SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  67
PERSANDINGAN UNDANG-UNDANG PPN DAN PPnBM
                 UU NO 8 TAHUN 1983 stdtd UU NO 18 TAHUN 2000 & UU NO 42 TAHUN 2009


       UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000                              UU No 42 Tahun 2009


      UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA                           UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

                NOMOR 8 TAHUN 1983                                        NOMOR 42 TAHUN 2009

                       TENTANG                                                   TENTANG

  PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA                      PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG
  DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH                           NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK
  SEBAGAIMANA TELAH BEBERAPA KALI DIUBAH                         PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA
             TERAKHIR DENGAN                                  DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH
    UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2000

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA                           DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

          PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,                               PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:                                                  Menimbang:
bahwa dalam rangka lebih meningkatkan kepastian             a. bahwa dalam rangka lebih meningkatkan kepastian
hukum dan keadilan, serta menciptakan sistem                   hukum dan keadilan, menciptakan sistem perpajakan
perpajakan yang sederhana dengan tanpa mengabaikan             yang    lebih   sederhana,  serta   mengamankan
pengawasan dan pengamanan penerimaan negara agar               penerimaan negara agar pembangunan nasional
pembangunan nasional dapat dilaksanakan secara                 dapat dilaksanakan secara mandiri perlu dilakukan
mandiri, perlu dilakukan perubahan terhadap Undang-            perubahan terhadap Undang-Undang Nomor 8 Tahun
Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak                        1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan          Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
Atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah dengan              sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1994;                             dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000
                                                               tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
                                                               Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan
                                                               Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas
                                                               Barang Mewah;
                                                            b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
                                                               dimaksud dalam huruf a, perlu membentuk Undang-
                                                               Undang tentang Perubahan Ketiga atas Undang-
                                                               Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak
                                                               Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
                                                               Penjualan atas Barang Mewah;

Mengingat:                                                  Mengingat:
1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (2), dan Pasal 23 ayat   1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 23A Undang-
   (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia           Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
   Tahun 1945 sebagaimana telah diubah dengan                  1945;
   Perubahan Pertama Tahun 1999;

2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang                 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
   Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan                     Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
   (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983              (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983
   Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3262)              Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik
   sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-            Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa
   Undang Nomor 16 Tahun 2000 (Lembaran Negara                 kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor
   Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 126,                    16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan
   Tambahan Lembaran Negara Nomor 3984);                       Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 5
                                                               Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas
                                                               Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
                                                               Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Menjadi
                                                               Undang-Undang       (Lembaran  Negara    Republik
                                                               Indonesia Tahun 2009 Nomor 62, Tambahan
                                                               Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4999);
3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
                                                                                                             1
UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000                            UU No 42 Tahun 2009
  Penghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia
  Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara
  Nomor 3263) sebagaimana telah diubah terakhir
  dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000
  (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
  Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Nomor
  3985);

4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak      3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak
   Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak            Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
   Penjualan Atas Barang Mewah (Lembaran Negara           Penjualan atas Barang Mewah (Lembaran Negara
   Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan       Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan
   Lembaran Negara Nomor 3264) sebagaimana telah          Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3264)
   diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun             sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
   1994 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun         dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000
   1994 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Nomor          tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
   3568).                                                 Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan
                                                          Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas
                                                          Barang Mewah (Lembaran Negara Republik Indonesia
                                                          Tahun 2000 Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara
                                                          Republik Indonesia Nomor 3986);

                Dengan Persetujuan                                  Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA             DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
                                                                          dan
                                                              PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

               MEMUTUSKAN:                                            MEMUTUSKAN:
Menetapkan:                                            Menetapkan:
UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN KEDUA                  UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN KETIGA
ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983                  ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983
TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN             TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN
JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG                   JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG
MEWAH.                                                 MEWAH.

   UMUM                                                  UMUM

   Dalam era reformasi saat ini, perkembangan sosial     Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak atas konsumsi
   ekonomi dan politik berlangsung sangat cepat          barang dan jasa di Daerah Pabean yang dikenakan
   sehingga perubahan sistem perpajakan yang pernah      secara bertingkat di setiap jalur produksi dan distribusi.
   dilakukan belum dapat menampung perkembangan          Pengenaan      Pajak     Pertambahan      Nilai   sangat
   dunia usaha karena masih dijumpai kelemahan-          dipengaruhi oleh perkembangan transaksi bisnis serta
   kelemahan dalam Undang-Undang Perpajakan, yaitu :     pola konsumsi masyarakat yang merupakan objek dari
   a. belum adil walaupun sudah dilaksanakan sesuai      Pajak Pertambahan Nilai. Perkembangan ekonomi
       ketentuan,                                        yang sangat dinamis baik di tingkat nasional, regional,
   b. kurang memberikan hak-hak Wajib Pajak,             maupun internasional terus menciptakan jenis serta
   c. kurang memberikan kemudahan kepada Wajib           pola transaksi bisnis yang baru. Sebagai contoh, di
       Pajak dalam melaksanakan kewajibannya,            bidang jasa, banyak timbul transaksi jasa baru atau
   d. kurang memberikan kepastian hukum serta            modifikasi dari transaksi sebelumnya yang pengenaan
       kurang sederhana.                                 Pajak Pertambahan Nilainya belum diatur dalam
   Untuk itu dalam rangka menampung perkembangan         Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai.
   dunia usaha dipandang perlu penyempurnaan
   peraturan perundang-undangan perpajakan dengan        Dalam rangka menjawab perubahan yang sangat cepat
   menitikberatkan pada peningkatan :                    tersebut,    perlu    dilakukan   pembaruan       dan
   a. asas keadilan,                                     penyempurnaan Undang-Undang Pajak Pertambahan
   b. asas kepastian hukum,                              Nilai. Pembaruan (reformasi) sistem pajak konsumsi
   c. asas legalitas, dan                                telah dilakukan pada tahun 1983 dengan diterbitkannya
   d. asas kesederhanaan.                                Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak
   Berlandaskan pada hal-hal tersebut di atas, maka      Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
   sasaran yang ingin diwujudkan dalam pelaksanaan       Penjualan atas Barang Mewah. Langkah pembaruan
   perubahan Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai       dan penyempurnaan terus dilakukan secara konsisten

                                                                                                               2
UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000                           UU No 42 Tahun 2009
dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Tahun 2000        pada tahun 1994 dengan diterbitkannya Undang-
adalah menciptakan sistem perpajakan yang lebih         Undang Nomor 11 Tahun 1994 dan terakhir tahun 2000
adil, sederhana, dan memberikan kepastian hukum         dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 18
bagi masyarakat serta dapat mengamankan dan             Tahun 2000.
meningkatkan penerimaan negara.
Adapun pokok-pokok perubahan yang dilakukan             Perubahan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai
antara lain :                                           ini bertujuan sebagai berikut.
a. Untuk lebih memberikan kepastian hukum               1. Meningkatkan kepastian hukum dan keadilan bagi
     mengenai barang-barang yang tidak dikenakan             pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.
     pajak, maka dalam perubahan Undang-Undang              Perkembangan transaksi bisnis, terutama jasa, telah
     Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan            menciptakan jenis dan pola transaksi baru yang
     Atas Barang Mewah Tahun 2000 hanya terhadap            perlu ditegaskan lebih lanjut pengenaannya dalam
     barang-barang yang merupakan kebutuhan                 Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai.
     pokok; barang-barang yang sudah dikenakan
     pajak daerah; barang-barang hasil pertambangan     2. Menyederhanakan sistem Pajak Pertambahan
     atau pengeboran yang diambil langsung                  Nilai.
     sumbernya; barang-barang yang merupakan alat          Penyederhanaan sistem Pajak Pertambahan Nilai
     tukar; serta barang-barang lain yang berdasarkan      dilakukan     dengan        mengubah      atau
     pertimbangan ekonomi, sosial dan budaya tidak         menyempurnakan ketentuan dalam Undang-Undang
     dikenakan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak           Pajak Pertambahan Nilai yang menyulitkan Wajib
     Penjualan Atas Barang Mewah.                          Pajak dalam rangka melaksanakan hak dan
                                                           kewajiban perpajakannya.
b. Untuk lebih memberikan keadilan serta dalam
   upaya mengendalikan pola konsumsi masyarakat         3. Mengurangi biaya kepatuhan.
   yang tidak produktif maka tarif Pajak Penjualan         Penyederhanaan sistem Pajak Pertambahan Nilai
   Atas Barang Mewah dinaikkan.                            diharapkan pula dapat mengurangi biaya, baik biaya
                                                           administrasi bagi Wajib Pajak dalam rangka
c.   Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pengusaha             melaksanakan hak dan kewajibannya maupun biaya
     Kena Pajak belum berproduksi atau belum               pengawasan yang dikeluarkan oleh Pemerintah
     melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan            dalam rangka mengawasi kepatuhan Wajib Pajak.
     atau Jasa Kena Pajak dan atau ekspor Barang
     Kena Pajak, maka Pajak Masukan yang dapat
                                                        4. Meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak.
     dikreditkan yang dibayar pada saat perolehan
                                                           Tercapainya tujuan tersebut diharapkan dapat
     Barang Kena Pajak, penerimaan Jasa Kena
                                                           meningkatkan tingkat kepatuhan sukarela Wajib
     Pajak, pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak
                                                           Pajak. Tingkat kepatuhan sukarela yang tinggi
     Berwujud dari luar Daerah Pabean dan Jasa Kena
                                                           diharapkan dapat meningkatkan penerimaan pajak
     Pajak dari luar Daerah Pabean, dan atau impor
                                                           yang tercermin dengan naiknya rasio pajak (tax
     Barang Kena Pajak tetap dapat dikreditkan.
                                                           ratio).
d. Penyederhanaan administrasi perpajakan yang
                                                        5. Tidak mengganggu penerimaan Pajak
   meliputi prosedur restitusi dan diberlakukannya
                                                            Pertambahan Nilai.
   Faktur Penjualan sebagai Faktur Pajak.
                                                           Di samping tujuan di atas, fungsi pajak sebagai
                                                           sumber penerimaan negara tetap menjadi
e. Terhadap Pajak Masukan yang belum dikreditkan
                                                           pertimbangan.
   dalam Masa Pajak yang sama dengan Pajak
   Keluaran masih dapat dikreditkan pada Masa
                                                        6. Mengurangi distorsi dan peningkatan kegiatan
   Pajak yang tidak sama paling lambat 3 (tiga)
                                                           ekonomi.
   bulan setelah berakhirnya Masa Pajak yang
   bersangkutan.

f.   Kemudahan       perpajakan     atas   transaksi
     penggabungan atau perubahan bentuk usaha
     atau pengalihan seluruh aktiva perusahaan tidak
     lagi diberikan.

g. Kemudahan perpajakan diberikan hanya untuk
   sektor-sektor kegiatan ekonomi yang berprioritas
   tinggi, mendorong perkembangan dunia usaha
   dan meningkatkan daya saing, mendukung
   pertahanan dan keamanan nasional, serta
   memperlancar pembangunan nasional.


                                                                                                            3
UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000                              UU No 42 Tahun 2009

                      BAB I                                                      BAB I
                 KETENTUAN UMUM                                             KETENTUAN UMUM

                       PASAL 1                                                   PASAL 1

Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:              Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia         1. Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia
    yang meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang           yang meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang
    udara diatasnya serta tempat-tempat tertentu di Zona       udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di
    Ekonomi Eksklusif dan Landas Kontinen yang di              Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen yang di
    dalamnya berlaku Undang-undang Nomor 10 Tahun              dalamnya berlaku Undang-Undang yang mengatur
    1995 tentang Kepabeanan.                                   mengenai kepabeanan.

2.   Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifat     2.   Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifat
     atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau            atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau
     barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud.          barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud.

3.   Barang Kena Pajak adalah barang sebagaimana           3.   Barang Kena Pajak adalah barang yang dikenai
     dimaksud dalam angka 2 yang dikenakan pajak                pajak berdasarkan Undang-Undang ini.
     berdasarkan Undang-undang ini.

4.   Penyerahan Barang Kena Pajak adalah setiap            4.   Penyerahan Barang Kena Pajak adalah setiap
     kegiatan  penyerahan  Barang   Kena Pajak                  kegiatan penyerahan Barang Kena Pajak.
     sebagaimana dimaksud dalam angka 3.

5.   Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan     5.   Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan yang
     suatu perikatan atau perbuatan hukum yang                  berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum
     menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau               yang menyebabkan suatu barang, fasilitas,
     kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai,                 kemudahan, atau hak tersedia untuk dipakai,
     termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan            termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan
     barang karena pesanan atau permintaan dengan               barang karena pesanan atau permintaan dengan
     bahan dan atas petunjuk dari pemesan.                      bahan dan atas petunjuk dari pemesan.

6.   Jasa Kena Pajak adalah jasa sebagaimana               6.   Jasa Kena Pajak adalah jasa yang dikenai pajak
     dimaksud dalam angka 5 yang dikenakan pajak                berdasarkan Undang-Undang ini.
     berdasarkan Undang-undang ini.

7.   Penyerahan Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatan     7.   Penyerahan Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatan
     pemberian Jasa Kena Pajak sebagaimana                      pemberian Jasa Kena Pajak.
     dimaksud dalam angka 6.

8.   Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah          8.   Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah
     Pabean adalah setiap kegiatan pemanfaatan Jasa             Pabean adalah setiap kegiatan pemanfaatan Jasa
     Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam                Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam
     Daerah Pabean.                                             Daerah Pabean.

9.   Impor adalah setiap kegiatan memasukkan barang        9.   Impor adalah setiap kegiatan memasukkan barang
     dari luar Daerah Pabean ke dalam Daerah Pabean.            dari luar Daerah Pabean ke dalam Daerah Pabean.

10. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud           10. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
    dari luar Daerah Pabean adalah setiap kegiatan             dari luar Daerah Pabean adalah setiap kegiatan
    pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud               pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
    dari luar Daerah Pabean karena suatu perjanjian di         dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.
    dalam Daerah Pabean.

11. Ekspor adalah setiap kegiatan mengeluarkan barang      11. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud adalah setiap
    dari dalam Daerah Pabean ke luar Daerah Pabean.            kegiatan mengeluarkan Barang Kena Pajak
                                                               Berwujud dari dalam Daerah Pabean ke luar Daerah
                                                               Pabean.




                                                                                                              4
UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000                                 UU No 42 Tahun 2009


12. Perdagangan adalah kegiatan usaha membeli dan            12. Perdagangan adalah kegiatan usaha membeli dan
    menjual, termasuk kegiatan tukar menukar barang,             menjual, termasuk kegiatan tukar-menukar barang,
    tanpa mengubah bentuk atau sifatnya.                         tanpa mengubah bentuk dan/atau sifatnya.

13. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal             13. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal
    yang merupakan kesatuan baik yang melakukan                  yang merupakan kesatuan baik yang melakukan
    usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang                 usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang
    meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,           meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,
    perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau             perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau
    Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun,                  badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam
    firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,          bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana
    perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi           pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,
    sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga,       organisasi massa, organisasi sosial politik, atau
    bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya.                organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan
                                                                 lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan
                                                                 bentuk usaha tetap.

14. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan                14. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam
    sebagaimana dimaksud dalam angka 13 yang                     bentuk apa pun yang dalam kegiatan usaha atau
    dalam     kegiatan    usaha   atau    pekerjaannya           pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor
    menghasilkan      barang,    mengimpor      barang,          barang, mengekspor barang, melakukan usaha
    mengekspor        barang,     melakukan      usaha           perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud
    perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud              dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa
    dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa,               termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa
    atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean.              dari luar Daerah Pabean.

15. Pengusaha     Kena    Pajak adalah Pengusaha             15. Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang
    sebagaimana dimaksud dalam angka 14 yang                     melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
    melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau              penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak
    penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan pajak              berdasarkan Undang-Undang ini.
    berdasarkan Undang-undang ini, tidak termasuk
    Pengusaha Kecil yang batasannya ditetapkan
    dengan Keputusan Menteri Keuangan, kecuali
    Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan
    sebagai Pengusaha Kena Pajak.

16. Menghasilkan adalah kegiatan mengolah melalui            16. Menghasilkan adalah kegiatan mengolah melalui
    proses mengubah bentuk atau sifat suatu barang dari          proses mengubah bentuk dan/atau sifat suatu barang
    bentuk aslinya menjadi barang baru atau mempunyai            dari bentuk aslinya menjadi barang baru atau
    daya guna baru, atau kegiatan mengolah sumber                mempunyai daya guna baru atau kegiatan mengolah
    daya alam termasuk menyuruh orang pribadi atau               sumber daya alam, termasuk menyuruh orang pribadi
    badan lain melakukan kegiatan tersebut.                      atau badan lain melakukan kegiatan tersebut.

17. Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah Harga Jual,          17. Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah Harga Jual,
    Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau Nilai           Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau nilai lain
    Lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri                yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak
    Keuangan yang dipakai sebagai dasar untuk                    yang terutang.
    menghitung pajak yang terutang.

18. Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk            18. Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk
    semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta             semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta
    oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak,            oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak,
    tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang                  tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang
    dipungut menurut Undang-undang ini dan potongan              dipungut menurut Undang-Undang ini dan potongan
    harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.                   harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.




                                                                                                                     5
UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000                             UU No 42 Tahun 2009
19. Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk       19. Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk
    semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta         semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta
    oleh pemberi jasa karena penyerahan Jasa Kena            oleh pengusaha karena penyerahan Jasa Kena
    Pajak, tidak termasuk pajak yang dipungut menurut        Pajak, ekspor Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang
    Undang-undang ini dan potongan harga yang                Kena Pajak Tidak Berwujud, tetapi tidak termasuk
    dicantumkan dalam Faktur Pajak.                          Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut
                                                             Undang-Undang ini dan potongan harga yang
                                                             dicantumkan dalam Faktur Pajak atau nilai berupa
                                                             uang yang dibayar atau seharusnya dibayar oleh
                                                             Penerima Jasa karena pemanfaatan Jasa Kena
                                                             Pajak dan/atau oleh penerima manfaat Barang Kena
                                                             Pajak Tidak Berwujud karena pemanfaatan Barang
                                                             Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean
                                                             di dalam Daerah Pabean.

20. Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi    20. Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi
    dasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan           dasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan
    lainnya yang dikenakan pajak berdasarkan                 berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-
    ketentuan dalam peraturan perundang-undangan             undangan yang mengatur mengenai kepabeanan
    Pabean untuk impor Barang Kena Pajak, tidak              dan cukai untuk impor Barang Kena Pajak, tidak
    termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut           termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
    menurut Undang-undang ini.                               Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut
                                                             menurut Undang-Undang ini.

21. Pembeli adalah orang pribadi atau badan yang         21. Pembeli adalah orang pribadi atau badan yang
    menerima atau seharusnya menerima penyerahan             menerima atau seharusnya menerima penyerahan
    Barang Kena Pajak dan yang membayar atau                 Barang Kena Pajak dan yang membayar atau
    seharusnya membayar harga Barang Kena Pajak              seharusnya membayar harga Barang Kena Pajak
    tersebut.                                                tersebut.

22. Penerima jasa adalah orang pribadi atau badan yang   22. Penerima Jasa adalah orang pribadi atau badan yang
    menerima atau seharusnya menerima penyerahan             menerima atau seharusnya menerima penyerahan
    Jasa Kena Pajak dan yang membayar atau                   Jasa Kena Pajak dan yang membayar atau
    seharusnya membayar Penggantian atas Jasa Kena           seharusnya membayar Penggantian atas Jasa Kena
    Pajak tersebut.                                          Pajak tersebut.

23. Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang        23. Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang
    dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan          dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan
    penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan             penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan
    Jasa Kena Pajak, atau bukti pungutan pajak               Jasa Kena Pajak.
    karena impor Barang Kena Pajak yang digunakan
    oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

24. Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai         24. Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai
    yang seharusnya sudah dibayar oleh Pengusaha             yang seharusnya sudah dibayar oleh Pengusaha
    Kena Pajak karena perolehan Barang Kena Pajak            Kena Pajak karena perolehan Barang Kena Pajak
    dan atau penerimaan Jasa Kena Pajak dan atau             dan/atau perolehan Jasa Kena Pajak dan/atau
    pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud             pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
    dari luar Daerah Pabean dan atau pemanfaatan Jasa        dari luar Daerah Pabean dan/atau pemanfaatan Jasa
    Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dan atau impor        Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dan/atau impor
    Barang Kena Pajak.                                       Barang Kena Pajak.

25. Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai        25. Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai
    terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha Kena         terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha Kena
    Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena              Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena
    Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak, atau ekspor           Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Barang
    Barang Kena Pajak.                                       Kena Pajak Berwujud, ekspor Barang Kena Pajak
                                                             Tidak Berwujud, dan/atau ekspor Jasa Kena Pajak.




26. Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk      26. Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk
                                                                                                            6
UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000                                   UU No 42 Tahun 2009
      semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta            semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta
      oleh eksportir.                                             oleh eksportir.

27. Pemungut Pajak Pertambahan Nilai adalah                   27. Pemungut Pajak Pertambahan Nilai adalah
    bendaharawan Pemerintah, badan, atau instansi                 bendahara pemerintah, badan, atau instansi
    Pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan                pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan
    untuk memungut, menyetor, dan melaporkan pajak                untuk memungut, menyetor, dan melaporkan pajak
    yang terutang oleh Pengusaha Kena Pajak atas                  yang terutang oleh Pengusaha Kena Pajak atas
    penyerahan Barang Kena Pajak dan atau                         penyerahan    Barang    Kena   Pajak   dan/atau
    penyerahan     Jasa    Kena    Pajak    kepada                penyerahan Jasa Kena Pajak kepada bendahara
    bendaharawan Pemerintah, badan, atau instansi                 pemerintah, badan, atau instansi pemerintah
    Pemerintah tersebut.                                          tersebut.

                                                              28. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud adalah
                                                                  setiap kegiatan pemanfaatan Barang Kena Pajak
                                                                  Tidak Berwujud dari dalam Daerah Pabean di luar
                                                                  Daerah Pabean.

                                                              29. Ekspor Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatan
                                                                  penyerahan Jasa Kena Pajak ke luar Daerah
                                                                  Pabean.

PENJELASAN PASAL 1                                            PENJELASAN PASAL 1

      Cukup jelas.                                                Cukup jelas.



                      PASAL 1A                                                       PASAL 1A

(1)   Yang termasuk dalam pengertian penyerahan               (1) Yang termasuk dalam pengertian penyerahan Barang
      Barang Kena Pajak adalah:                                   Kena Pajak adalah:
      a. penyerahan hak atas Barang Kena Pajak karena             a. penyerahan hak atas Barang Kena Pajak karena
         suatu perjanjian;                                           suatu perjanjian;
      b. pengalihan Barang Kena Pajak oleh karena suatu           b. pengalihan Barang Kena Pajak karena suatu
         perjanjian sewa beli dan perjanjian leasing;                perjanjian sewa beli dan/atau perjanjian sewa
                                                                     guna usaha (leasing);
      c. penyerahan Barang Kena Pajak kepada                      c. penyerahan Barang Kena Pajak kepada pedagang
         pedagang perantara atau melalui juru lelang;                perantara atau melalui juru lelang;
      d. pemakaian sendiri dan atau pemberian cuma-               d. pemakaian sendiri dan/atau pemberian cuma-
         cuma atas Barang Kena Pajak;                                cuma atas Barang Kena Pajak;
      e. persediaan Barang Kena Pajak dan aktiva yang             e. Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau
         menurut       tujuan    semula    tidak      untuk          aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
         diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat              diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat
         pembubaran perusahaan, sepanjang Pajak                      pembubaran perusahaan;
         Pertambahan Nilai atas perolehan aktiva
         tersebut menurut ketentuan dapat dikreditkan;
      f. Penyerahan Barang Kena Pajak dari Pusat ke               f. penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke
         Cabang atau sebaliknya dan penyerahan Barang                cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan
         Kena Pajak antar Cabang;                                    Barang Kena Pajak antar cabang;
      g. penyerahan       Barang   Kena   Pajak     secara        g. penyerahan     Barang    Kena    Pajak    secara
         konsinyasi.                                                 konsinyasi; dan
                                                                  h. penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha
                                                                     Kena Pajak dalam rangka perjanjian pembiayaan
                                                                     yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah, yang
                                                                     penyerahannya      dianggap    langsung      dari
                                                                     Pengusaha Kena Pajak kepada pihak yang
                                                                     membutuhkan Barang Kena Pajak.


 (2) Yang tidak termasuk dalam pengertian penyerahan          (2) Yang tidak termasuk dalam pengertian penyerahan
     Barang Kena Pajak adalah:                                    Barang Kena Pajak adalah:
     a. penyerahan Barang Kena Pajak kepada makelar               a. penyerahan Barang Kena Pajak kepada makelar
                                                                                                                   7
UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000                                 UU No 42 Tahun 2009
       sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-                      sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-
       undang Hukum Dagang;                                          Undang Hukum Dagang;
    b. penyerahan Barang Kena Pajak untuk jaminan               b.   penyerahan Barang Kena Pajak untuk jaminan
       utang piutang;                                                utang-piutang;
    c. Penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana                 c.   penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana
       dimaksud dalam ayat (1) huruf f dalam hal                     dimaksud pada ayat (1) huruf f dalam hal
       Pengusaha Kena Pajak memperoleh ijin                          Pengusaha Kena Pajak melakukan pemusatan
       pemusatan tempat pajak terutang;                              tempat pajak terutang;
                                                                d.   pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka
                                                                     penggabungan,         peleburan,      pemekaran,
                                                                     pemecahan, dan pengambilalihan usaha dengan
                                                                     syarat pihak yang melakukan pengalihan dan
                                                                     yang menerima pengalihan adalah Pengusaha
                                                                     Kena Pajak; dan
                                                                e.   Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut
                                                                     tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang
                                                                     masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan,
                                                                     dan yang Pajak Masukan atas perolehannya tidak
                                                                     dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam
                                                                     Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c.

PENJELASAN PASAL 1A                                         PENJELASAN PASAL 1A

Ayat (1)                                                    Ayat (1)
     Huruf a                                                     Huruf a
         Perjanjian    yang     dimaksudkan        dalam             Yang dimaksud dengan “perjanjian” meliputi jual
         ketentuan ini meliputi jual beli, tukar menukar,            beli, tukar-menukar, jual beli dengan angsuran,
         jual beli dengan angsuran, atau perjanjian lain             atau perjanjian lain yang mengakibatkan
         yang mengakibatkan penyerahan hak atas                      penyerahan hak atas barang.
         barang.

    Huruf b                                                     Huruf b
       Penyerahan Barang Kena Pajak juga dapat                     Penyerahan Barang Kena Pajak dapat terjadi
       terjadi karena perjanjian sewa beli atau                    karena perjanjian sewa beli dan/atau perjanjian
       perjanjian sewa guna usaha (leasing). Adapun                sewa guna usaha (leasing).
       yang dimaksud dengan penyerahan karena                      Yang dimaksud dengan “pengalihan Barang
       perjanjian sewa guna usaha (leasing) adalah                 Kena Pajak karena suatu perjanjian sewa guna
       penyerahan yang disebabkan oleh perjanjian                  usaha (leasing)” adalah penyerahan Barang
       sewa guna usaha (leasing) dengan hak opsi.                  Kena Pajak yang disebabkan oleh perjanjian
       Meskipun pengalihan atau penyerahan hak                     sewa guna usaha (leasing) dengan hak opsi.
       atas Barang Kena Pajak belum dilakukan dan                  Dalam hal penyerahan Barang Kena Pajak oleh
       pembayaran Harga Jual Barang Kena Pajak                     Pengusaha Kena Pajak dalam rangka perjanjian
       tersebut dilakukan secara bertahap, tetapi                  sewa guna usaha (leasing) dengan hak opsi,
       karena penguasaan atas Barang Kena Pajak                    Barang Kena Pajak dianggap diserahkan
       telah berpindah dari penjual kepada pembeli                 langsung dari Pengusaha Kena Pajak pemasok
       atau dari lessor kepada lessee, maka Undang-                (supplier) kepada pihak yang membutuhkan
       undang ini menentukan bahwa penyerahan                      barang (lessee).
       Barang Kena Pajak dianggap telah terjadi
       pada saat perjanjian ditandatangani, kecuali
       apabila saat berpindahnya penguasaan
       secara nyata atas Barang Kena Pajak tersebut
       terjadi    lebih   dahulu    daripada    saat
       ditandatanganinya perjanjian.




    Huruf c                                                     Huruf c
       Yang dimaksud dengan pedagang perantara                     Yang dimaksud dengan “pedagang perantara”
       ialah orang pribadi atau badan yang dalam                   adalah orang pribadi atau badan yang dalam
       kegiatan usaha atau pekerjaannya dengan nama                kegiatan usaha atau pekerjaannya dengan nama
                                                                                                                  8
UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000                           UU No 42 Tahun 2009
   sendiri melakukan perjanjian atau perikatan atas       sendiri melakukan perjanjian atau perikatan atas
   dan untuk tanggungan orang lain dengan                 dan untuk tanggungan orang lain dengan
   mendapat upah atau balas jasa tertentu,                mendapat upah atau balas jasa tertentu,
   misalnya komisioner. Yang dimaksud dengan              misalnya komisioner.
   juru lelang di sini adalah juru lelang Pemerintah      Yang dimaksud dengan “juru lelang” adalah juru
   atau yang ditunjuk oleh Pemerintah.                    lelang Pemerintah atau yang ditunjuk oleh
                                                          Pemerintah.

Huruf d                                                Huruf d
   Pemakaian sendiri diartikan pemakaian untuk            Yang dimaksud dengan “pemakaian sendiri”
   kepentingan pengusaha sendiri, pengurus, atau          adalah pemakaian untuk kepentingan pengusaha
   karyawannya, baik barang produksi sendiri              sendiri, pengurus, atau karyawan, baik barang
   maupun bukan produksi sendiri. Sedangkan               produksi sendiri maupun bukan produksi sendiri.
   pemberian cuma-cuma diartikan sebagai                  Yang dimaksud dengan “pemberian cuma-cuma”
   pemberian yang diberikan tanpa pembayaran              adalah pemberian yang diberikan tanpa
   baik barang produksi sendiri maupun bukan              pembayaran baik barang produksi sendiri
   produksi sendiri, antara lain pemberian contoh         maupun bukan produksi sendiri, seperti
   barang untuk promosi kepada relasi atau                pemberian contoh barang untuk promosi kepada
   pembeli.                                               relasi atau pembeli.


Huruf e                                                Huruf e
   Persediaan Barang Kena Pajak dan aktiva                Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau
   yang menurut tujuan semula tidak untuk                 aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
   diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat         diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat
   pembubaran perusahaan, disamakan dengan                pembubaran perusahaan, disamakan dengan
   pemakaian sendiri, sehingga dianggap sebagai           pemakaian sendiri sehingga dianggap sebagai
   penyerahan Barang Kena Pajak. Khusus untuk             penyerahan Barang Kena Pajak.
   aktiva yang menurut tujuan semula tidak                Dikecualikan dari ketentuan pada huruf e ini
   untuk diperjualbelikan tersebut, hanya                 adalah penyerahan sebagaimana dimaksud
   dikenakan Pajak Pertambahan Nilai apabila              dalam Pasal 1A ayat (2) huruf e.
   memenuhi persyaratan, yaitu bahwa Pajak
   Pertambahan Nilai yang dibayar pada saat
   perolehannya dapat dikreditkan.

Huruf f                                                Huruf f
   Apabila suatu perusahaan mempunyai lebih dari          Dalam hal suatu perusahaan mempunyai lebih
   satu tempat pajak terutang, yaitu tempat               dari satu tempat pajak terutang baik sebagai
   melakukan penyerahan Barang Kena Pajak                 pusat maupun sebagai cabang perusahaan,
   kepada pihak lain, baik sebagai pusat maupun           pemindahan Barang Kena Pajak antartempat
   sebagai cabang perusahaan, maka Undang-                tersebut merupakan penyerahan Barang Kena
   undang ini menganggap bahwa pemindahan                 Pajak.
   Barang Kena Pajak antar tempat-tempat                  Yang dimaksud dengan “pusat” adalah tempat
   tersebut merupakan penyerahan Barang Kena              tinggal atau tempat kedudukan.
   Pajak. Yang dimaksud dengan cabang dalam               Yang dimaksud dengan “cabang” antara lain
   ketentuan ini termasuk antara lain lokasi              lokasi usaha, perwakilan, unit pemasaran, dan
   usaha, perwakilan, unit pemasaran dan                  tempat kegiatan usaha sejenisnya.
   sejenisnya.

Huruf g                                                Huruf g
   Dalam hal penyerahan secara konsinyasi, Pajak          Dalam hal penyerahan secara konsinyasi, Pajak
   Pertambahan Nilai yang sudah dibayar pada              Pertambahan Nilai yang sudah dibayar pada
   waktu Barang Kena Pajak yang bersangkutan              waktu Barang Kena Pajak yang bersangkutan
   diserahkan untuk dititipkan dapat dikreditkan          diserahkan untuk dititipkan dapat dikreditkan
   dengan Pajak Keluaran pada Masa Pajak                  dengan Pajak Keluaran pada Masa Pajak
   terjadinya penyerahan Barang Kena Pajak yang           terjadinya penyerahan Barang Kena Pajak yang
   dititipkan tersebut.                                   dititipkan tersebut.
    Sebaliknya, jika Barang Kena Pajak titipan            Sebaliknya, jika Barang Kena Pajak titipan
    tersebut tidak laku dijual dan diputuskan untuk       tersebut tidak laku dijual dan diputuskan untuk
    dikembalikan kepada pemilik Barang Kena Pajak,        dikembalikan kepada pemilik Barang Kena Pajak,
    Pengusaha yang menerima titipan tersebut dapat        pengusaha yang menerima titipan tersebut dapat
    menggunakan          ketentuan        mengenai        menggunakan          ketentuan        mengenai
    pengembalian Barang Kena Pajak (retur)                pengembalian Barang Kena Pajak (retur)
                                                                                                       9
UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000                               UU No 42 Tahun 2009
        sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5A Undang-                 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5A Undang-
        undang ini.                                                 Undang ini.

                                                                Huruf h
                                                                   Contoh:
                                                                   Dalam transaksi murabahah, bank syariah
                                                                   bertindak sebagai penyedia dana untuk membeli
                                                                   sebuah kendaraan bermotor dari Pengusaha
                                                                   Kena Pajak A atas pesanan nasabah bank
                                                                   syariah (Tuan B). Meskipun berdasarkan prinsip
                                                                   syariah, bank syariah harus membeli dahulu
                                                                   kendaraan bermotor tersebut dan kemudian
                                                                   menjualnya kepada Tuan B, berdasarkan
                                                                   Undang-Undang ini, penyerahan kendaraan
                                                                   bermotor tersebut dianggap dilakukan langsung
                                                                   oleh Pengusaha Kena Pajak A kepada Tuan B.

Ayat (2)                                                    Ayat (2)
     Huruf a                                                     Huruf a
         Yang dimaksud dengan makelar dalam Undang-                  Yang dimaksud dengan ”makelar” adalah
         undang ini adalah makelar sebagaimana                       makelar sebagaimana dimaksud dalam Kitab
         dimaksud dalam Kitab Undang-undang Hukum                    Undang-Undang Hukum Dagang, yaitu pedagang
         Dagang yaitu pedagang perantara yang diangkat               perantara yang diangkat oleh Presiden atau oleh
         oleh Presiden atau oleh pejabat yang oleh                   pejabat yang oleh Presiden dinyatakan
         Presiden dinyatakan berwenang untuk itu.                    berwenang untuk itu. Mereka menyelenggarakan
         Mereka menyelenggarakan perusahaan mereka                   perusahaan     mereka     dengan    melakukan
         dengan melakukan pekerjaan dengan mendapat                  pekerjaan dengan mendapat upah atau provisi
         upah atau provisi tertentu, atas amanat dan atas            tertentu, atas amanat dan atas nama orang-
         nama orang-orang lain yang dengan mereka                    orang lain yang dengan mereka tidak terdapat
         tidak terdapat hubungan kerja.                              hubungan kerja.

    Huruf b                                                     Huruf b
       Cukup jelas.                                                Cukup jelas.

    Huruf c                                                     Huruf c
       Dalam hal Pengusaha Kena Pajak mempunyai                    Dalam hal Pengusaha Kena Pajak mempunyai
       lebih dari satu tempat usaha, baik sebagai pusat            lebih dari satu tempat kegiatan usaha, baik
       maupun cabang-cabang perusahaan, dan                        sebagai pusat maupun cabang perusahaan, dan
       Pengusaha       Kena    Pajak   tersebut   telah            Pengusaha       Kena Pajak   tersebut    telah
       memperoleh ijin pemusatan tempat pajak                      menyampaikan pemberitahuan secara tertulis
       terutang dari Direktur Jenderal Pajak, maka                 kepada Direktur Jenderal Pajak, pemindahan
       pemindahan Barang Kena Pajak dari satu tempat               Barang Kena Pajak dari satu tempat kegiatan
       usaha ke tempat usaha lainnya (pusat ke cabang              usaha ke tempat kegiatan usaha lainnya (pusat
       atau sebaliknya, atau antar cabang) dianggap                ke cabang atau sebaliknya atau antarcabang)
       tidak termasuk dalam pengertian penyerahan                  dianggap tidak termasuk dalam pengertian
       Barang Kena Pajak, kecuali pemindahan Barang                penyerahan Barang Kena Pajak, kecuali
       Kena Pajak antar tempat-tempat pajak terutang.              pemindahan Barang Kena Pajak antartempat
                                                                   pajak terutang.

                                                                Huruf d
                                                                   Yang dimaksud dengan “pemecahan usaha”
                                                                   adalah   pemisahan     usaha  sebagaimana
                                                                   dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur
                                                                   mengenai perseroan terbatas.



                                                                Huruf e
                                                                   Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut
                                                                   tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan yang
                                                                   masih    tersisa   pada    saat    pembubaran
                                                                   perusahaan, yang Pajak Masukan atas
                                                                   perolehannya tidak dapat dikreditkan karena
                                                                                                               10
UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000                            UU No 42 Tahun 2009
                                                                  tidak mempunyai hubungan langsung dengan
                                                                  kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam
                                                                  Pasal 9 ayat (8) huruf b dan/atau aktiva berupa
                                                                  kendaraan bermotor sedan dan station wagon
                                                                  yang Pajak Masukan atas perolehannya tidak
                                                                  dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam
                                                                  Pasal 9 ayat (8) huruf c tidak termasuk dalam
                                                                  pengertian penyerahan Barang Kena Pajak.



                        PASAL 2                                                 PASAL 2

(1)   Dalam hal Harga Jual atau Penggantian dipengaruhi                        Tidak diubah
      oleh hubungan istimewa, maka Harga Jual atau
      Penggantian dihitung atas dasar harga pasar wajar
      pada saat penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa
      Kena Pajak itu dilakukan.

(2) Hubungan istimewa dianggap ada apabila:
    a. Pengusaha mempunyai penyertaan langsung
       atau tidak langsung sebesar 25% (dua puluh
       lima persen) atau lebih kepada Pengusaha lain,
       atau hubungan antara Pengusaha dengan
       penyertaan 25% (dua puluh lima persen) atau
       lebih pada dua Pengusaha atau lebih, demikian
       pula hubungan antara dua Pengusaha atau lebih
       yang disebut terakhir; atau
    b. Pengusaha menguasai Pengusaha lainnya atau
       dua atau lebih Pengusaha berada di bawah
       penguasaan Pengusaha yang sama baik
       langsung maupun tidak langsung; atau
    c. Terdapat hubungan keluarga baik sedarah
       maupun semenda dalam garis keturunan lurus
       satu derajat dan/atau kesamping satu derajat.

PENJELASAN PASAL 2                                          PENJELASAN PASAL 2

Ayat (1)                                                                       Tidak diubah
     Pengaruh hubungan istimewa seperti dimaksud
     dalam Undang-undang ini ialah adanya kemungkinan
     harga yang ditekan lebih rendah dari harga pasar.
     Dalam hal ini, Direktur Jenderal Pajak mempunyai
     kewenangan melakukan penyesuaian Harga Jual
     atau Penggantian yang menjadi Dasar Pengenaan
     Pajak dengan harga pasar yang wajar yang berlaku
     di pasaran bebas.

Ayat (2)
     Hubungan istimewa antara Pengusaha Kena Pajak
     dengan pihak yang menerima penyerahan Barang
     Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dapat terjadi
     karena ketergantungan atau keterkaitan satu dengan
     yang lain yang disebabkan karena :
     - faktor kepemilikan atau penyertaan;
     - adanya penguasaan melalui manajemen atau
         penggunaan teknologi.

      Selain karena hal-hal tersebut di atas, hubungan
      istimewa di antara orang pribadi dapat pula terjadi
      karena adanya hubungan darah atau karena
      perkawinan.

                                                                                                             11
UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000                          UU No 42 Tahun 2009


   a. Hubungan istimewa dianggap ada apabila
      terdapat hubungan kepemilikan yang berupa
      penyertaan modal sebesar 25% (dua puluh lima
      persen) atau lebih, baik secara langsung ataupun
      tidak langsung.

     Contoh:
     Kalau PT. A mempunyai 50% (lima puluh persen)
     saham PT. B, pemilikan saham oleh PT. A
     merupakan penyertaan langsung. Selanjutnya
     apabila PT. B tersebut mempunyai 50% (lima
     puluh persen) saham PT. C, maka PT. A sebagai
     pemegang saham PT. B secara tidak langsung
     mempunyai penyertaan pada PT. C sebesar 25%
     (dua puluh lima persen). Dalam hal demikian,
     antara PT. A, PT. B dan PT. C dianggap terdapat
     hubungan istimewa. Apabila PT. A juga memiliki
     25% (dua puluh lima persen) saham PT. D, maka
     antara PT. B, PT. C dan PT. D dianggap terdapat
     hubungan istimewa. Hubungan kepemilikan
     seperti tersebut diatas juga dapat terjadi antara
     orang pribadi dan badan.

   b. Hubungan antara pengusaha seperti digambarkan
      pada huruf a dapat juga terjadi karena
      penguasaan     melalui     manajemen       atau
      penggunaan teknologi, kendatipun tidak terdapat
      hubungan kepemilikan.
      Hubungan istimewa dianggap ada apabila satu
      atau lebih perusahaan berada di bawah
      penguasaan pengusaha yang sama. Demikian
      juga hubungan antara beberapa perusahaan yang
      berada dalam penguasaan pengusahan yang
      sama tersebut.

   c. Yang dimaksud dengan hubungan keluarga
      sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat
      adalah ayah, ibu, dan anak, sedangkan hubungan
      keluarga sedarah dalam garis keturunan ke
      samping satu derajat adalah kakak dan adik.
      Yang dimaksud dengan keluarga semenda dalam
      garis keturunan lurus satu derajat adalah mertua
      dan anak tiri, sedangkan hubungan keluarga
      semenda dalam garis keturunan ke samping satu
      derajat adalah ipar.
      Apabila antara suami isteri mempunyai perjanjian
      pemisahan harta dan penghasilan, maka
      hubungan antara suami isteri tersebut termasuk
      dalam pengertian hubungan istimewa menurut
      Undang-undang ini.


                 BAB II                                                   BAB II
    PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK                          PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK

                     PASAL 3                                              PASAL 3

                     Dihapus.                                            Tidak diubah


PENJELASAN PASAL 3                                       PENJELASAN PASAL 3


                                                                                               12
UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000                            UU No 42 Tahun 2009
Ketentuan Pasal 3 yang mengatur tentang Pengukuhan                             Tidak diubah
Pengusaha Kena Pajak, dihapus dan dipindahkan ke
dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.



                   BAB IIA                                                  BAB IIA
       KEWAJIBAN MELAPORKAN USAHA DAN                           KEWAJIBAN MELAPORKAN USAHA DAN
      KEWAJIBAN MEMUNGUT, MENYETOR DAN                         KEWAJIBAN MEMUNGUT, MENYETOR DAN
       MELAPORKAN PAJAK YANG TERUTANG                           MELAPORKAN PAJAK YANG TERUTANG

                       PASAL 3A                                                PASAL 3A


(1)   Pengusaha       yang    melakukan     penyerahan    (1) Pengusaha      yang      melakukan     penyerahan
      sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a, huruf       sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf
      c, atau huruf f, wajib melaporkan usahanya untuk        a, huruf c, huruf f, huruf g, dan huruf h, kecuali
      dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, dan            pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan oleh
      wajib memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak          Menteri Keuangan, wajib melaporkan usahanya
      Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang       untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
      Mewah yang terutang.                                    dan wajib memungut, menyetor, dan melaporkan
                                                              Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
                                                              Barang Mewah yang terutang.

                                                          (1a) Pengusaha kecil sebagaimana dimaksud pada ayat
                                                               (1) dapat memilih untuk dikukuhkan sebagai
                                                               Pengusaha Kena Pajak.

(2) Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan         (2) Pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan
    sebagai Pengusaha Kena Pajak wajib melaksanakan           sebagai Pengusaha Kena Pajak wajib melaksanakan
    ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).            ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan            (3) Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan
    Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah         Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah
    Pabean sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf           Pabean sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
    d dan atau yang memanfaatkan Jasa Kena Pajak              (1) huruf d dan/atau yang memanfaatkan Jasa Kena
    dari luar Daerah Pabean sebagaimana dimaksud              Pajak dari luar Daerah Pabean sebagaimana
    dalam Pasal 4 huruf e wajib memungut, menyetor,           dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf e wajib
    dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai yang               memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak
    terutang yang penghitungan dan tata caranya diatur        Pertambahan Nilai yang terutang yang penghitungan
    dengan Keputusan Menteri Keuangan.                        dan tata caranya diatur dengan Peraturan Menteri
                                                              Keuangan.




PENJELASAN PASAL 3A                                       PENJELASAN PASAL 3A

Ayat (1)                                                  Ayat (1)
     Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang                Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang
     Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak di         Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak di
     dalam Daerah Pabean dan atau melakukan ekspor             dalam Daerah Pabean dan/atau melakukan ekspor
     Barang Kena Pajak diwajibkan:                             Barang Kena Pajak Berwujud, ekspor Jasa Kena
     a. melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai           Pajak, dan/atau ekspor Barang Kena Pajak Tidak
         Pengusaha Kena Pajak;                                 Berwujud diwajibkan:
     b. memungut pajak yang terutang;                          a.     melaporkan usahanya untuk dikukuhkan
     c. menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai yang                   sebagai Pengusaha Kena Pajak;
         masih harus dibayar dalam hal Pajak Keluaran
                                                                                                            13
UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000                                UU No 42 Tahun 2009
        lebih besar dari Pajak Masukan yang dapat              b.     memungut pajak yang terutang;
        dikreditkan, serta menyetorkan Pajak Penjualan
                                                               c.     menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai yang
        Atas Barang Mewah yang terutang;
                                                                  masih harus dibayar dalam hal Pajak Keluaran
     d. melaporkan penghitungan pajak.
                                                                  lebih besar daripada Pajak Masukan yang dapat
                                                                  dikreditkan serta menyetorkan Pajak Penjualan
                                                                  atas Barang Mewah yang terutang; dan
                                                               d.     melaporkan penghitungan pajak.
                                                               Kewajiban di atas tidak berlaku untuk pengusaha kecil
                                                               yang batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

                                                         Ayat (1ª)
                                                              Cukup jelas.

Ayat (2)                                                 Ayat (2)
     Pengusaha Kecil diperkenankan untuk memilih              Pengusaha kecil diperkenankan untuk memilih
     dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak. Apabila         dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak. Apabila
     menjadi Pengusaha Kena Pajak, maka Undang-               pengusaha kecil memilih menjadi Pengusaha Kena
     undang ini berlaku sepenuhnya bagi Pengusaha             Pajak, Undang-Undang ini berlaku sepenuhnya bagi
     Kecil tersebut.                                          pengusaha kecil tersebut.

Ayat (3)                                                 Ayat (3)
     Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas               Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas
     pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud             pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
     atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean,            dan/atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar
     harus dipungut oleh orang pribadi atau badan yang        Daerah Pabean harus dipungut oleh orang pribadi
     memanfaatkan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud            atau badan yang memanfaatkan Barang Kena Pajak
     atau Jasa Kena Pajak tersebut.                           Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak tersebut.


                      BAB III                                                     BAB III
                   OBJEK PAJAK                                                 OBJEK PAJAK

                      PASAL 4                                                     PASAL 4

Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas:                  (1)   Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas:
a. penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah                a. penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah
   Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha;                           Pabean yang dilakukan oleh pengusaha;

b. impor Barang Kena Pajak;                                    b. impor Barang Kena Pajak;

c.   penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah                c.   penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah
     Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha;                          Pabean yang dilakukan oleh pengusaha;

d. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari           d. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak
   luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;                     Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam
                                                                  Daerah Pabean;

e. pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah                e. pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah
   Pabean di dalam Daerah Pabean; atau                            Pabean di dalam Daerah Pabean;

f.   ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena              f.   ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh
     Pajak.                                                         Pengusaha Kena Pajak;

                                                               g. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh
                                                                  Pengusaha Kena Pajak; dan

                                                               h. ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena
                                                                  Pajak.

                                                         (2)   Ketentuan mengenai batasan kegiatan dan jenis
                                                               Jasa Kena Pajak yang atas ekspornya dikenai Pajak
                                                               Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud pada
                                                               ayat (1) huruf h diatur dengan Peraturan Menteri
                                                                                                               14
UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000                            UU No 42 Tahun 2009
                                                           Keuangan.


PENJELASAN PASAL 4                                     PENJELASAN PASAL 4


                                                       Ayat (1)
  Huruf a                                                   Huruf a
     Pengusaha yang melakukan kegiatan penyerahan               Pengusaha     yang   melakukan      kegiatan
     Barang Kena Pajak meliputi baik Pengusaha                  penyerahan Barang Kena Pajak meliputi baik
     yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena               pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi
     Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3A                  Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud
     ayat (1) maupun Pengusaha yang seharusnya                  dalam Pasal 3A ayat (1) maupun pengusaha
     dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak tetapi             yang    seharusnya   dikukuhkan      menjadi
     belum dikukuhkan.                                          Pengusaha    Kena   Pajak,   tetapi   belum
                                                                dikukuhkan.

     Penyerahan barang yang dikenakan pajak harus              Penyerahan barang yang dikenai pajak harus
     memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:                   memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
     a. barang berwujud yang diserahkan merupakan              a. barang     berwujud     yang     diserahkan
        Barang Kena Pajak,                                        merupakan Barang Kena Pajak;
     b. barang tidak berwujud yang diserahkan                  b. barang tidak berwujud yang diserahkan
        merupakan Barang Kena Pajak Tidak                         merupakan Barang Kena Pajak Tidak
        Berwujud,                                                 Berwujud;
     c. penyerahan dilakukan di dalam Daerah                   c. penyerahan dilakukan di dalam Daerah
        Pabean, dan                                               Pabean; dan
     d. penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan             d. penyerahan     dilakukan    dalam    rangka
        usaha atau pekerjaannya.                                  kegiatan usaha atau pekerjaannya.

  Huruf b                                                  Huruf b
     Pajak juga dipungut pada saat impor Barang Kena          Pajak juga dipungut pada saat impor Barang
     Pajak. Pemungutan dilakukan melalui Direktorat           Kena Pajak. Pemungutan dilakukan melalui
     Jenderal Bea dan Cukai.                                  Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
     Berbeda dengan penyerahan Barang Kena Pajak              Berbeda dengan penyerahan Barang Kena Pajak
     tersebut pada huruf a, maka siapapun yang                pada huruf a, siapapun yang memasukkan
     memasukkan Barang Kena Pajak ke dalam                    Barang Kena Pajak ke dalam Daerah Pabean,
     Daerah Pabean tanpa memperhatikan apakah                 tanpa memperhatikan apakah dilakukan dalam
     dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau               rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya atau
     pekerjaannya atau tidak, tetap dikenakan pajak.          tidak, tetap dikenai pajak.

  Huruf c                                                  Huruf c
     Pengusaha yang melakukan kegiatan penyerahan             Pengusaha     yang   melakukan      kegiatan
     Jasa Kena Pajak meliputi baik Pengusaha yang             penyerahan Jasa Kena Pajak meliputi baik
     telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak            pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai
     sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3A ayat (1)             Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud
     maupun Pengusaha yang seharusnya dikukuhkan              dalam Pasal 3A ayat (1) maupun pengusaha
     sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi belum                yang    seharusnya   dikukuhkan      sebagai
     dikukuhkan.                                              Pengusaha    Kena   Pajak,   tetapi    belum
                                                              dikukuhkan.


     Penyerahan jasa yang terutang pajak harus                 Penyerahan jasa yang terutang pajak harus
     memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:                   memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
     a. jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena               a. jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena
        Pajak,                                                    Pajak;
     b. penyerahan dilakukan di dalam Daerah                   b. penyerahan dilakukan di dalam Daerah
        Pabean, dan                                               Pabean; dan
     c. penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha              c. penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha
        atau pekerjaannya.                                        atau pekerjaannya.

     Termasuk dalam pengertian penyerahan Jasa                 Termasuk dalam pengertian penyerahan Jasa
     Kena Pajak adalah Jasa Kena Pajak yang                    Kena Pajak adalah Jasa Kena Pajak yang
     dimanfaatkan untuk kepentingan sendiri dan atau           dimanfaatkan untuk kepentingan sendiri dan/atau
     Jasa Kena Pajak yang diberikan secara cuma-               yang diberikan secara cuma-cuma.
                                                                                                         15
UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000                       UU No 42 Tahun 2009
   cuma.

Huruf d                                             Huruf d
   Untuk dapat memberikan perlakuan pengenaan          Untuk dapat memberikan perlakuan pengenaan
   pajak yang sama dengan impor Barang Kena            pajak yang sama dengan impor Barang Kena
   Pajak, maka atas Barang Kena Pajak Tidak            Pajak, atas Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
   Berwujud yang berasal dari luar Daerah Pabean       yang berasal dari luar Daerah Pabean yang
   yang dimanfaatkan oleh siapapun di dalam            dimanfaatkan oleh siapa pun di dalam Daerah
   Daerah    Pabean   juga     dikenakan   Pajak       Pabean juga dikenai Pajak Pertambahan Nilai.
   Pertambahan Nilai.

   Contoh:                                             Contoh:
   Pengusaha “A” yang berkedudukan di Jakarta          Pengusaha A yang berkedudukan di Jakarta
   memperoleh hak menggunakan merek yang               memperoleh hak menggunakan merek yang
   dimiliki Pengusaha “B” yang berkedudukan di         dimiliki Pengusaha B yang berkedudukan di
   Hongkong. Atas pemanfaatan merek tersebut oleh      Hongkong. Atas pemanfaatan merek tersebut
   pengusaha “A” di dalam Daerah Pabean terutang       oleh Pengusaha A di dalam Daerah Pabean
   Pajak Pertambahan Nilai.                            terutang Pajak Pertambahan Nilai.

Huruf e                                             Huruf e
   Jasa yang berasal dari luar Daerah Pabean yang      Jasa yang berasal dari luar Daerah Pabean yang
   dimanfaatkan oleh siapapun di dalam Daerah          dimanfaatkan oleh siapa pun di dalam Daerah
   Pabean dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.           Pabean dikenai Pajak Pertambahan Nilai.
   Misalnya, Pengusaha Kena Pajak “C” di
   Surabaya memanfaatkan Jasa Kena Pajak dari          Misalnya, Pengusaha Kena Pajak C di Surabaya
   Pengusaha “B” yang berkedudukan di Singapura.       memanfaatkan Jasa Kena Pajak dari Pengusaha
   Atas pemanfaatan Jasa Kena Pajak tersebut           B yang berkedudukan di Singapura. Atas
   terutang Pajak Pertambahan Nilai.                   pemanfaatan Jasa Kena Pajak tersebut terutang
                                                       Pajak Pertambahan Nilai.

Huruf f                                             Huruf f
   Berbeda dengan Pengusaha yang melakukan             Berbeda dengan pengusaha yang melakukan
   kegiatan sebagaimana dimaksud dalam huruf a         kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a
   dan atau huruf c, maka Pengusaha yang               dan/atau huruf c, pengusaha yang melakukan
   melakukan ekspor Barang Kena Pajak hanya            ekspor Barang Kena Pajak Berwujud hanya
   Pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi             pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi
   Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud           Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud
   dalam Pasal 3A ayat (1).                            dalam Pasal 3A ayat (1).

                                                    Huruf g
                                                       Sebagaimana halnya dengan kegiatan ekspor
                                                       Barang Kena Pajak Berwujud, pengusaha yang
                                                       melakukan ekspor Barang Kena Pajak Tidak
                                                       Berwujud hanya pengusaha yang telah
                                                       dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak
                                                       sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3A ayat (1).




                                                       Yang dimaksud dengan ”Barang Kena Pajak
                                                       Tidak Berwujud” adalah:
                                                       1. penggunaan atau hak menggunakan hak
                                                           cipta di bidang kesusastraan, kesenian atau
                                                           karya ilmiah, paten, desain atau model,
                                                           rencana, formula atau proses rahasia, merek
                                                           dagang, atau bentuk hak kekayaan
                                                           intelektual/industrial atau hak serupa lainnya;
                                                       2. penggunaan        atau     hak    menggunakan
                                                           peralatan/perlengkapan industrial, komersial,
                                                           atau ilmiah;
                                                       3. pemberian pengetahuan atau informasi di
                                                           bidang ilmiah, teknikal, industrial, atau

                                                                                                     16
UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000                                UU No 42 Tahun 2009
                                                                    komersial;
                                                                 4. pemberian        bantuan     tambahan      atau
                                                                    pelengkap sehubungan dengan penggunaan
                                                                    atau hak menggunakan hak-hak tersebut
                                                                    pada angka 1, penggunaan atau hak
                                                                    menggunakan             peralatan/perlengkapan
                                                                    tersebut pada angka 2, atau pemberian
                                                                    pengetahuan atau informasi tersebut pada
                                                                    angka 3, berupa:
                                                                    a) penerimaan atau hak menerima rekaman
                                                                         gambar atau rekaman suara atau
                                                                         keduanya, yang disalurkan kepada
                                                                         masyarakat melalui satelit, kabel, serat
                                                                         optik, atau teknologi yang serupa;
                                                                    b) penggunaan atau hak menggunakan
                                                                         rekaman gambar atau rekaman suara
                                                                         atau keduanya, untuk siaran televisi atau
                                                                         radio yang disiarkan/dipancarkan melalui
                                                                         satelit, kabel, serat optik, atau teknologi
                                                                         yang serupa; dan
                                                                    c) penggunaan atau hak menggunakan
                                                                         sebagian atau seluruh spektrum radio
                                                                         komunikasi;
                                                                 5. penggunaan atau hak menggunakan film
                                                                    gambar hidup (motion picture films), film atau
                                                                    pita video untuk siaran televisi, atau pita
                                                                    suara untuk siaran radio; dan
                                                                 6. pelepasan seluruhnya atau sebagian hak
                                                                    yang berkenaan dengan penggunaan atau
                                                                    pemberian               hak           kekayaan
                                                                    intelektual/industrial atau hak-hak lainnya
                                                                    sebagaimana tersebut di atas.

                                                             Huruf h
                                                                Termasuk dalam pengertian ekspor Jasa Kena
                                                                Pajak adalah penyerahan Jasa Kena Pajak dari
                                                                dalam Daerah Pabean ke luar Daerah Pabean
                                                                oleh Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan
                                                                dan melakukan ekspor Barang Kena Pajak
                                                                Berwujud atas dasar pesanan atau permintaan
                                                                dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan
                                                                di luar Daerah Pabean.

                                                         Ayat (2)
                                                              Cukup jelas.



                      PASAL 4A                                                   PASAL 4A

(1) Jenis barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal        (1) Dihapus.
    1 angka 2 dan jenis jasa sebagaimana dimaksud
    dalam Pasal 1 angka 5 yang tidak dikenakan pajak
    berdasarkan Undang-undang ini ditetapkan
    dengan Peraturan Pemerintah.

(2) Penetapan jenis barang yang tidak dikenakan Pajak    (2) Jenis barang yang tidak dikenai Pajak Pertambahan
    Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud dalam             Nilai adalah barang tertentu dalam kelompok barang
    ayat (1) didasarkan atas kelompok-kelompok               sebagai berikut:
    barang sebagai berikut:
    a. barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran      a. barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran
        yang diambil langsung dari sumbernya;                  yang diambil langsung dari sumbernya;


                                                                                                               17
UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000                                     UU No 42 Tahun 2009
   b. barang-barang kebutuhan pokok yang sangat                  b. barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan
      dibutuhkan oleh rakyat banyak;                                oleh rakyat banyak;

   c.      makanan dan minuman yang disajikan di hotel,          c.      makanan dan minuman yang disajikan di hotel,
           restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya;                restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya,
                                                                         meliputi makanan dan minuman baik yang
                                                                         dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk
                                                                         makanan dan minuman yang diserahkan oleh
                                                                         usaha jasa boga atau katering; dan

   d. uang, emas batangan, dan surat-surat berharga.             d. uang, emas batangan, dan surat berharga.

(3) Penetapan jenis jasa yang tidak dikenakan Pajak           (3) Jenis jasa yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai
    Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud dalam                  adalah jasa tertentu dalam kelompok jasa sebagai
    ayat (1) didasarkan atas kelompok-kelompok jasa               berikut:
    sebagai berikut:
    a. jasa di bidang pelayanan kesehatan medik;                 a. jasa pelayanan kesehatan medis;

   b. jasa di bidang pelayanan sosial;                           b. jasa pelayanan sosial;

   c.      jasa di bidang       pengiriman   surat   dengan      c.      jasa pengiriman surat dengan perangko;
           perangko;

   d. jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa               d. jasa keuangan;
      guna usaha dengan hak opsi;
                                                                 e. jasa asuransi;

   e. jasa di bidang keagamaan;                                  f.      jasa keagamaan;

   f.      jasa di bidang pendidikan;                            g. jasa pendidikan;

   g. jasa di bidang kesenian dan hiburan yang telah             h. jasa kesenian dan hiburan;
      dikenakan pajak tontonan;

   h. jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat               i.      jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan;
      iklan;

   i.      jasa angkutan umum di darat dan di air;               j.      jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa
                                                                         angkutan udara dalam negeri yang menjadi
                                                                         bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan
                                                                         udara luar negeri;

   j.      jasa di bidang tenaga kerja;                          k.      jasa tenaga kerja;

   k. jasa di bidang perhotelan;                                 l.      jasa perhotelan;


   l.      jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam            m. jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam
           rangka menjalankan pemerintahan secara umum.             rangka menjalankan pemerintahan secara umum;

                                                                 n. jasa penyediaan tempat parkir;

                                                                 o. jasa telepon umum dengan menggunakan uang
                                                                    logam;

                                                                 p. jasa pengiriman uang dengan wesel pos; dan

                                                                 q. jasa boga atau katering.



PENJELASAN PASAL 4A                                           PENJELASAN PASAL 4A


Ayat (1)                                                      Ayat (1)

                                                                                                                      18
UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000                                 UU No 42 Tahun 2009
   Cukup jelas                                                 Cukup jelas.

Ayat (2)                                                   Ayat (2)
   Huruf a                                                    Huruf a
         Yang      dimaksud       dengan  barang   hasil            Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran
         pertambangan dan hasil pengeboran yang diambil             yang diambil langsung dari sumbernya meliputi:
         langsung dari sumbernya seperti minyak mentah              a. minyak mentah (crude oil);
         (crude oil), gas bumi, pasir dan kerikil, bijih            b. gas bumi, tidak termasuk gas bumi seperti
         besi, bijih timah, bijih emas.                                elpiji yang siap dikonsumsi langsung oleh
                                                                       masyarakat;
                                                                    c. panas bumi;
                                                                    d. asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu
                                                                       kapur, batu apung, batu permata, bentonit,
                                                                       dolomit, felspar (feldspar), garam batu (halite),
                                                                       grafit, granit/andesit, gips, kalsit, kaolin, leusit,
                                                                       magnesit, mika, marmer, nitrat, opsidien, oker,
                                                                       pasir dan kerikil, pasir kuarsa, perlit, fosfat
                                                                       (phospat), talk, tanah serap (fullers earth),
                                                                       tanah diatome, tanah liat, tawas (alum), tras,
                                                                       yarosif, zeolit, basal, dan trakkit;
                                                                    e. batubara sebelum diproses menjadi briket
                                                                       batubara; dan
                                                                    f. bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih
                                                                       tembaga, bijih nikel, bijih perak, serta bijih
                                                                       bauksit.

   Huruf b                                                     Huruf b
      Yang dimaksud dengan kebutuhan pokok dalam                  Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan
      ayat ini adalah beras dan gabah, jagung, sagu,              oleh rakyat banyak meliputi:
      kedelai, garam baik yang berjodium maupun                   a. beras;
      yang tidak berjodium.                                       b. gabah;
                                                                  c. jagung;
                                                                  d. sagu;
                                                                  e. kedelai;
                                                                  f. garam, baik yang beryodium maupun yang
                                                                       tidak beryodium;
                                                                  g. daging, yaitu daging segar yang tanpa diolah,
                                                                       tetapi telah melalui proses disembelih, dikuliti,
                                                                       dipotong, didinginkan, dibekukan, dikemas
                                                                       atau tidak dikemas, digarami, dikapur,
                                                                       diasamkan, diawetkan dengan cara lain, dan/
                                                                       atau direbus;


                                                                   h. telur, yaitu telur yang tidak diolah, termasuk
                                                                      telur yang dibersihkan, diasinkan, atau
                                                                      dikemas;
                                                                   i. susu, yaitu susu perah baik yang telah melalui
                                                                      proses didinginkan maupun dipanaskan, tidak
                                                                      mengandung tambahan gula atau bahan
                                                                      lainnya, dan/atau dikemas atau tidak dikemas;
                                                                   j. buah-buahan, yaitu buah-buahan segar yang
                                                                      dipetik, baik yang telah melalui proses dicuci,
                                                                      disortasi, dikupas, dipotong, diiris, di-grading,
                                                                      dan/atau dikemas atau tidak dikemas; dan
                                                                   k. sayur-sayuran, yaitu sayuran segar yang
                                                                      dipetik, dicuci, ditiriskan, dan/atau disimpan
                                                                      pada suhu rendah, termasuk sayuran segar
                                                                      yang dicacah.

   Huruf c                                                     Huruf c
      Untuk menghindari pajak berganda, karena sudah              Ketentuan ini dimaksudkan untuk menghindari

                                                                                                                       19
UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000                     UU No 42 Tahun 2009
      merupakan objek pengenaan Pajak Daerah.          pengenaan pajak berganda karena sudah
                                                       merupakan objek pengenaan Pajak Daerah.

   Huruf d                                         Huruf d
      Cukup jelas                                     Cukup jelas.

Ayat (3)                                        Ayat (3)
   Cukup jelas.                                    Huruf a
                                                         Jasa pelayanan kesehatan medis meliputi:
                                                         1. jasa dokter umum, dokter spesialis, dan
                                                            dokter gigi;
                                                         2. jasa dokter hewan;
                                                         3. jasa ahli kesehatan seperti ahli akupunktur,
                                                            ahli gigi, ahli gizi, dan ahli fisioterapi;
                                                         4. jasa kebidanan dan dukun bayi;
                                                         5. jasa paramedis dan perawat;
                                                         6. jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik
                                                            kesehatan, laboratorium kesehatan, dan
                                                            sanatorium;

                                                       7. jasa psikolog dan psikiater; dan
                                                       8. jasa pengobatan alternatif, termasuk yang
                                                          dilakukan oleh paranormal.

                                                   Huruf b
                                                      Jasa pelayanan sosial meliputi:
                                                      1. jasa pelayanan panti asuhan dan panti jompo;
                                                      2. jasa pemadam kebakaran;
                                                      3. jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan;
                                                      4. jasa lembaga rehabilitasi;
                                                      5. jasa penyediaan rumah duka atau jasa
                                                           pemakaman, termasuk krematorium; dan
                                                      6. jasa di bidang olah raga kecuali yang bersifat
                                                           komersial.

                                                   Huruf c
                                                      Jasa pengiriman surat dengan perangko meliputi
                                                      jasa pengiriman surat dengan menggunakan
                                                      perangko tempel dan menggunakan cara lain
                                                      pengganti perangko tempel.




                                                   Huruf d
                                                      Jasa keuangan meliputi:
                                                      1. jasa menghimpun dana dari masyarakat
                                                           berupa giro, deposito berjangka, sertifikat
                                                           deposito, tabungan, dan/atau bentuk lain
                                                           yang dipersamakan dengan itu;
                                                      2. jasa menempatkan dana, meminjam dana,
                                                           atau meminjamkan dana kepada pihak lain
                                                           dengan     menggunakan        surat, sarana
                                                           telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk,
                                                           cek, atau sarana lainnya;
                                                      3. jasa pembiayaan, termasuk pembiayaan
                                                           berdasarkan prinsip syariah, berupa:
                                                           a) sewa guna usaha dengan hak opsi;
                                                           b) anjak piutang;
                                                           c) usaha kartu kredit; dan/atau
                                                           d) pembiayaan konsumen;
                                                      4. jasa penyaluran pinjaman atas dasar hukum

                                                                                                    20
PPn-Ubah
PPn-Ubah
PPn-Ubah
PPn-Ubah
PPn-Ubah
PPn-Ubah
PPn-Ubah
PPn-Ubah
PPn-Ubah
PPn-Ubah
PPn-Ubah
PPn-Ubah
PPn-Ubah
PPn-Ubah
PPn-Ubah
PPn-Ubah
PPn-Ubah
PPn-Ubah
PPn-Ubah
PPn-Ubah
PPn-Ubah
PPn-Ubah
PPn-Ubah
PPn-Ubah
PPn-Ubah
PPn-Ubah
PPn-Ubah
PPn-Ubah
PPn-Ubah
PPn-Ubah
PPn-Ubah
PPn-Ubah
PPn-Ubah
PPn-Ubah
PPn-Ubah
PPn-Ubah
PPn-Ubah
PPn-Ubah
PPn-Ubah
PPn-Ubah
PPn-Ubah
PPn-Ubah
PPn-Ubah
PPn-Ubah
PPn-Ubah
PPn-Ubah
PPn-Ubah

Contenu connexe

Tendances

Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 13 tahun 2011 tentang pajak air tanah
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 13 tahun 2011 tentang pajak air tanahPeraturan daerah kabupaten ketapang nomor 13 tahun 2011 tentang pajak air tanah
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 13 tahun 2011 tentang pajak air tanahandika_combat
 
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 12 tahun 2011 tentang pajak hiburan
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 12 tahun 2011 tentang pajak hiburanPeraturan daerah kabupaten ketapang nomor 12 tahun 2011 tentang pajak hiburan
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 12 tahun 2011 tentang pajak hiburanandika_combat
 
2010Bphtb klaten versi dari kemenkeu fix penetapan_ev_keuangan+gub_print
2010Bphtb klaten versi dari kemenkeu fix penetapan_ev_keuangan+gub_print2010Bphtb klaten versi dari kemenkeu fix penetapan_ev_keuangan+gub_print
2010Bphtb klaten versi dari kemenkeu fix penetapan_ev_keuangan+gub_printPA_Klaten
 
Perda no.-3-tahun-2011 bphtb
Perda no.-3-tahun-2011 bphtbPerda no.-3-tahun-2011 bphtb
Perda no.-3-tahun-2011 bphtbandika_combat
 
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 3 tahun 2012 tentang pajak parkir
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 3 tahun 2012 tentang pajak parkirPeraturan daerah kabupaten ketapang nomor 3 tahun 2012 tentang pajak parkir
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 3 tahun 2012 tentang pajak parkirandika_combat
 
Perda perubahan perda no 18 thn 2013 PBB
Perda perubahan perda no 18 thn 2013 PBBPerda perubahan perda no 18 thn 2013 PBB
Perda perubahan perda no 18 thn 2013 PBBArifuddin Ali.
 
UU 012 tahun 1985 Pajak bumi dan bangunan
UU 012 tahun 1985   Pajak bumi dan bangunanUU 012 tahun 1985   Pajak bumi dan bangunan
UU 012 tahun 1985 Pajak bumi dan bangunanPajeg Lempung
 
Pmk no 80 th 2010
Pmk no 80 th 2010Pmk no 80 th 2010
Pmk no 80 th 2010Lela Sari
 
UU 28 tahun 2009_cintayasir
UU 28 tahun 2009_cintayasirUU 28 tahun 2009_cintayasir
UU 28 tahun 2009_cintayasirYasir Partomo
 
Uu 28 2007_kup
Uu 28 2007_kupUu 28 2007_kup
Uu 28 2007_kupenokindy
 
Perda no-11 2011-pajak_daerah
Perda no-11 2011-pajak_daerahPerda no-11 2011-pajak_daerah
Perda no-11 2011-pajak_daerahArifuddin Ali
 
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 11 tahun 2011 tentang pajak restoran
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 11 tahun 2011 tentang pajak restoranPeraturan daerah kabupaten ketapang nomor 11 tahun 2011 tentang pajak restoran
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 11 tahun 2011 tentang pajak restoranandika_combat
 
2010 Raperda pajak air tanah penetapan ev_keuangan+gub_print
2010 Raperda pajak air tanah penetapan ev_keuangan+gub_print2010 Raperda pajak air tanah penetapan ev_keuangan+gub_print
2010 Raperda pajak air tanah penetapan ev_keuangan+gub_printPA_Klaten
 

Tendances (19)

Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 13 tahun 2011 tentang pajak air tanah
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 13 tahun 2011 tentang pajak air tanahPeraturan daerah kabupaten ketapang nomor 13 tahun 2011 tentang pajak air tanah
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 13 tahun 2011 tentang pajak air tanah
 
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 12 tahun 2011 tentang pajak hiburan
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 12 tahun 2011 tentang pajak hiburanPeraturan daerah kabupaten ketapang nomor 12 tahun 2011 tentang pajak hiburan
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 12 tahun 2011 tentang pajak hiburan
 
2010Bphtb klaten versi dari kemenkeu fix penetapan_ev_keuangan+gub_print
2010Bphtb klaten versi dari kemenkeu fix penetapan_ev_keuangan+gub_print2010Bphtb klaten versi dari kemenkeu fix penetapan_ev_keuangan+gub_print
2010Bphtb klaten versi dari kemenkeu fix penetapan_ev_keuangan+gub_print
 
Perda no.-3-tahun-2011 bphtb
Perda no.-3-tahun-2011 bphtbPerda no.-3-tahun-2011 bphtb
Perda no.-3-tahun-2011 bphtb
 
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 3 tahun 2012 tentang pajak parkir
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 3 tahun 2012 tentang pajak parkirPeraturan daerah kabupaten ketapang nomor 3 tahun 2012 tentang pajak parkir
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 3 tahun 2012 tentang pajak parkir
 
Perda perubahan perda no 18 thn 2013 PBB
Perda perubahan perda no 18 thn 2013 PBBPerda perubahan perda no 18 thn 2013 PBB
Perda perubahan perda no 18 thn 2013 PBB
 
UU 20 2000
UU 20 2000UU 20 2000
UU 20 2000
 
Pp 112 2000
Pp 112 2000Pp 112 2000
Pp 112 2000
 
Uu 1985 12
Uu 1985 12Uu 1985 12
Uu 1985 12
 
UU 012 tahun 1985 Pajak bumi dan bangunan
UU 012 tahun 1985   Pajak bumi dan bangunanUU 012 tahun 1985   Pajak bumi dan bangunan
UU 012 tahun 1985 Pajak bumi dan bangunan
 
Pmk no 80 th 2010
Pmk no 80 th 2010Pmk no 80 th 2010
Pmk no 80 th 2010
 
UU 12 th 1994
UU 12 th 1994UU 12 th 1994
UU 12 th 1994
 
UU 28 tahun 2009_cintayasir
UU 28 tahun 2009_cintayasirUU 28 tahun 2009_cintayasir
UU 28 tahun 2009_cintayasir
 
Uu 28 2007
Uu 28 2007Uu 28 2007
Uu 28 2007
 
Uu 28 2007_kup
Uu 28 2007_kupUu 28 2007_kup
Uu 28 2007_kup
 
UU 21 1997
UU 21 1997UU 21 1997
UU 21 1997
 
Perda no-11 2011-pajak_daerah
Perda no-11 2011-pajak_daerahPerda no-11 2011-pajak_daerah
Perda no-11 2011-pajak_daerah
 
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 11 tahun 2011 tentang pajak restoran
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 11 tahun 2011 tentang pajak restoranPeraturan daerah kabupaten ketapang nomor 11 tahun 2011 tentang pajak restoran
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 11 tahun 2011 tentang pajak restoran
 
2010 Raperda pajak air tanah penetapan ev_keuangan+gub_print
2010 Raperda pajak air tanah penetapan ev_keuangan+gub_print2010 Raperda pajak air tanah penetapan ev_keuangan+gub_print
2010 Raperda pajak air tanah penetapan ev_keuangan+gub_print
 

Similaire à PPn-Ubah

UU 7TAHUN 2021 HARMONISASI PERATURAN PERPAJAKAN.pdf
UU 7TAHUN 2021 HARMONISASI PERATURAN PERPAJAKAN.pdfUU 7TAHUN 2021 HARMONISASI PERATURAN PERPAJAKAN.pdf
UU 7TAHUN 2021 HARMONISASI PERATURAN PERPAJAKAN.pdfCVLOMBOKENERGI
 
Perda Kab nunukan no 8 tahun 2008 siup
Perda Kab nunukan no 8 tahun 2008 siupPerda Kab nunukan no 8 tahun 2008 siup
Perda Kab nunukan no 8 tahun 2008 siupArifuddin Ali.
 
PMK Nomor 131 Tahun 2018.pdf
PMK Nomor 131 Tahun 2018.pdfPMK Nomor 131 Tahun 2018.pdf
PMK Nomor 131 Tahun 2018.pdfCalvinBudiKusuma1
 
Perda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU
Perda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG  RETRIBUSI  PERIZINAN  TERTENTUPerda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG  RETRIBUSI  PERIZINAN  TERTENTU
Perda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTUGanglumpur KUKAR
 
PDF DOWNLOAD Perda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN T...
PDF DOWNLOAD Perda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG  RETRIBUSI  PERIZINAN  T...PDF DOWNLOAD Perda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG  RETRIBUSI  PERIZINAN  T...
PDF DOWNLOAD Perda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN T...Ganglumpur KUKAR
 
9964 bkpm 5_2013_tentang_pedomandantatacaraperizinandannonperizinanpenanamanm...
9964 bkpm 5_2013_tentang_pedomandantatacaraperizinandannonperizinanpenanamanm...9964 bkpm 5_2013_tentang_pedomandantatacaraperizinandannonperizinanpenanamanm...
9964 bkpm 5_2013_tentang_pedomandantatacaraperizinandannonperizinanpenanamanm...andri wijaya
 
UU th 2008 No 36 Pajak Penghasilan - Batang tubuh
UU th 2008 No 36 Pajak Penghasilan - Batang tubuhUU th 2008 No 36 Pajak Penghasilan - Batang tubuh
UU th 2008 No 36 Pajak Penghasilan - Batang tubuhChairudin NR
 
UU Nomor 36 Tahun 2008 perubahan keempat atas undang undang nomor 7 tahun 198...
UU Nomor 36 Tahun 2008 perubahan keempat atas undang undang nomor 7 tahun 198...UU Nomor 36 Tahun 2008 perubahan keempat atas undang undang nomor 7 tahun 198...
UU Nomor 36 Tahun 2008 perubahan keempat atas undang undang nomor 7 tahun 198...widigdya
 
Perda Kab nunukan no 9 tahun 2008 retribusi siup
Perda Kab nunukan no 9 tahun 2008 retribusi siupPerda Kab nunukan no 9 tahun 2008 retribusi siup
Perda Kab nunukan no 9 tahun 2008 retribusi siupArifuddin Ali.
 
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 15 tahun 2011 tentang pajak reklame
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 15 tahun 2011 tentang pajak reklamePeraturan daerah kabupaten ketapang nomor 15 tahun 2011 tentang pajak reklame
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 15 tahun 2011 tentang pajak reklameandika_combat
 
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK REKLAME
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK REKLAMEPERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK REKLAME
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK REKLAMEKota Serang
 

Similaire à PPn-Ubah (20)

UU 7TAHUN 2021 HARMONISASI PERATURAN PERPAJAKAN.pdf
UU 7TAHUN 2021 HARMONISASI PERATURAN PERPAJAKAN.pdfUU 7TAHUN 2021 HARMONISASI PERATURAN PERPAJAKAN.pdf
UU 7TAHUN 2021 HARMONISASI PERATURAN PERPAJAKAN.pdf
 
UU Nomor 7 Tahun 2021.pdf
UU Nomor 7 Tahun 2021.pdfUU Nomor 7 Tahun 2021.pdf
UU Nomor 7 Tahun 2021.pdf
 
Perda Kab nunukan no 8 tahun 2008 siup
Perda Kab nunukan no 8 tahun 2008 siupPerda Kab nunukan no 8 tahun 2008 siup
Perda Kab nunukan no 8 tahun 2008 siup
 
Banjar 2010 02
Banjar 2010 02Banjar 2010 02
Banjar 2010 02
 
PMK Nomor 131 Tahun 2018.pdf
PMK Nomor 131 Tahun 2018.pdfPMK Nomor 131 Tahun 2018.pdf
PMK Nomor 131 Tahun 2018.pdf
 
Perda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU
Perda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG  RETRIBUSI  PERIZINAN  TERTENTUPerda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG  RETRIBUSI  PERIZINAN  TERTENTU
Perda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU
 
PDF DOWNLOAD Perda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN T...
PDF DOWNLOAD Perda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG  RETRIBUSI  PERIZINAN  T...PDF DOWNLOAD Perda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG  RETRIBUSI  PERIZINAN  T...
PDF DOWNLOAD Perda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN T...
 
Perda 10 2011
Perda 10 2011Perda 10 2011
Perda 10 2011
 
9964 bkpm 5_2013_tentang_pedomandantatacaraperizinandannonperizinanpenanamanm...
9964 bkpm 5_2013_tentang_pedomandantatacaraperizinandannonperizinanpenanamanm...9964 bkpm 5_2013_tentang_pedomandantatacaraperizinandannonperizinanpenanamanm...
9964 bkpm 5_2013_tentang_pedomandantatacaraperizinandannonperizinanpenanamanm...
 
Uu 28 2007
Uu 28 2007Uu 28 2007
Uu 28 2007
 
UU th 2008 No 36 Pajak Penghasilan - Batang tubuh
UU th 2008 No 36 Pajak Penghasilan - Batang tubuhUU th 2008 No 36 Pajak Penghasilan - Batang tubuh
UU th 2008 No 36 Pajak Penghasilan - Batang tubuh
 
UU Nomor 36 Tahun 2008 perubahan keempat atas undang undang nomor 7 tahun 198...
UU Nomor 36 Tahun 2008 perubahan keempat atas undang undang nomor 7 tahun 198...UU Nomor 36 Tahun 2008 perubahan keempat atas undang undang nomor 7 tahun 198...
UU Nomor 36 Tahun 2008 perubahan keempat atas undang undang nomor 7 tahun 198...
 
Uu 36-2008
Uu 36-2008Uu 36-2008
Uu 36-2008
 
Uu 36-2008
Uu 36-2008Uu 36-2008
Uu 36-2008
 
Perda Kab nunukan no 9 tahun 2008 retribusi siup
Perda Kab nunukan no 9 tahun 2008 retribusi siupPerda Kab nunukan no 9 tahun 2008 retribusi siup
Perda Kab nunukan no 9 tahun 2008 retribusi siup
 
Uu no.10 2010 apbn
Uu no.10 2010 apbnUu no.10 2010 apbn
Uu no.10 2010 apbn
 
Uu no.10 2010 apbn
Uu no.10 2010 apbnUu no.10 2010 apbn
Uu no.10 2010 apbn
 
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 15 tahun 2011 tentang pajak reklame
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 15 tahun 2011 tentang pajak reklamePeraturan daerah kabupaten ketapang nomor 15 tahun 2011 tentang pajak reklame
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 15 tahun 2011 tentang pajak reklame
 
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK REKLAME
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK REKLAMEPERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK REKLAME
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK REKLAME
 
UU Nomor 36 Tahun 2008
UU Nomor 36 Tahun 2008UU Nomor 36 Tahun 2008
UU Nomor 36 Tahun 2008
 

Dernier

MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGANMENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGANGallynDityaManggala
 
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAKONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAAchmadHasanHafidzi
 
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYAKREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYARirilMardiana
 
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxV5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxBayuUtaminingtyas
 
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptxPPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptximamfadilah24062003
 
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptxMATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptxDenzbaguseNugroho
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptAchmadHasanHafidzi
 
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar BisnisMenganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar BisnisGallynDityaManggala
 
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).pptSIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).pptDenzbaguseNugroho
 
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptkonsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptAchmadHasanHafidzi
 
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxBAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxTheresiaSimamora1
 
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesiapower point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesiaMukhamadMuslim
 
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesiaBAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesiaTriskaDP
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
Arah Kebijakan IKPA tahun 2023 fokus tentang capaian output
Arah Kebijakan IKPA tahun 2023  fokus tentang capaian outputArah Kebijakan IKPA tahun 2023  fokus tentang capaian output
Arah Kebijakan IKPA tahun 2023 fokus tentang capaian outputjafarismail7
 

Dernier (16)

MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGANMENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
 
ANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptxANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptx
 
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAKONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
 
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYAKREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
 
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxV5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
 
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptxPPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
 
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptxMATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
 
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar BisnisMenganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
 
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).pptSIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
 
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptkonsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
 
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxBAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
 
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesiapower point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
 
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesiaBAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
 
Arah Kebijakan IKPA tahun 2023 fokus tentang capaian output
Arah Kebijakan IKPA tahun 2023  fokus tentang capaian outputArah Kebijakan IKPA tahun 2023  fokus tentang capaian output
Arah Kebijakan IKPA tahun 2023 fokus tentang capaian output
 

PPn-Ubah

  • 1. PERSANDINGAN UNDANG-UNDANG PPN DAN PPnBM UU NO 8 TAHUN 1983 stdtd UU NO 18 TAHUN 2000 & UU NO 42 TAHUN 2009 UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000 UU No 42 Tahun 2009 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1983 NOMOR 42 TAHUN 2009 TENTANG TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK SEBAGAIMANA TELAH BEBERAPA KALI DIUBAH PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA TERAKHIR DENGAN DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2000 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Menimbang: bahwa dalam rangka lebih meningkatkan kepastian a. bahwa dalam rangka lebih meningkatkan kepastian hukum dan keadilan, serta menciptakan sistem hukum dan keadilan, menciptakan sistem perpajakan perpajakan yang sederhana dengan tanpa mengabaikan yang lebih sederhana, serta mengamankan pengawasan dan pengamanan penerimaan negara agar penerimaan negara agar pembangunan nasional pembangunan nasional dapat dilaksanakan secara dapat dilaksanakan secara mandiri perlu dilakukan mandiri, perlu dilakukan perubahan terhadap Undang- perubahan terhadap Undang-Undang Nomor 8 Tahun Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah Atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah dengan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1994; dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu membentuk Undang- Undang tentang Perubahan Ketiga atas Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah; Mengingat: Mengingat: 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (2), dan Pasal 23 ayat 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 23A Undang- (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Tahun 1945 sebagaimana telah diubah dengan 1945; Perubahan Pertama Tahun 1999; 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3262) Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa Undang Nomor 16 Tahun 2000 (Lembaran Negara kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 126, 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Tambahan Lembaran Negara Nomor 3984); Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4999); 3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak 1
  • 2. UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000 UU No 42 Tahun 2009 Penghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3263) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3985); 4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (Lembaran Negara Penjualan atas Barang Mewah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3264) sebagaimana telah Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3264) diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir 1994 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 1994 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Nomor tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang 3568). Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3986); Dengan Persetujuan Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: MEMUTUSKAN: Menetapkan: Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN KEDUA UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH. MEWAH. UMUM UMUM Dalam era reformasi saat ini, perkembangan sosial Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak atas konsumsi ekonomi dan politik berlangsung sangat cepat barang dan jasa di Daerah Pabean yang dikenakan sehingga perubahan sistem perpajakan yang pernah secara bertingkat di setiap jalur produksi dan distribusi. dilakukan belum dapat menampung perkembangan Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai sangat dunia usaha karena masih dijumpai kelemahan- dipengaruhi oleh perkembangan transaksi bisnis serta kelemahan dalam Undang-Undang Perpajakan, yaitu : pola konsumsi masyarakat yang merupakan objek dari a. belum adil walaupun sudah dilaksanakan sesuai Pajak Pertambahan Nilai. Perkembangan ekonomi ketentuan, yang sangat dinamis baik di tingkat nasional, regional, b. kurang memberikan hak-hak Wajib Pajak, maupun internasional terus menciptakan jenis serta c. kurang memberikan kemudahan kepada Wajib pola transaksi bisnis yang baru. Sebagai contoh, di Pajak dalam melaksanakan kewajibannya, bidang jasa, banyak timbul transaksi jasa baru atau d. kurang memberikan kepastian hukum serta modifikasi dari transaksi sebelumnya yang pengenaan kurang sederhana. Pajak Pertambahan Nilainya belum diatur dalam Untuk itu dalam rangka menampung perkembangan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai. dunia usaha dipandang perlu penyempurnaan peraturan perundang-undangan perpajakan dengan Dalam rangka menjawab perubahan yang sangat cepat menitikberatkan pada peningkatan : tersebut, perlu dilakukan pembaruan dan a. asas keadilan, penyempurnaan Undang-Undang Pajak Pertambahan b. asas kepastian hukum, Nilai. Pembaruan (reformasi) sistem pajak konsumsi c. asas legalitas, dan telah dilakukan pada tahun 1983 dengan diterbitkannya d. asas kesederhanaan. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Berlandaskan pada hal-hal tersebut di atas, maka Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak sasaran yang ingin diwujudkan dalam pelaksanaan Penjualan atas Barang Mewah. Langkah pembaruan perubahan Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai dan penyempurnaan terus dilakukan secara konsisten 2
  • 3. UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000 UU No 42 Tahun 2009 dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Tahun 2000 pada tahun 1994 dengan diterbitkannya Undang- adalah menciptakan sistem perpajakan yang lebih Undang Nomor 11 Tahun 1994 dan terakhir tahun 2000 adil, sederhana, dan memberikan kepastian hukum dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 18 bagi masyarakat serta dapat mengamankan dan Tahun 2000. meningkatkan penerimaan negara. Adapun pokok-pokok perubahan yang dilakukan Perubahan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai antara lain : ini bertujuan sebagai berikut. a. Untuk lebih memberikan kepastian hukum 1. Meningkatkan kepastian hukum dan keadilan bagi mengenai barang-barang yang tidak dikenakan pengenaan Pajak Pertambahan Nilai. pajak, maka dalam perubahan Undang-Undang Perkembangan transaksi bisnis, terutama jasa, telah Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan menciptakan jenis dan pola transaksi baru yang Atas Barang Mewah Tahun 2000 hanya terhadap perlu ditegaskan lebih lanjut pengenaannya dalam barang-barang yang merupakan kebutuhan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai. pokok; barang-barang yang sudah dikenakan pajak daerah; barang-barang hasil pertambangan 2. Menyederhanakan sistem Pajak Pertambahan atau pengeboran yang diambil langsung Nilai. sumbernya; barang-barang yang merupakan alat Penyederhanaan sistem Pajak Pertambahan Nilai tukar; serta barang-barang lain yang berdasarkan dilakukan dengan mengubah atau pertimbangan ekonomi, sosial dan budaya tidak menyempurnakan ketentuan dalam Undang-Undang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Pajak Pertambahan Nilai yang menyulitkan Wajib Penjualan Atas Barang Mewah. Pajak dalam rangka melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. b. Untuk lebih memberikan keadilan serta dalam upaya mengendalikan pola konsumsi masyarakat 3. Mengurangi biaya kepatuhan. yang tidak produktif maka tarif Pajak Penjualan Penyederhanaan sistem Pajak Pertambahan Nilai Atas Barang Mewah dinaikkan. diharapkan pula dapat mengurangi biaya, baik biaya administrasi bagi Wajib Pajak dalam rangka c. Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pengusaha melaksanakan hak dan kewajibannya maupun biaya Kena Pajak belum berproduksi atau belum pengawasan yang dikeluarkan oleh Pemerintah melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan dalam rangka mengawasi kepatuhan Wajib Pajak. atau Jasa Kena Pajak dan atau ekspor Barang Kena Pajak, maka Pajak Masukan yang dapat 4. Meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. dikreditkan yang dibayar pada saat perolehan Tercapainya tujuan tersebut diharapkan dapat Barang Kena Pajak, penerimaan Jasa Kena meningkatkan tingkat kepatuhan sukarela Wajib Pajak, pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Pajak. Tingkat kepatuhan sukarela yang tinggi Berwujud dari luar Daerah Pabean dan Jasa Kena diharapkan dapat meningkatkan penerimaan pajak Pajak dari luar Daerah Pabean, dan atau impor yang tercermin dengan naiknya rasio pajak (tax Barang Kena Pajak tetap dapat dikreditkan. ratio). d. Penyederhanaan administrasi perpajakan yang 5. Tidak mengganggu penerimaan Pajak meliputi prosedur restitusi dan diberlakukannya Pertambahan Nilai. Faktur Penjualan sebagai Faktur Pajak. Di samping tujuan di atas, fungsi pajak sebagai sumber penerimaan negara tetap menjadi e. Terhadap Pajak Masukan yang belum dikreditkan pertimbangan. dalam Masa Pajak yang sama dengan Pajak Keluaran masih dapat dikreditkan pada Masa 6. Mengurangi distorsi dan peningkatan kegiatan Pajak yang tidak sama paling lambat 3 (tiga) ekonomi. bulan setelah berakhirnya Masa Pajak yang bersangkutan. f. Kemudahan perpajakan atas transaksi penggabungan atau perubahan bentuk usaha atau pengalihan seluruh aktiva perusahaan tidak lagi diberikan. g. Kemudahan perpajakan diberikan hanya untuk sektor-sektor kegiatan ekonomi yang berprioritas tinggi, mendorong perkembangan dunia usaha dan meningkatkan daya saing, mendukung pertahanan dan keamanan nasional, serta memperlancar pembangunan nasional. 3
  • 4. UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000 UU No 42 Tahun 2009 BAB I BAB I KETENTUAN UMUM KETENTUAN UMUM PASAL 1 PASAL 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia 1. Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang yang meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang udara diatasnya serta tempat-tempat tertentu di Zona udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Ekonomi Eksklusif dan Landas Kontinen yang di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-undang Nomor 10 Tahun dalamnya berlaku Undang-Undang yang mengatur 1995 tentang Kepabeanan. mengenai kepabeanan. 2. Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifat 2. Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud. barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud. 3. Barang Kena Pajak adalah barang sebagaimana 3. Barang Kena Pajak adalah barang yang dikenai dimaksud dalam angka 2 yang dikenakan pajak pajak berdasarkan Undang-Undang ini. berdasarkan Undang-undang ini. 4. Penyerahan Barang Kena Pajak adalah setiap 4. Penyerahan Barang Kena Pajak adalah setiap kegiatan penyerahan Barang Kena Pajak kegiatan penyerahan Barang Kena Pajak. sebagaimana dimaksud dalam angka 3. 5. Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan 5. Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan yang suatu perikatan atau perbuatan hukum yang berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau yang menyebabkan suatu barang, fasilitas, kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, kemudahan, atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan. bahan dan atas petunjuk dari pemesan. 6. Jasa Kena Pajak adalah jasa sebagaimana 6. Jasa Kena Pajak adalah jasa yang dikenai pajak dimaksud dalam angka 5 yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang ini. berdasarkan Undang-undang ini. 7. Penyerahan Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatan 7. Penyerahan Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatan pemberian Jasa Kena Pajak sebagaimana pemberian Jasa Kena Pajak. dimaksud dalam angka 6. 8. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah 8. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean adalah setiap kegiatan pemanfaatan Jasa Pabean adalah setiap kegiatan pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean. Daerah Pabean. 9. Impor adalah setiap kegiatan memasukkan barang 9. Impor adalah setiap kegiatan memasukkan barang dari luar Daerah Pabean ke dalam Daerah Pabean. dari luar Daerah Pabean ke dalam Daerah Pabean. 10. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud 10. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean adalah setiap kegiatan dari luar Daerah Pabean adalah setiap kegiatan pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean karena suatu perjanjian di dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean. dalam Daerah Pabean. 11. Ekspor adalah setiap kegiatan mengeluarkan barang 11. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud adalah setiap dari dalam Daerah Pabean ke luar Daerah Pabean. kegiatan mengeluarkan Barang Kena Pajak Berwujud dari dalam Daerah Pabean ke luar Daerah Pabean. 4
  • 5. UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000 UU No 42 Tahun 2009 12. Perdagangan adalah kegiatan usaha membeli dan 12. Perdagangan adalah kegiatan usaha membeli dan menjual, termasuk kegiatan tukar menukar barang, menjual, termasuk kegiatan tukar-menukar barang, tanpa mengubah bentuk atau sifatnya. tanpa mengubah bentuk dan/atau sifatnya. 13. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal 13. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya. organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap. 14. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan 14. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam sebagaimana dimaksud dalam angka 13 yang bentuk apa pun yang dalam kegiatan usaha atau dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor menghasilkan barang, mengimpor barang, barang, mengekspor barang, melakukan usaha mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa, termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean. dari luar Daerah Pabean. 15. Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha 15. Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang sebagaimana dimaksud dalam angka 14 yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang ini. berdasarkan Undang-undang ini, tidak termasuk Pengusaha Kecil yang batasannya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, kecuali Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. 16. Menghasilkan adalah kegiatan mengolah melalui 16. Menghasilkan adalah kegiatan mengolah melalui proses mengubah bentuk atau sifat suatu barang dari proses mengubah bentuk dan/atau sifat suatu barang bentuk aslinya menjadi barang baru atau mempunyai dari bentuk aslinya menjadi barang baru atau daya guna baru, atau kegiatan mengolah sumber mempunyai daya guna baru atau kegiatan mengolah daya alam termasuk menyuruh orang pribadi atau sumber daya alam, termasuk menyuruh orang pribadi badan lain melakukan kegiatan tersebut. atau badan lain melakukan kegiatan tersebut. 17. Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah Harga Jual, 17. Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau Nilai Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau nilai lain Lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak Keuangan yang dipakai sebagai dasar untuk yang terutang. menghitung pajak yang terutang. 18. Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk 18. Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak, oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-undang ini dan potongan dipungut menurut Undang-Undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak. harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak. 5
  • 6. UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000 UU No 42 Tahun 2009 19. Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk 19. Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan Jasa Kena oleh pengusaha karena penyerahan Jasa Kena Pajak, tidak termasuk pajak yang dipungut menurut Pajak, ekspor Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang Undang-undang ini dan potongan harga yang Kena Pajak Tidak Berwujud, tetapi tidak termasuk dicantumkan dalam Faktur Pajak. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-Undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak atau nilai berupa uang yang dibayar atau seharusnya dibayar oleh Penerima Jasa karena pemanfaatan Jasa Kena Pajak dan/atau oleh penerima manfaat Barang Kena Pajak Tidak Berwujud karena pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean. 20. Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi 20. Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan dasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan pajak berdasarkan berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang- ketentuan dalam peraturan perundang-undangan undangan yang mengatur mengenai kepabeanan Pabean untuk impor Barang Kena Pajak, tidak dan cukai untuk impor Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak menurut Undang-undang ini. Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut menurut Undang-Undang ini. 21. Pembeli adalah orang pribadi atau badan yang 21. Pembeli adalah orang pribadi atau badan yang menerima atau seharusnya menerima penyerahan menerima atau seharusnya menerima penyerahan Barang Kena Pajak dan yang membayar atau Barang Kena Pajak dan yang membayar atau seharusnya membayar harga Barang Kena Pajak seharusnya membayar harga Barang Kena Pajak tersebut. tersebut. 22. Penerima jasa adalah orang pribadi atau badan yang 22. Penerima Jasa adalah orang pribadi atau badan yang menerima atau seharusnya menerima penyerahan menerima atau seharusnya menerima penyerahan Jasa Kena Pajak dan yang membayar atau Jasa Kena Pajak dan yang membayar atau seharusnya membayar Penggantian atas Jasa Kena seharusnya membayar Penggantian atas Jasa Kena Pajak tersebut. Pajak tersebut. 23. Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang 23. Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak, atau bukti pungutan pajak Jasa Kena Pajak. karena impor Barang Kena Pajak yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. 24. Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai 24. Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya sudah dibayar oleh Pengusaha yang seharusnya sudah dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak karena perolehan Barang Kena Pajak Kena Pajak karena perolehan Barang Kena Pajak dan atau penerimaan Jasa Kena Pajak dan atau dan/atau perolehan Jasa Kena Pajak dan/atau pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean dan atau pemanfaatan Jasa dari luar Daerah Pabean dan/atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dan atau impor Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dan/atau impor Barang Kena Pajak. Barang Kena Pajak. 25. Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai 25. Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha Kena terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak, atau ekspor Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Barang Barang Kena Pajak. Kena Pajak Berwujud, ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, dan/atau ekspor Jasa Kena Pajak. 26. Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk 26. Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk 6
  • 7. UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000 UU No 42 Tahun 2009 semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir. oleh eksportir. 27. Pemungut Pajak Pertambahan Nilai adalah 27. Pemungut Pajak Pertambahan Nilai adalah bendaharawan Pemerintah, badan, atau instansi bendahara pemerintah, badan, atau instansi Pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk memungut, menyetor, dan melaporkan pajak untuk memungut, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang oleh Pengusaha Kena Pajak atas yang terutang oleh Pengusaha Kena Pajak atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak kepada penyerahan Jasa Kena Pajak kepada bendahara bendaharawan Pemerintah, badan, atau instansi pemerintah, badan, atau instansi pemerintah Pemerintah tersebut. tersebut. 28. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud adalah setiap kegiatan pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari dalam Daerah Pabean di luar Daerah Pabean. 29. Ekspor Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatan penyerahan Jasa Kena Pajak ke luar Daerah Pabean. PENJELASAN PASAL 1 PENJELASAN PASAL 1 Cukup jelas. Cukup jelas. PASAL 1A PASAL 1A (1) Yang termasuk dalam pengertian penyerahan (1) Yang termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Barang Kena Pajak adalah: Kena Pajak adalah: a. penyerahan hak atas Barang Kena Pajak karena a. penyerahan hak atas Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian; suatu perjanjian; b. pengalihan Barang Kena Pajak oleh karena suatu b. pengalihan Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian sewa beli dan perjanjian leasing; perjanjian sewa beli dan/atau perjanjian sewa guna usaha (leasing); c. penyerahan Barang Kena Pajak kepada c. penyerahan Barang Kena Pajak kepada pedagang pedagang perantara atau melalui juru lelang; perantara atau melalui juru lelang; d. pemakaian sendiri dan atau pemberian cuma- d. pemakaian sendiri dan/atau pemberian cuma- cuma atas Barang Kena Pajak; cuma atas Barang Kena Pajak; e. persediaan Barang Kena Pajak dan aktiva yang e. Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau menurut tujuan semula tidak untuk aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, sepanjang Pajak pembubaran perusahaan; Pertambahan Nilai atas perolehan aktiva tersebut menurut ketentuan dapat dikreditkan; f. Penyerahan Barang Kena Pajak dari Pusat ke f. penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke Cabang atau sebaliknya dan penyerahan Barang cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan Kena Pajak antar Cabang; Barang Kena Pajak antar cabang; g. penyerahan Barang Kena Pajak secara g. penyerahan Barang Kena Pajak secara konsinyasi. konsinyasi; dan h. penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak dalam rangka perjanjian pembiayaan yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah, yang penyerahannya dianggap langsung dari Pengusaha Kena Pajak kepada pihak yang membutuhkan Barang Kena Pajak. (2) Yang tidak termasuk dalam pengertian penyerahan (2) Yang tidak termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak adalah: Barang Kena Pajak adalah: a. penyerahan Barang Kena Pajak kepada makelar a. penyerahan Barang Kena Pajak kepada makelar 7
  • 8. UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000 UU No 42 Tahun 2009 sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang- sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang- undang Hukum Dagang; Undang Hukum Dagang; b. penyerahan Barang Kena Pajak untuk jaminan b. penyerahan Barang Kena Pajak untuk jaminan utang piutang; utang-piutang; c. Penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana c. penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf f dalam hal dimaksud pada ayat (1) huruf f dalam hal Pengusaha Kena Pajak memperoleh ijin Pengusaha Kena Pajak melakukan pemusatan pemusatan tempat pajak terutang; tempat pajak terutang; d. pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha dengan syarat pihak yang melakukan pengalihan dan yang menerima pengalihan adalah Pengusaha Kena Pajak; dan e. Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, dan yang Pajak Masukan atas perolehannya tidak dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c. PENJELASAN PASAL 1A PENJELASAN PASAL 1A Ayat (1) Ayat (1) Huruf a Huruf a Perjanjian yang dimaksudkan dalam Yang dimaksud dengan “perjanjian” meliputi jual ketentuan ini meliputi jual beli, tukar menukar, beli, tukar-menukar, jual beli dengan angsuran, jual beli dengan angsuran, atau perjanjian lain atau perjanjian lain yang mengakibatkan yang mengakibatkan penyerahan hak atas penyerahan hak atas barang. barang. Huruf b Huruf b Penyerahan Barang Kena Pajak juga dapat Penyerahan Barang Kena Pajak dapat terjadi terjadi karena perjanjian sewa beli atau karena perjanjian sewa beli dan/atau perjanjian perjanjian sewa guna usaha (leasing). Adapun sewa guna usaha (leasing). yang dimaksud dengan penyerahan karena Yang dimaksud dengan “pengalihan Barang perjanjian sewa guna usaha (leasing) adalah Kena Pajak karena suatu perjanjian sewa guna penyerahan yang disebabkan oleh perjanjian usaha (leasing)” adalah penyerahan Barang sewa guna usaha (leasing) dengan hak opsi. Kena Pajak yang disebabkan oleh perjanjian Meskipun pengalihan atau penyerahan hak sewa guna usaha (leasing) dengan hak opsi. atas Barang Kena Pajak belum dilakukan dan Dalam hal penyerahan Barang Kena Pajak oleh pembayaran Harga Jual Barang Kena Pajak Pengusaha Kena Pajak dalam rangka perjanjian tersebut dilakukan secara bertahap, tetapi sewa guna usaha (leasing) dengan hak opsi, karena penguasaan atas Barang Kena Pajak Barang Kena Pajak dianggap diserahkan telah berpindah dari penjual kepada pembeli langsung dari Pengusaha Kena Pajak pemasok atau dari lessor kepada lessee, maka Undang- (supplier) kepada pihak yang membutuhkan undang ini menentukan bahwa penyerahan barang (lessee). Barang Kena Pajak dianggap telah terjadi pada saat perjanjian ditandatangani, kecuali apabila saat berpindahnya penguasaan secara nyata atas Barang Kena Pajak tersebut terjadi lebih dahulu daripada saat ditandatanganinya perjanjian. Huruf c Huruf c Yang dimaksud dengan pedagang perantara Yang dimaksud dengan “pedagang perantara” ialah orang pribadi atau badan yang dalam adalah orang pribadi atau badan yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya dengan nama kegiatan usaha atau pekerjaannya dengan nama 8
  • 9. UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000 UU No 42 Tahun 2009 sendiri melakukan perjanjian atau perikatan atas sendiri melakukan perjanjian atau perikatan atas dan untuk tanggungan orang lain dengan dan untuk tanggungan orang lain dengan mendapat upah atau balas jasa tertentu, mendapat upah atau balas jasa tertentu, misalnya komisioner. Yang dimaksud dengan misalnya komisioner. juru lelang di sini adalah juru lelang Pemerintah Yang dimaksud dengan “juru lelang” adalah juru atau yang ditunjuk oleh Pemerintah. lelang Pemerintah atau yang ditunjuk oleh Pemerintah. Huruf d Huruf d Pemakaian sendiri diartikan pemakaian untuk Yang dimaksud dengan “pemakaian sendiri” kepentingan pengusaha sendiri, pengurus, atau adalah pemakaian untuk kepentingan pengusaha karyawannya, baik barang produksi sendiri sendiri, pengurus, atau karyawan, baik barang maupun bukan produksi sendiri. Sedangkan produksi sendiri maupun bukan produksi sendiri. pemberian cuma-cuma diartikan sebagai Yang dimaksud dengan “pemberian cuma-cuma” pemberian yang diberikan tanpa pembayaran adalah pemberian yang diberikan tanpa baik barang produksi sendiri maupun bukan pembayaran baik barang produksi sendiri produksi sendiri, antara lain pemberian contoh maupun bukan produksi sendiri, seperti barang untuk promosi kepada relasi atau pemberian contoh barang untuk promosi kepada pembeli. relasi atau pembeli. Huruf e Huruf e Persediaan Barang Kena Pajak dan aktiva Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau yang menurut tujuan semula tidak untuk aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, disamakan dengan pembubaran perusahaan, disamakan dengan pemakaian sendiri, sehingga dianggap sebagai pemakaian sendiri sehingga dianggap sebagai penyerahan Barang Kena Pajak. Khusus untuk penyerahan Barang Kena Pajak. aktiva yang menurut tujuan semula tidak Dikecualikan dari ketentuan pada huruf e ini untuk diperjualbelikan tersebut, hanya adalah penyerahan sebagaimana dimaksud dikenakan Pajak Pertambahan Nilai apabila dalam Pasal 1A ayat (2) huruf e. memenuhi persyaratan, yaitu bahwa Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar pada saat perolehannya dapat dikreditkan. Huruf f Huruf f Apabila suatu perusahaan mempunyai lebih dari Dalam hal suatu perusahaan mempunyai lebih satu tempat pajak terutang, yaitu tempat dari satu tempat pajak terutang baik sebagai melakukan penyerahan Barang Kena Pajak pusat maupun sebagai cabang perusahaan, kepada pihak lain, baik sebagai pusat maupun pemindahan Barang Kena Pajak antartempat sebagai cabang perusahaan, maka Undang- tersebut merupakan penyerahan Barang Kena undang ini menganggap bahwa pemindahan Pajak. Barang Kena Pajak antar tempat-tempat Yang dimaksud dengan “pusat” adalah tempat tersebut merupakan penyerahan Barang Kena tinggal atau tempat kedudukan. Pajak. Yang dimaksud dengan cabang dalam Yang dimaksud dengan “cabang” antara lain ketentuan ini termasuk antara lain lokasi lokasi usaha, perwakilan, unit pemasaran, dan usaha, perwakilan, unit pemasaran dan tempat kegiatan usaha sejenisnya. sejenisnya. Huruf g Huruf g Dalam hal penyerahan secara konsinyasi, Pajak Dalam hal penyerahan secara konsinyasi, Pajak Pertambahan Nilai yang sudah dibayar pada Pertambahan Nilai yang sudah dibayar pada waktu Barang Kena Pajak yang bersangkutan waktu Barang Kena Pajak yang bersangkutan diserahkan untuk dititipkan dapat dikreditkan diserahkan untuk dititipkan dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran pada Masa Pajak dengan Pajak Keluaran pada Masa Pajak terjadinya penyerahan Barang Kena Pajak yang terjadinya penyerahan Barang Kena Pajak yang dititipkan tersebut. dititipkan tersebut. Sebaliknya, jika Barang Kena Pajak titipan Sebaliknya, jika Barang Kena Pajak titipan tersebut tidak laku dijual dan diputuskan untuk tersebut tidak laku dijual dan diputuskan untuk dikembalikan kepada pemilik Barang Kena Pajak, dikembalikan kepada pemilik Barang Kena Pajak, Pengusaha yang menerima titipan tersebut dapat pengusaha yang menerima titipan tersebut dapat menggunakan ketentuan mengenai menggunakan ketentuan mengenai pengembalian Barang Kena Pajak (retur) pengembalian Barang Kena Pajak (retur) 9
  • 10. UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000 UU No 42 Tahun 2009 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5A Undang- sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5A Undang- undang ini. Undang ini. Huruf h Contoh: Dalam transaksi murabahah, bank syariah bertindak sebagai penyedia dana untuk membeli sebuah kendaraan bermotor dari Pengusaha Kena Pajak A atas pesanan nasabah bank syariah (Tuan B). Meskipun berdasarkan prinsip syariah, bank syariah harus membeli dahulu kendaraan bermotor tersebut dan kemudian menjualnya kepada Tuan B, berdasarkan Undang-Undang ini, penyerahan kendaraan bermotor tersebut dianggap dilakukan langsung oleh Pengusaha Kena Pajak A kepada Tuan B. Ayat (2) Ayat (2) Huruf a Huruf a Yang dimaksud dengan makelar dalam Undang- Yang dimaksud dengan ”makelar” adalah undang ini adalah makelar sebagaimana makelar sebagaimana dimaksud dalam Kitab dimaksud dalam Kitab Undang-undang Hukum Undang-Undang Hukum Dagang, yaitu pedagang Dagang yaitu pedagang perantara yang diangkat perantara yang diangkat oleh Presiden atau oleh oleh Presiden atau oleh pejabat yang oleh pejabat yang oleh Presiden dinyatakan Presiden dinyatakan berwenang untuk itu. berwenang untuk itu. Mereka menyelenggarakan Mereka menyelenggarakan perusahaan mereka perusahaan mereka dengan melakukan dengan melakukan pekerjaan dengan mendapat pekerjaan dengan mendapat upah atau provisi upah atau provisi tertentu, atas amanat dan atas tertentu, atas amanat dan atas nama orang- nama orang-orang lain yang dengan mereka orang lain yang dengan mereka tidak terdapat tidak terdapat hubungan kerja. hubungan kerja. Huruf b Huruf b Cukup jelas. Cukup jelas. Huruf c Huruf c Dalam hal Pengusaha Kena Pajak mempunyai Dalam hal Pengusaha Kena Pajak mempunyai lebih dari satu tempat usaha, baik sebagai pusat lebih dari satu tempat kegiatan usaha, baik maupun cabang-cabang perusahaan, dan sebagai pusat maupun cabang perusahaan, dan Pengusaha Kena Pajak tersebut telah Pengusaha Kena Pajak tersebut telah memperoleh ijin pemusatan tempat pajak menyampaikan pemberitahuan secara tertulis terutang dari Direktur Jenderal Pajak, maka kepada Direktur Jenderal Pajak, pemindahan pemindahan Barang Kena Pajak dari satu tempat Barang Kena Pajak dari satu tempat kegiatan usaha ke tempat usaha lainnya (pusat ke cabang usaha ke tempat kegiatan usaha lainnya (pusat atau sebaliknya, atau antar cabang) dianggap ke cabang atau sebaliknya atau antarcabang) tidak termasuk dalam pengertian penyerahan dianggap tidak termasuk dalam pengertian Barang Kena Pajak, kecuali pemindahan Barang penyerahan Barang Kena Pajak, kecuali Kena Pajak antar tempat-tempat pajak terutang. pemindahan Barang Kena Pajak antartempat pajak terutang. Huruf d Yang dimaksud dengan “pemecahan usaha” adalah pemisahan usaha sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai perseroan terbatas. Huruf e Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, yang Pajak Masukan atas perolehannya tidak dapat dikreditkan karena 10
  • 11. UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000 UU No 42 Tahun 2009 tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan/atau aktiva berupa kendaraan bermotor sedan dan station wagon yang Pajak Masukan atas perolehannya tidak dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf c tidak termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak. PASAL 2 PASAL 2 (1) Dalam hal Harga Jual atau Penggantian dipengaruhi Tidak diubah oleh hubungan istimewa, maka Harga Jual atau Penggantian dihitung atas dasar harga pasar wajar pada saat penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak itu dilakukan. (2) Hubungan istimewa dianggap ada apabila: a. Pengusaha mempunyai penyertaan langsung atau tidak langsung sebesar 25% (dua puluh lima persen) atau lebih kepada Pengusaha lain, atau hubungan antara Pengusaha dengan penyertaan 25% (dua puluh lima persen) atau lebih pada dua Pengusaha atau lebih, demikian pula hubungan antara dua Pengusaha atau lebih yang disebut terakhir; atau b. Pengusaha menguasai Pengusaha lainnya atau dua atau lebih Pengusaha berada di bawah penguasaan Pengusaha yang sama baik langsung maupun tidak langsung; atau c. Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat dan/atau kesamping satu derajat. PENJELASAN PASAL 2 PENJELASAN PASAL 2 Ayat (1) Tidak diubah Pengaruh hubungan istimewa seperti dimaksud dalam Undang-undang ini ialah adanya kemungkinan harga yang ditekan lebih rendah dari harga pasar. Dalam hal ini, Direktur Jenderal Pajak mempunyai kewenangan melakukan penyesuaian Harga Jual atau Penggantian yang menjadi Dasar Pengenaan Pajak dengan harga pasar yang wajar yang berlaku di pasaran bebas. Ayat (2) Hubungan istimewa antara Pengusaha Kena Pajak dengan pihak yang menerima penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dapat terjadi karena ketergantungan atau keterkaitan satu dengan yang lain yang disebabkan karena : - faktor kepemilikan atau penyertaan; - adanya penguasaan melalui manajemen atau penggunaan teknologi. Selain karena hal-hal tersebut di atas, hubungan istimewa di antara orang pribadi dapat pula terjadi karena adanya hubungan darah atau karena perkawinan. 11
  • 12. UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000 UU No 42 Tahun 2009 a. Hubungan istimewa dianggap ada apabila terdapat hubungan kepemilikan yang berupa penyertaan modal sebesar 25% (dua puluh lima persen) atau lebih, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Contoh: Kalau PT. A mempunyai 50% (lima puluh persen) saham PT. B, pemilikan saham oleh PT. A merupakan penyertaan langsung. Selanjutnya apabila PT. B tersebut mempunyai 50% (lima puluh persen) saham PT. C, maka PT. A sebagai pemegang saham PT. B secara tidak langsung mempunyai penyertaan pada PT. C sebesar 25% (dua puluh lima persen). Dalam hal demikian, antara PT. A, PT. B dan PT. C dianggap terdapat hubungan istimewa. Apabila PT. A juga memiliki 25% (dua puluh lima persen) saham PT. D, maka antara PT. B, PT. C dan PT. D dianggap terdapat hubungan istimewa. Hubungan kepemilikan seperti tersebut diatas juga dapat terjadi antara orang pribadi dan badan. b. Hubungan antara pengusaha seperti digambarkan pada huruf a dapat juga terjadi karena penguasaan melalui manajemen atau penggunaan teknologi, kendatipun tidak terdapat hubungan kepemilikan. Hubungan istimewa dianggap ada apabila satu atau lebih perusahaan berada di bawah penguasaan pengusaha yang sama. Demikian juga hubungan antara beberapa perusahaan yang berada dalam penguasaan pengusahan yang sama tersebut. c. Yang dimaksud dengan hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat adalah ayah, ibu, dan anak, sedangkan hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan ke samping satu derajat adalah kakak dan adik. Yang dimaksud dengan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat adalah mertua dan anak tiri, sedangkan hubungan keluarga semenda dalam garis keturunan ke samping satu derajat adalah ipar. Apabila antara suami isteri mempunyai perjanjian pemisahan harta dan penghasilan, maka hubungan antara suami isteri tersebut termasuk dalam pengertian hubungan istimewa menurut Undang-undang ini. BAB II BAB II PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PASAL 3 PASAL 3 Dihapus. Tidak diubah PENJELASAN PASAL 3 PENJELASAN PASAL 3 12
  • 13. UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000 UU No 42 Tahun 2009 Ketentuan Pasal 3 yang mengatur tentang Pengukuhan Tidak diubah Pengusaha Kena Pajak, dihapus dan dipindahkan ke dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. BAB IIA BAB IIA KEWAJIBAN MELAPORKAN USAHA DAN KEWAJIBAN MELAPORKAN USAHA DAN KEWAJIBAN MEMUNGUT, MENYETOR DAN KEWAJIBAN MEMUNGUT, MENYETOR DAN MELAPORKAN PAJAK YANG TERUTANG MELAPORKAN PAJAK YANG TERUTANG PASAL 3A PASAL 3A (1) Pengusaha yang melakukan penyerahan (1) Pengusaha yang melakukan penyerahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a, huruf sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c, atau huruf f, wajib melaporkan usahanya untuk a, huruf c, huruf f, huruf g, dan huruf h, kecuali dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, dan pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan oleh wajib memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak Menteri Keuangan, wajib melaporkan usahanya Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak Mewah yang terutang. dan wajib memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang. (1a) Pengusaha kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. (2) Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan (2) Pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak wajib melaksanakan sebagai Pengusaha Kena Pajak wajib melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan (3) Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf Pabean sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat d dan atau yang memanfaatkan Jasa Kena Pajak (1) huruf d dan/atau yang memanfaatkan Jasa Kena dari luar Daerah Pabean sebagaimana dimaksud Pajak dari luar Daerah Pabean sebagaimana dalam Pasal 4 huruf e wajib memungut, menyetor, dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf e wajib dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai yang memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak terutang yang penghitungan dan tata caranya diatur Pertambahan Nilai yang terutang yang penghitungan dengan Keputusan Menteri Keuangan. dan tata caranya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan. PENJELASAN PASAL 3A PENJELASAN PASAL 3A Ayat (1) Ayat (1) Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak di Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean dan atau melakukan ekspor dalam Daerah Pabean dan/atau melakukan ekspor Barang Kena Pajak diwajibkan: Barang Kena Pajak Berwujud, ekspor Jasa Kena a. melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pajak, dan/atau ekspor Barang Kena Pajak Tidak Pengusaha Kena Pajak; Berwujud diwajibkan: b. memungut pajak yang terutang; a. melaporkan usahanya untuk dikukuhkan c. menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai yang sebagai Pengusaha Kena Pajak; masih harus dibayar dalam hal Pajak Keluaran 13
  • 14. UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000 UU No 42 Tahun 2009 lebih besar dari Pajak Masukan yang dapat b. memungut pajak yang terutang; dikreditkan, serta menyetorkan Pajak Penjualan c. menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai yang Atas Barang Mewah yang terutang; masih harus dibayar dalam hal Pajak Keluaran d. melaporkan penghitungan pajak. lebih besar daripada Pajak Masukan yang dapat dikreditkan serta menyetorkan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang; dan d. melaporkan penghitungan pajak. Kewajiban di atas tidak berlaku untuk pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Ayat (1ª) Cukup jelas. Ayat (2) Ayat (2) Pengusaha Kecil diperkenankan untuk memilih Pengusaha kecil diperkenankan untuk memilih dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak. Apabila dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak. Apabila menjadi Pengusaha Kena Pajak, maka Undang- pengusaha kecil memilih menjadi Pengusaha Kena undang ini berlaku sepenuhnya bagi Pengusaha Pajak, Undang-Undang ini berlaku sepenuhnya bagi Kecil tersebut. pengusaha kecil tersebut. Ayat (3) Ayat (3) Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean, dan/atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar harus dipungut oleh orang pribadi atau badan yang Daerah Pabean harus dipungut oleh orang pribadi memanfaatkan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau badan yang memanfaatkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak tersebut. Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak tersebut. BAB III BAB III OBJEK PAJAK OBJEK PAJAK PASAL 4 PASAL 4 Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas: (1) Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas: a. penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah a. penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha; Pabean yang dilakukan oleh pengusaha; b. impor Barang Kena Pajak; b. impor Barang Kena Pajak; c. penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah c. penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha; Pabean yang dilakukan oleh pengusaha; d. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari d. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean; Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean; e. pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah e. pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean; atau Pabean di dalam Daerah Pabean; f. ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena f. ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pajak. Pengusaha Kena Pajak; g. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak; dan h. ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak. (2) Ketentuan mengenai batasan kegiatan dan jenis Jasa Kena Pajak yang atas ekspornya dikenai Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h diatur dengan Peraturan Menteri 14
  • 15. UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000 UU No 42 Tahun 2009 Keuangan. PENJELASAN PASAL 4 PENJELASAN PASAL 4 Ayat (1) Huruf a Huruf a Pengusaha yang melakukan kegiatan penyerahan Pengusaha yang melakukan kegiatan Barang Kena Pajak meliputi baik Pengusaha penyerahan Barang Kena Pajak meliputi baik yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3A Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud ayat (1) maupun Pengusaha yang seharusnya dalam Pasal 3A ayat (1) maupun pengusaha dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak tetapi yang seharusnya dikukuhkan menjadi belum dikukuhkan. Pengusaha Kena Pajak, tetapi belum dikukuhkan. Penyerahan barang yang dikenakan pajak harus Penyerahan barang yang dikenai pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. barang berwujud yang diserahkan merupakan a. barang berwujud yang diserahkan Barang Kena Pajak, merupakan Barang Kena Pajak; b. barang tidak berwujud yang diserahkan b. barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak Tidak merupakan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, Berwujud; c. penyerahan dilakukan di dalam Daerah c. penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean, dan Pabean; dan d. penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan d. penyerahan dilakukan dalam rangka usaha atau pekerjaannya. kegiatan usaha atau pekerjaannya. Huruf b Huruf b Pajak juga dipungut pada saat impor Barang Kena Pajak juga dipungut pada saat impor Barang Pajak. Pemungutan dilakukan melalui Direktorat Kena Pajak. Pemungutan dilakukan melalui Jenderal Bea dan Cukai. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Berbeda dengan penyerahan Barang Kena Pajak Berbeda dengan penyerahan Barang Kena Pajak tersebut pada huruf a, maka siapapun yang pada huruf a, siapapun yang memasukkan memasukkan Barang Kena Pajak ke dalam Barang Kena Pajak ke dalam Daerah Pabean, Daerah Pabean tanpa memperhatikan apakah tanpa memperhatikan apakah dilakukan dalam dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya atau pekerjaannya atau tidak, tetap dikenakan pajak. tidak, tetap dikenai pajak. Huruf c Huruf c Pengusaha yang melakukan kegiatan penyerahan Pengusaha yang melakukan kegiatan Jasa Kena Pajak meliputi baik Pengusaha yang penyerahan Jasa Kena Pajak meliputi baik telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3A ayat (1) Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud maupun Pengusaha yang seharusnya dikukuhkan dalam Pasal 3A ayat (1) maupun pengusaha sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi belum yang seharusnya dikukuhkan sebagai dikukuhkan. Pengusaha Kena Pajak, tetapi belum dikukuhkan. Penyerahan jasa yang terutang pajak harus Penyerahan jasa yang terutang pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena a. jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak, Pajak; b. penyerahan dilakukan di dalam Daerah b. penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean, dan Pabean; dan c. penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha c. penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya. atau pekerjaannya. Termasuk dalam pengertian penyerahan Jasa Termasuk dalam pengertian penyerahan Jasa Kena Pajak adalah Jasa Kena Pajak yang Kena Pajak adalah Jasa Kena Pajak yang dimanfaatkan untuk kepentingan sendiri dan atau dimanfaatkan untuk kepentingan sendiri dan/atau Jasa Kena Pajak yang diberikan secara cuma- yang diberikan secara cuma-cuma. 15
  • 16. UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000 UU No 42 Tahun 2009 cuma. Huruf d Huruf d Untuk dapat memberikan perlakuan pengenaan Untuk dapat memberikan perlakuan pengenaan pajak yang sama dengan impor Barang Kena pajak yang sama dengan impor Barang Kena Pajak, maka atas Barang Kena Pajak Tidak Pajak, atas Barang Kena Pajak Tidak Berwujud Berwujud yang berasal dari luar Daerah Pabean yang berasal dari luar Daerah Pabean yang yang dimanfaatkan oleh siapapun di dalam dimanfaatkan oleh siapa pun di dalam Daerah Daerah Pabean juga dikenakan Pajak Pabean juga dikenai Pajak Pertambahan Nilai. Pertambahan Nilai. Contoh: Contoh: Pengusaha “A” yang berkedudukan di Jakarta Pengusaha A yang berkedudukan di Jakarta memperoleh hak menggunakan merek yang memperoleh hak menggunakan merek yang dimiliki Pengusaha “B” yang berkedudukan di dimiliki Pengusaha B yang berkedudukan di Hongkong. Atas pemanfaatan merek tersebut oleh Hongkong. Atas pemanfaatan merek tersebut pengusaha “A” di dalam Daerah Pabean terutang oleh Pengusaha A di dalam Daerah Pabean Pajak Pertambahan Nilai. terutang Pajak Pertambahan Nilai. Huruf e Huruf e Jasa yang berasal dari luar Daerah Pabean yang Jasa yang berasal dari luar Daerah Pabean yang dimanfaatkan oleh siapapun di dalam Daerah dimanfaatkan oleh siapa pun di dalam Daerah Pabean dikenakan Pajak Pertambahan Nilai. Pabean dikenai Pajak Pertambahan Nilai. Misalnya, Pengusaha Kena Pajak “C” di Surabaya memanfaatkan Jasa Kena Pajak dari Misalnya, Pengusaha Kena Pajak C di Surabaya Pengusaha “B” yang berkedudukan di Singapura. memanfaatkan Jasa Kena Pajak dari Pengusaha Atas pemanfaatan Jasa Kena Pajak tersebut B yang berkedudukan di Singapura. Atas terutang Pajak Pertambahan Nilai. pemanfaatan Jasa Kena Pajak tersebut terutang Pajak Pertambahan Nilai. Huruf f Huruf f Berbeda dengan Pengusaha yang melakukan Berbeda dengan pengusaha yang melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam huruf a kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan atau huruf c, maka Pengusaha yang dan/atau huruf c, pengusaha yang melakukan melakukan ekspor Barang Kena Pajak hanya ekspor Barang Kena Pajak Berwujud hanya Pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3A ayat (1). dalam Pasal 3A ayat (1). Huruf g Sebagaimana halnya dengan kegiatan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, pengusaha yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud hanya pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3A ayat (1). Yang dimaksud dengan ”Barang Kena Pajak Tidak Berwujud” adalah: 1. penggunaan atau hak menggunakan hak cipta di bidang kesusastraan, kesenian atau karya ilmiah, paten, desain atau model, rencana, formula atau proses rahasia, merek dagang, atau bentuk hak kekayaan intelektual/industrial atau hak serupa lainnya; 2. penggunaan atau hak menggunakan peralatan/perlengkapan industrial, komersial, atau ilmiah; 3. pemberian pengetahuan atau informasi di bidang ilmiah, teknikal, industrial, atau 16
  • 17. UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000 UU No 42 Tahun 2009 komersial; 4. pemberian bantuan tambahan atau pelengkap sehubungan dengan penggunaan atau hak menggunakan hak-hak tersebut pada angka 1, penggunaan atau hak menggunakan peralatan/perlengkapan tersebut pada angka 2, atau pemberian pengetahuan atau informasi tersebut pada angka 3, berupa: a) penerimaan atau hak menerima rekaman gambar atau rekaman suara atau keduanya, yang disalurkan kepada masyarakat melalui satelit, kabel, serat optik, atau teknologi yang serupa; b) penggunaan atau hak menggunakan rekaman gambar atau rekaman suara atau keduanya, untuk siaran televisi atau radio yang disiarkan/dipancarkan melalui satelit, kabel, serat optik, atau teknologi yang serupa; dan c) penggunaan atau hak menggunakan sebagian atau seluruh spektrum radio komunikasi; 5. penggunaan atau hak menggunakan film gambar hidup (motion picture films), film atau pita video untuk siaran televisi, atau pita suara untuk siaran radio; dan 6. pelepasan seluruhnya atau sebagian hak yang berkenaan dengan penggunaan atau pemberian hak kekayaan intelektual/industrial atau hak-hak lainnya sebagaimana tersebut di atas. Huruf h Termasuk dalam pengertian ekspor Jasa Kena Pajak adalah penyerahan Jasa Kena Pajak dari dalam Daerah Pabean ke luar Daerah Pabean oleh Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan dan melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud atas dasar pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan di luar Daerah Pabean. Ayat (2) Cukup jelas. PASAL 4A PASAL 4A (1) Jenis barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal (1) Dihapus. 1 angka 2 dan jenis jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 5 yang tidak dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang ini ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. (2) Penetapan jenis barang yang tidak dikenakan Pajak (2) Jenis barang yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud dalam Nilai adalah barang tertentu dalam kelompok barang ayat (1) didasarkan atas kelompok-kelompok sebagai berikut: barang sebagai berikut: a. barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran a. barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya; yang diambil langsung dari sumbernya; 17
  • 18. UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000 UU No 42 Tahun 2009 b. barang-barang kebutuhan pokok yang sangat b. barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan dibutuhkan oleh rakyat banyak; oleh rakyat banyak; c. makanan dan minuman yang disajikan di hotel, c. makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya; restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering; dan d. uang, emas batangan, dan surat-surat berharga. d. uang, emas batangan, dan surat berharga. (3) Penetapan jenis jasa yang tidak dikenakan Pajak (3) Jenis jasa yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud dalam adalah jasa tertentu dalam kelompok jasa sebagai ayat (1) didasarkan atas kelompok-kelompok jasa berikut: sebagai berikut: a. jasa di bidang pelayanan kesehatan medik; a. jasa pelayanan kesehatan medis; b. jasa di bidang pelayanan sosial; b. jasa pelayanan sosial; c. jasa di bidang pengiriman surat dengan c. jasa pengiriman surat dengan perangko; perangko; d. jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa d. jasa keuangan; guna usaha dengan hak opsi; e. jasa asuransi; e. jasa di bidang keagamaan; f. jasa keagamaan; f. jasa di bidang pendidikan; g. jasa pendidikan; g. jasa di bidang kesenian dan hiburan yang telah h. jasa kesenian dan hiburan; dikenakan pajak tontonan; h. jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat i. jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan; iklan; i. jasa angkutan umum di darat dan di air; j. jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri; j. jasa di bidang tenaga kerja; k. jasa tenaga kerja; k. jasa di bidang perhotelan; l. jasa perhotelan; l. jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam m. jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum. rangka menjalankan pemerintahan secara umum; n. jasa penyediaan tempat parkir; o. jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam; p. jasa pengiriman uang dengan wesel pos; dan q. jasa boga atau katering. PENJELASAN PASAL 4A PENJELASAN PASAL 4A Ayat (1) Ayat (1) 18
  • 19. UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000 UU No 42 Tahun 2009 Cukup jelas Cukup jelas. Ayat (2) Ayat (2) Huruf a Huruf a Yang dimaksud dengan barang hasil Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran pertambangan dan hasil pengeboran yang diambil yang diambil langsung dari sumbernya meliputi: langsung dari sumbernya seperti minyak mentah a. minyak mentah (crude oil); (crude oil), gas bumi, pasir dan kerikil, bijih b. gas bumi, tidak termasuk gas bumi seperti besi, bijih timah, bijih emas. elpiji yang siap dikonsumsi langsung oleh masyarakat; c. panas bumi; d. asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu apung, batu permata, bentonit, dolomit, felspar (feldspar), garam batu (halite), grafit, granit/andesit, gips, kalsit, kaolin, leusit, magnesit, mika, marmer, nitrat, opsidien, oker, pasir dan kerikil, pasir kuarsa, perlit, fosfat (phospat), talk, tanah serap (fullers earth), tanah diatome, tanah liat, tawas (alum), tras, yarosif, zeolit, basal, dan trakkit; e. batubara sebelum diproses menjadi briket batubara; dan f. bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, bijih perak, serta bijih bauksit. Huruf b Huruf b Yang dimaksud dengan kebutuhan pokok dalam Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan ayat ini adalah beras dan gabah, jagung, sagu, oleh rakyat banyak meliputi: kedelai, garam baik yang berjodium maupun a. beras; yang tidak berjodium. b. gabah; c. jagung; d. sagu; e. kedelai; f. garam, baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium; g. daging, yaitu daging segar yang tanpa diolah, tetapi telah melalui proses disembelih, dikuliti, dipotong, didinginkan, dibekukan, dikemas atau tidak dikemas, digarami, dikapur, diasamkan, diawetkan dengan cara lain, dan/ atau direbus; h. telur, yaitu telur yang tidak diolah, termasuk telur yang dibersihkan, diasinkan, atau dikemas; i. susu, yaitu susu perah baik yang telah melalui proses didinginkan maupun dipanaskan, tidak mengandung tambahan gula atau bahan lainnya, dan/atau dikemas atau tidak dikemas; j. buah-buahan, yaitu buah-buahan segar yang dipetik, baik yang telah melalui proses dicuci, disortasi, dikupas, dipotong, diiris, di-grading, dan/atau dikemas atau tidak dikemas; dan k. sayur-sayuran, yaitu sayuran segar yang dipetik, dicuci, ditiriskan, dan/atau disimpan pada suhu rendah, termasuk sayuran segar yang dicacah. Huruf c Huruf c Untuk menghindari pajak berganda, karena sudah Ketentuan ini dimaksudkan untuk menghindari 19
  • 20. UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000 UU No 42 Tahun 2009 merupakan objek pengenaan Pajak Daerah. pengenaan pajak berganda karena sudah merupakan objek pengenaan Pajak Daerah. Huruf d Huruf d Cukup jelas Cukup jelas. Ayat (3) Ayat (3) Cukup jelas. Huruf a Jasa pelayanan kesehatan medis meliputi: 1. jasa dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi; 2. jasa dokter hewan; 3. jasa ahli kesehatan seperti ahli akupunktur, ahli gigi, ahli gizi, dan ahli fisioterapi; 4. jasa kebidanan dan dukun bayi; 5. jasa paramedis dan perawat; 6. jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium kesehatan, dan sanatorium; 7. jasa psikolog dan psikiater; dan 8. jasa pengobatan alternatif, termasuk yang dilakukan oleh paranormal. Huruf b Jasa pelayanan sosial meliputi: 1. jasa pelayanan panti asuhan dan panti jompo; 2. jasa pemadam kebakaran; 3. jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan; 4. jasa lembaga rehabilitasi; 5. jasa penyediaan rumah duka atau jasa pemakaman, termasuk krematorium; dan 6. jasa di bidang olah raga kecuali yang bersifat komersial. Huruf c Jasa pengiriman surat dengan perangko meliputi jasa pengiriman surat dengan menggunakan perangko tempel dan menggunakan cara lain pengganti perangko tempel. Huruf d Jasa keuangan meliputi: 1. jasa menghimpun dana dari masyarakat berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu; 2. jasa menempatkan dana, meminjam dana, atau meminjamkan dana kepada pihak lain dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek, atau sarana lainnya; 3. jasa pembiayaan, termasuk pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, berupa: a) sewa guna usaha dengan hak opsi; b) anjak piutang; c) usaha kartu kredit; dan/atau d) pembiayaan konsumen; 4. jasa penyaluran pinjaman atas dasar hukum 20