SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  49
MK AGROSTOLOGI

PENANAMAN
ARSYADI ALI

PRODI PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UIN SUSKA RIAU 2012
PENDAHULUAN
• Penanaman hijauan makanan ternak merupakan salah satu
bagian terpenting dalam budidaya karena menyangkut
efisiensi biaya dan tenaga kerja yang digunakan.
• Sistem penanaman hijauan makanan ternak biasanya
disesuaikan dengan kondisi kemiringan tanah. Tanaman
biasanya ditanam dengan memotong arah garis lereng
sehingga tingkat erosi pada lahan dapat dikurangi dan
menekan penurunan kesuburan tanah dengan cepat.
• Selain itu, penanaman biasanya dilakukan atas dasar
kebiasaan masyarakat setempat agar pekerja lokal tidak
harus mempelajari cara tanam yang baru, sepanjang sesuai
dengan kebutuhan perlakuan hijauan makanan ternak yang
ditanam.
• Secara umum penanaman dimulai pada awal
musim hujan (setelah jatuh hujan pertama) untuk
mendapatkan kondisi tanah yang ideal dengan
kelembaban dan ketersediaan air optimum untuk
pertumbuhan tanaman sehingga pada saat
musim kemarau tanaman telah cukup kuat dan
memiliki perakaran yang cukup luas dan dalam
• Bulan-bulan denagn curah hujan 10-15 hari dann
curah hujan 10-15 mm/hari adalah patokan saat
tanam yang baik
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penanaman

1. Bahan tanam dan cara penyediaan bahan
tanam
2. Jarak tanam (seeding rate)
3. Dosis biji
4. Kedalaman tanaman
5. Pola tanam
1. Bahan tanam dan cara penyediaan
bahan tanam
Penggunaan bahan tanam yang baik akan
memberikan efisiensi waktu, tenaga dan biaya serta
memberikan jaminan pertumbuhan yang
dikehendaki sepanjang ntidak muncul faktor-faktor
penghambat
Bahan tanam yang biasa digunakan adalah bahan
vegetatif dan generatif
Bahan penanaman yang umum dan biasa
digunakan:
A. Vegetatif
Pembiakan vegetatif merupakan pembiakan
aseksual yang berdasarkan kemampuan tanaman
memulihkan dirinya dengan melakukan
regenerasi jaringan-jaringan dan bagian-bagian
tanaman yang hilang.
Pada sejumlah tanaman, pembiakan vegetatif
merupakan suatu proses yang terjadi secara
alami
Pembiakan vegetatif ini telah umum
dilakukan, karena:
1.Tanaman sulit (tidak) menghasilkan biji
2.Turunan dari bijinya tidak sebaik induknya
3.Lebih cepat tumbuh, karena tidak ada masa
dormansi benih
4.bahan-bahan heterosigus dapat dilestarikan
tanpa pengubahan
• Bahan tanam vegetatif HMT yang biasa
digunakan:
1. Stek (potongan Batang)
2. Pols (sobekan rumpun)
3. Stolon dan rhizom
• Stek (potongan batang)
Diperoleh dari potongan batang yang tidak
terlalu tua atau muda dan dari tanaman yang
sehat
Stek yang akan digunakan paling sedikit
memiliki 2 buku dengan panjang 20-25 cm
• Pols (sobekan rumpun)
Diperoleh dari sobekan rumpun yang sehat
dan tidak terlalu tua, terdiri dari 2 individu
tanaman
Sobekan rumpun dibuang sebagian besar
daunnya untuk mengurangi evaporasi
tanaman
• Stolon dan rhizom
Stolon diambil dari b again batang yang
berada di atas permukaan tanah sedangkan
rhizom diperoleh dari bagian batang yang
beradad di dalam tanah. Dan diambil apabila
sudah ada anakan yang tumbuh
B. Generatif
• Biji merupakan cara yang paling umum untuk
membiakan tanaman dari hasil penyerbukan
pada tanaman
• Biji dapat ditanam dengan cara menyebarkannya
dalam larikan-larikan berjarak 40 cm pada
kedalaman 1-3 cm ataupun ditugal
• Benih yang akan disebar sebaiknya dicampur
dengan tanah kering yang halus agar benih dapat
tersebar merata dan kontak langsung dengan
tanah
Kebutuhan benih (biji) untuk penanaman
Jenis Tanaman
Cenchrus ciliaris
Chloris gayana
Cynodon dactylon
Panicum maximum
Paspalum dilatatum
Setaria anceps
Urochloa mosambicensis
Brachiria decumbens
Centrocema pubescens
Macroptilium atropurpureum
Pueraria phaseloides
Stylosanthes guyanensis

Kebutuhan benih
Kg/ha)
4
5
9-11
4-11
4-7
2-5
5
4-6
3-5
1-3
1-3
2-5
2. Jarak Tanam (seeding rate)
Jarak tanam tergantung pada tingkat kesuburan tanah.
Bila tanah kurang subur maka jarak tanam dapat
diperlebar
Jarak tanam untuk beberapa jenis HMT
Jenis Tanaman
Cenchrus ciliaris
Chloris gayana
Panicum maximum
Pennisetum purpureum
Pennisetum purputhypoides
Setaria anceps
Urochloa mosambicensis
Brachiria decumbens
Brachiria humidicola
Stylosanthes guyanensis
Gliricidia sepium
Albizia falcataria

Jarak tanam
(cm)
40 x 40
40 x 40
60 x 60
100 x 100
100 x 100
60 x 60
40 x 40
30 x 30
30 x 30
60 x 60
400 x 400
400 x 400
3. Dosis Biji
Dosis biji menggambarkan jumlah biji yang
harus disebar
Tergantung pada tingkat kualitas benih yang
dapat dilihat melalui kemurnian hidup
biji/benih (PLS)
• PLS :
Yaitu suatu besaran yang menunjukkan
derajat kemurnian dan daya kecambah dari
suatu stok benih yang dinyatakan dalam
persentase
PLS (%) = derajat kemurnian x daya kecambah
Menentukan derajat kemurnian benih:
• dari suatu stok benih diambil sampel sebanyak 100
gram kemudian dipisahkan antara benih murni
dengan benih asing, kotoran (butir-butir tanah,
ranting kering dsb), serta benih murni yang cacat
(benih pecah, keriput dsb)

Menentukan daya kecambah:
• Diambil 100 butir benih murni (dari pengujian derajat
kemurnian) untuk dikecambahkan. Daya kecambah
dihitung berdasarkan banyaknya benih nyang dapat
berkecambah normal
4. Kedalaman tanah
Pada saat penanaman biji biasanya dilakukan
pelubangan tanah dengan tugal dengan ukuran
kedalaman tanah tergantung dari ukuran biji,
karena penanaman biji memerlukan kontak
yang erat dengan butiran tanah untuk
menjamin perkecambahan yang sempurna
• Penanaman biji dapat dilakukan dengan
pembuatan larikan dengan kedalaman dan jarak
tertentu untuk mempermudah pembenaman
atau dilakukan dengan penyebaran
menggunakan tanah (carrier) yang sudah
dihaluskan agar diperoleh penaburan yang
merata sekaligus menutup biji.

• Dalam penutupan tanah, makin kecil ukuran biji
maka biji yang ditanam lebih dekat permukaan
tanah, karena pada ukuran kecil persediaan
makanan dalam biji untuk kecambah endosperm
kecil. Penutupan yang terlalu dalam akan dapat
menghambat perkecambahan
5. Pola Tanam
A. Pola tanam murni tanaman makan ternak
- Pola tanam tunggal (monokultur)
- Pola tanam campuran (polikutur)
B. Pola tanam integrasi (Integrated cropping
system)
- Integrasi HMT dan tanaman pangan
- Integrasi HMT dan tanaman perkebunan
- Integrasi HMT dan Tanaman Kehutanan
Pola tanam murni HMT
a. Pola tanam tunggal (monokultur)
Penanaman yang dilakukan pada suatu area
hanya terdiri dari 1 jenis hijauan makanan
ternak (HMT), baik berupa rumput atau
legum (kebun rumput)
•
•
•
•
•
•

Yang menjadi perhatian pada pola tanam
monokultur adalah:
Sifat tumbuhan dari spesies tanaman
Tingkat kesuburan tanah
Jarak tanam
Peremajaan tanaman
Pengendalian gulma, hama dan penyakit (tanah
kurang subur)
Persaingan antar tanaman
b. Pola tanam campuran (polikultur)
Penanaman yang dilakukan pada suatu area dengan
memadukan 2 jenis atau lebih hijauan makanan ternak
(umum dilakukan pada padang rumput pengembalaan)
Contoh:
Rumput dan legum
Rumput dan rumput
Legum dan legum

: Brachiria decumbens dan
Stylosanthes spp
: Pennisetum purputhypoides
dan Setaria splendida
: Centrosema pubescens dan
Pueraria spp
Yang menjadi perhatian pada pola tanam
polikultur ini adalah:
• Kemampuan untuk hidup bersama
(compatible)
• Pemanenan dan pemupukan yang tepat
(patokan waktu pemotongan disesuaikan
dengan wkatu pemotongan jenis tanaman
yang pertumbuhan kembalinya paling lambat
Produksi hijauan dan peformance ternak potong pada
padang pengembalaan dengan pola tanam campuran

Mississipi

Perlakuan

PBB

(kg/ha/tahun

Tempat

Produksi
hijauan

kg/ekor/hari

Keterangan
0.97

517

1.42

P. maximum

306

0.49

P. maximum + Centro

418

0.67

P. maximum + N
Purwakarta

282

C. gayana + T. repens
Queensland

C. gayana + N

589

0.95

Rumput alam

-

0.56

B. decumbens

-

0.4

S. guyanensis

-

1.23

B. decumbens +

-

0.88

S. guayanensis

Sapi
sapi

domba
Pola tanam integrasi
A. Integrasi HMT dan tanaman pangan
- Tumpang sari
- Tumpang gilir
- Pola tanam rotasi
- Pola tanam lorong
- Sistem tiga strata
1. Tumpang sari
dalam integrasi ini HMT sebagai tanaman sela
diantara baris tanaman pangan
Syarat HMT yang digunakan:
Tidak mengganggu tanaman utama dan mudah
tumbuh serta disukai ternak
HMT yang dapat digunakan: Centro, Siratro
Contoh integrasi: jagung dan centro
2. Tumpang gilir
Dalam integrasi ini dilakukan penanaman HMT
secara bergilir dengan tanaman pangan
dengan memanfaatkan sela waktu setelah
panen dan sebelum tanam baru.
Biasanya digunakan jenis legum agar dapat
memberikan kontribusi positif (berupa (N)
pada tanah sebelum dilakukan penanaman
tanaman utama/lapangan
Contoh:
• Penggunaan stylo sebagai tanaman gilir pada
lahan sawah.
Penyebaran benih stylo pada tanaman padi
sawah diakhir masa pengisian biji sehingga benih
stylo berkecambah dan tumbuh setelah panen
padi.
Pemanfaatannya dilakukan dengan penggunaan
stylo dan jerami padi sebagai pakan nternak
3. Pola tanam rotasi
• Pada pola integrasi ini, HMT ditanam setelah
panen tanaman pangan (mengisi masa bera)
• Sebaiknya digunakan jenis HMT yang tahan
kering
4. Pola tanam lorong
• Merupakan modifikasi dari agro forestry
• Tanaman pangan (tanaman semusim: jagung,
kacang tanah, kacang kedele) ditanam pada
lorong yang dibentuk oleh baris.
• Baris tanaman makanan ternak umumnya
menggunakan legum pohon (lamtoro,
kaliandra, gamal)
•
•
•
•

Fungsi HMT pada pola tanam lorong ini adalah
untuk:
Pakan ternak/pupuk hijau
Bahan bakar (ranting)
Mulsa dan pengendalian kesuburan tanah
dll
5. Sistem tiga strata (STS):
Integrasi ini melibatkan 3 komponen HMT
dengan tanaman pangan. Biasanya
diaplikasikan pada lahan kering
STS terdiri dari:
Strata 1 (inti)
: tanaman pangan
Strata 2 (selimut)
: rumput/legum semak
yang unggul
Strata 3 (Pagar) : Pohon besar (legum (lamtoro)
dan
bukan
legum yang
disukai
ternak dan tetap
hijau sepanjangb
tahun (dadap, waru, bunut)
B. Integrasi HMT dan tanaman perkebunan
Dalam integrasi ini, HMT berfungsi sebagai
tanaman penutup tanah, penaung dan sebagai
sumber pakan ternak pada saat paceklik
Syarat HMT yang digunakan:
1. tahan naungan, sesuai kondisi setempat
2. Tidak akan menjadi gulma
3. Tidak mudah terbakar
4. Disukai ternak
5. Dapat menghasilkan nilai tambah
Hal yang menjadi perhatian pada integrasi ini:
1. Pengolahan tanah tidak boleh merusak
tanaman perkebunan
2. Tidak menganggu aktivitas di perkebunan
3. Pemberian pupuk HMT
Jenis HMT yang dikembangkan di areal perkebunan
Perkebunan
Kelapa
Kelapa
Sawait
Karet
Lada

Jenis HMT yang dapat ditanam
BD, Benggala, P. notatum, A. compressus,
Arachis. Spp, S. gyanensis, Puero
Centro, Puero, Calopo, A.compressus
Centro, Puero, Calopo,
Dadap, Gamal (panjantan), Setaria spp
(sela)
C. Integrasi HMT dan tanaman kehutanan
Integrasi yang dilakukan dalam penanamn
tanaman kehutanan dapat berupa:
• Sistem agro sylviculture
• Sistem agro sylvi-pasture
• Sistem sylvi pasture

: pohon + tanaman pangan
: Pohon + tanaman pangan
+ tanaman pakan
: Pohon + tanaman pakan
Keuntungan sistem agroforestry adalah:
1. Mengurangi biaya pengendalian gulma
2. Meningkatkan pendapatan petani
3. Mencegah resiko kebakaran
4. Mempertahankan kesuburan tanah
• Jenis HMT yang dapat ditanam berintegrasi
dengan tanaman kehutanan harus dapat
beradaptasi terhadap naungan, tidak mudah
terbakar dan disukai ternak
Agroforestry

lahan yang digunakan untuk produksi
tanaman pohon (hutan) dan pertanian
pada area yang sama
(Mellink et al., 1991).

pakan ternak, fodder shrubs dan fodder
tree serta ternak diintegrasikan (Nitis,
1999).

silvipastoral

(arid tropic).
Hutan Pastura:
• Merupakan teknologi pengolahan lahan untuk
meningkatkan produktivitas padang
pengembalaan alami
Hutan pastura terdiri dari pohon pakan,
peningkatan kesuburan tanah, dan introduksi
rumput dan legum pakan unggul
Keunggulan hutan pastura dibandingkan
pastura alami:
Peningkatan kesuburan tanah disebabkan
oleh pemberian pupuk dan adanya peran
tanaman legum yang bersimbiosis dengan
bakteri yang dapat memfiksasi N
PEMBIBITAN LEGUM
• Tujuan pembibitan adalah untuk
mendapatkan bibit yang benar-benar bagus
dan tidak banyak yang mati pada awal
pertumbuhannya
Langkah kerja pembibitan
1. Benih/biji diskarifikasi, yaitu perlukaan kulit benish untuk
membantu mempermudah perkecambahan. Skarifikasi ini
dapat dilakukan secara mekanik menggunakan pisau atau
amplas, secara fisik menggunakan air hangat atau secara
kimia menggunakan asam
2. Disemai pada bedeng persemaian yang telah diisi pasir (tanah)
dan fungisida. Benish disebarkan dalam larikan-larikan
dengan kedalaman sesuai ukuran benih. Semakin kecil benih
tingkat kedalaman semakin diperkecil
3. Setelah 8-10 hari berkecambah dipindahakan ke dalam
polibag. Polibag dapat diganti dengan anyaman bambu.
Media tumbuh yang digunakan berupa campuran tanah, pasir
dan pupuk kandang (kompos) dengan perbandingan 1:1:1.
Bibit semai diletakkan pada bedeng persemaian yang beratap
agar tidak terkena hujan dan sinar matahari langsung
4. Setelah berumur 2-3 bulan (tinggi kira-kira 60 cm) bibit
semaian dipindahkan ke lahan tanam (kebun). Waktu
penanaman polibag harus dilepaskan, sedangkan yang
menggunakan anyaman bambu dapat langsung ditanam
bersama wadahnya

Contenu connexe

Tendances

Ekologi tanaman pakan
Ekologi tanaman pakanEkologi tanaman pakan
Ekologi tanaman pakanYusuf Ahmad
 
kerusakan bahan pangan oleh mikroorganisme
kerusakan bahan pangan oleh mikroorganisme kerusakan bahan pangan oleh mikroorganisme
kerusakan bahan pangan oleh mikroorganisme Titis Sari
 
Penicillium Paecilomyces Aspergillus
Penicillium Paecilomyces AspergillusPenicillium Paecilomyces Aspergillus
Penicillium Paecilomyces AspergillusJosua Sitorus
 
Panen dan penanganan pasca panen
Panen dan penanganan pasca panenPanen dan penanganan pasca panen
Panen dan penanganan pasca panenAndrew Hutabarat
 
 Kesehatan ternak unggas
 Kesehatan ternak unggas Kesehatan ternak unggas
 Kesehatan ternak unggasMuhammad Eko
 
Pengenalan Jenis Rumput dan Legum
Pengenalan Jenis Rumput dan LegumPengenalan Jenis Rumput dan Legum
Pengenalan Jenis Rumput dan Legumsupri mawar jayanti
 
sistem pertanian tropika (karakteristik ekosistem tropika)
sistem pertanian tropika (karakteristik ekosistem tropika)sistem pertanian tropika (karakteristik ekosistem tropika)
sistem pertanian tropika (karakteristik ekosistem tropika)Riva Anggraeni
 
Bryopsida (BIOLOGI KLS 10)
Bryopsida (BIOLOGI KLS 10)Bryopsida (BIOLOGI KLS 10)
Bryopsida (BIOLOGI KLS 10)rufiahaulia
 
UJI KUALITAS TELUR
UJI KUALITAS TELURUJI KUALITAS TELUR
UJI KUALITAS TELURMuhammad Eko
 
Reproduksi Hewan 1
Reproduksi Hewan 1Reproduksi Hewan 1
Reproduksi Hewan 1lombkTBK
 
Teknik analisa daya cerna pada ruminansia
Teknik analisa daya cerna pada ruminansiaTeknik analisa daya cerna pada ruminansia
Teknik analisa daya cerna pada ruminansiaRamaiyulis Ramai
 
PPT Embriologi Tumbuhan - Mikrosporogenesis dan mikrogametogenesis
PPT Embriologi Tumbuhan - Mikrosporogenesis dan mikrogametogenesisPPT Embriologi Tumbuhan - Mikrosporogenesis dan mikrogametogenesis
PPT Embriologi Tumbuhan - Mikrosporogenesis dan mikrogametogenesisAgustin Dian Kartikasari
 
Hormon dan enzim (2)
Hormon dan enzim (2)Hormon dan enzim (2)
Hormon dan enzim (2)adeputra93
 
Laporan Resmi Praktikum Fisiologi Ternak
Laporan Resmi Praktikum Fisiologi TernakLaporan Resmi Praktikum Fisiologi Ternak
Laporan Resmi Praktikum Fisiologi TernakUniversitas Diponegoro
 
Zat anti gizi
Zat anti gizi Zat anti gizi
Zat anti gizi Licia Dewi
 

Tendances (20)

Ekologi tanaman pakan
Ekologi tanaman pakanEkologi tanaman pakan
Ekologi tanaman pakan
 
kerusakan bahan pangan oleh mikroorganisme
kerusakan bahan pangan oleh mikroorganisme kerusakan bahan pangan oleh mikroorganisme
kerusakan bahan pangan oleh mikroorganisme
 
Penicillium Paecilomyces Aspergillus
Penicillium Paecilomyces AspergillusPenicillium Paecilomyces Aspergillus
Penicillium Paecilomyces Aspergillus
 
Panen dan penanganan pasca panen
Panen dan penanganan pasca panenPanen dan penanganan pasca panen
Panen dan penanganan pasca panen
 
 Kesehatan ternak unggas
 Kesehatan ternak unggas Kesehatan ternak unggas
 Kesehatan ternak unggas
 
Pengenalan Jenis Rumput dan Legum
Pengenalan Jenis Rumput dan LegumPengenalan Jenis Rumput dan Legum
Pengenalan Jenis Rumput dan Legum
 
Ayam unggul balitbangtan dan perbibitan 31 juli 2018
Ayam  unggul balitbangtan dan  perbibitan 31 juli 2018Ayam  unggul balitbangtan dan  perbibitan 31 juli 2018
Ayam unggul balitbangtan dan perbibitan 31 juli 2018
 
sistem pertanian tropika (karakteristik ekosistem tropika)
sistem pertanian tropika (karakteristik ekosistem tropika)sistem pertanian tropika (karakteristik ekosistem tropika)
sistem pertanian tropika (karakteristik ekosistem tropika)
 
Mineral dan air
Mineral dan airMineral dan air
Mineral dan air
 
TERMOREGULASI
TERMOREGULASITERMOREGULASI
TERMOREGULASI
 
Trypanosoma
TrypanosomaTrypanosoma
Trypanosoma
 
Bryopsida (BIOLOGI KLS 10)
Bryopsida (BIOLOGI KLS 10)Bryopsida (BIOLOGI KLS 10)
Bryopsida (BIOLOGI KLS 10)
 
UJI KUALITAS TELUR
UJI KUALITAS TELURUJI KUALITAS TELUR
UJI KUALITAS TELUR
 
Reproduksi Hewan 1
Reproduksi Hewan 1Reproduksi Hewan 1
Reproduksi Hewan 1
 
2.ciri ciri pertanian di indonesia
2.ciri ciri pertanian di indonesia2.ciri ciri pertanian di indonesia
2.ciri ciri pertanian di indonesia
 
Teknik analisa daya cerna pada ruminansia
Teknik analisa daya cerna pada ruminansiaTeknik analisa daya cerna pada ruminansia
Teknik analisa daya cerna pada ruminansia
 
PPT Embriologi Tumbuhan - Mikrosporogenesis dan mikrogametogenesis
PPT Embriologi Tumbuhan - Mikrosporogenesis dan mikrogametogenesisPPT Embriologi Tumbuhan - Mikrosporogenesis dan mikrogametogenesis
PPT Embriologi Tumbuhan - Mikrosporogenesis dan mikrogametogenesis
 
Hormon dan enzim (2)
Hormon dan enzim (2)Hormon dan enzim (2)
Hormon dan enzim (2)
 
Laporan Resmi Praktikum Fisiologi Ternak
Laporan Resmi Praktikum Fisiologi TernakLaporan Resmi Praktikum Fisiologi Ternak
Laporan Resmi Praktikum Fisiologi Ternak
 
Zat anti gizi
Zat anti gizi Zat anti gizi
Zat anti gizi
 

En vedette

En vedette (7)

Makalah pertanian polikultur
Makalah pertanian polikulturMakalah pertanian polikultur
Makalah pertanian polikultur
 
Pola tanam
Pola tanamPola tanam
Pola tanam
 
Makalah_63 Makalah agroforestry alley cropping
Makalah_63 Makalah agroforestry alley croppingMakalah_63 Makalah agroforestry alley cropping
Makalah_63 Makalah agroforestry alley cropping
 
Tahapan budidaya hijauan pakan
Tahapan budidaya hijauan pakanTahapan budidaya hijauan pakan
Tahapan budidaya hijauan pakan
 
Proposal penelitian husni
Proposal penelitian husniProposal penelitian husni
Proposal penelitian husni
 
Laporan Sayuran Organik LNK49
Laporan Sayuran Organik LNK49Laporan Sayuran Organik LNK49
Laporan Sayuran Organik LNK49
 
Laporan pengamatan Pertumbuhan Biji Kacang Hijau + gambar full
Laporan pengamatan Pertumbuhan Biji Kacang Hijau + gambar fullLaporan pengamatan Pertumbuhan Biji Kacang Hijau + gambar full
Laporan pengamatan Pertumbuhan Biji Kacang Hijau + gambar full
 

Similaire à MK Agro

Similaire à MK Agro (20)

Budidaya & Usaha Tanaman Pangan : Gandum
Budidaya & Usaha Tanaman Pangan : GandumBudidaya & Usaha Tanaman Pangan : Gandum
Budidaya & Usaha Tanaman Pangan : Gandum
 
Budidaya Jagung.pptx
Budidaya Jagung.pptxBudidaya Jagung.pptx
Budidaya Jagung.pptx
 
Budidaya Tanaman Pangan (Jagung)
Budidaya Tanaman Pangan (Jagung)Budidaya Tanaman Pangan (Jagung)
Budidaya Tanaman Pangan (Jagung)
 
Materi Tanaman Semusim Padi Semter .pptx
Materi Tanaman Semusim Padi Semter .pptxMateri Tanaman Semusim Padi Semter .pptx
Materi Tanaman Semusim Padi Semter .pptx
 
Juknis upbs
Juknis upbsJuknis upbs
Juknis upbs
 
Materi-Pak-iskandar.pptx
Materi-Pak-iskandar.pptxMateri-Pak-iskandar.pptx
Materi-Pak-iskandar.pptx
 
Proposal singkong
Proposal singkongProposal singkong
Proposal singkong
 
Proposal singkong
Proposal singkongProposal singkong
Proposal singkong
 
pembuatan-kebun-rumput.ppt
pembuatan-kebun-rumput.pptpembuatan-kebun-rumput.ppt
pembuatan-kebun-rumput.ppt
 
Budidaya tanamanpangan, pengertian, faktor
Budidaya tanamanpangan, pengertian, faktorBudidaya tanamanpangan, pengertian, faktor
Budidaya tanamanpangan, pengertian, faktor
 
Proposal singkong
Proposal singkongProposal singkong
Proposal singkong
 
Pertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanaman
Pertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanamanPertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanaman
Pertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanaman
 
Budidaya jagung
Budidaya jagungBudidaya jagung
Budidaya jagung
 
MULTIPLE CROPING BY MAYA SAFITRI
MULTIPLE CROPING BY MAYA SAFITRIMULTIPLE CROPING BY MAYA SAFITRI
MULTIPLE CROPING BY MAYA SAFITRI
 
Penanaman pohon Silvikultur
Penanaman pohon SilvikulturPenanaman pohon Silvikultur
Penanaman pohon Silvikultur
 
Teknik budidaya tanaman tomat
Teknik budidaya tanaman tomatTeknik budidaya tanaman tomat
Teknik budidaya tanaman tomat
 
Proposal jagung di kabupaten muna
Proposal jagung di kabupaten munaProposal jagung di kabupaten muna
Proposal jagung di kabupaten muna
 
Tanaman sayur merambat diploma
Tanaman sayur merambat diplomaTanaman sayur merambat diploma
Tanaman sayur merambat diploma
 
Zaras
ZarasZaras
Zaras
 
tanamanpangan-160606235957.pdf
tanamanpangan-160606235957.pdftanamanpangan-160606235957.pdf
tanamanpangan-160606235957.pdf
 

MK Agro

  • 1. MK AGROSTOLOGI PENANAMAN ARSYADI ALI PRODI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN UIN SUSKA RIAU 2012
  • 2. PENDAHULUAN • Penanaman hijauan makanan ternak merupakan salah satu bagian terpenting dalam budidaya karena menyangkut efisiensi biaya dan tenaga kerja yang digunakan. • Sistem penanaman hijauan makanan ternak biasanya disesuaikan dengan kondisi kemiringan tanah. Tanaman biasanya ditanam dengan memotong arah garis lereng sehingga tingkat erosi pada lahan dapat dikurangi dan menekan penurunan kesuburan tanah dengan cepat. • Selain itu, penanaman biasanya dilakukan atas dasar kebiasaan masyarakat setempat agar pekerja lokal tidak harus mempelajari cara tanam yang baru, sepanjang sesuai dengan kebutuhan perlakuan hijauan makanan ternak yang ditanam.
  • 3. • Secara umum penanaman dimulai pada awal musim hujan (setelah jatuh hujan pertama) untuk mendapatkan kondisi tanah yang ideal dengan kelembaban dan ketersediaan air optimum untuk pertumbuhan tanaman sehingga pada saat musim kemarau tanaman telah cukup kuat dan memiliki perakaran yang cukup luas dan dalam • Bulan-bulan denagn curah hujan 10-15 hari dann curah hujan 10-15 mm/hari adalah patokan saat tanam yang baik
  • 4. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penanaman 1. Bahan tanam dan cara penyediaan bahan tanam 2. Jarak tanam (seeding rate) 3. Dosis biji 4. Kedalaman tanaman 5. Pola tanam
  • 5. 1. Bahan tanam dan cara penyediaan bahan tanam Penggunaan bahan tanam yang baik akan memberikan efisiensi waktu, tenaga dan biaya serta memberikan jaminan pertumbuhan yang dikehendaki sepanjang ntidak muncul faktor-faktor penghambat Bahan tanam yang biasa digunakan adalah bahan vegetatif dan generatif
  • 6. Bahan penanaman yang umum dan biasa digunakan: A. Vegetatif Pembiakan vegetatif merupakan pembiakan aseksual yang berdasarkan kemampuan tanaman memulihkan dirinya dengan melakukan regenerasi jaringan-jaringan dan bagian-bagian tanaman yang hilang. Pada sejumlah tanaman, pembiakan vegetatif merupakan suatu proses yang terjadi secara alami
  • 7. Pembiakan vegetatif ini telah umum dilakukan, karena: 1.Tanaman sulit (tidak) menghasilkan biji 2.Turunan dari bijinya tidak sebaik induknya 3.Lebih cepat tumbuh, karena tidak ada masa dormansi benih 4.bahan-bahan heterosigus dapat dilestarikan tanpa pengubahan
  • 8. • Bahan tanam vegetatif HMT yang biasa digunakan: 1. Stek (potongan Batang) 2. Pols (sobekan rumpun) 3. Stolon dan rhizom
  • 9. • Stek (potongan batang) Diperoleh dari potongan batang yang tidak terlalu tua atau muda dan dari tanaman yang sehat Stek yang akan digunakan paling sedikit memiliki 2 buku dengan panjang 20-25 cm
  • 10. • Pols (sobekan rumpun) Diperoleh dari sobekan rumpun yang sehat dan tidak terlalu tua, terdiri dari 2 individu tanaman Sobekan rumpun dibuang sebagian besar daunnya untuk mengurangi evaporasi tanaman
  • 11. • Stolon dan rhizom Stolon diambil dari b again batang yang berada di atas permukaan tanah sedangkan rhizom diperoleh dari bagian batang yang beradad di dalam tanah. Dan diambil apabila sudah ada anakan yang tumbuh
  • 12. B. Generatif • Biji merupakan cara yang paling umum untuk membiakan tanaman dari hasil penyerbukan pada tanaman • Biji dapat ditanam dengan cara menyebarkannya dalam larikan-larikan berjarak 40 cm pada kedalaman 1-3 cm ataupun ditugal • Benih yang akan disebar sebaiknya dicampur dengan tanah kering yang halus agar benih dapat tersebar merata dan kontak langsung dengan tanah
  • 13. Kebutuhan benih (biji) untuk penanaman Jenis Tanaman Cenchrus ciliaris Chloris gayana Cynodon dactylon Panicum maximum Paspalum dilatatum Setaria anceps Urochloa mosambicensis Brachiria decumbens Centrocema pubescens Macroptilium atropurpureum Pueraria phaseloides Stylosanthes guyanensis Kebutuhan benih Kg/ha) 4 5 9-11 4-11 4-7 2-5 5 4-6 3-5 1-3 1-3 2-5
  • 14. 2. Jarak Tanam (seeding rate) Jarak tanam tergantung pada tingkat kesuburan tanah. Bila tanah kurang subur maka jarak tanam dapat diperlebar
  • 15. Jarak tanam untuk beberapa jenis HMT Jenis Tanaman Cenchrus ciliaris Chloris gayana Panicum maximum Pennisetum purpureum Pennisetum purputhypoides Setaria anceps Urochloa mosambicensis Brachiria decumbens Brachiria humidicola Stylosanthes guyanensis Gliricidia sepium Albizia falcataria Jarak tanam (cm) 40 x 40 40 x 40 60 x 60 100 x 100 100 x 100 60 x 60 40 x 40 30 x 30 30 x 30 60 x 60 400 x 400 400 x 400
  • 16. 3. Dosis Biji Dosis biji menggambarkan jumlah biji yang harus disebar Tergantung pada tingkat kualitas benih yang dapat dilihat melalui kemurnian hidup biji/benih (PLS)
  • 17. • PLS : Yaitu suatu besaran yang menunjukkan derajat kemurnian dan daya kecambah dari suatu stok benih yang dinyatakan dalam persentase PLS (%) = derajat kemurnian x daya kecambah
  • 18. Menentukan derajat kemurnian benih: • dari suatu stok benih diambil sampel sebanyak 100 gram kemudian dipisahkan antara benih murni dengan benih asing, kotoran (butir-butir tanah, ranting kering dsb), serta benih murni yang cacat (benih pecah, keriput dsb) Menentukan daya kecambah: • Diambil 100 butir benih murni (dari pengujian derajat kemurnian) untuk dikecambahkan. Daya kecambah dihitung berdasarkan banyaknya benih nyang dapat berkecambah normal
  • 19. 4. Kedalaman tanah Pada saat penanaman biji biasanya dilakukan pelubangan tanah dengan tugal dengan ukuran kedalaman tanah tergantung dari ukuran biji, karena penanaman biji memerlukan kontak yang erat dengan butiran tanah untuk menjamin perkecambahan yang sempurna
  • 20. • Penanaman biji dapat dilakukan dengan pembuatan larikan dengan kedalaman dan jarak tertentu untuk mempermudah pembenaman atau dilakukan dengan penyebaran menggunakan tanah (carrier) yang sudah dihaluskan agar diperoleh penaburan yang merata sekaligus menutup biji. • Dalam penutupan tanah, makin kecil ukuran biji maka biji yang ditanam lebih dekat permukaan tanah, karena pada ukuran kecil persediaan makanan dalam biji untuk kecambah endosperm kecil. Penutupan yang terlalu dalam akan dapat menghambat perkecambahan
  • 21. 5. Pola Tanam A. Pola tanam murni tanaman makan ternak - Pola tanam tunggal (monokultur) - Pola tanam campuran (polikutur) B. Pola tanam integrasi (Integrated cropping system) - Integrasi HMT dan tanaman pangan - Integrasi HMT dan tanaman perkebunan - Integrasi HMT dan Tanaman Kehutanan
  • 22. Pola tanam murni HMT a. Pola tanam tunggal (monokultur) Penanaman yang dilakukan pada suatu area hanya terdiri dari 1 jenis hijauan makanan ternak (HMT), baik berupa rumput atau legum (kebun rumput)
  • 23. • • • • • • Yang menjadi perhatian pada pola tanam monokultur adalah: Sifat tumbuhan dari spesies tanaman Tingkat kesuburan tanah Jarak tanam Peremajaan tanaman Pengendalian gulma, hama dan penyakit (tanah kurang subur) Persaingan antar tanaman
  • 24. b. Pola tanam campuran (polikultur) Penanaman yang dilakukan pada suatu area dengan memadukan 2 jenis atau lebih hijauan makanan ternak (umum dilakukan pada padang rumput pengembalaan) Contoh: Rumput dan legum Rumput dan rumput Legum dan legum : Brachiria decumbens dan Stylosanthes spp : Pennisetum purputhypoides dan Setaria splendida : Centrosema pubescens dan Pueraria spp
  • 25. Yang menjadi perhatian pada pola tanam polikultur ini adalah: • Kemampuan untuk hidup bersama (compatible) • Pemanenan dan pemupukan yang tepat (patokan waktu pemotongan disesuaikan dengan wkatu pemotongan jenis tanaman yang pertumbuhan kembalinya paling lambat
  • 26. Produksi hijauan dan peformance ternak potong pada padang pengembalaan dengan pola tanam campuran Mississipi Perlakuan PBB (kg/ha/tahun Tempat Produksi hijauan kg/ekor/hari Keterangan 0.97 517 1.42 P. maximum 306 0.49 P. maximum + Centro 418 0.67 P. maximum + N Purwakarta 282 C. gayana + T. repens Queensland C. gayana + N 589 0.95 Rumput alam - 0.56 B. decumbens - 0.4 S. guyanensis - 1.23 B. decumbens + - 0.88 S. guayanensis Sapi sapi domba
  • 27. Pola tanam integrasi A. Integrasi HMT dan tanaman pangan - Tumpang sari - Tumpang gilir - Pola tanam rotasi - Pola tanam lorong - Sistem tiga strata
  • 28. 1. Tumpang sari dalam integrasi ini HMT sebagai tanaman sela diantara baris tanaman pangan Syarat HMT yang digunakan: Tidak mengganggu tanaman utama dan mudah tumbuh serta disukai ternak HMT yang dapat digunakan: Centro, Siratro Contoh integrasi: jagung dan centro
  • 29. 2. Tumpang gilir Dalam integrasi ini dilakukan penanaman HMT secara bergilir dengan tanaman pangan dengan memanfaatkan sela waktu setelah panen dan sebelum tanam baru. Biasanya digunakan jenis legum agar dapat memberikan kontribusi positif (berupa (N) pada tanah sebelum dilakukan penanaman tanaman utama/lapangan
  • 30. Contoh: • Penggunaan stylo sebagai tanaman gilir pada lahan sawah. Penyebaran benih stylo pada tanaman padi sawah diakhir masa pengisian biji sehingga benih stylo berkecambah dan tumbuh setelah panen padi. Pemanfaatannya dilakukan dengan penggunaan stylo dan jerami padi sebagai pakan nternak
  • 31. 3. Pola tanam rotasi • Pada pola integrasi ini, HMT ditanam setelah panen tanaman pangan (mengisi masa bera) • Sebaiknya digunakan jenis HMT yang tahan kering
  • 32. 4. Pola tanam lorong • Merupakan modifikasi dari agro forestry • Tanaman pangan (tanaman semusim: jagung, kacang tanah, kacang kedele) ditanam pada lorong yang dibentuk oleh baris. • Baris tanaman makanan ternak umumnya menggunakan legum pohon (lamtoro, kaliandra, gamal)
  • 33. • • • • Fungsi HMT pada pola tanam lorong ini adalah untuk: Pakan ternak/pupuk hijau Bahan bakar (ranting) Mulsa dan pengendalian kesuburan tanah dll
  • 34. 5. Sistem tiga strata (STS): Integrasi ini melibatkan 3 komponen HMT dengan tanaman pangan. Biasanya diaplikasikan pada lahan kering
  • 35. STS terdiri dari: Strata 1 (inti) : tanaman pangan Strata 2 (selimut) : rumput/legum semak yang unggul Strata 3 (Pagar) : Pohon besar (legum (lamtoro) dan bukan legum yang disukai ternak dan tetap hijau sepanjangb tahun (dadap, waru, bunut)
  • 36.
  • 37. B. Integrasi HMT dan tanaman perkebunan Dalam integrasi ini, HMT berfungsi sebagai tanaman penutup tanah, penaung dan sebagai sumber pakan ternak pada saat paceklik
  • 38. Syarat HMT yang digunakan: 1. tahan naungan, sesuai kondisi setempat 2. Tidak akan menjadi gulma 3. Tidak mudah terbakar 4. Disukai ternak 5. Dapat menghasilkan nilai tambah
  • 39. Hal yang menjadi perhatian pada integrasi ini: 1. Pengolahan tanah tidak boleh merusak tanaman perkebunan 2. Tidak menganggu aktivitas di perkebunan 3. Pemberian pupuk HMT
  • 40. Jenis HMT yang dikembangkan di areal perkebunan Perkebunan Kelapa Kelapa Sawait Karet Lada Jenis HMT yang dapat ditanam BD, Benggala, P. notatum, A. compressus, Arachis. Spp, S. gyanensis, Puero Centro, Puero, Calopo, A.compressus Centro, Puero, Calopo, Dadap, Gamal (panjantan), Setaria spp (sela)
  • 41. C. Integrasi HMT dan tanaman kehutanan Integrasi yang dilakukan dalam penanamn tanaman kehutanan dapat berupa: • Sistem agro sylviculture • Sistem agro sylvi-pasture • Sistem sylvi pasture : pohon + tanaman pangan : Pohon + tanaman pangan + tanaman pakan : Pohon + tanaman pakan
  • 42. Keuntungan sistem agroforestry adalah: 1. Mengurangi biaya pengendalian gulma 2. Meningkatkan pendapatan petani 3. Mencegah resiko kebakaran 4. Mempertahankan kesuburan tanah
  • 43. • Jenis HMT yang dapat ditanam berintegrasi dengan tanaman kehutanan harus dapat beradaptasi terhadap naungan, tidak mudah terbakar dan disukai ternak
  • 44. Agroforestry lahan yang digunakan untuk produksi tanaman pohon (hutan) dan pertanian pada area yang sama (Mellink et al., 1991). pakan ternak, fodder shrubs dan fodder tree serta ternak diintegrasikan (Nitis, 1999). silvipastoral (arid tropic).
  • 45. Hutan Pastura: • Merupakan teknologi pengolahan lahan untuk meningkatkan produktivitas padang pengembalaan alami Hutan pastura terdiri dari pohon pakan, peningkatan kesuburan tanah, dan introduksi rumput dan legum pakan unggul
  • 46. Keunggulan hutan pastura dibandingkan pastura alami: Peningkatan kesuburan tanah disebabkan oleh pemberian pupuk dan adanya peran tanaman legum yang bersimbiosis dengan bakteri yang dapat memfiksasi N
  • 47. PEMBIBITAN LEGUM • Tujuan pembibitan adalah untuk mendapatkan bibit yang benar-benar bagus dan tidak banyak yang mati pada awal pertumbuhannya
  • 48. Langkah kerja pembibitan 1. Benih/biji diskarifikasi, yaitu perlukaan kulit benish untuk membantu mempermudah perkecambahan. Skarifikasi ini dapat dilakukan secara mekanik menggunakan pisau atau amplas, secara fisik menggunakan air hangat atau secara kimia menggunakan asam 2. Disemai pada bedeng persemaian yang telah diisi pasir (tanah) dan fungisida. Benish disebarkan dalam larikan-larikan dengan kedalaman sesuai ukuran benih. Semakin kecil benih tingkat kedalaman semakin diperkecil
  • 49. 3. Setelah 8-10 hari berkecambah dipindahakan ke dalam polibag. Polibag dapat diganti dengan anyaman bambu. Media tumbuh yang digunakan berupa campuran tanah, pasir dan pupuk kandang (kompos) dengan perbandingan 1:1:1. Bibit semai diletakkan pada bedeng persemaian yang beratap agar tidak terkena hujan dan sinar matahari langsung 4. Setelah berumur 2-3 bulan (tinggi kira-kira 60 cm) bibit semaian dipindahkan ke lahan tanam (kebun). Waktu penanaman polibag harus dilepaskan, sedangkan yang menggunakan anyaman bambu dapat langsung ditanam bersama wadahnya