Ilmu Kalam adalah salah satu disiplin keilmuan tradisional Islam yang berfokus pada masalah teologi seperti kepercayaan tentang Tuhan dan agama. Ilmu ini tumbuh setelah peristiwa pembunuhan Khalifah Utsman yang memunculkan berbagai perdebatan teologis. Kaum Khawarij dan Mu'tazilah yang muncul dari peristiwa ini memberikan kontribusi besar awal dalam perkembangan Ilmu Kalam.
2. Kolofon
Tulisan ini diambil dari artikel yang dimuat di situs media.isnet.org tanpa seijin dari pengelola dan menurut situs tersebut,
tulisan ini pernah diterbitkan oleh:
Yayasan Paramadina
Digitalisasi dengan menggunakan aplikasi Adobe® InDesign® CS6 for Mac® OS X yang dibuat oleh Adobe® Systems Inc.
Typeface yang dipergunakan disini adalah: Myriad Pro, Adobe® Naskh dan Adobe® Garamond Pro yang dibuat oleh Adobe®
Systems Inc.
5. Daftar Isi
Kolofon ii
1. Disiplin Keilmuan Tradisional Islam: Ilmu Kalam 1
(Sebuah Tinjauan Singkat Kritis Kesejarahan)
Pertumbuhan Ilmu Kalam 2
Peranan Kaum Khawarij dan Mu'tazilah 4
Plus-Minus Ilmu Kalam 8
2. Falsafah Islam: Unsur-Unsur Hellenisme di Dalamnya 15
Pertumbuhan 16
Neoplatonisme 21
Aristotelianisme 22
Penutup 24
3. Disiplin Ilmu Keislaman Tradisional: Fiqh (Tinjauan Dari Segi Makna Kesejarahan) 29
Pangkal Pertumbuhan Fiqh 30
Masa-masa Perkembangan Formatif 33
Ushul al-Fiqh (I) 35
Hadits sebagai Sunnah 36
Ushul al-Fiqh (II) 40
Penutup 41
6. 4. Kekuatan dan Kelemahan Paham Asyari Sebagai Doktrin Aqidah Islamiah 43
Imam al-Asy'ari 44
Beberapa Inti Pokok Paham Asy'ari 46
Alur Argumen Kalam Asy'ari 50
Masalah Perilaku Manusia 54
5. Disiplin Keilmuan Islam Tradisional: Tasawuf 59
(Letak dan Peran Mistisisme dalam Penghayatan Keagamaan Islam)
Tasawuf Sebagai Gerakan Oposisi 61
Tarik-menarik Antara Syari'ah dan Thariqah 63
Tasawuf Sebagai Olah Ruhani 65
Masalah Keabsahan Tasawuf 68
6. Menangkap Kembali Dinamika Islam Klasik: Masyarakat Salaf Sebagai Masyarakat Etika 73
Golongan Salaf 74
Masyarakat Salaf Sebagai Masyarakat Etik 79
7. Pertimbangan Kemaslahatan Dalam Menangkap Makna dan Semangat Ketentuan Keagamaan:
Kasus Ijtihad 'Umar Ibn Al-Khattab 87
vi
7. Disiplin Keilmuan Tradisional Islam:
1
Ilmu Kalam
(Sebuah Tinjauan Singkat Kritis Kesejarahan)
I lmu Kalam adalah salah satu dari empat disiplin
keilmuan yang telah tumbuh dan menjadi bagian
dari tradisi kajian tentang agama Islam. Tiga lainnya
sebagai Teologia, sekalipun sebenarnya tidak
seluruhnya sama dengan pengertian Teologia
dalam agama Kristen, misalnya. (Dalam pengertian
ialah disiplin-disiplin keilmuan Fiqh, Tasawuf, dan Teologia dalam agama kristen, Ilmu Fiqh akan
Falsafah. Jika Ilmu Fiqh membidangi segi-segi termasuk Teologia). Karena itu sebagian kalangan
formal peribadatan dan hukum, sehingga tekanan ahli yang menghendaki pengertian yang lebih
orientasinya sangat eksoteristik, mengenai hal-hal persis akan menerjemahkan Ilmu Kalam sebagai
lahiriah, dan Ilmu Tasawuf membidangi segi- Teologia dialektis atau Teologia Rasional, dan
segi penghayatan dan pengamalan keagamaan mereka melihatnya sebagai suatu disiplin yang
yang lebih bersifat pribadi, sehingga tekanan sangat khas Islam.
orientasinya pun sangat esoteristik, mengenai hal- Sebagai unsur dalam studi klasik pemikiran
hal batiniah, kemudian Ilmu Falsafah membidangi keislaman. Ilmu Kalam menempati posisi yang
hal-hal yang bersifat perenungan spekulatif cukup terhormat dalam tradisi keilmuan kaum
tentang hidup ini dan lingkupnya seluas-luasnya, Muslim. Ini terbukti dari jenis-jenis penyebutan
maka Ilmu Kalam mengarahkan pembahasannya lain ilmu itu, yaitu sebutan sebagai Ilmu Aqd'id
kepada segi-segi mengenai Tuhan dan berbagai (Ilmu Akidah-akidah, yakni, Simpul-simpul
derivasinya. Karena itu ia sering diterjemahkan [Kepercayaan]), Ilmu Tawhid (Ilmu tentang
8. Kemaha-Esaan [Tuhan]), dan Ilmu Ushul al-Din kaya dan beraneka ragam. Sedangkan kajian
(Ushuluddin, yakni, Ilmu Pokok-pokok Agama). Di tentang Ilmu Kalam meliputi hanya khazanah yang
negeri kita, terutama seperti yang terdapat dalam cukup terbatas, yang mencakup jenjang-jenjang
sistem pengajaran madrasah dan pesantren, kajian permulaan dan menengah saja, tanpa atau sedikit
tentang Ilmu Kalam merupakan suatu kegiatan sekali menginjak jenjang yang lanjut (advanced).
yang tidak mungkin ditinggalkan. Ditunjukkan Berkenaan dengan hal ini dapat disebutkan
oleh namanya sendiri dalam sebutan-sebutan lain contoh-contoh kitab yang banyak digunakan di
tersebut di atas, Ilmu Kalam menjadi tumpuan negeri kita, khususnya di pesantren-pesantren,
pemahaman tentang sendi-sendi paling pokok untuk pengajaran Ilmu Kalam. Yaitu dimulai
dalam ajaran agama Islam, yaitu simpul-simpul dengan kitab 'Aqidat al-'Awamm (Akidat Kaum
kepercayaan, masalah Kemaha-Esaan Tuhan, dan Awam), diteruskan dengan Bad' al-Amal (Pangkal
pokok-pokok ajaran agama. Karena itu, tujuan Berbagai Cita) atau Jawharat al-Tauhid (Pertama
pengajaran Ilmu Kalam di madrasah dan pesantren Tauhid), mungkin juga dengan kitab Al-Sanusiyyah
ialah untuk menanamkan paham keagamaan yang (disebut demikian karena dikarang oleh seseorang
benar. Maka dari itu pendekatannya pun biasanya bernama al-Sanusi).
doktrin, seringkali juga dogmatis. Disamping itu, sesungguhnya Ilmu Kalam
Meskipun begitu, dibanding dengan kajian tidak sama sekali bebas dari kontroversi atau
tentang Ilmu Fiqh, kajian tentang Ilmu Kalam di sikap-sikap pro dan kontra, baik mengenai isinya,
kalangan kaum "Santri" masih kalah mendalam dan metodologinya, maupun klaim-klaimnya. Karena
meluas. Mungkin dikarenakan oleh kegunaannya itu penting sekali mengerti secukupnya ilmu
yang praktis, kajian Ilmu Fiqh yang membidangi ini, agar terjadi pemahaman agama yang lebih
masalah-masalah peribadatan dan hukum itu seimbang.
meliputi khazanah kitab dan bahan rujukan yang
2
9. Pertumbuhan Ilmu Kalam 1
Sama halnya dengan disiplin-disiplin keilmuan kalam tidaklah dimaksudkan "pembicaraan"
Islam lainnya, Ilmu Kalam juga tumbuh beberapa dalam pengertian sehari-hari, melainkan dalam
abad setelah wafat Nabi. Tetapi lebih dari disiplin- pengertian pembicaraan yang bernalar dengan
disiplin keilmuan Islam lainnya, Ilmu Kalam sangat menggunakan logika. Maka ciri utama Ilmu Kalam
erat terkait dengan skisme dalam Islam. Karena ialah rasionalitas atau logika. Karena kata-kata
itu dalam penelusurannya ke belakang, kita akan kalam sendiri memang dimaksudkan sebagai ter
sampai kepada peristiwa pembunuhan 'Utsman jemahan kata dan istilah Yunani logos yang juga
Ibn 'Aff'an, Khalifah III. Peristiwa menyedihkan secara harfiah berarti "pembicaraan", tapi yang dari
dalam sejarah Islam yang sering dinamakan al- kata itulah terambil kata logika dan logis sebagai
Fitnat al-Kubra (Fitnah Besar), sebagaimana telah derivasinya. Kata Yunani logos juga disalin ke
banyak dibahas, merupakan pangkal pertumbuhan dalam kata Arab manthiq, sehingga ilmu logika,
masyarakat (dan agama) Islam di berbagai bidang, khususnya logika formal atau silogisme ciptaan
khususnya bidang-bidang politik, sosial dan paham Aristoteles dinamakan Ilmu Mantiq ('Ilm al-Mantiq).
keagamaan. Maka Ilmu Kalam sebagai suatu Maka kata Arab "manthiqi" berarti "logis".
bentuk pengungkapan dan penalaran paham Dari penjelasan singkat itu dapat diketahui
keagamaan juga hampir secara langsung tumbuh bahwa Ilmu Kalam amat erat kaitannya dengan
dengan bertitik tolak dari Fitnah Besar itu. Ilmu Mantiq atau Logika. Itu, bersama dengan
Sebelum pembahasan tentang proses Falsafah secara keseluruhan, mulai dikenal orang-
pertumbuhan Ilmu Kalam ini dilanjutkan, orang Muslim Arab setelah mereka menaklukkan
dirasa perlu menyisipkan sedikit keterangan dan kemudian bergaul dengan bangsa-bangsa
tentang Ilmu Kalam ('Ilm al-Kalam), dan akan yang berlatar-belakang peradaban Yunani dan
lebih memperjelas sejarah pertumbuhannya itu dunia pemikiran Yunani (Hellenisme). Hampir
sendiri. Secara harfiah, kata-kata Arab kalam, semua daerah menjadi sasaran pembebasan
berarti "pembicaraan". Tetapi sebagai istilah, (fat'h, liberation) orang-orang Muslim telah
10. terlebih dahulu mengalami Hellenisasi (disamping atau harus dibunuh? Karena ia berbuat dosa
Kristenisasi). Daerah-daerah itu ialah Syria, besar (berbuat tidak adil dalam menjalankan
Irak, Mesir dan Anatolia, dengan pusat-pusat pemerintahan) padahal berbuat dosa besar adalah
Hellenisme yang giat seperti Damaskus, Atiokia, kekafiran. Dan kekafiran, apalagi kemurtadan
Harran, dan Aleksandria. Persia (Iran) pun, meski (menjadi kafir setelah Muslim), harus dibunuh.
tidak mengalami Kristenisasi (tetap beragama Mengapa perbuatan dosa besar suatu kekafiran?
Majusi atau Zoroastrianisme), juga sedikit banyak Karena manusia berbuat dosa besar, seperti
mengalami Hellenisasi, dengan Jundisapur sebagai kekafiran, adalah sikap menentang Tuhan. Maka
pusat Hellenisme Persia. harus dibunuh! Dari jalan pikiran itu, para (bekas)
Adalah untuk keperluan penalaran logis itu pembunuh 'Utsman atau pendukung mereka
bahan-bahan Yunani diperlukan. Mula-mula ialah menjadi cikal-bakal kaum Qadari, yaitu mereka
untuk membuat penalaran logis oleh orang- yang berpaham Qadariyyah, suatu pandangan
orang yang melakukan pembunuhan 'Utsm'an bahwa manusia mampu menentukan amal
atau menyetujui pembunuhan itu. Jika urutan perbuatannya, maka manusia mutlak bertanggung
penalaran itu disederhanakan, maka kira-kira jawab atas segala perbuatannya itu, yang baik dan
akan berjalan seperti ini: Mengapa 'Utsman boleh yang buruk.
Peranan Kaum Khawarij dan Mu'tazilah
netral dari peperangan itu bukanlah orang-
Para pembunuh 'Utsman itu, menurut beberapa orang yang membunuh 'Utsman. Sebaliknya,
petunjuk kesejarahan, menjadi pendukung para pembunuh 'Utsman itu adalah sekelompok
kekhalifahan 'Ali Ibn Abi Thalib, Khalifah IV. Ini kecil dari pasukan 'Ali, sedangkan umat saat
disebutkan, misalnya, oleh Ibn Taymiyyah, sebagai kekhalifahan 'Utsman itu berjumlah dua ratus ribu
berikut: orang, dan yang menyetujui pembunuhannya
Sebagian besar pasukan Ali, begitu pula mereka seribu orang sekitar itu.(1)
yang memerangi Ali dan mereka yang bersikap
1 Ibn Taymiyyah, Minhaj al-Sunnah, jil. 4, h. 237.
4
11. Tetapi mereka kemudian sangat kecewa kepada boleh dikatakan binasa. Tetapi dalam perjalanan
'Ali, karena Khalifah ini menerima usul perdamaian sejarah pemikiran Islam, pengaruh mereka tetap
dengan musuh mereka, Mu'awiyah ibn Abu Sufyan, saja menjadi pokok problematika pemikiran Islam.
dalam "Peristiwa Shiffin" di situ 'Ali mengalami Yang paling banyak mewarisi tradisi pemikiran
kekalahan di plomatis dan kehilangan kekuasaan Khawarij ialah kaum Mu'tazilah. Mereka inilah
"de jure"-nya. Karena itu mereka memisahkan sebenarnya kelompok Islam yang paling banyak
diri dengan membentuk kelompok baru yang mengembangkan Ilmu Kalam seperti yang kita
kelak terkenal dengan sebutan kaum Khawarij kenal sekarang. Berkenaan dengan Ibn Taymiyyah
(al-Kahwarij, kaum Pembelot atau Pemberontak). mempunyai kutipan yang menarik dari keterangan
Seperti sikap mereka terhadap 'Utsman, kaum salah seorang 'ulama' yang disebutnya Imam
Khawarij juga memandang 'Ali dan Mu'awiyah 'Abdull'ah ibn al-Mubarak. Menurut Ibn Taymiyyah,
sebagai kafir karena mengkompromikan yang sarjana itu menyatakan demikian:
benar (haqq) dengan yang palsu (bathil). Karena Agama adalah kepunyaan ahli (pengikut)
itu mereka merencanakan untuk membunuh 'Ali Hadits, kebohongan kepunyaan kaum Rafidlah,
dan Mu'awiyah, juga Amr ibn al-'Ash, gubernur (ilmu) Kalam kepunyaan kaum Mu'tazilah, tipu daya
Mesir yang sekeluarga membantu Mu'awiyah kepunyaan (pengikut) Ra'y (temuan rasional) ... (3)
mengalahkan Ali dalam "Peristiwa Shiffin" tersebut. Karena itu ditegaskan oleh Ibn Taymiyyah
Tapi kaum Khawarij, melalui seseorang bernama bahwa Ilmu Kalam adalah keahlian khusus kaum
Ibn Muljam, berhasil membunuh hanya 'Ali, Mu'tazilah.(4) Maka salah satu ciri pemikiran
sedangkan Mu'awiyah hanya mengalami luka-luka, Mu'tazili ialah rasionalitas dan paham Qadariyyah.
dan 'Amr ibn al-'Ash selamat sepenuhnya (tapi Namun sangat menarik bahwa yang pertama
mereka membunuh seseorang bernama Kharijah kali benar-benar menggunakan unsur-unsur
yang disangka 'Amr, karena rupanya mirip).(2) Yunani dalam penalaran keagamaan ialah
Karena sikap-sikap mereka yang sangat seseorang bernama Jahm ibn Shafwan yang justru
ekstrem dan eksklusifistik, kaum Khawarij akhirnya
3 Ibid, h. 110.
2 Ibid, hh. 12-13. 4 Ibid.
5
12. penganut paham Jabariyyah, yaitu pandangan hendak mereka tegakkan. Golongan yang
bahwa manusia tidak berdaya sedikit pun juga mengingkari adanya sifat-sifat Tuhan itu dikenal
berhadapan dengan kehendak dan ketentuan sebagai al-Nufat ("pengingkar" [sifat-sifat Tuhan])
Tuhan. Jahm mendapatkan bahan untuk penalaran atau al-Mu'aththilah ("pembebas" [Tuhan dari sifat-
Jabariyyah-nya dari Aristotelianisme, yaitu bagian sifat]).(5)
dari paham Aristoteles yang mengatakan bahwa Kaum Mu'tazilah menolak paham Jabiriyyah-
Tuhan adalah suatu kekuatan yang serupa dengan nya kaum Jahmi. Kaum Mu'tazilah justru menjadi
kekuatan alam, yang hanya mengenal keadaan- pembela paham Qadariyyah seperti halnya
keadaan umum (universal) tanpa mengenal kaum Khawarij. Maka kaum Mu'tazilah disebut
keadaan-keadaan khusus (partikular). Maka sebagai "titisan" doktrinal (namun tanpa gerakan
Tuhan tidak mungkin memberi pahala dan dosa, politik) kaum Khawarij. Tetapi kaum Mu'tazilah
dan segala sesuatu yang terjadi, termasuk pada banyak mengambil alih sikap kaum Jahmi yang
manusia, adalah seperti perjalanan hukum alam. mengingkari sifat-sifat Tuhan itu. Lebih penting
Hukum alam seperti itu tidak mengenal pribadi lagi, kaum Mu'tazilah meminjam metologi
(impersonal) dan bersifat pasti, jadi tak terlawan kaum Jahmi, yaitu penalaran rasional, meskipun
oleh manusia. Aristoteles mengingkari adanya dengan berbagai premis yang berbeda, bahkan
Tuhan yang berpribadi personal God. Baginya berlawanan (seperti premis kebebasan dan
Tuhan adalah kekuatan maha dasyat namun tak kemampuan manusia). Hal ini ikut membawa kaum
berkesadaran kecuali mengenai hal-hal universal. Mu'tazilah kepada penggunaan bahan-bahan
Maka mengikuti Aristoteles itu Jahm dan para Yunani yang dipermudah oleh adanya kegiatan
pengikutpya sampai kepada sikap mengingkari penerjemahan buku-buku Yunani, ditambah
adanya sifat bagi Tuhan, seperti sifat-sifat kasib, dengan buku-buku Persi dan India, ke dalam
pengampun, santun, maha tinggi, pemurah, dan bahasa Arab. Kegiatan itu memuncak di bawah
seterusnya. Bagi mereka, adanya sifat-sifat itu pemerintahan al-Ma'mun ibn Harun al-Rasyid.
membuat Tuhan menjadi ganda, jadi bertentangan Penterjemahan itu telah mendorong munculnya
dengan konsep Tauhid yang mereka akui sebagai
5 Ibid., jil. 1, hh. 344 dan 345.
6
13. Ahli Kalam dan Falsafah.(6) Mu'tazilah berpendapat bahwa Kalam Allah itu
Khalifah al-Ma'mun sendiri, di tengah-tengah hadits, sementara kaum Hadits (dalam arti Sunnah,
pertikaian paham berbagai kelompok Islam, dan harap diperhatikan perbedaan antara kata-
memihak kaum Mu'tazilah melawan kaum kata hadits [a dengan topi] dan hadits [i dengan
Hadits yang dipimpin oleh Ahmad ibn Hanbal topi]) berpendapat al-Qur'an itu qadim seperti
(pendiri mazhab Hanbali, salah satu dari empat Dzat Allah sendiri.(9) Pemenjaraan Ahmad ibn
mazhab Fiqh). Lebih dari itu, Khalifah al-Ma'mun, "orang yang banyak bicara"), ialah karena bertengkar sesama
mereka dengan adu argumen melalui pembicaraan kosong,
dilanjutkan oleh penggantinya, Khalifah al- tidak substantif. (Lihat Ibn Taymiyyah, Naqdl al-Manthiq, hh.
Mu'tashim, melakukan mihnah (pemeriksaan 205-206).
paham pribadi, inquisition), dan menyiksa serta 9 Berkenaan dengan kontroversi ini, seorang orientalis
kenamaan, Wilfred Cantwell Smith dari Institute of Islamic
menjebloskan banyak orang, termasuk Ahmad ibn Studies, McGill University, Montreal, Canada (tempat banyak
Hanbal, ke dalam penjara.(7) Salah satu masalah ahli keislaman Indonesia dan Dunia belajar dan mengajar,
termasuk, Prof. H.M. Rasydi), membandingkan paham orang
yang diperselisihkan ialah apakah Kalam atau Islam, khususnya aliran Sunni, dengan paham orang Kristen.
Sabda Allah, berujud al-Qur'an, itu qadim (tak Kata Smith, yang sebanding dengan al-Qur'an dalam Islam itu
bukanlah Injil dalam Kristen, melainkan diri 'Isa al-masih atau
terciptakan karena menjadi satu dengan Hakikat
Yesus Kristus. Sebab, sebagaimana orang-orang Muslim (aliran
atau Dzat Ilahi) ataukah hadits (terciptakan, karena Sunni) memandang al-Qur'an itu qadiim seperti Dzat Ilahi,
berbentuk suara yang dinyatakan dalam huruf orang-orang Kristen memandang 'Isa sebagai penjelmaan
Allah dalam sistem teologia Trinitas, yang juga qadim, sama
dan bahasa Arab)?(8) Khalifah al-Ma'mun dan kaum dengan al-Qur'an. Jadi jika bagi agama Islam al-Qur'an itulah
6 Ibn Taymiyyah, Naqdl al-Manthiq, h. 185. wahyu Allah (Inggris: revelation, pengungkapan diri), maka
bagi agama Kristen 'Isa al-Masih itulah wahyu, menampakkan
7 Minhaj, jil. 1, h. 344. Tuhan. Sedangkan Injil bukanlah wahyu, melainkan catatan
8 Karena dominannya isu Kalam atau Sabda Allah apakah tentang kehidupan 'Isa al-Masih, sehingga tidak sama
qadim atau hadits sebagai pusat kontroversi itu maka ada kedudukannya dengan al-Qur'an, tetapi bisa dibandingkan
kaum ahli yang mengatakan penalaran tentang segi ajaran dengan Hadits. Maka sejalan dengan itu Nabi Muhammad
Islam yang relevan itu disebut Ilmu Kalam, seolah-olah tidaklah harus dibandingkan dengan 'Isa al-Masih (karena
merupakan ilmu atau teori tentang Kalam Allah. Disamping dia ini "Tuhan"), tetapi dengan Paulus (karena dia ini, sama
itu, seperti Ibn Taymiyyah, mengatakan bahwa ilmu dengan Nabi Muhammad, adalah "rasul"). (Lihat, W. C.
itu disebut Ilmu Kalam dan para ahlinya disebut kaum Smith, Islam in Modern History [Princenton, N.J.: Princeton
Mutakallim, sesuai dengan makna harfiah perkataan kalam University Press, 19771, hh. 17-18 fn). Pandangan Islam
dan mutakallim (pembicaraan, hampir mengarah kepada arti tentang Isa al-Masih sudah sangat terkenal, dan tidak perlu
7
14. Hanbal adalah karena masalah ini. Namun jasa al-Ma'mun dalam membuka pintu
Mihnah itu memang tidak berlangsung terlalu kebebasan berpikir dan ilmu pengetahuan tetap
lama, dan orang pun bebas kembali. Tetapi ia diakui besar sekali dalam sejarah umat manusia.
telah meninggalkan luka yang cukup dalam pada Maka kekhalifahan al-Ma'mun (198-218 H/813-833
tubuh pemikiran Islam, yang sampai saat inipun M), dengan campuran unsur-unsur positif dan
masih banyak dirasakan orang-orang Muslim. negatifnya, dipandang sebagai salah satu tonggak
dikemukakan di sini. Tetapi tentang Paulus, cukup menarik sejarah perkembangan pemikiran Islam, termasuk
mengetahui bahwa sudah sejak awal sekali orang-orang perkembangan Ilmu Kalam, dan juga Falsafah
Muslim terlibat dalam kontroversi dan polemik sekitar tokoh
ini. Menurut Ibn Taymiyyah, misalnya, Paulus (Arab: Bawlush Islam."(10)
ibn Yusya') adalah scorang tokoh Yahudi yang berpura-pura 10 Disini perlu kita tegaskan bahwa mihnah Khalifah
masuk agama Nasrani dengan maksud merusak agama itu al-Ma'mun itu, meskipun sangat buruk, tidak dapat
melalui pengembangan paham bahwa 'Isa al-Masih adalah disamakan dengan inquisition yang terjadi di Spanyol
Tuhan atau jelmaan Tuhan. Ibn Taymiyyah mengemukakan setelah reconquest. Karena mihnah itu dilancarkan dibawah
bahwa peranan Paulus dalam merusak agama Nasrani sama semacam "liberalisme" Islam atau kebebasan berpikir yang
dengan peranan 'Abdullah ibn Saba' dalam tnerusak agama menjadi paham Mu'tazilah, melawan mereka yang dianggap
Islam. Serupa dengan Paulus, 'Abdullah ibn Saba', kata Ibn menghalangi "liberalisme" dan kebebasan itu, khususnya
Taymiyyah, adalah seorang tokoh Yahudi dari Yaman yang kaum "fundamentalis" (al-Hasywiyyun, sebuah sebutan
menyelundup ke dalam Islam dengan tujuan merusak agama ejekan, yang secara harfiah berarti kurang lebih "kaum
itu dari dalam, dengan mengembangkan paham yang salah sampah" karena malas berpikir dan menolak melakukan
dan serba melewati batas tentang Ali ibn Abi Thalib dan interprestasi terhadap ketentuan agama yang bagi mereka tidak
Anggota Keluarga Nabi (Ahl al-Bayt) sebagaimana kemudian masuk akal). Sedangkan inquisition di Spanyol kemudian
dianut oleh kaum Rafidlah dan kaum Syi'ah pada umumnya. Eropa pada umumnya secara total kebalikannya, yaitu atas
(Lihat, Minhaj, jil. 1, h. 8 dan jil. 4, h. 269). Kiranya nama paham agama yang fundamentalistik dan sempit
kontroversi dan polemik serupa itu tidak perlu mengejutkan melawan pikiran bebas yang menjadi paham para pengemban
kita, karena telah merupakan bagian dari sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan, termasuk para failasuf yang saat itu telah
pemikiran keagamaan itu sendiri. belajar banyak dari warisan pemikiran Islam.
Plus-Minus Ilmu Kalam
Dalam perkembangan selanjutnya, Ilmu Kalam Irak, bernama Abu al-Hasan al-Asy'ari (260-324
tidak lagi menjadi monopoli kaum Mu'tazilah. H/873-935 M) yang terdidik dalam alam pikiran
Adalah seorang sarjana dari kota Basrah di Mu'tazilah (dan kota Basrah memang pusat
8
15. pemikiran Mu'tazili). Tetapi kemudian pada usia 40 'Umar Samarani (yang populer dengan sebutan
tahun ia meninggalkan paham Mu'tazilinya, dan Kiai Saleh Darat dari daerah dekat Semarang),
justru mempelopori suatu jenis Ilmu Kalam yang dengan mengutip dan menafsirkan Sabda nabi
anti Mu'tazilah. Ilmu Kalam al-Asy'ar'i itu, yang dalam sebuah hadits yang amat terkenal tentang
juga sering disebut sebagai paham Asy'ariyyah, perpecahan umat Islam dan siapa dari mereka itu
kemudian tumbuh dan berkembang untuk yang bakal selamat:
menjadi Ilmu Kalam yang paling berpengaruh
dalam Islam sampai sekarang, karena dianggap ...Wus dadi prenca-prenca umat ingkang dihin-
paling sah menurut pandangan sebagian besar dihin ing atase pitung puluh loro pontho, lan
kaum Sunni. Kebanyakan mereka ini kemudian mbesuk bakal pada prenca-prenca sira kabeh
menegaskan bahwa "jalan keselamatan" hanya dadi pitting puluh telu pontho, setengah saking
didapatkan seseorang yang dalam masalah Kalam pitung puluh telu namung sewiji ingkang
menganut al-Asy'ari. selamet, lan ingkang pitung puluh loro kabeh ing
Seorang pemikir lain yang Ilmu Kalam-nya dalem neraka. Ana dene ingkang sewiji ingkang
mendapat pengakuan sama dengan al-Asy'ari ialah selamet iku, iya iku kelakuan ingkang wus den
Abu Manshur al-Maturidi (wafat di Samarkand lakoni Gusti Rasulullah s.a.w., lan iya iku 'aqa'ide
pada 333 H/944 M). Meskipun terdapat sedikit Ahl al-Sunnah wa 'l-Jama'ah Asy'ariyyah lan
perbedaan dengan al-Asy 'ari, khususnya Maturidiyyah.(11)
berkenaan dengan teori tentang kebebasan (...Umat yang telah lalu telah terpecah-pecah
manusia (al-Maturidi mengajarkan kebebasan menjadi tujuh puluh dua golongan, dan kelak
manusia yang lebih besar daripada al-Asy'ari), kamu semua akan terpecah-pecah menjadi tujuh
al-Maturidi dianggap sebagai pahlawan paham puluh tiga golongan, dari antara tujuh puluh
Sunni, dan sistem Ilmu Kalamnya dipandang
11 Hajj Muhammad Shalih ibn 'Umar Samarani, Tarjamat
sebagai "jalan keselamatan", bersama dengan Sabil al-Abid 'ala Jawharat al-Tawhid (sebuah terjemah dan
sistem al-Asy'ari. Sangat ilustratif tentang sikap uraian panjang lebar atas kitab Ilmu Kalam yang terkenal,
Jawharat al-Tawhid, dalam bahasa Jawa huruf Pego, tanpa data
ini adalah pernyataan Haji Muhammad Shalih ibn
penerbitan), hh. 27-28.
9
16. tiga itu hanya satu yang selamat, sedangkan kontroversi yang paling dini dalam pemikiran
yang tujuh puluh dua semuanya dalam neraka. Islam, yaitu masalah manusia dan perbuatannya,
Adapun yang satu yang selamat itu ialah apakah dia bebas menurut paham Qadariyyah
mereka yang berkelakuan seperti yang dilakukan atau terpaksa seperti dalam paham Jabariyyah.
junjungan Rasulullah s.a.w., yaitu 'aqa' id Dengan maksud menengahi antara keduanya, al-
(pokok-pokok kepercayaan) Ahl al-Sunnah wa
Asy'ari mengajukan gagasan dan teorinya sendiri,
' l-Jama'ah Asy'ariyyah dan M'aturidiyyah).
yang disebutnya teori Kasb (al-kasb, acquisition,
Kehormatan besar yang diterima al-Asy'ari perolehan). Menurut teori itu, perbuatan manusia
ialah karena solusi yang ditawarkannya mengenai tidaklah dilakukan dalam kebebasan dan juga
pertikaian klasik antara kaum "liberal" dari tidak dalam keterpaksaan. Perbuatan manusia
golongan Mu'tazilah dan kaum "konservatif" tetap dijadikan dan ditentukan Tuhan, yakni
dari golongan Hadits (Ahl al-Hadits, seperti yang dalam keterlaksanaannya. Tetapi manusia tetap
dipelopori oleh Ahmad ibn Hanbal dan sekalian bertanggung-jawab atas perbuatannya itu, sebab
imam mazhab Fiqh). Kesuksesan al-Asy'ari ia telah melakukan kasb atau acquisition, dengan
merupakan contoh klasik cara mengalahkan lawan adanya keinginan, pilihan, atau keputusan untuk
dengan meminjam dan menggunakan senjata melakukan suatu perbuatan tertentu, dan bukan
lawan. Dengan banyak meminjam metodologi yang lain, meskipun ia sendiri tidak menguasai dan
pembahasan kaum Mu'tazilah, al-Asy'ari dinilai tidak bisa menentukan keterlaksanaan perbuatan
berhasil mempertahankan dan memperkuat tertentu yang diinginkan, dipilih dan diputus
paham Sunni di bidang Ketuhanan (di bidang sendiri untuk dilakukan itu. Ini diungkapkan
Fiqh yang mencakup peribadatan dan hukum secara singkat dalam nadham Jawharat al-Tawhid
telah diselesaikan terutama oleh para imam demikian:
mazhab yang empat, sedangkan di bidang
tasawuf dan filsafat terutama oleh al-Ghazali, Wa indana li l abdi kasbun kullifa, wa lam yakun
450-505 H/1058-1111 M). Salah satu solusi yang mu atstsiran fa 'l-tarifa.
diberikan oleh al-Asy'ari menyangkut salah satu
10
17. Fa laysa majburan wa la 'khtiyara wa laysa kullan Tetapi tak urung konsep kasb al-Asy'ari itu
yaf'alu 'khtiyara menjadi sasaran kritik lawan-lawannya. Dan
(Bagi kita Ahl al-Sunnah manusia terbebani lawan-lawan al-Asy'ari tidak hanya terdiri dari
oleh kasb dan ketahuilah bahwa ia tidak kaum Mu'tazilah dan Syi'ah (yang dalam Ilmu
mempengaruhi tindakannya. Kalam banyak mirip dengan kaum Mu'tazilah),
tetapi juga muncul, dari kalangan Ahl al-Sunnah
Jadi manusia bukanlah terpaksa dan bukan sendiri, khususnya kaum Hanbali. Dalam hal ini bisa
pula bebas, namun tidak seorang pun mampu dikemukakan, sebagai contoh, yaitu pandangan
berbuat sekehendaknya). Ibn Taymiyyah (661-728 H/1263-1328 M), seorang
Terhadap rumus itu Kiai Saleh Darat memberi tokoh paling terkemuka dari kalangan kaum
komentar tipikal paham Sunni (menurut Ilmu Hanbali. Ibn Taymiyyah menilai bahwa dengan
Kalam Asy'ari) sebagai berikut: teori kasb-nya itu alAsy'ari bukannya menengahi
antara kaum Jabari dan Qadari, melainkan lebih
... Maka Jabariyyah lan Qadariyyah iku sasar mendekati kaum Jabari, bahkan mengarah kepada
karone.Maka ana madshab Ahl al-Sunnah dukungan terhadap Jahm ibn Shafwin, teoretikus
iku tengah-tengah antarane Jabariyyah lan Jabariyyah yang terkemuka. Dalam ungkapan
Qadariyyah, metu antarane telethong lan getih yang menggambarkan pertikaian pendapat
metu rupa labanan khalishan sa'ghan li al- beberapa golongan di bidang ini, Ibn Taymiyyah
syaribin.(12) yang nampak lebih cenderung kepada paham
(... Maka Jabariyyah dan Qadariyyah itu kedua- Qadariyyah (meskipun ia tentu akan mengingkari
duanya sesat. Kemudian adalah mazhab Ahl penilaian terhadap dirinya seperti itu) mengatakan
al-Sunnah berada di tengah antara Jabariyyah demikian:
dan Qadariyyah, keluar dari antara kotoran dan ... Sesungguhnya para pengikut paham Asy'ari
darah susu yang murni, yang menyegarkan orang dan sebagian orang yang menganut paham
yang meminumnya). Qadariyyah telah sependapat dengan al-Jahm
ibn Shafwan dalam prinsip pendapatnya tentang
12 Ibid., hh. 149-151.
11
18. Jabariyyah, meskipun mereka ini menentangnya aneh dalam Ilmu Kalam.(15)
secara verbal dan mengemukakan hal-hal Ilmu Kalam, termasuk yang dikembangkan
yang tidak masuk akal... Begitu pula mereka itu oleh al-Asy'ari, juga dikecam kaum Hanbali
berlebihan dalam menentang kaum Mu'tazilah dari segi metodologinya. Persoalan yang juga
dalam masalah-masalah Qadariyyah —sehingga menjadi bahan kontroversi dalam Ilmu Kalam
kaum Mu'tazilah menuduh mereka ini pengikut khususnya dan pemahaman Islam umumnya
Jabariyyah— dan mereka (kaum Asy'ariyyah) itu ialah kedudukan penalaran rasional ('aql, akal)
mengingkari bahwa pembawaan dan kemampuan terhadap keterangan tekstual (naql, "salinan" atau
yang ada pada benda-benda bernyawa "kutipan"), baik dari Kitab Suci maupun Sunnah
mempunyai dampak atau menjadi sebab adanya Nabi. Kaum "liberal", seperti golongan Mut'azilah,
kejadiankejadian (tindakan-tindakan).(13) cenderung mendahulukan akal, dan kaum
Namun agaknya Ibn Taymiyyah menyadari "konservatif" khususnya kaum Hanbali, cenderung
sepenuhnya betapa rumit dan tidak sederhananya mendahulukan naql. Terkait dengan persoalan ini
masalah ini. Maka sementara ia mengkritik konsep ialah masalah interprestasi (ta'wil), sebagaimana
kasb alAsy'ari yang ia sebutkan dirumuskan telah kita bahas.(16) Berkenaan dengan masalah ini,
sebagai "sesuatu perbuatan yang terwujud metode al-Asy'ari cenderung mendahulukan naql
pada saat adanya kemampuan yang diciptakan dengan membolehkan interprestasi dalam hal-hal
(oleh Tuhan untuk seseorang) dan perbuatan itu yang memang tidak menyediakan jalan lain. Atau
dibarengi dengan kemampuan tersebut"(14) Ibn mengunci dengan ungkapan "bi la kayfa" (tanpa
Taymiyyah mengangkat bahwa pendapatnya itu bagaimana) untuk pensifatan Tuhan yang bernada
disetujui oleh banyak tokoh Sunni, termasuk Malik, antropomorfis (tajsim) —menggambarkan Tuhan
Syafii dan Ibn Hanbal. Namun Ibn Taymiyyah juga seperti manusia, misalnya, bertangan, wajah, dan
mengatakan bahwa konsep kasb itu dikecam oleh lain-lain. Metode al-Asy'ari ini sangat dihargai, dan
ahli yang lain sebagai salah satu hal yang paling
15 Ibid.
13 Minhaj, jil. 1, h. 172. 16 Lihat kajian kita tentang "Interprestasi Metaforis" yang telah
14 Ibid., h. 170. lalu.
12
19. merupakan unsur kesuksesan sistemnya. haqiqah fi al-ayan, la fi al-adzhan).(18)
Tetapi bagian-bagian lain dari metodologi Epistemologi Ibn Taymiyyah tidak
al-Asy'ari, juga epistemologinya, banyak dikecam mengizinkan terlalu banyak intelektualisasi,
oleh kaum Hanbali. Di mata mereka, seperti halnya termasuk interprestasi. Sebab baginya dasar ilmu
dengan Ilmu Kalam kaum Mu'tazilah, Ilmu Kalam pengetahuan manusia terutama ialah fithrah-
al-Asy'ari pun banyak menggunakan unsur- nya: dengan fithrah itu manusia mengetahui
unsur filsafat Yunani, khususnya logika (manthiq) tentang baik dan buruk, dan tentang benar dan
Aristoteles. Dalam penglihatan Ibn Taymiyyah, salah.(19) Fithrah yang merupakan asal kejadian
logika Aritoteles bertolak dari premis yang salah, manusia, yang menjadi satu dengan dirinya
yaitu premis tentang kulliyyat (universals) atau melalui intuisi, hati kecil, hati nurani, dan lain-lain,
al-musytarak al-muthlaq (pengertian umum diperkuat oleh agama, yang disebut Ibn Taymiyyah
mutlak), yang bagi Ibn Taymiyyah tidak ada dalam sebagai "fithrah yang diturunkan" (al-fithrah
kenyataan, hanya ada dalam pikiran manusia al-munazzalah). Maka metodologi kaum Kalam
saja karena tidak lebih daripada hasil ta'aqqul baginya adalah sesat.(20)
(intelektualisasi).(17) Demikian pula konsep-konsep Yang amat menarik ialah bahwa epistemologi
Aristoteles yang lain, seperti kategori-kategori Ibn Taymiyyah Yang Hanbali berdasarkan fithrah
yang sepuluh (esensi, kualitas, kuantitas, relasi, itu paralel dengan epistemologi Abu Ja'far
lokasi, waktu, situasi, posesi, aksi, dan pasi), juga Muhammad ibn Ali ibn al-Husayn Babwayh
konsep-konsep tentang genus, spesi, aksiden, al-Qummi (wafat 381 H), seorang "ahli Ilmu
properti, dan lain-lain, ditolak oleh Ibn Taymiyyah Kalam" terkemuka kalangan Syi'ah. Al-Qummi,
sebagai basil intelektualisasi yang tidak ada dengan mengutip berbagai hadits, memperoleh
kenyataannya di dunia luas. Maka terkenal sekali penegasan bahwa pengetahuan tentang Tuhan
ucapan Ibn Taymiyyah bahwa "hakikat ada di alam diperoleh manusia melalui fitrah-nya, dan hanya
kenyataan (di luar), tidak dalam alam pikiran" (Al-
18 Minhaj, jil. 1, hh. 243 dan 245.
17 Lihat Minhaj, jil. 1, hh. 235, 243, 254, 261, dan hh. 266. 19 Ibid., hh. 281 dan 291.
Juga Naqdl al-Manthiq, h. 25,164 dan 202. 20 Naqdl al-Manthiq, hh. 38, 39, 171, 160-162, dan 172.
13
20. dengan adanya fitrah itulah manusia mendapat
manfaat dari bukti-bukti dan dalil-dalil.(21)
Maka sejalan dengan itu, Ibn Taymiyyah
menegaskan, bahwa pangkal iman dan ilmu ialah
ingat (dzikr) kepada Allah. "Ingat kepada Allah
memberi iman, dan ia adalah pangkal iman .....
pangkal ilmu.(22)
21 Abu Ja'far Muhammad ibn 'Ali ibn al-Husayn Babwayh
al-Qummi, al-Tawhid (Qumm: Mu'assasat al-Nasyr al-Islami,
1398 H), hh. 22, 35, 82 dan 230.
22 Naqdl al-Manthiq, h. 34.
14
21. Falsafah Islam: Unsur-Unsur Hellenisme
2
di Dalamnya
D i antara empat disiplin keilmuan Islam
tradisional: fiqh, kalam, tasawuf dan falsafah,
yang disebutkan terakhir ini barangkali adalah
orang-orang yang berjiwa keagamaan (religious),
sekalipun berbagai titik pandangan keagamaan
mereka cukup banyak berbeda, jika tidak justru
yang paling sedikit dipahami, bisa juga berarti berlawanan, dengan yang dipunyai oleh kalangan
paling banyak disalahpahami, sekaligus juga yang ortodoks.(1) Dan tidak mungkin menilai bahwa
paling kontroversial. Sejarah pemikiran Islam falsafah Islam adalah carbon copy pemikiran
ditandai secara tajam antara lain oleh adanya Yunani atau Hellenisme.(2)
polemik-polemik sekitar isi, subyek bahasan dan Meskipun begitu, kenyataannya ialah bahwa
sikap keagamaan falsafah dan para failasuf. Karena kata Arab "falsafah" sendiri dipinjam dari kata
itu pembahasan tentang falsafah dapat diharapkan Yunani yang sangat terkenal, "philosophia", yang
menjadi pengungkapan secara padat dan mampat berarti kecintaan kepada kebenaran (wisdom).
tentang peta dan perjalanan pemikiran Islam di Dengan sedikit perubahan, kata "falsafah" itu
antara sekalian mereka yang terlibat. di-Indonesia-kan menjadi "filsafat" atau, akhir-
Sebelum yang lain-lain, di sini harus ditegaskan akhir ini, juga "filosofi" (karena adanya pengaruh
bahwa sumber dan pangkal tolak falsafah dalam ucapan Inggris, "philosophy"). Dalam ungkapan
Islam adalah ajaran Islam sendiri sebagaimana Arabnya yang lebih "asli", cabang ilmu tradisional
terdapat dalam al-Qur'an dan Sunnah. Para failasuf 1 R.T. Wallis, Neo Platonism (London: Gerlad Duckworth &
dalam lingkungan agama-agama yang lain, Company Limited, 1972), h. 164.
2 C A. Qadir, Philosophy and Science in the Islamic World
sebagaimana ditegaskan oleh R.T. Wallis, adalah
(London: Croom Helm, 1988). h. 28.
22. Islam ini disebut 'ulum al-hikmah atau secara Disinilah pangkal kontroversi yang ada sekitar
singkat "alhikmah" (padanan kata Yunani "sophia"), falsafah: sampai di mana agama Islam mengizinkan
yang artinya ialah "kebijaksanaan" atau, lebih adanya masukan dari luar, khususnya jika datang
tepat lagi, "kawicaksanaan" (Jawa) atau "wisdom" dari kalangan yang tidak saja bukan "ahl al-kitab"
(Inggris). Maka "failasuf' (ambilan dari kata Yunani seperti Yahudi dan Kristen, tetapi malahan dari
"philosophos", pelaku filsafat), disebut juga "al- orang-orang Yunani kuna yang "pagan" atau
hakim" (ahli hikmah atau orang bijaksana), dengan musyrik (penyembah binatang). Sesungguhnya
bentuk jamak "al-hukama". beberapa ulama ortodoks, seperti Ibn Taymiyyah
Dari sepintas riwayat kata "filsafah" itu kiranya dan Jalal al-Din al-Suyuthi (salah seorang
menjadi jelas bahwa disiplin ilmu keislaman ini, pengarang tafsir Jalalayn), menunjuk kemusyrikan
meskipun memiliki dasar yang kokoh dalam orang-orang Yunani itu sebagai salah satu alasan
sumber-sumber ajaran Islam sendiri, banyak keberatan mereka terhadap falsafah. Tetapi
mengandung unsur-unsur dari luar, yaitu terutama sebelum membahas lebih jauh segi-segi polemis
Hellenisme atau dunia pemikiran Yunani.(3) ini, lebih dahulu dibahas pertumbuhan falsafah
3 Istilah "Hellenisme" pertama kali diperkenalkan oleh ahli dalam sejarah pemikiran Islam.
sejarah dari Jerman, J. G. Droysen. Ia menggunakan perkataan
"Hellenismus" sebagai sebutan untuk masa yang dianggapnya kekaisaran Romawi. Sebab dalam periode itu muncul banyak
sebagai periode peralihan antara Yunani kuna dan dunia kerajaan di sekitar Laut Tengah, khususnya pesisir timur dan
Kristen. Droysen lupa akan peranan Roma dalam agama selatan seperti Syria dan Mesir, yang diperintah oleh bangsa
Kristen (dan membatasi seolah-olah hanya Yunani saja yang Makedonia dari Yunani. Akibatnya, mereka ini membawa
berperan). Namun ia diakui telah berhasil mengidentifikasi berbagai perubahan besar dalam banyak bidang di kawasan
suatu kenyataan sejarah yang amat penting. Biasanya yang itu, antara lain bahasa (daerah-daerah itu didominasi Bahasa
disebut zaman Hellenik yang merupakan peralihan itu ialah Yunani) dan pemikiran (ilmu pengetahuan Yunani, terutama
masa sejak tahun 323 sampai 30 S.M. atau dari saat kematian filsafatnya, diserap oleh daerah-daerah itu melalui berbagai
Iskandar Agung sampai penggabungan Mesir kedalam cara). (Lihat Britannica. s.v. "Hellenic Age").
Pertumbuhan
Falsafah tumbuh sebagai hasil interaksi bangsa-bangsa sekitarnya. Khususnya interaksi
intelektual antara bangsa Arab Muslim dengan mereka dengan bangsa-bangsa yang ada di
16
23. sebelah utara Jazirah Arabia, yaitu bangsa-bangsa (keturunan suku Bani Ghassan Yang Kristen, satelit
Syria, Mesir, dan Persia. Romawi). Namun berkat politik keagamaan para
Interaksi itu berlangsung setelah adanya penguasa Muslim berdasarkan konsep toleransi
pembebasan-pembebasan (al-futuhat) atas Islam, sampai sekarang masih banyak kantong-
daerah-daerah tersebut segera setelah wafat Nabi kantong minoritas Kristen dan Yahudi yang tetap
s.a.w., dibawah para khalifah. Daerah-daerah yang bertahan dengan aman. Karena adanya konsep
segera dibebaskan oleh orang-orang Muslim itu Islam tentang kontinuitas agama-agama (yaitu,
adalah daerah-daerah yang telah lama mengalami bahwa agama Nabi Muhammad adalah kelanjutan
Hellenisasi. Lebih dari itu, kecuali Persia, daerah- agama para nabi sebelumnya, khususnya Nabi-
daerah yang kemudian menjadi pusat-pusat nabi Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub atau Isra'il,
peradaban Islam itu adalah daerah-daerah yang Musa dan Isa-Yahudi dan Kristen),(4) orang-orang
telah terlebih dahulu mengalami Kristenisasi. Muslim menyimpan rasa dekat atau afinitas
Bahkan sebenarnya daerah-daerah Islam sampai tertentu kepada mereka itu. Dan rasa dekat itu ikut
sekarang ini, sejak dari Irak di timur sampai ke melahirkan adanya sikap-sikap toleran, simpatik
Spanyol di barat, adalah praktis bekas daerah dan akomodatif terhadap mereka dan pikiran-
agama Kristen, termasuk heartlandnya, yaitu pikiran mereka. (Toleransi dan sikap akomodatif
Palestina. Daerah-daerah itu, dibawah kekuasaan Islam ini ternyata kelak menimbulkan situasi ironis
pemerintahan orang-orang Muslim, selanjutnya di zaman moderen, akibat adanya kolonialisme
memang mengalami proses Islamisasi. Tetapi
4 "Sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada engkau
proses itu berjalan dalam jangka waktu yang (Muhammad) seperti yang telah Kami wahyukan kepada
panjang, selama berabad-abad, dan secara damai. Nuh dan para nabi sesudahnya, dan seperti yang telah
Kami wahyukan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan
Bahkan daerah-daerah Kristen itu tidak hanya kelompok-kelompok (para nabi), serta kepada 'Isa Ayyub,
mengalami proses Islamisasi, tetapi juga Arabisasi, Yunus, Harun dan Sulayman. Telah pula Kami berikan
kepada Dawud (kitab) Zabur. Juga kepada para rasul yang
disamping adanya daerah-daerah yang memang telah Kami kisahkan mereka itu kepadamu (Muhammad)
sejak jauh sebelum Islam secara asli merupakan sebelumnya, dan para rasul yang tidak Kami kisahkan mereka
itu kepadamu. Dan sungguh Allah telah berbicara (langsung)
daerah suku Arab tertentu seperti Libanon
kepada Musa." (Q., s. al-Nisa /4:163-165).
17
24. Barat, seperti adanya hubungan tidak mudah Mesopotamia. Sebab sekalipun ilmu pengetahuan
antara kaum Muslim dengan kaum Yahudi di Yunani merupakan bagian paling penting ilmu
Palestina, dengan kaum Maronite di Libanon, dan pengetahuan yang diserap orang-orang Muslim
dengan kaum Koptik di .Mesir). Arab, namun mereka ini juga dengan penuh
Toleransi dan keterbukaan orang-orang Islam kebebasan dan kepercayaan diri menyerap dari
dalam melihat kaum agama lain, khususnya orang-orang Majusi dan Sabean tersebut tadi,
Ahli Kitab tersebut mendasari adanya interaksi bahkan juga dari orang-orang Hindu dan Cina.
intelektual yang positif di kalangan mereka, Karena futuhat, bangsa-bangsa non-Muslim itu
dengan sedikit sekali kemasukan unsur prasangka berada dibawah kekuasaan politik orang-orang
yang berlebihan. Disamping itu, dan sebagaimana Arab Muslim. Tetapi biarpun orang-orang Arab
telah dikemukakan dalam pembahasan kita itu memiliki keunggulan militer dan politik,
tentang Islam dan pengembangan ilmu mereka tetap menunjukkan sikap-sikap penuh
pengetahuan yang lalu, kelebihan orang-orang penghargaan dan pengertian kepada bangsa-
Muslim Arab itu ialah kepercayaan kepada diri bangsa dan budaya-budaya (termasuk agama-
sendiri yang sedemikian mantap. Kemantapan itu agama) yang mereka kuasai. Hasilnya ialah, seperti
kemudian memancar pada sikap-sikap mereka dikatakan Halkin sebagai berikut (kutipan yang
yang positif kepada bangsa-bangsa dan budaya- penting untuk memahami pembahasan):
budaya lain, dengan kesediaan yang besar untuk
menyerap dan mengadopsinya sebagai milik ...It is to the credit of the Arabs that although they
sendiri. Posisi psikologis yang menguntungkan were the victors militarily and politically, they did
itu berada tidak hanya dalam hubungannya not regard the civilization of the vanquished lands
dengan kaum Ahli Kitab yang memang dekat with contempt. The riches of Syrian, Persian, and
dengan orang-orang Muslim, tetapi juga dengan Hindu cultures were no sooner discovered than
kelompok-kelompok keagamaan lain seperti they were adapted into Arabic. Caliphs, governors,
kaum Majusi (orang-orang Persi pengikut ajaran and others patronized scholars who did the work
Zoroaster) dan kaum Sabean dari Harran, di utara of translation, so that a vast body of non-Islamic
18
25. learning became accessible in Arabic. During Interaksi intelektual orang-orang Muslim
the ninth and tenth centuries, a steady flow of dengan dunia pemikiran Hellenik terutama terjadi
works on Greek medicine, physics, astronomy, antara lain di Iskandaria (Mesir), Damaskus, Antioch
mathematics, and philosophy, Persian belles- dan Ephesus (Syria), Harran (Mesopotamia) dan
lettres, and Hindu mathematics and astronomy Jundisapur (Persia). Di tempat-tempat itulah lahir
poured into Arabic.(5) dorongan pertama untuk kegiatan penelitian dan
(...Adalah jasa orang-orang Arab bahwa penterjemahan karya-karya kefilsafatan dan ilmu
sekalipun mereka itu para pemenang secara pengetahuan Yunani kuna, yang kelak kemudian
militer dan politik, mereka tidak memandang didukung dan disponsori oleh para penguasa
peradaban negeri-negeri yang mereka taklukkan Muslim.
dengan sikap menghina. Kekayaan budaya- Suatu hal yang patut sekali mendapat perhatian
budaya Syria, Persia, dan Hindu mereka salin lebih besar di sini ialah suasana kebebasan
ke bahasa Arab segera setelah diketemukan. intelektual di zaman klasik Islam itu. Interaksi
Para khalifah, gubernur, dan tokoh-tokoh yang
positif antara orang-orang Arab Muslim dengan
lain menyantuni para sarjana yang melakukan
kalangan bukan-Muslim itu dapat terjadi hanya
tugas penterjemahan, sehingga kumpulan ilmu
dalam suasana penuh kebebasan, toleransi dan
bukan-Islam yang luas dapat diperoleh dalam
bahasa Arab. Selama abad-abad kesembilan keterbukaan. Sebab meskipun orang-orang Arab
dan kesepuluh, karya-karya yang terus mengalir itu mempunyai ajaran agamanya yang sangat
dalam ilmu-ilmu kedokteran, fisika, astronomi, tegas dan gamblang, dengan penuh lapang dada
matematika, dan filsafat dari Yunani, sastra dari membiarkan semua kegiatan intelektual di pusat-
Persia, serta matematika dan astronomi dari pusat yang ada sejak sebelum kedatangan dan
Hindu tercurah ke dalam bahasa Arab). pembebasan oleh mereka. Seperti dikatakan oleh
C.A. Qadir:
5 Abraham S, Halkin, "The Judeo-Islamic Age, The Great
Fusion" dalarn Leo W. Schwarz, ed., Great Ages & Ideas of "...the centers of learning led by the Christians
the Jewish People (New York: The Modern Library, 1956), hh.
continued to function unmolested even after they
218-219.
19
26. were subjugated by the Muslims. This indicates not yang menjadi cikal-bakal ilmu kimia moderen.(7)
only the intellectual freedom that prevailed under Bahkan seorang khalifah Bani Umayyah, Marwan
Muslim rule in those days, but also testifies to the ibn al-Hakam (683-685 M), memerintahkan agar
Muslims' love of knowledge and the respect they buku kedokteran oleh Harun, seorang dokter
paid to the scholars irrespective of their religion."(6) dari Iskandaria Mesir, diterjemahkan dari bahasa
(...pusat-pusat pengajaran yang dipimpin oleh Suryani (Syriac) ke bahasa Arab.(8)
orang-orang Kristen terus berfungsi tanpa Harus diketahui bahwa dalam pembagian ilmu
terusik bahkan setelah mereka itu ditaklukkan pengetahuan zaman itu, baik ilmu kedokteran
oleh orang-orang Muslim. Ini menunjukkan maupun alkemi, sebagaimana juga metafisika,
tidak saja kebebasan intelektual yang terdapat matematika, astronomi, bahkan musik dan puisi,
di mana-mana di bawah pemerintahan Islam dan seterusnya, termasuk falsafah. Sebab istilah
zaman itu, tetapi juga membuktikan kecintaan falsafah itu, dalam pengertiannya yang luas,
orang-orang Muslim kepada ilmu dan sikap
mencakup bidang-bidang yang sekarang bisa
hormat yang mereka berikan kepada para
disebut sebagai "ilmu-pengetahuan umum", yakni,
sarjana tanpa mempedulikan agama mereka).
bukan "ilmu pengetahuan agama", yaitu dunia
Interaksi intelektual itu memperoleh kognitif yang dasar perolehannya bukan wahyu
wujudnya yang nyata semenjak masa dini sekali tetapi akal, baik yang dari penalaran deduktif
sejarah Islam. Disebut-sebut bahwa al-Harits maupun yang dari penyimpangan empiris. Ini
ibn Qaladah, seorang Sahabat Nabi, sempat penting disadari, antara lain untuk dapat dengan
mempelajari ilmu kedokteran di Jundisapur, tepat melihat segi-segi mana dari sistem falsafah
Persia, tempat berkumpulnya beberapa failasuf itu yang kontroversial karena dipersoalkan oleh
yang dikutuk gereja Kristen karena dituduh telah kalangan ortodoks. Umumnya mereka ini, seperi
melakukan bid'ah. Disebut-sebut juga bahwa
7 Drs. Hasyim Asy'ari MA, Bahasa Arab dan Perkembangan
Khalid ibn Yazid (ibn Mu'awiyah) dan Ja'far al- Ilmu Pengetahuan (makalah dalam seminar tentang Bahasa
Shadiq sempat mendalami alkemi (al-kimya) Arab, Fakultas Sastra, UGM, Yogyakarta, 15-16 Oktober
1988).
6 Qadir, op. cit., h. 34. 8 Qadir, op. cit., h. 34.
20
27. Ibn Taymiyyah dan lain-lain, menolak yang bersifat dalam banyak hal menyangkut bidang yang bagi
penalaran murni dan deduktif, dalam hal ini mereka merupakan wewenang agama. Tetapi
khususnya metafisika (al-falsafah al-ula), karena mereka membenarkan yang induktif dan empiris.
Neoplatonisme
Dari berbagai unsur pikiran Hellenik, atau "Kenyataan Mutlak."(9) Untuk memahami
Platonisme Baru (Neoplatonisme) adalah sedikit lebih lanjut ajaran Plotinus kita perlu
salah satu yang paling berpengaruh dalam memperhatikan beberapa unsur dalam ajaran-
sistem falsafah Islam. Neoplatonisme sendiri ajaran Plato, Aristoteles, Pythagoras (baru) dan
merupakan falsafah kaum musyrik (pagans), kaum Stoic.
dan rekonsiliasinya dengan suatu agama wahyu Plato membagi kenyataan kepada yang bersifat
menimbulkan masalah besar. Tapi sebagai ajaran "akali" (ideas, intelligibles) dan yang bersifat
yang berpangkal pada pemikiran Plotinus (205- "inderawi" (sensibles), dengan pengertian bahwa
270 M), sebetulnya Neoplatonisme mengandung yang akali itulah yang sebenarnya ada (ousia),
unsur yang memberi kesan tentang ajaran Tauhid. jadi juga yang abadi dan tak berubah. Termasuk
Sebab Plotinus yang diperkirakan sebagai orang diantara yang akali itu ialah konsep tentang
Mesir hulu yang mengalami Hellenisasi di kota "Yang Baik", yang berada di atas semuanya dan
Iskandaria itu mengajarkan konsep tentang "yang disebut sebagai berada di luar yang ada (beyond
Esa" (the One) sebagai prinsip tertinggi atau being, epekeina ousias). "Yang Baik" ini kemudian
sumber penyebab (sabab, cause). Lebih dari itu, diidentifikasi sebagai "Yang Esa", yang tak
Plotinus dapat disebut sebagai seorang mistikus, terjangkau dan tak mungkin diketahui.
tidak. dalam arti "irrasionalis", "occultist" ataupun Selanjutnya, mengenai wujud inderawi,
"guru ajaran esoterik", tetapi dalam artinya yang Plato menyebutkannya sebagai hasil kerja suatu
terbatas kepada seseorang yang mempercayai "seniman ilahi" (divine artisan, demiurge) yang
dirinya telah mengalami penyatuan dengan Tuhan menggunakan wujud kosmos yang akali sebagai
9 Wallis, op. cit., h. 3.
21
28. model karyanya. Disamping membentuk dunia dengan tindakan Akal untuk menjangkau wujud
fisik, demiurge juga membentuk jiwa kosmis dan itu.
jiwa atau ruh individu yang tidak akan mati. Jiwa Dualisme Plato di atas kemudian diusahakan
kosmis dan jiwa individu yang immaterial dan penyatuannya oleh para penganut Pythagoras
substansial itu merupakan letak hakikatnya yang (baru), dan dirubahnya menjadi monisme dan
bersifat ada sejak semula (pre-existence) dan akan berpuncak pada konsep tentang adanya Yang
ada untuk selamanya (post-existence immortality), Esa dan serba maha (transenden). Ini melengkapi
yang semuanya tunduk kepada hukum reinkarnasi. ajaran kaum Stoic yang di samping materialistik
Dari Aristoteles, unsur terpenting yang diambil tapi juga immanenistik, yang mengajarkan tentang
Plotinus ialah doktrin tentang Akal (nous) yang kemahaberadaan (omnipresence) Tuhan dalam
lebih tinggi daripada semua jiwa. Aristoteles alam raya.(10)
mengisyaratkan bahwa hanya Akal-lah yang tidak Kesemua unsur tersebut digabung dan
bakal mati (immortal), sedangkan wujud lainnya diserasikan oleh Plotinus, dan menuntunnya
hanyalah "bentuk" luar, sehingga tidak mungkin kepada ajaran tentang tiga hypostase atau prinsip
mempunyai eksistensi terpisah. Aristoteles juga di atas materi, yaitu Yang Esa atau Yang Baik, Akal
menerangkan bahwa "dewa tertinggi" (supreme atau Intelek, dan Jiwa.(11)
deity) ialah Akal yang selalu merenung dan
berpikir tentang dirinya. Kegiatan kognitif Akal itu 10 Paul Edwards, ed., The Encyclopedia of Philosophy, s.v.
"Plotinus".
berbeda dari kegiatan inderawi, karena obyeknya, 11 I.R. Netton, Muslim Neoplatonists (London: George Allen
yaitu wujud akali yang immaterial, adalah identik & Unwin, 1982), h. 34.
Aristotelianisme
Telah dinyatakan bahwa Neoplatonisme cukup ke Eropa sebelumnya, yang telah tercampur
banyak mempengaruhi falsafah Islam. Tetapi dengan unsur-unsur kuat Aristotelianisme. Bahkan
sebenarnya Neoplatonisme yang sampai ke tangan sebetulnya para failasuf Muslim justru memandang
orang-orang Muslim, berbeda dengan yang sampai Aristoteles sebagai "guru pertama" (al-mu'allim
22
29. al-awwal), yang menunjukkan rasa hormat berbeda-beda dari kalangan agama. Orang-orang
mereka yang amat besar, dan dengan begitu juga Kristen zaman itu, dengan doktrin Trinitasnya,
pengaruh Aristoteles kepada jalan pikiran para tidak mungkin luput dari memperhatikan betapa
failasuf Muslim yang menonjol dalam falsafah tiga hypostase Plotinus tidak sejalan, atau
Islam. bertentangan dengan Trinitas Kristen. Polemik-
Neoplatonisme sendiri, sebagai gerakan, polemik yang terjadi tentu telah mendapatkan
telah berhenti semenjak jatuhnya Iskandaria di jalannya ke penulisan. Maka orang-orang
tangan orang-orang Arab Muslim pada tahun 642.(12) Muslim, melalui tulisan-tulisan dalam bahasa
Sebab sejak itu yang ada secara dominan ialah Suryani yang disalin ke Bahasa Arab, mewarisi
falsafah Islam, yang daerah pengaruhnya meliputi versi neoplatonisme yang berbeda, yaitu Neo-
hampir seluruh bekas daerah Hellenisme. platonisme dengan unsur kuat Aristotelianisme.(14)
Tetapi sebelum gerakan Neoplatonis itu Menurut pelukisan F.E. Peters, mengutip kitab al-
mandeg, ia harus terlebih dahulu bergulat Fihrist oleh Ibn al-Nadim,
dan berhadapan dengan agama Kristen.
Dan interaksinya dengan agama Kristen itu The Arab version of the arrival of the Aristotelian
tidak mudah, dengan ciri pertentangan yang corpus in the Islamic world has to do with the
cukup nyata. Salah seorang tokohnya yang discovery of manuseripts in a deserted house. Even
harus disebut di sini ialah pendeta Nestorius, if true, the story omits two very important details
patriark Konstantinopel, yang karena menganut which may be supplied from the sequel: first, the
Neoplatonisme dan melawan ajaran gereja manuseripts were certainly not written in Arabic;
terpaksa lari ke Syria dan akhirnya ke Jundisapur di second, the Arabs discovered not only Aristotle but
Persia.(13) a whole series of commentators as well.(15)
Sebenarnya Neoplatonisme sebagai filsafat (Versi Arab tentang datangnya karya-karya
musyrik memang mendapat perlakuan yang
14 Netton, op. cit., h. 33.
12 Edwards, loc. cit. 15 F.E. Peters. Aristotle and the Arabs (New York: New York
13 Qadir, op. cit., h. 32. University Press, 1986), h. 7.
23
30. Aristoteles di dunia Islam ada kaitannya Islam, tetapi Aristotelianisme. Apalagi jika
dengan diketemukannya naskah-naskah di diingat bahwa orang-orang Muslim menerima
suatu rumah kosong. Seandainya benarpun, pikiran Yunani itu lima ratus tahun setelah fase
kisah itu menghilangkan dua rinci penting yang terakhir perkembangannya di Yunani sendiri, dan
bisa melengkapi jalan cerita: pertama, naskah- setelah dua ratus tahun pikiran itu digarap dan
naskah itu pastilah tidak tertulis dalam Bahasa
diolah oleh para pemikir Kristen Syria. Menurut
Arab; kedua, orang-orang Arab itu tidak hanya
Peters lebih lanjut, paham Kristen telah mencuci
menemukan Aristoteles tetapi seluruh rangkaian
bersih tendensi "eksistensial" filsafat Yunani,
para penafsir juga).
sehingga ketika diwariskan kepada orang-
Ini berarti bahwa pikiran-pikiran Aristoteles orang Arab Muslim, filsafat itu menjadi lebih
yang sampai ke tangan orang-orang Muslim sudah berorientasi pedagogik, bermetode skolastik, dan
tidak "asli" lagi, melainkan telah tercampur dengan berkecenderungan logik dan metafisik. Khususnya
tafsiran-tafsirannya. Karena itu, meskipun orang- logika Aristoteles (al-manthiq al-aristhi) sangat
orang Muslim sedemikian tinggi menghormati berpengaruh kepada pemikiran Islam melalui ilmu
Aristoteles dan menamakannya "guru pertama", kalam. Karena banyak menggunakan penalaran
namun yang mereka ambil dari dia bukan hanya logis menurut metodologi Aristoteles itu, maka
pikiran-pikiran dia sendiri saja, melainkan justru ilmu kalam yang mulai tampak sekitar abad VIII
kebanyakan adalah pikiran, pemahaman, dan dan menjadi menonjol pada abad IX itu disebut
tafsiran orang lain terhadap ajaran Aristoteles. juga sebagai suatu versi teologi alamiah (natural
Singkatnya, memang bukan Aristoteles sendiri theology, al-kalam al-thabi'i, sebagai bandingan al-
yang berpengaruh besar kepada falsafah dalam kalam al-Qur'ani) di kalangan orang-orang Muslim.(16)
16 Ibid., h. xx-xxxi (Introduction).
Penutup
Sebagaimana telah diisyaratkan, orang-orang dalam bentuknya yang telah ditafsirkan dan diolah
Muslim berkenalan dengan ajaran Aristoteles oleh orang-orang Syria, dan itu berarti masuknya
24
31. unsur-unsur Neoplatonisme. Maka cukup menarik Demikian pula, kita sepenuhnya
bahwa sementara orang-orang Muslim begitu dapat berbicara tentang pengaruh besar
sadar tentang Aristoteles dan apa yang mereka Aristotelianisme, yaitu dari sudut kenyataan bahwa
anggap sebagai ajaran-ajarannya, namun mereka kaum Muslim banyak memanfaatkan metode
tidak sadar, atau sedikit sekali mengetahui berpikir logis menurut logika formal (silogisme)
adanya unsur-unsur Neoplatonis didalamnya. Ini Aristoteles. Cukup sebagai bukti betapa jauhnya
menyebabkan sulitnya membedakan antara kedua pengaruh ajaran Aristoteles ini ialah populernya
unsur Hellenisme yang paling berpengaruh kepada ilmu mantiq di kalangan orang-orang Islam.
falsafah Islam itu, karena memang terkait satu Sampai sekarang masih ada dari kalangan 'ulama'
sama lainnya. kita yang menulis tentang mantiq, seperti K.H.
Sekalipun begitu masih dapat dibenarkan Bishri Musthafa dari Rembang, dan ilmu mantiq
melihat adanya pengaruh khas Neoplatonisme masih diajarkan di beberapa pesantren. Memang
dalam dunia pemikiran Islam, seperti yang kelak telah tampil beberapa 'ulama' di masa lalu yang
muncul dengan jelas dalam berbagai paham mencoba meruntuhkan ilmu mantiq (seperti Ibn
Tasauf. Ibn Sina, misalnya, dapat dikatakan seorang Taymiyyah dengan kitabnya, Naqdl al-Manthiq dan
Neoplatonis, disebabkan ajarannya tentang mistik al-Suyuthi dengan kitabnya, Shawn al-Mantiq wa
perjalanan ruhani menuju Tuhan seperti yang al-Kalam 'an Fann al-Manthiq wa al-Kalam). Tetapi
dimuat dalam kitabnya, Isharat. Dan memang bahkan al-Ghazali pun, meski telah berusaha
Neoplatonisme yang spiritualistik itu banyak menghancurkan falsafah dari segi metafisikanya,
mendapatkan jalan masuk ke dalam ajaran-ajaran adalah seorang pembela ilmu mantiq yang gigih,
Sufi. Yang paling menonjol ialah yang ada dalam dengan kitab-kitabnya seperti Mi'yar al-Ilm dan
ajaran sekelompok orang-orang Muslim yang Mihakk al-Nadhar. Bahkan kitabnya, al-Qisthas
menamakan diri mereka Ikhwan al-Shafa (secara al-Mustaqim, dinilai dan dituduh Ibn Taymiyyah
longgar: Persaudaraan Suci).(17) sebagai usaha pencampur-adukan tak sah ajaran
Nabi dengan falsafah Aristoteles, karena uraian-
17 Pembahasan tentang kelompok ini yang cukup lengkap ialah
uraian keagamaannya, dalam hal ini ilmu fiqh, yang
yang dilakukan Netton. op. cit.
25
32. menggunakan sistem ilmu mantiq. kaum Muslim tampak nyata. Seperti dikatakan
Tetapi, seperti telah dikemukakan di atas, William Lane Craig,
adalah mustahil melihat falsafah Islam sebagai
carbon copy Hellenisme. Misalnya, meskipun ... the kalam argument as a proof for God's
terdapat variasi, tetapi semua pemikir Muslim existence originated in the minds of medieval
berpandangan bahwa wahyu adalah sumber Arabic theologians, who bequeathed to the West,
ilmu pengetahuan, dan, karena itu, mereka juga where it became the center of hotly disputed
membangun berbagai teori tentang kenabian controversy. Great minds on both sides were raged
seperti yang dilakukan Ibn Sina dengan risalahnya against each other: al-Ghazali versus Ibn Rushd,
yang terkenal, Itsbat al-Nubuwwat. Mereka juga Saadia versus Maimonides, Bonaventure versus
mencurahkan banyak tenaga untuk membahas Aquinas. The central issue in this entire debate was
kehidupan sesudah mati, suatu hal yang tidak whether the temporal series of past events could
terdapat padanannya dalam Hellenisme, kecuali be actually infinite.(19)
dengan sendirinya pada kaum Hellenis Kristen. (...argumen kalam sebagai bukti adanya Tuhan
Para failasuf Muslim juga membahas masalah berasal dari dalam pikiran para teolog Arab
baik dan buruk, pahala dan dosa, tanggungjawab zaman pertengahan, yang menyusup ke Barat,
pribadi di hadapan Allah, kebebasan dan di mana ia menjadi pusat kontroversi yang
keterpaksaan (determinisme), asal usul penciptaan, diperdebatkan secara hangat. Pemikir-pemikir
dan seterusnya, yang kesemuanya itu merupakan dari dua pihak berhadapan satu sama lain: al-
bagian integral dari ajaran Islam, dan sedikit sekali Ghazali lawan Ibn Rusyd, Saadia lawan Musa
ibn Maymun, Bonaventura lawan Aquinas.
terdapat hal serupa dalam Hellenisme.(18)
Persoalan pokok dalam seluruh debat itu ialah
Lebih lanjut, falsafah kemudian mempengaruhi
apakah rentetan zaman dari kejadian masa
ilmu kalam. Meski begitu, lagi-lagi, tidaklah benar
lampau itu dapat secara aktual tak terbatas).
memandang ilmu kalam sebagai jiplakan belaka
dari falsafah. Justru dalam ilmu kalam orisinalitas
19 William Craig, Kalam Cosmological Argument (London:
18 Qadir, op. cit., h. 28. The Macmillan Press Ltd, 1979), "preface".
26
33. Ilmu kalam adalah unik dalam pemikiran umat they inherited these arguments from the Arabic
manusia. Ia merupakan sumbangan Islam dalam theologians and philosophers, whom we tend
dunia kefilsafatan yang paling orisinil. Argumen- unfortunately to neglect.(20)
argumen yang dikembangkan dalam ilmu kalam (Para pemikir Yahudi berpartisipasi sepenuhnya
menerobos dunia pemikiran Barat, sebagaimana dalam kehidupan intelektual masyarakat
banyak pikiran-pikiran Islam yang lain, meskipun Muslim, banyak di antara mereka yang menulis
hanya sedikit dari orang-orang Barat yang dalam Bahasa Arab dan menterjemahkan
mengakuinya. Berkenaan dengan ini, Craig karya-karya Arab ke dalam Bahasa Ibrani.
mengatakan lebih lanjut: Dan orang-orang Kristen kemudian membaca
dan menterjemahkan karya-karya para pemikir
Yahudi itu. Argumen kalam bagi permulaan
The Jewish thinkers fully participated in the
adanya alam raya menjadi perdebatan yang
intellectual life of the Muslim society, many of
panas, karena ditentang oleh Aquinas namun
them writing in Arabic and translating Arabic
digunakan dan didukung oleh Bonaventure.
works into Hebrew. And the Christians in turn read Argumen falsafah dari wujud pasti (wajib) dan
and translated works of these Jewish thinkers. wujud mungkin (mumkin) banyak digunakan
The kalam argument for the beginning of the dalam berbagai bentuk dan akhirnya menjadi
universe became a subject heated debate, being kunci argumen Thomis untuk adanya Tuhan.
opposed by Aquinas, but adopted and supported Begitulah, bahwa argumen kosmologis itu
by Bonaventure. The falsafa argument from sampai ke para teolog berbahasa Latin, yang
necessary and possible being was widely used dalam budaya Barat kita mereka itu menerima
in various forms and eventually became the pengakuan untuk orisinalitas, yang mereka
key Thomist argument for God's existence. Thus sendiri tidak sepenuhnya berhak, karena mereka
it was that the cosmological argument came mewarisi argumen-argumen itu dari para teolog
dan failasuf Arab, yang sayangnya cenderung
to the Latinspeaking theologians of the West,
kita lupakan).
who receive in our Western culture a credit for
originality that they do not fully deserve, since
20 Ibid., h. 18.
27
34. Sebagaimana telah menjadi pokok Argumen kosmologi kalam membimbing kita ke
pembicaraan buku William Craig yang dikutip itu, arah adanya Khaliq yang bersifat pribadi alam
argumen-argumen kosmologis kalam ternyata kini raya...)
banyak mendapatkan dukungan temuan-temuan Adakah membuktikan adanya Tuhan yang
ilmiah moderen. Teori big bang dari Chandrasekhar personal itu yang menjadi titik perhatian sentral
(pemenang hadiah Nobel), dan dikatakan dengan falsafah dan kalam? Setelah membuktikan dengan
temuan-temuan astronomi moderen, begitu pula dalil-dalil dan argumen-argumen yang mantap,
konsep waktu dari Newton dan Einstein, semuanya para failasuf dan mutakallim beralih ke usaha
itu, menurut Craig, mendukung argumen memahami makna wujudnya Tuhan itu bagi
kosmologi ilmu kalam tentang adanya Tuhan dan manusia, kemudian dikembangkan menjadi dalil-
"personal", yang telah menciptakan alam raya ini: dalil dan argumen-argumen untuk mendukung
kebenaran agama. Seperti ditegaskan oleh Ibn
We have thus concluded to a personal Creator Rusyd dalam Fashl al-Maqal, kegiatan berfalsafah
of the universe who exists changelessly and adalah benar-benar pelaksanaan perintah Allah
independently prior to creation and in time dalam Kitab Suci. Maka, kata Ibn Rusyd, falsafah
subsequent to creation. This ia a central core dan agama atau syari'ah adalah dua saudara
of what theists mean by "God"...The kalam kandung, sehingga merupakan suatu kezaliman
cosmological argument leads us to a personal besar jika antara keduanya dipisahkan. Hanya
Creator of the universe..."(21) memang, kata Ibn Rusyd lagi, terdapat halangan
(Dengan begitu kita telah menyimpulkan adanya agama yang karena ketidak-tahuannya memusuhi
Khaliq yang personal bagi alam raya, yang ada falsafah, dan terhadap kalangan falsafah yang juga
tanpa berubah dan berdiri sendiri sebelum karena ketidak-tahuannya memusuhi syari'ah. Ibn
penciptaan alam dan dalam waktu sesudah Rusyd sendiri adalah seorang failasuf yang amat
penciptaan itu. Inilah inti pusat apa yang oleh mendalami syari'ah.
kaum teist dimaksudkan dengan "Tuhan"...
21 Ibid., h. 152.
28
35. Disiplin Ilmu Keislaman Tradisional:
3
Fiqh (Tinjauan Dari Segi Makna
Kesejarahan)
D ari empat disiplin Ilmu Keislaman Tradisional
yang mapan yaitu ilmu fiqh ('ilm al-fiqh),
ilmu kalam ('ilm al-kalam), ilmu tasawuf ('ilm
mendominasi pemahaman orang-orang Muslim
akan agama mereka sehingga, karenanya, paling
banyak membentuk bagian terpenting cara
al-tashawwuf) dan falsafah (al-falsafah atau berpikir mereka. Kenyataan ini dapat dikembalikan
al-hikmah),(1) fiqh adalah yang paling kuat kepada berbagai proses sejarah pertumbuhan
1 Dari empat disiplin ilmu keislaman tradisional itu masing- masyarakat Muslim masa lalu, juga kepada
masing dapat diidentifikasikan sebagai berikut: ilmu fiqh sebagian dari inti semangat ajaran agama Islam
merupakan disiplin dengan bidang garapan segi-segi eksoteris
(lahiriah) agama, yaitu terutama aspek hukum dari amalan sendiri.
keagamaan. Para ahli fiqh juga disebut ahl al-dhawahir Salah satu karakteristik historis agama Islam
(kelompok eksoteris). Ilmu tasawuf memperhatikan segi-segi
esoteris (kedalaman, kebatinan), dan para ahli tasawuf disebut ialah kesuksesan yang cepat luar biasa dalam
ahl al-bawathin (kelompok esoteris). Ilmu kalam menggarap ekspansi militer dan politik.(2) Ada indikasi bahwa
segi-segi rasional, namun tetap lebih mengutamakan wahyu,
sedangkan falsafah menggarap segi-segi spekulatif dengan yang dalam peradaban Islam dikenal dengan ilmu mantiq
kecenderungan kuat kepada metode interprestasi metaforis (lengkapnya, 'ilm al-manthiq al-aristhi). Al-Ghazali pun,
kepada teks-teks suci. Dari keempatnya itu falsafah adalah yang terkenal telah berusaha merubuhkan falsafah, menaruh
yang paling kontroversial, disebabkan persandarannya kepada kepercayaan besar kepada ilmu mantiq ini.
filsafat Yunani yang amat jauh. Namun ada bagian dari 2 Seperti halnya dengan Nabi Musa a.s. dan beberapa Nabi
filsafat yang diterima hampir universal di kalangan orang- yang lain, Nabi Muhammad dikenal dalam sosiologi agama
orang Muslim, yaitu logika formal (silogisme) Aristoteles, sebagai "nabi bersenjata" (armed prophet). Tapi jauh
36. ekspansi militer ke luar Jazirah Arabia itu mula- "daerah beradab" (Oikoumene, menurut sebutan
mula dilakukan dalam keadaan terpaksa dan orang-orang Yunani kuna), yang membentang
untuk tujuan pertahanan diri.(3) Tetapi dinamika dari Lautan Atlantik di barat sampai Gurun Gobi di
gerakan perluasan itu kemudian seperti tidak timur. Sebuah kemaharajaan (empire) dunia telah
dapat dikekang, dan dalam tempo amat singkat lahir dengan keluasan wilayah yang tidak pernah
orang-orang Muslim menguasai sepenuhnya terjadi sebelumnya dalam sejarah umat manusia.
melampaui "prestasi" Nabi Musa a.s., Nabi Muhammad s.a.w. Disebabkan oleh ciri kekuasaan itu maka
berhasil merampungkan hal-hal yang berlipatganda lebih
besar dari yang dirampungkan oleh Nabi Musa dan generasi sejak dari semula, khususnya dikalangan kaum
berikutnya sampai Nabi Daud a.s. Ketika Rasulullah wafat, Sunni, agama Islam dengan erat terkait dengan
praktis seluruh Jazirah Arabia telah tunduk kepada Madinah,
dan hanya selang beberapa tahun saja sesudah itu wilayah
kemapanan politik. Di antara sekian banyak
kekuasaan politik Islam meluas sampai meliputi daerah inti implikasinya ialah bahwa para pemimpin Islam,
peradaban manusia saat itu.
baik yang berada pada lingkungan kekuasaan
3 Salah satu yang mendorong orang-orang Muslim itu keluar
Jazirah Arabia dan mengadakan bcrbagai ekspedisi militer maupun yang menekuni bidang pemikiran, banyak
ialah karena berita-berita yang telah beredar saat-saat terakhir sekali disibukkan oleh usaha-usaha mengatur
hidup Nabi bahwa orang-orang Byzantium yang telah merasa
terancam oleh munculnya gerakan Islam itu telah menyiapkan
masyarakat dan negara sebaik-baiknya. Ini
pasukan yang sangat besar di perbatasan utara untuk mendorong kepada curahan perhatian yang luar
menghancurkan masyarakat Islam. Bahkan sebelum wafatnya,
biasa besar untuk menggali dan mengembangkan
Rasulullah s.a.w. telah sempat mengirim ekspedisi militer ke
sana. Ekspedisi yang dikirim Nabi itu kemudian ditafsirkan unsur-unsur dalam ajaran agama Islam yang
sebagai semacam wasiat yang harus dilaksanakan, dan itulah berhubungan dengan masalah pengaturan
permulaan sekalian ekspedisi dan ekspansi militer yang terjadi
selanjutnya. masyarakat dan negara.
Pangkal Pertumbuhan Fiqh
Dari suatu segi, ilmu fiqh, seperti halnya dengan sebagai "hukum" seperti yang sekarang umum
ilmu-ilmu keislaman lainnya, dapat dikatakan dipahami orang, maka akar "hukum" yang amat
telah tumbuh semenjak masa Nabi sendiri. Jika erat kaitannya dengan kekuasaan itu berada
"fiqh" dibatasi hanya kepada pengertiannya dalam salah satu peranan Nabi sendiri selama
30
37. beliau mengemban tugas suci kerasulan (risalah), hirarki sosial) dan yang bersifat universal (berlaku
khususnya selama periode sesudah hijrah ke untuk semua orang, di semua tempat dan waktu).
Madinah, yaitu peranan sebagai pemimpin Tetapi peranan Nabi dengan tugas kerasulan
masyarakat politik (Madinah) dan sebagai hakim (risalah) yang diembannya tidaklah hanya
pemutus perkara.(4) bersangkutan dengan hal-hal kemasyarakatan
Peranan Nabi sebagai pemutus perkara itu semata. Dalam kesanggupan menangkap dan
sendiri harus dipandang sebagai tak terpisahkan memahami serta mengamalkan keseluruhan
dari fungsi beliau sebagai utusan Tuhan. Seperti makna agama yang serba segi itu ialah
halnya dengan semua penganjur agama dan sesungguhnya letak perbaikan dan peningkatan
moralitas, Nabi Muhammad s.a.w. membawa nilai kemanusiaan seseorang. Inilah kurang lebih
ajaran dengan tujuan amat penting reformasi atau yang dimaksudkan Nabi ketika beliau bersabda
pembabaruan dan perbaikan (ishlah)(5) kehidupan dalam sebuah hadits yang amat terkenal bahwa
masyarakat. Berada dalam inti reformasi itu ialah jika Tuhan menghendaki kebaikan untuk seseorang
aspirasi keruhanian (sebagai pengimbang aspirasi maka dibuatlah ia menjadi faqih (orang yang
keduniawian semata) yang populis (cita-cita paham) akan agamanya.(6) Demikian pula sebuah
keadilan dengan semangat kuat anti elitisme dan firman Ilahi yang tidak jauh maknanya dari hadits
4 Kedudukan Nabi sebagai hakim pemutus perkara ini antara itu, yang menegaskan hendaknya dalam setiap
lain dikukuhkan dalam sebuah firman, Q., s. al-Nisa'/4:65, masyarakat selalu ada kelompok orang yang
"Maka demi Tuhanmu, mereka tidaklah beriman sehingga
mereka berhakim kepadamu berkenaan dengan hal-hal
melakukan tafaqquh (usaha memahami secara
yang diperselisihkan antara mereka, kemudian mereka tidak mendalam) tentang agamanya. Diharapkan agar
menemui kekerabatan dalam diri mereka atas keputusan yang
para "Spesialis" ini dapat menjalankan peran
telah kau ambil, dan mereka pasrah sepenuh-penuhnya."
Firman ini dan lain-lainnya juga sering menjadi acuan sebagai sebagai sumber kekuatan moral (moral force)
penegasan kewajiban mengikuti Nabi melalui Sunnah yang masyarakat.(7) Maka suatu masyarakat tumbuh
ditinggalkan beliau.
5 Ini bisa dipahami dari firman Allah, Q. s. Hud/11:88, yang 6 Hadits yang terkenal mengatakan, "Barangsiapa Allah
menuturkan Nabi Syu'aib dalam pernyataannya kepada menghendaki kebaikan baginya, maka ia dibuat paham (fiqh)
kaumnya; "Aku hanyalah menghendaki perbaikan (ishlah, dalam agama."
reformasi) sedapatdapatku." 7 Q. s. al-Tawbah/9:122," Maka hendaknyalah pada setiap
31
38. menjadi masyarakat hukum (legal society), simpul kepercayaan (al-'aqa'id) dan peribadatan (al-
namun dasar strukturnya itu ialah hakikat suatu 'ibadat), maka diberikan secara terinci (mufashshal)
masyarakat akhlaq (ethical society).(8) dengan rincian yang sempurna, serta dijelaskan
Berkenaan dengan prinsip ini al-Sayyid Sabiq, dengan nas-nas yang serba meliputi. Karena itu
misalnya, mengatakan bahwa Allah mengutus tidak seorang pun dibenarkan menambah atau
Muhammad s.a.w. dengan kecenderungan suci mengurangi. Sedangkan hal-hal yang berubah
yang lapang (al-hanifiyyat al-samhah). Rasulullah dengan perubahan zaman dan tempat, seperti
s.a.w. bersabda bahwa "Agama yang paling disukai berbagai kemaslahatan sipil (al-mashalih al-
Allah ialah al-hanifiyyat al-samhah." Kemudian madaniyyah) serta berbagai perkara politik dan
kecenderungan suci yang lapang itu dilengkapi perang, maka diberikan secara garis besar (mujmal)
dengan tata cara hidup praktis yang serba meliputi agar bersesuaian dengan kemaslahatan manusia
(al-syari'at al-jami'ah). Namun dalam sifatnya yang di setiap masa, dan dengan ketentuan itu para
menyeluruh itu masih dapat dikenali adanya dua pemegang wewenang (ulu al-amr, jamak dari wali
hal yang berbeda: hal-hal parametris keagamaan al-amr, pemegang kekuasaan, yakni, pemerintah)
yang tidak berubah-ubah, dan hal-hal dinamis, dapat mencari petunjuk dalam usaha menegakkan
yang berubah menurut perubahan zaman dan kebenaran dan keadilan.(9)
tempat: Maka ilmu fiqh dalam makna asalnya adalah
... Adapun hal-hal yang tidak berubah karena ilmu yang berusaha memahami secara tepat
perubahan zaman dan tempat, seperti simpul- ketentuan-ketentuan terinci (al-mufashshalat) dan
golongan dari mereka (orang-orang yang beriman) itu ketentuan-ketentuan garis besar (al-mujmalat)
ada sekelompok orang yang tidak ikut (berperang) untuk
dalam ajaran agama itu. Tentang hal-hal yang telah
mendalami agama (tafaqquh), dan untuk dapat memberi
peringatan kepada kaumnya bila mereka itu telah kembali terinci, dengan sendirinya tidak banyak kesulitan.
(dari perang) agar mereka semuanya waspada." Dan waspada Tetapi tentang hal-hal yang bersifat garis besar,
dalam hal ini, seperti taqwa, mengandung arti menjunjung
tinggi moralitas. perbedaan penafsiran dan penjabarannya sering
8 Sebuah Hadits yang terkenal bahwa Nabi Muhammad
bersabda, "Aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan budi 9 Al-Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah (Kuwait: Dar al-Bayan, 1388
pekerti luhur." H/ 1968 M), j. 1, h. 13.
32
39. menjadi sumber kesulitan yang menimbulkan Muslim dalam fase perkembangan historis mereka
berbagai perbedaan pendapat antara para pemikir yang paling formatif.
Masa-masa Perkembangan Formatif
Melalui masa-masa perkembangan formatifnya, ini diperlukan penyusunan hukum-hukum
ilmu fiqh memperoleh batasnya yang jelas. Sejalan pembalasan, dan inilah bagian 'uqubat dari ilmu
dengan yang telah dikemukakan di atas, batasan fiqh.(10)
itu kurang lebih adalah: Dari definisi dan penjelasan tentang hakikat
... Fiqh ialah ilmu tentang masalah-masalah ilmu fiqh itu nampak dengan jelas titik berat
syara'iyah secara teoritis. Masalah-masalah fiqh itu orientasi fiqh kepada masalah pengaturan hidup
berkenaan dengan perkara akhirat seperti hal- bersama manusia dalam tatanan sosialnya, yang
hal peribadatan (ibadat) atau berkenaan dengan inti kerangka pengaturan itu ialah masalah-
perkara dunia yang terbagi menjadi munakahat masalah hukum. Bahkan meskipun masalah-
(tentang pernikahan), mu'amalat (tentang berbagai masalah ibadat juga termasuk ke dalam ilmu fiqh
transaksi dalam masyarakat) dan 'uqubat (tentang —justru merupakan yang pertama-tama dibahas—
hukuman) namun cara pandang ilmu fiqh terhadap ibadat
...Demi terpeliharanya keadilan dan ketertiban pun tetap bertitikberatkan orientasi hukum. Dalam
antara sesama manusia serta menjaga mereka hal ini terkenal pembagian hukum yang lima: wajib
dari kehancuran maka diperlukanlah ketentuan- mandub, mubah, makruh dan haram. Disamping
ketentuan yang diperkuat oleh syari'at berkenaan itu terdapat cara penilaian kepada sesuatu sebagai
dengan perkara perkawinan, dan itulah bagian sah atau batal, yaitu dilihat dari kenyataan apakah
munakahat dari ilmu fiqh; kemudian berkenaan semua syarat dan rukunnya terpenuhi atau tidak.(11)
dengan perkara peradaban dalam bentuk Telah dikemukakan bahwa situasi yang
gotong-royong dan kerjasama, dan itulah bagian
mu'amalat dari ilmu fiqh; dan untuk memelihara 10 Majallat al-Ahkam al-'Adliyyah (Beirut: Mathba'at Syiarku,
1388 H/1968 M, cetakan kelima), h. 15
perkara peradaban itu agar tetap pada garisnya
11 Lihat catatan 1 di atas.
33