Skripsi ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi ayam broiler pada peternak plasma di CV Dramaga Unggas Farm, Kabupaten Bogor. Penelitian menggunakan data primer dan sekunder untuk menganalisis pengaruh jumlah DOC, pakan, obat-obatan, vaksin, tenaga kerja, dan fasilitas terhadap produktivitas dan variasi produksi ayam broiler. Hasilnya menunjukkan semua faktor berpengaruh signifikan terhadap
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler
1. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
RISIKO PRODUKSI AYAM BROILER
(Studi Kasus Peternak Plasma Ayam Broiler
Pada CV Dramaga Unggas Farm Kabupaten Bogor)
SKRIPSI
IMAN SATRA NUGRAHA
H34096045
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
i
2. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
RISIKO PRODUKSI AYAM BROILER
(Studi Kasus Peternak Plasma Ayam Broiler
Pada CV Dramaga Unggas Farm Kabupaten Bogor)
SKRIPSI
IMAN SATRA NUGRAHA
H34096045
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
ii
3. RINGKASAN
IMAN SATRA NUGRAHA. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Risiko Produksi Ayam Broiler (Studi Kasus Peternak Plasma Ayam Broiler
Pada CV Dramaga Unggas Farm Kabupaten Bogor). Skripsi. Departemen
Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
(Di bawah bimbingan NETTI TINAPRILLA).
Ayam broiler merupakan jenis unggas yang memiliki pertumbuhan yang
sangat cepat dibandingkan dengan pertumbuhan jenis unggas lainnya. Ayam
broiler dapat dipanen kisaran 28-32 hari. Ayam broiler memiliki peluang yang
sangat luas untuk dikembangkan. Hal tersebut dapat dilihat dari perkembangan
populasi ternak ayam broiler yang ada di Indonesia setiap tahunnya mengalami
peningkatan. Peningkatan populasi tersebut didukung dengan semakin
meningkatnya pertumbuhan penduduk Indonesia setiap tahun serta adanya
kandungan gizi yang terkandung pada daging ayam broiler cukup untuk
memenuhi kebutuhan gizi yang diperlukan oleh tubuh.
Ayam broiler memiliki penyebaran dari Sabang hingga Marauke, namun
jumlah yang paling besar berada di pulau Jawa. Jawa Barat merupakan
penyumbang terbanyak dalam memproduksi ayam broiler. Peternakan ayam
broiler pada umumnya tidak melakukan usaha secara mandiri, karena peternak
yang ada di Indonesia kebanyakan masih bersifat tradisional sehingga masih
membutuhkan bantuan pihak lain. Kerja sama ini salah satu untuk mengurangi
kerugian yang ditanggung oleh peternak ayam tersebut. Salah satunya adalah
Peternakan ayam broiler yang ada di Kabupaten Bogor, Kecamatan Dramaga
tidak berdiri sendiri, melainkan melakukan kerjasama dengan perusahaan inti
yang menyediakan semua faktor-faktor produksi. Peternak hanya mempersiapkan
kandang , alat pemanas, sekam, serta peralatan lainnya seperti tempat pakan dan
minum. Hal tersebut membuat beban peternak semakin berkurang, karena tidak
lagi memikirkan faktor-faktor produksi serta pemasaran produknya, walaupun
peternak melakukan kerjasama dengan perusahaan inti, peternak tidak terlepas
dari risiko produksi. Indikasi adanya risiko produksi adalah produktivitas masih
berfluktuasi pada setiap peternak, selain itu juga adanya tingkat kematian yang
bervariasi.
Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : 1). Faktor-
faktor produksi apa saja yang mempengaruhi Produksi Rata-rata dan variance
produksi ayam broiler pada peternak plasma DUF ? dan 2). Bagaimana pengaruh
faktor-faktor produksi terhadap produksi rata-rata dan variance produksi peternak
ayam broiler pada peternak plasma DUF ?. Berdasarkan permasalahan tersebut,
maka tujuan penelitian ini adalah untuk : 1). Menganalisis faktor-faktor produksi
yang mempengaruhi produktivitas dan variance produksi ayam broiler yang
dihasilkan para peternak plasma DUF dan 2). Menganalisis pengaruh faktor-faktor
produksi ayam broiler yang digunakan terhadap risiko produksi ayam broiler yang
dihasilkan peternak plasama DUF di Kecamatan Dramaga.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer didapat dari hasil wawancara dan observasi kepada
peternak ayam broiler serta penyuluh di perusahaan inti. Data sekunder berasal
dari internet, buku, penelitian terdahulu dan perpustakaan. Data yang digunakan
iii
4. adalah data panel yaitu gabungan antara data time series dan cross section.
Analisis dilakukan dengan dua metode yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif.
Analisis kualitatif digunakan untuk penanganan risiko dan sumber risiko produksi,
sedangkan kuantitatif digunakan untuk melihat faktor-faktor produksi yang
mempengaruhi produktivitas dan pengaruhnya terhadap variance produksi.
Pengolahan data digunakan dengan program minitab 14 dan eviews 6.
Peternak yang digunakan sebagai responden sebanyak 30 responden yang
representative dan satu responden terdiri dari dua periode. Skala usaha satu
peternak dengan peternak lainnya juga beraneka ragam, mulai dari 1.500-9.000
ekor ayam. Berdasarkan permasalahan pada penelitian ini, maka diperlukan
faktor-faktor produksi sebagai parameter. Faktor-faktor produksi yang digunakan
dalam pengolahan data adalah jumlah DOC, pakan, Protect Enro, Neocamp,
Doxerin Plus, vaksin, pemanas serta tenaga kerja. Faktor-faktor produksi tersebut
digunakan berdasarkan pertimbangan pada kondisi lapangan yaitu semua peternak
menggunakan jenis variabel produksi tersebut.
Berdasarkan hasil pendugaan parameter menunjukkan bahwa secara umum
semua variabel memiliki pengaruh signifikan terdapat produktivitas dan variance
produksi. Untuk melihat pengaruh dari semua input terhadap produktivitas dan
variance produksi digunakan dari nilai F. Nilai F hitung harus lebih besar
dibandingkan dengan nilai F tabel, jika nilai F-hitung > F-tabel maka tolak H0.
Penolakan H0 tersebut menunjukkan bahwa secara umum semua variabel produksi
secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap perubahan produktivitas dan
variacen produksi. Selain dapat dilihat nilai F, penolakan H0 dapat dilihat dari nila
P-value. Nilai P-value harus lebih kecil dengan taraf nyata yang digunakan. Taraf
nyata yang digunakan sebagai acuan batas kewajaran adalah 20 persen. Hasil
pendugaan parameter dapat disimpulkan secara bersama semua variabel yang
digunakan berpengaruh signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai F-hitung >
F-tabel yaitu F-hitung sebesar 241 sedangkan F-tabel sebesar 2,18, atau dapat
dilihat dari nilai P-value sebesar 0,000 lebih kecil daripada taraf nyata lima
persen.
Untuk melihat pengaruh dari masing-masing variabel terhadap produksi
rata-rata dan variance produksi dapat dilihat dari uji t. Kriteria variabel
berpengaruh terhadap produksi dan variance produksi dapat dilihat pada nilai P-
value lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan sebagai acuan yaitu 20 persen.
Berdasarkan uji t dapat dijelaskan bahwa variabel-variabel yang berpengaruh
signifikan terhadap produktivitas dibawah taraf nyara satu persen adalah jumlah
DOC, pakan, pemanas serta tenaga kerja. Variabel yang signifikan pada taraf
nyata dibawah dua persen adalah Doxerin Plus, dan yang tidak berpengaruh
signifikan adalah Protect Enro, Neocamp dan vaksin. Variabel tersebut berada
pada taraf nyata dibawah 93, 39 dan 43 persen.
Untuk hasil pendugaan parameter variance produksi, faktor-faktor
produksi yang berpengaruh signifikan terhadap variance produksi hanya tenaga
kerja dengan taraf nyata dibawah enam persen. Sedangkan variabel yang lainnya
seperti jumlah DOC, pakan, Protect Enro, Neocamp, Doxerin Plus, vaksin serta
pemanas tidak berpengaruh nyata terhadap variance produksi. Hal tersebut dapat
dilihat dari nilai P-value diatas 61 persen. Namun, jika dilihat dari tanda koefisien
variabelnya ada yang bertanda positif dan bertanda negatif. Jika koefisien variabel
bertanda positif maka variabel tersebut termasuk variabel yang menimbulkan
iv
5. variance produksi. Dengan demikian variabel tersebut digunakan lebih banyak
maka variance yang dihasilkan akan semakin tinggi. Sedangkan jika koefisien
variabel bertanda negatif maka variabel tersebut termasuk faktor produksi yang
dapat mengurangi variance produksi. Hal ini berarti jika variabel tersebut semakin
banyak digunakan maka variance yang dihasilkan akan semakin menurun.
Faktor-faktor produksi yang termasuk menimbulkan variance produksi
adalah jumlah DOC, Protect Enro dan tenaga kerja. Sedangkan faktor produksi
yang dapat mengurangi risiko adalah pakan, Doxerin Plus, Neocamp, vaksin serta
pemanas. Sumber risiko produksi yang dialami oleh para peternak ayam broiler
yang ada di Kabupaten Dramaga adalah sumber daya manusia atau pegawai dan
cuaca/iklim yang tidak menentu. Untuk mengurangi risiko produksi tersebut
dilakukan penanganan risiko dengan cara pencegahan risiko yaitu dengan
memperbaiki kualitas sumber daya manusianya dengan cara memberikan
penyuluhan serta dengan membuat atau memperbaiki fasilitas agar cuaca yang
tidak menentu dapat diatasi dengan fasilitas yang memadai.
v
6. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
RISIKO PRODUKSI AYAM BROILER
(Studi Kasus Peternak Plasma Ayam Broiler Pada CV Dramga
Unggas Farm Kabupaten Bogor)
IMAN SATRA NUGRAHA
H34096045
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
vi
7. Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko
Produksi Ayam Broiler (Studi Kasus Peternak Plasma
Ayam Broiler Pada CV Dramaga Unggas Farm
Kabupaten Bogor)
Nama : Iman Satra Nugraha
NIM : H34096045
Menyetujui,
Pembimbing
Ir. Netti Tinaprilla, MM.
NIP. 19690410 1995 1220 1
Mengetahui,
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir.Nunung Kusnadi, MS
NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus :
vii
8. PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler (Studi Kasus Peternak
Plasma pada CV DUF Kabupaten Bogor)” adalah karya sendiri dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan manapun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
bentuk daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Bogor, September 2011
Iman Satra Nugraha
H34096045
viii
9. RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Desa Teluk Pulai Dalam, Kecamatan Kualuh Leidong,
Kabupaten Labuhan Batu Utara, Sumatra Utara pada tanggal 24 September 1988.
Penulis anak ke lima dari lima bersaudara yang berasal dari hasil pernikahan
Bapak Syahlan dan Ibu Tarwini.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Inpres No.115457 Teluk
Pulai Dalam pada tahun 2000 dan melanjutkan pendidikan menengah pertama di
SMP Plus Al-Azhar Medan pada tahun 2003. Pendidikan lanjutan menengah atas
diselesaikan pada tahun 2006 di SMA Al-Azhar Medan.
Pada tahun 2006 penulis melanjutkan keperguruan tinggi melalui jalur
USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) pada Program Diploma Program Studi
Manajemen Agribisnis dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009 juga penulis
melanjutkan ketingkat Sarjana melalui Program Penyelenggaraan Khusus
Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.
ix
10. KATA PENGANTAR
Alhamduliilahihirobbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan anugrah –Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi syarat
untuk memproleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Ekstensi
Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Skripsi yang ditulis dengan topik risiko dan fakor produksi ayam broiler
yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi
Ayam Broiler (Studi Kasus Peternak Plasma Ayam Broiler Pada CV Dramaga
Unggas Farm Kabupaten Bogor)”. Skripsi ini mengkaji faktor-faktor yang
digunakan dalam menjalankan usaha ayam pedaging, seperti pakan, obat-obatan,
vitamin, vaksin, tenaga kerja, sekam, pemanas, luas kandang, serta jumlah DOC.
Input-input tersebut akan mempengaruhi tingkat produktivitas yang dihasilkan
dan dapat menimbulkan risiko yang akan mempengaruhi produksi ayam pedaging
tersebut. Dengan demikian, diperlukan pengelolaan yang baik terhadap faktor-
faktor produksi ayam broiler agar menghasilkan produksi yang baik dan risiko
produksinya juga menjadi rendah.
Penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat menjadi pertimbangan
bagi pihak pengambilan keputusan dalam penggunaan faktor-faktor produksi
sehingga mendapatkan produksi yang maksimal dan dapat menghidari risiko yang
mungkin akan terjadi selam proses produksi.
Bogor, September 2011
Iman Satra Nugraha
x
11. UCAPAN TERIMAKASIH
Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan syukur kepada
Allah SWT dan menyampaikan terimakasih kepada :
1. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan,
waktu dan kesabarannya yang telah diberikan kepada penulis selama
penyusunan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Suharno, M.Adev selaku dosen penguji utama atas masukan, arahan
dan saran sehingga penulisan skripsi ini lebih mudah dimengerti pembaca.
3. Dra. Yusalina, Msi selaku dosen komi pendidikan atas saran dan masukkan
terhadap format penulisan dan penggunaan kata-kata sehingga skripsi ini
lebih baik.
4. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen evaluator pada seminar proposal
yang telah memberikan koreksi dan saran demi perbaikan skripsi ini.
5. Dr. Rita Nurmalina, selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing dalam hal perkuliahan.
6. Ayahanda Syahlan dan Ibunda Tarwini tercinta, serta kakak tersayang (Rosita
Harmaini, Heri Syafitri, Nova Febriansyah, Tia), dan abang (Kholik, Amru,
dan Yazali), serta keponakan tersayang (Upi, Fifa, Yaya, dan Runah) atas
doa, dorongan moril, materi, kesabaran, pengertian, motivasi, dan kasih
sayangnya.
7. Pak Asep, Pak Rofi, Neng Gina dan Mbak Dewi yang telah memberikan
bantuan dalam pengumpulan data responden selama penelitian.
8. Fitri Puspitasari yang telah memberikan motivasi serta dukungan selama
penelitian sampai penulisan skripsi selesai.
9. Fahmi Abidin, Vela Rostwentivaivi Sinaga, Citra Kirana, Debina, Tiwi dan
Amri sebagai teman kelompok yang memberikan informasi, saran, kritikan
selama penulisan skripsi ini selesai.
10. Iqbal, Rahmat Wahyudin, Dian Saputra, Evin Eka Saputra, Bg Amli, Bg Hot,
Bg Oki, Tika Ayu dan Kiki sebagai kawan seperantauan yang memberikan
dukungan serta motivasi.
xi
12. 11. Rahma, Nanda, Roselina, Junita dan Eva Christy sebagai teman yang
memberikan dukungan serta seperantauan.
12. Staf pegawai ekstensi agribisnis yang sabar melayani keperluan penulis
mulai dari awal kuliah sampai dengan penelitian selesai.
13. Teman-teman jurusan agribisnis angkatan VII yang memberikan saran serta
kritikan demi perbaikan penulisan skripsi.
14. Para peternak ayam broiler yang menjadi responden dalam penelitian ini yang
telah meluangkan waktunya untuk memberikan informasi sehingga penelitian
ini dapat selesai.
15. Semua pihak yang telah turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu per satu, semuga Allah SWT membalas dan
memberikan rahmat dan hidayah-Nya.
Bogor, September 2011
Iman Satra Nugraha
xii
13. DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii
I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ............................................................................. 8
1.3. Tujuan ................................................................................................... 11
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................... 11
1.5. Ruang Lingkup..................................................................................... 12
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 13
2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler........................................................ 13
2.2. Risiko Produksi Ayam Broiler ............................................................ 16
2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Ayam Broiler ................ 18
III. KERANGKA PEMIKIRAN..................................................................... 21
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis .............................................................. 21
3.1.1. Konsep Risiko ...................................................................... 21
3.1.2. Jenis Risiko ........................................................................... 22
3.1.3. Teori Produksi....................................................................... 23
3.1.4. Model Just and Pope .............................................................. 27
3.1.5 Sumber-Sumber Risiko ........................................................... 28
3.1.6. Manajemen Risiko ................................................................ 29
3.2. Kerangka Operasional .......................................................................... 31
IV. METODE PENELITIAN .......................................................................... 34
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 34
4.2. Data dan Instrumentasi ......................................................................... 34
4.3. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 35
4.4. Metode Pengolahan Data ..................................................................... 35
4.4.1. Analisis Risiko Produksi Just dan Pope ................................ 35
4.4.2. Model ARCH-GARCH ........................................................ 38
4.5. Pengujian Hipotesis .............................................................................. 40
4.6. Hipotesis ................................................................................................ 42
V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ........................................ 44
5.1. Kondisi Geografi................................................................................... 44
5.2. Kondisi Demografi ............................................................................... 44
5.3 Karakteristik Responden ........................................................................ 47
5.3.1. Umur Responden ................................................................. 47
5.3.2. Tingkat Pendidikan ............................................................... 48
5.3.3. Pengalaman Pembudidaya Ayam Broiler .............................. 48
5.3.4. Luas Kandang dan Status Kepemilikan Lahan ....................... 49
5.3.5. Skala Usaha Ayam Broiler .................................................... 51
xiii
14. 5.4. Proses Produksi Ayam Broiler di Kecamatan Dramagav ................... 52
5.4.1. Pra Produksi .......................................................................... 52
5.4.2. Produksi Ayam Broiler.......................................................... 53
VI. FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI
YANG MEMPENGARUHI RISIKO PRODUKSI ............................... 57
6.1. Analisis Faktor-Faktor Risiko Produksi ............................................... 57
6.1.1. Analisis Faktor-Faktor Pada
Fungsi Produksi Rata-Rata .................................................. 60
6.1.2. Analisis Faktor-Faktor pada
Fungsi Variance Produksi.................................................... 67
6.2. Sumber dan Rekomendasi Penanganan Risiko Produksi ................... 74
VII. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 79
7.1. Kesimpulan ........................................................................................... 79
7.2. Saran ..................................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 81
LAMPIRAN ............................................................................................................. 83
KUISIONER PENELITIAN ................................................................................. 90
xiv
15. DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2009 ............ 1
2. Populasi Unggas di Indonesia Tahun 2005-2011 (ekor) ................. 3
3. Populasi Unggas di Provinsi Jawa Barat Tahun 2004-2008 (ekor) .. 4
4. Produksi Ayam Broiler di Indonesia Tahun 2005-2011 ................... 4
5. Konsumsi Ayam Broiler di Indonesia Tahun 2003-2007 ................. 5
6. Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan
Penelitian yang dilakukan ............................................................... 20
7. Distribusi Penduduk Dramaga Berdasarkan
Kelompok Umur Pada Tahun 2009 ................................................. 45
8. Distribusi Penduduk Dramaga Berdasarkan
Jenis Pekerjaan Pada Tahun 2009 ................................................... 46
9. Distribusi Penduduk Dramaga Berdasarkan
Tingkat Pendidikan Pada Tahun 2009 ............................................. 46
10. Jumlah Responden Peternak Ayam Broiler
Berdasarkan Umur di Kecamatan Dramaga Tahun 2011 ................. 47
11. Tingkat Pendidikan Responden pada Peternak
Ayam Broiler di Kecamatan Dramaga Tahun 2011 ......................... 48
12. Sebaran Responden Berdasarkan Lamanya Peternak
Beternak Ayam Broiler di Kecamatan Dramaga Tahun 2011 .......... 49
13. Jumlah Responden Berdasarkan Luas Kandang di Peternak
Ayam Broiler Kecamatan Dramaga Tahun 2011 ............................. 50
14. Jumlah Responden Berdasarkan Kepemilikan Lahan Pada Peternak
Ayam Broiler di Kecamatan Dramaga Tahun 2011 ......................... 51
15. Pengujian Mulitikolinieritas Terhadap Antar Variabel .................... 58
16. Ringkasan Hasil Uji Heteroskedasticity
Test: Breusch-Pagan-Godfrey. ....................................................... 58
17. Hasil Pendugaan Persamaan Fungsi Produksi dan Variance Produksi
Ayam Broiler Pada Kabupaten Bogor Tahun 2011........................... 59
18. Hasil Pendugaan Produksi Rata-Rata Terhadap Produktivitas Ayam
Broiler Pada Peternakan Ayam di Kabupaten Bogor Tahun 2011.... 61
19. Hasil Pendugaan Produksi Rata-Rata Terhadap Produktivitas Ayam
Broiler Pada Peternakan Ayam di Kabupaten Bogor Tahun 2011..... 68
xv
16. DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Tingkat Kematian Ayam Broiler Pada Peternak Plasma DUF
yang Panen di Bulan Mei dan Juni 2011 ...................................... 8
2. Produktivitas Ayam Broiler Pada Peternakan Ayam Broiler
di Kabupaten Darmaga 2011 .................................................. …. 10
3. Jenis-Jenis Risiko ........................................................................ 22
4. Tahapan Proses Produksi ............................................................. 25
5. Strategi Pencegahan Risiko .......................................................... 30
6. Strategi Pengurangan Risiko ........................................................ 30
7. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian Ayam Broiler .......... 33
8. Skala Usaha Pada Responden Ayam Broiler
di Kecamatan Dramaga Tahun 2011 ............................................ 51
xvi
17. DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Populasi Ayam Broiler Per Provinsi Tahun 2004-2007 (ekor) ....... 83
2. Produksi Daging Nasional Per Provinsi
Ayam Ras Pedaging Tahun 2004 - 2008 (Ton).............................. 85
3. Populasi Ayam Pedaging di Kabupaten Bogor Tahun 2010 ......... 86
4. Perkembangan Produksi Daging Ternak dan Kontribusinya
di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2009 ........................................ 87
5. Faktor-Faktor Produksi dan Jumlah
Pemakaian Faktor Produksi ......................................................... 88
6. Hasil Olahan ARCH-GARCH (1,1) .............................................. 94
7. Nama Responden Serta Identitas Usaha ........................................ 95
8. Penyebaran Lokasi Responden ..................................................... 96
9. Gambar Dokumentasi Penelitian Ayam Broiler ………………… 97
xvii
18. I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu perkekebunan,
perikanan, tanaman pangan dan holtikultura. Sektor tersebut memiliki peranan
yang sangat penting dalam kontribusi terhadap perkembangan perekonomian yang
ada di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kontribusi
pertanian dapat dilihat pada nilai Produk Domestik Bruto (PDB), dari hasil
pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan atas dasar harga konstan Rp 2000
adalah sebesar 284,6 Triliun pada tahun 2008 dan 296,4 Ttriliun pada tahun 2009
atau mengalami pertumbuhan sebesar 4,1 persen. Adapun peranan sektor
pertanian terhadap PDB Indonesia tahun 2009 tumbuh dari 14,5 persen menjadi
15,3 persen, sehingga sektor pertanian berada pada ranking kedua yang memiliki
kontribusi terhadap PDB setelah sektor industri pengolahan yaitu sebesar 26,4
persen. Struktur PDB dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2009
2009 2010
Lapangan Usaha 2008 2009
Triw I Triw II Triw I
Pertanian, Peternakan, Kehutanan,
14,5 15,3 15,6 13,7 16,0
Perikanan
Pertambangan dan Penggalian 10,9 10,5 10,0 11,3 11,2
Industri Pengolahan 27,9 26,4 27,0 26,4 25,4
Listrik, air bersih dan gas 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
Konstruksi 8,5 9,9 9,6 10,3 10
Perdagangan, Hotel dan restoran 14 13,4 13,3 13,9 13,9
Komunikasi dan pengangkutan 6,3 6,3 6,4 6,3 6,2
Keuangan dan real estet 7,4 7,2 7,5 7,1 7,2
Jasa-jasa 9,7 10,2 9,8 10,2 9,3
PDB 100 100 100 100 100
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa kontribusi pada sektor pertanian
sangat berpengaruh dalam meningkatkan PDB kedua setelah industri pengolahan.
Peningkatan ini akan berdampak positif terhadap tingkat penggunaan tenaga kerja,
sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Pada umumnya masyarakat
Indonesia banyak diserap tenaga kerjanya pada sektor pertanian dibandingkan
1
19. pada sektor industri. Sektor pertanian tersebut meliputi perikanan, kehutanan,
serta peternakan.
Salah satu sektor pertanian yang setiap tahunnya relatif mengalami
pertumbuhan adalah pada subsektor peternakan. Sumbangan subsektor peternakan
dalam PDB sebesar Rp 34.530,7 milyar atau 1,60 persen pada tahun 2007 dan
masih menyumbang 1,60 persen pemasukan negara pada tahun 2008 (Dinas
Peternakan 2010). Hal tersebut membuktikan bahwa subsektor peternakan
memiliki peran tersendiri dalam menyumbangkan PDB serta memiliki peran
dalam pembangunan pertumbuhan perekonomian masyarakat Indonesia. Selain
itu, dengan meningkatnya bidang peternakan maka akan lebih banyak lagi
menyerap tenaga kerja, sehingga menurunkan tingkat penggangguran yang ada di
Indonesia.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2007) menyatakan bahwa
komoditas unggas mempunyai prospek pasar yang sangat baik karena didukung
oleh karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat Indonesia
yang sebagian besar muslim, harga relatif murah dan mudah diperoleh karena
sudah merupakan barang publik. Dengan demikian, prospek yang sudah bagus ini
harus dimanfaatkan untuk memberdayakan peternak di pedesaan melalui
pemanfaatan sumberdaya secara lebih optimal.
Prospek pasar dan pengembangan agribisnis ayam ras pedaging di
Indonesia baik pada subsistem hulu, subsistem budidaya, maupun subsistem hilir
sangat terbuka lebar. Perkembangan populasi ayam ras pedaging di Indonesia
dalam tiga dasawarsa terakhir senantiasa mengalami peningkatan, meskipun pada
tahun 1997-1999 saat terjadinya krisis ekonomi populasi ayam sempat mengalami
guncangan cukup besar yang mengakibatkan komoditas ini merupakan pendorong
utama penyediaan populasi ayam mengalami penurunan hingga 50 persen. Pada
awal tahun 2000 usaha ternak ayam ras pedaging mulai bangkit kembali karena
kondisi perekonomian beranjak stabil. Pengusaha ayam broiler mulai
menunjukkan pertumbuhan yang positif dari tahun ke tahun. Selain itu juga, ayam
broiler merupakan jenis unggas yang paling tinggi tingkat pertumbuhannya
dibandingkan dengan jenis unggas lainnya. Hal tersebut dapat dilihat pada jumlah
populasi ternak unggas Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.
2
20. Tabel 2. Populasi Unggas di Indonesia Tahun 2005-2009 (ekor)
Jenis Tahun
Unggas 2005 2006 2007 2008 2009
Ayam Buras 278.954 291.085 272.251 243.423 249.963
Ayam Ras
84.790 100.202 111.489 107.955 111.418
Peterlur
Ayam Ras
811.189 797.527 891.659 902.052 1.026.379
Pedaging
Itik 32.405 32.481 35.867 39.840 40.680
Sumber : Direktorat Jendral Peternakan, 2011
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa angka yang ada pada ayam ras
pedaging setiap tahunnya relatif mengalami peningkatan. Pada tahun 2006
populasi unggas mengalami penurunan yang disebabkan meningkatnya harga-
harga input seperti harga pakan yang meningkat. Karena harga pakan terjadi
peningkatan maka akan meningkatkan biaya produksi sehingga secara global akan
berdampak pada tingkat usaha sehingga jumlah populasi ayam pada saat itu
mengalami penurunan. Tahun 2007-2009, jumlah populasi unggas khususnya
ayam ras pedaging mengalami peningkatan secara signifikan. Tingkat populasi
unggas khususnya ayam broiler hampir merata di setiap provinsi yang ada di
Indonesia, namun ada beberapa provinsi yang memiliki tingkat populasi yang
lebih signifikan. Hal tersebut dikarenakan adanya kesesuaian kondisi geografis
dalam pembudidayaan serta tingkat permintaan di suatu wilayah tersebut. Untuk
melihat populasi di setiap provinsi dapat dilihat pada Lampiran 1.
Jawa Barat merupakan salah satu sentral terbesar dalam jumlah populasi di
bidang peternakan yang salah satunya pada jenis perunggasan. Hal ini didukung
oleh kondisi alam yang menyakinkan serta merupakan tempat strategis dalam
mendistribusikan ke wilayah-wilayah lainnya. Populasi perunggasan di Indonesia
pada umumnya terus mengalami peningkatan khususnya di wilayah Provinsi Jawa
Barat. Untuk lebih jelasnya tingkat pertumbuhan perunggasan yang terjadi di
wilayah Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 3.
3
21. Tabel 3. Populasi Unggas di Provinsi Jawa Barat Tahun 2004-2008 (ekor)
Jenis Tahun
Unggas 2004 2005 2006 2007 2008
Ayam
30,779,120 30,989,812 29,319,161 27,789,274 27,761,015
Buras
Ayam Ras
9,720,685 10,169,284 10,351,105 11,462,744 10,303,478
Petelur
Ayam Ras
328,015,536 352,434,300 343,954,090 377,549,055 417,373,596
Pedaging
Itik 4,880,019 5,305,485 5,296,757 6,534,753 7,962,095
Sumber : Direktorat Jendral Peternakan, 2008
Tabel 3 menunjukan pertumbuhan perunggasan di wilayah Provinsi Jawa
Barat pada tahun 2004 sampai dengan 2008. Data tersebut menunjukan ayam ras
pedaging memberikan kontribusi yang paling besar dibandingkan jenis unggas
lainnya, serta memiliki populasinya yang konsisten dibandingkan dengan jenis
unggas lainnya. Hal ini disebabkan oleh ayam broiler merupakan ayam yang
memiliki pertumbuhan yang cepat serta dapat menghasilkan lebih besar
dibandingkan jenis unggas lainnya sehingga peternak lebih gemar mengusahakan
peternak ayam broiler. Pada data ayam ras pedaging memiliki pertumbuhan yang
positif yaitu terus meningkat kecuali pada tahun 2006. Pada umumnya tahun 2006
merupakan tahun kondisi perekonomian Indonesia tidak stabil sehingga
berdampak pada tingkat usaha secara keseluruhan. Populasi ayam broiler akan
berdampak pada tingkat produksi daging ayam broiler. Pada umumnya produksi
daging mengalami peningkatan yang positif pada setiap provinsinya yang ada di
Indonesia, untuk lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 2. Adanya peningkatan
produksi ayam broiler pada setiap provinsinya maka akan berdampak terhadap
produksi nasional. Berikut adalah jumlah produksi ayam broiler di Indonesia
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Produksi Ayam Broiler di Indonesia Tahun 2005-2009
No. Tahun Jumlah (Ton) Pertumbuhan (%)
1 2005 779.100 -
2 2006 861,300 1,74
3 2007 942.800 1,73
4 2008 1.018.700 1,61
5 2009 1.101.800 1,76
Sumber : Direktorat Jendral Peternakan, 2011
4
22. Berdasarkan tabel 4, dapat dilihat bahwa jumlah produksi ayam pedaging
atau ayam broiler setiap tahunnya mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan
bahwa komoditi ayam dijadikan oleh masyarakat Indonesia sebagai penambah
nilai gizi yang dapat dijangkau oleh semua kalangan. Oleh karena itu, jumlah
produksinya setiap tahun terus mengalami peningkatan. Tingkat pertumbuhan
setiap tahunnya relatif stabil, namun pada tahun 2009 merupakan tingkat
pertumbuhan yang paling tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tahun
sebelumnya. Hal itu tersebut karena masyarakat semakin sadar akan pentingnya
mengkonsumsi daging guna memenuhi kebutuhan gizi. Berikut dapat dilihat
tingkat konsumsi konsumen terhadap daging ayam broiler pada Tabel 5.
Tabel 5. Konsumsi Ayam Broiler di Indonesia Tahun 2003-2007
No. Tahun Jumlah (ekor) Pertumbuhan (%)
1 2003 1.368.200 -
2 2004 1.425.300 2,01
3 2005 1.573.000 4,93
4 2006 1.486.100 -2,00
5 2007 1.564.200 2,56
Sumber : Direktorat Jendral Peternakan, 2008
Table 5 menunjukkan tingkat konsumsi terhadap produksi ayam broiler
terus mengalami peningkatan dari setiap tahunnya. Peningkatan tertinggi pada
tahun 2005 sebesar 4,93 persen sedangkan pada tahun 2006 mengalami penurunan
hal sebesar 2,00 persen. Hal ini disebabkan karena pada tahun tersebut terjadi
ekonomi dalam negeri tidak stabil sehingga menurunkan tingkat daya beli
masyakat dan akan mempengaruhi tingkat konsumsi secara nasional. Pada tahun
2007 konsumsi terhadap ayam broiler mengalami peningkatan kembali karena
kondisi sudah stabil dan meningkatkan pendapatan serta adanya daya beli
masyakat terhadap barang juga meningkat.
Berdasarkan uraian Tabel 3 dan lampiran 1 yaitu tingkat populasi
peternakan ayam broiler dari tingkat provinsi sampai pada tingkat nasional,
tingkat produksi nasional maupun di wilayah Jawa Barat, tingkat konsumsi ayam
broiler secara nasional pada umumnya usaha tersebut terus mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Pengembangan usaha ternak ayam broiler akan
berhasil apabila peternak tersebut mampu mengelola usaha ternaknya dengan
5
23. baik, yaitu pengelolaan dalam bidang manajemen maupun teknis dilapangan.
Dalam bidang manajemen maka perusahaan harus mampu memanaje disektor
produksi, sumber daya manusia, keuangan serta pemasarannya dengan baik.
Sedangkan dalam bidang teknis maka peternak harus mengetahui secara detail
tentang budaya ayam broiler.
Selain manajemen yang baik, diperlukan juga sistem infrastruktur yang
baik. Jika infrastruktur memadai maka dalam proses pendistribusian produk dalam
memasarkan serta mengirim input atau bahan baku sapronak (Sarana Produksi
Peternakan) tepat pada waktunya sehingga tidak mengurangi nilai dari suatu
produk tersebut. Infrastruktur yang diperlukan dalam menunjang kelancaran usaha
peternakan adalah kemudahan akses terhadap jalan, sumber air, jaringan listrik,
dan lain sabagainya. Infrastruktur ini juga salah satu faktor yang diperhitungkan
dalam usaha peternakan ayam broiler.
Pada dasarnya semua usaha tidak terlepas dengan kendala-kendala dalam
menjalankan usahanya, salah satunya adalah usaha peternakan ayam broiler.
Kendala tersebut berasal dari baik itu teknis maupun non teknis. Kendala yang
sering muncul dalam usaha peternakan ayam broiler ini adalah non teknis, yaitu
tingginya tingkat risiko yang dihadapi, risiko yang dihadapi oleh peternak ayam
broiler ini adalah risiko harga, baik itu harga-harga input seperti Day Old Chick
(DOC), pakan dan obat-obatan, maupun harga jual output. Risiko yang lainnya
adalah risiko produksi berupa teknis (yang dipengaruhi oleh iklim dan cuaca) serta
risiko sosial atau lingkungan sekitar.
Risiko yang dihadapi oleh peternak ayam broiler ini dapat dilihat dari
indikator yaitu adanya fluktuatif harga input seperti harga DOC, pakan dan obat-
obatan, yang merupakan variabel-variabel utama untuk berlangsungnya proses
produksi, serta harga jual output. Selain itu juga adanya fluktuasi terhadap tingkat
konversi pakan dengan bobot ayam serta tingkat kematian ayam (Survival Rate)
dalam setiap periode atau peternak sangat bervariasi.
Pengelolaan usaha ternak ayam broiler dihadapkan pada tingkat risiko
yang tinggi, maka harus disertai dengan pengetahuan peternak untuk dapat
meminimalkan risiko tersebut. Sehingga peternak dapat menghasilkan produksi
yang maksimal. Manajemen risiko merupakan salah satu alat bantu dalam proses
6
24. pengambilan keputusan untuk mengurangi risiko yang dihadapi dan harus
diterapkan secara efektif untuk mencapai tujuan perusahaan.
Pengelolaan risiko dapat dilakukan salah satunya adalah dengan
menggunakan bermitra dengan perusahaan inti. Perusahaan inti semakin lama
semakin berkembang seiring dengan semakin bertambah banyaknya peternak
ayam broiler. Daerah Darmaga terdapat berbagai macam jenis inti plasma salah
satunya adalah Dramaga Ungga Farm (DUF). DUF merupakan salah satu
perusahaan yang bergerak dalam bidang peternakan ayam broiler yang bertindak
sebagai inti. Perusahaan inti ini memberikan beberapa kemudahan kepada
peternak dalam menjalankan usaha ayam broiler. Dengan adanya kemudahan
tersebut dapat mengurangi risiko yang akan ditanggung oleh peternak. Peternak
ayam broiler pada umumnya berada pada skala kecil sehingga jika menjalankan
usaha sering terkendala dalam hal permodalan. Dengan adanya perusahaan inti
maka usaha dapat dijalankan karena mendapat bantuan seperti kemudahan dalam
membeli pakan, DOC, vitamin, vaksin, obat-obatan, peralatan kandang,
perlengkatan serta pasca panen.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diartikan bahwa usaha ternak ayam
broiler memiliki peluang yang sangat besar untuk dikembangkan karena ada
permintaan yang terus berkembang setiap tahunnya, akan tetapi disamping
perkembangan tersebut terdapat kendala yang dihadapi oleh peternak ayam broiler
dalam proses produksinya, yaitu adanya risiko produksi yang dihadapi peternak.
Oleh karena itu, diperlukan suatu kajian yang menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi risiko produksi dan manajemen risiko dalam peternakan ayam
broiler. Kajian ini diperlukan untuk mengetahui faktor-faktor produksi apa saja
yang sangat mempengaruhi produksi dan seberapa besar faktor-faktor produksi
tersebut menimbulkan risiko, kemudian dilakukan penanganan risiko produksi
tersebut agar risiko yang ditimbulkan menjadi kecil. Kajian ini diharapkan
peternak dapat mengambil keputusan yang tepat, sehingga peternak ayam broiler
dapat menjalankan usahanya dengan lebih baik di masa yang akan datang.
7
25. 1.2. Perumusan Masalah
Ayam broiler merupakan komoditas peternakan yang paling berkembang
setiap tahunnya, baik dari tingkat populasi maupun produksi daging ayam broiler
itu sendiri. Jawa Barat merupakan salah satu penyumbang produksi ayam broiler
terbesar dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia, serta Kota Bogor merupakan
salah satu penyumbang ayam broiler khususnya daerah Dramaga. Untuk melihat
jumlah produksi ayam broiler berdasarkan Kabupaten yang ada di Bogor dapat
dilihat pada Lampiran 3.
Peternak ayam broiler yang dijadikan sebagai responden dalam penelitian
adalah peternak ayam broiler yang bekerjasama dengan CV Dramaga Unggas
Farm (DUF), walaupun peternak tersebut bekerjasama dengan perusahaan inti
namun peternak tersebut tidak dapat menghindari risiko produksi yang terjadi.
Indikator adanya risiko produksi dapat dilihat pada tingkat kematian ayam pada
peternak plasma DUF sangat bervariasi dan tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Standar tingkat kematian yang ditetapkan adalah 3-4 persen. Variasi tingkat
kematian yang terjadi pada peternak plasma di DUF dapat dilihat pada Gambar 1.
28
24
20
Mortalitas (%)
16
Standar
12
Mortalitas
8
4
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Gambar 1. Tingkat Kematian Ayam Broiler Pada Peternak Plasma DUF yang
Panen di Bulan Mei dan Juni 2011
8
26. Gambar 1 menunjukkan adanya variasi tingkat kematian ayam yang terjadi
pada peternak broiler. Adanya perbedaan antara standar mortalitas yang
ditetapkan oleh peternak berdasarkan Dinas Peternakan Bogor dengan tingkat
mortalitas aktual yang dihasilkan oleh peternak plasma DUF digunakan sebagai
indikasi adanya risiko produksi. Gambar 1 terlihat pada responden ke-11 memiliki
tingkat mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan peternak lainnya.
Tingginya mortalitas tersebut dikarenakan penyakit yang menyerang seluruh
ternak ayam. Variasi tingkat mortalitas juga disebabkan oleh adanya perlakuan
yang tidak teratur atau disiplin terhadap perubahan cuaca yang terjadi. dengan
adanya risiko produksi maka akan mempengaruhi hasil produksi yang diharapkan.
Risiko produksi juga dipengaruhi oleh penggunaan faktor-faktor produksi
yang tepat. Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi seperti
luasan kandang, DOC, pakan, sekam, pemanas DOC, tenaga kerja, air, vitamin,
obat-obatan dan vaksin. Jika penggunaan input yang tidak tepat waktu dan takaran
maka akan mempengaruhi risiko produksi. Selain itu, risiko produksi juga dapat
terjadi dari sumber risiko. Sumber risiko tersebut adalah seperti adanya perubahan
cuaca yang tidak menentu, sumber daya manusia yang tidak terampil, serta hama
yang menimpa peternak ayam broiler. Jika keadaan cuaca lembab maka
diperlukan penanganan kandang yang baik. Hal tersebut dilakukan agar sirkulasi
udara tetap terjaga dan kandang tetap dalam keadaan kering, karena jika keadaan
kandang kering atau tidak lembab maka hama tidak cepat berkembang biak dan
ayam juga tidak mudah terserang penyakit.
Selain dari tingkat kematian, indikasi adanya terdapatnya risiko produksi
adalah melihat adanya fluktuasi produktivitas. Produktivitas yang dihasilkan pada
setiap peternak plasma pada CV DUF bervariasi antara satu peternak dengan
peternak lainnya. Tingkat fluktuasi yang terjadi pada produktivitas ayam broiler
yang ada di peternakan dapat dilihat pada gambar 2.
9
27. 30
25
Produktivitas (Kg/m2)
20
15 Standar
Produktivitas
10
5
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Peternak Ayam Broiler
Gambar 2. Produktivitas Ayam Broiler Pada Peternakan Ayam Broiler di
Kabupaten Darmaga 2011
Gambar 2 menunjukkan bahwa produktivitas yang dihasilkan pada
masing-masing peternak memiliki hasil bervariasi terhadap produktivitas aktual
yang terjadi. Produktivitas standar berdasarkan ketentuan perusahaan inti berlaku
adalah 14 kg/m2 , dimana bobot satu ekor ayam yang standard adalah 1,75 kg dan
1 m2 layak ditempati oleh 8 ekor ayam broiler untuk mendapatkan hasil ayam
yang baik, sehingga ayam tidak berdesakan. Pada peternak ke-29 terdapat tingkat
produktivitas yang sangat rendah yaitu sekitar 6 kg/m2. Rendahnya produktivitas
disebabkan oleh terhambatnya laju pertumbuhan setiap harinya. Terhambatnya
pertumbuhan disebabkan oleh banyak faktor seperti penggunaan input produksi.
Selain penggunaan input produksi, perubahan cuaca yang tidak menentu dan
terjangkit oleh hama penyakit juga dapat menghambat pertumbuhan produktivitas
ayam broiler.
Berdasarkan uraian di atas maka risiko-risiko tersebut harus dikelola
dengan baik agar risiko produksi dapat diminimalkan, sehingga diharapkan
adanya kelangsungan usaha ternak ayam broiler. Sehingga yang menjadi
perumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :
10
28. 1. Faktor-faktor produksi apa saja yang mempengaruhi produksi rata-rata dan
variance produksi ayam broiler pada peternak plasma DUF ?
2. Bagaimana pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produksi rata-rata dan
variance produksi peternak ayam broiler pada peternak plasma DUF ?
1.3. Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka
tujuan penelitian ini adalah :
1. Menganalisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produktivitas dan
variance produksi ayam broiler yang dihasilkan para peternak plasma DUF
2. Menganalisis pengaruh faktor-faktor produksi ayam broiler yang digunakan
terhadap risiko produksi ayam broiler yang dihasilkan peternak plasama DUF
di Kecamatan Dramaga.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapakan nantinya akan bermafaat bagi beberapa elemen,
yaitu antara lain :
1. Untuk mengetahui variabel-variabel apa saja yang sangat berpengaruh
terhadap produksi ayam broiler.
2. Sebagai bahan infomasi dan rujukan bagi penelitian selanjutnya dengan
harapan penelitian yang akan datang dapat menyempurnakan dan bisa
menganalisis lebih dalam lagi khususnya yang berkaitan dengan penulisan
ilmiah tentang risiko dalam peternakan ayam broiler.
3. Sebagai sarana bagi penulis untuk menuangkan ilmu yang telah didapat pada
perkuliahan yang berkaitan dengan penelitian, dan memberikan pengetahuan
kepada penulis tentang peternakan ayam broiler. Harapannya adalah agar
penulis bisa mengapresiasikan hasil tulisannya dengan mencoba merintis
usaha peternakan ayam broiler di masa yang akan datang.
4. Bagi pembaca karangan ilmiah ini bermanfaat untuk menambah lagi wawasan
tentang ayam broiler serta kemungkinan-kemungkinan risiko yang akan
dihadapi pada saat menjalankan usaha ayam broiler tersebut.
5. Bagi pembuat kebijakan agar sebagai bahan pertimbangan dalam membuat
kebijakan yang dapat meningkatkan kesejahteraan peternak ayam broiler.
11
29. 1.5. Ruang Lingkup
Penelitian ini memiliki keterbatasan ruang lingkup, adapun
keterbatasannya adalah :
1. Menganalisis faktor-faktor produksi yang digunakan sebagai pendugaan
parameter.
2. Menjelaskan secara diskriptif tentang sumber-sumber risiko karena sumber-
sumber risiko tersebut tidak memiliki nilai sehingga tidak dapat di modelkan.
3. Penanganan risiko yang dilakukan hanya pencegahan karena masih peternak
rakyat yang belum memiliki badan hukum serta manajemen yang baik.
4. Responden dipilih yang dapat mewakili peternak lainnya.
12
30. II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler
Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras
unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya
produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Sebenarnya
ayam broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an dimana pemegang
kekuasaan mencanangkan panggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada
saat itu semakin sulit keberadaannya. Hingga kini ayam broiler telah dikenal
masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Hanya 4-5 minggu sudah
bisa dipanen. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan
menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang
bermunculan diberbagai wilayah Indonesia.
Ayam broiler mulai dirintis pada tahun 50-an, pada tahun 1950-1961
merupakan tahap perintisan ayam broiler di Indonesia. Usaha peternakan ayam
broiler ini merupakan usaha yang paling berfluktuatif, mulai dari harga input
seperti harga DOC maupun pakan ternak tersebut sampai kepada harga jual
produknya yaitu daging ayam. Selain itu juga dalam proses pembudidayaannya
membutuhkan perhatian yang khusus agar ayam tersebut terlindungi dari hama
dan penyakit. Biasanya ayam broiler lebih membutuhkan perlakuan khusus pada
saat musim penghujan tiba. Hal itu disebabkan karena pada saat musim penghujan
tiba kondisi kandang juga akan dapat berubah jika tidak diperhatikan seperti
kandang menjadi lembab yang dikarenakan suhu didalam kandang menurun.
Sehingga diperlukan perlakuan khusus untuk menjaga kestabilan suhu di kandang.
Seiring waktu berjalan ayam broiler semakin berkembang setiap tahunnya,
hal tersebut diiringi dengan semakin banyaknya produsen input seperti pakan
ternak, DOC, serta input lainnya yang menawarkan produk. Dengan semakin
banyaknya peternak ayam broiler maka harga juga mulai bersaing terhadap
peternak. Pada awal perkembangan ayam broiler tersebut harga dipeternak kecil
berbeda dengan harga yang ditetapkan peternak besar, sehingga peternak kecil
mengalami ketidakstabilan harga ayam dan biaya input yang dikeluaran juga
terlalu tingga karena peternak kecil membeli input dengan harga satuan.
13
31. Dengan keadaan demikian maka pemerintah ikut serta dalam menjaga
kestabilan usaha peternakan ayam broiler dengan cara membuat kebijakan yang
dapat membantu meringankan dalam memproduksi usaha peternakan tersebut.
Kebijakan tersebut diatur dalam Keputusan Presiden No. 50 Tahun 1981 tentang
Pembinaan Usaha Peternakan Ayam, yang jiwanya menganut pemerataan
kesempatan usaha dengan keseragaman skala usaha. Secara keseluruhan
Pembinaan Usaha Peternakan Ayam menurut Keppres No. 50 Tahun 1981
sungguh melegakan para penganut pemerataan kesempatan usaha dengan
keseragaman maksimal skala usaha. Sehingga konflik antara peternak kecil dan
peternak besar dapat teratasi karena mereka sudah memiliki wilayahnya masing-
masing.
Setelah Keputusan Presiden dibentuk tidak lama kemudian untuk
menyempurnakan pembinaan peternak langsung ke lapangannya maka dilakukan
dengan sistem Perusahaan Inti Rakyat (PIR). Dengan kedatangan PIR ini
diharapkan akan mendukung semakin membaiknya kondisi peternakan ayam
broiler di Indonesia karena mendapatkan penyuluhan langsung tentang usaha
peternakan ayam broiler. Pendampingan para penyuluh ini sangan membantu
peternak ayam tersebut. Hal ini dikarenakan peternak ayam broiler rata-rata
berskala kecil sehingga masih membutuhkan pengarahan tentang usaha
peternakan ini. Keberadaan PIR ini juga sangat membantu peternak ayam sebagai
plasma dalam bentuk penyediaan faktor-faktor produksi seperti DOC, pakan,
obat-obatan, vaksinasi dan vitamin.
Plasma mendapatkan faktor produksi tersebut dengan harga yang lebih
murah dibandingkan jika peternak membelinya dengan harga eceran kepada
grosir. Pemakaian faktor produksi tersebut dilakukan selama proses produksi
berlangsung sampai masa panen tiba sedangkan pembayaran faktor produksi
tersebut dapat dilakukan pada saat panen dipotong dari hasil panen yang telah
didapat. Kegiatan tersebut lebih membantu dibandingkan dengan peternak ayam
broiler mandiri, peternak mandiri merupakan peternak yang berdiri sendiri tanpa
bantuan dari instansi atau lembaga lain. Semua kegiatan yang dilakukan dengan
kebijakan peternak itu sendiri. Mulai kegiatan penyediaan faktor produksi sampai
kepada proses pendistribusian dagingnya dilakukan dengan sendiri.
14
32. Usaha peternakan dapat digolongkan menjadi beberapa bagian.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 472/Kpts/TN.330/6/96,
usaha peternakan terbagi menjadi tiga kategori, yaitu Peternakan Rakyat,
Pengusaha Kecil Peternakan dan Pengusaha Peternakan. Peternakan Rakyat
adalah peternak yang mengusahakan budidaya ayam broiler dengan kapasitas
maksimal sebesar 15.000 ekor per periode. Peternakan rakyat mempunyai
beberapa karakter yaitu modal terbatas, adanya masa istrahat kandang, kandang
dibangun dengan sederhana, tenaga kerja biasanya dari rumah tangga.
Pengusaha kecil peternakan adalah peternak yang membudidayakan ayam
broiler dengan kapasitas maksimal sebesar 65.000 ekor per periode, peternakan ini
sudah mulai baik dibandingkan dengan peternakan rakyat dibidang manajemen,
tenaga kerja yang sudah memiliki pengalaman dan biasanya sudah memiliki
legalitas hukum berupa perseorangan. Selain itu, pengusaha peternakan adalah
peternakan yang membudidayakan ayam broiler dengan kapasitas melebihi 65.000
ekor per periode. Selain kapasitas produksi, perusahaan peternakan dapat dilihat
dari teknologi yang serba modern dalam melakukan budidayanya, sudah memiliki
legalitas hukum berupa perusahaan, memiliki manajemen yang baik dan memiliki
tenaga kerja yang ahli dalam bidangnya.
Pengusaha peternakan ini memiliki kelebihan yaitu mendapatkan
bimbingan dan pengawasan dari pemerintah. Hal tersebut telah ditegaskan dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 16 Tahun 1977 tentang Usaha
Peternakan. Peraturan Pemerintah tersebut menjelaskan bahwa menteri yang
bertanggung jawab dalam bidang peternakan atau pejabat yang ditunjuk
berkewajiban melakukan bimbingan dan pengawasan terhadap kegiatan
peternakan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan peternakan. Perundang-
undangan yang menjadi payung hukum bagi agribisnis usaha ayam broiler adalah
Undang-Undang Republik Indonesia No. 6 Tahun 1967 Tentang Ketentuan-
Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan. Adapun tujuan umum
pembentukan undang-undang ini adalah untuk pemeliharaan kesehatan hewan.
Tujuan utama penambahan produksi adalah untuk meningkatkan taraf hidup
peternak Indonesia dan untuk memenuhi keperluan bahan makanan yang berasal
dari ternak bagi seluruh rakyat Indonesia secara adil dan merata.
15
33. 2.2. Risiko Produksi Ayam Broiler
Risiko produksi adalah kemungkinan peluang terjadinya penurunan
produksi yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Risiko tersebut
terjadi dari berbagai sumber risiko yang dapat menurunkan produksi, seperti
kondisi alam yang tidak stabil yang dapat menyebabkan ayam broiler terserang
penyakit dan dapat meningkatkan kematian pada ayam broiler tersebut. adanya
indikasi bahwa risiko produksi adalah dengan melihat tingkat bobot ayam
terhadap pakan sehingga menghasilkan produksi yang tidak stabil.
Ada beberapa penelitian yang menganalisis tentang risiko produksi,
diantaranya Aziz (2009) Robi’ah (2006), dan Solihin (2009). Ketiga penelitian
tersebut menganalisis risiko produksi ayam broiler, Aziz di daerah Desa Tapos,
Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Solihin di daerah CV AB Farm Bojong
Genteng, dan Robi’ah di Sunan Kudus Farm, Bogor. Berdasarkan analisis ketiga
peneliti tersebut kondisi alam merupakan salah satu faktor risiko utama dalam
risiko produksi. Kondisi alam yang tidak stabil akan dapat berdampak kondisi
kandang menjadi mudah penyakit berkembang biak sehingga banyak
menyebabkan ayam terkena penyakit. Penyakit yang sering muncul pada saat
musim hujan tiba adalah Coccidiosis (berak darah), Newcastle Disease (tetelo),
kekerdilan, kurang nutrisi serta mudah terserang penyakit. Kejadian ini juga
mengakibatkan tidak efesiennya dalam hal konversi pakan terhadap bobot ayam.
Hal ini dikarenakan kondisi tubuh ayam yang kedinginan sedangkan alat pemanas
jauh dari jangkauan sehingga menimbulkan rangsangan terhadap keluarnya bulu
ayam yang menjadikan pertumbuhan ayam terhambat.
Hasil analisis Aziz, Robi’ah, dan Solihin, risiko produksi pada ayam
broiler adalah tinggi. Aziz menyatakan risiko produksi sangat tinggi dengan nilai
CV 1,75, risiko tersebut berasal dari risiko cuaca dan iklim yang menyebabkan
tingginya tingkat kematian sampai pada 10 persen. Selain dari faktor cuaca risiko
produksi berasal dari adanya fluktuasi harga yaitu harga pakan, obat-obatan,
DOC, dan harga jual produksi. Tingkat risiko yang dianalisis oleh Robi’ah
memiliki tingakt risiko sebesar 1,3 dan di sebabkan oleh adanya fluktuasi
sapronak serta adanya kenaikan harga input maupun stabilnya harga output.
Sedangkan tingkat risiko yang dianalisis oleh Solihin sangat tinggi dibandingkan
16
34. Aziz dan Robi’ah yaitu dengan CV 2,63. Risiko ini sangat tinggi bagi peternak,
dan risiko tersebut timbul berasal dari harga sapronak (pakan, DOC, pemanas)
terus meningkat sementara harga jualnya relatif tetap. Paramter kesuksesan proses
produksi menurut Solihin adalah Indeks Prestasi Produksi. Solihin juga
menjelaskan adanya pengaruh risiko produksi terhadap pendapatan sedangkan
Aziz dan Robi’ah tidak menjelaskan dampak risiko terhadap pendapatan. Adanya
risiko disebabkan karena adanya penyimpangan indeks prestasi standar dengan
indeks prestasi yang telah dijalankan. Maka pendapatan untuk setiap periodenya
juga berfluktuasi. Rata-rata penyimpangan yang terjadi sebesar 32,6 persen yang
berisiko mengakibatkan penurunan pendapatan sebesar 157,1 persen atau Rp
342.290.546. adanya penyimpangan ini disebabkan oleh fluktuasi harga sarana
produksi ternak dan fluktuasi harga jual. Sehingga perbandingan satu risiko
nilainya semakin meningkat bila dikonversikan terhadap biaya.
Hasil analisis Fariyanti (2008) yang berjudul “Perilaku Ekonomi Rumah
Tangga Petani Sayuran Pada Kondisi Risiko Produksi dan Harga di Kecamatan
Pangalengan Kabupaten Bandung”. Penelitian tersebut menggunakan model
Garch untuk melihat nilai dari risiko produksi pada komoditi kubis dan kentang.
Pada komoditi kentang dihasilkan error kuadrat periode sebelumnya memiliki
taraf nyata dibawah satu persen, sedangkan variance error produksi musim
sebelumnya mempunyai taraf nyata dibawah lima persen. Parameter tersebut
bertanda positif menandakan bahwa semakin tinggi risiko produksi kentang pada
musim sebelumnya, maka semakin tinggi risiko produksi pada musim berikutnya.
Hubungan penggunaan input dengan variance error produksi
menunjukkan bahwa benih memiliki taraf nyata dibawah lima persen dan pupuk
urea memiliki taraf nyata dibawah 10 persen, sedangkan lahan garapan kentang,
pupuk TSP, KCL, tenaga kerja, dan obat-obatan (pestisida, insektisida,) tidak
mempunyai pengaruh nyata. Dengan demikian, pada usahatani kentang,
penggunaan benih, luas garapan, dan obat-obatan merupakan factor yang dapat
mengurangi risiko produksi. Sedangkan pupuk urea, TSP, KCl, dan tenaga kerja
merupakan faktor yang menimbulkan adanya risiko produksi. Untuk komoditas
kubis dari enam parameter yang diduga terdapat empat parameter yang
mempunyai taraf nyata dibawah satu persen, yaitu luas lahan garapan kubis,
17
35. pupuk urea, tenaga kerja, dan obat-obatan (pestisida dan insektisida). Sedangkan
benih kubis mempunyai taraf nyata dibawah 15 persen, dan pupuk majemuk NPK
memiliki taraf nyata dibawah 20 persen. dengan demikian luas lahan garapan
kubus dan obat-obatan menjadi faktor yang menimbulkan risiko produksi.
Sebaliknya, benih kubis, pupuk urea, pupuk majemuk NPK, dan tenaga kerja
menjadi faktor pengurang risiko produksi.
2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Ayam Broiler
Faktor-faktor produksi merupakan semua masukan atau input yang
dilakukan untuk melakukan proses produksi untuk menghasilkan keluaran atau
output. Faktor produksi merupakan faktor yang mempengaruhi besar kecilnya
suatu produksi yang akan diperoleh. Menurut Soekartawi (2002), berdasarkan
berbagai pengalaman yang menjadi faktor-faktor produksi adalah luasan lahan,
modal, bibit, obat-obatan, tenaga kerja dan aspek manajemen.
Penelitian yang menjelaskan tentang faktor-faktor produksi adalah Merina
(2004) dan Anggraini (2003). Merina meneliti tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi risiko usaha peternakan ayam broiler di Bekasi sedangkan
Anggraini meneliti tentang risiko sapi perah dengan melihat faktor-faktor
penyebab risiko dari sapi perah tersebut. Anggraini menjelaskan bahwa tingkat
risiko yang pada usaha ayam broiler berfluktuatif setiap periodenya, hal tersebut
dapat dilihat dari tingkat CV 0,92 dan tingkat pengembaliannya yang rendah.
Sehingga berpengaruh terhadap tingkat pendapatan dari perusahaan tersebut pada
setiap periodenya. Keuntungan yang dihasilkan selalu bernilai positif namun
hanya pada dua periode dari 12 periode yang mengalami kerugian dikarenakan
adanya penyakit dan harga jual ayam turun.
Berdasarkan analisis Merina risiko produksi dapat mempengaruhi tingkat
pendapatan usaha ayam broiler. Variabel-variabel yang digunakan untuk melihat
pengaruhnya terhadap risiko adalah fluktuasi harga DOC, pakan, obat-obatan,
mortalitas, bonus karyawan, jumlah produksi, jumlah DOC yang dipelihara, harga
ayam broiler, dan luas lahan. Dari hasil analisis regresi didapat tingkat
kepercayaan 90,6 persen, namun tidak diikuti dengan ada variabel-variabel yang
signifikan terhadap tingkat risiko tersebut. Hal ini disebabkan karena didalam
variabel tersebut terdapat variabel yang memiliki multikolinier. Dan kemudian
18
36. dilakukan analisis regresi komponen utama 1, 2, dan 3 dengan tingkat keragaman
39,1 persen, 62,7 persen, dan 78,5 persen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
fluktuasi harga DOC, pakan, obat-obatan/vitamin, harga ayam, waktu penjualan
dan mortalitas merupakan variabel yang signifikan terhadap risiko usaha ayam
broiler.
Menurut Anggraini bahwa faktor-faktor yang memengaruhi tingkat risiko
dalam usaha peternakan sapi perah di Kebon Pedes, Bogor adalah fluktuasi
keuntungan di musim hujan, fluktuasi keuntungan di musim kemarau, fluktuasi
harga susu, fluktuasi harga pakan, skala usaha, dan saluran pemasaran. Dan hasil
analisis risiko didapat tingkat risiko sebesar 0,2 atau 20 persen dari pendapatan
bersih rata-rata (return) yang diperoleh.
Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis memiliki persamaan dan
perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Persamaan yang dimiliki adalah semua
literatur menggunakan komoditas yang sama kecuali Anggraini menganalisis sapi
perah dengan menggunakan analisis risiko untuk melihat tingkat risiko usaha.
Sedangkan perbedaan dari penelitian sebelumnya adalah pada penelitian Aziz,
Solihin, dan Robi’ah tidak menjelaskan seberapa besar faktor produksi dalam
menimbulkan risiko produksi dan dalam menganalisis faktor-faktor produksinya
berbeda, mereka menggunakan deskriptif sedangkan penelitian sekarang
menggunakan Cobb-Douglass. Untuk penelitian Merina dan Anggraini
menjelaskan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi pendapatan sedangkan
penelitian yang sekarang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
ayam broiler. Perbedaan dengan penelitian Farianti adalah pada komoditas,
penelitian ini dilakukan pada komoditas ayam broiler sedangkan Anna komoditas
sayuran, penelitian ini hanya untuk menganalisis pengaruh input terhadap
produksi serta melihat input-input yang dapat mengurangi atau menimbulkan
risiko produksi, sedangkan penelitian Farianti sampai pada pengaruhnya terhadap
ekonomi rumah tangga.
19
37. Tabel 6. Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian yang dilakukan
Nama Metode
No. Tahun Judul Penelitian
Penulis Analisis
Analisis Risiko dalam Usaha Analisis Risiko
Ternak Ayam Broiler (Studi (Kuantitatif
Faishal
1 2009 Kasus Peternakan X di Desa dan Kualitatif)
Abdul Aziz
Tapos, Kecamatan Tenjo,
Kabupaten Bogor)
Risiko Produksi dan Harga Analisi Risiko,
Serta Pengaruhnya Terhadap Analisis
Pendapatan Peternakan Ayam Pendapatan,
Muhamad
2 2009 Broiler CV AB Farm, Analisis R/C,
Solihin
Kecamatan Bojonggenteng- Indeks
Sukabumi Prestasi
Produksi
Perilaku Ekonomi Rumah Arch-Garch
Tangga Petani Sayuran dalam
Anna Menghadapi Risiko Produksi
3 2008
Fariyanti dan Harga Produk di
Kecamatan Pengalengan,
Kabupaten Bandung
Manajemen Risiko Usaha Analisis
Peternakan Broiler pada Risiko, dan
Siti
4 2006 Sunan Kudus Farm di Analisis
Robi’ah
Kecamatan Ciampea Deskriptif
Kabupaten Bogor
Analisis Pendapatan Tunai, Analisis
Risiko dan Faktor-Faktor Risiko,
Desi
5 2004 yang Mempengaruhi Risiko Pendapatan
Merina
Usaha Peternakan Broiler di Tunai, dan
Perusahaan X, Bekasi Regresi.
Analisis Risiko Usaha Analisis Risiko
Puspitasri
Peternakan Sapi Perah (Studi dan Analisis
6 Dewi 2003
Kasus di Kelurahan Kebon Regresi
Anggraini
Pedes, Bogor)
20
38. III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Konsep Risiko
Setiap kegiatan usaha yang dijalankan oleh pelaku usaha pasti memiliki
risiko. Para pakar memiliki pemahaman tersendiri dalam mengartikan sebuah
risiko. Menurut Kountur (2006), risiko adalah kemungkinan kejadian yang
merugikan. Menurut Vaughan yang diterjemahkan oleh Herman Darmawi (1997 :
18) mengemukakan beberapa definisi risiko sebagai berikut :
1. Risk is the chance of loss (risiko adalah kans kerugian)
Chance of Loss biasanya dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan
dimana terdapat suatu keterbukaan terhadap kerugian atau suatu kemungkinan.
Kerugian, sebaliknya jika disesuaikan dengan istilah yang dipakai dalam statistik,
maka chance sering dipergunakan untuk menunjukkan tingkat probabilitas akan
munculnya situasi tertentu.
2. Risk is the possibility of loss (risiko adalah kemungkinan kerugian).
Istilah possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada di
antara nol dan satu. Definisi ini barangkali sangat mendekati dengan pengertian
risiko yang dipakai sehari-hari, akan tetapi definisi ini agak longgar, tidak cocok
dipakai dalam analisis secara kuantitatif
3. Risk is uncertainty (risiko adalah ketidakpastian)
Tampaknya ada kesepakatan bahwa risiko berhubungan dengan
ketidakpastian. Karena itulah ada penulis yang mengatakan bahwa risiko itu sama
artinya dengan ketidakpastian.
Menurut Kountur (2006), Robison dan Barry (1987), sikap seseorang
dalam menghadapi risiko berbeda-beda. Teori ini menjelaskan bahwa ada tiga
kelompok sikap orang dalam menghadapi risiko yaitu:
1. Risk Aversion merupakan sikap dalam pengambilan keputusan yang takut
akan risiko. Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam
(variance) dari keuntungan maka pengambil keputusan akan mengimbangi
dengan menaikkan keuntungan yang diharapkan.
2. Risk Taker merupakan sikap yang berani mengambil keputusan suatu usaha
walaupun usaha tersebut berisiko tinggi, sikap ini ditunjukkan jika terjadi
21
39. kenaikan ragam suatu usaha dari keuntungan maka pengambil keputusan akan
menurunkan keuntungan sehingga merasa puas jika dapat menangani risiko
yang tinggi.
3. Risk Netral merupakan sikap yang netral terhadap risiko yang dihadapi. Sikap
ini ditunjukkan jika terjadi kenaikan atau penurunan ragam dari keuntungan
maka pengambil keputusan akan mengimbangi dengan menaikkan atau
menurunkan keuntungan yang diharapkan.
3.1.2. Jenis Risiko
Menurut Kountur (2006), perusahaan akan menghadapi berbagai macam
risiko. Risiko-risiko tersebut berada di hampir setiap tempat dan kegiatan yang
ada di dalam perusahaan. Karena begitu banyak macam risiko maka risiko-risiko
tersebut perlu dikelompokkan kedalam kelompok risiko yang mempunyai
kemiripan satu sama lain. Dengan mengelompokkan, risiko-risiko tersebut akan
lebih mudah ditangani. Risiko-risiko yang memiliki persamaan atau kemiripan
satu sama lain pada umumnya ditangani dengan cara yang mirip pula. Begitu
sebaliknya, jika risiko-risiko yang berbeda maka akan ditangani dengan cara yang
berbeda juga. Gambar 3 menunjukkan jenis-jenis risiko yang dihadapi.
Risiko
Spekulatif
Berdasarkan
Akibatnya
Risiko
Murni
Risiko
Risiko
Keuangan
Berdasarkan
Penyebabnya
Risiko
Operasional
Gambar 3. Jenis-Jenis Risiko
Sumber : Kountur, 2006
22
40. Gambar 3 menunjukkan bahwa risiko dapat dilihat dari dua sudut pandang,
yaitu melihat risiko dari akibat yang ditimbulkan atau melihat risiko dari
penyebabnya. Melihat risiko dari akibat yang ditimbulkan, risiko dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu risiko spekulatif dan risiko murni. Risiko
spekulatif adalah jenis risiko yang akibatnya selain merugikan dapat juga
memberikan keuntungan atau kemungkinan kejadian yang bisa berakibat
merugikan atau jika tidak merugikan sebaliknya bisa memberikan keuntungan,
sedangkan risiko murni adalah jenis risiko dimana akibatnya tidak memungkinkan
untuk memperoleh keuntungan dan yang ada hanyalah kemungkinan rugi.
Sedangkan jenis risiko lainnya dilihat dari berdasarkan penyebabnya. Jenis
risiko ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu risiko keuangan dan risiko
operasional. Risiko keuangan adalah jenis risiko yang disebabkan oleh faktor-
faktor keuangan seperti perubahan harga, perubahan mata uang, perubahan tingkat
bunga. Sedangkan risiko operasional adalah jenis risiko yang disebabkan oleh
faktor-faktor operasional. Seperti faktor manusia, teknologi dan alam.
3.1.3. Teori Produksi
Produksi adalah perubahan dari dua atau lebih input (sumber daya)
menjadi satu atau lebih output (produk). Menurut Joesron dan Fathorozi (2003)( 1)
Produksi merupakan hasil akhir dari proses aktivitas ekonomi dengan
memanfaatkan beberapa masukan atau input. Pengertian ini dapat dipahami
bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasi berbagai input atau masukan
untuk menghasilkan output.
Menurut Soekartawi (2002) adalah perangkat prosedur dan kegiatan yang
terjadi dalam menciptakan komoditas berupa kegiatan usahatani maupun usaha
lainnya yang mengubah masukan (input) menjadi keluaran (output). Input
merupakan masukan atau bahan baku yang diperlukan untuk menciptakan suatu
produk. Hubungan antara faktor produksi dengan hasil produksinya dapat diberi
cirri khusus berupa suatu fungsi produksi.
Fungsi produksi adalah suatu hubungan matematis yang menggambarkan
jumlah hasil produksi tertentu ditentukan oleh jumlah faktor produksi yang
1
http://www.google.com//fungsi produksi// (April 2011)
23
41. digunakan. Jumlah hasil produksi merupakan “dependent variabel” dan jumlah
faktor produksinya sebagai “independent variabel”Faktor produksi merupakan
semua korbanan yang diberikan pada komoditas agar komoditas tersebut mampu
menghasilkan produk.
Secara matematis fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut :
Y = f (X1, X2, X3, X4, X5........,Xn)
Dimana :
Y = Jumlah produksi yang dihasilkan dalam setiap siklus produksi
f = Mentransformasikan faktor-faktor produksi kedalam hasil produksi
X = Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi
Pada rumus di atas dapat dilihat bahwa produksi (Y) yang dihasilkan
sangat tergantung dari peranan X1, X2, X3,.....Xn. Fungsi produksi pada kondisi
tersebut termasuk kedalam kondisi model Neo-klasik dimana sifat-sifat dari fungsi
produksi Neo-klasik dapat dibedakan sebagai berikut :
1) Fungsi yang berkesinambungan dan dapat dibedakan
2) Berlaku “Law of Deminishing Return” dimana hukum tersebut menjelaskan
bahwa jika suatu faktor produksi terus ditambah dalam suatu proses produksi,
sedangkan faktor produksi lainnya tetap maka tambahan jumlah produksi per
satuan faktor produksi akan menurun. Hal tersebut menggambarkan adanya
kenaikan hasil yang negatif dalam kurva produksi.
3) Tanpa input tidak dapat berproduksi, dan semakin banyak input yang
digunakan akan semakin banyak juga output yang dihasilkan.
Gambar 4 tersebut merupakan “Kurva Produksi” yang berlaku umum dan
banyak ditulis dalam buku-buku teori ekonomi yang membahas perilaku produksi.
Kurva produksi itu memperlihatkan bahwa ada tiga proses perilaku dalam
produksi jika input X2 ditambahkan secara terus menerus (kontinue) pada suatu
input yang tetap (misalnya X3, X4 dan X5). Pada proses pertama, setiap tambahan
input akan memberikan tambahan produk yang semakin bertambah atau
“Increasing Return”. Proses ke dua ditandai dengan tambahan produk yang
semakin berkurang pada setiap tambahan input atau “Diminishing Return”. Pada
proses ke tiga, setiap tambahan input justru akan menurunkan hasil produksi atau
“Decreasing Return”.
24
42. Suatu contoh perilaku produksi tersebut adalah pemberian obat-obatan
dalam pakan ayam untuk menaikkan produksi bobot daging ayam. Pemberian
dosis tahap pertama yang relatif dari dosis nol sampai dosis agak tinggi
menyebabkan adanya tambahan bobot daging yang semakin bertambah. Jika dosis
ditingkatkan lagi maka sifat obat akan menjadi racun mulai tampak dengan
ditandai tambahan bobot daging menjadi semakin berkurang. Pada proses akhir,
jika dosis obat menjadi sangat berlebihan maka sifat racun obat berpengaruh kuat
dan menyebabkan tidak ada tambahan bobot daging tetapi justru ada penurunan
bobot daging tersebut.
Dalam fungsi proses produksi dapat dijelaskan pada Gambar 4 tentang
tahapan dari suatu proses produksi.
Output (Y)
Total Produksi
Stage II
Stage 1 Stage III
Produk Rata-Rata
Input (X)
Gambar 4. Tahapan Proses Produksi Produk Marjinal
Sumber : Soekartawi, 1986
Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa hubungan fungsi produksi dengan
produk marjinal (PM) dan produk rata-rata (PR) terhadap tingkat produksi suatu
komoditas. Selain itu juga menjelaskan didaerah yang mana produksi tersebut
berada apakah daerah irrasional atau rasional. Produk Marjinal adalah tambahan
satu-satuan input (X) yang dapat menyebabkan pertambahan atau pengurangan
satu-satuan output (Y). Dengan demikian PM dapat dituliskan dengan ∆Y/∆X.
Kalau terjadi PM konstan maka dapat diartikan bahwa setiap tambahan unit input
dapat menyebabkan tambahan satu-satuan unit output secara proporsional. Bila
terjadi suatu tambahan satu-satuan unit input yang menurun, maka PM akan
25
43. menurun. Jika penambahan satu-satuan unit input yang menyebabkan satu-satuan
unit output yang semakin menaik secara tidak proporsional, maka peristiwa ini
disebut dengan produktivitas yang menaik.
Produk rata-rata (PR) adalah perbandingan tingkat produksi total (PT)
dengan jumlah input yang digunakan. Sehingga dapat di tulis dengan rumus Y/X.
Dengan demikian hubungan PM dengan PR adalah sebagai berikut :
a) Bila PM lebih besar dari PR, maka proporsi PR masih dalam keadaan menaik.
b) Bila PM lebih kecil dari PR, maka proporsi PR dalam keadaan menurun.
c) Bila terjadi PM sama dengan PR, maka dalam keadaan maksimum.
Perubahan dari jumlah produksi yang disebabkan oleh faktor produksi
yang digunakan dapat dinyatakan dengan elastisitas produksi. Elastisitas produksi
(Ep) merupakan persentasi perbandingan output yang dihasilkan sebagai akibat
dari persentase dari input yang digunakan atau PM/PR. Sehingga dapat ditarik
kesimpulan hubungan antara PM dan PT serta PM dan PR dengan besar kecilnya
(Ep) adalah sebagai berikut :
1) Ep=1, bila PR mencapai maksimum atau bila PR sama dengan PM-nya.
2) Bila PM=0, dalam situasi PR sedang menurun, maka Ep=0
3) Ep >1 bila PT menaik pada tahapan “increasing rate” dan PR juga menaik di
stage 1. Disini peternak masih mampu memperoleh sejumlah produksi yang
cukup menguntungkan manakala sejumlah input masih ditambah.
4) Nilai Ep lebih besar dari nol tetapi lebih kecil dari satu atau 1<Ep<0, dalam
keadaan demikian, maka tambahan sejumlah input tidak di imbangi secara
proposrsional oleh tambahan output yang diperoleh. Peristiwa ini terjadi pada
stage 2, dimana pada sejumlah input yang diberikan maka PT tetap menaik
pada tahapan “decreasing rate”.
5) Nilai Ep < 0 yang berada pada stage 3, pada situasi demikian PT dalam
keadaan menurun, nilai PM menjadi negatif dan PR dalam keadaan menurun.
Dalam kondisi ini maka setiap upaya untuk meningkatkan sejumlah input
tetap akan merugikan bagi peternak.
Sebagai produsen yang rasional akan berproduksi pada tahap II, hal ini
disebabkan pada daerah ini tambahan satu unit faktor produksi akan member
tambahan produksi total (TP), walaupun produksi rata-rata (AP) dan Produk
26
44. Marginal (MP) menurun tapi masih positif dan pada tahap ini akan dicapai
pendapatan yang maksimum.
Menurut Soekartawi (2002) fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan
suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atu lebih variabel. Variabel
yang dijelaskan disebut variabel dependen (Y) dan variabel yang menjelaskan
disebut variabel independen (X). Dimana variabel dependen berupa output dan
variabel independen berupa input. Adapun persamaan mematis dari fungsi Cobb-
Douglas secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut :
𝑌 = 𝑏0 𝑋1𝑏1 𝑋2𝑏2 𝑋3𝑏3 , … . . , 𝑋 𝑖 𝑏𝑖 𝑒 𝑢
Dimana
Y = Variabel Dependen
X = Variabel Independen
𝑏0 , 𝑏1 = Besaran yang akan diduga
u = Unsur sisa
e = Logaritma natural (e = 2,718)
3.1.4. Model Just and Pope
Untuk menghasilkan sebuah produk melalui proses produksi yang
membutuhkan masukan (input) untuk menjadikan sebuah produk tidak lepas
dengan ketidakpastian, sehingga mengalami risiko produksi. Just dan Pope
merupakan ahli ekonometrika dalam Phoebe Koundouri dan Celine Naugas
(2005) mengembangkan model umum untuk penanganan risiko produksi
ekonometri. Pendekatan mereka telah cukup populer di kalangan ekonom
pertanian.
Konsep dasar yang diperkenalkan oleh Just dan Pope adalah untuk
membangun fungsi produksi sebagai jumlah dari dua komponen, satu berkaitan
dengan tingkat output, dan satu lagi berkaitan dengan variabilitas output.
Spesifikasi ekonometrika ini memungkinkan untuk menjelaskan dampak dari
proses produksi yang berasal dari input dan output berpengaruh terhadap risiko.
Dengan demikian, dalam Just dan Pope dalam fungsi produksi tidak mengabaikan
unsur risiko karena dapat mengakibatkan kesimpulan yang salah pada koefisien
variabel. Hal ini dapat dilihat dari output galat standar (error term) yang salah
dengan menunjukkan hasil yang jauh lebih besar dalam estimasi dari pada
kenyataan yang diperoleh.
27
45. Pendekatan dengan menggunakan model Just and Pope ini untuk
mengetahui faktor-faktor produksi yang dapat menyebabkan peningkatan atau
penurunan produksi. Selain melihat pengaruhnya terhadap produksi, model ini
juga dapat melihat pengaruh faktor produksi terhadap risiko. Untuk melihat faktor
produksi yang mengurangi dan meningkatkan risiko dapat dilihat pada nilai
koefisiennya, jika koefisien bertanda positif maka menimbulkan risiko sedangkan
yang bertanda negatif mengurangi risiko produksi (Fariyanti, 2008).
3.1.5 Sumber-Sumber Risiko
Risiko timbul bukan karena pengaruh dari faktor-faktor produksi yang
digunakan. Sumber-sumber risiko menurut Harwood (1999) adalah sebagai
berikut.
1. Risiko Produksi
Risiko produksi terjadi pada saat proses penggunaan input untuk
dikonversikan menjadi output, saat proses ini risiko produksi biasanya
muncul. Risiko produksi terjadi seperti gagal panen, produksi rendah, kualitas
kurang baik. Hal ini bisa disebabkan oleh hama dan penyakit, curah hujan,
maupun teknologi serta penggunaan sumber daya yang kurang kompeten.
2. Risiko Pasar (harga)
Risiko pasar terjadi pada saat produk telah dihasilkan dan siap untuk
didistribusikan ke tangan konsumen, saat proses perpindahan dari produsen
ke konsumen ini terjadi risiko pasar. Risiko pasar bisa terjadi karena produk
tidak dapat terjual, disebabkan oleh perubahan harga output, permintaan
rendah, ataupun banyak produk substitusi. Risiko pasar ini berhubungan
dengan mekanisme antara konsumen dengan produsen yang dapat
menimbulkan permintaan dan penawaran.
3. Risiko Kelembagaan
Risiko kelembagaan ini adalah lebih melihat peran dari kelembagaan terkait
apakah memiliki hubungan positif atau negatif. Hubungan tersebut akan
mempengaruhi risiko kelembagaan. Risiko kelembagaan terjadi karena
perubahan kebijakan dan peraturan pemerintah, baik dari segi penggunaan
pestisida dan obat-obatan, pajak dan kredit.
28
46. 4. Risiko Finansial
Risiko finansial ini berhubungan dengan alur keuangan yang digunakan untuk
kelangsungan usaha tersebut. Risiko finansial terjadi karena tidak mampu
membayar hutang jangka pendek, kenaikan tingkat suku bunga pinjaman,
piutang tak tertagih sehingga menyebabkan penerimaan produksi menjadi
rendah.
3.1.6. Manajemen Risiko
Manajemen risiko adalah cara-cara yang digunakan oleh manajemen untuk
menangani berbagai permasalah yang disebabkan oleh adanya risiko, juga berarti
suatu cara untuk menangani masalah-masalah yang mungkin timbul disebabkan
karena adanya ketidakpastian (Kountur, 2004). Untuk menangani risiko
diperlukan strategi pencegahan risiko agar risiko dapat ditangani dengan baik.
Menurut Kountur (2006), dalam menangani risiko perlu strategi dalam
penanganan agar risiko tersebut dapat diminimalkan. Strategi penanganan risiko
menurut Kountur (2006) ada lima strategi yang digunakan yaitu menghindari,
mencegah, mengurangi kerugian, mangalihkan, dan mendanai.
Strategi menghindar dilakukan jika risiko yang dihadapi terlalu besar,
yaitu kemungkinan terjadinya besar serta akibat yang ditimbulkan juga besar dan
risiko yang dihadapi tidak dapat dikendalikan oleh manajemen dan tidak dapat
ditangani dengan strategi-strategi penanganan risiko lainnya. namun tidak semua
risiko dapat dihindari dan menghindar kadang-kadang bukan cara yang terbaik.
Strategi menghindar sulit dilakukan jika menghindar dari suatu risiko namun
menghadapi risiko lain yang mungkin lebih besar dan risiko tersebut memberikan
upah yang sulit untuk ditolak. Strategi kedua adalah pencegahan, strategi
pencegahan adalah strategi yang digunakan untuk membuat kemungkinan
terjadinya risiko sekecil-kecilnya. Pencegahan risiko dapat dilakukan dengan cara
memperbaiki sistem dan prosedur, memperbaiki fasilitas, memperbaiki sumber
daya manusia, membuat aturan dan kebijakan. Strategi ini membuat risiko yang
berada di kwadran kanan-atas bergeser ke kanan-bawah; atau risiko yang berada
pada kwadran kiri-atas berpindah ke kiri-bawah, seperti yang digambarkan pada
Gambar 5.
29
47. Kemungkinan (%)
X Y
10%
X Y
0
Rp 100jt Akibat (Rp)
Gambar 5. Strategi Pencegahan Risiko
Sumber : Kountur ,2006
Strategi penanganan berikutnya adalah dengan pengurangan kerugian yang
dialami. Dalam strategi ini dilakukan untuk melakukan sesuatu agar sebelum
terjadi suatu kejadian kemungkinan terjadinya dibuat sekecil-kecilnya, strategi
pengurangan kerugian dimaksudkan untuk mengurangi kerugian setelah kejadian.
Pengurangan kerugian dilakukan pada risiko-risiko yang berada pada kwadran
kanan-atas dan kawan-bawah. Risiko-risiko yang berada pada kwadran kanan-atas
diusahakan ke kwadran kiri-atas, dan risiko-risiko yang berada pada kwadran
kanan-bawah berpindah ke kwadran kiri-bawah. Berikut dijelaskan pada Gambar
6.
kemungkinan (%)
10% Y Y
X X
0
Rp 100jt Akibat (Rp)
Gambar 6. Strategi Pengurangan Risiko
Sumber : Kountur, 2006
Strategi berikutnya adalah strategi mengalihkan risiko. Risiko-risiko yang
dapat dikendalikan dilakukan penanganan pencegahan dan pengurangan risiko,
sedangkan risiko yang tidak dapat dikendalikan penanganannya dilakukan dengan
pengalihan ke pihak lain. Risiko-risiko dapat dialihkan ke pihak lain yang
menanggung akibatnya. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
30
48. mengalihkan risiko ke pihak lain diantaranya dengan mengalihkan risiko melalui
asuransi, hedging, leasing, factoring, dan outsourching.
Strategi terakhir adalah dengan melakukan pendanaan kepada risiko yang
dihadapi. Perusahaan mempersiapkan dana sekiranya terjadinya kejadian yang
merugikan sehingga perusahaan memiliki dana untuk membiayai kerugian-
kerugian tersebut dengan demikian operasional perusahaan dapat terus berjalan.
Perusahaan dapat melakukan beberapa cara untuk mendanai risiko-risiko
operasionalnya. Cara-cara tersebut adalah menggunakan kas kecil, menyediakan
dana cadangan, melakukan self-insurance, dan membuat captive insurer.
3.2. Kerangka Operasional
Ayam Pedaging (Broiler) adalah ayam ras pedaging yang mampu tumbuh
cepat sehingga dapat menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat. Broiler
juga mempunyai peranan yang penting sebagai sumber protein hewani yang
dibutuhkan oleh manusia yang relative mudah dijangkau oleh semua kalangan.
Ayam broiler sangat potensial untuk dikembangkan hal tersebut dilihat dengan
semakin meningkatnya tingkat konsumsi terhadap daging ayam broiler seperti
yang telah dijelaskan dipendahuluan. Peningkatan konsumsi daging ayam broiler
seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia setiap
tahunnya. Selain itu juga daging ayam broiler menjadi pilihan untuk memenuhi
kebutuhan hewani karena harganya yang lebih murah dibandingkan dengan
daging ternak lainnya. Namun, dibalik potensi dari ayam broiler tersebut pada
umumnya peternak dihadapkan dengan ketidakpastian atau risiko dalam
menjalankan usaha ayam broilernya. Risiko yang dihadapkan adalah risiko
produksi. Penelitian ini dilakukan terhadap peternak plasma dari perusahaan
Dramaga Unggas Farm (DUF) sebanyak 30 responden yang dipilih dengan
representative. Sistem budidaya yang diterapkan oleh peternak masih bersifat
tradisional yaitu masih menggunakan sistem kandang panggung serta penggunaan
peralatan yang masih tradisional.
Penelitian yang dilakukan diidentifikasi bahwa dalam menjalankan proses
produksi peternak didampingi dengan risiko produksi. Indikasi yang menyatakan
bahwa peternak ayam broiler tersebut mengalami risiko produksi adalah dengan
adanya fluktuasi tingkat kematian dan produktivitas ayam broiler yang tidak
31
49. sesuai antara aktual dan standar yang telah ditetapkan berdasarkan titik aman
dalam menjalankan suatu usaha. Tingkat kematian dan produktivitas yang
dihasilkan oleh peternak plasma DUF sangat beragam, ada yang tidak mencapai
standard normal dan ada juga peternak yang aktualnya melebihi standar yang
ditentukan. Keberagaman tersebut dapat dijadikan bahwa peternak plasma DUF
mengalami risiko produksi.
Risiko produksi tersebut diduga berasal dari beberapa sumber risiko
produksi, seperti penggunaan faktor-faktor produksi maupun faktor cuaca/iklim.
Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam menjalankan usaha ayam broiler
adalah DOC, pakan, sekam, vitamin, vaksin, obat-obatan, pemanas dan tenaga
kerja. Namun, faktor-faktor produksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
DOC, pakan, Protect Enro, Neocamp, Doxerin Plus, vaksin, pemanas dan tenaga
kerja. Pemilihan faktor-faktor tersebut berdasarkan penilitian yang dilakukan oleh
Merina serta berdasarkan hasil pengamatan selama dilapang. Penelitian ini
menggunakan pendekatan Just and Pope yang menyatakan bahwa didalam fungsi
produksi terdapat juga fungsi variance produksi. Sehingga pendekatan ini
memiliki dua fungsi. Fungsi produksi yang digunakan adalah dalam bentuk
logaritma natural. Pendekatan Just and Pope dilakukan adalah untuk mengetahui
faktor-faktor produksi apa saja yang mempengaruhi produksi serta apa
pengaruhnya terhadap variance produksi. Untuk menilai apakah faktor-faktor
tersebut mengurangi atau menimbulkan variance produksi digunakan alat analisis
yaitu eviews 6. Alat analisis tersebut dapat menjelaskan sekaligus faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi produktivitas dan variance produksi serta melihat
pengaruhnya apakah faktor-faktor tersebut dapat menimbulkan risiko produksi
atau menurunkan risiko produksi.
Selain faktor-faktor produksi tersebut diduga ada faktor lain yang
mempengaruhi risiko produksi yaitu adanya perubahan cuaca/iklim yang tidak
menentu. Cuaca/iklim tidak masuk dalam model kareana faktor tersebut tidak
dapat dihitung nilainya sehingga dalam penilaiannya dilakukan secara pendugaan
deskriptif. Setelah diketahui faktor-faktor produksi apa saja yang mempengaruhi
risiko produksi dan variance produksi serta pengaruhnya terhadap produksi maka
dilakukan rekomendasi oleh peneliti agar faktor-faktor produksi tersebut dapat
32