SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  23
Télécharger pour lire hors ligne
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA (FISIKA)PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA (FISIKA)PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA (FISIKA)
PROGRAM PASCASARJANAPROGRAM PASCASARJANAPROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANGUNIVERSITAS NEGERI SEMARANGUNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
201420142014
HASIL DISKUSIHASIL DISKUSIHASIL DISKUSI
TOPIK “PROBLEM SOLVING LEARNING”TOPIK “PROBLEM SOLVING LEARNING”TOPIK “PROBLEM SOLVING LEARNING”
Disusun Untuk Melengkapi Salah Satu TugasDisusun Untuk Melengkapi Salah Satu TugasDisusun Untuk Melengkapi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah : Inovasi Pembelajaran IPAMata Kuliah : Inovasi Pembelajaran IPAMata Kuliah : Inovasi Pembelajaran IPA
Dosen Pengampu : Dr. Sunyoto Eko Nugroho, M.Si.Dosen Pengampu : Dr. Sunyoto Eko Nugroho, M.Si.
Prof. Dr. Wiyanto, M.Si.Prof. Dr. Wiyanto, M.Si.
Dosen Pengampu : Dr. Sunyoto Eko Nugroho, M.Si.
Prof. Dr. Wiyanto, M.Si.
Oleh :Oleh :Oleh :
Muhammad Yasin ShodiqMuhammad Yasin Shodiq
Wahyu EfendyWahyu Efendy
RustamRustam
Abdul JamilAbdul Jamil
Muhammad Yasin Shodiq
Wahyu Efendy
Rustam
Abdul Jamil
NIM : 0402513157NIM : 0402513157
NIM : 0402513154NIM : 0402513154
NIM : 0402513148NIM : 0402513148
NIM : 0402513121NIM : 0402513121
NIM : 0402513157
NIM : 0402513154
NIM : 0402513148
NIM : 0402513121
UNNES 1Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning”
HASIL TANYA JAWAB KELOMPOK 2
DISKUSI “PROBLEM SOLVING LEARNING”
Program Studi Pendidikan IPA (Fisika) Kemenag PPS Unnes
Hari/Tanggal : Senin, 19 Mei 2014
Pukul : 16.00 – 18.00
1. Roy Izen Mustakim
Berikan contoh penerapan problem solving learning dalam pembelajaran fisika !
Jawaban :
 Contoh penerapan problem solving learning dalam pembelajaran fisika dapat kita
lihat pada beberapa abstrak atau jurnal sebagai berikut di bawah. Saat diskusi
pemateri menjelaskan secara singkat abstrak jurnal berkaitan penerapan problem
solving learning dalam pembelajaran fisika.
 Berikut ini adalah daftar judul abstrak jurnal berkaitan penerapan problem solving
learning dalam pembelajaran fisika. File sudah di share pada dan pada Group
Facebook kelas PPS Unnes Fisika Kemenag.
a. Jurnal Kependidikan Volume 40, Nomor 2, November 2010, hal. 215-230.
Problem Solving Dalam Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan
Kemampuan Mahasiswa Berpikir Analitis. Ikhwanuddin, Amat Jaedun, Dan
Didik Purwantoro
b. Lasma Juita Sianturi, Implementation Of Learning Problem Solving Model
Understanding The Concept Of Physics and Critical Thinking Skills Students.
Graduate Program, State University of Medan 2013.
c. Unnes Journal of Biology Education. Model Pembelajaran Problem Solving
Dengan Mind Mapping Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Tia
Ristiasari, Bambang Priyono, Sri Sukaesih. Jurusan Biologi, FMIPA
Universitas Negeri Semarang, Indonesia.
d. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 8 (2012) 152-160 Juli 2012.
Pengembangan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Problem Solving Untuk
Meningkatkan Kemampuan Metakognisi Dan Pemahaman Konsep
UNNES 2Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning”
Mahasiswa. P.S. Mariati. Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan (UNIMED), Indonesia.
e. Sihana, S830908140. ”The Physics Learning by Using the Problem Solving.
Method and the Problem Posing Method Viewed from the Mathematics
Ability. and Creativity of Students” (A case Study on the Magnetic Field
Subject Matter of. Grade XII, Acceleration Programe of State Senior
Secondary School 1 of Surakarta in the Academic Year of 2009/2010).
 Semua file diatas dapat didownload pada
https://app.box.com/s/n84n4sbd293tnvinwbsd
2. Taqi’udin Zarkasi
Teori belajar yang manakah yang melandasi pada problem solving learning?
Jawaban :
Landasan Filosofis Proses Psikologis Pembelajaran Problem Solving
Pembelajaran problem solving banyak diilhami oleh filsafat yang
dikembangkan oleh konstruktivisme Piaget. Pandangan filsafat pengetahuan tentang
hakekat konstruktivisme mempelajari tentang proses belajar, bahwa belajar bukanlah
sekedar menghapal tetapi melalui proses mengkontruksi pengalaman. Pandangan
piaget tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu struktur kognitif terbentuk
UNNES 3Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning”
anak dalam, sangat berpengaruh terhadap model yang yang pembelajaran peneliti
kembangkan model pembelajaran yakni masalah pemecahan.
Dilihat dari aspek filosofis tentang fungsi sekolah sebagai arena atau wadah
untuk mempersiapkan anak didik agar dapat hidup di masyarakat, maka model
pembelajaran problem solving merupakan model yang memungkinkan proses sangat
result untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan pada kenyataannya setiap manusia
akan selalu dihadapkan pada masalah. Mulai dari masalah yang sederhana sampai
yang kompleks ke masalah, mulai dari masalah pribadi sampaikepada masalah
keluarga, masalah sosial kemasyarakatan, masalah negara sampai kepada masalah
dunia.
Problem solving diharapkan dapat memberikan latihan kemampuan setiap
individu proses untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya.dilihat dari
aspek psikologis belajar bersandarkan pada aliran belajar kognitif. Menurut aliran ini
belajar adalah proses pada hakekatnya proses mental dan proses berpikir dengan
memanfaatkan segala potensi yang dimiliki setiap ekor secara optimal. Belajar lebih
dari sekadar menghafal proses menumpuk ilmu pengetahuan, tetapi bagaimana
pengetahuan yang diperolehnya bermakna untuk siswa melalui ketrampilan berpikir.
Menurut teori konstruktivisme, pengetahuan itu akan bermakna apabila
proses dicari ditemukan oleh peserta didik sendiri bukan hasil pemberian orang lain
termasuk guru. Setiap individu berusaha harus mampu mengembangkan proses
pengetahuannya melalui skema sendiri yang ada dalam, struktur kognitifnya. Skema
ini harus terus menerus diperbaharui harus diubah melalui proses proses asimilasi
akomodasi proses, dengan demikian tugas guru adalah memotivasi peserta untuk
didik mengembangkan skema yang terbentuk melalui proses asimilasi proses
akomodasi tersebut, peaget (sanjaya, 2007:194).
Pandangan ini banyak didasarkan teori piaget pada. Piaget mengemukakan
bahwa siswa dalam, segala usia secara aktif terlibat dalam, proses perolehan informasi
proses membangun pengetahuan mereka sendiri. Pengetahuan bersifat statis tetapi
tidak terus berevolusi. Pengetahuan tumbuh berkembang pada saat proses pembelajar
pengalaman menghadapi baru. Pengalaman baru ini memaksa mereka untuk
membangun proses memodifikasi pengetahuan awal mereka. Setiap pengetahuan
interaksi suatu mengandalkan dengan pengalaman. Tanpa interaksi dengan objek,
UNNES 4Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning”
tidak seorang anak dapat mengkontruksi pengetahuannya. Seperti halnya piaget,
Vygotsky juga percaya bahwa perkembangan pada saat terjadi intelektual individu
berhadapan dengan pengalaman baru proses menantang ketika mereka berusaha
untuk memecahkan masalah yang yang dimunculkan. Untuk memperoleh
pemahaman ekor pengetahuan baru mengkaitkan dengan pengetahuan awal yang
telah dimiliki. Melalui tantangan proses bantuan dari guru atau teman sejawat yang
lebih mampu, mengantarkan siswa ke zona pengembangan terdekat mereka dimana
pembelajaran baru terjadi.
3. Mamik Islamiyati Nurul Hidayah
Bagaimana cara menerapkan problem solving (langkah-langkah) dalam
pembelajaran fisika
Jawaban :
Secara umum langkah-langkah Sistematis Problem Solving
a. Tetapkan Tujuan, merupakan langkah awal yang harus dilakukan untuk fokus
menyelesaikan suatu masalah tertentu. Tujuan yang bias akan menyebabkan
proses pemecahan masalah tidak akan fokus dan tujuan tidak tercapai dengan
baik.
b. Tulis / petakan permasalahan yg ada, langkah ini bisa jadi merupakan langkah
paling penting dalam problem solving. Tanpa pemahaman yang baik atas masalah,
solusi tidak akan pernah benar. Agar pemetaan masalah dapat sesuai dengan
kondisi yang ada, diperlukan pengamatan, data dan informasi yang akurat serta
keterlibatan pihak-pihak yang berada di dalam atau yang berdekatan dengan
sistem termasuk motif masing-masing pihak. Pemetaan masalah ala SWOT
mungkin bisa membantu, hanya saja dalam SWOT tidak dikaji hal-hal lain yang
mungkin berperan lebih besar dari kelebihan-kelemahan-kesempatan-ancaman.
Petakan masalah sejelas-mungkin, sederhana dan runtut berdasarkan kronologis.
Sangat baik memetakan dalam bentuk visual warna dan gambar yang memperjelas
diferensiasi dan rangkaian kejadian seperti pada metode MIND MAPPING.
c. Cari akar permasalahan yang mungkin, suatu masalah sering disebabkan oleh
masalah lainnya sehingga atas suatu masalah terlihat banyak masalah yang
UNNES 5Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning”
menjadi penyebabnya. Padahal sebenarnya hanya ada sedikit akar permasalahan
untuk kasus masalah yang kompleks sekalipun dan bahkan sering ditemui masalah
yg kompleks dengan satu akar permasalahan yg justru sangat sederhana. Telah
dikembangkan metode untuk menemukan akar permasalahan (RCA / Root Cause
Analysis) diantaranya 5 Why Analysis dan Fishbone. Akar penyebab masalah
yang tepat biasanya apabila secara rasional tidak terjadi hubungan sebab-akibat
yang tidak logis dengan beberapa masalah yang ada.
d. Kembangkan hipotesis, tahap ini pada dasarnya merangkum antara masalah
hingga akar masalah yang paling mungkin. Hipotesis bisa lebih dari satu jika
masalahnya kompleks. Hipotesis umumnya akan berupa pernyataan yang
menggambarkan hubungan antara dua variabel dalam konteks pemecahan
masalah.
e. Tetapkan analisis dan informasi yang diperlukan untuk menguji hipotesis,
hipotesis harus dapat diuji dengan cara / metode tertentu. Pengujian ini penting
untuk memastikan atau verifikasi hipotesis. Dalam kajian ilmiah, bila hipotesis
terverifikasi benar maka akan menjadi teori. Dalam konteks pemecahan masalah,
maka bila hipotesis terverifikasi maka dapat dikatakan akar penyebab masalah
telah dipastikan valid.
f. Kembangkan berbagai alternatif solusi, pada tahap ini dituntut kreatifitas tinggi
dalam mengembangkan solusi yang mungkin. Sangat baik memunculkan semua
solusi tanpa terkecuali. Sebagai pedoman, lihatlah sistem hingga subsistem yang
ada dan pahami motif pelaku yang terlibat. Disarankan mengurai solusi dalam
bentuk pohon solusi agar memudahkan untuk mengembangkan sebanyak
mungkin solusi berdasarkan masing-masing cabang dan ranting pohon solusi.
Sebaiknya alternatif solusi yang didapat disusun dalam suatu checklist. Untuk
mendapatkan lebih banyak solusi, sebaiknya dilakukan brainstorming, bertanya
kepada orang yang berpengalaman dengan masalah sejenis, membaca literatur,
dan lain-lain.
g. Seleksi alternatif solusi, tahap ini pada dasarnya mengevaluasi tiap solusi yang
telah ada. Jika solusi yang tersedia cukup banyak, maka dapat dilakukan dalam
beberapa tahap seleksi. Dimana pada tahap awal seleksi dengan
mempertimbangkan aspek yang dianggap prioritas utama bagi organisasi seperti
UNNES 6Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning”
peraturan, norma dan etika, serta hal-hal prinsip lainnya. Setelah itu seleksi
berikutnya dengan mengevaluasi solusi dengan pertimbangan yang tingkat
prioritasnya lebih rendah seperti biaya yang diperlukan, waktu yang dibutuhkan,
tingkat kesulitan solusi, dan tingkat dampaknya. Kadang-kadang diperlukan
penggabungan solusi hasil seleksi untuk memecahkan masalah atau terdapat satu
solusi jitu yang dapat memecahkan beberapa masalah berbeda yang terjadi secara
bersamaan.
h. Susun prioritas tindakan, untuk menentukan prioritas tindakan atas beberapa
solusi pilihan, dapat dilakukan dengan cara pemetaan 4 kuadrant hubungan antara
penting-genting dan dampak-tingkat kesulitan. Tentu saja prioritas pertama
tindakan akan dimulai dari tindakan solusi yang penting-genting-dampak tinggi-
mudah.
i. Kembangkan rencana implementasi, dalam mengembangkan rencana
implementasi perlu dipertimbangkan momentum waktu. Rencana ini sebaiknya
dalam bentuk program kerja yang baik dan sistematis agar terkendali. Ada kalanya
dalam suatu waktu tertentu terjadi beberapa masalah berbeda. Rencana
implementasi juga harus dapat melihat efektifitas tindakan dengan menemukan
suatu langkah yang dapat menyelesaikan beberapa masalah sekaligus (strategi
jitu).
Beberapa referensi lain menjeaskan bahwa langkah-langkah penggunaan metode
problem solving ini sebagai berikut:
1. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari
siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.
2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah
yang muncul. Misalnya dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya,
dan berdiskusi.
3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban tentu
saja didasarkan pada data yang telah diperoleh pada langkah kedua di atas.
4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut sehingga batul-betul yakin
bahwa jawaban tersebut betul-betul cocok.
5. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai pada kesimpulan terakhir
tentang jawaban dari masalah tadi.
UNNES 7Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning”
John Dewey mengemukakan bahwa keaktifan siswa di sekolah harus bermakna.
Artinya, keaktifan yang disesuaikan dengan pekerjaan yang biasa dilakukan dalam
masyarakat.Untuk memecahkan suatu masalah, John Dewey mengemukakan sebagai
berikut.
1. Mengemukakan persoalan atau masalah. Guru menghadapkan masalah yang akan
dipecahkan kepada siswa.
2. Memperjelas persoalan atau masalah. Masalah tersebt dirumuskan oleh guru
bersama siswa.
3. Siswa bersama guru mencari kemungkinan-kemungkinan yang akan dilaksanakan
dalam pecahan persoalan.
4. Mencobakan kemungkinan yang dianggap menguntungkan. Guru menetapkan
cara pemecahan masalah yang dianggap paling tepat.
5. Penilaian cara yang ditempuh dinilai, apakah dapat mendatangkan hasil yang
diharapkan atau tidak.
Secara ringkas langkah-langkah pelaksanaan metode pemecahan masalah sebagai
berikut :
1. Persiapan
a. Bahan-bahan yang akan dibahas terlebih dahulu disiapkan oleh guru.
b. Guru menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan sebagai bahan pembantu
memecahkan persoalan.
c. Guru memberikan gambaran secara umum tentang cara-cara pelaksanaannya.
d. Persoalan yang disajikan hendaknya jelas dapat merangsan siswa berpikir.
e. Persoalan harus bersifat praktis dan sesuai dengan kemampuan siswa.
2. Pelaksanaan
a. Guru menjelaskan secara umum tentang masalah ynag dipecahkan.
b. Guru meminta kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang tugas yang
dilaksanakan.
c. Siswa dapat bekerja secara individual atau kelompok.
d. Siswa dapat menemukan pemecahannya dan mungkin pula tidak.
e. Kalau pemecahannya tidak ditemukan siswa, hal tersebut didiskusikan.
f. Pemecahan masalah dapat dilaksanakan dengan pikiran.
UNNES 8Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning”
g. Data diusahakan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya untuk analisis
sehingga dijadikan fakta.
h. Membuat kesimpulan.
4. Amru Hidayah
Jelaskan perbedaan Problem Based Learning dan Problem Solving Learning !
Jawaban :
Perbedaan Problem Based Learning dan Problem Solving Learning dapat kita tinjau
dari beberapa aspek. Salah satu aspek yang essensial adalah kita dapat
membedakannya dari kelebihan dan kelemahannya serta karakteristiknya.
1. Karakteristik Metode Pembelajaran Problem Solving
Metode pembelajaran problem solving dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas
pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi
secara ilmiah.terdapat 3 ciri utama dari metode problem solving.
a) Metode problem solving merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran.
Artinya dalam implementasi problem solving ada sejumlah kegiatan yang
harus dilakukan siswa.
b) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Metode ini
menempatkan masalah sebagai kunci dari proses pembelajaran.
c) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir
secara ilmiah
Hakikat masalah dalam metode problem solving adalah kesenjangan antara situasi
nyata dan kondisi yang diharapkan.oleh karena itu maka materi pelajaran atau
topic tidak terbatas pada materi pelajaran yang bersumber dari buku saja, akan
tetapi juga dapat bersumber dari peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang
berlaku.berikut ini criteria pemilihan bahan pelajaran dalam metode pembelajaran
problem solving:
a) Bahan pelajaran harus mengandunng ilmu dan konflik
b) Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa
c) Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan
orang banyak
UNNES 9Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning”
d) Bahan yang dipilih merupakan bahan yang mendukung tujuan atau
kompetensi.
e) Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa.
2. Kelebihan Metode Problem Solving
Kelebihan dari metode problem solving sebagai berikut:
a) Metode ini membuat pendidikan disekolah menjadi lebih relevan dengan
kehidupan .
b) Dapat membiasakan para siswa menghadapi permasalahan di dalam
kehidupan.
c) Merangsang pengembangan berfikir siswa secara kreatif dan menyeluruh
d) Melatih siswa untuk mengidentifikasikan dan melakukan penyelidikan
e) Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan
yang mereka miliki dalm dunia nyata.
3. Kelemahan Metode Problem Solving
a) Manakala siswa tidak memiliki minat dan tidak memiliki keercayaan bahwa
masalah yang di pelajari sulit dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan
untuk mencoba
b) Mengubah kebiasaan siswa belajar dari mendengarkan dan menerima
informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berfikir memecahkan
permasalahan sendiri atau kelompok kadang memerlukan berbagai sumber
belajar merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa
c) Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlukan
waktu yang cukup banyak.
4. Karakteristik Pembelajaran Based Learning
Ciri-ciri dari pembelajaran berbasis masalah (PBL) adalah sebagai berikut:
a) Menggunakan masalah sebagai fakta serta alternative solusi yang dapat
dilakukan.
b) Memfokuskan pada interdisiplin keilmuan.
c) Menggunakan penyelidikan secara otentik.
d) Hasil solusi akhir dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam PBL, siswa dituntut bertanggungjawab atas pendidikan yang mereka
jalani, serta diarahkan untuk tidak terlalu tergantung pada guru. PBL membentuk
UNNES 10Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning”
siswa mandiri yang dapat melanjutkan proses belajar pada kehidupan dan karir
yang akan mereka jalani. Seorang guru lebih berperan sebagai fasilitator atau tutor
yang memandu siswa menjalani proses pendidikan. Ketika siswa menjadi lebih
cakap dalam menjalani proses belajar PBL, tutor akan berkurang keaktifannya.
5. Kelebihan Metode Problem Based Learning
Kelebihan yang paling menonjol dalam penerapan metode Pembelajaran Berbasis
Masalah antara lain:
a) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memecahkan masalah-
masalah menurut cara-cara atau gaya belajar individu masing-masing. Dengan
cara mengetahui gaya belajar masing-masing individu, kita diharapkan dapat
membantu menyesuaikan dengan pendekatan yang kita pakai dalam
pembelajaran.
b) Pengembangan keterampilan berpikir kritis (critical thinking skills).
c) Peserta didik dilatih untuk mengembangkan cara-cara menemukan
(discovery), bertanya (questioning), mengungkapkan (articulating),
menjelaskan atau mendeskripsikan (describing) mempertimbangkan atau
membuat pertimbangan (considering), dan membuat keputusan (decision-
making). Dengan demikian, peserta didik menerapkan suatu proses kerja
melalui suatu situasi bermasalah, siang mengandung masalah.
6. Kelemahan Metode Problem Based Lerning
a) Pembelajaran model PBL memnbutuhksn waktu yang lama.
b) Perlu ditunjang oleh buku yang dapat dijadikan pemahaman dalam kegiatan
belajar terutama membuat soal.
5. Ihda Sofia R.H
Jelaskan perbedaan Creative problem solving learning dengan problem solving
learning?
Jawaban :
Creative Problem Solving learning adalah model pembelajaran yang
melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah,
yang diikuti dengan penguatan keterampilan. Ketika dihadapkan dengan suatu
UNNES 11Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning”
pertanyaan, siswa dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk
memilih dan mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan cara menghafal
tanpa dipikir, keterampilan memecahkan masalah memperluas proses berpikir
(Pepkin, 2004:1).
Teknik CPS Shallcross (dalam Munandar, 1995: 206) pada dasarnya sama
dengan tahap CPS yang didefinisikan oleh Osborn-Parnes hanya saja dimulai dari
ungkapan masalah secara samar. Teknik CPS Shallcross dapat di jabarkan sebagai
berikut.
1. Mess-finding (menemukan masalah yang dirasakan sebagai pengganggu) Tahap
pertama didahului dengan ungkapan pikiran dan perasaan mengenai masalah
yang dirasakan sebagai mengganggu (mess) tetapi masih samar-samar (fuzzy
problem).
2. Fact-finding (menemukan fakta)
Tahap mendaftar semua fakta yang diketahui mengenai masalah yang ingin di
pecahkan dan menemukan data baru yang diperlukan. Tahap ini didahului oleh
keadaan “kacau“ dan masalahnya masih samar-samar (mess and fuzzy problem).
3. Problem-finding (menemukan masalah)
Pada tahap menemukan masalah, diupayakan merumuskan masalah dengan
menanyakan: “Dengan cara apa saya …”. Pernyataan ini mengundang
memberikan gagasan. Pemikiran diharapkan dapat mengembangkan masalahnya
dengan menemukan sub-masalah: masalah dapat dirumuskan kembali
(redefinition) atau dipersempit.
4. Idea-finding (menemukan ide gagasan)
Pada tahap menemukan idea tau gagasan diupayakan mengembangkan
pemecahan masalah sebanyak mungkin.
5. Solution-finding (menemukan solusi)
Pada tahap penemuan solusi, gagasan yang dihasilkan pada tahap sebelumnya
diseleksi berdasarkan criteria evaluasi yang bersangkut paut dengan masalahnya,
misalnya berdasarkan waktu, biaya, dan tenaga yang diperlukan untuk
melakukan gagasan tersebut.
6. Acceptance-finding (menemukan penerimaan)
UNNES 12Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning”
Pada tahap terakhir, menemukan penerimaan atau tahap pelaksanaan disusun
rencana tindakan agar mereka yang mengambil keputusan (kepala sekolah, orang
tua, majikan, dan lainnya) dapat menerima gagasan tersebut dan
melaksanakannya.
Problem solving merupakan suatu keterampilan yang meliputi kemampuan
untuk mencari informasi, menganalisa situasi dan mengidentifikasi masalah dengan
tujuan untuk menghasilkan alternatif sehingga dapat mengambil suatu tindakan
keputusan untuk mencapai sasaran. Terkait dengan pengertian problem solving dan
apabila dikaitkan dengan pembelajaran maka mempunyai pengertian sebagai proses
pendekatan pembelajaran yang menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah,
dimana problem yang harus diselesaikan tersebut bisa dibuat sendiri oleh pendidik
dan ada kalanya fakta nyata yang ada dilingkungan kemudian dipecahkan dalam
pembelajaran dikelas, dengan berbagai cara dan teknik.
Penyelesaian masalah menurut J. Dewey ini dilakukan dalam enam tahap,
yaitu :
1. Merumuskan masalah. Mampu mengetahui dan merumuskan masalah dengan
jelas.
2. Menelaah masalah. Mampu menggunakan pengetahuan untuk memperinci,
menganalisis masalah dari berbagai sudut.
3. Merumuskan hipotesis. Mampu berimajinasi dan menghayati ruang lingkup,
sebab-akibat, dan alternative penyelesaian.
4. Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis.
Diperlukan kecakapan mencari dan menyusun data seraya menyajikannya dalam
bentuk diagram, gambar dan table.
5. Pembuktian hipotesis. Diperlukan kecakapan menelaah dan membahas data,
kecakapan menghubung-hubungkan serta menghitung, ketrampilan mengambil
keputusan dan kesimpulan.
6. Menentukan pilihan. Diperlukan kecakapan membuat alternatif penyelesaian serta
menilai pilihan dengan memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap
pilihan.
Bila kita bandingkan antara langkah-langkah Creative Problem Solving
dengan langkah pemecahan masalah J. Dewey maka akan kita dapatkan bahwa tidak
UNNES 13Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning”
ada perbedaan yang cukup signifikan di antara kedua langkah tersebut. Hanya saja
tujuan utama dari CPS adalah membantu siswa untuk mengembangkan:
1. kesadaran akan pentingnya usaha kreatif dalam belajar, pekerjaan, mencari ilmu
pengetahuan dan seni, dan kehidupan pribadi;
2. motivasi untuk menggunakan potensi kreatif;
3. percaya diri dalam kemampuan kreatif;
4. meningkatkan kesensitifan terhadap masalah dilingkungan sekitar (suatu sikap
“merasa tidak puas yang membangun”)
5. terbuka terhadap ide-ide orang lain;
6. rasa penasaran yang lebih besar-kesadaran terhadap banyak tantangan dan
kesempatan dalam kehidupan.
6. Pak Arif Ismanto
Bagaimana karakteristik problem solving learning?
Jawaban :
Menurut Taplin (dalam Sumardyono, 2007: 8) dalam problem solving terdapat
beberapa karakteristik, yaitu :
1. Adanya interaksi antar siswa dan interaksi guru dan siswa
2. Adanya dialog matematis dan konsesus antar siswa
3. Guru menyediakan informasi yang cukup mengenai masalah, dan siswa
mengklarifikasi, menginterpretasi, dan mencoba mengkontruksi penyelesaian
4. Guru menerima jawaban ya atau tidak bukan untuk mengevaluasi.
5. Guru membimbing, melatih, dan menanyakan pertanyaan tentang wawasan dan
berbagi proses pemecahan masalah.
6. Sebaiknya guru mengetahui kapan ikut campur dan kapan mundur membiarkan
siswa munggunakan caranya sendiri.
7. Problem solving dapat menggiatkan siswa untuk melakukan generalisasi aturan
konsep, sebuah proses sentral dalam matematika.
Pentingnya problem solving dapat dilihat pada perannya dalam pembelajaran.
UNNES 14Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning”
7. Wasis Suharto
Apakah try out persipan ujian Nasional merupakan modifikasi problem solving
learning?
Jawaban :
Tidak ada kaitan antara Problem Solving Learning (PSL) dengan try out ujian nasional.
Problem Solving Learning (PSL) merupakan tahapan dalam proses pembelajaran
sedangkan Tes tryout itu dapat didefinisikan sebagai wahana latihan ujian siswa, baik
itu untuk menghadapi ujian semester maupun ujian nasional. Sebenarnya tes tryout itu
sudah merupakan suatu kegiatan rutin yang dilaksanakan baik itu oleh kelas 7, 8, 9,
10, 11 maupun 12, bukan hanya terfokus kepada ujian nasional saja. Akan tetapi untuk
saat ini tes tryout itu lebih ditekankan untuk menghadapi ujian nasional.
8. Ari Rahmat
Siapa yang mengajukan permasalahan dalam problem solving?
Jawaban :
Problem solving adalah model pembelajaran dengan pemecahan persoalan.
Biasanya guru memberikan persoalan yang sesuai dengan topik yang akan diajarkan
dan siswa diminta untuk memeacahkan persoalan itu. Hal ini dapat dilakukan baik
dalam kelompok ataupun pribadi. Guru sebaiknya minta agar siswa mengungkapkan
bagaimana cara mereka memecahkan persoalan tersebut dan bukan hanya melihat
hasil akhirnya (Suparno, 2013:104).
9. Rifai
Hambatan apa dalam memecahkan masalah problem solving learning?
Jawab :
Hambatan dalam memecahkan masalah pada pembelajaran problem solving learning
yaitu :
1. Adanya siswa yang memiliki karakteristik cenderung pasif dalam pembelajaran di
kelas sehingga merasa kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan
pembelajaran problem solving yang dilakukan,
UNNES 15Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning”
2. Kurang tersedianya sarana pendukung dalam proses pemecahan masalah, seperti
fasilitas laboratorium, pemanfaatan sarana teknologi, buku perpustakaan atau
sumber belajar yang relevan,
3. Keterbatasan jam pelajaran yang tersedia dalam proses problem solvng learning
karena adanya tahap-tahap (sintak) yang melibatkan aktivitas siswa dalam
pembelajaran seperti mengungkapkan ide, melakukan penyelidikan, hingga
menyimpulkan strategi atau solusi yang tepat dalam menyelesaikan masalah yang
berikan.
10. Yuniar Fahmi L
Parameter keberhasilan PSL?
Jawab :
Parameter keberhasilan PSL terletak pada 3 ranah yaitu kognitif
(penguasaan intelektual), afektif (berhubungan dengan siakap dan nilai), serta bidang
psikomotor (kemampuan/keterampilan bertindak/berperilaku). Zaenal Arifin (2009:
20) berpendapat bahwa untuk mengukur keberhasilan belajar peserta didik dapat
digunakan tes hasil belajar, yang digolongkan menjadi dua, yaitu: (1) tes formatif,
yaitu penilaian yang yang digunakan untuk mengukur suatu atau beberapa pokok
bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap
peserta didik terhadap pokok bahasan tersebut, dan (2) tes sumatif, yaitu tes yang
diadakan untuk mengukur daya serap peserta didik terhadap bahan pokok-pokok
yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua tahun pelajaran yang
tujuannnya untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar peserta didik
dalam sautu periode belajar tertentu.
Aspek kognitif adalah keterampilan yang ditandai dengan kreativitas,
kelincahan berpikir, dan memecahkan masalah. Problem solving learning yang
menekankan pada kemampauan siswa dalam pemecahan masalah, sehingga
parameter atau tolak ukur dari pembelajaran problem soving yaitu kemampuan
kognitif siswa yang didapat dilakukan dengan tes, baik berbentuk tulis maupun lisan.
Aspek kognitif menuut Bloom memiliki enam taraf berpikir yang meliputi
pengetahuan (taraf yang paling rendah) sampai dengan evaluasi (taraf yang paling
UNNES 16Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning”
tinggi). Hal yang sama dikemukakan oleh Alex Shiran (2008: 17) bahwa pembagian
aspek kognitif meliputi enam tingkatan pikiran yang digambarkan pada bagan berikut
ini:
Gambar Tingkatan pada ranah kognitif
Parameter keberhasilan pada ranah afektif dalam problem solving learning
dari hasil pengukuran pada aspek afektif yang dapat dilakukan melalui instrumen non
test, diantaranya diantaranya adalah: (1) observasi (observation) yaitu suatu proses
pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai
berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan
untuk mencapai tujuan tertentu, (2) wawancara (interview) merupakan salah satu
bentuk alat evaluasi jenis non tes yang dilakukan melalui percakapan dan tanya
jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan peserta didik, (3) skala
sikap (attitude scale) yaitu bentuk penilaian non tes yang dilakukan dnegan cara
peserta didik memilih pernyataan-pernyaat positif dan negatif, (4) dafar cek (check
list) adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan diamati, (5)
skala penilaian (rating scale) adalah daftar cek penilaian non tes yang penilainya
hanay dapat mencatat ada tidaknya variabel tingkah laku tertentu, sedangkan dalam
skala penilaian fenomena-fenomena yang akan dinilai itu disusun dalam tingkatan-
tingkatan yang telah ditentukan, (6) angket (quetioner) adalah alat untuk
UNNES 17Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning”
mengumpulkan dan mencatat data atau infoermasi, pendapat, dan paham dalam
hubungan kausal, (7) studi kasus (case study) adalah studi yang mendalam dan
komprehensif tentang peserta didik, kelas atau sekoalh yang memiliki kasus tertentu,
(8) catatan insidental (anecdotal records) adalah catatan-catatan singkat tentang
peristiwa-peristiwa sepintas yang dialami peserta didik secara perseorangan, (9)
sosiometri adalah suatu prosedur untuk merangkum, menyusun, dan sampai batas
tertentu dapat mengkuantifikasi pendapat-pendapat peserta didik tentang penerimaan
teman sebayanya serta hubungan di antara mereka, dan (10) inventori kepribadian
adalah alat penilaian non tes yang hampir serupa dengan tes kepribadian, bedanya
pada inventori jawaban peserta didik tidak memakai kriteria benar salah, melainkan
jawaban peserta didik dikatakan benar selama dia menyatakan yang sesungguhnya.
Aspek afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli
mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahan-perubahannya, bila
seseorang telah menguasai aspek kognitif tingkat tinggi. Tipe hasil belajar aspek
afektif tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti:
atensi/perhatian terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, dan lain-lain. Hasil
belajar aspek afektif dapat digambarkan sebagi berikut ini:
Gambar Komponen pada ranah afektif
Aspek psikomotor adalah aspek yang menyangkut tentang keterampilan
atau sering disebut dengan keahlian (skill). Dalam aspek ini Bloom tidak merinci
secara jelas seperti aspek kognitif dan afektif. Lebih lanjut Simpson dalam Nasution
UNNES 18Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning”
(2001: 57) mengemukakan bahwa ada lima aspek dalam pengembangan
keterampilan, mulai dari aspek yang sederhana sampai kepada aspek yang rumit,
yaitu: persepsi, kesediaan bertindak, menirukan dan mencoba, serta gerak mekanik
dan gerak kompleks. Aspek keterampilan dapat diukur menggunakan tes perbuatan.
Penilaian aspek psikomotorik dalam pembelajaran problem solving dapat dilakukan
pada saat melakukan ekperimen atau demonstrasi dalam proses menemukan strategi
pemecahan masalah.
10. Maksum
Problem solving apa yang tepat di daerah yang keterbatasan fasilitas.
Jawab
Pembelajaran problem solving didukung dengan adanya fasilitas yang
memadai (hardware) dalam proses belajar mengajar sebagai upaya untuk
menemukan strategi pemecahan masalah yang tepat. Namun, bukan berarti
pebelajaran problem solving tidak dapat diterapkan pada sekolah yang menim
fasilitas, pembelajaran problem solving dapat diterapkan dengan menggunakan
dukungan atau penggunaan variasi metode seperti metode diskusi atau cooperative
learning, yang intinya dapat melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran
dikelas. Dalam melakukan percobaan atau demonstrasi sebagai salah satu strategi
pemecahan masalah dapat dilakukan melalui kreativitas dan inovasi dari pendidik
atau peserta didik dengan membuat sebuah media percobaan atau demonstrasi dari
benda atau bahan yang mudah terjangkau baik dari ketersediaannya maupun dari
biaya. Penggunaan media pembelajaran yang sederhana seperti media visual (chart)
dapat dijadikan sarana untuk mendukung pembelajaran problem solving.
11. Khoiriyah
Karakteristik masalah yang di angkat dalam PSL?
Jawab :
Karakteristik masalah yang diangkat dalam PSL yaitu masalah yang
kontekstual, dihadapkan situasi kehidupan nyata yang autentik, menghindari
UNNES 19Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning”
jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi
itu. Menurut Arends (dalam Abbas, 2000:13), pertanyaan dan masalah yang diajukan
dalam pembelajaran Problem Solving Learning (PSL) memenuhi kriteria sebagai
berikut.
a. Autentik. Yaitu masalah harus lebih berakar pada kehidupan dunia nyata siswa
dari pada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu.
b. Jelas. Yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak menimbulkan
masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian siswa.
c. Mudah dipahami. Yaitu masalah yang diberikan hendaknya mudah dipahami
siswa. Selain itu masalah disusun dan dibuat sesuai dengan tingkat
perkembangan siswa.
d. Luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Yaitu masalah yang disusun dan
dirumuskan hendaknya bersifat luas, artinya masalah tersebut mencakup seluruh
materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan waktu, ruang dan sumber
yang tersedia. Selain itu, masalah yang telah disusun tersebut harus didasarkan
pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
e. Bermanfaat. Yaitu masalah yang telah disusun dan dirumuskan haruslah
bermanfaat, baik siswa sebagai pemecah masalah maupun guru sebagai pembuat
masalah. Masalah yang bermanfaat adalah masalah yang dapat meningkatkan
kemampuan berfikir memecahkan masalah siswa, serta membangkitkan motivasi
belajar siswa.
Suatu masalah dapat dikatakan masalah yang baik dan sebagai
karakteristik masalah dalam PSL , apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Jelas, dalam arti bersih dari pada kesalahan-kesalahan bahasa maupun isi
pengertian yang berbeda. Istilah yang dipergunakan tidak memiliki dua
pengertian yang dapat ditafsirkan berbeda-beda.
b. Kesulitannya dapat diatasi. Maksudnya ialah bahwa pokok persoalan yang akan
dipecahkan tidak merupakan pokok berganda/kompleks.
c. Bernilai bagi murid. Hasil ataupun proses yang diamati murid harus bermanfaat
dan menguntungkan pengalaman murid atau memperkaya pengalaman murid.
UNNES 20Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning”
d. Sesuai dengan taraf perkembangan psikologi murid. Masalah yang dipecahkan
tidak terlalu mudah tetapi juga tidak terlalu sulit. Jadi harus sesuai dengan
kapasitas pola pikir murid.
e. Praktis, dalam arti mungkin dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Atau,
problema itu diambil dari praktek kehidupan sehari-hari, dari lingkungan sekitar
dimana murid itu berada (Jusuf Djajadisastra, 1982: 20-21).
Problem solving melatih siswa terlatih mencari informasi dan mengecek
silang validitas informasi itu dengan sumber lainnya, juga problem solving melatih
siswa berfikir kritis dan metode ini melatih siswa memecahkan dilema (Omi
Kartawidjaya, 1988: 42). Sehingga dengan menerapkan metode problem solving ini
siswa menjadi lebih dapat mengerti bagaimana cara memecahkan masalah yang akan
dihadapi pada kehidupan nyata/ di luar lingkungan sekolah.
Untuk mendukung strategi belajar mengajar dengan menggunakan metode
problem solving ini, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki
permasalahan. Materi pelajaran tidak terbatas hanya pada buku teks di sekolah, tetapi
juga di ambil dari sumber-sumber lingkungan seperti peristiwa-peristiwa
kemasyarakatan atau peristiwa dalam lingkungan sekolah (Gulo, 2002: 114).
Tujuannya agar memudahkan siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah
yang terjadi di lingkungan sebenarnya dan siswa memperoleh pengalaman tentang
penyelesaian masalah sehingga dapat diterapkan di kehidupan nyata.
13. M. Syaiful Jazil
Dengan metode PSL Siswa mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah, apakah
PSL ini dilanjut atau dihentikan ?
Jawaban :
Terkait dengan PSL yang mengalami kesulitan dalam memecahkan
masalah maka tetap dicoba menerapkan metode PSL, dengan catatan inovasi dalam
pelaksanaan PSL serta diikuti trik-trik yang memuat materi pembelajaran dengan
bobot kesukaran yang tinggi dengan metode penyajian perlahan disertai penalaran
tidak hanya dengan visualisasi tetapi juga dibantu dengan pendekatan penerapan atau
aplikasi dari sebuah kasus kesukaran yang dialami oleh peserta didik. Diharapkan
UNNES 21Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning”
dengan membawa suasana belajar yang lebih enjoy dan terkesan penuh penekanan,
tiap tingkatan materi dengan bobot kesukaran yang tinggi akan lebih terasa mudah di
terima peserta didik. Hal ini memang menuntut pemateri yang tidak hanya menguasai
topik bahasan tetapi metode penyampaian yang sangat inovatif diharapkan
memberikan suasana yang nyaman dalam proses belajar mengajar.
14. Abdul Karim
Pada topik apa PSL yang cocok untuk kelas IX ?
Jawaban :
Pada dasarnya semua topik mempunyai peluang yang sama dan
memungkinkan untuk menerapkan metode PSL ini, terutama hal-hal yang berkaitan
dengan dengan kegiatan diskusi, praktek dan outdoor ini sangat dirasa cocok untuk
menerapkan PSL. Dengan PSL ini siswa akan terbiasa mendesain sendiri setiap
problem yang dihadapi dan menggunakan tahapan – tahapan yang sistematis dengan
mengoptimalkan pemikiran mereka yang mengedepankan pada pola pikir yang kreatif
dan inovatif dalam menyelesaikan masalahnya. Contoh misal topik listrik dinamis
yang meliputi pembelajaran hambatan, voltage dan kuat arus.
Siswa dihadapkan pada sebuah kasus pemecahan masalah yang dalam
kehidupan sehari-hari mereka sudah melihat listrik dengan berbagai fungsinya dan
lebih tertantang memahami segala hal tentang listrik dimulai dari hambatan listrik,
kuat arus listrik, tegangan listrik, bagaiman menggunakan AVO meternya sampai
dengan menghitung biaya pemakaian listrik yang digabungkan dengan berapa daya
yang dikeluarkan selama pemakaian. Ini sangat menantang minat dan motivasi siswa
untuk lebih serius karena mereka sudah akrab dengan listrik, tinggal pendalaman
penalaran yang diarahkan oleh guru diharapkan mampu menyederhanakan masalah
yang semula dirasa rumit menjadi sangat sederhana.
UNNES 22Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning”
15. Bambang S
Apakah ada Strategi untuk siswa dalam memecahkan masalah dengan metode PSL?
Jawaban :
Strategi yang tepat untuk siswa dalam memecahkan masalah dengan metode ini
adalah dengan memulai dari metode pembelajaran kreatif sehingga menarik
keaktifan peserta didik. Teknik pembelajaran yang didukung dengan media atau alat
yang digunakan dimana ini merupakan hardwarenya. Kemudian infrastruktur, skill
dalam contens dan memposisikan siswa sebaagai user adalah strategi yang
tepatmembawa peserta didik tampil lebih aktif dan kreatif serta bertindak cepat tepat
dalam penyelesaian masalah.

Contenu connexe

Tendances

Beberapa pertanyaan dalam metode kuantitatif
Beberapa pertanyaan dalam metode kuantitatifBeberapa pertanyaan dalam metode kuantitatif
Beberapa pertanyaan dalam metode kuantitatifYuca Siahaan
 
Sintak berbagai model pembelajaran
Sintak berbagai model pembelajaranSintak berbagai model pembelajaran
Sintak berbagai model pembelajaranrestya21
 
Teknik pengumpulan data penelitian eksperimen
Teknik pengumpulan data penelitian eksperimenTeknik pengumpulan data penelitian eksperimen
Teknik pengumpulan data penelitian eksperimenMuel DJaja
 
Perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatif
Perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatifPerbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatif
Perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatifAnNa Luph Black
 
Kemampuan Awal Peserta Didik
Kemampuan Awal Peserta DidikKemampuan Awal Peserta Didik
Kemampuan Awal Peserta DidikFitri Yusmaniah
 
Review jurnal kualitatif
Review jurnal kualitatifReview jurnal kualitatif
Review jurnal kualitatifRuyung Movia
 
Power point seminar proposal yunita rahmah
Power point seminar proposal yunita rahmahPower point seminar proposal yunita rahmah
Power point seminar proposal yunita rahmahYunitha Rahmah
 
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIKASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIKTatimatus Solihah
 
kedudukan titik, garis dan bidang dalam ruang
kedudukan titik, garis dan bidang dalam ruangkedudukan titik, garis dan bidang dalam ruang
kedudukan titik, garis dan bidang dalam ruangfitri mhey
 
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islam
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islamBagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islam
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islamchusnaqumillaila
 
Format penulisan laporan
Format penulisan laporanFormat penulisan laporan
Format penulisan laporanYuliana
 
Contoh Artikel Konseptual
Contoh Artikel KonseptualContoh Artikel Konseptual
Contoh Artikel KonseptualUwes Chaeruman
 
Analisis kesukaran dan daya beda soal dan distraktor
Analisis  kesukaran dan daya beda soal dan distraktorAnalisis  kesukaran dan daya beda soal dan distraktor
Analisis kesukaran dan daya beda soal dan distraktorSukiman Fitk
 
Bab iii metode penelitian kualitatif
Bab iii metode penelitian kualitatifBab iii metode penelitian kualitatif
Bab iii metode penelitian kualitatifRoyadi Nusa
 
Contoh Analisis Data Statistika Menggunakan SPSS 16.0 (Mulai Entri Data samp...
 Contoh Analisis Data Statistika Menggunakan SPSS 16.0 (Mulai Entri Data samp... Contoh Analisis Data Statistika Menggunakan SPSS 16.0 (Mulai Entri Data samp...
Contoh Analisis Data Statistika Menggunakan SPSS 16.0 (Mulai Entri Data samp...Yogyakarta State University
 

Tendances (20)

Pertanyaan presentasi
Pertanyaan presentasiPertanyaan presentasi
Pertanyaan presentasi
 
Beberapa pertanyaan dalam metode kuantitatif
Beberapa pertanyaan dalam metode kuantitatifBeberapa pertanyaan dalam metode kuantitatif
Beberapa pertanyaan dalam metode kuantitatif
 
Sintak berbagai model pembelajaran
Sintak berbagai model pembelajaranSintak berbagai model pembelajaran
Sintak berbagai model pembelajaran
 
Teknik pengumpulan data penelitian eksperimen
Teknik pengumpulan data penelitian eksperimenTeknik pengumpulan data penelitian eksperimen
Teknik pengumpulan data penelitian eksperimen
 
Perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatif
Perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatifPerbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatif
Perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatif
 
Lampiran 3 angket instrumen penelitian
Lampiran 3 angket instrumen penelitianLampiran 3 angket instrumen penelitian
Lampiran 3 angket instrumen penelitian
 
Kemampuan Awal Peserta Didik
Kemampuan Awal Peserta DidikKemampuan Awal Peserta Didik
Kemampuan Awal Peserta Didik
 
Review jurnal kualitatif
Review jurnal kualitatifReview jurnal kualitatif
Review jurnal kualitatif
 
Power point seminar proposal yunita rahmah
Power point seminar proposal yunita rahmahPower point seminar proposal yunita rahmah
Power point seminar proposal yunita rahmah
 
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIKASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
 
kedudukan titik, garis dan bidang dalam ruang
kedudukan titik, garis dan bidang dalam ruangkedudukan titik, garis dan bidang dalam ruang
kedudukan titik, garis dan bidang dalam ruang
 
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islam
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islamBagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islam
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islam
 
Format penulisan laporan
Format penulisan laporanFormat penulisan laporan
Format penulisan laporan
 
Contoh Artikel Konseptual
Contoh Artikel KonseptualContoh Artikel Konseptual
Contoh Artikel Konseptual
 
Daya pembeda & tingkat kesukaran
Daya pembeda & tingkat kesukaranDaya pembeda & tingkat kesukaran
Daya pembeda & tingkat kesukaran
 
Analisis kesukaran dan daya beda soal dan distraktor
Analisis  kesukaran dan daya beda soal dan distraktorAnalisis  kesukaran dan daya beda soal dan distraktor
Analisis kesukaran dan daya beda soal dan distraktor
 
Bab iii metode penelitian kualitatif
Bab iii metode penelitian kualitatifBab iii metode penelitian kualitatif
Bab iii metode penelitian kualitatif
 
Contoh Analisis Data Statistika Menggunakan SPSS 16.0 (Mulai Entri Data samp...
 Contoh Analisis Data Statistika Menggunakan SPSS 16.0 (Mulai Entri Data samp... Contoh Analisis Data Statistika Menggunakan SPSS 16.0 (Mulai Entri Data samp...
Contoh Analisis Data Statistika Menggunakan SPSS 16.0 (Mulai Entri Data samp...
 
Tanya jawab mpp
Tanya jawab mppTanya jawab mpp
Tanya jawab mpp
 
Materi P3_Distribusi Normal
Materi P3_Distribusi NormalMateri P3_Distribusi Normal
Materi P3_Distribusi Normal
 

Similaire à Problem Solving Learning Fisika UNISS

Problem based learning
Problem based learningProblem based learning
Problem based learningsintaroyani
 
profil berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah matematika open-ended di...
profil berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah matematika open-ended di...profil berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah matematika open-ended di...
profil berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah matematika open-ended di...renatanurlaily77
 
PPT KELOMPOK 1_KONTEMPORER_PSPM A 2018.pptx
PPT KELOMPOK 1_KONTEMPORER_PSPM A 2018.pptxPPT KELOMPOK 1_KONTEMPORER_PSPM A 2018.pptx
PPT KELOMPOK 1_KONTEMPORER_PSPM A 2018.pptxWindySitanggang1
 
teknologi pembelajaran Jabal ahsan
teknologi pembelajaran Jabal ahsanteknologi pembelajaran Jabal ahsan
teknologi pembelajaran Jabal ahsanJB Ahsan El Kariem
 
Makalah dppm
Makalah dppmMakalah dppm
Makalah dppmaditin
 
Upaya meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran m...
Upaya meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran m...Upaya meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran m...
Upaya meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran m...maritje
 
PPT_MODEL_BERBASIS_MASALAH_pptx.pptx
PPT_MODEL_BERBASIS_MASALAH_pptx.pptxPPT_MODEL_BERBASIS_MASALAH_pptx.pptx
PPT_MODEL_BERBASIS_MASALAH_pptx.pptxdinariawansutopo1
 
Implementasi strategi pembelajaran inkuiri kelompok 5
Implementasi strategi pembelajaran inkuiri kelompok 5Implementasi strategi pembelajaran inkuiri kelompok 5
Implementasi strategi pembelajaran inkuiri kelompok 5Antonius Lela Nihamaking
 
Makalah Pendekatan Pembelajaran dan RPP
Makalah Pendekatan Pembelajaran dan RPPMakalah Pendekatan Pembelajaran dan RPP
Makalah Pendekatan Pembelajaran dan RPPaditin
 
Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsx
Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsxModel Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsx
Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsxlalumhw88
 
Psikologi pendidikan
Psikologi pendidikanPsikologi pendidikan
Psikologi pendidikanIndah Sari
 
Prediksi materi soal berdasarkan kisi ips
Prediksi materi soal berdasarkan kisi ipsPrediksi materi soal berdasarkan kisi ips
Prediksi materi soal berdasarkan kisi ipsarif widyatma
 
S d0451 0606586_chapter2(1)
S d0451 0606586_chapter2(1)S d0451 0606586_chapter2(1)
S d0451 0606586_chapter2(1)Muhamad Jamil
 

Similaire à Problem Solving Learning Fisika UNISS (20)

Problem based learning
Problem based learningProblem based learning
Problem based learning
 
profil berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah matematika open-ended di...
profil berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah matematika open-ended di...profil berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah matematika open-ended di...
profil berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah matematika open-ended di...
 
PPT KELOMPOK 1_KONTEMPORER_PSPM A 2018.pptx
PPT KELOMPOK 1_KONTEMPORER_PSPM A 2018.pptxPPT KELOMPOK 1_KONTEMPORER_PSPM A 2018.pptx
PPT KELOMPOK 1_KONTEMPORER_PSPM A 2018.pptx
 
Proposal riko
Proposal rikoProposal riko
Proposal riko
 
teknologi pembelajaran Jabal ahsan
teknologi pembelajaran Jabal ahsanteknologi pembelajaran Jabal ahsan
teknologi pembelajaran Jabal ahsan
 
Pembelajaran Osborn
Pembelajaran OsbornPembelajaran Osborn
Pembelajaran Osborn
 
Makalah dppm
Makalah dppmMakalah dppm
Makalah dppm
 
Upaya meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran m...
Upaya meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran m...Upaya meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran m...
Upaya meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran m...
 
PPT_MODEL_BERBASIS_MASALAH_pptx.pptx
PPT_MODEL_BERBASIS_MASALAH_pptx.pptxPPT_MODEL_BERBASIS_MASALAH_pptx.pptx
PPT_MODEL_BERBASIS_MASALAH_pptx.pptx
 
Implementasi strategi pembelajaran inkuiri kelompok 5
Implementasi strategi pembelajaran inkuiri kelompok 5Implementasi strategi pembelajaran inkuiri kelompok 5
Implementasi strategi pembelajaran inkuiri kelompok 5
 
Makalah Pendekatan Pembelajaran dan RPP
Makalah Pendekatan Pembelajaran dan RPPMakalah Pendekatan Pembelajaran dan RPP
Makalah Pendekatan Pembelajaran dan RPP
 
Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsx
Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsxModel Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsx
Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsx
 
Fisika
FisikaFisika
Fisika
 
Psikologi pendidikan
Psikologi pendidikanPsikologi pendidikan
Psikologi pendidikan
 
Kelompok ii pbl
Kelompok ii pblKelompok ii pbl
Kelompok ii pbl
 
DL X PBL.pdf
DL X PBL.pdfDL X PBL.pdf
DL X PBL.pdf
 
Prediksi materi soal berdasarkan kisi ips
Prediksi materi soal berdasarkan kisi ipsPrediksi materi soal berdasarkan kisi ips
Prediksi materi soal berdasarkan kisi ips
 
S d0451 0606586_chapter2(1)
S d0451 0606586_chapter2(1)S d0451 0606586_chapter2(1)
S d0451 0606586_chapter2(1)
 
Strategi belajar mengajar
Strategi belajar mengajarStrategi belajar mengajar
Strategi belajar mengajar
 
Strategi belajar mengajar
Strategi belajar mengajarStrategi belajar mengajar
Strategi belajar mengajar
 

Plus de Abdul Jamil

Peta-Okupasi-Bidang-Komunikasi.pdf
Peta-Okupasi-Bidang-Komunikasi.pdfPeta-Okupasi-Bidang-Komunikasi.pdf
Peta-Okupasi-Bidang-Komunikasi.pdfAbdul Jamil
 
Uji Permeabilitas
Uji PermeabilitasUji Permeabilitas
Uji PermeabilitasAbdul Jamil
 
Seng Penting Numpuk
Seng Penting NumpukSeng Penting Numpuk
Seng Penting NumpukAbdul Jamil
 
Panduan Pendaftaran SPAN 2014
Panduan Pendaftaran SPAN 2014Panduan Pendaftaran SPAN 2014
Panduan Pendaftaran SPAN 2014Abdul Jamil
 
Model Pembelajaran Saintifik Mapel prakarya
Model Pembelajaran Saintifik Mapel prakaryaModel Pembelajaran Saintifik Mapel prakarya
Model Pembelajaran Saintifik Mapel prakaryaAbdul Jamil
 
Model Pembelajaran Saintifik Mapel antrhopologi
Model Pembelajaran Saintifik Mapel antrhopologiModel Pembelajaran Saintifik Mapel antrhopologi
Model Pembelajaran Saintifik Mapel antrhopologiAbdul Jamil
 
Model Pembelajaran Saintifik Mapel pkn
Model Pembelajaran Saintifik Mapel pknModel Pembelajaran Saintifik Mapel pkn
Model Pembelajaran Saintifik Mapel pknAbdul Jamil
 
Model Pembelajaran Saintifik Mapel pai
Model Pembelajaran Saintifik Mapel paiModel Pembelajaran Saintifik Mapel pai
Model Pembelajaran Saintifik Mapel paiAbdul Jamil
 
Model Pembelajaran Saintifik Mapel bhs-inggris
Model Pembelajaran Saintifik Mapel bhs-inggrisModel Pembelajaran Saintifik Mapel bhs-inggris
Model Pembelajaran Saintifik Mapel bhs-inggrisAbdul Jamil
 
Model Pembelajaran Saintifik Mapel sosiologi
Model Pembelajaran Saintifik Mapel sosiologiModel Pembelajaran Saintifik Mapel sosiologi
Model Pembelajaran Saintifik Mapel sosiologiAbdul Jamil
 
Model Pembelajaran Saintifik Mapel sejarah
Model Pembelajaran Saintifik Mapel sejarahModel Pembelajaran Saintifik Mapel sejarah
Model Pembelajaran Saintifik Mapel sejarahAbdul Jamil
 
Model Pembelajaran Saintifik Mapel biologi
Model Pembelajaran Saintifik Mapel biologiModel Pembelajaran Saintifik Mapel biologi
Model Pembelajaran Saintifik Mapel biologiAbdul Jamil
 
Model Pembelajaran Saintifik Mapel kimia
Model Pembelajaran Saintifik Mapel kimiaModel Pembelajaran Saintifik Mapel kimia
Model Pembelajaran Saintifik Mapel kimiaAbdul Jamil
 
Model Pembelajaran Saintifik Mapel fisika
Model Pembelajaran Saintifik Mapel fisikaModel Pembelajaran Saintifik Mapel fisika
Model Pembelajaran Saintifik Mapel fisikaAbdul Jamil
 
Model Pembelajaran Saintifik Mapel matematika
Model Pembelajaran Saintifik Mapel matematikaModel Pembelajaran Saintifik Mapel matematika
Model Pembelajaran Saintifik Mapel matematikaAbdul Jamil
 

Plus de Abdul Jamil (20)

Peta-Okupasi-Bidang-Komunikasi.pdf
Peta-Okupasi-Bidang-Komunikasi.pdfPeta-Okupasi-Bidang-Komunikasi.pdf
Peta-Okupasi-Bidang-Komunikasi.pdf
 
Fisika paket 4
Fisika paket 4Fisika paket 4
Fisika paket 4
 
Fisika paket 3
Fisika paket 3Fisika paket 3
Fisika paket 3
 
Fisika paket 2
Fisika paket 2Fisika paket 2
Fisika paket 2
 
Fisika paket 1
Fisika paket 1Fisika paket 1
Fisika paket 1
 
Uji Permeabilitas
Uji PermeabilitasUji Permeabilitas
Uji Permeabilitas
 
Tugas Pelangi
Tugas PelangiTugas Pelangi
Tugas Pelangi
 
Seng Penting Numpuk
Seng Penting NumpukSeng Penting Numpuk
Seng Penting Numpuk
 
Panduan Pendaftaran SPAN 2014
Panduan Pendaftaran SPAN 2014Panduan Pendaftaran SPAN 2014
Panduan Pendaftaran SPAN 2014
 
Model Pembelajaran Saintifik Mapel prakarya
Model Pembelajaran Saintifik Mapel prakaryaModel Pembelajaran Saintifik Mapel prakarya
Model Pembelajaran Saintifik Mapel prakarya
 
Model Pembelajaran Saintifik Mapel antrhopologi
Model Pembelajaran Saintifik Mapel antrhopologiModel Pembelajaran Saintifik Mapel antrhopologi
Model Pembelajaran Saintifik Mapel antrhopologi
 
Model Pembelajaran Saintifik Mapel pkn
Model Pembelajaran Saintifik Mapel pknModel Pembelajaran Saintifik Mapel pkn
Model Pembelajaran Saintifik Mapel pkn
 
Model Pembelajaran Saintifik Mapel pai
Model Pembelajaran Saintifik Mapel paiModel Pembelajaran Saintifik Mapel pai
Model Pembelajaran Saintifik Mapel pai
 
Model Pembelajaran Saintifik Mapel bhs-inggris
Model Pembelajaran Saintifik Mapel bhs-inggrisModel Pembelajaran Saintifik Mapel bhs-inggris
Model Pembelajaran Saintifik Mapel bhs-inggris
 
Model Pembelajaran Saintifik Mapel sosiologi
Model Pembelajaran Saintifik Mapel sosiologiModel Pembelajaran Saintifik Mapel sosiologi
Model Pembelajaran Saintifik Mapel sosiologi
 
Model Pembelajaran Saintifik Mapel sejarah
Model Pembelajaran Saintifik Mapel sejarahModel Pembelajaran Saintifik Mapel sejarah
Model Pembelajaran Saintifik Mapel sejarah
 
Model Pembelajaran Saintifik Mapel biologi
Model Pembelajaran Saintifik Mapel biologiModel Pembelajaran Saintifik Mapel biologi
Model Pembelajaran Saintifik Mapel biologi
 
Model Pembelajaran Saintifik Mapel kimia
Model Pembelajaran Saintifik Mapel kimiaModel Pembelajaran Saintifik Mapel kimia
Model Pembelajaran Saintifik Mapel kimia
 
Model Pembelajaran Saintifik Mapel fisika
Model Pembelajaran Saintifik Mapel fisikaModel Pembelajaran Saintifik Mapel fisika
Model Pembelajaran Saintifik Mapel fisika
 
Model Pembelajaran Saintifik Mapel matematika
Model Pembelajaran Saintifik Mapel matematikaModel Pembelajaran Saintifik Mapel matematika
Model Pembelajaran Saintifik Mapel matematika
 

Dernier

TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPCMBANDUNGANKabSemar
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfNatasyaA11
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptAcemediadotkoM1
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPPOWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPAnaNoorAfdilla
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfGugunGunawan93
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 

Dernier (20)

TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPPOWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 

Problem Solving Learning Fisika UNISS

  • 1. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA (FISIKA)PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA (FISIKA)PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA (FISIKA) PROGRAM PASCASARJANAPROGRAM PASCASARJANAPROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANGUNIVERSITAS NEGERI SEMARANGUNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 201420142014 HASIL DISKUSIHASIL DISKUSIHASIL DISKUSI TOPIK “PROBLEM SOLVING LEARNING”TOPIK “PROBLEM SOLVING LEARNING”TOPIK “PROBLEM SOLVING LEARNING” Disusun Untuk Melengkapi Salah Satu TugasDisusun Untuk Melengkapi Salah Satu TugasDisusun Untuk Melengkapi Salah Satu Tugas Mata Kuliah : Inovasi Pembelajaran IPAMata Kuliah : Inovasi Pembelajaran IPAMata Kuliah : Inovasi Pembelajaran IPA Dosen Pengampu : Dr. Sunyoto Eko Nugroho, M.Si.Dosen Pengampu : Dr. Sunyoto Eko Nugroho, M.Si. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si.Prof. Dr. Wiyanto, M.Si. Dosen Pengampu : Dr. Sunyoto Eko Nugroho, M.Si. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si. Oleh :Oleh :Oleh : Muhammad Yasin ShodiqMuhammad Yasin Shodiq Wahyu EfendyWahyu Efendy RustamRustam Abdul JamilAbdul Jamil Muhammad Yasin Shodiq Wahyu Efendy Rustam Abdul Jamil NIM : 0402513157NIM : 0402513157 NIM : 0402513154NIM : 0402513154 NIM : 0402513148NIM : 0402513148 NIM : 0402513121NIM : 0402513121 NIM : 0402513157 NIM : 0402513154 NIM : 0402513148 NIM : 0402513121
  • 2. UNNES 1Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning” HASIL TANYA JAWAB KELOMPOK 2 DISKUSI “PROBLEM SOLVING LEARNING” Program Studi Pendidikan IPA (Fisika) Kemenag PPS Unnes Hari/Tanggal : Senin, 19 Mei 2014 Pukul : 16.00 – 18.00 1. Roy Izen Mustakim Berikan contoh penerapan problem solving learning dalam pembelajaran fisika ! Jawaban :  Contoh penerapan problem solving learning dalam pembelajaran fisika dapat kita lihat pada beberapa abstrak atau jurnal sebagai berikut di bawah. Saat diskusi pemateri menjelaskan secara singkat abstrak jurnal berkaitan penerapan problem solving learning dalam pembelajaran fisika.  Berikut ini adalah daftar judul abstrak jurnal berkaitan penerapan problem solving learning dalam pembelajaran fisika. File sudah di share pada dan pada Group Facebook kelas PPS Unnes Fisika Kemenag. a. Jurnal Kependidikan Volume 40, Nomor 2, November 2010, hal. 215-230. Problem Solving Dalam Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Kemampuan Mahasiswa Berpikir Analitis. Ikhwanuddin, Amat Jaedun, Dan Didik Purwantoro b. Lasma Juita Sianturi, Implementation Of Learning Problem Solving Model Understanding The Concept Of Physics and Critical Thinking Skills Students. Graduate Program, State University of Medan 2013. c. Unnes Journal of Biology Education. Model Pembelajaran Problem Solving Dengan Mind Mapping Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Tia Ristiasari, Bambang Priyono, Sri Sukaesih. Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Negeri Semarang, Indonesia. d. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 8 (2012) 152-160 Juli 2012. Pengembangan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognisi Dan Pemahaman Konsep
  • 3. UNNES 2Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning” Mahasiswa. P.S. Mariati. Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan (UNIMED), Indonesia. e. Sihana, S830908140. ”The Physics Learning by Using the Problem Solving. Method and the Problem Posing Method Viewed from the Mathematics Ability. and Creativity of Students” (A case Study on the Magnetic Field Subject Matter of. Grade XII, Acceleration Programe of State Senior Secondary School 1 of Surakarta in the Academic Year of 2009/2010).  Semua file diatas dapat didownload pada https://app.box.com/s/n84n4sbd293tnvinwbsd 2. Taqi’udin Zarkasi Teori belajar yang manakah yang melandasi pada problem solving learning? Jawaban : Landasan Filosofis Proses Psikologis Pembelajaran Problem Solving Pembelajaran problem solving banyak diilhami oleh filsafat yang dikembangkan oleh konstruktivisme Piaget. Pandangan filsafat pengetahuan tentang hakekat konstruktivisme mempelajari tentang proses belajar, bahwa belajar bukanlah sekedar menghapal tetapi melalui proses mengkontruksi pengalaman. Pandangan piaget tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu struktur kognitif terbentuk
  • 4. UNNES 3Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning” anak dalam, sangat berpengaruh terhadap model yang yang pembelajaran peneliti kembangkan model pembelajaran yakni masalah pemecahan. Dilihat dari aspek filosofis tentang fungsi sekolah sebagai arena atau wadah untuk mempersiapkan anak didik agar dapat hidup di masyarakat, maka model pembelajaran problem solving merupakan model yang memungkinkan proses sangat result untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan pada kenyataannya setiap manusia akan selalu dihadapkan pada masalah. Mulai dari masalah yang sederhana sampai yang kompleks ke masalah, mulai dari masalah pribadi sampaikepada masalah keluarga, masalah sosial kemasyarakatan, masalah negara sampai kepada masalah dunia. Problem solving diharapkan dapat memberikan latihan kemampuan setiap individu proses untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya.dilihat dari aspek psikologis belajar bersandarkan pada aliran belajar kognitif. Menurut aliran ini belajar adalah proses pada hakekatnya proses mental dan proses berpikir dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki setiap ekor secara optimal. Belajar lebih dari sekadar menghafal proses menumpuk ilmu pengetahuan, tetapi bagaimana pengetahuan yang diperolehnya bermakna untuk siswa melalui ketrampilan berpikir. Menurut teori konstruktivisme, pengetahuan itu akan bermakna apabila proses dicari ditemukan oleh peserta didik sendiri bukan hasil pemberian orang lain termasuk guru. Setiap individu berusaha harus mampu mengembangkan proses pengetahuannya melalui skema sendiri yang ada dalam, struktur kognitifnya. Skema ini harus terus menerus diperbaharui harus diubah melalui proses proses asimilasi akomodasi proses, dengan demikian tugas guru adalah memotivasi peserta untuk didik mengembangkan skema yang terbentuk melalui proses asimilasi proses akomodasi tersebut, peaget (sanjaya, 2007:194). Pandangan ini banyak didasarkan teori piaget pada. Piaget mengemukakan bahwa siswa dalam, segala usia secara aktif terlibat dalam, proses perolehan informasi proses membangun pengetahuan mereka sendiri. Pengetahuan bersifat statis tetapi tidak terus berevolusi. Pengetahuan tumbuh berkembang pada saat proses pembelajar pengalaman menghadapi baru. Pengalaman baru ini memaksa mereka untuk membangun proses memodifikasi pengetahuan awal mereka. Setiap pengetahuan interaksi suatu mengandalkan dengan pengalaman. Tanpa interaksi dengan objek,
  • 5. UNNES 4Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning” tidak seorang anak dapat mengkontruksi pengetahuannya. Seperti halnya piaget, Vygotsky juga percaya bahwa perkembangan pada saat terjadi intelektual individu berhadapan dengan pengalaman baru proses menantang ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang yang dimunculkan. Untuk memperoleh pemahaman ekor pengetahuan baru mengkaitkan dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki. Melalui tantangan proses bantuan dari guru atau teman sejawat yang lebih mampu, mengantarkan siswa ke zona pengembangan terdekat mereka dimana pembelajaran baru terjadi. 3. Mamik Islamiyati Nurul Hidayah Bagaimana cara menerapkan problem solving (langkah-langkah) dalam pembelajaran fisika Jawaban : Secara umum langkah-langkah Sistematis Problem Solving a. Tetapkan Tujuan, merupakan langkah awal yang harus dilakukan untuk fokus menyelesaikan suatu masalah tertentu. Tujuan yang bias akan menyebabkan proses pemecahan masalah tidak akan fokus dan tujuan tidak tercapai dengan baik. b. Tulis / petakan permasalahan yg ada, langkah ini bisa jadi merupakan langkah paling penting dalam problem solving. Tanpa pemahaman yang baik atas masalah, solusi tidak akan pernah benar. Agar pemetaan masalah dapat sesuai dengan kondisi yang ada, diperlukan pengamatan, data dan informasi yang akurat serta keterlibatan pihak-pihak yang berada di dalam atau yang berdekatan dengan sistem termasuk motif masing-masing pihak. Pemetaan masalah ala SWOT mungkin bisa membantu, hanya saja dalam SWOT tidak dikaji hal-hal lain yang mungkin berperan lebih besar dari kelebihan-kelemahan-kesempatan-ancaman. Petakan masalah sejelas-mungkin, sederhana dan runtut berdasarkan kronologis. Sangat baik memetakan dalam bentuk visual warna dan gambar yang memperjelas diferensiasi dan rangkaian kejadian seperti pada metode MIND MAPPING. c. Cari akar permasalahan yang mungkin, suatu masalah sering disebabkan oleh masalah lainnya sehingga atas suatu masalah terlihat banyak masalah yang
  • 6. UNNES 5Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning” menjadi penyebabnya. Padahal sebenarnya hanya ada sedikit akar permasalahan untuk kasus masalah yang kompleks sekalipun dan bahkan sering ditemui masalah yg kompleks dengan satu akar permasalahan yg justru sangat sederhana. Telah dikembangkan metode untuk menemukan akar permasalahan (RCA / Root Cause Analysis) diantaranya 5 Why Analysis dan Fishbone. Akar penyebab masalah yang tepat biasanya apabila secara rasional tidak terjadi hubungan sebab-akibat yang tidak logis dengan beberapa masalah yang ada. d. Kembangkan hipotesis, tahap ini pada dasarnya merangkum antara masalah hingga akar masalah yang paling mungkin. Hipotesis bisa lebih dari satu jika masalahnya kompleks. Hipotesis umumnya akan berupa pernyataan yang menggambarkan hubungan antara dua variabel dalam konteks pemecahan masalah. e. Tetapkan analisis dan informasi yang diperlukan untuk menguji hipotesis, hipotesis harus dapat diuji dengan cara / metode tertentu. Pengujian ini penting untuk memastikan atau verifikasi hipotesis. Dalam kajian ilmiah, bila hipotesis terverifikasi benar maka akan menjadi teori. Dalam konteks pemecahan masalah, maka bila hipotesis terverifikasi maka dapat dikatakan akar penyebab masalah telah dipastikan valid. f. Kembangkan berbagai alternatif solusi, pada tahap ini dituntut kreatifitas tinggi dalam mengembangkan solusi yang mungkin. Sangat baik memunculkan semua solusi tanpa terkecuali. Sebagai pedoman, lihatlah sistem hingga subsistem yang ada dan pahami motif pelaku yang terlibat. Disarankan mengurai solusi dalam bentuk pohon solusi agar memudahkan untuk mengembangkan sebanyak mungkin solusi berdasarkan masing-masing cabang dan ranting pohon solusi. Sebaiknya alternatif solusi yang didapat disusun dalam suatu checklist. Untuk mendapatkan lebih banyak solusi, sebaiknya dilakukan brainstorming, bertanya kepada orang yang berpengalaman dengan masalah sejenis, membaca literatur, dan lain-lain. g. Seleksi alternatif solusi, tahap ini pada dasarnya mengevaluasi tiap solusi yang telah ada. Jika solusi yang tersedia cukup banyak, maka dapat dilakukan dalam beberapa tahap seleksi. Dimana pada tahap awal seleksi dengan mempertimbangkan aspek yang dianggap prioritas utama bagi organisasi seperti
  • 7. UNNES 6Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning” peraturan, norma dan etika, serta hal-hal prinsip lainnya. Setelah itu seleksi berikutnya dengan mengevaluasi solusi dengan pertimbangan yang tingkat prioritasnya lebih rendah seperti biaya yang diperlukan, waktu yang dibutuhkan, tingkat kesulitan solusi, dan tingkat dampaknya. Kadang-kadang diperlukan penggabungan solusi hasil seleksi untuk memecahkan masalah atau terdapat satu solusi jitu yang dapat memecahkan beberapa masalah berbeda yang terjadi secara bersamaan. h. Susun prioritas tindakan, untuk menentukan prioritas tindakan atas beberapa solusi pilihan, dapat dilakukan dengan cara pemetaan 4 kuadrant hubungan antara penting-genting dan dampak-tingkat kesulitan. Tentu saja prioritas pertama tindakan akan dimulai dari tindakan solusi yang penting-genting-dampak tinggi- mudah. i. Kembangkan rencana implementasi, dalam mengembangkan rencana implementasi perlu dipertimbangkan momentum waktu. Rencana ini sebaiknya dalam bentuk program kerja yang baik dan sistematis agar terkendali. Ada kalanya dalam suatu waktu tertentu terjadi beberapa masalah berbeda. Rencana implementasi juga harus dapat melihat efektifitas tindakan dengan menemukan suatu langkah yang dapat menyelesaikan beberapa masalah sekaligus (strategi jitu). Beberapa referensi lain menjeaskan bahwa langkah-langkah penggunaan metode problem solving ini sebagai berikut: 1. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya. 2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang muncul. Misalnya dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya, dan berdiskusi. 3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban tentu saja didasarkan pada data yang telah diperoleh pada langkah kedua di atas. 4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut sehingga batul-betul yakin bahwa jawaban tersebut betul-betul cocok. 5. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai pada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.
  • 8. UNNES 7Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning” John Dewey mengemukakan bahwa keaktifan siswa di sekolah harus bermakna. Artinya, keaktifan yang disesuaikan dengan pekerjaan yang biasa dilakukan dalam masyarakat.Untuk memecahkan suatu masalah, John Dewey mengemukakan sebagai berikut. 1. Mengemukakan persoalan atau masalah. Guru menghadapkan masalah yang akan dipecahkan kepada siswa. 2. Memperjelas persoalan atau masalah. Masalah tersebt dirumuskan oleh guru bersama siswa. 3. Siswa bersama guru mencari kemungkinan-kemungkinan yang akan dilaksanakan dalam pecahan persoalan. 4. Mencobakan kemungkinan yang dianggap menguntungkan. Guru menetapkan cara pemecahan masalah yang dianggap paling tepat. 5. Penilaian cara yang ditempuh dinilai, apakah dapat mendatangkan hasil yang diharapkan atau tidak. Secara ringkas langkah-langkah pelaksanaan metode pemecahan masalah sebagai berikut : 1. Persiapan a. Bahan-bahan yang akan dibahas terlebih dahulu disiapkan oleh guru. b. Guru menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan sebagai bahan pembantu memecahkan persoalan. c. Guru memberikan gambaran secara umum tentang cara-cara pelaksanaannya. d. Persoalan yang disajikan hendaknya jelas dapat merangsan siswa berpikir. e. Persoalan harus bersifat praktis dan sesuai dengan kemampuan siswa. 2. Pelaksanaan a. Guru menjelaskan secara umum tentang masalah ynag dipecahkan. b. Guru meminta kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang tugas yang dilaksanakan. c. Siswa dapat bekerja secara individual atau kelompok. d. Siswa dapat menemukan pemecahannya dan mungkin pula tidak. e. Kalau pemecahannya tidak ditemukan siswa, hal tersebut didiskusikan. f. Pemecahan masalah dapat dilaksanakan dengan pikiran.
  • 9. UNNES 8Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning” g. Data diusahakan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya untuk analisis sehingga dijadikan fakta. h. Membuat kesimpulan. 4. Amru Hidayah Jelaskan perbedaan Problem Based Learning dan Problem Solving Learning ! Jawaban : Perbedaan Problem Based Learning dan Problem Solving Learning dapat kita tinjau dari beberapa aspek. Salah satu aspek yang essensial adalah kita dapat membedakannya dari kelebihan dan kelemahannya serta karakteristiknya. 1. Karakteristik Metode Pembelajaran Problem Solving Metode pembelajaran problem solving dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.terdapat 3 ciri utama dari metode problem solving. a) Metode problem solving merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran. Artinya dalam implementasi problem solving ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. b) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Metode ini menempatkan masalah sebagai kunci dari proses pembelajaran. c) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah Hakikat masalah dalam metode problem solving adalah kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang diharapkan.oleh karena itu maka materi pelajaran atau topic tidak terbatas pada materi pelajaran yang bersumber dari buku saja, akan tetapi juga dapat bersumber dari peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku.berikut ini criteria pemilihan bahan pelajaran dalam metode pembelajaran problem solving: a) Bahan pelajaran harus mengandunng ilmu dan konflik b) Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa c) Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak
  • 10. UNNES 9Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning” d) Bahan yang dipilih merupakan bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi. e) Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa. 2. Kelebihan Metode Problem Solving Kelebihan dari metode problem solving sebagai berikut: a) Metode ini membuat pendidikan disekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan . b) Dapat membiasakan para siswa menghadapi permasalahan di dalam kehidupan. c) Merangsang pengembangan berfikir siswa secara kreatif dan menyeluruh d) Melatih siswa untuk mengidentifikasikan dan melakukan penyelidikan e) Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalm dunia nyata. 3. Kelemahan Metode Problem Solving a) Manakala siswa tidak memiliki minat dan tidak memiliki keercayaan bahwa masalah yang di pelajari sulit dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba b) Mengubah kebiasaan siswa belajar dari mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berfikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok kadang memerlukan berbagai sumber belajar merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa c) Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak. 4. Karakteristik Pembelajaran Based Learning Ciri-ciri dari pembelajaran berbasis masalah (PBL) adalah sebagai berikut: a) Menggunakan masalah sebagai fakta serta alternative solusi yang dapat dilakukan. b) Memfokuskan pada interdisiplin keilmuan. c) Menggunakan penyelidikan secara otentik. d) Hasil solusi akhir dapat dipertanggungjawabkan. Dalam PBL, siswa dituntut bertanggungjawab atas pendidikan yang mereka jalani, serta diarahkan untuk tidak terlalu tergantung pada guru. PBL membentuk
  • 11. UNNES 10Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning” siswa mandiri yang dapat melanjutkan proses belajar pada kehidupan dan karir yang akan mereka jalani. Seorang guru lebih berperan sebagai fasilitator atau tutor yang memandu siswa menjalani proses pendidikan. Ketika siswa menjadi lebih cakap dalam menjalani proses belajar PBL, tutor akan berkurang keaktifannya. 5. Kelebihan Metode Problem Based Learning Kelebihan yang paling menonjol dalam penerapan metode Pembelajaran Berbasis Masalah antara lain: a) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memecahkan masalah- masalah menurut cara-cara atau gaya belajar individu masing-masing. Dengan cara mengetahui gaya belajar masing-masing individu, kita diharapkan dapat membantu menyesuaikan dengan pendekatan yang kita pakai dalam pembelajaran. b) Pengembangan keterampilan berpikir kritis (critical thinking skills). c) Peserta didik dilatih untuk mengembangkan cara-cara menemukan (discovery), bertanya (questioning), mengungkapkan (articulating), menjelaskan atau mendeskripsikan (describing) mempertimbangkan atau membuat pertimbangan (considering), dan membuat keputusan (decision- making). Dengan demikian, peserta didik menerapkan suatu proses kerja melalui suatu situasi bermasalah, siang mengandung masalah. 6. Kelemahan Metode Problem Based Lerning a) Pembelajaran model PBL memnbutuhksn waktu yang lama. b) Perlu ditunjang oleh buku yang dapat dijadikan pemahaman dalam kegiatan belajar terutama membuat soal. 5. Ihda Sofia R.H Jelaskan perbedaan Creative problem solving learning dengan problem solving learning? Jawaban : Creative Problem Solving learning adalah model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan. Ketika dihadapkan dengan suatu
  • 12. UNNES 11Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning” pertanyaan, siswa dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan cara menghafal tanpa dipikir, keterampilan memecahkan masalah memperluas proses berpikir (Pepkin, 2004:1). Teknik CPS Shallcross (dalam Munandar, 1995: 206) pada dasarnya sama dengan tahap CPS yang didefinisikan oleh Osborn-Parnes hanya saja dimulai dari ungkapan masalah secara samar. Teknik CPS Shallcross dapat di jabarkan sebagai berikut. 1. Mess-finding (menemukan masalah yang dirasakan sebagai pengganggu) Tahap pertama didahului dengan ungkapan pikiran dan perasaan mengenai masalah yang dirasakan sebagai mengganggu (mess) tetapi masih samar-samar (fuzzy problem). 2. Fact-finding (menemukan fakta) Tahap mendaftar semua fakta yang diketahui mengenai masalah yang ingin di pecahkan dan menemukan data baru yang diperlukan. Tahap ini didahului oleh keadaan “kacau“ dan masalahnya masih samar-samar (mess and fuzzy problem). 3. Problem-finding (menemukan masalah) Pada tahap menemukan masalah, diupayakan merumuskan masalah dengan menanyakan: “Dengan cara apa saya …”. Pernyataan ini mengundang memberikan gagasan. Pemikiran diharapkan dapat mengembangkan masalahnya dengan menemukan sub-masalah: masalah dapat dirumuskan kembali (redefinition) atau dipersempit. 4. Idea-finding (menemukan ide gagasan) Pada tahap menemukan idea tau gagasan diupayakan mengembangkan pemecahan masalah sebanyak mungkin. 5. Solution-finding (menemukan solusi) Pada tahap penemuan solusi, gagasan yang dihasilkan pada tahap sebelumnya diseleksi berdasarkan criteria evaluasi yang bersangkut paut dengan masalahnya, misalnya berdasarkan waktu, biaya, dan tenaga yang diperlukan untuk melakukan gagasan tersebut. 6. Acceptance-finding (menemukan penerimaan)
  • 13. UNNES 12Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning” Pada tahap terakhir, menemukan penerimaan atau tahap pelaksanaan disusun rencana tindakan agar mereka yang mengambil keputusan (kepala sekolah, orang tua, majikan, dan lainnya) dapat menerima gagasan tersebut dan melaksanakannya. Problem solving merupakan suatu keterampilan yang meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi dan mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif sehingga dapat mengambil suatu tindakan keputusan untuk mencapai sasaran. Terkait dengan pengertian problem solving dan apabila dikaitkan dengan pembelajaran maka mempunyai pengertian sebagai proses pendekatan pembelajaran yang menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, dimana problem yang harus diselesaikan tersebut bisa dibuat sendiri oleh pendidik dan ada kalanya fakta nyata yang ada dilingkungan kemudian dipecahkan dalam pembelajaran dikelas, dengan berbagai cara dan teknik. Penyelesaian masalah menurut J. Dewey ini dilakukan dalam enam tahap, yaitu : 1. Merumuskan masalah. Mampu mengetahui dan merumuskan masalah dengan jelas. 2. Menelaah masalah. Mampu menggunakan pengetahuan untuk memperinci, menganalisis masalah dari berbagai sudut. 3. Merumuskan hipotesis. Mampu berimajinasi dan menghayati ruang lingkup, sebab-akibat, dan alternative penyelesaian. 4. Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis. Diperlukan kecakapan mencari dan menyusun data seraya menyajikannya dalam bentuk diagram, gambar dan table. 5. Pembuktian hipotesis. Diperlukan kecakapan menelaah dan membahas data, kecakapan menghubung-hubungkan serta menghitung, ketrampilan mengambil keputusan dan kesimpulan. 6. Menentukan pilihan. Diperlukan kecakapan membuat alternatif penyelesaian serta menilai pilihan dengan memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap pilihan. Bila kita bandingkan antara langkah-langkah Creative Problem Solving dengan langkah pemecahan masalah J. Dewey maka akan kita dapatkan bahwa tidak
  • 14. UNNES 13Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning” ada perbedaan yang cukup signifikan di antara kedua langkah tersebut. Hanya saja tujuan utama dari CPS adalah membantu siswa untuk mengembangkan: 1. kesadaran akan pentingnya usaha kreatif dalam belajar, pekerjaan, mencari ilmu pengetahuan dan seni, dan kehidupan pribadi; 2. motivasi untuk menggunakan potensi kreatif; 3. percaya diri dalam kemampuan kreatif; 4. meningkatkan kesensitifan terhadap masalah dilingkungan sekitar (suatu sikap “merasa tidak puas yang membangun”) 5. terbuka terhadap ide-ide orang lain; 6. rasa penasaran yang lebih besar-kesadaran terhadap banyak tantangan dan kesempatan dalam kehidupan. 6. Pak Arif Ismanto Bagaimana karakteristik problem solving learning? Jawaban : Menurut Taplin (dalam Sumardyono, 2007: 8) dalam problem solving terdapat beberapa karakteristik, yaitu : 1. Adanya interaksi antar siswa dan interaksi guru dan siswa 2. Adanya dialog matematis dan konsesus antar siswa 3. Guru menyediakan informasi yang cukup mengenai masalah, dan siswa mengklarifikasi, menginterpretasi, dan mencoba mengkontruksi penyelesaian 4. Guru menerima jawaban ya atau tidak bukan untuk mengevaluasi. 5. Guru membimbing, melatih, dan menanyakan pertanyaan tentang wawasan dan berbagi proses pemecahan masalah. 6. Sebaiknya guru mengetahui kapan ikut campur dan kapan mundur membiarkan siswa munggunakan caranya sendiri. 7. Problem solving dapat menggiatkan siswa untuk melakukan generalisasi aturan konsep, sebuah proses sentral dalam matematika. Pentingnya problem solving dapat dilihat pada perannya dalam pembelajaran.
  • 15. UNNES 14Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning” 7. Wasis Suharto Apakah try out persipan ujian Nasional merupakan modifikasi problem solving learning? Jawaban : Tidak ada kaitan antara Problem Solving Learning (PSL) dengan try out ujian nasional. Problem Solving Learning (PSL) merupakan tahapan dalam proses pembelajaran sedangkan Tes tryout itu dapat didefinisikan sebagai wahana latihan ujian siswa, baik itu untuk menghadapi ujian semester maupun ujian nasional. Sebenarnya tes tryout itu sudah merupakan suatu kegiatan rutin yang dilaksanakan baik itu oleh kelas 7, 8, 9, 10, 11 maupun 12, bukan hanya terfokus kepada ujian nasional saja. Akan tetapi untuk saat ini tes tryout itu lebih ditekankan untuk menghadapi ujian nasional. 8. Ari Rahmat Siapa yang mengajukan permasalahan dalam problem solving? Jawaban : Problem solving adalah model pembelajaran dengan pemecahan persoalan. Biasanya guru memberikan persoalan yang sesuai dengan topik yang akan diajarkan dan siswa diminta untuk memeacahkan persoalan itu. Hal ini dapat dilakukan baik dalam kelompok ataupun pribadi. Guru sebaiknya minta agar siswa mengungkapkan bagaimana cara mereka memecahkan persoalan tersebut dan bukan hanya melihat hasil akhirnya (Suparno, 2013:104). 9. Rifai Hambatan apa dalam memecahkan masalah problem solving learning? Jawab : Hambatan dalam memecahkan masalah pada pembelajaran problem solving learning yaitu : 1. Adanya siswa yang memiliki karakteristik cenderung pasif dalam pembelajaran di kelas sehingga merasa kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan pembelajaran problem solving yang dilakukan,
  • 16. UNNES 15Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning” 2. Kurang tersedianya sarana pendukung dalam proses pemecahan masalah, seperti fasilitas laboratorium, pemanfaatan sarana teknologi, buku perpustakaan atau sumber belajar yang relevan, 3. Keterbatasan jam pelajaran yang tersedia dalam proses problem solvng learning karena adanya tahap-tahap (sintak) yang melibatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran seperti mengungkapkan ide, melakukan penyelidikan, hingga menyimpulkan strategi atau solusi yang tepat dalam menyelesaikan masalah yang berikan. 10. Yuniar Fahmi L Parameter keberhasilan PSL? Jawab : Parameter keberhasilan PSL terletak pada 3 ranah yaitu kognitif (penguasaan intelektual), afektif (berhubungan dengan siakap dan nilai), serta bidang psikomotor (kemampuan/keterampilan bertindak/berperilaku). Zaenal Arifin (2009: 20) berpendapat bahwa untuk mengukur keberhasilan belajar peserta didik dapat digunakan tes hasil belajar, yang digolongkan menjadi dua, yaitu: (1) tes formatif, yaitu penilaian yang yang digunakan untuk mengukur suatu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap peserta didik terhadap pokok bahasan tersebut, dan (2) tes sumatif, yaitu tes yang diadakan untuk mengukur daya serap peserta didik terhadap bahan pokok-pokok yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua tahun pelajaran yang tujuannnya untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar peserta didik dalam sautu periode belajar tertentu. Aspek kognitif adalah keterampilan yang ditandai dengan kreativitas, kelincahan berpikir, dan memecahkan masalah. Problem solving learning yang menekankan pada kemampauan siswa dalam pemecahan masalah, sehingga parameter atau tolak ukur dari pembelajaran problem soving yaitu kemampuan kognitif siswa yang didapat dilakukan dengan tes, baik berbentuk tulis maupun lisan. Aspek kognitif menuut Bloom memiliki enam taraf berpikir yang meliputi pengetahuan (taraf yang paling rendah) sampai dengan evaluasi (taraf yang paling
  • 17. UNNES 16Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning” tinggi). Hal yang sama dikemukakan oleh Alex Shiran (2008: 17) bahwa pembagian aspek kognitif meliputi enam tingkatan pikiran yang digambarkan pada bagan berikut ini: Gambar Tingkatan pada ranah kognitif Parameter keberhasilan pada ranah afektif dalam problem solving learning dari hasil pengukuran pada aspek afektif yang dapat dilakukan melalui instrumen non test, diantaranya diantaranya adalah: (1) observasi (observation) yaitu suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu, (2) wawancara (interview) merupakan salah satu bentuk alat evaluasi jenis non tes yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan peserta didik, (3) skala sikap (attitude scale) yaitu bentuk penilaian non tes yang dilakukan dnegan cara peserta didik memilih pernyataan-pernyaat positif dan negatif, (4) dafar cek (check list) adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan diamati, (5) skala penilaian (rating scale) adalah daftar cek penilaian non tes yang penilainya hanay dapat mencatat ada tidaknya variabel tingkah laku tertentu, sedangkan dalam skala penilaian fenomena-fenomena yang akan dinilai itu disusun dalam tingkatan- tingkatan yang telah ditentukan, (6) angket (quetioner) adalah alat untuk
  • 18. UNNES 17Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning” mengumpulkan dan mencatat data atau infoermasi, pendapat, dan paham dalam hubungan kausal, (7) studi kasus (case study) adalah studi yang mendalam dan komprehensif tentang peserta didik, kelas atau sekoalh yang memiliki kasus tertentu, (8) catatan insidental (anecdotal records) adalah catatan-catatan singkat tentang peristiwa-peristiwa sepintas yang dialami peserta didik secara perseorangan, (9) sosiometri adalah suatu prosedur untuk merangkum, menyusun, dan sampai batas tertentu dapat mengkuantifikasi pendapat-pendapat peserta didik tentang penerimaan teman sebayanya serta hubungan di antara mereka, dan (10) inventori kepribadian adalah alat penilaian non tes yang hampir serupa dengan tes kepribadian, bedanya pada inventori jawaban peserta didik tidak memakai kriteria benar salah, melainkan jawaban peserta didik dikatakan benar selama dia menyatakan yang sesungguhnya. Aspek afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahan-perubahannya, bila seseorang telah menguasai aspek kognitif tingkat tinggi. Tipe hasil belajar aspek afektif tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti: atensi/perhatian terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, dan lain-lain. Hasil belajar aspek afektif dapat digambarkan sebagi berikut ini: Gambar Komponen pada ranah afektif Aspek psikomotor adalah aspek yang menyangkut tentang keterampilan atau sering disebut dengan keahlian (skill). Dalam aspek ini Bloom tidak merinci secara jelas seperti aspek kognitif dan afektif. Lebih lanjut Simpson dalam Nasution
  • 19. UNNES 18Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning” (2001: 57) mengemukakan bahwa ada lima aspek dalam pengembangan keterampilan, mulai dari aspek yang sederhana sampai kepada aspek yang rumit, yaitu: persepsi, kesediaan bertindak, menirukan dan mencoba, serta gerak mekanik dan gerak kompleks. Aspek keterampilan dapat diukur menggunakan tes perbuatan. Penilaian aspek psikomotorik dalam pembelajaran problem solving dapat dilakukan pada saat melakukan ekperimen atau demonstrasi dalam proses menemukan strategi pemecahan masalah. 10. Maksum Problem solving apa yang tepat di daerah yang keterbatasan fasilitas. Jawab Pembelajaran problem solving didukung dengan adanya fasilitas yang memadai (hardware) dalam proses belajar mengajar sebagai upaya untuk menemukan strategi pemecahan masalah yang tepat. Namun, bukan berarti pebelajaran problem solving tidak dapat diterapkan pada sekolah yang menim fasilitas, pembelajaran problem solving dapat diterapkan dengan menggunakan dukungan atau penggunaan variasi metode seperti metode diskusi atau cooperative learning, yang intinya dapat melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran dikelas. Dalam melakukan percobaan atau demonstrasi sebagai salah satu strategi pemecahan masalah dapat dilakukan melalui kreativitas dan inovasi dari pendidik atau peserta didik dengan membuat sebuah media percobaan atau demonstrasi dari benda atau bahan yang mudah terjangkau baik dari ketersediaannya maupun dari biaya. Penggunaan media pembelajaran yang sederhana seperti media visual (chart) dapat dijadikan sarana untuk mendukung pembelajaran problem solving. 11. Khoiriyah Karakteristik masalah yang di angkat dalam PSL? Jawab : Karakteristik masalah yang diangkat dalam PSL yaitu masalah yang kontekstual, dihadapkan situasi kehidupan nyata yang autentik, menghindari
  • 20. UNNES 19Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning” jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu. Menurut Arends (dalam Abbas, 2000:13), pertanyaan dan masalah yang diajukan dalam pembelajaran Problem Solving Learning (PSL) memenuhi kriteria sebagai berikut. a. Autentik. Yaitu masalah harus lebih berakar pada kehidupan dunia nyata siswa dari pada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu. b. Jelas. Yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian siswa. c. Mudah dipahami. Yaitu masalah yang diberikan hendaknya mudah dipahami siswa. Selain itu masalah disusun dan dibuat sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. d. Luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Yaitu masalah yang disusun dan dirumuskan hendaknya bersifat luas, artinya masalah tersebut mencakup seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan waktu, ruang dan sumber yang tersedia. Selain itu, masalah yang telah disusun tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. e. Bermanfaat. Yaitu masalah yang telah disusun dan dirumuskan haruslah bermanfaat, baik siswa sebagai pemecah masalah maupun guru sebagai pembuat masalah. Masalah yang bermanfaat adalah masalah yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir memecahkan masalah siswa, serta membangkitkan motivasi belajar siswa. Suatu masalah dapat dikatakan masalah yang baik dan sebagai karakteristik masalah dalam PSL , apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. Jelas, dalam arti bersih dari pada kesalahan-kesalahan bahasa maupun isi pengertian yang berbeda. Istilah yang dipergunakan tidak memiliki dua pengertian yang dapat ditafsirkan berbeda-beda. b. Kesulitannya dapat diatasi. Maksudnya ialah bahwa pokok persoalan yang akan dipecahkan tidak merupakan pokok berganda/kompleks. c. Bernilai bagi murid. Hasil ataupun proses yang diamati murid harus bermanfaat dan menguntungkan pengalaman murid atau memperkaya pengalaman murid.
  • 21. UNNES 20Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning” d. Sesuai dengan taraf perkembangan psikologi murid. Masalah yang dipecahkan tidak terlalu mudah tetapi juga tidak terlalu sulit. Jadi harus sesuai dengan kapasitas pola pikir murid. e. Praktis, dalam arti mungkin dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Atau, problema itu diambil dari praktek kehidupan sehari-hari, dari lingkungan sekitar dimana murid itu berada (Jusuf Djajadisastra, 1982: 20-21). Problem solving melatih siswa terlatih mencari informasi dan mengecek silang validitas informasi itu dengan sumber lainnya, juga problem solving melatih siswa berfikir kritis dan metode ini melatih siswa memecahkan dilema (Omi Kartawidjaya, 1988: 42). Sehingga dengan menerapkan metode problem solving ini siswa menjadi lebih dapat mengerti bagaimana cara memecahkan masalah yang akan dihadapi pada kehidupan nyata/ di luar lingkungan sekolah. Untuk mendukung strategi belajar mengajar dengan menggunakan metode problem solving ini, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan. Materi pelajaran tidak terbatas hanya pada buku teks di sekolah, tetapi juga di ambil dari sumber-sumber lingkungan seperti peristiwa-peristiwa kemasyarakatan atau peristiwa dalam lingkungan sekolah (Gulo, 2002: 114). Tujuannya agar memudahkan siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah yang terjadi di lingkungan sebenarnya dan siswa memperoleh pengalaman tentang penyelesaian masalah sehingga dapat diterapkan di kehidupan nyata. 13. M. Syaiful Jazil Dengan metode PSL Siswa mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah, apakah PSL ini dilanjut atau dihentikan ? Jawaban : Terkait dengan PSL yang mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah maka tetap dicoba menerapkan metode PSL, dengan catatan inovasi dalam pelaksanaan PSL serta diikuti trik-trik yang memuat materi pembelajaran dengan bobot kesukaran yang tinggi dengan metode penyajian perlahan disertai penalaran tidak hanya dengan visualisasi tetapi juga dibantu dengan pendekatan penerapan atau aplikasi dari sebuah kasus kesukaran yang dialami oleh peserta didik. Diharapkan
  • 22. UNNES 21Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning” dengan membawa suasana belajar yang lebih enjoy dan terkesan penuh penekanan, tiap tingkatan materi dengan bobot kesukaran yang tinggi akan lebih terasa mudah di terima peserta didik. Hal ini memang menuntut pemateri yang tidak hanya menguasai topik bahasan tetapi metode penyampaian yang sangat inovatif diharapkan memberikan suasana yang nyaman dalam proses belajar mengajar. 14. Abdul Karim Pada topik apa PSL yang cocok untuk kelas IX ? Jawaban : Pada dasarnya semua topik mempunyai peluang yang sama dan memungkinkan untuk menerapkan metode PSL ini, terutama hal-hal yang berkaitan dengan dengan kegiatan diskusi, praktek dan outdoor ini sangat dirasa cocok untuk menerapkan PSL. Dengan PSL ini siswa akan terbiasa mendesain sendiri setiap problem yang dihadapi dan menggunakan tahapan – tahapan yang sistematis dengan mengoptimalkan pemikiran mereka yang mengedepankan pada pola pikir yang kreatif dan inovatif dalam menyelesaikan masalahnya. Contoh misal topik listrik dinamis yang meliputi pembelajaran hambatan, voltage dan kuat arus. Siswa dihadapkan pada sebuah kasus pemecahan masalah yang dalam kehidupan sehari-hari mereka sudah melihat listrik dengan berbagai fungsinya dan lebih tertantang memahami segala hal tentang listrik dimulai dari hambatan listrik, kuat arus listrik, tegangan listrik, bagaiman menggunakan AVO meternya sampai dengan menghitung biaya pemakaian listrik yang digabungkan dengan berapa daya yang dikeluarkan selama pemakaian. Ini sangat menantang minat dan motivasi siswa untuk lebih serius karena mereka sudah akrab dengan listrik, tinggal pendalaman penalaran yang diarahkan oleh guru diharapkan mampu menyederhanakan masalah yang semula dirasa rumit menjadi sangat sederhana.
  • 23. UNNES 22Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning” 15. Bambang S Apakah ada Strategi untuk siswa dalam memecahkan masalah dengan metode PSL? Jawaban : Strategi yang tepat untuk siswa dalam memecahkan masalah dengan metode ini adalah dengan memulai dari metode pembelajaran kreatif sehingga menarik keaktifan peserta didik. Teknik pembelajaran yang didukung dengan media atau alat yang digunakan dimana ini merupakan hardwarenya. Kemudian infrastruktur, skill dalam contens dan memposisikan siswa sebaagai user adalah strategi yang tepatmembawa peserta didik tampil lebih aktif dan kreatif serta bertindak cepat tepat dalam penyelesaian masalah.