3. SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten/Kota merupakan dokumen rencana dan program
pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya dalam periode
lima tahun, yang dilaksanakan secara terpadu oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, maupun oleh masyarakat/swasta, yang
mengacu pada rencana tata ruang, untuk menjamin
keberlangsungan kehidupan masyarakat yang berkualitas dan
mewujudkan pembangunan infrastruktur Cipta Karya yang
berkelanjutan. RPIJM telah diinisiasi sejak tahun 2005 melalui
Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya No. Pr. 02.03-Dc/496 tanggal 9 Desember
2005 tentang Penyusunan Program Investasi Jangka Menengah Pembangunan PU
Bidang Cipta Karya (Infrastruktur Permukiman) Kabupaten/Kota.
Sampai dengan akhir tahun 2012, telah tersusun RPIJM sebanyak 489 dokumen, yaitu
sebanyak 99 % kabupaten/kota di Indonesia telah memiliki RPIJM. Secara kuantitas,
RPIJM yang disusun telah cukup banyak, namun secara kualitas masih membutuhkan
penyempurnaan.
Buku pedoman ini merupakan penyempurnaan dari buku pedoman sebelumnya,
dengan memasukkan isu dan lingkungan strategis terbaru, baik di lingkungan internal
Cipta Karya maupun dari lingkungan eksternal secara umum. Melalui buku pedoman
ini, diharapkan penyempurnaan RPIJM dapat dilakukan dengan baik dalam rangka
peningkatan pembangunan Bidang Cipta Karya di Daerah.
i
Jakarta, Desember 2012
Budi Yuwono
Direktur Jenderal Cipta Karya
Kementerian Pekerjaan Umum
5. KATA PENGANTAR DIREKTUR BINA PROGRAM
Pada era desentralisasi saat ini, Pemerintah Daerah perlu
meningkatkan komitmennya dalam pengembangan infrastruktur
bidang Cipta Karya. Sesuai dengan tugasnya, Direktorat Jenderal
Cipta Karya memfasilitasi pemerintah kabupaten/kota serta
provinsi untuk menyiapkan perencanaan program bidang Cipta
Karya secara terpadu melalui Rencana Program Investasi Jangka
Menengah (RPIJM) bidang Cipta Karya.
RPIJM bidang Cipta Karya menjadi acuan bagi pemrograman
dan penganggaran pembangunan bidang Cipta Karya, sekaligus sebagai rencana
tindak bagi pemerintah kabupaten/kota serta provinsi untuk membangun infrastruktur
bidang Cipta Karya secara terpadu, efisien, dan efektif. Keterpaduan ini meliputi
keterpaduan sektor (pengembangan permukiman, penataan bangunan dan
lingkungan, pengembangan air minum, dan pengembangan penyehatan lingkungan
permukiman), serta keterpaduan pendanaan. RPIJM bidang Cipta Karya juga berfungsi
untuk mengakomodasikan kebutuhan infrastruktur permukiman di daerah serta
menjawab isu strategis terkini.
Mengingat fungsinya yang penting, RPIJM bidang Cipta Karya perlu disiapkan oleh
setiap pemerintah kabupaten/kota bersama pemerintah provinsi dengan kualitas yang
baik. Untuk itu, buku pedoman ini dibuat sebagai acuan pemerintah kabupaten/kota
serta pemerintah provinsi untuk menyusun RPIJM bidang Cipta Karya di daerah
masing-masing.
Diharapkan melalui penyusunan RPIJM bidang Cipta Karya yang berkualitas, maka
akan terwujud infrastruktur permukiman di perkotaan dan perdesaan yang layak,
produktif, berdaya saing, dan berkelanjutan.
iii
Jakarta, Desember 2012
Antonius Budiono
Direktur Bina Program
Direktorat Jenderal Cipta Karya
7. DAFTAR ISI
PEDOMAN PENYUSUNAN RPIJM
Sambutan Direktur Jenderal Cipta Karya .......................................................... i
Kata Pengantar Direktur Bina Program............................................................. iii
Daftar Isi............................................................................................................... v
Daftar Gambar ..................................................................................................... xi
Daftar Tabel ......................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Pengertian dan Kedudukan RPIJM................................................. 2
1.3 Maksud dan Tujuan ....................................................................... 5
1.4 Acuan Peraturan dan Perundangan................................................ 6
1.5 Prinsip Penyusunan RPIJM ........................................................... 9
1.6 Muatan Dokumen RPIJM ............................................................... 10
BAB II MEKANISME PENYUSUNAN DAN PENILAIAN RPIJM......................... 13
2.1 Hubungan Kerja Penyusunan RPIJM ............................................. 13
2.1.1 Unit Pelaksana di Pusat dan Daerah ..................................... 13
2.1.2 Tugas dan Tanggung Jawab Satgas Randal Pusat, Satgas
RPIJM Provinsi, dan Satgas RPIJM Kabupaten/Kota. ........... 14
2.2 Langkah Penyusunan RPIJM ......................................................... 19
2.3 Penilaian Kelayakan RPIJM............................................................ 22
BAB III PROFIL KABUPATEN/KOTA................................................................. 29
3.1 Gambaran Geografi dan Administratif Wilayah ............................... 29
3.2 Gambaran Demografi ..................................................................... 29
3.3 Gambaran Topografi....................................................................... 29
3.4 Gambaran Geohidrologi ................................................................. 29
v
8. 3.5 Gambaran Geologi ......................................................................... 30
3.6 Gambaran Klimatologi .................................................................... 30
3.7 Kondisi Sosial dan Ekonomi .......................................................... 30
BAB IV KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA 31
4.1 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota ................. 31
4.2 Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) ............................................................................ 32
4.3 Arahan Kebijakan dan Strategi Perkotaan Daerah (KSPD)............. 32
4.4 Arahan Rencana Induk Sistem PAM Kabupaten/Kota (RISPAM) ... 32
4.5 Arahan Strategi Sanitasi Kota (SSK) .............................................. 33
4.6 Arahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) ............. 34
4.7 Arahan Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur
Perkotaaan (SPPIP) Kabupaten/Kota ............................................ 34
4.8 Arahan Pengembangan Kawasan (RPKPP) ................................... 35
4.9 Integrasi Strategi Pembangunan Kab/Kota dan Sektor ................... 35
4.9.1 Strategi Pembangunan Kabupaten/Kota ............................. 35
4.9.2 Strategi Pembangunan Kawasan ........................................ 36
BAB V ASPEK TEKNIS PER SEKTOR .............................................................. 37
5.1 Pengembangan Permukiman....................................................... 37
5.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan............................. 37
5.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan,
dan Tantangan.................................................................... 42
5.1.3 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman............... 46
5.1.4 Program-Program Sektor Pengembangan
Permukiman........................................................................ 48
5.1.5 Usulan Program dan Kegiatan ............................................ 52
vi
9. 5.2 Penataan Bangunan dan Lingkungan......................................... 54
5.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan............................. 54
5.2.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan,
dan Tantangan.................................................................... 58
5.2.3 Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan .. 64
5.2.4 Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan PBL .......... 67
5.2.5 Usulan Program dan Kegiatan ............................................ 71
5.3 Sistem Penyediaan Air Minum..................................................... 74
5.3.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan............................. 74
5.3.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan,
dan Tantangan.................................................................... 76
5.3.3 Analisis Kebutuhan Sistem Penyediaan Air Minum ............. 85
5.3.4 Program dan Kriteria Kesiapan, serta Skema Kebijakan
Pendanaan Pengembangan SPAM..................................... 89
5.3.5 Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan SPAM........ 93
5.4 Penyehatan Lingkungan Permukiman ........................................... 97
5.4.1 Air Limbah........................................................................... 97
5.4.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan ............... 97
5.4.1.2 Isu strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan
dan Tantangan ...................................................... 98
5.4.1.3 Analisis Kebutuhan Pengelolaan Air Limbah.......... 105
5.4.1.4 Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan
Air Limbah ............................................................. 107
5.4.2 Persampahan...................................................................... 110
5.4.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan ............... 110
5.4.2.2 Isu strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan
Tantangan ............................................................. 112
5.4.2.3 Analisis Kebutuhan Persampahan......................... 123
vii
10. 5.4.2.4 Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan
Persampahan ........................................................ 125
5.4.3 Drainase.............................................................................. 128
5.4.3.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan .............. 128
5.4.3.2 Isu strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan
dan Tantangan ...................................................... 130
5.4.3.3 Analisis Kebutuhan Drainase................................. 136
5.4.3.4 Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan
Drainase................................................................ 137
5.4.4 Usulan Program dan Kegiatan serta Pembiayaan Proyek ... 139
5.4.4.1 Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan
Sanitasi.................................................................. 139
5.4.4.2 Usulan Pembiayaan Pengembangan Sanitasi ....... 140
BAB VI ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL .................................................... 143
6.1 Aspek Lingkungan .......................................................................... 143
6.1.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) ......................... 145
6.1.2 AMDAL, UKL-UPL dan SPPLH ........................................... 156
6.2 Aspek Sosial................................................................................... 162
6.2.1 Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang
Cipta Karya ........................................................................ 165
6.2.2 Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang
Cipta Karya ......................................................................... 167
6.2.3 Aspek Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan
Bidang Cipta Karya ............................................................ 169
BAB VII ASPEK PEMBIAYAAN......................................................................... 171
7.1 Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidan Cipta Karya ......................... 171
viii
11. 7.2 Profil APBD Kabupaten/Kota .......................................................... 175
7.3 Profil Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya ........................ 177
7.3.1 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya
Bersumber Dari APBN dalam 5 Tahun................................ 177
7.3.2 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya
Bersumber Dari APBD dalam 5 Tahun................................ 178
7.3.3 Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Bidang
Cipta Karya dalam 5 tahun.................................................. 180
7.3.4 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya
Bersumber dari Swasta ....................................................... 181
7.4 Proyeksi dan Rencana Investasi Pembangunan Bidang Cipta
Karya.............................................................................................. 182
7.4.1 Proyeksi APBD 5 tahun ke depan ....................................... 182
7.4.2 Rencana Pembiayaan Perusahaan Daerah
5 tahun ke depan ................................................................ 185
7.4.3 Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang
Cipta Karya 5 tahun ke depan ............................................. 185
7.5. Analisis Keterpaduan Strategi Peningkatan Investasi
Pembangunan Bidang Cipta Karya ................................................ 185
7.5.1 Analisis Kemampuan Keuangan Daerah............................. 186
7.5.2 Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya ............ 186
BAB VIII ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN/KOTA................................... 187
8.1 Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya ..................... 187
8.2 Kondisi Kelembagaan Saat Ini........................................................ 193
8.2.1 Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya ....................... 193
8.2.2 Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya ..................... 194
8.2.3 Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya. 195
8.3 Analisis Kelembagaan .................................................................... 196
8.3.1 Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya....................... 196
ix
12. 8.3.2 Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya..................... 197
8.3.3 Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang
Cipta Karya ......................................................................... 197
8.3.4 Analisis SWOT Kelembagaan ............................................. 198
8.4 Rencana Pengembangan Kelembagaan ........................................ 200
8.4.1 Rencana Pengembangan Keorganisasian .......................... 200
8.4.2 Rencana Pengembangan Ketatalaksanaan ........................ 200
8.4.3 Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM).... 201
BAB IX MATRIKS RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG CIPTA KARYA....................................................................... 203
9.1 Matriks Program Investasi RPIJM Kabupaten/Kota ........................ 203
9.2 Matriks Keterpaduan Program Investasi RPIJM Kabupaten/Kota ... 205
Daftar Peristilahan Dan Singkatan ..................................................................... 207
x
13. DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kedudukan RPIJM dalam Sistem Perencanaan Pembangunan
Infrastruktur Bidang Cipta Karya .............................................................. 4
Gambar 1.2 Keterkaitan RTRW, SPPIP, RPIJM dan KSPD......................................... 5
Gambar 2.1 Keterkaitan Organisasi Penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota .................. 14
Gambar 2.2 Contoh SK Bupati/Walikota Pembentukan Satgas RPIJM
Kabupaten/Kota....................................................................................... 18
Gambar 2.3 Langkah Penyusunan Dokumen RPIJM Kabupaten/Kota Bidang Cipta
Karya ....................................................................................................... 20
Gambar 2.4 Skema Penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota........................................... 21
Gambar 5.1 Alur Program Pengembangan Permukiman ............................................ 49
Gambar 5.2 Lingkup Tugas PBL ................................................................................. 57
Gambar 5.3 Pembagian Kewenangan Pengembangan SPAM.................................... 92
Gambar 5.4 Sistem Pengolahan Air Limbah Setempat/On-Site dan Komunal ............. 108
Gambar 5.5 Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat/Off Site (skala kota) ................. 110
Gambar 5.6 Sistem Pengelolaan Sampah................................................................... 128
Gambar 5.7 Sistem Drainase Perkotaan ..................................................................... 138
Gambar 7.1 Contoh Grafik Perkembangan Proporsi Pendapatan dan Belanja dalam
APBD....................................................................................................... 177
Gambar 7.2 Contoh Grafik Proporsi Belanja Cipta Karya terhadap APBD................... 179
Gambar 8.1 Keorganisasian Pemerintah Kabupaten/Kota........................................... 188
Gambar 8.2 Pola Pikir Penyusunan Reformasi Birokrasi PU 2010-2014 dan Cipta
Karya ....................................................................................................... 191
xi
15. DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Indikator Penilaian RPIJM........................................................................... 23
Tabel 4.1 Matriks Strategi Pembangunan Kabupaten Kota......................................... 36
Tabel 4.2 Matriks Strategi Pembangunan Kawasan Prioritas...................................... 36
Tabel 5.1 Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Skala
Kota/Kabupaten.......................................................................................... 43
Tabel 5.2 Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan Walikota/Peraturan
Bupati/peraturan lainnya terkait Pengembangan Permukiman.................... 43
Tabel 5.3 Data Kawasan Kumuh di Kabupaten/Kota X Tahun Y................................. 44
Tabel 5.4 Data Kondisi RSH di Kabupaten/Kota X Tahun Y ....................................... 44
Tabel 5.5 Data Kondisi Rusunawa di Kabupaten/Kota X ............................................ 44
Tabel 5.6 Data Program Perdesaan Di Kab./Kota X Tahun Y..................................... 44
Tabel 5.7 Data Kondisi Infrastruktur Perdesaan Di Kab./Kota X Tahun Y ................... 44
Tabel 5.8 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman
Kabupaten/Kota.......................................................................................... 46
Tabel 5.9 Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di Perkotaan
Untuk 5 tahun ............................................................................................. 47
Tabel 5.10 Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di
Perdesaan yang membutuhkan Penanganan Untuk 5 Tahun .................. 47
Tabel 5.11 Format Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman
Kabupaten/Kota.......................................................................................... 52
Tabel 5.12 Contoh Usulan Pembiayaan Proyek ........................................................... 52
Tabel 5.13 Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman
Kabupaten/Kota.......................................................................................... 53
Tabel 5.14 Isu Strategis sektor PBL di Kab/Kota .......................................................... 60
Tabel 5.15 Peraturan Daerah/Peraturan Walikota/Peraturan Bupati terkait Penataan
Bangunan dan Lingkungan ......................................................................... 61
Tabel 5.16 Penataan Lingkungan Permukiman ............................................................ 61
Tabel 5.17 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara ......................... 61
xiii
16. Tabel 5.18 Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan ................ 62
Tabel 5.19 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan
Lingkungan ................................................................................................. 63
Tabel 5.20 SPM Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan ..................................... 66
Tabel 5.21 Kebutuhan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan ........................... 67
Tabel 5.22 Contoh Tabel Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Penataan
Bangunan dan Lingkungan Kabupaten/Kota............................................... 72
Tabel 5.23 Contoh Kondisi Eksisting Pelayanan SPAM Kabupaten/Kota ..................... 78
Tabel 5.24 Contoh Identifikasi Permasalahan Pengembangan SPAM Aspek
Kelembagaan.............................................................................................. 81
Tabel 5.25 Contoh Identifikasi Permasalahan Pengembangan SPAM Aspek Teknis.... 81
Tabel 5.26 Contoh Identifikasi Permasalahan Pengembangan SPAM Aspek
Pembiayaan................................................................................................ 81
Tabel 5.27 Contoh Identifikasi Permasalahan Pengembangan SPAM Aspek Peran
Serta Masyarakat........................................................................................ 82
Tabel 5.28 Contoh Analisa Permasalahan melalui Perbandingan Alternatif
Pemecahan Masalah Pengembangan SPAM Aspek Kelembagaan............ 82
Tabel 5.29 Contoh Analisis Permasalahan melalui Perbandingan Alternatif
Pemecahan Masalah Pengembangan SPAM Aspek Teknis ....................... 83
Tabel 5.30 Contoh Analisis Permasalahan melalui Perbandingan Alternatif
Pemecahan Masalah Pengembangan SPAM Aspek Pembiayaan ............. 84
Tabel 5.31 Contoh Analisa Permasalahan melalui Perbandingan Alternatif
Pemecahan Masalah Pengembangan SPAM Aspek Peran Serta
Masyarakat ................................................................................................. 84
Tabel 5.32 Contoh Analisis Kebutuhan......................................................................... 86
Tabel 5.33 Analisis Kebutuhan Pengembangan SPAM ............................................... 88
Tabel 5.34 Lingkup Penyusunan RISPAM.................................................................... 90
Tabel 5.35 Skema Kebijakan Pendananaan Pengembangan SPAM............................ 92
Tabel 5.36 Contoh Tabel Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan SPAM......... 95
Tabel 5.37 Kapasitas Pelayanan Eksisting ................................................................... 100
xiv
17. Tabel 5.38 Cakupan Pelayanan Sistem Onsite............................................................. 100
Tabel 5.39 Cakupan Pelayanan air limbah komunitas berbasis masyarakat................. 101
Tabel 5.40 Cakupan Pelayanan air limbah Sistem Off-site ........................................... 101
Tabel 5.41 Parameter Teknis Wilayah.......................................................................... 101
Tabel 5.42 Contoh Permasalahan Pengelolaan Air Limbah Yang Dihadapi.................. 103
Tabel 5.43 Standar Pelayanan Minimal Bidang Cipta Karya berdasarkan Permen PU
No.14/PRT/M/2010 ..................................................................................... 105
Tabel 5.44 Contoh Analisis Kebutuhan dan Target Pencapaian Daerah....................... 106
Tabel 5.45 Contoh Teknis Operasional Pelayanan Persampahan Saat Ini ................... 114
Tabel 5.46 Contoh Kondisi Eksisting Pengembangan Persampahan............................ 115
Tabel 5.47 Contoh Permasalahan Pengelolaan Persampahan Yang Dihadapi............. 121
Tabel 5.48 Standar Pelayanan Minimal Bidang Cipta Karya berdasarkan Permen PU
No.14/PRT/M/2010 ..................................................................................... 122
Tabel 5.49 Contoh Analisis Kebutuhan dan Target Pencapaian Daerah....................... 123
Tabel 5.50 Contoh Kondisi Eksisting Pengembangan Drainase ................................... 132
Tabel 5.51 Contoh Identifikasi Permasalahan Pengelolaan Drainase Yang Dihadapi... 134
Tabel 5.52 Standar Pelayanan Minimal Bidang Cipta Karya berdasarkan Permen
PU No.14/PRT/M/2010 ............................................................................... 135
Tabel 5.53 Contoh Analisis Kebutuhan dan Target Pencapaian Daerah....................... 136
Tabel 5.54 Contoh Tabel Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan PLP
Kabupaten/Kota.......................................................................................... 141
Tabel 6.1 Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan Bidang Cipta Karya.............. 146
Tabel 6.2 Contoh Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyarakat
dalam penyusunan KLHS Bidang Cipta Karya............................................ 147
Tabel 6.3 Contoh Proses Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta
Karya ..................................................................................................... 148
Tabel 6.4 Contoh Tabel Identifikasi KRP .................................................................... 149
Tabel 6.5 Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu
Wilayah....................................................................................................... 150
Tabel 6.6 Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP ............................................... 151
xv
18. Tabel 6.7 Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS ................ 152
Tabel 6.8 Perbedaan Instrumen KLHS dan AMDAL ................................................... 153
Tabel 6.9 Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL.............................................. 156
Tabel 6.10 Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL tapi Wajib UKL-UPL.... 158
Tabel 6.11 Checklist Kebutuhan Analisis Perlindungan Lingkungan pada Program
Cipta Karya................................................................................................. 162
Tabel 6.12 Analisis Kebutuhan Penanganan Penduduk Miskin Kota/Kabupaten .......... 165
Tabel 6.13 Kajian Pengaruh Pelaksanaan Kegiatan Bidang Cipta Karya bagi
Pengarusutamaan Gender di Kota/Kabupaten X ........................................ 167
Tabel 6.14 Kegiatan Pembangunan Cipta Karya yang membutuhkan Konsultasi,
Pemindahan Penduduk dan Pemberian Kompensasi serta Permukiman
Kembali....................................................................................................... 169
Tabel 6.15 Identifikasi Kebutuhan Penanganan Aspek Sosial Pasca Pelaksanaan
Pembangunan Bidang Cipta Karya ............................................................. 170
Tabel 7.1 Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir .................... 175
Tabel 7.2 Perkembangan Belanja Daerah dalam 5 Tahun Terakhir............................ 176
Tabel 7.3 Perkembangan Pembiayaan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir.................... 176
Tabel 7.4 Tabel APBN Cipta Karya di Kabupaten/Kota dalam 5 Tahun Terakhir ........ 178
Tabel 7.5 Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kabupaten/Kota ...
dalam 5 Tahun Terakhir.............................................................................. 178
Tabel 7.6 Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya
dalam 5 Tahun Terakhir.............................................................................. 179
Tabel 7.7 Perkembangan DDUB dalam 5 Tahun Terakhir .......................................... 180
Tabel 7.8 Perkembangan KPS Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir.............. 181
Tabel 7.9 Proyeksi Pendapatan APBD dalam 5 Tahun ke Depan............................... 183
Tabel 7.10 Proyek Potensial yang Dapat Dibiayai dengan KPS dalam 5 Tahun Ke
Depan......................................................................................................... 185
Tabel 8.1 Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya ............................................. 194
Tabel 8.2 Inventarisasi SOP Bidang Cipta Karya........................................................ 195
Tabel 8.3 Komposisi Pegawai dalam Unit Kerja Bidang Cipta Karya .......................... 196
xvi
19. Tabel 8.4 Contoh Matriks Kebutuhan Sumber Daya Manusia..................................... 198
Tabel 8.5 Matriks Analisis SWOT Kelembagaan......................................................... 199
Tabel 8.6 Pelatihan Bidang Cipta Karya ..................................................................... 201
Tabel 9.1 Matriks Analisis SWOT Kelembagaan......................................................... 204
Tabel 9.2 Pelatihan Bidang Cipta Karya ..................................................................... 205
xvii
21. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk mewujudkan bangsa yang mandiri, adil, dan makmur seperti yang dicita-citakan
dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, salah
satu caranya adalah dengan mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan
berkeadilan melalui perwujudan permukiman tanpa kumuh. Untuk menunjang
lingkungan permukiman di tanah air, perlu dibangun prasarana dan sarana
permukiman yang mencukupi dan berkualitas yang dikelola secara profesional,
kredibel, mandiri, dan efisien. Di samping itu, RPJPN juga mengamanatkan bahwa
pembangunan bidang air minum dan sanitasi diarahkan pada upaya pemenuhan
kebutuhan dasar masyarakat serta untuk menunjang pertumbuhan ekonomi. Hal ini
ditekankan kembali dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2010-2014 yang menyatakan bahwa salah satu arahan kebijakan dalam
bidang pengembangan perumahan permukiman adalah meningkatkan aksesibiltas
masyarakat terhadap layanan air minum dan sanitasi yang memadai.
Arahan dalam RPJPN dan RPJMN terkait pembangunan infrastruktur permukiman
merupakan amanat yang harus diemban bersama oleh Pemerintah, Pemerintah
Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Dijelaskan dalam PP 38 Tahun
2007 bahwa Pemerintah Kabupaten/Kota berperan sebagai pelaksana pembangunan
infrastruktur fisik bidang Cipta Karya, sedangkan Pemerintah Pusat bertindak sebagai
pengatur, pembina, dan pengawas pembangunan infrastruktur permukiman di
Indonesia. Hal ini sesuai kebijakan desentralisasi yang dilakukan di Indonesia saat ini,
dimana pemerintah daerah dituntut untuk lebih berperan aktif dalam melayani dan
mensejahterakan masyarakat. Agar dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
bagi masyarakat, pemerintah daerah perlu merencanakan pembangunan
infrastruktur permukiman secara terpadu dengan mendayagunakan sumber daya
secara optimal, efisien, dan efektif sesuai dengan kaidah pembangunan berkelanjutan.
Berdasarkan hal tersebut, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan
Umum, dalam mengemban tugasnya sebagai perumus dan pelaksana kebijakan dan
standar teknis bidang Cipta Karya, mengambil inisiatif untuk mendukung pemerintah
kabupaten/kota dalam menyiapkan perencanaan program khusus bidang Cipta Karya
yang diberi nama Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) bidang Cipta
Karya. RPIJM ini dikembangkan sebagai upaya Ditjen Cipta Karya dalam
1
22. melaksanakan pembangunan infrastruktur permukiman secara merata di seluruh
wilayah tanah air dengan cara yang lebih terpadu, efisien dan efektif sehingga dapat
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi seluruh masyarakat. RPIJM mulai
dirintis sejak tahun 2005 berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya No.
Pr. 02.03-Dc/496 perihal Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya. Sebagai tindak
lanjut dari Surat Edaran tersebut, Ditjen Cipta Karya juga telah menyusun Buku
Pedoman Penyusunan RPIJM bidang Cipta Karya sebagai panduan bagi pemerintah
kabupaten/kota dalam menyusun RPIJM.
RPIJM merupakan dasar pemrograman dan penganggaran di lingkungan Ditjen Cipta
Karya. Mengingat fungsinya yang cukup penting, maka RPIJM sudah sepatutnya
memiliki kualitas yang baik serta disiapkan secara rasional, inklusif, dan terpadu. Oleh
karena itu, dalam rangka peningkatan kualitas RPIJM perlu dilakukan penyempurnaan
Pedoman Penyusunan RPIJM. Dalam pedoman RPIJM yang baru, substansi dokumen
akan ditajamkan sesuai dengan kebijakan baru dan perubahan pengaturan terkait
bidang Cipta Karya. Selain itu, penyusunan dokumen RPIJM perlu mempertimbangkan
kemampuan keuangan, kelembagaan daerah, serta dampak pembangunan
infrastruktur permukiman terhadap lingkungan dan kondisi sosial setempat. Dengan
adanya Pedoman RPIJM yang baru, diharapkan Pemerintah Kabupaten/Kota dapat
menggerakkan semua sumber daya secara optimal dalam memenuhi kebutuhan
pembangunan infrastruktur permukiman, sekaligus mendukung upaya percepatan
pencapai sasaran nasional pembangunan bidang Cipta Karya.
1.2 Pengertian dan Kedudukan RPIJM
Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang Cipta Karya atau disingkat
sebagai RPIJM Cipta Karya adalah dokumen rencana dan program pembangunan
infrastruktur bidang Cipta Karya dalam periode lima tahun, yang dilaksanakan secara
terpadu oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, maupun oleh masyarakat/swasta, yang
mengacu pada rencana tata ruang, untuk menjamin keberlangsungan kehidupan
masyarakat yang berkualitas dan mewujudkan pembangunan infrastruktur Cipta Karya
yang berkelanjutan.
Dokumen ini disusun pada tingkat Kabupaten/Kota dan bersifat multi sektoral, multi
stakeholder, dan multi pendanaan. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan multi sektor
adalah RPIJM meliputi sektor-sektor di lingkungan Ditjen Cipta Karya yaitu
Pengembangan Air Minum, Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman,
Pengembangan Permukiman, dan Penataan Bangunan dan Lingkungan. Adapun
maksud dari multi stakeholder adalah para pemangku kepentingan yang terkait turut
2
23. dilibatkan dalam proses penyusunan dan implementasi RPIJM sesuai kewenangan
dan peranannya masing-masing. Stakeholder yang terkait dalam RPIJM meliputi
pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, masyarakat dan dunia usaha. Sedangkan
maksud dari multi-pendanaan adalah sumber pembiayaan infrastruktur permukiman
dalam RPIJM tidak hanya berasal dari pemerintah pusat, tetapi juga pemerintah
provinsi, pemerintah kabupaten/kota, serta dunia usaha dan masyarakat.
RPIJM disusun oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dengan difasilitasi oleh Ditjen Cipta
Karya dan Pemerintah Provinsi. Sebagai dokumen teknis, RPIJM sudah harus
menampung aspirasi pemangku kepentingan lokal dan aspirasi masyarakat. Dalam
penyusunannya, RPIJM harus ditekankan pada proses partisipasi melalui dialog
dengan seluruh pemangku kepentingan sehingga dapat diterima oleh semua pihak
sebagai acuan pembangunan infrastruktur bersama. Dengan demikian, maka
pembangunan infrastruktur permukiman bisa ditangani atau dibiayai secara bersama-sama
oleh para pemangku kepentingan.
RPIJM tidak dimaksudkan untuk menggantikan fungsi RPJMD ataupun Renstra SKPD,
namun RPIJM merupakan dokumen teknis operasional pembangunan bidang Cipta
Karya yang berisikan rencana investasi sesuai kebutuhan dan kemampuan daerah.
RPIJM disusun dengan mengacu pada kebijakan spasial dan sektoral, baik di tingkat
nasional maupun daerah. Kebijakan spasial meliputi RTRWN, RTRW Provinsi, dan
RTRW Kabupaten/Kota. Sedangkan kebijakan sektoral terdiri dari RPJMN, RPJMD
Provinsi, dan RPJMD Kabupaten/Kota. Disamping itu, RPIJM juga mengacu pada
Kebijakan dan Strategi Perkotaan Nasional serta Kebijakan dan Strategi Perkotaan
Daerah. Adapun, skema kedudukan RPIJM dalam sistem perencanaan pembangunan
bidang Cipta Karya dapat dilihat pada gambar 1.1.
3
24. Gambar 1.1 Kedudukan RPIJM dalam Sistem Perencanaan Pembangunan
Infrastruktur Bidang Cipta Karya
Sesuai dengan skema di atas, integrasi dan sinkronisasi setiap strategi sektor sangat
penting, termasuk antara Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM),
Strategi Sanitasi Kota (SSK), serta Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
Dokumen sektoral ini terintegrasi dalam Strategi Pembangunan Permukiman dan
Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) yang memberikan arahan pembangunan infrastruktur
skala kota/kabupaten. Selanjutnya, SPPIP ini akan diturunkan ke dalam Rencana
Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) dengan skala kawasan.
RPIJM perlu mempertimbangkan dokumen-dokumen teknis ini sehingga perencanaan
pembangunan infrastruktur permukiman menjadi lebih terarah dan terpadu. Keterkaitan
substansi antara dokumen teknis dipaparkan pada gambar 1.2.
RPIJM yang telah disusun kemudian akan dituangkan ke dalam rencana program
tahunan berupa Memorandum Program yang merupakan kesepakatan bersama antara
pemerintah, provinsi, dan kabupaten/kota terkait rencana kegiatan di suatu
Kabupaten/Kota dalam jangka waktu 5 tahun.
4
25. Sumber : Dit. Bina Program DJCK, 2012
Gambar 1.2 Keterkaitan RTRW, SPPIP, RPIJM dan KSPD
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud RPIJM yaitu untuk mewujudkan kemandirian kabupaten/kota dalam
penyelenggaraan pembangunan infrastruktur permukiman yang berkelanjutan,
menciptakan kualitas kehidupan masyarakat yang sejahtera selaras dengan tujuan
pembangunan nasional.
Sedangkan tujuan RPIJM adalah sebagai dokumen yang dijadikan acuan dalam
perencanaan program dan anggaran serta pembangunan infrastruktur Bidang Cipta
Karya yang berasal dari berbagai sumber pendanaan, baik APBN, APBD Propinsi,
APBD Kabupaten/Kota, maupun sumber pendanaan lainnya. RPIJM memuat rencana
program dan investasi dalam jangka waktu lima tahun yang mencakup sektor-sektor
yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya, yaitu Pengembangan Permukiman,
Penataan Bangunan dan Lingkungan, Sistem Penyediaan Air Minum, dan Penyehatan
Lingkungan Permukiman (air limbah permukiman, persampahan, dan drainase).
5
26. 1.4 Acuan Peraturan dan Perundangan
Perangkat peraturan perundangan yang dijadikan acuan dalam penyusunan RPIJM
Bidang Cipta Karya, adalah sebagai berikut:
Undang – Undang (UU)
• UU No. 02 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk
Kepentingan Umum;
• UU No. 01 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman;
• UU No. 20 Tahun 2011 Tentang Rumah Susun;
• UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
• UU No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah;
• UU No. 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional;
• UU No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal;
• UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang;
• UU No. 07 Tahun 2004 Tentang Sumberdaya Air;
• UU No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
• UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah;
• UU No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah;
• UU No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan;
• UU No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung.
Peraturan Pemerintah (PP)
• PP No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga
• PP No. 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah;
• PP No. 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;
• PP No. 34 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Perkotaan;
• PP No. 07 Tahun 2008 Tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan;
• PP No. 42 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sumber Daya Air;
• PP No. 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
• PP No. 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota;
• PP No. 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah;
6
27. • PP No. 2 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau
Penerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri;
• PP No. 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara atau Daerah;
• PP No. 5 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan;
• PP No. 16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan SPAM;
• PP No. 36 tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksanaan UUBG (Undang Undang
Bangunan Gedung);
• PP No. 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;
• PP No. 65 Tahun 2005 Tentang Pedoman Penyusunan Penerapan Sistem
Penyediaan Air Minum.
Peraturan Presiden (Perpres)
• Perpres No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha
Dalam Penyediaan Infrastruktur;
• Perpres No. 05 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional 2010-2014;
• Perpres No. 13 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 67
Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam
Penyediaan Infrastruktur;
• Perpres No. 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025;
• Perpres No. 56 Tahun 2011 Tentang Perubahan Kedua Perpres No. 67 Tahun 2005
Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan
Infrastruktur;
• Perpres No. 65 Tahun 2011 Tentang Unit Percepatan Pembangunan Provinsi
Papua dan Provinsi Papua Barat;
• Perpres No. 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia;
• Perpres No. 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas
Rumah Kaca.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
• Permen PU No. 14/PRT/M/2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan
Kementerian PU yang Merupakan Kewenangan Pemerintah dan Dilaksanakan
Sendiri;
• Permen PU No. 02/PRT/M/2010 Tentang Rencana Strategis Kementerian
Pekerjaan Umum Tahun 2010-2014;
• Permen PU No. 12/PRT/M/2010 Tentang Pedoman Kerjasama Pengusahaan
Pengembangan SPAM;
7
28. • Permen PU No. 14/PRT/M/2010 Tentang SPM Bidang Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang;
• Permen PU No. 15/PRT/M/2010 Tentang Penggunaan DAK Bidang Infrastruktur;
• Permen PU No. 16/PRT/M/2010 Tentang Pedoman Teknis Pemeriksaan Berkala
Bangunan Gedung;
• Permen PU No. 01/PRT/M/2009 Tentang Penyelenggaraan Pengembangan SPAM
Bukan Jaringan Perpipaan;
• Permen PU No. 10/PRT/M/2008 Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha
dan/atau Kegiatan Bidang PU yang Wajib Dilengkapi Dengan UKL dan UPL;
• Permen PU No. 16/PRT/M/2008 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNP-SPALP);
• Permen PU No. 06/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Umum Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan;
• Permen PU No. 18/PRT/M/2007 Tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air
Minum;
• Permen PU No. 20/PRT/M/2006 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (KSNP-SPAM);
• Permen PU No. 21/PRT/M/2006 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP);
• Permen PU No. 494/PRT/M/2005 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan Perkotaan (KSNP Kota).
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (Permen LH)
• Permen LH No. 05 Tahun 2012 Tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
Wajib AMDAL;
• Permen LH No. 09 Tahun 2011 Tentang Pedoman Umum KLHS;
• Permen LH No. 13 Tahun 2010 Tentang UKL – UPL dan SPPLH;
• Permen LH No. 14 Tahun 2010 Tentang Dokumen Lingkungan Hidup Bagi Usaha
dan/atau Kegiatan yang Telah Memiliki Izin Usaha dan/atau Kegiatan Tetapi Belum
Memiliki Dokumen Lingkungan Hidup.
Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri)
• Permendagri No. 57 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Perkotaan;
• Permendagri No. 33 Tahun 2008 Tentang Pedoman Hubungan Kerja Organisasi
Perangkat Daerah dalam Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;
• Permendagri No. 57 Tahun 2007 Tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi
Perangkat Daerah;
8
29. • Permendagri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
yang direvisi menjadi Permendagri Nomor 59 Tahun 2007.
Peraturan Kementerian Lainnya
• Peraturan Menteri Bappenas No 3 Tahun 2012 Tentang Panduan Umum
Pelaksanaan KPS dalam Pembangunan Infrastruktur;
• Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 Tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum;
• Keputusan Menteri PAN Nomor: KEP/75/M.PAN/7/2004 Tentang Pedoman
Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja dalam Rangka
Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil.
1.5 Prinsip Penyusunan RPIJM
Prinsip dasar RPIJM secara sederhana adalah:
1. Multi Tahun, yang diwujudkan dalam kerangka waktu 5 (lima) tahun untuk
rencana investasi yang disusun.
2. Multi Sektor, yaitu mencakup sektor/bidang pengembangan kawasan
permukiman, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan
sistem pelayanan persampahan, pengembangan sistem pelayanan air limbah,
pengembangan sistem pematusan kota/drainase, peningkatan kualitas kawasan
kumuh dan peremajaan permukiman, penanganan kawasan kumuh,
pengembangan kawasan dan ruang terbuka hijau, serta penanggulangan
kebakaran dan penataan bangunan gedung.
3. Multi Sumber Pendanaan, yaitu memadukan sumber pendanaan pemerintah,
sumber pendanaan swasta, dan masyarakat. Sumber pendanaan pemerintah
dapat terdiri dari APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten/Kota, sedangkan dana
swasta dapat berupa Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) dan Coorporate Social
Responsibility (CSR). Masyarakat pun dapat berkontribusi dalam pemberdayaan
masyarakat, misalnya dalam bentuk barang dan jasa.
4. Multi Stakeholder, yaitu melibatkan Masyarakat, Pemerintah, dan Swasta
sebagai pelaku pembangunan dalam proses penyusunan RPIJM maupun pada
saat pelaksanaan program.
5. Partisipatif, yaitu memperhatikan kebutuhan dan kemampuan daerah
(kabupaten/kota dan provinsi) sesuai karakteristik setempat (bottom-up).
Diharapkan dengan 5 prinsip dasar tersebut, dapat diwujudkan pembangunan yang
efektif dan efisien, serta mendorong kemandirian daerah yang untuk menyusun
9
30. program yang layak dan handal sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Indonesia. RPIJM ini juga bersifat dinamis, dimana setiap tahunnya
diperlukan review terhadap program-program pembangunan yang tercantum di dalam
dokumen RPIJM, sehingga dihasilkan rencana pembangunan infrastruktur yang
mutakhir sesuai perkembangan kebutuhan daerah.
1.6 Muatan Dokumen RPIJM
Secara substansi muatan RPIJM Kabupaten/Kota terdiri 8 (delapan) bab yaitu:
Bab 1 Pendahuluan
Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai latar belakang, maksud dan
tujuan RPIJM, dasar hukum penyusunan RPIJM, dan mekanisme penyusunan
RPIJM.
Bab 2 Profil Kabupaten/Kota
Pada bab ini berisikan penjelasan profil umum Kabupaten/Kota seperti batas
administrasi wilayah, demografi, geografi, topografi, geohidrologi, geologi,
klimatologi, serta kondisi sosial dan ekonomi wilayah.
Bab 3 Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten/Kota
Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai kebijakan dan strategi dokumen
rencana seperti Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Kebijakan dan Strategi
Perkotaan Daerah (KSPD), Strategi Pengembangan Permukiman dan
Infrastruktur Perkotaan (SPPIP), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
(RTBL), Rencana Induk Sistem PAM (RISPAM), Strategi Sanitasi Kota (SSK),
dan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP),
serta penjelasan mengenai Keterpaduan Strategi dan Rencana Pembangunan
pada skala Kabupaten/Kota maupun kawasan.
Bab 4 Aspek Teknis Per Sektor
Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai rencana program investasi
infrastruktur Bidang Cipta Karya seperti rencana pengembangan permukiman,
rencana penataan bangunan dan lingkungan (PBL), rencana pengembangan
sistem penyediaan air minum, dan rencana penyehatan lingkungan
permukiman (PLP). Pada setiap sektor dijelaskan isu strategis, kondisi
eksisting, permasalahan, dan tantangan daerah; analisis kebutuhan; serta
usulan program dan pembiayaan masing – masing sektor.
10
31. Bab 5 Aspek Lingkungan dan Sosial
Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai gambaran umum dan kondisi
eksisting lingkungan, analisis perlindungan lingkungan dan sosial seperti
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), AMDAL, UKL – UPL, dan SPPLH,
serta perlindungan sosial pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun
pasca pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya.
Bab 6 Aspek Pembiayaan
Bab ini berisikan penjelasan mengenai Profil APBD Kabupaten/Kota, profil
investasi dan proyeksi investasi dalam pembangunan Bidang Cipta Karya,
serta strategi peningkatan investasi bidang Cipta Karya.
Bab 7 Aspek Kelembagaan Kabupaten/Kota
Bab ini berisikan penjelasan mengenai aspek kelembagaan Cipta Karya di
daerah yang fokus kepada aspek keorganisasian, aspek ketatalaksanaan, dan
aspek sumber daya manusia. Dari ketiga aspek tersebut dijelaskan kondisi
eksisting, analisis permasalahan dan rencana pengembangannya.
Bab 8 Matriks Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang Cipta Karya
Pada bab ini berisikan matriks program investasi RPIJM Kabupaten/Kota dan
matriks keterpaduan program investasi RPIJM Kabupaten/Kota.
11
33. BAB II
MEKANISME PENYUSUNAN DAN PENILAIAN RPIJM
2.1 Hubungan Kerja Penyusunan RPIJM
2.1.1 Unit Pelaksana di Pusat dan Daerah
Penyusunan RPIJM bidang Cipta Karya kabupaten/kota pada dasarnya melibatkan
pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota. Pemerintah
pusat, dalam hal ini Ditjen Cipta Karya, bertindak sebagai pembina. Sedangkan,
pemerintah provinsi berperan sebagai fasilitator, dan pemerintah kabupaten/kota
merupakan penyusun dari dokumen RPIJM.
Di dalam mekanisme penyusunanan RPIJM Cipta Karya terdapat unit pelaksanaan di
Pusat dan Daerah. Pada tingkat pusat dibentuk Satgas RPIJM/Randal yang terdiri dari
pejabat yang mewakili Direktorat Bina Program, Direktorat Pengembangan
Permukiman, Direktorat Tata Bangunan dan Lingkungan, Direktortat Pengembangan
Air Minum, Direktorat Pengembangan PLP, dan Sekretariat Ditjen Cipta Karya. Dalam
Direktorat Bina Program Cipta Karya juga terdapat Koordinator Wilayah (Korwil) yang
terdiri dari Kasubdit Program dan Anggaran (Korwil Sumatera), Kasubdit Evaluasi
Kinerja (Korwil Jawa), Kasubdit Kerjasama Luar Negeri (Korwil Kalimantan, Bali dan
Nusa Tenggara), Kasubdit Data dan Informasi (Korwil Sulawesi), serta Kasubdit
Kebijakan dan Strategi (Korwil Maluku dan Papua), sesuai dengan SK Dirjen Cipta
Karya No. 25/KPTS/DC/2012.
Pada tingkat provinsi, dibentuk satgas RPIJM yang berfungsi memfasilitasi antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam penyusunan RPIJM. Satgas
Provinsi dapat dibentuk melalui SK Gubernur/Sekda. Adapun anggotanya terdiri dari
unsur Bappeda, Dinas PU/CK/Permukiman, BPLHD, Dispenda, SKPD terkait
pembangunan Cipta Karya, dan Satker-Satker Cipta Karya Provinsi.
Sementara di tingkat kabupaten/kota, dibentuk satgas RPIJM Kabupaten/Kota yang
bertugas menyusun RPIJM. Satgas dibentuk dengan SK Bupati/Walikota dengan
anggota terdiri dari unsur Bappeda, Dinas PU/CK/Permukiman, BPLHD, Dispenda,
SKPD terkait pembangunan Cipta Karya, dan PDAM.
Adapun keterkaitan organisasi dalam penyusun RPIJM tercermin pada gambar 2.1.
13
34. Sumber : Dit. Bina Program, DJCK 2012
Gambar 2.1 Keterkaitan Organisasi Penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota
2.1.2 Tugas dan Tanggung Jawab Satgas Randal Pusat, Satgas RPIJM Provinsi
dan Satgas RPIJM Kabupaten/Kota
Setiap tingkatan Satgas RPIJM/Randal mempunyai tugas dan tanggung jawabnya
masing-masing yang diatur dalam SK Dirjen Cipta Karya No. 25/KPTS/DC/2012.
Berdasarkan SK tersebut, Satgas Randal Pusat bersama Korwil berperan sebagai
Pembina dengan melakukan fungsi pengaturan, pembinaan dan pengawasan dalam
penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota. Satgas Randal Pusat memiliki tugas dan
tanggung jawabnya yaitu:
1. Tim Pengarah
a. Menentukan arah kebijakan pelaksanaan pendampingan dan fasilitasi dalam
perencanaan program pengendalian pelaksanaan program di Bidang Cipta
Karya; dan
b. Memberikan dukungan dalam perencanaan program Bidang Cipta Karya antara
Kabupaten/Kota, Provinsi, serta mitra kerjasama lainnya baik di dalam dan di luar
Kementerian PU.
14
35. 2. Kepala Satuan Tugas
a. Melaksanakan rencana program pendampingan perencanaan dan pengendalian
program Bidang Cipta Karya;
b. Melaksanakan pembinaan kepada daerah terkait perencanaan program Bidang
Cipta Karya;
c. Melaksanakan pembinaan kepada daerah terkait pengendalian dan pelaksanaan
program Bidang Cipta Karya;dan
d. Melakukan peningkatan kelembagaan dan kemampuan sumber daya manusia
Randal Provinsi untuk meningkatkan dan memperkuat tugas perencanaan dan
pengendalian program di Bidang Cipta Karya.
3. Koordinator Wilayah
a. Melaksanakan rencana aksi fasilitasi dan pendampingan bagi Kabupaten/Kota
melalui Pemerintah Provinsi untuk meningkatkan kualitas perencanaan Program
Bidang Cipta Karya;
b. Memantau pelaksanaan perencanaan dan pengendalian program Bidang Cipta
Karya di daerah, khususnya sampai dengan tataran Provinsi, dan tidak tertutup
kemungkinan bagi Kabupaten/Kota;
c. Memantau kualitas/kelayakan dan sinkronisasi muatan substansi dokumen
perencanaan program Bidang Cipta Karya yaitu RPIJM, Memorandum Program,
SPPIP, SSK, RISPAM, dan RTBL;
d. Mendampingi penyusunan pemuktahiran Pedoman Penyusunan Rencana
Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten/Kota;
e. Bersama Pemerintah Provinsi menjaring dan mensinkronisasikan usulan
program Bidang Cipta Karya tahun 2013 yang terpadu dengan berbagai sumber
pendanaan dan berbasiskan pada RPIJM Kabupaten/Kota;
f. Penajaman dan sosialisasi kualitas muatan substansi RPIJM Kabupaten/Kota
kepada Pemerintah Kabupaten/Kota;
g. Bersama dengan Pemerintah Provinsi mendampingi Kabupaten/Kota dalam
menyiapkan program Cipta Karya yang potensial dibiayai melalui alternatif
sumber pembiayaan Cipta Karya seperti CSR, PHLN, dll;
h. Memonitoring dan mengevaluasi terhadap penyempurnaan/pemuktahiran
dokumen – dokumen perencanaan program Bidang Cipta Karya yang telah
disusun oleh Pemerintah Kabupaten/Kota;
i. Membina dan mendampingi Provinsi dalam mengevaluasi tahunan dari
pelaksanaan program dan anggaran pembangunan bidang Cipta Karya; dan
j. Membina dan mendampingi Satuan Kerja Perencanaan dan Pengendalian
Program Infrastruktur Permukiman di tingkat pusat.
15
36. 4. Sekretariat
a. Melaksanakan tugas harian dan operasional dari Satuan Tugas Perencanaan
dan Pengendalian;
b. Mengumpulkan data dan informasi terkait dengan perencanaan dan
pengendalian program Bidang Cipta Karya;
c. Menyusun dan mengelola sistem knowledge management yang mampu memberi
wadah pembelajaran bagi seluruh stakeholder Randal;
d. Memfasilitasi koordinasi antara Randal Pusat dengan Randal Provinsi serta
Pemerintah Kabupaten/Kota;
e. Memfasilitasi dan membina Satuan Tugas Randal Provinsi untuk penyelesaian
permasalahan terkait proses pelaksanaan penyiapan perencanaan program dan
pengendalian pelaksanaan program Cipta Karya;
f. Memfasilitasi pelaksanaan pendampingan perencanaan dan pengendalian
Bidang Cipta Karya kepada Randal Provinsi dan termasuk kepada Pemerintah
Kabupaten/Kota;
g. Memberi dukungan teknis, administrasi dan logistik pada Kepala Satuan Tugas
dan Koordinator Wilayah;
h. Menyiapkan sumber data (kearsipan) dari pelaksanaan kegiatan perencanaan
dan pengendalian pelaksanaan program dari tahun yang sedang berjalan atau
yang sudah terlaksana; dan
i. Memberi masukan dan evaluasi hasil dari pelaksanaan perencanaan dan
pengendalian program bidang Cipta Karya kepada Kepala Satuan Kerja Randal
Pusat dan Koordinator Wilayah.
Satgas RPIJM/Randal pada tingkat Provinsi memiliki peran dalam melakukan
pendampingan penyusunan RPIJM yang dilakukan pemerintah kabupaten/kota di
wilayahnya. Satgas ini terdiri dari 3 tim yaitu tim pengarah, tim pelaksana, dan tim
sekretariat. Adapun tugas dari masing – masing tim tersebut yaitu:
1. Tim Pengarah
a. Memberikan arahan kebijakan untuk kegiatan Pendampingan Penyusunan
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang PU/Cipta Karya
Daerah Kota/Kabupaten/Propinsi;
b. Memberikan dukungan dalam kaitan dengan hubungan dengan pimpinan
instansi mitra kerjasama di dalam dan di Propinsi;
c. Memberikan dukungan dalam kaitan hubungan pada daerah
Kota/Kabupaten,dan Propinsi; dan
d. Menetapkan kebijakan program dan anggaran APBN yang layak mendukung
RPIJM Daerah Kota/Kabupaten dan Propinsi.
16
37. 2. Tim Pelaksana
a. Melaksanakan tugas pendampingan RPIJM Daerah Kota/Kabupaten;
b. Melaksanakan tugas pembangunan kelembagaan dan sumber daya manusia di
tingkat Kota dan Kabupaten, dengan pemberdayaan Satgas RPIJM di tingkat
Kota dan Kabupaten;
c. Melaksanakan tugas evaluasi atas usulan RPIJM Daerah Kota/Kabupaten yang
akan dihasilkan dari proses pendampingan ini;
d. Melaksanakan evaluasi guna perbaikan dan penyempurnaan terus menerus
pendampingan RPIJM Daerah Kota/Kabupaten.
3. Tim Sekretariat
a. Melaksanakan tugas untuk memberi dukungan teknis, administrasi, dan logistik
pada Tim Pengarah dan Tim Pelaksana;
b. Menyelenggarakan sistem informasi manajemen untuk pengendalian dan
evaluasi pelaksanaan RPIJM Kota/Kabupaten; dan
c. Melaksanakan tugas lain yang diinstruksikan oleh Tim Pengarah dan Pelaksana.
Peran Satgas RPIJM/Randal Kabupaten/Kota pada dasarnya adalah sebagai perumus
dokumen RPIJM. Pembentukan Satgas Penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota ini
ditetapkan oleh Keputusan Bupati/Walikota. Sebagaimana halnya Satgas provinsi,
Satgas tingkat Kabupaten/Kota terdiri dari 3 tim yang memiliki tugas dan tanggung
jawab masing-masing, yaitu:
1. Pengarah
a. Memberikan arahan kebijakan kegiatan Pendampingan Penyusunan RPIJM
Bidang Pekerjaan Umum/Cipta Karya Daerah Kabupaten/Kota;
b. Memberikan dukungan dalam kaitan dengan hubungan dengan pimpinan
instansi terkait mitra kerjasama; dan
c. Memberikan dukungan dalam kaitan hubungan pada Daerah Kabupaten/Kota.
2. Pelaksana
a. Melaksanakan tugas pendampingan RPIJM Daerah Kabupaten/Kota;
b. Melaksanakan tugas pembangunan kelembagaan dan sumber daya manusia
tingkat Kabupaten/Kota;
c. Menyusun RPIJM Bidang Pekerjaan Umum/Cipta Karya ;
d. Melaksanakan tugas evaluasi atas usulan RPIJM Daerah Kabupaten/Kota yang
akan dihasilkan dari proses pendampingan;
e. Melaksanakan evaluasi guna perbaikan dan penyempurnaan secara terus
menerus Pendampingan RPIJM Kabupaten/Kota.
17
38. 3. Sekretariat
a. Memberi dukungan teknis administrasi, dan logistik pada Satgas Pengarah dan
Pelaksana;
b. Menyelenggarakan sistem informasi manajemen untuk pengendalian dan
evaluasi pelaksanaan RPIJM Daerah Kabupaten/Kota; dan
c. Melaksanakan tugas lain yang ditugaskan oleh pengarah dan pelaksana.
Gambar 2.2 Contoh SK Bupati/Walikota Pembentukan Satgas RPIJM Kabupaten/Kota
18
39. Dalam dokumen RPIJM yang disusun oleh pemerintah kabupaten/kota harus
dilampirkan SK Bupati/Walikota yang menjadi dasar pembentukan Satgas RPIJM
Kabupaten/Kota. Adapun contoh dari SK tersebut adalah seperti gambar 2.2.
2.2 Langkah Penyusunan RPIJM
Dalam penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota harus mengacu pada dokumen
perencanaan spasial yang dituangkan dalam RTRW serta perencanaan pembangunan
yang dijabarkan dalam RPJMD. Di samping itu, RPIJM juga mengacu pada dokumen
perencanaan teknis bidang Cipta Karya seperti dokumen RPKPP, RI-SPAM, SSK,
RTBL, dan dokumen Strategi yang lain yang terkait dengan pengembangan wilayah.
Keseluruhan rencana teknis ini, terintegrasi dan tersinkronisasi dalam Strategi
Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP). SPPIP ini
memberikan arahan strategi makro pembangunan infrastruktur permukiman,
sedangkan RPIJM merupakan penjabaran program dari strategi tersebut.
Setelah memahami arahan yang ada dalam dokumen kebijakan dan rencana,
dilakukan analisis teknis untuk menghasilkan rencana program dan investasi di setiap
sektor. Proses analisis teknis ini diawali identifikasi isu strategis yang dapat
berpengaruh terhadap penyediaan infrastruktur permukiman, kondisi eksisting
infrastruktur permukiman, permasalahan yang menghambat, serta tantangan ke
depan. Setelah itu, dilakukan analisis kebutuhan infrastruktur permukiman disesuaikan
dengan kebutuhan dan kondisi lokal. Dari analisis tersebut akan muncul program-program
pembangunan sektoral yang perlu dilakukan di kabupaten/kota tersebut.
Apabila readiness criteria sudah terpenuhi, maka program-program sektoral yang telah
teridentifikasi tersebut dapat dikembangkan menjadi usulan program dan kegiatan
dalam bentuk rencana program dan investasi sektoral.
Selain melihat rencana investasi dari masing-masing sektor dalam penyusunan RPIJM
Kabupaten/Kota diperlukan suatu analisis terhadap keuangan daerah, kelembagaan
serta perlindungan terhadap lingkungan dan sosial. Analisis keuangan daerah
dimaksudkan untuk melihat kapasitas keuangan daerah dan sumber-sumber
pendanaan keuangan daerah dalam investasi pembangunan jangka menengah.
Sedangkan aspek kelembagaan menganalisis keorganisasian, tata laksana, dan
sumber daya manusia dalam implementasi RPIJM, dan analisis perlindungan
lingkungan dan sosial dimaksudkan untuk melindungi lingkungan dan sosial seperti
diperlukannya KLHS, AMDAL, atau konsultasi masyarakat.
19
40. Adapun langkah-langkah penyusunan dokumen RPIJM Kabupaten/Kota terlihat pada
Gambar 2.3.
Direktorat Bina Program
Koordinator
Wilayah
(Korwil)
Satker
Perencanaan
dan
Pengendalian
Persyaratan/
Kelengkapan Waktu Output Ket.
O U J U / O G C
No Aktivitas Satgas RPIJM
Kab/Kota
Satgas RPIJM
Provinsi
Satgas RPIJM Pusat
Bagian
Hukum
(Setditjen CK)
Direktorat
Pengembangan
Permukiman
Direktorat
Penataan
Bangunan
dan
Lingkungan
Direktorat
Pengembangan
Penyehatan
Lingkungan
Permukiman
Direktorat
Pengembangan
Air Minum
1 Review Outline Dokumen RPIJM Semua aspek sesuai
dengan Buku Pedoman
Penyusunan RPIJM
1 minggu
2 Check Terhadap Buku
Pedoman RPIJM T
Draft Outline Dokumen
RPIJM
Y
3 Review Strategi/Skenario
Pengembangan Wilayah
Sesuai dengan RTRW
Nasional, Provinsi dan
Kab/Kota
1 minggu
4 Review Strategi/Skenario
Pengembangan Sektor/Bidang
PU-CK
Sesuai dengan dokumen
Strategi Pembangunan
Permukiman dan
Infrastruktur Perkotaan
(SPPIP)
1 minggu
5 Check Terhadap Dokumen
SPPIP
T
Draft Strategi/Skenario
Pengembangan Wilayah
dan Sektor Bidang PU-CK
Y
6 Review Rencana Program
Investasi Pengembangan
Permukiman
Sesuai dengan dokumen
Rencana Pembangunan
Kawasan Permukiman
Prioritas (RPKPP)
2 minggu
7 Check Terhadap Dokumen
RPKPP
T
Draft Rencana Program
Investasi berdasarkan
dokumen SPPIP
Y
8 Review Rencana Program
Investasi Penataan Bangunan
dan Lingkungan
Sesuai dengan dokumen
Rencana Tata Bangunan
dan Lingkungan (RTBL)
2 minggu
9 Check Terhadap Dokumen
RTBL
T
Draft Rencana Program
Investasi berdasarkan
dokumen RTBL
Y
10 Review Rencana Program
Investasi Penyehatan
Lingkungan Permukiman
Sesuai dengan dokumen
Strategi Sanitasi Kota
(SSK) dan Masterplan
Drainase
2 minggu
11 Check Terhadap Dokumen SSK
dan Masterplan Drainase
T
Draft Rencana Program
Investasi berdasarkan
dokumen SSK dan
Masterplan Drainase
Y
12 Review Rencana Program
Investasi Sistem Penyediaan Air
Minum
Sesuai dengan Rencana
Induk Sistem (RIS) Air
Minum
2 minggu
13 Check Terhadap RIS Air Minum
T
Draft Rencana Program
Investasi berdasarkan
dokumen RIS Air Minum
Y
14 Review Aspek Sosial dan
Lingkungan
Sesuai dengan dokumen
Amdal Daerah
2 minggu
16 Check Terhadap Dokumen
Perencanaan yang ada
T
Draft Rencana Aspek
Sosial dan Lingkungan
Y
17 Review Penetapan Prioritas
Program Investasi
3 minggu
18 Review Memorandum Program Draft Memorandum
Program
19 Sinkronisasi, Optimasi dan
Skala Prioritas
T
Y
20 Review Aspek Legalisasi 4 minggu Dokumen RPIJM
Kab/Kota berdasarkan
review tahunan
Sumber: Subdit Jakstra DJCK
Gambar 2.3 Langkah Penyusunan Dokumen RPIJM Kabupaten/Kota Bidang Cipta Karya
20
41. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa pada dasarnya RPIJM dirumuskan
oleh Satgas tingkat Kabupaten/Kota, untuk kemudian direview oleh Satgas tingkat
provinsi dan pusat. Adapun, skema koordinasi dalam RPIJM dapat terlihat pada
gambar dibawah ini.
SATGAS
`
PROVINSI
SATGAS
PUSAT
Penilaian Dokumen
RPIJM Hasil Review
Provinsi + Masukan
Program Sektor
(Nasional)
Masukan Sektoral:
Bangkim
PBL
Air Minum
PLP
Sumber : Dit. Bina Program, DJCK
SATGAS
KAB/KOTA
Penyusunan
Dokumen RPIJM
Berdasarkan
Kebutuhan dan
Kondisi Lokal
Penilaian
Kelengkapan
Dokumen RPIJM +
Masukan dari
Provinsi
Garis Koordinasi, Masukan dan Perbaikan
Gambar 2.4 Skema Penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota
Adapun alur kegiatan penyusunan RPIJM yang dilakukan pada setiap tingkatan Satgas
adalah sebagai berikut:
1. Penyusunan Draft I RPIJM (tingkat Satgas Kabupaten/Kota)
Penyusunan RPIJM di tingkat Kabupaten/Kota dilakukan berdasarkan kebutuhan
dan kondisi lokal, termasuk mempertimbangkan aspirasi masyarakat. Oleh karena
itu, dalam perumusan Draft I RPIJM ini perlu mengundang tokoh masyarakat
setempat, dunia usaha dan organisasi berbasis komunitas.
2. Penyusunan Draft II RPIJM (tingkat Satgas Provinsi)
Di tingkat provinsi, satgas provinsi akan melakukan penilaian kelengkapan
dokumen RPIJM dan memberikan masukan terutama terkait dengan keterpaduan
infrastruktur permukiman berskala regional. Pembahasan Draft II ini perlu
mengikutsertakan unsur akademisi, asosiasi profesi, dan pemerintah kabupaten/
kota yang berbatasan.
3. Penyusunan Draft Final RPIJM (tingkat Satgas Pusat)
Satgas pusat melakukan penilaian kelayakan terhadap draft yang disusun
pemerintah kabupaten/kota. Setelah melakukan review, maka akan dilakukan
pembahasan yang melibatkan direktorat sektor di lingkungan Ditjen Cipta Karya
21
42. untuk memadukan program dan investasi dalam RPIJM dengan upaya pencapaian
sasaran nasional.
4. Penyusunan RPIJM (tingkat Satgas Kabupaten/Kota)
Setelah direvisi, maka Satgas Kabupaten/Kota melakukan finalisasi dan legalisasi
dokumen RPIJM setelah mendapat persetujuan Bupati/Walikota.
2.3 Penilaian Kelayakan RPIJM
Kelayakan suatu dokumen RPIJM perlu dinilai untuk meningkatkan kualitas substansi
dokumen RPIJM kabupaten/kota. Penilaian kelayakan tersebut menggunakan metode
skoring, dimana masing – masing kriteria kelayakan telah ditetapkan bobot/nilainya.
Indikator Penilaian Dokumen RPIJM dinilai dari beberapa kriteria yaitu:
1. Kelengkapan Dokumen
Penilaian kelengkapan dokumen dilihat dari legalisasi dokumen RPIJM oleh
Bupati/Walikota, dan outline dokumen yang sesuai dengan buku pedoman
penyusunan RPIJM.
2. Keterpaduan Strategi Pengembangan Kota dan Kawasan
Penilaian terhadap kelayakan rencana dilihat dari keterpaduan strategi yang
tertuang pada dokumen pendukung RPIJM seperti RTRW, RPJMD, KSPD, SPPIP
serta dokumen sektoral lainnya.
3. Kelayakan Program
Penilaian terhadap kelayakan program dalam rencana program investasi sektor
pengembangan permukiman, rencana program investasi sektor PBL, rencana
program investasi sektor PLP, rencana program investasi sektor SPAM.
4. Kelayakan Lingkungan dan Sosial
Penilaian terkait aspek perlindungan sosial dan lingkungan dalam pembangunan
infrastruktur bidang Cipta Karya.
5. Kelayakan Pendanaan
Penilaian kelayakan dan kesesuaian anggaran untuk program / kegiatan RPIJM
serta pemanfaatan multi sumber pendanaan.
6. Kelayakan Kelembagaan
Penilaian kelayakan kelembagaan dilihat dari kesiapan kelembagaan untuk
menyusun dan mengelola implementasi RPIJM di daerah.
7. Matriks Program
Penilaian kelayakan kegiatan dilihat dari penetapan prioritas program dan matriks
program yang tertuang dalam RPIJM.
Adapun indikator penilaian kelayakan dokumen RPIJM Kabupaten/Kota beserta nilai
maksimal dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini.
22
43. Tabel 2.1 Indikator Penilaian RPIJM
KRITERIA No INDIKATOR PENILAIAN Nilai Max
KELENGKAPAN DOKUMEN (13)
A LEGALISASI
1 Persetujuan Bupati/Walikota 2.00
2 Persetujuan dari Kadis PU Provinsi 2.00
B OUTLINE
DOKUMEN
1 Pendahuluan 1.00
2 Profil Kabupaten/Kota 1.00
3 Keterpaduan Strategi Pengembangan Kab./Kota 1.00
4 Aspek Teknis Per Sektor (AM, PLP, Bangkim, PBL) 1.00
5 Perlindungan Lingkungan dan Sosial 1.00
6 Aspek Pembiayaan 1.00
7 Aspek Kelembagaan 1.00
8 Matriks Rencana Program dan Investasi Jangka Menengah
Bidang Cipta Karya
2.00
KELAYAKAN RENCANA (14)
C
KETERPADUAN
STRATEGI
PENGEMBANGAN
KOTA DAN
KAWASAN
1 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota 2.00
2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2.00
3 Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) 2.00
4 Rencana Induk Sistem PAM Kabupaten/Kota (RISPAM) 2.00
5 Strategi Sanitasi Kota (SSK) 2.00
6
Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur
Perkotaaan (SPPIP) Kabupaten/Kota
2.00
7 Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas
(RPKPP)
2.00
KELAYAKAN PROGRAM (42)
D
RENCANA
PROGRAM
INVESTASI
SEKTOR
PENGEMBANGA
N PERMUKIMAN
1 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan
Tantangan
1.00
2 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman 2.00
3 Kesiapan Daerah terhadap Kriteria Kesiapan (Readiness
Criteria) Sektor Pengembangan Permukiman
2.00
4 Usulan Kebutuhan Program dan Kegiatan 2.00
E
RENCANA
PROGRAM
INVESTASI
SEKTOR PBL
1 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan
Tantangan
1.00
2 Analisis Kebutuhan Sektor PBL 2.00
3 Kesiapan Daerah terhadap Kriteria Kesiapan (Readiness
Criteria) Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
2.00
4 Usulan Kebutuhan Program dan Kegiatan 2.00
23
44. KRITERIA No INDIKATOR PENILAIAN Nilai Max
F
RENCANA
PROGRAM
INVESTASI
SEKTOR PLP
1
Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan
Tantangan (Air Limbah, Persampahan, Drainase) 3.00
2 Analisis Kebutuhan Sektor Pengembangan PLP (Air Limbah,
Persampahan, Drainase)
6.00
3
Kesiapan Daerah terhadap Kriteria Kesiapan (Readiness
Criteria) Sektor Pengembangan PLP (Air Limbah,
Persampahan, Drainase)
6.00
4
Usulan Kebutuhan Program dan Kegiatan Sektor
Pengembangan PLP (Air Limbah, Persampahan, Drainase) 6.00
G
RENCANA
PROGRAM
INVESTASI
SEKTOR SPAM
1 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan
Tantangan
1.00
2 Analisis Kebutuhan Sektor Sistem Penyediaan Air Minum 2.00
3 Kesiapan Daerah terhadap Kriteria Kesiapan (Readiness
Criteria) Sektor Sistem Penyediaan Air Minum
2.00
4 Usulan Kebutuhan Program dan Kegiatan 2.00
KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL (6)
H
PERLINDUNGAN
LINGKUNGAN
DAN SOSIAL
1
Analisis Perlindungan Lingkungan (KLHS, Amdal, UKL-UPL
dan SPPLH) 3.00
2 Analisis Perlindungan Sosial 3.00
KELAYAKAN PENDANAAN (10)
I
ASPEK
PEMBIAYAAN
1 Profil Perkembangan APBD Kabupaten/Kota 2.00
2 Profil Perkembangan Investasi Bidang Cipta Karya (APBN,
APBD Prov, APBD Kab./Kota, Swasta, Masyarakat)
2.00
3 Proyeksi Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya 3.00
4 Strategi peningkatan Investasi bidang Cipta Karya 3.00
KELAYAKAN KELEMBAGAAN (9)
J
ASPEK
KELEMBAGAAN
1 Kondisi Eksisting (organisasi, tata-laksana, dan SDM) 3.00
2 Analisis Permasalahan (organisasi, tata-laksana, dan SDM) 3.00
3 Rencana Pengembangan Kelembagaan 3.00
MATRIKS PROGRAM (6)
L
MATRIKS
RENCANA
PROGRAM
INVESTASI
INFRASTRUKTUR
1 Durasi Perencanaan Jangka Menengah 5 tahun 2.00
2
Pengelompokkan Usulan Kegiatan Beserta Outputnya Sesuai
Renstra DJCK
2.00
3
Telah memuat informasi sumber pembiayaan yang berasal
dari APBN, APBD, Masyarakat dan Swasta 2.00
Setelah dilakukan penilaian terhadap kelayakan dokumen RPIJM berdasarkan
langkah-langkah diatas, maka didapatkan hasil penilaian dokumen RPIJM berupa
jumlah nilai yang dihitung berdasarkan skoring dari masing – masing indikator
24
45. penilaian. Dari hasil penilaian tersebut dapat diketahui kualitas suatu dokumen RPIJM.
Kualitas suatu dokumen RPIJM dapat dilihat berdasarkan status hasil penilaiannya,
dimana dokumen RPIJM yang memiliki nilai 0 – 50 revisi besar, 51 – 80 revisi kecil,
dan 81 – 100 revisi penyempurnaan.
Dalam melakukan revisi dokumen RPIJM Kabupaten/Kota yang dilakukan oleh RPIJM
Kabupaten/kota, Satgas RPIJM Provinsi, dan Satgas RPIJM Pusat terdapat Standar
Operasional Prosedur (SOP) dalam melakukan review/revisi dokumen RPIJM Bidang
Cipta Karya. Pembagaian tugas Satgas RPIJM Kabupaten/Kota, Satgas RPIJM
Provinsi, Satker Perencanaan dan Pengendalian Provinsi serta Satgas RPIJM pusat
dalam proses review/revisi dokumen RPIJM Kabupaten/Kota yaitu:
1. Penyusunan Dokumen RPIJM Kabupaten/Kota dilakukan oleh Satgas RPIJM
Kab/Kota, Satgas RPIJM Provinsi, dan Satker Perencanaan dan Pengendalian
Provinsi;
2. Pembahasan Progress Dokumen RPIJM Kabupaten/Kota dilakukan oleh Satgas
RPIJM Kab/Kota, Satgas RPIJM Provinsi, Satker Perencanaan dan Pengendalian
Provinsi, Satgas RPIJM Pusat yaitu Direktorat Bina Program yang terdiri dari
Korwil dan Satker Perencanaan dan Pengendalian, Direktorat Pengembangan
Permukiman, Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan, Direktorat
Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman, dan Direktorat
Pengembangan Air Minum. Pembahasan progress dokumen RPIJM Kab/Kota ini
dilakukan secara berkala;
3. Finalisasi Dokumen RPIJM Kab/Kota dilakukan oleh Satgas RPIJM Kab/Kota,
Satgas RPIJM Provinsi, dan Satker Perencanaan dan Pengendalian Provinsi;
4. Evaluasi Penilaian Dokumen RPIJM Kab/Kota dilakukan oleh Satgas RPIJM Pusat
yaitu Direktorat Bina Program yang terdiri dari Korwil dan Satker Perencanaan dan
Pengendalian, Dorektorat Pengembangan Permukiman, Direktorat Penataan
Bangunan dan Lingkungan, Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan
Permukiman, dan Direktorat Pengembangan Air Minum; dan
5. Revisi Final Dokumen RPIJM Kab/Kota yang dilakukan oleh Satgas RPIJM
Kab/Kota, Satgas RPIJM Provinsi, dan Satker Perencanaan dan Pengendalian
Provinsi.
Dalam kegiatan penilaian dokumen RPIJM peran Satgas Provinsi yaitu:
• Memberikan masukan dan arahan pada kegiatan mereview outline dokumen
RPIJM terhadap buku pedoman RPIJM dimana semua aspek sesuai dengan buku
pedoman penyusunan;
• Review strategi / skenario pengembangan wilayah dengan melihat dokumen
SPPIP;
25
46. • Mengkaji dokumen SPPIP dan RPKPP serta mengkaji rencana program investasi
pengembangan permukiman;
• Mengkaji dokumen RTBL dengan melihat kesesuaian rencana program investasi
penataan bangunan dan lingkungan yang ada pada dokumen RPIJM Kab/Kota;
• Mengkaji dokumen SSK dan Masterplan Drainase lalu mereview rencana program
investasi penyehatan lingkungan permukiman;
• Mengkaji RI-SPAM lalu mereview rencana program investasi sistem penyediaan
air minum;
• Mengkaji dokumen perencanaan yang ada untuk mereview aspek sosial dan
lingkungan;
• Melakukan sinkronisasi, optimalisasi dan skala prioritas untuk mereview terhadap
penetapan prioritas program investasi; serta
• Berkoordinasi dengan Satgas RPIJM Pusat dan Satgas RPIJM Kabupaten/Kota
untuk aspek legalisasi.
Untuk Satgas RPIJM Pusat yaitu Direktorat Bina Program yang terdiri dari Koordinasi
Wilayah (Korwil), Satker Perencanaan dan Pengendalian, Direktorat Pengembangan
Permukiman, Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan, Direktorat
Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman, Direktorat Pengembangan Air
Minum, dan Setditjen CK, kegiatan yang dilakukan dalam review RPIJM adalah:
• Mengkaji strategi pengembangan Bidang Cipta Karya untuk memberikan masukan
terhadap review strategi/ skenario pengembangan wilayah terhadap kesesuaian
dengan RTRW Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota dengan dokumen strategi
pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan (SPPIP);
• Satker Perencanaan dan Pengendalian berkoordinasi dengan Direktorat
Pengembangan Permukiman pada kegiatan review terhadap rencana program
investasi pengembangan permukiman terhadap kesesuaian dengan dokumen
rencana pembangunan kawasan permukiman prioritas (RPKPP);
• Satker Perencanaan dan Pengendaliaan berkoordinasi dengan Direktorat
Penataan Bangunan dan Lingkungan untuk mengecek dokumen RTBL dan
mereview rencana program investasi penataan bangunan dan lingkungan
terhadap kesesuaian dengan dokumen RTBL;
• Satker Perencanaan dan Pengendalian berkoordinasi dengan Direktorat
Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman untuk mengecek
kesesuaian dokumen SSK dan Masterplan Drainase dan mereview rencana
program investasi penyehatan lingkungan permukiman;
26
47. • Satker Perencanaan dan Pengendaliaan berkoordinasi dengan Direktorat
Pengembangan Air Minum untuk mengecek kesesuaian terhadap RI-SPAM dan
mereview Rencana Program Investasi Air Minum;
• Satker Perencanaan dan Pengendalian dan semua komponen yang termasuk
dalam Satgas RPIJM Pusat berkoordinasi dengan Satgas Provinsi dalam kegiatan
sinkronisasi, optimalisasi dan skala prioritas untuk penetapan prioritas program
investasi; dan
• Direktorat Bina Program yang terdiri dari Koordinator Wilayah dan Satker
Perencanaan dan Pengendalian beserta Bagian Hukum (Setditjen CK)
berkoordinasi dengan Satgas Provinsi dalam aspek legalisasi RPIJM.
27
49. BAB III
PROFIL KABUPATEN/KOTA
Profil Kabupaten/Kota menggambarkan kondisi daerah dari berbagai aspek. Dari profil
Kabupaten/Kota tersebut diharapkan dapat tercermin kondisi daerah terkait dengan
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM). Profil Kabupaten/Kota terdiri
dari gambaran kondisi geografis dan administratif wilayah, gambaran mengenai
demografi, gambaran mengenai topografi wilayah, gambaran mengenai geohidrologi,
gambaran mengenai geologi, gambaran mengenai klimatologi, dan gambaran
mengenai kondisi sosial dan ekonomi.
3.1 Gambaran Geografis dan Administratif Wilayah
Gambaran geografis yaitu menjabarkan posisi geografis daerah yang ditandai dengan
koordinat wilayah kabupaten/kota. Sedangkan, gambaran mengenai administrasi
wilayah menjabarkan luas wilayah kabupaten/kota, batas-batas wilayah kabupaten/
kota, jumlah kecamatan dan kelurahan, serta peta wilayah Kabupaten/Kota dengan
skala peta 1:50.000 (Kabupaten) dan 1:25.000 (Kota).
3.2 Gambaran Demografi
Gambaran demografi wilayah kabupaten/kota berisikan penjelasan dan tabel mengenai
kependudukan yang terdiri dari jumlah penduduk secara keseluruhan, jumlah
penduduk menurut jenis kelamin, jumlah penduduk miskin, laju pertumbuhan
penduduk, dan persebaran penduduk.
3.3 Gambaran Topografi
Gambaran topografi menjabarkan mengenai kondisi ketinggian dan kontur wilayah
kabupaten/kota. Selain berisikan penjelasan, juga didukung oleh peta ketinggian dan
kontur wilayah dengan skala peta 1:50.000 (Kabupaten) dan 1:25.000 (Kota).
3.4 Gambaran Geohidrologi
Gambaran mengenai geohidrologi menjabarkan penggunaan air tanah, dan wilayah
DAS secara deskriptif dengan didukung oleh peta-peta seperti wilayah sungai/DAS
dengan skala peta 1:50.000 (Kabupaten) dan 1:25.000 (Kota).
29
50. 3.5 Gambaran Geologi
Gambaran geologi menjabarkan jenis tanah serta penjelasan mengenai daerah rawan
bencana yang ada di wilayah kabupaten/kota. Pada gambaran geologi tidak hanya
dijelaskan secara deskriptif tetapi juga didukung oleh peta jenis tanah, dan peta rawan
bencana dengan skala peta 1:50.000 (Kabupaten) dan 1:25.000 (Kota).
3.6 Gambaran Klimatologi
Gambaran klimatologi menjabarkan mengenai iklim wilayah Kabupaten/Kota, curah
hujan, temperatur serta peta rawan air, baik dalam bentuk narasi dan tabel.
3.7 Kondisi Sosial Dan Ekonomi
Menjabarkan kondisi-kondisi sosial yang menonjol seperti adat istiadat masyarakat
Kabupaten/Kota sedangkan gambaran ekonomi menjabarkan data dan informasi
kondisi ekonomi daerah. Kondisi perekonomian daerah mencakup kondisi
perkembangan PDRB, laju tingkat investasi (ICOR), laju inflasi daerah, dan potensi
ekonomi (pertanian, pertambangan, industri, perdagangan dan jasa, pariwisata).
30
51. BAB IV
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA
4.1 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2),
mengamanatkan bahwa pemerintah kabupaten/kota berwenang dalam melaksanakan
penataan ruang wilayah kabupaten/kota yang meliputi perencanaan tata ruang wilayah
kabupaten/kota, pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota, dan pengendalian
pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota. Sebagai acuan dalam penataan ruang,
pemerintah kabupaten/kota menyusun RTRW Kabupaten/Kota untuk mewujudkan
keterpaduan pembangunan dalam wilayah kabupaten/kota maupun dengan wilayah
sekitarnya.
RTRW Kabupaten/Kota mempunyai fungsi sebagai:
a. acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD);
b. acuan dalam pemanfaatan ruang/pengembangan wilayah kabupaten/kota;
c. acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah
kabupaten/kota;
d. acuan lokasi investasi dalam wilayah kabupaten/kota yang dilakukan pemerintah,
masyarakat, dan swasta;
e. pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang;
f. dasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam penataan/pengembangan wilayah
kota yang meliputi penetapan peraturan zonasi, perijinan, pemberian insentif dan
disinsentif, serta pengenaan sanksi; dan
g. acuan dalam administrasi pertanahan.
RTRW Kabupaten/Kota merupakan acuan spasial dalam pembangunan kabupaten/
kota. RPIJM sesuai kedudukannya perlu mengacu pada RTRW yang telah disusun
pemerintah kabupaten/kota. Dalam hal ini RPIJM perlu mengutip intisari dari muatan
RTRW yang meliputi:
• tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah;
• rencana struktur ruang (sistem jaringan prasarana bidang Cipta Karya);
• rencana pola ruang wilayah; dan
• penetapan kawasan strategis kabupaten/kota.
31
52. 4.2 Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Penyusunan RPJMD dilakukan berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Dalam undang-undang
tersebut, RPJM Daerah dinyatakan sebagai penjabaran dari visi, misi, dan program
Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan
memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan Daerah, strategi
pembangunan Daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat
Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai
dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan
yang bersifat indikatif.
Penyusunan RPIJM tentu perlu mengacu pada rencana pembangunan daerah yang
tertuang dalam RPJMD agar pembangunan sektor Cipta Karya dapat terpadu dengan
pembangunan bidang lainnya. Oleh karena itu, ringkasan dari RPJMD perlu dikutip
dalam RPIJM seperti visi, misi serta arahan kebijakan bidang Cipta Karya di daerah.
4.3 Arahan Kebijakan dan Strategi Perkotaan Daerah (KSPD)
Kebijakan dan Strategi Perkotaan Daerah (KSPD) adalah dokumen perencanaan
perkotaan jangka panjang di tingkat kabupaten/kota yang digunakan sebagai acuan
bagi pengelolaan perkotaan. KSPD ini merupakan penjabaran dari Kebijakan dan
Strategi Perkotaan Nasional (KSPN) dan memiliki fungsi sebagai:
a. Memberikan acuan bagi pembangunan kota dan kawasan perkotaan;
b. Mengatur fungsi kota dan penataan ruang kota untuk pembangunan berkelanjutan;
c. Menjadi dasar dalam sinkronisasi regulasi dan kebijakan terkait pembangunan
perkotaan; dan
d. Menjadi instrumen perencanaan yang menjadi acuan SKPD terkait dalam
pelaksanaan program dan kegiatan terkait pembangunan perkotaan.
Kebijakan dan strategi pengembangan kota yang telah dirumuskan dalam KSPD perlu
dikutip dan dijadikan acuan dalam penyusunan RPIJM sehingga infrastruktur
permukiman dapat bersinergi untuk menunjang pertumbuhan kota.
4.4 Arahan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)
Berdasarkan Permen PU No. 18 Tahun 2007, Rencana Induk Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum adalah suatu rencana jangka panjang (15-20 tahun) yang
merupakan bagian atau tahap awal dari perencanaan air minum jaringan perpipaan
32
53. dan bukan jaringan perpipaan berdasarkan proyeksi kebutuhan air minum pada satu
periode yang dibagi dalam beberapa tahapan dan memuat komponen utama sistem
beserta dimensi-dimensinya. RI-SPAM dapat berupa RI-SPAM dalam satu wilayah
administrasi maupun lintas kabupaten/kota/provinsi. Penyusunan rencana induk
pengembangan SPAM memperhatikan aspek keterpaduan dengan prasarana dan
sarana sanitasi sejak dari sumber air hingga unit pelayanan dalam rangka
perlindungan dan pelestarian air.
Di dalam RI-SPAM, hal yang perlu dikutip pada bagian ini untuk dijadikan arahan
pengembangan kebijakan dan strategi pengembangan SPAM adalah bagian Rencana
Pengembangan SPAM yang terdiri dari:
a. Kebijakan, Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah;
b. Rencana Sistem Pelayanan;
c. Rencana Pengembangan SPAM; dan
d. Rencana Penurunan Kebocoran Air Minum.
4.5 Arahan Strategi Sanitasi Kota (SSK)
Strategi Sanitasi Kota adalah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang
disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi suatu Kota/Kabupaten, yang
berisi potret kondisi sanitasi kota saat ini, rencana strategi dan rencana tindak
pembangunan sanitasi jangka menengah. SSK disusun oleh Pokja Sanitasi
Kabupaten/Kota didukung fasilitasi dari pemerintah pusat dan pemerintah provinsi.
Dalam menyusun SSK, Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota berpedoman pada prinsip:
a. Berdasarkan data aktual (Buku Putih Sanitasi);
b. Berskala kota dan lintas sektor (air limbah, drainase, persampahan);
c. Disusun sendiri oleh kota dan untuk kota; dan
d. Menggabungkan pendekatan ‘top down’ dengan ‘bottom up’.
SSK dijadikan acuan dalam penyusunan RPIJM terutama untuk sektor Penyehatan
Lingkungan dan Permukiman. Dalam SSK beberapa hal yang perlu dikutip pada
bagian ini adalah:
a. Kerangka kerja pembangunan sanitasi yang meliputi: Visi dan Misi
b. Tujuan, Sasaran dan Strategi Sektor Sanitasi, yang meliputi:
- Sub Sektor Air Limbah Domestik;
- Sub Sektor Persampahan;
- Sub Sektor Drainase Lingkungan; dan
- Aspek Higiene/Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
33
54. 4.6 Arahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan, RTBL didefinisikan sebagai panduan rancang bangun
suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan
ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan
program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana
investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan
pengembangan lingkungan/kawasan. Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan
dan Lingkungan meliputi:
a. Program Bangunan dan Lingkungan;
b. Rencana Umum dan Panduan Rancangan;
c. Rencana Investasi;
d. Ketentuan Pengendalian Rencana; dan
e. Pedoman Pengendalian Pelaksanaan.
RTBL dapat berupa rencana aksi/kegiatan komunitas, rencana penataan lingkungan,
atau panduan rancang kota. Muatan RTBL yang perlu dikutip dan diacu dalam RPIJM
yaitu Konsep Dasar Perancangan Tata Bangunan dan Lingkungan yang meliputi:
a. Visi Pembangunan;
b. Konsep Perancangan Struktur Tata Bangunan dan Lingkungan;
c. Konsep Komponen Perancangan Kawasan; dan
d. Blok-blok Pengembangan Kawasan dan Program Penanganannya.
4.7 Arahan Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaaan
(SPPIP) Kabupaten/Kota
Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan merupakan suatu
dokumen strategi operasional dalam pembangunan permukiman dan infrastruktur
perkotaan yang sinergi dengan arah pengembangan kota, sehingga dapat menjadi
acuan yang jelas bagi penerapan program-program pembangunan infrastruktur Cipta
Karya. SPPIP memuat arahan kebijakan dan strategi pembangunan infrastruktur
permukiman makro pada skala kabupaten/kota yang berbasis pada rencana tata ruang
(RTRW) dan rencana pembangunan (RPJMD). SPPIP memiliki beberapa fungsi, yaitu:
a. sebagai acuan bagi implementasi program-program pembangunan permukiman
dan infrastruktur perkotaan, sehingga dapat terintegrasi dengan program-program
pembangunan lainnya yang telah ada;
b. Sebagai dokumen induk dari semua dokumen perencanaan program sektoral
bidang Cipta Karya di daerah;
34
55. c. Sebagai salah satu acuan bagi penyusunan RPIJM;
d. Sebagai sarana untuk integrasi semua kebijakan dan strategi pembangunan
permukiman dan infrastruktur perkotaan yang tertuang di berbagai dokumen; dan
e. Sebagai dokumen acuan bagi penyusunan kebijakan yang terkait dengan
pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan.
Dalam SPPIP, yang perlu dikutip dan dijadikan acuan penyusunan RPIJM adalah:
a. Visi dan Misi bidang Permukiman dan Infrastruktur;
b. Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Kabupaten/Kota; dan
c. Penetapan kawasan permukiman prioritas.
4.8 Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP)
Dari SPPIP yang telah disusun kemudian diturunkan ke dalam suatu rencana
operasional berupa Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP),
dimana keduanya tetap mengacu pada strategi pengembangan kota yang sudah ada.
RPKPP merupakan rencana aksi program strategis untuk penanganan permasalahan
permukiman dan pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya pada kawasan
prioritas di perkotaan. Dalam konteks pengembangan kota, RPKPP merupakan
rencana terpadu bidang permukiman dan infrastuktur bidang Cipta Karya pada lingkup
wilayah perencanaan berupa kawasan dengan kedalaman rencana teknis yang
dituangkan dalam peta 1:5000 atau 1:1000. RPKPP disamping berfungsi sebagai alat
operasionalisasi dalam penanganan kawasan permukiman prioritas juga berfungsi
sebagai masukan dalam penyusunan RPIJM. Oleh karena itu, dalam hal ini RPIJM
perlu mengutip matriks rencana aksi program serta peta pengembangan kawasan
dalam RPKPP yang didetailkan pada program tahunan.
4.9 Integrasi Strategi Pembangunan Kabupaten/Kota dan Sektor
4.9.1 Strategi Pembangunan Kabupaten / Kota
Berdasarkan dokumen rencana yang telah dijabarkan sebelumnya, maka dapat
disusun matriks strategi pembangunan pada skala kabupaten/kota yang meliputi:
a. RTRW Kabupaten/Kota sebagai acuan arahan spasial;
b. RPJMD Kabupaten/Kota sebagai acuan arahan pembangunan;
c. KSPD sebagai acuan arahan pembangunan multi-sektor;
d. SPPIP sebagai acuan arahan pengembangan permukiman;
e. RI-SPAM sebagai arahan pengembangan air minum; dan
f. SSK sebagai arahan pengembangan sektor sanitasi.
35
56. Isi dari dokumen rencana tersebut dirangkum dalam tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1 Matriks Strategi Pembangunan Kabupaten Kota
Dokumen Rencana
Kabupaten/Kota Visi Misi Kebijakan Strategi
RTRW
RPJMD
KSPD
SPPIP
RI-SPAM
SSK
4.9.2 Strategi Pembangunan Kawasan
Beberapa dokumen perencanaan seperti RTBL dan RPKPP memiliki lingkup yang
lebih kecil, yaitu berskala kawasan. Dokumen tersebut disusun untuk memberikan
arahan pembangunan lingkungan permukiman di suatu kawasan prioritas. Oleh sebab
itu, perlu dianalisis keterpaduan dokumen perencanaan kawasan yang ada di
kabupaten/kota berdasarkan fungsi kawasan dan arahan pengembangan termasuk
Kawasan Strategis Kabupaten yang diidentifikasi dalam RTRW. Keterpaduan tersebut
dijabarkan dalam tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2 Matriks Strategi Pembangunan Kawasan Prioritas
Dokumen Rencana Kawasan Fungsi Kawasan Arahan Pengembangan
KSK RTRW Kota/Kabupaten
RTBL
- RTBL kawasan ....
- RTBL kawasan ....
- dst
RPKPP
- RPKPP kawasan ...
- RPKPP kawasan ...
- dst
36
57. BAB V
ASPEK TEKNIS PER SEKTOR
Bagian ini menjabarkan rencana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya yang
mencakup empat sektor yaitu pengembangan permukiman, penataan bangunan dan
lingkungan, pengembangan air minum, serta pengembangan penyehatan lingkungan
permukiman yang terdiri dari air limbah, persampahan, dan drainase. Penjabaran
perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari pemetaan isu-isu strategis yang
mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan,
serta permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi. Tahapan berikutnya adalah
analisis kebutuhan dan pengkajian terhadap program-program sektoral, dengan
mempertimbangkan kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan. Kemudian dilanjutkan
dengan merumuskan usulan program dan kegiatan yang dibutuhkan.
5.1 Pengembangan Permukiman
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman,
permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih
dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta
mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan.
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman
kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan
perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan
kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan
terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat
pertumbuhan, serta desa tertinggal.
5.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
Arahan Kebijakan
Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan
perundangan, antara lain:
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional.
Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan
hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh
masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya
kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.
37
58. 2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman.
Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c),
penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan
(butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh
dan permukiman kumuh (butir f).
3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah
susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.
4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan.
Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan
kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di
kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.
Terkait dengan tugas dan wewenang pemerintah dalam pengembangan permukiman
maka UU No. 1/2011 mengamanatkan tugas dan wewenang sebagai berikut:
A. Tugas
1. Pemerintah Pusat
a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi nasional di bidang
perumahan dan kawasan permukiman.
b. Merumuskan dan menetapkan kebijakan nasional tentang penyediaan Kasiba
dan Lisiba.
c. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional di bidang perumahan
dan kawasan permukiman.
d. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan
kebijakan nasional penyediaan rumah dan pengembangan lingkungan hunian
dan kawasan permukiman.
e. Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat nasional.
2. Pemerintah Provinsi
a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi pada tingkat provinsi di
bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada
kebijakan nasional.
38
59. b. Merumuskan dan menetapkan kebijakan penyediaan Kasiba dan Lisiba lintas
kabupaten/kota.
c. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional pada tingkat provinsi
di bidang perumahan dan kawasan permukiman.
d. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan
kebijakan provinsi penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan
hunian, dan kawasan permukiman.
e. Menyusun rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan
kawasan permukiman lintas kabupaten/kota.
f. Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan
dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
g. Memfasilitasi penyediaan perumahan dan kawasan permukiman bagi
masyarakat, terutama bagi MBR.
h. Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat provinsi.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat
kabupaten/kota di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan
berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan provinsi.
b. Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
c. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap
pelaksanaan kebijakan kabupaten/kota dalam penyediaan rumah, perumahan,
permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.
d. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan
perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan
dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
e. Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota.
f. Melaksanakan melaksanakan peraturan perundang-undangan serta kebijakan
dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada
tingkat kabupaten/kota.
g. Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.
h. Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional.
i. Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan
dan kawasan permukiman.
j. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di bidang
perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
k. Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.
39
60. B. Wewenang
1. Pemerintah Pusat
a. Menyusun dan menetapkan norma, standar, pedoman, dan criteria rumah,
perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian yang layak, sehat, dan aman.
b. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman.
c. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangundangan bidang
perumahan dan kawasan permukiman.
d. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat nasional.
e. Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan
perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman.
f. Mengevalusi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat nasional.
g. Mengendalikan pelaksanaan kebijakan dan strategi di bidang perumahan dan
kawasan permukiman.
h. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh.
i. Menetapkan kebijakan dan strategi nasional dalam penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman.
j. Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan
dan kawasan permukiman.
2. Pemerintah Provinsi
a. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman
pada tingkat provinsi.
b. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangundangan bidang
perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
c. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
d. Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan
perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan
dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
e. Mengevaluasi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
f. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh pada tingkat provinsi.
g. Mengoordinasikan pencadangan atau penyediaan tanah untuk pembangunan
perumahan dan permukiman bagi MBR pada tingkat provinsi.
40