SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  2
Télécharger pour lire hors ligne
www.hukumonline.com



                PEMUNGUTAN BEA CUKAI BERAT-BARANG
      (Undang-Undang Darurat Nomor 31 Tahun 1950 Tanggal 23 Agustus 1950)

                           PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang :

        Bahwa perlu untuk mengubah dan menambah dengan segera ketentuan dalam Ordonansi
tertanggal 11 Mei 1927 (Staatsblad 1927 No. 201) demikianpun tentang quot;Algemeen
Goederengeld Reglementquot; yang terlampir pada Ordonansi tersebut;
        Bahwa karena keadaan-keadaan yang mendesak perubahan dan tambahan tersebut perlu
segera diadakan;

Mengingat :

       Pasal 96 Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia;

                                     MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

UNDANG-UNDANG DARURAT UNTUK MENAMBAH DAN MENGUBAH quot;PERATURAN
BEA BERAT-BARANGquot;.

                                           Pasal I

        Dalam Pasal I Ordonansi tertanggal I 1 Mei 1927 (Staatsblad 1927 No. 201) di belakang
perkara quot;Ampenanquot; ditambah komma dan perkataan quot;Banjermasinquot;.

                                          Pasal II

       Jumlah uang sebanyak quot;f.1.25quot; tersebut dalam Pasal 5 ayat (3)quot; Algemeen Goederengeld-
Reglementquot;, terlampir pada Ordonansi tersebut diubah menjadi jumlah uang sebanyak quot;f.3.-quot;.

                                          Pasal III

        Kecuali perubahan tersebut dalam Pasal 1 yang dianggap mulai berlaku pada tanggal 1
Juli 1949, maka Undang-undang Darurat ini mulai berlaku pada hari diundangkan.

       Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-
undang Darurat ini dengan penempatan dalam Lembaran-Negara Republik Indonesia.




www.hukumonline.com                                                                        1
www.hukumonline.com



                                 Ditetapkan di Jakarta,
                             pada tanggal 23 Agustus 1950.
                          PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

                                        SUKARNO.

          MENTERI PERHUBUNGAN, TENAGA DAN PEKERJAAN UMUM,

                                          H.LAOH.


                                       Diundangkan
                               pada tanggal 25 Agustus 1950.
                                MENTERI KEHAKIMAN,

                                         SUPOMO


        Naskah Undang-undang Darurat tersanding bermaksud mengadakan perubahan data
quot;Peraturan Umum Berat Barangquot; (Algemeen Goederangeldreglement).

1.    Pada pasal I dari ordonansi tertanggal 11 Mei 1927 (Staatsblad 1927 No. 201) disebutkan
      pelabuhan-pelabuhan, di mana dipungut bea barang sebagai penggantian kerugian
      terhadap pemakaian jenis-jenis bangunan-pelabuhan. Waktu menghidupkan kembali
      penarikan bea berat barang setelahnya perang berakhir pada tanggal 1 Juli 1947,
      menyimpang dari ordonansi tersebut, dimasukkan juga Pelabuhan Banjarmasin.

              Alasan untuk memungut bea berat barang di Banjarmasin, yaitu sangat besarnya
      beaya yang dikeluarkan oleh Pemerintah untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan
      bangunan-bangunan pada pelabuhan ini. Ongkos-ongkos pembetulan ini yang jumlahnya
      ¦ 900.000.- sangat memberatkan pelabuhan tersebut sehingga pemasukan uang dengan
      memungut tarip-tarip pelabuhan, seperti uang labuh, uang tambahan d.s.b. tidak dapat
      menutup ongkos exploitasi; maka di sampingnya ini dipungut juga bea berat barang.
      Pemasukan uang oleh karenanya bea ini besarnya ¦ 50.000.- setahun, atas dasar ¦ 50.000.-
      setahun, atas dasar ¦ 1.-/ton berat barang.
              Sampai sekarang terlantarlah peresmian pemungutan bea berat barang untuk
      Banjarmasin dan untuk membetulkan kelalaian itu dicantumkan kalimat pada pokok
      quot;Pertamaquot; dalam naskah Undang-undang Darurat di atas.

2.    Bertalian dengan kenaikan pengluaran untuk exploitasi, sangat mendesak agaknya untuk
      menaikkan bea berat barang pada semua pelabuhan yang harus memungut bea itu, sampai
      ¦ 1.75/ton kotor berat barang. Untuk ini, perlu sekali maximum tarip ¦ 1.25/ton kotor berat
      barang tercantum dalam quot;Algemeen Geoderengeldreglementquot; Pasal 5 ayat 3 dinaikkan
      sampai ¦ 3.-, agar supaya memberi kelonggaran kenaikkan baru nanti dari tarip tersebut,
      jika masih ternyata perlu untuk menaikkannya.


     LEMBARAN NEGARA NOMOR 63 DAN TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA
           NOMOR 44 TAHUN 1950 YANG TELAH DICETAK ULANG



www.hukumonline.com                                                                            2

Contenu connexe

Tendances

Air & Space Law - Konferensi Paris 1910 dan Konvensi Paris 1919
Air & Space Law - Konferensi Paris 1910 dan Konvensi Paris 1919Air & Space Law - Konferensi Paris 1910 dan Konvensi Paris 1919
Air & Space Law - Konferensi Paris 1910 dan Konvensi Paris 1919Mariske Myeke Tampi
 
Pasal 51 is dicabut karena di dalam pasal tersebut terdapat ketentuan yang be...
Pasal 51 is dicabut karena di dalam pasal tersebut terdapat ketentuan yang be...Pasal 51 is dicabut karena di dalam pasal tersebut terdapat ketentuan yang be...
Pasal 51 is dicabut karena di dalam pasal tersebut terdapat ketentuan yang be...Reki Rek
 
Air & Space Law - Hukum Udara Perdata Nasional
Air & Space Law - Hukum Udara Perdata NasionalAir & Space Law - Hukum Udara Perdata Nasional
Air & Space Law - Hukum Udara Perdata NasionalMariske Myeke Tampi
 
Tugas hukum udara
Tugas hukum udaraTugas hukum udara
Tugas hukum udaraAmina Ar
 
Transportation Law - Transportation Agreement In Common
Transportation Law - Transportation Agreement In CommonTransportation Law - Transportation Agreement In Common
Transportation Law - Transportation Agreement In CommonMariske Myeke Tampi
 

Tendances (13)

Air & Space Law - Konferensi Paris 1910 dan Konvensi Paris 1919
Air & Space Law - Konferensi Paris 1910 dan Konvensi Paris 1919Air & Space Law - Konferensi Paris 1910 dan Konvensi Paris 1919
Air & Space Law - Konferensi Paris 1910 dan Konvensi Paris 1919
 
Uudrt 14 1951
Uudrt 14 1951Uudrt 14 1951
Uudrt 14 1951
 
Pasal 51 is dicabut karena di dalam pasal tersebut terdapat ketentuan yang be...
Pasal 51 is dicabut karena di dalam pasal tersebut terdapat ketentuan yang be...Pasal 51 is dicabut karena di dalam pasal tersebut terdapat ketentuan yang be...
Pasal 51 is dicabut karena di dalam pasal tersebut terdapat ketentuan yang be...
 
Uu 11 1952
Uu 11 1952Uu 11 1952
Uu 11 1952
 
Air & Space Law - Hukum Udara Perdata Nasional
Air & Space Law - Hukum Udara Perdata NasionalAir & Space Law - Hukum Udara Perdata Nasional
Air & Space Law - Hukum Udara Perdata Nasional
 
Uu 12 1958
Uu 12 1958Uu 12 1958
Uu 12 1958
 
Uu 24 1952
Uu 24 1952Uu 24 1952
Uu 24 1952
 
Uu 13 1951
Uu 13 1951Uu 13 1951
Uu 13 1951
 
Tugas hukum udara
Tugas hukum udaraTugas hukum udara
Tugas hukum udara
 
Uu 23 1952
Uu 23 1952Uu 23 1952
Uu 23 1952
 
Uudrt 21 1951
Uudrt 21 1951Uudrt 21 1951
Uudrt 21 1951
 
Ticket sebagai bukti perjanjian
Ticket sebagai bukti perjanjianTicket sebagai bukti perjanjian
Ticket sebagai bukti perjanjian
 
Transportation Law - Transportation Agreement In Common
Transportation Law - Transportation Agreement In CommonTransportation Law - Transportation Agreement In Common
Transportation Law - Transportation Agreement In Common
 

En vedette

Bloglab 2008 Savona - marketing e web 2.0
Bloglab 2008   Savona - marketing e web 2.0Bloglab 2008   Savona - marketing e web 2.0
Bloglab 2008 Savona - marketing e web 2.0Roberta Milano
 
Los sistemas políticos de decisión y las TIC
Los sistemas políticos de decisión y las TICLos sistemas políticos de decisión y las TIC
Los sistemas políticos de decisión y las TICAutoritas Consulting
 
Dispositivos Moviles 2
Dispositivos  Moviles 2Dispositivos  Moviles 2
Dispositivos Moviles 2jhonsteven
 
COM 115 Workshop 1 Slides
COM 115 Workshop 1 SlidesCOM 115 Workshop 1 Slides
COM 115 Workshop 1 SlidesRuss Ray
 
Uudarurat 20 1950
Uudarurat 20 1950Uudarurat 20 1950
Uudarurat 20 1950guest150909
 
Online Marketing 8 Seiten Inhalt V.1.1
Online Marketing 8 Seiten Inhalt V.1.1Online Marketing 8 Seiten Inhalt V.1.1
Online Marketing 8 Seiten Inhalt V.1.1DIM Marketing
 

En vedette (9)

Bloglab 2008 Savona - marketing e web 2.0
Bloglab 2008   Savona - marketing e web 2.0Bloglab 2008   Savona - marketing e web 2.0
Bloglab 2008 Savona - marketing e web 2.0
 
Uu 15 1961
Uu 15 1961Uu 15 1961
Uu 15 1961
 
Uu 01 1964
Uu 01 1964Uu 01 1964
Uu 01 1964
 
Los sistemas políticos de decisión y las TIC
Los sistemas políticos de decisión y las TICLos sistemas políticos de decisión y las TIC
Los sistemas políticos de decisión y las TIC
 
Uu 22 1952
Uu 22 1952Uu 22 1952
Uu 22 1952
 
Dispositivos Moviles 2
Dispositivos  Moviles 2Dispositivos  Moviles 2
Dispositivos Moviles 2
 
COM 115 Workshop 1 Slides
COM 115 Workshop 1 SlidesCOM 115 Workshop 1 Slides
COM 115 Workshop 1 Slides
 
Uudarurat 20 1950
Uudarurat 20 1950Uudarurat 20 1950
Uudarurat 20 1950
 
Online Marketing 8 Seiten Inhalt V.1.1
Online Marketing 8 Seiten Inhalt V.1.1Online Marketing 8 Seiten Inhalt V.1.1
Online Marketing 8 Seiten Inhalt V.1.1
 

Plus de guest150909

Pengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah IndustriPengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah Industriguest150909
 
Usul Peningkatanstatus S Kampar
Usul Peningkatanstatus S KamparUsul Peningkatanstatus S Kampar
Usul Peningkatanstatus S Kamparguest150909
 
Materi Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang KebakaranMateri Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang Kebakaranguest150909
 
Amandemen Uud Ke4
Amandemen Uud Ke4Amandemen Uud Ke4
Amandemen Uud Ke4guest150909
 
Uudarurat 42 1950
Uudarurat 42 1950Uudarurat 42 1950
Uudarurat 42 1950guest150909
 
Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950guest150909
 
Uudarurat 08 1950
Uudarurat 08 1950Uudarurat 08 1950
Uudarurat 08 1950guest150909
 
Uudarurat 26 1950
Uudarurat 26 1950Uudarurat 26 1950
Uudarurat 26 1950guest150909
 
Uudarurat 33 1950
Uudarurat 33 1950Uudarurat 33 1950
Uudarurat 33 1950guest150909
 
Uudarurat 36 1950
Uudarurat 36 1950Uudarurat 36 1950
Uudarurat 36 1950guest150909
 
Uudarurat 06 1950
Uudarurat 06 1950Uudarurat 06 1950
Uudarurat 06 1950guest150909
 
Uu 03 1950 Grasi
Uu 03 1950 GrasiUu 03 1950 Grasi
Uu 03 1950 Grasiguest150909
 

Plus de guest150909 (20)

Pengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah IndustriPengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah Industri
 
Usul Peningkatanstatus S Kampar
Usul Peningkatanstatus S KamparUsul Peningkatanstatus S Kampar
Usul Peningkatanstatus S Kampar
 
Materi Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang KebakaranMateri Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang Kebakaran
 
Amandemen Uud Ke4
Amandemen Uud Ke4Amandemen Uud Ke4
Amandemen Uud Ke4
 
Keppres 32 1990
Keppres 32 1990Keppres 32 1990
Keppres 32 1990
 
Uudarurat 42 1950
Uudarurat 42 1950Uudarurat 42 1950
Uudarurat 42 1950
 
Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950
 
Uudarurat 08 1950
Uudarurat 08 1950Uudarurat 08 1950
Uudarurat 08 1950
 
Uudarurat 26 1950
Uudarurat 26 1950Uudarurat 26 1950
Uudarurat 26 1950
 
Uudarurat 33 1950
Uudarurat 33 1950Uudarurat 33 1950
Uudarurat 33 1950
 
Uudarurat 36 1950
Uudarurat 36 1950Uudarurat 36 1950
Uudarurat 36 1950
 
Uudarurat 06 1950
Uudarurat 06 1950Uudarurat 06 1950
Uudarurat 06 1950
 
Uu 08 1950
Uu 08 1950Uu 08 1950
Uu 08 1950
 
Uu 07 1950 Uuds
Uu 07 1950 UudsUu 07 1950 Uuds
Uu 07 1950 Uuds
 
Uu 06 1950
Uu 06 1950Uu 06 1950
Uu 06 1950
 
Uu 01 1950
Uu 01 1950Uu 01 1950
Uu 01 1950
 
Uu 04 1950
Uu 04 1950Uu 04 1950
Uu 04 1950
 
Uu 03 1950 Grasi
Uu 03 1950 GrasiUu 03 1950 Grasi
Uu 03 1950 Grasi
 
Uu 02 1950
Uu 02 1950Uu 02 1950
Uu 02 1950
 
Perpu 01 1950
Perpu 01 1950Perpu 01 1950
Perpu 01 1950
 

Uudarurat 31 1950

  • 1. www.hukumonline.com PEMUNGUTAN BEA CUKAI BERAT-BARANG (Undang-Undang Darurat Nomor 31 Tahun 1950 Tanggal 23 Agustus 1950) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : Bahwa perlu untuk mengubah dan menambah dengan segera ketentuan dalam Ordonansi tertanggal 11 Mei 1927 (Staatsblad 1927 No. 201) demikianpun tentang quot;Algemeen Goederengeld Reglementquot; yang terlampir pada Ordonansi tersebut; Bahwa karena keadaan-keadaan yang mendesak perubahan dan tambahan tersebut perlu segera diadakan; Mengingat : Pasal 96 Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia; MEMUTUSKAN : Menetapkan : UNDANG-UNDANG DARURAT UNTUK MENAMBAH DAN MENGUBAH quot;PERATURAN BEA BERAT-BARANGquot;. Pasal I Dalam Pasal I Ordonansi tertanggal I 1 Mei 1927 (Staatsblad 1927 No. 201) di belakang perkara quot;Ampenanquot; ditambah komma dan perkataan quot;Banjermasinquot;. Pasal II Jumlah uang sebanyak quot;f.1.25quot; tersebut dalam Pasal 5 ayat (3)quot; Algemeen Goederengeld- Reglementquot;, terlampir pada Ordonansi tersebut diubah menjadi jumlah uang sebanyak quot;f.3.-quot;. Pasal III Kecuali perubahan tersebut dalam Pasal 1 yang dianggap mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 1949, maka Undang-undang Darurat ini mulai berlaku pada hari diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang- undang Darurat ini dengan penempatan dalam Lembaran-Negara Republik Indonesia. www.hukumonline.com 1
  • 2. www.hukumonline.com Ditetapkan di Jakarta, pada tanggal 23 Agustus 1950. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SUKARNO. MENTERI PERHUBUNGAN, TENAGA DAN PEKERJAAN UMUM, H.LAOH. Diundangkan pada tanggal 25 Agustus 1950. MENTERI KEHAKIMAN, SUPOMO Naskah Undang-undang Darurat tersanding bermaksud mengadakan perubahan data quot;Peraturan Umum Berat Barangquot; (Algemeen Goederangeldreglement). 1. Pada pasal I dari ordonansi tertanggal 11 Mei 1927 (Staatsblad 1927 No. 201) disebutkan pelabuhan-pelabuhan, di mana dipungut bea barang sebagai penggantian kerugian terhadap pemakaian jenis-jenis bangunan-pelabuhan. Waktu menghidupkan kembali penarikan bea berat barang setelahnya perang berakhir pada tanggal 1 Juli 1947, menyimpang dari ordonansi tersebut, dimasukkan juga Pelabuhan Banjarmasin. Alasan untuk memungut bea berat barang di Banjarmasin, yaitu sangat besarnya beaya yang dikeluarkan oleh Pemerintah untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan bangunan-bangunan pada pelabuhan ini. Ongkos-ongkos pembetulan ini yang jumlahnya ¦ 900.000.- sangat memberatkan pelabuhan tersebut sehingga pemasukan uang dengan memungut tarip-tarip pelabuhan, seperti uang labuh, uang tambahan d.s.b. tidak dapat menutup ongkos exploitasi; maka di sampingnya ini dipungut juga bea berat barang. Pemasukan uang oleh karenanya bea ini besarnya ¦ 50.000.- setahun, atas dasar ¦ 50.000.- setahun, atas dasar ¦ 1.-/ton berat barang. Sampai sekarang terlantarlah peresmian pemungutan bea berat barang untuk Banjarmasin dan untuk membetulkan kelalaian itu dicantumkan kalimat pada pokok quot;Pertamaquot; dalam naskah Undang-undang Darurat di atas. 2. Bertalian dengan kenaikan pengluaran untuk exploitasi, sangat mendesak agaknya untuk menaikkan bea berat barang pada semua pelabuhan yang harus memungut bea itu, sampai ¦ 1.75/ton kotor berat barang. Untuk ini, perlu sekali maximum tarip ¦ 1.25/ton kotor berat barang tercantum dalam quot;Algemeen Geoderengeldreglementquot; Pasal 5 ayat 3 dinaikkan sampai ¦ 3.-, agar supaya memberi kelonggaran kenaikkan baru nanti dari tarip tersebut, jika masih ternyata perlu untuk menaikkannya. LEMBARAN NEGARA NOMOR 63 DAN TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA NOMOR 44 TAHUN 1950 YANG TELAH DICETAK ULANG www.hukumonline.com 2