SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  19
DRAINASE
PERKOTAAN
SUMUR RESAPAN
TIK
 Mampu merancang sistem
drainase sumur resapan
Konsep dasar sumur resapan pada
hakekatnya adalah memberikan
kesempatan dan jalan pada air hujan
yang jatuh diatap atau lahan yang
kedap air untuk meresap ke dalam
tanah dengan jalan menampung air
tersebut pada suatu sistem resapan.
Dengan adanya tampungan, maka air
hujan mempunyai cukup waktu untuk
meresap ke dalam tanah, sehingga
pengisian tanah menjadi optimal.
G G A TNNEP A R
Manfaat Sumur Resapan
1. Mengurangi air limpasan, sehingga jaringan drainase
akan dapat diperkecil.
2. Mencegah adanya genangan air dan banjir.
3. Mempertahankan tinggi muka air tanah yang semakin
hari semakin menurun, akibat defisit penggunaan air.
4. Mengurangi/menahan intrusi air laut bagi daerah yang
berdekatan dengan wilayah pantai.
5. Mencegah penurunan/amblesan tanah (land
subsidence), akibat pengambilan air tanah yang
berlebihan.
6. Mengurangi pencemaran air tanah.
7. Menyediakan cadangan air untuk usaha tani bagi
lahan di sekitarnya.
Komponen Bangunan Sumur
Resapan
 Saluran irigasi sebagai sumber air yang akan
dimasukkan ke dalam sumur.
 Bak kontrol yang berfungsi untuk menyaring
air sebelum masuk sumur resapan.
 Pipa pemasukan
 Sumur resapan
 Pipa pembuangan yang bersungsi sebagai
saluran pembuangan jika air dalam sumur
resapan sudah penuh.
Skema Teknis Sumur
Resapan
Beberapa Ketentuan Konstruksi
Sumur Resapan
1. Sebaiknya letak berada diatas atau di arah hulu dari
sumur-sumur gali yang akan dipelihara/ditingkatkan muka
air tanahnya.
2. Untuk menjaga pencemaran air di aquifer kedalaman
sumur resapan diatas kedalaman muka air tanah tidak
tertekan (unconfined aquifer).
3. Pada daerah berkapur/karst perbukitan kapur dengan
kedalaman tanah yang dangkal, kedalaman air tanah pada
umumnya sangatlah dalam sehingga pembuatan sumur
resapan sangatlah tidak direkomendasikan. Demikian pula
sebaliknya di lahan pertanian pasang surut yang berair
tanah sangat dangkal.
4. Untuk mendapatkan jumlah air yang memadai, sumur
resapan harus memiliki tangkapan air hujan berupa suatu
bentang lahan baik berupa lahan pertanian atau atap
rumah.
Beberapa Ketentuan Konstruksi
Sumur Resapan
5. Sebelum air hujan yang berupa aliran permukaan
masuk kedalam sumur melalui sebuah parit, sebaiknya
dilakukan penyaringan air di bak kontrol terlebih dahulu.
6. Bak kontrol terdiri-dari beberapa lapisan berturut-turut
adalah lapisan gravel (kerikil), pasir kasar, pasir dan ijuk.
7. Penyaringan ini dimaksudkan agar partikel-partikel
debu hasil erosi dari daerah tangkapan air tidak terbawa
masuk ke sumur sehingga tidak menyumbat pori-pori
lapisan aquifer yang ada.
8. Untuk menahan tenaga kinetis air yang masuk melalui
pipa pemasukan, dasar sumur yang berada di lapisan
kedap air dapat diisi dengan batu belah atau ijuk.
Beberapa Ketentuan Konstruksi
Sumur Resapan
9. Pada dinding sumur tepat di depan pipa pemasukan,
dipasang pipa pengeluaran yang letaknya lebih rendah
dari pada pipa pemasukan untuk antisipasi terjadi luapan
air di dalam sumur.
10Diameter sumur bervariasi tergantung besarnya curah
hujan, luas tangkapan air, konduktifitas hidrolika, tebal dan
daya tampung lapisan aquifer. Umumnya berkisar antara
1–1,5m
11. Tergantung pada tingkat kondisi lapisan tanah dan
ketersediaan dana yang ada, dinding sumur dapat dilapis.
Lebih baik bila dibuat lubang2 air dapat meresap juga
secara horizontal.
12. Untuk menghindari terjadinya gangguan maka bibir
sumur dapat dipertinggi atau ditutup dengan
papan/plesteran.
Faktor yang menentukan
Dimensi Sumur Resapan
 luas permukaan penutup lahan, yaitu lahan
yang airnya akan ditampung dalam sumur
resapan meliputi luas atap, lapangan parkir
dan perkerasan-perkerasan lainnya.
 Karakteristik hujan, meliputi intensitas hujan,
lama hujan, salang waktu hujan. Makin tinggi
hujan dan makin lama berlangsungnya hujan
memerlukan volume sumur resapan makin
besar.
Cont.
 Koefisien permeabilitas tanah, yaitu kemampuan
tanah dalam melewatkan air persatuan waktu.
Tanah berpasir mempunyai koefisien yang lebih
tinggi dibandingkan tanah berlempung.
 Tinggi muka air tanah. Pada kondisi muka air tanah
yang dalam, sumur resapan perlu dibuat secara
besar-besaran karena tanah benar-benar
memerlukan pengisian air melalui sumur-sumur
resapan, sebaliknya pada lahan dengan muka air
dangkal, pembuatan sumur resapan kurang efektif,
terutama pada daerah pasang surut atau daerah
rawa dimana air tanahnya sangat dangkal. Bila
muka air tanah kurang dari 5 m, maka konstruksi
yang dipakai adalah parit peresapan air hujan.
E S A APR.S N
Dimensi Sumur Resapan :
1. Litbang Pemukiman PU (1990)
2. HMTL-ITB (1990)
3. Sunjoto (1988)
Litbang Pemukiman PU (1990)
Pusat penelitian dan Pengembangan Permukiman PU (1990) telah
menyusun standar tata cara perencanaan teknis sumur resapan air hujan
untuk lahan pekarangan yang dituangkan dalam SK SNI T-06-1990 F.
Formula ini dibangun berasaskan keseimbangan statik, sbb:
 H = kedalaman/tinggi air dalam sumur (m)
 I = intensitas hujan (m/jam)
 At = Luas tadah, berupa luas bidang atap atau permukaan yang diperkeras (m2)
 As = luas tampungan sumur (m2)
 P = keliling sumur (m)
 K = koefisien permeabilitas tanah (m/jam)
 T = durasi hujan (jam)
 R : Radius sumur (m)
PKTA
KTAITA
H
s
st
+
−
=
HMTL-ITB (1990)
 Model ini berdasarkan pada asas keseimbangan statis yang dibangun
berdasarkan formulasi empiris yang menghitung dimensi sumur resapan
yang mendasarkan konsep V. Breen bahwa hujan terkonsentrasi adalah
90% dan konsep Horton bahwa air yang meresap alami adalah sebesar
30% jadi yang harus diresapkan adalah sebesar 70% maka formula:
 dengan:
 H = tinggi air dalam sumur (m)
 At = luas bidang atap (m2)
 d = dimensi sumur (0,80 – 1,40 m)
 p = Faktor perkolasi (menit/cm)
 R24j = curah hujan terbesar dalam 24 jam (mm/hr)
 0,7 = air hujan yang diresapkan sebesar 70% (Horton)
 0,9 = hujan terkonsentrasi sebesar 90% (V.Breen)
 1/6 = faktor konversi dari 24 jam ke 4 jam (V.Breen)
( )( ){ }
1000..4/
6//179..4/.9,0.7,0.
2
224
d
pdRA
H
j
t
π
π−
=
Secara teoritis, volume dan efisiensi sumur resapan dapat
dihitung berdasarkan keseimbangan air yang masuk kedalam
sumur dan air yang meresap kedalam tanah dan dapat ditulis
sebagai berikut:
dengan,
H : tinggi muka air dalam sumur (m)
Q : debit air masuk (m3/j)
F : faktor geometrik (m)
K : koefisien permeabilitas tanah (m/j)
T : Durasi Dominan Hujan (j)
R : Radius sumur (m)
J O T 1ONUS 9 8 8











 −
−= 2
exp1
R
FKT
FK
Q
H
π
Faktor Geometrik Sumur
Faktor geometrik yang pertama diperkenalkan oleh Forchheimer
(1930) untuk menghitung permeabilitas tanah adalah besaran
yang mewakili keliling serta luas tampang sumur, gradien
hidraulik, keadaan perlapisan tanah serta kedudukan sumur
terhadap perlapisan tersebut serta porositas dinding sumur
yang dinyatakan dalam besaran radius sumuran
1. Berbentuk bola, seluruh lapisan tanah porus (Samsioe, 1931;
Dachler, 1936; Aravin, 1965)
2. Dasar setengah bola, lapisan tanah bawah porus atas kedap air
(Samsioe, 1931; Dachler, 1936; Aravin, 1965)
3. Dasar Rata, lapisan tanah bawah porus atas kedap air
(Forchheimer, 1930; Dachler, 1936; Aravin, 1965)
RF π4=
RF π2=
RF 4=
Cont.
4. Dasar setengah bola, seluruh lapisan tanah porus (Sunjoto, 1996)
5. Dasar rata, seluruh lapisan tanah porus, Harza (1935) memberikan F = 4,8R s/d 5,6R,
Taylor (1948) menghasilkan F = 5,7R dan Hvorslev (1951) memberikan kesepakatan F
= 5,5R. Sedangkan menurut Sunjoto (1989)
6. Dasar setengah bola, dinding bawah sumur porus, lapisan tanah bawah porus dan atas
kedap air (Sunjoto, 1996)
7. Dasar rata, dinding bawah sumur porus pada lapisan tanah bawah porus dan atas kedap
air menurut Dachler (1936)
Sedangkan menurut Sunjoto (1996)
RF 2
π=
RF π2=
















+





+
+
+
=
1
2
2ln2
2
2
R
L
R
RL
Ln
RL
F
ππ
















+





+
=
1ln
2
2
R
L
R
L
L
F
π ( )
















+





+
+
+
=
1
2
ln
2ln2
2
R
L
R
RL
RL
F
π
8. Dasar setengah bola, dinding bawah sumur
porus dan seluruh lapisan tanah porus
menurut Sunjoto (1996)
9. Dasar rata, dinding bawah sumur porus dan
seluruh lapisan tanah porus menurut Dachler
(1936)
Sedangkan menurut Sunjoto (1996)
10. Dasar setengah bola, seluruh dinding sumur
porus dan seluruh lapisan tanah porus
menurut Sunjoto (1996)
11. Dasar rata, seluruh dinding sumur porus dan
seluruh lapisan tanah porus menurut Sunjoto
(1996)
















+





+
+
+
=
1
2
2
ln
2ln2
2
2
R
L
R
RL
RL
F
ππ
















+





+
=
1
22
ln
2
2
R
L
R
L
L
F
π
















+





+
+
+
=
1
2
2
ln
)2ln(2
2
R
L
R
RL
RL
F
π
















+





+
+
+
=
1
5
2
5
)2(2
ln
2ln2
2
2
R
H
R
RH
RH
F
ππ
















+





+
+
+
=
1
5
2
5
)2(2
ln
)2ln(2
2
R
H
R
RH
RH
F
π

Contenu connexe

Tendances

87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase
Miftakhul Yaqin
 
Drainase lapangan-terbang
Drainase lapangan-terbangDrainase lapangan-terbang
Drainase lapangan-terbang
Agung Noorsamsi
 
Mekanika Tanah - Aliran Air dalam Tanah
Mekanika Tanah - Aliran Air dalam TanahMekanika Tanah - Aliran Air dalam Tanah
Mekanika Tanah - Aliran Air dalam Tanah
Reski Aprilia
 
Evaluasi dampak amdal
Evaluasi dampak amdalEvaluasi dampak amdal
Evaluasi dampak amdal
Eka Iriadenta
 

Tendances (20)

87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase
 
Analisa struktur bangunan air
Analisa struktur bangunan airAnalisa struktur bangunan air
Analisa struktur bangunan air
 
limpasan air hujan dan pengukurannya
limpasan air hujan dan pengukurannyalimpasan air hujan dan pengukurannya
limpasan air hujan dan pengukurannya
 
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
 
Gambar kontruksi bangunan "Irigasi"
Gambar kontruksi bangunan "Irigasi"Gambar kontruksi bangunan "Irigasi"
Gambar kontruksi bangunan "Irigasi"
 
Tangki septik sistem terpisah dengan bidang peresapan
Tangki septik sistem terpisah dengan bidang peresapanTangki septik sistem terpisah dengan bidang peresapan
Tangki septik sistem terpisah dengan bidang peresapan
 
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
 
Drainase lapangan-terbang
Drainase lapangan-terbangDrainase lapangan-terbang
Drainase lapangan-terbang
 
Kriteria Perencanaan-KP 01-Jaringan Irigasi- Tahun 2013
Kriteria Perencanaan-KP 01-Jaringan Irigasi- Tahun 2013Kriteria Perencanaan-KP 01-Jaringan Irigasi- Tahun 2013
Kriteria Perencanaan-KP 01-Jaringan Irigasi- Tahun 2013
 
Pondasi sumuran
Pondasi sumuranPondasi sumuran
Pondasi sumuran
 
Teknologi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)
Teknologi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)Teknologi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)
Teknologi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)
 
Tabel baja-wf-lrfd
Tabel baja-wf-lrfdTabel baja-wf-lrfd
Tabel baja-wf-lrfd
 
Tata Cara Operasional dan Pemeliharaan Drainase Perkotaan - bagian 2
Tata Cara Operasional dan Pemeliharaan Drainase Perkotaan - bagian 2Tata Cara Operasional dan Pemeliharaan Drainase Perkotaan - bagian 2
Tata Cara Operasional dan Pemeliharaan Drainase Perkotaan - bagian 2
 
Perencanaan bendung
Perencanaan bendungPerencanaan bendung
Perencanaan bendung
 
Perencanaan sanitasi sistem setempat
Perencanaan sanitasi sistem setempatPerencanaan sanitasi sistem setempat
Perencanaan sanitasi sistem setempat
 
Mekanika Tanah - Aliran Air dalam Tanah
Mekanika Tanah - Aliran Air dalam TanahMekanika Tanah - Aliran Air dalam Tanah
Mekanika Tanah - Aliran Air dalam Tanah
 
Tugas Besar Rekayasa Irigasi II
Tugas Besar Rekayasa Irigasi IITugas Besar Rekayasa Irigasi II
Tugas Besar Rekayasa Irigasi II
 
Tiang Pancang I
Tiang Pancang ITiang Pancang I
Tiang Pancang I
 
Tata Cara Operasional dan Pemeliharaan Drainase Perkotaan - bagian 1
Tata Cara Operasional dan Pemeliharaan Drainase Perkotaan - bagian 1Tata Cara Operasional dan Pemeliharaan Drainase Perkotaan - bagian 1
Tata Cara Operasional dan Pemeliharaan Drainase Perkotaan - bagian 1
 
Evaluasi dampak amdal
Evaluasi dampak amdalEvaluasi dampak amdal
Evaluasi dampak amdal
 

En vedette

Lubang biopori
Lubang bioporiLubang biopori
Lubang biopori
elmahazami
 
Pondasi dalam
Pondasi dalamPondasi dalam
Pondasi dalam
awd007
 
Tugas penyelidikan tanah
Tugas penyelidikan tanahTugas penyelidikan tanah
Tugas penyelidikan tanah
Ketut Swandana
 
Penyediaan air bersih
Penyediaan air bersihPenyediaan air bersih
Penyediaan air bersih
Inha Rusdy
 
Presentasi daur ulang kertas
Presentasi daur ulang kertasPresentasi daur ulang kertas
Presentasi daur ulang kertas
Riries Gupita
 
Air bersih 2
Air bersih 2Air bersih 2
Air bersih 2
Thonce Thesia
 

En vedette (20)

Presentasi biopori-ilmu alamiah dasar
Presentasi biopori-ilmu alamiah dasarPresentasi biopori-ilmu alamiah dasar
Presentasi biopori-ilmu alamiah dasar
 
Sumur resapan
Sumur resapanSumur resapan
Sumur resapan
 
Lubang biopori
Lubang bioporiLubang biopori
Lubang biopori
 
Pondasi
PondasiPondasi
Pondasi
 
Pondasi dalam
Pondasi dalamPondasi dalam
Pondasi dalam
 
Teknik pembuatan biopori
Teknik pembuatan bioporiTeknik pembuatan biopori
Teknik pembuatan biopori
 
Tugas penyelidikan tanah
Tugas penyelidikan tanahTugas penyelidikan tanah
Tugas penyelidikan tanah
 
PEMBUATAN KOMPOS
PEMBUATAN KOMPOSPEMBUATAN KOMPOS
PEMBUATAN KOMPOS
 
Ppt lokakarya 2 (ipb)
Ppt lokakarya 2 (ipb)Ppt lokakarya 2 (ipb)
Ppt lokakarya 2 (ipb)
 
Penyediaan air bersih
Penyediaan air bersihPenyediaan air bersih
Penyediaan air bersih
 
Pengomposan Sampah Organik
Pengomposan Sampah OrganikPengomposan Sampah Organik
Pengomposan Sampah Organik
 
Pemanfaatan Barang Bekas Kelompok 8
Pemanfaatan Barang Bekas Kelompok 8Pemanfaatan Barang Bekas Kelompok 8
Pemanfaatan Barang Bekas Kelompok 8
 
Presentasi kompos
Presentasi komposPresentasi kompos
Presentasi kompos
 
Ppt wirausaha
Ppt wirausahaPpt wirausaha
Ppt wirausaha
 
Presentasi daur ulang kertas
Presentasi daur ulang kertasPresentasi daur ulang kertas
Presentasi daur ulang kertas
 
Penilaian sanitasi-rumah
Penilaian sanitasi-rumahPenilaian sanitasi-rumah
Penilaian sanitasi-rumah
 
Penyediaan air bersih
Penyediaan air bersihPenyediaan air bersih
Penyediaan air bersih
 
Air bersih 2
Air bersih 2Air bersih 2
Air bersih 2
 
Ppt air & kesehatan
Ppt air & kesehatanPpt air & kesehatan
Ppt air & kesehatan
 
PENGELOLAAN SAMPAH SECARA 3R - PPT
PENGELOLAAN SAMPAH SECARA 3R - PPTPENGELOLAAN SAMPAH SECARA 3R - PPT
PENGELOLAAN SAMPAH SECARA 3R - PPT
 

Similaire à SUMUR RESAPAN

Sistem drainase perkotaan yang berwawasan lingkungan
Sistem drainase perkotaan yang berwawasan lingkunganSistem drainase perkotaan yang berwawasan lingkungan
Sistem drainase perkotaan yang berwawasan lingkungan
sidik purnomo
 
EFEKTIFITAS EMBUNG UNTUK IRIGASI TANAMAN HORTIKULTURA DI CIKAKAK SUKABUMI
EFEKTIFITAS EMBUNG UNTUK IRIGASI TANAMAN HORTIKULTURA DI CIKAKAK SUKABUMIEFEKTIFITAS EMBUNG UNTUK IRIGASI TANAMAN HORTIKULTURA DI CIKAKAK SUKABUMI
EFEKTIFITAS EMBUNG UNTUK IRIGASI TANAMAN HORTIKULTURA DI CIKAKAK SUKABUMI
Repository Ipb
 
Topik 5 Kuliah-irigasi permukaan-dkk
Topik 5 Kuliah-irigasi permukaan-dkkTopik 5 Kuliah-irigasi permukaan-dkk
Topik 5 Kuliah-irigasi permukaan-dkk
Dedi Kusnadi Kalsim
 
Geohidrologi
GeohidrologiGeohidrologi
Geohidrologi
FNfadly
 
IPTEK (Sumur resapan, Kompos cair, dan Recycle sampah kertas)
IPTEK (Sumur resapan, Kompos cair, dan Recycle sampah kertas)IPTEK (Sumur resapan, Kompos cair, dan Recycle sampah kertas)
IPTEK (Sumur resapan, Kompos cair, dan Recycle sampah kertas)
Ressy Octaviani
 

Similaire à SUMUR RESAPAN (20)

Rks sumur resapan
Rks sumur resapanRks sumur resapan
Rks sumur resapan
 
Penyaliran tambang
Penyaliran tambangPenyaliran tambang
Penyaliran tambang
 
KONSERVASI DAN PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR
KONSERVASI DAN PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIRKONSERVASI DAN PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR
KONSERVASI DAN PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR
 
Sistem drainase perkotaan yang berwawasan lingkungan
Sistem drainase perkotaan yang berwawasan lingkunganSistem drainase perkotaan yang berwawasan lingkungan
Sistem drainase perkotaan yang berwawasan lingkungan
 
EFEKTIFITAS EMBUNG UNTUK IRIGASI TANAMAN HORTIKULTURA DI CIKAKAK SUKABUMI
EFEKTIFITAS EMBUNG UNTUK IRIGASI TANAMAN HORTIKULTURA DI CIKAKAK SUKABUMIEFEKTIFITAS EMBUNG UNTUK IRIGASI TANAMAN HORTIKULTURA DI CIKAKAK SUKABUMI
EFEKTIFITAS EMBUNG UNTUK IRIGASI TANAMAN HORTIKULTURA DI CIKAKAK SUKABUMI
 
9 kuliah pa bab ix. drainase pertanian
9 kuliah pa bab ix. drainase pertanian9 kuliah pa bab ix. drainase pertanian
9 kuliah pa bab ix. drainase pertanian
 
Modul TKP M3KB3 - Sistem Jaringan Drainase
Modul TKP M3KB3 - Sistem Jaringan DrainaseModul TKP M3KB3 - Sistem Jaringan Drainase
Modul TKP M3KB3 - Sistem Jaringan Drainase
 
Aliran Air Tanah
Aliran Air TanahAliran Air Tanah
Aliran Air Tanah
 
Penyaliran Tambang
Penyaliran TambangPenyaliran Tambang
Penyaliran Tambang
 
Topik 5 Kuliah-irigasi permukaan-dkk
Topik 5 Kuliah-irigasi permukaan-dkkTopik 5 Kuliah-irigasi permukaan-dkk
Topik 5 Kuliah-irigasi permukaan-dkk
 
MATERI 2 LANJUTAN HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM Akamigas
MATERI 2 LANJUTAN HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM AkamigasMATERI 2 LANJUTAN HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM Akamigas
MATERI 2 LANJUTAN HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM Akamigas
 
PENYALIRAN TAMBANG - PERTEMUAN (ground water control)
PENYALIRAN TAMBANG - PERTEMUAN  (ground water control)PENYALIRAN TAMBANG - PERTEMUAN  (ground water control)
PENYALIRAN TAMBANG - PERTEMUAN (ground water control)
 
Drainase Untuk Meningkatkan Produksi Pangan
Drainase Untuk Meningkatkan Produksi PanganDrainase Untuk Meningkatkan Produksi Pangan
Drainase Untuk Meningkatkan Produksi Pangan
 
Air tanah
Air tanahAir tanah
Air tanah
 
Geohidrologi
GeohidrologiGeohidrologi
Geohidrologi
 
Presentasi.pptx
Presentasi.pptxPresentasi.pptx
Presentasi.pptx
 
1701 chapter ii
1701 chapter ii1701 chapter ii
1701 chapter ii
 
Presentation wahyu.pptx
Presentation wahyu.pptxPresentation wahyu.pptx
Presentation wahyu.pptx
 
Tb. irbang 2 ok
Tb. irbang 2 okTb. irbang 2 ok
Tb. irbang 2 ok
 
IPTEK (Sumur resapan, Kompos cair, dan Recycle sampah kertas)
IPTEK (Sumur resapan, Kompos cair, dan Recycle sampah kertas)IPTEK (Sumur resapan, Kompos cair, dan Recycle sampah kertas)
IPTEK (Sumur resapan, Kompos cair, dan Recycle sampah kertas)
 

Dernier

PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
dpp11tya
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
MetalinaSimanjuntak1
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
NurindahSetyawati1
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
HafidRanggasi
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
AgusRahmat39
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 

Dernier (20)

PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 

SUMUR RESAPAN

  • 2. TIK  Mampu merancang sistem drainase sumur resapan
  • 3. Konsep dasar sumur resapan pada hakekatnya adalah memberikan kesempatan dan jalan pada air hujan yang jatuh diatap atau lahan yang kedap air untuk meresap ke dalam tanah dengan jalan menampung air tersebut pada suatu sistem resapan. Dengan adanya tampungan, maka air hujan mempunyai cukup waktu untuk meresap ke dalam tanah, sehingga pengisian tanah menjadi optimal. G G A TNNEP A R
  • 4. Manfaat Sumur Resapan 1. Mengurangi air limpasan, sehingga jaringan drainase akan dapat diperkecil. 2. Mencegah adanya genangan air dan banjir. 3. Mempertahankan tinggi muka air tanah yang semakin hari semakin menurun, akibat defisit penggunaan air. 4. Mengurangi/menahan intrusi air laut bagi daerah yang berdekatan dengan wilayah pantai. 5. Mencegah penurunan/amblesan tanah (land subsidence), akibat pengambilan air tanah yang berlebihan. 6. Mengurangi pencemaran air tanah. 7. Menyediakan cadangan air untuk usaha tani bagi lahan di sekitarnya.
  • 5. Komponen Bangunan Sumur Resapan  Saluran irigasi sebagai sumber air yang akan dimasukkan ke dalam sumur.  Bak kontrol yang berfungsi untuk menyaring air sebelum masuk sumur resapan.  Pipa pemasukan  Sumur resapan  Pipa pembuangan yang bersungsi sebagai saluran pembuangan jika air dalam sumur resapan sudah penuh.
  • 7. Beberapa Ketentuan Konstruksi Sumur Resapan 1. Sebaiknya letak berada diatas atau di arah hulu dari sumur-sumur gali yang akan dipelihara/ditingkatkan muka air tanahnya. 2. Untuk menjaga pencemaran air di aquifer kedalaman sumur resapan diatas kedalaman muka air tanah tidak tertekan (unconfined aquifer). 3. Pada daerah berkapur/karst perbukitan kapur dengan kedalaman tanah yang dangkal, kedalaman air tanah pada umumnya sangatlah dalam sehingga pembuatan sumur resapan sangatlah tidak direkomendasikan. Demikian pula sebaliknya di lahan pertanian pasang surut yang berair tanah sangat dangkal. 4. Untuk mendapatkan jumlah air yang memadai, sumur resapan harus memiliki tangkapan air hujan berupa suatu bentang lahan baik berupa lahan pertanian atau atap rumah.
  • 8. Beberapa Ketentuan Konstruksi Sumur Resapan 5. Sebelum air hujan yang berupa aliran permukaan masuk kedalam sumur melalui sebuah parit, sebaiknya dilakukan penyaringan air di bak kontrol terlebih dahulu. 6. Bak kontrol terdiri-dari beberapa lapisan berturut-turut adalah lapisan gravel (kerikil), pasir kasar, pasir dan ijuk. 7. Penyaringan ini dimaksudkan agar partikel-partikel debu hasil erosi dari daerah tangkapan air tidak terbawa masuk ke sumur sehingga tidak menyumbat pori-pori lapisan aquifer yang ada. 8. Untuk menahan tenaga kinetis air yang masuk melalui pipa pemasukan, dasar sumur yang berada di lapisan kedap air dapat diisi dengan batu belah atau ijuk.
  • 9. Beberapa Ketentuan Konstruksi Sumur Resapan 9. Pada dinding sumur tepat di depan pipa pemasukan, dipasang pipa pengeluaran yang letaknya lebih rendah dari pada pipa pemasukan untuk antisipasi terjadi luapan air di dalam sumur. 10Diameter sumur bervariasi tergantung besarnya curah hujan, luas tangkapan air, konduktifitas hidrolika, tebal dan daya tampung lapisan aquifer. Umumnya berkisar antara 1–1,5m 11. Tergantung pada tingkat kondisi lapisan tanah dan ketersediaan dana yang ada, dinding sumur dapat dilapis. Lebih baik bila dibuat lubang2 air dapat meresap juga secara horizontal. 12. Untuk menghindari terjadinya gangguan maka bibir sumur dapat dipertinggi atau ditutup dengan papan/plesteran.
  • 10. Faktor yang menentukan Dimensi Sumur Resapan  luas permukaan penutup lahan, yaitu lahan yang airnya akan ditampung dalam sumur resapan meliputi luas atap, lapangan parkir dan perkerasan-perkerasan lainnya.  Karakteristik hujan, meliputi intensitas hujan, lama hujan, salang waktu hujan. Makin tinggi hujan dan makin lama berlangsungnya hujan memerlukan volume sumur resapan makin besar.
  • 11. Cont.  Koefisien permeabilitas tanah, yaitu kemampuan tanah dalam melewatkan air persatuan waktu. Tanah berpasir mempunyai koefisien yang lebih tinggi dibandingkan tanah berlempung.  Tinggi muka air tanah. Pada kondisi muka air tanah yang dalam, sumur resapan perlu dibuat secara besar-besaran karena tanah benar-benar memerlukan pengisian air melalui sumur-sumur resapan, sebaliknya pada lahan dengan muka air dangkal, pembuatan sumur resapan kurang efektif, terutama pada daerah pasang surut atau daerah rawa dimana air tanahnya sangat dangkal. Bila muka air tanah kurang dari 5 m, maka konstruksi yang dipakai adalah parit peresapan air hujan.
  • 12. E S A APR.S N
  • 13. Dimensi Sumur Resapan : 1. Litbang Pemukiman PU (1990) 2. HMTL-ITB (1990) 3. Sunjoto (1988)
  • 14. Litbang Pemukiman PU (1990) Pusat penelitian dan Pengembangan Permukiman PU (1990) telah menyusun standar tata cara perencanaan teknis sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan yang dituangkan dalam SK SNI T-06-1990 F. Formula ini dibangun berasaskan keseimbangan statik, sbb:  H = kedalaman/tinggi air dalam sumur (m)  I = intensitas hujan (m/jam)  At = Luas tadah, berupa luas bidang atap atau permukaan yang diperkeras (m2)  As = luas tampungan sumur (m2)  P = keliling sumur (m)  K = koefisien permeabilitas tanah (m/jam)  T = durasi hujan (jam)  R : Radius sumur (m) PKTA KTAITA H s st + − =
  • 15. HMTL-ITB (1990)  Model ini berdasarkan pada asas keseimbangan statis yang dibangun berdasarkan formulasi empiris yang menghitung dimensi sumur resapan yang mendasarkan konsep V. Breen bahwa hujan terkonsentrasi adalah 90% dan konsep Horton bahwa air yang meresap alami adalah sebesar 30% jadi yang harus diresapkan adalah sebesar 70% maka formula:  dengan:  H = tinggi air dalam sumur (m)  At = luas bidang atap (m2)  d = dimensi sumur (0,80 – 1,40 m)  p = Faktor perkolasi (menit/cm)  R24j = curah hujan terbesar dalam 24 jam (mm/hr)  0,7 = air hujan yang diresapkan sebesar 70% (Horton)  0,9 = hujan terkonsentrasi sebesar 90% (V.Breen)  1/6 = faktor konversi dari 24 jam ke 4 jam (V.Breen) ( )( ){ } 1000..4/ 6//179..4/.9,0.7,0. 2 224 d pdRA H j t π π− =
  • 16. Secara teoritis, volume dan efisiensi sumur resapan dapat dihitung berdasarkan keseimbangan air yang masuk kedalam sumur dan air yang meresap kedalam tanah dan dapat ditulis sebagai berikut: dengan, H : tinggi muka air dalam sumur (m) Q : debit air masuk (m3/j) F : faktor geometrik (m) K : koefisien permeabilitas tanah (m/j) T : Durasi Dominan Hujan (j) R : Radius sumur (m) J O T 1ONUS 9 8 8             − −= 2 exp1 R FKT FK Q H π
  • 17. Faktor Geometrik Sumur Faktor geometrik yang pertama diperkenalkan oleh Forchheimer (1930) untuk menghitung permeabilitas tanah adalah besaran yang mewakili keliling serta luas tampang sumur, gradien hidraulik, keadaan perlapisan tanah serta kedudukan sumur terhadap perlapisan tersebut serta porositas dinding sumur yang dinyatakan dalam besaran radius sumuran 1. Berbentuk bola, seluruh lapisan tanah porus (Samsioe, 1931; Dachler, 1936; Aravin, 1965) 2. Dasar setengah bola, lapisan tanah bawah porus atas kedap air (Samsioe, 1931; Dachler, 1936; Aravin, 1965) 3. Dasar Rata, lapisan tanah bawah porus atas kedap air (Forchheimer, 1930; Dachler, 1936; Aravin, 1965) RF π4= RF π2= RF 4=
  • 18. Cont. 4. Dasar setengah bola, seluruh lapisan tanah porus (Sunjoto, 1996) 5. Dasar rata, seluruh lapisan tanah porus, Harza (1935) memberikan F = 4,8R s/d 5,6R, Taylor (1948) menghasilkan F = 5,7R dan Hvorslev (1951) memberikan kesepakatan F = 5,5R. Sedangkan menurut Sunjoto (1989) 6. Dasar setengah bola, dinding bawah sumur porus, lapisan tanah bawah porus dan atas kedap air (Sunjoto, 1996) 7. Dasar rata, dinding bawah sumur porus pada lapisan tanah bawah porus dan atas kedap air menurut Dachler (1936) Sedangkan menurut Sunjoto (1996) RF 2 π= RF π2=                 +      + + + = 1 2 2ln2 2 2 R L R RL Ln RL F ππ                 +      + = 1ln 2 2 R L R L L F π ( )                 +      + + + = 1 2 ln 2ln2 2 R L R RL RL F π
  • 19. 8. Dasar setengah bola, dinding bawah sumur porus dan seluruh lapisan tanah porus menurut Sunjoto (1996) 9. Dasar rata, dinding bawah sumur porus dan seluruh lapisan tanah porus menurut Dachler (1936) Sedangkan menurut Sunjoto (1996) 10. Dasar setengah bola, seluruh dinding sumur porus dan seluruh lapisan tanah porus menurut Sunjoto (1996) 11. Dasar rata, seluruh dinding sumur porus dan seluruh lapisan tanah porus menurut Sunjoto (1996)                 +      + + + = 1 2 2 ln 2ln2 2 2 R L R RL RL F ππ                 +      + = 1 22 ln 2 2 R L R L L F π                 +      + + + = 1 2 2 ln )2ln(2 2 R L R RL RL F π                 +      + + + = 1 5 2 5 )2(2 ln 2ln2 2 2 R H R RH RH F ππ                 +      + + + = 1 5 2 5 )2(2 ln )2ln(2 2 R H R RH RH F π