SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  22
Kasus PT. Dirgantara Indonesia
                 SIPUT BULLS EYE
            Yuliana Irmina S.     29110389
            Vanessa F. Sabur      29110396
            Ronaldo Bagus Putra   29110404
            Wisnumurti Rahardjo   29110412
            Albertus Harvid       29110413
            Imam Mashari          29110417
Latar Belakang Kasus PT. DI
         11: PT Dirgantara Indonesia ditutup. Keluar SK Dirut
Juli




             Edwin Soedarmo yang merumahkan semua (9.600)
             karyawan

         19: RUPSLB Dirgantara mengukuhkan SK Dirut dan




                                                                2003
August




             menyetujui PHK 6.000 karyawan. BPPN menjadi
             pemilik 92,7 persen saham Dirgantara Indonesia.
         21: Menaker minta SK Dirut dicabut.

          3: Ratusan karyawan Dirgantara Indonesia unjuk rasa
Sept




             di Jakarta.
Latar Belakang Kasus PT. DI
           ?: Karyawan Dirgantara Indonesia hanya menerima 10-
              25 persen gaji.
           6: Dirut Dirgantara Indonesia mencabut SK
              merumahkan karyawan. Sebagai gantinya,
              diterbitkan 2 SK baru: permohonan izin PHK 3.900
Oktober




                                                                  2003
              karyawan yang tidak mengikuti seleksi ulang dan
              merumahkan sementara 2.600 karyawan yang
              menunggu hasil seleksi.
           7: PTUN memerintahkan pencabutan SK 11 Juli.
          22: Karyawan Dirgantara Indonesia mengajukan gugatan
              perdata hasil RUPS 19 Agustus 2003 tentang
              restrukturisasi dan rasionalisasi serta RUPSLB 22
              Agustus 2003 tentang penggantian komisaris.
Latar Belakang Kasus PT. DI
            4: Rapat KKSK memutuskan BPPN akan menalangi
November




               pesangon karyawan.
           13: Sidang kabinet terbatas menyetujui PHK 6.600
               karyawan. Ditargetkan selesai pada 21 November
               2003.




                                                                         2003
            1: Perundingan bipartit karyawan dan manajemen Dirgantara
               Indonesia buntu. Depnaker mengambil alih persoalan ini.
Desember




           23: Dirgantara Indonesia tidak mampu lagi membayarkan gaji
               karyawan yang terkena PHK. Karyawan memblokir
               perusahaan.
           30: Dirut Dirgantara Indonesia Edwin Soedarmo menolak
               anjuran Menaker membayar pesangon 2 kali ketentuan
               UU.
Latar Belakang Kasus PT. DI
       13: Sidang pertama perundingan karyawan dan manajemen
           Dirgantara di Depnaker gagal.




                                                                      Januari
       15: Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Pusat (P4P)
           meminta manajemen dan karyawan Dirgantara melakukan
           negosiasi ulang, dan 718 karyawan setuju PHK.
2004



       29: P4P meluluskan rencana PHK terhadap 6.600 karyawan.

       12: Serikat Pekerja Dirgantara mengajukan banding atas




                                                                      Februari
           putusan P4P ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara.
       18: PTTUN mengabulkan gugatan Serikat Pekerja.
       23: Pesangon untuk 6.600 karyawan yang diberhentikan
           sebesar Rp 440 miliar, akan dibayarkan.
Latar Belakang Kasus PT. DI

            Dialokasikan dana sebesar Rp. 40 milyar oleh
2006




            pemerintah berdasarkan Peraturan Pemerintah
            Nomor 51 Tahun 2006

            3: Permohonan pernyataan pailit PT Dirgantara
               Indonesia diajukan kepada Pengadilan Niaga Jakarta
Juli 2007




               Pusat
             Pemohon : HERYONO, NUGROHO, dan SAYUDI adalah mantan karyawan
                       PT. Dirgantara Indonesia sebagai Kreditor
             Termohon : PT. Dirgantara Indonesia (Persero) di Jln. Pajajaran No. 154,
                        Bandung
Latar Belakang Kasus PT. DI
       • Pernyataan kuasa hukum SPFKK Ratna Wening Purbawati,
         permohonan pailit diajukan oleh 3500 mantan karyawan PT DI yang
         belum menerima penuh kekurangan hak pensiun.
       • Untuk pembuktian sederhana Ratna menyiapkan Putusan dari
         Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Pusat (P4P) yang
2007



         dikeluarkan tahun 2004 (memutuskan 6.600 karyawan PT Dirgantara
         Indonesia (DI) tetap diberhentikan dan PT DI untuk memberi




                                                                              Juli
         kompensasi pensiun sesuai dengan upah terakhir, dengan patokan
         gaji pokok serta tunjangan tetap. Jumlah ini harus dibayarkan
         selambatnya 30 hari setelah putusan)
       • Menurut Ratna, PT Dirgantara Indonesia tidak kebal terhadap UU 37
         tahun 2004 pasal 2 ayat 5, karena PT Dirgantara Indonesia sudah
         dikelola oleh PPA, tidak dimiliki sepenuhnya oleh pemerintah serta
         kepemilikan yang terbagi atas saham
Latar Belakang Kasus PT. DI
       • PT. Dirgantara Indonesia dinyatakan pailit oleh Pengadilan
         Niaga Jakarta Pusat
       • Kurator : Taufik Nugroho dan Hakim Pengawas Zulfahmi
       • Pembuktian sederhana :
            majelis merujuk pada amar putusan Panitia




                                                                      September
2007



              Penyelesaian Perselisihan Perburuhan (P4) Pusat yang
              menghukum DI untuk membayar kewajibannya kepada
              para buruh
       • PT. Dirgantara Indonesia tetap diizinkan untuk dapat
         beroperasi setelah pernyataan pailit  permohonan dari
         kurator
       • PT. Dirgantara Indonesia dan PT. Perusahaan Pengelola Aset
         (PPA) mengajukan kasasi ke MA
Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Nomor
                41/Pailit/2007/PN. Niaga/jkt.Pst.


Berdasarkan Pasal 2 Ayat (1) UU Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang :
     “Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar lunas
sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit
dengan putusan Pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas
permohonan satu atau lebih kreditornya”

Berdasarkan Pasal 2 ayat (5) Undang-Undang Nomor 37 Tahun2004 Tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
    “Dalam hal Debitor adalah Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi,
Dana Pensiun, atau Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang
kepentingan publik, permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh
Menteri Keuangan”

                 Penjelasan:
                 Yang dimaksud dengan "Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di
                 bidang kepentingan publik" adalah badan usaha milik negara yang
                 seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham.
Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Nomor
                                            41/Pailit/2007/PN. Niaga/jkt.Pst.

                             Majelis Hakim sependapat dengan pemohon bahwa termohon pailit PT. Dirgantara
Pertimbangan Majelis Hakim




                             Indonesia tidak termasuk dalam kategori sebagai BUMN yang bergerak di bidang
                             kepentingan publik yang seluruh modalnya terbagi atas saham sebagaimana yang
                             dimaksudkan dalam penjelasan Pasal 2 ayat (5) Undang-Undang Nomor 37 Tahun
                             2004


                             Majelis hakim menilai bahwa tidak cukup alasan bagi majelis hakim untuk
                             mempertahankan eksistensi termohon pailit, hal ini dengan mendasarkan pada
                             kinerja keuangan Termohon belum menunjukkan perbaikan yang berarti


                             Berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004
                             Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, debitor dapat
                             dinyatakan pailit apabila telah memenuhi persyaratan sebagai berikut:
                             •   Mempunyai dua atau lebih kreditor
                             •   Tidak dapat membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih
Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Nomor
                41/Pailit/2007/PN. Niaga/jkt.Pst.




1. Mengabulkan permohonan pemohon untuk seluruhnya
2. Menyatakan bahwa PT. Dirgantara Indonesia (persero) pailit
   dengan segala akibat hukumnya
3. Mengangkat Taufik Nugroho,SH sebagi curator dalam kepailitan
   ini.
4. Menunjuk H. Zulfahmi, SH, M.Hum, Hakim Niaga Jakarta Pusat
   sebagai Hakim Pengawas.
5. Membebankan kepada Termohon Pailit untuk membayar biaya
   perkara sebesar Rp. 5.000.000,00.
Setelah mendapat
     hasil putusan
     tersebut, PT.
 Dirgantara Indonesia
  tidak tinggal diam,
 namun PT. Dirgantara
Indonesia mengajukan
    banding kepada
  Mahkamah Agung
pada September 2007
Putusan Mahkamah Agung Nomor 075
                   K/Pdt. Sus/2007
Terjadi perbedaan penafsiran antara Hakim Pengadilan
Niaga Jakarta Pusat dan Mahkamah Agung, khususnya
dalam menilai kepemilikan modal dalam PT. Dirgantara
Indonesia

Menurut Mahkamah Agung PT. Dirgantara Indonesia
memenuhi klasifikasi sebagai BUMN yang seluruh
sahamnya adalah milik Negara, dan juga merupakan
perusahaan yang sangat dibutuhkan karena merupakan
objek vital nasional

Putusan pailit terhadap PT. Dirgantara Indonesia dirasa
terlalu dini, karena Hakim seharusnya memperhatikan asas
kelangsungan usaha dan asas keadilan yang ada pada
Undang-Undang Kepailitan dan PKPU
Oktober 2007
PT. Dirgantara Indonesia dinyatakan
pembatalan pailit, diputus oleh wakil ketua
MA Marianna Sutadi, Ketua Muda MA
Perdata Niaga Abdul Kadir Mappong dan
Atja Sondjaja.

MA berkesimpulan bahwa Badan Usaha
Milik Negara (BUMN), baik berbentuk
Perusahaan Umum (Perum) atau Persero
hanya dapat dimohonkan pailit oleh
Menteri Keuangan (Menkeu)  UU no 37
tahun 2004 pasal 2 ayat (5)
Perbandingan dengan Hukum Singapura
 Penutupan Perusahaan oleh Pengadilan
16.9.4
Perusahaan juga dapat diwajibkan tutup
berdasarkan penetapan pengadilan. Menurut
pasal 253(1) dari Undang-Undang,
permohonan untuk menutup perusahaan ke
pengadilan dapat diajukan oleh

1) perusahaan itu sendiri;
2) kreditur;
3) kontributor, wakil pribadi dari kontributor
   yang telah meninggal dunia atau Pejabat
   Penerima Pengalihan atas harta warisan
   dari kontributor yang pailit;
4) likuidator perusahaan;
5) pengurus yang ditunjuk pengadilan;
6) berbagai Menteri berdasarkan alasan
   tertentu.
Perbandingan dengan Hukum Singapura
 Penutupan Perusahaan oleh Pengadilan
16.9.5
Ketika permohonan tersebut diajukan, pengadilan menurut
pasal 254(1) dari Undang-Undang dapat mengeluarkan
penetapan penutupan perusahaan dalam situasi-situasi
tertentu, seperti:

1) perusahaan berdasarkan keputusan khusus telah
   memutuskan agar perusahaan ditutup oleh pengadilan;
2) perusahaan tidak memulai bisnisnya dalam waktu satu
   tahun sejak didirikan atau bisnisnya sementara dihentikan
   selama satu tahun penuh;
3) perusahaan tidak dapat membayar hutang-hutangnya;
4) para direktur telah bertindak dalam urusah perusahaan
   untuk kepentingannya sendiri daripada kepentingan para
   anggota secara keseluruhan
5) pengadilan berpendapat bahwa adalah sewajarnya dan
   seadilnya bahwa perusahaan ditutup;
6) perusahaan menjalankan pemasaran berjenjang/multi level
   marketing atau penjualan secara piramida yang
   bertentangan dengan hukum tertulis yang melarang
   kegiatan tersebut;
7) perusahaan digunakan untuk tujuan yang melanggar
   hukum atau tujuan yang menganggu ketentraman,
   kesejahteraan atau ketertiban masyarakat di Singapura atau
   bertentangan dengan keamanan atau kepentingan
   nasional.
Perbandingan dengan Hukum Singapura
 Penutupan Perusahaan oleh Pengadilan
16.9.6
Dari situasi-situasi di atas, alasan yang paling sering digunakan
adalah bahwa perusahaan tidak dapat lagi membayar hutang-
hutangnya. Pasal 254(2)(a) dari Undang-Undang mengatur
bahwa perusahaan akan dianggap tidak dapat membayar
hutang-hutangnya apabila kreditur telah menyampaikan
kepada perusahaan tuntutan menurut undang-undang atas
sejumlah uang yang melebihi S$10.000 dan perusahaan,
selama tiga minggu berikutnya, lalai untuk membayar jumlah
uang tersebut atau menjamin atau menambahkannya yang
mana dapat memuaskan kreditur sebagaimana wajarnya.
Perusahaan juga dianggap tidak dapat membayar hutang-
hutangnya jika eksekusi atau proses lainnya yang dikeluarkan
berdasarkan putusan atau penetapan dari pengadilan yang
memenangkan kreditur perusahaan dikembalikan secara tidak
memuaskan secara keseluruhan atau sebagian – lihat pasal
254(2)(b) dari Undang-Undang. Para kreditur perusahaan juga
terbuka kemungkinan untuk membuktikan secara substantif
guna meyakinkan pengadilan bahwa perusahaan tidak dapat
membayar hutang-hutangnya dan dalam kasus tersebut,
pengadilan dapat mempertimbangkan kewajiban kontijen dan
prospektif dari perusahaan – lihat pasal 254(2)(c) dari Undang-
Undang.
Tanggapan
Berdasarkan hukum yang sudah tertulis di dalam UU no
37 tahun 2004 pasal 2 ayat (1) dan pasal 2 ayat (5)
beserta penjelasan dalam pasal 2 ayat (5), seharusnya PT.
Dirgantara Indonesia dapat dipailitkan.

Tetapi oleh MA dibatalkan karena terjadinya perbedaan
persepsi terhadap “Badan Usaha Milik Negara yang
bergerak di bidang kepentingan publik” dengan
penjelasan yang tedapat di dalam UU no 37 tahun 2004
pasal 2 ayat 5 yaitu BUMN yang seluruhnya milik negara
dan tidak terbagi atas saham
Tanggapan
Terdapat pertimbangan oleh MA terhadap
kasus pailit PT. Dirgantara Indonesia :
  – pertambahan pengangguran jika PT. DI dipailitkan
    karena diprediksi tidak dapat membayar hutang –
    hutang yang sudah dimiliki
  – potensi dan asset yang dimiliki oleh PT. Dirgantara
    Indonesia mampu dioptimalisasi dalam
    penggunaannya demi perekonomian Indonesia
Rekomendasi
Sebaiknya sistem hukum di Indonesia untuk
beberapa kasus dilakukan common law.
Sehingga tidak terjadi kontroversi terhadap
hukum yang sudah tertulis dengan keputusan
hukumnya.


Seharusnya pemerintah melakukan bail-out
terhadap PT. Dirgantara Indonesia, sehingga
permasalahan mengenai pembayaran uang
pensiun dapat diselesaikan terlebih dahulu
untuk dapat melanjutkan langkah strategi
perusahaan selanjutnya.
THANK YOU
 so much much much

Contenu connexe

Tendances

Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Leks&Co
 
Latihan + jawaban mikro 1 (uts) - FEUI
Latihan + jawaban mikro 1 (uts) - FEUILatihan + jawaban mikro 1 (uts) - FEUI
Latihan + jawaban mikro 1 (uts) - FEUIFarah Fauziah Hilman
 
risiko dan tingkat pengembalian
risiko dan tingkat pengembalianrisiko dan tingkat pengembalian
risiko dan tingkat pengembalianAmrul Rizal
 
Contoh kasus dalam perusahaan
Contoh kasus dalam perusahaanContoh kasus dalam perusahaan
Contoh kasus dalam perusahaanPutrii Wiidya
 
Return dan Risiko Aset Tunggal
Return dan Risiko Aset TunggalReturn dan Risiko Aset Tunggal
Return dan Risiko Aset TunggalTrisnadi Wijaya
 
Kelompok 5 ppt persediaan barang dagang
Kelompok 5 ppt persediaan barang dagangKelompok 5 ppt persediaan barang dagang
Kelompok 5 ppt persediaan barang dagangHan Ahsan
 
Kekuasaan, Kwewnangan, Tanggung Jawab dan Delegasi
Kekuasaan, Kwewnangan, Tanggung Jawab dan DelegasiKekuasaan, Kwewnangan, Tanggung Jawab dan Delegasi
Kekuasaan, Kwewnangan, Tanggung Jawab dan DelegasiSatya Pranata
 
Bab IV Teori Perilaku Konsumen
Bab IV Teori Perilaku KonsumenBab IV Teori Perilaku Konsumen
Bab IV Teori Perilaku KonsumenAditya Panim
 
PPN pengkreditan pajak masukan
PPN   pengkreditan pajak masukanPPN   pengkreditan pajak masukan
PPN pengkreditan pajak masukankaromah95
 
Bab 3 bentuk bentuk korupsi
Bab 3 bentuk bentuk korupsiBab 3 bentuk bentuk korupsi
Bab 3 bentuk bentuk korupsinatal kristiono
 
contoh soal sederhana laporan keuangan
contoh soal sederhana laporan keuangancontoh soal sederhana laporan keuangan
contoh soal sederhana laporan keuanganRendy Franata
 
Bab 4 teori dan perilaku konsumen
Bab 4   teori dan perilaku konsumenBab 4   teori dan perilaku konsumen
Bab 4 teori dan perilaku konsumenquantum enterprise
 

Tendances (20)

Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
 
Mojakoe perpajakan1
Mojakoe perpajakan1Mojakoe perpajakan1
Mojakoe perpajakan1
 
Latihan + jawaban mikro 1 (uts) - FEUI
Latihan + jawaban mikro 1 (uts) - FEUILatihan + jawaban mikro 1 (uts) - FEUI
Latihan + jawaban mikro 1 (uts) - FEUI
 
Latihan soal akuntansi lanjutan 1
Latihan soal akuntansi lanjutan 1Latihan soal akuntansi lanjutan 1
Latihan soal akuntansi lanjutan 1
 
risiko dan tingkat pengembalian
risiko dan tingkat pengembalianrisiko dan tingkat pengembalian
risiko dan tingkat pengembalian
 
Rasio Keuangan
Rasio KeuanganRasio Keuangan
Rasio Keuangan
 
Contoh kasus dalam perusahaan
Contoh kasus dalam perusahaanContoh kasus dalam perusahaan
Contoh kasus dalam perusahaan
 
Return dan Risiko Aset Tunggal
Return dan Risiko Aset TunggalReturn dan Risiko Aset Tunggal
Return dan Risiko Aset Tunggal
 
Bea cukai
Bea cukaiBea cukai
Bea cukai
 
Kelompok 5 ppt persediaan barang dagang
Kelompok 5 ppt persediaan barang dagangKelompok 5 ppt persediaan barang dagang
Kelompok 5 ppt persediaan barang dagang
 
Kekuasaan, Kwewnangan, Tanggung Jawab dan Delegasi
Kekuasaan, Kwewnangan, Tanggung Jawab dan DelegasiKekuasaan, Kwewnangan, Tanggung Jawab dan Delegasi
Kekuasaan, Kwewnangan, Tanggung Jawab dan Delegasi
 
Bab IV Teori Perilaku Konsumen
Bab IV Teori Perilaku KonsumenBab IV Teori Perilaku Konsumen
Bab IV Teori Perilaku Konsumen
 
PPN pengkreditan pajak masukan
PPN   pengkreditan pajak masukanPPN   pengkreditan pajak masukan
PPN pengkreditan pajak masukan
 
Bab 3 bentuk bentuk korupsi
Bab 3 bentuk bentuk korupsiBab 3 bentuk bentuk korupsi
Bab 3 bentuk bentuk korupsi
 
Bahan kuliah pengantar akuntansi ii utang obligasi
Bahan kuliah pengantar akuntansi ii  utang obligasiBahan kuliah pengantar akuntansi ii  utang obligasi
Bahan kuliah pengantar akuntansi ii utang obligasi
 
contoh soal sederhana laporan keuangan
contoh soal sederhana laporan keuangancontoh soal sederhana laporan keuangan
contoh soal sederhana laporan keuangan
 
Bab 4 teori dan perilaku konsumen
Bab 4   teori dan perilaku konsumenBab 4   teori dan perilaku konsumen
Bab 4 teori dan perilaku konsumen
 
ANALISIS RESIKO
ANALISIS RESIKOANALISIS RESIKO
ANALISIS RESIKO
 
PPh Pasal 22
PPh Pasal 22PPh Pasal 22
PPh Pasal 22
 
6 pbb-2
6 pbb-26 pbb-2
6 pbb-2
 

Similaire à Kasus PT DI

putusan_750_pdt_2017_pt.dki_20230801094834.pdf
putusan_750_pdt_2017_pt.dki_20230801094834.pdfputusan_750_pdt_2017_pt.dki_20230801094834.pdf
putusan_750_pdt_2017_pt.dki_20230801094834.pdfMuhammadIqmalFachrud
 
Pertamina & pln vs karaha bodas company
Pertamina & pln  vs karaha bodas companyPertamina & pln  vs karaha bodas company
Pertamina & pln vs karaha bodas companyAlexander Sutanto
 
FIDUSIA HUKUM & HAM.pptx
FIDUSIA HUKUM & HAM.pptxFIDUSIA HUKUM & HAM.pptx
FIDUSIA HUKUM & HAM.pptxAhmadSNuzil
 
Kepailitan dan PKPU pada Koperasi
Kepailitan dan PKPU pada KoperasiKepailitan dan PKPU pada Koperasi
Kepailitan dan PKPU pada Koperasihenra saragih
 
Mo u rsd mardi waluyo 2015
Mo u rsd mardi waluyo 2015Mo u rsd mardi waluyo 2015
Mo u rsd mardi waluyo 2015Luqman Hakim
 
Corporate governence
Corporate governenceCorporate governence
Corporate governenceputridlp
 

Similaire à Kasus PT DI (13)

PPT TESIS.pptx
PPT TESIS.pptxPPT TESIS.pptx
PPT TESIS.pptx
 
Format spp
Format sppFormat spp
Format spp
 
Makalah sania dasopang
Makalah sania dasopangMakalah sania dasopang
Makalah sania dasopang
 
Hasil Eksaminasi dalam Perkara Permohonan Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang...
Hasil Eksaminasi dalam Perkara Permohonan Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang...Hasil Eksaminasi dalam Perkara Permohonan Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang...
Hasil Eksaminasi dalam Perkara Permohonan Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang...
 
putusan_750_pdt_2017_pt.dki_20230801094834.pdf
putusan_750_pdt_2017_pt.dki_20230801094834.pdfputusan_750_pdt_2017_pt.dki_20230801094834.pdf
putusan_750_pdt_2017_pt.dki_20230801094834.pdf
 
798 2720-1-pb
798 2720-1-pb798 2720-1-pb
798 2720-1-pb
 
Pertamina & pln vs karaha bodas company
Pertamina & pln  vs karaha bodas companyPertamina & pln  vs karaha bodas company
Pertamina & pln vs karaha bodas company
 
FIDUSIA HUKUM & HAM.pptx
FIDUSIA HUKUM & HAM.pptxFIDUSIA HUKUM & HAM.pptx
FIDUSIA HUKUM & HAM.pptx
 
Tunduk pada kontrak atau uud45
Tunduk pada kontrak atau uud45Tunduk pada kontrak atau uud45
Tunduk pada kontrak atau uud45
 
Kepailitan dan PKPU pada Koperasi
Kepailitan dan PKPU pada KoperasiKepailitan dan PKPU pada Koperasi
Kepailitan dan PKPU pada Koperasi
 
SURAT PERJANJIAN AFU
SURAT PERJANJIAN AFUSURAT PERJANJIAN AFU
SURAT PERJANJIAN AFU
 
Mo u rsd mardi waluyo 2015
Mo u rsd mardi waluyo 2015Mo u rsd mardi waluyo 2015
Mo u rsd mardi waluyo 2015
 
Corporate governence
Corporate governenceCorporate governence
Corporate governence
 

Plus de Wisnumurti Rahardjo (20)

Honeywell.inc and Integrated Risk Management
Honeywell.inc and Integrated Risk ManagementHoneywell.inc and Integrated Risk Management
Honeywell.inc and Integrated Risk Management
 
Kepemimpinan
KepemimpinanKepemimpinan
Kepemimpinan
 
Kopi Aroma - Warisan di Dalam Perubahan Zaman
Kopi Aroma - Warisan di Dalam Perubahan ZamanKopi Aroma - Warisan di Dalam Perubahan Zaman
Kopi Aroma - Warisan di Dalam Perubahan Zaman
 
Risk Management in Pinisi Relaxation using Analytical Hierarchy Process
Risk Management in Pinisi Relaxation using Analytical Hierarchy ProcessRisk Management in Pinisi Relaxation using Analytical Hierarchy Process
Risk Management in Pinisi Relaxation using Analytical Hierarchy Process
 
Bali itinerary
Bali itineraryBali itinerary
Bali itinerary
 
Kopi Aroma Analysis
Kopi Aroma AnalysisKopi Aroma Analysis
Kopi Aroma Analysis
 
Ethan Berman at Risk Metric (A)
Ethan Berman at Risk Metric (A) Ethan Berman at Risk Metric (A)
Ethan Berman at Risk Metric (A)
 
Cabo San Viejo
Cabo San ViejoCabo San Viejo
Cabo San Viejo
 
THE NEW RELIGION OF RISK MANAGEMENT
THE NEW RELIGION  OF RISK MANAGEMENTTHE NEW RELIGION  OF RISK MANAGEMENT
THE NEW RELIGION OF RISK MANAGEMENT
 
Mearl Oil Company
Mearl Oil CompanyMearl Oil Company
Mearl Oil Company
 
United Grain Growers
United Grain GrowersUnited Grain Growers
United Grain Growers
 
Competition in the golf equipment industry in 2009
Competition in the golf equipment industry in 2009Competition in the golf equipment industry in 2009
Competition in the golf equipment industry in 2009
 
Metabical
MetabicalMetabical
Metabical
 
Psi india
Psi indiaPsi india
Psi india
 
Tinplates india
Tinplates indiaTinplates india
Tinplates india
 
Mobile marketing
Mobile marketingMobile marketing
Mobile marketing
 
Cialis
CialisCialis
Cialis
 
Disney Consumer Product: Marketing, Nutrition
Disney Consumer Product: Marketing, NutritionDisney Consumer Product: Marketing, Nutrition
Disney Consumer Product: Marketing, Nutrition
 
Shoes id, superego, ego
Shoes id, superego, egoShoes id, superego, ego
Shoes id, superego, ego
 
Global wine
Global wine Global wine
Global wine
 

Kasus PT DI

  • 1. Kasus PT. Dirgantara Indonesia SIPUT BULLS EYE Yuliana Irmina S. 29110389 Vanessa F. Sabur 29110396 Ronaldo Bagus Putra 29110404 Wisnumurti Rahardjo 29110412 Albertus Harvid 29110413 Imam Mashari 29110417
  • 2. Latar Belakang Kasus PT. DI 11: PT Dirgantara Indonesia ditutup. Keluar SK Dirut Juli Edwin Soedarmo yang merumahkan semua (9.600) karyawan 19: RUPSLB Dirgantara mengukuhkan SK Dirut dan 2003 August menyetujui PHK 6.000 karyawan. BPPN menjadi pemilik 92,7 persen saham Dirgantara Indonesia. 21: Menaker minta SK Dirut dicabut. 3: Ratusan karyawan Dirgantara Indonesia unjuk rasa Sept di Jakarta.
  • 3. Latar Belakang Kasus PT. DI ?: Karyawan Dirgantara Indonesia hanya menerima 10- 25 persen gaji. 6: Dirut Dirgantara Indonesia mencabut SK merumahkan karyawan. Sebagai gantinya, diterbitkan 2 SK baru: permohonan izin PHK 3.900 Oktober 2003 karyawan yang tidak mengikuti seleksi ulang dan merumahkan sementara 2.600 karyawan yang menunggu hasil seleksi. 7: PTUN memerintahkan pencabutan SK 11 Juli. 22: Karyawan Dirgantara Indonesia mengajukan gugatan perdata hasil RUPS 19 Agustus 2003 tentang restrukturisasi dan rasionalisasi serta RUPSLB 22 Agustus 2003 tentang penggantian komisaris.
  • 4. Latar Belakang Kasus PT. DI 4: Rapat KKSK memutuskan BPPN akan menalangi November pesangon karyawan. 13: Sidang kabinet terbatas menyetujui PHK 6.600 karyawan. Ditargetkan selesai pada 21 November 2003. 2003 1: Perundingan bipartit karyawan dan manajemen Dirgantara Indonesia buntu. Depnaker mengambil alih persoalan ini. Desember 23: Dirgantara Indonesia tidak mampu lagi membayarkan gaji karyawan yang terkena PHK. Karyawan memblokir perusahaan. 30: Dirut Dirgantara Indonesia Edwin Soedarmo menolak anjuran Menaker membayar pesangon 2 kali ketentuan UU.
  • 5. Latar Belakang Kasus PT. DI 13: Sidang pertama perundingan karyawan dan manajemen Dirgantara di Depnaker gagal. Januari 15: Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Pusat (P4P) meminta manajemen dan karyawan Dirgantara melakukan negosiasi ulang, dan 718 karyawan setuju PHK. 2004 29: P4P meluluskan rencana PHK terhadap 6.600 karyawan. 12: Serikat Pekerja Dirgantara mengajukan banding atas Februari putusan P4P ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara. 18: PTTUN mengabulkan gugatan Serikat Pekerja. 23: Pesangon untuk 6.600 karyawan yang diberhentikan sebesar Rp 440 miliar, akan dibayarkan.
  • 6. Latar Belakang Kasus PT. DI Dialokasikan dana sebesar Rp. 40 milyar oleh 2006 pemerintah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2006 3: Permohonan pernyataan pailit PT Dirgantara Indonesia diajukan kepada Pengadilan Niaga Jakarta Juli 2007 Pusat Pemohon : HERYONO, NUGROHO, dan SAYUDI adalah mantan karyawan PT. Dirgantara Indonesia sebagai Kreditor Termohon : PT. Dirgantara Indonesia (Persero) di Jln. Pajajaran No. 154, Bandung
  • 7. Latar Belakang Kasus PT. DI • Pernyataan kuasa hukum SPFKK Ratna Wening Purbawati, permohonan pailit diajukan oleh 3500 mantan karyawan PT DI yang belum menerima penuh kekurangan hak pensiun. • Untuk pembuktian sederhana Ratna menyiapkan Putusan dari Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Pusat (P4P) yang 2007 dikeluarkan tahun 2004 (memutuskan 6.600 karyawan PT Dirgantara Indonesia (DI) tetap diberhentikan dan PT DI untuk memberi Juli kompensasi pensiun sesuai dengan upah terakhir, dengan patokan gaji pokok serta tunjangan tetap. Jumlah ini harus dibayarkan selambatnya 30 hari setelah putusan) • Menurut Ratna, PT Dirgantara Indonesia tidak kebal terhadap UU 37 tahun 2004 pasal 2 ayat 5, karena PT Dirgantara Indonesia sudah dikelola oleh PPA, tidak dimiliki sepenuhnya oleh pemerintah serta kepemilikan yang terbagi atas saham
  • 8. Latar Belakang Kasus PT. DI • PT. Dirgantara Indonesia dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat • Kurator : Taufik Nugroho dan Hakim Pengawas Zulfahmi • Pembuktian sederhana :  majelis merujuk pada amar putusan Panitia September 2007 Penyelesaian Perselisihan Perburuhan (P4) Pusat yang menghukum DI untuk membayar kewajibannya kepada para buruh • PT. Dirgantara Indonesia tetap diizinkan untuk dapat beroperasi setelah pernyataan pailit  permohonan dari kurator • PT. Dirgantara Indonesia dan PT. Perusahaan Pengelola Aset (PPA) mengajukan kasasi ke MA
  • 9.
  • 10. Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Nomor 41/Pailit/2007/PN. Niaga/jkt.Pst. Berdasarkan Pasal 2 Ayat (1) UU Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang : “Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih kreditornya” Berdasarkan Pasal 2 ayat (5) Undang-Undang Nomor 37 Tahun2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang “Dalam hal Debitor adalah Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiun, atau Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang kepentingan publik, permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Menteri Keuangan” Penjelasan: Yang dimaksud dengan "Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang kepentingan publik" adalah badan usaha milik negara yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham.
  • 11. Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Nomor 41/Pailit/2007/PN. Niaga/jkt.Pst. Majelis Hakim sependapat dengan pemohon bahwa termohon pailit PT. Dirgantara Pertimbangan Majelis Hakim Indonesia tidak termasuk dalam kategori sebagai BUMN yang bergerak di bidang kepentingan publik yang seluruh modalnya terbagi atas saham sebagaimana yang dimaksudkan dalam penjelasan Pasal 2 ayat (5) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Majelis hakim menilai bahwa tidak cukup alasan bagi majelis hakim untuk mempertahankan eksistensi termohon pailit, hal ini dengan mendasarkan pada kinerja keuangan Termohon belum menunjukkan perbaikan yang berarti Berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, debitor dapat dinyatakan pailit apabila telah memenuhi persyaratan sebagai berikut: • Mempunyai dua atau lebih kreditor • Tidak dapat membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih
  • 12. Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Nomor 41/Pailit/2007/PN. Niaga/jkt.Pst. 1. Mengabulkan permohonan pemohon untuk seluruhnya 2. Menyatakan bahwa PT. Dirgantara Indonesia (persero) pailit dengan segala akibat hukumnya 3. Mengangkat Taufik Nugroho,SH sebagi curator dalam kepailitan ini. 4. Menunjuk H. Zulfahmi, SH, M.Hum, Hakim Niaga Jakarta Pusat sebagai Hakim Pengawas. 5. Membebankan kepada Termohon Pailit untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 5.000.000,00.
  • 13. Setelah mendapat hasil putusan tersebut, PT. Dirgantara Indonesia tidak tinggal diam, namun PT. Dirgantara Indonesia mengajukan banding kepada Mahkamah Agung pada September 2007
  • 14. Putusan Mahkamah Agung Nomor 075 K/Pdt. Sus/2007 Terjadi perbedaan penafsiran antara Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dan Mahkamah Agung, khususnya dalam menilai kepemilikan modal dalam PT. Dirgantara Indonesia Menurut Mahkamah Agung PT. Dirgantara Indonesia memenuhi klasifikasi sebagai BUMN yang seluruh sahamnya adalah milik Negara, dan juga merupakan perusahaan yang sangat dibutuhkan karena merupakan objek vital nasional Putusan pailit terhadap PT. Dirgantara Indonesia dirasa terlalu dini, karena Hakim seharusnya memperhatikan asas kelangsungan usaha dan asas keadilan yang ada pada Undang-Undang Kepailitan dan PKPU
  • 15. Oktober 2007 PT. Dirgantara Indonesia dinyatakan pembatalan pailit, diputus oleh wakil ketua MA Marianna Sutadi, Ketua Muda MA Perdata Niaga Abdul Kadir Mappong dan Atja Sondjaja. MA berkesimpulan bahwa Badan Usaha Milik Negara (BUMN), baik berbentuk Perusahaan Umum (Perum) atau Persero hanya dapat dimohonkan pailit oleh Menteri Keuangan (Menkeu)  UU no 37 tahun 2004 pasal 2 ayat (5)
  • 16. Perbandingan dengan Hukum Singapura Penutupan Perusahaan oleh Pengadilan 16.9.4 Perusahaan juga dapat diwajibkan tutup berdasarkan penetapan pengadilan. Menurut pasal 253(1) dari Undang-Undang, permohonan untuk menutup perusahaan ke pengadilan dapat diajukan oleh 1) perusahaan itu sendiri; 2) kreditur; 3) kontributor, wakil pribadi dari kontributor yang telah meninggal dunia atau Pejabat Penerima Pengalihan atas harta warisan dari kontributor yang pailit; 4) likuidator perusahaan; 5) pengurus yang ditunjuk pengadilan; 6) berbagai Menteri berdasarkan alasan tertentu.
  • 17. Perbandingan dengan Hukum Singapura Penutupan Perusahaan oleh Pengadilan 16.9.5 Ketika permohonan tersebut diajukan, pengadilan menurut pasal 254(1) dari Undang-Undang dapat mengeluarkan penetapan penutupan perusahaan dalam situasi-situasi tertentu, seperti: 1) perusahaan berdasarkan keputusan khusus telah memutuskan agar perusahaan ditutup oleh pengadilan; 2) perusahaan tidak memulai bisnisnya dalam waktu satu tahun sejak didirikan atau bisnisnya sementara dihentikan selama satu tahun penuh; 3) perusahaan tidak dapat membayar hutang-hutangnya; 4) para direktur telah bertindak dalam urusah perusahaan untuk kepentingannya sendiri daripada kepentingan para anggota secara keseluruhan 5) pengadilan berpendapat bahwa adalah sewajarnya dan seadilnya bahwa perusahaan ditutup; 6) perusahaan menjalankan pemasaran berjenjang/multi level marketing atau penjualan secara piramida yang bertentangan dengan hukum tertulis yang melarang kegiatan tersebut; 7) perusahaan digunakan untuk tujuan yang melanggar hukum atau tujuan yang menganggu ketentraman, kesejahteraan atau ketertiban masyarakat di Singapura atau bertentangan dengan keamanan atau kepentingan nasional.
  • 18. Perbandingan dengan Hukum Singapura Penutupan Perusahaan oleh Pengadilan 16.9.6 Dari situasi-situasi di atas, alasan yang paling sering digunakan adalah bahwa perusahaan tidak dapat lagi membayar hutang- hutangnya. Pasal 254(2)(a) dari Undang-Undang mengatur bahwa perusahaan akan dianggap tidak dapat membayar hutang-hutangnya apabila kreditur telah menyampaikan kepada perusahaan tuntutan menurut undang-undang atas sejumlah uang yang melebihi S$10.000 dan perusahaan, selama tiga minggu berikutnya, lalai untuk membayar jumlah uang tersebut atau menjamin atau menambahkannya yang mana dapat memuaskan kreditur sebagaimana wajarnya. Perusahaan juga dianggap tidak dapat membayar hutang- hutangnya jika eksekusi atau proses lainnya yang dikeluarkan berdasarkan putusan atau penetapan dari pengadilan yang memenangkan kreditur perusahaan dikembalikan secara tidak memuaskan secara keseluruhan atau sebagian – lihat pasal 254(2)(b) dari Undang-Undang. Para kreditur perusahaan juga terbuka kemungkinan untuk membuktikan secara substantif guna meyakinkan pengadilan bahwa perusahaan tidak dapat membayar hutang-hutangnya dan dalam kasus tersebut, pengadilan dapat mempertimbangkan kewajiban kontijen dan prospektif dari perusahaan – lihat pasal 254(2)(c) dari Undang- Undang.
  • 19. Tanggapan Berdasarkan hukum yang sudah tertulis di dalam UU no 37 tahun 2004 pasal 2 ayat (1) dan pasal 2 ayat (5) beserta penjelasan dalam pasal 2 ayat (5), seharusnya PT. Dirgantara Indonesia dapat dipailitkan. Tetapi oleh MA dibatalkan karena terjadinya perbedaan persepsi terhadap “Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang kepentingan publik” dengan penjelasan yang tedapat di dalam UU no 37 tahun 2004 pasal 2 ayat 5 yaitu BUMN yang seluruhnya milik negara dan tidak terbagi atas saham
  • 20. Tanggapan Terdapat pertimbangan oleh MA terhadap kasus pailit PT. Dirgantara Indonesia : – pertambahan pengangguran jika PT. DI dipailitkan karena diprediksi tidak dapat membayar hutang – hutang yang sudah dimiliki – potensi dan asset yang dimiliki oleh PT. Dirgantara Indonesia mampu dioptimalisasi dalam penggunaannya demi perekonomian Indonesia
  • 21. Rekomendasi Sebaiknya sistem hukum di Indonesia untuk beberapa kasus dilakukan common law. Sehingga tidak terjadi kontroversi terhadap hukum yang sudah tertulis dengan keputusan hukumnya. Seharusnya pemerintah melakukan bail-out terhadap PT. Dirgantara Indonesia, sehingga permasalahan mengenai pembayaran uang pensiun dapat diselesaikan terlebih dahulu untuk dapat melanjutkan langkah strategi perusahaan selanjutnya.
  • 22. THANK YOU so much much much