SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  12
BAB I
                                  PENDAHULUAN



        Aqidah Islam pada dasarnya adalah iman kepada Allah, iman kepada para
Malaikat, iman kepada kitab-kitab-Nya, iman kepada para Rasul-Nya, iman kepada hari
akhir, dan iman kepada takdir yang baik dan yang buruk. Dasar-dasar ini telah
dijelaskankan oleh Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya. Allah berfirman dalam kitab
sucinya:

    
                                             
    
                                                  
                                
                                                 
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebaktian, akan
tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, para
Malaikat, kitab-kitab dan nabi-nabi…” ( QS. Al-Baqarah : 177).

Dalam masalah takdir, Allah berfirman:

    
      
               

“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut takdir (ukuran), dan perintah
Kami hanyalah satu perkataan seperti kejapan mata.” (QS. Al-Qomar: 49-50).

       Beriman kepada Allah SWT, berarti meyakini akan keberadaan-Nya, baik itu
wujud, sifat-sifat, maupun zat-Nya. Untuk meyakini itu semua, kita harus paham
mengenai Ma‟rifatullah. Dan untuk mencapai kepada Ma‟rifat Allah, Kita harus
mengetahui tentang segala ciptaannya, baik yang ada di Bumi maupun di Langit. Namun
hal yang perlu diketahui bahwa kita itu tidak akan dapat memahami tentang zat-Nya
Allah SWT, karena hal itu merupakan diluar akal manusia yang tidak bissa digambarkan.
       Untuk itu kami akan memberikan sedikit penjelasan tentang Ilmu Ma‟rifat tentang
Allah SWT, juga tentang pengertian nama-nama serta sifat-sifat yang ada pada-Nya, yang
insya Allah nantinya akan dapat membuat kita lebih paham lagi tentang Aqidah untuk
beriman kepada Allah SWT. Supaya kita tidak keliru tentang pengertian tersebut.




                                                              Iman kepada Allah SWT | 1
BAB II
                                           PEMBAHASAN


A. Ma’rifat Allah SWT
     1. Pengertian Ma‟rifat Allah SWT
           Menurut Etimologi, kata Allāh (‫ )ا هلل‬berasal dari gabungan dari kata al- (sang)
     dan ʾilāh (tuhan) sehingga berarti "Sang Tuhan". Namun teori ini menyalahi bahasa
     dan kaidah bahasa Arab. Bentuk ma'rifat (definitif) dari ilah adalah al-ilah, bukan
     Allah. Dengan demikian kata al-ilah dikenal dalam bahasa Arab.
           Dalam bahasa Arab pun dikenal kaidah, setiap isim (kata benda atau kata sifat)
     nakiroh (umum) yang mempunyai bentuk mutsanna (dua) dan jamak, maka isim
     ma'rifat kata itupun mempunyai bentuk mutsanna dan jamak. Hal ini tidak berlaku
     untuk kata Allah, kata ini tidak mempunyai bentuk ma'rifat mutsanna dan jamak.
     Sedangkan kata ilah mempunyai bentuk ma'rifat baik mutsanna (yaitu al-ilahani atau
     al-ilahaini) maupun jamak (yaitu al-alihah). Dengan demikian kata al-ilah dan Allah
     adalah dua kata yang berlainan.
           Makrifat kepada Allah swt. adalah makrifat yang seluhur-luhurnya, bahkan yang
     semulia-mulianya sebab makrifat kepada Allah Taala itulah yang merupakan asas atau
     fundamen berdirinya segala kehidupan kerohanian. Bahkan dari makrifat kepada Allah
     Taala itu juga bercabang makrifat dengan alam yang ada di balik alam semesta ini,
     seperti malaikat jin dan ruh. Juga dari makrifat kepada Allah itu pulalah timbul
     makrifat perihal apa yang akan terjadi setelah kehidupan di dunia ini berakhir, juga
     mengenai kehidupan di alam barzakh, kehidupan di alam akhirat yang berupa
     kebangkitan kembali dari kubur, hisab (perhitungan amal), pahala, siksa, surga dan
     neraka.1

     2. CARA BERMA‟RIFAT

              Untuk bermakrifat kepada Allah swt. mempunyai dua cara, yaitu:
          Dengan menggunakan akal pikiran dan memeriksa secara teliti ciptaan Allah
           Taala yang berupa benda-benda yang beraneka ragam ini.


1
    Sayid Sabiq. Aqidah Islam Pola Hidup Manusia Beriman. PT Diponegoro: Bandung, 2010. Hal. 30

                                                                           Iman kepada Allah SWT | 2
     Dengan mengetahui nama-nama Allah Taala serta sifat-sifat-Nya.2
                Dengan menggunakan akal pikiran dari satu sudut dan dengan memakrifati
      nama-nama serta sifat-sifat Allah dari sudut lain, seseorang akan dapat bermakrifat
      kepada Tuhan dan ia akan memperoleh petunjuk ke arah itu.

      3. BERMAKRIFAT LEWAT PIKIRAN

                Setiap anggota tentu ada tugasnya, tugas akal ialah merenung, memeriksa,
      memikirkan dan mengamati. Jika kekuatan semacam ini menganggur maka hilang
      pulalah pekerjaan akal, juga menganggurlah tugasnya yang terpenting dan ini pasti
      akan diikuti oleh terhentinya kegiatan hidup. Allah Taala berfirman:

          
          
          
             
                     

      “Katakanlah! „Aku hanya hendak mengajarkan kepadamu semua satu perkara saja
      yaitu hendaklah kamu semua berdiri di hadapan Allah, dua-dua orang atau seorang-
      seorang, kemudian berpikirlah kamu semua (gunakanlah akal pikiranmu)‟" (Q.S.
      Saba:46)

                Barangsiapa    yang   mengingkari   kenikmatan    akal      dan   tidak   suka
      menggunakannya untuk sesuatu yang semestinya dikerjakan oleh akal, melalaikan
      ayat-ayat dan bukti-bukti tentang wujud dan kekuasaan Allah Ta‟ala, maka orang
      semacam itulah yang patut sekali mendapat cemoohan dan hinaan.3 Allah Taala
      berfirman:

                                                   
                                                          
                                                    
                                                    
                                                         
                                             
                                                                 
                                                         

2
    Ibid, hal. 31
3
    Ibid, hal. 32

                                                                     Iman kepada Allah SWT | 3
“Sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam itu kebanyakan dari jin dan
manusia, yang mempunyai hati, tetapi tidak mengerti dengan hatinya, mempunyai
mata tetapi tidak melihat dengan matanya dan mempunyai telinga tetapi tidak
mendengarkan dengan telinganya. Orang-orang itu seperti binatang ternak bahkan
lebih sesat. Itulah orang-orang yang lalai (dari kebenaran).” (Q.S. Al-A‟raf:179)



4. BIDANG-BIDANG PEMIKIRAN

       Agama Islam mengajak seluruh umat manusia supaya berpikir dan
menggunakan akal, dengan anjuran yang demikian hebat. Tetapi yang dikehendaki
bukanlah pemikiran secara tidak terkendalikan lagi kebebasannya. Semua itu
dimaksudkan oleh Islam agar dilakukan dalam batas yang tertentu yang memang
merupakan lapangan bagi manusia dan yang dapat dicapai oleh akal manusia itu. Maka
yang dianjurkan oleh Islam untuk dipikirkan ialah dalam hal ciptaan Allah Taala yakni
apa-apa yang ada di langit, di bumi, dalam dirinya sendiri, dalam masyarakat manusia
dan lain-lain. Tidak ada pemikiran yang dilarang, melainkan memikirkan zat Allah
SWT, sebab soal yang satu ini pasti di luar kekuatan akal pikiran manusia.

       Dalam hal ini Rasulullah SAW. bersabda, “Berpikirlah kamu semua perihal
makhluk Allah (apa-apa yang diciptakan oleh Allah) dan janganlah kamu sekalian
berpikir mengenai zat Allah, sebab sesungguhnya kamu semua sudah tentu tidak dapat
mencapai keadaan hakikatnya.”

       Alangkah luas dan lebarnya dunia yang diperintah oleh Islam untuk dipikirkan
itu, tetapi sedemikian luasnya masih belum memadai sedikit pun dari keluasan yang
terdapat di dalam alam akhirat.

5. TUJUAN PEMIKIRAN

    Di antara tujuan utama yang dikehendaki oleh Islam dalam memerintahkan
berpikir ialah untuk membangunkan akal dan menggunakan tugasnya dalam berpikir
merenungkan dan menyelidiki, dengan demikian akal manusia akan sampai kepada
petunjuk yang memberikan penerangan sejelas-jelasnya mengenai peraturan-peraturan
kehidupan, sebab-sebab wujud alam semesta, tabiat-tabiat keadaan dan hakikat-
hakikat segala sesuatu benda. Manakala hal-hal itu sudah terlaksana dengan baik, tentu
akan dapat merupakan cahaya terang untuk menyingkap persoalan siapa yang

                                                              Iman kepada Allah SWT | 4
sebenarnya menjadi maha pencipta dan pembentuk semuanya itu. Selanjutnya setelah
      ini diperoleh maka dengan perlahan-lahan akan dicapai hakikat yang terbesar yaitu
      bermakrifat kepada Allah Taala.4
            Jadi kemakrifatan kepada Allah Taala yang sesungguhnya merupakan buah atau
      natijah daripada akal pikiran yang cerdik dan bergerak terus, juga sebagai hasil dari
      usaha pemikiran yang mendalam serta disinari oleh cahaya yang terang-benderang.
      Allah Taala berfirman:
      
                                             
 “Dan barangsiapa yang tidak diberi cahaya oleh Allah, maka orang itu pun tidak akan
      memperoleh cahaya apapun.” (Q.S. An-Nur:40)

B. Nama-nama dan Sifat-sifat Allah

            Kata “asma” adalah bentuk jama dari kata “ismun”, yang artinya „nama‟.
“Asma Allah” berarti „nama-nama Allah‟. Asma‟ul husna berarti nama-nama yang
baik dan terpuji. Sehingga istilah “asma‟ul husna” bagi Allah maksudnya adalah
nama-nama yang indah, baik dan terpuji yang menjadi milik Allah. Misalnya: Ar
Rahman, Ar Rahim, Al Malik, Al Ghafur, dan lain-lain.

            Sedangkan kata “sifat” dalam bahasa Arab berbeda dengan “sifat” dalam
bahasa indonesia. Kata “sifat” dalam bahasa arab mencakup segala informasi yang
melekat pada suatu yang wujud. Sehingga “sifat bagi benda” dalam bahasa arab
mencakup sifat benda itu sendiri, seperti besar kecilnya, tinggi rendahnya,
warnanya, keelokannya, dan lain-lain. Juga mencakup apa yang dilakukannya, apa
saja yang dimilikinya, keadaan, gerakan, dan informasi lainnya yang ada pada
benda tersebut.

            Dengan    demikian,    kata    “sifat   Allah”    mencakup      perbuatannya,
kekuasaannya, apa saja yang ada pada Dzat Allah, dan segala informasi tentang
Allah.
            Secara istilah syariat, tauhid asma dan sifat adalah pengakuan seorang
hamba tentang nama dan sifat Allah, yang telah Dia tetapkan bagi diri-Nya dalam

4
    Ibid, hal. 35

                                                                  Iman kepada Allah SWT | 5
kitab-Nya ataupun dalam sunnah Nabi-Nya shallallahu „alaihi wa sallam, tanpa
melakukan empat hal berikut:
1. Tahrif (menyimpangkan makna), yaitu mengubah atau mengganti makna yang
    ada pada nama dan sifat Allah, tanpa dalil.
2. Ta‟thil (menolak), Yaitu menolak penetapan nama dan sifat Allah yang
    disebutkan dalam dalil. Baik secara keseluruhan maupun hanya sebagian.
3. Takyif (membahas bagaimana bentuk dan hakikat nama dan sifat Allah), yaitu
    menggambarkan bagaimanakah hakikat sifat dan nama yang dimiliki oleh
    Allah.
4. Tamtsil (menyamakan Allah dengan makhluk-Nya), Misalnya, berkeyakinan
    bahwa tangan Allah sama dengan tangan budi, Allah bersemayam di „arsy
    seperti joki naik kuda.5 Allah berfirman,


    “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha
    Mendengar dan Melihat.” (Qs. Asy-Syuura: 11)
        Berikut beberapa kaidah penting yang ditetapkan oleh para ulama, terkait
nama dan sifat Allah:
1. Mengimani segala nama dan sifat-sifat Allah yang terdapat dalam Alquran dan
    sunnah (hadits-hadits sahih).
2. Menyucikan Allah dari menyerupai makhluk dalam segala sifat-sifat-Nya.
3. Menutup keinginan untuk mengetahui bentuk hakikat sifat-sifat Allah tersebut.
        Yang perlu kita imani adalah Allah memiliki sifat yang bermacam-macam
dan Allah Maha sempurna dengan segala sifat yang dimiliki-Nya. Dan untuk
mengimani sesuatu tidaklah mengharuskan kita harus mengetahui hakikat zat
tersebut.


C. Kemustahilan mengetahui Zat Allah
        Allah SWT telah menganjurkan dalam Kitab-Nya agar berfikir dan bertadabbur.
    Anjuran ini ada dua macam:


5
 Sa’id bin Ali bin Wahfi al-Qahthaniy, Syarh al-’Aqidah al-Wasithiyah, Studi Tentang Aqidah Ahlussunnah
wal Jama’ah,

                                                                           Iman kepada Allah SWT | 6
 Pertama, Anjuran mentadabburi ayat-ayat Al-Qur'an dan ayat-ayat-Nya yang dapat
          disimak. Agar seorang hamba dapat memahami maksud Allah swt dan dapat
          meyakini kehebatan atau Al-Qur'an sebagai Kalamullah dan mukjizat yang tidak
          ada kebathilan di dalamnya, dari depan maupun dari belakang.
      Kedua, Anjuran memikirkan keagungan ciptaan Allah, kerajaan dan kekuasaan-
          Nya, serta ayat-ayat yang dapat disaksikan, agar seorang hamba dapat merasakan
          keagungan al-Khaliq, dapat mengakui Al-Qur'an. Sebagaimana yang Allah SWT.6
          firmankan, "Katakanlah, 'Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di
          bumi.'" (Yunus: 101).

           Memikirkan tanda-tanda kebesaran Allah swt yang dapat disaksikan dan
     mentadabburi ayat-ayat Allah yang dapat disimak tidaklah dibatasi dengan keadaan
     atau waktu tertentu seperti yang dibuat-buat oleh kaum sufi atau ahli kalam, dengan
     menggunakan istilah renungan pemikiran dan lainnya, dalilnya adalah firman Allah
     SWT, "(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
     dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
     (seraya berkata), 'Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,
     Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (Ali 'Imran: 191).
           Dzat Allah tidak akan bisa terjangkau oleh akal pikiran dan tidak akan bisa dikira-
     kirakan. Allah SWT. berfirman, "Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata,
     sedang Dia dapat melihat segala yang penglihatan itu."(Al-An'aam: 103).
           Dan bagi al-Khaliq, tidak ada penyerupaan, tandingan dan juga permisalan, "Dan
     tidak ada sesuatu pun yang setara dengan Dia." (Al-Ikhlash: 4). Oleh sebab itulah
     melalui lisan Rasul-Nya, Allah Yang Mahabijaksana melarang berfikir tentang Dzat-
     Nya Yang Mahasuci.
           Berfikir tentang Dzat Allah akan menggiring pelakunya kepada keragu-raguan
     tentang Allah. Dan siapa saja yang ragu tentang Allah, pasti binasa. Sebab ia akan
     dicecar oleh pertanyaan-pertanyaan membingungkan yang lahir dari permikiran sesat,
     "Allah menciptakan ini dan itu lalu siapakah yang menciptakan Allah?" Pertanyaan itu
     pada hakikatnya sangat kontradiktif dan kabur maksudnya. Sebab Allah adalah
     Pencipta bukan makhluk! Allah SWT berfirman, "Dia tidak beranak dan tiada pula
     diperanakkan." (Al-Ikhlash: 3).


6
    Syaikh Salim bin 'Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar'iyyah fii Shahiihis Sunnah an-Nabawiyyah

                                                                               Iman kepada Allah SWT | 7
Pengobatan untuk waswas Iblis dan pemikiran-pemikiran syaitan ini, yaitu
  mengikuti tata cara Al-Qur'an dan As-Sunnah yang dijelaskan oleh Rasulullah saw.:
  1. Membaca surat Al-Ikhlash.
  2. Meludah ke kiri sebanyak tiga kali.
  3. Berlindung kepada Allah swt dari gangguan syaitan yang terkutuk dengan
      membaca isti'adzah.
  4. Mengatakan, "Aku beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya.:
  5. Memutus waswas dan menghentikan keraguannya.


       Bimbingan Nabawi tadi merupakan cara yang paling mujarab untuk mengobati
  penyakit waswas dan lebih ampuh untuk memutusnya daripada cara jidal (perdebatan)
  logika yang sempit yang pada umumnya malah membuat orang bingung. Hendaklah
  orang yang waras akalnya memperhatikan benar sabda Nabi, "Sesungguhnya hal itu
  dapat menghilangkannya."
       Jadi, siapa saja yang melakukannya semata-mata ikhlas karena Allah dan ketaatan
  kepada Rasul-Nya, maka syaitan pasti lari.


D. Pembagian Sifat-sifat Allah Ta’ala
       Sifat-sifat Allah terdiri dari tiga macam, yaitu:
1. Sifat Wajib
       Sifat wajib bagi Allah ialah sifat-sifat yang wajib (pasti) ada pada-Nya,
  sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa sifat ALLAH itu ada 20 sifat. Dari 20 itu
  dibagi pula menjadi empat bagian yaitu:
  1. Sifat Nafsiyah, artinya sifat-sifat ALLAH yang dengan sifat itu dapat
      membuktikan zat ALLAH SWT. Sifat Nafsiyah yang dimaksud ialah sifat Al-
      Wujud.
  2. Sifat Salbiyah, artinya sifat yang menafikan. Sifat ini menafikan atau tidak
      menerima     sifat   yang    tidak   mungkin     dan   tidak   layak   bagi   Tuhan.
      Adapun yang termasuk dalam sifat Salbiyah ialah : Al-Qidam, Al-Baqa,, Al-
      Mukhalafatuhu Lilhawadits, Al-Qiyamuhu binafsih dan Al-Wahdaniyah.
  3. Sifat Ma'ani, artinya sifat ma'na. Sifat ini berlainan dengan sifat Salbiyah, ia
      memastikan yang disifati itu bersifat dengan sifat tersebut. Adapun sifat Ma'ani itu
      adalah : Al-Qudrah, Al-Iradah, Al-Ilmu, Al-Hayah, As-Sama', Al-Bashar dan Al-
      Kalam. Jadi sifat Ma'ani itu ada tujuh sifat.

                                                                 Iman kepada Allah SWT | 8
4. Sifat Ma'nawiyah, yaitu sifat yang lazim atau memastikan sifat Ma'ani diatas.
      Tiap- tiap ada sifat ma'nawi tentu ada sifat ma'ani dan oleh karena sifat ma'ani tadi
      ada tujuh, maka sifat ma'nawiyah ada tujuh pula.


       Sifat - sifat ALLAH yang dua puluh tersebut diantaranya ada yang mempunyai
  Ta'luq, ada yang tidak. Ta'luq artinya perhubungan suatu sifat dengan keadaan suatu
  keadaan yang lain. Misalnya sifat ilmu harus berhubungan dengan apa yang diketahui.
       Ta'luq terbagi atas dua macam yaitu Ta'luq Tanjizi dan Ta'luq Azali.
   Ta'luq Tanjizi, artinya menunaikan. Misalnya perhubungan ilmu dengan segala apa
      yang diwujudkan sekarang ini.
   Ta'luq Azali, artinya purbakala, menurut ilmu Tuhan. Misalnya perhubungan ilmu
      tuhan dengan segala apa yang belum terbukti pada kita sekarang ini, tegasnya
      belum wujud.


2. Sifat Mustahil
  Disamping sifat - sifat yang wajib, ada lagi sifat yang mustahil bagi ALLAH yaitu
  sebagai lawan daripada sifat yang wajib, banyaknya ada dua puluh yaitu :
  1. Al-'Adam sebagai lawan dari wujud. Artinya tidak ada jadi mustahillah oleh
      ALLAH itu tidak ada.
  2. Al-Hudusts artinya baru, jadi mustahillah bagi ALLAH itu zat yang baru, wajiblah
      baginya Qidam.
  3. Al-Fana artinya lenyap, jadi mustahillah ALLAH itu lenyap atau tidak kekal.
      Tetapi wajiblah baginya Baqa atau kekal abadi.
  4. Al-Mumatsalah artinya serupa dengan apa yang baru (selain ALLAH), tetapi
      wajiblah bagi ALLAH bersifat Mukhalafah lil Hawadits atau tidak menyerupai
      dengan segala apa yang baru.
  5. 'Adamulqiyami Binafsihi Al-Ikhtiaju Lighairihi artinya mustahil ALLAH itu tidak
      berdiri dengan sendirinya (berhajat dengan yang lain).
  6. Atta'addud artinya berbilang. Jadi mustahil ALLAH itu berbilang atau lebih dari
      satu.
  7. Al-'Ajuz, sifat ini lawan dari sifat Qudrah yang berarti lemah. Jadi mustahil
      ALLAH itu lemah, tetapi wajib bagi-Nya bersifat Qudrah atau kuasa.
  8. Al-Mukrah ( Al-Karohah ), artinya terpaksa atau dipaksa.


                                                                 Iman kepada Allah SWT | 9
9. Al-Jehlu, artinya mustahil ALLAH itu bodoh atau tidak mengerti suatu perkara
       yang bagaimanapun keadaannya, tetapi wajib bagi ALLAH Ilmu atau mengetahui
       segala apa saja.
   10. Al-Mautu , artinya mati. Mustahil ALLAH itu mati, tetapi wajib ALLAH itu Hayat
       atau hidup.
   11. Al-Asummu, artinya Tuli atau pekak. Jadi mustahil ALLAH itu pekak. Tetapi
       wajib baginya Sama' atau mendengar apa saja.
   12. Al-A'ma, artinya buta. Mustahil kalau ALLAH itu buta tetapi wajib bagi-Nya
       Bashar atau melihat.
   13. Al-Bukmu, artinya bisu. Mustahil kalau ALLAH itu bisu, tetapi wajiblah ALLAH
       itu Kalam atau berkata-kata.
   14. Kaunuhu artinya keadaan-Nya atau berkeadaan.
   15. 'Ajizan artinya yang lemah, tidak berkuasa lawan dari sifat kaunuhu Qadiran.
   16. Makrurah (Karihah) artinya Yang terpaksa, lawannya sifat kaunuhu Muridun.
   17. Jahilan artinya yang bodoh, lawannya sifat kaunuhu 'Aliman.
   18. Mayyitan artinya yang mati, lawannya sifat kaunuhu Hayyan.
   19. Ashamm artinya yang tuli, lawannya kaunuhu Sami'an.
   20. A'ma artinya yang bisu, lawannya kaunuhu Mutakalliman.
        Itulah sifat yang mustahil bagi ALLAH. Artinya sifat - sifat yang tidak dapat
   diterima oleh akal adanya bagi ALLAH. Pembahasan secara lebih mendalam akan
   dientry di lain kesempatan.
3. Sifat Jaiz
   Disamping sifat yang wajib dan mustahil tersebut diatas, terdapat pula sifat yang jaiz
   bagi ALLAH yaitu : “Fi’lu kulli mumkinin au tarkuhu”, artinya memperbuat
   sesuatu yang mungkin terjadi atau tidak memperbuatnya. Maksudnya Allah itu
   berwenang untuk menciptakan dan berbuat sesuatu atau tidak sesuai dengan
   kehendak-Nya.
   Bahwa ALLAH bebas berbuat, artinya perbuatan ALLAH terhadap makhluknya itu
   boleh diperbuat-Nya dan boleh pula tidak. Maksudnya ALLAH tidak wajib
   membuatnya dan tidak pula Mustahil kalau tidak membuatnya.




                                                               Iman kepada Allah SWT | 10
BAB III
                                      PENUTUP




A. Kesimpulan
          Beriman kepada Allah adalah meyakini akan keberadaan Allah, baik berupa
nama, sifat serta zat-Nya Allah SWT. Ma‟rifat merupakan ciri utama seseorang yang
telah meyakini akan adanya Allah, dari Ilmu ma‟rifat itulah seseorang dapat memahami
tentang kekuasaan dan keberadaan-Nya. Melalui pemikiran, seseorang akan dapat
mengerti tentang Ma‟rifat Allah SWT. Namun satu hal yang harus diketahui bahwa
seseorang tidak akan mampu memahami tentang zat-Nya Allah SWT, karena hal itu
merupakan diluar akal manusia.
          Asma‟ul husna berarti nama-nama yang baik dan terpuji. Sehingga
istilah “asma‟ul husna” bagi Allah maksudnya adalah nama-nama yang indah,
baik dan terpuji yang menjadi milik Allah. Sedangkan sifat-sifat Allah mencakup
perbuatannya, kekuasaannya, apa saja yang ada pada Dzat Allah, dan segala
informasi tentang Allah.
          Sifat-sifat Allah dibagi menjadi 3 sifat, Wajib, Mustahil dan Jaiz. Sifat
wajib terdiri dari 20 sifat, sifat mustahil merupakan kebalikan dari keduapuluh
sifat wajib tersebut, dan sifat jaiz adalah sifat yang


B. Kritik dan Saran
       Apabila dalam makalah kami terdapat salah, baik dari ucapan maupun tulisan,
agar sekiranya saudara dapat memakluminya. Kritik serta saran dari kalian akan sangat
berarti untuk kami sebagai bahan evaluasi nanti, agar kami dapat memperbaiki kesalahan-
kesalahan kami.



                                                             Iman kepada Allah SWT | 11
DAFTAR PUSTAKA




 Sayid Sabiq. Aqidah Islam Pola Hidup Manusia Beriman. PT Diponegoro: Bandung,
   2010
 Syaikh Salim bin 'Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar'iyyah fii Shahiihis Sunnah an-
   Nabawiyyah
 Sa‟id bin Ali bin Wahfi al-Qahthaniy, Syarh al-’Aqidah al-Wasithiyah, Studi Tentang
   Aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah,




                                                            Iman kepada Allah SWT | 12

Contenu connexe

Tendances (20)

Maqashid Syariah
Maqashid SyariahMaqashid Syariah
Maqashid Syariah
 
Materi Ajar Tentang Sifat Takabur (sombong)
Materi Ajar Tentang Sifat Takabur (sombong)Materi Ajar Tentang Sifat Takabur (sombong)
Materi Ajar Tentang Sifat Takabur (sombong)
 
Peradaban islam pada masa Nabi Muhammad SAW
Peradaban islam pada masa Nabi Muhammad SAWPeradaban islam pada masa Nabi Muhammad SAW
Peradaban islam pada masa Nabi Muhammad SAW
 
Makalah sifat wajib dan mustahil allah
Makalah sifat wajib dan mustahil allahMakalah sifat wajib dan mustahil allah
Makalah sifat wajib dan mustahil allah
 
Ppt tasawuf
Ppt tasawufPpt tasawuf
Ppt tasawuf
 
Keutamaan Membaca al Qur’an
Keutamaan Membaca al Qur’anKeutamaan Membaca al Qur’an
Keutamaan Membaca al Qur’an
 
Makalah Akhlak Mahmudah PDF
Makalah Akhlak Mahmudah PDFMakalah Akhlak Mahmudah PDF
Makalah Akhlak Mahmudah PDF
 
materi kelas 8 (marah atau ghadab)
materi kelas 8 (marah atau ghadab)materi kelas 8 (marah atau ghadab)
materi kelas 8 (marah atau ghadab)
 
Ppt materi 3 (ngaku mukmin)
Ppt materi 3 (ngaku mukmin)Ppt materi 3 (ngaku mukmin)
Ppt materi 3 (ngaku mukmin)
 
Manusia dan agama
Manusia dan agamaManusia dan agama
Manusia dan agama
 
Presentasi Fiqh Zakat
Presentasi Fiqh ZakatPresentasi Fiqh Zakat
Presentasi Fiqh Zakat
 
Ilmu Kalam
Ilmu KalamIlmu Kalam
Ilmu Kalam
 
Presentasi Agama - RIBA
Presentasi Agama - RIBAPresentasi Agama - RIBA
Presentasi Agama - RIBA
 
MENUNTUT ILMU
MENUNTUT ILMUMENUNTUT ILMU
MENUNTUT ILMU
 
Riya, sum’ah, ujub dan takabur adalah
Riya, sum’ah, ujub dan takabur adalahRiya, sum’ah, ujub dan takabur adalah
Riya, sum’ah, ujub dan takabur adalah
 
Ghazwul fikri
Ghazwul fikriGhazwul fikri
Ghazwul fikri
 
Adab menuntut ilmu
Adab menuntut ilmuAdab menuntut ilmu
Adab menuntut ilmu
 
ringkasan materi bab 9 PAI kelas 10 semester 2
ringkasan materi bab 9 PAI kelas 10 semester 2ringkasan materi bab 9 PAI kelas 10 semester 2
ringkasan materi bab 9 PAI kelas 10 semester 2
 
Ppt aqidah islam
Ppt aqidah islamPpt aqidah islam
Ppt aqidah islam
 
Infaq, Shodaqoh, dan Zakat
Infaq, Shodaqoh, dan ZakatInfaq, Shodaqoh, dan Zakat
Infaq, Shodaqoh, dan Zakat
 

En vedette

Makalah tentang iman kepada allah swt
Makalah tentang iman kepada allah swtMakalah tentang iman kepada allah swt
Makalah tentang iman kepada allah swtGilanggilang Gilang
 
Makalah Aqidah akhlak - ruang lingkup pembahasan aqidah
Makalah Aqidah akhlak - ruang lingkup pembahasan aqidahMakalah Aqidah akhlak - ruang lingkup pembahasan aqidah
Makalah Aqidah akhlak - ruang lingkup pembahasan aqidahMulia Fathan
 
Beriman kepada allah
Beriman kepada allahBeriman kepada allah
Beriman kepada allahabydien_zaif
 
Makalah : IMAN
Makalah : IMANMakalah : IMAN
Makalah : IMANRia Widia
 
Mu'tazilah - Aliran dalam Ilmu Kalam
Mu'tazilah - Aliran dalam Ilmu KalamMu'tazilah - Aliran dalam Ilmu Kalam
Mu'tazilah - Aliran dalam Ilmu Kalamade orreo
 
Akhlak kepada sesama manusia
Akhlak kepada sesama manusiaAkhlak kepada sesama manusia
Akhlak kepada sesama manusiaPandi Yusup
 
Sejarah perkembangan dan pertumbuhan ilmu tauhid
Sejarah perkembangan dan pertumbuhan ilmu tauhidSejarah perkembangan dan pertumbuhan ilmu tauhid
Sejarah perkembangan dan pertumbuhan ilmu tauhidMuhammad Wisnu D R
 
Makalah Iman kepada malaikat
Makalah Iman kepada malaikatMakalah Iman kepada malaikat
Makalah Iman kepada malaikatFanji Ahadi
 
Makalah aqidah iman kepada allah
Makalah aqidah iman kepada allah Makalah aqidah iman kepada allah
Makalah aqidah iman kepada allah Afshan Mbo
 
Sejarah dan perkembangan ilmu kalam
Sejarah dan perkembangan ilmu kalamSejarah dan perkembangan ilmu kalam
Sejarah dan perkembangan ilmu kalamoonx
 
Makalah perencanaan pembangunan tentang partisipasi masyarakat dalam perencan...
Makalah perencanaan pembangunan tentang partisipasi masyarakat dalam perencan...Makalah perencanaan pembangunan tentang partisipasi masyarakat dalam perencan...
Makalah perencanaan pembangunan tentang partisipasi masyarakat dalam perencan...DIANTO IRAWAN
 

En vedette (13)

Makalah tentang iman kepada allah swt
Makalah tentang iman kepada allah swtMakalah tentang iman kepada allah swt
Makalah tentang iman kepada allah swt
 
Makalah Aqidah akhlak - ruang lingkup pembahasan aqidah
Makalah Aqidah akhlak - ruang lingkup pembahasan aqidahMakalah Aqidah akhlak - ruang lingkup pembahasan aqidah
Makalah Aqidah akhlak - ruang lingkup pembahasan aqidah
 
Beriman kepada allah
Beriman kepada allahBeriman kepada allah
Beriman kepada allah
 
Makalah : IMAN
Makalah : IMANMakalah : IMAN
Makalah : IMAN
 
Mu'tazilah - Aliran dalam Ilmu Kalam
Mu'tazilah - Aliran dalam Ilmu KalamMu'tazilah - Aliran dalam Ilmu Kalam
Mu'tazilah - Aliran dalam Ilmu Kalam
 
Akhlak kepada sesama manusia
Akhlak kepada sesama manusiaAkhlak kepada sesama manusia
Akhlak kepada sesama manusia
 
Sejarah perkembangan dan pertumbuhan ilmu tauhid
Sejarah perkembangan dan pertumbuhan ilmu tauhidSejarah perkembangan dan pertumbuhan ilmu tauhid
Sejarah perkembangan dan pertumbuhan ilmu tauhid
 
Makalah Iman kepada malaikat
Makalah Iman kepada malaikatMakalah Iman kepada malaikat
Makalah Iman kepada malaikat
 
Makalah aqidah iman kepada allah
Makalah aqidah iman kepada allah Makalah aqidah iman kepada allah
Makalah aqidah iman kepada allah
 
Sejarah dan perkembangan ilmu kalam
Sejarah dan perkembangan ilmu kalamSejarah dan perkembangan ilmu kalam
Sejarah dan perkembangan ilmu kalam
 
Makalah perencanaan pembangunan tentang partisipasi masyarakat dalam perencan...
Makalah perencanaan pembangunan tentang partisipasi masyarakat dalam perencan...Makalah perencanaan pembangunan tentang partisipasi masyarakat dalam perencan...
Makalah perencanaan pembangunan tentang partisipasi masyarakat dalam perencan...
 
Makalah Aqidah Akhlak
Makalah Aqidah AkhlakMakalah Aqidah Akhlak
Makalah Aqidah Akhlak
 
Makalah "Konsep Aqidah Islamiyah"
Makalah "Konsep Aqidah Islamiyah"Makalah "Konsep Aqidah Islamiyah"
Makalah "Konsep Aqidah Islamiyah"
 

Similaire à Makalah aqidah (iman kepada allah)

Aqidah Islamiah.ppt
Aqidah Islamiah.pptAqidah Islamiah.ppt
Aqidah Islamiah.pptaleb30
 
Lembar Kerja Mata Pelajaran PAI SMP
Lembar Kerja Mata Pelajaran PAI SMPLembar Kerja Mata Pelajaran PAI SMP
Lembar Kerja Mata Pelajaran PAI SMPruangkuliahpai6f
 
Pertemuan 4 asmaul husna
Pertemuan 4 asmaul husnaPertemuan 4 asmaul husna
Pertemuan 4 asmaul husnayadilia
 
Pengertian agama menurut islam
Pengertian agama menurut islamPengertian agama menurut islam
Pengertian agama menurut islamKesini Dong
 
Makalah 1 kelompok 3. "Konsepsi Tentang Ketuhanan"
Makalah 1 kelompok 3. "Konsepsi Tentang Ketuhanan"Makalah 1 kelompok 3. "Konsepsi Tentang Ketuhanan"
Makalah 1 kelompok 3. "Konsepsi Tentang Ketuhanan"Dian Widdyastutik
 
BUKU MAFAHIM BKLDK _ BADAN KOORDINASI LEMBAGA DAKWAH KAMPUS ( LENGKAP )
BUKU MAFAHIM BKLDK _ BADAN KOORDINASI LEMBAGA DAKWAH KAMPUS ( LENGKAP ) BUKU MAFAHIM BKLDK _ BADAN KOORDINASI LEMBAGA DAKWAH KAMPUS ( LENGKAP )
BUKU MAFAHIM BKLDK _ BADAN KOORDINASI LEMBAGA DAKWAH KAMPUS ( LENGKAP ) downloadbukumafahim
 
2. akidah teras pembangunan muslim
2. akidah teras pembangunan muslim2. akidah teras pembangunan muslim
2. akidah teras pembangunan muslimShahirah Said
 
Makalah konsep iman takdir dan hari kiamat
Makalah konsep iman takdir dan hari kiamatMakalah konsep iman takdir dan hari kiamat
Makalah konsep iman takdir dan hari kiamatWarnet Raha
 
3.mengenal sifat2 allah
3.mengenal sifat2 allah 3.mengenal sifat2 allah
3.mengenal sifat2 allah adulcharli
 
Perbandingan konsep antar aliran aliran teologi islam
Perbandingan konsep antar aliran aliran teologi islamPerbandingan konsep antar aliran aliran teologi islam
Perbandingan konsep antar aliran aliran teologi islamfatimatus sholichah
 
Seri kajian minhajul muslim bab 1 pasal 1, bab akidah pasal beriman pada alloh
Seri kajian minhajul muslim bab 1 pasal 1, bab akidah pasal beriman pada allohSeri kajian minhajul muslim bab 1 pasal 1, bab akidah pasal beriman pada alloh
Seri kajian minhajul muslim bab 1 pasal 1, bab akidah pasal beriman pada allohIra Rahmawati Madjid
 
Modul Iman(dewasa)
Modul Iman(dewasa)Modul Iman(dewasa)
Modul Iman(dewasa)qurancentre
 
Kelas 07 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Siswa Bab 1
Kelas 07 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Siswa Bab 1Kelas 07 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Siswa Bab 1
Kelas 07 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Siswa Bab 1sitisarahrahmania
 

Similaire à Makalah aqidah (iman kepada allah) (20)

Aqidah Islamiah.ppt
Aqidah Islamiah.pptAqidah Islamiah.ppt
Aqidah Islamiah.ppt
 
Lembar Kerja Mata Pelajaran PAI SMP
Lembar Kerja Mata Pelajaran PAI SMPLembar Kerja Mata Pelajaran PAI SMP
Lembar Kerja Mata Pelajaran PAI SMP
 
Pertemuan 4 asmaul husna
Pertemuan 4 asmaul husnaPertemuan 4 asmaul husna
Pertemuan 4 asmaul husna
 
Pengertian agama menurut islam
Pengertian agama menurut islamPengertian agama menurut islam
Pengertian agama menurut islam
 
Makalah 1 kelompok 3. "Konsepsi Tentang Ketuhanan"
Makalah 1 kelompok 3. "Konsepsi Tentang Ketuhanan"Makalah 1 kelompok 3. "Konsepsi Tentang Ketuhanan"
Makalah 1 kelompok 3. "Konsepsi Tentang Ketuhanan"
 
BUKU MAFAHIM BKLDK _ BADAN KOORDINASI LEMBAGA DAKWAH KAMPUS ( LENGKAP )
BUKU MAFAHIM BKLDK _ BADAN KOORDINASI LEMBAGA DAKWAH KAMPUS ( LENGKAP ) BUKU MAFAHIM BKLDK _ BADAN KOORDINASI LEMBAGA DAKWAH KAMPUS ( LENGKAP )
BUKU MAFAHIM BKLDK _ BADAN KOORDINASI LEMBAGA DAKWAH KAMPUS ( LENGKAP )
 
2. akidah teras pembangunan muslim
2. akidah teras pembangunan muslim2. akidah teras pembangunan muslim
2. akidah teras pembangunan muslim
 
Makalah konsep iman takdir dan hari kiamat
Makalah konsep iman takdir dan hari kiamatMakalah konsep iman takdir dan hari kiamat
Makalah konsep iman takdir dan hari kiamat
 
Tauhid
TauhidTauhid
Tauhid
 
3.mengenal sifat2 allah
3.mengenal sifat2 allah 3.mengenal sifat2 allah
3.mengenal sifat2 allah
 
Wawancara i
Wawancara iWawancara i
Wawancara i
 
E valuasi 1
E valuasi 1E valuasi 1
E valuasi 1
 
Perbandingan konsep antar aliran aliran teologi islam
Perbandingan konsep antar aliran aliran teologi islamPerbandingan konsep antar aliran aliran teologi islam
Perbandingan konsep antar aliran aliran teologi islam
 
Akidah akhlak 7
Akidah akhlak 7Akidah akhlak 7
Akidah akhlak 7
 
Aqidah islam
Aqidah islamAqidah islam
Aqidah islam
 
Seri kajian minhajul muslim bab 1 pasal 1, bab akidah pasal beriman pada alloh
Seri kajian minhajul muslim bab 1 pasal 1, bab akidah pasal beriman pada allohSeri kajian minhajul muslim bab 1 pasal 1, bab akidah pasal beriman pada alloh
Seri kajian minhajul muslim bab 1 pasal 1, bab akidah pasal beriman pada alloh
 
Bab i mw
Bab i mwBab i mw
Bab i mw
 
Modul Iman(dewasa)
Modul Iman(dewasa)Modul Iman(dewasa)
Modul Iman(dewasa)
 
Kelas 07 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Siswa Bab 1
Kelas 07 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Siswa Bab 1Kelas 07 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Siswa Bab 1
Kelas 07 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Siswa Bab 1
 
Tugas tik(makalah)
Tugas tik(makalah)Tugas tik(makalah)
Tugas tik(makalah)
 

Plus de hilman shodri

Layout majalah & tabloid (entrepreneur putih-abu)
Layout majalah & tabloid (entrepreneur putih-abu)Layout majalah & tabloid (entrepreneur putih-abu)
Layout majalah & tabloid (entrepreneur putih-abu)hilman shodri
 
Belajar Aktif (Active Learning)
Belajar Aktif (Active Learning)Belajar Aktif (Active Learning)
Belajar Aktif (Active Learning)hilman shodri
 
Sponsos hujan duit by Hiil-Man
Sponsos hujan duit by Hiil-ManSponsos hujan duit by Hiil-Man
Sponsos hujan duit by Hiil-Manhilman shodri
 
Laporan Oktober 2010
Laporan Oktober 2010Laporan Oktober 2010
Laporan Oktober 2010hilman shodri
 

Plus de hilman shodri (7)

Layout majalah & tabloid (entrepreneur putih-abu)
Layout majalah & tabloid (entrepreneur putih-abu)Layout majalah & tabloid (entrepreneur putih-abu)
Layout majalah & tabloid (entrepreneur putih-abu)
 
Belajar Aktif (Active Learning)
Belajar Aktif (Active Learning)Belajar Aktif (Active Learning)
Belajar Aktif (Active Learning)
 
Kurikulum 2013
Kurikulum 2013Kurikulum 2013
Kurikulum 2013
 
planning hujan duit
planning hujan duitplanning hujan duit
planning hujan duit
 
Sponsos hujan duit by Hiil-Man
Sponsos hujan duit by Hiil-ManSponsos hujan duit by Hiil-Man
Sponsos hujan duit by Hiil-Man
 
Laporan Oktober 2010
Laporan Oktober 2010Laporan Oktober 2010
Laporan Oktober 2010
 
Beasiswa
BeasiswaBeasiswa
Beasiswa
 

Makalah aqidah (iman kepada allah)

  • 1. BAB I PENDAHULUAN Aqidah Islam pada dasarnya adalah iman kepada Allah, iman kepada para Malaikat, iman kepada kitab-kitab-Nya, iman kepada para Rasul-Nya, iman kepada hari akhir, dan iman kepada takdir yang baik dan yang buruk. Dasar-dasar ini telah dijelaskankan oleh Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya. Allah berfirman dalam kitab sucinya:                   “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebaktian, akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, para Malaikat, kitab-kitab dan nabi-nabi…” ( QS. Al-Baqarah : 177). Dalam masalah takdir, Allah berfirman:              “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut takdir (ukuran), dan perintah Kami hanyalah satu perkataan seperti kejapan mata.” (QS. Al-Qomar: 49-50). Beriman kepada Allah SWT, berarti meyakini akan keberadaan-Nya, baik itu wujud, sifat-sifat, maupun zat-Nya. Untuk meyakini itu semua, kita harus paham mengenai Ma‟rifatullah. Dan untuk mencapai kepada Ma‟rifat Allah, Kita harus mengetahui tentang segala ciptaannya, baik yang ada di Bumi maupun di Langit. Namun hal yang perlu diketahui bahwa kita itu tidak akan dapat memahami tentang zat-Nya Allah SWT, karena hal itu merupakan diluar akal manusia yang tidak bissa digambarkan. Untuk itu kami akan memberikan sedikit penjelasan tentang Ilmu Ma‟rifat tentang Allah SWT, juga tentang pengertian nama-nama serta sifat-sifat yang ada pada-Nya, yang insya Allah nantinya akan dapat membuat kita lebih paham lagi tentang Aqidah untuk beriman kepada Allah SWT. Supaya kita tidak keliru tentang pengertian tersebut. Iman kepada Allah SWT | 1
  • 2. BAB II PEMBAHASAN A. Ma’rifat Allah SWT 1. Pengertian Ma‟rifat Allah SWT Menurut Etimologi, kata Allāh (‫ )ا هلل‬berasal dari gabungan dari kata al- (sang) dan ʾilāh (tuhan) sehingga berarti "Sang Tuhan". Namun teori ini menyalahi bahasa dan kaidah bahasa Arab. Bentuk ma'rifat (definitif) dari ilah adalah al-ilah, bukan Allah. Dengan demikian kata al-ilah dikenal dalam bahasa Arab. Dalam bahasa Arab pun dikenal kaidah, setiap isim (kata benda atau kata sifat) nakiroh (umum) yang mempunyai bentuk mutsanna (dua) dan jamak, maka isim ma'rifat kata itupun mempunyai bentuk mutsanna dan jamak. Hal ini tidak berlaku untuk kata Allah, kata ini tidak mempunyai bentuk ma'rifat mutsanna dan jamak. Sedangkan kata ilah mempunyai bentuk ma'rifat baik mutsanna (yaitu al-ilahani atau al-ilahaini) maupun jamak (yaitu al-alihah). Dengan demikian kata al-ilah dan Allah adalah dua kata yang berlainan. Makrifat kepada Allah swt. adalah makrifat yang seluhur-luhurnya, bahkan yang semulia-mulianya sebab makrifat kepada Allah Taala itulah yang merupakan asas atau fundamen berdirinya segala kehidupan kerohanian. Bahkan dari makrifat kepada Allah Taala itu juga bercabang makrifat dengan alam yang ada di balik alam semesta ini, seperti malaikat jin dan ruh. Juga dari makrifat kepada Allah itu pulalah timbul makrifat perihal apa yang akan terjadi setelah kehidupan di dunia ini berakhir, juga mengenai kehidupan di alam barzakh, kehidupan di alam akhirat yang berupa kebangkitan kembali dari kubur, hisab (perhitungan amal), pahala, siksa, surga dan neraka.1 2. CARA BERMA‟RIFAT Untuk bermakrifat kepada Allah swt. mempunyai dua cara, yaitu:  Dengan menggunakan akal pikiran dan memeriksa secara teliti ciptaan Allah Taala yang berupa benda-benda yang beraneka ragam ini. 1 Sayid Sabiq. Aqidah Islam Pola Hidup Manusia Beriman. PT Diponegoro: Bandung, 2010. Hal. 30 Iman kepada Allah SWT | 2
  • 3. Dengan mengetahui nama-nama Allah Taala serta sifat-sifat-Nya.2 Dengan menggunakan akal pikiran dari satu sudut dan dengan memakrifati nama-nama serta sifat-sifat Allah dari sudut lain, seseorang akan dapat bermakrifat kepada Tuhan dan ia akan memperoleh petunjuk ke arah itu. 3. BERMAKRIFAT LEWAT PIKIRAN Setiap anggota tentu ada tugasnya, tugas akal ialah merenung, memeriksa, memikirkan dan mengamati. Jika kekuatan semacam ini menganggur maka hilang pulalah pekerjaan akal, juga menganggurlah tugasnya yang terpenting dan ini pasti akan diikuti oleh terhentinya kegiatan hidup. Allah Taala berfirman:                            “Katakanlah! „Aku hanya hendak mengajarkan kepadamu semua satu perkara saja yaitu hendaklah kamu semua berdiri di hadapan Allah, dua-dua orang atau seorang- seorang, kemudian berpikirlah kamu semua (gunakanlah akal pikiranmu)‟" (Q.S. Saba:46) Barangsiapa yang mengingkari kenikmatan akal dan tidak suka menggunakannya untuk sesuatu yang semestinya dikerjakan oleh akal, melalaikan ayat-ayat dan bukti-bukti tentang wujud dan kekuasaan Allah Ta‟ala, maka orang semacam itulah yang patut sekali mendapat cemoohan dan hinaan.3 Allah Taala berfirman:                                  2 Ibid, hal. 31 3 Ibid, hal. 32 Iman kepada Allah SWT | 3
  • 4. “Sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam itu kebanyakan dari jin dan manusia, yang mempunyai hati, tetapi tidak mengerti dengan hatinya, mempunyai mata tetapi tidak melihat dengan matanya dan mempunyai telinga tetapi tidak mendengarkan dengan telinganya. Orang-orang itu seperti binatang ternak bahkan lebih sesat. Itulah orang-orang yang lalai (dari kebenaran).” (Q.S. Al-A‟raf:179) 4. BIDANG-BIDANG PEMIKIRAN Agama Islam mengajak seluruh umat manusia supaya berpikir dan menggunakan akal, dengan anjuran yang demikian hebat. Tetapi yang dikehendaki bukanlah pemikiran secara tidak terkendalikan lagi kebebasannya. Semua itu dimaksudkan oleh Islam agar dilakukan dalam batas yang tertentu yang memang merupakan lapangan bagi manusia dan yang dapat dicapai oleh akal manusia itu. Maka yang dianjurkan oleh Islam untuk dipikirkan ialah dalam hal ciptaan Allah Taala yakni apa-apa yang ada di langit, di bumi, dalam dirinya sendiri, dalam masyarakat manusia dan lain-lain. Tidak ada pemikiran yang dilarang, melainkan memikirkan zat Allah SWT, sebab soal yang satu ini pasti di luar kekuatan akal pikiran manusia. Dalam hal ini Rasulullah SAW. bersabda, “Berpikirlah kamu semua perihal makhluk Allah (apa-apa yang diciptakan oleh Allah) dan janganlah kamu sekalian berpikir mengenai zat Allah, sebab sesungguhnya kamu semua sudah tentu tidak dapat mencapai keadaan hakikatnya.” Alangkah luas dan lebarnya dunia yang diperintah oleh Islam untuk dipikirkan itu, tetapi sedemikian luasnya masih belum memadai sedikit pun dari keluasan yang terdapat di dalam alam akhirat. 5. TUJUAN PEMIKIRAN Di antara tujuan utama yang dikehendaki oleh Islam dalam memerintahkan berpikir ialah untuk membangunkan akal dan menggunakan tugasnya dalam berpikir merenungkan dan menyelidiki, dengan demikian akal manusia akan sampai kepada petunjuk yang memberikan penerangan sejelas-jelasnya mengenai peraturan-peraturan kehidupan, sebab-sebab wujud alam semesta, tabiat-tabiat keadaan dan hakikat- hakikat segala sesuatu benda. Manakala hal-hal itu sudah terlaksana dengan baik, tentu akan dapat merupakan cahaya terang untuk menyingkap persoalan siapa yang Iman kepada Allah SWT | 4
  • 5. sebenarnya menjadi maha pencipta dan pembentuk semuanya itu. Selanjutnya setelah ini diperoleh maka dengan perlahan-lahan akan dicapai hakikat yang terbesar yaitu bermakrifat kepada Allah Taala.4 Jadi kemakrifatan kepada Allah Taala yang sesungguhnya merupakan buah atau natijah daripada akal pikiran yang cerdik dan bergerak terus, juga sebagai hasil dari usaha pemikiran yang mendalam serta disinari oleh cahaya yang terang-benderang. Allah Taala berfirman:            “Dan barangsiapa yang tidak diberi cahaya oleh Allah, maka orang itu pun tidak akan memperoleh cahaya apapun.” (Q.S. An-Nur:40) B. Nama-nama dan Sifat-sifat Allah Kata “asma” adalah bentuk jama dari kata “ismun”, yang artinya „nama‟. “Asma Allah” berarti „nama-nama Allah‟. Asma‟ul husna berarti nama-nama yang baik dan terpuji. Sehingga istilah “asma‟ul husna” bagi Allah maksudnya adalah nama-nama yang indah, baik dan terpuji yang menjadi milik Allah. Misalnya: Ar Rahman, Ar Rahim, Al Malik, Al Ghafur, dan lain-lain. Sedangkan kata “sifat” dalam bahasa Arab berbeda dengan “sifat” dalam bahasa indonesia. Kata “sifat” dalam bahasa arab mencakup segala informasi yang melekat pada suatu yang wujud. Sehingga “sifat bagi benda” dalam bahasa arab mencakup sifat benda itu sendiri, seperti besar kecilnya, tinggi rendahnya, warnanya, keelokannya, dan lain-lain. Juga mencakup apa yang dilakukannya, apa saja yang dimilikinya, keadaan, gerakan, dan informasi lainnya yang ada pada benda tersebut. Dengan demikian, kata “sifat Allah” mencakup perbuatannya, kekuasaannya, apa saja yang ada pada Dzat Allah, dan segala informasi tentang Allah. Secara istilah syariat, tauhid asma dan sifat adalah pengakuan seorang hamba tentang nama dan sifat Allah, yang telah Dia tetapkan bagi diri-Nya dalam 4 Ibid, hal. 35 Iman kepada Allah SWT | 5
  • 6. kitab-Nya ataupun dalam sunnah Nabi-Nya shallallahu „alaihi wa sallam, tanpa melakukan empat hal berikut: 1. Tahrif (menyimpangkan makna), yaitu mengubah atau mengganti makna yang ada pada nama dan sifat Allah, tanpa dalil. 2. Ta‟thil (menolak), Yaitu menolak penetapan nama dan sifat Allah yang disebutkan dalam dalil. Baik secara keseluruhan maupun hanya sebagian. 3. Takyif (membahas bagaimana bentuk dan hakikat nama dan sifat Allah), yaitu menggambarkan bagaimanakah hakikat sifat dan nama yang dimiliki oleh Allah. 4. Tamtsil (menyamakan Allah dengan makhluk-Nya), Misalnya, berkeyakinan bahwa tangan Allah sama dengan tangan budi, Allah bersemayam di „arsy seperti joki naik kuda.5 Allah berfirman, “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.” (Qs. Asy-Syuura: 11) Berikut beberapa kaidah penting yang ditetapkan oleh para ulama, terkait nama dan sifat Allah: 1. Mengimani segala nama dan sifat-sifat Allah yang terdapat dalam Alquran dan sunnah (hadits-hadits sahih). 2. Menyucikan Allah dari menyerupai makhluk dalam segala sifat-sifat-Nya. 3. Menutup keinginan untuk mengetahui bentuk hakikat sifat-sifat Allah tersebut. Yang perlu kita imani adalah Allah memiliki sifat yang bermacam-macam dan Allah Maha sempurna dengan segala sifat yang dimiliki-Nya. Dan untuk mengimani sesuatu tidaklah mengharuskan kita harus mengetahui hakikat zat tersebut. C. Kemustahilan mengetahui Zat Allah Allah SWT telah menganjurkan dalam Kitab-Nya agar berfikir dan bertadabbur. Anjuran ini ada dua macam: 5 Sa’id bin Ali bin Wahfi al-Qahthaniy, Syarh al-’Aqidah al-Wasithiyah, Studi Tentang Aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah, Iman kepada Allah SWT | 6
  • 7.  Pertama, Anjuran mentadabburi ayat-ayat Al-Qur'an dan ayat-ayat-Nya yang dapat disimak. Agar seorang hamba dapat memahami maksud Allah swt dan dapat meyakini kehebatan atau Al-Qur'an sebagai Kalamullah dan mukjizat yang tidak ada kebathilan di dalamnya, dari depan maupun dari belakang.  Kedua, Anjuran memikirkan keagungan ciptaan Allah, kerajaan dan kekuasaan- Nya, serta ayat-ayat yang dapat disaksikan, agar seorang hamba dapat merasakan keagungan al-Khaliq, dapat mengakui Al-Qur'an. Sebagaimana yang Allah SWT.6 firmankan, "Katakanlah, 'Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi.'" (Yunus: 101). Memikirkan tanda-tanda kebesaran Allah swt yang dapat disaksikan dan mentadabburi ayat-ayat Allah yang dapat disimak tidaklah dibatasi dengan keadaan atau waktu tertentu seperti yang dibuat-buat oleh kaum sufi atau ahli kalam, dengan menggunakan istilah renungan pemikiran dan lainnya, dalilnya adalah firman Allah SWT, "(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), 'Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (Ali 'Imran: 191). Dzat Allah tidak akan bisa terjangkau oleh akal pikiran dan tidak akan bisa dikira- kirakan. Allah SWT. berfirman, "Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang penglihatan itu."(Al-An'aam: 103). Dan bagi al-Khaliq, tidak ada penyerupaan, tandingan dan juga permisalan, "Dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan Dia." (Al-Ikhlash: 4). Oleh sebab itulah melalui lisan Rasul-Nya, Allah Yang Mahabijaksana melarang berfikir tentang Dzat- Nya Yang Mahasuci. Berfikir tentang Dzat Allah akan menggiring pelakunya kepada keragu-raguan tentang Allah. Dan siapa saja yang ragu tentang Allah, pasti binasa. Sebab ia akan dicecar oleh pertanyaan-pertanyaan membingungkan yang lahir dari permikiran sesat, "Allah menciptakan ini dan itu lalu siapakah yang menciptakan Allah?" Pertanyaan itu pada hakikatnya sangat kontradiktif dan kabur maksudnya. Sebab Allah adalah Pencipta bukan makhluk! Allah SWT berfirman, "Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan." (Al-Ikhlash: 3). 6 Syaikh Salim bin 'Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar'iyyah fii Shahiihis Sunnah an-Nabawiyyah Iman kepada Allah SWT | 7
  • 8. Pengobatan untuk waswas Iblis dan pemikiran-pemikiran syaitan ini, yaitu mengikuti tata cara Al-Qur'an dan As-Sunnah yang dijelaskan oleh Rasulullah saw.: 1. Membaca surat Al-Ikhlash. 2. Meludah ke kiri sebanyak tiga kali. 3. Berlindung kepada Allah swt dari gangguan syaitan yang terkutuk dengan membaca isti'adzah. 4. Mengatakan, "Aku beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya.: 5. Memutus waswas dan menghentikan keraguannya. Bimbingan Nabawi tadi merupakan cara yang paling mujarab untuk mengobati penyakit waswas dan lebih ampuh untuk memutusnya daripada cara jidal (perdebatan) logika yang sempit yang pada umumnya malah membuat orang bingung. Hendaklah orang yang waras akalnya memperhatikan benar sabda Nabi, "Sesungguhnya hal itu dapat menghilangkannya." Jadi, siapa saja yang melakukannya semata-mata ikhlas karena Allah dan ketaatan kepada Rasul-Nya, maka syaitan pasti lari. D. Pembagian Sifat-sifat Allah Ta’ala Sifat-sifat Allah terdiri dari tiga macam, yaitu: 1. Sifat Wajib Sifat wajib bagi Allah ialah sifat-sifat yang wajib (pasti) ada pada-Nya, sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa sifat ALLAH itu ada 20 sifat. Dari 20 itu dibagi pula menjadi empat bagian yaitu: 1. Sifat Nafsiyah, artinya sifat-sifat ALLAH yang dengan sifat itu dapat membuktikan zat ALLAH SWT. Sifat Nafsiyah yang dimaksud ialah sifat Al- Wujud. 2. Sifat Salbiyah, artinya sifat yang menafikan. Sifat ini menafikan atau tidak menerima sifat yang tidak mungkin dan tidak layak bagi Tuhan. Adapun yang termasuk dalam sifat Salbiyah ialah : Al-Qidam, Al-Baqa,, Al- Mukhalafatuhu Lilhawadits, Al-Qiyamuhu binafsih dan Al-Wahdaniyah. 3. Sifat Ma'ani, artinya sifat ma'na. Sifat ini berlainan dengan sifat Salbiyah, ia memastikan yang disifati itu bersifat dengan sifat tersebut. Adapun sifat Ma'ani itu adalah : Al-Qudrah, Al-Iradah, Al-Ilmu, Al-Hayah, As-Sama', Al-Bashar dan Al- Kalam. Jadi sifat Ma'ani itu ada tujuh sifat. Iman kepada Allah SWT | 8
  • 9. 4. Sifat Ma'nawiyah, yaitu sifat yang lazim atau memastikan sifat Ma'ani diatas. Tiap- tiap ada sifat ma'nawi tentu ada sifat ma'ani dan oleh karena sifat ma'ani tadi ada tujuh, maka sifat ma'nawiyah ada tujuh pula. Sifat - sifat ALLAH yang dua puluh tersebut diantaranya ada yang mempunyai Ta'luq, ada yang tidak. Ta'luq artinya perhubungan suatu sifat dengan keadaan suatu keadaan yang lain. Misalnya sifat ilmu harus berhubungan dengan apa yang diketahui. Ta'luq terbagi atas dua macam yaitu Ta'luq Tanjizi dan Ta'luq Azali.  Ta'luq Tanjizi, artinya menunaikan. Misalnya perhubungan ilmu dengan segala apa yang diwujudkan sekarang ini.  Ta'luq Azali, artinya purbakala, menurut ilmu Tuhan. Misalnya perhubungan ilmu tuhan dengan segala apa yang belum terbukti pada kita sekarang ini, tegasnya belum wujud. 2. Sifat Mustahil Disamping sifat - sifat yang wajib, ada lagi sifat yang mustahil bagi ALLAH yaitu sebagai lawan daripada sifat yang wajib, banyaknya ada dua puluh yaitu : 1. Al-'Adam sebagai lawan dari wujud. Artinya tidak ada jadi mustahillah oleh ALLAH itu tidak ada. 2. Al-Hudusts artinya baru, jadi mustahillah bagi ALLAH itu zat yang baru, wajiblah baginya Qidam. 3. Al-Fana artinya lenyap, jadi mustahillah ALLAH itu lenyap atau tidak kekal. Tetapi wajiblah baginya Baqa atau kekal abadi. 4. Al-Mumatsalah artinya serupa dengan apa yang baru (selain ALLAH), tetapi wajiblah bagi ALLAH bersifat Mukhalafah lil Hawadits atau tidak menyerupai dengan segala apa yang baru. 5. 'Adamulqiyami Binafsihi Al-Ikhtiaju Lighairihi artinya mustahil ALLAH itu tidak berdiri dengan sendirinya (berhajat dengan yang lain). 6. Atta'addud artinya berbilang. Jadi mustahil ALLAH itu berbilang atau lebih dari satu. 7. Al-'Ajuz, sifat ini lawan dari sifat Qudrah yang berarti lemah. Jadi mustahil ALLAH itu lemah, tetapi wajib bagi-Nya bersifat Qudrah atau kuasa. 8. Al-Mukrah ( Al-Karohah ), artinya terpaksa atau dipaksa. Iman kepada Allah SWT | 9
  • 10. 9. Al-Jehlu, artinya mustahil ALLAH itu bodoh atau tidak mengerti suatu perkara yang bagaimanapun keadaannya, tetapi wajib bagi ALLAH Ilmu atau mengetahui segala apa saja. 10. Al-Mautu , artinya mati. Mustahil ALLAH itu mati, tetapi wajib ALLAH itu Hayat atau hidup. 11. Al-Asummu, artinya Tuli atau pekak. Jadi mustahil ALLAH itu pekak. Tetapi wajib baginya Sama' atau mendengar apa saja. 12. Al-A'ma, artinya buta. Mustahil kalau ALLAH itu buta tetapi wajib bagi-Nya Bashar atau melihat. 13. Al-Bukmu, artinya bisu. Mustahil kalau ALLAH itu bisu, tetapi wajiblah ALLAH itu Kalam atau berkata-kata. 14. Kaunuhu artinya keadaan-Nya atau berkeadaan. 15. 'Ajizan artinya yang lemah, tidak berkuasa lawan dari sifat kaunuhu Qadiran. 16. Makrurah (Karihah) artinya Yang terpaksa, lawannya sifat kaunuhu Muridun. 17. Jahilan artinya yang bodoh, lawannya sifat kaunuhu 'Aliman. 18. Mayyitan artinya yang mati, lawannya sifat kaunuhu Hayyan. 19. Ashamm artinya yang tuli, lawannya kaunuhu Sami'an. 20. A'ma artinya yang bisu, lawannya kaunuhu Mutakalliman. Itulah sifat yang mustahil bagi ALLAH. Artinya sifat - sifat yang tidak dapat diterima oleh akal adanya bagi ALLAH. Pembahasan secara lebih mendalam akan dientry di lain kesempatan. 3. Sifat Jaiz Disamping sifat yang wajib dan mustahil tersebut diatas, terdapat pula sifat yang jaiz bagi ALLAH yaitu : “Fi’lu kulli mumkinin au tarkuhu”, artinya memperbuat sesuatu yang mungkin terjadi atau tidak memperbuatnya. Maksudnya Allah itu berwenang untuk menciptakan dan berbuat sesuatu atau tidak sesuai dengan kehendak-Nya. Bahwa ALLAH bebas berbuat, artinya perbuatan ALLAH terhadap makhluknya itu boleh diperbuat-Nya dan boleh pula tidak. Maksudnya ALLAH tidak wajib membuatnya dan tidak pula Mustahil kalau tidak membuatnya. Iman kepada Allah SWT | 10
  • 11. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Beriman kepada Allah adalah meyakini akan keberadaan Allah, baik berupa nama, sifat serta zat-Nya Allah SWT. Ma‟rifat merupakan ciri utama seseorang yang telah meyakini akan adanya Allah, dari Ilmu ma‟rifat itulah seseorang dapat memahami tentang kekuasaan dan keberadaan-Nya. Melalui pemikiran, seseorang akan dapat mengerti tentang Ma‟rifat Allah SWT. Namun satu hal yang harus diketahui bahwa seseorang tidak akan mampu memahami tentang zat-Nya Allah SWT, karena hal itu merupakan diluar akal manusia. Asma‟ul husna berarti nama-nama yang baik dan terpuji. Sehingga istilah “asma‟ul husna” bagi Allah maksudnya adalah nama-nama yang indah, baik dan terpuji yang menjadi milik Allah. Sedangkan sifat-sifat Allah mencakup perbuatannya, kekuasaannya, apa saja yang ada pada Dzat Allah, dan segala informasi tentang Allah. Sifat-sifat Allah dibagi menjadi 3 sifat, Wajib, Mustahil dan Jaiz. Sifat wajib terdiri dari 20 sifat, sifat mustahil merupakan kebalikan dari keduapuluh sifat wajib tersebut, dan sifat jaiz adalah sifat yang B. Kritik dan Saran Apabila dalam makalah kami terdapat salah, baik dari ucapan maupun tulisan, agar sekiranya saudara dapat memakluminya. Kritik serta saran dari kalian akan sangat berarti untuk kami sebagai bahan evaluasi nanti, agar kami dapat memperbaiki kesalahan- kesalahan kami. Iman kepada Allah SWT | 11
  • 12. DAFTAR PUSTAKA  Sayid Sabiq. Aqidah Islam Pola Hidup Manusia Beriman. PT Diponegoro: Bandung, 2010  Syaikh Salim bin 'Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar'iyyah fii Shahiihis Sunnah an- Nabawiyyah  Sa‟id bin Ali bin Wahfi al-Qahthaniy, Syarh al-’Aqidah al-Wasithiyah, Studi Tentang Aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah, Iman kepada Allah SWT | 12