1. Manusia purba hidup tergantung pada alam dengan berburu dan mengumpulkan makanan. Mereka membuat alat sederhana dari batu dan tulang hewan.
2. Manusia mulai membuat tempat tinggal tetap dan mulai bercocok tanam serta menangani hewan. Alat batu menjadi lebih rumit.
3. Manusia beralih ke pertanian sawah. Mereka mulai memasak makanan dan membuat perhiasan.
2. Tabel kehidupan manusia
di masa pra aksara
Masa Berburu dan
Mengumpulkan
Makanan
Masa
Perundagian
Logam
Masa
Bercocok
Tanam di
Sawah
3. 1. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana
Kehidupan masyarakat masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat
sederhana (zaman paleolitikum) masih sangat sederhana. Mereka hidup
sangat tergantung dengan alam dengan cara menumpulkan makanan dan
berburu hewan. Kegiatan tersebut dikenal dengan food gathering.
Perkakas yang dihasilkan pada masa ini adalah:
> Chopper ( kapak penetak / kapak genggam / kapak seterika, dinamakan
demikian sesuai dengan bentuk dan cara penggunaannya.
> Flakes (serpih bilah) yaitu pecahan batu kecil dan pipih serta tajam yang
digunakan sebagai pisau.
> Tulang dan Tanduk Hewan, alat ni digunakan sebagai mata panah, pengorek
ubi dan ujung tombak.
Perkakas-perkakas tersebut ditemukan di Pacitan Jawa Timur, Ngandong
dan Sangiran (Jawa Tengah)
Kebudayaan rohani yang ditemukan pada masa ini adalah penguburan orang
yang telah meninggal, berbeda dengan binatang.
Masa berburu
tingkat lanjutan
4. 2. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut
Masa ini disebut juga masa Mesolitikum. Berkembangnya
pemikiran manusia menyebabkan peningkatan penggunaan pikiran dab
meningkatnya kebutuhan manusia dalam mempertahankan hidupnya.
Peningkatan jumlah anggota kelompok dan perpindahan tempat akan
menyebabkan permasalahan baru. Perpindahan tempat ( nomaden)
dalam rangka berburu dan mengumpulkan makanan (food gathering)
dianggap sudah tidak memadai lagi maka manusia purba mulai
membuat tempat tinggal tetap untuk sementara (semi sedenter).
Kegiatan berburu dan mengumpulkan makanan tetap berlangsung,
namun kegiatan mengolah lahan tingkat sederhana dan berternak
tingkat awal sudah dimulai.
Peninggalan budaya dari masa ini adalah budaya kjokkenmodding yang
ditemukan di pantai timur Sumatra dari Langsa (NAD) sampai Medan
berupa bukit kerang setinggi 7 meter, dan abris sous roche yang
ditemukan di gua di darah Sampung Ponorogo Jawa Timur dan
Lamoncong Sulawesi Selatan
Hasil kebudayaan:
Peable (Kapak Sumatra), hachecourte, pipisan batu, flakes, tulang
dan tanduk
5. 3. Masa Bercocok Tanam di Sawah
Masa bercocok tanam di sawah juga zaman neolitikum. Pada masa
ini terjadi perubahan besar dalam kehidupan manusia atau revolusi
dari food gathering menjadi food producing, dari nomaden menjadi
menetap. Dengan perubahan tersebut, semua kebutuhan dan
perkakas untuk memenuhi kebutuhan juga berubah. Perkakas menjadi
lebih halus, manusia sudah mulai memasak, mulai mempercantik diri
dengan ditemukan berbagai perhiasan.
Perkakas yang dihasilkan: kapak persegi; kapak lonjong;
gerabah/tembikar; barang-barang perhiasan dari batu.
6. 4. Masa Batu Besar / Megalithikum
Kebudayaan baru besar atau Megalithikum sebenarnya
bukan babakan budaya tersendiri. Kebudayaan ini
berkembang seiring dengan perkembangan kebudayaan
spiritual / rohani manusia purba. Manusia purba sudah
mempercayai bahwa setelah kematian ada kehidupan, meski
mereka belum faham benar tentang hal itu. Maka kemudian
setiap kematian selalu ditandai dengan menggunakan
bangunan batu yang besar.
Perkakas megalitikum:
> Menhir, mengukat hewan hewan yg akan dikuburkan
> Dolmen, untuk tempat persembahan arwah leluhur
> Sarkofagus, peti mayat yg terbuat dr 2 batu ug di
tangkupkan
> Waruga, peti kubur batu berukuran kecil berbentuk kubus
atau bulat yang di buat dari batu utuh ; Sulawesi
> Kubur Batu
> Punden Berundak-undak
> Arca
7. 5. Masa Perundagian Logam
Sebagai salah satu dampak kehidupan menetap adalah bahwa manusia
mulai semakin berkembang cara berpikirnya, sehingga mulai mampu
menemukan cara membuat perkakas dari logam. Penemuan logam mendorong
manusia menciptakan perkakas-perkakas untuk kebutuhan sehari-hari.
Pengolahan logam memerlukan keahlian khusus, sehingga kemudian
berkembang menjadi mata pencaharian untuk kelompok masyarakat tertentu.
Pembuatan perkakas dari logam menggunakan dua teknik, yaitu a cire
perdue danbivalve.
Pembuatan perkakas dengan teknik a cire perdue, caranya dengan membuat
model terlebih dahulu dari lilin. Perkakas lilin kemudian dibungkus dengan
tanah liat basah yang bagian atas dan bawahnya diberi lubang, selanjutnya
dikeringkan dan kemudian dibakar. Pada saat dibakar, lilin melelh dan
meninggalkan rongga. Rongga pada tanah liat tadi kemudian diisi dengan
cairan logam, dan setelah dingin, tanah liat dipecah maka jadilah perkakas
dari logam. teknik ini tidak ekonomis karena hanya menghasilkan satu
perkakas dari setiap model. Maka kemudian dikembangkan teknik
bivalve, yaitu membuat perkakas dengan cetak masal, yaitu dibuat cetakan
batu dengan tutup yang bisa dibuka dan dipakai berulang-ulang.
Perkakas yang dihasilkan pada zaman perundagian: kapak corong; candrasa;
nekara; mokko; bejana; dan barang-barang perhiasan dari logam lainnya