SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  5
“Semua pegawai KPPN, khususnya front office (FO) dan seksi-seksi tertentu akan
mengundurkan diri daripada tertimpa musibah dalam bentuk menanggung dosa yang tidak
pernah mereka lakukan.”(Pembelaan EIS, terdakwa kasus ‘pemalsuan SPM’ yang
merugikan keuangan negara).

Terus terang, ada rasa sanksi atas penegakan hukum yang masih jauh dari rasa keadilan di
negeri ini. Dan kemarin sore (9 Januari 2011), kembali terdengar kabar tidak sedap karena
dua orang pegawai negeri sipil (PNS) lingkup kementerian keuangan divonis bersalah oleh
majelis hakim pengadilan Tindak Pidana Korupsi (TIPIKOR). Terpidana EIS selaku
penandatangan SP2D divonis bersalah 1,5 tahun dan denda Rp100 juta atau subsidaire 3
bulan kurungan, sedangkan ES selaku petugas FO divonis 1 tahun dan denda Rp100 juta
atau subsidaire 3 bulan kurungan.

Kasus ini bermula dari penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM) yang diduga asli tapi
palsu (ASPAL)bernomor 00155/440372/XI/2008 tanggal 19 November 2008 yang
ditandatangani SUP selaku pejabat penandatangan SPM pada Satker (SNVT) lingkup Ditjen
Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum senilai Rp9,95 miliar atas nama PT. CSC yang
belakangan                    diketahui                 fiktif.              (Sumber
: http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/02/02/16184379/Wah.Dokumen.Anggaran.Pu
n.Dipalsukan).

Sesuai prosedur kerja, SPM tadi ditindaklanjuti dengan penerbitan Surat Perintah Pencairan
Dana (SP2D) bernomor 928710J tertanggal 21 November 2008 sebesar Rp8.824.221.000,00
(setelah dipotong pajak) oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) dalam hal
ini ditandatangani oleh EIS selaku Kepala Seksi Perbendaharaan KPPN Jakarta II. (Sumber
:http://www.mediaindonesia.com/read/2011/03/01/207079/7/5/Polisi-Tahan-Dua-Pegawai-
Pelayanan-Perbendaharaan-Negara

Jaksa Penuntut Umum (JPU) pada persidangan tanggal 6 September 2011
menuntut terdakwa EIS dan ES dengan dakwaan primer dan sekunder karena diyakini tidak
melakukan penelitian yang mendalam terhadap SPM Nomor 00155/440372/XI/2008 dan
memprosesnya menjadi SP2D. Karenanya, JPU mendakwa keduanya tidak mematuhi
Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor PER-66/PB/2005 dan melanggar Keputusan Dirjen
Perbendaharaan              Nomor              KEP-297/PB/2007.               (Sumber
:http://www.perbendaharaan.go.id/new/index.php?pilih=news&aksi=lihat&id=2698)

Dalam dakwaan primernya, JPU mendakwa EIS dan ES “sebagai orang yang melakukan
atau turut   serta melakukan  perbuatan    secara   melawan     hukum     melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.” (Pasal 2 ayat 1 UU Nomor 31
Tahun 1999 jo. UU Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi).

Sedangkan dakwaan sekunder, keduanya didakwa “sebagai orang yang melakukan
atau turut sertamelakukan perbuatan yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri
atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan wewenang, kesempatan, atau
sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara.” ((Pasal 3 ayat 1 UU Nomor 31 Tahun 1999 jo. UU
Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi).
Menarik sekali menyimak pleidoi (nota pembelaan) yang dibacakan langsung oleh EIS.
Terdakwa mengungkapkan rasa heran dan bingung mengapa Direktur PT. CSC (Penerima
dana) dan SUP (selaku pejabat penerbit SPM) tidak diseret juga ke pengadilan TIPIKOR
karena jelas-jelas yang bersangkutan sendiri yang menandatangani 60 lembar blangko SPM
kosong sesaat sebelum yang bersangkutan berangkat menunaikan ibadah haji? (Sumber
: http://www.keuanganpublik.com/)

Selain itu, EIS juga menyatakan keheranan terhadap kredibilitas dan kompetensi dari Saksi
Ahli yang diajukan oleh JPU yakni Dr. Dian Puji Simatupang yang ternyata belakangan
diketahui bukan pakarHukum Keuangan Negara tetapi Hukum Administrasi Negara
dari curriculum vitae-nya (CV/Riwayat Hidup). Terdakwa mensinyalir saksi ahli yang
diajukan JPU tersebut, tidak memiliki latar pendidikan yang mamadai di bidang hukum
Keuangan Negara dan tidak memahami masalah-masalah perbendaharaan negara, kecuali
sekadar membaca pasal demi pasal dan menafsirkan menurut pendapatnya sendiri.

Sesuai ketentuan dalam UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
kemudian diatur lebih lanjut dalam UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, kewenangan Menteri Teknis dalam pengelolaan keuangan di masing-masing
Kementeriannya lebih dominan dibandingkan Menteri Keuangan.

Menteri Teknis sebagai Pengguna Anggaran (PA), dan semua satker jajarannya sebagai
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), memiliki kewenangan sebagai Otorisator (melakukan
tindakan yang dapat mengakibatkan adanya pengeluaran dan/atau penerimaan negara) dan
sekaligus sebagai Ordonatur(melakukan pengujian atas tindakan yang dilakukan oleh
Otorisator dan memerintahkan pembayaran kepada comptabel) bagi anggarannya masing-
masing. Sedangkan Menteri Keuangan, beserta jajarannya, hanya memiliki
kewenangan Comptabel (Bendahara Umum Negara).

Merujuk pendapat hukum Drs. Siswo Sujanto, DEA (Ketua Tim Kecil Penyusunan Paket
UU Bidang Keuangan Negara), yang turut dihadirkan sebagai saksi ahli dalam kasus ini
menjelaskan bahwa pembagian kewenangan tersebut (Otorisator, Ordonator, dan
Comptabel) didasarkan      pada     prinsip let’s   the     manager      manage. Beliau
mengemukakan dalam         persidangan        bahwa     prinsip     tersebut, hakekatnya
menyatakan “anggaran yang diajukan/diminta oleh Kementerian Teknis, diberikan oleh DPR
kepada Menteri Teknis untuk membiayai kegiatan yang diusulkan, diputuskan
penggunaannya dan dilaksanakan sendiri oleh Menteri Teknis yang bersangkutan, dan
konsekuensinya harus dipertanggungjawabkan pula oleh Menteri Teknis.”

Merujuk keterangan Saksi Ahli yang diajukan terdakwa yakni Prof. Dr. Muhsan,
S.H. (Mantan Hakim Agung, Professor Hukum Administrasi Negara, Pendamping Ahli Tim
Penyusunan paket UU Bidang Keuangan Negara), berpendapat “Menteri Teknis merupakan
lastgevers (pemberi mandate/ perintah) yang memiliki kedudukan lebih tinggi dibandingkan
Menteri Keuangan yang merupakan lasthebbers (penerima mandate/ perintah).”

Selanjutnya, Prof. Muhsan mengemukakan pendapat hukumnya, “Oleh sebab itu, semua
perintah Menteri Teknis beserta jajarannya dalam hal pengeluaran Negara yang diwujudkan
dalam bentuk surat perintah membayar (SPM), sepanjang sesuai persyaratan administratif
yang ditentukan, harus dilaksanakan pencairan dananya. Hal ini, harus dilakukan karena
semua tanggungjawab terhadap keputusan yang dilakukan merupakan tanggungjawab
Kementerian Teknis/ satker yang bersangkutan. Kalaupun pihak Kementerian keuangan
(dhi. KPPN) harus melakukan pengujian hanyalah pengujian administrative dan bersifat
pengulangan (rechek). Bukan bersifat pengujian materiil (substantif).”

Terlepas dari pertimbangan majelis hakim dalam memutus perkara itu, dari lubuk hati
terdalam, penulismenyatakan turut prihatin dan bersimpati atas musibah yang menimpa
Korps Lapangan Banteng. Perlu kiranya majelis hakim lebih membuka mata hatinya untuk
mendengar suara hati, karena vonis yang diputuskan kemarin akan berimplikasi
besar terhadap perekonomian negara, khususnya penyerapan APBN di tahun anggaran 2012.

Perlu disadari, para pegawai KPPN (khususnya petugas seksi pencairan dana) sebagai ujung
tombak dalam pencairan dana APBN mesti akan bertindak ekstra hati-hati dalam meneliti
SPM yang diajukan Satker-Satker yang berada di wilayah kantor bayarnya. Dikhawatirkan,
saking hati-hatinya, petugas tidak akan menolerir kesalahan dalam dokumen SPM sekalipun
itu kesalahan kecil (misalnya kesalahan ketik/redaksional) sehingga tingkat pengembalian
SPM (SPM tidak dapat diproses menjadi SP2D) akan meningkat pesat.

Tentu saja, proses penerbitan SP2D menjadi berbelit-belit dan butuh waktu lama hingga
betul-betul diyakini SPM yang diajukan tepat jumlah, tepat penerima pembayarannya dan
tepat pula peruntukannya.Siapa juga yang mau menerima resiko, divonis bersalah (hukuman
penjara dan denda ratusan juta rupiah) atas tindakan yang belum tentu dilakukannya? Siapa
pula yang rela mendapat stigma (dicap) sebagai seorang koruptor atas dosa/kesalahan yang
belum tentu diperbuatnya?

Khusus kepada pucuk pimpinan yang berkantor di kawasan Lapangan Banteng, penulis
meminta dengan sangat agar diberikan rasa aman dan kepastian hukum kepada para
pegawai dengan terusmenyempurnakan sistem dan prosedur kerja (SOP) dan perlindungan
hukum sehingga musibah yang menimpa rekan kami tidak terulang kembali. Bukan kami tak
 butuh gedung yang megah, taman yang indah, dan peralatan kerja yang lengkap, tapi yang
lebih kami butuhkan adalah rasa kebersamaan, RASA AMAN, rasa kekeluargaan dan
solidaritas korps yang sepertinya mulai luntur di tengah tantangan tugas ke depan yang
semakin berat.

Demikian, postingan pertama di tahun 2012 ini, sekadar untuk mencurahkan isi hati sekaligus
solidaritas untuk senior dan junior yang nasibnya kini ibarat sudah jatuh tertimpa tangga
pula. Terima kasih.

sumber: milis Alumni STAN




Max Weber, seorang sosiolog Jerman berpendapat bentuk birokrasisebagai cara ideal
mengatur organisasi pemerintahan melalui prinsip-prinsip bentuk birokrasi antara lain harus
terdapat adanya struktur hirarkis formal melalui aturan yang memungkinkan agar keputusan
yang dibuat pada tingkat atas akan dapat dilaksanakan secara konsisten oleh semua tingkat di
bawahnya, organisasi dengan fungsional yang khusus pekerjaan yang harus dilaksanakan
oleh mereka yang benar merupakan ahli kemudian disusun dalam unit-unit berdasarkan jenis
pekerjaan yang akan dilakukan berdasarkan keahlian, mempunyai sebuah misi target yang
akan dituju atau yang sedangkan dilaksanakan dalam upaya agar tujuan agar organisasi ini
dapat melayani kepentingan, bekerja berdasarkan kualifikasi teknis merupakan perlindungan
bagi pelaksana agar dapat terhindar dari pemecatan sewenang-wenang dalam saat
menjalankan tugasnya., adanya kerja tim serta kontrol rekan sekerja (peer group) dan atasan
bukan lagi merupakan dominasi atau kontrol di hubungkandengankasus yang
menimpapegawai KPPN sayamengilustrasikanDalam mesin birokrasi pemerintahan,
pelaksanaan kegiatan dapat diibaratkan sebagai sebuah ban berjalan yang berputar mengikuti
pola dan system baku yang telah dirancang dan ditetapkan sebelumnya. Pergerakan atau
perjalanan mesin tersebut diatur sesuai dengan system operating procedure (SOP) yang telah
ditetapkan.

Seorang pegawai negeri, dalam system ban berjalan tersebut, dapat diibaratkan sebagai roda,
baik besar maupun kecil, atau bahkan sekedar sebagai mur atau baut, tergantung jabatan atau
posisinya. Para pegawai tersebutlah yang memungkinkan mesin ban berjalan bergerak sesuai
iramanya dalam melaksanakan tugas pemerintahan dalam melayani rakyat untuk mencapai
tujuan negara.

Jadi, mereka sebagai petugas di KPPN adalah sebuah roda kecil yang harus bergerak
mengikuti putaran ban berjalan yang dikendalikan oleh sebuah SOP. Harus melaksanakan
tugas sepanjang sesuai dengan SOP. Tanpa mampu bergerak sesuai kemauan diri sendiri.

Di     pandangdarisisi    social   Kementerian      PU       lah    yang    wajib    di
salahkanhalinidikarenakandengan         di         tandatanganinyablangko          SPM
kosongtelahmelanggarkodeetik.Perbuatantersebutsangattidaklayakkarenamemancingpihak
yang tidakbertanggungjawabuntukmenyalahgunakan.Selainitumenyalahkan KPPN yang
telahbekerjasesuai           SOP            jgsuatubentukkesalahanbesar            yang
padaakhirnyamenimbulkandampak                           social                     yang
dapatkitalihatdenganrencanapemboikotansejumlah         FO        dananggota       KPPN
danadanyaketakutandarisejumlahpegawai FO untukmelayanipengeluarandanamenggunakan
SPM yang di implementasikanpemeriksaanpada SPM di lakukanlebih lama
danlebihrigridsehinggamemperlambatpenyerapan                                       yang
padaakhirnyamempengaruhipembangunandanpelayanankepadamasyarakat.                    Dan
inimerupakandampak social baru yang munculakibat di salahkannyapegawai KPPN yang
telahmenjalankan SOP yang ujungnyamasyarakat pula lah yang menerimadampaknya. Di sisi
social lain..siapa pula yang rela di cap koruptorataskesalahan yang tidak di
buatnya..danmelukaireformasi          yang            di          junjung          yang
dimanaterdapatpoinuntukmenegakkandanmelaksanakantugasberdasarkanaturan/SOP



Berkenaan    pula     menyangkutsisi  social    yang     lainbahwakemampuan   JPU
ataupunpihakkepolisian         yang          tidakahlidalamKeuangan         Negara
menimbulkanpertanyaankembalimanalagipihak KEMEN PU tidakdiperiksasecara detail.
Secara     social  kemasyarakataniniterlihattidakadildan   proses   peradilan   di
matapihaktermasukmasyarakatsemakintersudut.

Contenu connexe

Tendances

MAKALAH OMNIBUS LAW DALAM HUKUM KETENAGAKERJAAN
MAKALAH OMNIBUS LAW DALAM HUKUM KETENAGAKERJAANMAKALAH OMNIBUS LAW DALAM HUKUM KETENAGAKERJAAN
MAKALAH OMNIBUS LAW DALAM HUKUM KETENAGAKERJAANTOFIK SUPRIYADI
 
09, hbl, angela regife laksmy situmorang, hapzi ali, perlindungan konsumen da...
09, hbl, angela regife laksmy situmorang, hapzi ali, perlindungan konsumen da...09, hbl, angela regife laksmy situmorang, hapzi ali, perlindungan konsumen da...
09, hbl, angela regife laksmy situmorang, hapzi ali, perlindungan konsumen da...angelaregife
 
Sejarah, pengertian dan lingkup perburuhan
Sejarah, pengertian dan lingkup perburuhanSejarah, pengertian dan lingkup perburuhan
Sejarah, pengertian dan lingkup perburuhanRizki Gumilar
 
Hukum pidana
Hukum pidanaHukum pidana
Hukum pidanairmasiti8
 
Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950guest150909
 
HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,HUKUM PERBURUHAN,UNIVERSITAS MERCU BUA...
HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,HUKUM PERBURUHAN,UNIVERSITAS MERCU BUA...HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,HUKUM PERBURUHAN,UNIVERSITAS MERCU BUA...
HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,HUKUM PERBURUHAN,UNIVERSITAS MERCU BUA...febrysaragih
 
pengadilan tinggi tata usaha negara pkn
pengadilan tinggi tata usaha negara pknpengadilan tinggi tata usaha negara pkn
pengadilan tinggi tata usaha negara pknghinur
 
07, hbl, angela regife laksmy situmorang, hapzi ali, hukum perburuhan, univer...
07, hbl, angela regife laksmy situmorang, hapzi ali, hukum perburuhan, univer...07, hbl, angela regife laksmy situmorang, hapzi ali, hukum perburuhan, univer...
07, hbl, angela regife laksmy situmorang, hapzi ali, hukum perburuhan, univer...angelaregife
 
Perjanjian kerja
Perjanjian kerjaPerjanjian kerja
Perjanjian kerjanugpra
 
Istilah-Istilah dan Ruang lingkup hukum perburuhan
Istilah-Istilah dan Ruang lingkup hukum perburuhanIstilah-Istilah dan Ruang lingkup hukum perburuhan
Istilah-Istilah dan Ruang lingkup hukum perburuhanRizki Gumilar
 
PPT OMNIBUS LAW DALAM HUKUM KETENAGAKERJAAN
PPT OMNIBUS LAW DALAM HUKUM KETENAGAKERJAANPPT OMNIBUS LAW DALAM HUKUM KETENAGAKERJAAN
PPT OMNIBUS LAW DALAM HUKUM KETENAGAKERJAANTOFIK SUPRIYADI
 
Copy of putusan sidang 27 puu 2011-telah baca
Copy of putusan sidang 27 puu 2011-telah bacaCopy of putusan sidang 27 puu 2011-telah baca
Copy of putusan sidang 27 puu 2011-telah bacaDimas Nugroho
 
Kedudukan hukum dan peran jabatan pppk dalam uu no 5 tahun 2014
Kedudukan hukum dan peran jabatan pppk dalam uu no 5 tahun 2014Kedudukan hukum dan peran jabatan pppk dalam uu no 5 tahun 2014
Kedudukan hukum dan peran jabatan pppk dalam uu no 5 tahun 2014Lanka Asmar, SHI, MH
 
Kasus phk hrp swastono putro p
Kasus phk hrp swastono putro pKasus phk hrp swastono putro p
Kasus phk hrp swastono putro pswastono pirastyo
 
Putusan sidang 2050_48 puu 2013-uu-keuangan_negara-telahucap-18sept2014- wmac...
Putusan sidang 2050_48 puu 2013-uu-keuangan_negara-telahucap-18sept2014- wmac...Putusan sidang 2050_48 puu 2013-uu-keuangan_negara-telahucap-18sept2014- wmac...
Putusan sidang 2050_48 puu 2013-uu-keuangan_negara-telahucap-18sept2014- wmac...Panji Setiawan
 
Pendidikan anti korupsi - Hukum materiil tindak pidana korupsi (Idik Saeful B...
Pendidikan anti korupsi - Hukum materiil tindak pidana korupsi (Idik Saeful B...Pendidikan anti korupsi - Hukum materiil tindak pidana korupsi (Idik Saeful B...
Pendidikan anti korupsi - Hukum materiil tindak pidana korupsi (Idik Saeful B...Idik Saeful Bahri
 

Tendances (20)

MAKALAH OMNIBUS LAW DALAM HUKUM KETENAGAKERJAAN
MAKALAH OMNIBUS LAW DALAM HUKUM KETENAGAKERJAANMAKALAH OMNIBUS LAW DALAM HUKUM KETENAGAKERJAAN
MAKALAH OMNIBUS LAW DALAM HUKUM KETENAGAKERJAAN
 
09, hbl, angela regife laksmy situmorang, hapzi ali, perlindungan konsumen da...
09, hbl, angela regife laksmy situmorang, hapzi ali, perlindungan konsumen da...09, hbl, angela regife laksmy situmorang, hapzi ali, perlindungan konsumen da...
09, hbl, angela regife laksmy situmorang, hapzi ali, perlindungan konsumen da...
 
Sejarah, pengertian dan lingkup perburuhan
Sejarah, pengertian dan lingkup perburuhanSejarah, pengertian dan lingkup perburuhan
Sejarah, pengertian dan lingkup perburuhan
 
Hukum pidana
Hukum pidanaHukum pidana
Hukum pidana
 
Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950
 
HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,HUKUM PERBURUHAN,UNIVERSITAS MERCU BUA...
HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,HUKUM PERBURUHAN,UNIVERSITAS MERCU BUA...HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,HUKUM PERBURUHAN,UNIVERSITAS MERCU BUA...
HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,HUKUM PERBURUHAN,UNIVERSITAS MERCU BUA...
 
pengadilan tinggi tata usaha negara pkn
pengadilan tinggi tata usaha negara pknpengadilan tinggi tata usaha negara pkn
pengadilan tinggi tata usaha negara pkn
 
07, hbl, angela regife laksmy situmorang, hapzi ali, hukum perburuhan, univer...
07, hbl, angela regife laksmy situmorang, hapzi ali, hukum perburuhan, univer...07, hbl, angela regife laksmy situmorang, hapzi ali, hukum perburuhan, univer...
07, hbl, angela regife laksmy situmorang, hapzi ali, hukum perburuhan, univer...
 
Perjanjian kerja
Perjanjian kerjaPerjanjian kerja
Perjanjian kerja
 
Istilah-Istilah dan Ruang lingkup hukum perburuhan
Istilah-Istilah dan Ruang lingkup hukum perburuhanIstilah-Istilah dan Ruang lingkup hukum perburuhan
Istilah-Istilah dan Ruang lingkup hukum perburuhan
 
PPT OMNIBUS LAW DALAM HUKUM KETENAGAKERJAAN
PPT OMNIBUS LAW DALAM HUKUM KETENAGAKERJAANPPT OMNIBUS LAW DALAM HUKUM KETENAGAKERJAAN
PPT OMNIBUS LAW DALAM HUKUM KETENAGAKERJAAN
 
Copy of putusan sidang 27 puu 2011-telah baca
Copy of putusan sidang 27 puu 2011-telah bacaCopy of putusan sidang 27 puu 2011-telah baca
Copy of putusan sidang 27 puu 2011-telah baca
 
Kedudukan hukum dan peran jabatan pppk dalam uu no 5 tahun 2014
Kedudukan hukum dan peran jabatan pppk dalam uu no 5 tahun 2014Kedudukan hukum dan peran jabatan pppk dalam uu no 5 tahun 2014
Kedudukan hukum dan peran jabatan pppk dalam uu no 5 tahun 2014
 
Kasus phk hrp swastono putro p
Kasus phk hrp swastono putro pKasus phk hrp swastono putro p
Kasus phk hrp swastono putro p
 
53181760 pelayanan-kesehatan
53181760 pelayanan-kesehatan53181760 pelayanan-kesehatan
53181760 pelayanan-kesehatan
 
Praktik penanganan korporasi, padang, 6 juni 2014
Praktik penanganan korporasi, padang, 6 juni 2014Praktik penanganan korporasi, padang, 6 juni 2014
Praktik penanganan korporasi, padang, 6 juni 2014
 
Putusan sidang 2050_48 puu 2013-uu-keuangan_negara-telahucap-18sept2014- wmac...
Putusan sidang 2050_48 puu 2013-uu-keuangan_negara-telahucap-18sept2014- wmac...Putusan sidang 2050_48 puu 2013-uu-keuangan_negara-telahucap-18sept2014- wmac...
Putusan sidang 2050_48 puu 2013-uu-keuangan_negara-telahucap-18sept2014- wmac...
 
IACF GTC: Menakar pertanggungjawaban korporasi
IACF GTC: Menakar pertanggungjawaban korporasiIACF GTC: Menakar pertanggungjawaban korporasi
IACF GTC: Menakar pertanggungjawaban korporasi
 
Pendidikan anti korupsi - Hukum materiil tindak pidana korupsi (Idik Saeful B...
Pendidikan anti korupsi - Hukum materiil tindak pidana korupsi (Idik Saeful B...Pendidikan anti korupsi - Hukum materiil tindak pidana korupsi (Idik Saeful B...
Pendidikan anti korupsi - Hukum materiil tindak pidana korupsi (Idik Saeful B...
 
Perpu 01 1992
Perpu 01 1992Perpu 01 1992
Perpu 01 1992
 

En vedette

Developing Civic Leaders for the Future
Developing Civic Leaders for the FutureDeveloping Civic Leaders for the Future
Developing Civic Leaders for the Futurebeitzjr
 
Country risk clasifikasi
Country risk clasifikasiCountry risk clasifikasi
Country risk clasifikasiYohanes Rananda
 
Hubungan credit rating dan cost of debt
Hubungan credit rating dan cost of debtHubungan credit rating dan cost of debt
Hubungan credit rating dan cost of debtYohanes Rananda
 
You Da Brand!
You Da Brand!You Da Brand!
You Da Brand!beitzjr
 
Risk Management
Risk ManagementRisk Management
Risk Managementbeitzjr
 
AU Spring Leadership Conference 2011
AU Spring Leadership Conference 2011AU Spring Leadership Conference 2011
AU Spring Leadership Conference 2011beitzjr
 
Conflict Mediation
Conflict MediationConflict Mediation
Conflict Mediationbeitzjr
 
Sweet Emotion: Utilizing Emotional Intelligence for Stronger Organizations
Sweet Emotion: Utilizing Emotional Intelligence for Stronger OrganizationsSweet Emotion: Utilizing Emotional Intelligence for Stronger Organizations
Sweet Emotion: Utilizing Emotional Intelligence for Stronger Organizationsbeitzjr
 

En vedette (9)

Developing Civic Leaders for the Future
Developing Civic Leaders for the FutureDeveloping Civic Leaders for the Future
Developing Civic Leaders for the Future
 
Country risk clasifikasi
Country risk clasifikasiCountry risk clasifikasi
Country risk clasifikasi
 
Hubungan credit rating dan cost of debt
Hubungan credit rating dan cost of debtHubungan credit rating dan cost of debt
Hubungan credit rating dan cost of debt
 
You Da Brand!
You Da Brand!You Da Brand!
You Da Brand!
 
Risk Management
Risk ManagementRisk Management
Risk Management
 
AU Spring Leadership Conference 2011
AU Spring Leadership Conference 2011AU Spring Leadership Conference 2011
AU Spring Leadership Conference 2011
 
Conflict Mediation
Conflict MediationConflict Mediation
Conflict Mediation
 
Sweet Emotion: Utilizing Emotional Intelligence for Stronger Organizations
Sweet Emotion: Utilizing Emotional Intelligence for Stronger OrganizationsSweet Emotion: Utilizing Emotional Intelligence for Stronger Organizations
Sweet Emotion: Utilizing Emotional Intelligence for Stronger Organizations
 
Succession “Losers”: What Happens to Executives Passed Over for the CEO Job?
Succession “Losers”: What Happens to Executives Passed Over for the CEO Job? Succession “Losers”: What Happens to Executives Passed Over for the CEO Job?
Succession “Losers”: What Happens to Executives Passed Over for the CEO Job?
 

Similaire à Reformasi birokrasi dan aspek sosialnya

Kebijakan Perijinan & Upaya Peningkatan Pelayanan Melalui Administratief Beroep
Kebijakan Perijinan & Upaya Peningkatan Pelayanan Melalui Administratief BeroepKebijakan Perijinan & Upaya Peningkatan Pelayanan Melalui Administratief Beroep
Kebijakan Perijinan & Upaya Peningkatan Pelayanan Melalui Administratief BeroepTri Widodo W. UTOMO
 
Makalah Hukbis kel 6.docx
Makalah Hukbis kel 6.docxMakalah Hukbis kel 6.docx
Makalah Hukbis kel 6.docxRezaNugraha49
 
Tugas 2 paper keuangan negara_AYUNI.pdf
Tugas 2 paper keuangan negara_AYUNI.pdfTugas 2 paper keuangan negara_AYUNI.pdf
Tugas 2 paper keuangan negara_AYUNI.pdfAyuni945584
 
Penguatan Kapasitas Legislasi Anggota DPRD
Penguatan Kapasitas Legislasi Anggota DPRDPenguatan Kapasitas Legislasi Anggota DPRD
Penguatan Kapasitas Legislasi Anggota DPRDTri Widodo W. UTOMO
 
SKOR Edisi 016 [Januari-2014]
SKOR Edisi 016 [Januari-2014]SKOR Edisi 016 [Januari-2014]
SKOR Edisi 016 [Januari-2014]Noeh Nemen
 
Hbl, syifa ramadhanti, hapzi ali, hukum perbankan dan asuransi, universitas m...
Hbl, syifa ramadhanti, hapzi ali, hukum perbankan dan asuransi, universitas m...Hbl, syifa ramadhanti, hapzi ali, hukum perbankan dan asuransi, universitas m...
Hbl, syifa ramadhanti, hapzi ali, hukum perbankan dan asuransi, universitas m...ramadhanti syifa
 
MATERI DIKLAT DATUN 2018 TERKAIT PERTIMBANGAN HUKUM (OLEH HERRY HERMANUS HORO...
MATERI DIKLAT DATUN 2018 TERKAIT PERTIMBANGAN HUKUM (OLEH HERRY HERMANUS HORO...MATERI DIKLAT DATUN 2018 TERKAIT PERTIMBANGAN HUKUM (OLEH HERRY HERMANUS HORO...
MATERI DIKLAT DATUN 2018 TERKAIT PERTIMBANGAN HUKUM (OLEH HERRY HERMANUS HORO...ArsipDatunNTT
 
Penyelesaian perselisihan hubungan industrial
Penyelesaian perselisihan hubungan industrialPenyelesaian perselisihan hubungan industrial
Penyelesaian perselisihan hubungan industrialAbie Hassan Shadily
 
Akuntansi Pemerintahan
Akuntansi PemerintahanAkuntansi Pemerintahan
Akuntansi PemerintahanRestiPutri6
 
Catatan dan Usulan atas RUU Perubahan UU ITE
Catatan dan Usulan atas RUU Perubahan UU ITECatatan dan Usulan atas RUU Perubahan UU ITE
Catatan dan Usulan atas RUU Perubahan UU ITEICT Watch
 
Media Indonesia 12 Maret 2014
Media Indonesia 12 Maret 2014Media Indonesia 12 Maret 2014
Media Indonesia 12 Maret 2014hastapurnama
 
FIDUSIA HUKUM & HAM.pptx
FIDUSIA HUKUM & HAM.pptxFIDUSIA HUKUM & HAM.pptx
FIDUSIA HUKUM & HAM.pptxAhmadSNuzil
 
Bumn dan Pembangunan Nasional
Bumn dan Pembangunan NasionalBumn dan Pembangunan Nasional
Bumn dan Pembangunan Nasionalpssdm
 
Perkara Peradilan Tata Usaha Negara di dalam Hukum Administrasi Negara
Perkara Peradilan Tata Usaha Negara di dalam Hukum Administrasi NegaraPerkara Peradilan Tata Usaha Negara di dalam Hukum Administrasi Negara
Perkara Peradilan Tata Usaha Negara di dalam Hukum Administrasi NegaraDella Mega Alfionita
 

Similaire à Reformasi birokrasi dan aspek sosialnya (20)

Kebijakan Perijinan & Upaya Peningkatan Pelayanan Melalui Administratief Beroep
Kebijakan Perijinan & Upaya Peningkatan Pelayanan Melalui Administratief BeroepKebijakan Perijinan & Upaya Peningkatan Pelayanan Melalui Administratief Beroep
Kebijakan Perijinan & Upaya Peningkatan Pelayanan Melalui Administratief Beroep
 
Makalah Hukbis kel 6.docx
Makalah Hukbis kel 6.docxMakalah Hukbis kel 6.docx
Makalah Hukbis kel 6.docx
 
Tugas 2 paper keuangan negara_AYUNI.pdf
Tugas 2 paper keuangan negara_AYUNI.pdfTugas 2 paper keuangan negara_AYUNI.pdf
Tugas 2 paper keuangan negara_AYUNI.pdf
 
Penguatan Kapasitas Legislasi Anggota DPRD
Penguatan Kapasitas Legislasi Anggota DPRDPenguatan Kapasitas Legislasi Anggota DPRD
Penguatan Kapasitas Legislasi Anggota DPRD
 
SKOR Edisi 016 [Januari-2014]
SKOR Edisi 016 [Januari-2014]SKOR Edisi 016 [Januari-2014]
SKOR Edisi 016 [Januari-2014]
 
HARIAN WARTA NASIONAL
HARIAN WARTA NASIONALHARIAN WARTA NASIONAL
HARIAN WARTA NASIONAL
 
Hbl, syifa ramadhanti, hapzi ali, hukum perbankan dan asuransi, universitas m...
Hbl, syifa ramadhanti, hapzi ali, hukum perbankan dan asuransi, universitas m...Hbl, syifa ramadhanti, hapzi ali, hukum perbankan dan asuransi, universitas m...
Hbl, syifa ramadhanti, hapzi ali, hukum perbankan dan asuransi, universitas m...
 
MATERI DIKLAT DATUN 2018 TERKAIT PERTIMBANGAN HUKUM (OLEH HERRY HERMANUS HORO...
MATERI DIKLAT DATUN 2018 TERKAIT PERTIMBANGAN HUKUM (OLEH HERRY HERMANUS HORO...MATERI DIKLAT DATUN 2018 TERKAIT PERTIMBANGAN HUKUM (OLEH HERRY HERMANUS HORO...
MATERI DIKLAT DATUN 2018 TERKAIT PERTIMBANGAN HUKUM (OLEH HERRY HERMANUS HORO...
 
Penyelesaian perselisihan hubungan industrial
Penyelesaian perselisihan hubungan industrialPenyelesaian perselisihan hubungan industrial
Penyelesaian perselisihan hubungan industrial
 
Akuntansi Pemerintahan
Akuntansi PemerintahanAkuntansi Pemerintahan
Akuntansi Pemerintahan
 
Catatan dan Usulan atas RUU Perubahan UU ITE
Catatan dan Usulan atas RUU Perubahan UU ITECatatan dan Usulan atas RUU Perubahan UU ITE
Catatan dan Usulan atas RUU Perubahan UU ITE
 
Media Indonesia 12 Maret 2014
Media Indonesia 12 Maret 2014Media Indonesia 12 Maret 2014
Media Indonesia 12 Maret 2014
 
FIDUSIA HUKUM & HAM.pptx
FIDUSIA HUKUM & HAM.pptxFIDUSIA HUKUM & HAM.pptx
FIDUSIA HUKUM & HAM.pptx
 
Diklat pertama
Diklat pertamaDiklat pertama
Diklat pertama
 
Bumn dan Pembangunan Nasional
Bumn dan Pembangunan NasionalBumn dan Pembangunan Nasional
Bumn dan Pembangunan Nasional
 
HARIAN WARTA NASIONAL
HARIAN WARTA NASIONALHARIAN WARTA NASIONAL
HARIAN WARTA NASIONAL
 
Edisi 25 warnas
Edisi 25 warnasEdisi 25 warnas
Edisi 25 warnas
 
Edisi 25 warnas
Edisi 25 warnasEdisi 25 warnas
Edisi 25 warnas
 
HARIAN WARTA NASIONAL
HARIAN WARTA NASIONALHARIAN WARTA NASIONAL
HARIAN WARTA NASIONAL
 
Perkara Peradilan Tata Usaha Negara di dalam Hukum Administrasi Negara
Perkara Peradilan Tata Usaha Negara di dalam Hukum Administrasi NegaraPerkara Peradilan Tata Usaha Negara di dalam Hukum Administrasi Negara
Perkara Peradilan Tata Usaha Negara di dalam Hukum Administrasi Negara
 

Reformasi birokrasi dan aspek sosialnya

  • 1. “Semua pegawai KPPN, khususnya front office (FO) dan seksi-seksi tertentu akan mengundurkan diri daripada tertimpa musibah dalam bentuk menanggung dosa yang tidak pernah mereka lakukan.”(Pembelaan EIS, terdakwa kasus ‘pemalsuan SPM’ yang merugikan keuangan negara). Terus terang, ada rasa sanksi atas penegakan hukum yang masih jauh dari rasa keadilan di negeri ini. Dan kemarin sore (9 Januari 2011), kembali terdengar kabar tidak sedap karena dua orang pegawai negeri sipil (PNS) lingkup kementerian keuangan divonis bersalah oleh majelis hakim pengadilan Tindak Pidana Korupsi (TIPIKOR). Terpidana EIS selaku penandatangan SP2D divonis bersalah 1,5 tahun dan denda Rp100 juta atau subsidaire 3 bulan kurungan, sedangkan ES selaku petugas FO divonis 1 tahun dan denda Rp100 juta atau subsidaire 3 bulan kurungan. Kasus ini bermula dari penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM) yang diduga asli tapi palsu (ASPAL)bernomor 00155/440372/XI/2008 tanggal 19 November 2008 yang ditandatangani SUP selaku pejabat penandatangan SPM pada Satker (SNVT) lingkup Ditjen Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum senilai Rp9,95 miliar atas nama PT. CSC yang belakangan diketahui fiktif. (Sumber : http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/02/02/16184379/Wah.Dokumen.Anggaran.Pu n.Dipalsukan). Sesuai prosedur kerja, SPM tadi ditindaklanjuti dengan penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) bernomor 928710J tertanggal 21 November 2008 sebesar Rp8.824.221.000,00 (setelah dipotong pajak) oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) dalam hal ini ditandatangani oleh EIS selaku Kepala Seksi Perbendaharaan KPPN Jakarta II. (Sumber :http://www.mediaindonesia.com/read/2011/03/01/207079/7/5/Polisi-Tahan-Dua-Pegawai- Pelayanan-Perbendaharaan-Negara Jaksa Penuntut Umum (JPU) pada persidangan tanggal 6 September 2011 menuntut terdakwa EIS dan ES dengan dakwaan primer dan sekunder karena diyakini tidak melakukan penelitian yang mendalam terhadap SPM Nomor 00155/440372/XI/2008 dan memprosesnya menjadi SP2D. Karenanya, JPU mendakwa keduanya tidak mematuhi Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor PER-66/PB/2005 dan melanggar Keputusan Dirjen Perbendaharaan Nomor KEP-297/PB/2007. (Sumber :http://www.perbendaharaan.go.id/new/index.php?pilih=news&aksi=lihat&id=2698) Dalam dakwaan primernya, JPU mendakwa EIS dan ES “sebagai orang yang melakukan atau turut serta melakukan perbuatan secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.” (Pasal 2 ayat 1 UU Nomor 31 Tahun 1999 jo. UU Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi). Sedangkan dakwaan sekunder, keduanya didakwa “sebagai orang yang melakukan atau turut sertamelakukan perbuatan yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan wewenang, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.” ((Pasal 3 ayat 1 UU Nomor 31 Tahun 1999 jo. UU Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi).
  • 2. Menarik sekali menyimak pleidoi (nota pembelaan) yang dibacakan langsung oleh EIS. Terdakwa mengungkapkan rasa heran dan bingung mengapa Direktur PT. CSC (Penerima dana) dan SUP (selaku pejabat penerbit SPM) tidak diseret juga ke pengadilan TIPIKOR karena jelas-jelas yang bersangkutan sendiri yang menandatangani 60 lembar blangko SPM kosong sesaat sebelum yang bersangkutan berangkat menunaikan ibadah haji? (Sumber : http://www.keuanganpublik.com/) Selain itu, EIS juga menyatakan keheranan terhadap kredibilitas dan kompetensi dari Saksi Ahli yang diajukan oleh JPU yakni Dr. Dian Puji Simatupang yang ternyata belakangan diketahui bukan pakarHukum Keuangan Negara tetapi Hukum Administrasi Negara dari curriculum vitae-nya (CV/Riwayat Hidup). Terdakwa mensinyalir saksi ahli yang diajukan JPU tersebut, tidak memiliki latar pendidikan yang mamadai di bidang hukum Keuangan Negara dan tidak memahami masalah-masalah perbendaharaan negara, kecuali sekadar membaca pasal demi pasal dan menafsirkan menurut pendapatnya sendiri. Sesuai ketentuan dalam UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan kemudian diatur lebih lanjut dalam UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, kewenangan Menteri Teknis dalam pengelolaan keuangan di masing-masing Kementeriannya lebih dominan dibandingkan Menteri Keuangan. Menteri Teknis sebagai Pengguna Anggaran (PA), dan semua satker jajarannya sebagai Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), memiliki kewenangan sebagai Otorisator (melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan adanya pengeluaran dan/atau penerimaan negara) dan sekaligus sebagai Ordonatur(melakukan pengujian atas tindakan yang dilakukan oleh Otorisator dan memerintahkan pembayaran kepada comptabel) bagi anggarannya masing- masing. Sedangkan Menteri Keuangan, beserta jajarannya, hanya memiliki kewenangan Comptabel (Bendahara Umum Negara). Merujuk pendapat hukum Drs. Siswo Sujanto, DEA (Ketua Tim Kecil Penyusunan Paket UU Bidang Keuangan Negara), yang turut dihadirkan sebagai saksi ahli dalam kasus ini menjelaskan bahwa pembagian kewenangan tersebut (Otorisator, Ordonator, dan Comptabel) didasarkan pada prinsip let’s the manager manage. Beliau mengemukakan dalam persidangan bahwa prinsip tersebut, hakekatnya menyatakan “anggaran yang diajukan/diminta oleh Kementerian Teknis, diberikan oleh DPR kepada Menteri Teknis untuk membiayai kegiatan yang diusulkan, diputuskan penggunaannya dan dilaksanakan sendiri oleh Menteri Teknis yang bersangkutan, dan konsekuensinya harus dipertanggungjawabkan pula oleh Menteri Teknis.” Merujuk keterangan Saksi Ahli yang diajukan terdakwa yakni Prof. Dr. Muhsan, S.H. (Mantan Hakim Agung, Professor Hukum Administrasi Negara, Pendamping Ahli Tim Penyusunan paket UU Bidang Keuangan Negara), berpendapat “Menteri Teknis merupakan lastgevers (pemberi mandate/ perintah) yang memiliki kedudukan lebih tinggi dibandingkan Menteri Keuangan yang merupakan lasthebbers (penerima mandate/ perintah).” Selanjutnya, Prof. Muhsan mengemukakan pendapat hukumnya, “Oleh sebab itu, semua perintah Menteri Teknis beserta jajarannya dalam hal pengeluaran Negara yang diwujudkan dalam bentuk surat perintah membayar (SPM), sepanjang sesuai persyaratan administratif yang ditentukan, harus dilaksanakan pencairan dananya. Hal ini, harus dilakukan karena semua tanggungjawab terhadap keputusan yang dilakukan merupakan tanggungjawab Kementerian Teknis/ satker yang bersangkutan. Kalaupun pihak Kementerian keuangan
  • 3. (dhi. KPPN) harus melakukan pengujian hanyalah pengujian administrative dan bersifat pengulangan (rechek). Bukan bersifat pengujian materiil (substantif).” Terlepas dari pertimbangan majelis hakim dalam memutus perkara itu, dari lubuk hati terdalam, penulismenyatakan turut prihatin dan bersimpati atas musibah yang menimpa Korps Lapangan Banteng. Perlu kiranya majelis hakim lebih membuka mata hatinya untuk mendengar suara hati, karena vonis yang diputuskan kemarin akan berimplikasi besar terhadap perekonomian negara, khususnya penyerapan APBN di tahun anggaran 2012. Perlu disadari, para pegawai KPPN (khususnya petugas seksi pencairan dana) sebagai ujung tombak dalam pencairan dana APBN mesti akan bertindak ekstra hati-hati dalam meneliti SPM yang diajukan Satker-Satker yang berada di wilayah kantor bayarnya. Dikhawatirkan, saking hati-hatinya, petugas tidak akan menolerir kesalahan dalam dokumen SPM sekalipun itu kesalahan kecil (misalnya kesalahan ketik/redaksional) sehingga tingkat pengembalian SPM (SPM tidak dapat diproses menjadi SP2D) akan meningkat pesat. Tentu saja, proses penerbitan SP2D menjadi berbelit-belit dan butuh waktu lama hingga betul-betul diyakini SPM yang diajukan tepat jumlah, tepat penerima pembayarannya dan tepat pula peruntukannya.Siapa juga yang mau menerima resiko, divonis bersalah (hukuman penjara dan denda ratusan juta rupiah) atas tindakan yang belum tentu dilakukannya? Siapa pula yang rela mendapat stigma (dicap) sebagai seorang koruptor atas dosa/kesalahan yang belum tentu diperbuatnya? Khusus kepada pucuk pimpinan yang berkantor di kawasan Lapangan Banteng, penulis meminta dengan sangat agar diberikan rasa aman dan kepastian hukum kepada para pegawai dengan terusmenyempurnakan sistem dan prosedur kerja (SOP) dan perlindungan hukum sehingga musibah yang menimpa rekan kami tidak terulang kembali. Bukan kami tak butuh gedung yang megah, taman yang indah, dan peralatan kerja yang lengkap, tapi yang lebih kami butuhkan adalah rasa kebersamaan, RASA AMAN, rasa kekeluargaan dan solidaritas korps yang sepertinya mulai luntur di tengah tantangan tugas ke depan yang semakin berat. Demikian, postingan pertama di tahun 2012 ini, sekadar untuk mencurahkan isi hati sekaligus solidaritas untuk senior dan junior yang nasibnya kini ibarat sudah jatuh tertimpa tangga pula. Terima kasih. sumber: milis Alumni STAN Max Weber, seorang sosiolog Jerman berpendapat bentuk birokrasisebagai cara ideal mengatur organisasi pemerintahan melalui prinsip-prinsip bentuk birokrasi antara lain harus terdapat adanya struktur hirarkis formal melalui aturan yang memungkinkan agar keputusan yang dibuat pada tingkat atas akan dapat dilaksanakan secara konsisten oleh semua tingkat di bawahnya, organisasi dengan fungsional yang khusus pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh mereka yang benar merupakan ahli kemudian disusun dalam unit-unit berdasarkan jenis
  • 4. pekerjaan yang akan dilakukan berdasarkan keahlian, mempunyai sebuah misi target yang akan dituju atau yang sedangkan dilaksanakan dalam upaya agar tujuan agar organisasi ini dapat melayani kepentingan, bekerja berdasarkan kualifikasi teknis merupakan perlindungan bagi pelaksana agar dapat terhindar dari pemecatan sewenang-wenang dalam saat menjalankan tugasnya., adanya kerja tim serta kontrol rekan sekerja (peer group) dan atasan bukan lagi merupakan dominasi atau kontrol di hubungkandengankasus yang menimpapegawai KPPN sayamengilustrasikanDalam mesin birokrasi pemerintahan, pelaksanaan kegiatan dapat diibaratkan sebagai sebuah ban berjalan yang berputar mengikuti pola dan system baku yang telah dirancang dan ditetapkan sebelumnya. Pergerakan atau perjalanan mesin tersebut diatur sesuai dengan system operating procedure (SOP) yang telah ditetapkan. Seorang pegawai negeri, dalam system ban berjalan tersebut, dapat diibaratkan sebagai roda, baik besar maupun kecil, atau bahkan sekedar sebagai mur atau baut, tergantung jabatan atau posisinya. Para pegawai tersebutlah yang memungkinkan mesin ban berjalan bergerak sesuai iramanya dalam melaksanakan tugas pemerintahan dalam melayani rakyat untuk mencapai tujuan negara. Jadi, mereka sebagai petugas di KPPN adalah sebuah roda kecil yang harus bergerak mengikuti putaran ban berjalan yang dikendalikan oleh sebuah SOP. Harus melaksanakan tugas sepanjang sesuai dengan SOP. Tanpa mampu bergerak sesuai kemauan diri sendiri. Di pandangdarisisi social Kementerian PU lah yang wajib di salahkanhalinidikarenakandengan di tandatanganinyablangko SPM kosongtelahmelanggarkodeetik.Perbuatantersebutsangattidaklayakkarenamemancingpihak yang tidakbertanggungjawabuntukmenyalahgunakan.Selainitumenyalahkan KPPN yang telahbekerjasesuai SOP jgsuatubentukkesalahanbesar yang padaakhirnyamenimbulkandampak social yang dapatkitalihatdenganrencanapemboikotansejumlah FO dananggota KPPN danadanyaketakutandarisejumlahpegawai FO untukmelayanipengeluarandanamenggunakan SPM yang di implementasikanpemeriksaanpada SPM di lakukanlebih lama danlebihrigridsehinggamemperlambatpenyerapan yang padaakhirnyamempengaruhipembangunandanpelayanankepadamasyarakat. Dan inimerupakandampak social baru yang munculakibat di salahkannyapegawai KPPN yang telahmenjalankan SOP yang ujungnyamasyarakat pula lah yang menerimadampaknya. Di sisi social lain..siapa pula yang rela di cap koruptorataskesalahan yang tidak di buatnya..danmelukaireformasi yang di junjung yang dimanaterdapatpoinuntukmenegakkandanmelaksanakantugasberdasarkanaturan/SOP Berkenaan pula menyangkutsisi social yang lainbahwakemampuan JPU ataupunpihakkepolisian yang tidakahlidalamKeuangan Negara menimbulkanpertanyaankembalimanalagipihak KEMEN PU tidakdiperiksasecara detail.
  • 5. Secara social kemasyarakataniniterlihattidakadildan proses peradilan di matapihaktermasukmasyarakatsemakintersudut.