1. 18/09/13 fahinu | Just another WordPress.com site
fahinu.wordpress.com 1/11
fahinu
artikel
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SIBERNETIK DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
SMAN 4 KENDARI
Oleh
DR. FAHINU, M.Pd
Abstract
The learning process in high school emphasizes more on ‘doing’ aspect, and less on ‘thinking’
aspect. The basic understanding in learning is just rote learning, not reasoning and thinking
skill. Consequently, the students’ critical thinking ability is not well-developed. An alternative
of mathematics learning model that could enhance students’ critical thinking is cybernetic
learning model is based on constructivism. Problem form: Does applying of cybernetics learning
model more effective improve students critical thinking ability when compared to conventional
learning model?
This research is a posttest control design experiment. The population is mathematics education
student, and the sample is 64 students who enrolled in class Xst SMAN 4 Kendari, 2009/2010
cademic year.
Based on the result, it is found that Students treated by cybernetic learning model significantly
better in critical thinking ability compared to students treated by conventional learning
model.
Key Word: critical thinking, cybernetic, learning model
AGUAGU
2. 18/09/13 fahinu | Just another WordPress.com site
fahinu.wordpress.com 2/11
PENDAHULUAN
Masalah penting yang sering dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran adalah memilih dan
menentukan materi, strategi, dan media pembelajaran yang tepat dalam rangka membantu siswa
mencapai kompetensi yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa dalam
kurikulum atau silabus, sumber belajar hanya dituliskan secara garis besar yang harus disusun lagi
oleh guru dalam bentuk bahan ajar. Menjadi tugas guru untuk menjabarkan materi pokok
tersebut sehingga menjadi bahan ajar yang lengkap dan sesuai tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai (Moore, 2005:115). Selanjutnya, bagaimana cara memanfaatkan/menerapkan bahan ajar
tersebut.
Kenyataan di lapangan, guru-guru matematika di SMA belum bisa memilih strategi, dan media
pembelajaran yang tepat dalam rangka membantu siswa untuk mencapai kompetensi yang telah
ditetapkan. Penekanan pembelajaran guru masih didominasi oleh keterampilan manipulatif,
konsep tidak divisualisasikan secara konkrit dan sistem evaluasinya juga masih menekankan pada
keterampilan berhitung saja. Hal ini menyebabkan kurangnya pemahaman siswa terhadap
konsep-konsep matematika dan akan berimplikasi terjadinya kesulitan siswa dalam menyelesaikan
soal matematika yang bersifat konseptual. Kesulitan ini, menyebabkan kemampuan berpikir kritis
siswa kurang berkembang.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
apa penerapan model pembelajaran sibernetik lebih efektif meningkatkan kemampuan berpikir
kritis matematik siswa dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional di kelas X SMA
Negeri 4 Kendari?
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui efektifitas penerapan model pembelajaran sibernetik dibandingkan dengan model
pembelajaran konvensional dikelas X SMA Negeri 4 Kendari.
Penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1) memberikan informasi kepada guru
matematika SMA dalam rangka meningkatkan profesionalisme keguruan. 2) memberikan
informasi kepada penentu kebijakan pendidikan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di
Kendari.
Kemampuan Berpikir Kritis Matematik
Berpikir kritis adalah proses yang melibatkan operasi mental seperti induksi, deduksi, klasifikasi,
dan penalaran. Menurut Ennis dalam Fahroyin (2009) berpikir kritis merupakan cara berpikir
reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar untuk menentukan apa yang akan dikerjakan
dan diyakini.
Kemampuan berpikir kritis merupakan proses kognitif untuk memperoleh pengetahuan.
Kemampuan berpikir kritis juga merupakan aktivitas berpikir tingkat tinggi seperti kemampuan
melakukan analisis dan evaluasi bukti, identifikasi pertanyaan, kesimpulan logis, memahami
implikasi argumen. Mc Murarry dalam Fahroyin (2009) menyampaikan bahwa berpikir kritis
merupakan kegiatan yang sangat penting untuk dikembangkan di sekolah, guru diharapkan
mampu merealisasikan pembelajaran yang mengaktifkan dan mengembangkan kemampuan
berpikir kritis pada siswa. Schaferman dalam Hartono (2007) menyatakan bahwa perencanaan
3. 18/09/13 fahinu | Just another WordPress.com site
fahinu.wordpress.com 3/11
pembelajaran MIPA oleh guru untuk pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa adalah
keharusan.. Oleh karena itu, agar siswa memiliki keterampilan intelektual tingkat tinggi harus
dilatih keterampilan kritis, kreatif, pemecahan masalah, dan membuat keputusan.
Indikator kemampuan berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan teori
yang dikemukakan oleh Garrison, Anderson, dan Archer, yaitu (1) Trigger event, (2) Exploration
(eksplorasi), (3) Integration (integrasi), dan (4) Resolution (mengulangi penyelesaian).
Model Pembelajaran Sibernetik
Model pembelajaran sibernetik menurut Sukamto (1993) adalah suatu pembelajaran yang
memadukan suatu keterampilan dengan penampilan praktek, umpan balik, latihan, sampai
dengan dikuasainya keterampilan itu. Langkah-langkah model pembelajaran sibernetik menurut
Simunza (2000) adalah sebagai berikut.
1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk mengeksplorasi
konsep metematika dengan menggunakan teknologi.
2) Guru menyajikan informasi melalui Lembar Kerja Siswa (Design Problem).
3) Guru mengorganisasikan siswa kedalam kelompok yang heterogen, masing-masing
kelompok terdiri atas 2-3 orang siswa (Cooperative Group Work).
4) Guru membimbing siswa dalam mengerjakan LKS.
5) Guru membimbing siswa melakukan manipulasi matematis dengan menggunakan software
derive 6.0 (Technology Used Appropriately, Hand On-Activity and Concrite Result).
6) Guru mengarahkan siswa mengkonstruksi pengetahuan konseptual matematika (Verbal
Expression).
7) Guru mengarahkan siswa untuk menelaah kembali masalah secara teliti (Revisit The Problem).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2009/2010 pada bulan Juli-september
2009 di Kelas X SMA Negeri 4 Kendari. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu
dengan disain sebagai berikut.
Tabel 1. Desain Penelitian
Kelas Perlakuan Post tes
Eksperimen X1 Y1
Kontrol X2 Y2
Keterangan:
X1 = pembelajaran sibernetik teori-praktek
4. 18/09/13 fahinu | Just another WordPress.com site
fahinu.wordpress.com 4/11
X2 = pembelajaran konvensional
Y1 = hasil tes kemampuan berpikir kritis setelah perlakuan di kelas eksperimen.
Y2 = hasil tes kemampuan berpikir kritis setelah perlakuan di kelas konvensional.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 4 Kendari tahun ajaran
2009/2010 yang tersebar dalam 9 kelas paralel yakni kelas X-1 sampai kelas X-9. Penentuan sampel
penelitian dilakukan dengan teknik purposive random sampling dengan mengambil dua kelas yang
mempunyai kemampuan yang relatif sama yaitu kelas X-1 dan kelas X-2.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah lembar observasi untuk mengumpulkan data
atau informasi hasil pelaksanaan pembelajaran. Tes kemampuan berpikir kritis terdiri atas 6 item
dengan tingkat reliabilitas 0,84.
Pengumpulan data kemampuan berpikir kritis matematik siswa dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan tes essai yang berjumlah 6 butir soal, yang dilaksanakan pada akhir
kegiatan proses pembelajaran sibernetik teori-praktek (kelas eksperimen) dan pembelajaran
matematika secara konvensional (kelas kontrol). Sedangkan data tentang pelaksanaan
pembelajaran dan aktivitas siswa selama proses tersebut diperoleh melalui instrumen lembar
observasi dan pasca-observasi siswa dan guru.
Untuk menganalisis data dalam penelitian ini digunakan dua teknik statistik, yaitu statistik
deskriptif dan statistik inferensial.
1) Statistik deskriptif yang meliputi data kemampuan berpikir kritis matematik siswa
dimaksudkan untuk menggambarkan keadaan sampel dalam bentuk persentase, rata-rata, standar
deviasi, range, varians, median, modus, nilai maksimum, dan nilai minimum. Untuk hasil
pengamatan pengelolaan pembelajaran dan aktivitas siswa digambarkan dalam bentuk persentase.
2) Statistik inferensial dimaksudkan untuk menguji hipotesis penelitian, yang dilakukan dengan
tahapan uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. 1. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh bahwa kemampuan berpikir kritis matematik siswa pada
kelas eksperimen memiliki karakteristik statistik yaitu nilai rata-rata 62,91; standar deviasi 16,72;
nilai minimum 34; nilai maksimum 92; median 63; dan modus 67. Secara grafik, sebaran data
kemampuan berpikir kritis pada kelas eksperimen ini, dapat diamati pada tampilan grafik
histogram berikut.
Grafik 1. Sebaran Data Hasil Post- Test Kelas Eksperimen
__
Selanjutnya berdasarkan hasil analisis data, diperoleh bahwa kemampuan berpikir kritis
matematik siswa pada kelas kontrol memiliki karakteristik statistik yaitu nilai rata-rata 46,31;
standar deviasi 13,78; nilai minimum 28; nilai maksimum 81; median 45; dan modus 53. Secara
5. 18/09/13 fahinu | Just another WordPress.com site
fahinu.wordpress.com 5/11
grafik, sebaran data kemampuan berpikir kritis matematik siswa pada kelas kontrol dapat diamati
pada tampilan grafik histogram berikut.
Grafik 2. Sebaran Data Post – Tes Kelas Kontrol
Berdasarkan hasil uji prasyarat, diperoleh bahwa data penelitian ini adalah normal dan homogen.
Oleh karena itu, untuk menguji hipotesis penelitian menggunakan uji-t indenpenden. Hasil
pengujian diperoleh bahwa nilai thitung = 4,33 dan nilai ttabel = 1,670. Hal ini menunjukkan
bahwa thitung > ttabel sehingga H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa pembelajaran sibernetik teori-
praktek lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematik siswa dari pada
pembelajaran konvensional pada pokok bahasan persamaan kuadrat.
1. 2. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengujian data sebelumnya, maka diperoleh hasil bahwa pembelajaran
sibernetik teori-praktek lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematik
siswa bila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional di SMA Negeri 4 Kendari. Hasil
temuan ini juga mengindikasikan bahwa pembelajaran sibernetik teori–praktek berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis matematik siswa.
Dalam pelaksanaan pembelajaran sibernetik teori-praktek pada pokok bahasan persamaan
kuadrat, pada pertemuan pertama terlihat bahwa kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran
baik secara fisik maupun psikis belum begitu baik. Dibuktikan dengan masih ada beberapa siswa
yang masuk terlambat dan sibuk dengan aktifitas otak-atik komputer didepannya (bermain
internet ataupun bermain game). Disamping itu, pembelajaran ini juga baru bagi mereka
menggunakan komputer (derive), karena tidak seperti biasa yang selalu di ruang kelas. Namun
secara umum, meskipun ini merupakan hal baru, antusiasme siswa lumayan besar. Terlihat
dengan banyaknya siswa yang memperhatikan ketika guru menjelaskan tata cara menggunakan
program derive, dan aktif bertanya tentang hal-hal yang tidak mereka ketahui. Dari sisi guru,
berdasarkan hasil wawancara langsung sebagai pelaksana pembelajaran di kelas, diperoleh
informasi bahwa pada pertemuan pertama tersebut guru merasa puas karena secara umum terlihat
semua siswa termotivasi untuk belajar. Meskipun demikian, guru masih melihat adanya beberapa
siswa yang pusing dalam kelompok karena tidak tahu ingin berbuat apa. Selain itu, berdasarkan
wawancara juga terungkap bahwa yang menjadi kesulitan siswa adalah mengoperasikan
matematika menggunakan derive. Disamping itu guru juga kesulitan karena ruang laboratorium
terlalu besar sehingga ketika guru menjelaskan masih ada beberapa kelompok yang tidak
memperhatikan. Oleh karena itu, untuk mengatasi kesulitan guru dan siswa, pada pertemuan
selanjutnya, guru akan melakukan pembelajaran dalam kelas sebagai tahap penanaman konsep,
setelah itu dilaksanakan dalam laboraorium komputer.
Secara garis besar, pertemuan pertama merupakan tahap pembelajaran guru dan siswa terhadap
pembelajaran sibernetik teori – praktek dan perintah-perintah (tools) matematika yang terdapat
dalam program derive.
Pada pertemuan kedua, siswa sudah mulai terbiasa dengan pembelajaran sibernetik teori – praktek
. Siswa secara berkelompok sudah mampu secara mandiri dalam melaksanakan langkah-langkah
kegiatan dalam LKS. Selain itu, siswa sudah banyak yang mengetahui cara menggunakan derive
terbukti dengan berkurangnya jumlah siswa yang bertanya dibandingkan dengan pertemuan
6. 18/09/13 fahinu | Just another WordPress.com site
fahinu.wordpress.com 6/11
pertama. Siswa juga aktif berkomunikasi dengan teman antar kelompoknya dan bahkan ke
kelompok lain sekedar memastikan langkah kegiatan pengerjaan mereka. Namun kesulitan lain
yang ditemui adalah masih adanya beberapa siswa yang belum bisa menggunakan komputer.
Dari sisi guru, pada wawancara pasca pertemuan kedua, terdapat beberapa ketidakpuasan dan
kesulitan selama pembelajaran, diantaranya adalah waktu yang diprogramkan untuk
menyelesaikan materi pembelajaran tidak dapat dipenuhi dan ruang laboratorium terlalu luas
sehingga susah dalam mengontrol suara dan siswa. Oleh karena itu, untuk mengatasi kesulitan
tersebut, pada pertemuan berikutnya pembelajaran dilakukan dalam ruangan kelas dengan
menggunakan laptop 10 buah dan rencana pembelajaran akan direvisi agar waktu lebih efisien.
Pada pertemuan ketiga, dalam proses belajar mengajar siswa sudah lebih responsive dan mandiri.
Pembelajaran berlangsung maksimal sesuai dengan langkah-langkah kegiatan pembelajaran.
Interaksi antarsiswa juga semakin baik, serta keberanian untuk mengemukakan pendapat semakin
kuat diantara beberapa siswa. Meskipun masih ada juga siswa yang memiliki kemampuan ICT
(Information, Comunication and Technology) dibawah rata-rata. Adapun yang menjadi kesulitan
guru pada pertemuan ketiga adalah jumlah laptop yang diperkirakan ternyata tidak mencukupi,
sehingga satu kelompok terdapat 4 orang siswa. Olehnya itu, pada pertemuan berikutnya laptop
akan ditambah dan rencana pembelajaran akan direvisi karena penggunaan waktu yang berlebih.
Pada pertemuan keempat, suasana pembelajaran berlangsung lebih baik lagi. Selain karena guru
yang semakin baik dalam menjelaskan materi dan mengaitkannya dengan derive, juga
disebabkan oleh karena LKS telah dimiliki oleh siswa, maka setiap penanaman konsep selesai
tanpa diperintahkan oleh guru, sebagian siswa langsung mengujinya dengan derive. Hal ini
menunjukkan adanya sikap yang semakin positif dalam diri siswa terhadap matematika. Namun
tetap saja masih ada siswa yang memiliki kemampuan ICT masih kurang. Oleh karena itu, guru
berinisiatif untuk membimbing secara individu terhadap siswa tersebut.
Pada pertemuan kelima, aktifitas siswa dalam pembelajaran menjadi semakin baik. Siswa antusias
dalam memberikan tanggapa-tanggapan terhadap masalah yang diberikan oleh guru ataupun
berdasarkan pendapat-pendapat/jawaban yang berasal dari teman kelompok lain. Selain itu, siswa
semakin tertarik untuk mengeksplorasi konsep-konsep matematika menggunakan derive. Dari sisi
guru, kegiatan pembelajaran sibernetik teori – praktek semakin menarik minat guru untuk
mencoba menerapkan dan mengembangkannya pada konsep/materi lain. Begitupun pada
pertemuan keenam, segala aspek yang diamati telah terpenuhi secara baik dan berjalan sesuai
rencana, dengan melihat semangat dari para siswa termasuk guru, sehingga dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran sibernetik teori – praktek telah memberikan ruang kepada guru dan siswa
untuk menyenangi matematika yang bersifat abstrak.
Kemampuan berpikir kritis matematik siswa yang belajar melalui pembelajaran sibernetik teori –
praktek lebih baik daripada yang belajar melalui pembelajaran konvensional disebabkan karena
pembelajaran ini mendorong perkembangan aktual dan perkembangan potensial siswa. Melalui
pertanyaan-pertanyaan yang dimuat dalam lembar kegiatan siswa (LKS) mendorong
perkembangan aktual siswa. Sedangkan melalui interaksi antar siswa mendorong perkembangan
potensial siswa.
Siswa yang belajar melalui pembelajaran sibernetik teori – praktek melakukan pengamatan,
mengklasifikasi, membuat analogi, menganalisis, dan membuat kesimpulan (generalisasi) untuk
menemukan konsep, prosedur dan prinsip matematika. Melalui aktivitas mental seperti itu,
kemampuan berpikir non-prosedural siswa mendapat kesempatan diberdayakan. Oleh karena itu
7. 18/09/13 fahinu | Just another WordPress.com site
fahinu.wordpress.com 7/11
pembelajaran sibernetik teori – praktek mengkondisikan siswa melakukan proses berpikir kritis.
Dengan melakukan proses berpikir untuk menemukan konsep, pemahaman pada konsep yang
diperoleh siswa lebih bermakna.
Terjadinya proses berpikir kritis dalam menemukan konsep, prosedur dan prinsip matematika
sangat bergantung pada pertanyaan-pertanyaan yang disajikan dalam lembar kerja siswa (LKS).
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan harus mendorong siswa melakukan proses menganalisis,
menemukan analogi, dan mengevaluasi.
Hambatan dalam pembelajaran sibernetik teori – praktek, selain karena merupakan sesuatu hal
yang baru, juga pada kemampuan siswa yang bervariasi. Dengan demikian tingkat kesulitan yang
dihadapi siswa beragam pula dalam menemukan sebuah konsep matematik. Karena kesulitan
yang dihadapi siswa beragam, maka untuk mengefektifkan proses pembelajaran perlu adanya
kerja sama antar siswa dalam kelompok kecil. Dalam kelompok kecil ini siswa berinteraksi secara
kooperatif untuk menemukan konsep, prosedur dan prinsip matematika. Selanjutnya mereka
berinteraksi dalam kelompok besar, yaitu diskusi antar kelompok.
Dalam mengkonstruksi konsep, siswa mendapat bantuan dari guru. Bantuan yang diberikan guru
(intervensi guru) berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang lebih sederhana dan yang lebih
mengarahkan siswa untuk mengkonstruksi konsep. Bentuk bantuan tersebut sebagai lanjutan dari
pengajuan pertanyaan-pertanyaan yang telah dituangkan melalui lembar kerja siswa (LKS).
Berhasil atau tidaknya siswa menemukan konsep, prosedur, dan prinsip matematika bergantung
pula pada bentuk pertanyaan- pertanyaan yang disajikan dalam lembar aktivitas siswa maupun
yang secara lisan pada saat siswa bekerja sama dalam kelompoknya. Pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan harus terjangkau oleh pikiran siswa. Hal tersebut agar tidak membuat siswa gagal dalam
menemukan konsep. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak merasa frustasi yang dapat
mengakibatkan mereka kehilangan semangat dan percaya diri dalam menemukan konsep.
Dengan demikian, pada akhirnya bahwa secara umum pembelajaran sibernetik teori-praktek
potensial dalam memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan berpikir kritis matematik
siswa.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat dikemukakan kesimpulan
penelitian sebagai berikut:
1. Kemampuan berpikir kritis matematik siswa di SMA Negeri 4 Kendari yang diajar
menggunakan pembelajaran sibernetik teori-praktek memiliki nilai rata-rata 62,91; standar
deviasi 16,72; nilai minimum 34; dan nilai maksimum 92; median 63; dan modus 67.
a. Kemampuan berpikir kritis matematik siswa di SMA Negeri 4 Kendari yang diajar
menggunakan pembelajaran konvensional memiliki nilai rata-rata 46,31; standar deviasi
13,78; nilai minimum 28; dan nilai maksimum 81; median 45; dan modus 53.
b. Penerapan pembelajaran sibernetik teori – praktek lebih efektif meningkatkan kemampuan
berpikir kritis matematik siswa dibandingkan dengan menggunakan pembelajaran
konvensional di kelas X SMA Negeri 4 Kendari.
1. 2. Saran
8. 18/09/13 fahinu | Just another WordPress.com site
fahinu.wordpress.com 8/11
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka dapat disarankan hal-hal sebagai
berikut:
1. Bagi pihak sekolah hendaknya memberdayakan pengelolaan laboratorium komputer agar
menciptakan sumber daya manusia yang menguasai teknologi komputer dan berdaya saing.
2. Bagi guru yang bidang studi matematika sebaiknya menerapkan dan mengembangkan
pembelajaran sibernetik teori-praktek pada materi-materi matematika yang lainnya, dalam
upaya membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
3. Bagi peneliti, perlu mengembangkan dan memperluas penelitian tentang pembelajaran
sibernetik teori-praktek pada materi-materi matematika yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Afgani, Muh. Win. 2008. Proposal Tesis: Pengembangan Materi Program Linear pada Media
Komputer Berbasis Website untuk Memotivasi Siswa Belajar Mandiri Di Sekolah Menengah Atas.
Palembang : Universitas Sriwijaya
Akhirni, A. 2007. Pengembangan Website Sebagai Media Pembelajaran Pada Pokok Bahasan Limit
Fungsi Dan Turunan Di Kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya. Skripsi Pendidikan Matematika FKIP
Universitas Sriwijaya, Indralaya. Sumatera Selatan, Indonesia.
Anwar, L. 1990. Kepemimpinan dalam Proses Belajar Mengajar. Angkasa: Bandung.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
Arsyad, A. 2003. Media Pembelajaran. Raja Grafindo Persada : Jakarta.
Brookfield, S. D. 1987. Developing Critical Thinkers. San Fransisco: Jossey-Bass
Budiana. 2003. Penggunaan Komputer Dalam Pembelajaran Remedial Matematika Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Tesis Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Jawa Barat, Indonesia.
Bullen, M. 1997. A Case Study of Participation and Critical Thinking in a University Level Course
Delivered by Computer Conferencing. Tersedia: http://www2. cstudies . ubc.ca/~bullen/Diss/thesis.doc
(http://www2.%20cstudies%20.%20ubc.ca/%7Ebullen/Diss/thesis.doc)
Dick, W and Carey, L. 1978. The Systematic Design of Instruction. Scott, Foresman and Company,
United States of America.
Dubinsky, Ed. 2001. A Theory of Learning in College Mathematics Course. Tersedia:
(http://www.mathstore.ac.uk/newsletter/may2001/pdf/learning.pdf).(Akses
(http://www.mathstore.ac.uk/newsletter/may2001/pdf/learning.pdf%29.%28Akses) internet
Nopember 2004).
Ermiyanti. 2007. Pengembangan Media Pembelajaran Menggunakan Perangkat Lunak Bantu Animasi
Pada Pokok Bahasan Trigonometri Di Kelas X SMA Negeri 19 Palembang. Skripsi Pendidikan
Matematika FKIP Universitas Sriwijaya, Indralaya, Sumatera Selatan, Indonesia.
Fahroyin, Muhamad. 2009. Memberdayakan Kemampuan Berpikir Kritis.
9. 18/09/13 fahinu | Just another WordPress.com site
fahinu.wordpress.com 9/11
Fahroyin, Muhamad. 2009. Memberdayakan Kemampuan Berpikir Kritis.
(http://muhfahroyin.blogspot.com/2009/01/berpikir-kritis.html
(http://muhfahroyin.blogspot.com/2009/01/berpikir-kritis.html)).(diakses tanggal 24 Juni 2009).
Furner, Yahya, and Duffy. 2008. 20 Ways To Teach Mathematics : Strategies to Reach All Students.
(http://www.teachingstrategiesbyjen.com/documents/
(http://www.teachingstrategiesbyjen.com/documents/) Math.pdf ).(diakses tanggal 24 Februari
2009).
Garrison. D. R., Anderson, T. & Archer, W. 2001. Critical Thinking and Computer Conferencing: A
Model and Tool to Assess Cognitive Presence. Tersedia: http://
communitiesofinquiry.com/documents/CogPresFinal. pdf.
Hamalik, O. 1983. Pendekatan Baru Strategis Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA. Sinar Baru:
Bandung.
Hartono, A B. 2007. Menyertakan Lingkungan & Memanfaatkan Multimedia Agar Minat & Prestasi
Belajar Matematika Meningkat. (http://p4matematika.com (http://p4matematika.com)
/web/index.php).( diakses tanggal 24 Juni 2009).
Heinich, R. et al. 1986. Instructional Media and The New Technologies of Instruction. Macmillan
Publishing : New York.
Hudoyo, Herman. 1998.Belajar Mengajar. Departemen P dan K Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi: Jakarta.
Ibrahim, M. & Nur. 2000. Pengajaran Berdasarkan Masalah. University Press Marianty A.:
Surabaya.
Ismail, 2000. Model-Model Pembelajaran. Depdiknas: Jakarta.
Kadir, A., 2000. Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD (tesis). PPS-UNJ: Jakarta.
Kersaint, G. 2007. Toward Technology Integration in Mathematics Education : A Technology-
Integration Course Planning Assignment. University of South Florida.
(www.citejournal.org/articles/v7i4mathematics1.pdf.(diakses
(http://www.citejournal.org/articles/v7i4mathematics1.pdf.%28diakses) tanggal 29 Juni 2009).
Kurniati, T. (2001). Pembelajaran pendekatan keterampilan proses saians untuk meningkatakan
kemampuan berpikir kritis siswa. Tesis PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Launch Pad. 2001 Thinking Skill. Westminster Institute of Education. Oxford Brookes University.
Oxford press : London.
Engstrom, L. 2003. Teacher’s Role when using the Computer in Mathematics Education . (akses
internet 2 Juli 2009).
Malone, J.A, dan Taylor, P.C.S. 1993. Constructivist Interpretation of Teaching and Learning
Mathematics. Perth, Australia: Curtin University of Technology.
Moore, K D. 2005. Effective Instructional Strategies From Theory to Practice. Sage Publication, Inc.
Thousand Oaks, London, New Delhi.
10. 18/09/13 fahinu | Just another WordPress.com site
fahinu.wordpress.com 10/11
Nasution, Andi. 1995. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta.
Norris, S.P. & Ennis, R. 1989. Evaluating Critical Thinking (dalam R.J. Schwartz & D. N. Perkins
(Eds), The Practitioners’ Guide to Teaching Thinking Series. Pacific Grove, California: Midwest
Publications.
Pangaribuan, T .1997. Kamus Populer Lengkap. CV Pustaka Setia: Bandung
Rafik, A. 2007. Pendesainan Materi Pembelajaran Matematika Menggunakan Windows Movie Maker
Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung Di Kelas IX SMP Xaverius 1 Palembang. Skripsi
Pendidikan Matematika FKIP Universitas Sriwijaya, Indralaya, Sumatera Selatan, Indonesia.
Reisser , R A dan Dempsey, J V. 2002. Trends and Issues in Instructional Design and Technology.
Pearson Education, Inc. Upper Saddle River, New Jersey.
Riana, F. 2007. Proses Belajar Mengajar Dengan Metode e-learning.
(http://media.diknas.go.id/media/document/4372.pdf
(http://media.diknas.go.id/media/document/4372.pdf)).(diakses tanggal 29 Juni 2009).
Ruseffendi, H.E.T. 1991. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam
Pengajaran Matematika. Tarsito : Bandung
Rustini, Intang. 2005. Keterampilan berpikir kritis siswa melalui pembelajaran kooperatif teknik
Think-Pair-Squaredalam kegiatan praktikum materi penceramaran air. Skripsi Sarjana Pendidikan
Biologi FPMIPA UPI Bandung (tidak diterbitkan).
Simunza, G. 2000. The Fifth Rule: Experiential Mathematics. http://p4matematika.com
(http://p4matematika.com) /experiental-mathematics.pdf.(diakses tanggal 4 nopember 2004)
Said, A. 2004. Efektifitas Computer Assisted Instructional (CAI) Terhadap Hasil Belajar Matematika
Siswa Sekolah Menengah Umum Negeri.Jurnal DepartemenPendidikanNasional.
(http://www.depdiknas.go.id/jurnal/58/j58_04.pdf
(http://www.depdiknas.go.id/jurnal/58/j58_04.pdf) .(diakses tanggal 2 Juli 2009).
Suciati. 2001. Teori Belajar dan Motivasi. Unversitas Terbuka : Jakarta
Sugiyono, Dr.,Prof. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta : Bandung.
Suharto, B. 1997. Pendekatan dan Teknik dalam Proses Belajar Mengajar. Tarsito: Bandung.
Sukamto,T., Wardani, I.G.A.K., dan Winataputra, U.S. 1993. Prinsip Belajar dan Pembelajaran.
Ditjen Dikti :Jakarta
Sukardi dan Maramis. 1989. Penilaian Keberhasilan Belajar. Airlangga: Surabaya
Suparyono.2008.Pengertian Pembelajaran. (http://ayonganteng.blogspot.com
(http://ayonganteng.blogspot.com) /2008/ 01/ pengertianpembelajaran.html) .(diakses tanggal 24
juni 2009).
Soetomo. 1993. Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar. Penerbit Usaha Nasional : Surabaya.
Usman, M. Uzer. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya:
11. 18/09/13 fahinu | Just another WordPress.com site
fahinu.wordpress.com 11/11
Usman, M. Uzer. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya:
Bandung.
KOMENTAR Tinggalkan Sebuah Komentar
KATEGORI Uncategorized
Hello world!
Welcome to WordPress.com (http://wordpress.com/). After you read this, you should delete and
write your own post, with a new title above. Or hit Add New (/wp-admin/post-new.php) on the left
(of the admin dashboard (/wp-admin)) to start a fresh post.
Here (http://learn.wordpress.com/) are some suggestions for your first post.
1. You can find new ideas for what to blog about by reading the Daily Post
(http://dailypost.wordpress.com/).
2. Add PressThis (/wp-admin/tools.php) to your browser. It creates a new blog post for you about
any interesting page you read on the web.
3. Make some changes to this page (/wp-admin/post.php?post=1&action=edit), and then hit
preview on the right. You can always preview any post or edit it before you share it to the world.
KOMENTAR 1 Komentar
KATEGORI Uncategorized
fahinu
Blog pada WordPress.com. The Bueno Theme.