Dokumen tersebut membahas tentang faktor-faktor penyebab penyalahgunaan narkoba pada remaja dan cara melakukan pencegahan. Faktor penyebabnya antara lain ajakan teman, gangguan jiwa, ketidaktahuan akan bahaya narkoba, dan kurang perhatian orang tua. Cara pencegahannya meliputi pengenalan bahaya narkoba sejak dini, meningkatkan keterampilan psikososial remaja, dan menghindari
2. FAKTOR PENYEBAB PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN
REMAJA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada umumnya narkoba merupakan ancaman bagi kaum remaja. Karena
remaja berusia 14-17 tahun sedang mengalami perkembangan fisik, psikologi
maupun sosial yang pesat yang dapat merupakan pencetus remaja mencoba,
menggunakan bahkan kecanduan narkoba. Pertumbuhan fisik yang cepat
membentuk ciri utama yaitu mereka merasa sudah bukan anak kecil lagi namun
sesungguhnya mereka belum dewasa baik secara mental, emosional maupun
spiritual.
Mereka sangat ingin tampil layaknya orang dewasa bahkan ingin
memperoleh identitas pribadi. Namun pada kenyataannya mereka mudah ikut
trend dan terbawa teman dalam pergaulan sehari-hari. Apalagi bila orangtua
terlalu menuntut tanggung jawabnya sebagai orang yang dewasa maka dapat
menimbulkan kecemasan dan kebingungan dalam diri mereka. Kemampuan
intelektual yang berkembang pesat menimbulkan rasa ingin tahu mereka yang
besar sekali termasuk ingin mencoba-coba narkoba. Misalnya merokok dan
menghisap ganja. Pada umumnya merokok dan minum alkohol dipandang
3. sebagai lambing kedewasaan. Keinginan mengurangi ikatan secara emosional
dengan orangtua membuat remaja sering berbohong terutama jika sedang
menghadapi kesulitan (personal fable). Bila faktor pengawasan orangtua amat
berkurang maka gerak-gerik mereka kurang terawasi dengan baik.
Dalam menghadapi perubahan sosial khususnya dalam upaya
melonggarkan ikatan orang tua, remaja kerap membutuhkan teman sebaya,
termasuk lawan jenisnya. Remaja sangat bangga jika berkelompok walaupun
ada aturan atau norma yang tidak baik yang sulit ditolaknya. Namun, walaupun
berkelompok mereka belum memiliki mental yang kuat untuk menghadapi
tekanan persaingan dan monotonnya kehidupan sehari-hari. Narkoba terlihat
sangat menarik, menyenangkan dan seolah-olah menjadi jalan pintas untuk
melarikan diri dari keadaan stress dan kebosanan sehari-hari. Alkohol dan ganja
tidak hanya digunakan untuk rekreasi akhir pekan namun juga dipakai
sepanjang pekan. Begitu pula dengan shabu atau metamphetamine dan heroin
sudah jadi akrab dan terkenal di kalangan remaja.
Remaja yang banyak mengonsumsi narkoba sangat memprihatinkan karena
selain merusak masa depan, juga berdampak pada proses belajar dan tidak fokus
dalam belajar di sekolah. Salah satu cara menyikap masalah itu menurutnya
dengan meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan dalam kehidupan sehari-
hari sehingga mempunyai benteng diri yang kuat. Selain itu penuh kesadaran
diri remaja yang bersangkutan sehingga lambat laun kebiasaan buruk itu dapat
diantisipasi semaksimal mungkin.
B. Pokok Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Apa saja dampak yang dapat ditimbulkan oleh penyalahgunaan narkoba ?
2. Apa faktor-faktor yang dapat menyebabkan remaja melakukan
penyalahgunaan narkoba ?
3. Bagaimana cara melakukan pencegahan terhadap penyalahgunaan narkoba
pada remaja ?
4. BABII
PEMBAHASAN
A. Definisi Narkoba
Narkotika berasal dari bahasa Yunani yaitu Narkoun yang berarti membuat
lumpuh atau mati rasa. Menurut Undang-undang RI No. 22/1997 ditetapkan
sebagai zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik buatan
maupun semi buatan yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, mengurangi sampai menghilangkan nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan atau kecanduan. Undang-Undang ini memberi batasan
penyalahgunaan narkotika adalah orang yang menggunakan narkotika tanpa
sepengetahuan dan pengawasan dokter. Dalam pasal 45 dinyatakan bahwa
pecandu narkotika wajib menjalankan pengobatan dan atau perawatan.
Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika dan Obat/Bahan berbahaya
yang telah populer beredar di masyarakat perkotaan maupun di pedesaan,
termasuk bagi aparat hukum. Sebenarnya dahulu kala masyarakat juga
mengenal istilah madat sebagai sebutan untuk candu atau opium, suatu
golongan narkotika yang berasal dari getah kuncup bunga tanaman Poppy yang
banyak tumbuh di sekitar Thailand, Myanmar dan Laos (The Golden Triangle)
maupun di Pakistan dan Afganistan. Selain Narkoba, istilah lain yang
diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan RI adalah NAPZA yaitu
singkatan dari Narkotika, Pasikotropika dan Zat adiktif lainnya. Semua istilah
ini sebenarnya mengacu pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai
risiko yang oleh masyarakat disebut berbahaya yaitu kecanduan (adiksi).
Sebenarnya narkotika yang digunakan sebagai terapi nyeri dalam dunia
kedokteran tidak banyak menimbulkan masalah namun penyalahgunaannya
selalu membawa persoalan serius karena di samping merusak kesehatan juga
berdampak kerugian ekonomi serta menimbulkan masalah sosial dan moral.
B. Penggolongan Narkoba
Narkoba dapat dibagi ke dalam beberapa golongan yaitu sebagai berikut:
1. Narkotika yaitu zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri dan dapat
5. menimbulkan ketergantungan. Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1997, narkotika dibagi menurut potensi yang menyebabkan ketergantungannya
adalah sebagai berikut:
a). Narkotika golongan I, yaitu berpotensi sangat tinggi menyebabkan
ketergantungan, tidak digunakan untuk terapi (pengobatan). Contoh: heroin,
kokain, dan ganja. Putauw adalah heroin tidak murni berupa bubuk.
b). Narkotika golongan II, yaitu berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan.
Digunakan pada terapi sebagai pilihan terakhir. Contoh: morfin, petidin, dan
metadon.
c). Narkotika golongan III, yaitu berpotensi ringan menyebabkan
ketergantungan dan banyak digunakan dalam terapi. Contoh: kodein.
2. Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
syaraf pusat dan menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku. Psikotropika dibagi menurut potensi yang dapat menyebabkan
ketergantungan yaitu sebagai berikut:
a). Psikotropika golongan I, sangat kuat menyebabkan ketergantungan dan tidak
digunakan dalam terapi. Contoh: MDMA (ekstasi), LSD, dan STP.
b). Psikotropika golongan II, kuat menyebabkan ketergantungan, digunakan
sangat terbatas pada terapi. Contoh: amfetamin, metamfetamin (sabu),
fensiklidin, dan ritalin.
c). Psikotropika golongan III, potensi sedang menyebabkan ketergantungan,
banyak digunakan dalam terapi. Contoh: pentobarbital dan flunitrazepam.
d). Psikotropika golongan IV, potensi ringan menyebabkan ketergantungan dan
sangat luas digunakan dalam terapi. Contoh: diazepam, klobazam, fenobarbital,
barbital, klorazepam, klordiazepoxide, dan nitrazepam (Nipam, pil BK/Koplo,
DUM, MG, Lexo, Rohyp, dan lain-lain).
3. Zat Adiktif Lain adalah zat/bahan lain bukan narkotika atau psikotropika
yang penggunaannya dapat menimbulkan ketergantungan. Yang sering
disalahgunakan adalah sebagai berikut:
a). Alkohol, terdapat pada berbagai jenis minuman keras.
b). Inhalansia/solven, yaitu gas atau zat yang mudah menguap yang terdapat
pada berbagai keperluan pabrik, kantor, dan rumah tangga.
6. c). Nikotin, terdapat pada tembakau.
d). Kafein pada kopi, minuman penambah energi dan obat sakit kepada tertentu.
C. Dampak Penyalahgunaan Narkoba
Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba yang dilakukan tidak
untuk maksud pengobatan, tetapi karena ingin menikmati pengaruhnya, dalam
jumlah berlebih yang secara kurang teratur, dan berlangsung cukup lama,
sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, mental, dan kehidupan
sosialnya. Penyalahgunaan narkoba merupakan perilaku manusia, bukan
semata-mata masalah zat atau narkoba itu sendiri. Sebagai masalah perilaku,
banyak variabel yang mempengaruhinya.
Para pecandu narkoba, ibaratnya hidup dalam lingkaran setan. Dalam
waktu singkat, mereka akan kehilangan kendali dan terjebak dalam tuntutan
yang terus-mendesak, istilahnya "Craving" atau ketagihan. Setiap kali, dosisnya
harus ditambah agar kebutuhan akan perasaan bahagia, seolah berada di awang-
awang dan penuh fantasi, tetap terpenuhi. Akibatnya tentu fatal. Mula-mula
pecandu akan mengalami kesulitan sosial, keuangan, dan kesehatan. Jika
kebutuhan narkoba terus meningkat, mereka bisa meninggal dunia karena over
dosis (OD).
Narkoba selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga
berdampak pada kehidupan sosial ekonomi individu, keluarga, masyarakat,
bahkan negara. Gagal dalam studi, gagal dalam pekerjaan, kematian,
kriminalitas, seks bebas yang berujung pada penyakit HIV/AIDS, gangguan
fungsi atau penyakit pada organ-organ tubuh, seperti otak, hati, jantung, paru-
paru, ginjal, gangguan psikologis meliputi cemas, sulit tidur, depresi, paranoid
(perasaan seperti orang lain mengejar) adalah sebagian dari masalah yang
muncul dari penyalahgunaan narkoba. Masalah yang jauh lebih besar dari
semua itu adalah hancurnya generasi muda sebagai penerus perjuangan dan
pembangunan, karena penyalahgunaan narkoba saat ini banyak dilakukan oleh
mereka yang berusia muda.
D. Faktor-Faktor Penyebab Remaja Melakukan Penyalahgunaan Narkoba
Narkoba merupakan musuh nomor satu bagi para remaja. Namun, para
remaja hingga saat ini banyak yang belum tahu mengenai narkoba sebagai
musuh utama ini. Buktinya, semakin banyak remaja terjerumus dalam rayuan
maut narkoba. Ketidaktahuan remaja tentang bahaya narkoba memang menjadi
tugas berat bagi orangtua dan guru untuk menerangkannya. Apalagi narkoba
7. sekarang sangat mudah didapat dan bandarnyapun memang selalu menempel
pada dunia remaja.
Faktor yang menyebabkan remaja melakukan penyalahgunaan narkoba
adalah sebagai berikut:
1. Ajakan, bujukan dan iming-iming teman atau anggota kelompok sebaya.
2. Cenderung memiliki gangguan jiwa seperti kecemasan, obsesi (memikirkan
sesuatu secara berulang-ulang), apatis, menarik diri dalam pergaulan, depresi,
kurang mampu menghadapi stres, atau hiperaktif.
3. Suka berpetualang, mencari sensasi, melakukan hal-hal yang mengandung
resiko bahaya yang berlebihan.
4. Ketidaktahuan akan bahaya narkoba atau tidak memikirkan akan bahaya
narkoba.
5. Orang tua tidak acuh dan tidak mengadakan pengawasan terhadap anaknya
6. Tidak ada perhatian, kehangatan, kasih sayang dalam keluarga.
E. Cara-Cara Melakukan Pencegahan Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Pada
Remaja
Generasi muda adalah generasi yang rawan sebagai penyalahguna narkoba,
karena itu, pengenalan bahaya narkoba merupakan sebuah hal yang mutlak
dilakukan sebagai usaha preventif. Penyalahgunaan narkoba sangat
memprihatinkan, karena terutama menimpa generasi muda sehingga merugikan
pembangunan bangsa. Umumnya penggunaan pertama narkoba diawali pada
anak usia Sekolah Dasar atau Sekolah Menengah Pertama.
Upaya pencegahan harus dilakukan sedini mungkin, yaitu mulai dari masa
anak usia SD, SMP, dan SMA, sebagai upaya yang berkesinambungan.
Pencegahan yang dimaksud di sini bukan semata-mata informasi mengenai
bahaya narkoba, tetapi lebih menekankan pemberian keterampilan psikososial
kepada anak untuk bersikap dan berperilaku positif, mengenal situasi
penawaran/ajakan, dan terampil menolak tawaran atau ajakan tersebut.
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk mencegah penyalahgunaan narkoba yaitu
sebagai berikut:
1. Setiap orang mempunyai masalah dalam hidupnya. Hadapi dan pecahkan
masalah itu, bukan dihindari, apalagi dengan melarikan diri kepada
penyalahgunaan narkoba. Penyalahgunaan narkoba bukan penyelesaian
masalah, tetapi memperparah masalah.
2. Jangan pernah sekalipun terpancing untuk mencoba memakai narkoba karena
sekali terjebak masuk kedalamnya maka sulit untuk lepas dari jebakan itu.
3. Penciptaan lingkungan keluarga yang sehat, harmonis, komunikatif, terbuka,
penuh perhatian dan kasih sayang diantara anggotanya, merupakan bagian
8. penting dari upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba.
Pencegahan harus dilakukan sedini mungkin, agar remaja memiliki daya tangkal
tinggi. Lebih baik mencegah daripada mengobati. Penanggulangan pun
demikian, yaitu ketika remaja masih dalam taraf coba-coba, pemakai pemula,
dan belum pecandu berat. Dalam hal ini, peran keluarga, sekolah dan
masyarakat sangat penting.
Banyak hal yang perlu dan harus dilakukan untuk mencegah agar remaja
jangan sampai melakukan penyalahgunaan dan menderita ketergantungan
terhadap narkoba, diantaranya yaitu sebagai berikut:
1. Meningatkan dan menyadarkan para remaja akan ancaman bahaya
penyalahgunaan dan pengedaran gelap narkoba terhadap diri dan keluarganya.
2. Mendorong para remaja untuk berprakarsa dan berperan dalam perang
melawan penyalahgunaan dan pengedaran gelap narkoba, guna menyelamatkan
generasinya dan generasi yang akan datang.
3. Setiap orang mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Temu
kenali kekuatan atau potensi kamu dan kembangkan untuk perbuatan yang
bermanfaat. Temu kenali pula kekurangan dan kelemahan dirimu agar dapat
mengatasinya. Jangan sekali-kali mencoba menutupi kekurangan dirimu dengan
melarikan diri kepada penyalahgunaan narkoba.
4. Setiap orang mempunyai masalah. Masalah adalah bagian dari kenyataan
hidup. Hadapi dan atasi masalah. Jangan melarikan diri dari masalah, apalagi
melarikan diri kepada penyalahgunaan narkoba. Menghadapi dan mengatasi
masalah akan membuat dirimu dewasa dan piawai dalam menjalani tugas hidup.
Asah dan tingkatkan kemampuan dirimu memecahkan masalah.
5. Pengenalan diri juga merupakan awal untuk membangun serta memperkuat
kepercayaan diri. Kepercayaan diri dan kemampuan mengendalikan diri adalah
modal utama untuk menangkal terjadinya penyimpangan perilaku, termasuk
penyalahgunaan narkoba.
6. Lemahnya kepercayaan diri dan kemampuan untuk mengendalikan diri
menyebabkan orang mudah terpengaruh oleh sikap dan perbuatan orang lain.
Karena itu pupuk dan kembangkan rasa harga diri dan kepercayaan dirimu.
7. Kembangkan kemampuan berhubungan (berkomunikasi) dengan orang lain,
mengemukakan pendapat, bertukar pikiran, mendengarkan, menghargai
pendapat orang lain, termasuk dengan orang tua, teman-teman sebaya dan
teman-teman sekolah, kembangkan kemampuan untuk mengatakan tidak
terhadap ajakan teman yang merugikan dirimu.
8. Gunakanlah akal sehat dan hati nurani, sehingga berani mengatakan tidak
terhadap ajakan, bujukan atau paksaan teman untuk melakukan penyalahgunaan
narkoba. Sebaliknya, kamu harus berani dan mampu mengajak mereka kepada
kehidupan sehat dan normal tanpa narkoba.
9. Penyakit kecanduan narkoba sering disertai episode sembuh dan kambuh,
dan penyebabnya kompleks. Karena itu penyembuhan penyakit ini bukan
semata-mata tidak memakai narkoba saja, namun lebih ditentukan oleh motivasi
dan usaha individu memperbaiki kehidupan masa depannya. Kambuh bagi
mantan pecandu adalah tantangan yang harus dihadapi sampai tercapai
kehidupan yang sehat (the whole healthy person) dalam jangka waktu yang
panjang. Sugesti dan narkoba persis seperti anak kembar yang punya ikatan
emosi kuat, namun sugesti adalah “musuh dalam selimut”. Kadangkala sugesti
hilang namun bisa juga datang mendadak sehingga mantan pecandu tidak
berdaya terutama jika suasana hatinya kacau. Karena itu, di samping tidak
memakai narkoba lagi, mantan pecandu harus menjauhkan diri dari komunitas,
tempat dan benda-benda yang merangsang keinginan memakai narkoba.
Mantan pecandu perlu dengan tekun dan sabar menjalin hubungan sosial
dengan orang-orang yang mendukungnya. Berarti mantan pecandu harus
mengubah pola pikir, emosi dan sikap untuk menekuni spiritual. Juga mereka
harus kritis dan hati-hati dalam mencermati awal kekacauan pikiran dan emosi,
karena hal ini sebetulnya mudah dirasakannya. Mantan pecandu harus mau jujur
minta pendapat dengan orangtua atau konselor.
Demikian pula dengan orangtua. Hendaknya orangtua berusaha bijaksana,
sabar, jangan panik, menyerah apalagi marah-marah jika anaknya kampuh.
Masih terbuka kesempatan memperoleh kesembuhan yang lebih baik. Berilah
mereka teladan dalam perilaku, bijaksana dengan keputusan maupun meminta
pendapat, penuh perhatian dan peduli serta beri dukungan yang konstruktif.
10. BABIII
KESIMPULAN
Berdasarkan dari uraian dan keterangan di atas maka penulis dapat mengambil
kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh penyalahgunaan narkoba yaitu
berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak pada kehidupan
sosial ekonomi individu, keluarga, masyarakat, bahkan negara. Gagal dalam
studi, gagal dalam pekerjaan, kematian, kriminalitas, gangguan fungsi atau
penyakit pada organ-organ tubuh, seperti otak, hati, jantung, paru-paru, ginjal,
gangguan psikologis meliputi cemas, sulit tidur, dan depresi. Masalah yang jauh
lebih besar dari semua itu adalah hancurnya generasi muda sebagai penerus
perjuangan dan pembangunan, karena penyalahgunaan narkoba saat ini banyak
dilakukan oleh mereka yang berusia muda.
2. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan remaja melakukan penyalahgunaan
narkoba adalah dari ajakan, bujukan dan iming-iming teman atau anggota
kelompok sebaya, ketidaktahuan akan bahaya narkoba atau tidak memikirkan
akan bahaya narkoba dan adanya orang tua yang tidak acuh dan tidak
mengadakan pengawasan terhadap anaknya.
3. Cara melakukan pencegahan terhadap penyalahgunaan narkoba pada remaja
yaitu dengan menciptakan lingkungan keluarga yang sehat, harmonis,
komunikatif, terbuka, penuh perhatian dan kasih sayang diantara anggotanya,
merupakan bagian penting dari upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba.
Setiap orang mempunyai masalah dalam hidupnya. Hadapi dan pecahkan
masalah itu, bukan dihindari, apalagi dengan melarikan diri kepada
penyalahgunaan narkoba. Penyalahgunaan narkoba bukan penyelesaian
masalah, tetapi memperparah masalah. Jangan pernah sekalipun terpancing
untuk mencoba memakai narkoba karena sekali terjebak masuk kedalamnya
maka sulit untuk lepas dari jebakan tersebut.
11. Penyalahgunaan Obat
PenyalahgunaanObat: Obat Resepdan OTC Umumnya Disalahgunakan
Penyalahgunaan Obat
Penyalahgunaan obat bukan hanya tentang obat-obatan terlarang seperti ganja
atau kokain. Obat-obatan sah juga dapat disalahgunakan - yang berarti bahwa
mereka sudah digunakan oleh orang lain selain pasien atau dalam cara atau
dosis selain dari apa yang sudah dianjurkan. Di sini Anda akan menemukan
gambar obat resep yang biasa disalahgunakan (obat anti-depresi, penghilang
rasa sakit, dan perangsang) dan beberapa obat-obatan bebas (over-the-counter).
Karena obat-obatan datang dalam berbagai bentuk, tidak semua pil dan tablet
diperlihatkan; gambar obat tidak skala.
Barbiturates (Obat bius)
Diresepkan untuk mengurangi kecemasan atau membuat tidur, obat anti-depresi
memperlambat fungsi otak. Barbiturat adalah jenis anti-depresi. Fenobarbital
adalah barbiturate; lainnya seperti Mebaral, Seconal, dan Nembutal. Meskipun
berguna ketika digunakan sebagai resep, barbiturat dapat membuat kecanduan.
Jika diambil dengan obat-obatan tertentu, termasuk alkohol, dapat
memperlambat jantung dan pernapasan, yang dapat menyebabkan kematian.
Istilah untuk barbituates termasuk "barbs," "reds," red birds, "" phennies, ""
tooies, "" yellows, "dan" yellow jackets. "
12. Benzodiazepines: Valium, Xanax
Valium dan Xanax adalah contoh benzodiazepin, jenis lain dari obat anti-
depresi. Mereka mungkin diresepkan untuk mengobati kecemasan, reaksi stres
akut, serangan panik, kejang-kejang, dan gangguan tidur (biasanya untuk
penggunaan jangka pendek). Seperti obat anti-depresi lainnya, mereka memiliki
kegunaan yang masuk akal tetapi mungkin disalahgunakan. Penarikan
benzodiazepin "dapat bermasalah" tetapi jarang mengancam nyawa, Diingatkan
oleh National Institute on Drug Abuse (Nida).
Obat tidur
Obat tidur adalah anti-depresi. Obat tidur - Ambien, Sonata, dan Lunesta adalah
obat tidur yang lebih baru yang disebut nonbenzodiazepines. Obat ini "mungkin
memiliki lebih sedikit potensi untuk kecanduan" daripada obat anti-depresi lain,
yang dinyatakan dalam situs National Institute on Drug Abuse (Nida).
13. Codeine dan Morfin
Penghilang rasa sakit adalah kelompok lain obat resep yang biasanya
disalahgunakan. Mereka termasuk kodein dan morfin - Oramorph dan Aviniza
mengandung morfin. Morfin biasanya diresepkan untuk rasa sakit parah;
kodein, untuk rasa sakit ringan. Julukan untuk kodein termasuk " Captain Cody"
dan "Cody." Istilah untuk morfin termasuk "M" dan "Miss Emma."
OxyContin, Percocet
OxyContin, Percocet, dan Percodan saling berbagi bahan aktif, oxycodone,
yang mana merupakan pereda nyeri opiod. Obat ini tidak identik; Percocet juga
mengandung acetaminophen sementara Percodan juga mengandung aspirin.
Obat ini hanya boleh digunakan di bawah pengawasan medis, dan bukan dengan
alkohol, barbituates, antihistamin, atau benzodiazepin - kombinasi obat yang
dapat mengancam nyawa. Julukannya termasuk "oxy," "O.C," dan "oxycotton"
untuk OxyContin dan "percs" untuk Percocet atau Percodan.
14. Vicodin, Lortab, Lorcet
Vicodin, Lortab, dan Lorcet mengandung opioid hydrocodone dan
asetaminofen. Opioid dapat menyebabkan ngantuk, sembelit, dan dapat
menekan pernapasan, tergantung pada jumlah yang diambil, diingatkan Nida.
Julukan untuk vicodin's termasuk "Vike" dan "Watson-387," dinyatakan oleh
situs nonprofit Partnership for a Drug-Free America. Vicodin, atau obat resep
lainnya, tidak boleh dibagi; mereka hanya untuk pasien dengan resep.
Amfetamin
Stimulan untuk meningkatkan kewaspadaan, perhatian, dan energi. Mereka
ditentukan untuk narkolepsi, attention deficit hyperactivity disorder (ADHD),
dan depresi yang tidak merespon pada pengobatan lain. Obat dengan ADHD
Dexedrine dan adderall, adalah perangsang yang disebut amfetamin, yang mana
dapat disalahgunakan oleh orang-orang yang mencari rasa euforia. Resiko
termasuk denyut jantung cepat atau tidak teratur, mengurangi nafsu makan,
gagal jantung, kegelisahan, insomnia, dan kecanduan. Julukan untuk amfetamin
termasuk "bennies," " black beauties," dan " speed."
15. Methylphenidate
Methylphenidate adalah stimulan ditemukan dalam obat ADHD Concerta dan
Ritalin. Julukannya termasuk "MPH," R-ball, "" Skippy, "" the smart drug ",
dan" vitamin R. "Nida mencatat bahwa dengan mengambil stimulan dosis tinggi
dapat menyebabkan suhu tubuh tinggi dan berbahaya, detak jantung yang tidak
teratur, dan berpotensi untuk kegagalan kardiovaskular atau kejang yang
mematikan.
Dextromethorphan (DXM)
Dextromethorphan (DXM) adalah bahan aktif dalam obat-obatan batuk dan
pilek tanpa resep. Produk tersebut aman ketika diambil seperti yang
direkomendasikan, tetapi dosis yang sangat besar dapat menghasilkan euforia
dan gangguan penilaian - serta mual dan muntah, kehilangan koordinasi,
meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah, dan kerusakan otak akibat
kombinasi DXM dan dekongestan yang sering ditemukan didalam obat-obatan,
kata Nida. Julukan untuk DXM itu termasuk "Orange Crush," "Triple Cs,"
"Dex," dan "Robo."
16. Pseudoephedrine
Pseudoephedrine umumnya ditemukan dalam obat-obatan untuk pilek tanpa
resep. Ia dicari sebagai bahan untuk membuat obat metamfetamin ( "meth")
ilegal. Itulah sebabnya ada undang-undang yang membatasi jumlah
pseudoephedrine- yang terkandung dalam produk obat yang dapat dibeli setiap
saat.
Mengidentifikasi Pill Yang Mencurigakan
Menemukan pil secara acak dan ingin tahu apa itu? WebMD's Pill Identifier
dapat membantu. Tetapi sejak ada ratusan obat dan ribuan pil dan tablet dari
berbagai bentuk, warna, dan ukuran, strategi yang baik adalah membawa pil ke
seorang apoteker dan meminta bantuan mereka untuk mengidentifikasikan apa
itu.
17. Penyalahgunaan Obat : Apa yang harus dilakukan
Jika Anda mencurigai bahwa seseorang yang kamu kenal menyalahgunakan
obat, termasuk obat-obatan resep atau over-the-counter, Nida menyarankan
untuk menelepon 800-662-HELP untuk menemukan pusat perawatan. Jika
Anda adalah orang tua yang mencurigai bahwa anak Anda yang
menggunakannya, the Partnership for a Drug-Free America memberikan tips
ini:
DAFTAR PUSTAKA
Hawari. Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif).
Jakarta: FKUI. 2000.
Lukitaningsih, D. Y. Narkoba Penanganan dan Pencegahannya. Semarang: Rotary Club
Semarang Sentral. 2000.
Martono, Lydia Harlina dan Satya Joewana. Pencegahan Dan Penanggulangan
Penyalahgunaan Narkoba Berbasis Sekolah. Jakarta: Balai Pustaka. 2006.
Wresniwiro, M. Narkoba Musuh Bangsa-Bangsa. Jakarta: Mitra Bintibmas. 2005.
Yanny, Dwi. Narkoba Pencegahan dan Penanganannya. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
2003.