pengolahan menggunakan suhu tinggi.
Ketengikan terjadi bila komponen cita-rasa dan bau mudah menguap
terbentuk sebagai akibat kerusakan oksidatif dari lemak dan minyak yang tak
jenuh. Komponen-komponen ini menyebabkan bau dan cita-rasa yang tidak
dinginkan dalam lemak dan minyak dan produk-produk yang mengandung
lemak dan minyak itu. Hal ini disebabkan oleh otooksidasi radikal asam
lemak tidak jenuh dalam lemak. Otooksidasi dimulai dengan pembentukan
radikal-radikal bebas yang disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat
mempercepat

reaksi

seperti

cahaya,

panas,

peroksida

lemak

atau

hidroperoksida, logam-logam berat seperti Cu, Fe, Co dan Mn, logam pofirin
seperti hematin, hemoglobin, mioklobin, klorofil, dan enzim-enzim
lipoksidase.
Molekul-molekul lemak yang mengandung radikal asam lemak tidak
jenuh mengalami oksidasi dan menjadi tengik. Bau tengik yang tidak sedap
tersebut disebabkan oleh pembentukan senyawa-senyawa hasil pemecahan
hidroperoksida. Sebuah atom hidrogen yang terikat pada suatu atom karbon
yang letaknya disebelah atom karbon lain yang mempunyai ikatan rangkap
dapat disingkirkan oleh suatu kuantum energi sehingga membentuk radikal
bebas. Kemudian radikal ini dengan O2 membentuk peroksida aktif yang
dapat membentuk hiperperoksida yang bersifat sangat tidak stabil dan mudah
pecah menjadi senyawa dengan rantai karbon yang lebih pendek oleh radiasi
energi tinggi, energi panas, katalis logam, atau enzim. Senyawa-senyawa
dengan rantai C lebih pendek ini adalah asam-asam lemak, aldehida-aldehida,
dan keton yang bersifat volatil dan menimbulkan bau tengik pada lemak.
Pada minyak baru memiliki potensi tengik atau rusak yang lebih rendah
karena minyak masih baru dan kemungkinan terkontaminasi oleh udara masih
kecil sehingga terjadinya oksidasi kecil pula kemungkinannya. Sedangkan
untuk minyak bekas atau jelantah lebih besar potensi ketengikan karena
minyak telah digunakan sehingga mengalami perlakuan pemanasan dengan
suhu yang tinggi dan berulang. Pemanasan suhu tinggi ini mengakibatkan
terjadinya pirolisis pada minyak sehinga menjadi rusak. Untuk minyak lama
yang ditambah sedikit air memiliki potensi ketengikan yang cukup tinggi
karena adanya air mengakibatkan minyak terkontaminasi dengan oksigen. Hal
ini menyebabkan terjadinya proses oksidasi pada minyak yang membentuk
senyawa dengan rantai C lebih pendek yang bersifat volatil dan menyebabkan
bau tengik pada minyak. Pada minyak lama yang disimpan di kaleng juga
memiliki potensi tengik atau rusak yang tinggi. Hal dikarenakan logam yang
terkandung dalam kaleng dapat mempercepat proses terjaidnya ketengikan.
Proses terjadinya ketengikan (rancidity) akan dipercepat apabila terdapat
logam tertentu seperti tembaga, seng, timah dan timbal dan apabila mendapat
panas atau cahaya penerangan. Asam lemak juga dapat mengalami perubahan
karena dimasak pada temperatur tinggi. Proses pemasakan pada temperatur
tinggi ini menyebabkan minyak mengalami pirolisis, yaitu suatu reaksi
dekomposisi karena panas. Pirolisis menyebabkan terbentuknya akrolein,
yaitu senyawa yang bersifat racun, dan dapat menyebabkan iritasi dengan bau
khas lemak terbakar. Sehingga ketengikkan dapat dijadikan indikator
kerusakkan pada minyak (Edwar, 2011). Proses kerusakan minyak/lemak di
dalam bahan pangan dapat terjadi selama proses pengolahan, misalnya proses
pemanggangan, penggorengan dengan cara deep frying dan selama
penyimpanan. Kerusakan ini menyebabkan bahan pangan berlemak
mempunyai bau dan rasa yang tidak enak, sehingga dapat menurunkan mutu
dan nilai gizi bahan pangan tersebut (Fanani, 2009).
Tabel 2.3 Hasil Pengamatan Uji Angka Asam
Kel
Sampel
1,2
Minyak baru
3,4 Minyak bekas
5,6
Minyak baru
7,8
Minyak baru
9,10 Minyak bekas
11,12 Minyak baru
13,14 Minyak baru
15,16 Minyak bekas
17,18 Minyak baru

Berat Minyak

5 gram

Volume NaOH
0.1 ml
0.7 ml
0.4 ml
0.2 ml
0.4 ml
0.2 ml
0.1 ml
0.1 ml
0.15 ml

Angka Asam
0.08
0.32
0.56
0.16
0.32
0.16
0.08
0.08
0.12

Sumber : Laporan Sementara

Pada Tabel 2.3, akan disajikan mengenai metode lain uji kualitatif
minyak, yaitu dengan uji angka asam. Prinsip pengujian angka asam adalah
menunjukkan banyaknya asam lemak bebas yang terdapat dalam suatu
minyak. Angka asam dinyatakan sebagai jumlah milligram NaOH yang
dibutuhkan asam lemak bebas. Angka asam yang dihasilkan pada minyak baru
adalah 0,08; dengan NaOH 0,1 ml dan 0,32 dengan NaOH 0.4 ml. Sedangkan
pada minyak baru, angka asamnya sebesar 0,56.
Sehingga berdasarkan praktikum ini, angka asam minyak baru lebih
besar dibandingkan angka asam minyak lama. Jika dibandingkan dengan
tinjauan pustaka yang ada, hal ini menyimpang dari teori. Sebab, pada minyak
yang lama (minyak jelantah) yang telah dipakai berulang kali dalam proses
penggorengan, akan menyebabkan perubahan pada kandungan minyak itu
sendiri. Pemanasan yang berkali-kali menyebabkan kerusakan karena
teroksidasi oleh udara dan oleh suhu tinggi. Minyak jelantah akan semakin
kental akibat polimerisasi asam-asam lemak. Jika diuji angka asamnya, maka
asam-asam lemak yang berada dalam jumlah yang banyak ini akan terukur
oleh uji angka asam ini. Sedangkan minyak baru, masih mengandung asam
lemak esensial dan asam lemak tak jenuh. Sehingga asam lemak di dalamnya
tidak terlalu banyak terbentuk sebab belum digunakan untuk penggorengan
yang terdapat dalam satu gram lemak atau minyak.
Tabel 2.4 Hasil pengamatan Uji Aktivita Enzim Lipase
Kel

Sampel

1,2

Substrat

3,4

Blanko

5,6

Substrat

Warna
Sebelum
Sesudah
Putih
Putih merah
susu
muda
Putih
Merah muda
keruh
Putih agak
Putih susu
merah muda

Volume
NaOH (ml)

Aktivitas
Lipase

19.9

9.5 x 10-4

5.3

2.65 x 10-4

18

9 x 10-4

Sumber : Laporan Sementara

Lipase adalah kelas turunan dari enzim esterase enzim yang
mengkatalisis pemecahan lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Enzi mini
memiliki suhu dan pH optimu yang berbeda tergantung asal enzim diperoleh.
Menurut Yuneta (2010) pada umumnya enzim lipase dapat beraktivitas pada
kondisi suhu optimal dari 45°C - 70°C dan pH optimal pada 7. Enzim larut
dalam air di alam dan hidrolisis dilakukan pada ikatan kimia ester. Substrat
yang diperlukan untuk tindakan lipase substrat lipid tidak larut air. Hal ini
memainkan peran kunci dalam proses pencernaan dan transportasi lipid. ASI,
buah pala, dan pepaya merupakan sumber lain yang mengandung enzim
lipase. Pada metode titrimetri, banyaknya asam lemak yang dilepaskan akan
dititrasi oleh NaOH sehingga volume NaOH sama dengan volume asam lemak
yang dihasilkan oleh aktivitas enzim lipase.
Proses pemanasan pada enzim akan membuat enzim menjadi rusak dan
mengurangi aktivitasnya. Kondisi ini digunakan sebagai kondisi kontrol pada
penentuan aktivitas enzim dan juga penentuan secara perubahan pH. Pada
proses titrasi larutan diamati perubahan warna dari putih menjadi pink
kemudian menjadi putih kembali. Jika larutan tidak mengalami perubahan
warna kembali maka asam lemak yang dihasilkan dari enzim telah habis
dititrasi. Bisa dikatakan bahwa enzim lipase tidak melakukan aktifitas untuk
memproduksi asam lemak kembali. Lipase tidak dapat bekerja pada kondisi
pH yang makin rendah. Dengan bertambahnya pH sejalan dengan waktu maka
aktifitas enzim untuk menghisrolisis triasilgliserida makin meningkat
Dalam percobaan ini sampel yang menunjukkan aktivitas lipase
tertinggi yaitu substrat kelompok 1, 2, yaitu sampel dengan bahan substrat
yang berwarna awal putih susu menjadi putih bercampur merah agak muda
dengan besar aktivitas lipase 9,5 x 10-4 LU/gram. Sampel yang menunjukkan
hasil tidak jauh berbeda adalah substrat pada kelompok 5 dan 6 dengan nilai
aktivitas lipase sebesar 9 x 10-4 LU/gram. Dan nilai aktivitas yang paling
rendah adalah sampel dengan menggunakan blanko pada kelompok 3, 4 yaitu
sebesar 2,65 x 10-4 LU/gram sampel.
Hal yang membedakan sampel substrat dengan blanko adalah
perlakuan inkubasi pada waterbath dengan suhu 300C pada substrat,
sedangkan pada blanko tidak dilakukan inkubasi. Hal ini telah sesuai dengan
teori, bahwa enzim merupakan protein akan meningkat aktivitasnya seiring
dengan peningkatan suhu, namun apabila melampaui batas optimumnya maka
aktivitas enzim akan menurun akibat terdenaturasi. Inilah yang menyebabkan
aktivitas enzim yang mengalami perlakuan inkubasi lebih tinggi dibandingkan
tanpa perlakuan inkubasi. Fungsi dari penambahan NaOH adalah memberikan
warna merah jambu bila mencapai pH tertentu.
E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa :
1. Suhu dingin memberikan perbedaan pengaruh kondisi yaitu, pada lemak
ayam menjadi padat sedangkan pada minyak sawit, wijen, zaitun, dan
ikan tetap cair.
2. Lemak ayam termasuk mengandung asam lemak jenuh sedangkan
minyak wijen, minyak zaitun, minyak sawit dan minyak ikan
mengandung asam lemak tak jenuh.
3. Minyak bekas lebih tengik dari pada minyak baru dan minyak lama yang
ditambah sedikit air, karena minyak bekas telah digunakan misalnya
untuk menggoreng.
4. Proses pemasakan pada temperatur tinggi ini menyebabkan minyak
mengalami pirolisis, yaitu suatu reaksi dekomposisi karena panas
sehingga minyak menjadi tengik.
5. Angka asam minyak baru sebesar 0,08 lebih besar dibandingkan angka
asam minyak lama.
6. Sampel yang aktivitas enzimnya lebih besar adalah sampel dengan bahan
substrat yang berwarna awal putih susu menjadi putih bercampur merah
agak muda, dan didapatkan aktivitas lipase sebesar 9,5 x 10-4.
7. Semakin besar ketengikkan minyak, maka kualitas dari minyak tersebut
semakin jelek.
8. Semakin besar angka asam dari minyak, maka kualitas dari minyak
semakin buruk.
LAMPIRAN

Perhitungan Uji Angka Asam :
Vol NaOH

= 0,4

Berat minyak = 5 gr
BM NaOH

= 40

N NaOH

= 0,1

Angka Asam =
=
= 0,32
Perhitungan Uji Aktivitas Enzim Lipase :
Vol NaOH

= 18 ml

M NaOH

= 0,01 M

Mg sampel

= 20

Waktu

= 10 menit

Aktivitas enzim

=
=
= 9 x 10-4 LU/gr
DAFTAR PUSTAKA

Edwar, Zulkarnain. 2011. Pengaruh Pemanasan terhadap Kejenuhan Asam
Lemak Minyak Goreng. J Indon Med Assoc, Volume : 6, Nomor : 6.
Padang.
Fanani, Zainal. 2009. Kinetika Reaksi Oksidasi Asam Miristat, Stearat, dan Oleat
dalam Medium Minyak Kelapa, Minyak Kelapa Sawit, serta Tanpa
Medium. Jurnal Penelitian SAINS. Vol. 12. No. 1 (C) 12107.
Fessenden, Ralo J. 1999. Kimia Organik. Erlangga. Jakarta.
Hart, Harold. 2003. Kimia Organik. Erlangga. Jakarta.
Hermanto, Sandra. 2010. Analisis Tingkat Kerusakan Lemak Nabati dan Lemak
Hewani Akibat Proses Pemanasan. UIN Jakarta.
Hidayat, Chusnul; Lutfi Suhendra; Supriyadi. 2008. Optimasi Produksi Lipase
Kecambah Biji Kacang Tanah (Arachis hypogaea. L) sebagai Biokatalis
dengan Metode Response Surface Methodology. Jurnal Teknik Mesin dan
Industri FT UGM.
Murty, Ramachandra. 2002. Hydrolysis of Oils by Using Immobilized Lipase
Enzyme. Biotechnol. Bioprocess Eng. 2002, Vol. 7, No. 2
Njoku, P. C dan J. C. Onwu. 2010. The Study of the Characteristics and Rancidity
of Three Species of Elaeis guineensis in South East of Nigeria. Pakistan
Journal of Nutrition. Vol. 9. No. 8. Pakistan.
Poedjiadi, Anna. 2009. Dasar-dasar Biokimia. UI-Press. Jakarta.
Rachmadani, Rendra. 2012. Pabrik Margarin dari Biji Wijen dengan Proses
Hidrogenasi Menggunakan Katalis Nikel. Fakultas Teknologi Industri.
Surabaya
Rasyid, Abdullah. 2003. Asam Lemak Omega-3 dari Minyak Ikan. Oseana,
Volume XXVIII, Nomor 3, 2003 : 11-16.
Siswati, Nana Dyah; Juni SU; Junaini. 2008. Pemanfaatan Antioksidan Alami
Flavonol untuk Mencengah Proses Ketengikan Minyak Kelapa. Jurusan
Teknik Kimia UPN. Jawa Timur.
Thenawidjaja, Maggy. 1982. Prinsip-prinsip Biokimia. Erlangga. Jakarta.
Wasowicz, Edwin; Anna Gramza; Marzanna Heoe1; Henryk H. Jelen; Jozef
Korczak; Maria Malecka, Sylwia Mildner-Szkudlarz; Magdalena
Rudzinska; Urszula Samotyja; Renata Zawirska-Wojtasiak. 2004.
Oxidation of Lipids in Food. Polish Journal of Food and Nutrition Science.
Vol. 13. No. 54.
Winarno, F.G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. M-Brio Press. Bogor.

Contenu connexe

Tendances

Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 EnzimLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 EnzimFransiska Puteri
 
Laporan Spektrofotometri UV-Visible
Laporan Spektrofotometri UV-VisibleLaporan Spektrofotometri UV-Visible
Laporan Spektrofotometri UV-VisibleDila Adila
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaFransiska Puteri
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEINLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEINFransiska Puteri
 
Laporan praktikum destilasi sederhana
Laporan praktikum destilasi sederhanaLaporan praktikum destilasi sederhana
Laporan praktikum destilasi sederhanaasterias
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 KarbohidratLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 KarbohidratFransiska Puteri
 
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...UNESA
 
laporan praktikum uji anion dan kation
laporan praktikum uji anion dan kationlaporan praktikum uji anion dan kation
laporan praktikum uji anion dan kationwd_amaliah
 
Laprak analisis kadar air fix
Laprak analisis kadar air fixLaprak analisis kadar air fix
Laprak analisis kadar air fixbintangdamayanti
 
Analisa kadar-air-dengan-metode-oven
Analisa kadar-air-dengan-metode-ovenAnalisa kadar-air-dengan-metode-oven
Analisa kadar-air-dengan-metode-ovenAgres Tarigan
 
Sifat fisik,kimia, peran lemak dan minyak
Sifat fisik,kimia, peran lemak dan minyakSifat fisik,kimia, peran lemak dan minyak
Sifat fisik,kimia, peran lemak dan minyakVirdha Rahma
 
Analisis lemak dengan menggunakan metode goldfisch
Analisis lemak dengan menggunakan metode goldfischAnalisis lemak dengan menggunakan metode goldfisch
Analisis lemak dengan menggunakan metode goldfischjusaay
 

Tendances (20)

Protein
ProteinProtein
Protein
 
Sintesis Asetanilida
Sintesis AsetanilidaSintesis Asetanilida
Sintesis Asetanilida
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 EnzimLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
 
Uji Kelarutan Lemak
Uji Kelarutan LemakUji Kelarutan Lemak
Uji Kelarutan Lemak
 
Uji Ninhydrin
Uji NinhydrinUji Ninhydrin
Uji Ninhydrin
 
Uji safonifikasi
Uji safonifikasiUji safonifikasi
Uji safonifikasi
 
Laporan Spektrofotometri UV-Visible
Laporan Spektrofotometri UV-VisibleLaporan Spektrofotometri UV-Visible
Laporan Spektrofotometri UV-Visible
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEINLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
 
Laporan praktikum destilasi sederhana
Laporan praktikum destilasi sederhanaLaporan praktikum destilasi sederhana
Laporan praktikum destilasi sederhana
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 KarbohidratLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
 
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
 
laporan praktikum uji anion dan kation
laporan praktikum uji anion dan kationlaporan praktikum uji anion dan kation
laporan praktikum uji anion dan kation
 
analisis protein
analisis protein analisis protein
analisis protein
 
Laprak analisis kadar air fix
Laprak analisis kadar air fixLaprak analisis kadar air fix
Laprak analisis kadar air fix
 
Lipid
LipidLipid
Lipid
 
Analisa kadar-air-dengan-metode-oven
Analisa kadar-air-dengan-metode-ovenAnalisa kadar-air-dengan-metode-oven
Analisa kadar-air-dengan-metode-oven
 
lipid- biokimia
lipid- biokimialipid- biokimia
lipid- biokimia
 
Sifat fisik,kimia, peran lemak dan minyak
Sifat fisik,kimia, peran lemak dan minyakSifat fisik,kimia, peran lemak dan minyak
Sifat fisik,kimia, peran lemak dan minyak
 
Analisis lemak dengan menggunakan metode goldfisch
Analisis lemak dengan menggunakan metode goldfischAnalisis lemak dengan menggunakan metode goldfisch
Analisis lemak dengan menggunakan metode goldfisch
 

Similaire à Lipida dan Lipase (20)

Acara 2 LIPIDA DAN LIPASE
Acara 2 LIPIDA DAN LIPASEAcara 2 LIPIDA DAN LIPASE
Acara 2 LIPIDA DAN LIPASE
 
Laporan minyak dan lemak
Laporan minyak dan lemakLaporan minyak dan lemak
Laporan minyak dan lemak
 
Kim (2) LEMAK
Kim (2) LEMAKKim (2) LEMAK
Kim (2) LEMAK
 
ilmu bahan pangan
ilmu bahan panganilmu bahan pangan
ilmu bahan pangan
 
Rospita uli (1507036386) kelompok 3
Rospita uli (1507036386) kelompok 3Rospita uli (1507036386) kelompok 3
Rospita uli (1507036386) kelompok 3
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
Ketengikan
KetengikanKetengikan
Ketengikan
 
Minyak goreng bab1
Minyak goreng bab1Minyak goreng bab1
Minyak goreng bab1
 
biogas
biogasbiogas
biogas
 
minyak nabati
minyak nabatiminyak nabati
minyak nabati
 
Bahan Ajar "Lemak"
Bahan Ajar "Lemak"Bahan Ajar "Lemak"
Bahan Ajar "Lemak"
 
Lemak dan minyak
Lemak dan minyakLemak dan minyak
Lemak dan minyak
 
Ii lemak-dan-minyak
Ii lemak-dan-minyakIi lemak-dan-minyak
Ii lemak-dan-minyak
 
LIPID.pptx
LIPID.pptxLIPID.pptx
LIPID.pptx
 
Pemanfaatan minyak biji kapuk randu
Pemanfaatan minyak biji kapuk randuPemanfaatan minyak biji kapuk randu
Pemanfaatan minyak biji kapuk randu
 
Lemak
LemakLemak
Lemak
 
LIPID 1-KIMIA GIZI.pptx
LIPID 1-KIMIA GIZI.pptxLIPID 1-KIMIA GIZI.pptx
LIPID 1-KIMIA GIZI.pptx
 
Presentation nutrisi of lemak
Presentation nutrisi of lemakPresentation nutrisi of lemak
Presentation nutrisi of lemak
 
askep
askep askep
askep
 
Lemak final
Lemak finalLemak final
Lemak final
 

Plus de Fransiska Puteri

Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan PustakaLaporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan PustakaFransiska Puteri
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYALaporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYAFransiska Puteri
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWANLaporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWANFransiska Puteri
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilaseLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilaseFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak proteinITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak proteinFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekonITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekonFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknikITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknikFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknikITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknikFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipmentITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipmentFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaanITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaanFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerjaITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerjaFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomiITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomiFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: air
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: airITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: air
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: airFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: Tambahan lipida
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: Tambahan lipidaITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: Tambahan lipida
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: Tambahan lipidaFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pengeringan
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: PengeringanITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pengeringan
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: PengeringanFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pendinginan
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: PendinginanITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pendinginan
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: PendinginanFransiska Puteri
 

Plus de Fransiska Puteri (20)

Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan PustakaLaporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYALaporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWANLaporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilaseLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
 
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak proteinITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
 
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekonITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
 
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknikITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
 
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknikITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipmentITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaanITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerjaITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomiITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
 
Tabel lipid
Tabel lipidTabel lipid
Tabel lipid
 
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: air
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: airITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: air
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: air
 
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)
 
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: Tambahan lipida
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: Tambahan lipidaITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: Tambahan lipida
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: Tambahan lipida
 
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pengeringan
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: PengeringanITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pengeringan
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pengeringan
 
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pendinginan
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: PendinginanITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pendinginan
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pendinginan
 

Lipida dan Lipase

  • 1. ACARA II LIPIDA DAN LIPASE A. Tujuan Praktikum Praktikum acara II “Lipida dan Lipase” ini, bertujuan untuk : 1. Mengetahui pengaruh perlakuan suhu dingin terhadap kenampakkan beberapa jenis minyak/lemak. 2. Mengetahui kualitas minyak dengan uji ketengikan menggunakan metode Kreiss. 3. Mengetahui kualitas minyak dengan uji Angka Asam. 4. Mengetahui adanya aktivitas enzim Lipase dari Kacang Tanah. B. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan teori Berdasarkan strukturnya lemak mempunyai wujud cair dan padat. Wujud padat dan cairnya lemak dipengaruhi oleh tingkat kejenuhan asam lemak yang terdapat didalamnya. Lemak yang kandungan asam lemaknya terutama asam lemak tidak jenuh akan bersifat cair pada suhu kamar dan biasanya disebut sebagai minyak, sedangkan yang kandungan asam lemaknya terutama asam lemak jenuh akan berbentuk padat. Minyak yang berasal dari kelapa sawit mempunyai kadar asam lemak jenuh sebesar 51% dan asam lemak tak jenuh 49%; sedangkan minyak dari jagung mempunyai kadar asam lemak jenuh 20% dan asam lemak tak jenuh 80%. Proses terjadinya ketengikan (rancidity) akan dipercepat apabila terdapat logam tertentu seperti tembaga, seng, timah dan timbal dan apabila mendapat panas atau cahaya penerangan. Asam lemak juga dapat mengalami perubahan karena dimasak pada temperatur tinggi. Proses pemasakan pada temperatur tinggi ini menyebabkan minyak mengalami pirolisis, yaitu suatu reaksi dekomposisi karena panas. Pirolisis menyebabkan terbentuknya akrolein, yaitu senyawa yang bersifat racun, dan dapat menyebabkan iritasi dengan bau khas lemak
  • 2. terbakar. Sehingga ketengikkan dapat dijadikan indikator kerusakkan pada minyak (Edwar, 2011). Lemak dan minyak adalah trigliserida, atau triasilgliserol, kedua istilah ini berarti triester dari gliserol. Perbedaan antara suatu lemak dan suatu minyak bersifat sebarang, pada temperatur kamar lemak bersifat padat dan minyak bersifat cair. Sebagian gliserida pada hewan adalah berupa lemak, sedangkan gliserida pada tumbuhan cenderung berupa minyak, karena itu biasa terdengar ungkapan lemak hewani (lemak babi, lemak sapi) dan minyak nabati (minyak jagung, minyak bunga matahari) (Fessenden, 1999). Minyak dan lemak adalah bagian dari kelompok senyawa dikenal sebagai ester lemak atau trigliserida, dan hidrolisis mereka dasarnya melibatkan reaksi dengan air untuk menghasilkan asam lemak yang berharga gratis dan gliserol. Ada tiga rute utama saat ini digunakan untuk hidrolisis lemak dan minyak dalam produksi asam lemak ; tekanan tinggi membelah uap, hidrolisis basa dan enzimatik hidrolisis. Para enzim lipase yang secara khusus mengkatalisis hidrolisis minyak menjadi asam lemak bebas dan gliserol pada hubungan antara dua cairan. Trigliserida ini disebut "lipid", tidak larut dalam fase air, sehingga reaksi harus mengambil tempat pada antar muka air dan fase lipid (Murty, 2002). Lemak hewan pada umumnya berupa zat padat pada suhu ruangan, sedangkan lemak yang berasal dari tumbuhan berupa zat cair. Lemak mempunyai titik lebur tinggi mengandung asam lemak jenuh, sedangkan lemak cair disebut minya mengandung asam lemak tidak jenuh. Pada umumnya lemak apabila dibiarkan lama di udara akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak enak. Hal ini disebabkan oleh proses hidrolisis yang menghasilkan asam lemak bebas. Di samping itu dapat pula terjadi proses oksidasi terhadap asam lemak tidak jenuh yang hasilnya akan menambah bau dan rasa yang tidak enak. Oksidasi asam lemak tidak jenuh akan menghasilkan peroksida dan selanjutnya akan terbentuk aldehid. Inilah yang menyebabkan terjadinya bau dan rasa tidak enak atau tengik.
  • 3. Kelembaban udara, cahaya, suhu tinggi, dan adanya bakteri perusak adalah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya ketengikan lemak (Poedjiadi, 1994). Kerusakan lemak yang utama adalah timbulnya bau dan rasa tengik yang disebut proses ketengikan (rancidity), ketengikan terjadi karena asam lemak pada suhu ruang dirombak akibat hidrolisis atau oksidasi menjadi hidrokarbon, alkanal, atau keton serta sedikit epoksi dan alkohol (alkanol). Bau yang kurang sedap muncul akibat campuran dari berbagai produk ini. Selain itu pada suhu kamar, proses ini dapat terjadi selama proses pengolahan menggunakan suhu tinggi. Hasil oksidasi minyak atau lemak dalam bahan pangan tidak hanya mengakibatkan rasa dan bau tidak enak tetapi juga dapat menurunkan nilai gizi karena rusaknya vitamin (karoten dan tokoferol) dan asam lemak esensial dalam lemak (Siswati et al., 2008). Lipida memegang peranan penting dalam struktur dan fungsi sel. Dua tetes lipida, yang berfungsi untuk menyimpan energi kimia, dapat dilihat dalam kloroplas. Asam lemak adalah asam organik berantai panjang yang mempunyai atom karbon dari 4 sampai 24, asam lemak memiliki gugus karboksil tunggal dan ekor hidrokarbon nonpolar yang panjang, yang menyebabkan kebanyakan lipida bersifat tidak larut di dalam air dan tampak berminyak atau berlemak (Thenawidjaja, 1982). Produk oksidasi lipid di mana-mana dalam makanan, meskipun banyak variasi di jenisnya dan tingkatannya saat ini. Meskipun tingkat senyawa ini umumnya rendah, masalah oksidasi lipid sekaligus merusak kualitas beberapa produk makanan dan membatasi kehidupan yang lain. Semua makanan yang mengandung lemak, bahkan pada tingkat yang sangat rendah (<1%), rentan terhadap oksidasi, yang menyebabkan tengik. Perubahan kerusakan pada makanan yang disebabkan oleh oksidasi lipid tidak hanya meliputi kehilangan rasa atau tawar, tetapi juga hilangnya warna, nilai gizi, dan akumulasi senyawa, yang dapat merugikan kesehatan konsumen (Wasowics et al., 2004).
  • 4. Asam–asam lemak yang ditemukan di alam, biasanya merupakan asam–asam monokarboksilat dengan rantai yang tidak bercabang dan mempunyai jumlah atom karbon genap. Asam–asam lemak yang ditemukan di alam dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh berbeda dalam jumlah dan posisi ikatan rangkapnya, dan berbeda dengan asam lemak jenuh dalam jumlah dan posisi ikatan keseluruhannya. Asam lemak tak jenuh biasanya terdapat dalam bentuk cis. Karena itu molekul akan bengkok pada ikatan rangkap, walaupun ada juga asam lemak tidak jenuh dalam bentuk trans (Winarno, 2008). 2. Tinjauan bahan Lemak dan minyak merupakan hal yang kita kenal setiap hari. Lemak yang lazim meliputi mentega, lemak hewan, dan bagian berlemak dari daging. Minyak terutama berasal dari tumbuhan, termasuk jagung, biji kapas, zaitu, kacang, dan minyak kedelai. Beberapa lemak dan minyak terutama menghasilkan satu atau dua asam, dengan sedikit saja asam lainnya. Contohnya, minyak zaitun menghasilkan 83% asam oleat. Minyak sawit menghasilkan 43% asam palmita, dan 43% asam oleat dengan sedikit asam stearat dan asam linoleat (Hart, 2003). Minyak kelapa dan kelapa sawit sebagai sumber kebutuhan minyak goreng harus dijaga kualitasnya. Penurunan kualitas minyak sangat dipengaruhi oleh keberadaan asam lemak yang dikandungnya. Faktor yang menjadi penyebab utama menurunnya kualitas minyak adalah ketengikan, yaitu proses oksidasi oleh oksigen dari udara terhadap lemak yang mengakibatkan minyak menjadi tidak layak dikonsumsi. Minyak yang rusak akibat oksidasi akan menghasilkan bahan pangan dengan rupa yang kurang menarik dan cita rasa yang tidak enak, serta kurang baik untuk kesehatan. Proses kerusakan minyak/lemak di dalam bahan pangan dapat terjadi selama proses pengolahan, misalnya proses pemanggangan, penggorengan dengan cara deep frying dan selama penyimpanan. Kerusakan ini menyebabkan bahan pangan berlemak mempunyai bau dan
  • 5. rasa yang tidak enak, sehingga dapat menurunkan mutu dan nilai gizi bahan pangan tersebut (Fanani, 2009). Kandungan asam lemak jenuh terbesar terdapat pada lemak sapi sebesar 65.53% dengan rasio (MUFA+PUFA)/SFA 0.35, dan lemak margarin sebesar 63.89% dengan rasio (MUFA+PUFA)/SFA 0.46, sedangkan asam lemak tak jenuh terbesar terdapat pada minyak zaitun sebesar 82.27%, minyak ikan 75.48% dan minyak goreng kemasan 66.19%. Minyak ikan memiliki kandungan asam lemak tak jenuh ganda terbesar yaitu 30.24%, sedangkan minyak zaitun sebesar 26.14%. Kandungan asam lemak tak jenuh tunggal terbesar terdapat pada minyak goreng kemasan sebesar 53.87%, dan minyak goreng curah sebesar 52.77%. Rasio (MUFA+PUFA)/SFA terbesar diperoleh pada minyak ikan yaitu 5.38%, kemudian minyak zaitun sebesar 3.67% dan lemak sapi 0.35% (Hermanto, 2010). Lipase (triasilgliserol hidrolase, EC 3.1.1.3) merupakan enzim yang dapat mengkatalis berbagai macam reaksi yang meliputi hidrolisis, interesterifikasi, alkoholisis, asidolisis, esterifikasi dan aminolisis. Pada umunya, sumber lipase adalah dari mikiroba dan jamur. Lipase telah digunakan dalam berbagai keperluan industri antara lain sintesis lipid terstruktur, industry farmasi dan kosmetik, surfaktan, food flavor, produksi pulp dan kertas, tekstil, dan bahan bakar biodiesel. Lipase terdapat juga pada biji dan buah tanaman seperti palma, selada, bekatul, beras, barley, gandum, oat, kapas, jagung, mentimun dan kacangkacangan (Hidayat et al, 2008). Minyak sawit, seperti biji minyak lainnya, adalah ester asam lemak gliserol biasa disebut trigliserida. Ia memiliki tinggi proporsi asam palmitat jenuh (C16) yang mana mungkin saja disebabkan nilainya dalam pembuatan sabun. minyak sawit ini juga mengandung lemak tak jenuh yang tinggi, terutama yang berasal dari asam oleat. Dalam keadaan aslinya, minyak sawit mengandung karotenoid (0,05-0,2%) yang memberikan warna merah (Njoku, 2010).
  • 6. Biji wijen adalah sumber minyak nabati dengan kadar asam lemak jenuh sebesar 16% sehingga dapat dikonsumsi langsung, dalam bentuk minyak atau tepung. Wijen baik dalam bentuk biji maupun minyaknya digunakan dengan intensif sebagai bahan makanan di berbagai negara (Bailey’s, 1930). Biji wijen mengandung minyak antara 35 – 63 % dan dengan kandungan protein yang tinggi yaitu 19 – 25%, 7 - 8% serat kasar, 15% residu bebas nitrogen, dan 4,5 - 6,5% abu. Minyak biji wijen kaya akan asam lemak tak jenuh, khususnya asam oleat (C18:1) dan asam linoleat (C18:2, Omega-6), 8-10% asam lemak jenuh, dan sama sekali tidak mengandung asam linolenat (Rachmadani, 2012). Menurut Bimbo (dalam Susilawati, 1994), jenis asam lemak tak jenuh pada minyak ikan hampir sama dengan minyak pada tumbuhan. Perbedaannya hanya pada kadar asam lemak tertentu. Misalnya, asam lemak utama pada minyak ikan berkonfigurasi omega-3, sedangkan pada minyak tumbuhan dan hewan lainnya lebih banyak mengandung asam lemak berkonfigurasi omega-6. Asam lemak dengan konfigurasi omega-3 adalah asam lemak yang memiliki posisi ikatan rangkap pertama pada atom karbon nomor 3 dari ujung gugus metilnya. Asam-asam lemak alami yang termasuk dalam kelompok asam lemak omega-3 adalah asam linolenat, asam eikosapentaenoat, dan asam dokosa heksaenoat (Rasyid, 2003). C. Metodologi 1. Alat a. Gelas beker 500 ml b. Tabung reaksi dan rak tabung reaksi c. Pipet ukur d. Timbangan e. Erlenmeyer 100 ml f. Pendingin Balik g. Pipet tetes
  • 7. h. Alat Sentrifugasi i. Waterbath j. Stopwatch k. Buret Titrasi 2. Bahan a. Minyak ikan b. Minyak sawit c. Minyak wijen d. Minyak zaitun e. Lemak ayam f. Minyak bekas g. Minyak lama h. Air dingin i. HCl j. Phloroglucinol 1% k. Alkohol netral l. Indikator fenol fthalein m. NaOH 0,01 N n. Kacang tanah o. NaCl 0,1 M p. Susu
  • 8. 3. Cara Kerja Percobaan kenampakkan lipida pada suhu ambien dan suhu dingin Disiapkan 5 tabung reaksi bersih 10 ml minyak sawit, minyak ikan, minyak wijen, minyak zaitun, dan lemak ayam Dimasukkan pada masing-masing tabung dan diamati warna, bau, serta kondisinya pada suhu kamar Tabung-tabung berisi minyak tersebut dimasukkan kedalam gelas beaker yang telah berisi air dingin < 100 C Setelah ± 10 menit diamati perubahan warna, bau, serta kondisinya Diterangkan faktor-faktor perubahan tersebut
  • 9. Uji ketengikkan dengan metode Kreiss 1 ml minyak baru, miyak bekas, minyak lama ditambah air, minyak lama di kaleng dan 1 ml HCl Digojog homogen 1 ml phloroglucinol 1% Ditambahkan dan dibiarkan selama 10 menit Campuran tersebut divortex selama 5 menit lalu didiamkan selama 15 menit Bila pada lapisan terjadi warna merah jambu menunjukkan minyak tersebut tengik
  • 10. Uji Angka Asam 5 g minyak baru atau minyak bekas/lama Ditimbang, dimasukkan kedalam erlenmeyer 100 ml 50 ml alkohol netral Ditambahkan dan dididihkan 10 menit lalu dipasang pendingin dengan cepat 5 tetes indikator pp Ditambahkan NaOH 0,1 N Dititrasi sampai warna merah jambu Dibandingkan jumlah titran yang diperlukan Uji aktivitas Enzim Lipase - Penyiapan larutan enzim 20 g kacang tanah Ditimbang, dan dihancurkan 100 ml 0,1 M NaCl Ditambahkan lalu dibiarkan selama 30 menit Disaring filtratnya dan didapatkan larutan enzim kasar
  • 11. - Cara pengujian 8 ml substrat (susu) atau blanko (NaCl 0,1 M) Dimasukkan kedalam erlenmeyer 100 ml dan diseimbangkan suhunya dalam waterbath 300 C 2 ml larutan enzim Ditambahkan dan diinkubasi pada suhu 300 C selama 10 menit 40 ml alkohol Ditambahkan 5 tetes indikator pp Dititrasi dengan NaOH 0,01 N sampai warna tepat merah muda
  • 12. D. Hasil dan Pembahasan Tabel 2.1 Perbandingan Kenampakkan Lipida pada Suhu Ambien dan Suhu Dingin < 100C Kel Sampel 1,6 Minyak Sawit Suhu Ambien Warna Bau Wujud Kuning Tidak Cair bening berbau 2 Minyak Ikan Coklat tua 3 Minyak Wijen Coklat bening 4 Lemak Ayam Coklat keruh 5 Minyak Zaitun Kuning jernih Bau amis Khas minyak wijen Khas lemak ayam Khas minyak zaitun Cair Cair Suhu Dingin < 100C Warna Bau Wujud Kuning Tidak Cair bening berbau Amis tapi Coklat tidak terlalu Cair tua menyengat Khas Coklat Lebih minyak bening kental wijen Cair Coklat keruh Khas lemak ayam Padat Cair Kuning jernih Khas minyak zaitun Cair Sumber : Laporan Sementara Percobaan ini menggunakan empat sampel lipida yaitu minyak sawit, minyak wijen, minyak ikan dan lemak ayam. Tiap sampel diperlakukan dengan sama yaitu didinginkan dalam air yang bersuhu dingin < 100C. Sebelum didinginkan minyak sawit berwarna kuning bening, tidak berbau dan berwujud cair. Setelah didinginkan sawit tetap kuning bening, tidak berbau dan berwujud cair. Pada sampel berikutnya yaitu minyak ikan, sebelum didinginkan minyak ikan berwarna coklat tua, berbau amis, dan berwujud cair. Setelah didinginkan minyak ikan tersebut tetap berwarna coklat tua, berbau amis tapi tidak terlalu menyengat dan cair. Minyak wijen sebelum didinginkan berwarna coklat bening, berbau minyak wijen dan berwujud cair, setelah didinginkan berwarna coklat bening, berbau minyak wijen dan lebih kental. Pada lemak ayam sebelum didinginkan berwarna coklat keruh, berbau lemak ayam dan cair, setelah didinginkan menjadi coklat keruh, tetap berbau lemak ayam, dan menjadi padat. Pada sampel yang terakhir yaitu minyak zaitun sebelum didinginkan berwarna kuning jernih, berbau minyak zaitun,
  • 13. dan berwujud cair. Setelah didinginkan tetap berwarna kuning jernih, berbau minyak zaitun dan cair. Asam lemak tak jenuh terbagi menjadi 2 yaitu asam lemak tak jenuh tunggal dan ganda. Asam lemak tak jenuh tunggal, hanya mempunya satu ikatan ganda banyak ditemukan pada alpukat, minyak zaitun, kacang, dan minyak canola. Asam lemak tak jenuh ganda, mempunyai lebih dari satu ikatan ganda banyak ditemukan pada minyak ikan, EPO, minyak wijen, minyak kedelai. Asam lemak jenuh, tidak mempunyai ikatan ganda banyak terdapat pada daging, telur, dan mentega. Sehingga dapat disimpulkan lemak ayam termasuk mengandung asam lemak jenuh dan Minyak wijen, minyak zaitun, dan minyak ikan mengandung asam lemak tak jenuh. Sedangkan minyak sawit termasuk golongan asam lemak agak jenuh. Winarno (1999) juga menjelaskan minyak sawit mempunyai titik leleh 25-500C, mengandung asam lemak dominan yaitu asam palmitat (lemak jenuh) 50.46% dan asam oleat (lemak tak jenuh) sebesar 40.35%. Dalam Edwar (2011) minyak goreng sawit mempunyai asam lemak tidak jenuh hanya sebesar 48%. Minyak wijen diperoleh dari biji wijen (Sesamum indicum) yang mengandung minyak sekitar 50 persen. Rantai asam lemak yang terdapat dalam minyak ikan mempunyai jumlah lebih dari delapan belas atom karbon dan memiliki lima atau enam ikatan rangkap dalam (Rasyid, 2003). Minyak ikan mengandung asam lemak tidak jenuh yang berkonfigurasi omega 3. Kadar omega 3 minyak ikan khususnya minyak ikan sardin, dapat bervariasi tetapi berkisar antara 4,48% sampai dengan 11,80%. Secara umum, asam-asam lemak dalam minyak zaitun dibagi menjadi dua yaitu, asam lemak tak jenuh dengan kadar 70-80% dan asam lemak jenuh dengan kadar 8-10%. Berdasarkan teori tersebut maka sampel dapat diurutkan dari yang memiliki kejenuhan yang tinggi ke sampel yang memiliki kejenuhan rendah yaitu lemak ayam, minyak sawit, minyak wijen, minyak ikan, dan minyak zaitun. Pada hasil percobaan minyak wijen mengalami pengentalan sedangkan minyak sawit tetap cair setelah dilakukan perlakuan, seharusnya minyak
  • 14. wijen tetap cair karena ikatannya rangkap dan minyak sawit kental karena merupakan asam lemak agak jenuh. Hal ini mungkin dikarenakan minyak wijen dan minyak sawit tercampur dengan sampel lainnya, karena penggunaan pipet ukur yang bergantian dan tidak dibersihkan dahulu sehingga terjadi kontaminasi dengan sampel jenis lain. Suhu dingin berpengaruh terhadap minyak/lemak karena menyebabkan kondisinya lebih padat. Titik lebur suatu lemak atau minyak dipengaruhi oleh sifat asam lemak, yaitu daya tarik antar asam lemak yang berdekatan dalam kristal. Gaya ini ditentukan oleh panjang rantai C, jumlah ikatan rangkap, dan bentuk cis dan trans pada asam lemak tidak jenuh. Makin panjang rantai C, titik cair akan semakin tinggi dan titik lebur menurun dengan bertambahnya jumlah ikatan rangkap. Makin banyak ikatan rangkap, ikatan makin lemah, berarti titik cair akan lebih rendah. Sehingga asam lemak jenuh mempunyai titik lebur lebih tinggi daripada asam lemak tidak jenuh. Faktor penyebab terjadinya perubahan yang terjadi pada minyak/lemak pada suhu dingin adalah jenis ikatan dan struktur minyak/lemak tersebut. Sesuai teori menurut Edwar (2011) yang mengatakan bahwa, berdasarkan strukturnya lemak mempunyai wujud cair dan padat. Wujud padat dan cairnya lemak dipengaruhi oleh tingkat kejenuhan asam lemak yang terdapat di dalamnya. Lemak yang kandungan asam lemaknya terutama asam lemak tidak jenuh akan bersifat cair pada suhu kamar dan biasanya disebut sebagai minyak, sedangkan yang kandungan asam lemaknya terutama asam lemak jenuh akan berbentuk padat.
  • 15. Tabel 2.2 Hasil Uji Ketengikkan Minyak dengan metode Kreiss Kel Sampel Sebelum 1 Minyak baru Terbentuk 3 lapisan : bening-keruh-bening 2 Minyak bekas Terbentuk 3 lapisan : bening-kuning-putih keruh 3 Minyak lama + sedikit air Terbentuk 3 lapisan : bening-keruh-bening 4 Minyak baru Terbentuk 3 lapisan : bening-keruh-bening 5 Minyak bekas Terbentuk 3 lapisan : bening-kuning-putih keruh 6 Minyak lama + sedikit air Terbentuk 3 lapisan : bening-keruh-bening 7 Minyak baru 8 Minyak jelantah 9 10 Minyak + sedikit air Minyak lama di kaleng 11 Minyak baru 12 Minyak jelantah 13 Minyak murni 14 15 16 17 18 Minyak bekas pakai Minyak + air sedikit Minyak lama dalam kaleng Minyak + sedikit air Minyak lama dalam Kaleng Sumber : Laporan Sementara Terbentuk lapisan bening dan kuning Terbentuk lapisan bening dan coklat Bening kekuningan Kuning bening dan bening Terbentuk lapisan bening dan kuning Terbentuk lapisan bening dan coklat Atas : kuning, Tengah : Bawah : bening Atas: bening, Tengah : coklat, Bawah : bening Atas: bening, Tengah: kuning, Bawah: bening Atas: bening, Tengah: kuning, Bawah: bening Atas: bening, Tengah: kuning, Bawah: bening Atas: putih kemerahmerahan, Tengah : coklat Bawah: bening Sesudah Terbentuk 2 lapisan, atas: putih keruh, bawah: bening Terbentuk 2 lapisan, atas: jingga keruh, bawah: putih keruh Terbentuk 2 lapisan, atas: putih keruh, bawah: bening Terbentuk 2 lapisan, atas: putih keruh, bawah: bening Terbentuk 2 lapisan, atas: jingga keruh, bawah: putih keruh Terbentuk 2 lapisan, atas: bening, bawah: putih keruh Tidak ada lapisan pink Tidak ada lapisan pink Tidak ada lapisan pink Ada lapisan pink Tidak ada lapisan pink Tidak ada lapisan pink Atas: kuning, Tengah: putih keruh, Bawah: bening Atas: bening, Tengah: coklat, Bawah: bening Atas: bening, Tengah: kuning, Bawah: bening Atas: kuning, Tengah: Bawah: merah muda Atas: bening, Tengah: kuning, Bawah: bening Atas: merah muda, Tengah: kuning, Bawah: bening, ada bintik merah
  • 16. Metode Kreiss merupakan salah satu metode untuk uji ketengikan minyak. Uji Kreiss berprinsip kepada reaksi kondensasi antara ephydrinaldehida dengan phloroglucinol, sehingga menghasilkan warna merah jambu (pink). Sampel yang digunakan adalah minyak kelapa sawit yang baru, bekas, dan yang lama ditambah sedikit air. Langkah awal yang dilakukan adalah menambah 1 mL HCl 1:1 kedalam 1 mL sampel kemudian digojog supaya homogen. Fungsi dari HCl 1:1 adalah untuk menghidrasi epyhidrin-aldehid menjadi furfural. Ke dalam larutan tersebut ditambahkan phloroglucinol, menurut Anwar (2012) fungsi penambahan phloroglucinol adalah agar bereaksi dengan furfural membentuk kompleks berwarna merah jambu yang akan menjadi dasar terhadap analisis ketengikan secara kualitatif. Selanjutnya, dibiarkan dulu selama 15 menit untuk memberi kesempatan reaksi terjadi dengan baik dan homogen. Jika larutan berwarna merah muda maka minyak telah mengalami ketengikan. Semakin tinggi intensitas warna yang terbentuk maka minyak semakin tengik. Menurut Tabel 2.2 dapat diketahui bahwa, minyak baru dan minyak lama yang ditambah sedikit air terbentuk 2 lapisan, atas berwarna putih keruh dan yang bawah berwarna bening. Hal ini menunjukkan minyak baru dan minyak lama yang ditambah sedikit air tidak mengalami ketengikan. Sedangkan pada minyak bekas terjadi 2 lapisan, atas berwarna jingga keruh dan bawah berwarna putih keruh. Hal ini menunjukkan bahwa pada minyak bekas telah tengik. Minyak bekas lebih tengik dari pada minyak baru dan minyak lama yang ditambah sedikit air, hasil ini telah sesuai dengan teori menurut Edwar (2011) yang menyatakan, kerusakan lemak yang utama adalah timbulnya bau dan rasa tengik yang disebut proses ketengikan (rancidity), ketengikan terjadi karena asam lemak pada suhu ruang dirombak akibat hidrolisis atau oksidasi menjadi hidrokarbon, alkanal, atau keton serta sedikit epoksi dan alkohol (alkanol). Bau yang kurang sedap muncul akibat campuran dari berbagai produk. Selain pada suhu kamar, proses ini dapat terjadi selama proses pengolahan menggunakan suhu tinggi.
  • 17. Ketengikan terjadi bila komponen cita-rasa dan bau mudah menguap terbentuk sebagai akibat kerusakan oksidatif dari lemak dan minyak yang tak jenuh. Komponen-komponen ini menyebabkan bau dan cita-rasa yang tidak dinginkan dalam lemak dan minyak dan produk-produk yang mengandung lemak dan minyak itu. Hal ini disebabkan oleh otooksidasi radikal asam lemak tidak jenuh dalam lemak. Otooksidasi dimulai dengan pembentukan radikal-radikal bebas yang disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat mempercepat reaksi seperti cahaya, panas, peroksida lemak atau hidroperoksida, logam-logam berat seperti Cu, Fe, Co dan Mn, logam pofirin seperti hematin, hemoglobin, mioklobin, klorofil, dan enzim-enzim lipoksidase. Molekul-molekul lemak yang mengandung radikal asam lemak tidak jenuh mengalami oksidasi dan menjadi tengik. Bau tengik yang tidak sedap tersebut disebabkan oleh pembentukan senyawa-senyawa hasil pemecahan hidroperoksida. Sebuah atom hidrogen yang terikat pada suatu atom karbon yang letaknya disebelah atom karbon lain yang mempunyai ikatan rangkap dapat disingkirkan oleh suatu kuantum energi sehingga membentuk radikal bebas. Kemudian radikal ini dengan O2 membentuk peroksida aktif yang dapat membentuk hiperperoksida yang bersifat sangat tidak stabil dan mudah pecah menjadi senyawa dengan rantai karbon yang lebih pendek oleh radiasi energi tinggi, energi panas, katalis logam, atau enzim. Senyawa-senyawa dengan rantai C lebih pendek ini adalah asam-asam lemak, aldehida-aldehida, dan keton yang bersifat volatil dan menimbulkan bau tengik pada lemak. Pada minyak baru memiliki potensi tengik atau rusak yang lebih rendah karena minyak masih baru dan kemungkinan terkontaminasi oleh udara masih kecil sehingga terjadinya oksidasi kecil pula kemungkinannya. Sedangkan untuk minyak bekas atau jelantah lebih besar potensi ketengikan karena minyak telah digunakan sehingga mengalami perlakuan pemanasan dengan suhu yang tinggi dan berulang. Pemanasan suhu tinggi ini mengakibatkan terjadinya pirolisis pada minyak sehinga menjadi rusak. Untuk minyak lama yang ditambah sedikit air memiliki potensi ketengikan yang cukup tinggi
  • 18. karena adanya air mengakibatkan minyak terkontaminasi dengan oksigen. Hal ini menyebabkan terjadinya proses oksidasi pada minyak yang membentuk senyawa dengan rantai C lebih pendek yang bersifat volatil dan menyebabkan bau tengik pada minyak. Pada minyak lama yang disimpan di kaleng juga memiliki potensi tengik atau rusak yang tinggi. Hal dikarenakan logam yang terkandung dalam kaleng dapat mempercepat proses terjaidnya ketengikan. Proses terjadinya ketengikan (rancidity) akan dipercepat apabila terdapat logam tertentu seperti tembaga, seng, timah dan timbal dan apabila mendapat panas atau cahaya penerangan. Asam lemak juga dapat mengalami perubahan karena dimasak pada temperatur tinggi. Proses pemasakan pada temperatur tinggi ini menyebabkan minyak mengalami pirolisis, yaitu suatu reaksi dekomposisi karena panas. Pirolisis menyebabkan terbentuknya akrolein, yaitu senyawa yang bersifat racun, dan dapat menyebabkan iritasi dengan bau khas lemak terbakar. Sehingga ketengikkan dapat dijadikan indikator kerusakkan pada minyak (Edwar, 2011). Proses kerusakan minyak/lemak di dalam bahan pangan dapat terjadi selama proses pengolahan, misalnya proses pemanggangan, penggorengan dengan cara deep frying dan selama penyimpanan. Kerusakan ini menyebabkan bahan pangan berlemak mempunyai bau dan rasa yang tidak enak, sehingga dapat menurunkan mutu dan nilai gizi bahan pangan tersebut (Fanani, 2009). Tabel 2.3 Hasil Pengamatan Uji Angka Asam Kel Sampel 1,2 Minyak baru 3,4 Minyak bekas 5,6 Minyak baru 7,8 Minyak baru 9,10 Minyak bekas 11,12 Minyak baru 13,14 Minyak baru 15,16 Minyak bekas 17,18 Minyak baru Berat Minyak 5 gram Volume NaOH 0.1 ml 0.7 ml 0.4 ml 0.2 ml 0.4 ml 0.2 ml 0.1 ml 0.1 ml 0.15 ml Angka Asam 0.08 0.32 0.56 0.16 0.32 0.16 0.08 0.08 0.12 Sumber : Laporan Sementara Pada Tabel 2.3, akan disajikan mengenai metode lain uji kualitatif minyak, yaitu dengan uji angka asam. Prinsip pengujian angka asam adalah
  • 19. menunjukkan banyaknya asam lemak bebas yang terdapat dalam suatu minyak. Angka asam dinyatakan sebagai jumlah milligram NaOH yang dibutuhkan asam lemak bebas. Angka asam yang dihasilkan pada minyak baru adalah 0,08; dengan NaOH 0,1 ml dan 0,32 dengan NaOH 0.4 ml. Sedangkan pada minyak baru, angka asamnya sebesar 0,56. Sehingga berdasarkan praktikum ini, angka asam minyak baru lebih besar dibandingkan angka asam minyak lama. Jika dibandingkan dengan tinjauan pustaka yang ada, hal ini menyimpang dari teori. Sebab, pada minyak yang lama (minyak jelantah) yang telah dipakai berulang kali dalam proses penggorengan, akan menyebabkan perubahan pada kandungan minyak itu sendiri. Pemanasan yang berkali-kali menyebabkan kerusakan karena teroksidasi oleh udara dan oleh suhu tinggi. Minyak jelantah akan semakin kental akibat polimerisasi asam-asam lemak. Jika diuji angka asamnya, maka asam-asam lemak yang berada dalam jumlah yang banyak ini akan terukur oleh uji angka asam ini. Sedangkan minyak baru, masih mengandung asam lemak esensial dan asam lemak tak jenuh. Sehingga asam lemak di dalamnya tidak terlalu banyak terbentuk sebab belum digunakan untuk penggorengan yang terdapat dalam satu gram lemak atau minyak. Tabel 2.4 Hasil pengamatan Uji Aktivita Enzim Lipase Kel Sampel 1,2 Substrat 3,4 Blanko 5,6 Substrat Warna Sebelum Sesudah Putih Putih merah susu muda Putih Merah muda keruh Putih agak Putih susu merah muda Volume NaOH (ml) Aktivitas Lipase 19.9 9.5 x 10-4 5.3 2.65 x 10-4 18 9 x 10-4 Sumber : Laporan Sementara Lipase adalah kelas turunan dari enzim esterase enzim yang mengkatalisis pemecahan lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Enzi mini memiliki suhu dan pH optimu yang berbeda tergantung asal enzim diperoleh. Menurut Yuneta (2010) pada umumnya enzim lipase dapat beraktivitas pada kondisi suhu optimal dari 45°C - 70°C dan pH optimal pada 7. Enzim larut
  • 20. dalam air di alam dan hidrolisis dilakukan pada ikatan kimia ester. Substrat yang diperlukan untuk tindakan lipase substrat lipid tidak larut air. Hal ini memainkan peran kunci dalam proses pencernaan dan transportasi lipid. ASI, buah pala, dan pepaya merupakan sumber lain yang mengandung enzim lipase. Pada metode titrimetri, banyaknya asam lemak yang dilepaskan akan dititrasi oleh NaOH sehingga volume NaOH sama dengan volume asam lemak yang dihasilkan oleh aktivitas enzim lipase. Proses pemanasan pada enzim akan membuat enzim menjadi rusak dan mengurangi aktivitasnya. Kondisi ini digunakan sebagai kondisi kontrol pada penentuan aktivitas enzim dan juga penentuan secara perubahan pH. Pada proses titrasi larutan diamati perubahan warna dari putih menjadi pink kemudian menjadi putih kembali. Jika larutan tidak mengalami perubahan warna kembali maka asam lemak yang dihasilkan dari enzim telah habis dititrasi. Bisa dikatakan bahwa enzim lipase tidak melakukan aktifitas untuk memproduksi asam lemak kembali. Lipase tidak dapat bekerja pada kondisi pH yang makin rendah. Dengan bertambahnya pH sejalan dengan waktu maka aktifitas enzim untuk menghisrolisis triasilgliserida makin meningkat Dalam percobaan ini sampel yang menunjukkan aktivitas lipase tertinggi yaitu substrat kelompok 1, 2, yaitu sampel dengan bahan substrat yang berwarna awal putih susu menjadi putih bercampur merah agak muda dengan besar aktivitas lipase 9,5 x 10-4 LU/gram. Sampel yang menunjukkan hasil tidak jauh berbeda adalah substrat pada kelompok 5 dan 6 dengan nilai aktivitas lipase sebesar 9 x 10-4 LU/gram. Dan nilai aktivitas yang paling rendah adalah sampel dengan menggunakan blanko pada kelompok 3, 4 yaitu sebesar 2,65 x 10-4 LU/gram sampel. Hal yang membedakan sampel substrat dengan blanko adalah perlakuan inkubasi pada waterbath dengan suhu 300C pada substrat, sedangkan pada blanko tidak dilakukan inkubasi. Hal ini telah sesuai dengan teori, bahwa enzim merupakan protein akan meningkat aktivitasnya seiring dengan peningkatan suhu, namun apabila melampaui batas optimumnya maka aktivitas enzim akan menurun akibat terdenaturasi. Inilah yang menyebabkan
  • 21. aktivitas enzim yang mengalami perlakuan inkubasi lebih tinggi dibandingkan tanpa perlakuan inkubasi. Fungsi dari penambahan NaOH adalah memberikan warna merah jambu bila mencapai pH tertentu. E. Kesimpulan Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Suhu dingin memberikan perbedaan pengaruh kondisi yaitu, pada lemak ayam menjadi padat sedangkan pada minyak sawit, wijen, zaitun, dan ikan tetap cair. 2. Lemak ayam termasuk mengandung asam lemak jenuh sedangkan minyak wijen, minyak zaitun, minyak sawit dan minyak ikan mengandung asam lemak tak jenuh. 3. Minyak bekas lebih tengik dari pada minyak baru dan minyak lama yang ditambah sedikit air, karena minyak bekas telah digunakan misalnya untuk menggoreng. 4. Proses pemasakan pada temperatur tinggi ini menyebabkan minyak mengalami pirolisis, yaitu suatu reaksi dekomposisi karena panas sehingga minyak menjadi tengik. 5. Angka asam minyak baru sebesar 0,08 lebih besar dibandingkan angka asam minyak lama. 6. Sampel yang aktivitas enzimnya lebih besar adalah sampel dengan bahan substrat yang berwarna awal putih susu menjadi putih bercampur merah agak muda, dan didapatkan aktivitas lipase sebesar 9,5 x 10-4. 7. Semakin besar ketengikkan minyak, maka kualitas dari minyak tersebut semakin jelek. 8. Semakin besar angka asam dari minyak, maka kualitas dari minyak semakin buruk.
  • 22. LAMPIRAN Perhitungan Uji Angka Asam : Vol NaOH = 0,4 Berat minyak = 5 gr BM NaOH = 40 N NaOH = 0,1 Angka Asam = = = 0,32 Perhitungan Uji Aktivitas Enzim Lipase : Vol NaOH = 18 ml M NaOH = 0,01 M Mg sampel = 20 Waktu = 10 menit Aktivitas enzim = = = 9 x 10-4 LU/gr
  • 23. DAFTAR PUSTAKA Edwar, Zulkarnain. 2011. Pengaruh Pemanasan terhadap Kejenuhan Asam Lemak Minyak Goreng. J Indon Med Assoc, Volume : 6, Nomor : 6. Padang. Fanani, Zainal. 2009. Kinetika Reaksi Oksidasi Asam Miristat, Stearat, dan Oleat dalam Medium Minyak Kelapa, Minyak Kelapa Sawit, serta Tanpa Medium. Jurnal Penelitian SAINS. Vol. 12. No. 1 (C) 12107. Fessenden, Ralo J. 1999. Kimia Organik. Erlangga. Jakarta. Hart, Harold. 2003. Kimia Organik. Erlangga. Jakarta. Hermanto, Sandra. 2010. Analisis Tingkat Kerusakan Lemak Nabati dan Lemak Hewani Akibat Proses Pemanasan. UIN Jakarta. Hidayat, Chusnul; Lutfi Suhendra; Supriyadi. 2008. Optimasi Produksi Lipase Kecambah Biji Kacang Tanah (Arachis hypogaea. L) sebagai Biokatalis dengan Metode Response Surface Methodology. Jurnal Teknik Mesin dan Industri FT UGM. Murty, Ramachandra. 2002. Hydrolysis of Oils by Using Immobilized Lipase Enzyme. Biotechnol. Bioprocess Eng. 2002, Vol. 7, No. 2 Njoku, P. C dan J. C. Onwu. 2010. The Study of the Characteristics and Rancidity of Three Species of Elaeis guineensis in South East of Nigeria. Pakistan Journal of Nutrition. Vol. 9. No. 8. Pakistan. Poedjiadi, Anna. 2009. Dasar-dasar Biokimia. UI-Press. Jakarta. Rachmadani, Rendra. 2012. Pabrik Margarin dari Biji Wijen dengan Proses Hidrogenasi Menggunakan Katalis Nikel. Fakultas Teknologi Industri. Surabaya Rasyid, Abdullah. 2003. Asam Lemak Omega-3 dari Minyak Ikan. Oseana, Volume XXVIII, Nomor 3, 2003 : 11-16. Siswati, Nana Dyah; Juni SU; Junaini. 2008. Pemanfaatan Antioksidan Alami Flavonol untuk Mencengah Proses Ketengikan Minyak Kelapa. Jurusan Teknik Kimia UPN. Jawa Timur. Thenawidjaja, Maggy. 1982. Prinsip-prinsip Biokimia. Erlangga. Jakarta. Wasowicz, Edwin; Anna Gramza; Marzanna Heoe1; Henryk H. Jelen; Jozef Korczak; Maria Malecka, Sylwia Mildner-Szkudlarz; Magdalena Rudzinska; Urszula Samotyja; Renata Zawirska-Wojtasiak. 2004. Oxidation of Lipids in Food. Polish Journal of Food and Nutrition Science. Vol. 13. No. 54. Winarno, F.G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. M-Brio Press. Bogor.