1. Teori sosiohistoris menjelaskan pola perubahan masyarakat secara siklikal atau berlingkar seperti pandangan orang Cina dan teori-teori Ibnu Khaldun, Arnold Toynbee, dan Pitirin Sorokin.
2. Ibnu Khaldun menjelaskan pola perubahan dari masyarakat nomaden ke menetap dalam 5 tahapan.
3. Arnold Toynbee melihat pola kelahiran, pertumbuhan, kemunduran dan kehancuran peradaban
2. Menurut pandangan orang Cina misalnya, alam semesta ini
dibayangkan berada dalam perubahan berkepanjangan, namun perubahan
tersebut, mengikuti suatu :
“Pola yang tetap dan karenanya dapat diramalkan terdiri dari ayunan abadi
antara dua titik atau terdiri dari gerakan lingkaran, di dalam suatu lingkaran
tertutup ; perubahan yang terjadi dalam ayunan abadi atau dalam gerakan
melingkaran itu lebih bersifat relative ketimbang mutlak, karena semua gerakan
kerah tujuan, justru hanya membantu membawa proses perubahan itu kembali ke
titik bertolak semula.
Karena pola melingkar ini, sejarawan Cina tidak dapat menunjukan titik awal
maupun akhir dari sejarah dunia. Waktu adalah sederatan lingkaran yang
didasarkan atas gerakan planet, dank arena itu dapat dibayangkan sebagai “
meluas tanpa batas ke masa lalu dan kemasa depan, sejauh planet-planet itu
sendiri tatap ada”.
3. Perbedaan antara pandangan orang Cina dan pandangan Barat
modern, diungkap dengan jelas oleh Yen Fu, yang
menerangkan bahwa sementara orang Cina mengabaikan masa
sekarang karena kecintaan mereka terhadap zaman kuno,
oaring Barat berjuang di masa sekarang untuk menguasai
masa lalu dan untuk lebih mementingkannya. Orang Cina
yakin bahwa “ periode yang teratur dan yang kacau, periode
yang makmur dan yang suram adalah perjalanan yang wajar
(normal) dari sejarah manusia. Sebaliknya, oaring Barat yakin
bahwa “kemajuan dari hari kehari takkan pernah berakhir”.
Berlawanan dengan pandangan Barat yang dominan, beberapa
teori yang lahir dari pemikiran Cina ini kemudian mencoba
menerangkan perjalanan sejarah dengan memandang sejarah
menurut serentetn tanpa ujung. Tetapi teori-teori yang akan
dibahas dalam bab ini membicarakan lingkaran kehidupan itu
pada tingkat peradaban atau masyaraka. Kita akan membahas
tiga teori itu.
4. 1. MANUSIA NOMADEN DAN MANUSIA MENETAP :
A. IBNU KHALDUN
Ketika kebanyakan orang memikirkn sejarah menurut kehendak Tuhan, Ibnu
Khaldun, sarjana Arab, berusaha mengenali factor-faktor penyebab dalam proses
sejarah. Khaldun (1332-1406) lahir di Tunis, keturunan keluarga bangsawan yang
memang banyak melahirkan sarjana dan tokoh politik ternama. Khaldun sendiri
menghabiskan sebagian besar masa hidupnya dalam kegiatan politik. Karena itu ia
mampu meneliti kekacauan politik di Afrika Barat Laut ini mulai menyusut. Khaldun
berhadapan perpecahan duania Islam, dan ia memutuskan untuk menerangkan
sebab-sebabnya.
Selama 4 tahun ia mengundurkan diri dari dunia politik untuk menulis karyanya
“Sejarah Umat Manusia”.Penjelasan sejarah atau pola perubahan sosial ini
terkandung dalam karyanya Mukadimah, suatu pendahuluan dari karya sejarahnya
yang terkenalitu. Karangannya itu diberi judul Buku Pelajaran dan Arsip Sejarah
Kuno dan Tahap-tahapnya. Karya ini menerangkan peristiwa politik dunia Arab,
Non-Arab, dan Berber dan Penguasa Tertinggi yang sezaman dengannya.
5. Mukaddimah menjelajahi berbagai faktor yang terlihat dalam perubahan sosial.
Khaldun meneliti pengaruh lingkungan fisik terhadap manusia, bentuk-bentuk
organisasi social primitife dan modern, hubungan antarkelompok, dan berbagai
fenomena kultural (kesenian, kerajinan, ilmu pengetahuan dsb). Dengan kata lain,
ia tidak hanya membuat suatu kemajuan yang berani dalam mencoba memastika
factor-faktor penyebab perubahan ; tetapi ia juga mengakuin bahwa factor-
faktor itu beraneka ragam.
Karena itu, Khaldun dapat dianggap sebagai salah seorang pionir pemikir
sosilogi yang memperkenalkan dan menggunakan 6 prinsip yang menjadi
landasan sosiologi :
1. Fenomena social mengukuti pola-pola yang sah menurut hokum.
2. Hukum-hukum perubahan itu berlaku pada tingkat kehidupan masyarakat
(bukan pada tingkat individual).
3. Hukum-hukum proses social harus ditemukan melalui pengumpulan banyak data
dan dengan mengamati hubungan antara berbagi variable.
4. Hukum-hukum social yang serupa, berlaku dalam berbagai masyarakat yang
serupa strukturnya.
5. Masyarakat ditandai oleh perubahan.
6. Hukum-hukum yang berlaku terhadap perubahan itu bersifat sosiologis, bukan
bersifat biologis atau bersifat alamiah.
6. Selanjutnya, Khaldun membangun teorinya atas premis yang menyatakan
bahwa manusia adalah makhluk sosial. “Organisasi sosial manusia adalah penting”.
Ini diungkapkannya secara filosofis bahwa pada hakekatnya manusia adalah
makhluk politik. Secara sederhana berarti bahwa manusia harus mempunyai
“organisasi sosial-yang disebut filsuf ini dengan istilah teknis, “kota”. Arti penting
asumsi mengenai sifat sosial dan agresif manusia, akan bertambah jelas kita
kembali ke teori perubahan Khaldun. Teori itu mencakup dua bentuk organisasi
sosial yang berlawanan – nomaden dan menetap. Teori itu mencoba menerangkan
kesuksesan orang Badui merobohkan sejumlah peradaban di Afrika.
Solidaritas adalah aspek penting kehidupan Badui dan konsep kunci dalam teori
Khaldun. Kemampuan manusia yang memiliki solidaritas yang tinggi ini besar
kemungkinan akan menaklukan kesatuan lain yang kurang memilikinya. Ikatan
kekeluargaan adalah penting dalam menciptakan solidatitas, Karena karena
dengan ikatan kekeluargaan, manusia memiliki dorongan alamiah untuk melindungi
kerabat mereka di serang atau penindasan pihak lain. Agama penting, karena
agama menekan sifat ganas orang Badui. Singkatnya karena agama, kelompok
yang berorientasi kekeluargaan yang hidup dibawah kondisi lingkungan yang
keras, menyebabkan orang Badui tanpil seperti gerombolan Jenghis Khan Zalim,
perkasa dan ingin serta mampu menghancurkan tiap musuhnya.
7. Manusia menetap adalah sekuler, individual, dan agak makmur. Mereka adalah
bagian depan manusia nomaden dalam segala ciri-cirinya. Dilihat dari segi moral, spiritual,
pisik, dan kebudayaan, manusia menetap dan manusia nomaden hidup di dua alam ytang
sama sekali berbeda. Khaldun melukiskan sejarah alamiah kekaisaran yang dibangun (dan
yang cepat atau lambat akan hancur) menurut tiga generasi atau 5 tungkatan.
Khaldun melukiskan proses yang sama ini menurut 5 tingkatan :
1. Nomanaden berhasil menghancurkan seluruh penentangnyandan mendirikan kerajaan
baru.
2. Terjadi konsolidasi kekuatan karena penguasa baru memperkokoh pengendaliannya
atas kawasan yang baru dikuasainya.
3. Tingkat kesenangan dan kesentosaan.
4. Di tingkat ini kedamaian terus berlanjut.
5. Tingkat kehancuran
Diantara pemikiran mendalam dari karyanya adalah sebagi berikut :
1. Metode historis menawarkan pendekatan terbaik untuk memahami perubahan sosial;
2. Faktor yang menyebabkan perubahan sosial banyak dan beraneka macam;
3. Bentuk-bentuk organisasi sosial yang berbeda, mmenciptakan tipe kepribadian yang
berbeda pula.
4. Konflik adalah mekanisme mendasar dari perubahan.
5. Perubahan cendrung merembes, terjadi di semua institusi sosial;
8. 2. TANTANGAN DAN TANTANGAN :
B. ARNOLD TOYNBEE
Seperti Khaldun, yang disebutnya “genius Arab”, Toynbee (1889-
1975) melihat proses kelahiran, pertumbuhan, kemandakan, dan kehancuran di
dalam kehidupan sosial. Menurut Toynbee, pada abd 21 peradaban didunia
(misalnya : Mesiar Kuno, India, Sumeria, Babilonia, dan peradaban Barat atau
Keristen). Enam peradaban muncul serentak dari masyarakat primitife : Mesir,
Sumeria, Cina, Maya, Minoan (di pulau kereta) dan India. Masing-masing muncul
secara terpisah dari yang lain, dan terlihat di kawasan luas yang terpisah.
Toynbee membahas 5 perangsang yang berbeda bagi kemunculan
peradaban, yakni kawasan yang : Ganas, Baru, Diperebutkan, Ditindas, Dan
Tempat Pembuangan. Kawasan ganas mencakup kepada lingkungan fisik
yang sukar ditaklukkan, seperti disediakan oleh banjir bandang yang senantisa
mengancam sepanjang lembah sungai Hoang Ho. Kawasan baru, mengacu
kepada daerah yang belum pernah diolah. Asan yang dipersengketakan,
termasuk termasuk yang baru ditaklukkan dengan kekuatan militer. Kawasan
tertindas menunjukan suatu situasi ancaman dari luar yang berkepanjangan.
Kawasan hukuman atau mengacu pada kawasan tempat kelas dan ras yang
secara historis telah menjadi kawasan penindasan, diskriminasi daneksploitasi.
9. Apa itu pertumbuhan suatu peradaban ?
Toynbee menyebutnya sebagai proses “penghalusan”, yakni pergeseran
penenkanan dari alam kemanusiaan atau prilaku yang lebih rendah
ketaraf yang lebih tinggi. Taka da peradaban yang terus tumbuh tanpa
batas. Umumnya peradaban akan mengalami kehancuran bila elit
kreatifnya tak lagi berfungsi secara memadai. Kebanyakan peradaban
tidak dapat membantu.Peradaban itu hancur dan bila kehancuran terjadi
bila diikuti dengan, Terjadi perpecahan masyarakat, diikuti dengan
perpecahan menjadi 3 kelompok yang berlawanan : minoritas dominan,
ploretariat internal, dan ploretariat ekternal.
3. POLA PERUBAHAN SOSIALKULTURAL :
Pitirin A. Sarokin (1889-1968) adalah contoh pemikir terakhir yang kita
kekemukan, yang melihat berbagai lingkaran dalam proses historis. Ia lahir
di Rusia, di jatuhi hukuman mati oleh pemerintah komunis di tahun 1918
dan dibuang tahun 1922. Ia menhabiskan sisa hidupnya di AS.
Sorokin menggunakan metode yang disebutnya “logika penuh arti”.
Metode ini mencakup upaya penemuan prinsip sentral tempat tersusunya
sebuah system dan yang memberi arti terhadap setiap unsurnya. Menurut
Sorokin metode ini menghasilkan 3 sistem sosiokultural dan supersistem.
10. Sistem indrawi (sensate) diliputi oleh prinsip atau dasar berpikir bahwa
dunia nyata, yang tercerap pancaindra, adalah realitas dan nilai tertinggi ; satu-
satunya kenyataan yang ada. Eksistensi kenyataan adi-inderawi atau transenden,
disangkal. Mentalitas budaya ini terbagi 3 :
1. Inderawi aktif.
2. Inderawi pasif
3. Inderawi sinis
Sistem campuran (idealistis) menggabungkan kedua mentalitas buaya di
atas. Artinya, realitas dan nilai, sebagian dapat diserap indera dan sebagian lagi di
pandang bersifat transenden, tak terserap olehalat inderawi. Mentalitas mental ini
Terbagi 2 :
1. Mentalitas Idealistis.
2. Mentalitas ideasional.