SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  9
PEREMPUAN DAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA

        Konperensi Dunia Ilmu Pengetahuan dan teknologi untuk pembangunan
yang di selenggarakan PBB tahun 1979, mengakui bahwa penciptaan dan
pemerataan iptek merupakan persyaratan penting bagi pembangunan dan
peningkatan kesejahteraan rakyat adalah menunjukan bahwa perempuan dan
teknologi merupakan isu penting pembangunan.


        Komitmen      dunia      tentang     keharusan    memperhatikan       dan
mempertimbangkan dimensi gender dalam pengembangan dan pemanfaatan
ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai dasar pembangunan yang berpusat
pada manusia belakangan ini memang semakin mantap. Sudah mulai muncul
kesadaran, bahwa apabila anda ingin menciptakan kesejahteraan rakyat dalam
suatu pembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan ada keharusan untuk
mengembangkan, menguasai dan memanfaatkan ilmu pengetahun dan teknologi
yang bersifat gender. Sayangnya data dan informasi tentang ilmu pengetahuan
dan teknologi oleh siapa dan untuk siapa belum dilakukan secara sistematik,
belum lengkap, belum dikemas dan belum disajikan secara tepat guna bagi para
penentu kebijakan dan pengambil keputusan dibidang ilmu pengetahuan dan
teknologi.


        Padahal    pemanfaatan     ilmu    pengetahuan   dan   teknologi   dengan
memberikan focus pada pemberdayaan perempuan dan system pengetahuan
local    (local    knowledge     system),     memungkinkan     dikembangkannya
kewirausahaan usaha mikro dipedesaan dan perkotaan, yang membawa
peningkatan pendapatan, meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan
masyarkat, serta langkah untuk melepas diri dari kemiskinan.


        Terhadap perempuan marjinalisasi sosial tidak hanya karena tidak adanya
pemilikan, tetapi juga karena kelompok ini tidak menikmati manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Tahun 1995 Dewan Sosial dan Ekonommi PBB menerima rekomendasi
dari komisi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk Pembangunan agar senua
Pemerintah Dan Badan-badan PBB mengambil langkah-langkah nyata untuk
menghapus kesenjangan gender dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
Rekomendasi tersebut didasarkan pada kajian gender working group (GWG).


Temuan pokok dari GWG yaitu:
1) Adanya ketidaksetaraan gender dalam pendidikan dan karir di bidang ilmu
   pengetahuan dan teknologi, perempuan sangat sedikit duduk dalam badan-
   badan penasehat dan pengambil keputusan di bidang ilmu pengetahuan dan
   teknologi.
2) Adanya sifat kekhasan gender dalam perubahan teknologi. Perubahan
   teknologi    yang   semula    dimaksud   untuk    memberikan   manfaat   pada
   masyarakat perdesaan ternyata memberikan manfaat yang lebih besar pada
   kehidupan laki-laki daripada perempuan.
Agar ilmu pengetahuan dan Teknologi memberikan manfaat yang adil bagi
seluruh   masyarakat,    perlu   dipertimbangkan    keperluan   dan   kepentingan
perempuan dan laki-laki setara, seimbang dan adil.


      Ester Boserup, seorang wanita Sosiolog Denmark telah menjabarkan
secara ilmiah bahwa peran perempuan sebagai pekerja tani, petani dan
penghasil barang-barang keperluan sehari-hari tersingkirkan oleh pertanian
modern yang disertai oleh kerja bayaran yang pada umumnya dilakukan oleh
laki- laki, sehingga perempuan yang berperan sebagai pelaku ekonomi berubah
menjadi pengangguran.


      Berbagai penelitian dan kajian tentang dampak penerapan teknlogi baru
pada kehidupan perempuan dan laki-laki di masyarakat perdesaan telah banyak
dilakukan di dunia maupun di Indonesia. Hasil-hasil kajian dan penelitian
menunjukan bahwa perubahan teknologi mempunyai kekhasan gender (gender
specific), sesuai dengan lingkungan sosial budaya dan kemampuan tradisional
yang dimiliki oleh perempuan dan laki- laki.
      Perubahan teknologi di negara-negara berkembang, yang dimaksudkan
untuk meningkatkan produktivitas, telah menyingkirkan peran produktif dan
peran ekonomi yang secara tradisional dilakukan oleh perempuan.
      Berbagai kajian dan penelitian di Indonesia tentang perubahan–
perubahan yang terjadi di perdesaan, yang utamanya disebabkan karena
perubahan teknologi menunjukan adanya dampak yang berbeda bagi kehidupan
laki- laki maupun perempuan.
      Sebagai contoh nyata di Indonesia dapat di lihat bahwa pengembangan
teknologi alat pemanen padi berkembang dari ani-ani menjadi sabit dan terus
dikembangkan sekarang alat mesin pemotong padi, sehingga kesempatan kaum
perempuan memperoleh lapangan pekerjaan pada saat panen padi akan
menjadi berkurang karena: dengan menggunakan sabit dan mesin pemotong
padi waktu yang dibutuhkan memanen satu hektar sawah lebih sedikit
dibandingkan dengan menggunakan ani-ani, bukan karena sabit dan mesin
pemotong padi tidak bisa digunakan perempuan tetapi jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan untuk memanen satu hekter sawah lebih singkat dengan jumlah
tenaga kerja yang lebih sedikit, akibatnya tenaga kerja perempuan menganggur
terutama di perdesaan, dengan kata lain kaum perempuan mengalami
marginalisasi.
      Perubahan teknologi yang dimaksudkan dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan taraf hidup di pedesaan. Negara-negara berkembang ternyata
cenderung lebih bermanfaat bagi laki-laki dibanding perempuan. Ini terjadi
karena program-program iptek belum secara eksplisit mengakui adanya sifat
dasar yang spesifik gender dari pembangunan.
      Hal yang menonjol dan harus diperhitungkan ialah bahwa partisipasi
perempuan dalam pembangunan iptek masih jauh di bawah partisipasi laki- laki,
terutama dalam riset original dan pengambilan keputusan terkait dengan
kebijakan iptek.
Sesungguhnya, Indonesia ini telah mempunyai kerangka legal yang
mengharuskan dipertimbangkannya dimensi gender dalam ilmu pengetahuan
dan teknologi, antara lain:
           •   UUD 1945 yang telah mengalami amandemen empat kali pada
               pasal 28 C telah menetapkan bahwa setiap orang berhak
               mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya,
               berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari
               ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, ddemi
               meningkatkan         kualitas   hidupnya     dan   demi    kesejahteraan
               manusia, (2) setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam
               memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun
               masyarakat, bangsa dan negaranya.
           •   Instruksi Presiden Republik Indonesia no. 3 Tahun 2001 tentang
               Penerapan dan Pengembangan Teknologi Tepat Guna (TTG).
               Presiden memberi perintah pada 10 (sepuluh) menteri (dalam
               negeri dan otonomi daerah, Keuangan, Pertanian, Kehutanan,
               Kelautan       dan   Perikanan     serta    Ristek/BPPT,    BAPPENAS);
               Gubernur;       Bupati    dan    walikota   seluruh    Indonesia,   untuk
               melaksanakan pemberdayaan masyarakat pedesaan melalui
               penerapan dan pengembangan teknologi tepat guna, untuk
               mendorong, menumbbuhkan, meningkatkan, mengembangkan
               perekonomian          masyarakat,      memeratakan         pembangunan,
               mengentaskan kemiskinan serta pengembangan wilayah.
           •   Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah No.4
               tahun 2001 tentang Penerapan Teknologi Tepat Guna.
           •   Kebijakan Strategis Pembangunan Nasional Ilmu Pengetahuan
               dan Teknologi dari Kementerian Riset dan Teknologi yang
               menyatakan bahwa ”Pembangunan Nasional bidang iptek juga
               perlu dilakukan dengan mempertimbangkan perspektif gender
               seiring    dengan      upaya-upaya     internasional    dalam   mecapai
               kesetaraan gender”.
•   Surat Edaran Menteri Riset dan Teknlogi Republik Indonesia No.
              01/M/SE/IV/2004 tahun 2004 Perihal: Pengarusutamaan Gender
              dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PUG Dalam IPTEK)


TTG: Sebuah Solusi
  •   Teknologi Tepat Guna selanjutnya disebut TTG adalah teknologi yang
      sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dapat menjawab permasalahan
      masyarakat, tidak merusak lingkungan dan dapat di manfaatkan oleh
      masyarakat secara mudah serta menghasilkan nilai tambah dari aspek
      ekonomi.
  •   Penerapan TTG adalah suatu proses atau rangkaian kegiatn untuk
      mempercepat alih teknologi dari pencipta atau pemilik kepada pengguna
      ekonomi.
      Penerapan      Teknologi   Tepat   Guna     (TTG)    untuk   meningkatkan
      kemampuan, pengetahuan dan ketrampilan, pelayanan informasi, nilai
      tambah bagi kegiatan ekonomi, daya saing produk unggulan daerah
      dalam menggunakan, mendapatkan, peningkatan kapasits dan mutu
      produksi dalam penerapan teknologi tepat guna yang di butuhkan
      masyarakat.
  •   TTG memang begitu penting. Ia memiliki kegiatan inventarisasi jenis dan
      spesifikasi teknologi yang sudah di manfaatkan masyarakat daerah
      setempat; Pengkajian dan uji coba teknologi, untuk penyusunan daftar
      jenis TTG yang di butuhkan masyarakat sesuai potensi daerah; penyiapan
      pola pernerapan TTG sesuai dengan kondisi daerah; Penyiapan
      masyarakat melalui penyuluhan, penerangan, pembentukan kelompok
      masyarakat dan pelatihan; Penguatan dan pengembangan Kelembagaan
      TTG seperti Pos Pelayanan Teknologi Pedesaan (Posyantekdes) yaitu
      lembaga/wahana di kecamatan yang berfungsi memberikan pelayanan
      teknis, informasi dan orientasi berbagai jenis spesifik teknologi tepat guna
      yang di butuhkan masyarakat. Dan Warung Teknologi Pedesaan
      (Wartekdes) yaitu lembaga/wahana di Desa yang berfungsi memberikan
pelayanan teknis, informasi dan orientasi berbagai spesifik teknologi tepat
      guna yang di butuhkan oleh masyarakat.
      Penerapan    teknologi   tepat   guna   ditunjukan   kepada:   Masyarakat
      penganggur, putus sekolah, dan keluarga miskin; Masyarakat yang
      memiliki usaha kecil dan menengah yang dalam pengembangan
      usahanya embutuhkan TTG; Kawasan perdesaan dan perkotaan yang
      dalam pengembangan wilayahnya memerlukan TTG.


      Penentuan jenis TTG yang akan diterapkan di sesuaikan dengan aspirasi
dan keinginan masyarakat melalui musyawarah, serta penerapan TTG
dilaksanakan secara terpadu dengan pihak terkait. Inpres No. 3 tahun 2001
tentang Penerapan dan Pengembangan TTG telah dijelaskan bahwa: Menteri
Dalam Negeri dan Otonomi Daerah memfasilitasi dan mengkoordinasikan
pelaksanaan TTG; Menteri Keuangan mengatur alokasi pembiayaan dan
penyaluran dana untuk mendukung penerapan dan pengembangan TTG;
Menteri Pertanian memfasilitasi penerapan teknologi tepat guna dalam
mengembangkan sistem dan usaha agribisnis; Menteri Kehutanan memfasilitasi
penerapan teknologi tepat guna di bidang pengelolaan dan pemanfaatan hutan;
Menteri Pendidikan Nasional melaksanakan penelitian dan pengembangan
teknologi tepat guna serrta memfasilitasi dalam pemberdayaan masyarakat
berwawasan IPTEK melalui lembaga-lembaga pendidikan; Menteri Nakertrans
memfasilitasi penerapan TTg dalam pengembangan dan perluasan lapangan
kerja dan lapangan usaha termasuk daerah transmigrasi; Menteri Perindag
memfasilitasi penerapan TTG dalam mengembangkan industri kecil dan
menengah serta membuka peluang pasar bagi komoditas/produk unggulan
daerah; Menteri Kimpraswil memfasilitasi penerapan TTG dalam pengelolaan
sumber daya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan dan bertanggung
jawab; Menteri Ristek/ Kepala BPPT mengkoordinasikan pengkajian, penelitian,
uji coba dalam penerapan dan pengembangan teknologi tepat guna secara
makro/nasional.
Gubernur melakukan fasilitasi pelaksanaan kebijakn penerapan dan
pengembangan TTG; evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program penerapan
dan    pengembangan    TTG    di   wilayahnya;    Bupati/Wali   kota   melakukan
pelaksanaan program penerapan dan pengembangan teknologi tepat guna;
memfasilitasi penguatan kelembagaan pelayanan teknologi dalam penerapan
dan pengembangan teknologi tepat guna; kerjasama dengan lembaga lain dalam
penerapan dan pengembangan TTG; pemantauan dan evaluasi pelaksanaan
program penerapan dan pengembangan TTG.
       Penerapan dan pengembangan teknologi tepat guna sangat bermanfaat
bagi perempuan dan laki- laki dapat dilihat dari salah satu Proyek Asia Pasific
Gender for Science and Technology (APGEST), yaitu Proyek Jamu Proses
inovasi di bidang pengobatan tradisional, di desa Kiringan, Bantul, Yogyakarta
dengan bantuan Pusat Study Wanita (PSW), Universitas Negeri Yogyakarta
bekerjasama dengan LIPI, semua aktivitas pembuatan jamu oleh perempuan
(menyiapkan bahan mentah, seleksi bahan, pembelian, penyediaan, proses
penggerus, memasak/merebus s/d pengepakan). Semula para pembuat jamu
tidak tidak mengetahui kandungan farmakolgi dari tanaman obat yang
digunakan, semua pekerjaan membuat jamu pekerjaan rumah tangga, para
perempuan pekerja pembuat jamu juga bertanggungjawab akan pekerjaan
rumah tangga.
   •   PSW   memberikan      bantuan   teknik,   berupa   memperkenalkan    dan
       memberikan masukan aspek- aspek ilmiah pembuatan jamu, misalnya
       proses pembuatan jamu yang lebih bersih dengan peralatan semi modern,
       mengenalkan analisis dan komposisi farmakologi dari bahan- bahan dan
       tanaman obat yang digunakan, yang dapat meyembuhkan jenis-jenis
       penyakit tertentu. Penerbitan buku panduan sederhana pembuatan jamu
       dengan bahasa setempat. Membantu dalam mendesain trademark dan
       mendaftarkanya di departemen Perindustrian dan mendapatkan sertifikat
       dari Pusat Makanan dan Obat, Depkes. Membantu dalam pengepakan,
       pemasaran, pengelolaan keuangan dan cara mendapatkan keuntungan.
•   LIPI menyediakan kredit- teknologi, seperti: mesin parut, mesin pengerok,
    panci tahan karat, oven untuk pengering dan tungku memasak yang
    disempurnakan. Penggunaan peralatan tersebut dengan mengadakan
    pelatihan penggunaan dan pemeliharaannya. Modal berupa dana bergulir
    disediakan LIPI.
•   Dampak proyek ini bagi perempuan pembuat dan penjual jamu sangat
    signifikan.   Perempuan     dapat   menghemat   waktu,   karena   proses
    pembuatan jamu dengan menggunakan peralatan semi- modern menjadi
    lebih singkat, mendapat pengetahuan dan ketrampilan baru yang dapat
    lebih dikembangkan, peningkatan pendapatan, serta solidaritas dan
    kebersamaan dalam masyarakat meningkat.
•   Laki- laki membantu dalam pemeliharaan dan perbaikan peralatan. Untuk
    itu penerapan dan pengembangan TTG dapat memenuhi kebutuhan
    praktis perempuan dan dapat pula memenuhi kebutuhan strategis
    perempuan, yaitu: meningkatkan percaya diri, peran dan kedudukan
    perempuan dalam masyarakat, kemandirian ekonomi perempuan melalui
    pengembangan kewirausahaan (entrepreneuship) dan sumbangannya
    bagi masyarakat, memperkuat kejasama melalui pertemuan rutin untuk
    mendiskusikan perbaikan dan perluasan usaha, kebutuhan pasar, serta
    teknologi dan resep baru.


Daftar pustaka:
    •   Amandemen UUD 45
    •   Inpres No. 9 tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender Dalam
        Pembangunan Nasional
    •   Inpres No. 3 tahun 2001 tentang Penerapan dan Pengembangan
        Teknologi Tepat Guna (hasil browsing dan internet)
    •   Kepmen Dalam Negeri dan Otonomi daerah No. 4 tahun 2001 tentang
        Penerapan Teknologi Tepat Guna (browsing internet)
    •   Achie S. Luhulima dan Sjamsah Achmad, Penghapusan Kesenjangan
        Gender dalm Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Komitmen abad XXI.
•   Swara, Suara Wakil Rakyat (14 Mei 2004)


Penulis: Mimi Nasution, Staf kantor Kementerian Pemberdayaan Perempuan

Contenu connexe

Tendances

Pengaruh kemajuan iptek terhadap negara kesatuan republik indonesia
Pengaruh kemajuan iptek terhadap negara kesatuan republik indonesiaPengaruh kemajuan iptek terhadap negara kesatuan republik indonesia
Pengaruh kemajuan iptek terhadap negara kesatuan republik indonesiaafifahdhaniyah
 
Jurnal pengembangan wilayah perbatasan
Jurnal pengembangan wilayah perbatasanJurnal pengembangan wilayah perbatasan
Jurnal pengembangan wilayah perbatasanImam Moklisin
 
Hani op 4 c 1188203043 makalah
Hani op 4 c 1188203043 makalahHani op 4 c 1188203043 makalah
Hani op 4 c 1188203043 makalahhanipratiwi20
 
Pengembangan kurikulum landasan sosial budaya
Pengembangan kurikulum landasan sosial budayaPengembangan kurikulum landasan sosial budaya
Pengembangan kurikulum landasan sosial budayaBriliana Firdaus
 

Tendances (10)

Pengaruh kemajuan iptek terhadap negara kesatuan republik indonesia
Pengaruh kemajuan iptek terhadap negara kesatuan republik indonesiaPengaruh kemajuan iptek terhadap negara kesatuan republik indonesia
Pengaruh kemajuan iptek terhadap negara kesatuan republik indonesia
 
Jurnal pengembangan wilayah perbatasan
Jurnal pengembangan wilayah perbatasanJurnal pengembangan wilayah perbatasan
Jurnal pengembangan wilayah perbatasan
 
3 petani (yuti)
3   petani (yuti)3   petani (yuti)
3 petani (yuti)
 
presentasi PKN Kel.Raniy
presentasi PKN Kel.Raniy presentasi PKN Kel.Raniy
presentasi PKN Kel.Raniy
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
Ilmu Budaya Dasar
Ilmu Budaya DasarIlmu Budaya Dasar
Ilmu Budaya Dasar
 
Hani op 4 c 1188203043 makalah
Hani op 4 c 1188203043 makalahHani op 4 c 1188203043 makalah
Hani op 4 c 1188203043 makalah
 
Pengembangan kurikulum landasan sosial budaya
Pengembangan kurikulum landasan sosial budayaPengembangan kurikulum landasan sosial budaya
Pengembangan kurikulum landasan sosial budaya
 
Modul penuh penduduk
Modul penuh pendudukModul penuh penduduk
Modul penuh penduduk
 
A
AA
A
 

Similaire à Perempuan Dan Teknologi Tepat Guna

13. Problematika dan pemanfaatan IPTEK.pptx
13. Problematika dan pemanfaatan IPTEK.pptx13. Problematika dan pemanfaatan IPTEK.pptx
13. Problematika dan pemanfaatan IPTEK.pptxssuserad9c852
 
TTG DALAM PERSPEKTIF PEMBERDAYAAN_TELLUMPANUAE 2023.pptx
TTG DALAM PERSPEKTIF PEMBERDAYAAN_TELLUMPANUAE 2023.pptxTTG DALAM PERSPEKTIF PEMBERDAYAAN_TELLUMPANUAE 2023.pptx
TTG DALAM PERSPEKTIF PEMBERDAYAAN_TELLUMPANUAE 2023.pptxrustaneffendy1
 
Makalah perkembangan teknologi
Makalah perkembangan teknologiMakalah perkembangan teknologi
Makalah perkembangan teknologidecontru
 
1.-Prof-RAVIK.ppt
1.-Prof-RAVIK.ppt1.-Prof-RAVIK.ppt
1.-Prof-RAVIK.pptMYTVDANFILM
 
1.-Prof-RAVIK.ppt
1.-Prof-RAVIK.ppt1.-Prof-RAVIK.ppt
1.-Prof-RAVIK.pptsuwarnohaji
 
Peran Promosi Kesehatan dan pemberdayaan
Peran Promosi Kesehatan dan pemberdayaanPeran Promosi Kesehatan dan pemberdayaan
Peran Promosi Kesehatan dan pemberdayaanBisisBekasi
 
Draft lab lapang kabupaten edit 8 okt2
Draft lab lapang kabupaten edit 8 okt2Draft lab lapang kabupaten edit 8 okt2
Draft lab lapang kabupaten edit 8 okt2Syahyuti Si-Buyuang
 
Strategi E Development ~ Pemantapan OTDA 25 Ags 2008
Strategi E Development ~ Pemantapan OTDA 25 Ags 2008Strategi E Development ~ Pemantapan OTDA 25 Ags 2008
Strategi E Development ~ Pemantapan OTDA 25 Ags 2008Tatang Taufik
 
Ilmu sosial budaya dasar (isbd)
Ilmu sosial budaya dasar (isbd)Ilmu sosial budaya dasar (isbd)
Ilmu sosial budaya dasar (isbd)Papua Merdeka
 
Pedum-Posyantek-1.pdf
Pedum-Posyantek-1.pdfPedum-Posyantek-1.pdf
Pedum-Posyantek-1.pdfDianSopyan
 
Dinamika Hidup (Filsafat Ilmu Pengetahuan, Martinus Nopi)
Dinamika Hidup (Filsafat Ilmu Pengetahuan, Martinus Nopi)Dinamika Hidup (Filsafat Ilmu Pengetahuan, Martinus Nopi)
Dinamika Hidup (Filsafat Ilmu Pengetahuan, Martinus Nopi)nopinopi2
 
"Kebijakan Teknologi Komunikasi dan Informasi Kabupaten Bantul"
"Kebijakan Teknologi Komunikasi dan Informasi Kabupaten Bantul" "Kebijakan Teknologi Komunikasi dan Informasi Kabupaten Bantul"
"Kebijakan Teknologi Komunikasi dan Informasi Kabupaten Bantul" fasilitatorsid
 
Globalisasi ilmu pendidikan dan teknologi
Globalisasi ilmu pendidikan dan teknologiGlobalisasi ilmu pendidikan dan teknologi
Globalisasi ilmu pendidikan dan teknologiAditiya Tyar
 
PENGARUH KEMAJUAN IPTEK TERHADAP NKRI.pptx
PENGARUH KEMAJUAN IPTEK TERHADAP NKRI.pptxPENGARUH KEMAJUAN IPTEK TERHADAP NKRI.pptx
PENGARUH KEMAJUAN IPTEK TERHADAP NKRI.pptxelvHOMEHijabstore2
 

Similaire à Perempuan Dan Teknologi Tepat Guna (20)

13. Problematika dan pemanfaatan IPTEK.pptx
13. Problematika dan pemanfaatan IPTEK.pptx13. Problematika dan pemanfaatan IPTEK.pptx
13. Problematika dan pemanfaatan IPTEK.pptx
 
TTG DALAM PERSPEKTIF PEMBERDAYAAN_TELLUMPANUAE 2023.pptx
TTG DALAM PERSPEKTIF PEMBERDAYAAN_TELLUMPANUAE 2023.pptxTTG DALAM PERSPEKTIF PEMBERDAYAAN_TELLUMPANUAE 2023.pptx
TTG DALAM PERSPEKTIF PEMBERDAYAAN_TELLUMPANUAE 2023.pptx
 
Makalah perkembangan teknologi
Makalah perkembangan teknologiMakalah perkembangan teknologi
Makalah perkembangan teknologi
 
1.-Prof-RAVIK.ppt
1.-Prof-RAVIK.ppt1.-Prof-RAVIK.ppt
1.-Prof-RAVIK.ppt
 
1.-Prof-RAVIK.ppt
1.-Prof-RAVIK.ppt1.-Prof-RAVIK.ppt
1.-Prof-RAVIK.ppt
 
1.-Prof-RAVIK.ppt
1.-Prof-RAVIK.ppt1.-Prof-RAVIK.ppt
1.-Prof-RAVIK.ppt
 
1.-Prof-RAVIK.ppt
1.-Prof-RAVIK.ppt1.-Prof-RAVIK.ppt
1.-Prof-RAVIK.ppt
 
Peran Promosi Kesehatan dan pemberdayaan
Peran Promosi Kesehatan dan pemberdayaanPeran Promosi Kesehatan dan pemberdayaan
Peran Promosi Kesehatan dan pemberdayaan
 
Draft lab lapang kabupaten edit 8 okt2
Draft lab lapang kabupaten edit 8 okt2Draft lab lapang kabupaten edit 8 okt2
Draft lab lapang kabupaten edit 8 okt2
 
Isbd 12
Isbd 12Isbd 12
Isbd 12
 
Bab 7
Bab 7Bab 7
Bab 7
 
Strategi E Development ~ Pemantapan OTDA 25 Ags 2008
Strategi E Development ~ Pemantapan OTDA 25 Ags 2008Strategi E Development ~ Pemantapan OTDA 25 Ags 2008
Strategi E Development ~ Pemantapan OTDA 25 Ags 2008
 
Ilmu sosial budaya dasar (isbd)
Ilmu sosial budaya dasar (isbd)Ilmu sosial budaya dasar (isbd)
Ilmu sosial budaya dasar (isbd)
 
Dampak teknologi
Dampak teknologiDampak teknologi
Dampak teknologi
 
Pedum-Posyantek-1.pdf
Pedum-Posyantek-1.pdfPedum-Posyantek-1.pdf
Pedum-Posyantek-1.pdf
 
Dinamika Hidup (Filsafat Ilmu Pengetahuan, Martinus Nopi)
Dinamika Hidup (Filsafat Ilmu Pengetahuan, Martinus Nopi)Dinamika Hidup (Filsafat Ilmu Pengetahuan, Martinus Nopi)
Dinamika Hidup (Filsafat Ilmu Pengetahuan, Martinus Nopi)
 
PPKN .ppt
PPKN .pptPPKN .ppt
PPKN .ppt
 
"Kebijakan Teknologi Komunikasi dan Informasi Kabupaten Bantul"
"Kebijakan Teknologi Komunikasi dan Informasi Kabupaten Bantul" "Kebijakan Teknologi Komunikasi dan Informasi Kabupaten Bantul"
"Kebijakan Teknologi Komunikasi dan Informasi Kabupaten Bantul"
 
Globalisasi ilmu pendidikan dan teknologi
Globalisasi ilmu pendidikan dan teknologiGlobalisasi ilmu pendidikan dan teknologi
Globalisasi ilmu pendidikan dan teknologi
 
PENGARUH KEMAJUAN IPTEK TERHADAP NKRI.pptx
PENGARUH KEMAJUAN IPTEK TERHADAP NKRI.pptxPENGARUH KEMAJUAN IPTEK TERHADAP NKRI.pptx
PENGARUH KEMAJUAN IPTEK TERHADAP NKRI.pptx
 

Perempuan Dan Teknologi Tepat Guna

  • 1. PEREMPUAN DAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA Konperensi Dunia Ilmu Pengetahuan dan teknologi untuk pembangunan yang di selenggarakan PBB tahun 1979, mengakui bahwa penciptaan dan pemerataan iptek merupakan persyaratan penting bagi pembangunan dan peningkatan kesejahteraan rakyat adalah menunjukan bahwa perempuan dan teknologi merupakan isu penting pembangunan. Komitmen dunia tentang keharusan memperhatikan dan mempertimbangkan dimensi gender dalam pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai dasar pembangunan yang berpusat pada manusia belakangan ini memang semakin mantap. Sudah mulai muncul kesadaran, bahwa apabila anda ingin menciptakan kesejahteraan rakyat dalam suatu pembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan ada keharusan untuk mengembangkan, menguasai dan memanfaatkan ilmu pengetahun dan teknologi yang bersifat gender. Sayangnya data dan informasi tentang ilmu pengetahuan dan teknologi oleh siapa dan untuk siapa belum dilakukan secara sistematik, belum lengkap, belum dikemas dan belum disajikan secara tepat guna bagi para penentu kebijakan dan pengambil keputusan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Padahal pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan memberikan focus pada pemberdayaan perempuan dan system pengetahuan local (local knowledge system), memungkinkan dikembangkannya kewirausahaan usaha mikro dipedesaan dan perkotaan, yang membawa peningkatan pendapatan, meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarkat, serta langkah untuk melepas diri dari kemiskinan. Terhadap perempuan marjinalisasi sosial tidak hanya karena tidak adanya pemilikan, tetapi juga karena kelompok ini tidak menikmati manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi.
  • 2. Tahun 1995 Dewan Sosial dan Ekonommi PBB menerima rekomendasi dari komisi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk Pembangunan agar senua Pemerintah Dan Badan-badan PBB mengambil langkah-langkah nyata untuk menghapus kesenjangan gender dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Rekomendasi tersebut didasarkan pada kajian gender working group (GWG). Temuan pokok dari GWG yaitu: 1) Adanya ketidaksetaraan gender dalam pendidikan dan karir di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, perempuan sangat sedikit duduk dalam badan- badan penasehat dan pengambil keputusan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. 2) Adanya sifat kekhasan gender dalam perubahan teknologi. Perubahan teknologi yang semula dimaksud untuk memberikan manfaat pada masyarakat perdesaan ternyata memberikan manfaat yang lebih besar pada kehidupan laki-laki daripada perempuan. Agar ilmu pengetahuan dan Teknologi memberikan manfaat yang adil bagi seluruh masyarakat, perlu dipertimbangkan keperluan dan kepentingan perempuan dan laki-laki setara, seimbang dan adil. Ester Boserup, seorang wanita Sosiolog Denmark telah menjabarkan secara ilmiah bahwa peran perempuan sebagai pekerja tani, petani dan penghasil barang-barang keperluan sehari-hari tersingkirkan oleh pertanian modern yang disertai oleh kerja bayaran yang pada umumnya dilakukan oleh laki- laki, sehingga perempuan yang berperan sebagai pelaku ekonomi berubah menjadi pengangguran. Berbagai penelitian dan kajian tentang dampak penerapan teknlogi baru pada kehidupan perempuan dan laki-laki di masyarakat perdesaan telah banyak dilakukan di dunia maupun di Indonesia. Hasil-hasil kajian dan penelitian menunjukan bahwa perubahan teknologi mempunyai kekhasan gender (gender
  • 3. specific), sesuai dengan lingkungan sosial budaya dan kemampuan tradisional yang dimiliki oleh perempuan dan laki- laki. Perubahan teknologi di negara-negara berkembang, yang dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas, telah menyingkirkan peran produktif dan peran ekonomi yang secara tradisional dilakukan oleh perempuan. Berbagai kajian dan penelitian di Indonesia tentang perubahan– perubahan yang terjadi di perdesaan, yang utamanya disebabkan karena perubahan teknologi menunjukan adanya dampak yang berbeda bagi kehidupan laki- laki maupun perempuan. Sebagai contoh nyata di Indonesia dapat di lihat bahwa pengembangan teknologi alat pemanen padi berkembang dari ani-ani menjadi sabit dan terus dikembangkan sekarang alat mesin pemotong padi, sehingga kesempatan kaum perempuan memperoleh lapangan pekerjaan pada saat panen padi akan menjadi berkurang karena: dengan menggunakan sabit dan mesin pemotong padi waktu yang dibutuhkan memanen satu hektar sawah lebih sedikit dibandingkan dengan menggunakan ani-ani, bukan karena sabit dan mesin pemotong padi tidak bisa digunakan perempuan tetapi jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk memanen satu hekter sawah lebih singkat dengan jumlah tenaga kerja yang lebih sedikit, akibatnya tenaga kerja perempuan menganggur terutama di perdesaan, dengan kata lain kaum perempuan mengalami marginalisasi. Perubahan teknologi yang dimaksudkan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup di pedesaan. Negara-negara berkembang ternyata cenderung lebih bermanfaat bagi laki-laki dibanding perempuan. Ini terjadi karena program-program iptek belum secara eksplisit mengakui adanya sifat dasar yang spesifik gender dari pembangunan. Hal yang menonjol dan harus diperhitungkan ialah bahwa partisipasi perempuan dalam pembangunan iptek masih jauh di bawah partisipasi laki- laki, terutama dalam riset original dan pengambilan keputusan terkait dengan kebijakan iptek.
  • 4. Sesungguhnya, Indonesia ini telah mempunyai kerangka legal yang mengharuskan dipertimbangkannya dimensi gender dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, antara lain: • UUD 1945 yang telah mengalami amandemen empat kali pada pasal 28 C telah menetapkan bahwa setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, ddemi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan manusia, (2) setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya. • Instruksi Presiden Republik Indonesia no. 3 Tahun 2001 tentang Penerapan dan Pengembangan Teknologi Tepat Guna (TTG). Presiden memberi perintah pada 10 (sepuluh) menteri (dalam negeri dan otonomi daerah, Keuangan, Pertanian, Kehutanan, Kelautan dan Perikanan serta Ristek/BPPT, BAPPENAS); Gubernur; Bupati dan walikota seluruh Indonesia, untuk melaksanakan pemberdayaan masyarakat pedesaan melalui penerapan dan pengembangan teknologi tepat guna, untuk mendorong, menumbbuhkan, meningkatkan, mengembangkan perekonomian masyarakat, memeratakan pembangunan, mengentaskan kemiskinan serta pengembangan wilayah. • Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah No.4 tahun 2001 tentang Penerapan Teknologi Tepat Guna. • Kebijakan Strategis Pembangunan Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dari Kementerian Riset dan Teknologi yang menyatakan bahwa ”Pembangunan Nasional bidang iptek juga perlu dilakukan dengan mempertimbangkan perspektif gender seiring dengan upaya-upaya internasional dalam mecapai kesetaraan gender”.
  • 5. Surat Edaran Menteri Riset dan Teknlogi Republik Indonesia No. 01/M/SE/IV/2004 tahun 2004 Perihal: Pengarusutamaan Gender dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PUG Dalam IPTEK) TTG: Sebuah Solusi • Teknologi Tepat Guna selanjutnya disebut TTG adalah teknologi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dapat menjawab permasalahan masyarakat, tidak merusak lingkungan dan dapat di manfaatkan oleh masyarakat secara mudah serta menghasilkan nilai tambah dari aspek ekonomi. • Penerapan TTG adalah suatu proses atau rangkaian kegiatn untuk mempercepat alih teknologi dari pencipta atau pemilik kepada pengguna ekonomi. Penerapan Teknologi Tepat Guna (TTG) untuk meningkatkan kemampuan, pengetahuan dan ketrampilan, pelayanan informasi, nilai tambah bagi kegiatan ekonomi, daya saing produk unggulan daerah dalam menggunakan, mendapatkan, peningkatan kapasits dan mutu produksi dalam penerapan teknologi tepat guna yang di butuhkan masyarakat. • TTG memang begitu penting. Ia memiliki kegiatan inventarisasi jenis dan spesifikasi teknologi yang sudah di manfaatkan masyarakat daerah setempat; Pengkajian dan uji coba teknologi, untuk penyusunan daftar jenis TTG yang di butuhkan masyarakat sesuai potensi daerah; penyiapan pola pernerapan TTG sesuai dengan kondisi daerah; Penyiapan masyarakat melalui penyuluhan, penerangan, pembentukan kelompok masyarakat dan pelatihan; Penguatan dan pengembangan Kelembagaan TTG seperti Pos Pelayanan Teknologi Pedesaan (Posyantekdes) yaitu lembaga/wahana di kecamatan yang berfungsi memberikan pelayanan teknis, informasi dan orientasi berbagai jenis spesifik teknologi tepat guna yang di butuhkan masyarakat. Dan Warung Teknologi Pedesaan (Wartekdes) yaitu lembaga/wahana di Desa yang berfungsi memberikan
  • 6. pelayanan teknis, informasi dan orientasi berbagai spesifik teknologi tepat guna yang di butuhkan oleh masyarakat. Penerapan teknologi tepat guna ditunjukan kepada: Masyarakat penganggur, putus sekolah, dan keluarga miskin; Masyarakat yang memiliki usaha kecil dan menengah yang dalam pengembangan usahanya embutuhkan TTG; Kawasan perdesaan dan perkotaan yang dalam pengembangan wilayahnya memerlukan TTG. Penentuan jenis TTG yang akan diterapkan di sesuaikan dengan aspirasi dan keinginan masyarakat melalui musyawarah, serta penerapan TTG dilaksanakan secara terpadu dengan pihak terkait. Inpres No. 3 tahun 2001 tentang Penerapan dan Pengembangan TTG telah dijelaskan bahwa: Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah memfasilitasi dan mengkoordinasikan pelaksanaan TTG; Menteri Keuangan mengatur alokasi pembiayaan dan penyaluran dana untuk mendukung penerapan dan pengembangan TTG; Menteri Pertanian memfasilitasi penerapan teknologi tepat guna dalam mengembangkan sistem dan usaha agribisnis; Menteri Kehutanan memfasilitasi penerapan teknologi tepat guna di bidang pengelolaan dan pemanfaatan hutan; Menteri Pendidikan Nasional melaksanakan penelitian dan pengembangan teknologi tepat guna serrta memfasilitasi dalam pemberdayaan masyarakat berwawasan IPTEK melalui lembaga-lembaga pendidikan; Menteri Nakertrans memfasilitasi penerapan TTg dalam pengembangan dan perluasan lapangan kerja dan lapangan usaha termasuk daerah transmigrasi; Menteri Perindag memfasilitasi penerapan TTG dalam mengembangkan industri kecil dan menengah serta membuka peluang pasar bagi komoditas/produk unggulan daerah; Menteri Kimpraswil memfasilitasi penerapan TTG dalam pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan dan bertanggung jawab; Menteri Ristek/ Kepala BPPT mengkoordinasikan pengkajian, penelitian, uji coba dalam penerapan dan pengembangan teknologi tepat guna secara makro/nasional.
  • 7. Gubernur melakukan fasilitasi pelaksanaan kebijakn penerapan dan pengembangan TTG; evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program penerapan dan pengembangan TTG di wilayahnya; Bupati/Wali kota melakukan pelaksanaan program penerapan dan pengembangan teknologi tepat guna; memfasilitasi penguatan kelembagaan pelayanan teknologi dalam penerapan dan pengembangan teknologi tepat guna; kerjasama dengan lembaga lain dalam penerapan dan pengembangan TTG; pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program penerapan dan pengembangan TTG. Penerapan dan pengembangan teknologi tepat guna sangat bermanfaat bagi perempuan dan laki- laki dapat dilihat dari salah satu Proyek Asia Pasific Gender for Science and Technology (APGEST), yaitu Proyek Jamu Proses inovasi di bidang pengobatan tradisional, di desa Kiringan, Bantul, Yogyakarta dengan bantuan Pusat Study Wanita (PSW), Universitas Negeri Yogyakarta bekerjasama dengan LIPI, semua aktivitas pembuatan jamu oleh perempuan (menyiapkan bahan mentah, seleksi bahan, pembelian, penyediaan, proses penggerus, memasak/merebus s/d pengepakan). Semula para pembuat jamu tidak tidak mengetahui kandungan farmakolgi dari tanaman obat yang digunakan, semua pekerjaan membuat jamu pekerjaan rumah tangga, para perempuan pekerja pembuat jamu juga bertanggungjawab akan pekerjaan rumah tangga. • PSW memberikan bantuan teknik, berupa memperkenalkan dan memberikan masukan aspek- aspek ilmiah pembuatan jamu, misalnya proses pembuatan jamu yang lebih bersih dengan peralatan semi modern, mengenalkan analisis dan komposisi farmakologi dari bahan- bahan dan tanaman obat yang digunakan, yang dapat meyembuhkan jenis-jenis penyakit tertentu. Penerbitan buku panduan sederhana pembuatan jamu dengan bahasa setempat. Membantu dalam mendesain trademark dan mendaftarkanya di departemen Perindustrian dan mendapatkan sertifikat dari Pusat Makanan dan Obat, Depkes. Membantu dalam pengepakan, pemasaran, pengelolaan keuangan dan cara mendapatkan keuntungan.
  • 8. LIPI menyediakan kredit- teknologi, seperti: mesin parut, mesin pengerok, panci tahan karat, oven untuk pengering dan tungku memasak yang disempurnakan. Penggunaan peralatan tersebut dengan mengadakan pelatihan penggunaan dan pemeliharaannya. Modal berupa dana bergulir disediakan LIPI. • Dampak proyek ini bagi perempuan pembuat dan penjual jamu sangat signifikan. Perempuan dapat menghemat waktu, karena proses pembuatan jamu dengan menggunakan peralatan semi- modern menjadi lebih singkat, mendapat pengetahuan dan ketrampilan baru yang dapat lebih dikembangkan, peningkatan pendapatan, serta solidaritas dan kebersamaan dalam masyarakat meningkat. • Laki- laki membantu dalam pemeliharaan dan perbaikan peralatan. Untuk itu penerapan dan pengembangan TTG dapat memenuhi kebutuhan praktis perempuan dan dapat pula memenuhi kebutuhan strategis perempuan, yaitu: meningkatkan percaya diri, peran dan kedudukan perempuan dalam masyarakat, kemandirian ekonomi perempuan melalui pengembangan kewirausahaan (entrepreneuship) dan sumbangannya bagi masyarakat, memperkuat kejasama melalui pertemuan rutin untuk mendiskusikan perbaikan dan perluasan usaha, kebutuhan pasar, serta teknologi dan resep baru. Daftar pustaka: • Amandemen UUD 45 • Inpres No. 9 tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Nasional • Inpres No. 3 tahun 2001 tentang Penerapan dan Pengembangan Teknologi Tepat Guna (hasil browsing dan internet) • Kepmen Dalam Negeri dan Otonomi daerah No. 4 tahun 2001 tentang Penerapan Teknologi Tepat Guna (browsing internet) • Achie S. Luhulima dan Sjamsah Achmad, Penghapusan Kesenjangan Gender dalm Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Komitmen abad XXI.
  • 9. Swara, Suara Wakil Rakyat (14 Mei 2004) Penulis: Mimi Nasution, Staf kantor Kementerian Pemberdayaan Perempuan