SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  11
1
PERAN GURU PROFESIONAL DALAM INOVASI PENDIDIKAN
Oleh:
Ismail, S.Pd. M.Pd.
Kepala SDN Socorejo Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban
ABSTRAK
Peningkatan dan Pengembangan sumber daya manusia merupakan prioritas
pembangunan nasional, di mana guru menjadi salah satu kunci utamanya.
Guru sebagai tenaga profesional mempunyai peran yang sangat penting dalam
mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta
menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Guru
profesional adalah mereka yang dapat mengantarkan peserta didik menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memasuki abad 21 yang kompetitif.
Untuk itu setiap guru dituntut menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
yang terus berkembang dengan cepat. Inovasi merupakan bagian dari
perubahan sosial, dan perkembangan pendidikan. Mengingat bahwa
penyelenggara pendidikan formal adalah suatu organisasi maka guru termasuk
di dalamnya harus mengikuti pola inovasi dalam organisasi yang lebih sesuai
diterapkan dalam bidang pendidikan. Inovasi pendidikan adalah inovasi dalam
bidang pendidikan atau inovasi untuk memecahkan masalah pendidikan. Jadi
inovasi pendidikan adalah suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau
diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau kelompok orang
(masyarakat), baik berupa invensi atau diskoveri yang digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan.
Pembelajaran di sekolah harus dipandang sebagai ruh dari pendidikan yang
secara terus menerus ditingkatkan mutunya. Peningkatan mutu pembelajaran
di sekolah melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders)
dengan proses pembentukan insan Indonesia yang kompetitif dan berdaya
saing tinggi. Tujuan utama inovasi di sekolah ialah untuk meningkatkan
kualitas sekolah. Tanda-tanda sekolah yang kualitasnya baik antara lain
proses belajar mengajar efektif, prestasi hasil belajar siswa tinggi, para
guru memepunyai waktu yang cukup banyak untuk melaksanakan tugas
sesuai dengan profesinya, kepala sekolah menggunakan sebagian besar
waktunya untuk bekerja lebih akrab dengan siswa dan guru serta selalu
berusaha untuk memperoleh balikan guna meningkatkan kualitas sekolah.
Setiap orang yang bekerja di sekolah melakukan tugasnya sesuai dengan
minat dan kemampuannya untuk mengembangkan karir.
Kata Kunci: Peran Guru, Inovasi Pendidikan
Pengertian Inovasi
Inovasi berasal dari kata latin, innovation yang berarti pembaruan dan perubahan. Kata
kerjanya innovo yang artinya memperbarui dan mengubah. Inovasi adalah suatu ide, barang,
kejadian, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau
sekelompok orang (masyarakat), baik itu berupa hasil invensi atau diskoveri. Inovasi diadakan
untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu (Ibrahim, 1988).
Invensi adalah suatu penemuan yang benar-benar baru artinya hasil kreasi manusia yang berupa
benda atau hal yang ditemukan itu benar-benar sebelumnya belum ada, kemudian diadakan
2
dengan hasil kreasi baru. Sedangkan diskoveri adalah suatu penemuan sesuatu yang sebenarnya
benda atau hal yang ditemukan itu sudah ada, tetapi belum diketahui orang.
Ibrahim (1988) mengemukakan bahwa inovasi pendidikan adalah inovasi dalam bidang
pendidikan atau inovasi untuk memecahkan masalah pendidikan. Jadi inovasi pendidikan adalah
suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi
seseorang atau kelompok orang (masyarakat), baik berupa invensi atau diskoveri yang digunakan
untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan.
Tujuan Inovasi Pendidikan
Menurut Fuad Ihsan (2005), tujuan inovasi pendidikan adalah meningkatkan efisiensi,
relevansi, kualitas dan efektivitas, sarana serta jumlah peserta didik sebanyak-banyaknya, dengan
hasil pendidikan sebesar-besarnya (menurut criteria kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan
pembangunan), dengan menggunakan sumber, tenaga, uang, alat, waktu dalam jumlah yang
sekecil-kecilnya.
Kalau dikaji, arah tujuan inovasi pendidikan Indonesia tahap demi tahap,yaitu :
a. Mengejar ketinggalan-ketinggalan yang dihasilkan oleh kemajuan-kemajuan ilmu dan
teknologi sehingga makin lama pendidikan di Indonesia makin berjalan sejajar dengan
kemajuan-kemajuan tersebut.
b. Mengusahakan terselenggaranya pendidikan sekolah maupun luar sekolah bagi setiap warga
negara.Misalnya daya tampung usia sekolah SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi.
Di samping itu, akan diusahakan peningkatan mutu yang dirasakan makin menurun
dewasa ini.Dengan sistem penyampaian yang baru, diharapkan peserta didik menjadi manusia
yang aktif, kreatif, dan terampil memecahkan masalahnya sendiri.
Tujuan jangka panjang yang hendak dicapai adalah terwujudnya manusia Indonesia
seutuhnya.
Masalah-Masalah yang Menuntut Diadakan Inovasi
Adapun masalah-masalah yang menuntut diadakan inovasi pendidikan di Indonesia,
yaitu :
a. Perkembangan ilmu pengetahuan menghasilkan kemajuan teknologi yang mempengaruhi
kehidupan social, ekonomi, politik, pendidikan dan kebudayaan bangsa Indonesia.Sistem
pendidikan yang dimiliki dan dilaksanakan di Indonesia belum mampu mengikuti dan
mengendalikan kemajuan-kemajuan tersebut sehingga dunia pendidikan belum dapat
menghasilkan tenaga-tenaga pembangunan yang terampil, kreatif, dan aktif sesuai dengan
tuntutan dan keinginan masyarakat.
b. Laju eksplorasi penduduk yang cukup pesat, yang menyebabkan daya tampung, ruang, dan
fasilitas pendidikan yang sangat tidak seimbang.
c. Melonjaknya aspirasi masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik, sedangkan di
pihak lain kesempatan sangat terbatas.
3
d. Mutu pendidikan yang dirasakan makin menurun, yang belum mampu mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
e. Belum mekarnya alat organisasi yang efektif, serta belum tumbuhnya suasana yang subur
dalam masyarakat untuk mengadakan perubahan-perubahan yang dituntut oleh keadaan
sekarang dan yang akan datang.
Hambatan Pendidikan Guru dan Inovasi Pendidikan
Hofstede seorang ahli psikologi industri pada 1991 melakukan penelitian selama enam
tahun tentang perbedaan budaya di 40 negara salah satunya di Thailand sebagai anggota Asean.
Menurut Hofstede, Thailand sangat menganut “High Power Distance”. Di mana keputusan harus
selalu dibuat oleh yang memiliki kedudukan lebih tinggi dan seringkali diikuti tekanan seperti
hubungan kepala dinas dengan kepala sekolah, guru dengan murid dan kepala sekolah dengan
guru. Selain itu, senioritas masih dipegang teguh oleh Thailand dalam dunia pendidikan.
Kondisi Thailand, tidak jauh berbeda dengan di Indonesia, sampai hari ini kita masih
menganut apa yang ada di Thailand. Dalam dunia pendidikan kita, inovasi dan inisiatif serta
kreativitas sangat sulit dilakukan secara individu. Sangat mustahil seseorang bergerak tanpa ada
keputusan dari pihak yang memiliki posisi lebih tinggi.
Misalnya, ketika seorang guru ingin mengikuti lomba karya ilmiah atau inovasi
teknologi dalam mengajar. Yang pertama harus dia urusi adalah “izin dan persetujuan” atasan.
Ini tentu sangat lucu dan memalukan. Orang mau maju, kok malah dipersulit dengan berbagai
alasan ini dan itu. Ini sangat ironis dengan UU Guru dan Dosen yang mengagung-agungkan
profesionalisme guru dan dosen.
Contoh lainnya, di Negara-negara seperti Norwegia, Finlandia, Belanda, Swedia dan
Jerman orang yang berkarya dan bekerja di perguruan tinggi minimal bergelar doktor atau
professor. Artinya, perguruan tinggi di sana, sangat susah menemui dosen atau peneliti bergelar
S1 atau Master. Namun, di Indonesia jangankan untuk bergelar doktor atau professor, mau
melamar sekolah saja sulitnya minta ampun. Padahal, sekolahnya dibiayai pihak lain. Dan lagi-
lagi mempersulit adalah karena sistem “Higher Power Distance“.
Kita juga menganut paham “Collectivism” di mana segala sesuatu harus dilakukan
secara bersama-sama dan semua keputusan harus dilakukan atas persetujuan bersama pula
sehingga risiko yang akan dihadapi akan ditanggung bersama. Dalam pendidikan kita, sifat
individualitik sangat tidak didukung. Hal ini sangat memungkinkan sebuah inovasi dan inisiatif
akan memakan waktu yang lama dalam prosesnya dan mungkin pudar sebelum menjadi sebuah
projek karena sulitnya mencari kata setuju diantara anggota kelompok. Padahal, inovasi akan
muncul dari individu-individu yang memang memiliki bakat untuk maju secara sendiri-sendiri
sehingga hasilnya bias digunakan secara bersama-sama. Dan parahnya, senioritas masih sangat
dijunjung tinggi di dalam dunia pendidikan kita. Kita memang diharuskan mendukung ungkapan
bahwa “yang lebih tua lebih berpengalaman dalam berinovasi dan berkreasi. Serta pendidikan
4
kita juga selalu mengutamakan yang lebih senior dan yang memiliki posisi lebih tinggi untuk
mengikuti kegiatan-kegiatan diluar seperti seminar, workshop, lokakarya, bahkan studi lanjutpun
harus senior kalau perlu lebih dahulu. Bahkan atas nama kebersamaan dan senioritas seringkali
mengangkat dan memilih orang tidak tepat serta kering inovasi untuk menduduki jabatan
tertentu.
Memang di dalam dunia pendidikan menjunjung tinggi hubungan sosial dan
kebersamaan, mempertahankan harmonisasi dalam kelompok dan mencegah konflik sangat
dibutuhkan agar tujuan yang telah disepakati bisa dicapai. Akan tetapi, jangan sampai inovasi,
kreativitas dan inisiatif untuk kemajuan sebuah lembaga terhambat oleh hal tersebut di atas.
Kalau ini terjadi maka sampai kapan pun, pendidikan kita akan tetap mengalami kekeringan
dalam berinovasi. (From where does man’s weakness come? From the inequality between his
strength and his desires).
Pendidikan Guru dan Inovasi Pendidikan
Banyak program pendidikan baru yang inovatif diberlakukan oleh pemerintah dalam
waktu paling tidak lima tahun terakhir ini, seperti broad based education, life skills, manajemen
pendidikan berbasis sekolah, contextual teaching-learning (CTL), evaluasi belajar model
portofolio, dan yang terakhir Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Semua itu kurang atau
bahkan tidak mengikutsertakan guru sebagai variabel penting dalam pelaksanaan program-
program itu, padahal semua program baru itu bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan di
negeri ini.
Dengan banyaknya program baru itu, semestinya para guru kita didorong untuk
memiliki profesionalisme yang lebih tinggi. Hal itu juga diikuti kesejahteraan yang lebih
memadai. Kenyataan tidaklah seperti itu. Banyaknya program baru itu justru menambah beban
kerja guru.
Mengapa beban? Karena guru belum atau tidak mengerti secara sempurna terhadap berbagai
inovasi pendidikan itu. Akibatnya, mereka berada dalam ketidakmenentuan profesi ketika harus
melakukan program-program inovatif di tempat kerja masing-masing.
Penggagas pembaharuan pendidikan memiliki asumsi, guru dengan serta merta dapat
melakukan apa saja yang menjadi program pembaharuan yang dicanangkan pemerintah. Asumsi
inilah yang tidak benar. Sebab, kenyataannya guru harus mendapatkan retraining yang memadai
dan tersistem untuk dapat melakukan berbagai pembaharuan dalam bidang pendidikan.
Karena itu, ke depan pemerintah perlu melihat kemampuan riil yang dimiliki guru untuk
melakukan atau mengadopsi setiap inovasi di bidang pendidikan.
Profesionalisme
Saat ini kita hidup pada era knowledge based economy. Artinya sistem ekonomi secara
global berjalan berdasarkan kaidah-kaidah ilmu pengetahuan dan teknologi. Dampaknya, negara
yang memiliki dan menguasai ilmu pengetahuan yang kuat akan menguasai ekonomi.
5
Mengapa demikian? Karena dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi,
sebuah bangsa akan memiliki daya saing yang tinggi di tengah-tengah bangsa lain. Jika sebuah
bangsa memiliki daya saing yang tinggi, ia dapat dipastikan bisa menguasai dunia secara
ekonomi. Negara-negara seperti Jepang, Jerman, Amerika Serikat, Korea, Singapura, dan
Australia memiliki perekonomian yang jauh lebih baik dibandingkan dengan perekonomian kita.
Sebab, negara-negara tersebut menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Lalu apa implikasinya terhadap pendidikan, terutama guru, di negeri ini? Implikasinya,
kita harus melakukan profesionalisme pada pekerjaan guru. Dengan guru yang memiliki
profesionalisme yang tinggi, pendidikan akan bisa ditingkatkan kualitasnya. Kualitas pendidikan
yang baik pada akhirnya akan meningkatkan daya saing bangsa melalui penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Untuk bisa menjamin terjadinya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, bangsa
ini mau tidak mau ke depan harus meningkatkan profesionalisme guru. Jika ini harus dilakukan,
kita harus memperhatikan syarat-syarat terjadinya profesionalisme yang perlu dimiliki para guru
kita. Antara lain, menurut Houle, harus memiliki landasan pengetahuan yang kuat, berdasarkan
atas kompetensi individual (bukan atas dasar KKN), memiliki sistem seleksi dan sertifikasi, dan
ada kerja sama dan kompetisi yang sehat antarsejawat. Selain itu, ada kesadaran profesional yang
tinggi, memiliki prinsip-prinsip etik (kode etik), memiliki sistem sanksi profesi, ada militansi
individual, dan memiliki organisasi profesi.
Dari syarat-syarat yang harus dimiliki guru agar mereka termasuk dalam kategori
profesional tersebut, tentu perlu ada sistem peningkatan pengetahuan bagi guru secara tersistem
dan berkelanjutan. Pendek kata, perlu ada in service training yang baik bagi para guru kita.
Guru dan Profesionalisme
Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak yang
sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Kepiawaian dan kewibawaan guru sangat
menentukan kelangsungan proses belajar mengajar di kelas maupun efeknya di luar kelas. Guru
harus pandai membawa siswanya kepada tujuan yang hendak dicapai. Ada beberapa hal yang
dapat membentuk kewibawaan guru antara lain adalah penguasaan materi yang diajarkan,
metode mengajar yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa, hubungan antar individu, baik
dengan siswa maupun antar sesama guru dan unsur lain yang terlibat dalam proses pendidikan
seperti adminstrator, misalnya kepala sekolah dan tata usaha serta masyarakat sekitarnya,
pengalaman dan keterampilan guru itu sendiri.
Dengan demikian, maka dalam pembaharuan pendidikan, keterlibatan guru mulai dari
perencanaan inovasi pendidikan sampai dengan pelaksanaan dan evaluasinya memainkan peran
yang sangat besar bagi keberhasilan suatu inovasi pendidikan. Tanpa melibatkan mereka, maka
sangat mungkin mereka akan menolak inovasi yang diperkenalkan kepada mereka. Hal ini
seperti diuraikan sebelumnya, karena mereka menganggap inovasi yang tidak melibatkan mereka
6
adalah bukan miliknya yang harus dilaksanakan, tetapi sebaliknya mereka menganggap akan
mengganggu ketenangan dan kelancaran tugas mereka. Oleh karena itu, dalam suatu inovasi
pendidikan, gurulah yang utama dan pertama terlibat karena guru mempunyai peran yang luas
sebagai pendidik, sebagai orang tua, sebagai teman, sebagai dokter, sebagi motivator dan lain
sebagainya. (Wright 1987)
Pengembangan Profesionalisme Guru menurut para ahli, profesionalisme menekankan
kepada penguasaan ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi
penerapannya. Maister (1997) mengemukakan bahwa profesionalisme bukan sekadar
pengetahuan teknologi dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap, pengembangan
profesionalisme lebih dari seorang teknisi bukan hanya memiliki keterampilan yang tinggi tetapi
memiliki suatu tingkah laku yang dipersyaratkan.
Apabila guru di Indonesia telah memenuhi standar profesional guru maka kualitas
Sumber Daya Manusia Indonesia semakin baik. Selain memiliki standar profesional guru
sebagaimana diuraikan dalam jurnal Educational Leadership 1993 (dalam Supriadi 1998)
dijelaskan bahwa untuk menjadi profesional seorang guru dituntut untuk memiliki lima hal: (1)
Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya, (2) Guru menguasai secara
mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkannya serta cara mengajarnya kepada siswa, (3)
Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai cara evaluasi, (4) Guru
mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya, (5)
Guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.
Arifin (2000) mengemukakan guru Indonesia yang profesional dipersyaratkan
mempunyai; (1) dasar ilmu yang kuat sebagai pengejawantahan terhadap masyarakat teknologi
dan masyarakat ilmu pengetahuan di abad 21; (2) penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan riset
dan praksis pendidikan yaitu ilmu pendidikan sebagai ilmu praksis bukan hanya merupakan
konsep-konsep belaka. Pendidikan merupakan proses yang terjadi di lapangan dan bersifat
ilmiah, serta riset pendidikan hendaknya diarahkan pada praksis pendidikan masyarakat
Indonesia; (3) pengembangan kemampuan profesional berkesinambungan, profesi guru
merupakan profesi yang berkembang terus menerus dan berkesinambungan antara LPTK dengan
praktek pendidikan. Kekerdilan profesi guru dan ilmu pendidikan disebabkan terputusnya
program pre-service dan in-service karena pertimbangan birokratis yang kaku atau manajemen
pendidikan yang lemah.
Dengan adanya persyaratan profesionalisme guru ini, perlu adanya paradigma baru
untuk melahirkan profil guru Indonesia yang profesional di abad 21 yaitu; (1) memiliki
kepribadian yang matang dan berkembang; (2) penguasaan ilmu yang kuat; (3) keterampilan
untuk membangkitkan peserta didik kepada sains dan teknologi; dan (4) pengembangan profesi
secara berkesinambungan. Keempat aspek tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang tidak
dapat dipisahkan dan ditambah dengan usaha lain yang ikut mempengaruhi perkembangan
profesi guru yang profesional.
7
Apabila syarat-syarat profesionalisme guru di atas itu terpenuhi akan mengubah peran
guru yang tadinya pasif menjadi guru yang kreatif dan dinamis. Hal ini sejalan dengan pendapat
Semiawan (1991) bahwa pemenuhan persyaratan guru profesional akan mengubah peran guru
yang semula sebagai orator yang verbalistis menjadi berkekuatan dinamis dalam menciptakan
suatu suasana dan lingkungan belajar yang invitation learning environment.
Pengembangan profesionalisme guru menjadi perhatian secara global, karena guru
memiliki tugas dan peran bukan hanya memberikan informasi-informasi ilmu pengetahuan dan
teknologi, melainkan juga membentuk sikap dan jiwa yang mampu bertahan dalam era
hiperkompetisi. Tugas guru adalah membantu peserta didik agar mampu melakukan adaptasi
terhadap berbagai tantangan kehidupan serta desakan yang berkembang dalam dirinya.
Pemberdayaan peserta didik ini meliputi aspek-aspek kepribadian terutama aspek intelektual,
sosial, emosional, dan keterampilan. Tugas mulia itu menjadi berat karena bukan saja guru harus
mempersiapkan generasi muda memasuki abad pengetahuan, melainkan harus mempersiapkan
diri agar tetap eksis, baik sebagai individu maupun sebagai profesional.
Profesionalisasi harus dipandang sebagai proses yang terus menerus. Dalam proses ini,
pendidikan prajabatan, pendidikan dalam jabatan termasuk penataran, pembinaan dari organisasi
profesi dan tempat kerja, penghargaan masyarakat terhadap profesi keguruan, penegakan kode
etik profesi, sertifikasi, peningkatan kualitas calon guru, imbalan, dll secara bersama-sama
menentukan pengembangan profesionalisme seseorang termasuk guru.
Peran Guru Profesonal dalam Inovasi
Dalam bukunya yang berjudul “Reinventing Education”, Louis V. Gerstmer, Jr. dkk
(1995), menyatakan bahwa di masa-masa mendatang peran-peran guru mengalami perluasan
yaitu guru sebagai: pelatih (coaches), konselor, manajer pembelajaran, partisipan, pemimpin,
pembelajar, dan pengarang.
a. Pelatih (coaches); Sebagai pelatih (coaches), guru harus memberikan peluang yang sebesar-
besarnya bagi siswa untuk mengembangkan cara-cara pembelajarannya sendiri sesuai dengan
kondisi masing-masing. Guru hanya memberikan prinsip-prinsip dasarnya saja dan tidak
memberikan satu cara yang mutlak. Hal ini merupakan analogi dalam bidang olah raga, di
mana pelatih hanya memberikan petunjuk dasar-dasar permainan, sementara dalam permainan
itu sendiri para pemain akan mengembangkan kiat-kiatnya sesuai dengan kemampuan dan
kondisi yang ada.
b. Konselor; Sebagai konselor, guru harus mampu menciptakan satu situasi interaksi belajar-
mengajar, di mana siswa melakukan perilaku pembelajaran dalam suasana psikologis yang
kondusif dan tidak ada jarak yang kaku dengan guru. Disamping itu, guru diharapkan mampu
memahami kondisi setiap siswa dan membantunya ke arah perkembangan optimal.
8
c. Manajer Pembelajar; Sebagai manajer pembelajaran, guru memiliki kemandirian dan
otonomi yang seluas-luasnya dalam mengelola keseluruhan kegiatan belajar-mengajar dengan
mendinamiskan seluruh sumber-sumber penunjang pembelajaran.
c. Partisipan; Sebagai partisipan, guru tidak hanya berperilaku mengajar akan tetapi juga
berperilaku belajar dari interaksinya dengan siswa. Hal ini mengandung makna bahwa guru
bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi anak, akan tetapi ia sebagai fasilitator
pembelajaran siswa.
d. Pemimpin; Sebagai pemimpin, diharapkan guru mampu menjadi seseorang yang mampu
menggerakkan orang lain untuk mewujudkan perilaku menuju tujuan bersama. Disamping
sebagai pengajar, guru harus mendapat kesempatan untuk mewujudkan dirinya sebagai pihak
yang bertanggung jawab dalam berbagai kegiatan lain di luiar mengajar.
e. Pembelajar; Sebagai pembelajar, guru harus secara terus menerus belajar dalam rangka
menyegarkan kompetensinya serta meningkatkan kualitas profesionalnya.
f. Pengarang; Sebagai pengarang, guru harus selalu kreatif dan inovatif menghasilkan berbagai
karya yang akan digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas profesionalnya. Guru yang
mandiri bukan sebagai tukang atau teknisi yang harus mengikuti satu buku petunjuk yang
baku, melainkan sebagai tenaga yang kreatif yang mampu menghasilkan berbagai karya
inovatif dalam bidangnya. Hal itu harus didukung oleh daya abstraksi dan komitmen yang
tinggi sebagai basis kualitas profesionaliemenya.
Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, guru memiliki multi fungsi yaitu sebagai
fasilitator, motivator, informator, komunikator, transformator, change agent, inovator, konselor,
evaluator, dan administrator (Soewondo, 1972 dalam Arifin 2000).
Menurut Makagiansar (1996) memasuki abad 21 pendidikan akan mengalami
pergeseran perubahan paradigma yang meliputi pergeseran paradigma: (1) dari belajar terminal
ke belajar sepanjang hayat, (2) dari belajar berfokus penguasaan pengetahuan ke belajar holistik,
(3) dari citra hubungan guru-murid yang bersifat konfrontatif ke citra hubungan kemitraan, (4)
dari pengajar yang menekankan pengetahuan skolastik (akademik) ke penekanan keseimbangan
fokus pendidikan nilai, (5) dari kampanye melawan buta aksara ke kampanye melawan buat
teknologi, budaya, dan komputer, (6) dari penampilan guru yang terisolasi ke penampilan dalam
tim kerja, (7) dari konsentrasi eksklusif pada kompetisi ke orientasi kerja sama. Dengan
memperhatikan pendapat ahli tersebut nampak bahwa pendidikan dihadapkan pada tantangan
untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam menghadapi berbagai
tantangan dan tuntutan yang bersifat kompetitif.
Gambaran Pembelajaran di Abad Pengetahuan praktek pembelajaran yang terjadi
sekarang masih didominasi oleh pola atau paradigma yang banyak dijumpai di abad industri.
Pada abad pengetahuan paradigma yang digunakan jauh berbeda dengan pada abad industri.
Galbreath (1999) mengemukakan bahwa pendekatan pembelajaran yang digunakan pada abad
pengetahuan adalah pendekatan campuran yaitu perpaduan antara pendekatan belajar dari guru,
9
belajar dari siswa lain, dan belajar pada diri sendiri. Praktek pembelajaran di abad industri dan
abad pengetahuan dapat dilihat pada Tabel berikut;
Abad Industri
1. Guru sebagai pengarah
2. Guru sebagai sumber pengetahuan
3. Belajar diarahkan oleh kuri- kulum.
4. Belajar dijadualkan secara ketat dgn waktu
yang terbatas
5. Terutama didasarkan pd fakta
6. Bersifat teoritik, prinsip- prinsip dan survei
7. Pengulangan dan latihan
8. Aturan dan prosedur
9. Kompetitif
10. Berfokus pada kelas
11. Hasilnya ditentukan sblmnya
12. Mengikuti norma
13. Komputer sebagai subyek belajar
14. Presentasi dengan media statis
15. Komunikasi sebatas ruang kls
16. Tes diukur dengan norma
Abad Pengetahuan
1. Guru sebagai fasilitator, pembimbing,
konsultan
2. Guru sebagai kawan belajar
3. Belajar diarahkan oleh siswa kulum.
4. Belajar secara terbuka, ketat dgn waktu yang
terbatas fleksibel sesuai keperluan
5. Terutama berdasarkan proyek dan masalah
6. Dunia nyata, dan refleksi prinsip dan survei
7. Penyelidikan dan perancangan
8. Penemuan dan penciptaan
9. Colaboratif
10. Berfokus pada masyarakat
11. Hasilnya terbuka
12. Keanekaragaman yang kreatif
13. Komputer sebagai peralatan semua jenis
belajar
14. Interaksi multi media yang dinamis
15. Komunikasi tidak terbatas ke seluruh dunia
16. Unjuk kerja diukur oleh pakar, penasehat,
kawan sebaya dan diri sendiri.
Berdasarkan Tabel dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa;
1. Pada abad industri banyak dijumpai belajar melalui fakta, drill dan praktek, dan menggunakan
aturan dan prosedur-prosedur. Sedangkan di abad pengetahuan menginginkan paradigma
belajar melalui proyek-proyek dan permasalahan-permasalahan, inkuiri dan desain,
menemukan dan penciptaan.
2. Betapa sulitnya mencapai reformasi yang sistemik, karena bila paradigma lama masih
dominan, dampak reformasi cenderung akan ditelan oleh pengaruh paradigma lama.
3. Meskipun telah dinyatakan sebagai polaritas, perbedaan praktik pembelajaran Abad
Pengetahuan dan Abad Industri dianggap sebagai suatu kontinum. Meskipun sekarang
dimungkinkan memandang banyak contoh praktek di Abad Industri yang “murni” dan jauh
lebih sedikit contoh lingkungan pembelajaran di Abad Pengetahuan yang “murni”, besar
kemungkinannya menemukan metode persilangan perpaduan antara metode di Abad
Pengetahuan dan metode di Abad Industri. Perlu diingat dalam melakukan reformasi
10
pembelajaran, metode lama tidak sepenuhnya hilang, namun hanya digunakan kurang lebih
jarang dibanding metode-metode baru.
4. Praktek pembelajaran di Abad Pengetahuan lebih sesuai dengan teori belajar modern. Melalui
penggunaan prinsip-prinsip belajar berorientasi pada proyek dan permasalahan sampai
aktivitas kolaboratif dan difokuskan pada masyarakat, belajar kontekstual yang didasarkan
pada dunia nyata dalam konteks ke peningkatan perhatian pada tindakan-tindakan atas
dorongan pembelajar sendiri.
5. Pada Abad Pengetahuan nampaknya praktek pembelajaran tergantung pada piranti-piranti
pengetahuan modern yakni komputer dan telekomunikasi, namun sebagian besar karakteristik
Abad Pengetahuan bisa dicapai tanpa memanfaatkan piranti modern. Meskipun teknologi
informasi dan telekomunikasi merupakan katalis yang penting yang membawa kita pada
metode belajar Abad Pengetahuan, perlu diingat bahwa yang membedakan metode tersebut
adalah pelaksanaan hasilnya bukan alatnya. Kita dapat melengkapi peralatan lembaga
pendidikan kita dengan teknologi canggih tanpa mengubah pelaksanaan dan hasilnya.
Kesimpulan
Memperhatikan peran guru dan tugas guru sebagai salah satu faktor determinan bagi
keberhasilan pendidikan, maka keberadaan dan peningkatan profesi guru menjadi wacana yang
sangat penting. Pendidikan di abad pengetahuan menuntut adanya manajemen pendidikan
modern dan profesional dengan bernuansa pendidikan.
Kemerosotan pendidikan bukan diakibatkan oleh kurikulum tetapi oleh kurangnya
kemampuan profesionalisme guru dan keengganan belajar siswa. Profesionalisme menekankan
kepada penguasaan ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi
penerapannya. Profesionalisme bukan sekadar pengetahuan teknologi dan manajemen tetapi
lebih merupakan sikap, pengembangan profesionalisme lebih dari seorang teknisi bukan hanya
memiliki keterampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku yang dipersyaratkan.
Guru yang profesional pada dasarnya ditentukan oleh attitudenya yang berarti pada
tataran kematangan yang mempersyaratkan willingness dan ability, baik secara intelektual
maupun pada kondisi yang prima. Profesionalisasi harus dipandang sebagai proses yang terus
menerus. Usaha meningkatkan profesionalisme guru merupakan tanggung jawab bersama antara
LPTK sebagai pencetak guru, instansi yang membina guru (dalam hal ini Depdiknas atau
yayasan swasta), PGRI dan masyarakat.
11
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, I. 2000. Profesionalisme Guru: Analisis Wacana Reformasi Pendidikan dalam Era
Globalisasi. Simposium Nasional Pendidikan di Universitas Muham-madiyah Malang,
25-26 Juli 2001.
Dahrin, D. 2000. Memperbaiki Kinerja Pendidikan Nasional Secara Komprehensip:
Transformasi Pendidikan. Komunitas, Forum Rektor Indonesia. Vol.1 No. Hlm 24.
Degeng, N.S. 1999. Paradigma Baru Pendidikan Memasuki Era Desentralisasi dan Demokrasi.
Jurnal Getengkali Edisi 6 Tahun III 1999/2000. Hlm. 2-9.
Galbreath, J. 1999. Preparing the 21st Century Worker: The Link Between Computer-Based
Technology and Future Skill Sets. Educational Technology Nopember-Desember 1999.
Hlm. 14-22.
Gerald Zaltman, Rober Duncan, Johny Holbek. (1973). Innovation and Organization. A
Wiley-Interscience Publication John Wiley and Sons, New York. London, Sydney,
Toronto.
Mattew B. Miles (1964). Innovation in Education, Bureau of Publication Teachers
College. Columbia University New York
Maister, DH. 1997. True Professionalism. New York: The Free Press.
Makagiansar, M. 1996. Shift in Global paradigma and The Teacher of Tomorrow, 17th.
Convention of the Asean Council of Teachers (ACT); 5-8 Desember, 1996, Republic of
Singapore.
Naisbitt, J. 1995. Megatrend Asia: Delapan Megatrend Asia yang Mengubah Dunia, (Alih
bahasa oleh Danan Triyatmoko dan Wandi S. Brata): Jakarta: Gramdeia.
Mulyasa, E. (2008). Menjadi Guru Profesinal Menciptakan pembelajaran
Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Contenu connexe

Tendances

Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Final...
Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Final...Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Final...
Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Final...Irman Ramly
 
5. Powerpoint Materi Modul Ajar.pptx
5. Powerpoint Materi Modul Ajar.pptx5. Powerpoint Materi Modul Ajar.pptx
5. Powerpoint Materi Modul Ajar.pptxHusniAmril
 
B2 PROFIL DAN RAPOR PENDIDIKAN.pptx
B2 PROFIL DAN RAPOR PENDIDIKAN.pptxB2 PROFIL DAN RAPOR PENDIDIKAN.pptx
B2 PROFIL DAN RAPOR PENDIDIKAN.pptxsdnantirogo
 
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan .pptx
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan .pptxPerencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan .pptx
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan .pptxjhonGhy
 
KRITERIA KETERCAPAIAN TUJUAN PEMBELAJARAN (KKTP).pptx.pptx
KRITERIA KETERCAPAIAN TUJUAN PEMBELAJARAN (KKTP).pptx.pptxKRITERIA KETERCAPAIAN TUJUAN PEMBELAJARAN (KKTP).pptx.pptx
KRITERIA KETERCAPAIAN TUJUAN PEMBELAJARAN (KKTP).pptx.pptxAtikIndarini2
 
Mewujudkan Keuangan Negara yang Transparan, Partisipatif, dan Akuntabel
Mewujudkan Keuangan Negara yang Transparan, Partisipatif, dan AkuntabelMewujudkan Keuangan Negara yang Transparan, Partisipatif, dan Akuntabel
Mewujudkan Keuangan Negara yang Transparan, Partisipatif, dan AkuntabelDadang Solihin
 
Koneksi Antar Materi- Design Thinking T4 PUTRI ANJASARIII.docx
Koneksi Antar Materi- Design Thinking T4 PUTRI ANJASARIII.docxKoneksi Antar Materi- Design Thinking T4 PUTRI ANJASARIII.docx
Koneksi Antar Materi- Design Thinking T4 PUTRI ANJASARIII.docxmursinah621
 
2 Pengembangan Modul Ajar kurikulum Merdeka_Masykuri 2022.pptx
2 Pengembangan Modul Ajar kurikulum Merdeka_Masykuri 2022.pptx2 Pengembangan Modul Ajar kurikulum Merdeka_Masykuri 2022.pptx
2 Pengembangan Modul Ajar kurikulum Merdeka_Masykuri 2022.pptxhilmaaulia9
 
Aksi Nyata Profil Pelajar Pancasila Oleh Sri Wahyuni,S Pd SD.pdf
Aksi Nyata Profil Pelajar Pancasila Oleh Sri Wahyuni,S Pd SD.pdfAksi Nyata Profil Pelajar Pancasila Oleh Sri Wahyuni,S Pd SD.pdf
Aksi Nyata Profil Pelajar Pancasila Oleh Sri Wahyuni,S Pd SD.pdfSriWahyuni909323
 
Makalah Prinsip Fleksibilitas
Makalah Prinsip FleksibilitasMakalah Prinsip Fleksibilitas
Makalah Prinsip FleksibilitasDedy Wiranto
 
PPT aksi nyata modul 1.4 budaya positif.pptx
PPT aksi nyata modul 1.4 budaya  positif.pptxPPT aksi nyata modul 1.4 budaya  positif.pptx
PPT aksi nyata modul 1.4 budaya positif.pptxSantiAprilia7
 
01 Kurikulum Merdeka dan Perencanaan Pembelajaran.pptx
01 Kurikulum Merdeka dan Perencanaan Pembelajaran.pptx01 Kurikulum Merdeka dan Perencanaan Pembelajaran.pptx
01 Kurikulum Merdeka dan Perencanaan Pembelajaran.pptxRatnaFitriani15
 
Aksi Nyata Topik 2 Kurikulum Merdeka.pdf
Aksi Nyata Topik 2  Kurikulum Merdeka.pdfAksi Nyata Topik 2  Kurikulum Merdeka.pdf
Aksi Nyata Topik 2 Kurikulum Merdeka.pdfNur Rohmadi
 
LITERASI NUMERASI (1).pptx
LITERASI NUMERASI (1).pptxLITERASI NUMERASI (1).pptx
LITERASI NUMERASI (1).pptxBagusSatrioo
 
Modul 3.2. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya - Final.pdf
Modul 3.2. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya - Final.pdfModul 3.2. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya - Final.pdf
Modul 3.2. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya - Final.pdfmusbiawan0707
 
AKSI NYATA 5.pdf
AKSI NYATA 5.pdfAKSI NYATA 5.pdf
AKSI NYATA 5.pdfIlmalSPd
 

Tendances (20)

Analisis Kohort
Analisis KohortAnalisis Kohort
Analisis Kohort
 
UbD Klp 3.pptx
UbD Klp 3.pptxUbD Klp 3.pptx
UbD Klp 3.pptx
 
Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Final...
Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Final...Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Final...
Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Final...
 
Kel 1 Menjelaskan.pdf
Kel 1 Menjelaskan.pdfKel 1 Menjelaskan.pdf
Kel 1 Menjelaskan.pdf
 
5. Powerpoint Materi Modul Ajar.pptx
5. Powerpoint Materi Modul Ajar.pptx5. Powerpoint Materi Modul Ajar.pptx
5. Powerpoint Materi Modul Ajar.pptx
 
B2 PROFIL DAN RAPOR PENDIDIKAN.pptx
B2 PROFIL DAN RAPOR PENDIDIKAN.pptxB2 PROFIL DAN RAPOR PENDIDIKAN.pptx
B2 PROFIL DAN RAPOR PENDIDIKAN.pptx
 
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan .pptx
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan .pptxPerencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan .pptx
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan .pptx
 
KRITERIA KETERCAPAIAN TUJUAN PEMBELAJARAN (KKTP).pptx.pptx
KRITERIA KETERCAPAIAN TUJUAN PEMBELAJARAN (KKTP).pptx.pptxKRITERIA KETERCAPAIAN TUJUAN PEMBELAJARAN (KKTP).pptx.pptx
KRITERIA KETERCAPAIAN TUJUAN PEMBELAJARAN (KKTP).pptx.pptx
 
Mewujudkan Keuangan Negara yang Transparan, Partisipatif, dan Akuntabel
Mewujudkan Keuangan Negara yang Transparan, Partisipatif, dan AkuntabelMewujudkan Keuangan Negara yang Transparan, Partisipatif, dan Akuntabel
Mewujudkan Keuangan Negara yang Transparan, Partisipatif, dan Akuntabel
 
Koneksi Antar Materi- Design Thinking T4 PUTRI ANJASARIII.docx
Koneksi Antar Materi- Design Thinking T4 PUTRI ANJASARIII.docxKoneksi Antar Materi- Design Thinking T4 PUTRI ANJASARIII.docx
Koneksi Antar Materi- Design Thinking T4 PUTRI ANJASARIII.docx
 
2 Pengembangan Modul Ajar kurikulum Merdeka_Masykuri 2022.pptx
2 Pengembangan Modul Ajar kurikulum Merdeka_Masykuri 2022.pptx2 Pengembangan Modul Ajar kurikulum Merdeka_Masykuri 2022.pptx
2 Pengembangan Modul Ajar kurikulum Merdeka_Masykuri 2022.pptx
 
Aksi Nyata Profil Pelajar Pancasila Oleh Sri Wahyuni,S Pd SD.pdf
Aksi Nyata Profil Pelajar Pancasila Oleh Sri Wahyuni,S Pd SD.pdfAksi Nyata Profil Pelajar Pancasila Oleh Sri Wahyuni,S Pd SD.pdf
Aksi Nyata Profil Pelajar Pancasila Oleh Sri Wahyuni,S Pd SD.pdf
 
Makalah Prinsip Fleksibilitas
Makalah Prinsip FleksibilitasMakalah Prinsip Fleksibilitas
Makalah Prinsip Fleksibilitas
 
PPT aksi nyata modul 1.4 budaya positif.pptx
PPT aksi nyata modul 1.4 budaya  positif.pptxPPT aksi nyata modul 1.4 budaya  positif.pptx
PPT aksi nyata modul 1.4 budaya positif.pptx
 
01 Kurikulum Merdeka dan Perencanaan Pembelajaran.pptx
01 Kurikulum Merdeka dan Perencanaan Pembelajaran.pptx01 Kurikulum Merdeka dan Perencanaan Pembelajaran.pptx
01 Kurikulum Merdeka dan Perencanaan Pembelajaran.pptx
 
Penilaian Produk
Penilaian ProdukPenilaian Produk
Penilaian Produk
 
Aksi Nyata Topik 2 Kurikulum Merdeka.pdf
Aksi Nyata Topik 2  Kurikulum Merdeka.pdfAksi Nyata Topik 2  Kurikulum Merdeka.pdf
Aksi Nyata Topik 2 Kurikulum Merdeka.pdf
 
LITERASI NUMERASI (1).pptx
LITERASI NUMERASI (1).pptxLITERASI NUMERASI (1).pptx
LITERASI NUMERASI (1).pptx
 
Modul 3.2. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya - Final.pdf
Modul 3.2. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya - Final.pdfModul 3.2. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya - Final.pdf
Modul 3.2. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya - Final.pdf
 
AKSI NYATA 5.pdf
AKSI NYATA 5.pdfAKSI NYATA 5.pdf
AKSI NYATA 5.pdf
 

En vedette

Inovasi pendidikan dan karakteristiknya
Inovasi pendidikan dan karakteristiknyaInovasi pendidikan dan karakteristiknya
Inovasi pendidikan dan karakteristiknyaSuci Febriandini
 
Upaya Pembaharuan Pendidikan Nasional Bab VI
Upaya Pembaharuan Pendidikan Nasional  Bab VIUpaya Pembaharuan Pendidikan Nasional  Bab VI
Upaya Pembaharuan Pendidikan Nasional Bab VISusi Novita
 
Upaya pembaharuan pendidikan nasional
Upaya pembaharuan pendidikan nasionalUpaya pembaharuan pendidikan nasional
Upaya pembaharuan pendidikan nasionalrinoarpa
 
Inovasi pendidikan di indonesia
Inovasi pendidikan di indonesiaInovasi pendidikan di indonesia
Inovasi pendidikan di indonesiaAdy Setiawan
 
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)Mayawi Karim
 
PROFESIONALISME GURU DAN GLOBALISASI
PROFESIONALISME GURU DAN GLOBALISASIPROFESIONALISME GURU DAN GLOBALISASI
PROFESIONALISME GURU DAN GLOBALISASIMarlin Iskandar
 

En vedette (8)

Inovasi pendidikan di Indonesia
Inovasi pendidikan di IndonesiaInovasi pendidikan di Indonesia
Inovasi pendidikan di Indonesia
 
Inovasi pendidikan dan karakteristiknya
Inovasi pendidikan dan karakteristiknyaInovasi pendidikan dan karakteristiknya
Inovasi pendidikan dan karakteristiknya
 
Upaya Pembaharuan Pendidikan Nasional Bab VI
Upaya Pembaharuan Pendidikan Nasional  Bab VIUpaya Pembaharuan Pendidikan Nasional  Bab VI
Upaya Pembaharuan Pendidikan Nasional Bab VI
 
Upaya pembaharuan pendidikan nasional
Upaya pembaharuan pendidikan nasionalUpaya pembaharuan pendidikan nasional
Upaya pembaharuan pendidikan nasional
 
Inovasi pendidikan
Inovasi pendidikanInovasi pendidikan
Inovasi pendidikan
 
Inovasi pendidikan di indonesia
Inovasi pendidikan di indonesiaInovasi pendidikan di indonesia
Inovasi pendidikan di indonesia
 
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
 
PROFESIONALISME GURU DAN GLOBALISASI
PROFESIONALISME GURU DAN GLOBALISASIPROFESIONALISME GURU DAN GLOBALISASI
PROFESIONALISME GURU DAN GLOBALISASI
 

Similaire à Peran guru dalam upaya inovasi pendidikan di indonesia...

Inovasi dan perubahan dalam pendidikan
Inovasi dan perubahan dalam pendidikanInovasi dan perubahan dalam pendidikan
Inovasi dan perubahan dalam pendidikanTan Tyng
 
Pembelajaran Mendidik dan Pendekatan Pedagogi kritis
Pembelajaran Mendidik dan Pendekatan Pedagogi kritisPembelajaran Mendidik dan Pendekatan Pedagogi kritis
Pembelajaran Mendidik dan Pendekatan Pedagogi kritisLSP3I
 
Sesi 2. Profil Pendidikan di Indonesia
Sesi 2.   Profil Pendidikan di IndonesiaSesi 2.   Profil Pendidikan di Indonesia
Sesi 2. Profil Pendidikan di IndonesiaDaniel Saroengoe
 
Dr khuan kreativiti 2014
Dr khuan kreativiti 2014Dr khuan kreativiti 2014
Dr khuan kreativiti 2014Azmin Azman
 
Inovasi pembelajaran ipa_di_sekolah_dasar
Inovasi pembelajaran ipa_di_sekolah_dasarInovasi pembelajaran ipa_di_sekolah_dasar
Inovasi pembelajaran ipa_di_sekolah_dasarNur Halimah
 
Inovasi pembelajaran ipa_di_sekolah_dasar
Inovasi pembelajaran ipa_di_sekolah_dasarInovasi pembelajaran ipa_di_sekolah_dasar
Inovasi pembelajaran ipa_di_sekolah_dasarNur Halimah
 
Essay Argumentatif - Guru sebagai Fasilitator Siswa dalam Persiapan Menghadap...
Essay Argumentatif - Guru sebagai Fasilitator Siswa dalam Persiapan Menghadap...Essay Argumentatif - Guru sebagai Fasilitator Siswa dalam Persiapan Menghadap...
Essay Argumentatif - Guru sebagai Fasilitator Siswa dalam Persiapan Menghadap...Nur Aji Pratiwi
 
Rasional pengembangan kurikulum 2013 pengembangan kurikulum perlu dilakukan k...
Rasional pengembangan kurikulum 2013 pengembangan kurikulum perlu dilakukan k...Rasional pengembangan kurikulum 2013 pengembangan kurikulum perlu dilakukan k...
Rasional pengembangan kurikulum 2013 pengembangan kurikulum perlu dilakukan k...Yang Dibuang
 
Inovasi Pendidikan di Indonesia dan Pelaksanaannya
Inovasi Pendidikan di Indonesia dan PelaksanaannyaInovasi Pendidikan di Indonesia dan Pelaksanaannya
Inovasi Pendidikan di Indonesia dan PelaksanaannyaNovita Widianingsih
 
Inovasi_Pendidikan_Pembelajaran.pdf
Inovasi_Pendidikan_Pembelajaran.pdfInovasi_Pendidikan_Pembelajaran.pdf
Inovasi_Pendidikan_Pembelajaran.pdfDianaSari252708
 
AKSI NYATA KURIKULUM MERDEKA BELAJAR MANDIRIMENGAJAR
AKSI NYATA KURIKULUM MERDEKA BELAJAR MANDIRIMENGAJARAKSI NYATA KURIKULUM MERDEKA BELAJAR MANDIRIMENGAJAR
AKSI NYATA KURIKULUM MERDEKA BELAJAR MANDIRIMENGAJAREuisKomaracilvi
 
tugasan 3038 Ust zaleha
tugasan 3038 Ust zalehatugasan 3038 Ust zaleha
tugasan 3038 Ust zalehamuhammad
 
Pendidikan abad ke 21 dan skype
Pendidikan abad ke 21 dan skypePendidikan abad ke 21 dan skype
Pendidikan abad ke 21 dan skypesahronzulkepli
 
Inovasi pendidikan pembelajaran
Inovasi pendidikan pembelajaranInovasi pendidikan pembelajaran
Inovasi pendidikan pembelajaranOm Ooh
 
Materi Keberagaman Murid dan Pembelajaran Berdiferensiasi.pptx
Materi Keberagaman Murid dan Pembelajaran Berdiferensiasi.pptxMateri Keberagaman Murid dan Pembelajaran Berdiferensiasi.pptx
Materi Keberagaman Murid dan Pembelajaran Berdiferensiasi.pptxPrincessShinyBrillia
 

Similaire à Peran guru dalam upaya inovasi pendidikan di indonesia... (20)

Inovasi dan perubahan dalam pendidikan
Inovasi dan perubahan dalam pendidikanInovasi dan perubahan dalam pendidikan
Inovasi dan perubahan dalam pendidikan
 
Pembelajaran Mendidik dan Pendekatan Pedagogi kritis
Pembelajaran Mendidik dan Pendekatan Pedagogi kritisPembelajaran Mendidik dan Pendekatan Pedagogi kritis
Pembelajaran Mendidik dan Pendekatan Pedagogi kritis
 
Sesi 2. Profil Pendidikan di Indonesia
Sesi 2.   Profil Pendidikan di IndonesiaSesi 2.   Profil Pendidikan di Indonesia
Sesi 2. Profil Pendidikan di Indonesia
 
Dr khuan kreativiti 2014
Dr khuan kreativiti 2014Dr khuan kreativiti 2014
Dr khuan kreativiti 2014
 
Kuliah 1
Kuliah 1Kuliah 1
Kuliah 1
 
Inovasi pembelajaran ipa_di_sekolah_dasar
Inovasi pembelajaran ipa_di_sekolah_dasarInovasi pembelajaran ipa_di_sekolah_dasar
Inovasi pembelajaran ipa_di_sekolah_dasar
 
Inovasi pembelajaran ipa_di_sekolah_dasar
Inovasi pembelajaran ipa_di_sekolah_dasarInovasi pembelajaran ipa_di_sekolah_dasar
Inovasi pembelajaran ipa_di_sekolah_dasar
 
Essay Argumentatif - Guru sebagai Fasilitator Siswa dalam Persiapan Menghadap...
Essay Argumentatif - Guru sebagai Fasilitator Siswa dalam Persiapan Menghadap...Essay Argumentatif - Guru sebagai Fasilitator Siswa dalam Persiapan Menghadap...
Essay Argumentatif - Guru sebagai Fasilitator Siswa dalam Persiapan Menghadap...
 
Rasional pengembangan kurikulum 2013 pengembangan kurikulum perlu dilakukan k...
Rasional pengembangan kurikulum 2013 pengembangan kurikulum perlu dilakukan k...Rasional pengembangan kurikulum 2013 pengembangan kurikulum perlu dilakukan k...
Rasional pengembangan kurikulum 2013 pengembangan kurikulum perlu dilakukan k...
 
Inovasi Pendidikan di Indonesia dan Pelaksanaannya
Inovasi Pendidikan di Indonesia dan PelaksanaannyaInovasi Pendidikan di Indonesia dan Pelaksanaannya
Inovasi Pendidikan di Indonesia dan Pelaksanaannya
 
Pidato bahasa Indonesia
Pidato bahasa Indonesia Pidato bahasa Indonesia
Pidato bahasa Indonesia
 
Inovasi_Pendidikan_Pembelajaran.pdf
Inovasi_Pendidikan_Pembelajaran.pdfInovasi_Pendidikan_Pembelajaran.pdf
Inovasi_Pendidikan_Pembelajaran.pdf
 
Nama pidato
Nama pidatoNama pidato
Nama pidato
 
AKSI NYATA KURIKULUM MERDEKA BELAJAR MANDIRIMENGAJAR
AKSI NYATA KURIKULUM MERDEKA BELAJAR MANDIRIMENGAJARAKSI NYATA KURIKULUM MERDEKA BELAJAR MANDIRIMENGAJAR
AKSI NYATA KURIKULUM MERDEKA BELAJAR MANDIRIMENGAJAR
 
Inovasi.pdf
Inovasi.pdfInovasi.pdf
Inovasi.pdf
 
tugasan 3038 Ust zaleha
tugasan 3038 Ust zalehatugasan 3038 Ust zaleha
tugasan 3038 Ust zaleha
 
Pendidikan abad ke 21 dan skype
Pendidikan abad ke 21 dan skypePendidikan abad ke 21 dan skype
Pendidikan abad ke 21 dan skype
 
Synectik
SynectikSynectik
Synectik
 
Inovasi pendidikan pembelajaran
Inovasi pendidikan pembelajaranInovasi pendidikan pembelajaran
Inovasi pendidikan pembelajaran
 
Materi Keberagaman Murid dan Pembelajaran Berdiferensiasi.pptx
Materi Keberagaman Murid dan Pembelajaran Berdiferensiasi.pptxMateri Keberagaman Murid dan Pembelajaran Berdiferensiasi.pptx
Materi Keberagaman Murid dan Pembelajaran Berdiferensiasi.pptx
 

Plus de Ismail Bisri

1.1. pelatihan 2020 kebijakan tuweb s1 & diploma_20200917_rev (dari ut pu...
1.1. pelatihan 2020 kebijakan tuweb s1 & diploma_20200917_rev (dari ut pu...1.1. pelatihan 2020 kebijakan tuweb s1 & diploma_20200917_rev (dari ut pu...
1.1. pelatihan 2020 kebijakan tuweb s1 & diploma_20200917_rev (dari ut pu...Ismail Bisri
 
Skenario memfasilitasi
Skenario memfasilitasiSkenario memfasilitasi
Skenario memfasilitasiIsmail Bisri
 
Program unggulan sekolah
Program unggulan sekolahProgram unggulan sekolah
Program unggulan sekolahIsmail Bisri
 
Budaya mutu tuban 2017
Budaya mutu tuban 2017Budaya mutu tuban 2017
Budaya mutu tuban 2017Ismail Bisri
 
Peranan preposisi sebagai unsur pembentuk kata
Peranan preposisi sebagai unsur pembentuk kataPeranan preposisi sebagai unsur pembentuk kata
Peranan preposisi sebagai unsur pembentuk kataIsmail Bisri
 
Kemampuan manajerial kepala sekolah kategori
Kemampuan manajerial kepala sekolah kategoriKemampuan manajerial kepala sekolah kategori
Kemampuan manajerial kepala sekolah kategoriIsmail Bisri
 
Pentingnya teknik menulis deskripsi......
Pentingnya teknik menulis deskripsi......Pentingnya teknik menulis deskripsi......
Pentingnya teknik menulis deskripsi......Ismail Bisri
 
Pentingnya teknik menulis deskripsi......
Pentingnya teknik menulis deskripsi......Pentingnya teknik menulis deskripsi......
Pentingnya teknik menulis deskripsi......Ismail Bisri
 
Kemampuan manajerial kepala sekolah kategori
Kemampuan manajerial kepala sekolah kategoriKemampuan manajerial kepala sekolah kategori
Kemampuan manajerial kepala sekolah kategoriIsmail Bisri
 
Menggugah kesadaran guru dalam pelesterian
Menggugah kesadaran  guru dalam  pelesterianMenggugah kesadaran  guru dalam  pelesterian
Menggugah kesadaran guru dalam pelesterianIsmail Bisri
 

Plus de Ismail Bisri (11)

1.1. pelatihan 2020 kebijakan tuweb s1 & diploma_20200917_rev (dari ut pu...
1.1. pelatihan 2020 kebijakan tuweb s1 & diploma_20200917_rev (dari ut pu...1.1. pelatihan 2020 kebijakan tuweb s1 & diploma_20200917_rev (dari ut pu...
1.1. pelatihan 2020 kebijakan tuweb s1 & diploma_20200917_rev (dari ut pu...
 
Skenario memfasilitasi
Skenario memfasilitasiSkenario memfasilitasi
Skenario memfasilitasi
 
Program unggulan sekolah
Program unggulan sekolahProgram unggulan sekolah
Program unggulan sekolah
 
Budaya mutu tuban 2017
Budaya mutu tuban 2017Budaya mutu tuban 2017
Budaya mutu tuban 2017
 
Peranan preposisi sebagai unsur pembentuk kata
Peranan preposisi sebagai unsur pembentuk kataPeranan preposisi sebagai unsur pembentuk kata
Peranan preposisi sebagai unsur pembentuk kata
 
Kemampuan manajerial kepala sekolah kategori
Kemampuan manajerial kepala sekolah kategoriKemampuan manajerial kepala sekolah kategori
Kemampuan manajerial kepala sekolah kategori
 
Pentingnya teknik menulis deskripsi......
Pentingnya teknik menulis deskripsi......Pentingnya teknik menulis deskripsi......
Pentingnya teknik menulis deskripsi......
 
Pentingnya teknik menulis deskripsi......
Pentingnya teknik menulis deskripsi......Pentingnya teknik menulis deskripsi......
Pentingnya teknik menulis deskripsi......
 
Kemampuan manajerial kepala sekolah kategori
Kemampuan manajerial kepala sekolah kategoriKemampuan manajerial kepala sekolah kategori
Kemampuan manajerial kepala sekolah kategori
 
Menggugah kesadaran guru dalam pelesterian
Menggugah kesadaran  guru dalam  pelesterianMenggugah kesadaran  guru dalam  pelesterian
Menggugah kesadaran guru dalam pelesterian
 
Test stress
Test stressTest stress
Test stress
 

Peran guru dalam upaya inovasi pendidikan di indonesia...

  • 1. 1 PERAN GURU PROFESIONAL DALAM INOVASI PENDIDIKAN Oleh: Ismail, S.Pd. M.Pd. Kepala SDN Socorejo Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban ABSTRAK Peningkatan dan Pengembangan sumber daya manusia merupakan prioritas pembangunan nasional, di mana guru menjadi salah satu kunci utamanya. Guru sebagai tenaga profesional mempunyai peran yang sangat penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Guru profesional adalah mereka yang dapat mengantarkan peserta didik menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memasuki abad 21 yang kompetitif. Untuk itu setiap guru dituntut menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang dengan cepat. Inovasi merupakan bagian dari perubahan sosial, dan perkembangan pendidikan. Mengingat bahwa penyelenggara pendidikan formal adalah suatu organisasi maka guru termasuk di dalamnya harus mengikuti pola inovasi dalam organisasi yang lebih sesuai diterapkan dalam bidang pendidikan. Inovasi pendidikan adalah inovasi dalam bidang pendidikan atau inovasi untuk memecahkan masalah pendidikan. Jadi inovasi pendidikan adalah suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau kelompok orang (masyarakat), baik berupa invensi atau diskoveri yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan. Pembelajaran di sekolah harus dipandang sebagai ruh dari pendidikan yang secara terus menerus ditingkatkan mutunya. Peningkatan mutu pembelajaran di sekolah melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) dengan proses pembentukan insan Indonesia yang kompetitif dan berdaya saing tinggi. Tujuan utama inovasi di sekolah ialah untuk meningkatkan kualitas sekolah. Tanda-tanda sekolah yang kualitasnya baik antara lain proses belajar mengajar efektif, prestasi hasil belajar siswa tinggi, para guru memepunyai waktu yang cukup banyak untuk melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya, kepala sekolah menggunakan sebagian besar waktunya untuk bekerja lebih akrab dengan siswa dan guru serta selalu berusaha untuk memperoleh balikan guna meningkatkan kualitas sekolah. Setiap orang yang bekerja di sekolah melakukan tugasnya sesuai dengan minat dan kemampuannya untuk mengembangkan karir. Kata Kunci: Peran Guru, Inovasi Pendidikan Pengertian Inovasi Inovasi berasal dari kata latin, innovation yang berarti pembaruan dan perubahan. Kata kerjanya innovo yang artinya memperbarui dan mengubah. Inovasi adalah suatu ide, barang, kejadian, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik itu berupa hasil invensi atau diskoveri. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu (Ibrahim, 1988). Invensi adalah suatu penemuan yang benar-benar baru artinya hasil kreasi manusia yang berupa benda atau hal yang ditemukan itu benar-benar sebelumnya belum ada, kemudian diadakan
  • 2. 2 dengan hasil kreasi baru. Sedangkan diskoveri adalah suatu penemuan sesuatu yang sebenarnya benda atau hal yang ditemukan itu sudah ada, tetapi belum diketahui orang. Ibrahim (1988) mengemukakan bahwa inovasi pendidikan adalah inovasi dalam bidang pendidikan atau inovasi untuk memecahkan masalah pendidikan. Jadi inovasi pendidikan adalah suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau kelompok orang (masyarakat), baik berupa invensi atau diskoveri yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan. Tujuan Inovasi Pendidikan Menurut Fuad Ihsan (2005), tujuan inovasi pendidikan adalah meningkatkan efisiensi, relevansi, kualitas dan efektivitas, sarana serta jumlah peserta didik sebanyak-banyaknya, dengan hasil pendidikan sebesar-besarnya (menurut criteria kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan pembangunan), dengan menggunakan sumber, tenaga, uang, alat, waktu dalam jumlah yang sekecil-kecilnya. Kalau dikaji, arah tujuan inovasi pendidikan Indonesia tahap demi tahap,yaitu : a. Mengejar ketinggalan-ketinggalan yang dihasilkan oleh kemajuan-kemajuan ilmu dan teknologi sehingga makin lama pendidikan di Indonesia makin berjalan sejajar dengan kemajuan-kemajuan tersebut. b. Mengusahakan terselenggaranya pendidikan sekolah maupun luar sekolah bagi setiap warga negara.Misalnya daya tampung usia sekolah SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi. Di samping itu, akan diusahakan peningkatan mutu yang dirasakan makin menurun dewasa ini.Dengan sistem penyampaian yang baru, diharapkan peserta didik menjadi manusia yang aktif, kreatif, dan terampil memecahkan masalahnya sendiri. Tujuan jangka panjang yang hendak dicapai adalah terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya. Masalah-Masalah yang Menuntut Diadakan Inovasi Adapun masalah-masalah yang menuntut diadakan inovasi pendidikan di Indonesia, yaitu : a. Perkembangan ilmu pengetahuan menghasilkan kemajuan teknologi yang mempengaruhi kehidupan social, ekonomi, politik, pendidikan dan kebudayaan bangsa Indonesia.Sistem pendidikan yang dimiliki dan dilaksanakan di Indonesia belum mampu mengikuti dan mengendalikan kemajuan-kemajuan tersebut sehingga dunia pendidikan belum dapat menghasilkan tenaga-tenaga pembangunan yang terampil, kreatif, dan aktif sesuai dengan tuntutan dan keinginan masyarakat. b. Laju eksplorasi penduduk yang cukup pesat, yang menyebabkan daya tampung, ruang, dan fasilitas pendidikan yang sangat tidak seimbang. c. Melonjaknya aspirasi masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik, sedangkan di pihak lain kesempatan sangat terbatas.
  • 3. 3 d. Mutu pendidikan yang dirasakan makin menurun, yang belum mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. e. Belum mekarnya alat organisasi yang efektif, serta belum tumbuhnya suasana yang subur dalam masyarakat untuk mengadakan perubahan-perubahan yang dituntut oleh keadaan sekarang dan yang akan datang. Hambatan Pendidikan Guru dan Inovasi Pendidikan Hofstede seorang ahli psikologi industri pada 1991 melakukan penelitian selama enam tahun tentang perbedaan budaya di 40 negara salah satunya di Thailand sebagai anggota Asean. Menurut Hofstede, Thailand sangat menganut “High Power Distance”. Di mana keputusan harus selalu dibuat oleh yang memiliki kedudukan lebih tinggi dan seringkali diikuti tekanan seperti hubungan kepala dinas dengan kepala sekolah, guru dengan murid dan kepala sekolah dengan guru. Selain itu, senioritas masih dipegang teguh oleh Thailand dalam dunia pendidikan. Kondisi Thailand, tidak jauh berbeda dengan di Indonesia, sampai hari ini kita masih menganut apa yang ada di Thailand. Dalam dunia pendidikan kita, inovasi dan inisiatif serta kreativitas sangat sulit dilakukan secara individu. Sangat mustahil seseorang bergerak tanpa ada keputusan dari pihak yang memiliki posisi lebih tinggi. Misalnya, ketika seorang guru ingin mengikuti lomba karya ilmiah atau inovasi teknologi dalam mengajar. Yang pertama harus dia urusi adalah “izin dan persetujuan” atasan. Ini tentu sangat lucu dan memalukan. Orang mau maju, kok malah dipersulit dengan berbagai alasan ini dan itu. Ini sangat ironis dengan UU Guru dan Dosen yang mengagung-agungkan profesionalisme guru dan dosen. Contoh lainnya, di Negara-negara seperti Norwegia, Finlandia, Belanda, Swedia dan Jerman orang yang berkarya dan bekerja di perguruan tinggi minimal bergelar doktor atau professor. Artinya, perguruan tinggi di sana, sangat susah menemui dosen atau peneliti bergelar S1 atau Master. Namun, di Indonesia jangankan untuk bergelar doktor atau professor, mau melamar sekolah saja sulitnya minta ampun. Padahal, sekolahnya dibiayai pihak lain. Dan lagi- lagi mempersulit adalah karena sistem “Higher Power Distance“. Kita juga menganut paham “Collectivism” di mana segala sesuatu harus dilakukan secara bersama-sama dan semua keputusan harus dilakukan atas persetujuan bersama pula sehingga risiko yang akan dihadapi akan ditanggung bersama. Dalam pendidikan kita, sifat individualitik sangat tidak didukung. Hal ini sangat memungkinkan sebuah inovasi dan inisiatif akan memakan waktu yang lama dalam prosesnya dan mungkin pudar sebelum menjadi sebuah projek karena sulitnya mencari kata setuju diantara anggota kelompok. Padahal, inovasi akan muncul dari individu-individu yang memang memiliki bakat untuk maju secara sendiri-sendiri sehingga hasilnya bias digunakan secara bersama-sama. Dan parahnya, senioritas masih sangat dijunjung tinggi di dalam dunia pendidikan kita. Kita memang diharuskan mendukung ungkapan bahwa “yang lebih tua lebih berpengalaman dalam berinovasi dan berkreasi. Serta pendidikan
  • 4. 4 kita juga selalu mengutamakan yang lebih senior dan yang memiliki posisi lebih tinggi untuk mengikuti kegiatan-kegiatan diluar seperti seminar, workshop, lokakarya, bahkan studi lanjutpun harus senior kalau perlu lebih dahulu. Bahkan atas nama kebersamaan dan senioritas seringkali mengangkat dan memilih orang tidak tepat serta kering inovasi untuk menduduki jabatan tertentu. Memang di dalam dunia pendidikan menjunjung tinggi hubungan sosial dan kebersamaan, mempertahankan harmonisasi dalam kelompok dan mencegah konflik sangat dibutuhkan agar tujuan yang telah disepakati bisa dicapai. Akan tetapi, jangan sampai inovasi, kreativitas dan inisiatif untuk kemajuan sebuah lembaga terhambat oleh hal tersebut di atas. Kalau ini terjadi maka sampai kapan pun, pendidikan kita akan tetap mengalami kekeringan dalam berinovasi. (From where does man’s weakness come? From the inequality between his strength and his desires). Pendidikan Guru dan Inovasi Pendidikan Banyak program pendidikan baru yang inovatif diberlakukan oleh pemerintah dalam waktu paling tidak lima tahun terakhir ini, seperti broad based education, life skills, manajemen pendidikan berbasis sekolah, contextual teaching-learning (CTL), evaluasi belajar model portofolio, dan yang terakhir Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Semua itu kurang atau bahkan tidak mengikutsertakan guru sebagai variabel penting dalam pelaksanaan program- program itu, padahal semua program baru itu bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan di negeri ini. Dengan banyaknya program baru itu, semestinya para guru kita didorong untuk memiliki profesionalisme yang lebih tinggi. Hal itu juga diikuti kesejahteraan yang lebih memadai. Kenyataan tidaklah seperti itu. Banyaknya program baru itu justru menambah beban kerja guru. Mengapa beban? Karena guru belum atau tidak mengerti secara sempurna terhadap berbagai inovasi pendidikan itu. Akibatnya, mereka berada dalam ketidakmenentuan profesi ketika harus melakukan program-program inovatif di tempat kerja masing-masing. Penggagas pembaharuan pendidikan memiliki asumsi, guru dengan serta merta dapat melakukan apa saja yang menjadi program pembaharuan yang dicanangkan pemerintah. Asumsi inilah yang tidak benar. Sebab, kenyataannya guru harus mendapatkan retraining yang memadai dan tersistem untuk dapat melakukan berbagai pembaharuan dalam bidang pendidikan. Karena itu, ke depan pemerintah perlu melihat kemampuan riil yang dimiliki guru untuk melakukan atau mengadopsi setiap inovasi di bidang pendidikan. Profesionalisme Saat ini kita hidup pada era knowledge based economy. Artinya sistem ekonomi secara global berjalan berdasarkan kaidah-kaidah ilmu pengetahuan dan teknologi. Dampaknya, negara yang memiliki dan menguasai ilmu pengetahuan yang kuat akan menguasai ekonomi.
  • 5. 5 Mengapa demikian? Karena dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebuah bangsa akan memiliki daya saing yang tinggi di tengah-tengah bangsa lain. Jika sebuah bangsa memiliki daya saing yang tinggi, ia dapat dipastikan bisa menguasai dunia secara ekonomi. Negara-negara seperti Jepang, Jerman, Amerika Serikat, Korea, Singapura, dan Australia memiliki perekonomian yang jauh lebih baik dibandingkan dengan perekonomian kita. Sebab, negara-negara tersebut menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Lalu apa implikasinya terhadap pendidikan, terutama guru, di negeri ini? Implikasinya, kita harus melakukan profesionalisme pada pekerjaan guru. Dengan guru yang memiliki profesionalisme yang tinggi, pendidikan akan bisa ditingkatkan kualitasnya. Kualitas pendidikan yang baik pada akhirnya akan meningkatkan daya saing bangsa melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk bisa menjamin terjadinya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, bangsa ini mau tidak mau ke depan harus meningkatkan profesionalisme guru. Jika ini harus dilakukan, kita harus memperhatikan syarat-syarat terjadinya profesionalisme yang perlu dimiliki para guru kita. Antara lain, menurut Houle, harus memiliki landasan pengetahuan yang kuat, berdasarkan atas kompetensi individual (bukan atas dasar KKN), memiliki sistem seleksi dan sertifikasi, dan ada kerja sama dan kompetisi yang sehat antarsejawat. Selain itu, ada kesadaran profesional yang tinggi, memiliki prinsip-prinsip etik (kode etik), memiliki sistem sanksi profesi, ada militansi individual, dan memiliki organisasi profesi. Dari syarat-syarat yang harus dimiliki guru agar mereka termasuk dalam kategori profesional tersebut, tentu perlu ada sistem peningkatan pengetahuan bagi guru secara tersistem dan berkelanjutan. Pendek kata, perlu ada in service training yang baik bagi para guru kita. Guru dan Profesionalisme Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Kepiawaian dan kewibawaan guru sangat menentukan kelangsungan proses belajar mengajar di kelas maupun efeknya di luar kelas. Guru harus pandai membawa siswanya kepada tujuan yang hendak dicapai. Ada beberapa hal yang dapat membentuk kewibawaan guru antara lain adalah penguasaan materi yang diajarkan, metode mengajar yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa, hubungan antar individu, baik dengan siswa maupun antar sesama guru dan unsur lain yang terlibat dalam proses pendidikan seperti adminstrator, misalnya kepala sekolah dan tata usaha serta masyarakat sekitarnya, pengalaman dan keterampilan guru itu sendiri. Dengan demikian, maka dalam pembaharuan pendidikan, keterlibatan guru mulai dari perencanaan inovasi pendidikan sampai dengan pelaksanaan dan evaluasinya memainkan peran yang sangat besar bagi keberhasilan suatu inovasi pendidikan. Tanpa melibatkan mereka, maka sangat mungkin mereka akan menolak inovasi yang diperkenalkan kepada mereka. Hal ini seperti diuraikan sebelumnya, karena mereka menganggap inovasi yang tidak melibatkan mereka
  • 6. 6 adalah bukan miliknya yang harus dilaksanakan, tetapi sebaliknya mereka menganggap akan mengganggu ketenangan dan kelancaran tugas mereka. Oleh karena itu, dalam suatu inovasi pendidikan, gurulah yang utama dan pertama terlibat karena guru mempunyai peran yang luas sebagai pendidik, sebagai orang tua, sebagai teman, sebagai dokter, sebagi motivator dan lain sebagainya. (Wright 1987) Pengembangan Profesionalisme Guru menurut para ahli, profesionalisme menekankan kepada penguasaan ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya. Maister (1997) mengemukakan bahwa profesionalisme bukan sekadar pengetahuan teknologi dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap, pengembangan profesionalisme lebih dari seorang teknisi bukan hanya memiliki keterampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku yang dipersyaratkan. Apabila guru di Indonesia telah memenuhi standar profesional guru maka kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia semakin baik. Selain memiliki standar profesional guru sebagaimana diuraikan dalam jurnal Educational Leadership 1993 (dalam Supriadi 1998) dijelaskan bahwa untuk menjadi profesional seorang guru dituntut untuk memiliki lima hal: (1) Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya, (2) Guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkannya serta cara mengajarnya kepada siswa, (3) Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai cara evaluasi, (4) Guru mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya, (5) Guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya. Arifin (2000) mengemukakan guru Indonesia yang profesional dipersyaratkan mempunyai; (1) dasar ilmu yang kuat sebagai pengejawantahan terhadap masyarakat teknologi dan masyarakat ilmu pengetahuan di abad 21; (2) penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan riset dan praksis pendidikan yaitu ilmu pendidikan sebagai ilmu praksis bukan hanya merupakan konsep-konsep belaka. Pendidikan merupakan proses yang terjadi di lapangan dan bersifat ilmiah, serta riset pendidikan hendaknya diarahkan pada praksis pendidikan masyarakat Indonesia; (3) pengembangan kemampuan profesional berkesinambungan, profesi guru merupakan profesi yang berkembang terus menerus dan berkesinambungan antara LPTK dengan praktek pendidikan. Kekerdilan profesi guru dan ilmu pendidikan disebabkan terputusnya program pre-service dan in-service karena pertimbangan birokratis yang kaku atau manajemen pendidikan yang lemah. Dengan adanya persyaratan profesionalisme guru ini, perlu adanya paradigma baru untuk melahirkan profil guru Indonesia yang profesional di abad 21 yaitu; (1) memiliki kepribadian yang matang dan berkembang; (2) penguasaan ilmu yang kuat; (3) keterampilan untuk membangkitkan peserta didik kepada sains dan teknologi; dan (4) pengembangan profesi secara berkesinambungan. Keempat aspek tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan dan ditambah dengan usaha lain yang ikut mempengaruhi perkembangan profesi guru yang profesional.
  • 7. 7 Apabila syarat-syarat profesionalisme guru di atas itu terpenuhi akan mengubah peran guru yang tadinya pasif menjadi guru yang kreatif dan dinamis. Hal ini sejalan dengan pendapat Semiawan (1991) bahwa pemenuhan persyaratan guru profesional akan mengubah peran guru yang semula sebagai orator yang verbalistis menjadi berkekuatan dinamis dalam menciptakan suatu suasana dan lingkungan belajar yang invitation learning environment. Pengembangan profesionalisme guru menjadi perhatian secara global, karena guru memiliki tugas dan peran bukan hanya memberikan informasi-informasi ilmu pengetahuan dan teknologi, melainkan juga membentuk sikap dan jiwa yang mampu bertahan dalam era hiperkompetisi. Tugas guru adalah membantu peserta didik agar mampu melakukan adaptasi terhadap berbagai tantangan kehidupan serta desakan yang berkembang dalam dirinya. Pemberdayaan peserta didik ini meliputi aspek-aspek kepribadian terutama aspek intelektual, sosial, emosional, dan keterampilan. Tugas mulia itu menjadi berat karena bukan saja guru harus mempersiapkan generasi muda memasuki abad pengetahuan, melainkan harus mempersiapkan diri agar tetap eksis, baik sebagai individu maupun sebagai profesional. Profesionalisasi harus dipandang sebagai proses yang terus menerus. Dalam proses ini, pendidikan prajabatan, pendidikan dalam jabatan termasuk penataran, pembinaan dari organisasi profesi dan tempat kerja, penghargaan masyarakat terhadap profesi keguruan, penegakan kode etik profesi, sertifikasi, peningkatan kualitas calon guru, imbalan, dll secara bersama-sama menentukan pengembangan profesionalisme seseorang termasuk guru. Peran Guru Profesonal dalam Inovasi Dalam bukunya yang berjudul “Reinventing Education”, Louis V. Gerstmer, Jr. dkk (1995), menyatakan bahwa di masa-masa mendatang peran-peran guru mengalami perluasan yaitu guru sebagai: pelatih (coaches), konselor, manajer pembelajaran, partisipan, pemimpin, pembelajar, dan pengarang. a. Pelatih (coaches); Sebagai pelatih (coaches), guru harus memberikan peluang yang sebesar- besarnya bagi siswa untuk mengembangkan cara-cara pembelajarannya sendiri sesuai dengan kondisi masing-masing. Guru hanya memberikan prinsip-prinsip dasarnya saja dan tidak memberikan satu cara yang mutlak. Hal ini merupakan analogi dalam bidang olah raga, di mana pelatih hanya memberikan petunjuk dasar-dasar permainan, sementara dalam permainan itu sendiri para pemain akan mengembangkan kiat-kiatnya sesuai dengan kemampuan dan kondisi yang ada. b. Konselor; Sebagai konselor, guru harus mampu menciptakan satu situasi interaksi belajar- mengajar, di mana siswa melakukan perilaku pembelajaran dalam suasana psikologis yang kondusif dan tidak ada jarak yang kaku dengan guru. Disamping itu, guru diharapkan mampu memahami kondisi setiap siswa dan membantunya ke arah perkembangan optimal.
  • 8. 8 c. Manajer Pembelajar; Sebagai manajer pembelajaran, guru memiliki kemandirian dan otonomi yang seluas-luasnya dalam mengelola keseluruhan kegiatan belajar-mengajar dengan mendinamiskan seluruh sumber-sumber penunjang pembelajaran. c. Partisipan; Sebagai partisipan, guru tidak hanya berperilaku mengajar akan tetapi juga berperilaku belajar dari interaksinya dengan siswa. Hal ini mengandung makna bahwa guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi anak, akan tetapi ia sebagai fasilitator pembelajaran siswa. d. Pemimpin; Sebagai pemimpin, diharapkan guru mampu menjadi seseorang yang mampu menggerakkan orang lain untuk mewujudkan perilaku menuju tujuan bersama. Disamping sebagai pengajar, guru harus mendapat kesempatan untuk mewujudkan dirinya sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam berbagai kegiatan lain di luiar mengajar. e. Pembelajar; Sebagai pembelajar, guru harus secara terus menerus belajar dalam rangka menyegarkan kompetensinya serta meningkatkan kualitas profesionalnya. f. Pengarang; Sebagai pengarang, guru harus selalu kreatif dan inovatif menghasilkan berbagai karya yang akan digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas profesionalnya. Guru yang mandiri bukan sebagai tukang atau teknisi yang harus mengikuti satu buku petunjuk yang baku, melainkan sebagai tenaga yang kreatif yang mampu menghasilkan berbagai karya inovatif dalam bidangnya. Hal itu harus didukung oleh daya abstraksi dan komitmen yang tinggi sebagai basis kualitas profesionaliemenya. Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, guru memiliki multi fungsi yaitu sebagai fasilitator, motivator, informator, komunikator, transformator, change agent, inovator, konselor, evaluator, dan administrator (Soewondo, 1972 dalam Arifin 2000). Menurut Makagiansar (1996) memasuki abad 21 pendidikan akan mengalami pergeseran perubahan paradigma yang meliputi pergeseran paradigma: (1) dari belajar terminal ke belajar sepanjang hayat, (2) dari belajar berfokus penguasaan pengetahuan ke belajar holistik, (3) dari citra hubungan guru-murid yang bersifat konfrontatif ke citra hubungan kemitraan, (4) dari pengajar yang menekankan pengetahuan skolastik (akademik) ke penekanan keseimbangan fokus pendidikan nilai, (5) dari kampanye melawan buta aksara ke kampanye melawan buat teknologi, budaya, dan komputer, (6) dari penampilan guru yang terisolasi ke penampilan dalam tim kerja, (7) dari konsentrasi eksklusif pada kompetisi ke orientasi kerja sama. Dengan memperhatikan pendapat ahli tersebut nampak bahwa pendidikan dihadapkan pada tantangan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam menghadapi berbagai tantangan dan tuntutan yang bersifat kompetitif. Gambaran Pembelajaran di Abad Pengetahuan praktek pembelajaran yang terjadi sekarang masih didominasi oleh pola atau paradigma yang banyak dijumpai di abad industri. Pada abad pengetahuan paradigma yang digunakan jauh berbeda dengan pada abad industri. Galbreath (1999) mengemukakan bahwa pendekatan pembelajaran yang digunakan pada abad pengetahuan adalah pendekatan campuran yaitu perpaduan antara pendekatan belajar dari guru,
  • 9. 9 belajar dari siswa lain, dan belajar pada diri sendiri. Praktek pembelajaran di abad industri dan abad pengetahuan dapat dilihat pada Tabel berikut; Abad Industri 1. Guru sebagai pengarah 2. Guru sebagai sumber pengetahuan 3. Belajar diarahkan oleh kuri- kulum. 4. Belajar dijadualkan secara ketat dgn waktu yang terbatas 5. Terutama didasarkan pd fakta 6. Bersifat teoritik, prinsip- prinsip dan survei 7. Pengulangan dan latihan 8. Aturan dan prosedur 9. Kompetitif 10. Berfokus pada kelas 11. Hasilnya ditentukan sblmnya 12. Mengikuti norma 13. Komputer sebagai subyek belajar 14. Presentasi dengan media statis 15. Komunikasi sebatas ruang kls 16. Tes diukur dengan norma Abad Pengetahuan 1. Guru sebagai fasilitator, pembimbing, konsultan 2. Guru sebagai kawan belajar 3. Belajar diarahkan oleh siswa kulum. 4. Belajar secara terbuka, ketat dgn waktu yang terbatas fleksibel sesuai keperluan 5. Terutama berdasarkan proyek dan masalah 6. Dunia nyata, dan refleksi prinsip dan survei 7. Penyelidikan dan perancangan 8. Penemuan dan penciptaan 9. Colaboratif 10. Berfokus pada masyarakat 11. Hasilnya terbuka 12. Keanekaragaman yang kreatif 13. Komputer sebagai peralatan semua jenis belajar 14. Interaksi multi media yang dinamis 15. Komunikasi tidak terbatas ke seluruh dunia 16. Unjuk kerja diukur oleh pakar, penasehat, kawan sebaya dan diri sendiri. Berdasarkan Tabel dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa; 1. Pada abad industri banyak dijumpai belajar melalui fakta, drill dan praktek, dan menggunakan aturan dan prosedur-prosedur. Sedangkan di abad pengetahuan menginginkan paradigma belajar melalui proyek-proyek dan permasalahan-permasalahan, inkuiri dan desain, menemukan dan penciptaan. 2. Betapa sulitnya mencapai reformasi yang sistemik, karena bila paradigma lama masih dominan, dampak reformasi cenderung akan ditelan oleh pengaruh paradigma lama. 3. Meskipun telah dinyatakan sebagai polaritas, perbedaan praktik pembelajaran Abad Pengetahuan dan Abad Industri dianggap sebagai suatu kontinum. Meskipun sekarang dimungkinkan memandang banyak contoh praktek di Abad Industri yang “murni” dan jauh lebih sedikit contoh lingkungan pembelajaran di Abad Pengetahuan yang “murni”, besar kemungkinannya menemukan metode persilangan perpaduan antara metode di Abad Pengetahuan dan metode di Abad Industri. Perlu diingat dalam melakukan reformasi
  • 10. 10 pembelajaran, metode lama tidak sepenuhnya hilang, namun hanya digunakan kurang lebih jarang dibanding metode-metode baru. 4. Praktek pembelajaran di Abad Pengetahuan lebih sesuai dengan teori belajar modern. Melalui penggunaan prinsip-prinsip belajar berorientasi pada proyek dan permasalahan sampai aktivitas kolaboratif dan difokuskan pada masyarakat, belajar kontekstual yang didasarkan pada dunia nyata dalam konteks ke peningkatan perhatian pada tindakan-tindakan atas dorongan pembelajar sendiri. 5. Pada Abad Pengetahuan nampaknya praktek pembelajaran tergantung pada piranti-piranti pengetahuan modern yakni komputer dan telekomunikasi, namun sebagian besar karakteristik Abad Pengetahuan bisa dicapai tanpa memanfaatkan piranti modern. Meskipun teknologi informasi dan telekomunikasi merupakan katalis yang penting yang membawa kita pada metode belajar Abad Pengetahuan, perlu diingat bahwa yang membedakan metode tersebut adalah pelaksanaan hasilnya bukan alatnya. Kita dapat melengkapi peralatan lembaga pendidikan kita dengan teknologi canggih tanpa mengubah pelaksanaan dan hasilnya. Kesimpulan Memperhatikan peran guru dan tugas guru sebagai salah satu faktor determinan bagi keberhasilan pendidikan, maka keberadaan dan peningkatan profesi guru menjadi wacana yang sangat penting. Pendidikan di abad pengetahuan menuntut adanya manajemen pendidikan modern dan profesional dengan bernuansa pendidikan. Kemerosotan pendidikan bukan diakibatkan oleh kurikulum tetapi oleh kurangnya kemampuan profesionalisme guru dan keengganan belajar siswa. Profesionalisme menekankan kepada penguasaan ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya. Profesionalisme bukan sekadar pengetahuan teknologi dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap, pengembangan profesionalisme lebih dari seorang teknisi bukan hanya memiliki keterampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku yang dipersyaratkan. Guru yang profesional pada dasarnya ditentukan oleh attitudenya yang berarti pada tataran kematangan yang mempersyaratkan willingness dan ability, baik secara intelektual maupun pada kondisi yang prima. Profesionalisasi harus dipandang sebagai proses yang terus menerus. Usaha meningkatkan profesionalisme guru merupakan tanggung jawab bersama antara LPTK sebagai pencetak guru, instansi yang membina guru (dalam hal ini Depdiknas atau yayasan swasta), PGRI dan masyarakat.
  • 11. 11 DAFTAR PUSTAKA Arifin, I. 2000. Profesionalisme Guru: Analisis Wacana Reformasi Pendidikan dalam Era Globalisasi. Simposium Nasional Pendidikan di Universitas Muham-madiyah Malang, 25-26 Juli 2001. Dahrin, D. 2000. Memperbaiki Kinerja Pendidikan Nasional Secara Komprehensip: Transformasi Pendidikan. Komunitas, Forum Rektor Indonesia. Vol.1 No. Hlm 24. Degeng, N.S. 1999. Paradigma Baru Pendidikan Memasuki Era Desentralisasi dan Demokrasi. Jurnal Getengkali Edisi 6 Tahun III 1999/2000. Hlm. 2-9. Galbreath, J. 1999. Preparing the 21st Century Worker: The Link Between Computer-Based Technology and Future Skill Sets. Educational Technology Nopember-Desember 1999. Hlm. 14-22. Gerald Zaltman, Rober Duncan, Johny Holbek. (1973). Innovation and Organization. A Wiley-Interscience Publication John Wiley and Sons, New York. London, Sydney, Toronto. Mattew B. Miles (1964). Innovation in Education, Bureau of Publication Teachers College. Columbia University New York Maister, DH. 1997. True Professionalism. New York: The Free Press. Makagiansar, M. 1996. Shift in Global paradigma and The Teacher of Tomorrow, 17th. Convention of the Asean Council of Teachers (ACT); 5-8 Desember, 1996, Republic of Singapore. Naisbitt, J. 1995. Megatrend Asia: Delapan Megatrend Asia yang Mengubah Dunia, (Alih bahasa oleh Danan Triyatmoko dan Wandi S. Brata): Jakarta: Gramdeia. Mulyasa, E. (2008). Menjadi Guru Profesinal Menciptakan pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.