1. LAPORAN OBSERVASI STRATEGI PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SDLB NEGERI
Disusun Guna Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Strategi Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SLB
Dosen Pengampu: Drs. Rubimanto, M.Pd
Disusun oleh:
Iwan Burhanudin 092331012
Tarbiyah/ VII/ PAI -1
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
PURWOKERTO
2012
2. KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah S.W.T, maka penulis
telah menyelesaikan Laporan Observasi Strategi Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di SLB , yang telah penulis laksanakan di SDLB Negeri Kebakalan
Mandiraja Kabupaten Banjarnegara.
Adapun tujuan daripada Observasi itu sendiri agar Mahasiswa
mengetahui langsung kondisi Anak Berkebutuhan Khusus dan Strategi
Pembelajaran yang dilaksanakan di Sekolah tersebut, sehingga dengan demikian
Mahasiswa benar-benar mengetahui secara riil tentang Anak Berkebutuhan
Khusus dan strategi penanganannya di lapangan,
Penulis yakin dengan bekal yang didapatkan dari teori saja tidak cukup
sebelum penulis benar-benar mengetahui kondisi yang sebenarnya.
Kami menyadari bahwa observasi yang kami laksanakan sebenarnya
belumlah cukup bila ingin mengetahui kondisi sebenarnya yang ada, akan tetapi
walupun demikian, sangat memberikan manfaat yang luar biasa bagi penulis,
sehingga merangsang penulis untuk selalu ingin menggeluti lebih jauh.
Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini bisa mewakili apa yang
kami amati dan kami dan wawancarai ini bisa manfaat bagi penulis dan bagi
pembaca dari karya kami.
3. PENDAHULUAN
Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang mempunyai kelainan atau
gangguam baik fisik, emosi, sosial, intelegensi yang sedemikian rupa, sehingga
sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus agar dapat
mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin.
Anak Berkebutuhan Khusus yang ada di karesidenan banyumas
jumlahnya cukup signifikan, akan tetapi mereka yang bisa tertangani atau mereka
yang merasakan bangku sekolah baru 40 %, sehingga dengan demikian masih
banyak yang belum tertangani dengan baik, hal ini disebabkan karena terbatasnya
lembaga pendidikan yang ada, dan juga guru bagi Anak Berkebutuhan Khusus itu
sendiri juga sangat terbatas sekali jumlahnya., maka sudah barang tentu tugas dari
Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan harus bisa menghandel agar anak-
anak tersebut bisa ditangani, dan nantinya tujuan dari Education For All bisa
terlaksana, dan anak Berkebutuhan Khusus bisa tertangani dengan baik, sehingga
nantinya mereka bisa bersama-sama berpartisipasi dengan masyarakat pada
umumnya dalam membangun bangsa dan negara.
4. LAPORAN HASIL OBSERVASI
Laporan Observasi bagi Anak Berkebutuhan Khusus di SDLB Negeri
Kebakalan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara kami laksanaklan pada hari Rabu
dan Sabtu , tanggal 3 dan 5 Juni 2011.
Adapun pelaksanaan Observasi tersebut penulis laksanakan dengan
pengamatan selama kegiatan proses pembelajaran, tanya jawab dengan guru
pengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Isalam, dan dikuatkan dengan
dokumentasi tentang data anak yang kami Observasi.
Secara prosedural pelaksanaan Observasi yang kami lakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
A. Gambaran Obyek Observasi
Obyek observasi adalah SDLB Negeri Kebakalan Kecamatan
Mandiraja Kabupaten Banjarnegara, yang beralamat di Desa Kebakalan,
Kecamatan Mandiraja, di bawah pimpinan Kepala Sekolah Ibu Atut Yuliarni,
S.Pd
B. Identitas Anak
a. Nama Anak : Yuniarti
Tempat dan tanggal : Banjarnegara, 31-8-1998
Jenis kelamin : Perempuan
Kelamin : Tunarungu sedang
Nama Ayah : Sapuan
Pekerjaan : Tani
Nama Ibu : Farida
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Gumelem RT 06 RW 05 Susukan
C. Jenis Kelainan Anak dan Ciri-cirinya
Kelainan anak berkebutuhan khusus yang dialami anak tersebut adalah
Anak tunarungu, anak tersebut mengalami kehilangan pendengaran sekitar
40 - 60 Desibel , sehingga anak tersebut dikategorikan anak yang mengalami
ganggauan pendengaran sedang. Pada kelompok ini mereka mendengar
5. percakapan harus dengan suara yang kera, dan matanya selalu menatap
mimik muka dan bibir pembicara . Gangguan pendengaran pada tingkatan ini
bisa belajar bicara dan bahasa dengan menggunakan sisa kemampuan
pendengarannya.
Adapun anak tunarungu secara umum mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Secara nyata tidak mampu mendengar
b. Terlambat perkembangan bahasanya
c. Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi
d. Tidak tanggap bila diajak bicara
e. Ucapan kata tidak jelas
f. Kualitas suara aneh/monoton
g. Sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar
6. PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SDLB NEGERI
KEBAKALAN
KECAMATAN MANDIRAJA KABUPATEN BANJARNEGARA
1. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang diajarkan pada anak tunarungu
pada dasarnya sama dengan anak-anak pada umumnya akan tetapi agar bisa
diterima dengan baik bagi anak tunarungu perlu .strategi khusus, antara lain.
Strategi Pembelajaran P A I Bagi Tunarungu
Ada beberapa pendekatan yang perlu diperhatikan dalam strategi
pembelajaran bagi anak tunarungu antara lain: a. Latihan auditori (auditory
training), membaca bibir (speech reading), bahasa isyarat (sign language).
a. Latihan Auditori
Latihan auditori adalah strategi mengajar anak tunarungu dengan
memanfaatkan sisa kemampuan pendengaran yang dimilikinya. Latihan
memfungsikan sisa pendengaran menguat seiring dengan adanya
perkembangan teknologi alat bantu dengar.
Latihan auditori mempunyai tiga tujuan utama, yaitu:
1) Pengembangan kepedulian atas bunyi
Satu tugas penting bagi guru P A I adalah meyakinkan anak
tentang adanya berbagai bunyi, termasuk bunyi bahasa di
lingkungannya. Tugas lbagi seorang guru adalah agar bisa meyakinkan
kepada anak, bahwa wicara merupakan sarana komunikasi yang
penting
2) Pengembangan kemampuan diskriminasi bunyi lingkungan
Satu tugas penting bagi guru P A I untuk anak tunarungu agar
anak diajari membedakan berbagai lingkungan bunyi,. Berbagai bunyi
dapat direkam kemudian didengarkan berkali-kali, misalnya suara
telepon, bel, ayam berkokok, dan lain-lain.
3) Pengembangan kemampuan diskriminasi bunyi bahasa
Setelah anak mampu mengidentifikasikan bunyi di
lingkungannya, maka setelah itu anak diajari membedakan bunyi
7. bahasa.trmasuk di dalamnya bunyi huruf hijaiyah dalam bahasa
arab,sehingga dengan demikian pelatihan ini menuju ke lingkup
bahasa.
b. Latihan membaca bibir
Membaca bibir adalah pelatihan memanfaatkan informasi visual
untuk memahami wicara orang lain. Dalam pendekatan pembelajaran
membaca bibir , yaitu menggunakan pendekatan analitis dan pendekatan
sintesis. Dengan pendekatan analitis, tekanan diberikan pada
pembelajaran memahami unsur-unsur bahasa, seperti bunyi bahasa, suku
kata, kata. Sedangkan dengan pendekatan sintesis , tekanan diberikan
kepada pemahaman makna bahasa, bukan unsur-unsurnya.
Ada jenis stimulus yang dapat dipakai, yaitu lingkungan,
nonverbal, dan bunyi bahasa.
1) Stimulus lingkungan
Pelatihan anak tunarungu sangat bergantung pada kemampuan
anak memusatkan perhatian dan mengambil makna dari
lingkungannya. Pada tahap awal, anak diperkenalkan dengan berbagai
cue lingkungan yang menyertai pembicaraan. Misalnya, mengajar
anak menerka pesan yang muncul dari berbagai situasi . Ini dapat
dilakukan dengan menunjukkan gambar diikuti dengan pertanyaan.
2) Stimulus nonverbal
Pelatihan pada tahap ini melibatkan penggunaan gerakan-
gerakan oleh pembicara mengikuti pesan yang dimaksud dalam
pembicaraan . Gerakan tangan dan raut muka merupakan contoh
stimulus nonverbal.
3) Stimulus bunyi bahasa
Pelatihan pada tahap ini meliputi kemampuan membedakan
berbagai stimulus yang dapat dilihat berkaitan dengan pengucapan
bunyi bahasa. Pelatihan ini memerlukan kecermatan dan ketelitian,
karena beberapa bunyi bahasa sering diucapkan dengan organ wicara
8. yang hampir sama. Contoh stimulus ini misalnya, bentuk bibir, posisi
lidah.
c. Bahasa Isyarat
Pendekatan manual (bahasa isyarat) merupakan pendekatan tertua
dalam pendidikan bagi anak tunarungu. Para sekolah tunarungu biasanya
menggunakan isyarat dalam berkomunikasi.
Bahasa isyarat ternyata telah berkembang, sehingga dewasa ini ada
bermacam-macam bahasa isyarat. Variasai dari bahasa isyarat adalah
berkembangnya sistem eja jari (fingers spelling). Berbeda dengan bahasa
isyarat yang memang menggunakan isyarat sebagai bahasa lisan, sistem
ejaan menggunakan jari untuk mengeja kata-kata dalam bahasa.
Gabungan dari pendekatan oral dengan pendekatan manual telah
menghasilkan trend baru dalam berkomunikasi dengan penyandang
tunarungu , yaitu sistem komunikasi total. Sistem gabungan ini dapat
menutupi kelemahan- dari kedua pendekatan sebelumnya. Pendekatan
manual menyebabkan munculnya eklusivisme di kalangan penyandang
tunarungu, karena bahasa isyarat adalah bahasa utama bagi mereka,
sehingga hak azazi mereka memperoleh perhatian. Orang-orang yang
mendengar cenderung tidak mau (malas) mempelajari bahasa baru ini.
Pendekatan oral memungkinkan komunikasi antara penyandang tunarungu
dengan anak normal, tetapi hak azasi penyandang tunarungu meras
terabaikan (mereka dipaksa berkomunikasi dengan cara yang normal).
2. Kesulitan-kesulitan dalam proses pembelajaran dan cara mengatasinya:
a. Kesulitan dalam proses pembelajaran
1) Siswa suka membuat gaduh
2) Siswa sulit diajak komunikasi
3) Siswa kurang paham terhadap apa yang diajarkan guru
3. Cara Mengatasi Kesulitan
1) Memberikan perhatian dan pengawasan yang lebih kepada siswa, bila
perlu memberikan teguran secara halus kepada siswa agar tidak membuat
gaduh, karena dapat mengganngu proses pembelajaran.
9. 2) Komunikasi guru dan siswa secara langsung secara face to face atau
dengan tatap muka, agar siswa dapat memahami apa yang diucapkan guru,
dan jangan sekali-kali guru membelakangi siswa, karena siswa tidak bisa
membaca mimik atau wajah guru.
3) Guru perlu mengulang-ulang materi yang diterangkan apabila siswa belum
paham, sehingga diperlukan kesabaran yang lebih.
4. Kurikulum SLB
Kurikulum SLB adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ,
kurikulum tersebut dibuat oleh sekolah dengan memegang aturan-aturan yang
pokok yang ditetapkan dari pusat, misalnya Standar Kompetensi, dan
Kompetensi dasar dibuat oleh Pusat . Sedangkan hal-hal yang bisa dijadikan
dasar dari sekolah untuk mengembangkan kemampuan lokal, maka disitu ada
muatan lokal, dari muatan lokal tersebut diharapkan bisa menggali
keunggulan-keunggulan lokal yang bisa dikembangkan oleh sekolah tersebut
dan diharapkan ini menjadi cirikhas dari keunggulan sekolah tersebut.