SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  76
Télécharger pour lire hors ligne
KATA PENGANTAR
Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah aksi terpadu untuk
menurunkan angka kejadian penyakit menular berbasis lingkungan diantaranya adalah diare, serta
meningkatkan perilaku higienitas dan kualitas kehidupan masyarakat Indonesia. Salah satu kejadian
luar biasa (KLB) diare pada tahun 2006 di 16 provinsi dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar
2.52, merupakan salah satu penyumbang kejadian diare nasional yang mencapai 423 per seribu
penduduk pada semua umur. Salah satu sumber penyebab yang dimaksud adalah karena 47,50%
air yang dikonsumsi masyarakat saat itu masih mengandung Eschericia Coli (Studi Basic Human
Services/BHS : 2006). Penyebab lain karena 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar
ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka lainnya (Indonesian Study Sanitation Sector
Development Program/ ISSDP).
Langkah antisipasi terus dilakukan pemerintah antara lain melalui berbagai pengelolaan
program yang fokus pada penyediaan air minum dan sanitasi. Pada tahun 2008 telah diluncurkan
peraturan perundangan dalam bentuk Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM),
sebagai wujud komitmen Pemerintah dalam mewujudkan peningkatan akses air minum dan
sanitasi dasar berkelanjutan untuk pengendalian penyakit berbasis lingkungan dan peningkatan
kemampuan masyarakat, melalui pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat.
Sebagai program nasional, STBM akan terus berlangsung dan telah dilakukan implementasi di
244 kabupaten/kota serta 2.583 kecamatan, sehingga pada triwulan I tahun 2013 terdapat sejumlah
11.678 desa/kelurahan yang melaksanakan STBM. Kegiatan STBM ini diharapkan mempunyai andil
yang signifikan terhadap pencapaian target Air Minum dan Sanitasi dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 dan Renstra Kemenkes, serta target MDG’s tujuan
7c yakni menurunkan separuh proporsi penduduk yang belum memiliki akses terhadap air minum
dan sanitasi dasar yang layak secara berkesinambungan pada tahun 2015.
Dalam rangka memastikan tercapainya tujuan dan target tersebut di atas, diperlukan
langkah-langkah strategis dalam pencapaiannya. Untuk itu disusunlah Road Map STBM periode
2013 – 2015 yang dapat digunakan sebagai alat bantu dalam pengukuran pencapaian kinerja serta
pemantauan dan evaluasi pelaksanaan STBM.
Kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak
yang telah berkontribusi dalam penyusunan Road Map ini. Semoga dapat dijadikan acuan bagi
seluruh pihak terkait dalam melakukan implementasi STBM.
							

Jakarta,

Mei 2013

							

Direktur Jenderal,

							

Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama

i
DAFTAR ISI
										
KATA PENGANTAR 									
DAFTAR ISI 										
DAFTAR GAMBAR 									
DAFTAR GRAFIK									
DAFTAR TABEL										
DAFTAR LAMPIRAN									
DAFTAR SINGKATAN 									
I.	 PENDAHULUAN 									

1

II.	 ROADMAP PERCEPATAN STBM 2013-2015, APA DAN MENGAPA			
2.1.	 Pengertian roadmap percepatan program STBM				
2.2.	 Prinsip dasar penyusunan roadmap percepatan program STBM		

7
7
8

III.	 DASAR PERTIMBANGAN PENYUSUNAN ROADMAP PERCEPATAN STBM		
3.1.	 Target Pembangunan Sanitasi Jangka Menengah Nasional Tahun 2010–2015	
3.2.	 Target MDGs									
3.3.	 Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010 – 2014		
3.4.	 Program Nasional Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) 	
3.5.	 Kondisi eksisting program AMPL						

9
10
10
11
11
11

IV.	 TINJAUAN STATUS PENCAPAIAN STBM						
4.1.	 Peta Pelaku STBM								
4.2.	 Pencapaian STBM								
4.3.	 Pembelajaran dan potensi							
4.4.	 Permasalahan utama 							
		
V.	 ROADMAP PERCEPATAN STBM 2013 - 2015 			
		
5.1.	 Target STBM 2013 – 2015							
5.2.	 Analisa Gap Capaian dan Target STBM 2013 - 2015 				
5.3.	 Isu Strategis STBM 								
5.4.	 Tujuan Strategis STBM 							
5.5.	 Sasaran Strategis STBM 2013 - 2015 						
5.6.	 Strategi pelaksanaan STBM 2013-2015					
5.7.	 Program dan Kegiatan Strategis STBM 2013 – 2015				

15
15
18
21
24
26
26
27
29
30
37
38
39

VI.	 PRIORITASI PELAKSANAAN KEGIATAN STRATEGIS
ROADMAP PERCEPATAN STBM 2013 – 2015					
6.1.	 Prioritasi pelaksanaan kegiatan strategis					
6.2.	 Prioritas kegiatan strategis tahun pertama, tahun 2013			
6.3.	 Prioritas kegiatan strategis tahun kedua, tahun 2014				
6.4.	 Prioritas kegiatan strategis tahun ketiga, tahun 2015				
6.5.	 Pemantauan dan Evaluasi							

41
41
42
45
46
46

VII.	ESTIMASI KEBUTUHAN DAN IDENTIFIKASI SUMBER PENDANAAN
UNTUK PELAKSANAAN ROADMAP PERCEPATAN STBM 2013–2015			
7.1.	 Identifikasi sumber pendanaan						
7.2.	 Estimasi kebutuhan pendanaan						

47
47
49

VIII. PENUTUP 						

ii

Halaman
i
ii
iii
iv
v
vi
vii

53
DAFTAR GAMBAR
										

Halaman

Gambar 1	

Kerangka Pikir STBM							

3

Gambar 2	

Komponen STBM							

4

Gambar 3	

Tangga Perubahan Perilaku – Visi STBM					

5

Gambar 4	

Target MDGs 2015 Terkait Sanitasi					

9

Gambar 5	

Pendekatan Dalam Pengelolaan Air Limbah Permukiman			

10

Gambar 6	

Rangkuman Target Pembangunan Air dan Sanitasi			

14

Gambar 7	

Wilayah Kerja Pelaku STBM di Indonesia					

17

Gambar 8	

Persentase Penduduk yang Menggunakan Jamban di Indonesia		

18

iii
DAFTAR GRAFIK
									

	

Halaman

Grafik 	 1	

12

Grafik 	 2	

Akses Air Layak Berkelanjutan						

12

Grafik 	 3	

Kondisi Sarana Sanitasi Provinsi di Indonesia Tahun 2010			

19

Grafik 4	

Jumlah Desa/kelurahan dan Desa/kelurahan Intervensi STBM

	

Provinsi di Indonesia Tahun 2010					

Grafik 5	

Jumlah Desa/kelurahan dan Kecamatan Intervensi STBM

	

iv

Akses Sanitasi Layak Berkelanjutan					

serta Puskesmas di Provinsi Tahun 2010 					

20

30
DAFTAR TABEL
										

Halaman

Tabel 1		

Pelaku Pembangunan STBM di Indonesia				

10

Tabel 2		

Indikator Program Strategis Penyehatan Lingkungan			

18

Tabel 3		

Pembelajaran dan Usulan untuk Pusat					

21

Tabel 4		

Pembelajaran dan Usulan untuk Provinsi				

22

Tabel 5		

Pembelajaran dan Usulan untuk Kabupaten/Kota			

23

Tabel 6	 	

Masalah Strategis AMPL							

24

Tabel 7		

Permasalahan Internal dan Eksternal STBM di Indonesia			

25

Tabel 8		

Target Pembangunan Sanitasi Indonesia					

27

Tabel 9		

Target STBM 2013 – 2015						

28

Tabel 10	

Data Provinsi Prioritas Pertama						

31

Tabel 11 	

Data Provinsi Prioritas Kedua						

33

Tabel 12 	

Data Provinsi Prioritas Ketiga						

34

Tabel 13	

Tabel isu dan sub isu strategis STBM 2013-2015				

36

Tabel 14	

Tujuan Strategis STBM 2013 – 2015					

36

Tabel 15	

Sasaran Strategis STBM 2013 – 2015					

37

Tabel 16	

Strategi Pelaksanaan Strategis STBM 2013 – 2015			

38

Tabel 17	

Program dan Kegiatan Strategis STBM 2013 – 2015			

39

Tabel 18	

Prioritas Kegiatan Strategis STBM 2013 					

42

Tabel 19	

Prioritas Kegiatan Strategis STBM 2014					

45

Tabel 20	

Prioritas Kegiatan Strategis STBM 2015					

46

Tabel 21	

Identifikasi Sumber Pendanaan STBM 2013 – 2015			

48

Tabel 22	

Estimasi Kebutuhan Pendanaan STBM Tahun 2013			

49

Tabel 23	

Estimasi Kebutuhan Pendanaan STBM Tahun 2014			

51

v
DAFTAR LAMPIRAN
										
Lampiran 01	

Gambaran Roadmap Percepatan STBM 2013-2015 di Provinsi		

Lampiran 02	

Gambaran Roadmap Percepatan STBM 2013-2015

		

di Kabupaten/Kota							

Lampiran 03	

Gambaran Umum Sinergi Program terkait STBM di
Tingkat Kabupaten/Kota							

vi

Halaman
54
59
64
DAFTAR SINGKATAN
ADD		

Alokasi Dana Desa/kelurahan

IMB		

Ijin Mendirikan Bangunan

AMPL		

Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

IPAL		

Instalasi Pengolahan Air Limbah

AKKOPSI	

Asosiasi Kota/Kabupaten Peduli Sanitasi

IPLT		

Instalasi Pengolahan Limbah Terpadu

APBD		

Anggaran Pembangunan Belanja Daerah

APBDesa	

Anggaran Pembangunan Belanja Desa

ISSDP	 	
		

Indonesia Sanitation Sector Development 	
Program

APBN		

Anggaran Pembangunan Belanja Nasional

AusAid		
		

Australia Agency for International 		
Development

IUWASH	
		

Indonesia Urban Water Sanitation and 		
Health

KIE		

Komunikasi Informasi & Edukasi

BAB		

Buang Air Besar

KLB		

Kejadian Luar Biasa

BABS		

Buang Air Besar Sembarangan

K/L		

Kementrian/Lembaga

BOK		

Bantuan Operasional Kesehatan

KTP		

Kartu Tanda Penduduk

BOS		

Bantuan Operasional Sekolah

Litbangkes	

Penelitian Pengembangan Kesehatan

BPMD		

Badan Pemberdayaan Masyarakat & Desa

MAK		

Mata Anggaran Kegiatan

BPS		

Badan Pusat Statistik

Manlak		

Pedoman Pelaksanaan

BHS		

Basic Human Services

Mannis		

Pedoman Teknis

CD Bethesda	

Community Development Bethesda

MCC		

Milenium Challenge Corporation

CFR		

Case Fatality Rate

MDGs		

Millenium Development Goals

CLTS		

Community-Led Total Sanitation

Menkes	

Menteri Kesehatan

CSR		

Corparate Social Responsibility

Kemkes		

Kementerian Kesehatan

CTPS		

Cuci Tangan Pakai Sabun

MOU		

Memorandum Of Understanding

CWSHP		
		

Community Water Sanitation and Health 	
Project

MPSS		

Memorandum Program Strategi Sanitasi

Dekon		

Dekonsentrasi

MSMHP	
		

Metropolitan Sanitation Management and 	
Health Project

DIPA		

Daftar Isian Program Anggaran

NGO	

Non Goverment Organization

DKI Jaya	

Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya

Dirjen PP & PL	 Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit 	
		
& Penyehatan Lingkungan

	

NTB		

Nusa Tenggara Barat

NTT		

Nusa Tenggara Timur

OD	

	

Open Defecation

	

Open Defecation Free

Dit PL		

Direktorat Penyehatan Lingkungan

ODF	

GDP		

Gross Domestic Product

Ormas		

Organisasi Kemasyarakatan

ICWRMP	
		

Integrated Citarum Water Resources 		
Management Project

PAMMRT	
		

Pengelolaan Air Minum dan Makanan 		
Sehat Rumah Tangga

vii
DAFTAR SINGKATAN
PAMSIMAS	
		
Perbup		

Peraturan Bupati

Perda		

SK		

Surat Keputusan

SKPD		

Satuan Kerja Perangkat Daerah

Peraturan Daerah

SLBM		
		

Sanitasi Lingkungan Berbasis 		
Masyarakat

Perdes		

Peraturan Desa

STBM		

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

PHBS		

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

PKK		

Pendidikan Kesehatan Keluarga

SPBM		
		

Sanitasi Perkotaan Berbasis 		
Masyarakat

PLCRT		

Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga

Stop BABS	

Stop Buang Air Besar Sembarangan

PLP		

Penyehatan Lingkungan & Permukiman

Susenas	

Survei Sosial Ekonomi Nasional

PMD		

Pemberdayaan Masyarakat & Desa

SSK		

Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota

PPSP		
		

Percepatan Pembangunan Sanitasi 		
Permukiman

SMS		

Short Message Service

TOT		

Training Of Trainers

Pokja		

Kelompok Kerja

TKM		

Tim Kerja Masyarakat

Pro Air		

Program Penyediaan Air

TPA		

Tempat Pemerosesan Akhir

Prokasih	

Program Kali Bersih

TPS		

Tempat Pembuangan Sementara

Promkes	

Promosi Kesehatan

PSRT		

Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

TSSM		
		

Total Sanitation & Sanitation 		
Marketing

PU		

Pekerjaan Umum

UKS		

Usaha Kesehatan Sekolah

Puskesmas	

Pusat Kesehatan Masyarakat

RPJMD		
		

Rencana Panjang Jangka Menengah 		
Daerah

UNICEF		
		

United Nation International Children’s 	
Funds

RPJMN		
		

Rencana Panjang Jangka Menengah 		
Nasional

USAid	 	
		

United State Agency for International 	
Development

RKM		

Rencana Kerja Masyarakat

USRI	 	
		

Urban Sanitation and Rural 		
Infrastructure

RKP		

Rencana Kerja Pembangunan

UU		

Undang Undang

RPAM		

Rencana Pengamanan Air Minum

WASH	 	

Water Sanitation & Hygiene

RSH		

Rumah Sederhana Sehat

3R		

Reduce, Reuse and Recycle

WES Unicef	
		
		

Water Environmental Sanitation 	
United Nation International 		
Children’s Funds

Sanimas	

Sanitasi Berbasis Masyarakat

WHO		

World Health Organization

SBS		

Stop Buang air besar Sembarangan

WVI		

World Vision Indonesia

SE		

viii

Penyediaan Air Minum dan Sanitasi 		
Berbasis Masyarakat

Surat Edaran

YMP-NTB	
		

Yayasan Masyarakat Peduli - 		
Nusa Tenggara Barat
Bab Satu
PENDAHULUAN
World Health Organization (WHO)
meginformasikan bahwa kematian
yang disebabkan karena waterborne
disease mencapai 3.400.000 jiwa/
tahun. Masih menurut WHO, dari
semua kematian yang berakar pada
buruknya kualitas air dan sanitasi,
diare merupakan penyebab kematian
terbesar yaitu 1.400.000 jiwa/tahun.
Menurut Hardoy dan Satterhwaite
(1992), layanan air minum yang
kualitasnya buruk dan kurang
memadainya sistem pembuangan air
limbah dan sampah menimbulkan
dampak buruk pada lingkungan dan
menimbulkan endemik penyakit di
rumah tangga miskin. Dalam buku
lain yang berjudul “The Poor Die
Young”, Hardoy, Cairncross, and Satterthwaite (1990) menyusun daftar penyakit yang paling prevalent. Terdapat
29 jenis penyakit di luar 48 jenis penyakit yang paling prevalent di seluruh dunia yang kejangkitannya dapat dicegah
dengan meningkatkan kualitas perumahan dan kondisi penghidupan, nutrisi yang lebih baik dan perawatan
kesehatan primer yang menyeluruh. Beberapa penyakit tersebut diantaranya: Tuberculosis, Measles, Pertusis,
Tetanus, Polio, Diptheria, Malaria, Schistosomiasis, Filariasis, Chagas disease, River Blindness, Leishmanasis,
Leprosy, Guinea Worm, Amoebiasis, Giardiasis, Typoid, Cholera, Ascariasis, Hookworm, Thichuriasis, Dengau,
Rabies, Yellow Fever, Iodine Deficiency, Vitamin A Deficiency, Pneumonia, Anaemia, Trachoma.
Sebagaimana negara-negara berkembang lainnya, Indonesia pada saat ini juga menghadapi masalah
di bidang sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat. Sejak diterapkan otonomi daerah pada Januari 2001,
bagaimanapun, masalah sanitasi bukan lagi menjadi urusan Pemerintah Pusat, tetapi menjadi urusan wajib bagi
Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai UU No. 32/2004 tentang Otonomi Daerah. Akan tetapi dalam kenyataannya
masih banyak pemerintah kabupaten/kota yang belum atau kurang mampu mengurus dan memecahkan masalah
di bidang sanitasi dan higiene. Seringkali bidang sanitasi dan higiene lebih merupakan isu pinggiran (marginal)
yang tidak memperoleh prioritas dalam pembangunan.
Pembangunan sanitasi kemudian menjelma menjadi masalah yang relatif kompleks. Kompleksitas
masalah yang dihadapi bukan hanya menyangkut banyaknya variabel yang berpengaruh terhadap kinerja dan
keberlanjutan pembangunan sanitasi dan higiene, tetapi juga adanya perbedaan masalah, bobot, serta cara
penanganan antara satu daerah dengan lainnya, sehingga sangat sulit dan tidak relevan untuk membuat sebuah
model yang sama untuk diterapkan di semua kabupaten/kota.
Secara keseluruhan penduduk Indonesia yang hidup dengan kondisi sanitasi buruk mencapai 72.500.000
jiwa. Mereka tersebar di perkotaan (18,2%) dan perdesaan (40%). Kementerian Kesehatan menjelaskan bahwa
di Indonesia ada 226 kota yang masih bermasalah dengan pengelolaan air limbah, 240 kota menghadapi masalah
pengelolaan sampah, serta 100 kota masih bermasalah dengan drainase. Sedangkan kota yang bermasalah
dengan ketiganya sebanyak 52 Kota (Zainal Nampira dalam Kick off High Five Program).
Tidak ada informasi mengenai bagaimana permasalahan sanitasi di perdesaan. Dari berbagai kabupaten
diperoleh informasi bahwa di perdesaan masalah yang krusial adalah kebiasaan buang air besar sembarangan
atau open defecation. Perilaku ini berakibat secara langsung/tak langsung pada terkontaminasinya sumber air
minum maupun terjadinya pencemaran ulang (rekontaminasi) pada sumber air dan makanan yang disantap di
rumah.
Beberapa kajian/riset terkait Sanitasi yang pernah dilakukan antara lain The Political Economy of Sanitation
(2011), Lessons in Urban Sanitation Development (2006-2011), Managing the Flow of Information to Improve
Rural Sanitation in East Java (2010), dan Economic Impacts of Sanitation in Indonesia (2008). Riset atau studi
tersebut dilakukan atas fasilitasi Water and Sanitation Program – East Asia Pacific/World Bank. Intisari dari hasil
review riset di atas adalah sebagai berikut:
•	 Otonomi daerah ternyata masih belum bisa diimbangi dengan tindakan daerah dalam mengalokasikan dana
untuk sanitasi (perlunya advokasi anggaran).
•	 Bidang sanitasi belum dianggap sebagai bidang prioritas pembangunan (advokasi regulasi maupun
anggaran).
•	 Kerugian di level nasional sebesar Rp.225.000/orang/tahun apabila sanitasi tidak ditangani dengan baik bisa
menjadi bahan advokasi.
•	 Sistem monitoring berbasis masyarakat sangat layak untuk diterapkan untuk diterapkan, dan menghasilkan
informasi/data dengan kualitas memadai.
•	 Sistim monitoring melalui SMS apabila berjalan dengan bagus akan sangat bermanfaat dan mampu menerobos
kemandegan informasi yang selama ini terjadi (akan lebih baik diikuti dengan respon/feedback yang cepat
agar cepat tertanggulangi).

2
Kerugian ekonomi dari buruknya sanitasi merupakan dampak negatif lainnya yang nilainya sangat besar. Di
Indonesia, pada tahun 2006 perkiraan biaya yang dikeluarkan per tahun mencapai Rp 56 triliun. Biaya sebesar itu
setara dengan 2,3% GDP (Gross Domestic Product), dan dapat dibelanjakan untuk perawatan dan penyembuhan
penyakit yang kejangkitannya berakar pada air dan sanitasi buruk serta perilaku tidak higiene. Di perkotaan setiap
orang terbebani biaya Rp 275.000/tahun, sedangkan di perdesaan setiap orang per tahun terbebani Rp 224.000.
Dampak ekonomi dari pencemaran air akibat sanitasi yang buruk mencapai Rp 14,9 triliun (Research Report,
Economic Impact of Sanitation In Indonesia : Water and Sanitation Program-East Asia and Pasific, World Bank :
2008). Biaya ekonomi sebesar itu, bila problem sanitasi teratasi dan perilaku hidup bersih dan sehat diwujudkan
dapat dialihkan untuk kegiatan produktif meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin yang memang paling
banyak menjadi korban waterborne disease.
Upaya peningkatan perilaku higiene dan peningkatan akses sanitasi terus dikembangkan. Belajar dari
berbagai pengalaman pelaksanaan CLTS dan program/proyek sanitasi lainnya, CLTS di Indonesia kemudian
mengalami berbagai evaluasi dan penyesuaian. CLTS yang lebih fokus pada perilaku Stop BABS dengan strategi
di peningkatan kebutuhan sanitasi kemudian dievaluasi dan dikembangkan dengan menambahkan 4 (empat)
perubahan perilaku, diarahkan pelaksanaannya dengan 6 (enam) strategi, dan dinamakan STBM.
Berdasarkan Kepmenkes No. 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional STBM, STBM adalah
pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode
pemicuan, sebagaimana terlihat dalam gambar di atas ini.
Disebut Sanitasi Total karena target yang ingin dicapai adalah ketika suatu komunitas sudah mencapai
kondisi : (1) Tidak buang air besar sembarangan (Stop BABS); (2) Mencuci tangan pakai sabun (CTPS); (3) Mengelola
air minum dan makanan yang aman (PAMM RT); (4) Mengelola sampah dengan benar dan (5) Mengelola limbah
cair rumah tangga dengan aman.
Gambar 1
Kerangka Pikir STBM

3
Pada bulan September 2008 itu pula, Menteri Kesehatan, Dr Siti Fadillah Supari, meluncurkan Strategi
Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat dan Pencanangan Program Nasional untuk pelaksanaan STBM
di 10.000 desa/kelurahan. Strategi ini kini menjadi strategi utama untuk sanitasi pedesa/kelurahanan secara
nasional dan berlaku untuk seluruh tingkatan pemerintah daerah serta donor dan berbagai mitra. Menurut
Kementerian Kesehatan, pada saat peluncuran STBM ini sudah mencapai 3.000 desa/kelurahan yang telah
melaksanakan STBM. Dalam sambutannya, Menteri menunjukkan bahwa penetapan 10.000 desa/kelurahan
STBM ini dilakukan berdasarkan pembelajaran dari 6 kabupaten uji coba CLTS dan menyatakan: “Pembangunan
kesehatan yang efektif dapat dicapai jika masyarakat terlibat secara penuh dan diberdayakan sejak perencanaan
maupun pelaksanaan secara berkelanjutan”.
Gambar 2
	Komponen
sanitasi
total
Komponen Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
sebagaimana ditunjukkan gambar 1.2.,
adalah bagaimana ketiga komponen dapat
terlembagakan, sehingga: (1) Stop BABS
adalah pilar utama untuk menghasilkan
peningkatan kebutuhan masyarakat untuk
memperbaiki sanitasi, sesuai dengan prinsip
pendekatan non subsidi untuk fasilitas
sanitasi rumah tangga: (2) Dengan dukungan
pengembangan kapasitas tentang STBM sejak
dari pusat sampai ke tingkat masyarakat,
diharapkan dapat tercipta lingkungan
yang kondusif untuk meningkatkan
permintaan perbaikan sanitasi yang layak
di masyarakat; dan (3) Dengan mendorong
pasar lokal untuk menawarkan lebih banyak
opsi kepada rumah tangga miskin untuk
mendapatkan akses terhadap sanitasi yang
layak menyebabkan terjadinya peningkatan
penyediaan sanitasi.
Bila ketiga komponen ini terjadi, maka
masyarakat akan menginvestasikan sumber
Sumber : Permenkes No 852 Tahun 2008
daya mereka sendiri untuk memperbaiki
fasilitas sanitasi, dan akan dengan cepat
menuju dusun, desa/ kelurahan, kecamatan,
kabupaten/kota, dan provinsi yang bebas dari BAB sembarangan, serta mencapai pilar-pilar STBM lainnya.
Untuk mencapai suatu kondisi masyarakat Sanitasi Total, setiap rumah tangga perlu melaksanakan
perilaku higiene yang merupakan kunci untuk menjaga kesehatan, produktivitas, dan kesejahteraan
masyarakat secara lebih luas.
Seiring dengan harus terjadinya internalisasi dan terlembagakannya ketiga komponen di atas, maka
yang harus dilakukan adalah meningkatkan kapasitas daerah dan membangun konsensus bersama sehingga
kabupaten/kota dapat merencanakan bagaimana mereka bisa menjadi mencapai kondisi ODF/SBS. Tahap
berikutnya adalah melanjutkan untuk mencapai Sanitasi Total, sebagaimana gambar tangga perubahan
perilaku berikut ini:

4
Gambar 3
Tangga Perubahan Perilaku

Tangga Perubahan Perilaku - Visi STBMMasyarakat
sudah
mempraktekkan
perilaku Higiene
sanitasi secara
permanen
(5 pilar STBM)
(5 pilar STBM)

•	 Adanya upaya peningkatan
kualitas sanitasi
•	 Terjadinya perubahan perilaku
higiene lainnya di masyarakat
(pilar 2-5)
(pilar 2-5)
•	 Adanya pemantauan dan
evaluasi

•	 100% masyarakat sudah berubah
perilakunya dengan status SBS
(terverifikasi)
mengubah
•	 Adanya rencana untuk mengubah perilaku
Higiene lainnya
•	 Adanya aturan dari masyarakat untuk
menjaga status SBS
•	 Adanya pemantauan dan verifikasi secara
berkala
•	 Adanya proses pemicuan
•	 Adanya Komite/”Natural
Leaders”
•	 Adanya Rencana Aksi
Masyarakat
•	 Adanya Pemantauan terus
menerus
•	 Tersedianya supply

Sumber : Materi Advokasi STBM - 2012

Dengan pemikiran tersebut, berikut ini adalah naskah Roadmap Percepatan Program STBM 20132015, dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
•	 Bab 1
Pendahuluan, berisikan penulisan tentang kenapa STBM diperlukan dalam pembangunan
sanitasi berbasis masyarakat di Indonesia, serta sistematika penulisannya.
•	 Bab 2
Roadmap Percepatan STBM, Apa dan Mengapa, berisikan tulisan pengertian dan prinsip
dasar penyusunan roadmap.
•	 Bab 3
Dasar Pertimbangan Penyusunan Roadmap Percepatan STBM, berisikan tulisan target
pembangunan sanitasi nasional, target MDGs, Renstra Kementerian Kesehatan Tahun
2010–2014, program PPSP, serta kondisi eksisting program AMPL.
•	 Bab 4
Tinjauan status pencapaian STBM, berisikan tulisan tentang pelaku STBM, pencapaian
STBM, pembelajaran dan potensi, serta permasalahan utama STBM.

5
•	 Bab 5
Roadmap Percepatan STBM 2013-2015, berisikan tulisan target, analisis gap capaian dan
target Roadmap Percepatan STBM 2013-2015, isu strategis, tujuan strategis, sasaran strategis,
kebijakan, program dan kegiatan strategis STBM 2013-2015.
•	 Bab 6
Prioritasi Pelaksanaan Kegiatan Strategis Roadmap Percepatan STBM 2013 – 2015, berisikan
tulisan prioritasi pelaksanaan kegiatan strategis, prioritas kegiatan strategis tahun pertama
(tahun 2013), prioritas kegiatan strategis tahun kedua (tahun 2014), prioritas kegiatan
strategis tahun ketiga (tahun 2015) serta serta pemantauan dan evaluasi.
•	 Bab 7
Estimasi Kebutuhan dan Identifikasi Sumber Pendanaan untuk Pelaksanaan Roadmap
Percepatan STBM 2013-2015, berisikan tulisan tentang estimasi dan identifikasi sumber
pendanaan STBM 2013-2015
•	 Bab 8
Penutup, berisikan tulisan penutup yang menjelaskan betapa pentingnya melakukan
percepatan STBM agar kita sampai pada target RPJMN 2014 dan MDGs 2015.

6
Bab Dua
Roadmap Percepatan
STBM, Apa dan Mengapa
2.1. Pengertian Roadmap Percepatan STBM
2013-2015
Secara harfiah, roadmap dapat diartikan sebagai
peta penentu, penunjuk arah atau peta jalan menuju
target sasaran. Roadmap merupakan sebuah dokumen
rencana kerja rinci yang mengintegrasikan seluruh
rencana dan pelaksanaan program serta kegiatan dalam
rentang waktu tertentu.
Dalam pelaksanaan program STBM, roadmap
dapat digunakan sebagai alat bantu untuk melangkah
dan mengukur pencapaian kinerja serta pemantauan
dan evaluasi terhadap target sasaran. Sebagaimana
lazimnya, informasi minimal yang dijelaskan dalam
roadmap adalah tahapan atau aktivitas-aktivitas yang
harus dilakukan seperti: gambaran kondisi yang terjadi
saat ini (data kondisi eksisting tahun tertentu), target

7
capaian/hasil, kegiatan apa yang harus dilakukan, siapa pelaksana dan penanggungjawab, dukungan apa
yang dibutuhkan, serta anggaran yang diperlukan. STBM dalam pelaksanaannya, di awal banyak menyentuh
daerah perdesaan, sekarang sudah mulai banyak dicobakan pendekatannya di kawasan perkotaan.
Secara harfiah, percepatan dapat diartikan sebagai akselerasi, atau usaha yang dilakukan secara
sadar untuk membuat sesuatu bergerak dengan lebih cepat. Percepatan yang dimaksud disini adalah upaya
yang harus dilakukan secara sadar untuk lebih mempercepat pelaksanaan STBM di daerah. Hal-hal yang
dapat menjadi pendorong antara lain : (1) Pemberdayaan masyarakat, terutama kepada masyarakat miskin
potensial sasaran STBM, serta (2) Peningkatan investasi berupa peningkatan pengeluaran pemerintah
daerah, khususnya dalam rangka terjadinya proses pemberdayaan masyarakat sehingga terjadi proses
perubahan perilaku di tingkat masyarakat.
	
Tahun 2013 – 2015, adalah tahun kritis Indonesia dalam rangka mencapai target pembangunan
jangka menengah yang berakhir tahun 2014, serta dalam rangka mencapai target MDGs yang berakhir tahun
2015. Sehingga roadmap untuk percepatan STBM ini disusun sesuai dengan berakhirnya tahun pencapaian
kedua target tersebut diatas, yaitu tahun 2013 – 2015.
2.2.	 Prinsip dasar penyusunan roadmap percepatan program STBM
Roadmap percepatan program STBM disusun sesuai dengan prinsip dasar yakni :
(a)	 Jelas (mudah dipahami dan dapat dilaksanakan);
(b)	 Ringkas dan terukur (meliputi jenis program, kegiatan, target capaian, waktu pelaksanaan
termasuk indikator output dan outcome);
(c)	 Adjustable (mengakomodasi umpan balik dan perbaikan-perbaikan yang diperlukan);
(d)	 Komitmen (merupakan kesepakatan bersama yang memberikan gambaran kesadaran akan
tanggungjawab yang harus diselesaikan); dan
(e)	 Berfungsi sebagai dokumen resmi.

8
Bab TIGA

Dasar pertimbangan
penyusunan Roadmap
Percepatan STBM
2013 - 2015
Penyusunan roadmap percepatan program
STBM didasari oleh upaya mendukung program
Pemerintah dalam menurunkan angka diare dan
penyakit yang berbasis lingkungan lainnya. Secara rinci
dokumen ini disusun atas pertimbangan beberapa
hal, yaitu:
(i)	 Target pembangunan sanitasi jangka menengah
nasional tahun 2010-2014;
(ii)	 Kesepakatan Internasional terkait air minum,
sanitasi dan higiene yang tercantum dalam
kesepakatan Millenium Development Goals
(MDGs);
(iii)	 Rencana Strategis (Renstra) Kementerian
Kesehatan 2010-2014;
(iv)	 Program nasional Percepatan Pembangunan
Sanitasi Permukiman; dan
(v)	 Kondisi eksisting program AMPL.
Masing-masing target di atas, baik pada
tingkat nasional maupun internasional, berangkat
dari pemikiran yang sama, yaitu dampak dari
buruknya perilaku dan kondisi sanitasi yang
mengancam berbagai aspek kehidupan, mulai dari
kesehatan, pendidikan, sampai pada aspek ekonomi.
Masing-masing target pada dasarnya mencanangkan
perlunya perubahan signifikan dalam pendekatan
pembangunan sanitasi. Berikut ini paparan singkat
terkait dengan target dimaksud:
3.1.	

Target Pembangunan Sanitasi Jangka
Menengah Nasional Tahun 2010-2014

Dalam kurun waktu 2010-2014, pemerintah
Indonesia telah menegaskan komitmennya dalam
pembangunan sanitasi dengan mencanangkan
beberapa
target
penting
dalam
Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2010-2014 Bidang Permukiman dan Perumahan.
Beberapa target penting terkait STBM adalah sebagai
berikut:

9
a)	 Terwujudnya kondisi Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS) nasional pada akhir tahun 2014, baik di
perkotaan maupun di perdesaan melalui pemicuan perubahan perilaku BABS dengan target sesuai Renstra
2010-2014 di masing-masing Kementerian/Lembaga;
b)	 Tersedianya akses terhadap pengelolaan sampah bagi 80% rumah tangga pada tahun 2014; 
c)	 Menurunnya luas genangan sebesar 22.500 Ha di 100 kawasan strategis perkotaan.
3.2	

Target MDGs

 	
Kesepakatan internasional MDGs secara umum ditujukan untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan
meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat di berbagai belahan dunia. Salah satu tujuan dari kesepakatan
MDGs adalah menjamin keberlanjutan lingkungan, dimana salah satu sasaran utamanya mengurangi separuh
dari proporsi penduduk yang belum memiliki akses terhadap air minum dan sanitasi dasar (Tujuan 7 target 10).
Target tersebut sangat terkait dengan pelaksanaan 5 pilar STBM. Target akses dan sanitasi dasar untuk Indonesia,
tergambar dalam tulisan boks di bawah ini.
Gambar 4
Target MDGs Terkait Air dan Sanitasi

Sumber : Peta Jalan Percepatan Pencapaian Tujuan
Pembangunan Millenium di Indonesia Tahun 2010

3.3.	

Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2010-2014

Di dalam Renstra Kementerian Kesehatan 2010–2014 ditetapkan 8 fokus prioritas pembangunan
kesehatan. Beberapa diantaranya adalah:
(i)	
Pengendalian penyakit menular;
(ii)	 Pengendalian penyakit tidak menular; dan
(iii)	 Penyehatan lingkungan.
Program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan, salah satu indikator utama pencapaian
sasaran pada tahun 2014 adalah jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM) sebanyak 20.000 desa/kelurahan. Sedangkan indikator untuk kegiatan penyehatan lingkungan adalah:
(i)	 Meningkatnya persentase penduduk yang menggunakan jamban sehat dari 64% pada tahun 2010 menjadi
75% pada tahun 2014;
(ii)	 Meningkatnya persentase penduduk stop BABS dari 71 persen pada tahun 2010 menjadi 100 persen pada
tahun 2014; dan
(iii)	 Meningkatnya persentase provinsi yang memfasilitasi penyelenggaraan STBM dari 18 persen pada tahun
2010 menjadi 100 persen pada tahun 2014.

10
3.4.	

Program Nasional Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)

Pada dasarnya target dari kesepakatan MDGs sejalan dengan target rencana RPJMN 2010-2014 maupun
target Renstra Kementerian Kesehatan 2010–2014. Untuk dapat  mencapai target tersebut, penting untuk
dikembangkan strategi yang dapat menjadi acuan dalam melaksanakan pembangunan sanitasi di Indonesia
paling tidak selama 5 tahun ke depan.
Terkait  dengan kebutuhan tersebut, pemerintah Indonesia melalui Kelompok Kerja Air Minum dan
Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL) dari sektor terkait sanitasi telah mengembangkan program nasional
Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP).
Program nasional PPSP ini bertujuan memfasilitasi kabupaten/kota dalam pengembangan strategi
sanitasi di seluruh kabupaten dan kota (SSK) maupun MPSS di Indonesia sampai pada tahun 2014. Diharapkan
melalui dokumen perencanaan tersebut, setiap kabupaten/kota dapat mengetahui daerah area beresiko
sanitasi sesuai dengan tingkatannya.
Dalam pelaksanaannya program PPSP bersinergi dengan program nasional STBM untuk mengatasi
permasalahan sanitasi permukiman di Indonesia, baik di perdesaan maupun perkotaan. Untuk menentukan
lokasi pelaksanaan pendekatan Berbasis Masyarakat, STBM harus muncul dalam MPSS agar mendapatkan
pembiayaan, sesuai dengan skema pendekatan pengelolaan air limbah permukiman di bawah ini:

Gambar 5
Pendekatan Dalam Pengelolaan Air Limbah Permukiman

Sumber: STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN, Handy B. Legowo, Subdit. Pengembangan Air
Limbah, Direktorat Pengembangan PLP, Kementrian Pekerjaan Umum, Oktober 2010.

11
3.5.	

Kondisi eksisting program AMPL

Dari hasil perhitungan BPS tahun 2010, diketahui bahwa data nasional pada tahun 2009 untuk cakupan
pelayanan air minum adalah sebagai berikut:
(1)	
(2)	
(3)	

Perkotaan dan Perdesaan sebesar 47,71% (110,39 juta jiwa);
Perkotaan sebesar 49,82% (62,48 juta jiwa); dan
Perdesaan sebesar 45,72% (48,45 juta jiwa).
Hal ini berarti masih diperlukan sekitar 22,29% lagi untuk mencapai target 70% sebagaimana
tercantum pada RPJMN Tahun 2010-20141. Sedangkan untuk mencapai target pada MDGs 20152, masih
dibutuhkan 21,16% untuk perkotaan dan perdesaan, atau 25,47% untuk perkotaan dan sebesar 20,69% untuk
target perdesaan.
Untuk cakupan akses sanitasi, berdasarkan Susenas Triwulan I Tahun 2012, baru mencapai 56,24%.
Lihat grafik berikut ini:
Grafik 1
Akses Sanitasi Layak Berkelanjutan

Sumber : BPS, Kor Susenas 2008 - 2013 (Triwulan I)

1	
Target RPJMN Tahun 2010-2014. Adalah sebesar 70% penduduk terlayani air minum (32%
perpipaan dan 38% non-perpipaan terlindungi).
2	
Target pada MDGs 2015, adalah: (1) Perkotaan dan perdesaan sebesar 68,87% (170,54 juta jiwa); (2) Perkotaan
sebesar 75,29% (110,74 juta jiwa); dan Perdesaan: 65,81% (66,16 juta jiwa).

12
Sedangkan untuk data air minum layak berkelanjutan, dapat dilihat grafik berikut ini:
Grafik 2
Akses Air Layak Berkelanjutan

Sumber : BPS, Kor Susenas 2008 - 2013 (Triwulan I)

13
Dari dua tabel tadi, secara keseluruhan untuk akses Air Minum dan Sanitasi Layak, sesuai dengan target
dan indikator di atas, tergambarkan dalam skema di bawah ini:

Gambar 6
Rangkuman Target Air Minum Layak Berkelanjutan

Program STBM dengan lima pilar unggulannya, jelas akan memiliki andil yang cukup strategis dalam
upaya menuju target RPJMN AMPL 2010–2014 yang diterjemahkan ke dalam Kontrak Kinerja Menteri
Kesehatan Indikator Prioritas Nasional Rencana Kerja pembangunan 2011-2012, maupun target MDGs 2015.
Hal ini dikarenakan kondisi sanitasi buruk yang terjadi di Indonesia bukan hanya karena bersumber dari
penyediaan sarana air dan sanitasi saja melainkan terintegrasi dengan perilaku buruk higiene masyarakat
termasuk diantaranya kebiasaan tidak mencuci tangan pakai sabun.

14
Bab Empat
Tinjauan Status
Pencapaian STBM
4.1	

Peta Pelaku STBM

Telah diketahui bahwa sampai saat ini
pengelolaan program STBM dilakukan oleh banyak
pihak, misalnya melalui model:
(i)	 Kerjasama antara Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah dan Lembaga non
Pemerintah;
(ii)	 Kerjasama antara Pemerintah Daerah
dengan sejumlah mitra kerjanya;
(iii)	 Inisiatif dari Pemerintah Daerah sendiri
dan atau karena dorongan dan fasilitasi
lembaga non pemerintah.

15
Dengan model tersebut di atas, mitra (pelaku) kerja sekretariat STBM pada saat ini adalah :
Tabel 1
Pelaku STBM di Indonesia tahun 2012
No

Mitra

Kegiatan

Lokasi

A.	 Dukungan proyek
1.

Pamsimas

Implementasi pilar 1 dan 2

2.

ICWRMP

Implementasi pilar 1 dan 4

115 kabupaten/kota di 15
provinsi di Indonesia
Jawa Barat

3.

MCC

Gizi dan sanitasi

Calon lokasi: Jabar, Jateng,
NTB, NTT, Sulbar, Gorontalo,
Maluku, Sulawesi Utara,
Banten, Kalimantan Barat,
Sumatera Selatan

4.

APBN Direktotorat
Penyehatan Lingkungan
Kementrian Kesehatan

Tugas Perbantuan dan Dekon Penyehatan Air
Minum dan Sanitasi Dasar

Seluruh provinsi di Indonesia

B. Dukungan mitra kerja
1

Pokja AMPL Nasional
Water and Sanitation
Program (WSP)

Dukungan data dan informasi

3

USAID

Memberi dukungan kepada beberapa proyek

High Five, IUWASH

4

AusAID

5

Waspola Facility

Memberi dukungan kepada beberapa proyek
Memberi dukungan pengembangan kapasitas
dalam rangka pengembangan kebijakan

6

WHO

Memberi dukungan kepada beberapa proyek

Waspola Facility
Sesuai permintaan
pemerintah pusat dan daerah
Uji coba lapangan RPAM
tingkat konsumen di Jawa
Tengah, Jawa Timur & NTT

7

WASH Plan Indonesia

Implementasi

8

WASH Unicef

Implementasi

9

High Five

Implementasi STBM Perkotaan

10
11

Mercy Corps
IUWASH

12

Simavi

Implementasi STBM Perkotaan
Implementasi
Mendukung kepada beberapa proyek Plan
Indonesia dan beberapa LSM lokal

13

Wahana Visi Indonesia

Implementasi

14
15
16

CD Bethesda
Yayasan Rumsram
Yayasan Dian Desa
Yayasan Pembangunan Citra
Insan Indonesia (YPCII)

Implementasi
Implementasi
Implementasi

Aceh, Kalbar, Jakarta,
Surabaya, Sumut,
NTT
NTT & Papua
NTT

Implementasi

Jawa Barat & Papua

YMP - NTB

Implementasi

Lotim NTB

2

17
18

16

Implementasi melalui TSSM 1,5

Seluruh daerah
Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Bali dan NTB

Jawa Tengah, NTB dan NTT
Aceh, NTT, Sulawesi Selatan,
Maluku,Papua
Medan, Surabaya dan
Makassar
Jakarta
Jabar, Sumut, Jatim
NTT, Papua dan NTB
No

Mitra

Kegiatan

Lokasi

19

Bali Focus

Tad

Tad

20
21

Yayasan Pelita Indonesia
Care Indonesia

Tad
Implementasi

Tad
NTT

Sumber : Sekretariat STBM, 2012
Secara nasional, saat ini pelaksanaan STBM sudah berkembang sebagaimana peta berikut ini :

Gambar 7
Wilayah Kerja Pelaku STBM di Indonesia Tahun 2012

Sumber : Sekretariat STBM, 2012

17
4.2	

Pencapaian STBM

Sejak dicanangkan pada September 2008, STBM yang asalnya hanya berbicara tentang Stop Buang Air
Besar Sembarangan berkembang menjadi 5 pilar. Berikut ini adalah beberapa gambaran tentang apa yang sudah
dicapai :
Tabel 2
Indikator Program Prioritas Penyehatan Lingkungan
Sumber: Direktorat Penyehatan Lingkungan Kementrian Kesehatan, Perkembangan STBM Nasional dan Refleksi
Program sebelumnya, disampaikan pada : Pelatihan STBM Provinsi Lampung Bandar Lampung, 18-21 Juni
2012

7.4

Program/ Kegiatan
Prioritas

P e n y e h a t a n
Lingkungan

Tahun
2010

Tahun
2011

2012
(Triwulan I)

1.	 Persentase penduduk yang
memiliki akses terhadap air
minum berkualitas

No

Target, 62
Capaian, 45,1
(70,2%)

Target, 62,5
Capaian, 44,2
(70,7%)

Target, 63
Capaian, 41,66
(66,13%)

2.	 Persentase kualitas air minum
yang memenuhi syarat

Target, 85
Capaian, 86,46
(101,7%)
Target, 64
Capaian, 55,5
(86,7%)

Target, 90
Capaian, 90,8
(100,9%)
Target, 67
Capaian, 55,5
(82,9%)

Target, 95
Capaian, 90,8
(95,6%)
Target, 69
Capaian, 54,26
(78,68%)

Target, 2.500
Capaian, 2510
(100,4%)

Target, 5.500
Capaian, 6.235
(113,4%)

Target, 11.000
Capaian, 6.637
(60,33%)

Indikator

3.	 Persentase penduduk yang
menggunakan jamban sehat
4.	 Jumlah desa/kelurahan yang
melaksanakan Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat STBM

Sumber : Direktorat Penyehatan Lingkungan 2012
Terlihat bahwa pada tahun 2010-2011, kita belum mampu memenuhi target akses masyarakat terhadap
air minum berkualitas dan jamban sehat, secara detail sesuai dengan hasil Susenas oleh BPS tahun 2010,
sebagaimana yang tercantum pada butir tulisan 3.5 kondisi eksisting program AMPL. Untuk air minum baru
sekitar 70% dari target, sedangkan untuk sanitasi sekitar 80% dari target.
Untuk memperjelas dapat dilihat pula peta persentase jumlah penduduk yang telah menggunakan
jamban sehat pada tahun 2010 berikut ini:
Gambar 8
Persentase Penduduk Yang Menggunakan Jamban di Indonesia

18

Sumber : Direktorat Penyehatan Lingkungan 2012
Terlihat hanya 8 provinsi dengan persentase penduduk menggunakan jamban sehat di atas rata rata
nasional (55,5%). Kondisi ini sesuai dengan grafik tentang kondisi sarana sanitasi per-provinsi seperti berikut ini:
Grafik 3
Kondisi Sarana Sanitasi Provinsi di Indonesia Tahun 2010

Sumber : Riskesdas Tahun 2010
Hanya provinsi DKI Jakarta yang dinyatakan tidak memiliki masyarakat berperilaku buang air besar
sembarangan, ini dengan asumsi bahwa masyarakat yang sarana sanitasinya unimproved memang kondisi sarananya
benar-benar layak/sehat. Jika tidak, ini artinya masih banyak upaya yang harus kita lakukan dalam membangun
perilaku higiene masyarakat.
Melalui STBM, selain Stop BABS, diharapkan perilaku higiene masyarakat meningkat dengan kebiasaan
CTPS, mengkonsumsi air dan makanan sehat, mengelola sampah dengan benar serta limbah cair secara aman.
Untuk itu mendokumentasikan berbagai pembelajaran yang sudah terjadi di Indonesia dengan pengelolaan
pengetahuan menjadi sangat penting dalam rangka Percepatan Pencapaian STBM, sebagai upaya strategis untuk
pencapaian target RPJMN 2014 maupun MDGs 2015.
Melihat grafik di atas maka diperlukan strategi:
(1)	 Mempertahankan kelompok masyarakat yang sudah Stop BABS dan menggunakan jamban sehat
pribadi/komunal agar tidak kembali ke perilaku OD;
(2)	 Mendampingi masyarakat yang sudah Stop BABS dengan mengakses jamban tetangga untuk segera
memiliki jamban dan mempertahankan perilakunya agar tidak kembali ke OD;
(3)	 Meningkatkan kualitas jamban masyarakat dan mempertahankan perilakunya agar tidak kembali OD;
serta
(4)	 Melakukan pemicuan bagi masyarakat yang masih OD untuk segera mengubah perilaku (Stop BABS),
menggunakan jamban serta mempertahankan perilakunya agar tidak kembali OD.

19
Kondisi eksisting perkembangan program STBM pada empat tahun terakhir ini, sosialisasi dan
pelaksanaan Program STBM terus dilakukan dan hasilnya pun sudah menunjukkan angka yang signifikan.
Sampai akhir tahun 2012 sudah sebanyak 241 kabupaten/kota dan 2.519 kecamatan telah mensosialisasikan
dan menerapkan program STBM sehingga diperoleh 11.165 desa/kelurahan intervensi program STBM. Untuk
260 kabupaten/kota lainnya masih dalam proses upaya sosialisasi.
Apabila kita melihat jumlah desa/kelurahan di Indonesia yang sebanyak 76.655 desa/kelurahan –
menurut Kodepos Indonesia Tahun 2013 – maka angka tersebut baru mencapai 14,56%. Sedangkan menurut
Menteri Dalam Negeri pada tahun 2013 jumlahnya desa/kelurahan adalah 77.465 (Kompas 7 Februari 2013),
sehingga capaiannya sekitar 14,41 %.
Grafik 4
Jumlah Desa/kelurahan dan Desa/kelurahan Intervensi STBM Provinsi di Indonesia Tahun 2013

Sumber: Data Olahan Desa/kelurahan STBM di Indonesia tahun 2012
dan Jumlah Desa/Kelurahan menurut Kodepos Indonesia Tahun 2013
	
Terlihat ada 3 provinsi dengan jumlah desa/kelurahan banyak, sekitar 6.000–di atas 8.000 desa/kelurahan
– termasuk jumlah penduduknya tinggi, yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Sumatera Utara.
Tiga provinsi ini yang harus menjadi perhatian utama. Tiga provinsi lainnya yang jumlah desa/kelurahannya
3.000–6.000 tetapi penduduknya menengah adalah Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Nanggro Aceh
Darussalam. Sedangkan Papua jumlah desa/kelurahannya di atas 3.000, tetapi lokasinya menyebar dan
jumlah penduduknya rendah.

20
4.3	

Pembelajaran dan potensi

Dari Lokakarya “Menemukan Strategi Perluasan Pelaksanaan Program STBM di Indonesia”, di Bogor
pada tanggal 7–11 Agustus 2012 diperoleh beberapa pembelajaran yang bila dirangkum sesuai dengan
komponen program STBM, dapat dilihat sebagai berikut:

4.3.1	 Pembelajaran dan usulan untuk pemerintah pusat
Tabel 3
Pembelajaran dan Usulan untuk Pemerintah Pusat
Peningkatan
kebutuhan sanitasi
Advokasi :
1.	
Materi
promosi untuk KIE
dan pelatihan
2.	
Advokasi
peningkatan demand
untuk pengambil
keputusan
Kelembagaan :
3.	
Petunjuk
Teknis dan Panduan
peningkatan demand
4.	
TOT fasilitator
provinsi
5.	
Pemetaan
kinerja STBM daerah
Penganggaran :
6.	
Anggaran
untuk peningkatan
demand
Implementasi :
7.	
Titik kritis
setelah ODF selama
4 bulan, apakah
dia akan kembali
ke kondisi awal,
oleh karena itu,
kenyamanan perlu
diperhatikan,
diperlukan
pemahaman tangga
sanitasi, dan disinilah
peran Pemda untuk
mencapai jamban
yang sehat dan
nyaman
Monitoring & evaluasi
:
8.	Pemantauan hasil
pemicuan dan
pendampingan
masyarakat

Peningkatan penyediaan
sanitasi
Kelembagaan :
1.	Kerja sama dengan
program Penyediaan
sarana sanitasi umum :
IPAL komunal, pengelolaan
sampah, instalasi air
minum dan sanitasi
sekolah
2.	Pengembangan Asosiasi
Pengusaha Sanitasi
3.	Pengembangan jejaring
supply
4.	Peningkatan sumber
daya : Pelatihan tukang
& pengusaha sanitasi,
pendampingan, coaching,
konseling
5.	Buku Panduan Pemasaran
Sanitasi
Implementasi :
6.	Peningkatan opsi teknologi
sanitasi : jamban murah
terjangkau, jamban
kering (ecosan), jamban
tepat guna, bekerja sama
dengan Litbang, akademisi
maupun NGO
7.	Pengembangan potensi
pasar : website, toma,
media cetak dan audio
video
8.	Informasi kebutuhan
pengusaha sanitasi masing
masing daerah
Pendanaan :
9.	 Alokasi dana pusat fokus
kepada pengembangan
kapasitas. Contoh
Dekon Cipta Karya untuk
Pelatihan Tukang &
Pengusaha Sanitasi
10.	 Kerja sama dengan mitra
: CSR, Koperasi, BPR
untuk permodalan bagi
pengusaha sanitasi

Peningkatan lingkungan yang kondusif
Advokasi :
1.	 Re-sosialisasi STBM ke seluruh level secara efektif
2.	 Advokasi kepada sesama program untuk menyelesaikan masalah subsidi
dan non subsidi; oleh karena itu perlu bukti bahwa STBM itu efektif
3.	 Pengarusutamaan STBM lewat media nasional, baik media cetak, maupun
elektronik.
4.	 Penggunaaan media Televisi untuk promosi interaktif, dengan
menggunakan icon, untuk itu diperlukan konsolidasi anggaran advokasi
dan promosi nasional untuk semua media, sebagaimana yang dilakukan
BKKBN
5.	 Karena menyentuh langsung Rumah Tangga, perlu diadakan kompetisi
antar kepala daerah karena dalam Pemilukada vote dilakukan secara
individual
6.	 Revisi indikator Standard Pelayanan Minimum dengan memasukkan STBM
sebagai salah satu indikator
7.	 Diperlukan kesadaran tentang sanitasi, untuk memunculkan investasi.
Karena terbangun kesadaran, maka ada prioritas, perhatian pada
efektifitas, baru kemudian terjadi alokasi anggaran
Kelembagaan :
8.	 Penyusunan Peraturan Pemerintah (PP) spesifik tentang STBM
9.	 Perlu sinergi dengan Promosi Kesehatan
10.	Memanfaatkan AKKOPSI dengan anggota 118 bupati/walikota (ke depan
akan berjumlah 226) yang sedang berupaya agar alokasi anggaran sanitasi
meningkat sekitar 2%
11.	STBM diusahakan menjadi indikator dari program-program nasional lainya
seperti; Adipura, Kota/Kabupaten Sehat, Kota/Kabupaten Layak Anak,
Desa/kelurahan Siaga dll
12.	Surat Edaran Menteri Kesehatan/ Dirjen P2PL untuk penggunaan dana
BOK dengan target ODF 1 desa/kelurahan/1 puskesmas/ tahun. Dengan
perhitungan bahwa jumlah Puskesmas di Indonesia adalah 8.931, berarti
dalam setahun minimum capaian ODF adalah 8.931 desa/kelurahan.
Dengan demikian akan tercapai target tidak saja Desa/kelurahan STBM
tetapi desa/kelurahan ODF 20,000 desa/kelurahan di Indonesia
13.	Menyediakan sistem yang efektif untuk pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi pasar sanitasi, serta penyediaan trainer untuk membantu Provinsi
yang sudah siap mengadopsi pasar sanitasi
Perencanaan :
14.	Penyusunan Roadmap STBM Nasional 2013-2015
Penganggaran :
15.	 STBM harus mendapatkan pos yang jelas dalam PPSP, termasuk sanitasi
sekolah, serta memanfaatkan dana pendidikan 20%
16.	 Pengaturan dan penyusunan sistem yang efektif terhadap keikutsertaan
sektor swasta dalam membantu modal awal kepada pengusaha sanitasi
Monitoring & Evaluasi :
17.	 Penyusunan sistem dan teknis pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi yang
efektif

21
4.3.2	 Pembelajaran dan usulan untuk pemerintah provinsi
Tabel 4
Pembelajaran dan Usulan untuk Pemerintah Provinsi Tahun 2013-2015
Peningkatan
kebutuhan
sanitasi
Advokasi :
1.	 Advokasi
kepada DPRD,
kabupaten/
kota, swasta
2.	 Melakukan
kompetisi
sebagai bagian
dari pemicuan
Anggaran :
3.	 Anggaran
untuk
peningkatan
demand
Kelembagaan :
4.	 ToT fasilitator
kabupaten
5.	 Penggandaan
materi KIE
dan pelatihan
untuk
peningkatan
demand
6.	 Pedoman
sesuai kearifan
lokal
7.	 Memanfaatkan
mahasiswa
yang KKN
dengan
kegiatan
pemicuan
Implementasi :
8.	 Expose jamban
yang sudah
dibangun oleh
wirausaha
sanitasi untuk
kepentingan
promosi
peningkatan
demand
9.	 Mendramatisir
deklarasi
ODF akan
memicu desa/
kelurahan atau
kecamatan
lainnya

22

Peningkatan penyediaan sanitasi

Peningkatan lingkungan yang kondusif

Implementasi :
1.	Riset pasar sanitasi
2.	Peningkatan opsi teknologi
sanitasi : jamban murah
terjangkau, jamban kering
(ecosan), jamban tepat guna,
bekerja sama dengan Litbang,
akademisi maupun NGO,
termasuk penyebarluasan
pilihan opsi sanitasi model
jamban yang murah
3.	Pengembangan potensi pasar :
website, toma, media cetak dan
audio video
4.	Informasi kebutuhan pengusaha
sanitasi masing-masing daerah
5.	Pengembangan wirausaha
sanitasi akan membuat “little
winner”, usaha-usaha kecil
tetapi banyak dan hasilnya
meyakinkan. Misal di Jawa
Timur dari sekitar 20 wirausaha
sanitasi ada tambahan sekitar
40-50 jamban baru per hari
6.	Informasi penjualan bahan
bangunan dengan tetap
memperhatikan kearifan lokal
Kelembagaan :
7.	 Kerja sama dengan mitra
: CSR, Koperasi, BPR:
Permodalan bagi pengusaha
sanitas
8.	 Kerjasama program :
penyediaan sarana sanitasi
umum : IPAL komunal,
pengelolaan sampah, instalasi
air minum dan sanitasi
sekolah
9.	 Pengembangan Asosiasi
Pengusaha Sanitasi
10.	Pengembangan jejaring supply
11.	Sinergi dan integrasi dengan
Dinas Koperasi serta
pemangku kepentingan
lainnya untuk pengembangan
wirausaha sanitasi
12.	Peningkatan sumber daya
13.	Pelatihan tukang & pengusaha
sanitasi
14.	Pendampingan, coaching,
konseling
15.	Buku Panduan Pemasaran
Sanitasi

Advokasi :
1.	 Re-sosialisasi STBM ke kabupaten secara efektif
2.	 Deep advocacy memberikan dukungan kepada Bupati/Walikota sangat penting,
sesuai PP 38, sanitasi menjadi tanggung jawab daerah
3.	 Pengarusutamaan STBM melalui media di provinsi, baik media cetak maupun
media elektronik, termasuk memanfaatkan semua event yang memungkinkan
untuk promosi STBM
4.	 Kompetisi antar kabupaten tentang STBM seperti event Otonomi Award dengan
Jawa Pos Group di Jawa Timur, termasuk kompetisi antar Kecamatan : Camat
Award
5.	 Reward untuk daerah ODF seperti contoh yang dilakukan NTB
6.	 Terus memberikan pendampingan, motivasi, advokasi, fasilitasi terhadap
Kabupaten/kota
Kelembagaan :
7.	 Penyusunan Pergub AMPL dan atau PERDA AMPL sebagai payung hukum,
dimana secara spesifik STBM disebutkan sebagai pendekatan dari perubahan
perilaku dengan nilai-nilai non subsidi, partisipatori, dll
8.	 Kolaborasi dengan PKK: STBM dimasukkan indikator lomba lingkungan sehat,
memanfaatkan jejaring PKK
9.	 Bekerja sama dengan akademisi: memasukkan kurikulum tentang STBM,
pelatihan teknis, topik karya tulis/skripsi
10.	 Sinergi dan mendapatkan dukungan lintas sektor melalui Pokja Sanitasi Provinsi
& Pokja AMPL di Kabupaten/Kota
11.	 Kesepakatan lintas sektor pengelolaan sanitasi, untuk STBM (Sanitasi
Perdesaan) di bawah koordinasi Dinas Kesehatan sedangkan Sanitasi Perkotaan
(PPSP) dikoordinasikan di bawah Dinas PU
12.	 Sinergi dengan SLBM untuk opsi jamban dengan lahan terbatas
13.	 Sinkronisasi dengan Desa/kelurahan Siaga: STBM sebagai bagian dari Desa/
kelurahan Siaga, Desa/kelurahan Siaga dimulai dari pemanfaatan potensi Desa/
kelurahan menjadi Desa/kelurahan Sehat menuju Kota Sehat
14.	 Program Kota Sehat sebagai entry point dari wilayah ODF,
15.	 Melatih mahasiswa tentang CLTS untuk bahan praktik KKN
16.	 Sinergi dengan UKS: pemicuan sekolah masuk sebagai bagian kegiatan UKS
17.	 Promkes untuk sosialisasi, PHBS, CTPS, dlsb
18.	 Memanfaatkan Infolinbangkes terkait website untuk expose data STBM
19.	 Melaksanakan stakeholder learning review untuk mendapatkan best practice
20.	 Di tingkat Provinsi sebaiknya memiliki Tim Trainer CLTS
Perencanaan :
21.	 Menyusun Perencanaan dengan target untuk 3 tahun sampai tahun 2015
22.	 Tertuang dalam RPJMD & Renstra SKPD terkait tingkat Provinsi, sehingga
mendapatkan dukungan kebijakan, akan memposisikan Sanitasi (STBM) sebagai
salah satu program prioritas.
Penganggaran :
23.	 Dukungan anggaran dari APBD Provinsi Jatim untuk: (a) pelatihan fasilitator
kabupaten/kota, (b) pengenalan pasar sanitasi kepada kabupaten/kota, (c)
diteruskan atas inisiatif kabupaten/kota, (d) upaya pengikutsertaan pihak
akademi/universitas dalam membantu capaian STBM, misal dalam ikut melatih
mahasiswa tentang proses pemicuan sebelum KKN (masuk dalam kurikulum
pelatihan KKN), (e) peningkatan kapasitas staff dalam upaya Monitoring dan
Evaluasi
24.	 Anggaran kegiatan STBM provinsi diupayakan mempunyai nomor rekening
tersendiri atau punya MAK, sebagaimana pengalaman Jawa Timur
25.	 Penyediaan dana Lintas Sektor: Pemanfaatan Koperasi Wanita dari Dinas
Koperasi untuk modal kredit jamban, Pemanfaatan dana CSR untuk pengadaan
kloset, pelat pembuatan kloset, maupun pemicuan
Monitoring & evaluasi :
26.	 Monitoring dan evaluasi berkelanjutan
4.3.3	 Pembelajaran dan usulan untuk kabupaten/kota
Tabel 5
Pembelajaran dan Usulan untuk Kabupaten/Kota
Peningkatan kebutuhan sanitasi

Peningkatan penyediaan sanitasi

Peningkatan lingkungan yang kondusif

Advokasi :
1.	
Kepemilikan jamban sehat
menjadi bagian dari syarat nikah
dan naik haji
2.	
Beri Puskesmas dengan
“mainan” yang menantang,
misal setiap Puskesmas minimal
1 Desa/kelurahan ODF/tahun
dengan menggunakan BOK. STBM
dapat masuk ke menu Kesehatan
Lingkungan
Kelembagaan :
3.	
PHBS dan STBM menjadi
kurikulum di sekolah
4.	
Memperbanyak fasilitator
melalui Pelatihan Fasilitator
Pemicuan
Perencanaan :
5.	
Memetakan wilayah sesuai
dengan klasifikasi kinerja STBM perkecamatan atau puskesmas
Implementasi :
6.	Semua pihak menyadari dan
menemukan titik masuk
pelaksanaan STBM, misalnya
sampah sebagai masalah utama, 3
R dikelola karena mempunyai nilai
ekonomi
7.	Mendramatisir deklarasi ODF akan
memicu desa/kelurahan/kecamatan
lainnya
8.	Memanfaatkan gerakan masyarakat
dan kearifan lokal, untuk
menjelaskan pentingnya PHBS –
seperti Gemohing di Lembata
9.	Perubahan perilaku dilakukan
melalui upaya budaya malu,
meningkatkan swadaya, serta
bermitra dengan pelaku
pembangunan lainnya
10.	Memanfaatkan kegiatan
Kelompok Masyarakat, seperti
pengajian, kebaktian dll
11.	Harus memperhatikan kondidi
geografis
Monitoring & evaluasi :
12.	Memelihara komitmen unik untuk
mempertahankan ODF baik oleh
komunitas maupun pemerintah

Advokasi :
1.	
Kepemilikan jamban ehat
menjadi prasyarat: KTP, nikah,
IMB, Jamkesmas, Jampersal,
Rumah Sehat
2.	
Mengembangkan media
promosi, termasuk dari mulut ke
mulut
Kelembagaan :
3.	Kerja sama dengan mitra: CSR,
Koperasi, BPR untuk permodalan
bagi pengusaha sanitasi
4.	Kerja sama program untuk
Penyediaan sarana sanitasi
umum : IPAL komunal,
pengelolaan sampah, instalasi air
minum dan sanitasi sekolah
5.	Regulasi dengan memasukkan
komponen supply dalam strategi
STBM
6.	Pengembangan Asosiasi
Pengusaha Sanitasi
7.	Pengembangan jejaring supply
8.	Peningkatan sumber daya :
pelatihan tukang & pengusaha
sanitasi, pendampingan,
coaching, konseling
9.	Buku Panduan Pemasaran
Sanitasi
10.	 Pelatihan Kerajinan Sampah
Pendanaan :
11.	 Arisan sebagai salah satu
bentuk memunculkan budaya
malu untuk pengadaan jamban
Implementasi :
12.	 Expose dan peningkatan opsi
teknologi sanitasi : jamban
murah terjangkau, jamban
kering (ecosan), jamban tepat
guna, bekerja sama dengan
Litbang, akademisi maupun
NGO
13.	 Pengembangan potensi pasar:
website, toma, media cetak dan
audio video
14.	 Informasi kebutuhan
pengusaha sanitasi masingmasing daerah

Advokasi :
1.	 Adanya komitmen pimpinan daerah, disertai
dengan kesediaan turun ke lapangan, sesuai PP
38, sanitasi menjadi tanggung jawab daerah
2.	 Re-sosialisai STBM ke kecamatan secara efektif
3.	 Pengarusutamaan STBM di kabupaten, lewat
media baik cetak maupun elektronik, termasuk
memanfaatkan semua event yang memungkinkan
untuk promosi STBM
4.	 Mengupayakan keluarnya edaran/ himbauan
Walikota/ Bupati tentang penggunaan dana ADD
untuk membantu capaian ODF
5.	 Pengelolaan sampah diupayakan menjadi visi
kota, sehingga Bank Sampah menjadi pengelola
sampah berbasis masyarakat, dan membantu
pemasaran hasil kerajinan sampah
6.	 Menyedian reward untuk desa/kelurahan ODF
Kelembagaan :
7.	 Adanya kerjasama eksekutif dan legislatif sesuai
dengan peran dan fungsinya masing masing
8.	 Pembuatan PERDA dan PERBUP/PERWALI AMPL
yang menyebutkan spesifik STBM sebagai
pendekatan perubahan perilaku
9.	 Pentingnya peran Pokja AMPL sebagai wadah
koordinasi pelaksanaan STBM, dimana Bappeda/
Bappeko berperan sebagai SKPD koordinatif;
sehingga terjadi sinergi antar SKPD dan pemangku
kepentingan lainnya
10.	 Diperlukan dukungan pemerintah untuk
penyusunan sistem pasar sanitasi, pelatihan,
termasuk permodalan kepada beberapa
pengusaha sanitasi terpilih
11.	 Memberikan peran kepada NGO dan pemangku
kepentingan lainnya dalam pelaksanaan STBM
12.	 Refreshing fasilitator dan sanitarian
Perencanaan :
13.	 Menyusun Dokumen Perencanaan STBM sebagai
arahan pembangunan AMPL untuk memudahkan
pemangku kepentingan untuk berperan
Penganggaran :
14.	 Menyediakan dana untuk pelatihan trainer
fasilitator kecamatan dan desa/kelurahan
Monitoring & evaluasi :
15.	 Peningkatan kapasitas staf pemerintah dalam
sistem dan pelaksanaan Monitoring & Evaluasi
16.	 Melakukan monitoring dan evaluas secara rutin
dan berkelanjutan

23
Potensi yang tersedia saat ini masih sangat dimungkinkan untuk memenuhi target RPJMN 2010–2014
dan MDGs 2015. Pada tahun 2011 diketahui ada sejumlah program yang lebih memfokuskan pada AMPL
dengan skala besar karena didukung oleh lembaga Donor dan Instansi terkait3 antara lain: 1) Percepatan
Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP); 2) WASH UNICEF; 3) Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM);
4) Metropolitan Sanitation Management and Health Project (MSMHP); 5) Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS); 7) Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM); 8) ICWRMIP; maupun
program kerja sama dengan mitra sebagaimana dijabarkan di tabel pelaku STBM. Belum lagi dengan dukungan
program STBM melalui Direktorat Penyehatan Lingkungan Kemenkes, maupun insiatif daerah.
Perkembangan di daerah diindikasikan dengan masih banyaknya program AMPL dan STBM dengan
fokus dan skala yang lebih bervariasi, yang dilaksanakan oleh berbagai institusi (Pemerintah provinsi maupun
kabupaten/kota maupun bekerja sama dengan lembaga non Pemerintah), terkait dengan kebutuhan dan rasa
kepedulian. Banyak informasi yang berkembang menyangkut keberhasilan pelaksanaan STBM secara mandiri
oleh beberapa pemerintah daerah, apalagi didukung dengan kondisi dimana pembangunan sanitasi tidak
seluruhnya dapat dilayani dengan pendekatan berbasis institusi4.
4.4	

Permasalahan strategis AMPL dan STBM

Sebagaimana ditegaskan di atas bahwa permasalahan sanitasi buruk erat kaitannya dengan perilaku
higiene yang tidak baik di 5 pilar STBM. Dampak utama dari sanitasi buruk juga sudah teridentifikasi antara
lain: berkembangnya penyakit-penyakit menular melalui air (water borne), polusi sumber air minum, bahkan
merembet kepada persoalan kematian, kemiskinan, kinerja dan produktivitas. Sehubungan dengan hal tersebut
maka upaya melaksanakan program STBM diharapkan mampu mengatasi berbagai masalah strategis.
Permasalahan strategis yang dihimpun Kelompok Kerja Nasional Air Minum dan Penyehatan
Lingkungan (2010)5 terkait air dan sanitasi adalah:
Tabel 6
Masalah Strategis AMPL di Indonesia Tahun 2010
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

MASALAH STRATEGIS
22,29% penduduk belum memiliki akses air minum
lebih dari 70 juta jiwa belum memiliki akses sanitasi dasar
90% air permukaan tidak layak
85% air tanah tercemar tinja
14,49% saluran drainase mengalir lambat
32,68% rumah tangga tidak memiliki saluran drainase
68% sudah ada pelayanan sanitasi dasar tetapi belum memperhatikan kualitas layanan sanitasi yang
aman bagi lingkungan dan kesehatan
Potensi kerugian ekonomi 56 Trilyun/tahun sebagai dampak dari 70 juta jiwa belum mendapatkan akses
pada sanitasi dasar
Angka kejadian diare berpotensi relatif tinggi
Kesadaran untuk ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masih rendah
Belum ada kerangka kerja pembangunan sanitasi berbasis masyarakat
Sudah 228 kabupaten/kota yang mengetahui dan menerapkan program STBM

Sumber: RPJMN 2010 – 2014 dan Perhitungan Bappenas 2010.

3	
Lembaga Donor dan instansi terkait antara lain: Unicef, Plan, World Vision, High Five,
Simavi, Mercy Corps, Yayasan Dian Desa, CD Bethesda, Yayasan Rumsram dll.
4	
Kebijakan Nasional Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat telah mendorong pemer-

intah daerah untuk memberikan prioritas lebih tinggi pada penyediaan air minum dan sanitasi, dengan memperjelas
peran dan tanggung jawab pemerintah daerah kaitannya dengan: (i) perencanaan, penganggaran, dan pembangunan
infrastruktur; (ii) pengelolaan sistem air minum dan sanitasi yang layak; dan (iii) perubahan dan pelibatan masyarakat
dalam konservasi sumber daya air dan lingkungan.

5	

24

Sumber RPJMN 2010 - 2014
Asumsi lain terkait dengan permasalahan pengetahuan adalah masih banyak persepsi yang beraneka
ragam mengenai filosofi dan strategi STBM. STBM acapkali diidentikkan dengan pendekatan Community-Led
Total sanitation (CLTS). Secara konseptual STBM dan CLTS jelas berbeda, walaupun pada tataran pendekatan
metodologis banyak kesamaannya.
Beberapa permasalahan program STBM yang didapatkan dari berbagai sumber dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 7
Permasalahan Internal dan Eksternal STBM di Indonesia
Permasalahan Internal

Permasalahan Eksternal

1.	 Advokasi :
•	 Tidak semua pimpinan daerah
berkomitmen penuh terhadap STBM
•	 Belum semua stakeholder mempunyai
persepsi yang sama tentang pentingnya
sanitasi, sehingga perlu advokasi khusus
•	 Masih ada program yang bertentangan
dengan STBM misalnya ada subsidi,
menghambat laju STBM
2.	 Kelembagaan :
•	 Kurang berfungsinya kelembagaan Pokja
AMPL, karena ada rangkap tugas dan
tanggung jawab, kurang koordinasi, ego
sektoral, belum ada evaluasi pencapaian
target.
•	 Belum semua daerah memiliki aspek
regulasi, Perda dan Perdes STBM.
•	 Belum ada kerangka kerja pembangunan
sanitasi Berbasis Masyarakat.
•	 Masih banyak kecamatan dan desa/
kelurahan yang belum membentuk tim
STBM serta tidak melibatkan lembaga
kemasyarakatan
•	 Sumber daya manusia kabupaten/ kota,
kecamatan, dan desa/ kelurahan masih
kurang dalam pemahaman STBM, hal
ini menghambat pengarus-utamaan
perubahan perilaku
•	 Perlu peningkatan kapasitas Pokja
AMPL provinsi dan kabupaten/kota, tim
fasilitator masih sedikit yang terlatih
•	 Sanitarian puskesmas masih kurang,
sanitarian yang ada disibukkan oleh
kegiatan non-sanitasi
3.	 Penganggaran :
•	 Minimnya anggaran sanitasi mulai
dari APBD hingga desa/kelurahan dan
kecamatan, atau tergantung dengan
bantuan CSR perusahan
4.	 Implementasi :
•	 Kuantitas (seluruh komunitas) dan Kualitas
(Penjaminan kualitas) pencapaian target
ODF/SBS masih belum seragam

1.	 Peningkatan lingkungan yang kondusif :
•	 Potensi kerugian ekonomi 56 trilyun/tahun sebagai dampak
lebih dari 70 juta jiwa belum mendapatkan akses pada
sanitasi dasar
•	 Disparitas akses sanitasi masyarakat menyebabkan lebih
dari 70 juta jiwa belum punya akses sanitasi dasar; 90% air
permukaan tidak layak; 85% air tanah tercemar tinja; 14,49%
saluran drainase mengalir lambat; 32,68% rumah tangga
tanpa saluran drainase
•	 Pelayanan sanitasi dasar sebesar 68% belum memperhatikan
kualitas yang aman bagi lingkungan dan kesehatan, angka
kejadian diare berpotensi masih tinggi
•	 Penyediaan air bersih untuk jamban komunal membutuhkan
pengaturan khusus
2.	 Peningkatan kebutuhan sanitasi :
•	 Sumber air terkontaminasi sampah; selain itu akses air
bersih masih sulit/rendah
•	 Daerah berpenduduk besar tantangan targetnya berat,
kondisi rumah padat menyebabkan sampah berserakan,
penduduk musiman tidak mungkin buat jamban pribadi
harus ada jamban umum
•	 Masyarakat masih terbiasa dengan proyek, masih tergantung
dengan subsidi dan bantuan fisik perusahaan
•	 Kesadaran untuk PHBS dan STBM masih rendah; masyarakat
masih menganggap BABS sebagai sesuatu yang tidak salah,
buang sampah di sungai dianggap sebagai warisan budaya
•	 Partisipasi masyarakat masih rendah, sehingga perlu
penyegaran kembali
•	 Pembangunan jamban bukan prioritas dalam pengeluaran
rumah tangga
•	 Kondisi alam kurang mendukung, rawan genangan, air tanah
dangkal, daerah kepulauan, curah hujan tinggi menyebabkan
banjir, pembangunan sarana pada daerah tebing sungai
sulit, lahan untuk jamban komunal dan TPS/TPA sulit didapat
karena lahan terbatas
3.	 Peningkatan penyediaan sanitasi :
•	 Dalam supply sanitasi, produksi kloset masih terbatas, peran
swasta dan akses modal untuk bisnis sanitasi masih kurang
•	 Banyak rumah di perkotaan yang mempunyai septictank
tidak pernah dikuras, padahal di sekitarnya banyak rumah
yang tidak disengaja airnya tercemari oleh buangan
septictank tsb.

25
Bab Lima
ROADMAP PERCEPATAN
STBM 2013 - 2015
5.1	

Target STBM 2013 - 2015

STBM termasuk dalam Renstra Kementerian
Kesehatan 2010–2014 sebagai salah satu fokus
prioritas pembangunan kesehatan. Sesuai mandat
RPJMN 2010-2014 dan MDGs 2015, maka terdapat
beberapa indikator terukur yang harus dicapai, yaitu:
(1)	 Persentase penduduk yang menggunakan
jamban sehat menurut RPJMN 2014 dan
persentase rumah tangga yang memiliki akses
terhadap sanitasi layak berkelanjutan menurut
MDGs 2015 (persentase penduduk yang
menggunakan jamban sehat meningkat dari
64% pada tahun 2010 menjadi 75% pada tahun
2014);
(2)	 Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan
STBM pada tahun 2014 sebanyak 20.000 desa/
kelurahan STBM;
(3)	 Meningkatnya persentase penduduk stop BABS
dari 71 persen pada tahun 2010 menjadi 100
persen pada tahun 2014; dan
(4)	 Meningkatnya persentase provinsi yang
memfasilitasi penyelenggaraan STBM dari 18%
pada tahun 2010 menjadi 100% pada tahun
2014.

26
Secara lengkap dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 8
Target Pembangunan Sanitasi di Indonesia Tahun 2010-2015
Tahun
2010

Indikator

Tahun
2011

2012
(Triwulan I)

Tahun
2013

Tahun
2014

Tahun
2015

Target RPJMN sampai 2014
Target 64%
Capaian
55,5%
(86,7%)

Target 67%
Capaian
55,5%
(82,9%)

Target, 69%
Capaian,
56,24
(78,68%)

Target
2.500 desa/
Jumlah desa/kelurahan kelurahan
yang melaksanakan
Capaian
STBM
2.510 desa/
kelurahan
(100,4%)

Target
5.500 desa/
kelurahan
Capaian
6.235 desa/
kelurahan
(113,4%)

Target,
11.000 desa/
kelurahan
Capaian,
11.165 desa/
kelurahan
(100,015%)

Persentase penduduk
yang menggunakan
jamban sehat

Persentase penduduk
71%
Stop BABS
Persentase provinsi
yang memfasilitasi
18%
penyelenggaraan
STBM
Target MDGs sampai 2015

Target
72%

Target
15.000
desa/
kelurahan

Target
75%

---

Target
20.000
desa/
kelurahan

---

10 %
100%

Persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap sanitasi layak berkelanjutan
5.2	

62,4%

Analisa Gap Capaian dan Target STBM 2013 - 2015

Berdasarkan tabel di atas, kita bisa melakukan analisis gap dengan target program Nasional STBM
untuk tahun 2013–2015. Disusun berdasarkan kemudahan untuk pencapaian targetnya, dari kelima indikator
di atas adalah:
Pertama
Target tercapainya seluruh provinsi yang memfasilitasi penyelenggaraan STBM pada akhir tahun 2014.
Jika dicermati Peta Daerah Kerja STBM Indonesia Tahun 2012 dan data Desa/kelurahan Intervensi STBM,
semua provinsi telah dapat tersentuh program STBM semuanya.
Kedua
Target tercapainya 20.000 desa/kelurahan STBM pada akhir tahun 2014. Sampai tahun 2012 telah
tercapai 11.165 desa/kelurahan, berarti ada gap sebesar 8.835 desa/kelurahan. Setiap tahun harus ada
pertambahan sebanyak 4.418 desa/kelurahan sampai tahun 2014. Sesuai dengan hasil pencapaian tahun
2012, diperkirakan dapat tercapai.
Ketiga
Target persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap sanitasi layak berkelanjutan sebesar
62,41% sesuai target MDGs 2015. Apabila capaian triwulan 1 tahun 2012 adalah sebesar 56,24%, berarti ada
gap sebesar 6,17% sampai tahun 2015.
Setiap tahun perlu ada kenaikan sebesar rata-rata 2,06%. Kenaikan cakupan dari tahun 2011 ke 2012

27
(dari 55,5% ke 56,24%) adalah sebesar 0,74%. Untuk ini diperlukan upaya hingga 3 (tiga) kali lipat dari upaya
yang dilakukan pada tahun 2012, jika ingin mencapai target MDGs 2015. Berarti juga memerlukan sumber
daya sebanyak hampir tiga kali lipat dari yang digunakan pada tahun 2012.
Keempat
Target persentase penduduk yang menggunakan jamban sehat sebesar 75% sesuai dengan target
RPJMN 2014. Apabila capaian triwulan 1 tahun 2012 sebesar 56,24% berarti ada gap sebesar 18,66% sampai
tahun 2014.
Setiap tahun perlu ada kenaikan sebesar rata-rata 9,75%. Artinya jika ingin mencapai target RPJMN
2014, memerlukan upaya sebanyak hampir 11-12 kali lipat dari upaya yang dilakukan pada tahun 2012.
Kelima
Target persentase penduduk Stop BABS secara keseluruhan atau 100% jumlah penduduk Indonesia
Stop BABS harus tercapai pada akhir tahun 2014. Dilihat dari grafik kondisi perilaku higiene sanitasi pada tahun
2010 (BPS), akses terhadap jamban sehat adalah sebanyak 51,1%; akses pada jamban komunal sebanyak
6,7%; akses terhadap jamban sehat semi permanen sebanyak 25 %; sementara yang masih BABS sebanyak
17,3 %. Ini artinya sampai akhir tahun 2014 paling tidak harus menghilangkan angka BABS 17,3% serta sasaran
tambahan dengan meningkatkan jamban semi permanen menjadi jamban sehat sebesar 25 %.
Keenam
Target mengembangkan desa/kelurahan ODF menjadi desa/kelurahan STBM sesuai dengan
penyebarluasan pembelajaran dari daerah yang sudah berhasil memiliki desa/kelurahan 5 pilar STBM yang
lengkap. Menurut Sekretariat STBM, dari kompilasi sementara sampai akhir tahun 2012 telah diperoleh sekitar
1.300 desa/kelurahan ODF.
Jika dirinci, dengan tetap mengingat RPJMN 2014 dan MDGs 2015, target STBM 2013–2015 adalah
seperti yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 9
Target STBM di Indonesia Tahun 2013-2015
Tahun
2010
Target RPJMN sampai 2014
Indikator

Persentase
penduduk yang
menggunakan
jamban sehat
(RPJMN 2015)

Tahun
2011

Persentase
penduduk Stop
BABS:

28

Tahun
2013

Target, 67%

Target,
2.500 desa/
kelurahan

71%

Target,
5.500 desa/
kelurahan

Target, 69%
Realisasi :
56,24%

Target
65, 57%

Realisasi :
56,24%

Target, 64%

Persentase rumah
tangga yang
memiliki akses
terhadap sanitasi
layak (MDGs 2015)
berkelanjutan
Jumlah desa/
kelurahan yang
melaksanakan STBM

2012
(Triwulan I)

Target
58,31%

Target,
11.000 desa/
kelurahan
Realisasi :
11.165 desa/
kelurahan

Target
15.603 desa/
kelurahan

Tahun
2014

Tahun
2015

Target
75%

---

Target
60,36%

Target
62,41%

Target
20.000 desa/ --kelurahan

100%
Realisasi:
51,1%
Realisasi :
6,7%
Realisasi :
25%

Jamban Sehat
Jamban Komunal
Jamban Sehat Semi
Permanen

Mengikuti Target RPMJN 2014
atau MDGs 2015

Realisasi :
17,3%

BABS
Persentase provinsi
yang memfasilitasi
penyelenggaraan
STBM
Pengembangan
desa/kelurahan
ODF menjadi desa/
kelurahan 5 pilar
STBM lengkap

18%

100%
Diasumsikan
telah
mencapai
1.300 desa/
kelurahan

Pada tataran pelaksanaan STBM di lapangan, saat ini sudah banyak pelaku STBM yang berhasil
mendeklarasikan desa/kelurahan STBM untuk semua pilarnya. Maka untuk desa/kelurahan yang sudah
mencapai kondisi ODF dapat dikembangkan pilar-pilar lainnya, sehingga kelak selebrasinya menjadi selebrasi
5 pilar STBM.
5.3	

Isu strategis STBM 2013 - 2015

Untuk mencapai target tersebut di atas, dengan melihat analisis gap Capaian dan Target STBM 20132015, terlihat bahwa :
1.	 Target 20.000 desa/kelurahan STBM pada akhir tahun 2014, diperkirakan dapat tercapai.
2.	 Pencapaian target persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap sanitasi layak
berkelanjutan sebanyak 62,41% memerlukan upaya keras, karena perlu upaya tiga kali lipat dari
upaya yang dilakukan pada tahun 2012.
3.	 Pencapaian target persentase penduduk yang menggunakan jamban sehat sebanyak 75%, perlu
upaya hampir 11-12 kali lipat dari upaya pada tahun 2012.
4.	 Pencapaian target persentase penduduk Stop BABS secara keseluruhan atau 100% jumlah
penduduk Indonesia Stop BABS pada akhir tahun 2014, dapat dilihat butir tulisan (3) dan (4),
perlu upaya yang jauh lebih keras lagi.
5.	 Target mengembangkan desa/kelurahan ODF menjadi desa/kelurahan 5 pilar STBM dengan
memanfaatkan potensi sementara telah diperoleh sekitar 1.300 desa/kelurahan ODF.
Berdasarkan analisis gap capaian dan target STBM 2013-2015, hasil pengolahan permasalahan
internal dan eksternal, serta pembelajaran yang telah diperoleh selama ini, terlihat ada kesulitan cukup besar
untuk mencapai butir (2), (3) dan (4) karena memerlukan upaya yang sangat besar. Untuk itu, pelaksanaan
berbagai kegiatan STBM seperti yang terjadi pada tahun 2012 tetap kita lanjutkan sebagaimana biasanya.
Dengan demikian, untuk Roadmap Percepatan STBM 2013-2015 dapat fokus pada dua isu strategis
besar, yaitu butir tulisan (1) dan (5) yang paling memungkinkan untuk diselesaikan dan dikembangkan
solusinya bersama-sama seluruh pemangku kepentingan STBM, yaitu:

29
A)	 Belum termanfaatkannya potensi desa/kelurahan intervensi STBM untuk dikembangkan menjadi
desa/kelurahan ODF.
Alasannya adalah:
	 Saat ini sudah ada 11.165 desa/kelurahan intervensi STBM.
	 Sudah ada desa/kelurahan lokasi dari program/proyek : WSLIC2, CWSHP, Pamsimas, WES Unicef, Pro
Air, ESP, IUWASH, Plan, WVI dll sebagai lokasi yang dapat diteruskan pendampingannya mencapai
ODF.
	 Dengan jumlah Puskesmas di Indonesia sebanyak 9.133 buah (Bank Data Puskesmas Kemenkes RI
Tahun 2012 ) dan memanfaatkan jumlah desa/kelurahan intervensi STBM dan desa/kelurahan lokasilokasi proyek di atas, ditambah target setiap tahun 1 desa/kelurahan per puskesmas mencapai
ODF, maka dalam jangka 2 tahun sampai RPJMN 2014 selesai diperkirakan akan ada: 2x9.133 desa/
kelurahan = 18.266 desa/kelurahan ODF.
Grafik 5
Jumlah Desa/kelurahan dan Kecamatan Intervensi STBM serta Puskesmas
di Provinsi Tahun 2010

Sumber : Data Olahan Sekretariat STBM 2012
Lebih lengkap dapat dilihat grafik perbandingan antara Desa/kelurahan STBM, Jumlah Desa/
kelurahan, Kecamatan STBM, Jumlah Kecamatan dan Jumlah Puskesmas berikut ini:
Melihat grafik di atas, dari segi jumlah Desa/kelurahan Intervensi STBM, Jumlah Desa/kelurahan dan
Jumlah Puskesmas, serta lokasi program saat ini dan program ke depan, dapat dilakukan pengkategorian
prioritasi provinsi lokasi program, yang diatur sebagai berikut:
(1)	 Prioritas pertama, untuk 13 besar provinsi dengan jumlah Desa/kelurahan Intervensi STBM
terbanyak,
(2)	 Prioritas kedua, untuk 10 provinsi dengan Desa/kelurahan Intervensi STBM terbanyak kedua,
(3)	 Prioritas ketiga, untuk 10 provinsi dengan Desa/kelurahan Intervensi STBM terbanyak ketiga.

30
Dengan prioritasi tersebut, pada 13 besar provinsi prioritas pertama terdapat data sebagai berikut :
Tabel 10
Data Provinsi Prioritas Pertama di Indonesia tahun 2013
No

Provinsi

Desa/
kelurahan
STBM

Jumlah Desa/
kelurahan

Jumlah
Puskesmas

Jumlah
Penduduk

Lokasi program
saat ini

1

Jawa Timur

2.838

8.513

947

37.476.757

TSSM, IUWASH,
H5, WVI

2

Jawa Tengah

1.423

8.574

866

32.382.657

TSSM,
Pamsimas, Plan,
Waspola Facility

3

Nusa Tenggara
Timur

1.084

2.845

316

4.683.827

Pamsimas, Plan,
Unicef, Waspola
Facility

4

Nusa Tenggara
Barat

834

904

151

4.500.212

TSSM, Unicef,
Waspola Facility

5

Sumatera
Barat

639

1.858

249

4.846.909

Pamsimas,
Waspola Facility

6

Sumatera
Selatan

617

3.081

301

7.450.394

Pamsimas,

7

Jawa Barat

504

5.883

1.040

43.053.732

TSSM,
Pamsimas,
IUWASH
Waspola Facility

8

Riau

363

1.584

209

5.538.367

Pamsimas,

9

Kalimantan
Selatan

342

1.949

216

3.626.616

Pamsimas,
Waspola Facility

10

Kalimantan
Tengah

330

1.453

175

2.212.089

CWSHP

11

Sulawesi
Tengah

298

1.664

175

2.635.009

Pamsimas,
Waspola Facility

12

Sulawesi
Selatan

268

2.936

418

8.034.776

Pamsimas,
Waspola Facility,
H5, Unicef,
IUWASH

13

Kalimantan
Barat

206

1.726

234

4.395.983

CWSHP, WVI

9.746

42.970

5.297

Program ke depan
TP : 15 ds/kab dan
Dekon: Monev &
Peningk Kapasitas
Sanitarian
TP : 15 ds/kab dan
Dekon: Monev &
Peningk Kapasitas
Sanitarian, MCC
TP : 15 ds/kab dan
Dekon: Monev &
Peningk Kapasitas
Sanitarian, MCC
TP : 15 ds/kab dan
Dekon: Monev &
Peningk Kapasitas
Sanitarian, MCC
TP : 15 ds/kab dan
Dekon: Monev &
Peningk Kapasitas
Sanitarian
TP : 15 ds/kab dan
Dekon: Monev &
Peningk Kapasitas
Sanitarian, MCC
TP : 15 ds/kab dan
Dekon: Monev &
Peningk Kapasitas
Sanitarian, MCC,
CSR Aqua
TP : 15 ds/kab dan
Dekon: Monev &
Peningk Kapasitas
Sanitarian
TP : 15 ds/kab dan
Dekon: Monev &
Peningk Kapasitas
Sanitarian, CSR
Adaro
TP : 15 ds/kab dan
Dekon: Monev &
Peningk Kapasitas
Sanitarian
TP : 15 ds/kab dan
Dekon: Monev &
Peningk Kapasitas
Sanitarian
TP : 15 ds/kab dan
Dekon: Monev &
Peningk Kapasitas
Sanitarian
TP : 15 ds/kab dan
Dekon: Monev &
Peningk Kapasitas
Sanitarian, MCC

160.837.328

Jumlah

Sumber dari : Hasil Sensus Penduduk 1971 – 2010, Kodepos Indonesia 2013,
Data Intervensi STBM di Indonesia, dan Data Pelaku STBM di Sekretariat STBM

31
Berdasarkan tabel di atas, dibandingkan dengan angka nasional, maka Desa/kelurahan Intervensi STBM
adalah 87,29%, jumlah desa/kelurahan 56,05%, jumlah Puskesmas 56,08%.
	
Dilihat dari jumlah program kerja/proyek mitra STBM yang sedang berjalan (TSSM, Pamsimas, Unicef,
WVI, Plan, H5, IUWASH, Waspola Facility) maupun rencana mendatang seperti MCC, maka ke 13 provinsi di
atas layak menjadi prioritas Roadmap STBM 2013-2015.
	
Dasar pertimbangan ke-13 provinsi tersebut menjadi lokasi prioritas Roadmap STBM 2013-2015, jika
dihubungkan dengan strategi pencapaian 1 desa/kelurahan ODF untuk setiap Puskesmas per tahun, adalah:
	 Bila diasumsikan jumlah desa/kelurahan intervensi STBM ini dapat terus dikembangkan menjadi desa/
kelurahan ODF, maka akan menyumbangkan jumlah desa/kelurahan ODF sebesar 87,29% dari total jumlah
desa/kelurahan intervensi STBM tahun 2012.
	 Dengan jumlah penduduk Indonesia saat ini sekitar 237.641.326 jiwa, dalam 13 provinsi prioritas pertama
ini ada 3 provinsi dengan penduduk padat yaitu Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Total jumlah
penduduk dari 13 provinsi tersebut berjumlah 160.837.328 jiwa, atau sekitar 67,68% dari jumlah penduduk
Indonesia. Artinya intervensi di 13 provinsi ini akan lebih banyak menyasar provinsi dengan penduduk
padat.
	 Dengan jumlah Puskesmas 5.297 unit, diperkirakan akan menyumbang 1 desa/kelurahan ODF setiap
Puskesmas tiap tahunnya, maka paling tidak akan menyumbang sebesar 5.122 desa/kelurahan ODF atau
57,99% dari jumlah Puskesmas yang ada, sebuah angka yang relatif realistis.
	 Berdasarkan pengalaman, untuk mendapatkan 1 desa/kelurahan ODF untuk setiap Puskesmas, memerlukan
4 desa/kelurahan intervensi awal STBM yang potensial. Maka jumlah target desa/kelurahan intervensi
akan mendapatkan angka: 4 desa/kelurahan x 5.297 Puskesmas atau sebanyak 21.188 desa/kelurahan.
Dengan demikian target desa/kelurahan intervensi STBM dengan sendirinya dapat tercapai.
Untuk pencapaian desa/kelurahan ODF, kalau setiap tahun ditargetkan 1 desa/kelurahan ODF per
puskesmas, maka dari 13 provinsi tersebut akan mendapatkan sebanyak 5.297 desa/kelurahan ODF setiap
tahun, sebuah upaya yang terencana untuk mengembangkan 21.188 desa/kelurahan ODF.
Jika 4 desa/kelurahan awal intervensi ini dipicu dan diajak berkompetisi bukan mustahil waktu untuk
pencapaian ODF keempat desa/kelurahan tersebut dapat dipersingkat, karena setiap puskesmas akan
konsentrasi terlebih dahulu kepada 4 desa/kelurahan yang potensial ODF.
	 Melihat hasil Asesmen Pokja AMPL Provinsi oleh Pokja AMPL Pusat dan Waspola Facility, maka beberapa
provinsi tersebut di atas termasuk 10 besar Pokja AMPL yang mempunyai kinerja baik, yaitu: Sumatera
Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, NTT, NTB, Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan. Ini merupakan sebuah
indikasi bahwa apabila terjadi koordinasi dan sinergi program melalui Pokja AMPL provinsi, diharapkan
proses pelaksanaan pencapaian target 1 desa/kelurahan ODF setiap tahun oleh setiap puskesmas akan
berjalan dengan lebih baik.
Perhitungan realistis tadi, masih akan ditambah dengan sisa provinsi lainnya yang tentu akan terus bergerak
mengembangkan desa/kelurahan intervensi STBM, mengingat SE Menkes 1 desa/kelurahan ODF setiap
puskesmas ditujukan ke semua provinsi, sedangkan TP dan Dekon Direktorat Penyehatan Lingkungan
Kemenkes tahun 2013 akan menyasar 31 provinsi di Indonesia.
Prioritas kedua, provinsi : (1) Jambi, (2) Sulawesi Barat, (3) Banten, (4) Bengkulu, (5) Gorontalo, (6) Sumatera
Utara, (7) Bangka Belitung, (8) Aceh, (9) Maluku Utara, dan (10) Lampung, diperoleh data sebagai berikut :

32
Tabel 11
Data Provinsi Prioritas Kedua
No

Provinsi

1.

Jambi

2.

Sulawesi
Barat

3.

Banten

Desa/
kelurahan
STBM
159

132

116

Jumlah Desa/
kelurahan
1.322

532

1.505

Jumlah
Puskesmas
173

83

221

Jumlah
Penduduk
3.092.265

1.158.651

10.632.166

Lokasi program
saat ini

Program ke depan

Pamsimas

TP : 15 ds/kab dan
Dekon: Monev &
Peningk Kapasitas
Sanitarian, MCC

Pamsimas

TP : 15 ds/kab dan
Dekon: Monev &
Peningk Kapasitas
Sanitarian,

Pamsimas

TP : 15 ds/kab dan
Dekon: Monev &
Peningk Kapasitas
Sanitarian, LSM
Harfa, MCC

4.

Bengkulu

112

1.334

174

1.715.518

Pamsimas

5.

Gorontalo

111

562

82

1.040.164

Pamsimas

6.

Sumatera
Utara

7.

Bangka
Belitung

91

348

58

1.223.296

Waspola Facility

8.

Aceh

87

6.424

318

4.494.410

Unicef

9.

Maluku Utara

72

1.002

106

1.038.087

Pamsimas

10

Lampung

71

2.403

265

7.608.405

Ditjen PMD

1.060

21.299

2.000

TP : 15 ds/kab dan
Dekon: Monev &
Peningk Kapasitas
Sanitarian, PCI
TP : 15 ds/kab dan
Dekon: Monev &
Peningk Kapasitas
Sanitarian, MCC

41.892.901

Jumlah

109

5.867

520

12.982.204

H5, IUWASH

TP : 15 ds/kab dan
Dekon: Monev &
Peningk Kapasitas
Sanitarian,
TP : 15 ds/kab dan
Dekon: Monev &
Peningk Kapasitas
Sanitarian,
TP : 15 ds/kab dan
Dekon: Monev &
Peningk Kapasitas
Sanitarian,
TP : 15 ds/kab dan
Dekon: Monev &
Peningk Kapasitas
Sanitarian,
TP : 15 ds/kab dan
Dekon: Monev &
Peningk Kapasitas
Sanitarian, SNV

Diolah dari : Hasil Sensus Penduduk 1971 – 2010, Kodepos Indonesia 2013, Data Intervensi STBM di Indonesia, dan
Data Pelaku STBM di Sekretariat STBM
Berdasarkan pengalaman, untuk mendapatkan 1 desa/kelurahan ODF untuk setiap Puskesmas, memerlukan 4 desa/
kelurahan intervensi awal STBM yang potensial. Maka untuk provinsi prioritas kedua ini akan mendapatkan angka:
4 desa/kelurahan x 2.000 Puskesmas atau sebanyak 8.000 desa /kelurahan intervensi. Angka ini menambah jumlah
desa/kelurahan intervensi STBM, hingga mendekati target 2014.

33
Untuk pencapaian desa/kelurahan ODF, jika setiap tahun ditargetkan 1 desa/kelurahan ODF per puskemas,
maka dari 10 provinsi tersebut akan didapatkan sebanyak 2.000 desa/kelurahan ODF setiap tahun, serta sebuah
upaya yang terencana untuk mengembangkan 8.000 desa/kelurahan ODF selama 4 tahun ke depan.
	
Jika ke-4 desa/kelurahan awal intervensi ini dipicu dan diajak berkompetisi, waktu untuk pencapaian
ODF keempat desa/kelurahan tersebut dapat dipersingkat, karena setiap puskesmas akan konsentrasi terlebih
dahulu kepada 4 desa/kelurahan potensial ODF. Artinya, dari prioritas kedua pun kita akan mendapatkan jumlah
desa/kelurahan ODF yang semakin mendekat kepada target 1 desa/kelurahan ODF setiap tahun dari setiap
puskesmas.
	
Prioritas ketiga, provinsi: (1) ) Papua Barat, (2) Maluku, (3) Kalimantan Timur, (4) Papua, (5) Sulawesi
Tenggara, (6) Kepulauan Riau, (7) Yogyakarta, (8) Sulawesi Utara, (9) Bali, (10) DKI Jakarta, diperoleh data sebagai
berikut:
Tabel 12
Data Provinsi Prioritas Ketiga
No

1.

Provinsi

Papua Barat

Desa/
kelurahan
STBM
65

Jumlah
Desa/
kelurahan
1.286

Jumlah
Puskesmas
109

Jumlah
Penduduk

Lokasi program
saat ini

Program ke depan

760.422

Pamsimas,
Unicef

TP : 15 ds/kab dan
Dekon : Monev &
Peningk Kapasitas
Sanitarian, MCC

2.

Maluku

59

901

168

1.533.506

Unicef

TP : 15 ds/kab dan
Dekon : Monev &
Peningk Kapasitas
Sanitarian, MCC

3.

Kalimantan
Timur

56

1.422

215

3.553.143

-

-

4.

Papua

36

3.575

311

2.833.381

Unicef

5.

Sulawesi
Tenggara

36

1.942

241

2.232.586

-

6.

Kepulauan
Riau

35

340

66

1.679.163

-

7.

Yogyakarta

34

438

120

3.476.757

-

8.

Sulawesi
Utara

26

1.464

170

2.270.596

-

9.

Bali

10

710

114

3.890.757

TSSM

10

DKI Jakarta

2

268

340

9.607.787

Mercy Corps

12.346

1.854

TP : 15 ds/kab dan
Dekon : Monev &
Peningk Kapasitas
Sanitarian, PCI
TP : 15 ds/kab dan
Dekon : Monev &
Peningk Kapasitas
Sanitarian, MCC
TP : 15 ds/kab dan
Dekon : Monev &
Peningk Kapasitas
Sanitarian,
TP : 15 ds/kab dan
Dekon : Monev &
Peningk Kapasitas
Sanitarian,

31.838.098

Jumlah

359

TP : 15 ds/kab dan
Dekon : Monev &
Peningk Kapasitas
Sanitarian, MCC
TP : 15 ds/kab dan
Dekon : Monev &
Peningk Kapasitas
Sanitarian,
-

Sumber : Diolah dari Hasil Sensus Penduduk 1971 – 2010, Kodepos Indonesia 2013,
Data Intervensi STBM di Indonesia, dan Data Pelaku STBM di Sekretariat STBM

34
Berdasarkan pengalaman, untuk mendapatkan 1 desa/kelurahan ODF untuk setiap Puskesmas,
memerlukan 4 desa/kelurahan intervensi STBM awal yang potensial. Maka untuk provinsi prioritas ketiga
akan mendapatkan angka : 4 desa/kelurahan x 1.854 Puskesmas atau sebanyak 7.416 desa/kelurahan.
Angka ini akan menambah target desa/kelurahan intervensi STBM.
	
Untuk pencapaian desa/kelurahan ODF, jika setiap tahun ditargetkan 1 desa/kelurahan ODF, maka
dari 10 provinsi tersebut akan didapatkan sebanyak 1.854 desa/kelurahan ODF setiap tahun, dan sebuah
upaya yang terencana untuk mengembangkan 7.416 desa/kelurahan ODF selama 4 tahun ke depan.
	
Jika ke-4 desa/kelurahan intervensi ini dipicu dan diajak berkompetisi, waktu untuk pencapaian ODF
keempat desa/kelurahan tersebut dapat dipersingkat, karena setiap puskesmas akan konsentrasi terlebih
dahulu kepada 4 desa/kelurahan potensial ODF. Artinya, dari prioritas ketiga pun kita akan mendapatkan
desa/kelurahan ODF yang semakin mendekat lagi kepada target 1 desa/kelurahan ODF setiap tahun dari
setiap puskesmas.
Dengan demikian, ke 33 provinsi yang berada dalam wilayah kesatuan Indonesia, semua berkiprah dalam
upaya mencapai target target pembangunan sektor sanitasi, dengan memanfaatkan semua potensi yang
tersedia di provinsinya.
1)	 Belum termanfaatkannya potensi desa/kelurahan ODF untuk dikembangkan menjadi desa/kelurahan
5 Pilar STBM
Alasannya adalah :
	 Diperkirakan telah ada sekitar 1.300 desa/kelurahan ODF.
	 STBM dengan target perubahan perilaku menuju Sanitasi Total, sesuai dengan kebijakannya terdiri dari
5 pilar.
	 Sudah ada beberapa daerah yang telah melalukan selebrasi desa/kelurahan 5 pilar STBM, seperti di
Sumedang provinsi Jawa Barat, Timor Tengah Utara provinsi Nusa Tenggara Timur, atau di Biak Numfor
provinsi Papua.
	 Terdapat beberapa proyek atau program, yang memiliki target 5 pilar STBM, seperti Simavi (dengan
mitra kerjanya Plan Indonesia di Nusa Tenggara Timur, YMP-NTB maupun Rumsram di Papua) serta
beberapa program seperti High Five maupun WVI yang memulai program STBM melalui pilar 4
(pengelolaan sampah rumah tangga).
	 Apabila meneruskan pendampingan di 1.300 desa/kelurahan ODF, serta memperoleh hasil dari
program yang memiliki target desa/kelurahan 5 pilar STBM, sebelum selesainya RPJMN 2014 maupun
MDGs 2015, kita akan memiliki sejumlah desa/kelurahan 5 pilar STBM yang lebih banyak dibandingkan
dengan sekarang.

35
Untuk mempermudah merumuskan tujuan strategisnya, berikut ini dikembangkan juga sub isu strategisnya,
sebagaimana tabel berikut :
Tabel 13
Isu dan sub-isu Strategis STBM di Indonesia Tahun 2013-2015
Isu strategis

Sub isu strategis

Belum termanfaatkannya
potensi desa/kelurahan
intervensi STBM untuk
dikembangkan menjadi
desa/kelurahan ODF

(1)	 Peningkatan Lingkungan yang Kondusif:
	
Belum meratanya komitmen pimpinan daerah,
	
Perlunya penyediaan dan revitalisasi sanitarian;
(2)	 Peningkatan Kebutuhan Sanitasi:
	
Pentingnya pengarusutamaan perubahan perilaku
	
Pentingnya memastikan target ODF untuk: Kuantitas (seluruh komunitas)
dan Kualitas (penjaminan kualitas)
(3)	 Peningkatan Penyediaan Sanitasi:
	
Pentingnya peningkatan kegiatan pemasaran sanitasi

Belum termanfaatkannya
potensi desa/kelurahan
ODF untuk dikembangkan
menjadi desa/kelurahan 5
Pilar STBM

(1)	 Peningkatan Lingkungan yang Kondusif:
	
Pentingnya updating data desa/kelurahan ODF
	
Perlunya peningkatan kapasitas bagi provinsi dan kabupaten/kota
(2)	 Peningkatan Kebutuhan Sanitasi:
	
Pentingnya meningkatkan desa/kelurahan ODF untuk meneruskan
menuju Sanitasi Total dengan menerapkan 4 pilar STBM lainnya
(3)	 Peningkatan Penyediaan Sanitasi:
	
Pentingnya penyediaan pilihan opsi teknologi 5 Pilar STBM sesuai dengan
kondisi daerah

5.4	

Tujuan strategis STBM 2013 – 2015

Untuk mencapai target tersebut diatas, isu strategis bisa diolah menjadi tujuan strategis, diperoleh
tujuan strategis seperti berikut ini:
Tabel 14
Tujuan Strategis STBM di Indonesia Tahun 2013 – 2015
Isu strategis

Tujuan strategis

Belum termanfaatkannya
potensi desa/kelurahan
intervensi STBM untuk
dikembangkan menjadi
desa/kelurahan ODF

Belum termanfaatkannya
potensi desa/
kelurahan ODF untuk
dikembangkan menjadi
desa/kelurahan 5 Pilar
STBM

36

Peningkatan lingkungan yang kondusif:
1.	 Meningkatnya komitmen pimpinan daerah
2.	 Terlaksananya penyediaan dan revitalisasi sanitarian
Peningkatan kebutuhan sanitasi:
3.	 Terlaksananya upaya pengarusutamaan perubahan perilaku
4.	 Terlaksananya kepastian target ODF secara Kuantitas (seluruh komunitas)
maupun Kualitas (penjaminan kualitas)
Peningkatan penyediaan sanitasi:
5.	 Terjadinya peningkatan kegiatan pemasaran sanitasi
Peningkatan lingkungan yang kondusif:
6.	 Terlaksananya updating data desa/kelurahan ODF
7.	 Terlaksananya peningkatan kapasitas tentang STBM bagi provinsi dan
kabupaten/kota
Peningkatan kebutuhan sanitasi:
8.	 Terlaksananya peningkatan desa/kelurahan ODF menuju Sanitasi Total menjadi
desa/kelurahan 5 pilar STBM
Peningkatan penyediaan sanitasi:
9.	 Terjadinyanya penyediaan pilihan opsi teknologi 5 Pilar STBM dan kondisi
daerah
5.5	

Sasaran strategis STBM 2013 – 2015

Untuk mencapai target tersebut diatas, tujuan strategis perlu diolah menjadi sasaran strategis
seperti di bawah ini:
Tabel 15
Sasaran Strategis STBM di Indonesia Tahun 2013 - 2015
Tujuan strategis
Desa/kelurahan intervensi STBM menuju Desa/
kelurahan ODF:
Peningkatan lingkungan yang kondusif:
1.	 Meningkatnya komitmen pimpinan daerah
2.	 Terlaksananya penyediaan dan revitalisasi
sanitarian
Peningkatan kebutuhan sanitasi:
3.	 Terlaksananya upaya pengarusutamaan
perubahan perilaku
4.	 Terlaksananya kepastian target ODF secara
Kuantitas (seluruh komunitas) maupun Kualitas
(penjaminan kualitas)
Peningkatan penyediaan sanitasi:
5.	 Terjadinya peningkatan kegiatan pemasaran
sanitasi
Desa/kelurahan ODF menuju Desa/kelurahan 5
Pilar STBM:
Peningkatan lingkungan yang kondusif:
6.	 Terlaksananya updating data desa/kelurahan
ODF
7.	 Terlaksananya peningkatan kapasitas dan
berbagi pembelajaran tentang STBM bagi
provinsi dan kabupaten/kota
Peningkatan kebutuhan sanitasi:
8.	 Terlaksananya peningkatan desa/kelurahan ODF
menuju Sanitasi Total menjadi desa/kelurahan 5
pilar STBM
Peningkatan penyediaan sanitasi:
9.	 Terjadinyanya penyediaan pilihan opsi teknologi
5 Pilar STBM dan kondisi daerah

Sasaran Strategis
Desa/kelurahan intervensi STBM menuju Desa/
kelurahan ODF:
Peningkatan lingkungan yang kondusif:
1.	 Dukungan politik dan moral serta kepastian anggaran
yang memadai untuk pelaksanaan program STBM
2.	 Adanya sinergi investasi dan peningkatan anggaran
untuk STBM
3.	 Adanya penyediaan dan revitalisasi sanitarian
Peningkatan kebutuhan sanitasi:
4.	 Adanya upaya pengarusutamaan perubahan perilaku
5.	 Adanya kepastian target ODF secara Kuantitas
(seluruh komunitas) maupun Kualitas (penjaminan
kualitas)
Peningkatan penyediaan sanitasi:
6.	 Adanya peningkatan kegiatan pemasaran sanitasi
Desa/kelurahan ODF menuju Desa/kelurahan 5 Pilar
STBM:
Peningkatan lingkungan yang kondusif:
7.	 Adanya upaya updating data desa/kelurahan ODF
8.	 Adanya upaya peningkatan kapasitas dan berbagi
pembelajaran tentang STBM bagi pusat dan provinsi
Peningkatan kebutuhan sanitasi:
9.	 Adanya upaya peningkatan desa/kelurahan ODF
menuju Sanitasi Total menjadi desa/kelurahan 5 pilar
STBM
Peningkatan penyediaan sanitasi:
10.	Adanya peningkatan produksi sesuai dengan pilihan
opsi teknologi dan kondisi daerah

37
5.6	

Strategi pelaksanaan STBM 2013 – 2015

Sasaran strategis perlu dirumuskan menjadi strategi pelaksanaan. Untuk itu, dalam rangka
memudahkan dan adanya pembagian tugas dan wewenang secara bertingkat, maka strategi pelaksanaan
dibagi ke dalam tingkatan: (1) pusat, (2) provinsi, dan (3) kabupaten/kota.
Strategi pelaksanaan tingkat provinsi dapat dilihat di lampiran 01, sedangkan untuk strategi
pelaksanaan tingkat kabupaten/kota dapat dilihat di lampiran 02. Untuk strategi pelaksanaan di tingkat pusat
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 16
Strategi Pelaksanaan STBM di Indonesia Tahun 2013 – 2015
Sasaran Strategis
Desa/kelurahan intervensi STBM menuju Desa/
kelurahan ODF:
Peningkatan lingkungan yang kondusif:
1.	 Dukungan politik dan moral serta kepastian
anggaran yang memadai untuk pelaksanaan
program STBM
2.	 Adanya koordinasi dan sinergi program dan
investasi untuk implementasi STBM
3.	 Adanya penyediaan dan revitalisasi sanitarian
Peningkatan kebutuhan sanitasi:
4.	 Adanya upaya pengarusutamaan perubahan
perilaku
5.	 Adanya kepastian target ODF secara Kuantitas
(seluruh komunitas) maupun Kualitas
(penjaminan kualitas)
Peningkatan penyediaan sanitasi:
6.	 Adanya peningkatan kegiatan pemasaran sanitasi

Peningkatan kebutuhan sanitasi:
4.	 Menyusun strategi komunikasi pengarusutamaan perubahan perilaku melalui STBM
5.	 Memberikan target tahunan kepada setiap
puskesmas 1 desa/kelurahan/puskesmas
mencapai ODF
Peningkatan penyediaan sanitasi :
6.	 Meningkatkan upaya penerapan Pemasaran
Sanitasi

Desa/kelurahan ODF menuju Desa/kelurahan 5
Pilar STBM:
Peningkatan lingkungan yang kondusif:
7.	 Adanya upaya updating data desa/kelurahan
ODF
8.	 Adanya upaya peningkatan kapasitas dan berbagi
pembelajaran tentang STBM bagi pusat dan
provinsi
Peningkatan kebutuhan sanitasi:
9.	 Adanya upaya peningkatan desa/kelurahan ODF
menuju Sanitasi Total menjadi desa/kelurahan 5
pilar STBM
Peningkatan penyediaan sanitasi:
10.	 Adanya peningkatan produksi sesuai dengan
pilihan opsi teknologi 5 pilar STBM dan kondisi
daerah

38

Strategi pelaksanaan
Desa/kelurahan intervensi STBM menuju Desa/
kelurahan ODF:
Peningkatan lingkungan yang kondusif:
1.	 Melakukan advokasi tentang STBM secara
berjenjang
2.	 Melakukan penatalaksanaan sinergi program dan
investasi antar KL terkait STBM dan pemangku
kepentingan
3.	 Melaksanakan revitalisasi sanitarian

Desa/kelurahan ODF menuju Desa/kelurahan 5
Pilar STBM:
Peningkatan lingkungan yang kondusif:
7.	 Melakukan updating data desa/kelurahan ODF
sesuai dengan data dari provinsi
8.	 Melaksanakan peningkatan kapasitas dan
berbagi pembelajaran STBM bagi pusat dan
provinsi
Peningkatan kebutuhan sanitasi:
9.	 Melaksanakan pendokumentasian dan
diseminasi Pembelajaran Sanitasi Total 5 Pilar
STBM
Peningkatan penyediaan sanitasi:
10.	Menyusun pilihan opsi teknologi 5 pilar STBM
dan kondisi daerah
5.7	

Program dan kegiatan strategis STBM 2013 – 2015

Untuk mencapai target tersebut diatas, apabila kita olah kebijakan strategis menjadi program dan
kegiatan strategis :
Tabel 17
Program dan Kegiatan Strategis STBM di Indonesia Tahun 2013 - 2015
Strategi pelaksanaan

Desa/kelurahan intervensi STBM
menuju Desa/kelurahan ODF:
Peningkatan lingkungan yang
kondusif:
1.	 Melakukan advokasi tentang STBM
secara berjenjang

2.	 Melakukan penatalaksanaan
sinergi antar KL terkait STBM dan
pemangku kepentingan
3.	 Melaksanakan revitalisasi
sanitarian

Peningkatan kebutuhan sanitasi:
4.	 Menyusun strategi komunikasi
pengarusutamaan perubahan
perilaku melalui STBM

5.	 Memberikan target tahunan
kepada setiap puskesmas 1 desa/
kelurahan/puskesmas mencapai
ODF

Program strategis

Kegiatan strategis

Program
pengendalian
penyakit dan
penyehatan
lingkungan

Desa/kelurahan intervensi STBM menuju Desa/
kelurahan ODF:
Peningkatan lingkungan yang kondusif:
1.	 Peningkatan awareness sanitasi untuk
prioritasi dan investasi sanitasi
2.	 Re-sosialisasi STBM di seluruh level dan
pemangku kepentingan
3.	 Penanda-tanganan kerjasama dengan AKOPSI
untuk awareness STBM agar STBM masuk
ke dalam MPSS dan mendapatkan alokasi
pembiayaan
4.	 Penyelenggaraan Kompetisi STBM antar
kabupaten/kota dengan pemberian Reward
atas keberhasilan ODF untuk kabupaten/kota
5.	 Penyusunan model kebutuhan anggaran untuk
mencapai ODF desa/kelurahan dan kecamatan

Program
pengendalian
penyakit dan
penyehatan
lingkungan

6.	 Pertemuan koordinasi antar KL terkait STBM
dan pemangku kepentingan lainnya dalam
Pokja AMPL terkait STBM
7.	 Penatalaksanaan sinergi investasi STBM antar
KL terkait STBM dan pemangku kepentingan
untuk implementasi STBM, termasuk CSR, BOS,
BOK dan ADD
8.	 Penatalaksanaan sinergi program antar KL
terkait STBM dan pemangku kepentingan
antara lain: Litbangkes, Promkes, UKS di
internal Kemenkes; maupun kerja sama dengan
lintas sektor: Adipura, Kabupaten/ Kota Sehat,
Kota Layak Anak, Lomba Desa/kelurahan,
Desa/kelurahan Siaga, Sanimas dan SLBM
( untuk Gambaran Sinergi Program dapat
dilihat lampiran 03), koperasi, kredit mikro,
perbankan
9.	 Penyusunan Direktori Pelaku STBM Indonesia
10.	Penyusunan Eksisting & Kebutuhan Sanitarian
Indonesia
11.	Pelaksanaan Peningkatan Kapsitas Sanitarian
Indonesia

Program
pengendalian
penyakit dan
penyehatan
lingkungan

Peningkatan kebutuhan sanitasi:
12.	Penyusunan strategi komunikasi
pengarusutamaan perubahan perilaku melalui
STBM
13.	Pelaksanaan program komunikasi
pengarusutamaan perubahan perilaku melalui
STBM
14.	Pembuatan SE Menkes tentang target
tahunan setiap puskesmas 1 desa/kelurahan/
puskesmas mencapai ODF
15.	Penyusunan dan sosialisasi panduan verifikasi
ODF secara kuantitas dan kualitas
16.	Penyusunan panduan monitoring dan evaluasi
peningkatan akses sanitasi dan air minum layak
berkelanjutan
17.	Pertemuan evaluasi dan pembelajaran tahunan
Kinerja STBM bersama daerah dan mitra kerja

39
Strategi pelaksanaan

Peningkatan penyediaan sanitasi:
6.	 Meningkatkan upaya penerapan
Pemasaran Sanitasi

Program strategis

Program
pengendalian
penyakit dan
penyehatan
lingkungan

Desa/kelurahan ODF menuju Desa/
kelurahan 5 Pilar STBM:
Peningkatan lingkungan yang
kondusif:
7.	 Melakukan updating data desa/
kelurahan ODF sesuai dengan data
dari provinsi
8.	 Melaksanakan peningkatan
kapasitas dan berbagi
pembelajaran STBM bagi pusat dan
provinsi
Peningkatan kebutuhan sanitasi
9.	 Melaksanakan pendokumentasian
dan diseminasi Pembelajaran
Sanitasi Total 5 Pilar STBM
Peningkatan penyediaan sanitasi :
10.	 Menyusun pilihan opsi teknologi 5
pilar STBM dan kondisi daerah

Program
pengendalian
penyakit dan
penyehatan
lingkungan

Kegiatan strategis
Peningkatan penyediaan sanitasi:
18.	Pelaksanaan Riset Pasar Sanitasi di provinsi
sesuai kebutuhan
19.	Penyusunan Panduan Pemasaran Sanitasi
20.	 Penyusunan Panduan Pilihan Opsi Teknologi
dan Tukang Sanitasi untuk STBM sesuai dengan
kondisi daerah
21.	 Pelatihan dan Pembentukan Forum Komunikasi
Tukang Sanitasi sesuai dengan pilihan opsi
teknologi dan kondisi daerah
22.	 Pelatihan dan Pembentukan Asosiasi
Pengusaha Sanitasi sesuai dengan pilihan opsi
teknologi dan kondisi daerah
23.	Penyusunan kebutuhan dana, identifikasi
sumber permodalan, dan pengembangan
kerjasama untuk bisnis sanitasi
24.	Penyusunan Panduan Monitoring Pemasaran
Sanitasi
Desa/kelurahan ODF menuju Desa/kelurahan 5
Pilar STBM:
Peningkatan lingkungan yang kondusif:
25.	Penyusunan sistem kompilasi data desa/
kelurahan ODF
26.	Updating data desa/kelurahan ODF sesuai
dengan data dari provinsi
27.	Penyusunan Peta Kinerja STBM tahunan
28.	Penyusunan Modul Peningkatan Kapasitas
STBM bagi provinsi
29.	Peningkatan Kapasitas dan berbagi
pembelajaran STBM bagi provinsi
Peningkatan kebutuhan sanitasi
30.	Kegiatan dan Pertemuan Pembelajaran
Pelaksanaan 5 Pilar STBM
31.	Penyusunan Buku Pembelajaran Sanitasi Total
5 Pilar STBM
Peningkatan penyediaan sanitasi :
32.	Penyusunan pilihan opsi teknologi 5 pilar STBM
dan kondisi daerah

Untuk gambaran kerja sama Sanimas-SLBM dan STBM, dapat dilihat pada lampiran 03.

40
Bab Enam
PRIORITAS
PELAKSANAAN
KEGIATAN STRATEGIS
ROADMAP
PERCEPATAN STBM
2013 -2015
6.1	

Prioritasi pelaksanaan kegiatan
strategis

Diusulkan tiga tahapan strategis
menuju target percepatan STBM 2013–
2015:
(1)	 Tahun
pertama:
penyiapan
NSPM, peningkatan kapasitas dan
pembelajaran, pelaksanaan 5 target
utama, serta pemantauan dan
evaluasi;
(2)	 Tahun
kedua:
pelaksanaan
percepatan, pelaksanaan target
tambahan, serta pemantauan dan
evaluasi;
(3)	 Tahun ketiga: di tahun pertama
RPJMN baru dan tahun terakhir
MDGs 2015 : review terhadap apa
yang diperoleh sampai RPJMN 2014
dan rencana untuk tahun terakhir
MDGs 2015, pemantapan menuju
Sanitasi Total serta pemantauan dan
evaluasi.

41
STBM] Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
STBM] Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
STBM] Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
STBM] Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
STBM] Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
STBM] Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
STBM] Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
STBM] Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
STBM] Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
STBM] Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
STBM] Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
STBM] Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
STBM] Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
STBM] Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
STBM] Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
STBM] Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
STBM] Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
STBM] Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
STBM] Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
STBM] Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
STBM] Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
STBM] Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
STBM] Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
STBM] Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
STBM] Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
STBM] Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

Contenu connexe

Tendances

Kebijakan Kemendagri dalam Pelaksanaan Aksi Konvergensi - Bangda
Kebijakan Kemendagri dalam Pelaksanaan Aksi Konvergensi - BangdaKebijakan Kemendagri dalam Pelaksanaan Aksi Konvergensi - Bangda
Kebijakan Kemendagri dalam Pelaksanaan Aksi Konvergensi - BangdaTV Desa
 
Stop Buang Air Besar Sembarangan. Community-Led Total Sanitation. Pembelajara...
Stop Buang Air Besar Sembarangan. Community-Led Total Sanitation. Pembelajara...Stop Buang Air Besar Sembarangan. Community-Led Total Sanitation. Pembelajara...
Stop Buang Air Besar Sembarangan. Community-Led Total Sanitation. Pembelajara...Oswar Mungkasa
 
KLHS RPJMD Kota Pekanbaru 2017-2022 [Ekpspose pendahuluan]
KLHS RPJMD Kota Pekanbaru 2017-2022 [Ekpspose pendahuluan]KLHS RPJMD Kota Pekanbaru 2017-2022 [Ekpspose pendahuluan]
KLHS RPJMD Kota Pekanbaru 2017-2022 [Ekpspose pendahuluan]Amdal Indonesia Online
 
KAK PENGELOLAAN LIMBAH B3.doc
KAK PENGELOLAAN LIMBAH B3.docKAK PENGELOLAAN LIMBAH B3.doc
KAK PENGELOLAAN LIMBAH B3.dockeslingkembangan
 
4.1.1 ep 1 sop identifikasi kebutuhan
4.1.1 ep 1 sop identifikasi kebutuhan4.1.1 ep 1 sop identifikasi kebutuhan
4.1.1 ep 1 sop identifikasi kebutuhanELFTV
 
KEBIJAKAN KESLING - STUNTING-1.pptx
KEBIJAKAN KESLING - STUNTING-1.pptxKEBIJAKAN KESLING - STUNTING-1.pptx
KEBIJAKAN KESLING - STUNTING-1.pptxMuhRifaldi6
 
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) (bagian 1/5)
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) (bagian 1/5)Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) (bagian 1/5)
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) (bagian 1/5)infosanitasi
 
Materi Rembuk Stunting Desa.pptx
Materi Rembuk Stunting Desa.pptxMateri Rembuk Stunting Desa.pptx
Materi Rembuk Stunting Desa.pptxMIchsan10
 
SDGs DESA Fasilitasi Konvergensi Stunting
SDGs DESA Fasilitasi Konvergensi StuntingSDGs DESA Fasilitasi Konvergensi Stunting
SDGs DESA Fasilitasi Konvergensi StuntingTV Desa
 
Strategi peningkatan pelayanan dasar bagi masyarakat miskin dan rentan, bappenas
Strategi peningkatan pelayanan dasar bagi masyarakat miskin dan rentan, bappenasStrategi peningkatan pelayanan dasar bagi masyarakat miskin dan rentan, bappenas
Strategi peningkatan pelayanan dasar bagi masyarakat miskin dan rentan, bappenasGedhe Foundation
 
Paparan Musrenbang 2018
Paparan Musrenbang 2018Paparan Musrenbang 2018
Paparan Musrenbang 2018wedusputih
 
Kebijakan kemenkes 5 pilar stbm kadis
Kebijakan kemenkes 5 pilar stbm kadisKebijakan kemenkes 5 pilar stbm kadis
Kebijakan kemenkes 5 pilar stbm kadisOca Malawat
 
Pencatatan dan pelaporan promkes
Pencatatan dan pelaporan promkesPencatatan dan pelaporan promkes
Pencatatan dan pelaporan promkesCut Ampon Lambiheue
 
Pedoman Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) 2014
Pedoman Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) 2014Pedoman Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) 2014
Pedoman Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) 2014infosanitasi
 
4.1.2 ep2 hasil identifikasi umpan balik, analisis dan tindak lanjut t'hadap ...
4.1.2 ep2 hasil identifikasi umpan balik, analisis dan tindak lanjut t'hadap ...4.1.2 ep2 hasil identifikasi umpan balik, analisis dan tindak lanjut t'hadap ...
4.1.2 ep2 hasil identifikasi umpan balik, analisis dan tindak lanjut t'hadap ...alfilia ningrum
 
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...Muh Saleh
 

Tendances (20)

BAB II UKM.docx
BAB II UKM.docxBAB II UKM.docx
BAB II UKM.docx
 
Kebijakan Kemendagri dalam Pelaksanaan Aksi Konvergensi - Bangda
Kebijakan Kemendagri dalam Pelaksanaan Aksi Konvergensi - BangdaKebijakan Kemendagri dalam Pelaksanaan Aksi Konvergensi - Bangda
Kebijakan Kemendagri dalam Pelaksanaan Aksi Konvergensi - Bangda
 
Stop Buang Air Besar Sembarangan. Community-Led Total Sanitation. Pembelajara...
Stop Buang Air Besar Sembarangan. Community-Led Total Sanitation. Pembelajara...Stop Buang Air Besar Sembarangan. Community-Led Total Sanitation. Pembelajara...
Stop Buang Air Besar Sembarangan. Community-Led Total Sanitation. Pembelajara...
 
KAMPANYE 5 PILAR STBM.pptx
KAMPANYE 5 PILAR STBM.pptxKAMPANYE 5 PILAR STBM.pptx
KAMPANYE 5 PILAR STBM.pptx
 
KLHS RPJMD Kota Pekanbaru 2017-2022 [Ekpspose pendahuluan]
KLHS RPJMD Kota Pekanbaru 2017-2022 [Ekpspose pendahuluan]KLHS RPJMD Kota Pekanbaru 2017-2022 [Ekpspose pendahuluan]
KLHS RPJMD Kota Pekanbaru 2017-2022 [Ekpspose pendahuluan]
 
KAK PENGELOLAAN LIMBAH B3.doc
KAK PENGELOLAAN LIMBAH B3.docKAK PENGELOLAAN LIMBAH B3.doc
KAK PENGELOLAAN LIMBAH B3.doc
 
4.1.1 ep 1 sop identifikasi kebutuhan
4.1.1 ep 1 sop identifikasi kebutuhan4.1.1 ep 1 sop identifikasi kebutuhan
4.1.1 ep 1 sop identifikasi kebutuhan
 
PAPARAN STUNTING .pptx
PAPARAN STUNTING .pptxPAPARAN STUNTING .pptx
PAPARAN STUNTING .pptx
 
KEBIJAKAN KESLING - STUNTING-1.pptx
KEBIJAKAN KESLING - STUNTING-1.pptxKEBIJAKAN KESLING - STUNTING-1.pptx
KEBIJAKAN KESLING - STUNTING-1.pptx
 
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) (bagian 1/5)
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) (bagian 1/5)Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) (bagian 1/5)
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) (bagian 1/5)
 
Materi Rembuk Stunting Desa.pptx
Materi Rembuk Stunting Desa.pptxMateri Rembuk Stunting Desa.pptx
Materi Rembuk Stunting Desa.pptx
 
SDGs DESA Fasilitasi Konvergensi Stunting
SDGs DESA Fasilitasi Konvergensi StuntingSDGs DESA Fasilitasi Konvergensi Stunting
SDGs DESA Fasilitasi Konvergensi Stunting
 
STBM dan STUNTING.ppt
STBM dan STUNTING.pptSTBM dan STUNTING.ppt
STBM dan STUNTING.ppt
 
Strategi peningkatan pelayanan dasar bagi masyarakat miskin dan rentan, bappenas
Strategi peningkatan pelayanan dasar bagi masyarakat miskin dan rentan, bappenasStrategi peningkatan pelayanan dasar bagi masyarakat miskin dan rentan, bappenas
Strategi peningkatan pelayanan dasar bagi masyarakat miskin dan rentan, bappenas
 
Paparan Musrenbang 2018
Paparan Musrenbang 2018Paparan Musrenbang 2018
Paparan Musrenbang 2018
 
Kebijakan kemenkes 5 pilar stbm kadis
Kebijakan kemenkes 5 pilar stbm kadisKebijakan kemenkes 5 pilar stbm kadis
Kebijakan kemenkes 5 pilar stbm kadis
 
Pencatatan dan pelaporan promkes
Pencatatan dan pelaporan promkesPencatatan dan pelaporan promkes
Pencatatan dan pelaporan promkes
 
Pedoman Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) 2014
Pedoman Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) 2014Pedoman Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) 2014
Pedoman Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) 2014
 
4.1.2 ep2 hasil identifikasi umpan balik, analisis dan tindak lanjut t'hadap ...
4.1.2 ep2 hasil identifikasi umpan balik, analisis dan tindak lanjut t'hadap ...4.1.2 ep2 hasil identifikasi umpan balik, analisis dan tindak lanjut t'hadap ...
4.1.2 ep2 hasil identifikasi umpan balik, analisis dan tindak lanjut t'hadap ...
 
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...
 

Similaire à STBM] Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

Pelatihan PFI_Arah Kebijakan Sanitasi_rev2.pptx.pptx
Pelatihan PFI_Arah Kebijakan Sanitasi_rev2.pptx.pptxPelatihan PFI_Arah Kebijakan Sanitasi_rev2.pptx.pptx
Pelatihan PFI_Arah Kebijakan Sanitasi_rev2.pptx.pptxssuser76b156
 
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019infosanitasi
 
Peta Jalan (Road Map) Sanitasi 2010 2014
Peta Jalan (Road Map) Sanitasi 2010 2014Peta Jalan (Road Map) Sanitasi 2010 2014
Peta Jalan (Road Map) Sanitasi 2010 2014ESP Indonesia
 
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015infosanitasi
 
Proposal pamstbm
Proposal pamstbmProposal pamstbm
Proposal pamstbmIsmail Bara
 
Juklak Pamsimas 2012 edit 7 mrt 2012 cetak
Juklak Pamsimas 2012 edit 7 mrt 2012 cetakJuklak Pamsimas 2012 edit 7 mrt 2012 cetak
Juklak Pamsimas 2012 edit 7 mrt 2012 cetakDR Irene
 
Draft-Laporan Singkat Perencanaan Sektor AMPL Papua Barat 2018 (isi)
Draft-Laporan Singkat Perencanaan Sektor AMPL Papua Barat 2018 (isi)Draft-Laporan Singkat Perencanaan Sektor AMPL Papua Barat 2018 (isi)
Draft-Laporan Singkat Perencanaan Sektor AMPL Papua Barat 2018 (isi)Febriansyah Soebagio
 
Artikel pamsimas
Artikel pamsimasArtikel pamsimas
Artikel pamsimasrd_bangda
 
Manual B Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota
Manual B Penyusunan Buku Putih Sanitasi KotaManual B Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota
Manual B Penyusunan Buku Putih Sanitasi KotaJoy Irman
 
Dokumen SSK Bangka Selatan 2017
Dokumen SSK Bangka Selatan 2017Dokumen SSK Bangka Selatan 2017
Dokumen SSK Bangka Selatan 2017Berkah T.Sembodo
 
Universal Access Air Minum dan Sanitasi 2015-2019
Universal Access Air Minum dan Sanitasi 2015-2019Universal Access Air Minum dan Sanitasi 2015-2019
Universal Access Air Minum dan Sanitasi 2015-2019Joy Irman
 
Simulasi Dinas KP PP PA.docx
Simulasi Dinas KP PP PA.docxSimulasi Dinas KP PP PA.docx
Simulasi Dinas KP PP PA.docxPangeranHelau
 

Similaire à STBM] Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (20)

Bab 5. Strategi Monitoring dan Evaluasi
 Bab 5. Strategi Monitoring dan Evaluasi Bab 5. Strategi Monitoring dan Evaluasi
Bab 5. Strategi Monitoring dan Evaluasi
 
R4 05 kemenpupera
R4 05 kemenpuperaR4 05 kemenpupera
R4 05 kemenpupera
 
Bab 1. Pendahuluan
Bab 1.  PendahuluanBab 1.  Pendahuluan
Bab 1. Pendahuluan
 
Pelatihan PFI_Arah Kebijakan Sanitasi_rev2.pptx.pptx
Pelatihan PFI_Arah Kebijakan Sanitasi_rev2.pptx.pptxPelatihan PFI_Arah Kebijakan Sanitasi_rev2.pptx.pptx
Pelatihan PFI_Arah Kebijakan Sanitasi_rev2.pptx.pptx
 
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019
 
Peta Jalan (Road Map) Sanitasi 2010 2014
Peta Jalan (Road Map) Sanitasi 2010 2014Peta Jalan (Road Map) Sanitasi 2010 2014
Peta Jalan (Road Map) Sanitasi 2010 2014
 
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015
 
Ssk final pokja
Ssk final pokjaSsk final pokja
Ssk final pokja
 
Proposal pamstbm
Proposal pamstbmProposal pamstbm
Proposal pamstbm
 
Juklak Pamsimas 2012 edit 7 mrt 2012 cetak
Juklak Pamsimas 2012 edit 7 mrt 2012 cetakJuklak Pamsimas 2012 edit 7 mrt 2012 cetak
Juklak Pamsimas 2012 edit 7 mrt 2012 cetak
 
Draft-Laporan Singkat Perencanaan Sektor AMPL Papua Barat 2018 (isi)
Draft-Laporan Singkat Perencanaan Sektor AMPL Papua Barat 2018 (isi)Draft-Laporan Singkat Perencanaan Sektor AMPL Papua Barat 2018 (isi)
Draft-Laporan Singkat Perencanaan Sektor AMPL Papua Barat 2018 (isi)
 
Bab 1 SSK Jogja
Bab 1 SSK JogjaBab 1 SSK Jogja
Bab 1 SSK Jogja
 
Artikel pamsimas
Artikel pamsimasArtikel pamsimas
Artikel pamsimas
 
Bab 3. Strategi Percepatan Pembangunan Sanitasi
Bab 3. Strategi Percepatan Pembangunan SanitasiBab 3. Strategi Percepatan Pembangunan Sanitasi
Bab 3. Strategi Percepatan Pembangunan Sanitasi
 
Manual B Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota
Manual B Penyusunan Buku Putih Sanitasi KotaManual B Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota
Manual B Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota
 
Contoh renja rsud
Contoh renja rsudContoh renja rsud
Contoh renja rsud
 
Dokumen SSK Bangka Selatan 2017
Dokumen SSK Bangka Selatan 2017Dokumen SSK Bangka Selatan 2017
Dokumen SSK Bangka Selatan 2017
 
Universal Access Air Minum dan Sanitasi 2015-2019
Universal Access Air Minum dan Sanitasi 2015-2019Universal Access Air Minum dan Sanitasi 2015-2019
Universal Access Air Minum dan Sanitasi 2015-2019
 
20150505 PEDOMAN P2KP 2015-2019
20150505 PEDOMAN P2KP 2015-201920150505 PEDOMAN P2KP 2015-2019
20150505 PEDOMAN P2KP 2015-2019
 
Simulasi Dinas KP PP PA.docx
Simulasi Dinas KP PP PA.docxSimulasi Dinas KP PP PA.docx
Simulasi Dinas KP PP PA.docx
 

Plus de Indriany ,

Katalog produk essenzo essential oil honey herbal suplemen kesehatan 2020
Katalog produk essenzo essential oil honey herbal suplemen kesehatan 2020Katalog produk essenzo essential oil honey herbal suplemen kesehatan 2020
Katalog produk essenzo essential oil honey herbal suplemen kesehatan 2020Indriany ,
 
Undang-Undang (UU) No 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme
Undang-Undang (UU) No 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Tindak Pidana TerorismeUndang-Undang (UU) No 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme
Undang-Undang (UU) No 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Tindak Pidana TerorismeIndriany ,
 
Enewsletter Jejaring AMPL September 2018
Enewsletter Jejaring AMPL September 2018Enewsletter Jejaring AMPL September 2018
Enewsletter Jejaring AMPL September 2018Indriany ,
 
Enewsletter Jejaring AMPL Juni 2018
Enewsletter Jejaring AMPL Juni 2018Enewsletter Jejaring AMPL Juni 2018
Enewsletter Jejaring AMPL Juni 2018Indriany ,
 
Menuju pemerataan akses air dan sanitasi yang lebih gesi-gender equality and ...
Menuju pemerataan akses air dan sanitasi yang lebih gesi-gender equality and ...Menuju pemerataan akses air dan sanitasi yang lebih gesi-gender equality and ...
Menuju pemerataan akses air dan sanitasi yang lebih gesi-gender equality and ...Indriany ,
 
Kewirausahaan sanitasi berbasis minat untuk masyarakat pedesaan di Kabupaten ...
Kewirausahaan sanitasi berbasis minat untuk masyarakat pedesaan di Kabupaten ...Kewirausahaan sanitasi berbasis minat untuk masyarakat pedesaan di Kabupaten ...
Kewirausahaan sanitasi berbasis minat untuk masyarakat pedesaan di Kabupaten ...Indriany ,
 
Akses air minum dan sanitasi untuk seluruh bangsa Indonesia-World Bank-IDF 2018
Akses air minum dan sanitasi untuk seluruh bangsa Indonesia-World Bank-IDF 2018Akses air minum dan sanitasi untuk seluruh bangsa Indonesia-World Bank-IDF 2018
Akses air minum dan sanitasi untuk seluruh bangsa Indonesia-World Bank-IDF 2018Indriany ,
 
Enewsletter Jejaring AMPL Maret 2018
Enewsletter Jejaring AMPL Maret 2018Enewsletter Jejaring AMPL Maret 2018
Enewsletter Jejaring AMPL Maret 2018Indriany ,
 
Enewsletter Jejaring AMPL Desember 2017
Enewsletter Jejaring AMPL Desember 2017Enewsletter Jejaring AMPL Desember 2017
Enewsletter Jejaring AMPL Desember 2017Indriany ,
 
Diet ocd sehat alami ala deddy corbuzier cepat sukses menurunkan berat badan ...
Diet ocd sehat alami ala deddy corbuzier cepat sukses menurunkan berat badan ...Diet ocd sehat alami ala deddy corbuzier cepat sukses menurunkan berat badan ...
Diet ocd sehat alami ala deddy corbuzier cepat sukses menurunkan berat badan ...Indriany ,
 
Ssk sebagai dasar pendanaan pembangunan sanitasi indonesia
Ssk sebagai dasar pendanaan pembangunan sanitasi indonesiaSsk sebagai dasar pendanaan pembangunan sanitasi indonesia
Ssk sebagai dasar pendanaan pembangunan sanitasi indonesiaIndriany ,
 
Ssk sebagai dasar pendanaan pembangunan sanitasi di buleleng bali
Ssk sebagai dasar pendanaan pembangunan sanitasi di buleleng baliSsk sebagai dasar pendanaan pembangunan sanitasi di buleleng bali
Ssk sebagai dasar pendanaan pembangunan sanitasi di buleleng baliIndriany ,
 
Kerangka kerja layanan air limbah domestik
Kerangka kerja layanan air limbah domestikKerangka kerja layanan air limbah domestik
Kerangka kerja layanan air limbah domestikIndriany ,
 
Instalasi pengelolaan lumpur tinja iplt di kota surabaya
Instalasi pengelolaan lumpur tinja iplt di kota surabayaInstalasi pengelolaan lumpur tinja iplt di kota surabaya
Instalasi pengelolaan lumpur tinja iplt di kota surabayaIndriany ,
 
Model layanan pengelolaan lumpur tinja di indonesia
Model layanan pengelolaan lumpur tinja di indonesiaModel layanan pengelolaan lumpur tinja di indonesia
Model layanan pengelolaan lumpur tinja di indonesiaIndriany ,
 
Peningkatan pengelolaan lumpur tinja perkotaan
Peningkatan pengelolaan lumpur tinja perkotaanPeningkatan pengelolaan lumpur tinja perkotaan
Peningkatan pengelolaan lumpur tinja perkotaanIndriany ,
 
Memahami manfaat nyata sanitasi dalam mendukung investasi oleh pemerintah dae...
Memahami manfaat nyata sanitasi dalam mendukung investasi oleh pemerintah dae...Memahami manfaat nyata sanitasi dalam mendukung investasi oleh pemerintah dae...
Memahami manfaat nyata sanitasi dalam mendukung investasi oleh pemerintah dae...Indriany ,
 
Materi unicef sesi pleno 2 konferensi sanitasi air minum dan sanitasi nasiona...
Materi unicef sesi pleno 2 konferensi sanitasi air minum dan sanitasi nasiona...Materi unicef sesi pleno 2 konferensi sanitasi air minum dan sanitasi nasiona...
Materi unicef sesi pleno 2 konferensi sanitasi air minum dan sanitasi nasiona...Indriany ,
 
Materi kementerian lingkungan hidup sesi pleno 2 konferensi sanitasi air minu...
Materi kementerian lingkungan hidup sesi pleno 2 konferensi sanitasi air minu...Materi kementerian lingkungan hidup sesi pleno 2 konferensi sanitasi air minu...
Materi kementerian lingkungan hidup sesi pleno 2 konferensi sanitasi air minu...Indriany ,
 
Materi kementerian kesehatan sesi pleno 1 konferensi sanitasi air minum dan s...
Materi kementerian kesehatan sesi pleno 1 konferensi sanitasi air minum dan s...Materi kementerian kesehatan sesi pleno 1 konferensi sanitasi air minum dan s...
Materi kementerian kesehatan sesi pleno 1 konferensi sanitasi air minum dan s...Indriany ,
 

Plus de Indriany , (20)

Katalog produk essenzo essential oil honey herbal suplemen kesehatan 2020
Katalog produk essenzo essential oil honey herbal suplemen kesehatan 2020Katalog produk essenzo essential oil honey herbal suplemen kesehatan 2020
Katalog produk essenzo essential oil honey herbal suplemen kesehatan 2020
 
Undang-Undang (UU) No 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme
Undang-Undang (UU) No 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Tindak Pidana TerorismeUndang-Undang (UU) No 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme
Undang-Undang (UU) No 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme
 
Enewsletter Jejaring AMPL September 2018
Enewsletter Jejaring AMPL September 2018Enewsletter Jejaring AMPL September 2018
Enewsletter Jejaring AMPL September 2018
 
Enewsletter Jejaring AMPL Juni 2018
Enewsletter Jejaring AMPL Juni 2018Enewsletter Jejaring AMPL Juni 2018
Enewsletter Jejaring AMPL Juni 2018
 
Menuju pemerataan akses air dan sanitasi yang lebih gesi-gender equality and ...
Menuju pemerataan akses air dan sanitasi yang lebih gesi-gender equality and ...Menuju pemerataan akses air dan sanitasi yang lebih gesi-gender equality and ...
Menuju pemerataan akses air dan sanitasi yang lebih gesi-gender equality and ...
 
Kewirausahaan sanitasi berbasis minat untuk masyarakat pedesaan di Kabupaten ...
Kewirausahaan sanitasi berbasis minat untuk masyarakat pedesaan di Kabupaten ...Kewirausahaan sanitasi berbasis minat untuk masyarakat pedesaan di Kabupaten ...
Kewirausahaan sanitasi berbasis minat untuk masyarakat pedesaan di Kabupaten ...
 
Akses air minum dan sanitasi untuk seluruh bangsa Indonesia-World Bank-IDF 2018
Akses air minum dan sanitasi untuk seluruh bangsa Indonesia-World Bank-IDF 2018Akses air minum dan sanitasi untuk seluruh bangsa Indonesia-World Bank-IDF 2018
Akses air minum dan sanitasi untuk seluruh bangsa Indonesia-World Bank-IDF 2018
 
Enewsletter Jejaring AMPL Maret 2018
Enewsletter Jejaring AMPL Maret 2018Enewsletter Jejaring AMPL Maret 2018
Enewsletter Jejaring AMPL Maret 2018
 
Enewsletter Jejaring AMPL Desember 2017
Enewsletter Jejaring AMPL Desember 2017Enewsletter Jejaring AMPL Desember 2017
Enewsletter Jejaring AMPL Desember 2017
 
Diet ocd sehat alami ala deddy corbuzier cepat sukses menurunkan berat badan ...
Diet ocd sehat alami ala deddy corbuzier cepat sukses menurunkan berat badan ...Diet ocd sehat alami ala deddy corbuzier cepat sukses menurunkan berat badan ...
Diet ocd sehat alami ala deddy corbuzier cepat sukses menurunkan berat badan ...
 
Ssk sebagai dasar pendanaan pembangunan sanitasi indonesia
Ssk sebagai dasar pendanaan pembangunan sanitasi indonesiaSsk sebagai dasar pendanaan pembangunan sanitasi indonesia
Ssk sebagai dasar pendanaan pembangunan sanitasi indonesia
 
Ssk sebagai dasar pendanaan pembangunan sanitasi di buleleng bali
Ssk sebagai dasar pendanaan pembangunan sanitasi di buleleng baliSsk sebagai dasar pendanaan pembangunan sanitasi di buleleng bali
Ssk sebagai dasar pendanaan pembangunan sanitasi di buleleng bali
 
Kerangka kerja layanan air limbah domestik
Kerangka kerja layanan air limbah domestikKerangka kerja layanan air limbah domestik
Kerangka kerja layanan air limbah domestik
 
Instalasi pengelolaan lumpur tinja iplt di kota surabaya
Instalasi pengelolaan lumpur tinja iplt di kota surabayaInstalasi pengelolaan lumpur tinja iplt di kota surabaya
Instalasi pengelolaan lumpur tinja iplt di kota surabaya
 
Model layanan pengelolaan lumpur tinja di indonesia
Model layanan pengelolaan lumpur tinja di indonesiaModel layanan pengelolaan lumpur tinja di indonesia
Model layanan pengelolaan lumpur tinja di indonesia
 
Peningkatan pengelolaan lumpur tinja perkotaan
Peningkatan pengelolaan lumpur tinja perkotaanPeningkatan pengelolaan lumpur tinja perkotaan
Peningkatan pengelolaan lumpur tinja perkotaan
 
Memahami manfaat nyata sanitasi dalam mendukung investasi oleh pemerintah dae...
Memahami manfaat nyata sanitasi dalam mendukung investasi oleh pemerintah dae...Memahami manfaat nyata sanitasi dalam mendukung investasi oleh pemerintah dae...
Memahami manfaat nyata sanitasi dalam mendukung investasi oleh pemerintah dae...
 
Materi unicef sesi pleno 2 konferensi sanitasi air minum dan sanitasi nasiona...
Materi unicef sesi pleno 2 konferensi sanitasi air minum dan sanitasi nasiona...Materi unicef sesi pleno 2 konferensi sanitasi air minum dan sanitasi nasiona...
Materi unicef sesi pleno 2 konferensi sanitasi air minum dan sanitasi nasiona...
 
Materi kementerian lingkungan hidup sesi pleno 2 konferensi sanitasi air minu...
Materi kementerian lingkungan hidup sesi pleno 2 konferensi sanitasi air minu...Materi kementerian lingkungan hidup sesi pleno 2 konferensi sanitasi air minu...
Materi kementerian lingkungan hidup sesi pleno 2 konferensi sanitasi air minu...
 
Materi kementerian kesehatan sesi pleno 1 konferensi sanitasi air minum dan s...
Materi kementerian kesehatan sesi pleno 1 konferensi sanitasi air minum dan s...Materi kementerian kesehatan sesi pleno 1 konferensi sanitasi air minum dan s...
Materi kementerian kesehatan sesi pleno 1 konferensi sanitasi air minum dan s...
 

Dernier

VARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptx
VARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptx
VARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxghinaalmiranurdiani
 
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxRENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxrobert531746
 
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptxB-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptxUswaTulFajri
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxLinaWinarti1
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppticha582186
 
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIFPENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIFRisaFatmasari
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxnadiasariamd
 
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptGizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptAyuMustika17
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilancahyadewi17
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiAviyudaPrabowo1
 
dr. Irma, Sp.A(K) Update Tatalaksana Tuberkulosis Anak & Remaja.pdf
dr. Irma, Sp.A(K) Update Tatalaksana Tuberkulosis Anak & Remaja.pdfdr. Irma, Sp.A(K) Update Tatalaksana Tuberkulosis Anak & Remaja.pdf
dr. Irma, Sp.A(K) Update Tatalaksana Tuberkulosis Anak & Remaja.pdfMeboix
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
PPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.pptPPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.pptTriUmiana1
 
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...WulanNovianti7
 
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.pptALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.pptRaniNarti
 

Dernier (16)

VARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptx
VARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptx
VARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptx
 
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxRENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
 
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptxB-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
 
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIFPENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
 
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptGizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
 
dr. Irma, Sp.A(K) Update Tatalaksana Tuberkulosis Anak & Remaja.pdf
dr. Irma, Sp.A(K) Update Tatalaksana Tuberkulosis Anak & Remaja.pdfdr. Irma, Sp.A(K) Update Tatalaksana Tuberkulosis Anak & Remaja.pdf
dr. Irma, Sp.A(K) Update Tatalaksana Tuberkulosis Anak & Remaja.pdf
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
PPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.pptPPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.ppt
 
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
 
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.pptALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
 

STBM] Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

  • 1.
  • 2. KATA PENGANTAR Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah aksi terpadu untuk menurunkan angka kejadian penyakit menular berbasis lingkungan diantaranya adalah diare, serta meningkatkan perilaku higienitas dan kualitas kehidupan masyarakat Indonesia. Salah satu kejadian luar biasa (KLB) diare pada tahun 2006 di 16 provinsi dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 2.52, merupakan salah satu penyumbang kejadian diare nasional yang mencapai 423 per seribu penduduk pada semua umur. Salah satu sumber penyebab yang dimaksud adalah karena 47,50% air yang dikonsumsi masyarakat saat itu masih mengandung Eschericia Coli (Studi Basic Human Services/BHS : 2006). Penyebab lain karena 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka lainnya (Indonesian Study Sanitation Sector Development Program/ ISSDP). Langkah antisipasi terus dilakukan pemerintah antara lain melalui berbagai pengelolaan program yang fokus pada penyediaan air minum dan sanitasi. Pada tahun 2008 telah diluncurkan peraturan perundangan dalam bentuk Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), sebagai wujud komitmen Pemerintah dalam mewujudkan peningkatan akses air minum dan sanitasi dasar berkelanjutan untuk pengendalian penyakit berbasis lingkungan dan peningkatan kemampuan masyarakat, melalui pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat. Sebagai program nasional, STBM akan terus berlangsung dan telah dilakukan implementasi di 244 kabupaten/kota serta 2.583 kecamatan, sehingga pada triwulan I tahun 2013 terdapat sejumlah 11.678 desa/kelurahan yang melaksanakan STBM. Kegiatan STBM ini diharapkan mempunyai andil yang signifikan terhadap pencapaian target Air Minum dan Sanitasi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 dan Renstra Kemenkes, serta target MDG’s tujuan 7c yakni menurunkan separuh proporsi penduduk yang belum memiliki akses terhadap air minum dan sanitasi dasar yang layak secara berkesinambungan pada tahun 2015. Dalam rangka memastikan tercapainya tujuan dan target tersebut di atas, diperlukan langkah-langkah strategis dalam pencapaiannya. Untuk itu disusunlah Road Map STBM periode 2013 – 2015 yang dapat digunakan sebagai alat bantu dalam pengukuran pencapaian kinerja serta pemantauan dan evaluasi pelaksanaan STBM. Kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan Road Map ini. Semoga dapat dijadikan acuan bagi seluruh pihak terkait dalam melakukan implementasi STBM. Jakarta, Mei 2013 Direktur Jenderal, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama i
  • 3. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR SINGKATAN I. PENDAHULUAN 1 II. ROADMAP PERCEPATAN STBM 2013-2015, APA DAN MENGAPA 2.1. Pengertian roadmap percepatan program STBM 2.2. Prinsip dasar penyusunan roadmap percepatan program STBM 7 7 8 III. DASAR PERTIMBANGAN PENYUSUNAN ROADMAP PERCEPATAN STBM 3.1. Target Pembangunan Sanitasi Jangka Menengah Nasional Tahun 2010–2015 3.2. Target MDGs 3.3. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010 – 2014 3.4. Program Nasional Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) 3.5. Kondisi eksisting program AMPL 9 10 10 11 11 11 IV. TINJAUAN STATUS PENCAPAIAN STBM 4.1. Peta Pelaku STBM 4.2. Pencapaian STBM 4.3. Pembelajaran dan potensi 4.4. Permasalahan utama V. ROADMAP PERCEPATAN STBM 2013 - 2015 5.1. Target STBM 2013 – 2015 5.2. Analisa Gap Capaian dan Target STBM 2013 - 2015 5.3. Isu Strategis STBM 5.4. Tujuan Strategis STBM 5.5. Sasaran Strategis STBM 2013 - 2015 5.6. Strategi pelaksanaan STBM 2013-2015 5.7. Program dan Kegiatan Strategis STBM 2013 – 2015 15 15 18 21 24 26 26 27 29 30 37 38 39 VI. PRIORITASI PELAKSANAAN KEGIATAN STRATEGIS ROADMAP PERCEPATAN STBM 2013 – 2015 6.1. Prioritasi pelaksanaan kegiatan strategis 6.2. Prioritas kegiatan strategis tahun pertama, tahun 2013 6.3. Prioritas kegiatan strategis tahun kedua, tahun 2014 6.4. Prioritas kegiatan strategis tahun ketiga, tahun 2015 6.5. Pemantauan dan Evaluasi 41 41 42 45 46 46 VII. ESTIMASI KEBUTUHAN DAN IDENTIFIKASI SUMBER PENDANAAN UNTUK PELAKSANAAN ROADMAP PERCEPATAN STBM 2013–2015 7.1. Identifikasi sumber pendanaan 7.2. Estimasi kebutuhan pendanaan 47 47 49 VIII. PENUTUP ii Halaman i ii iii iv v vi vii 53
  • 4. DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 Kerangka Pikir STBM 3 Gambar 2 Komponen STBM 4 Gambar 3 Tangga Perubahan Perilaku – Visi STBM 5 Gambar 4 Target MDGs 2015 Terkait Sanitasi 9 Gambar 5 Pendekatan Dalam Pengelolaan Air Limbah Permukiman 10 Gambar 6 Rangkuman Target Pembangunan Air dan Sanitasi 14 Gambar 7 Wilayah Kerja Pelaku STBM di Indonesia 17 Gambar 8 Persentase Penduduk yang Menggunakan Jamban di Indonesia 18 iii
  • 5. DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 1 12 Grafik 2 Akses Air Layak Berkelanjutan 12 Grafik 3 Kondisi Sarana Sanitasi Provinsi di Indonesia Tahun 2010 19 Grafik 4 Jumlah Desa/kelurahan dan Desa/kelurahan Intervensi STBM Provinsi di Indonesia Tahun 2010 Grafik 5 Jumlah Desa/kelurahan dan Kecamatan Intervensi STBM iv Akses Sanitasi Layak Berkelanjutan serta Puskesmas di Provinsi Tahun 2010 20 30
  • 6. DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 Pelaku Pembangunan STBM di Indonesia 10 Tabel 2 Indikator Program Strategis Penyehatan Lingkungan 18 Tabel 3 Pembelajaran dan Usulan untuk Pusat 21 Tabel 4 Pembelajaran dan Usulan untuk Provinsi 22 Tabel 5 Pembelajaran dan Usulan untuk Kabupaten/Kota 23 Tabel 6 Masalah Strategis AMPL 24 Tabel 7 Permasalahan Internal dan Eksternal STBM di Indonesia 25 Tabel 8 Target Pembangunan Sanitasi Indonesia 27 Tabel 9 Target STBM 2013 – 2015 28 Tabel 10 Data Provinsi Prioritas Pertama 31 Tabel 11 Data Provinsi Prioritas Kedua 33 Tabel 12 Data Provinsi Prioritas Ketiga 34 Tabel 13 Tabel isu dan sub isu strategis STBM 2013-2015 36 Tabel 14 Tujuan Strategis STBM 2013 – 2015 36 Tabel 15 Sasaran Strategis STBM 2013 – 2015 37 Tabel 16 Strategi Pelaksanaan Strategis STBM 2013 – 2015 38 Tabel 17 Program dan Kegiatan Strategis STBM 2013 – 2015 39 Tabel 18 Prioritas Kegiatan Strategis STBM 2013 42 Tabel 19 Prioritas Kegiatan Strategis STBM 2014 45 Tabel 20 Prioritas Kegiatan Strategis STBM 2015 46 Tabel 21 Identifikasi Sumber Pendanaan STBM 2013 – 2015 48 Tabel 22 Estimasi Kebutuhan Pendanaan STBM Tahun 2013 49 Tabel 23 Estimasi Kebutuhan Pendanaan STBM Tahun 2014 51 v
  • 7. DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 01 Gambaran Roadmap Percepatan STBM 2013-2015 di Provinsi Lampiran 02 Gambaran Roadmap Percepatan STBM 2013-2015 di Kabupaten/Kota Lampiran 03 Gambaran Umum Sinergi Program terkait STBM di Tingkat Kabupaten/Kota vi Halaman 54 59 64
  • 8. DAFTAR SINGKATAN ADD Alokasi Dana Desa/kelurahan IMB Ijin Mendirikan Bangunan AMPL Air Minum dan Penyehatan Lingkungan IPAL Instalasi Pengolahan Air Limbah AKKOPSI Asosiasi Kota/Kabupaten Peduli Sanitasi IPLT Instalasi Pengolahan Limbah Terpadu APBD Anggaran Pembangunan Belanja Daerah APBDesa Anggaran Pembangunan Belanja Desa ISSDP Indonesia Sanitation Sector Development Program APBN Anggaran Pembangunan Belanja Nasional AusAid Australia Agency for International Development IUWASH Indonesia Urban Water Sanitation and Health KIE Komunikasi Informasi & Edukasi BAB Buang Air Besar KLB Kejadian Luar Biasa BABS Buang Air Besar Sembarangan K/L Kementrian/Lembaga BOK Bantuan Operasional Kesehatan KTP Kartu Tanda Penduduk BOS Bantuan Operasional Sekolah Litbangkes Penelitian Pengembangan Kesehatan BPMD Badan Pemberdayaan Masyarakat & Desa MAK Mata Anggaran Kegiatan BPS Badan Pusat Statistik Manlak Pedoman Pelaksanaan BHS Basic Human Services Mannis Pedoman Teknis CD Bethesda Community Development Bethesda MCC Milenium Challenge Corporation CFR Case Fatality Rate MDGs Millenium Development Goals CLTS Community-Led Total Sanitation Menkes Menteri Kesehatan CSR Corparate Social Responsibility Kemkes Kementerian Kesehatan CTPS Cuci Tangan Pakai Sabun MOU Memorandum Of Understanding CWSHP Community Water Sanitation and Health Project MPSS Memorandum Program Strategi Sanitasi Dekon Dekonsentrasi MSMHP Metropolitan Sanitation Management and Health Project DIPA Daftar Isian Program Anggaran NGO Non Goverment Organization DKI Jaya Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya Dirjen PP & PL Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit & Penyehatan Lingkungan NTB Nusa Tenggara Barat NTT Nusa Tenggara Timur OD Open Defecation Open Defecation Free Dit PL Direktorat Penyehatan Lingkungan ODF GDP Gross Domestic Product Ormas Organisasi Kemasyarakatan ICWRMP Integrated Citarum Water Resources Management Project PAMMRT Pengelolaan Air Minum dan Makanan Sehat Rumah Tangga vii
  • 9. DAFTAR SINGKATAN PAMSIMAS Perbup Peraturan Bupati Perda SK Surat Keputusan SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah Peraturan Daerah SLBM Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat Perdes Peraturan Desa STBM Sanitasi Total Berbasis Masyarakat PHBS Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PKK Pendidikan Kesehatan Keluarga SPBM Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat PLCRT Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga Stop BABS Stop Buang Air Besar Sembarangan PLP Penyehatan Lingkungan & Permukiman Susenas Survei Sosial Ekonomi Nasional PMD Pemberdayaan Masyarakat & Desa SSK Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota PPSP Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman SMS Short Message Service TOT Training Of Trainers Pokja Kelompok Kerja TKM Tim Kerja Masyarakat Pro Air Program Penyediaan Air TPA Tempat Pemerosesan Akhir Prokasih Program Kali Bersih TPS Tempat Pembuangan Sementara Promkes Promosi Kesehatan PSRT Pengelolaan Sampah Rumah Tangga TSSM Total Sanitation & Sanitation Marketing PU Pekerjaan Umum UKS Usaha Kesehatan Sekolah Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat RPJMD Rencana Panjang Jangka Menengah Daerah UNICEF United Nation International Children’s Funds RPJMN Rencana Panjang Jangka Menengah Nasional USAid United State Agency for International Development RKM Rencana Kerja Masyarakat USRI Urban Sanitation and Rural Infrastructure RKP Rencana Kerja Pembangunan UU Undang Undang RPAM Rencana Pengamanan Air Minum WASH Water Sanitation & Hygiene RSH Rumah Sederhana Sehat 3R Reduce, Reuse and Recycle WES Unicef Water Environmental Sanitation United Nation International Children’s Funds Sanimas Sanitasi Berbasis Masyarakat WHO World Health Organization SBS Stop Buang air besar Sembarangan WVI World Vision Indonesia SE viii Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat Surat Edaran YMP-NTB Yayasan Masyarakat Peduli - Nusa Tenggara Barat
  • 10. Bab Satu PENDAHULUAN World Health Organization (WHO) meginformasikan bahwa kematian yang disebabkan karena waterborne disease mencapai 3.400.000 jiwa/ tahun. Masih menurut WHO, dari semua kematian yang berakar pada buruknya kualitas air dan sanitasi, diare merupakan penyebab kematian terbesar yaitu 1.400.000 jiwa/tahun. Menurut Hardoy dan Satterhwaite (1992), layanan air minum yang kualitasnya buruk dan kurang memadainya sistem pembuangan air limbah dan sampah menimbulkan dampak buruk pada lingkungan dan menimbulkan endemik penyakit di rumah tangga miskin. Dalam buku lain yang berjudul “The Poor Die
  • 11. Young”, Hardoy, Cairncross, and Satterthwaite (1990) menyusun daftar penyakit yang paling prevalent. Terdapat 29 jenis penyakit di luar 48 jenis penyakit yang paling prevalent di seluruh dunia yang kejangkitannya dapat dicegah dengan meningkatkan kualitas perumahan dan kondisi penghidupan, nutrisi yang lebih baik dan perawatan kesehatan primer yang menyeluruh. Beberapa penyakit tersebut diantaranya: Tuberculosis, Measles, Pertusis, Tetanus, Polio, Diptheria, Malaria, Schistosomiasis, Filariasis, Chagas disease, River Blindness, Leishmanasis, Leprosy, Guinea Worm, Amoebiasis, Giardiasis, Typoid, Cholera, Ascariasis, Hookworm, Thichuriasis, Dengau, Rabies, Yellow Fever, Iodine Deficiency, Vitamin A Deficiency, Pneumonia, Anaemia, Trachoma. Sebagaimana negara-negara berkembang lainnya, Indonesia pada saat ini juga menghadapi masalah di bidang sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat. Sejak diterapkan otonomi daerah pada Januari 2001, bagaimanapun, masalah sanitasi bukan lagi menjadi urusan Pemerintah Pusat, tetapi menjadi urusan wajib bagi Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai UU No. 32/2004 tentang Otonomi Daerah. Akan tetapi dalam kenyataannya masih banyak pemerintah kabupaten/kota yang belum atau kurang mampu mengurus dan memecahkan masalah di bidang sanitasi dan higiene. Seringkali bidang sanitasi dan higiene lebih merupakan isu pinggiran (marginal) yang tidak memperoleh prioritas dalam pembangunan. Pembangunan sanitasi kemudian menjelma menjadi masalah yang relatif kompleks. Kompleksitas masalah yang dihadapi bukan hanya menyangkut banyaknya variabel yang berpengaruh terhadap kinerja dan keberlanjutan pembangunan sanitasi dan higiene, tetapi juga adanya perbedaan masalah, bobot, serta cara penanganan antara satu daerah dengan lainnya, sehingga sangat sulit dan tidak relevan untuk membuat sebuah model yang sama untuk diterapkan di semua kabupaten/kota. Secara keseluruhan penduduk Indonesia yang hidup dengan kondisi sanitasi buruk mencapai 72.500.000 jiwa. Mereka tersebar di perkotaan (18,2%) dan perdesaan (40%). Kementerian Kesehatan menjelaskan bahwa di Indonesia ada 226 kota yang masih bermasalah dengan pengelolaan air limbah, 240 kota menghadapi masalah pengelolaan sampah, serta 100 kota masih bermasalah dengan drainase. Sedangkan kota yang bermasalah dengan ketiganya sebanyak 52 Kota (Zainal Nampira dalam Kick off High Five Program). Tidak ada informasi mengenai bagaimana permasalahan sanitasi di perdesaan. Dari berbagai kabupaten diperoleh informasi bahwa di perdesaan masalah yang krusial adalah kebiasaan buang air besar sembarangan atau open defecation. Perilaku ini berakibat secara langsung/tak langsung pada terkontaminasinya sumber air minum maupun terjadinya pencemaran ulang (rekontaminasi) pada sumber air dan makanan yang disantap di rumah. Beberapa kajian/riset terkait Sanitasi yang pernah dilakukan antara lain The Political Economy of Sanitation (2011), Lessons in Urban Sanitation Development (2006-2011), Managing the Flow of Information to Improve Rural Sanitation in East Java (2010), dan Economic Impacts of Sanitation in Indonesia (2008). Riset atau studi tersebut dilakukan atas fasilitasi Water and Sanitation Program – East Asia Pacific/World Bank. Intisari dari hasil review riset di atas adalah sebagai berikut: • Otonomi daerah ternyata masih belum bisa diimbangi dengan tindakan daerah dalam mengalokasikan dana untuk sanitasi (perlunya advokasi anggaran). • Bidang sanitasi belum dianggap sebagai bidang prioritas pembangunan (advokasi regulasi maupun anggaran). • Kerugian di level nasional sebesar Rp.225.000/orang/tahun apabila sanitasi tidak ditangani dengan baik bisa menjadi bahan advokasi. • Sistem monitoring berbasis masyarakat sangat layak untuk diterapkan untuk diterapkan, dan menghasilkan informasi/data dengan kualitas memadai. • Sistim monitoring melalui SMS apabila berjalan dengan bagus akan sangat bermanfaat dan mampu menerobos kemandegan informasi yang selama ini terjadi (akan lebih baik diikuti dengan respon/feedback yang cepat agar cepat tertanggulangi). 2
  • 12. Kerugian ekonomi dari buruknya sanitasi merupakan dampak negatif lainnya yang nilainya sangat besar. Di Indonesia, pada tahun 2006 perkiraan biaya yang dikeluarkan per tahun mencapai Rp 56 triliun. Biaya sebesar itu setara dengan 2,3% GDP (Gross Domestic Product), dan dapat dibelanjakan untuk perawatan dan penyembuhan penyakit yang kejangkitannya berakar pada air dan sanitasi buruk serta perilaku tidak higiene. Di perkotaan setiap orang terbebani biaya Rp 275.000/tahun, sedangkan di perdesaan setiap orang per tahun terbebani Rp 224.000. Dampak ekonomi dari pencemaran air akibat sanitasi yang buruk mencapai Rp 14,9 triliun (Research Report, Economic Impact of Sanitation In Indonesia : Water and Sanitation Program-East Asia and Pasific, World Bank : 2008). Biaya ekonomi sebesar itu, bila problem sanitasi teratasi dan perilaku hidup bersih dan sehat diwujudkan dapat dialihkan untuk kegiatan produktif meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin yang memang paling banyak menjadi korban waterborne disease. Upaya peningkatan perilaku higiene dan peningkatan akses sanitasi terus dikembangkan. Belajar dari berbagai pengalaman pelaksanaan CLTS dan program/proyek sanitasi lainnya, CLTS di Indonesia kemudian mengalami berbagai evaluasi dan penyesuaian. CLTS yang lebih fokus pada perilaku Stop BABS dengan strategi di peningkatan kebutuhan sanitasi kemudian dievaluasi dan dikembangkan dengan menambahkan 4 (empat) perubahan perilaku, diarahkan pelaksanaannya dengan 6 (enam) strategi, dan dinamakan STBM. Berdasarkan Kepmenkes No. 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional STBM, STBM adalah pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan, sebagaimana terlihat dalam gambar di atas ini. Disebut Sanitasi Total karena target yang ingin dicapai adalah ketika suatu komunitas sudah mencapai kondisi : (1) Tidak buang air besar sembarangan (Stop BABS); (2) Mencuci tangan pakai sabun (CTPS); (3) Mengelola air minum dan makanan yang aman (PAMM RT); (4) Mengelola sampah dengan benar dan (5) Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman. Gambar 1 Kerangka Pikir STBM 3
  • 13. Pada bulan September 2008 itu pula, Menteri Kesehatan, Dr Siti Fadillah Supari, meluncurkan Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat dan Pencanangan Program Nasional untuk pelaksanaan STBM di 10.000 desa/kelurahan. Strategi ini kini menjadi strategi utama untuk sanitasi pedesa/kelurahanan secara nasional dan berlaku untuk seluruh tingkatan pemerintah daerah serta donor dan berbagai mitra. Menurut Kementerian Kesehatan, pada saat peluncuran STBM ini sudah mencapai 3.000 desa/kelurahan yang telah melaksanakan STBM. Dalam sambutannya, Menteri menunjukkan bahwa penetapan 10.000 desa/kelurahan STBM ini dilakukan berdasarkan pembelajaran dari 6 kabupaten uji coba CLTS dan menyatakan: “Pembangunan kesehatan yang efektif dapat dicapai jika masyarakat terlibat secara penuh dan diberdayakan sejak perencanaan maupun pelaksanaan secara berkelanjutan”. Gambar 2 Komponen sanitasi total Komponen Sanitasi Total Berbasis Masyarakat sebagaimana ditunjukkan gambar 1.2., adalah bagaimana ketiga komponen dapat terlembagakan, sehingga: (1) Stop BABS adalah pilar utama untuk menghasilkan peningkatan kebutuhan masyarakat untuk memperbaiki sanitasi, sesuai dengan prinsip pendekatan non subsidi untuk fasilitas sanitasi rumah tangga: (2) Dengan dukungan pengembangan kapasitas tentang STBM sejak dari pusat sampai ke tingkat masyarakat, diharapkan dapat tercipta lingkungan yang kondusif untuk meningkatkan permintaan perbaikan sanitasi yang layak di masyarakat; dan (3) Dengan mendorong pasar lokal untuk menawarkan lebih banyak opsi kepada rumah tangga miskin untuk mendapatkan akses terhadap sanitasi yang layak menyebabkan terjadinya peningkatan penyediaan sanitasi. Bila ketiga komponen ini terjadi, maka masyarakat akan menginvestasikan sumber Sumber : Permenkes No 852 Tahun 2008 daya mereka sendiri untuk memperbaiki fasilitas sanitasi, dan akan dengan cepat menuju dusun, desa/ kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, dan provinsi yang bebas dari BAB sembarangan, serta mencapai pilar-pilar STBM lainnya. Untuk mencapai suatu kondisi masyarakat Sanitasi Total, setiap rumah tangga perlu melaksanakan perilaku higiene yang merupakan kunci untuk menjaga kesehatan, produktivitas, dan kesejahteraan masyarakat secara lebih luas. Seiring dengan harus terjadinya internalisasi dan terlembagakannya ketiga komponen di atas, maka yang harus dilakukan adalah meningkatkan kapasitas daerah dan membangun konsensus bersama sehingga kabupaten/kota dapat merencanakan bagaimana mereka bisa menjadi mencapai kondisi ODF/SBS. Tahap berikutnya adalah melanjutkan untuk mencapai Sanitasi Total, sebagaimana gambar tangga perubahan perilaku berikut ini: 4
  • 14. Gambar 3 Tangga Perubahan Perilaku Tangga Perubahan Perilaku - Visi STBMMasyarakat sudah mempraktekkan perilaku Higiene sanitasi secara permanen (5 pilar STBM) (5 pilar STBM) • Adanya upaya peningkatan kualitas sanitasi • Terjadinya perubahan perilaku higiene lainnya di masyarakat (pilar 2-5) (pilar 2-5) • Adanya pemantauan dan evaluasi • 100% masyarakat sudah berubah perilakunya dengan status SBS (terverifikasi) mengubah • Adanya rencana untuk mengubah perilaku Higiene lainnya • Adanya aturan dari masyarakat untuk menjaga status SBS • Adanya pemantauan dan verifikasi secara berkala • Adanya proses pemicuan • Adanya Komite/”Natural Leaders” • Adanya Rencana Aksi Masyarakat • Adanya Pemantauan terus menerus • Tersedianya supply Sumber : Materi Advokasi STBM - 2012 Dengan pemikiran tersebut, berikut ini adalah naskah Roadmap Percepatan Program STBM 20132015, dengan sistematika penulisan sebagai berikut : • Bab 1 Pendahuluan, berisikan penulisan tentang kenapa STBM diperlukan dalam pembangunan sanitasi berbasis masyarakat di Indonesia, serta sistematika penulisannya. • Bab 2 Roadmap Percepatan STBM, Apa dan Mengapa, berisikan tulisan pengertian dan prinsip dasar penyusunan roadmap. • Bab 3 Dasar Pertimbangan Penyusunan Roadmap Percepatan STBM, berisikan tulisan target pembangunan sanitasi nasional, target MDGs, Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2010–2014, program PPSP, serta kondisi eksisting program AMPL. • Bab 4 Tinjauan status pencapaian STBM, berisikan tulisan tentang pelaku STBM, pencapaian STBM, pembelajaran dan potensi, serta permasalahan utama STBM. 5
  • 15. • Bab 5 Roadmap Percepatan STBM 2013-2015, berisikan tulisan target, analisis gap capaian dan target Roadmap Percepatan STBM 2013-2015, isu strategis, tujuan strategis, sasaran strategis, kebijakan, program dan kegiatan strategis STBM 2013-2015. • Bab 6 Prioritasi Pelaksanaan Kegiatan Strategis Roadmap Percepatan STBM 2013 – 2015, berisikan tulisan prioritasi pelaksanaan kegiatan strategis, prioritas kegiatan strategis tahun pertama (tahun 2013), prioritas kegiatan strategis tahun kedua (tahun 2014), prioritas kegiatan strategis tahun ketiga (tahun 2015) serta serta pemantauan dan evaluasi. • Bab 7 Estimasi Kebutuhan dan Identifikasi Sumber Pendanaan untuk Pelaksanaan Roadmap Percepatan STBM 2013-2015, berisikan tulisan tentang estimasi dan identifikasi sumber pendanaan STBM 2013-2015 • Bab 8 Penutup, berisikan tulisan penutup yang menjelaskan betapa pentingnya melakukan percepatan STBM agar kita sampai pada target RPJMN 2014 dan MDGs 2015. 6
  • 16. Bab Dua Roadmap Percepatan STBM, Apa dan Mengapa 2.1. Pengertian Roadmap Percepatan STBM 2013-2015 Secara harfiah, roadmap dapat diartikan sebagai peta penentu, penunjuk arah atau peta jalan menuju target sasaran. Roadmap merupakan sebuah dokumen rencana kerja rinci yang mengintegrasikan seluruh rencana dan pelaksanaan program serta kegiatan dalam rentang waktu tertentu. Dalam pelaksanaan program STBM, roadmap dapat digunakan sebagai alat bantu untuk melangkah dan mengukur pencapaian kinerja serta pemantauan dan evaluasi terhadap target sasaran. Sebagaimana lazimnya, informasi minimal yang dijelaskan dalam roadmap adalah tahapan atau aktivitas-aktivitas yang harus dilakukan seperti: gambaran kondisi yang terjadi saat ini (data kondisi eksisting tahun tertentu), target 7
  • 17. capaian/hasil, kegiatan apa yang harus dilakukan, siapa pelaksana dan penanggungjawab, dukungan apa yang dibutuhkan, serta anggaran yang diperlukan. STBM dalam pelaksanaannya, di awal banyak menyentuh daerah perdesaan, sekarang sudah mulai banyak dicobakan pendekatannya di kawasan perkotaan. Secara harfiah, percepatan dapat diartikan sebagai akselerasi, atau usaha yang dilakukan secara sadar untuk membuat sesuatu bergerak dengan lebih cepat. Percepatan yang dimaksud disini adalah upaya yang harus dilakukan secara sadar untuk lebih mempercepat pelaksanaan STBM di daerah. Hal-hal yang dapat menjadi pendorong antara lain : (1) Pemberdayaan masyarakat, terutama kepada masyarakat miskin potensial sasaran STBM, serta (2) Peningkatan investasi berupa peningkatan pengeluaran pemerintah daerah, khususnya dalam rangka terjadinya proses pemberdayaan masyarakat sehingga terjadi proses perubahan perilaku di tingkat masyarakat. Tahun 2013 – 2015, adalah tahun kritis Indonesia dalam rangka mencapai target pembangunan jangka menengah yang berakhir tahun 2014, serta dalam rangka mencapai target MDGs yang berakhir tahun 2015. Sehingga roadmap untuk percepatan STBM ini disusun sesuai dengan berakhirnya tahun pencapaian kedua target tersebut diatas, yaitu tahun 2013 – 2015. 2.2. Prinsip dasar penyusunan roadmap percepatan program STBM Roadmap percepatan program STBM disusun sesuai dengan prinsip dasar yakni : (a) Jelas (mudah dipahami dan dapat dilaksanakan); (b) Ringkas dan terukur (meliputi jenis program, kegiatan, target capaian, waktu pelaksanaan termasuk indikator output dan outcome); (c) Adjustable (mengakomodasi umpan balik dan perbaikan-perbaikan yang diperlukan); (d) Komitmen (merupakan kesepakatan bersama yang memberikan gambaran kesadaran akan tanggungjawab yang harus diselesaikan); dan (e) Berfungsi sebagai dokumen resmi. 8
  • 18. Bab TIGA Dasar pertimbangan penyusunan Roadmap Percepatan STBM 2013 - 2015 Penyusunan roadmap percepatan program STBM didasari oleh upaya mendukung program Pemerintah dalam menurunkan angka diare dan penyakit yang berbasis lingkungan lainnya. Secara rinci dokumen ini disusun atas pertimbangan beberapa hal, yaitu: (i) Target pembangunan sanitasi jangka menengah nasional tahun 2010-2014; (ii) Kesepakatan Internasional terkait air minum, sanitasi dan higiene yang tercantum dalam kesepakatan Millenium Development Goals (MDGs); (iii) Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan 2010-2014; (iv) Program nasional Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman; dan (v) Kondisi eksisting program AMPL. Masing-masing target di atas, baik pada tingkat nasional maupun internasional, berangkat dari pemikiran yang sama, yaitu dampak dari buruknya perilaku dan kondisi sanitasi yang mengancam berbagai aspek kehidupan, mulai dari kesehatan, pendidikan, sampai pada aspek ekonomi. Masing-masing target pada dasarnya mencanangkan perlunya perubahan signifikan dalam pendekatan pembangunan sanitasi. Berikut ini paparan singkat terkait dengan target dimaksud: 3.1. Target Pembangunan Sanitasi Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014 Dalam kurun waktu 2010-2014, pemerintah Indonesia telah menegaskan komitmennya dalam pembangunan sanitasi dengan mencanangkan beberapa target penting dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 Bidang Permukiman dan Perumahan. Beberapa target penting terkait STBM adalah sebagai berikut: 9
  • 19. a) Terwujudnya kondisi Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS) nasional pada akhir tahun 2014, baik di perkotaan maupun di perdesaan melalui pemicuan perubahan perilaku BABS dengan target sesuai Renstra 2010-2014 di masing-masing Kementerian/Lembaga; b) Tersedianya akses terhadap pengelolaan sampah bagi 80% rumah tangga pada tahun 2014;  c) Menurunnya luas genangan sebesar 22.500 Ha di 100 kawasan strategis perkotaan. 3.2 Target MDGs   Kesepakatan internasional MDGs secara umum ditujukan untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat di berbagai belahan dunia. Salah satu tujuan dari kesepakatan MDGs adalah menjamin keberlanjutan lingkungan, dimana salah satu sasaran utamanya mengurangi separuh dari proporsi penduduk yang belum memiliki akses terhadap air minum dan sanitasi dasar (Tujuan 7 target 10). Target tersebut sangat terkait dengan pelaksanaan 5 pilar STBM. Target akses dan sanitasi dasar untuk Indonesia, tergambar dalam tulisan boks di bawah ini. Gambar 4 Target MDGs Terkait Air dan Sanitasi Sumber : Peta Jalan Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium di Indonesia Tahun 2010 3.3. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2010-2014 Di dalam Renstra Kementerian Kesehatan 2010–2014 ditetapkan 8 fokus prioritas pembangunan kesehatan. Beberapa diantaranya adalah: (i) Pengendalian penyakit menular; (ii) Pengendalian penyakit tidak menular; dan (iii) Penyehatan lingkungan. Program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan, salah satu indikator utama pencapaian sasaran pada tahun 2014 adalah jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) sebanyak 20.000 desa/kelurahan. Sedangkan indikator untuk kegiatan penyehatan lingkungan adalah: (i) Meningkatnya persentase penduduk yang menggunakan jamban sehat dari 64% pada tahun 2010 menjadi 75% pada tahun 2014; (ii) Meningkatnya persentase penduduk stop BABS dari 71 persen pada tahun 2010 menjadi 100 persen pada tahun 2014; dan (iii) Meningkatnya persentase provinsi yang memfasilitasi penyelenggaraan STBM dari 18 persen pada tahun 2010 menjadi 100 persen pada tahun 2014. 10
  • 20. 3.4. Program Nasional Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Pada dasarnya target dari kesepakatan MDGs sejalan dengan target rencana RPJMN 2010-2014 maupun target Renstra Kementerian Kesehatan 2010–2014. Untuk dapat  mencapai target tersebut, penting untuk dikembangkan strategi yang dapat menjadi acuan dalam melaksanakan pembangunan sanitasi di Indonesia paling tidak selama 5 tahun ke depan. Terkait  dengan kebutuhan tersebut, pemerintah Indonesia melalui Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL) dari sektor terkait sanitasi telah mengembangkan program nasional Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Program nasional PPSP ini bertujuan memfasilitasi kabupaten/kota dalam pengembangan strategi sanitasi di seluruh kabupaten dan kota (SSK) maupun MPSS di Indonesia sampai pada tahun 2014. Diharapkan melalui dokumen perencanaan tersebut, setiap kabupaten/kota dapat mengetahui daerah area beresiko sanitasi sesuai dengan tingkatannya. Dalam pelaksanaannya program PPSP bersinergi dengan program nasional STBM untuk mengatasi permasalahan sanitasi permukiman di Indonesia, baik di perdesaan maupun perkotaan. Untuk menentukan lokasi pelaksanaan pendekatan Berbasis Masyarakat, STBM harus muncul dalam MPSS agar mendapatkan pembiayaan, sesuai dengan skema pendekatan pengelolaan air limbah permukiman di bawah ini: Gambar 5 Pendekatan Dalam Pengelolaan Air Limbah Permukiman Sumber: STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN, Handy B. Legowo, Subdit. Pengembangan Air Limbah, Direktorat Pengembangan PLP, Kementrian Pekerjaan Umum, Oktober 2010. 11
  • 21. 3.5. Kondisi eksisting program AMPL Dari hasil perhitungan BPS tahun 2010, diketahui bahwa data nasional pada tahun 2009 untuk cakupan pelayanan air minum adalah sebagai berikut: (1) (2) (3) Perkotaan dan Perdesaan sebesar 47,71% (110,39 juta jiwa); Perkotaan sebesar 49,82% (62,48 juta jiwa); dan Perdesaan sebesar 45,72% (48,45 juta jiwa). Hal ini berarti masih diperlukan sekitar 22,29% lagi untuk mencapai target 70% sebagaimana tercantum pada RPJMN Tahun 2010-20141. Sedangkan untuk mencapai target pada MDGs 20152, masih dibutuhkan 21,16% untuk perkotaan dan perdesaan, atau 25,47% untuk perkotaan dan sebesar 20,69% untuk target perdesaan. Untuk cakupan akses sanitasi, berdasarkan Susenas Triwulan I Tahun 2012, baru mencapai 56,24%. Lihat grafik berikut ini: Grafik 1 Akses Sanitasi Layak Berkelanjutan Sumber : BPS, Kor Susenas 2008 - 2013 (Triwulan I) 1 Target RPJMN Tahun 2010-2014. Adalah sebesar 70% penduduk terlayani air minum (32% perpipaan dan 38% non-perpipaan terlindungi). 2 Target pada MDGs 2015, adalah: (1) Perkotaan dan perdesaan sebesar 68,87% (170,54 juta jiwa); (2) Perkotaan sebesar 75,29% (110,74 juta jiwa); dan Perdesaan: 65,81% (66,16 juta jiwa). 12
  • 22. Sedangkan untuk data air minum layak berkelanjutan, dapat dilihat grafik berikut ini: Grafik 2 Akses Air Layak Berkelanjutan Sumber : BPS, Kor Susenas 2008 - 2013 (Triwulan I) 13
  • 23. Dari dua tabel tadi, secara keseluruhan untuk akses Air Minum dan Sanitasi Layak, sesuai dengan target dan indikator di atas, tergambarkan dalam skema di bawah ini: Gambar 6 Rangkuman Target Air Minum Layak Berkelanjutan Program STBM dengan lima pilar unggulannya, jelas akan memiliki andil yang cukup strategis dalam upaya menuju target RPJMN AMPL 2010–2014 yang diterjemahkan ke dalam Kontrak Kinerja Menteri Kesehatan Indikator Prioritas Nasional Rencana Kerja pembangunan 2011-2012, maupun target MDGs 2015. Hal ini dikarenakan kondisi sanitasi buruk yang terjadi di Indonesia bukan hanya karena bersumber dari penyediaan sarana air dan sanitasi saja melainkan terintegrasi dengan perilaku buruk higiene masyarakat termasuk diantaranya kebiasaan tidak mencuci tangan pakai sabun. 14
  • 24. Bab Empat Tinjauan Status Pencapaian STBM 4.1 Peta Pelaku STBM Telah diketahui bahwa sampai saat ini pengelolaan program STBM dilakukan oleh banyak pihak, misalnya melalui model: (i) Kerjasama antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Lembaga non Pemerintah; (ii) Kerjasama antara Pemerintah Daerah dengan sejumlah mitra kerjanya; (iii) Inisiatif dari Pemerintah Daerah sendiri dan atau karena dorongan dan fasilitasi lembaga non pemerintah. 15
  • 25. Dengan model tersebut di atas, mitra (pelaku) kerja sekretariat STBM pada saat ini adalah : Tabel 1 Pelaku STBM di Indonesia tahun 2012 No Mitra Kegiatan Lokasi A. Dukungan proyek 1. Pamsimas Implementasi pilar 1 dan 2 2. ICWRMP Implementasi pilar 1 dan 4 115 kabupaten/kota di 15 provinsi di Indonesia Jawa Barat 3. MCC Gizi dan sanitasi Calon lokasi: Jabar, Jateng, NTB, NTT, Sulbar, Gorontalo, Maluku, Sulawesi Utara, Banten, Kalimantan Barat, Sumatera Selatan 4. APBN Direktotorat Penyehatan Lingkungan Kementrian Kesehatan Tugas Perbantuan dan Dekon Penyehatan Air Minum dan Sanitasi Dasar Seluruh provinsi di Indonesia B. Dukungan mitra kerja 1 Pokja AMPL Nasional Water and Sanitation Program (WSP) Dukungan data dan informasi 3 USAID Memberi dukungan kepada beberapa proyek High Five, IUWASH 4 AusAID 5 Waspola Facility Memberi dukungan kepada beberapa proyek Memberi dukungan pengembangan kapasitas dalam rangka pengembangan kebijakan 6 WHO Memberi dukungan kepada beberapa proyek Waspola Facility Sesuai permintaan pemerintah pusat dan daerah Uji coba lapangan RPAM tingkat konsumen di Jawa Tengah, Jawa Timur & NTT 7 WASH Plan Indonesia Implementasi 8 WASH Unicef Implementasi 9 High Five Implementasi STBM Perkotaan 10 11 Mercy Corps IUWASH 12 Simavi Implementasi STBM Perkotaan Implementasi Mendukung kepada beberapa proyek Plan Indonesia dan beberapa LSM lokal 13 Wahana Visi Indonesia Implementasi 14 15 16 CD Bethesda Yayasan Rumsram Yayasan Dian Desa Yayasan Pembangunan Citra Insan Indonesia (YPCII) Implementasi Implementasi Implementasi Aceh, Kalbar, Jakarta, Surabaya, Sumut, NTT NTT & Papua NTT Implementasi Jawa Barat & Papua YMP - NTB Implementasi Lotim NTB 2 17 18 16 Implementasi melalui TSSM 1,5 Seluruh daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan NTB Jawa Tengah, NTB dan NTT Aceh, NTT, Sulawesi Selatan, Maluku,Papua Medan, Surabaya dan Makassar Jakarta Jabar, Sumut, Jatim NTT, Papua dan NTB
  • 26. No Mitra Kegiatan Lokasi 19 Bali Focus Tad Tad 20 21 Yayasan Pelita Indonesia Care Indonesia Tad Implementasi Tad NTT Sumber : Sekretariat STBM, 2012 Secara nasional, saat ini pelaksanaan STBM sudah berkembang sebagaimana peta berikut ini : Gambar 7 Wilayah Kerja Pelaku STBM di Indonesia Tahun 2012 Sumber : Sekretariat STBM, 2012 17
  • 27. 4.2 Pencapaian STBM Sejak dicanangkan pada September 2008, STBM yang asalnya hanya berbicara tentang Stop Buang Air Besar Sembarangan berkembang menjadi 5 pilar. Berikut ini adalah beberapa gambaran tentang apa yang sudah dicapai : Tabel 2 Indikator Program Prioritas Penyehatan Lingkungan Sumber: Direktorat Penyehatan Lingkungan Kementrian Kesehatan, Perkembangan STBM Nasional dan Refleksi Program sebelumnya, disampaikan pada : Pelatihan STBM Provinsi Lampung Bandar Lampung, 18-21 Juni 2012 7.4 Program/ Kegiatan Prioritas P e n y e h a t a n Lingkungan Tahun 2010 Tahun 2011 2012 (Triwulan I) 1. Persentase penduduk yang memiliki akses terhadap air minum berkualitas No Target, 62 Capaian, 45,1 (70,2%) Target, 62,5 Capaian, 44,2 (70,7%) Target, 63 Capaian, 41,66 (66,13%) 2. Persentase kualitas air minum yang memenuhi syarat Target, 85 Capaian, 86,46 (101,7%) Target, 64 Capaian, 55,5 (86,7%) Target, 90 Capaian, 90,8 (100,9%) Target, 67 Capaian, 55,5 (82,9%) Target, 95 Capaian, 90,8 (95,6%) Target, 69 Capaian, 54,26 (78,68%) Target, 2.500 Capaian, 2510 (100,4%) Target, 5.500 Capaian, 6.235 (113,4%) Target, 11.000 Capaian, 6.637 (60,33%) Indikator 3. Persentase penduduk yang menggunakan jamban sehat 4. Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat STBM Sumber : Direktorat Penyehatan Lingkungan 2012 Terlihat bahwa pada tahun 2010-2011, kita belum mampu memenuhi target akses masyarakat terhadap air minum berkualitas dan jamban sehat, secara detail sesuai dengan hasil Susenas oleh BPS tahun 2010, sebagaimana yang tercantum pada butir tulisan 3.5 kondisi eksisting program AMPL. Untuk air minum baru sekitar 70% dari target, sedangkan untuk sanitasi sekitar 80% dari target. Untuk memperjelas dapat dilihat pula peta persentase jumlah penduduk yang telah menggunakan jamban sehat pada tahun 2010 berikut ini: Gambar 8 Persentase Penduduk Yang Menggunakan Jamban di Indonesia 18 Sumber : Direktorat Penyehatan Lingkungan 2012
  • 28. Terlihat hanya 8 provinsi dengan persentase penduduk menggunakan jamban sehat di atas rata rata nasional (55,5%). Kondisi ini sesuai dengan grafik tentang kondisi sarana sanitasi per-provinsi seperti berikut ini: Grafik 3 Kondisi Sarana Sanitasi Provinsi di Indonesia Tahun 2010 Sumber : Riskesdas Tahun 2010 Hanya provinsi DKI Jakarta yang dinyatakan tidak memiliki masyarakat berperilaku buang air besar sembarangan, ini dengan asumsi bahwa masyarakat yang sarana sanitasinya unimproved memang kondisi sarananya benar-benar layak/sehat. Jika tidak, ini artinya masih banyak upaya yang harus kita lakukan dalam membangun perilaku higiene masyarakat. Melalui STBM, selain Stop BABS, diharapkan perilaku higiene masyarakat meningkat dengan kebiasaan CTPS, mengkonsumsi air dan makanan sehat, mengelola sampah dengan benar serta limbah cair secara aman. Untuk itu mendokumentasikan berbagai pembelajaran yang sudah terjadi di Indonesia dengan pengelolaan pengetahuan menjadi sangat penting dalam rangka Percepatan Pencapaian STBM, sebagai upaya strategis untuk pencapaian target RPJMN 2014 maupun MDGs 2015. Melihat grafik di atas maka diperlukan strategi: (1) Mempertahankan kelompok masyarakat yang sudah Stop BABS dan menggunakan jamban sehat pribadi/komunal agar tidak kembali ke perilaku OD; (2) Mendampingi masyarakat yang sudah Stop BABS dengan mengakses jamban tetangga untuk segera memiliki jamban dan mempertahankan perilakunya agar tidak kembali ke OD; (3) Meningkatkan kualitas jamban masyarakat dan mempertahankan perilakunya agar tidak kembali OD; serta (4) Melakukan pemicuan bagi masyarakat yang masih OD untuk segera mengubah perilaku (Stop BABS), menggunakan jamban serta mempertahankan perilakunya agar tidak kembali OD. 19
  • 29. Kondisi eksisting perkembangan program STBM pada empat tahun terakhir ini, sosialisasi dan pelaksanaan Program STBM terus dilakukan dan hasilnya pun sudah menunjukkan angka yang signifikan. Sampai akhir tahun 2012 sudah sebanyak 241 kabupaten/kota dan 2.519 kecamatan telah mensosialisasikan dan menerapkan program STBM sehingga diperoleh 11.165 desa/kelurahan intervensi program STBM. Untuk 260 kabupaten/kota lainnya masih dalam proses upaya sosialisasi. Apabila kita melihat jumlah desa/kelurahan di Indonesia yang sebanyak 76.655 desa/kelurahan – menurut Kodepos Indonesia Tahun 2013 – maka angka tersebut baru mencapai 14,56%. Sedangkan menurut Menteri Dalam Negeri pada tahun 2013 jumlahnya desa/kelurahan adalah 77.465 (Kompas 7 Februari 2013), sehingga capaiannya sekitar 14,41 %. Grafik 4 Jumlah Desa/kelurahan dan Desa/kelurahan Intervensi STBM Provinsi di Indonesia Tahun 2013 Sumber: Data Olahan Desa/kelurahan STBM di Indonesia tahun 2012 dan Jumlah Desa/Kelurahan menurut Kodepos Indonesia Tahun 2013 Terlihat ada 3 provinsi dengan jumlah desa/kelurahan banyak, sekitar 6.000–di atas 8.000 desa/kelurahan – termasuk jumlah penduduknya tinggi, yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Sumatera Utara. Tiga provinsi ini yang harus menjadi perhatian utama. Tiga provinsi lainnya yang jumlah desa/kelurahannya 3.000–6.000 tetapi penduduknya menengah adalah Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Nanggro Aceh Darussalam. Sedangkan Papua jumlah desa/kelurahannya di atas 3.000, tetapi lokasinya menyebar dan jumlah penduduknya rendah. 20
  • 30. 4.3 Pembelajaran dan potensi Dari Lokakarya “Menemukan Strategi Perluasan Pelaksanaan Program STBM di Indonesia”, di Bogor pada tanggal 7–11 Agustus 2012 diperoleh beberapa pembelajaran yang bila dirangkum sesuai dengan komponen program STBM, dapat dilihat sebagai berikut: 4.3.1 Pembelajaran dan usulan untuk pemerintah pusat Tabel 3 Pembelajaran dan Usulan untuk Pemerintah Pusat Peningkatan kebutuhan sanitasi Advokasi : 1. Materi promosi untuk KIE dan pelatihan 2. Advokasi peningkatan demand untuk pengambil keputusan Kelembagaan : 3. Petunjuk Teknis dan Panduan peningkatan demand 4. TOT fasilitator provinsi 5. Pemetaan kinerja STBM daerah Penganggaran : 6. Anggaran untuk peningkatan demand Implementasi : 7. Titik kritis setelah ODF selama 4 bulan, apakah dia akan kembali ke kondisi awal, oleh karena itu, kenyamanan perlu diperhatikan, diperlukan pemahaman tangga sanitasi, dan disinilah peran Pemda untuk mencapai jamban yang sehat dan nyaman Monitoring & evaluasi : 8. Pemantauan hasil pemicuan dan pendampingan masyarakat Peningkatan penyediaan sanitasi Kelembagaan : 1. Kerja sama dengan program Penyediaan sarana sanitasi umum : IPAL komunal, pengelolaan sampah, instalasi air minum dan sanitasi sekolah 2. Pengembangan Asosiasi Pengusaha Sanitasi 3. Pengembangan jejaring supply 4. Peningkatan sumber daya : Pelatihan tukang & pengusaha sanitasi, pendampingan, coaching, konseling 5. Buku Panduan Pemasaran Sanitasi Implementasi : 6. Peningkatan opsi teknologi sanitasi : jamban murah terjangkau, jamban kering (ecosan), jamban tepat guna, bekerja sama dengan Litbang, akademisi maupun NGO 7. Pengembangan potensi pasar : website, toma, media cetak dan audio video 8. Informasi kebutuhan pengusaha sanitasi masing masing daerah Pendanaan : 9. Alokasi dana pusat fokus kepada pengembangan kapasitas. Contoh Dekon Cipta Karya untuk Pelatihan Tukang & Pengusaha Sanitasi 10. Kerja sama dengan mitra : CSR, Koperasi, BPR untuk permodalan bagi pengusaha sanitasi Peningkatan lingkungan yang kondusif Advokasi : 1. Re-sosialisasi STBM ke seluruh level secara efektif 2. Advokasi kepada sesama program untuk menyelesaikan masalah subsidi dan non subsidi; oleh karena itu perlu bukti bahwa STBM itu efektif 3. Pengarusutamaan STBM lewat media nasional, baik media cetak, maupun elektronik. 4. Penggunaaan media Televisi untuk promosi interaktif, dengan menggunakan icon, untuk itu diperlukan konsolidasi anggaran advokasi dan promosi nasional untuk semua media, sebagaimana yang dilakukan BKKBN 5. Karena menyentuh langsung Rumah Tangga, perlu diadakan kompetisi antar kepala daerah karena dalam Pemilukada vote dilakukan secara individual 6. Revisi indikator Standard Pelayanan Minimum dengan memasukkan STBM sebagai salah satu indikator 7. Diperlukan kesadaran tentang sanitasi, untuk memunculkan investasi. Karena terbangun kesadaran, maka ada prioritas, perhatian pada efektifitas, baru kemudian terjadi alokasi anggaran Kelembagaan : 8. Penyusunan Peraturan Pemerintah (PP) spesifik tentang STBM 9. Perlu sinergi dengan Promosi Kesehatan 10. Memanfaatkan AKKOPSI dengan anggota 118 bupati/walikota (ke depan akan berjumlah 226) yang sedang berupaya agar alokasi anggaran sanitasi meningkat sekitar 2% 11. STBM diusahakan menjadi indikator dari program-program nasional lainya seperti; Adipura, Kota/Kabupaten Sehat, Kota/Kabupaten Layak Anak, Desa/kelurahan Siaga dll 12. Surat Edaran Menteri Kesehatan/ Dirjen P2PL untuk penggunaan dana BOK dengan target ODF 1 desa/kelurahan/1 puskesmas/ tahun. Dengan perhitungan bahwa jumlah Puskesmas di Indonesia adalah 8.931, berarti dalam setahun minimum capaian ODF adalah 8.931 desa/kelurahan. Dengan demikian akan tercapai target tidak saja Desa/kelurahan STBM tetapi desa/kelurahan ODF 20,000 desa/kelurahan di Indonesia 13. Menyediakan sistem yang efektif untuk pelaksanaan, monitoring dan evaluasi pasar sanitasi, serta penyediaan trainer untuk membantu Provinsi yang sudah siap mengadopsi pasar sanitasi Perencanaan : 14. Penyusunan Roadmap STBM Nasional 2013-2015 Penganggaran : 15. STBM harus mendapatkan pos yang jelas dalam PPSP, termasuk sanitasi sekolah, serta memanfaatkan dana pendidikan 20% 16. Pengaturan dan penyusunan sistem yang efektif terhadap keikutsertaan sektor swasta dalam membantu modal awal kepada pengusaha sanitasi Monitoring & Evaluasi : 17. Penyusunan sistem dan teknis pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi yang efektif 21
  • 31. 4.3.2 Pembelajaran dan usulan untuk pemerintah provinsi Tabel 4 Pembelajaran dan Usulan untuk Pemerintah Provinsi Tahun 2013-2015 Peningkatan kebutuhan sanitasi Advokasi : 1. Advokasi kepada DPRD, kabupaten/ kota, swasta 2. Melakukan kompetisi sebagai bagian dari pemicuan Anggaran : 3. Anggaran untuk peningkatan demand Kelembagaan : 4. ToT fasilitator kabupaten 5. Penggandaan materi KIE dan pelatihan untuk peningkatan demand 6. Pedoman sesuai kearifan lokal 7. Memanfaatkan mahasiswa yang KKN dengan kegiatan pemicuan Implementasi : 8. Expose jamban yang sudah dibangun oleh wirausaha sanitasi untuk kepentingan promosi peningkatan demand 9. Mendramatisir deklarasi ODF akan memicu desa/ kelurahan atau kecamatan lainnya 22 Peningkatan penyediaan sanitasi Peningkatan lingkungan yang kondusif Implementasi : 1. Riset pasar sanitasi 2. Peningkatan opsi teknologi sanitasi : jamban murah terjangkau, jamban kering (ecosan), jamban tepat guna, bekerja sama dengan Litbang, akademisi maupun NGO, termasuk penyebarluasan pilihan opsi sanitasi model jamban yang murah 3. Pengembangan potensi pasar : website, toma, media cetak dan audio video 4. Informasi kebutuhan pengusaha sanitasi masing-masing daerah 5. Pengembangan wirausaha sanitasi akan membuat “little winner”, usaha-usaha kecil tetapi banyak dan hasilnya meyakinkan. Misal di Jawa Timur dari sekitar 20 wirausaha sanitasi ada tambahan sekitar 40-50 jamban baru per hari 6. Informasi penjualan bahan bangunan dengan tetap memperhatikan kearifan lokal Kelembagaan : 7. Kerja sama dengan mitra : CSR, Koperasi, BPR: Permodalan bagi pengusaha sanitas 8. Kerjasama program : penyediaan sarana sanitasi umum : IPAL komunal, pengelolaan sampah, instalasi air minum dan sanitasi sekolah 9. Pengembangan Asosiasi Pengusaha Sanitasi 10. Pengembangan jejaring supply 11. Sinergi dan integrasi dengan Dinas Koperasi serta pemangku kepentingan lainnya untuk pengembangan wirausaha sanitasi 12. Peningkatan sumber daya 13. Pelatihan tukang & pengusaha sanitasi 14. Pendampingan, coaching, konseling 15. Buku Panduan Pemasaran Sanitasi Advokasi : 1. Re-sosialisasi STBM ke kabupaten secara efektif 2. Deep advocacy memberikan dukungan kepada Bupati/Walikota sangat penting, sesuai PP 38, sanitasi menjadi tanggung jawab daerah 3. Pengarusutamaan STBM melalui media di provinsi, baik media cetak maupun media elektronik, termasuk memanfaatkan semua event yang memungkinkan untuk promosi STBM 4. Kompetisi antar kabupaten tentang STBM seperti event Otonomi Award dengan Jawa Pos Group di Jawa Timur, termasuk kompetisi antar Kecamatan : Camat Award 5. Reward untuk daerah ODF seperti contoh yang dilakukan NTB 6. Terus memberikan pendampingan, motivasi, advokasi, fasilitasi terhadap Kabupaten/kota Kelembagaan : 7. Penyusunan Pergub AMPL dan atau PERDA AMPL sebagai payung hukum, dimana secara spesifik STBM disebutkan sebagai pendekatan dari perubahan perilaku dengan nilai-nilai non subsidi, partisipatori, dll 8. Kolaborasi dengan PKK: STBM dimasukkan indikator lomba lingkungan sehat, memanfaatkan jejaring PKK 9. Bekerja sama dengan akademisi: memasukkan kurikulum tentang STBM, pelatihan teknis, topik karya tulis/skripsi 10. Sinergi dan mendapatkan dukungan lintas sektor melalui Pokja Sanitasi Provinsi & Pokja AMPL di Kabupaten/Kota 11. Kesepakatan lintas sektor pengelolaan sanitasi, untuk STBM (Sanitasi Perdesaan) di bawah koordinasi Dinas Kesehatan sedangkan Sanitasi Perkotaan (PPSP) dikoordinasikan di bawah Dinas PU 12. Sinergi dengan SLBM untuk opsi jamban dengan lahan terbatas 13. Sinkronisasi dengan Desa/kelurahan Siaga: STBM sebagai bagian dari Desa/ kelurahan Siaga, Desa/kelurahan Siaga dimulai dari pemanfaatan potensi Desa/ kelurahan menjadi Desa/kelurahan Sehat menuju Kota Sehat 14. Program Kota Sehat sebagai entry point dari wilayah ODF, 15. Melatih mahasiswa tentang CLTS untuk bahan praktik KKN 16. Sinergi dengan UKS: pemicuan sekolah masuk sebagai bagian kegiatan UKS 17. Promkes untuk sosialisasi, PHBS, CTPS, dlsb 18. Memanfaatkan Infolinbangkes terkait website untuk expose data STBM 19. Melaksanakan stakeholder learning review untuk mendapatkan best practice 20. Di tingkat Provinsi sebaiknya memiliki Tim Trainer CLTS Perencanaan : 21. Menyusun Perencanaan dengan target untuk 3 tahun sampai tahun 2015 22. Tertuang dalam RPJMD & Renstra SKPD terkait tingkat Provinsi, sehingga mendapatkan dukungan kebijakan, akan memposisikan Sanitasi (STBM) sebagai salah satu program prioritas. Penganggaran : 23. Dukungan anggaran dari APBD Provinsi Jatim untuk: (a) pelatihan fasilitator kabupaten/kota, (b) pengenalan pasar sanitasi kepada kabupaten/kota, (c) diteruskan atas inisiatif kabupaten/kota, (d) upaya pengikutsertaan pihak akademi/universitas dalam membantu capaian STBM, misal dalam ikut melatih mahasiswa tentang proses pemicuan sebelum KKN (masuk dalam kurikulum pelatihan KKN), (e) peningkatan kapasitas staff dalam upaya Monitoring dan Evaluasi 24. Anggaran kegiatan STBM provinsi diupayakan mempunyai nomor rekening tersendiri atau punya MAK, sebagaimana pengalaman Jawa Timur 25. Penyediaan dana Lintas Sektor: Pemanfaatan Koperasi Wanita dari Dinas Koperasi untuk modal kredit jamban, Pemanfaatan dana CSR untuk pengadaan kloset, pelat pembuatan kloset, maupun pemicuan Monitoring & evaluasi : 26. Monitoring dan evaluasi berkelanjutan
  • 32. 4.3.3 Pembelajaran dan usulan untuk kabupaten/kota Tabel 5 Pembelajaran dan Usulan untuk Kabupaten/Kota Peningkatan kebutuhan sanitasi Peningkatan penyediaan sanitasi Peningkatan lingkungan yang kondusif Advokasi : 1. Kepemilikan jamban sehat menjadi bagian dari syarat nikah dan naik haji 2. Beri Puskesmas dengan “mainan” yang menantang, misal setiap Puskesmas minimal 1 Desa/kelurahan ODF/tahun dengan menggunakan BOK. STBM dapat masuk ke menu Kesehatan Lingkungan Kelembagaan : 3. PHBS dan STBM menjadi kurikulum di sekolah 4. Memperbanyak fasilitator melalui Pelatihan Fasilitator Pemicuan Perencanaan : 5. Memetakan wilayah sesuai dengan klasifikasi kinerja STBM perkecamatan atau puskesmas Implementasi : 6. Semua pihak menyadari dan menemukan titik masuk pelaksanaan STBM, misalnya sampah sebagai masalah utama, 3 R dikelola karena mempunyai nilai ekonomi 7. Mendramatisir deklarasi ODF akan memicu desa/kelurahan/kecamatan lainnya 8. Memanfaatkan gerakan masyarakat dan kearifan lokal, untuk menjelaskan pentingnya PHBS – seperti Gemohing di Lembata 9. Perubahan perilaku dilakukan melalui upaya budaya malu, meningkatkan swadaya, serta bermitra dengan pelaku pembangunan lainnya 10. Memanfaatkan kegiatan Kelompok Masyarakat, seperti pengajian, kebaktian dll 11. Harus memperhatikan kondidi geografis Monitoring & evaluasi : 12. Memelihara komitmen unik untuk mempertahankan ODF baik oleh komunitas maupun pemerintah Advokasi : 1. Kepemilikan jamban ehat menjadi prasyarat: KTP, nikah, IMB, Jamkesmas, Jampersal, Rumah Sehat 2. Mengembangkan media promosi, termasuk dari mulut ke mulut Kelembagaan : 3. Kerja sama dengan mitra: CSR, Koperasi, BPR untuk permodalan bagi pengusaha sanitasi 4. Kerja sama program untuk Penyediaan sarana sanitasi umum : IPAL komunal, pengelolaan sampah, instalasi air minum dan sanitasi sekolah 5. Regulasi dengan memasukkan komponen supply dalam strategi STBM 6. Pengembangan Asosiasi Pengusaha Sanitasi 7. Pengembangan jejaring supply 8. Peningkatan sumber daya : pelatihan tukang & pengusaha sanitasi, pendampingan, coaching, konseling 9. Buku Panduan Pemasaran Sanitasi 10. Pelatihan Kerajinan Sampah Pendanaan : 11. Arisan sebagai salah satu bentuk memunculkan budaya malu untuk pengadaan jamban Implementasi : 12. Expose dan peningkatan opsi teknologi sanitasi : jamban murah terjangkau, jamban kering (ecosan), jamban tepat guna, bekerja sama dengan Litbang, akademisi maupun NGO 13. Pengembangan potensi pasar: website, toma, media cetak dan audio video 14. Informasi kebutuhan pengusaha sanitasi masingmasing daerah Advokasi : 1. Adanya komitmen pimpinan daerah, disertai dengan kesediaan turun ke lapangan, sesuai PP 38, sanitasi menjadi tanggung jawab daerah 2. Re-sosialisai STBM ke kecamatan secara efektif 3. Pengarusutamaan STBM di kabupaten, lewat media baik cetak maupun elektronik, termasuk memanfaatkan semua event yang memungkinkan untuk promosi STBM 4. Mengupayakan keluarnya edaran/ himbauan Walikota/ Bupati tentang penggunaan dana ADD untuk membantu capaian ODF 5. Pengelolaan sampah diupayakan menjadi visi kota, sehingga Bank Sampah menjadi pengelola sampah berbasis masyarakat, dan membantu pemasaran hasil kerajinan sampah 6. Menyedian reward untuk desa/kelurahan ODF Kelembagaan : 7. Adanya kerjasama eksekutif dan legislatif sesuai dengan peran dan fungsinya masing masing 8. Pembuatan PERDA dan PERBUP/PERWALI AMPL yang menyebutkan spesifik STBM sebagai pendekatan perubahan perilaku 9. Pentingnya peran Pokja AMPL sebagai wadah koordinasi pelaksanaan STBM, dimana Bappeda/ Bappeko berperan sebagai SKPD koordinatif; sehingga terjadi sinergi antar SKPD dan pemangku kepentingan lainnya 10. Diperlukan dukungan pemerintah untuk penyusunan sistem pasar sanitasi, pelatihan, termasuk permodalan kepada beberapa pengusaha sanitasi terpilih 11. Memberikan peran kepada NGO dan pemangku kepentingan lainnya dalam pelaksanaan STBM 12. Refreshing fasilitator dan sanitarian Perencanaan : 13. Menyusun Dokumen Perencanaan STBM sebagai arahan pembangunan AMPL untuk memudahkan pemangku kepentingan untuk berperan Penganggaran : 14. Menyediakan dana untuk pelatihan trainer fasilitator kecamatan dan desa/kelurahan Monitoring & evaluasi : 15. Peningkatan kapasitas staf pemerintah dalam sistem dan pelaksanaan Monitoring & Evaluasi 16. Melakukan monitoring dan evaluas secara rutin dan berkelanjutan 23
  • 33. Potensi yang tersedia saat ini masih sangat dimungkinkan untuk memenuhi target RPJMN 2010–2014 dan MDGs 2015. Pada tahun 2011 diketahui ada sejumlah program yang lebih memfokuskan pada AMPL dengan skala besar karena didukung oleh lembaga Donor dan Instansi terkait3 antara lain: 1) Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP); 2) WASH UNICEF; 3) Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM); 4) Metropolitan Sanitation Management and Health Project (MSMHP); 5) Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS); 7) Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM); 8) ICWRMIP; maupun program kerja sama dengan mitra sebagaimana dijabarkan di tabel pelaku STBM. Belum lagi dengan dukungan program STBM melalui Direktorat Penyehatan Lingkungan Kemenkes, maupun insiatif daerah. Perkembangan di daerah diindikasikan dengan masih banyaknya program AMPL dan STBM dengan fokus dan skala yang lebih bervariasi, yang dilaksanakan oleh berbagai institusi (Pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota maupun bekerja sama dengan lembaga non Pemerintah), terkait dengan kebutuhan dan rasa kepedulian. Banyak informasi yang berkembang menyangkut keberhasilan pelaksanaan STBM secara mandiri oleh beberapa pemerintah daerah, apalagi didukung dengan kondisi dimana pembangunan sanitasi tidak seluruhnya dapat dilayani dengan pendekatan berbasis institusi4. 4.4 Permasalahan strategis AMPL dan STBM Sebagaimana ditegaskan di atas bahwa permasalahan sanitasi buruk erat kaitannya dengan perilaku higiene yang tidak baik di 5 pilar STBM. Dampak utama dari sanitasi buruk juga sudah teridentifikasi antara lain: berkembangnya penyakit-penyakit menular melalui air (water borne), polusi sumber air minum, bahkan merembet kepada persoalan kematian, kemiskinan, kinerja dan produktivitas. Sehubungan dengan hal tersebut maka upaya melaksanakan program STBM diharapkan mampu mengatasi berbagai masalah strategis. Permasalahan strategis yang dihimpun Kelompok Kerja Nasional Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (2010)5 terkait air dan sanitasi adalah: Tabel 6 Masalah Strategis AMPL di Indonesia Tahun 2010 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 MASALAH STRATEGIS 22,29% penduduk belum memiliki akses air minum lebih dari 70 juta jiwa belum memiliki akses sanitasi dasar 90% air permukaan tidak layak 85% air tanah tercemar tinja 14,49% saluran drainase mengalir lambat 32,68% rumah tangga tidak memiliki saluran drainase 68% sudah ada pelayanan sanitasi dasar tetapi belum memperhatikan kualitas layanan sanitasi yang aman bagi lingkungan dan kesehatan Potensi kerugian ekonomi 56 Trilyun/tahun sebagai dampak dari 70 juta jiwa belum mendapatkan akses pada sanitasi dasar Angka kejadian diare berpotensi relatif tinggi Kesadaran untuk ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masih rendah Belum ada kerangka kerja pembangunan sanitasi berbasis masyarakat Sudah 228 kabupaten/kota yang mengetahui dan menerapkan program STBM Sumber: RPJMN 2010 – 2014 dan Perhitungan Bappenas 2010. 3 Lembaga Donor dan instansi terkait antara lain: Unicef, Plan, World Vision, High Five, Simavi, Mercy Corps, Yayasan Dian Desa, CD Bethesda, Yayasan Rumsram dll. 4 Kebijakan Nasional Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat telah mendorong pemer- intah daerah untuk memberikan prioritas lebih tinggi pada penyediaan air minum dan sanitasi, dengan memperjelas peran dan tanggung jawab pemerintah daerah kaitannya dengan: (i) perencanaan, penganggaran, dan pembangunan infrastruktur; (ii) pengelolaan sistem air minum dan sanitasi yang layak; dan (iii) perubahan dan pelibatan masyarakat dalam konservasi sumber daya air dan lingkungan. 5 24 Sumber RPJMN 2010 - 2014
  • 34. Asumsi lain terkait dengan permasalahan pengetahuan adalah masih banyak persepsi yang beraneka ragam mengenai filosofi dan strategi STBM. STBM acapkali diidentikkan dengan pendekatan Community-Led Total sanitation (CLTS). Secara konseptual STBM dan CLTS jelas berbeda, walaupun pada tataran pendekatan metodologis banyak kesamaannya. Beberapa permasalahan program STBM yang didapatkan dari berbagai sumber dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 7 Permasalahan Internal dan Eksternal STBM di Indonesia Permasalahan Internal Permasalahan Eksternal 1. Advokasi : • Tidak semua pimpinan daerah berkomitmen penuh terhadap STBM • Belum semua stakeholder mempunyai persepsi yang sama tentang pentingnya sanitasi, sehingga perlu advokasi khusus • Masih ada program yang bertentangan dengan STBM misalnya ada subsidi, menghambat laju STBM 2. Kelembagaan : • Kurang berfungsinya kelembagaan Pokja AMPL, karena ada rangkap tugas dan tanggung jawab, kurang koordinasi, ego sektoral, belum ada evaluasi pencapaian target. • Belum semua daerah memiliki aspek regulasi, Perda dan Perdes STBM. • Belum ada kerangka kerja pembangunan sanitasi Berbasis Masyarakat. • Masih banyak kecamatan dan desa/ kelurahan yang belum membentuk tim STBM serta tidak melibatkan lembaga kemasyarakatan • Sumber daya manusia kabupaten/ kota, kecamatan, dan desa/ kelurahan masih kurang dalam pemahaman STBM, hal ini menghambat pengarus-utamaan perubahan perilaku • Perlu peningkatan kapasitas Pokja AMPL provinsi dan kabupaten/kota, tim fasilitator masih sedikit yang terlatih • Sanitarian puskesmas masih kurang, sanitarian yang ada disibukkan oleh kegiatan non-sanitasi 3. Penganggaran : • Minimnya anggaran sanitasi mulai dari APBD hingga desa/kelurahan dan kecamatan, atau tergantung dengan bantuan CSR perusahan 4. Implementasi : • Kuantitas (seluruh komunitas) dan Kualitas (Penjaminan kualitas) pencapaian target ODF/SBS masih belum seragam 1. Peningkatan lingkungan yang kondusif : • Potensi kerugian ekonomi 56 trilyun/tahun sebagai dampak lebih dari 70 juta jiwa belum mendapatkan akses pada sanitasi dasar • Disparitas akses sanitasi masyarakat menyebabkan lebih dari 70 juta jiwa belum punya akses sanitasi dasar; 90% air permukaan tidak layak; 85% air tanah tercemar tinja; 14,49% saluran drainase mengalir lambat; 32,68% rumah tangga tanpa saluran drainase • Pelayanan sanitasi dasar sebesar 68% belum memperhatikan kualitas yang aman bagi lingkungan dan kesehatan, angka kejadian diare berpotensi masih tinggi • Penyediaan air bersih untuk jamban komunal membutuhkan pengaturan khusus 2. Peningkatan kebutuhan sanitasi : • Sumber air terkontaminasi sampah; selain itu akses air bersih masih sulit/rendah • Daerah berpenduduk besar tantangan targetnya berat, kondisi rumah padat menyebabkan sampah berserakan, penduduk musiman tidak mungkin buat jamban pribadi harus ada jamban umum • Masyarakat masih terbiasa dengan proyek, masih tergantung dengan subsidi dan bantuan fisik perusahaan • Kesadaran untuk PHBS dan STBM masih rendah; masyarakat masih menganggap BABS sebagai sesuatu yang tidak salah, buang sampah di sungai dianggap sebagai warisan budaya • Partisipasi masyarakat masih rendah, sehingga perlu penyegaran kembali • Pembangunan jamban bukan prioritas dalam pengeluaran rumah tangga • Kondisi alam kurang mendukung, rawan genangan, air tanah dangkal, daerah kepulauan, curah hujan tinggi menyebabkan banjir, pembangunan sarana pada daerah tebing sungai sulit, lahan untuk jamban komunal dan TPS/TPA sulit didapat karena lahan terbatas 3. Peningkatan penyediaan sanitasi : • Dalam supply sanitasi, produksi kloset masih terbatas, peran swasta dan akses modal untuk bisnis sanitasi masih kurang • Banyak rumah di perkotaan yang mempunyai septictank tidak pernah dikuras, padahal di sekitarnya banyak rumah yang tidak disengaja airnya tercemari oleh buangan septictank tsb. 25
  • 35. Bab Lima ROADMAP PERCEPATAN STBM 2013 - 2015 5.1 Target STBM 2013 - 2015 STBM termasuk dalam Renstra Kementerian Kesehatan 2010–2014 sebagai salah satu fokus prioritas pembangunan kesehatan. Sesuai mandat RPJMN 2010-2014 dan MDGs 2015, maka terdapat beberapa indikator terukur yang harus dicapai, yaitu: (1) Persentase penduduk yang menggunakan jamban sehat menurut RPJMN 2014 dan persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap sanitasi layak berkelanjutan menurut MDGs 2015 (persentase penduduk yang menggunakan jamban sehat meningkat dari 64% pada tahun 2010 menjadi 75% pada tahun 2014); (2) Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan STBM pada tahun 2014 sebanyak 20.000 desa/ kelurahan STBM; (3) Meningkatnya persentase penduduk stop BABS dari 71 persen pada tahun 2010 menjadi 100 persen pada tahun 2014; dan (4) Meningkatnya persentase provinsi yang memfasilitasi penyelenggaraan STBM dari 18% pada tahun 2010 menjadi 100% pada tahun 2014. 26
  • 36. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 8 Target Pembangunan Sanitasi di Indonesia Tahun 2010-2015 Tahun 2010 Indikator Tahun 2011 2012 (Triwulan I) Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Target RPJMN sampai 2014 Target 64% Capaian 55,5% (86,7%) Target 67% Capaian 55,5% (82,9%) Target, 69% Capaian, 56,24 (78,68%) Target 2.500 desa/ Jumlah desa/kelurahan kelurahan yang melaksanakan Capaian STBM 2.510 desa/ kelurahan (100,4%) Target 5.500 desa/ kelurahan Capaian 6.235 desa/ kelurahan (113,4%) Target, 11.000 desa/ kelurahan Capaian, 11.165 desa/ kelurahan (100,015%) Persentase penduduk yang menggunakan jamban sehat Persentase penduduk 71% Stop BABS Persentase provinsi yang memfasilitasi 18% penyelenggaraan STBM Target MDGs sampai 2015 Target 72% Target 15.000 desa/ kelurahan Target 75% --- Target 20.000 desa/ kelurahan --- 10 % 100% Persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap sanitasi layak berkelanjutan 5.2 62,4% Analisa Gap Capaian dan Target STBM 2013 - 2015 Berdasarkan tabel di atas, kita bisa melakukan analisis gap dengan target program Nasional STBM untuk tahun 2013–2015. Disusun berdasarkan kemudahan untuk pencapaian targetnya, dari kelima indikator di atas adalah: Pertama Target tercapainya seluruh provinsi yang memfasilitasi penyelenggaraan STBM pada akhir tahun 2014. Jika dicermati Peta Daerah Kerja STBM Indonesia Tahun 2012 dan data Desa/kelurahan Intervensi STBM, semua provinsi telah dapat tersentuh program STBM semuanya. Kedua Target tercapainya 20.000 desa/kelurahan STBM pada akhir tahun 2014. Sampai tahun 2012 telah tercapai 11.165 desa/kelurahan, berarti ada gap sebesar 8.835 desa/kelurahan. Setiap tahun harus ada pertambahan sebanyak 4.418 desa/kelurahan sampai tahun 2014. Sesuai dengan hasil pencapaian tahun 2012, diperkirakan dapat tercapai. Ketiga Target persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap sanitasi layak berkelanjutan sebesar 62,41% sesuai target MDGs 2015. Apabila capaian triwulan 1 tahun 2012 adalah sebesar 56,24%, berarti ada gap sebesar 6,17% sampai tahun 2015. Setiap tahun perlu ada kenaikan sebesar rata-rata 2,06%. Kenaikan cakupan dari tahun 2011 ke 2012 27
  • 37. (dari 55,5% ke 56,24%) adalah sebesar 0,74%. Untuk ini diperlukan upaya hingga 3 (tiga) kali lipat dari upaya yang dilakukan pada tahun 2012, jika ingin mencapai target MDGs 2015. Berarti juga memerlukan sumber daya sebanyak hampir tiga kali lipat dari yang digunakan pada tahun 2012. Keempat Target persentase penduduk yang menggunakan jamban sehat sebesar 75% sesuai dengan target RPJMN 2014. Apabila capaian triwulan 1 tahun 2012 sebesar 56,24% berarti ada gap sebesar 18,66% sampai tahun 2014. Setiap tahun perlu ada kenaikan sebesar rata-rata 9,75%. Artinya jika ingin mencapai target RPJMN 2014, memerlukan upaya sebanyak hampir 11-12 kali lipat dari upaya yang dilakukan pada tahun 2012. Kelima Target persentase penduduk Stop BABS secara keseluruhan atau 100% jumlah penduduk Indonesia Stop BABS harus tercapai pada akhir tahun 2014. Dilihat dari grafik kondisi perilaku higiene sanitasi pada tahun 2010 (BPS), akses terhadap jamban sehat adalah sebanyak 51,1%; akses pada jamban komunal sebanyak 6,7%; akses terhadap jamban sehat semi permanen sebanyak 25 %; sementara yang masih BABS sebanyak 17,3 %. Ini artinya sampai akhir tahun 2014 paling tidak harus menghilangkan angka BABS 17,3% serta sasaran tambahan dengan meningkatkan jamban semi permanen menjadi jamban sehat sebesar 25 %. Keenam Target mengembangkan desa/kelurahan ODF menjadi desa/kelurahan STBM sesuai dengan penyebarluasan pembelajaran dari daerah yang sudah berhasil memiliki desa/kelurahan 5 pilar STBM yang lengkap. Menurut Sekretariat STBM, dari kompilasi sementara sampai akhir tahun 2012 telah diperoleh sekitar 1.300 desa/kelurahan ODF. Jika dirinci, dengan tetap mengingat RPJMN 2014 dan MDGs 2015, target STBM 2013–2015 adalah seperti yang dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 9 Target STBM di Indonesia Tahun 2013-2015 Tahun 2010 Target RPJMN sampai 2014 Indikator Persentase penduduk yang menggunakan jamban sehat (RPJMN 2015) Tahun 2011 Persentase penduduk Stop BABS: 28 Tahun 2013 Target, 67% Target, 2.500 desa/ kelurahan 71% Target, 5.500 desa/ kelurahan Target, 69% Realisasi : 56,24% Target 65, 57% Realisasi : 56,24% Target, 64% Persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap sanitasi layak (MDGs 2015) berkelanjutan Jumlah desa/ kelurahan yang melaksanakan STBM 2012 (Triwulan I) Target 58,31% Target, 11.000 desa/ kelurahan Realisasi : 11.165 desa/ kelurahan Target 15.603 desa/ kelurahan Tahun 2014 Tahun 2015 Target 75% --- Target 60,36% Target 62,41% Target 20.000 desa/ --kelurahan 100%
  • 38. Realisasi: 51,1% Realisasi : 6,7% Realisasi : 25% Jamban Sehat Jamban Komunal Jamban Sehat Semi Permanen Mengikuti Target RPMJN 2014 atau MDGs 2015 Realisasi : 17,3% BABS Persentase provinsi yang memfasilitasi penyelenggaraan STBM Pengembangan desa/kelurahan ODF menjadi desa/ kelurahan 5 pilar STBM lengkap 18% 100% Diasumsikan telah mencapai 1.300 desa/ kelurahan Pada tataran pelaksanaan STBM di lapangan, saat ini sudah banyak pelaku STBM yang berhasil mendeklarasikan desa/kelurahan STBM untuk semua pilarnya. Maka untuk desa/kelurahan yang sudah mencapai kondisi ODF dapat dikembangkan pilar-pilar lainnya, sehingga kelak selebrasinya menjadi selebrasi 5 pilar STBM. 5.3 Isu strategis STBM 2013 - 2015 Untuk mencapai target tersebut di atas, dengan melihat analisis gap Capaian dan Target STBM 20132015, terlihat bahwa : 1. Target 20.000 desa/kelurahan STBM pada akhir tahun 2014, diperkirakan dapat tercapai. 2. Pencapaian target persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap sanitasi layak berkelanjutan sebanyak 62,41% memerlukan upaya keras, karena perlu upaya tiga kali lipat dari upaya yang dilakukan pada tahun 2012. 3. Pencapaian target persentase penduduk yang menggunakan jamban sehat sebanyak 75%, perlu upaya hampir 11-12 kali lipat dari upaya pada tahun 2012. 4. Pencapaian target persentase penduduk Stop BABS secara keseluruhan atau 100% jumlah penduduk Indonesia Stop BABS pada akhir tahun 2014, dapat dilihat butir tulisan (3) dan (4), perlu upaya yang jauh lebih keras lagi. 5. Target mengembangkan desa/kelurahan ODF menjadi desa/kelurahan 5 pilar STBM dengan memanfaatkan potensi sementara telah diperoleh sekitar 1.300 desa/kelurahan ODF. Berdasarkan analisis gap capaian dan target STBM 2013-2015, hasil pengolahan permasalahan internal dan eksternal, serta pembelajaran yang telah diperoleh selama ini, terlihat ada kesulitan cukup besar untuk mencapai butir (2), (3) dan (4) karena memerlukan upaya yang sangat besar. Untuk itu, pelaksanaan berbagai kegiatan STBM seperti yang terjadi pada tahun 2012 tetap kita lanjutkan sebagaimana biasanya. Dengan demikian, untuk Roadmap Percepatan STBM 2013-2015 dapat fokus pada dua isu strategis besar, yaitu butir tulisan (1) dan (5) yang paling memungkinkan untuk diselesaikan dan dikembangkan solusinya bersama-sama seluruh pemangku kepentingan STBM, yaitu: 29
  • 39. A) Belum termanfaatkannya potensi desa/kelurahan intervensi STBM untuk dikembangkan menjadi desa/kelurahan ODF. Alasannya adalah:  Saat ini sudah ada 11.165 desa/kelurahan intervensi STBM.  Sudah ada desa/kelurahan lokasi dari program/proyek : WSLIC2, CWSHP, Pamsimas, WES Unicef, Pro Air, ESP, IUWASH, Plan, WVI dll sebagai lokasi yang dapat diteruskan pendampingannya mencapai ODF.  Dengan jumlah Puskesmas di Indonesia sebanyak 9.133 buah (Bank Data Puskesmas Kemenkes RI Tahun 2012 ) dan memanfaatkan jumlah desa/kelurahan intervensi STBM dan desa/kelurahan lokasilokasi proyek di atas, ditambah target setiap tahun 1 desa/kelurahan per puskesmas mencapai ODF, maka dalam jangka 2 tahun sampai RPJMN 2014 selesai diperkirakan akan ada: 2x9.133 desa/ kelurahan = 18.266 desa/kelurahan ODF. Grafik 5 Jumlah Desa/kelurahan dan Kecamatan Intervensi STBM serta Puskesmas di Provinsi Tahun 2010 Sumber : Data Olahan Sekretariat STBM 2012 Lebih lengkap dapat dilihat grafik perbandingan antara Desa/kelurahan STBM, Jumlah Desa/ kelurahan, Kecamatan STBM, Jumlah Kecamatan dan Jumlah Puskesmas berikut ini: Melihat grafik di atas, dari segi jumlah Desa/kelurahan Intervensi STBM, Jumlah Desa/kelurahan dan Jumlah Puskesmas, serta lokasi program saat ini dan program ke depan, dapat dilakukan pengkategorian prioritasi provinsi lokasi program, yang diatur sebagai berikut: (1) Prioritas pertama, untuk 13 besar provinsi dengan jumlah Desa/kelurahan Intervensi STBM terbanyak, (2) Prioritas kedua, untuk 10 provinsi dengan Desa/kelurahan Intervensi STBM terbanyak kedua, (3) Prioritas ketiga, untuk 10 provinsi dengan Desa/kelurahan Intervensi STBM terbanyak ketiga. 30
  • 40. Dengan prioritasi tersebut, pada 13 besar provinsi prioritas pertama terdapat data sebagai berikut : Tabel 10 Data Provinsi Prioritas Pertama di Indonesia tahun 2013 No Provinsi Desa/ kelurahan STBM Jumlah Desa/ kelurahan Jumlah Puskesmas Jumlah Penduduk Lokasi program saat ini 1 Jawa Timur 2.838 8.513 947 37.476.757 TSSM, IUWASH, H5, WVI 2 Jawa Tengah 1.423 8.574 866 32.382.657 TSSM, Pamsimas, Plan, Waspola Facility 3 Nusa Tenggara Timur 1.084 2.845 316 4.683.827 Pamsimas, Plan, Unicef, Waspola Facility 4 Nusa Tenggara Barat 834 904 151 4.500.212 TSSM, Unicef, Waspola Facility 5 Sumatera Barat 639 1.858 249 4.846.909 Pamsimas, Waspola Facility 6 Sumatera Selatan 617 3.081 301 7.450.394 Pamsimas, 7 Jawa Barat 504 5.883 1.040 43.053.732 TSSM, Pamsimas, IUWASH Waspola Facility 8 Riau 363 1.584 209 5.538.367 Pamsimas, 9 Kalimantan Selatan 342 1.949 216 3.626.616 Pamsimas, Waspola Facility 10 Kalimantan Tengah 330 1.453 175 2.212.089 CWSHP 11 Sulawesi Tengah 298 1.664 175 2.635.009 Pamsimas, Waspola Facility 12 Sulawesi Selatan 268 2.936 418 8.034.776 Pamsimas, Waspola Facility, H5, Unicef, IUWASH 13 Kalimantan Barat 206 1.726 234 4.395.983 CWSHP, WVI 9.746 42.970 5.297 Program ke depan TP : 15 ds/kab dan Dekon: Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian TP : 15 ds/kab dan Dekon: Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian, MCC TP : 15 ds/kab dan Dekon: Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian, MCC TP : 15 ds/kab dan Dekon: Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian, MCC TP : 15 ds/kab dan Dekon: Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian TP : 15 ds/kab dan Dekon: Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian, MCC TP : 15 ds/kab dan Dekon: Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian, MCC, CSR Aqua TP : 15 ds/kab dan Dekon: Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian TP : 15 ds/kab dan Dekon: Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian, CSR Adaro TP : 15 ds/kab dan Dekon: Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian TP : 15 ds/kab dan Dekon: Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian TP : 15 ds/kab dan Dekon: Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian TP : 15 ds/kab dan Dekon: Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian, MCC 160.837.328 Jumlah Sumber dari : Hasil Sensus Penduduk 1971 – 2010, Kodepos Indonesia 2013, Data Intervensi STBM di Indonesia, dan Data Pelaku STBM di Sekretariat STBM 31
  • 41. Berdasarkan tabel di atas, dibandingkan dengan angka nasional, maka Desa/kelurahan Intervensi STBM adalah 87,29%, jumlah desa/kelurahan 56,05%, jumlah Puskesmas 56,08%. Dilihat dari jumlah program kerja/proyek mitra STBM yang sedang berjalan (TSSM, Pamsimas, Unicef, WVI, Plan, H5, IUWASH, Waspola Facility) maupun rencana mendatang seperti MCC, maka ke 13 provinsi di atas layak menjadi prioritas Roadmap STBM 2013-2015. Dasar pertimbangan ke-13 provinsi tersebut menjadi lokasi prioritas Roadmap STBM 2013-2015, jika dihubungkan dengan strategi pencapaian 1 desa/kelurahan ODF untuk setiap Puskesmas per tahun, adalah:  Bila diasumsikan jumlah desa/kelurahan intervensi STBM ini dapat terus dikembangkan menjadi desa/ kelurahan ODF, maka akan menyumbangkan jumlah desa/kelurahan ODF sebesar 87,29% dari total jumlah desa/kelurahan intervensi STBM tahun 2012.  Dengan jumlah penduduk Indonesia saat ini sekitar 237.641.326 jiwa, dalam 13 provinsi prioritas pertama ini ada 3 provinsi dengan penduduk padat yaitu Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Total jumlah penduduk dari 13 provinsi tersebut berjumlah 160.837.328 jiwa, atau sekitar 67,68% dari jumlah penduduk Indonesia. Artinya intervensi di 13 provinsi ini akan lebih banyak menyasar provinsi dengan penduduk padat.  Dengan jumlah Puskesmas 5.297 unit, diperkirakan akan menyumbang 1 desa/kelurahan ODF setiap Puskesmas tiap tahunnya, maka paling tidak akan menyumbang sebesar 5.122 desa/kelurahan ODF atau 57,99% dari jumlah Puskesmas yang ada, sebuah angka yang relatif realistis.  Berdasarkan pengalaman, untuk mendapatkan 1 desa/kelurahan ODF untuk setiap Puskesmas, memerlukan 4 desa/kelurahan intervensi awal STBM yang potensial. Maka jumlah target desa/kelurahan intervensi akan mendapatkan angka: 4 desa/kelurahan x 5.297 Puskesmas atau sebanyak 21.188 desa/kelurahan. Dengan demikian target desa/kelurahan intervensi STBM dengan sendirinya dapat tercapai. Untuk pencapaian desa/kelurahan ODF, kalau setiap tahun ditargetkan 1 desa/kelurahan ODF per puskesmas, maka dari 13 provinsi tersebut akan mendapatkan sebanyak 5.297 desa/kelurahan ODF setiap tahun, sebuah upaya yang terencana untuk mengembangkan 21.188 desa/kelurahan ODF. Jika 4 desa/kelurahan awal intervensi ini dipicu dan diajak berkompetisi bukan mustahil waktu untuk pencapaian ODF keempat desa/kelurahan tersebut dapat dipersingkat, karena setiap puskesmas akan konsentrasi terlebih dahulu kepada 4 desa/kelurahan yang potensial ODF.  Melihat hasil Asesmen Pokja AMPL Provinsi oleh Pokja AMPL Pusat dan Waspola Facility, maka beberapa provinsi tersebut di atas termasuk 10 besar Pokja AMPL yang mempunyai kinerja baik, yaitu: Sumatera Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, NTT, NTB, Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan. Ini merupakan sebuah indikasi bahwa apabila terjadi koordinasi dan sinergi program melalui Pokja AMPL provinsi, diharapkan proses pelaksanaan pencapaian target 1 desa/kelurahan ODF setiap tahun oleh setiap puskesmas akan berjalan dengan lebih baik. Perhitungan realistis tadi, masih akan ditambah dengan sisa provinsi lainnya yang tentu akan terus bergerak mengembangkan desa/kelurahan intervensi STBM, mengingat SE Menkes 1 desa/kelurahan ODF setiap puskesmas ditujukan ke semua provinsi, sedangkan TP dan Dekon Direktorat Penyehatan Lingkungan Kemenkes tahun 2013 akan menyasar 31 provinsi di Indonesia. Prioritas kedua, provinsi : (1) Jambi, (2) Sulawesi Barat, (3) Banten, (4) Bengkulu, (5) Gorontalo, (6) Sumatera Utara, (7) Bangka Belitung, (8) Aceh, (9) Maluku Utara, dan (10) Lampung, diperoleh data sebagai berikut : 32
  • 42. Tabel 11 Data Provinsi Prioritas Kedua No Provinsi 1. Jambi 2. Sulawesi Barat 3. Banten Desa/ kelurahan STBM 159 132 116 Jumlah Desa/ kelurahan 1.322 532 1.505 Jumlah Puskesmas 173 83 221 Jumlah Penduduk 3.092.265 1.158.651 10.632.166 Lokasi program saat ini Program ke depan Pamsimas TP : 15 ds/kab dan Dekon: Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian, MCC Pamsimas TP : 15 ds/kab dan Dekon: Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian, Pamsimas TP : 15 ds/kab dan Dekon: Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian, LSM Harfa, MCC 4. Bengkulu 112 1.334 174 1.715.518 Pamsimas 5. Gorontalo 111 562 82 1.040.164 Pamsimas 6. Sumatera Utara 7. Bangka Belitung 91 348 58 1.223.296 Waspola Facility 8. Aceh 87 6.424 318 4.494.410 Unicef 9. Maluku Utara 72 1.002 106 1.038.087 Pamsimas 10 Lampung 71 2.403 265 7.608.405 Ditjen PMD 1.060 21.299 2.000 TP : 15 ds/kab dan Dekon: Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian, PCI TP : 15 ds/kab dan Dekon: Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian, MCC 41.892.901 Jumlah 109 5.867 520 12.982.204 H5, IUWASH TP : 15 ds/kab dan Dekon: Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian, TP : 15 ds/kab dan Dekon: Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian, TP : 15 ds/kab dan Dekon: Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian, TP : 15 ds/kab dan Dekon: Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian, TP : 15 ds/kab dan Dekon: Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian, SNV Diolah dari : Hasil Sensus Penduduk 1971 – 2010, Kodepos Indonesia 2013, Data Intervensi STBM di Indonesia, dan Data Pelaku STBM di Sekretariat STBM Berdasarkan pengalaman, untuk mendapatkan 1 desa/kelurahan ODF untuk setiap Puskesmas, memerlukan 4 desa/ kelurahan intervensi awal STBM yang potensial. Maka untuk provinsi prioritas kedua ini akan mendapatkan angka: 4 desa/kelurahan x 2.000 Puskesmas atau sebanyak 8.000 desa /kelurahan intervensi. Angka ini menambah jumlah desa/kelurahan intervensi STBM, hingga mendekati target 2014. 33
  • 43. Untuk pencapaian desa/kelurahan ODF, jika setiap tahun ditargetkan 1 desa/kelurahan ODF per puskemas, maka dari 10 provinsi tersebut akan didapatkan sebanyak 2.000 desa/kelurahan ODF setiap tahun, serta sebuah upaya yang terencana untuk mengembangkan 8.000 desa/kelurahan ODF selama 4 tahun ke depan. Jika ke-4 desa/kelurahan awal intervensi ini dipicu dan diajak berkompetisi, waktu untuk pencapaian ODF keempat desa/kelurahan tersebut dapat dipersingkat, karena setiap puskesmas akan konsentrasi terlebih dahulu kepada 4 desa/kelurahan potensial ODF. Artinya, dari prioritas kedua pun kita akan mendapatkan jumlah desa/kelurahan ODF yang semakin mendekat kepada target 1 desa/kelurahan ODF setiap tahun dari setiap puskesmas. Prioritas ketiga, provinsi: (1) ) Papua Barat, (2) Maluku, (3) Kalimantan Timur, (4) Papua, (5) Sulawesi Tenggara, (6) Kepulauan Riau, (7) Yogyakarta, (8) Sulawesi Utara, (9) Bali, (10) DKI Jakarta, diperoleh data sebagai berikut: Tabel 12 Data Provinsi Prioritas Ketiga No 1. Provinsi Papua Barat Desa/ kelurahan STBM 65 Jumlah Desa/ kelurahan 1.286 Jumlah Puskesmas 109 Jumlah Penduduk Lokasi program saat ini Program ke depan 760.422 Pamsimas, Unicef TP : 15 ds/kab dan Dekon : Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian, MCC 2. Maluku 59 901 168 1.533.506 Unicef TP : 15 ds/kab dan Dekon : Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian, MCC 3. Kalimantan Timur 56 1.422 215 3.553.143 - - 4. Papua 36 3.575 311 2.833.381 Unicef 5. Sulawesi Tenggara 36 1.942 241 2.232.586 - 6. Kepulauan Riau 35 340 66 1.679.163 - 7. Yogyakarta 34 438 120 3.476.757 - 8. Sulawesi Utara 26 1.464 170 2.270.596 - 9. Bali 10 710 114 3.890.757 TSSM 10 DKI Jakarta 2 268 340 9.607.787 Mercy Corps 12.346 1.854 TP : 15 ds/kab dan Dekon : Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian, PCI TP : 15 ds/kab dan Dekon : Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian, MCC TP : 15 ds/kab dan Dekon : Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian, TP : 15 ds/kab dan Dekon : Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian, 31.838.098 Jumlah 359 TP : 15 ds/kab dan Dekon : Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian, MCC TP : 15 ds/kab dan Dekon : Monev & Peningk Kapasitas Sanitarian, - Sumber : Diolah dari Hasil Sensus Penduduk 1971 – 2010, Kodepos Indonesia 2013, Data Intervensi STBM di Indonesia, dan Data Pelaku STBM di Sekretariat STBM 34
  • 44. Berdasarkan pengalaman, untuk mendapatkan 1 desa/kelurahan ODF untuk setiap Puskesmas, memerlukan 4 desa/kelurahan intervensi STBM awal yang potensial. Maka untuk provinsi prioritas ketiga akan mendapatkan angka : 4 desa/kelurahan x 1.854 Puskesmas atau sebanyak 7.416 desa/kelurahan. Angka ini akan menambah target desa/kelurahan intervensi STBM. Untuk pencapaian desa/kelurahan ODF, jika setiap tahun ditargetkan 1 desa/kelurahan ODF, maka dari 10 provinsi tersebut akan didapatkan sebanyak 1.854 desa/kelurahan ODF setiap tahun, dan sebuah upaya yang terencana untuk mengembangkan 7.416 desa/kelurahan ODF selama 4 tahun ke depan. Jika ke-4 desa/kelurahan intervensi ini dipicu dan diajak berkompetisi, waktu untuk pencapaian ODF keempat desa/kelurahan tersebut dapat dipersingkat, karena setiap puskesmas akan konsentrasi terlebih dahulu kepada 4 desa/kelurahan potensial ODF. Artinya, dari prioritas ketiga pun kita akan mendapatkan desa/kelurahan ODF yang semakin mendekat lagi kepada target 1 desa/kelurahan ODF setiap tahun dari setiap puskesmas. Dengan demikian, ke 33 provinsi yang berada dalam wilayah kesatuan Indonesia, semua berkiprah dalam upaya mencapai target target pembangunan sektor sanitasi, dengan memanfaatkan semua potensi yang tersedia di provinsinya. 1) Belum termanfaatkannya potensi desa/kelurahan ODF untuk dikembangkan menjadi desa/kelurahan 5 Pilar STBM Alasannya adalah :  Diperkirakan telah ada sekitar 1.300 desa/kelurahan ODF.  STBM dengan target perubahan perilaku menuju Sanitasi Total, sesuai dengan kebijakannya terdiri dari 5 pilar.  Sudah ada beberapa daerah yang telah melalukan selebrasi desa/kelurahan 5 pilar STBM, seperti di Sumedang provinsi Jawa Barat, Timor Tengah Utara provinsi Nusa Tenggara Timur, atau di Biak Numfor provinsi Papua.  Terdapat beberapa proyek atau program, yang memiliki target 5 pilar STBM, seperti Simavi (dengan mitra kerjanya Plan Indonesia di Nusa Tenggara Timur, YMP-NTB maupun Rumsram di Papua) serta beberapa program seperti High Five maupun WVI yang memulai program STBM melalui pilar 4 (pengelolaan sampah rumah tangga).  Apabila meneruskan pendampingan di 1.300 desa/kelurahan ODF, serta memperoleh hasil dari program yang memiliki target desa/kelurahan 5 pilar STBM, sebelum selesainya RPJMN 2014 maupun MDGs 2015, kita akan memiliki sejumlah desa/kelurahan 5 pilar STBM yang lebih banyak dibandingkan dengan sekarang. 35
  • 45. Untuk mempermudah merumuskan tujuan strategisnya, berikut ini dikembangkan juga sub isu strategisnya, sebagaimana tabel berikut : Tabel 13 Isu dan sub-isu Strategis STBM di Indonesia Tahun 2013-2015 Isu strategis Sub isu strategis Belum termanfaatkannya potensi desa/kelurahan intervensi STBM untuk dikembangkan menjadi desa/kelurahan ODF (1) Peningkatan Lingkungan yang Kondusif:  Belum meratanya komitmen pimpinan daerah,  Perlunya penyediaan dan revitalisasi sanitarian; (2) Peningkatan Kebutuhan Sanitasi:  Pentingnya pengarusutamaan perubahan perilaku  Pentingnya memastikan target ODF untuk: Kuantitas (seluruh komunitas) dan Kualitas (penjaminan kualitas) (3) Peningkatan Penyediaan Sanitasi:  Pentingnya peningkatan kegiatan pemasaran sanitasi Belum termanfaatkannya potensi desa/kelurahan ODF untuk dikembangkan menjadi desa/kelurahan 5 Pilar STBM (1) Peningkatan Lingkungan yang Kondusif:  Pentingnya updating data desa/kelurahan ODF  Perlunya peningkatan kapasitas bagi provinsi dan kabupaten/kota (2) Peningkatan Kebutuhan Sanitasi:  Pentingnya meningkatkan desa/kelurahan ODF untuk meneruskan menuju Sanitasi Total dengan menerapkan 4 pilar STBM lainnya (3) Peningkatan Penyediaan Sanitasi:  Pentingnya penyediaan pilihan opsi teknologi 5 Pilar STBM sesuai dengan kondisi daerah 5.4 Tujuan strategis STBM 2013 – 2015 Untuk mencapai target tersebut diatas, isu strategis bisa diolah menjadi tujuan strategis, diperoleh tujuan strategis seperti berikut ini: Tabel 14 Tujuan Strategis STBM di Indonesia Tahun 2013 – 2015 Isu strategis Tujuan strategis Belum termanfaatkannya potensi desa/kelurahan intervensi STBM untuk dikembangkan menjadi desa/kelurahan ODF Belum termanfaatkannya potensi desa/ kelurahan ODF untuk dikembangkan menjadi desa/kelurahan 5 Pilar STBM 36 Peningkatan lingkungan yang kondusif: 1. Meningkatnya komitmen pimpinan daerah 2. Terlaksananya penyediaan dan revitalisasi sanitarian Peningkatan kebutuhan sanitasi: 3. Terlaksananya upaya pengarusutamaan perubahan perilaku 4. Terlaksananya kepastian target ODF secara Kuantitas (seluruh komunitas) maupun Kualitas (penjaminan kualitas) Peningkatan penyediaan sanitasi: 5. Terjadinya peningkatan kegiatan pemasaran sanitasi Peningkatan lingkungan yang kondusif: 6. Terlaksananya updating data desa/kelurahan ODF 7. Terlaksananya peningkatan kapasitas tentang STBM bagi provinsi dan kabupaten/kota Peningkatan kebutuhan sanitasi: 8. Terlaksananya peningkatan desa/kelurahan ODF menuju Sanitasi Total menjadi desa/kelurahan 5 pilar STBM Peningkatan penyediaan sanitasi: 9. Terjadinyanya penyediaan pilihan opsi teknologi 5 Pilar STBM dan kondisi daerah
  • 46. 5.5 Sasaran strategis STBM 2013 – 2015 Untuk mencapai target tersebut diatas, tujuan strategis perlu diolah menjadi sasaran strategis seperti di bawah ini: Tabel 15 Sasaran Strategis STBM di Indonesia Tahun 2013 - 2015 Tujuan strategis Desa/kelurahan intervensi STBM menuju Desa/ kelurahan ODF: Peningkatan lingkungan yang kondusif: 1. Meningkatnya komitmen pimpinan daerah 2. Terlaksananya penyediaan dan revitalisasi sanitarian Peningkatan kebutuhan sanitasi: 3. Terlaksananya upaya pengarusutamaan perubahan perilaku 4. Terlaksananya kepastian target ODF secara Kuantitas (seluruh komunitas) maupun Kualitas (penjaminan kualitas) Peningkatan penyediaan sanitasi: 5. Terjadinya peningkatan kegiatan pemasaran sanitasi Desa/kelurahan ODF menuju Desa/kelurahan 5 Pilar STBM: Peningkatan lingkungan yang kondusif: 6. Terlaksananya updating data desa/kelurahan ODF 7. Terlaksananya peningkatan kapasitas dan berbagi pembelajaran tentang STBM bagi provinsi dan kabupaten/kota Peningkatan kebutuhan sanitasi: 8. Terlaksananya peningkatan desa/kelurahan ODF menuju Sanitasi Total menjadi desa/kelurahan 5 pilar STBM Peningkatan penyediaan sanitasi: 9. Terjadinyanya penyediaan pilihan opsi teknologi 5 Pilar STBM dan kondisi daerah Sasaran Strategis Desa/kelurahan intervensi STBM menuju Desa/ kelurahan ODF: Peningkatan lingkungan yang kondusif: 1. Dukungan politik dan moral serta kepastian anggaran yang memadai untuk pelaksanaan program STBM 2. Adanya sinergi investasi dan peningkatan anggaran untuk STBM 3. Adanya penyediaan dan revitalisasi sanitarian Peningkatan kebutuhan sanitasi: 4. Adanya upaya pengarusutamaan perubahan perilaku 5. Adanya kepastian target ODF secara Kuantitas (seluruh komunitas) maupun Kualitas (penjaminan kualitas) Peningkatan penyediaan sanitasi: 6. Adanya peningkatan kegiatan pemasaran sanitasi Desa/kelurahan ODF menuju Desa/kelurahan 5 Pilar STBM: Peningkatan lingkungan yang kondusif: 7. Adanya upaya updating data desa/kelurahan ODF 8. Adanya upaya peningkatan kapasitas dan berbagi pembelajaran tentang STBM bagi pusat dan provinsi Peningkatan kebutuhan sanitasi: 9. Adanya upaya peningkatan desa/kelurahan ODF menuju Sanitasi Total menjadi desa/kelurahan 5 pilar STBM Peningkatan penyediaan sanitasi: 10. Adanya peningkatan produksi sesuai dengan pilihan opsi teknologi dan kondisi daerah 37
  • 47. 5.6 Strategi pelaksanaan STBM 2013 – 2015 Sasaran strategis perlu dirumuskan menjadi strategi pelaksanaan. Untuk itu, dalam rangka memudahkan dan adanya pembagian tugas dan wewenang secara bertingkat, maka strategi pelaksanaan dibagi ke dalam tingkatan: (1) pusat, (2) provinsi, dan (3) kabupaten/kota. Strategi pelaksanaan tingkat provinsi dapat dilihat di lampiran 01, sedangkan untuk strategi pelaksanaan tingkat kabupaten/kota dapat dilihat di lampiran 02. Untuk strategi pelaksanaan di tingkat pusat dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 16 Strategi Pelaksanaan STBM di Indonesia Tahun 2013 – 2015 Sasaran Strategis Desa/kelurahan intervensi STBM menuju Desa/ kelurahan ODF: Peningkatan lingkungan yang kondusif: 1. Dukungan politik dan moral serta kepastian anggaran yang memadai untuk pelaksanaan program STBM 2. Adanya koordinasi dan sinergi program dan investasi untuk implementasi STBM 3. Adanya penyediaan dan revitalisasi sanitarian Peningkatan kebutuhan sanitasi: 4. Adanya upaya pengarusutamaan perubahan perilaku 5. Adanya kepastian target ODF secara Kuantitas (seluruh komunitas) maupun Kualitas (penjaminan kualitas) Peningkatan penyediaan sanitasi: 6. Adanya peningkatan kegiatan pemasaran sanitasi Peningkatan kebutuhan sanitasi: 4. Menyusun strategi komunikasi pengarusutamaan perubahan perilaku melalui STBM 5. Memberikan target tahunan kepada setiap puskesmas 1 desa/kelurahan/puskesmas mencapai ODF Peningkatan penyediaan sanitasi : 6. Meningkatkan upaya penerapan Pemasaran Sanitasi Desa/kelurahan ODF menuju Desa/kelurahan 5 Pilar STBM: Peningkatan lingkungan yang kondusif: 7. Adanya upaya updating data desa/kelurahan ODF 8. Adanya upaya peningkatan kapasitas dan berbagi pembelajaran tentang STBM bagi pusat dan provinsi Peningkatan kebutuhan sanitasi: 9. Adanya upaya peningkatan desa/kelurahan ODF menuju Sanitasi Total menjadi desa/kelurahan 5 pilar STBM Peningkatan penyediaan sanitasi: 10. Adanya peningkatan produksi sesuai dengan pilihan opsi teknologi 5 pilar STBM dan kondisi daerah 38 Strategi pelaksanaan Desa/kelurahan intervensi STBM menuju Desa/ kelurahan ODF: Peningkatan lingkungan yang kondusif: 1. Melakukan advokasi tentang STBM secara berjenjang 2. Melakukan penatalaksanaan sinergi program dan investasi antar KL terkait STBM dan pemangku kepentingan 3. Melaksanakan revitalisasi sanitarian Desa/kelurahan ODF menuju Desa/kelurahan 5 Pilar STBM: Peningkatan lingkungan yang kondusif: 7. Melakukan updating data desa/kelurahan ODF sesuai dengan data dari provinsi 8. Melaksanakan peningkatan kapasitas dan berbagi pembelajaran STBM bagi pusat dan provinsi Peningkatan kebutuhan sanitasi: 9. Melaksanakan pendokumentasian dan diseminasi Pembelajaran Sanitasi Total 5 Pilar STBM Peningkatan penyediaan sanitasi: 10. Menyusun pilihan opsi teknologi 5 pilar STBM dan kondisi daerah
  • 48. 5.7 Program dan kegiatan strategis STBM 2013 – 2015 Untuk mencapai target tersebut diatas, apabila kita olah kebijakan strategis menjadi program dan kegiatan strategis : Tabel 17 Program dan Kegiatan Strategis STBM di Indonesia Tahun 2013 - 2015 Strategi pelaksanaan Desa/kelurahan intervensi STBM menuju Desa/kelurahan ODF: Peningkatan lingkungan yang kondusif: 1. Melakukan advokasi tentang STBM secara berjenjang 2. Melakukan penatalaksanaan sinergi antar KL terkait STBM dan pemangku kepentingan 3. Melaksanakan revitalisasi sanitarian Peningkatan kebutuhan sanitasi: 4. Menyusun strategi komunikasi pengarusutamaan perubahan perilaku melalui STBM 5. Memberikan target tahunan kepada setiap puskesmas 1 desa/ kelurahan/puskesmas mencapai ODF Program strategis Kegiatan strategis Program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan Desa/kelurahan intervensi STBM menuju Desa/ kelurahan ODF: Peningkatan lingkungan yang kondusif: 1. Peningkatan awareness sanitasi untuk prioritasi dan investasi sanitasi 2. Re-sosialisasi STBM di seluruh level dan pemangku kepentingan 3. Penanda-tanganan kerjasama dengan AKOPSI untuk awareness STBM agar STBM masuk ke dalam MPSS dan mendapatkan alokasi pembiayaan 4. Penyelenggaraan Kompetisi STBM antar kabupaten/kota dengan pemberian Reward atas keberhasilan ODF untuk kabupaten/kota 5. Penyusunan model kebutuhan anggaran untuk mencapai ODF desa/kelurahan dan kecamatan Program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan 6. Pertemuan koordinasi antar KL terkait STBM dan pemangku kepentingan lainnya dalam Pokja AMPL terkait STBM 7. Penatalaksanaan sinergi investasi STBM antar KL terkait STBM dan pemangku kepentingan untuk implementasi STBM, termasuk CSR, BOS, BOK dan ADD 8. Penatalaksanaan sinergi program antar KL terkait STBM dan pemangku kepentingan antara lain: Litbangkes, Promkes, UKS di internal Kemenkes; maupun kerja sama dengan lintas sektor: Adipura, Kabupaten/ Kota Sehat, Kota Layak Anak, Lomba Desa/kelurahan, Desa/kelurahan Siaga, Sanimas dan SLBM ( untuk Gambaran Sinergi Program dapat dilihat lampiran 03), koperasi, kredit mikro, perbankan 9. Penyusunan Direktori Pelaku STBM Indonesia 10. Penyusunan Eksisting & Kebutuhan Sanitarian Indonesia 11. Pelaksanaan Peningkatan Kapsitas Sanitarian Indonesia Program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan Peningkatan kebutuhan sanitasi: 12. Penyusunan strategi komunikasi pengarusutamaan perubahan perilaku melalui STBM 13. Pelaksanaan program komunikasi pengarusutamaan perubahan perilaku melalui STBM 14. Pembuatan SE Menkes tentang target tahunan setiap puskesmas 1 desa/kelurahan/ puskesmas mencapai ODF 15. Penyusunan dan sosialisasi panduan verifikasi ODF secara kuantitas dan kualitas 16. Penyusunan panduan monitoring dan evaluasi peningkatan akses sanitasi dan air minum layak berkelanjutan 17. Pertemuan evaluasi dan pembelajaran tahunan Kinerja STBM bersama daerah dan mitra kerja 39
  • 49. Strategi pelaksanaan Peningkatan penyediaan sanitasi: 6. Meningkatkan upaya penerapan Pemasaran Sanitasi Program strategis Program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan Desa/kelurahan ODF menuju Desa/ kelurahan 5 Pilar STBM: Peningkatan lingkungan yang kondusif: 7. Melakukan updating data desa/ kelurahan ODF sesuai dengan data dari provinsi 8. Melaksanakan peningkatan kapasitas dan berbagi pembelajaran STBM bagi pusat dan provinsi Peningkatan kebutuhan sanitasi 9. Melaksanakan pendokumentasian dan diseminasi Pembelajaran Sanitasi Total 5 Pilar STBM Peningkatan penyediaan sanitasi : 10. Menyusun pilihan opsi teknologi 5 pilar STBM dan kondisi daerah Program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan Kegiatan strategis Peningkatan penyediaan sanitasi: 18. Pelaksanaan Riset Pasar Sanitasi di provinsi sesuai kebutuhan 19. Penyusunan Panduan Pemasaran Sanitasi 20. Penyusunan Panduan Pilihan Opsi Teknologi dan Tukang Sanitasi untuk STBM sesuai dengan kondisi daerah 21. Pelatihan dan Pembentukan Forum Komunikasi Tukang Sanitasi sesuai dengan pilihan opsi teknologi dan kondisi daerah 22. Pelatihan dan Pembentukan Asosiasi Pengusaha Sanitasi sesuai dengan pilihan opsi teknologi dan kondisi daerah 23. Penyusunan kebutuhan dana, identifikasi sumber permodalan, dan pengembangan kerjasama untuk bisnis sanitasi 24. Penyusunan Panduan Monitoring Pemasaran Sanitasi Desa/kelurahan ODF menuju Desa/kelurahan 5 Pilar STBM: Peningkatan lingkungan yang kondusif: 25. Penyusunan sistem kompilasi data desa/ kelurahan ODF 26. Updating data desa/kelurahan ODF sesuai dengan data dari provinsi 27. Penyusunan Peta Kinerja STBM tahunan 28. Penyusunan Modul Peningkatan Kapasitas STBM bagi provinsi 29. Peningkatan Kapasitas dan berbagi pembelajaran STBM bagi provinsi Peningkatan kebutuhan sanitasi 30. Kegiatan dan Pertemuan Pembelajaran Pelaksanaan 5 Pilar STBM 31. Penyusunan Buku Pembelajaran Sanitasi Total 5 Pilar STBM Peningkatan penyediaan sanitasi : 32. Penyusunan pilihan opsi teknologi 5 pilar STBM dan kondisi daerah Untuk gambaran kerja sama Sanimas-SLBM dan STBM, dapat dilihat pada lampiran 03. 40
  • 50. Bab Enam PRIORITAS PELAKSANAAN KEGIATAN STRATEGIS ROADMAP PERCEPATAN STBM 2013 -2015 6.1 Prioritasi pelaksanaan kegiatan strategis Diusulkan tiga tahapan strategis menuju target percepatan STBM 2013– 2015: (1) Tahun pertama: penyiapan NSPM, peningkatan kapasitas dan pembelajaran, pelaksanaan 5 target utama, serta pemantauan dan evaluasi; (2) Tahun kedua: pelaksanaan percepatan, pelaksanaan target tambahan, serta pemantauan dan evaluasi; (3) Tahun ketiga: di tahun pertama RPJMN baru dan tahun terakhir MDGs 2015 : review terhadap apa yang diperoleh sampai RPJMN 2014 dan rencana untuk tahun terakhir MDGs 2015, pemantapan menuju Sanitasi Total serta pemantauan dan evaluasi. 41