SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  71
ETIKA KONSELING
Oleh:
Prof.Dr.MUNGIN EDDY WIBOWO,M.Pd.,Kons.
PENGANTAR
 Profesi konseling merupakan keahlian pelayanan
pengembangan dan pemecahan masalah yang
mementingkan pemenuhan kebutuhan dan
kebahagiaan pengguna sesuai dengan martabat,
nilai, potensi, dan keunikan individu berdasarkan
kajian dan penerapan ilmu dan teknologi dengan
acuan dasar ilmu pendidikan dan psikologi yang
dikemas dalam kaji terapan konseling yang
diwarnai oleh budaya pihak-pihak terkait.
 Dengan demikian paradigma konseling adalah
pelayanan bantuan psiko-pendidikan dalam
bingkai budaya.

 Dari sudut pandang profesi bantuan (helping
profession) pelayanan konseling diabdikan
bagipeningkatan harkat dan martabat
kemanusiaan dengan cara menfasilitasi
perkembangan individu atau kelompok individu
sesuai dengan dengan kekuatan,kemampuan
potensial dan aktual serta peluang-peluang yang
dimilikinya, dan membantu mengatasi
kelemahan dan hambatan serta kendala yang
dihadapi dalam perkembangan dirinya.
 Sebagai pekerjaan profesional,maka cara
kerjanya diatur dalam kode etik yang jelas.
Kode etik adalah kode moral yang menjadi
landasan kerja bagi pekerja profesional.
 Etik merupakan standar tingkah laku
standar seseorang, atau sekelompok
orang,yang didasarkan atas nilai-nilai yang
disepakati.
 Setiap kelompok profesi pada dasarnya
merumuskan standar tingkah lakunya yang
dijadikan sebagai pedoman dalam menjalankan
tugas dan kewajiban profesional.
 Standar Tingkah Laku profesional itu
diterjemahkan dari nilai-nilai masyarakat ke
dalam bentuk cita-cita yang terstruktur
dalamhubungannya dengan orang lain, kliennya
dan masyarakat.
 Terjemahan nilai-nilai sebagai bentuk standar itu
dirumuskan ke dalam “kode etik profesi”
(Hansen, 1982:438).
 Setiap pekerja profesional harus mempunyai
perhatian terhadap tanggungjawab dan jaminan
etis mereka.
 Masalah-masalah etis sering menjadi hal yang
sangat sulit bagi orang-orang yang mempunyai
profesi membantu karena beberapa alasan.
 Pertama, praktek-praktek etis khusus atau kode
etik masih berkembang yang memberikan
arahan yang selayaknya terhadap perilaku etis
dalam situasi-situasi yang sangat luas yang
dijumpai dalamhubungan-hubungan personal
yang bersifat membantu.
 Kedua, sebagian besar pekerja dalam profesi
membantu tidak melakukan praktek sendirian.
 Operasional profesionalitas mereka muncul
dalam konteks institusi sekolah, kampus,rumah
sakit,gereja,dan agensi pribadi yang mempunyai
sistem-sistem nilai institusional yang mungkin
cukup berbeda dalam kelompok profesional
yang ditujukan oleh para pekerja dalam bidang
ini.
 Dalam profesi membantu tampaknya akan
menemui situasi-situasi di mana jaminan-
jaminan etis menjadi tumpang tindih dan konflik.
 Sering kali terjadi,mereka bekerja secara
simultan terhadap beberapa orang yang terkait
dengan hubungan interpersonal yang sangat
dekat dengan diri mereka.
 Etik meliputi “membuat keputusan yang bersifat
moral tentang manusia dan interaksi mereka
dalam masyarakat (Kitchener,1986:306).
 Etik sering juga disebut moralitas dan dalam
beberapa kasus kedua istilah ini saling tumpang
tindih.
 Keduanya berhubungan dengan “apa yang
dikatakan baik dan yang buruk atau studi
tentang tingkah laku manusia dan nilai-nilai (van
Hoose & Kottler,1985:2).
 Meskipun demikian masing-masing memiliki arti
sendiri-sendiri.
 Etik secara umum didefinisikan
sebagai ilmu filsafat mengenai
tingkah laku manusia dan
pengambilan keputusan moral
 Etik bersifat normatif dan berfokus
pada prinsip-prinsip standar yang
mengatur hubungan antara
individu,seperti hubungan antara
konselor dan klien.
 Moralitas meliputi penilaian atau evaluasi
perbuatan.
 Ini berhubungan dengan kata-kata seperti
baik,buruk,salah,seharusnya dan harus.
 Konselor memiliki moral,dan di dalam teori
yang digunakan konselor tertanam asumsi
moral tentang sifat manusia yang secara
eksplisit dan implisit akan
mempertanyakan:
”Apakah manusia itu?
 “Bagaimana seharusnya manusia itu?”
ETIK DAN KONSELING
 Sebagai kelompok,konselor
profesional berhubungan dengan etik
dan nilai.
 Bahkan banyak konselor menghadapi
keluhan etika dengan kesungguhan
yang sama seperti menghadapi
tuntutan perkara hukum.
 Bagaimanapun juga ada beberapa
konselor yang lebih melek atau lebih akrab
dengan isu-isu ini.
 Patterson (1971) melihat bahwa identitas
keprofesionalan konselor berhubungan
dengan pengetahuan dan praktik etik
mereka.
 Welfel (2006) menambahkan bahwa
keefektifan dari konselor berhubungan
dengan pengetahuan etik dan tingkah laku
mereka.
 Tingkah laku tidak beretik dalam konseling
bentuknya bermacam-macam.
 Godaan umum yang dirasakan orang,juga
dialami konselor.
 Diantaranya termasuk keintiman fisik,
gosip yang menggairahkan,atau
kesempatan (jika berhasil) untuk
meningkatkan karir seseorang.
 Beberapa bentuk tingkah laku tidak etis
jelas dan terencana,sementara lainnya
lebih halus dan tidak terencana
Beberapa tingkah laku tidak etis
yang paling sering dalam konseling
(ACA,2005;Herlihy &Corey,2006):
Pelanggaran kepercayaan
Melampaui tingkat kompetensi
profesional seseorang
Kelalaian dalam praktik
Mengklaim keahlian yang tidak dimiliki
Memaksakan nilai-nilai konselor kepada
klien
Membuat klien bergantung
Melakukan aktivitas seksual dengan klien
Konflik kepentingan,seperti hubungan
ganda yaitu peran konselor bercampur
dengan hubungan lainnya, baik
hubungan pribadi atau hubungan
profesional
Persetujuan finansial yang kurang
jelas,seperti mengenakan bayaran
tambahan
Pengiklanan yang tidak pantas
Plagiarisme
KETERBATASAN KODE ETIK
 Remley mencatat bahwa kode etik
itu umum dan idealistis; jarang
menjawab pertanyaan yang spesifik.
 Selain itu,dia menunjukkan bahwa
dokumen seperti itu tidak dibahas
“dilema profesional yang dapat
diprediksi”.
 Alih-alih kode etik memberikan
pedoman,berdasarkan pengalaman
dan nilai-nilai,tentang bagaimana
seharusnya tingkah laku konselor.
 Dalam banyak cara, standar etik
mewakili kumpulan kebijaksanaan
dari seorang profesi dalam kurun
waktutertentu.
 Ada sejumlah batasan spesifik dalam kode etik.
 Di bawah ini beberapa batasan yang paling
sering disebutkan (Beymer,1971;Corey,Corey, &
Callanan,2007; Talbutt,1981):
Beberapa masalah tidak dapat diputuskan
dengan kode etik.
Pelaksanaan kode etik merupakan hal yang
sulit.
Standar-standar yang diuraikan dalam kode
etik ada kemungkinan saling bertentangan.
Beberapa isu legal dan etis tidak tercakup
dalam kode etik.
Kode etik adalah dokumen sejarah. Sehingga
praktik yang diterima pada suatu kurun waktu
mungkin saja dianggap tidak lagi etis di
kemudian hari.
Terkadang muncul konflik antara peraturan
etik dan peraturan legal.
Kode etik tidak membahas masalah lintas
budaya.
Tidak semua kemungkinan situasi
dibahas dalam kode etik.
Sering kali sulit menampung keinginan
semua pihak, yang terlibat dalam
perbincangan etik secara sitematis.
Kode etik bukan dokumen proaktif untuk
membantu konselor dalam memutuskan
apa yang harus dilakukan dalam suatu
situasi baru.
 Jadi, kode etik sangat berguna dalam beberapa
hal,tetapi juga memiliki keterbatasan.
 Konselor harus berhati-hati karena tidak semua
petunjuk yang mereka butuhkan dapat selalu
ditemukan dalam dokumen ini.
 Meskipun begitu,kapanpun masalah etik timbul
dalam konseling,yang pertama kali harus
dilakukan konselor adalah memeriksa kode etik
untuk melihat apakah ada pembahasan
mengenai situasi tersebut.
PENGERTIAN ETIKA, MORAL,NORMA
DAN NILAI
 ETIKA
 NILAI-NILAI ATAU NORMA MORAL YG MENGATUR
TINGKAH LAKU (SISTEM NILAI)
 KUMPULAN ASAS ATAU NILAI MORAL
 ILMU TENTANG BAIK ATAU BURUK
 MORAL
 SARANA UNTUK MENGUKUR BENAR TIDAKNYA
TINDAKAN
 NORMA
 UKURAN, GARIS PENGARAH, ATURAN ATAU
KAIDAH BAGI PERTIMBANGAN DAN PENILAIAN
 NILAI
 SESUATU YG DIJUNJUNG TINGGI, YG MEWARNAI
DAN MENJIWAI TINDAKAN SESEORANG
NILAI-NILAI PROFESI KONSELOR
 Nilai dapat dianggap sebagai “keharusan-
keharusan” suatu cita-cita menjadi dasar
bagi keputusan yang diambil
 Nilai merupakan bagian kenyataan yang tidak
dapat dipisahkan
 Setiap orang berperilaku sesuai dengan
seperangkat nilai
 Oleh karena itu KONSELOR tidak mungkin
netral atau tidak memihak dalam kaitannya
dengan nilai-nilai tertentu
 KONSELOR bertingkah laku sesuai
dengan nilai
 KONSELOR harus memperhatikan
nilai-nilai:
MORAL
SOSIAL
UNDANG-UNDANG
AGAMA
 KONSELOR memperhatikan derajat
pentingnya nilai
 APAKAH ADA NILAI DASAR YANG
HARUS DIANUT OLEH
KONSELOR?
 ADA BEBERAPA SIFAT
KEPRIBADIAN YANG HARUS
DIMILIKI KONSELOR: Menerima
orang lain, berpikiran terbuka,
berpandangan luas, menghargai
orang lain, obyektif, menyadari
keadaan diri sendiri
 Sifat-sifat kepribadian tersebut memiliki
latar belakang nilai dasar:
Sikap toleransi
Menghormati martabat orang lain
Percaya terhadap diri sendiri
Dapat dipercaya
Jujur
Suka menolong orang lain
 Nilai-nilai tersebut telah diterima sebagai
dasar untuk hidup bermasyarakat, termasuk
cerminan KONSELOR dalam proses
konseling.
 Konselor biasanya bekerja dalam batas
kewenangan lembaganya.
 Setiap lembaga memiliki nilai-nilai tertentu
yang harus ditaati oleh konselor, baik nilai
yang dibuat secara tertulis maupun tidak
 Sering konselor berada dalam suasana
pertentangan nilai
 Nilai dipegang oleh konselor adalah sebagian
dari kepribadian konselor, disisi lain konselor
diharapkan dapat menerima klien yang
mungkin memiliki nilai berlainan dengan
klien
 Konselor harus tetap jujur pada dirinya
sendiri,tidak boleh meninggalkan nilai-nilai
sosial, nilai moral dan nilai spiritual
MORAL DAN KONSELING
 Mengapa kita harus bermoral?
 Mengapa kita harus mengambil
bagian dalam kehidupan lembaga
moral?
 Megapa kita harus mengambil
sudut pandang moral?
 Motivasi untuk bertindak apakah,
yang secara moral dianggap baik?
 Apakah tindakan untuk melakukan
keadilan dapat disebut baik secara
moral?
 Pertanyaan tsb ditujukan kepada
konselor dlm lembaga yang sarat
dengan muatan moral
 SETIAP PERMASALAHAN
KONSELING ADALAH MASALAH
MORAL
Bagaimana seharusnya
memberikan layanan konseling?
 TUJUAN KONSELING YG BERHASIL
ialah penyesuaian moral secara
konstruktif terhadap kehidupan
KLIEN
 SEBELUM SEBAGAI KONSELOR,
sebaiknya kritis dan jujur menilai diri
sendiri, apakah secara moral
kemauannya cukup kuat dan bersedia
memikul tanggung jawab untuk
membantu orang lain
 HUBUNGAN KONSELOR – KLIEN
DALAM PEMBELAJARAN MELALUI
KONSELING HARUS DIDASARKAN
MORALITAS
 Apakah yang saya harapkan dari kegiatan
konseling ini?
 Kepuasan dan imbalan apakah yang mungkin
saya peroleh dalam membantu orang lain?
 UNTUK MENJADI KONSELOR YANG
BERETIKA konselor dapat mengajukan
pertanyaan: ”Bagaimanakah seharusnya saya
menjalani hidup?”
 Konselor dalam membelajarkan individu
melalui konseling perlu memberi kebebasan
kepada individu
KONSELOR HARUS KOMPETEN
 Moral pembelajaran melalui konseling
akan dapat diwujudkan oleh KONSELOR
yang memiliki kompetensi
 Kompetensi adalah keseluruhan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan
yang diperlukan oleh seseorang dalam
kaitannya dengan suatu tugas tertentu.
KONSELOR HARUS KOMPETEN
 Kompetensi KONSELOR ialah pengetahuan,sikap
dan keterampilan yang harus ada pada seseorang
agar dapat menunjukkan tingkah lakunya sebagai
KONSELOR.
 Konselor sekaligus sebagai pendidik yang
menjalankan tugas profesi
 Profesi merupakan pekerjaan atau karir yang
bersifat pelayanan bantuan keahlian dengan tingkat
ketepatan yang tinggi untuk kebahagiaan pengguna
berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Kompetensi konselor meliputi:
Kompetensi Pedagogik
Kompetensi Kepribadian
Kompetensi Sosial
Kompetensi Profesional
 Kompetensi profesional hendaknya
didasari oleh jiwa profesionalisme yang
tinggi
 Moral pembelajaran melalui konseling
akan dapat diwujudkan dengan baik bila
KONSELOR memiliki kepribadian yang
menunjang dalam melaksanakan tugas
profesionalnya
 Kepribadian KONSELOR tidak hanya
menjadi dasar bagi KONSELOR untuk
bertingkah laku yang bermoral, akan
tetapi juga menjadi model keteladanan
bagi para KLIEN dalam
perkembangannya
 Oleh karena itu kepribadian KONSELOR
perlu dibina dan dikembangkan sesuai
dng nilai-nilai moral
CARA MENYIKAPI DAN MELAKSANAKAN ETIKA
DAN MORAL KONSELING
 KONSELOR PROFESIONAL HARUS MEMAHAMI:
Apa etika dan moral konseling
Mengapa etika dan moral konseling
Bagaimana cara menyikapi dan melaksanakan
etika dan moral konseling.
 SIKAP POSITIF KONSELOR TERHADAP ETIKA DAN
MORAL KONSELING MENUNJANG KUALITAS
PROFESIONAL
 KUALITAS PROFESIONAL KONSELOR
Keinginan untuk selalu menampilkan
perilaku mendekati standar ideal
Meningkatkan dan memelihara citra
profesi
Keinginan untuk senantiasa mengejar
kesempatan pengembangan profesional
Mengejar kualitas dan cita-cita dalam
profesi
Memiliki kebanggaan terhadap profesi
 PENYIKAPAN MENGANDUNG UNSUR:
KOGNISI
AFEKSI
PERLAKUAN
 UNSUR-UNSUR KOGNISI MENGACU PADA
WAWASAN,KEYAKINAN,PEMAHAMAN,
PERTIMBANGAN, DAN PEMIKIRAN
KONSELOR
TENTANG:
HAKIKAT KLIEN, PENGARUH LINGKUNGAN
DAN HAKIKAT KONSELING
 Dasar-dasar penyikapan ini akan
terwujud dalam proses konseling
yang diwarnai oleh:
Komitmen yang tinggi
Motivasi yang tinggi
Niat baik yang dilandasi
kepribadian dan keahlian
 Hal ini penting karena sebagai modal
melaksanakan tugas yang menuntut
adanya:
Integritas moral kepribadian
Integritas intelektual yg berorientasi
kebenaran
Integritas religius dlm konteks pergaulan
Tingginya kualitas keahlian sesuai
kemajuan IPTEKS
Pemahaman, penghayatan dan
pengamalan etika profesi
Mengakui dan menghormati martabat
klien.
 UNSUR-UNSUR KOGNISI YG
MENDASARI PENYIKAPAN
Keyakinan klien sebagai mahluk sosial
yg sedang berkembang sarat dengan
etika dan moral
Pemahaman, bahwa dalam proses
konseling klien dapat belajar dari
berbagai sumber, termasuk konselor
yang penuh muatan etik dan moral
Pemahaman bahwa pembelajaran
melalui pelayanan konseling mampu
memberikan manfaat bila berdasarkan
etik dan moral pembelajaran
Pertimbangan dan pemikiran yang
cermat, teliti, manusiawi dan penuh
tanggung jawab yang dilandasi etik dan
moral akan mampu mencapai tujuan
 UNSUR-UNSUR KOGNISI
DITURUNKAN DALAM BENTUK
POLA TINGKAH LAKU YANG
MENCERMINKAN AFEKTIF
Memberikan penghargaan dan
penghormatan terhadap klien yang
penuh muatan etika dan moral
Komitmen tinggi untuk menerapkan
etika & moral
Berupaya sesuai dengan keahlian
yang dimilikinya
Menerapkan keahlian dilandasi etika
dan moral
Bersikap positif terhadap pentingnya
etika dan moral
Penuh kesadaran mengembangkan
wawasan, ide-ide, strategi, teknik
serta menerapkan etik dan moral
konseling secara tepat.
 BENTUK PERLAKUAN ETIKA DAN
MORAL KONSELING
Memberikan pelayanandengan penuh
tanggung jawab dan dilandasi etika dan
moral
Mengembangkan wawasan etik dan
moral secara lebih rinci dalam pola
perilaku
Mengembangkan strategi dan
menerapkan teknik-teknik yang tepat
Mengkaji upaya pelaksanaan konseling
melalui berbagai pendekatan.
CARA KONSELOR MENERAPKAN
ETIKA DAN MORAL KONSELING
 Agar dapat memahami orang lain, konselor
harus terus menerus menguasai dirinya
 Harus tetap menjaga standar mutu layanan
atau status profesinya
 Harus memperlihatkan sifat-sifat
sederhana, rendah hati, sabar, menepati
janji, dapat dipercaya, sadar diri, tidak
dogmatis, penuh tanggung jawab
 Harus bersifat terbuka terhadap saran
dan kritik
 Harus menghormati harkat pribadi
klien.
 Tidak membedakan sasaran layanan
(klien) dengan dalih apapun
 Konselor harus dapat menerapkan
prinsip-prinsip etika dan moral
konseling
 Konselor dalam KONSELING
mengutamakan:
penampilan prima secara fisik,
mudah tersenyum,
secara psikis berkepribadian empatik,
simpatik dan
kalimat bahasa yang jelas
 Konselor harus dapat menciptakan
iklim yang kondusif dan suasana
akademik, dinamis dan terarah
MODAL DASAR UNTUK MELAKSANAKAN
TUGAS PROFESIONAL
 Integritas moral kepribadian
 Integritas intelektual yang berorientasi
kebenaran
 Integritas religius dalam konteks pergaulan
dalam masyarakat majemuk
 Tingginya kualitas keahlian bidang studi sesuai
dengan kemajuan Ipteks
 Memahami,menghargai, dan mengamalkan
etika profesi
 Mengakui dan menghormati martabat klien.
SISTEM
KONSELING
IKLIM
KONDUSIF
HASIL
KLIEN
KONSELOR
Perasaan
Nilai
Etika
Moral
Karakteristik
Kemampuan
Sikap
Strategi/
Cara
Motivasi
Minat
PerasaanMotivasi
Strategi/Cara
Sikap
Model
Komp.
Personal
Komp.
Profesional
Komp.
Sosial
Komp.
Spiritual
Moral
Etika
Nilai
Minat
 Membuat keputusan secara etis dalam
situasi-situasi dimana terjadi konflik antar
jaminan-jaminan tampaknya adalah
sesuatu yang tidak mudah.
 Kode etik dapat menjadi arahan-arahan
dalam keputusan-keputusan etis secara
luas, tetapi mereka kadang-kadang cukup
detail dalam penerapan yang sempurna
terhadap situasi-situasi etis yang spesifik.
 Tentu saja, konselor biasanya melakukan upaya
untuk membuat keputusan-keputusan etis yang
kompleks dengan berdasarkan kepada sistem-
sistem etis internal mereka.
 Sistem-sistem etis tersebut benar-benar
merupakan bagian filosofis diri para konselor
dalam konseling.
 Pada dasarnya,sebuah sistem etis
merepresentasikan sebiuah hirarkhi nilai-nilai
yang mengijinkan konselor untuk membuat
pilihan berdasarkan pada perbedaan level, yaitu
level baik atau level buruk.
 Ketika jaminan-jaminan etis dan
keinginan-keinginan yang penting menjadi
suatu konflik, konselor sering berhadapan
dengan situasi-situasi di mana tidak ada
suatu cara yang dapat dilakukan yang
dapat membuat sebuah rekonsilisasi yang
sempurna terhadap nilai-nilai atau
harapan-harapan yang muncul.
 Dalam hal ini, konselor beroperasi pada
daerah dimana banyak”bayang-bayang
kelabu”
 Kemampuan untuk melakukan
internalisasi sebuah hirarkhi nilai pada
konselor dapat dilakukan secara etis,
efektif, dan mengikuti kata hati yang
benar-benar terbentuk dalam diri konselor
dalam hal identitas personal dan
profesional mereka.
 Sayangnya, banyak para konselor yang
tidak benar-benar menyadari siapa
sebenarnya dirinya, atau apa yang
sebenarnya mereka inginkan.
 Pada suatu saat mereka ingin menjadi
“orang yang membantu” yang mempunyai
komitmen yang mendalam untuk
membantu orang.
 Pada saat yang lain, para konselor
tersebut ingin menjadi seorang “polisi”
atau penjaga komunitas masyarakat
terhadap kenyataan atau pelanggaran
hukum terhadap seorang individu.
 Mungkin adalah benar bahwa masyarakat
memang memerlukan “orang yang
membantu’ dan “polisi”, tetapi dapat juga
benar,bahwa dalam beberapa situasi
adalah tidak mungkin bagi seseorang
untuk dapat berperilaku secara etis dan
konsisten pada kedua peran tersebut.
 Salah satu keprihatinan konselor yang
paling mendalam adalah bahwa dia ingin
menerima seseorang secara konsisten
dan etis.
 Jika dia tidak mempunyai penerimaan seperti
ini, para klien tidak akan menaruh kepercayaan
dan keyakinan kepadanya, suatu hal yang
dibutuhkan dalam pembentukan hubungan
personal yang bersifat membantu.
 Perilaku yang tidak etis biasanya muncul ketika
konselor mengkomunikasikan dirinya sendiri
dalam usahanya untuk membentuk sebuah
bentuk harapan-harapan dan kemudia perilaku
mereka tidak konsisten dengan harapan-
harapan tersebut.
 Untuk dapat menjadi konselor yang berhasil dan
etis, seseorang haraus dapat berkata-kata dan
hidup dalam sebuah hirarkhi nilai yang dapat
menjadikan dirinya mampu membuat keputusan
yang konsisten yang terkait dengan jaminan-
jaminan terhadap para klien terhadap jaminan-
jaminan yang lain.
 Konselor harus dapat memahami daripada
sekedar menjelaskan sebuah situasi sehingga
dapat membuat klien menjadi merasa nyaman
dengan menolak nilai-nilai yang mungkin terkait
dengan diri klien klien.
 Ketika seorang konselor menjadi tidak
jelas dan bersifat ambigius tentang
jaminan-jaminan etis, dia akan dipandang
sebagai seorang yang tidak konsisten dan
tidak dapat dipercaya.
 Ketika seorang konselor memutuskan
suatu hirakhi nilai tetapi tidak menemukan
kenyamanan klien, kemungkinan dia juga
tidak dapat diterima sebagai seorang
konselor.
 Kebanyakan perilaku etis muncul
ketika para konselor ingin diterima
sebagai konselor, tetapi membuat
nilai-nilai yang lebih besar terhadap
peran institusional seperti petugas
kedisiplinan atau seperti seorang
petugas administrasi.
 Konselor dalam melaksanakan tugas
berbagai proses kelompok yang bertujuan
membantu individu-individu dalam
kelompok terdapat berbagai persoalan
pokok yang perlu diperhatikan oleh para
konselor sebagai penyelenggaraan proses
kelompok.
 Persoalan pokok yang berkait dengan
kode etik profesional didalam
penyelenggaraan batuan itu.
 Kode etik profesi adalah norma-norma
yang harus diindahkan oleh setiap tenaga
profesi dalam menjalankan tugas profesi
dan dalam kehidupannya di masyarakat.
 Norma itu berisi:
Apa yang itdak boleh dilakukan,
Apa yang seharusnya dilakukan, dan
Apa yang diharapkan dari tenaga profesi.
 Kode etik, bagi seorang konselor adalah:
Memberikan pedoman etis/moral berperilaku
waktu mengambil keputusan bertindak
menjalankan tugas profesi konseling;
Memberikan perlindungan kepada klien
(individu pengguna);
Mengatur tingkah laku pada waktu
menjalankan tugas dan mengatur hubungan
konselor dengan klien, rekan sejawat dan
tenaga-tenaga profesional yang lain, atasan,
lembaga tempat bekerja (jika konselor adalah
pegawainya),dan dengan masyarakat;
 Kode etik, bagi seorang konselor adalah:
Memberikan dasar untuk melakukan penilaian
atas kegiatan profesional yang dilakukannya;
Menjaga nama baik profesi terhadap
masyarakat (public trust) dengan
mengusahakan standar mutu pelayanan
dengan kecakapan tinggi dan menghindari
perilaku tidak layak atau tidak patut/pantas;
Memberikan pedoman berbuat bagi konselor
jika mnghadapi delima etis;
Menunjukkan kepada konselor standar etika
yang mencerminkan penghargaan
masyarakat.
 Kode etik sebagai salah satu syarat bagi
eksistensi profesi konseling atau sebagai
jati diri profesi konseling.
 Kode etik penting,mengingat bahwa kode
etik:
penerapannya dengan patuh dan taat
asas,
penegakkannya merupakan tolok ukur
kualitas pencapaian visi dan misi
profesi.
 Dalam menjalankan tugasnya konselor
dituntut untuk menunjukkan kinerjanya
dengan penguasaan kompetensi
profesional, sosial, personal,
emosional,dan spiritual.
 Kode etik menjadi penting sebagai
pedoman kerja bagi konselor dalam
menjalankan tugas profesinya.
 Pelanggaran terhadap norma-norma
tersebut akan mendapatkan sanksi.
 Tujuan ditegakkannya kode etik adalah
untuk:
Menjunjung tinggi martabat profesi;
Meolindungi pelanggaran dari perbuatan
malapraktik;
Meningkatkan mutu profesi;
Menjaga standar mutu dan status profesi;dan
Menegakkan ikatan antara tenaga profesi dan
profesi yang disandang.
T E R I M A K A S I H
Prof.Dr.H.MUNGIN EDDY WIBOWO,M.Pd.,Kons.
024-8501087; 08156610531; 021- 7668590,
Fax 021-7668591, http://www.bsnp-indonesia.org http://www.abkin.org
email mungin_eddy@yahoo.com

Contenu connexe

Tendances

Keterampilan yang harus dimiliki oleh konselor kelompok dalam bimbingan konse...
Keterampilan yang harus dimiliki oleh konselor kelompok dalam bimbingan konse...Keterampilan yang harus dimiliki oleh konselor kelompok dalam bimbingan konse...
Keterampilan yang harus dimiliki oleh konselor kelompok dalam bimbingan konse...yayuzuliantini25
 
Konsep dasar bimbingan dan konseling keluarga
Konsep dasar bimbingan dan konseling keluarga Konsep dasar bimbingan dan konseling keluarga
Konsep dasar bimbingan dan konseling keluarga Novianita Novianita
 
Kepribadian dalam psikologi islami
Kepribadian dalam psikologi islamiKepribadian dalam psikologi islami
Kepribadian dalam psikologi islamiErta Erta
 
Pendekatan Konseling Psikoanalisis
Pendekatan Konseling PsikoanalisisPendekatan Konseling Psikoanalisis
Pendekatan Konseling PsikoanalisisLanggeng Prayogo
 
Rpl Bidang Pribadi
Rpl Bidang PribadiRpl Bidang Pribadi
Rpl Bidang PribadiAfy Luna
 
VERBATIM TEKNIK RESTRUKTURING KOGNITIF
VERBATIM TEKNIK RESTRUKTURING KOGNITIFVERBATIM TEKNIK RESTRUKTURING KOGNITIF
VERBATIM TEKNIK RESTRUKTURING KOGNITIFNur Arifaizal Basri
 
Verbatim terapi client centered CC (REFRENSI)
Verbatim terapi client centered CC (REFRENSI)Verbatim terapi client centered CC (REFRENSI)
Verbatim terapi client centered CC (REFRENSI)Nur Arifaizal Basri
 
Rpl Bidang Sosial
Rpl Bidang SosialRpl Bidang Sosial
Rpl Bidang SosialAfy Luna
 
sejarah bimbingan dan konseling
 sejarah bimbingan dan konseling sejarah bimbingan dan konseling
sejarah bimbingan dan konselingkomisariatimmbpp
 
2018 kode etik bk 21 22 juli 2018
2018 kode etik bk 21 22 juli 20182018 kode etik bk 21 22 juli 2018
2018 kode etik bk 21 22 juli 2018Zakki Nurul Amin
 

Tendances (20)

Pendekatan client centered
Pendekatan client centeredPendekatan client centered
Pendekatan client centered
 
Keterampilan yang harus dimiliki oleh konselor kelompok dalam bimbingan konse...
Keterampilan yang harus dimiliki oleh konselor kelompok dalam bimbingan konse...Keterampilan yang harus dimiliki oleh konselor kelompok dalam bimbingan konse...
Keterampilan yang harus dimiliki oleh konselor kelompok dalam bimbingan konse...
 
Konsep dasar bimbingan dan konseling keluarga
Konsep dasar bimbingan dan konseling keluarga Konsep dasar bimbingan dan konseling keluarga
Konsep dasar bimbingan dan konseling keluarga
 
Penstrukturan
PenstrukturanPenstrukturan
Penstrukturan
 
RPL BIMBINGAN KELOMPOK (POP)
RPL BIMBINGAN KELOMPOK (POP)RPL BIMBINGAN KELOMPOK (POP)
RPL BIMBINGAN KELOMPOK (POP)
 
pendekatan Humanistik ppt
pendekatan Humanistik pptpendekatan Humanistik ppt
pendekatan Humanistik ppt
 
Kepribadian dalam psikologi islami
Kepribadian dalam psikologi islamiKepribadian dalam psikologi islami
Kepribadian dalam psikologi islami
 
Pendekatan Konseling Psikoanalisis
Pendekatan Konseling PsikoanalisisPendekatan Konseling Psikoanalisis
Pendekatan Konseling Psikoanalisis
 
Rpl Bidang Pribadi
Rpl Bidang PribadiRpl Bidang Pribadi
Rpl Bidang Pribadi
 
VERBATIM TEKNIK RESTRUKTURING KOGNITIF
VERBATIM TEKNIK RESTRUKTURING KOGNITIFVERBATIM TEKNIK RESTRUKTURING KOGNITIF
VERBATIM TEKNIK RESTRUKTURING KOGNITIF
 
Verbatim terapi client centered CC (REFRENSI)
Verbatim terapi client centered CC (REFRENSI)Verbatim terapi client centered CC (REFRENSI)
Verbatim terapi client centered CC (REFRENSI)
 
MASA KANAK-KANAK AWAL
MASA KANAK-KANAK AWALMASA KANAK-KANAK AWAL
MASA KANAK-KANAK AWAL
 
Materi psikometri ss
Materi psikometri ssMateri psikometri ss
Materi psikometri ss
 
Sosiometri
SosiometriSosiometri
Sosiometri
 
PENDEKATAN TEORI REALITA
PENDEKATAN TEORI REALITAPENDEKATAN TEORI REALITA
PENDEKATAN TEORI REALITA
 
Rpl Bidang Sosial
Rpl Bidang SosialRpl Bidang Sosial
Rpl Bidang Sosial
 
sejarah bimbingan dan konseling
 sejarah bimbingan dan konseling sejarah bimbingan dan konseling
sejarah bimbingan dan konseling
 
Contoh verbatim (REFRENSI)
Contoh verbatim (REFRENSI)Contoh verbatim (REFRENSI)
Contoh verbatim (REFRENSI)
 
2018 kode etik bk 21 22 juli 2018
2018 kode etik bk 21 22 juli 20182018 kode etik bk 21 22 juli 2018
2018 kode etik bk 21 22 juli 2018
 
KONSEP DASAR ASESMENT BK
KONSEP DASAR ASESMENT BKKONSEP DASAR ASESMENT BK
KONSEP DASAR ASESMENT BK
 

Similaire à Etika konseling

Etika dan Norma - Kelompok 1.pptx
Etika dan Norma - Kelompok 1.pptxEtika dan Norma - Kelompok 1.pptx
Etika dan Norma - Kelompok 1.pptxFlavioGiancarlo1
 
8,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,corporate ethics...
8,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,corporate ethics...8,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,corporate ethics...
8,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,corporate ethics...dyahruthw
 
1, BE & GG, Dyah Ruth Wulandari, Hapzi Ali, Etika Bisnis: Konsep & Teori, Uni...
1, BE & GG, Dyah Ruth Wulandari, Hapzi Ali, Etika Bisnis: Konsep & Teori, Uni...1, BE & GG, Dyah Ruth Wulandari, Hapzi Ali, Etika Bisnis: Konsep & Teori, Uni...
1, BE & GG, Dyah Ruth Wulandari, Hapzi Ali, Etika Bisnis: Konsep & Teori, Uni...dyahruthw
 
Perkembangan nilai,-moral,-dan-sikap
Perkembangan nilai,-moral,-dan-sikapPerkembangan nilai,-moral,-dan-sikap
Perkembangan nilai,-moral,-dan-sikapodaxboy
 
Makalah etika profesional konseling agama
Makalah etika profesional konseling agamaMakalah etika profesional konseling agama
Makalah etika profesional konseling agamamisbakhulfirdaus
 
11 be gg-muhammad surya alam-hapzi ali-ethical dilemma-universitas mercu buan...
11 be gg-muhammad surya alam-hapzi ali-ethical dilemma-universitas mercu buan...11 be gg-muhammad surya alam-hapzi ali-ethical dilemma-universitas mercu buan...
11 be gg-muhammad surya alam-hapzi ali-ethical dilemma-universitas mercu buan...MuhammadSuryaAlam
 
Bab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etika
Bab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etikaBab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etika
Bab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etikaSyaiful Ahdan
 
Komunikasi_ETIKA KEDOKTERAN.pdf
Komunikasi_ETIKA KEDOKTERAN.pdfKomunikasi_ETIKA KEDOKTERAN.pdf
Komunikasi_ETIKA KEDOKTERAN.pdfwadejack1
 
Konsep asas moral
Konsep asas moralKonsep asas moral
Konsep asas moralSucram Suna
 
Etika profesional konseling agama
Etika profesional konseling agamaEtika profesional konseling agama
Etika profesional konseling agamabkupstegal
 
Teori Etika Keperawatan
Teori Etika KeperawatanTeori Etika Keperawatan
Teori Etika KeperawatanMrirfan
 
Teorietikakeperawatan 100217231053-phpapp02
Teorietikakeperawatan 100217231053-phpapp02Teorietikakeperawatan 100217231053-phpapp02
Teorietikakeperawatan 100217231053-phpapp02Tia Septianita
 
Pancasila sebagai sistem etika
Pancasila sebagai sistem etikaPancasila sebagai sistem etika
Pancasila sebagai sistem etikaZarevi1
 
Materi issue etik yang terjadi dalam pelayanan kebidanan
Materi issue etik yang terjadi dalam pelayanan kebidananMateri issue etik yang terjadi dalam pelayanan kebidanan
Materi issue etik yang terjadi dalam pelayanan kebidananLatifah Safriana
 

Similaire à Etika konseling (20)

Pert.III
Pert.IIIPert.III
Pert.III
 
Etika dan Norma - Kelompok 1.pptx
Etika dan Norma - Kelompok 1.pptxEtika dan Norma - Kelompok 1.pptx
Etika dan Norma - Kelompok 1.pptx
 
8,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,corporate ethics...
8,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,corporate ethics...8,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,corporate ethics...
8,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,corporate ethics...
 
1, BE & GG, Dyah Ruth Wulandari, Hapzi Ali, Etika Bisnis: Konsep & Teori, Uni...
1, BE & GG, Dyah Ruth Wulandari, Hapzi Ali, Etika Bisnis: Konsep & Teori, Uni...1, BE & GG, Dyah Ruth Wulandari, Hapzi Ali, Etika Bisnis: Konsep & Teori, Uni...
1, BE & GG, Dyah Ruth Wulandari, Hapzi Ali, Etika Bisnis: Konsep & Teori, Uni...
 
Bab vi
Bab viBab vi
Bab vi
 
Epistemologi
EpistemologiEpistemologi
Epistemologi
 
Ethics
EthicsEthics
Ethics
 
Perkembangan nilai,-moral,-dan-sikap
Perkembangan nilai,-moral,-dan-sikapPerkembangan nilai,-moral,-dan-sikap
Perkembangan nilai,-moral,-dan-sikap
 
Makalah etika profesional konseling agama
Makalah etika profesional konseling agamaMakalah etika profesional konseling agama
Makalah etika profesional konseling agama
 
Pengantar Etika BAB 1
Pengantar Etika BAB 1Pengantar Etika BAB 1
Pengantar Etika BAB 1
 
11 be gg-muhammad surya alam-hapzi ali-ethical dilemma-universitas mercu buan...
11 be gg-muhammad surya alam-hapzi ali-ethical dilemma-universitas mercu buan...11 be gg-muhammad surya alam-hapzi ali-ethical dilemma-universitas mercu buan...
11 be gg-muhammad surya alam-hapzi ali-ethical dilemma-universitas mercu buan...
 
Bab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etika
Bab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etikaBab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etika
Bab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etika
 
Sistematika dan Konsepsi Etika
Sistematika dan Konsepsi Etika Sistematika dan Konsepsi Etika
Sistematika dan Konsepsi Etika
 
Komunikasi_ETIKA KEDOKTERAN.pdf
Komunikasi_ETIKA KEDOKTERAN.pdfKomunikasi_ETIKA KEDOKTERAN.pdf
Komunikasi_ETIKA KEDOKTERAN.pdf
 
Konsep asas moral
Konsep asas moralKonsep asas moral
Konsep asas moral
 
Etika profesional konseling agama
Etika profesional konseling agamaEtika profesional konseling agama
Etika profesional konseling agama
 
Teori Etika Keperawatan
Teori Etika KeperawatanTeori Etika Keperawatan
Teori Etika Keperawatan
 
Teorietikakeperawatan 100217231053-phpapp02
Teorietikakeperawatan 100217231053-phpapp02Teorietikakeperawatan 100217231053-phpapp02
Teorietikakeperawatan 100217231053-phpapp02
 
Pancasila sebagai sistem etika
Pancasila sebagai sistem etikaPancasila sebagai sistem etika
Pancasila sebagai sistem etika
 
Materi issue etik yang terjadi dalam pelayanan kebidanan
Materi issue etik yang terjadi dalam pelayanan kebidananMateri issue etik yang terjadi dalam pelayanan kebidanan
Materi issue etik yang terjadi dalam pelayanan kebidanan
 

Plus de hanafieminence

Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku
Faktor faktor yang mempengaruhi perilakuFaktor faktor yang mempengaruhi perilaku
Faktor faktor yang mempengaruhi perilakuhanafieminence
 
Aplikasi TI dalam pelayanan informasi
Aplikasi TI dalam pelayanan informasiAplikasi TI dalam pelayanan informasi
Aplikasi TI dalam pelayanan informasihanafieminence
 
Intrinsic motivation and extrinsic incentives
Intrinsic motivation and extrinsic incentivesIntrinsic motivation and extrinsic incentives
Intrinsic motivation and extrinsic incentiveshanafieminence
 
Pengaruh motivasi belajar dan efikasi diri terhadap kematangan karir mahasiswa
Pengaruh motivasi belajar dan efikasi diri terhadap kematangan karir mahasiswaPengaruh motivasi belajar dan efikasi diri terhadap kematangan karir mahasiswa
Pengaruh motivasi belajar dan efikasi diri terhadap kematangan karir mahasiswahanafieminence
 
Hubungan antara kecerdasan emosi dan perilaku asertif dengan perilaku agresif...
Hubungan antara kecerdasan emosi dan perilaku asertif dengan perilaku agresif...Hubungan antara kecerdasan emosi dan perilaku asertif dengan perilaku agresif...
Hubungan antara kecerdasan emosi dan perilaku asertif dengan perilaku agresif...hanafieminence
 
Hubungan antara harga diri dengan kecenderungan cinderella complex pada remaj...
Hubungan antara harga diri dengan kecenderungan cinderella complex pada remaj...Hubungan antara harga diri dengan kecenderungan cinderella complex pada remaj...
Hubungan antara harga diri dengan kecenderungan cinderella complex pada remaj...hanafieminence
 
Hubungan antara efikasi diri dengan perilaku prokrastinasi
Hubungan antara efikasi diri dengan perilaku prokrastinasiHubungan antara efikasi diri dengan perilaku prokrastinasi
Hubungan antara efikasi diri dengan perilaku prokrastinasihanafieminence
 
Sikap orang tua terhadap anaknya yang menyandang
Sikap orang tua terhadap anaknya yang menyandangSikap orang tua terhadap anaknya yang menyandang
Sikap orang tua terhadap anaknya yang menyandanghanafieminence
 

Plus de hanafieminence (8)

Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku
Faktor faktor yang mempengaruhi perilakuFaktor faktor yang mempengaruhi perilaku
Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku
 
Aplikasi TI dalam pelayanan informasi
Aplikasi TI dalam pelayanan informasiAplikasi TI dalam pelayanan informasi
Aplikasi TI dalam pelayanan informasi
 
Intrinsic motivation and extrinsic incentives
Intrinsic motivation and extrinsic incentivesIntrinsic motivation and extrinsic incentives
Intrinsic motivation and extrinsic incentives
 
Pengaruh motivasi belajar dan efikasi diri terhadap kematangan karir mahasiswa
Pengaruh motivasi belajar dan efikasi diri terhadap kematangan karir mahasiswaPengaruh motivasi belajar dan efikasi diri terhadap kematangan karir mahasiswa
Pengaruh motivasi belajar dan efikasi diri terhadap kematangan karir mahasiswa
 
Hubungan antara kecerdasan emosi dan perilaku asertif dengan perilaku agresif...
Hubungan antara kecerdasan emosi dan perilaku asertif dengan perilaku agresif...Hubungan antara kecerdasan emosi dan perilaku asertif dengan perilaku agresif...
Hubungan antara kecerdasan emosi dan perilaku asertif dengan perilaku agresif...
 
Hubungan antara harga diri dengan kecenderungan cinderella complex pada remaj...
Hubungan antara harga diri dengan kecenderungan cinderella complex pada remaj...Hubungan antara harga diri dengan kecenderungan cinderella complex pada remaj...
Hubungan antara harga diri dengan kecenderungan cinderella complex pada remaj...
 
Hubungan antara efikasi diri dengan perilaku prokrastinasi
Hubungan antara efikasi diri dengan perilaku prokrastinasiHubungan antara efikasi diri dengan perilaku prokrastinasi
Hubungan antara efikasi diri dengan perilaku prokrastinasi
 
Sikap orang tua terhadap anaknya yang menyandang
Sikap orang tua terhadap anaknya yang menyandangSikap orang tua terhadap anaknya yang menyandang
Sikap orang tua terhadap anaknya yang menyandang
 

Dernier

RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".Kanaidi ken
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaharnosuharno5
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfJarzaniIsmail
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxnursariheldaseptiana
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAppgauliananda03
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptxfurqanridha
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanAyuApriliyanti6
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxDewiUmbar
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANwawan479953
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...nuraji51
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...Kanaidi ken
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKgamelamalaal
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptnovibernadina
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxriscacriswanda
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 

Dernier (20)

RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 

Etika konseling

  • 2. PENGANTAR  Profesi konseling merupakan keahlian pelayanan pengembangan dan pemecahan masalah yang mementingkan pemenuhan kebutuhan dan kebahagiaan pengguna sesuai dengan martabat, nilai, potensi, dan keunikan individu berdasarkan kajian dan penerapan ilmu dan teknologi dengan acuan dasar ilmu pendidikan dan psikologi yang dikemas dalam kaji terapan konseling yang diwarnai oleh budaya pihak-pihak terkait.  Dengan demikian paradigma konseling adalah pelayanan bantuan psiko-pendidikan dalam bingkai budaya. 
  • 3.  Dari sudut pandang profesi bantuan (helping profession) pelayanan konseling diabdikan bagipeningkatan harkat dan martabat kemanusiaan dengan cara menfasilitasi perkembangan individu atau kelompok individu sesuai dengan dengan kekuatan,kemampuan potensial dan aktual serta peluang-peluang yang dimilikinya, dan membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta kendala yang dihadapi dalam perkembangan dirinya.
  • 4.  Sebagai pekerjaan profesional,maka cara kerjanya diatur dalam kode etik yang jelas. Kode etik adalah kode moral yang menjadi landasan kerja bagi pekerja profesional.  Etik merupakan standar tingkah laku standar seseorang, atau sekelompok orang,yang didasarkan atas nilai-nilai yang disepakati.
  • 5.  Setiap kelompok profesi pada dasarnya merumuskan standar tingkah lakunya yang dijadikan sebagai pedoman dalam menjalankan tugas dan kewajiban profesional.  Standar Tingkah Laku profesional itu diterjemahkan dari nilai-nilai masyarakat ke dalam bentuk cita-cita yang terstruktur dalamhubungannya dengan orang lain, kliennya dan masyarakat.  Terjemahan nilai-nilai sebagai bentuk standar itu dirumuskan ke dalam “kode etik profesi” (Hansen, 1982:438).
  • 6.  Setiap pekerja profesional harus mempunyai perhatian terhadap tanggungjawab dan jaminan etis mereka.  Masalah-masalah etis sering menjadi hal yang sangat sulit bagi orang-orang yang mempunyai profesi membantu karena beberapa alasan.  Pertama, praktek-praktek etis khusus atau kode etik masih berkembang yang memberikan arahan yang selayaknya terhadap perilaku etis dalam situasi-situasi yang sangat luas yang dijumpai dalamhubungan-hubungan personal yang bersifat membantu.  Kedua, sebagian besar pekerja dalam profesi membantu tidak melakukan praktek sendirian.
  • 7.  Operasional profesionalitas mereka muncul dalam konteks institusi sekolah, kampus,rumah sakit,gereja,dan agensi pribadi yang mempunyai sistem-sistem nilai institusional yang mungkin cukup berbeda dalam kelompok profesional yang ditujukan oleh para pekerja dalam bidang ini.  Dalam profesi membantu tampaknya akan menemui situasi-situasi di mana jaminan- jaminan etis menjadi tumpang tindih dan konflik.  Sering kali terjadi,mereka bekerja secara simultan terhadap beberapa orang yang terkait dengan hubungan interpersonal yang sangat dekat dengan diri mereka.
  • 8.  Etik meliputi “membuat keputusan yang bersifat moral tentang manusia dan interaksi mereka dalam masyarakat (Kitchener,1986:306).  Etik sering juga disebut moralitas dan dalam beberapa kasus kedua istilah ini saling tumpang tindih.  Keduanya berhubungan dengan “apa yang dikatakan baik dan yang buruk atau studi tentang tingkah laku manusia dan nilai-nilai (van Hoose & Kottler,1985:2).  Meskipun demikian masing-masing memiliki arti sendiri-sendiri.
  • 9.  Etik secara umum didefinisikan sebagai ilmu filsafat mengenai tingkah laku manusia dan pengambilan keputusan moral  Etik bersifat normatif dan berfokus pada prinsip-prinsip standar yang mengatur hubungan antara individu,seperti hubungan antara konselor dan klien.
  • 10.  Moralitas meliputi penilaian atau evaluasi perbuatan.  Ini berhubungan dengan kata-kata seperti baik,buruk,salah,seharusnya dan harus.  Konselor memiliki moral,dan di dalam teori yang digunakan konselor tertanam asumsi moral tentang sifat manusia yang secara eksplisit dan implisit akan mempertanyakan: ”Apakah manusia itu?  “Bagaimana seharusnya manusia itu?”
  • 11. ETIK DAN KONSELING  Sebagai kelompok,konselor profesional berhubungan dengan etik dan nilai.  Bahkan banyak konselor menghadapi keluhan etika dengan kesungguhan yang sama seperti menghadapi tuntutan perkara hukum.
  • 12.  Bagaimanapun juga ada beberapa konselor yang lebih melek atau lebih akrab dengan isu-isu ini.  Patterson (1971) melihat bahwa identitas keprofesionalan konselor berhubungan dengan pengetahuan dan praktik etik mereka.  Welfel (2006) menambahkan bahwa keefektifan dari konselor berhubungan dengan pengetahuan etik dan tingkah laku mereka.
  • 13.  Tingkah laku tidak beretik dalam konseling bentuknya bermacam-macam.  Godaan umum yang dirasakan orang,juga dialami konselor.  Diantaranya termasuk keintiman fisik, gosip yang menggairahkan,atau kesempatan (jika berhasil) untuk meningkatkan karir seseorang.  Beberapa bentuk tingkah laku tidak etis jelas dan terencana,sementara lainnya lebih halus dan tidak terencana
  • 14. Beberapa tingkah laku tidak etis yang paling sering dalam konseling (ACA,2005;Herlihy &Corey,2006): Pelanggaran kepercayaan Melampaui tingkat kompetensi profesional seseorang Kelalaian dalam praktik Mengklaim keahlian yang tidak dimiliki Memaksakan nilai-nilai konselor kepada klien Membuat klien bergantung
  • 15. Melakukan aktivitas seksual dengan klien Konflik kepentingan,seperti hubungan ganda yaitu peran konselor bercampur dengan hubungan lainnya, baik hubungan pribadi atau hubungan profesional Persetujuan finansial yang kurang jelas,seperti mengenakan bayaran tambahan Pengiklanan yang tidak pantas Plagiarisme
  • 16. KETERBATASAN KODE ETIK  Remley mencatat bahwa kode etik itu umum dan idealistis; jarang menjawab pertanyaan yang spesifik.  Selain itu,dia menunjukkan bahwa dokumen seperti itu tidak dibahas “dilema profesional yang dapat diprediksi”.
  • 17.  Alih-alih kode etik memberikan pedoman,berdasarkan pengalaman dan nilai-nilai,tentang bagaimana seharusnya tingkah laku konselor.  Dalam banyak cara, standar etik mewakili kumpulan kebijaksanaan dari seorang profesi dalam kurun waktutertentu.
  • 18.  Ada sejumlah batasan spesifik dalam kode etik.  Di bawah ini beberapa batasan yang paling sering disebutkan (Beymer,1971;Corey,Corey, & Callanan,2007; Talbutt,1981): Beberapa masalah tidak dapat diputuskan dengan kode etik. Pelaksanaan kode etik merupakan hal yang sulit. Standar-standar yang diuraikan dalam kode etik ada kemungkinan saling bertentangan.
  • 19. Beberapa isu legal dan etis tidak tercakup dalam kode etik. Kode etik adalah dokumen sejarah. Sehingga praktik yang diterima pada suatu kurun waktu mungkin saja dianggap tidak lagi etis di kemudian hari. Terkadang muncul konflik antara peraturan etik dan peraturan legal. Kode etik tidak membahas masalah lintas budaya.
  • 20. Tidak semua kemungkinan situasi dibahas dalam kode etik. Sering kali sulit menampung keinginan semua pihak, yang terlibat dalam perbincangan etik secara sitematis. Kode etik bukan dokumen proaktif untuk membantu konselor dalam memutuskan apa yang harus dilakukan dalam suatu situasi baru.
  • 21.  Jadi, kode etik sangat berguna dalam beberapa hal,tetapi juga memiliki keterbatasan.  Konselor harus berhati-hati karena tidak semua petunjuk yang mereka butuhkan dapat selalu ditemukan dalam dokumen ini.  Meskipun begitu,kapanpun masalah etik timbul dalam konseling,yang pertama kali harus dilakukan konselor adalah memeriksa kode etik untuk melihat apakah ada pembahasan mengenai situasi tersebut.
  • 22. PENGERTIAN ETIKA, MORAL,NORMA DAN NILAI  ETIKA  NILAI-NILAI ATAU NORMA MORAL YG MENGATUR TINGKAH LAKU (SISTEM NILAI)  KUMPULAN ASAS ATAU NILAI MORAL  ILMU TENTANG BAIK ATAU BURUK  MORAL  SARANA UNTUK MENGUKUR BENAR TIDAKNYA TINDAKAN  NORMA  UKURAN, GARIS PENGARAH, ATURAN ATAU KAIDAH BAGI PERTIMBANGAN DAN PENILAIAN  NILAI  SESUATU YG DIJUNJUNG TINGGI, YG MEWARNAI DAN MENJIWAI TINDAKAN SESEORANG
  • 23. NILAI-NILAI PROFESI KONSELOR  Nilai dapat dianggap sebagai “keharusan- keharusan” suatu cita-cita menjadi dasar bagi keputusan yang diambil  Nilai merupakan bagian kenyataan yang tidak dapat dipisahkan  Setiap orang berperilaku sesuai dengan seperangkat nilai  Oleh karena itu KONSELOR tidak mungkin netral atau tidak memihak dalam kaitannya dengan nilai-nilai tertentu
  • 24.  KONSELOR bertingkah laku sesuai dengan nilai  KONSELOR harus memperhatikan nilai-nilai: MORAL SOSIAL UNDANG-UNDANG AGAMA  KONSELOR memperhatikan derajat pentingnya nilai
  • 25.  APAKAH ADA NILAI DASAR YANG HARUS DIANUT OLEH KONSELOR?  ADA BEBERAPA SIFAT KEPRIBADIAN YANG HARUS DIMILIKI KONSELOR: Menerima orang lain, berpikiran terbuka, berpandangan luas, menghargai orang lain, obyektif, menyadari keadaan diri sendiri
  • 26.  Sifat-sifat kepribadian tersebut memiliki latar belakang nilai dasar: Sikap toleransi Menghormati martabat orang lain Percaya terhadap diri sendiri Dapat dipercaya Jujur Suka menolong orang lain
  • 27.  Nilai-nilai tersebut telah diterima sebagai dasar untuk hidup bermasyarakat, termasuk cerminan KONSELOR dalam proses konseling.  Konselor biasanya bekerja dalam batas kewenangan lembaganya.  Setiap lembaga memiliki nilai-nilai tertentu yang harus ditaati oleh konselor, baik nilai yang dibuat secara tertulis maupun tidak
  • 28.  Sering konselor berada dalam suasana pertentangan nilai  Nilai dipegang oleh konselor adalah sebagian dari kepribadian konselor, disisi lain konselor diharapkan dapat menerima klien yang mungkin memiliki nilai berlainan dengan klien  Konselor harus tetap jujur pada dirinya sendiri,tidak boleh meninggalkan nilai-nilai sosial, nilai moral dan nilai spiritual
  • 29. MORAL DAN KONSELING  Mengapa kita harus bermoral?  Mengapa kita harus mengambil bagian dalam kehidupan lembaga moral?  Megapa kita harus mengambil sudut pandang moral?
  • 30.  Motivasi untuk bertindak apakah, yang secara moral dianggap baik?  Apakah tindakan untuk melakukan keadilan dapat disebut baik secara moral?  Pertanyaan tsb ditujukan kepada konselor dlm lembaga yang sarat dengan muatan moral
  • 31.  SETIAP PERMASALAHAN KONSELING ADALAH MASALAH MORAL Bagaimana seharusnya memberikan layanan konseling?  TUJUAN KONSELING YG BERHASIL ialah penyesuaian moral secara konstruktif terhadap kehidupan KLIEN
  • 32.  SEBELUM SEBAGAI KONSELOR, sebaiknya kritis dan jujur menilai diri sendiri, apakah secara moral kemauannya cukup kuat dan bersedia memikul tanggung jawab untuk membantu orang lain  HUBUNGAN KONSELOR – KLIEN DALAM PEMBELAJARAN MELALUI KONSELING HARUS DIDASARKAN MORALITAS
  • 33.  Apakah yang saya harapkan dari kegiatan konseling ini?  Kepuasan dan imbalan apakah yang mungkin saya peroleh dalam membantu orang lain?  UNTUK MENJADI KONSELOR YANG BERETIKA konselor dapat mengajukan pertanyaan: ”Bagaimanakah seharusnya saya menjalani hidup?”  Konselor dalam membelajarkan individu melalui konseling perlu memberi kebebasan kepada individu
  • 34. KONSELOR HARUS KOMPETEN  Moral pembelajaran melalui konseling akan dapat diwujudkan oleh KONSELOR yang memiliki kompetensi  Kompetensi adalah keseluruhan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan oleh seseorang dalam kaitannya dengan suatu tugas tertentu.
  • 35. KONSELOR HARUS KOMPETEN  Kompetensi KONSELOR ialah pengetahuan,sikap dan keterampilan yang harus ada pada seseorang agar dapat menunjukkan tingkah lakunya sebagai KONSELOR.  Konselor sekaligus sebagai pendidik yang menjalankan tugas profesi  Profesi merupakan pekerjaan atau karir yang bersifat pelayanan bantuan keahlian dengan tingkat ketepatan yang tinggi untuk kebahagiaan pengguna berdasarkan norma-norma yang berlaku.
  • 36. Kompetensi konselor meliputi: Kompetensi Pedagogik Kompetensi Kepribadian Kompetensi Sosial Kompetensi Profesional
  • 37.  Kompetensi profesional hendaknya didasari oleh jiwa profesionalisme yang tinggi  Moral pembelajaran melalui konseling akan dapat diwujudkan dengan baik bila KONSELOR memiliki kepribadian yang menunjang dalam melaksanakan tugas profesionalnya
  • 38.  Kepribadian KONSELOR tidak hanya menjadi dasar bagi KONSELOR untuk bertingkah laku yang bermoral, akan tetapi juga menjadi model keteladanan bagi para KLIEN dalam perkembangannya  Oleh karena itu kepribadian KONSELOR perlu dibina dan dikembangkan sesuai dng nilai-nilai moral
  • 39. CARA MENYIKAPI DAN MELAKSANAKAN ETIKA DAN MORAL KONSELING  KONSELOR PROFESIONAL HARUS MEMAHAMI: Apa etika dan moral konseling Mengapa etika dan moral konseling Bagaimana cara menyikapi dan melaksanakan etika dan moral konseling.  SIKAP POSITIF KONSELOR TERHADAP ETIKA DAN MORAL KONSELING MENUNJANG KUALITAS PROFESIONAL
  • 40.  KUALITAS PROFESIONAL KONSELOR Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku mendekati standar ideal Meningkatkan dan memelihara citra profesi Keinginan untuk senantiasa mengejar kesempatan pengembangan profesional Mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi Memiliki kebanggaan terhadap profesi
  • 41.  PENYIKAPAN MENGANDUNG UNSUR: KOGNISI AFEKSI PERLAKUAN  UNSUR-UNSUR KOGNISI MENGACU PADA WAWASAN,KEYAKINAN,PEMAHAMAN, PERTIMBANGAN, DAN PEMIKIRAN KONSELOR TENTANG: HAKIKAT KLIEN, PENGARUH LINGKUNGAN DAN HAKIKAT KONSELING
  • 42.  Dasar-dasar penyikapan ini akan terwujud dalam proses konseling yang diwarnai oleh: Komitmen yang tinggi Motivasi yang tinggi Niat baik yang dilandasi kepribadian dan keahlian
  • 43.  Hal ini penting karena sebagai modal melaksanakan tugas yang menuntut adanya: Integritas moral kepribadian Integritas intelektual yg berorientasi kebenaran Integritas religius dlm konteks pergaulan Tingginya kualitas keahlian sesuai kemajuan IPTEKS Pemahaman, penghayatan dan pengamalan etika profesi Mengakui dan menghormati martabat klien.
  • 44.  UNSUR-UNSUR KOGNISI YG MENDASARI PENYIKAPAN Keyakinan klien sebagai mahluk sosial yg sedang berkembang sarat dengan etika dan moral Pemahaman, bahwa dalam proses konseling klien dapat belajar dari berbagai sumber, termasuk konselor yang penuh muatan etik dan moral
  • 45. Pemahaman bahwa pembelajaran melalui pelayanan konseling mampu memberikan manfaat bila berdasarkan etik dan moral pembelajaran Pertimbangan dan pemikiran yang cermat, teliti, manusiawi dan penuh tanggung jawab yang dilandasi etik dan moral akan mampu mencapai tujuan
  • 46.  UNSUR-UNSUR KOGNISI DITURUNKAN DALAM BENTUK POLA TINGKAH LAKU YANG MENCERMINKAN AFEKTIF Memberikan penghargaan dan penghormatan terhadap klien yang penuh muatan etika dan moral Komitmen tinggi untuk menerapkan etika & moral
  • 47. Berupaya sesuai dengan keahlian yang dimilikinya Menerapkan keahlian dilandasi etika dan moral Bersikap positif terhadap pentingnya etika dan moral Penuh kesadaran mengembangkan wawasan, ide-ide, strategi, teknik serta menerapkan etik dan moral konseling secara tepat.
  • 48.  BENTUK PERLAKUAN ETIKA DAN MORAL KONSELING Memberikan pelayanandengan penuh tanggung jawab dan dilandasi etika dan moral Mengembangkan wawasan etik dan moral secara lebih rinci dalam pola perilaku Mengembangkan strategi dan menerapkan teknik-teknik yang tepat Mengkaji upaya pelaksanaan konseling melalui berbagai pendekatan.
  • 49. CARA KONSELOR MENERAPKAN ETIKA DAN MORAL KONSELING  Agar dapat memahami orang lain, konselor harus terus menerus menguasai dirinya  Harus tetap menjaga standar mutu layanan atau status profesinya  Harus memperlihatkan sifat-sifat sederhana, rendah hati, sabar, menepati janji, dapat dipercaya, sadar diri, tidak dogmatis, penuh tanggung jawab
  • 50.  Harus bersifat terbuka terhadap saran dan kritik  Harus menghormati harkat pribadi klien.  Tidak membedakan sasaran layanan (klien) dengan dalih apapun  Konselor harus dapat menerapkan prinsip-prinsip etika dan moral konseling
  • 51.  Konselor dalam KONSELING mengutamakan: penampilan prima secara fisik, mudah tersenyum, secara psikis berkepribadian empatik, simpatik dan kalimat bahasa yang jelas  Konselor harus dapat menciptakan iklim yang kondusif dan suasana akademik, dinamis dan terarah
  • 52. MODAL DASAR UNTUK MELAKSANAKAN TUGAS PROFESIONAL  Integritas moral kepribadian  Integritas intelektual yang berorientasi kebenaran  Integritas religius dalam konteks pergaulan dalam masyarakat majemuk  Tingginya kualitas keahlian bidang studi sesuai dengan kemajuan Ipteks  Memahami,menghargai, dan mengamalkan etika profesi  Mengakui dan menghormati martabat klien.
  • 54.  Membuat keputusan secara etis dalam situasi-situasi dimana terjadi konflik antar jaminan-jaminan tampaknya adalah sesuatu yang tidak mudah.  Kode etik dapat menjadi arahan-arahan dalam keputusan-keputusan etis secara luas, tetapi mereka kadang-kadang cukup detail dalam penerapan yang sempurna terhadap situasi-situasi etis yang spesifik.
  • 55.  Tentu saja, konselor biasanya melakukan upaya untuk membuat keputusan-keputusan etis yang kompleks dengan berdasarkan kepada sistem- sistem etis internal mereka.  Sistem-sistem etis tersebut benar-benar merupakan bagian filosofis diri para konselor dalam konseling.  Pada dasarnya,sebuah sistem etis merepresentasikan sebiuah hirarkhi nilai-nilai yang mengijinkan konselor untuk membuat pilihan berdasarkan pada perbedaan level, yaitu level baik atau level buruk.
  • 56.  Ketika jaminan-jaminan etis dan keinginan-keinginan yang penting menjadi suatu konflik, konselor sering berhadapan dengan situasi-situasi di mana tidak ada suatu cara yang dapat dilakukan yang dapat membuat sebuah rekonsilisasi yang sempurna terhadap nilai-nilai atau harapan-harapan yang muncul.  Dalam hal ini, konselor beroperasi pada daerah dimana banyak”bayang-bayang kelabu”
  • 57.  Kemampuan untuk melakukan internalisasi sebuah hirarkhi nilai pada konselor dapat dilakukan secara etis, efektif, dan mengikuti kata hati yang benar-benar terbentuk dalam diri konselor dalam hal identitas personal dan profesional mereka.  Sayangnya, banyak para konselor yang tidak benar-benar menyadari siapa sebenarnya dirinya, atau apa yang sebenarnya mereka inginkan.
  • 58.  Pada suatu saat mereka ingin menjadi “orang yang membantu” yang mempunyai komitmen yang mendalam untuk membantu orang.  Pada saat yang lain, para konselor tersebut ingin menjadi seorang “polisi” atau penjaga komunitas masyarakat terhadap kenyataan atau pelanggaran hukum terhadap seorang individu.
  • 59.  Mungkin adalah benar bahwa masyarakat memang memerlukan “orang yang membantu’ dan “polisi”, tetapi dapat juga benar,bahwa dalam beberapa situasi adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk dapat berperilaku secara etis dan konsisten pada kedua peran tersebut.  Salah satu keprihatinan konselor yang paling mendalam adalah bahwa dia ingin menerima seseorang secara konsisten dan etis.
  • 60.  Jika dia tidak mempunyai penerimaan seperti ini, para klien tidak akan menaruh kepercayaan dan keyakinan kepadanya, suatu hal yang dibutuhkan dalam pembentukan hubungan personal yang bersifat membantu.  Perilaku yang tidak etis biasanya muncul ketika konselor mengkomunikasikan dirinya sendiri dalam usahanya untuk membentuk sebuah bentuk harapan-harapan dan kemudia perilaku mereka tidak konsisten dengan harapan- harapan tersebut.
  • 61.  Untuk dapat menjadi konselor yang berhasil dan etis, seseorang haraus dapat berkata-kata dan hidup dalam sebuah hirarkhi nilai yang dapat menjadikan dirinya mampu membuat keputusan yang konsisten yang terkait dengan jaminan- jaminan terhadap para klien terhadap jaminan- jaminan yang lain.  Konselor harus dapat memahami daripada sekedar menjelaskan sebuah situasi sehingga dapat membuat klien menjadi merasa nyaman dengan menolak nilai-nilai yang mungkin terkait dengan diri klien klien.
  • 62.  Ketika seorang konselor menjadi tidak jelas dan bersifat ambigius tentang jaminan-jaminan etis, dia akan dipandang sebagai seorang yang tidak konsisten dan tidak dapat dipercaya.  Ketika seorang konselor memutuskan suatu hirakhi nilai tetapi tidak menemukan kenyamanan klien, kemungkinan dia juga tidak dapat diterima sebagai seorang konselor.
  • 63.  Kebanyakan perilaku etis muncul ketika para konselor ingin diterima sebagai konselor, tetapi membuat nilai-nilai yang lebih besar terhadap peran institusional seperti petugas kedisiplinan atau seperti seorang petugas administrasi.
  • 64.  Konselor dalam melaksanakan tugas berbagai proses kelompok yang bertujuan membantu individu-individu dalam kelompok terdapat berbagai persoalan pokok yang perlu diperhatikan oleh para konselor sebagai penyelenggaraan proses kelompok.  Persoalan pokok yang berkait dengan kode etik profesional didalam penyelenggaraan batuan itu.
  • 65.  Kode etik profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap tenaga profesi dalam menjalankan tugas profesi dan dalam kehidupannya di masyarakat.  Norma itu berisi: Apa yang itdak boleh dilakukan, Apa yang seharusnya dilakukan, dan Apa yang diharapkan dari tenaga profesi.
  • 66.  Kode etik, bagi seorang konselor adalah: Memberikan pedoman etis/moral berperilaku waktu mengambil keputusan bertindak menjalankan tugas profesi konseling; Memberikan perlindungan kepada klien (individu pengguna); Mengatur tingkah laku pada waktu menjalankan tugas dan mengatur hubungan konselor dengan klien, rekan sejawat dan tenaga-tenaga profesional yang lain, atasan, lembaga tempat bekerja (jika konselor adalah pegawainya),dan dengan masyarakat;
  • 67.  Kode etik, bagi seorang konselor adalah: Memberikan dasar untuk melakukan penilaian atas kegiatan profesional yang dilakukannya; Menjaga nama baik profesi terhadap masyarakat (public trust) dengan mengusahakan standar mutu pelayanan dengan kecakapan tinggi dan menghindari perilaku tidak layak atau tidak patut/pantas; Memberikan pedoman berbuat bagi konselor jika mnghadapi delima etis; Menunjukkan kepada konselor standar etika yang mencerminkan penghargaan masyarakat.
  • 68.  Kode etik sebagai salah satu syarat bagi eksistensi profesi konseling atau sebagai jati diri profesi konseling.  Kode etik penting,mengingat bahwa kode etik: penerapannya dengan patuh dan taat asas, penegakkannya merupakan tolok ukur kualitas pencapaian visi dan misi profesi.
  • 69.  Dalam menjalankan tugasnya konselor dituntut untuk menunjukkan kinerjanya dengan penguasaan kompetensi profesional, sosial, personal, emosional,dan spiritual.  Kode etik menjadi penting sebagai pedoman kerja bagi konselor dalam menjalankan tugas profesinya.  Pelanggaran terhadap norma-norma tersebut akan mendapatkan sanksi.
  • 70.  Tujuan ditegakkannya kode etik adalah untuk: Menjunjung tinggi martabat profesi; Meolindungi pelanggaran dari perbuatan malapraktik; Meningkatkan mutu profesi; Menjaga standar mutu dan status profesi;dan Menegakkan ikatan antara tenaga profesi dan profesi yang disandang.
  • 71. T E R I M A K A S I H Prof.Dr.H.MUNGIN EDDY WIBOWO,M.Pd.,Kons. 024-8501087; 08156610531; 021- 7668590, Fax 021-7668591, http://www.bsnp-indonesia.org http://www.abkin.org email mungin_eddy@yahoo.com