Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang perbankan syariah di Indonesia, mulai dari prinsip dasarnya, produk-produknya, dan perkembangannya. Prinsip utama perbankan syariah adalah menghindari riba dan berinvestasi pada sektor yang halal.
1. PERBANKAN SYARIAH
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah LKPI
Dosen Pengampu :
Dr. Syafiq M. Hanafi, S.Ag,M.Ag
Disusun Oleh :
IFFA NAZULA TABAHATI
KUI-A / 08390074
PROGRAM STUDI KEUANGAN ISLAM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2010
2. PENDAHULUAN
Perbankan syariah atau perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan
berdasarkan syariah Islam. Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh larangan dalam agama Islam
untuk memungut atau meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba serta larangan untuk
melakukan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram ( misal usaha perjudian) dimana
hal ini tidak dapat dijamin dalam sistem perbankan konvensional.
Adapun Bank syariah adalah bank yang dalam menjalankan operasinya dengan sistem
hukum islam (syariah). Fungsinya sama dengan bank konvensional yaitu menerima simpanan uang,
meminjamkan uang dan jasa keuangan lainnya, tetapi yang membedakan adalah cara operasi,
produk, kesepakatan, dan sistemnya.
Berkembangnya bank-bank syariah di Indonesia dimulai sejak awal tahun 1990-an. Di
Indonesia pelopor perbankan syariah adalah Bank Muamalah Indonesia. Berdiri tahun 1992, bank ini
diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah serta dukunagan dari Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha muslim. Saat ini keberadaan bank
syariah di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan
Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
Adanya perbankan syariah di Indonesia dipelopori oleh berdirinya Bank Muamalat Indonesia
dengan tujuan mengakomodir berbagai aspirasi dan pendapat di masyarakat terutama masyarakat
Islam yang banyak berpendapat bahwa bunga bank itu haram karena termasuk riba dan juga untuk
mengambil prinsip kehati-hatian. Apabila dilihat dari segi ekonomi dan nilai bisnis, ini merupakan
terobosan besar karena penduduk Indonesia 80% beragama islam, tentunya ini bisnis yang sangat
potensial. Meskipun sebagian orang islam berpendapat bahwa bunga bank itu bukan riba tetapi
faedah, karena bunga yang diberikan atau diambil oleh bank berjumlah kecil jadi tidak akan saling
dirugikan atau didzolimi, tetapi tetap saja bagi umat islam berdirinya bank-bank syariah adalah
sebuah kemajuan besar.
Meskipun bank syariah telah berdiri sejak awal tahun 1990-an, namun keberadaanya masih
kurang diminati masyarakat pada umumnya. Hal ini mungkin berkaitan dengan kurangnya
pemahaman masyarakat terhadap produk atau jasa yang ditawarkan dari bank-bank syariah
tersebut dan atau kurangnya sosialisasi dari produk dan jasa tersebut. Padahal dalam kaitannya
dengan produk dan jasa, ada perbedaan yang menyolok antara prinsip-prinsip pada produk dan jasa
bank syariah dengan prinsip dalam produk dan jasa bank konvensional. Makalah ini akan mencoba
membahas mengenai produk dan jasa bank syariah.
3. PEMBAHASAN
I. Prinsip Dasar Perbankan Syariah
Ada prinsip-prinsip dalam bank syariah yang membedakannya dengan bank konvensional,
antara lain :
1. Prinsip Titipan atau Simpanan (Al-wadi’ah)
Al-wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak yang lain, baik
individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip
menghendakinya. Aplikasinya dalam produk perbankan, di mana bank sebagai penerima
simpanan dapat memanfaatkan prinsip ini yang dalam bank konvensional dikenal dengan
produk giro. Sebagai konsekuensi, semua keuntungan yang dihasilkan dari dana titipan
tersebut menjadi milik bank (demikian pula sebaliknya). Sebagai imbalan, si penyimpan
mendapat jaminan keamanan terhadap hartanya, dan juga fasilitas-fasilitas giro lain. Dalam
dunia perbankan yang semakin kompetitif, insentif atau bonus dapat diberikan dan hal ini
menjadi kebijakan dari bank bersangkutan. Hal ini dilakukan dalam upaya merangsang
semangat masyarakat dalam menabung dan sekaligus sebagai indikator kesehatan bank.
2. Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing)
Pada dasarnya prinsip ini terbagi atas :
a. Al-Mudharabah
Secara teknis, al-mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak,di mana
pihak pertama menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lain menjadi pengelola.
Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan
dalam kontrak, sedangkan apabila rugi, ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian
tersebut bukan akibat kelalaian di pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan
karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, maka pengelola harus bertanggung
jawab atas kerugian tersebut. Pola transaksi mudharabah, biasanya diterapkan pada
produk-produk pembiayaan dan pendanaan. Pada sisi penghimpunan dana, al-
mudharabah diterapkan pada: tabungan dan deposito. Sedangkan pada sisi
pembiayaan, al-mudharabah, diterapkan untuk: pembiayaan modal kerja.
b. Al-Musyarakah
4. Dalam sistem ini terjadi kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu. Para pihak yang bekerja sama memberikan kontribusi modal. Keuntungan
ataupun risiko usaha tersebut akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
Dalam sistem ini, terkandung apa yang biasa disebut di bank konvensional sebagai
sarana pembiayaan. Secara konkret, bila Anda memiliki usaha dan ingin mendapatkan
tambahan modal, Anda bisa menggunakan produk al-musyarakah ini. Inti dari pola ini
adalah, bank syariah dan Anda secara bersama-sama memberikan kontribusi modal
yang kemudian digunakan untuk menjalankan usaha. Porsi bank syariah akan
diberlakukan sebagai penyertaan dengan pembagian keuntungan yang disepakati
bersama. Dalam bank konvensional, pembiayaan seperti ini mirip dengan kredit modal
kerja.
3. Prinsip Al-Murabahah
Dalam sistim ini, terjadi jual beli suatu barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang nilainya disepakati kedua belah pihak. Penjual dalam hal ini harus
memberi tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai
tambahan. Misalkan Anda membutuhkan kredit untuk pembelian mobil. Dalam bank
konvensional Anda akan dikenakan bunga dan Anda diharuskan membayar cicilan bulanan
selama waktu tertentu. Di sektor perbankan, suku bunga yang berlaku mungkin saja
berubah. Dalam sistem bank syariah, tentu saja produk seperti ini juga tersedia. Namun
bentuknya bukan kredit, melainkan menggunakan prinsip jual-beli, yang diistilahkan dengan
Murabahah. Dalam hal ini, bank syariah akan membeli mobil yang Anda inginkan terlebih
dahulu, kemudian menjualnya lagi kepada Anda. Tapi, karena bank syariah menalanginya
dulu, maka pada saat menjual kepada Anda, harganya sedikit lebih mahal, sebagai bentuk
keuntungan buat bank syariah. Karena bentuk keuntungan bank syariah sudah disepakati di
depan, maka nilai cicilan yang harus Anda bayarkan relative lebih tetap.
II. Produk-Produk Perbankan Syariah
Secara garis besar produk perbankan syariah terbagi atas produk penyaluran dana,
penghimpunan dana dan produk jasa. Adapun penjelasan lebih rinci adalah sebagai berikut :
1. Penghimpun Dana
5. Produk penghimpunan dana dibank syariah dapat berupa giro, tabungan, dan deposito.
Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana masyarakat adalah
wadi’ah dan mudharabah.
a. Wadi’ah
Prinsip Wadi’ah yang diterapkan dalam Perbankan syariah adalah Wadiah Yad
Dhamanah yang diterapkan pada produk rekening giro. Dalam konsep Wadi’ah Yad
Dhamanah, Bank dapat mempergunakan dana yang dititipkan, akan tetapi bank
bertanggung jawab penuh atas keutuhan dari dana yang dititipkan.
b. Mudharabah
Mudarabah Mutlaqah
Mudarabah Mutlaqah adalah Mudarabah yang tidak disertai dengan pembatasan
penggunaan dana dari Sahibul Mal.
Mudarabah Muqayadah on Balance Sheet
Mudarabah Muqayadah on Balance Sheet adalah Aqad Mudarabah yang disertai
dengan pembatasan penggunaan dana dari Sahibul Mal untuk investasi-investasi
tertentu.
Mudarabah of Balance Sheet
Dalam Mudarabah of Balance Sheet, Bank bertindak sebagai arranger, yang
mempertemukan nasabah pemilih modal dan nasabah yang akan menjadi mudharib.
c. Wakalah
Wakalah dalam praktek perbankan syariah dilakukan apabila nasabah memberikan
kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti
inkaso dan transfer uang.
2. Penyaluran Dana
Dalam menyalurkan dana kepada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan syariah
terbagi kedalam tiga kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaan yaitu :
6. - Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang yang dilakukan dengan
prinsip jual beli.
- Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan dengan
prinsip sewa.
- Transaksi pembiayaan untuk usaha kerja sama yang dituju guna mendapatkan
sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil
Pada kategori pertama dan kedua, tingkat keuntungan bank ditentukan didepan dan
menjadi bagian harga atas barang atau jasa yang dijual. Produk yang termasuk dalam
kelompok ini adalah produk yang menggunakan prinsip jual beli seperti murabahah, salam
dan istishna serta produk yang menggunakan prinsip sewa atau ijarah. Sedangkan kategori
ketiga, tingkat keuntungan bank ditentukan dari besarnya usaha sesuai dengan prinsip bagi
hasil. Pada produk bagi hasil keuntungan ditentukan oleh nisbah bagi hasil yang disepakati
dimuka. Produk perbankan yang termasuk kedalam kelompok ini adalah musyarakah dan
mudhrabah.
a. Prinsip jual beli (Ba’i)
Prinsip jual beli diadakan sehubungan dengan diadakannya perpindahan kepemilikan
barang atau benda (transfer of property). Tingkat keuntungan bank ditentukan didepan
dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual. Transaksi jual beli dibedakan
berdasarkan bentuk pembayarannya dan waktu penyerahan barang seperti :
Pembiayaan Murabahah
Murabahah adalah transaksi jual beli, dimana bank mendapat sejumlah keuntungan.
Dalam hal ini, bank menjadi penjual dan nasabah menjadi pembeli. Kedua pihak
harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual
dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah
selama berlakunya akad.
Salam
Salam adalah transaksi jual beli, dimana barangnya belum ada, sehingga barang yang
menjadi objek transaksi tersebut diserahkan secara tangguh. Dalam transaksi ini,
bank menjadi pembeli dan nasabah menjadi penjual.
Istishna
7. Alur trankasksi Istishna mirip dengan Salam, hanya saja dalam Istishna, Bank dapat
membayar harga pembelian dalam beberapa kali termin pembayaran. Skim istishna
dalam bank syariah umumnya diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan
konstruksi.
b. Prinsip Sewa (Ijarah)
Secara prinsip, Ijarah sama dengan transaksi jual beli. Hanya saja yang menjadi objek
dalam transaksi ini adalah dalam bentuk manfaat. Pada akhir masa sewa dapat saja
diperjanjian bahwa barang yang diambil manfaatnya selama masa sewa akan dijual
belikan antra Bank dan nasabah yang menyewa (Ijarah muntahhiyah bittamlik/sewa
yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan)
c. Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)
Produk pembiayaan syariah yang didasarkan dengan prinsip bagi hasil adalah :
Musyarakah
Musyarakah adalah bentuk umum dari usaha bagi hasil. Dalam kerjasama ini para
pihak secara bersama-sama memadukan sumber daya baik yang berwujud ataupun
tidak berwujud untuk menjadi modal proyek kerjasama, dan secara bersama-sama
pula mengelola proyek kerjasama tersebut.
Mudarabah
Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpan atau deposan bertindak
sebagai pemilik modal, dan bank sebagai mudharib (pengelola). Dana tersebut
digunakan Bank untuk melakukan pembiayaan murabahah atau ijarah seperti yang
dijelaskan terdahulu. Dapat pula dana tersebut digunakan oleh bank untuk
melakukan pembiayaan mudharabah. Hasil usaha ini akan dibagi hasilkan
berdasarkan nisbah yang disepakati.
d. Akad Pelengkap
8. Untuk memudahkan pelaksanan pembiayaan, biasanya diperlukan juga akad pelengkap.
Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, namun ditujukan untuk
mempermudah pelaksanaan pembiayaan. Meskipun tidak ditujukan mencari
keuntungan, dalam akad pelengkap ini dibolehkan untuk meminta pengganti biaya-biaya
yang dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini. Besarnya biaya pengganti ini sekedar
untuk menutupi biaya yang benar-benar timbul.
Hiwalah (Alih Utang Piutang)
Hiwalah adalah transaksi pengalihan utang piutang. Dalam praktek perbankan
syariah, fasilitas hiwalah lazimnya untuk membantu supplier mendapatkan modal
tunai agar dapat melanjutkan produksinya, sedangkan bank mendapat ganti biaya
atas jasa.
Rahn
Rahn, dalam bahasa umum lebih dikenal dengan Gadai. Tujuan akad Rahn adalah
untuk memberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan
pembiayaan.
Qardh
Qardh adalah pinjaman uang. Misalnya dalam hal seorang calon haji membutuhkan
dana pinjaman talangan untuk memenuhi syarat penyetoran biaya perjalanan haji.
Bank memberikan pinjaman kepada nasabah calon haji tersebut dan si nasabah
melunasinya sebelum keberangkatan Hajinya.
Wakalah
Wakalah dalam praktek Perbankan syariah terjadi apabila nasabah memberikan
kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu,
seperti pembukuan L/C, inkaso dan transfer uang.
Kafalah
Kafalah dalam bahasa umum lebih dikenal dengan istilah Bank Garansi, yang
ditujukan untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban pembayaran. Bank dapat
mensyaratkan nasabah untuk menempatkan sejumlah dana untuk fasilitas ini
sebagai Rahn. Bank dapat pula menerima dana tersebut dengan prinsip wadi’ah.
Bank mendapatkan pengganti biaya atas jasa yang diberikan
9. 3. Jasa Perbankan
Bank syariah dapat melakukan pelayanan jasa perbankan kepada para nasabahnya dengan
mendapatkan imbalan berupa sewa atau keuntungan. Jasa perbankan tersebut antara lain
berupa :
a. Sharf (Jual beli valuta asing)
Islam membolehkan jual beli valuta asing baik pada mata uang yang sejenis maupun
yang tidak sejenis tetapi dengan ketentuan jual beli tersebut dilakukan dalam waktu
yang sama (spot). Bank mengambil keuntungan dari jual beli valuta asing ini.
b. Ijarah (sewa)
sebagaimana telah dijelaskan seperti diatas bahwa secara prinsip ijarah ini sama dengan
jual beli, hanya saja yang menjadi objek adalah manfaatnya. Pada akhir masa sewanya
dapat saja diperjanjian bahwa barang yang diambil manfaatnya selama masa sewa akan
dijual belikan antara bank dan nasabah yang menyewa (Ijarah muntahhiyah
bittamlik/sewa yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan).
c. Pengiriman uang (Transfer) antar bank dan kliring
Jasa transfer dan kliring sudah biasa diindustri perbankan. Jasa ini mempermudah
transaksi yang dilakukan oleh pengguna (nasabah maupun bukan dengan bank lain. Atas
jasa ini, bank mengenakan biaya tertentu sesuai ketentuan pihak bank sendiri
d. Penggunaan ATM bersama dengan bank lain
Penggunaan ATM bersama dengan bank lain akan memudahkan baik nasabah bank
tersebut maupun nasabah bank lain dalam melakukan transaksi-transaksi keuangan.
Imbalan yang diterima bank biasanya berupa biaya pertransaksi.
e. Pembayaran dan pembelian beberapa produk via bank. Ketersedian layanan yang
memudahkan nasabah dalam berbagai kegiatan merupakan salah satu daya tarik bank.
Saat ini, banyak bank yang telah bekerja sama dengan pihak lain dalam memberikan
kemudahan pembayaran dan pembelian produk-produk tertentu, seperti pembayaran
telepon, pajak, listrik, biaya sekolah, pembelian voucher telepon pra bayar, premi
asuransi dan angsuran pinjaman / hutang. Dari transaksi ini, bank memperoleh
10. keuntungan berupa tambahan likuiditas semu dan fee tertentu sesuai kesepakatan bank
dengan pihak lain tersebut
III. Perbedaan Produk Bank Syariah Dengan Bank Konvensional
Perbedaan Bank Syariah sepintas bila dilihat secara teknis, menabung di bank syariah
dengan yang berlaku di bank konvensional hampir tidak ada perbedaan. Hal ini karena, baik di
bank syariah maupun bank konvensional diharuskan mengikuti aturan teknis perbankan secara
umum. Akan tetapi bila diamati lebih dalam terdapat beberapa perbedaan mendasar di antara
keduanya.
Perbedaan pertama terletak pada akadnya
Pada bank syariah, semua transaksi harus berdasarkan akad yang dibenarkan oleh
syariah. Dengan demikian, semua transaksi itu harus mengikuti kaidah dan aturan
yang berlaku pada akad-akad muamalah syariah. Pada bank konvensional, transaksi
pembukaan rekening, baik giro, tabungan maupun deposito, berdasarkan perjanjian
titipan, namun prinsip titipan ini tidak sesuai dengan aturan syariah, misalnya
wadi’ah, karena dalam produk giro, tabungan maupun deposito, menjanjikan
imbalan dengan tingkat bunga tetap terhadap uang yang disetor.
Perbedaan kedua terdapat pada imbalan yang diberikan
Bank konvensional menggunakan konsep biaya (cost concept) untuk menghitung
keuntungan. Artinya, bunga yang dijanjikan di muka kepada nasabah penabung
merupakan ongkos atau biaya yang harus dibayar oleh bank. Oleh karena itu bank
harus “menjual” kepada nasabah lain (peminjam) dengan biaya bunga yang lebih
tinggi. Perbedaan antara keduanya disebut spread yang menandakan apakah
perusahaan tersebut untung atau rugi. Bila spread-nya positif, di mana beban bunga
yang dibebankan kepada peminjam lebih tinggi dari bunga yang diberikan kepada
penabung, maka dapat dikatakan bahwa bank mendapatkan keuntungan. Sebaliknya
juga benar. Sedangkan bank syariah menggunakan pendekatan profit sharing,
artinya dana yang diterima bank disalurkan kepada pembiayaan. Keuntungan yang
11. didapat dari pembiayaan tersebut dibagi dua, untuk bank dan untuk nasabah,
berdasarkan perjanjian pembagian keuntungan di muka.
Perbedaan ketiga adalah sasaran kredit/ pembiayaan
Para penabung di bank konvensional tidak sadar uang yang ditabung dipinjamkan
untuk berbagai bisnis, tanpa memandang halal-haram bisnis tersebut. Sedangkan di
bank syariah, penyaluran dan simpanan dari masyarakat dibatasi oleh prinsip dasar,
yaitu prinsip syariah Artinya bahwa pemberian pinjaman tidak boleh ke bisnis yang
haram seperti, perjudian, minuman yang diharamkan, pornografi dan bisnis lain
yang tidak sesuai dengan syariah.
12. KESIMPULAN
Salah satu kendala yang dihadapi dunia perbankan syariah adalah kurang dikenalnya produk-
produk perbankan syariah oleh masyarakat. Hal ini mungkin karena kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang produk mapun jasa perbankan syariah sehinga masyarakat enggan untuk
memanfaatkannya.
Pada dasarnya prinsip dasar pada produk-produk perbankan syariah adalah terbagi kedalam
prinsip simpanan yang biasa disebut dengan prinsip wadiah, prinsip bagi hasil (profit sharing) yang
terbagi atas prinsip mudharabah dan murabahah.
Produk perbankan syariah secara garis besar terdiri atas produk penghimpun dana, produk
penyaluran dana dan jasa perbankan.
Setidaknya ada tiga karakteristik produk perbankan syariah yang membedakannya dengan
produk bank konvensional. Petama, adalah akadnya. Semua transaksi dalam perbankan syariah
harus dilandasi dengan akad. Kedua, adalah pada imbalan yang diberikan. Pada perbankan syariah
menggunakan prinsip bagi hasil bukan bunga. Karakeristik ketiga adalah pada sasaran kredit atau
pembiayaan. Pada perbankan syariah pembiayaan harus pada kegiatan yang sesuai dengan syariat
islam.
13. DAFTAR PUSTAKA
Perwataatmadja, Karnaen A. (1992), Apa dan Bagaimana Bank Islam. DANA BHAKTI
WAKAF;Yogyakarta
Ascarya. (2008), Akad dan Produk Bank Syariah. PT RajaGrafindo Persada; Jakarta