Dokumen tersebut membahas tentang latar belakang rendahnya prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Agama dan PPKn. Beberapa masalah yang diidentifikasi antara lain kemampuan guru dalam menggunakan berbagai metode pembelajaran yang masih terbatas, pemahaman warga sekolah mengenai perubahan kurikulum yang rendah, sosialisasi dinas terkait kurikulum yang kurang, serta hasil belajar siswa belum dapat dijad
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
OPTIMALKAN PEMBELAJARAN
1. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dewasa
ini menuntut moralitas dan paham kebangsaan yang tinggi, sebab ilmu dan
pengetahuan yang tidak dibarengi dengan tingkat keimanan dan moralitas yang
tinggi menyebabkan pendidikan kehilangan esensinya sebagai wahana
memanusiakan manusia. Banyak orang memiliki kecerdasan yang luar biasa dan
prestasi yang gemilang secara akademik namun tidak memberikan manfaat yang
berarti dalam lingkungan masyarakatnya, bahkan menjadi racun yang sangat
membahayakan bagi eksistensi budaya dan nilai-nilai kemanusiaan karena iman
dan moralitasnya rendah.
Tidak sedikit kasus amoral terjadi yang dilakukan oleh anak-anak usia
sekolah maupun oleh para ilmuwan, baik melalui layar televisi maupun media
masa. Bagaimana seorang anak SMP memperkosa rekannya sendiri, membunuh,
kecanduan obat-obat terlarang, minum-minuman keras, bunuh diri dan lain
sebagainya. Hal ini menggambarkan bahwa pendidikan yang dilakukan selama ini
belum menyentuh ranah kesadaran siswa.
Pelajaran Agama dan PPKn serta pesan-pesan moral yang disampaikan oleh
guru di depan kelas, tidak mampu menjiwai setiap gerak langkah siswa dalam
kehidupan masyarakatnya. Hal ini tentunya, disebabkan oleh keringnya
pembelajaran yang dirasakan siswa, materi-materi pelajaran agama dan PPKn
dianggap sebagai pelajaran tambahan yang harus dihapal, kemudian ditagih disaat
2. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 2
ujian. Setelah ujian selesai, materi itupun segera menghilang tanpa bekas. Yang
lebih parah lagi, sekolah kita selama ini terkesan sebagai lembaga pengekangan,
tidak ubahnya seperti penjara, dimana anak-anak didik dikekang dengan aturan
yang serba ketat dan materi pelajaran yang begitu padat. Hampir tidak ada
gagasan ataupun ide yang berasal dari siswa dapat berkembang dan menjadi
perhatian. Dampaknya, ketika anak-anak selesai ujian nasional, mereka ramai-
ramai mencoret baju, berteriak dijalanan dan ngebut-ngebutan. Seolah-olah
mereka mau mengatakan “hore… kita sudah bebas dan lepas dari semua
pengekangan”. Inilah sebenarnya cerminan pendidikan kita dewasa ini.
Apabila situasi ini dibiarkan, maka bisa jadi masyarakat kita akan menjadi
masyarakat yang rusak, masyarakat yang tidak memiliki nilai-nilai budaya yang
harus dijunjung tinggi, masyarakat yang melupakan jati dirinya sendiri.
Masyarakat yang cerdas dari sisi keilmuan, namun tidak memiliki kemampuan
untuk mengerti dan memahami orang lain bahkan masyarakat yang tidak tahu dari
mana asalnya. Di sinilah kita akan melihat masyarakat kita pada kondisi yang
sangat memperihatinkan, karena jauh dari nilai-nilai agama dan budaya yang ada.
Untuk itu, peranan guru sangat besar dalam menanamkan nilai-nilai Ilahiah
dan moralitas itu sedini mungkin, tentunya melalui pembelajaran yang
memberikan ruang gerak yang lebih luas kepada siswa untuk mampu memahami
diri dan orang lain disekitarnya serta mampu memahami dan menjiwai ajaran-
ajaran agama yang sifatnya doktrinal secara baik dan benar.
Guru hendaknya mampu berperan sebagai pembimbing untuk menuntun
siswa memulai proses belajar, memimpin siswa agar hasil proses belajar sesuai
dengan tujuan pengajaran, serta sebagai fasilitator dalam mempersiapkan kondisi
3. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 3
yang memungkinkan siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Hal ini dapat
dilakukan oleh para guru mulai dari pemilihan metode pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik materi pendidikan Agama dan PPKn serta karakteristik
pebelajar, dan pemilihan strategi yang tepat dalam menimplementasikan
pembelajaran Agama dan PPKn di Kelas.
Terdapat semacam sinyalemen, bahwa harapan tumbuhnya sifat kreatif dan
antisipatif para guru Agama dan PPKn dalam praktek pembelajaran untuk
pemahaman siswa dewasa ini masih belum optimal. Hal ini, tampak terjadi mulai
dari bangku pendidikan formal yang paling rendah hingga perguruan tinggi.
Semua ini diduga sebagai salah satu faktor penyebab rendahnya kualitas dan
kuantitas proses dan produk pembelajaran Agama dan PPKn. Kualitas proses
pembelajaran Agama dan PPKn dapat dilihat dari pelaksanaan pembelajaran yang
tidak lebih dari kegiatan pembelajaran yang bersifat rutinitas, dimana materi
pembelajaran tidak sampai menyentuh kesadaran siswa, melainkan hanya sekadar
sebagai syarat kelulusan ujian sekolah yang materi ajarannya harus dihafal sesuai
dengan buku teks. Hasil pembelajaran ini, jelas tidak memberikan arti apa-apa
dalam pembangunan moral dan mental siswa sebagaimana yang diharapkan dalam
tujuan pembelajaran.
Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, faktor proses
merupakan inti dari proses pendidikan formal di sekolah yang di dalamnya terjadi
interaksi antara berbagai komponen pengajaran. Komponen-komponen itu dapat
dikelompokkan dalam tiga kategori utama yaitu: guru, isi materi, dan siswa.
Interaksi antara ketiga komponen utama tersebut melibatkan sarana dan prasarana
seperti: model dan metode pembelajaran yang digunakan, media, dan penataan
4. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 4
lingkungan tempat belajar, sehingga tercipta situasi belajar mengajar yang
memungkinkan tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.
Rendahnya prestasi belajar siswa dalam bidang Agama dan PPKn yang
ditunjukkan oleh NUAS/NUAN siswa yang mengindikasikan bahwa pengelolaan
pembelajaran Agama dan PPKn belum optimal sehingga menyebabkan rendahnya
prestasi belajar pada bidang pelajaran dimaksud.
Selama ini pengajaran Agama dan PPKn berdasarkan asumsi bahwa
pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa.
Dengan asumsi itu para guru memfokuskan diri pada upaya mentransfer
pengetahuan ke dalam kepala para siswanya (Sadia, 1997:1). Berdasarkan hasil
survey dan wawancara dengan beberapa orang guru yang mengajar Agama dan
PPKn di sekolah mengengah pertama (SMP) kecamatan Suralaga kabupaten
Lombok Timur, diperoleh informasi bahwa pembelajaran Agama dan PPKn
selama ini pada umumnya lebih banyak dilakukan dengan metode ceramah. Ada
dua hipotesis yang dapat diutarakan sebagai penyebabnya. Pertama, fasilitas
pembelajaran Agama dan PPKn yang ada di sekolah sangat terbatas, dan kedua
pemahaman guru terhadap materi pendidikan Agama dan PPKn serta
pembelajarannya masih rendah.
Guru memahami pendidikan Agama dan PPKn hanya sebagai bidang ilmu
yang dibukukan (body of knowledge), sehingga mereka mengajarkan pendidikan
Agama dan PPKn dengan bercerita tentang isi buku Agama dan PPKn.
Penggunaan metode ceramah pada pembelajaran Agama dan PPKn di SMP
menduduki rangking pertama dari delapan metode yang digunakan: ceramah,
tanya jawab, diskusi, eksperimen, karya wisata, bermain peran, demonstrasi, dan
5. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 5
proyek (Subagia, 2001). Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran Agama dan
PPKn sangat diperlukan penerapan berbagai metode pembelajaran untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
Mengajar dalam prakteknya merupakan suatu proses penciptaan lingkungan,
baik dilakukan guru maupun siswa agar terjadi proses belajar mengajar yang
kondusif (Joyce & Weil, 1980). Agar penciptaan lingkungan ini mencapai hasil
yang optimal, guru harus memahami berbagai konsep dan teori yang bertalian
dengan proses belajar mengajar, dan selanjutnya pemahaman tentang hal ini dapat
dipraktekkan dalam kegiatan praktis yaitu mengajar (Ali, 2000). Setiap proses
belajar mengajar menuntut upaya pencapaian suatu tujuan tertentu. Setiap tujuan
menuntut pula suatu model bimbingan untuk terciptanya situasi belajar tertentu.
Menurut Arends (1997) dalam suatu proses belajar mengajar, tidak ada
suatu model ataupun metode pembelajaran yang paling baik. Untuk itu, guru
hendaknya perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai model dan metode
pembelajaran agar dapat mencapai tujuan pembelajaran. Dengan kemampuan ini
guru dapat memilih metode yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu.
Pemberian tugas (resitasi) merupakan salah satu metode pembelajaran yang
digunakan oleh guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
Dengan padatnya isi materi pelajaran akan sangat menyita waktu siswa untuk
melaksanakan kegiatan belajar mengajar tersebut. Untuk mengatasi keadaan
tersebut guru perlu memberikan tugas-tugas di luar jam pelajaran. Disebabkan,
bila hanya menggunakan seluruh jam pelajaran yang ada untuk tiap mata
pelajaran, hal itu tidak akan mencukupi tuntutan luasnya pelajaran yang
6. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 6
diharuskan, seperti yang tercantum dalam kurikulum. Dengan demikian perlu
diberikan tugas-tugas, sebagai selingan untuk variasi teknik penyajian ataupun
dapat berupa pekerjaan rumah. (Roestiyah N.K., 2001: 132).
Langkah-langkah dalam menyusun penugasan yaitu: 1) mengidentifikasi
pengetahuan & keterampilan yang harus dimiliki, dengan cara menentukan (a)
jenis pengetahuan dan keterampilan yang diharapkan; (b) pengetahuan dan
keterampilan bernilai tinggi yang harus dipelajari; dan (c) cara menerapkan
pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari dalam kehidupan nyata di
masyarakat; 2) merancang tugas-tugas untuk assesmen kinerja, dengan cara
menentukan: (a) jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas; (b)
kompleksitas tugas yang diberikan; (c) kesesuaian tugas-tugas yang diberikan
dengan kemampuan kognitif, sosial dan afektif yang hendak dicapai; dan (d) jenis
tugas yang berkaitan langsung dengan upaya perbaikan mutu; dan 3) menyusun
kriteria keberhasilan (Setiyono, 2006 dalam Tirta dan Gani, 2007; 96).
Pembelajaran dengan metode ceramah bermedia merupakan cara belajar
yang paling tradisional, cara mengajar dengan ceramah dapat dikatakan juga
sebagai teknik kuliah, merupakan suatu cara mengajar yang digunakan untuk
menyampaikan keterangan atau informasi atau uraian tentang suatu pokok
persoalan serta masalah secara lisan (Ahmadi dan Prasetya, 1997:137). Guru
biasanya belum merasa puas manakala dalam proses pengelolaan pembelajaran
tidak melakukan ceramah. Demikian juga dengan siswa, mereka akan belajar
manakala ada guru yang memberikan materi pelajaran melalui ceramah, sehingga
guru ada yang berceramah berarti ada proses belajar dan tidak ada guru berarti
tidak ada belajar (Sanjaya, 2006:148).
7. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 7
Pembelajaran dengan metode ceramah dapat juga dikatakan pengajaran yang
sebenarnya bersifat teacher center, pengajaran ini menuntut guru untuk menjadi
model yang baik bagi siswanya (Kardi, 2000). Metode ceramah dirancang secara
khusus untuk mengembangkan cara belajar siswa tentang pengetahuan prosedural
dan deklaratif dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menggunakan metode ceramah
adalah: 1) Tahap persiapan, pada tahap ini guru merumuskan tujuan yang ingin
dicapai, menentukan pokok-pokok materi yang akan diceramahkan, dan
mempersiapkan alat bantu; 2) Tahap pelaksanaan, pada tahap ini ada tiga langkah
yang dilakukan yaitu: langkah pembukaan, penyajian, dan mengakhiri/menutup
ceramah.
Berdasarkan uraian di atas akan diungkapkan dampak penerapan metode
pemberian tugas dan metode ceramah bermedia terhadap prestasi belajar siswa
pada mata pelajaran Agama dan PPKn di SMPN 1 Suralaga dan SMPN 1
Sukamulia kabupaten Lombok Timur.
B. Identifikasi Masalah
Proses dan hasil pembelajaran Agama dan PPKn dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal. Faktor internal siswa meliputi kondisi fisiologis dan
kondisi psikologis. Faktor kondisi fisiologis meliputi kesehatan jasmani dan
kebugaran fisik, dan kondisi panca indera, sedangkan aspek psikologis meliputi
intelegensi, bakat, minat, sikap, motivasi, dan kemampuan-kemampuan kognitif.
Faktor eksternal siswa dapat berupa faktor keluarga, sekolah, masyarakat, dan
lingkungan sosial lainnya. Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas
muncul beberapa masalah yang dapat diidentifikasi.
8. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 8
1. Kemampuan guru dalam menggunakan berbagai macam metode
pembelajaran di kelas masih sangat terbatas.
2. Pemahaman warga sekolah (kepala sekolah, guru, dan siswa) mengenai
perubahan kurikulum masih rendah.
3. Sosialisasi dinas P dan K kabupaten mengenai kurikulum tingkat satuan
pendidikan masih kurang.
4. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran Agama dan PPKn belum bisa
dijadikan tolok ukur mengenai sikap dan perilaku siswa di luar
sekolah/lingkungan masyarakatnya.
5. Kesadaran masyarakat dan sekolah tentang pentingnya pelajaran Agama dan
PPKn dalam menciptakan manusia yang bermoral dan cerdas secara
akademik dan spiritual masih lemah.
6. Kemampuan ekonomi masyarakat untuk mendukung proses pembelajaran
yang bermutu/berkualitas dari segi fasilitas dan sumber daya sangat minim.
C. Batasan Masalah
Mengingat faktor-faktor yang terkait dalam proses belajar mengajar sangat
kompleks, serta adanya kendala-kendala lain berupa: keterbatasan waktu, biaya
dan kemampuan peneliti, maka penelitian ini dibatasi pada perbedaan hasil belajar
Agama dan PPKn sebagai akibat penerapan metode pemberian tugas dan metode
ceramah bermedia.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan
masalah, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
9. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 9
1. Apakah metode pembelajaran pemberian tugas dan ceramah bermedia
berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa kelas VIII pada
mata pelajaran PPKn dan Agama di SMPN 1 Suralaga dan SMPN 1
Sukamulia?
2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Agama
dan PPKn antara yang diajar dengan metode pemberian tugas dan yang
diajar dengan metode ceramah bermedia?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data empiris tentang perbedaan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran Agama dan PPKn karena pengaruh metode
pembelajaran yang digunakan. Secara operasional tujuan penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode pembelajaran pemberian
tugas dan ceramah bermedia terhadap hasil belajar siswa kelas VIII pada
mata pelajaran PPKn dan Agama di SMPN 1 Suralaga dan SMPN 1
Sukamulia
2. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
Agama dan PPKn antara yang diajar dengan metode pemberian tugas dan
yang diajar dengan metode ceramah bermedia.
F. Manfaat/Kegunaan Penelitian
Secara umum ada dua manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini.
Pertama manfaat langsung yang memberikan dampak langsung pada
10. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 10
pembelajaran. Kedua, adalah manfaat teoretik yang memiliki akses jangka
panjang dalam pengembangan teori pembelajaran.
F.1 Manfaat praktik
Hasil pembelajaran dengan menggunakan metode penugasan dan metode
ceramah bermedia yang teruji secara empirik keunggulan dan kelayakannya akan
memberikan manfaat besar sebagai metode pembelajaran sains yang berorientasi
perubahan mental. Manfaat lain yang diharapkan secara praktik dalam penelitian
ini adalah memberikan ruang kepada siswa untuk melakukan perubahan sekaligus
menilai kebiasaan mereka belajar di sekolah. Selama ini, mereka belajar di
sekolah lebih mendominasi aktivitas mendengar dan mencatat akibat dari metode
yang diterapkan guru berupa “tutur dan kapur”. Namun belajar dengan fasilitas
metode penugasan akan melibatkan aktivitas-aktivitas membaca, diskusi,
pemecahan masalah secara kolaboratif, berpikir kritis dan kreatif, mengaitkan
konsep dengan fenomena dunia nyata dan mengintegrasikannya ke dalam
pengetahuan yang telah dimiliki. Dengan demikian terjadi perubahan tanggung
jawab belajar dari dominasi guru, menjadi sepenuhnya pada diri siswa.
F.2 Manfaat teoretik
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pijakan teoretik pemecahan
masalah belajar Agama dan PPKn yang dialami siswa SMP di sekolah. Masalah
tersebut berupa fakta empiris rendahnya kemampuan siswa dalam menganalisis
dan memahami situasi dan kondisi sosial lingkungan hidup mereka sehari-hari
sebagai akibat dari tidak tersentuhnya kesadaran pribadi dan kolektif siswa dalam
proses pembelajaran di sekolah. Hal ini juga berakibat pada kurangnya rasa
11. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 11
kebersamaan dalam ikatan persaudaraan/kebangsaan dan lemahnya nilai-nilai
agama dalam praktek kehidupan sehari-hari siswa.
Penerapan metode penugasan diharapkan dapat memberikan ruang gerak
bagi siswa untuk dapat memahami lingkungan sosial mereka baik dalam lingkup
yang kecil (keluarga) dan pada lingkup yang lebih luas (masyarakat dan negara).
Ternyata metode ceramah belum bisa menjawab secara optimal persoalan-
persoalan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan serangkaian metode yang
disimulasikan yang dapat diterapkan sebagai metode alternatif dalam pencapaian
pemahaman, dan hasil belajar yang optimal.
Manfaat teoretis/kegunaan hasil penelitian ini secara teoretik diharapkan
dapat berguna bagi guru khususnya guru Agama dan PPKn di SMP dalam
mengelola proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada keterlibatan siswa
secara penuh dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan sebelumnya dalam
kurikulum pembelajaran.
G. Asumsi Penelitian
Dari beberapa teori (das sein) dan kenyataan yang terjadi di lapangan
(sekolah-das sollen) selama ini, menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam
menerapkan metode pembelajaran Agama dan PPKn dengan menggunakan media
elektronik dan non elektronik masih terbatas, sehingga pembelajaran cenderung
lebih monoton (satu arah) atau dapat dikatakan pembelajaran Agama dan PPKn
yang dilakukan oleh guru selama ini sifatnya masih teacher centered (berpusat
12. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 12
pada guru) siswa hanya duduk, diam, mencatat lalu mengulang-ulang kembali
pelajaran tersebut di saat ujian sekolah.
Padahal bila dilihat dari sisi siswa sendiri, mereka (siswa) sebenarnya sudah
memiliki kemampuan awal sebagai dasar pijakan mereka dalam mengungkap
masalah-masalah pembelajaran yang terkait dengan kehidupan mereka sehari-hari.
Artinya, siswa dengan kehidupan sosial dan keagamaannya tinggal dikembangkan
oleh guru sesuai dengan materi/bahan ajar yang diberikan di kelas, dengan
demikian siswa lebih mudah/lebih cepat memahami materi pelajaran karena
dikaitkan dengan kondisi nyata dalam kehidupan sehari-hari siswa.
Tentunya, kemampuan awal dan hasil belajar siswa juga sangat beragam
tergantung pada konteks lingkungan sosial yang tempatinya, keberagaman ini juga
akan menentukan tingkat penguasaan bahan ajaran. Namun, bukan berarti siswa
yang memiliki kemampuan lebih akan memiliki kesempatan yang lebih besar
dalam proses belajar mengajar daripada siswa yang memiliki kemampuan rendah.
Semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan diri dan
memperoleh hasil belajar yang tinggi.
H. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan ini mencakup proses dan hasil belajar
mengajar dengan penerapan metode pembelajaran yang digunakan guru dalam
pembelajaran Agama dan PPKn di kelas. Penggunaan metode pembelajaran
dibatasi pada metode penugasan dan metode ceramah bermedia pada siswa kelas
VIII SMP Negeri 1 Suralaga dan SMP Negeri 1 Sukamulia. Penerapan kedua
metode inilah yang akan dilihat hasil/pengaruhnya dalam menunjang keberhasilan
belajar Agama dan PPKn siswa.
13. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 13
I. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya kesalahan penafsiran terhadap variabel-
variabel penelitian yang terlibat dalam penelitian ini, maka berikut diuraikan
variabel penelitian dan definisi operasional variabel-variabel yang dimaksud.
I.1 Variabel Penelitian
Pada penelitian eksperimen ini melibatkan beberapa variabel yang dapat
dikelompokkan sebagai berikut.
1) Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Agama Islam (Y1) dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PPKn
(Y2)
2) Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode penugasan yang dikenakan
pada kelompok eksperimen I sedangkan pada kelompok eksperimen II
menggunakan metode ceramah bermedia.
I.2 Definisi Operasional
Definisi operasional masing-masing variabel penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Metode Penugasan
Penugasan atau assignment sebagaimana yang diharapkan dalam kurikulum
berbasis kompetensi dan kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah yang bersifat
divergent. Yaitu suatu tugas yang dapat dikerjakan dengan menggunakan berbagai
aletrnatif jawaban, atau tidak hanya mengandalkan pada satu jawaban benar saja.
Langkah-langkah dalam menyusun penugasan yaitu: 1) mengidentifikasi
pengetahuan & keterampilan yang harus dimiliki, dengan cara menentukan (a)
14. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 14
jenis pengetahuan dan keterampilan yang diharapkan; (b) pengetahuan dan
keterampilan bernilai tinggi yang harus dipelajari; dan (c) cara menerapkan
pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari dalam kehidupan nyata di
masyarakat; 2) merancang tugas-tugas untuk assesmen kinerja, dengan cara
menentukan: (a) jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas;
(b) kompleksitas tugas yang diberikan; (c) kesesuaian tugas-tugas yang
diberikan dengan kemampuan kognitif, sosial dan afektif yang hendak dicapai;
dan (d) jenis tugas yang berkaitan langsung dengan upaya perbaikan mutu;
dan 3) menyusun kriteria keberhasilan.
2. Metode Ceramah Bermedia
Metode ceramah bermedia yang dimaksudkan dalam penelitian ini
adalah metode pembelajaran yang lebih menitikberatkan kepada keberadaan
guru sebagai pentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa didik, namun dalam
hal ini dibarengi dengan penggunaan alat bantu (media) pembelajaran berupa
gambar atau slide yang telah disiapkan oleh guru sebelumnya.
Tahapan yang dilakukan dalam pembelajaran dengan metode ceramah
bermedia adalah: 1) menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan
siswa, 2) mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan, 3) membimbing
pelatihan, mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, 4)
memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapannya.
3. Hasil Belajar Agama Islam
15. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 15
Hasil belajar agama Islam adalah hasil/prestasi belajar yang ditunjukkan
dengan satuan nilai yang diperoleh siswa selama proses pembelajaran Agama
Islam sekaligus merupakan performance kerja siswa dalam kurun waktu
tertentu. Hasil belajar ini akan diukur dengan menggunakan tes awal dan tes
akhir yang dibuat sendiri oleh peneliti.
4. Hasil Belajar PPKn
Hasil belajar PPKn adalah tingkat penguasaan kognitif siswa terhadap
materi pelajaran PPKn yang dinyatakan oleh skor yang diperoleh siswa dalam
tes akhir (post test) yang diukur dengan tes prestasi belajar sains, dan data
yang diperoleh berupa data interval.
16. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 16
BAB II
LANDASAN TEORETIK
A. Hakikat Belajar Mengajar
Sumantri dan Permana (1999) menyatakan mengajar adalah kegiatan
penyampaian pesan berupa pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap-
sikap tertentu dari guru kepada peserta didik. Raka Joni (1986: 3) merumuskan
pengertian mengajar sebagai pencipta suatu sistem lingkungan yang
memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan dalam proses belajar
akan saling mempengaruhi antar komponen seperti tujuan instruksional yang
ingin dicapai, guru dan peserta didik yang memainkan peranan senada dalam
hubungan sosial tertentu, materi yang diajarkan, bentuk kegiatan yang
dilaksanakan serta sarana dan prasarana belajar mengajar yang tersedia.
Sementara itu, Davis (dalam Sumantri dan Permana, 1999) mengungkapkan
bahwa pengertian mengajar sebagai suatu aktivitas profesional yang memerlukan
keterampilan tingkat tinggi dan mencakup pengambilan keputusan. Jadi mengajar
adalah suatu aktivitas profesional yang melibatkan berbagai komponen dalam
menyampaikan pesan tertentu dari guru kepada peserta didik. Dalam
menyampaikan pesan tertentu kepada peserta didik, seorang guru dapat
mengembangkan belajar anak dengan menyediakan lingkungan belajar untuk
memfasilitasi temuan si anak.
Menurut filsafat konstruktivisme, siswa memahami dunianya dengan cara
menghubungkan antara pengetahuan dan pengalamannya dengan apa yang sedang
dipelajarinya. Mereka membangun makna ketika guru memberikan permasalahan
17. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 17
yang relevan, mendorong inkuiri, menyusun kegiatan pembelajaran dari konsep-
konsep utama, menghargai sudut pandang siswa, dan menilai hasil belajar siswa,
(McLaughin dan Vogt, dalam Dantes, 2004). Selanjutnya, Von Glaserfield (1989)
menyatakan bahwa konstruksi makna adalah proses adaptasi dimana tidak
melibatkan penemuan dari realitas ontologi. Oleh karena itu, kerangka belajar
kontruktivisme adalah suatu kegiatan aktif yang berlangsung secara kontinyu
dimana pebelajar menggunakan informasi yang berasal dari lingkungannya untuk
mengkonstruksi interpretasi pribadinya dan makna-makna berdasarkan
pengetahuan awal dan pengalamannya, Driver & Bell (dalam Kariasa dan Suastra,
2005).
Salah satu sasaran pembelajaran agama dan PPKn adalah membangun
gagasan moralitas dan kebangsaan setelah peserta didik berinteraksi dengan
lingkungan, peristiwa, dan informasi dari sekitarnya. Pandangan konstruktivisme
sebagai filosofi pendidikan mutakhir menganggap semua peserta didik mulai dari
usia TK sampai dengan perguruan tinggi memiliki gagasan atau pengetahuan
sendiri tentang lingkungan dan peristiwa atau gejala alam di sekitarnya, meskipun
gagasan atau pengetahuan ini naif atau kadang-kadang salah. Mereka
mempertahankan gagasan atau pengetahuan naif ini secara kokoh sebagai
kebenaran. Hal ini terkait dengan pengetahuan awal yang sudah terbangun dalam
wujud “schemata” (struktur kognitif) dalam benak siswa (Depdiknas, 2002).
Para ahli pendidikan berpendapat bahwa inti kegiatan pendidikan adalah
memulai pelajaran dari “apa yang diketahui siswa”. Guru tidak dapat
mendoktrinasi gagasan yang ada di dalam pikirannya supaya peserta didik mau
mengganti dan memodifikasi gagasan mereka sesuai dengan keinginan sang guru.
18. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 18
Dengan demikian, arsitek peubah gagasan peserta didik adalah peserta didik itu
sendiri. Sejalan dengan itu (Nurahdi, 2003) dalam pandangan kontruktivisme,
strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa
memperoleh dan mengingat pengetahuan. Tugas guru adalah memfasilitasi proses
tersebut dengan (1) membuat informasi bermakna dan relevan bagi siswa, (2)
memberi kesempatan kepada siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri,
(3) menyadarkan agar siswa menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
Selanjutnya Zahorik (dalam Nurahdi, 2003) menekankan bahwa dalam
praktek pembelajaran kontruktivisme ada 5 unsur pokok yang harus diperhatikan,
yaitu: (1) pengaktifan pengetahuan yang sudah ada, (2) pemerolehan pengetahuan
dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, baru kemudian memperhatikan
detailnya, (3) pemahaman pengetahuan dengan cara menyusun konsep sementara
(hipotesis), melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan
(validasi) dan atas dasar tanggapan itu konsep tersebut direvisi dan
dikembangkan, (4) mempraktekkan pengalaman tersebut, dan (5) melakukan
refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut. Sementara itu,
kondisi belajar yang sesuai dengan filosofi kontruktivisme antara lain; (1) diskusi
yang menyediakan kesempatan agar semua peserta didik mau mengungkapkan
gagasan, (2) pengujian, dan penelitian sederhana, (3) demonstrasi, dan peragaan
prosedur ilmiah, (4) kegiatan praktis lain yang memberi peluang, peserta didik
untuk mempertanyakan, memodifikasi dan mempertajam gagasannya (Depdiknas,
2002).
19. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 19
Menurut Suparno (1997: 66), agar peran dan tugas guru dapat berjalan
optimal, diperlukan beberapa kegiatan yang perlu dikerjakan dan juga beberapa
pemikiran yang perlu disadari oleh guru, antara lain:
1. Guru perlu banyak berinteraksi dengan siswa untuk lebih mengerti apa
yang sudah mereka ketahui dan pikirkan
2. Tujuan dan apa yang akan dibuat di kelas sebaiknya dibicarakan
bersama sehingga siswa sungguh terlibat
3. Guru perlu mengerti pengalaman belajar mana yang lebih sesuai
dengan kebutuhan siswa
4. Diperlukan keterlibatan dengan siswa yang sedang berjuang dan
kepercayaan terhadap siswa bahwa mereka dapat belajar
5. Guru perlu mempunyai pemikiran yang fleksibel untuk dapat mengerti
dan menghargai pemikiran siswa, karena kadang siswa berpikir
berdasarkan pengandaian yang tidak diterima guru.
Karena murid harus membangun sendiri pengetahuan mereka, seorang guru
harus melihat mereka bukan sebagai lembaran kertas putih kosong atau tabula
rasa. Bahkan anak SD kelas 1 pun telah hidup beberapa tahun dan menemukan
suatu cara yang berlaku dalam berhadapan dengan lingkungan hidup mereka.
Mereka sudah membawa “pengetahuan awal”. Pengetahuan yang mereka punya
adalah dasar untuk membangun pengetahuan selanjutnya.
Guru kontruktivisme tidak pernah akan membenarkan ajarannya dengan
mengklaim bahwa” ini satu-satunya yang benar”. Di dalam kehidupan sosial
mereka tidak dapat berkata lebih daripada “ ini adalah jalan terbaik untuk situasi
ini, ini adalah jalan terefektif untuk soal ini sekarang” Von Glasersfeld (dalam
Suparno, 1997).
Ciri mengajar konstruktivisme adalah sebagai berikut: Driver dan oldham
dalam Matthew yang dipaparkan oleh Suparno (1997)
1) Orientasi. Murid diberi kesempatan untuk mengembangkan motivasi
dalam mempelajari suatu topik.Murid diberi kesempatan untuk
mengadakan observasi terhadap topik yang hendak dipelajari.
20. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 20
2) Elicitasi. Murid dibantu untuk mengungkapakan idenya secara jelas
dengan berdiskusi, menulis, membuat poster, dan lain-lain. Murid
diberi kesempatan untuk mendiskusikan apa yang diobservasikan,
dalam wujud tulisan, gambar, ataupun poster.
3) Restrukturisasi ide. Dalam hal ini ada tiga hal
a) Klarifikasi ide yang dikontraskan dengan ide-ide orang lain atau
teman lewat diskusi ataupun lewat pengumpulan ide. Berhadapan
denga ide-ide lain, seseorang dapat terangsang untuk merekonstruksi
gagasannya kalau tidak cocok atau sebaliknya, menjadi lebih yakin
bila gagasannya cocok.
b) Membangun ide yang baru. Ini terjadi bila dalam diskusi itu idenya
bertentangan dengan ide lain atau idenya tidak dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan teman-teman.
c) Mengevaluasi ide barunya dengan eksperimen. Kalau dimungkinkan,
ada baiknya bila gagasan yang baru dibentuk itu diuji dengan suatu
percoban atau persoalan yang baru.
4) Penggunaan ide dalam banyak situasi. Ide atau pengetahuan yang telah
dibentuk oleh siswa perlu diaplikasikan pada bermacam-macam situasi
yang dihadapi. Hal ini akan membuat pengetahuan murid lebih
lengkap bahkan lebih rinci dengan segala macam pengecualiannya.
5) Review, bagaimana ide itu berubah. Dapat terjadi bahwa dalam
aplikasi pengetahuannya pada situasi yang dihadapi sehari-hari,
seseorang perlu merevisi gagasannya entah dengan menambahkan
suatu keterangan ataupun mungkin dengan mengubahnya menjadi
lebih lengkap.
Terkait dengan hakikat belajar mengajar, pada dasarnya semua peserta
didik memiliki gagasan atau pengetahuan awal yang sudah terbangun dalam
wujud skemata. Dari pengetahuan awal dan pengalaman yang ada peserta didik
menggunakan informasi yang berasal dari lingkungannya dalam rangka
mengkonstruksi interpretasi pribadinya serta makna-makna. Makna ini dibangun
ketika guru memberikan permasalahan yang relevan dengan pengetahuan dan
pengalaman yang sudah ada sebelumnya, mendorong inkuiri untuk memberi
kesempatan kepada siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri. Untuk
membangun makna tersebut, proses belajar mengajar berpusat pada siswa.
21. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 21
B. Metode Penugasan dalam Pembelajaran
Terdapat beberapa definisi mengenai metode pembelajaran. Joyce dan Weil
(1986:1) mendefinisikan metode pembelajaran sebagai suatu perencanaan atau
suatu pola yang digunakan sebagai pedoman melaksanakan pembelajaran di kelas.
Sedangkan Udin (1997: 78) menyatakan, metode pembelajaran merupakan
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasi pengalaman belajar untuk mencapai tingkat belajar tertentu. Lebih
lanjut, Mulyana dan Permana (1999: 42) mendefinisikan metode pembelajaran
sebagai suatu rencana atau pola yang dapat digunakan membentuk kurikulum,
merancang bahan-bahan pengajaran dan membimbing pengajaran di kelas. Dari
ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu,
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para
pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Penugasan atau assignment sebagaimana yang diharapkan dalam kurikulum
berbasis kompetensi dan kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah yang bersifat
divergent. Yaitu suatu tugas yang dapat dikerjakan dengan menggunakan berbagai
aletrnatif jawaban, atau tidak hanya mengandalkan pada satu jawaban benar saja.
Langkah-langkah dalam menyusun penugasan yaitu: 1) mengidentifikasi
pengetahuan & keterampilan yang harus dimiliki, dengan cara menentukan (a)
jenis pengetahuan dan keterampilan yang diharapkan; (b) pengetahuan dan
keterampilan bernilai tinggi yang harus dipelajari; dan (c) cara menerapkan
pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari dalam kehidupan nyata di
22. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 22
masyarakat; 2) merancang tugas-tugas untuk assesmen kinerja, dengan cara
menentukan: (a) jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas; (b)
kompleksitas tugas yang diberikan; (c) kesesuaian tugas-tugas yang diberikan
dengan kemampuan kognitif, sosial dan afektif yang hendak dicapai; dan (d) jenis
tugas yang berkaitan langsung dengan upaya perbaikan mutu; dan 3) menyusun
kriteria keberhasilan (Setiyono, 2006 dalam Tirta dan Gani, 2007; 96).
Metode penugasan ini dapat berbentuk tugas di kelas (lembar kerja), tugas
proyek, tugas portofolio, tugas rumah dan lain-lain. Penugasan yang bersifat
divergent ini akan mendorong peserta didik untuk berpikir kreatif. Hanya
sayangnya penugasan seperti ini belum banyak dirancang oleh para guru. Sebagai
akibatnya para lulusan kurang luwes dalam menyikapi berbagai persoalan, karena
seolah-olah segala persoalan yang ada hanya bisa didekati dengan satu
penyelesaian saja.
1. Tugas Kelas
Tugas kelas dapat diberikan dalam berbagai bentuk, misalnya dalam
bentuk Lembar Kerja Siswa (LKS), quiz dan tugas-tugas lainnya. Melalui
tugas ini diharapkan guru bisa mengetahui sejauh mana para siswa telah
menguasai suatu kompetensi tertentu. Tugas kelas sekaligus dapat dijadikan
sebagai feedback bagi para siswa, sebab dengan mengerjakan tugas, mereka
bisa menunjukkan kemampuan maupun ketidakmampuan terhadap persoalan
yang dihadapi. Pada saat inilah sebenarnya peran guru sebagai motivator dan
direktor akan nampak.
23. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 23
2. Tugas Proyek
Tugas proyek adalah sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan dalam
waktu tertentu. Tugas ini harus diselesaikan di luar kelas, dan bila
memungkinkan bisa diselesaikan di dalam kelas (bila hal-hal yang pokok telah
disiapkan di rumah sebelumnya). Tugas proyek ini bisa dilakukan dalam
berbagai bentuk bisa membuat makalah, melakukan penelitian sederhana,
membuat metode dan lain-lain.
3. Tugas Rumah
Tugas rumah atau dikenal sebagai pekerjaan rumah (PR). Tugas rumah
ini biasanya merupakan pengayaan dari pelajaran yang telah diajarkan pada
satu kali tatap muka, yang berupa beberapa soal sebagai latihan. Tugas rumah
biasanya membahas tentang materi-materi yang secara umum telah dibahas
pada pertemuan sebelumnya, untuk dikumpulkan dan dibahas pada pertemuan
yang akan datang.
4. Tugas Portofolio
Tugas portofolio merupakan salah satu bentuk metode penugasan
nonformal yang dapat digunakan untuk kegiatan assesmen. Kegiatannya yaitu
berupa pengumpulan berkas atau dokumen dari masing-masing karya peserta
didik, baik dalam bentuk CD, cassette, print-out, file, metode, foto dan lain-
lain yang disimpan dalam file atau folder. Karena kemampuan tugas portofolio
ini dalam mendokumentasikan proses maupun produk peserta didik, maka
teknik portofolio dipandang sebagai assesmen yang bersifat othentik penilaian
yang paling sesuai.
24. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 24
Jenis-jenis Portofolio
Setidaknya dalam metode penugasan portofolio menurut O’Malley &
Pierce yang dapat dikembangkan yaitu: a) portofolio pameran, b) portofolio
koleksi, dan c) portofolio penilaian (Setiyono, 2004 dalam Tirta dan Gani,
2007; 101). Harapannya dengan mengenal metode-mode ini para guru bisa
memilih dan mengembangkan metode portofolio yang sesuai dengan
kompetensi yang telah ditetapkan.
Portofolio Pameran
Portofolio jenis ini berupa sekumpulan hasil karya peserta didik yang
dianggap paling baik terbagus untuk dipamerkan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan dengan kemajuan belajar peserta didik, seperti kepala seolah,
orang tua, masyarakat atau komite pendidikan, dewan pendidikan atau
pemerhati pendidikan. Fungsi portofolio pameran layaknya sebagai barang
pajangan untuk dipamerkan kepada publik. Di negara maju seperti Inggris dan
Amerika kegiatan pameran seperti ini biasanya secara rutin diselenggarakan
diakhir waktu tertentu (akhir semester). Pada saat pameran para siswa diberi
kepercayaan untuk menampilkan karya terbaik mereka, baik dalam bentuk
karya seni dan sastra, maupun dalam bentuk karya-karya ilmiah lainnya. Para
tamu biasanya dipandu oleh anak-anak untuk mendapatkan keterangan tentang
karya terbaik yang telah berhasil mereka buat.
Portofolio pameran biasanya cenderung berupa produk akhir.
Diadakannya pameran karya para siswa tersebut sekaligus juga berfungsi
sebagai reinforcement yang selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan self-
esteem para peserta didik.
25. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 25
Portofolio Koleksi
Portofolio koleksi berisi kumpulan hasil karya siswa yang terkait dengan
tugas-tugas harian. Untuk itu, portofolio jenis ini lebih bersifat formatif.
Sekaligus portofolio koleksi dapat difungsikan sebagai fungsi diagnostik.
Mengingat fungsi dan sifatnya yang spesifik tersebut, maka guru dapat
menggunakan portofolio ini untuk mengamati proses kemajuan pembelajaran
anak. Agar portofolio ini benar-benar memberikan hasil yang otentik, guru
harus memonitor perkembangan tugas-tugas siswa melalui konferensi dan
observasi. Portofolio koleksi disebut juga dengan working folders karena
isinya menunjukkan proses perkembangan draft awal dari suatu karya, outline,
karya belum jadi, dan produk akhir.
Portofolio Penilaian
Berbeda dengan dua jenis portofolio sebelumnya, portofolio penilaian
merupakan seleksi dari sekumpulan karya siswa terbaik untuk diases.
Portofolio jenis ini tidak saja memfokuskan pada refleksi proses tetapi juga
produk pembelajaran. Agar diperoleh gambaran tentang kemajuan suatu
siswa, maka portofolio ini harus berisi produk akhir yang dilengkapi dengan
sekumpulan bukti proses, penilaian sendiri oleh siswa, penilaian guru, dan
kesimpulan tentang proses dan hasil karya siswa. Dengan demikian portofolio
penilaian dapat digunakan oleh guru sebagai alat penilaian (sebagai fungsi
sumatif) dan sekaligus juga dapat digunakan untuk membantu siswa dalam
merefleksikan apa yang telah mereka pelajari.
26. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 26
Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa metode penugasan akan memberikan
dampak instruksional berupa strategi di dalam melakukan penalaran aktif.
Sedangkan dampak pengiring yang didapat dari metode ini berupa keterampilan
proses keilmuan, memunculkan semangat kreatif, adanya kemandirian atau
otonomi dalam belajar, serta toleransi terhadap ketidaktentuan.
Dengan demikian metode penugasan tidak hanya mengembangkan
kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan
emosional dan keterampilan.
C. Metode Ceramah Bermedia
Metode ceramah merupakan salah satu metode yang umumnya digunakan
oleh guru dalam pembelajaran, metode ini juga termasuk dalam lingkup
pembelajaran langsung yang menitikberatkan diri pada teori pembelajaran
behavioristik.
Pembelajaran langsung dalam hal ini metode ceramah merupakan
pembelajaran yang terpusat pada guru (teacher center). Dalam pembelajaran ini
peran guru sangat dominan. Guru dituntut agar dapat menjelaskan materi ajar
dengan baik dan memberi petunjuk mengenai hal-hal yang akan dilakukan oleh
siswa dalam proses pembelajaran.
Metode pembelajaran langsung didasarkan atas teori belajar behavioristik.
Paradigma behaviorisme memandang belajar sebagai perubahan tingkah laku
yang didasarkan kepada unsur stimulus–respon (S-R). Aspek yang mendorong
S-R adalah kebutuhan dan stimulus kemudian muncul respon. Unsur yang paling
penting adalah reinforcement atau penguatan. Penguatan berfungsi untuk
27. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 27
memotivasi siswa agar ia merasakan adanya kebutuhan untuk melakukan tugas
pelajaran melalui respons yang diberikan dalam tugas itu. Proses S-R dapat
bertahap-tahap hingga perilaku itu terjadi.
S R
Hubungan langsung (koneksi)
(Dantes, 1999)
Proses stimulus-stimulus ini terdiri dari beberapa unsur. Pertama, unsur
dorongan, siswa merasakan adanya kebutuhan sesuatu dan dorongan untuk
memenuhi kebutuhan ini. Kedua, unsur stimulus, siswa diberikan stimulus yang
selanjutnya akan dapat menyebabkan siswa memberikan respons. Ketiga, unsur
respon, siswa memberikan suatu reaksi (respons) terhadap stimulus yang
diterimanya dengan jalan melakukan suatu tindakan yang dapat dilihat. Keempat,
unsur penguatan (reinforcement), unsur ini diberikan kepada siswa agar siswa
merasakan adanya kebutuhan untuk memberikan respons lagi. Demikian
selanjutnya sehingga siswa dirangsang terhadap setimulus tertentu untuk
menimbulkan respons.
Beberapa prinsip yang melandasi teori prilaku adalah (1) Konsekuensi-
konsekuensi; bahwa prilaku berubah menurut konsekuensi-konsekuensi langsung.
Prilaku menyenangkan akan memperkuat, sedangkan konsekuensi yang tidak
menyenangkan akan melemahkan. Konsekuensi yang menyenangkan biasanya
disebut reinforser, sedangkan yang melemahkan disebut hukuman (Punishers). (2)
Kesegeraan (immediacy); bahwa konsekuensi-konsekuensi yang mengikuti
perilaku akan lebih mempengaruhi perilaku dari pada konsekuensi-konsekuensi
28. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 28
yang lambat datangnya. (3) Pembentukan (shaping); bahwa dalam mengajarkan
keterampilan-keterampilan baru atau perilaku-perilaku dengan memberikan
reinforsemen pada para siswa dalam mendekati perilaku akhir yang diinginkan
(Dahar, 1988: 30-32).
Dalam pendidikan, prinsip-prinsip teori behaviorisme sebagaimana
dinyatakan Hartley dan Davies (dalam Soekamto, 1997: 19) banyak dipakai, di
antaranya: (1) materi pelajaran dibentuk dalam unit-unit kecil dan diatur
berdasarkan urutan yang logis sehingga siswa mudah mempelajarinya, (2) dalam
proses belajar siswa ikut berpartisipasi aktif di dalamnya, (3) tiap-tiap respons
perlu diberi umpan balik secara langsung sehingga siswa dapat segera mengetahui
apakah respons yang diberikan telah benar atau belum, (4) setiap kali siswa
memberikan respons yang benar maka ia perlu diberi penguatan.
Dalam metode ceramah tugas guru adalah membantu siswa memperoleh
pengetahuan secara deklaratif. Pengetahuan deklaratif menyatakan pengetahuan
tentang sesuatu, misalnya dalam mengkaji masalah-masalah sosial. Metode
pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar
siswa tentang pengetahuan deklaratif. Fase pembelajaran pada metode
pembelajaran langsung antara lain, guru mengawali pelajaran dengan tujuan dan
latar belakang pembelajaran serta memotivasi siswa untuk menerima penjelasan
yang diberikan oleh guru secara langsung. Fase persiapan dan motivasi yang
diikuti dengan presentasi materi ajar atau demonstrasi tentang keterampilan
tertentu yang diberikan oleh guru. Pelajaran ini termasuk juga pemberian
kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik
(feed back) terhadap keberhasilan yang telah dilakukan. Guru memberikan
29. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 29
kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang
telah dipelajari (Arends, 1997: 67).
Ada beberapa alasan mengapa metode ceramah sering digunakan oleh para
guru maupun instruktur diantaranya.
1) Ceramah merupakan metode yang ’murah’ dan ’mudah’ untuk
dilakukan. Murah dalam hal ini dimaksudkan proses ceramah tidak
memerlukan peralatan-peralatan yang lengkap, berbeda dengan metode
yang lain seperti demonstrasi atau peragaan. Sedangkan mudah,
memang ceramah hanya mengandalkan suara guru, dengan demikian
tidak terlalu memerlukan persiapan yang rumit.
2) Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas. Artinya, materi
pelajaran yang banyak dapat dirangkum atau dijelaskan pokok-
pokoknya oleh guru dalam waktu yang singkat.
3) Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu
ditonjolkan. Artinya, guru dapat mengatur pokok-pokok materi yang
mana perlu ditekankan sesuai kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai.
4) Melalui ceramah, guru dapat mengontrol keadaan kelas, oleh karena
sepenuhnya kelas merupakan tanggung jawab guru yang memberikan
ceramah.
5) Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi
lebih sederhana.
(Sanjaya, 2001:148)
Kaitannya dengan hal tersebut di atas, metode pembelajan ceramah
bermedia dapat diterjemahkan sebagai metode pembelajaran yang menuntut guru
untuk menjelaskan materi ajar dengan baik dan memberi petunjuk mengenai hal-
hal yang akan dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan alat bantu (media) sebagai penunjang pembelajaran.
Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Dalam suatu proses
komunikasi selalu melibatkan tiga komponen pokok, yaitu komponen pengirim
pesan (guru), komponen penerima pesan (siswa), dan komponen pesan itu sendiri
yang biasanya berupa materi pelajaran. Kadang-kadang dalam proses
pembelajaran terjadi kegagalan komunikasi. Artinya, materi pelajaran atau pesan
30. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 30
yang disampaikan guru tidak dapat diterima oleh siswa dengan optimal, artinya
tidak seluruh materi pelajaran dapat dipahami dengan baik oleh siswa; lebih para
lagi siswa sebagai penerima pesan salah menangkap isi pesan yang disampaikan.
Untuk menghindari semua itu, maka guru dapat menyusun strategi pembelajaran
dengan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar.
Rossi dan Breidle (1966 dalam Sanjaya, 2001:163) mengemukakan bahwa
media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk
mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah dan
sebagainya. Namun demikian, media bukan hanya berupa alat atau bahan saja,
akan tetapi hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat memperoleh
pengetahuan. Gerlach dan Ely (1980, dalam Sanjaya, 2001:163) menyatakan: ”A
medium conceived is any person, material or event that establishs condition wich
enable the learner to acquire knowledge, skill, and attitude”.
Jadi menurut Gerlach dan Ely, secara umum media itu meliputi orang,
bahan, peralatan, atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan
siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dengan demikian, media
dalam pengertian ini media bukan hanya alat perantara seperti tv, radio, slide,
bahan cetakan, tetapi meliputi orang atau manusia sebagai sumber belajar atau
juga berupa kegiatan semacam diskusi, seminar, karya wisata, simulasi, dan lain
sebagainya, yang dikondisikan untuk menambah pengetahuan dan wawasan,
mengubah sikap siswa, atau untuk menambah keterampilan.
Untuk memahami peranan media dalam proses mendapatkan pengalaman
belajar bagi siswa, Edgar dan Dale melukiskannya dalam sebuah krucut yang
31. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 31
kemudian dinamakan kerucut pengalaman (cone of experience) sebagaimana
digambarkan berikut ini.
Abstrak Verbal
Lambang Visual
Visual
Radio
Film
Televisi
Televisi
Konkrit Karyawisata
Demonstrasi
Pengalaman melalui Drama
Pengalaman melalui Benda Tiruan
Pengalaman langsung
Bagan 1: Kerucut pengalaman Edgar Dale (Sanjaya, 2001:166)
Kerucut pengalaman yang dikemukakan oleh Edgar Dale itu memberikan
gambaran bahwa pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui proses
perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati dan
mendengarkan melalui media tertentu dan proses mendengarkan melalui bahasa.
Semakin konkrit siswa mempelajari bahan pengajaran, contohnya melalui
pengalaman langsung, maka semakin banyaklah pengalaman yang diperoleh
siswa. Sebaliknya, semakin abstrak siswa memperoleh pengalaman, contohnya
hanya mengandalkan bahasa verbal, maka semakin sedikit pengalaman yang akan
diperoleh siswa.
32. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 32
Hal ini menunjukkan bahwa kedudukan komponen media pengajaran
dalam sistem proses belajar mengajar mempunyai fungsi yang sangat penting,
sebab tidak semua pengalaman belajar dapat diperoleh secara langsung. Dalam
keadaan ini ceramah bermedia dapat digunakan agar lebih memberikan
pengetahuan yang konkret dan tepat serta mudah dipahami.
Kekuatan yang paling penting dalam pengajaran menggunakan metode
ceramah bermedia adalah reinforcement yang berfungsi memotivasi siswa agar
dapat merasakan adanya kebutuhan untuk melakukan tugas pelajaran melalui
respon yang diberikan dalam tugas itu.
D. Prestasi Belajar
Salah satu tugas dari seorang guru adalah mengadakan evaluasi. Evaluasi
bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa, salah satunya adalah prestasi
belajar siswa. Informasi ini sangat berguna untuk memperjelas sasaran dalam
pembelajaran
Prestasi belajar adalah suatu kemampuan aktual yang dapat diukur secara
langsung dengan tes. Raka Joni (1977:26) mengemukakan bahwa prestasi belajar
adalah kegiatan belajar siswa untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan,
sikap serta nilai-nilai. Sedangkan menurut Bloom (1971:7), prestasi belajar
merupakan hasil perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah yaitu: kognitif,
afektifm dan psikomotor. Pendapat lain mengemukakan bahwa prestasi belajar
mencerminkan sejauhmana siswa telah dapat mencapai tujuan yang telah
ditetapkan pada setiap bidang studi. Gambaran prestasi belajar siswa dapat
dinyatakan dengan angka dari 0 sampai dengan 10 (Suharsimi Arikunto, 1988:62).
Prestasi belajar merupakan hasi dari suatu usaha, kemampuan, dan sikap siswa
33. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 33
dalam menyelesaikan suatu hal di bidang pendidikan (Zainal Arifin, 1989:40). Di
samping itu prestasi belajar dapat dioperasionalisasikan dalam bentuk indikator-
indikator berupa nilai rapor, indeks prestasi studi, angka kelulusan, dan predikat
keberhasilan (Saifuddin Azwar, 1996:44).
Dari definisi tersebut di atas, tidak ada kontradiksi makna, bahkan
pengertiannya satu dengan yang lain saling melengkapi. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa prestasi belajar merupakan kemampuan aktual yang dapat diukur
dan berwujud penguasaan ilmu pengetahuan, sikap, keterampilan, dan nilai-nilai
yang dicapai oleh siswa sebagai hasil dari proses belajar di sekolah.
Dalam penelitian ini, prestasi belajar diartikan sebagai tes prestasi terbatas
pada ranah kognitif saja. Menurut Benjamin S.Bloom, ranah kognitif terdiri dari:
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Hasil belajar
yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap, serta nilai-nilai dapat diukur
tinggi rendahnya dengan jalan memberi tugas-tugas kepada siswa yang relevan
dengan sasaran yang diinginkan. Hasil belajar yang diperoleh siswa dalam suatu
mata pelajaran dinyatakan dalam bentuk nilai yang disebut prestasi belajar.
E. Kerangka Berpikir
Sebagaimana telah diuraikan dalam deskripsi teoretis, prestasi belajar siswa
pada pelajaran Agama dan PPKn merupakan tingkat penguasaan siswa terhadap
materi yang diajarkan dalam pembelajaran Agama dan PPKn. Prestasi belajar
siswa merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan proses pembelajaran. Prestasi
belajar juga merupakan indikator tercapai tidaknya tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan. Itu sebabnya prestasi belajar menjadi bagian tidak terpisahkan
dari proses pembelajaran.
34. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 34
Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Agama Islam dan PPKn
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti: interaksi yang terjadi di dalam kelas,
model dan metode pembelajaran serta media yang digunakan guru, sarana dan
prasarana yang tersedia, kemampuan siswa, dan sebagainya. Ini berarti bahwa
model dan metode pembelajaran dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa pada
mata pelajaran Agama Islam dan PPKn. Model dan metode pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik materi ajar dan situasi kelas memungkinkan dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Sehubungan dengan itu seorang guru selalu
berusaha agar prestasi belajar siswanya meningkat, sehingga guru mencoba
menerapkan berbagai model dan metode pembelajaran dalam mengajar.
Metode pemberian tugas merupakan salah satu bentuk intensifikasi dari
pendekatan keterampilan proses dengan mengetengahkan gejala sosial yang
terjadi dilingkungan masyarakat siswa sebagai bahan atau materi ajar yang
disesuaikan dengan materi ajar yang ada dalam buku teks. Metode pemberian
tugas memberikan kondisi kepada siswa sebagai pebelajar untuk mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri sehingga menemukan suatu konsep yang harus mereka
pelajari melalui suatu proses tahap-tahap baik yang dilakukan secara individual
maupun secara berkelompok.
Proses atau tahapan-tahapan yang dilalui dalam pembelajaran dengan
metode pemberian tugas adalah: 1) mengidentifikasi pengetahuan & keterampilan
yang harus dimiliki, dengan cara menentukan (a) jenis pengetahuan dan
keterampilan yang diharapkan; (b) pengetahuan dan keterampilan bernilai tinggi
yang harus dipelajari; dan (c) cara menerapkan pengetahuan dan keterampilan
yang dipelajari dalam kehidupan nyata di masyarakat; 2) merancang tugas-tugas
35. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 35
untuk assesmen kinerja, dengan cara menentukan: (a) jumlah waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas; (b) kompleksitas tugas yang diberikan; (c)
kesesuaian tugas-tugas yang diberikan dengan kemampuan kognitif, sosial dan
afektif yang hendak dicapai; dan (d) jenis tugas yang berkaitan langsung dengan
upaya perbaikan mutu; dan 3) menyusun kriteria keberhasilan.
Metode pembelajaran ini memberikan dua kelebihan pokok. Pertama,
pembelajaran Agama dan PPKn dikaitkan langsung dengan pengalaman anak
sehari-hari. Hal tersebut dapat membuat materi pelajaran menjadi lebih bermakna
karena anak menemukan hubungan antara pengetahuan yang dipelajari di sekolah
dengan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, pembelajaran
Agama dan PPKn yang dilakukan sesuai dengan mengkaji gejala dan masalah-
masalah sosial sesuai dengan tujuan pembelajaran, yaitu menjadikan manusia
pebelajar yang memiliki tingkat intelegensi dan moralitas yang tinggi.
Dalam metode pembelajaran ceramah bermedia guru lebih menekankan
bagaimana seorang guru agar dapat menjelaskan materi ajar dengan baik dan
dapat memberi petunjuk mengenai hal yang harus dilakukan oleh siswanya. Pada
metode pembelajaran ini kurang memperhatikan gagasan-gagasan yang dimiliki
siswa sebelumnya. Dalam hal ini guru hanya berusaha menyajikan atau
mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilannya langkah demi langkah agar
dapat dipahami oleh siswa. Hal ini mengakibatkan gagasan-gagasan yang dimiliki
siswa tidak berkembang. Pembelajaran yang hanya berorientasi pada menirukan
petunjuk dari seorang guru cenderung mematikan kreatifitas siswa sehingga
banyak ide-ide cemerlang dari siswa yang tidak tersalurkan.
36. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 36
Dari kedua metode pembelajaran tersebut, tentunya akan mendapatkan hasil
belajar yang berbeda karena prestasi belajar merupakan hasil perubahan tingkah
laku dari apa yang diajarkan. Berdasarkan uraian di atas, diduga prestasi belajar
siswa yang mengikuti metode pembelajaran pemberian tugas lebih tinggi daripada
siswa yang diajar dengan menggunakan metode ceramah bermedia.
F. Hipotesis
Berdasarkan permasalahan dan kerangka berpikir yang didasari deskripsi
teori serta didukung oleh kajian empirik yang relevan, hipotesis penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Agama dan
PPKn antara yang diajar dengan metode pemberian tugas dan yang diajar
dengan metode ceramah bermedia
2. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran PPKn yang diajar dengan metode
pemberian tugas lebih baik dibandingkan dengan siswa diajar dengan
metode ceramah bermedia.
3. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran Agama yang diajar dengan metode
pemberian tugas lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan
metode ceramah bermedia.
Berdasarkan hipotesis penelitian di atas, hipotesis statistiknya dirumuskan
sebagai berikut.
H 0 : µM1 = µM 2
1.
H1 : µ M 1 ≠ µ M 2
H 0 : µ PPKn 1 ≤ µ PPKn 2
2.
H 1 : µ PPkn1 φ µ PPKn 2
37. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 37
H 0 : µ Agama1 ≤ µ Agama 2
3.
H 1 : µ Agama1 φ µ Agama 2
Keterangan:
µM1 = Rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran Agama dan PPKn yang
diajar dengan metode pemberian tugas.
µM 2 = Rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran Agama dan PPKn yang
diajar dengan metode ceramah bermedia
µ PPKn1 = Rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran PPKn yang diajar
dengan metode pemberian tugas
µ PPKn 2 = Rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran PPKn yang diajar
dengan metode ceramah bermedia
µ Agama1 = Rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran PPKn yang diajar
dengan metode pemberian tugas
µ Agama2 = Rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran PPKn yang diajar
dengan metode ceramah bermedia
38. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan eksperimen semu (quasi), dengan rancangan
eksperimen tes awal tes akhir kelompok kontrol tanpa acak. Rancangan ini
dilakukan pada subyek kelompok tidak dilakukan acak (Sudjana dan Ibrahim,
2001: 44). Rancangan ini dipilih karena eksperimen dilakukan di kelas tertentu
dengan kelas yang telah ada. Dalam menentukan subyek untuk kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol tidak memungkinkan mengubah kelas
yang telah ada. Dengan demikian randomisasi tidak bisa dilakukan. Dalam
menetapkan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan secara acak
terhadap kelas yang ada. Rancangan eksperimen ditunjukkan seperti Gambar 3.1
Kelompok Pretes Ubahan Bebas Postes
Eksperimen T1 X T2
Kontrol T1 _ T2
Rancangan Tes awal Tes akhir Kelompok kontrol tanpa acak
Dimana T1 = Tes awal, T2 = Tes akhir, dan X = Perlakuan.
Pretes digunakan untuk melihat apakah kedua kelompok yang dijadikan
sampel penelitian sebelum perlakuan setara atau tidak. Untuk menguji hal ini
digunakan uji-t.
Sementara itu, penggunaan metode pembelajaran yang dibedakan atas
penggunaan metode penugasan untuk kelompok eksperimen dan metode ceramah
39. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 39
bermedia untuk kelompok kontrol. Kegiatan guru dan siswa untuk kedua metode
pembelajaran yang digunakan diiktisarkan dalam Tabel 3.1 dan Tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.1 Kegiatan Guru dan Siswa dalam Pelaksanaan Perlakuan Metode
Pemberian Tugas
No Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 Mengidentifika 1. Menentukan jenis pengetahuan 1. Menuliskan jenis
si pengetahuan dan keterampilan yang pengetahuan dan
& keterampilan diharapkan keterampilan yang
yang harus 2. Menentukan dan akan dipelajari
dimiliki menyampaikan pengetahuan 2. Menuliskan prosedur
dan keterampilan bernilai tinggi yang diberikan guru
yang harus dipelajari 3. Menjawab
3. Menjelaskan cara menerapkan pertanyaan guru
pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan
yang dipelajari dalam pengetahuan awal
kehidupan nyata di masyarakat yang mereka miliki
4. Menyajikan situasi yang saling
bertentangan.
5. Mengemukakan pertanyaan/
masalah yang dapat memotivasi
siswa untuk mengemukakan
pendapatnya
2 Merancang 1. Menentukan jumlah waktu yang 1. Bertanya kepada
tugas-tugas dibutuhkan untuk guru untuk
untuk assesmen menyelesaikan tugas menggali informasi
kinerja 2. Menyampaikan kompleksitas 2. Melakukan diskusi
tugas yang diberikan untuk merumuskan
3. Menyampaikan kesesuaian langkah-langkah
tugas-tugas yang diberikan penyelesaian
dengan kemampuan kognitif, masalah berkenaan
sosial dan afektif yang hendak dengan tugas yang
dicapai diberikan guru
4. Meminta siswa berusaha untuk 3. Menyampaikan
mengumpulkan data informasi langkah-langkah
sebanyak-sebanyaknya tentang penyelesaian
masalah yang mereka hadapi berkenaan dengan
5. Menyiapkan informasi yang tugas yang diberikan
dibutuhkan siswa guru.
6. Memeriksa tampilnya masalah
7. Menjawab pertanyaan siswa
8. Menetapkan langkah-langkah
penyelesaian masalah dari
jawaban siswa untuk dikaji
lebih lanjut
3 Menyusun 1. Membimbing dan mengarahkan 1. Siswa
kriteria siswa dalam menyusun kriteria mendiskusikan apa
40. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 40
keberhasilan keberhasilan yang akan dicapai yang disampaikan
melalui proses pembelajaran guru berdasarkan
2. Meminta siswa untuk pengalaman awal
menyiapkan alat/bahan untuk yang dimiliki.
mengerjakan tugas yang 2. Menulis kriteria-
diberikan sesuai dengan kriteria keberhasilan
masalah sosial dan agama yang yang akan dicapai
diberikan dalam buku dalam tugas yang
panduan/praktikum. diberikan
3. Menyampaikan kriteria 3. Menyiapkan alat dan
keberhasilan yang telah bahan secara
disepakati bersama siswa. berkelompok
4. Secara berkelompok
melakukan langkah-
langkah
penyelesaian
masalah yang
diberikan dalam
tugas
5. Bertanya seputar
masalah dan proses
penyelesaian
masalah sosial dan
keagamaan yang
dilakukan.
6. Menganalisis
kesesuaian langkah
penyelesaian
masalah dengan
kriteria yang telah
ditetapkan.
Tabel 3.2 Kegiatan Guru dan Siswa dalam Pelaksanaan Perlakuan
Metode Ceramah Bermedia
No Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 Penyampaian Mempersiapkan siswa untuk Mendengarkan penjelasan guru
Tujuan belajar dan memotivasi siswa. tentang materi pelajaran.
Pembelajaran Hal ini dilakukan dengan Dilanjutkan dengan mencatat
memberi penjelasan tentang tujuan pembelajaran
materi pelajaran
2. Demontrasi Mendemonstrasikan bahan Memperhatikan Demonstrasi
Pengetahuan pelajaran sesuai dengan yang dilakukan guru dan
41. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 41
atau petunjuk dalam buku teks mempelajari buku teks
keterampilan
3. Membimbing Membimbing pelatihan kepada Masing-masing kelompok
latihan dan masing-masing kelompok dan berdiskusi dan menanyakan
pemberian mengulang penyampaian kepada guru apabila ada
umpan balik mengenai materi pelajaran langkah-langkah yang belum
apabila ada kelompok yang dipahami
belum paham
4. Memberikan Menyuruh masing-masing Masing-masing kelompok
kesempatan kelompok untuk mengerjakan mengerjakan tugas yang sudah
kepada siswa tugas latihan. disiapkan oleh guru/yang
untuk mencoba sudah ada di buku teks.
latihan tugas Kemudian mendengarkan
sesuai buku penjelasan guru yang
teks, untuk dilanjutkan dengan membuat
melihat tingkat tugas secara individu.
pemahaman
siswa
Sebelum menerapkan metode penugasan dan metode ceramah bermedia,
guru yang mengajar di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol diberikan
pelatihan tentang pembelajaran dengan menggunakan metode penugasan dan
metode ceramah bermedia. Pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan jadwal
pelajaran yang ada di sekolah tempat pelaksanaan perlakuan.
Untuk meyakinkan bahwa rancangan penelitian layak untuk pengujian
hipotesis dilakukan pengontrolan validitas internal. Pengontrolan validitas internal
ini dilaksanakan agar hasil belajar Pendidikan Agama Islam dan hasil belajar
PPKn siswa dapat dinyatakan sebagai hasil perlakuan eksperiman dan hasil
eksperimen dapat digeneralisasikan pada kondisi yang sama di luar perlakuan.
Pengontrolan validitas internal meliputi: (1) karakteristik subyek, (2) mortalitas
(3) lokasi, (4) instrumen, (5) pengukuran, (6) sejarah, (7) kematangan, (8) sikap,
(9) regresi, dan implementasi (Fraenkel and Wallen, 1993: 222-230).
42. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 42
1. Karakteristik Subjek
Kelompok yang dijadikan subjek penelitian merupakan kelompok yang
setara dalam hal penyebaran siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan
rendah secara merata.
2. Mortalitas
Mortalitas atau kehilangan anggota sampel yang menjadi peserta eksperimen
akibat alasan tertentu. Mortalitas dikontrol dengan absen yang ketat selama
perlakuan berlangsung.
3. Lokasi
Lokasi tempat eksperimen dan fasilitas penunjang lainnya dapat
mempengaruhi hasil penelitian. Lokasi ini terkontrol karena jumlah siswa untuk
kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama, demikian juga fasilitas
pembelajaran yang ada di kelas relatif sama.
4. Instrumentasi
Pengaruh instrumentasi dikontrol dengan menggunakan alat pengumpul data
yang valid dan reliabel
5. Pengukuran
Perbedaan prilaku yang ditunjukkan oleh tes awal dan tes akhir dapat
diakibatkan oleh kejadian di luar perlakuan. Tes awal dapat membuat siswa sadar
tentang apa yang akan dipelajari, membuat siswa lebih sensitif dan responsif
terhadap materi yang dipelajari. Pengaruh perbedaan prilaku ini dikontrol dengan
hanya membandingkan tes akhir dari masing-masing kelompok. Tes awal
dilaksanakan untuk melihat kesetaraan kedua kelompok sebelum perlakuan dan
menggunakan tes yang berbeda dengan tes akhir.
43. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 43
6. Sejarah
Sejarah adalah kejadian-kejadian khusus yang bukan disebabkan oleh
perlakuan eksperimen tetapi dapat mempengaruhi respon subjek, dalam hal ini
hasil belajar pendidikan agama Islam dan hasil belajar PPKn siswa. Faktor sejarah
dikontrol dengan pemilihan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol secara
acak.
7. Kematangan
Kematangan terjadi karena perubahan subjek penelitian sesuai dengan
perjalanan waktu. Faktor kematangan dikontrol dengan pemberian perlakuan
dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama tetapi masih memenuhi persyaratan
penelitian. Dengan demikian, subjek penelitian tidak sampai mengalami
perubahan fisik maupun mental yang dapat mempengaruhi hasil belajar
pendidikan agama Islam dan PPKn siswa.
8. Regresi
Regresi statistik muncul karena adanya skor-skor yang ekstrem dalam
penelitian. Pengaruh regresi statistik dikontrol dengan menguji kesetaraan secara
statistik terhadap kedua kelompok sebelum perlakuan dimulai melalui tes
kesetaraan kelompok.
9. Implementasi
Pengaruh implementasi adalah kejadian tidak terduga yang dapat
menguntungkan salah satu kelompok. Pengaruh implementasi dikontrol dengan
menggunakan pengajar yang setara untuk kedua kelompok baik dari segi
pendidikan maupun pengalamannya. Untuk meminimalisasi bias yang terjadi
44. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 44
akibat perlakuan guru dikontrol dengan melaksanakan proses pembelajaran sesuai
dengan skenario pembelajaran yang telah disusun.
B. Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilaksanakan di SMPN I Suralaga dan SMPN 1 Sukamulia
Kabupaten Lombok Timur. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII
yang ada di SMPN 1 Suralaga dan SMPN 1 Sukamulia Kabupaten Lombok
Timur, tahun ajaran 2007/2008.
Pengambilan sampelnya menggunakan teknik random sampling. Langkah-
langkah penentuan sampel adalah sebagai berikut: pertama, dari ...... kelas VIII
yang ada di SMPN 1 Suralaga dan SMPN 1 Sukamulia, dipilih dua kelas secara
random sebagai kelompok eksperimen dan kontrol. Kedua, dari dua kelas tersebut
dirandom lagi untuk mendapatkan mana kelompok yang akan dijadikan sebagai
kelompok eksperimen (kelas yang diajar dengan menggunakan metode
penugasan) dan mana kelompok yang akan dijadikan sebagai kelompok kontrol
(kelas yang diajarkan dengan menggunakan metode ceramah bermedia). Dari
hasil undian yang menjadi kelompok eksperimen adalah Kelas .....dan yang
menjadi kontrol adalah kelas ......
45. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 45
Untuk mengetahui kesetaraan kedua kelompok yang terpilih digunakan
instrumen tes kesetaraan kelompok. Selanjutnya untuk menguji ada tidaknya
perbedaan rata-rata skor hasil tes kesetaraan kelompok digunakan uji-t (Sudjana,
2002) dengan rumus:
− −
t=
x1 − x 2
1 1
S +
n n
1 2
2 2
(n1 − 1). s1 + (n2 − 1). s 2
S2 =
n +n1 2
−2
Keterangan:
_
X 1 = rata-rata skor hasil tes pada kelompok eksperimen
_
X 2 = rata-rata skor hasil tes pada kelompok kontrol
S = simpangan baku gabungan skor hasil tes kedua kelompok
S1= simpangan baku skor hasil tes kelompok eksperimen
S2 = simpangan baku skor hasil tes kelompok kontrol
n1 = jumlah siswa kelompok eksperimen
n2 = jumlah siswa kelompok kontrol
Kriteria pengujian: jika t-hitung < t-tabel pada derajat kebebasan n1 + n2 -2 dan
taraf signifikansi 5%, maka kelompok dinyatakan setara (tidak berbeda secara
signifikan).
C. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam menjawab permasalahan
yang telah diajukan, maka dilakukan pengumpulan data dengan instrumen.
46. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 46
Metode pengumpulan data dan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
C.1 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi: (1) hasil belajar
pendidikan agama Islam dan (2) hasil belajar PPKn yang dikumpulkan dengan
metode tes.
C.2 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data sebelumnya dilakukan
uji coba instrumen untuk menguji validitas item dan menghitung reliabilitas alat
ukur. Uji coba dilakukan dengan melibatkan siswa kelas VIII sebanyak 160 siswa
di SMPN 1 Selong.
1) Validitas Butir Tes Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam dan PPKn
Untuk mengetahui validitas butir tes hasil belajar digunakan korelasi point
biserial ( rpbis ) dengan rumus sebagai berikut.
( Xp − Xt ) p
rpbis =
SDt q
Keterangan :
Xp = rata-rata testee yang menjawab butir soal dengan benar
Xt = rata-rata skor total untuk semua testee
SDt = simpangan baku total semua testee
p = proporsi testee yang dapat menjawab benar butir soal yang bersangkutan
q = 1-p
47. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 47
Kriteria butir soal dalam kategori valid jika r pbis hitung > r pbis tabel pada
taraf signifikansi 5%. Tes hasil belajar diujicobakan terhadap 160 siswa kelas
VIII di SMPN 1 Selong. Setelah itu dianalisis dengan program Microsoft Excel
2) Reliabilitas Tes Hasil Belajar
Reliabilitas tes hasil belajar dihitung dengan rumus Kuder- Richardson 20
(K-20), dengan rumus sebagai berikut.
k SDt − ∑ ( pq )
2
KR – 20 =
k − 1
2
SDt
Keterangan: k = banyaknya butir soal
P = proporsi peserta tes yang menjawab benar
q = 1-p
Semua butir tes hasil belajar pendidikan agama Islam dan PPKn siswa
yang valid selanjutnya dihitung Reliabilitasnya dengan menggunakan rumus
Kuder-Richardson 20 (KR-20) melalui program Microsoft Excel.
D. Metode Analisis Data
Data hasil pengukuran dianalisis secara bertahap sesuai dengan variabel
masing-masing untuk menjawab permasalahan penelitian.
D.1 Deskripsi Data
Untuk mendeskripsikan kualitas hasil belajar siswa, maka digunakan analisis
univariat. Kualifikasi dideskripsikan atas dasar skor rerata ideal (Mi) dan
simpangan baku ideal (SDi). Dengan menggunakan lima jenjang kualifikasi, maka
kriterianya dapat disusun seperti Tabel 3.1 di bawah ini.
48. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 48
Tabel 3.3 Pedoman Konversi Kecendrungan Data Hasil Belajar siswa pada
Pelajaran Agama dan PPKn
No Kriteria Kualifikasi
1 > (Mi + 1,5 Sdi) Sangat Tinggi
2 (Mi + 0,5 SDi) s/d (Mi + 1,5 SDi) Tinggi
3 (Mi – 0,5 SDi) s/d (Mi + 0,5 SDi) Sedang
4 (Mi – 1,5 SDi) s/d (Mi – 0,5 SDi) Rendah
5 < (Mi – 1,5 Sdi) Sangat Rendah
Keterangan :
Mi = rata-rata ideal
= 1
2 ( skor maksimum ideal + skor minimum ideal )
SDi = simpangan baku ideal
= 1
6 ( skor maksimum ideal – skor minimum ideal )
D.2 Uji Persyaratan Analisis
Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa hasil belajar Agama (Y1) dan hasil
belajar PPKn (Y2) tidak berkorelasi secara signifikan. Selanjutnya dilakukan
pengujian asumsi untuk mengetahui apakah data yang tersedia dapat dianalisis
dengan statisitik parametrik atau tidak. Berkaitan dengan statistik yang digunakan
untuk analisis data dalam penelitian ini maka uji asumsi yang dilakukan meliputi
uji normalitas, uji linieritas, uji homogenitas dan uji korelasi antar variabel
tergantung (Nurosis, 1990:72).
1) Pengujian Normalitas
49. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 49
Pengujian normalitas dilakukan untuk meyakinkan bahwa sampel berasal
dari populasi yang berdistribusi normal, sehingga uji hipotesis dengan statistik
dapat dilakukan. Uji normalitas sebaran data menggunakan bantuan SPSS-10 for
Windows melalui Steam and leaf plot (Nurosis, 1990:74-75) dan uji Kolmogorov-
Smirnov.
Kriteria pengujian data berdistribusi normal jika angka signifikansi yang
diperoleh dalam Kolmogorov-Smirnov lebih dari 0,05 dan dalam hal lain sebaran
data tidak berdistribusi normal.
2) Pengujian Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih
kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama.
Pengujian homogenitas dilakukan dengan uji kesamaan varian-kovarian
menggunakan SPSS-10 for windows melalui uji Box’s M untuk uji homogenitas
secara bersama-sama dan dengan uji Levene’s untuk uji homogenitas secara
terpisah (Hair, at.all, 1998: 375). Keriteria pengujian: data memiliki matriks
varians-kovarian yang sama (homogen) jika signifikansi yang dihasilkan dalam uji
Box’s M dan uji Levene’s lebih dari 0,05 dan data tidak berasal dari populasi yang
homogen jika signifikansi yang dihasilkan dalam uji Box’ M dan uji Levene’s
kurang dari 0,05.
3) Pengujian Linieritas dan Korelasi
Sebelum dilakukan uji korelasi terlebih dahulu dilakukan uji linieritas dan
uji regresi linier. Pengujian linieritas adalah untuk mengetahui bentuk hubungan
antara variabel dependent (terikat) dan idependent (bebas). Linieritas diuji melalui
uji F, dengan menggunakan lajur Deviation from Linierity, sedangkan untuk
50. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 50
melihat keberartian arah regresinya melalui lajur Linierity. Kriteria pengujian
adalah: (a) uji linieritas pada lajur Deviation from Linierity, jika angka
signifikansi yang dihasilkan lebih besar dari 0,05 maka dinyatakan bentuk
regresinya linier, (b) uji keberartian arah regresi pada lajur Linierity, jika
signifikansi yang dihasilkan lebih kecil dari 0,05 maka dinyatakan arah regresi
berarti. Analisisnya dilakukan dengan bantuan program SPSS10 for Windows.
Uji regresi dilakukan melalui uji regresi linier sederhana melalui uji F.
∧
Persamaan regresi adalah Y = a + bX dengan:
a = konstanta
∧
Y = prestasi belajar siswa pada pelajaran Agama Islam dan PPKn
b = arah regresi
X = metode pembelajaran
Kriteria pengujian: metode regresi bisa dipakai untuk menguji prestasi
belajar siswa pada pelajaran Agama Islam dan PPKn jika angka signifikansi yang
dihasilkan lebih kecil dari 0,05. Analisisnya dilakukan dengan bantuan program
SPSS10 for Windows.
Pengujian korelasi metode pembelajaran dengan hasil belajar siswa pada
pelajaran agama Islam dan PPKn dilakukan menggunakan bantuan SPSS10 for
Windows melalui uji korelasi Pearson. Kriteria pengujian: data berkorelasi jika
angka signifikansi yang dihasilkan kurang dari 0,05.
4) Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan dengan uji analisis varian (ANAVA) 2 x 2 faktorial
(satu jalur). Desain uji hipotesis yang akan dilakukan mengikuti tabel berikut.
51. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 51
Tabel 3.4: Rancangan ANAVA 1 Jalur (Faktorial 2 x 2)
Mata Pelajaran (A)
A1 A2
(AGAMA ISLAM) (PPKn)
Metode Belajar (B)
Pemberian Tugas A1B1 A2B1
(B1)
Ceramah Bermedia A1B2 A2B2
(B2)
Keterangan:
A = Mata Pelajaran (A1 = Agama Islam; A2 = PPKn)
B = Metode Belajar (B1 = Pemberian Tugas; B2 = Ceramah Bermedia)
Y = Hasil Belajar
Data yang dihasilkan dalam penelitian tersebut kemudian dihitung
menggunakan program SPSS10 for Windows.
Tabel Ringkasan Anava 1 Jalur (2x2 faktorial)
SV JK Db MK Fh Ftab
5% 1%
Antar A
(∑ X ) − (∑ X ) 2 2 ….. ….. ….. …… …..
∑ nA
A
N
tot
( X ) − (∑ X )
∑∑
Antar B 2 2 ….. ….. ….. …… …..
B tot
nB N
( X ) − (∑ X )
∑∑
Inter AB 2 2 ….. ….. ….. …… …..
AB tot
− JK A − JK B
n AB N
Dalam
(∑ X ) 2 ….. ….. ….. …… …..
∑ X tot −∑
2 AB
n AB
Total
(∑ X ) 2 ….. ….. ….. …… …..
∑X −
2 tot
tot
N
Kriteria pengambilan keputusan:
Jika F hitung > F tabel, dengan derajat kebebasan (dk = a-1, N-a) dan taraf
signifikansi 5% maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Jika hasil uji ANAVA signifikan, artinya hipotesis pertama sudah terjawab bahwa
terdapat perbedaan, selanjutnya dilakukan uji lanjut dengan uji t-Scheffe untuk
menguji hipotesis kedua dan ketiga, rumus yang digunakan adalah:
52. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 52
− −
Xi− X j
ti− j = , dimana db t = db dalam
2 xMK d
n
Kriteria pengambilan keputusan:
Tolak H0 jika t hitung > t tabel dengan taraf kebebasan (dk = db dalam) dan taraf
signifikansi 5%. Sebaliknya terima H0 jika t hitung < t tabel dengan taraf
kebebasan (dk = db dalam) dan taraf signifikansi 5%.
Hasil perhitungan dengan cara manual ini akan disandingkan dengan hasil
pengujian menggunakan bantuan program SPSS10 for windows.
53. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI DATA
Data yang dideskripsikan dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa
pada pelajaran PPKn sebagai hasil perlakuan antara penerapan metode ceramah
bermedia dan metode pemberian tugas. Penelitian ini menggunakan rancangan
eksperimen pre-test post-test kelompok kontrol tanpa acak dengan menggunakan
Anova satu jalur (2x2 faktorial) sebagai alat analisis datanya. Oleh karena itu,
data penelitian ini dideskripsikan berdasarkan kelompok data sebagai berikut.
1 Deskripsi Data hasil belajar siswa pada pelajaran PPKn dan Agama di
SMPN 1 Suralaga
Tabel 4.1: Data Penelitian di SMPN 1 Suralaga
Kelompok A1 Kelompok A2
No
Y1 Y2 Y1 Y2
1 18 18 17 16
2 21 19 18 17
3 24 23 23 19
4 20 21 19 20
5 21 23 19 19
6 20 23 18 22
7 21 22 20 24
8 17 21 17 20
9 21 20 18 19
10 23 22 20 18
11 17 19 16 17
12 20 18 20 18
13 18 21 17 20
14 15 18 14 17
15 23 24 20 20
16 20 22 18 21
17 20 21 20 20
18 19 21 18 18
19 18 15 16 14
20 21 21 20 18
21 20 21 18 22
22 19 21 17 19
23 21 17 18 17
55. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 55
17 20 21 20 20
18 15 21 14 18
19 16 15 14 14
20 16 21 15 18
21 23 21 18 22
22 21 21 17 19
23 20 17 18 17
24 16 23 18 21
25 19 18 16 16
26 17 17 15 18
27 16 21 15 20
28 18 26 15 24
29 20 21 19 19
30 16 22 15 21
31 20 21 20 19
32 19 20 18 18
33 23 21 20 19
34 24 16 20 16
N 34 34 34 34
Rata-
rata 18.85294 20.79412 17.05882 19.11765
SD 2.687032 2.495808 2.228482 2.04146
Varian 7.220143 6.229055 4.966132 4.167558
B. Analisis Data
1. Analisis Data SMPN 1 Suralaga
Variabel hasil belajar siswa pada pelajaran PPKn diukur dengan tes dengan
jumlah pertanyaan 26 butir soal, dengan skor minimum ideal = 0 dan skor
maksimum ideal = 26, sehingga diperoleh rata-rata ideal = 13, dan standar deviasi
ideal = 4.33. Berdasarkan rata-rata ideal dan standar deviasi ideal tersebut, skor
hasil belajar siswa pada pelajaran PPKn dapat diklasifikasikan sebagai tertera
dalam Tabel 4.2
Tabel 4.2 Klasifikasi Hasil belajar siswa pada pelajaran PPKn
No Kriteria Interval Kualifikasi
1 > (Mi + 1,5 SDi) >19.49 Sangat Tinggi
2 (Mi + 0,5 SDi) s/d (Mi + 1,5 SDi ) 15,16 – 19,49 Tinggi
56. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 56
3 (Mi - 0,5 SDi) s/d (Mi + 0,5 SDi ) 10,83 –15,16 Sedang
4 (Mi - 1,5 SDi) s/d (Mi - 0,5 SDi ) 6,51 – 10,83 Rendah
5 < (Mi - 1,5 SDi) <6,51 Sangat Rendah
Hasil pengukuran terhadap variabel hasil belajar siswa pada pelajaran PPKn
memberikan hasil seperti dalam Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Skor hasil belajar Siswa pada
Pelajaran PPKn
Statistik Metode Pembelajaran
Pemberian Tugas Ceramah Bermedia
N 34 34
X 19.85 18.53
SD 2.06 2.02
SD2 4.25 4.07
Pengukuran hasil belajar siswa pada pelajaran PPKn, untuk kelompok
siswa yang mengikuti metode pemberian tugas mempunyai rata–rata 19,85,
sedangkan untuk kelompok siswa yang mengikuti metode ceramah bermedia
mempunyai rata-rata 18,53. Hal ini berarti rata-rata hasil belajar siswa pada
pelajaran PPKn yang mengikuti metode pemberian tugas sangat tinggi dan rata-
rata hasil belajar siswa yang menggunakan metode ceramah bermedia tergolong
tinggi.
Hasil Pengukuran variabel hasil belajar siswa pada pelajaran PPKn untuk
setiap kelompok data dapat dideskripsikan sebagai berikut.
1) Data hasil belajar pada Pelajaran PPKn Siswa yang mengikuti Metode
Pemberian Tugas dan Ceramah bermedia
57. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 57
Pengukuran hasil belajar siswa pada pelajaran PPKn, untuk kelompok
siswa yang mengikuti metode pemberian tugas mempunyai rata-rata 19,85 dan
simpangan baku 2,06. Hal ini berarti rata-rata hasil belajar siswa pada pelajaran
PPKn yang mengikuti metode pemberian tugas tergolong sangat tinggi, dengan
variasi perolehan skor pada kelompoknya sebesar 4,25.
2. Analisis Data SMPN 1 Sukamulia
Pengukuran hasil belajar siswa pada pelajaran PPKn, untuk kelompok
siswa yang mengikuti metode pemberian tugas adalah 18,75 dengan simpangan
baku 2.68 sedangkan hasil belajar siswa yang menggunakan metode ceramah
bermedia mempunyai rata rata 17,05 dan simpangan baku 2,23. Hal ini berarti
rata-rata hasil belajar siswa pada pelajaran PPKn yang mengikuti metode
pemberian tugas dan metode ceramah bermedia tergolong tinggi, dengan variasi
perolehan skor pada kelompoknya sebesar 7,22 dan 4,96.
Sedangkan hasil belajar siswa pada pelajaran Agama, untuk kelompok
siswa yang mengikuti metode pemberian tugas adalah 20,79 dengan simpangan
baku 2.49 sedangkan hasil belajar siswa yang menggunakan metode ceramah
bermedia mempunyai rata rata 19,11 dan simpangan baku 2,04. Hal ini berarti
rata-rata hasil belajar siswa pada pelajaran Agama yang mengikuti metode
pemberian tugas dan metode ceramah bermedia tergolong tinggi, dengan variasi
perolehan skor pada kelompoknya sebesar 6,23 dan 4,17.