SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  21
Bab I Pendahuluan


         Kebijakan pemerintah mengenai penanggulangan kemiskinan masih bersifat
terpusat, sehingga program yang dijalankan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat
atau daerah tertentu. Sehingga banyak program penanggulangan kemiskinan yang
menempatkan masyarakat sebagai obyek, akibatnya masyarakat kurang berpartisipasi
secara aktif dalam menggali potensi dirinya dan lingkungannya       untuk keluar dari
kemiskinan.
         Selain itu program-program yang dilaksanakan cenderung bersifat sektoral
yang sering kali mengakibatan adanya semangat ego-sektoral dan saling tumpang
tindih. Keadaan ini lebih dipersulit karena umumnya tiap departemen atau instansi
mempunyai definisi dan kreteria sendiri tentang kemiskinan. Akibatnya kemiskinan
cenderung dipahami secara parsial, dan penanggulangannya cenderung bersifat
sektoral. Hal inilah yang menyebabkan sulitnya menjaga kontinuitas program dan
cenderung membuat program baru, dimana program baru tersebut bukan merupakan
kelanjutan program lama.
         Berangkat   dari   kegagalan   dari   program   penanggulangan      kemiskinan
sebelumnya, maka diperlukan strategi atau model program penanggulangan yang
kemiskinan yang pada prinsipnya menjadikan masyarakat miskin sebagai subyek. Untuk
itu diperlukan model yang bisa: pertama, mendidik masyarakat miskin untuk terus
menerus menemukenali potensi yang dimiliki baik individu, keluarga, maupun
lingkungan (keterampilan, material, dan sumberdaya alam) sebagai modal dasar untuk
meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Sehingga dengan mengenali potensi tersebut,
akan mendorong tumbuhnya rasa percaya diri mereka akan kemampuannya untuk lepas
dari belenggu kemiskinan. Kedua, model tersebut juga harus mampu menyadarkan
bahwa tidak akan ada seseorang/lingkungan yang dapat keluar dari kemiskinan,
melainkan atas usaha orang/keluarga/lingkungan itu sendiri serta memberikan
pemahaman bahwa masalah penanggulangan kemiskinan merupakan tugas dan
tanggungjawab bersama pemerintah dan masyarakat.


Perumusan masalah
        Bagaimana pengembangan model penanggulangan kemiskinan
   1.
        Bagaimana    peta sebaran penduduk       miskin serta identifikasi    penyebab
   2.
        masyarakat miskin di Kota Malang, Pasuruan dan Sidoarjo


                                                                                      1
Tujuan Penelitian
   Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
   1. Bagaimana permasalahan kemiskinan berdasarkan pada kondisi geografi dan
       topografi wilayah.
   2. Bagaimana permasalahan kemiskinan berdasarkan persoalan sikap seseorang
       atau masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya atau yang disebeut
       dengan kemiskinan kultural
   3. Bagaimana permasalahan kemiskinan berdasarkan pada aspek struktural atau
       dampak dari kebijakan pembangunan perkotaan.



Bab II Studi Pustaka

2.1 Penyebab Kemiskinan
        Kemiskinan merupakan salah satu problem sosial yang amat serius. Langkah
awal yang perlu dilakukan dalam membahas masalah ini adalah mengidentifikasi apa
sebenamya     yang   dimaksud     dengan   miskin   atau   kemiskinan   dan   bagaimana
mengukurnya. Konsep yang berbeda akan melahirkan cara pengukuran yang berbeda
pula. Setelah itu, dicari faktor-faktor dominan (baik yang bersifat kultural maupun
struktural) yang menyebabkan kemiskinan. Langkah berikutnya adalah mencari solusi
yang relevan untuk memecahkan problem dengan cara merumuskan strategi
mengentaskan kelompok miskin atau masyarakat miskin.
        Kemiskinan menurut Sharp (1996), dari sisi ekonomi penyebabnya dibagi
menjadi tiga yaitu: Pertama, secara mikro, kemiskinan muncul karena adanya ketidak
samaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang
timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumberdaya alam jumlah terbatas dan
kualitasnya rendah. Kedua, kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumberdaya
manusia. kualitas sumberdaya manusia yang rendah berarti produktivitasnya rendah,
yang pada gilirannya upahnya randah. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia ini
karena rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi, atau
karena keturunan. Ketiga, kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam akses modal.
           Hubungan antara pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, dan ketimpangan telah
banyak dilakukan di Indonesia, salah satunya dilakukan oleh Sumarto (2002) dari
SMERU Research Institute. Penelitian ini melakukan studi pada 100 desa selama


                                                                                      2
periode Agustus 1998 hingga Oktober 1999. Berdasarkan hasil studi tersebut ada
beberapa hal yang menjadi temuan berkaitan dengan penanggulangan kemiskian antara
lain:
-   Terdapat hubungan negatif yang sangat kuat antara pertumbuhan dan kemiskinan.
    Artinya ketika perekonomian tumbuh, kemiskinan berkurang; namun ketika
    perekonomian mengalami kontraksi pertumbuhan, kemiskinan meningkat lagi.
    Pertumbuhan tidak mengurangi kemikinan secara permenen. Walaupun terjadi
-
    pertumbuhan dalam jangka panjang selama periode sebelum krisis, banyak
    masyarakat yang tetap rentan terhdap kemiskinan. Oleh arena itu, manajemen
    kejutan (management of shocks) dan jaring pengaman harus diterapkan.
-   Pertumbuhan secara kontemporer dapat mengurangi kemiskinan. Sehingga
    pertumbuhan yang berkelanjutan penting untuk mengurangi kemiskinan.
-   Pengurangan ketimpangan mengurangi kemiskinan secara signifikan. Sehingga
    sangat untuk mencegah pertumbuhan yang meningkatkan ketimpangan.
-   Memberikan hak atas properti dan memberikan akses terhadap kapital untuk
    golongan    masyarakat      miskin   dapat   mengurangi   kesenjangan,   merangsang
    pertumbuhan, dan mengurangi kemiskinan.
2.2 Pendekatan Ilmiah Masalah Kemiskinan
        Tiga pendekatan ilmiah yang cukup popular di dalam memahami masalah
kemiskinan (Ancok, dalam Dewanta,1999( ialah pendekatan kultural pendekatan
situasional dan pendekatan interaksional
2.2.1 pendekatan kultural
        Tokoh utama yang menggunakan pendekatan kultural ialah Oscar Lewis (1966).
Dengan konsep cultural poverty Lewis berpendapat bahwa keamiskinan adalah suatu
budaya yang terjadi karena penderitaan ekonomi (economic depretiation) yang
berlangsung lama. Berdasarkan penelitian pada beberapa kebudaya kelompok etnik
Lewis menemukan bahwa kemiskinan adalah salah satu sub-kultur masyarakat yang
mempunyai kesamaan ciri antar etnik satu dengan etnik yang lain. Akar dari timbulnya
budaya miskin tersebut menurut pendapat Lewis adalah keadaan masyarakat yang
mempunyai siri-siri berikut :
     Sistem perekonomian yang terlalu berorientasi pada mencari keuntungan
     Tingginya angka pengangguran dan angka under employment bagi golongan
        yang tidak punya keahlian
     Rendanya upah/gaji yang diperoleh pekerja


                                                                                      3
 Tidak adanya organisasi sosial, politik dan ekonomi bagi kaum miskin baik yang
       didirikan oleh pemerintah maupun oleh swadaya masyarakat
    Hadirnya sistem kekeluargaan yang bilateral yang menggantikan sistem yang
       unilateral
    Hadirnya kelas masyarakat yang dominan yang menekankan pada penumpukan
       harta dan kekayaan, kesempatan untuk terus meningkat dalam status . anggota
       kelas masyarakat ini beranggapan bahwa kemiskinan disebabkan oleh karena
       sifat pribadi yang lemah dan inferior


   Menurut Lewis (1966) budaya keniskinan adalah suatu cara yang dipakai oleh orang
miskin untuk beradaptasi dan bereaksi terhadap posisi mereka yang marginal dalam
masyarakat yang memiliki kelas-kelas dan bersifat individualistic dan kapitalistik. Budaya
kemiskinan adalah desain kehidupan bagi orang-orang miskin yang bersisikan
pemecahan problem – problem hidup mereka, yang diturunkan dari satu generasi ke
generasi selanjutnya
   Dalam menggambarkan cara hidup orang yang berada dalam budaya kemiskinan
Lewis memformulasikan serangkaian sifat-sifat ekonomi, sosial dan psikologi yang
berkaitan satu dengan yang lainnya. Ciri pokok dari orang-orang yang idup dalam
budaya kemiskinan adalah kurangnya partisipasi yang efektif dalam ingrative dalam
institusi-institusi penting yang ada dalam masyarakat, karena sebagian besar yang buta
huruf dan berpendidikan rendah serta kekurangan uang. Kehidupan mereka yang serba
kekurangan, kondisi tempat tinggal yang sangat menyedihkan, kesumpekan tempat
tinggal, kekurangan makanan dan pakaian telah mempengaruhi aspek psikologis
mereka.
       Kehidupan seksual yang agak bebas, penelantaran anakn, kurangnya fasilitas
pendidikan, tidak memungkinkan untuk mendidik anakanya ke arah pertumbuhan yang
baik. Orang-orang yang dibesarkan dalam budaya kemiskinan mempunyai ciri-ciri
kepribadian antara lain ; merasa diri mereka tidak berguna, penuh denga keputusasaan,
merasa inferior, sangat dependent terhadap orang lain. Orang miskin tersebut juga tidak
mempunyai kepribadian yang kuat, kurang bisa mengontrol diri, mudah impulsive, dan
sangat berorientasi pada masa kini tanpa memikirkan masa depan.
       Untuk menghilangkan budaya kemiskinan tersebut Lewis menyarankan agar
orang-orang miskin bersatu dalam organisasi. Lewis (1966) menulis dalam buku The
Study of Slum Culture:Bacgrounds for la Vida, seperti berikut ; ”setiap gerakan, baik itu


                                                                                         4
gerakan yang bersifat religius, pasifis, ataupun revolusioner yang mengorganisasikan
dan memberikan harapan bagi si miskin dan secara efektif mempromosikan solidaritas
dan perasaan identitas yang sama dengan kelompok masyarakat yang lebih luas, akan
dapat menghancurkan sifat-sifat utama yang merupakan ciri orang-orang dari budaya
kemiskinan”


2.3 Model Solusi Kemiskinan
        Pengalaman di negara-negara Asia menunjukkan berbagai model mobilisasi
perekonomian pedesaan untuk memerangi kemiskinan, yaitu: Pertama, mendasarkan
pada mobilitas tenaga kerja yang masih belum didaya gunakan (idle) dalam rumah
tangga petani gurem agar terjadi pembentukan modal di pedesaan (Nurkse, 1953).
Tenaga kerja yang masih belum didayagunakan pada rumah tangga petani kecil dan
gurem merupakan sumberdaya yang tersembunyi dan potensi tabungan. Alternatif cara
untuk memobilisasi tenaga kerja dan tabungan pedesaaan adalah: 1) menggunakan
pajak langsung atas tanah, seperti yang dilakukan di Jepang. 2) dilakukan dengan
menyusun kerangka kelembagaan di pedesaan yang memungkinkan tenaga kerja yang
belum didayagunakan untuk pemupukan modal tanpa perlu menambah upah. Ini persis
yang dilakukan Cina yang menerapkan sistem kerjasama kelompok dan brigades
ditingkat daerah yang paling rendah (communes). Dengan metode ini ternyat
memungkinkan adanya kenaikan yang substansial dalam itensitas tenaga kerja dan
produktivitas tenaga kerja.
        Model kedua, menitik beratkan pada tranfer daya dari pertanian ke industri
melalui mekanisme pasar (Fei & Gustav, 1964). Ide bahwa penawaran tenaga kerja
yang tidak terbatas dari rumah tangga petani kecil dapat meningkatkan tabungan dan
formasi modal lewat proses pasar. Pengalaman Taiwan menyajikan contoh yang baik
atas mobilisasi sumber daya dari sektor pertanian mengandalkan mekanisme pasar,
tanpa menggunakan instrumen pajak seperti yang dilakukan oleh Jepang. Proporsi
output sektor pertanian sebagian besar tetap dijaga sebagai surplus lewat intermediasi
pemilik tanah dan melalui nilai tukar (terms of trade) sebelum Perang Dunia II.
        Model ketiga, menyoroti pesatnya pertumbuhan dalam sektor pertanian yang
dibuka dengan kemajuan teknologi dan kemungkinan sektor yang memimpin (Mellor,
1976), Model ini dikenal dengan nama Model Pertumbuhan Berbasis Teknologi, atau
Rural-Led Development. Proses ini akan berhasil apabila dua syarat berikut terpenuhi:
1) kemampuan mencapai tingkat pertumbuhan output pertanian yang tinggi; 2) proses


                                                                                     5
ini juga menciptakan pola permintaan yang kondusif terhadap pertumbuhan. Pada
gilirannya ini tergantung dari dampak keterkaitan ekonomi pedesaan lewat pengeluaran
atas barang konsumsi yang dipasok dari dalam sektor itu sendiri, dan melalui invesatasi
yang didorong.
        Model keempat, menyoroti dimensi spasial dalam menanggulangi kemiskinan.
Kemiskinan bisa diatasi dengan cara kemudahan dalam mengakses dua bidang, yaitu:
1) bidang ekonomi dan 2) bidang sosial (Kuncoro, 2004). Akses dalam bidang ekonomi
dibagi menjadi dua yaitu: akses terhadap lapangan kerja dan akses terhadap faktor
ekonomi. Akses terhadap faktor produksi terdiri dari: 1) Kemudahan masyarakat dalam
mengakses modal usaha, 2) kemudahan masyarakat dalam mengakses pasar, 3)
kemudahan masyarakat dalam kepemilikanmodal. Sedangkan akses dalam bidang
sosial dibagi menjadi dua yaitu: akses terhadap fasilitas pendidikan dan akses terhadap
fasilitas kesehatan.


2.3 Strategi Penanggulangan Kemiskikan Di Indonesia
       Kemiskinan dapat bermakna kesenjangan ekonomi dan ketidak merataan
pendapatan. Kedua hal ini merupakan masalah yang hangat dibicarakan karena masih
besarnya penggangguran terselubung yang disebabkan masih adanya pekerjaan yang
dilakukan di bawah produktivitas kerja (underemployment) serta rendahnya kualitas
tenaga kerja Indonesia. Ada dua macam ukuran kemiskinan yaitu kemiskinan absolut
dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang disebabkan karena
ketidak mampuan seseorang melampaui garis kemiskinan (proverty line) yang
ditetapkan. Sedangkan kemiskinan relatif berkaitan dengan perbedaan tingkat
pendapatan suatu golongan dibandingkan dengan golongan lainnya (Rintuh: 2005).
       Beberapa program pembangunan yang dilaksakan di Indonesia baik yang
dilakukan oleh pemerintah mapun bantuan donor antara lain telah dilaksanakan melalui
progam: Impres Desa Tertinggal (IDT) dan dimantapkan melalui program Pembangunan
Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT). Program dilanjutkan dengan Program
Pengembangan Kecamatan (PPK), Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan,
Program Pemberdayaan Daerah Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi (PDMDKE), dan
Program Pengembangan Kawasan Desa-Kota Terpadu atau Poverty Alleviation
Through Rural Urban Lingkage (PARUL). Dari berbagai program pengentasan
kemiskinan tersebut terdapat beberapa perbedaan dan kesamaan yang dapat dilihat
pada tabel berikut (Sumodiningrat, 1999):


                                                                                      6
Berikut ini beberpa penyempurnaan kebijakan program pemberdayaan
masyarakat dan pennanggulangan kemiskinan:
                                   Tabel. 3
    Perkembangan dan Penyempurnaan Kebijakan Program Pemberdayaan
  Masyarakat dan Program Penanggulangan Kemiskinan Dalam Kurun Pelita VI
                                   Bentuk Kebijakan
                                                  Pengemban
            Pengemban                                            Pengemban
                        Pengemban Pengembang           gan
                gan                                              gan Sistem
                          gan SDM   an Prasarana Kelembaga
 N Progr     Ekonomi                                              Informasi
                                                        an
 o   am
                                                     Bantuan      Bantuan
                          Bantuan      Bantuan
             Bantuan                               Pengemban Pemantaua
                        Pendampin    Prasarana/
              Modal                                aganKelemb       n dan
                            gan         Sarana
                                                      agaan      Pelaporan
 1 IDT     Diberikan    Pengemban Secara          Pengemban
           dalam        gan         khusus        gan
           bentuk       kemampuan belum ada,      kelembagaa
           uang tunai   masyarakat namun          n dilakukan
           seniali Rp   dalam       beberapa      dalam
           20 juta /    pengelolaan bantuan       wadah
           tahun        modal       melalui       pokmas
           selama 3     bergulir    program       melalui
           tahun        melalui     pembanguna kegiatan
                        bantuan     n sektoral    perguliran
           Dana         tenaga      telah         dana.
           bantuan      pendamping memberikan
           digunakan                bantuan       Pembangun
           untuk                    teknologi     an
           modal                    tepat guna    kelembagaa
           usaha dan                untuk         n aparat
           bersifat                 membantu      dilakukan
           hibah dan                mengembang pembinaan
           bergulir                 kan kegiatan berjenjang
           (revolving               sosial        secara
           block grant)             ekonomi       vertikal yang
                                    produktif     dilakukan
                                    pokmas        oleh jajajrn
                                                  Depdagri
                                                  bersama
                                                  Depkeu dan
                                                  departeme
                                                  teknis terkait
                                                  lain melalui
                                                  program
                                                  pembanguna
                                                  n sektoral
                                                  masing-
                                                  masing.

                                                                          7
2   P3DT   Dana          Pengemban      Bantuan         Masyarakat     Masyarakat
           bantuan       gan            prasarana       melaksanak     melakukan
           digunakan     kemampuan      mendapat        an sendiri     sendiri
           untuk         masyarakat     perhatian       manajemen      kegiatan
           investasi     dan aparat     melalui         pembanguna     pemantauan
           sosial dan    dalam          pengembang      n lokal.       dan
           bersifat      pembangun      an prasarana                   pelaporan
           hibah         an dibina      transportasi    Pembinaan      pembangun
           (block        oleh tenaga    yang            aparat         an ditingkat
           grant),       pendamping     mendukung       dilakukan      lokal dibantu
           serta         profesional    kegiatan        secara         oleh tenaga
           mendukung     (antara lain   ekonomi         vertikal       pendamping
           kegiatan      oleh tenaga    (pembangun      melalui Tim    profesional
           sosial        konsultan)     an jalan,       Koordinasi
           ekonomi                      jembatan,       Pembangun      Aparat
           yang                         tambatan        an sebagai     melakukan
           didanai                      perahu, dll),   wadah          pemantauan
           oleh                         dan             musyawarah     dan
           bantuan                      pengembang      dan mufakat.   pelaporan
           IDT                          an prasarana    Sehingga       secara
                                        sosial yang     komitmen       berjenjang
                                        langsung        dan            (vertikal)
                                        mendukung       perhatian      yang
                                        kegiatan        pembanguna     hasilnya
                                        ekonomi lokal   n untuk        dipergunaka
                                        (pembangun      rakyat tetap   n untuk
                                        an prasarana    dalam arah     mendukung
                                        kesehatan       yang benar.    pengambilan
                                        dasr, MCK,                     keputusan
                                        sanitasi, dan                  lebih lanjut
                                        air bersih)                    dalam
                                                                       rangka
                                                                       pengemban
                                                                       gan
                                                                       program.

3   PPK    Bantuan       Pengemban      Pembanguna      Pengemban      Sistem
           senilai Rp.   gan SDM        n/ pengadaan    gan            pemantauan
           250 juta –    dilakukan      prasarasna/     kelembagaa     dan
           Rp 750 juta   melalui        sarana hanya    n              pelaporan
           per           diseminasi     untuk           masyarakat     dilakukan
           kecamatan     dan            mendukung       dilakukan      untuk
           bersifat      pelatihan      kegiatan        dalam          menilai
           hibah         secara         ekonomi         wadah          perkembang
           bergulir.     berjenjang     yang sudah      pokmas         an
           Namun         baik melalui   mapan.          melalui        pelaksanaan
           pemanfaata    jalur tenaga                   kegiatan       kegiatan
           n bantuan     pendamping                     perguliran     ekonomi
           semata        dan jajaran                    dana yang      prioritas,
           diarahkan     aparat                         dilembagaka    perguliran
           agar          pemerintah.                    n dalam        dana, dan

                                                                                       8
pemanfaata                                    forum UPK     peningkatan
             n program       Pengemban                     sebagai       kapasitas
             dapat           gan                           bagian dari   masyarakat
             berlatih        kemampuan                     pelaksanaan   melalui
             mengguana       dan                           forum         jumlah
             kan dana        keterampila                   UDKP.         akumulasi
             itu sebagai     n                                           modal.
             stimulan        masyarakat
             agar dalam      lokal
             pengemban       diarahkan
             gan lebih       pada
             lanjut dapat    pelaksanaa
             memanfaat       n
             kan fasilitas   administrasi
             microfinanc     pembangun
             e.              an (UDKP)
                             dan
             Dilakukan       administrasi
             memalui         keuangan
             bantuan         (UPK).
             dana yang
             dipergunak
             an untuk
             membiayai
             investasi
             sosial dan
             investasi
             ekonomi.
             Bantuan
             dana
             digunakan
             sepenuhny
             a untuk
             menciptaka
             n kegiatan
             ekonomi
             produktif
             yang
             berlanjut.
4   P2KP     Dilakukan       Pengemban      Pembanguna     Pengemban     Sistem
    Secar    melalui         gan SDM        n/ pengadaan   gan           pemantauan
    a        bantuan         dilakukan      prasarana/     kelembagaa    dan
    prinsi   dana yang       melalui        sarana hanya   n             pelaporan
    p        dipergunak      diseminasi     untuk          masyarakat    dilakukan
    sama     an untuk        dan            mendukung      dilakukan     untuk
    denga    membiayai       pelatihan      kegiatan       dalam         menilai
    n        investasi       secara         ekonomi        wadah         perkembang
    yang     sosial dan      berjenjang     yang sudah     pokmas        an
    dilaku   investasi       baik melalui   mapan.         melalui       pelaksanaan
    kan      ekonomi.        jalur tenaga                  kegiatan      kegiatan
    oleh     Bantuan         pendamping                    perguliran    ekonomi

                                                                                       9
PPK,      dana           dan jajaran                     dana yang      prioritas,
    namu      digunakan      aparat                          dikembangk     perguliran
    n         sepenuhny      pemerintah.                     an dalam       dana, dan
    sasar     a untuk        Pengemban                       forum UPK      peningkatan
    an        menciptaka     gan                             sebagai        kapasitas
    lokasi    n kegiatan     kemampuan                       bagian dari    masyarakat
    dititik   ekonomi        dan                             pelaksanaan    melalui
    beratk    produktif      keterampila                     forum          jumlah
    an        yang           n                               UDKP.          akumulasi
    pada      berlanjut.     masyarakat                                     modal.
    keca                     lokal                           Pengemban
    matan                    diarahkan                       gan
    di                       pada                            kelembagaa
    kawa                     pelaksanaa                      n aparat
    san                      n                               dilakukan
    perkot                   administrasi                    bersama
    aan                      pembangun                       masyarakat
                             an (UDKP)                       melalui
                             dan                             mekanisme
                             administrasi                    forum
                             keuangan                        UDKP.
                             (UPK).
5   PDM       Dilakukan                      Dilakukan
    KE        untuk                          melalui
              membiayai                      pembangunan
              kegiatan                       dan prasarana
              yang                           & sarana
              bersifat                       sesuai
              padat karya.                   permintaan
                                             lokal.
6   PARU      Dilakukan      Pengembang       Pengembang     Peningkatan    Sistem
    L         melalui        an               an prasarana   kemampuan      pemantauan
              bantuan        kemampuan        dilakukan      perencanaan    dan
              dana yang      masyarakat       dalam wujud    dan            pelaporan
              dipergunak     diarahkan        pembanguna     pelaksanaan    menekankan
              an untuk       pada             n prasarana,   pembanguna     peningkatan
              kegiatan       peningkatan      sarana, dan    n yang         kapasitas
              sosial-        kemampuan        penerapan      menekankan     masyarakat
              ekonomi        dan              teknologi      prakarsa       dalam
              produksi       keterampilan     yang           lokal pada     kegiatan
              dan            untuk            mendukung      kawasan itu.   produksi,
              distribusi/    memperoleh       secara                        distribusi,
              jasa natar     akses dan        langsung                      dan jasa
              kawasan.       meningkatka      kegiatan                      dalam suatu
                             n keterkaitan    ekonomi                       kawasan
                             pada jalur       kawasan.                      ekonomi
                             produksi,                                      antara
                             distribusi,                                    pedesaan
                             dan                                            dan
                             penyediaan                                     perkotaan.
                             jasa yang

                                                                                      10
sesuai
                            dengan
                            kapasitas
                            ekonomi
                            kawasan
Sumber: Kuncoro (2004)

       Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa program penanggulangan
kemiskinan yang dilakukan di Indonesia masih bersifat parsial. Hal tersebut bisa dilihat
dari hampir semua program yang pernah dilakukan masih bermasalah dalam hal
mensinergikan antara masyarakat miskin dengan: masyarakat yang berdaya (non
miskin), pemerintah daerah, dan kelompok peduli setempat. Akibat dari kondisi tersebut,
penanggulangan kemiskinan tidak efektif, tidak mandiri dan tidak berkelanjutan.
2.4 Kelemahan Program Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia
       Salah satu penyebab kurang berhasilnya penanggulangan kemiskinan di
Indonesia adalah sistem politik yang cenderung sentralistik. Sentralisasi yang sangat
kuat di masa lalu juga berimbas ke kebijakan penanggulangan kemiskinan, dimana
hampir semua program penanggulangan kemiskinan bersifat ”top-down”                dengan
keterlibatan minimal dari pemerintah daerah dalam formulasi kebijakannya. Program
atau kebijakan yang sangat      ”top-down”   ternyata juga gagal dalam merefleksikan
pebedaan antar daerah yang kadang-kadang bisa menjadi sangat signifikan. Akibatnya,
timbul berbagai kegagalan berskala besar dalam program atau kebijakan yang pada
akhirnya berakibat pada dihentikannya program tersebut. Berikut ini bentuk atau ciri-ciri
dan kelemahan program penanggulangan kemiskinan yang pernah dilakukan.




                                        Tabel 4
          Ciri-ciri dan Kelemahan Program Penanggulangan Kemiskinan

  Kelemahan Program        Upaya Penanggulangan             Prinsip-prinsip
                                Kemiskinan                 Penanggulangan
                                                             Kemiskinan

 Perencanaan,              Mendidik masyarakat          Program penanggulangan
 penentuan sasaran,        miskin untuk terus           kemiskinan harus
 dan kreteria miskin       menerus menemukenali         mengarah pada
 serta pengaturan teknis   potensi yang dimiliki baik   pendekatan yang
 pelaksanaan yang          individu, keluarga,          menyeluruh (multi-sektor)

                                                                                      11
dilakukan oleh            maupun lingkungan
pemerintah/instansi       (keterampilan, material,
pusat (top-down)          dan sumberdaya alam)
seringkali tidak sesuai   sebagai modal dasar
dengan kebutuhan          untuk meningkatkan
masyarakat atau           kesejahteraan hidup.
daerah tertentu.
Program-program yang      Mendorong tumbuhnya         Perencanaan dan
dilaksanakan secara       rasa percaya diri akan      penentuan sasaran
sektoral sering kali      kemampuannya untuk          dilakukan oleh
mengakibatan adanya       lepas dari belenggu         masyarakat bersama
semangat ego-sektoral     kemiskinan.                 aparat dilapangan
dan saling tumpang                                    sehingga sesuai dengan
tindih.                                               kebutuhan masyarakat.


Banyak program            Menyadarkan bahwa tidak     Masyarakat ditempatkan
penanggulangan            akan ada                    sebagai “pelaku utama
kemiskinan yang           seseorang/lingkungan        dalam perang melawan
menempatkan               yang dapat keluar dari      kemiskinan” agar
masyarakat sebagai        genggaman kemiskinan,       masyarakat berpartisipasi
obyek, sehingga           melainkan atas usaha        secara aktif.
masyarakat kurang         orang/keluarga/lingkungan
berpartisipasi secara     itu sendiri.
aktif.
Sulitnya menjaga          Memberikan pemahaman        Pertanggungjawaban
kontinuitas program       bahwa masalah               kepada pemerintah dan
(program baru bukan       penanggulangan              masyarakat untuk
merupakan kelanjutan      kemiskinan merupakan        membangun keterbukaan
program lama)             tugas dan tanggungjawab     dan akuntabilitas.
mengakibatkan banyak      bersama pemerintah dan
program                   masyarakat.
penanggulangan
kemiskinan tidak
berkesinambungan

Pertanggungjawaban        Menciptakan lapangan        Merupakan program yang
hanya bersifat            kerja dan peluang           berkesinambungan.
administratif kepada      berusaha untuk              Ukuran keberhasilan
pemerintah, sehingga      menguatkan ekonomi          ditentukan oleh
tidak terbangun           masyarakat setempat.        berdayanya masyarakat
keterbukaan dan           Penguatan                   untuk keluar dari
akuntabilitas publik,     organisasi/kelompok         belenggu kemiskinan,
akibat pendekatan         masyarakat yang ada;        dan,menguatnya
proyek maka               memberikan bantuan          kemampuan ekonomi
keberhasilan program      fasilitas (dana dan         masyarakat melalui
hanya diukur dengan       keahlian) yang dibutuhkan   terciptanya akses kepada
persentase bantuan        untuk mendayagunakan        faktor produksi dan pasar.
yang berhasil             potensi yang dimiliki.


                                                                                   12
disalurkan dan jumlah
 sasaran penerima.
Sumber: Hamid (2003) Dalam Kuncoro (2004)

       Sebenarnya perbedaan antara pendekatan “top-down” dan “bottom up” tidak
perlu terjadi terjadi apabila sistem politik nasional dan terutama lokal mampu
menciptakan akuntabilitas pemerintah terhadap masyarakatnya. Ketiadaan mekanisme
akuntabilitas selain membuat pihak eksekutif dan legislatif kurang tanggap terhadap
keluhan masyarakatnya, juga membuat masyarakat tersebut tidak terlalu peduli atas
kualitas layanan publik yang diterimanya ataupun terhadap kebijakan perekonmian
daerahnya. Dengan sistem perimbangan keuangan pusat dan daerah saat ini dimana
sebagian besar pajak masih dikuasai pemerintah pusat, sangat mudah bagi pemerintah
daerah menyalahkan pemerintah pusat apabila ada ketidakpuasan di kalangan
masyarakat lokal mengenai kualitas layanan publik.


Bab III METODE PENELITIAN
1. Ruang Lingkup Penelitian
              Penelitian ini mempunyai tujuan utama membangun model penaggulangan
   kemiskinan yang bersifat terpadu berdasarkan aspek spasial, ekonomi, dan
   struktural di masing-masing desa/kelurahan yang ada di wilayah administrasi Kota
   Malang.
           Berdasarkan pada tujuan utama penelitian ini, maka kerangka pikir mengenai
   Penyusunan Model Penanggulangan Kemiskinan di Kota Malang dijelaskan pada
   Gambar berikut.
                                   Gambar 1
          Bagan Alir Penyusunan Model Kultural,Struktural, dan Spasial
                      Sebagai Penanggulangan Kemiskinan
                                 Output
        Aspek Struktural                Kesenjangan
                                           antara
         Mengukur Efektifitas
               program                    program
           penanggulangan
                                            dgn.
         kemiskinan yang telah
              dilakukan
                                                                                  OUTPUT
                                   Output              Porses
                                 Proses generasi,
                                                                                                        PERKOTAAAN
                                                                                                        KEMISKINAN
                                                                                                        PERMASALAHAN
                                                                                                        ANALISA




                                                       Identifikasi
                                     tingkat
         Aspek Ekonomi                                                        Database:
                                                      ermasalahan
                                 pendidikan, jenis
                                                                              . Permasalahan
        Mengukur kondisi          pekerjaan             kemiskian
            ekonomi
                                                       perkotaan                kemiskinan
        masyarakat miskin
                                                                              .           Profil
                )
                                                                              kemiskinan
                                      Output
                                      Kondisi
        Aspek Spacial                 Geografi/
        Mengukur kondisi              topografi
       geografi dan topografi
         (lingkungan fisik)
                                                                                                   13
        masyarakat miskin
                                                                        Output            Output
                                                                        Work Plan       Master Plan
                                                                      Penanggulanga    Penanggulanga
                                                                            n           nKemiskinan
                                                                        Kemiskinan
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, upaya penaggulangan kemiskinan
dilakukan dengan pendekatan spasial, ekonomi, dan struktural. Pendekatan tersebut
pada dasarnya bertujuan untuk menghasilkan model penanggulangan kemiskinan yang
bisa menghasilkan rencana strategis dan program kerja penanggunalangan kemiskinan
secara terpadu dan berkelanjutan di Kota Malang. Setidaknya ada 5 (lima)
komponen/kegiatan utama yang perlu dilakukan. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi :

1. Identifikasi dan Analisis Kondisi Eksisting masing-masing kota
     Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk memahami kondisi setiap desa/kelurahan

dan kecenderungan perkembangan dalam kurun waktu perencanaan. Adapun informasi

yang perlu dikumpulkan, dikaji dan dianalisis, meliputi : gambar mengenai kondisi fisik,

sosial ekonomi desa/kelurahan kebijakan dan program-program yang terkait dengan

pengembangan desa, perkembangan sektor-sektor ekonomi desa dan kondisi sistem

prasarana. Semua informasi ini diharapkan dapat menggambarkan eksisiting, yang

tengah berlangsung (on-going) maupun yang akan dikembangkan (commited).

2. Identifikasi Potensi dan Permasalahan Kemiskinan
       Berdasarkan     analisis   terhadap    kondisi    wilayah      dan     kecenderungan
       perkembangannya, diidentifikasi potensi ekonomi yang mampu mendukung
       pembangunan wilayah masing-masing Kota. Identifikasi yang dimaksud, meliputi
       antara lain :
               •   Potensi   desa/kelurahan    yang     terkandung,    baik    yang   sudah
                   dimanfaatkan, belum dimanfaatkan maupun potensial diperkirakan
                   ada di desa. Terkait dengan hal ini adalah identifikasi sektor unggulan
                   atau komoditi unggulan.
               •   Kendala-kendala dalam pengembangan potensi ekonomi, baik dalam
                   kaitannya dengan bidang prasarana, keuangan dan kebijakan,
                   sehingga menimbulkan kemiskinan pada masyarakat setempat.

 3. Penyusunan Skenario Penanggulangan Kemiskinan
       Skenario penanggulangan kemiskinan berisi antara lain: pemanfaatan ruang dan
       struktur ruang (pengembangan sektor-sektor unggulan, kawasan dan sistem



                                                                                         14
prasarana) yang merupakan acuan pengembangan desa. Skenario ini disusun
       berdasarkan potensi pengembangan Kota.
 4. Perumusan Model Penaggulangan Kemiskian
       Rumusan model penaggulangan kemiskinan yang dimaksud berisi program-
       program pengembangan sektor, kota dan sistem prasarana dasar. Program-
       program ini dirumuskan dalam rangka mendukung pencapaian skenario-skenario
       yang telah dirumuskan.
5. Rekomendasi Pola Pelaksanaan Program-Program Pengentasan Kemiskinan
         Program-program yang layak untuk diimplementasikan, selanjutnya dikaji pola
         pelaksanaannya.    Dalam    hal   ini    pola   pelaksanaan   yang   dimaksud
         memperhitungkan seluruh pelaku pembangunan, yaitu pemerintah, swasta dan
         masyarakat.




2. Lokasi dan Waktu Penelitian
       Kegiatan penyusunan model penanggulangan masyarakat miskin di Kota Malang,

akan melakukan survei di seluruh wilayah yang termasuk dalam wilayah admisnistratif Kota

Malang, Pasuruan, Sidoarjo.

       Analisis dan penyusunan model penaggulangan kemiskinan dilakukan secara

bertahap, tahapan tersebut didasarkan pada aspek kegiatan yang diukur dan dianalisis.

Penelitian ini akan dilakukan dua tahap, dinama setiap tahap penelitian diperkirakan

akan menghabiskan waktu ± 11 bulan, jadi secara keseluruhan penelitian akan

menghabiskan waktu ± 22 bulan.

3. Definisi Operasional Variabel
         Aspek   yang    digunakan    untuk      membanguan    model   penanggulangan
kemiskinan di Kota Malang ada tiga aspek yaitu: 1) Struktural atau Kelembagaan, 2)
Aspek Kultural, dan 3) Aspek Spasial (wilayah).
     1) Aspek Struktural
         Dalam aspek ini akan dilihat sejauhmana keterpaduan program-program yang
         telah dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah dengan kapasitas


                                                                                    15
dan kebutuhan masyarakat miskin. Aspek struktural atau kelembagaan
mempunyai dua sub-indikator yaitu; 1) Sub-indikator kebijakan pemerintah dan
2) Sub-indikator kapasitas sosial masyarakat (social capacity). Masing-masing
sub-indikator mempunyai variabel, total variabel untuk mengukur indikator
aspek struktural atau kelembagaan sebanyak 8 variabel.
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek struktural atau kelembagaan
dalam melakukan pengukuran terhadap desa/kelurahan dapat dilihat pada
tabel berikut:
                              Tabel 5
      Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural
 No    Sub           Variabel                     Diskripsi
       Indikator
 1     Kebijakan    - Program                     Mengukur seberapa
       Pemerintah      penanggulangan             besar    keterlibatan
       (3 variabel)                               pemerintah       baik
                       kemiskinan         yang
                       berasaldari pemerintah     pusat       maupun
                                                  daerah dalam upaya
                       pusat
                    - Program                     penanggulangan
                                                  kemiskinan
                       penanggulangan
                       kemiskinan         yang
                       berasaldari pemerintah
                       propinsi
                    - Program
                       penanggulangan
                       kemiskinan         yang
                       berasaldari pemerintah
                       daerah kabupaten.
                    - Program
                       penanggulangan
                       kemiskinan         yang
                       berasal dari perangkat
                       desa
 2     Kapasitas    - Gengsi       sosialorang    Mengukur seberapa
       sosial          miskin                     besar social capital
       masyarakat - Nilai adat/budaya dan         masyarakat miskin
       (6 variabel)                               dalam keluar dari
                       agama terhadap orang
                                                  kemiskinan
                       miskin
                    - Rasionalitas penduduk
                       miskin       (semangat
                       membebaskan diri dari
                       kemiskinan)
                    - Budaya dan etos kerja
                    - Semangat          gotong
                       royong
                    - Keperdulian
                       masyarakat       sekitar

                                                                           16
terhadap orang miskin
2) Aspek Kultural
   cultural poverty adalah suatu budaya yang terjadi karena penderitaan ekonomi
   (economic depretiation) yang berlangsung lama. Berdasarkan penelitian pada
   beberapa kebudaya kelompok etnik ditemukan bahwa kemiskinan adalah salah
   satu sub-kultur masyarakat yang mempunyai kesamaan ciri antar etnik satu
   dengan etnik yang lain. Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar potensi
   kemiskinan yang tercipta akibat dari kultur atau kebudayaan yang sudah
   berlangsung di suatu wilayah. Aspek kultural ini akan mencakup 1) tingginya
   angka pengangguran, 2) tingkat upah/tinggi rendahnya gaji dan 3) sistem
   ekonomi yang terlalu berorientasi pada mencari keuntungan.
   Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek ekonomi dalam melakukan
   pengukuran terhadap desa/kelurahan dapat dilihat pada tabel berikut:


                                   Tabel 6
         Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural
    No    Sub Indikator       Variabel               Diskripsi
    1     Tingginya             Lama bekerja         Mengukur seberapa
                          -
          angka                                      besar          tingkat
                                Banyaknya pekerja
                          -
          pengangguran                               pengangguran        di
                                dalam satu rumah
                                                     suatu wilayah
    2     Tingkat Upah          Besarnya        gaji Mengukur seberapa
                          -
                                                     besar kenaikan upah
                                perbulan
                                Ada tidaknya bonus yang berhubungan
                          -
                                                     dengan
                                                     kesejahteraan
                                                     masyarakat
    3     Sistem                Tujuan bekerja       Mengukur
                          -
          Ekonomi                             untuk sebesarapa penting
                                Langkah
                          -
                                                     antara      kebutuhan
                                memenuhi
                                                     dan       penimbunan
                                kebutuhan
                                                     kekayaan



3) Aspek Spasial
   Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar konsisi wilayah (space) mampu
   mendorong proses penanggulanagan kemiskinan. Aspek spasial atau wilayah
   mempunyai dua sub-indikator yaitu; 1) Sub-indikator Kondisi geografis dan 2)
   Sub-indikator Aksesibilitas sarana dan prasarana. Masing-masing sub-indikator


                                                                              17
mempunyai variabel, total variabel untuk mengukur indikator aspek struktural
        atau kelembagaan sebanyak 6 variabel.
        Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek spasial atau wilayah dalam
        melakukan pengukuran terhadap desa/kelurahan dapat dilihat pada tabel
        berikut:




                                          Tabel 7
                  Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Spasial
         No       Sub           Variabel                   Diskripsi
                  Indikator
         1        Kondisi      - Letak geografis            Mengukur
                  geografis                                 sejauhmana kondisi
                               - Topografi
                  (4 variabel) - Kondisi jalan              geografis    mampu
                                                            bermanfaat     untuk
                               - Kondisi jembatan
                                                            pemberdayaan
                                                            masyarkat miskin
         2        Aksesibilita -   Akses terhadap pasar     Mengukur     tingkat
                  s terhadap -     Akses terhadap sarana kemudahan        akses
                  sarana dan                                terhadap sarana dan
                                   pendidikan
                  prasarana -                     terahadap prasarana     pokok
                                   Akses
                  (5 variabel)                              untuk
                                   fasilitas kesehatan
                                                  terahadap penanggulangan
                                   Akses
                               -
                                                            kemiskinan.
                                   aktivitas produksi



4. Jenis Data
             Dilihat dari sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua
   jenis yaitu data sekunder dan data primer.

   1. Data Sekunder

     Data ini merupakan data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain. Adapun data
     sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti; Jumlah
     penduduk, luas desa, topografi desa, monografi desa, letak geografi desa dan
     lain-lain.

   2. Data Primer

      Data ini merupakan data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian. Adapun
      data primer yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti; data yang



                                                                                   18
digunakan untuk mengukur indikator kelembagaan, indikator tipologi/penyebab
          kemisikinan, indikator sumberdaya dan potensi ekonomi, dan lain-lain.

5. Teknik Pengumpulan Data

              Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data yang
     digunakan dalam penelitian ini adalah Participatory Rural Appraisal (PRA), meliputi:

                  Wawancara, yaitu metode pengumpulan data dengan wawancara secara
     1.
                  mendalam dengan key-person (formal dan informal leaders), untuk
                  mengidentifikasi kebutuhan (needs) masyarakat.
     2.           Dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data sekunder yang dimiliki oleh
                  responden, lembaga ekonomi dan sosial, maupun instansi teknis terkait.
     3.           Observasi ( pengamatan) dan survei lapang
          Dalam hal meyakinkan data dan informasi yang diperoleh dari responden,
          peneliti mengadakan pengamatan dan survei lapang secara langsung terhadap
          obyek yang diamati, mendengar serta mencatat hasil temuan lapang.
4.           Pengumpulan Data Sekunder
     Selain dukungan data primer yang menjadi sumber data utama, penelitian ini juga
     menggunakan data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen serta catatan-
     catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Dokumen yang dimaksud
     adalah jumlah keluarga miskin yang diperoleh dari Badan Perencanaan Kota
     (Bapekot) Malang, Catatan Sipil Kota malang (data Penduduk Kota malang sampai
     dengan bulan Februari 2006) dan statistik kecamatan dari tiga kecamatan yang
     diterbitkan oleh Kantor Statistik Kota Malang 2006.
5.           Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok)
     Peneliti melaksanakan diskusi dengan obyek penelitian ketika peneltian lapang akan
     dilakukan.     Kegiatan       ini   pertama   dilakukan   adalah      dimaksudkan    untuk
     mensosialisasikan pelaksanaan pengumpulan data (sebagai kegiatan penting
     penelitian    ini)   kepada     para   sekretaris   kecamatan   dan    seluruh   sekretaris
     desa/kelurahan yang diperkirakan menjadi sasaran dari kegiatan penelitian lapang.
     Berbagai informasi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi ini, antara lain
     meliputi: pentingnya dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan kemiskinan
     di Kabupaten Sumenep, proses pengumpulan data, dan hasil akhir yang dihasilkan
     kegiatan ini. Melalui kegiatan ini dicapai jalinan suatu kebersamaan antara peneliti




                                                                                             19
dengan calon responden (subyek yang diteliti), sehingga dapat diperoleh data yang
     optimal
     Diskusi kelompok kedua dilakukan pada saat menjelang kegiatan ini berakhir.
     Diskusi ini dilakukan dengan stakeholders tingkat kota, dimaksudkan untuk
     mengoptimalkan hasil temuan lapangan. Dikusi kelompok ini diarahkan kepada
     upaya-upaya mengklarifikasi hasil temuan lapangan, mendapatkan koreksi dan
     masukan, serta kesepakatan tentang hasil akhir kegiatan ini.

6.         Alat Analisis
                Analisis dilakukan dengan memadukan pendekatan struktural (data
     kuantitatif dan kualitatif) ekonomi (potensi sumberdaya pemabngunan), dan spasial
     (pemetaan). Maksudnya, bahwa dari himpunan data yang telah dikompilasi,
     dilakukan analisis statistik sederhana dengan lebih banyak menggunakan tabulasi
     silang dan perhitungan-perhitungan statistik yang secara mudah dapat dipahami.
     Himpunan data tersebut selanjutnya diinterpretasikan dan dirancang dengan
     menempatkan hasil analisis tersebut ke dalam peta (pendekatan spasial).
     Pemetaan tersebut dimaksudkan untuk menentukan tata letak potensi sarana
     ekonomi yang dimaksud oleh penelitian ini, paling tidak untuk:
      1) memahami keberadaan keluarga miskin baik melalui data struktural maupun
          melalui tampilan peta setiap desa/kelurahan;
      2) memahami secara terintegrasi keberadaan masyarakat miskin di Kota malang
          dalam perspektif kepentingan ekonomi dan pembangunan Kota Malang ke
          depan.
        Selain menggunakan pendekatan di atas penelitian ini juga menggunakan
metode Performance-Importance Analysis dalam menjawab tujuan yang akan dicapai.
Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat kesenjangan (gap) antara atribut kinerja
pelayanan publik (performance) yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui dinas-
dinas terkait penanggulangan kemiskinan di Kota Malang dengan persepsi tingkat
kepentingan (importance) akan atribut-atribut yang dibutuhkan.

        Pengukuran tingkat kepentingan dan performance dilakukan dengan cara
menyebarkan kuesioner bagi masyarakat miskin yang menjadi obyek penelitian.
Responden akan diminta untuk memberikan penilian atau persepsi mereka terhadap
sejauh mana layanan yang telah diberikan pemerintah melalui dinas-dinas terkait di Kota
Malang (performance) terhadap penanggulangan kemiskinan. Dengan memberikan


                                                                                     20
penilaian atas atribut yang mereka anggap paling dibutuhkan saat ini (importance)
dengan asumsi bahwa obyek penelitian mengerti sejauh mana kinerja atribut pelayanan
publik yang telah dilakukan dinas-dinas terkait dan berkompeten dalam penanggulangan
kemiskinan.
      Dari analisis Kuadran akan diketahui pada kuadran manakah suatu atribut
berada,   sehingga      nantinya     dapat    digunakan      sebagai   instrumen      untuk
merekomendasikan       tindakan    atau   kebijakan   yang   seharusnya   dilakukan    bagi
keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Malang.

Bab 4 Hasil analisis

1. Gambaran geografis Jawa Timur

       Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa, Indonesia.

Ibukotanya adalah Surabaya. Luas wilayahnya 47.922 km², dan jumlah penduduknya

37.070.731 jiwa (2005). Jawa Timur merupakan provinsi terluas diantara 6 provinsi di

Pulau Jawa, dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa

Barat. Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Selat Bali di timur, Samudra

Hindia di selatan, serta Provinsi Jawa Tengah di barat. Wilayah Jawa Timur juga

meliputi Pulau Madura, Pulau Bawean, serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa

dan Samudera Hindia.

       Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia, dan memiliki

signifikansi perekonomian yang cukup tinggi, yakni berkontribusi 14,85% terhadap

Produk Domestik Bruto nasional. Pembagian wilayah administrasi Pemerintah Propinsi

Jawa Timur pada tahun 2003 s/d tahun 2007 terbagi dalam 4 (empat) Badan Koordinasi

Wilayah / Pembantu Gubernur, 29 Kabupaten dan 9 Kota serta jumlah kecamatan

berjumlah 642 kecamatan. Perwakilan kecamatan sejak tahun 2003 telah ditiadakan,

sebelumnya berjumlah 114, dan Kota Administratif

Contenu connexe

Tendances

MAKALAH UPAYA MENGENTAS KEMISKINAN
MAKALAH UPAYA MENGENTAS KEMISKINANMAKALAH UPAYA MENGENTAS KEMISKINAN
MAKALAH UPAYA MENGENTAS KEMISKINANPandawa Sheet
 
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatanKemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatanLutfiyah Siti
 
Makalah Sosiologi Kemiskinan
Makalah Sosiologi KemiskinanMakalah Sosiologi Kemiskinan
Makalah Sosiologi KemiskinanLianita Dian
 
Kemiskinan dan implikasinya
Kemiskinan dan implikasinyaKemiskinan dan implikasinya
Kemiskinan dan implikasinyaandittrio
 
Makalah kemiskinan rakyat honger oedema
Makalah kemiskinan rakyat honger oedemaMakalah kemiskinan rakyat honger oedema
Makalah kemiskinan rakyat honger oedemayogadadung
 
Hout kemiskinan & ketimpangan
Hout kemiskinan & ketimpanganHout kemiskinan & ketimpangan
Hout kemiskinan & ketimpanganImaniar Nastiti
 
Ketimpangan sosial dalam masyarakat
Ketimpangan sosial dalam masyarakatKetimpangan sosial dalam masyarakat
Ketimpangan sosial dalam masyarakatMaulana Malik
 
Kemiskinan di indonesia
Kemiskinan di indonesiaKemiskinan di indonesia
Kemiskinan di indonesiadinnianggra
 
Charisma 11140935 kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Charisma 11140935 kemiskinan dan kesenjangan pendapatanCharisma 11140935 kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Charisma 11140935 kemiskinan dan kesenjangan pendapatanCharisma Al-ma'arij
 
6 kemiskinan & kesenjangan pendapatan
6 kemiskinan & kesenjangan pendapatan6 kemiskinan & kesenjangan pendapatan
6 kemiskinan & kesenjangan pendapatanDede Ridwan Nurul Falah
 
kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
kemiskinan dan kesenjangan pendapatan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
kemiskinan dan kesenjangan pendapatan Nursyidah alit
 

Tendances (20)

MAKALAH UPAYA MENGENTAS KEMISKINAN
MAKALAH UPAYA MENGENTAS KEMISKINANMAKALAH UPAYA MENGENTAS KEMISKINAN
MAKALAH UPAYA MENGENTAS KEMISKINAN
 
Makalah Kemiskinan
Makalah Kemiskinan Makalah Kemiskinan
Makalah Kemiskinan
 
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatanKemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
 
Kemiskinan (SOSIOLOGI)
Kemiskinan (SOSIOLOGI)Kemiskinan (SOSIOLOGI)
Kemiskinan (SOSIOLOGI)
 
Makalah Sosiologi Kemiskinan
Makalah Sosiologi KemiskinanMakalah Sosiologi Kemiskinan
Makalah Sosiologi Kemiskinan
 
Agus ppt
Agus pptAgus ppt
Agus ppt
 
Kemiskinan dan implikasinya
Kemiskinan dan implikasinyaKemiskinan dan implikasinya
Kemiskinan dan implikasinya
 
Makalah kemiskinan rakyat honger oedema
Makalah kemiskinan rakyat honger oedemaMakalah kemiskinan rakyat honger oedema
Makalah kemiskinan rakyat honger oedema
 
Hout kemiskinan & ketimpangan
Hout kemiskinan & ketimpanganHout kemiskinan & ketimpangan
Hout kemiskinan & ketimpangan
 
Makalah kemiskinan
Makalah kemiskinanMakalah kemiskinan
Makalah kemiskinan
 
Ketimpangan sosial dalam masyarakat
Ketimpangan sosial dalam masyarakatKetimpangan sosial dalam masyarakat
Ketimpangan sosial dalam masyarakat
 
Slide Kemiskinan di Perkotaan
Slide Kemiskinan di PerkotaanSlide Kemiskinan di Perkotaan
Slide Kemiskinan di Perkotaan
 
Kemiskinan di indonesia
Kemiskinan di indonesiaKemiskinan di indonesia
Kemiskinan di indonesia
 
Ekonomi kemiskinan
Ekonomi kemiskinanEkonomi kemiskinan
Ekonomi kemiskinan
 
Charisma 11140935 kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Charisma 11140935 kemiskinan dan kesenjangan pendapatanCharisma 11140935 kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Charisma 11140935 kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
 
6 kemiskinan & kesenjangan pendapatan
6 kemiskinan & kesenjangan pendapatan6 kemiskinan & kesenjangan pendapatan
6 kemiskinan & kesenjangan pendapatan
 
Budaya miskin
Budaya miskinBudaya miskin
Budaya miskin
 
Kemiskinan
KemiskinanKemiskinan
Kemiskinan
 
kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
kemiskinan dan kesenjangan pendapatan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
 
Makalah ipsKUU
Makalah ipsKUUMakalah ipsKUU
Makalah ipsKUU
 

Similaire à PENGURANGAN KEMISKINAN

Makalah tugas akhir MKU Bahasa Indonesia
Makalah tugas akhir MKU Bahasa IndonesiaMakalah tugas akhir MKU Bahasa Indonesia
Makalah tugas akhir MKU Bahasa IndonesiaSthefanie Parera
 
Bab 2 c. berbagai jenis permasalahan di ranah publik
Bab 2 c. berbagai jenis permasalahan di ranah publikBab 2 c. berbagai jenis permasalahan di ranah publik
Bab 2 c. berbagai jenis permasalahan di ranah publikBudionoDrs
 
Makalah pkn me n iik
Makalah pkn me n iikMakalah pkn me n iik
Makalah pkn me n iikfebria_riefa
 
07.1 kemiskinan di indonesia
07.1 kemiskinan di indonesia07.1 kemiskinan di indonesia
07.1 kemiskinan di indonesiasindu_57
 
KELOMPOK 7 (EKONOMI PEMBANGUNAN).pdf
KELOMPOK 7 (EKONOMI PEMBANGUNAN).pdfKELOMPOK 7 (EKONOMI PEMBANGUNAN).pdf
KELOMPOK 7 (EKONOMI PEMBANGUNAN).pdfAntonRey5
 
Kemiskinan & kesenjangan pendapatan
Kemiskinan & kesenjangan pendapatanKemiskinan & kesenjangan pendapatan
Kemiskinan & kesenjangan pendapatanMUHAMAD ZAKY MUJAHID
 
Pertemuan 7 kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Pertemuan 7   kemiskinan dan kesenjangan pendapatanPertemuan 7   kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Pertemuan 7 kemiskinan dan kesenjangan pendapatanmariatul qibtiyah
 
6 kemiskinan dan kesenjangan pendapatan adhi nugraha_5_x_11141026
6 kemiskinan dan kesenjangan pendapatan adhi nugraha_5_x_111410266 kemiskinan dan kesenjangan pendapatan adhi nugraha_5_x_11141026
6 kemiskinan dan kesenjangan pendapatan adhi nugraha_5_x_11141026adhi nugraha
 
Makalah pemberdayaan masyarakat pesisir miskin
Makalah pemberdayaan masyarakat pesisir miskinMakalah pemberdayaan masyarakat pesisir miskin
Makalah pemberdayaan masyarakat pesisir miskinSeptian Muna Barakati
 
Makalah pemberdayaan masyarakat pesisir miskin
Makalah pemberdayaan masyarakat pesisir miskinMakalah pemberdayaan masyarakat pesisir miskin
Makalah pemberdayaan masyarakat pesisir miskinOperator Warnet Vast Raha
 
Bab 2 permasalahan sosial dalam masyarakat std fix
Bab 2 permasalahan sosial dalam masyarakat std fixBab 2 permasalahan sosial dalam masyarakat std fix
Bab 2 permasalahan sosial dalam masyarakat std fixRezaWahyuni5
 
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatanKemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatansuhemah emah
 
Makalah dasar pancasila
Makalah dasar pancasilaMakalah dasar pancasila
Makalah dasar pancasilajoylanda
 
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatanKemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatanmariam Iam
 
Pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat
Pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakatPengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat
Pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakatSubianto Unmura
 
Presentation6.pptx kemiskinan dan kesenjangaan pendapatan
Presentation6.pptx kemiskinan dan kesenjangaan pendapatanPresentation6.pptx kemiskinan dan kesenjangaan pendapatan
Presentation6.pptx kemiskinan dan kesenjangaan pendapataniswah yuni
 
Bab 2 permasalahan sosial dalam masyarakat std fix
Bab 2 permasalahan sosial dalam masyarakat std fixBab 2 permasalahan sosial dalam masyarakat std fix
Bab 2 permasalahan sosial dalam masyarakat std fixBudionoDrs
 

Similaire à PENGURANGAN KEMISKINAN (20)

Makalah tugas akhir MKU Bahasa Indonesia
Makalah tugas akhir MKU Bahasa IndonesiaMakalah tugas akhir MKU Bahasa Indonesia
Makalah tugas akhir MKU Bahasa Indonesia
 
Bab 2 c. berbagai jenis permasalahan di ranah publik
Bab 2 c. berbagai jenis permasalahan di ranah publikBab 2 c. berbagai jenis permasalahan di ranah publik
Bab 2 c. berbagai jenis permasalahan di ranah publik
 
Makalah pkn me n iik
Makalah pkn me n iikMakalah pkn me n iik
Makalah pkn me n iik
 
07.1 kemiskinan di indonesia
07.1 kemiskinan di indonesia07.1 kemiskinan di indonesia
07.1 kemiskinan di indonesia
 
KELOMPOK 7 (EKONOMI PEMBANGUNAN).pdf
KELOMPOK 7 (EKONOMI PEMBANGUNAN).pdfKELOMPOK 7 (EKONOMI PEMBANGUNAN).pdf
KELOMPOK 7 (EKONOMI PEMBANGUNAN).pdf
 
Kemiskinan & kesenjangan pendapatan
Kemiskinan & kesenjangan pendapatanKemiskinan & kesenjangan pendapatan
Kemiskinan & kesenjangan pendapatan
 
Kelompok 3 ppt
Kelompok 3 pptKelompok 3 ppt
Kelompok 3 ppt
 
Pertemuan 7 kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Pertemuan 7   kemiskinan dan kesenjangan pendapatanPertemuan 7   kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Pertemuan 7 kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
 
6 kemiskinan dan kesenjangan pendapatan adhi nugraha_5_x_11141026
6 kemiskinan dan kesenjangan pendapatan adhi nugraha_5_x_111410266 kemiskinan dan kesenjangan pendapatan adhi nugraha_5_x_11141026
6 kemiskinan dan kesenjangan pendapatan adhi nugraha_5_x_11141026
 
Makalah pemberdayaan masyarakat pesisir miskin
Makalah pemberdayaan masyarakat pesisir miskinMakalah pemberdayaan masyarakat pesisir miskin
Makalah pemberdayaan masyarakat pesisir miskin
 
Kemiskinan
KemiskinanKemiskinan
Kemiskinan
 
Strategi pemberdayaan pn_pm-libre
Strategi pemberdayaan pn_pm-libreStrategi pemberdayaan pn_pm-libre
Strategi pemberdayaan pn_pm-libre
 
Makalah pemberdayaan masyarakat pesisir miskin
Makalah pemberdayaan masyarakat pesisir miskinMakalah pemberdayaan masyarakat pesisir miskin
Makalah pemberdayaan masyarakat pesisir miskin
 
Bab 2 permasalahan sosial dalam masyarakat std fix
Bab 2 permasalahan sosial dalam masyarakat std fixBab 2 permasalahan sosial dalam masyarakat std fix
Bab 2 permasalahan sosial dalam masyarakat std fix
 
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatanKemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
 
Makalah dasar pancasila
Makalah dasar pancasilaMakalah dasar pancasila
Makalah dasar pancasila
 
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatanKemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
 
Pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat
Pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakatPengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat
Pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat
 
Presentation6.pptx kemiskinan dan kesenjangaan pendapatan
Presentation6.pptx kemiskinan dan kesenjangaan pendapatanPresentation6.pptx kemiskinan dan kesenjangaan pendapatan
Presentation6.pptx kemiskinan dan kesenjangaan pendapatan
 
Bab 2 permasalahan sosial dalam masyarakat std fix
Bab 2 permasalahan sosial dalam masyarakat std fixBab 2 permasalahan sosial dalam masyarakat std fix
Bab 2 permasalahan sosial dalam masyarakat std fix
 

Dernier

adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaEzraCalva
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasihssuserfcb9e3
 
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptxPPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptxINyomanAgusSeputraSP
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdfWahyudinST
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxssuser0239c1
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptAcemediadotkoM1
 
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintanmodul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x BintanVenyHandayani2
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdfsandi625870
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase DModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase DAbdiera
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 

Dernier (20)

adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
 
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptxPPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
 
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintanmodul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase DModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 

PENGURANGAN KEMISKINAN

  • 1. Bab I Pendahuluan Kebijakan pemerintah mengenai penanggulangan kemiskinan masih bersifat terpusat, sehingga program yang dijalankan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau daerah tertentu. Sehingga banyak program penanggulangan kemiskinan yang menempatkan masyarakat sebagai obyek, akibatnya masyarakat kurang berpartisipasi secara aktif dalam menggali potensi dirinya dan lingkungannya untuk keluar dari kemiskinan. Selain itu program-program yang dilaksanakan cenderung bersifat sektoral yang sering kali mengakibatan adanya semangat ego-sektoral dan saling tumpang tindih. Keadaan ini lebih dipersulit karena umumnya tiap departemen atau instansi mempunyai definisi dan kreteria sendiri tentang kemiskinan. Akibatnya kemiskinan cenderung dipahami secara parsial, dan penanggulangannya cenderung bersifat sektoral. Hal inilah yang menyebabkan sulitnya menjaga kontinuitas program dan cenderung membuat program baru, dimana program baru tersebut bukan merupakan kelanjutan program lama. Berangkat dari kegagalan dari program penanggulangan kemiskinan sebelumnya, maka diperlukan strategi atau model program penanggulangan yang kemiskinan yang pada prinsipnya menjadikan masyarakat miskin sebagai subyek. Untuk itu diperlukan model yang bisa: pertama, mendidik masyarakat miskin untuk terus menerus menemukenali potensi yang dimiliki baik individu, keluarga, maupun lingkungan (keterampilan, material, dan sumberdaya alam) sebagai modal dasar untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Sehingga dengan mengenali potensi tersebut, akan mendorong tumbuhnya rasa percaya diri mereka akan kemampuannya untuk lepas dari belenggu kemiskinan. Kedua, model tersebut juga harus mampu menyadarkan bahwa tidak akan ada seseorang/lingkungan yang dapat keluar dari kemiskinan, melainkan atas usaha orang/keluarga/lingkungan itu sendiri serta memberikan pemahaman bahwa masalah penanggulangan kemiskinan merupakan tugas dan tanggungjawab bersama pemerintah dan masyarakat. Perumusan masalah Bagaimana pengembangan model penanggulangan kemiskinan 1. Bagaimana peta sebaran penduduk miskin serta identifikasi penyebab 2. masyarakat miskin di Kota Malang, Pasuruan dan Sidoarjo 1
  • 2. Tujuan Penelitian Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana permasalahan kemiskinan berdasarkan pada kondisi geografi dan topografi wilayah. 2. Bagaimana permasalahan kemiskinan berdasarkan persoalan sikap seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya atau yang disebeut dengan kemiskinan kultural 3. Bagaimana permasalahan kemiskinan berdasarkan pada aspek struktural atau dampak dari kebijakan pembangunan perkotaan. Bab II Studi Pustaka 2.1 Penyebab Kemiskinan Kemiskinan merupakan salah satu problem sosial yang amat serius. Langkah awal yang perlu dilakukan dalam membahas masalah ini adalah mengidentifikasi apa sebenamya yang dimaksud dengan miskin atau kemiskinan dan bagaimana mengukurnya. Konsep yang berbeda akan melahirkan cara pengukuran yang berbeda pula. Setelah itu, dicari faktor-faktor dominan (baik yang bersifat kultural maupun struktural) yang menyebabkan kemiskinan. Langkah berikutnya adalah mencari solusi yang relevan untuk memecahkan problem dengan cara merumuskan strategi mengentaskan kelompok miskin atau masyarakat miskin. Kemiskinan menurut Sharp (1996), dari sisi ekonomi penyebabnya dibagi menjadi tiga yaitu: Pertama, secara mikro, kemiskinan muncul karena adanya ketidak samaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumberdaya alam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah. Kedua, kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumberdaya manusia. kualitas sumberdaya manusia yang rendah berarti produktivitasnya rendah, yang pada gilirannya upahnya randah. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia ini karena rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi, atau karena keturunan. Ketiga, kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam akses modal. Hubungan antara pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, dan ketimpangan telah banyak dilakukan di Indonesia, salah satunya dilakukan oleh Sumarto (2002) dari SMERU Research Institute. Penelitian ini melakukan studi pada 100 desa selama 2
  • 3. periode Agustus 1998 hingga Oktober 1999. Berdasarkan hasil studi tersebut ada beberapa hal yang menjadi temuan berkaitan dengan penanggulangan kemiskian antara lain: - Terdapat hubungan negatif yang sangat kuat antara pertumbuhan dan kemiskinan. Artinya ketika perekonomian tumbuh, kemiskinan berkurang; namun ketika perekonomian mengalami kontraksi pertumbuhan, kemiskinan meningkat lagi. Pertumbuhan tidak mengurangi kemikinan secara permenen. Walaupun terjadi - pertumbuhan dalam jangka panjang selama periode sebelum krisis, banyak masyarakat yang tetap rentan terhdap kemiskinan. Oleh arena itu, manajemen kejutan (management of shocks) dan jaring pengaman harus diterapkan. - Pertumbuhan secara kontemporer dapat mengurangi kemiskinan. Sehingga pertumbuhan yang berkelanjutan penting untuk mengurangi kemiskinan. - Pengurangan ketimpangan mengurangi kemiskinan secara signifikan. Sehingga sangat untuk mencegah pertumbuhan yang meningkatkan ketimpangan. - Memberikan hak atas properti dan memberikan akses terhadap kapital untuk golongan masyarakat miskin dapat mengurangi kesenjangan, merangsang pertumbuhan, dan mengurangi kemiskinan. 2.2 Pendekatan Ilmiah Masalah Kemiskinan Tiga pendekatan ilmiah yang cukup popular di dalam memahami masalah kemiskinan (Ancok, dalam Dewanta,1999( ialah pendekatan kultural pendekatan situasional dan pendekatan interaksional 2.2.1 pendekatan kultural Tokoh utama yang menggunakan pendekatan kultural ialah Oscar Lewis (1966). Dengan konsep cultural poverty Lewis berpendapat bahwa keamiskinan adalah suatu budaya yang terjadi karena penderitaan ekonomi (economic depretiation) yang berlangsung lama. Berdasarkan penelitian pada beberapa kebudaya kelompok etnik Lewis menemukan bahwa kemiskinan adalah salah satu sub-kultur masyarakat yang mempunyai kesamaan ciri antar etnik satu dengan etnik yang lain. Akar dari timbulnya budaya miskin tersebut menurut pendapat Lewis adalah keadaan masyarakat yang mempunyai siri-siri berikut :  Sistem perekonomian yang terlalu berorientasi pada mencari keuntungan  Tingginya angka pengangguran dan angka under employment bagi golongan yang tidak punya keahlian  Rendanya upah/gaji yang diperoleh pekerja 3
  • 4.  Tidak adanya organisasi sosial, politik dan ekonomi bagi kaum miskin baik yang didirikan oleh pemerintah maupun oleh swadaya masyarakat  Hadirnya sistem kekeluargaan yang bilateral yang menggantikan sistem yang unilateral  Hadirnya kelas masyarakat yang dominan yang menekankan pada penumpukan harta dan kekayaan, kesempatan untuk terus meningkat dalam status . anggota kelas masyarakat ini beranggapan bahwa kemiskinan disebabkan oleh karena sifat pribadi yang lemah dan inferior Menurut Lewis (1966) budaya keniskinan adalah suatu cara yang dipakai oleh orang miskin untuk beradaptasi dan bereaksi terhadap posisi mereka yang marginal dalam masyarakat yang memiliki kelas-kelas dan bersifat individualistic dan kapitalistik. Budaya kemiskinan adalah desain kehidupan bagi orang-orang miskin yang bersisikan pemecahan problem – problem hidup mereka, yang diturunkan dari satu generasi ke generasi selanjutnya Dalam menggambarkan cara hidup orang yang berada dalam budaya kemiskinan Lewis memformulasikan serangkaian sifat-sifat ekonomi, sosial dan psikologi yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Ciri pokok dari orang-orang yang idup dalam budaya kemiskinan adalah kurangnya partisipasi yang efektif dalam ingrative dalam institusi-institusi penting yang ada dalam masyarakat, karena sebagian besar yang buta huruf dan berpendidikan rendah serta kekurangan uang. Kehidupan mereka yang serba kekurangan, kondisi tempat tinggal yang sangat menyedihkan, kesumpekan tempat tinggal, kekurangan makanan dan pakaian telah mempengaruhi aspek psikologis mereka. Kehidupan seksual yang agak bebas, penelantaran anakn, kurangnya fasilitas pendidikan, tidak memungkinkan untuk mendidik anakanya ke arah pertumbuhan yang baik. Orang-orang yang dibesarkan dalam budaya kemiskinan mempunyai ciri-ciri kepribadian antara lain ; merasa diri mereka tidak berguna, penuh denga keputusasaan, merasa inferior, sangat dependent terhadap orang lain. Orang miskin tersebut juga tidak mempunyai kepribadian yang kuat, kurang bisa mengontrol diri, mudah impulsive, dan sangat berorientasi pada masa kini tanpa memikirkan masa depan. Untuk menghilangkan budaya kemiskinan tersebut Lewis menyarankan agar orang-orang miskin bersatu dalam organisasi. Lewis (1966) menulis dalam buku The Study of Slum Culture:Bacgrounds for la Vida, seperti berikut ; ”setiap gerakan, baik itu 4
  • 5. gerakan yang bersifat religius, pasifis, ataupun revolusioner yang mengorganisasikan dan memberikan harapan bagi si miskin dan secara efektif mempromosikan solidaritas dan perasaan identitas yang sama dengan kelompok masyarakat yang lebih luas, akan dapat menghancurkan sifat-sifat utama yang merupakan ciri orang-orang dari budaya kemiskinan” 2.3 Model Solusi Kemiskinan Pengalaman di negara-negara Asia menunjukkan berbagai model mobilisasi perekonomian pedesaan untuk memerangi kemiskinan, yaitu: Pertama, mendasarkan pada mobilitas tenaga kerja yang masih belum didaya gunakan (idle) dalam rumah tangga petani gurem agar terjadi pembentukan modal di pedesaan (Nurkse, 1953). Tenaga kerja yang masih belum didayagunakan pada rumah tangga petani kecil dan gurem merupakan sumberdaya yang tersembunyi dan potensi tabungan. Alternatif cara untuk memobilisasi tenaga kerja dan tabungan pedesaaan adalah: 1) menggunakan pajak langsung atas tanah, seperti yang dilakukan di Jepang. 2) dilakukan dengan menyusun kerangka kelembagaan di pedesaan yang memungkinkan tenaga kerja yang belum didayagunakan untuk pemupukan modal tanpa perlu menambah upah. Ini persis yang dilakukan Cina yang menerapkan sistem kerjasama kelompok dan brigades ditingkat daerah yang paling rendah (communes). Dengan metode ini ternyat memungkinkan adanya kenaikan yang substansial dalam itensitas tenaga kerja dan produktivitas tenaga kerja. Model kedua, menitik beratkan pada tranfer daya dari pertanian ke industri melalui mekanisme pasar (Fei & Gustav, 1964). Ide bahwa penawaran tenaga kerja yang tidak terbatas dari rumah tangga petani kecil dapat meningkatkan tabungan dan formasi modal lewat proses pasar. Pengalaman Taiwan menyajikan contoh yang baik atas mobilisasi sumber daya dari sektor pertanian mengandalkan mekanisme pasar, tanpa menggunakan instrumen pajak seperti yang dilakukan oleh Jepang. Proporsi output sektor pertanian sebagian besar tetap dijaga sebagai surplus lewat intermediasi pemilik tanah dan melalui nilai tukar (terms of trade) sebelum Perang Dunia II. Model ketiga, menyoroti pesatnya pertumbuhan dalam sektor pertanian yang dibuka dengan kemajuan teknologi dan kemungkinan sektor yang memimpin (Mellor, 1976), Model ini dikenal dengan nama Model Pertumbuhan Berbasis Teknologi, atau Rural-Led Development. Proses ini akan berhasil apabila dua syarat berikut terpenuhi: 1) kemampuan mencapai tingkat pertumbuhan output pertanian yang tinggi; 2) proses 5
  • 6. ini juga menciptakan pola permintaan yang kondusif terhadap pertumbuhan. Pada gilirannya ini tergantung dari dampak keterkaitan ekonomi pedesaan lewat pengeluaran atas barang konsumsi yang dipasok dari dalam sektor itu sendiri, dan melalui invesatasi yang didorong. Model keempat, menyoroti dimensi spasial dalam menanggulangi kemiskinan. Kemiskinan bisa diatasi dengan cara kemudahan dalam mengakses dua bidang, yaitu: 1) bidang ekonomi dan 2) bidang sosial (Kuncoro, 2004). Akses dalam bidang ekonomi dibagi menjadi dua yaitu: akses terhadap lapangan kerja dan akses terhadap faktor ekonomi. Akses terhadap faktor produksi terdiri dari: 1) Kemudahan masyarakat dalam mengakses modal usaha, 2) kemudahan masyarakat dalam mengakses pasar, 3) kemudahan masyarakat dalam kepemilikanmodal. Sedangkan akses dalam bidang sosial dibagi menjadi dua yaitu: akses terhadap fasilitas pendidikan dan akses terhadap fasilitas kesehatan. 2.3 Strategi Penanggulangan Kemiskikan Di Indonesia Kemiskinan dapat bermakna kesenjangan ekonomi dan ketidak merataan pendapatan. Kedua hal ini merupakan masalah yang hangat dibicarakan karena masih besarnya penggangguran terselubung yang disebabkan masih adanya pekerjaan yang dilakukan di bawah produktivitas kerja (underemployment) serta rendahnya kualitas tenaga kerja Indonesia. Ada dua macam ukuran kemiskinan yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang disebabkan karena ketidak mampuan seseorang melampaui garis kemiskinan (proverty line) yang ditetapkan. Sedangkan kemiskinan relatif berkaitan dengan perbedaan tingkat pendapatan suatu golongan dibandingkan dengan golongan lainnya (Rintuh: 2005). Beberapa program pembangunan yang dilaksakan di Indonesia baik yang dilakukan oleh pemerintah mapun bantuan donor antara lain telah dilaksanakan melalui progam: Impres Desa Tertinggal (IDT) dan dimantapkan melalui program Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT). Program dilanjutkan dengan Program Pengembangan Kecamatan (PPK), Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan, Program Pemberdayaan Daerah Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi (PDMDKE), dan Program Pengembangan Kawasan Desa-Kota Terpadu atau Poverty Alleviation Through Rural Urban Lingkage (PARUL). Dari berbagai program pengentasan kemiskinan tersebut terdapat beberapa perbedaan dan kesamaan yang dapat dilihat pada tabel berikut (Sumodiningrat, 1999): 6
  • 7. Berikut ini beberpa penyempurnaan kebijakan program pemberdayaan masyarakat dan pennanggulangan kemiskinan: Tabel. 3 Perkembangan dan Penyempurnaan Kebijakan Program Pemberdayaan Masyarakat dan Program Penanggulangan Kemiskinan Dalam Kurun Pelita VI Bentuk Kebijakan Pengemban Pengemban Pengemban Pengemban Pengembang gan gan gan Sistem gan SDM an Prasarana Kelembaga N Progr Ekonomi Informasi an o am Bantuan Bantuan Bantuan Bantuan Bantuan Pengemban Pemantaua Pendampin Prasarana/ Modal aganKelemb n dan gan Sarana agaan Pelaporan 1 IDT Diberikan Pengemban Secara Pengemban dalam gan khusus gan bentuk kemampuan belum ada, kelembagaa uang tunai masyarakat namun n dilakukan seniali Rp dalam beberapa dalam 20 juta / pengelolaan bantuan wadah tahun modal melalui pokmas selama 3 bergulir program melalui tahun melalui pembanguna kegiatan bantuan n sektoral perguliran Dana tenaga telah dana. bantuan pendamping memberikan digunakan bantuan Pembangun untuk teknologi an modal tepat guna kelembagaa usaha dan untuk n aparat bersifat membantu dilakukan hibah dan mengembang pembinaan bergulir kan kegiatan berjenjang (revolving sosial secara block grant) ekonomi vertikal yang produktif dilakukan pokmas oleh jajajrn Depdagri bersama Depkeu dan departeme teknis terkait lain melalui program pembanguna n sektoral masing- masing. 7
  • 8. 2 P3DT Dana Pengemban Bantuan Masyarakat Masyarakat bantuan gan prasarana melaksanak melakukan digunakan kemampuan mendapat an sendiri sendiri untuk masyarakat perhatian manajemen kegiatan investasi dan aparat melalui pembanguna pemantauan sosial dan dalam pengembang n lokal. dan bersifat pembangun an prasarana pelaporan hibah an dibina transportasi Pembinaan pembangun (block oleh tenaga yang aparat an ditingkat grant), pendamping mendukung dilakukan lokal dibantu serta profesional kegiatan secara oleh tenaga mendukung (antara lain ekonomi vertikal pendamping kegiatan oleh tenaga (pembangun melalui Tim profesional sosial konsultan) an jalan, Koordinasi ekonomi jembatan, Pembangun Aparat yang tambatan an sebagai melakukan didanai perahu, dll), wadah pemantauan oleh dan musyawarah dan bantuan pengembang dan mufakat. pelaporan IDT an prasarana Sehingga secara sosial yang komitmen berjenjang langsung dan (vertikal) mendukung perhatian yang kegiatan pembanguna hasilnya ekonomi lokal n untuk dipergunaka (pembangun rakyat tetap n untuk an prasarana dalam arah mendukung kesehatan yang benar. pengambilan dasr, MCK, keputusan sanitasi, dan lebih lanjut air bersih) dalam rangka pengemban gan program. 3 PPK Bantuan Pengemban Pembanguna Pengemban Sistem senilai Rp. gan SDM n/ pengadaan gan pemantauan 250 juta – dilakukan prasarasna/ kelembagaa dan Rp 750 juta melalui sarana hanya n pelaporan per diseminasi untuk masyarakat dilakukan kecamatan dan mendukung dilakukan untuk bersifat pelatihan kegiatan dalam menilai hibah secara ekonomi wadah perkembang bergulir. berjenjang yang sudah pokmas an Namun baik melalui mapan. melalui pelaksanaan pemanfaata jalur tenaga kegiatan kegiatan n bantuan pendamping perguliran ekonomi semata dan jajaran dana yang prioritas, diarahkan aparat dilembagaka perguliran agar pemerintah. n dalam dana, dan 8
  • 9. pemanfaata forum UPK peningkatan n program Pengemban sebagai kapasitas dapat gan bagian dari masyarakat berlatih kemampuan pelaksanaan melalui mengguana dan forum jumlah kan dana keterampila UDKP. akumulasi itu sebagai n modal. stimulan masyarakat agar dalam lokal pengemban diarahkan gan lebih pada lanjut dapat pelaksanaa memanfaat n kan fasilitas administrasi microfinanc pembangun e. an (UDKP) dan Dilakukan administrasi memalui keuangan bantuan (UPK). dana yang dipergunak an untuk membiayai investasi sosial dan investasi ekonomi. Bantuan dana digunakan sepenuhny a untuk menciptaka n kegiatan ekonomi produktif yang berlanjut. 4 P2KP Dilakukan Pengemban Pembanguna Pengemban Sistem Secar melalui gan SDM n/ pengadaan gan pemantauan a bantuan dilakukan prasarana/ kelembagaa dan prinsi dana yang melalui sarana hanya n pelaporan p dipergunak diseminasi untuk masyarakat dilakukan sama an untuk dan mendukung dilakukan untuk denga membiayai pelatihan kegiatan dalam menilai n investasi secara ekonomi wadah perkembang yang sosial dan berjenjang yang sudah pokmas an dilaku investasi baik melalui mapan. melalui pelaksanaan kan ekonomi. jalur tenaga kegiatan kegiatan oleh Bantuan pendamping perguliran ekonomi 9
  • 10. PPK, dana dan jajaran dana yang prioritas, namu digunakan aparat dikembangk perguliran n sepenuhny pemerintah. an dalam dana, dan sasar a untuk Pengemban forum UPK peningkatan an menciptaka gan sebagai kapasitas lokasi n kegiatan kemampuan bagian dari masyarakat dititik ekonomi dan pelaksanaan melalui beratk produktif keterampila forum jumlah an yang n UDKP. akumulasi pada berlanjut. masyarakat modal. keca lokal Pengemban matan diarahkan gan di pada kelembagaa kawa pelaksanaa n aparat san n dilakukan perkot administrasi bersama aan pembangun masyarakat an (UDKP) melalui dan mekanisme administrasi forum keuangan UDKP. (UPK). 5 PDM Dilakukan Dilakukan KE untuk melalui membiayai pembangunan kegiatan dan prasarana yang & sarana bersifat sesuai padat karya. permintaan lokal. 6 PARU Dilakukan Pengembang Pengembang Peningkatan Sistem L melalui an an prasarana kemampuan pemantauan bantuan kemampuan dilakukan perencanaan dan dana yang masyarakat dalam wujud dan pelaporan dipergunak diarahkan pembanguna pelaksanaan menekankan an untuk pada n prasarana, pembanguna peningkatan kegiatan peningkatan sarana, dan n yang kapasitas sosial- kemampuan penerapan menekankan masyarakat ekonomi dan teknologi prakarsa dalam produksi keterampilan yang lokal pada kegiatan dan untuk mendukung kawasan itu. produksi, distribusi/ memperoleh secara distribusi, jasa natar akses dan langsung dan jasa kawasan. meningkatka kegiatan dalam suatu n keterkaitan ekonomi kawasan pada jalur kawasan. ekonomi produksi, antara distribusi, pedesaan dan dan penyediaan perkotaan. jasa yang 10
  • 11. sesuai dengan kapasitas ekonomi kawasan Sumber: Kuncoro (2004) Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan di Indonesia masih bersifat parsial. Hal tersebut bisa dilihat dari hampir semua program yang pernah dilakukan masih bermasalah dalam hal mensinergikan antara masyarakat miskin dengan: masyarakat yang berdaya (non miskin), pemerintah daerah, dan kelompok peduli setempat. Akibat dari kondisi tersebut, penanggulangan kemiskinan tidak efektif, tidak mandiri dan tidak berkelanjutan. 2.4 Kelemahan Program Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia Salah satu penyebab kurang berhasilnya penanggulangan kemiskinan di Indonesia adalah sistem politik yang cenderung sentralistik. Sentralisasi yang sangat kuat di masa lalu juga berimbas ke kebijakan penanggulangan kemiskinan, dimana hampir semua program penanggulangan kemiskinan bersifat ”top-down” dengan keterlibatan minimal dari pemerintah daerah dalam formulasi kebijakannya. Program atau kebijakan yang sangat ”top-down” ternyata juga gagal dalam merefleksikan pebedaan antar daerah yang kadang-kadang bisa menjadi sangat signifikan. Akibatnya, timbul berbagai kegagalan berskala besar dalam program atau kebijakan yang pada akhirnya berakibat pada dihentikannya program tersebut. Berikut ini bentuk atau ciri-ciri dan kelemahan program penanggulangan kemiskinan yang pernah dilakukan. Tabel 4 Ciri-ciri dan Kelemahan Program Penanggulangan Kemiskinan Kelemahan Program Upaya Penanggulangan Prinsip-prinsip Kemiskinan Penanggulangan Kemiskinan Perencanaan, Mendidik masyarakat Program penanggulangan penentuan sasaran, miskin untuk terus kemiskinan harus dan kreteria miskin menerus menemukenali mengarah pada serta pengaturan teknis potensi yang dimiliki baik pendekatan yang pelaksanaan yang individu, keluarga, menyeluruh (multi-sektor) 11
  • 12. dilakukan oleh maupun lingkungan pemerintah/instansi (keterampilan, material, pusat (top-down) dan sumberdaya alam) seringkali tidak sesuai sebagai modal dasar dengan kebutuhan untuk meningkatkan masyarakat atau kesejahteraan hidup. daerah tertentu. Program-program yang Mendorong tumbuhnya Perencanaan dan dilaksanakan secara rasa percaya diri akan penentuan sasaran sektoral sering kali kemampuannya untuk dilakukan oleh mengakibatan adanya lepas dari belenggu masyarakat bersama semangat ego-sektoral kemiskinan. aparat dilapangan dan saling tumpang sehingga sesuai dengan tindih. kebutuhan masyarakat. Banyak program Menyadarkan bahwa tidak Masyarakat ditempatkan penanggulangan akan ada sebagai “pelaku utama kemiskinan yang seseorang/lingkungan dalam perang melawan menempatkan yang dapat keluar dari kemiskinan” agar masyarakat sebagai genggaman kemiskinan, masyarakat berpartisipasi obyek, sehingga melainkan atas usaha secara aktif. masyarakat kurang orang/keluarga/lingkungan berpartisipasi secara itu sendiri. aktif. Sulitnya menjaga Memberikan pemahaman Pertanggungjawaban kontinuitas program bahwa masalah kepada pemerintah dan (program baru bukan penanggulangan masyarakat untuk merupakan kelanjutan kemiskinan merupakan membangun keterbukaan program lama) tugas dan tanggungjawab dan akuntabilitas. mengakibatkan banyak bersama pemerintah dan program masyarakat. penanggulangan kemiskinan tidak berkesinambungan Pertanggungjawaban Menciptakan lapangan Merupakan program yang hanya bersifat kerja dan peluang berkesinambungan. administratif kepada berusaha untuk Ukuran keberhasilan pemerintah, sehingga menguatkan ekonomi ditentukan oleh tidak terbangun masyarakat setempat. berdayanya masyarakat keterbukaan dan Penguatan untuk keluar dari akuntabilitas publik, organisasi/kelompok belenggu kemiskinan, akibat pendekatan masyarakat yang ada; dan,menguatnya proyek maka memberikan bantuan kemampuan ekonomi keberhasilan program fasilitas (dana dan masyarakat melalui hanya diukur dengan keahlian) yang dibutuhkan terciptanya akses kepada persentase bantuan untuk mendayagunakan faktor produksi dan pasar. yang berhasil potensi yang dimiliki. 12
  • 13. disalurkan dan jumlah sasaran penerima. Sumber: Hamid (2003) Dalam Kuncoro (2004) Sebenarnya perbedaan antara pendekatan “top-down” dan “bottom up” tidak perlu terjadi terjadi apabila sistem politik nasional dan terutama lokal mampu menciptakan akuntabilitas pemerintah terhadap masyarakatnya. Ketiadaan mekanisme akuntabilitas selain membuat pihak eksekutif dan legislatif kurang tanggap terhadap keluhan masyarakatnya, juga membuat masyarakat tersebut tidak terlalu peduli atas kualitas layanan publik yang diterimanya ataupun terhadap kebijakan perekonmian daerahnya. Dengan sistem perimbangan keuangan pusat dan daerah saat ini dimana sebagian besar pajak masih dikuasai pemerintah pusat, sangat mudah bagi pemerintah daerah menyalahkan pemerintah pusat apabila ada ketidakpuasan di kalangan masyarakat lokal mengenai kualitas layanan publik. Bab III METODE PENELITIAN 1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mempunyai tujuan utama membangun model penaggulangan kemiskinan yang bersifat terpadu berdasarkan aspek spasial, ekonomi, dan struktural di masing-masing desa/kelurahan yang ada di wilayah administrasi Kota Malang. Berdasarkan pada tujuan utama penelitian ini, maka kerangka pikir mengenai Penyusunan Model Penanggulangan Kemiskinan di Kota Malang dijelaskan pada Gambar berikut. Gambar 1 Bagan Alir Penyusunan Model Kultural,Struktural, dan Spasial Sebagai Penanggulangan Kemiskinan Output Aspek Struktural Kesenjangan antara Mengukur Efektifitas program program penanggulangan dgn. kemiskinan yang telah dilakukan OUTPUT Output Porses Proses generasi, PERKOTAAAN KEMISKINAN PERMASALAHAN ANALISA Identifikasi tingkat Aspek Ekonomi Database: ermasalahan pendidikan, jenis . Permasalahan Mengukur kondisi pekerjaan kemiskian ekonomi perkotaan kemiskinan masyarakat miskin . Profil ) kemiskinan Output Kondisi Aspek Spacial Geografi/ Mengukur kondisi topografi geografi dan topografi (lingkungan fisik) 13 masyarakat miskin Output Output Work Plan Master Plan Penanggulanga Penanggulanga n nKemiskinan Kemiskinan
  • 14. Sebagaimana telah dikemukakan di atas, upaya penaggulangan kemiskinan dilakukan dengan pendekatan spasial, ekonomi, dan struktural. Pendekatan tersebut pada dasarnya bertujuan untuk menghasilkan model penanggulangan kemiskinan yang bisa menghasilkan rencana strategis dan program kerja penanggunalangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan di Kota Malang. Setidaknya ada 5 (lima) komponen/kegiatan utama yang perlu dilakukan. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi : 1. Identifikasi dan Analisis Kondisi Eksisting masing-masing kota Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk memahami kondisi setiap desa/kelurahan dan kecenderungan perkembangan dalam kurun waktu perencanaan. Adapun informasi yang perlu dikumpulkan, dikaji dan dianalisis, meliputi : gambar mengenai kondisi fisik, sosial ekonomi desa/kelurahan kebijakan dan program-program yang terkait dengan pengembangan desa, perkembangan sektor-sektor ekonomi desa dan kondisi sistem prasarana. Semua informasi ini diharapkan dapat menggambarkan eksisiting, yang tengah berlangsung (on-going) maupun yang akan dikembangkan (commited). 2. Identifikasi Potensi dan Permasalahan Kemiskinan Berdasarkan analisis terhadap kondisi wilayah dan kecenderungan perkembangannya, diidentifikasi potensi ekonomi yang mampu mendukung pembangunan wilayah masing-masing Kota. Identifikasi yang dimaksud, meliputi antara lain : • Potensi desa/kelurahan yang terkandung, baik yang sudah dimanfaatkan, belum dimanfaatkan maupun potensial diperkirakan ada di desa. Terkait dengan hal ini adalah identifikasi sektor unggulan atau komoditi unggulan. • Kendala-kendala dalam pengembangan potensi ekonomi, baik dalam kaitannya dengan bidang prasarana, keuangan dan kebijakan, sehingga menimbulkan kemiskinan pada masyarakat setempat. 3. Penyusunan Skenario Penanggulangan Kemiskinan Skenario penanggulangan kemiskinan berisi antara lain: pemanfaatan ruang dan struktur ruang (pengembangan sektor-sektor unggulan, kawasan dan sistem 14
  • 15. prasarana) yang merupakan acuan pengembangan desa. Skenario ini disusun berdasarkan potensi pengembangan Kota. 4. Perumusan Model Penaggulangan Kemiskian Rumusan model penaggulangan kemiskinan yang dimaksud berisi program- program pengembangan sektor, kota dan sistem prasarana dasar. Program- program ini dirumuskan dalam rangka mendukung pencapaian skenario-skenario yang telah dirumuskan. 5. Rekomendasi Pola Pelaksanaan Program-Program Pengentasan Kemiskinan Program-program yang layak untuk diimplementasikan, selanjutnya dikaji pola pelaksanaannya. Dalam hal ini pola pelaksanaan yang dimaksud memperhitungkan seluruh pelaku pembangunan, yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penyusunan model penanggulangan masyarakat miskin di Kota Malang, akan melakukan survei di seluruh wilayah yang termasuk dalam wilayah admisnistratif Kota Malang, Pasuruan, Sidoarjo. Analisis dan penyusunan model penaggulangan kemiskinan dilakukan secara bertahap, tahapan tersebut didasarkan pada aspek kegiatan yang diukur dan dianalisis. Penelitian ini akan dilakukan dua tahap, dinama setiap tahap penelitian diperkirakan akan menghabiskan waktu ± 11 bulan, jadi secara keseluruhan penelitian akan menghabiskan waktu ± 22 bulan. 3. Definisi Operasional Variabel Aspek yang digunakan untuk membanguan model penanggulangan kemiskinan di Kota Malang ada tiga aspek yaitu: 1) Struktural atau Kelembagaan, 2) Aspek Kultural, dan 3) Aspek Spasial (wilayah). 1) Aspek Struktural Dalam aspek ini akan dilihat sejauhmana keterpaduan program-program yang telah dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah dengan kapasitas 15
  • 16. dan kebutuhan masyarakat miskin. Aspek struktural atau kelembagaan mempunyai dua sub-indikator yaitu; 1) Sub-indikator kebijakan pemerintah dan 2) Sub-indikator kapasitas sosial masyarakat (social capacity). Masing-masing sub-indikator mempunyai variabel, total variabel untuk mengukur indikator aspek struktural atau kelembagaan sebanyak 8 variabel. Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek struktural atau kelembagaan dalam melakukan pengukuran terhadap desa/kelurahan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5 Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural No Sub Variabel Diskripsi Indikator 1 Kebijakan - Program Mengukur seberapa Pemerintah penanggulangan besar keterlibatan (3 variabel) pemerintah baik kemiskinan yang berasaldari pemerintah pusat maupun daerah dalam upaya pusat - Program penanggulangan kemiskinan penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah propinsi - Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah daerah kabupaten. - Program penanggulangan kemiskinan yang berasal dari perangkat desa 2 Kapasitas - Gengsi sosialorang Mengukur seberapa sosial miskin besar social capital masyarakat - Nilai adat/budaya dan masyarakat miskin (6 variabel) dalam keluar dari agama terhadap orang kemiskinan miskin - Rasionalitas penduduk miskin (semangat membebaskan diri dari kemiskinan) - Budaya dan etos kerja - Semangat gotong royong - Keperdulian masyarakat sekitar 16
  • 17. terhadap orang miskin 2) Aspek Kultural cultural poverty adalah suatu budaya yang terjadi karena penderitaan ekonomi (economic depretiation) yang berlangsung lama. Berdasarkan penelitian pada beberapa kebudaya kelompok etnik ditemukan bahwa kemiskinan adalah salah satu sub-kultur masyarakat yang mempunyai kesamaan ciri antar etnik satu dengan etnik yang lain. Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar potensi kemiskinan yang tercipta akibat dari kultur atau kebudayaan yang sudah berlangsung di suatu wilayah. Aspek kultural ini akan mencakup 1) tingginya angka pengangguran, 2) tingkat upah/tinggi rendahnya gaji dan 3) sistem ekonomi yang terlalu berorientasi pada mencari keuntungan. Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek ekonomi dalam melakukan pengukuran terhadap desa/kelurahan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 6 Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural No Sub Indikator Variabel Diskripsi 1 Tingginya Lama bekerja Mengukur seberapa - angka besar tingkat Banyaknya pekerja - pengangguran pengangguran di dalam satu rumah suatu wilayah 2 Tingkat Upah Besarnya gaji Mengukur seberapa - besar kenaikan upah perbulan Ada tidaknya bonus yang berhubungan - dengan kesejahteraan masyarakat 3 Sistem Tujuan bekerja Mengukur - Ekonomi untuk sebesarapa penting Langkah - antara kebutuhan memenuhi dan penimbunan kebutuhan kekayaan 3) Aspek Spasial Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar konsisi wilayah (space) mampu mendorong proses penanggulanagan kemiskinan. Aspek spasial atau wilayah mempunyai dua sub-indikator yaitu; 1) Sub-indikator Kondisi geografis dan 2) Sub-indikator Aksesibilitas sarana dan prasarana. Masing-masing sub-indikator 17
  • 18. mempunyai variabel, total variabel untuk mengukur indikator aspek struktural atau kelembagaan sebanyak 6 variabel. Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek spasial atau wilayah dalam melakukan pengukuran terhadap desa/kelurahan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 7 Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Spasial No Sub Variabel Diskripsi Indikator 1 Kondisi - Letak geografis Mengukur geografis sejauhmana kondisi - Topografi (4 variabel) - Kondisi jalan geografis mampu bermanfaat untuk - Kondisi jembatan pemberdayaan masyarkat miskin 2 Aksesibilita - Akses terhadap pasar Mengukur tingkat s terhadap - Akses terhadap sarana kemudahan akses sarana dan terhadap sarana dan pendidikan prasarana - terahadap prasarana pokok Akses (5 variabel) untuk fasilitas kesehatan terahadap penanggulangan Akses - kemiskinan. aktivitas produksi 4. Jenis Data Dilihat dari sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu data sekunder dan data primer. 1. Data Sekunder Data ini merupakan data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain. Adapun data sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti; Jumlah penduduk, luas desa, topografi desa, monografi desa, letak geografi desa dan lain-lain. 2. Data Primer Data ini merupakan data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian. Adapun data primer yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti; data yang 18
  • 19. digunakan untuk mengukur indikator kelembagaan, indikator tipologi/penyebab kemisikinan, indikator sumberdaya dan potensi ekonomi, dan lain-lain. 5. Teknik Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Participatory Rural Appraisal (PRA), meliputi: Wawancara, yaitu metode pengumpulan data dengan wawancara secara 1. mendalam dengan key-person (formal dan informal leaders), untuk mengidentifikasi kebutuhan (needs) masyarakat. 2. Dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data sekunder yang dimiliki oleh responden, lembaga ekonomi dan sosial, maupun instansi teknis terkait. 3. Observasi ( pengamatan) dan survei lapang Dalam hal meyakinkan data dan informasi yang diperoleh dari responden, peneliti mengadakan pengamatan dan survei lapang secara langsung terhadap obyek yang diamati, mendengar serta mencatat hasil temuan lapang. 4. Pengumpulan Data Sekunder Selain dukungan data primer yang menjadi sumber data utama, penelitian ini juga menggunakan data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen serta catatan- catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Dokumen yang dimaksud adalah jumlah keluarga miskin yang diperoleh dari Badan Perencanaan Kota (Bapekot) Malang, Catatan Sipil Kota malang (data Penduduk Kota malang sampai dengan bulan Februari 2006) dan statistik kecamatan dari tiga kecamatan yang diterbitkan oleh Kantor Statistik Kota Malang 2006. 5. Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok) Peneliti melaksanakan diskusi dengan obyek penelitian ketika peneltian lapang akan dilakukan. Kegiatan ini pertama dilakukan adalah dimaksudkan untuk mensosialisasikan pelaksanaan pengumpulan data (sebagai kegiatan penting penelitian ini) kepada para sekretaris kecamatan dan seluruh sekretaris desa/kelurahan yang diperkirakan menjadi sasaran dari kegiatan penelitian lapang. Berbagai informasi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi ini, antara lain meliputi: pentingnya dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan kemiskinan di Kabupaten Sumenep, proses pengumpulan data, dan hasil akhir yang dihasilkan kegiatan ini. Melalui kegiatan ini dicapai jalinan suatu kebersamaan antara peneliti 19
  • 20. dengan calon responden (subyek yang diteliti), sehingga dapat diperoleh data yang optimal Diskusi kelompok kedua dilakukan pada saat menjelang kegiatan ini berakhir. Diskusi ini dilakukan dengan stakeholders tingkat kota, dimaksudkan untuk mengoptimalkan hasil temuan lapangan. Dikusi kelompok ini diarahkan kepada upaya-upaya mengklarifikasi hasil temuan lapangan, mendapatkan koreksi dan masukan, serta kesepakatan tentang hasil akhir kegiatan ini. 6. Alat Analisis Analisis dilakukan dengan memadukan pendekatan struktural (data kuantitatif dan kualitatif) ekonomi (potensi sumberdaya pemabngunan), dan spasial (pemetaan). Maksudnya, bahwa dari himpunan data yang telah dikompilasi, dilakukan analisis statistik sederhana dengan lebih banyak menggunakan tabulasi silang dan perhitungan-perhitungan statistik yang secara mudah dapat dipahami. Himpunan data tersebut selanjutnya diinterpretasikan dan dirancang dengan menempatkan hasil analisis tersebut ke dalam peta (pendekatan spasial). Pemetaan tersebut dimaksudkan untuk menentukan tata letak potensi sarana ekonomi yang dimaksud oleh penelitian ini, paling tidak untuk: 1) memahami keberadaan keluarga miskin baik melalui data struktural maupun melalui tampilan peta setiap desa/kelurahan; 2) memahami secara terintegrasi keberadaan masyarakat miskin di Kota malang dalam perspektif kepentingan ekonomi dan pembangunan Kota Malang ke depan. Selain menggunakan pendekatan di atas penelitian ini juga menggunakan metode Performance-Importance Analysis dalam menjawab tujuan yang akan dicapai. Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat kesenjangan (gap) antara atribut kinerja pelayanan publik (performance) yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui dinas- dinas terkait penanggulangan kemiskinan di Kota Malang dengan persepsi tingkat kepentingan (importance) akan atribut-atribut yang dibutuhkan. Pengukuran tingkat kepentingan dan performance dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner bagi masyarakat miskin yang menjadi obyek penelitian. Responden akan diminta untuk memberikan penilian atau persepsi mereka terhadap sejauh mana layanan yang telah diberikan pemerintah melalui dinas-dinas terkait di Kota Malang (performance) terhadap penanggulangan kemiskinan. Dengan memberikan 20
  • 21. penilaian atas atribut yang mereka anggap paling dibutuhkan saat ini (importance) dengan asumsi bahwa obyek penelitian mengerti sejauh mana kinerja atribut pelayanan publik yang telah dilakukan dinas-dinas terkait dan berkompeten dalam penanggulangan kemiskinan. Dari analisis Kuadran akan diketahui pada kuadran manakah suatu atribut berada, sehingga nantinya dapat digunakan sebagai instrumen untuk merekomendasikan tindakan atau kebijakan yang seharusnya dilakukan bagi keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Malang. Bab 4 Hasil analisis 1. Gambaran geografis Jawa Timur Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa, Indonesia. Ibukotanya adalah Surabaya. Luas wilayahnya 47.922 km², dan jumlah penduduknya 37.070.731 jiwa (2005). Jawa Timur merupakan provinsi terluas diantara 6 provinsi di Pulau Jawa, dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa Barat. Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Selat Bali di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Provinsi Jawa Tengah di barat. Wilayah Jawa Timur juga meliputi Pulau Madura, Pulau Bawean, serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa dan Samudera Hindia. Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia, dan memiliki signifikansi perekonomian yang cukup tinggi, yakni berkontribusi 14,85% terhadap Produk Domestik Bruto nasional. Pembagian wilayah administrasi Pemerintah Propinsi Jawa Timur pada tahun 2003 s/d tahun 2007 terbagi dalam 4 (empat) Badan Koordinasi Wilayah / Pembantu Gubernur, 29 Kabupaten dan 9 Kota serta jumlah kecamatan berjumlah 642 kecamatan. Perwakilan kecamatan sejak tahun 2003 telah ditiadakan, sebelumnya berjumlah 114, dan Kota Administratif